stres pengendara motor pada kemacetan …lib.unnes.ac.id/30423/1/1511411011.pdf · 2018-03-21 ·...

46
STRES PENGENDARA MOTOR PADA KEMACETAN LALULINTAS DI KOTA SEMARANG SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi oleh: Maria Goretti Steffi Kurnia Mediawati 1511411011 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: vuque

Post on 09-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

STRES PENGENDARA MOTOR PADA KEMACETAN

LALULINTAS DI KOTA SEMARANG

SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh:

Maria Goretti Steffi Kurnia Mediawati

1511411011

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul ”Stres

Pengendara Motor pada Kemacetan Lalulintas di Kota Semarang” benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan buatan orang lain, dan tidak menjiplak karya

ilmiah orang lain, baik seluruhnya atau sebagian. Pendapat atau temuan orang lain

yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 01 Februari 2017

Maria Goretti Steffi Kurnia Mediawati

NIM. 1511411011

iii

iv

MOTTO DAN PERUNTUKAN

Motto

Keberhasilan adalah sebuah proses, apapun hasilnya setidaknya kamu telah

berjuang. Jangan pernah malu untuk maju, karena malu menjadikan kita takkan

pernah mengetahui dan memahami segala sesuatu.

Peruntukan

Puji Syukur Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, dengan

iringan doa, usaha dan kenyakinan. Skripsi ini penulis

mempersembahkan kepada keluarga tercinta dan orang-

orang yang selalu ada untuk membimbing hingga skripsi ini

selesai.

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

rahmat dan karunia yang telah diberikah selama menjalani proses pembuatan

skripsi yang berjudul ”Stres Pengendara Motor pada Kemacetan Lalulintas di

Kota Semarang” sampai dengan selesai.

Penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas

Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada

kesempatan ini ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang.

2. Drs. Sugeng Hariyadi, S. Psi., M. S., selaku Ketua Jurusan Psikologi.

3. Drs. Sugiyarta Stanislaus, M.Si. selaku Dosen pembimbing dan penguji III

yang telah membimbing dan meluangkan waktu serta memberikan saran bagi

penyelesaian skripsi ini.

4. Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi.,M.Si, selaku Dosen Penguji I, terima kasih atas

saran dan bimbingannya.

5. Rulita Hendriyani, S.Psi.,M.Si, selaku Dosen Penguji II, terima kasih atas

saran dan bimbingannya.

6. Seluruh dosen Jurusan Psikologi FIP UNNES yang telah memberi ilmu

pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan.

7. Seluruh anggota Kasatlantas Polrestabes Semarang Jawa Tenggah yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian.

vi

8. Bapak polisi yang sedang bertugas membantu dalam mencari subjek dalam

penelitian ini.

9. Subjek Penelitian pengendara sepeda motor, terimakasih atas kesediaan

waktunya dalam mengisi skala.

10. Kedua orang tua tercinta, papah Camillus Cahyo Yulianto,SE dan mamah RR

Theresia Peni Prapsetijanti, adik Katharina Laboure Gadinta Septiani yang

selalu mendoakan dan memberi segala yang dibutuhkan penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

11. Albertus Kristianto Nugroho yang telah memberikan semangat untuk bisa

menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabatku Aldila Arin Aini, Maria Wilsa, Jessica Kumala Dewi.

13. Teman-teman Rombel 1 dan Psikologi angkatan 2011 yang saling

memberikan motivasi.

14. Serta semua pihak yang secara tidak langsung terkait dan membantu dalam

penyelesaian penulisan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Penulis

berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu khususnya

Psikologi. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua amal baik kepada

seluruh pihak yang telah membatu dan berkontribusi dalam skripsi ini.

Semarang, 01 Februari 2017

Penulis

vii

ABSTRAK

Mediawati, Maria Goretti Steffi Kurnia. 2017. Stres Pengendara Motor Pada

Kemacetan Lalulintas Di Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing. Drs. Sugiyarta

Stanislaus, M.Si.

Kata Kunci : Stres, Kemacetan Lalulintas

Kemacetan lalulintas merupakan permasalahan transportasi yang tidak dapat

dihindari lagi, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh

kondisi dimana tingkat penggunaan kendaraan pribadi yang semakin tinggi dari

tahun ke tahun tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas dan prasarana jalan

maupun pembatasan jumlah kendaraan pribadi, sehingga kurang terkontrol secara

sehat. Adanya hal tersebut dapat memicu munculnya pengendara motor yang

mengalami stres pada saat kemacetan lalulintas.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Subyek penelitian

ini adalah pengendara sepeda motor yang mengalami kemacetan. Sampel yang

diambil berjumlah 100 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik

insidental sampling. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala stres.

Skala ini berisi pernyataan mengenai responden.

Hasil penelitian ini bahwa stres pengendara motor pada kemacetan lalulintas

di kota Semarang, diperoleh hasil uji validitas antara 0,092 sampai dengan 0,535

dengan uji reliabilitas diperoleh koefisien reliabilitias sebesar 0,777 sehingga

skala tersebut dinyatakan reliabel.

Simpulan hasil penelitian ini dari 100 subjek pengendara motor pada

kemacetan lalulintas di kota Semarang sebagian besar subjek memiliki stres pada

situasi kemacetan lalulintas termasuk dalam kriteria sedang sebesar 86%. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam kondisi macet terdapat pengendara motor yang

mengalami stres.

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i

PERNYATAAN…………………………………………………………………..ii

PENGESAHAN………………………………………………………..…………iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………………..iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….v

ABSTRAK……………………………………………………………………….vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….viii

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………10

1.3 Tujuan Masalah………………………………………………………………10

1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………...........10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres

2.1.1 Pengertian Stres………………………………………………………...12

2.1.2 Stressor…………………………………………………………...........15

2.1.3 Faktor Penyebab Stres………………………………………………….16

2.1.4 Gejala-gejala Stres………………………………………………….….17

2.1.5 Dampak Stres……………………………………………………….….18

2.1.6 Reaksi Stres……………………………………………………............19

2.1.7 Tahapan-tahapan Stres………………………………………………....20

ix

2.2 Kemacetan Lalu lintas………………………………………………………..21

2.2.1 Pengertian Kemacetan Lalu lintas…………...….…………………..........21

2.2.2 Faktor-faktor penyebab kemacetan………………..………………..…….22

2.2.3 Dampak Kemacetan Lalulintas……..…………………..………………...23

2.2.4 Perilaku Stres yang Muncul dalam Keadaan Macet..……..………..........24

2.2.5 Solusi Permasalahan Kemacetan………...…………………….……….....25

2.3 Stres Pengendara Sepeda Motor pada Kemacetan Lalu.lintas……………….26

2.4 Kerangka Berpikir……………………………………………………...........28

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian……………………………………………………………….30

3.2 Variabel Penelitian…………………………………………………………...31

3.3 Dimensi Operasional………………………………………………………....31

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi………………………………………………………………...32

3.4.2 Sampel………………………………………………………………….33

3.5 Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis Penelitian………………………………………………………....33

