struktur apbn

75
Struktur APBN

Upload: rudyard-dale

Post on 02-Jan-2016

64 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Struktur APBN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Struktur APBN

Struktur APBN

Page 2: Struktur APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraSebagai suatu entitas yang mengemban amanat

rakyat, pemerintah dalam melaksanakan hak dan kewajibannya harus memiliki rencana yang matang. Rencana tersebut akan dipakai sebagai pedoman dalam setiap pelaksanaan tugas negara termasuk pula dalam hal pengurusan keuangan

Page 3: Struktur APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Setiap tahun pemerintah menghimpun dan membelanjakan dana triliunan rupiah melalui APBN. Penyusunan APBN merupakan rangkaian aktifitas yang melibatkan banyak pihak termasuk departemen , lembaga dan DPR, peran DPR dalam hal ini sebagai otoritas yang mengawasi arus keluar dana APBN

Page 4: Struktur APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Sesuai UUD 45, APBN harus diwujudkan dala bentuk Undang-undang, dalam hal ini Presiden berkewajiban menyusun dan mengajukan Rancangan APBN kepada DPR. RAPBN memuat asumsi umum yang mendasari penyusunan APBN, perkiraan penerimaan, pengeluaran, transfer, defisit/surplus, pembiayaan defisit dan kebijakan pemerintah.

Page 5: Struktur APBN

Ruang Lingkup APBNAPBN mencakup seluruh penerimaan dan

pengeluaran yang ditampung dalam satu rekening yang disebut rekening Bendaharawan Umum Negara (BUN) di bank sentral (Bank Indonesia). Pada dasarnya semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus dimasukkan dalam rekening tersebut.

Page 6: Struktur APBN

Ruang Lingkup APBN• Sesuai dengan peraturan pemerintah

perundangan yang terkait dengan pengelolaan APBN, semua penerimaan dan pengeluaran harus tercakup dalam APBN. Dengan kata lain pada saat pertanggungjawaban APBN, semua realisasi penerimaan dan pengeluaran dalam rekening harus dikonsolidasikan ke dalam rekening BUN. Semua penerimaan dan pengeluaran yang telah dimasukkan dalam rekening BUN adalah merupakan penerimaan dan pengeluaran “on budget”

Page 7: Struktur APBN

Perkiraan APBNPerkiraan-perkiraan APBN terdiri dari:penerimaanpengeluarantransfersurplus/defisit dan pembiayaan

Page 8: Struktur APBN

Sejarah Format APBNSelama TA 1969/70 sampai dengan 1999/2000 APBN menggunakan format T-account.

Format ini dirasakan masih mempunyai kelemahan antara lain tidak memberikan informasi yang jelas mengenai pengendalian defisit dan kurang transparan sehingga perlu disempurnakan

Mulai TA 2000 format APBN diubah menjadi I-account, disesuaikan dengan Government Finance Statistics (GFS)

Page 9: Struktur APBN

Tujuan Perubahan Format APBNTujuan perubahan format dari T-account

ke I-account adalah :Untuk meningkatkan transparansi dalam penyusunan

APBNUntuk mempermudah analisis, pemantauan, dan

pengendalian dalam pelaksanaan dan pengelolaan APBN

Untuk mempermudah analisis komparasi (perbandingan) dengan budget negara lain

Untuk mempermudah perhitungan dana perimbangan yang lebih transparan yang didistribusikan oleh pemeritah pusat ke pemerintah daerah mengikuti pelaksanaan UU No.25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah

Page 10: Struktur APBN

T-AccountDalam T-account, sisi penerimaan dan sisi

pengeluaran dipisahkan di kolom yang berbedaT-account mengikuti anggaran yang berimbang dan

dinamisDalam versi T-account, format seimbang dan

dinamis diadopsi. Seimbang berarti sisi penerimaan dan pengeluaran mempunyai nilai jumlah yang sama. Jika jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah penerimaan, kemudian kekurangannya ditutupi dari pembiayaan yang berasal dari sumber-sumber dalam atau luar negeri

Page 11: Struktur APBN

T-Account (Cont’d)Pengeluaran APBN diperinci dalam pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Versi T-account tidak menunjukan dengan jelas komposisi anggaran yang dikelola pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini merupakan akibat dari sistem anggaran yang terpusat

