strategi pemerintah kabupaten lampung selatan …digilib.unila.ac.id/54859/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
DALAM MENGENTASKAN DESA TERTINGGAL
(Skripsi)
Oleh:
AHMAD RIDWAN B
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
DALAM MENGENTASKAN DESA TERTINGGAL
Oleh :
Ahmad Ridwan B
Kabupaten Lampung Selatan memiliki 98 desa tertinggal pada tahun 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perumusan strategi ini didukung
dengan mengidentifikasi tingkat ketimpangan potensi fisik wilayah dan tingkat
pemerataan pembangunan antar wilayah strategi Pemerintah Kabupaten
Lampung Selatan Dalam Mengentaskan Desa Tertinggal. Peneliti menggunakan
Teori SWOT terdiri dari dua Indikator Yaitu : 1. Faktor Strategi Internal dan 2.
Faktor Strategi Eksternal. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deksrptif
kualitatif dan berfokus pada standarisasi IPD 2014 sebagai tolak ukur. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik
wawancara, studi pustaka, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa strategi mengatasi kelemahan Kabupaten Lampung Selatan
dan menggunakan kekuatan untuk pembangunan desa tertinggal. Berdasarkan
analisis matriks SWOT, maka prioritas alternatif strategi yaitu :Meningkatkan
akses kerjasama yang baik antara pemerintah propinsi dengan kabupaten yang
dituangkan dalam suatu kebijakan pembangunan yang nyata. Strategi
pembangunan sarana dan prasarana yang ada di desa. Memberdayakan masyarakat
dan mengentaskan kemiskinan melalui pembangunan ekonomi berbasis pedesaan.
Meningkatkan sumber daya manusia daerah maupun di pedesaan terutama
aparatur desa. Membangun database dan menerapkan deteksi dini akan terjadinya
bencana alam. Mengoptimalkan sumber daya alam di kabupaten lampung selatan
agar meningkatkan PAD.
Kata kunci : Strategi Pemerintah, Pengentasan, Desa Tertingal
ABSTRACT
GOVERNMENT STRATEGY OF SOUTH LAMPUNG DISTRICT IN
IMPROVING THE LEFT VILLAGE
By:
Ahmad Ridwan B
South Lampung Regency has 98 disadvantaged villages in 2016. This study aims
to find out the formulation of this strategy is supported by identifying the level of
inequality of the physical potential of the region and the level of distribution of
development between the regions of South Lampung Regency Government in
Alleviating Disadvantaged Villages. The researcher uses the SWOT Theory
consists of two Indicators namely: 1. Internal Strategy Factors and 2. External
Strategy Factors. This study uses a type of qualitative descriptive research and
focuses on the 2014 standardized IPD as a benchmark. In this study researchers
used data collection techniques in the form of interview techniques, literature
studies, observation and documentation. The results of this study indicate that the
strategy overcomes the weaknesses of South Lampung District and uses the power
for underdeveloped village development. Based on the SWOT matrix analysis, the
priority of alternative strategies is: Increasing access to good cooperation between
the provincial and district governments as outlined in a real development policy.
Strategy for the construction of facilities and infrastructure in the village.
Empowering communities and alleviating poverty through rural-based economic
development. Increasing regional human resources as well as rural areas,
especially village officials. Building a database and implementing early detection
of natural disasters. Optimizing natural resources in the southern Lampung
regency in order to increase PAD.
Keywords: Government Strategy, Eradication, Disadvantaged Villages.
STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
DALAM MENGENTASKAN DESA TERTINGGAL
Oleh:
AHMAD RIDWAN B
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Ahmad Ridwan Bhayangkara,
dilahirkan di Pringsewu pada 1 Juli 1995, Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putra
pasangan Bapak Kopli Said dan Ibu Asnawati. Penulis
mengawali pendidikan di TK Darma wanita, Kecamatan
Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan yang diselesaikan pada Tahun
2001, setelah itu melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Way Urang,
Kabupaten Lampung Selatan yang diselesaikan pada Tahun 2007, lalu
melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Kalianda dan
lulus pada Tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan menengah akhir di
SMA Negeri 1 Kalianda yang diselesaikan pada Tahun 2013 dengan hasil
yang baik.
Kemudian pada Tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswa di Jurusan
Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Lampung melalui jalur penerimaan Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN). Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Gunung Meraksa, Kecamatan Pulau
Panggung, Kabupaten Tanggamus
Motto
“Ketika kau melakukan sesuatu yang mulia dan indah, dan tak seorang pun
memperhatikan, jangan bersedih. Karena matahari pun tampil cantik setiap pagi
meski sebagian besar penontonnya masih tidur”
(John Lennon)
“Dunia tak boleh tau kamu sedang babak belur, dunia hanya boleh tau kau masih
tegak dan tak hancur selepas badai menerjang”
(Taufik Aulia)
” Biarkan rencana Anda menjadi gelap dan tak tertembus sebagai malam , dan
ketika Anda bergerak , jatuh seperti petir . ”
(Sun Tzu)
PERSEMBAHAN
Puji syukur Kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala
Dengan kerendahan hati
Ku persembahkan karya kecil ini untuk :
Kedua orangtuaku tercinta, terimakasih atas perjuangannya, ketulusan, kasih
sayang, dukungan moral dan material, cintanya yang telah membesarkanku
dengan penuh kesabaran serta iringan doa yang selalu dipanjatkan untuk
keberhasilanku.
Seluruh keluarga besarku, sahabat, dan teman – temanku yang selalu
mendukungku.
Para Pendidik Tanpa Tanda Jasa yang Ku Hormati.
Almamater Tercinta Universitas Lampun
SANWACANA
Segala puji hanyalah bagi Allah SWT atas nikmat dan karunia-nya, sehingga
penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul “Strategi Pemerintah Kabupaten
Lampung Selatan Dalam Mengentaskan Desa Tertinggal“ sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sebagai akibat dari keterbatasan yang
ada pada diri penulis.
Pada kesempatan ini, penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telas banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini antara lain, yaitu:
1. Allah SWT. atas segala kebesaran, kuasa, serta kesehatan dan petunjuk
yang selalu Engkau berikan. Nabi Muhammad SAW. Atas risalah dan
cahaya kebenaran sejati yang disampaikan kepada kami.
2. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP. Selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Politik Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
4. Ibu Dr. Feni Rosalia, M.Si dan bapak Budi Harjo, S.Sos, M.IP selaku
pembimbing yang telah sabar membimbing dan memberikan saran demi
terciptanya skripsi ini. Terima kasih semangat dan motivasi sehingga
penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si. selaku pembahas dosen yang
telah memberikan kritik, saran dan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staff Ilmu Pemerintahan FISIP Unila, terima kasih atas
ilmu dan waktu yang telah di berikan kepada penulis selama di jurusan
Ilmu Pemerintahan.
7. Terutama dan teristimewa kepada orangtuaku tercinta Ayah Kopli dan Ibu
Asnawati, terimakasih atas nasihat, doa, dukungan, motivasi dan kasih
sayang yang telah diberikan. Terimakasih telah menjadi orangtua yang
sabar dan mengerti serta terus memberikan arahan agar menjadi lebih baik
lagi.
8. Untuk Adik ku tersayang Muhammad Hanafi Akbar semoga kita makin
kompak dan membanggakan kedua orang tua kita, kelak kita akan sukses
bersama.
9. Untuk yang terspesial Ayu Widita Sari,SH. terima kasih banyak atas
semua yang telah diberikan kepada saya baik dalam perhatian, pengertian,
mengingatkan solat 5 waktu dan mengingatkan agar cepat menyelesaikan
Skripsi ini .
10. Sahabat ku di komplek prumnas Hartono, kiyay fiqri, pak uli, yopi, jaga,
rendy dan semua Keluarga besar PKPH.
11. Untuk teman-teman “Warek Ubak” alias “Homeless” alias “Illusionis”,
Achmad Arnanda Alam, Abdi Nugeraha, Aditya Yura, Aldo Mikola
Izaputra, Bimo Pandu, Dani Satria, Dharma Mattrenggana, Fakhmi Umar,
Irwansyah, Ika Khodijah, Langgeng kusuma H, Muhammad Fadel,
Muchamad Nurcholis, Nendro Syafputra, Novriko Dwi Sanjaya, Rendy
Ryandani, Rika Muhdayani, Riki Mahdalena, Rosa Nur Indah, Syaidina
Iskandar Malik KM, dan Toto Ariwibowo, terimakasih atas canda tawa,
pengalaman, penyimpangan, kekacauan, dan pendewasaannya selama ini,
terus berjuang, jangan lupakan hari–hari yang sudah kita lewati dan
semoga cepat sukses biar kalo reuni bawa Lamborghini semua.
12. Terimakasih buat kawan seperjuangan Rangga, Novrizal Fami, Yones,
Taufiq, Tiyas, abay, andi kakek, Tri Arista yang sudah membantu dalam
proses skripsi ini
13. Teman-teman angkatan 2013 yang tidak mungkin saya sebutkan satu
persatu, semoga kita bertemu dalam kesuksesan AMIN.
14. Teman Sekelompok KKN Desa Gunung Meraksa, Tanggamus Selama 40
hari (Diyah, Eka, Murnita, Anggi, Widiya, Erva), semoga KKN kita
menjadi cerita yang indah dimasa tua AMIN.
15. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah memberikan bantuannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua yang membutuhkan terutama
bagi penulis. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun Penulis
harapkan, dan akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan balasan atas segala jasa dan budi baik, serta melindungi
dan meridhoi kita bersama. Amin.
Bandar Lampung, 5 Desember 2018
Ahmad Ridwan B
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 14
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 14
D. Kegunaan Penelitian................................................................................... 14
1. Secara Praktis ......................................................................................... 14
2. Secara Teoritis ........................................................................................ 14
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pemerintahan Daerah .................................................... 15
1. Dasar Hukum Pemerintah Daerah .......................................................... 18
2. Pembentukan Peraturan Daerah ............................................................. 19
3. Perencanaan Pembangunan Daerah ........................................................ 20
4. Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ........................................ 22
5. Tujuan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ..................................... 26
B. Tinjauan Tentang Desa ............................................................................... 27
1. Tinjauan Tentang Desa Tertinggal ......................................................... 28
C. Tinjauan Tentang Strategi .......................................................................... 32
1. Tinjauan Tentang Strategi Pembangunan Desa ...................................... 34
2. Analisis SWOT ....................................................................................... 35
D. Kerangka Pikir ........................................................................................... 37
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ........................................................................................... 40
B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 41
C. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 44
D. Jenis Data ................................................................................................... 44
E. Informan ..................................................................................................... 46
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 47
G. Teknik Pengolahan Data ............................................................................ 51
I. Teknik Keabsahan Data ............................................................................. 53
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis Lampung Selatan ............................................................. 55
B. Penduduk .................................................................................................... 56
C. BAPPEDA Kabupaten Lampung Selatan .................................................. 57
D. BPMPDKabupaten Lampung Selatan ..................................................... 62
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Informan ..................................................................................................... 68
B. Faktor Strategi Internal .............................................................................. 69
C. Faktor Strategis Eksternal .......................................................................... 81
D. Analisis Matriks SWOT ............................................................................. 88
E. Strategi S-O ................................................................................................ 90
F. Strategi W-O .............................................................................................. 92
G. Strategi S-T ................................................................................................ 93
H. Strategi W-T ............................................................................................... 94
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 96
B. Saran ....................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Indeks DesaMembangunProvinsiLampung Tahun 2015 .......................... 5
Tabel 2. Indeks Desa Membangun Kabupaten Kota Se-Provinsi Lampung ........... 6
Tabel 3. Tingkat Pembangunan Desa di Lampung Selatan 2015 ........................... 7
Tabel 4. jurnal ....................................................................................................... 11
Table 5. Nama Ibukota Kecamatan, Banyaknya Desa/Kelurahan dan Luas
Kabupaten Lampung Selatan menurut Kecamatan, 2011 ....................... 57
Table 6. Alternatif Strategi Pembangunan Desa Tertinggal di Kabupaten Lampung
Selatan ..................................................................................................... 89
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Kerangka Pikir..................................................................................... 39
Gambar 2. Bagan Organisasi BAPPEDA ............................................................. 61
Gambar 3. Bagan Oraganisasi BPMPD ................................................................ 67
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat yang didalamnya merupakan kesatuan hukum yang memiliki
organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat, dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri (otonomi) dalam ikatan Negara
kesatuan Republik Indonesia. Menurut Adisasmita (2006:1) sekitar 65% jumlah
penduduk hidup didaerah pedesaan, sisanya sekitar 35% jumlah penduduk
menetap di daerah perkotaan.
Beberapa metode dan pendekatan telah dikembangkan untuk memahami masalah
dan membantu merumuskan kebijakan guna memecahkan masalah pembangunan
pedesaan. Sejak tahun 1970an para pakar banyak yang memanfaatkan metode,
pendekatan, dan logika berfikir survei verifikatif dalam meriset masalah sosial
masyarakat pedesaan. Jumlah desa saat ini mencapai 74.749 desa (Kemendagri,
2015), dan jumlah itu akan terus bertambah sejalan dengan aspirasi masyarakat
desa.
Daerah pedesaan sangat luas wilayahnya, mayoritas penduduk desa bekerja di
sektor pertanian (pertanian, peternakan, perikanan), struktur perekonomiannya
sangat besar pada sektor pertanian atau merupakan daerah yang berbasis agraris.
