strategi program pembinaan kemandirian bagi ......pembinaan bagi semua jenis pidana warga binaan...
TRANSCRIPT
STRATEGI PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN BAGI WARGA
BINAAN PEMASYARAKATAN DALAM PROSES REINTEGRASI
SOSIAL DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN TERBUKA KLAS II B
JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
VITA RENITA
NIM 1113054100025
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
i
ABSTRAK
Vita Renita
Strategi Program Pembinaan Kemandirian dalam Proses Reintegrasi Sosial
Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka
Klas II B Jakarta
Sistem pemasyarakatan yang ada di Indonesia menekankan pada aspek
pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dengan ciri preventif, kuratif,
rehabilitatif dan edukatif. Dalam sistem tersebut Warga Binaan Pemasyarakatan
berhak mendapatkan pembinaan baik rohani maupun jasmani, baik berhubungan
dengan pihak luar maupun memperoleh pendidikan. Lapas Terbuka Klas IIB
Jakarta merupakan lembaga asimilasi bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dengan
program rehabilitasi dan reintegrasi sosial. Program rehabilitasi tersebut yaitu
berupa kegiatan kerja kemandirian sedangkan reintegrasi sosial yaitu
mempertemukan Warga Binaan Pemasyarakat dengan masyarakat maupun
keluarga.
Penelitian ini penting dilakukan agar mengetahui bagaimana strategi
program pembinaan kemandirian dalam proses reintegrasi sosial bagi Warga
Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas IIB Jakarta.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif melalui metode wawancara,
dokumentasi dan observasi langsung. Metode analisis datanya menggunakan
analisis deksriptif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi
program pembinaan kemandirian dalam proses reintegrasi sosial bagi Warga
Binaan Pemasyarakatan. Serta mengetahui ketepatan pendekatan program
pembinaan bagi semua jenis pidana Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Terbuka Klas IIB Jakarta.
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa program pembinaan
kemandirian dan program reintegrasi sosial merupakan program yang tepat untuk
mengembalikan keberfungsian sosial Warga Binaan Pemasyarakatan. Meskipun
belum dapat dikatakan sebagai suatu program pembinaan yang sempurna, namun
Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta menggunakan strategi aksi sosial yaitu motivasi,
peningkatan kesadaran, manajemen diri, mobilisasi sumber, serta pembangunan
dan pengembangan jaringan yang menjadikan Warga Binaan Pemasyarakatan
mampu mengikuti prosesnya dengan baik. Ke lima strategi tersebut di terapkan
oleh Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta dengan pendekatan dari atas (Top Down
Approach) dan diaplikasikan dalam kegiatan kemandirian perikanan, peternakan,
dan pertanian.
Kata kunci: Strategi Program Pembinaan Kemandirian, Proses Reintegrasi
Sosial, Ketahanan Warga Binaan Pemasyarakatan.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan berkah
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Shalawat dan salam
semoga Allah SWT sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW karena
perjuangan beliau kita dapat menikmati Iman dan Islam hingga saat ini sebagai
bentuk kasih sayang Allah SWT kepada kita semua.
Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan para dosen maupun pengajar lain
yang memiliki intensitas ilmu khusususnya bidang Kesejahteraan Sosial. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini, tidak terlepas dari doa dan kerja keras didalam
pembuatannya, penulis berterima kasih atas dorongan motivasi dan dukungan
semangat serta do’a dari Ayahanda Yusrin Syahrul dan Ibunda Yatmi yang tiada
henti-hentinya menjadi alasan penulis untuk tetap kuat menghadapi kesulitan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa juga penulis ucapkan rasa terima kasih
ini kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M,Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr.
Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr.
Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial, Hj. Nunung Khairiyah, MA selaku Sekertaris Program Studi
Kesejahteraan Sosial.
iii
3. Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag., MSW selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah meluangkan banyak waktu, pikiran serta motivasi untuk
memberi arahan serta masukan sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini. Selamat atas gelar Doktornya, penulis bangga menjadi orang
pertama yang menyantumkan gelar S3 Ibu di skripsi ini.
4. Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik,
dan seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberi penulis banyak ilmu di Kampus ini.
5. Seluruh Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan kemudahan dalam melayani penulis mendapatkan referensi buku-
buku selama penulis kuliah dan selama penulis menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
6. Keluarga Besar Kesejahteraan Sosial, khususnya untuk teman-teman
Kesejahteraan Sosial Angkatan 2013 yang selalu memberikan banyak cerita
dalam kehidupan penulis semasa kuliah. Tidak lupa juga seluruh teman-teman
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
7. Sahabat seperjuangan, Fauzia Firdawati, Della Azizah dan Rizkia Indriyani
yang telah setia menjadi bagian dari kebahagiaan serta kesedihan penulis dari
awal hingga akhir. Thanks for everything.
8. Deshinta Ria Liany S.Sos, M. Nurman Novian S.Sos, Amel Anggraini S.Sos,
dan Linda Fazria kapan S.Sos. Serta Para Queen Kecoss Fitta Fauziah,
Rizkianingsih, Kartika Al Ashzim, Enung Khoeriyah, dan Indah Choirunnisa.
9. HMJ Kesejahteraan Sosial yang telah banyak memberikan pengalaman dalam
berorganisasi dan untuk para adik-adik Kesejahteraan Sosial “Bersama Kita
Maju”.
iv
10. Segenap pihak Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta yang sudah memberikan
kesempatan untuk menjalankan penelitian skripsi, khususnya Pak Arif, Pak
Sarwo, Pak Heru, Pak Iwan, Pak Prima dan staf lainnya serta Warga Binaan
Pemasyarakatan yang sudah bersedia diwawancarai dan banyak memberikan
data serta informasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Mbak Last Sariyanti, A.Md.IP. S.H,. M.H dan mas Yoyok Triyono, S.H yang
telah berperan penting dalam memotivasi serta memberi arahan kepada
penulis.
12. Untuk Ahmad Budi Setiawan, S.Sos terimakasih atas waktu yang telah
diluangkan serta motivasi yang menjadikan penulis semangat dalam meraih
gelar Sarjana.
13. Untuk keluarga besar di Bengkulu dan di Pangandaran, kalian selalu
menginspirasi penulis agar tetap menjadi orang yang pantang menyerah.
14. Untuk kakak-kakak tercinta Teh Elis, Teh Yuyun, A Yadi, A Agus
terimakasih telah mengajarkan pengalaman hidup untuk menjadikan adik
bontot mu ini termotivasi.
15. Dan untuk semua pihak yang telah memberi segala dukungannya dalam
penyusunan skripsi ini yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu. Tanpa
kalian mungkin skripsi ini terasa sangat berat. Terimakasih atas dukungannya.
Jakarta, Juli 2017
Penulis
Vita Renita
1113054100025
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .......................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 10
D. Metodologi Penelitian ....................................................................... 11
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 20
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 22
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG STRATEGI PROGRAM
PEMBINAAN KEMANDIRIAN BAGI WARGA BINAAN
PEMASYARAKATAN DALAM PROSES REINTEGRASI SOSIAL
A. Strategi Program ............................................................................... 24
1. Pengertian Strategi ..................................................................... 24
2. Pengertian Program.................................................................... 25
B. Pembinaan Kemandirian ................................................................... 27
1. Pengertian Pembinaan................................................................ 27
2. Sistem Pembinaan Pemasyarakatan ........................................... 29
vi
3. Pengertian Kemandirian ............................................................ 30
C. Narapidana (Warga Binaan Pemasyarakatan) .................................. 33
1. Pengertian Narapidana (Warga Binaan Pemasyarakatan) ......... 33
2. Hak Narapidana (Warga Binaan Pemasyarakatan) .................... 35
D. Reintegrasi Sosial ............................................................................. 37
E. Pemidanaan ....................................................................................... 38
1. Pengertian Pemidanaan .............................................................. 38
2. Tujuan Pemidanaan.................................................................... 42
F. Teori Resiliensi ................................................................................. 43
1. Pengertian Resiliensi.................................................................. 43
2. Aspek-Aspek Resiliensi ............................................................. 46
G. Teori Self Empowerment ................................................................... 48
1. Pengertian Self Empowerment ................................................... 48
2. Indikator Keberdayaan ............................................................... 51
3. Strategi Pemberdayaan .............................................................. 52
H. Asimilasi ........................................................................................... 53
BAB III LEMBAGA PEMASYARAKATAN TERBUKA KLAS IIB
JAKARTA
A. Sejarah Berdirinya Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta ........................ 55
B. Visi, Misi dan Motto ......................................................................... 57
C. Struktur Organisasi ........................................................................... 58
D. Gambaran SDM/Petugas Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta ............... 60
E. Kegiatan Lembaga ............................................................................ 63
vii
F. Manajemen Keuangan ...................................................................... 68
G. Program Rehabilitasi ......................................................................... 68
H. Sarana dan Prasarana ........................................................................ 70
I. Pendekatan Keamanan ...................................................................... 72
J. Kriteria Penghuni Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta .......................... 73
K. Pola Kehidupan dan Proses Pembinaan Narapidana ........................ 76
L. Data Warga Binaan Pemasyarakatan ................................................ 79
BAB IV ANALISIS STRATEGI PROGRAM PEMBINAAN
KEMANDIRIAN DALAM PROSES REINTEGRASI SOSIAL BAGI
WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI LAPAS TERBUKA KLAS
IIB JAKARTA
A. Tahap Pembinaan di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta .... ..................84
B. Program Pembinaan di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta .................. 88
1. Pembinaan Kemandirian ............................................................ 89
a. Peternakan Ayam ................................................................ 92
b. Pertanian Tanaman Sayur ................................................... 97
c. Perikanan .......................................................................... 105
2. Pembinaan Mengintegrasikan Diri dengan Masyarakat .......... 108
a. Cuti Bersyarat (CB) .......................................................... 109
b. Pembebasan Bersyarat (PB) ............................................. 112
c. Cuti Menjelang Bebas (CMB) .......................................... 114
d. Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) ................................ 115
e. Kerja dengan Pihak ke Tiga (P3) ...................................... 117
viii
C. Ketepatan Pendekatan Program Pembinaan Bagi WBP di
Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta ...................................................... 119
D. Diskusi Analisis .............................................................................. 122
1. Spirit Pembinaan WBP dalam Konteks Pekerja Sosial ........... 122
a. Rehabilitasi ....................................................................... 123
b. Reintegrasi Sosial ............................................................. 125
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 131
B. Saran ............................................................................................. 132
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Sasaran Informan ............................................................................. 18
Tabel 1.2 Informan Penelitian .......................................................................... 19
Tabel 3.1 Daftar Petugas Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pangkat Golongan 61
Tabel 3.2 Daftar Petugas Berdasarkan Jenis Kelamin dan Agama .................. 61
Tabel 3.3 Kegiatan WBP................................................................................... 78
Tabel 3.4 Data WBP Awal ................................................................................ 79
Tabel 3.5 Data WBP Bebas ............................................................................... 80
Tabel 3.6 Data WBP Mutasi Masuk ................................................................. 81
Tabel 3.7 Data WBP Akhir ............................................................................... 81
Tabel 4.1 Pembagian Kelompok Kerja WBP ................................................... 91
Tabel 4.2 Masa Panen Tanaman Hidrponik .................................................... 102
Tabel 4.3 Daftar WBP Pengusul Program CB ................................................ 110
Tabel 4.4 Daftar WBP Pengusul Program PB ................................................ 113
Tabel 4.5 Daftar WBP Pengusul Program P3 ................................................. 118
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peresmian Pendirian Lapas Terbuka Klas II B Jakarta ................... 57
Gambar 3.2 Struktur Organisasi ........................................................................... 59
Gambar 3.3 Papan Nama Pejabat Struktural ........................................................ 61
Gambar 3.4 Aktivitas WBP Setelah Kegiatan Kebersihan .................................. 79
Gambar 3.5 Data Statistik WBP Berdasarkan Tindak Pidana ............................. 82
Gambar 4.1 Tahapan Pembinaan ......................................................................... 86
Gambar 4.2 Ayam Usia Pemeliharaan 1 Minggu ................................................ 96
Gambar 4.3 Ayam Siap Panen ............................................................................. 96
Gambar 4.4 Kumbung Jamur Tiram .................................................................... 99
Gambar 4.5 Pemanenan Jamur Tiram .................................................................. 99
Gambar 4.6 Pemindahan Benih Tanaman Hidroponik ...................................... 103
Gambar 4.7 Lahan Perikanan ............................................................................. 108
Gambar 4.8 Alur Pengusulan Cuti Bersyarat ..................................................... 110
Gambar 4.9 Alur Pengusulan Pembebasan Bersyarat ........................................ 112
Gambar 4.10 Alur Pengusulan Cuti Menjelang Bebas ....................................... 115
Gambar 4.11 Alur Pengusulan Cuti Mengunjungi Keluarga .............................. 116
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah perkembangan pemasyarakatan di Indonesia mengungkapkan
sistem perlakuan terhadap para pelanggar hukum di Indonesia dari masa ke
masa telah banyak mengalami perubahan sesuai dengan taraf kesadaran
hukum dan perkembangan pandangan bangsa Indonesia. Sejarah kepenjaraan
dan pemasyarakatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah kepenjaraan di
dunia. Pada abad 15-16 belum terdapat penjara, tetapi soal penempatan
narapidana sudah mendapat perhatian sejak belum ada penjara sebagai tempat
untuk melaksanakan pidana pencabutan kemerdekaan.
Penempatan narapidana asal mulanya berupa rumah khusus yang
digunakan sebagai tempat pendidikan bagi orang yang dikenakan tahanan,
hukuman ringan dan menanti pengadilan.1 Pada masa itu, penjara dilakukan
dengan menutup para terpidana di menara-menara, di puri-puri, di benteng-
benteng yang gelap dan kotor, sehingga sangat tidak manusiawi. Dengan
menempatkan terpidana pada tempat-tempat tertentu seperti tersebut di atas,
atau berupa pembuangan, atau pengasingan dimaksudkan supaya tidak bisa
mengganggu masyarakat lagi.
1 https://massofa.wordpress.com/2013/06/26/sejarah-perkembangan-kepenjaraan-di-
indonesia/ dikutip pada tanggal : 22 Februari 2017 pukul 11.00 WIB
2
Pada sejarah perkembangan hukum Islam, dapat dilihat bahwa jenis
pidana penjara telah dipraktekan sejak masa Nabi Muhammad S.A.W, para
sahabat dan generasi penerusnya. Sejalan dengan tujuan pemidanaan dalam
hukum Islam yang intinya untuk memelihara agama (hifz al-din), memelihara
akal (hifz al-aql), memelihara jiwa (hifz al-ruh) dan memelihara harta (hifz al-
mal), serta memelihara keturunan agar pelaku tindak pidana mendapat
pelajaran, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan kembali menjadi
manusia yang baik. Seperti dijelaskan dalam Al-Qur‟an Surah An-Nisa Ayat
16:
Artinya:
“Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, Maka berilah
hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, Maka
biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”2
Pelaksanaan pidana di Indonesia pada saat ini lebih menitikberatkan
kepada usaha pembinaan pelaku kejahatan dari pada pembalasan dendam
yang sejalan dengan UUD 1945, Pancasila sebagai dasar negara di dalam sila
ke-2 yang berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” menjamin bahwa
manusia Indonesia diperlakukan secara beradab meskipun berstatus
narapidana. Selain itu, pada sila ke ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” berarti bahwa narapidana juga harus
mendapatkan kesempatan berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain
2 Al-Qur‟an Surah An-Nisa Ayat 16
3
layaknya kehidupan manusia secara normal. Hal ini mengandung arti bahwa
pelaksanaan pidana pada hakikatnya bertujuan untuk mendidik kembali para
narapidana agar kelak menjadi warga masyarakat yang berguna, tidak
melanggar hukum lagi pada masa yang akan datang.
Dalam pelaksanaan pidana yang dijatuhkan oleh hakim, baik pidana
penjara maupun pidana kurungan seseorang terpidana ditempatkan di suatu
tempat yang disebut dengan lembaga pemasyarakatan yang dahulu dikenal
dengan penjara. Konsep pemasyarakatan tersebut kemudian disempurnakan
oleh Keputusan Konferensi Dinas Para Pemimpin Kepenjaraan pada tanggal
27 April 1964 yang memutuskan bahwa pelaksanaan pidana penjara di
Indonesia dilakukan dengan sistem pemasyarakatan, suatu pernyataan
disamping sebagai arah tujuan, pidana penjara dapat juga menjadi cara untuk
membimbing dan membina.
Lembaga Pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksanaan asas
pengayoman merupakan tempat untuk mencapai tujuan tersebut diatas
melalui pendidikan, rehabilitasi, dan reintegrasi. Sejalan dengan peran
Lembaga Pemasyarakatan tersebut, maka Petugas Pemasyarakatan yang
melaksanakan tugas pembinaan dan pengamanan Warga Binaan
Pemasyarakatan dalam Undang-Undang ditetapkan sebagai Pejabat
Fungsional Penegak Hukum. Sedangkan untuk mencapai sistem pembinaan
yang baik partisipasi bukan hanya datang dari petugas, tetapi juga dari
masyarakatnya di samping narapidana itu sendiri. Dalam usaha memberikan
partisipasinya, seorang petugas pemasyarakatan senantiasa bertindak sesuai
4
dengan prinsip-prinsip pemasyarakatan. Seorang petugas pemasyarakatan
barulah dapat dianggap berpartisipasi jika ia sanggup menunjukan sikap,
tindakan dan kebijaksanaannya dalam mencerminkan pengayoman baik
terhadap masyarakat maupun terhadap narapidana.3
Fungsi dari Lembaga Pemasyarakatan atau LAPAS telah diatur secara
jelas dalam Undang-undang yaitu, Pasal 3 UU No. 12 tahun 1995, yang
berbunyi bahwa, Fungsi dari lembaga pemasyarakatan adalah menyiapkan
warga binaan pemasyarakatan, agar dapat berintegrasi secara sehat dengan
masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat
yang bebas dan bertanggungjawab. Dalam upaya melaksanakan fungsinya
tersebut maka sistem pemasyarakatan yang ada di Indonesia, menekankan
pada aspek pembinaan narapidana, anak didik pemasyarakatan
atau klien pemasyarakatan dengan ciri preventif, kuratif, rehabilitatif dan
edukatif. Dalam sistem ini narapidana atau warga binaan pemasyarakatan
berhak mendapatkan pembinaan rohani dan jasmani serta dijamin haknya
untuk beribadah, berhubungan dengan pihak luar, memperoleh informasi dan
memperoleh pendidikan (Dwidja Priyanto, 2009:106). Pernyataan tersebut
selaras dengan UU No. 12 tahun 1995 Pasal 2 yang berbunyi,
Tujuan diselenggarakan sistem pemasyarakatan dalam rangka
membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia
seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak
mengulangi tindak pidana, sehingga dapat kembali diterima oleh
masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup
secara wajar, sebagai warga yang baik dan bertanggungjawab.4
3 Dwidja Priyatno , Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2006), h. 101. 4 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Pasal 2
5
Lembaga Pemasyarakatan yang didirikan oleh pemerintah secara
formal akan menjadi tumpuan bagi masyarakat. Sehingga tugas lembaga ini
yaitu, menjadikan warga binaannya tidak melanggar hukum lagi,
berpartisipasi aktif dalam pembangunan dan menjadi manusia mandiri, hidup
bahagia dunia dan akhirat. Hal tersebut dapat terlaksana apabila, para
pembina mampu membuat para narapidana bertawakal pada Tuhan dan
memiliki keterampilan sebagai bekal hidupnya kelak.5 Lapas memang
seharusnya menjadi tempat pembinaan dan perbaikan bagi para narapidana.
Bila tempat pembinaan saja tidak memenuhi syarat tentu akan sulit
mengembalikan para napi ke jalan yang benar.6
Saat ini Lembaga Pemasyarakatan yang berada dibawah Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan yang dinaungi oleh Kementrian Hukum dan Hak
Azasi Manusia atau Kemenkumham jumlahnya ada 480 Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dengan total jumlah narapidana dan tahanan yang berada
didalamnya sebanyak 210.805 orang yang tersebar di 33 kantor wilayah
(kanwil) provinsi di seluruh Indonesia.7
Lembaga Pemasyarakatan Terbuka adalah salah satu institusi di
bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia yang secara khusus melaksanakan
5 Profil Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta
6 http://news.liputan6.com/read/2623849/jokowi-setuju-pemisahan-napi-sesuai-
kasus dikutip dalam laman Liputan 6 “Jokowi Setuju Pemisahan Napi Sesuai Kasus” pada
tanggal 15 Maret 2017 pukul 17.45 WIB
7
http://smslap.ditjenpas.go.id/public/grl/current/monthly/sort:created_date/asc/page/0 dikutip
pada tanggal : 23 Februari 2017 pukul 14.30 WIB
6
pembinaan lanjutan terhadap narapidana pada tahap asimilasi yaitu dengan
masa pidana antara 1/2 sampai dengan 2/3 dari masa pidana yang harus
dijalani oleh narapidana yang bersangkutan. Pembinaan secara ekstramural
yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan disebut asimilasi, yaitu proses
pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan yang telah memenuhi persyaratan
tertentu dengan membaurkan terpidana ke dalam kehidupan bermasyarakat.
Pembentukan Lapas Terbuka sebagai implementasi dari Surat
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I No : M.03.PR.07.03.
Tahun 2003, tanggal 16 April 2003, perihal pembentukan Lapas Terbuka
Pasaman, Jakarta, Kendal, Nusakambangan, Mataram dan Waikabubak yang
ditandatangani oleh Bapak Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra dan merupakan
pengejawantahan dari konsep Community-Based Correction. Peresmian
Lapas Terbuka Jakarta dilakukan oleh Bapak Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia berikutnya yaitu Dr. Hamid Awaludin, SH. LLM, pada tanggal 14
Mei 2005.
Terbentuknya Lapas Terbuka Jakarta merupakan atas dasar surat
Direktur Jenderal Pemasyarakatan nomor : E.PR.07.03-725 tanggal 05
Desember 2003, perihal Operasionalisasi Lapas Terbuka Jakarta, maka
penempatan narapidana pada Lapas Terbuka Jakarta adalah berasal dari UPT
wilayah DKI Jakarta, wilayah Jawa Barat, wilayah Banten, maupun
narapidana yang berdomisili di sekitar wilayah Lapas Terbuka Jakarta.
Namun demikian tidak semua narapidana dapat diterima untuk menjadi
penghuni Lapas Terbuka Jakarta, narapidana yang dipidana karena
7
melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan prekusor narkotika,
psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara, kejahatan Hak
Asasi Manusia (HAM) yang berat, serta kejahatan trannasional terorganisasi
lainnya tidak dapat ditempatkan di Lapas Terbuka Jakarta. Lapas Terbuka
memiliki keistimewaan tersendiri di bandingkan Lapas Tertutup, karena pada
Lapas Terbuka menganut sistem Minimum Security, dimana keamanan
penjagaan di Lapas Terbuka lebih minim dan tidak ketat.8
Pada Lapas Terbuka Jakarta terdapat proses pembinaan untuk warga
binaan pemasyarakatan (WBP). Program pembinaan Warga Binaan
Pemasyarakatan yang diterapkan di Lapas Terbuka Jakarta
mengimplementasi Keputusan Menteri Kehakiman R.I. Nomor: M.02-
PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana. Program
pembinaan di bagi ke dalam 2 (dua) kategori yakni Pembinaan kepribadian
dan pembinaan kemandirian. Program pembinaan kepribadian yang
dilaksanakan di Lapas Terbuka terbagi ke dalam 5 (lima) bidang yaitu, bidang
keagamaan, bidang olahraga dan kesenian, bidang kesadaran berbangsa dan
bernegara, bidang lingkungan, dan mengintegrasikan diri dengan masyarakat.
Sedangkan pada program pembinaan kemandirian terdapat keterampilan
bidang perikanan, peternakan, dan pertanian.
Selama menjalani tahap pembinaan di Lapas Terbuka, setiap
narapidana diintegrasikan dengan masyarakat luar berupa cuti mengunjungi
keluarga (CMK), cuti menjelang bebas (CMB), cuti bersyarat (CB),
8 Profil Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta
8
pembebasan bersyarat (PB) dan juga bekerja dengan pihak ke tiga (P3).
Pemberian CMK, CMB, CB, PB dan P3 merupakan salah satu hak narapidana
selama menjalani pembinaan dan bimbingan di Lapas Terbuka Jakarta
sebagaimana diatur dalam Pasal 14 Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan.9 Pada tahap ini warga binaan pemasyarakatan diberi
kesempatan seluas mungkin untuk melakukan kontak dengan masyarakat,
seperti melakukan kegiatan atau bekerja di luar tembok Lapas. Pembinaan di
Lapas terbuka menempatkan warga binaan ditengah-tengah masyarakat
merupakan perwujudan dari reintegrasi warga binaan dengan masyarakat.
Pembinaan warga binaan dilakukan menyatu ditengah dan bersama
masyarakat atau dikenal dengan community-based treatment atau pembinaan
yang berbasis masyarakat. Bangunan Lembaga Pemasyarakatan Terbuka
yang tanpa sekat atau tanpa dikelilingi tembok tinggi dengan penjagaan dan
pengawasan yang relatif tidak ketat memungkinkan warga binaan
mempersiapkan dirinya kembali berbaur dengan masyarakat, dan juga
mengkondisikan agar masyarakat dapat menerima warga binaan sebagai
anggota masyarakat yang sama dan sederajat.
Untuk kepentingan pendalaman penelitian, skripsi ini hanya akan
membahas mengenai program pembinaan kemandirian dalam proses
reintegrasi sosial Warga Binaan Pemasyarakatan. Oleh karena itu, untuk
mengetahui lebih dalam bagaimana Lembaga Pemasyarakatan menjalankan
9 Penelitian Pembinaan Narapidana Melalui Bimbingan Kerja Peternakan Sebagai
Salah Satu Upaya Membentuk Kemandirian Narapidana di Lapas Terbuka Kelas IIB Jakarta
Arif Sugianto, Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Kantor Wilayah DKI Jakarta,
2015, h. 7.
9
program asimilasinya demi tercapainya suatu tujuan, maka penulis akan
melakukan penelitian yang berkaitan dengan strategi apa saja yang dilakukan
oleh Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas IIB Jakarta pada program
pembinaan kemandirian dalam proses Reintegrasi Sosial bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan dengan memilih judul “Strategi Program Pembinaan
Kemandirian dalam Proses Reintegrasi Sosial Bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B
Jakarta”
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan batasan-
batasan mana dari masalah penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah
ini berguna untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang tidak termasuk
dalam lingkup masalah penelitian.10
Agar pembahasan dalam skripsi ini
lebih terfokus dan terarah pada satu masalah, maka penulis membatasi
permasalahan skripsi ini dalam ruang lingkup Strategi Program
Pembinaan Narapidana dalam Proses Reintegrasi Sosial di Lembaga
Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, perumusan masalah
penelitian ini disajikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
10
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 23.
10
a. Bagaimana strategi program pembinaan kemandirian dalam proses
reintegrasi sosial bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta?
b. Bagaimana ketepatan pendekatan program pembinaan bagi semua
jenis pidana Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian ini yaitu:
a. Untuk mengetahui secara lebih baik bagaimana strategi pembinaan
kemandirian dalam proses reintegrasi sosial bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B
Jakarta.
b. Untuk mengetahui ketepatan pendekatan program pembinaan bagi
semua jenis pidana Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan
baik bagi penulis, para akademisi maupun masyarakat mengenai
strategi pembinaan kemandirian dalam proses reintegrasi sosial
11
terhadap narapidana. Selain itu, penelitian ini diharapakan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dalam strategi pembinaan
kemandirian terhadap narapidana dalam proses reintegrasi sosial dan
berguna sebagai referensi tambahan bagi perkembangan Jurusan
Kesejahteraan Sosial.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi
lembaga-lembaga terkait, khususnya bagi Lembaga Pemasyarakatan
Terbuka Klas II B Jakarta dalam hal strategi pembinaan kemandirian
terhadap narapidana dalam proses reintegrasi sosial dan memberikan
kontribusi yang positif bagi perkembangan pekerja sosial.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-
penemuan yang tidak dapat dicapai menggunakan prosedur statistik atau
dengan cara-cara kuantifikasi. Penelitian kualitatif dapat menunjukan
kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalis organisasi,
pergerakan sosial, dan hubungan kekerabatan.11
Penelitian kualitatif
memiliki dua tujuan, yaitu pertama, menggambarkan dan mengungkap;
kedua, menggambarkan dan menjelaskan.