Pada format T-account, pinjaman luar negeri dianggap sebagai penerimaan pembangunan dan pembayaran cicilan utang luar negeri dianggap sebagai pengeluaran rutin

Page 12: Struktur APBN

I-AccountDalam I-account, sisi penerimaan dan

sisi pengeluaran tidak dipisahkan atau dalam satu kolom

I-account menerapkan anggaran defisit/surplus

Dalam versi I-account, anggaran surplus/defisit diadopsi. Perubahan – perubahan itu dengan jelasnya digambarkan oleh posisi overall balance

Page 13: Struktur APBN

I-Account (Cont’d)Defisit/surplus adalah perbedaan antara

jumlah penerimaan dan hibah, dan jumlah pengeluaran. Perbedaan negatif-jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah penerimaan- berarti defisit.

Jika perbedaan adalah positif –jumlah penerimaan dan hibah lebih besar dari jumlah pengeluaran- itu berarti surplus.

Sumber – sumber pembiayaan untuk menutup defisit mungkin berasal dari pembiayaan dalam dan luar negeri

Page 14: Struktur APBN

I-Account (Cont’d)Pengeluaran APBN diperinci dalam pemerintah pusat dan pemerintah daerahversi I-account dengan jelas

menunjukan komposisi jumlah anggaran yang dikelola oleh pemerintah daerah

I-account, pinjaman luar negeri dan pembayaran cicilannya dikelompokan sebagai pembiayaan anggaran

Page 15: Struktur APBN

Format I-Account APBNDengan format baru ini pinjaman

luar negeri diperlakukan sebagai utang, sehingga jumlahnya harus sekecil mungkin karena pembayaran kembali bunga dan cicilan pinjaman luar negeri akan memberatkan APBN di masa yang akan datang

Page 16: Struktur APBN

Format I-Account APBN A. Pendapatan dan Hibah

I. Penerimaan Dalam Negeri

1. Penerimaan Pajak

2. Penerimaan Bukan Pajak

II. Hibah

B. Belanja Negara

I. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

1. Pengeluaran Rutin

2. Pengeluaran Pembangunan

II. Dana Perimbangan

III. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang

C. Keseimbangan Primer

D. Surplus/Defisit Anggaran (A-B)

E. Pembiayaan

I. Dalam Negeri

II. Luar Negeri

Page 17: Struktur APBN

Penjelasan Komposisi APBNA.Penerimaan

Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber yang meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), cukai dan Pajak lainnya yang merupakan sumber utama penerimaan APBN. Selanjutnya Penerimaan Non Pajak, diantaranya penerimaan dari sumber daya alam, laba BUMN

Page 18: Struktur APBN

Penjelasan Komposisi APBNB.Pengeluaran

Secara umum, pengeluaran yang dilakukan pada suatu tahun anggaran harus ditutup dengan penerimaan pada tahun anggaran yang sama. Berbeda dengan anggaran penerimaan negara yang diperlakukan sebagai target penerimaan pemerintah dan diharapkan dapat dilampauinya, anggaran pengeluaran merupakan batas pengeluaran yang tidak boleh dilampaui.

Page 19: Struktur APBN

B.Pengeluaran (Cont’d)Secara Umum, proses terjadinya pengeluaran melalui 4 tahap, yaitu:

1. Kewenangan Anggaran2. Pelimpahan Kewenangan Anggaran3. Kewajiban4. Realisasi Pengeluaran (outlays)

Page 20: Struktur APBN

Penjelasan Komposisi APBNC.Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka program desentralisasi. Terdapat 3 jenis transfer, yaitu dana bagi hasil penerimaan, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus

Page 21: Struktur APBN

Penjelasan Komposisi APBND.Dana Otonomi Khusus

Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah yang memiliki karakteristik khusus yang membedakan dengan daerah lain, contohnya propinsi Papua mendapat dana alokasi yang lebih besar untuk mengatasi masalah yang kompleks di wilayahnya. Tujuan alokasi tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dan mengurangi ketertinggalan dari propinsi lainnya.

Page 22: Struktur APBN

Penjelasan Komposisi APBNF. Defisit dan Surplus

Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit, sebaliknya jika penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus.