3.5.2 Blue Print……………………………………………………………....34

3.5.3 Skoring………………………………………………………………....35

3.6 Validitas dan Relibilitas

3.6.1 Validitas……………………………………………………………..…35

3.6.2 Reliabilitas……………………………………………………………..37

3.7 Teknik Analisis Data…………………………………………………………37

x

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Penelitian

4.1.1 Orientasi kancah Penelitian…………………………………………….39

4.1.2 Penentuan Subjek Penelitian…………………………………………...40

4.1.3 Perijinan penelitian………………………………………………….….40

4.1.4 Penyusunan Instrumen………………………………………………....41

4.2 Pelaksanaan penelitian

4.2.1 Pengumpulan Data…………………………………………………….41

4.2.2 Pelaksanaan Skoring………………………………………….............42

4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

4.3.1 Hasil Uji Validitas................................................................................43

4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas...........................................................................43

4.4 Gambaran Subyek Penelitian

4.4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia……………...............43

4.4.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin…...............44

4.4.3 Gambaran Subjek Secara Keseluruhan………………………………..45

4.5 Hasil Penelitian

4.5.1 Hasil Deskripsi Penelitian…………………………………………......45

4.5.1.1 Gambaran Umum Stres Pengendara Motor pada Kemacetan

Lalulintas di Kota Semarang……………………………………..………46

4.5.1.2 Gambaran Stres Pengendara Motor pada Kemacetan Lalulintas di

Kota Semarang berdasarkan Aspek Fisikal……………………………...48

xi

4.5.1.3 Gambaran Stres Pengendara Motor pada Kemacetan Lalulintas

berdasarkan Aspek Emosional…………………………………………...51

4.5.1.4 Gambaran Stres Pengendara Motor pada Kemacetan Lalulintas

berdasarkan Aspek Intelektual…………………………………………...53

4.5.1.5 Gambaran Stres Pengendara Motor pada Kemacetan Lalulintas

berdasarkan Aspek Interpersonal………………………………………...55

4.6 Pembahasan………………………………………………………….............58

4.7 Keterbatasan Penelitian……………………………………………………....61

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan……………………………………………………………...……...64

5.2 Saran…………………………………………...............................................64

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...66

LAMPIRAN……………………………………………………………………..68

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Blue Print Skala Stres…………………………………………….…...34

Tabel 3.2 Kriteria Skor Jawaban Skala Likert……………………………...........35

Tabel 3.3 Blue Print Skala Stres Aitem Valid…………………………………...36

Tabel 3.4 Interval Kriteria skor…………………………………………………..38

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia.....................................................44

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis kelamin…………………...........44

Tabel 4.3 Gambaran Subjek Secara Keseluruhan………………………………..44

Tabel 4.4 Penggolongan kriteria analisis berdasarkan mean hipotetik…………..45

Tabel. 4.6 Gambaran umum Stres Pengendara Motor pada Kemacetan Lalu lintas

Di Kota Semarang…………………………………………………….47

Tabel. 4.8 Kategorisasi Gambaran Stres Pengendara Motor pada Kemacetan Lalu

lintas Ditinjau dari Aspek Fisikal………………..................................49

Tabel. 4.10 Kategorisasi Gambaran Stres Pengendara Motor pada Kemacetan

Lalu lintas Ditinjau dari Aspek Emosional…………….....................52

Tabel. 4.12 Kategorisasi Gambaran Stres Pengendara Motor pada Kemacetan

Lalu lintas Ditinjau dari Aspek Intelektual…………...……………..54

Tabel 4.14 Kategorisasi Gambaran Stres Pengendara Motor pada Kemacetan Lalu

lintas Ditinjau dari Aspek Interpersonal…………………………..…56

Tabel. 4.15 Ringkasan Gambaran Stres Pengendara Motor pada Kemacetan Lalu

lintas di Kota Semarang Berdasarkan Tiap-tiap Aspek……...……..57

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Diagram Gambaran Umum Stres Pengendara Motor……………....48

Gambar 4.2 Diagram Stres Berdasarkan Aspek Fisikal………………………….50

Gambar 4.3 Diagram Stres Berdasarkan Aspek Emosional……………………..52

Gambar 4.4 Diagram Stres Berdasarkan Aspek Intelektual……………………..54

Gambar 4.5 Diagram Stres Berdasarkan Aspek Interpersonal…………………..57

Gambar 4.6 Diagram ringkasan Stres Pengendara Motor pada Kemacetan

Lalu lintas di Kota Semarang……………………………………….57

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Transportasi merupakan aspek penting dalam perencanaan wilayah dan kota

guna menunjang kelancaran aktivitas serta memacu pertumbuhan kota. Beberapa

permasalahan transportasi yang terjadi saat ini dapat menghambat laju

pertumbuhan suatu kota, salah satunya adalah masalah kemacetan. Kemacetan

lalulintas merupakan permasalahan transportasi yang tidak dapat dihindari lagi,

terutama di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini terutama disebabkan oleh kondisi

dimana tingkat penggunaan kendaraan pribadi yang semakin tinggi dari tahun ke

tahun tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas prasarana jalan maupun

pembatasan jumlah kendaraan pribadi. Maka dari itu saya akan mengkaji tentang

fenomena kemacetan yang terjadi di kota Semarang.

Setiap individu memiliki perbedaan misalnya dalam hal rutinitas, dalam

menjalankan rutinitas sehari-hari individu akan berjuang untuk mencapai tujuan

dari rutinitas yang di lakukannya. Dalam menjalankan rutinitasnya individu

memerlukan bantuan individu lain atau suatu alat/ mesin penggerak rutinitasnya.

Rutinitas yang dilakukan setiap individu bertujuan untuk

2

melanjutkan kehidupan agar menjadi lebih baik. Misalnya pergi ke sekolah, ke

sekolah bertujuan untuk menuntut ilmu. Jarak antara rumah dengan sekolah

terkadang jauh dan membutuhkan tumpangan / alat transportasi demi mencapai

tempat tersebut.

Kondisi Kemacetan yang dialami Jakarta dan Bandung tersebut juga telah

dialami oleh Kota Semarang. Beberapa titik kemacetan sudah tampak seperti

halnya didaerah Semarang Timur. Kemacetan terjadi pada jam-jam sibuk,

terutama pada pagi hari yaitu pada saat siswa maupun karyawan kantor berangkat

bekerja dan pada sore hari pada saat karyawan pulang kantor. Kemacetan tersebut

lebih disebabkan oleh preferensi pengguna kendaraan pribadi lebih besar

dibandingkan dengan penggunaan kendaraan umum. Pada ruas jalan tertentu,

kemacetan seringkali terjadi karena aktivitas yang berkembang di sekitarnya.

Beberapa tahun ke depan, seiring dengan semakin tingginya tingkat

kepemilikan dan penggunaan kendaraan bermotor pribadi di kota Semarang, maka

bukannya tidak mungkin kondisi arus lalu lintas dibeberapa titik seperti di

Kawasan Semarang Timur akan sama dengan kondisi di Jakarta maupun

Bandung. Terlebih lagi jika hal ini tidak diikuti dengan pembenahan transportasi

publik. Lalu lintas adalah sarana untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang

lain, oleh karena itu lalu lintas merupakan salah satu masalah penting. Apabila

arus lalu lintas terganggu atau terjadi kemacetan, maka mobilitas masyarakat juga

akan mengalami gangguan. Gangguan-gangguan ini akan berdampak negatif pada

masyarakat. Masalah lalulintas merupakan suatu masalah sulit yang harus

dipecahkan bersama dan sangat penting untuk segera diselesaikan. Apabila

3

masalah lalu lintas tidak terpecahkan, maka semua kerugian yang timbul akibat

masalah ini akan ditanggung oleh masyarakat itu sendiri, dan apabila masalah ini

dapat terpecahkan dengan baik, maka masyarakat sendiri yang akan mendapatkan

manfaatnya.