11
M. Djunaidi Ghony, Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), h. 25.
12
Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik
(utuh).12
Penulis menggunakan metode kualitatif untuk menggambarkan dan
menjelaskan secara teori dan praktek pada strategi pembinaan
kemandirian dalam proses reintegrasi sosial bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan yang diterapkan oleh Lembaga Pemasyarakatan Terbuka
Klas IIB Jakarta.
2. Sifat Penelitian
Adapun penelitian ini adalah deskriptif, yakni penelitian yang
diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-
kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu.13
Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu
atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau
lebih.14
Penulis berusaha memberikan gambaran seobjektif mungkin
mengenai Strategi Pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dalam
Proses Reintegrasi Sosial di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Jakarta.
12
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), Cet. 11, h.3 13
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori – Aplikasi,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 47 14
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008),
Cet. 7, h.35
13
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Jakarta. Sedangkan objek penelitiannya adalah
Strategi Pembinaan Kemandirian Dalam Proses Reintegrasi Sosial bagi
Warga Binaan Pemasyarakatan.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka
Klas II B Jakarta yang terletak di Jalan Raya Gandul, Cinere, Depok.
Peneliti mengambil lokasi ini karena Lapas Terbuka Klas II B Jakarta ini
merupakan satu-satunya lapas yang penempatan narapidana terbanyak di
seluruh UPT wilayah DKI Jakarta, wilayah Jawa Barat, wilayah Banten,
maupun narapidana yang berdomisili di sekitar wilayah Lapas Terbuka
Jakarta, juga karena lokasinya yang terjangkau dari tempat tinggal
peneliti.
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama enam bulan, di
mulai sejak Januari 2017 hingga bulan Juli 2017.
5. Sumber Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisa
data-data penelitian yang dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Data Primer, yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara
langsung dengan pihak Lembaga Pemasyarakatan dan warga binaan
14
pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas
IIB Jakarta.
b. Data Sekunder, yaitu data yang bersumber dari beberapa literatur
terkait yang berhubungan langsung dengan permasalahan penelitian,
diantaranya: buku-buku, skripsi, makalah, laporan ilmiah, jurnal,
internet dan lain sebagainya.
6. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik kondisi yang alami, sumber data primer,
dan lebih banyak pada teknik observasi berperan serta, wawancara
mendalam, dan dokumentasi.15
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini,
penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, diantaranya
sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan
menggunakan tanya jawab yang ditujukan kepada staff Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Jakarta dan warga binaan
pemasyarakatan (WBP) mengenai strategi pembinaan
kemandirian dalam proses reintegrasi sosial bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan pada lembaga tersebut.
15
M. Djunaidi Ghony, Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), h. 164.
15
Wawancara kualitatif merupakan salah satu teknik untuk
mengumpulkan data dan informasi. Wawancara yang digunakan
adalah wawancara kualitatif. Artinya, peneliti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa kepada
seluruh informan tanpa terikat oleh suatu susunan pertanyaan
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tentu saja peneliti
menyimpan cadangan masalah yang perlu ditanyakan kepada
informan.16
Informan berasal dari beberapa Staff Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Jakarta dan warga binaan
pemasyarakatan (WBP) yang berada di Lapas Terbuka Klas IIB
Jakarta sejak bulan Februari 2017 hingga Mei 2017.
b. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data
yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian.17
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengkaji dokumen-dokumen tertulis, seperti: arsip, internet,
brosur, majalah, koran dan lain sebagainya.
Peneliti mengkaji sumber penelitian menggunakan arsip
Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Jakarta, seperti profil
lembaga, data-data kepegawaian, jurnal bulanan warga binaan
pemasyarakatan, alur pengusulan CB, PB, CMK, CMB maupun
16
M. Djunaidi Ghony, Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), h. 176. 17
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008),
Cet. 7, h.70
16
P3 (reintegrasi sosial), dan lain-lain. Peneliti juga mengumpulkan
data-data studi dokumentasi melalui internet, laporan praktek
mahasiswa, dan bahan bacaan hasil penelitian salah satu staf
Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta.
c. Observasi
Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan
adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat
berupa perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata, dapat
didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur. Pada dasarnya, tujuan
dari observasi adalah untuk mendeskripsikan lingkungan (site)
yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-
individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas
dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian
berdasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut.18
Peneliti melakukan pengamatan langsung dengan
mendatangi Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta, berinteraksi dengan
informan yang dituju baik dari staf Lapas Terbuka maupun warga
binaan pemasyarakatan. Informasi yang peneliti dapatkan tidak
langsung diolah dalam tulisan, melainkan mencari informasi valid
dari beberapa wawancara yang dilakukan maupun observasi
langsung.
18
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2010), Cet. 3, h.131-132
17
Metode Observasi pengumpulan data yang peneliti lakukan
yaitu dengan melakukan pengamatan secara mendalam mengenai
fenomena atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Jakarta. Pengamatan yang peneliti
lakukan berupa pengamatan fisik bangunan, kegiatan yang
berlangsung, adanya sarana prasarana, serta keadaan sekitar Lapas
Terbuka Klas IIB Jakarta lainnya.
7. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data yang telah dihimpun, penulis
menggunakan metode deskriptif, yaitu teknik analisis data dimana
penulis membaca, mempelajari, memahami dan menguraikan semua data
yang telah diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi dan observasi
yang kemudian memberikan analisa-analisa komprehensif sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Adapun teknik penyusunan skripsi ini, penulis mengacu kepada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)”, yang
diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press, tahun 2007.
8. Teknik Pemilihan Informan
Subjek penelitian dipilih secara sengaja sesuai dengan data yang
ditujukan untuk mendapatkan informasi sesuai kebutuhan penelitian.
Peneliti akan menggali data seluas-luasnya dari pihak yang terlibat dalam
pembinaan kemandirian dan reintegrasi sosial yang dilakukan di
Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas IIB Jakarta, pihak-pihak tersebut
18
antara lain: KPLP, Subsi Bimbingan Narapidana kegiatan kerja,
Pengolah Data Pemasyarakatan, Registrator Pemasyarakatan dan Warga
Binaan Pemasyarakatan (WBP).
Dalam memilih informan, teknik yang perlu diperhatikan yaitu
tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam mendeskripsikan strategi
program pembinaan kemandirian yang Warga Binaan Pemasyarakatan
jalani selama menunggu masa selesainya tahanan. Strategi tersebut
didapatkan dari data yang diperoleh melalui staff Lembaga
Pemasyarakatan Terbuka Klas IIB Jakarta. Dalam penelitian ini,
informan yang akan dipilih adalah:
Tabel 1.1
Sasaran Informan
Informan Data yang dicari Keterangan
KPLP Kebijakan Pembinaan di Lapas
Terbuka Jakarta
1 orang
Sub Seksi Bimbingan
Narapidana dan Kegiatan
Kerja
Program Pembinaan di Lapas
Terbuka Jakarta
2 orang
JFU Pengolah Data Laporan
Sistem Aplikasi dan
Database
Kategori Program Pembinaan di
Lapas Terbuka Jakarta
1 orang
JFU Registrator
Pemasyarakatan
Alur Reintegrasi Sosial WBP di
Lapas Terbuka Jakarta
1 orang
19
Tabel 1.2
Informan
Data yang di cari Informan Metodologi
Kebijakan Pembinaan di
Lapas Terbuka Jakarta
Sarwo Edy, A.Md. Ip, S.H.,
M.Si
Wawancara
Dokumentasi
Program Pembinaan di
Lapas Terbuka Jakarta
Herry Suprianto, S.H
Primastyo Arshandi, S.Pi
Wawancara
Dokumentasi
Observasi
Kategori Program
Pembinaan di Lapas
Terbuka Jakarta
Arif Sugianto, S.Pt., M.P Dokumentasi
Wawancara
Alur Reintegrasi Sosial
WBP di Lapas Terbuka
Jakarta
Heru Suryanto, S.H Wawancara
Pengalaman Pembinaan,
Tanggapan dari Program
Pembinaan di Lapas
Terbuka Jakarta
EA (Pasal 303 KUHP)
SW (Pasal 170 KUHP)
LM (Pasal 374 KUHP)
AP (Pasal 303 KUHP)
Wawancara
Reintegrasi Sosial di Lapas
Terbuka Jakarta
KH (Pasal 372 KUHP)
PH (Pasal 372 KUHP)
Wawancara
Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP)
Pengalaman Pembinaan,
Tanggapan dari Program
Pembinaan di Lapas Terbuka
Jakarta, dan Pelaksanaan
Reintegrasi Sosial di Lapas
Terbuka Jakarta
6 orang
20
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan ini, penulis melakukan tinjauan pustaka sebagai langkah
dari penyusunan skripsi yang penulis teliti, agar terhindar dari kesamaan
judul dan lain-lain dari skripsi yang sudah ada sebelum-sebelumnya. Setelah
mengadakan tinjauan pustaka, maka peneliti menemukan skripsi sebagai
berikut:
1. Nama : Putri Anisa Yuliana
NIM : 109054100019
Judul Skripsi : Program Pembinaan Kemandirian di Lembaga
Pemasyarakatan Terbuka Klas IIB Jakarta
Jurusan : Kesejahteraan Sosial
Tahun : 1437 H/2016 M
Dalam penelitiannya, Putri lebih menekankan pada penjelasan
program pembinaan kemandirian di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka
Klas II B Jakarta. Perbedaannya dengan peneliti ialah peneliti melakukan
penelitian mengenai strategi program pembinaan kemandirian yang
narapidana jalani selama proses reintegrasi sosial di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Jakarta. Sehingga, penelitian ini berbeda dari
segi strategi yang diterapkan oleh lembaga pemasyarakatan dalam
menjalankan program pembinaan kemandirian dalam proses reintegrasi
sosial bagi narapidana. Peneliti lebih berfokus pada strategi dan proses
reintegrasi terhadap narapidana guna mengembalikan keberfungsian
21
sosial warga binaan pemasyarakatan saat berbaur dengan masyarakat.
Sedangkan Putri hanya menjelaskan tentang program pembinaan
kemandiriannya saja.
2. Nama : Asisah
NIM : 1110054100007
Judul Skripsi : Program Reintegrasi Sosial Pada Warga Binaan
Pemasyarakatan di Lapas Klas II A Narkotika Cipinang
Jakarta
Jurusan : Kesejahteraan Sosial
Tahun : 2015
Dalam penelitiannya, Asisah hanya terfokus pada penjelasan
mengenai program reintegrasi sosial yang ada di Lapas Klas II A
Narkotika Cipinang Jakarta. Asisah juga menjelaskan bagaimana Lapas
Klas II A Narkotika Cipinang menerapkan program reintegrasi sosial
yang bermanfaat untuk warga binaan pemasyarakatan supaya
mengurangi over kapasitas di Lapas. Perbedaannya dengan peneliti ialah
peneliti terfokus dengan proses kemandirian dan proses reintegrasi sosial
di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta. Sistem yang diterapkan di Lapas
Narkotika dan Lapas Terbuka jelas berbeda penerapannya. Perbedaan
yang signifikan yaitu dari tempat penelitian dan juga model
pemasyarakatannya.
22
F. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian yang dilakukan penulis akan dituangkan dalam skripsi
dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS
Bab ini membahas tentang Strategi Program Pembinaan
Kemandirian dalam Proses Reintegrasi Sosial Bagi Warga
Binaan Pemasyarakatan yang meliputi pengertian strategi
program, fungsi dan tingkatan strategi, pelaksanaan program,
pengertian pembinaan, sistem pembinaan pemasyarakatan,
pengertian kemandirian, pengertian narapidana, hak narapidana,
reintegrasi sosial, pengertian pemidanaan, tujuan pemidanaan,
jenis-jenis pidana atau pemidanaan, pengertian resiliensi, aspek-
aspek resiliensi, self empowement, dan asimilasi.
BAB III GAMBARAN UMUM LAPAS KELAS IIB JAKARTA
Bab ini berisi tentang profil Lembaga Pemasyarakatan Terbuka
Klas II B Jakarta yang terdiri dari sejarah singkat, visi dan misi,
23
struktur organisasi dan program-program Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Jakarta.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
Bab IV ini menggambarkan hasil penelitian mengenai Strategi
Program Pembinaan Kemandirian dalam Proses Reintegrasi
Sosial Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Jakarta.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V ini merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian
pembahasan dalam penelitian ini. Bab ini berisi mengenai
kesimpulan dan saran yang sudah diterangkan di bab-bab
sebelumnya, dan juga berisi beberapa saran-saran untuk
pengembangan lebih lanjut.
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi Program
1. Pengertian Strategi
Secara etimologi, strategi berasal dari bahasa Yunani, strategos
yang berarti jenderal. Strategi pada umumnya berasal dari peristiwa
peperangan yaitu sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh. Namun
pada akhirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi
termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya dan agama.19
Penggunaan kata strategi dalam manajemen atau suatu organisasi
diartikan sebagai kiat cara dan taktik utama yang dirancang secara
sistematik dan melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan
strategi organisasi.20
Strategi berkaitan dengan arah dan tujuan kegiatan
jangka panjang suatu organisasi, karena organisasi tanpa adanya strategi
tidak akan berjalan semaksimal mungkin. Langkah pertama dalam
menentukan strategi jangka panjang adalah meletakan tujuan-tujuan yang
jelas, secara teoritis hal ini dapat dimengerti.21
Menyusun strategi berarti mencari jalan bagaimana mencapai hasil
yang ditargetkan sesuai dengan visi dan misi dalam situasi organisasi dan
19
Rafi‟udin dan Manna Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung:
Pustaka setia, 1997), h. 76 20
Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan Dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
Universitas Press, 2000), Cet ke-1, h. 147 21
David Faulkner dan Gery Jhonson, Seri Strategi Manajemen, Ter. Dari Strategic
Management The Challange Of Strategic Management, oleh Elex Media (Jakarta, PT. Elex
Media Komputindo, 1992), h. 5
25
prospek yang dihadapi. Strategi adalah jalan untuk mencapai tujuan
tertentu atau mencapai target keuangan dan posisi strategis.
Kegiatan pendampingan sosial seringkali dilakukan atau
melibatkan dua strategi utama, yakni pelatihan dan advokasi atau
pembelaan masyarakat. Pelatihan dilakukan terutama untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan masyarakat
mengenai hak dan kewajibannya serta meningkatkan keterampilan
keluarga dalam mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sedangkan advokasi adalah bentuk keberpihakan pekerja sosial terhadap
kehidupan masyarakat yang diekspresikan melalui serangkaian tindakan
politis yang dilakukan secara terorganisir untuk mentransformasikan
hubungan-hubungan kekuasaan. Terdapat lima aspek yang dapat
dilakukan dalam melakukan pendampingan sosial, yaitu motivasi,
peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan, manajemen diri,
mobilisasi sumber, dan pembangunan dan pengembangan jaringan.22
2. Pengertian Program
Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya
suatu kegiatan. Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih
terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini sesuai
dengan pengertian program yang diuraikan. Menurut Charles O. Jones,
pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan,
22
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT
Refika Aditama, 2005) h. 103-104
26
beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk
mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:
a. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk
melaksanakan atau sebagai pelaku program.
b. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program
kadang biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran.
c. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara
efektif dapat diakui oleh publik.
Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada
model teoritis yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial
yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya
harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa
masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones,
1996:295).
Program kerja atau agenda kegiatan dapat diartikan sebagai suatu
rencana kegiatan organisasi yang dibuat untuk jangka waktu tertentu
yang sudah disepakati oleh pengurus organisasi. Program kerja harus
dibuat dengan sistematis, terpadu dan terarah, karena program kerja
dalam organisasi menjadi pegangan anggota atau unit-unit didalamnya
untuk mewujudkan tujuan dan kegiatan rutin organisasi. Program kerja
dalam organisasi adalah kewajiban pengurus, yang nantinya akan
dijalankan oleh organisasi dalam jangka waktu sesuai dengan yang sudah
27
ditetapkan. Dalam sebuah organisasi program kerja adalah kebutuhan
primer yang dapat membantu kegiatan organisasi lebih jelas dan terarah.
B. Pembinaan Kemandirian
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan adalah suatu bagian dari proses rehabilitasi watak dan
perilaku narapidana selama menjalani hukuman hilang kemerdekaan,
sehingga ketika mereka keluar dari Lembaga Pemasyarakatan sudah
mempunyai tujuan, maka tidak lagi tanpa arah atau tidak lagi seakan-
akan menyiksa.
Pengertian pembinaan terdapat didalam Peraturan Pemerintah no.
32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Letak Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan Bab I tentang Ketentuan Umum pasal 1 butir kedua
yaitu pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan
perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan
Anak Didik Pemasyarakatan.23
Pola pembinaan narapidana secara beragam berlaku di Indonesia
atas dasar keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.02- PK.04.10 Tahun
1990, yang memuat antara lain tentang pengertian, tujuan, kebijaksanaan,
faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan, metode pembinaan, sarana
pembinaan dan pelaksanaan pengawasan. Tetapi keputusan tersebut telah
berganti dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.M.2.PK.004-10
23
Peraturan Pemerintah no. 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Letak Hak
Warga Binaan Pemasyarakatan
28
Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi,
Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.
Pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
dilaksanakan oleh petugas pemasyarakatan.24
Petugas pemasyarakatan
merupakan pejabat fungsional penegak hukum25
yang melaksanakan
tugas di bidang pembinaan, pengamanan, dan pembimbingan Warga
Binaan Pemasyarakatan. Pejabat fungsional diangkat dan diberhentikan
oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Adapun prinsip-prinsip untuk bimbingan dan pembinaan, yaitu:
a. Orang-orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan
bekal hidup sebagai warga yang baik dan berguna dalam
masyarakat.
b. Penjatuhan pidana adalah bukan tindakan balas dendam dari
negara.
c. Rasa tobat tidaklah dapat dicapai dengan menyiksa melainkan
dengan bimbingan.
d. Negara tidak berhak membuat seseorang narapidana lebih
buruk atau lebih jahat daripada sebelum ia masuk lembaga.
24
“Petugas pemasyarakatan” adalah pegawai pemasyarakatan yang melaksanakan
tugas pembinaan, pengamanan, dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatann. 25
“Pejabat Fungsional” adalah petugas pemasyarakatan yang diangkat dan
diberhentikan oleh Menteri dan telah memenuhi persyaratan, antara lain:
a. mempunyai latar belakang pendidikan teknis di bidang pemasyarakatan.
b. melakukan tugas yang bersifat khusus dilingkungan Unit Pelaksana Teknis
Pemasyarakatan.
c. memenuhi persyaratan lain bagi fungsional sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
29
e. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak narapidana harus
dikenalkan kepada masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari
masyarakat.
f. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh
bersifat mengisi waktu atau hanya diperuntukan bagi
kepentingan lembaga atau negara saja, pekerjaan yang
diberikan harus ditunjukan untuk pembangunan negara.
g. Bimbingan dan didikan harus berdasarkan azas Pancasila.
h. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai
manusia meskipun ia telah tersesat tidak boleh ditujukan
kepada narapidana bahwa itu penjahat.
i. Narapidana itu hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan.
j. Sarana fisik bangunan lembaga dewasa ini merupakan salah
satu hambatan pelaksanaan sistem pemasyarakatan.26
2. Sistem Pembinaan Pemasyarakatan
Sistem pembinaan pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas-
asas:
a. Pengayoman
b. Persamaan perlakuan dan pelayanan
c. Pendidikan
d. Pembimbingan
e. Penghormatan harkat dan martabat manusia
26
Dwidja Priyatno , Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2006), h. 98.
30
f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan,
dan
g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan
orang-orang tertentu.
Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas dilaksanakan:
a. Secara intramural (didalam lapas)
b. Secara ekstramural (diluar lapas)
3. Kemandirian
Kata “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang
mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “an” yang kemudian membentuk
suatu kata keadaan atau kata benda. Karena keamandirian berasal dari
kata dasar “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat
dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan “diri” itu sendiri,
yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah “self” karena
“diri” itu merupakan inti dari kemandirian.
Emil Durkheim melihat makna dan perkembangan kemandirian
dari sudut pandang yang berpusat pada masyarakat. Pandangan ini
dikenal juga dengan pandangan konformistik. Durkheim berpendapat
bahwa kemandirian itu tumbuh dan berkembang karena adanya dua
faktor yang merupakan elemen prasarat bagi kemandirian, yaitu:
a. Adanya disiplin yaitu adanya aturan bertindak dan otoritas, dan
b. Adanya komitmen terhadap kelompok.
31
Dalam pandangan konformistik, kemandirian merupakan
konformitas terhadap prinsip moral kelompok rujukan. Oleh sebab itu,
individu yang memiliki kemandirian pengambilan keputusan probadinya
dilandasi oleh pemahaman mendalam akan konsekuensi dari tindakannya
disertai dengan keberanian diri menerima segala konsekuensi dari
tindakannya itu. Dengan demikian, dalam pendangan konformistik ini
pemahaman mendalam tentang hukum moralitas menjadi faktor utama
pendukung perkembangan kemandirian. Bahkan, menurut Sunaryo
Kartadinata (1988), faktor pemahaman inilah yang membedakan
kemandirian (self determinism) dari kepatuhan (sumbission) karena
dengan pemahaman inilah individu akan terhindar dari konformitas pasif.
Secara hakiki, perkembangan kemandirian individu sesungguhnya
merupakan perkembangan hakikat eksistensial manusia. Penghampiran
terhadap kemandirian dengan menggunakan perspektif yang berpusat
pada masyarakat cenderung memandang bahwa lingkungan masyarakat
merupakan kekuatan luar biasa yang menentukan kehidupan individu.
Dari sudut pandang ini, seolah-olah individu itu tidak memiliki kekuatan
apa-apa untuk menentukan perbuatannya sendiri. Pandangan yang
berpusat pada masyarakat akan cenderung memposisikan pendidikan
sebagai proses transmisi budaya yang lebih menekankan pada proses
penanaman harapan dan aturan masyarakat.27
27
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran (Bandung: CV. Wacana Prima,
2009), h. 128-129.
32
Atas dasar kelemahan yang melekat pada pandangan yang berpusat
pada masyarakat itu, maka kemandirian perlu dihampiri dengan
menggunakan perspektif lain yang bersifat aktif-progresif. Dalam
konteks ini, Sunaryo Kartadinata (1988) mengajukan konsep bahwa
proses perkembangan manusia harus dipandang sebagai “proses
interaksional dinamis”. Dikatakannya bahwa proses ini
mengimplikasikan bahwa manusia berhak memberikan makna terhadap
dunianya atas dasar “proses mengalami” sebagai konsekuensi dari
perkembangan berpikir dan penyesuaian kehendaknya. Dalam perspektif
ini, kemandirian menjadi berpusat pada “ego” atau “diri” sebagai dimensi
pemersatu organisasi kepribadian.
Interaksional mengandung makna bahwa kemaandirian
berkembang melalui proses keragaman manusia dalam kesamaan dan
kebersamaan, bukan dalam kevakuman. Dalam konteks kesamaan dan
kebersamaan ini, Abraham H. Maslow (1971) membedakan kemandirian
menjadi dua, yaitu: 28
a. Kemandirian Aman (secure autonomy)
Kemandirian aman adalah kekuatan untuk menumbuhkan
cinta kasih pada dunia, kehidupan, dan orang lain, sadar akan
tanggungjawab bersama, dan tumbuh rasa percaya terhadap
kehidupan. Kekuatan ini digunakan untuk mencintai kehidupan dan
membantu orang lain.
28
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran (Bandung: CV. Wacana Prima,
2009), h. 130.
33
b. Kemandirian Tak Aman (insecure autonomy)
Kemandirian tak aman adalah kekuatan kepribadian yang
dinyatakan dalam perilaku menentang dunia. Maslow menyebut
kondisi seperti ini sebagai “selfish autonomy” atau kemandirian
mementingkan diri sendiri.
Kemandirian yang sehat adalah yang sesuai dengan hakikat
manusia yang paling dasar. Perilaku mandiri adalah perilaku memelihara
hakikat ekosistensi diri. Oleh sebab itu, kemandirian bukanlah hasil dari
proses internalisasi aturan otoritas melainkan suatu proses perkembangan
diri sesuai dengan hakikat eksistensi manusia.
C. Narapidana
1. Pengertian Narapidana
Narapidana adalah orang yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), Narapidana adalah orang hukuman (orang
yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana); terhukum.
Sementara itu, menurut kamus induk istilah ilmiah menyatakan bahwa
Narapidana adalah orang hukuman; orang buian. Selanjutnya
berdasarkan kamus hukum narapidana diartikan sebagai berikut:
Narapidana adalah orang yang menjalani pidana dalam Lembaga
Pemasyarakatan.29
29
Kamus Besar Bahasa Indonesia
34
Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1995 tentang Pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang
menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan.
Menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, terpidana adalah seseorang yang di pidana berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.30
Terpidana yang diterima di Lapas wajib didaftar, pendaftaran
sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Pencatatan:
1) Putusan pengadilan
2) Jati diri
3) Barang atau uang yang dibawa
b. Pemeriksaan kesehatan
c. Pembuatan pas foto
d. Pengambilan sidik jari
e. Pembuatan berita acara serah terima terpidana
Dalam rangka pembinaan terhadap narapidana di Lapas dilakukan
penggolongan atas dasar:
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Lama pidana yang dijatuhkan
d. Jenis kejahatan
30
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
35
e. Kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan
pembinaan.
2. Hak Narapidana
Adapun hak-hak narapidana selama menjalani masa pidananya
yaitu:
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya
b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani
c. Mendapat pendidikan dan pengajaran
d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak
e. Menyampaikan keluhan
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran di media
massa lainnya yang tidak dilarang
g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan
h. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang
tertentu lainnya
i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi)
j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti
mengunjungi keluarga
k. Mendapatkan pembebasan bersyarat
l. Mendapatkan cuti menjelang bebas, dan
m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
36
Penjelasan tersebut diatas dilaksanakan dengan memperhatikan
status yang bersangkutan sebagai narapidana, dengan demikian
pelaksanaannya dalam batas-batas yang diizinkan. Huruf „e‟ yaitu
menyampaikan keluhan apabila terhadap narapidana yang bersangkutan
terjadi pelanggaran hak asasi dan hak-hak lainnya yang timbul
sehubungan dengan proses pembinaan, yang dilakukan oleh aparat Lapas
atau sesama penghuni Lapas, yang bersangkutan dapat menyampaikan
keluhannya kepada kepala Lapas. Huruf „i‟ dan „j‟, diberikan hak
tersebut setelah narapidana yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Huruf „k‟,
pembebasan bersyarat adalah bebasnya narapidana setelah menjalani
sekurang-kurangnya dua pertiga masa pidananya dengan ketentuan dua
pertiga masa pidananya dengan ketentuan dua pertiga tersebut tidak
kurang dari 9 (sembilan) bulan. Huruf „l‟, yang dimaksud dengan cuti
menjelang bebas adalah cuti yang diberikan setelah narapidana menjalani
lebih dari dua pertiga masa pidananya dengan ketentuan harus
berkelakuan baik dan jangka cuti sama dengan remisi terakhir paling
lama 6 (enam) bulan. Huruf „m‟, yang dimaksud hak-hak lain adalah hak
politik, hak memilih, dan hak keperdataan lainnya.
