strategi pembiayaan pembangunan potensi pariwisata kawasan waduk jehem kabupaten bangli

29
TUGAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN DISUSUN OLEH : AFIDAH MUSHOLINA F. 3611100022 SITA ANDIASTUTI 3611100038 ANUGRAH DIMAS SUSETYO 3611100054 ALGA TRIWIRYA WIBISONO 3611100062 DELIA NOER ADZANNI 3611100069 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

Upload: deliadzanni

Post on 21-Jul-2015

446 views

Category:

Economy & Finance


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

TUGAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

STRATEGI PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN

WADUK JEHEM

KABUPATEN BANGLI DISUSUN OLEH : AFIDAH MUSHOLINA F. 3611100022 SITA ANDIASTUTI 3611100038 ANUGRAH DIMAS SUSETYO 3611100054 ALGA TRIWIRYA WIBISONO 3611100062 DELIA NOER ADZANNI 3611100069

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

PERENCANAAN

Page 2: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

i

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kita

semua sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “STRATEGI

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

KABUPATEN BANGLI’’ . Laporan metode penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk tugas akhir mata kuliah pembiayaan pembangunan pada program Strata-1 di Program

Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan metode penelitian ini tidak akan

selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami ingin

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam

menyelesaikan laporan tugas ini.

Kami menyadari laporan ini tidak luput dari berbagai kekurangan, untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya

laporan ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi bidang pendidikan dan penerapan

dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.

Surabaya, 29 Desember 2014

Penyusun

Page 3: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

ii

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1

1.2. RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 2

1.3. TUJUAN PENULISAN .................................................................................. 2

1.4. RUANG LINGKUP....................................................................................... 2

1.5. METODE PENULISAN ................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN PARIWISATA.......................................................................... 4

2.2. PENGERTIAN ECOWISATA .......................................................................... 5

2.3. SUMBER PEMBIAYAAN ............................................................................... 7

2.3.1. PEMBIAYAAN KONVENSIONAL ..................................................................... 7

2.3.1.1. STRUKTUR ANGGARAN DANA PUSAT.......................................................... 7

2.3.1.2 STRUKTUR ANGGARAN DANA DAERAH ........................................................ 8

2.3.2. PEMBIAYAAN NON-KONVENSIONAL .............................................................. 9

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1. GAMBARAN UMUM ................................................................................... 10

3.1.1. LOKASI WISATA WADUK JEHEM ................................................................. 10

3.1.2. PENATAAN KAWASAN WADUK JEHEM........................................................... 10

3.1.3. RENCANA INVESTASI OBYEK WISATA WADUK JEHEM ...................................... 11

3.1.4. KOMPONEN SARANA PRASARANA PARIWISATA .............................................. 12

3.1.5. SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN ......................................................... 12

3.1.5.1. PEMBIAYAAN KONVENSIONAL ................................................................. 12

3.1.5.2. PEMBIAYAAN NON-KONVENSIONAL .......................................................... 14

3.1.6. KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN .............................................................. 14

3.1.7. ANALISIS KRITERIA INVESTASI .................................................................. 16

BAB IV SKEMA PENANGANAN KASUS

4.1. ANALISIS FINANSIAL SEDERHANA ............................................................2019

Page 4: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

iii

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

4.2. SUMBER PEMBIAYAAN YANG RELEVAN ......................................................... 21

4.3. STRATEGI PENGIMPLEMENTASIAN SUMBER PEMBIAYAAN TERPILIH ................... 23

BAB V KESIMPULAN & REKOMENDASI

5.1. KESIMPULAN........................................................................................... 24

5.2 REKOMENDASI ........................................................................................ 25

Page 5: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Ekowisata merupakan suatu model pengembangan wisata alam yang bertanggung

jawab di daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang dikelola secara alami dimana

tujuannya selain untuk menikmati keindahan alam juga melibatkan usaha konservasi serta

peningkatan pendapatan masyarakat setempat.

Pada dasarnya ekowisata merupakan perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh

dari keprihatinan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Secara ekonomi pengembangan

ekowisata harus dapat memberi keuntungan bagi penyelenggaranya bagi setiap wilayah

yang memiliki dan mengembangkan ekowisata. Dalam pengelolaan yang terpadu, ekowisata

berpotensi untuk menggerakkan ekonomi wilayah dan mensejahterakan rakyat di sekitar

kawasan yang dikembangkan sebagai pariwisata alam, dengan mekanisme pembiayaan

dana untuk kegiatan konservasi sumberdaya alam dan secara ekonomis akan

memberdayakan masyarakat lokal. Keterlibatan masyarakat dan seluruh stakeholder dalam

menjamin keamanan dan keberadayaan sumberdaya alam sangat membantu dalam

memajukan potensi alam yang dimiliki pada setiap wilayah.

Studi kelayakan terhadap pembangunan waduk yang telah dilaksanakan

sebelumnya oleh Satuan Kerja Sementara Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air Bali,

Bagian Pelaksana Kegiatan Pengelolaan Sumber Air/PPSA Bali melalui Kegiatan Studi

Kelayakan Waduk Jehem di Kabupaten Bangli, Tahun Anggaran 2005, dilakukan dengan

lingkup pemanfaatanhanya untuk pemenuhan air irigasi dan airbaku di Kabupaten Bangli.

Tahap perencanaan waduk ini seperti Desain Detail (DD), Model Test dan Analisis Terhadap

Dampak Lingkungan (Amdal) juga telah dilaksanakan. Hasil kajian ekonomi pada studi

kelayakan menyatakan bahwa pembangunan waduk layak untuk dilaksanakan.