Indonesia salah satu negara berkembang lainnya mengalami permasalahan-

permasalahan lebih kompleks dibandingkan dengan negara-negara maju, mulai

dari pertumbuhan penduduk yang tinggi, kesenjangan sosial, hingga kurangnya

sarana dan prasarana yang menunjang pembangunan itu sendiri. Kemacetan lalu

lintas bisa dikatakan kepadatan lalu lintas. Kepadatan (crowding) adalah suatu

kepadatan yang dirasakan oleh seseorang dan bersifat psikologi (Iskandar,

2012:133). Dalam hal ini kepadatan yang dirasakan adalah adanya berbagai

macam halangan dan banyaknya kendaraan yang berada dijalan raya sehingga

menimbulkan kepadatan pada jalan dan kemacetan. Di dalam kondisi macet ada

beberapa perilaku yang kurang berkenan yang dilakukan pengendara sepeda

motor seperti menyalip di tengah-tengah kemacetan, melewati jalur pejalan kaki,

melintasi lampu merah yang merupakan bentuk dari perilaku ketidakpatuhan

dalam berkendara. Hal ini di sebabkan akibat kesesakan yang dirasakan

pengendara sepeda motor di jalan raya (Halim, 2008:74).

Kemacetan merupakan hal yang sering terjadi dan termasuk hal yang sudah

biasa terjadi di kota-kota besar seperti Semarang. Meskipun kondisi macet

termasuk kategori stresor ringan (Iskandar Zulrizka, 2012:49), macet memiliki

pengaruh besar pada kondisi fisik maupun psikologis individu dalam menjalani

rutinitas sehari-hari. Perilaku tidak patuh ketika berkendara juga dapat disebabkan

4

karena individu tidak dapat beradaptasi dengan stresor (kemacetan ) yang terjadi

di lingkungan sekitarnya. Dampak dari perilaku ini sangat merugikan diri sendri

dan orang lain serta dapat membahayakan keselamatan.

Kemacetan lalu lintas yang terjadi di kota Semarang juga tidak lepas dari

pengaruh penggunaan lahan yang kompleks pada kawasan tersebut. Kawasan kota

Semarang seperti kawasan Simpang Lima merupakan site attraction yang

memiliki berbagai fungsi, diantaranya sebagai pusat kota, pusat perdagangan, dan

sebagai ruang publik. Berbagai aktivitas berkembang diberbagai titik seperti di

Kawasan Simpang Lima, Kaligawe, Jatingaleh, dan Kalibanteng seperti aktivitas

perdagangan dan jasa baik formal maupun informal, aktivitas perkantoran,

pendidikan, bahkan kesehatan yang ditunjukkan dengan keberadaan rumah sakit

swasta. Hal ini tentu saja menimbulkan lalu lintas yang tinggi. Berbagai aktivitas

yang ditawarkan di Kawasan Simpang Lima menjadi daya tarik masyarakat Kota

Semarang untuk melakukan perjalanan dan aktivitas di pusat kota. Lalu lintas

mulai padat oleh berbagai macam alat transportasi seperti kendaraan bermotor

roda dua (motor), kendaraan bermotor roda empat (mobil), kendaraan bermotor

roda enam (bus), truk, serta kendaraan berat lainnya. Dari berbagai alat

transportasi yang tersedia, kendaraan bermotor roda dua (motor) dan kendaraan

bermotor roda empat (mobil) merupakan sebuah sarana yang memiliki besaran

frekuensi pemakian yang tinggi dikarenakan berbagai kemudahan yang

ditawarkan, salah satunya tdiak perlu membuang waktu untuk menunggu

kedatangan transportasi umum. Disamping itu mudahnya untuk mendapatkan

kendaraan baru dengan menggunakan kredit, akan menambah tingkat jumlah

5

kendaraan dan kepadatan lalu lintas. Sehingga jalan akan menjadi semakin padat

akan kendaraan-kendaraan pribadi. Lalu lintas tergantung kepada kapasitas jalan,

tetapi kalau kapasitas jalan tidak dapat menampung, maka lalu-lintas yang ada

akan terhambat dan akan mengalir sesuai dengan kapasitas jaringan jalan

maksimum. Kemacetan lalu lintas pada ruas jalan raya terjadi saat arus kendaraan

lalu lintas meningkat seiring bertambahnya permintaan perjalanan pada suatu

periode tertentu serta jumlah pemakai jalan melebihi dari kapasitas yang ada.

Kemacetan terjadi hampir di seluruh sudut kota. Kepadatan lalulintas biasa

terjadi pada pagi hari dimana seluruh pengguna jalan akan melakukan aktivitasnya

dan biasa terjadi pada sore hari ketika jam pulang kantor. Selain itu kota

Semarang memilik wilayah industri di mana banyak pabrik-pabrik berdiri di

wilayah ini. Wilayah industri tersebut berada di sekitar jalan utama Semarang

sehingga kepadatan lalu lintas selalu terjadi di wilayah ini khususnya saat pagi

dan sore hari. Jalan raya di wilayah ini tak hanya dipadati oleh kendaraan

bermotor roda dua (motor), kendaraan roda empat (mobil), kendaraan bermotor

roda enam (bus) selain itu banyak kendaraan-kendaraan besar pengangkut barang,

motor dan mobil dari pabrik yang akan mendistribusikannya ke wilayah lain.

Kendaraan yang begitu besar akan memadati sebagian besar jalan sehingga dapat

menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Fenomena kemacetan sering di tandai oleh beberapa ciri-ciri seperti situasi

atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan

oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Sehingga alur lalu

lintas tersendat dan banyak kendaraan yang menjadi tidak beraturan karena

6

mereka ingin segera menuju suatu tempat. Dampak dari kemacetan ada beberapa

hal, seperti menimbulkan polusi udara, polusi suara / kebisingan yang dapat

menyebabkan gangguan iritasi mata, sesak nafas, lemas, berkeringat. Terjadinya

kemacetan dikarenakan jumlah pertumbuhan kendaraan di Semarang yangterus

meningkat dengan Pesat (Widyawati, 2011:120).

Berdasarkan data dari Kepolisian Wilayah Kota Besar Semarang, jumlah

kendaraan bermotor di Kota Semarang hingga akhir tahun 2008 mencapai 919.699

unit, yang terdiri atas 763.748 kendaraan roda dua. Jumlah itu terus bertambah

dibandingkan sebelumnya, yaitu 867. 901 unit kendaraan pada tahun 2007 serta

810.034 unit di tahun 2006. Jumlah kendaraan bermotor yang dihimpun dari

Samsat Semarang I, II, dan III selama tahun 2012 mencapai 647.292 unit.

Dibandingkan 2011, peningkatan kendaraan roda dua dan empat sebesar 48.329

unit atau 6,01%. Pada 2011 jumlah kendaraan ada 804.167 unit (Suara Merdeka,

2013). Pada tahun 2014 ini jumlah pengendara sepeda motor di indonesia

mencapai 86,253 juta unit di seluruh Indonesia ( Kepala Korps Lalu Lintas

Kepolisian Negara Republik Indonesia, Inspektur Jenderal Polisi Pudji Hartanto).

