strategi nafkah pedagang perempuan di sektor … · program studi komunikasi dan pengembangan...

146
STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL PERKOTAAN (Studi Kasus Pedagang Perempuan di Pasar Anyar Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ARRIE STEPHANIE A14203001 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: dangcong

Post on 17-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN

DI SEKTOR INFORMAL PERKOTAAN

(Studi Kasus Pedagang Perempuan di Pasar Anyar Kota Bogor,

Propinsi Jawa Barat)

Oleh:

ARRIE STEPHANIE

A14203001

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 2: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN

DI SEKTOR INFORMAL PERKOTAAN

(Studi Kasus Pedagang Perempuan di Pasar Anyar,

Kota Bogor, Jawa Barat)

Oleh:

ARRIE STEPHANIE

A14203001

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 3: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

RINGKASAN ARRIE STEPHANIE. Strategi Nafkah Pedagang Perempuan di Sektor Informal Perkotaan (Studi Kasus Pedagang Perempuan di Pasar Anyar Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat). Dibimbing oleh ARYA HADI DHARMAWAN

Proses pembangunan dan modernisasi yang telah terjadi di Indonesia dalam beberapa puluh tahun terakhir telah membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek. Salah satunya adalah semakin terpinggirkannya perempuan dalam proses pembangunan. Di pedesaan modernisasi pertanian dengan teknologi canggih dan penggunaan bibit unggul semakin “membebaskan” para perempuan dari pekerjaan pertanian. Perempuan-perempuan ini dipaksa keluar dari bidang pertanian dan harus mencari pekerjaan bukan-pertanian. Sementara di perkotaan, keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi banyak terdapat di sektor informal terutama sektor jasa. Mereka bekerja sebagai pedagang, pembantu rumahtangga dan pelacur. Hal ini terjadi karena adanya segmentasi tenaga kerja kota. Perempuan terkelompokkan pada kerja-kerja yang tidak membutuhkan keterampilan. Sementara sektor industri yang bercirikan padat modal membuat kesempatan perempuan semakin kecil untuk dapat terserap dan bertahan dalam sektor ini. Penggantian tenaga kerja dengan mesin-mesin dan persaingan dengan tenaga kerja laki-laki dalam industri membuat banyak pekerja perempuan keluar dari sektor ini.

Sektor informal yang telah ada di perkotaan, dipandang sebagai solusi atas masalah ini. Pekerja perempuan yang berasal dari pedesaan maupun perkotaan dapat dengan mudah masuk ke sektor ini. Hart (1973) mengambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja di kota yang berada di luar pasar kerja yang terorganisir. Sektor informal merupakan sektor kerja yang tidak terorganisir, memiliki fleksibilitas waktu yang tinggi, tidak mensyaratkan pendidikan khusus dan hanya membutuhkan modal yang kecil untuk memasukinya. Kekhasan sektor informal inilah yang membuat para perempuan dapat dengan leluasa memasuki sektor ini. Berada di sektor informal (publik), para perempuan ini dihadapkan pada berbagai hambatan dan faktor-faktor yang membatasi wilayah kerjanya. Pekerjaan yang mungkin untuk dimasuki oleh perempuan-perempuan ini adalah pekerjaan yang fleksibel dan memungkinkan perempuan melakukan pengasuhan dengan tetap bekerja. Pilihan usaha perempuan dalam sektor informal biasanya hanya berkisar pada beberapa komoditi atau beberapa jenis usaha saja. Seperti, pedagang sayur, pedagang jamu keliling, usaha warung makan, pedagang kain. Steriotipe perempuan sebagai ibu, pengasuh, lemah-lembut, teliti dan berhubungan dengan pengurus kebutuhan rumahtangga tetap membuat perempuan bekerja terkelompokkan oleh nilai budaya dan lingkungan yang membentuknya.

Menghadapi kondisi sektor informal dan kendalanya, perempuan memiliki berbagai strategi tersendiri untuk menjaga kelangsungan usaha dan hidup rumahtangganya. Strategi tersebut dibentuk dari pemanfaatan berbagai sumber modal yang mereka miliki dan strategi tiap pedagang perempuan akan berbeda sesuai dengan kondisi sumberdaya yang dimiliki serta sejumlah kendala yang dihadapinya. Dharmawan (2006) menjelaskan, strategi nafkah lebih mengarah

Page 4: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

pada pengertian livelihood strategy. Yaitu sebagai taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka ataupun memperbaiki status kehidupan dengan tetap memperhatikan eksistensi instruktur sosial, struktur sosial dan sistem nilai budaya yang berlaku.

Tujuan dari penelitian ini secara umun adalah untuk mengetahui dan memahami dinamika dan mekanisme proses pencarian nafkah yang dilakukan oleh pedagang perempuan di sektor informal dan bagaimana pedagang perempuan membentuk strategi nafkah untuk mempertahankan rumahtangganya. Tujuan ini dibagi secara khusus dalam tiga tujuan penelitian, sebagai berikut: 1). Menganalisis dan merumuskan karakteristik/profil pedagang perempuan di sektor informal. 2) Menganalisis aktivitas nafkah pedagang perempuan di sektor informal. 3) Menganalisis dinamika dan mekanisme proses pencarian nafkah yang dilakukan oleh pedagang perempuan di sektor informal. Dengan tujuan ini diketahui strategi nafkah yang dibangun oleh pedagang perempuan untuk memastikan keberlangsungan usaha dan rumahtangganya.

Penelitian dilakukan di Pasar Anyar, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pasar Anyar dijadikan lokasi penelitian berdasarkan kesesuaian dengan topik penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai dengan Februari 2008. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus instrumental. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi metodologi yang merupakan kombinasi dari teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara mendalam, pengamatan berperan serta, dan kajian literatur. Subjek penelitian dipilih secara purposif dan untuk menemukan informan atau responden berikutnya menggunakan tehknik bola salju. Responden penelitian merupakan enam orang pedagang perempuan yang dipilih karena keragamaman karakteristik yang mereka miliki, keenam pedagang perempuan tersebut adalah: Ibu Enh, Ibu Ngm, Ibu Tn, Ibu Yh, Ibu Krs, Ibu Epn.

Secara umum karakteristik pedagang perempuan dapat dilihat secara individu maupun sebagai bagian dari rumahtangga. Pedagang perempuan berasal dari tenaga kerja pedesaan yang keluar dari sektor pertanian dan masyarakat kota yang terlempar dari pasar tenaga kerja formal. Berada pada usia produktif dan memiliki pendidikan yang rendah, keterampilan berdagang diperoleh dari pengalaman sebelumnya (orang tua maupun saudara). Sebagian dari mereka merupakan migran yang datang ke Bogor dengan harapan mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Rumahtangga pedagang perempuan memiliki anggota yang banyak (≥5 orang) dan memiliki tanggungan rumahtangga cukup besar pula (≥5 orang). Pekerjaan suami dinilai tidak mencukupi pemenuhan nafkah rumahtangga, sehingga pilihan untuk berdagang diambil oleh para perempuan ini. Dalam alokasi pengeluaran rumahtangga pedagang perempuan memiliki pembagian alokasi pengeluaran dengan suaminya. Perempuan pedagang bertanggung jawab atas kepastian konsumsi pangan rumahtangga dan keperluan anak sehari-hari, sedangkan suami mereka bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan fasilitas rumahtangga (air, listrik, telepon) dan iuran sekolah anak. Namun, dalam setiap alokasi pengeluaran rumahtangga yang cukup besar dan berpengaruh pada

Page 5: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

anggota rumahtangga yang lain, selalu ada kompromi atau pembicaraan untuk mendapatkan izin dari suami.

Aktivitas pedagang perempuan dapat dikategorikan dalam kerja produktif dan kerja reproduktif. Kedua bentuk kerja selalu diusahakan agar tetap selaras oleh pedagang perempuan. Kerja-kerja produktif merupakan aktivitas yang dilakukan pedagang perempuan dalam usaha perdagangannya. Curahan waktu terbesar adalah pada aktivitas penjajaan barang dagangan dan melayani pelanggan. Rata-rata pedagang perempuan menghabiskan waktu 10 jam dalam aktivitas ini. Hal ini menyebabkan kerja reproduktif rumahtangga harus disiasati agar tetap selaras. Mengalihkan kerja reproduktif rumahtangga pada anggota rumahtangga yang lain adalah strategi yang dilakukan oleh pedagang perempuan ini. Mereka menitipkan pengasuhan anak pada orang tua, atau keluarga yang dipercaya. Aktivitas memasak dan membersihkan rumah dialihkan pada anak yang telah dewasa atau pembantu. Aktivitas menghadiri undangan hajatan atau kematian, sebisa mungkin tidak mengganggu waktu berdagang. Para pedagang perempuan ini mempertimbangkan apakah undangan harus dihadiri atau bisa dengan hanya menitipkan “amplop”. Namun jika yang mengadakan hajatan adalah keluarga atau tetangga dekat, maka para perempuan ini akan menutup kiosnya. Hal ini dinilai harus dilakukan untuk melestarikan struktur dan jaringan rumahtangga pedagang perempuan dalam masyarakat.

Terdapat tujuh bentuk strategi yang diterapkan oleh rumantangga pedagang perempuan yang menjadi kasus. Strategi tersebut adalah strategi spasial, strategi sektoral, strategi diversifikasi usaha dan alokasi SDM rumahtangga, strategi organisasi usaha, strategi likuidasi aset rumahtangga, strategi investasi SDM rumahtangga dan strategi mengurangi resiko usaha. Ketujuh strategi tersebut diterapkan untuk memastikan keberlangsungan usaha perdagangan dan pemenuhan nafkah rumahtangga tiap pedagang perempuan. Ketujuh strategi tersebut sangat tergantung pada kepemilikan modal dari tiap-tiap pedagang perempuan dan kemampuan mereka untuk mengakses modal tersebut.

Dalam menghadapi masa krisis, pedagang perempuan menerapkan strategi bertahan dan tidak melakukan perlawanan. Kebakaran pasar dipandang sebagai musibah dan harus ditanggung sendiri oleh pedagang. Likuidasi aset rumahtangga menjadi solusi untuk mengatasi masa krisis. Pedagang perempuan menjual barang-barang yang dimilikinya untuk tambahan usaha maupun untuk memenuhi kebutuhan konsumsi anggota rumahtangganya. Saat tahap pemulihan krisis, prioritas utama pedagang perempuan adalah membeli kios sebagai jaminan terhadap kepastian usaha. Dapat disimpulkan bahwa, meskipun pedagang perempuan memiliki keragaman dalam karakteristik individu maupun rumahtangga, mereka menerapkan strategi menghindari konflik dan pedagang perempuan memiliki kemampuan yang besar dalam bertahan terhadap musibah atau krisis yang menimpa usahanya.

Page 6: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

i

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:

Nama : Arrie Stephanie

NRP : A14203001

Judul : Strategi Nafkah Pedagang Perempuan di Sektor Informal Perkotaan

(Studi Kasus Pedagang Perempuan di Pasar Anyar, Kota Bogor, Propinsi

Jawa Barat).

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelas Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen pembimbing

Dr.Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc

NIP 131 915 302

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr.Ir. Didy Sopandie, M.Agr

NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus:______________

Page 7: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

ii

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL

PERKOTAAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN

ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA

SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK

MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN

OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG

DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juli 2008

Arrie Stephanie

A14203001

Page 8: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

iii

RIWAYAR HIDUP Penulis dilahirkan di Pagaralam, Sumatra Selatan pada tanggal 24 September 1986

sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan suami-istri Subroto dan Suriana. Penulis

menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN 46 Pagaralam, Kecamatan Pagaralam Utara, Kota

Pagaralam, Sumatera Selatan pada tahun 1997. Kemudian pada tahun yang sama, penulis

melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Pagaralam dan lulus pada tahun

2000. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum di SMUN 1 Pagaralam

dan lulus pada tahun 2003 dengan kelas Program Ilmu Pengetahuan Alam.

Penulis diterima di Institut pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2003 melalui jalur USMI

(Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat (KPM), Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama bersekolah, penulis aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakulikuler, seperti

OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS SMUN 1

Pagaralam periode 2001-2002. Pada masa kuliah penulis aktif sebagai asisten dosen untuk

Mata Kuliah Sosiologi Umum periode 2005-2006 dan dalam organisasi mahasiswa seperti

Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dan Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD)

Fakultas Pertanian IPB.

Page 9: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

iv

KATA PENGANTAR

Puji sukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan

hidayah-Nyalah skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada

Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabat-Nya.

Judul yang diangkat oleh penulis adalah “Strategi Nafkah Pedagang Perempuan di

Sektor Informal Perkotaan (Studi Kasus Pedagang Perempuan di Pasar Anyar, Kota Bogor,

Propinsi Jawa Barat)”. Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah yang dibuat guna memenuhi

syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Melalui skripsi ini, penulis mencoba untuk membangun pemahaman dan mengetahui

dinamika, serta mekanisme strategi nafkah pedagang perempuan di sektor informal untuk

mempertahankan kelangsungan hidup keluarganya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri, pembaca, dan semua

pihak yang memiliki ketertarikan yang sama dengan topik yang di angkat.

Bogor, Juli 2008

Penulis

Page 10: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang menguasai siang dan malam, alam semesta dan

maha pembolak-balik hati. Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa izin dari-Nya. Rasa

hormat dan terimakasih serta penghargaan yang tulus, penulis sampaikan kepada:

1. Keluargaku tersayang (Ayah, Ibu, adek Oyo, adek Abror dan Nenek), keluarga Besar di

Bekasi atas dukungan, doa, dana dan kasih sayang yang tidak pernah terhenti.

2. Bapak Dr.Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc, selaku dosen pembimbing yang selalu sabar

dalam memberikan arahan, masukan, saran, perbaikan dan bimbingan dalam penyelesaian

skripsi ini.

3. Bapak Dr.Ir. Lala M. Kolopaking, MS, selaku dosen penguji utama yang telah

memberikan saran serta masukan untuk perbaikan skripsi.

4. Ibu Ratri Vitrianita, S.sos, M.si, selaku dosen penguji akademik yang telah memberikan

saran dan masukan untuk perbaikan skripsi.

5. Bapak Ir. Said Rusli, MA, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan

arahan, nasehat dan bimbingan agar saya dapat menyelesaikan studi dengan baik.

6. Bapak Iwan, Bapak Teo dan Bapak H. Ma’ruf atas waktu dan kesediaannya membantu

penulis saat mencari informasi dan responden pedagang.

7. Ibu Enh, Ibu Ngm, Ibu Epn, Ibu Tn, Ibu Yh, Ibu Krs atas kesediaannya menjadi responden

penelitian dan telah mengajarkan saya tentang kehidupan.

8. Mbak Hanna Indriani, Mbak Dyah Ita, Mbak Rahma, Gita dan Kori yang telah menjadi

tempat berkeluh kesah dan atas semua kesabaran, bimbingan, saran, buku dan

semangatnya dalam membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.

9. Sinta (yang telah menjadi ‘Arai’ dalam hidupku), Arie, Melisa dan Ochie (terima kasih

atas kamarnya dan kesediaannya untuk direpotkan), Anak-anak pondok ginastri (Yuk Fei,

Mbak Niken, Mbak Fathma, Noorma, Nayu, Lesti, Mbak Eka, Agus, Gita, Yeyet, Irma,

Vani, Nisha, Mitha, Delin, Miu, Yoan, Gita dan Ina). Terima kasih atas waktunya yang

sangat menyenangkan.

10. Hanif, Cindo, Dipa, Mas Tarjo, Hendra, Mine, Utari, DJ, Puput, Utie, Tata, Widi, Octa,

Ema, Eka, Utie, Ja’far, DJ, Yenni, Lina, Anggi, Upa, Iqi, Bejo dan Rika yang telah

menjadi teman, sahabat dan berbagi banyak hal selama di IPB.

Page 11: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

vi

11. Utari dan Niko yang telah sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih

atas kesediaannya berbagi kamar dan laptopnya.

12. Teman-teman seperjuangan KPM 40 yang senantiasa bersama-sama menjalani masa-masa

kuliah, mudah-mudahan kita adalah orang-orang yang akan menciptakan perubahan di

masa depan.

13. Mbak Maria, Mbak Icha, Mas Piat dan semua staf Sekretariat KPM yang membuat

semuanya menjadi lebih mudah.

Page 12: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... iv UCAPAN TERIMA KASIH...............................................................................................v DAFTAR ISI ........................................................................................................................vii DAFTAR TABEL................................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................xi BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1 1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1 1.2 Perumusan Masalah.........................................................................................................3 1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................5 1.4 Kegunaan Penelitian........................................................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................6 2.1 Pendekatan Teoritis .........................................................................................................6

2.1.1 Sektor Informal Perkotaan .....................................................................................6 2.1.2 Perempuan di Sektor Informal ...............................................................................11 2.1.3 Strategi Nafkah ......................................................................................................13 2.1.4 Sumber-sumber Nafkah .........................................................................................17 2.1.5 Rumahtangga .........................................................................................................19

2.2 Kerangka Konseptual ......................................................................................................20 2.3 Batasan Pengertian ..........................................................................................................23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................................25 3.1 Pendekatan Penelitian, Strategi Penelitian dan Metode Pengumpulan Data...................25

3.1.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................................25 3.1.2 Strategi Penelitian ..................................................................................................25 3.1.3 Metode Pengumpulan Data....................................................................................26

3.2 Subjek Penelitian ............................................................................................................27 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................................................28 3.4 Teknik Analisis Data ......................................................................................................29 BAB IV PROFIL PASAR ANYAR....................................................................................31 4.1 Lokasi dan Lingkungan Pasar..........................................................................................31 4.2 Pengelolaan Pasar ............................................................................................................32 4.3 Aksesibilitas Pasar...........................................................................................................35 4.4 Sarana dan Prasarana .......................................................................................................35 4.5 Kelembagaan Pedagang...................................................................................................37 4.6 Penggusuran dan Penertipan Pedagang kakilima di Sekitar Pasar ..................................38 4.7 Ikhtisar .............................................................................................................................39 BAB V KARAKTERISTIK PEDAGANG PEREMPUAN .............................................41 5.1 Karakteristik Individu......................................................................................................41

5.1.1 Daerah Asal............................................................................................................41 5.1.2 Status......................................................................................................................42 5.1.3 Tingkat Pendidikan ................................................................................................43 5.1.4 Umur ......................................................................................................................44 5.1.5 Status Kependudukan.............................................................................................45

5.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Rumahtangga...................................................................45

Page 13: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

viii

5.2.1 Anggota Rumahtangga...........................................................................................46 5.2.2 Tanggungan Rumahtangga ....................................................................................46 5.2.3 Pekerjaan Suami.....................................................................................................47 5.2.4 Pendapatan Rumahtangga......................................................................................48 5.2.5 Pengeluaran Rumahtangga.....................................................................................49

5.3 Ikhtisar .............................................................................................................................50 BAB VI POLA AKTIVITAS NAFKAH PERDAGANGAN PEREMPUAN ................51 6.1 Pola Aktivitas Pedagang Perempuan...............................................................................51 6.2 Pola Aktivitas Produktif Pedagang Perempuan...............................................................51

6.2.1 Aktivitas Pembelian Barang Dagangan .................................................................52 6.2.2 Aktivitas Mengangkut Barang Dagangan..............................................................53 6.2.3 Aktivitas Membersihkan, Menata dan Mengemas Barang Dagangan...................53 6.2.4 Aktivitas Membuka dan menutup Kios .................................................................54 6.2.5 Aktivitas Menjajakan Barang Dagangan dan Melayani Pembeli ..........................55 6.2.6 Aktivitas Mengikuti Arisan....................................................................................56

6.3 Pola Aktivitas Reproduktif Pedagang Perempuan ..........................................................56 6.3.1 Aktivitas Menyediakan Makan dan Minuman.......................................................57 6.3.2 Aktivitas Pengasuhan dan Perawatan Anak...........................................................58 6.3.3 Aktivitas Membersihkan Rumah ...........................................................................58 6.3.4 Aktivitas Menghadiri Acara Hajatan dan Kematian..............................................59

6.4 Ikhtisar .............................................................................................................................60 BAB VII STRATEGI RUMAHTANGGA PEDAGANG PEREMPUAN......................62 7.1 Strategi Nafkah Rumahtangga Pedagang Perempuan .....................................................62

7.1.1 Strategi Spasial.......................................................................................................62 7.1.2 Strategi Sektoral.....................................................................................................64 7.1.3 Strategi Diversifikasi Usaha dan Alokasi Sumber Daya Manusia

Rumahtangga (Pola Nafkah Ganda) .....................................................................68 7.1.4 Strategi Organisasional Usaha ...............................................................................69 7.1.5 Strategi Likuidasi Asset .........................................................................................71 7.1.6 Strategi Investasi Sumber Daya Manusia Rumahtangga .......................................72 7.1.7 Strategi Mengurangi Resiko Usaha .......................................................................72

7.2 Ikhtisar .............................................................................................................................73 BAB VIII DINAMIKA NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN

DI SEKTOR INFORMAL................................................................................75 8.1 Masa mengawali Usaha................................................................................. ..................75 8.2 Mempertahankan Usaha ..................................................................................................77 8.3 Bangkit dari Krisis Usaha................................................................................................80 8.4 Ihktisar .............................................................................................................................82 BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................85 9.1 Kesimpulan......................................................................................................................85 9.2 Saran ................................................................................................................................86 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................88 LAMPIRAN .........................................................................................................................90

Page 14: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Antara Sektor Formal dan Sektor Informal ................15

Tabel 2. Trayek Angkotan Kota Yang Melalui Pasar Anyar ...........................................52

Tabel 3. Bank-bank Yang Terdapat Disekitar Pasar Anyar .............................................53

Tabel 4. Karakteristik Individu Pedagang Perempuan .....................................................61

Tabel 5. Jumlah Anggota Rumahtangga Pedagang Perempuan Responden ....................68

Tabel 6. Tanggungan Rumahtangga Pedagang Perempuan Responden...........................69

Tabel 7. Pekerjaan Suami Pedagang Perempuan Reaponden...........................................70

Tabel 8. Pendapatan Rumahtangga Pedagang Perempuan Responden ............................72

Tabel 9. Aktivitas Pembelian Barang Dagangan Responden...........................................78

Tabel 10. Aktivitas Pengangkutan Barang Dagangan........................................................79

Tabel 11. Aktivitas Membersihkan, Menata dan Mengemas Barang Dagangan ...............80

Tabel 12. Aktivitas Membuka dan Menutup Kios/ Lapak .................................................81

Tabel 13. Aktivitas Menjajakan Barang Dagangan dan Melayani Pembeli.......................83

Tabel 14. Strategi Nafkah Rumahtangga Pedagang Perempuan ........................................107

Page 15: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Bagan kerangka konseptual ............................................................................ 33

Page 16: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Responden Pedagang Perempuan ............................................................ 128

Lampiran 2.a Peta Lokasi Penelitian .............................................................................. 152

Lampiran 2.b Denah Pasar Anyar................................................................................... 153

Lampiran 3. Fhoto Pasar Anyar dan Pedagang Perempuan ......................................... 154

Page 17: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pembangunan dan modernisasi yang telah terjadi di Indonesia dalam

beberapa puluh tahun terakhir telah membawa banyak perubahan dalam berbagai

aspek. Antara lain pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi selama 25 tahun

terakhir (rata-rata sekitar lima sampai enam persen per tahun), hingga

swasembada pangan yang dicapai pada pertengahan tahun 1980an. Namun, di sisi

lain Indonesia juga dihadapkan pada permasalahan-permasalahan pembangunan

yang lebih kompleks, seperti masalah kemiskinan, perubahan sruktur ekonomi

pedesaan, pengangguran dan ketidak merataan pembangunan.

Hingga pada sepuluh tahun terakhir semakin banyak koreksi terhadap

pembangunan di Indonesia. Salah satunya adalah semakin terpinggirkannya

perempuan dalam proses pembangunan baik di pedesaan maupun di perkotaan.

Dalam tulisannya, Ann Stoler (1984) menyatakan terjadi pergeseran otonomi

perempuan di pedesaan Jawa terhadap sumberdaya yang mereka miliki dari masa

kolonial sampai kepada masa pembangunan. Pada masa kolonial perempuan

berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan keluarga dengan mengusahakan

tanah milik keluarga atau pekarangan, sedangkan suami mereka menjadi pekerja

di perkebunan milik Belanda. Setelah masa penjajahan, sistem kepemilikan tanah

di pedesaan dimiliki oleh tuan tanah, sehingga para perempuan ini semakin

terpisah dari peran utama mereka. Tanah yang dahulu mereka usahakan kini

dimiliki oleh tuan tanah dan sistem bagi hasil tidak dapat menjamin kelangsungan

rumahtangganya lagi.

Pada masa pembangunan, modernisasi pertanian dengan teknologi canggih dan

penggunaan bibit unggul menurut Boserup (1970) dalam Stoler (1984) semakin

“membebaskan” para perempuan ini dari pekerjaan pertanian. Perempuan-

perempuan ini dipaksa keluar dari bidang pertanian dan harus mencari pekerjaan

bukan-pertanian. Perempuan yang berasal dari rumahtangga tanpa tanah atau yang

Page 18: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

2

hanya memiliki bidang-bidang kecil biasanya menjadi pedagang kecil dan usaha

dagangnya itu dapat menunjangnya untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam

rumahtangga.

Di daerah perkotaan, keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi banyak

terdapat di sektor informal terutama sektor jasa. Mereka bekerja sebagai

pedagang, pembantu rumahtangga dan pelacur. Hal ini terjadi karena adanya

segmentasi tenaga kerja kota. Perempuan terkelompokkan pada kerja-kerja yang

membutuhkan ketelitian dan ketekunan namun tidak membutuhkan keterampilan.

Akibatnya, banyak pabrik-pabrik mempekerjakan perempuan dan dibayar murah.

Sektor industri yang bercirikan padat modal membuat kesempatan perempuan

semakin kecil untuk dapat terserap dan bertahan dalam sektor ini. Penggantian

tenaga kerja dengan mesin-mesin dan persaingan dengan tenaga kerja laki-laki

dalam industri membuat banyak pekerja perempuan keluar dari sektor ini.

Beralihnya para perempuan dari pekerjaan-pertanian (on-farm) ke pekerjaan

bukan-pertanian (non-farm), dan tingginya jumlah pengangguran di perkotaan,

memunculkan masalah baru dalam pasar tenaga kerja baik di pedesaan maupun di

perkotaan. Menurut Mayling (1996) walaupun kaum perempuan banyak terlibat

dalam berbagai kegiatan ekonomi, mereka cenderung hanya menggeluti usaha

sangat kecil atau sambilan sebagai bagian dari strategi kelangsungan hidup

keluarganya. Hal ini disebabkan keterbatasan kualitas sumber daya manusia yang

mereka miliki, sukarnya akses terhadap sumber-sumber modal dan adanya

diskriminasi terhadap pekerja perempuan.

Sektor informal di sisi lain, tumbuh sebagai bentuk perekonomian kecil baik di

perkotaan maupun di pedesaan. Sektor ini mampu menyerap banyak kelebihan

tenaga kerja dan memberikan penghasilan yang cukup bagi pekerja yang berusaha

di dalamnya. Hart (1973) mengambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan

kerja di kota yang berada di luar pasar kerja yang terorganisir. Sektor informal di

perkotaan muncul sebagai realitas ekonomi kerakyatan yang berperan cukup

penting dalam menahan gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan

pengangguran terhadap ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang

kerja. Sektor informal merupakan sektor kerja yang tidak terorganisir, memiliki

Page 19: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

3

fleksibilitas waktu yang tinggi, tidak mensyaratkan pendidikan khusus dan hanya

membutuhkan modal yang kecil untuk memasukinya. Kekhasan sektor informal

inilah yang membuat para pekerja perempuan yang berasal dari sektor pertanian

(on-farm) maupun bukan pertanian (non-farm) dapat dengan leluasa memasuki

sektor ini.

Berada di sektor informal (publik), para pekerja perempuan ini dihadapkan pada

berbagai hambatan dan faktor-faktor yang membatasi wilayah kerjanya. Beberapa

peneliti sebelumnya telah melihat dan mengkaji nilai ekonomi dari perempuan

yang bekerja di luar rumahtangga1 (misalnya; berdagang, menjual jasa), mereka

menulis pekerjaan yang mungkin untuk dimasuki oleh perempuan-perempuan ini

adalah pekerjaan yang fleksibel dan memungkinkan perempuan melakukan

pengasuhan dengan tetap bekerja (Saligmann, 2001). Keterbatasan sumberdaya

dan akses terhadap sumberdaya yang ada sering kali menyebabkan perempuan

sulit untuk masuk dalam sektor pekerjaan yang membutuhkan modal besar dan

formal (Chandrakirana & Sadoko, 1995). Kesimpulannya terdapat banyak faktor

dan keterbatasan aset pedagang perempuan dalam memilih jenis usaha yang

dijalankan.

Pilihan usaha perempuan dalam sektor informal biasanya hanya berkisar pada

beberapa komoditi atau beberapa jenis usaha saja. Seperti pedagang sayur,

pedagang jamu keliling, usaha warung makan, pedagang kain, kebutuhan rumah

tangga (peralatan masak dan kelontongan)2. Hal ini mengambarkan tetap ada

pemisahan antara perempuan dan laki-laki dalam sektor informal sekalipun.

Steriotipe perempuan sebagai ibu, pengasuh, lemah-lembut, teliti dan

berhubungan dengan pengurus kebutuhan rumahtangga tetap membuat perempuan

bekerja terkelompokkan oleh nilai budaya dan lingkungan yang membentuknya.

Menghadapi kondisi sektor informal dan kendalanya para pekerja perempuan

memiliki berbagai strategi tersendiri untuk menjaga kelangsungan usaha dan

hidup rumahtangganya. Strategi tersebut dibentuk dari pemanfaatan berbagai

sumber modal yang di miliki dan strategi tiap pekerja perempuan akan berbeda 1 Seligmann (2001), Saftari (1997), Alexander dan Alexander, Lessinger (1995). 2 Dominan ada pada jenis usaha yang disebutkan.

Page 20: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

4

sesuai dengan kondisi sumberdaya yang dimiliki serta sejumlah kendala yang

dihadapinya. Penerapan strategi yang berbeda di antara para pedagang perempuan

disektor informal inilah yang membuat studi mengenai strategi nafkah menarik

untuk dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang bahwa pembangunan telah

membawa dampak pada perubahan peran perempuan dalam rumahtangga baik di

pedesaan maupun di perkotaan. Dalam rumahtangga petani di pedesaan terdapat

pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan, dimana perempuan berperan

besar dalam aktifitas penanaman, pemanenan dan penanganan pasca panen

(penumbukan) (Stoler ,1982). Namun dalam perkembangannya masuknya

teknologi baru, serta industrialisasi “membebaskan” perempuan dari kerja

pertanian. Hal ini berdampak pada hilangnya mata pencaharian perempuan dalam

sektor pertanian. Pekerja perempuan yang keluar dari sektor pertanian akan

mencari sumber nafkah baru di sektor non-pertanian. Jenis pekerjaan yang di

lakukan antara lain berdagang dan pelayanan jasa. Dalam penelitian Stoler (1982)

di desa Kali Loro, menyatakan 40% dari perempuan dewasa melakukan aktiftas

perdagangan dan 30% lainnya pernah berdagang. Kebanyakan perempuan ini

terlibat dalam perdagangan kecil dan dalam sektor informal.

Di perkotaan, tenaga kerja telah tersegmentasi dalam angkatan kerja perkotaan.

Perempuan dikategorikan pada pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan

dan memiliki upah yang lebih rendah dari pada laki-laki. Hal ini tidak

memberikan banyak pilihan bagi perempuan untuk memperoleh nafkah. Sektor

informal terutama jasa dilihat oleh perempuan sebagai kesempatan untuk

memperoleh nafkah dan memenuhi kebutuhan rumahtangganya. Sektor informal

yang memiliki keterbukaan dan kemudahan dalam memasukinya semakin

menarik para perempuan baik dari pedesaan maupun perkotaan untuk berusaha di

dalamnya.

Page 21: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

5

Masuknya perempuan dalam sektor informal juga disertai oleh kendala-kendala

yang membatasi ruang gerak mereka. Ideologi Patriarki yang berlaku umum

dalam masyarakat memegang peranan penting dalam pemilihan usaha. Perempuan

hanya dianggap pencari nafkah sampingan dan laki-laki menjadi pencari nafkah

utama, sehingga mereka diarahkan pada kerja-kerja “khas perempuan” yaitu

perdagangan bahan pangan (makanan, sayur), pakaian dan perabotan

rumahtangga. Ruang gerak mereka juga dibatasi oleh norma dalam masyarakat

yang menganggap tabu perempuan yang tanpa pendamping pergi jauh-jauh dari

rumah (Saptari, 1997). Berubahnya fungsi perempuan dalam rumahtangga sedikit

banyak akan mempengaruhi fungsi anggota rumahtangga yang lain. Hal ini dapat

memberikan dampak yang positif, seperti dengan bekerjanya perempuan maka

semakin meningkatnya pendapatan rumahtangga. Namun disisi lain, peran

pengasuhan, perawatan terhadap anak dan suami akan berkurang porsinya.

Menghadapi berbagai keterbatasan sumber daya dan kendala yang ada dalam

sektor informal, pekerja perempuan memiliki berbagai strategi untuk memastikan

keberlangsungan nafkah rumahtangganya. Strategi-strategi ini sangat ditentukan

oleh sumberdaya yang tersedia dan dapat di manfaatkan. Selain itu strategi yang

di terapkan sangat tergantung pada kondisi saat strategi itu dilakukan.

Berdasarkan pemaparan ini, penulis ingin meneliti lebih lanjut beberapa

pertanyaan penelitian berikut ini:

1. Bagaimana karakteristik pedagang perempuan di sektor informal?

2. Bagaimana aktivitas nafkah yang dijalankan oleh pedagang perempuan di

sektor informal?

3. Bagaimana strategi dan dinamika nafkah yang dibangun oleh pedagang

perempuan untuk mempertahankan keberlangsungan usaha dan

rumahtangganya?

Page 22: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

6

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Menganalisis dan merumuskan karakteristik atau profil pedagang perempuan

di sektor informal.

2. Menganalisis aktivitas nafkah pedagang perempuan di sektor informal.

3. Menganalisis dinamika dan mekanisme proses pencarian nafkah yang

dilakukan oleh pedagang perempuan di sektor informal, sehingga diketahui

strategi nafkah yang dibangun oleh pedagang perempuan untuk memastikan

keberlangsungan usaha dan rumahtangganya.

1.4 Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengantar atau sebagai

pengenalan lebih lanjut mengenai konsep perempuan bekerja khususnya di sektor

informal sebagai salah satu strategi nafkah rumahtangga. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti sebagai sarana memahami

permasalahan yang menjadi topik kajian sekaligus untuk mencari penguatan teori

yang telah di peroleh di perkuliahan. Melalui penelitian ini, terdapat juga beberapa

hal yang ingin penulis sumbangkan pada berbagai pihak, yaitu:

1. Dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji permasalahan

perempuan bekerja di sektor publik, khususnya sektor informal secara lebih

mendalam.

2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para penentu kebijakan dalam

mengambil keputusan yang berkaitan dengan perencanaan ketenagakerjaan,

khususnya pemberdayaan tenaga kerja perempuan.

3. Menambah khasanah pengetahuan tentang kajian perempuan dan peranannya

dalam keberlangsungan nafkah rumahtangga.

Page 23: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendekatan Teoritis

2.1.1 Sektor Informal Perkotaan

A. Sektor Informal, Pro dan Kontra Konseptualisasi Perekonomian Kota

Untuk memahami pengertian “sektor informal” kita perlu melihat proses

konseptualisasi sektor informal itu sendiri. Pada proses inilah ditemukan faktor-

faktor yang dapat menjelaskan pengertian sektor informal yang selama ini banyak

berlaku. Konsep sektor informal muncul dalam konteks keterlibatan pakar-pakar

internasional3 dalam perencanaan pembangunan di Dunia Ketiga. Gejala ini

muncul setelah kelahiran negara-negara baru pada akhir Perang Dunia II, pada

waktu dimana muncul pula upaya-upaya di tingkat internasional dan nasional

untuk mempercepat lajunya pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial di

negara-negara baru tersebut.

Lembaga-lembaga internasional seperti The World Bank, International Labour

Organization (ILO) dan International Monetary Fund (IMF) didirikan dalam

konteks ini. Lembaga-lembaga tersebut menyediakan dana, melakukan studi-

studi, mengusulkan kebijakan dan turut campur dalam pengambilan keputusan

menyangkut berbagai bidang yang dianggap mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi suatu negara berkembang. Bidang ketenagakerjaan muncul sebagai pusat

perhatian mereka mulai akhir dasawarsa 1960an (Chandrakirana & Sadoko,

1995). Pada tahun 1969 ILO meluncurkan suatu program khusus untuk mencari

strategi-strategi pembangunan yang dapat mengatasi masalah ketenagakerjaan di

Dunia Ketiga. Program ini, yang diberi nama World Employment Program

(WEP), merupakan reaksi terhadap kenyataan bahwa masalah pengangguran dan

kemiskinan di Dunia Ketiga tetap saja tidak terpecahkan. Dalam laporannya, ILO

menyimpulkan bahwa inti permasalahan bukanlah pengangguran semata-mata,

melainkan juga banyaknya pekerjaan yang tidak menghasilkan pendapatan yang

memadai (dibawah garis kemiskinan), rendahnya tingkat produktifitas dan 3 Keith Hart (1973), Sethuraman (1985), Jan Breman (1980)

Page 24: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

8

pemanfaatan (under-utilization) tenaga kerja. Selain itu, ILO menemukan adanya

kegiatan-kegiatan ekonomi yang selama ini lolos dari pencacahan, pengaturan dan

perlindungan oleh pemerintah, tetapi mempunyai makna ekonomi karena bersifat

kompetitif dan padat karya, memakai input dan teknologi lokal, serta beroperasi

atas dasar kepemilikan sendiri oleh masyarakat lokal. Kegiatan-kegiatan inilah

yang kemudian disebut “sektor informal”.

Sejak saat itu, penyebaran konsep sektor informal berlangsung dengan pesat. ILO

memprakarsai dan melakukan puluhan penelitian mengenai sektor informal di

negara-negara Afrika, Amerika Latin dan Asia. Di Indonesia sendiri studi tentang

sektor informal mulai dilakukan pada tahun 1975. Studi-studi ILO ini kemudian

diikuti oleh berbagai lembaga lainnya, seperti The World Bank, Universitas-

universitas, kantor-kantor pemerintahan nasional, pusat-pusat penelitian serta

LSM (Harold Lubell, dalam Chandrakirana & Sadoko, 1995).

Sethuraman (1985) dalam tulisannya, menyatakan sektor informal biasanya

digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil.

Sektor informal merupakan manifestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan

kerja di negara berkembang, karena mereka yang memasuki sektor ini bertujuan

mencari kesempatan kerja dan pendapatan daripada memperoleh keuntungan.

Pekerja yang memasuki sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan rendah,

tidak terampil dan kebanyakan para migran. Sethuraman menyimpulkan sektor

informal di perkotaan harus dipandang sebagai unit-unit berskala kecil yang

terlibat dalam produksi dan distribusi barang-barang yang masih dalam suatu

proses evolusi daripada dianggap sebagai sekelompok perusahaan yang berskala

besar dengan masukan-masukan (inputs) modal dan pengelolaan (managerial)

yang besar.

Hart (1973) mengambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja di kota

yang berada di luar pasar kerja yang terorganisir. Hart menambahkan sektor

informal meliputi bermacam-macam hal, mulai dari usaha-usaha marginal sampai

perusahaan-perusahaan besar. Hart lebih jauh membagi sektor informal menjadi

sektor informal sah dan informal tidak sah. Dalam sektor informal sah, kegiatan

dibagi dalam kegiatan utama, yaitu: kegiatan primer dan sekunder (pertanian,

Page 25: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

9

perkebunan, pengerajin), kegiatan tersier (perdagangan, tranportasi dan sewa-

menyewa), distribusi kecil-kecilan (pedagang kelontong, pedagang kaki lima),

Jasa (pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur dan perantara) dan transaksi

pribadi (pinjam-meminjam dan pengemis). Kegiatan informal tidak sah dibagi

dalam kegiatan jasa (perdagangan gelap, lintah darat, pelacur) dan transaksi

(pencuri, pemalsuan uang).

Pendapat peneliti-peneliti dunia mengenai sektor informal cukup beragam, de

Soto misalnya, mendefinisikan sektor informal sebagai kegiatan ekonomi di luar

sistem yang legal; sedangkan menurut Portes & Castells (1989) sektor informal

adalah “common sense notion” yang karena batas-batasnya terus bergeser, tidak

dapat dipahami sebagai sebuah definisi ketat. Mereka melihat ekonomi informal

sebagai suatu proses perolehan penghasilan yang mempunyai ciri sentral, yaitu;

tidak diatur oleh lembaga-lembaga sosial, dalam suatu lingkungan legal dan sosial

dimana kegiatan-kegiatan serupa diatur. Batasan ekonomi informal menurut

mereka, bervariasi secara substansial sesuai dengan konteks dan kondisi

historisnya masing-masing. Dapat disimpulkan bahwa, konsep sektor informal

merupakan hasil dari proses panjang perubahan sosial ekonomi dan menemukan

bentuknya yang terdefinisi oleh kondisi jumlah tenaga kerja yang tidak

tertampung dalam sektor formal maupun migran yang datang dari desa.

Kritikan terhadap konsep sektor informal muncul pada dekade terakhir, konsep

sektor informal dianggap terlalu simplistik (Saptari, 1997). Dimana dalam konsep

tersebut hanya membagi sistem ekonomi dalam dua bagian, yang formal dan yang

informal dan dianggap bergerak secara terpisah dalam suatu sistem ekonomi yang

bersifat dualistik. Konsep sektor informal ini dinilai terlalu luas cakupannya

sehingga tidak mempunyai daya analisa yang operasional. Hal ini sejalan dengan

pendapat Breman (1985), menurutnya gambaran sektor informal kurang memadai,

definisi yang kurang baik itu sangat arbiter dimana menganggap mereka yang

berada di sektor ini adalah golongan yang memiliki pendapatan rendah, hidup

serba susah dan semi-kriminal pada batas-batas perekonomian kota. Padahal,

menurut Breman (1985) kegiatan-kegiatan dalam sektor informal secara ekonomis

sangat efisien dan menguntungkan serta tidak bisa dibatasi pasa suasana ekonomi

Page 26: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

10

dan/atau suasana perburuhan yang terpisah (dualistik). Kegiatan yang termasuk

sektor informal sangat beraneka ragam dan tidak mungkin untuk membuat

klasifikasi sistematik mengenai pelbagai kegiatan ini dalam satu sektor. Bremen

melihat sektor informal sebagai sebuah continuum dengan garis-garis pembaginya

yang hampir sembarang dan sulit untuk meletakkan garis-garis tersebut dalam

situasi yang nyata.

Kritik Breman terhadap konsep dualistik perekonomian kota (formal vs informal)

dijawab dengan definisinya mengenai pengelompokan kelas sosial penduduk

pekerja. Kelas sosial tersebut adalah: elit pekerja (karyawan-karyawan perusahan

swasta dan lembaga pemerintahan, pekerja dalam industri besar), borjuis kecil

(pemilik toko kecil, kelompok usaha perseorangan, pedagang eceran, pemilik

toko), kaum sub-proletar (buruh-buruh tidak tetap, pembantu rumah tangga,

pedagang kaki lima) dan kaum proletar (pengemis, pengumpul sampah).

B. Ciri-ciri Sektor Informal

Terlepas dari perdebatan mengenai sektor informal, sektor ini memiliki beberapa

ciri yang membedakannya dengan kegiatan perekonomian kota lainnya (merujuk

pada pemisahan “ekonomi formal” dan “ekonomi informal”), ciri-ciri tersebut

adalah:

1. Pola kegiatan tidak teratur baik dalam arti waktu, permodalan maupun

penerimaannya.

2. Tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan atau ketentuan yang ditetapkan oleh

pemerintah (sehingga kegiatannya sering dikategorikan liar).

3. Modal, peralatan, perlengkapan maupun omzetnya biasanya kecil dan

tergantung pada sumberdaya lokal, serta diusahakan atas dasar hitungan

harian.

4. Tidak berlangsung di tempat yang tetap dan terkait dengan usaha-usaha lain.

5. Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat berpenghasilan

rendah.

Page 27: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

11

6. Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga secara luas

dapat menyerap bermacam-macam tingkat tenaga kerja.

7. Umumnya tiap-tiap satuan usaha memperkerjakan tenaga dalam jumlah kecil

dan dari kalangan keluarga, kenalan atau berasal dari daerah sama.

8. Tidak menerapkan sistem pembukuan dan tidak menaruh akses pada sistem

perkreditan.

9. Kecenderungan tingkat mobilitas kerja dan tempat tinggal cukup tinggi

(Sihite Romany, dalam Sihite, 1991).

Sethuraman (1985) menambahkan tenaga kerja di sektor informal merupakan

migran dari pedesaan di sekitar kota. Kebanyakan kaum migran terdiri dari

mereka yang berpindah dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Hal ini

mencerminkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tidak memadai di daerah

pedesaan. Todaro dan Stilkind (4981), menulis bahwa orang-orang desa yang

miskin “didorong” pindah ke kota karena kemandekan atau berkurangnya

kesempatan kerja di desa, dan pada saat yang sama “tertarik” oleh harapan untuk

mendapat pekerjaan lebih baik dan penghasilan tinggi di kota (sektor informal).

C. Sektor Informal vs Sektor Formal

Pembedaan antara sektor formal dan sektor informal dalam perekonomian kota

memang mendapat berbagai kritikan dari beberapa peneliti4, namun dalam

pendeskripsian mengenai kedua sektor ekonomi ini hampir semua peneliti setuju

bahwa kedua sektor ini berbeda nyata dalam karakteristik dan pengelolaan.

Mengacu pada pendapat Saptari (1997), perbedaan antara sektor formal dan sektor

informal dapat dilihat dari aspek legitimasi, kontinuitas usaha, organisasi,

kelenturan penggunaan waktu dan sebagainya. Bila dilihat dari legitimasinya,

secara kasar sektor formal adalah sektor di mana pekerjaan didasarkan atas

kontrak kerja yang jelas, memiliki administrasi usaha, dan upah diberikan secara

tetap. Sementara sektor informal tidak didasarkan kontrak kerja yang jelas,

administrasi sederhana dan penghasilannya tidak tetap. Jika dilihat dari

4 Antara lain Jan Breman (1980), Saptari (1997) dan Carlos Sanchez (1981).

Page 28: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

12

kontinuitas usahanya, unit usaha yang termasuk dalam sektor formal adalah unit

usaha yang bermodal besar (sering kali berasal dari modal asing), pemilikan usaha

seringkali berbentuk korporasi, berskala besar, berteknologi tinggi dan beroperasi

di pasar internasional, sedangkan sektor informal mempunyai unit usaha yang

bermodal kecil, kepemilikan oleh individu dan umumnya beroperasi di pasar

lokal.5

Jika dilihat dari Organisasi, sektor formal dijalankan dalam bentuk manajemen

yang jelas dan orang-orang yang bekerja di dalamnya telah terspesialisasi.

Sedangkan sektor informal dijalankan dalam bentuk kekeluargaan dan orang-

orang yang bekerja didalamnya tidak memiliki pembagian kerja yang jelas. Dari

kelenturan penggunaan waktu, sektor formal dilakukan secara berkesinambungan

dan terencana dalam setiap langkah yang diambil, sedangkan sektor informal

dapat dengan mudah menentukan keberlangsungan usahanya.6 Suwartika (2003)

dalam penelitiannya membedakan karakteristik antara sektor formal dan sektor

informal sebagai berikut.

Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Antara Sektor Formal dan Sektor Informal No Karakteristik Sektor Formal Sektor Informal 1. Teknologi Capital Intensive Labour Intensive 2. Organisasi Birokratis Hubungan kekeluargaan 3. Modal Berlebih Sedikit 4. Jam Kerja Teratur Tidak teratur 5. Upah Normal dan teratur Tidak teratur 6. Produk/komoditas Berkualitas Tidak berkualitas 7. Harga Harga pas Cenderung bisa

dinegosiasikan 8. Kredit Dari Bank atau Institusi yang

sama dengan bank Pribadi

9. Keuntungan Tinggi Rendah 10. Hubungan Dengan Klien Sangat Formal Secara pribadi 11. Biaya Tetap Besar Kecil (dapat diabaikan) 12. Pemberitaan/ Iklan Penting Kurang penting 13. Pemanfaatan Barang-

barang bekas Tidak berguna Berguna

14 Modal Tambahan Indispensible Dispensible 15. Perangkat Pemerintahan Besar Hampir tidak ada 16. Ketergantungan Tergadap

Dunia Luar Besar, khususnya untuk orientasi ekspor

Hampir tidak ada atau kecil

(Sumber : Chris Gerry (1987) dalam Rika Suwartika, 2003)

5 Saptari, R. 1997. kerja Perempuan dalam Ekonomi Perkotaan dalam Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial, Sebuah Pengantar Studi Perempuan. Hal. 358-359 6 Ibid.,

Page 29: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

13

Klasifikasi di atas dapat digunakan sebagai alat deskripsi dan klasifikasi. Namun,

Saptari (1997) dalam bukunya menuliskan bahwa pemisahan antara sektor formal

dan informal tidaklah semudah mengklasifikasikan keduanya. Menurutnya,

terdapat kelemahan dalam pemisahan keduanya, dimana terdapat kemungkinan

bahwa sektor informal merupakan bagian dari sektor formal dalam aktifitas

usahanya. Contohnya, pekerja borongan yang hidup-matinya tergantung pada

pesanan yang dilakukan oleh perusahaan besar atau pabrik.

2.1.2 Perempuan di Sektor Informal

Kajian mengenai peranan perempuan di sektor informal semakin banyak

dilakukan oleh para peneliti yang mengkhususkan pada masalah-masalah

perempuan. Hal ini cukup beralasan, karena semakin sentralnya peranan

perempuan di sektor tersebut.

Kegiatan dalam sektor informal telah lama digeluti oleh perempuan termasuk ibu

rumah tangga, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Para perempuan ini

terjun sebagai pedagang kecil (small trader), pedagang kakilima, penjaja keliling

dan berjualan dipasar dengan bakul. Dalam laporannya Mayling (1984) yang

dikutip oleh Sihite (1990) jumlah perempuan yang bergerak di sektor

perdagangan informal meningkat dari 62% pada tahun 1971 menjadi 68% pada

tahun 1980 dan pada tahun 1982 tercatat dari seluruh angkatan kerja perempuan,

sekitar 82% atau 21 juta bekerja di sektor informal.

Kebanyakan perempuan yang ada dalam sektor informal dan berprofesi sebagai

pedagang kecil merupakan perempuan dari lapisan bawah dan memiliki

keterdesakan ekonomi. Ketidakmampuan tulang punggung keluarga (suami)

dalam memenuhi kebutuhan keluarga, menuntut perempuan untuk masuk dalam

ranah kerja di sektor publik untuk menghasilkan tambahan penghasilan. Dalam

kasus perempuan janda (single parent), kondisi ini mengharuskan perempuan

untuk bekerja dan menghasilkan uang untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya,

sedangkan perempuan dari kelas menengah masuk ke dalam sektor informal

Page 30: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

14

cenderung disebabkan oleh keinginan diversifikasi nafkah keluarga dan strategi

akumulasi modal (Saptari, 1997)

Banyaknya perempuan masuk dan bekerja di sektor informal disebabkan oleh

berbagai kendala yang mereka hadapi, antara lain tingkat pendidikan mereka yang

rendah sehingga mereka tidak bisa memasuki lapangan kerja di sektor formal.

Kendala lainnya adalah terbatasnya atau tidak dimilikinya keterampilan khusus

sehingga mereka hanya punya kesempatan memasuki lapangan kerja di sektor

informal dengan imbalan yang relatif kecil (Sihite, 1990)

Faktor lainnya adalah sektor pertanian yang selama ini menampung para

perempuan dinilai semakin lama terasa semakin sulit dan tidak pasti. Hal ini

disebabkan mahalnya harga input pertanian, sempitnya tanah yang dimiliki

membuat para perempuan ini memilih untuk menjual tanahnya dan mencari

sumber keuangan baru. Sektor perdagangan dinilai mampu memberikan hasil

dalam bentuk uang dengan cepat, sehingga menarik para perempuan ini untuk

terlibat di dalamnya. Di perkotaan perempuan masuk ke sektor informal sebagai

bentuk pemanfaatan terhadap keberadaan sektor informal yang telah ada. Sektor

informal dipandang sebagai solusi dari ketidak mampuan sektor formal menyerap

tenaga kerja perkotaan.

Perempuan yang masuk ke sektor informal, seperti berdagang, memiliki

karakteristik khusus, yaitu memiliki modal kecil dan biasanya berasal dari

kepemilikan pribadi (institusi keuangan informal), sebagian besar merupakan

migran (pendatang) dari luar kota, berpendidikan rendah dan tidak memiliki

keterampilan khusus, memiliki peran ganda (tugas pencari nafkah dan tugas

sebagai pengelola rumah tangga), dan tetap melakukan peran pengasuhan.

Seligmann (2001) dalam bukunya “Women Trader in Cros Culture” menjelaskan

bahwa pedagang Perempuan tidaklah sesederhana penjual atau pedagang kakilima

dalam cakupan konsep ekonomi. Sebaliknya, melihat pedagang perempuan

dengan semua kompleksitas dalam posisinya, menjelaskan bagaimana dan

mengapa posisi pedagang perempuan ini berubah dari waktu ke waktu dan untuk

Page 31: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

15

dapat melihat struktur sosialnya, harus secara khusus menggambarkan kegiatan

pedagang perempuan.

Seligmann (2001) menjelaskan perempuan pedagang dalam sektor informal

merupakan pengambil resiko “risk taker” yang besar. Hal ini dikarenakan

keterlibatan perempuan dalam perdagangan biasanya hanya dengan modal yang

kecil dan barang dagangannya harus dihabiskan dalam satu hari. Selain itu

perempuan yang menjadi pedagang bakul (pedagang kecil) masih harus

disibukkan dengan berbagai retribusi dari petugas pasar tempat Ia berjualan,

pemimpin informal (Jagoan atau Preman) yang biasanya memungut biaya untuk

penjaminan keamanan berjualan dan sejumlah pungutan-pungutan saat membawa

barang dagangan dari tempat pembelian ke pasar.

Di sisi lain, “Steriotipe” yang berlaku umum selama ini, menganggap perempuan

bekerja merupakan penyimpangan dari hakikat perempuan yang harus ada di

rumah, melakukan fungsi pengasuhan dan pembimbingan terhadap anak, menjadi

kendala bagi perempuan pedagang. Alasan strategi pemenuhan nafkahlah yang

memungkinkan perempuan ini dapat berdagang dan memasuki sektor informal.

Dalam hubungannya dengan pemenuhan nafkah dalam keluarga, perempuan yang

berdagang merupakan aktifitas strategi nafkah ganda yang dilakukan oleh rumah

tangga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota rumahtangga tersebut. Secara

otomatis, peran produktif perempuan akan meningkat dalam kasus ini. Perempuan

pedagang ini memberikan identitas baru pada diri mereka, bukan saja sebagai ibu,

namun juga sebagai salah satu penopang nafkah keluarga.

2.1.3 Strategi Nafkah (Livelihood Strategy)

A. Definisi Nafkah (Livelihood)

Setiap manusia melakukan berbagai aktivitas dan tindakan dalam hidupnya.

Seperti, membangun jaringan dengan orang lain, melakukan tindakan ekonomi

untuk memenuhi kebutuhan, melakukan berbagai aktivitas produksi yang biasanya

terkonstruksi dari interaksi manusia dengan alam di sekitarnya (bertani, nelayan,

berkebun dan berdagang). Berbagai aktivitas ini akhirnya membentuk pola-pola

Page 32: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

16

tertentu yang mendukung pemenuhan kebutuhan dasar maupun nafkah dari

masing-masing anggota masyarakat. Pola-pola aktivitas individu maupun keluarga

dalam memenuhi kebutuhannya bisa disebut pola nafkah. Pola nafkah ini

tercermin dari berbagai aktivitas dan tindakan individu dalam memenuhi

kebutuhan, berbagai aktivitas dan tindakan dalam memenuhi kebutuhan ini

selanjutnya akan disebut sebagai strategi nafkah.

Nafkah (livelihood), dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai cara

hidup. Ellis (2000) mengkonsepsikan nafkah sebagai aset atau modal, akses

terhadap aset dan aktivitas yang dikembangkan oleh seseorang maupun

rumahtangga, dengan mediasi dari lembaga dan hubungan sosial untuk mencapai

derajat kehidupan tertentu. Dengan kata lain, nafkah adalah beragam tipe dan cara

untuk mengamankan eksistensi manusia. Hal ini sejalan dengan pendapat

Chambers & Conway (dalam Ellis, 2000) mendefinisikan unsur-unsur nafkah

(livelihood) antara lain kemampuan atau kapabilitas, aset dan aktivitas untuk

memperoleh hasil untuk kehidupan.

Kapabilitas diartikan sebagai kemampuan individu untuk merealisasikan

potensinya sebagai manusia yaitu meliputi eksistensi dan kemampuan. Eksistensi

berarti sejahtera dan sehat, sedangkan kemampuan manusia berarti kemampuan

untuk memilih, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi, sosial dan personal (Chambers dan Conway dalam Ellis,

2000). Selanjutnya, Lestari (2005) mendefinisikan kapabilitas sebagai

kemampuan manusia untuk memanfaatkan aset yang dikuasainya sehingga ia

dapat bertahan hidup.

Aset diartikan sebagai persediaan modal yang dapat secara langsung atau tidak

langsung digunakan sebagai alat untuk menjamin kehidupan atau memelihara

kesejahteraan rumahtangga sehingga posisinya senantiasa berada di atas batas

survival (Ellis, 2000). Modal adalah persediaan sumberdaya produktif yang

dibangun oleh manusia melalui investasi pendapatan ataupun jaringan sosial

(Scoones, 1998). Menurut Chambers dan Conway dalam Ellis (2000), terdapat

lima tipe modal yang dapat dimiliki atau dikuasai oleh rumahtangga untuk

Page 33: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

17

pencapaian nafkahnya. Kelima modal tersebut adalah modal manusia, modal fisik,

modal finansial, modal alam dan modal sosial.

Akses diartikan sebagai aturan dan norma sosial yang mengelompokkan

perbedaan kemampuan dari manusia dalam memanfaatkan aset, kontrol terhadap

aset, ataupun kepemilikan. Akses juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk

berpartisipasi atau mendapatkan keuntungan dari hubungan sosial dan pelayanan

publik yang disediakan oleh pemerintah (Scoones, dalam Ellis, 2000).

Selanjutnya, Scoones mengungkapkan bahwa akses terhadap berbadai aset ini

dibangun oleh hubungan sosial antar individu, kelembagaan dan organisasi

produksi pada wilayah dimana strategi nafkah tersebut berkembang.

Nafkah dalam arti means of living seringkali disejajarkan dengan konsep

livelihood, akan tetapi konsep livelihood mencakup pemahaman yang lebih luas

bukan hanya sekedar bagaimana memperoleh penghasilan. Chamber dan Conway

(dalam Dharmawan, 2001) menyatakan bahwa nafkah (livelihood) adalah cara di

mana seseorang memuaskan pencapaian kebutuhannya atau mempertahankan

kehidupannya. Lebih lanjut, Ellis (dalam Dharmawan, 2001) menyatakan bahwa

livelihood meliputi pendapatan, baik dalam bentuk uang tunai “cash”, barang “in

Kind”, jaminan oleh kelembagaan dan jender maupun pengakuan hak milik yang

dibutuhkan untuk mendukung dan memelihara kehidupan. Livelihood juga

merupakan akses terhadap, dan keuntungan yang berasal dari pelayanan publik

dan sosial yang disediakan oleh negara. Disimpulkan oleh Dharmawan (2006)

bahwa livelihood memiliki pengertian yang lebih luas daripada sekedar means of

living yang bermakna secara sempit sebagai mata-pencaharian semata-mata.

Menurut Farrington (1999) konsep nafkah (livelihood) berfokus pada manusia,

holistik dan bergerak pada tataran makro dan mikro. Konsep ini berfokus pada

manusia karena menganalisis bagaimana manusia mengembangkan sumber-

sumber dan peluang nafkah untuk pencapaian tujuannya dalam keluarga.

Pendekatan ini memandang orang miskin bukan objek pasif namun subjek aktif

dari segenap proses dan aktivitas kehidupannya karena individu atau rumahtangga

memiliki kemampuan dan potensi yang dapat dikembangkan untuk mengatasi

permasalahan kehidupan. Bersifat holistik karena mengidentifikasi nafkah, mulai

Page 34: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

18

dari peluang hingga batasan pengembangannya. Konsep ini bergerak pada tataran

makro dan mikro karena berusaha menganalisis pengaruh karakteristik makro

terhadap orientasi mikro.

B. Definisi Strategi (Strategy)

Manusia pada dasarnya memiliki sifat yang sama dengan mahluk ciptaan tuhan

lainnya, memiliki insting untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan tetap

mempertahankan hidupnya dalam berbagai kondisi. Hal ini merupakan konsep

awal dari strategi, dimana setiap orang selalu menggunakan berbagai taktik untuk

bertahan hidup.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), pengertian strategi adalah

rencana untuk melakukan tindakan. Menurut Crow (dalam Dharmawan, 2001)

strategi adalah pilihan yang diambil dari banyak alternatif yang ada dan

merupakan bagian dari teori pilihan rasional. Strategi merupakan bagian dari

pilihan rasional, artinya setiap pilihan yang dibuat oleh individu, dibuat

berdasarkan pertimbangan rasional dengan mempertimbangkan keuntungan dan

kerugian yang akan diperoleh. Sebagaimana yang diungkapkan Ependi (2004)

dalam penelitiannya menyatakan strategi merupakan respon dari keadaan dan

sumber ekonomi yang serba terbatas (kemiskinan). Selanjutnya Crow (1989)

menyatakan ada beberapa aspek penting dalam strategi, yaitu :

1. Harus ada pilihan yang dapat seseorang pilih sebagai tindakan alternatif.

2. Kemampuan melatih “kekuatan”. Mengikuti suatu pilihan berarti memberikan

perhatian pada pilihan tersebut. Dengan demikian, memberikan perhatian pada

suatu pilihan akan mengurangi perhatian pada pilihan yang lain. Dalam

konteks komunitas, seseorang yang memiliki lebih banyak kontrol (aset) akan

lebih memiliki kekuatan untuk “memaksa” kehendak. Oleh karena itu, strategi

nafkah dapat dipandang sebagai suatu kompetisi untuk mendapatkan aset-aset

yang ingin dikuasai.

3. Dengan merencanakan strategi yang mantap, ketidakpastian (posisi) yang

dihadapi seseorang dapat dieliminir.

Page 35: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

19

4. Strategi dibangun sebagai respon terhadap tekanan yang hebat yang menerpa

seseorang.

5. Harus ada sumber daya dan pengetahuan sehingga seseorang bisa membentuk

dan mengikuti berbagai strategi yang berbeda.

6. Strategi biasanya merupakan keluaran dari konflik dan proses yang terjadi

dalan rumah tangga.

C. Strategi Nafkah (Livelihood Strategy)

Dharmawan (2006) menjelaskan, strategi nafkah lebih mengarah pada pengertian

livelihood strategy. Yaitu, sebagai taktik dan aksi yang dibangun oleh individu

ataupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka ataupun

memperbaiki status kehidupan dengan tetap memperhatikan eksistensi instruktur

sosial, struktur sosial dan sistem nilai budaya yang berlaku. Strategi nafkah

(livelihood strategy) juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan

ketersediaan sumberdaya, sehingga bentuk strategi nafkah tiap komunitas dan

keluarga masing-masing memiliki keunikan tersendiri dan berbeda. Seperti pada

penelitian Ependi (2004) menyatakan sumberdaya nafkah yang ada pada

komunitas mempengaruhi strategi nafkah yang diterapkan oleh komunitas yang

bersangkutan.

Strategi nafkah (livelihood strategy) dianalisis pada level rumahtangga, hal ini

sesuai dengan pendapat dari Daharmawan (2001) yang menyatakan bahwa tiap

individu dalam mengambil keputusan dan tindakan selalu dipengaruhi oleh

anggota lain dalam rumahtangganya dan tidak pernah didefinisikan sebagai

mahluk yang bebas nilai. Crow (1989) (dalam Dharmawan, 2001) juga

berpendapat bahwa setiap individu dalam organisasi (rumahtangga maupun

masyarakat) selalu terikat pada norma dan budaya tertentu yang membimbing dan

mengarahkan mereka dalam melakukan tindakan maupun mengabil keputusan.

Dengan kata lain, Strategi diungkapkan sebagai sebuah kompromi dan keputusan

bersama diantara anggota rumahtangga, meskipun keputusan yang diambil akan

dilaksanakan oleh seorang individu saja. Oleh karena itu, dalam analisis strategi

nafkah sangat penting untuk mengetahui karakteristik dari rumahtangga yang akan

diteliti dan mengetahui siapa yang memiliki kekuasaan dalam rumahtangga.

Page 36: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

20

Merujuk pada Scoones (1998), dalam penerapan strategi nafkah, rumahtangga

petani memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki dalam upaya untuk

dapat bertahan hidup. Scoones membagi tiga klasifikasi strategi nafkah (livelihood

strategy) yang mungkin dilakukan oleh rumah tangga petani, yaitu :

1. Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan

sektor pertanian secara efektif dan efisien baik melalui penambahan input

eksternal, seperti teknologi dan tenaga kerja (intensifikasi), maupun dengan

memperluas lahan garapan (ekstensifikasi).

2. Pola nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan menerapkan

keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain

pertanian untuk menambah pendapatan. Atau dengan mengerahkan seluruh

tenaga kerja keluarga (Ayah, Ibu dan anak) untuk ikut bekerja–selain

pertanian–dan memperoleh pendapatan, dan

3. Rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan

melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen

maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan.

Selain berbasis pada sumberdaya yang tersedia, strategi nafkah juga dapat

dikembangkan melalui jaringan sosial dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat,

dan disebut modal sosial. De Haan (2000) mengungkapkan modal sosial adalah

termasuk didalamnya “access” dan “clime” yang berkaitan dengan institusi, pola

hubungan, nilai-nilai, dan sikap yang mengatur hubungan antara orang dan

memiliki kontribusi pada pembangunan sosial ekonomi. Dengan kata lain strategi

nafkah berbasis modal sosial adalah strategi yang memanfaatkan jaringan sosial

maupun kelembagaan yang dikembangkan oleh komunitas. Dharmawan (2002)

menyatakan dalam konsep modal sosial terdapat tiga esensi penting yang

mendukung stok modal sosial, yaitu: kepercayaan (trust), jejaring sosial (social

networking) dan norma-norma (shared norms). Stok modal sosial inilah yang

dapat membantu rumahtangga dalam menghadapi tekanan dengan mendorong

terjalinnya kerjasama dalam hubungan antara anggota dalam komunitas.

Page 37: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

21

Dharmawan (2001) membagi strategi nafkah dalam dua fase kehidupan

rumahtangga petani. Yaitu strategi nafkah yang dikembangkan saat kehidupan

berada dalam keadaan normal dan strategi nafkah yang dikembangkan saat

kehidupan berada dalam keadaan krisis (aktivitas nafkah tidak mencukupi

kebutuhan dasar). Menurut Manig (1997) (dalam Dharmawan, 2001) ada empat

strategi yang dikembangkan oleh rumahtangga saat keadaan normal, yaitu;

strategi akuisisi (segala aktivitas yang memanfaatkan sumberdaya yang tersedia

di alam), strategi alokasi (mengalokasikan segala sumberdaya baik materil

maupun immateril untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga), strategi produksi

(mentransformasikan materi menjadi bentuk energi lain, sehingga dapat

digunakan untuk pemenuhan kebutuhan) dan strategi pemanfaatan jaringan

sosial (modal sosial).

Strategi yang dikembangkan saat rumahtangga mengalami kondisi krisis,

diperjelas kembali oleh Herbon (dalam Dharmawan, 2001) dengan membagi

tahapan krisis menjadi tiga tahapan. Yaitu;

1. Tahapan antisipasi krisis, strategi yang dilakukan adalah meliputi kegiatan

untuk membangun jaringan sosial yang memberikan jaminan keamanan

materil dan immateril, strategi produksi, strategi akumulasi surplus dan

strategi akuisisi.

2. Tahapan terjadinya krisis, dihadapi dengan strategi eksploitasi sumberdaya

seoptimum mungkin, mengurangi konsumsi, dan melakukan strategi

perlawanan (pemberontakan).

3. Tahapan pemulihan krisis, diisi dengan aktivitas memperbaiki kerusakan dan

mengusahakan kembali akses terhadap sumberdaya.

2.1.4 Sumber-sumber Nafkah

Pilihan strategi nafkah sangat ditentukan oleh ketersediaan akan sumberdaya dan

kemampuan mengakses sumber-sumber nafkah tersebut. Sumber-sumber nafkah

sendiri, sering disebut sebagai “modal”, sebagaimana Scoones (1998)

mendefinisikan konsep modal sebagai segala sesuatu yang dapat menciptakan

Page 38: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

22

kehidupan atau meningkatkan makna hidup. Musyarofah (2006) mendefinisikan

modal sebagai semua hal yang dapat dimanfaatkan oleh rumahtangga, sedangkan

modal mengacu pada semua hal yang dimiliki atau dapat diakses oleh

rumahtangga. Dharmawan (2001) menjelaskan, sumber nafkah rumahtangga

sangat beragam (multiple source of livelihood), karena rumahtangga tidak

tergantung hanya pada satu pekerjaan dan satu sumber nafkah tidak dapat

memenuhi semua kebutuhan rumahtangga. Selanjutnya, Scoones membagi konsep

modal menjadi;

1. Modal alam (Natural Capital)

Merupakan sumber-sumber nafkah yang berasal dari alam dan terkait dengan

proses-proses alamiah, misalnya kondisis tanah, air, udara, siklus hidrologi

dan sebagainya.

2. Modal Fisik (Physical Capital)

Merupakan berbagai alat yang digunakan dalam kegiatan produksi. Seperti,

peralatan pertanian, mesin, saluran irigasi, gedung dan sebagainya.

3. Modal Manusia (Human Capital)

Merupakan sumberdaya yang terkait dengan manusia yang melakukan

berbagai aktivitas, keterampilan, pendidikan, pengetahuan, kesehatan dan

sebagainya.

4. Modal Keuangan (Financial Capital)

Merupakan modal yang sangat esensial terkait dengan strategi nafkah,

misalnya kepemilikan aset ekonomi untuk produksi, modal dalam bentuk uang

tunai, barang-barang untuk kebutuhan konsumsi dan akses terhadap kredit

juga termasuk dalam modal keuangan.

5. Modal Sosial (Social Capital)

Merupakan sumberdaya sosial yang terdiri dari jaringan sosial, kalim sosial,

hubungan sosial, keanggotaan dan perkumpulan yang dimasuki oleh anggota

keluarga yang dapat memberikan manfaat bagi yang bersangkutan.

Page 39: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

23

Scoones (1998) menambahkan, dari kelima modal tersebut, modal keuangan dan

modal manusialah yang sering disebut sebagai “modal” dalam arti ekonomi.

Keduanya dinilai mampu menghasilkan pendapatan dengan segera dan mudah

untuk diperhitungkan. Modal alam sangat tergantung kepada kemampuan individu

untuk mengakses sumberdaya alam yang ada. Kemampuan untuk akses inilah

yang membuat perbedaan antara kelas-kelas dalam masyarakat. Modal sosial

sendiri memiliki arti yang berbeda dan seringkali dibahas secara khusus. De Haan

(2000) menjelaskan modal sosial dapat memfasilitasi tindakan aktor-aktor di

dalam struktur sekaligus menetapkan aktor-aktor tersebut dalam aspek-aspek

struktural. Singkatnya modal sosial diartikan sebagai kegiatan tolong-menolong

antar tetangga, organisasi keagamaan, arisan dan sebagainya.

2.1.5 Rumahtangga

Rumahtangga diartikan sebagai seorang atau sekelompok orang yang mendiami

sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya makan bersama dari satu

dapur7. Satu dapur disini maksudnya dalam pengelolaan kebutuhan sehari-hari

setiap anggota rumahtangganya dijadikan satu dan dikelola oleh seorang atau

bersama. Pendefinisian rumahtangga dilakukan untuk menegaskan pengertian

perempuan sebagai bagian dari rumahtangga. Dalam usaha perdagangannya

perempuan tidak bebas nilai dan mendapat pengaruh dari anggota rumahtangga

lainnya. Mengacu pada pendapat Dharmawan (2001), bahwa strategi nafkah

(livelihood strategy) dianalisis pada level rumahtangga dan tiap individu dalam

mengambil keputusan dan tindakan selalu dipengaruhi oleh anggota lain dalam

rumahtangganya. Crow (dalam Dharmawan, 2001) juga berpendapat bahwa setiap

individu dalam organisasi (rumahtangga maupun masyarakat) selalu terikat pada

norma dan budaya tertentu yang membimbing dan mengarahkan mereka dalam

melakukan tindakan maupun mengabil keputusan.

Saptari dan Holzner (1997) menulis terdapat dua pandangan dalam menganalisis

kerja perempuan dalam rumahtangga. Pertama, rumahtangga dipandang sebagai

7 Pengertian rumahtangga dari BPS (digunakan dalam sensus penduduk)

Page 40: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

24

sumber subordinasi perempuan. Pandangan ini beranggapan bahwa posisi rendah

perempuan dalam pasar tenaga kerja disebabkan oleh posisi mereka di dalam

rumahtangga. Dalam kerangka pandangan ini, rumahtangga dilihat sebagai wadah

dimana terdapat perbedaan kepentingan dan terdapat ketegangan-ketegangan yang

umumnya diselesaikan dengan menggunakan garis otoritas ayah. Pandangan

kedua menjelaskan rumahtangga sebagai sumber dukungan atau solidaritas

perempuan. Dalam kerangka pandangan ini rumahtangga dilihat sebagai tempat

perlindungan, dukungan dan sumber kekuatan untuk melakukan perlawanan atau

untuk sekedar bertahan. Walaupun kedua pandangan ini mewakili kutub yang

bertolak belakang, dalam analisnya kedua pandangan ini tidak saling tolak

menolak. Di satu sisi tidak dapat disangkal bahwa dari sudut ekonomi dibutuhkan

sumbangan dan kerja anggota rumahtangga untuk bisa meneruskan kelangsungan

rumahtangga. Namun disisi lain seringkali pembagian kerja dan pengambilan

keputusan dalam rumahtangga bisa menjadi sumber konflik atau ketegangan di

antara anggota rumahtangga itu sendiri.

2.2 Kerangka Konseptual

Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana dinamika dan mekanisme

strategi nafkah pedagang perempuan di sektor informal perkotaan di Pasar Anyar,

Kota Bogor, Jawa Barat. Studi strategi nafkah dilakukan untuk mengetahui

bentuk-bentuk strategi nafkah yang dilakukan oleh pedagang perempuan di Pasar

Anyar dan alasan yang melatarbelakanginya.

Sektor informal telah lama digeluti oleh perempuan termasuk ibu rumah tangga,

baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Para perempuan ini bekerja sebagai

pedagang kecil (small trader), pedagang kakilima, penjaja keliling dan berjualan

di pasar (Mayling, 1984). Banyaknya perempuan masuk dan bekerja di sektor

informal disebabkan oleh sektor pertanian yang selama ini menampung para

perempuan dinilai semakin lama terasa semakin tidak memberi kepastian dalam

pemenuhan kebutuhan keluarga. Hal ini dikarenakan mahalnya harga input

pertanian, semakin berkurangnya lapangan pekerjaan di sektor ini, sempitnya

tanah yang dimiliki membuat para perempuan ini memilih untuk mencari sumber

Page 41: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

25

keuangan baru. Disisi lain sektor perdagangan dan pelayanan jasa dinilai mampu

memberikan hasil dalam bentuk uang dengan cepat, sehingga menarik para

perempuan ini untuk terlibat di dalamnya. Sedangkan di perkotaan, perempuan

telah tersegmentasi dalam pasar tenaga kerja. Perempuan dipandang cocok untuk

pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan dan memiliki upah yang lebih

rendah dari pada laki-laki. Hal ini membuat perempuan tidak memiliki banyak

kesempatan untuk bekerja di sektor formal. Sektor informal yang telah ada,

dimanfaatkan oleh tenaga kerja perempuan di perkotaan untuk memperoleh

nafkah dan memenuhi kebutuhan rumahtangganya. Mereka bekerja sebagai

pedagang, pembantu rumahtangga ataupun pelacur.

Alasan lainnya adalah ketidakmampuan tulang punggung keluarga-dalam hal ini

suami-dalam memenuhi kebutuhan keluarga, menuntut perempuan untuk masuk

dalam ranah kerja di sektor informal, untuk menghasilkan tambahan penghasilan.

Perempuan dari kelas menengah masuk ke dalam sektor informal cenderung

disebabkan oleh keinginan diversifikasi nafkah keluarga dan strategi akumulasi

modal (Saptari, 1997). Masuknya perempuan ke sektor informal disebabkan oleh

berbagai alasan, antara lain tingkat pendidikan mereka yang rendah sehingga

mereka tidak bisa memasuki lapangan kerja di sektor formal. Alasan lainnya

adalah terbatasnya atau tidak dimilikinya keterampilan khusus sehingga mereka

hanya punya kesempatan memasuki lapangan kerja di sektor informal dengan

imbalan yang relatif kecil. (Sihite, 1990)

Perempuan yang berada di sektor informal, contohnya berdagang, memiliki

beberapa karakteristik khusus, yaitu memiliki modal kecil dan biasanya berasal

dari kepemilikan pribadi (institusi keuangan informal), sebagian besar merupakan

migran (pendatang) dari luar kota, berpendidikan rendah dan tidak memiliki

keterampilan khusus, memiliki peran ganda (tugas pencari nafkah dan tugas

sebagai pengelola rumah tangga), dan tetap melakukan peran pengasuhan

(Seligmann, 2001). Karakteristik tersebut tercipta dari situasi sosial-ekonomi yang

melatarbelakangi perempuan saat masuk ke sektor informal.

Berada di sekor informal, berarti pedagang perempuan harus menghadapi

berbagai kendala di sektor publik untuk melakukan aktifitas pemenuhan

Page 42: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

26

nafkahnya. “Steriotipe” yang berlaku umum dalam masyarakat, menganggap

perempuan bekerja merupakan penyimpangan dari hakikat perempuan yang harus

ada di rumah, melakukan fungsi pengasuhan dan pembimbingan terhadap anak,

menjadi kendala tersendiri bagi perempuan. Hal ini akan membatasi cakupan

ranah kerjanya dan membatasi pilihan pekerjaan yang mungkin untuk dilakukan.

Kebijakan pemerintah yang cenderung anti pada sektor informal (seperti PKL)

menjadi rintangan tersendiri untuk berusaha di bidang ini. Penggusuran,

penertiban dan penyitaan alat berdagang menjadi rutinitas yang sangat dekat

dengan sektor informal. Menghadapi berbagai kendala tersebut, pedagang

perempuan di sektor informal biasanya memiliki berbagai strategi untuk

memastikan keberlangsungan usahanya untuk pemenuhan nafkah rumahtangga.

Strategi yang diterapkan sangat khas, dan berbeda antara pedagang perempuan

yang satu dan yang lainnya. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan sumberdaya

yang dimiliki dan perbedaan situasi yang melatar belakangi sebuah strategi.

Berdasarkan kerangka konseptual, penelitian ini diawali dengan mendefinisikan

karakteristik para pedagang perempuan ini, memahami mereka sebagai salah satu

bagian dari sistem ekonomi perkotaan dan bagian dari rumahtangga. Studi

selanjutnya mengenai aktivitas nafkah yang dilakukan oleh pedagang perempuan

dan bagaimana mereka menanfaatkan sumberdaya yang tersedia untuk

memastikan keberlangsungan nafkahnya. Studi mengenai aktivitas dan dinamika

aktifitas ini selanjutnya digunakan untuk memahami pilihan strategi nafkah

pedagang perempuan di sektor informal. Pada gambar 1 disajikan bagan alur

pemikiran.

Page 43: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

27

Faktor penarik 1. Tidak membutuhkan

keterampilan khusus dan tingkat pendidikan tertentu.

2. Waktu kerja yang fleksibel dan dengan mudah dapat keluar masuk.

3. Modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha tidak besar.

Faktor pendorong 1. Perubahan Struktur ekonomi pedesaan. 2. Segmentasi tenga kerja perkotaan,

sempitnya kesempatan perempuan di sekor industri.

3. Nafkah yang diperoleh suami tidak mencukupi kebutuhan rumahtangga.

4. Kasus janda (single parent). Perempuan sebagai tulang punggung nafkah rumahtangga

Sektor informal (menjadi pedagang)

Perempuan dalam rumahtangga

Pola aktifitas nafkah pedagang perempuan

Dinamika dan mekanisme strategi nafkah

pedagang perempuan

Strategi nafkah pedagang

perempuan spesifik

Keterangan : : Mempengaruhi : Masuk ke : Merumuskan

Gambar 1. Bagan kerangka konseptual

Page 44: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

28

2.3 Batasan Pengertian

Sektor Informal Perkotaan

Sektor informal merupakan hasil dari proses panjang perubahan sosial ekonomi

dan menemukan bentuknya yang terdefinisi oleh kondisi jumlah tenaga kerja yang

tidak tertampung dalam sektor formal maupun migran yang datang dari desa.

Memiliki ciri pola kegiatan tidak teratur baik dalam arti waktu, permodalan

maupun penerimaannya; modal, peralatan, perlengkapan maupun omzetnya

biasanya kecil dan tergantung pada sumberdaya lokal serta diusahakan atas dasar

hitungan harian; umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat

berpenghasilan rendah; tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus

sehingga secara luas dapat menyerap bermacam-macam tingkat tenaga kerja;

umumnya tiap-tiap satuan usaha memperkerjakan tenaga dalam jumlah kecil dan

dari kalangan keluarga, kenalan atau berasal dari daerah yang sama.

Kecenderungan tingkat mobilitas kerja dan tempat tinggal cukup tinggi. (Sihite

Romany, dalam Sihite, 1991).

Pedagang Perempuan

Perempuan yang bekerja sebagai pedagang kecil (small trader), pedagang

kakilima, penjaja keliling dan berjualan dipasar dengan bakul. Kebanyakan

perempuan yang ada dalam sektor informal dan berprofesi sebagai pedagang kecil

merupakan perempuan dari lapisan bawah dan memiliki keterdesakan ekonomi;

ketidakmampuan tulang punggung keluarga (suami) dalam memenuhi kebutuhan

keluarga; dan perempuan janda (single parent),

Perempuan yang masuk ke sektor informal, seperti berdagang, memiliki

karakteristik khusus yaitu memiliki modal kecil dan biasanya berasal dari

kepemilikan pribadi (institusi keuangan informal), sebagian besar merupakan

migran (pendatang) dari luar kota, berpendidikan rendah dan tidak memiliki

keterampilan khusus, memiliki peran ganda (tugas pencari nafkah dan tugas

sebagai pengelola rumah tangga), dan tetap melakukan peran pengasuhan.

Page 45: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

29

Strategi Nafkah

Berbagai bentuk aktivitas yang dibangun oleh rumahtangga dengan

memanfaatkan berbagai sumber modal yang dimiliki dan kapabilitas dukungan

sosial yang beragam untuk bertahan hidup atau meningkatkan taraf hidupnya.

Rumahtangga

Seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagaian atau seluruh bangunan

fisik yang makan dari satu dapur yang sama. Anggota rumahtangga merupakan

setiap individu yang bertempat tinggal di suatu rumahtangga dan berkontribusi

dalam aktivitas rumahtangga (Produksi, konsumsi dan pengambilan keputusan).

Pola Aktivitas Pedagang Perempuan

Aktivitas yang dilakukan oleh perempuan dalam perdagangan yang dilakukan

secara berulang dan telah terpola untuk memastikan keberlangsungan usaha

pedagangannya.

Page 46: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

30

BAB III

METODOLOGI 3.1. Pendekatan Penelitian, Strategi Penelitian dan Metode Pengumpulan

Data

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengambil fakta berdasarkan

pemahaman subyek penelitian, mengetengahkan hasil pengamatan itu secara

sangat rinci (Agusta, 1998). Pendekatan kualitatif lebih menekankan pada

kedalaman dan kecukupan informasi dan berusaha membangun teori minimal

teori tentang unit analisis yang diteliti. Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk

menggambarkan pola aktifitas nafkah para pedagang perempuan di sektor

informal berdasarkan pemahaman subyek penelitian. Selain itu, pendekatan

kualitatif juga digunakan untuk memahami dinamika dan mekanisme strategi

nafkah yang diterapkan oleh pedagang perempuan untuk menjamin kelangsungan

usahanya. Kerangka konseptual yang telah dibangun peneliti menjadi pengarah

agar hasil penelitian dapat memenuhi tujuan penelitian. Penyusunan hasil

penelitian bukan untuk generalisasi konsep kerja perempuan di sektor informal,

namun di gunakan untuk mempermudah dalam memahami dan menganalisis fakta

yang ditemukan dilapangan.

3.1.2 Strategi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Melalui metode studi kasus

peneliti bermaksud untuk mencari, menerangkan dan menganalisis peristiwa

sosial yang sedang terjadi secara holistik dan mendalam tentang permasalahan

penelitian. Peneliti menggunakan metode studi kasus karena penelitian berada

pada studi aras mikro, yaitu perempuan yang melakukan aktifitas nafkah

(berdagang) di sektor informal dalam memenuhi kebutuhan nafkah

rumahtangganya. Penelitian ini mensyaratkan interaksi langsung antara peneliti

dengan tineliti, karena penelitian ini bermaksud mengetahui dan memahami

pemaknaan tineliti terhadap aktifitas nafkah yang mereka lakukan di sektor

Page 47: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

31

informal. Tipe studi kasus yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tipe kasus

instrumental, yaitu studi kasus yang memperlakukan kasus pedagang perempuan

sebagai instrumen untuk memahami kondisi pedagang perempuan di sektor

informal perkotaan.

Enam rumahtangga pedagang perempuan yang dijadikan kasus dalam penelitian

ini dipilih berdasarkan keragaman karakteristik dari pedagang perempuan.

Keragaman karakteristik ini dijadikan gambaran pembanding antara rumahtangga

pedagang perempuan untuk melihat perbedaan strategi nafkah yang diterapkan.

Pemilihan pedagang perempuan sebagai kasus dilakukan setelah peneliti

melakukan wawancara pendahuluan dan pengamatan di Pasar Anyar.

3.1.3 Metode Pengumpulan Data

Penulis menggunakan triangulasi metodologi untuk menggali data mengenai

strategi nafkah yang diterapkan oleh pedagang perempuan di Pasar Anyar.

Triangulasi metodologi yang digunakan adalah kombinasi dari teknik

pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara mendalam,

pengamatan berperan serta, dan kajian literatur.

Wawancara mendalam menggunakan teknik bola salju untuk mengenal

responden. Pada awalnya pilihan terhadap informan dan responden dilakukan

dengan cara sengaja (purposive), dengan mendatangi aparatur pemerintah maupun

tokoh masyarakat dimana penelitian dilakukan. Dalam hal ini Pak Iw yang

mewakili PT PMU sebagai pihak swasta yang mengelola pasar dan Pak Mrf

sebagai tokoh pedagang dipilih sebagai informan. Wawancara awal tersebut

diharapkan akan membantu peneliti menemui informan lain dan juga responden

yang memiliki data yang bermanfaat bagi penelitian. Informan yang telah ditemui

memberikan beberapa nama pedagang perempuan yang kemudian diwawancarai

dan diminta kesediannya untuk menjadi responden penelitian.

Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh data mengenai karaktetistik

pedagang perempuan yang menjadi responden, aktivitas pedagang perempuan

dalam usaha dan rumahtangganya, serta untuk mengetahui dinamika strategi

nafkah yang dilakukannya. Wawancara mendalam dilakukan beberapa kali,

Page 48: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

32

karena data tidak bisa diperoleh secara lengkap hanya dari satu kali wawancara.

Kesediaan dan waktu yang dimiliki pedagang perempuan sangat menentukan

jalannya wawancara, sehingga peneliti harus membangun hubungan baik dengan

responden pedagang perempuan untuk mengumpulkan data selengkap-

lengkapnya. Wawancara pertama dilakukan untuk memperkenalkan diri dan

menanyakan kesediaan pedagang perempuan yang telah dipilih untuk menjadi

responden. Wawancara selanjutnya merupakan wawancara informal di sela waktu

berdagang di pasar dan di rumah responden.

Pengumpulan data dalam penelitian juga didukung oleh pengamatan berperan

serta. Pengamatan berperan serta berguna untuk melihat, merasakan, dan

memaknai dunia beserta ragam peristiwa dan gejala sosial di dalamnya

sebagaimana subyek penelitian melihat, merasakan dan memaknainya sehingga

memungkinkan pembentukan pengetahuan secara bersama (Agusta, 1998).

Pengamatan berperan serta bersifat terbatas. Pada tipe pengamatan berperan serta

yang terbatas ini peneliti tidak merahasiakan identitasnya. Peneliti melakukan

wawancara informal dan formal sekaligus berperan serta dalam beberapa kegiatan

tineliti. Contohnya, membantu Ibu Enh berdagang dan mengunjungi kediamannya

untuk melihat aktivitas Ibu Enh saat di rumah; Mengamati Ibu Yh saat berdagang

dan membantu Ibu Ngm waktu mengangkut barang dagangannya saat kabur dari

petugas Sat Pol PP. Pengamatan berperan serta terbatas dilakukan untuk menjaga

kealamian kejadian atau pendapat tineliti sehingga informasi yang didapat

merupakan informasi yang sesuai dengan apa yang dilakukan tineliti.

Kajian literatur berasal dari data pengelola pasar untuk mengetahui gambaran

umum lokasi penelitian, seperti keadaan lokasi dan aksesibilitas pasar tersebut.

Peneliti juga melakukan penelaahan literatur buku teks yang berisi rujukan teori

dan beberapa hasil penelitian terdahulu dengan topik yang sama, melalui surat

kabar dan juga internet. Kajian literatur merupakan data sekunder dalam

penelitian. Data pengelolaan pasar diperoleh dari UPTD Pasar Anyar dan PT

PMU. Karena daerah penelitian terdapat diwilayah blok C dan D; ada dibawah

pengelolaan PT PMU, data lebih banyak berasal dari PT PMU.

Page 49: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

33

Studi riwayat hidup adalah bahan keterangan tertulis mengenai pengalaman

kehidupan individu-individu tertentu, sebagai warga dari sesuatu masyarakat yang

sedang diteliti (Koentjaraningrat, 1985). Studi riwayat hidup ini digunakan untuk

menangkap dan mengetahui dinamika dan mekanisme strategi nafkah yang

ditetapkan oleh pedagang perempuan yang dipilih sebagai responden, sehingga

akan diperoleh pemahaman mendalam mengenai strategi nafkah tersebut.

Penggalian data mengenai riwayat hidup tidak bisa hanya dilakukan satu kali

wawancara, tetapi harus berulang dan dalam suasana yang nyaman. Dalam hal ini

peneliti melakukan tiga sampai empat kali wawancara untuk memahami dan

menggambarkan alur riwayat hidup ke enam pedagang perempuan yang menjadi

responden.

Penyusunan hasil wawancara mendalam, pengamatan berperanserta dan studi

riwayat hidup akan berbentuk catatan harian yang menjadi data primer dalam

penelitian. Catatan harian merupakan uraian rinci maupun kutipan langsung dari

responden. Isi catatan harian terbagi menjadi dua bagian, yaitu pertama bagian

deskriptif yang berisi semua peristiwa dan pengalaman yang dilihat dan didengar

peneliti Dan kedua adalah bagian reflektif, yakni analisis data yang didapat. Hal

ini berarti selama melakukan pengumpulan data peneliti juga berusaha

menganalisis data.

3.2 Subjek Penelitian

Responden merupakan pihak yang akan memberi keterangan mengenai diri

sendiri dan keluarganya, sedangkan informan merupakan pihak yang akan

memberi keterangan tentang pihak lain dan lingkungannya, contohnya seperti

pengelola pasar. Informan kemudian akan membantu penulis untuk memilih

responden yang tepat bagi penelitian dan atau memberi keterangan tambahan

tentang topik kajian. Responden yang dipilih secara sengaja (Purposive)

berdasarkan kebutuhan data untuk menjawab permasalahan penelitian. Orang-

orang yang pertama saya kenal di Pasar Anyar adalah Bapak Iw yang mewakili

pihak pengelola pasar dan Bapak Mrf. Kedua orang ini selanjutnya dikategorikan

sebagai informan dan memberikan data-data seputar sejarah pasar, pedagang

Page 50: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

34

perempuan dan perubahan-perubahan yang terjadi pada Pasar Anyar dari waktu ke

waktu. Dari Bapak Iw, saya berkenalan dengan Ibu Yh, Ibu Krs, Ibu Ngm dan Ibu

Epn yang selanjutnya menjadi responden dalam penelitian. Ibu Enh dan Ibu Tn

menjadi responden saya setelah saya melakukan pengamatan ulang ke Pasar

setelah terjadi penggusuran pada bulan Oktober 2007. Para responden yang telah

terpilih selanjutnya memberi keterangan mengenai diri dan keluarganya pada

peneliti.

Pemilihan Ibu Yh sebagai responden, dilatarbelakangi oleh perpindahan jenis

usaha yang dilakukan oleh Ibu Yh. Ibu Epn dipilih karena seringnnya berpindah

tempat usaha. Ibu Krs dipilih karena dinamika aktivitas nafkahnya sukses

menaikan tingkat sosialnya. Ibu Ngm dipilih karena latar belakang nafkahnya

sebagai migran sirkuler. Ibu Tn dipilih sebagai responden karena latar belakang

menjadi pedagang adalah terlempar dari pasar kerja formal dan Ibu Enh dipilih

karena latar belakang aktifitas nafkah sebagai tulang punggung keluarga.

Informasi yang diperoleh dari responden juga dilengkapi dengan informasi yang

diperoleh dari anggota rumahtangga yang lainnya maupun orang yang membantu

usaha perdagangannya.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Pasar

Anyar, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Alasan Pasar Anyar dijadikan lokasi

penelitian adalah Pasar Anyar dipilih berdasarkan kesesuaian dengan topik

penelitian, yakni mekanisme strategi nafkah di sektor informal–lokasi pasar di

sepanjang jalan kompleks Stasiun Bogor dan sebagian besar pedagang di pasar ini

ada pada sektor informal–dan fokus penelitian, yakni pedagang perempuan.

Selain itu, Pasar Anyar dilewati oleh beberapa jalur angkutan kota yang

memudahkan masyarakat Kota Bogor untuk berbelanja dan berjualan di pasar ini

(letak pasar tergolong strategis). Setelah melakukan pengamatan awalan, penulis

menemukan bahwa Blok C dan Blok D adalah wilayah pasar yang paling banyak

pedagang informalnya. Hal ini dikarenakan kedua blok tersebut adalah pusat dari

perdagangan sembako dan sayur mayur. Pedagang yang ada di blok ini rata-rata

Page 51: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

35

pedagang kecil dan memiliki hanya satu kios, selain itu banyak pedagang kaki

lima yang memadati koridor dan emperan kios. Dengan alasan inilah, penulis

menentukan wilayah Blok C dan menjadi fokus lokasi penelitian.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai dengan Februari 2008.