2
Kemiskinan dan ketertinggalan sangat dominan pada masyarakat desa,
dibandingkan dengan masyarakat kota. Sektor modern yang sangat besar
sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi selalu mendapat kesempatan yang
sangat luas, sehingga membawa kecenderungan melupakan potensi pedesaan
(sektor tradisional).
Secara khusus perlu diberikan perhatian kepada masyarakat pedesaan khususnya
masalah-masalah yang menghambat proses pergerakan dan perubahan masyarakat
pedesaan sehingga mereka dapat ikut serta dalam pembangunan nasional.
Timbulnya perubahan-perubahan dengan variasi-variasi pendekatan terhadap
pembangunan pedesaan, sebagai usaha untuk menyentuh dan memperbaiki taraf
hidup kelompok masyarakat miskin disebabkan oleh kompleksnya dan sukanya
mengatasi keterbelakangan pedesaan.
Kesukaran tersebut tidak hanya bersumber dari faktor-faktor yang sifatnya
ekonomi mikro, seperti kekurangan modal, teknologi yang kurang memadai,
sarana dan prasarana yang minim, tetapi juga hambatan-hambatan yang bersumber
dari dimensi struktur masyarakat pedesaan, seperti susunan kekuasaan dan pola-
pola kelembagaan tradisional. Untuk meningkatkan pembangunan didesa berbagai
program pembangunan telah dilakukan, perencanaan dan implementasinya
ternyata masih belum memberikan hasil yang optimal. Faktor-faktor yang dapa
tmempengaruhi tingkat dan arah perkembangan desa adalah factor lokasi, atau
letak desa terhadap pusat-pusat fasilitas dan jalan perhubungan (lancar atau tidak
lancar) (Todaro, 2004:252).
3
Lokasi mengandung arti jarak suatu tempat (desa) dengan tempat lain yang
berfungsi sebagai pusat dan dipengaruhi oleh kondisi prasarana perhubungan yang
akan memberi pengaruh terhadap lancer atau tidaknya komunikasi sehingga
mempengaruhi tingkat perkembangan desa. Jarak desa terhadap ibu kota propinsi,
kota kabupaten, kota kecamatan, kondisijalan (perhubungan), kelas jalan,
frekuensi jalan (kecepatan perhubungan) merupakan faktor-faktor penyebab
adanya desa terisolir/desa terpencil.
Desa yang terpencil dalam arti kehilangan hubungan terhadap perubahan-
perubahan dari luardapat menyebabkan lambatnya proses perkembangan
masyarakat desa. Pada umumnya aspek sumberdaya manusia di pedesaan
mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif
rendah serta pengelolaan potensi yang belum berkembang dapat menjadi salah
satu faktor ketertinggalan desa.
Ketertinggalan bukan merupakan sebuah kondisi dimana tidak terdapat
perkembangan sama sekali, karena pada hakikatnya setiap manusia atau kelompok
manusia akan melakukan sebuah usaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya
walaupun hanya sedikit. Pengentasan kemiskinan harus pula berarti peningkatan
mutu hidup. Itu sebabnya hasil usaha besar seperti pembangunan masyarakat,
tidak cukup diukur dengan satu dimensi materiil atau fisik semata (Sumawinata,
2004:178). Untuk mengatasi persoalan pengangguran, keterbelakangan dan
keterpurukan yang menyebabkan sebuah desa menjadi tertinggal diperlukannya
serangkaian kebijakan(Torado, 2004:269).
4
Strategi pembangunan adalah langkah-langkah yang akan ditempuh oleh seluruh
perangkat organisasi yang berisi program indikatif untuk mewujudkan visi, misi
dan tujuan yang telah ditetapkan. Pembangunan pedesaan dilihat sebagai upaya
mempercepat pembangunan pedesaan melalui penyediaan sarana dan prasarana
serta upaya mempercepat pembangunan perekonomian daerah yang efektif dan
kokoh.Permasalahan tersebut harus segera diselesaikan salah satunya dengan
memaksimalkan otonomi desa.
Otonomi desa merupakan kebijakan pemerintah daerah yang diberikan kepada
pemerintah desa untuk lebih mengoptimalkan potensi yang dimiliki, sehingga
dapat memaksimalkan pendapatan desa untuk pembangunan dan mensejahterakan
masyarakat (Adisasmita, 2006). Pemerintah daerah memiliki wewenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat serta melakukan upaya
pembangunan sehingga dapat mengentaskan kemiskinan desa. Untuk mencapai
upaya tersebut dibutuhkan adanya strategi pembangunan. Menurut Sumpeno
(2011) strategi pembangunan desa dapat diartikan sebagai langkah- langkah yang
akan ditempuh oleh seluruh perangkat organisasi, yang berisi program indikatif
untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor
001/KEP/M-PDT/I/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah
Tertinggal, yang dimaksud dengan daerah tertinggal adalah daerah kabupaten
yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan
daerah lain dalam skala nasional. Menurut Indeks Pembangunan Desa 2014
bahwa yang dimaksud desa tertinggal adalah desa yang aspek kebutuhan desa
5
sarana dasar, pelayanan umum dan penyelenggaraan pelayanan pemerintahan
belum terpenuhi.
Oleh karena itu desa tertinggal dalam penelitian ini dapat dikatakan desa yang
aspek kebutuhan dasar, sarana dasar, pelayanan umum dan penyelenggaraan
pelayanan pemerintahan belum terpenuhi sehingga masih membutuhkan banyak
perubahan dan perkembangan serta bimbingan dari pihak lain dibandingkan
dengan wilayah lainnya. Wilayah desa tertinggal dibagi menjadi dua, yaitu desa di
kawasan Timur Indonesia dan kawasan Barat Indonesia.Maksud dari pembagian
ini adalah untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antar wilayah.
Jumlah desa tertinggal di Provinsi Lampung masih terbilang banyak, dimana
hanya ada satu desa yang masuk dalam ketegori desa mandiri.Berikut ditampilkan
table jumlah desa tertinggal yang ada di Provinsi Lampung berdasarkan Indeks
Desa Membangun tahun 2015.
Tabel 1. Indeks Desa Membangun Provinsi Lampung Tahun 2015
No. StatusDesa Jumlah Desa Persentase 1 Desa maju 1 0, 40% 2 Desa mandiri 57 2, 35% 3 Desa berkembang 912 37, 6% 4 Desa tertinggal 1.302 53, 7% 5 Desa sangat tertinggal 151 6, 2%
(Sumber: Indeks Desa Membangun 2015, Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi)
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah desa tertinggal yang ada di
Provinsi Lampung mencapai 1.302 desa tertinggal. Di lampung masih banyak
desa tertinggal khususnya di lampung selatan masih terdapat desa yang masih
kurang berkembang atau tertinggal.
6
Tabel 2. Indeks Desa Membangun Kabupaten Kota Se-Provinsi Lampung
No Kabupaten Jumlah Desa Tertinggal
1 Lampung Barat 75
2 Tanggamus 173
3 Lampung Selatan 98
4 Lampung Timur 130
5 Lampung Tengah 107
6 Lampung Utara 163
7 Way Kanan 118
8 Tulang Bawang 93
9 Pesawaran 72
10 Pringsewu 58
11 Mesuji 68
12 Tulang Bawang Barat 62
13 Pesisir Barat 68
(Sumber: Status desa berdasarkan indeks desa membangun provinsi Lampung
2016)
Pada tabel diatas menunjukan jumlah desa tertinggal Sekabupaten Kota di
Provinsi Lampung, dimana di tiap kabupaten masih banyak desa yang tertinggal
dan disini dibutuhkan strategi yang terarah dan tersusun secara terstruktur untuk
menuntaskan desa ditiap-tiap kabupaten yang ada di Lampung.
Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 1050 sampai dengan 105
045
0 Bujur
Timur dan 5015
0 sampai dengan 6
0 Lintang Selatan. Mengingat letak yang
demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah lain
di Indonesia merupakan daerah tropis. Lampung Selatan adalah Salah satu daerah
terbesar di Lampung dimana jumlah penduduk 923.002 jiwa (LSDA 2007),
memiliki luas daratan + 2.109, 74 km2 yang terbagi dalam 17 kecamatan dan
terdiri dari 248 desa dan 3 kelurahan. Namun lampung selatan masih memiliki
desa-desa yang tertinggal, yang seolah-olah kekayaan yang dimiliki olah daerah
tidak bisa menunjang masyarakat disana, bisa kita lihat pada tabel di bawah ini:
7
Tabel 3. Tingkat Pembangunan Desa di Lampung Selatan 2015
No Status Desa Jumlah Desa
1 Cepat Berkembang 36
2 Berkembang 144
3 Kurang Berkembang 79
(Sumber: Tingkat pembangunan desa 2015, BPMPD Lampung Selatan)
Melihat tabel di atas masih terdapat desa yang tertinggal maka pemerintah
Lampung Selatan berupaya untuk melakukan perubahan dan perbaikan di setiap
desa yang ada di daerah Lampung Selatan.Pemerintah kabupaten Lampung
Selatan telah melakukan beberapa upaya dalam meningkatkan taraf desa dari desa
kurang berkembang menjadi desa yang berkembang, dalam penelitian ini peneliti
ingin melihat bagaimana strategi pemerintah daerah Lampung Selatan dalam
menuntaskan desa tertinggal.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Indeks Desa Membangun (IDM)
karena peneliti ingin melihat indikator apa saja yang ada dan bagaimana strategi
pemerintah dalam kaitanya dengan Indeks Desa Membangun apakah peran dan
fungsi pemerintah Kabupaten Lampung Selatan melalui strateginya dapat
menuntaskan desa tertinggal.
Maka dari itu pentingnya strategi untuk menuntaskan desa tertinggal agar
pembangunan wilayah pedesaan menjadi terarah dan sesuai dengan apa yang
menjadi kepentingan masyarakat desa, maka perencanaan mekanisme pelaksanaan
pembangunan desa dilakukan mulai dari bawah. Proses pembangunan yang
dilaksanakan merupakan wujud keinginan dari masyarakat desa di Kabupaten
Lampung Selatan.
8
Dalam hal ini koordinasi antara pemerintah desa dengan jajaran di atasnya
(Pemerintahan Kecamatan, Pemerintahan Kabupaten) harus terus menerus
dilakukan dan di mantapkan.Apalagi pelaksanaan otonomi daerah dititikberatkan
pada Pemerintah Kabupaten.Dimana pemerintah kabupaten harus memiliki
strategi yang cepat dan terarah agar masalah desa tertinggal dapat teratasi dengan
baik seperti masalah kemiskinan, kesehatan, insprastruktur dan ekonomi.
Kabupaten Lampung Selatan adalah salah satu kabupaten yang memiliki jumlah
desa terbanyak di provisi lampung, memiliki luas daratan +2.109,74 km2
yang
terbagi dalam 17 kecamatan dan terdiri dari 248 desa dan 3 kelurahan. Menurut
data dari Badan pusat Statistik menunjukan bahwa jumlah masyarakat dengan
usia produktif dari umur 15-64 tahun cukup tinggi yaitu berjumlah 590,207 jiwa
hal ini menunjukan bahwa kabupaten lampung selatan memiliki peluang potensi
yang cukup besar dalam meningkatkan kesejahterahan masyarakan di kabupaten
lampung selatan.
Namun menurutdata Kementrian Desa tertinggal 98 desa di lampung selatan
masih berstatus tertinggal, ini tidak sesuai dengan SDM dan SDA yang dimiliki
oleh kabupaten lampung selatan. Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik
untuk mengetahui bagaimana strategi pemerintah kabupaten lampung selatan
dalam mengentaskan desa tertinggal.
Terkait dengan penelitian ini terdapat penelitian terdahulu yang cukup relevan
dengan penelitian ini yaitu :
1. Yuni Syahara Rahma Dewi (2013). “Strategi Pembangunan Desa Dalam
Mengentaskan Kemiskinan Desa Melalui Badan Usaha Milik Desa
9
(Bumdes)”.Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis strategi
pembangunan desa dalam mengentaskan kemiskinan desa melalui Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) pada Program Usaha Agrobisnis Pertanian
(PUAP). Hasil penelitian menunjukkan PUAP dalam BUMDes
dibutuhkannya PUAP di Desa Sareng disebabkan tingginya angka
kemiskinan masyarakat yang diperoleh dari data monografi Desa Sareng
berdasarkan klasifikasi tingkat kesejahteraan dan mayoritas bermata
pencaharian disektor agraris.
Sistem pengelolaan PUAP tahun 2013 mengalami perbaikan dan peningkatan
dari pengelolaan sebelumnya (GAPOKTAN). Namun strategi pembangunan
desa melalui BUMDes pada PUAP belum optimal dalam pencapaiannya
mengentaskan kemiskinan di Desa Sareng. Berbagai permasalahan yang
terjadi dalam pengelolaan PUAP diantaranya updating data sasaran yang
tidak akurat, siklus angsuran pinjaman yang berjalan lambat, kurangnya
disiplin anggota dalam membayar angsuran, kurangnya SDM yang kompeten
sehingga terjadi overlapping, tidak dioptimalkannya kantor PUAP, serta
system administrasi yang kurang lengkap. Meningkatkan mutu anggota
dengan diberikannya pelatihan pengembangan ketrampilan dan potensi
usaha, untuk menumbuhkan kesadaran akan penting nya PUAP dalam
penyelenggaraan yang lebih baik lagi.
