strategi pengembangan bpt mekanisasi pertanian … · strategi pengembangan bpt mekanisasi...
TRANSCRIPT
STRATEGI PENGEMBANGAN BPT MEKANISASI
PERTANIAN JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN
PROSES HIRARKI ANALITIK
SKRIPSI
ILVIA RESTU UTAMI
H34061775
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2010
ii
RINGKASAN
ILVIA RESTU UTAMI. Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat dengan Pendekatan Proses Hirarki Analisis. Skripsi. Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di
bawah Bimbingan RAHMAT YANUAR).
Reformasi pertanian dalam bidang teknologi merupakan salah satu hal
penting yang harus dilaksanakan pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan
permasalahan pertanian yang ada. Reformasi teknologi yang dilaksanakan adalah
teknologi yang sesuai dengan keunggulan komparatif daerah, hal ini diharapkan
dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dari pertanian di Indonesia.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki keunggulan
dalam bidang pertanian terutama tanaman pangan. Dinas Pertanian Tanaman
Pangan (Dispertan) Provinsi Jawa Barat sebagai pengatur pertanian di Jawa Barat
memiliki Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang memiliki konsentrasi khusus
dalam bidang teknologi pertanian yaitu BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
Tujuan Penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi pola kerja BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat dalam mengembangkan organisasinya, (2) menganalisis
faktor-faktor penyusun strategi pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat, serta (3) merumuskan dan merekomendasikan alternatif strategi untuk
pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
Penelitian dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang
berlokasi di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea, Kabupaten Cianjur.
Waktu penelitian dilakukan selama bulan Januari hingga Maret 2010. Responden
penelitian ini adalah pihak internal BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan
pihak dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini
menggunakan Proses Hirarki Analitik.
Prioritas utama dalam faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat adalah mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi
pertanian dengan bobot sebesar 0.313. Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat akan terlaksana dengan baik apabila pengetahuan masyarakat
pertanian Jawa Barat tentang pentingnya teknologi pertanian telah cukup baik.
Aktor yang paling berpengaruh dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat adalah sumberdaya balai dengan bobot sebesar 0.436 dengan tujuan
yang paling berpengaruh adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai
yang memiliki bobot sebesar 0.280. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia
dapat dilaksanakan dengan pelatihan dan juga motivasi training bagi pegawai BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.093 dan 0.044. Hal
tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para pegawai yang
selanjutnya akan disampaikan kepada petani pengguna dan juga meningkatkan
produktivitas dari pegawai BPT Mekanisasi pertanian. Survei kebutuhan alsintan
di setiap kabupaten merupakan alternatif yang memiliki prioritas utama dalam
iii
aktor petani. Oleh karena itu diperlukan adanya survei kebutuhan alsintan petani
sebelum diproduksinya suatu alsintan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
agar alsintan yang dihasilkan dapat berfungsi secara maksimal sesuai dengan
kebutuhan petani di Jawa Barat.
iv
STRATEGI PENGEMBANGAN BPT MEKANISASI
PERTANIAN JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN
PROSES HIRARKI ANALITIK
ILVIA RESTU UTAMI
H34061775
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2010
Judul Skripsi : Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat dengan Pendekatan Proses Hirarki Analitik
Nama : Ilvia Restu Utami
NIM : H34061775
Disetujui,
Pembimbing
Rahmat Yanuar, SP. MSi
NIP. 19760101 200604 1 010
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
vi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi
Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan Pendekatan Proses
Hirarki Analitik” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2010
Ilvia Restu Utami
H34061775
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 27 April 1988. Penulis adalah
anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Iwan Ridwansyah dan
Ibunda Lilis Sri Mulyani.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Ibu Dewi I Cianjur
pada tahun 2000. Pada tahun yang sama, penulis menempuh pendidikan
menengah pertama di SMP Negeri 2 Cianjur dan lulus pada tahun 2003.
Pendidikan lanjutan menengah atas ditempuh penulis di SMU Negeri 1 Cianjur
dan diselesaikan pada tahun 2006.
Penulis diterima pada Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Kemudian penulis diterima pada
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan sistem mayor
minor.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Sharia
Economics Student Club (SES-C) pada divisi Shar-e periode 2008-2009 dan pada
periode 2009-2010 menjadi pengurus SES-C pada divisi Media Ekonomi Syariah
(MES). Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan baik di
lingkungan departemen, fakultas, maupun universitas.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi
Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan Pendekatan Proses
Hirarki Analitik”.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola kerja BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat dalam mengembangkan organisasinya, menganalisis faktor-
faktor penyusun strategi pengembangan, serta merumuskan dan
merekomendasikan alternatif strategi untuk pengembangan BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juni 2010
Ilvia Restu Utami
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
berkah dan karunia-Nya serta jalan dan kemudahan yang diberikan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini juga
tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Rahmat Yanuar, SP. MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu, motivasi, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini. Bapak Iwan Ridwansyah dan Ibu Lilis Sri Mulyani
selaku orang tua penulis atas cinta dan kasih sayang, serta dukungan dan doa
baik berupa moral maupun material selama ini.
2. Luthfi Muhammad Fiqri dan Agung Aulia Natanegara sebagai adik penulis
atas cinta dan kasih sayang, serta dukungan dan semangat yang diberikan
kepada penulis selama ini.
3. Ir. Narni Farmayanti, MSc dan Ir. Wahyu Budi Priatna selaku dosen penguji
yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini.
4. Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen pembimbing akademik penulis atas
bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis.
5. Apriliana Utami Hapsari selaku pembahas seminar, terima kasih atas masukan
dan dukungan baik di masa perkuliahan maupun saat penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Diden Trisnadi selaku responden ahli dari Dinas Pertanian Jawa Barat
atas waktu, kesempatan, dan informasi yang diberikan.
7. Bapak Kusnawan, Bapak Wawan,Bapak Soleh, Bapak Iwan, Bapak Iman, Ibu
Irma selaku pihak BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat atas waktu,
kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.
8. Instansi-instansi terkait atas informasi yang diberikan kepada penulis
berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.
9. Bapak Unjin, Ibu Yusi Sri Sundari, Urfa, dan Yunan selaku keluarga kedua
penulis selama penulis menuntut ilmu di Bogor.
10. Rizal Setyawan atas motivasi, dukungan, kesabaran, dan bantuan yang
diberikan selama ini.
x
11. Teman-teman satu bimbingan skripsi Yuni Alfian dan Ray Sembara atas
kerjasama dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.
12. Adik-adik SMKN I Bojong Picung atas bantuannya selama penelitian di BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
13. Tim Gladikarya Desa Tugu Selatan: Ine, The Shara, Tiara, dan Faisal atas
kebersamaan dan pengalaman berharga yang didapat dari kegiatan-kegiatan
yang telah dilaksanakan.
14. Teman-teman seperjuangan di Agribisnis 43 dan SES-C atas semangat dan
sharing selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Semoga kebersamaan
kita terus berlanjut hingga tua nanti.
15. Seluruh staf pengajar Departemen Agribisnis atas ilmu dan pengalaman yang
diberikan selama perkuliahan.
16. Ibu Ida dan Mbak Dian serta seluruh staf tata usaha Departemen Agribisnis
atas kemudahan dan bantuan selama penyusunan skripsi ini serta masa
perkuliahan.
17. Barudak 11, Evi M, Adel, dan Bunbun atas kisah klasik yang akan terus dibina
sampai masa depan.
18. Malea Atas Peduli: Dina, Aden, Bunbun, Tami, Iin, Ita, Umul, Kiki, Tutut,
Vera, Yessi, Mba Pipit, Yeyen, Mbak Rina, Mbak Endah, Mbak Maria, Nova,
dan Mbak Widya yang telah mengisi hari-hari penulis.
19. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu, terima kasih
atas bantuannya.
Bogor, Juni 2010
Ilvia Restu Utami
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi
I PENDAHULUAN………………………………………………. ......... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ..……..................................................... 5
1.3. Tujuan ……………… .……................................................... 10
1.4. Manfaat…………….. ……..................................................... 11
1.5. Ruang Lingkup…………….................................................... 11
II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 12
2.1. Pengertian Teknologi............................................................. 12
2.2. Pengertian Teknologi Tepat Guna…………………………. 13
2.3. Pengertian Manajemen Teknologi......................................... 14
2.4. Pengertian dan Konsep Sistem Agribisnis…......................... 15
2.5. Manajemen, Teknologi dan Agribisnis……… …………… 16
2.6. Agribisnis dan Agroindustri……………………………….. 16
2.7. Perencanaan Strategi……………………………………….. 17
2.8. Kelembagaan Mekanisasi Pertanian……………………….. 17
2.10. Kajian Penelitian Terdahulu……………………………….. 20
III KERANGKA PEMIKIRAN…………………………………… 24
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................ 24
3.1.1. Konsep Strategi ........................................................... 24
3.1.2. Manajemen Strategis ................................................... 24
3.1.3. Model Manajemen Strategis ....................................... 24
3.1.4. Pengertian Visi, Misi, dan Tujuan............................... 25
3.1.5. Fungsi Visi, Misi, dan Tujuan ..................................... 26
3.1.6. Faktor Lingkungan Organisasi .................................... 27
3.1.7. Metode Proses Analisis Hirarki .................................. 28
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ......................................... 32
IV METODOLOGI PENELITIAN……………………………….. 35
4.1. Lokasi Penelitian ..................................................................... 35
4.2. Data dan Instrumentasi ............................................................ 35
4.3. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 35
4.4. Metode Pengolahan Data ........................................................ 36
4.4.1. Analisis Deskriptif……………………………………. 36
V GAMBARAN UMUM BPT MEKANISASI PERTANIAN
JAWA BARAT ............................................................................. 46
5.1. Latar Belakang Berdirinya BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat ............................................................................... 46
5.2. Sejarah Berdirinya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat .... 47
5.3. Visi dan Misi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ............. 47
xi
5.4. Motto BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ......................... 48
5.5. Organisasi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ................. 49
5.5.1. Tugas, Pokok, dan Fungsi…………………………. .... 49
5.5.2. Struktur Organisasi…………………………………. .. 49
5.6. Prosedur Perancangan Alat Mesin Pertanian dan
Ruang Lingkup Pengujian ....................................................... 51
5.7. Prosedur Pelayanan ................................................................. 52
5.8. Sarana dan Prasarana............................................................... 53
5.9. Hasil Kegiatan Rekayasa dan Rancang Bangun…………. .... 53
5.10. Kerjasama Kemitraan ............................................................ 53
5.11. Fasilitas BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat…………. .. 54
5.12. Kegiatan Fasilitasi………………………………………….. 55
IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………. 57
6.1. Analisis Identifikasi Faktor, Aktor, Tujuan, dan
Alternatif yang Berpengaruh dalam Pengembangan BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ........................................... 57
6.1.1. Faktor Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat……………………………. ........................ 58
6.1.2. Aktor Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat……………………………. ........................ 59
6.1.3. Tujuan Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat……………………………. ........................ 62
6.1.4. Alternatif Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat……………………………. ........................ 66
6.1.5. Sub Alternatif Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat……………………………. ........................ 67
6.2. Pengolahan Horizontal ........................................................... 69
6.2.1. Elemen Faktor Pada Pengembangan BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat……………………………. ........ 69
6.2.2. Elemen Aktor Pada Pengembangan BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat……………………………. ........ 71
6.2.3. Elemen Tujuan Pada Pengembangan BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat……………………………. ........ 74
6.2.3.1. Elemen Tujuan Pada Aktor Sumberdaya Balai…. 74
6.2.3.2. Elemen Tujuan Pada Aktor Dinas Pertanian
Tanaman Pangan…. ........................ ………….. 75
6.2.3.3. Elemen Tujuan Pada Aktor UPJA dan Bengkel…. 77
6.2.3.4. Elemen Tujuan Pada Aktor Sumberdaya Balai…. 78
6.2.4. Elemen Alternatif Pada Pengembangan BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat……………………………. ........ 79
6.2.4.1. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan
Kualitas Sumberdaya Manusia Balai…. ........... 79
6.2.4.2. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan
Sarana dan Prasarana Balai …. ....... ………….. 81
6.2.4.3. Elemen Alternatif Pada Tujuan Pengembangan
UPJA ........................................................... …. 82
6.2.3.4. Elemen Alternatif Pada Tujuan Pengembangan
Bengkel …. ....................................................... 84
xii
6.2.3.5. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan
Pemahaman Tentang Alsintan …...................... 85
6.2.3.6. Elemen Alternatif Pada Tujuan Inventarisasi
Kebutuhan Petani…. ......................................... 86
6.2.5. Elemen Sub Alternatif Pada Pengembangan BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat……………………………. ........ 87
6.2.4.1. Elemen Sub Alternatif Pada Alternatif Peningkatan
Kompetensi Sumberdaya Manusia Balai…. ..... 87
6.2.4.2. Elemen Sub Alternatif Pada Alternatif Peningkatan
Motivasi Sumberdaya Balai …. ...... ………….. 89
6.3. Pengolahan Vertikal ................................................................ 90
6.3.1. Pengolahan Vertikal Elemen Aktor…………………. . 90
6.3.2. Pengolahan Vertikal Elemen Tujuan…………………. 92
6.3.3. Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif…………. ....... 94
6.3.3. Pengolahan Vertikal Elemen Sub Alternatif…………. 97
6.4. Perbandingan Hasil Proses Hirarki Analitik dengan
Program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Tahun 2009 101
VII KESIMPULAN…………………………………………………. 106
7.1. Kesimpulan ............................................................................. 106
7.2. Saran ........................................................................................ 107
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 109
LAMPIRAN ........................................................................................... 112
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia, Jumlah Pekerja
di Bidang Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan Serta
Persentasenya Tahun 2005- 2009............................................. 2
2 Komoditas Impor Indonesia Bulan Agustus-September 2006 . 3
3 Data Luas Panen, Hasil Per hektar dan Produksi Padi tahun
2004-2007 ................................................................................ 5
4 Data Pengunjung dan Pengujian Alat BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat Tahun 2008-Maret 2010 ........................ 9
5 Penelitian Terdahulu ................................................................ 21
6 Nilai Skala Banding Berpasangan ........................................... 39
7 Matriks Pendapat Individu ...................................................... 40
8 Matriks Pendapat Gabungan .................................................... 41
9 Nilai Random Indeks (RI) ........................................................ 43
10 Keadaan Pegawai BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Tahun 2009 ......................................................................... …. 50
11 Prioritas Elemen Faktor Penyusun Strategi Pengembangan
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ............................... …. 69
12 Prioritas Elemen Aktor Penyusun Strategi Pengembangan
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat .................................... 72
13 Prioritas Elemen Tujuan Pada Aktor Sumberdaya Balai ........ 75
14 Prioritas Elemen Tujuan Pada Aktor Dinas Pertanian Tanaman
Pangan ..................................................................................... 76
15 Prioritas Elemen Tujuan Pada Aktor UPJA dan Bengkel ....... 78
16 Prioritas Elemen Tujuan Pada Aktor Petani ........................... 79
17 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan
Kualitas Sumberdaya Balai ...................................................... 80
18 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Sarana dan Prasarana
Balai ......................................................................................... 82
19 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Pengembangan UPJA 83
20 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Pengembangan Bengkel 84
21 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan
Pemahaman Petani Tentang Alsintan....................................... 86
22 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Inventarisasi Kebutuhan
Petani ........................................................................................ 87
xiv
23 Prioritas Elemen Sub Alternatif Pada Alternatif
Peningkatan Kompetensi Sumberdaya Manusia Balai ............ 88
24 Prioritas Elemen Sub Alternatif Pada Alternatif
Peningkatan Motivasi Sumberdaya Manusia Balai ................. 89
25 Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Aktor Pengembangan
Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ................................... 91
26 Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Tujuan Pengembangan
Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ................................... 92
27 Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Pengembangan
Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ................................... 95
28 Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Sub Alternatif Pengembangan
Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ................................... 98
29 Perbandingan Prioritas Utama Hasil PHA dan Program BPT
Mekanisasi Pertanian Tahun 2009 ........................................... 102
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Hubungan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
dengan Instansi Vertikal ........................................................... 7
2 Hubungan Antar Rekayasa/Ilmu Pengetahuan, Manajemen
Teknologi dan Manajemen ………..…………………........ 15
3 Model Proses Manajemen Strategi yang Komperhensif .......... 25
4 Model Struktur Hirarki ............................................................. 31
5 Kerangka Operasional Penelitian ............................................. 34
6 Hirarki Metode Proses Hirarki Analitik ................................... 37
7 Diagram Alir Proses Hirarki Analitik ...................................... 45
8 Bagan Struktur Organisasi BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat ................................................................................ 50
9 Peta Penyebaran UPJA di Jawa Barat ...................................... 61
10 Hirarki Analisis Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat ................................................................................ 68
11 Hasil Analisis Vertikal Strategi Pengembangan BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ............................................. 100
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Lampiran Peraturan Menteri Pertanian
No : 05/Permentan/OT.140/1/200 ............................................ 112
2 Jumlah Penyebaran Alat Panen dan Pasca Panen Milik Petani,
Pemerintah Maupun Swasta dan Luas Lahan Padi di Setiap
Daerah di Jawa Barat Tahun 2007..………………………….. 114
3 Kuisioner Penelitian ................................................................. 115
1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris. Hal ini terlihat dari mayoritas
penduduk Indonesia yang sebagian besar merupakan petani. Menurut data BPS
tahun 2009, jumlah petani mencapai 44 persen dari total angkatan kerja di
Indonesia, atau sekitar 46,7 juta jiwa. Lebih dari separuhnya merupakan petani
gurem dan buruh tani dengan kepemilikan lahan dibawah 0,5 hektar atau
mencapai 38 juta keluarga tani(1)
. Semakin modernnya masyarakat Indonesia
mengakibatkan jumlah lahan pertanian dan sumberdaya manusia di bidang
pertanian semakin menurun. Pada saat ini sekitar 2,5 persen lahan pertanian
beralih fungsi menjadi perumahan, pabrik, dan industri setiap tahunnya(2)
. Seperti
di daerah Bali dengan alih fungsi lahan sawah untuk kepentingan lain di luar
sektor pertanian mencapai 700-1.000 hektar. Hal ini berbanding terbalik dengan
jumlah penduduk yang semakin meningkat. Semakin meningkatnya jumlah
penduduk menyebabkan kebutuhan akan produk pertanian semakin meningkat.
Pada tahun 2005 persentase jumlah pekerja di bidang agribisnis terhadap
jumlah penduduk memiliki persentase sebesar 18,87 persen, namun pada tahun
2008 persentase tersebut berkurang menjadi 17,97 persen. Hal ini
mengindikasikan bahwa masyarakat semakin tidak tertarik untuk bekerja di
bidang pertanian. Penduduk lebih tertarik untuk bermigrasi ke kota dan mencari
pekerjaan di luar bidang pertanian. Perkembangan jumlah penduduk Indonesia,
jumlah pekerja di bidang pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan serta
perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 1.
Penurunan pekerja di bidang pertanian lainnya dapat terlihat pada
gambaran migrasi penduduk secara makro pada tahun 1999 sampai 2005 pada tiga
provinsi di Indonesia yaitu Lampung, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan Pada
penelitian tersebut disimpulkan bahwa migrasi masuk desa jauh lebih kecil
dibandingkan migrasi keluar. Artinya secara konsisten dari waktu ke waktu terjadi
perpindahan dari daerah sentra produksi pertanian di pedesaan ke perkotaan.
1 Saragih Henry. 2009. Peringatan Hari Perjuangan Petani Internasional: Legislasi Perlindungan
Petani Sebagai Pengakuan dan Pemenuhan hak Asasi Petani. http//www.spi.or.id/?p=915. [13
Januari 2010]
2 HKTI. 8 Juni 2009. Bali Khawatirkan Alih Fungsi Lahan
Pertanian.http://koran.republika.co.id/koran/0/55043/. [13 Januari 2010]
2
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia, Jumlah Pekerja di Bidang
Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan Serta Persentasenya
Tahun 2005- 2008
Tahun Jumlah Penduduk
Indonesia
(Jiwa)
Pekerja di Bidang
Pertanian, Kehutanan,
Perburuan dan
Perikanan
Persentase
(%)
2005 218.237.889 41.309.776 18.93%
2006 222.584.523 40.136.242 18.03%
2007 226.378.807 41.206.474 18.20%
2008 229.904.840 41.331.706 17.97%
Sumber : BPS (2008) (Diolah)
Penurunan pekerja di bidang pertanian lainnya dapat terlihat pada
gambaran migrasi penduduk secara makro pada tahun 1999 sampai 2005 pada tiga
provinsi di Indonesia yaitu Lampung, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan Pada
penelitian tersebut disimpulkan bahwa migrasi masuk desa jauh lebih kecil
dibandingkan migrasi keluar. Artinya secara konsisten dari waktu ke waktu terjadi
perpindahan dari daerah sentra produksi pertanian di pedesaan ke perkotaan.
Terdapat dua pola migrasi pada pedesaan contoh, lahan sawah pola migrasi yang
bersifat musiman dan daerah lahan kering dengan pola migrasi cenderung pada
pola migrasi tetap. Secara agregat faktor utama pendorong migrasi adalah
terbatasnya kesempatan kerja di desa sedangkan faktor penarik di lokasi tujuan
bermigrasi adalah ketersediaan kesempatan kerja lebih tinggi (Sinurya dan
Saptana 2007).
Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi akan produk pertanian belum
dapat dipenuhi oleh hasil pertanian di Indonesia. Hal ini menyebabkan masih
tingginya impor beberapa komoditas pertanian. Jumlah impor produk pertanian
seperti beras, kedelai, dan gandum masih cukup tinggi (Tabel 2), Hal ini
seharusnya tidak terjadi di negara Indonesia yang merupakan negara agraris.
Masih tingginya impor produk pertanian diakibatkan karena sektor
pertanian di Indonesia sampai saat ini belum dapat berjalan secara maksimal. Hal
ini terlihat dari masih adanya berbagai permasalahan dalam pertanian di
Indonesia.
3
Tabel 2. Komoditas Impor Indonesia Bulan Agustus-September Tahun 2006
No Nama Komoditas Bulan
Agustus (Ton) September (Ton)
1 Beras 18.875.606 5.388.120
2 Gandum 523.439.675 101.355.918
3 Jagung 315.711.529 50.342.015
4 Kacang Tanah 12.208.609 4.190.037
5 Kedelai 396.204.369 97.136.975
6 Ubi Jalar 5.752 9.750
7 Ubi Kayu 25.740.696 5.892.528
8 Wijen 2.619.366 376.722
10 Produk Biji Lena 192.893 176.024
11 Sagu 22.062.732 7.142.496
Total Pertanian 1.323.101.922 281.556.217
Sumber : Departemen Pertanian (2006)
Kondisi-kondisi yang menunjukan berbagai permasalahan pertanian dan perlu
mendapat perhatian seperti rendahnya produktivitas pengusahaan dan kualitas
tanaman pertanaman terutama palawija, kurang bakunya produk pertanian,
sulitnya menjaga kontinuitas produksi pertanian, lemahnya kelembagaan yang
mengkaitkan sub sistem produksi dengan pengolahan hasil pertanian, serta kurang
tersedianya infrastruktur yang mendukung kegiatan pertanian (Elizabeth 2007).
Permasalahan pertanian di Indonesia seperti rendahnya produktivitas
pengusahaan dan kualitas tanaman serta sulitnya menjaga kontinuitas produksi
pertanian disebabkan karena teknologi yang terbatas dan kurangnya pengolahan.
Penggunaan teknologi yang masih sederhana di Indonesia merupakan salah satu
permasalahan penting dalam pertanian di Indonesia. Hal ini mengakibatkan
4
produktivitas pertanian di negara Indonesia masih relatif rendah dibandingkan
negara lain dengan teknologi pertanian lebih canggih.
Hal lain yang menjadi permasalahan dalam pertanian di Indonesia adalah
aspek pemasaran. Sering sekali aspek pemasaran menjadi hal yang
dipermasalahkan dalam pengembangan pertanian. Hal ini karena produk pertanian
memiliki karakteristik spesifik seperti bulky (panen dalam jumlah yang banyak),
perishable (mudah rusak), voluminous (membutuhkan ruangan yang besar),
pemeliharaan kualitas produk yang sulit dilakukan, faktor risiko tinggi yang
dihadapi para pelaku pasar, dan kualitas produk dalam kaitannya dengan
pemasaran (Soekartawi 1991). Oleh karena, itu teknologi pertanian pascapanen
merupakan hal yang harus semakin dikembangkan di Indonesia.
Untuk memperbaiki permasalahan pertanian tersebut, maka harus
dilakukan suatu reformasi dalam pertanian di Indonesia. Salah satu reformasi
pertanian yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia adalah reformasi dalam
kebijakan teknologi. Kebijakan pengembangan industri yang harus dilakukan
adalah pengembangan industri yang sesuai dengan keunggulan komparatif
(resources based industry). Indonesia yang merupakan negara agraris dan
memiliki keunggulan komparatif di bidang agribisnis sudah sepatutnya
menjadikan agribisnis sebagai salah satu unggulan teknologi nasional.
Pengembangan teknologi di bidang agribisnis diharapkan dapat berperan dalam
meningkatkan produktivitas dan efisiensi, mengenalkan teknologi baru yang tepat
guna dan tepat sasaran, memberikan nilai tambah produk akhir, dan meningkatkan
cadangan devisa (Sa’id dkk 2004)
Aspek lain yang perlu diperbaiki adalah peningkatan peranan ahli teknik
dan keterkaitan pertanian untuk menunjang pengembangan pertanian yang
mengarah ke agroindustri. Rekayasa infrastruktur pedesaan diharapkan mampu
mendorong pembangunan pertanian dan industri-industri, sistem pengairan dan
drainase, serta pembangunan sarana pendukungnya (Elizabeth 2007). Agar
reformasi teknologi pertanian dapat terlaksana dengan baik maka dibutuhkan
lembaga pemerintah yang memiliki fokus pada pengembangan teknologi
pertanian sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah.
5
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu lumbung pertanian di Indonesia.
Provinsi ini memiliki visi “Terciptanya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri,
Dinamis, dan Sejahtera”, selain itu Provinsi Jawa Barat memiliki tujuan akselerasi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Provinsi Jawa Barat memiliki perhatian
yang cukup besar atas pertanian di wilayah Jawa Barat. Hal ini dikarenakan
Provinsi Jawa Barat memiliki keunggulan komparatif dalam bidang pertanian.
Provinsi Jawa Barat memiliki luas panen, hasil per hektar, dan produksi yang
cukup baik dalam komoditas pangan utama yaitu padi. Dari tahun ke tahun
produksi padi di Jawa Barat memiliki trend yang semakin meningkat. Data luas
panen, hasil per hektar dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2004-2007 dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Padi Tahun 2004-2007
Ta
hu
n
Padi Sawah Padi Ladang Total Produksi Padi
Luas
Panen
(Ha)
Hasil
Per
Hektar
(Ton/
Ha)
Produksi
(Ton)
Luas
Panen
(Ha)
Hasil
Per
Hektar
(Ton/
Ha)
Produksi
(Ton)
Luas
Panen
(Ha)
Hasil
Per
Hektar
(Ton/Ha
)
Produksi
(Ton)
2004 1.759.938 52,84 9.299.506 120.204 25,19 302.796 1.880.142 51,07 9.602.302
2005 1.778.583 53,30 9.480.493 116.213 26,39 306.724 1.894.796 51,65 9.787.217
2006 1.687.836 53,94 9.103.490 110.424 28,53 315.082 1.798.260 52,38 9.418.572
2007 1.715.466 55,75 9.562.990 113.619 30,90 351.029 1.829.085 54,20 9.914.019
Sumber : BPS Jawa Barat (2008)
Dari data di atas dapat terlihat bahwa Jawa Barat merupakan provinsi
produsen padi dengan produksi yang cukup tinggi dan memiliki peningkatan dari
tahun ke tahun. Kecuali pada tahun 2006 dimana Jawa Barat mengalami
penurunan produksi padi. Namun dari aspek hasil per hektar Jawa Barat terus
mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa dari tahun
ke tahun terdapat perbaikan dalam pengelolaam pertanian khususnya padi sebagai
komoditas pangan utama penduduk Jawa Barat.
1.2. Perumusan Masalah
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (Dispertan Jabar)
merupakan ujung tombak dalam pengembangan pertanian di Jawa Barat. Dinas
Pertanian Jawa Barat dalam sistem agribisnis Jawa Barat berada pada subsistem
lembaga penunjang dan memiliki peran sebagai lembaga pendukung dalam sistem
agribisnis di Jawa Barat. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat yang
6
memiliki visi “Mewujudkan Petani Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis, dan
Sejahtera” memiliki delapan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) sebagai
pelaksana tugas pada bidang tertentu. Unit Pelaksana Teknis Dinas tersebut
berada di bawah Kepala Dispertan secara langsung, kedelapan UPTD tersebut
adalah UPTD Balai Pengembangan Benih Padi, UPTD Balai Pengembangan
Benih Hortikultura, UPTD Balai Pengembangan Benih Kentang, Mekanisasi
Pertanian, UPTD Balai Pelatihan Pertanian, UPTD Balai Proteksi TPH, serta
UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH.
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat di Desa Cihea, Cianjur merupakan salah satu UPTD yang berada di bawah
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat. BPT Mekanisasi Pertanian ini
merupakan pelopor pendirian balai di tingkat provinsi yang memiliki konsentrasi
khusus dalam pengembangan mekanisasi pertanian. Balai Pengembangan
Teknologi Mekanisasi Pertanian mempunyai fungsi melaksanakan teknis
operasional perekayasaan dan rancang bangun alat mesin pertanian tepat guna,
melaksanakan teknis operasional pengujian dan adaptasi alat mesin pertanian dan
melaksanakan teknis operasional bengkel kerja (workshop) dan fasilitasi
penggunaan alat dan mesin pertanian di UPTD lingkup dinas dan para petani
pengguna. Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
merupakan lembaga sentral dalam bidang teknologi pertanian di Jawa Barat.