Bila ditinjau dari lokasi rencana pembangunannya, waduk ini mempunyai potensi

yang cukup besar juga bila dikembangkan menjadi obyek pariwisata, karena terletak pada

kawasan ekowisata bukit Bangli dimana terletak obyek wisata Pura Kehen yang hanya

berjarak sekitar 500 meter serta desa tradisional Pengelipuran berjarak sekitar 1 km dari

Page 6: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 2

waduk tersebut. Potensi ini merupakan manfaat tak langsung (secondary benefit) yang akan

dicoba untuk dianalisis sehingga keberadaan waduk tersebut bisa memberikan nilai berupa

pengembangan sektor pariwisata.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penyususan laporan ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana strategi pembiayaan pembangunan yang relevan dalam proses

pembangunan ekowisata Waduk Jehem Kabupaten Bangli ?

b. Dari manakah sumber dana untuk biaya pembangunan dan pengelolaan kawasan

ekowisata Waduk Jehem Kabupaten Bangli ?

1.3. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan dalam penyususan laporan ini adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan strategi pembiayaan pembangunan yang relevan dalam proses

pembangunan ekowisata Waduk Jehem Kabupaten Bangli.

b. Mengidentifikasi sumber-sumber dana pembiayaan yang relevan untuk biaya

pembangunan dan pengelolaan kawasan ekowisata Waduk Jehem Kabupaten Bangli.

1.4. RUANG LINGKUP

Laporan studi kelayakan ini mengambil studi pembiayaan pembangunan kawasan

ekowisata Waduk Jehem Kabupaten Bangli. Dalam makalah ini mengulas pembiaayan

pembangunan kawasan ekowisata Waduk Jehem Kabupaten Bangli.

1.5. METODE PENULISAN

Metode penulisan dalam studi kasus pembiayaan pembangunan dan pengelolaan

kawasan wisata Waduk Jehem Kabupaten Bangli terbagi dalam 5 ( lima ) bab sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode

penulisan dan ruang lingkup.

Page 7: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi mengenai struktur anggaran pusat, struktur anggaran daerah,

sumber pembiayaan konvensional dan non-konvensional.

BAB III PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan berisi mengenai gambaran umum yang meliputi komponen

biaya, analisa kriteria investasi, sumber pembiayaan, strategi pembiayaan, simpulan

isu pembiayaan / critical review. Berisi mengenai eksplorasi instrumen pembiayaan

yang meliputi kajian struktur anggaran daerah dan pusat, sumber pembiayaan

konvensional dan non-konvensional.

BAB IV SKEMA PENANGANAN KASUS

Berisi mengenai analisa finansial sederhana, sumber pembiayaan, dan strategi

implementasi pembiayaan.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi mengenai kesimpulan dan rekomendasi.

Page 8: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN PARIWISATA

Dalam Undang-Undang RI nomor 9 tahun 1999 disebutkan definisi pariwisata adalah

segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya

tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Wisata adalah kegiatan

perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta

bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan orang yang

melakukan kegiatan wisata disebut dengan Wisatawan.

Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan

pariwisata. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa

pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha

sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait dengan hal tersebut. Obyek dan daya tarik

pariwisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Kawasan pariwisata adalah

kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan

pariwisata.

Dalam perkembangan kepariwisataan secara umum muncul pula istilah wisata

berkelanjutan. Menurut Swarbrooke (1998) dalam Utama (2006), mengatakan bahwa pada

hakekatnya pariwisata berkelanjutan harus terintegrasi pada tiga dimensi. Tiga dimensi

tersebut adalah, (1) dimensi lingkungan, (2) dimensi ekonomi, dan (3) dimensi sosial.

Selanjutnya berdasarkan konteks pembangunan berkelanjutan, pariwisata berkelanjutan

dapat didefinisikan sebagai: pembangunan kepariwisataan yang sesuai dengan kebutuhan

wisatawan dengan tetap memperhatikan kelestarian (conservation, environmental

dimention), memberi peluang bagi generasi muda untuk memanfaatkan (economic

dimention) dan mengembangkannya berdasarkan tatanan sosial ( social dimention ) yang

telah ada.

Page 9: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 5

2.2. PENGERTIAN ECOWISATA

Ekowisata merupakan kegiatan pariwisata yang diarahkan dapat memadukan

pembangunan ekonomi sekaligus dapat membangkitkan pendanaan untuk usaha-usaha

pelestarian sumberdaya sebagai atraksinya. Menurut The International Ecotourism Society

(2002) dalam Subadra (2007), mendifinisikan ekowisata sebagai berikut: Ecotourism is

“responsible travel to natural areas that conserves the environment and sustains the well-

being of local people.” Dari definisi ini, disebutkan bahwa ekowisata merupakan perjalanan

wisata yang berbasiskan alam sehingga lingkungan, ekosistem, dan kearifan-kearifan lokal

yang ada di dalamnya harus dilestarikan keberadaannya.

INECOM dalam Bappeda Kabupaten Bangli (2002) menyebutkan ekowisata adalah

penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan/atau

daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam yang mendukung upaya-upaya

pelestarian lingkungan (alam dan kebudayaan) dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat setempat.

Lebih lanjut dijelaskan, ekowisata pada dasarnya memiliki sifat-sifat dan perilaku

serupa dengan pariwisata yang umum dikenal oleh semua orang, seperti memerlukan

atraksi atau obyek pariwisata, memerlukan sarana dan prasarana, serta adanya komponen

jasa pelayanan yang menjadi ciri khas pariwisata. Merujuk pada Wood, dalam Hendarto

(2008), sebuah perjalanan dapat dikategorikan sebagai ekowisata bila mempunyai

komponen-komponen: Memberi sumbangan pada konservasi biodiversitas, Menopang

kesejahteraan masyarakat lokal, Menginterpretasikan pengalaman-pengalaman yang

diperoleh dalam kehidupan kesehariannya, Melibatkan tanggung jawab wisatawan dan

industri pariwisata.

Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola

ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap lingkungan dan budaya

setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan

nilai konservasi. Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah:

1. Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung

lingkungan dan sosial-budaya masyarakat

Page 10: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 6

2. Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi)

3. Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata)

4. Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi)

Ekowisata berbasis masyarakat (community-based ecotourism). Pola ekowisata

berbasis masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata yang mendukung dan

memungkinkan keterlibatan penuh oleh masyarakat setempat dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan yang diperoleh.

Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan

peran aktif komunitas. Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat

memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual

sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata

berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata di

kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai pengelola (Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF, 2009).

Ekowisata berbasis masyarakat dapat menciptakan kesempatan kerja bagi

masyarakat setempat, dan mengurangi kemiskinan, di mana penghasilan ekowisata adalah

dari jasa-jasa wisata untuk turis: fee pemandu; ongkos transportasi; homestay; menjual

kerajinan, dll. Ekowisata membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan

budaya asli setempat yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri

dan rasa bangga antar penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan

ekowisata (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata).

Dengan adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan berarti bahwa

masyarakat akan menjalankan usaha ekowisata sendiri. Tataran implementasi ekowisata

perlu dipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan terpadu yang dilakukan di

suatu daerah. Untuk itu, pelibatan para pihak terkait mulai dari level komunitas,

masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan organisasi non pemerintah diharapkan

membangun suatu jaringan dan menjalankan suatu kemitraan yang baik sesuai peran dan

keahlian masing-masing. Beberapa aspek kunci dalam ekowisata berbasis masyarakat

adalah:

1. Masyarakat membentuk panitia atau lembaga untuk pengelolaan kegiatan

ekowisata di daerahnya, dengan dukungan dari pemerintah dan organisasi

masyarakat (nilai partisipasi masyarakat dan edukasi)

Page 11: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 7

2. Prinsip local ownership (pengelolaan dan kepemilikan oleh masyarakat setempat)

diterapkan sedapat mungkin terhadap sarana dan pra-sarana ekowisata, kawasan

ekowisata, dll (nilai partisipasi masyarakat) 3. Homestay menjadi pilihan utama

untuk sarana akomodasi di lokasi wisata (nilai ekonomi dan edukasi)

3. Pemandu adalah orang setempat (nilai partisipasi masyarakat)

4. Perintisan, pengelolaan dan pemeliharaan obyek wisata menjadi tanggung jawab

masyarakat setempat, termasuk penentuan biaya untuk wisatawan (nilai ekonomi

dan wisata) (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF, 2009).

2.3. SUMBER PEMBIAYAAN

Sumber pembiayaan pembangunan terdiri dari dua jenis, yakni sumber pembiayaan

konvensional dan non-konvensional. Secara teoritis, modal bagi pembiayaan pembangunan

perkotaan dapat diperoleh dari 3 sumber dasar:

1. pemerintah/publik

2. swasta/private

3. gabungan antara pemerintah dengan swasta

2.3.1. PEMBIAYAAN KONVENSIONAL

2.3.1.1. STRUKTUR ANGGARAN DANA PUSAT

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan

tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan

pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari – 31 Desember). APBN,

perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-

Undang. APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun

dengan undang-undang. Struktur APBN yang sekarang dilaksanakan oleh pemerintah

Indonesia secara garis besar adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan Negara dan Hibah

b. Belanja Negara

c. Keseimbangan Primer

d. Surplus/Defisit Anggaran

Page 12: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 8

e. Pembiayaan

Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara saat ini adalah:

1. Belanja Negara. Belanja terdiri atas dua jenis:

a. Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai

kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di

daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat

dikelompokkan menjadi : Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembiayaan

Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja Sosial (termasuk

Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya.

b. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk

kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Daerah

meliputi:

1) Dana Bagi Hasil

2) Dana Alokasi Umum

3) Dana Alokasi Khusus

4) Dana Otonomi Khusus

2. Pembiayaan. Pembiayaan meliputi:

a. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat

Utang Negara, serta penyertaan modal negara.

b. Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:

1) Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman

Proyek.

2) Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan

Moratorium.

2.3.1.2 STRUKTUR ANGGARAN DANA DAERAH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan

tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa

satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Adapun APBD

terdiri atas:

1. Anggaran pendapatan, terdiri atas :

Page 13: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 9

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain.

b. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum

(DAU) dan Dana Alokasi Khusus

c. Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.

2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas

pemerintahan di daerah.

3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

2.3.2. PEMBIAYAAN NON-KONVENSIONAL

Sumber pembiayaan non-konvesional merupakan sumber-sumber pembiayaan yang

diperoleh dari kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Strategi Pembiayaan

Non-Konvensional :

1. Kemitraan pemerintah – swasta

2. Kewajiban Paksa

3. Peningkatan invenstasi swasta murni

4. Peningkatan pembiayaan dari masyarakat

Page 14: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 10

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. GAMBARAN UMUM

3.1.1. LOKASI WISATA WADUK JEHEM

Lokasi pariwisata ini terletak di Kabupaten Bangli yang merupakan salah satu

kabupaten yang ada di pulau Bali. Berada pada daerah lembah di balik bukit Bangli,

tepatnya di daerah aliran sungai/DAS tukad Melangit. Kawasan ini merupakan

pengembangan dari obyek wisata Pura Kehen dan Desa Wisata Pengelipuran, dimana

pemerintah kabupaten Bangli telah melakukan kajian untuk mengembangkan kawasan

ekowisata bukit Bangli yang letaknya berdampingan dengan rencana pembangunan Waduk

Jehem. Lokasi Waduk Jehem yang berdekatan dengan obyek Desa Wisata Pengelipuran dan

Pura Kehen akan ditampilkan sebagai satu kesatuan kawasan dengan sebutan “Segitiga

Kawasan Obyek Wisata Pengelipuran-Kehen Waduk Jehem”, dimana dengan pengembangan

dan penataan yang baik diharapkan akan mampu menjadi obyek yang menarik serta

memberikan nilai tambah bagi kehidupan pariwisata di Bali.