Kurun waktu penelitian yang dimaksud mencakup waktu semenjak peneliti

intensif berada di lokasi penelitian. Pilihan waktu tersebut dilakukan dengan

mempertimbangkan waktu yang diperlukan untuk menangkap bentuk mekanisme

strategi yang mungkin dilakukan oleh pedagang perempuan untuk menjaga

keberlangsungan nafkah rumahtangganya.

3.4. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari responden dan informan selanjutnya dicatat dalam

catatan harian. Pada saat melakukan pengumpulan data di lapangan peneliti juga

melakukan analisis data yang didapat. Data-data direduksi (pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan). Reduksi data bertujuan untuk menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dari

pemaknaan aktifitas nafkah oleh pedagang perempuan dapat dilakukan. Reduksi

dalam proses pengumpulan data meliputi kegiatan-kegiatan meringkas data,

mengkode, menelusur tema, membuat pengelompokan data, dan membuat memo.

Kegiatan-kegiatan ini berlansung sejak pengumpulan data sampai dengan

penyusunan laporan.

Penyajian data yang telah direduksi berbentuk teks naratif dan matriks yang akan

mengambarkan karakteristik para pedagang perempuan ini dan pemaknaan

mereka mengenai aktifitas kerjanya yang terdapat di lapangan. Data ini kemudian

menjadi bahan penulis pada saat pemaparan hasil penelitian. Penulis juga

melakukan penyempurnaan dan bahkan revisi kerangka berpikir yang disesuaikan

dengan keadaan di lapangan. Tujuan penyempurnaan dan revisi tersebut, yaitu

dapat membantu peneliti menarik suatu kesimpulan yang akan mengarahkan pada

Page 52: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

36

pengambilan kesimpulan berikutnya. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi

selama penelitian berlangsung dengan cara memikir ulang selama penulisan,

tinjauan ulang pada catatan lapangan.

Hasil penelitian disusun dalam enam tahap penulisan dimana bagian pertama

merupakan penjabaran metode penelitan, bagian kedua menguraikan profil Pasar

Anyar yang menjadi lokasi penelitian, bagian ketiga memaparkan karakteristk dari

pedagang perempuan, bagian keempat menjelaskan pola aktifitas pedagang

perempuan, bagian kelima adalah menjelaskan berbagai strategi nafkah yang

diterapkan pedagang perempuan. Bagian terakhir akan menyajikan dinamika

strategi yang dilakukan pedagang perempuan untuk mempertahankan

keberlangsungan usahanya dan laporan penelitian ini ditutup dengan kesimpulan

dan saran penulis.

Page 53: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

37

BAB IV

PROFIL PASAR ANYAR

4.1 Lokasi dan Lingkungan Pasar

Pasar Anyar atau yang lebih dikenal dengan Pasar Kebon Kembang terletak di

Kecamatan Bogor tengah dan termasuk pasar besar di Kota Bogor. Bangunan

pasar berdiri di atas tanah seluas 26.757 m2, menjadikan Pasar Anyar sebagai

pasar terluas di Bogor. Jumlah pedagang yang menempati bangunan pasar adalah

2.343 orang yang terdiri dari 761 pedagang kios, 1.424 pedagang los dan 158

pedagang kaki lima. Jumlah ini masih belum termasuk pedagang kaki lima yang

berjualan di Jalan MA Salmun dan Dewi Sartika. (UPTD Pasar Anyar, 2007).

Pasar Anyar telah ada sejak zaman pendudukan Jepang, dahulu pasar telah

menjadi tempat perdagangan berbagai komuditas pertanian dari daerah sekitar

Kota Bogor. Pada masa itu, bangunan pasar masih sangat sederhana dengan

bangunan los-los yang dibuat dari bambu dan beratap jerami. Hingga pada tahun

1970, pemerintah mulai membangun Pasar Anyar dan diakui sebagai aset

pemerintah daerah Kota Bogor (Tanah Milik Negara). Pasar dibangun dengan satu

lantai, menggunakan beton, namun masih sangat sederhana.

Tahun 1980, Pasar Anyar kembali dibangun oleh pemerintah dengan melibatkan

PT PMX sebagai pengembang swasta. Pasar diperbaiki dan ditambah instalasi

listrik serta air. Tahun 1987, tepatnya tanggal 3 Maret 1987, terjadi kebakaran di

Pasar Anyar, kebakaran ini menghanguskan sebagian besar bangunan pasar dan

membuat para pedagang rugi karena hampir sebagian besar barang dagangan

mereka ikut hangus terbakar. Pemerintah mengalihkan para pedagang ke tempat

penampungan sementara yang berada di sepanjang Jalan Dewi Sartika, Nyi Raja

Permas dan MA Salmun. Tahun 1989, pasar telah dibangun kembali dan resmi

dioprasikan. Kali ini pemerintah bekerja sama dengan PT BRM membangun

kembali pasar dan menjadikan PT BRM sebagai pengelola pasar. Pasar Kebon

Kembang dibangun menjadi tiga lantai dan dibeton permanen, kios-kios seluas

tiga x tiga ditata berhadapan dan lantainya dilapisi keramik, pasar juga dilengkapi

Page 54: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

38

instalasi listrik dan air. Wajah Pasar Anyar berubah dari pasar tradisional menjadi

pasar semi modern. Bagian barat pasar disewa oleh Ramayana Departemen Store,

sehingga menambah kesan perubahan wajah pasar. Oleh karena citra inilah nama

Pasar Kebon Kembang diganti menjadi Pasar Anyar, dengan maksud membangun

pasar yang baru, yang lebih baik. Para pedagang yang kiosnya terbakar, kembali

menempati bangunan pasar dan diberikan kebebasan untuk memilih kios yang

dinilai strategis untuk usahanya, walaupun harus tetap membayar biaya

kepemilikan usaha atas kios.

Kebakaran besar tahun 1996, tepatnya tanggal 28 Maret 1996, menghanguskan

sebagian besar bangunan pasar, khususnya Ramayana Departemen Store.

Kebakaran ini menelan korban 10 korban jiwa dan menyebabkan kerugian

puluhan juta rupiah. Pedagang yang kiosnya terbakar dipindahkan ke jalan sekitar

pasar, sementara gedung pasar dibangun kembali. Keadaan ini membuat Pasar

Anyar terkesan semerawut dan kumuh. Para pedagang berjualan di kaki lima dan

sisi-sisi jalan, membuat jalan ini tidak bisa dilalui angkutan kota. Kesemerawutan

ini pun terjadi karena tidak hanya pedagang yang kiosnya terbakar yang berjualan

di sisi-sisi jalan, akan tetapi semakin banyaknya pedagang kaki lima yang ikut

berdagang di daerah penampungan ini. Mereka melihat hal ini sebagai peluang

usaha, karena pemerintah membebaskan berdagang di jalan-jalan sekitar Pasar

Anyar.

Tahun 1997, PT PMU memenangkan kualifikasi investasi penyertaan modal

swasta pada aset pemerintah dan diberikan izin untuk membangun kembali Pasar

Anyar dan mengelolanya. Tahun 2000, pembangunan gedung pasar selesai dan

resmi beroprasi. Pedagang kembali menempati bangunan pasar dan membeli kios-

kios seharga Rp.17.000.000,00,- (dari pengelola). Pasar dibangun menjadi 4

lantai, lantainya dilapisi keramik dan dipasang instalasi listrik serta air. PT

Propindo juga membangun beberapa instalasi pemadam kebakaran dan

mengaktifkan hidran disekitar pasar untuk mencegah kebakaran serupa terjadi.

Hingga kini Pasar Anyar memiliki 2.343 kios dan dibagi atas 5 blok. Pengelolaan

pasar dilakukan bersama oleh PT PMU dan Pemerintah Kota Bogor melalui

UPTD pasar.

Page 55: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

39

Tahun 2004, kembali terjadi kebakaran di Pasar Anyar. Kebakaran terjadi di Blok

E dan menghanguskan 800 kios. Kebakaran terjadi karena konsleting listrik di

salah satu kios di blok ini. Para pedagang yang kiosnya terbakar, diperbolehkan

berdagang di sekitar pelataran parkir pasar dan di sepanjang ruas Jalan MA

Salmun, Nyi Raja Permas dan Dewi Sartika. Kebakaran yang terjadi berulang kali

di Pasar Anyar membuat pasar semakin semrawut dan kumuh. Pedagang kaki

lima yang berjualan di sekitar pasar pun menyebabkan kemacetan lalu lintas di

sekitar pasar.

4.2 Pengelolaan Pasar

Menurut peraturan daerah Kota Bogor Nomor 7 tahun 2003, tentang

penyelenggaraan pasar, mengatur pasar sebagai tempat yang ditetapkan oleh

pemerintah daerah sebagai tempat bertemunya pihak penjual dan pembeli untuk

melaksanakan transaksi jual beli barang dan jasa. Pelayanan pasar adalah fasilitas

pasar berupa kios atau los yang dikelola pemerintah daerah dan khusus disediakan

untuk pedagang. Menjadikan Pasar Anyar sebagai sebuah asset pemerintah daerah

yang dikelola melalui UPTD pasar di bawah Dinas Perindustrian, Perdagangan

dan Koperasi. Namun dalam pelaksanaannya, Pemerintah Daerah bekerjasama

dengan pihak Swasta, yaitu PT PMU untuk mengelola Pasar Anyar. Hal ini

diperbolehkan sesuai dengan peraturan penanaman modal swasta dalan asset

pemerintahan.

Pasar Anyar dibangun menjadi 6 blok yang pengelolaannya dilakukan bersama

oleh UPTD Pasar Anyar dan PT PMU. Blok-blok tersebut dibagi sesuai dengan

komoditas yang diperdagangkan. Blok-blok tersebut adalah:

• Blok A, yang lokasi nya berada di gedung bagian tengah pasar memiliki 2

lantai (lantai dasar dan lantai 1) merupakan pusat elektronik (TV, DVD

Player, Sound System, DLL). Jumlah kios sekitar 400 kios

• Blok B, terletak digedung sebelah barat pasar menghadap ke Jln. Nyi Raja

Permas. Memiliki 2 lantai (lantai dasar dan lantai 1) dan basemen merupakan

pusat penjualan sepatu dan tas. Jumlah kios/ toko sekitar 500 kios.

Page 56: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

40

• Blok C dan D, terletak di gedung sebelah timur menghadap ke Plaza Dewi

Sartika. Memiliki 3 lantai dan 1 basemen merupakan pusat penjualan

sembako, sayuran, daging (kebutuhan rumahtangga) dan produk garmen

(pakaian jadi). Jumlah kios dan toko ada 865 kios

• Blok E, terletak di gedung sebelah barat pasar menghadap ke Jalan Dewi

Sartika. Memiliki 2 lantai dan 1 basement. Merupakan pusat penjualan

sembako, alat pertanian, salon dan perlengkapan untuk pernikahan. Jumlah

kios sekitar 600 kios dan toko.

• Blok F, terletak di gedung paling barat pasar dan disewa oleh Borobudur

Depatrtemen Store.

Pembagian blok ini dilakukan untuk mempermudah pengelolaan, dimana blok A

menjadi pusat penjualan alat-alat elektronik, blok B menjadi pusat penjualan

sepatu dan tas, blok C dan D menjadi pusat penjualan pakaian jadi dan sayur

mayur (sayur-mayur terletak di lantai basemen pasar blok C dan D), blok E

menjadi pusat perlengkapan alat-alat pernikahan, penjahit dan salon. Jika ada

pedagang yang ingin berdagang sayur, mereka akan mengurus perizinan untuk

menempati salah satu kios di blok C atau D. Pengelolaannya pasar anyar dibagi

atas wilayah pengelolaan. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut:

• Blok A, B, E dikelola oleh UPTD (Unit Pengelolaan Tingkat Daerah) milik

pemerintah.

• Blok C dan D dikelola oleh PT PMU sebagai pihak swasta yang bekerjasama

dengan pemerintah.

• Blok F dikelola oleh Borobudur Departemen Store sebagai pihak yang

menggunakan hak guna bangunan sebagai tempat usaha dalam skala besar.

Pedagang yang ingin memiliki kios di Pasar Anyar harus mengurus kepemilikan

kartu kuning ke Departemen Perdagangan dan Industri Kota Bogor dan menyewa

kios (kios tidak bisa di beli karena tanah milik negara, hanya boleh memiliki hak

izin usaha atas bangunan) kepada pengelola pasar. Izin kepemilikan kios berlaku

selama 15 tahun dan harus diperbaharui tiap 15 tahun. Pembelian hak izin usaha

atas kios dapat dilakukan dengan kredit atau tunai. Setelah pedagang memiliki

Page 57: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

41

kartu kuning dan hak izin usaha atas bangunan barulah kios dapat digunakan

untuk usaha perdagangan. Pedagang dapat memindah-tanggankan kepemilikan

izin usahanya kepada orang lain namun hal ini harus diberitahukan kepada pihak

pengelola. Pedagang dikenakan biaya retribusi sebesar Rp. 600/m2/hari dan biaya

kebersihan serta keamanan sebesar Rp. 2.000/hari. Pungutan dilakukan tiap hari

oleh petugas pengelola yang berkeliling pasar setiap hari. Pedagang juga harus

membayar pemakaian listrik dan air tiap bulannya kepada pengelola.

Ada beberapa peraturan tambahan yang diterapkan oleh pengelola pasar, seperti

peraturan tinggi etalase, penggunaan tabung gas dan alat elektronik dan

pemakaian koridor untuk usaha. Setiap pedagang yang melanggar akan diberikan

peringatan lisan, jika masih melanggar maka pedagang akan dipanggil ke kantor

pengelola untuk diberikan peringatan tertulis dan izin usaha akan dicabut jika

pedagang melakukan pelanggaran keras. Pelanggaran keras disini maksudnya

adalah pedagang melakukan usaha yang merugikan orang lain, berdagang

komoditi yang berbahaya, seperti daging yang dioplos dan melakukan penipuan.

Pedagang kakilima yang menempati koridor dan pelataran pasar, dinilai oleh

pengelola sebagai pihak yang meramaikan pasar dan mendukung usaha para

pedagang yang ada di pasar. Pihak pengelola tetap menerapkan retribusi dan uang

kebersihan yang sama kepada pedagang kakilima ini. Jika ada yang melakukan

pelanggaran, saksi yang diberikan pun sama dengan sanksi yang diberikan kepada

pedagang yang memiliki kios. Pedagang kakilima ini tidak terdata dalam

pengelolaan pasar, namun Pak Iw, Humas PT PMU menyatakan ada sekitar 4000

pedagang kakilima yang berada di Pasar Anyar. Mereka tersebar di berbagai sisi

pasar bahkan ada yang berjualan sampai ke daerah presiden-Jalan MA Salmun-

(dahulunya bioskop presiden). Menurut Pak Iw selama pedagang kakilima

berusaha di pelataran gedung, radius 200 meter dari pasar tidak akan merugikan

pedagang. Hal ini malah meramaikan pasar dan menjadi daya tarik bagi

konsumen. Akan tetapi jika pedagang kakilima berusaha diluar jarak ini atau

malah meluas. Hal ini dapat merugikan pedagang dalam pasar, karena pedagang

kakilima ini dapat merebut pembeli/konsumen yang seharusnya berbelanja di

gedung pasar.

Page 58: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

42

4.3 Aksesibilitas Pasar Anyar

Pasar Anyar merupakan pasar yang letaknya strategis, di tengah kota, lokasinya

dekat dengan Stasiun Bogor dan dilalui oleh beberapa jalur angkutan kota. Pasar

Anyar dikelilingi oleh jalan arteri utama yang dilalui oleh beberapa trayek

angkutan kota, berikut daftar trayek angkutan kota yang melalui jalan disekitar

Pasar Anyar.

Tabel 2. Trayek Angkutan Kota yang Melalui Pasar Anyar Bogor, Jawa Barat. No Jalan Angkot Jurusan 1.

Jln. Dewi Sartika

• No.12 • No.02 • No.03 • No.08 • No.16 • No.07

• Cimanggu-Pasar Anyar • Sukasari-Bubulak • Baranang Siang-Bubulak • Citeureup-Cibinong-Pasar Anyar • Salabenda-Pasar Anyar • Bojong Gede-Pasar Anyar

2. Jln. MA. Salmun • No.10 • Ramayana-Pasar Anyar 3.

Jln. Nyi Raja Permas • No.10 • No.02 • No.03

• Ramayana-Pasar Anyar • Sukasari-Bubulak • Baranang Siang-Bubulak

4. Jln. Pengadilan • No.07A • No.07

• Pondok Rumput-Pasar Anyar • Bojong Gede-Pasar Anyar

Sumber: Laporan Pengelolaan Pasar Anyar, 2007

Kemudahan dalam akses pasar lah yang menjadi alasan Pasar Anyar sangat ramai

dan banyak pedagang kaki lima yang berdagang di sekitar pasar. Pedagang kaki

lima ini berasal dari berbagai daerah Kabupaten Bogor, seperti Ciampea dan

Parung.

Pasar Anyar juga dekat dengan permukiman penduduk, permukiman yang ada di

sekitar pasar antara lain Komplek Perumahan BPK di Jalan Gedong Sawah dan

kawasan Permukiman Pabaton, Ardio, Ciwaringin dan Merdeka. Hal ini juga

membuat Pasar Anyar selalu ramai pengunjung. Selain itu, terdapat beberapa

sarana pendidikan yang letaknya berdekatan dengan Pasar Anyar, antara lain SDN

Negeri Pengadilan I s/d V, SMP Negeri II Bogor, dan TK-SD-SMP-SMA Regina

Pacis Bogor.

Page 59: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

43

4.4 Sarana dan Prasarana

Pasar Anyar yang dibangun menjadi pasar semi modern juga memiliki beberapa

sarana penunjang usaha perdagangan, antara lain, fasilitas kuli bongkar muat

barang, tempat pembuangan sampah, kelembagaan keuangan formal dan koperasi

pedagang. Pasar juga dilengkapi basement sebagai tempat parkir bagi pembeli,

mushola dan pos keamanan. Ada beberapa bank yang terdapat disekitar Pasar

Anyar, bank-bank tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Bank-bank yang terdapat disekitar Pasar Anyar Bogor, Jawa Barat. No Bank Lokasi 1. Bank Central Asia Jln. Dewi Sartika 2. Bank Ekonomi Jln. Pengadilan 3. Bank Buana Jln. Dewi Sartika 4. Bank Permata Ruko Sentral Jln. Dewi Sartika 5. Bank BRI Ruko Sentral Jln. Dewi Sartika 6. Bank NISP Ruko Sentral Jln. Dewi Sartika 7. Bank Danamon Blok A, Pasar Anyar 8. Bank Windu kencana Jln. Dewi Sartika

Sumber: Laporan Pengelolaan Pasar Anyar, 2007

Keberadaan Bank di daerah sekitar pasar memudahkan para pedagang untuk

memperoleh keredit usaha. Pak Iw menyatakan, pihak dari bank sering

mendatangi para pedagang untuk menawarkan layanan kredit yang mereka miliki

(sistem jemput bola). Beliau menyatakan banyak pedagang yang memanfaatkan

pelayanan kredit usaha dari bank. Tapi biasanya pedagang yang menggunakan

fasilitas kredit dari bank adalah pedagang yang memiliki kios dan memiliki modal

yang besar. Lembaga keuangan lainya yang ada di pasar adalah koperasi usaha,

dan arisan yang dibuat oleh para pedagang sendiri. Koperasi pedagang saat ini

tidak berjalan lagi, menurut Pak Iw, hal ini terjadi karena pedagang tidak percaya

lagi dengan koperasi karena pernah terjadi penyelewengan dana pedagang untuk

kepentingan pribadi pengurus koperasi.

Arisan pedagang diselenggarakan dan dikelola sendiri oleh pedagang. Pedagang

yang tergabung dalam satu kelompok arisan biasanya karena kedekatan tempat

usaha atau berada dalam satu blok atau satu koridor. Selain itu, ada juga arisan

yang diselenggarakan karena kesamaan daerah asal pedagang, contohnya arisan

pedagang yang berasal dari Jawa tengah, arisan pedagang yang berasal dari

Padang.

Page 60: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

44

Kuli bongkar muat barang dikelola oleh UPTD, untuk menggunakan fasilitas ini,

pedagang membayar setiap bulan pada UPTD pasar. Pedagang yang biasa

menggunakan kuli bongkar muat adalah pedagang sepatu yang ada di sepanjang

Jalan Nyi Raja Permas, karena mereka melayani penjualan dalam partai besar dan

membutuhkan bantuan kuli untuk memuat barang dagangannya. Kapasitas parkir

basement blok CD dapat menampung sekitar 60 mobil ukuran sedang serta 300

unit motor, sementara pelataran pasar mampu menampung 200 motor atau 20 unit

mobil. Pelataran parkir ini sebagian besar digunakan pedagang kaki lima untuk

menggelar dagangannya.

4.5 Kelembagaan Pedagang

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden dan informan diketahui

bahwa pedagang yang melakukan usaha di Pasar Anyar pernah membentuk

sebuah organisasi atau perkumpulan sebagai wadah aspirasi mereka. Organisasi

pedagang ini diberi nama Ikatan Kesejahteraan Warga Pasar (IKWP). IKWP

dibangun sebagai wadah bagi para pedagang untuk mencurahkan keluhan mereka

terhadap pengelola pasar dan sebagai wadah silahturahmi sesama pedagang.

Menurut pengakuan Pak Mrf8, IKWP berperan besar dalam menjaga ketertiban

pasar dan kebersihan pasar. IKWP menjelma menjadi lembaga yang mengelola

kebersihan pasar, hingga memiliki dua mobil sampah, delapan gerobak sampah

dan belasan peugas kebersihan. Namun karena Pemerintah Kota Bogor menilai

keberadaan IKWP bertindihan fungsinya dengan Dinas kebersihan, IKWP diminta

untuk di bubarkan. Menurut Pak Mrf kebijakan ini kurang tepat, karena yang

mengetahui keadaan pasar adalah pedagang sendiri, bukan orang-orang dinas

pemerintah. Namun saat itu, tidak ada yang berani protes, sehingga IKWP

dibubarkan dan aset dilelang. Hasil penjualan aset disumbangkan ke

pembangunana Masjid Agung Kota Bogor (Masjid yang ada di sebelah barat

Pasar Anyar). Saat ini tidak ada organisasi yang menjadi perwakilan pedagang.

8 Informan dalam penelitian. Beliau merupakan tokoh pedagang yang berpengaruh dan disegani di lingkungan Pasa Anyar. Pernah menjabat sebagai ketua IKWP tahun 1980-1986 dan saat ini menjadi ketua pengurus mushola blok C dan D Pasar Anyar.

Page 61: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

45

Jika para pedagang mengalami masalah maka langsung mengadu ke pihak

pengelola.

Setelah IKWP dibubarkan, tidak pernah ada lagi organisasi yang dibentuk

pedagang sebagai wadah untuk menampung aspirasi mereka. Pedagang Pasar

Anyar hanya melakukan aktifitas yang diorganisir jika menghadapi hari-hari besar

seperti perayaan 17 Agustus (hari kemerdekaan) dan untuk mengumpulkan

sumbangang atas bencana di suatu daerah. Contohnya, saat menghadapi acara hari

perayaan kemerdekaan, pedagang berembuk dan berkumpul untuk

menyumbangkan sejumlah uang ataupun barang dagangannya untuk meramaikan

acara peringatan hari kemerdekaan. Mereka juga menyumbangkan sejumlah uang

ataupun barang dagangan mereka saat terjadi bencana tsunami yang melanda

Aceh.

Diantara pesama pedagang sendiri dibuat berbagai macam bentuk arisan dan

perkumpulan sesama pedagang dalam skala kecil. Arisan ini dapat berbentuk

arisan uang dan arisan sembako. Arisan dilakukan oleh beberapa pedagang yang

tempat berjualannya berdekatan atau pedagang yang berasal dari daerah yang

sama. Para pedagang mengaku, dengan mengikuti arisan mereka dapat

memperoleh uang untuk tambahan modal usaha ataupun jaminan saat tidak

adanya pendapatan.

Selain ikut serta dalam arisan, pedagang juga membangun kepercayaan antara

sesama pedagang, terutama pedagang yang kiosnya berdekatan. Contohnya saat

menjajakan dagangannya, kadangkala pedagang harus meninggalkan

dagangannya untuk ke toilet, sholat atau melakukan keperluan lainnya. Saat

meninggalkan dagangannya, pedagang menitipkan dagangannya ke sesama

pedagang yang berada si sebelah kiri atau kanannya. Memberi tahu harga

dagangannya dan berpamitan. Saat ada pembeli yang ingin membeli dagangan,

tetangga yang dititipi melayani pembeli tersebut, dan menerima uang yang

diberikan oleh pembeli. Memang ada sedikit kesulitan jika pembeli menawar

harga, biasanya yang dititipi sulit untuk mengabulkan harga yang diminta

pelanggan. Contoh peristiwa ini menunjukkan bahwa kepercayaan yang dibangun

Page 62: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

46

oleh para pedagang dalam lingkungan pasar menjadi modal tersendiri untuk

memastikan kelangsungan usaha perdagangan.

4.6 Penggusuran dan Penertipan Pedagang kaki lima di Sekitar Pasar

Pedagang kaki lima banyak dijumpai di sekeliling Pasar Anyar. Mereka

menjajakan apa saja, mulai dari buah-buahan sampai peralatan pertukangan.

Mereka menempati trotoar atau memakai badan jalan untuk menggelar

dagangannya. Hal inilah yang membuat wajah Pasar Anyar terkesan kumuh dan

semerawut. Angkutan kota tidak dapat melalui jalan karena badan jalan telah

digunakan oleh PKL dan sampah yang dibuang dipinggir jalan membuat pasar

semakin kumuh. Pemerintah Kota Bogor sendiri telah menjadikan ‘penertiban

PKL’ sebagai agenda khusus pemerintah daerah, sehingga pemda membuat perda

No. 13 tahun 2005, untuk mengatur PKL di wilayah kota Bogor. Pada saat

penelitian diadakan, Pemerintah Kota Bogor melakukan penertiban terhadap PKL

ini dan membongkar awning yang menjadi tempat berdagang mereka. Tepatnya

pada bulan Oktober 2007, awning yang merupakan kerangka besi di sepanjang

Jalan MA Salmun dan Dewi Sartika dibongkar dan dibersihkan. Kedua jalan

tersebut dikembalikan fungsinya dan PKL dilarang untuk berjualan di sepanjang

jalan ini.

Awalnya pembangunan awning adalah kebijakan pemerintah daerah Kota Bogor

untuk menampung para pedagang Pasar Anyar yang kiosnya terbakar pada tahun

2004. Awning ini dibentuk sedemikian rupa seperti lorong yang dilengkapi meja

untuk menggelar barang dagangan dan diberi atap dari terpal untuk melindungi

dari panas dan hujan. Pedagang yang kiosnya terbakat dapat berdagang di awning

tersebut dengan menyewa meja dan membayar retribusi pada pengelola. Awning

ini sendiri memiliki masa berlaku, berdasarkan perda No.13 tahun 2005 dan perda

No.8 tahun 2006, awning hanya dipakai selama dua tahun yaitu dari tahun 2005-

2007 dan dengan asumsi pembangunana pasar telah selesai seluruhnya. Setelah

masa berlaku habis, maka pedagang diharapkan dapat kembali masuk ke pasar

dan berangsur meninggalkan awning. Jadi awning ini berfungsi sebagai tempat

Page 63: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

47

penampungan sementara bagi pedagang yang kiosnya terbakar saat insiden

kebakaran tahun 2004.

Namun dalam proses pelaksanaannya, yang berdagang dan menggunakan awning

tidak hanya pedagang yang kiosnya terbakar, tetapi juga banyak sekali PKL yang

ikut menggunakan bagian luar awning (menggunakan badan jalan yang

seharusnya untuk jalur angkot) dan tidak mengindahkan kebersihan dan ketertiban

di sekitar awning. Penyalahgunaan fungsi awning ini membuat Jalan MA Salmun

dan Jalan Dewi Sartika tidak bisa dilalui oleh angkot lagi, kalaupun bisa

kondisinya macet dan becek, karena enam puluh persen badan jalan telah

digunakan untuk berdagang. Sat Pol PP dan DLLAJ Kota Bogor telah melakukan

beberapa kali penertiban agar jalur angkot dapat berfungsi kembali, namun hal ini

nanya bertahan sementara.

Tahap pembersihan awning melibatkan 130 personel Sat Pol PP dan juga bekerja

sama dengan Dinas Kebersihan Kota Bogor, dilakukan pada tanggal 30 Oktober

2007-5 November 2007. Pembongkaran ini berjalan dengan aman dan tidak

terjadi protes atau kerusuhan. Paska pembongkaran Jalan MA Salmun dan Dewi

Sartika bersih dari PKL dan mulai dilakukan pembangunan pot-pot bunga (dari

beton) di kanan-kiri jalan dan perbaikan pedestrian oleh Dinas Pertamanan.

Namun satu minggu kemudian, mulai muncul banyak PKL yang menggunakan

pedestrian untuk menggelar dagangannya. Hal ini sulit untuk dicegah karena PKL

menggantungkan pendapatan mereka dari usaha perdagangan ini, jadi ketika

mereka dilarang untuk berdagang berarti menutup sumber pendapatan mereka.

4.7 Ikhtisar

Pasar Anyar yang terletak di tengah Kota Bogor memiliki fungsi yang sangat

penting dalam perekonomian masyarakat Bogor. Letaknya yang strategis

membuat Pasar Anyar selalu ramai dengan pembeli dan menguntungkan sebagai

tempat usaha. Pengelolaan pasar yang ditata dengan membagi wilayah

pengelolaan antara pemerintah daerah dan swasta menunjukan keterbukaan

pemerintah dalam pengembangan asset negara. Namun disisi lain, Pasar Anyar

Page 64: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

48

seringkali mengalami kebakaran, hal ini merugikan pedagang dan masyarakat di

sekitar pasar. Banyaknya pedagang kaki lima yang berdagang di sekitar Pasar

Anyar juga disebabkan oleh penempatan pedagang yang kiosnya terbakar ke

jalan-jalan sehingga mengundang para pengangguran yang memiliki sedikit modal

untuk mencoba peruntungan dengan berdagang di kaki lima. Penertiban PKL yang

dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor menjadi isyarat bahwa dibutuhkan sebuah

pengaturan ataupun pengelolaan pasar yang lebih baik untuk menjamin

berjalannya aktifitas perekonomian Kota Bogor tanpa merugikan lingkungan di

sekitar pasar dan ketertiban di sekitar pasar.

Page 65: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

49

BAB V

KARAKTERISTIK PEDAGANG PEREMPUAN

5.1 Karakteristik Individu

Pedagang perempuan memiliki karakteristik individu yang membedakannya

dengan pekerja pada sektor lain. Karakteristik ini berpengaruh pada pilihan

profesi mereka sebagai pedagang di sektor informal dan bagaimana mereka

menjalankan usahanya. Karakteristik individu dari pedagang perempuan yang

dijadikan responden akan disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4. Karakteristik Individu Pedagang Perempuan Responden Pedagang Perempuan No. Karakteristik Individu Frekwensi Persentase Total

1. Daerah Asal • Desa 3 50% 3(50%) • Kota 3 50% 3(50%)

2. Status • Belum menikah 0 0% 0(0%) • Menikah - Masih bersuami 5 83,3% 5(83,3%) - Janda 1 16.7% 1(16.7%)

3. Tingkat Pendidikan • Tinggi (>SMA) 1 16,7% 1(16,7%) • Rendah (< SMU) 5 83,3% 5(83,3%)

4. Umur • Produktif (10-55) 6 100% 6(100%) • Non Produktif 0 0% 0(0%)

5. Status Kependudukan • Migran 2 33,3 % 2(33,3%) • Non Migran 4 66,7 % 4(66,7%)

Sumber: Data primer penelitian, Januari 2008

Tabel 4 memperlihatkan karakteristik individu pedagang perempuan di sektor

informal. Karakteristik ini dibedakan atas daerah asal, status pernikahan, tingkat

pendidikan, umur pedagang dan status kependudukannya.

5.1.1 Daerah Asal

Usaha perdagangan di sektor informal sangat mudah dimasuki oleh tenaga kerja,

baik laki-laki ataupun perempuan. Dengan sedikit modal yang dimiliki,

perempuan dapat dengan mudah masuk ke sektor ini. Dari penelitian yang ada

selama ini, telah diketahui bahwa pekerja yang ada di sektor informal sebagian

Page 66: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

50

besar adalah masyarakat pedesaan yang ‘terlempar’ dari sektor pertanian karena

kelebihan tenaga kerja. Perempuan dari desa, bermigrasi ke kota untuk mencari

pekerjaan dan memperbaiki ekonomi rumahtangganya. Dari tabel 4 diketahui

bahwa 50 persen pedagang berasal dari desa, contohnya pada kasus Ibu Ngm, dan

Ibu Krs. Keduanya datang ke Bogor dari desanya untuk mencari pekerjaan dan

mengharapkan pendapatan yang lebih baik. Seperti pernyataan Ibu Ngm berikut

ini;

“Pindah ke Bogor alasannya sawah tidak cukup lagi untuk makan. Dulu harga pupuk dan bibit mahal jadi, biaya untuk melihara padi lebih besar dari pendapatan saat dijual. Rugi terus. Ibu akhirnya pindah ke Bogor..”

Ibu Ngm berasal dari Solo, Ia memutuskan untuk pindah ke Bogor karena

menurutnya usaha pertanian sawah yang menjadi nafkah utamanya tidak

mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan. Saat di Bogor ia mengontrak rumah

bersama suaminya dan setiap tiga bulan ia pulang ke Solo untuk mengunjungi

anak-anaknya dan membawa uang hasil usaha berdagang. Ibu Krs datang ke

Bogor karena ikut kakaknya yang sudah berdagang lebih dahulu di Bogor. Selama

di Bogor, Ibu Krs tinggal dan membantu usaha kakaknya dengan menjaga

warung. Setelah Ibu Krs menikah dan memiliki rumahtangga sendiri, Ia

memberanikan diri untuk mulai berdagang di Pasar Anyar.

Selain pekerja yang berasal dari desa, pedagang di sektor informal juga dimasuki

oleh tenaga kerja perempuan yang berasal dari Kabupaten Bogor sendiri, seperti

pada kasus Ibu Tn, Ibu Epn dan Ibu Yh. Ketiganya lahir, besar dan menetap di

Bogor. Contohnya kasus Ibu Tn, sebelum bekerja sebagai pedagang, Ibu Tn

pernah bekerja sebagai karyawan di sebuah kantor penerbitan surat kabar di kota

Bogor. Karena krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997, Ibu Tn terkena

pemutusan hubungan kerja (PHK) dari kantor penerbitan tersebut dan

menganggur. Hal yang sama juga terjadi pada suami Ibu Tn, Bpk Ln juga

terkenan PHK sehingga nafkah utama rumahtangganya hilang. Setelah keluar dari

sektor formal, Ibu Tn memutuskan untuk masuk ke sektor informal dan memilih

untuk berdagang. Seperti pernyataan Ibu Tn sebagai berikut;

Page 67: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

51

“Awal dagang itu saat Abang di PHK, Pusing sekali waktu itu. Ibu kan baru melahirkan anak pertama, saat mendengar Abang di PHK, ibu langsung bingung...”.

“Ibu putuskan untuk berdagang, soalnya berdagang pasti untung. Tinggal pintar-pintar mengelolanya neng biar untungnya besar.”

Pedagang di sektor informal dapat berasal dari desa yang datang ke Kota Bogor

ataupun masyarakat Kota Bogor sendiri yang tidak tertampung di sektor formal.

5.1.2 Status

Pedagang perempuan di sektor informal memiliki status menikah dan janda. Hasil

penelitian menunjukan bahwa pedagang perempuan yang telah menikah memulai

usahanya dengan dukungan penuh dari suami. Meskipun kontrol terhadap usaha

dipegang sepenuhnya oleh pedagang perempuan namun dalam hal permodalan

dan aktifitas usaha masih dibantu oleh suami. Contohnya pada kasus Ibu Tn,

Ibu Tn (32 tahun) adalah seorang pedagang kakilima yang menjual pakaian dalam (Underwear) di pelataran kakilima Sebelah utara blok C Pasar Anyar. Saat ini Ibu Tn tinggal di, Laladon Indah Rt.02/Rw.08 Sawah baru. Ibu Tn menikah dengan Bapak Ln pada tahun 2000.

Usaha dagang Ibu Tn diawali dari keterdesakan ekonomi setelah Bapak Ln (Suami Ibu Tn) terkena PHK dari Pabrik Krakatau Steal tempatnya bekerja (tahun 2001). Saat itu adalah masa sulit untuk rumahtangga Ibu Tn, anak pertamanya lahir di tahun ini (2001), jadi membutuhkan biaya yang cukup besar. Sedangkan suaminya kehilangan pekerjaan. Akhirnya dengan modal pesangon suaminya Ibu Tn memutuskan untuk berdagang di kakilima Pasar. Keputusan ini didukung oleh suami dan orang tua Ibu Tn. Suaminya memberi dukungan modal dari pesangon yang Ia terima. Sedangkan orang tuanya membantu menjaga anak pertama Ibu Tn.

Usaha perdagangan dapat dihentikan jika pedagang perempuan yang memiliki

anak yang masih dalam masa pengasuhan (dibawah satu tahun) atau jika sedang

hamil. Hal ini karena suami mereka tidak mengizinkan mereka untuk bekerja di

luar rumah. Jadi izin dan bantuan dari suami sangat mempengaruhi jalannya usaha

perdagangan.

Pedagang yang memiliki status janda adalah Ibu Epn. Ibu Epn memutuskan untuk

tetap berdagang setelah suaminya meninggal, karena Ia menjadi tulang punggung

keluarga menggantikan suaminya.

Ibu Epn (49 thn) adalah seorang pedagang rempah-rempah pembuatan jamu dan alat-alat ritual yang digunakan untuk upacara kematian. Kiosnya berlokasi di Blok D Pasar Anyar. Ibu Epn dilahirkan di Bogor, tahun 1958. Ibunya (orang tua-Bu’ Epn) merantau ke Bogor setelah menikah dengan ayahnya yang seorang polisi.

Umur 15 tahun, selepas pendidikan SMP Bu’ Epn memilih untuk menikah dengan Bapak Ysf yang berprofesi sebagai seorang polisi (bawahan Bapaknya-Bu’ Epn).

Page 68: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

52

Ibu Epn menikah dengan Bapak Ysf pada tahun 1973,dari pernikahan tersebut Ibu Epn dikaruniai empat orang anak.

Bapak Yusuf meninggal pada tahun 1997 dan pada tahun yang sama juga terjadi krisis moneter. Ibu Epn harus terus membiayai sekolah keempat anaknya dan memenuhi kebutuhan rumahtangganya sendiri. Usaha Ibu Epn bangkrut pada tahun-tahun ini, Ibu Epn harus menjaul mobil dan rumahnya untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan kebutuhan sehari-hari anak-anaknya.

“tahun yang paling berat itu tahun 1997 mbak, sehabis ditinggal bapak, usaha ibu juga bangkrut, anak-anak sedang butuh uang untuk sekolah dan belum bisa mandiri, ibu harus mencari uang sendiri, kalo diingat-ingat ibu susah sekali waktu itu, kios cuma di emperan jalan, hasil dagang tidak seberapa, uang tunjangan bapak juga hanya cukup untuk kuliah anak ibu yang nomor saju saja. Ibu jual semua harta yang bisa dijual untuk menutupi kebutuhan. Mobil ibu jual, rumah yang lama, lalu ibu beli rumah yang agak keci (yang ditinggali saat ini) Uang nya untuk biaya sekolah anak dan menambah modal ibu dagang, mbak”

Hal ini menunjukan bahwa setelah ditinggal oleh suaminya, Ibu Epn mengalami

masa krisis dan harus mempertahankan rumahtangganya. Ibu Epn mengatasi masa

krisis ini dengan menjual beberapa aset rumahtangganya. Usaha perdagangan di

sektor informal akhirnya menjadi nafkah utama rumahtangga Ibu Epn.

5.1.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pedagang perempuan termasuk rendah.

Dati tabel 4 dapat diketahui bahwa hanya 1 orang pedagang perempuan yang

menamatkan pendidikan SMA, sisanya hanya menamatkan pendidikan SMP, SD

dan ada yang tidak sekolah. Dari penelitian diketahui bahwa tiga orang pedagang

perempuan yang dijadikan responden hanya menamatkan pendidikan Sekolah

Dasar, yaitu Ibu Krs, Ibu Yh dan Ibu Ngm. Ibu Enh tidak sekolah dan buta huruf,

Ibu Enh hanya bisa berhitung dan kemampuan berhitung ini diperoleh dari

pengalamannya saat membantu suaminya berdagang. Ibu Epn menamatkan

pendidikan SMP dan Ibu Tn adalah tamatan SMA. Rendahnya tingkat pendidikan

inilah yang membuat para perempuan ini tidak dapat masuk ke sektor formal.

Rendahnya tingkat pendidikan dari para pedagang perempuan ini disebabkan

kemiskinan yang terjadi pada rumahtangga mereka sehingga mereka hanya

mampu sekolah sampai tingkat sekolah dasar. Contohnya, pada kasus Ibu Ngm

yang hanya sekolah sampai kelas 4 SD. Menurut Ibu Ngm, orang tuanya bekerja

sebagai buruh tani sehingga hanya mampu menyekolahkan Ibu Ngm sampai

tingkat tersebut.

Page 69: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

53

Tingkat pendidikan pedagang perempuan ternyata tidak berpengaruh pada

kesuksesan usaha perdagangan. Hal ini dapat terlihat dari kasus Ibu Krs yang

hanya tamatan SD namun usahanya saat ini sukses dan memiliki 2 kios untuk

berdagang.

Ibu Krs (43 tahun) memiliki dua kios di Pasar Anyar, keduanya berada di Blok C dan posisinya berhadapan satu sama lainya. Kios yang pertama menjual berbagai kebutuhan pokok, seperti beras, minyak sayur, telur (Sembako) dan meja di depan kios digunakan untuk menjual ayam. Kios kedua, menjual berbagai macam sayuran. Usaha berdagang yang dilakukan oleh Ibu Krs diawali dari sejak kedatangan Ibu Krs tahun 1976 ke Bogor. Saat itu, Ibu Krs telah menamatkan pendidikan SD dan ikut kakaknya merantau ke Bogor, dan membantu kakaknya berjualan di pasar.

Dari usaha dagangnya Ibu Krs mengaku telah naik haji dan pergi umroh bersama suaminya, selain itu, investasi dari hasil usahanya juga dibelikan tanah oleh Ibu Krs di daerah Kampung Sawah dan Cilodong. Ibu Krs mengaku kesuksesan usahanya berasal dari kerja keras dan dukungan suaminya.

“kalau sekarang usaha ibu sudah enak mbak, ibu tidak perlu capek-capek harus bolak-balik ke pasar seperti dulu, ada yang membantu, usaha bapak juga lancar, jadi bisa bantu orang lain, ibu naik haji tahun 2006 dan umroh tahun 2004 juga hasil dari berdagang, Alhamdulillah, rezekinya dari Allah ya, harus bersukurnya sama Allah. Ibu juga selain nabung, keuntungan ibu belikan tanah untuk bekal anak-anak nanti bangun rumah sendiri-sendiri. Mbak Sr sama Mbak Prt ini nanti kalau mau menikah ibu biayaain (sambil tersenyum melihat kedua pembantunya).”

Kasus Ibu Krs memperlihatkan kesuksesan usaha lebih ditentukan oleh keuletan

dan kemampuan mengelola modal usaha. Alasan inilah yang membuat sektor

informal tidak mensyaratkan tingkat pendidikan untuk dapat berusaha di sektor

ini.

5.1.4 Umur

Pedagang perempuan memulai usahanya pada usia produktif, yaitu pada kisaran

umur 10-55 tahun. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa semua responden pedagang

perempuan masuk dalam umur produktif (100%). Usia produktif adalah usia

dimana seseorang memiliki kemampuan untuk berusaha. Mengacu pada pendapat

Chambers & Conway dalam Ellis (2000) menjelaskan mengenai unsur nafkah,

bahwa dibutuhkan kemampuan atau kapabilitas agar dapat memanfaatkan aset

yang dikuasainya sehingga ia dapat bertahan hidup. Sehingga pada range umur

produktif pedagang perempuan dapat memanfaatkan semua modal yang mereka

miliki untuk menjalankan usaha perdagangan mereka.

Page 70: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

54

5.1.5 Status Kependudukan

Migrasi adalah dimensi gerak penduduk permanen terdiri dari sirkulasi dan

komutasi. Seorang yang dikatakan melakukan migrasi, jika ia pindah tempat

tinggal secara permanen atau relatif permanen (Jangka waktu 1-5 tahun ataupun

10 tahun) dengan menempuh jarak minimal tertentu (propinsi atau kabupaten),

atau pindah dari satu unit geografis ke unit geografis lainnya (unit administrasi

pemerintahan, berarti dari luar Bogor, masuk ke Bogor). Migrasi Sirkuler adalah

gerak perpindahan penduduk dalam jangka pendek, repetitif, atau siklikal (tidak

nampak niat untuk memiliki tempat tinggal secara permanen di Bogor). Dari tabel

4, dapat diketahui bahwa terdapat dua pedagang perempuan yang termasuk dalam

kategori migran, yaitu Ibu Krs dan Ibu Ngm. Ibu Krs datang ke Bogor karena

mengikuti kakaknya yang telah terlebih dalulu tinggal di Bogor. Ibu Krs tinggal di

rumah kakaknya dan setelah menikah, Ibu Krs menetap secara permanen di

Bogor. Ibu Ngm memilih untuk mengontrak rumah di Bogor dan pulang setiap 3

bulan sekali ke daerah asalnya Solo. Ibu Ngm dapat dikategorikan sebagai migran

sirkuler yang tidak memiliki niat untuk menetap secara permanen di Bogor, ia

hanya menjadikan Kota Bogor sebagai tempat mencari nafkah.

5.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Rumahtangga

Rumahtangga didefinisikan sebagai seorang atau sekelompok orang yang tinggal

bersama dalam satu atap dan menggunakan dapur yang sama, berkontribusi dalam

pengumpulan pendapatan, serta memanfaatkan pendapatan tersebut untuk

kepentingan bersama. Dalam rumahtangga, semua modal dan barang diatur oleh

kepala rumahtangga yang bertindak tanpa pamrih demi kepentingan bersama.

Meskipun ada pembagian pekerjaan yang berdasarkan jenis kelamin dan umur,

namun semuanya bekerja untuk kepentingan bersama. Masing-masing anggota

rumahtangga akan berkontribusi sesuai dengan peran, tanggungjawab dan

kemampuannya.

Pedagang perempuan memiliki karakteristik rumah tangga yang berbeda satu

sama lain. Perbedaan karakteristik ini yang membuat perbedaan dalam distribusi

Page 71: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

55

pendapatan dan pilihan strategi dalam usaha perdagangan. Karakteristik

rumahtangga pedagang perempuan digambarkan dalam jumlah anggota

rumahtangga, jumlah tanggungan rumahtangga, pekerjaan kepala keluarga dan

anggota yang berkontribusi terhadap pendapatan rumahtangga, Pendapatan

rumahtangga per kapita per bulan dan alokasi pendapatan rumahtangga

5.2.1 Anggota Rumahtangga

Anggota rumahtangga didefinisikan sebagai semua orang yang bertempat tinggal

di suatu rumahtangga, memiliki kontribusi dalam pengambilan keputusan,

pengumpulan pendapatan dan pemanfaatan pendapatan rumahtangga. Jumlah

anggota rumahtangga pedagang perempuan yang menjadi responden disajikan

sebagai berikut.