Unit Pelakssana Teknis Dinas BPT Mekanisasi pertanian didirikan agar
dapat mengatasi permasalahan pertanian di Jawa Barat yakni, permasalahan
kekurangan tenaga kerja dalam bidang pertanian, mahalnya mesin-mesin
pertanian serta jumlah mesin-mesin pertanian yang tersebar relatif terbatas di
pasaran sehingga produktivitas pertanian di Jawa Barat masih relatif rendah,
rendahnya kemampuan serta keterampilan teknis ORM (Operation, Repair, and
Maintenance) petani atau Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), serta belum
adanya lembaga sertifikasi yang terakreditasi di Jawa Barat untuk
merekomendasikan kelayakan operasional alat mesin pertanian yang
diintroduksikan.
Sebagai lembaga pengembangan mekanisasi pertanian di Jawa Barat, BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki hubungan vertikal dengan instansi lain
7
seperti Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (Puslitbang Deptan) dan
Balai Pengujian Mutu Alat Mesin Pertanian (Ditjen P2HP Deptan). Hubungan
Balai Mekanisasi Pertanian dan instansi lainnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hubungan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan Instansi
Vertikal Sumber: BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat (2008)
Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki hubungan dengan
instansi Puslitbang Deptan dalam pelaksanaan fungsi rekayasa dan rancang
bangun alat mesin pertanian. Hubungan dengan Ditjen P2HP Deptan secara
vertikal berhubungan dengan pengujian alat mesin pertanian di Jawa Barat.
Sedangkan hubungan antara Puslitbang Deptan dengan Ditjen P2HP Deptan
adalah dalam hal penetapan SNI Alsintan hasil rekayasa rancang bangun dan
pengujian sebelumnya.
Sesuai dengan SK Permentan Nomor 05/Permentan/OT.104/1/2007
(Lampiran 1) maka BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan salah satu
dari 15 lembaga uji Alsintan yang ada di Indonesia. Pada Norma, Standar,
Prosedur, dan Kinerja (NSPK) Departemen Pertanian Republik Indonesia
dijelaskan bahwa suatu lembaga yang berada di wilayah provinsi memiliki
kewenangan melaksanakan kebijakan alat dan mesin pertanian wilayah provinsi,
identifikasi dan inventarisasi kebutuhan alat dan mesin pertanian wilayah
provinsi, penerapan standar dan mutu alat dan mesin pertanian, serta pembinaan
dan pengawasan standar mutu alat dan mesin pertanian wilayah provinsi (Dinas
Pertanian 2009). Adanya surat keputusan Permentan tersebut membuat BPT
BALAI PENGUJIAN MUTU
ALAT MESIN PERTANIAN
( DITJEN P2PH, DEPTAN )
BALAI BESAR
PENGEMBANGAN
MEKANISASI PERTANIAN
( PUSLITBANG DEPTAN )
Rekayasa dan
Rancang
Bangun
BPT MEKANISASI
PERTANIAN JAWA BARAT
Pengujian
Penetapan
SNI Alsintan
8
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat menjadi salah satu lembaga yang sangat penting
dalam pengembangan teknologi pertanian di Provinsi Jawa Barat.
Pada saat ini Balai Pengembangan Teknologi yang telah berdiri dari tahun
2002 berdasarkan Perda No. 5 Tahun 2002 dan Keputusan Gubernur No. 53
Tahun 2002 telah menjadi salah satu lembaga pendukung dalam peningkatan alat
dan mesin pertanian di daerah Jawa Barat. Balai yang merupakan sentral
pengembangan teknologi pertanian di Jawa Barat ini telah menghasilkan berbagai
macam modifikasi alat mesin pertanian. Namun sampai saat ini BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat masih harus menyelesaikan beberapa permasalahan agar
dapat mencapai visi dan misinya.
Beberapa permasalahan yang terdapat di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat adalah masih belum meratanya kepemilikan alat mesin pertanian di Jawa
Barat, kurang dikenalnya BPT Mekanisasi sebagai lembaga pemerintah yang
dapat melayani dan membantu para petani dalam hal alat mesin pertanian, kurang
meratanya informasi tentang alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh balai,
serta alat mesin pertanian yang dihasilkan balai belum dapat sepenuhnya
memenuhi kebutuhan petani di Jawa Barat. Kepemilikan alat mesin pertanian di
Jawa Barat yang mayoritas penduduknya melakukan usaha cocok tanam masih
belum tersebar secara merata. Data jumlah penyebaran alat panen dan pasca panen
milik petani, pemerintah maupun swasta, dan luas lahan padi di setiap daerah di
Jawa Barat tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.
Berdasarkan lampiran tersebut dapat terlihat bahwa jumlah alat mesin
pertanian di Jawa Barat tidaklah merata, beberapa kabupaten memiliki alat mesin
pertanian yang cukup banyak, namun beberapa kabupaten lainnya memiliki
jumlah alat mesin pertanian yang sangat sedikit. Pada tabel dapat terlihat alat
panen padi (reaper) yang dimiliki oleh Kabupaten Ciamis dengan luas lahan padi
101.364 hektar sebanyak 807 sedangkan daerah lain yang merupakan daerah
lumbung padi seperti Kabupaten Cianjur yang memiliki luas lahan padi lebih
besar yaitu 138.171 hektar hanya memiliki alat panen padi sebanyak 19 buah.
Permasalahan lainnya adalah kurang dikenalnya BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat oleh para petani. Balai yang melayani informasi teknologi
pertanian, konsultasi teknik pengoperasian, perawatan dan perbaikan alat mesin
9
pertanian serta bantuan teknis rekayasan, rancang bangun dan pengujian alat
mesin pertanian ini masih sangat jarang dikunjungi petani. Hal tersebut dapat
dilihat pada data pengunjung balai dan pengguna jasa pengujian balai tahun 2008,
2009, dan 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Pengunjung dan Pengujian Alat BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat Tahun 2008-Maret 2010
Tahun Pengunjung Balai
(Orang)
Pengujian Alat
(buah)
2008 2 5
2009 17 8
Maret 2010 13 3
Sumber: BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat (2010)
Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa pengunjung BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat masih sangat sedikit, selain itu masih terdapat keterbatasan
dalam administrasi pengunjung sehingga tidak seluruh pengunjung dapat terdata.
Mayoritas pengunjung BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah lembaga
dinas dari daerah lain yang ingin melakukan studi banding ataupun mahasiswa
yang melakukan penelitian tentang alat mesin pertanian, namun petani di daerah
Jawa Barat sebagai sasaran utama pendirian balai ini sangat jarang mengunjungi
balai untuk melakukan konsultasi tentang alat dan mesin pertanian.
Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa barat sebagai
lembaga yang telah ditunjuk Departemen Pertanian sebagai salah satu lembaga
pengujian alat dan mesin pertanian pascapanen dapat melakukan uji alat terhadap
berbagai alat mesin pertanian baik di daerah Jawa Barat maupun di luar Jawa
Barat. Namun sampai saat ini pengujian alat masih di daerah Jawa Barat sebagai
fokus utama BPT Mekanisasi Pertanian.
Selain permasalahan tersebut permasalahan lainnya adalah alat mesin
pertanian yang dihasilkan belum dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan petani di
Jawa Barat. Hal ini terjadi karena kurangnya kontribusi petani dalam perancangan
alat mesin pertanian yang akan diproduksi(3)
. Pada pelaksanaan peran UPTD BPT
Mekanisasi Pertanian sebagai lembaga yang dapat meningkatkan keterampilan
teknis ORM (Operation, Repair and Maintenance) petani atau Unit Pelayanan
3 Hasil wawancara pendahuluan dengan pegawai BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
10
Jasa Alsintan (UPJA) masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaanya
sehingga peran UPTD belum terjalin secara maksimal.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa BPT
Mekanisasi Pertanian memiliki peran yang penting dalam sistem agribisnis di
Jawa Barat, akan tetapi berbagai macam alat dan mesin pertanian yang dihasilkan
oleh BPT Mekanisasi Pertanian belum dapat diakses oleh seluruh petani di Jawa
Barat secara optimal. Hal ini mengakibatkan perlunya strategi pengembangan bagi
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat agar dapat mengembangkan teknologi
pertanian di Jawa Barat dengan lebih baik dan dapat mencapai visi dan misi balai.
Sebagai suatu lembaga pemerintahan yang berada di bawah Dispertan perbaikan
dan pengembangan lembaga ini sangat diperlukan untuk perbaikan pertanian di
Jawa Barat dan akhirnya menuju perbaikan kesejahteraan petani Jawa Barat.
Selama ini BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat hanya melaksanakan program
setiap tahunnya yang selesai dalam satu tahun. Adanya strategi pengembangan
BPT Mekanisasi Jawa Barat ini diharapkan dapat membuat BPT Mekanisasi
Pertanian Jaw Barat lebih fokus dalam mencapai tujuan utama sesuai dengan visi
dan misi secara berkelanjutan. Maka permasalahan yang akan dianalisis dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1) Peran utama apa yang harus dilakukan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat dalam mengembangkan organisasinya?
2) Faktor-faktor apakah yang menjadi penyusun pengembangan BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat?
3) Strategi apa yang seharusnya dilaksanakan oleh BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat agar dapat mengembangkan organisasinya?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi pola kerja BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dalam
mengembangkan organisasinya.
2) Menganalisis faktor-faktor penyusun strategi pengembangan BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat.
11
3) Merumuskan dan merekomendasikan alternatif strategi untuk pengembangan
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
1) Sebagai bahan masukan untuk BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dalam
rangka meningkatkan peran organisasi dalam bidang pertanian.
2) Sebagai pertimbangan bagi pengambil kebijakan pertanian di Jawa Barat
dalam rangka membuat kebijakan yang berhubungan dengan pertanian di
Jawa Barat.
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka penelitian ini
mencakup Unit Pengadaan Teknis Terpadu (UPTD) BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat, Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang menjadi unit pemasaran
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, bengkel yang telah bekerjasama dengan
BPT Meknisasi Pertanian Jawa Barat, dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan yang
menjadi pengambil kebijakan agribisnis di Jawa Barat.
12
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Teknologi
Teknologi secara harfiah memiliki arti segala daya upaya yang dapat
dilaksanakan oleh manusia untuk mendapatkan taraf hidup uang lebih baik. Dari
definisi tersebut diketahui bahwa tujuan akhir dari penggunaan teknologi adalah
kesejahteraan hidup, tetapi teknologi juga seringkali berdampak negatif bagi suatu
usaha, sistem atau lingkungan. Penggunaan suatu teknologi selalu memiliki trade
off yang harus dipertimbangkan. Memilih suatu teknologi hendaknya berdasarkan
trade off yang paling minimal (Sa’id dkk 2004).
Teknologi diperoleh melalui suatu proses yang dikembangkan oleh
manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman yang cukup.
Tjakraatmadja dalam Sa’id dkk (2004) mengumukakan lima sifat pokok teknologi
yang perlu dipahami, yaitu :
1) Ilmu pengetahuan dan praktik atau percobaan merupakan prasyarat untuk
tumbuh dan berkembang teknologi. Teknologi yang dikuasai akan semakin
berkembang jika sudah terbagi dan termanfaatkan. Jika ilmu pengetahuan,
seperti biokimia, mikrobiologi, genetika, dan biomolekuler dikuasai dengan
baik maka hal tersebut merupakan pintu gerbang menuju penguasaan
bioteknologi.
2) Teknologi dapat berupa kompetensi yang melekat pada diri manusia (human
embedded technology), dapat berwujud fisik yang melekat pada mesin dan
peralatan (object embedded technology), serta informasi yang diwadahi oleh
sistem dan organisasi (document embedded technology). Teknologi
dibutuhkan oleh manusia baik berupa benda fisik, keahlian dan keterampilan,
maupun berupa dokumen informasi (seperti buku, jurnal, dan majalah).
3) Teknologi tidak memberikan nilai guna jika tidak diterapkan (tidak terbagi
dan terpakai secara tepat guna). Sebagai contoh pada dekade 1980-an
Indonesia pernah mengimpor traktor yang digunakan untuk mengolah sawah
yang luas. Setelah tiba di Indonesia, alat tersebut ternyata tidak dapat
digunakan karena ukuran lahan sawah di Jawa kecil-kecil, sedangkan lahan
sawah di luar pulau Jawa walaupun luas tetapi sangat sedikit jumlahnya.
13
Dengan demikian, traktor dalam kapasitas besar tersebut tidak berdaya guna
dan tidak tepat sasaran.
4) Sebagai salah satu aset perusahaan, teknologi dapat ditemukan
dikembangkan, dibeli, dijual, dicuri, atau tidak bernilai guna jika teknologi
yang dimiliki sudah kadaluarsa. Hal ini menunjukan bahwa teknologi bersifat
dinamis dan memiliki siklus hidup yang sama dengan siklus hidup produk.
Oleh karena itu, perlindungan yang diberikan terhadap suatu teknologi harus
memadai, terutama dalam hal perlindungan paten atau hak cipta.
5) Umumnya teknologi digunakan untuk kesejahteraan masyarakat atau
meningkatkan kualitas hidup manusia. Dengan demikian, teknologi
merupakan faktor penting dalam pengembangan ekonomi suatu wilayah.
2.2. Pengertian Teknologi Tepat Guna
Teknologi tepat guna dalam konteks negara berkembang dikelompokan ke
dalam empat orientasi yang mendasar yaitu :
1) Pertimbangan pilihan teknologi.
2) Pertimbangan kelompok sasaran.
3) Pertimbangan keterbatasan sumberdaya.
4) Pertimbangan perubahan yang evolusioner yang selaras dengan tradisi.
Teknologi tepat guna memiliki ciri-ciri skala kecil, padat karya, dan
didasarkan pada kebutuhan masyarakat pedesaan. Selain ciri-ciri tersebut
teknologi tepat guna juga memerlukan :
1) Konsisten dengan kebudayaan setempat.
2) Menjaga daur ekologi, dan
3) Selaras dengan proses pengambilan keputusan setempat
Pada saat ini masyarakat Indonesia masih berada pada taraf hidup yang masih
rendah, dan karenanya perlu dibawa ke taraf hidup yang lebih baik. Salah satu
jalur usaha peningkatan itu adalah penyedian dan pemanfaatan masukan
instrumental berupa teknologi, baik yang berupa proses teknologi maupun produk.
Hal yang menjadi perhatian adalah jalur usaha penyediaan dan pemanfaatan
proses dan produk teknologi tertentu, yaitu teknologi yang mempunyai ciri:
1) Dapat dioperasikan dengan mudah oleh anggota masyarakat yang masih
rendah taraf keterampilan teknologinya.
14
2) Dapat merangsang pertumbuhan keterampilan berteknologi masyarakat yang
bersangkutan dengan mudah.
3) Prasarana dan sarana pendukung bagi pengoperasian teknologi itu dapat
disediakan dengan mudah.
4) Dalam penerapannya sangat memperhatikan keseimbangan dan keserasian
dengan lingkungan, serta kemampuan ekonomi masyarakatnya.
Teknologi dengan ciri-ciri tersebut merupakan teknologi tepat guna. Jelas
bahwa diatas itu semua, teknologi tersebut harus dapat menegaskan fungsi-fungsi
kehidupan yang membina kepada membaiknya taraf hidup masyarakat yang
menggunakannya ataupun masyarakat yang diperkenalkan kepada teknologi itu.
2.3. Pengertian Manajemen Teknologi
Teknologi merupakan suatu aspek yang berkaitan secara tidak langsung
dengan sistem ekonomi, budaya, dan politik. Oleh karena itu, manajemen
teknologi diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan
manfaat yang diperoleh. Menurut Tjakraatmadja dalam Sa’id dkk (2004),
manajemen teknologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk
memaksimumkan nilai suatu teknologi dengan cara melakukan proses manajemen
yang tepat. Manajemen teknologi adalah suatu disiplin akademik yang
memainkan peranan yang sangat penting dalam memapankan dasar pengetahuan
yang akan memungkinkan suatu industri untuk melakukan pengelolaan teknologi
(Sa’id dkk 2004).
Secara harfiah, manajemen teknologi menghubungkan disiplin-disiplin
rekayasa, ilmu pengetahuan alam, dan manajemen untuk merencanakan,
mengembangkan, dan menerapkan kemampuan tujuan strategik dan operasional
dari suatu organisasi (Gaynor 1991). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 2.
15
Gambar 2. Hubungan Antar Rekayasa/Ilmu Pengetahuan, Manajemen Teknologi
dan Manajemen Sumber : NRC diacu dalam Gaynor (1991)
2.4. Pengertian dan Konsep Sistem Agribisnis
Pertanian dalam arti luas adalah seluruh mata rantai proses pemanenan
energi surya secara langsung dan tidak langsung melalui fotosintesis dan proses
pendukung lainnya untuk kehidupan manusia yang mencakup aspek ilmu
pengetahuan dan kemasyarakatan dan mencakup bidang tanaman pangan,
hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan (IPB dalam
Septiyorini dkk 2008).
Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, di mana Agri berarti Agriculture
artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang berorientasi
profit. Jadi secara sederhana agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai usaha
atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi profit. Jika
didefinisikan secara lengkap agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan
penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran
produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian, dan kelembagaan
penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha
yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh
kegiatan pertanian (Antara 2004).
Konsep agribisnis merupakan suatu konsep pertanian secara utuh, mulai
dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran, dan aktivitas lainnya yang
berkaitan dengan kegiatan pertanian tersebut (Soekartawi 1991). Namun pada saat
ini masih banyak masyarakat dan juga para terdidik yang belum memahami
dengan benar tentang konsep agribisnis. Menurut Arsyad dkk diacu dalam
Area yang Langsung Relevansinya dengan Manajemen Teknologi
Rekayasa/ilmu
pengetahuan
Manajemen
Teknologi
Manajemen
A
B
16
Soekartawi (1991) yang dimaksud dengan agribisnis adalah suatu kesatuan
kegiatan usaha yang meliputi salah-satu atau keseluruhan dari mata rantai
produksi, pengolahan, hasil, dan pemasarannya yang ada hubungannya dengan
pertanian secara luas. Termasuk kegiatan usaha yang menunjang kegiatan
pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Kegiatan subsistem penunjang memiliki peran yang tidak kalah penting
dengan subsistem lainnya dalam pengembangan suatu sistem agribisnis.
Subsistem pendukung dapat berupa lembaga-lembaga pendukung maupun
pelayanan pemerintah daerah untuk mempermudah aktivitas agribisnis yang
dilakukan oleh para pelaku usaha.
2.5. Manajemen, Teknologi, dan Agribisnis
Manajemen teknologi adalah suatu disiplin akademik yang memainkan
peranan penting dalam memapankan dasar pengetahuan yang akan
memungkinkan suatu industri untuk melakukan pengelolaan teknologi (Sa’id dkk
2004). Dengan adanya fungsi manajemen tersebut, maka ruang lingkup penerapan
manajemen teknologi dalam bidang agribisnis menjadi sangat luas, mulai dari
perencanaan teknologi sampai dengan pengawasan teknologi dalam rangka
mencapai nilai tambah yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dan harapan
konsumen.
2.6. Agribisnis dan Agroindustri
Kegiatan ekonomi pada sektor pertanian yang terbatas pada usahatani
primer harus lebih dipacu pengembangannya menjadi mega sektor yang disebut
agribisnis. Kinerja agribisnis yang meliputi tiga kegiatan yaitu subsektor
organisasi hulu, subsektor usahatani dan subsektor agribisnis hilir. Pengembangan
agribisnis dan agroindustri sangat strategis karena beberapa hal, yaitu:
1) Bersifat resources based yang berarti tidak tergantung pada komponen impor
dalam proses produksinya.
2) Kegiatan agroindustri berorientasi ekspor yang dappat meningkatkan devisa
negara. Hal ini terbukti dengan kenyataan bahwa agroindustri menyumbang
50 persen ekspor nonmigas dan 30 persen total ekspor Indonesia selama
kurun waktu 1981-1995.
17
3) Memiliki dimensi pemerataan karena memiliki keterkaitan ke depan (forward
linkages) dan ke belakang (backward linkages) yang kuat dan digerakan oleh
petani dan pengusaha.
Peranan agroindustri untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat
dipacu melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja, khususnya dalam berbagai
pelaksanaan proyek padat karya, peningkatan teknologi budidaya proses hilir
agroindustri, serta akumulasi modal melalui ekspor produk aggroindustri yang
telah mempunyai nilai tambah yang besar dalam negeri. (Mangunwidjaya dan
Sailah 2009).
2.7. Perencanaan Strategi
Perencanaan strategi merupakan salah satu dari sekian banyak konsep
perencanaan yang dikembangkan. Perencanaan merupakan suatu proses aktivitas
yang berorientasi ke depan dengan memperkirakan berbagai hal agar aktivitas di
masa mendatang dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Orientasi
perencanaan ke masa depan, maka perencanaan bersifat memperkirakan dan
memprediksikan berdasarkan pertimbangan rasional, logis, dan dapat
dilaksanakan.
Sementara dalam David (2006) perencanaan strategi didefinisikan sebagai
rencana permainan (game plan) perusahaan. Perencanaan strategi lebih umum
digunakan dalam dunia bisnis. Perencanaan strategi hanya mengacu pada
formulasi strategi, berbeda dengan manajemen strategis yang mengacu pada
formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi. Rencana strategis dihasilkan dari
pilihan manajerial yang sulit dari berbagai alternatif yang baik dan tanda
komitmen untuk pasar yang spesifik, kebijakan, prosedur, dan opersi
menggantikan.
2.8. Kelembagaan Mekanisasi Pertanian
Hal yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus, terutama dari
pembelajaran evolusi mekanisasi pertanian dari tahun 1950 sampai pada saat
sekarang ini adalah masalah lemahnya kelembagaan dalam sistem pengembangan
mekanisasi pertanian. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan, jika mekanisasi
pertanian harus disiapkan sebagai mesin penggerak revitalisasi (engine of
revitalization) dalam Deptan (2005) adalah sebagai berikut :
18
1) Lembaga atau Asosiasi Petani
Lembaga petani perlu dibangun dengan tujuan untuk memberikan
pelayanan kepada petani-petani yang merupakan anggotanya, serta melobi
pemerintah dalam hal kepentingan usahatani. Melalui lembaga pertanian ini
diharapkan dapat tercipta komunikasi antara pemerintah dengan petani sehingga
petani dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingannya dengan lebih baik.
Lembaga seperti ini hendaknya dibangun atas inisiatif petani, bukan dari
pemerintah.
2) Kebijakan Perdagangan Alsintan
Pengadaan, distribusi, dan penggunaan alat dan mesin pertanian
dipengaruhi oleh kebijakan perdagangan. Pemerintah perlu menciptakan iklim
perdagangan yang kondusif dengan menaikkan proteksi terhadap impor alsintan,
terutama terhadap negara yang melakukan dumping.
Kebijakan proteksi ini selain dapat mendorong perkembangan industri
alsintan dalam negeri juga dapat memberikan proteksi terhadap petani sebagai
konsumen. Alsintan produksi luar seringkali tidak sesuai untuk digunakan di
Indonesia karena kondisi lahan dan agronomis yang berbeda. Selain itu,
pemerintah juga perlu untuk memeratakan distribusi alsintan di seluruh wilayah
Indonesia. Salah satu caranya yaitu dengan tidak memberikan bantuan alsintan
hanya pada satu jenis alsintan tertentu atau di daerah tertentu saja. Distribusi
alsintan harusnya disesuaikan dengan kebutuhan alsintan di tiap wilayah.
3) Penelitian dan pengembangan
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh pihak swasta saja tidak
cukup. Pemerintah harus meningkatkan riset dan pengembangan yang dilakukan
melalui lembaga pemerintah yang ada seperti BBP Mektan dan LIPI serta
membina kerjasama antara lembaga riset pemerintah, swasta, universitas dan
asing. Dengan demikian, inovasi teknologi dapat lebih ditingkatkan dan
menguntungkan semua pihak.
Dalam penelitian dan pengembangan yang dilakukan, perlu juga
diciptakan penghubung antara peneliti dengan petani. Penghubung ini selain
bertugas untuk mendemonstrasikan teknologi baru kepada petani dan
meningkatkan kesadaran petani akan pentingnya teknologi, juga berfungsi sebagai
19
sarana bagi petani untuk menyampaikan mengenai jenis alsintan apa yang
dibutuhkan dan tingkat mekanisasi seperti apa yang diharapkan. Jadi melalui
penghubung ini dapat tercipta feed back bagi penelitian selanjutnya.
4) Kredit
Selama ini kesulitan perolehan kredit selalu menjadi kendala bagi petani
dalam usaha pengembangan usahatani. Menurut Nuswantara (2003). Untuk
mengatasi kendala ini, pemerintah perlu mempersiapkan upaya pembentukan bank
pertanian. Bank pertanian hendaknya terletak di daerah-daerah sentra produksi
pertanian, terutama di pedesaan dan kota-kota kecil yang mudah dijangkau petani.
Melalui bank pertanian diharapkan dapat memberi kemudahan bagi petani dalam
memperoleh kredit, baik itu sebagai modal usaha maupun untuk pembiayaan
aktivitas pertanian.
Kredit yang diberikan jangan dibatasi pada jenis alsintan tertentu karena
ini akan mempengaruhi pilihan petani terhadap alsintan yang akan digunakan.
Petani harus diberikan kebebasan dalam memilih alsintan apa yang diinginkan dan
yang sesuai dengan kebutuhannya.
5) Lembaga pelatihan dan pendidikan
Petani Indonesia pada umumnya berpendidikan rendah. Untuk
mengintroduksi teknologi baru maka diperlukan pelatihan dan pendidikan agar
petani mampu mengoperasikan alsintan dengan baik dan aman. Pelatihan dan
pendidikan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petani sehingga dapat mengembangkan diri di subsektor lain
maupun di bidang agroindustri, serta memajukan cara berpikir petani.
6) Fasilitas produksi dan perbaikan lokal
Kondisi lahan di tiap daerah berbeda-beda. Dengan melakukan produksi
lokal maka produksi dapat dilakukan secara spesifik sesuai dengan kondisi lahan
setempat dan mengurangi biaya transportasi ke petani. Selain itu, penyerapan
tenaga kerja di desa juga dapat ditingkatkan.
7) Penyediaan jasa penyewaan mesin
Dengan penyediaan jasa penyewaan mesin, petani kecil yang tidak
sanggup membeli alsintan dapat tertolong. Mereka dapat menggunakan mesin dan
mendapatkan manfaat dari mesin tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk
20
membelinya. Selain itu, petani yang berfungsi sebagai kontraktor dapat
mendapatkan manfaat ganda. Mereka dapat memperoleh keuntungan dari
pemanfaatan mesin maupun dari penyewaan mesin. Usaha jasa penyewaan
alsintan oleh kelompok tani dan KUD kurang menguntungkan karena rendahnya
profesionalisme dan pengelolaan yang kurang baik. Karena itu, kemampuan
manajemen kelompok tani atau KUD perlu ditingkatkan agar mampu
mendapatkan keuntungan dari usaha sewa jasa yang dilakukan.
Untuk mendukung perkembangan lembaga-lembaga tersebut di atas, maka
peran pemerintah sangatlah penting. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah baik itu di bidang mekanisasi pertanian, pertanian secara umum,
perdagangan, perindustrian, keuangan, keagrariaan, maupun ketenagakerjaan, dan
pendidikan diharapkan dapat diselaraskan dalam mendukung perkembangan
mekanisasi pertanian di Indonesia.
2.9. Kajian Penelitian Terdahulu
Mengkaji penelitian terdahulu merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan informasi tentang penelitian yang telah dilakukan. Penelitian
terdahulu dapat dijadikan acuan, terutama yang berkaitan dengan topik penelitian
yang sedang dilakukan. Pada Tabel 5 dapat dilihat beberapa penelitian yang
terkait dengan penelitian ini.
Wahyudin (2001) menganalisis Unit Pelaksana Teknis Dinas Unit
Pelaksana Modernisasi Bertahap (UPT UPMB) yang memiliki tugas pokok
melakukan kegiatan penyuluhan, pembinaan, dan bimbingan penangkapan ikan
dan salah satu fungsinya adalah melakukan pembinaan dan pelayanan jasa
pemeliharaan, perbaikan mesin, dan docking kapal. Menurut hasil analisis, faktor
internal strategis yang mempengaruhi keberhasilan UPT UPMB yang merupakan
kekuatan adalah Peraturan Daerah DKI Jakarta, lokasi docking yang strategis,
ketersediaan lahan untuk pengembangan, dukungan dana dari pemerintah, dan
pemberdayaan sektor swasta di lingkup UPT UPMB. Adapun faktor-faktor yang
merupakan kelemahan, yaitu sistem insentif, budaya kerja birokrasi, pelayanan
perawatan kapal, prosedur standar operasional, kapasitas dan sarana penunjang di
Pulau Pramuka masih terbatas, kualitas dan kuantitas SDM, dan kontribusi
terhadap PAD masih perlu ditingkatkan.
21
Tabel 5. Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Penelitian Alat Analisis Tahun
1 Wahyudin Perencanaan Strategi UPT
UPMB Muara Angke
dalam Bidang Pembinaan,
Pelayanan Jasa Perawatan
Dan Docking Kapal
Perikanan
Analisis Matrik IFAS dan
EFAS, Matrik IE, dan
Analisis SWOT
2001
2 Supena
Friyatno,
Handewi P
Rachman, dan
Supriyati
Kelembagaan Jasa Alat dan
Mesin Pertanian (Alsintan)
Tabulasi Sederhana dan
interpretation analysis
2002
3 Muhammad
Aries ZA
Formulasi Strategi Usaha
Pelayanan Jasa Alat dan
Mesin Pertanian: Studi
Kasus Di Kabupaten
Sumbawa
Analisis Finansial, Analisis
Lingkungan dan Matriks
TOWS.
2003
4 Feby Fadilah
Rahmat
Analisis Strategi
Pencapaian Rencana
Penerimaan Pajak Bumi,
dan Bangunan Sektor
Agribisnis Perkebunan
Pada Kantor Pelayanan
Pajak Bumi, dan Bangunan
Cibinong
Analisis Hierarki Proses
(AHP)
2009
5 Agung Dwi
Lukito
Uji Kinerja Mesin
Penghancur Sampah
Organik (Crusher) dan
Mesin Penghancur Pupuk
Kandang (Manure
Breaker) di UPTD BPT
Mekanisasi Pertanian,
Cianjur, Jawa Barat.