Dalam berkendara ada aturan/etika yang harus ditaati oleh pengendara di sebut

peraturan rambu-rambu lalu lintas. Di indonesia tata cara berlalulintas di atur pada

UU no 22 tahun 2009. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang pesat tidak

diimbangkan dengan penambahan ruas jalan menyebabkan semakin meningkatnya

tingkat kepadatan dan kemacetan lalu lintas. Kepadatan lalu lintas tak hanya

terjadi ketika arus mudik ataupun saat liburan panjang, namun terjadi hampir di

setiap harinya. Jika hal ini terjadi terus-menerus akan mengganggu aktivitas para

7

penggendara kendaraan, seperti sering terlambat masuk kantor, dan untuk siswa

akan sering terlambat masuk sekolah. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada

psikis seseorang jika tidak dapat mengontrol dirinya ketika dihadapkan dengan

fenomena ini. Individu yang tidak dapat mengontrol dirinya akan mengalami

stres.

Wawancara dilakukan dengan tujuan menambah data penelitian. Peneliti

mengambil 3 subjek sebagai sampel dari wawancara ini. Dalam wawancara ini

terdapat 3 pertanyaan yang ditanyakan kepada subjek penelitian secara langsung.

Wawancara yang dilakukan berbentuk wawancara tersturktur. Dari hasil

wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti ditemukan hasil : Pertanyaan

pertama : kedua subjek menyatakan bahwa ketika terjebak di kemacetan mereka

mengalami stress dilihat dari aspek intektual, pengandara motor lebih memilih

untuk melewati trotoar, celah-celah sempit kendaraan lainnya. 1 dari 2 subjek

mengatakan bahwa alasan mereka melakukan hal tersebut karena berada pada

situasi susah berkonsentrasi/pikiran kacau dan mudah lupa yang mengakibatkan

pengendara kurang nyaman serta terburu-buru yang mengakibatkan stres.

Pertanyaan kedua : kedua subjek menyatakan bahwa yang dilakukannya salah

tetapi mereka tetap memperhatikan keselamatan meskipun itu berbahaya dan

menyimpang dari aturan yang ada yang mengakibatkan pengendara stres.

Pertanyaan ketiga : kedua subjek mengatakan pengendara mulai stres terlihat dari

emosional dengan keadaan macet serta tidak memperhatikan marka dan rambu-

rambu jalan ketika terjadi macet.

8

TEMPO.CO, Washington: Sering terjebak kemacetan hingga membuat stres

ternyata dapat berdampak fatal pada kesehatan mental. Berdasarkan penelitian

profesor psikologi dan perilaku sosial, Susan Charles, ketegangan yang dialami

tiap hari karena macet bisa membuat iritasi kejiwaan hingga akhirnya

menimbulkan gangguan mental yang parah. Dalam penelitiannya, Charles

menemukan stres akibat kemacetan dapat memicu perseteruan dengan pasangan,

konflik di tempat kerja; tekanan psikologi, kecemasan, serta gangguan suasana

hati. "Gangguan ini dapat timbul 10 tahun kemudian," kata Charle (seperti yang

dikutip Mail Online, Kamis, 4 April 2013). Mengantisipasi dampak negatif itu,

Charles menyarankan masyarakat dapat mengelola emosi kala menghadapi

kemacetan, kata dia menjaga kepala tetap dingin dalam menghadapi situasi stres

sehari-hari sama pentingnya dengan diet sehat dan olahraga rutin.

Teori stres lingkungan, pada dasarnya individu cenderung merasa tidak

nyaman terhadap stimulus tidak nyaman yang diterima melalui lingkungan. Selye

(2012; dalam Zulrizka, hlm.49) menjelaskan proses stres dari kajian fisiologis.

Ketika seorang berinteraksi dengan stimulus lingkungan yang menimbulkan stres

bagi seseorang maka di dalam dirinya akan muncul gejala-gejala saraf otonom

yang meningkat, seperti meningkatnya denyut nadi, tekanan darah, berkeringat,

cemas. Dampak yang di rasakan pada individu akan memunculkan perilaku yang

akan diambil oleh individu ketika terjebak dalam kemacetan. Individu dapat

mencerna suatu stresor/stimulus menjadi perilaku tertentu.

Definisi stres secara umum menurut Baum (1990) dalam (Halim, 1995:219)

menjelaskan stress dapat didefinisikan sebagai pengalaman negatif, emosional

9

disertai biokimia, fisiologis, kognitif dan perilaku perubahan yang diarahkan baik

kearah mengubah stress. Shelley (1995:219) mengutarakan stres adalah

konsekuensi dari proses penilaian seseorang, apakah penilaian sumber daya

pribadi yang cukup untuk memenuhi tuntutan lingkungan. Stres muncul karena

stres itu hasil dari proses menilai (seperti, yang berbahaya, mengancam atau

menentang).

Berdasarkan dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa stres

merupakan suatu kondisi pada individu yang tidak menyenangkan dimana dari hal

tersebut dapat menyebabkan terjadinya tekanan fisik maupun psikologis pada

individu. Kondisi yang dirasakan tidak menyenangkan itu disebabkan karena

adanya tuntutan-tuntutan dari lingkungan yang dipersepsikan oleh individu

sebagai sesuatu yang melebih kemampuan nya atau sumber daya yang

dimilikinya, karena dirasa membebani dan merupakan suatu ancaman bagi

kesejahteraannya.

Kondisi dari stres memiliki dua aspek: fisik/biologis (melibatkan materi atau

tantangan yang menggunakan fisik) dan psikologis (melibatkan bagaimana

individu memandang situasi dalam hidup mereka). Tingkat stres yang tinggi yang

berkelanjutan mempunyai berbagai dampak.baik secara fisik, psikis, maupun

prilaku. Dampak stress di bagi dua yaitu dampak yang bersifat positif dan dampak

yang bersifat negative. Stres dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang

berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan

emosional. Stres dapat menggangu cara seseorang dalam menyerap realitas,

menyelesaikan masalah, berfikir secara umum dan hubungan seseorang dan rasa memiliki.

10

Terjadinya stres dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stressor. Stressor

ialah stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor secara

umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal atau eksternal. Stressor

internal berasal dari dalam diri seseorang (mis. Kondisi sakit, menopause, dll). Stresor

eksternal berasal dari luar diri seseorang atau lingkuangan (mis. Kematian anggota

keluarga, masalah di tempat kerja). Dengan intensitasnya berada dalam situasi

kepadatan lalu lintas dan kemacetan yang sering terjadi khususnya di wilayah

Semarang Timur. Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan, saya tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “STRES PENGENDARA MOTOR PADA

KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA SEMARANG”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran stres pengendara motor pada kemacetan lalu lintas di

kota Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah : untuk mengetahui stres pengendara motor pada kemacetan

lalulintas di kota Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapan bermanfaat sebagai studi dalam rangka

mengembangkan ilmu yang telah didapat, khususnya ilmu Psikologi Sosial yang

11

mempelajari perilaku-perilaku masyarakat dalam hubungannya dengan

lingkungan sekitar.

1.4.2 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis berupa

gambaran mengenai stres pengendara motor pada kemacetan lalu lintas di kota

Semarang.

31

12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres

2.1.1 Pengertian Stres

Secara umum penyebab stres berasal dari dalam dan dari luar diri yaitu

faktor lingkungan. Stres merupakan fenomena yang sangat kompleks dan unik

sehingga banyak pakar berbeda-beda dalam memberikan definisi tentang

stress. Ada orang yang mempunyai kemampuan mengendalikan beban kerja

mereka sendiri dan menangani frustasi tanpa menimbulkan marah, gelisah dan

depresi, namun ada pula yang sebaliknya. Karena setiap individu mempunyai

perilaku yang berbeda-beda, maka untuk mempelajari bagaimana sebenarnya

stres itu bekerja.

