stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

51
MAKALAH PERILAKU ORGANISASI STRES PEKERJAAN OLEH : KELOMPOK VII 1. WA SALFIA (14 320 068) 2.YUYUN (14 320 069) 3.HARIATI (14 320 072) 4. NOORFIDA RATNA DILLA (14 320 073) 5.MUH. IKRAM (11 320 042)

Upload: fhia-alisya

Post on 14-Apr-2017

57 views

Category:

Business


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

STRES PEKERJAAN

OLEH : KELOMPOK VII

1. WA SALFIA (14 320 068)

2. YUYUN (14 320 069)

3. HARIATI (14 320 072)

4. NOORFIDA RATNA DILLA (14 320 073)

5. MUH. IKRAM (11 320 042)

FAKULTAS EKONOMIPRODI AKUNTANSI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDINBAUBAU

2016

Page 2: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi
Page 3: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan

makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak

akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Stres

Pekerjaan” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah

ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri

penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama

pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Stres Pekerjaan”. Walaupun makalah ini

mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Baubau, 31 Maret 2016

Penulis

Page 4: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2

C. Tujuan................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Stres Pekerjaan................................................................. 3

B. Kategori Stres Pekerjaan................................................................... 4

C. Sumber-Sumber Stres Pekerjaan........................................................ 5

D. Mengatasi Stres Pekerjaan................................................................ 16

E. Gejala-Gejala dan Dampak Stres....................................................... 22

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................ 27

B. Saran.................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami

stres. Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial-ekonominya saja tetapi juga

dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu sulit serta keadaan sekitar yang penat juga akan

dapat menyebabkan sters dalam bekerja.

Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam

kehidupannya padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut

kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar

terjaminnya keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja. Apabila seseorang yang

mengalami stres melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam

bekerja.

Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga harus stabil

agar terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang

terjadi. Jadi kita harus benar-benar memperhatikan secara lebih baik lingkungan yang

dapat mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat dicegah.

Namun tidak dapt dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pasti akan terjadi pada setiap

karyawan/pekerja. Mereka mengalami stres karena pengaruh dari pekerjaan itu sendiri

maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang mengalami stres dalam bekerja tidak

akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.disinilah muncul peran dari

perusahaan untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stres) yang dialami oleh

pekerjanya. Dalam hal ini perusahaan dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi

pekerja tersebut serta tidak mengurangi kinerja karyawan tersebut.

Melihat kejadian stres yang sering terjadi serta bagaimana penangannya yang

baik kami akan membahasanya dalam makalah ini agar kita bisa mengetahui bagaimana

stres dan penanggulangannya serta pencegahan stres itu terutama dalam bekerja.

Page 6: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam penulisan makalah ini

antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan stres pekerjaan?

2. Apa saja jenis-jenis stres?

3. Apa saja sumber-sumber stres pekerjaan?

4. Bagaimana cara mengatasi stres pekerjaan?

5. Apa saja gejala stres dan dampaknya?

C. Tujuan

Adapun beberapa tujuan yang ingin kami sampaikan dalam makalah ini adalah:

1. Untuk lebih mengerti mengenai stres pekerjaan.

2. Untuk memehami mengenai jenis-jenis stres.

3. Untuk mengetahui sumber-sumber stres pekerjaan.

4. Untuk mengetahui cara mengetasi stres pekerjaan.

5. Agar kita mengetahui apa saja gejala stres dan dampak yang dapat

ditimbulkan oleh stres tersebut.

.

Page 7: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Stres Pekerjaan

Menurut Charles D, Spielberger menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-

tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan

atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan

sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari

luar diri seseorang. Stres Kerja Stres adalah kondisi ketegangan yang mempengaruhi

emosi, proses pikiran, dan kondisi fisik seseorang, apabila stres ini terlalu besar maka

dapat mengancam kemampuan seseorang dalam menghadapi lingkungan.

Gibson et al mengemukakan bahwa stress kerja dikonseptualisasi dari beberapa

titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respon dan stres sebagai

stimulus-respon. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang menitikberatkan

pada lingkungan. Definisi stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatan yang

menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap stresor. Pendekatan ini

memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan

respon individu. Pendekatan stimulus-respon mendefinisikan stres sebagai konsekuensi

dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Stres dipandang tidak

sekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan stres merupakan hasil interaksi unik

antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu untuk memberikan

tanggapan.

Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan

dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses

psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan Hngkungan, situasi atau peristiwa yang

terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang, Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan

setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda.

Page 8: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting

diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya

stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis,

peningkatan ketegangan pada emosi, proses beriikir dan kondisi fisik individu. Selain

itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres

yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah

marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja

sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan alam masalah tidur.

Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan

kesamaan persepsi tentang batasan stres. Baron & Greenberg (dalam Margiati,

1999:71), mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang

terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa

mengatasinya. Aamodt (dalam Margiati, 1999:71) memandangnya sebagai respon

adaptif yang merupakan karakteristik individual dan konsekuensi dan tindakan

ekstcrnai, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik maupun psikologis.

Berbeda dengan pakar di atas, Landy (dalam Margiati, 1999:71) memahaminya

sebagai ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga

menimbulkan konsekuensi pcnting bagi dirinya. Robbins memberikan definisi stres

sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan

dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan

(Robbins dafam Dwiyanti, 2001:75).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah

dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan

dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi

pekerjaan.

B. Kategori Stress Kerja

Menurut Phillip L (dikutip Jacinta, 2002), seseorang dapat dikategorikan

mengalami stres kerja bila:

Page 9: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

1. Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan

tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan,

karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan

yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stress kerja.

2. Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu.

3. Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak untuk

menyelesaikan persoalan stres tersebut.

Secara umum, seseorang yang mengalami stres pada pekerjaan akan

menampilkan gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu : Physiological, Psychological

dan Behavior.

1. Physiological memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada metabolisme

tubuh, meningkatnya kecepatan detak jantung dan napas, meningkatnya tekanan

darah, timbulnya sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung.