2. Indra Bangsawan (2017). “Analisis Faktor-faktor Perkembangan Desa Dan
Strategi Menuju Desa Mandiri” Hasildari penelitian iniadalah, faktor-faktor
yang menyebabkan Desa Sungai Langka berkembang antara lain:Pertama,
10
adanya prakarsa atau keinginan untuk maju dari masyarakat itu sendiri.
Kedua, masyarakat yang memiliki kapasitas atau kemampuan. Ketiga, kepala
desa yang mampu mengorganisir masyarakatnya.
Berdasarkan Indeks Ketahanan Sosial, dimensi modal sosial sudah terpenuhi
dengan baik. Sedangkan dimensi kesehatan, dimensi pendidikan, dimensi
permukiman sebagian belum terpenuhi. Berdasarkan Indeks Ketahanan
Ekonomi sebagian belum terpenuhi. Berdasarkan Indeks Ketahanan
lingkungan seluruhnya sudah terpenuhi. Desa Sungai Langka menerapkan
strategi menuju desa mandiri dari dalam yaitu: mengoptimalkan prakarsa atau
keinginan masyarakat untuk maju, mengoptimalkan kapasitas kepala desa
dalam mengorganisir. Mempermudah birokrasi dan memfasilitasi kegiatan-
kegiatan yang sifatnya membangun. Memperkuat SDM perangkat desa
melalui pelatihan dan pembinaan serta mengikut sertakan masyarakat dalam
pembangunan. Melakukan musyawarah desa yang diikut sertakan di
dalamnya tokoh masyarakat, tokoh agama. Menentukan usaha- usaha yang
produktif di Desa Sungai Langka.
Perbedaan Penelitianini dengan penelitian di atas adalah penelitian
sebelumnya lebih mendeskripsikan dan menganalisis strategi pembangunan
desa dalam mengentaskan kemiskinan desa melalui Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) pada Program Usaha Agrobisnis Pertanian (PUAP), karena
dinilai strategi pembangunandesa melalui BUMDes pada PUAP belum
optimal dalam pencapaiannya mengentaskan kemiskinan di Desa Sareng,
sedangkan penelitian ini lebih mendeskripsikan mengenai strategi
11
pemerintah daerah bukan dari Badan Usaha Milik Desa ataupun PUAP,
namun dari Strategi pemerintah Kabupaten Lampung Selatan Dalam
mengoptimalkan kebijakan gerbang desa dan menjadi partner sekaligus
pengawas dalam anggaran desa. alam penelitian terdahulu lebih fokus
membahas tentang pengentasan kemiskinan, sedangkan penelitian ini
terfokus menuntaskan desa-desa tertinggal yang di dalam nya banyak faktor
dan bukan hanya membahas tentang kemiskinan dan mencakup skala yang
cukup besar.
Tabel 4. jurnal
No Peneliti Tahun Jenis Judul Penelitian
1 Agustinus Longa
Tiza, dkk
2014 Jurnal Implementasi Program
Pembangunan Desa Mandiri
Anggaran Untuk Rakyat Menuju
Sejahtera (Anggur Merah) (Studi
di Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten
Timor Tengah Utara)
2 Almasdi Syahza dan
Suarman
2013 Jurnal Strategi Pengembangan Daerah
Tertinggal Dalam Upaya
Percepatan Pembangunan Ekonomi
Pedesaan.
3 Edy Yusuf
Agunggunanto, dkk
2016 Jurnal Pengembangan Desa Mandiri
Melalui
Pengelolaan Badan Usaha Milik
Desa
(Bumdes)
Sumber : diolah peneliti
1. Penelitian oleh Agustinus Longa Tiza, dkk (2014) dengan judul
Implementasi Program Pembangunan Desa Mandiri Anggaran Untuk
Rakyat Menuju Sejahtera (Anggur Merah) (Studi di Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara). Perbedaan
penelitian Agustinus Longa dkk dengan penelitian ini adalah, proses
12
analisis dan mendeskripsikan realitas Implementasi Program Pembangunan
Desa Mandiri “Anggur Merah” di Kabupaten Timor Tengah Utara, peneliti
menggunakan model implementasi yang dikembangkan oleh Edward
III (1980) yang lebih dikenal dengan model pendekatan Direct and
Indirect Impact on Implementataion”.
Sedangkan dalam penelitian ini proses analisis menggunakan Indeks Desa
Membangun (IDM) dan strategi desa mandiri menurut Kementerian Desa
Sumber data penelitian Agustinus Longa Tiza, dkk adalah masyarakat desa
di Kabupaten Timor Tengah Utara, sedangkan pada penelitian ini sumber
datanya adalah masyarakat Desa Sungai Langka dan aparatur Desa Sungai
Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
2. Penelitian Oleh Almasdi Syahza dan Suarman (2013) dengan judul
Strategi Pengembangan Daerah Tertinggal Dalam Upaya Percepatan
Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Almasdi Syahza dan Suarman adalah pada penelitian Almasdi
dan Suarman, penulis memfokuskan masalah penelitian pada Kendala apa
yang dihadapi dalam pengembangan potensi ekonomi di pedesaan; serta
bagaimana perumusan model pengembangan daerah tertinggal dalam
upaya percepatan pembangunan ekonomi pedesaan di Kabupaten
Kepulauan Meranti.
Sedangkan peneletian ini memfokuskan apa saja faktor-faktor penyebab
perkembangan Desa Sungai Langka dan bagaimana strategi desa dalam
mewujudkan desa mandiri. Perbedaan selanjutnya adalah, penelitian ini
13
dilakukan Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
Pesawaran Provinsi Lampung sedangkan penelitian Almasdi Syahza dan
Suarman dilakukan didaerah Kabupaten Kepulauan Meranti provinsi Riau.
3. Penelitian oleh Edy Yusuf Agunggunanto, dkk dengan judul
Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Usaha Milik
Desa (Bumdes) Perbedaan dengan penelitian ini adalah menurut
Kementerian Desa. Sedangkan penelitian Edy Yusuf Agunggunanto, dkk
meneliti bagaimana mewujudkan desa mandiri Melalui Pengelolaan
Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Pembentukan BUMDes merupakan
cara untuk memanfaatkan Undang-Undang yang memberikan kewenangan
kepada pemerintah desa untuk melakukan inovasi dalam pembangunan
desa, terutama meningkatkan perekonomian desa dan kesejahteraan bagi
masyarakat desa. Kenyataannya banyak desa yang gagal menjalankan
BUMDes dikarenakan kurang siapnya desa dan potensi yang minim dari
desa. Tujuan penelitian ini mengetahui kondisi dan tata kelola BUMDes
yang sedang berkembang. Metode yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi BUMDes di Kabupaten
Jepara sudah berjalan sesuai dengan tujuan pembentukan BUMDes dan
mampu membantu meningkatkan perekonomian desa. Namun masih
Terdapat kendala dalam pengelolaan BUMDes di beberapa daerah seperti
jenis usaha yang dijalankan masih terbatas, keterbatasan sumber daya
manusia yang mengelola BUMDes dan partisipasi masyarakat yang rendah
karena masih rendahnya pengetahuan mereka.
14
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas maka rumusan
masalah yang ada adalah bagaimana strategi Pemerintah Kabupaten Lampung
Selatan dalam mengentaskan desa tertinggal?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui strategi Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan dalam
mengentaskan desa tertinggal.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Praktis
Bagi instansi terkait, hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan
pemikiran, masukan-masukan bagi aparatur Pemerintahan Lampung
khususnya Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan Dalam Mewujudkan
desa Berkembang.
2. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, informasi,
dan pengetahuan dalam khasanah Ilmu Pemerintahan khususnya yang
berkaitan dengan Strategi Pemerintah Daerah dalam mengentaskan desa
tertinggal.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pemerintahan Daerah
Sistem pemerintahan daerah di Indonesia, menurut konstitusi Undang-Undang
Dasar 1945, menyatakan bahwa daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah
provinsi dan daerah provinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil.
Dalam territorial Negara Indonesia terdapat kurang lebih 250, seperti desa di Jawa
dan Bali, nagari di Minang kabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya
.Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli dan karenanya dapat dianggap
sebagai daerah yang bersifat istimewa.
Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa dan
segala peraturan negara mengenai daerah-daerah itu akan mengingati hak-hak
asal-usul daerah tersebut contohnya melalui Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI 1945), pada Bab
VI tentang pemerintahan daerah, pada Pasa l18 ayat (1), Pasa l18 ayat (2), Pasal
18ayat (5), Pasal 18 ayat (6), yang menyebutkan bahwa:
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
Undang-Undang.
16
(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
(3) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan oleh pemerintahan pusat.
(4) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
Menyelenggarakan Pemerintahan Daerah sesuai dengan amanat UUD NKRI 1945
terhadap pemerintahan daerah yang dapat mengurus sendiri urusan
pemerintahannya berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peranserta masyarakat, serta peningkatan daya saing
daerah, dengan mempertimbangkan prinsip demokrasi, pemerataan keadilan,
keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam system Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Sistem pemerintahan di Indonesia meliputi;
1. Pemerintah pusat, yaitu dalam Bab III Pasal 4 UUD NRI disebutkan bahwa
presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.
Dalam melakukan kewajibannya presiden dibantu oleh wakilpresiden, dan
presiden dibantu oleh menteri-menteri Negara yang diangkat dan
diberhentikan oleh presiden . Dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan
(pouvoirexekutief) menteri selaku pemimpin departemen harus mengetahui
seluk beluk hal yang mengenai bidang dimana menteri tersebut ditempatkan
oleh presiden, dengan hal itu maka menteri mempunyai pengaruh besar
terhadap presiden dalam membentuk politik Negara.
17
2. Pemeritahan daerah, yaitu Sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut UU 23
PEMDA) adalah“ penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalamUndang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Penyelenggaraan
pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, Walikota, dan perangkat daerah.
Unsur perangkat daerah ini merupakan unsur birokratis yang ada didaerah
meliputi tugas-tugas para kepala dinas, kepala badan, unit-unit kerjadi
lingkungan pemerintah daerah yang sehari-harinya dikendalikan oleh
sekretaris daerah.
Hubungan fungsi pemerintahan antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah dilaksanakan dengan system otonomi yang berasaskan desentralisasi,
dekonsentrasi, serta tugas pembantuan. Hubungan ini bersifat koordinatif
administratif, artinya fungsi dan peran pemerintahan provinsi juga mengemban
pemerintahan pusat sebagai wakil pemerintah pusat didaerah.
Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah
dilaksanakan dengan asas otonomi daerah mengingat kondisi geografis, system
politik, hukum, sosial, dan budaya Indonesia sangat beraneka ragam.Oleh sebab
itu, hal-hal mengenai urusan pemerintahan yang dapat dilaksanakan oleh daerah
itus endiri, sangat tepat diberikan kebijakan otonomi sehingga setiap daerah akan
18
lebih mampu dan mandiri untuk memberikan pelayanan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat di daerah.
Pengertian daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurusurusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri,
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI. Dalam pengertian tersebut
terdapat tiga unsur yang penting yaitu:
a. Unsur batas wilayah Sebagai pembatas yang jelas antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain.
b. Unsur pemerintahan kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang
terhadap kepala daerah, untuk menjalankan urusan pemerintahannya sendiri.
c. Unsur masyarakat masyarakat sebagai unsur pemerintahan daerah jelas
mempunyai tradisi, kebiasaan, dan adat istiadat yang turut mewarnai
penyelenggaraan pemerintahan daerah guna menampung, dan menjalankan
aspirasi masyarakat.
1. Dasar Hukum Pemerintah Daerah
Kekuasaan yang dimiliki pemerintah pusat dalam bentuk negara kesatuan
sangatlah besar, oleh sebab itu bentuk Negara kesatuan terkesan sentralistik.
Penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam bentuk negara kesatuan
mengadopsi model negara serikat dengan mendistribusikan sepenuhnya
kekuasaan kepada Pemerintah Daerah. Kekuasaan di level pusat dikurangi
melalui Pemerintah Daerah yang otonom sehingga kekuasaan Pemerintah
yang cukup besar dikurangi melalui pendistribusian kewenangan kepada
19
Pemerintah Daerah. Hubungan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah
Daerah adalah sebagai pelindung dan pengawas kekuasaan yang ada di
daerah-daerah sehingga pusat menjalankan fungsi sesuai dengan prinsip-
prinsip otonomi dan citra negara kesatuan.
Kekuasaan negara kesatuan berada ditangan pemerintah dan
diimplementasikan kekuasaan menggunakan asas sentralisasi atau asas
desentralisasi. Bila pilihan penyelenggaraan pemerintahan daerah
menggunakan otonomi maka semangat penyelengaraan menggunakan asas
dekonsentrasi, asas desentralisasi dan asas pembantuan (medebewind).
Terbitnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun2004 menjadi sebuah landasan
yuridis bagi pelaksaanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah
2. Pembentukan Peraturan Daerah
Peraturan daerah adalah aturan hukum yang dikeluarkan oleh organ-organ
desentralisasi teritorial. Daerah provinsi, kota dan kabupaten memiliki
wewenang otonom untuk membuat aturan demi kepentingan rumah tangga
provinsi, Kota dan Kabupaten. Kemandirian dalam berotonomi tidak berarti
daerah dapat membuat peraturan perundang-undangan atau keputusan yang
terlepas dari sistem perundang-undangan secara nasional. Peraturan
Perundang-Undangan tingkat daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari kesatuan sistem perundang-undangan secara nasional, karena itu tidak
boleh ada Peraturan Perundang-Undangan tingkat daerah yang bertentangan
dengan Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi tingkatnya atau
kepentingan umum kepentingan umum yang harus diperhatikan bukan saja
20
kepentingan rakyat banyak daerah yang bersangkutan, tetapi kepentingan
daerah lain dan kepentingan seluruh rakyat Indonesia.