Uji Kinerja Mesin,
Konsumsi Bahan Bakar,
Ukuran Partikel Bahan Hasil
Penghancuran dan Loss
2009
Friyanto dkk (2002) melaksanakan dua tahap penelitian pada lima
kabupaten yang masing-masing kabupaten mewakili provinsi tertentu yaitu
Majalengka, Klaten, Kediri, Agam dan Sidrap untuk tahap pertama dan dua
22
kabupaten yaitu Indramayu dan Ngawi pada tahap kedua. Penelitian ini
menganalisis tiga alat mesin pertanian yaitu traktor, pompa dan thresher. Dari
hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan alsintan yang sudah hampir
merata di semua lokasi penelitian adalah traktor, namun ketersediaan sarana
pendukung pengembangan traktor seperti bengkel dan suku cadang masih sangat
terbatas. implikasi dari hal ini adalah perlu didukungnya kebijakan yang kondusif
untuk mengembangkan sarana pendukung traktor tersebut.
Sedangkan pengembangan pompa dan thresher belum merata, hal ini
dipengaruhi oleh sistem pemasaran, sistem hubungan kerja, dan budaya setempat.
Disimpulkan bahwa perlu adanya dorongan dari pihak pemerintah maupun swasta
untuk memecahkan masalah permodalan alsintan berupa bantuan permodalan
pengadaan alsintan ditingkat petani dan pengembangan sistem sewa yang adil
antara pemilik alsintan dan petani.
Pada penelitian Muhammad Aries ZA (2002) dengan judul Formulasi
Strategi Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian: Studi Kasus Di
Kabupaten Sumbawa disimpulkan bahwa terdapat enam pihak yang terlibat
langsung dalam proyek pengadaan alsintan di Kabupaten Sumbawa, yakni
pimpinan proyek, kontraktor, pabrik alsintan, bupati, kepala subdinas bina usaha
pertanian, dan kelompok UPJA.
Pada pelaksanaannya mekanisme pengadaan alsintan terdiri dari lima
tahap, antara lain identifikasi calon penerima alsintan, pelelangan dan pengadaan
Alsintan, pelaksanaan kegiatan magang untuk manajer dan operator, pelatihan dan
pembekalan kelompok UPJA, dan monitoring dan pelaporan. Berdasarkan
penelitian disimpulkan bahwa alternatif strategi yang dapat dilaksanakan adalah
memperluas pelayanan jasa di luar anggota, mengganti pola kerja sama
operasional dengan pola kemitraan lainnya, mengoptimalkan kursus dan pelatihan
bagi manajer dan operator, meningkatkan jumlah alsintan yang dikelola kelompok
UPJA yang telah ada, peningkatkan kualitas pelayanan, dan meningkatkan
pemeliharaan dan perawatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Feby Fadilah Rahmat dengan judul
“Analisis Strategi Pencapaian Rencana Penerimaan Pajak Bumi, dan Bangunan
Sektor Agribisnis Perkebunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi, dan Bangunan
23
Cibinong” bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang menjadi penyusun
rencana penerimaan PBB sektor agribisnis perkebunan, dan merekomendasikan
alternatif strategi yang tepat untuk KPPBB Cibinong. Berdasarkan penelitian
didapatkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah sumber, dan validitas
data, pemerintah, dan perilaku wajib pajak. Alternatif pemilihan strategi yang
tepat, dan efektif bagi perusahaan berdasarkan prioritasnya pembentukan basis
data.
Lukito (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Uji Kinerja Mesin
Penghancur Sampah Organik (Crusher) dan Mesin Penghancur Pupuk Kandang
(Manure Breaker) di UPTD BPT Mekanisasi Pertanian, Cianjur, Jawa Barat”
melaksanakan uji kinerja terhadap alat mesin pertanian yang ada di BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Disimpulkan bahwa dibutuhkan modifikasi
untuk mesin penghancur sampah organik. Modifikasi dilakukan pada bagian pisau
dan penutup pisau yang dibuat lebih rapat agar bahan tidak keluar melalui sela-
sela penutup. Sedangkan untuk mesin penghancur kompos dibutuhkan modifikasi
di bagian pisau, karena pada kecepatan putaran mesin tinggi pisau dapat bergeser.
Selain itu, dibutuhkan adanya penutup untuk pisau agar bahan tidak terlempar
jauh dari mesin.
Pada penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian
terdahulu. Penelitian ini dilakukan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
dengan memfokuskan pada strategi pengembangan dari balai. Selama ini banyak
penelitian uji kerja alat yang dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat, namun penelitian tentang strategi pengembangan balai tersebut belum
pernah dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan analisis Proses Hirarki Analitik
(PHA) untuk menentukan prioritas strategi pemasaran yang akan diterapkan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
24
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Strategi
Strategi perusahaan menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan
mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan dan
manajemen berbagai bisnis, dan lini produk untuk mencapai keseimbangan
portofolio produk dan jasa. Strategi perusahaan juga merupakan sebuah pola
keputusan yang berkenaan dengan tipe-tipe bisnis yang perusahaan sebaiknya
terlibat arus keuangan dan lainnya ke dan dari divisi-divisi perusahaan serta
hubungan antara perusahaan dengan kelompok-kelompok utama dalam
lingkungan perusahaan (David 2006).
3.1.2. Manajemen Strategis
Hax dan Majluf (2003) diacu dalam Yoshida (2006) mendefinisikan
manajemen strategik sebagai cara-cara untuk mengelola organisasi dalam rangka
mencapai tujuannya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
pembangunan nilai budaya organisasi, kemampuan manajerial, tanggung jawab
sosial, dan sistem administrasi. David (2006) lebih jauh mengemukakan bahwa
manajemen strategis adalah seni dan ilmu untuk memformulasi,
mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang
memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya.
Manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen,
pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan
pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan
organisasi. Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi dan
menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang (David 2006).
3.1.3. Model Manajemen Strategis
Model manajemen strategis adalah salah satu model strategi yang
dinyatakan oleh David (2006). Dalam model manajemen strategi terdapat
kerangka kerja (Gambar 3) yang menampilkan hubungan antar bagian-bagian
utama dalam proses manajemen strategi. Proses manajemen strategi yang paling
baik dipelajari dan diterapkan adalah dengan menggambarkan suatu proses.
25
Model ini tidak menjamin keberhasilan yang diraih, tetapi menggambarkan
pendekatan yang jelas dan praktis dalam merumuskan, melaksanakan, dan
mengevaluasi strategi. Perubahan yang terjadi pada komponen utama dalam
model dapat memaksa perubahan komponen lainnya.
Gambar 3. Model Proses Manajemen Strategi yang Komperhensif Sumber : David (2006)
3.1.4. Pengertian Visi, Misi, dan Tujuan
Setiap perusahaan senantiasa mempunyai cita-cita ideal yang hendak
dicapai. Cita-cita tersebut akan diperjuangkan agar jati dirinya jelas, yakni citra,
nilai, dan kepercayaan perusahaan. Visi perusahaan adalah citra dan kepercayaan
ideal. Dengan kata lain, visi merupakan wawasan luas ke masa depan dari
manajemen dan merupakan kondisi ideal yang hendak dicapai oleh perusahaan di
masa yang akan datang. Visi akan memberi arah dan ide aktual kepada
manajemen dalam proses pembuatan keputusan, agar setiap tindakan yang
Formulasi Strategi Implementasi strategi Evaluasi
Strategi
Membuat
Pernyataan
Visi dan
Misi
Melakukan
Audit
Internal
Melakukan
Audit
Eksternal
Menetapkan
Sasaran
Jangka
Panjang
Membuat,
Mengevaluasi,
dan Memilih
Strategi
Melaksanakan
Strategi : Isu-
Isu Manajemen
Melaksanakan
Strategi : Isu-Isu
Pemasaran,
Keuangan,
Litbang,
Akuntansi, dan
SIM
Mengukur
dan
Mengevaluasi
Kinerja
26
dilakukan senantiasa berlandaskan visi perusahaan dan memungkinkan untuk
mewujudkannya (Purwanto 2007).
Misi bisnis adalah pondasi untuk prioritas, strategi, rencana, dan
penugasan. Misi merupakan titik awal untuk mendesain struktur manajerial. Tidak
ada hal yang lebih sederhana atau lebih jelas dari mengetahui apa bisnis
perusahaan (David 2006). Menurut Pearce dan Robinson (1997), misi merupakan
tujuan (purpose) unik yang membedakannya dari perusahaan-perusahaan lain
yang sejenis dan dapat mengidentifikasi cakupan operasinya. Misi mampu
menguraikan produk, pasar, dan bidang teknologi yang digarap perusahaan, yang
mencerminkan nilai dan prioritas dari para pengambil keputusan strategi.
Pernyataan misi merupakan sebuah pernyataan sikap dan pandangan yang
memungkinkan dimunculkannya dan dipertimbangkannya sejumlah tujuan dan
strategis alternatif. Misi pada Purwanto (2007) merupakan hal-hal yang
meligitimasi keberadaan badan usaha, suatu citra badan usaha. Misi dipengaruhi
oleh beberapa unsur, seperti lingkungan perusahaan, kekuatan dan kelemahan
perusahaan, perkembangan perusahaan, serta nilai-nilai manajemen.
Tujuan dalam Wahyudyono (2008) merupakan titik sentral semua kegiatan
perusahaan yang dapat digunakan sebagai alat untuk penilaian prestasi,
pengendalian, koordinasi, dan juga untuk kepentingan strategis. Pada umumnya,
suatu perusahaan memiliki tujuan yang bermacam-macam, antara lain (1)
keuntungan, (2) efisiensi, (3) kepuasan dan pembinaan karyawan, (4) kualitas
produk untuk konsumen, (5) memiliki kegiatan corporate social responsibility, (6)
pemimpin pasar, (7) mekanisasi deviden atau harga saham bagi pemegang saham,
(8) survival atau kelangsungan hidup, (9) kemampuan adaptasi, dan (10)
pelayanan masyarakat.
3.1.5. Fungsi Visi, Misi, dan Tujuan
Fungsi dari penentuan visi dalam penyusunan strategi perusahaan yaitu
untuk membuat rencana atau program kerja serta visi merupakan pandangan ke
depan yang akan menjadi sasaran ataupun tujuan akhir dari suatu kegiatan.
Sedangkan, penentuan misi perusahaan adalah untuk memberikan keterangan
yang jelas tentang apa yang ingin dituju serta kadang kala memberikan pula
keterangan tentang bagaimana cara lembaga bekerja. Misi merupakan sesuatu
27
yang nyata untuk dituju serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara
pencapaian visi. Misi mengembangkan harapan pada karyawan,, dan
mengkomunikasikan pandangan umum untuk pemegang saham utama dalam
lingkungan kerja perusahaan. Jadi, misi merupakan acuan yang umum dalam
menentukan strategi perusahaan.
Misi dapat ditetapkan secara sempit ataupun luas. Misi sempit
menunjukkan secara jelas bisnis utama organisasi, dan juga secara jelas
membatasi jangkauan aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan produk atau
jasa yang ditawarkan, teknologi yang digunakan, dan pasar yang dilayani, misi
sempit juga membatasi kesempatan-kesempatan untuk tumbuh. Sebaliknya, misi
luas melebarkan jangkauan aktivitas organisasi untuk memasukkan banyak tipe
produk atau jasa, pasar, dan teknologi. Konsep misi perusahaan menunjukkan
bahwa arah bersama atau penyatuan tema sebaliknya dijalankan melalui aktivitas-
aktivitas perusahaan, dan perusahaan dengan arah bersama akan dapat lebih baik
dalam mengatur, dan menjalankan aktivitas-aktivitasnya.
Sedangkan tujuan berfungsi sebagai acuan perkembangan. Tujuan adalah
sebuah konsep yang menerangkan kemana kita akan pergi, apa yang akan
diselesaikan, dan kapan akan diselesaikan. Sebaiknya tujuan tersebut diukur jika
memungkinkan. Sehingga tujuan perusahaan akan membatasi atau memberi
arahan dalam penyusunan strategi perusahaan. Pencapaian tujuan perusahaan
merupakan hasil dari penyelesaian misi. Istilah sasaran tujuan sering rancu dengan
istilah tujuan (objective). Sasaran adalah pernyataan terbuka yang berisi satu
harapan yang akan diselesaikan tanpa perhitungan apa yang akan dicapai, dan
tidak ada penjelasan waktu penyelesaian (Hunger dkk 2003).
3.1.6. Faktor Lingkungan Organisasi
Setiap pelaku dalam suatu organisasi harus paham terhadap lingkungan
bisnis baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal yang merupakan key
factor dalam pengelolaan organisasi. Organisasi beroperasi dalam kerangka yang
lebih besar dari lingkungan eksternal yang membentuk peluang dan menimbulkan
ancaman bagi organisasi. Lingkungan eksternal adalah serangkaian kompleks,
cepat berubah, dan interaksi yang signifikan lembaga-lembaga dan kekuatan-
kekuatan yang mempengaruhi kemampuan organisasi untuk melayani pelanggan.
28
Kekuatan eksternal tidak dikontrol oleh suatu organisasi, tetapi mereka mungkin
dipengaruhi atau terpengaruh oleh organisasi itu. Hal ini diperlukan bagi
organisasi untuk memahami kondisi lingkungan karena mereka berinteraksi
dengan keputusan strategi. Lingkungan eksternal memiliki pengaruh besar pada
penentuan keputusan pemasaran. Organisasi yang sukses memindai lingkungan
eksternal mereka sehingga mereka dapat merespon secara menguntungkan untuk
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan trend di pasar yang ditargetkan.
Secara internal, sebuah organisasi dapat dipandang sebagai mesin konversi
sumberdaya yang mengambil input (tenaga kerja, uang, bahan-bahan, dan
peralatan) dari lingkungan eksternal (yaitu, dunia di luar batas-batas organisasi),
mengubahnya menjadi produk yang berguna, barang, dan layanan, dan membuat
mereka tersedia untuk pelanggan sebagai output. Organisasi harus terus menerus
memonitor, dan beradaptasi dengan lingkungan jika ingin bertahan hidup dan
sejahtera. Gangguan pada lingkungan hidup mungkin mantra mendalam ancaman
atau peluang baru. Organisasi yang sukses akan mengidentifikasi, menilai, dan
menanggapi berbagai peluang dan ancaman di lingkungannya.
Lingkungan makro eksternal terdiri dari semua lembaga-lembaga dan
kekuatan luar yang memiliki kepentingan yang nyata atau potensial atau
berdampak pada kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan: kompetitif,
ekonomi, teknologi, politik, hukum, demografi, budaya, dan ekosistem. Meskipun
tidak dapar diukur, kekuatan-kekuatan ini memerlukan respon untuk menjaga
tindakan-tindakan positif dengan pasar yang ditargetkan. Sebuah organisasi
dengan perspektif manajemen lingkungan mengambil tindakan agresif untuk
mempengaruhi kekuatan-kekuatan dalam lingkungan pemasaran bukan hanya
mengamati, dan bereaksi terhadap itu (Wahyudyono 2008).
3.1.7. Metode Proses Analisis Hirarki
Proses Hirarki Analisis (PHA) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dari
Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk membantu dalam
menentukan prioritas dari beberapa kriteria dengan melakukan proiritas dari
beberapa kriteria dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan dari
masing-masing kriteria.
29
Proses Hierarki Analisis (PHA) adalah suatu metode yang memungkinkan
pengembalian keputusan dengan mengkombinasikan pertimbangan dan nilai-nilai
pribadi secara logik. Proses Hierarki Analisis memiliki beberapa keuntungan
seperti :
Beberapa keuntungan penggunaan metode PHA (Saaty 1993) :
1) Memberi suatu model yang luwes terhadap segala permasalahan.
2) Mensintesis satu hasil representatif dari berbagai penilaian berbeda.
3) Mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan
memungkinkan alternatif terbaik.
4) Menuntut ke arah suatu taksiran menyeluruh terhadap kebaikan setiap
alternatif.
5) Melacak konsistensi logis dari berbagai pertimbangan yang digunakan dalam
menetapkan berbagai prioritas.
6) Dapat menangani saling ketergantungan antar faktor dalam suatu sistem.
7) Memadukan rancangan deduktif dan ancangan sistem berdasarkan sistem
kompleks.
Metode Proses Hierarki Analitik ini ditujukan untuk memodelkan
problema-problema yang tidak terstruktur, baik dalam bidang ekonomi, sosial
maupun sains manajemen. Disamping itu, analisis ini juga baik untuk digunakan
dalam memodelkan problema-problema dan pendapat-pendapat sedemikian rupa,
dimana permasalahan yang ada telah benar-benar dinyatakan secara jelas,
dievaluasi, diperbincangkan, dan diprioritaskan untuk dikaji.
Pada analisis PHA sedapat mungkin dihindarkan adanya penyederhanaan
seperti dengan jalan membuat asumsi-asumsi agar diperoleh model-model
kuantitatif, sebaliknya kita harus mempertahankan model yang kompleks seperti
semula. Agar model ini realistik, maka harus memasukkan dan mengukur semua
hal yang penting baik yang nyata maupun yang tidak nyata, yang dapat diukur
secara kuantitatif maupun faktor-faktor kualitatif. Proses Hierarki Analisis dalam
penerapannya membuka kesempatan adanya perbedaan pendapat dan konflik
sebagaimana yang ada dalam kenyataan sehari-hari, dalam upaya mencapai
konsensus (Fewidarto 1996).Metode PHA merupakan kerangka kerja yang
komperhensif, logis, dan terstruktur. Metode ini memungkikan dilakukannya
30
pemahaman akan keputusan yang kompleks dengan melakukan dekomposisi dari
suatu masalah. Cara kerja PHA sangat sederhana, metode ini dimulai dengan
menyatukan semua keputusan yang relevan, dan kemudian dilakukan proses
pembobotan untuk memudahkan pengambil keputusan yang relevan, kemudian
dilakukan proses pembobotan untuk memudahkan pengambil keputusan melihat
tingkat kepentingan dari masing-masing kriteria obyektif. Terdapat tiga prinsip
dasar dalam PHA yaitu pendekomposisian masalah dari pengambilan keputusan,
penilaian komparatif dari setiap unsur, dan pensintesisan dari masing-masing
prioritas (Saaty 1993).
Terdapat tiga prinsip utama yang harus dipahami untuk memecahkan
persoalan dengan logis eksplisit, yaitu :
1) Prinsip Menyusun Hirarki
Dalam menyusun hirarki, organisasi berusaha untuk menggambarkan, dan
menguraikan permasalahan atau relitas secara hirarki. Untuk memperoleh
pengetahuan terinci, persoalan yang kompleks disusun ke dalam bagian
elemen pokoknya, dan kemudian bagian ini dimasukan ke dalam bagiannya
lagi, dan seterusnya sehingga akhirnya persoalan yang kompleks tersebut
dapat dipecahkan menjadi unsur-unsur yang terpisah.
2) Prinsip Menentukan Prioritas
Penetapan priorits yang dimaksud adalah menetapkan peringkat elemen-
elemen menurut relatif pentingnya.
3) Prinsip Konsistensi Logis
Konsitensi logis adalah menjamin bahwa semua elemen dikelompokan secara
logis dan diperingatkan seara konsisten sesuai dengan kriteria logis.
31
Tingkat 1 : Goal
Tingkat 2 : Faktor
Tingkat 3 : Aktor
Tingkat 4 : Tujuan
Tingkat 5 :
Alternatif Strategi
Kerangka kerja PHA terdiri dari delapan langkah utama (Saaty 1993).
Adapun penjelasan dari setiap langkah sebagai berikut:
a) Mendefinisikan persoalan dan merincikan pemecahan persoalan yang
diinginkan
Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah pengusahaan masalah
secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan,
kriteria, dan elemen-elemen yang menyusun hirarki. Tidak terdapat prosedur
yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem, seperti
tujuan, kriteria, dan aktivitas-aktivitas yang akan dilibatkan dalam suatu
sistem hirarki. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasi berdasarkan
kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang dapat
dilibatkan dalam suatu sistem.
b) Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh.
Struktur hirarki ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari
sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi
sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan,
tujuan-tujuan pelaku, dan akhirnya ke alternatif strategi, pilihan atau skenario.
Penyusunan hirarki ini berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil. Pada
tingkat puncak hirarki hanya terdiri dari satu elemen yang disebut dengan
Gambar 4. Model Struktur Hirarki Sumber: Saaty (1993)
G
F
1
F
3
F
2
F
4
A
1
A
2
A
3
A
4
O
3
O
1
O
2
O
4
S
1
S
2
S
3
S
4
32
fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat di bawahnya
dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogeny,
agar dapat dibandingkan dengan elemen-elemen pada tingkat sebelumnya.
c) Menyusun matriks banding berpasangan
Matriks banding berpasangan dimulai dari puncak hirarki yang merupakan
dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar elemen terkait yang
ada di bawahnya. Pembandingan berpasangan pertama dilakukan pada
elemen tingkat ke dua terhadap fokus yang ada di puncak hirarki. Menurut
perjanjian, suatu elemen yang ada di sebelah kiri diperiksa perihal dominasi
atas yang ada di sebelah kiri elemen puncak matriks.
d) Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil perbandingan
berpasangan antar elemen pada langkah 3.
e) Memasukan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan satu sepanjang diagonal
utama.
f) Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam
hirarki tersebut.
g) Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas.
h) Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat merupakan Dinas Pertanian
yang berada pada salah satu provinsi termaju di Indonesia yang memiliki
keunggulan komparatif di bidang pertanian. Dengan visi “Mewujudkan Petani
Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera” Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Provinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu sentral pengembangan
pertanian di Jawa Barat harus dapat menciptakan sistem agribisnis yang kuat dan
terintegrasi agar visi tersebut dapat tercapai. Suatu sistem agribisnis yang terdiri
dari subsektor input, subsektor budidaya, subsektor output, dan subsektor
pendukung merupakan suatu kesatuan yang harus saling terintegrasi. Jika salah
satu sub sektor tersebut tidak berjalan dengan maksimal maka sistem agribisnis
tersebut tidak dapat berjalan dengan maksimal.
Oleh karena itu, pengembangan agribisnis di Jawa Barat akan dicapai
apabila seluruh subsektor, mulai dari subsektor input, subsektor budidaya,
33
subsektor output, dan subsektor lembaga pendukung telah berjalan secara
maksimal, keempat subsektor tersebut harus saling terintegrasi dan kuat satu
sama lain.
Unit Pengadaan Teknis Daerah Terpadu Balai Pengembangan Teknis
Mekanisasi Pertanian (UPTD BPT Mektan) Jawa Barat yang berada di bawah
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat merupakan salah satu lembaga yang
berada pada subsistem penunjang agribisnis di Jawa Barat. Balai Pengembangan
Teknologi yang memiliki Tupoksi (tugas, pokok, dan fungsi) dalam teknologi
pertanian di Jawa Barat berperan penting dalam pengembangan mekanisasi
pertanian Jawa Barat.
Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ini sejak
tahun 2002 telah menghasilkan kurang lebih 80 alat dan mesin pertanian tepat
guna di daerah Jawa Barat. Namun sampai saat ini masih terdapat beberapa
kendala dalam pencapaian visi dan misi dari Balai Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat ini seperti output alsintan yang masih belum sepenuhnya sesuai dengan
kebutuhan petani, dan penyebaran alsintan hasil BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat yang belum tersebar merata di Jawa Barat. Maka penelitian ini mengkaji
tentang peranan serta visi, misi, dan tujuan dari Balai Pengembangan Teknologi
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
Dalam menganalisis peran utama dari Balai Mektan Jawa Barat dilakukan
Hirarki Analisis Proses. Pada analisis ini ditentukan faktor-faktor apa yang
menjadi keputusan relevan untuk kemudian dilakukan proses pembobotan agar
dapat memudahkan pengambil keputusan dengan melihat tingkat kepentingan dari
masing-masing kriteria objektif. Setelah didapatkan hasil analisis peranan dengan
PHA maka didapatkan strategi-strategi yang dapat dijalankan untuk
pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Strategi-strategi yang
telah diformulasikan tersebut diplotkan dalam bentuk alternatif strategi yang dapat
digunakan oleh Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai strategi
pengembangan Balai Pengembangan teknologi ini. Kerangka operasional
penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
34
Keterangan:
---- : Analisis PHA
Gambar 5. Kerangka Operasional Penelitian
Visi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat
“Mewujudkan Petani Jawa Barat yang Mandiri,
Dinamis, dan Sejahtera”
BPT Mekanisasi Pertanian Berperan
sebagai SubSektor Penunjang Peningkatan
Teknologi Pertanian
Analisis Peran Utama
Balai Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat
Pengidentifikasian Atribut-
Atribut dengan Metode PHA
Tujuan-Tujuan yang
Ingin Dicapai
Aktor yang
Berpengaruh
Faktor-Faktor
yang Berpengaruh
Visi dan Misi
Balai Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat
Alternatif yang
Disarankan
Penyusunan
Struktur Hirarki
Pembobotan dan
Penghitungan
pendapat
Alternatif
Prioritas Strategi
35
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi
(BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur
Bojongpicung, Cihea, Kabupaten Cianjur. Pemilihan objek penelitian ini
ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan salah satu lembaga yang memiliki
peranan penting dalam pengembangan teknologi pertanian di Jawa Barat namun
belum dikenal secara optimal oleh para petani dalam melaksanakan perannya.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan
Maret 2010.
4.2. Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam data,
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan
langsung terhadap lokasi penelitian dan melakukan wawancara dengan pihak
UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, menggunakan daftar pertanyaan
yang telah disiapkan sebelumnya. Kuesioner digunakan untuk menganalisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan pengembangan UPTD BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat. Kuesioner yang diberikan merupakan daftar petanyaan
tertutup, artinya responden hanya menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban
yang telah disediakan.
Sedangkan data sekunder yang merupakan data pelengkap dari data primer
yang telah didapatkan. Data sekunder diperoleh dari laporan kantor seperti laporan
bulanan, tahunan, peraturan yang berlaku, struktur organisasi, bahan-bahan
pustaka dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah yang akan
dipelajari. Untuk data penunjang dikumpulkan informasi dari Departemen
Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, perpustakaan LSI IPB,
serta instansi terkait lainnya.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan
mendukung analisis penelitian adalah:
36
1) Wawancara
Proses ini dilakukan dengan pihak kepala balai, kepala bagian pengujian
adaptasi. kepala bagian rancang bangun dan pegawai yang mengetahui
keadaan UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
2) Kuesioner
Diberikan kepada para responden yang mengetahui keadaan UPTD BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Untuk keperluan pengisian matriks banding
berpasangan dilakukan dengan memberikan kuesioner pada lima orang
responden yaitu Kepala UPTD, dua orang kepala bagian, satu orang staf seksi
pengujian alat yang merupakan manajer pabrik dan ketua koperasi serta satu
orang ahli dari Dinas Pertanian Jawa Barat yang sebelumnya merupaka
kepala BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan penggagas UPJA (Usaha
Pelayanan Jasa Alsintan di Jawa Barat).
3) Studi Pustaka
Proses ini diperoleh dan dikumpulkan dengan mempelajari beberapa buku
bacaan, skripsi, laporan dan dokumen balai dan sumber lain yang berkaitan
dengan topik penelitian.
4.4. Metode Pengolahan Data
4.4.1. Analisis Deskriptif
Penggunaan analisis ini bertujuan untuk menggambarkan visi, misi, tujuan,
tugas pokok dan fungsi, data internal perusahaan seperti personalia, operasional
serta sistem informasi manajemen yang diterapkan dalam UPTD BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat. Pengolahan data diperlukan untuk menyederhanakan
seluruh data yang terkumpul dari hasil pengisian kuesioner, menyajikannya dalam
susunan yang baik dan rapi kemudian dianalisis untuk menterjemahkan angka-
angka yang didapat dari hasil penelitian maupun untuk menjawab tujuan
penelitian. Dengan kerangka kerja sebagai berikut:
1) Analisis Informasi
Pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri
dari informasi kuantitatif dan kualitatif. Informasi kuantitatif diperoleh
melalui Departemen Pertanian, BPS, Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat,
dan Perpustakaan LSI IPB sedangkan informasi kualitatif diperoleh dari
37
wawancara dengan pihak Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, digunakan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyusunan
strategi pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang
selanjutnya dibuat menjadi suatu hirarki.
2) Tahap Menyusun Hirarki
Menurut Saaty (1993) tidak ada batasan tertentu mengenai jumlah tingkatan
pada struktur keputusan yang terstratafikasi, dan juga jumlah elemen pada
setiap tingkat keputusan. Bentuk struktur hirarki dari PHA tidak memiliki
bentuk yang baku. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan
kemampuan dalam pendapatkan faktor-faktor atau unsur-unsur yang terkait
dengan analisis yang dilakukan. Struktur hirarki yang telah disusun menjadi
dasar untuk pembuatan kuesioner yang diberikan kepada responden. Bentuk
umum sistem hirarki keputusan fungsional terdiri dari lima tingkatan, dimana
tingkat pertama adalah elemen fokus, tingkat kedua adalah elemen faktor-
faktor yang mempengaruhi pencapaian fokus atau sasaran, tingkat tiga adalah
pelaku, tingkat empat adalah elemen tujuan dari pelaku, dan tingkat lima
adalah skenario, tindakan, atau alternatif. Secara skematis struktur hirarki
tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.
Fokus
Faktor
Aktor
Tujuan
Alternatif
Gambar 6. Hirarki Metode Proses Hirarki Analitik Sumber: Saaty (1993)
Sasaran Utama
Faktor yang Berpengaruh
Pelaku yang Terlibat
Tujuan dari Pelaku
Alternatif Penyelesaian
38
3) Menyusun Matriks Banding Berpasangan
Menyususn matriks banding berpasangan yang merupakan dasar untuk
melakukan pembandingan berpasangan antar elemen terkait yang berada pada
hirarki di bawahnya. Matriks banding berpasangan dimulai dari puncak
hirarki untuk fokus yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan
berpasangan antar variable yang terkait yang ada di bawahnya. Perbandingan
berpasangan, pertama dilakukan pada variabel level kedua (faktor) terhadap
fokus yang ada di puncak hirarki begitu pula seterusnya sampai hirarki
tingkat akhir.
