strategi komunikasi penyuluh agama dalam upaya

140
STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA DERADIKALISASI PADA NARAPIDANA TERORISME Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Oleh : SITI NURHASANAH NIM : 11140520000042 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 1442 H/ 2021 M

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA

DALAM UPAYA DERADIKALISASI PADA

NARAPIDANA TERORISME

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana

Sosial (S.Sos.)

Oleh :

SITI NURHASANAH

NIM : 11140520000042

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN

PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU

KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 1442 H/ 2021 M

Page 2: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA
Page 3: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM

UPAYA DERADIKALISASI PADA NARAPIDANA

TERORISME

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos.)

Oleh :

Siti Nurhasanah

NIM : 11140520000042

Dibawah Bimbingan

Tasman, M.Si

NIP: 19730201 20411 1 003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 1442 H/ 2021 M

Page 4: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH

AGAMA DALAM UPAYA DERADIKALISASI PADA

NARAPIDANA TERORISME (NAPITER) telah diujikan dalam

sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis, 01 Juli 2021 skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Sosial pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 19 Juli 2021

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekertaris Sidang

Ir. Noor Bekti Negoro, M.Si Muhtar Mochamad Solihin, M.Si

NIP. 19650301 199903 1 001 NIP. 198903032020121012

Anggota

Penguji I Penguji II

M. Jufri Halim, M.Si Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si

NIP. 197307262014111002 NIP. 196906071995032003

Di Bawah Bimbingan

Tasman, M,Si

NIP. 19730201 20411 1 003

Page 5: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasl karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

Strata I di Fakulas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah

saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya

orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Juli 2021

Siti Nurhasanah

NIM : 11140520000042

Page 6: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA
Page 7: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

i

ABSTRAK

Siti Nurhasanah/11140520000042, Strategi Komunikasi Penyuluh

Agama Dalam Upaya Deradikalisasi Narapidana Terorisme

(Napiter) di bawah bimbingan Tasman, M.Si

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin bermakna Islam

dengan penuh kedamaian, keamanan, kenyamanan, dan perlindungan

bagi seluruh umat manusia. Radikalisme merupakan paham kekerasan

yang muncul sebagai akar dari tindak teror yang terjadi di masyarakat,

hal itu telah memberikan dampak buruk bagi kondisi ekonomi, maupun

psikologis mereka para korban, akibat dari tindak teror yang dilakukan

oleh mereka penganut paham radikalsme. Menariknya strategi

penanggulangan yang dijalankan pemerintah melalui Densus 88

membuat para pelaku semakin radikal karena Densus 88 menempuh

jalan kekerasan. Maka dari itulah dalam menanggani permasalahan

tersebut pemerintah melakukan strategi lain yakni soft approach

pendekatan lebih kepada kelembutan, dan kasih sayang.

Program deradikalisasi bertujuan untuk menetralisir paham

radikal sehingga mereka menjadi seseorang yang moderat, serta mau

menerima, dan mengakui pancasila sebagai ideologi bangsa. Dengan

demikian program deradikalisasi juga melibatkan beberapa penyuluh

agama, salah satunya penyuluh agama dari Kementrian Agama guna

membantu BNPT dalam melakukan program deradikalisasi yang

dilakukan dalam bentuk penyuluhan. Adapun penelitian ini

menggunakan beberapa teori yaitu teori komunikasi, radikalisme

agama, serta strategi penyuluhan.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang

dalam mengetahui keabsahan datanya menggunakan teknik trigulasi

data, dengan mengambil informasi dari dua responden penyuluh agama

di lapas khusus BNPT Citeureup Bogor. Kemudian data dianalisis

sesuai dengan teori komunikasi, radikalisme agama, dan strategi

penyuluhan.

Hasil observasi dan wawancara penulis menunjukan bahwa

ditemukan adanya strategi komunikasi yang digunakan saat

melakukan penyuluhan seperti komunikasi antarpribadi antara

penyuluh dengan narapidana terorisme, komunikasi kelompok,

komunikasi persuasif serta bagaimana para penyuluh melakukan

penyuluhan dengan strategi ceramah, diskusi, serta wawancara

sehingga para napiter tidak merasa benar atas apa dengan yang mereka

Page 8: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

ii

bawa dan pahami dan strategi penyuluhan deradikalisasi yang

diterapkan di lapas khusus BNPT yaitu proses identifikasi,

rehabilitasi, reedukasi, resosialisasi dan reintegrasi, serta

pengembangan masyarakat.

Keynote: Strategi Penyuluhan, Penyuluh Agama dan

Deradikalisasi

Page 9: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala Puji Bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan tulisan ini

dengan seksama, terperinci, sedikit menggelitik dan terarah. Dengan

semangat dan tanpa lelah terhenti diiringi rasa syukur dalam setiap

nafas, dengan dasar keimaan yang kuat, ketegaran hati yang kokoh,

mengantarkan penulis mampu menyelesaikan penulisan ini.

Dengan semangat Keindonesian, kemoderenan, dan kesetiaan

antara Lembaga Pemerintah dan Perguruan Tinggi Islam Negeri Di

Indonesia menjadikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta patut menjadi

pusat peradaban pendidikan yang berbasis ke-Islaman dan Ke-

Indonesiaan dalam menghadapi tantangan global.

Dengan semangat Keindonesiaan dan Keislaman yang terbentuk

dalam diri, itulah yang menjadi pilar terpenting dalam berdemokrasi

bagi setiap insan cita, didorong keberanian dalam berpendapat, tanpa

mengindahkan kelemahan dalam berpikir, kelemahan menjadi

tantangan bagi setiap insan akademis melalui hal itu organisasi

kepemudaan menjadi garda terdepan sebagai ruang aktualisasi diri

dalam mengoptimalkan komoditas primer yang dibutuhkan.