Istilah stres dan depresi seringkali tidak dapat dipisahkan satu dengan

lainnya. Setiap permasalahan kehidupan yang menimpa pada diri manusia

(disebut stresor psikososial) dapat mengakibatkan gangguan fungsi / faal

organ tubuh. Reaksi tubuh (fisik) ini dinamakan stres dan manakala fungsi

organ tubuh itu sampai terganggu dinamakan distres. Stress yang sering

disebutnya dengan gangguan jiwa merupakan suatu kesulitan yang dihadapi

oleh seseorang yang diakibatkan karena terdapat kesulitan dalam berhubungan

dengan orang lain yang disebabkan oleh persepsinya tentang kehidupan dan

sikapnya terhadap diri sendiri yang salah serta mempengaruhi emosi, proses

berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam

13

kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya yang disebabkan

oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak

antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem

biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.

Secara psikologis, dalam kaitannya dengan stres kemacetan lalulintas,

terdapat tiga tipe kepribadian yang rawan stress, yang juga merupakan

karakteristik individu dengan sejalan dengan ciri individu dengan tipe

kepribadian yang rawan stress adalah sebagai berikut, pertama dalam

kaitannya dengan kemacetan lalulintas, individu yang sangat hati-hati akan

merasa kurang nyaman, gelisah dan tertekan karena apa yang telah

direncanakannya sebelum bepergian akan meleset, dan kondisi seperti ini

adalah hal yang stressful. Kedua, ketika mengalami kemacetan, terutama yang

tidak diprediksikan sebelumnya, individu seperti ini akan mudah merasa

cemas, resah, dan bahkan panik ketika kemacetan menghalangi apa

direncanakannya. Selanjutnya yang ketiga orang yang temperamental, masalah

kecil bisa berakibat besar karena kecenderungannya yang mudah meledak-

ledak akibatnya banyak orang yang tertekan dan akhirnya bereaksi negatif.

Stres adalah respon fisiologis, psikologis, dan perilaku dari seseorang

untuk mencari penyesuaian terhadap tekanan yang sifatnya internal maupun

eksternal. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan rohani di

bagi dua yaitu dampak yang bersifat positif dan dampak yang bersifat negatife

sehingga perbuatan menjadi kurang terkontrol secara sehat.

14

Definisi Stres secara umum menurut Baum (1990) dalam (Halim,

1995:219) menjelaskan stress dapat didefinisikan sebagai pengalaman negatif,

emosional disertai biokimia, fisiologis, kognitif dan perilaku perubahan yang

diarahkan baik kearah mengubah stress. Shelley (1995:219) mengutarakan

stres adalah konsekuensi dari proses penilaian seseorang, apakah penilaian

sumber daya pribadi yang cukup untuk memenuhi tuntutan lingkungan. Stres

muncul karena stres itu hasil dari proses menilai (seperti, yang berbahaya,

mengancam atau menentang).

Stella (1987:98) membahas mengenai stres umumnya timbul karena

pikiran dan tubuh bersama-sama membuat kesalahan yang sama, yang

disebabkan oleh aksi dan reaksi fisiologis yang mengacaukan hubungan antara

makhluk, sel-sel, jaringan organ dan sistem dalam tubuh. Iskandar

menjelaskan stress apabila ia telah melakukan penilaian kognitif yang tedapat

dalam dirinya. Apabila hasil penilaian kognitif menyatakan bahwa stimulus

lingkungan yang dihadapinya tidak berlangsung. Hal ini berarti bahwa tidak

muncul perasaan tegang dalam dirinya, sehingga kondisi psikologisnya

menjadi seimbang kembali.

Sarafino (2011:57) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi yang

disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang

menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi

dengan sumber daya sistem biologis, psikologis, dan sosial dari seseorang.

Sementara itu, Helmi (dalam Safaria dan Saputra, 2009:27)

memandang stres dari tiga komponen stres, yaitu stresor, proses (interaksi),

15

dan respons stres. Stresor adalah situasi atau stimulus yang mengancam

kesejahteraan individu. Respons stres adalah reaksi yang muncul, sedangkan

proses stres merupakan mekanisme interaktif yang dimulai dari datangnya

stresor sampai munculnya respons stres.

Berdasarkan dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa stres

merupakan suatu kondisi pada individu yang tidak menyenangkan dimana dari

hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya tekanan fisik maupun psikologis

pada individu. Kondisi yang dirasakan tidak menyenangkan itu disebabkan

karena adanya tuntutan-tuntutan dari lingkungan yang dipersepsikan oleh

individu sebagai sesuatu yang melebih kemampuan nya atau sumber daya

yang dimilikinya, karena dirasa membebani dan merupakan suatu ancaman

bagi kesejahteraannya.

2.1.2 Stressor

Stressor adalah penyebab yang nyata, sementara stress adalah respons.

Sekali tubuh mengenali kehadiran sebuah stressor, maka tubuh akan mulai

bertindak melindungi diri. Sebagai jawaban atas suatu stressor tubuh

melakukan dua jenis mekanisme, yaitu menghadapi atau melarikan diri dari

stressor (Halim, 2008:179).

2.1.3 Faktor Penyebab Stres

Brench Grand (dalam Liftiah, 2013:71) menyebutkan stres ditinjau dari

penyebabnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Stres karena penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam

kehidupan, seperti kematian, perceraian, pensiun, luka batin, kebangkrutan.

16

b. Stres karena penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari,

seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan.

Umumnya, stres disebabkan oleh adanya masalah yang belum dapat

diselesaikan. Masalah yang muncul seringkali disebabkan oleh adanya

kesalahan diri atau kesalahan lingkungan yang mempengaruhinya. Kesalahan

lingkungan ada yang dapat dikendalikan dan ada pula yang tidak dapat

dikendalikan. Kesalahan lingkungan yang tidak dapat dikendalikan tidak akan

mudah diselesaikan, dan untuk menyelesaikannya diperlukan kerjasama

dengan banyak pihak yang mempunyai perasaan, harapan, solusi dan

sudutpandang yang sama.

Manusia, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari kelompok,

masyarakat, bangsa dan negara, pasti akan melakukan interaksi, baik antar

sesama maupun dengan lingkungan. Dalam melakukan interaksi, banyak

sekali yang diharapkan dan yang dicita-citakan, akan tetapi segala impian, dan

opsesi setiap manusia tidak selamanya terlaksana. Stres disebabkan oleh

banyak faktor yang disebut dengan stressor. Penyebab stres (stressor)

dinyatakan bahwa faktor penyebab stres atau kegoncangan jiwa dapat

dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu: pertama sebab dari dalam dan

kedua, sebab dari luar.

2.1.4 Gejala-gejala Stres

Shelley (1995:223) Gejala-gejala perilaku dari stres adalah: meningkatnya

kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-

17

hati dan berjudi, meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas,

menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman.