4) Mengumpulkan semua pertimbangan yang dihasilkan dari hasil melakukan
pembandingan berpasangan
Setelah menyusun matriks banding berpasangan, dilakukan pembandingan
berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i dengan setiap elemen pada
baris ke-j. Pembandingan berpasangan elemen tersebut dilakukan dengan
pertanyaan: “Seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi atau dipengaruhi,
dipenuhi, dan diuntungkan oleh fokus di puncak hirarki, dibandingkan dengan
kolom ke-j?”. Apabila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan
suatu peluang atau waktu, maka pertanyaannya adalah : “Seberapa lebih
mungkin suatu elemen baris ke-i dibandingkan dengan elemen kolom ke-j
sehubungan dengan elemen di puncak hirarki?”. Untuk mengisi matriks
banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 6.
Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen
dibanding dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat atau kriteria
tertentu. Pengisisan matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis
diagonal dari kiri ke kanan bawah.
39
Tabel 6. Nilai Skala Banding Berpasangan
Intensitas
Pentingnya
Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama
pentingnya.
Dua elemen menyumbang sama
besar pada sifat itu.
3
Elemen yang satu sedikit lebih
penting daripada yang lainnya.
Pengalaman dan pertimbangan
sedikit menyokong satu elemen
atas lainnya.
5
Elemen yang satu sangat
penting daripada elemen
lainnya.
Pengalaman dan pertimbangan
dengan kuat menyokong satu
elemen atas lainnya.
7
Satu elemen jelas lebih penting
daripada elemen lainnya.
Satu elemen dengan kuat
disokong dan dominannya telah
terlihat dalam praktik.
9
Satu elemen mutlak lebih
penting daripada elemen
lainnya.
Bukti yang menyokong elemen
yang satu atas lainnya, memiliki
tingkat penegasan yang
tertinggi yang mungkin
menguatkan.
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua
pertimbangan yang berdekatan.
Kompromi diperlukan antara
dua pertimbangan.
Kebalikan
nilai-nilai
di atas
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan
dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila
dibandingkan dengan i.
Sumber : Saaty (1993)
5) Memasukan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan sepanjang diagonal
utama
Angka satu sampai sembilan digunakan bila F, lebih didominasi atau
mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (G) dibandingkan dengan Fj.
Sedangkan bila F, kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat (G)
dibandingkan Fj maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis
diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Misalnya F12 bernilai 5,
maka elemen F21 adalah 1/5.
40
6) Melaksanakan langkah tiga, empat, dan lima untuk semua tingkat dalam
hirarki
Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada hirarki, berkenaan
dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks perbandingan dalam metode PHA
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Matriks Pendapat Inividu (MPI) merupakan matriks hasil pembandingan
yang dilakukan oleh individu yang disimbolkan dengan aij, artinya
elemen matriks ke-i dan kolom ke-j. Matriks pendapat individu dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Matriks Pendapat Individu
G A1 A2 A3 … An
A1 A11 A12 A13 … A1n
A2 A21 A22 A23 … A2n
…
An A1 An2 An3 … Ann
Sumber: Saaty (1993)
Dalam hal ini C1, C2 … Cn adalah set elemen pada setiap tingkat
keputusan dalam hirarki, kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi
berpasangan membentuk matriks n x n. nilai aij merupakan nilai
kepentingan Ci terhadap Cj.
b) Matriks Pendapat Gabungan (MPG)
Matriks Pendapat Gabungan (MPG) merupakan matriks baru yang
elemennya berasal dari rata-rata geometrik elemen matrik pendapat
individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan
sepuluh persen dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari
MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik.
Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah :
i) Pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama
memiliki selisih kurang dari empat satuan antara nilai pendapat
individu yang tertinggi dengan nilai terendah.
41
ii) Tidak terdapat angka kebalikan (resiprokal) pada barisan kolom
yang sama.
Elemen pada matrik ini disimbolkan dengan gij, yaitu elemen matriks ke-i
dan kolom ke-j. Matriks pendapat gabungan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Matriks Pendapat Gabungan
G G1 G2 G3 … Gn
G1 G11 G12 G13 … G1n
G2 G21 G22 G23 … G2n
…
Gn G1 Gn2 Gn3 … Gnn
Sumber: Saaty (1993)
Tujuan dari penyusunan matrik ini selanjutnya digunakan untuk
mengukur tingkat konsistensi serta vektor prioritas dari elemen-elemen
hirarki yang mewakili semua responden. Matrik pendapat gabungan ini
menggunakan formulasi berikut :
Dimana: gij = elemen MPG baris ke-i kolom ke-j
(aij) = elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-k
m = jumlah MPI yang memenuhi syarat
7) Tahap Menentukan Prioritas
Struktur hirarki yang telah disusun menjadi dasar untuk pembuatan kuesioner
yang diberikan kepada responden untuk mengetahui pembobotan setiap
elemen pada seluruh tingkat hirarki. Pembobotan vektor-vektor prioritas itu
dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas dari
tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan matriks pendapat terdiri
dari dua tahap, yaitu Pengolahan horizontal dan Pengolahan vertikal.
Pengolahan tersebut dapat dilakukan oleh MPI dan MPG. pengolahan vertikal
42
dilakukan setelah MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan rasio
inkonsistensi:
a) Pengolahan Horisontal
Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen
keputusan pada hirarki keputusan dengan empat tahapan, yaitu :
i) Perkalian baris (z) dengan menggunakan rumus :
Dimana :
zi = vektor eigen
m = jumlah responden
n = jumlah elemen yang dibandingkan
ii) Perhitungan vektor prioritas atau vektor ciri
Dimana eVPi = elemen vektor prioritas ke-i
iii) Perhitungan nilai Eigen maksimum ( ) dengan rumus :
VA = aij x VP dengan Va = (v aij)
dengan VB = (Vbi) dimana VB adalah nilai Eigen
VA = vektor antara
b) Perhitungan indeks konsistensi (CI)
Konsistensi logis menunjukan intensitas relasi antara pendapat yang
didasarkan pada suatu kriteria tertentu dan saling membenarkan secara
logis. Tingkat konsistensi menunjukan suatu pendapat memiliki nilai
yang sesuai dengan pengelompokan elemen-elemen pada suatu tingkat
hirarki. Untuk mengetahui konsistensi (CI) digunakan formulasi sebagai
berikut:
43
Dimana :
n = jumlah yang dibandingkan
Untuk mengetahui konsistensi secara menyeluruh dari berbagai
pertimbangan dapat diukur dari nilai ratio konsistensi (CR). Nilai rasio
konsistensi adalah perbandingan antara indeks konsistensi (CI) dengan
indeks acak (RI), di mana nilai RI telah ditentukan seperti terlihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Nilai Random Index (RI)
N RI n RI n RI n RI n RI
1 0,00 2 0,00 3 0,52 4 0,89 5 1,11
6 1,25 7 1,35 8 1,40 9 1,45 10 1,49
Sumber : Saaty (1993)
c) Revisi Pendapat
Revisi pendapat dapat dilakukan apabila nilai konsistensi rasio (CR)
pendapat cukup tinggi (lebih besar dari 0,1), dengan mencari deviasi
RMS (Root Mean Square) dari baris-baris (aij) dan perbandingan nilai
bobot baris terhadap bobot kolom (wi/wj) dan merevisi pendapat pada
baris yang mempunyai nilai terbesar, yaitu :
Beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar, sebaiknya
responden tersebut dihilangkan. Jadi penggunaan revisi ini sangat
terbatas mengingat akan terjadinya penyimpangan dari jawaban yang
sebenarnya.
d) Pengolahan Vertikal
Pengolahan vertikal digunakan untuk mendapatkan suatu prioritas
pengaruh setiap unsur pada level tertentu dalam suatu hirarki terhadap
sasaran utamanya. Hasil akhir pengolahan vertikal adalah mendapatkan
suatu bobot prioritas setiap unsur pada level terakhir dalam suatu hirarki
terhadap sasarannya. Prioritas-prioritas yang diperoleh dalam pengolahan
44
horizontal sebelumnya disebut prioritas lokal, karena berkenaan dengan
sebuah kriteria pembanding yang merupakan anggota unsur-unsur level
di atasnya. Apabila Xij merupakan nilai prioritas pengaruh unsur ke-j
pada level ke-i dari suatu hirarki keputusan terhadap fokusnya, maka
diformulasikan sebagai berikut:
Untuk i=1,2,3,…,p
j=1,2,3,…,r
t=1,2,3,…,s
Keterangan :
Yij = nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-1 terhadap
elemen ke-t pada tingkat diatasnya (i-1) yang menjadi sifat pembanding
(sama dengan prioritas lokal unsur ke-j pada level ke-i)
Zt = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i=1) terhadap
sasaran utama, yang diperoleh dari hasil pengolahan vertikal.
P = Jumlah tingkat hirarki keputusan
R = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i
S = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke i=1
8) Mengevaluasi Inkonsistensi
Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks inkonsistensi dengan
prioritas-prioritas kinerja yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya.
Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan inkonsistensi
acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. untuk memperoleh
hasil yang baik, maka rasio inkonsistensi hirarki harus bernilai kurang dari
atau sama dengan 10%. Rasio inkonsistensi diperoleh setelah matriks diolah
secara horizontal dengan menggunakan program komputer Expert Choice
2000. Apabila rasio inkonsistensi mempunyai nilai lebih besar dari 10%,
maka mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain
dengan memperbaiki pertanyaan, melakukan pengisian ulang kuesioner, dan
lebih mengarahkan responden dalam mengisis kuesioner. Tahapan-tahapan
dalam proses hirarki analitik dapat dilihat pada Gambar 7.
45
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Selesai
Pengolahan Vertikal
CI & CR Memenuhi?
Hitung Vektor
Prioritas
Susun Matrik Gabungan
CI & CR
Memenuhi?
Penyusunan Matrik
Pendapat Individu
Penyusunan
Hirarki
Identifikasi
Sistem
Mulai
Gambar 7. Diagram Alir Proses Hirarki Analitik Sumber : Fewidarto (1996)
Vektor Prioritas
Sistem
Revisi Pendapat
CI & CR Memenuhi?
Revisi Pendapat
46
V GAMBARAN UMUM BPT MEKANISASI PERTANIAN
JAWA BARAT
5.1. Latar Belakang Berdirinya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Berdirinya Unit Pelayanan Daerah terpadu (UPTD) BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat di Desa Cihea Cianjur ini didasarkan pada beberapa
permasalahan pertanian di Jawa Barat seperti permasalahan kekurangan tenaga
kerja dalam bidang pertanian, mahalnya mesin-mesin pertanian, jumlah mesin
pertanian yang terbatas dan relatif rendahnya kemampuan dan keterampilan teknis
ORM (Operation, Repair and Maintenance) petani atau Unit Pelayanan Jasa
Alsintan (UPJA).
Permasalahan kekurangan tenaga kerja dalam bidang pertanian memang
merupakan masalah klasik. Peran generasi muda dalam hal pertanian semakin
terdegradasi dengan pengaruh perubahan zaman yang modern. Para generasi
muda tidak tertarik dengan pekerjaan di bidang pertanian. Mereka lebih tertarik
berurbanisasi ke kota mengadu nasib dengan bekerja sebagai uruh-buruh pabrik,
atau bekerja di bidang pekerjaan informal. Sehingga yang bekerja di bidang
pertanian hanya sebagian besar generasi tua dan sebagian kecil generasi muda.
Oleh karena itu, dengan hadirnya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat
meningkatkan ketertarikan generasi muda bekerja di bidang pertanian yang lebih
mekanis.
Permasalahan lainnya adalah mahalnya harga mesin-mesin pertanian.
Mesin-mesin pertanian merupakan hal yang penting dalam peningkatan
produktivitas di setiap proses pertanian dan pengolahan produk hasil pertanian.
Namun harga mesin pertanian yang relatif mahal dan jumlahnya yang terbatas
bagi mayoritas petani di Jawa Barat sangat memberatkan dari segi biaya produksi.
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ini diharapkan dapat menanggulangi
permasalahan mahalnya mesin-mesin pertanian dengan tersebarnya pelayanan
UPJA.
47
5.2. Sejarah Berdirinya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Balai Pengembangan Teknologi merupakan nama yang diberikan pada
balai ini pada tahun 2002. Sebelumnya pada tahun 1988 balai ini merupakan Unit
Percobaan dan Percontohan Alsintan sesuai dengan SK GUb No. 061/Kep-1048-
ORTAK/88, tanggal 04 Juli 1988. Karena semakin berkembangnya teknologi
pertanian dan semakin tingginya kebutuhan alat mesin pertanian yang tepat guna
maka pada tahun 1999 Unit Percobaan dan Percontohan Alsintan berubah menjadi
Balai Mekanisasi Pertanian sesuai dengan SK Gub No. 70 Tahun 1999, Tanggal
16 Oktober 1999 yang berada dibawah Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa
Barat dengan kepala setingkat eselon dua.
Semakin berkembang teknologi mekanisasi pertanian dan semakin
dibutuhkannya lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi di Jawa Barat
mengakibatkan Balai Mekanisasi Pertanian berubah menjadi Balai Pengembangan
Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sesuai dengan Permentan No. 5
Tahun 2002 (Lampiran 1) dan Kep Gub No. 53 Tahun 2002 pada tahun 2002
hingga saat ini.
5.3. Visi dan Misi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Visi dari Balai mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah bersumber dan
selaras dengan visi dari Provinsi Jawa Barat dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Jawa Barat dimana visi Jawa Barat adalah “Mewujudkan Petani Jawa Barat yang
Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera”.
Untuk mendukung pencapaian visi Jawa Barat tahun 2010 tersebut maka
pemerintah melakukan akselerasi peningkatan kesejahteraan. Visi Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat “Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Mewujudkan Petani Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera”. BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki visi “BPT Mekanisasi Pertanian
Sebagai Pengatur Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian yang Handal
dalam Mewujudkan Petani Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”
Untuk mewujudkan visi tersebut Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
memiliki beberapa misi. Misi Balai Mekanisasi pertanian Jawa Barat adalah :
1) Menjadikan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai lembaga
terakreditasi dan terstandardisasi untuk melakukan fungsi pengaturan,
48
pengawasan, dan pengujian serta memberikan rekomendasi terhadap alat
mesin pertanian yang diintroduksikan di Provinsi Jawa Barat guna menunjang
pengembangan usaha komoditi padi, palawija, dan hortikultura yang berdaya
saing tinggi berwawasan lingkungan dan berkerakyatan.
2) Mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian
selektif, tepat guna, dan berwawasan lingkungan, khususnya hasil rekayasa
dan rancang bangun serta modifikasi bangsa sendiri melalui peningkatan
sumberdaya manusia, dalam rangka memanfaatkan sumber dayaalam dan
sumberdaya buatan.
3) Menjadikan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai pusat IPTEK
mekanisasi pertanian yang dapat menjalankan fungsi pelayanan, fasilitasi, dan
pembinaan yang optimal kepada petani dan pengguna.
4) Meningkatkan dan memberdayakan kemampuan sumberdaya manusia
pertanian melalui pemanfaatan IPTEK sesuai dengan ruang lingkup teknologi
mekanisasi pertanian.
5) Menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan masyarakat yang
telah ada seperti UPJA dan bengkel alat mesin pertanian untuk memantapkan
sistem agribisnis yang efektif dan efisien.
6) Menciptakan lapangan kerja baru di masyarakat dalam bidang teknologi
mekanisasi pertanian untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat perdesaan dalam upaya pengembangan kewirausahaan.
7) Menjadikan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai sumber income
generating bagi pendapatan asli daerah.
5.4. Motto BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki Motto ”Untuk Kita
Balai Ini Ada”. Motto ini memiliki pengertian bahwa balai ini merupakan balai
yang ada dan berkembang untuk peningkatan teknologi mekanisasi pertanian di
Jawa Barat dan juga untuk peningkatan kemampuan teknologi mekanisasi petani
di Jawa Barat.
49
5.5. Organisasi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
5.5.1. Tugas, Pokok, dan Fungsi
UPTD Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian tanaman
Pangan dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat No. 53
Tahun 2002 memiliki tugas, pokok dan fungsi sebagai berikut:
1) Tugas Pokok :
Melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang pengembangan, pelayanan,
dan pendidikan atau pelatihan.
2) Fungsi :
a) Melaksanakan teknis operasional perekayasaan dan rancang bangun alat
mesin pertanian tepat guna.
b) Melaksanakan teknis operasional pengujian dan adaptasi alat mesin
pertanian.
c) Melaksanakan teknis operasional bengkel kerja (workshop) dan fasilitasi
penggunaan alat dan mesin pertanian diUPTD lingkup dinas dan para
petani pengguna.
5.5.2. Struktur Organisasi
1) Struktur Internal Balai
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan balai mekanisasi
pertanian pertama yang ada di Indonesia. BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat secara struktural berada di bawah Dinas Tanaman Pangan Provinsi
Jawa Barat dan Dinas Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sendiri berada di
bawah Pemerintah Daerah Jawa Barat.
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dipimpin oleh satu orang kepala
balai yang membawahi satu orang kasubag tata usaha, dua kepala seksi, tiga
bagian instalasi, dan kelompok fungsional lainnya. Seperti yang tercantum
dalam bagan struktur organisasi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat pada
Gambar 8.
50
Gambar 8. Bagan Struktur Organisasi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Sumber : BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat (2010)
2) Keadaan Pegawai
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat mempunyai jumlah pegawai sebanyak
tiga puluh enam orang. Masing-masing terdiri dari tiga puluh empat orang
pegawai laki-laki dan dua orang pegawai perempuan dengan berbagai tingkat
pendidikan yang beragam. Pegawai di BPT Mektan Jabar mayoritas
merupakan pegawai negeri sipil (PNS) dari Dispertan Jabar. Tingkat
pendidikan di BPT Mektan Jabar kebanyakan merupakan lulusan SMU atau
STM sehingga masih sangat dibutuhkan peningkatan kemampuan bagi para
pegawai. Keadaan pegawai BPT Mektan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Keadaan Pegawai BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Tahun
2009
Kondisi 2009
Tingkat Pendidikan PNS Non PNS
Sarjana S-2 3 1
Sarjana S-1 5 5
D-III - 1
SMU/ STM 14 5
SMP 1 1
SD - -
Sumber: BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat (2009)
KEPALA BALAI
Ir. Wawan Wintarasa, MM
Kasubag Tata Usaha
Ir. Syarif Hidayat
Kelompok
Jabatan
Fungsional
Seksi Rekayasa
dan Rancang
Bangun
Ir. Moh Soleh
Seksi Pengujian
dan Adaptasi
Instalasi Plumbon
Rusadi
Instalasi Padaherang
Tatang Sukiman
Rusadi
Instalasi Rengasdengklok
Sutisna, SP
51
5.6. Prosedur Perancangan Alat Mesin Pertanian dan Ruang Lingkup
Pengujian
Sebagai suatu lembaga dinas yang memiliki fungsi melaksanakan teknis
operasional perekayasaan dan rancang bangun alat mesin pertanian tepat guna
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat melaksanakan pembuatan alat mesin
pertanian (alsintan) yang disesuaikan dengan kebutuhan para petani di Jawa Barat.
Terdapat beberapa tahap prosedur dalam perancangan alsintan di BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat. Berikut adalah prosedur perancangan alat dan mesin
pertanian di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat:
1) Design requirement, yaitu permintaan produksi suatu alsintan yang dapat
diperoleh dari customer, petani, kelompok tani, Gapoktan, UPJA, operator,
bengkel, pengguna, penyalur, pabrikan, pakar atau akademisi serta hasil
kajian economic engineering.
2) Conceptual design, yaitu mendefinisikan fungsi dan spesifikasi alat,
menentukan batasan dan kriteria, juga menentukan kisaran harga
3) Preliminary design, yaitu menentukan bentuk dasar, ukuran utama dan
ukuran luar, sertamenentukan kebutuhan komponen
4) Detail design, yaitu memilih dan mendaftar komponen, memilih dan
menentukan bahan, membuat gambar teknik lengkap untuk setiap komponen,
sub-assembly dan final assembly
5) Production design, yaitu menentukan proses produksi dan pengerjaan,
membuat urutan dan jadwal pekerjaan
6) Quality design, yaitu memilih dan menentukan teknik, prosedur, dan jadwal
pemeriksaan. Memilih peralatan ukur, menentukan prosedur pengujian.
Setelah seluruh prosedur perancangan tersebut dilaksanakan maka dimulai
pembuatan alsintan yang telah sebelumnya ditentukan di bengkel workshop yang
ada di BPT mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Setelah alsintan tersebut selesai
diproduksi maka dilaksanakan pengujian yang terdiri dari empat tahap. Pengujian
dilakukan terhadap prototype (alsintan hasil rancang bangun yang meliputi :
1) Uji Fungsional dan Verifikasi yaitu menguji sejauh mana setiap komponen
dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan, serta memverifikasi dimensi
dan kapasitas alsintan, serta dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari
penggunaan alat sesuai Permentan No.05/OT.104/I/2007.
52
2) Uji Adaptasi yaitu menguji sejauh mana alsintan dapat diaplikasikan sesuai
kondisi fisik wilayah dan kondisi sosial ekonomi petani di wilayah
pengembangannya.
3) Pengkajian Economic Engineering yaitu mengkaji sejauh mana alsin yang
diintroduksikan dapat menekan biaya produksi, meningkatkan kualitas hasil,
dan nilai tambah sehingga dinilai menguntungkan secara ekonomis.
4) Uji Petik yaitu melakukan uji petik terhadap alat mesin pertanian yang
diintroduksikan di wilayah Jawa Barat
Apabila alat dan mesin yang dihasilkan telah melalui seluruh pengujian
dan memberikan hasil yang baik maka alsintan tersebut dapat dipromosikan
kepada UPJA, Gapoktan, dan bengkel yang ada di Jawa Barat. Namun apabila
hasil pengujian menunjukan terdapat kekurangan dalam alsintan tersebut maka
harus dilaksanakan perbaikan terhadap alsintan tersebut hingga mendapatkan hasil
yang baik.
5.7. Prosedur Pelayanan
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat menerima konsultasi teknologi dan
konsultasi teknik juga bantuan teknis bagi petani, bengkel, UPJA, maupun
lembaga pemerintahan. Prosedur pelayanan dari BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat dapat di lakukan melalui:
1) Informasi Teknologi dan Konsultasi Teknik
a) Kunjungan langsung pada setiap hari kerja
b) Surat ke BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ke alamat Jl.Darmaga
Timur, Bojongpicung, Cianjur dengan nomor telp atau Fax (0263)
322358.
2) Bantuan Teknis
a) Instansi Pemerintah atau Swasta : surat permohonan ditujukan langsung
pada BPT Mekanisasi Pertanian dengan tembusan kepada Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat
b) Petani, Kelompok Tani, Gapoktan, UPJA, atau UP3HP : surat
permohonan disampaikan melalui Dinas Pertanian Kabupaten atau
Kotamadya setempat atau surat permohonan ditujukan langsung kepada
53
BPT Mekanisasi Pertanian setelah diketahui oleh Dinas Kab atau Kota
setempat
5.8. Sarana dan Prasarana
Sebagai penunjang kelancaran kerja dan fungsi, BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat dengan berbagai sarana. Kegiatan pengembangan sistem informasi
pertanian didukung oleh bagian tata usaha, proses perancangan berbagai alat
diatur oleh bagian rancang bangun dan proses pengujian alat dilakukan oleh
bagian pengujian dan adaptasi.
Gedung balai dilengkapi dengan ruang pertemuan, perpustakaan, ruang
pengelolaan data sistem informasi (tata usaha), ruang rancang bangun, ruang
pengujian dan adaptasi, laboratorium pasca panen, laboratorium pasca panen
pada, ruang showroom yang berisi mesin-mesin pertanian yang diuji maupun yang
dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, rumah dinas, dan sarana
olahraga (lapangan voli dan lapangan tenis).
Ruang pengujian dilengkapi dengan alat pengujian yang ada seperti
dinamometer yang berfungsi untuk mengukur besarnya torsi, kecepatan, serta
konsumsi bahan bakar mesin (contohnya, mesin diesel) yang secara otomatis
dapat terekam oleh komputer.
5.9. Hasil Kegiatan Rekayasa dan Rancang Bangun
Hasil kegiatan rekayasa dan rancang bangun yang telah dilakukan antara
lain; Winnower Jagung, Tray Dryer, Chopper, Mixer, Power Thresher Resin,
Extruder, Blender, Modifikasi Roda Besi Traktor Buatan Cina, Tray Drayer, Cool
Box, Alat Pembuat Pupuk Organik, dan mesin pembuat emping.
5.10. Kerjasama Kemitraan
BPT Mekanisasi Jawa Barat dalam operasionalnya mengembangkan dan
menjalin kerjasama dengan instansi maupun lembaga pendidikan tinggi di Jawa
Barat, diantaranya :
1) Pengembangan rancangan alsintan
a) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
b) Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna
c) Puslit TTG Universitas Padjajaran
54
2) Kemitraan sejajar dalam rangka transfer teknologi
a) Dinas Pertanian Kabupaten atau Kota
b) Fakultas Manajemen Industri Pertanian Universitas Padjajaran
c) Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS)
d) UPTD Lingkup Pertanian di Jawa Barat
3) Pendukungan kelayakan produk
a) CV Pratama Putra
b) CV Massagi
4) Pelayanan pembinaan konsultasi dan bantuan teknis
a) Instalasi Balai Pengembangan Benih Lingkup Dinas Pertanian
b) Unit Pelayanan Jasa Alsintan Proyek Pengembangan Sarana dan
Prasarana Kelembagaan Pertanian (UPJA SPL) sebanyak 171 unit.
c) Unit Pelayanan Jasa Alsintan Peningkatan Mutu Intensifikasi (UPJA
PMI) sebanyak 16 unit.
d) UPJA Gapoktan Jagung (8 unit)
e) Unit Pelayanan Jasa Alsintan Unit Pengembangan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian (UPJA UP3HP) sebanyak 14 unit.
f) UPJA Swadaya Kabupaten atau Kotamadya
5) Pelayanan masyarakat atau umum diantaranya :
a) Instansi Pemerintah atau Swasta
b) Sekolah Kejuruan
c) Petani atau Pengguna Alat Mesin
5.11. Fasilitas BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
BPT Mekanisasi Jawa Barat dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya menggunakan beberapa fasilitas sebagai penunjang dalam
pengembangan teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat. Fasilitas yang
dimiliki BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah:
1) Fasilitas Rekayasa dan Rancang Bangun
a) Studio Gambar dan Desain
b) Workshop
55
2) Fasilitas Pengujian
a) Laboratorium Uji Mutu Alat Mesin
b) Laboratorium Uji Performance Motor Penggerak
c) Laboratorium Pengkajian Economic Engineering
d) Lahan Sawah Pengujian seluas dua hektar
3) Fasilitas Promosi dan komunikasi
4) Fasilitas Bangunan
a) Ruang Kantor
b) Workshop
c) Showroom
d) Laboratorium
e) Sarana Olahraga (lapangan voli dan tennis)
f) Rumah Dinas
5.12. Kegiatan Fasilitasi
Untuk melayani masyarakat pertanian Jawa Barat BPT Pertanian Jawa
Barat sebagai lembaga pemerintah yang melaksanakan tugas sebagai penggerak
dalam pengembangan teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat mengadakan
berbagai kegiatan fasilitasi bagi para petani, bengkel, UPJA, dan lembaga lain
yang membutuhkan bantuan dalam hal alat dan mesin pertanian. Berbagai
kegiatan fasilitasi yang dilaksanakan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat antara
lain :
1) Temu Teknologi Alsintan
Temu teknologi alsintan dilaksanakan oleh BPT Mekanisasi Pertanian setiap
tahunnya dalam kegiatan perancangan alat dan mesin pertanian baru yang
akan dikembangkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian. Temu teknologi alsintan
ini dihadiri oleh akademisi yang ahli dalam bidang teknologi mekanisasi
pertanian, pihak swasta pembuat alat dan mesin pertanian, dan juga pihak dari
BPT Mekanisasi Pertanian. Pertemuan ini menghasilkan kesimpulan alat apa
yang seharusnya dibuat dan dikembangkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian
sesuai dengan kebutuhan petani.
56
2) Pelayanan Informasi Teknologi
BPT Mekanisasi Pertanian melayani pihak lain yang membutuhkan informasi
tentang teknologi pertanian. Pelayanan informasi teknologi ini boleh diakses
oleh siapa saja dan dari mana saja, sehingga tidak hanya masyarakat pertanian
di Jawa Barat.
3) Pembinaan Teknis Perbengkelan
Pembinaan teknis perbengkelan dilaksanakan oleh BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat secara rutin kepada para bengkel maupun UPJA yang memiliki
unit usaha bengkel yang telah bekerjasama dengan balai. Pelatihan alat mesin
pertanian baru dilksanakan kepada bengkel dan UPJA setiap tahunnya,
sehingga bengkel ataupun UPJA dapat segera memproduksi alat mesin
pertanian yang telah dikembangkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat.
4) Pembinaan Teknis Pengoperasian dan Perawatan
Pembinaan teknis pengoperasian dilaksanakan dalam bentuk pelatihan kepada
UPJA dan petani pengguna. Pelatihan ini dilaksanakan setiap tahunnya untuk
berbagai alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat.
57
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Identifikasi Faktor, Aktor, Tujuan, dan Alternatif yang
Berpengaruh dalam Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat
Analisis identifikasi faktor, aktor, tujuan, dan alternatif yang berpengaruh
dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat diambil dari
penjaringan pendapat dan wawancara pihak BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
yang mengerti tentang keadaan balai. Wawancara dilaksanakan kepada Kepala
Balai, Kepala Seksi Rancang Bangung, Kepala Seksi Pengujian dan Adaptasi,
serta beberapa staf Seksi Pengujian dan Adaptasi. Berdasarkan hasil wawancara,
pengamatan, serta studi literatur diperoleh beberapa faktor, aktor serta tujuan yang
berhubungan dengan pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
Terdapat empat faktor yang berpengaruh dalam model pengembangan BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu meningkatkan kemampuan sumberdaya
manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan
terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan, serta
mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian.