3.1.2. PENATAAN KAWASAN WADUK JEHEM

Penataan kawasan obyek wisata ini mengambil rujukan dari lokasi yang telah ada di

tempat lain yaitu pada Waduk TelagaTunjung di Kabupaten Tabanan, dimana guna

meningkatkan nilai jual kawasan waduk dilakukan dengan menyiapkan prasarana dan

sarana di sekitar lokasi waduk menjadi obyek wisata (Anonim, 2003). Sementara Bukit

Page 15: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 11

Bangli sangat layak untuk dikembangkan sebagai obyek wisata dengan konsep ekowisata

(Anonim, 2002).

Memadukan kawasan ekowisata Bukit Bangli dengan bangunan waduk yang akan

dilengkapi dengan sarana prasarana dan atraksi pariwisata memerlukan perencanaan

penataan yang matang dan konsekuen. Kawasan pariwisata akan direncanakan seperti

berikut: Posisi bangunan waduk pada daerah aliran sungai/DAS tukad Melangit akan

menjadi bangunan utama yang akan dimanfaatkan sebagai obyek panorama yang menarik

dinikmati oleh wisatawan. Ditawarkan pula untuk atraksi wisata tirta berupa atraksi wisata

perahu tanpa mesin, aktivitas memancing dan berkemah di sekitar waduk. Kemudian pada

bagian tepi sisi barat waduk akan dibangun fasilitas penunjang pariwisata berupa bangunan

kios kerajinan, restoran, museum subak dan bale subak agung, wantilan, pura subak,

stage/panggung pertunjukan, kantor pengelola, parkir dan fasilitas lainnya.

Areal lahan persawahan yang terletak pada daerah hilir waduk akan dikelola dan

ditata bersama penduduk sekitar menjadi suatu atraksi wisata yang bisa dinikmati oleh

wisatawan, dimana para petani dengan aktivitas pertaniannya sesuai tata nilai tradisi subak

akan menjadi subyek dan obyek atraksi itu sendiri. Agar lebih atraktif maka para wisatawan

akan diberikan kesempatan untuk ikut serta terlibat dalam aktivitas petani tersebut.

Kawasan waduk Jehem akan dipadukan dengan kawasan ekowisata Bukit Bangli termasuk

obyek wisata Pura Kehen dan kawasan Desa Tradisional Pengelipuran menjadi satu

kesatuan kawasan dengan julukan Segitiga Kawasan Obyek Wisata Pengelipuran-Kehen-

Waduk Jehem.

Penataan kawasan diatur sedemikian rupa, fasilitas yang dibangun dengan nuansa

arsitektur Bali serta selaras dengan lingkungan alam disekitar waduk serta akan dibangun

hubungan yang harmonis antara pengelolaan fasilitas pariwisata tersebut dengan budaya

dan kehidupan masyarakat sekitar lokasi.

3.1.3. RENCANA INVESTASI OBYEK WISATA WADUK JEHEM

Obyek wisata Waduk Jehem dibangun di areal yang juga masih dalam kawasan

Ekowisata Bukit Bangli. Untuk mewujudkannya diperlukan penataan komponen fasilitas

pariwisata dengan mengestimit luasan masing-masing fasilitas serta estimasi biaya yang

dibutuhkan dan rencana sumber pendapatannya. Dalam penentuan detail rencana investasi

ini ditentukan berdasarkan rujukan pada pengelolaan obyek-obyek wisata sejenis yang telah

Page 16: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 12

ada sebelumnya, misalnya obyek wisata waduk Telaga Tunjung serta disesuaikan dengan

situasi dan kondisi yang ada di sekitar waduk Jehem itu sendiri disamping juga dengan

melakukan survey dan perbandingan terhadap obyek-obyek wisata alam buatan yang

banyak terdapat di Bali.

3.1.4. KOMPONEN SARANA PRASARANA PARIWISATA

Fasilitas wisata yang akan dibangun meliputi fasilitas akomodasi, atraksi wisata tirta,

wisata petualangan alam dan atraksi wisata bercocok tanam sesuai nilai-nilai tata laksana

subak. Komponen-komponen sarana prasarana pariwisata dari kawasan Waduk Jehem

adalah; Restoran, Camping Ground, Jalan Lingkungan, Lintasan tracking, Moda Transportasi

air (wisata air), Dermaga perahu, Fasilitas Parkir, Kios Seni, Kios buah/jajanan khas Bali,

Stage Pertunjukkan, Kantor Pengelola, Museum Subak, Bale Subak Agung dan Wantilan,

Tempat Suci, Areal persawahan, Bale Bengong.

3.1.5. SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Sumber pembiayaan pembangunan terdiri dari dua jenis yakni sumber pembiayaan

konvensional dan non-konvensional. Secara teoritis, modal bagi pembiayaan pembangunan

perkotaan dapat diperoleh dari 3 sumber dasar:

1. Pemerintah/publik

2. Swasta/private

3. Gabungan antara pemerintah dengan swasta

3.1.5.1. PEMBIAYAAN KONVENSIONAL

A. Struktur Anggaran Dana Pusat

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan

tahunan pemerintahan Negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan

pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari – 31 Desember). APBN,

perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-

Undang. APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun

Page 17: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 13

dengan undang-undang. Struktur APBN yang sekarang dilaksanakan oleh pemerintah

Indonesia secara garis besar adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan Negara dan Hibah

b. Belanja Negara

c. Keseimbangan Primer

d. Surplus/Defisit Anggaran

e. Pembiayaan

Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara saat ini adalah

1. Belanja Negara. Belanja terdiri atas dua jenis:

a. Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai

kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat

maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja

Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja

Barang, Belanja Modal, Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi

Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan

Bencana), dan Belanja Lainnya.

b. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah,

untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan.