Hal itulah yang menjadi pengantar penulis agar bisa ikut andil

dalam menangkis dan memberikan kontribusi dalam menjawab

tantangan dan isu nasional maupun regional dalam tubuh Negara

Kesatuan Republik Indonesia NKRI.

Page 10: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

iv

Pancasila sebagai ideologi bangsa begitupula NKRI sebagai

marwah setiap manusia berjiwa pengabdi melalui bingkai keadilan

sosial haruslahh tertanam dalam qalbu agar persoalan Keislaman dan

keindonesiaan tentu kiranya mampu menjadi wadah kemajuan, dan

perbaikan konsep dan dedikasi. Maka dari situlah muncul keresahan

untuk meneliti persoalan melalui pendidikan karakter dalam

menghadapi tantangan generasi milenial dalam menghadapi tantangan

globalisasi, dan westernisasi.

Dalam wujud kekaryaan nyata yang dimiliki diharapkan

penelitian ini menjadi sumbangsih dalam keilmuan dakwah terkhusus

ilmu kepenyuluhan untuk generasi mendatang, kekaryaan menjadi

modal utama dalam marwah Ciputat sebagai keunggulan dalam

menuang, dan menyajikan pemberitaan dan penerangan bagi semua

kalangan masyarakat tanpa membedakan latarbelakang agama, ras,

suku dan budaya.

Begitu lama proses penulis dalam melakukan penelitian ini

hingga penulis bisa menyelesaikan tulisan ini tanpa rekayasa. Namun

dengan semangat penulis sampaikan. Selain itu tentu penulis juga

sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

penulis dalam penelitian ini diantaranya kepada:

1. Suparto, M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr Siti

Napsiyah,S.Ag, BSW,MSW sebagai Wakil Dekan Bidang

Administrasi Umum, serta Cecep Castrawijaya, MA selaku

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama.

Page 11: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

v

2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si. sebagai Ketua Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi yang senantiasa mengayomi, dan mencurahkan

waktu, tenaga, serta pikirannya untuk memberikan arahan dalam

menyelesaikan penelitian ini.

3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi sebagai sekretaris Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

senantiasa mengerti, dan memahami penulis.

4. Musfiroh Nurlaili H., M.A. selaku Pembimbing Akademik

Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2014 yang

selalu memberikan bimbingan, waktu, tenaga dan pikiran untuk

memberikan bimbingan, waktu, dan curahan pikiran serta saran

kepada penulis.

5. Tasman, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa

meluangkan waktu, tenaga, serta curahan pemikiran dalam

memberikan arahan, bimbingan serta saran dalam penyusunan

penelitian ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan

memberikan ilmu bermanfaat kepada penulis selama menempuh

pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepada segenap pimpinan dan karyawan perpustakaan Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan Perustakaan Utama

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang membantu memfasilitasi

penulis untuk pencarian sumber.

Page 12: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

vi

8. Kepada pihak BNPT pak Anugrah, pak Toto, mas Tutur dan ibu

Rose penulis menghaturkan terima kasih atas bantuannya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada para informan yang telah bersedia meluangkan

waktunya dan membantu penulis untuk melakukan penelitian ini.

10. Teruntuk Ibu, serta bapakku tercinta yang senantiasa

mencurahkan seluruh kasih sayang, tenaga, serta isi hati dalam

mendidik, dan merawat sendari kecil sampai saat ini, di salah

satu puncak kebahagian penulis.

11. Seluruh kader dan keluarga besar komisariat HMI komfakda

terkhusus angkatan 2014 yang telah memberikan ruang bagi

penulis untuk berproses bersama di himpunan tercinta.

12. Seluruh Keluarga Besar Lapmi HMI Cabang Ciputat yaitu ka

Akmal, ka Tanto, ka Nuna, Ka Erfan Ma’ruf, ka Moh. Syauqi,

ka Deni Hidayat, ka Rahma Sari, ka Agita Surya, ka Agustina,

Moch Daniel Halim Badran, Tafrichul Fuady Absa, Sa’dullah,

Ilka Sawidri, Ratu Aisyah, Agung Apriliani, Ika Wahyuni,

Helen Sagita dll.

Semoga segala bentuk bantuan dan masukan yang telah

diberikan mendapat balasan dari Allah SWT, selain itu semoga

segala yang diharapkan dan dicita-citakan kita semua dapat

terwujud dan terealisasikan serta mendapatkan ridha dari Allah

SWT. amin

Penulis menyadari dalam penelitian ini masih banyak

kekurangan dalam proses penulisannya, dengan adanya

kekurangan tersebut penulis berharap masukan, kritikan dan saran

Page 13: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

vii

agar dapat menjadi acuan dalam pembelajaran baik bagi penulis

maupun para pembaca yang budiman.

Terakhir semoga skripsi dapat bermanfaat bagi pembaca

umumnya, dalam mengerjakan tugas akhir mahasiswa serta

terkhusus adik-adik dari program studi Bimbingan dan

Penyuluhan Islam

Jakarta, 28 Mei 2021

.