2. Psychological memiliki indikator yaitu: terdapat ketidakpuasan hubungan kerja,

tegang, gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan dan sering menunda pekerjaan.

3. Behavior memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada produktivitas,

ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan, meningkatnya

konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi cepat, mudah gelisah

dan susah tidur.

C. Sumber-Sumber Stress Pekerjaan

Sumber stres kerja menurut Wilkinson dapat berasal dari lingkungan fisik

maupun mental / psikologis, Stressor fisik misalnya: kuman penyakit, kecelakaan, dan

kekurangan gizi sedangkan stressor mental berupa frustrasi, konflik sosial, tekanan dan

krisis. Cooper dan Marshall mengidentifikasikan 7 buah sumber stres kerja yang utama,

diantaranya: faktor yang melekat dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, hubungan-

hubungan dalam organisasi, pengembangan karir, struktur dan iklim organisasi,

hubungan perusahaan/organisasi dengan pihak luar, faktor yang ada dalam diri subyek.

Dari ketujuh sumber tersebut jelas berhubungan dengan organisasi, sedang sisanya

Page 10: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

merupakan kombinasi dan bersifat individu, tapi bila ditelusuri lebih jauh ternyata

faktor individu dan faktor organisasi merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan.

Faktor pemicu stres dapat berasal dari berbagai sumber, yang dapat

diklasifikasikan sebagaimana berikut ini.

1. Stressor Fisik-Biologis

Stressor fisik-biologis adalah faktor peicu stres yang berasal dari kondisi fisik-

biologis yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapan individu. Misalnya; penyakit

yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh,

wajah yang tidak cantik/ganteng, dan postur tubuh yang di persepsi tidak ideal (seperti

terlalu kecil, kurus, pendek, atau gemuk).

2. Stressor Psikologis

Stressor psikologis merupakan faktor penyebab stres yang berasal dari kondisi

kejiwaan (psikologis) yang tidak mampu menyesuaikan diri dan atau tidak dapat

menerima kenyataan. Misalnya; negative thingkingatau berburuk sangka, frustasi

(kekecewaan karena gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan), hasad (iri hati atau

dendam), dengki, sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik pribadi, dan keinginan

yang diluar kemampuan.

3. Stressor Sosial

Stressor Sosial adalah faktor pemicu stres yang berasal dari kondisi lingkungan

dan atau interaksi sosial.

a) Iklim kehidupan keluarga; hubungan antaranggota keluarga yang tidak harmonis

(broken home), perceraian, suami atau istri selingkuh, suami atau istri

meninggal, anak yang nakal (seperti : suka melawan kepada orang tua, sering

membolos dari sekolah, mengkonsumsi minuman keras, dan menyalah gunakan

obat-obatanterlarang), sikap dan perlakuan orang tua yang keras, salah seorang

anggota keluarga, mengidap gangguan jiwa, dan kesulitan ekonomi keluarga.

b) Factor pekerjaan; kesulitan mencari pekerjaan, pengangguran, kena PHK

(Pemutusan Hubungan Kerja), perselisihan dengan atasan, jenis pekerjaan yang

Page 11: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

ridak sesuai dengan minat dan kemampuan, dan penghasilan tidak sesuai dengan

tuntutan kebutuhan sehari-hari.

c) Iklim lingkungan; maraknya kriminalitas, tawuran antar pelajar, hargakebutuhan

pokok yang mahal, kurang tersedia fasilitas air bersih yang memadai,

kemarau panjang, udara yang sangat panas/dingin, suara bising, polusis udara,

lingkungan yang kotor atau kondisi perumahan yang buruk, kemacetan lalu

lintas, bertempat tinggal didaerah banjir atau rentan tanah longsor, serta situasi

kehidupan politik dan ekonomi yang tidak stabil.

Terkait dengan pembahasan tentang faktor-faktor yang menyebabkan stres

seperti telah dikemukakan di atas Greenwood III dan Greenwood Jr (1976: 52-109)

mengemukakan bahwa tubuh manusia merupakan sistem terbuka, yang dilengkapi

dengan mekanismehomeostatik, yaitu kecenderuangan untuk senantiasa memelihara

kestabilan organisme, terutama setelah organisme mengalami gangguan. Faktor-faktor

yang mengganggu kestabilan (stres) organisme berasal dari dalam maupun dari luar.

Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri organisme (faktor internal) adalah faktor

biologis dan faltor psikologis, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri organisme

(faktor eksternal) adalah faktor lingkungan.

1. Faktor Dalam (Internal)

a. Faktor Biologis

Stressor biologis meliputi faktor-faktor genetika, pengalaman hidup, ritme

biologis, tidur, makanan, postur tubuh, kelelahan, penyakit, dan abnormalitas adaptasi.

1) Faktor Genetika

Predisposisi biologis yang menyebabkan stres adalah faktor-faktor yang

berkembang sebelum kelahiran atau komposisi genetika. Dalam kenyataan semua

karakteristik biologis maupun mental setiap individu, trmasuk kekuatan dan

Page 12: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

kelemahannya dikontrol oleh instruksi-instruksi kode genetika tertentu dalam dirinya.

Faktor predisposisi lainnya yang menyebabkan stres adalah proses perkembangan dalam

kandungan. Apabila seorang ibu yang sedang mengandung suka mengkonsumsi

alkohol, obat-obatan (narkoba), racun, atau makanan yang menyebabkan alergi maka itu

semua akan merusak perkembangan bayi yang sedang dikandungnya. Kerusakan

perkembangan itu antara lain seperti; kelemahan tubuh, ketidakberfungsian organ, dan

tingkah laku abnormal.

2) Pengalaman Hidup

Setiap individu pasti memiliki sejarah kehidupan atau pengalaman hidup.