Belanja Daerah meliputi:

1) Dana Bagi Hasil

2) Dana Alokasi Umum

3) Dana Alokasi Khusus

4) Dana Otonomi Khusus

2. Pembiayaan meliputi

a. Pembiayaan dalam negeri meliputi pembiayaan perbankan, privatisasi, surat

utang Negara, serta penyertaan modal Negara.

b. Pembiayaan luar negeri meliputi:

1) Penarikan pinjaman luar negeri terdiri atas pinjaman program dan

pinjaman proyek

2) Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri terdiri atas

3) Jatuh Tempo dan Moratorium.

Page 18: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 14

B. Struktur Anggaran Dana Daerah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan

tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa

satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Ada pun

APBD terdiri atas:

1. Anggaran pendapatan, terdiriatas :

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah,

hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain.

b. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum

(DAU) dan Dana Alokasi Khusus

c. Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.

2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas

pemerintahan di daerah.

3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

3.1.5.2. PEMBIAYAAN NON-KONVENSIONAL

Pembiayaan non konvensional dari kerja sama pihak pemerintah dengan stakeholder

lain yang terkait baik swasta maupun masyarakat seperti joint venture, konsesi, konsolidasi

lahan, dll. Instrument pembiayaan non-konvensional inilah yang biasanya menjadi sumber

pembiayaan alternatif apabila pemerintah mengalami kendala pendanaan dalam melakukan

suatu pembangunan. Dari berbagai jenis instrumen pembiayaan yang ada ternyata hanya

beberapa saja yang telah diterapkan di Indonesia secara intensif dan umumnya masih

bersifat konvensional (pajak, pinjaman, retribusi, dll). Mengingat makin terbatasnya

keuangan negara, maka akan sangat bermanfaat apabila potensi yang dimiliki masing-

masing di daerah digali secara optimal, khususnya bagi instrumen keuangan yang bersifat

non-konvensional.

3.1.6. KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN

Page 19: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 15

Komponen biaya merupakan bagian yang penting dalam menentukan seberapa besar

biaya yang harus dikeluarkan dalam pembangunan dan pengelolaan kawasan pariwisata

Waduk Jehem Bali. Di dalam suatu pembangunan secara menyeluruh. Pembiayaan tentunya

tidak hanya sebatas pada biaya konstruksi fisik saja melainkan pembiayaan secara

komprehensif meliputi pekerjaan eksternal dan juga pekerjaan khusus. Namun sebelum

mengetahui secara detail biaya pada masing-masing sub komponen pembangunan. Maka

penting untuk mengetahui bagaimana konsep pembangunan dan pengelolaan kawasan

pariwisata Waduk Jehem Bali yang akan dilaksanakan yaitu:

1. Biaya Persiapan

Biaya yang mencakup seluruh biaya yang digunakan dalam proses penyiapan

dokumen pengembangan fasilitas ini yang meliputi biaya untuk perijinan dan studi-

studi perencanaa yang dilakukan.

2. Biaya Pembangunan Infrastruktur

Pelaksanaan pembangunan infrastruktur mencakup biaya pekerjaan pematangan

tanah, fasilitas utama, fasilitas penunjang, dan landscape dan utilitas.

3. Biaya Operasional dan Managemen

Biaya yang termasuk dalam penyediaan peralatan dan interior.

Untuk mengetahui secara spesifik seberapa besar jumlah biaya pada masing-masing

sub komponen pembangunan dan pengelolaan kawasan pariwisata Waduk Jehem Bali dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

Rencana Anggaran Biaya Kawasan Pariwisata Waduk Jehem Bali

No Uraian Kegiatan Satuan Volume Harga

Satuan (Rp)

Jumlah Harga Jumlah

Keseluruhan

I BIAYA PERSIAPAN 10.000.000,000

10.000.000,000

II,

2A

PEKERJAAN

PERSIAPAN/PEMATANGAN

TANAH

Pengurugan/pematangan

tanah

m3 30,000 90,000 2,700,000,000

Revetment/tembok penahan M 400 1,250,000 500,000,000

Page 20: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 16

No Uraian Kegiatan Satuan Volume Harga

Satuan (Rp)

Jumlah Harga Jumlah

Keseluruhan

tanah

Pembangunan fasilitas jalan 7,000,000,000

10.000.000,000

III

2B

FASILITAS UTAMA

Wisata Air m2 300 2,500,000 750,000,000

Arena Wisata Keluarga m2 200 2,500,000 500,000,000

Jogging Track m2 150 3,000,000 450,000,000

Camping Ground m2 150 2,000,000 300,000,000

Area Pemancingan m2 200 2,000,000 400,000,000

Pondok Penginapan m2 300 1,500,000 450,000,000

Kantor Pengelola m2 100 2,000,000 200,000,000

Gerbang/Gate m2 1 100,000,000 100,000,000

Musholla buah 1 10,000,000 10,000,000

Masjid m2 50 4,000,000 200,000,000

Pujasera m2 50 4,000,000 200,000,000

Ruko (termasuk toko

souvenir)

m2 10 5,000,000 50,000,000

Toilet buah 5 2,500,000 12,500,000

Parkir m2 50 1,000,000 50,000,000

3,672,500,000

III BIAYA OPERASIONAL 500,000,000

500,000,000

TOTAL 24,372,500,000

Sumber: Hasil Analisa, 2014

3.1.7. ANALISIS KRITERIA INVESTASI

Analisa kriteria investasi merupakan salah satu analisa yang digunakan untuk

mengukur manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek lalu

kelayakan ekonomi yang berhubungan dengan return on investment. Kemanfaatan investasi

yang dilakukan serta penilaian terhadap kelayakan ekonominya. Pada hakikatnya

pembiayaan pada proyek membutuhkan suatu penilaian. Pertama melalui evaluasi proyek

dapat menentukan benefit netto suatu proyek yang lebih besar atau lebih kecil dari benefit