Siti Nurhasanah

Page 14: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................... …… i

KATA PENGANTAR ...................................................... ….. iii

DAFTAR ISI ..................................................................... …. viii

BAB I : PENDAHULUAN ……………………………......... 1

A. Latar Belakang ........................................................ … 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................. …. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................... …. 8

D. Metodelogi Penelitian ............................................. …. 9

E. Tinjauan Pustaka .................................................... …..14

F. Sistematika Penulisan ............................................. …..20

BAB II : LANDASAN TEORI …………………………….. 24

A. Strategi Komunikasi ………………………………….. 24

a. Pengertian Strategi dan komunikasi ……………… 26

b. Pengertian Strategi Komunikasi ………………….. 31

c. Elemen-elemen Komunikasi ……………………… 31

B. Penyuluhan ………………………………………... …..33

a. Pengertian Penyuluhan ……………………………..33

b. Pengertian Penyuluh Agama ……………………… 36

C. Radikalisme, Radikalisasi Deradikalisasi ……………. 41

a. Pengertian Radikalisme dan Radikalisme Agama… 43

b. Pengertian Radikalisasi dan Deradikalisasi ………. 49

D. Terorisme dan Narapidana Terorisme .................. ….. 52

a. Pengertian Narapidana ……………………………. 52

b. Pengertian Narapidana Terorisme ………………… 53

Page 15: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

ix

c. Anarkisme Sosial ……………………………….. 58

d. Hak-hak Narapidana ……………………………. 59

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG BNPT ….... 68

A. Profil BNPT ………………………………………... 68

B. Sejarah BNPT ……………………………………… 69

C. Tugas Pokok dan Fungsi BNPT …………………… 70

D. Visi, dan Misi BNPT ……………………………… 71

E. Struktur Organisasi Kelembagaan BNPT …………. 72

F. Tugas Pokok dan Fungsi Unit Kerja ………………. 73

BAB IV : HASIL DAN TEMUAN LAPANGAN ………. 87

A. Program Deradikalisasi BNPT …………………….. 96

B. Kegiatan Penyuluhan di Lapas Khusus ……………. 100

BAB V: ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………. 101

A. Analisis Strategi Komunikasi ……………………. 101

B. Media komunikasi ……………………………….. 105

C. Analisis Pelaksanaan Deradikalisasi …………… 105

BAB VI : PENUTUP …………………………………….. 107

A. Kesimpulan ………………………………………... 107

B. Implikasi …………………………………………... 108

C. Saran ………………………………………………. 108

DAFTAR PUSTAKA …………………………………… 110

LAMPIRAN ....................................................................... 115

Page 16: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA
Page 17: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-

beda namun tetap satu tujuan menunjukan bahwa jelas nyata

tentang kondisi Indonesia sebagai negara yang plurar yang

bermakna beragam. Dengan demikian, menurut Harold J. Laski,

Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena

mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan secara yang

lebih sah lebih berkuasa daripada individu atau kelompok yang

merupakan bagian dari masyarakat.

Hal itu dilihat dari karakteristik bangsa Indonesia yang

demokratis, moderat, toleran menjadikan Indonesia memilih

menyatukan agama ke dalam negara, begitupun sebaliknya negara

ke dalam agama tergantung bagaimana situasi, dan kondisi

realitas sosial yang sedang terjadi di kehidupan bermasyarakat.

Dengan demikian, perlu kiranya diantara keduanya saling

bergantung antara kebijakan mana yang lebih bisa di nilai

rasional, dan mampu dipertanggungjawabkan keabsahan

argumentasinya serta mau menerima pendapat dari pelbagai

pihak.

Melihat fenomena di era digital inilah yang pada

akhirnya terjadi konflik baru di kalangan masyarakat akibat dari

Page 18: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

2

adanya globalisasi, dan kemajuan teknologi.1 Mengingat hal

tersebut mengakibatkan terjadinya kemunduran finansial,

sehingga mereka memilih radikalisme sebagai alternatif, dan

melakukan berbagai aksi radikal di masyarakat sehingga

terjadilah masalah terorisme.2

Terorisme sebagai salah satu aksi radikal di Indonesia

menjadi bentuk ancaman bagi keberlangsungan suatu bangsa.

Ancaman kejahatan terorisme saat ini masih berkembang di

Indonesia. Menurut pusat pengkajian PPIM Islam dan Masyarakat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (PPIM) (2004) keberadaan

terorisme bermula dari adanya ideologi radikal.

Terorisme adalah musuh bersama bagi bangsa, dan

kemanusiaan. Oleh sebab itu pemberantasan harus dikaji secara

komprehensif, berdasarkan hukum yang adil tanpa rekayasa, serta

tetap menghormati prinsip dasar hak asasi manusia.3

Penanggulangan terorisme pada mulanya dilakukan

melalui pendekatan kekerasan atau hard approach, di mana

strategi ini dijalankan oleh Densus 88. Namun hal itu dinilai

bertentangan dengan hak asasi manusia dengan adanya kelemahan

tersebut pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan

1 Dr. Fayakhun Andriadi, M.Kom, Kebijakan Di Tangan Netizen (tantangan dan

prospek demokrasi digital, (Jakarta: Rm Books, 2016).

2 http://nasional.tempo.co/read/1062388/. Lipi ungkap 4 alasan mengapa

radikalisme berkembang di Indonesia, diakses pada 30 Agustus 2019.

3 Frassminggi Kamasa, Terorisme Kebijakan Kontra Terorisme Indonesia,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015) h. 138.

Page 19: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

3

Terorisme (BNPT) melakukan strategi lain melalui soft approach

yaitu melalui program deradikalisasi.4

Dalam beberapa kasus dari tayangan televisi,

pemberitaan media baik cetak, elektronik serta internet terkait

aksi teror setelah ledakan bom Bali I, dan II antara lain tragedi

penyerangan, dan bom bunuh diri di Sarinah Jakarta Pusat,

pembakaran, dan penyerangan kepada aparat kepolisian, aksi

radikal penembakan di Mako Brimob Kebayoran Lama Jakarta

Selatan, terakhir aksi bom bunuh diri di halte transjakarta

Kampung Melayu Jakarta Timur.

Dengan melihat hal-hal diatas maka deradikalisasi

merupakan program BNPT sebagai upaya untuk menetralisir

paham-paham radikal melalui pendekatan intredisipliner. Seperti

hukum, psikologi, agama, dan sosial budaya bagi mereka yang

dipengaruhi paham radikal atau pro kekerasan.