Pengalaman hidup merupakan proses transisi kehidupan individu mulai dari masa

anak sampai masa dewasa. Masa transisi ini melahirkan suasana krisis atau stress pada

diri individu. Contoh; suasana yang menimbulkan stress diantaranya : 1. Pada masa

anak : sakit demam, kecelakaan dan patah tulang, dan 2. Pada masa remaja: masalah

penyesuaian terhadap perkembangan perasaan independen dan fenomena kematangan

organ seksual.

3) Tidur

Setiap orang memiliki kebutuhan untuk tidur. Oleh karena itu, apabila ia

mengalami kurangtidur atau tidurnya kurang nyenyak maka akan berakibat kurang baik

bagi dirinya, seperti; tidak dapat berkonsentrasi, kurang semangat untuk melakukan

suatu kegiatan, mudah tersinggung dan mengalami gangguan halusinasi.

4) Diet

Diet dalah makanan (foods), atau vitamin sebagai nutrisi yang dibutuhkan tubuh.

Dalam hidupnya, setiap individu membutuhkan nutrisi yang seimbang yaitu:

karbohidrat, protein,vitamin, mineral dan air. Kekurangan atau kelebihan nutrisi

cenderung mempengaruhi proses metabolisme tubuh dan mengganggu kadar gula darah

yang normal sehingga menimbulkan stress pada diri individu karena mengganggu

mekanisme homeostatis tubuh. Diet yang melebihi batas, baik yang mengurangi atau

berlebihan sangat berkontribusi terhadap penyakit tertentu, seperti sakit hati (lever),

kanker, kegemukan, dan sakit jantung (stroke).

Page 13: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

5) Postur Tubuh

Postur tubuh merupakan fungsi dari kerangka dan perototan tubuh secara

keseluruhan. Postur tubuh yang kurang sempurna atau tidak normal dapat merintangi

keberfungsian sistem organ-organ tubuh. Selain itu, postur yang tidak sempurna ini

mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap suasana psikologis individu dan

kemampuan berhubungan sosialnya dengan orang lain. Seringkali postur tubuh ini

dipandang sebagai refleksi atau ekspresi dari sikap-sikap emosional tertentu, seperti :

postur tubuh yang baik merefleksikan sikap percaya diri dan ekstroversi, sedangkan

postur yang kurang baik merefleksikan sikap kurang percaya diri atau introversi.

6) Kelelahan (fatigue)

Kelelahan merupakan suatu kondisi di mana reseptor sensoris atau motor

kehilangan kemampuan atau kekuatan untuk merespons stimulus. Kelelahan dapat

disebabkan antara lain oleh faktor-faktor; merokok dan minuman keras yang berlebihan,

istirahat kurang, ketegangan otot yang terus menerus, anemia, sakit jantung,

atau penyakit tuberculosis. Kelelahan yang terus menerus dapat menyebabkan gangguan

tidur, ketegangan otot, kurang nafsu makan, dan berkurangnya fungsi postur untuk

melakukan suatu kegiatan.

7) Penyakit (Disease)

Penyakit merupakan suatu gangguan fungsi atau struktur tubuh yang

menyebabkan kegagalan dalam mencegah datangnya stressor. Kemampuan organisme

untuk menolak penyakit didasarkan pada sejumlah kegiatan penyeimbang yang

kompleks, yaitu proses homeostatis ata stabilisasi dinamis yang melibatkan berbagai

bagian tubuh dalam bekerja sama satu sama lain. Apabila mekanisme homeostatis

mengalami gangguan, maka tubuh akan lebih mudah terpengaruh oleh stressor seperti

mikroba-mikroba yang menyebabkan infeksi. Dalam pandangan modern, penyakit

bukan kondisi yang hanya disebabkan oleh satu penyebab (stressor), tetapi juga oleh

lebih dari satu penyebab. Semua penyakit mengganggu ritme biologis yang normal dan

cenderung melahirkan kelelahan, pola tidur yang tidak teratur, ketegangan otot dan

gangguan lainnya.

Page 14: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

8) Adaptasi yang Abnormal

Kemampuan beradaptasi merupakan suatu ciri dari sistem organisme. Adaptasi

merupakan modifikasi sendiri untuk memperoleh yang diperlukan bagi kelangsungan

hidup dengan cara mengatasi kondisi-kondisi lingkungan. Terdapat tiga bentuk adaptasi

yang abnormal(maladaptasion), yaitu:

a) Respon adaptif yang tidak memadai (hypoadaptasi), yang mungkin berbentuk

skresi yang tidak memadai dari anti hormone-hormoninflammatory, yang

melahirkan penyakit rematik, penyakit kulit, penyakit mata, dan penyakit tulang

(arthristis).

b) Respons adaptif yang eksessif (hyperadaptasi), yang berbentuk overproduksi

hormone-hormon cortiroid, yang menyebabkan lahirnya penyakit jantung dan

ginjal.

c) Respon adaptif yang tidak tepat, yang terdiri dari sekresi hormonal, atau respons

terhadap stressor yang di luar kebiasaan. Kondisi ini menyebabkan penyakit

saraf dan mental, gangguan seksual, penyakit pencernaan, dan kanker. Pada

umumnya penyakit-penyakit yang dialami manusia disebabkan oleh respons

adaptif yang yang abnormal dari satu atau lebih organ-organ tubuh terhadap

stres. Adaptasi yang abnormal ini dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk

memberikan respons yang normal terhadap stressor, sehingga tubuh mudah

terserang stres.

b. Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologi yang diduga dapat menjadi pemicu stres antara

lain  sebagaimana tersebut berikut ini.

1) Persepsi

Salah satu faktor yang terlibat dalam membentuk persepsi adalah sistem panca

indera. Ingatan, motivasi, gen keturunan, dan interpretasi dari sinyal yang diterima oleh

panca indera bersatu membentuk persepsi. Dari kenyataan tersebut jelas bahwa perilaku

seseorang dapat mengontrol persepsi. Jika seseorang dapat mengendalikan persepsi,

maka ia akan memiliki kekuatan untuk mengendalkan sumber stres dengan yakin karena

Page 15: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

kebanyakan stres (executive stres) terjadi karena apa yang dilihat dan apa yang

didengar. Yang biasa diperhatikan adalah, setiap perkataan atau perbuatan orang lain

dapat menyebabkan berbagai tingkatan stres. Sebaliknya, yang tidak atau jarang

diperhatika adalah suatu kenyataan bahwa sumber stres sebenarnya bukan berasal dari

perbuatan orang lain, melainkan persepsi dari pengamat sendiri atas perilaku orang lain

tersebut. Selama seseorang mampu mengendalikan persepsinya sendiri, maka dia akan

dapat mengendalikan sumber stres.