Berdasarkan Pasal 16 UU Pemasyarakatan Narapidana dapat
dipindahkan dari satu Lapas ke Lapas lain untuk kepentingan:
a. Pembinaan
b. Keamanan dan ketertiban
37
c. Proses peradilan, atau
d. Lainnya yang dianggap perlu
D. Reintegrasi Sosial
Reintegrasi merupakan suatu proses sosial dalam menyatukan kembali
pihak-pihak yang berkonflik untuk berdamai atau bersatu kembali seperti
kondisi sebelum terjadi konflik.31
Reintegrasi menekankan kepentingan
pemidanaan baik bagi pelaku maupun pada masyarakat. Reintegrasi sosial
bisa disebut sebagai sebagian upaya untuk membangun kembali kepercayaan,
modal sosial, dan kohesi sosial. Proses ini bukanlah proses yang mudah.
Proses ini cukup sulit dan memakan waktu yang lama.
Reintegrasi sosial didasarkan pada premis bahwa kejahatan hanya
gejala terjadinya disorganisasi dalam masyarakat. Reintegrasi menekankan
pada kepentingan individu dan masyarakat dalam tingkatan yang sama.
Perilaku kepatuhan terhadap hukum terlihat sebagai kebutuhan bagi individu
pelaku maupun masyarakat. Maka, reintegrasi adalah intervensi ke dalam
kehidupan narapidana dan masyarakat dengan maksud untuk memberikan
pilihan-pilihan positif terhadap perilaku pelanggar hukum. Pendekatan untuk
menambahkan nilai-nilai positif tersebut dapat dilakukan kepada narapidana,
baik pada saat narapidana berada di tengah-tengah masyarakat ataupun pada
saat di dalam lembaga pemasyarakatan.32
31
https://www.scribd.com/doc/301863886/Integrasi-Dan-Reintegrasi-Sosial dikutip
pada tanggal : 21 Februari 2017 pukul 14.04 WIB 32
Skripsi Heru Suryanto “Kajian Yuridis Tentang Pelaksanaan Pembinaan
Narapidana dalam Tahap Asimilasi di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas IIB Jakarta”
Universitas Islam Attahiriyah, Fakultas Hukum, Jakarta, 2014, h.4.
38
Disintegrasi atau disorganisasi adalah perubahan yang terjadi pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan dapat membuat pudarnya norma-norma
dan nilai-nilai dalam masyarakat. Dalam reintegrasi sosial sarana
mengendalikan konflik sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang berkonflik
dengan tujuan untuk menetralkan ketegangan-ketegangan yang timbul dari
dampak konflik.
Maksud dari reintegrasi sosial adalah proses pembentukan norma-
norma dan nilai-nilai baru agar serasi dengan lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan.33
Reintegrasi merupakan
suatu proses yang dilakukan antara klien dengan masyarakat, dalam
reintegrasi tersebut saling memberikan mutualisme bersama tanpa ada yang
dirugikan salah satunya.
E. Pemidanaan
1. Pengertian Pemidanaan
Menurut Prof. Moelyatno istilah “hukuman” atau “straf”
merupakan istilah konvensional. Istilah yang benar /inkonvensional
untuk menggantikan “Straf” adalah “Pidana”. Hal tersebut sesuai
dengan istilah “strafrecht” yang selama ini digunakan sebagai
terjemahan dari “Hukum pidana”. Dengan demikian, maka istilah
“pidana” merupakan istilah yang lebih khusus yang dipakai dalam hukum
pidana.34
Kekhususan lain dari istilah pidana termasuk dalam hal bentuk
33
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2013), h. 293. 34
https://rahmanjambi43.wordpress.com/2015/02/06/teori-pemidanaan-dalam-
hukum-pidana-indonesia/ dikutip pada tanggal : 13 Maret 2017 pukul 13.47 WIB
39
atau jenis snksi/hukumannya, dimana sifat nestapa atau penderitaan lebih
menonjol bila dibandingkan dengan bentuk hukuman yang dimiliki oleh
aspek hukum lain. Bahkan para ahli hukum pidana ada yang
mengatakan, bahwa hukum pidana merupakan hukum sanksi istimewa.
Dikatakan pula bahwa hukum pidana merupakan sistem sanksi yang
negatif. Yaitu suatu nestapa yang sifatnya mencelakakan/menderitakan
yang sudah tentu membuat si terpidana menjadi tidak enak. Pidana tidak
hanya tidak enak dirasakan pada waktu dijalani, tetapi sesudah itu orang
yang dikenai masih merasakan akibatnya yang berupa”cap” atau “label”
atau “stigma” dari masyarakat.35
Menurut Prof. Sudarto, pidana adalah pembalasan (pengimbalan)
terhadap kesalahan si pembuat. Jadi, secara dogmatis pidana itu untuk
orang yang normal jiwanya, untuk orang yang mampu bertanggung
jawab, sebab orang yang tidak mampu bertanggung jawab tidak
mempunyai kesalahan dan orang yang tidak mempunyai kesalahan tidak
mungkin dipidana.36
Menurut Muladi dalam pidato pengukuhan Guru Besar Hukum
Pidana pada Fakultas Hukum Undip Semarang, tanggal 24 Februari 1990
sehubungan dengan tujuan pemidanaan dalam konsep Rancangan KUHP
Nasional menyatakan, bahwa keseluruhan teori pemidanaan, baik yang
bersifat pencegahan umum dan pencegahan khusus (general and special
prevention), pandangan perlindungan masyarakat (social defence theory),
35
Soedarto, Hukum dan Hukum Pidana. Alumni, 1986. 36
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Cetakan ke-
4 (Bandung: PT Alumni, 2010), h. 8.
40
teori kemanfaatan (utilitarian theory), teori keseimbangan yang
bersumber pada pandangan adat bangsa Indonesia maupun teori
rasosialisasi sudah tercakup di dalamnya. Namun, ditegaskan oleh
Muladi bahwa ada suatu catatan khusus yang harus dipandang tercakup
(implied) di dalam perangkat tujuan pemidanaan tersebut, yaitu:
a. Perangkat tujuan pemidanaan tersebut harus sedikit banyak
menampung aspirasi masyarakat yang menuntut pembalasan,
sekalipun dalam hal ini vergelden harus diartikan bukannya
membalas dendam (legalized vengeance revenge or relation) tetapi
pengimbalan atau pengimbangan atas dasar tingkat kesalahan si
pelaku.
b. Bahwa di dalam perangkat tujuan pemidanaan tersebut harus
mencakup pula tujuan pemidanaan harus diarahkan untuk
memelihara dan mempertahankan kesatuan (to maintain social
cohesion intact). Pemidanaan merupakan salah satu senjata untuk
melawan keinginan-keinginan yang oleh masyarakat tidak
diperkenankan untuk diwujudkan. Pemidanaan oleh pelaku tindak
pidana tidak hanya tidak hanya membebaskan kita dari dosa, tetapi
juga membuat kita benar-benar berjiwa luhur. Peradilan pidana
merupakan pernyataan masyarakat bahwa, masyarakat mengurangi
hasrat agresif menurut cara yang dapat diterima oleh masyarakat.
Pembersihan kesalahan secara kolektif ditujukan untuk
41
memperkuat moral masyarakat dan mengikat erat para anggotanya
untuk bersama-sama berjuang melawan para pelanggar hukum.37
Proses peradilan yang tidak fair sebaliknya akan dapat memicu
kecemburuan sosial, dan perasaan „dendam‟ yang dapat berakibat pada
berkembangnya beih konflik yang terselubung, benih-benih yang
terselubung ini bila dikombinasikan dengan faktor pemicu yang tepat
akan dapat merusak bukan hanya keteraturan sosial yang sudah ada, ia
bahkan akan dapat mengakibatkan kerusakan fisik yang tidak ternilai.38
Maka dari itu, berdasarkan praktek peradilan pidana di Indonesia
untuk dapat terselenggaranya sistem peradilan pidana (criminal justice
system) yang baik, maka perlu dibuat suatu pedoman pemidanaan yang
lengkap dan jelas. Pedoman ini sangat berguna bagi hakim dalam
memutuskan sesuatu perkara dan mempunyai dasar pertimbangan yang
cukup rasional. Maka, sehubungan dengan hal tersebut dalam konsep
Rancangan KUHP 2004 dalam pasal 52, terdapat pedoman pemidanaan
yang bunyinya sebagai berikut:
Dalam pemidanaan wajib mempertimbangkan: 39
a. Kesalahan pembuat tindak pidana
b. Motif dan tujuan melakukannya tidak pidana
c. Sikap batin pembuat tindak pidana
37
Dwidja Priyatno , Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2006), h. 29. 38
Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan
Sosial, dan Kajian Pembangunan), (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 58. 39
Dwidja Priyatno , Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2006), h. 38.
42
d. Apakah tindak pidana dilakukan dengan berencana
e. Cara melakukan tindak pidana
f. Sikap dan tindakan pembuat sesudah melakukan tindak pidana
g. Riwayat hidup dan keadaan sosial-ekonomi pembuat tindak pidana
h. Pengaruh pidana terhadap masa depan pembuat tindak pidana
i. Pengaruh tindak pidana terhadap korban atau keluarga korban
j. Pemaafan dari korban dan/atau keluarganya
k. Pandangan masyarakat terhadap tindak pidana yang dilakukan.
2. Tujuan pemidanaan
Tujuan diadakan pemidanaan diperlukan untuk mengetahui sifat
dasar dari hukum pidana. Menurut Franz von List yang dikutip oleh
Bambang Purnomo, yang mengajukan problematik sifat pidana yang
menyatakan bahwa, “rechtsguterschutzdurch rechtsguterverletung” yang
artinya melindungi kepentingan tetapi dengan menyerang kepentingan.
Dan menurut Hugo de Groot yang juga dikutip oleh Bambang Purnomo
yang menyatakan bahwa, dalam hubungan tersebut “malumpassionis
(quod infligitur) propter malum actionis” yang artinya penderitaan jahat
menimpa dikarenakan oleh perbuatan jahat.
Adapun tujuan pemidaan yaitu sebagai berikut:
a. Penyelesaian konflik (conflict resolution)
b. Mempengaruhi para pelanggar dan orang-orang yang lain ke
arah perbuatan yang kurang lebih sesuai dengan hukum.
43
F. Teori Resiliensi (Ketahanan Diri)
1. Pengertian Resiliensi
Kebanyakan frustasi dan konflik dalam kehidupan sehari-hari
dapat dipecahkan pada taraf sadar dan yang tidak dapat dipecahkan, pada
taraf itu akan menimbulkan usaha-usaha penyesuaian diri secara tak
sadar, yakni mekanisme pertahanan. Cara penyesuaian diri secara tidak
sadar (mekanisme pertahanan) adalah usaha individu untuk melindungi
dirinya terhadap ancaman bagi integritas ego dan juga untuk meredakan
tegangan dan kecemasan sebagai akibat dari frustasi dan konflik yang
tak terpecahkan.
Pertahanan merupakan sarana untuk memperoleh apa yang
diinginkan dari hal-hal yang terdapat dalam lingkungan sekitar. Dari segi
pandangan ini, mekanisme-mekanisme pertahanan tidak lagi merupakan
usaha untuk mencocokan, mengadaptasikan, atau menyesuaikan diri
dengan keadaan sekitar individu, melainkan merupakan usaha untuk
mempengaruhi dan membentuk keadaan keadaan sekitar itu supaya
cocok dengan keadaan dan ide-ide individu.40
Gutman, Sameroff dan Cole (2003), menyatakan bahwa istilah
untuk kondisi sulit yang akhirnya menghasilkan suatu kesuksesan disebut
dengan resiliensi. Resiliensi adalah suatu kemampuan untuk bertahan dan
beradaptasi dengan sesuatu yang terlihat salah atau tidak sesuai.
Resiliensi sangat penting dalam membantu individu untuk mengatasi
40
Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 1 (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2010), cet.
5, h. 428-430.
44
segala kesulitan yang muncul setiap hari. Dengan meningkatkan
resiliensi, maka individu akan mampu untuk mengatasi kesulitan apapun
yang muncul di dalam kehidupan ini. Resiliensi merupakan kunci sukses
dalam pekerjaan dan mendapatkan kepuasan dalam hidup. Resiliensi
akan mempengaruhi kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kualitas
hubungan interpersonal. Keseluruhan hal ini merupakan komponen dasar
dari kebahagiaan dan kesuksesan.
Individu yang memiliki resiliensi tinggi akan mampu mengatasi
kesulitan dan trauma yang dihadapi. Individu ini akan mampu melihat
kegagalan sebagai suatu kesempatan untuk menjadi lebih maju dan
mampu menarik pelajaran dari kegagalannya itu. Bagi individu tersebut,
kegagalan bukanlah titik akhir dalam hidupnya. Mereka mampu untuk
menarik arti dari kegagalan yang dialaminya dan menjadikan kegagalan
tersebut sebagai batu loncatan untuk menjadi lebih baik. Kegagalan
diubah menjadi kesuksesan dan rasa tidak berdaya menjadi kekuatan
(Grotberg, 1999). Umunya, mereka yang memiliki resiliensi ini terdorong
untuk mengatasi keterbatasan mereka. Setiap keterbatasan-keterbatasan
seperti yang disebutkan di atas menantang kemampuan seseorang untuk
menghadapi, mengatasi, belajar, serta mengubahnya. Sedangkan pada
individu yang memiliki resiliensi yang rendah cenderung
mempersepsikan masalah sebagai suatu beban dalam hidupnya. Masalah
yang dipandang sebagai beban akan membuat dirinya lebih mudah
merasa terancam dan cepat merasa frustasi. Mekanisme-mekanisme
45
pertahanan merupakan teknik yang digunakan individu untuk melindungi
diri terhadap dampak lingkungan yang tidak selalu ramah dan sedikit
banyak merupakan pengalaman masa sekarang dan masa lampau.41
Menurut Reivich dan Shatte (2002), resiliensi adalah kemampuan
untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau
masalah yang terjadi dalam kehidupan. Bertahan dalam keadaan tertekan,
dan bahkan berhadapan dengan kesengsaraan atau trauma yang di alami
dalam kehidupannya. Sedangkan bagi individu yang memiliki resiliensi
rendah cenderung cepat menjadi frustasi dalam menghadapi tugas
pendidikan maupun keterampilan.42
Sedangkan menurut Edi Suharto, social resilience atau ketahanan
sosial seperti halnya ketahanan ekonomi, politik, budaya, dan militer
merupakan unsur pembentuk ketahanan nasional. Ketahanan sosial
didefinisikan sebagai kemampuan individu-individu sebagai anggota
sebuah lembaga atau komunitas dalam mengembangkan hubungan sosial
sehingga dapat mempertahankan koeksistensinya dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Dengan definisi tersebut, maka
kedudukan, fungsi dan peranan ketahanan sosial tidak terpisahkan dari
sistem ketahanan lainnya dalam mewujudkan ketahanan nasional.43
41
Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 1 (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2010), cet.
5, h. 430. 42
Jurnal, Resiliensi dan Prestasi Akademik pada Anak Tunarungu, Fonny dan
Fidelise E Waruwu dan Lianawati, Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara Jakarta. 43
Edi Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsep dan Strategi (Jakarta:
Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004) h. 83-84.
46
2. Aspek-Aspek Resiliensi
Reivich dan Shatte (2002) juga memaparkan tujuh kemampuan
yang membentuk resiliensi, yaitu sebagai berikut: 44
1. Emotion Regulation (Regulasi Emosi)
Emotion regulation adalah kemampuan untuk tetap tenang
dibawah kondisi yang menekan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa orang yang kurang memiliki kemampuan untuk mengatur
emosi mengalami kesulitan dalam membangun dan menjaga
hubungan dengan orang lain.
2. Impulse Control (Pengendalian Impuls)
Impulse Control adalah kemampuan individu untuk
mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang
muncul dari dalam diri. Individu yang memiliki kemampuan
Impulse control yang rendah, cepat mengalami perubahan emosi
yang pada akhirnya mengendalikan pikiran dan perilaku mereka.
3. Optimism (Optimisme)
Optimism adalah ketika kita melihat bahwa masa depan kita
cemerlang. Optimism yang dimiliki oleh seorang individu
menandakan bahwa individu tersebut percaya bahwa dirinya
memiliki kemampuan untuk mengatasi kemalangan yang mungkin
terjadi di masa depan.
44
Jurnal, Resiliensi pada Narapidana Laki-laki di Lapas Klas 1 Medaeng,
Muhammad Riza dan Ike Herdiana, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya.
47
4. Casual Analysis (Analisis Penyebab Masalah)
Casual Analysis merujuk pada kemampuan individu untuk
mengidentifikasi secara akurat penyebab dari permasalahan yang
mereka hadapi. Individu yang tidak mampu mengidentifikasikan
penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi secara tepat,
maka terus-menerus berbuat kesalahan yang sama.
5. Empathy (Empati)
Empathy sangat erat kaitannya dengan kemampuan individu
untuk membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis
orang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan berempati
cenderung memiliki hubungan sosial yang positif.
6. Self Efficacy (Efikasi Diri)
Self Efficacy merepresentasikan sebuah keyakinan bahwa kita
mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai
kesuksesan. Kepercayaan akan kompetensi membantu individu
untuk tetap berusaha, dalam situasi yang penuh tantangan dan
mempengaruhi kemampuan untuk mempertahankan harapan.
7. Reaching Out (Peningkatan Aspek Positif)
Reaching out merupakan kemampuan individu meraih aspek
positif dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa.
48
G. Teori Self Empowerment
1. Pengertian Self Empowerment
Istilah Empowerment bisa juga dikatakan sebagai suatu
pemberdayaan. Peran yang dimainkan oleh pemberdayaan pada
hakikatnya adalah untuk memperkuat daya (kemampuan dan posisi) agar
masyarakat semakin mandiri. Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan
sebagai proses penguatan kapasitas. Penguatan masyarakat disini
memiliki makna ganda yang bersifat timbal balik. Di satu pihak,
penguatan diarahkan untuk melebihmampukan individu agar lebih
mampu berperan di dalam kelompok dan masyarakat global, di tengah-
tengah ancaman yang dihadapi baik dalam kehidupan pribadi, kelompok
dan masyarakat global.45
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata „power‟ (kekuasaan atau keberdayaan).
Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep
mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan
kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita
inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial
tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh
dan kontrol. Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan
sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang
bermakna.
45
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto, Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan Publik (Bandung: Alfabeta, 2013) h. 69.
49
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka
memiliki kebebasan (freedom), dan mampu menjangkau sumber-sumber
produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang
mereka perlukan, serta berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.46
Teori pemberdayaan muncul dari kesulitan praktik radikal dalam
masyarakat ekonomi liberal. Pemberdayaan membantu individu dan
kelompok dalam menyelesaikan permasalahan sosial. Pemberdayaan
(empowerment) berusaha membantu klien mendapatkan kekuatan dalam
mengambil keputusan dan aksi dengan cara meningkatkan kapasitas dan
kepercayaan diri untuk menggunakan kekuasaan serta mentransfer
kekuatan dari kelompok dan individu. Advokasi berusaha untuk
mempresentasikan kepentingan klien yang tidak berdaya menjadi
individu yang kuat. Ia juga mempresentasikan orang dalam dua cara:
berbicara untuk mereka dan menginterpretasikan, dan mempresentasikan
mereka terhadap ketidakadilan dengan segala kekuatan yang dimiliki.47
Menurut Friedmann konsep empowerment merupakan paradigma
terakhir dari konsep pembangunan manusia yang kemunculannya
46
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT
Refika Aditama, 2005) h. 57-58 47
Siti Napsiyah dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial,
(Tangerang: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 49.
50
disebabkan oleh karena adanya dua permasalahan yakni “kegagalan” dan
“harapan”, yaitu kegagalan model-model pembangunan ekonomi dalam
menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan
dengan harapan-harapan adanya alternatif pembangunan yang
memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, persamaan antar
generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Ife (1991)
mengemukakan bahwa pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya,
kesempatan, pengetahuan dan keterampialn mereka dalam pengambilan
keputusan dan berpartisipasi dalam kegiatan yang mempunyai dampak
pada kehidupan masyarakat di masa depan.48
Maka, Self-Empowering adalah sebuah proses yang berkelanjutan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi yang inisiatif dan
usaha utamanya (main effort) berasal dari diri sendiri. Inisiatif
berhubungan dengan keinginan, motivasi yang timbul atas kesadaran
serta kebutuhan pribadi seseorang. Ini berlawanan dengan yang
dimunculkan dari orang lain. Usaha utama artinya, sebagian besar usaha,
pengorbanan untuk mempertahankan dan meningkatan kompetensi ini
dilakukan oleh diri sendiri dan tidak tergantung pada dukungan
(termasuk finansial) orang lain. Kondisi ini tidak menafikan bantuan
orang lain, jika memang ada, boleh dimanfaatkan secara maksimal. Yang
terpenting, ada atau tidak ada bantuan tersebut, proses self-empowering
harus tetap berjalan.
48
Edi Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsep dan Strategi (Jakarta:
Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004) h. 29.
51
Pemberdayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang memiliki
kemampuan untuk mengendalikan kehidupan. Orang yang tidak merasa
berdaya mungkin memiliki rasa percaya diri yang rendah, merasa tidak
termotivasi untuk mengejar tujuannya, dan berhenti berusaha untuk
mendapatkan kebahagiaan di dalam hidupnya. Seseorang dapat
memberdayakan diri sendiri melalui aktivitas emosional dan fisik
sehingga merasa lebih berhubungan dengan caranya sendiri dalam
mempengaruhi lingkungan.49
Untuk bisa melakukan self-empowering seseorang harus memiliki
kemampuan melakukan analisis SWOT (strength, weakness, opportunity
and threat/kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) terhadap diri
sendiri, melakukan mapping (pemetaan) hasil analisis SW pribadi dan
OT lingkungan (pekerjaan), membuat rencana bagaimana kompetensinya
dipertahankan dan ditingkatkan, mengimplementasikan rencananya,
selanjutnya melakukan evaluasi atas proses tersebut. Demikian
seterusnya proses ini berlangsung terus-menerus selama usia produktif
kita selaku manusia.
2. Indikator Keberdayaan
Menurut Kieffer (1981), pemberdayaan mencakup tiga dimensi
yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan
kompetensi partisipatif (Suharto, 1997:215). Parsons et.al. (1994:106)
juga mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada:
49
http://id.wikihow.com/Memberdayakan-Diri-Sendiri dikutip pada tanggal : 12
April 2017 pukul 10.40 WIB
52
a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan
individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan
sosial yang lebih besar.
b. Sebuan keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri,
berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.
c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang
dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah tersebut
untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur
yang masih menekan.50
3. Strategi Pemberdayaan
Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja
dilakukan secara individual, meskipun pada gilirannya strategi ini pun
tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan
sumber atau sistem luar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial,
pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra
pemberdayaan (empowerment setting), yaitu:
a. Mikro, pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis
intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih
klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini
sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task
centered approach).
50
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT
Refika Aditama, 2005) h. 63.
53
b. Mezzo, pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok
sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika
kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam
meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-
sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.
c. Makro, pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar
(large-system-strategy), karena sasaran perubahan diarahkan
pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan,
perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying,
pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah
beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar
memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk
memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta
menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.51
H. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses pembinaan Warga Binaan
Pemasyarakatan dengan membaurkan narapidana atau anak didik
pemasyarakatan dengan masyarakat. Tujuan asimilasi ini adalah
mempersiapkan narapidana atau anak didik pemasyarakatan untuk kembali
51
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT
Refika Aditama, 2005) h. 66-67
54
menjalani kehidupan bermasyarakat yang baik.52
Jika pembinaan diri
narapidana dan antara hubungannya dengan masyarakat telah berjalan kurang
dari 1/3 dari masa pidana sebenarnya menurut Dewan Pembinaan
Pemasyarakatan telah dicapai cukup menunjukan perbaikan-perbaikan dalam
tingkah laku, kecakapan dan lain-lain. Maka tempat atau wadah utama dari
proses pembinaannya ialah gedung lembaga pemasyarakatan terbuka dengan
maksud memberikan kebebasan bergerak lebih banyak lagi atau para
narapidana yang sudah pada tahap ini dapat dipindahkan dari lembaga
pemasyarakatan terbuka. Pada tahap ini program keamanannya adalah
medium. Di tempat baru ini narapidana diberi tanggung jawab terhadap
masyarakat. Bersamaan dengan ini pula dipupuk rasa harga diri, tatakrama,
sehingga dalam masyarakat luas timbul kepercayaannya dan berubah
sikapnya terhadap narapidana. Kontak dengan unsur-unsur masyarakat
frekwensinya lebih diperbanyak lagi misalnya kerjabakti dengan masyarakat
luas. Pada saat ini dilakukan kegiatan bersama-sama dengan unsur
masyarakat. Masa tahanan yang harus dijalani pada tahap ini adalah sampai
berkisar ½ dari masa pidana yang sebenarnya.53
52
Jurnal Ilmiah, Agung Pambudi, Asimilasi Bagi Anak Pidana (Studi di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Kelas IIA Blitar), Universitas Brawijaya Fakultas Hukum 53
Dwidja Priyatno , Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2006), h. 99.
55
BAB III
GAMBARAN PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
Lembaga Pemasyarakatan Terbuka adalah salah satu institusi di
bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia yang secara khusus melaksanakan
pembinaan lanjutan terhadap narapidana pada tahap asimilasi yaitu dengan
masa pidana antara 1/2 sampai dengan 2/3 dari masa pidana yang harus
dijalani oleh narapidana yang bersangkutan. Asimilasi yang dimaksud
menurut penjelasan Undang-Undang No.12 tahun 1999 tentang
Pemasyarakatan pasal demi pasal, pasal 6 ayat 1 alinea ke 2, Pembinaan
secara ekstramural yang dilakukan di LAPAS disebut asimilasi, yaitu proses
pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan yang telah memenuhi
persyaratan tertentu dengan membaurkan mereka ke dalam kehidupan
bermasyarakat.
Pembentukan Lapas Terbuka sebagai implementasi dari Surat
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I No : M.03.PR.07.03.
Tahun 2003, tanggal 16 April 2003, perihal pembentukan Lapas Terbuka
Pasaman, Jakarta, Kendal, Nusakambangan, Mataram dan Waikabubak
yang ditandatangani oleh Bapak Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra dan
merupakan pengejawantahan dari konsep Community-Based Correction.
Peresmian Lapas Terbuka Jakarta dilakukan oleh Bapak Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia berikutnya yaitu Dr. Hamid Awaludin, SH. LLM, pada
56
tanggal 14 Mei 2005. Lapas Terbuka Jakarta berlokasi di belakang komplek
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I dengan alamat, Jl. Raya Gandul, Desa
Gandul, Kecamatan Limo, Kota Depok.
Kapasitas hunian dari Lapas Terbuka Jakarta saat pertama didirikan
mampu menampung 50 orang yang dibagi dalam 10 kamar hunian dan sejak
tahun anggaran 2008/2009 telah dilakukan peningkatan kapasitas hunian
menjadi 100 orang, yang dibagi menjadi 20 kamar.54
Namun, pada saat ini
dari 20 kamar hunian hanya dapat menampung 60 narapidana saja, jadi satu
kamar di huni oleh maksimal tiga orang narapidana.55
Kamar hunian yang
ada di Lapas Terbuka berbeda dengan kamar hunian yang terdapat di Lapas
tertutup, perbedaan terdapat pada bentuk bangunannya, di Lapas Terbuka
kamar hunian berbentuk seperti kamar asrama atau kost yang tidak
dilengkapi dengan jeruji besi seperti yang biasa digunakan oleh kamar
hunian Lapas tertutup sebagai penghalang bagi narapidana agar tidak
melarikan diri.