Page 21: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 17

netto suatu peluang investasi marginal. Jika suatu proyek menghasilkan benefit netto yang

lebih besar daripada benefit netto marginal, pelakasanaannya dapat disetujui jika lebih kecil

pelaksanaannya harus ditolak. Adapun cara/metode untuk mengetahui kriteria tersebut,

digunakan analisa finansial. Analisa finansial adalah suatu analisa yang membandingkan

antara biaya manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama

umur proyek (Husnan & Muhammad. 2005). Ada beberapa metode pada analisa finansial

untuk menilai perlu tidaknya suatu investasi atau untuk memilih berbagai macam alternatif

investasi yang digambarkan pada bagan.

Diagram Analisa Kriteria Investasi

Sumber :Aini 2009

AnalisaKriteriaInvest

asi MetodeAnalisa

NPV

(Net Present Value)

MetodeAnalisa

Modified Internal Rate

of Return (MIRR)

Average Return on

Investment

Discounted cash flow

(Internal Rate of Return)

Profitability Index (PI)

Page 22: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 18

Berdasarkan banyaknya metode dalam menganalisa kriteria, maka metode yang

digunakan untuk menentukan apakah kawasan pariwisata Waduk Jehem Bali feasible/ go

atau no go project adalah NPV (net present value). Teknik net present value (NPV)

merupakan teknik yang didasarkan pada arus kas yang didiskontokan. Ini merupakan

ukuran dari laba dalam bentuk rupiah yang diperoleh dari suatu investasi dalam bentuk nilai

sekarang. NPV dari suatu proyek ditentukan dengan menhitung nilai sekarang dari arus kas

yang diperoleh dari operasi dengan menggunakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan

kemudian menguranginya dengan pengeluaran kas netto awal. Net Present Value juga

memiliki pengertian sebagai manfaat yang diperoleh pada suatu masa proyek yang diukur

pada tingkat suku bunga tertentu. Dalam penghitungan NPV ini perlu kiranya ditentukan

dengan tingkat suku bunga saat ini yang relevan. Selain itu, NPV juga bisa diartikan sebagai

nilai saat ini dari suatu cash flow yang diperoleh dari suatu investasi yang dilakukan.

Adapun rumus dan ketentuan pada NPV sebagai berikut :

Interpretasi hasil:

NPV > 0 (positif) maka proyek layak/ go untuk dilaksanakan

NPV < 0 (negative) maka proyek

Page 23: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 19

BAB IV

SKEMA PENANGANAN KASUS

4.1. ANALISIS FINANSIAL SEDERHANA

Analisis finansial yang dilakukan pada proyek ini adalah dengan analisis 4 prinsip

pembiayaan untuk mendapatkan pembiayaan yang relevan yaitu prinsip BOT, Konsesi,

Kontrak Pelayanan, Operasi dan Perawatan, serta Join Venture.

Prinsip BOT

Pada prinsip ini diperbolehkan karena pihak swasta sangat berpeluang untuk

memperkuat branding Pembangunan Waduk Jehem ini. Baik untuk peningkatan

fasilitas pendukung maupun penyedia jasa pariwisata dan fasilitas utama lainnya.

Prinsip Konsesi

Page 24: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 20

Untuk prinsip konsesi ini peran swasta yang terlalu dominan. Oleh karena itu konsesi

tidak efektif dalam metode pembiayaan pembangunan proyek pengembangan

Waduk Jehem ini.

Prinsip Kontrak Pelayanan, Operasi dan Pelayanan

Prinsip ini melibatkan peran masyarakat pada operasional dan perawatannya namun

pada akhirnya membebankan biaya pengelolaannya kepada masyarakat. Sehingga

dapat menyebabkan proyek ini akan berhenti di tengah jalan.

Prinsip Join Venture

Pada prinsip ini proporsi antara pemerintah, swasta dan juga masyarakat adalah

seimbang. Sehingga akan memberikan peluang yang tinggi dalam pembangunan

Waduk Jehem.

Untuk analisis biaya dengan presentase 30% modal sendiri dan 70% modal

pinjaman.Biaya yang dibutuhkan adalahRp 10.400.000.000,00 untuk penyediaan lahan pada

obyek wisata dan Rp 400.000.000,00 untuk biaya penataan lahan. Untuk biaya konstruksi

dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Analisis Standar Belanja (ASB) Kabupaten Bangli Tahun 2008

No Uraian Luas (m2) Harga Satuan Total Harga

1 Museum Subak 800 Rp 3.000.000 Rp 2.400.000.000

2 Wantilan Subak 600 Rp 3.000.000 Rp 1.800.000.000

3 Kios Seni 480 Rp 3.000.000 Rp 1.440.000.000

4 Camping Ground Rp 10.000.000

5 Jalan Lingkungan 1000x2,5 Rp 243.750.000

6 Lintasan Tracking Rp 50.000.000

7 Dermaga Perahu Rp 50.000.000

8 Parkir 10000 Rp 970.000 Rp 9.700.000.000

9 Taman 3000 Rp 67.500 Rp 202.500.000

10 Stage 600 Rp 2.000.000 Rp 1.200.000.000

11 Bale Bengong Rp 40.000.000

12 Tempat Suci Rp 18.000.000

13 Restoran 800 Rp 3.000.000 Rp 2.400.000.000

14 Kantor Pengelola 300 Rp 3.000.000 Rp 900.000.000

15 M & E Rp 500.000.000

Jumlah Rp 20.954.250.000

Page 25: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 21

Kemudian dibutuhkan juga biaya untuk konsultan sebesar Rp 300.000.000,00 dan biaya

untuk perijinan sebesar Rp 50.000.000,00. Sehingga total biaya pembangunan dapat dilihat

pada tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Total Biaya Pembangunan