Tabel 5. Jumlah Anggota Rumahtangga Pedagang Perempuan Responden Jumlah Anggota Rumahtangga

No. Pedagang Perempuan Istri Suami Anak Orang

tua Cucu Saudara Total

1. Ibu Enh 1 1 5 - 3 - 10 2. Ibu Tn 1 1 3 2 - - 7 3. Ibu Krs 1 1 4 - - 2 8 4. Ibu Epn 1 - - - - - 1 5. Ibu Yh 1 1 3 - - - 5 6. Ibu Ngm 1 1 2 1 1 - 6

Sumber: Data primer penelitian, Januari 2008

Dari tabel 5 diketahui bahwa terdapat lima rumahtangga pedagang yang memiliki

anggota rumahtangga 4-8 orang, satu rumahtangga yang memiliki jumlah anggota

rumahtangga lebih dari atau sama dengan 9 (≥ 9) dan satu rumahtangga yang

memiliki anggota rumahtangga lebih kecil dari atau sama dengan 3 (≤ 3). Jumlah

anggota rumahtangga berkontribusi pada besaran konsumsi dan pendapatan

rumahtangga. Jika dalam rumahtangga terdapat banyak tanggungan rumahtangga

maka jumlah konsumsi rumahtangga akan besar. Begitupun sebaliknya, jika

anggota rumahtangga banyak yang bekerja maka pendapatan rumahtangga juga

akan ikut bertambah. Seperti pada kasus rumahtangga Ibu Enh, Ia memiliki 10

anggota rumahtangga, dan hanya Ibu Enh dan satu orang anaknya yang bekerja.

Ini berarti pendapatan usaha dari perdagangan Ibu Enh habis dikonsumsi setiap

harinya untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota rumahtangga.

Page 72: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

56

5.2.2 Tanggungan Rumahtangga

Tanggungan rumahtangga diartikan sebagai anggota rumahtangga yang tidak

memberikan kontribusi pada pendapatan rumahtangga tetapi berkontribusi pada

pengeluaran rumahtangga. Contohnya anak yang masih kecil dan orang tua yang

tidak bekerja lagi. Berikut disajikan data tanggungan rumahtangga pedagang

perempuan responden.

Tabel 6. Tanggungan Rumahtangga Pedagang Perempuan Responden Jumlah Tanggungan Rumahtangga No. Pedagang

Perempuan Anak Cucu Orang tua Total

1. Ibu Enh 4 3 1 8 2. Ibu Tn 3 − 2 5 3. Ibu Krs 4 − − 4 4. Ibu Epn − − − − 5. Ibu Yh 3 − − 3 6. Ibu Ngm 2 1 1 5

Sumber: Data primer penelitian, Januari 2008

Dari tabel 6 diketahui bahwa terdapat 4 rumahtangga yang memiliki tanggungan

4-8 orang dan terdapat dua rumahtangga yang memiliki tanggungan lebih kecil

dari atau sama dengan tiga (≤ 3). Hal ini memperlihatkan tiap rumahtangga

memiliki tanggungan rumahtangga cukup besar dan berarti kontribusi anggota

rumahtangga pada pengeluaran juga besar. Seperti kasus rumahtangga Ibu Enh, Ia

memiliki 8 orang dalam rumahtangganya yang bergantung pada usaha

perdagangannya. Tambahan pendapatan di peroleh dari anak ke-4 nya yang

bekerja sebagai tukang ojek, anaknya yang lain yang telah menikah kadang-kala

memberikan sedikit uang kepada Ibu Enh. Oleh karena itulah, pendapatan usaha

perdagangan Ibu Enh habis dikonsumsi oleh anggota rumahtangganya.

Pada kasus rumahtangganya Ibu Epn, ia tidak memiliki tanggungan rumahtangga

karena anak-anaknya telah menikah dan bekerja, jadi telah memiliki keluarga

sendiri. Pendapatan usaha Ibu Epn semuanya dipakai untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri dan sisanya ditabung atau untuk membeli barang-barang

yang diinginkan oleh Ibu Epn.

Page 73: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

57

5.2.3 Pekerjaan Suami

Suami dalam rumahtangga dimaknai sebagai kepala rumahtangga yang memiliki

tanggung jawab untuk menafkahi seluruh anggota rumahtangga. Pada kasus

rumahtangga pedagang perempuan, pekerjaan suami yang memiliki pendapatan

tidak menentu dan tidak mencukupi kebutuhan rumahtangga menjadi alasan

perempuan untuk keluar rumah dan masuk ke sektor publik sebagai pedagang.

Pekerjaan suami rumahtangga pedagang perempuan responden disajikan dalam

tabel berikut.

Tabel 7. Pekerjaan Suami Pedagang Perempuan Responden No. Pedagang Perempuan Pekerjaan Suami 1. Ibu Enh Tidak bekerja, karena sakit 2. Ibu Tn Tukang ojek 3. Ibu Krs Peternak ayam dan usaha penyewaan jasa angkutan

barang 4. Ibu Epn - (Telah meninggal) 5. Ibu Yh Penyewaan mobil 6. Ibu Ngm Kuli bangunan/ kuli angkut di pasar

Sumber: Data primer penelitian, Januari 2008 Pada kasus Ibu Enh dan Ibu Epn, keduanya menggantikan suaminya untuk

menjadi tulang punggung keluarga dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan

rumahtangga. Seperti pada kasus Ibu Epn :

“tahun yang paling berat itu tahun 1997 mbak, sehabis ditinggal bapak, usaha ibu juga bangkrut, anak-anak sedang butuh uang untuk sekolah dan belum bisa mandiri, ibu harus mencari uang sendiri, kalau diingat-ingat ibu susah sekaliwaktu itu, kios hanya di emperan jalan, hasil dagang tidak seberapa, uang tunjangan bapak juga cukup buat kuliah anak ibu yang nomer saju saja. Ibu jual semua harta yang bisa dijual unuk menutupi kebutuhan. Mobil ibu jual, rumah yang lama, terus ibu beli rumah yang agak keci (yang ditinggali saat ini) Uang nya buat biaya sekolah anak dan menambah modal ibu berdagang, mbak”

Saat ini Ibu Epn tidak memiliki tanggungan rumahtangga lagi, namun Ibu Epn

mengaku terus berdagang untuk mengisi kekososongan kegiatan setiap harinya.

Sedangkan Ibu Enh, ia harus berdagang untuk menggantikan suaminya yang sakit-

sakitan. Dengan jumlah tanggungan 8 orang dalam rumahtangganya, Ibu Enh

harus berdagang setiap hari, karena jika tidak berdagang maka rumahtangga Ibu

Enh tidak memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya.

Diakui oleh Ibu Enh, saat ini usahanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari anggota rumahtangganya, ditambah Abah Awo yang sakit-sakitan sehingga tidak dimungkinkan untuk menabung sisa keuntungan.

Page 74: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

58

Pada kasus rumahtangga Ibu Tn dan Ibu Ngm, pekerjaan suami mereka tidak

memberikan cukup pendapatan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga

sehingga Ibu Tn dan Ibu Ngm memutuskan untuk berdagang. Suami Ibu Tn

bekerja sebagai tukang ojek di kompleks perumahan mereka. Dalam satu hari

dapat memperoleh Rp.15.000 – Rp.20.000, namun pendapatan ini tidak tetap

diperoleh tiap harinya, sehingga untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya Ibu

Tn tetap berdagang hingga saat ini.

Ibu Krs dan Ibu Yh menyebut usaha perdagangannya sebagai usaha bantu-bantu

suami. Pendapatan suami Ibu Krs dan Ibu Yh dinilai cukup untuk memenuhi

kebutuhan rumahtangga mereka, namun Ibu Krs memutuskan untuk berdagang

agar memiliki penghasilan sendiri.

5.2.4 Pendapatan Rumahtangga

Pendapatan rumahtangga adalah keseluruhan pendapatan yang berasal dari

anggota rumahtangga yang bekerja, untuk digunakan sebagai sumber pemenuhan

konsumsi rumahtangga. Steriotipe yang berlaku umum dalam masyarakat

menyebutkan bahwa laki-laki yang menjadi kepala rumahtanggalah yang harus

bekerja dan memenuhi nafkah rumahtangga. Dalam kasus pedagang perempuan

(perempuan bekerja), penghasilan perempuan dalam rumahtangga sering disebut

sebagai penghasilan tambahan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi pangan. Tabel berikut menyajikan pendapatan rumahtangga responden

dan siapa saja yang menyumbang pendapatan.

Tabel 8. Pendapatan Rumahtangga Pedagang Perempuan Responden Kontribusi Anggota

Rumahtangga Jumlah pendapatan

(dalam Rp. 000 per bulan) No. Pedagang Perempuan Suami Istri Anak Suami Istri Anak

Total pendapatan

(dlm Rp. 000 per bulan)

1. Ibu Enh − √ √ − 900 300 1200 2. Ibu Tn √ √ − 600 3000 − 3600 3. Ibu Krs √ √ − 12000 4650 − 16650 4. Ibu Epn − √ − − 900 − 900 5. Ibu Yh √ √ − 3000 3000 − 6000 6. Ibu Ngm √ √ − 600 1050 − 1650

Sumber: Data primer penelitian, Januari 2008 Tabel 8 memperlihatkan besaran pendapatan yang dikontribusikan oleh anggota

rumahtangga yang bekerja. Pada kasus rumahtangga Ibu Tn dan Ibu Ngm,

Page 75: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

59

kontribusi pendapatan yang diberikan oleh istri (Ibu Tn dan Ibu Ngm) lebih besar

dari pendapatan suaminya. Hal ini memberikan dampak pada pengambilan

keputusan dalam rumahtangga. Seperti pada kasus Ibu Tn, saat suaminya ingin

mengambil kredit motor, suami Ibu Tn meminta bantuan Ibu Tn untuk membayar

uang muka dan jika diakhir bulan uang dari hasil mengojek tidak cukup untuk

membayar cicilan maka suaminya meminta bantuan Ibu Tn untuk membayar

cicilannya.

Ibu Enh dan Ibu Epn memberikan kontribusi utama dalam rumahtangganya,

namun dalam pengambilan keputusan masih dikompromikan pada suaminya.

Seperti saat Ibu Enh terlambat pulang dari berdagang, suaminya marah dan

menanyakan apa saja kegiatan Ibu Enh di pasar hingga pulangnya terlambat.

Namun dalam pengalokasian pendapatan usaha untuk konsumsi pangan, Ibu Enh

memegang peranan tunggal. Contohnya saat pembelian bahan-bahan untuk

memasak, Ibu Enh tidak menanyakan kepada anggota rumahtangga yang lain.

Ibu Krs dan Ibu Yh pendapatannya lebih kecil dari suaminya dan hal ini

menjadikan pendapatan mereka dianggap sebagai “pendapatan tambahan” atau

“usaha bantu-bantu suami”. Pendapatan usaha dipegang sendiri oleh Ibu Krs dan

Ibu Yh dan dialokasikan untuk konsumsi pangan rumahtangga (membeli beras,

minyak tanah, dan bahan pokok lainnya), sedangkan untuk kebutuhan pembayaran

iuran anak sekolah, listrik, air dan telepon dibebankan kepada suami.

5.2.5 Pengeluaran Rumahtangga

Pengeluaran rumahtangga adalah alokasi sejumlah uang atau materi rumahtangga

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota rumahtangga.

Pengelolaan keuangan dalam rumahtangga kasus diserahkan pada satu “dompet”

yang dipegang oleh istri. Masing-masing anggota ruamhtangga yang bekerja

memberikan kontribusi usahanya untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota

rumahtangga. Namun tidak semua uang hasil usaha diberikan pada rumahtagga.

Contohnya pada kasus rumahtangga Ibu Enh, anak Ibu Enh yang bekerja sebagai

tukang ojek (Aa’ Ocn) memberikan 50 % dari penghasilannya untuk rumahtangga

Page 76: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

60

(senilai Rp. 300.000,00,-) sisanya digunakan untuk kepentingan pribadi Aa’ Ocn

seperti untuk membeli rokok dan keperluan lainnya.

Kasus rumahtangga Ibu Krs dan Ibu Yh sedikit berbeda dalam pengelolaan

pengeluaran rumahtangga. Menurut Ibu Yh terdapat pembagian dalam alokasi

pengeluaran rumahtangganya. Ibu Yh dengan uang hasil usaha berdagangnya

bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan rumahtangga

setiap harinya dan kebutuhan jajan anak-anaknya. Suami Ibu Yh bertanggung

jawab atas pemenuhan kebutuhan air, listrik, telepon dan iuran sekolah anak-

anaknya. Namun, dalam setiap keputusan alokasi pengeluaran, Ibu Yh

mengungkapkan selalu ada kompromi (pembicaraan untuk mendapatkan izin)

dalam menentukan besaran pengeluaran maupun kegunaan pengeluaran.

5.3 Ikhtisar

Karakteristik pedagang perempuan dapat dilihat secara individu maupun sebagai

bagian dari rumahtangga. Sebagai individu, pedagang perempuan memiliki latar

belakang sosial maupun ekonomi yang melekat pada dirinya. Sebagai

rumahtangga, pedagang perempuan dilihat sebagai bagian dari anggota

rumahtangga yang merupakan satu kesatuan dalam memenuhi kebutuhan

rumahtangga.

Pedagang perempuan berasal dari pedesaan maupun masyarakat kota sendiri yang

keluar dari sektor pertanian di pedesaan ataupun terlempar dari pasar tenaga kerja

formal. Berada pada usia produktif dan memiliki pendidikan yang rendah,

keterampilan berdagang diperoleh dari pengalaman sebelumnya (orang tua

maupun saudara). Sebagian dari mereka merupakan migran yang datang ke Bogor

dengan harapan mendapatkan penghasilan yang lebih baik, seperti pada kasus Ibu

Ngm. Karakteristik individu yang dimiliki oleh para pedagang perempuan ini

sangat cocok dengan karakteristik sektor informal, sehingga mereka dapat dengan

mudah masuk ke dalam sektor perdagangan ini.

Page 77: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

61

Rumahtangga pedagang perempuan memiliki anggota yang banyak (≥5 orang)

dan memiliki tanggungan rumahtangga cukup besar pula (≥5 orang). Pekerjaan

suami mereka dinilai tidak mencukupi pemenuhan nafkah rumahtangga, sehingga

pilihan untuk berdagang diambil oleh para perempuan ini. Dalam alokasi

pengeluaran rumahtangga pedagang perempuan memiliki pembagian alokasi

pengeluaran dengan suaminya. Perempuan pedagang bertanggung jawab atas

kepastian konsumsi pangan rumahtangga dan keperluan anak sehari-hari,

sedangkan suami mereka bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan

fasilitas rumahtangga (air, listrik, telepon) dan iuran sekolah anak. Namun, dalam

setiap alokasi pengeluaran rumahtangga yang cukup besar dan berpengaruh pada

anggota rumahtangga yang lain, selalu ada kompromi atau pembicaraan untuk

mendapatkan izin dari suami.

Page 78: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

62

BAB VI

POLA AKTIVITAS NAFKAH PERDAGANG PEREMPUAN

6.1 Pola Aktivitas Pedagang Perempuan

Pola aktivitas usaha dapat dipahami dengan melihat curahan waktu untuk setiap

komponen kegiatan usaha para pedagang perempuan. Misalnya, curahan waktu

untuk melakukan pembelian, untuk pengemasan dan curahan untuk berjualan di

pasar. Selain curahan waktu, untuk memahami pola aktivitas diidentifikasi juga

siapa yang berperan dalam menangani serangkaian tugas tersebut dan kapan

kegiatan tersebut dimulai dan dihentikan. Untuk melihat pola aktivitas, dilakukan

pengkategorian kerja perempuan di luar rumah dan didalam rumah yang

diidentifikasi sebagai kerja produktif dan kerja reproduktif9.

Kerja produktif didefinisikan sebagai aktivitas yang menghasilkan sesuatu untuk

kelangsungan hidup anggota rumahtangganya. Jadi aktivitas berdagang di pasar

dikategorikan dalam kerja produktif perempuan, sedangkan kerja reproduktif

diartikan sebagai aktivitas untuk menjaga kelestarian sistem atau struktur sosial

dari rumahtangga. Aktivitas pemeliharaan, pengasuhan dan pengembangan

sumber daya manusia masuk dalam kategori ini. Pemisahan kedua bentuk kerja

perempuan ini dilakukan untuk mempermudah analisis bentuk-bentuk aktivitas

dan hubungannya dengan pelestarian nafkah rumahtangga.

6.2 Pola Aktivitas Produktif Pedagang Perempuan

Aktivitas produktif pedagang perempuan didefinisikan sebagai berbagai kegiatan

yang dilakukan oleh pedagang perempuan untuk memastikan keberlangsungan

usaha perdagangannya. Dari data yang diperoleh, dikategorikan enam aktivitas

dilakukan oleh pedagang perempuan dalam usaha perdagangannya. Enam

aktivitas tersebut adalah 1). Pembelian barang dagangan; 2). Membawa barang

dagangan dari tempat pembelian ke tempat penjajaan (kios, lapak); 3)

9 Engels dalam Saptari 1997, hal 14-18.

Page 79: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

63

membersihkan, menata dan mengemas barang dagangan; 4). Membuka kios dan

menutup kios; 5). Menjajakan barang dagangan dan melayani pembeli; dan 6)

Mengikuti arisan atau perkumpulan pedagang.

Aktivitas yang telah dibagi dalam enam kategori tersebut, dilakukan oleh

perempuan dan dibantu oleh anggota rumahtangga lainnya, misalnya, suami dan

anak. Pengerahan sumberdaya manusia dalam rumahtangga dimaksudkan untuk

mendukung usaha dan menjamin kelangsungan sumber nafkah. Selain melihat

siapa yang berperan, tiap-tiap aktivitas dilihat juga curahan waktu pelaksanaannya

dan bagaimana kegiatan tersebut dijalankan.

6.2.1 Aktivitas Pembelian Barang Dagangan

Kegiatan pembelian barang dagangan dilakukan oleh pedagang perempuan

sendiri, kecuali pada kasus Ibu Tn yang dibantu oleh suaminya saat membeli

barang dagangan. Hal ini dikarenakan jarak tempat untuk memperoleh barang

dagangan cukup dekat dari pasar tempat berjulaan. Pembelian sayur-sayuran dan

rempah-rempah dilakukan di Pasar Bogor dan langsung dibawa ke kios di Pasar

Anyar. Sembako diperoleh dari Toko grosir yang ada di sekitar Pasar Anyar dan

Ayam dibeli dari pemasok langganan yang juga ada di daerah Kota Bogor. Pada

kasus Ibu Tn, barang dagangannya di peroleh dari Jakarta, sehingga suaminya lah

yang melakukan aktivitas ini. Pada kasus Ibu Enh, rumahtangganya memproduksi

sendiri barang yang diperdagangkan, Ibu Enh tinggal membawanya ke pasar dan

menjualnya. Jadi jarak tempat memperoleh barang dagangan menjadi

pertimbangan pedagang perempuan untuk melakukan antivitas ini.

Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membeli barang dagangan adalah 2 jam

dan dilakukan pada malam hari atau pagi hari. Seperti, kasus Ibu Krs dan Ibu

Ngm yang membeli barang dagangannya di Pasar Bogor. Saat membeli barang

dagangan mereka ditemani oleh suami mereka, karena rawan bagi perempuan

untuk keluar rumah sendiri pada waktu-waktu tersebut. Selain itu, suami mereka

membantu mengangkut barang dagangan dari tempat pembelian ke tempat

penjulan. Kegiatan pembelian barang dagangan dari keenam responden disajikan

dalam tabel berikut ini.

Page 80: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

64

Tabel 9. Aktivitas Pembelian Barang Dagangan Responden Pembelian Barang Dagangan

No. Pedagang Perempuan Pelaku

Aktivitas Waktu yang digunakan Jalannya Aktivitas

1. Ibu Enh Produksi Rumahtangga

- Ketupat diproduksi sendiri oleh rumahtangga dan Ibu Enh menjual ketupat dipasar.

2. Ibu Tn Suami 6 jam (tiap dua minggu satu kali)

Underwear dibeli oleh suami Ibu Tn di Tanah Abang, Jakarta. Suami Ibu Tn pergi membeli underwear setiap hari Rabu, tiap 2 minggu satu kali.

3. Ibu Krs Ibu Krs 2 jam (setiap hari)

Ibu Krs setiap hari pada pukul 21.00 wib pergi ke Pasar Bogor untuk membeli sayauran; Ayam diperoleh dari peternakan suaminya; sedangkan untuk sembako diperoleh dari pedagang grosir di Jln. MA Salmun tiap dua minggu satu kali.

4. Ibu Epn Ibu Epn 15 menit (setiap hari)

Penjual grosir yang mendatangi kios Ibu Epn dan menawarkan produknya

5. Ibu Yh Ibu Yh 1 jam (setiap hari)

Ibu Yh membeli ayam dari langganannya, setiap hari Ibu Yh biasanya membeli 50 ekor ayam.

6. Ibu Ngm Ibu Ngm 2 jam (setiap hari)

Ibu Ngm membeli rempah-rempah dari pedagang yang lebih besar di Pasar Bogor, ia berangkat tiap pukul 03.00 wib

Sumber: Data primer penelitian, Februari 2008

6.2.2 Aktivitas Mengangkut Barang Dagangan

Aktivitas pengangkutan barang dagangan dari tempat pembelian ke tempat

penjualan di Pasar Anyar dilakukan oleh suami dari pedagang perempuan. Hal ini

menunjukan anggota rumahtangga lainnya juga dilibatkan dalam aktivitas usaha

perdagangan dan berkontribusi pada kelangsungan usaha. Dari keenam responden

hanya Ibu Enh yang membawa sendiri dagangannya, hal ini karena suami Ibu Enh

sedang sakit. Kepemilikan mobil (asset rumahtangga) sangat membantu dalam

pengangkutan barang, seperti pada kasus Ibu Krs dan Ibu Yh, suami mereka

membantu dalam pengangkutan barang dengan menggunakan mobil pribadi.

Pedagang yang tidak memiliki kendaraan pribadi, melakukan pengangkutan

barang dengan memanfaatkan fasilitas angkutan kota dan kereta yang melalui

jalan di sekitar Pasar Anyar. Waktu yang dibutuhkan dalam pengangkutan barang

dagangan ini kurang lebih 30 menit. Hal ini merupakan waktu yang dibutuhkan

untuk menempuh jarak dari Pasar Bogor ke Pasar Anyar.

Page 81: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

65

Tabel 10. Aktivitas Pengangkutan Barang Dagangan Pengangkutan Barang Dagangan

No. Pedagang Perempuan Pelaku

Aktivitas

Waktu yang

digunakan Jalannya Aktivitas

1. Ibu Enh Ibu Enh 30 menit (setiap kali berdagang)

Ibu Enh membawa ketupatnya dari rumah dengan menggunakan angkot, dibutuhkan Rp. 4000,- untuk sampai dari rumah ke pasar.

2. Ibu Tn Suami 4 jam (setiap dua minggu satu kali)

Setiap rabu dua kali dalam satu bulan, suami Ibu Tn, ke Jakarta untuk membeli underwear dibutuhkan Rp. 20.000,- setiap kali bolak-balik dari Jakarta dan Suami Ibu Tn menggunakan kereta untuk sampai ke Jakarta.

3. Ibu Krs Suami 1 jam (setiap kali berdagang)

Setelah Ibu Krs berbelanja, suaminya mengangkut barang dagangan tersebut dengan menggunkan mobil untuk di bawa pulang dan pagi harinya diantar ke pasar untuk dijual kembali. Pengangkutan menggunakan mobil pribadi.

4. Ibu Epn - - Karena penjual yang mendatangi Ibu Epn, maka Ibu Epn tidak perlu repot-repot untuk mengangkut barang dagangannya

5. Ibu Yh Suami 30 menit (setiap kali berdagang)

Suami Ibu Yh mengantar Ibu yh pergi menemui pemasok dan membawanya ke pasar. Pengangkutan menggunakan mobil pribadi.

6. Ibu Ngm Suami 20 menit (setiap kali berdagang)

Setelah Ibu Ngm berbelanja, Suaminya membawa barang dagangan tersebut ke kakilima tempat Ibu Ngm berjualan. Pengangkutan ini menggunakan angkot.

Sumber: Data primer penelitian, Februari 2008

6.2.3 Aktivitas Membersihkan, Menata dan Mengemas Barang Dagangan

Kegiatan ini dilakukan oleh pedagang perempuan sendiri, mereka mengeluarkan

barang dagangannya dari karung atau keranjang dan menatanya di atas meja-meja

atau plastik yang telah digelar. Barang-barang dagangan seperti sayur dan rempah,

dipisahkan menurut jenisnya. Hal ini dilakukan agar memudahkan

pembeli/pelanggan untuk memilih. Pada kasus Ibu Krs, yang melakukan aktivitas

ini adalah dua orang pembantunya, yaitu Mbak Sr dan Mbak Prt. Kedua orang ini

telah ia percaya untuk menjaga kedua kiosnya. Hal ini menunjukkan Ibu Krs

menggunakan tambahan tenaga kerja untuk membantu usaha perdagangannya.

Diperlukan kurang lebih 20 menit untuk menata barang dagangan agar siap untuk

dijajakan pada konsumen. Tabel berikut menggambarkan aktivitas membersihkan

dan menata barang dagangan yang dilakukan oleh responden

Page 82: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

66

Tabel 11. Aktivitas Membersihkan, Menata dan Mengemas Barang Dagangan Membersihkan, Menata dan Mengemas Barang Dagangan

No. Pedagang Perempuan Pelaku

Aktivitas

Waktu yang digunakan

(tiap kali akan berdagang)

Jalannya Aktivitas

1. Ibu Enh Ibu Enh 10 menit Ketupat disusun di atas bakul dan ditaruh di kakilima di depan sebuah toko penjual camilan.

2. Ibu Tn Ibu Tn 30 menit Underwear dikeluarkan dari lemari penyimpan dan ditata di atas meja gelar, sebagian digantung

3. Ibu Krs Mbak Sr dan mbak Prt

30 menit Sayuran diturunkan dari mobil dan ditata di atas meja gelar, dipisahkan dalam keranjang-keranjang sesuai jenisnya. Sedangkan ayam ditata di atas meja gelar dan dipotong-potong ketika pembeli datang.

4. Ibu Epn Ibu Epn 15 menit Barang dagangan ditata di atas etalase dan meja-meja, sebagian ditaruh di atas tampah-tampah.

5. Ibu Yh Ibu Yh 20 menit Ayam ditata diatas meja gelar dan dikeluarkan juga timbangan, telenan dan pisau untuk memotong ayam.

6. Ibu Ngm Ibu Ngm 20 menit Rempah-rempah dikeluarkan dari karung dan ditata diatas pelastik terpal dengan dipisahkan dalam keranjang-keranjang sesuai jenisnya.

Sumber: Data primer penelitian, Februari 2008

6.2.4 Aktivitas Membuka dan Menutup Kios

Membuka dan menutup kios dilakukan oleh pedagang perempuan sendiri. Mereka

membuka kios, menata barang dagangannya dan membersihkan kios sebelum

pembeli banyak yang datang. Dibutuhkan kurang lebih 20 menit untuk melakukan

aktivitas ini. Pedagang membuka kiosnya pada pagi hari, hal ini dilakukan karena

banyak konsumen yang berbelanja pada pagi hari. Kurang lebih pukul 06.00 wib

pasar telah ramai dan pedagang telah menjajakan barang dagangannya. Pada kasus

Ibu Epn, Ia membuka kios pada pukul 08.00 wib karena menurutnya pembeli

barang dagangannya ramai pada siang atau sore hari. Pedagang perempuan

menutup kiosnya pada pukul 16.00 atau 17.00 wib. Hal ini tergantung pada

ramainya pembeli. Pasar sendiri tutup pukul 18.00 wib. Pada kasus Ibu Enh, Ia

pulang kerumahnya pada pukul 12.00 wib. Hal ini karena konsumen ketupatnya

banyak berbelanja pada pagi hari, saat siang hari tidak ada lagi yang membeli

ketupat Ibu Enh, sehingga Ia memilih untuk pulang. Tabel berikut

Page 83: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

67

menggambarkan aktivitas pedagang perempuan saat membuka dan menutup

kios/lapaknya.

Tabel 12. Aktivitas Membuka dan Menutup Kios/ Lapak Membuka dan Menutup Kios/Lapak

No. Pedagang Perempuan Pelaku

Aktivitas

Waktu yang digunakan

(tiap kali akan berdagang)

Jalannya Aktivitas

1. Ibu Enh Ibu Enh 10 menit Ibu Enah menaruh bakul ketupatnya di kakilima

2. Ibu Tn Ibu Tn 30 menit Membuka lemari penyimpan dan menyususn underwear diatas meja

3. Ibu Krs Mbak Sr dan mbak Prt

20 menit Roling door kios dibuka dan meja gelar dikeluarkan.

4. Ibu Epn Ibu Epn 15 menit Membuka papan penutup kios dan mengeluarkan etalase.

5. Ibu Yh Ibu Yh 20 menit Membuka meja penyimpan dan membersihkan meja gelar.

6. Ibu Ngm Ibu Ngm 10 menit Ibu Ngm, menggelar plastik sebagai tempat untuk menggelar rempah-rempah dagangannya

Sumber: Data primer penelitian, Februari 2008

6.2.5 Aktivitas Menjajakan Barang Dagangan dan Melayani Pembeli

Menjajakan barang dagangan merupakan aktivitas yang paling banyak menyita

waktu dan melelahkan bagi pedagang perempuan. Pedagang perempuan

menghabiskan waktu kurang lebih 10 jam setiap harinya di pasar untuk

menjajakan barang dagangannya. Bagi pedagang perempuan yang berdagang di

kakilima resiko panas dan hujan juga harus ditanggung demi berjalannya aktivitas

perdagangan. Jika dilihat dari kalkulasi raional, jelas bahwa usaha perdagangan

para perempuan ini tidak efisien, baik dilihat dari segi penghasilan dan waktu

ataupun tenaga yang terkuras. Tetapi, perhitungan semacam ini tidak berlaku

untuk usaha perdagangan di sektor informal, karena rumahtangga mereka sangat

tergantung pada usaha ini. Jika para pedagang tidak memaksimalkan usahanya,

maka kebutuhan konsumsi anggota rumahtangganya akan ikut terancam.

Pedagang perempuan menjajakan dagangannya kepada setiap orang yang lewat

dan menyapa dengan ungkapan “boleh neng, liat dulu neng?” atau “Cari apa

neng?”. Jika ada yang tertarik dan membeli, pedagang perempuan akan melayani

dengan menanyakan berapa banyak barang yang dibutuhkan dan tawar-menawar

harga. Jika harga telah disepakati, barang dagangan dikemas dalam plastik dan

Page 84: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

68

pembeli membayar sesuai dengan kesepakatan. Jika yang membeli adalah

langganan, pedagang perempuan memberikan bonus pada langganan. Hal ini

dilakukan dengan harapan agar pembeli tersebut kembali berbelanja di kiosnya.

Selain menjajakan barang dagangannya, para pedagang perempuan biasanya

mengisi waktu mereka dengan mengobrol diantara sesama pedagang atau

membaca koran. Tabel 13 memberikan penjelasan mengenai aktivitas penjajaan

dan melayani pembeli.

Tabel 13. Aktivitas Menjajakan barang Dagangan dan Melayani Pembeli Aktivitas Menjajakan Barang Dagangan dan Melayani Pembeli

No. Pedagang Perempuan Pelaku

Aktivitas

Waktu yang digunakan (per hari)

Jalannya Aktivitas

1. Ibu Enh Ibu Enh 6 jam Menawarkan ketupat pada orang-orang yang lewat dan menyapa jika ada kenalan ataupun langganan

2. Ibu Tn Ibu Tn 9 jam Menjaga barang dagangannya dan jika ada yang membeli, Ibu Tn melayani tawar-menawar dan akan membungkus underwear jika telah disepakati harga.

3. Ibu Krs Mbak Sr dan mbak Prt

10 jam Menanyakan keperluan pembeli, menimbang sayuran dan memasukannya dalam kantong pelastik.

4. Ibu Epn Ibu Epn 7 jam Menanyakan kebutuh pembeli dan menyampaikan khasiat tiap rempah yan gia jual.

5. Ibu Yh Ibu Yh 10 jam Menawarkan ayamnya pada orang yang lewat, jika ada yang membeli ditanyakan berapa kg kebutuhannya dan ayam mau dipotong berapa bagian

6. Ibu Ngm Ibu Ngm 10 jam Menawarkan pada orang yang lewat, memberikan bonus pada pelanggan.

Sumber: Data primer penelitian, Februari 2008

6.2.6 Aktivitas Mengikuti Arisan

Arisan merupakan salah satu lembaga keuangan informal yang dibentuk oleh para

pedagang. Arisan dibentuk sebagai wadah untuk memperoleh tambahan uang

guna tambahan modal, pengembangan usaha maupun untuk kebutuhan konsumsi.

Dari keenam responden pedagang perempuan, empat diantaranya mengikuti arisan

di lingkungan pasar. Mereka adalah Ibu Tn, Ibu Krs, Ibu Epn dan Ibu Yh. Seperti

pada kasus Ibu Tn, setiap hari Ia membayar Rp. 5.000,- kepada pemegang uang

yang diistilahkan oleh Ibu Tn sebagai ‘bandar’, arisan ini diikuti oleh 25 orang

pedagang yang berada pada blok yang sama dengan Ibu Tn. Jika mendapat giliran,

Page 85: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

69

maka Ibu Tn memperoleh Rp. 3.750.000,00,- dari arisan tersebut. Ibu Tn hanya

menunggu ‘bandar’ setiap hari menagih uang arisan.

Arisan juga memiliki arti sebagai tempat silahturahmi antara sesama pedagang,

dimana setiap kali pengundian giliran arisan, para pedagang perempuan

berkumpul disalah satu kios dan melakukan pengundian. Pada saat ini terjadi

pertukaran informasi dan kabar masing-masing pedagang. Pengundian arisan

dilakukan tiap satu bulan satu kali.

6.3 Pola Aktivitas Reproduktif Pedagang Perempuan

Aktivitas reproduktif merupakan aktifitas yang mendukung kerja produktif, tidak

langsung menghasilkan uang dan dilakukan dengan tanggung jawab atas

pekerjaan domestik rumahtangga atau kemasyarakatan. Jadi, kegiatan-kegiatan

seperti menyediakan makan dan minum untuk anggota rumahtangga, mengasuh

anak dan membersihkan rumah termasuk dalan kerja reproduktif

Pedagang perempuan tidak dapat melaksanakan pekerjaan produksi apabila

beberapa hal mendasar dalam kerumahtanggaan mereka tidak dikerjakan. Hal ini

menunjukkan ada beban ganda kerja perempuan dalam rumahtangga. Ia bekerja

sebagai pedagang untuk memenuhi kebutuhan nafkah rumahtangganya dan Ia juga

tetap harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domestik rumahtangga yang telah

menjadi tanggung jawabnya. Menanggapi kendala ini perempuan melakukan

berbagai upaya untuk dapat menyelaraskan kedua bentuk kerjanya. Ia akan

dianggap sukses jika mampu menyelaraskan antara kerja sebagai pedagang dan

tetap menjalankan kerja-kerja domestik kerumahtanggaannya. Disinilah peran dari

anggota rumahtangga yang lain, seperti suami, anak yang telah besar ataupun

orang tua. Mereka menggantikan kerja-kerja yang harus ditinggalkan oleh

pedagang perempuan dalam rumahtangganya. Untuk melihat sejauh mana

pedagang perempuan tetap terlibat dalam mengelola pekerjaan reproduktifnya,

dilihat keterlibatan perempuan dalam empat kategori kerja reproduktif. Kerja

reproduktif tersebut adalah 1) Menyediakan kebutuhan makan dan minum untuk

Page 86: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

70

anggora rumahtangga, 2) Sosialisasi dan pengasuhan anak, 3) Membersihkan

rumah, dan 4) Menghadiri acara hajatan atau kematian.

6.3.1 Aktivitas Menyediakan Makan dan Minuman

Aktivitas menyediakan kebutuhan makan dan minum anggota rumahtangga

sebagian besar masih dilakukan oleh para pedagang perempuan. Ibu Ngm, Ibu

Epn, Ibu Yh dan Ibu Krs mengaku tetap memasak untuk keluarganya. Sedangkan

pada kasus rumahtangga Ibu Enh, kegiatan memasak dan menyediakan makan-

minum dilakukan oleh anak pertamanya (Teh Kyh) yang tinggal bersama Ibu Enh.

Ibu Tn dibantu oleh orang tuanya dalam kegiatan memasak makanan untuk anak-

anaknya. Kegiatan memasak dilakukan pada pagi hari sebelum para pedagang

perempuan ini pergi ke pasar. Seperti pada kasus Ibu Tn, pagi hari sebelum pergi

ke pasar, Ibu Tn memasak dan menyiapkan kebutuhan sekolah anak-anaknya.

Orang tua Ibu Tn (Ibunya) membantu memasak untuk makan malam, jadi ketika

pada sore hari Ibu Tn pulang dari pasar, Ia langsung beristirahat. Peranan anggota

rumahtangga lain untuk menyelesaikan tugas ini juga terjadi pada rumahtangga

Ibu Enh, tugas memasak dan menyediakan makan-minum dilakukan oleh anaknya

(Teh Kyh) yang tinggal bersama Ibu Enh. Teh Kyh memasak untuk makan siang

dan makan malam, Ibu Enh mengaku tidak pernah direpotkan oleh pekerjaan

memasak ketika ia telah menjadi pedagang di pasar.

Dalam penyediaan makan-minum, selain dilakukan dengan cara memasak sendiri,

ada juga pedagang perempuan yang memilih untuk membeli makanan siap saji

dari warung atau rumah makan. Hal ini dilakukan untuk mempersingkat waktu

yang digunakan untuk memasak atau alasan menghindari kerepotan. Seperti pada

kasus Ibu Yh, ia setiap hari membeli lauk di warung makanan yang ada di pasar

untuk makan malam.

6.3.2 Aktivitas Pengasuhan dan Perawatan Anak

Pengasuhan dan perawatan anak merupakan salah satu tugas rumahtangga yang

penting. Sosialisasi dan pembelajaran mengenai norma dilakukan pada tahap ini.

Pada saat perempuan bekerja di luar rumah dan menjadi pedagang, praktis tugas

pengasuhan akan berkurang porsinya atau malah dialihkan pada anggota

Page 87: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

71

rumahtangga yang lain. Pedagang perempuan mensiasati hal ini dengan

melibatkan orang tua mereka untuk menjaga anak-anak yang masih kecil.

Contohnya pada kasus Ibu Yh dan Ibu Tn, keduanya menitipkan anak-anaknya

kepada orang tua mereka selama mereka berdagang, dan pada sore hari mereka

menjemput anak-anaknya.

Sementara pada kasus rumahtangga Ibu Ngm, ia melakukan migrasi dari Solo ke

Bogor untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya, sehingga, terjadi pengalihan

fungsi tertentu terhadap keluarga atau kerabat di derah asal. Ibu Ngm sengaja

meninggalkan anak-anaknya di kampung untuk diasuh oleh ibunya ataupun

kerabat yang ada disana. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya selama tinggal di

Bogor. Pengeluaran rumahtangganya akan lebih besar jika ia membawa anak-

anaknya, karena biaya pendidikan dan perawatan di kota lebih mahal. Jadi strategi

ini ditempuh untuk meminimalkan konsumsi rumahtangga, dengan jaminan anak-

anak Ibu Ngm tetap dalam pengasuhan dan perawatan. Setiap tiga bulan sekali Ibu

Ngm pulang untuk menengok anak-anaknya dan membawa sejumlah uang untuk

memenuhi kebutuhan aggota rumahtangga yang ditingalkan.

6.3.3 Aktivitas Membersihkan Rumah

Aktivitas membersihkan rumah tetap dilakukan oleh pedagang perempuan setiap

harinya. Mereka tetap melakukan kerja mencuci pakaian, menyapu, mengepel dan

merapikan rumah. Pekerjaan ini dilakukan pada sore hari ketika para perempuan

ini pulang dari berdagang atau pagi hari sebelum pergi ke pasar. Ibu Ngm dan Ibu

Yh menyebutkan bahwa mereka tetap melakukan aktivitas membersihkan rumah

di sore hari ketika mereka pulang dari pasar. Ibu Yh mempekerjakan pembantu

yang tidak menginap untuk membantunya mencuci pakaian dan menyetrika. Hal

yang sama juga dilakukan oleh Ibu Krs, ia juga mempekerjakan seorang pembantu

untuk membantunya mencuci, menyetrika pakaian, dan membersihkan rumah.

Kedua pedagang perempuan ini mampu untuk membayar jasa pembantu karena

pendapatannya cukup besar.

Pada kasus Ibu Enh, anaknya lah yang mengerjakan seluruh tugas membersihkan

rumah. Ia melakukan ini secara sukarela karena Ia tinggal bersama Ibu Enh, cara

Page 88: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

72

ini merupakan langkah Teh Kyh untuk meringankan beban orang tuanya dan

bentuk sumbangsihnya terhadap rumahtangga. Setelah bercerai dari suaminya,

Teh Kyh tinggal bersama Ibu Enh dengan membawa anak-anaknya. Seluruh

kebutuhan anak-anak Teh Kyh, kini menjadi beban Ibu Enh. Karena alasan inilah

Teh Kyh melakukan seluruh tugas rumahtangga, dan membantu usaha ketupat

keluarganya.

Selain menekuni pekerjaan sebagai seorang pedagang, para perempuan ini tetap

telibat dalam pekerjaan kerumahtanggaan. Mereka melakukan berbagai siasat

untuk dapat menselaraskan kedua bidang kerja ini. Mengerahkan bantuan anggota

rumahtangga yang lain dipandang sebagai strategi yang paling banyak diterapkan.

Selain itu, mempekerjakan pembantu juga menjadi solusi, hanya saja dibutuhkan

kemampuan ekonomi untuk dapat membayar upah pembantu. Strategi ini hanya

dilakukan oleh pedagang yang pendapatannya cukup besar. Dapat disimpulkan,

untuk menyelaraskan kerja dalam perdagangan dan rumahtangga, perempuan

mengalihkan beberapa kerja rumahtangganya pada anggota rumahtangga lain,

seperti anak yang telah dewasa dan orang tua. Selain itu, jika mereka memiliki

kemampuan ekonomi, mereka mengalihkan kerja rumahtangga kepada pembantu.

6.3.4 Aktivitas Menghadiri Acara Hajatan dan Kematian

Menghadiri acara hajatan, kondangan dan melayat merupakan suatu bentuk

aktivitas yang dilakukan oleh pedagang perempuan untuk melestarikan stuktur

sosial atau jaringan yang telah dibangun oleh rumahtangga pedagang perempuan

dalam masyarakat. Menghadiri acara kondangan ataupun hajatan biasanya

disertai harapan orang lain akan melakukan hal yang sama jika suatu hari

pedagang perempuan juga mengadakan acara hajatan. Aktivitas perdagangan

banyak menyita waktu dari pedagang perempuan, maka jika ada undangan untuk

acara hajatan para pedagang perempuan ini mensiasatinya dengan

mempertimbangkan apakah undangan ini penting untuk dihadiri atau cukup

dengan menitipkan “amplop”. Istilah “amplop” disini maksudnya adalah sejumlah

uang untuk tuan rumah yang mengadakan hajatan. Misalnya, saat Ibu Yh

mendapat undangan dari sesama pedagang yang mengadakan acara pernikahan

anaknya. Ibu Yh datang ke acara resepsi selama dua jam dan menutup kiosnya

Page 89: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

73

sebentar. Setelah menghadiri acara tersebut, Ibu Yh kembali membuka kiosnya

dan melanjutkan berdagang.

Ibu Enh menghadiri undangan pada sore hari, setelah aktivitas berdagangnya

selesai atau diwakilkan oleh anaknya saja. Jika yang mengadakan hajatan adalah

keluarga, atau tetangga dekat, pedagang perempuan ini menutup kiosnya selama 1

hari penuh dan terlibat dalam penyelenggaraan hajatan. Hal ini dianggap sebagai

bentuk kontribusi terhadap keluarga atau hubungan pertentanggaan. Hal ini tidak

sering dilakukan oleh pedagang perempuan, biasanya hanya tiga sampai lima kali

dalam setiap tahunnya. Hal yang biasa dilakukan oleh pedagang perempuan jika

mendapat undangan hajatan adalah menitipkan “amplop” pada tetangga atau

pedagang lain yang menghadiri acara tersebut. Hal ini dinilai sudah cukup

menghormati tuan rumah yang mengadakan hajatan. Jadi sebisa mungkin

pedagang perempuan ini mengurangi waktu yang mengurangi waktu dagangnya.

6.4 Ihktisar

Aktivitas pedagang perempuan dapat dikategorikan dalam kerja produktif dan

kerja reproduktif. Kedua bentuk kerja selalu diusahakan untuk tetap selaras oleh

pedagang perempuan. Kerja-kerja produktif merupakan aktivitas yang dilakukan

pedagang perempuan dalam usaha perdagangan. Curahan waktu terbesar adalah

pada aktivitas menjajakan barang dagangan dan melayani pelanggan. Rata-rata

pedagang perempuan menghabiskan waktu 10 jam dalam aktivitas ini. Hal ini

menyebabkan aktivitas-aktivitas dalam rumahtangga harus disiasati agar tetap

selaras. Mengalihkan kerja reproduktif rumahtangga pada anggota rumahtangga

yang lain adalah strategi yang dilakukan oleh pedagang perempuan ini. Mereka

menitipkan pengasuhan anak pada orang tua atau keluarga yang dipercaya.

Aktivitas memasak dan membersihkan rumah dialihkan pada anak yang telah

dewasa atau pembantu.

Aktivitas menghadiri undangan hajatan atau kematian, sebisa mungkin tidak

mengganggu waktu berdagang. Para pedagang perempuan ini mempertimbangkan

apakah undangan harus dihadiri atau bisa dengan hanya menitipkan “amplop”.

Page 90: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

74

Namun, jika yang mengadakan hajatan adalah keluarga atau tetangga dekat, maka

para perempuan ini akan menutup kiosnya. Hal ini dinilai harus dilakukan untuk

melestarikan struktur dan jaringan rumahtangga pedagang perempuan dalam

masyarakat. Berikut disajikan tabel penggunan waktu pedagang perempuan.

Tabel 14. Tabel Penggunaan Waktu Kerja Produktif dan Reproduktif Pedagang Perempuan Responden.

Waktu yang dipergunakan untuk melakukan kerja (dalam jam setiap harinya) No

Pedagang Perempuan Responden Produktif Reproduktif

1. Ibu Enh • Berdagang : 6 jam 30 menit • Membuat ketupat : 3 jam 30 menit

• Istirahat : 14 jam

2. Ibu Epn • Berdagang : 8 jam • Memasak : 1 jam • Membersihkan Rumah : 1 jam • Istirahat : 12 jam

3. Ibu Krs • Berdagang: 3 jam • Membantu usaha suami : 3 jam

• Memasak : 2 jam • Mengasuh anak : 2 jam • Istirahat : 14 jam

4. Ibu Ngm • Berdagang : 12 jam • Memasak : 2 jam • Membersihkan rumah : 1 jam • Beristirahat : 9 jam

5. Ibu Tn • Berdagang : 10 jam • Mengasuh anak : 4 jam • Istirahat : 10 jam

6. Ibu Yh • Berdagang : 11 jam • Istirahat : 13 jam Rata-rata 9 jam 30 menit 14 jam 30 menit

Sumber: Data Primer Penelitian, Juni 2008.

Page 91: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

75

BAB VII

STRATEGI RUMAHTANGGA PEDAGANG PEREMPUAN

7.1 Strategi Nafkah Rumahtangga Pedagang Perempuan

Rumahtangga pedagang perempuan memiliki banyak strategi untuk memastikan

keberlangsungan nafkah rumahtangganya. Setelah diketahui karakteristik tiap-tiap

rumahtangga dan pola aktivitas dari responden pedagang perempuan, kita dapat

mengetahui bahwa karakteristik ini menyebabkan perbedaan penerapan strategi

dalam masing-masing rumahtangga. Dari hasil penelitian diketahui beberapa

strategi yang diterapkan oleh rumahtangga pedagang perempuan. Strategi tersebut

adalah Stategi Spasial, Strategi Sektoral, Strategi Diversifikasi dan Alokasi SDM,

Strategi Organisasional Usaha, Strategi Likuidasi Asset, Strategi Investasi dan

Strategi Mengurangi Resiko.