Page 23: Struktur APBN

Penjelasan Komposisi APBNG.Keseimbangan

Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu : keseimbangan primer, dan keseimbangan umum.Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga, sedangkanKesembangan Umum adalah total penerimaan dikurangi total pengeluaran termasuk pembayaran bunga

Page 24: Struktur APBN

Penjelasan Komposisi APBNH.Pembiayaan

Pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran. Beberapa sumber pembiayaan yang penting saat ini adalah pembiayaan dalam negeri meliputi penerbitan obligasi, penjualan aset dan privatisasi, dan pembiayaan luar negeri meliputi pinjaman proyek, pembayaran kembali utang, pinjaman program dan penjadwalan kembali utang

Page 25: Struktur APBN

Proses PenyusunanAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Page 26: Struktur APBN

Penyusunan APBN

Menteri Keuangan dan Badan Perencanaan Nasional atas nama Presiden mempunyai tanggungjawab dalam mengkoordinasikan penyusunan APBN. Menteri Keuangan bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan penyusunan konsep anggaran belanja rutin. Sementara itu Bappenas dan Menteri Keuangan bertanggungjawab dalam mengkoordinasikan penyusunan anggaran belanja pembangunan

Page 27: Struktur APBN

Penyusunan APBN

Proses penyusunan APBN dapat dikelompokkan dalam dua tahap, yaitu:

1.Pembicaraan pendahuluan antara pemerintah dan DPR

2.Pengajuan, pembahasan, dan penetapan APBN

Page 28: Struktur APBN

Penyusunan APBN

1.Pembicaraan PendahuluanTahap ini diawali dengan beberapa kali pembahasan antara pemerintah dan DPR untuk menentukan mekanisme dan jadwal pembahasan APBN. Kegiatan dilanjutkan dengan persiapan rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain meliputi penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran. Tahapan ini diakhiri dengan finalisasi penyusunan RAPBN oleh pemerintah

Page 29: Struktur APBN

Penyusunan APBN

2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBNHal ini dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan Panitia anggaran, maupun antara komisi dengan departemen. Hasil pembahasan ini adalah UU APBN yang memuat alokasi dana per departemen/lembaga, sektor, sub sektor, program dan kegiatan yang disebut satuan 3.

Page 30: Struktur APBN

2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Cont’d)Berdasarkan satuan 3 (alokasi dana per departemen/lembaga, sektor, sub sektor, program dan kegiatan), Dirjen Anggaran dan Menteri Membahas detail pengeluaran rutin berdasarkan pedoman penyusunan DIK dan indeks satuan biaya yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. Untuk pengeluaran pembangunan, Dirjen Anggaran, Bappenas, dan Menteri teknis membahas detail pengeluaran untuk tiap-tiap kegiatan.

Page 31: Struktur APBN

2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Cont’d)Apabila DPR menolak RAPBN yang diajukan pemerintah tersebut , maka pemerintah menggunakan APBN tahun sebelumnya. Hal ini berarti maksimum yang dapat dilakukan pemerintah harus sama dengan pengeluaran tahun lalu.

Page 32: Struktur APBN

Hasil pembahasan diatas didokumentasikan kedalam dokumen-dokumen berikut:• Daftar Isian Kegiatan, dokumen yang berlaku

sebagai otorisasi untuk pengeluaran rutin pada masing-masing unit organisasi.

• Daftar Isian Proyek, dokumen anggaran berlaku sebagai otorisasi untuk pengeluaran pembangunan untuk masing-masing proyek pada unit organisasi.

• Surat Pengesahan Alokasi Anggaran Rutin (SPAAR), dokumen yang menetapkan besaran alokasi anggaran rutin untuk setiap kantor/satuan kerja di daerah yang selanjutnya akan dibahas anatara Kantor Wilayah DJA dan Instansi Vertikal Departemen/ Lembaga untuk kemudian dituangkan dalam DIK.

Page 33: Struktur APBN

Lanjutan..• Surat Pengesahan Alokasi Anggaran

Pembangunan (SPAAP), dokumen yang menetapkan besaran alokasi anggaran pembangunan untuk setiap proyek/bagian proyek yang selanjutnya akan dibahas antara Kantor wilayah DJA dengan instansi vertikal/dinas untuk kemudian dituangkan dalam DIP.

• Surat Keputusan Otorisasi (SKO), dokumen otorisasi untuk penyediaan dana kepada departemen/lembaga/pemerintah daerah dan pihak lain yang berhak baik untuk rutin maupun pembangunan.