54
Profil Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta, h. 1. 55
Wawancara dengan Bapak Sarwo Edy selaku Kepala KPLP, 17 Maret 2017
57
Gambar 3.1
Peresmian Pendirian Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Sumber: Dokumentasi Pribadi, Tembok Lapas Terbuka Jakarta
B. Visi, Misi dan Motto Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
1. Visi
Pemulihan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan
Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat
dan makhluk Tuhan YME (Membangun Manusia Mandiri).
2. Misi
Melaksanakan pembinaan dan pembimbingan tahap lanjutan bagi
Warga Binaan Pemasyarakatan dalam Kerangka integrasi sosial,
penegakan hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta
pemajuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM).
58
3. Motto
Motto dari Lapas Terbuka Klas II B Jakarta adalah Lapas Terbuka
Jakarta BERSINAR, yang memiliki penjelasan sebagai berikut:
BER: BERsih; Bersih maksudnya Lapas Terbuka Jakarta harus
bersih lingkungannya dan bersih dari praktik KKN
S: Sehat; Sehat maksudnya adalah Petugas dan Warga Binaan
Pemasyarakatan Lapas Terbuka Jakarta harus sehat jasmani dan
rohaninya
I: Indah;
N: Nyaman; Nyaman maksudnya adalah Lapas Terbuka Jakarta
harus menjadi tempat yang nyaman untuk bekerja dan nyaman
untuk dijadikan tempat melakukan proses pembinaan
A: Aman; Aman maksudnya adalah Lapas Terbuka Jakarta harus
aman dari segala ancaman gangguan keamanan dan ketertiban
R: Ramah; Ramah maksudnya adalah Petugas Lapas Terbuka
Jakarta harus ramah dalam memberikan pelayanan baik terhadap
Warga Binaan pemasyarakatan maupun terhadap tamu.
C. Struktur Organisasi dan Data Pegawai
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia, Nomor : M. 03.PR. 07.03 Tahun 2003, Tanggal
16 April 2003, tentang struktur organisasi Lapas Terbuka, maka struktur
organisasi Lapas Terbuka Jakarta terdiri dari :
59
1. Kepala Lembaga Pemasyarakatan (KALAPAS);
2. Kepala Sub. Bagian Tata Usaha (KASUBAG T.U)
3. Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (Ka.KPLP)
4. Kepala Seksi Bimbingan Narapidana dan Kegiatan Kerja (KASI
BINAPI GIATJA)
5. Kepala Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban (KASI ADM.
KAMTIB)
6. Kepala Urusan Kepagawaian dan Keuangan
7. Kepala Urusan Umum
8. Kepala Sub Seksi Keamanan
9. Kepala Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib
10. Kepala Sub Seksi Registrasi dan Bimkemasy
11. Kepala Sub Seksi Perawatan
12. Kepala Sub Seksi Kegiatan Kerja.
60
Gambar 3.2
Struktur Organisasi Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
D. Gambaran SDM/Petugas Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta memiliki jumlah
pegawai sebanyak 68 orang, dengan komposisi jumlah pegawai laki-laki
sebanyak 47 orang dan pegawai perempuan sebanyak 21 orang. Berikut ini
adalah gambaran petugas Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B
Jakarta.
KALAPAS
KASUBAG T.U. Ka.KPLP
RUPAM
I II III IV
KAUR KEPEGAWAIAN
DAN KEUANGAN KAUR UMUM
KASI BINAPI
GIATJA
KASI ADM.
KAMTIB
KASUBSI
REGISTRASI
DAN
BIMKEMASY
KASUBSI
PERAWATAN
KASUBSI
KEGIATAN
KERJA
KASUBSI
KEAMANAN
KASUBSI
PELAPORAN
DAN TATA
TERTIB
61
Tabel 3.1
Daftar Petugas Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pangkat Golongan/Ruang
JENIS
KELAMIN
JUMLAH PANGKAT GOLONGAN RUANG
IV III II
d C b A D C b a d c B a
L 39 1 2 6 6 2 7 4 11
P 21 1 3 6 4 6 1
60
Sumber: Arsip Kepegawaian 2017 Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Tabel 3.2
Daftar Petugas Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
Berdasarkan Jenis Kelamin dan Agama
AGAMA L P
Islam 44 19
Protestan 1 2
Katolik 1 0
Total 46 21
Sumber: Arsip Kepegawaian 2017 Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Gambar 3.3
Papan Nama Pejabat Struktural Lapas Klas IIB Jakarta
Sumber : Dokumentasi Pribadi
62
Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan oleh Lapas Terbuka
Klas II B Jakarta adalah petugas pemasyarakatan yang siap bekerja dengan
dilandasi 4 (empat) kesaktian yaitu:
1. Tanggap dalam pengetahuan
Artinya petugas Lapas Terbuka Klas II B Jakarta selalu haus untuk
menimba ilmu pengetahuan guna meningkatkan kemampuan
personality.
2. Tanggon dalam kepribadian
Artinya petugas Lapas Terbuka Klas II B Jakarta memiliki pribadi
yang kuat seperti mental spiritual yang baik, berdedikasi tinggi
terhadap pekerjaan, loyal terhadap organisasi, jujur dalam perkataan
dan perbuatan, disiplin dalam bekerja.
3. Terampil dalam bekerja
Artinya petugas Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta harus memiliki
keterampilan untuk mendukung kinerjanya.
4. Trengginas dalam jasmani
Artinya petugas Lapas Terbuka memiliki ketahanan fisik yang baik
sehingga dapat mendukung kinerja.56
Dalam melakukan pembinaan terhadap personil agar tanggap dalam
pengetahuan dan terampil dalam bekerja, Kalapas secara rutin mengirimkan
petugas Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Jakarta untuk mengikuti
program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), baik yang diselenggarakan
56
Profil Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta, h. 4.
63
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I, Diklat yang diselenggarakan oleh
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Mansuia DKI Jakarta dan instansi yang lain.
Untuk mendapatkan petugas pemasyarakatan yang tanggon dan
trengginas, Kalapas dibantu oleh pejabat struktural Lapas Terbuka Jakarta
selalu melakukan pembinaan person, bentuk pembinaan yang dilakukan
antara lain berupa Pelatihan Dasar Pemasyarakatan bagi Calon Pegawai
Negeri Sipil, kegiatan senam pagi (setiap hari jum‟at), serta pengarahan dari
bapak Kalapas yang berisikan penyampaian isu-isu strategis organisasi yang
terkini dan pemberian motivasi kerja kepada jajaran di bawahnya.
E. Kegiatan Lembaga
1. Sub Seksi Kepegawaian dan Keuangan
a. Pembayaran belanja rutin pegawai, antara lain:
- Gaji pegawai
- Uang makan pegawai
- Tunjangan kinerja pegawai
b. Membuat surat-surat dinas kepegawaian, antara lain:
- Surat masuk dan keluar kepegawaian
- Surat cuti pegawai
- Surat tugas dan perintah
- Surat dinas yang berkaitan dengan kepegawaian
64
- Surat penghadapan pegawai yang mutasi
c. Membuat laporan bulanan
d. Mengisi SMS Gate Way
e. Membuat Pengajuan SPM
f. Melakukan pencairan GU, TUP, dan LS
g. Membayar atas tagihan-tagihan pihak ketiga
h. Membuat laporan keuangan bulanan
i. Membuat laporan PNBP
2. Sub Seksi Urusan Umum
a. Menyiapkan sarana dan prasarana penyuluhan hukum kepada warga
binaan pemasyarakatan, upacara/apel pagi dan kegiatan lainnya.
b. Melaksanakan kegiatan kebersihan dan perawatan taman di
lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Jakarta
c. Melaksanakan kegiatan senam untuk pegawai dan warga binaan
d. Mengagendakan surat masuk dan surat keluar
e. Mengirim surat dinas
f. Mengadakan pekerjaan pengecatan gedung, renovasi dapur dan
pemasangan keramik ruangan kegiatan kerja
g. Mendokumentasikan kegiatan pada Lapas Terbuka Jakarta
3. Sub Seksi Registrasi dan Bimbingan Kemasyarakatan
a. Pembinaan Mental Spiritual
65
- Kajian agama Islam: dilaksanakan setiap hari Kamis
- Kegiatan kebaktian Kristiani
b. Pembinaan Jasmani
- Kegiatan senam jasmani hari Jumat
- Kegiatan olahraga futsal hari Jumat
c. Pembinaan Berbangsa dan Bernegara
- Apel pagi dan apel sore: setiap hari
d. Pembinaan Reintegrasi Sosial
- Usulan bekerja P-3
- Usulan cuti bersyarat
- Usulan pembebasan bersyarat
e. Kesadaran Hidup Bersih dan Lingkungan
- Kerja bakti secara rutin setiap pagi.
4. Sub Seksi Perawatan
a. Pemeriksaan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) dan pegawai
Lapas Terbuka Klas II B Jakarta yang sakit
b. Screening WBP baru
c. Melaksanakan pemeriksaan rutin pegawai
d. Pembinaan kesehatan/penyuluhan WBP baru
e. Melaksanakan GJS (Gerakan Jum‟at Sehat) di lingkungan sekitar
Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
66
f. Melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan kerja/pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) di Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
g. Menyiapkan sarana dan prasarana (obat-obatan) sesuai dengan
kebutuhan WBP dan pegawai
h. Melaksanakan pemeriksaan rutin WBP
i. Menghitung rekapitulasi BAMA (Bahan Makanan)
j. Melakukan evaluasi program kerja
5. Sub Seksi Kegiatan Kerja
a. Melakukan pemeliharaan biji cabai hasil semai
b. Melakukan penyemaian tanaman sayur hidroponik
c. Melakukan pemanenan tanaman kangkung vertiminaponik
d. Melakukan penyemaian benih tanaman kangkung vertiminaponik
e. Melakukan pemeliharaan tanaman obat keluarga di polybag
f. Melakukan pemanenan ayam
g. Melakukan pemeliharaan kandang ayam
h. Melakukan pemeliharaan baglog dan panen jamur tiram
i. Melakukan penyortiran ukuran ikan lele di kolam
j. Melakukan penyortiran ukuran ikan nila di Karamba Jaring Apung
(KJA)
k. Melakukan pemeliharaan benih ikan lele
l. Melakukan pemeliharaan ikan di Karamba Jaring Apung (KJA)
67
6. Sub Seksi Keamanan
a. Membuat jadwal tugas regu pengamanan, perwira piket, tim pengawas
internal, komandan apel, perwira apel dan jadwal pemeriksaan dan
penggeledahan kunjungan wanita, piket kunjungan hari minggu
b. Membuat surat perintah tugas pengawalan WBP keluar Lapas
c. Membuat perintah tugas penjemputan WBP (Asimilasi ke Lapas
Terbuka)
d. Membuat rekapitulasi daftar kehadiran perwira piket dan regu
pengamanan
e. Melaksanakan kegiatan penggeledahan kamar hunian WBP
f. Melakukan kegiatan perawatan dan pemeliharaan alat-alat keamanan
g. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan penggeledahan fisik dan
barang kepada pengunjung khusus wanita
h. Memberikan penilaian pelaksanaan pekerjaan bawahan
i. Melakukan evaluasi program kerja
7. Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib
a. Membuat laporan bulanan administrasi keamanan dan tata tertib
b. Membuat laporan rekapitulasi pengaduan dan saran pengunjung
c. Melakukan pengecekan terhadap laporan piket regu pengamanan,
piket perwira dan tim pengawas internal
d. Mengisi buku laporan pengisian pelanggaran tata tertib
68
e. Menjalankan kegiatan penggeledahan kamar hunian dua minggu
sekali pada setiap bulan
f. Membacakan hak, kewajiban, larangan dan tata tertib yang berlaku
bagi narapidana di Lapas Terbuka Jakarta
g. Memberikan penilaian pelaksanaan pekerjaan bawahan
h. Melakukan evaluasi program kerja
F. Manajemen Keuangan
Seluruh kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakan anggaran
dari APBN yang telah dialokasikan dalam Daftar Isian Pelaksana
Anggaran (DIPA) Lapas Terbuka Klas II B Jakarta tahun 2017. Dengan
Anggaran yang tersedia tersebut, Lapas terbuka Klas II B Jakarta berupaya
secara maksimal melaksanakan kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung
jawab yang dibebankan kepada Lapas Terbuka Klas II B Jakarta.
G. Program Rehabilitasi
Pembinaan yang diberikan oleh Lapas Terbuka Jakarta terhadap para
narapidana dibagi menjadi tiga kategori yaitu pembinaan kepribadian,
pembinaan kemandirian dan pembinaan mengintegrasikan diri dengan
masyarakat:
1. Pembinaan Kepribadian adalah pembinaan yang bertujuan
meningkatkan kualitas pribadi narapidana agar memiliki mental
spiritual yang baik, memiliki kesadaran hukum yang baik, memiliki
69
kesadaran berbangsa dan bernegara yang baik dan memiliki
kemampuan intelektual yang lebih baik.
2. Pembinaan Kemandirian adalah pembinaan yang bertujuan
meningkatkan kemampuan Narapidana untuk mencari penghidupan
melalui kegiatan bimbingan kerja.
3. Pembinaan Mengintegrasikan Diri dengan Masyarakat adalah
pembinaan yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan antara
Narapidana dengan masyarakatnya, denga memberikan kesempatan
mengembangkan aspek-aspek pribadinya, memberikan keleluasaan
yang lebih besar untuk berintegrasi dengan masyarakat dalam
kegiatan kemasyarakatan seperti, bekerja dengan pihak ketiga,
melanjutkan pendidikan di sekolah umum, beribadah di tempat ibadah
luar Lapas dan lainnya.
Masing-masing kategori pembinaan diatas dapat diuraikan lagi
sebagai berikut: 57
a. Program pembinaan Kepribadian terbagi menjadi :
Program belajar membaca Al-Quran
Program pengajian (ceramah agama Islam)
Kebaktian bagi umat Kristiani
Program perayaan Hari Besar Keagamaan
Program kegiatan olah raga dan seni
57
Profil Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta, h. 10-11.
70
Program pelaksanaan kegiatan kunjungan untuk WBP setiap hari
dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB.
b. Program pembinaan Kemandirian terbagimenjadi :
Peternakan : Ayam broiler
Pertanian : Jamur, kangkung, sawi
Perikanan : Bawal, mas, mujair, patin, lele
c. Program pembinaan Mengintegrasikan Diri dengan Masyarakat
terbagi menjadi :
Program Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK)
Program kerja asimilasi dengan pihak ke tiga (P3)
Program Cuti Bersyarat (CB)
Program Cuti Menjelang Bebas (CMB)
Program Pembebasan Bersyarat (PB).
H. Sarana dan Prasarana
Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta yang berada di
Jalan Raya Gandul Cinere Jakarta Selatan. Adapun luas keseluruhannya
adalah 4.415 m2, bangunan hunian sendiri luasnya 245 m
2 dan pada saat ini
dapat menampung 60 orang Warga Binaan Pemasyarakatan. Selain rumah
hunian untuk menampung WBP, sarana dan prasarana lain yang tersedia di
Lapas Terbuka Klas II B Jakarta antara lain:
1. Mushola
2. Peralatan sholat
71
3. Ruang perawatan
4. Ruang kantor
5. Tempat parkir
6. Ruang administrasi tamu
7. Toilet
8. Kantin
9. Ruang pertemuan (bisa digunakan untuk bertemunya WBP dengan
keluarga saat ada kunjungan ataupun untuk kegiatan lain seperti
penyuluhan)
10. Lapangan
11. Taman
12. Kandang ayam
13. Ruang budidaya jamur
14. Kolam budidaya ikan
15. Arena billiard
16. Arena tenis meja
17. Arena basket
18. Televisi
19. Perlengkapan tanaman hidroponik dan vertiminaponik
20. Bangku dan kursi
21. ATK, dan lain-lain
72
I. Pendekatan Keamanan
Lapas Terbuka Jakarta adalah tempat dimana narapidana menjalani
tahapan asimilasi dan untuk mendapatkan hasil pembinaan yang sesuai
dengan harapan maka lingkungan dan suasana Lapas harus sedemikian rupa
menyerupai keadaan lingkungan sosial masyarakat pada umumnya. Selain
lingkungan sosial, hal yang harus diperhatikan adalah pendekatan
keamanan yang akan diberlakukan kepada para mereka. Pendekatan
keamanan pada narapidana yang berada pada tahapan proses asimilasi mesti
bersifat Minimum Security. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa
bertanggung jawab narapidana terhadap kepercayaan yang telah dibebankan
kepadanya, baik itu berupa pekerjaan maupun tanggung jawab untuk
mengikuti peraturan dan tata tertib yang ada di lingkungan Lembaga
Pemasyarakatan Terbuka Jakarta.
Strategi keamanan yang dilakukan oleh jajaran Kesatuan
Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) Lapas Terbuka Jakarta untuk
mengantisipasi terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban adalah dengan
cara pendekatan personal terhadap masing-masing individu narapidana
(Personality Approach). Strategi ini terbukti berjalan efektif karena terhitung
sejak tanggal 14 Mei 2005 sampai dengan saat ini kasus gangguan keamanan
yang terjadi cenderung relatif rendah jika dilihat dari sudut pandang
bentuk bangunan, sarana dan prasarana keamanan pendukung lainnya.
Efektifitas penggunaan strategi ini terletak pada kemampuan personil
keamanan yang dapat menyatu dengan narapidana, mereka dapat
73
berperan sebagai Ayah dan Kakak bagi para narapidana. Peran sebagai Ayah
dan Kakak yang dimaksud adalah petugas keamanan dapat menjadi
pendengar yang baik bagi keluh kesah para narapidana dan dapat
memberikan nasehat atau jalan keluar layaknya seorang Ayah atau Kakak,
sehingga terjadi kedekatan emosional yang menguntungkan dalam rangka
pencegahan gangguan keamanan dan ketertiban.
J. Kriteria Penghuni Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
Berdasarkan surat Direktur Jenderal Pemasyarakatan nomor:
E.PR.07.03-725 tanggal 05 Desember 2003, perihal Operasionalisasi Lapas
Terbuka Klas II B Jakarta, maka penempatan narapidana pada Lapas Terbuka
Jakarta adalah berasal dari UPT wilayah DKI Jakarta, wilayah Jawa Barat,
wilayah Banten, maupun narapidana yang berdomisili di sekitar wilayah
Lapas Terbuka Klas II B Jakarta. Namun demikian tidak semua narapidana
dapat diterima untuk menjadi penghuni Lapas Terbuka Klas II B Jakarta,
karena narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme,
narkotika dan prekusor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap
keamanan negara, kejahatan Hak Asasi Manusia (HAM) yang berat, serta
kejahatan trannasional terorganisasi lainnya tidak dapat ditempatkan di Lapas
Terbuka Jakarta.
Karena pendekatan keamanan yang diterapkan di Lapas Terbuka
Jakarta bersifat Minimum Security, maka narapidana yang akan ditempatkan
di Lapas ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut, yaitu:
74
1. Syarat substantif berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan
HAM RI Nomor : 21 tahun 2013, Tentang syarat dan tata cara
pemberian remisi, asimilasi, cuti mengunjungi keluarga, pembebasan
bersyarat, cuti menjelang bebas dan cuti bersyarat yaitu:
a. Narapidana telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas
kesalahan yang menyebabkan dijatuhi pidana.
b. Narapidana telah menunjukkan perkembangan budi pekerti dan
moral yang positif.
c. Narapidana telah berhasil mengikuti program kegiatan
pembinaan dengan tekun dan bersemangat.
d. Kondisi masyarakat telah dapat menerima program kegiatan
pembinaan yang bersangkutan.
e. Selama menjalankan pidana narapidana tidak pernah mendapat
hukuman disiplin sekurang-kurangnya dalam waktu 9 bulan
terakhir sehingga narapidana yang diasimilasikan adalah
narapidana yang mempunyai masa pidana 12 bulan atau lebih.
f. Masa pidana yang telah dijalani untuk asimilasi, narapidana telah
menjalani minimal 1/2 (setengah) dari masa pidana, setelah
dikurangi masa tahanan dan remisi dihitung sejak putusan
pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap.
2. Syarat administratif berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum
dan HAM RI Nomor : 21 tahun 2013 pasal 24, tentang syarat dan tata
75
cara pemberian remisi, asimilasi, cuti mengunjungi keluarga,
pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas dan cuti bersyarat, yaitu:
a. Terdapat salinan putusan pengadilan (ekstrak vonis)
b. Surat Keterangan asli dari Kejaksaan bahwa narapidana yang
bersangkutan tidak mempunyai perkara atau tersangkut dengan
tindak pidana lainnya
c. Adanya Laporan Penelitian Kemasyarakatan (LITMAS) dari
Bapas tentang pihak keluarga yang akan menerima narapidana,
keadaan masyarakat sekitar dan pihak lain yang ada hubungannya
dengan narapidana
d. Salinan daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tetib yang
dilakukan narapidana selama menjalani pidana dari Kalapas
e. Salinan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana,
seperti garasi, remisi, dan lain-lain dari Kalapas
f. Surat pernyataan kesanggupan menerima/jaminan dari
keluarga yang diketahui oleh Pemda setempat serendah-
rendahnya Lurah atau Kepala Desa
g. Surat Keterangan kesehatan dari dokter bahwa narapidana sehat
jasmani maupun jiwanya.
3. Telah mendapat persetujuan Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP)
Lapas yang bersangkutan (yang mengirim) dan mendapat persetujuan
Kalapas serta Keputusan Asimilasi dibuat oleh Kepala Kantor
76
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dengan tembusan Kepala
Kepolisian setempat, Pemda dan Hakim Wasmat.
K. Pola Kehidupan dan Proses Pembinaan Narapidana di Lapas Terbuka
Klas II B Jakarta
1. Proses Pemasyarakatan
Narapidana yang baru masuk dan diterima oleh Lapas Terbuka
akan terlebih dahulu dilakukan screening. Pada proses screening tersebut
narapidana akan diberikan pertanyaan semacam pre test dengan isi
pertanyaan berkaitan dengan pemahaman beragama, pemahaman tentang
kesadaran berbangsa dan bernegara, pemahaman tentang kesadaran
hukum dan pertayaan mengenai minat, bakat dan potensi diri yang
dimiliki oleh narapidana. Tujuan dari dilakukannya screening ini adalah
guna mengetahui apakah pembinaan kepribadian dan pembinaan
kemandirian yang dilakukan oleh Lapas sebelumnya sudah berhasil?
Apabila dirasa belum, maka Lapas Terbuka Jakarta akan mengarahkan
narapidana yang bersangkutan ke program pembinaan yang dirasakan
belum berhasil tersebut. Contoh apabila dari hasil screening diketahui
bahwa pemahaman agama narapidana yang bersangkutan masih rendah
maka porsi pembinaan kerohanian baginya akan lebih diintensifkan.
Targetnya sehari sebelum narapidana tersebut bebas dia dapat menjawab
pertanyaan post test dengan skor lebih baik dengan skor saat pre test. Hal
itu dilakukan untuk membandingkan kemampuan yang dimilikinya
77
saat pertama masuk ke Lapas Terbuka Jakarta dengan setelah
mendapatkan pembinaan di Lapas Terbuka Jakarta.
2. Jadwal Kegiatan Narapidana
Dalam menjaga keteraturan dan kedisiplinan narapidana dalam
mengikuti pembinaan di Lapas Terbuka Jakarta, maka dibutuhkan jadwal
kegiatan Warga Binaan Pemasyarakatan yang mengatur kegiatan yang
harus dilakukan oleh narapidana mulai dari bangun pagi sampai dengan
istirahat di malam hari. Kegiatan narapidana di Lapas Terbuka Jakarta
dimulai dari pukul 05.00 WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB.58
58
Profil Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta, h. 9-10.
78
Tabel 3.3
Jadwal Kegiatan Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Terbuka Klas IIB
Jakarta
No. WAKTU JENIS KEGIATAN KETERANGAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
05.00 – 06.00
06.00 – 07.00
07.00 – 07.15
07.15 – 08.30
08.30 – 09.00
09.00 – 12.00
12.00 – 12.30
12.30 – 13.00
13.00 – 13.15
13.15 – 15.15
15.15 – 16.30
16.30 – 17.30
17.30 – 18.00
18.00 – 19.00
19.00 – 19.30
19.30 – 20.00
20.00 – 05.00
Sholat Shubuh berjama‟ah dilanjutkan
Kultum.
Senam pagi.
Apel pagi .
Kebersihan Lingkungan (kamar dan kantor).
Makan pagi.
Pembinaan kemandirian.
Sholat Dzuhur berjama‟ah dilanjutkan
ceramah.
Makan siang.
Apel Siang.
Pembinaan kemandirian.
Sholat Ashar.
Kebersihan Lingkungan (kamar dan kantor).
Makan malam.
Sholat Maghrib berjama‟ah dan belajar baca
Al- Qur‟an.
Apel malam.
Sholat Isya‟ berjama‟ah
I S T I R A H A T
- Sabtu dan Minggu
kegiatan Pembinaan
Kemandirian diganti
dengan kegiatan seni
atau rekreasi.