Konsep deradikalisasi untuk menanggulangi terorisme ini

dilakukan, dan disampaikan melalui proses penyuluhan di mana

pendekatan yang digunakan pun mengutamakan dialog secara

komprehensif, persuasif, penuh kelembutan dan kasih sayang.5

Secara umum penyuluhan bisa diartikan sebagai kegiatan

pemberian penerangan kepada masyarakat, kemudian penyuluhan

4 Mochamad N. Febriyansah, Lailatul Khodriah, Raka K. Wardana, Seminar

Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang: Upaya Deradikalisasi Narapidana

Terorisme di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Keung Pane Semarang, vol 3

Nomor 1 Tahun 2017, 91-108. 5 Siti Nurmalita, “Strategi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

Dalam Upaya Deradikalisasi Pemahaman Agama Narapidana Terorisme di

Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016)

Page 20: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

4

dimaksudkan untuk mengajak, dan mengayomi orang lain atau

orang yang disuluhi sadar, mau serta mampu untuk melakukan

hal-hal baru serta perubahan pada dirinya, dan orang yang

melakukan penyuluhan disebut penyuluh.6

Penyuluhan deradikalisasi ini dimaksudkan sebagai bentuk

pencegahan, dan penanggulangan terhadap permasalahan

terorisme, adapun pelaksanaan atau penerapannya BNPT

melakukan strategi penyuluhan program deradikalisasi di dua

tempat yaitu di dalam dan luar lapas.

Dalam upaya pencegahan, dan penanggulangan

permasalahan terorisme, sampai dengan saat ini BNPT telah

melaksanakan pendekatan soft approach yang di mulai sejak

tahun 2010, dan sampai saat ini BNPT sudah banyak

melaksanakan penyuluhan program deradikalisasi baik di luar

maupun di dalam Lapas.

Pelaksanaan penyuluhan program deradikalisasi di

masyarakat merupakan salah satu bentuk pencegahan pemerintah

terhadap paham radikalisme, di mana dalam pencegahan ini

dilakukan kepada masyarakat umum, dan pelajar di luar lapas

sebagai sasaran .

Penyuluhan program deradikalisasi yang dilakukan

bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang penyimpangan

paham tersebut, sehingga mereka bisa mendeteksi secara dini, dan

6 Zulkarnain Nasution, Prinsip-Prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan (Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990), h. 6.

Page 21: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

5

menangkal sejak awal agar bisa terhindar dari bahaya paham

tersebut.7

Selanjutnya, dalam upaya penanggulangan terorisme

BNPT melaksanakan penyuluhan program deradikalisasi di dalam

lapas, penyuluhan ini merupakan strategi penyuluhan bagi mereka

yang sudah terpapar paham radikalisme. Penyuluhan program

deradikalisasi bertujuan agar mereka yang sudah terpapar mau

meninggalkan, dan menghilangkan pemahaman radikalnya,

sehingga pada saat kembali ke masyarakat mereka tidak lagi

menganut paham radikalisme, dan melakukan tindakan kejahatan

(aksi teror).

Dengan demikian narapidana terorisme yang telah

menyelesaikan masa tahanannya, dan terintegrasi dengan

masyarakat, mereka menjadi moderat, mau menerima dan

mengakui pancasila sebagai ideologi NKRI. Kendati demikian,

seiring berjalannya waktu ada hal menarik yang penulis lihat

selama pelaksanaan penyuluhan program deradikalisasi, di mana

penyuluhan program deradikalisasi dinilai kurang efektif,

sehingga deradikalisasi belum berjalan dengan optimal.

Hal itu terjadi terutama dalam upaya penanggulangan

terorisme di dalam lapas, di mana menurut penelitian-penelitian

sebelumnya baik dari observasi lapangan, jurnal, skripsi, dan tesis

mengatakan bahwa, seseorang yang sudah terpapar paham radikal,

7Josefhin Mareta, Rehabilitasi Dalam Upaya Deradikalisasi Narapidana

Terorisme, Jurnal Masalah-masalah Hukum, jilid 47 No. 4, Oktober 2018, h. 339.

Page 22: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

6

dirinya sukar untuk menerima pancasila, dan cenderung belum

sepenuhnya dipercaya oleh masyarakat sekitar.

Kurang efektif, dan belum berjalan optimal dari program

ini yaitu karena masih adanya kekerasan senjata dalam

mengungkap aksi terorisme, hal ini menimbulkan rasa solidaritas,

dan balas dendam pada jaringan radikalisme, pembiaran

pengajaran paham radikal, sehingga hal itu membuat dorongan

perlawanan melalui aksi teror terhadap negara semakin radikal,

serta biaya untuk penyuluhan deradikalisasi yang terbatas padahal

program deradikalisasi hadir sebagai solusi penanggulangan

terorisme dengan pendekatan persuasive, penuh kelembutan dan

kasih sayang.

Selain itu, BNPT sebagai lembaga negara yang berbentuk

badan khusus dalam hal menangani permasalahan terorisme di

Indonesia, dan langsung bertanggung jawab kepada Presiden yang

akhirnya BNPT tidak bisa keluar dari koridor administrasi

kenegaraan.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, dalam

pelaksanaan penyuluhan program deradikalisasi sendiri

pemerintah harus lebih intensif, dan BNPT melalui programnya

tidak bisa bergantung dengan hal itu karena penyuluhan program

deradikalisasi harus berjalan terus menerus, serta konsisten agar

penanggulangan terorisme di Indonesia bisa berjalan efektif, serta

mendapatkan hasil optimal.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan

program deradikasisasi, yaitu strategi komunikasi penyuluh,

Page 23: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

7

kejelasan standar operasional program, koordinasi kewenangan

yang baik, dan ketersediaan sumber daya. Kendati dengan kondisi

seperti itu BNPT berhasil membuat narapidana terorisme bersedia

untuk mengikuti program deradikalisasi, bekerjasma dengan

pemerintah untuk memberi informasi jaringan, dan kepatuhan

terhadap Pancasila.8

Maka dari itu sehubung dengan masih banyaknya

kekurangan dengan alasan tersebut, inilah yang menarik perhatian

penulis untuk meneliti, menelaah, dan memperhati proses

pelaksanaan penyuluhan program deradikalisasi, sejauh ini

meskipun dengan kondisi biaya yang terbatas, Oleh karena itulah

penulis tertarik untuk mengambil tema, “Strategi Komunikasi

Penyuluh Agama Pada Program Deradikalisasi Narapidana

Terorisme (Napiter),”

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian terarah dan terperinci, maka penulis

memfokuskan penelitian dengan membatasi masalah yang akan

dibahas tentang bagaimana strategi komunikasi penyuluhan

penyuluh.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

8 Muh. Hamdan, Deradikalisasi Pelaku Tindak Pidana Terorisme Di Indonesia,

(Tesis S2 Kajian Agama dan Studi Perdamaian, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2015).