Page 34: Struktur APBN

PERATURAN PELAKSANAAN:

PP No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

PP No. 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) Tahun 2005

PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

PMK Nomor 571/PMK.06/2004 tentang Petunjuk Teknis Penyelesaian Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

PMK Nomor 606/PMK.06/2004 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2005

PMK Nomor 54/PMK. 02/2005 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL

Page 35: Struktur APBN

PERUBAHAN FORMAT ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT :

1. Penerapan sistem penganggaran terpadu (unified budged), melalui penyatuan anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan yang sebelumnya dipisahkan; dan

2. Reklasifikasi rincian belanja negara menurut organisasi, fungsi dan jenis belanja, yang sebelumnya dirinci menurut sektor dan jenis belanja.

Page 36: Struktur APBN

SASARAN PERUBAHAN FORMAT ANGGARAN BELANJA NEGARA : Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan belanja negara, melalui:

a. Minimalisasi duplikasi rencana kerja dan penganggaran dalam belanja negara

b. Meningkatkan keterkaitan antara keluaran (output) dan hasil (outcomes) yang dicapai dengan penganggaran organisasi

Penyesuaian dengan klasifikasi internasional

Page 37: Struktur APBN

PENELAAHAN RKA-KL DAN DIPA PENELAAHAN RKA-KL DAN DIPA 20052005 Kementerian Keuangan Kementerian Keuangan cqcq. DJAPK. DJAPK me menelaah kesesuaian nelaah kesesuaian

RKA-KL dengan pagu sementara, standar biaya, dan RKA-KL dengan pagu sementara, standar biaya, dan prakiraan majuprakiraan maju; dan; dan

Bappenas mBappenas menelaah enelaah sinkronisasi program dalam RKA-KL sinkronisasi program dalam RKA-KL dengan RKP. dengan RKP.

Penelaahan tersebut dilakukan pada minggu kedua Penelaahan tersebut dilakukan pada minggu kedua Juli sampai dengan awal AgustusJuli sampai dengan awal Agustus

Kementerian Keuangan Kementerian Keuangan cqcq DJPbn menelaah kesesuaian DJPbn menelaah kesesuaian antara DIPA dengan Keppres tentang Rincian APBN 2006 antara DIPA dengan Keppres tentang Rincian APBN 2006 (yang diterbitkan selambat-lambatnya November 2005)(yang diterbitkan selambat-lambatnya November 2005)

Page 38: Struktur APBN

PENYUSUNAN RKA-KL 2006 PENYUSUNAN RKA-KL 2006 DAN DIPA 2006DAN DIPA 2006 Penelaahan RKA-KL oleh Kementerian Keuangan Penelaahan RKA-KL oleh Kementerian Keuangan ((cqcq DJAPK DJAPK)) dan dan

Bappenas dimulai pada minggu kedua Juli sampai awal Agustus Bappenas dimulai pada minggu kedua Juli sampai awal Agustus 20052005

Penerbitan Keppres tentang Rincian APBN 2006 (paling lambat Penerbitan Keppres tentang Rincian APBN 2006 (paling lambat November 2005)November 2005)

Pengajuan konsep DIPA oleh kementerian/lembaga paling Pengajuan konsep DIPA oleh kementerian/lembaga paling lambat minggu kedua Desember 2005lambat minggu kedua Desember 2005

Kementerian Keuangan Kementerian Keuangan cqcq Direktur Jenderal Perbendaharaan Direktur Jenderal Perbendaharaan melakukan penelaahan kesesuaian antara konsep DIPA yang melakukan penelaahan kesesuaian antara konsep DIPA yang diajukan oleh kementerian/lembaga dengan Keppres tentang diajukan oleh kementerian/lembaga dengan Keppres tentang Rincian APBN 2006 Rincian APBN 2006

Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran paling lambat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran paling lambat 31 Desember 200531 Desember 2005

Pelaksanaan APBN 2006 mulai 1 Januari 2006Pelaksanaan APBN 2006 mulai 1 Januari 2006

Page 39: Struktur APBN

Reformasi penganggaranReformasi penganggaran ::

a.a. Unifikasi anggaran, yang mengkonsolidasi Unifikasi anggaran, yang mengkonsolidasi pengeluaran rutin dan pengeluaran pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan;pembangunan;

b.b. Penerapan Penerapan kerangka pengeluaran jangka kerangka pengeluaran jangka menengahmenengah (medium term expediture (medium term expediture framework/MTEF),framework/MTEF), yang mempererat yang mempererat perencanaan dan penganggaran serta perencanaan dan penganggaran serta meningkatkan derajat prediksi kemampuan meningkatkan derajat prediksi kemampuan anggaran jangka menengah; dan anggaran jangka menengah; dan

c.c. Penerapan Penerapan penganggaran berbasis kinerja penganggaran berbasis kinerja dandan untuk tingkatkan efisiensi dan efektifitas untuk tingkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan pemerintah.pelayanan pemerintah.