7.1.1 Strategi Spasial

Strategi spasial adalah suatu bentuk strategi nafkah rumahtangga pedagang

perempuan yang melakukan perpindahan tempat usaha dengan berbagai alasan.

Perpindahan tempat usaha ini dapat terjadi dalam satu wilayah pasar atau

bangunan pasar (pindah kios, pindah lapak), atau berpindah keluar dari pasar (dari

pasar ke pelataran parkir stasiun kereta). Contoh strategi spasial ini dilakukan oleh

Ibu Epn, Ibu Ngm, Ibu Krs dan Ibu Tn.

Ibu Epn berpindah tempat berdagang sebanyak dua kali, perpindahan ini karena

gedung pasar terbakar dan menghanguskan kios Ibu Epn. Hal yang sama juga

terjadi pada Ibu Krs, kiosnya juga ikut terbakar pada tahn 1987. Kebakaran kios

ini membuat pedagang perempuan kehilangan tempat berdagang dan sebagian

besar modal mereka. Pilihan untuk tetap berdagang di tempat penampungan,

diambil untuk tetap memastikan keberlangsungan nafkah rumahtangga dan

mengurangi kerugian karena kebakaran. Seperti pada kasus Ibu Epn berikut ini.

...Terjadinya kebakaran di tahun 1974 membuat Ibu Epn kehilangan tempat untuk berjualan. Ibu Epn dipindahkan ke penampungan sementara di Pasar Merdeka bersama pedagang lainnya, sementara pasar kembali di bangun oleh PT Primek. Setelah dua tahun berdagang di pasar Merdeka, Ibu Epn kembali berdagang di Pasar Anyar. Saat bangunan selesai di bangun dan pedagang mulai kembali

Page 92: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

76

menempati kios-kios di pasar, Ibu Epn memutuskan untuk membeli satu kios. “Tahun 1976 waktu pasar sudah dibangun, Saya beli Kios mbak, maksudnya agar ada tempat dan tidak panas-panasan lagi, barang dagangan juga lebih aman ditinggal kalau pulang. Waktu itu saya beli kiosnya pakai uang hasil jual tanah warisan Bapak (suami Bu’ Epn).”.

Tahun 1987 terjadi kebakaran di Pasar Anyar dan menghanguskan kios milik Bu’ Epn. Ibu Epn mengaku bahwa kebakaran kali ini menghanguskan seluruh barang dagangannya dan Ibu Epn memutuskan untuk berhenti berdagang.

Tahun 1988 Bu’ Epn memutuskan untuk berdagang lagi, hal ini didorong oleh kebosanan Bu’ Epn yang merasa tidak ada kerjaan kalau hanya di rumah dan mengurus anak. Bu’ Epon memutuskan untuk berdagang lagi di penampungan sementara pedagang di Jalan MA Salmun. Selama satu tahun Bu’ Epn berdagang di Jalan MA Salmun, dan tahun 1989 setelah pasar selesai dibangun Ibu Epn kembali membeli kios di Pasar Anyar.

Tahun 1996, saat itu terjadi kebakaran besar di Pasar Anyar, kembali kios Ibu Epn hangus terbakar dan menghanguskan semua barang dagangan Ibu Epn. Setelah kebakaran Ibu Epn berdagang di penampungan si Jalan Dewi Sartika dengan barang dagangan yang sama. Modal usaha diperoleh dari hasil menjual mobil dan rumah Ibu Epn.

Tahun 2000, Ibu Epn masuk kembali ke Pasar Anyar dengan membeli salah satu kios di Blok D, saat itu pengelola pasar adalah PT Propindo. Selama satu tahun Ibu Epn berjualan di kios ini, tapi karena menurut Ibu Epn tempat jualannya kurang ‘hoki’ dan sepi pembeli, Ibu Epn memutuskan untuk pindah ke blok C dan menjual kiosnya ke pedagang daging. Selama dua tahun Ibu Epn berjualan di kios blok C Ibu Epn kembali pindah, kali ini alasannya adalah Ibu Epn merasa ada saingannya yang menguna-gunai dirinya sehingga setiap kali Ibu Epn ke pasar, Ia meresa tidak aman dan sakit-sakitan.

Ibu Epn memutuskan untuk pindah ke blok D sebelah selatan dan memilih kios yang menghadap ke timur. Hal ini karena menurut kepercayaan Ibu Epn posisi kios dan arah muka kios menentukan kelancaran berdagangnya, jadi setiap kali pindah tempat berdagang Ibu Epn memilih terlebih dahulu apakah posisi kios dan lokasinya menguntungkan menurut “primbon” yang menjadi kepercayaan Ibu Epn. “kalau pilih tempat buat berdagang, yang bagus menghadap ke timur mbak, kata Ibu saya dulu dan saya dah buktikan sendiri, usaha lebih lancar kalo kios atau tokonya ngadep ke timut mbak.” Hingga saat ini Ibu Epn tetap berdagang di kios ini.

Ibu Epn mengaku perpindahan tempat usaha ini berpengaruh pada hasil

penjualannya. Tempat yang strategis dan tepat menurut kepercayaan Ibu Epn akan

mendukung usaha perdagangannya. Saat berdagang di kakilima (penampungan)

ketika pasar dibangun merupakan saat terberat untuk Ibu Epn, karena ia harus

bekerja lebih keras untuk mengemas barang setiap kali lapaknya tutup dan tidak

bisa membawa anaknya (tidak bisa sambil melakukan peran pengasuhan) saat

berdagang. Berbeda jika Ibu Epn memiliki kios, jika memiliki kios Ibu Epn bisa

dengan tenang meninggalkan barang dagangannya dan bisa membawa anaknya ke

pasar (sambil mengasuh anak).

Pada kasus Ibu Krs, perpindahan usaha menunjukan kemajuan usaha

perdagangannya. Diawali dari usaha berdagang di kakilima dan hanya menjual

Page 93: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

77

ayam, Ibu Krs mengumpulkan modal untuk pindah ke dalam pasar. Saat Ibu Krs

pindah ke dalam pasar, Ia memutuskan untuk membeli kios dan menambah

komuditas yang diperdagangkannya. Hingga saat ini, usaha perdagangan Ibu Krs

telah sukses dan memiliki dua kios.

Pertama masuk ke Pasar, Ibu Krs berdagang di kakilima di emperan toko di jalan MA Salmun, seberang rel kereta. Ibu Krs berdagang dengan membawa meja sendiri dan payung, pertama jualan ibu Krs hanya berani membawa 5 ekor ayam untuk dijual.

....Tahun 1985, saat anak Ibu Krs sudah cukup dewasa (3 tahun), Ibu Krs memutuskan untuk berjualan lagi di pasar. Ibu Krs membeli kios seharga 10 juta rupiah dari pedagang yang ingin menjual kiosnya. Kios itu terletak di Blok D Pasar Anyar. Pembayarannya secara keredit selama tiga tahun.

Tahun 1987, terjadi kebakaran di Pasar Anyar dan mengakibatkan kios Ibu Krs juga ikut terbakar.Dari sisa tabungan yang di miliki, Ibu Krs tetap berdagang ayam di penampungan sementara, yaitu di jalan MA Salmun. Tiga tahun Ibu Krs berdagang di awuning yang dibangun sebagai pasar sementara. Tahun 1989, saat pasar telah selesai dibangun, Ibu Krs kembali mendapat kios di pasar, hal ini terjadi karena Ibu Krs telah memiliki kios sebelumnya, jadi saat pasar selesai dibangun, pedagang yang memiliki kios boleh memilih terlebih dahulu kios mana yang diinginkan untuk usaha. Walau harus tetap membayar kepemilikan kios tersebut pada pengelola. Ibu Krs membeli kios yang ada di Blok C, alasannya adalah lebih ramai pembeli. Hingga tahun 1995 Ibu Krs terus berdagang di pasar dan menambah barang dagangannya, tidak hanya berjualan ayam, tetapi juga berjualan berbagai bahan pokok.

Kebakaran besar taun 1996 dan menyusul krisis moneter tahun 1997, membuat usaha Ibu Krs bangkrut. Kebakaran tahun 1996 menghanguskan kios Ibu Krs besarta barang dagangannya. Namun Ibu Krs memutuskan untuk tetap berdagang di penampungan, di sekitar Pasar Merdeka,

Tahun 2000, pasar selesai dibangun oleh pihak pengelola (PT Propindo), pedagang yang kiosnya terbakar, memiliki hak untuk memilih kios mana yang akan dibelinya, Ibu Krs masuk kembali ke Pasar, karena menurutnya memiliki kios adalah memiliki kepastian usaha, istilahnya ‘punya tempat aman di pasar’. Ibu Krs membeli 2 kios sekaligus, yaitu kios yang ada di Blok C yang ditempati hingga sekarang dan kedua kios tersebut posisinya saling berhadapan.

Perpindahan tempat berdagang diusahakan untuk tetap memastikan keberlanjutan

usaha. Saat berada di penampungan sementara, Ibu Krs maupun Ibu Epn tetap

memutuskan untuk berdagang dan memilih tempat yang strategis. Meskipun

keuntungan usaha sedikit, namun usaha perdagangan tetap dijalankan karena

merupakan nafkah utama rumahtangga.

Strategi spasial yang dilakukan oleh Ibu Tn adalah perpindahan tempat usaha

keluar dari pasar. Saat terjadi kebakaran pasar tahun 2004, meja dagang Ibu Tn

dan barang dagangannya terbakar. Ibu Tn memutuskan untuk pindah berdagang

keluar dari pasar dan berdagang berpindah-pindah. Sebagaimana yang dituturkan

oleh Ibu Tn berikut ini:

Page 94: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

78

“Saat kebakaran pasar 2004, barang dagangan ibu habis semua neng, Saat Abang sampai di pasar sama sekali tidak ada yang bisa di selametkan. Ya sudah tinggal pasrah saja.”

Ibu Tn berdagang di “Pasar Kaget” di halaman parkir GWW, kampus IPB

Darmaga setiap hari minggu. Untuk hari-hari lainnya Ibu Tn menggelar

dagangannya di atas pelastik terpal di pinggir jalan dekat Masjid Agung Bogor.

Modal untuk berdagang diperoleh dari hasil menjual sejumlah perhiasan milik Ibu

Tn.

“tidak berdagang, ya tidak makan. Anak ibu yang nomor dua baru berumur 6 bulan saat itu. Pokoknya ibu pikir harus tetap berjualan, ya ibu jual kalung dan cincin untuk modal membeli barang lagi. lalu ibu coba berdagang di pasar kaget yang ada di kampus. Lumayan hasilnya, bahkan lebih banyak dari pada jualan di Pasar. Tapi karena hanya seminggu sekali, jadi sama aja. Yang penting anak-anak tetap makan dan minum susu, neng.”

Berdagang berpindah-pindah menurut Ibu Tn memberikan keuntungan lebih

banyak dari berdagang di Pasar Anyar. Namun, dalam hal keamanan dan

kepastian usaha berdagang berpindah-pindah memiliki resiko lebih besar dari

berdagang dengan memiliki kios.

7.1.2 Strategi Sektoral

Strategi sektoral merupakan bentuk strategi usaha yang dilakukan oleh perempuan

pedagang dengan berpindah-pindah profesi usaha. Perpindahan profesi usaha ini

bisa dari luar sektor perdagangan masuk ke sektor perdagangan, ataupun berubah

komoditas yang diperdagangkan. Strategi ini dilakukan oleh Ibu Enh, Ibu Ngm,

IbuKrs, Ibu Tn dan Ibu Yh. Hanya Ibu Epn yang tidak pernah melakukan

perpindahan jenis pekerjaan dan perubahan jenis komoditas yang diperdagangkan.

Strategi sektoral yang pertama adalah perpindahan usaha dari sektor non-

perdagangan masuk ke sektor perdagangan. Strategi sektoral bentuk ini dilakukan

oleh Ibu Enh dan Ibu Ngm, keduanya keluar dari sektor pertanian dan

memutuskan untuk berdagang. Ibu Tn keluar dari sektor formal dan memutuskan

untuk berdagang. Seperti pada kasus Ibu Enh berikut ini.

Awalnya keluarga Ibu Enh bekerja sebagai buruh tani, dengan sepetak kebun yang diusahakan dengan menanam buah-buahan seperti pisang, nanas dan rambutan. Hasil dari kebunnya dijual ke Pasar Anyar atau Pasar Bogor. Tapi karena hasil dari pertanian buah ini musiman, rumahtangga Ibu Enh harus mengusahakan bidang

Page 95: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

79

usaha lain untuk menutupi kebutuhan rumahtangganya saat kebunnya tidak menghasilkan buah.

Setelah meminjam modal dari saudaranya dan mencoba menjual sendiri ketupatnya Abah Awo mulai menjalankan usahanya hingga saat ini.

Ibu Enh sendiri mulai berdagang di Pasar Anyar pada tahun 1990, sudah 18 tahun berdagang. Pada tahun ini usaha ketupat keluarganya mencapai masa kejayaannya.Jadi disamping membantu membuat ketupat di rumah, Ibu Enh juga berjualan di Pasar Anyar, disebuah meja gelaran yang terbuat dari kayu dan diberi atap terpal. Kios kakilima ini menjual sembako seperti beras, minyak, telur dan kebutuhan lainnya di trotoar Jalan MA Salmun.

Tahun 1997, selain usaha ketupat yang sepi pembeli, usaha lapak sembako Ibu Enh pun terkena penertiban oleh SatPol PP, barang dagangan disita oleh petugas dan abah sempat ditahan selama dua hari di kantor SatPol PP.

Saat ini Ibu Enh yang menggantikan Abah Awo berjualan di Pasar Anyar. Hal ini dikarenakan Abah Awo sakit dan tidak bisa berjualan lagi di pasar.

Sedangkan pada kasus Ibu Ngm, perpindahannya dari sektor pertanian ke sektor

perdagangan karena pilihan migrasi dinilai lebih memberikan kepastian nafkah

rumahtangganya dari pada terus berada di sektor pertanian.

Ibu Ngm (47 tahun) adalah seorang pedagang rempah-rempah dan daun pisang di kakilima pelataran pertokoan di jalan Dewi Sartika (di depan Pasar Anyar).

Tahun 1987, Ibu Ngm ikut suaminya merantau ke Bogor. Alasan utama migrasi ini adalah untuk mencari penghasil yang lebih baik, karena menurut Ibu Ngm sawah yang digarapnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya lagi. Pekerjaan mengurus sawah dinilai cukup memberatkan buat Ibu Ngm, namun hal ini harus dilakukan karena merupakan nafkah utama keluarga.

Tidak lama setibanya di bogor, Ibu Ngm berkenalan dengan Ibu Sjm yang berprofesi sebagai pedagang pecal di kakilima. Dari Ibu Sjm inilah Ibu Ngm belajar dan berinisiatif untuk berdagang pecel keliling dengan menggunakan bakul.

Tahun 1993, Ibu Ngm beralih profesi sebagai pedagang kaki lima. Hal ini terjadi karena setelah kelahiran anak ke-5 nya kesehatan Ibu Ngm menurun dan tidak kuat untuk menjajakan pecel keliling komplek lagi. Akhirnya dengan uang tabungan dan menjual perhiasan. Ibu Ngm beralih profei menjadi pedagang kakilima di Pasar Anyar. Tepatnya di Jalan Dewi Sartika. Waktu itu izin dan tempat berdagang diperoleh dari lapak milik pedagang lain yang dijual kepada Ibu Ngm.

Kedua kasus ini memperlihatkan bagaimana para pedagang perempuan ini keluar

dari sektor pertanian dan memilih untuk masuk ke sektor perdagangan. Sektor

pertanian dinilai tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota

rumahtangga, sehingga harus diusahakan suatu bentuk nafkah baru untuk

menutupi kekurangan tersebut. Perdagangan dipilih oleh perempuan ini karena

mereka memiliki akses ke sektor ini, seperti kasus Ibu Enh yang menggantikan

suaminya berdagang dan kasus Ibu Ngm yang berdagang pecel setelah dibantu

oleh Ibu Sjm.

Page 96: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

80

Ibu Tn memilih untuk menjadi pedagang kaki lima setelah suaminya terkena PHK

tahun 2001. Sebelum menikah Ibu Tn bekerja sebagai karyawan di sebuah

penerbitan koran dan pernah bekerja sebagai buruh pabrik. Setelah suaminya di

PHK, Ibu Tn melihat peluang usaha perdagangan dapat menjadi sumber nafkah

baru rumahtangganya.

Sebelum berjualan di pasar, Ibu Tn pernah bekerja di kantor penerbitan surat kabar Suara Pembaruan Bogor (tahun 1994). Ibu Tn bekerja di divisi pemasaran. Saat itu Ibu Tn belum menikah. Ibu Tn menjelaskan kerjanya lebih ringan dari pada berdagang seperti sekarang. Saat bekerja di kantor penerbitan Ibu Tn mendapat sip sore hari, jam 14.00-17.00 wib. Di pagi harinya, Ibu Tn bekerja sebagai penjaga toko pakaian milik temannya. Dari sinilah Ibu Tn memperoleh pengalaman untuk berdagang. Lewat temannya, Ibu Tn belajar berdagang agar tetap memperoleh keuntungan, mengelola keuangan agak modal kembali, membeli barang dari suplayer dan bagaimana bernegosiasi dengan pelanggan.

Ibu Tn bekerja di kantor penerbitan selama tiga tahun dan berhenti pada tahun 1997 karena PHK (Dampak Krisis Moneter). Selama setahun kemudian Ibu Tn mengangur. Tahun 1998, Ibu Tn kembali bekerja sebagai buruh pabrik garmen di Cileungsi. Pekerjaan sebagai buruh pabrik mempertemukan Ibu Tn dengan Bpk Ln dan mereka memutuskan untuk menikah pada tahun 2000. Setelah menikah Ibu Tn berhenti bekerja di pabrik dan menjadi Ibu rumahtangga.

Usaha dagang Ibu Tn diawali dari keterdesakan ekonomi setelah Bapak Ln (Suami Ibu Tn) terkena PHK dari Pabrik Krakatau Steal tempatnya bekerja (tahun 2001). Saat itu adalah masa sulit untuk rumahtangga Ibu Tn, anak pertamanya lahir di tahun ini (2001), jadi membutuhkan biaya yang cukup besar. Sedangkan suaminya kehilangan pekerjaan. Akhirnya dengan modal pesangon suaminya Ibu Tn memutuskan untuk berdagang di kakilima Pasar.

Keterampilan berdagang Ibu Tn diperoleh dari pengalamannya saat menjadi

penjaga toko pakaian milik temannya. Dengan dukungan modal dari suami dan

keterampilan, Ibu Tn memutuskan untuk berdagang di Pasar Anyar.

Strategi sektoral yang kedua adalah bentuk strategi usaha dengan mengganti

komoditas yang diperdagangkan. Seperti pasa kasus Ibu Krs dan Ibu Yh. Ibu Krs

melakukan diversivikasi atau memperbanyak jenis barang yang diperdagangkan

agar memperoleh keuntungan lebih banyak. Ibu Yh beralih dari menjual pakaian

jadi secara kredit menjadi pedagang ayam di Pasar Anyar. Perpindahan jenis

barang yang diperdagangkan ini bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang

lebih banyak dan melihat kemudahan untuk memperoleh komoditas tersebut.

Seperti pada kasus Ibu Krs berikut ini.

Pertama masuk ke Pasar, Ibu Krs berdagang di kakilima di emperan toko di jalan MA Salmun, seberang rel kereta. Ibu Krs berdagang dengan membawa meja sendiri dan payung, pertama jualan ibu Krs hanya berani membawa 5 ekor ayam untuk dijual. Ibu Krs menyatakan ayam diperoleh dari peternak dan langsung dipotong,

Page 97: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

81

Hingga tahun 1995 Ibu Krs terus berdagang di pasar dan menambah barang dagangannya, tidak hanya berjualan ayam, tetapi juga berjualan berbagai bahan makanan pokok (Sembako). Menurut Ibu Krs usahanya terus mengalami kemajuan, setiap hari bisa menjual 50 ekor ayam dan mendapat keuntungan Rp. 100.000/hari.

Tahun 2000, pasar selesai dibangun oleh pihak pengelola (PT Propindo), pedagang yang kiosnya terbakat, memiliki hak untuk memilih kios mana yang akan dibelinya, Ibu Krs masuk kembali ke Pasar, karena menurutnya memiliki kios adalah memiliki kepastian usaha, istilahnya ‘punya tempat aman di pasar’. Ibu Krs membeli 2 kios sekaligus, yaitu kios yang ada di Blok C yang ditempati hingga sekarang dan kedua kios tersebut posisinya saling berhadapan. Hingga kini Ibu Krs terus berdagang di kedua kios tersebut. Kios pertama menjual sembako dan ayam dibantu oleh Mbak Prt (20 tahun) untuk menjaganya setiap hari. Kios kedua digunakan uantuk berjualan sayur-sayuran dan di bantu oleh Mbak Sr (19 tahun) untuk menjaganya setiap hari.

Ibu Krs tetap berdagang ayam hingga saat ini, juga disebabkan oleh dukungan

dari usaha yang dilakukan oleh suaminya. Suami Ibu Krs melakukan usaha

peternakan ayam, sehingga Ibu Krs secara ekonomi menjadi patner usaha untuk

peternakan suaminya. Ayam yang di jual di kios Ibu Krs diperoleh dari

peternakan suaminya.

Sembako diperoleh dari pembelian kepada distibutor yang lebih besar, yaitu toko cina yang ada di jalan MA Salmun (tempat Ibu Krs berdagang kakilima di pelatarannya) Ibu Krs belanja tiap 2 minggu 1 kali

Untuk ayam, Ibu Krs memperolehnya dari usaha ternak suaminya yang saat ini kembali diusahakan.

Untuk sayur-sayuran, Ibu Krs membeli sayurannya di pasar Bogor, pada malam hari pukul 9 malam,

Ibu Yh memutuskan untuk mengganti komoditas yang diperdagangkan setelah

usaha kredit pakaian yang dilakukannya bangkrut karena krisis moneter yang

melanda tahun 1997. Banyak dari pelanggannya yang menunggak kredit karena

tidak memiliki uang untuk membayar kredit tersebut. Sedangkan, saat

memutuskan untuk berdagang ayam, Ibu Yh mendapat bantuan dari saudaranya

yang telah berdagang ayam terlebih dahulu. Ibu Yh diperkenalkan kepada

pemasok, diajarkan cara menarik pelanggan dan bagaimana cara berdagang di

pasar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Yh berikut ini:

.“Jualan baju untuk mengisi waktu saja neng, dari pada bengong di rumah, mending cari kegiatan, karena modalnya tidak besar jadi seadanya saja. Awalnya ibu beli barang sendiri ke Tanah Abang, lalu ibu jual kredit ke tetangga atau saudara yang mau. Lumayan untuk menambah uang belanja dan jajan anak-anak. Bapak juga seneng saya mendapat tambahan, jadi tidak minta uang katanya”

“Nah, saat tahun 1997, saat krismon neng, usaha ibu bangkrut. Soalnya banyak yang nunggak, ibu juga sudah lelah menagih. diperhatikan juga yang ditagih juga

Page 98: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

82

tidak punya uang. Akhirnya ibu ihklaskan aja. Tapi kalau yang kreditnya baru sekali bayar, masih ibu tagih. Ya gimana ya, sama-sama tidak punya uang.”

“Awalnya di kenalkan oleh saudara saya, beli ayamnya di mana, bagaimana jualnya dan cari pelanggan dulu. Tapi sekarang sudah enak neng, pelanggan sudah ada, tempat mengambil ayam juga sudah percaya. Sekarang suudah ada frezzer untuk tempat menaruh ayam kalau tidak laku dalam sehari.”

Stategi sektoral yang dilakukan oleh pedagang perempuan dilakukan untuk

mengatasi krisis dalam rumahtangganya. Saat sumber nafkah yang selama ini

diusahakan oleh anggota rumahtangga dinilai tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan

rumahtangga, maka dipilihlah perdagang kecil sebagai sumber nafkah baru.

Dukungan modal dari anggota keluarga lainnya (suami, orang tua dan keluarga

besar) dan keterampilan yang diperoleh dari pengalaman menjadi modal untuk

melakukan strategi sektoral ini.

7.1.3 Strategi Diversifikasi Usaha dan Alokasi Sumber Daya Manusia Rumahtangga (Pola Nafkah Ganda).

Strategi diversifikasi dan alokasi SDM merupakan bentuk strategi yang membuat

anggota rumahtangga melakukan usaha atau kerja-kerja lain untuk mendukung

keberlangsungan rumahtangga. Strategi ini juga bisa diartikan sebagai satu

anggota rumahtangga melakukan beberapa macam kerja untuk mendukung nafkah

rumahtangga. Strategi bentuk ini dilakukan oleh semua pedagang perempuan yang

menjadi responden. Semua anggota rumahtangga dibagi atas kerja-kerja yang

dapat mendukung keberlangsungan nafkah rumahtangga. Seperti pada kasus

rumahtangga Ibu Yh dan Ibu Tn yang meminta bantuan orang tua mereka untuk

mengurus anak yang masih kecil, sementara kedua Ibu ini berdagang dan suami

mereka bekerja. Contohnya kasus rumahtangga Ibu Tn berikut ini.

Ibu Tn (32 tahun) adalah seorang pedagang kakilima yang menjual pakaian dalam (Underwear) di pelataran kakilima Sebelah utara blok C Pasar Anyar. Saat ini Ibu Tn tinggal di, Laladon Indah Rt.02/Rw.08 Sawah baru. Ibu Tn menikah dengan Bapak Ln pada tahun 2000 dan dari pernikahannya Ibu Tn dikaruniai tiga orang anak,

Dalam rumahtangga Ibu Tn ada 5 orang yang menjadi tanggungan keluarga. Karena anak ke tiga Ibu Tn masih balita, Ibu Tn meminta bantuan orang tuanya untuk menjaga anak ketiganya. Jadi untuk saat ini ada enam orang yang menjadi tanggungan Ibu Tn

Untuk memperoleh barang dagangan, Ibu Tn berbelanja di Tanah Abang Jakarta, biasanya tiap satu minggu satu kali, suami Ibu Tn ke Jakarta untuk membeli barang (Underwear). Sejak di PHK tahun 2001, Pak Ln beralih profesi sebagai tukang ojek di sekitas komplek perumahannya (Laladon Indah). Pagi hari setelah mengantar Ibu Tn ke Pasar Anyar, Pak Ln mulai mengojek dan disore hari

Page 99: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

83

menjemput istrinya pulang. Tiap hari Rabu Pak Ln ke Jakarta untuk membeli barang dagangan.

Untuk keperluan masak dan mengurus anak-anak dikerjakan oleh orang tua Ibu Tn (Ibunya) sehingga Ibu Tn tidak dipusingkan lagi dengan urusan pengasuhan anak-anak.

Rumahtangga Ibu Epn, Ibu Enh, Ibu Ngm dan Ibu Krs melakukan strategi

deversifikasi dan alokasi SDM rumahtangga dengan cara membuat anak-anak

mereka mandiri secara ekonomi dan dapat memiliki sumber nafkah sendiri. Saat

anak-anak telah memiliki sumber nafkah sendiri, maka tanggungan rumahtangga

akan berkurang. Hal ini juga berarti usaha pemenuhan kebutuhan anggota

rumahtangga dapat lebih longgar. Contohnya pada kasus Ibu Epn, anak-anak Ibu

Epn telah memiliki sumber nafkah sendiri dan tidak membebani Ibu Epn lagi.

Semua hasil usaha perdagangan Ibu Epn kini hanya digunakan untuk memenuhi

kebutuhan Ibu Epn dan ditabung.

Ibu Epn menikah dengan Bapak Ysf pada tahun 1973, dari pernikahan tersebut Ibu Epn dikaruniai empat orang anak, yaitu :

Eri Ardian (33 thn), Anak pertama, pendidikan terakhir S1, sudah menikah dan memiliki 2 orang anak dan telah memiliki rumah sendiri. Saat ini tinggal di Cipayung, Jakarta. Bekerja sebagai pegawai swasta dan telah mandiri secara ekonomi.

Indra Aprian (30 thn), Anak kedua, pendidikan terakhir D3, sudah menikah dan memiliki 3 orang anak dan telah memiliki rumah sendiri. Saat ini tinggal di Warung Jambu. Pekerjaan saat ini adalah mengelola beberapa kontrakan.

Irmadaniati (27 thn), Anak ketiga, pendidikan terakhir S1, sudah menikah dan ikut suami.

Siti Nur Amaliah (24 thn), Anak keempat, pendidikan terakhir D3, sudah menikah dan telah memiliki rumah sendiri. Saat ini tinggal di Parung Aleng.

Strategi diversifikasi yang dilakukan oleh Ibu Epn didukung oleh usaha Ibu Epn

untuk menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Ibu Epn berkeyakinan

bahwa jika anak-anaknya dibekali dengan pendidikan, maka mereka dapat

memperoleh kehidupan yang lebih baik dan mandiri secara ekonomi. Hal yang

sama juga dilakukan oleh pedagang perempuan yang lainnya, anak-anak yang

masih kecil diusahakan untuk bersekolah, sedangkan anak-anak yang lebih besar

ikut bekerja membantu pemenuhan nafkah rumahtangga.

7.1.4 Strategi Organisasional Usaha

Organisasional usaha merupakan suatu upaya yang diterapkan oleh pedagang

perempuan untuk mempertahankan usahanya dengan cara mengatur ulang usaha

Page 100: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

84

perdagangan dalam menanggapi berbagai kendala usaha. Dari hasil penelitian,

diketahui terdapat tiga bentuk strategi organisasional, yaitu: Strategi Mengurangi

Skala Usaha; Strategi Adaptasi Terhadap Kekerasan; dan Strategi Adaptasi

Terhadap Musibah yang menimpa usaha perdagangan.

A. Strategi Mengurangi Skala Usaha

Strategi mengurangi skala usaha merupakan adaptasi terhadap keadaan krisis

ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997. Krisis moneter telah membuat

usaha para pedagang perempuan bangkrut. Mahalnya bahan baku dan harga beli

barang dagangan, serta sedikitnya pembeli telah membuat usaha mereka terancam

“gulung tikar”. Pedagang perempuan ini melakukan berbagai strategi agar usaha

mereka dapat bertahan menghadapi krisis moneter. Salah satunya adalah Ibu Enh,

ia mengurangi pembuatan ketupatnya untuk mennyiasati mahalnya harga beras

yang menjadi bahan baku pembuatan ketupat dan mengatasi resiko ketupat tidak

laku karena tidak ada pembeli. Pengurangan jumlah produksi dan penjualan

ketupat berdampak pada pengurangan pendapatan rumahtangga. Namun langkah

ini dinilai Ibu Enh paling tepat karena kerugian usaha dapat diminimalkan.

Usaha ketupat keluarga Ibu Enh mengalami kebangkrutan saat terjadi krisis moneter tahun 1997. Krisis moneter ternyata berdampak pada berkurangnya pelanggan yang biasa membeli ketupat dari Abah Awo dan semakin tingginya harga beras yang menjadi bahan baku pembuatan ketupat. Sehingga pada tahun ini usaha Abah Awo tidak mampu bertahan, Abah Awo mengurangi produksi ketupatnya hingga hanya 30 ketupat setiap hari dari yang semula jumlahnya ratusan per hari.

B. Strategi Adaptasi Terhadap Kekerasan

Strategi adaptasi terhadap kekerasan adalah perilaku yang dilakukan oleh

pedagang perempuan saat berhadapan dengan orang-orang yang mengancam

usahanya. Kekerasan yang mereka hadapi bisa berbentuk kekerasan fisik dari

preman pasar atau petugas retribusi pasar, ataupun kekerasan non-fisik seperti

pengucilan atau gosip antara sesama pedagang. Pedagang perempuan memilih

untuk menuruti keinginan preman pasar atau petugas retribusi yang menarik

sejumlah uang dari mereka. Mereka tidak melakukan perlawanan, karena jika

mereka melawan maka usaha perdagangan mereka bisa dihancurkan atau tidak

diizinkan lagi berdagang di daerah itu. Contohnya, pada kaus Ibu Enh, Ibu Ngm

Page 101: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

85

dan Ibu Tn. Ibu Enh membayar uang keamanan dan kebersihan senilai Rp.

3.000,00,-/hari yang ditarik oleh petugas pasar yang dikenal Ibu Enh sebagai

preman10. Jika Ibu Enh tidak membayar retribusi ini, maka esok harinya ia tidak

diperbolehkan berdagang di kakilima lagi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Ibu Enh berikut ini.

Setiap hari di pasar, Ibu Enh harus membayar Rp. 3.000,-/ hari untuk uang retribusi, keamanan dan kebersihan yang dipungut oleh laki-laki yang berpakaian preman yang dikenal oleh Ibu Enh sebagai petugas pasar. “setiap hari harus bayar neng, Ibu tidak berani macam-macam, maksudnya nunggak atau tidak membayar, bisa-bisa besok tidak boleh jualan lagi disini”.

Ancaman dari preman pasar hanya terjadi pada pedagang kakilima yang ada

disekeliling pasar. Pedagang yang memiliki kios-dalam banguan pasar-uang

retribusi ditagih oleh pengelola pasar (PT PMU) dan dihitung sebagai kewajiban

membayar pajak usaha oleh pedagang.

C. Strategi Adaptasi Terhadap Musibah

Bentuk strategi ini merupakan respon terhadap musibah yang menimpa usaha

perdagangan. Seperti kejadian kebakaran yang sering terjadi di Pasar Anyar

dimaknai sebagai musibah oleh para pedagang. Kerugian akibat terbakarnya kios

dan barang dagangan ditanggung sendiri oleh pedagang. Mereka berusaha

mempertahankan usahanya dengan tetap berdagang di penampungan dan di kaki

lima di sepanjang jalan MA Salmun, Dewi Sartika dan Nyi Raja Permas. Pilihan

untuk tetap berdagang ini diambil karena jika tidak berdagang maka pendapatan

rumahtangga akan terganggu. Untuk menutupi kerugian dan modal untuk

membeli barang ke pemasok diperoleh dari tabungan ataupun mencairkan aset

rumahtangga. Contohnya pada kasus Ibu Krs berikut ini.

“Saat kebakaran tahun 1987, kios baru lunas dicicil mbak, sudah hangus terbakar, wes ben...ibu bangkrut, waktu itu kios tidak diasuransikan, jadi rugi ditanggung sendiri.” Dari sisa tabungan yang di miliki, Ibu Krs tetap berdagang ayam di penampungan sementara, yaitu di jalan MA Salmun.

Kebakaran besar taun 1996 dan menyusul krisis moneter tahun 1997, membuat usaha Ibu Krs bangkrut. Kebakaran tahun 1996 menghanguskan kios Ibu Krs besarta barang dagangannya, Ibu Krs telah mengasuranikan kiosnya, sehingga mendapat pengganti untuk kiosnya yang terbakar, namun jumlah itu tidak dapat menutupi semua kerugian yang Ibu Krs derita. Saaat krisis moneter melanda Indonesia, Ibu Krs tetap berdagang di penampungan, di sekitar Pasar Merdeka, pada masa ini, kesulitan ekonomi juga melanda raumahtangga Ibu Krs, setelah

10 Orang yang menjadi penguasa informal daerah pasar. Sering disebut “jagoan pasar”.

Page 102: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

86

kiosnya terbakar, usaha ternak ayam Pak Swt juga “gulung tikar” karena menderita kerugian, tetapi tidak sampai menjual aset-aset yang dimiliki. Tabunggan yang dimiliki oleh Ibu Krs mampu menopang ekonomi keluarga yang sedang mengalami krisis.

“sehabis kebakaran menyusul krismon ya neng, waduh..itu bikin bangkrut usaha ibu, ibu tetap dagang di penampungan agar dapat pemasukan tiap hari, meski sedikit. Usaha ternak ayam bapak bangrut waktu itu, biaya melihara ayamnya lebih besar dari pada harga jualnya. Tapi ibu tidak menjual barang untuk menutupi kerugian, dari tabungan saja diambil untuk uang anak sekolah dan keperluan lainnya. Kalau uang untuk makan sehari-hari ya dari usaha dagang ibu.”

Ibu Krs menyatakan tempat berdaganglah yang paling penting saat menghadapi

keadaan kebakaran pasar. Penampuangan yang dibangun oleh pengelola

memberikan peluang kepada pedagang yang kiosnya terbakar untuk tetap

berdagang. Dengan tetap berdagang di penampungan, Ibu Kr dapat mengurangi

kerugian karena kebakaran dan mengumpulkan modal kembali untuk membeli

kios yang baru.

7.1.5 Strategi Likuidasi Aset

Strategi likuidasi aset adalah suatu bentuk strategi yang “mencairkan” aset yang

dimiliki rumahtangga untuk menunjang berjalannya usaha perdagangan ataupun

untuk kepentingan konsumsi anggota rumahtangga. Aset yang dimiliki

rumahtangga dapat berupa rumah, alat-alat usaha, barang-barang yang dimiliki

rumahtangga yang dapat langsung dijual (emas, perhiasan, alat-alat elektronik dan

perabotan rumahtangga) dan tanah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa strategi

likuidasi aset rumahtangga dibagi kedalam dua strategi lagi, pembagian ini

berdasarkan kegunaan dari likuidasi aset tersebut. Strategi tersebut adalah

likuidasi aset untuk kegunaan konsumsi rumahtangga, dan likuidasi aset untuk

kegunaan tambahan modal usaha.

Likuidasi aset rumahtangga untuk kepentingan konsumsi rumahtangga dilakukan

saat menghadapi krisis dan saat usaha mengalami kebangkrutan. Contohnya pada

kasus Ibu Epn dan Ibu Enh. Keduanya menjual barang-barang yang mudah

diuangkan untuk membiayai sekolah anak-anak mereka.

Setelah kebakaran tahun 1996, Ibu Epn berdagang di penampungan si Jalan Dewi Sartika dengan barang dagangan yang sama (rempah-rempah untuk membuat jamu) pada tahun-tahun ini adalah tahun terberat untuk Ibu Epn, tidak lama setelah kios Ibu Epn terbakar, suami Ibu Epn, Bapak Yusuf meninggal karena sakit dan tahun 1997 terjadi krisis moneter. Ibu Epn harus terus membiayai sekolah

Page 103: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

87

keempat anaknya dan memenuhi kebutuhan rumahtangganya sendiri. Usaha Ibu Epn bangkrut pada tahun-tahun ini, Ibu Epn harus menjaul mobil dan rumahnya untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan kebutuhan sehari-hari anak-anaknya.

Sedangkan likuidasi aset rumahtangga untuk kebutuhan tambahan modal usaha

dilakukan oleh Ibu Ngm, Ibu Krs, Ibu Tn dan Ibu Yh. Contohnya pada kaus Ibu

Yh berikut ini.

Dalam memulai usahanya Ibu Yh memanfaatkan modal sosial, hubungan keluarga untuk membantunya memulai usaha. “Sepupunya saya yang nawarin, katanya Pasar Anyar yang baru beres di bangun, pada jual kios. Waktu itu saya kredit kios (kios yang ditempati sampai dengan sekarang) Rp. 17.500.000,- dan beli mejanya (tempat menggelar dagangan) Rp. 500.000,-, waktu itu ngurusnya sama Pak Iwan (Pengelola pasar), di kartu kuning pake nama saya.”Modal usaha Ibu Yh berasal dari hasil penjualan salah satu mobil (Mobil yang disewakan) yang mereka miliki. Pak Msr mendukung usaha Ibu Yh sepenuhnya. Memberikan izin untuk usaha diluar rumah dan memberikan bantuan modal. “Bapak mah ngedukung banget waktu saya bilang mau dagang. Tapi bapak ngingetin jangan terlalu dipaksain dagangnya.”

Ibu Krs dan Ibu Ngm menjual perhiasan yang di miliki untuk menambah modal

usaha perdagangannya.

Modal untuk berdagang diperoleh dari uang tabungan Ibu Krs dan bantuan suaminya, Ibu Krs juga menjual beberapa perhiasan miliknya untuk modal usaha.

Pencairan aset rumahtangga ini harus dengan seizin suami dan diketahui oleh

anggota rumahtangga yang lain. Seperti pada kasus Ibu Yh, mobil suaminya dijual

untuk mendukung usaha perdagangan Ibu Yh. Bentuk dukungan suami ini sangat

berpengaruh pada usaha perdagangan Ibu Yh. Diakui oleh Ibu Yh, usahanya dapat

berkembang karena dukungan suaminya saat mengawali usaha dan izin yang

diberikan oleh suaminya.

7.1.6 Strategi Investasi Sumber Daya Manusia Rumahtangga

Strategi Investasi adalah bentuk strategi yang dilakukan oleh anggota

rumahtangga dengan cara menyekolahkan anak atau tanggungan rumahtangga

dengan harapan pada masa depannya memiliki kehidupan yang lebih baik dan

dapat mandiri secara ekonomi. Uang yang digunakan untuk menyekolah anak

diambil dari hasil usaha perdagangan maupun pencairan asset rumahtangga dan

tabungan. Contohnya pada kaus Ibu Epn, anak-anak Ibu Epn disekolahkan sampai

tingkat perguruan tinggi dan diploma dengan harapan dapat mendapatkan

Page 104: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

88

pekerjaan yan lebih baik dan mandiri secara ekonomi. Saat ini anak-anak Ibu Epn

telah mandiri secara ekonomi dan memiliki rumahtangga sendiri. Ibu Epn tidak

dibebani lagi oleh anak-anaknya, usaha perdagangan yang dilakukan oleh Ibu saat

ini hanya dimaksudkan untuk mengisi kegiatan sehari-hari Ibu Epn. Hasil usaha

perdagangannya pun dikonsumsi sendiri dan sisanya ditabung.

7.1.7 Strategi Mengurangi Resiko Usaha

Strategi mengurangi resiko merupakan bentuk aktifitas yang dilakukan oleh

pedagang perempuan untuk membagi resiko usahanya ataupun mengurangi resiko

untuk mengalami kerugian. Strategi mengurangi resiko berupa asuransi kios yang

dilakukan oleh pedagang perempuan. Asuransi usaha ini memperlihatkan bahwa

perempuan pedagang ini dapat mengakses kelembagaan publik yang ada dalam

masyarakat untuk mengurangi resiko kebakaran dan kerugian usaha. Selain itu,

strategi mengurangi resiko juga dilakukan oleh Ibu Yh dan Ibu Enh. Ibu Yh

membeli freezer untuk menyimpan ayam yang tidak laku dijual dalam satu hari.

Ibu Enh merebus kembali ketupat yang tidak laku dalam penjualan dalam satu

hari. Ibu Yh juga mensiasati pemesanan partai besar untuk pelanggannya dengan

membayar terlebih dahulu uang “panjar” senilai 20% dari harga seluruhnya. Hal

ini dilakukan untuk menghindari mangkirnya pelanggan yang memesan ayamnya.

Strategi ini cukup efektif untuk mengurangi kerugian usaha, dan sangat berguna

saat penjualan sedang sepi.

7.2 Ikhtisar

Terdapat tujuh strategi yang diterapkan oleh pedagang perempuan untuk

memastikan keberlangsungan usaha perdagangan dan pemenuhan nafkah

rumahtangganya. Ketujuh bentuk strategi yang diterapkan oleh rumantangga

pedagang perempuan yang menjadi kasus adalah strategi spasial, strategi sektoral,

strategi diversifikasi usaha dan alokasi SDM rumahtangga, strategi organisasi

usaha, strategi likuidasi asset rumahtangga, strategi investasi SDM rumahtangga

dan strategi mengurangi resiko usaha. Strategi yang diterapkan pedagang

perempuan disajikan dalam tabel berikut:

Page 105: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

89

Tabel 15. Strategi Nafkah Rumahtangga Pedagang Perempuan Responden No Strategi

Nafkah

Rumahtangga Pedagang

Perempuan

Sumber Nafkah Utama

Alasan Melakukan

Strategi Tujuan Aktivitas yang

Dilakukan

Ibu Epn Ibu Ngm Ibu Krs

Modal finansial

Memperoleh tempat yang strategis. Mempertahankan usaha agar tetap berjalan.

Keberlangsungan usaha perdagangan

Pindah tempat berdagang, namun masih di dalam pasar

1. Strategi Spasial

Ibu Tn Modal finansial

Mempertahankan usaha agar tetap berjalan

Keberlangsungan usaha perdagangan

Pindah tempat berdagang keluar dari pasar

Ibu Enh Ibu Ngm Ibu Tn

Modal sosial dan Modal finansial

Memperoleh sumber nafkah baru

Memperoleh sumber nafkah baru yang lebih menjamin pemenuhan nafkah rumahtangga

Perpindahan usaha dari sektor non-perdagangan masuk ke sektor perdagangan.

2. Strategi Sektoral

Ibu Krs Ibu Yh

Modal sosial dan Modal finansial

Untuk menambah keuntungan

Mempertahan kan sumber nafkah yang menjamin pemenuhan nafkah rumahtangga

Perubahan jenis komuditas yang diperdagangkan

3. Strategi nafkah ganda

Ibu Enh, Ibu Ngm, Ibu Krs Ibu Yh, Ibu Tn Ibu Epn

Modal Manusia

Mendukung pemenuhan nafkah rumahtangga

Pemenuhan nafkah rumahtangga

Masing-masing Anggota rumahtangga bekerja.

Strategi Organisasional Usaha 1. Mengurangi skala usaha

Ibu Enh Mengatasi masa krisis

Keberlangsungan usaha

Mengurangi jumlah produksi ketupat

2. Adaptasi terhadap kekerasan

Ibu Enh Ibu Ngm Ibu Tn

Modal finansial

Untuk menjamin keberlangsungan usaha

Keberlangsungan usaha

Membayar iuran keamanan dan tidak melawan preman ataupun petugas

4.

3. Adaptasi terhadap musibah

Ibu Krs Ibu Epn

Modal finansial dan Modal fisik

Untuk menjamin keberlangsungan usaha

Keberlangsungan usaha

Tetap berdagang di penampungan

Ibu Yh Ibu Ngm Ibu Epn

Modal fisik

Menambah modal usaha

Keberlangsungan usaha

Menjual asset rumahtangga

5. Strategi Likuidasi Asset

Ibu Enh

Modal fisik

Untuk memenuhi konsumsi rumahtangga

Keberlangsungan rumahtangga

Menjual asset rumahtangga

6. Strategi Investasi SDM Rumahtangga

Ibu Epn Ibu Krs

Modal manusia

Agar anak-anak mandiri secara ekonomi

Keberlangsungan rumahtangga

Menyekolahkan anak

Ibu Krs Ibu Yh

Modal fisik

Mengurangi kerugian usaha

Keberlangsungan usaha

Mengasuransi kan kios dan Membeli frezer u/ menyimpan ayam,

7. Strategi Mengurangi Resiko Usaha

Ibu Enh Modal fisik

Mengurangi kerugian usaha

Keberlangsungan usaha

Merebus kembali ketupat

Sumber: Data primer Penelitian, Mei 2008

Page 106: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

90

Ketujuh strategi tersebut sangat tergantung pada kepemilikan modal dari tiap-tiap

pedagang perempuan dan kemampuan mereka untuk mengakses modal tersebut.

Ibu Krs dapat melakukan strategi investasi sumber daya manusia rumahtangganya

karena Ia memiliki kemampuan dalam modal finansial untuk menyekolahkan

anak-anaknya. Ibu Enh lebih mengembangkan strategi likuidasi asset

rumahtangga saat menghadapi krisis karena Ibu Enh mengandalkan modal fisik

yang di milikinya.