- Hari Minggu
dilaksanakan
kebaktian bagi
narapidana beragama
Kristen pada pukul
10.00 sampai dengan
12.00 WIB.
Sumber : Profil Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
79
Gambar 3.4
WBP Istirahat Setelah Kegiatan Kebersihan Lingkungan
59
Sumber: Dokumentasi Pribadi
L. Data Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
Berikut data Warga Binaan Pemasyarakatan yang berada di Lapas
Terbuka Klas II B Jakarta Februari-April 2017.60
Tabel 3.4
Data WBP Awal Februari 2017 NO NOMOR
REGISTER NAMA WBP
PERKARA PIDANA EKSPIRASI USULAN PROG
PERKIRAAN PB/CB
TANGGAL MUTASI
ASAL UPT
1 BI.09/17 WA 480 KUHP 2 Tahun 06/01/2018 PB 07/05/2017 08/02/2017 Rutan Kelas I Cipinang
2 BI.11/17 ES 363 KUHP 2 Tahun 10/01/2018 PB 11/05/2017 08/02/2017 Rutan Kelas I Cipinang
3 BI.12/17 LM 374 KUHP 2 Tahun 19/01/2018 PB 20/04/2017 08/02/2017 Rutan Kelas I Cipinang
4 BI.14/17 SA 245 KUHP 3 Tahun 09/04/2018 PB 05/04/2017 09/02/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
5 BI.15/17 IR 303 KUHP 1 Tahun 4 Bulan
05/09/2017 CB 24/03/2017 09/02/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
6 BI.18/17 AP 303 KUHP 1 Tahun 4 Bulan
05/09/2017 CB 24/03/2017 10/02/2017 LAPAS KELAS IIA SALEMBA
7 BI.19/17 RR 263 KUHP 1 Tahun 10 Bulan
11/01/2018 PB 05/06/2017 10/02/2017 LAPAS KELAS IIA SALEMBA
8 BI.20/17 GS 338 - 350 KUHP
9 Tahun 17/10/2022 PB 07/09/2021 11/06/2016 Lapas Kelas IIA Bekasi
9 BI.25/17 KN 365 KUHP 1 Tahun 4 Bulan
03/09/2017 CB 22/02/2017 01/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
10 BI.26/17 MR 363 KUHP 1 Tahun 6 Bulan
14/10/2017 CB 22/03/2017 01/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
11 BI.27/17 SJ 170 KUHP 7 Tahun 10/08/2019 PB 01/04/2017 10/03/2017 Lapas Kelas I Cipinang
59
Kegiatan Warga Binaan Pemasyarakatan, Aktivitas setelah membersihkan
lingkungan Lapas Terbuka, di ambil pada 18 April 2017, Pukul 10.00 WIB 60
Jurnal WBP Lapas Terbuka Klas II B Jakarta Tahun 2017
80
12 BI.28/17 AW 363 KUHP 1 Tahun 6 Bulan
05/10/2017 CB 08/04/2017 22/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
13 BI.29/17 AS 363 KUHP 1 Tahun 6 Bulan
05/10/2017 CB 08/04/2017 22/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
14 BI.30/17 ED 368 KUHP 1 Tahun 6 Bulan
09/10/2017 CB 12/04/2017 22/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
15 BI.31/17 BP 368 KUHP 1 Tahun 6 Bulan
09/10/2017 CB 12/04/2017 22/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
16 BI.32/17 IK 264 KUHP 2 Tahun 4 Bulan
04/02/2018 PB 26/04/2017 22/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
17 BI.33/17 AH 245 KUHP 3 Tahun 09/04/2018 PB 05/04/2017 22/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
18 BI.34/17 AN 363 KUHP 1 Tahun 10 bulan
08/11/2017 PB 03/04/2017 22/03/2017 Rutan Kelas I Cipinang
19 BI.35/17 MA 363 KUHP 1 Tahun 6 Bulan
30/09/2017 CB 03/04/2017 22/03/2017 Rutan Kelas I Cipinang
20 BI.36/17 PR 362 KUHP 1 Tahun 7 Bulan
11/11/2017 PB 01/05/2017 22/03/2017 Rutan Kelas I Cipinang
21 BI.37/17 PH 372 KUHP 3 Tahun 11/09/2018 PB 07/09/2017 22/03/2017 Rutan Kelas I Cipinang
22 BI.38/17 KH 372 KUHP 2 Tahun 29/03/2018 PB 27/07/2017 30/03/2017 Rutan Kelas I Cipinang
23 BI.42/16 KT 374 KUHP 2 Tahun 6 Bulan
17/02/2018 PB 18/04/2017 29/11/2016 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
24 BIIa.03/17 JA 87 KUHPM 1 Tahun 02/09/2017 CB 30/04/2017 10/03/2017 Lapas Kelas I Cipinang
Sumber: Jurnal WBP Lapas Terbuka Klas II B Jakarta Tahun 2017
Tabel 3.5
Data WBP Bebas Maret 2017 NO NOMOR
REGISTER NAMA WBP
PERKARA PIDANA EKSPIRASI SEMULA
USULAN PROG
TANGGAL BEBAS
TANGGAL MUTASI
ASAL UPT
1 BI.27/17 SJ 170 KUHP 7 Tahun 10/08/2019 PB 01/04/2017 10/03/2017 Lapas Kelas I Cipinang
2 BI.34/17 AN 363 KUHP 1 Tahun 10 bulan
08/11/2017 PB 03/04/2017 22/03/2017 Rutan Kelas I Cipinang
3 BI.35/17 MA 363 KUHP 1 Tahun 6 Bulan
30/09/2017 CB 03/04/2017 22/03/2017 Rutan Kelas I Cipinang
4 BI.14/17 SA 245 KUHP 3 Tahun 09/04/2018 PB 05/04/2017 09/02/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
5 BI.33/17 AH 245 KUHP 3 Tahun 09/04/2018 PB 05/04/2017 22/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
6 BI.25/17 KA 365 KUHP 1 Tahun 4 Bulan
03/09/2017 CB 22/02/2017 01/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
7 BI.15/17 IR 303 KUHP 1 Tahun 4 Bulan
05/09/2017 CB 24/03/2017 09/02/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
8 BI.18/17 AP 303 KUHP 1 Tahun 4 Bulan
05/09/2017 CB 24/03/2017 10/02/2017 LAPAS KELAS IIA SALEMBA
9 BI.28/17 AW 363 KUHP 1 Tahun 6 Bulan
05/10/2017 CB 08/04/2017 22/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
10 BI.29/17 AS 363 KUHP 1 Tahun 6 Bulan
05/10/2017 CB 08/04/2017 22/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
11 BI.11/17 ES 363 KUHP 2 Tahun 10/01/2018 PB 11/05/2017 08/02/2017 Rutan Kelas I Cipinang
12 BI.30/17 ED 368 KUHP 1 Tahun 6 Bulan
09/10/2017 CB 12/04/2017 22/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
13 BI.31/17 BP 368 KUHP 1 Tahun 6 Bulan
09/10/2017 CB 12/04/2017 22/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
14 BI.26/17 MR 363 KUHP 1 Tahun 6 Bulan
14/10/2017 CB 22/03/2017 01/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
15 BI.42/16 KT 374 KUHP 2 Tahun 6 Bulan
17/02/2018 PB 18/04/2017 29/11/2016 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
16 BI.12/17 LM 374 KUHP 2 Tahun 19/01/2018 PB 20/04/2017 08/02/2017 Rutan Kelas I Cipinang
81
17 BI.32/17 IK 264 KUHP 2 Tahun 4 Bulan
04/02/2018 PB 26/04/2017 22/03/2017 Lapas Kelas IIA Salemba
18 BI.39/17 MD 170 KUHP 1 Tahun 3 Bulan
25/09/2017 CB 03/04/2017 20/04/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
Sumber: Jurnal WBP Lapas Terbuka Klas II B Jakarta Tahun 2017
Tabel 3.6
Data WBP Mutasi Masuk April 2017
NO NOMOR REGISTER
NAMA WBP
PERKARA PIDANA EKSPIRASI SEMULA
USULAN PROG
PERKIRAAN PB/CB
TANGGAL MUTASI
ASAL UPT
1 BI.39/17 MD Pasal 170 (1) KUHP
1 Tahun 3 Bulan
25/09/2017 CB 03/04/2017 20/04/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
2 BI.40/17 SW Pasal 170 (1) KUHP
1 Tahun 5 Bulan
26/11/2017 CB 04/06/2017 20/04/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
3 BI.41/17 SP Pasal 170 (1) KUHP
1 Tahun 6 Bulan
30/10/2017 CB 03/05/2017 20/04/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
4 BI.42/17 TP Pasal 170 (1) KUHP
1 Tahun 6 Bulan
30/10/2017 CB 03/05/2017 20/04/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
5 BI.43/17 US Pasal 363 (1) KUHP
1 Tahun 8 Bulan
19/12/2017 PB 02/06/2017 20/04/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
6 BI.44/17 EA Pasal 303 (1) KUHP
2 Tahun 12/02/2018 PB 13/06/2017 20/04/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
7 BI.45/17 KW Pasal 263 (2) KUHP
2 Tahun 29/12/2017 PB 29/04/2017 20/04/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
Sumber: Jurnal WBP Lapas Terbuka Klas II B Jakarta Tahun 2017
Tabel 3.7
Data WBP Akhir Februari-April 2017
NO NOMOR REGISTER
NAMA WBP
PERKARA PIDANA EKSPIRASI USULAN PROG
PERKIRAAN PB/CB
TANGGAL MUTASI
ASAL UPT
1 BI.09/17 WA 480 KUHP 2 Tahun 06/01/2018 PB 07/05/2017 08/02/2017 Rutan Kelas I Cipinang
2 BI.19/17 RR 263 KUHP 1 Tahun 10 Bulan
11/01/2018 PB 05/06/2017 10/02/2017 LAPAS KELAS IIA SALEMBA
3 BI.20/17 GS 338 - 350 KUHP
9 Tahun 17/10/2022 PB 07/09/2021 11/06/2016 Lapas Kelas IIA Bekasi
4 BI.36/17 PR 362 KUHP 1 Tahun 7 Bulan
11/11/2017 PB 01/05/2017 22/03/2017 Rutan Kelas I Cipinang
5 BI.37/17 PH 372 KUHP 3 Tahun 11/09/2018 PB 07/09/2017 22/03/2017 Rutan Kelas I Cipinang
6 BI.38/17 KH 372 KUHP 2 Tahun 29/03/2018 PB 27/07/2017 30/03/2017 Rutan Kelas I Cipinang
7 BI.40/17 SW 170 KUHP 1 Tahun 5 Bulan
26/11/2017 CB 04/06/2017 20/04/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
8 BI.41/17 SP 170 KUHP 1 Tahun 6 Bulan
30/10/2017 CB 03/05/2017 20/04/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
9 BI.42/17 TP 170 KUHP 1 Tahun 6 Bulan
30/10/2017 CB 03/05/2017 20/04/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
10 BI.43/17 US 363 KUHP 1 Tahun 8 Bulan
19/12/2017 PB 02/06/2017 20/04/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
11 BI.44/17 EA 303 KUHP 2 Tahun 12/02/2018 PB 13/06/2017 20/04/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
12 BI.45/17 KW 263 KUHP 2 Tahun 29/12/2017 PB 29/04/2017 20/04/2017 Rutan Kelas I Jakarta Pusat
13 BIIa.03/17 JA 87 KUHPM 1 Tahun 02/09/2017 CB 30/04/2017 10/03/2017 Lapas Kelas I Cipinang
Sumber: Jurnal WBP Lapas Terbuka Klas II B Jakarta Tahun 2017
82
Berikut penjelasan grafik Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan
tindak pidana,
Gambar 3.5
Data WBP Berdasarkan Tindak Pidana
Sumber: Olahan Pribadi berdasarkan Jurnal WBP Lapas Terbuka Jakarta 2017
Keterangan :
480 KUHP : Penadahan
363 KUHP : Pencurian
374 KUHP : Penggelapan Jabatan
245 KUHP : Pengedaran Uang Palsu
303 KUHP : Judi Online
0
1
2
3
4
5
6
7
8
83
263 KUHP : Pemalsuan Surat
338-350 KUHP : Pembunuhan
365 KUHP : Pencurian dengan Kekerasan
170 KUHP : Kekerasan dengan Pengeroyokan
368 KUHP : Pemerasan
264 KUHP : Pemalsuan Surat
362 KUHP : Pencurian
372 KUHP : Penggelapan
87 KUHPM : Desersi
Berdasarkan data diatas, sejak bulan Februari hingga April 2017
jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Terbuka Klas II B Jakarta yaitu
sebanyak 31 orang. Sebagaimana tergambar dalam grafik diatas, kategori
WBP yang paling banyak adalah pada kasus pencurian Pasal 363 KUHP yaitu
tujuh Warga Binaan Pemasyarakatan, selanjutnya kasus kekerasan dengan
pengeroyokan Pasal 170 KUHP yaitu lima Warga Binaan Pemasyarakatan,
yang ketiga pada kasus judi online Pasal 303 KUHP sebanyak tiga Warga
Binaan Pemasyarakatan.
84
BAB IV
STRATEGI PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN DALAM PROSES
REINTEGRASI SOSIAL BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN
DI LAPAS TERBUKA KLAS II B JAKARTA
Pada bab ini, peneliti akan memaparkan hasil temuan lapangan yang
ditemukan melalui penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi pembinaan
kemandirian dalam proses reintegrasi sosial warga binaan pemasyarakatan oleh
Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas IIB Jakarta. Dari hasil temuan lapangan
tersebut, peneliti melakukan analisis yang juga dijelaskan dalam bab ini.
A. Tahap Pembinaan di Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
Pada BAB III sebelumnya telah dibahas mengenai penerimaan
Warga Binaan Pemasyarakatan. Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas
Terbuka Klas II B Jakarta berasal dari UPT Kantor Wilayah DKI Jakarta,
Wilayah Jawa Barat, Wilayah Banten, dan sekitar wilayah Lapas Terbuka
Klas IIB Jakarta. Tidak semua narapidana dapat diterima menjadi
penghuni Lapas Terbuka Jakarta, seperti tindak pidana terorisme,
narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan Negara,
kejahatan Hak Asasi Manusia yang berat, serta kejahatan transnasional
terorganisasi lainnya tidak dapat ditempatkan di Lapas Terbuka Klas II
B Jakarta.
85
Staff Kepala KPLP, Bapak Sarwo Edy, menjelaskan tentang
penerimaan Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Terbuka Klas IIB
Jakarta sebagai berikut:
“Lapas Terbuka ini merupakan Lapas pilihan ya, karena tidak
seperti di Lapas pada umumya. Mereka (narapidana) di Lapas
Tertutup semua bisa masuk, kalau disini perlu melaksanakan
tahap assesment dahulu baik perkaranya, perilakunya, dan
selama mereka didalam penjara tertutup. Kalau menurut team
assesor kita baik, baru bisa di tempatkan di Lapas Terbuka ini.
Jadi, tidak semua orang (narapidana) yang mengajukan langsung
bisa masuk ke Lapas terbuka ini.”61
Seperti penjelasan dari salah satu Warga Binaan Pemasyarakatan
Lapas Terbuka Jakarta, EA yang melakukan tindak pidana Pasal 303
KUHP pindahan dari Rutan Salemba menjelaskan proses penerimaannya
di Lapas Terbuka Jakarta.
“Proses pengajuannya (ke Kantor Wilayah) sih udah lama,
tergantung Kantor Wilayahnya. Saya assesment Januari baru di
acc bulan April untuk pindah dari Rutan Salemba ke Lapas
ini.”62
Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta secara khusus melaksanakan
pembinaan lanjutan terhadap narapidana pada tahap asimilasi yaitu
dengan masa pidana antara 1/2 sampai dengan 2/3 dari masa pidana yang
harus dijalani oleh narapidana. Lapas Terbuka ini dibangun pada lahan
seluas 4.415 m2 yang dapat menampung 60 orang Warga Binaan
Pemasyarakatan dan dilengkapi dengan sarana pembinaan yang terdiri
dari beberapa laboratorium keterampilan kerja.
61
Wawancara dengan Bapak Sarwo Edy selaku Kepala KPLP, 17 Maret 2017 62
Wawancara dengan EA selaku Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Terbuka
Klas II B Jakarta, 05 Mei 2017
86
Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta sebagai Lembaga
Pemasyarakatan khusus yang melaksanakan pembinaan lanjutan terhadap
narapidana yang telah menjalani ½ dari masa pidananya memiliki alur
pembinaan yang berbeda dengan Lapas lainnya.
Gambar 4.1
Tahapan Pembinaan di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Sumber: Profil Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Narapidana yang berasal dari UPT asal yang baru masuk dan di
terima oleh Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta harus mendapatkan
persetujuan dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kantor Wilayah
LANDASAN HUKUM
NAPI
JABODETABEK
PENEMPATAN
NARAPIDANA
1. persetujuan dari:
Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan,
Kanwil dan UPT
yang bersangkutan
2. Seleksi
penempatan
narapidana di
Lapas Terbuka
3. Persyaratan
umum
4. Persyaratan
khusus.
MAPENALING
Masa
pengamatan,
pengenalan
dan penelitian
lingkungan (1
minggu)
PENETAPAN
PROGRAM
Program
pembinaan
lanjutan dan
program
pembinaan
kemandirian.
PELAKSANAAN
1. Pembinaan
mental spiritual
2. Pembinaan
kesadaran
berbangsa dan
bernegara
3. Pembinaan
kemampuan
intelektual
4. Pembinaan
kesadaran hukum
5. pembinaan
kemandirian
6. pembinaan
mengintegrasikan
diri dengan
masyarakat.
TAHAP LANJUTAN
INTEGRASI
1. Pembebasan
Bersyarat (PB)
2. Cuti Bersyarat
(CB)
3. Cuti Menjelang
Bebas (CMB)
4. Cuti Mengunjungi
Keluarga (CMK)
5. Bekerja pada
pihak ketiga (P3).
M
A
S
Y
A
R
A
K
A
T
TAHAP AWAL TAHAP AKHIR
MINIMUM SECURITY
87
DKI Jakarta atau Kantor Wilayah Jawa Barat, dan UPT yang akan
mengirimkan Warga Binaan Pemasyarakatan. Narapidana yang tiba di
Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta akan terlebih dahulu dilakukan
screening. Pada proses screening tersebut narapidana akan diberikan
pertanyaan semacam pre test dengan isi pertanyaan berkaitan dengan isi
pertanyaan berkaitan dengan pemahaman beragama, kesadaran berbangsa
dan bernegara, kesadaran hukum dan pertanyaan mengenai minat bakat
dan potensi diri yang dimiliki narapidana.
Pada satu minggu pertama, Warga Binaan Pemasyarakatan akan
mengikuti masa pengamatan, pengenalan dan penelitian lingkungan
(Mapenaling) dimana mereka belum mengikuti program pembinaan
kemandirian. Pada masa tersebut mereka tergabung dalam sebuah
kelompok kerja kebersihan. Menjelang memasuki minggu ke dua barulah
Warga Binaan Pemasyarakatan dapat mengikuti program penetapan dan
ditentukan akan mengikuti program pembinaan kemandirian apa
nantinya. Penentuan penetapan program pembinaan tersebut dilakukan
melalui mekanisme sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (sidang TPP).
Hasil sidang TPP akan di rekomendasikan kepada Kepala Lapas sebagai
dasar dalam mengambil keputusan.
Warga Binaan Pemasyarakatan diberikan pembinaan dengan
maksud agar tidak mengulangi kembali pelanggaran hukum dan dapat
berfungsi kembali sebagai tenaga pembangun yang produktif dalam
pembangunan bangsa, negara, dan agama. Mengingat warga binaan juga
88
termasuk sebagai aset negara dalam pembangunan, untuk itulah warga
binaan perlu diberi keterampilan kerja sebagai wujud pembinaan dalam
sistem Pemasyarakatan, sehingga setelah kembali ketengah-tengah
masyarakat mereka dapat mengembangkan potensi yang dimiliki agar
dapat menjadi manusia yang produktif. Seperti yang dijelaskan oleh
Bapak Herry Suprianto selaku JFU Pengolah Data Kerjasama Subsi
Giatja saat diwawancarai oleh penulis.
“Proses Pembinaan dari mulai datang, terus di registrasi di
daftar ya, terus diberikan pengarahan lalu ditempatkan di
kamarnya masing-masing. Kalau ada Dokter di cek
kesehatannya, kalau memang udah normal baru dibagikan Pokja
(Kelompok Kerja) terus itu termasuk pembinaan kemandirian, itu
untuk bekal mereka setelah bebas keluar.”63
B. Program Pembinaan di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Warga Binaan Pemasyarakatan dan Anak Didik Pemasyarakatan
mendapat asimilasi jika telah menjalani pembinaan ½ (satu perdua) masa
pidana, dapat mengikuti program pembinaan dengan baik, dan juga
berkelakuan baik. Dalam asimilasi dilakukan pembinaan dan atau
pembimbingan, yang pertama untuk kegiatan pendidikan, latihan
keterampilan, kegiatan sosial, dan pembinaan lainnya di luar Lapas,
dilaksanakan oleh petugas Lapas. Dan kedua, untuk kegiatan bekerja
pada pihak ketiga, bekerja mandiri, dan penempatan di Lapas Terbuka
dilaksanakan oleh petugas Lapas dan atau Bapas.
63
Wawancara dengan Bapak Herry Suprianto selaku JFU Pengolah Data Kerjasama
Subsi Giatja, 03 April 2017
89
Dalam memperbaiki keberfungsian sosial warga binaan
pemasyarakatan (WBP), seperti yang tertulis dalam BAB II bahwa
pembinaan warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lapas dilaksanakan
secara intramural atau didalam Lapas dan secara ekstramural atau diluar
Lapas. Keduanya diterapkan oleh Lapas Terbuka Klas II B Jakarta guna
memperbaiki keadaan warga binaan pemasyarakatan, agar mampu
berbaur dengan masyarakat.
Pembinaan yang diberikan oleh Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
terhadap para Warga Binaan Pemasyarakatan dibagi menjadi tiga
kategori yaitu pembinaan kepribadian, pembinaan kemandirian dan
pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat. Pembinaan secara
intramural dilaksanakan di dalam Lapas, salah satu contohnya adalah
pembinaan Kemandirian. Sedangkan pelaksanaan pembinaan di luar
Lapas yaitu dengan mengintegrasikan diri dengan masyarakat. Peneliti
memfokuskan pada penemuan mengenai program pembinaan
kemandirian dan program reintegrasi sosial. Maka, berikut penjelasan
berdasarkan penemuan peneliti.
1. Pembinaan Kemandirian
Pembinaan kemandirian adalah pembinaan yang
bertujuan meningkatkan kemampuan warga binaan pemasyarakatan
untuk mencari penghidupan melalui kegiatan bimbingan kerja.
Menurut Durkheim, ada dua faktor yang merupakan elemen prasarat
bagi kemandirian, yaitu adanya disiplin mengenai aturan bertindak
90
otoritas dan adanya komitmen terhadap kelompok. Kedua faktor
tersebut telah diterapkan oleh Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta yaitu
dengan menerapkan kebijakan berupa persyaratan bagi warga binaan
pemasyarakatan untuk mengikuti segala program pembinaan yang
ada. Persyaratan yang di terapkan oleh Lapas Terbuka Klas II B
jakarta berupa persyaratan Administratif dan Subtantif.
Dalam program pembinaan kemandirian di Lapas Terbuka
Klas IIB Jakarta terdapat kegiatan kerja peternakan, pertanian, dan
perikanan. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Primastyo selaku JFU
Pengolah Data Kerjasama Kegiatan Kerja,
“kalau yang sudah berjalan kan ayam, hidroponik dan jamur,
perikanan ini banyak kendalanya, terutama di lahannya
karena sering banjir akibat dari aliran kali (sungai) yang
kadang meluap pada saat hujan atau air kiriman Bogor.
paling ya itu, sementara yang berjalan selama tahun 2017
baru tiga kegiatan kerja saja.”64
Peneliti mengumpulkan data Warga Binaan Pemasyarakatan
yang mengikuti kegiatan pembinaan kemandirian di Lapas Terbuka
Klas II B Jakarta. Data di ambil dari bulan Februari hingga Mei 2017
agar dapat melihat bagaimana progres pada program pembinaan
kemandirian tersebut. Berikut data-datanya:
64
Wawancara dengan Bapak Primastyo Arshandi selaku JFU Pengelola Data
Kerjasama Subsi Giatja, 12 Juni 2017
91
Tabel 4.1
Pembagian Kelompok Kerja WBP Februari-April 2017
No. Kelompok Kerja Nama
Petugas
Nama
WBP
Waktu
Februari 2017
1. HIDROPONIK Marjaya EN 08.00 s.d
selesai SB
MA
SA
MS
2. JAMUR TIRAM KT 08.00 s.d
selesai RA
WA
HT
RR
AP
3. PETERNAKAN Herry
Suprianto
NU 08.00 s.d
selesai MU
DA
DS
4. PERIKANAN Primastyo
Arshandi
FS 08.00 s.d
selesai HR
RC
ES
IR
5. P3 Regu
Pengamanan
GS 08.00 s.d
selesai
6. DAPUR Rizal Pahlevi SU Menyesuai
kan RP
LM
Maret 2017
1. HIDROPONIK Marjaya SA 08.00 s.d
selesai WA
MR
AP
2. JAMUR TIRAM SJ 08.00 s.d
selesai JA
AP
RR
3. AIR ISI ULANG IR 08.00 s.d
selesai
4. PETERNAKAN Herry
Supprianto
KT 08.00 s.d
selesai AW
92
AS
5. PERIKANAN Primastyo
Arshandi
ES 08.00 s.d
selesai WN
AH
BP
PH
6. P3 Regu
Pengamanan
GH 08.00 s.d
selesai
7. DAPUR LM Menyesuaika
n KN
PR
April 2017
1. HIDROPONIK Marjaya EA 08.00 s.d
selesai
2. JAMUR TIRAM MD 08.00 s.d
selesai JA
US
RR
3. AIR ISI ULANG WA 08.00 s.d
selesai
4. PETERNAKAN KH 08.00 s.d
selesai TP
KW
5. PERIKANAN SP 08.00 s.d
selesai PH
6. P3 GS 08.00 s.d
selesai
7. DAPUR SW Menyesuai
kan PR
Sumber: Arsip Pembinaan Kemandirian Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
Adapun kegiatan pembinaan kemandirian di Lembaga
Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta meliputi:
a. Peternakan Ayam
Peternakan ayam broiler merupakan salah satu kegiatan
kerja pembinaan yang ada di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta.
Pemeliharaan ayam broiler memiliki karakteristik ekonomis
93
yang tinggi, ditunjukan dengan pertumbuhannya yang cepat
dalam menghasilkan daging dengan serat lunak dalam waktu
pemeliharaan yang cukup singkat. Hal tersebut menjadi alasan
mengapa peternakan ayam broiler menjadi salah satu pilihan
pada kegiatan kerja di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta guna
menghasilkan keterampilan bagi warga binaan
pemasyarakatan.
Pelatihan kegiatan kerja peternakan ayam ini diikuti oleh
sebagian warga binaan pemasyarakatan, pada Februari 2017
terdapat empat orang WBP yang mengikuti kegiatan kerja
tersebut, sedangkan pada bulan Maret 2017 hanya ada tiga
orang WBP, dan April 2017 hanya ada tiga orang WBP dengan
berbeda nama dari bulan sebelumnya. Artinya, semakin sedikit
SDM warga binaan pemasyarakatan yang mengikuti pelatihan
peternakan ayam ini. Sulit untuk mendapatkan hasil maksimal,
namun hingga bulan April 2017 warga binaan pemasyarakatan
telah mampu mengaplikasikan pelatihan yang didapat dengan
melakukan pemanenan ayam broiler. Seperti penjelasan dari
Bapak Primastyo selaku JFU Pengolah Data Kerjasama
Kegiatan Kerja,
“Ayam udah panen tahun ini baru sekali panen, udah
dibawa ke pengepul. Panennya itu lumayan lah ada
berapa ratus ekor ayam gitu. Kenapa saya bilang
94
lumayan, karena sebelumnya sempet vakum beberapa
bulan pembinaan peternakan ayam ini.”65
Dalam pemberian pelatihan, warga binaan
pemasyarakatan mengikuti proses kegiatan pembinaan yang
berlangsung dengan diberi pembelajaran tahap awal terlebih
dahulu berupa pengenalan proses peternakan dari warga
binaan pemasyarakatan yang telah lebih dulu mengikuti
program tersebut, dibantu oleh Staf Bidang kegiatan Kerja
(Giatja) dan pelatih yang diundang secara langsung oleh
Dinas setempat.
Pemeliharaan ayam broiler memiliki tiga tahap yakni
tahap persiapan kandang, tahap pemeliharaan, dan tahap
pemanenan. Program kegiatan kerja peternakan ayam
broiler yang diberikan bagi warga binaan pemasyarakatan
meliputi persiapan kandang, pemasukan Day Old Chick
(DOC), pemberian pakan, pengaturan temperatur brooder,
pengaturan ventilasi, penanganan kesehatan, penimbangan
bobot badan mingguan, pencatatan (recording) dan
pemanenan.
Kegiatan peternakan ayam dilakukan setelah perbaikan
sarana berupa kandang ayam selesai dilakukan. Kandang
ayam yang baru, diisi dengan ayam broiler sebanyak 500
65
Wawancara dengan Bapak Primastyo Arshandi selaku JFU Pengelola Data
Kerjasama Subsi Giatja, 12 Juni 2017
95
ekor. Pemeliharaan ini dimulai dari DOC atau bibit ayam,
warga binaan pemasyarakatan dilatih bagaimana cara
menjaga anak-anak ayam yang menjadi bibit agar dapat
tumbuh menjadi ayam broiler yang sehat dan dapat di jual
ke pasaran. Perawatan anak ayam dilakukan hingga usia
panen kurang lebih 30 hari dan menghasilkan bobot badan
1,6 kg/ekor. Suhu di dalam kandang ayam di sesuaikan
berdasarkan pertumbuuhan ayam agar tetap stabil. Selain
itu, WBP juga diajarkan bagaimana memberikan pakan
ternak dari mulai takaran pakan, jenis pakan yang diberikan
sesuai dengan usia ayam dan juga waktu pemberian pakan.
Pemberian pakan dilakukan dengan frekuensi secara
bertahap dengan jenis pakan berupa BR. Pemberian vitamin
berupa vitachick dilakukan dua minggu sekali. Sedangkan
pemeliharaan kandang dan pembersihan kotoran dilakukan
setiap hari.
Berikut ditampilkan gambar terkait kegiatan kerja
peternakan berupa ayam broiler usia satu minggu dan ayam
yang sudah siap panen.