Page 40: Struktur APBN
Page 41: Struktur APBN

Struktur APBDAPBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan

Page 42: Struktur APBN

Struktur APBDSecara garis besar, struktur APBD terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah• Pendapatan daerah adalah semua penerimaan uang

melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

• Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran

• Pembiayaan Daerah adalah semua kegiatan pemerintah untuk menutup defisit anggaran atau memanfaatkan surplus

Page 43: Struktur APBN

Struktur APBDPendapatan daerah terdiri atas pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. – PAD mencakup pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

– Dana Perimbangan mencakup Dana Bagi Hasil (Pajak dan Sumber Daya Alam), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

– Lain-lain pendapatan daerah yang sah mencakup hibah (barang atau uang dan/atau jasa), dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota, dana penyesuaian dan dana otonomi khusus, serta bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya.

Page 44: Struktur APBN

Struktur APBDBelanja daerah dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung.– Belanja Tidak Langsung

Yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung ini terdiri atas belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

– Belanja Langsung Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung dari suatu kegiatan terdiri dari belanja pegawai (honorarium/upah), belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

Page 45: Struktur APBN

Struktur APBD

Page 46: Struktur APBN

Surplus APBDSurplus APBD dapat dimanfaatkan antara lain:• Untuk pembayaran pokok utang• Penyertaan modal (investasi) daerah• Pemberian pinjaman kepada pemerintah

pusat/pemerintah daerah lain • Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial,

yang diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang dianggarkan pada SKPD. Pembentukan dana cadangan juga dapat dilakukan ketika terjadi surplus

Page 47: Struktur APBN

Defisit APBDDalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk menutup defisit tersebut yang diantaranya dapat bersumber dari:

• Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya,

• Pencairan dana cadangan, • Hasil penjualan kekayaan daerah yang

dipisahkan, • Penerimaan pinjaman, • Penerimaan kembali pemberian pinjaman atau

penerimaan piutang

Page 48: Struktur APBN

Klasifikasi APBDUntuk kepentingan administratif, monitoring, dan evaluasi, struktur APBD diklasifikasikan menurut• urusan pemerintahan daerah– 25 (dua puluh lima) urusan wajib pemerintahan daerah– 8 (delapan) urusan pilihan pemerintahan daerah

• organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundang- undangan

Page 49: Struktur APBN

Struktur APBDA.Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah didefinisikan sebagai semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah dikelompokkan atas:pendapatan asli daerahdana perimbanganlain-lain pendapatan daerah yang sah

Page 50: Struktur APBN

Pendapatan Asli DaerahKelompok pendapatan asli daerah (PAD) dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas – pajak daerah,– retribusi daerah, – hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, – dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci

menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang- undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Sedangkan jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:• bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD• bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/

BUMN• bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau

kelompok usaha masyarakat

Page 51: Struktur APBN

Penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dimasukkan ke dalam jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, antara lain:– hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan– jasa giro– pendapatan bunga– penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah– penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat

dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah

– penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

– pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan– pendapatan denda pajak– pendapatan denda retribusi– pendapatan hasil eksekusi atas jaminan– pendapatan dari pengembalian– fasilitas sosial dan fasilitas umum– pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan– pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan

Page 52: Struktur APBN

Dana PerimbanganKelompok pendapatan daerah yang kedua adalah Dana Perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Kelompok ini dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas:dana bagi hasil (DBH)dana alokasi umum (DAU)dana alokasi khusus (DAK)

Page 53: Struktur APBN

Lain-lain Pendapapatan yang Sah

Kelompok ini dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya,

badan/lembaga/ organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat

dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/ kerusakan akibat bencana alam

dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kotadana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang

ditetapkan oleh pemerintahbantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah

daerah lainnya

Page 54: Struktur APBN
Page 55: Struktur APBN

Struktur APBDB.Belanja Daerah

Untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota, pemerintah daerah membuat anggaran belanja setiap tahunnya. Belanja daerah ini meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.