No Uraian Biaya (Rp)

1. Biaya Lahan (Penyediaan dan Penataan) Rp 10.800.000.000

2. Biaya Konstruksi (sesuai ASB) Rp 20.954.250.000

3. Biaya Konsultan Rp 300.000.000

4. Biaya Perijinan Rp 50.000.000

5. Biaya Operasional Rp 2.040.000.000

6. Biaya Pemeliharaan (tahun pertama) Rp 1.238.635.000

Jumlah Rp 35.382.885.000

Analisis Pendapatan

Komponen pendapatan didapatkan dari penjualan produk paket wisata dan penyewaan

tempat. Pada komponen penjualan paket wisata, harga-harga tiket ini juga telah termasuk

perhitungan quide fee yang besarnya antara 17,5% (tamu domestik) hingga 20% (untuk

tamu asing). Harga-harga ini juga telah disesuaikan dengan harga-harga tiket di pasaran

untuk obyek wisata sejenis yang berlaku saat ini.

Komponen-komponen pendapatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pendapatan dari Penjualan Paket Wisata Tirta

Harga pendapatan dari penjualan paket wisata tirta adalah sebesar Rp 180.000,00 untuk

wisatawan asing dan Rp81.000,00 untuk wisatawan domestik.

b. Pendapatan dari Penjualan Paket Wisata Bukit

Harga pendapatan dari penjualan paket wisata bukit adalah sebesar Rp235.000,00 untuk

wisatawan asing dan Rp105.750,00 untuk wisatawan domestik.

c. Pendapatan dari Penjualan Paket Wisata Subak

Harga pendapatan dari penjualan paket wisata tirta adalah sebesar Rp 215.000,00 untuk

wisatawan asing dan Rp96.750,00 untuk wisatawan domestik.

d. Pendapatan dari Penjualan Paket Wisata Lepas

Harga pendapatan dari penjualan paket wisata lepas adalah sebesar Rp 50.000,00 untuk

wisatawan asing dan Rp22.500,00 untuk wisatawan domestik.

e. Pendapatan dari Penyewaan Kios Seni

Pendapatan dari penyewaan kios seni diperhitungkan bersumber dari 20 unit kios

Page 26: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 22

dengan ukuran 4 X 6 meter, dengan ongkos sewa Rp3.000.000,00 per toko/tahun.

Dengan asumsi hanya 50% saja yang laku disewakan untuk tahun pertama akan

didapatkan pendapatan sebesar Rp30.000.000,- Kemudian pada tahun kedua mulai laku

tersewakan semua dengan harga sewa Rp63.000.000,-, setelah dinaikkan harga

sewanya 5% setiap tahunnya.

4.2. SUMBER PEMBIAYAAN YANG RELEVAN

Setelah mengetahui aspek finansial di atas, kemudian dilakukan analisis investasi

dengan menggunakan NPV, IRR, dan BCR juga analisis sensitivitas.

Dari hasil pembahasan didapatkan Net Present Value (NPV) sebesar

Rp19.397.935.290,73, dimana nilai tersebut lebih besar dari nol sehingga rencana investasi

pengembangan obyek wisata pada pembangunan Waduk Jehem ini dinyatakan layak untuk

dilaksanakan. Nilai Internal Rate of Return (IRR) yang didapatkan adalah 23,22%, dimana

jika dibandingkan terhadap bunga investasi tertinggi yang mungkin terjadi yaitu 15%, maka

proyek ini cukup prospektif.

Nilai Benefit Cost Ratio (BCR) didapatkan sebesar 1,802, hal ini menunjukkan bahwa

investasi ini cukup layak dilanjutkan karena nilai yang didapat lebih besar dari angka satu.

Hal tersebut menunjukkan bahwa proyek ini cukup prospektif dan menguntungkan bila

dilaksanakan.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang

terjadi agar bisa diambil langkah-langkah yang tepat untuk dapat menyelesaikan

permasalahan yang mungkin terjadi dan menjamin bahwa setiap rencana investasi aman

untuk dilaksanakan.

Pemodelan pertama dilakukan dengan mengasumsikan bahwa semua komponen biaya

mengalami kenaikan dengan angka pendekatan sebesar 10% sedangkan pendapatannya

tetap, dan dari hasil analisis yang dilakukan pada kondisi ini didapatkan hasil NPV Rp.

11.214.465.248,16; IRR = 19,45 % dan BCR = 1,406. Dengan demikian dari hasil-hasil

tersebut dapat dinyatakan bahwa rencana investasi ini masih layak untuk dilanjutkan.

Pemodelan kedua dilakukan dengan mengasumsikan bahwa semua komponen

pendapatan mengalami penurunan dengan angka pendekatan sebesar 10% sedangkan

Page 27: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 23

biaya-biaya yang dikeluarkan tetap, dan dari hasil analisis yang dilakukan didapatkan hasil

NPV sebesar Rp 12.680.494.084,30; IRR = 20,48% dan BCR = 1,524. Hal ini menunjukan

bahwa investasi ini cukup layak dilanjutkan.

Pemodelan ketiga dilakukan dengan mengasumsikan bahwa semua komponen

pendapatan mengalami penurunan dengan angka pendekatan sebesar 10% dan biaya-biaya

yang dikeluarkan mengalami peningkatan pula sebesar 10%, dan dari hasil analisis yang

dilakukan pada kondisi ini didapatkan hasil NPV sebesar Rp 4.839.854.373,87 ; IRR =

16,96% dan BCR = 1,171.