Page 107: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

91

BAB VIII

DINAMIKA NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN

DI SEKTOR INFORMAL

Usaha perdagangan yang dilakukan oleh perempuan memiliki masa-masa

fluktuasi. Ada kalanya mereka memperoleh keuntungan yang besar dan ada

kalanya mereka mengalami kerugian. Masa-masa untung diartikan sebagai saat-

saat usaha perdagangan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Masa rugi

adalah saat-saat usaha perdagangan mengalami kerugian baik karena barang

dagangan tidak laku ataupun karena musibah. Selain mengalami fluktuasi

keuntungan, pedagang perempuan yang tidak memiliki kios juga harus

berhadapan dengan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) dan preman

yang kadang kala mengancam usaha perdagangan mereka. Selain berdagang, para

perempuan ini juga masih mengerjakan pekerjaan domestik rumahtangga. Hal ini

memberikan beban ganda bagi perempuan. Menghadapi kondisi seperti ini,

pedagang perempuan akan melakukan berbagai strategi untuk mempertahankan

usahanya. Pada kondisi paling kritis, kegiatan berdagang dapat dihentikan, baik

sementara ataupun untuk waktu yang lama.

Melihat berbagai hambatan yang telah disebutkan diatas, pedagang perempuan

membangun berbagai strategi untuk memastikan keberlangsungan usahanya dan

keberlanjutan nafkah rumahtangganya. Berbagai strategi ini menciptakan

dinamika dalam nafkah pedagang perempuan. Dinamika ini akan dilihat lebih

mendalam dalam tahap-tahapan. Tahap-tahapan tersebut adalah saat memulai

usaha berdagang, tahap mempertahankan usaha dan tahap bangkit dari krisis.

Masa krisis usaha sebenarnya tidak hanya dihadapi oleh pedagang perempuan

saja, tetapi oleh semua pedagang di Pasar Anyar. Yang membedakan adalah

bagaimana pedagang perempuan menanggapi masa krisis ini. Pedagang

perempuan memilih menerapkan strategi yang bersifat preventif dan menghindari

konflik. Contohnya, untuk memperoleh izin berdagang, pedagang perempuan rela

membayar sejumlah uang kepada preman demi kelancaran usaha dagangnya.

Page 108: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

92

Menurut mereka, dengan rutin membayar sejumlah uang maka keamanan usaha

perdagangannya juga terjamin.

8.1 Masa Mengawali Usaha

Untuk memulai usaha perdagangan, perempuan harus memperoleh izin dari

suami. Setelah izin ini diperoleh, maka barulah diusahakan tempat untuk

berdagang dan bagaimana usaha ini akan dilakukan. Mereka meminta pendapat

dan bantuan modal untuk memulai usahanya dari anggota rumahtangga lainnya.

Jika suami mereka mengizinkan, maka usaha perdagangan dapat dilakukan.

Namun jika suami tidak mengizinkan, maka usaha kemungkinan besar tidak

dilakukan. Seperti pada kasus Ibu Tn dan Ibu Ngm, mereka memulai usaha

perdagangannya setelah mendapat izin dari suami dan melihat kenyataan bahwa

suami mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan nafkah rumahtangga.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Tn, berikut ini.

“Awal berdagang itu saat Abang di PHK, Pusing sekali waktu itu. Ibu kan baru melahirkan anak pertama, saat mendengar Abang di PHK, ibu langsung bingung. Waktu itu masih tinggal sama orang tua. Ibu putuskan untuk berdagang, karena berdagang pasti untung. Tinggal pintar-pintar mengelolanya, neng, agar untungnya besar.”

Keputusan ini didukung oleh suami dan orang tua Ibu Tn. Suaminya memberi dukungan modal dari pesangon yang Ia terima. Sedangkan orang tuanya membantu menjaga anak pertama Ibu Tn. Jadilah Ibu Tn pedagang underwear di Pasar Anyar.

Suami para pedagang ini mengizinkan mereka berdagang karena beberapa alasan,

antara lain karena suami tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga,

atau karena suami sakit dan tidak bisa bekerja. Contohnya, pada kasus Ibu Enh, Ia

diizinkan berdagang karena Abah Awo (suami Ibu Enh) sakit dan tidak bisa

berjualan ketupat lagi. Pada kasus Ibu Krs, Ia masih diperbolehkan berjualan oleh

suaminya meskipun suaminya memiliki penghasilan yang tinggi. Hal ini karena

usaha dagang Ibu Krs dibantu oleh dua orang pelayan yang bertugas menjajakan

dagangan. Sehingga Ibu Krs tidak terlibat langsung dengan perdagangannya dan

masih memiliki banyak waktu di rumah. Namun secara keseluruhan, keputusan

untuk berdagang diambil karena keterdesakan ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan rumahtangga.

Page 109: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

93

Modal untuk mengawali usaha perdagangan diperoleh dari dukungan suami dan

anggota keluarga. Selain itu, pedagang perempuan juga menjual beberapa barang

miliknya, tabungan dan perhiasan yang dimiliki untuk modal usaha. Meminjam

uang dari rentenir juga menjadi salah satu cara untuk memulai usaha perdagangan.

Seperti yang dilakukan oleh Ibu Epn. Izin berdagang dan kepemilikan kios

menggunakan nama pedagang perempuan, namun menurut mereka yang

mengurus administrasi ke pemerintah adalah suaminya. Pada awal usaha

perdagangan pedagang perempuan membatasi jumlah barang dagangannya,

karena mereka belum berani menargetkan keuntungan yang besar. Ibu Krs saat

pertama berdagang hanya menjual lima ekor ayam saja dalam satu hari.

Menurutnya, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperoleh pelanggan

dan memperoleh keuntungan yang besar.

Saat telah memulai usaha berdagang, perempuan juga masih memiliki tanggung

jawab pekerjaan rumah yang selama ini dibebankan kepada mereka. Perempuan

akan dianggap sukses jika mampu melaksanakan pekerjaan rumahtangga dan

usaha perdagangannya. Namun jika pekerjaan rumahtangga dan anak tidak

berjalan dengan baik, maka hal ini sering menimbulkan cemooh dari masyarakat.

Hal ini menunjukan perempuan harus memainkan perannya sebagai ibu dan

sekaligus juga sebagai pencari nafkah. Menanggapi hal ini pedagang perempuan

melibatkan anggota rumahtangga lainnya untuk menggantikan tugas rumahtangga

yang ditinggalkan. Contohnya pada kasus rumahtangga Ibu Tn, Ia

mempercayakan pengasuhan anaknya kepada orang tuanya. Hal ini dilakukan

karena sebagian besar waktu Ibu Tn dihabiskan di pasar, hanya pada malam hari

Ibu Tn dapat mengasuh anak-anaknya. Ibu Yh memutuskan untuk membeli

makanan siap santap dari rumah makan atau restoran untuk menghemat waktu

memasak.

Kedua bentuk kerja perempuan yang telah dijelaskan diatas, diusahakan untuk

dapat berjalan selaras. Karena dalam memulai usaha perdagangan, pedagang

perempuan lebih banyak menghabiskan waktunya di pasar dan merintis usahanya.

Dukungan suami mereka menjadi penting pada tahap ini. Dukungan suami dapat

berupa bantuan modal, tenaga dan izin berdagang. Meskipun suami tidak terlibat

Page 110: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

94

langsung dalam kegiatan perdagangan namun izin suami berpengaruh besar dalam

keberhasilan usaha perdagangan.

8.2 Mempertahankan Usaha

Seperti yang telah dijelaskan di atas, usaha perdagangan yang dilakukan oleh

perempuan memiliki masa krisis dan masa-masa yang menyulitkan pedagang

perempuan. Masa-masa krisis ini adalah saat terjadinya kebakaran di Pasar Anyar

yang menghanguskan kios para pedagang perempuan dan bersamaan dengan

peristiwa kebakaran tersebut, krisis ekonomi juga terjadi di Indonesia.

Kebakaran Pasar Anyar tahun 1996 menyebabkan sebagian besar bangunan pasar

hangus terbakar. Kios Ibu Krs dan Ibu Epn juga ikut terbakar dalam musibah ini.

Keduanya mengaku kerugian yang mereka alami sangat besar dan menyebabkan

mereka sementara harus berhenti berdagang. Meskipun keduanya telah

mengasuransikan kiosnya, namun uang ganti rugi asuransi tidak mencukupi untuk

membeli kios yang baru. Saat pedagang yang kiosnya terbakar, dibangunkan

tempat penampungan oleh Pemerintah Kota Bogor, Ibu Krs dan Ibu Epn

memutuskan untuk tetap berdagang dengan modal yang tersisa. Keduanya

menggaku harus membayar sejumlah uang kepada pengelola tempat

penampuangan agar memperoleh meja gelaran yang berada di depan (posisinya

strategis). Tidak semua pedagang dapat berjualan di penampungan, dan

mendapatkan meja gelaran untuk berjualan. Hanya pedagang yang mampu

membayar uang sebesar Rp. 600.000 yang diperbolehkan untuk berdagang di

tempat penampungan. Ibu Krs dan Ibu Epn tetap membayar, meskipun mereka

mengetahui bahwa tempat penampuangan itu dibangun gratis untuk pedagang

yang kiosnya terbakar. Hal ini dilakukan karena menurut Ibu Krs, memiliki

tempat berjualan yang aman adalah awal berjalannya usaha, sehingga Ibu Krs

tidak menentang ataupun melawan saat pengelola menyatakan adanya

pembayaran untuk menempati lapak dan meja gelaran.

Saat berdagang di penampungan, Ibu Krs dan Ibu Epn mengaku tidak merasa

nyaman, mereka harus berpanas-panasan dan saat hujan pasar menjadi sangat

Page 111: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

95

becek. Namun keduanya tetap bertahan, karena meskipun keuntungan usaha

hanya sedikit tetapi tetap diperoleh setiap harinya. Musibah kebakaran yang

disusul oleh terjadinya krisis ekonomi memaksa pedagang perempuan untuk

mengurangi jumlah barang dagangannya. Ibu Enh mengurangi jumlah ketupat

yang di jual untuk menekan kerugian karena sedikit pembeli. Selain itu, pedagang

perempuan juga mencairkan beberapa asset rumahtangganya untuk menambah

modal usaha perdagangan. Hal ini dilakukan karena asset rumahtangga dinilai

paling cepat diuangkan dan dapat membantu mempertahankan usaha saat krisis.

Contohnya pada kasus Ibu Epn, ia menjual rumah dan mobil untuk memenuhi

kebutuhan sekolah anak-anaknya dan sebagai tambahan modal usaha

berdagangnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Epn berikut ini.

“Saat kebakaran besar tahun 1996 yang banyak orang meninggalnya, mbak, ibu bangkrut lagi, kios memang sudah diasuransikan tapi uang penggantinya tidak bisa untuk memeli kios baru, hanya cukup untuk modal dagang saja, ibu juga binggung kenapa bisa kebakaran sampai berkali-kali, tapi setiap kali terbakar pasar lain lagi yang ngurusnya.”

“tahun yang paling berat itu tahun 1997 mbak, sehabis ditinggal bapak, usaha ibu juga bangkrut, anak-anak sedang butuh uang untuk sekolah dan belum bisa mandiri, ibu harus mencari uang sendiri, kalo diinga-ingat ibu susah sekali waktu itu, kios hanya di emperan jalan, hasil berdagang tidak seberapa, uang tunjangan bapak juga hanya cukup untuk kuliah anak ibu yang nomer satu saja. Ibu jual semua harta yang bisa dijual untuk menutupi kebutuhan. Mobil ibu jual, rumah yang lama juga, laluibu beli rumah yang agak keci (yang ditinggali saat ini) Uang nya untuk biaya sekolah anak dan menambah modal ibu berdagang, mbak”

Bagi pedagang kaki lima yang tidak memiliki kios, kebakaran pasar juga

mempengaruhi usaha mereka. Mereka harus tergusur dari tempat biasanya mereka

berdagang, karena tempat tersebut digunakan untuk menampung para pedagang

yang kiosnya terbakar. Mereka ditertibkan oleh petugas Sat Pol PP dan tidak

diperbolehkan berdagang di sekitar Pasar Anyar. Seperti Ibu Ngm dan Ibu Enh,

keduanya digusur dari tempat berdagangnya. Setelah tempat berdagangnya

digunakan oleh pedagang lain, Ibu Ngm dan Ibu Enh memutuskan untuk tetap

berdagang. Mereka berdagang di emperan toko dan warung di sekitar Pasar Anyar

yang mengizinkan mereka berdagang. Mereka hanya membawa dagangan dengan

bakul agar mudah dibereskan, alasannya adalah agar mudah berpindah-pindah jika

diusir lagi. Keadaan ini tentu saja menyulitkan Ibu Enh dan Ibu Ngm untuk

berdagang, mereka sering kali harus membereskan dagangnya jika ada anggota

Page 112: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

96

Sat Pol PP yang berpatroli merazia pasar. Sebagaimana penuturan Ibu Ngm

berikut ini.

“Saat kebakaran besar, ibu di gusur mbak, ibu di suruh pindah. Tempat ibu biasa berjualan biubah jadi lapak-lapak untuk pedagang yang kiosnya terbakar. Ibu terpaksa berdagang di emperan toko dekat sini juga (sambil menunjuk toko sekitar 20 meter dari tempat wawancara).”

Saat itu Ibu Ngm tidak melakukan perlawanan apa-apa, yang terpenting untuk Ibu Ngm adalah Ia masih bisa tetap berjualan di pasar. Selama 4 tahun Ibu Ngm berjualan di emperan toko tersebut dan bertahan jika ada yang menggusur atau menyuruhnya pindah.

“asal bayar retribusi tiap hari, ibu tetap bisa jualan mbak, retribusinya Rp.1500,-/ hari dan ditagih oleh orang yang badannya besar, ibu kenalnya preman pasar itu. Tapi selagi ibu aman jualannya bayar sejumlah itu tidak menjadi masalah.”

Sedangkan Ibu Enh harus kehilangan lapak sembakonya dalam penggusuran.

Suami Ibu Enh melakukan perlawanan atas penggusuran ini dan akhirnya Abah

Awo ditangkap dan ditahan selama dua hari di kantor polisi. Keamanan usaha

perdagangan Ibu Enh dan Ibu Ngm sangat tergantung pada kemampuan mereka

membayar retribusi kepada ‘preman pasar’ yang menagih uang keamanan setiap

harinya. Selama mereka membayar uang keamanan maka mereka dapat terus

berdagang di Pasar Anyar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Enh berikut

ini.

Setiap hari di pasar, Ibu Enh harus membayar Rp. 3.000,-/ hari untuk uang retribusi, keamanan dan kebersihan yang dipungut oleh laki-laki yang berpakaian preman yang dikenal oleh Ibu Enh sebagai petugas pasar.

“setiap hari harus bayar neng, Ibu tidak berani macam-macam, maksudnya nunggak atau tidak bayar, bisa-bisa besok tidak boleh berjualan disini lagi”.

Ibu Tn mengatasi masa krisisnya dengan berpindah tempat berjualan. Setelah

kiosnya terbakar tahun 2004, Ia memutuskan untuk berdagang di ’Pasar kaget’

yang ada di pelataran parkir Grawida, Kampus IPB Darmaga. Ibu Tn melihat ini

sebagai peluang untuk tetap berdagang, menurut Ibu Tn berdagang di ’pasar

kaget’ memberikan keuntungan yang lebih besar walaupun hanya satu kali dalam

seminggu. Hari lainnya Ibu Tn berjualan di emperan parkir Borobudur dan Masjid

Agung.

“Saat kebakaran pasar 2004, barang dagangan ibu habis terbakar semua neng, Saat Abang sampai di pasar, sama sekali tidak ada yang bisa di selamatkan lagi. Ya sudah tinggal pasrah saja.”

“..tidak berdagang, ya tidak makan. Anak ibu yang nomor dua baru berumur 6 bulan saat itu. Pokoknya ibu berfikir harus tetap jualan, ya ibu jual kalung sama cincin untuk

Page 113: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

97

modal mengambil barang lagi. Lalu ibu coba berdagang di pasar kaget yang ada di kampus. Lumayan hasilnya, malah lebih banyak dari pada jualan di Pasar. Tapi hanya seminggu sekali, jadi ya sama saja. Yang penting anak-anak tetap makan dan minum susu, neng.”

Pedagang perempuan menggunakan cara-cara menghindari konflik dalam

mempertahankan usahanya saat menghadapi krisis. Mereka memilih untuk

membayar sejumlah uang untuk memperoleh kios agar tetap berdagang,

menganggap kebakaran sebagai musibah yang harus ditanggung sendiri

kerugiannya dan tidak menuntut saat dilakukan penggusuran. Selama mereka

masih bisa berdagang maka mereka tidak keberatan untuk membayar dan

berpindah tempat berdagang. Kerugian usaha ditanggapi dengan usaha yang lebih

keras dan mencairkan asset pribadi untuk memberikan tambahan modal pada

usaha perdagangannya.

8.3 Bangkit dari Krisis Usaha

Setelah mengalami masa-masa bangkrut dan berdagang di penampungan,

pedagang perempuan yang kiosnya terbakar mengusahakan untuk membeli

kembali kios di dalam gedung Pasar Anyar. Menurut mereka memiliki kios berarti

memiliki tempat yang aman dalam pasar. Mereka terhindar dari panas dan hujan,

mudah dalam menyimpan barang dagangan dan bisa membawa anak saat

berjualan di pasar. Namun, tidak semua pedagang perempuan yang menjadi

responden mampu untuk membeli kios di dalam gedung pasar. Hal ini

dikarenakan keterbatasan pedagang perempuan dalam modal finansial. Dari enam

kasus pedagang perempuan, empat orang diantaranya berhasil membeli kios

setelah kebakaran pasar tahun 1996. Ibu Krs, Ibu Epn, Ibu Tn dan Ibu Yh berhasil

membeli kios. Ibu Tn terlebih dahulu membeli meja gelar di emperan parkir Pasar

Anyar sebelum membeli salah satu kios di Blok D. Ibu Enh dan Ibu Ngm tetap

berdagang di kaki lima.

Ibu Krs membeli dua kios sekaligus saat pasar telah selesai dibangun, modal

pembelian kios diperoleh dari hasil usahanya berdagang di penampungan,

tabungan Ibu Krs dan bantuan dari suaminya (menjual mobil). Kios pertama dibeli

oleh Ibu Krs seharga Rp. 20.000.000,- dari tangan kedua dan kios kedua dibeli

Page 114: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

98

dengan harga Rp. 17.000.000,- pembelian ini dilakukan secara tunai. Hingga kini

Ibu Krs terus berdagang di kedua kios tersebut. Setelah membeli dua kios, Ibu Krs

mempekerjakan dua orang pembantu (Mbk Prt dan Mbak Sr) untuk membantunya

menjaga kios.

Ibu Epn membeli kios di blok D dengan harga Rp 20.000.000,-. Modal pembelian

kios berasal dari tabungan Ibu Epn, bantuan dari anaknya dan sebagian diperoleh

dari meminjam pada rentenir. Ibu Epn membeli kios dengan cara kredit dan

dilunasi selama dua tahun. Setelah satu tahun berdagang di kios ini, Ibu Epn

memutuskan untuk pindah, alasannya adalah kios tersebut ‘tidak hoki’ sehingga

keuntungan usaha Ibu Epn pun kecil. Ibu Epn sangat percaya pada primbon dan

ritual-ritual khusus untuk mendapat kios yang tepat. Menurut Ibu Epn, kios yang

‘hoki’ adalah kios yang ditempatinya sekarang. Ibu Epn membutuhkan waktu tiga

tahun dan berpindah-pindah sebanyak tiga kali untuk menemukan kios yang

menurut Ibu Epn sebagai kios yang tepat.

Ibu Yh memutuskan untuk membeli kios di dalam gedung pasar Anyar setelah

mendapat informasi dari saudaranya. Ibu Yh diperkenalkan dengan pemasok

ayam dan diajarkan bagaimana berdagang oleh saudaranya tersebut. Ibu Yh

membeli kios seharga Rp. 17.500.000,- dari pengelola pasar. Modal pembelian

kios berasal dari hasil penjualan mobil suaminya. Dukungan izin dan modal dari

suaminya menurut Ibu Yh sebagai syarat kesuksesan usahanya saat ini. Berbeda

dari pedagang perempuan lainnya, Ibu Yh baru memulai usaha perdagangannya di

Pasar Anyar setelah kebakaran tahun 1996. Pembangunan pasar yang selesai

tahun 2000 dimanfaatkan oleh ibu Yh sebagai momen untuk berdagang di Pasar

Anyar.

Ibu Tn membeli meja gelar setelah pasar selesai dibangun, meja tersebut dibeli

dengan harga Rp. 1.000.000,-. Ibu Tn berdagang di pelataran parkir sebelah utara

Pasar Anyar. Ia memperoleh izin untuk berdagang di sana setelah membayar

sejumlah uang kepada pemilik toko yang kaki limanya dipakai oleh Ibu Tn untuk

berdagang. Menurut Ibu Tn, ia harus mengalah dan selalu bersikap baik hati pada

pemilik toko agar tetap diizinkan berdagang di sana. Ketika pemilik toko tersebut

berniat untuk menjual kiosnya, Ibu Tn membeli kios tersebut dengan cara kredit.

Page 115: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

99

Akibat keterbatasan modal finansial, Ibu Tn mensiasati pembayaran kios dengan

cara menyewakan kios tersebut kepada pedagang lain dan uang sewa kios

digunakan oleh Ibu Tn untuk membayar kredit kios tersebut.

Ibu Ngm tetap berdagang di kaki lima setelah pasar selesai di bangun. Ibu Ngm

memutuskan untuk berdagang di dalam awning saat awning dibangun kembali

tahun 2004. Ibu Ngm membeli izin menggunakan lapak dalam awning dari

pedagang lain. Ia membayar Rp. 300.000,- untuk memperoleh izin berdagang.

Menurut Ibu Ngm, berjualan di awning lebih baik daripada berjualan di kaki lima.

Kepastian usahanya lebih terjamin saat ia memiliki lapak di awuning.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Ngm berikut ini:

“Saat berjualan di awning ibu memperoleh paling banyak keuntungan. Ibu dagangnya enak, tidak berpanas-panasan, barang juga bisa di simpan di lemari di bawah meja. Lebih tenang jualannya. Dagangan ibu lancar, Ibu bisa ngirim uang lebih banyak ke Solo, bisa juga nabung walaupun hanya sedikit.”

Ibu Enh menghentikan usaha perdagangannya setelah lapak sembakonya digusur,

ia memilih untuk tinggal di rumah dan membantu suaminya membuat ketupat.

Kebutuhan rumahtangga dipenuhi dengan menjual barang elektronik yang

dimiliki serta perhiasan Ibu Enh. Ia kembali berdagang di Pasar Anyar saat

suaminya sakit dan tidak dapat berdagang lagi. Hingga saat penelitian dilakukan

Ibu Enh tetap berdagang di kakilima dan menjajakan ketupatnya dengan bakul.

Hal ini menunjukan rumahtangga Ibu Enh masih belum bisa bangkit dari krisis

karena pemenuhan kebutuhannya masih sangat tergantung pada usaha

perdagangan Ibu Enh. Ibu Enh tidak dapat mengumpulkan uang untuk menyewa

kios atau pun lapak di awning, karena uang hasil berdagang setiap hari habis

untuk dikonsumsi. Ibu Enh harus bertahan di kaki lima untuk bisa berjualan dan

setiap kali harus membayar iuran keamanan pada preman pasar. Jika ada petugas

Sat Pol PP yang merazia kaki lima, Ibu Enh segera membereskan ketupatnya dan

menyembunyikan bakulnya di gang atau lorong yang tersembunyi di sekitar pasar.

Meskipun keadaan perdagangan Ibu Enh saat ini sangat tidak menentu,

menurutnya keadaan ini lebih baik jika dibandingkan dengan saat krisis moneter.

Dari enam kasus pedagang perempuan yang diteliti, diketahui bahwa membeli

kios atau lapak adalah salah satu cara untuk mengembalikan kejayaan usaha

Page 116: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

100

perdagangan setelah mengalami kebangkrutan. Modal untuk membeli kios

diperoleh dari tabungan pribadi, bantuan dari anggota keluarga lainnya dan

pinjaman pada rentenir. Hal ini menunjukan bahwa jika pedagang memiliki kios

atau lapak di pasar Anyar, maka usaha perdagangannya akan terjamin dan mampu

memberikan pendapatan yang optimal.

8.4 Ikhtisar

Perempuan yang berprofesi sebagai pedagang di sektor informal mengalami

dinamika dalam usahanya. Pedagang perempuan di sektor informal tidak hanya

berasal dari tenaga kerja sektor pertanian, namun, juga berasal dari penduduk kota

yang melihat peluang usaha disektor ini. Karakteristik serta modal yang mereka

miliki menciptakan berbagai strategi untuk memastikan keberlangsungan usaha

perdagangan. Usaha perdagangan yang dilakukan oleh enam responden pedagang

perempuan dalam garis waktu terangkum dalam matriks berikut ini.

Tabel 16. Usaha Perdagangan Enam Responden Pedagang Perempuan di Pasar Anyar Bogor dalam Garis Waktu.

Tahun No Kasus 1971-1980 1981-1990 1991-2000 2001-2007 Keterangan

1. Ibu Enh

Menjadi petani dan mengusahakan kebun buah

1990, berdagang sembako di kaki lima Pasar Anyar. Modal usaha berasal dari keuntungan usaha ketupat suaminya.

1997, Dagangan digusur dan disita oleh Sat Pol PP. Ibu Enh tidak memiliki modal untuk kembali berdagang sehingga memutuskan untuk berhenti berdagang

2005, kembali berdagang di kaki lima Pasar Anyar. Karena suaminya sakit dan tidak dapat lagi berdagang, maka Ibu Enh menggantikannya

Ibu Enh, hingga saat penelitian dilakukan tetap berdagang ketupat di Pasar Anyar. Menggunkan bakul yang mudah untuk dibawa-bawa. Alasannya adalah agar mudah kabur dari petugas Sat Pol PP jika ada razia atau penggusuran.

2. Ibu Epn

1973, Mulai berdagang di Pasar Anyar. Awalnya di kaki lima Pasar. Modal usaha berasal dari modal pribadi. 1976, Setelah kebakaran pasar, Ibu

1987, kios Ibu terbakar dan Ibu Epn berhenti berdagang. 1988, Ibu Epn kembali berdagang di penampuangan. Modal berasal dari tabungan dan bantuan dari

1996, kios Ibu terbakar. 1996-2000, berdagang di penampungan. Modal usaha berasal dari hasil menjual rumah dan mobil. 2000, kembali membeli kios di dalam

2000-2001, berdagang di kios Blok D. 2001-2003, pindah ke kios Blok C, karena kios sebelumnya dianggap kurang membawa ‘hoki’ 2003-2007,

Ibu Epn berpindah-pindah kios tempat berjualannya untuk menemukan tempat yang menurutnya membawa “hoki” atau strategis dan membawa keuntungan yang lebih besar.

Page 117: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

101

Epn berjualan di pasar lagi. Membeli kios dalam gedung pasar.

suaminya. 1989, membeli kios di blok E.

gedung pasar. pindah ke kios blokD, karena di kios sebelumnya Ibu Epn merasa ada yang ‘mengguna-gunai’nya.

3. Ibu Krs 1976, datang ke Bogor. Mengikuti kakaknya yang telah terlebih dahulu berdagang di Pasar Anyar. Ibu Krs membantu kakaknya menjaga warung di rumah, dan keterampilan berdagang Ibu Krs diperoleh dari pengalaman selama membantu kakaknya.

1980, Mulai berdagang di Pasar Anyar. Pertama kali berdagang di kaki lima. Modal berasal dari modal pribadi. 1983, berhenti berdagang karena sakit-sakitan. 1985, kembali berdagang di pasar. Membeli kios di dalam gedung pasar. Modal berasal dari pinjaman bank. 1987, kios Ibu Krs terbakar. 1987-1989, berdagang di penampungan. Modal berasal dari tabungan pribadi. 1989, kembali membeli kios dan berdagang di pasar. Modal berasal dari keuntungan berjualan di penampungan.

1996, kios kembali terbakar 1996-2000, berdagang di penampungan. Modal berasal dari asuransi kios. 2000, kembali masuk pasar dan membeli 2 kios sekaligus. Di blok C. Modal usaha berasal dari keuntungan berdagang di penampungan.

2000-2007, Ibu Krs mempekerjakan dua orang pembantu untuk menjaga kiosnya. Ibu Krs hanya mengontrol setiap dua kali dalam satu minggu.

Usaha perdagangan Ibu Krs semakin mengalami kemajuan dari tahun ketahun. Dengan memiliki dua kios dan menjual komuditas yang beragam, Ibu Krs dapat memperoleh keuntungan lebih banyak.

4. Ibu Ngm

Menjadi petani sawah di Solo

1987, datang ke Bogor mengikuti suami. 1987-1993, berdagang pecel keliling. Keterampilan dan modal untuk berdagang pecel diperoleh dari saudaranya.

1993, Mulai berjualan di kaki lima Pasar Anyar, modal usaha diperoleh dari hasil menjual perhiasan. 1996, Digusur oleh petugas. Pindah tempat berdagang, di emperan toko di depan Pasar Anyar.

2004, berdagang di awning. Ibu Ngm membayar sejumlah uang pada pengelola awning. 2007, Awuning di bongkar, Ibu Ngm kembali digusur oleh petugas Sat Pol PP. Namun, Ibu

Hingga saat ini Ibu Ngm masih berdagang di emperan kios bakso di Jln. Dewi Sartika. Ibu Ngm menggelar dagangannya diatas karung atau terpal. Hal ini dilakukan agar mudah untuk mengangkut barang jika petugas melakukan

Page 118: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

102

Ngm tetap berdagang di emperan toko.

penggusuran.

5. Ibu Tn 1994, Bekerja di kantor penerbitan surat kabar dan membantu menjaga toko. 1997, berhenti Karen PHK 1998, bekerja sebagai buruh pabrik garmen

2000, menikah dan berhenti bekerja. 2001, Pertama berjualan di pasar. Di kaki lima pasar Anyar. Memutuskan untuk berdagang karena suaminya di PHK, modal usaha diperoleh dari pesangaon suaminya. 2004, meja gelar Ibu Tn terbakar. 2004-2005, berdagang di pasar kaget. 2005, kembali berdagang di kaki lima Pasar Anyar

Karena suaminya tidak bekerja, maka usaha perdagangan Ibu Tn menjadi nafkah utama rumahtangganya. Alasan inilah yang membuat Ibu Tn tetap berdagang hingga saat ini.

6. Ibu Yh 1993, Berjualan kredit pakaian jadi di rumah. 1997, usaha bangkrut karena krisis moneter.

2000, membeli kios di pasar Anyar, dan mulai berjualan ayam. Hingga saat ini.

Ibu Yh memutuskan untuk berdagang di Pasar Anyar setelah mengetahui informasi dari saudara sepupunya.

Sumber: Data primer penelitian (data diambil pada Desember 2007).

Pedagang perempuan menghadapi berbagai kendala untuk mempertahankan

usahanya. Kebakaran pasar yang berulang kali terjadi membuat pedagang

memiliki strategi tersendiri untuk menghadapinya. Mereka tetap berdagang di

penampungan untuk memperoleh kembali modal yang telah hilang akibat musibah

kebakaran. Kios memiliki arti penting bagi pedagang perempuan. Dengan

memiliki kios, pedagang perempuan memiliki kepastian usaha dan keamanan

usaha perdagangan lebih terjamin. Oleh karena alasan inilah, pedagang

perempuan mengusahakan membeli kios untuk mengembalikan usaha setelah

mengalami krisis. Dinamika strategi yang dilakukan oleh pedagang perempuan

dalam menghadapi berbagai kondisi disajikan dalam tabel berikut ini.

Page 119: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

103

Tabel 17. Dinamika Strategi Pedagang Perempuan di Pasar Anyar Kota Bogor dalam Berbagai Kondisi.

Proses Bertahan Asal Pedagang

Perempuan

Alasan Masuk Ke

Sektor Informal

Kasus Krisis Bangkit dari

krisis Stabil

Ibu Enh

Mengurangi Produksi ketupatnya. Diusahakan agar tetap berjualan dengan modal pribadi atau berhutang.

Menambah produksi ketupat.

Mengikuti arisan uang dan sembako.

Berasal dari sektor pertanian.

Merespon marjinalisasi pertanian

Ibu Ngm

Mengurangi jumlah barang dagangannya. Diusahakan agar tetap berdagang, dengan modal pribadi dan mencairkan asset rumahtangga yang terbatas. Membayar sejumlah uang kepada preman agar di izinkan berdagang.

Membeli izin penempatan awning, dan membayar sejumlah uang pada pengelola awning.

Menyisihkan keuntungan lebih banyak untuk dikirim ke Solo

Ibu Krs

Tetap berdagang di penampungan.

Membeli kios di Pasar Anyar dan menambah komuditas yang diperdagangkan.

Menyisihkan keuntungan untuk pemenuhan kebutuhan tersier.

Ibu Epn

Tetap berdagang di penampungan. Mencairkan asset rumahtangga

Membeli kios di Pasar Anyar.

Mnyisihkan keuntungan. Menambah jumlah barang yang dijual.

Ibu Tn

Berpindah tempat berdagang

Kembali membeli meja gelar dan berdagang di kaki lima pasar.

Mengikuti arisan

Berasal dari sektor non-pertanian.

Melanjutkan/ merespon peluang ekonomi yang tersedia di kota

Ibu Yh

Mengikuti arisan

Sumber: Data primer penelitian (data diambil pada Desember 2007).

Page 120: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

104

BAB IX

KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap aktivitas nafkah pedagang

perempuan, dapat disimpulkan beberpa hal, antara lain:

1. Pedagang perempuan memiliki karakteristik yang sangat cocok dengan sektor

informal. Mereka berada pada usia produktif, berasal dari pedesaan dan

memiliki tujuan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik di Bogor. Selain

perempuan yang berasal dari pedesaan, pedagang perempuan juga berasal dari

penduduk kota Bogor yang tidak tertampung di sektor formal. Pendidikan

pedagang perempuan termasuk rendah dan keterampilan berdagang mereka

diperoleh dari pengalaman. Usaha perdagangan mereka sangat dipengaruhi

oleh karakteristik rumahtangga mereka. Pekerjaan suami yang memberikan

pendapatan yang tidak tetap mendorong para perempuan ini untuk berdagang.

Selain itu jumlah tanggungan rumahtangga yang besar juga mendorong

perempuan untuk bekerja sebagai pedagang. Oleh karena alasan inilah

pedagang perempuan harus digambarkan secara lengkap. Bukan hanya sebagai

satuan pedagang yang ada dalam ekonomi perkotaan, tetapi juga sebagai

anggota dari sebuah rumahtangga yang harus dijamin keberlangsugnan

nafkahnya.

2. Dalam menjalankan usahanya, pedagang perempuan memaksimalkan waktu

berdagangnya dan mengatur agar waktu-waktu yang diperlukan untuk

pekerjaan rumahtangga tidak mengganggu waktu berdagang. Pedagang

perempuan menghabiskan kurang lebih 10 jam setiap hari untuk berdagang.

Dalam berdagang, pekerjaan dibagi atas waktu untuk membuka dan menutup

kios, membeli barang dagangan, mengangkutnya, mengemas dan merapikan

barang dagangan, menjajakan barang dagangan dan mengikuti arisan.

Pekerjaan rumahtangga dibagi atas membersihkan rumah, menyediakan

makanan dan menghadiri acara hajatan.

Page 121: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

105

Untuk mengatur agar kerja dalam rumahtangga dapat tetap dilakukan,

pedagang perempuan melibatkan suami atau anggota rumahtangganya untuk

membantu menyelesaikan pekerjaan tersebut. Contohnya, suami membantu

dalam pengangkutan barang dagangan dari tempat pembelian ke kios atau

lapak. Orang tua membantu dalam pengawasan anak-anak dan membantu

untuk menyediakan makanan. Untuk menjaga hubungan sosial dalam

masyarakat, pedagang perempuan menimbang terlebih dahulu apakah

undangan hajatan tersebut harus dihadiri atau hanya menitipkan amplop. Jika

undangan dirasa penting maka pedagang perempuan akan menghadirinya dan

menutup kiosnya selama satu hari, namun jika undangan tersebut tidak terlalu

penting, maka pedagang perempuan hanya menitipkan amplop.

3. Terdapat tujuh strategi yang diterapkan oleh pedagang perempuan untuk

memastikan keberlangsungan usaha dan nafkah rumahtangganya. Strategi

tersebut adalah strategi spasial, strategi sktoral, strategi diversifikasi usaha dan

alokasi SDM rumahtangga, strategi organisasi usaha, strategi likuidasi asset

rumahtangga, strategi investasi SDM rumahtangga dan strategi mengurangi

resiko usaha. Pilihan ketujuh strategi tersebut sangat dipengaruhi oleh

kepemilikan modal dan kemampuan untuk mengakses modal yang dimiliki

oleh pedagang perempuan.

4. Dalam menghadapi masa krisis, pedagang perempuan menerapkan strategi

bertahan dan tidak melakukan perlawanan. Contohnya, saat terjadi kebakaran

pasar, mereka memilih untuk tetap berdagang dipenampungan dan membayar

sejumlah uang kepada preman pasar untuk memastikan keamanan usaha

mereka. Kebakaran dipandang sebagai musibah dan harus ditanggung sendiri

oleh pedagang. Likuidasi asset rumahtangga menjadi solusi untuk mengatasi

masa krisis. Pedagang perempuan menjual barang-barang yang dimilikinya

untuk tambahan usaha maupun untuk memenuhi kebutuhan konsumsi anggota

ruamhtangganya. Saat tahap pemulihan krisis, prioritas utama pedagang

perempuan adalah membeli kios sebagai jaminan terhadap kepastian usaha.

Menurut mereka pedagang perempuan yang telah memiliki kios, memiliki

jaminan usaha dan memiliki tempat yang aman untuk usaha perdagangannya

di pasar.

Page 122: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

106

Dapat disimpulkan bahwa, meskipun pedagang perempuan memiliki keragaman

dalam karakteristik individu maupun rumahtangga, secara umum mereka

menerapkan strategi menghindari konflik dan memiliki kemampuan yang besar

dalam bertahan terhadap musibah dan kendala yang terjadi pada usahanya.

9.2 Saran

Diperlukan cara pandang yang berbeda dalam memahami pedagang perempuan.

Mereka tidak hanya bagian dari ekonomi perkotaan, namun sebagai bagian dari

rumahtangga mereka terikat dalam pekerjaan rumahtangga dan bertanggung

jawab terhadap sosialisasi anak-anaknya. Dalam membuat peraturan mengenai

perdagangan, harus disertakan kekhususan dari karakteristik pedagang

perempuan. Mempertimbangkan ketahanan mereka dalam mengatasi masa krisis

dan mempertahankan usaha perdagangan.

Penggusuran yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor, sebagai reaksi

terhadap pedagang kaki lima selayaknya ditinjau ulang. Sektor informal yang

dianggap sebagai penyebab tidak teraturnya pasar, juga memberikan kontribusi

pada pemasukan pajak daerah dan terjaminnya perputaran ekonomi Kota Bogor.

Bagi pedagang perempuan, kepemilikan kios menjadi jaminan keamanan usaha

perdagangan. Kemudahan dalam kredit kepemilikan kios di dalam pasar bisa

menjadi solusi dari kesemerawutan kondisi pasar. Arisan yang dibentuk oleh

pedagang dapat menjadi pertimbangan dalam meningkatkan usaha perdagangan.

Karena melalui bentuk lembaga arisan, pedagang perempuan terbukti memiliki

jaminan modal saat terjadi krisis. Untuk penelitian selanjutnya, perlu diperhatikan

bentuk-bentuk modal dan lembaga bentukan yang dapat membantu pedagang

perempuan dalam mempertahankan usahanya.

Page 123: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

107

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, I. 1998. Cara Mudah Menggunakan Metode Kualitatif pada Sosiologi Pedesaan. Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial IPB. Bogor.

Breman, J. 1985. Sistem Tenaga Kerja Dualistik: Suatu Kritik Terhadap Konsep Sektor Informal. dalam Manning. C dan Tadjuddin Nour Effendi. Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di Kota. Yayasan Obor Indonesia dan Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan UGM : Yogyakarta.

Chandrakirana, K. dan Isono Sadoko. 1995. Dinamika Ekonomi Informal di Jakarta: Industri Daur Ulang, Angkutan Becak dan Pedagang Kakilima. UI Press: Jakarta

Desy. 2003. Peranan Wanita Migran di Sekor Informal dalam Pengambilan Keputusan Rumahtangga (Studi Kasus Wanita Pedagang Sayur dan Buah di pasar Induk Kramat jati Kota Jakarta Timur). Skripsi Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Dharmawan, A H. 2006. Sistem Penghidupan Pedesaan: Menggali dan Mengenali Sosiologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Bogor. Bahan Kuliah Pasca Sarjana Sosiologi Pedesaan IPB, Bogor.

______________. 2004. Dimensi-dimensi Penting Studi “Livelihood-Strategies” masyarakat Petani di Pedesaan Indonesia. Naskah Publikasi Mimbar Sosek edisi 2004. Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

_______________. 2001. Farm Household Livelihood Strategies and Socio-economic Changes in Rural Indonesia. University of Göttingen: Jerman.

Ellis, F. 2000. Rural Livelihoods and Diversity in Developing Countries. Oxford University Press: New York.

Ginting, P. 2007. Pasar Anyar yang Semakin Kusam. http://www.sinarharapan.co.id/berita/0711/09/jab01.html. diakses tanggal 7 april 2008 pukul 16.05 wib.

Iqbal, M. 2004, Strategi Nafkah Rumahtangga Nelayan: Studi kasus di Dua Desa Nelayan Tangkap Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Tesis Sekolah Pasca Sarjana IPB, Bogor.

Jones, S. & Grace Carswell. 2004. Environment, Development & Rural Livelihood. Earthscan London & Sterling. UK

Koentjaraningrat . 1984. Masyarakt Desa di Indonesia. UI Perss. Jakarta

Page 124: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

108

______________(editor).1982. Masalah-masalah Pembangunan, Bunga Rampai Antropologi Terapan. LP3ES: Jakarta.

Manning. C dan Tadjuddin Nour Effendi. 1985. Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di Kota. Yayasan Obor Indonesia dan Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan UGM : Yogyakarta.

Mardiyaningsih, D. I. 2003. Industri Pariwisata dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Lokal (Kasus Dua Desa di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah). Skripsi Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Oey, M. (dkk). 1996. Perempuan Indonesia Dulu dan Kini Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

PT Propindo Mulia Utama. 2007. Laporan Pertanggung Jawaban Pengelolaan Pasar Anyar, PT Propindo Mulia Utama tahun 2007. Bogor.

Ritzer, G. & Douglas J. Goodman. 2003. Teori Sosiologi Modern. Kencana: Jakarta.

Sayogyo. 1982. Modernization Without Development In Rural Java dalam The Journal of Social Studies. Bangladesh.

Saptari, R. dan Brigitte Holzner. 1997. Perempuan kerja dan Perubahan Sosial, Sebuah Pengatar Studi Perempuan. Grafiti : Jakarta.

Seligmann, L. J. (editor). 2001. Women trades in Cross-Cultural Perspective. Stanford University Press: California.

Sethurahman, S.V. 1985. Sektor Informal di Negara Sedang Berkembang. dalam Manning. C dan Tadjuddin Nour Effendi. Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di Kota. Yayasan Obor Indonesia dan Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan UGM : Yogyakarta.

Sitorus, M.T F .1998. Penelitian Kualitatif Suatu Pengantar. Laboratirium Sosiologi, Antropologi dan Kependudukan Jurusan Ilmu-ilmu Sosial dan Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB: Bogor.

Sihite, R.R. 1990. Pola Kegiatan Wanita di Sektor Informal (Khususnya Pedagang Sayur di Pasar) dalam Ihromi, T.O. (editorial), Wanita Bekerja dan Masalah-masalahnya. Pusat Pengembangan Sumber Daya Wanita: Jakarta.

Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers: Jakarta

Suwartika, R. 2003. Struktur Modal Usaha dan Fungsi Modal Sosial Dalam Strategi Bertahan Hidup Pekerja Migran di Sektor Informal (Studi kasus kecamatan pelabuhan Ratu dan Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Peropinsi Jawa Barat). Skripsi Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Page 125: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

109

Lampiran 1. Responden Pedagang Perempuan

Ibu Enh

Ibu Enh (55 thn) mulai membuat ketupat kurang lebih 20 tahun yang lalu, tepatnya sejak tahun 1985. diawali dari usaha suaminya (Abah Awo, 62 thn), yang membuat ketupat untuk memenuhi permintaan pedagang sate, ketupat sayur dan ketoprak. Awalnya keluarga Ibu Enh bekerja sebagai buruh tani, dengan sepetak kebun yang diusahakan dengan menanam buah-buahan seperti pisang, nanas dan rambutan. Hasil dali kebunnya dijual ke Pasar Anyar atau Pasar Bogor. Tapi karena hasil dari pertanian buah ini musiman, rumahtangga Ibu Enh harus mengusahakan bidang usaha lain untuk menutupi kebutuhan rumahtangganya saat kebunnya tidak menghasilkan buah. Namun seiring berjalannya waktu, Abah Awo menilai usaha ini tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya, sehingga Abah memutuskan untuk menjadi pembuat ketupat. Usaha membuat ketupat dikenal Abah Awo dan keluarganya melalui saudara Abah Awo yang telah terlebih dahulu memulai usaha ini. Setelah meminjam modal dari saudaranya dan mencoba menjual sendiri ketupatnya Abah Awo mulai menjalankan usahanya hingga saat ini. Ibu Enh sendiri mulai berdagang di Pasar Anyar pada tahun 1990, sudah 18 tahun berdagang. Pada tahun ini usaha ketupat keluarganya mencapai masa kejayaannya. Abah menyatakan “waktu itu neng, Abah bisa jual ribuan ketupat perharinya. Pelanggan juga banyak. Satu hari bisa habis 150 Kg beras, untungnya juga bisa diputar lagi buat belimodal kios sembako, nah Emak (Ibu Enh) mulai jualan di pasar, bantu jagain warung sembakonya. Warungnya mah kecil, barangnya juga sedikit tapi lancar usahanya neng.” Jadi disamping membantu membuat ketupat di rumah, Ibu Enh juga berjualan di Pasar Anyar, disebuah meja gelaran yang terbuat dari kayu dan diberi atap terpal. Kios kakilima ini menjual sembako seperti beras, minyak, telur dan kebutuhan lainnya di trotoar Jalan MA Salmun. Keuntungan dari usaha ini adalah Rp. 15.000/hari nya dan menghasilkan Rp. 450.000,00,-/bulan. Ibu Enh mengaku uang keuntungan usaha ini digunakan untuk membeli sembako dan kebutuhan konsumsi rumahtangganya. Sedangkan uang untuk sekolah anak, listrik dan air diambil dari keuntungan usaha Ketupat Abah Awo. Sisa uang hasil usaha Ibu Enh ditabung sendiri, hal ini dilakukan untuk mengatisipasi saat tidak ada uang dan saat anggota keluarganya ada yang sakit. Abah Awo dan Ibu Enh menikah pada tahun 1966. Saat itu Ibu Enh berusia 14 tahun, Ibu Enh menikah dengan Abah Awo dan tinggal dirumah orang tua Abah Awo di Cimahmpar, saat ini Ibu Enh masih tinggal di rumah tersebut karena diwariskan oleh mertuannya. Dari pernikahannya, Ibu Enh dikaruniani 11 orang anak, namun yang masih hidup hingga sekarang hanya 7 orang anak saja. Mereka adalah: 1. Teh Koyah (35 thn) pendidikan terakhir SD kelas 4, janda (bercerai dari suaminya) dan

memiliki 3 orang anak. Saat ini Teh Koyah dan anak-anaknya tinggal bersama Ibu Enh. Setelah bercerai dari suaminya, teh koyah yang tidak memiliki pekerjaan kembali ke rumah orang tuanya dan membantu usaha pembuatan ketupak keluarganya.