Suatu peraturan daerah mengenai investasi harus dalam rangka kepentingan
daerah lain. Berbagai prosedur dan persyaratan investasi yang diatur dalam
suatu peraturan daerah dapat menjadi penghambat dan mahalnya suatu
investasi. Apabila pemerintah daerah misalnya, didaerah atau provinsi yang
lebih maju mambuat aturan-aturan yang memberikan kemudahan atau fasilitas
yang baik akan dapat menjadi hambatan bagi daerah lain untuk investasi
karena tidak dapat menyediakan kemudahan atau fasilitas yang sama. Bahkan
yang mungkin timbul adalah pelarian investasi dari daerah yang kurang
mampu.
3. Perencanaan Pembangunan Daerah
Dalam Bab I Pasal 1 angka 1 PP Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah, secara umum dinyatakan bahwa perencanaan
Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan
kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya,
guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah
dalam jangka waktu tertentu. Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan
yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif dibidang
perencanaan pembangunan daerah, diperlukan adanya tahapan, tatacara
penyusunan, pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah.
21
Penerapan peraturan perundanganyang berkaitan dengan perencanaan daerah
merupakan alat untuk mencapai tujuan pelayanan public sebagaimana
dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Untuk itu, pelaksanaan otonom idaerah perlu
mendapatkan dorongan yang lebih besar dari berbagai elemen masyarakat
melalui perencanaan pembangunan daerah agar demokratisasi, transparansi,
akuntabilitas dapat terwujud.
Penyelenggaraan tahapan, tatacara penyusunan pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan daerah dimaksudkan untuk:
1. Meningkatkan konsistensi antar kebijakan yang dilakukan berbagai
organisasi publik dan antara kebijakan makro dan mikro maupun antara
kebijakandan pelaksanaan.
2. Meningkatkan transparansi dan partisipasi dalam proses perumusan
kebijakan dan perencanaan program.
3. Menyelaraskan perencanaan program dan penganggaran.
4. Meningkatkan akuntabilitas pemanfaatan sumberdayadan keuangan
publik.
5. Terwujudnya penilaian kinerja kebijakan yang terukur, perencanaan, dan
pelaksanaan sesuai RPJMD, sehingga tercapai efektivitas perencanaan.
Penyelenggaraan tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi
rencana daerah dilakukan dengan pendekatan politik, teknokratik, partisipatif,
atas-bawah (topdown) dan bawah-atas (bottomup). Dilaksanakan tatacara dan
tahapan perencanaan daerah bertujuan untuk mengefektifkan proses
22
pemerintahan yang baik melalui pemanfaatan sumber daya publik yang
berdampak pada percepatan proses perubahan social bagipeningkatan
kesejahteraan masyarakat, atau terarahnya proses pengembangan ekonomi dan
kemampuan masyarakat, dan tercapainya tujuan pelayanan publik.
4. Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Asas adalah suatu hal yang dianggap oleh masyarakat hokum sebagai basic
truth, sebab melalui asas hukum pertimbangan etis dan sosial masyarakat
masuk kedalam hukum, dan menjadi sumber menghidupi nilai-nilai etis, moral
dan sosial masyarakatnya. Dalam Pasal 20 Undang Nomor 32 Tahun2004
tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan pemerintahan berpedoman
pada Asas Umum Penyelenggaraan Negara yang terdiri atas:
a. Asas kepastian hukum;
b. Asas tertib penyelenggaranegara
c. Asas kepentingan umum;
d. Asas keterbukaan;
e. Asas proporsionalitas;
f. Asas profesionalitas;
g. Asas akuntabilitas; asas efisiensi; dan asas efektivitas.
Dalam menyelenggarakan pemerintahan, pemerintah menggunakan asas
desentralisasi, tugaspembantuan, dan dekonsentrasisesuai dengan peraturan
perundang-undangan.Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
otonom, dilaksanakan dengan asas-asassebagaiberikut:
23
1. Asas desentralisasi, adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem NKRI.
2. Asas dekonsentrasi, adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada gubernur, sebagai wakil pemerintah kepada instasi
vertikal di wilayah tertentu.
3. Asas tugas pembantuan, adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah
dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu.
Berdasarkan asas di atas, penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.
Selain itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian
hubungan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya agar terciptanya
kerjasama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan
mencegah ketimpangan antar daerah serta mampu memelihara dan menjaga
keutuhan NKRI dalam rangka mewujudkan tujuan bernegara.
Agar otonomi dapat berjalan efisien, efektif dan sesuai dengan peraturan
Perundang-Undangan, maka pemerintah dapat melakukan upaya-upaya
pembinaan, pemberian pedoman, pengendalian, koordinasi, pemantauan, dan
evaluasi. Bersamaan dengan itu bantuan fasilitas yang memadai bagi daerah
merupakan hal penting dalam pelaksanaan otonomi daerah.
24
Penyelenggaraan Negara dan pemerintahan harus memiliki legitimasi, yaitu
kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang. Pemerintah dalam
melakukan suatu tindakan harus berdasarkan hokum yang ada, dan hokum
tersebut merupakan pembatas bagi setiap tindakan pemerintah agar tidak
terjadi penyalahgunaan wewenang.
Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum administrasi.
Kewenangan yang didalamnya terkandung hak dan kewajiban, menurut P,
Nicolai kewenangan adalah (kemampuan untuk melakukan tindakan hukum
tertentu, yaitu tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk menimbulkan
akibat hukum. Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan
tindakan tertentu atau menuntut pihak lain untuk melakukan tindakan tertentu,
sedangkan kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau tidak
melakukan tindakan tertentu.
Bagir Manan mempertegas istilah dan terminologi apa yang dimaksuddengan
wewenang pemerintahan. Menurutnya, wewenang dalam bahasa hukum
tidaklah sama dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan
hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Adapun wewenang dalam hokum dapa
tsekaligus berarti hak dan kewajiban(rechten enplichten).
Dalam kaitan dengan proses penyelenggaraan pemerintahan, hak mengandung
pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri (zelfregelen) dan mengelola
sendiri (zelfbestuuren), sedangkan kewajiban berarti kekuasaan untuk
menyelenggarakan pemerintah sebagai mestinya. Dalam Negara hukum,
wewenang pemerintahan itu berasal dari peraturan Perundang-Undangan yang
25
berlaku.Wewenang tidak hanya diberikan terhada porgan pemerintahan,
pembuat Undang-Undang juga dapat memberikan kewenangan terhadap
badan khusus.
Kewenangan yang bersumber dari peraturan Perundang-Undangan diperoleh
melalui tiga cara, yaitu: atribusi, delegasi, mandat. Menurut Van Willem
Konijenbelt mendefinisikan sebagai berikut.
a. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat
Undang-Undang kepada organ pemerintahan
b. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintaha dari satu organ
pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya
c. Mandate terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya
dijalankan oleh organ lain atas namanya.
Berdasarkan pengertian di atas, tampak bahwa wewenang yang diperoleh
secara atribusi itu bersifat asli yang berasal dari peraturan Peraturan-
Undangan.Dengan kata lain, organ pemerintahan memperoleh kewenangan
secara langsung dari pasal tertentu dalam suatu peraturan Perundang-
Undangan. Dalam hal atribusi penerima wewenang dapat menciptakan
wewenang baru atau memperluas wewenang yang sudah ada dengan tanggung
jawab intern dan extern pelaksanaan wewenang yang telah diatribusikan
seluruhnya berada pada penerima wewenang (atributaris). Pada delegasi tidak
ada penciptaan wewenang, namun hanya ada pelimpahan wewenang dari
pejabat yang satu kepada penjabat lainnya.
26
Tanggung jawab yuridis tidak lagi berada pada pemberi delegasi (delegans),
tetapi beralih kepada penerima delegasi (delegatari). Sementara itu penerima
mandat (mandataris) hanya bertindak untuk dan atas nama pemberimandat
(mandans), tanggung jawab akhir keputusan yang diambil mandataris tetap
berada pada mandans. Hal ini karena pada dasarnya, penerima mandate ini
bukan pihak lain dan pemberi mandat.
5. Tujuan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Tujuan penyelenggaraan pemerintahan secara umum seperti yang tertuang
dalam alinea ke-4 pembukaan UUD 1945 yaitu bertujuan “melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial”.Amanat dari UUD 1945 kemudian dilaksanakan
dengan membentuk struktur pemerintahan secara bertingkat dengan segala
fungsi dan kewenangan yang diberikan oleh konstitusi baik ditingkat pusat
ataupun daerah.
Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagaimana tercantum dalam
konsiderans Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peranserta masyarakat,
serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah
dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.
27
B. Tinjauan Tentang Desa
Desa atau udik, menurut definisi "universal", adalah sebuah aglomerasi
permukiman di area perdesaan (rural). DiIndonesia, istilah desa adalah
pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang
dipimpinoleh Kepala Desa. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah Pasal 1 angka 5 dalam Undang-undang tersebu tmenyatakan
bahwa definisi Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam Konteks Desa, Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
tentang Desa, disebutkan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hokum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesiadan berada di kabupaten/kota, dalam pasal 2 ayat(1) dikatakan
bahwa desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul
desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Padaayat (2) tertulis bahwa
pembentukan desa harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Jumlah Penduduk.
b. Luas Wilayah.
c. Bagian Wilayah Kerja.
d. Perangkat
28
Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari
perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari
perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur
wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat
diubah statusnya menjadi kelurahan.
Salain itu desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur- unsur
fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan
pengaruh timbal balik dengan daerah lain (Bintarto, 1969:8). Berdasarkan
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dalam system pemerintahan nasional dan berada didaerah kabupaten. Kawasan
perdesaan adalah kawasan yang memiliki kegiatan utama pertanian, pengelolaan
sumber daya alam, kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
1. Tinjauan Tentang Desa Tertinggal
Berdasarkan Keputusan Menteri pembangunan daerah tertinggal Nomor
001/KEP/M-PDT/I/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah
Tertinggal, yang dimaksud dengan Daerah Tertinggal adalah daerah kabupaten
yang masyarakat serta wilayahnya relative kurang berkembang dibandingkan
daerah lain dalam skala nasional. Sedangkan menurut Indeks Pembangunan
Desa 2014 bahwa yang dimaksud desa tertinggal adalah desa yang aspek
29
kebutuhan dasar, saranadasar, pelayanan umum dan penyelenggaraan
pelayanan pemerintahan belum terpenuhi.
Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk mengubah
suatu daerahyang dihuni oleh komunitas dengan berbagai permasalahan sosial
ekonomi dan keterbatasan fisik, menjadi daerah yang maju dengan komunitas
yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan
masyarakat Indonesia lainnya. Pembangunan daerah tertinggal ini berbeda
dengan penanggulangan kemiskinan dalam hal cakupan pembangunannya.
Pembangunan daerah tertinggal tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi
juga aspek sosial, budaya (MuhtarDkk, dalam Jurnal Masyarakat Desa
Tertinggal, 2011) bahkan keamanandan menyangkut hubungan antara daerah
tertinggal dengan daerah maju. Disamping itu kesejahteraan kelompok
masyarakat yang hidup didaerah tertinggal memerlukan perhatian dan
keberpihakan yang besar dari pemerintah.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan program pembangunan daerah tertinggal
yang lebih difokuskan pada percepatan pembangunan didaerah yang
kondisisosial, budaya, ekonomi, keuangan daerah, aksesibilitas, serta
ketersediaan infrastruktur masih tertinggal dibanding dengan daerah lainnya.
Kondisi tersebut pada umumnya terdapat pada daerah yang secara geografis
terisolir dan terpencil seperti daerah perbatasan antar Negara daerah pulau-
pulau kecil, daerah pedalaman, serta daerah rawan bencana. Di samping itu,
perlu perhatian khusus pada daerah yang secara ekonomi mempunyai potensi
untuk maju namun mengalami ketertinggalan sebagai akibat terjadinya konflik
30
social maupun politik.Suatu daerah dikategorikan sebagai daerah tertinggal,
karena beberapa faktor penyebab, antara lain:
a. Geografis.
Umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau karena
letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan,
pesisir, dan pulau-pulau terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya
sehingga sulit dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun media
komunikasi.
b. Sumber daya Alam.
Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumber daya alam,
daerah yang memiliki sumber daya alam yang besar namun lingkungan
sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat
dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan sumberdaya alam
yang berlebihan.
c. Sumber daya Manusia.
Pada umumnya masyarakat didaerah tertinggal mempunyai tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relative rendah serta
Kelembagaan adat yang belum berkembang.
d. Prasarana dan Sarana.
Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih,
irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan
masyarakat didaerah tertinggal tersebut mengalami kesulitan untuk
melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
31
e. Daerah Terisolasi, Rawan Konflik dan Rawan Bencana.