Dengan demikian dari hasil-hasil analisis sensitivitas tersebut dapat dinyatakan bahwa

rencana investasi ini masih layak untuk dilanjutkan baik pada kondisi biaya-biaya

meningkat, pada saat kondisi pendapatan turun, maupun saat mengalami kondisi biaya-

biaya meningkat dan pendapatan turun pada waktu yang bersamaan.

Berdasarkan analisis di atas dengan nilai NPV lebih besar dari nol, nilai IRR lebih besar

dibandingkan bunga investasi dan nilai BCR lebih besar atau sama dengan satu, serta

Payback Period tercapai pada tahun ke 9 dari umur rencana investasi yang 20 tahun

sehingga didapatkan sumber pembiayaan yang relevan untuk proyek ini adalah

menggunakan prinsip BOT dan Join Venture.

4.3. STRATEGI PENGIMPLEMENTASIAN SUMBER PEMBIAYAAN

TERPILIH

Pengembangan obyek wisata yang telah berjalan, peran pemerintah dalam

pengelolaan obyek wisata ini sebaiknya lebih optimal, setidaknya pemerintah harus mampu

menjadi fasilitator guna menjaga keharmonisan hubungan antara manajemen pengelolao

byek wisata dengan subak dan masyarakat di sekitarnya mengingat besarnya peran serta

mereka dalam operasional obyek wisata ini. Agar kelangsungan obyek wisata Waduk Jehem

ini bisa tetap bertahan dengan identitasnya sebagai obyek wisata berbasiskan

alam/ekowisata, maka kelestarian alam dan lingkungan di sekitar obyek senantiasa harus

dijaga dan diupayakan konservasinya.

Page 28: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 24

BAB V

KESIMPULAN & REKOMENDASI

5.1. KESIMPULAN

Analisis finansial yang dilakukan pada proyek ini dengan analisis 4 prinsip

pembiayaan untuk mendapatkan pembiayaan yang relevan yaitu prinsip BOT, Konsesi,

Kontrak Pelayanan, Operasi dan Perawatan, serta Join Venture.

Untuk analisis biaya dengan presentase 30% modal sendiri dan 70% modal

pinjaman. Biaya yang dibutuhkan adalah Rp 10.400.000.000,00 untuk penyediaan lahan

pada obyek wisata dan Rp 400.000.000,00 untuk biaya penataan lahan. Untuk biaya

konstruksi dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini. Kemudian dibutuhkan juga biaya untuk

konsultan sebesar Rp 300.000.000,00 dan biaya untuk perijinan sebesar Rp 50.000.000,00.

Analisis pendapatan terdapat 4 komponen yaitu Pendapatan dari Penjualan Paket Wisata

Tirta, Pendapatan dari Penjualan Paket Wisata Bukit, Pendapatan dari Penjualan Paket

Wisata Subak, Pendapatan dari Penjualan Paket Wisata Lepas dan Pendapatan dari

Penyewaan Kios Seni.

Dari hasil analisis didapatkan Net Present Value (NPV) sebesar Rp

19.397.935.290,73, dimana nilai tersebut lebih besar dari nol sehingga rencana investasi

pengembangan obyek wisata pada pembangunan Waduk Jehem ini dinyatakan layak untuk

dilaksanakan. Nilai Internal Rate of Return (IRR) yang didapatkan adalah 23,22%, dimana

jika dibandingkan terhadap bunga investasi tertinggi yang mungkin terjadi yaitu 15%, maka

proyek ini cukup prospektif. Nilai Benefit Cost Ratio (BCR) didapatkan sebesar 1,802, hal ini

menunjukkan bahwa investasi ini cukup layak dilanjutkan karena nilai yang didapat lebih

besar dari angka satu. Hal tersebut menunjukkan bahwa proyek ini cukup prospektif dan

menguntungkan bila dilaksanakan. Dengan Payback Period yaitu 9 tahun dari rencana

investasi 20 tahun.

Selain itu juga dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat bahwa rencana investasi

ini masih layak untuk dilanjutkan baik pada kondisi biaya-biaya meningkat, pada saat kondisi

pendapatan turun, maupun saat mengalami kondisi biaya-biaya meningkat dan pendapatan

turun pada waktu yang bersamaan.

Page 29: STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM KABUPATEN BANGLI

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN POTENSI

PARIWISATA KAWASAN WADUK JEHEM

MATA KULIAH PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN 25

Berdasarkan analisis dengan nilai NPV lebih besar dari nol, nilai IRR lebih besar

dibandingkan bunga investasi dan nilai BCR lebih besar atau sama dengan satu, serta

Payback Period tercapai pada tahun ke 9 dari umur rencana investasi yang 20 tahun

sehingga didapatkan sumber pembiayaan yang relevan untuk proyek ini adalah

menggunakan prinsip BOT dan Join Venture.

5.2 REKOMENDASI

1. Agar pengembalian dana investasi bisa lebih cepat, maka peningkatan image atau

citra kawasan pengembangan yang baik adalah penting sehingga dapat menarik

pengunjung yang lebih banyak. Dengan demikian pengunjung yang lebih banyak

berakibat pada peningkatan pemasukan dari tiket.

2. Peningkatan image atau citra kawasan pengembangan salah satunya dapat

dilakukan dengan penyediaan fasilitas pendukung yang memadai dan merata baik

dari segi jumlah maupun kualitas. Fasilitas pendukung di sekitar wilayah

pengembangan merupakan salah satu faktor penarik pengunjung untuk datang ke

tempat wisata tersebut.

3. Selain itu dapat juga dengan penambahan jumlah atraksi yang ditawarkan oleh

kawasan pengembangan dan program wisata yang saling berintegrasi.