Page 24: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

8

1. Bagaimana Strategi Komunikasi Penyuluh Agama dalam

pelaksanaan program Deradikalisasi Narapidana Terorisme

(Napiter) ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Sebagai bentuk evaluasi Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai lembaga

khusus, serta pelayanan publik dengan lebih

mengutamakan hak-hak narapidana sesuai dengan UU

terorisme.

2. Manfaat Penelitian

a. Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan keilmuan dalam ranah akademisi dan profesi

penyuluh, baik penyuluh agama maupun sosial, meliputi

Ilmu Dakwah, Ilmu Komunikasi, terkhusus Bimbingan dan

Penyuluhan Agama, tempat penelitian ini dapat dijadikan

sebagai rekomendasi untuk praktikum mahasiswa BPI

dikemudian hari sehingga dapat terwujud kerja sama antara

Program studi Bimbingan Penyuluhan Islam dengan

Lembaga Pemasyarakatan, baik yang dijalankan secara

sukarela, kelompok, maupun massa.

b. Teoritis

Diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan

penguatan, dan dukungan, sebagai bentuk evaluasi kepada

pemerintah Repulik Indonesia, atas segala permasalahan

Page 25: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

9

sosial, finansial, keagamaan, dan kebudayaan. Maka dari

itu perlu kiranya peran, serta penyuluh agama layak

dikatakan sebagai profesi yang profesional, dan

berintegritas.

D. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif

deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan keadaan status fenomena secara sistematik

dan rasional. Menurut M. Nazir dalam buku metodologi

penelitian menyatakan, bahwa metode penelitian deskriptif

merupakan proses pencarian fakta, gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat-sifat serta

hubungan antara fenomena yang teliti.9

Untuk melengkapi data yang sudah ada, penulis

menggunakan cara sebagai berikut:

a. Data Primer (Primary Data), merupakan data utama

yang diperoleh langsung dari responden berupa

catatan tertulis dari hasil wawancara, serta

dokumentasi.

b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari

penelitian kepustakaan untuk mencari konsep dari

teori-teori yang berhubungan dengan masalah

9 M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Galia Indonesia, 1998), h. 63.

Page 26: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

10

dalam penulisan skripsi ini, seperti buku-buku,

diktat dan literatur terkait.

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa

metode sebagai berikut:

a. Metode Wawancara

Metode ini adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.10

Wawancara yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

penulis mengadakan komunikasi, langsung dan

mengajukan beberapa pertanyaan ke beberapa pihak yang

bersangkutan baik lisan maupun tulisan, dan mendengarkan

langsung keterangan-keterangan atau informasi dari tenaga

ahli BNPT selaku penyuluh program deradikalisasi.11

b. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan,

pencatatan secara sistematis dan kendala-kendala yang

dihadapi tentang yang diteliti.12

Dalam penelitian penulis

menggunakan metode observasi atau pengamatan yang

10Lexy Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Remaja

Rosdakarya, 2000), h. 148

11 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Analisis

Statistik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet 11, h. 24. 12 Hadi Sutrisno, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi, 2000) jilid 2, h. 136

Page 27: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

11

dilakukan dengan partisipasi. Dengan adanya sebuah

pengamatan sambil berpartisipasi dapat menghasilkan data

yang lebih banyak, lebih mendalam dan lebih terici.

c. Metode Dokumentasi

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

dokumentasi yang berhubungan dengan kegiatan

penyuluhan program deradikalisasi, dan para narapidana

terorisme di lembaga pemasyarakatan (LP), foto-foto yang

berhubungan dengan kegiatan, dan strategi penyuluhan

yang dilakukan kepada para narapidana terorisme

3. Teknik Pengelolaan Data

Setelah terkumpul, selanjutnya yang dilakukan peneliti

adalah dengan mengelola data dengan cara editing, yaitu

kegiatan mempelajari berkas-berkas data yang telah

terkumpul, sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui

dan dapat dinyatakan baik.

4. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik keabsaan data, data yang digali, dikumpulkan

dan dicatat dalam kegiatan penelitian. Untuk menjaga

keabsahan data dalam penelitian ini diperlukan teknik

pemeriksaan. Adapun teknik pemeriksaan yang digunakan

untuk menjaga keabsahan data adalah sebagai berikut:

a. Kriterium Kredibilitas/kepercayaan

Fungsinya adalah untuk melaksanakan inkuiri

sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan

penemunya dapat dicapai, kemudian

Page 28: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

12

mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil

penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti

pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

kriterium kredibilitas ini menggunakan dua teknik

pemeriksaan.

1. Ketekunan pengamatan

Dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-

unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan

persoalan atau isu dalam penelitian ini dan

kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut

secara rinci.