96
Gambar 4.2
Ayam Usia Pemeliharaan 1 Minggu
Sumber: Dokumentasi Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Gambar 4.3
Ayam Siap Panen
Sumber: Dokumentasi Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
97
b. Pertanian Tanaman Sayur
1) Budidaya Jamur Tiram
Kegiatan budidaya jamur tiram dengan sarana berupa
kumbung jamur sudah berlangsung sejak tahun 2010 hingga
sekarang. Luas kumbung jamur kurang lebih 40m2
dengan
alas tanah, dinding bambu dan atap daun kelapa. Kontruksi
kumbung yang seperti itu bertujuan untuk menjaga
kelembapan sebagai sarana tumbuh jamur. Jumlah baglog
jamur yang ada yaitu 1500 baglog.66
Perawatan yang
dilakukan setiap harinya yaitu dengan menyiram lantai
tanah dan baglog dengan air dan vitamin sehingga kondisi
ruang tetap dalam keadaan lembab. Panen dilakukan hampir
setiap hari dengan hasil rata-rata 5kg/hari. Pertumbuhan
jamur tiram ini membentuk kurva sigmoid yang akan
mengalami meningkatan dan mencapai puncak tetapi
kemudian pertumbuhannya menurun karena masa pakai
baglog hanya bertahan kurang lebih 3 bulan saja. Pemasaran
dilakukan di lingkungan pegawai, seperti yang dijelaskan
oleh Bapak Iwan Hariry selaku Kasubsi Portatib mengenai
budidaya jamur tiram, belian mengatakan
“Jamur ini sudah lama ada, dari tahun 2010 kalau
nggak salah, dibuat tempatnya itu namanya kumbung.
Nah, hasil panen jamurnya ini yang dari dulu sampai
66
Laporan Kegiatan Pembinaan Kemandirian WBP di Lapas Terbuka Klas II B
Jakarta.
98
sekarang belum pasti disalurinnya kemana. Akhirnya
kalau ada staff yang mau beli aja yang dijadikan
pembeli tetap. Waktu itu pernah ada tukang sayur,
kenalannya salah satu staff Lapas juga yang dateng
tiap beberapa minggu sekali beli Jamur. Tapi lama
kelamaan udah nggak beli lagi. Tapi untuk
budidayanya masih berjalan sampai sekarang.”67
Pemanenan jamur tiram dapat dilakukan pada saat pagi,
siang maupun sore hari oleh warga binaan pemasyarakatan
maupun staff. Jamur tiram yang layak panen adalah jamur
yang memiliki pertumbuhan tubuh yang sudah optimal.
Selama satu periode tanam, jamur tiram dapat dipanen
sebanyak 4-8 kali tergantung kondisi yang menunjang.
Dalam satu baglog jamur mampu menghasilkan berat
produk panen kurang lebih 750 gr.
AP selaku WBP yang di fokuskan pada kegiatan kerja
Jamur Tiram menjelaskan pengalamannya selama dua bulan
mengikuti pembinaan kemandirian budidaya jamur tiram.
“Saya sebenernya nggak ngerti nanam jamur kak, apa
lagi prosesnya tuh sama sekali nggak paham, tapi
sebelum terjun langsung kan dikasih arahan sama
warga (WBP) yang sebelumnya dan staff giatja jadi
paham deh. Nggak gampang tapi nggak terlalu susah
juga sih budidaya jamur, hasil panennya juga
memuaskan. Jamurnya bersih, bagus, layak lah buat di
makan dan di jual. Biasanya sih panennya itu lima
sampe tujuh kali sekali nanam bibit jamurnya. Nah
ngerawat baglognya juga susah-susah gampang kak,
suhu sama kelembabannya harus stabil. Tapi lama-
lama saya mikir, kayaknya lumayan juga kalau nanti
jadi petani jamur tiram, he he he...”68
67
Wawancara dengan Bapak Iwan Hariry selaku Kasubsi Portatib, 02 Mei 2017 68
Wawancara dengan AP selaku Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Terbuka
Klas IIB Jakarta, 03 April 2017
99
Gambar 4.4
Kumbung Jamur Tiram Lapas Terbuka
Sumber: Dokumentasi Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Gambar 4.5
Pemanenan Jamur Tiram
Sumber: Dokumentasi Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
2) Tanaman Hidroponik
Sebagai solusi semakin sempitnya lahan pertanian di
wilayah kota besar seperti Jakarta dan untuk
mengoptimalkan lahan pertanian yang tidak terlalu luas di
100
Lapas Terbuka Jakarta, maka dari SubSeksi Kegiatan Kerja
mengadopsi cara bertani dengan sistem hidroponik.
Pertanian dengan sistem hidroponik termasuk dalam
kategori modern karena menggunakan peralatan yang
memanfaatkan tenaga listrik dan instalasi yang dibuat
sedemikian rupa sehingga terlihat lebih menarik dari segi
estetika. Kelebihan dari tanaman hidroponik ini yaitu
menghasilkan kualitas tanaman yang lebih tinggi, lebih
terbebas dari hama dan penyakit, penggunaan air dan pupuk
lebih hemat, mengatasi permasalahan tanah (kurang subur,
penyakit, dll), dan juga dapat untuk mengatasi masalah
keterbatasan lahan.
Komoditas tanaman sayur yang dikembangkan di
Lapas Terbuka yaitu tanaman sayur yang dipetik daunnya
seperti caisim, pakcoy, dan letuce (selada), ada juga cabai
yang menggunakan wick systems hidroponik.
Tanaman caisim, pakcoy, dan selada menggunakan
sistem tanam NFT (Nutrient Film Technique) system.
Konsep dasar NFT (Nutrient Film Technique) ini adalah
suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman
tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi
sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan
101
oksigen.69
Sedangkan tanaman cabai menggunakan wick
systems hidroponik. Wick System adalah sistem hidroponik
paling sederhana. Pada prinsipnya, sistem sumbu ini hanya
membutuhkan sumbu yang dapat menghubungkan antara
larutan nutrisi pada bak penampung dengan media tanam.
Sistem ini adalah sistem yang pasif yang berarti tidak ada
bagian yang bergerak. Larutan nutrisi ditarik ke media
tanam dari bak/tangki penampung melalui sumbu. Air dan
nutrisi akan dapat mencapai akar tanaman dengan
memanfaatkan daya kapilaritas pada sumbu.70
Pembinaan kemandirian berupa kegiatan kerja
pertanian di Lapas Terbuka Klas II B Jakarta ini merupakan
ide baru, ide tanaman hidroponik baru ada sejak 2015 lalu.
Media tumbuh tanaman sayur hidroponik berupa air yang
sudah dicampur dengan pupuk cair sehingga mampu
menghasilkan sayuran yang segar dan sama seperti sayuran
yang ditanam di tanah. Instalasi hidroponik diformulasikan
menggunakan pipa paralon dan mesin air. Pipa paralon di
buat dalam beberapa baris namun dengan bidang sedikit
miring agar air yang disalurkan dapat terus mengalir hingga
pipa yang paling bawah. Sedangka media tanam sayur
69
https://indonesiabertanam.com/2014/12/31/membuat-sistem-nft-hidroponik-
sederhana/ diakses pada 30 Juni 2017 pukul 15.00 WIB. 70
http://klinikhidroponik.com/dasar-sistem-hidroponik-dan-bagaimana-sistem-
hidroponik-tersebut-bekerja-bagian-2-wick-system-sistem-sumbu/ diakses pada 30 Juni 2017
pukul 15.45 WIB
102
hidroponik berupa rockwool diletakkan di dalam masing-
masing net pot. Di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
menggunakan net pot pengganti yaitu botol bekas yang
ukuran besar, seperti botol bekas minuman soda dari
plastik, maupun minuman-minuman lainnya yang
berukuran kurang lebih 1 liter air.
Hasil panen dari sistem tanam hidroponik berbeda-
beda. Adapun hasil panen dari masing-masing sayur dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2
Masa Panen Tanaman Hidroponik
Nama Sayuran Masa Panen Hasil Panen
Caisim 25-30 hari 5kg
Pakcoy 40-45 hari 5kg
Selada 30-40 hari 5kg
Cabai 60-90 hari 3kg
Sumber: Hasil olahan pribadi
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perkembangan
tanaman hidroponik yang di jadikan salah satu kegiatan
kerja pembinaan kemandirian di Lapas Terbuka Klas IIB
Jakarta mendapat hasil yang cukup mengutungkan, karena
dalam jangka waktu yang singkat dan lahan yang sempit
tersebut tidak menjadi halangan WBP untuk terus
103
mengembangkan dirinya pada kegiatan yang ada di Lapas
Terbuka Klas IIB Jakarta.
Berikut ditampilakan beberapa gambar mengenai
kegiatan kerja tanaman hidroponik di Lapas Terbuka Klas
IIB Jakarta.
Gambar 4.6
Pemindahan Benih Tanaman
Hasil Semaian ke Instalasi Hidroponik
Sumber: Dokumentasi Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
3) Tanaman Vertiminaponik
Sistem pertanian dengan media vertiminaponik ini
dilaksanakan dalam skala kecil atau skala percobaan.
Penerapan media vertiminaponik dimulai sejak tahun 2015.
Sistem ini merupakan cara bertani yang menggabungkan
104
penanaman sayur secara vertikal menggunakan talang air di
atas kolam dan pemeliharaan ikan di kolam dengan
menggunakan sistem resirkulasi air. Diharapkan dengan
sistem ini dapat menghasilkan dua komoditas dalam sekali
panen yaitu ikan dan sayur. Sisa pakan dan kotoran ikan
yang ada di kolam akan digunakan sebagai pupuk tanaman
sayur. Demikian juga air resirkulasi yang melewati media
tanam di talang air akan tersaring sehingga dapat digunakan
untuk media hidup ikan kembali.
Media tanam yang ada di talang air berupa batu zeolit
besar dan kecil (pasir zeolit) serta kompos yang dilapisi
dengan kasa nyamuk dan kasa halus. Sistem ini diambil dari
kementerian pertanian yang sudah dilaksanakan dan
dikenalkan pada masyarakat melalui media internet.
Komoditas tanaman yang dikembangkan yaitu tanaman
kangkung, bayam, dan caisim.
Namun sangat disayangkan, sarana perairan yang ada di
Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta memiliki kendala yaitu
seringnya banjir dari aliran air sungai, sehingga teknik ini
sulit untuk di terapkan dan dilanjutkan untuk kegiatan kerja
para warga binaan pemasyarakatan.
105
c. Perikanan
Program keterampilan perikanan yang diaplikasikan di
Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta adalah budidaya ikan mujair,
ikan mas, dan ikan patin. Adanya kegiatan kerja ini guna
memberi pengetahuan dan pengalaman bagi warga binaan
pemasyarakatan agar pada saat keluar dari Lembaga
Pemasyarakatan mampu mandiri dengan keterampilan yang
telah diberi oleh Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta.
Program perikanan ini didukung dengan sarana kolam
yang cukup memadai. Sarana kolam yang ada di Lapas
Terbuka Klas IIB Jakarta cukup luas, hampir 60% bangunan
Lapas Terbuka berada diatas kolam ikan ini. Terutama ruang
kerja para staff Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta.
Program pembinaan kelompok kerja perikanan dibagi
dalam beberapa kegiatan, mulai dari pembibitan,
pemeliharaan, hingga pemanenan. Materi diberikan pada saat
awal proses pemberian pelatihan kepada warga binaan
pemasyarakatan oleh instruktur yang diundang ke Lapas
Terbuka Klas IIB Jakarta. Materi pelatihan yang diberikan
adalah bagaimana memelihara bibit ikan sejak masih dalam
kondisi telur, setelah menetas hingga tumbuh besar dan siap
untuk dikonsumsi atau dijual.
106
Adapun kendala yang dialami dalam proses kegiatan kerja
kemandirian dalam perikanan ini yaitu seringnya banjir di
kolam ikan Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta akibat dari aliran
air sungai yang berada tepat di pintu masuk Lapas Terbuka
Klas IIB Jakarta. Banjir tersebut mengakibatkan ikan yang ada
di dalam kolam ikut terbawa arus aliran sungai dan lepas
begitu saja. Banjir ini tidak terelakan, hingga berbagai cara
dilakukan oleh staff kegiatan kerja kemandirian. Contohnya
seperti membuat pembatas kolam lebih tinggi dari sebelumnya,
membuat pipa pencegah datangnya air berlebih dan memasang
jaring khusus ikan di setiap kolam. Namun tetap saja, cara
yang dilakukan tetap menggagalkan panen ikan. Setiap kali
banjir, ikan yang siap di panen berkurang jumlahnya karena
terbawa arus. Bapak Primastyo menjelaskan bagaimana proses
kegiatan kerja perikanan tersebut.
“Perikanan itu kan kita pakainya air sungai. Kendala
paling besar banjir biasanya, sering banjir. Kalau banjir
kan ikannya nggak kekontrol tuh. Banjir datangnya
biasanya malam, pas nggak ada pegawai cuma ada warga
(WBP) sama petugas jaga aja. Kami sudah melakukan
berbagai cara agar ikan-ikan disini tetap bisa di panen,
tapi ya itu, kendala terbesar kami adalah ketika banjir itu.
Kemarin sempet buat keramba jaring apung sama di kasih
waring-waring ini biar kalau banjir nggak keluar-keluar
ikannya. Tapi ternyata jaring apung ini ada riwayat
pakainya, kemarin sebelum panen udah rusak, udah
banyak bolong-bolongnya soalnya ikannya bawal kan
tajam. Jadi untuk sementara, kami terus memelihara ikan
yang ada saja, kalau lagi free baik staf maupun warga
(WBP) suka mancing untuk di olah jadi lauknya mereka
(WBP). Kalau kemungkinan sukses panennya sih sempit,
107
nggak ada peluang, kecuali bener-bener ada cara buat
ngatasinnya, kita jadi nggak repot lagi. Kalau banjir kan
semua jadi repot mbak. Banjirnya sampai ke kamar warga
(WBP). Padahal kelihatannya nggak begitu banyak
airnya, tapi tetap aja ikannya pada kebawa banjir.”71
Dalam situasi seperti banjir tersebut, staf menemukan
suatu ide dalam kegiatan kerja perikanan yaitu budidaya ikan
hias, ikan hias ini bisa di kelola dalam aquarium, bebas banjir.
Sementara waktu baru perencanaan, staf akan mengadakan
kunjungan untuk warga binaan pemasyarakatan ke balai ikan
hias terdekat.
Rincian hasil panen dijelaskan pula oleh Pak Prima,
“Berhubung ikan nggak pernah panen, mbak. Biasanya
ikannya kita pancing biasa aja buat makan siang. Nah,
kalau hasil yang didapat dari setiap pemanenan kegiatan
kerja lain itu dimasukan kedalam kas biar bisa digunakan
untuk kegiatan yang mendadak seperti mengunjungi lokasi
budidaya ikan, mengadakan pelatihan sesuai keinginan
dan saran warga, maupun pengolahan hasil panen yang
tidak laku terjual kita olah lagi. Rencananya kita mau
buat nugget rasa ayam jamur tiram, wiiiih... tapi masih on
prosses, kita juga harus nyiapin tempat frozennya biar
penyimpanannya awet. Gitu sih.”
Berikut ditampilkan gambar kondisi lahan perikanan di
Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta yang di dokumentasikan
secara langsung oleh staf Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta.
71
Wawancara dengan Bapak Primastyo Arshandi selaku JFU Pengelola Data
Kerjasama Subsi Giatja, 08 Mei 2017
108
Gambar 4.7
Lahan Perikanan di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Sumber: Dokumentasi Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
2. Pembinaan Mengintegrasikan Diri dengan Masyarakat
Ciri khusus Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta yaitu sebagai
Lapas tanpa tembok memungkinkan warga binaan pemasyarakatan
dapat bergaul dengan masyarakat disekitarnya dengan lebih leluasa.
Interaksi yang mudah dan intensif membuat narapidana menjadi
lebih siap memasuki kehidupan masyarakat.
Pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat adalah
pembinaan yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan antara
warga binaan pemasyarakatan dengan masyarakatnya, dengan
memberikan kesempatan mengembangkan aspek-aspek pribadinya,
memberikan keleluasaan yang lebih besar untuk berintegrasi dengan
masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan seperti, bekerja
dengan pihak ketiga, melanjutkan pendidikan di sekolah umum,
beribadah di tempat ibadah luar Lapas dan lainnya.
109
Setiap Warga Binaan Pemasyarakatan yang berada di Lapas
Terbuka Klas IIB Jakarta memiliki hak mengintegrasikan dirinya
sesuai ketentuan yang berlaku, hak tersebut meliputi:
a. Cuti Bersyarat (CB)
Cuti Bersyarat atau CB adalah proses pembinaan di luar
Lembaga Pemasyarakatan bagi WBP paling lama satu tahun
tiga bulan. Untuk mengikuti program cuti bersyarat ini WBP
telah menjalani 2/3 masa pidana dengan jangka waktu cuti
paling lama tiga bulan, selain itu juga telah memenuhi
persyaratan subtantif dan administratif, salah satu syarat
subtantif yaitu berkelakuan baik selama menjalani masa
tahanan, tidak pernah mendapatkan hukuman dan disiplin
sekurang-kurangnya selama dalam waktu enam bulan terakhir.
Berikut dijelaskan bagaimana alur program cuti bersyarat.
110
Gambar 4.8
Alur Pengusulan Cuti Bersyarat
Sumber: Arsip Reintegrasi Sosial Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Warga Binaan Pemasyarakatan yang mengajukan program
cuti bersyarat (CB) diantaranya adalah:
Tabel 4.3
Daftar WBP Pengusul Program Cuti Bersyarat
NO NAMA
WBP
PERKARA PIDANA USULAN
PROGRAM
PERKIRAAN
PB/CB
TANGGAL
MUTASI
1 SW 170 KUHP 1 Tahun 5 Bulan CB 04/06/2017 20/04/2017
2 SP 170 KUHP 1 Tahun 6 Bulan CB 03/05/2017 20/04/2017
3 TP 170 KUHP 1 Tahun 6 Bulan CB 03/05/2017 20/04/2017
4 JA 87 KUHPM 1 Tahun CB 30/04/2017 10/03/2017
5 AP 303 KUHP 1 Tahun 4 bulan CB 24/03/2017 10/02/2017
Sumber: Olahan pribadi berdasarkan Jurnal WBP 2017 Lapas
Terbuka Klas IIB Jakarta
Dari data yang didapat seperti pada tabel diatas, WBP
yang mengajukan Cuti Bersyarat ada 5 orang. Masing-masing
111
mengajukan setelah menjalani minimal 2/3 masa tahanannya.
Salah satu WBP yang mengajukan program CB adalah SW,
SW merupakan pindahan dari Rutan Salemba yang melakukan
tindak pidana Pasal 170 KUHP. Pada jurnal bulanan Warga
Binaan Pemasyarakatan, perkiraan pelaksanaan Cuti Bersyarat
SW yaitu tanggal 04 Juni 2017, namun pada papan kontrol
registrasi tercatat SW baru dapat melaksanakan Cuti Bersyarat
pada tanggal 29 Juni 2017. Seperti penjelasan dari Bapak Heru
Suryanto selaku JFU Registrator Pemasyarakatan tentang
proses Cuti Bersyarat yang di ajukan pihak SW.
“Sebenarnya SW ini sudah mengajukan CB sejak di Rutan
sebelumnya, karena kan emang syaratnya seperti itu,
prosesnya seperti assesment awal, laporan kanwil (Kantor
Wilayah), baru dapet SK mutasi ke Lapas ini. Nah...
setelah mendapat asimilasi disini, di proses lah pengajuan
CBnya tersebut.”72
SW juga menceritakan bagaimana proses yang ia jalani
dari Rutan sebelum ia di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta.
“Iya kak, saya disini (Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta)
baru beberapa minggu, sambil nunggu proses Cuti
Bersyarat yang saya ajukan, saya ikut di kegiatan bantu
masak-memasak untuk makan kami disini. Ngajuinnya sih
dari pas di Salemba, kata staff Lapas sini kira-kira awal
Juni saya bisa dapat melaksanakan CBnya. Tapi ya saya
sih sabar aja, yang penting saya sudah cukup senang ada
program kayak Cuti Bersyarat ataupun Cuti Mengunjungi
Keluarga dan yang lainnya. Artinya kan saya atau teman-
teman warga (WBP) disini bisa komunikasi terus bahkan
72
Wawancara dengan Bapak Heru Suryanto selaku JFU Registrator
Pemasyarakatan, 29 Maret 2017
112
bisa silaturahmi sama keluarga dan teman-teman yang
ada di rumah kita, gitu sih kak.”73
b. Pembebasan Bersyarat (PB)
Warga binaan pemasyarakatan yang mengusulkan
program pembebasan bersyarat syaratnya yaitu telah menjalani
2/3 masa pidana, dengan ketentuan 2/3 masa pidana tersebut
tidak kurang dari sembilan bulan dan telah memenuhi
persyaratan subtantif maupun administratif.
Berikut dijelaskan bagaimana alur program pembebasan
bersyarat.
Gambar 4.9
Alur Pengusulan Pembebasan Bersyarat
Sumber: Arsip Reintegrasi Sosial Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
73
Wawancara dengan SW selaku Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Terbuka
Klas IIB Jakarta, 05 Mei 2017
113
Warga Binaan Pemasyarakatan yang mengajukan program
cuti bersyarat (CB) diantaranya adalah:
Tabel 4.4
Daftar WBP Pengusul Program Pembebasan Bersyarat
NO NAMA
WBP
PERKARA PIDANA USULAN
PROGRAM
PERKIRA
AN PB/CB
TANGGAL
MUTASI
1 WN 480 KUHP 2 Tahun PB 07/05/2017 08/02/2017
2 RR 263 KUHP 1 Tahun
10 Bulan
PB 05/06/2017 10/02/2017
3 GS 338 - 350 KUHP 9 Tahun PB 07/09/2021 11/06/2016
4 PR 362 KUHP 1 Tahun 7
Bulan
PB 01/05/2017 22/03/2017
5 PH 372 KUHP 3 Tahun PB 07/09/2017 22/03/2017
6 KH 372 KUHP 2 Tahun PB 27/07/2017 30/03/2017
7 US 363 KUHP 1 Tahun 8 Bulan
PB 02/06/2017 20/04/2017
8 EA 303 KUHP 2 Tahun PB 13/06/2017 20/04/2017
9 KW 263 KUHP 2 Tahun PB 29/04/2017 20/04/2017
10 ML 374 KUHP 2 Tahun PB 20/04/2017 08/02/2017
Sumber: Olahan pribadi berdasarkan Jurnal WBP 2017 Lapas
Terbuka Klas IIB Jakarta
Dari data yang didapat seperti pada tabel diatas, WBP
yang mengajukan program Pembebasan Bersyarat ada 10
orang. Masing-masing mengajukan program tersebut setelah
menjalani 2/3 masa tahanannya dari minimal hukuman
sembilan bulan.
Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa Warga
Binaan Pemasyarakatan yang mengajukan program
Pembebasan Bersyarat, diantaranya ada PH, KH, dan EA.
Ketiga WBP tersebut berasal dari Rutan/Lapas yang berbeda
dengan kasus yang berbeda pula. KH menjelaskan bagaimana
114
ia mengurus program Pembebasan Bersyarat agar dapat
mendapat asimilasi di Lapas Terbuka Klas II B Jakarta.
“Karena untuk kesini perlu urus CB sama PB baru bisa,
jadi kalau udah jalan setengah di Rutan sebelumnya baru
bisa pindah kesini, kalau nggak ada CB dan PB kita
nggak disini, jadi semua napi kalau kesini harus ada CB
dan PB untuk penjaminnya. Kalau saya ngusulin program
PB, lumayan susah karena berharapnya cepat pindah dari
Rutan ke Lapas ini, tapi kita kan harus taat hukum dan
mengikutinya saja. Yang penting sekarang sudah disini.”74
c. Cuti Menjelang Bebas (CMB)
WBP yang mengikuti program cuti menjelang bebas
sebelumnya telah menjalani 2/3 masa pidana, dengan jangka
waktu cuti sama dengan remisi terakhir paling lama enam
bulan. Tentunya WBP juga harus memenuhi syarat subtantif
dan administratif. Berikut dijelaskan bagaimana alur program
cuti menjelang bebas.
74
Wawancara dengan KH selaku Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Terbuka
Klas II B Jakarta, 05 Mei 2017
115
Gambar 4.10
Alur Pengusulan Cuti Menjelang Bebas
Sumber: Arsip Reintegrasi Sosial Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
d. Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK)
Program cuti mengunjungi keluarga diberikan kepada
Warga Binaan Pemasyarakatan yang telah memenuhi
persyaratan subtantif dan administratif. Program cuti
mengunjungi keluarga memilihi batasan waktu dalam
pertemuan antara WBP kerumah keluarganya. Waktu untuk
mengunjungi keluarga hanya 2x24 jam yang mana program ini
bertujua untuk memelihara kerukunan rumah tangga berupa
kesempatan berkumpul dengan keluarga. Agar pada saat warga
116
binaan pemasyarakatan keluar dari Lapas, ia mampu untuk
mengendalikan diri dan berbaur seperti keluarga pada
umumnya. Berikut dijelaskan bagaimana alur program cuti
bersyarat.
Gambar 4.11
Alur Pengusulan Cuti Mengunjungi Keluarga
Sumber: Arsip Reintegrasi Sosial Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Menurut buku jurnal CMK yang ada di Lapas Terbuka
Klas IIB Jakarta, yang mengajukan program CMK hanya ada
tiga orang. WBP tersebut yaitu RR, PH, dan KH. Bapak Heru
menjelaskan sekilas tentang program CMK tersebut.
“CMK sama dengan cuti mengunjungi keluarga yah, jadi
kalau warga (WBP) ingin mengajukan program ini sangat
disarankan. Karena biasanya keluarga yang datang untuk
kunjungan, kalau CMK ini warga (WBP) yang mengunjugi
117
keluarga di kediamannya. Jadi bisa silaturahmi juga,
tidak bosan dengan suasana di Lapas. Nah... untuk
sekarang-sekarang ini baru ada tiga orang yang
mengusulkan program CMK, menurut data kami ya. Ada
RR yang sudah di acc sama Kalapas kita dan juga sudah
selesai CMKnya, itu dia berangkat CMKnya tanggal 15
Maret 2017 sampai 17 Maret 2017, ada PH yang
kasusnya lumayan berat, beliau belum di acc sama
Kalapas. Ada juga KH yang kasusnya sama kayak PH, dia
berangkat CMK tanggal 18 Mei 2017 sampai tanggal 20
Mei 2017 nanti nih sebentar lagi.”75
Peneliti mewawancari salah satu WBP yaitu PH yang
menjelaskan asalannya mengurus program cuti mengunjungi
keluarga tersebut.
“Saya baru mengusulkan CMK beberapa hari lalu,
sebelumnya saya sudah mengajukan program
Pembebasan Bersyarat atau PB tapi karena waktu accnya
lama jadi saya mengusulkan CMK biar bisa bertemu sama
keluarga. Perkiraannya sih belum ditentukan sama
Kalapas kapan-kapannya. Tapi setau saya mengunjungi
keluarga ini Cuma beberapa hari saja sih, nggak kayak
CB atau PB.”76
e. Program Kerja dengan Pihak ke Tiga (P3)
Yang di maksud dengan program pihak ketiga adalah
pihak yang bersedia menjadi penjamin bagi warga binaan
pemasyarakatan selama warga binaan pemasyarakatan bekerja
pada kantor atau perusahaan. Asilimilasi pada pihak ke tiga
dapat di berikan pada warga binaan pemasyarakatan yang
memenuhi persyaratan subtantif dan administratif. Program ini
75
Wawancara dengan Bapak Heru Suryanto selaku JFU Registrator
Pemasyarakatan, 05 Mei 2017 76
Wawancara dengan PH selaku Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Terbuka
Klas II B Jakarta, 05 Mei 2017
118
secara teknis dilaksanakan pada siang hari dan kembali ke
Lapas pada sore hari sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dari data WBP akhir pertanggal 15 Mei 2017, ada tiga
warga binaan pemasyarakatan yang mengikuti program kerja
dengan pihak ke tiga atau P3. Diantaranya adalah GS, PH, dan
KH. Penjelasan masing-masing tempat asimilasi P3 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.5
Daftar WBP Pengusul Program P3
No Nama
WBP
Nama Tempat Asimilasi
P3
Alamat Asimilasi
P3
1. GS Advokatku Legal Audit
Consultant
Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan
2. PH PT. Nenggala Wira
Pratama
Jakarta Selatan
3. KH - -
Sumber: Buku Jurnal P3 Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Menurut data yang di dapat dari buku jurnal P3 Lapas
Terbuka Klas IIB Jakarta, KH belum mendapat tempat
asimilasi P3, karena masih dalam pemrosesan berkas.