Daerah tertinggal secara fisik lokasinya amat terisolasi, disamping itu
seringnya suatu daerah mengalami konflik social bencana alam seperti
gempa bumi, kekeringan dan banjir, dan dapat menyebabkan terganggunya
kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi (Kurniati dan Efendi, 2012:92)
Selain kriteria diatas, menurut Kementrian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal (PDT) suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal
beradasarkan kriteria perekonomian masyarakat; sumber daya manusia, sarana
dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesibilitas, dan karakteristik
daerah.
Sesditjen PDT, Razali menyebutkan dalam situsresmi Direktorat Jendral
Pembangunan Daerah Tertinggal, ada beberapa indicator dan sub-indikator
untuk menilai dan menetapkan suatu daerah masuk ke dalam kategori
tertinggal. Kriteria ketertinggalan sebagaimana disebutkan diatas diukur
berdasarkan indicator dan subindikator seperti jumlah prasarana kesehatan,
jumlah SD/SMP, persentase rumah tangga pengguna listrik, persentase rumah
tangga pengguna telepon, persentase rumah tangga pengguna air bersih, dan
lain-lain.
a. Desa Membangun
Istilah ini menempatkan desa sebagai subyek pembangunan yaitu pihak
yang merencanakan, melaksanakan sekaligus sebagai penerima manfaat
dari pembangunan.Sedangkan pemerintah yang lebih tinggi bertugas
membina, memperkuat, dan mengawasi.Ini merupakan penjabaran dari
32
prinisip subsidiaritas. Dalam UU Desa, desa membangun terutama
dilaksanakan untuk kewenangan asal-usul dan kewenangan skala lokal
desa.
b. Membangun Desa
Pengertian istilah ini adalah pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah di luar desa (Kabupaten/pusat) dengan melibatkan masyarakat
yang berlokasi di desa.Pembangunan desa terutama dilakukan untuk
mengembangkan kawasan perdesaan atau pembangunan yang melibatkan
beberapa desa (antar-desa).
C. Tinjauan Tentang Strategi
Kata strategi menurut Bracker dan Henee,dkk (2010:53) secara etimologi berasa
ldari bahasa Yunani klasik, yakni“strategos”(Jendral),yang pada dasarnya
diambil dari pilihank ata-kata Yunani untuk “pasukan”dan “memimpin”.Strategi
merupakan salah satu hal penting karena ia memberikan landasan mencapai suatu
tujuan dalam berbagai bentuk. Strategi mempunyai andil besar dalam setiap
pengambilan keputusan manajerial. Strategi memberikan pilihan tentang apa yang
tidak perlu dilakukan dan apa yang harus dilakukan.
Strategi menurut Nawawi (2012:147), dari sudut etimologis berarti penggunaan
kata “strategi” dalam manajemen sebuah organisasi, dapat diartikan sebagai kiat,
cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen, yang terarah pada tujuan strategi organisasi. Sedangkan
menurut Chandler dalam Akdon (2011:12) mengemukakan bahwa strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi dalam kaitannya dengan tujuan
33
jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumberdaya. Dengan
katalain, strategi adalah pilihan dan rute yang tidak hanya sekedar mencapai suatu
tujuan akan tetapi strategi juga dimaksudkan untuk mempertahankan
keberlangsungan organisasi didalam lingkungan hidup dimana organisasi tersebut
menjalankan aktivitasnya.
Menurut Jauch dan Glueck (1994:13) mengemukakan bahwa strategi adalah
rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan
strategi organisasi dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan
bahwa tujuan utama organisasi dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh
organisasi. Tetapi strategi bukanlah sekedar rencana yang disatukan, menyeluruh
dan terpadu. Disatukan artinya strategi mengikat semua bagian organisasi menjadi
satu. Strategi itu menyeluruh, artinya strategi meliputi semua aspek yang penting
pada suatu organisi. Sedangkan strategi itu terpadu, artinya semua bagian rencana
strategi satu sama lain bersesuaian.
Berdasarkan definisi-definisidiatas, peneliti memberikan kesimpulan bahwa
strategi adalah cara atau metode yang digunakan oleh individu organisasi baik
organisasi public maupun organisasi swasta dalam mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan oleh organisasi yang bersangkutan. Strategi dalam hal ini
merupakan bagian terpadu dari suatu rencana (plan), dimana rencana merupakan
produk dari perencanaan (planning), yang pada akhirnya perencanaan adalah
fungsi dasar dari proses manajemen. Selain itu, strategi dapat dipandang sebagai
suatu alat yang dapat menetukan langkah organisasi baik dalam jangka pendek
mupun panjang.
34
1. Tinjauan Tentang Strategi Pembangunan Desa
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa secara lebih efektif, maka
pemerintah desa dan masyarakatnya perlu menciptakan suatu strategi
pencapaian tujuan tersebut. Dalam merancang strategi yang dimaksud,
pemerintah desa perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Keterpaduan pembangunan desa, di mana kegiatan kegiatan dilaksanakan
memiliki sinergi dengan kegiatan pembangunan yang lain.
b. Partisipatif, di mana masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan dari
proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan.
c. Keberpihakan, di mana orientasi kegiatan baik dalam proses maupun
pemanfaatan hasil kepada seluruh masyarakat desa (Suharto,2006)..
Otonomi dan desentralisasi, di mana masyarakat memperoleh kepercayaan dan
kesempatan luas dalam kegiatan baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan maupun pemanfaatan hasilnya (Suharto,2006). Adapun mengenai
rencana-rencana pembangunan yang telah disusun dan diterapkan bersama
dalam forum musyawarah (yang sering disebut musrembangdes) hendaknya
dapat dilakukan secara baik.Untuk itu dapat dilakukan secara baik.Untuk itu
para pelaku pembangunan di desa harus dapat menerapkan prinsip-prinsip
pengelolaan desa sebagai berikut :
a. Accountable, pengelolaan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat.
b. Transparant, pengelolaan kegiatan harus dilakukan secara terbuka dan
diketahui oleh masyarakat.
35
c. Acceptable, pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga
memperoleh dukungan masyarakat.
d. Sustainable, pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat secara berkelanjutan. (Suharto, 2006)
2. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis yang ampuh apabila
digunakan dengan tepat. Dalam Siagian (2007:172), SWOT merupakan
akronim dari Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities
(Peluang) dan Threats (Ancaman). Faktor kekuatan dan kelemahan terdapat
dalam tubuh suatu organisasi atau dalam arti faktor lingkungan internal
sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor- faktor lingkungan yang
dihadapi organisasi atau dalam arti faktor lingkungan eksternal.
Penjelasan mengenai SWOT adalah sebagai berikut:
a. Strengths (Kekuatan)
Faktor kekuatan adalah antara lain kompetensi khusus yang terdapat dalam
organisasi yang berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif oleh
organisasi. Perlu diperhatikan dalam hal apa organisasi telah berhasil.
Apabila keberhasilan tersebut telah diketahui, perlu diidentifikasi apa
karakteristik dari keberhasilan atau sukses tersebut, yaitu apa yang
merupakan kekuatan-kekuatan unik organisasi. (Salusu, 1996:292)
b. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal
sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius
36
bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan Kelemahan yang
dirasakan oleh organisasi antara lain lokasi yang jauh dari fasilitas umum,
sumberdaya seperti kondisi keuangan yang tidak stabil, terbatas nya tenaga
terampil, kekurang mampuan dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada,
kurang disiplin karyawan, pertentangan antar kelompok dan lemahnya
kepemimpinan. Salah satu akar dari kelemahan organisasi ialah apabila
organisasi tidak memiliki tujuan dan sasaran sertastruktur organisasi yang
tidak teratur.(Salusu:1996:294-295)
c. Opportunities (Peluang)
Definisi sederhana tentang peluang adalah berbagai situasi lingkungan
yang menguntungkan bagi suatu organisasi.
d. Threats (Ancaman)
Pengertian ancaman merupakan kebalikan dari peluang. Ancaman adalah
faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis.
Jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi ganjalan bagi organisasi untuk
masa sekarang maupun di masa depan.
Berdasarkan penjelasan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa analisis SWOT
ini mampu menguraikan faktor-faktor seperti faktor S, W, O, dan T sehingga
memudahkan peneliti dalam menganalisis dan memberikan rekomendasi
dalam memecahkan masalah. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
analisis SWOT yang meliputi analisis lingkungan internal dan analisis
lingkungan eksternal dengan alasan sebagai berikut:
a. Analisis SWOT ini merupakan analisis yang lengkap karena meliputi
lingkungan internal dan lingkungan eksternal suatu organisasi, yang di
37
dalamnya terdapat analisis terhadap kekuatan, kelemahan, peluang, dan
tantangan yang dihadapi oleh suatu organisasi dalam melaksanakan
aktivitas dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Melaluian alisis SWOT ini akan di identifikasi strategi yang perlu
ditingkatkan dan diprioritaskan bagi suatu organisasi. Strategi mana yang
dipandang menjadi prioritas untuk diterapkan setelah dikombinasikan
dengan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan organisasi.
c. Analisis SWOT sesuai dengan kajian penelitian mengenai Strategi
Pemerintah Daerah Lampung Selatan Dalam Menuntaskan Desa
Tertinggal, karena dengan menggunakan analisis ini akan dapat ditentukan
strategi Pemerintah dalam upaya mencapai tujuan menuntaskan Desa
Tertinggal yang akan membuat kesejahterahan warga, adanya pendapatan
daerah setelah dianalisi berdasarkan faktor kekuatan, kelemahan,
peluangdan tantangan organisasi sebuah strategi. Strategi yang baik adalah
strategi yang mampu menjelaskan dan memberikan informasi pengambilan
strategi tersebut. Informasi strategi ini untuk efektivitas dan efisiensi
dalam perancangan strategi sehingga meminimalisir kegagalan strategi.
D. Kerangka Pikir
Kabupaten Lampung Selatan adalah salah satu kabupaten yang memiliki jumlah
desa terbanyak di Provinsi Lampung, memiliki luas daratan +2.109,74 km2
yang
terbagi dalam 17 kecamatan dan terdiri dari 248 desa dan 3 kelurahan. Menurut
data Kementerian Desa Tertinggal 98 desa di Kabupaten Lampung Selatan masih
berstatus desa tertinggal ini tidak sesuai dengan sumberdaya alam yang dimiliki
38
oleh Kabupaten Lampung Selatan.Untuk mengubah desa tertinggal menjadi desa
berkembang pemerintah Kabupaten Lampung Selatan harus memiliki strategi
yang cepat dan terarah agar masalah desa tertinggal dapat teratasi dengan baik
seperti masalah kemiskinan, kesehatan, infrastruktur dan ekonomi.
Untuk itu dibutuhkan sebuah strategi yang mampu menangani desa tertinggal di
Kabupaten Lampung Selatan.Peneliti menggunakan analisis SWOT dalam
penelitian antara lain Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities
(peluang) dan Threats (ancaman). Alasan utama peneliti menggunakan analisis
tersebut karena melalui analisi SWOT ini akan diidentifikasi strategi yang perlu
ditingkatkan dan di prioritaskan bagi suatu organisasi. Strategi mana yang
dipandang menjadi prioritas untuk diterapkan setelah dikombinasikan dengan
analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan organisasi.
Peneliti menggunakan analisis SWOT dalam penelitiannya dengan
mempertimbangkan kecocokan antara masalah yang diteliti dengan konsep yang
digunakan.Dengan analisis SWOT peneliri dapat menguraikan faktor S. W. O. T
dalam mengkaji desa tertinggal.Selain itu dapat dianalisis dan ditentukan strategi
yang dapat digunakan dalam membangun desa tertinggal. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada gambar kerangka pikir penelitian sebagai berikut :
39
Strategi Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
Dalam Mengentaskan Desa Tertinggal
Strengths Weakness Opportunities Threats
Rekomendasi Strategi Dalam Mengentaskan Desa
Tertinggal Di Lampung Selatan berdasarkan hasil
interaksi faktor SWOT
Desa tertinggal dapat teratasi
Gambar 1. Kerangka Pikir
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian diskriptif dengan pendekatan kualitatif,
yaitu penelitian yang mengelola dan menggambarkan data serta informasi
berdasarkan fakta-fakta yang tampak untuk kemudian dianalisis lebih
lanjut.Metode ini tidak terbatas sampai pada pengumpulan data, tetapi meliputi
analisis.penyampaian data dan informasi serta digambarkan dalam bentuk
tampilan kalimat yang lebih bermakna dan mudah dipahami. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui strategi pemerintah daerah Lampung Selatan, namun
dalam melihat objek tersebut tidak selalu cukup didapat dengan melihat sesuatu
yang nyata, akan tetapi perlu melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi dan harus
menemukan lebih jauh sesuatu yang nyata tersebut (Sugiyono, 2015:45).
Penggunaan metode penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini di
karnakan fakta, hambatan, kendala serta hasil penelitian ini nantinya akan lebih
mudah dianalisis dengan melakukan penggambaran secara mendalam untuk
kemudian didapatkan kesimpulan yang menjawab persoalan tentang mengapa
masih banyaknya status desa tertinggal di kabupaten lampung selatan.
Sugiyono (2015:1) mendefinisikan penelitian kualitatif ini sebagai metode yang
muncul karena terjadi perubahan paradigma dalam memandang suatu
41
realitas/fenomena/gejala.Dalam paradigma ini realitas sosial dipandang sebagai
sesuatu yang holistik atau utuh, kompleks, dinamis dan penuh makna.Menurutnya
pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik
(utuh).Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke
dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagian dari suatu
keutuhan.