2) Perasaan dan Emosi

Emosi merupakan aspek psikologis yang kompleks dari keadaan homeostatik

yang normal (normal homeostatik) yang berawal dari suatu stimulus psikologis.

Kemampuan untuk menerima dan membedakan setiap perasaan dan emosi bukanlah

bawaan sejak lahir, melainkan hasil dari interaksi selama proses pendewasaan secara

normal dan pengalaman yang diperoleh secara bertahap. Tujuh macam emosi yang

paling berkaitan dengan stres adalah; kecemasan (keggelisahan), rasa bersalah,

kekhawatiran (ketakutan), kemarahan, kecemburuan, kesedihan dan kedukaan.

2.1 Kecemasan (Enxiety)

Kecemasan pada dasarnya adalah suatu reaksi diri untuk menyadari suatu

ancaman (threat) yang tidak menentu. Gejala kecemasan ini nampak pada perubahan

fisik, seperti gangguan pernapasan, detak jantung meningkat, berkeringat, dan lain-lain.

Salah satu penyebab kecemasan adalah kesadaran akan kematian. Ketidakpastian akan

hidup terkadang juga menjadi sumber kegelisahan bagi sebagian orang. Perasaan cemas

yang berkepanjangan dapat menyebabkan kekhawatiran, ketakutan, dan perilaku stres

lainnya.

2.2 Rasa Bersalah dan Rasa Khawatir (Guilt and Worry)

Rasa bersalah dan cemas dapat dikategorikan sebagai kegelisahan dengan suatu

ancaman yang jelas. Rasa bersalah ditandai dengan menurunnya kepercayaan diri,

merasa dirinya tidak berguna, buruk, atau merasa diri sebagai orang jahat. Sebagian

orang akan menyalahkan atau bahkan akan membenci dirinya sendiri. Rasa cemas juga

ditandai dengan adanya pikiran negatif akan suat hal secara berulang dan terus menerus.

Rasa bersalah berfokus kepada peristiwa yang telah terjadi, sedangkan rasa cemas

Page 16: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

berfokus kepada peristiwa yang diharapkan. Rasa bersalah dan rasa cemas dapat

menimbulkan stres.

2.3 Rasa Takut (Fear)

Sama halnya dengan rasa cemas, rasa takut berkaitan dengan peristiwa yang

akan terjadi. Rasa takut merupakan tanggapan terhadap suatu ancaman tertentu yang

sudah jelas, berbeda dengan gelisah yang merupakan tanggapan terhadap ancaman yang

belum menentu kejelasannya. Rasa takut pada manusia sangat beragam, seperti rasa

takut terhadap sakit, hukuman, kegagalan, dan sebagainya. Rasa takut yang tidak

terkendali dapat menuju kepada perilaku yang mengakibatkan stres.

2.4 Marah (Anger)

Marah adalah emosi yang kuat yang ditandai dengan adanya reaksi sistem saraf

yang akut dan dengan adanya sikap melawan baik secara terang-terangan atau

tersembunyi. Menahan untuk marah dapat menyebabkan stres pada diri seseorang, baik

secara emosi atau fisik. Secara fisik seperti dapat menaikkan tekanan darah dan

gangguan psikosomatis lainnya. Seseorang yang sering marah atau sering menahan

marah dapat mengakibatkan rasa bersalah pada dirinya dan perilaku lainnya yang

menunjukkan jiwa yang stres. Menahan rasa marah berarti menghambat siklus biologi

yang secara normal berlangsung dalam tubuh, dan hal ini dapat menyebabkan frustrasi,

yang pada akhirnya mengakibatkan stres.

2.5 Cemburu (Jeaolusy)

Cemburu meliputi keinginan untuk menguasai, mengendalikan, atau

memperbudak seseorang sebagai rasa kepemilikan atas orang tersebut. Cemburu dapat

menimbulkan rasa cemas, takut, gelisah, atau marah.

3) Situasi

Situasi adalah sebuah konsepsi individual tentang suatu kejadian atau kondisi di

mana individu berada pada suatu waktu. Situasi tidak harus selalu berhubungan dengan

kenyataan yang ada, tetapi biasanya merupakan hasil dari pengenalan (cognition) dan

penilaian (appraisal) yang sangat bergantung kepada setiap individu. Suatu kombinasi

dari sensasi, perasaan, atau emosi tertentu dapat dirasakan sebagai situasi yang

menimbulkan stres oleh seseorang tetapi tidak demikian bagi orang lain. Empat tipe

Page 17: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

situasi yang dapat menimbulkan stres adalah ancaman, fenomena rindu di saat dekat,

frustrasi, dan konflik.

3.1 Ancaman (Threat)

Suatu keadaan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan diri akibat kejahatan,

kecelakaan, kerusakan, kehilangan, bencana, dan sebagainya, dapat dikatakan sebagai

definisi dari ancaman. Sumber ancaman sangatlah banyak, tetapi persepsi tentangnya

bersifat internal, tergantung kepada setiap orang. Seseorang yang mempersepsi semua

keadaan tersebut sebagai ancaman bagi kenyamanan dirinya, maka dia akan mengalami

stres.