Aktor yang terlibat dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat adalah sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Jawa Barat, UPJA dan Bengkel, serta petani. Setelah dilakukan
wawancara dengan pihak BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan pengamatan
di lapangan diperoleh tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu peningkatan kualitas sumberdaya manusia,
peningkatan sarana dan prasarana, adanya Perda pengujian alsintan, penempatan
sumberdaya yang kompeten, peningkatan anggaran, pengembangan UPJA,
pengembangan bengkel, peningkatan pemahaman petani tentang alsintan, dan
inventarisasi kebutuhan petani.
Alternatif strategi dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat yaitu peningkatan kompetensi sumberdaya manusia, peningkatan motivasi
sumberdaya manusia, akreditasi laboratorium pengujian, penambahan ruang
workshop, penambahan alat dan mesin, MES untuk para peserta pelatihan,
pembangunan pabrik pupuk, pelatihan manajemen UPJA, pelatihan administrasi
UPJA, pelatihan ORM (Operation, Maintenance, and Repair), pelatihan
58
manajemen bengkel, pelatihan produksi alsintan, pengadaan demplot alsintan,
promosi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, survei kebutuhan alsintan petani
di setiap kabupaten, dan keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan
pembuatan alsintan. Alternatif strategi tersebut memiliki sub alternatif strategi
yaitu pelatihan, outsourcing, pendidikan di perguruan tinggi, studi banding,
motivasi training, dan pembentukan koperasi.
6.1.1. Faktor Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan beberapa pihak terkait,
dalam merumuskan pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
diporoleh empat hal yang menjadi faktor paling berpengaruh dalam
pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang
terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga
pemberdayaan, serta mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi
mekanisasi pertanian. Keempat hal tersebut merupakan bagian dari misi BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
1) Meningkatkan Kemampuan Sumberdaya Manusia Pertanian
Sumberdaya pertanian manusia pertanian merupakan salah satu bagian
yang penting dalam pengembangan agribisnis di Jawa Barat. Kemampuan
sumberdaya manusia yang baik akan membuat hasil pertanian dari sistem
agribisnis tersebut semakin baik pula. Adanya BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sumberdaya
manusia pertanian di Jawa Barat terutama dalam bidang ORM (Operation,
Repair and Maintenance) alat mesin pertanian. Keberadaan BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan dan memberdayakan
kemampuan SDM pertanian melalui pemanfaatan IPTEK sesuai dengan
ruang lingkup teknologi mekanisasi pertanian.
2) Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan Terstandardisasi
Keberadaan alat dan mesin pertanian di Jawa Barat merupakan hal
yang sangat penting untuk peningkatan hasil produksi dan produktivitas
pertanian di Jawa Barat. Namun, alat mesin pertanian yang ada masih sangat
terbatas dengan harga yang masih cukup tinggi. Berbagai jenis dan merek alat
59
mesin pertanian yang beredar di pasaran produksi dalam maupun luar negeri,
tidak seluruhnya sesuai dengan kondisi fisik wilayah dan kondisi sosial
ekonomi petani di Jawa Barat. Oleh karena itu diperlukan suatu lembaga
pengujian alat mesin pertanian yang terakreditasi dan terstandardisasi di Jawa
Barat.
3) Menumbuhkembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan
Menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan masyarakat
yang telah ada seperti UPJA dan bengkel alat mesin pertanian untuk
memantapkan sistem agribisnis yang efektif dan efisien merupakan salah satu
dari misi BPT Mekanisasi pertanian Jawa Barat. Unit Pelayanan Jasa Alsintan
(UPJA) dan bengkel merupakan salah satu lembaga pemberdayaan
masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan penggunaan alat mesin
pertanian, meningkatkan pengetahuan pembuatan, pemeliharaan, dan
perbaikan alat mesin pertanian, juga menyediakan lapangan pekerjaan
sehingga kesejahteraan masyarakat pertanian semakin baik.
4) Mengembangkan dan Mendiseminasikan Teknologi Mekanisasi Pertanian
BPT Mekanisasi Pertanian memiliki wewenang dalam pengembangan
teknologi pertanian di Jawa Barat dan juga bertugas untuk mendesiminasikan
teknologi pertanian kepada para petani di Jawa Barat. BPT mekanisasi
pertanian memiliki misi untuk mengembangkan dan mendiseminasikan
teknologi mekanisasi pertanian yang selektif, tepat guna dan berwawasan
lingkungan. Khususnya hasil rekayasa dan rancang bangun serta modifikasi
bangsa sendiri melalui peningkatan sumberdaya manusia. Hal ini dalam
rangka memanfaatkan sumber dayaalam dan sumberdaya buatan yang ada di
Provinsi Jawa Barat. Dengan semakin berkembangnya teknologi mekanisasi
pertanian di Jawa Barat maka diharapkan BPT Mekanisasi Pertanian semakin
berkembang dan sistem agribisnis di Jawa Barat dapat berjalan dengan baik.
6.1.2 Aktor Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
Aktor yang terlibat dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat adalah sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Jawa Barat, UPJA, bengkel, serta Petani.
60
1) Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
BPT Mektan Jabar berlokasi di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung,
Cihea, Kabupaten Cianjur. Lokasi ini dekat dengan salah satu lumbung padi
di Kabupaten Cianjur dan beberapa balai Provinsi Jawa Barat lainnya dan
memiliki luas lahan sebesar satu hektar. Balai ini memiliki beberapa
bangunan yang terdiri dari ruang workshop, ruang Pengujian Economic
Enginering Hortikultura, Pengujian Economic Enginering Padi, ruang seksi
adaptasi dan pengujian alsintan, ruang kepala balai dan TU, perpustakaan,
dan rumah dinas. Selain itu BPT Mektan Jabar juga memiliki kandang sapi,
lapangan voli, dan lapangan tenis di dalam kompleks balai sebagai tempat
olahraga untuk pegawai yang dilaksanakan setiap hari Jumat. Lahan uji yang
dimiliki oleh balai memiliki luas dua hektar. Balai Pengembangan Teknologi
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki dua instalasi yaitu di daerah
Rengasdengklok dan Plumbon. Sumberdaya manusia yang dimiliki BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebanyak tiga puluh enam orang yang
terdiri dari dua puluh tiga orang pegawai negeri sipil dan tiga belas orang
pegawai honorer dengan tingkat pendidikan mulai dari SMA sampai
magister. Jumlah tenaga kerja beserta pendidikannya dapat dilihat pada Tabel
10.
2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
BPT Mektan Jabar memiliki wewenang terhadap pengembangan
teknologi pertanian di Jawa Barat dan bertanggung jawab terhadap Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Sebagai bagian dari Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat maka visi dan misi dari BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan pendukung agar tercapainya visi
dan misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat. Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat memiliki wewenang dalam membuat
kebijakan yang berhubungan dengan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
dan juga memiliki wewenang dalam penentuan anggaran bagi BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
61
3) Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan Bengkel
Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan bengkel adalah lembaga
yang berhubungan langsung dengan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
Bengkel dan UPJA bekerjasama dengan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat untuk pengembangan mekanisasi pertanian di Jawa Barat.
Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian adalah suatu lembaga
ekonomi perdesaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa dalam rangka
optimalisasi penggunaan alat dan mesin pertanian untuk mendapatkan
keuntungan usaha baik di dalam maupun di luar kelompok tani atau
Gapoktan. Sedangkan bengkel alat dan mesin pertanian adalah bengkel yang
telah ditunjuk oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan telah diberikan
pelatihan produksi alat dan mesin pertanian yang dirancang oleh BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
Gambar 9. Peta Penyebaran UPJA di Jawa Barat
SPL PMI
Gapoktan
UP3HP Gapoktan
62
UPJA sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat dalam bidang alat
dan mesin pertanian dan bengkel sebagai tempat pembuatan alat mesin
pertanian yang dihasilkan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat keduanya
merupakan tempat pemasaran dari produk alat mesin pertanian yang
dihasilkan oleh balai. Terdapat pula UPJA yang memiliki unit produksi
bengkel sebagai produsen alat dan mesin pertanian. Saat ini Provinsi Jawa
Barat memiliki 209 UPJA yang terdiri dari 171 UPJA SPL, 16 UPJA PMI, 8
UPJA Gapoktan, serta 14 UPJA UP3HP yang tersebar di seluruh kabupaten
dan kotamadya di Jawa Barat. Peta penyebaran UPJA di Kabupaten dan
Kotamadya Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 9.
4) Petani
Konsumen utama pengguna alat dan mesin pertanian yang dihasilkan
oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah petani di Jawa Barat. Oleh
karena itu alat mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat harus sesuai dengan kebutuhan petani sehingga alat
mesin pertanian yang dihasilkan tepat sasaran.
6.1.3. Tujuan yang Ingin Dicapai dalam Pengembangan Balai Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat
1) Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia
Kualitas sumberdaya manusia merupakan hal yang sangat penting
dalam suatu organiasasi, sumberdaya manusia yang memiliki kualitas yang
baik akan menghasilkan produk yang baik, sebaliknya kualitas sumberdaya
manusia yang kurang baik akan menghasilkan produk yang kurang baik pula.
Oleh karena itu, peningkatan sumberdaya manusia merupakan hal yang
sangat penting dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
2) Peningkatan Sarana dan Prasarana
Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
yang memiliki luas lahan tiga hektar dengan rincian satu hektar lahan kantor
dan dua hektar lahan uji coba memiliki sarana dan prasarana yang cukup
lengkap. Namun untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi balai seperti
untuk menjadi lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan
terstandardisasi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat masih memerlukan
63
laboratorium yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat juga masih memerlukan beberapa alat dan
mesin untuk pembuatan alsintan seperti mesin CNC (Computer Numerically
Controlled) yang dapat membuat berbagai bentuk sparepart dengan volume
yang kecil. Selain itu dibutuhkan pula MES pelatihan untuk para petani,
pegawai UPJA maupun bengkel ketika melaksanakan pelatihan di BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan pembuatan pabrik pupuk organik
sebagai demplot penggunaan APPO (Alat Pengolah Pupuk Organik) yang
dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
3) Perda Pengujian Alsintan
Peraturan Daerah merupakan suatu dasar hukum yang berlaku di suatu
daerah. Pada saat ini pengujian alat dan mesin pertanian (Alsintan) di BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dilaksanakan sesuai dengan Peraturan
Menteri Pertanian No. 05/Permentan/OT.140/1/2007. Belum adanya
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang ketentuan pengujian alsintan di
Jawa Barat mengakibatkan pengujian alsintan di Jawa Barat tidak banyak
dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Selama ini pengujian
Alsintan banyak dilaksanakan di badan pengujian lainnya seperti Balai
Pengujian Mutu Alat Mesin Pertanian. Diharapkan dengan adanya peraturan
tentang pengujian alsintan di Jawa Barat yang dilaksanakan di BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat maka seluruh pengujian alsintan di Jawa
Barat di laksanakan di balai sehingga keadaan alsintan di Jawa Barat dapat
lebih diketahui oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
4) Penempatan Sumberdaya yang Kompeten
Pada saat ini BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki empat
orang sarjana S2 dan sepuluh orang sarjana S1 di bidang teknologi.
Sumberdaya yang memiliki kemampuan yang baik dalam bidang teknologi
pertanian masih sangat dibutuhkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
terhadap teknologi pertanian di Jawa Barat ini. Diharapkan Dinas Pertanian
Provinsi Jawa Barat dapat menambah pegawai yang memiliki kemampuan
yang baik dalam bidang teknologi pertanian untuk ditempatkan di BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
64
5) Peningkatan Anggaran
Anggaran menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1989)
diacu dalam Ray (2009) adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis
daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan,
koordinasi, dan pengawasan. Anggaran yang bermanfaat dan realistis tidak
hanya dapat membantu mempererat kerja sama karyawan, memperjelas
kebijakan dan merealisasikan rencana saja, tetapi juga dapat menciptakan
keselarasan yang lebih baik dalam perusahaan dan keserasian tujuan diantara
para manajer dan bawahannya.
Lebih jelas lagi Munandar (1993) diacu dalam Ray (2009),
mengungkapkan pengertian anggaran adalah suatu rencana yang disusun
secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan
dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode)
tertentu yang akan datang.
Dari pengertian tersebut, anggaran mempunyai empat unsur, yaitu :
a) Rencana, merupakan suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas
atau kegiatan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang.
b) Meliputi, yaitu mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan oleh
semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan.
c) Dinyatakan dalam unit moneter, yaitu unit (kesatuan) yang dapat
diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam.
Adapun unit moneter yang berlaku di Indonesia adalah unit “rupiah”.
d) Jangka waktu tertentu yang akan dating, yaitu menunjukkkan bahwa
anggaran berlaku untuk masa yang akan datang. Ini berarti Apa yang
dimuat di dalam anggaran adalah taksiran-taksiran tentang apa yang akan
terjadi serta apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.
BPT Mekanisasi Pertanian sebagai suatu lembaga yang melaksanakan
kegiatan operasional dan berbagai macam kegiatan dalam bidang teknologi
pertanian di Jawa Barat membutuhkan anggaran dalam pelaksanaannya.
Anggaran yang sesuai dengan kebutuhan dari BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat akan mempermudah balai dalam pelaksanaan kegiatan yang sudah
direncanakannya. Saat ini anggaran yang ada masih dirasakan kurang
65
sehingga masih banyak mesin yang dibutuhkan tidak dimiliki BPT Mektan
juga program yang tidak dapat dilaksanakan oleh BPT Mektan Jabar.
6) Pengembangan UPJA
Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) sebagai lembaga pelayanan
alat mesin pertanian dengan konsep pelayanan yang mengutamakan kepuasan
pelanggan merupakan subsistem pendukung dalam pengembangan teknologi
pertanian di Jawa Barat. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan sebagai tempat
peminjaman alat mesin pertanian bagi para petani yang tidak memiliki
alsintan pribadi merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan
penggunaan teknologi pertanian di Jawa Barat.
7) Pengembangan Bengkel
Bengkel alat mesin pertanian merupakan tempat diproduksinya alat
dan mesin pertanian yang telah dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat. Hanya bengkel yang telah ditunjuk oleh balai yang dapat
memproduksi alat dan mesin pertanian yang dirancang oleh balai. Sebelum
bengkel tersebut memproduksi alsintan rancangan BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat terlebih dahulu bengkel tersebut dilatih oleh balai agar dapat
memproduksi alsintan rancangan balai dengan baik.
8) Peningkatan Pemahaman Petani Tentang Alsintan
Pemahaman petani tentang pertanian sebagai suatu sistem agribisnis
yang saling berhubungan satu sama lain antar subsistemnya masih sangat
kurang. Begitu pula tentang pentingnya alat dan mesin pertanian sebagai
salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktivitas pertaniannya. Para
petani juga memiliki informasi yang terbatas tentang teknologi pertanian yang
ada dan cara penggunaannya. Selain itu para petani di daerah masih kurang
mengetahui tentang adanya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai
lembaga yang dapat memberikan pelayanan informasi teknologi mekanisasi
pertanian, konsultasi teknik pengoperasian, perawatan dan perbaikan alsintan
pertanian, serta bantuan teknis rekayasa, rancang bangun, dan pengujian alat
dan mesin pertanian. Hal ini terlihat dari petani pengunjung BPT Mekanisasi
Pertanian yang masih sedikit.
66
9) Inventarisasi Kebutuhan Petani.
Petani merupakan aktor yang menjadi tujuan utama dari adanya BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Alat dan mesin pertanian yang dihasilkan
oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat harus alat dan mesin pertanian
yang sesuai dengan kebutuhan petani Jawa Barat di lapangan. Oleh karena itu
agar alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat sesuai dengan alat dan mesin yang dibutuhkan oleh petani pada
saat itu diperlukan suatu inventarisasi kebutuhan petani sebelum
dilakukannya perancangan alat dan mesin pertanian.
6.1.4. Alternatif dalam Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat
Alternatif dari aktor sumberdaya balai, Usaha Pelayanan Jasa Alsintan dan
bengkel, serta petani adalah :
1) Peningkatan kompetensi sumberdaya Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
2) Peningkatan motivasi sumberdaya Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
3) Akreditasi laboratorium pengujian
4) Penambahan alat dan mesin
5) MES untuk para peserta pelatihan
6) Pembangunan pabrik pupuk
7) Pelatihan manajemen UPJA
8) Pelatihan administrasi UPJA
9) Pelatihan ORM UPJA
10) Pelatihan manajemen bengkel
11) Pelatihan produksi alat yang dihasilkan oleh Balai Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat
12) Pembuatan demplot alsintan hasil dari Balai Mekanisasi Pertanian
13) Promosi Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
14) Penyuluhan alsintan dan ORM
15) Survei kebutuhan alsintan petani di setiap kabupaten
16) Keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan Alsintan
67
6.1.5. Sub Alternatif Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Sub alternatif dari aktor sumberdaya balai dan tujuan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia balai adalah:
a) Pelatihan
b) Outsourcing
c) Pendidikan di Perguruan Tinggi
d) Studi banding
e) Motivasi training
f) Pembentukan koperasi
Struktur hirarki untuk pengambilan keputusan prioritas strategi pengembangan
BPT Mekanisasi Pertanian dapat dilihat pada Gambar 9.
68
Gambar 10. Hirarki Analisis Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Mengembangkan dan
Mendiseminasikan Teknologi
Mekanisasi Pertanian
Inventarisasi
Kebutuhan
Petani
1
Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Menumbuhkembangkan Embrio
Lembaga Pemberdayaan
Lembaga Pengujian Alsintan
yang Terakreditasi dan
Terstandardisasi
Sumber Daya Balai
DISPERTAN
Petani
Peningkatan Kualitas
SDM Balai
Peningkatan
Sarana dan
Prasarana Balai
Pengem
bangan
UPJA
Peningkatan
Pemahaman
Petani Tentang
Alsintan
Meningkatkan
Kemampuan SDM
Pertanian
UPJA dan Bengkel
Perda
Pengujian
Alsintan
Penempatan
SDM yang
kompeten
Peningkatan
Anggaran
Pengem
bangan
Bengkel
2
3
6
5
4
9
8
7
11
10
14
13
12
b
a
e
d
15
16
f
c
69
6.2. Pengolahan Horizontal
Pengolahan data secara horizontal memperlihatkan tingkat pengaruh
antara satu elemen pada satu tingkat terhadap tingkat di atasanya. Pengolahan
horizontal ini dibagi menjadi lima bagian yaitu pengolahan horizontal tingkat dua,
tingkat tiga, tingkat empat, tingkat lima, dan tingkat enam. Analisis tingkat dua
merupakan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, analisis tingkat tiga merupakan analisis aktor-
aktor yang terlibat, analisis tingkat empat merupakan analisis tujuan yang ingin
dicapai, analisis tingkat lima adalah analisis alternatif tindakan yang akan dipilih,
dan tingkat enam adalah sub alternatif tindakan yang dapat dipilih.
6.2.1. Elemen Faktor Pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat
Pengolahan pada tingkat dua dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap penentuan strategi pengembangan BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat. Berdasarkan pengolahan dengan PHA dengan
menggunakan expert choice 2000 dan microsoft excel 2007 diperoleh bahwa
mengembangkan dan mendesiminasikan teknologi mekaniasi pertanian di Jawa
Barat merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam pengembangan BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan prioritas sebesar 0.313 (Tabel 11).
Faktor-faktor yang menjadi prioritas selanjutnya dalam pemilihan strategi adalah
meningkatkan sumberdaya manusia pertanian dengan bobot 0.304, lembaga
pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan terstandardisasi dengan
bobot 0.230. dan menumbuhkembangkan lembaga pemberdayaan dengan bobot
0.154.
Tabel 11. Prioritas Elemen Faktor Penyusun Strategi Pengembangan BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Elemen Faktor Bobot Prioritas
Meningkatkan Kemampuan Sumberdaya Manusia Pertanian (SDM) 0.304 2 Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan Terstandardisasi
(PAT) 0.230 3
Mengembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan (ELP) 0.154 4
Mengembangkan dan Mendesiminasikan Teknologi Mekanisasi
Pertanian (MTMP) 0.313 1
70
Mengembangkan dan mendesiminasikan teknologi mekanisasi pertanian
menjadi prioritas utama karena berdasarkan hasil studi pustaka hal ini sangat
diperlukan dalam pengembangan mekanisasi pertanian. Apabila alat dan mesin
pertanian di Jawa Barat semakin berkembang dan pemahaman para petani akan
pentingnya teknologi pertanian dalam usaha pertaniannya semakin baik, maka
kebutuhan petani akan adanya BPT Mekanisasi Pertanian semakin tinggi.
Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian merupakan
faktor yang menjadi prioritas kedua dalam pengembangan BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat. Hal ini karena sumberdaya manusia merupakan salah satu
hal yang sangat penting dalam pengembangan suatu organisasi. Apabila
sumberdaya manusia dalam suatu organisasi memiliki kemampuan yang baik
dalam hal manajemen maupun kemampuan teknik sesuai dengan organisasi
tersebut maka organisasi tersebut akan berjalan dengan baik. Begitu pula apabila
kemampuan sumberdaya manusia pertanian di Jawa Barat semakin baik maka
kemampuan sumberdaya manusia pertanian dalam hal teknologi pertanian pun
akan semakin baik. Hal tersebut akan mengakibatkan kebutuhan akan teknologi
pertanian menjadi semakin tinggi dan kebutuhan akan BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat sebagai lembaga utama yang bertanggung jawab dalam hal teknologi
pertanian di Jawa Barat menjadi semakin tinggi.
Lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi
menjadi faktor yang menjadi prioritas ketiga dari lima faktor pengembangan BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Pada saat ini BPT Mekanisasi Pertanian yang
menjadi salah satu laboratorium pengujian alsintan sesuai dengan Peraturan
Menteri Pertanian No. 05/Permentan/OT.140/1/2007 telah menjadi lembaga
penguji alsintan di Jawa Barat. Namun laboratorium yang dimiliki oleh BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat masih belum mendapatkan akreditasi
dikarenakan masih adanya persyaratan akreditasi yang belum dapat dipenuhi oleh
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Apabila balai telah memiliki akreditasi
maka pengujian Alsintan di BPT Mekanisasi Pertanian dapat lebih dikembangkan
dengan pelayanan dan kemampuan pengujian yang lebih baik. Alsintan yang diuji
tidak hanya alsintan di wilayah Jawa Barat dan petani akan semakin mengetahui
fungsi dari BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
71
Faktor mengembangkan embrio lembaga pemberdayaan seperti UPJA dan
bengkel juga menjadi salah satu faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat. Unit Pelayanan Jasa Alsintan yang menjadi salah satu lembaga
pemberdayaan masyarakat dalam penyebaran alsintan ke petani. UPJA merupakan
salah satu lembaga pemasaran alat yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan yang semakin berkembang
akan membuat BPT Mekanisasi Pertanian semakin berkembang pula.
6.2.2. Elemen Aktor Pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat
Berdasarkan pengolahan data tingkat tiga diperoleh bobot dari setiap
elemen aktor terhadap masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Aktor yang paling
berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya pertanian
adalah sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar
0.371 (Tabel 12). Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan
aktor yang memiliki tugas pokok dalam pengembangan, pelayanan dan
pendidikan atau pelatihan teknologi pertanian di Jawa Barat. Sumberdaya BPT
Mekanisasi Pertanian juga memiliki fungsi dalam fasilitasi penggunaan alat dan
mesin pertanian diUPTD lingkup dinas dan para petani pengguna. Aktor kedua
yang berpengaruh adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
dengan bobot sebesar 0.365. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Barat memiliki kewenangan dalam kebijakan pengembilan kabijakan tentang
teknologi pertanian di Jawa Barat dan juga sebagai ujung tombak pengembangan
pertanian di Jawa Barat.
Aktor ketiga yang berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan
sumberdaya manusia pertanian Jawa Barat adalah petani dengan bobot sebesar
0.146. Petani merupakan pihak utama yang menjadi tujuan dalam peningkatan
kemampuan sumberdaya manusia pertanian. Kemampuan petani tentang teknologi
pertanian diharapkan dapat meningkatkan penggunaan teknologi pertanian di
Jawa Barat. Aktor selanjutnya yang berpengaruh adalah UPJA dan bengkel yang
memiliki bobot 0.118. Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan bengkel
merupakan lembaga pemasaran alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh
BPT mekanisasi Pertanian Jawa Barat, adanya UPJA dan bengkel alat pertanian
72
yang bias diakses oleh para petani maka kemampuan sumberdaya manusia
pertanian akan semakin baik.
Tabel 12. Prioritas Elemen Aktor yang Berperan dalam Pengembangan Balai
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Elemen
Faktor
Elemen Aktor
Sumberdaya
Balai
Dispertan
Jabar
UPJA dan
Bengkel Petani
SDM 0.371 (1) 0.365 (2) 0.118 (4) 0.146 (3)
PAT 0.598 (1) 0.211 (2) 0.115 (3) 0.076 (4)
ELP 0.253 (2) 0.131 (4) 0.451 (1) 0.165 (3)
MTMP 0.470 (1) 0.163 (3) 0.216 (2) 0.151 (4)
Ket:
( ) : Prioritas
SDM : Meningkatkan Kemampuan Sumberdaya Manusia Pertanian
PAT : Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan
Terstandardisasi
ELP : Mengembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan
MTMP : Mengembangkan dan Mendesiminasikan Teknologi Mekanisasi
Pertanian
Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian menjadi prioritas utama dalam
faktor lembaga pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan
terstandardisasi dengan bobot sebesar 0.598. Hal ini sesuai dengan keadaan di
lapangan bahwa sumberdaya balai yang berhubungan secara langsung dengan
pengujian alat dan laboratorium yang berada di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat. Untuk menjadi balai pengujian yang terakreditasi maka sumberdaya BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan aktor utama yang paling penting
dalam pencapaian BPT Mekanisasi Pertanian menjadi balai yang terakreditasi dan
terstandardisasi, dengan perbaikan dan pengembangan sumberdaya balai maka
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat menjadi lembaga yang terakreditasi
dan terstandardisasi.
Aktor yang memiliki prioritas kedua adalah Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Provinsi Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.211. Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga pengambil kebijakan
dalam bidang pertanian di Jawa Barat dan juga sebagai lembaga yang berwenang
dalam pengalokasian anggaran bagi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
73
memiliki hubungan langsung dengan balai dan sangat berpengaruh dalam
pengakreditasian BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. UPJA dan bengkel
berada pada prioritas ketiga dengan bobot 0.115. UPJA dan bengkel sebagai
lembaga yang dapat memproduksi Alsintan rancangan BPT mekanisasi pertanian
memerlukan uji laboratorium yang baik, sehingga UPJA dan bengkel menjadi
aktor yang akan diuntungkan jika BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki
akreditasi dari badan akreditasi nasional. Begitu pula dengan petani yang
memiliki bobot 0.076, meskipun tidak memiliki bobot yang besar namun petani
sebagai pengguna dari alat mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat akan memiliki jaminan yang lebih baik jika alat mesin
pertanian yang digunakannya telah di uji oleh lembaga yang telah terakreditasi.
Bengkel dan UPJA menjadi aktor dengan prioritas tertinggi dalam hal
pengembangan embrio pemberdayaan masyarakat dengan bobot sebesar 0.451.
UPJA dan bengkel sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat yang dilatih oleh
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat berinteraksi secara langsung dengan petani.
Hal tersebut membuat UPJA dan bengkel alat mesin pertanian menjadi aktor
utama dalam pengembangan pemberdayaan masyarakat. UPJA dan bengkel yang
telah dilatih oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat menyebarkan
pengetahuan yang didapatkannya kepada para petani lainnya. Kemudian
sumberdaya balai sebagai lembaga yang memberikan pelatihan kepada UPJA dan
bengkel tentang alat mesin pertanian maupun manajemen dan organisasi memiliki
bobot sebesar 0.253.
Aktor yang berada pada urutan ketiga adalah petani yang memiliki bobot
sebesar 0.165. Petani sebagai tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat
merupakan pihak yang mendapatkan pengetahuan tentang ORM (operation,
repair dan maintenance) alat mesin pertanian yang mereka gunakan dari pihak
UPJA maupun bengkel. Selanjutnya Dinas Pertanian Tanaman Pangan memiliki
bobot sebesar 0.131. Dinas Pertanian Tanaman Pangan memiliki wewenang
dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan UPJA maupun bengkel,
namun untuk pelaksanaan secara teknis telah diserahkan kepada BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat sebagai lembaga yang memiliki tugas pokok dalam bidang
mekanisasi pertanian di Jawa Barat.
74
Sumberdaya balai menjadi penentu dalam pengembangan dan
pendesiminasian teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat seperti terlihat
pada bobot yang diperolehnya yaitu sebesar 0.470. Sebagai balai yang bergerak
dalam bidang teknologi pertanian di Jawa Barat sumberdaya balai merupakan
motor penggerak dalam pengembangan dan pendesiminasian teknologi
mekanisasi pertanian. Selanjutnya UPJA dan bengkel alat dan mesin pertanian
berada di urutan kedua dengan bobot 0.216 merupakan lembaga pemberdayaan
dan lembaga produksi alat mesin pertanian yang dirancang oleh BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat sehingga memiliki akses langsung terhadap para petani yang
menjadi pelanggannya.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sebagai pengambil
kebijakan dalam pengembangan alat dan mesin pertanian jawa Barat memiliki
bobot sebesar 0.163. Selanjutnya petani sebagai tujuan utama pengembangan dan
pendiseminasian teknologi pertanian memiliki bobot sebesar 0.151.
6.2.3. Elemen Tujuan Pada Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat
Pengolahan horizontal pada tingkat empat menggambarkan besarnya
bobot dari tiap elemen tujuan masing-masing terhadap masing-masing faktor
pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
6.2.3.1. Elemen Tujuan Pada Aktor Sumberdaya Balai
Pada faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian
dengan aktor sumberdaya balai, tujuan peningkatan kualitas sumberdaya manusia
balai merupakan hal yang paling penting dengan bobot sebesar 0.694 (Tabel 13),
karena sumberdaya manusia balai merupakan salah satu sumberdaya manusia
pertanian yang ahli dalam bidang teknologi pertanian yang selanjutnya akan
menyalurkan pengetahuannya kepada petani yang mengikuti pelatihan dan
selanjutnya akan disebarkan kepada para petani lain di daerahnya. Selanjutnya
peningkatan sarana dan prasarana balai memiliki bobot sebesar 0.306,
peningkatan sarana dan prasarana balai akan meningkatkan kenyamanan para
petani yang memerlukan informasi dari balai sehingga peningkatan kemampuan
sumberdaya manusia pertanian akan menjadi lebih baik.