Peneliti tertarik melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif dikarenakan bahwa pandekatan kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata- kata tertulis dan gambar
yang diperoleh dari transkripsi wawancara, catatan lapangan, foto, videotape,
dokumen pribadi dll (Beni Kurniawan, 2012:23).Pertimbangan lain dalam
penelitian yang bersifat kualitatif ini adalah bahwa dalam penelitian kualitatif ini
tidak hanya mengungkapkan peristiwa riil yang dapat dikuantifikasikan, tetapi
lebih dari itu hasilnya diharapkan dapat mengungkapkan nilai-nilai tersembunyi.
Selain itu penelitian ini akan lebih peka terhadap informasi yang bersifat kualitatif
deskiriptif dengan secara relatif berusaha mempertahankan keutuhan dari objek
yang diteliti.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian mempunyai makna batasan penelitian, karena dalam lapangan
penelitian banyak gejala yang meyangkut tempat, pelaku, dan aktifitas, namun
tidak semua tempat, pelaku dan aktifitas diteliti semua.Untuk menentukan pilihan
penelitian maka harus membuat batasan yang dinamakan fokus penelitian.Dalam
fokus ini peneliti ingin mengetahu strategi pemerintah dalam mengentaskan desa
42
tertinggal dikabupaten lampung selatan.fokus juga dapat di artikan sebagai
domian tunggal atau beberapa domain yang terkait dengan situasi sosial. Menurut
Sugiyono (2015:34) pembatasan masalah dan topik dalam penelitian kualitatif
lebih didasarkan pada tingkat kepentingan masalah yang akan dipecahkan, selain
juga faktor keterbatasan tenaga, dana dan waktu. suatu masalah di katakan penting
apabila masalah tersebut tidak dipecahkan melalui penelitian akan semakin
menimbulkan masalah baru.
Untuk memperjelas pemahaman tentang konsep-konsep penting yang digunakan
dalam penelitian ini, maka fokus penelitian ini adalah strategi dalam
mengentaskan desa tertinggal dengan menggunakan analisis SWOT. Untuk
mendeskripsikan fokus penelitian secara lengkap akan dijelaskan mengenai
skripsi yang terdiri dari:
1. Strengths (kekuatan) Pada kekuatan ini akan dianalisis bagaimana kekuatan
Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dalam organisasi khususnya
dalam melakukan pengentaskan Desa tertinggal. Memfokuskan pada:
a. Posisi Kabupaten Lampung Selatan sebagai daerah penyangga.
b. Komitmen Kabupaten Lampung Selatan.
c. Sumber daya alam sebagai sektor unggulan.
d. Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
e. Penataan tata ruang Kabupaten Lampung Selatan.
f. Adat istiadat dan budaya.
g. Nota kesepakatan gubernur dan bupati.
43
2. Weakness (kelemahan) Pada bagian ini akan dianalisis keterbatasan atau
kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan organisasi
dalam mengentaskan desa tertinggal. Dapat berupa analisis:
a. Ketersediaan dana yang terbatas untuk pembangunan.
b. Kondisi geografis yang tidak merata dan labil.
c. Kualitas sumber daya manusia yang lemah atau randah.
d. Sarana dan prasarana yang kurang memadai.
e. Kurangnya peran institusi pendidikan, balai penelitian dan diklat dalam
pembangunan.
f. Lemahnya komunikasi antara lembaga pemerintahan dengan masyarakat
desa dalam pembangunan.
g. Kurangnya supermasi hukum yang lemah.
3. Opportunities (peluang) Pada bagian ini akan dilihat peluang-peluang yang
tercipta dari adanya strategi Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan.
Indikator yaitu:
a. Kementrian dan kerjasama pihak swasta.
b. Terbentuknya pembangunan daerah tertinggal.
c. Dana Pembangunan.
d. Otonomi daerah yang memberikan kebebasan.
e. Persaingan antar wilayah.
f. Kebijakan pemerintah pusat dan provinsi.
g. Kerukunan hidup umat beragama.
4. Threats (ancaman) Pada bagian ini akan dilihat faktor-faktor yang
menyebabkan mengapa desa itu tertinggal. Indikator yaitu:
44
a. Laju pertumbuhan penduduk yang meningkat.
b. Bencana alam nasional dan regional.
c. Kondisi politik dan keamanan nasional dan regional.
d. Ketidak pastian lingkungan global.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dalam penelitian tentang Strategi Pemerintah Daerah Lampung
Selatan Dalam Mengentaskan Desa Tertinggal ini dilakukan pada kantor
pemerintahan Daerah Kabupaten Lampung Selatan. Lokasi ini dipilih sebagai
lokasi penelitian dikarenakan peneliti ingin mengetahui bagaimna strategi yang di
lakukan oleh pemerintah daerah Lampung Selatan dalam menuntaskan desa
tertinggal, dimana masih banyak desa-desa di kabupaten Lampung Selatan yang
notabennya desa tertinggal atau desa berpenduduk miskin, disini peneliti ingin
mengetahui seberapa jauh strategi yang di lakukan pemerintah kabupaten
Lampung Selatan dalam menangani desa tertinggal.
D. Jenis Data
Data dapat diartikan sebagai sesuatu yang diketahui, atau sesuatu yang
dianggap.Data sebagai sesuatu yang dianggap menunjukkan sesuatu yang masih
harus dibuktikan kebenarannya (hipotesis), dan dapat juga sebagai sesuatu yang
belum terjadi (forcasting).
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh sendiri oleh peneliti langsung
melalui objeknya (Firdaus, 2012:28). Data yang telah diperoleh langsung dari
45
informan dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa interview
(wawancara) langsung. Dalam penelitian ini teknik wawancara dilakukan
dengan memberikan sejumlah pertanyaan-pertanyaan terkait isu/pokok
masalah dalam penelitian kepada informan-informan yang telah
ditentukan.Data diperoleh peneliti dengan mengajukan beberapa pertanyaan
secara lisan, bertatap muka, mendengarkan secara langsung informasi yang
diberikan informan. Data primer diperoleh peneliti sebagai hasil dari proses
pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan
observasi mengenai kinerja pemerintah kabupaten lampung selatan dalam
mengentaskan desa tertinggal.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi
berupa publikasi.Data yang diperoleh dengan berdasarkan pada dokumen-
dokumen, catatan-catatan, profil, arsip-arsip resmi, serta literatur lainnya yang
relevan dalam melengkapi data primer penelitian. Data diperoleh peneliti
dengan menggumpulkan berbagai buku-buku/literatur penunjang, hasil-hasil
rapat, SK Bupati, Undang-undang serta Peraturan-peraturan yang berkenaan
dengan pelaksanaan Program penuntasan desa tertinggal, serta mempelajari
dan melakukan olah data terkait dengan strategi penuntasan desa tertinggal.
Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan penelitian yaitu gambaran umum mengenai
strategi pemerintah kabupaten lampung selatan dalam mengentaskaan desa
tertinggal.
46
E. Informan
Informan adalah orang yang dapat memberikan keterangan/informasi tentang
situasi dan kondisi latar penelitian.Untuk menentukan informan yang ada,
digunakan teknik purposive sampling yaitu dipilih berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan/maksud tertentu.Berdasarkan informan yang mengalami langsung
situasi atau kejadian-kejadian kemungkinan besar diperoleh informasi
berhubungan dengan keefektifan dari Strategi Pemerintah Daerah kabupaten
Lampung Selatan dalam menuntaskan desa tertinggal. Sedangkan informan dalam
penelitian ini adalah kepala dinas BAPPEDA, Sekretariat, bidang Kependudukan
dan pemerintah, dan kepala dinas BPMPD Lampung Selatan, Sekretariat, bidang
pemerintahan desa.
1. Informan pertama
Nama : Pretty Wulandari, S.Si., M.Si.
NIP : 19850609 201001 2 005
Jabatan : Kepala Sub Bidang Kependudukan dan Pemerintah BAPPEDA
Kabupaten Lampung Selatan..
2. Informan Kedua
Nama : Dul Kahar, AP., M.Si
NIP : 19741012 199501 1 001
Jabatan : Kepala Dinas BPMPD Kabupaten Lampung Selatan.
3. Informan Ketiga
Nama : Khoirulloh, SE., M.M.
NIP : 19620519 198903 1 010
47
Jabatan : Kepala Bidang Pemerintahan Desa BPMPD Kabupaten Lampung
Selatan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam sebuah penelitian merupakan faktor yang
penting demi keberhasilan dalam sebuah penelitian. Hal ini berkaitan dengan
bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang
digunakan. Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang
dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga
dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes,
dokumentasi dan sebagainya Dalam penelitian, teknik pengumpulan data
merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian.
Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya,
dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data
diperoleh.Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data
diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder). Metode Pengumpulan Data
merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode
menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket,
wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan sebagainya. Teknik atau cara
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
48
1. Wawancara
Interview atau wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara melakukan percakapan antara dua orang untuk memperoleh
keterangan yang sesuai dengan penelitian dan dipusatkan pada isi yang
dititikberatkan pada tujuan deskriptif, prediksi dan penjelasan sistematik
(Kurniawan, 2012: 20). Pedoman wawancara berisi tentang uraian penelitian
yang biasanya dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan agar proses
wawancara dapat berjalan dengan baik (Riduwan, 2004: 74).
Situasi wawancara ini berhubungan dengan waktu dan tempat wawancara.
Waktu dan tempat wawancara yang tidak tepat dapat menjadikan wawancara
terasa canggung untuk mewawancara dan respondenpun enggan untuk
menjawab pertanyaan.Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik wawancara terbuka, yaitu peneliti tidak membatasi responden
dalam menjawab pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan Strategi
pemerintah dalam menuntaskan desa tertinggal ini.Teknik ini diharapkan
dapat memperoleh informasi seluas-luasnya tanpa ada yang disembunyikan.
Peneliti akan melakukan wawancara kepada Kepala Sub Bidang
Kependudukan dan Pemerintah BAPPEDA Kabupaten Lampung Selatan,
Kepala Dinas BPMPD Kabupaten Lampung Selatan, Kepala Bidang
Pemerintahan Desa BPMPD Kabupaten Lampung Selatan.
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan tahap yang penting atau memiliki urgensi
dalam metode ilmiah untuk mencari sumber data sekunder yang menjadi
49
pendukung penelitian, kemudian juga diperlukan sebagai cara untuk
mengetahui sejauh apa kajian yang berhubungan dengan penelitian telah
berkembang sejauh apa kesimpulan dan degeneralisasi yang pernah disusun
dan dibuat. Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan
suatu tempat yang tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang
relevan untuk dikumpulkan, dibaca dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan.
Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan peneliti mengetahui sumber-
sumber informasi tersebut, misalnya kartu katalog, referensi umum dan
khusus, buku-buku pedoman, buku petunjuk, laporan- laporan penelitian,
tesis, disertasi, jurnal, ensiklopedi, dan surat kabar.Sehingga peneliti akan
memperoleh informasi dari sumber yang tepat dalam waktu yang singkat.
Dalam penelitian ini teknik studi kepustakaan dilakukan dengan mencari data-
data pendukung (data sekunder) pada berbagai literatur baik berupa buku-
buku, dokumen-dokumen, makalah-makalah hasil penelitian dan juga bahan-
bahan referensi lainnya yang berkaitan dengan Strategi pemerintah daerah
Lampung Selatan dalam menuntaskan desa tertinggal yang ditetapkan sebagai
lokasi penelitian.
3. Observasi
Observasi merupaka teknik pengumpulan yang mengharuskan peneliti turun
ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku,
kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.Observasi yang paling efektif
adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai
50
instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah
laku yang digambarkan akan terjadi.
Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan teknik observasi terus terang
atau tersamar, dimana peneliti melakukan pengumpulan data menyatakan
terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti akan melakukan penelitian.
Selain itu, peneliti dalam suatu saat juga tidak terus terang atau tersamar
dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau ada suatu data yang dicari
merupakan data yang masih dirahasiakan.Kemungkinan kalau dilakukakan
dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diizinkan untuk melakukan
observasi. Sehingga pada penelitian ini, peneliti mengamati segala kegiatan-
kegiatan yang berkaiatan dengan penggunaan strategi maupun dana
pemerintah daerah Lampung Selatan dan pengimplementasiannya di
lapangan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan di lokasi wawancara dari
masing-masing informan yaitu BAPPEDA dan BPMPD.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dapat diasumsikan sebagai sumber data tertulis yang terbagi
dalam dua kategori yaitu sumber data resmi dan sumber tidak resmi. Sumber
resmi merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh lembaga/perorangan
atas nama lembaga. Sumber tidak resmi adalah dokumen yang
dibuat/dikeluarkan oleh individu tidak atas nama lembaga. Dokumen yang
akan dijadikan sebagai sumber referensi dapat berupa hasil rapat, laporan
pertanggungjawaban, surat, dan catatan harian (Kartiko, 2009: 73).
51
Sedangkan Menurut Moleong (2012: 216-217) Dokumen merupakan setiap
bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena
adanya permintaan seorang penyidik.Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), kritera, biografi,
peraturan, kebijakan.Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar
hidup, sketsa dan lain-lain.Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya
seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, sumber website, undang-undang
serta peraturan-peraturan lainnya.Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif yang
dapat membantu peneliti mengumpulkan informasi untuk mengetahui Strategi
dan upaya pemerintah daerah Lampung Selatan dalam menuntaskan desa
tertinggal. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih dapat
dipercaya jika memiliki dokumentasi seperti tulisan dan gambar. Dokumentasi
dalam penelitian ini adalah berupa data tertulis yang dikeluarkan oleh
pemerintah kabupaten lampung selatan.
G. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul maka tahapan yang selanjutnya adalah mengolah data.
Dalam teknik pengelolaan data penelitian ini menggunakan beberapa tahapan
yaitu:
1. Editing data, dalam tahap ini meneliti kembali data-data yang telah terhimpun
untuk mengetahui kelengkapan data, kejelasan data, kesesuaian data jawaban
dan keseragaman satuan data. Proses editing dimulai dengan memberikan
identitas pada instrumen penelitian yang telah terjawab. Kemudian,
52
memeriksa satu per satu lembaran instrumen pengumpulan data, lalu
memeriksa poin-poin serta jawaban yang tersedia. Teknik editing data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara menyalin ulang hasil dari wawancara
dengan informan yang berupa data mentah yang berkaitan dengan Strategi
Pemerintah Daerah Lampung Selatan dalam menuntaskan desa tertinggal.
2. Sistematisasi data, yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada
setiap pokok secara sistematis sehingga mempermudah interpretasi data dan
tercipta keteraturan dalam menjawab permasalahan.
3. Interpretasi data, yaitu memberikan pendapat atau pandangan secara teoritis
terhadap suatu data. Adapun proses interpretasi atas hasil penelitian dalam
skripsi ini berupa menghubungkan hasil dari wawancara terhadap informan
dengan tinjauan pustaka.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, mengamatan yang sudah
dituliskan dalam catatan lapangan dan sebagainya (Moleong, 2012: 247). Data
yang diperoleh telah dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data
kualitatif. Pada tahapan ini peneliti menggunakan beberapa tahap dalam
menganalisis data yaitu :
1. Reduksi data (Data Reduction)
Reduksi data menurut Sugiyono (2015: 92) berarti merangkum, memilih hal-
hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
53
Pada tahapan ini peneliti akan memilih dan memilah data yang sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan.
2. Penyajian data (Data Display)
Setelah data melalui proses reduksi, selanjutnya adalah tahap penyajian. Pada
tahap ini data yang sudah dipilih dan dipilah selanjutnya disajikan agar
mempermudah peneliti untuk memasuki tahap selanjutnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sugiyono (2015: 95) dimana dalam mendisplaykan data,
maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut
3. Verifikasi data (Conclusion Drawing)
Tahap selanjutnya adalah verifikasi data, dimana pada tahap ini data yang
telah disusun selanjutnya akan melalui proses penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Menurut Sugiyono (2015: 99) kesimpulan awal yang dikemukakan
masih beresifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan mbukti-
bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitiatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.
I. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
triangulasi data. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu
(Sugiyono, 2015: 125). Berdasarkan dari berbagai model triangulasi yang ada,
peneliti akan menggunakan model triangulasi sumber.
54
Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui
berbagai metode dan sumber perolehan data.Misalnya, selain melalui wawancara
dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant
obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau
tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan
menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan
pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti.
Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran handal.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis Lampung Selatan
Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105°14’ sampai dengan
105°45’ Bujur Timur dan 5°15’ sampai dengan 6° Lintang Selatan. Mengingat
letak yang demikian ini, daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya
daerah-daerah lain di Indonesia merupakan daerah tropis.
Kabupaten Lampung Selatan bagian Selatan meruncing dan mempunyai sebuah
teluk besar yaitu Teluk Lampung. Di Teluk Lampung terdapat sebuah pelabuhan
yaitu Pelabuhan Panjang, dimana kapal-kapal dalam dan luar negeri dapat
merapat. Secara umum, pelabuhan ini merupakan faktor yang sangat penting
bagi kegiatan ekonomi penduduk Lampung. Sejak tahun 1982, Pelabuhan
Panjang termasuk dalam wilayah Kota Bandar Lampung.
Kabupaten Lampung Selatan masih mempunyai sebuah pelabuhan yang terletak
di Kecamatan Penengahan, yaitu Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni, yang
merupakan tempat transit penduduk dari pulau Jawa ke Sumatera dan sebaliknya.
Dengan demikian, Pelabuhan Bakauheni merupakan pintu gerbang pulau
Sumatera bagian Selatan. Jarak antara pelabuhan Bakauheni (Lampung Selatan)
dengan pelabuhan Merak (ProvinsiBanten) kurang lebih 30 kilometer, dengan
waktu tempuh kapal 1,5 jam.
56
Kabupaten Lampung Selatan Memiliki Daerah Daratan Kurang lebih
2.007,01km², dengan kantor Pusat Pemerintahan di Kota Kalianda, yang
diresmikan menjadi Ibu kota Kabupaten Lampung Selatan oleh Menteri Dalam
Negeri pada tanggal 11 Februari 1982. Sampai saat ini Kabupaten Lampung
Selatan telah mengalami pemekaran dua kali. Pertama berdasarkan Undang-
undang Nomor 2 Tahun 1997 yang ditetapkan pada tangga l3 Januari 1997
tentang pembentukan Kabupaten Tanggamus. Kemudian yang kedua berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kabupaten Pesawaran tanggal 10 Agustus 2008. Wilayah
administrasi Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas-batas sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lampung Tengah dan
Lampung Timur;
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Selat Sunda.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pesawaran
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Laut Jawa.
B. Penduduk
Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan hasil Proyeksi
Penduduk tahun 2011 berjumlah 922.397 jiwa, yang terdiri dari 476.053 jiwa
laki-laki dan 446.344 perempuan. Sex ratio penduduk atau perbandingan
jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan 106,66 yang berarti bahwa setiap
100 jiwa perempuan terdapat 106 laki. Garis besar dapat digolongkan menjadi
dua bagian, yaitu Penduduk Asli Lampung dan Penduduk Pendatang. Penduduk
57
Asli Lampung, khususnya sub-suku Lampung Peminggir, umumnya berkediaman
disepanjang pantai pesisir, seperti di Kecamatan Penengahan, Kalianda,
Katibung. Penduduk sub-suku Lampung yang lain tersebar diseluruh Kecamatan
yang ada di Kabupaten Lampung Selatan.
Table 5. Nama Ibukota Kecamatan, Banyaknya Desa/Kelurahan dan Luas
Kabupaten Lampung Selatan menurut Kecamatan, 2011
Kecamatan Ibu Kota
Banyaknya
Desa/
Kelurahan
Luas
Km2
Persentase
Terhadap
Total
1 2 4 5 6
1. Natar Merak Batin 22 213,77 10,65
2. Jati Agung Marga Agung 21 164,47 8,19
3. Tangjung bintang Jati Baru 16 129,72 6,46
4. Tangjung Sari Merbau Mataram 8 103,32 5,15
5. Katibung Tanjung Ratu 12 175,77 8,76
6. Merbau Mataram Merbau
Mataram
15 113,94 5,68
7. Way Sulan Karang Pucung 8 46,54 2,32
8. Sidomulyo Sidorejo 15 122,53 6,11
9. Candipuro Titiwangi 14 84,69 4,22
10. Way Panji Sidoharjo 4 38,45 1,92
11. Kalianda Kalianda 27 161,40 8,04
12. Rajabasa Banding 15 100,39 5,00
13. Palas Bangunan 21 171,39 8,54
14. Sragi Kuala Sekampung 10 81,92 4,08
15. Penengahan Pasuruan 22 132,98 6,63
16. Ketapang Bangun Rejo 16 108,60 5,41
17.
Bakauheni
Hatta 5 57,13 2,85
Jumlah 251 2007,01 100,00
Sumber: Bagian Otonomi Daerah Pemda Kab.Lampung Selatan tahun 2011
C. BAPPEDA Kabupaten Lampung Selatan
Pembentukan BAPPEDA Republik Indonesia ditetapkan dengan Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 27 Tahun 1980 tentang Pembentukan
BAPPEDA, yang mana Bappeda mempunyai dua tingkat kedudukan. Yang
pertama, Bappeda Tingkat I (sekarang Pemerintahan Provinsi) dan Bappeda
58
Tingkat II (sekarang Pemerintahan Kabupaten/Kota). BAPPEDA merupakan
singkatan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang mana badan ini
menurut aturan KEPRES No.27 Tahun 1980, dalam Bab I bahwa badan ini
adalah Badan Staf yang langsung dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Daerah. Dimana Bappeda berperan sebagai pembantuk kepala daerah dalam
menentukan kebijakan dibidang perencanaan pembangunan daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
Tentang Organisasi Perangkat Daerah, dimana kedudukan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung Selatan, untuk selanjutnya disingkat
BAPPEDA, merupakan Lembaga Teknis Daerah sebagai unsur penunjang
Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala dan bertanggung jawab
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Selatan.
1. Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda Kabupaten Lampung Selatan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
Tentang Organisasi Perangkat Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten Lampung
Selatan Nomor 12 Tahun 2013 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Tugas pokok dan fungsi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung Selatan
terdapat didalam Peraturan Bupati Lampung Selatan Nomor 12 Tahun 2013
Tentang Rincian Tugas Jabatan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Lampung Selatan.
a. Tugas Pokok Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Lampung Selatan, Tugas Pokok BAPPEDA Kabupaten Lampung Selatan
59
yaitu melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
dibidang perencanaan pembangunan daerah.
b. Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung
Selatan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung
Selatan mempunyai fungsisebagai berikut:
1) Perumusan kebijakan teknis perencanaan.
2) Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan.
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas-tugas dibidang perencanaan
pembangunan daerah.
4) Penyelenggaraan penelitiandan pengembangan.
5) Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
6) Pengelolahan unsur ketatausahaan dan rumah tangga badan.
2. Bagan Struktur BAPPEDA Kabupaten Lampung Selatan
Pada bab II pasal 2, Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Lampung Selatan sebagai berikut:
1. Kepala Badan
2. Sekretaris, membawahi
a. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
b. Kepala Sub Bagian Perencanaan
c. Kepala Sub Bagian Keuangan
3. Kepala Bidang Ekonomi, membawahi:
a. Kepala Sub Bidang Pertanian, Perikanan, Pariwisata, Kehutanan dan
Perkebunan
60
b. Kepala Sub Bidang Industri, Dunia Usaha, Keuangan dan
Pertambangan.
4. Kepala Bidang Pemerintahan, Sosial, dan Budaya, membawahi:
a. Kepala Sub Bidang Pemerintahan dan Kependudukan.
b. Kepala Sub Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.
5. Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Wilayah, membawahi:
a. Kepala Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
b. Kepala Sub Bidang Prasarana Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika, Permukiman dan Pengairan.
6. Kepala Bidang Penelitian Pengembangan dan Pendataan, membawahi:
a. Kepala SubBidang Penelitian Pengembangan.
b. Kepala Sub Bidang Pendataan.
7. Kepala Bidang Pengendalian, membawahi;
a. Kepala Sub Bidang Monitoring dan Pelaporan.
b. Kepala Sub Bidang Evaluasi dan Analisis Pembangunan Daerah.
8. Unit PelaksanaTeknis, dan
9. Kelompok Jabatan Fungsional.
61
KEPALA BADANDrs. Wahidin Amin, M.Si.
19741215 199503 1 003 (IV/a)
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL1.……………………………………2.……………………………………
BIDANG EKONOMIMahat Santosa, S.STP
19720607 200312 1 004 (III/d)
BIDANG SOSIAL & PEMERINTAHANAbidin, S.E., M.M.
19710304 199303 1 004 (III/d)
SUBBID SUMBER DAYA ALAMYenni Tristiana, S.E.
19740617 200804 2 001 (III/c)
SUBBID PENDIDIKAN, PEMUDA & OLAH RAGASutomo, S.E., M.M.
19790823 201101 1 004 (III/b)
SUBBID PERDAGANGAN, INDUSTRI DAN JASAGustri Nelda Putri, S.IP.
19900828 201010 2 003 (III/b)
SUBBID KESEHATAN & KESEJAHTERAAN SOSIALRohmaniar, S.H.
19700804 200301 2 006 (III/d)
SUBBID KEUANGAN DAN DUNIA USAHAAlfan Wiranegara, S.E., M.M.19850228 200902 1 001 (III/c)
SUBBID KEPENDUDUKAN & PEMERINTAHANPretty Wulandari, S.Si., M.Si.19850609 201001 2 005 (III/b)
SEKRETARISAryan Saruhian, S.P., M.E.
19750111 200003 1 008 (IV/a)
SUBBAG UMUM & KEPEGAWAIAN
...............................
SUBBAG KEUANGAN & ASSETWiwit Murniningsih, S.E.
19821217 200501 2 005 (III/b)
SUBBAG PERENCANAANAndi Nurizal, S.E, M.M.
19771215 200801 1 010 (III/c)
BIDANG SARANA & PRASARANA WILAYAHIwan Abdul Roni, S.Pi
19761020 200312 1 005 (III/d)
BIDANG PENGENDALIAN Joniyansyah, SKM., M.M.
19761021 200003 1 002 (III/c)
SUBBID PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Rudhy Iswandi, S.E., M.Ec., Dev19851108 201001 1 003 (III/c)
SUBBID MONITORING DAN PELAPORANTutwuri Handayani, S.E., M.M.19821009 201001 2 005 (III/c)
SUBBID TRANSPORTASI & PENGAIRANHasmanto Abdullah, S.T., M.Sc.19741027 200501 1 006 (III/c)
SUBBID EVALUASI & ANALISISKarsinah, S.Sos.