Sedangkan GS telah menjalani aktivitas kerja pada pihak
ketiga. Bapak Arif menjelaskan tentang GS kepada peneliti.
“Pak GS ini sudah lama disini, sudah menjalani P3,
awalnya ngajar di Pendidikan Taruna Kemenkumham
sini, tapi beliau juga mengajar sebagai dosen di salah
satu Universitas. Beliau masih menjalani masa pidananya
119
lama disini jadi karena beliau seorang pengajar, beliau
mengikuti program P3.”77
Adapun selain GS dan KH, WBP berinisial PH juga
mengajukan program P3, beliau menceritakan tentang dirinya
dan proses P3 yang diajukannya.
“Saya sebelumnya bekerja di salah satu perusahaan,
sampai sekarang sih masih. Tapi karena terlibat kasus
jadi sementara digantikan sama bawahan saya. Pekerjaan
saya dibidang manajemen lighting gitu-gitu lah, yang
berhubungan sama musik-musik juga. Saya ngusulin PB,
CMK, dan sekarang P3. Tempat asimilasi P3 saya ya di
tempat saya kerja sebelumya. Jadi karyawan saya tidak
tahu kalau saya disini sekarang, nganggepnya saya nggak
masuk penjara aja udah.”78
C. Ketepatan Pendekatan Program Pembinaan Bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Pada BAB II halaman 31 dijelaskan bahwa perkembangan
kemandirian individu sesungguhnya merupakan perkembangan hakikat
eksistensial manusia. Penghampiran terhadap kemandirian dengan
menggunakan perspektif yang berpusat pada masyarakat cenderung
memandang bahwa lingkungan masyarakat merupakan kekuatan luar
biasa yang menentukan kehidupan individu, seperti halnya Lapas
Terbuka Klas IIB Jakarta yang menyediakan kegiatan kemandirian untuk
kehidupan warga binaan pemasyarakatan yang lebih baik nantinya. Dari
sudut pandang ini, seolah-olah warga binaan pemasyarakatan itu tidak
77
Wawancara dengan Bapak Arif Sugianto selaku JFU Pengolah Data Laporan
Sistem Aplikasi dan Database, 03 April 2017 78
Wawancara dengan PH selaku Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Terbuka
Klas IIB Jakarta, 05 Mei 2017
120
memiliki kekuatan apa-apa untuk menentukan perbuatannya sendiri.
Maka dari itu, warga binaan perlu kegiatan yang menumbuhkan rasa
kepercayaan dirinya akan kemampuan yang dimiliki melalui kegiatan
yang ada di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta.
Melihat beberapa program pembinaan kemandirian dan program
mengintegrasikan diri di dalam masyarakat yang ada di Lapas Terbuka
Klas IIB Jakarta, program tersebut menggunakan pendekatan dari atas
(Top Down Approuch). Artinya segala program yang telah ada saat ini
merupakan suatu program yang sudah dirancang secara langsung oleh
Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta. Warga binaan pemasyarakatan wajib
mengikuti program tersebut.
Interaksional mengandung makna bahwa kemandirian
berkembang melalui proses keragaman manusia dalam kesamaan dan
kebersamaan, bukan dalam kevakuman. Dalam keragaman warga binaan
yang berbeda asal suku, bahasa, tingkah laku, pola pikir dan lain-lain
diharapkan mampu melaksanakan program pembinaan kemandirian
secara bersama dan mampu memberdayakan dirinya sendiri melalui
kegiatan kerja yang ada di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta.
Seperti penjelasan dari salah satu WBP berinisial LM yang
menceritakan pengalamannya selama berada di Lapas Terbuka Klas IIB
Jakarta.
“Saya merasa bersyukur ada di Lapas Terbuka Jakarta ini, disini
saya bebas, arti bebas tanpa jeruji besi, bebas istirahat juga,
sama bebas deket sama staff bisa ngobrol-ngobrol. Kondisi disini
nyaman, pikiran saya juga lebih tenang. Saya di tugaskan di
121
dapur, bantu masak buat makan temen-temen warga disini.
Walaupun saya nggak ikut kegiatan kerja, tapi kadang saya ikut
kontribusi pada saat panen. Panen jamur misalnya, itu jamurnya
kadang di masak buat lauk juga kan mbak.”79
Peneliti juga melakukan wawancara mendalam dengan EA, beliau
juga menceritakan pengalamannya selama di dalam Lembaga
Pemasyarakatan.
“Saya sebelumnya bekerja dengan seorang bandar. Saya ini
istilahnya under boss, orang nomer 1 setelah bos, orang
kepercayaannya bos. Pas mau berangkat malah di tangkap saya
karena ulah salah satu pegawai. Seandainya perjudian di
Indonesia di legalkan, lumayan tuh hasilnya mbak, tapi saya
nggak akan lanjutin kerja disitu lagi, masih muda masih bisa
buka usaha sendiri kok. Nah... Selama saya di Rutan, saya kurang
nyaman ada disana, lebih baik disini (di Lapas Terbuka Klas IIB
Jakarta). Disana kami (WBP) nggak leluasa melakukan apapun,
nggak bisa mengembangkan diri juga, sedangkan saya orangnya
nggak biasa diam aja mbak. Saya ini bukan orang yang nggak
bisa kerja, malahan kalau nggak kerja ini yang biki stress.
Sedangkan saya disini lebih leluasa berkegiatan, kadang saya
bantu staf di bagian tata usaha, ngurusin data-data, kadang
disuruh bersih-bersih ruangan staf, saya seneng kok daripada
saya diam aja malah bosan udah gitu nggak berkembang
mbak.”80
Menurut prinsip bimbingan dan pembinaan pada halaman 28,
Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta telah mampu melaksanaan pembinaan
dengan baik. Salah satu prinsip yang sangat diterapkan Lapas Terbuka
dijelaskan pada point “h” dan peneliti mendapat ungkapan baik dari salah
satu warga binaan pemasyarakatan tentang pelayanan pembimbingan
yang diberikan oleh Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta.
79
Wawancara dengan LM selaku Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Terbuka
Klas IIB Jakarta, 03 April 2017 80
Wawancara dengan EA selaku Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Terbuka
Klas IIB Jakarta, 05 Mei 2017
122
“Kita disini diperlakuin kayak temen aja udah, nggak ada skat
buat ngobrol sama petugas sini. Mereka bahkan bikin kita secara
nggak sengaja curhat tentang diri kita. Yang tadinya nggak mau
cerita malah kita ceritain sendiri, karena saking deketnya kita
sama petugas mbak.”81
D. Diskusi Analisis
Secara umum, Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta memiliki fasilitas
yang cukup memadai untuk kegiatan rehabilitasi (dapat dilihat pada
halaman 70 dan 71). Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta yang memiliki
standar minimum security mampu menjadikan warga binaan
pemasyarakatan layaknya masyarakat pada umumnya, memberi haknya
untuk bebas meski di mata hukum belum sepenuhnya bebas. Keamanan
tersebut membuat warga binaan pemasyarakatan dapat memanfaatkan
waktunya untuk memberdayakan dirinya sendiri melalui program
kegiatan yang telah di sediakan oleh Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta.
Untuk dapat mengetahui bagaimana program rehabilitasi yang ada
mampu mengembalikan keberfungsian sosial seseorang, maka peneliti
menganalisa temuan di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta menurut ilmu
kesejahteraan sosial dan profesi pekerjaan sosial.
1. Spirit Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan dalam
Konteks Pekerja Sosial
Kesejahteraan masyarakat keseluruhan dapat diangkat ketika
individu berusaha untuk mengangkat kesejahteraan mereka masing-
81
Wawancara dengan LM selaku Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Terbuka
Klas IIB Jakarta, 03 April 2017
123
masing. Hal yang normatif ini juga mendasari pendekatan
individualis dan pendekatan enterprise (usaha) pada pembangunan
sosial. Pendekatan individualis ini hanya akan efektif bila ada sebuah
faktor yang mendukungnya seperti ketersediaan program rehabilitasi
dan reintegrasi untuk warga binaan pemasyarakatan di Lapas
Terbuka Klas IIB Jakarta.
a. Rehabilitasi
Berdasarkan penjelasan pada halaman 25, Lapas Terbuka
Klas IIB Jakarta melakukan kegiatan pendampingan sosial
terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan menggunakan strategi
pelatihan. Pendampingan sosial menggunakan strategi
pelatihan tersebut diuraikan dalam tiga aspek yang
mendukungnya yaitu kegiatan perikanan, peternakan, dan
pertanian.
Hampir seluruh Warga Binaan Pemasyarakatan sadar
bahwa kesalahan yang pernah dilakukan merupakan hal yang
harus diperbaiki. hal tersebut peneliti simpulkan berdasarkan
wawancara dengan enam orang Warga Binaan
Pemasyarakatan. Adanya program rehabilitasi di Lapas
Terbuka Klas IIB Jakarta mewajibkan setiap warga binaan
pemasyarakatan untuk ikut serta didalamnya. Kegiatan
rehabilitasi tersebut bertujuan untuk menjadikan warga binaan
124
pemasyarakatan lebih disiplin terhadap diri sendiri,
meningkatan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Data yang peneliti temukan melalui wawancara dengan
AP pada halaman 98 menjelaskan bahwa AP mampu menjalani
kegiatan kerja budidaya jamur tiram di Lapas Terbuka Klas II
B Jakarta dengan baik. AP merasa termotivasi dengan kegiatan
yang dijalaninya. Terlihat bahwa AP mampu menentukan
nasibnya sendiri (self determination) kedepannya ia akan
meneruskan keterampilannya dalam kegiatan budidaya jamur
tiram diluar lembaga pemasyarakatan.
WBP didorong agar dapat memahami nilai kebersamaan
dan interaksi sosial dengan kegiatan kerja yang diikutinya,
sehingga lebih mudah bagi staf Lapas Terbuka Klas II B
Jakarta untuk memotivasi dengan melihat kemampuan setiap
WBP.
Diharapkan kepada WBP yang mengikuti program
rehabilitasi yang ada di Lapas Terbuka Klas II B Jakarta,
mampu mengatur kehidupan yang lebih baik dan
mengembangkan diri melalui kegiatan kerja yang disediakan
oleh Lapas. Kegiatan kerja bisa dilaksanakan setelah WBP
mendapat pelatihan, seperti pelatihan budidaya jamur,
penanaman sayur hidroponik, peternakan ayam dan budidaya
ikan. Seperti pada hasil wawancara dengan Pak Primastyo
125
halaman 108, hasil yang didapat dari setiap pemanenan diatur
oleh staf kegiatan kerja untuk dimasukan kedalam kas agar
bisa digunakan untuk kegiatan yang mendadak seperti
mengunjungi lokasi budidaya ikan, mengadakan pelatihan
sesuai keinginan atau saran WBP, maupun pengolahan hasil
panen yang tidak laku terjual.
b. Reintegrasi Sosial
Pelaksanaan reintegrasi sosial bagi warga binaan
pemasyarakatan di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta di perlukan
untuk menyatukan kembali warga binaan pemasyarakatan
dengan masyarakat umum untuk proses interaksi dan
sosialisasi.
Pelaksanaan program reintegrasi sosial diikuti oleh SW,
KH, PH, dan GS. Menurut data yang didapat mengenai SW,
SW merupakan salah satu warga binaan pemasyarakatan yang
usianya terbilang muda diantara WBP lainnya. SW
mengajukan CB sebelum habis masa tahanan. Ada pun PH dan
KH yang mengajukan tiga program reintegrasi sosial, PH dan
KH mengajukan program tersebut karena merasa itu haknya.
Program yang di ajukan yaitu Pembebasan Bersyarat (PB),
Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) dan Bekerja Pihak ke tiga
(P3).
126
Pelayanan sosial yang di berikan oleh Lapas Terbuka
Klas IIB Jakarta memudahkan setiap warga binaan
pemasyarakatan untuk kembali bersama masyarakat, untuk
dapat berinteraksi bahkan menjalin hubungan sosial. Seperti
peran pekerja sosial yaitu sebagai fasilitator, Lapas mampu
menfasilitasi wbp dengan program reintegrasi sosial guna
menghubungkan antara wbp dengan keluarga maupun
masyarakat.
Peran Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta bisa di lihat
sebagai Broker atau penghubung, artinya, Lapas menyediakan
tempat untuk warga binaan pemasyarakatan agar bisa bekerja
dengan salah satu instansi yang diajukannya. Aspek
pendampingan sosial yang digunakan untuk program
reintegrasi sosial di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta yaitu
pembangunan dan pengembangan jaringan. Pengembangan
jaringan ini guna meningkatkan kemampuan para WBP untuk
membangun dan mempertahankan jarigan dengan berbagai
sistem sosial di sekitarnya. Jaringan ini sangat penting dalam
menyediakan dan mengembangkan berbagai akses terhadap
sumber dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan warga
binaan pemasyarakatan.
Dari penjelasan diatas, peneliti membuat tabel analisa
tentang survival strategy.
127
Informan Rehabilitasi Reintegrasi Sosial
EA EA merupakan salah satu WBP yang memiliki rasa percaya diri.
Hal itu dibuktikan dengan cara
bicaranya, ia menjelaskan
pengalamannya sebelum masuk
bui, ia memiliki prinsip kalau
tidak ada kegiatan tidak enak,
harus bekerja apapun
pekerjaannya. Termasuk di Lapas
Terbuka Jakarta, ia mampu
mengaplikasikan ilmu Tinya
dengan membantu staf TU Lapas
Terbuka Klas IIB Jakarta. Selain
itu EA memiliki pengalaman
dibidang perikanan, pada saat di
tempat asal, EA merupakan
seorang nelayanan yang
mendistribusikan ikan tangkapan
dari Laut. Ea mampu menjalankan
program rehabilitasi di Lapas
Terbuka dengan baik.
Aspek resiliensi yang jelas
tergambar pada diri EA yaitu
Emoticon Regulation, optimism
dan self efficacy.
SW SW merupakan pelajar yang salah
bergaul, ia terjerumus pada
tindakan melanggar hukum yaitu
membuat kericuhan pada saat
berlangsungnya pertandingan
bola. SW memiliki keinginan
belajar yang baik, SW
menawarkan diri menjadi chef
selama dirinya berada di Lapas
Terbuka Klas IIB Jakarta. SW
merasa kegiatan masak memasak
untuk makan sehari-hari ia dan
WBP lainnya merupakan kegiatan
rehabilitasi yang cocok untuk
mengembangkan keterampilan
memasaknya.
SW memiliki kesadaran bahwa ia
perlu memberdayakan diri dengan
tidak hanya berdiam diri.
128
LM LM memiliki kemampuan
refleksi diri yang baik, ia
menyesal masuk bui karena
memakai uang kantor. Ia
merasa bahwa apa yang ia
perbuat sangat
mengecewakan keluarga.
Namun, keluarga LM tidak
menyesali adanya LM di
Lembaga Pemasyarakatan.
LM mendapat support baik
dari istri maupun keluarga.
LM kini sudah dinyatakan
bebas, sebelumnya ia berkata
kepada peneliti bahwa ia akan
menjadi manusia yang lebih
baik, tidak peduli cemoohan
orang yang buruk tentang
dirinya. LM hanya ingin
fokus membahagiakan
keluarganya dengan cara
yang lebih baik.
Aspek resiliensi yang
tergambar pada diri LM yaitu
Reaching Out. Dimana LM
menberi suggest pada
pikirannya untuk mampu
meraih aspek positif dari
kehidupan setelah
kemalangan yang
menimpanya.
AP Selama di dalam Lapas Terbuka
Jakarta, AP mengikuti kegiatan
kerja budidaya jamur tiram.
Setelah AP mendapatkan
pengetahuan tentang proses
budidaya jamur tiram, AP berniat
melanjutkan ilmu dan
keterampilannya tersebut untuk
diterapkan pada saat sudah bebas.
AP memiliki keinginan yang
tinggi, terlihat dari cara bicaranya
yang optimis.
Sama seperti LM, AP memiliki
ketahanan diri dari aspek
Reaching Out.
129
AP mampu memberdayakan
dirinya, untuk tetap belajar di saat
keterpurukan.
KH KH adalah seorang WBP
yang merasa dirinya
dirugikan oleh orang yang
memanfaatkan kebaikannya.
KH merasa dirinya tidak
bersalah tetapi KH mencoba
untuk menghargai proses
hukum. Selama di Lapas
Terbuka, KH mengusulkan
beberapa program reintegrasi
sosial untuk dapat bertemu
dengan keluarga di rumah.
KH tidak takut kalau harus
dihadapkan dengan
masyarakat dengan berbagai
stigma. Karena KH
meyakinkan diri bahwa ia
tidak bersalah, ia hanya
korban, dan ia harus bisa
membuktikannya dengan
orang lain (masyarakat).
KH mampu mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi,
maka dari itu aspek resiliensi
yang ada pada KH yaitu
Casual Analysis atau Analisis
penyebab masalah.
PH PH memiliki suatu
perusahaan yang besar di
Indonesia. Kasus PH
terbilang berat karena
dijadikan tersangka kasus
penggelapan uang, PH
merasa kesalahan tersebut
tidak sepenuhnya ada pada
dirinya. Namun PH mampu
meyakinkan keluarga dan
karyawan-karyawannya,
bahwa ia baik-baik saja di
Lembaga Pemasyarakatan
dan merasa bahwa dirinya
tidak bersalah. Dengan
kekuatan yang ada didalam
130
keluarga PH, PH mampu
menjalani sisa-sisa masa
tahanan di Lapas Terbuka
Jakarta dengan tenang. PH
tidak memberi tahu
karyawan-karyawannya di
Perusahaan, ia menganggap
masalah ini akan segera
terlewati tanpa harus
melibatkan kekhawatiran
orang lain. PH mengajukan
beberapa program reintegrasi
sosial di Lapas Terbuka
Jakarta agar dapat berkumpul
dengan keluarga, para
karyawannya, dan
masyarakat. PH juga akan
melanjutkan pekerjaannya
sebagai kepala disuatu
perusahaan ternama tersebut.
Sama seperti KH, PH mampu
memperlihatkan ketahanan
diri Casual Analysis, selain
itu ada pula aspek lainnya
yaitu Emotion Regulation.
131
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhitung sejak
Februari 2017 hingga Juli 2017, peneliti menemukan beberapa temuan
yang ada di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta khususnya pada program
pembinaan kemandirian dan program reintegrasi sosial.
1. Strategi program pembinaan kemandirian dalam proses
reintegrasi sosial : Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta menggunakan
strategi aksi sosial yaitu motivasi, peningkatan kesadaran, manajemen
diri, mobilisasi sumber, serta pembangunan dan pengembangan
jaringan. Ke lima strategi tersebut di terapkan oleh Lapas Terbuka
Klas IIB Jakarta dengan pendekatan dari atas (Top Down Approach).
Lembaga telah mampu melaksanakan tugasnya dalam memberikan
kegiatan keterampilan dan memberi kesempatan bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan untuk dapat berfungsi kembali seperti sebelumnya,
meskipun statusnya masih belum bebas sebagai narapidana di mata
hukum.
2. Ketepatan pendekatan program pembinaan bagi semua jenis
pidana warga binaan pemasyarakatan : Di ketahui bahwa Lapas
Terbuka Klas IIB Jakarta menjalankan fungsinya sebagai Lembaga
asimilasi yang memiliki beberapa program rehabilitasi dan reintegrasi
sosial. Program rehabilitasi diantaranya yaitu program pembinaan
132
kepribadian dan pembinaan kemandirian. Peneliti memfokuskan
hanya pada program pembinaan kemandirian dan integrasi sosial saja.
Pada program pembinaan kemandirian terdapat kegiatan kerja
peternakan, pertanian, dan perikanan. Dan pada program reintegrasi
sosial terdapat program CB, PB, CMB, CMK dan P3.
Meskipun belum dapat dikatakan sebagai suatu program pembinaan
yang sempurna dan belum berhasil, secara umum peneliti dapat
menyimpulkan bahwa program pembinaan bagi semua jenis pidana
Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
adalah tepat. Ketepatan tersebut dapat dilihat dari jumlah Staf
Kegiatan Kerja, fasilitas yang memadai, program pembinaan yang
ada, serta mitra kerja dari Warga Binaan Pemasyarakatan yang turut
aktif dalam pelaksanan pembinaannya.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
Program pembinaan yang ada di Lapas Terbuka Klas IIB
Jakarta merupakan program yang bertujuan agar WBP mampu
mengembangkan dirinya, disamping hal itu, WBP perlu mendapat
ruang untuk dapat mengeluarkan aspirasinya terutama untuk
kegiatan pembinaan.
133
Mengingat pentingnya kegiatan pembinaan untuk
rehabilitasi WBP, hendaknya Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
menambah jumlah kegiatan kerja yang lebih menunjang
keterampilan WBP.
2. Staf Pembinaan Kegiatan Kerja
Untuk mengembangkan keterampilan WBP, diharapkan
kepada staf Pembinaan Kegiatan Kerja Lapas Terbuka Klas IIB
Jakarta untuk memberikan pelatihan khusus terkait kegiatan kerja
yang ada maupun yang belum ada di Lapas Terbuka Klas IIB
Jakarta. Dan juga membuka kesempatan bagi siapapun yang ingin
memberi pelatihan kepada WBP.
3. Program Studi Kesejahteraan Sosial
Hendaknya mata kuliah pekerja sosial koreksional
dijadikan salah satu mata kuliah yang diberikan program studi
kesejahteraan sosial kepada mahasiswa kesejahteraan sosial. Selain
itu, program studi hendaknya memberi kesempatan berpraktek
kepada mahasiwa di lembaga koreksional seperti lembaga
pemasyarakatan baik lembaga pemasyarakatan terbuka maupun
tertutup.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Adi, Isbandi Rukminto Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan
Sosial, dan Kajian Pembangunan), Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Asrori, Mohammad, Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima,
2009.
Faulkner, David dan Jhonson. Gery, Seri Strategi Manajemen, Ter. Dari Strategic
Management The Challange Of Strategic Management, oleh Elex Media
Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 1992.
Ghony, M. Djunaidi dan Almanshur, Fauzan, Metode Penelitian Kualitatif,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan Dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta:
Gadjah Mada Universitas Press, 2000), Cet ke-1, h. 147
Herdiansyah, Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial,
Jakarta: Salemba Humanika, 2010.
Mardikanto, Totok dan Soebianto, Poerwoko, Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta, 2013.
Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2000, Cet. 11.
Muladi dan Arief, Barda Nawawi, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Cetakan
ke-4 Bandung: PT Alumni, 2010.
Napsiyah, Siti dan Fuaida, Lisma Diawati, Belajar Teori Pekerjaan Sosial,
Tangerang: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Priyatno, Dwidja, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Bandung: PT
Refika Aditama, 2006.
Rafi’udin dan Manna Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung:
Pustaka setia, 1997), h. 76
Semiun, Yustinus, Kesehatan Mental 1, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2010, cet.
5.
Soedarto, Hukum dan Hukum Pidana. Alumni, 1986.
Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2008, Cet. 7.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2013.
Suharto, Edi, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsep dan Strategi, Jakarta:
Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004.
Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: PT
Refika Aditama, 2005.
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori – Aplikasi,
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.
Perundang-Undangan :
Peraturan Pemerintah no. 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Letak Hak
Warga Binaan Pemasyarakatan.
Undang-Undang No. 12 Tahun 1995
Website :
https://massofa.wordpress.com/2013/06/26/sejarah-perkembangan-kepenjaraan-
di-indonesia/ dikutip pada tanggal : 22 Februari 2017 pukul 11.00 WIB
http://news.liputan6.com/read/2623849/jokowi-setuju-pemisahan-napi-
sesuai-kasus dikutip dalam laman Liputan 6 “Jokowi Setuju
Pemisahan Napi Sesuai Kasus” pada tanggal 15 Maret 2017 pukul
17.45 WIB
http://smslap.ditjenpas.go.id/public/grl/current/monthly/sort:created_date/asc/page
/0 dikutip pada tanggal : 23 Februari 2017 pukul 14.30 WIB
Lain-lain :
Jurnal, Resiliensi dan Prestasi Akademik pada Anak Tunarungu, Fonny dan
Fidelise E Waruwu dan Lianawati, Fakultas Psikologi Universitas
Tarumanegara Jakarta.
Jurnal, Resiliensi pada Narapidana Laki-laki di Lapas Klas 1 Medaeng,
Muhammad Riza dan Ike Herdiana, Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga Surabaya.
Jurnal, Agung Pambudi, Asimilasi Bagi Anak Pidana (Studi di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Kelas IIA Blitar), Universitas Brawijaya Fakultas
Hukum.
Penelitian, Pembinaan Narapidana Melalui Bimbingan Kerja Peternakan Sebagai
Salah Satu Upaya Membentuk Kemandirian Narapidana di Lapas
Terbuka Kelas IIB Jakarta Arif Sugianto, Kementrian Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI Kantor Wilayah DKI Jakarta, 2015.
Skripsi, Heru Suryanto “Kajian Yuridis Tentang Pelaksanaan Pembinaan
Narapidana dalam Tahap Asimilasi di Lembaga Pemasyarakatan
Terbuka Klas IIB Jakarta” Universitas Islam Attahiriyah, Fakultas
Hukum, Jakarta, 2014.
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Petugas Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
A. Identitas Narasumber
1. Nama :
2. Pangkat/Golongan :
3. Jenis Kelamin :
4. Bidang Tugas/Jabatan :
5. Lama Bertugas :
6. Pendidikan :
7. Status Perkawinan :
B. Pertanyaan
1. Bagaimana Lapas menjalankan fungsinya sebagai lembaga asimilasi
terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan?
2. Bagaimana strategi pembinaan yang Lapas Terbuka terapkan untuk
Warga Binaan Pemasyarakatan?
3. Bagaimana strategi pembinaan kemandiriaan yang saudara terapkan
untuk Warga Binaan Pemasyarakatan?
4. Bagaimana Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam program
pembinaan di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta? (latar belakang
pendidikan)
5. Apakah ada perbedaan pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan
dengan kasus tertentu?
6. Apa Produk yang dihasilkan pada Program Pembinaan Kemandirian?
7. Apa sanksi bagi Warga Binaan Pemasyarakatan yang tidak mengikuti
kegiatan kerja atau pembinaan kemandirian?
8. Kendala apa saja yang terdapat dalam proses pembinaan kemandirian?
9. Bagaimana Lapas memberikan kesempatan bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan untuk berintegrasi di masyarakat?
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
A. Identitas Narasumber
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Agama :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Status Perkawinan :
7. Daerah Asal :
8. Tindak Pidana :
9. Hukuman/Lama Pidana :
10. Pidahan Dari :
11. Tanggal Mulai Ditempatkan
di Lapas Terbuka :
B. Pertanyaan
1. Apakah pekerjaan anda sebelum berada di Lapas?
2. Jenis keterampilan apa yang didapat selama anda berada di Lapas
Terbuka Jakarta?