75
Tabel 13. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor Sumberdaya Balai
Elemen Faktor Elemen Tujuan
KSDM PSP
SDM 0.694 (1) 0.306 (2)
PAT 0.656 (1) 0.344 (2)
ELP 0.682 (1) 0.318 (2)
MTMP 0.580 (1) 0.420 (2)
Keterangan :
( ) : Prioritas
KSDM : Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Balai
PSP : Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai
Pada elemen faktor lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan
terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga
mengembangkan dan mendesiminasikan teknologi mekanisasi petanian di Jawa
Barat elemen tujuan balai memiliki bobot lebih tinggi dibandingkan dengan
elemen tujuan peningkatan sarana dan prasarana balai dengan bobot berturut-turut
0.656, 0.682, dan 0.580. Hal ini karena peningkatan sumberdaya manusia lebih
penting didahulukan dibandingkan dengan peningkatan sarana dan prasarana
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan sarana dan prasarana yang
ada. Jika sarana dan prasarana terlebih dahulu ditingkatkan namun kualitas
sumberdaya manusia yang ada belum dapat menggunakan sarana dan prasarana
tersebut maka akan terjadi ketimpangan sehingga sarana dan prasarana tersebut
tidak akan berfungsi maksimal sesuai dengan fungsinya.
6.2.3.2. Elemen Tujuan Pada Aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian dengan
aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, tujuan peraturan
daerah (Perda) tentang pengujian alsintan merupakan hal yang paling penting
dengan bobot sebesar 0.364. Hal ini karena pada saat ini Perda tentang pengujian
alsintan di Jawa Barat oleh BPT Mekanisasi Pertanian masih belum ditetapkan
oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Balai Pengembangan
Teknologi Mekanisasi Pertanian melaksanakan pengujian alsintan atas dasar
Peraturan Menteri Pertanian No. 05/Permentan/OT.140/1/2007 yang dikeluarkan
76
oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia. Diharapkan dengan adanya Perda
dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat maka seluruh
pengujian alsintan di Jawa Barat akan dilaksanakan oleh BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat. Setelah adanya Perda diharapkan keberadaan BPT Mektan
Jabar dalam bidang Alsintan di Jawa Barat menjadi lebih kuat, memiliki kekuatan
hukum akan posisinya dalam pemerintahan dan juga dengan Dispertan sebagai
lembaga pemerintah yang berada di atasnya. Hal ini diharapkan dapat
meningkatkan peran BPT Mektan dalam pertanian di Jawa Barat sehingga
keadaan alsintan di Jawa barat dapat dipantau dengan baik oleh BPT Mektan.
Prioritas kedua adalah peningkatan anggaran dengan bobot sebesar 0.332.
Dalam pelaksanaan kegiatan operasional dan pencapaian rencana di BPT
Mekanisasi Pertanian diperlukan adanya anggaran yang sesuai dengan kebutuhan
balai, dengan semakin meningkatnya anggaran maka semakin baik fasilitas balai
sehingga pelaksanaan program balai untuk peningkatan kemampuan sumberdaya
manusia pertanian pun akan semakin baik. Prioritas ketiga adalah penempatan
sumberdaya yang kompeten dengan bobot sebesar 0.303. Dengan penempatan
sumberdaya yang kompeten di BPT Mekanisasi Pertanian maka output yang
dihasilkan dari balai pun akan semakin baik sehingga peningkatan kemampuan
sumberdaya manusia pertanian akan semakin baik pula.
Tabel 14. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Elemen Faktor Elemen Tujuan
PPA PSDM PA
SDM 0.364 (1) 0.303 (3) 0.332 (2)
PAT 0.506 (1) 0.274 (2) 0.220 (3)
ELP 0.223 (3) 0.436 (1) 0.342 (2)
MTMP 0.313 (3) 0.354 (1) 0.333 (2)
Keterangan :
( ) : Prioritas
PPA : Peraturan Daerah Pengujian Alsintan
PSDM : Penempatan Sumberdaya Manusia yang Kompeten
PA : Peningkatan Anggaran
Elemen faktor lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan
terstandardisasi Perda pengujian alsintan merupakan elemen tujuan yang paling
penting dengan bobot sebesar 0.506, hal ini karena dengan adanya Perda
77
pengujian alsintan di Jawa Barat yang dikhususkan di BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat maka pengakreditasian laboratorium balai menjadi sangat diperlukan
agar pengujian alsintan dilaksanakan dengan lebih baik lagi.
Prioritas kedua adalah penempatan sumberdaya manusia yang kompeten
dengan bobot 0.274. Penempatan sumberdaya manusia yang kompeten di BPT
Mekanisasi Pertanian sangat dibutuhkan agar alsintan yang ada dapat digunakan
sesuai dengan fungsinya secara maksimal. Sehingga elemen lembaga pengujian
yang terakreditasi dan terstandardisasi dapat tercapai dengan baik. Tanpa
sumberdaya manusia yang kompeten alat uji yang baik tidak akan berfungsi
secara maksimal.
Faktor menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga
mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan
aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat penempatan
sumberdaya manusia yang kompeten penempatan sumberdaya manusia yang
kompeten merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar 0.436 dan 0.354.
Sumberdaya manusia BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang kompeten
merupakan penggerak dalam pengembangan lembaga pemberdayaan dan
teknologi pertanian, karena dengan semakin tingginya kemampuan dan
pemahaman dari para pegawai balai maka pengetahuan yang diberikan kepada
para peserta pelatihan seperti UPJA, bengel dan para petani pun akan semakin
baik. Selanjutnya peningkatan anggaran dan Perda tentang pengujian alsintan
merupakan prioritas kedua dan ketiga dengan bobot sebesar 0.333 dan 0.313.
6.2.3.3. Elemen Tujuan Pada Aktor UPJA dan Bengkel
Tujuan yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan
sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian Alsintan yang terakreditasi
dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga
mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan
aktor UPJA dan bengkel adalah pengembangan Unit Pelayanan Jasa Alsintan
dengan bobot sebesar 0.727, 0.608, 0.608 dan 0.555. Usaha Pelayanan Jasa
Alsintan (UPJA) merupakan lembaga pemberdayaan pertanian dalam bidang alat
dan mesin pertanian. Jika petani menjadi anggota UPJA maka petani akan
mendapatkan kemudahan dalam penggunaan alsintan dan juga akan mendapatkan
78
pengetahuan tentang cara penggunaan, perbaikan, dan perawatan alsintan
sehingga kemampuan sumberdaya manusia pertanian akan semakin meningkat
(Tabel 15).
Tujuan kedua yang berpengaruh adalah pengembangan bengkel dengan
bobot sebesar 0.273, 0.392, 0.392, 0.445. Bengkel merupakan tempat produksi
alsintan yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, selain itu di
bengkel juga petani dapat mengetahui cara penggunaan dan perawatan dari
alsintan yang dimiliki petani sehingga kemampuan petani akan Alsintan menjadi
semakin baik.
Tabel 15. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor UPJA dan Bengkel
Elemen Faktor Elemen Tujuan
UPJA Bengkel
SDM 0.727 (1) 0.273 (2)
PAT 0.608 (1) 0.392 (2)
ELP 0.608 (1) 0.392 (2)
MTMP 0.555 (1) 0.445 (2)
Keterangan: ( ) Prioritas
6.2.3.4. Elemen Tujuan Pada Aktor Petani
Tujuan yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan
sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan
terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga
mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan
aktor petani adalah peningkatan pemahaman petani tentang alsintan dengan bobot
sebesar 0.656, 0.632, 0.727, dan 0.604. Apabila pengetahuan petani tentang
pentingnya Alsintan bagi usaha pertaniannya semakin baik maka penggunaan alat
mesin pertanian tepat guna akan semakin tinggi, dengan semakin tingginya
permintaan akan adanya alsintan yang tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan
petani maka kebutuhan akan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan semakin
tinggi, sehingga dibutuhkan pula laboratorium yang telah terakreditasi. Selain itu
kebutuhan akan lembaga pemberdayaan masyarakat seperti UPJA dan bengkel
akan semakin tinggi sehingga pengembangan juga pendiseminasian teknologi
pertanian akan semakin baik.
79
Tujuan kedua yang berpengaruh adalah inventarisasi kebutuhan petani
dengan bobot sebesar 0.344, 0.368, 0.273, dan 0.396. Inventarisasi kebutuhan
petani sangat dibutuhkan dalam perancangan alat dan mesin pertanian yang akan
dibuat dalam bentuk prototype oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, karena
apabila alsintan yang dihasilkan oleh balai tidak sesuai dengan kebutuhan petani
maka alsintan yang dibuat oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tidak akan
diminati oleh petani sehingga tujuan utama pembuatan alsintan tersebut tidak
tercapai.
Tabel 16. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor Petani.
Elemen Faktor Elemen Tujuan
PPA IKP
SDM 0.656 (1) 0.344 (2)
PAT 0.632 (1) 0.368 (2)
ELP 0.727 (1) 0.273 (2)
MTMP 0.604 (1) 0.396 (2)
Keterangan:
( ) : Prioritas
PPA : Peningkatan Pemahaman Petani Tentang Alsintan
IKP : Inventarisasi Kebutuhan Petani
6.2.4. Elemen Alternatif Pada Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat
Pengolahan horizontal pada tingkat lima menggambarkan besarnya bobot
dari tiap elemen alternatif masing-masing terhadap masing-masing faktor
pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
6.2.4.1. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan Kualitas Sumberdaya
Balai
Alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang
terakreditasi dan terstandardisasi, serta menumbuhkembangkan embrio lembaga
pemberdayaan dengan aktor sumberdaya balai dan alternatif peningkatan kualitas
sumberdaya manusia balai adalah peningkatan kompetensi dengan bobot sebesar
0.659, 0.632, dan 0.734. Peningkatan kompetensi pegawai BPT Mekanisasi
80
Pertanian Jawa Barat sangat diperlukan dalam peningkatan kualitas sumberdaya
balai.
Tujuan kedua yang berpengaruh adalah peningkatan motivasi dengan
bobot sebesar 0.341, 0.368, dan 0.266. Motivasi merupakan alasan atau dorongan
seseorang untuk bertindak sesuatu. Peningkatan motivasi pegawai dapat
meningkatkan produktivitas kerja dari pegawai tersebut sehingga produktivitas
balai pun akan semakin meningkat. Dari hasil studi pustaka diketahui bahwa
peningkatan motivasi akan mempengaruhi peningkatan sumberdaya manusia balai
sehingga dapat meningkatkan faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian
seperti peningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga
pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi dan
penumbuhkembangan embrio lembaga pemberdayaan. Peningkatan kompetensi
sumberdaya balai diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para pegawai
balai tentang pertanian, dengan semakin baiknya sumberdaya manusia balai maka
program maupun manajemen balai akan menjadi semakin baik dan keadaan balai
menjadi lebih baik. Pegawai balai sebagai penyalur informasi kepada para petani
akan menyalurkan pengetahuan alsintan yang lebih baik lagi sehingga
pengetahuan petani tentang alsintan menjadi semakin baik, petani akan lebih
tertarik terhadap alsintan dan menggunakan lebih banyak alsintan yang akhirnya
akan meningkatkan kebutuhan petani akan BPT Mekanisasi Pertanian Jabar.
Tabel 17. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Peningkatan Kualitas
Sumberdaya Balai
Elemen Faktor
Elemen Sub Alternatif
Peningkatan
Kompetensi
Peningkatan
motivasi
SDM 0.659 (1) 0.341 (2)
PAT 0.632 (1) 0.368 (2)
ELP 0.734 (1) 0.266 (2)
MTMP 0.500 (1) 0.500 (1)
Keterangan: ( ) Prioritas
Elemen faktor mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi
mekanisasi pertanian elemen sub alternatif peningkatan kompetensi dan motivasi
sumberdaya balai memiliki bobot yang sama sebesar 0.500. Hal ini
81
mengindikasikan bahwa dalam faktor mengembangkan dan mendesiminasikan
teknologi mekanisasi pertanian kedua sub alternatif dibutuhkan secara seimbang
karena dalam pengembangan dan pendiseminasian teknologi pertanian
peningkatan kemampuan sumberdaya manusia diperlukan agar pengetahuan yang
dimiliki oleh pegawai tentang teknologi pertanian yang selanjutnya akan
diberikan kepada para petani akan semakin banyak. Pengembangan motivasi pun
diperlukan agar para pegawai tetap memiliki semangat dalam mendiseminasikan
teknologi pertanian kepada para petani
6.2.4.2. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan Sarana dan Prasarana
Balai
Elemen alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang
terakreditasi dan terstandardisasi, dan menumbuhkembangkan embrio lembaga
pemberdayaan dengan aktor sumberdaya balai dan tujuan peningkatan sarana dan
prasarana balai adalah akreditasi laboratorium pengujian alsintan dengan bobot
sebesar 0.353, 0.384, dan 0.371. Akreditasi laboratorium pengujian alsintan n dari
suatu lembaga akreditasi nasional merupakan suatu hal yang penting karena hal
tersebut dapat menunjukan bahwa laboratorium pengujian di BPT Mekanisasi
Pertanian memiliki kualitas yang baik dan telah disahkan oleh badan khusus.
Apabila balai telah memiliki akreditasi maka sumberdaya manusia balai akan
memiliki kemampuan yang lebih baik karena telah mendapatkan fasilitas yang
lebih baik, begitu pula dengan faktor lembaga pengujian alsintan yang
terakreditasi dan terstandardisasi akan tercapai.
Alternatif yang berada pada prioritas kedua adalah penambahan alat dan
mesin dengan bobot sebesar 0.251, 0.231, 0.365, dan 0.267. Alat dan mesin yang
berada di BPT Mekanisasi Pertanian pada saat ini masih terbatas sehingga untuk
pembuatan alat mesin pertanian tertentu diperlukan alat mesin yang tidak terdapat
di balai sehingga pembuatan alat dilaksanakan di tempat lain. Alat yang sangat
dibutuhkan pada saat ini adalah alat CNC, alat ini diperlukan agar dalam
pembuatan sparepart tidak harus selalu dalam jumlah yang besar karena BPT
Mekanisasi Pertanian hanya membuat beberapa alsintan hasil rancangannya
sebagai model yang selanjutnya akan diproduksi oleh bengkel. Alternatif dengan
prioritas ketiga adalah pembangunan pabrik pupuk dengan bobot sebesar 0.219,
82
0.196, 0.146, dan 0.206. Pabrik pupuk merupakan salah satu alternatif dalam
pengembangan alsintan yang pada saat ini menjadi fokus di BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat yaitu Alat Pembuat Pupuk Organik (APPO), diharapkan
dengan adanya pabrik pupuk ini para petani akan tertarik untuk menggunakan
APPO dan menggunakan pupuk organik sebagai pupuk tanamannya. Selain itu
dengan adanya pabrik pupuk yang berada di Cianjur dan Plumbon ini diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan pupuk petani di Jawa Barat, menghilangkan
ketergantungan terhadap pupuk impor dan meminimalisir kelangkaan pupuk.
Tabel 18. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Peningkatan Sarana dan
Prasarana Balai
Elemen
Faktor
Elemen Alternatif
Akreditasi Lab Penambahan
Alat dan Mesin MES
Pembangunan
Pabrik Pupuk
SDM 0.353 (1) 0.251 (2) 0.177 (4) 0.219 (3)
PAT 0.384 (1) 0.231 (2) 0.190 (4) 0.196 (3)
ELP 0.371 (1) 0.365 (2) 0.118 (4) 0.146 (3)
MTMP 0.154 (4) 0.267 (2) 0.372 (1) 0.206 (3)
Keterangan : ( ) Prioritas
Faktor mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi
pertanian di Jawa Barat pembangunan MES untuk peserta pelatihan berada pada
prioritas pertama dengan bobot sebesar 0.372. MES untuk para peserta pelatihan
seperti UPJA, bengkel, dan petani sangat diperlukan karena pelatihan
dilaksanakan lebih dari satu hari dan peserta pelatihan berasal dari berbagai
daerah di Jawa Barat. Pada saat ini pihak balai harus meminjam tempat pada
lembaga lain sebagai tempat penginapan bagi para peserta sehingga kegiatan
pelatihan menjadi sedikit terkendala karena adanya jarak antara tempat pelatihan
dan MES bagi para peserta. Alternatif yang menjadi prioritas selanjutnya adalah
penambahan alat dan mesin dengan bobot sebesar 0.267, pembangunan pabrik
pupuk dengan bobot 0.206 dan akreditasi laboratorium pengujian dengan bobot
sebesar 0.154.
6.2.4.3. Elemen Alternatif pada Tujuan Pengembangan UPJA
Elemen alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang
terakreditasi dan terstandardisasi, dan menumbuhkembangkan embrio lembaga
83
pemberdayaan dengan aktor UPJA dan bengkel serta tujuan pengembangan
adalah pelatihan manajemen UPJA dengan bobot sebesar 0.397, 0.362, dan 0.407.
Pelatihan manajemen sangat diperlukan oleh UPJA sebagai lembaga ekonomi
pedesaan agar lembaga tersebut bisa memanajemen lembaganya dengan baik
sehingga mengembangkan usahanya. Tujuan kedua yang berpengaruh pada faktor
pengembangan sumberdaya manusia pertanian dan pengembangan embrio
lembaga pemberdayaan adalah pelatihan administrasi UPJA dengan bobot sebesar
0.302 dan 0.368. Pelatihan administrasi UPJA sangat dibutuhkan agar keadaan
keuangan dan seluruh transaksi keuangan di UPJA dapat terdata dengan baik
sehingga dapat dengan mudah diketahui apakah UPJA tersebut mengalami
keuntungan ataupun kerugian. Selain itu dengan adanya pengadministrasian
diharapkan UPJA dapat lebih mudah dalam mendata seluruh anggotanya dan
mendata seluruh kegiatan yang dilaksanakan. Alternatif ketiga yang elemen
alternatif pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah pelatihan
ORM (Operation, Repair and Maintenance), pelatihan ini diperlukan agar UPJA
yang memiliki unit bisnis bengkel dapat memberikan jasa pelatihan cara
pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan bagi para petani pengguna.
Tabel 19. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Pengembangan UPJA
Elemen Faktor Elemen Alternatif
Pelatihan
Manajemen UPJA
Pelatihan
Administrasi UPJA
Pelatihan
ORM UPJA
SDM 0.397 (1) 0.302 (2) 0.302 (2)
PAT 0.362 (1) 0.362 (1) 0.275 (3)
ELP 0.407 (1) 0.368 (2) 0.225 (3)
MTMP 0.316 (2) 0.168 (3) 0.516 (1)
Keterangan : ( ) Prioritas
Faktor mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi
pertanian pelatihan ORM UPJA berada pada prioritas pertama dengan bobot
sebesar 0.516. Pelatihan penggunaan, perbaikan dan perawatan sangat diperlukan
sebagai salah satu cara pendesiminasian teknologi mekanisasi pertanian kepada
para petani. Petani akan semakin mengerti kegunaan dari alat tersebut dan
84
mengetahui cara penggunaannya sehingga para petani akan lebih tertarik untuk
menggunakan alat dan mesin pertanian dalam usaha pertaniannya.
6.2.4.4. Elemen Alternatif pada Tujuan Pengembangan Bengkel
Alternatif pelatihan manajemen bengkel merupakan prioritas utama dalam
faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga
pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, dan
menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan dengan aktor UPJA dan
Bengkel dengan bobot sebesar 0.541, 0.608, dan 0.555. Pelatihan manajemen
bengkel diperlukan agar bengkel dapat membuat rencana pemasaran, rencana
produksi, rencana organisasi dan manajemen, juga rencana keuangan. Apabila
bengkel telah dapat melaksanakan perencanaan dengan baik maka diharapkan
bengkel yang menjadi mitra BPT Mekanisasi Pertanian tersebut akan berjalan
dengan baik dan semakin berkembang.
Tujuan kedua yang berpengaruh adalah pelatihan produksi alsintan dengan
bobot sebesar 0.459, 0.392, dan 0.445. Pelatihan produksi alat dilaksanakan
setelah BPT Mekanisasi Pertanian telah membuat rancangan baru yang telah
selesai diuji dan memiliki hasil pengujian yang baik. Para bengkel yang
bekerjasama dengan balai diberikan pelatihan cara memproduksi Alsintan yang
telah dirancang oleh balai. Selanjutnya pemerintah daerah, Gapoktan ataupun
petani secara individu yang ingin membeli Alsintan yang telah dirancang oleh
balai dapat memesan kepada bengkel terdekat yang telah dilatih oleh balai.
Tabel 20. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Pengembangan Bengkel
Elemen Faktor Elemen Alternatif
Pelatihan Manajemen
Bengkel
Pelatihan Produksi
Alsintan
SDM 0.541 (1) 0.459 (2)
PAT 0.608 (1) 0.392 (2)
ELP 0.555 (1) 0.445 (2)
MTMP 0.471 (2) 0.529 (1)
Keterangan : () Prioritas
Faktor mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi
pertanian pelatihan produksi alsintan merupakan prioritas utama dengan bobot
sebesar 0.529 dan pelatihan manajemen merupakan prioritas kedua dengan bobot
85
sebesar 0.471. Pada faktor pengembangan dan pendiseminasian teknologi
mekanisasi pertanian pelatihan produksi alsintan hasil rancangan merupakan
prioritas utama karena dengan diberikannya pelatihan alsintan baru maka
teknologi mekanisasi yang baru akan diketahui oleh para pegawai bengkel dan
selanjutnya akan di sosialisasikan kepada para petani pengguna.
6.2.4.5. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan Pemahaman Petani
Tentang Alsintan
Alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia pertanian adalah penyuluhan alsintan dan ORM
dengan bobot sebesar 0.400 selanjutnya yang memiliki prioritas kedua adalah
pengadaan demplot alsintan dan promosi balai yang memiliki bobot sebesar
0.300. Penyuluhan alsintan dan ORM sangat diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan petani tentang alat dan mesin pertanian sehingga peningkatan
kemempuan sumberdaya manusia pertanian dapat tercapai. Sementara adanya
demplot alsintan yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat
meningkatkan kepercayaan petani atas alat yang dihasilkan oleh balai. Jika petani
telah melihat bahwa hasil dari alat yang dibuat oleh balai memiliki keuntungan
yang lebih besar dibandingkan keuntungannya sekarang maka petani akan lebih
tertarik untuk menggunakan alat tersebut. Selain itu promosi tentang adanya BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai tempat petani mencari informasi dan
berkonsultasi tentang alsintan.
Pada faktor lembaga pengujian yang terakreditasi dan terstandardisasi
elemen promosi balai merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar 0.481.
Selanjutnya penyuluhan alsintan dan ORM dan pengadaan demplot alsintan
merupakan prioritas kedua dan ketiga dengan bobot sebesar 0.314 dan 0.205.
Promosi balai sebagai tempat pengujian alsintan yang kompeten dibutuhkan agar
semakin banyak pembuat alsintan yang melakukan pengujian alsintan hasil
produksinya di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
86
Tabel 21. Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan
PemahamanPetani Tentang Alsintan
Elemen Faktor
Elemen Alternatif
Pengadaan Demplot
Alsintan Promosi Balai
Penyuluhan
Alsintan dan
ORM
SDM 0.300 (2) 0.300 (2) 0.400 (1)
PAT 0.205 (3) 0.481 (1) 0.314 (2)
ELP 0.450 (1) 0.306 (2) 0.243 (3)
MTMP 0.353 (1) 0.312 (3) 0.335 (2)
Keterangan : ( ) Prioritas
Faktor pengembangan embrio lembaga pemberdayaan masyarakat juga
mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian alternatif
pengadaan demplot alsintan merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar
0.450 dan 0.353. Pembuatan demplot alsintan dapat membuat masyarakat tertarik
untuk menggunakan alsintan tersebut, dengan menunjukan bahwa penggunaan
alsintan tersebut dapat meningkatkan keuntungan para petani maka petani tidak
akan ragu ataupun takut untuk menggunakan alsintan tersebut.
6.2.4.6. Elemen Alternatif Pada Tujuan Inventarisasi Kebutuhan Petani
Alternatif yang paling berpengaruh dalam tujuan meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang
terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga
pemberdayaan juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi
pertanian dengan aktor petani adalah inventarisasi kebutuhan petani dengan bobot
sebesar 0.707, 0.659, dan 0.555. Pelaksanaan survei pendahuluan atas kebutuhan
alsintan petani maka alsintan yang dibuat oleh BPT Mekanisai Pertanian Jawa
Barat adalah alsintan yang benar-benar dibutuhkan oleh petani dan tepat guna
sehingga dapat membantu petani dan meningkatkan produktivitas usaha taninya.
Tujuan kedua yang berpengaruh keikutsertaan petani dalam perancangan
alsintan yang akan dibuat oleh BPT Mekanisasi Pertanian dengan bobot sebesar
0.293, 0.341, dan 0.455. Adanya perwakilan dari petani yang dapat mengutarakan
aspirasi dari petani lainnya dan cukup memahami tentang kebutuhan petani pada
rapat perancangan Alsintan yang akan dibuat oleh BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat diharapkan dapat membuat alsintan yang dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan petani.
87
Tabel 22. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Inventarisasi Kebutuhan Petani
Elemen Faktor
Elemen Alternatif
Survei Kebuthan
Alsintan
Keikutsertaan Petani
dalam Perencanaan
Alsintan
SDM 0.707 (1) 0.293 (2)
PAT 0.659 (1) 0.341 (2)
ELP 0.555 (1) 0.445 (2)
MTMP 0.766 (1) 0.234 (2)
Keterangan : ( ) Prioritas
6.2.5. Elemen Sub Alternatif pada Pengembangan Balai Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat
Pengolahan horizontal pada tingkat enam menggambarkan besarnya bobot
dari tiap elemen sub alternatif masing-masing terhadap masing-masing faktor
pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
6.2.5.1. Elemen Sub Alternatif pada Alternatif Peningkatan Kompetensi
Sumberdaya Balai
Sub alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang
terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga
pemberdayaan juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi
pertanian dengan aktor sumberdaya balai adalah pelatihan dengan bobot sebesar
0.524, 0.418, 0.620, dan 0.612. Pelatihan merupakan salat satu kegiatan yang
sangat penting dilaksanakan agar pengetahuan para pegawai balai menjadi lebih
baik. Sumberdaya manusia balai sebagai pendiseminasi teknologi pertanian
kepada para petani, UPJA, maupun bengkel harus memiliki pengetahuan yang
baik tentang teknologi pertanian sehingga para petani, UPJA, maupun bengkel
juga memiliki pengetahuan yang baik tentang teknologi pertanian. Pelatihan
merupakan salah satu cara yang efektif dalam peningkatan pengetahuan para
pegawai.
Tujuan kedua yang berpengaruh pada faktor meningkatkan kemampuan
sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan
terstandardisasi adalah mengikuti pendidikan di perguruan tinggi bagi para
pegawai balai dengan bobot sebesar 0.278, 0.355 dan 0.231. Pegawai dapat
mengikuti pendidikan di perguruan tinggi untuk meningkatkan pengetahuan
88
akademisnya dan juga untuk memperbaharui pengetahuannya tentang teknologi
pertanian. Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan pegawai tersebut tentang
teknologi pertanian yang selanjutnya dapat diterapkan dalam program-program
yang ada di balai. Selanjutnya outsourcing sebagai salah satu strategi untuk
peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai berada pada prioritas ketiga
dengan bobot sebesar 0.197 dan 0.226. Outsourcing dari pegawai dinas pertanian
lainnya yang memiliki kemampuan yang baik dalam bidang teknologi pertanian
maupun manajemen diharapkan dapat meningkatkan kualitas yang ada di BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Hal ini akan meningkatkan kualitas dari balai
karena dengan adanya outsourcing pegawai dari dinas lain yang kompeten maka
keadaan balai menjadi lebih bervariasi dan mendapatkan banyak pegawai dengan
pengetahuan baru.
Tabel 23. Prioritas Elemen Sub Alternatif pada Alternatif
PeningkatanKompetensi Sumberdaya Manusia Balai
Elemen Faktor Elemen Sub Alternatif
Pelatihan Outsourcing PT
SDM 0.524 (1) 0.197 (3) 0.278 (2)
PAT 0.418 (1) 0.226 (3) 0.355 (2)
ELP 0.620 (1) 0.231 (2) 0.149 (3)
MTMP 0.612 (1) 0.222 (2) 0.167 (3)
Keterangan: ( ) Prioritas
Faktor menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga
mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian sub
alternatif outsourcing merupakan prioritas kedua dengan bobot sebesar 0.231 dan
0.222. Selanjutnya pendidikan di perguruan tinggi merupakan prioritas ketiga
dengan bobot 0.149 dan 0.167. Pelaksanaan outsourcing pegawai yang
berkemampuan baik dalam bidang teknologi pertanian sangat dibutuhkan untuk
pengembangan lembaga pemberdayaan dan pendesiminasian teknologi
mekanisasi pertanian pada saat ini, sementara pendidikan di perguruan tinggi
memerlukan waktu yang cukup lama sehingga outsourcing memiliki prioritas
yang lebih tinggi.
89
6.2.5.2. Elemen Sub Alternatif pada Alternatif Peningkatan Motivasi
Sumberdaya Balai
Sub alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia pertanian juga lembaga pengujian alsintan yang
terakreditasi dan terstandardisasi dengan tujuan peningkatan kualitas sumberdaya
manusia balai dengan alternatif peningkatan motivasi sumberdaya manusia balai
adalah studi banding dengan bobot sebesar 0.377, dan 0.434. Studi banding adalah
kegiatan kunjungan kerja yang dilaksanakan ke balai-balai lainnya maupun
lembaga lain yang berhubungan dengan teknologi pertanian. Diharapkan dengan
pelaksanaan studi banding maka motivasi para pegawai untuk bekerja lebih baik
lagi akan semakin kuat karena telah bertukar pikiran dan melihat keadaan di
lembaga lain yang memiliki manajemen ataupun program yang lebih baik.