2. Teh Een (32 thn) Pendidikan terakhir SD kelas 6, telah menikah dan saat ini tinggal bersama suaminya serta memiliki rumah sendiri. Teh Een memiliki 2 orang anak dan pekerjaan suaminya sebagai supir angkot dinilai mampu memenuhi kebutuhan rumahtangganya.

3. Teh Utih (30 thn) Pendidikan terakhir SD kelas 6 , menikah dan memiliki 3 orang anak. Teh Utih tinggal bersama suaminya dan memiliki rumah sendiri. Suami Teh Utih bekerja sebagai pembuat ketupat juga dan rumah mereka berdekatan dengan Ibu Enh. Saat ini Suami teh Utih lah yang menjalankan usaha ketupat keluarga Abah Awo, karena Abah Awo sudah tua dan sakit-sakitan.

4. Aa’ Ocin (25 thn) Pendidikan terakhir SMP, belum menikah dan tinggal bersama Ibu Enh. Aa’ Ocin bekerja sebagai tukang ojek, motor yang dipakai untuk mengojek masih dicicil kreditnya dari hasil usaha mengojek dan kadang membantu mengatarkan Ibu Enh kepasar.

5. Dede’ (21 thn) pendidikan terakhir SMA. Belum menikah dan saat ini tinggal di salah satu pesantren di Kabupaten Bogor, setiap minggu Ia pulang kerumah Ibu Enh untuk meminta uang dan bekal di pesantren.

6. Ikhsan (16 thn) saat ini masih duduk dikelas 2 SMA dan tinggal bersama Ibu Enh. 7. Irwan (13 thn) saat ini masih duduk dikelas 2 SMP dan tinggal bersama Ibu Enh.

Page 126: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

110

Jadi ada 10 orang, termasuk Ibu Enh dan Abah Awo yang tinggal bersama dalam satu rumah. Semua kebutuhannya harus dipenuhi dari usaha ketupat Abah Awo dan Ibu Enah. Weskipun Ibu Enh tidak sekolah (buta huruf) dan Abah Awo hanya menempuh pendidikan sampai kelas 4 SD, Ibu Enh menganggap penting pendidikan untuk anak-anaknya, agar anak-anaknya dapat lebih sukses dari pada hidupnya.

Usaha ketupat keluarga Ibu Enh mengalami kebangkrutan saat terjadi krisis moneter tahun 1997. Krisis moneter ternyata berdampak pada berkurangnya pelanggan yang biasa membeli ketupat dari Abah Awo dan semakin tingginya harga beras yang menjadi bahan baku pembuatan ketupat. Sehingga pada tahun ini usaha Abah Awo tidak mampu bertahan, Abah Awo mengurangi produksi ketupatnya hingga hanya 30 ketupat setiap hari dari yang semula jumlahnya ratusan per hari. Sebagaiman yang diungkapkan oleh Ibu Enha “waktu krismon yang paling sulit neng, pelanggan pada gak beli lagi. Mereka juga tutup usahanya, gak ada yang jajan lagi katanya. Yah kita juga gak bisa salahin mereka. Belum lagi beli berasnya mahal pisan. Sekilonya lima ribuan berapa lagi kita hurus jual ketupatnya. Dari biasanya buat 200 biji, pas krismon Cuma bikin 30 biji. Itu juga sukur kalo laku semua. Pokoknya susah neng, barang-barang di rumah ini pada dijual buat nyukupin ongkos makan sama sekolah anak-anak”. Pada saat mengalami kebangkrutan usaha rumahtangga Ibu Enah menurunkan produksi ketupanya dan menjual barang-barang yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya. Barang-barang yang dijual adalah perabotan dan peralatan elektronik yang mudah diuangkan.

Selain usaha ketupat yang sepi pembeli, usaha lapak sembako Ibu Enh pun terkena penertiban oleh SatPol PP, barang dagangan disita oleh petugas dan abah sempat ditahan selama dua hari di kantor SatPol PP. Abah Awo ditahan di kantor SatPol PP karena abah melawan penertipan tersebut dan melawan petugas yang menyita barang dagangannya. Setelah dilakukan musyawarah akhirnya Abah awo diizinkan pulang oleh petugas. Masa krisis moneter telah membuat usaha Ibu Enh bangkrut. Saat ini Ibu Enh yang menggantikan Abah Awo berjualan di Pasar Anyar. Hal ini dikarenakan Abah Awo sakit dan tidak bisa berjualan lagi di pasar. Setiap hari Ibu Enh berangkat dari rumah pukul 05.00 pagi selepas sholat Subuh. Sebelum berangkat Ibu Enh mempersiapkan dahulu dagangannya dan menyusun ketupat kedalam 2 buah bakul. Jika kebetulan menantunya (Suami Teh Een) akan ke Pasar Anyar, maka Ibu Enh akan ikut serta, namun jika menantunya sudah berangkat terlebih dahulu, maka Ibu Enh naik angkot langganannya untuk menuju Pasar Anyar. Dibutuhkan ongkos Rp. 4.000,- dari rumah Ibu Enh ke Pasar Anyar. Sesampainya ditempat berjualan, Ibu Enh merapikan ketupatnya dan menyusunnya diatas bakul-bakul dan mulai menjajakan ketupatnya.

Setiap hari Ibu Enh membawa kurang lebih 100 buah ketupat, jika ada yang memesan maka Ibu Enh akan menambahkan pembuatan ketupatnya sesuai dengan pemesanan tersebut. Ibu Enh menjual ketupatnya seharga Rp. 1.000,-/ketupatnya. Ibu Enh menjajakan ketupatnya dari jam 05.30 pagi hingga 12.00 siang, hal ini dikarenakan jika hari sudah siang pasar sudah sepi pembeli dan langganan yang biasanya membeli ketupat Ibu Enh adalah tukang sate, ketupat sayur dan ketoprak yang biasanya berbelanja ketupat di pagi hari. “jualannya sampe jam 12.00 siang aja neng, kalo pulang kesorean Abah sering marah, katanya ngapain aja di pasar sampe sore, orang juga udah pasa bubar semua. Laku- nggak laku ya harus balik, tapi emang lakunya pas pagi-pagi aja kalo dah siang udah sepi”. Ibu Enh mengungkapkan jualannya laku dan banyak yang membeli biasanya pada hari sabtu dan minggu, menurut Ibu Enh hal ini dikarenakan banyak pembeli yang mengadakan acara atau sukuran atau memasak sajian yang menggunakan ketupat jadi banyak lakunya. Setelah selesai menjajakan ketupat Ibu Enh langgsung membelanjakan pendapatannya hari itu juga, biasanya Ibu Enh belanja beras untuk membuat ketupat esok hari (satu kali produksi menggunakan 30 liter beras), membeli sembako (beras, minyak sayur, gula) dan bahan makanan. Jadi hasil usahanya diluar modal langsung dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan 10 orang yang tinggal bersamanya. Pukul 13.00 siang Ibu Enh sampai dirumah, menyusun kembali ketupatnya yang tidak habis dijual untuk dijual kembali esok hari dan Ibu Enh makan siang serta beristirahat, biasanya yang melakukan pekerjaan rumah adalah Teh Koyah, anak sulung Ibu Enh yang tinggal bersamanya. Jadi Ibu Enh tidak direpotkan oleh urusan masak dan membersihkan rumah. Ibu Enh biasanya beristirat sampai waktu Ashar tiba (pukul 15.30 sore) sebagai seorang muslim Ibu Enh memunaikan sholat dan melanjutkan membantu mengisi ketupat untuk dijual esok hari. Proses pengisian ketupat ini dibantu oleh cucunya (anak teh Koyah), Irwan dan Teh Koyah, sedangkan Abah sudah tidak mampu untuk membantu. Tugasnya hanya mengawasi dan memberi tahu jika ada kesalahan. Proses pengisian ketupat ini memakan waktu sekitar dua jam. Kemudian ketupat direbus selama 7 jam. Ibu Enh memilih untuk

Page 127: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

111

menggunakan kayu sebagai bahan bakar untuk merebus ketupatnya, karena dinilai paling terjangkau dan bisa diperoleh dengan mudah dari kebun disekitar kampung Ibu Enh. Untuk menjaga agar tidak terjadi kebakaran atau hal-hal yang tidak diinginkan selama memasak, Menantu Ibu Enh (Suami Teh Utih) telah membuat tungku yang aman (seperti tungku pembakatan batu bata) dan dapat menghasilkan panas yang maksimal. Sampai pukul 23.00 wib ketupat diangkat, yang melakukan tugas ini adalah Teh Koyah. Sedangkan Ibu Enh telah beristirahat dari pukul 21.00 wib “kalo Ibu sedah tua neng, gak kuat lagi begadang buat jagain ketupatnya, sekarang Teh Koyah yang bantuin, abis diangkat, ketupat digantung biar keting. Besok paginya Ibu yang susun kedalam bakul abis sholat subuh berangkat kepasar langsung..”

Setiap hari Ibu Enh memperoleh keuntungan kurang lebih Rp. 30.000,- setelah dikurang modal usahanya. Keuntungan ini digunakan untuk makan sehari-hari, uang transport anak-anak sekolah dan sisanya digunakan untuk berobat Abah Awo. Aa’ Ocin yang bekerja sebagai tukang ojek menyumbangkan uang Rp. 300.000/ bulan untuk menambah beli sayur. Untuk pembayaran listrik dan air, Teh Utih (anak ketiga) yang membayar iurannya. Sedangkan keperluan uang sekolah kedua anaknya (Ikhsan dan Irwan) ditanggung bersama oleh anak-anak Ibu Enh yang telah menikah (Teh Een, Teh Utih, yang ekonominya dinilai lebih mapan).

Diakui oleh Ibu Enh, saat ini usahanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari anggota rumahtangganya, ditambah Abah Awo yang sakit-sakitan sehingga tidak dimungkinkan untuk menabung sisa keuntungan. Kadang kala, Ibu Enh harus meminjam uang kepada pedagang disebelahnya, untuk membayar ongkos angkot dari rumahnya ke Pasar Anyar dan akan dibayar ketika ketupat terjual pada hari tersebut. Setiap hari di pasar, Ibu Enh harus membayar Rp. 3.000,-/ hari untuk uang retribusi, keamanan dan kebersihan yang dipungut oleh laki-laki yang berpakaian preman yang dikenal oleh Ibu Enh sebagai petugas pasar. “setiap hari harus bayar neng, Ibu nggak berani macem-macem, maksudnya nunggak atau gak bayar, bisa-bisa besok nggak boleh jualan lagi disini”. Di Pasar Anyar, hanya ada tiga orang penjual ketupat, termasuk Ibu Enh, penjual yang lainya semuannya laki-laki yang merupakan tetangga Ibu Enh dan Abah Awo mengenal mereka dengan baik. Tidak ada persainggan berarti dalam penjualan barang daganggan Ibu Enh, hanya saja pembelinya yang terbatas pada pedagang (yang menggunakan ketupat) dan konsumen yang mengadakan acara khusus. Diakui oleh Ibu Enh bahwa usaha ini menjadi nafkah utama rumahtangganya, sehingga setiap hari Ibu Enh harus berdagang. Ibu Enh libur berdagang hanya pada saat hari saya dan Idul Firti. Ibu Enh menjelaskan penjualannya meningkat saat mendekati lebaran dan Ibu Enh memanfatkan kondisi ini dengan memaksimalkan produksi. Ibu Epn

Ibu Epn (49 thn) adalah seorang pedagang rempah-rempah pembuatan jamu dan alat-alat ritual yang digunakan untuk upacara kematian. Kiosnya berlokasi di Blok D Pasar Anyar. Ibu Epn dilahirkan di Bogor, tahun 1958. Ibunya (orang tua-Bu’ Epn) merantau ke Bogor setelah menikah dengan ayahnya yang seorang polisi. Ibunya telah berdagang rempah-rempah saat Bu’ Epn masih kecil, bisa dikatakan kemampuan berdagang Bu’ Epn diperoleh dari pengalaman yang diberikan oleh Ibunya. Sejak ditingkat SD Bu’ Epon telah sering ikut Ibunya berjualan di Pasar, hingga umur 15 tahun. Selepas pendidikan SMP Bu’ Epon memilih untuk menikah dengan Bapak Ysf yang berprofesi sebagai seorang polisi (Anak buah Bapaknya-Bu’ Epon). Ibu Epn menikah dengan Bapak Yusuf Husein pada tahun 1973, dari pernikahan tersebut Ibu Epn dikaruniai empat orang anak, yaitu : • Eri Ardian (33 thn), Anak pertama, pendidikan terakhir S1, sudah menikah dan memiliki 2

orang anak dan telah memiliki rumah sendiri. Saat ini tinggal di Cipayung, Jakarta. Bekerja sebagai pegawai swasta dan telah mandiri secara ekonomi.

• Indra Aprian (30 thn), Anak kedua, pendidikan terakhir D3, sudah menikah dan memiliki 3 orang anak dan telah memiliki rumah sendiri. Saat ini tinggal di Warung Jambu. Pekerjaan saat ini adalah mengelola beberapa kontrakan.

• Irmadaniati (27 thn), Anak ketiga, pendidikan terakhir S1, sudah menikah dan ikut suami. • Siti Nur Amaliah (24 thn), Anak keempat, pendidikan terakhir D3, sudah menikah dan telah

memiliki rumah sendiri. Saat ini tinggal di Parung Aleng.

Page 128: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

112

Bapak Yusuf meninggal pada tahun 1997 dan saat ini Bu’ Epon memilih untuk tinggal sendiri dirumahnya dan tetap berdagang. Menurut Ibu Epn, Ia akan merepotkan anak-anaknya jika tinggal bersama mereka, lebih baik Ibu Epn tinggal di rumahnya sendiri dan memenuhi kebutuhannya sendiri dari hasil berdagang. Saat ini Ibu Epn tinggal di Cermai Ujung, Warung Jambu. Ibu Epn telah berdagang di Pasar Anyar sejak tahun 1973 (34 tahun berdagang), saat itu Ibu Epn baru saja menikah dengan Bapak Yusuf Husein. Pertama kali berdagang Ibu Epn menggunakan terpal dan mengelar dagangannya di emperan toko di depan Pasar Anyar. Ibu Epn menjelaskan, berdagang merupakan hidupnya, diawali dari semasa kecil (masa sekolah dasar), Bu’ Epon sering kepasar untuk membantu ibunya berjualan. Saat itu, ibunya-Bu Epon juga berjualan rempah pembuat jamu dan peralatan ritual kematian. Hingga saat menikah Ibu Epn memutuskan untuk berdagang sendiri sebagai kegiatan hariannya, hal ini terungkap dari pernyataan Bu Epon “Dari dulu dah dagang mbak, jadi ya bisanya dagang aja. Pas nikah dari pada di rumah aja gak ada kerjaan, mending dagang kan jadi ada kerjaan. Bapaknya juga mengizinkan ya saya dagang aja”. Bu’ Epn memulai usahanya dari berdagang di kakilima pelataran Pasar Anyar, dengan modal plastik yang digelar untuk tempat memajang barang dagangannya. Modal untuk berdagang diperoleh dari tabungan Ibu Epn sendiri dan bantuan dari suaminya. Terjadinya kebakaran di tahun 1974 membuat Ibu Epn kehilangan tempat untuk berjualan. Ibu Epn dipindahkan ke penampungan sementara di Pasar Merdeka bersama pedagang lainnya, sementara pasar kembali di bangun oleh PT Primek. Setelah dua tahun berdagang di pasar Merdeka, Ibu Epn kembali berdagang di Pasar Anyar. Saat bangunan selesai di bangun dan pedagang mulai kembali menempati kios-kios di pasar, Ibu Epn memutuskan untuk membeli satu kios. “Tahun 1976 waktu pasar dah dibangun, Saya beli Kios mbak, maksudnya biar ada tempat dan gak panas-panasan lagi, barang dagangan juga lebih aman ditinggal kalo pas pulang. Waktu itu saya beli kiosnya pake uang hasil jual tanah warisan Bapak (suami Bu’ Epon).” Ibu Epn terus berdagang di kios ini hingga tahun 1987 terjadi kebakaran di Pasar Anyar dan menghanguskan kios milik Bu’ Epn. Ibu Epn mengaku bahwa kebakaran kali ini menghanguskan seluruh barang dagangannya dan Ibu Epn memutuskan untuk berhenti berdagang. Alasan berhenti berdagang juga dikarenakan anak ke empat Ibu Epn yang masih berumur lima tahun butuh perhatian lebih dari Ibu Epn. “Kebakaran gede taun 1987, bikin hangus semua mbak, abis semua modal ibu, ya kiosnya, ya barangnya. Tapi masih untung kita masih dikasih selamet masih sehat. Ya sedih waktu itu, modal abis dan gak ada yang ganti rugi atau apa gitu dari pihak pasarnya. Kita dipindahin dagang ke pinggir jalan, tapi Ibu capek waktu itu, mana si Siti, anak ibu yang nomer empat masih kecil, ya udah ibu berhenti aja dulu dagangnya. Tinggal dirumah aja ngurus anak-anak.” Namun pada tahun 1988 Bu’ Epon memutuskan untuk berdagang lagi, hal ini didorong oleh kebosanan Bu’ Epon yang merasa tidak ada kerjaan kalau hanya di rumah dan mengaurus anak. Bu’ Epon memutuskan untuk berdagang lagi di penampungan sementara pedagang di Jalan MA Salmun, modal berdagangnya diperoleh dari tabungan Ibu Epn dan bantuan dari suaminya. “Ibu mulai dagang lagi pas anak ibu yang nomer empat sudah sekolah, jadi bingung di rumah sendirian. Yo wes lah, ibu minta ijin bapak buat dagang lagi, bapaknya ngedukung malah ditambahin modalnya. Ibu dagang dipasar lag, jualannya sama neng, soalnya sedikit saingannya dan ibu sudah tahu harus beli barang nya dimana dan ngejualnya sama siapa, jadi ibu seneng jualannya.” Satu tahun Bu’ Epn berdagang di Jalan MA Salmun, dan tahun 1989 setelah pasar selesai dibangun Ibu Epn kembali membeli kios di Pasar Anyar. Kios yang dibeli oleh Bu’ Epn saat itu di blok E seharga Rp. 4.500.000,-. Ibu Epn berjualan di kios ini hingga tahun 1996, saat itu terjadi kebakaran besar di Pasar Anyar, kembali kios Ibu Epn hangus terbakat dan menghanguskan semua barang dagangan Ibu Epn. “pas kebakaran besar tahun 1996 yang banyak orang meninggal mbak, ibu bangkrut lagi, kios memang sudah diasuransikan tapi uang penggantinya gak bisa buat beli kios baru, cuma cukup buat modal dagang aja, ibu juga binggung kok bisa kebakaran sampe berkali-kali, tapi tiap kali terbakar pasar beda lagi yang ngurusnya.” Setelah kebakaran Ibu Epn berdagang di penampungan si Jalan Dewi Sartika dengan barang dagangan yang sama (rempah-rempah untuk membuat jamu) pada tahun-tahun ini adalah tahun terberat untuk Ibu Epn, tidak lama setelah kios Ibu Epn terbakar, suami Ibu Epn, Bapak Yusuf meninggal karena sakit dan tahun 1997 terjadi krisis moneter. Ibu Epn harus terus membiayai sekolah keempat anaknya dan memenuhi kebutuhan rumahtangganya sendiri. Usaha Ibu Epn bangkrut pada tahun-tahun ini, Ibu Epn harus menjaul mobil dan rumahnya untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan kebutuhan sehari-hari anak-

Page 129: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

113

anaknya. “tahun yang paling berat itu tahun 1997 mbak, sehabis ditinggal bapak, usaha ibu juga bangkrut, anak-anak lagi butuh uang buat sekolah dan belum bisa mandiri, ibu harus nyari uang sendiri, kalo diinget-inget ibu susah banget waktu itu, kios cuma di emperan jalan, hasil dagang gak seberapa, uang tunjangan bapak juga cukup buat kuliah anak ibu yang nomer saju aja. Ibu jual semua harta yang bisa dijual buat nutupin kebutuhan. Mobil ibu jual, rumah yang lama, terus ibu beli rumah yang agak keci (yang ditinggali saat ini) Uang nya buat biaya sekolah anak sama nambahin modal ibu dagang, mbak” keadaan ini terus berlangsung hingga tahun 2000, Ibu Epn masuk kembali ke Pasar Anyar dengan membeli salah satu kios di Blok D, saat itu pengelola pasar adalah PT Propindo. Ibu Epn membeli kios dengan harga Rp. 17.000.000,-, modalnya berasal dari tabungan Ibu, bantuan dari anaknya dan Bu’ Epon meminjam uang dari rentenir. Selama satu tahun Ibu Epn juan di kios ini, tapi karena menurut Ibu Epn tempat jualannya kurang ‘hoki’ dan sepi pembeli, Ibu Epn memutuskan untuk pindah ke blok C dan menjual kiosnya ke pedagang daging. Pembelian kios di Blok C dilakukan secara kredit dengan menggunakan uang hasil penjaualan kios sebelumnya. Dua tahun berjualan di kios ini Ibu Epn kembali pindah, kali ini alasannya adalah Ibu Epn merasa ada saingannya yang menguna-gunai sehingga setiap kali Ibu Epn ke pasar, ibu merasa sakit dan mulai tumbuh penyakit kulit di seluruh tubuh Ibu Epn “waktu jualan di blok C ibu tau mbak, ada yang nguna-gunai ibu, ibu jadi sering sakit sama muncul gatel-gatel di badan ibu (sambil menunjukan bekas di kulitnya) ibu sih gak mau bales, ibu mending pindah dari sana dari pada nyari masalah. Maksud ibu baik dagang di sini, tapi kalo ada yang nggak seneng ibu binggung juga, ibu nggak pernah mau nyakitin orang” karena merasa tidak aman, Ibu Epn memutuskan untuk pindah ke blok D sebelah selatan dan memilih kios yang menghadap ke timur. Hal ini karena menurut kepercayaan Ibu Epn posisi kios dan arah muka kios menentukan kelancaran berdagangnya, jadi setiap kali pindah tempat berdagang Ibu Epn memilih terlebih dahulu apakah posisi kios dan lokasinya menguntungkan menurut “primbon” yang menjadi kepercayaan Ibu Epn. “kalo pilih tempat buat berdagang, yang bagus menghadap ke timur mbak, kata Ibu saya dulu dan saya dah buktikan sendiri, usaha lebih lancar kalo kios atau tokonya ngadep ke timut mbak.” Hingga saat ini Ibu Epn tetap berdagang di kios ini. Pembelian kios dilakukan secara kredit oleh Ibu Epn dengan meminjam uang dari Bank Buana. Setiap bulan Ibu Epn harus membayar kredit ke Bank sebesar Rp 200.000,00,-/bulan. Untuk memperoleh barang dagangannya Ibu Epn membeli dari produsen yang mendatanginya, Ibu Epn tidak perlu repot-repot untuk mencari rempah-rempah karena ada yang mendatangi dan menawarkan kepada Ibu Epn, sedangkan untuk menjulnya Ibu Epn telah memiliki langganan dan pembeli tetap. “jualan barang kayak gini emang susah lakunya mbak, tapi pasti ada untung nya, malah untungnya gede. Misal, kayak “getah gambir” gini, saya beli Rp. 3.000,-, terus saya jual Rp.4.000,- jadi untunganya lumayan gede. Orang juga butuhnya secukupnya jadi pasti gak di tawar.” Ibu Epn ke pasar setiap hari, dari pukul 08.00 wib, setelah membereskan pekerjaan di rumah, seperti masak dan membersihkan rumah, Ibu Epn pergi kepasar, naik angkot dibutuhkan ongkos sebesar Rp. 4.000,-. Sampai dipasar Ibu Epn Membuka kios dan menata barang dagangannya. Ibu Epn melakukan ritual membaca beberapa ayar Al-Quran sebelum membuka kios, hal ini dipercaya untuk menangkal “santet” atau “guna-guna”, hingga siang hari Ibu Epn menjajakan barang dagangannya, saat makan siang Ibu Epn memakan bekal yang dibawa dari rumah dan menunaikan sholat Zhuhur di mushola pasar. Selama sholat, kios dititipkan kepada pedagang disebelahnya (Kios bang Amir). Ibu Epn menutup kiosnya pukul 16.00 wib dan bersiap untuk kembali ke rumah. Saat ini Ibu Epn tinggal sendiri, sampai di rumah Ibu Epn beristirahat. Setiap malam Selasa dan malam Jumat Ibu Epn mengikuti pengajian di komplek rumahnya. Dan Ibu Epn mengikuti arisan di pasar (Sesama pedagang) dengan membayar Rp. 5000,-/hari dan ditarik tiap 10 hari. Alasan Ibu Epn mengikuti arisan adalah agar bisa menyisihkan uang hasil uasahanya dan menambah keakrapan antara sesama pedagang. Keuntungan yang diperoleh oleh Ibu Epn dari usahanya adalah Rp. 30.000,- sampai Rp. 35.000,- per hari. Dalam satu bulan Ibu Epn bisa memperoleh Rp. 900.000,00,-. Uang ini digunakan untuk makan sehari-hari oleh Ibu Epn. Karena Ibu Epn tidak memiliki anggota rumahtangga yang harus ditanggungnya, sisa uangnya ditabung atau untuk membeli barang yang diinginkan oleh Ibu Epn. Tiap bulan anak-anak Ibu Epn juga memberikan uang untuk Ibu Epn. Sebenarnya anak-anak Ibu Epn sudah menyuruh Ibu Epn untuk berhenti berdagang dan tinggal bersama mereka, tetapi Ibu Epn menolak, karena menurut Ibu Epn jika tidak berdagang maka Ibu Epn bisa bosan dirumah seharian. Penjualan ramai saat pagi atau sore hari, hal ini dikarenakan

Page 130: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

114

pembuat jamu membeli bahan untuk membuat jamu pada sore hari atau pagi hari. Sedangkan untuk barang-barang untuk ritual kematian tidak tentu lakunya. Ibu Epn libur jualan jika ada hajatan atau keundangan, hari besar seperti lebaran, atau jika sedanga sakit.

Ibu Krs Ibu Krs (43 tahun) memiliki dua kios di Pasar Anyar, keduanya berada di Blok C dan posisinya berhadapan satu sama lainya. Kios yang pertama menjual berbagai kebutuhan pokok, seperti beras, minyak sayur, telur (Sembako) dan meja di depan kios digunakan untuk menjual ayam. Kios kedua, menjual berbagai macam sayuran. Usaha berdagang yang dilakukan oleh Ibu Krs diawali dari sejak kedatangan Ibu Krs tahun 1976 ke Bogor. Saat itu, Ibu Krs telah menamatkan pendidikan SD dan ikut kakaknya metantau ke Bogor, dan membantu kakaknya berjualan di pasar. Profesi kakaknya Ibu Krs adalah pedagang sayur di pasar dan memiliki warung di rumah, jadi Ibu Krs menjaga warung yang ada di rumah, Ibu Krs baru berusia 12 tahun saat pertama kali tiba di Bogor. Tahun 1979, Ibu Krs menikah dengan Bapak Swanto yang dikenalkan oleh kakaknya. Bapak Swt juga merantau dari Jawa Tengah untuk bekerja di Bogor. Dari pernikahannya tersebut, Ibu Krs dikaruniai empat orang anak, yaitu: 1. Marjuki (27 tahun), belum menikah dan saat ini masih tinggal bersama Ibu Krs, pendidikan

terakhir S1. Bekerja di Jakarta sebagai karyawan swasta. 2. Nani (25 tahun), belum menikah dan saat ini masih tinggal bersama Ibu Krs, pendidikan

terakhir D3. 3. Ugo (19 tahun), belum menikah dan saat ini sedang menempuh pendidikan S1 (tingkat 3) di

Kota Bandung. 4. Uca’ (12 tahun), saat ini masih duduk dibangku SD kelas 6 dan tinggal bersama Ibu Krs. Dirumah ada 5 orang, termasuk Ibu Krs dan Bapak yang harus dibiayai, selain itu ada tiga orang pembantu (bantu-bantu dagang) yang juga tinggal bersama di rumah Ibu Krs. Setelah menikah, Ibu Krs memutuskan untuk mengontrak rumah sendiri dan berpisah dari kakaknya, Ibu Krs akhirnya mengontrak rumah di Kampung Sawah dan memutuskan untuk menjadi pedagang ayam di Pasar Anyar. Pak Swt saat itu bekerja sebagai supir angkutan barang. Modal untuk berdagang diperoleh dari uang tabungan Ibu Krs dan bantuan suaminya, Ibu Krs juga menjual beberapa perhiasan miliknya untuk modal usaha. Pertama masuk ke Pasar, Ibu Krs berdagang di kakilima di emperan toko di jalan MA Salmun, seberang rel kereta. Ibu Krs berdagang dengan membawa meja sendiri dan payung, pertama jualan ibu Krs hanya berani membawa 5 ekor ayam untuk dijual. Ibu Krs menyatakan ayam di peroleh dari peternak dan langsung dipotong, Ibu tinggal menjualnya. “waktu pertama dagang pas paitnya itu mbak, dagangnya di kaki lima toko di deket rel kereta. Ibu pertama dagang ayam, cuma berani bawa lima ekor (sambil tertawa), sesuai modal juga sih. Pas awal-awal ayam lima ekor juga kadang nyisa, nggak habis. Modalnya ketombokan terus.” Selama tiga tahun Ibu Krs berjual di kakilima, masa ini adalah masa terberat bagi Ibu Krs karena usahanya ini harus dilalui sambil mengandung anak pertamanya dan anak keduanya. “waktu itu ibu hamil anak pertama ibu, ibu tetap jualan. Kepikiran juga mbak, rumah ngontrak, bapak pendapatannya tidak menentu, cabang bayi juga nanti harus banyak biayanya, buat makan, sekolahnya. Jadi ibu terusin aja jualannya, lumayan buat nambah uang sayur tiap hari, malah masih bisa buat nabung. Pokoknya dulu itu ibu mikir, ibu harus dapat uang buat anak-anak ibu.” Namun tahun 1983, ketika anak kedua Ibu Krs berumur 1 tahun, Ibu Krs memutuskan untuk berhenti berdagang di kaki lima, hal ini dikarenakan kesehatan Ibu Krs yang menurun dan suaminya tidak mengizinkan lagi Ibu Krs berdagang di kaki lima. Usaha Pak Swt yang lebih baik pada tahun-tahun ini juga membuat Ibu Krs mau untuk berhenti berdagang. “tahun 1983, ibu berhenti dagang kaki lima, soalnya ibu sakit-sakitan mbak, si Nani (anak ke-dua) kuat banget nyusunya, jadi kasihan kalau harus di tinggal-tinggal. Usaha bapak waktu itu lebih maju, bapak sudah punya 2 mobil sendiri, jadi juragan angkutan barang kecil-kecilan mbak, jadi ekonomi keluarga lumayan bagus. Malah ibu dah beli rumah sendiri waktu itu di pondok rumput, deket rumah kakak” Tahun 1985, saat anak Ibu Krs sudah cukup dewasa (3 tahun), Ibu Krs memutuskan untuk berjualan lagi di pasar, alasannya adalah Ibu Krs bosan bila terus ada di rumah tanpa melakukan kerja apa pun “waktu Nani umur 3 tahun Ibu jualan lagi mbak, ibu bosen kalo di rumah terus, pagi bapak kerja, Juki (anak pertama) sekolah, Nani’ masuk TK, ibu bosen kalo kerjanya bersih-bersih dan masak terus. Kan kalo siang nggak ada kerjaan lagi. Dengan

Page 131: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

115

bantuan kakak, ibu akhirnya dagang lagi, tapi bapak ndak bolehin kalo di kaki lima, jadi ibu ngusahain beli kios, kalo punya kios kan gak panas-panasan, terus kalo bawa Nan’i ke pasar, dia bisa tidur siang di kios. Bapaknya setuju kalo dagang di kios, yo wes, ibu jualan lagi.” Ibu Krs membeli kios seharga 10 juta rupiah dari pedagang yang ingin menjual kiosnya. Kios itu terletak di Blok D Pasar Anyar. Pembayarannya secara keredit selama tiga tahun. Untuk mengurus surat izin usaha (kartu kuning) Ibu Krs dibantu oleh suaminya dan memakai nama suaminya dalam surat kepemilikan kios. Uang untuk membeli kios diperoleh dari pinjaman dari Bank Buana atas nama Pak Swanto. Tahun 1987, terjadi kebakaran di Pasar Anyar dan mengakibatkan kios Ibu Krs juga ikut terbakar. “pas kebakaran tahun 1987, kios baru lunas dicicil mbak, udah hangus kebakar, wes ben...ibu bangkrut, waktu itu kios nggak diasuransi-in, jadi ruginya ditanggung sendiri.” Dari sisa tabungan yang di miliki, Ibu Krs tetap berdagang ayam di penampungan sementara, yaitu di jalan MA Salmun. Tiga tahun Ibu Krs berdagang di awuning yang dibangun sebagai pasar sementara. Tahun 1989, saat pasar telah selesai dibangun, Ibu Krs kembali mendapat kios di pasar, hal ini terjadi karena Ibu Krs telah memiliki kios sebelumnya, jadi saat pasar selesai dibangun, pedagang yang memiliki kios boleh memilih terlebih dahulu kios mana yang diinginkan untuk usaha. Walau harus tetap membayar kepemilikan kios tersebut pada pengelola. Ibu Krs membeli kios yang ada di Blok C, alasannya adalah lebih ramai pembeli. Hingga tahun 1995 Ibu Krs terus berdagang di pasar dan menambah barang dagangannya, tidak hanya berjualan ayam, tetapi juga berjualan berbagai bahan pokok. Menurut Ibu Krs usahanya terus mengalami kemajuan, setiap hari bisa menjual 50 ekor ayam dan mendapat keuntungan Rp. 100.000/hari. Usaha suaminya pun berkembang, tidak hanya usaha jasa pengangkutan, tetapi juga usaha ternak ayam. “tahun 1990-an itu usaha ibu lagi jaya-jayanya, jualan ibu untung besar, ayam bisa habis 50 ekor satu harinya, sudah punya langganan, terus jualan sembako ibu maju, untungnya sehari bisa Rp. 100.000,-, ibu bisa nabung mbak, rumah juga dibangun biar bagus, usaha bapak juga berkembang, bapak nyoba ternak ayam, biar ibu nggak nyambut ayam ke orang lain, kalo bapak ternak, ibu yang jual kan untungnya lebih banyak. Kalo di inget-inget waktu itu yang paling jaya ya..(sambil tersenyum)”. Kebakaran besar taun 1996 dan menyusul krisis moneter tahun 1997, membuat usaha Ibu Krs bangkrut. Kebakaran tahun 1996 menghanguskan kios Ibu Krs besarta barang dagangannya, Ibu Krs telah mengasuranikan kiosnya, sehingga mendapat pengganti untuk kiosnya yang terbakar, namun jumlah itu tidak dapat menutupi semua kerugian yang Ibu Krs derita. Saaat krisis moneter melanda Indonesia, Ibu Krs tetap berdagang di penampungan, di sekitar Pasar Merdeka, pada masa ini, kesulitan ekonomi juga melanda raumahtangga Ibu Krs, setelah kiosnya terbakar, usaha ternak ayam Pak Swt juga “gulung tikat” karena menderita kerugian, tetapi tidak sampai menjual aset-aset yang dimiliki. Tabunggan yang dimiliki oleh Ibu Krs mampu menopang ekonomi keluarga yang sedang mengalami krisis. “sehabis kebakaran kan krismon ya neng, waduh..itu bikin bangkrut usaha ibu, ibu tetap dagang di penampungan biar dapat pemasukan tiap hari, walau sedikit. Usaha ternak ayam bapak bangrut waktu itu, biaya melihara ayamnya lebih gede dari pada harga jualnya. Tapi ibu nggak jual-jual barang buat nutupin rugi, dari tabungan aja diambil buat uang anak sekolah sama keperluan lain. Kalo uang buat makan sehari-hari ya dari usaha dagang ibu.” Tahun 2000, pasar selesai dibangun oleh pihak pengelola (PT Propindo), pedagang yang kiosnya terbakar, memiliki hak untuk memilih kios mana yang akan dibelinya, Ibu Krs masuk kembali ke Pasar, karena menurutnya memiliki kios adalah memiliki kepastian usaha, istilahnya ‘punya tempat aman di pasar’. Ibu Krs membeli 2 kios sekaligus, yaitu kios yang ada di Blok C yang ditempati hingga sekarang dan kedua kios tersebut posisinya saling berhadapan. Modal untuk membeli kios berasal dari keuntungan usaha yang telah diperoleh selama berdagang di penampungan, tabungan Ibu Krs dan bantuan dari suaminya (menjual 1 mobil angkutan barang). Kios pertama dibeli oleh Ibu Krs seharga Rp. 20.000.000,- dari tangan kedua dan kios kedua dibeli dengan harga Rp. 17.000.000,- pembelian ini dilakukan secara tunai. Hingga kini Ibu Krs terus berdagang di kedua kios tersebut. Kios pertama menjual sembako dan ayam dibantu oleh Mbak Prt (20 tahun) untuk menjaganya setiap hari. Kios kedua digunakan uantuk berjualan sayur-sayuran dan di bantu oleh Mbak Sr (19 tahun) untuk menjaganya setiap hari. Ibu Krs, saat ini hanya bertindak sebagai pemilik dan pengawas terhadap usahanya, Ia hanya ke pasar setiap hari Rabu, untuk mengontrol kerja dari Mbak Pri dan Mbak Sr. Ibu Krs saat ini masih mengurus usahanya dalam hal pembelian barang-barang yang akan dijual, seperti ayam, sembako dan sayur-sayuran. Jadi tidak terlibat dalam penjajaan barang di pasar. Sembako

Page 132: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

116

diperoleh dari pembelian kepada distibutor yang lebih besar, yaitu toko cina yang ada di jalan MA Salmun (tempat Ibu Krs berdagang kakilima di pelatarannya) Ibu Krs belanja tiap 2 minggu 1 kali dan tiap belanja menghabiskan uang sekitar Rp. 2.000.000,- keuntungan dari usahanyanya adalah 15 % dari modalnya jadi kurang lebih Rp. 300.000,-. Untuk ayam, Ibu Krs memperolehnya dari usaha ternak suaminya yang saat ini kembali diusahakan. Setiap hari Ibu Krs mampu menjual 40 ekor ayam, dengan keuntungan Rp. 35.000,-/hari. Sementara itu usaha ternak suaminya juga mengalami masa sukses, dimana setiap hari mampu menjual 400 ekor ayam ke pedagang ayam yang telah menjadi langganan. Ibu Krs juga membantu usaha suaminya tersebut. Untuk sayur-sayuran, Ibu Krs membeli sayurannya di pasar Bogor, pada malam hari pukul 9 malam, di antar oleh suami atau supir. Setelah dibeli, sayuran dibawa pulang kerumah, esok hari sekitar pukul 05.00 Wib di bawa ke pasar (sekalian mengantar Mbak Sr) dan di tata oleh Mbak Sr untuk dijual pada pagi hari hingga sore hari, untuk jualan sayur-sayuran, Ibu Krs mengaku telah mempercayakannya pasa Mbak Sr sepenuhnya, Ia hanya membeli sayur yang akan dijual dan menerima laporan serta keuntungan usaha. Keuntuan usaha sayuran kurang lebih Rp. 100.000,-/ hari. “jualannya sekarang di jaga sama anak-anak (Mbak Sr dan Mbak Prt), ibu Cuma beli barang sama ngontrolnya aja, ngitung uangnya (sambil tertawa)..yang paling banyak untungnya itu yo, jualan sayur, untunganya cepet tapi barangnya juga cepet rusak, kalo laku semua yo, alhamdulillah Mbak. Saya percaya sama anak-anak, mereka bisa menjalankan usaha ini, sama waktu saya bantuin kakak, siapa tau nanti kalo mereka sudah menikah mereka juga bisa dagang sendiri.” Dari usaha dagangnya Ibu Krs mengaku telah naik haji dan pergi umroh bersama suaminya, selain itu, investasi dari hasil usahanya juga dibelikan tanah oleh Ibu Krs di daerah Kampung Sawah dan Cilodong. Ibu Krs mengaku kesuksesan usahanya berasal dari kerja keras dan dukungan suaminya “kalo sekarang usaha ibu sudah enak mbak, ibu ndak usah capek-capek mesti bolak-balik ke pasar kayak dulu, ada yang bantuin, usaha bapak juga lancar, jadi bisa bantu orang lain, ibu naik haji tahun 2006 sama umroh tahun 2004 juga hasil dari dagang, alhamdulillah, wong rezekinya dari Allah yo, harus bersukurnya sama Allah. Ibu juga selain nabung, keuntungan ibu beliin tanah buat bekel anak-anak biar nanti bangun rumah sendiri-sendiri. Mbak Sr sama Mbak Prt ini nanti kalo mau menikah ibu biayaain (sambil tersenyum melihat kedua pembantunya).” Ibu Krs juga mengikuti arisan di pasar, Arisan Blok tempat Ia berdagang, anggota arisan berjumlah 10 orang dan membayar tiap hari sebesar Rp. 50.000,-, setiap anggota yang menarik uang arisan tiap minggu mendapat Rp.3.500.000,-. Ibu Krs mengaku mengikuti arisan untuk menabung dan sebagai sarana untuk bersosialisasi dengan sesama pedagang. Dirumah, Ibu Krs juga mengikuti pengajian di komplek rumahnya, pengajian dilakukan di rumah anggota dan bergantian tiap minggunya, pengajian dilakukan satu minggu 1 kali, setiap malam Jumat.

Ibu Ngm Ibu Ngm (47 tahun) adalah seorang pedagang rempah-rempah dan daun pisang di

kakilima pelataran pertokoan di jalan Dewi Sartika (di depan Pasar Anyar). Sudah sejak tahun 1993 Ibu Ngm berjualan di Pasar, jadi sudah 15 tahun berdagang di Pasar Anyar. Namun sebelum berjualan di kakilima, Ibu Ngm juga pernah menjadi “mbok pecel”, atau dagang pecel keliling dengan bakul. Pekerjaan ini dijalani oleh Ibu Ngm saat pertama kali tiba di Bogor, sebelum pindah ke Bogor Ibu Ngm bekerja sebagai petani dan menggarap sawahnya sendiri. Ibu Ngm lahir di Jawa Tengah, Solo tepatnya, semasa kecilnya hingga Ia menikah di habiskan di kota tersebut. Hingga tahun 1987, Ibu Ngm ikut suaminya merantau ke Bogor. Alasan utama migrasi ini adalah untuk mencari penghasil yang lebih baik, karena menurut Ibu Ngm sawah yang digarapnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya lagi.

Ibu Ngm menikah dengan Bapak Tn tahun 1974, saat itu Ibu Ngm baru berumur 14 tahun dan hanya menempuh pendidikan hingga kelas 4 SD. Orang tua Ibu Ngm yang bekerja sebagai buruh tani, hanya mampu menyekolahkannya sampai tingkat itu. Dari pernikahannya, Ibu Ngm dikaruniai 5 orang anak, yaitu: 1. Paridi (30 tahun), Pendidikan terakhir SMA, telah menikah dan telah memiliki 1 orang anak.

Saat ini tinggal di Solo memiliki rumah sendiri dan bekerja sebagai petani. 2. Abdullah Paroto (25 tahun), pendidikan terakhir SMA, telah menikah dan saat ini menjadi

ustad di salah satu pondok pesantren yang ada di Lamongan. Memiliki rumah sendiri.

Page 133: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

117

3. Nani Retnowati (20 tahun), pendidikan terakhir SMP, telah menikah dan memiliki 2 orang anak. Saat ini tinggal bersama suaminya di Jakarta dan bekerja sebagai penjual jamu.

4. Isnaini Retnowati (17 tahun), pendidikan terakhir SMP. Telah menikah dan memiliki seorang anak. Saat ini tinggal di Solo, dirumah Orang tua Ibu Ngm.

5. Sigit Purnomo (15 tahun), Saat ini masih duduk dibangku SMA, ikut dengan majikan Bapak Tn (dulu bekerja sebagai kuli bangunan) di Surabaya. Sekolah dibiayai oleh majikannya dan hanya pulang ke Solo saat lebaran.

Saat ini Ibu Ngm dan suaminya harus tetap membiayai orangtua Ibu Ngm, dua anaknya yang belum mandiri secara ekonomi (Isna dan Sigit).

Setelah menikah Ibu Ngm pindah kerumah keluarga suaminya dan bekerja sebagai petani menggarap sawah yang diwarisi oleh suaminya. Saat anak pertama lahir, Ibu Ngm masih menumpang di rumah mertuanya dan sesekali pulang ke rumah orang tuanya. Tahun 1984 suami Ibu Ngm merantau ke Bogor dan bekerja sebagai kuli bangunan. Karena suaminya merantau Ibu Ngm yang menggantikan suaminya mengurus sawah dan menjaga kedua orang anaknya. Saat itu Ibu Ngm memilih untuk tinggal di rumah orang tuanya. Pekerjaan mengurus sawah dinilai cukup memberatkan buat Ibu Ngm, namun hal ini harus dilakukan karena merupakan nafkah utama keluarga. Suami Ibu Ngm pulang tiap 3 bulan satu kali dan membawa uang dari Bogor, uang tersebut adalah hasil bekerja sebagai kuli bangunan. Uang tersebut digunakan untuk kebutuhan sekolah anak-anak Ibu Ngm dan sisanya ditabung. Kebutuhan sehari-hari dipenuhi dari hasil panen sawah dan upah harian Ibu Ngm sebagai buruh tani.

Tahun 1987, Ibu Ngm memutuskan untuk ikut kerja di Bogor dan meninggalkan kedua anaknya di Solo. Hal ini dilakukan karena sawah yang selama ini diusahakan oleh Ibu Ngm dinilai tidak mencukupi lagi kebutuhan rumahtangganya. Harga bibit padi yang harus dibeli dan penggunaan pupuk telah membuat usaha sawah Ibu Ngm lebih besar pasak dari pada tiang. Pengelolaan sawah di berikan kepada anak pertamanya dan orangtua Ibu Ngm. “pindah ke Bogor alasanya sawahnya gak nyukup lagi buat makan. Dulu harga pupuk sama bibit mahal jadi biaya buat melihara padi lebih gede dari pendapatan waktu jual. Rugi terus. Ibu akhirnya pindah ke Bogor, ongkosnya dari hasil panen. Waktu itu pas-pasan banget, anak-anak juga ibu tinggal sama eyang nya. Demi keluarga Mbak, ibu kerja di Bogor.” Di Bogor, Ibu Ngm tinggal di kontrakan yang telah ditempati dahuluan oleh suaminya, kontrakan tersebut ada di Ciheuleut. Saat tinggal di kontrakan Ibu Ngm harus berbagi ruangan dengan teman suaminya, hal ini dikarenakan suami Ibu Ngm membagi biaya kontarakan dengan temannya. rumah kontrakan di bagi dengan kain yang dibentangkan sebagai sekat antara sisi yang menjadi ruangan untuk teman Ibu Ngm dan sisi lainya digunakan sebagai kamar tidur untuk Ibu Ngm dan suaminya. Tidak lama setibanya di bogor, Ibu Ngm berkenalan dengan Ibu Sjm yang berprofesi sebagai pedagang pecal di kakilima. Dari Ibu Sjm inilah Ibu Ngm belajar dan berinisiatif untuk berdagang pecel keliling dengan menggunakan bakul. Modal berdagang di peroleh dari hasil pinjam dari Ibu Sjm dan sedikit uang dari suaminya. Setiap pagi Ibu Ngm berkeliling menjajakan pecelnya di komplek-komplek perumahan dan pasar Bogor. Sayuran sebagai bahan pecel dibeli sore hari di Pasar Bogor dan pagi harinya Ibu Ngm bangun sekitar pukul 03.00 wib untuk merebus sayuran dan menggiling bumbu pecal. Setelah sholat subuh, Ibu Ngm berangkat dengan bakul nya berjualan di pasar atau keliling di komplek perumahan. Pulang ke kontrakan sekitar pukul 15.00 wib, atau setelah dagangannya habis terjual. “pertama datang ke Bogor, Ibu jualan pecel, di bantuin sama saudara ibu, nama Yu Sjm. Dagang pecel lama ibu dulu, 5 tahun. Tapi lumayan uangnya bisa buat bayar kontrakan sama makan de-2. masih bisa nabung juga. Kalo dagang kan uangnya dapatnya cepet, tiap hari pasti balik uang modalnya. Kalo bertani susah, lama paling ndak 4 bulan baru dapet uang.”