Pengalaman stres sangat individual. Stres yang luar biasa untuk satu orang

tidak semestinya dianggap sebagai stres oleh yang lain. Demikian pula, gejala

dan tanda-tanda stres akan berbeda pada setiap individu. Kriteria gejala-gejala

stress, antara lain :

a. Gejala fisikal

Sakit kepala, pusing, pening. tidur tidak teratur, insomania atau susah

tidur, bangun terlalu awal, sakit punggung, terutama bagian bawah ,mencret-

mencret dan radang usus besar, sulit buang air besar, sembelit. gatal – gatal

pada kulit. urat-urat tegang terutama leher dan bahu, keringat berlebih,

terganggu pencernaan atau bisulan, tekanan darah tinggi atau serangan

jantung, berubah selera makan, lelah atau kehilangan daya energy, bertambah

banyak melakukan kekeliruan dan kesalahan dalam kerja dan hidup.

b. Gejala emosional

Gelisah dan cemas, sedih, depresi, mudah menangis, merasa jiwa dan hati

atau mood berubah-ubah dengan cepat, mudah panas dan marah, gugup, rasa

harga diri menurun dan merasa tidak aman, rasa harga diri menurun dan

merasa tidak aman, marah-marah, gampang menyerang orang dan bersikap

bermusuhan, emosi mengering kehabisan sumber daya mental (burn out).

c. Gejala Kognitf/Intelektual

Susah berkonsentrasi dan memusatkan pikiran, sulit mengambil keputusan,

mudah terlupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun secara

18

berlebihan, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja, kehilangan rasa humor

yang sehat, produktifitas atau prestasi kerja menurun, mutu kerja yang rendah.

d. Gejala Interpersonal

Kehilangan kepercayaan terhadap orang lain., mudah mempermasalahkan

orang lain., mudah membatalkan janji atau tidak memenuhi perjanjian, suka

mencari–cari kesalahan orang lain atau menyerang orang dengan kata-kata,

mengambil sikap terlalu membentengi dan mempertahankan diri, membiarkan

orang lain.

2.1.5 Dampak Stres

Stella (1987:98) kondisi dari stres memiliki dua aspek: fisik/biologis

(melibatkan materi atau tantangan yang menggunakan fisik) dan psikologis

(melibatkan bagaimana individu memandang situasi dalam hidup mereka).

Tingkat stres yang tinggi yang berkelanjutan mempunyai berbagai

dampak.baik secara fisik, psikis, maupun prilaku. Dampak stress di bagi dua

yaitu dampak yang bersifat positif dan dampak yang bersifat negatif.

Stres dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan

apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat

menggangu cara seseorang dalam menyerap realitas, menyelesaikan masalah,

berfikir secara umum dan hubungan seseorang dan rasa memiliki. Terjadinya stress

dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stressor, stressor ialah stimulus

yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor secara umum dapat

diklasifikasikan sebagai stressor internal atau eksternal. Stressor internal berasal

dari dalam diri seseorang (mis. Kondisi sakit, menopause, dll). Stressor eksternal

19

berasal dari luar diri seseorang atau lingkuangan (mis. Kematian anggota keluarga,

masalah di tempat kerja).

2.1.6 Reaksi Stres

Taylor (dalam Liftiah, 2013:69), menyatakan stres dapat menghasilkan

berbagai respon. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa respon-respon

tersebut dapat berguna sebagai indikator terjadinya stres pada individu dan

mengukur tingkat stres yang dialami individu. Respon stres dapat terlihat dari

berbagai aspek berikut:

a. Respon fisiologis, ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak

jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.

b. Respon kognitif, terganggunya proses kognitif individu, seperti pikiran

menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran

tidak wajar.

c. Respon emosi, muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin

dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dsb.

d. Respon tingkah laku/perilaku, yaitu melawan situasi yang menekan, dan

dimana menghindari situasi yang menekan (seperti mabuk, frekuensi merokok

meningkat, ataupun mengindar bertemu dengan teman).

Menurut Helmi (dalam Safaria dan Saputra, 2009:29) terdapat empat

macam reaksi stres, yaitu reaksi psikologis, fisiologis, kognitif, dan perilaku.

Keempat macam reaksi ini dalam perwujudannya dapat bersifat positif, tetapi

dapat juga berwujud negatif. Reaksi yang bersifat negatif antara lain sebagai

berikut:

20

a. Reaksi psikologis, lebih dikaitkan pada aspek emosi, seperti mudah marah,

sedih, ataupun mudah tersinggung.

b. Reaksi fisiologis, muncul dalam bentuk keluhan fisik, seperti pusing, nyeri

tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di kulit, ataupun

rambut rontok.

c. Reaksi kognitif, tampak dalam gejala sulit berkonsentrasi, mudah lupa,

ataupun sulit mengambil keputusan.

d. Reaksi perilaku, tampak dari perilaku-perilaku menyimpang, seperti mabuk,

frekuensi merokok meningkat, ataupun mengindar bertemu dengan teman.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa berbagai

macam bentuk respon stres adalah respon fisiologis, respon psikologis/emosi,

respon kognitif, dan respon tingkah laku/perilaku.

2.1.7 Tahapan-tahapan Stres

Shelley (1995:221) Stres tidak timbul secara mendadak, melainkan

secara perlahan dan bertahap. Banyak orang yang tidak mengetahui kapan

mulai timbulnya stres itu. Sering kali orang tidak menyadari dirinya sudah

terjangkiti stres. Namun dari hasil pengamatan para ahli jiwa, mereka

membagi stres itu ke dalam enam tahapan. Setiap tahapan mempunyai gejala-

gejala yang dapat dirasakan oleh orang yang bersangkutan. Hal ini sangat

berguna bagi seseorang yang ingin mengenali stres secara dini sebelum

memeriksakan diri ke dokter atau ahli jiwa.

21

2.2 Kemacetan Lalulintas

2.2.1 Pengertian Kemacetan Lalulintas

Sebelum membahas tentang pengertian kemacetan lalu lintas, sebaiknya

kita pelajari terlebih dulu pengertian dari kemacetan lalu lintas itu sendiri yang

diatur dalam UU RI Nomor 22 Tahun 2009, lalu lintas didefinisikan sebagai gerak

kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan sedangkan yang dimaksud dengan

ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah

kendaraan, orang, dan barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung.

Kemacetan lalu lintas bisa dikatakan kepadatan lalu lintas. Kepadatan (crowding)

adalah suatu kepadatan yang dirasakan oleh seseorang dan bersifat psikologi

(Iskandar, 2012: 133).

Jadi, Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan

terhentinya lalulintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi

kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang

tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak

seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk.

Kemacetan lalulintas sangat sulit untuk dihilangkan, paling tidak hanya dapat

dikurangi kepadatannya. Hal ini disebabkan karena kemacetan lalu lintas

dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan satu sama lainnya. Letak

geografis suatu daerah salah satunya. Untuk mengatasi atau paling tidak

mengurangi kemacetan lalu lintas perlu kita ketahui terlebih dahulu hal-hal yang

menjadi penyebab timbulnya kemacetan lalu lintas, apa dampak negatif yang

22

timbul akibatnya dan bagaimana upaya yang dapat kita lakukan bersama agar

dapat mengurangi terjadinya kemacetan lalu lintas tersebut.

2.2.2 Faktor-faktor penyebab kemacetan

(Widyawati, 2011) Beberapa uraian diatas dapat ditarik faktor-faktor

penyebab terjadinya kemacetan lalu lintas antara lain :

1. Arus kendaraan yang melewati jalan tersebut telah melampaui kapasitas

jalan tersebut

2. Terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan tersebut sehingga menimbulkan

rasa ingin tahu warga yang menyebabkan warga berkerumun memadati

jalan atau kendaraan yang terlibat kecelakaan yang belum dibersihkan atau

disingkirkan dari badan jalan.