Dengan kata lain, penelitian mengadakan

pengamatan kepada subyek penelitian yaitu,

2. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Salah satu teknik

triangulasi yang digunakan untuk penelitian ini

adalah teknik triangulasi dengan sumber, triangulasi

dengan sumber akan digunakan untuk

membandingkan dengan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dilakukan

dengan cara:

Page 29: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

13

a) Membandingkan data hasil wawancara dengan

pengematan di lapangan,

b) Membandingkan keadaan dan perspektif

seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang lain,

c) Membandingkan hasil wawancara dengan hasil

dokumen yang berkaitan dengan masalah yang

sedang diteliti. Wawancara tersebut untuk

keperluan engecekan atau sebagai pembanding

terhadap data tersebut.13

b. Kriterium Kepastian

Ada beberapa unsur kualitas yang melekat pada

konsep objektif, dalam hal ini daap digali dari

pengertian bahwa sesuatu objektifitas berarti

dapat dipercaya, factual, dan dapat dipastikan.

Dari sisi peneliti dapat membuktikan bahwa

data-data ini terpercaya. Kepercayaan ini

didasarkan pada hasil data-data yang diperoleh

dari hasil wawancara dan observasi terhadap

subjek penelitian.14

5. Lokasi dan waktu penelitian

13 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta (Jakarta: UIN Press), h.

7

14 Farida Yusuf Taybnafis, Evaluasi Program (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.

166

Page 30: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

14

Adapun waktu yang ditentukan dalam penelitian ini

dimulai pada hari Rabu, 19 September 2019. Penelitian ini

dilaksanakan di Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (BNPT), Citeureup Bogor Jawa Barat 16810,

Jalan Anyar 1221, Sukaharti, Kec. Citeureup, Bogor Jawa

Barat.

6. Analisis Data

Dalam hal ini penulis menggunakan analisis deskriptif,

yaitu penulis berusaha menggambarkan objek penelitian

(Strategi Komunikasi Penyuluh Agama Dalam Upaya

Deradikalisasi Narapidana Terorisme) Citeurep Bogor

dengan apa adanya, yaitu dengan kenyataan.

Adapun pedoman yang digunakan dalam teknik

penulisan skripsi ini adalah mengacu pada buku “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)”

yang diterbitkan oleh Center For Quality Development and

Assurance (CeQDA) Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 cetakan pertama.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam pengamatan penulis ada beberpa penelitian yang

relevan dengan pembahasan skripsi ini. Diantaranya skripsi,

tesis, disertasi dan jurnal yang berjudul sebagai berikut:

1. Josefhin Mareta, Jurnal Masalah-Masalah Hukum, judul

jurnal, “Rehabilitasi Dalam Upaya Deradikalisasi

Narapidana Terorisme”. Jurnal ini membahas bagaimana

Page 31: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

15

proses rehabilitasi pada narapidana terorisme. Hasil dari

penelitian ini adalah terorisme sebagai permasalahan

individual yang membutuhkan pembinaan khusus sesuai

prinsip individual pembinaan, dan rehabilitasi yang efektif

diperlukan partisipasi narapidana dan fasilitator,

ketersediaan prosedur dan modul pembinaan, serta evaluasi

keberhasilan rehabilitasi narapidana terorisme. Kelebihan

dari penelitian ini yaitu dengan membahas secara rinci atas

bagaimana urgensi proses rehabilitasi pada narapidana

terorisme. Kekurangan penelitian ini belum maksimalnya

belum efektifnya partisipasi narapidana dan ketersediaan

prosedur serta modul pembinaan. Bedanya dengan

penelitian ini

2. Farid Septian, Jurnal Kriminolog Indonesia, judul jurnal

“Pelaksanaan Deradikalisasi Narapidana Terorisme di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang”. Jurnal ini

membahas bentuk pelaksanaan kegiatan deradikalisasi

narapidana terorisme di dalam LP Cipinang. Dalam

penelitian ini menyimpulkan bahwa bentuk pelaksanaan

kegiatan deradikalisasi narapidana terorisme di dalam LP

Cipinang Kelas I belum berjalan optimal, hal itu

berdasarkan pelaksanaan pembinaan tidak jauh berbeda

dengan narapidana lainya. Kelebihan. Kekurangan bedanya

dengan penelitian ini

3. Irvan Roberto, Tahir Kasnawi, andi Alimuddin Unde,

Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, judul jurnal, “Strategi

Page 32: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

16

Komunikasi Penyuluhan Program KB Vasektomi

Masyarakat Miskin Perkotaan di Makassar”. Jurnal ini

membahas tentang strategi komunikasi penyuluhan

program KB dengan perencanaan komunikasi yang cukup

baik yang melibatkan elemen-elemen penting dari strategi

komunikasi seperti, tujuan pesan komunikasi, mengenal

khalayak, menentukan komunikator, menyusun pesan,

memilih saluran serta monitoring, dan evaluasi. Hasilnya,

bahwa strategi komunikasi penyuluhan telah dilakukan

dengan perencanaan komunikasi yang cukup baik

mengingat hal tersebut dilaksanakan dengan

memperhatikan elemen-elemen penting dari sebuah strategi

komunikasi. Kelebihan. Kekurangan bedanya dengan

penelitian ini

4. Gondo Utomo, Jurnal Komunikasi Islam, judul jurnal,

“Merancang Strategi Komunikasi Melawan Radikalisme

Agama”. Jurnal ini membahas tentang kampanye informasi

dalam melawan radikalisme, di mana kampanye tersebut

merupakan strategi perencanaan komunikasi dalam

melawan radikalisme agama yang memiliki keterkaitan

dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pelaksananya.