Tabel 24. Prioritas Elemen Sub Alternatif pada Alternatif Peningkatan Motivasi
Sumberdaya Balai
Elemen Faktor
Elemen Sub Alternatif
Studi Banding Motivation
Training Koperasi
SDM 0.377 (1) 0.376 (2) 0.246 (3)
PAT 0.434 (1) 0.434 (1) 0.132 (3)
ELP 0.318 (2) 0.465 (1) 0.218 (3)
MTMP 0.318 (2) 0.465 (1) 0.218 (3)
Keterangan : ( ) Prioritas
Tujuan utama yang berpengaruh pada faktor lembaga pengujian alsintan
yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga
pemberdayaa juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi
pertanian adalah motivasi training bagi seluruh pihak di BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.434, 0.465, dan 0.465. Motivation
training sangat diperlukan untuk peningkatan motivasi para pegawai secara
psikologis. Dengan adanya motivation training diharapkan kondisi psikologi
pegawai balai menjadi lebih baik dan memiliki semangat yang lebih tinggi untuk
pengembangan teknologi pertanian di Jawa Barat.
Selanjutnya pembentukan koperasi sebagai salah satu strategi untuk
peningkatan motivasi sumberdaya manusia balai berada pada prioritas ketiga
90
dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga
pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan
embrio lembaga pemberdayaan, juga mengembangkan dan mendiseminasikan
teknologi mekanisasi pertanian dengan bobot sebesar 0.246, 0.132, 0.218, dan
0.218. Koperasi sebagai suatu lembaga yang memiliki asas kekeluargaan
diharapkan dapat menjadi wadah para pegawai BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat bersilaturahmi. Apabila tali silaturahmi para pegawai dapat terjalin dengan
baik diharapkan motivasi para pegawai dalam bekerja menjadi semakin baim
sehingga produktivitas dari para pegawai pun menjadi semakin baik.
6.3. Pengolahan Vertikal
Analisis pengolahan vertikal bertujuan untuk melihat pengaruh setiap
elemen pada tingkat hirarki tertentu terhadap ultimate goal (sasaran utama).
Pengolahan vertikal akan menunjukan alternatif strategi pengembangan Balai
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
6.3.1 Pengolahan Vertikal Elemen Aktor
Hasil pengolahan vertikal menunjukan bahwa aktor yang paling
berpengaruh dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah
sumberdaya balai dengan bobot sebesar 0.436. Hal ini karena sumberdaya balai
merupakan aktor utama yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab atas
teknologi pertanian di Jawa Barat. Aktor sumberdaya balai merupakan pihak yang
selanjutnya akan menyalurkan pengetahuannya kepada petani, bengkel, dan juga
UPJA. Selain itu sumberdaya balai juga merupakan aktor pembuat perencanaan
kegiatan dalam bidang teknologi pertanian di Jawa Barat. Aktor selanjutnya yang
memiliki prioritas kedua dengan bobot sebesar 0.231 adalah aktor Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Jawa Barat sebagai pihak pengambil kebijakan dalam bidang pertanian di Jawa
Barat memiliki kewenangan atas BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Sebagai
lembaga yang dalam hirarkinya berada di atas BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat memiliki
kewenangan dalam pengesahan Peraturan Daerah, penempatan sumberdaya
manusia di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan juga penentuan anggaran
bagi balai. Sementara itu BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai lembaga
91
yang berada di bawah Dinas Provinsi Jawa Barat berkewajiban untuk
menjalankan seluruh tugas pokok dan fungsi yang telah diperintahkan.
Tabel 25. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Aktor Pengembangan Balai
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Aktor Bobot Prioritas
Sumberdaya Balai 0.436 1
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 0.231 2
UPJA dan Bengkel 0.199 3
Petani 0.135 4
Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan bengkel merupakan aktor yang
menjadi prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0.199. Usaha Pelayanan Jasa
Alsintan (UPJA) merupakan lembaga yang didirikan untuk mencapai tujuan
pembangunan pertanian. UPJA merupakan salah satu strategi pengembangan
alsintan Departemen Pertanian Republik Indonesia dalam rangka pemanfaatan
inovasi dan teknologi mekanisasi pertanian dengan menumbuhkembangkan
sistem kelembagaan.
Bengkel alat dan mesin pertanian yang bekerjasama dengan BPT
Mekanisasi Pertanian dapat berupa unit usaha dari UPJA ataupun bengkel yang
berdiri sendiri dan telah diberikan pelatihan oleh balai. Sebagai lembaga
pemasaran dari alat dan mesin pertanian yang dirancang oleh BPT Mekanisasi
Pertanian UPJA dan bengkel memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Sebagai lembaga yang
langsung berinteraksi dengan petani sebagai pengguna alat mesin pertanian yang
dihasilkan oleh balai maka pengembangan dari UPJA dan bengkel akan
berdampak pada pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Aktor
selanjutnya yang berpengaruh terhadap pengembangan balai adalah petani dengan
bobot sebesar 0.135. Sebagai tujuan utama dari hasil alsintan yang dirancang oleh
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat petani merupakan aktor yang memiliki
pengaruh cukup besar dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat. Apabila pengetahuan petani tentang alsintan dan BPT Mekanisasi Pertanian
semakin meningkat maka kebutuhan petani akan alsintan akan semakin tinggi dan
tingkat kebutuhan petani akan balai pun akan semakin tinggi.
92
6.3.2. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Tujuan
Hasil pengolahan vertikal pada pada tingkat empat ini bertujuan untuk
mengetahui prioritas menyeluruh bagi setiap tujuan terhadap aktor yang
berpengaruh terhadap pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
Hasil dari pengolahan vertikal ini disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Tujuan pada Pengembangan BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Aktor Tujuan Bobot Prioritas
Sumberdaya Balai Peningkatan Kualitas SDM Balai 0.28 1
Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai 0.152 2
Dinas Pertanian
Tanaman Pangan
Provinsi Jawa Barat
Perda Pengujian Alsintan 0.077 1
Penempatan SDM yang Kompeten 0.072 2
Peningkatan Anggaran 0.066 3
UPJA dan Bengkel Pengembangan UPJA 0.131 1
Pengembangan Bengkel 0.078 2
Petani Peningkatan Pemahaman Petani Tentang
Alsintan 0.094 1
Inventarisasi Kebutuhan Petani 0.052 2
Pada aktor sumberdaya balai peningkatan kualitas sumberdaya manusia
balai menjadi prioritas utama dengan bobot sebesar 0.28. Hal ini karena
peningkatan kualitas dari sumberdaya balai sebagai penggerak kegiatan di balai
dan penyalur pengetahuan terhadap petani harus terlebih dahulu ditingkatkan
sebelum disalurkannya pengetahuan tersebut kepada petani. Selain itu dengan
baiknya kualitas sumberdaya manusia balai maka penggunaan alat dan mesin
yang ada sebagai sarana dan prasarana balai dapat dipergunakan secara maksimal.
Selanjutnya peningkatan sarana dan prasarana balai berada pada prioritas kedua
dengan bobot sebesar 0.152. Sarana dan prasarana balai sebagai fasilitas yang
dapat memudahkan para pegawai maupun pengguna jasa balai menempati posisi
kedua dengan bobot sebesar 0.152.
Tujuan Peraturan Daerah tentang pengujian alsintan sebagai prioritas
utama pada aktor Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dengan bobot sebesar
0.077. Peraturan Daerah tentang pengujian alsintan di Jawa Barat yang difokuskan
di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sangat diperlukan oleh balai agar
93
memiliki landasan hukum sebagai lembaga pengujian alsintan yang resmi dan
berada di bawah Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat. Selain itu diharapkan
apabila BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat telah memiliki Perda pengujian
alsintan di Jawa Barat maka seluruh alsintan yang ada di Jawa Barat
melaksanakan pengujian di balai sehingga BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
semakin berkembang dan semakin dikenal oleh para pihak yang berhubungan
dengan teknologi pertanian.
Tujuan selanjutnya adalah penempatan SDM yang kompeten di BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.072. Hal ini karena
Dinas Pertanian Tanaman Pangan memiliki wewenang untuk menempatkan
pegawai di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, dengan semakin baiknya
kualitas sumberdaya manusia balai maka pengembangan balain akan semakin
mudah dilaksanakan. Peningkatan anggaran berada dalam prioritas ketiga dengan
bobot sebesar 0.066.
Pada aktor UPJA dan bengkel pengembangan UPJA memiliki prioritas
yang lebih tinggi dibandingkan bengkel dengan bobot sebesar 0.131 sedangkan
pengembangan bengkel memiliki bobot sebesar 0.078. Pengembangan UPJA
sangat diperlukan pada saat ini. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan merupakan
lembaga yang memiliki prinsip tepat waktu sesuai pesanan, harga sewa alsintan
relatif murah, mutu pelayanan yang memuaskan, Alsintan selalu tersedia cukup
dan berkesinambungan, serta penampilan Manajer dan Operator yang baik.
Lembaga ini diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan petani untuk
menggunakan teknologi pertanian sehingga produktivitas pertanian di Jawa Barat
semakin meningkat. Selain itu dengan adanya yang harga jasanya relatif lebih
murah dibandingkan dengan usaha jasa alsintan lainnya diharapkan dapat
mengurangi biaya petani dan meningkatkan pendapatan petani.
Peningkatan pemahaman petani tentang alsintan merupakan tujuan dengan
prioritas utama pada aktor petani dengan bobot sebesar 0.094. Pemahaman petani
tentang pentingnya alsintan dalam pelaksanaan usaha pertaniannya sangat perlu
dilaksanakan karena dengan semakin meningkatnya pemahaman petani tentang
pentingnya alsintan maka penggunaan alsintan oleh petani akan semakin
meningkat pula, hal ini karena petani merasa bahwa alsintan merupakan salah satu
94
kebutuhan penting dalam pertaniannya seperti pupuk. Selanjutnya inventarisasi
kebutuhan petani memiliki bobot sebesar 0.052. Inventarisasi kebutuhan petani
sangat diperlukan agar alsintan rancangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
dapat meningkatkan produktivitas petani dan membantu petani menyelesaikan
masalah pertanian dalam bidang alsintan yang pada saat ini masih mahal dan sulit
dijangkau oleh petani.
6.3.3. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif
Hasil pengolahan vertikal pada pada tingkat lima ini bertujuan untuk
mengetahui prioritas menyeluruh bagi setiap alternatif terhadap tujuan yang
berpengaruh terhadap pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
Hasil dari pengolahan vertikal ini disajikan pada Tabel 27.
Tujuan peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai peningkatan
kompetensi sumberdaya balai menjadi prioritas utama dengan bobot sebesar
0.172. Hal ini karena peningkatan kompetensi dari sumberdaya manusia balai
sebagai penggerak kegiatan di balai dan penyalur pengetahuan terhadap petani
sangat penting ditingkatkan agar apa yang disampaikan kepada petani semakin
baik sehingga pengetahuan petani akan teknologi pertanian semakin baik pula.
Selanjutnya peningkatan motivasi sumberdaya balai berada pada prioritas kedua
dengan bobot sebesar 0.108. Peningkatan motivasi sebagai salah satu aspek
peningkatan produktivitas kerja juga sangat diperlukan agar produktivitas kerja
dari para pegawai balai semakin baik.
Tujuan peningkatan sarana dan prasarana balai akreditasi laboratorium
pengujian menjadi prioritas utama dengan bobot sebesar 0.046. Akreditasi balai
sebagai legalitas bahwa balai memiliki kualitas yang baik sesuai badan akreditasi
nasional sangat diperlukan agar kepercayaan akan hasil pengujian BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat semakin meningkat. Semakin terpercayanya
kualitas pengujian dari BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan membuat para
UPJA atau lembaga pembuat alsintan lainnya menggunakan balai untuk pengujian
alsintan buatan mereka. Selanjutnya penambahan alat dan mesin berada pada
priritas kedua dengan bobot sebesar 0.41. Penambahan alat dan mesin ini sangat
diperlukan agar BPT Mekanisasi Pertanian dapat lebih mudah membuat sparepart
95
sebagai bahan pembuatan alsintannya. Pembangunan MES untuk peserta
pelatihan dan pembangunan pabrik pupuk berada pada prioritas ketiga dan
keempat dengan bobot sebesar 0.035 dan 0.030.
Tabel 27. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif pada Pengembangan BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Tujuan Alternatif Bobot Prioritas
Peningkatan
Kualitas SDM Balai
Peningkatan Kompetensi SDM Balai 0.172 1
Peningkatan Motivasi SDM Balai 0.108 2
Peningkatan Sarana
dan Prasarana Balai
Akreditasi Laboratorium Pengujian 0.046 1
Penambahan Alat dan Mesin 0.041 2
Pembangunan MES Untuk Peserta
Pelatihan 0.035 3
Pembangunan Pabrik Pupuk 0.030 4
Pengembangan
UPJA
Pelatihan Manajemen UPJA 0.048 1
Pelatihan Administrasi UPJA 0.037 3
Pelatihan ORM UPJA 0.046 2
Pengembangan
Bengkel
Pelatihan Manajemen UPJA 0.042 1
Pelatihan Produksi Alsintan 0.036 2
Peningkatan
Pemahaman Petani
Tentang Alsintan
Pengadaan Demplot Alsintan 0.030 3
Promosi BPT Mekanisasi Pertanian 0.032 1
Penyuluhan Alsintan dan ORM 0.031 2
Inventarisasi
Kebutuhan Petani
Survei Kebutuhan Alsintan 0.035 1
Keikutsertaan Petani dalam Pertemuan
Perancangan Alsintan 0.016 2
Pelatihan manajemen UPJA merupakan prioritas pertama pada tujuan
pengembangan UPJA dengan bobot sebesar 0.048. Pelatihan manajemen UPJA
merupakan pelatihan yang dilaksanakan oleh BPT mekanisasi Pertanian Jawa
Barat dengan peserta para pengurus UPJA di seluruh Jawa Barat. Pada pelatihan
ini para pengurus UPJA diberikan pengetahuan tentang bagai mana membuat dan
melaksanakan rencana pemasaran, rencana produksi, rencana organisasi dan
manajemen, juga rencana keuangan dengan baik. Pelaksanaan pelatihan
96
manajemen UPJA sangat dibutuhkan agar para pengurus UPJA dapat mengelola
UPJA dengan baik sehingga UPJA sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat
pertanian yang juga membantu petani dalam hal alat dan mesin pertanian dapat
semakin berkembang.
Pelatihan ORM (Operation, Repair, and maintenance) UPJA dan
pelatihan administrasi UPJA berada pada prioritas kedua dan ketiga dengan bobot
sebesar 0.046 dan 0.037. Pelatihan pengoperasian, perbaikan dan perawatan
alsintan sangat diperlukan agar para UPJA dapat mengunakan alsintan dengan
baik dan juga dapat merawat alsintan tersebut dengan baik sehingga alat tersebut
tidak mudah rusak. Selain itu pelatihan perbaikan juga perlu dilaksanakan agar
ketika terjadi kerusakan UPJA tersebut dapat segera memperbaikinya sehingga
petani yang memerlukan alsintan tersebut dapat segera menggunakannya kembali.
Pelatihan admnisatrasi UPJA diperlukan agar seluruh transaksi maupun kegiatan
di UPJA memiliki catatan yang baik sehingga seluruh informasi dapat diakses
dengan mudah.
Tujuan pengembangan bengkel pelatihan manajemen bengkel memiliki
prioritas utama dengan bobot sebesar 0.042, selanjutnya pelatihan produksi alat
berada pada prioritas kedua dengan bobot sebesar 0.036. Pelatihan manajemen
bengkel diperlukan agar bengkel sebagai mitra BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat semakin berkembang dan dapat melakukan perencanaan usahanya dengan
baik. Pelatihan produksi bagi alat baru yang telah dirancang oleh balai diperlukan
agar bengkel dapat membuat alsintan sesuai dengan prototype yang dibuat oleh
balai dan menjualnya kepada petani maupun Gapoktan yang membutuhkannya.
Promosi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan prioritas utama
dalam tujuan peningkatan pemahaman petani tentang alsintan. Promosi BPT
Mekanisasi Pertanian kepada para petani akan meningkatkan pemahaman petani
tentang perlunya Alsintan dan lembaga yang dapat membantu petani dalam
menangani masalah tentang Alsintan. Selanjutnya penyuluhan alsintan dan ORM
merupakan prioritas kedua dengn bobot sebesar 0.031 dan pengadaan demplot
alsintan merupakan prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0.30. Penyuluhan
alsintan dan ORM diperlukan agar pengetahuan petani tentang Alsintan semakin
baik dan dapat mengetahui keuntungan-keuntungan yang akan didapatkan jika
97
hasil pertaniannya diolah dengan menggunakan alsintan. Pengadaan demplot
alsintan baru yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa barat
diperlukan agar para petani tidak lagi ragu atau takut menggunakan alsintan-
alsintan baru. Adanya demplot tersebut dapat meningkatkan ketertarikan petani
untuk menggunakkan alsintan yang telah dirancang oleh BPT Mekansisasi
Pertanian Jawa Barat.
Tujuan inventarisasi alternatif kebutuhan petani survei kebutuhan petani
merupakan alternatif prioritas utama dengan bobot sebesar 0.035 dan
keikutsertaan petani dalam pertemuan perancangan alsintan berada pada prioritas
kedua dengan bobot sebesar 0.016. Pelaksanaan survei kebutuhan petani di tiap
kabupaten di seluruh Jawa Barat sangat diperlukan agar alsintan yang dihasilkan
oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat benar-benar merupakan alsintan yang
sesuai dengan kebutuhan para petani dan dapat menyelesaikan berbagai macam
permaslahan petani tentang alsintan. Selain itu dengan diadakannya survei
diharapkan balai dapat lebih fokus dalam mengembangkan suatu alsintan agar
Alsintan hasil rancangan balai dapat berfungsi secara maksimal dan dapat
meningkatkan kesejahteraan petani. Keikutsertaan petani dalam pertemuan
perancangan Alsintan dapa dilaksanakan dengan mengikutsertakan beberapa
petani yang dipercaya oleh petani lainnya dan mengetahui pemahaman yang baik
tentang Alsintan yang dibutuhkan petani saat itu. Hal ini dapat meminimalisir
pembuatan Alsintan yang tidak sesuai dengan kebutuhan petani sehingga tidak
berfungsi sesuai dengan tujuan awal.
6.3.4. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Sub Alternatif
Hasil pengolahan vertikal pada pada tingkat enam ini bertujuan untuk
mengetahui prioritas menyeluruh bagi setiap sub alternatif terhadap alternatif
yang berpengaruh terhadap pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
Hasil dari pengolahan vertikal ini disajikan pada Tabel 28.
98
Tabel 28. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Sub Alternatif pada Pengembangan
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Aktor Tujuan Bobot Prioritas
Peningkatan
Kompetensi
SDM Balai
Pelatihan 0.093 1
Outsourcing 0.037 3
Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi 0.044 2
Peningkatan
Motivasi SDM
Balai
Studi Banding 0.039 2
Motivasi Training 0.047 1
Pembentukan Koperasi 0.022 3
Tujuan peningkatan kompetensi sumberdaya manusia balai sub alternatif
pelatihan menjadi prioritas utama dengan bobot sebesar 0.093. Pelatihan
merupakan salah satu cara peningkatan kemampuan bagi para pegawai yang
cukup baik karena dalam pelatihan terdapat simulasi pelaksanaan yang membuat
pengetahuan tersebut lebih mudah dimengerti, selain itu pelatihan memerlukan
waktu yang cukup singkat dibandingkan mengikuti pendidikan di perguruan
tinggi (PT). Selanjutnya mengikuti pendidikan di perguruan tinggi berada pada
prioritas kedua dengan bobot 0.044 dan outsourcing menjadi prioritas ketiga
dengan bobot sebesar 0.037. Mengikuti pendidikan di Perguruan tinggi dapat
meningkatkan pengetahuan pegawai tentang alsintan dengan baik, namun
membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga pegawai tersebut harus dapat
membagi waktu dengan baik antara pekerjaan dan kuliah.
Motivasi training merupakan sub alternatif yang memiliki prioritas
tertinggi pada alternatif peningkatan motivasi sumberdaya manusia balai.
Motivasi training yang dilaksanakan oleh lembaga training akan memberikan
materi yang meningkatkan kekompakan tim dan juga peningkatan semangat
dalam bekerja. Motivasi training tersebut dapat meningkatkan produktivitas para
pegawai sehingga alsintan semakin brekembang di Jawa Barat.
Studi banding dan pembentukan koperasi berada pada prioritas kedua dan
ketiga dengan bobot sebesar 0.39 dan 0.22. studi banding yang dilaksanakan ke
lembaga lain yang berada dalam bidang alat dan mesin pertanian yang memiliki
pola manajemen dan program yang lebih baik diharapkan dapat meningkatkan
99
motivasi para pegawai untuk meningkatkan produktivitasnya sehingga dapat
membuat balai lebih baik. Pembentukan koperasi diharapkan dapat meningkatkan
rasa kekeluargaan diantara para anggota koperasi yang merupakan seluruh
pegawai BPT Mekanisasi pertanian Jawa Barat sehingga rasa memiliki balai pun
akan semakin tinggi. Semakin tingginya rasa kekeluargaan diantara para pegawai
akan meningkatkan kerjasama tim di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Hasil
pengolahan horizontal dapat dilihat pada Gambar 10.
100
Gambar 11. Hasil Analisis Vertikal Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Mengembangkan dan
Mendiseminasikan Teknologi
Mekanisasi Pertanian
(0.313)
Inventarisasi
kebutuhan petani
(0.052)
1
(0.172)
Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Menumbuh Kembangkan Embrio
Lembaga Pemberdayaan
(0.154)
Lembaga Pengujian Alsintan yang
Terakreditasi dan Terstandardisasi
( 0.230)
Sumber Daya Balai
(0.436)
DISPERTAN
(0.231)
Petani
(0.135)
Peningkatan Kualitas
SDM Balai
(0.280)
Peningkatan Sarana
dan Prasarana Balai
(0.152)
Pengem
bangan
UPJA
(0.131)
Peningkatan
Pemahaman
petani tentang
Alsintan
(0.094)
Meningkatkan Kemampuan
SDM Pertanian
(0.304)
UPJA dan Bengkel
(0.199)
Perda
Pengujian
Alsintan
(0.077)
Penempatan
SDM yang
kompeten
(0.072)
Pening
katanan
ggaran
(0.066)
Pengemb
angan
Bengkel
(0.078)
2
(0.108)
3 (0.046)
6
(0.030)
5
(0.035)
4
(0.041)
9
(0.046)
8
(0.037)
7
(0.048)
11
(0.036)
10
(0.042)
14
(0.031)
13
(0.032)
12
(0.030)
b
(0.037)
a
(0.093
)
e (0.047)
d (0.039)
15
(0.035)
16
(0.016)
f (0.022)
c
(0.044)
101
Keterangan:
Tingkat 5 : Sub Faktor pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat
1) Peningkatan kompetensi sumberdaya Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
2) Peningkatan motivasi sumberdaya Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
3) Akreditasi laboratorium pengujian
4) Penambahan alat dan mesin
5) MES untuk para peserta pelatihan
6) Pembangunan pabrik pupuk
7) Pelatihan manajemen UPJA
8) Pelatihan administrasi UPJA
9) Pelatihan ORM UPJA
10) Pelatihan Manajemen bengkel
11) Pelatihan Teknis Pembuatan Alat yang dihasilkan oleh Balai Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat
12) Pengadaan demplot alsintan hasil dari Balai Mekanisasi Pertanian
13) Promosi Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
14) Penyuluhan Alsintan dan ORM
15) Survei Kebutuhan Alsintan Petani di setiap Kabupaten
16) Keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan Alsintan
Tingkat 6 : Sub Sub Faktor
a) Pelatihan
b) Outsourcing
c) Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi
d) Studi banding
e) Motivasi Training
f) Pembentukan Koperasi
6.4. Perbandingan Hasil Proses Hirarki Analitik dengan Program BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Tahun 2009
Hasil pengolahan Proses Hirarki Analisis pada elemen faktor menunjukan
bahwa mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian
merupakan hal utama yang harus dilaksanakan oleh BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.313. Pada pelaksanaan program tahun 2009
102
pendiseminasian menjadi program yang menjadi prioritas utama BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat. Program pengembangan dan pendesiminasian mendapatkan
proporsi anggaran yang paling besar dalam anggaran BPT Mekanisasi Pertanian
tahun 2009. Perbandingan hasil proses hirarki analisis dan program BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Perbandingan Prioritas Utama Hasil PHA dan Program BPT
Mekanisasi Pertanian Tahun 2009
Pembanding Prioritas Utama Hasil
Proses Hirarki Analitik
Program BPT Mekanisasi
Pertanian Tahun 2009
Faktor
Mengembangkan dan
Mendiseminasikan Teknologi
Mekanisasi Pertanian
- Diseminasi dalam rangka temu
konsultasi perbengkelan
- Diseminasi dalam rangka temu
teknologi pengoperasian dan
perawatan Alsintan UPJA
- Pembinaan perbengkelan dan
fabrikasi Alsintan UPJA
- Supervisi pendayagunaan Alsintan
petani atau Dinas
- Sosialisasi pemantapan Alsintan
Alat Pengolah Pupuk Organik
(APPO)
- Pembinaan dan monitoring UPJA,
diseminasi pengoperasian dan
perawatan APPO.
Aktor Sumberdaya Balai - Perbaikan Website BPT
Mekanisasi Pertanian
Tujuan
Peningkatan Kualitas SDM
Balai
Perda Pengujian Alsintan
Belum ada
Alternatif
-Peningkatan Kompetensi
SDM Balai
-Akreditasi Laboratorium
Pengujian
-Survei Kebutuhan
- Belum ada
- Dalam tahap pengajuan proposal
Sub Alternatif -Pelatihan
-Motivasi training Belum Ada
Terdapat tujuh program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang
mendukung pengembangan dan pendiseminasian teknologi mekanisasi pertanian
seperti diseminasi dalam rangka temu konsultasi perbengkelan UPJA, diseminasi
dalam rangka temu rapat teknologi pengoperasian dan perawatan alsintan UPJA,
pembinaan perbengkelan dan fabrikasi alsintan UPJA, supervisi pendayagunaan
103
Alsintan petani atau Dinas, sosialisasi pemantapan alsintan Alat Pengolah Pupuk
Organik (APPO), pembinaan dan monitoring UPJA, dan diseminasi
pengoperasian dan perawatan APPO.
BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki tiga program
pengembangan dan diseminasi pertanian 2010 yaitu sosialisasi pemantapan
alsintan, diseminasi pengoperasian dan perbengkelan UPJA dan diseminasi
pengoperasian dan perawatan APPO. Alat Pengolah Pupuk Organik merupakan
alsintan yang menjadi fokus pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat pada tahun 2009 dan 2010. Hal ini karena kebutuhan pupuk merupakan
kebutuhan penting yang sangat dibutuhkan petani Jawa Barat pada saat ini.
Semakin berkembangnya APPO diharapkan dapat mencukupi kebutuhan petani
akan pupuk secara mandiri tanpa adanya ketergantungan terhadap pupuk impor.
BPT Mektan Jabar telah memahami faktor utama dalam pengembangan balai
adalah pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian kepada masyarakat
pertanian Jawa Barat, untuk tahun selanjutnya faktor ini harus terus
dikembangkan sehingga teknologi pertanian di Jawa Barat semakin berkembang.
Namun, perlu ditambahkan program lain selain dari pelatihan seperti pembuatan
demplot di daerah potensial dan promosi balai ke setiap desa atau kecamatan. Hal
tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasa keingintahuan petani terhadap
teknologi pertanian.
Aktor yang paling berpengaruh pada pengembangan BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.436 adalah sumberdaya balai.
Tujuan dari aktor sumberdaya balai yang memiliki prioritas pertama adalah
peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai dengan bobot sebesar 0.280. Pada
program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tahun 2009 program yang
mendukung peningkatan sumberdaya balai masih sangat kurang. Program untuk
sumberdaya balai yang dilaksanakan pada anggaran tahun 2009 adalah
pemeliharaan jasa non konstuksi seperti perbaikan website BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat dan modifikasi alsintan. Pada tahun 2009 tidak terdapat
program yang dilaksanakan untuk peningkatan kualitas sumberdaya balai seperti
pelatihan, pendidikan di perguruan tinggi, studi banding, maupun motivasi
training bagi para pegawai.
104
Sumberdaya balai yang terdiri dari sumberdaya manusia balai dan sarana
dan prasarana balai merupakan ujung tombak dari pengembangan teknologi
mekanisasi pertanian Jawa Barat. semakin berkembangnya dan berkualitasnya
sumberdaya balai maka pengembangan teknologi mekanisasi pertanian di Jawa
Barat akan semakin baik. Peningkatan kualitas sumberdaya balai sangat
dibutuhkan dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sehingga
seharusnya diadakan program pelatihan, studi banding, maupun motivasi training
yang berkala terhadap para pegawai BPT Mekanisasi Pertanian agar kompetensi
maupun motivasi pegawai balai dapat ditingkatkan.
Perda pengujian alsintan merupakan tujuan yang memiliki prioritas utama
pada aktor Dinas Pertanian Jawa Barat. Adanya Perda tentang pengujian alsintan
di Jawa Barat yang dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian diharapkan dapat
meningkatkan pelaksanaan pengujian alsintan di BPT Mekanisasi Pertanian
sehingga balai dapat memantau alsintan yang ada di Jawa Barat dengan lebih
baik. Namun pada saat ini Perda tersebut belum dikeluarkan oleh Dinas Pertanian
Jawa Barat.
Alternatif yang memiliki prioritas utama dalam peningkatan sarana dan
prasarana balai adalah akreditasi pengujian dengan bobot sebesar 0.046.
Akreditasi pengujian didapatkan dari Komite Akreditasi Nasional apabila BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat telah menerapkan ISO/IEC/7025:2005 dalam
pengujian alsintan. Penerapan ISO/IEC/7025:2005 merupakan persyaratan umum
kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi dalam pengujian
alsintan di Indonesia.
Pada program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tahun 2010 belum
terdapat program akreditasi laboratorium pengujian namun pada saat ini seksi
pengujian dan adaptasi sedang melaksanakan pembuatan proposal untuk
akreditasi laboratorium pengujian yang rencananya akan dicapai pada akhir tahun
2011. Hal ini dikarenakan dibutuhkan dana yang cukup besar untuk pelaksanaan
akreditasi tersebut. Apabila akreditasi tersebut telah didapatkan oleh balai maka
alsintan yang diuji oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan memiliki
kredibilitas yang lebih baik dan dapat menjadi bahan acuan yang terpercaya bagi
penggunannya.