3. Adanya perbaikan jalan

4. Adanya bagian jalan yang rusak atau longsor

Fenomena kemacetan sering terjadi diperkotaan. Tidak jarang pada jam-

jam sibuk sering terjadi kepadatan lalu lintas yang dapat mengakibatkan

kemacetan. Adapun kemacetan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor yaitu:

1. Banyak pengguna jalan yang tidak tertib sehingga mengganggu kelancaran

lalu lintas.

2. Pemakai jalan melawan arus sehingga dapat menggangu kelancaran arus

dari lawan arah.

3. Kurangnya petugas dalam mengawasi lalu lintas pada jalur rawan macet.

4. Persimpangan jalan yang tidak dikendalikan dengan rambu-rambu lalu

lintas.

23

5. Adanya kendaraan yang parkir di badan jalan menyebabkan penyempitan

jalan.

6. Halte bus yang seharusnya digunakan untuk menaik turunkan penumpang

tetapi di gunakan untuk menunggu penumpang.

7. Pada daerah rawan banjir sering terjadi genangan yang tinggi sehingga air

dapat masuk kekendaraan bermotor yang dapat mengakibatkan

kemogokan pada kendaraan.

2.2.3 Dampak Kemacetan Lalulintas

Kemacetan lalu lintas sangatlah tidak disukai oleh semua masyarakat,

karena kemacetan dapat menyebabkan banyak kerugian terhadap para pengguna

jalan. Dampak kemacetan lalu lintas antara lain adalah pemborosan BBM,

pemborosan waktu serta menimbulkan polusi udara. Pemborosann BBM terjadi

karena kemacetan menyebabkan kendaraan menjadi terhambat sehingga terjadi

pembakaran yang tidak efektif.

Jadi, dampak yang ditimbulkan oleh kemacetan lalu lintas sangat banyak.

Selain kerugian waktu dan biaya, kemacetan lalu lintas juga dapat menyebabkan

stress dan menimbulkan emosi, pemborosan energy, meningkatkan polusi udara.

Akibatnya pekerjaan pun menjadi terganggu. Kadang-kadang akibat terburu-buru

akan terjadi kecelakaan yang dapat mengancam nyawa para pengguna jalan.

Kemacetan juga menyebabkan laju kendaraan menjadi lambat dan

pembakaran pun menjadi lama, pembakaran yang lama akan menghasilkan

karbondioksida sehingga akan menimbulkan polusi udara yanng semakin banyak.

Karbondioksida mengandung racun yang dapat mengganggu kesehatan

24

masyarakat sehingga produktivitas menurun. Bila produktivitas menurun maka

perekonomian juga akan terganggu.

(http://sharp-cherryblossom.blogspot.co.id/2014/05/makalah-masalah-kemacetan-

dan-solusi.html)

2.2.4 Perilaku Stres yang Muncul dalam Keadaan Macet

Stres juga bisa memicu seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan

tidak sehat. Jika terlalu lama mengalami stres bisa berefek buruk bagi kesehatan.

Orang yang mengalami stres berat bisa menjadi depresi. Stres berat akan

mengganggu kemampuan kita untuk mengatur emosi, sehinga tidak terkendali

tindakan yang tidak terkendali saat stres. Ketidaknyamanan dalam berkendara

yang mengalami kemacetan menimbulkan dampak dampak negative pada para

pengendara yang melintasi jalanan yang tidak lancar (macet). Kemacetan

membuat pengendara menempuh waktu lebih lama dari sewajarnya, sehingga

mengalami keterlambatan untuk sampai ditempat tujuan. Ketidaknyamanan dalam

kemacetan juga menimbulkan stres pada pengendara yang terjebak dalam

kemacetan (Metalia, 2011:1-2).

2.2.5 Solusi Permasalahan Kemacetan

Guna mengatasi kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas kendaraan

bermotor perlu ditempuh berbagai upaya (program aksi), yaitu :

1.Menerapkan manajemen lalu lintas (traffic management) yang tepat dan efektif.

Manajemen lalu lintas bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan

kelancaran lalu lintas. Manajemen lalu lintas meliputi:

a. Kegiatan perencanaan lalu lintas

25

Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi dan evaluasi

tingkat pelayanan. Maksud inventarisasi antara lain untuk mengetahui

tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan persimpangan. Maksud

tingkat pelayanan dalam ketentuan ini adalah merupakan kemampuan ruas

jalan dan persimpangan untuk menampung lalu lintas dengan tetap

memperhatikan faktor kecepatan dan keselamatan.

b. Kegiatan pengaturan lalu lintas

Kegiatan pengaturan lalu lintas meliputi: penataan sirkulasi lalu lintas,

penentuan kecepatan minimum dan maximum, larangan atau perintah

penggunaan jalan bagi pemakai jalan.

2.Menyediakan dan mengoperasikan angkutan massal/umum perkotaan yang

berkapasitas mencukupi dan dikelola secara profesional.

3. Membangun ketersediaan prasarana perkotaan yang berkapasitas yang mampu

melayani lalu lintas secara lancer

4.Menerapkan strategi kebijakan transportasi perkotaan yang komprehensif,

akomodatif dan berwawasan masa depan.

(http://sharp-cherryblossom.blogspot.co.id/2014/05/makalah-masalah-kemacetan-

dan-solusi.html)

2.3 Stres Pengendara Motor pada Kemacetan Lalulintas

Stres adalah respon fisiologis, psikologis, dan perilaku dari seseorang

untuk mencari penyesuaian terhadap tekanan yang sifatnya internal maupun

eksternal. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan rohani di bagi

26

dua yaitu dampak yang bersifat positif dan dampak yang bersifat negatife

sehingga perbuatan menjadi kurang terkontrol secara sehat. Stress merupakan

reaksi awal dari penyesuaian diri terhadap lingkungan yang berubah secara drastis

yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan.

Beberapa penyebab stres (stressor) bisa bersumber dari masalah

kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketidak harmonisan rumah tangga, kehidupan

kota yang sumpek (berisik, polusi, kepadatan), beban studi dan pekerjaan, atau

kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Bisa juga berasal dari kejadian-

kejadian spesifik, yang menguntungkan maupun yang tidak. Apakah itu

perubahan hidup (pernikahan, pindah sekolah, pindah tempat, pindah kerja, atau

kematian anggota keluarga) atau kecelakaan (yang menimbulkan perubahan fisik)

Gejala fisik stress dapat berupa nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering,

tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, mencret, sembelit, letih yang tidak

beralasan, sakit kepala, dan salah urat.

Gejala-gejala yang berwujud perilaku misalnya perasaan bingung, cemas,

sedih, jengkel, salah paham, tak berdaya, tak mampu berbuat apa-apa, gelisah,

gagal, merasa tidak menarik, kehilangan semangat. Bisa juga berupa kesulitan

dalam konsentrasi, berpikir jernih dalam membuat keputusan. Bahkan, sampai

pada hilangnya kreativitas, gairah dalam penampilan, dan minat terhadap orang

lain. Tipe kepribadian yang rawan stres adalah orang yang sangat hati-hati, orang

yang pencemas, orang yang kurang percaya diri, dan orang yang temperamental.