Hasilnya

5. Saella Fitriana, Jurnal Departemen Hubungan

Internasional, judul jurnal “Upaya BNPT Dalam

Melaksanakan Program Deradikalisasi di Indonesia”. jurnal

ini membahas tentang program deradikalisasi sebagai

Page 33: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

17

upaya BNPT dalam menanggulangi terorisme. Hasil dari

penelitian ini yaitu, program deradikalisasi yang

dikoordinasikan oleh BNPT disusun komprehensif, bersifat

inklusif dan netral, dengan melibatkan berbagai lembaga

pemerintah maupun non pemerintah, lapisan masyarakat,

serta stakeholder terkait. Kelebihan. Kekurangan bedanya

dengan penelitian ini

6. Try Prasetyo Aprianto, NIM: 108052000004, Program

studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dengan judul “Strategi

Komunikasi Penyuluhan Pada Pembinaan Mu’alaf di

Yayasan An-Naba’ Center Sawah Baru Ciputat”. Skripsi

ini membahas strategi komunikasi penyuluhan yang terjadi

di Yayasan An-naba’ Center antara pembina kepada para

muallaf. Hasilnya, dalam proses komunikasi pada

pembinaan muallaf secara garis besar terbangun dengan

baik antara pembina kepada para muallaf ataupun

sebaliknya, hal itu karena pembina memiliki terapan

keilmuan komunikasi seputar komunikasi Antarpribadi,

komunikasi Kelompok dan komunikasi massa, sehingga itu

menyebabkan hubungan keakraban antara keduanya.

Kelebihan. Kekurangan bedanya dengan penelitian ini

7. Siti Nurmalita Sari, NIM: 1111053000022, Konsentrasi

Manajemen Ziswaf Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dengan judul “Strategi

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Dalam

Page 34: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

18

Upaya Deradikalisasi Pemahaman Agama Narapidana

Terorisme di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang”,

skripsi ini membahas strategi BNPT dalam menanggulangi

terorisme di Indonesia dengan menekankan soft approach

dalam konsep deradikalisasi di Lembaga Pemasyarakatan

Cipinang. Hasilnya, melalui kebijakannya BNPT

menekankan strategi soft approach dalam konsep

deradikalisasi untuk menanggulangi terorisme di Indonesia.

yaitu pendekatan yang mengutamakan dialog secara

komprehensif, persuasive, penuh kelembutan serta kasih

sayang. Kelebihan. Kekurangan bedanya dengan

penelitian ini

8. Muh. Khamdan, NIM: 10.2.00.1.24.08.0027, Kajian

Agama dan Studi Perdamaian Sekolah Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

dengan judul “Deradikalisasi Pelaku Tindak Pidana

Terorisme di Indonesia”, tesis ini membahas proses

deradikalisasi bagi narapidana terorisme sebagai kebijakan

pemerintah dalam strategi penanggulangan dan penanganan

aksi terorisme di dalam Lembaga Pemasyarakatan maupun

di luar Lembaga Pemasyarakatan. Hasilnya, bahwa

pelibatan mantan narapidana terorisme memberi dampak

positif terhadap perubahan sikap moderat narapidana

terorisme. Kelebihan. Kekurangan bedanya dengan

penelitian ini

Page 35: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

19

9. Mochamad Nurhuda Febriyansyah, Lailatul Khodriah,

Raka Kusuma Wardana, Jurnal hukum Universitas Negeri

Semarang, judul jurnal “Upaya Deradikalisasi Narapidana

Terorisme di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kedung

Pane Semarang”, jurnal ini membahas tentang upaya

deradikalisasi di Lembaga Pemasyarakatan Kedung Pane

Semarang sebagai program pembinaan kepada marapidana

terorisme dengan melakukan program antara lain

pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian.

Hasilnya, LP Kadung Pane Semarang dalam upaya

deradikalisasi narapidana terorisme telah berupaya secara

maksimal melakukan pembinaan, meskipun mengalami

beberapa kendala. Faktor sarana dan prasarana, jumlah

petugas yang minim, kurangnya kerjasama dengan

lembaga-lembaga lain serta sifatbyang tidak ingin dirubah

dari narapidana menjadi kendala upaya deradikalisasi, sifat

tidak ingin berubah dari narapidana teroris sebagai kendala

terbesar dalam upaya deradikalisasi. Kelebihan.

Kekurangan bedanya dengan penelitian ini

10. Sihabudin Noor, Penyuluh Untuk Harmoni Antar Umat

Beragama Di Indonesia, (Jakarta : Jurnal Suluh Bimbingan

Dan Penyuluhan Islam, 2016). Jurnal ini menjelaskan

tentang istilah kepenyuluhan (extension) yang

dikembangkan pertama kali di Universitas Oxford dan

Universitas Cambrigde pada tahun 1850, dalam istilah

terminologi bahasa Belanda disebut woorlichiting (obor,

Page 36: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

20

ina) bermakna menerangi. Kelebihan. Kekurangan bedanya

dengan penelitian ini

Berbeda dengan sepuluh penelitian sebelumnya, penulis

lebih memfokuskan pada penggunaan strategi penyuluhan yang

dilakukan oleh penyuluh agama dalam upaya deradikalisasi pada

narapidana terorisme, sehingga penelitian yang akan penulis teliti

berjudul, “Strategi Komunikasi Penyuluh Agama Dalam

Upaya Deradikalisasi Pada Narapidana Terorisme (Napiter).”

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini terdiri dari 6 bab, dan masing-masing

bab dibagi menjadi beberapa sub-sub bab. Sistematika tersebut

dirumuskan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan yang akan membahas tentang garis

besar penelitian ini, meliputi latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, metodologi penelitian yang

didalamnya memuat jenis dan pendekatan penelitian,

sumber data, metode dan pengumpulan data, analisis

data, dan terakhir sistematika penulisan skripsi.

BAB II: Landasan Teori yang membahas tentang ruang

lingkup radikalisme, radikalisme agama,

deradikalisasi, penyuluhan, strategi penyuluhan,

narapidana, dan terorisme.

BAB III: Tinjauan Umum Tentang Lembaga BNPT dan

Lapas Sentul Bogor, kegiatan penyuluhan program

Page 37: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

21

deradikalisasi, strategi penyuluhan yang digunakan,

struktur pengurus rutin yang diadakan oleh Penyuluh

Agama.