Page 56: Struktur APBN

Struktur APBDDalam APBD, belanja daerah dirinci menuruturusan pemerintahan

(urusan wajib atau urusan pilihan)organisasi programkegiatan kelompokjenis obyek dan rincian obyek belanja

Page 57: Struktur APBN

Belanja DaerahBelanja menurut kelompok belanja terdiri atas belanja tidak langsung dan belanja langsung,Belanja Tidak Langsung

Yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

Page 58: Struktur APBN

Belanja Langsung Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan

Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:

belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal

Ketiga jenis belanja langsung untuk melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah ini dianggarkan pada belanja SKPD bersangkutan.

Page 59: Struktur APBN

Belanja Daerah

Klasifikasi belanja menurut fungsi, bertujuan untuk keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara. Pengklasifikasian menurut fungsi ini terdiri dari: pelayanan umum ketertiban dan ketentraman ekonomi lingkungan hidup perumahan dan fasilitas umum kesehatan pariwisata dan budaya pendidikan perlindungan sosial

Page 60: Struktur APBN

Struktur APBDC.Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Dalam APBD, pembiayaan daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pembiayaan.

Page 61: Struktur APBN

Pembiayaan DaerahPembiayaan terdiri atas:Penerimaan pembiayaan adalah semua

penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali balk pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Page 62: Struktur APBN

Penerimaan PembiayaanPenerimaan pembiayaan mencakup:sisa lebih perhitungan anggaran tahun

anggaran sebelumnya (SiLPA)pencairan dana cadanganhasil penjualan kekayaan daerah yang

dipisahkanpenerimaan pinjaman daerahpenerimaan kembali pemberian pinjamanpenerimaan piutang daerah

Page 63: Struktur APBN

Pengeluaran PembiayaanSedangkan pengeluaran pembiayaan mencakup:pembentukan dana cadanganpenerimaan modal (investasi) pemerintah

daerahpembayaran pokok utangpemberian pinjaman daerah

Page 64: Struktur APBN
Page 65: Struktur APBN

APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menyusun:– Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang

merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan menggunakan bahan dari Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah

Page 66: Struktur APBN

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah

Page 67: Struktur APBN

Hal-hal yang harus termuat dalam RKPD adalah:– Rancangan kerangka ekonomi daerah – Prioritas pembangunan dan kewajiban daerah

(mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan)

– Rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah, pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum tahun anggaran berkenaan. Tata cara penyusunannya berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Page 68: Struktur APBN

Kepala daerah menyusun rancangan kebijakan umum APBD berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun.

Page 69: Struktur APBN

Pedoman penyusunan APBD tersebut memuat antara lain:Pokok-pokok kebijakan yang memuat

sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan pemerintah daerah

Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan

Teknis penyusunan APBDHal-hal khusus lainnya

Page 70: Struktur APBN

Dalam menyusun rancangan kebijakan umum APBD, kepala daerah dibantu oleh tim anggaran pemerintah daerah yang dikoordinasi oleh sekretaris daerah. Rancangan kebijakan umum APBD yang telah disusun disampaikan oleh sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah kepada kepala daerah, paling lambat pada awal bulan Juni.

Page 71: Struktur APBN

Rancangan kebijakan umum APBD disampaikan kepala daerah kepada DPRD untuk dibahas paling lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama Panitia Anggaran DPRD. Rancangan Kebijakan Umum APBD yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi kebijakan umum APBD paling lambat minggu pertama bulan Juli tahun anggaran berjalan

Page 72: Struktur APBN

Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah menyusun rancangan PPAS dengan tahapan sebagai berikut:– Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib

dan urusan pilihan– Menentukan urutan program untuk masing-

masing urusan– Menyusun plafon anggaran sementara untuk

masing-masing program

Page 73: Struktur APBN

Kepala daerah menyampaikan rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah disusun kepada DPRD untuk dibahas paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berjalan. Pembahasan dilakukan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama Panitia Anggaran DPRD. Rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi prioritas dan plafon anggaran sementara paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.

Page 74: Struktur APBN

Kebijakan umum APBD serta PPAS yang telah disepakati masing-masing dituangkan ke dalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala daerah dan pimpinan DPRD

Page 75: Struktur APBN