3. Kegiatan apa yang anda ikuti dalam program pembinaan di Lapas
Terbuka Jakarta?
4. Apakah keterampilan yang anda peroleh di Lapas Terbuka Jakarta sudah
sesuai dengan minat dan bakat yang anda miliki?
5. Apa perubahan yang anda rasakan setelah mengikuti program pembinaan
di Lapas Terbuka Jakarta?
6. Bagaimana perasaan anda selama mengikuti kegiatan pembinaan
kemandirian yang ada di Lapas Terbuka Jakarta?
7. Apa kelebihan dan kekurangan program pembinaan kemandirian di
Lapas Terbuka Jakarta?
8. Bagaimana anda menyikapi pandangan masyarakat yang menganggap
negatif terhadap mantan narapidana?
9. Bagaimana Lapas ini memberikan ruang bagi anda untuk dapat bertemu
dengan keluarga anda? (seberapa sering)
10. Bagaimana keluarga dalam menyikapi posisi anda sekarang?
11. Pembinaan seperti apa yang anda harapkan di Lapas Terbuka Jakarta?
TRANSKIP WAWANCARA
Petugas Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
Nama : Sarwo Edy, A,Md. Ip, S.H., M.Si
Jabatan : Kepala KPLP
Hari/Tanggal : 17 Maret 2017
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruang KPLP
1. Assalamualaikum, Pak saya Vita dari UIN Jakarta, mau izin penelitian di
Lapas Terbuka ini Pak.
Jawaban: Waalaikumsalam. Iya mbak silahkan, butuh data mengenai apa
saja?
2. Mengenai kegiatan pembinaan serta reintegrasi sosial Pak.
Jawaban: Yaudah saya arahkan dengan Pak Arif selaku Pengolah Data di
Lapas ini ya.
3. Baik Pak, terimakasih. Sebelumnya saya ingin tahu bagaimana kebijakan
penerimaan Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Terbuka Jakarta ini.
Jawaban: Untuk kebijakannya salah satunya penerimaan napi ya, itu
mereka perlu ngurus administrasi dulu. Lapas Terbuka Jakarta ini
merupakan Lapas pilihan ya, karena tidak seperti di Lapas pada umumnya.
Mereka (narapidana) di Lapas Tertutup semua bisa masuk, kalau disini
perlu melaksanakan tahap assesment dahulu baik perkaranya, perilakunya,
dan selama mereka didalam penjara tertutup. Kalau menurut team assesor
kita baik, baru bisa ditempatkan di Lapas Terbuka ini. Jadi, tidak semua
orang (narapidana) yang mengajukan langsung bisa masuk ke Lapas ini.
4. Untuk kegiatan pembinaannya disini ada apa aja ya pak?
Jawaban: Pembinaan kemandirian ya, ada budidaya ikan, jamur, sayuran
hidroponik, nah ayam baru mulai nih mbak tahun ini.
5. Oh gitu Pak, ayam memang barun ada atau bagaimana?
Jawaban: Sebelumnya udah ada, cuma vakum mbak. Nah sebentar lagi
kita akan lakukan perawatan ayam broiler. Nanti kalau butuh data sama
Pak Arif ya, di dia minta data kelembagaan, kalau data mengenai praktek
kegiatan kerjanya sama Pak Herry atau Pak Prima ya.
6. Baik Pak Sarwo terimakasih atas waktu dan jawabannya.
Jawaban: Sama-sama mbak, sukses ya.
TRANSKIP WAWANCARA
Petugas Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
Nama : Herry Suprianto. S.H
Jabatan : JFU Pengolah Data Kerjasama Binapi Giatja
Hari/Tanggal : 03 April 2017
Waktu : 13.30 WIB
Tempat : Ruang Kegiatan Kerja
1. Assalamualaikum pak, saya bertemu Pak Sarwo Edy dan beliau
mengatakan untuk penjelasan mengenai pembinaan kemandirian saya bisa
bertemu dengan Bapak. Sekiranya mohon penjelasannya ya Pak.
Jawaban: Iya mbak, boleh. Langsung saja ya saya jelasin nih, proses
pembinaan dari mulai datang ya, terus diberikan pengarahan lalu
ditempatkan di kamarnya masing-masing. Kalau ada Dokter dicek
kesehatannya, kalau memang udah normal baru dibagikan pokja
(kelompok kerja) terus itu termasuk pembinaan kemandirian.
2. Metode yang digunakan disini dalam pembinaan kemandirian biasanya
seperti apa Pak?
Jawaban: Biasanya para staf pakai metode pelatihan keterampilan buat
warga (WBP) sebelum mulai kerja. Kita bawa orang dari luar, sebutlah
instruktur buat ngarahin warga biar paham.
3. Untuk Bapak pribadi, kan Bapak nanganin langsung kegiatan kerjanya
WBP ya? Ada tidak sih strategi khusus agar WBP bisa optimal dalam
melaksanakan kegiatan kerja disini?
Jawaban: Enggak sih mbak, kalau buat strategi khusus mah buat Napi di
Lapas Tertutup mungkin ya, karena disini kan warganya pada nurut
“wong” sebentar lagi mau bebas kok. Jadi nggak ada strategi khusus.
4. Ada tidak sih Pak kendala selama menjalankan pembinaan untuk WBP
disini? Baik kendala yang terlihat mata, atau pada diri WBPnya itu sendiri.
Jawaban: Pasti ada, terutama di kegiatan kerja mbak. Kendala utama ya
di perikanan, sayang –sayang punya lahan perairan luas tapi nggak pernah
panen. Kita udah coba berbagai cara tapi ya sama aja, karena aliran air
sungai sih siapa juga yang tahu kalau tiba-tiba banjir masuk ke kolam
kami. Kalau kendala di diri warga (WBP) biasanya malas, kadang-kadang
sih itu mah mbak nggak sering.
5. Apakah ada sanksi untuk WBP yang melanggar aturan, seperti tidak
melaksanakan pembinaan?
Jawaban: Sanksi teguran sih mbak biasanya, karena mereka nggak berani
menghindar juga dari kegiatan kerja. Kegiatan ini kan wajib buat
keterampilan mereka sendiri. Kalau mereka berani melanggar aturan, bisa
aja mereka dicabut masa asimilasinya. Ntar mereka balik lagi deh ke
Lapas Tertutup atau Rutan sebelumnya.
6. Baik Pak Herry terimakasih atas waktunya.
Jawaban: Ya mbak sama-sama, sukses skripsinya.
TRANSKIP WAWANCARA
Petugas Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
Nama : Primastyo Arshandi, S. Pi
Jabatan : JFU Pengelola Data Kerjasama Binapi Giatja
Hari/Tanggal : 08 Mei 2017
Waktu : 09.30 WIB
Tempat : Ruang Kegiatan Kerja
1. Selamat pagi Pak Prima, saya ingin mewawancarai Bapak terkait
pelaksanaan pembinaan kemandirian di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
ini. Menurut Bapak, program pembinaan disini apakah sudah maksimal
atau belum?
Jawaban: Kalau maksimal atau belum, banyak faktor soalnya. Ada
kendala, salah satunya di perikanan. Kendala paling besar itu banjir, kalau
banjir ikannya tidak terkontrol tuh, nah.. kejadiannya itu biasanya malem,
kalau malem nggak ada pegawai adanya petugas jaga aja. Sebenernya
udah sempet bikin keramba jaring apung tuh, jadi kalau banjir ikannya
nggak keluar-keluar. Tapi ternyata, jaring apung sendiri punya riwayat
pakainya. Kemaren sebelum panen udah rusak banyak yang pada bolong
karena ikan bawal. Untuk jamur dan sayur, kendalanya dipemasaran.
Minatnya nggak terlalu bisa dipastikan kayak jamur kan nggak mungkin
orang minat setiap hari. Kalau yang udah maksimal ayam, kalau panen
kita udah ada pengepul yang ambil hasil panen ayam kita.
2. Produk setelah panen tersebut biasanya di pasarin kemana saja Pak?
Jawaban: Biasanya sih ditawarin ke pegawai Lapas sama BPSDM, sama
kenalan kenalan aja kayak tetangga di rumah. Pernah tuh panen banyak,
lakunya cuma sedikit jadi sia-sia tuh kebuang banyak.
3. Menurut Bapak, apa solusi yang tepat sehingga dapat meminimalisir
kendala yang ada pada program pembinaan tersebut?
Jawaban: Solusi lain mungkin pengelolaan pasca panen, dibentuk olahan
makanan dari hasil panen yang tidak laku dipasaran. Contoh olahannya
seperti bakso jamur, bakso ikan, kayak gitu paling. Tapi itu baru rencana
tahun ini sih, niatnya dikemas lalu di masukin ke kulkas. Jadi kalau ada
tamu yang datang bisa ditawarin.
TRANSKIP WAWANCARA
Petugas Lapas Terbuka Klas II B Jakarta
Nama : Heru Suryanto, S.H
Jabatan : JFU Register Pemasyarakatan
Hari/Tanggal : 05 Mei 2017
Waktu : 11.00 WIB
Tempat : Ruang Kerja JFU
1. Pak Heru, perkenalkan saya Vita mahasiswa UIN Jakarta ingin
mengetahui alur serta informasi mengenai program reintegrasi sosial di
Lapas Terbuka Jakarta ini. Bisa tolong dijelaskan Pak?
Jawaban: Bisa mbak Vita, untuk alurnya nanti saya kirimnya soft filenya.
Untuk penjelasan singkatnya, pada saat Napi di Rutan atau Lapas Tertutup
mereka pindah kesini dengan syarat sudah mengurus CB maupun PB.
Setelah ditempatkan di Lapas Terbuka, kami yang bantu memproses CB
PB tersebut. Prosesnya diajukan ke Bapas setempat, baru bisa di
laksanakan kalau sudah mendapat acc dan sidang.
2. Selain itu, apakah ada WBP yang mengusulkan program seperti CMK,
CMB, maupun P3?
Jawaban: Ada mbak, terhitung dari Bulan Februari hingga sekarang ada
beberapa yang mengusulkan program CMB itu tiga orang, nah untuk P3
juga sama tiga orang dengan WBP yang berbeda. Kalau CMB tidak ada,
karena adanya mereka disini kan sama aja mereka menunggu waktu bebas,
paling beberapa bulan aja. Ngurusnya juga agak lama jadi nggak ada yang
ngajuin CMB.
3. Bagaimana dengan WBP yang ngusulin program P3, ada nggak keamanan
khusus supaya WBP tidak melarikan diri Pak?
Jawaban: Untuk WBP yang mengusulkan program P3 atau bekerja pada
pihak ke tiga ini kan harus ada penjamin, nah yang jadi penjamin adalah
instansi atau lembaga atau perusahaan tersebut. Misalkan PH yang
mengusulkan untuk dapat bekerja pada PT. Nenggala Wira Pratama, PT
itu yang menjaminnya. Kalau PH kabur ya minta pertanggungjawaban dari
PT yang menjaminnya.
4. Nah, untuk bekerja pada pihak ke tiga ini apakah WBP digaji atau tidak
pak?
Jawaban: Terkait hal itu, ya mereka di gaji, tergantung kebijakan masing-
masing perusahaan atau lembaga terkait.
5. Lalu apakah hasil gajinya tersebut di simpan pribadi atau di masukan ke
Lapas Terbuka Jakarta atau Pemerintah Pak?
Jawaban: Untuk itu saya belum paham, saya juga masih cari tahu mbak,
karena Kalapas pun belum ada perintah khusus hal tersebut. Kalau
mbaknya bisa, tolong dibantu mengenai kebijakan uang hasil tersebut ya.
6. Jadi, sebenernya kalau ada WBP yang mengajukan untuk ikut di program
mengintegrasikan diri di Lapas ini di persilahkan ya Pak?
Jawaban : Sangat mbak, justru hal itu kami tawarkan cuma ada WBP
yang males ngajuinnya, alesannya udah mau keluar (bebas) lah, karena
males nunggunya lah.
7. Baik pak, terimakasih atas waktunya. Semoga dilancarkan dalam setiap
kegiatannya ya Pak
Jawaban: Aamiin terimakasih mbak Vita.
TRANSKIP WAWANCARA
Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Nama : EA
Tindak Pidana : Pasal 303 KUHP
Hari/Tanggal : 05 Mei 2017
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Kunjungan
1. Perkenalkan saya Vita mahasiswa UIN Jakarta, saya ingin melakukan
wawancara dengan anda mengenai pembinaan kemandirian di sini, mohon
izin ya Kak.
Jawaban : Iya silahkan, dari jurusan apa emang mbak?
2. Saya jurusan kesejahteraan sosial, Kak.
Jawaban : Saya juga pernah kuliah, tapi nggak sampe selesai.
3. Oh, iya Kak, langsung aja ya Kak. Sebelum berada di Rutan, apa sih
pekerjaan Kakak?
Jawaban : Saya dulunya nelayan, distributor ikan laut. Tapi karena butuh
uang saya cari kerjaan yang penghasilannya gede. Nah... ketemu lah saya
dengan salah satu bandar, saya diajak tapi harus kuat kerja disana karena
berbahaya juga kan. Jadi ya gitu lah kerjaannya mbak.
4. Apa yang Kakak rasain pada saat bekerja dengan bandar tersebut?
Jawaban : Rasanya ya enak nggak enak, enaknya kalo udah kerja dan
hasilnya itu gede, nggak enaknya kalo kayak gini mbak, ketangkep,
ha..ha..ha.
5. Jadi Kakak masuk sini karena kerja dengan bandar itu kak?
Jawaban : Enggak juga sih, sebenernya nggak bakalan ada yang tau
kalau tempat saya ini tempat perjudian, karena online. Biasanya yang
ketauan kan pemainnya, kami hanya mengatur pola mainnya aja. Saya
sebelumnya bekerja dengan seorang bandar. Saya ini istilahnya under
boss, orang nomer 1 setelah bos, orang kepercayaannya bos. Pas mau
berangkat malah di tangkap saya karena ulah salah satu pegawai.
Seandainya perjudian di Indonesia di legalkan, lumayan tuh hasilnya
mbak, tapi saya nggak akan lanjutin kerja disitu lagi, masih muda masih
bisa buka usaha sendiri kok. Nah... Selama saya di Rutan, saya kurang
nyaman ada disana, lebih baik disini (di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta).
Disana kami (WBP) nggak leluasa melakukan apapun, nggak bisa
mengembangkan diri juga, sedangkan saya orangnya nggak biasa diam aja
mbak. Saya ini bukan orang yang nggak bisa kerja, malahan kalau nggak
kerja ini yang biki stress. Sedangkan saya disini lebih leluasa berkegiatan,
kadang saya bantu staf di bagian tata usaha, ngurusin data-data, kadang
disuruh bersih-bersih ruangan staf, saya seneng kok daripada saya diam
aja malah bosan udah gitu nggak berkembang mbak.
6. Oh, sebelumnya apakah Kakak merasa menyesal sudah melakukan hal
tersebut?
Jawaban : Nyesel sih mbak sedikit, tapi saya punya kerjaan yang bosnya
itu royal ke saya, saya sampe bisa beli rumah sama mobil itu karena saya
juga ngerasa nggak enak sih mbak sama bos. Itu juga yang jadi alasan saya
bertahan, karena nggak enak mbak.
7. Nah, kalau disini, Kakak kan diwajibkan untuk ikut pembinaan.
Pembinaan apa sih yang Kakak ikuti?
Jawaban : Saya baru kan ya disini, saya sih ikut di kegiatan kerja
hidroponik tapi belum berjalan, masih liat-liat kerjanya kayak mana. Tapi
selama proses belajar nanem cesim, saya sering tuh disuruh buat bersih-
bersih atau ke TU buat ngebenerin data. Paham lah sedikit tentang sistem
sistem komputer.
8. Kak EA, apa sih pengalaman yang bisa Kakak ambil selama berada di
Lapas Terbuka ini?
Jawaban : Saya disini malah nambah informasi, karena temenannya sama
orang hebat kayak PH itu. Beliau luar biasa loh mbak, orang baik dan
orang sukses kalau di luar Lapas. Nah.. bisa tuh di ambil pengalamannya
beliau biar saya bisa nyontohin. Saya nggak bakal lah ngulangin kesalahan
yang sama, kecuali kalau judi online di Indonesia di legalin. Tapi kan
disini masih jadi kegiatan melanggar hukum mbak, di luar negeri udah
legal tuh perjudian. Setelah ini saya mau nyari kerja yang bener, masa
keluarga saya terus-terusan saya kasih uang yang nggak bener.
9. Berarti belum aktif di kegiatan kerja ya Kak? Lalu apa sih pesan yang bisa
Kakak sampein untuk kegiatan pembinaan di Lapas Terbuka ini?
Jawaban : Iya belom, Sebenarnya kalo kami dipindahkan ke sini sejak
lama, kami mungkin bisa menjalani pembinaan di Lapas Terbuka dengan
serius. Kalau sesingkat ini mana bisa, saya dulu kan seorang nelayan, pas
tau di Lapas Terbuka ada kegiatan kemandirian perikanan, saya seneng sih
cuma kan waktu pemeliharaan ikan malah lebih lama dari sisa masa
pidana kita kita yang disini. Kitanya udah lama ngajuin asimilasi, cuma
persetujuan dari kanwil dan bapasnya mungkin lama. Mungkin juga lama
karena banyak yang ngajuin kali ya mbak. Jadi, mana bisa maksimal.
Susah lah itu. Jadi ya saran saya harus ada kegiatan kerja yang nggak
makan waktu lama tapi bisa menghasilkan sesuatu yang lumayan gitu loh.
10. Nah itu kan saran untuk pembinaan kemandiriannya ya Kak, kalau saran
untuk Lapas Terbuka, ada nggak sih?
Jawaban : Nggak ada sih, ngerasa di permudah aja dengan adanya Lapas
ini.
11. Baik Kak EA terimakasih atas waktunya, semoga setelah bebas nanti bisa
dapet kerjaan yang lebih baik lagi yaaaaa.
Jawaban : Amin, makasih mbak.
TRANSKIP WAWANCARA
Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Nama : SW
Tindak Pidana : Pasal 170 KUHP
Hari/Tanggal : 05 Mei 2017
Waktu : 09.30 WIB
Tempat : Ruang Kunjungan
1. Halo Kak, tadi udah ya kenalannya he...he... bisa tolong jelaskan
pengalaman Kakak kenapa bisa sampai masuk Lapas?
Jawaban : Saya masuk sini karena pergaulan mbak, ikut-ikut temen
sekolah buat nonton persija ya jadi supporter bola lah. Nah ketangkepnya
pas lagi rusuh, yang kena sih delapan orang termasuk saya. Katanya saya
salah satu pembuat onar di pertandingan itu. Padahal saya cuma ngikutin
temen aja, malah saya yang kena.
2. Nah, kalau udah kayak gini. Bagaimana tanggapan orang tua atau
tanggapan keluarga tentang kasus yang Kakak alami?
Jawaban : Orang tua sih udah biasa aja, soalnya mereka juga maklumin
kalo saya masuk sini karena apes. Saya ngajuin aja CB biar bisa masuk
sini. Biar keluarga juga gampang jengukinnya.
3. Terus kalau masih sekolah gini, apa enggak terbengkalai sekolahnya Kak?
Jawaban : Sebenernya mah malah jadi ketinggalan Kak saya bingung
mau gimana lagi.
4. Setelah ini mau lanjut sekolah atau gimana?
Jawaban : Insha Allah lanjut Kak, dari pada nggak ngapa-ngapain.
5. Harus ya jangan sampe berenti sekolah. Oh iya, disini ikut kegiatan
pembinaan apa?
Jawaban : Iya Kak, ikut masak-memasak Kak. Kan saya juga suka tuh
belajari masak jadi suka aja kalau disini dapet bagian masak. Biasanya sih
masakin temen-temen disini buat makan sehari-hari.
6. Apa sih perbedaan pembinaan selama di Rutan sebelumnya sama di Lapas
sini?
Jawaban : Bedanya kalo disana nggak semua bisa ikut pembinaan, kalo
disini semua wajib ikut. Kalo disana cuma napi pilihan yang disuruh-
suruh, napi yang lain jadinya diem aja nggak ada kegiatan Kak. Udah gitu
makanan disana udah kayak makan nasi pake batu, jadi kaga di pilihin
dulu berasnya langsung dimasak aja. Kalo disini kan masak sendiri jadi tau
berasnya kayak apa, kalo banyak gabah ya dibersihin dulu gitu. Gitu sih
Kak.
7. Ada saran buat Lapas Terbuka nggak Kak?
Jawaban : Nggak ada sih, udah bagus Kak lapas ini. Saya ngerasa seneng
aja kalo disini jadi gampang ketemu keluarga kapan aja bisa.
8. Okedeh Kak SW semoga cepet keluar dari Lapas, nggak ngulangin
kesalahan yang sama terus sekolahnya dilanjut ya Kak.
Jawaban : Aamiin Kak makasih. He he he...
TRANSKIP WAWANCARA
Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Nama : LM dan AP
Tindak Pidana : Pasal 374 KUHP dan Pasal 303 KUHP
Hari/Tanggal : 03 April 2017
Waktu : 08.30 WIB
Tempat : Ruang Kunjungan
1. Assalamualaikum, kenalin nih Pak, Kak, saya Vita mahasiswa UIN Jakarta
jurusan Kesejahteraan Sosial lagi melakukan penelitian tentang pembinaan
kemandirian di Lapas Terbuka ini, kiranya mohon izin untuk bertanya
seputar pembinaan kemandirian dan proses selama di Lapas ya.
Jawaban LM : Oh iya mbak, silahkan aja. Santai kan ya?
2. Santai Pak, hehe. Langsung mulai aja yah, sebelumnya Pak LM bekerja
dimana? dan Kak AP apakah sudah bekerja atau masih sekolah?
Jawaban LM : Saya kerja di kantor bisnis Mbak, udah lumayan lama.
Jawaban AP : Saya kerja, pernah kuliah tapi nggak sampe lulus Kak.
3. Penyebab masuk Rutan karena apa ya Pak, Kak?
Jawaban LM : Gara-gara awalnya saya pakai uang kantor, padahal saya
mau kembaliin malah di perkarain. Saya khilaf karena butuh duit buat
biaya kehidupan saya dan keluarga. Istri juga kekurangan duit buat
sekolah anak, jadi saya terpaksa pake duit kantor, Mbak.
Jawaban AP : Saya? Kenapa yaaa, gitu deh Kak. Ha ha ha... Saya kena
pas lagi main (judi), Kak. Ya biasa lah apes aja, namanya namanya.
4. Ada rasa nyesel nggak setelah udah kena atau masuk sini?
Jawaban LM dan AP : Nyesel, pasti itu.
5. Di Lapas ini apa sih kegiatan Pak LM dan Kak AP? Ikut pembinaan apa?
Jawaban LM : Saya di tugaskan di dapur, bantu masak buat makan
temen-temen warga disini. Walaupun saya nggak ikut kegiatan kerja, tapi
kadang saya ikut kontribusi pada saat panen. Panen jamur misalnya, itu
jamurnya kadang di masak buat lauk juga kan mbak.
Jawaban AP : Kalo saya mah ikut budidaya jamur, saya sebenernya
nggak ngerti nanam jamur kak, apa lagi prosesnya tuh sama sekali nggak
paham, tapi sebelum terjun langsung kan dikasih arahan sama warga
(WBP) yang sebelumnya dan staff giatja jadi paham deh. Nggak gampang
tapi nggak terlalu susah juga sih budidaya jamur, hasil panennya juga
memuaskan. Jamurnya bersih, bagus, layak lah buat di makan dan di jual.
Biasanya sih panennya itu lima sampe tujuh kali sekali nanam bibit
jamurnya. Nah ngerawat baglognya juga susah-susah gampang kak, suhu
sama kelembabannya harus stabil. Tapi lama-lama saya mikir, kayaknya
lumayan juga kalau nanti jadi petani jamur tiram, he he he...
6. Ngerasa ada perubahan nggak Kak, Pak setelah ikut pembinaan
kemandirian di Lapas ini?
Jawaban LM dan AP : Ada kok, kayak jadi paham dan sadar biar lebih
mandiri. Iya tuh bener.
7. Bagaimana kalian menyikapi tanggapan masyarakat nantinya tentang
status yang sekarang ini?
Jawaban LM dan AP : Nggak gimana gimana Mbak, santai aja toh
bukan ngelakuin hal yang ngerugiin orang lain kok. Iya, saya sih bodo
amat sama omongan orang, yang penting nggak mau kena lagi nanti mah.
8. Keluarga sering jenguk Pak?
Jawaban LM : Enggak Mbak, istri saya di Garut jauh.
9. Kalau Kak AP?
Jawaban AP : Jarang sih, paling berapa minggu sekali.
10. Tapi Lapas ngasih kesempatan buat ketemu sama keluarga kan?
Jawaban LM dan AP : Tentu Mbak, mau kapan aja jengukin yang
penting dari jam 08.00-16.00 tuh jengukinnya Mbak. Iya, jam kerja lah ya.
11. Baik, terimakasih ya Pak LM semoga cepat bertemu dan berkumpul
dengan keluarganya. Begitu pun Kak AP, semoga nanti dikasih jalan sama
Allah buat buka usaha budidaya jamur.
Jawaban : Aamiin, makasih.
TRANSKIP WAWANCARA
Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
Nama : KH dan PH
Tindak Pidana : Pasal 372 KUHP
Hari/Tanggal : 03 April 2017
Waktu : 08.30 WIB
Tempat : Ruang Kunjungan
1. Langsung aja nih ya Pak, untuk Pak PH, apa sih pekerjaan Bapak sebelum
masuk Rutan?
Jawaban PH : Saya di Production, lebih ke kreatif industri, sound system,
lighting ya gitu-gitu lah.
2. Pengalaman apa sih yang Bapak alami selama berada di Lapas ini?
Jawaban PH : Yang pasti beda kan ya karena disini terbuka, atmofernya
lebih nyaman. Kita lebih tenang, bebas, walaupun tidak terlalu bebas.
Disini lebih leluasa, jadi kembali ke kitanya, kalau kitanya macem-mecem
ya itu dia bakalan gugur.
Jawaban KH : Lebih bebas disini, ga ada tralis ga perlu tiap hari apel
kayak gimana-gimana, disini lebih kekeluargaan. Kalau disana keluarga
mau kunjungan aja susah, waktunya sempit. Kalau disini lebih banyak
waktunya.
3. Kalau tidak salah Bapak ikut program P3 ya, apa sih yang Pak PH ketahui
tentang P3 ini?
Jawaban PH : Terus terang kita belum menjalani, baru mau menjalani,
sudah ngajuin dan lagi di proses tinggal tunggu jadwalnya aja kapan. Yang
pasti P3 itu kita terjun ke masyarakat langsung, itu yang harus kita jalani
dan harus kita jaga.
4. Bagaimana hubungan Bapak dengan keluarga selama berada di Lapas
Terbuka ini?
Jawaban KH : Bebas mau kunjungan kapan aja, kecuali hari Sabtu nggak
boleh ada kunjungan. Pagi jam 8 sampe jam 4. Kalau saya dikunjunginnya
seminggu sekali.
Jawaban PH : Iya, Sabtu doang liburnya. Mau hari raya pun disini tetap
nerima kunjungan. Kalau disana (Rutan) ada breaknya dari jam 11 sampe
jam 1, bener-bener terjadwal. Kalau disini, keluarga saya kunjungan
seminggu dua kali. Keluarga datang kesini juga kayak lagi kunjungan ke
villa kok, suasananya beda, enak.
5. Apa harapan Bapak untuk Lapas Terbuka Jakarta?
Jawaban PH : Itu sih paling terkait SOP harus dikaji lagi ya, karena buat
masukan mereka juga ya. Secara overall sih oke lah. Lebih
memasyarakatkan masyarakat, pelayanannya lebih manusiawi.
Jawaban KH : Cukup puas lah.
s 0
0
+
w>
·•·n
'