Setelah satu tahun tinggal di Bogor, Ibu Ngm dan suaminya mengontrak rumah sendiri di Bantar kemang, rumahnya cukup besar dengan satu kamar tidur, ruang depan dan dapur serta memiliki kamar mandi sendiri. Selama empat tahun berikutnya Ibu Ngm menempati rumah ini. Tiap 3 atau 4 bulan Ibu Ngm pulang ke Solo untuk menengok anak-anaknya. Hanya anak ke-3 yang lahir di Bogor dan dirawat langsung oleh Ibu Ngm. “tiap 3 atau 4 bulan Ibu Pulang ke Solo, nengok anak-anak sama Mbah (Ibunya). Sawah masih di usahain sama anak ibu yang pertama. Kadang ibu bawa uang ke Solo, kadang Ibu yang dikasih uang. Anak-anak ibu belum ada yang berhasil, jadi biaya semua masih ibu sama bapak yang ngusahain,”

Tahun 1993, Ibu Ngm beralih profesi sebagai pedagang kaki lima. Hal ini terjadi karena setelah kelahiran anak ke-5 nya kesehatan Ibu Ngm menurun dan tidak kuat untuk menjajakan pecel keliling komplek lagi. Akhirnya dengan uang tabungan dan menjual perhiasan. Ibu Ngm

Page 134: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

118

beralih profei menjadi pedagang kakilima di Pasar Anyar. Tepatnya di Jalan Dewi Sartika. Waktu itu izin dan tempat berdagang diperoleh dari lapak milik pedagang lain yang dijual kepada Ibu Ngm. “jadi waktu itu, Ibu di tawarin buat beli izin sama lapak tempat jualan dari orang padang, ibu lupa namanya. Dia berhenti dagang. Ditawatin ke Ibu dengan harga Rp. 300.000,- Ibu dapet meja sama tempat buat jualan. Ibu cerita ke Bapak, terus di izinkan buat berdagang di pasar, akhirnya ibu mulai dari situ berdagang di pasarnya.” Pilihan untuk berdagang rempah-rempah diambil karena harga rempah-rempah murah saat itu dan banyak orang yang membeli rempah-rempah. Selain itu, karena komuditas ini sudah akrab bagi Ibu Ngm sehingga Ibu yakin mampu memperoleh untung dari berdagang rempah-reppah dan bumbu dapur. “Ibu jualan rempah-rempah kayak gini karena sudah biasa mbak (Bisa maksudnya akrab dengan kehidupan keseharian), jadi ibu bisa tau yang harganya murah tapi barangnya bagus. Ibu yakin bisa untung. Wong jualan yo pasti nyari untung kan? (sambil tersenyum).”

Bapak Tn masih terus jadi kuli bangunan, dan bila sepi order, Bapak Tn menjadi kuli angkut barang di pasar atau membantu Ibu Ngm berjualan. Kebakaran tahun 1996 membuat usaha dagang Ibu Ngm tergusur, karena tempat Ia berjualan ditertibkan dan digunakan sebagai penampungan bagi pedagang yang kiosnya terbakar. “pas kebakaran gede, ibu di gusur mbak, barang dagangan ibu di suruh pindahin. Tempat ibu jualan di gusur, biubah jadi lapak-lapak buat pedagang yang kiosnya terbakar. Ibu terpaksa dagang di emperan toko deket sini juga (sambil menunjuk toko sekitar 20 meter dari tempat wawancara).” Saat itu Ibu Ngm tidak melakukan perlawanan apa-apa, yang terpenting untuk Ibu Ngm adalah Ia masih bisa tetap berjualan di pasar. Selama 4 tahun Ibu Ngm berjualan di emperan toko tersebut dan bertahan jika ada yang menggusur atau menyuruhnya pindah. “asal bayar retribusi tiap hari, ibu tetap bisa jualan mbak, retribusinya Rp.1500,-/ hari dan ditagih sama orang yang badannya gede, ibu sih kenalnya preman pasar itu. Tapi selagi ibu aman jualannya bayar segitu nggak apa-apa.”

Saat pembangunan Awuning tahun 2004, Ibu Ngm bisa menempati salah satu lapak yang dibangun di dalam awuning. Dengan membayar Rp. 300.000,- kepada pengelola pasar “yang disebut Ibu Ngm Orang Berseragam” Ibu Ngm memperoleh satu lapak dan dilengkapi meja untuk menggelar dagangannya. Usaha Ibu Ngm mencapai kejayaannya pada tahun-tahun ini dengan mendapat keuntungan Rp.35.000,-/ hari dan mampu mengirim uang lebih banyak ke Solo. “Waktu jualan di awuning yang paling banyak untungnya. Ibu dagangnya enak, nggak panas-panasan, barang juga bisa di simpen di lemari di bawah meja. Lebih tenang jualannya. Dagangan ibu lancar, Ibu bisa ngirim uang lebih banyak ke Solo, bisa nabung juga meski dikit-dikit. Oh iya, ibu juga waktu itu ikut arisan. Tiap hari bayarnya Rp. 5000,- nanti kalo pas narik dapet Rp.500.000,-.” Pada tahun ini juga Ibu Ngm pindah ke Pondok Rumput, mengontrak rumah dengan dua kamar, satu ruangan tamu dan memiliki dapur serta kamar mandi. Hingga saat penelitian dilakukan Ibu Ngm masih tinggal di rumah ini. Pembongkaran awuning tahun 2007, tepatnya Oktober kemarin, membuat Ibu Ngm kehilangangan tempat berdagangnya, Ibu Ngm memahami bahwa awuning akan di bongkar demi pengembalian fungsinya sebagai jalan dan jalur angkot. Namun menurut Ibu Ngm, pedagang kecil seperti dirinya harus diperhatikan juga, karena berdagang kecil-kecilan inilah mata pencaharian utamanya, jika tidak berdagang maka keuangan keluarga akan hancur. “ibu ngerti pembongkaran awuning untuk ngebalikin lagi jalanan buat angkot, tapi pedagang kecil kayak kita kenapa digusur-gusur terus. Maunya beli kios di dalem pasar, tapi nggak punya duitnya. Wong harganya puluhan juta. Yo gak sanggup. Kalo dikasih murah yo masih mending. Kita malah di suruh pindah ke Laladon, lah sepi pembelinya nanti kita malah yang nggak makan.” Saat ini Ibu Ngm tetap berjualan, di emperan sebuah warung bakso di Jalan Dewi Sartika, Ia bersama pedagang lain tetap berdagang walau seringkali diusir oleh petugas SatPol PP. Saat di tertibkan, mereka membawa dagangannya ke sebuah gang di pingir pasar, namun saat petugas telah pergi, mereka kembali menggelar dagangannya. Ibu Ngm menyebut ini sebagai ‘gusuran’, jadi jika ada petugas SatPol PP datang, Ibu Ngm langsung sibuk membereskan dagangannya dengan tergesa-gesa dan menyembunyikannya di gang dekat ia menggelar dagangannya.

Ibu Ngm memperoleh barang daganganya dari pasar Bogor, Ia membelinya pagi hari, sekitar pukul 03.00 wib dan ditemani oleh suaminya Ia membawa daganganya ke tempat Ia berjualan. Pukul 05.00 wib ia telah menata dagangannya dan siap menjajakan kepada pelanggan. Ibu Toni menjajakan dagangannya hingga pukul 15.00 wib dan membereskan dagangannya. Ditaruh dalam peri kayu atau karung di letakkan di sudut dekat warung bakso dan dititipkan kepada pemilik warung bakso. Ibu Ngm percaya pada tukang bakso, karena tukang bakso berjualan sampe malam hari dan barang dagangan Ibu Ngm selalu aman hingga saat ini. Ibu

Page 135: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

119

Ngm pulang ke kontrakannya dan masih harus memasak untuk makan malam. Pak Tn pulang sekitar pukul 17.00 wib dan beristirahat. Setelah makan malam pukul 18.00 wib, Ibu Tini beristirahat pukul 20.00 wib, untuk menyiapkan stamina untuk berdagang esok hari. Jika Ibu Ngm pulang ke Solo, Bapak Toni membeli makan diluar. Saat ingin pulang ke Solo, telebih dahulu Ibu Ngm menghabiskan dagangannya atau membawa pulang ke rumah karena esok hari ia akan libur berdagang.

Modal yang dipakai untuk membeli rempah-rempah adalah senilai Rp. 300.000,- dan baru akan kembali sekitar tiga hari. Keuntungan yang diperoleh oleh Ibu Ngm dari usahanya sebesar Rp. 900.000,-/ bulan. Keuntungan ini di bagi untuk kebutuhan sehari-hari mereka berdua senilai Rp.250.000,- dan untuk di kirim ke Solo Rp. 500.000,- dan sisanya Rp. 150.000,- lagi untuk di tabung jika ada hal mendadak atau untuk berobat jika sakit. Pak Tn sendiri mendapat upah dari kerjanya senilai Rp. 600.000,-/ bulan. Digunakan untuk biaya makan, membayar kontrakan, air, listrik dan biaya rokok Pak Tn tiap bulan. Saat ini Ibu Ngm tidak mengikuti arisan ataupun pengajian apapun karena tidak memiliki uang untuk membayar arisan. Namun Ibu Ngm mengaku usahanya masih cukup untuk membiayai keluarganya sehingga Ia masih bertahan hingga saat ini.

Ibu Tn

Ibu Tn (32 tahun) adalah seorang pedagang kakilima yang menjual pakaian dalam (Underwear) di pelataran kakilima Sebelah utara blok C Pasar Anyar. Saat ini Ibu Tn tinggal di, Laladon Indah Rt.02/Rw.08 Sawah baru. Ibu Tn menikah dengan Bapak Ln pada tahun 2000 dan dari pernikahannya Ibu Tn dikaruniai tiga orang anak, yaitu : 1. Widiani S. (6 thn), saat ini duduk di kelas 1 SD. 2. M. Ramdhani (4 thn) 3. Elinda Amal S. (5 bln) Dalam rumahtangga Ibu Tn ada 5 orang yang menjadi tanggungan keluarga. Karena anak ke tiga Ibu Tn masih balita, Ibu Tn meminta bantuan orang tuanya untuk menjaga anak ketiganya. Jadi untuk saat ini ada enam orang yang menjadi tanggungan Ibu Tn

Ibu Tn berasal dari etnis sunda dan lahir di Bogor, sebelum menikah Ibu Tn tinggal dengan orang tuanya dan sekolah sampai tingkat SMU. Sedangkan suami Ibu Tn, Bapak Ln berasal dari Medan (Suku Batak) yang merantau ke Jakarta, juga tamatan SMU. Sebelum berjualan di pasar, Ibu Tn pernah bekerja di kantor penerbitan surat kabar Suara Pembaruan Bogor (tahun 1994). Ibu Tn bekerja di divisi pemasaran. Saat itu Ibu Tn belum menikah. Ibu Tn menjelaskan kerjanya lebih ringan dari pada berdagang seperti sekarang. “Dulu pas kerja di Koran, enak neng. Punya uang sendiri, kerjanya juga gak capek-capek banget. Cuma nyatat koran yang keluar terus ngurus pembayaran. Jadi pas gajian uang nya lumayan bisa jajan atau belanja sama temen-temen.” Saat bekerja di kantor penerbitan Ibu Tn mendapat sip sore hari, jam 14.00-17.00 wib. Di pagi harinya, Ibu Tn bekerja sebagai penjaga toko pakaian milik temannya. Dari sinilah Ibu Tn memperoleh pengalaman untuk berdagang. Lewat temannya, Ibu Tn belajar berdagang agar tetap memperoleh keuntungan, mengelola keuangan agak modal kembali, membeli barang dari suplayer dan bagaimana bernegosiasi dengan pelanggan. “Untung pas gadis ibu pernah bantu-bantu jualan di kios temen, jadi ibu ngerti di mana beli barang, ngejualnya biar untung.”

Ibu Tn bekerja di kantor penerbitan selama tiga tahun dan berhenti pada tahun 1997 karena PHK (Dampak Krisis Moneter). Selama setahun kemudian Ibu Tn mengangur. Tahun 1998, Ibu Tn kembali bekerja sebagai buruh pabrik garmen di Cileungsi. “Orang tua ngomel terus waktu ibu nganggur, makanya ibu kerja jadi buruh pabrik. Pusing kalo denger omelan terus. Kerjanya jahit baju pake mesin jahit. Kerjanya capek banget waktu itu, ada sip-sip nya, kalau sip pagi dari jam 09.00-17.00 wib. Tapi gajinya lumayan neng, waktu ketemu sama bapak, ibu udah jadi supervisor.” Pekerjaan sebagai buruh pabrik mempertemukan Ibu Tn dengan Bpk Ln dan mereka memutuskan untuk menikah pada tahun 2000. Setelah menikah Ibu Tn berhenti bekerja di pabrik dan menjadi Ibu rumahtangga. Tahun pertama pernikahan Ibu Tn masih tinggal di rumah orang tuanya, hingga tahun 2003 Ibu Tn memutuskan membeli rumah secara kredit (Rumah yang ditempati saat ini). “Ibu berhenti kerja di pabrik pas tahu ibu hamil, Abang khawatir, soalnya anak pertama katanya. Ya udah ibu jadinya dirumah aja.”

Usaha dagang Ibu Tn diawali dari keterdesakan ekonomi setelah Bapak Ln (Suami Ibu Tn) terkena PHK dari Pabrik Krakatau Steal tempatnya bekerja (tahun 2001). Saat itu adalah

Page 136: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

120

masa sulit untuk rumahtangga Ibu Tn, anak pertamanya lahir di tahun ini (2001), jadi membutuhkan biaya yang cukup besar. Sedangkan suaminya kehilangan pekerjaan. Akhirnya dengan modal pesangon suaminya Ibu Tn memutuskan untuk berdagang di kakilima Pasar. “Awal dagang itu pas Abang di PHK, Pusing banget pas itu. Ibu kan baru lahiran anak pertama, pas denger Abang di PHK, ibu langsung bingung. Waktu itukan masih tinggal sama orang tua. Ibu putusin buat dagang, soalnya berdagang pasti untung. Tinggal pinter-pinter mengelola nya neng biar untungnya gede.” Keputusan ini didukung oleh suami dan orang tua Ibu Tn. Suaminya memberi dukungan modal dari pesangon yang Ia terima. Sedangkan orang tuanya membantu menjaga anak pertama Ibu Tn. Jadilah Ibu Tn pedagang underwear di Pasar Anyar. Saat di tanya tentang pilihan barang dagangannya Ibu Tn menjawab berjualan underwear tidak akan rugi, karena sifat barang yang tidak mudah rusak, jadi jika tidak laku dalam satu hari bisa dijual esoknya, minggu berikutnya atau satu bulan berikutnya. Alasan lainnya, underwear mengikuti mode dan pembeli membelinya bukan karena kebutuhan yang mendesak, tapi karena modelnya baru atau warnanya dinilai bagus. “Milih jualan underwear, soalnya gak bakal rugi neng, masalahnya paling lama lakunya. Barangnya juga gak gampang rusak, beda kalau ibu jualan sayur atau buah, sehari gak laku ya dibuang. Terus, yang beli itu kebanyakan cewek, liat modelnya baru atau lucu ya mereka beli, jadi bukan kebutuhan pokok tapi dibeli terus kalo ada yang baru modelnya.” Ibu Tn membeli meja yang berfungsi sebagai tempat memajang dagangannya dan meja ini dibawahnya juga di lengkapi lemari yang berguna sebagai tempat penyimpanan senilai Rp. 650.000,-. Izin menggunakan pelataran kakilima di dapat dari pedagang yang memiliki kios di depan pelataran tersebut. “Kalo izin dagang, cuma bilang ke pemilik kios yang ini (menunjuk kios di belakangnya). Selama kita jaga kebersihan, gak ganggu jualan yang punya kios. Kita boleh dagang di sini”. Meskipun berdagang di kakilima, Ibu Tn masih dikenai retribusi dan iuran kebersihan dan keamanan oleh pihak pengelola pasar, sebesar Rp. 5000,-/ hari. Kebakaran yang terjadi pada tahun 2004, menghanguskan meja dagang sekaligus barang dagangan Ibu Tn. Untuk memperoleh modal dagang kembali, Ibu Tn Menjual perhiasannya (kalung dan cincin) dan berhutang pada temannya. “Waktu kebakaran pasar 2004, barang dagangan ibu habis semua neng, pas si Abang nyampe di pasar sama sekali gak ada yang bisa di selametin. Ya udah tinggal pasrah aja.” Ibu Tn berpindah tempat berdagang. Ibu Tn berdagang di “Pasar Kaget” di halaman parkir GWW, kampus IPB Darmaga setiap hari minggu. Untuk hari-hari lainnya Ibu Tn menggelar dagangannya di atas pelastik terpal di pinggir jalan dekat Masjid Agung Bogor. “...gak dagang, ya gak makan. Anak ibu yang nomer-2 baru umur 6 bulan waktu itu. Pokoknya ibu mikir harus tetep jualan, ya ibu jual kalung sama cincin buat modal ngambil barang lagi. Terus ibu coba dagang di pasar kaget yang ada di kampus. Lumayan hasilnya, malah lebih banyak dari pada jualan di Pasar. Tapi kan seminggu sekali, jadi ya sama aja. Yang penting anak-anak tetep makan sama minum susu, neng.” Ibu Tn berdagang berpindah-pindah selama satu tahun. Saat “pasar kaget” yang ada di kampus tidak diperbolehkan lagi oleh pihak kampus (digusur), Ibu Tn memutuskan kembali berjualan di Pasar Anyar.

Ibu Tn kembali membeli meja dagang (senilai Rp.1.000.000,-) untuk menggelar dan menyimpan dagangannya modalnya berasal dari keuntungan jualan berpindahnya selama satu tahun. Saat kembali ke Pasar Anyar, kali ini Ibu Tn menemui kesulitan perizinan untuk berdagang di kakilima karena pemilik kios tidak menyukai Ibu Tn berjualan di depan kiosnya. Pemilik kios mengadukan Ibu Tn ke pengelola pasar (PT Propindo), menurut pemilik kios Ibu Tn telah menghambat usahanya, saat itu Ibu Tn diminta pindah tempat berdagang oleh pihak pengelola. Tetapi Ibu Tn tetap mempertahankan tempat berdagangnya, karena sebelum kebakaran Ibu Tn telah berdagang di kakilima ini. “Waktu pasar udah di renofasi, yang punya kios pindah tangan, jadi saya izin dagang lagi sama pemilik yang baru. Eh saya malah digusur suruh pindah, ya saya gak mau. Ribet pindah-pindah neng. Ya, waktu itu saya di panggil ke kantor (kantor pengelola), kayak disidang, disuruh pindah. Saya nya gak mau.” “Waktu itu saya bener-bener di zolimi, masak dagang aja nggak boleh, mana si Abang abis kecelakaan jadi saya bener-bener sendiri ngurus tempat dagang. Akhirnya saya tanya ke pemilik kios apa syaratnya biar saya bisa tetap dagang di situ. Ternyata pemilik kios pingin saya bayar ke dia karena dah pake kakilimanya, ya saya sanggupi saja dari pada saya gak bisa jualan.” Ketika pemilik kios berniat menjual hak pemakaian kiosnya (Desember 2005), Ibu Tn mengambil kesempatan ini, Ibu Tn berpikir jika ia memiliki kios ini, maka dia memiliki tempat berdagang yang lebih layak dan tidak ada yang bisa mengusirnya. Namun keterbatasan dana

Page 137: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

121

(uang) membuat Ibu Tn harus memutar otak. Dengan menjual motor milik Pak Lian, Ibu Tn membayar uang muka kios (Rp.10.000.000,-) tersebut dan untuk membayar cicilan kios ke pemilik, Ibu Tn menyewakan kios tersebut kepada penjual ikan (Mas Karman). Dengan cara ini Ibu Tn akhirnya bisa melunasi cicilan kios (Total harga kios Rp. 35.000.000,-) dan memegang kartu kuning, surat kepemilikan kios. Tapi sampai saat ini kios tersebut masih disewakan (sewa hingga 2009) dan Ibu Tn tetap berdagang di kakilima di depan kios tersebut dengan meja dagangnya.

Untuk memperoleh barang dagangan, Ibu Tn berbelanja di Tanah Abang Jakarta, biasanya tiap satu minggu satu kali, suami Ibu Tn ke Jakarta untuk membeli barang (Underwear). Sejak di PHK tahun 2001, Pak Ln beralih profesi sebagai tukang ojek di sekitas komplek perumahannya (Laladon Indah). Pagi hari setelah mengantar Ibu Tn ke Pasar Anyar, Pak Ln mulai mengojek dan disore hari menjemput istrinya pulang. Tiap hari Rabu Pak Ln ke Jakarta untuk membeli barang dagangan. Saat motornya di jual untuk membeli kios, Pak Ln menemani istrinya berjualan dan mulai beralih profesi sebagai penjual bunga (Bukan pekerjaan tetap).

Dalam satu hari, Ibu Tn dapat memperoleh keuntungan kurang lebih Rp.50.000,- s/d Rp. 70.000,- dan dalam satu bulan Rp. 1.500.000,-.s/d Rp.3.000.000,-. Uang ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makan, listrik, air, telepon, biaya sekolah anak dan sisanya di bayarkan kredit motor (Bapak Ln kembali mengambil kredit motor). Ibu Tn berpendapat dalam berdagang tidak pernah ada rugi, Cuma ada saat ramai dan saat sepi. Untuk mensiasatinya, saat penjualan ramai (Awal minggu di tiap bulan, Bulan puasa, Sebelum natal dan tahun baru) Ibu Tn menabung keuntungan yang diperoleh dan digunakan untuk menutupi kekurangan saat penjualan sepi (Bulan sawalan dan setelah lebaran Haji). Ibu Tn mengikuti dua buah kelompok arisan. Yang pertama adalah arisan sesama pedagang di lingkungan Blok kakilima. Setiap hari membayar Rp. 5.000,- dan diikuti oleh 25 orang. Jika mendapat giliran maka Ibu Tn akan mendapat Rp.3.750.000,-. Uang ini biasanya ditabung oleh Ibu Tn. Arisan yang kedua adalah arisan di keluarganya. Tiap bulan membayar Rp.100.000,- dan jika mendapat giliran Ibu Tn bisa memperoleh uang Rp 2.000.000,-. Menurut Ibu Tn arisan sangat membantunya saat sedang kesulitan dalam hal keuangan. Dan membantunya untuk memperoleh benda-benda yang semula dirasa sulit untuk memperolehnya (Kredit Motor dan membeli rumah sendiri).

Tetangga Ibu Tn sering kali beranggapan negatif mengenai usaha Ibu Tn ini. Karena kebanyakan waktu dihabiskannya di luar rumah. Saat ini anak ke-3 Ibu Tn baru berusia 5 tahun, diasuh oleh neneknya. Tetangga Ibu Tn sering mengosipkan Ibu Tn kurang peduli dengan anak-anaknya.“Ibu suka sebel sama tetangga ibu neng, bilang ibu gak peduli anak lah, mendikte suami, sampai ibu dibilang pake guna-guna biar suami ibu nurut. Padahal Ibu dagang juga buat anak sama keluarga. Tapi disabar-sabarin aja neng, gak saya dengerin, orang yang tau ya ibu sendiri bener nggak nya.” Karena sebab inilah, Ibu Tn kurang akrab sama tetangganya, selain karena waktunya banyak dihabiskan untuk berdagang, Ibu Tn menilai tetangganya ‘rese’ sehingga Ibu Tn malas berurusan dengan tetangganya. Pernah saat tetangganya mengadakan hajatan, Ibu Tn tidak datang karena Ibu TN tidak suka dengan tetangganya tersebut.

Ibu Tn berangkat ke pasar dari pagi hari, pukul 06.00 Ibu Tn sudah berangkat dari rumah, diantar oleh pak Ln. Sampai di meja (kios) ibu mempersiapkan barang dagangannya mulai dari mengeluarkan Underwear dari lemari penyimpan di bawah meja. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk melakukannya. Setelah semuanya tergelar, Ibu Tn mulai menjaga kiosnya dari pagi hari hingga sampai waktu makan siang, sekitar pukul 12.00 wib, Ibu Tn makan bekal yang telah dipersiapkan dari rumah. Jika Pak Ln menemani Ibu Tn di pasar maka Pak Ln yang menggantikan Ibu Tn menjaga barang dagangan (Seperti saat peneliti datang ke lapak Ibu Tn, Bapak Ln yang sedang menjaga dagangan). Proses menjajakan barang dagangan berlangsung sampai pukul 16.00 wib sore. Setelah membereskan barang (memasukkan kembali Underwear ke lemari di bawah meja). Ibu Tn pulang ke rumah ditemani oleh Pak Ln, sampai di rumah Ibu Tn beristirahat. Masak dan mengurus anak-anak dikerjakan oleh orang tua Ibu Tn (Ibunya) sehingga Ibu Tn tidak dipusingkan lagi dengan urusan pengasuhan anak-anak. Jadi terjadi pengalihan peran pengasuhan anak dalam rumahtangga untuk melanggengkan usaha berdagangnya. Setelah menghitung keuntungan, Ibu Tn beristirahat. Pagi harinya Ibu Tn memasak dan mempersiapkan kebutuhan sekolah anak-anaknya sebelum pergi ke pasar.

Page 138: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

122

Ibu Yh Ibu Yh (43 thn) adalah seorang pedagang ayam yang memiliki satu kios di Pasar Anyar. Kios Ibu Yh terletak di blok C. Ibu Yh berasal dari etnis sunda dan saat ini tinggal di Pondok Bitung, Desa Harja, Rt.02/Rw.03. Empang. Bogor. Pendidikan formal Ibu Yh adalah sampai pada tingkat SD. Pada usia 18 thn (1982) Ibu Yh menikah dengan Bapak Msr (50 thn). Dari pernikahan ini Ibu Yh dikaruniai empat orang anak, yaitu : 1. Abdurahman (23 thn), belum menikah dan bekerja dan tinggal di Jakarta (Tinggal terpisah

dari orang tua). Pendidikan terakhir S1. 2. M. Idrus (17 thn), tinggal bersama Ibu Yh, duduk di kelas 2 SMU. 3. M. Nur Iskandar (14 thn), tinggal bersama Ibu Yh, duduk di kelas 2 SMP. 4. M. Bekti Ardiansyah (3 thn), tinggal bersama Ibu Yh. Bapak Msr bekerja sebagai wirausahawan yang membuka bengkel mobil dan penyewaan mobil. Dengan memiliki dua mobil kijang dan 1 mobil pik-up Bapak Masyur, menjalankan usahanya. Sejak menikah dengan Bapak Msr, Ibu Yh hanya menjadi ibu rumah tangga dan melakukan pekerjaan sehari-hari sebagai seorang ibu dan istri. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Pak Msr menanggung seluruh kebutuhan keluarga dari usaha bengkel dan penyewaan mobilnya. Sampai dengan tahun 1993 (Setelah anak ke-3nya lahir), Ibu Yh memutuskan untuk berjualan pakaian jadi. Usaha ini dilakukan dilingkungan rumahnya, pakaian dijual secara kredit kepada tetangga dan keluarganya. Modal usahanya berasal dari tabungan Ibu Yh dan bantuan dari suaminya. Alasan utama Ibu Yh berdagang baju adalah agar memiliki kegiatan lain, selain mengurus rumahtangga. Hal ini terungkap dari pernyataan Ibu Yh, “Jualan baju buat ngisi waktu aja neng, dari pada bengong di rumah, mending cari kegiatan, karena modalnya gak gede jadi seadanya aja. Awalnya ibu beli barang sendiri ke Tanah Abang, terus ibu jual kredit ke tetangga atau saudara yang mau. Lumayan lah buat nambah uang belanja sama jajan anak-anak. Bapak juga seneng saya dapat tambahan, jadi gak bawel minta uang katanya” Usaha dagang Ibu Yh mengalami kebangkrutan pada masa krisis moneter (1997). Hal ini dikarenakan banyak tetangga yang tidak membeli baju lagi (lebih mementingkan kebutuhan makan) dan banyak pelanggannya yang menunggak kredit. “Nah, pas tahun 1997, pas krismon neng, usaha ibu bangkrut. Soalnya banyak yang nunggak, ibu juga dah capek nagih. Liat-liat juga yang ditagih pada nggak punya uang. Akhirnya ibu ihklas-in aja. Tapi kalo yang kreditnya baru sekali bayar, masih ibu tagih. Ya gimana ya, sama-sama gak punya uang.” Krisis Moneter yang terjadi pada tahun 1997 juga membuat usaha bengkel yang dijalankan oleh Bapak Msr bangkrut. Usaha bengkel mengalami kebangkrutan dan harus ditutup. Pada tahun-tahun ini keluarga Ibu Yh hanya menggantungkan nafkah keluarganya dari usaha penyewaan mobil yang dilakukan Bapak Msr. “Paling ngenes neng pas krismon, bengkel tutup, ibu juga gak jualan baju lagi, harga sembako malah naik, anak-anak masih kecil. Pokoknya rieweuh. Untung ada neneknya (Orang tua Ibu Yh) anak-anak. Ibu sering pinjam uang ke Ibu buat sekolah anak-anak.” Saat dalam masa krisisnya rumahtangga Ibu Yh meminjam uang kepada orang tua. Tahun 2000, Ibu Yh membeli kios di Pasar Anyar. Keputusannya untuk berdagang di Pasar Anyar diambil Ibu Yh setelah sepupunya meyakinkannya untuk berdagang di pasar. Sepupu Ibu Yh berprofesi sebagai pedagang dan menganjurkan Ibu Yh untuk berdagang juga, untuk membantu penghasilan keluarga. “Awalnya saya niatnya coba-coba dagang, luamayan buat nambah penghasilan keluarga. Dari nyewain mobil pas-pasan neng. Gak bisa buat nabung atau beli apa gitu.” Dalam memulai usahanya Ibu Yh memanfaatkan modal sosial, hubungan keluarga untuk membantunya memulai usaha. “Sepupunya saya yang nawarin, katanya Pasar Anyar yang baru beres di bangun, pada jual kios. Waktu itu saya kredit kios (kios yang ditempati sampai dengan sekarang) Rp. 17.500.000,- dan beli mejanya (tempat menggelar dagangan) Rp. 500.000,-, waktu itu ngurusnya sama Pak Iwan (Pengelola pasar), di kartu kuning pake nama saya.” Modal usaha Ibu Yh berasal dari hasil penjualan salah satu mobil (Mobil yang disewakan) yang mereka miliki. Pak Msr mendukung usaha Ibu Yh sepenuhnya. Memberikan izin untuk usaha diluar rumah dan memberikan bantuan modal. “Bapak mah ngedukung banget waktu saya bilang mau dagang. Tapi bapak ngingetin jangan terlalu dipaksain dagangnya.” Tahun 2000, adalah awal usaha Ibu Yh berdagang di Pasar Anyar. Ibu Yh memilih untuk berdagang ayam, karena Ibu Yh dibantu oleh saudaranya (sepupunya) yang juga berjualan ayam. Ibu Yh dikenalkan dengan pemasok ayam potong. Pertama berdagang Ibu Yh hanya mengambil 10 ekor ayam potong. Usaha Ibu Yh berkembang hingga kini tiap harinya Ibu Yh mampu menjual

Page 139: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

123

kurang lebih 50 ayam/ hari. “Awalnya di kenalin sama saudara saya itu, beli ayamnya di mana, gimana jualnya dan cari pelanggan dulu. Tapi sekarang udah enak neng, pelanggan dah ada, tempat ngambil ayam juga dah percaya. Sekarang udah ada frezer juga tempat naruh ayam kalo gak laku dalam sehari.” Saat terjadi kebakaran tahun 2004, usaha dagang Ibu Yh tidak banyak terpengaruh, berhubung kebakaran yang terjadi tidak mengenai blok tempat Ibu Yh berdagang, sehingga Ia terhindar dari kerugian akibat kebakaran tersebut. Kegiatan berdagang Ibu Yh diawali pukul 05.00 wib, sehabis sholat subuh Ibu Yh berangkat ke tempat pemasok ayam (untuk mengambil dagangannya) diantar oleh Bapak Msr, jika Bapak Msr berhalangan Ibu Yh menyewa angkot atau diantar oleh supir (supir yang bekerja diusaha penyewaan). Selanjutnya langsung pergi ke pasar. Sesampai dipasar, Ibu Yh menggelar dagangannya, dari 50 ekor ayam, Ibu Yh memajang 10 ekor terlebih dahulu, sisanya ditaruh si frezer. Ayam disusun diatas meja yang menghadap ke koridor (tempat pembeli berlalu-lalang). Pagi hari dari pukul 06.00-09.00 wib adalah waktu sibuk untuk Ibu Yh, karena pada jam-jam inilah pembeli banyak berbelanja. Jika ada yang memesan dalam jumlah besar (lebih dari 3 ekor) Ibu Yh telah memisahkan pesanan tersebut dan memotongnya sesuai kehendak pembeli. Hingga pukul 12.00 wib Ibu Yh menjajakan ayamnya. Pukul 12.00 atau 13.00 (Waktu sholat) Ibu Yh meningalkan kiosnya sejenak untuk sholat di musholah pasar. Biasanya Ibu Yh menitipkan koisnya ke tetangga sesama pedagang yang berjualan di sebelahnya, memberi tahu berapa harga ayamnya per Kg dan dengan tenang meninggalkan kiosnya. Ibu Yh membawa bekal makan siangnya dari rumah, atau Ia membelinya dari warung makan yang ada di pasar, biar ringkas katanya. Ibu Yh mengakhiri jualannya pukul 16.00 wib, jika ayam tidak habis, maka akan di masukkan ke frezer dan di jual kembali esok hari. Ibu Yh memasukkan timbangan, telenan kayu, pisau dan celemeknya ke lemari di bawah meja (meja tempat menjajakan ayam dibawahnya dilengkapi lemari tempat menyimpan peralatan). Dan beranjak pulang ke rumah. Ibu Yh biasa membeli lauk untuk makan malam di pasar (alasannya biar praktis) sebelum pulang kerumah. Sampai di rumah, Ibu Yh mandi dan istirahat sampai waktu magrib tiba. Pada malam hari Ibu Yh melakukan pemesanan ayam untuk jualan esok hari melalui telepon ke pada pemasok langanannya dan tiduk sehabis sholat Isha’.

Ibu Yh mengakui keuntungan dari usahanya cukup besar. Setiap hari Ibu Yh memperoleh keuntungan Rp.100.000-Rp 150.000. uang hasil keuntungan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian rumahtangga, seperti untuk membeli makanan, sembako dan sisanya di gunakan untuk membayar arisan. Sedangkan untuk keperluan listrik, air dan telepon menjadi tanggung jawab suaminya. Ibu Yh mengikuti Arisan sesama pedagang di blok D Pasar Anyar. Arisannya di ikuti oleh 30 orang dan tiap hari membayar Rp.40.000,-. Tiap 10 hari Arisan di “kocok” dan yang terpilih mendapat uang Rp.12.000.000,-. Dengan adanya arisan inilah Ibu Yh mengaku dapat menabung hingga pada tahun 2005 Ibu Yh mampu menunaikan Ibadah Haji ketanah suci Mekah. Ibu Yh hanya mengikuti arisan di pasar. Selain ikut arisan, Ibu Yh juga membuka tabunggan di Bank Danamon, uang tabungan ini hasil dari berdagang. Menurut Ibu Yh hari-hari jualan ramai adalah hari sabtu dan minggu. Penjualan pada hari-hari ini lebih banyak dari hari lainnya. Ibu Yh mengaku dapat menjual 60 ekor pada hari-hari pasar ini. Saat penjualan sedang sepi, (hari-hari di minggu akhir bulan) jualan Ibu Yh sering kali tidak habis, Jadi Ayam yang tersisa di masukkan ke Frezer dan dijual kembali keesokan harinya, ayam ini di jual terlebih dahulu (didahulukan). Dengan cara inilah Ibu Yh berusaha meminimalkan kerugian. Setiap hari petugas pasar menarik pajak retribusi kepada Ibu Yh sebesar Rp. 5000,-/ hari yang mencakup uang kebersihan dan keamanan. Untuk pemakaian listrik tiap bulannya dibayar kepada pengelola pasar (PT Propindo).

Saat menjajakan ayam Ibu Yh duduk di belakang meja dagangannya, melambaikan sebuah tongkat kecil (seukuran sumpit) yang ujungnya telah diberi potongan pelastik. Bambu ini digunakan untuk mengusir lalat. Setiap ada pembeli yang lewat, Ibu Yh menawarkan ayamnya. “Ayamnya bu?” atau “Boleh bu? Ayamnya?”. Jika ada pembeli yang tertarik, Ibu Yh mulai menanyakan berapa Kg ayam yang diperlukan, menanyakan ayam tersebut harus di potong-potong menjadi berapa bagian dan mulai menegosiasikan hagranya. Kalau pembeli menawar, Ibu Yh akan berusaha menjelaskan bahwa harga yang Ia patok untuk dagangannya cukup murah dan untung yang Ia peroleh sedikit dari dagangannya. Jika sepakat, Ibu Yh langsung memasukan ayam yang telah dipotong-potong ke plastik dan pembeli membayar dengan harga yang telah di sepakati. Jika yang membeli adalah langganan, Ibu Yh langsung menyapa dengan akrab, dan langsung menyatakan berapa banyak ayam yang dibutuhkan, memotongnya dengan cekatan dan

Page 140: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

124

membungkusnya. Ternyata pelanggan tidak menawar harga ayam pada Ibu Yh, langsung membayar (mereka telah mengetahui harga ayam yang dibelinya). Ibu Yh memberikan bonus untuk pelanggannya tersebut, dua potong leher dan kaki ayam. Selama transaksi Ibu Yh dan pelanggannya berbincang mengenai naiknya harga barang-barang dan diselingi oleh sedikit canda. Langganan memiliki arti yang penting dalam usaha Ibu Yh, Hal ini terlihat dari cara Ibu Yh menjalin kepercayaan pelanggan terhadap dirinya. Pelanggan diberi nomor telepon rumah Ibu Yh, hal ini dilakukan untuk memudahkan pelanggan memesan melalui telepon (Partai besar). Ibu Yh Sering memberikan bonus kepada pelanggannya (memberikan potongan tambahan, kaki ayam, kepala, saya atau lehernya). Karena menurut Ibu Yh langganan akan kembali berbelanja jika diberikan kemudahan dan bonus, jadi tidak akan merugikan. Ibu Yh tidak suka dengan pembeli yang memesan dalam partai besar, namun membatalkan pesananannya. Untuk mengatasi resiko ini, Ibu Yh memastikan pesanan dalam partai besar telah menggunakan pembayaran awal (Panjar) terlebih dahulu (20% dari jumlah total pembayaran).

Dalam urusan rumahtangga, Ibu Yh mengusahakan untuk tetap mengerjakan tugas rumahtangganya. Membersihkan rumah dan menyuci pakaian dilakukan pada pagi hari, Ibu Yh tidak memasak, Beliau lebih senang membeli masakan untuk makan di restoran atau warung makan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kerepotan. Anak ke-4 nya yang masih berusia 3 tahun, dititipkan pada neneknya (orang tua Ibu Yh) yang rumahnya tidak jauh dari rumah Ibu Yh. Dan di jemput tiap sore hari. Suami Ibu Yh lebih banyak menghabiskan waktu di rumah (Karena pekerjaannya menyewakan mobil). Setiap bulannya Bapak Msr memperoleh pendapatan kurang lebih Rp. 1.200.000,00,- dari usaha penyewaan mobilnya. Uang ini digunakan untuk membayar tagihan listrik, air dan telepon. Sisanya di tabung atau untuk membeli barang yang diinginkan. .

Page 141: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

125

Lampiran 2.a Peta Lokasi Penelitian

Pasar Anyar, Kota Bogor, Jawa Barat

Page 142: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

126

Lampiran 2.b Denah Pasar Anyar

Page 143: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

127

Lampiran 3. Panduan Pertanyaan Penelitian

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM  A. Petunjuk : Wawancara mendalam (indepth interview) dilakukan oleh peneliti

untuk menggali secara langsung gambaran secara komprehensif berkaitan dengan aspek-aspek kajian. Catatan singkat ditulis dalam ruangan yang kosong di bawah kotak aspek-aspek yang ditanyakan dalam wawancara mendalam, untuk dikembangkan kemudian menjadi laporan.

B. Wawancara Mendalam

Nama dan Umur Responden/ Informan : Lokasi wawancara : Hari/Tanggal : Waktu : Keterangan :

C. Panduan Pertanyaan Panduan Pertanyaan Sumber

Profil pasar 1. Sejarah Berdirinya Pasar

• Tahun berapa pasar resmi berdiri? • Bagaimana kondisi (fisik, sosial) pasar dari tahun 1980-

1989? Pada tahun 1990-1999? Pada tahun 2000-2007? • Pernahkan ada penggusuran atau penertiban pasar? Pada

tahun berapa tepatnya? Mengapa penggusuran dilakukan? Bagaimana penggusuran itu terjadi?

2. Pengelolaan Pasar • Bagaimana prosedur untuk berdagang di pasar?

Administrasi seperti apa yang dilakukan? • Bagaimana cara mendata pedagang di pasar? Bagaimana

dengan pendagang kakilima (informal)? • Apakah ada pungutan/ pajak yang diberlakukan pada

pedagang? Bagaimana cara pemungutannya? • Bagaimana cara membagi tempat berdagang di pasar? • Apakah ada jaminan kebersihan dan ketertiban untuk

pedagang? Bagaimana hal ini dilakukan? 3. Data monografi pasar

• Barapa luasan pasar? Peta? • Luas bangunan pasar? Banyak kios? Pelataran yang

digunakan untuk berdagang? • Adakah perubahan lokasi pasar dari tahun 1980-1989?

Tahun 1990-1999? Tahun 2000-2007? Mengapa perubahan lokasi ini terjadi?

• Bagaimana lokasi pasar jika ditinjau dari tata ruang kota? 4 Kelembagaan pedagang

• Apakah terdapat perkumpulan pedagang? • Alasan berdirinya? Kapan berdirinya? Bagaimana

perkumpulan ini berjalan?

• Pemkot Bogor

• Data pengelola pasar

• Catatan retribusi

• Informan (pengelola pasar, “tokoh informal pasar”)

Page 144: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

128

• Keuntungan dan kerugian yang diperoleh pedagang saat ikut perkumpulan?

• Apakah ada perkumpulan khusus pedagang perempuan/ laki-laki?

Karakteristik Pedagang Perempuan 1. Karakteristik individu o Data Diri dan keluarga

• Siapa nama anda?Kapan anda lahir? Dimana? • Dimana alamat anda sekarang?Alamat asal anda?Suku? • Apakah anda sudah menikah? Kapan anda menikah?

Dengan siapa? Dari mana? • Apakah anda memiliki anak? Berapa anak anda?

Namanya? Usianya? Kapan saja anda memiliki anak? • Apa saja tingkat pendidikan formal anda? Suami anda?

Anak anda? Kenapa sampai pada tingkat ini? 2. Ekonomi rumahtangga

• Apa pekerjaan suami anda? Anak anda? Orang tua anda? Kerabat anda lainnya (jika ada dalam rumahtangga)?

• Berapa pendapatan keluarga tiap bulan (dari seluruh anggota keluarga)? Berapa pendapatan anda sebelum berdagang?

• Siapa saja yang menyumbang pendapatan keluarga? • Berapa konsumsi/ pengeluaran tiap bulannya? Untuk apa

saja? o Sosial rumahtangga

• Apakah usaha anda didukung oleh suami? Anak? Mengapa?

• Pernahkah suami mengeluh tentang aktifitas dagang anda? Anak mengeluh? Apa keluhan mereka? Bagaimana anda menanggapinya?

• Apakah ada gosip tentang aktifitas berdagang anda dari lingkungan sekitar? Apa gosipnya? Bagaimana anda menanggapinya?

• Responden

Aktifitas nafkah pedagang perempuan • Apa pekerjaan anda sebelum menjadi pedagang? Pada

tahun berapa tepatnya? • Kapan pertamakali anda bekerja di bidang ini (menjadi

pedagang)? • Bagaimana anda memulai berdagang? Pada tahun?

Mengapa anda memilih untuk menjadi pedagang? • Dari mana anda memperoleh modal untuk berdagang?

Modal berbentuk apa?Mengapa memilih bentuk modal ini? • Siapa saja orang yang membantu anda memulai usaha ini?

Hubungan anda dengan mereka? • Mengapa anda bekerja (menjadi pedagang)? • Apa harapan anda terhadap pekerjaan ini? • Bagaimana anda memperoleh barang/ komuditas

• Responden

Page 145: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

129

daganganan anda? Apakah anda membelinya? Pada siapa? • Apakah anda mencatat penjualan, pembelian anda tiap

harinya? Bagaimana anda melakukannya? • Apakah anda dibantu oleh orang lain dalam melakukan

usaha perdagangan? Siapa yang membantu? mengapa? • Pernahkah anda berpindah kerja (Bekerja di sektor lain)?

Jika iya, kapan perpindahan itu terjadi? Dimana? Apa alasanya?

• Pernahkah anda berpindah lokasi berdagang? Kapan hal ini terjadi? Apa alasanya?

• Apakah anda mengambil untung besar dalam usaha dagang anda?

• Bagaimana anda menentukan harga komuditas? Mengapa? • Jika komuditas dagangan anda tidak habis, apa yang anda

lakukan? Mengapa? • Apakah anda mengikuti arisan? Jika iya mengapa? Siapa

saja anggotanya? Bagaimana arisan ini di jalankan? • Apakah anda memperoleh kredit? Jika iya Mengapa? Dari

siapa? Bagaimana kredit ini dijalankan? • Keuntungan dari hasil perdagangan untuk apa? Mengapa

diperuntukakan untuk hal-hal itu? • Apakah anda menabung dari hasil perdagangan anda?

Mengapa? Dimana anda menabung? • Saat mengalami kerugian, apa yang anda lakukan?

Mengapa anda melakukan lah tersebut? • Saat menalami surplus (keuntungan) apa yang anda

lakukan? Mengapa anda melakukan lah tersebut? • Apakah anda memiliki “langganan”?, siapa mereka?

Bagaimana anda memperlakukan mereka? • Apakah anda memasang iklan untuk dagangan anda?

Dalam bentuk apa? Mengapa?

Pertanyaan dapat berkembang di lapangan sesuai dengan kebutuhan data dan fakta-fakta yang diungkapkan oleh responden maupun oleh informan.

Page 146: STRATEGI NAFKAH PEDAGANG PEREMPUAN DI SEKTOR … · PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... OSIS dan Pramuka. Penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum OSIS

130

PEDOMAN PENGAMATAN BERPERAN SERTA

A. Petunjuk : Pengamatan berperanserta dilakukan oleh peneliti secara langsung di

lokasi kajian, selanjutnya peneliti diharuskan melakukan pencatatan hasil pengamatannya dengan alat pencatatan manual maupun alat bantu yang dapat merekam serta memotret kejadian yang berkaitan dengan substansi penelitian yang dilakukan. Catatan singkat ditulis dalam ruangan kosong di bawah kotak aspek-aspek yang diobservasi, untuk dikembangkan kemudian menjadi laporan.

B. Pengamatan berperanserta

Hari/Tanggal : Waktu : Lokasi Pengamatan :

PENGAMATAN 1. Karakteristik Pedagang Perempuan

a. Tampilan diri dan ekspresi yang dimunculkan. b. Kondisi tempat berdagang c. Kondisi rumah atau tempat tinggal

2. Dinamika dan Mekanisme strategi nafkah yang dilakukan tineliti a. Aktifitas berdaganga setiap harinya b. Pembagian waktu untuk berdagang c. Strategi usaha yang dilakukan