3.2 Frustrasi (Frustration)

Individu dikatakan frustrasi ketika dia merasakan gangguan dalam serangkaian

usahanya dalam mencapai tujuan tertentu, atau dia mengalami keterlambatan dalam

mencapai tujuannya. Frustrasi meliputi bahaya di masa sekarang atau masa lampau,

sedangkan ancaman meliputi bahaya yang mungkin atau akan terjadi di masa yang akan

datang. Frustrasi juga dapat ditimbulkan oleh gangguan sistem sirkulasi dari aktivitas

biologis dalam tubuh individu. Berolahraga dapat mengurangi dampak buruk dari

frustrasi. Frustrasi yang berkepanjangan dapat menimbulkan sres.

3.3 Konflik (Conflict)

Konflik dapat terjadi secara interpersonal (internal) maupun intra personal.

Internal konflik adalah suatu proses yang meliputi persepsi terhadap dua tujuan atau

lebih yang saling bertentangan, di mana semuanya ingin dicapai secara bersamaan,

tetapi hal demikian tidak mungkin melainkan haris mengorbankan sebagian untuk

mencapai sebaian yang lain. Ketidakmampuan seseorang mengatasi konflik dapat

menimbulkan stres.

4) Pengalaman Hidup

Pengalaman hidup meliputi keseluruhan peristiwa psikologis seorang individu

selama hidupnya. Setiap peristiwa memiliki implikasi psikologis dan mungkin beberapa

kejadian dapat menimbulkan stres. Pengalaman hidup dapat dibagi ke dalam tiga

kategori; perubahan hidup, masa transisi kehidupan (life passages), dan krisis kehidupan

Page 18: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

(life crises). Untuk menganalisis hubungannya dengan stres, peristiwa traumatis akan

lebih ditekankan.

5) Perilaku (Behavior)

Perilaku secara umum didefinisikan sebagai semua output dari semua tingkatan

hierarki dari sistem saraf seperti sensasi, perasaan, emosi, kesadaran, penilaian, dan

sebagainya. Lebih jauh lagi, setiap perilaku dapat menyebabkan stress dan dapat juga

merupakan akibat stress.

2. Faktor Lingkungan/Luar (Eksternal)

Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, biotik, dan sosial. Masing-

masing lingkungan tersebut dapat dijelaskan sebagaimana berikut ini.

a. Lingkungan Fisik

Faktor lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi stres antara lain; cuaca

(sangat panas atau sangat dingin), peristiwa alam (gempa bumi, topan, badai, banjir

bandang, tanah longsor, dan sebagainya), suasana tempat kerja yang tidak nyaman,

perlengkapan kerja yang tidk memadai, kekurangan air bersih, lingkungan yang kotor

dan kumuh, pulusi, dan lain sebagainya.

b. Lingkungan Biotik

Manusia modern cenderung menjadi pemangsa (prdator) bagi makhluk lainnya.

Sekalipun demikian, mereka juga rentan untuk menjadi mangsa bagi yang lain.

Pemangsa manusia, dewasa ini bukanlah makhluk yang besar, kuat, dan buas seperti

harimau, ular, serigala, melainkan makhluk microscopic seperti; bakteri dan virus-virus

yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit atau kerusakan pada tubuh. Para

Dermatologis (ahli penyakit kulit) memperkirakan bahwa pada umumnya setiap satu

sentimeter persegi kulit manusia mengandung 25.000.000 (dua puluh lima juta)

organisme atau bakteri.

c. Lingkungan Sosial

Sumber stres yang utama pada dasarnya adalah manusia itu sendiri, yaitu

manusia dalam lingkungan kehidupan sosial yang lebih luas. Lingkungan sosial yang

Page 19: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

dapat dikatakan sebagai sumber stres antara lain; Lingkungan masyarakat dengan gaya

hidup modern yang cenderung indiviidual dan materialistik terutama di daerah

perkotaan, lingkungan kerja (jenis pekerjaan yang monoton, tuntutan kerja yang berat,

pimpinan yang bersikap sewenang-wenang, perilaku teman sejawat yang tidak

menyenangkan, dan sebagainya), dan lingkungan keluarga ( ketidakharmonisan

hubungan antar anggota keluarga, antara anak dan orang tua, anak yang kurang

mendapat perhatian orang tua, perceraian, dan lain-lain).  

Sudrajad (2010) mengemukakan faktor-faktor penyebab stres secara umum

meliputi:

1. Ancaman

Persepsi tentang adanya ancaman membuat seseorang merasa stres, baik

ancaman fisik, sosial, finansial, maupun ancaman lainnya. Keadaan akan menjadi buruk

bila orang yang mempersepsikan tentang adanya ancaman ini merasa bahwa dirinya

tidak dapat melakukan tindakan apa pun yang akan bisa mengurangi ancaman tersebut.

2. Ketakutan

Ancaman bisa menimbulkan ketakutan. Ketakutan membuat orang

membayangkan akan terjadinya akibat yang tidak menyenangkan, dan hal ini membuat

orang menjadi stres.

3. Ketidakpastian

Saat kita merasa tidak yakin tentang sesuatu, maka kita akan sulit membuat

prediksi. Akibatnya kita merasa tidak akan dapat mengendalikan situasi. Perasaan tidak

mampu mengendalikan situasi akan menimbulkan ketakutan. Rasa takut menyebabkan

kita merasa stres.

4. Disonansi kognitif

Bila ada kesenjangan antara apa yang kita lakukan dengan apa yang kita

pikirkan, maka dikatakan bahwa kita mengalami disonansi kognitif, dan hal ini akan

dirasakan sebagai stres. Sebagai contoh, bila kita merasa bahwa kita adalah orang yang

baik, namun ternyata menyakiti hati orang lain, maka kita akan mengalami disonansi

dan merasa stres. Disonansi kognitif juga terjadi bila kita tidak dapat menjaga

komitmen. Kita yakin bahwa diri kita jujur dan tepat janji, namun adakalanya

Page 20: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

situasi/lingkungan tidak mendukung kita untuk jujur atau tepat janji. Hal ini akan

membuat kita merasa stres karena kita terancam dengan sebutan tidak jujur atau tidak

mampu menepati janji.

D. Mengatasi Stres Pekerjaan

Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa

memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar

mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir sama

pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus

dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering

melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara

efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres,

justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih

spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman

umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar,

menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah yang

muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat

kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa

tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu

karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya

ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai

seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).

Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi,

manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stress yang ringan.

Alasannya karena pada tingkat stres lertentu akan memberikan akibat positif, karena hal

ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres

yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja

karyawan. Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi

dari sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka

manajemen mungkin akan berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stress

Page 21: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya

itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang

tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan

pendekatan organisasi.

1. Pendekatan Individual

Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya.

Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan

fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka

seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja

yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih

prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk

mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan

sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan roengumpulkan sahabat,

kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.

2. Pendekatan Organisasional

Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur

organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu

dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh

manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan

penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif,

komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan

menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan

mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal

yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.

Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk

pengurangan stress yang terjadi. Empat pendekatan yang paling sering digunakan

adalah relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan restrukturisasi kognitif yang semuanya

membantu para karyawan mengatasi stress yang berkaitan dengan pekerjaan.

a. Relaksasi Otot

Page 22: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot adalah

pernafasan yang lambat dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan

ketegangan otot. Diantara berbagai teknik yang tersedia, relaksasi progresif kontinjensi

adalah yang paling sering digunakan. Tehnik ini terdiri atas menenangkan dan

mengendurkan otot secara berulang-ulang yang diawali dari kaki dan terus meningkat

ke muka. Relaksasi dicapai dengan berkonsentrasi pada kehangatan dan ketenangan

yang berkaitan dengan otot yang dirileksasikan.

b. Biofeedback

Dalam biofeedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh atau otak di

deteksi, di perkuat dan di tunjukkan kepada orang tersebut. Peran potensial dari

biofeedback sebagai teknik manajemen stress individu dapat di lihat dari fungsi tubuh

hingga tekanan tertentu yang di kendalikan secara sukarela atau sadar. Potensi

biofeedback adalah kemampuannya untuk membantu relaksasi dan mempertahankan

fungsi tubuh pada keadaan nonstress. Salah satu keunggulan tehnik biofeedback di

bandingkan dengan tehnik nonbiofeedback adalah bahwa tehnik ini memberikan data

yang tepat mengenai fungsi tubuh. Pelatihan biofeedback telah bermanfaat dalam

mengurangi kegelisahan, menurunkan keasaman lambung, mengendalikan tekanan dan

migren, dan secara umum mengurangi manifestasi fisiologis negative dari stress.

c. Meditasi

Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang

pemikiran seseorang jauh dari dirinya sendiri. Respon relaksasi adalah kebalikan

fisiologis dan psikologis dari respons stress berperang atau lari. Herbert benson

menganalisis banyak program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi empat

langkah. Keempat langkah tersebut adalah :

1) Menemukan suatu lingkungan yang tenang.

2) Menggunakan suatu perangkat mental seperti suatu kata tang penuh dengan

kesan yang menyenangkan untuk mengubah fikiran dari pikiran yang

berorientasi secara eksternal.

3) Mengabaikan pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada suatu sikap

yang pasif.

Page 23: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

4) Mengasumsikan suatu posisi yang nyaman

Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan meditasi transcendental sebagai

mengalihkan perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam hingga masuk ke tingkat

pemikiran yang paling dalam dan mencapai sumber dari pemikiran. Tidak semua orang

yang bermeditasi mengalami hasil yang positif, akan tetapi sejumlah besar orang

melaporkan meditasi sebagai hal yang efektif dalam mengelola stress.

1. Restrukturisasi kognitif

Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam manajemen

stress di kenal sebagai restrukturisasi kognitif, adalah respons seseorang terhadap

stressor menggunakan sarana proses kognitif, atau pemikiran. Asumsi dasar dari teknik

ini adalah bahwa pikiran orang dalam bentuk ekspektasi, keyakinan dan asumsi

merupakan label yang mereka terapkan pada situasi, dan label ini menimbulkan respons

emosional terhadap situasi. Teknik kognitif dari manajemen stress berfokus pada

mengubah label atau kognisi sehingga orang tersebut menilai situasi secara berbeda.

Semua teknik kognitif memiliki tujuan yang serupa yaitu untuk membantu orang

memperoleh lebuh banyak kendali atas reaksi mereka terhadap stressor dengan

memodifikasi rasionalisasi mereka. Selain teknik pengurangan stres di atas ada

beberapa kiat lagi yang dapat digunakan. Agar stres tidak berkelanjutan, adapun

beberapa kiat yang di kemukakan oleh Alex:

a. Sediakan waktu rileks

Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan dimulai sejak

pagi, sebelum Anda berangkat kerja. Daripada memikirkan beban pekerjaan (tapi tidak

ada solusinya), lebih baik digunakan waktu Anda yang terbatas tersebut untuk

melakukan relaksasi seperti meditasi dan yoga. Teknik pernapasan adalah teknik

relaksasi yang paling mudah untuk dilakukan. Caranya dengan menarik nafas dalam-

dalam, lalu hembuskan sampai tak ada lagi udara yang tersisa di paru-paru. Lakukan

minimal 3x sampai membayangkan beban Anda berkurang.

b. Bersikap lebih asertif

Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya kesempatan untuk

membuat perubahan atau keputusan. Karenanya, bicarakan dengan atasan tentang tugas

Page 24: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

Anda dan tanggungjawab tambahan yang ingin Anda pegang. Dengan demikian, Anda

bisa menentukan pekerjaan yang bisa Anda lakukan dengan cara kerja seperti yang

diinginkan perusahaan.

c. Bekerja lebih efisien

Selalu kekuragan waktu untuk menyelesaikan tugas bisa jadi buka disebabkan

tugas yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu dan cara mengerjakannya. Alex

memberikan contoh seorang wartawan yang produktif di waktu malam akan merasa

tertekan jika memaksakan diri menulis di waktu siang hari. Untuk mengatasinya,

sebaiknya pekerjaan dibagi. Siang hari membuat outline dan mencari bahan, malam hari

menyelesaikan tulisan. Untuk bekerja secara lebih efisien. Anda juga harus trampil

menentukan prioritas. Adanya urutan prioritas dapat membantu Anda mengatur strategi.

d. Tingkatkan energi dengan tidur

“Ketika lelah, Anda lebih mudah merasa stres karena hal-hal yang sepele,”

demikian tulis Camile Anthony dalam “The Art of Napping at Work” (1999). Kesalahan

juga akan membuat perhatian Anda menurun sehingga mudah melakukan kesalahan.