105
Alternatif yang menjadi prioritas utama pada aktor petani adalah
pelaksanaan survei kebutuhan alsintan di setiap kabupaten. Selama ini
pelaksanaan perancangan Alsintan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tidak
menghadirkan petani sebagai konsumen dari Alsintan yang dihasilkan. Hal ini
mengakibatkan alsintan yang telah diproduksi tidak berfungsi secara maksimal.
Oleh karena itu diperlukan survei kebutuhan pertanian di setiap kabupaten
sebelum pembuatan alsintan sehingga alsintan yang dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan daerah pertanian yang ada dan dapat berfungsi secara maksimal.
106
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Pada pelaksanaan tugas sebagai unit pelaksana teknis dinas BPT Mekanisasi
Pertanian memiliki beberapa tahap prosedur dalam perancangan alsintan yaitu
design requirement, conceptual design, preliminary design, detail design,
production design dan quality design. Setelah seluruh prosedur perancangan
tersebut dilaksanakan maka dimulai pembuatan alsintan yang telah sebelumnya
ditentukan di bengkel workshop. Setelah alsintan tersebut selesai diproduksi maka
dilaksanakan pengujian yang terdiri dari empat tahap. Pengujian dilakukan
terhadap prototype alsintan hasil rancang bangun yang meliputi (1) uji fungsional
dan verifikasi, (2) uji adaptasi, (3) pengkajian economic engineering, dan (4) uji
Petik.
Berdasarkan hasil analisis hierarki strategi pengembangan BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat, dapat disimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh dalam
pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah mendiseminasikan
dan mengembangkan teknologi mekanisasi pertanian (0.313). Berdasarkan hasil
analisis tersebut maka faktor yang harus mendapatkan perhatian terbesar adalah
pendiseminasian dan pengembangan teknologi mekanisasi pertanian di Jawa
Barat. Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian sangat dipengaruhi oleh tingkat
pemahaman para petani tentang pentingnya teknologi mekanisasi pertanian
terhadap usaha pertaniannya.
Aktor yang paling berpengaruh dalam pengembangan BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat adalah aktor sumberdaya balai dengan bobot sebesar 0.436
dengan tujuan utama peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai yang
memiliki bobot 0.280. Sumberdaya balai sebagai penggerak dalam pengembangan
dan pendiseminasian teknologi mekanisasi pertanian harus memiliki kualitas yang
baik agar dapat mengembangkan dan mensosialisasikan teknologi mekanisasi
pertanian dengan baik kepada seluruh pihak mulai dari petani, UPJA, bengkel,
pihak swasta dan pihak dinas lainnya.
Pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai diperlukan
peningkatan kompetensi dan juga peningkatan motivasi yang masing-masing
107
memiliki bobot sebesar 0.172 dan 0.108 dalam elemen alternatif. Peningkatan
kualitas sumberdaya manusia balai dilaksanakan dengan pelatihan dan juga
motivasi training agar produktivitas pegawai dapat meningkat. Pada Anggaran
dan program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tahun 2009 tidak terdapat
program peningkatan kompetensi maupun motivasi sumberdaya manusia balai
seperti pelatihan, studi banding, dan motivasi training. Program di BPT Meknisasi
Pertanian Jawa Barat pada tahun 2009 maupun 2010 lebih fokus terhadap
diseminasi teknologi pertanian terhadap para petani, UPJA dan bengkel.
Survei kebutuhan alsintan setiap kabupaten merupakan alternatif yang
memiliki prioritas utama dalam aktor petani. Pelaksanaan survei ini sangat
diperlukan agar alsintan yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa
Barat dapat berfungsi secara maksimal dan sesuai dengan kebutuhan petani yang
ada di setiap kabupaten.
7.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat saran yang dapat dijadikan
rekomendasi, yaitu :
1) Diperlukan adanya kerjasama yang lebih baik dan terintegrasi dari seluruh
aktor dalam hierarki mulai dari sumberdaya balai, Dinas Pertanian Provinsi
Jawa Barat, Unit Pelayanan Jasa Alsintan, Bengkel dan Petani.
2) Sumberdaya balai sebagai bagian penting dalam pengembangan teknologi
mekanisasi membutuhkan perhatian yang lebih besar agar kualitas dari
sumberdaya balai menjadi lebih baik. Dibutuhkan program pengembangan
kompetensi dan motivasi bagi para pegawai seperti pelatihan serta motivation
training agar peningkatan produktivitas pegawai dapat tercapai.
3) Pelaksanaan survei kebutuhan petani dalam perancangan suatu alsintan sangat
dibutuhkan agar alsintan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan
kebutuhan petani. Selain itu, setiap tahunnya diperlukan suatu fokus
pengembangan produk alsintan agar alsintan yang telah dihasilkan oleh BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki manfaat yang maksimal.
108
4) Dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang strategi pengembangan UPJA di
Jawa Barat agar teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat semakin
berkembang.
5) Perlu diperbaikinya administrasi dalam pelaksanaan kegiatan BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat agar setiap kegiatan yang telah dilaksanakan
memiliki kearsipan yang baik sehingga mudah apabila data tersebut
dibutuhkan kembali.
109
DAFTAR PUSTAKA
Antara Made. 2004. Pendekatan Agribisnis dalam PengembanganPertanian Lahan
Kering (Kasus Lahan Kering di Kabupaten Buleleng, Bali).
http//ejournal.unud.ac.id/abstrak/(5)%20soca-antara-
pendekatan%20agribisnis.pdf . [12 Januari 2010].
Aries ZA, Muhammad. 2003. Formulasi Strategi Usaha Pelayanan Jasa Alat dan
Mesin Pertanian: Studi Kasus Di Kabupaten Sumbawa [tesis]. Bogor:
Magister Bisnis, Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 dan
2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2008. Luas Panen, Hasil per Hektar, dan
Produksi Padi Jawa Barat Harvested Area, Yield Rate and Production of
Paddy in Jawa Barat 2004, 2005, 2006, 2007, 2008. Bandung: Badan Pusat
Statistik Jawa Barat.
David Fred R. 2006. Manajemen Strategi. Prenhallindo: Jakarta.
[DEPTAN] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan
Arah Pengembangan Agribisnis: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian.
Jakarta: Departemen Pertanian.
Fewidarto Pramono D. 1996. Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy
Process). Bogor: Teknologi Industri Pertanian Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Gaynor G.H. 1991. Achieving the Competitive Edge through Integrated
Technology Management. New York: Mc Graw Hill.
Elizabeth Roosgandha. 2007. Revitalisasi Ketenagakerjaan dan Kesempatan Kerja
Terkait Strategi dan Kebijakan Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Volume 7 No 3: 222-234.
Hunger, J David dan Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategis.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
Istyanto Erky. 2009. Pengambilan Keputusan dengan Pendekatan Analytical
Hierarchy Process dalam Penyusunan Strategi Promosi pada CV. Gintera
[skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Lukito Agung. 2009. Uji Kinerja Mesin Penghancur Sampah Organik (Crusher)
dan Mesin Penghancur Pupuk Kandang (Manure Breaker) di UPTD BPT
Mekanisasi Pertanian, Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Mangunwidjaya Djumali dan Sailah Ilah. 2009. Pengantar Teknologi Pertanian.
Penebar Swadaya: Depok.
Purwanto Iwan. 2008. Manajemen Strategi. CV Yrama Widya: Bandung.
110
Rachmina Dwi dan Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi.
Departemen Agribisnis fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor: Bogor.
Rahmat Feby F. 2005. Analisis Strategi Pencapaian Rencana Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan Sektor Agribisnis Perkebunan Pada Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan Cibinong [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Raspati Galih Adhie. 2007. Kajian Awal Pemanfaatan Residu Minyak Goreng
(Jelantah) Sebagai Sumber Energi Biodisel Alternatif [laporan Praktek
Kerja Lapang.]. Bandung: Fakultas Teknologi Industri Pertanian,
Universitas Padjajaran.
Ray. 2009. Pengertian Anggaran. http://manskm.blogspot.com/2009/03/pengertian-
anggaran.html. [3 Maret 2010].
Saaty Thomas L. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT
Pustaka Binaman Pressindo: Jakarta.
Saaty Thomas L . 1993. Analitik Hieraki Proses (AHP). 1993. PT Pustaka
Binaman Pressindo: Jakarta.
Sa’id, dkk. 2004. Manajemen Teknologi Agribisnis (Kunci Menuju Daya Saing
Global Produk Agribisnis). MMA IPB-Ghalia Indonesia. Jakarta.
Saragih Henry. 2009. Peringatan Hari Perjuangan Petani Internasional: Legislasi
Perlindungan Petani Sebagai Pengakuan dan Pemenuhan hak Asasi Petani.
http//www.spi.or.id/?p=915. [2 Desember 2009].
Septiyorini Nadia, dkk. 2008. Pengembangan Sistem Agribisnis Komoditas Padi
Ketan Di Desa Cibeureum Kecamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan
[laporan gladikarya]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Sinuraya Julia Forcina, Saptana. 2007. Migrasi Tenaga Kerja Pedesaan dan Pola
Pemanfaatannya. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Volume
7 No 3: 235-244.
Soekartawi Dr. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Rajawali Pres : Jakarta.
Susanto Hadi. 2005. Kajian Strategis Pengembangan Agribisnis Buah Manggis
(Garcinia Mangonstana L) di wilayah Agropolitan Kabupaten Bogor Jawa
Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 2010. Expose UPTD BPT
Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Cianjur: UPTD BPT Mekanisasi
Pertanian Jawa Barat.
UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 2010. Jumlah Penyebaran Alat
Panen dan Pasca Panen Milik Petani, Pemerintah dan Swasta di Jawa
Barat Tahun 2008. Cianjur: UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
Wahyudi Imam. 2009. Strategi Bauran Pemasaran dengan Penerapan Metode
Hierarki Analitik di Agrowisata Little Farmers Lembang Bandung
111
[skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Wahyudin. 2001. Perencanaan Strategi UPT UPMB Muara Angke Dalam Bidang
Pembinaan, Pelayanan Jasa Perawatan dan Docking Kapal Perikanan
[tesis]. Bogor: Magister Bisnis, Institut Pertanian Bogor.
Wahyudyono Erick. 2008. Analisis Peran Utaman dan Rancangan Pengembangan
Koperasi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor dengan Pendekatan
Arsitektur Strategi [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Yoshida Diah. 2006. Arsitektur Strategik: Sebuah Solusi Meraih Kemenangan
dalam Dunia yang senantiasa Berubah. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
112
Lampiran 1. Lampiran 3 Peraturan Menteri Pertanian No. 5/ Permentan/OT.
140/1/2007
LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI
PERTANIAN
NOMOR :
05/Permentan/OT.140/1/2007
TANGGAL : 16 Januari 2007
DAFTAR LABORATORIUM PENGUJIAN ALSINTAN
NO
Lembaga/Laboratorium
Alamat
Prioritas pengujian
1
Balai Pengujian Mutu Alat
Dan Mesin
Tj. Barat, Pasar Minggu,
Jakarta Selatan
Alsin Pra dan Pasca Panen
2
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
Situgadung, Legok, Tromol Pos 2-Serpong Tangerang Banten
Alsin Pra dan Pasca Panen
3
Pusat Penelitian Kopi Dan
Kakao
Jl. PB. Sudirman No.90 Jember 68118 Jawa Timur
AlsinPra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kopi dan Kakao
4
Pusat Penelitian Teh Dan
Kina
Gambung, Kotak Pos 1013 Bandung 40010, Jawa Barat
Alsin Pra Panen, Panen, dan Pasca Panen Teh Dan Kina
5
Pusat Penelitian Kelap Sawit
PO. BOX 1103, Medan 2001 Jl. Brigjen Kataamso No. 51 Medan 20158, Sumatera Utara
Alsan Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kelapa Sawit
6
Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor
Jl. Salak No. 1 Bogor 16151 Jawa Barat
Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Karet
7
Pusat Peneiitlan Perkebunan Gula Indonesia
Jl. Pahlawan 25 Pasuruan 67126 Jawa Timur
Alsin Pra Panen. Panen, Dan Pasca Panen Gula.
113
NO
Lembaga/Laboratorium
Alamat
Prioritas pongujian
8.
Balai Penelitian Tanaman Kelapa Dan Palma Lain Mapanget
Kotak Pos 1004, Manado 95001
Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Kelapa
9
Balai Pengembangan Mekanisasi dan Teknologi Pertanian, Cihea, Jabar
Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan
10
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Alsin Pasca Panen Tanaman Pangan
11
Institut Pertanian Bogor, Bogor
12
Balai Penelitian Peternakan, Ciawi
Alsin Peternakan
114
Lampiran 2. Jumlah Penyebaran Alat Panen dan Pasca Panen Milik Petani,
Pemerintah Maupun Swasta dan Luas Lahan Padi di Setiap Daerah di
Jawa Barat Tahun 2007
No Kabupaten /
Kotamadya
Penyebaran Jenis Alat (buah) Alat Panen
Padi
(Reaper)
Alat
Pengering
(Dryer)
Luas Lahan
Padi
(Ha) Banting
Bertirai
Pedal
Threser
Power
Threser
1 Kab. Bandung 0 0 0 0 0 106.781
2 Kab. Bekasi 18631 6 18637 33 2 96.748
3 Kab. Bogor 1892 4 1896 38 2 77.014
4 Kab. Ciamis 50675 499 51174 807 33 101.364
5 Kab. Cianjur 823 0 823 19 2 138 .171
6 Kab. Cirebon 0 0 0 42 1 71.445
7 Kab. Garut 2953 104 3057 8 0 123.210
8 Kab. Indramayu 96167 0 96167 59 0 195 780
9 Kab. Karawang 0 0 0 0 0 178.582
10 Kab. Kuningan 10832 0 10832 257 0 57.893
11 Kab. Majalengka 37864 3747 41611 96 46 94.032
12 Kab. Purwakarta 0 0 0 26 1 37.852
13 Kab. Subang 0 0 0 0 0 137.824
14 Kab. Sukabumi 0 0 0 0 0 73.170
15 Kab. Sumedang 8465 538 9003 19 5 73.170
16 Kab. Tasikmalaya 0 0 0 0 0 109.376
17 Kotamadya Bandung 0 0 0 0 0 3.133
18 Kotamadya Banjar 8484 0 8484 57 4 6.395
19 Kotamadya Bekasi 2174 0 2174 0 0 1.183
20 Kotamadya Bogor 0 0 0 2 0 1.465
21 Kotamadya Cimahi 0 0 0 0 0 526
22 Kotamadya Cirebon 0 0 0 0 0 502
23 Kotamadya Depok 0 0 0 0 0 959
24 Kotamadya Sukabumi 33 0 33 390 35 1.465
25 Kotamadya Tasikmalaya 2054 0 2054 3 10 12.310
Jumlah : 241047 4898 245945 1856 141 1.798.260
Sumber: UPTD BPT Meknisasi Pertanian Jawa Barat (2008, diolah)
http://jabar.bps.go.id/web2007/update2007/FoodCropsStatisticsa.html
115
KUISIONER PENELITIAN
PEMILIHAN PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN
BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT
Judul Penelitian
Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
dengan Pendekatan Proses Hirarki Analitik
Identitas Responden
No : ………………………………………………
Nama : ………………………………………………
Jabatan : ………………………………………………
Tanggal Pengisian : ………………………………………………
Kuisioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi : Strategi
Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat oleh Ilvia Restu Utami
(H34061775), mahasiswa Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
KUISIONER PENGISIAN MATRIKS BERPASANGAN
PENILAIAN SKALA BANDING
Bila A sama pentingnya dengan B = 1
Bila A sedikit lebih penting dibandingkan B = 3
Bila sebaliknya (B sedikit lebih penting dibanding A) = 1/3
Bila A jelas lebih penting dibandingkan B = 5
Bila sebaliknya (B jelas lebih penting dibanding A) = 1/5
Bila A sangat jelas lebih penting dibandingkan B = 7
Bila sebaliknya (B sangat jelas lebih penting dibanding A) = 1/7
Bila A mutlak lebih penting dibandingkan B = 9
Bila sebaliknya (B mutlak lebih penting dibanding A) = 1/9
Nilai-nilai skala banding genap (2,4,6,8 atau 1/2,1/4,1/6,1/8) khusus diberikan
untuk nilai skala pembandingan yang nilainya berada diantara dua nilai
pembandingan ganjil berurutan. Misalnya pada kasus A dibanding B, nilai A
sedikit lebih penting hingga jelas lebih penting dibandingkan B, maka nilai skala
banding yang diberikan adalah antara 3 dan 5, yaitu 4 atau 1/4 bila sebaliknya.
Lampiran 3. Kuisioner Penelitian
116
Bagian I
Untuk Mengembangkan BPT Mekanisasi Pertanian terdapat beberapa faktor, yaitu :
1. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian
2. Lembaga pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan
terstandarisasi
3. Menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan
4. Mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian di
Jawa Barat
Instruksi: Bandingkan tingkat seberapa penting faktor-faktor berikut dalam upaya
pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian
Bagian II
Dari faktor-faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat terdapat
beberapa aktor yang mempengaruhi yaitu :
1. Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa barat
2. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
3. UPJA dan Bengkel
4. Petani
1 Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian dibandingkan
Lembaga pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan
terstandarisasi
2 Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian dibandingkan
Menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan
3 Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian dibandingkan
Mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi meknisasi pertanian di
Jawa Barat
4 Lembaga pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan
terstandarisasi dibandingkan Menumbuhkembangkan embrio lembaga
pemberdayaan
5 Lembaga pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan
terstandarisasi dibandingkan Mengembangkan dan mendiseminasikan
teknologi meknisasi pertanian di Jawa Barat
6 Menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan dibandingkan
Mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi meknisasi pertanian di
Jawa Barat
117
Instruksi: Bandingkan besarnya tingkat kepentingan sehubungan dengan tujuan
Meningkatkan kemampuan SDM Pertanian :
1 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
2 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan UPJA dan Bengkel
3 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Petani
4 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dibandingkan UPJA dan Bengkel
5 Dinas Pertanian Provinsi jawa Barat dibandingkan Petani
6 UPJA dan Bengkel dibandingkan Petani
Instruksi: Bandingkan besarnya tingkat kepentingan aktor berikut sehubungan
dengan faktor Lembaga pengujian Alsintan yang terakreditasi dan
terstandarisasi
1 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
2 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan UPJA dan Bengkel
3 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Petani
4 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dibandingkan UPJA dan Bengkel
5 Dinas Pertanian Provinsi jawa Barat dibandingkan Petani
6 UPJA dan Bengkel dibandingkan Petani
Instruksi: Bandingkan besarnya tingkat kepentingan aktor berikut sehubungan
dengan faktor Menumbuh kembangkan embrio lembaga pembaerdayaan
(UPJA dan Bengkel)
1 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
2 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan UPJA dan Bengkel
3 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Petani
4 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dibandingkan UPJA dan Bengkel
5 Dinas Pertanian Provinsi jawa Barat dibandingkan Petani
6 UPJA dan Bengkel dibandingkan Petani
Instruksi: Bandingkan besarnya tingkat kepentingan aktor berikut sehubungan
dengan faktor Mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi
pertanian di Jawa Barat
1 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
2 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan UPJA dan Bengkel
3 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Petani
4 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dibandingkan UPJA dan Bengkel
5 Dinas Pertanian Provinsi jawa Barat dibandingkan Petani
6 UPJA dan Bengkel dibandingkan Petani
118
Bagian III
Dari empat faktor yang telah disebutkan yaitu meningkatkan kemampuan SDM
pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandarisasi,
menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan (UPJA dan Bengkel)
serta mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian di
Jawa Barat terdapat aktor yang berpengaruh dimana masing-masing memiliki
tujuan yang berbeda dihubungkan dengan faktor-faktor pengembangan.
Instruksi 3.A
(Faktor Meningkatkan Kemampuan SDM Pertanian)
Instruksi 3.A.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian.
1 Peningkatan kualitas SDM BPT Mektan dibandingkan Peningkatan sarana
dan prasarana
Instruksi 3.A.1.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan
peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian
1 Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan
Peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi Pertanian
Instruksi 3.A.1.2
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan
dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan
dengan Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian
1 Pelatihan dibandingkan Outsourcing
2 Pelatihan dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi
3 Outsourcing dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi
Instruksi 3.A.1.3
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan
dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian
dikaitkan dengan alternatif peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi
Pertanian
1 Studi banding dibandingkan Motivasi training
2 Studi banding dibandingkan Pembentukan koperasi
3 Motivasi training dibandingkan Pembentukan koperasi
119
Instruksi 3.A.1.4
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan
peningkatan sarana dan prasarana BPT Mekanisasi Pertanian
1 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan ruang
workshop
2 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan alat dan
mesin
3 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan MES untuk peserta
pelatihan
4 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Pembangunan pabrik
pupuk
5 Penambahan alat dan mesin dibandingkan MES untuk peserta pelatihan
6 Penambahan alat dan mesin dibandingkan Pembangunan pabrik pupuk
7 MES untuk peserta pelatihan dibandingkan Pembangunan pabrik pupuk
Instruksi 3.A.2
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi jawa Barat
1 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Penempatan
SDM yang berkualitas
2 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Peningkatan
Anggaran
3 Penempatan SDM yang berkualitas dibandingkan Peningkatan Anggaran
Instruksi 3.A.3
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
aktor UPJA dan Bengkel
1 Pengembangan UPJA dibandingkan Pengembangan Bengkel
Instruksi 3.A.3.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan UPJA
1 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan Administrasi UPJA
2 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA
3 Pelatihan Administrasi UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA
Instruksi 3.A.3.2
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan
Bengkel
1 Pelatihan manajemen bengkel dibandingkan Pelatihan produksi alat
120
Instruksi 3.A.4
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
faktor Petani
1 Sub Faktor Peningkatan pemahaman petani tentang alsintan dibandingkan
Inventarisasi kebutuhan petani
Instruksi 3.A.4.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Peningkatan pemahaman petani
tantang alsintan
1 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Promosi BPT Mekanisasi
Pertanian
2 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Penyuluhan Alsintan dan ORM
3 Promosi BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Penyuluhan Alsintan dan
ORM
Instruksi 3.A.4.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Inventarisasi kebutuhan petani
1 Survey kebutuhan alsintan petani di setiap Kabupaten dibandingkan
Keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan Alsintan
Instruksi 3.B
(Faktor Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan
Terstandarisasi)
Instruksi 3.B.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian.
1 Peningkatan kualitas SDM BPT Mektan dibandingkan Peningkatan sarana
dan prasarana
Instruksi 3.B.1.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan
peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian
1 Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan
Peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi Pertanian
121
Instruksi 3.B.1.2
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan
dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan
dengan Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian
1 Pelatihan dibandingkan Outsourcing
2 Pelatihan dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi
3 Outsourcing dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi
Instruksi 3.B.1.3
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan
dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian
dikaitkan dengan alternatif peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi
Pertanian
1 Studi banding dibandingkan Motivasi training
2 Studi banding dibandingkan Pembentukan koperasi
3 Motivasi training dibandingkan Pembentukan koperasi
Instruksi 3.B.1.4
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan
peningkatan sarana dan prasarana BPT Mekanisasi Pertanian
1 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan ruang
workshop
2 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan alat dan
mesin
3 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan MES untuk peserta
pelatihan
4 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Pembangunan pabrik
pupuk
5 Penambahan alat dan mesin dibandingkan MES untuk peserta pelatihan
6 Penambahan alat dan mesin dibandingkan Pembangunan pabrik pupuk
7 MES untuk peserta pelatihan dibandingkan Pembangunan pabrik pupuk
Instruksi 3.B.2
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi jawa Barat
1 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Penempatan
SDM yang berkualitas
2 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Peningkatan
Anggaran
3 Penempatan SDM yang berkualitas dibandingkan Peningkatan Anggaran
122
Instruksi 3.B.3
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
aktor UPJA dan Bengkel
1 Pengembangan UPJA dibandingkan Pengembangan Bengkel
Instruksi 3.B.3.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan UPJA
1 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan Administrasi UPJA
2 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA
3 Pelatihan Administrasi UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA
Instruksi 3.B.3.2
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan
Bengkel
1 Pelatihan manajemen bengkel dibandingkan Pelatihan produksi alat
Instruksi 3.B.4
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
faktor Petani
1 Sub Faktor Peningkatan pemahaman petani tentang alsintan dibandingkan
Inventarisasi kebutuhan petani
Instruksi 3.B.4.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Peningkatan pemahaman petani
tantang alsintan
1 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Promosi BPT Mekanisasi
Pertanian
2 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Penyuluhan Alsintan dan
ORM
3 Promosi BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Penyuluhan Alsintan
dan ORM
Instruksi 3.B.4.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Inventarisasi kebutuhan petani
1 Survey kebutuhan alsintan petani di setiap Kabupaten dibandingkan
Keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan Alsintan
123
Instruksi 3.C
(Faktor Menumbuhkembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan)
Instruksi 3.C.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian.
1 Peningkatan kualitas SDM BPT Mektan dibandingkan Peningkatan
sarana dan prasarana
Instruksi 3.C.1.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan
peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian
1 Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan
Peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi Pertanian
Instruksi 3.C.1.2
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan
dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan
dengan Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian
1 Pelatihan dibandingkan Outsourcing
2 Pelatihan dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi
3 Outsourcing dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi
Instruksi 3.C.1.3
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan
dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian
dikaitkan dengan alternatif peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi
Pertanian
1 Studi banding dibandingkan Motivasi training
2 Studi banding dibandingkan Pembentukan koperasi
3 Motivasi training dibandingkan Pembentukan koperasi
124
Instruksi 3.C.1.4
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan
peningkatan sarana dan prasarana BPT Mekanisasi Pertanian
1 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan ruang
workshop
2 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan alat dan
mesin
3 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan MES untuk peserta
pelatihan
4 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Pembangunan pabrik
pupuk
5 Penambahan alat dan mesin dibandingkan MES untuk peserta pelatihan
6 Penambahan alat dan mesin dibandingkan Pembangunan pabrik pupuk
7 MES untuk peserta pelatihan dibandingkan Pembangunan pabrik pupuk
Instruksi 3.C.2
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi jawa Barat
1 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Penempatan
SDM yang berkualitas
2 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Peningkatan
Anggaran
3 Penempatan SDM yang berkualitas dibandingkan Peningkatan Anggaran
Instruksi 3.C.3
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
aktor UPJA dan Bengkel
1 Pengembangan UPJA dibandingkan Pengembangan Bengkel
Instruksi 3.C.3.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan UPJA
1 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan Administrasi UPJA
2 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA
3 Pelatihan Administrasi UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA
Instruksi 3.C.3.2
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan
Bengkel
1 Pelatihan manajemen bengkel dibandingkan Pelatihan produksi alat
125
Instruksi 3.C.4
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
faktor Petani
1 Sub Faktor Peningkatan pemahaman petani tentang alsintan dibandingkan
Inventarisasi kebutuhan petani
Instruksi 3.C.4.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Peningkatan pemahaman petani
tantang alsintan
1 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Promosi BPT Mekanisasi
Pertanian
2 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Penyuluhan Alsintan dan
ORM
3 Promosi BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Penyuluhan Alsintan
dan ORM
Instruksi 3.C.4.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Inventarisasi kebutuhan petani
1 Survey kebutuhan alsintan petani di setiap Kabupaten dibandingkan
Keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan Alsintan
Instruksi 3.D
(Faktor Mengembangkan dan Mendiseminasikan Teknologi Mekanisasi
Pertanian di Jawa Barat)
Instruksi 3.D.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian.
1 Peningkatan kualitas SDM BPT Mektan dibandingkan Peningkatan sarana
dan prasarana
Instruksi 3.D.1.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan
peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian
1 Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan
Peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi Pertanian
126
Instruksi 3.D.1.2
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan
dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan
dengan Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian
1 Pelatihan dibandingkan Outsourcing
2 Pelatihan dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi
3 Outsourcing dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi
Instruksi 3.D.1.3
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan
dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian
dikaitkan dengan alternatif peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi
Pertanian
1 Studi banding dibandingkan Motivasi training
2 Studi banding dibandingkan Pembentukan koperasi
3 Motivasi training dibandingkan Pembentukan koperasi
Instruksi 3.D.1.4
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan
peningkatan sarana dan prasarana BPT Mekanisasi Pertanian
1 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan ruang
workshop
2 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan alat dan
mesin
3 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan MES untuk peserta
pelatihan
4 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Pembangunan pabrik
pupuk
5 Penambahan alat dan mesin dibandingkan MES untuk peserta pelatihan
6 Penambahan alat dan mesin dibandingkan Pembangunan pabrik pupuk
7 MES untuk peserta pelatihan dibandingkan Pembangunan pabrik
pupuk
Instruksi 3.D.2
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi jawa Barat
1 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Penempatan
SDM yang berkualitas
2 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Peningkatan
Anggaran
3 Penempatan SDM yang berkualitas dibandingkan Peningkatan Anggaran
127
Instruksi 3.D.3
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
aktor UPJA dan Bengkel
1 Pengembangan UPJA dibandingkan Pengembangan Bengkel
Instruksi 3.D.3.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan UPJA
1 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan Administrasi UPJA
2 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA
3 Pelatihan Administrasi UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA
Instruksi 3.D.3.2
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan
Bengkel
1 Pelatihan manajemen bengkel dibandingkan Pelatihan produksi alat
Instruksi 3.D.4
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan
faktor Petani
1 Sub Faktor Peningkatan pemahaman petani tentang alsintan dibandingkan
Inventarisasi kebutuhan petani
Instruksi 3.D.4.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Peningkatan pemahaman petani
tantang alsintan
1 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Promosi BPT Mekanisasi
Pertanian
2 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Penyuluhan Alsintan dan
ORM
3 Promosi BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Penyuluhan Alsintan
dan ORM
Instruksi 3.D.4.1
Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan
dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Inventarisasi kebutuhan petani
1 Survey kebutuhan alsintan petani di setiap Kabupaten dibandingkan
Keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan Alsintan