19660315 198603 2 002 (III/c)
SUBBID TATA RUANG, LINGKUNGAN HIDUP & INFORMATIKA
Apriadi, S.T., M.T.19740408 200212 1 005 (III/d)
SUBBID DATA PEMBANGUNAN DAERAHRosmala Dewi , S.P.
19721007 200901 2 001 (III/c)
UNIT PELAKSANA TEKNIS
Gambar 2. Bagan Organisasi BAPPEDA
62
D. BPMPD Kabupaten Lampung Selatan
BPMPD memiliki peran yang sangat strategis terhadap upaya penumbuh
kembangan peran serta masyarakat. Yang menjadi modal Badan Pemberdayaan
Masyarakat, dan Pemerintahan Desa(BPMPD) sebagaimana ditetapkan melalui
Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2013 merupakan salah satu institusi perangkat
daerah yang memiliki tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah dibidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa.
Sebagaimana tupoksinya, lembaga ini diharapkan mampu menjadi motor
penggerak dalam tugas-tugas pemberdayaan masyarakat dan kepemerintahan desa
menuju masyarakat berkualitas yang mandiri.
Seiring dengan dasar terhadap pembangunan masyarakat secara makro. Dengan
demikian perwujudan kualitas dan kemandirian keluarga sangat berperan dalam
peningkatan indeks pembangunan sumberdaya manusia. Perencanaan Strategis
merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama
jangka waktu 1(satu) sampai dengan 5(lima) tahun secara sistematis dan
berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang
ada atau yang mungkin timbul.
Proses ini akan menghasilkan dokumen rencana strategis atau dokumen
perencanaan jangka menengah. Rencana strategis merupakan rencana jangka
menengah Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa(BPMPD)
Kabupaten Lampung Selatan yang dibuat secara bersama-sama antara pimpinan
dan seluruh komponen organisasi. Dokumen rencana strategi stersebut bersifat
adaptif terhadap perubahan-perubahan baik yang berasal dari internal maupun dari
63
lingkungan ekternal organisasi. Dengan demikian dokumen rencana strategis ini
san gat akomodatif terhadap perubahan yang dimaksudkan sebagai penajaman.
Rencana Strategis BPMPD Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014-2019
padadasarnya merupakan penjabaran visi,misi dan program-program SKPD yang
penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Selain itu,
penyusunan tersebut dilakukan melalui berbagai tahapan analisis data dan
informasi hasil pembangunan, perumusan permasalahan dan isu strategis,
perumusan tujuan, sasaran, startegidan arah kebijakan, serta penetapan indikator
kinerja.
1. Tugas BPPMD Kabupaten Lampung Selatan:
a. Menetapkan rencana strategis Badan.
b. Menyusun rencanakerja Badan.
c. Merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengendalikan dan
mengevaluasi penyusunan program dan kegiatan sesuaidengan bidang
tugasnya.
d. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, mengendalikan dan
mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan dibidang pemberdayaan
lembaga masyarakat dan dunia usaha.
e. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, mengendalikan dan
mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan dibidang Pemerintahan
Desa dan Kelurahan.
64
f. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, mengendalikan dan
mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan dibidang Kelembagaan
dan Partisipasi Masyarakat.
g. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, mengendalikan dan
mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan dibidang Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat.
h. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, mengendalikan dan
mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan di bidang Pengarus
utamaan Gender dan Kualitas Hidup.
i. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, mengendalikan dan
mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan dibidang Perlindungan
Perempuan dan Anak.
j. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dalam
pelaksanaan tugas.
k. Melaksanakan pembuatan laporan tugasdan fungsinya.
l. Melaksanakan tugaslainsesuai tugasdan fungsinya.
2. Fungsi BPMPD Kabupaten Lampung Selatan:
a. Penyelenggaraan pemerintahan dibidang pemberdayaan perempuan dan
masyarakat desa.
b. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan pemerintahan desa dan kelurahan.
c. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan kelembagaan dan partisipasi
masyarakat.
d. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan pemberdayaan ekonomi
masyarakat.
65
e. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan pengarusutamaan gender dan
kualitashidup.
f. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan perlindungan perempuan dan
anak.
g. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan pemberdayaa lembaga
masyarakat dan dunia usaha.
h. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, evaluasi dan pengendalian
pelaksanaan program dan kegiatan.
i. Pembinaan dan penyelenggaraan administrasi ketatausahaan.
j. Pembinaan jabatan fungsional.
k. Pembinaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Badan.
l. Pelaksanaan tugaslainsesuai tugasdan fungsinya.
3. Visi BPMPD Kabupaten Lampung Selatan
Dalam rangka pelaksanaan program-program tersebut BPMPD Kabupaten
Lampung Selatan senantianya fasilitasi koordinasi dan pengajuan program dan
kegiatan berupa pelaksanaan program dan anggaran Pelaksanaan Program dan
Kegiatan yang berasal dari BPMPD Provinsi Lampung. Sebuah organisasi
harus memiliki sebuah alat manajemen yang akan menentukan kearah mana
sebuah organisasi tersebut bergerak dan bagaimana cara menuju kearah
tersebut. Visi adalah suatu gambaran tentang keadaan masa depan yang
berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan .
Mengacu kepada Visi dan Misi Kabupaten Lampung Selatan yaitu
Terwujudnya Kabupaten Lampung Selatan yang sejahtera, berdaya saing,
66
mandiri, dan berakhlak mulia dan Membangun infrastrutur untuk
mempercepat kemajuan desa dengan tata ruang wilayah. serta berdasar
kapada tugas dan fungsi yang diemban BPMPD Kabupaten Lampung
Selatan, Oleh karena itu maka BPMPD Kabupaten Lampung Selatan
menentukan Visi yang merupakan suatu proyeksi organisasi dimasa yang akan
dating dan merupakan suatu komitmen yang akan menjadi motivasi untuk
melakukan tugas dan fungsinya untuk waktu 5 Tahun kedepan ( 2015– 2020 )
4. Misi BPMPD Kabupaten Lampung Selatan
Untuk mencapai visi tersebut diatas, maka Misi BPMPD Kabupaten
Lampung Selatan ditetapkan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kinerja aparatur sehingga tanggap terhadap masyarakat dan
mampu memberikan pelayanan dibidang pemberdayaan masyarakat dan
pemerintahan desa.
2. Pemantapan kelembagaan, kehidupan sosial budaya dan pengembangan
partisipasi serta keswadayaan masyarakat.
3. Pengembangan usaha ekonomi masyarakat.
4. Peningkatan pemanfaatan sumberdaya alam berwawasan lingkungan dan
pemberdayaan tekhnologi tepat guna.
5. Pemantapan penyelenggaraan pemerintahan desa.
67
Kepala dinas
Dul Kahar, AP.M.Si
Kelompok Jabatan fungsional
Kepala Bidang Pemerintahan Desa/
Kelurahan
Khoirullah, SE. MM
Kepala Bidang Kelembagaan Sosial
dan Budaya Masyarakat
Nasron, S.Sos
Kepala Seksi Pegangkatan Kapasitas
dan ADM Pemerintah Desa
Sidik, SH
Kepala Seksi Tingkat Pengembagan
Desa
Rasidi, SP
Kepala Seksi Pengolahan Keuangan
Desa
M. Iqbal Fuad
Kepala Seksi Pengembangan SDM
dan Fasilitas Masyarakat
Kepala Seksi Pengolahan dan
Pencatatan Aset Desa
Alwan Nizar. A. SE
Kepala Seksi Pemberdayaan Lembaga
Masyarakat Adat dan Budaya
Rodi Riyanto
Sekretaris
H. Bambang Sayono, S.Pd. MM
Kepala Sub Bagian Umum
Valinda, SE
Kepala Badan Perencanaan
Carlan
Bangian Keuangan
Kepala Bidang Ekonomi
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Samporno, S.Ip
Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat
dan Kesejahteraan Keluarga
Aryanto, S.Sos. MM
Kepala Seksi Pengembanagn
Kualitas dan Partisipasi Masyarakat
Yulvina Hairani, SE
Kepala Seksi Pengembangan SDA
Derahman, SP. MM
Kepala SeksiPengembangan ekonomi
Masyarakat Desa
Masyafar Sijabat
Kepala Seksi Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga
Ekadiatun, SP. MM
Kepala Seksi Pengembanagn
Teknologi Tepat Guna
Sutiyah, BA
Kepala Seksi Pemberdayaan
Swadaya Masyarakat
Afna Yudiatma, S.Stp
Gambar 3. Bagan Oraganisasi BPMPD
96
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analasis yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini adalah:
1. Berdasarkan hasil analisis faktor internal menunjukan bahwa Kabupaten
Lampung Selatan belum sepenuhnya mampu untuk mengatasi kelemahan dan
menggunakan kekuatan untuk pembangunan desa tertinggal. faktor analisisi
eksternal bahwa dalam pembangunan daerah tertinggal, menunjukan
Kabupaten Lampung Selatan sedang berusaha untuk memanfaatkan peluang
eksternal dan menghindari ancaman.
2. Berdasarkan analisis matriks SWOT, maka prioritas alternatif strategi yaitu :
a. Meningkatkan akses kerjasama yang baik antara pemerintah propinsi
dengan kabupaten yang dituangkan dalam suatu kebijakan pembangunan
yang nyata.
b. Strategi pembangunan sarana dan prasarana yang ada di desa.
c. Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan melalui
pembangunan ekonomi berbasis pedesaan.
d. Meningkatkan sumber daya manusia daerah maupun di pedesaan terutama
aparatur desa.
97
e. Mengoptimalkan sumber daya alam di kabupaten lampung selatan agar
meningkatkan PAD.
f. Membangun database dan menerapkan deteksi dini akan terjadinya
bencana alam.
B. Saran
Saran yang dapat dijadikan antara lain:
1. Untuk mengoptimalkan pembangunan dan mengurangi ketimpangan antar
wilayah yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan, serta pemerintah
kabupaten perlu memperhatikan dan mengalokisikan kegiatan pembangunan
yang ada pada desa-desa yang menjadi prioritas.
2. Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan harus lebih terbuka dan aspiratif
dalam melihat faktor- faktor eksternal maupun internal untuk merumuskan
strategi pembangunan desa kedepannya, sehingga peningkatan pembangunan
dan mengentaskan desa tertinggalan bisa tercapai.
3. Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan disarankan untuk mengimplementasi
kan strategi yang telah disusun sesuai dengan tingkat ketimpangan masing-
masing desa, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pembangunan di
wilayah tersebut secara optimal.
4. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengevaluasi tingkat
keberhasilan dari suatu strategi yang telah disusun.
98
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita,Rahardjo. 2006.Pembangunan Pedesaan Dan Perkotaan .
GrahaIlmu: Yogyakarta
Akdon. 2011. Strategic Management For Education Manajement (Manajemen
Strategi Untuk Manajemen Pendidikan. Alfabeta : Bandung
Bintarto R. 1994. Geografis Desa. UP. Spring : Yogyakarta
Firdaus, Aziz. 2012.Metode Penelitian.Jelajah Nusa: Jakarta
Glueck William F, Jauch Lawrence R. 1994. Manajemen Strategis Dan
Kebijakan Perusahaan. Erlangga : Jakarta
Heene,P.D, Desmidt. 2010. Manajemen Strategik Keorganisasian Publik. PT.
Rafika Aditama : Bandung
Kartiko, Restu Widi. 2009.Asas Metodologi Penelitian.GrahaIlmu: Surabaya
Kurniatui A, Efendi F. 2012. Kajian SDM Kesehatan Di Indonesia. Salemba
Medika: Jakarta
Kurniawan,Benny. 2012.Metodologi Penelitian. Jelajah Nusa: Sukabumi
Moleong,LexyJ.2013.MetodologiPenelitianKualitatif.PTRemajaRosdakarya:Band
ung
Nawasi Hadari. 2012. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan. Gajah Mada University Press: Yogyakarta
Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian.Alfabeta.Bandung
Salusu.1996. Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik Dan
Organisasi Non Profit. Grasindo: Jakarta
Sugiyono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta : Bandung
Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat MemberdayakanRakyat.PT.Refika
Pratama : Bandung
Sumawinata Sarbini. 2004. Politik Ekonomi Kerakyatan. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta
Sumpeno Wahjudin. 2011. Perencanaan Desa Terpadu. Read Indonesia:
Bandung
Todaro Michael P, Smith Stephen. 2004. Ekonomi Pembangunan Edisi Keempat.
Erlangga: Jakarta
Jurnal
Agustinus Longa Tiza, dkk. 2014. Implementasi Program Pembangunan Desa
Mandiri Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera (Anggur Merah) (Studi
di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten. Program
Magister Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Brawijaya.
Almasdi Syahza dan Suarman. 2013. Strategi Pengembangan Daerah Tertinggal
Dalam Upaya Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Volume 14
Nomor 1.
Edy Yusuf Agunggunanto, dkk. 2016. Pengembangan Desa Mandiri Melalui
Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Universitas Diponegoro
Semaran.
Sumber dokumen lain :
Pasal (1) ayat (2) UU 23 Tahun 2014 Tentang Daerah
UU 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Keputusan Mentri Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 001/KEP/M-
PDT/I/2005 Tentang Strategi Nasional Daerah Tertinggal
Jurnal :
Masyarakat Desa Tertinggal. Muhtar. 2011