Dalam keadaan demikian, Alex menganjurkan agar tidur. Tidur 15 menit di tengah

waktu kerja akan sama manfaatnya dengan tidur malam 3 jam. Anda bisa

memanfaatkan mushola kantor (tentu saja di luar waktu shalat) atau mobil Anda untuk

tidur. Jangan lupa pasang alarm agar tidak tidur terlalu lama. Jika keduanya tidak

tersedia, meja kerja Anda bisa jadi pilihan terakhir. Yang penting, tingkatkan energi

segera jika sudah merasa terlalu lelah. Tidur selama 30 menit atau kurang, menurut

Anthony akan meningkatkan mood dan rasa humor sehingga memperbaiki hubungan

Anda dengan rekan kerja. Anthony menganjurkan agar membatasi tidur selama 30

menit saja agar tidak sampai tertidur nyenyak, yang akan membuat Anda lebih lelah

ketika bangun.

e. Atur lingkungan kerja

Bagaimana kondisi kerja Anda? Apakah meja kerja Anda berantakan atau

ruangan kerja selalu dipenuhi asap rokok? Hati-hati karena hal-hal yang tampaknya

sepele tersebut karena dapat mempengaruhi performa kerja sekaligus kesehatan Anda.

Jika tidak memungkinkan mengubah lingkungan kerja secara besar-besaran, ada

Page 25: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

baiknya Anda memulainya dari meja Anda. Dalam feng shui, seni tata ruang dari

Tiongkok, tempat kerja yang teratur menunjukkan pikiran yang teratur. Jaga lingkungan

kerja, terutama maja, dari tumpukan kertas atau file. Simpan kertas-kertas Anda dalam

map dan dalam kotak file atau laci file. Anda juga bisa mencegah stres dengan

mengubah letak kursi sehingga bisa mengetahui siapa yang akan masuk ke ruangan

Anda. Jika memungkinkan pindahkan meja sehingga Anda dapat bekerja dengan cahaya

alami dari luar (matahari).

f. Kembangkan pola hidup sehat

Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Pilihlah makanan dan

minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak mengandung vitamin

B kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian. Kurangi makanan berlemak dan

perbanyak makan buah dan sayur. Berolah raga secara teratur. Olah raga yang cukup

tidak saja menyehatkan badan tapi juga memperbesar kapasitas badan tapi juga

memperbesar kapasitas paru-paru sehingga mampu menampung oksigen yang lebih

besar. Dengan kadar oksigen tinggal di dalam darah yang kemudian akan diedarkan ke

seluruh tubuh Anda akan berpikir lebih jenuh.

g. Tingkatkan ketrampilan

Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari ketrampilan baru. Jika Anda merasa

kurang mampu berkomunikasi, Anda bisa mempelajarinya melalui buku-buku atau

latihan kepemimpinan yang sering diadakan di kota-kota. Jika Anda mempunyai minat

terhadap komputer, kembangkan minat Anda. Peningkatan ketrampilan akan membuat

Anda menjadi karyawan yang lebih berharga.

E. Gejala-Gejala dan Dampak Stres

1. Gejala Stress

Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa

kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu:

a. Gejala psikologis

Page 26: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil

penelitian mengenai stres pekerjaan :

1) Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung.

2) Perasaa frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)

3) Sensitif dan hyperreactivity

4) Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi

5) Komunikasi yang tidak efektif

6) Perasaan terkucil dan terasing

7) Kebosanan dan ketidakpuasan kerja

8) Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi

9) Kehilangan spontanitas dan kreativitas

10) Menurunnya rasa percaya diri

b. Gejala fisiologis

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:

1) Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami

penyakit kardiovaskular

2) Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin)

3) Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)

4) Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan

5) Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang

kronis (chronic fatigue syndrome)

6) Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang adaGangguan pada

kulit

7) Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot

8) Gangguan tidur

9) Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena

kanker

c. Gejala perilaku

Page 27: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:

1) Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan

2) Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas

3) Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan

4) Perilaku sabotase dalam pekerjaan

5) Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan, mengarah

ke obesitas

6) Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri

dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan

tanda-tanda depresi

7) Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir

dengan tidak hati-hati dan berjudi

8) Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas

9) Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman

10) Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri

Adapun gejala-gejala stres di tempat kerja yang sering terjadi, yaitu meliputi:

1) Kepuasan kerja rendah

2) Kinerja yang menurun

3) Semangat dan energi menjadi hilang

4) Komunikasi tidak lancar

5) Pengambilan keputusan jelek

6) Kreatifitas dan inovasi kurang

7) Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.

Semua yang disebutkan di atas perlu dilihat dalam hubungannya dengan kualitas

kerja dan interaksi normal individu sebelumnya.

2. Dampak Stres

Page 28: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun

perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah

kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999). Konsekuensi pada

karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas

ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan

berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya.Sedangkan Arnold (1986)

menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang

dialami oleh individu, yaitu terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis,

performance, serta mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan.

Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan 76

sampel manager dan mandor di perusahaan swasta menunjukkan bahwa efek stres yang

mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah:

1. Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang, denyut

jantung meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.

2. Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas, tidak bisa

berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan situasi stres.

Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah

meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara psikologis

dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi, hingga turnover

(Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984; Robbins, 1993). Dampak stres bagi

karyawan yaitu:

1. Absen karena sakit

Penyebab utama absen karena sakit adalah masalah urat dan otot. Banyak

diantaranya disebabkan oleh stres. Jika stres diabaikan, efeknya akan semakin

memburuk dan panjangnya absen karena sakit juga meningkat. Absen karena sakit

adalah suatu gambaran barometer tingkat kesehatan yang baik bagi suatu perusahaan.