Selain itu ada beberapa pola reaksi yang merupakan pintu masuknya stress yang

negatif yaitu kejengkelan, marah dan agresi, kegelisahan, depresi, suasana hati

27

yang cepat berubah, dan menarik diri. Stres yang negatif tidak akan mengidap

orang-orang yang punya kecerdasan emosional dan spiritual yang baik. Sebab,

orang yang cerdas secara emosional punya kemampuan untuk mengendalikan diri,

semangat dan ketekunan. Ia juga mampu memotivasi diri sendiri dan bisa

bertahan menghadapi frustasi serta sanggup mengendalikan dorongan hati dan

emosi.

Fenomena stress di kalangan pengendara bermotor merupakan salah satu

topik yang sering menjadi bahan kajian banyak faktor yang boleh menyebabkan

seseorang pengendara mengalami stress seperti lingkungan, persaingan kerja,

hubungan interpersonal. Stres masih tidak boleh dipisahkan dengan kehidupan

sehari-hari pengendara bermotor yang berupaya berhadapan dengan stres tanpa

mengalami aspek fisikal, mental atau emosi yang negatif akan memotivasi diri.

Stres yang melebihi pada tahap tertentu sekiranya tidak dikawal akan

mewujudkan berbagai masalah kepada setiap individu. Kebiasaanya stress akan

dialami dalam berbagai keadaan seperti rasa kesunyian, kurang tidur, keresahan,

kebimbangan yang tinggi serta simptom-simptom fisiologi yang ditujukkan kesan

daripada sesuatu peristiwa yang dialami. Demikian stress boleh menyebabkan

kehidupan dan pergaulan seharian seseorang memberi dampak negatif terhadap

tahap interaksi sosial. Stres dilihat dari aspek negatif atau tekanan yang terlalu

tinggi boleh mendatangkan kesan negatif terhadap pencapaian seseorang

pengendara bermotor (Tondok, 2009).

28

2.4 KERANGKA BERPIKIR Berikut terpampang bagan dan penjelasan deskriptif daripada proses

kerangka berpikir:

Stres pengandara motor dimunculkan oleh tiap individu yang berbeda.

Maka dari itu dalam kondisi macet, individu akan dihadapkan oleh empat pilihan

fisikal, emosional, intektual/kognitif dan inperpersonal. Kemacetan merupakan

sumber yang dapat menimbulkan stres ketika menghadapi kemacetan. Individu

yang dilihat dari kondisi fisikalnya merasakan pusing/sakit kepala, tekanan darah

naik dan mudah lelah, individu yang dilihat dari segi emosionalnya biasanya

individunya mudah gelisah/cemas, mudah tersinggung dan marah. Sedangkan

Stres pengendara

motor pada

kemacetan lalulintas

Fisikal

Emosional

Interpersonal

Intelektual/

Kognitif

Pusing/sakit

kepala, tekanan

darah naik dan

mudah lelah.

Gelisah/cemas,

mudah tersinggung,

mudah marah.

Mudah lupa, pikiran

kacau

Menyalahkan

orang lain,

menyerang orang

dengan kata-kata,

suka mendiamkan

orang lain

29

individu yang dilihat dari segi kognitif/intelektual biasanya individu ini lebih ke

pikirannya seperti mudah lupa dan pikiran kacau. Dan individu yang dilihat dari

segi intelektualnya individu ini lebih menyalahkan orang lain yang ada

disekitarnya.

31

64

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan dari 100 subjek pengendara motor pada

kemacetan lalulintas di kota Semarang sebagian besar subjek memiliki stres pada

situasi kemacetan lalulintas termasuk dalam kriteria sedang sebesar 86%. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam kondisi macet terdapat pengendara motor yang

mengalami stres.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti

mengajukan saran-saran sebagai berikut :

5.2.1 Bagi Pengendara Sepeda Motor

Bagi pengendara motor diharapkan ketika berkendara agar tidak

menimbulkan stres pada kemacetan lalulintas. Peraturan di buat untuk

mempermudah jalannya lalu lintas yang ada, jika kita tertib maka perjalanan akan

berjalan dengan lancar.

5.2.2 Bagi Pihak yang Berwajib

Bagi para anggota Kasatlantas yang bertanggung jawab mengurai

kemacetan yang ada jalan di harapkan dapat memberikan solusi yang efektif untuk

mengurai kemacetan ketika terjadi kemacetan.

65

5.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar lebih mengembangkan variabel-variabel lain

yang bisa di kaitkan dengan variabel dalam penelitian ini sehingga dapat

menambah wawasan bagi orang lain dan dapat mengembangkan ilmu di bidang

psikologi sosial lingkungan. Apabila ingin meneliti pengendara motor diharapkan

untuk berhati-hati ketika menyebar skala dijalan. Mintalah bantuan pada pihak

yang berwenang sehingga dapat mempermudah untuk memberikan pengarahan

kepada calon subjek.

66

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka pelajar.

Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Daniel Stokols, Raymond W. Novaco, Jeannette Stokols, and Joan Campbell.

Traffic Congestion, Type A Behavior, and Stress. Journal of Applied Psychology 1978, Vol. 63, No. 4, 467-480

DK, Halim. 2008. Psikologi Lingkungan Perkotaan. Jakarta : Bumi Aksara.

Entec UK. 2002. Limited for the Health and Safety Executive and Scottish Executive. Skotlandia

Gerald Matthews, L. A. (1999). Age and Gender Differences in Stress Responses

During Simulated Driving. Proquest Psychology Journals.

Izkandar, Zulrizka. 2012. Psikologi Lingkungan. Bandung : Refika Aditama.

John M. Houston, P. B. (2003). The Aggressive Driving Behavior Scale: Developing

a Self-Report Measure of Unsafe. North American Journal of Psychology, 5.

Liftiah. 2013. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta : Deepublish.

Metalia, Yundia. 2011. Stress Yang Dialami Pengendara Laki-laki dan Perempuan

Saat Macet. Jakarta. Jurnal Psikologi, Mei 22, 2011.

Purwanto, Edy. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Semarang : CV. Swadya

Manunggal.

Safaria, T dan Saputra, N. E. 2009. Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta : Bumi

Aksara.

67

Sarafino, Edward P. Dan Smith, Timothy W. 2011. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Shelley E. Taylor. 1995. Health Psychology. Mc.Grow-Hill Internasional Editions

Psychology Series.

Stella. 1987. Stress. Jakarta : Erlangga.

Sugiyono. 2011. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta

Tondok, Marselius Sampe. 2009. Stress Kemacetan Lalu-Lintas: Bagaimana

Mengatasinya?. Surabaya : Harian Surabaya Post.

Walgito, Bimo . 2003. Psikologi Sosial ( Suatu Pengantar). Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Walgito, Bimo . 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Widyawati, Boediningsih. 2011. Dampak Kepadatan Lalu Lintas Terhadap Polusi

Udara Kota Surabaya. Jurnal Fakultas Hukum, Vol XX, No. 20, April 2011.

Sumber Internet :

http://sharp-cherryblossom.blogspot.co.id/2014/05/makalah-masalah-kemacetan-dan-

solusi.html

http://www.psikologiku.com/pengertian-stress-menurut-para-ahli-psikologi/

http://dedeh89-psikologi.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-stress.html

http://gaya.tempo.co/read/news/2013/04/05/060471324/stres-kala-macet-picu-

gangguan-mental

https://www.academia.edu/5273479/Psikologi