2. Mengurangi efektivitas

Page 29: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

Banyak pekerja yang tidak memperhatikan atau mencoba untuk

menyembunyikannya pengaruh stres pada kesehatan dan fungsi mereka. Ini berarti

mereka hadir ditempat kerja dan mencoba melakukan peran mereka, dan mencoba untuk

meyakinkan bahwa mereka berfungsi 100 persen sesuai dengan kapasitasnya.

Dengan menemukan pengaruh stres pada tingkatan awal yang paling memungkinkan

akan mengurangi dampak timbulnya ketidakefektifan. Namun sementara tak seorang

pun berkehendak meningkatkan absensi karena sakit dalam organisasi mereka, kadang-

kadang pekerja bisa mengurangi biaya dan mengurangi kerusakan dengan mengambil

cuti sakit sementara masalahnya sedang diatasi. Seorang pekerja yang mengalami

disfungsi tidak dapat diabaikan.

3. Waktu manajemen

Jika seorang pekerja absen dari kerjanya, seorang manajer harus memenuhi

kebutuhan organisasi dengan memastikan bahwa peran pekerja itu terisi dengan cara

tertentu. Namun, jika seorang pekerja yang mengalami stres tetap bekerja dan berfungsi

dibawah kapasitas, sering kali hal tersebut tidak diketahui dengan cepat, mungkin

sampai timbul kesalahan besar atau timbul kekacauan. Pada tingkatan ini, lebih banyak

lagi waktu manajemen yang terpakai bukan hanya karena harus memungut pecahan-

pecahan bukan hanya ditempat kerja sendiri dan pada pekerja yang terpengaruh namun

juga karena pekerja yang akan membutuhkan banyak dukungan dan perhatian agar

dapat menjadi efektif kembali.

4. Pengunduran diri dan perekrutan

Para pekerja yang mengalami stres dan tidak melihat jalan lain untuk

memecahkan suatu masalah ditempat kerja, mungkin akan mencari pekerjaan yang baru.

Namun para pekerja adalah sumber daya yang dapat dinilai dalam suatu organisasi.

Pelatihan dan pengembangan pekerja memang membebani, namun itu adalah suatu

investasi pada sumber daya organisasi yang paling mahal. Karena hal itu memberikan

keuntungan baik bagi pekerja maupun si pemberi kerja. Biaya rekruitmen dan program

pelatihan kembali jauh lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan jika memberikan

dukungan pada seorang pekerja untuk sembuh kembali dari penyakit stresnya. Tidak

Page 30: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

ada jalan lain yang lebih murah dalam mengurangi dampak stres ditempat kerja

daripada mengambil tindakan segera.

5. Kecelakaan dan kesalahan

Saat seseorang berada dalam tekanan yang berat, mereka kehilangan

kemampuan berkonsentrasi. Pada beberapa bidang kerja, hal ini akan meningkatkan

kesalahan dan kecelakaan. Kesalahan yang paling sering adalah pada manusianya dan

mungkin akan menyebabkan sedikit tersedak, tidak lebih.

Setiap kecelakaan ditempat kerja seharusnya dihindari, namun suatu kecelakaan yang

disebabkan oleh pengemudi yang stres atau seorang operator mesin, contohnya, bisa

mengakibatkan tuntutan kompensasi yang mahal dan dakwaan dan yang paling buruk,

kematian.

Page 31: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stress merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal

tersebut dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stress juga terjadi

dalam kerja dimana stress tersebut dapat bersumber dari emapt hal yaitu tingkat

individu, tingkat kelompok, tingkat organisasi dan ekstraorganisasional. Keempat hal

tersebut dapat menghasilkan stress yang berbeda pada setiap individu tergantung

bagaimana individu itu merespon stressor tersebut. Setelah adanya respon barulah dapat

ditentukan bagaimana stress yang dialami seseorang tersebut. Pada dasarnya stress

terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang serta adanya tekanan yang

membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih dapat dicegah bahkan

dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam bekerja.

Stres kerja timbul karena adanya hubungan interaksi dan komunikasi antara

individu dan lingkungannya. Selain itu, stres muncul karena adanya jawaban individu

yang berwujud emosi, fisiologis, dan pikiran terhadap kondisi, situasi, atau peritiwa

yang meminta tuntutan tertentu terhadap diri individu dalam pekerjaannya. Berbagai

gejala stres dapat dilihat dari adanya berbagai perubahan dalam fisiologis, psikologis

ataupun sikap tertentu yang semua itu dapat menjadi faktor penyebab timbulnya sumber

stres.

B. Saran

Stress dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi teknik pengurangan

stress yang dapat digunakan serta menajemen stress tersebut dengan baik. Karena hal

tersebut mampu mencegah stress dalam bekerja serta meningkatkan efektifitas dalam

bekerja. Selain baik bagi karyawan/pekerja juga baik bagi perusahaan (lembaga).

Page 32: Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi

DAFTAR PUSTAKA

Invancevich, John M, Robert Konopaske, dan Michael T. Matteson. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi Edisi ke 7 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Kreitner, Robert dan Angelo Kinichi. 2005. Perilaku Organisasi Edisi ke 5 Jilid 2. Jakarta: Salemba Empat.

Munandar, Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI PressSigit, Soehardi. 2003. Esensi Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Penerbit BPFE UST.

Towner, Lesley, 2002. Managing Employee Stres Mengelola Stres Pekerja. Alih Bahasa Andre I. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Wijono, Sutarto. 2010. Psikologi Industri dan Organisasi: Dalam Suatu Bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia Edisi ke 1 Cetakan 1. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

http://erabaru.net/era-baru/29114

http://www.benih.net/lifestyle/gaya-hidup/beberapa-cara-untuk-menyiasati-stres-kerja.html

http://agungpia.multiply.com/journal/item/35/Stress_Kerja_pengertian_dan_pengenalan

http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/stres-kerja.html