BAB IV: Temuan Lapangan Umum di bab ini akan

diuraikan tentang peran serta fungsi penyuluh secara

luas, serta sumbangsih dalam menangkal

radikalisme agama.

BAB V: Analisis Data dan Pembahasaan yang terbagi

menjadi beberapa sub bab. Analisis terkait strategi

komunikasi penyuluhan, dan analisis pelaksanaan

kegiatan penyuluhan sebagai upaya deradikalisasi

pada napiter.

BAB VI: Penutup meliputi kesimpulan dari penulis mengenai

hal-hal yang telah dibahas oleh penulis dalam

penelitian ini serta saran-saran kemudian diakhiri

dengan daftar kepustakaan, dan lampiran-lampiran

baik berupa foto maupun hasil wawancara.

Page 38: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

22

DAFTAR PUSTAKA

Djelantik, Sukawarsini. 2010, Terorisme Tinjauan Psiko-politis, Peran

Media, Kemiskinan, dan Keamanan Nasiona, Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Efendi, Onong Uchjana. 1992, Dinamika Komunikasi, Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Febriyansah, Mochamad N, Lailatul Khodriah, Raka K. Wardana,

Upaya Deradikalisasi Narapidana Terorisme di Lembaga

Pemasyarakatan (Lapas) Keung Pane Semarang, Seminar

Nasional Hukum Universitas Negeri, Vol. 3 Nomor 1

Tahun 2017.

Fitriana, Saella. Upaya BNPT Dalam Melaksanakan Program

Deradikalisasi di Indonesia, Jurnal Internasional, Vol 2,

Nomor 3 Tahun 2016.

Hamdan, Muh. Deradikalisasi Pelaku Tindak Pidana Terorisme Di

Indonesia, Tesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Handayani. Yeni, Peranan BNPT Dalam Penanggulangan Terorisme,

Media Pembinaan Hukum Nasional, 2016.

Hendro priyono, A.M. 2009, Terorisme Fundamentalis Kristen,

Yahudi, Islam, Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Kamasa, Frassminggi . 2015, Terorisme Kebijakan Kontra Terorisme

Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Moleong, Lexy. 2000, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: CV

Remaja Rosdakarya.

Nasution, Zulkarimein. 1990, Prinsip-prinsip Komunikasi Penyuluhan,

Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

Nurmalita, Siti. Strategi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

(BNPT) Dalam Upaya Deradikalisasi Pemahaman Agama

Narapidana Terorisme di Lembaga Pemasyarakatan (LP)

Cipinang, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Rokmad, Abu. Pandangan Kiai Tentang Deradikalisasi Paham Islam

Radikal di Kota Semarang, Jurnal Analisa Vol 21 Nomor

01 Juni 2014.

Septian, Farid. Pelaksanaan Deradikalisasi Narapidana Terotisme di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang, Jurnal

Kriminolog Indonesia, Vol. 7 No.I Mei 2010.

Page 39: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

23

Sihabuddin Noor, Penyuluh Untuk Umat Beragama Di Indonesia,

(Jakarta: Jurnal Suluh Bimbingan dan Penyuluhan Islam,

2016). Jurnal ini menjelaskan tentang istilah kepenyuluhan

(extension) yang dikembangkan pertama kali di Universitas

Oxport dan Universitas Cambrigde pada tahun 1850, dalam

istilah terminology bahasa Belanda disebut woorlichiting

(obor, ina) bermakna menerangi.

Sutrisno, Hadi. 2000, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi.

Umam, Khairul. 1998, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: Pustaka

Setia.

Wawancara Penyuluh, dan Observasi Pusat Pengamanan BNPT Lapas

Bogor, Jawa Barat

http://nasional.tempo.co/read/1062388/lipi-ungkap-4-alasan --

mengapa-radikalisme-berkembang-di-indonesia. diakses

pada 30 Agustus 2019 pukul 16:00.

https://beritabaru.co/mahfud-md-sampaikan-indonesia-adalah-

laboratorium-pluralisme/ diakses Rabu, 19 Febuari 2020.

https://kumparan.com/erucakra-garuda-nusantara/pergeseran-orientasi-

terorisme-di-indonesia-2000-2018 diakses pada 30

September 2019.

https://www.ilmudasar.com/2017/08Pengertian/radikalisme, diunduh

10 September 2019.

Jalaludin Rahmat, Islam Dan Pluralisme : Akhlak Quran Menyikapi

Perbedaan, (Jakarta Serambi,2006), Cet Ke-2, h.126.

Page 40: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

24

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Landasan Teori Strategi Komunikasi Penyuluhan,

Radikalisme Agama, dan Deradikalisasi

1. Pengertian Strategi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa strategi

adalah seni atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk

melaksanakan kegiatan tertentu. Secara bahasa strategi berasal

dari bahasa yunani, yaitu “Strattegeia” atau sering disebut

stratos yang berarti militer. Pada awalnya strategi diartikan

sebagai generalsshift atau suatu yang dilakukan oleh para

jendral dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan

memenangkan perang.15

Strategi menurut istilah adalah proses penentuan rencana

yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan

keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan

dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat

dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.16

Sedangkan menurut para ahli pengertian strategi dapat

didefinisikan sebagai berikut:

15 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa

Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 100

16 Siti Nurmalita, “Strategi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

(BNPT) Dalam Upaya Deradikalisasi Pemahaman Agama Narapidana Terorisme

di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2016),h. 18.

Page 41: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

25

a. Menurut Sondang Siagan, Strategi adalah cara yang terbaik

untuk mempergunakan dana, daya, dan tenaga yang bersedia

sesuai tuntunan perubahan lingkungan.17

b. Menurut Chaldler yang dikutip Supriyono, strategi adalah

penentuan dasar goals jangka panjang dan tujuan perusahaan

serta pemakaian cara-cara bertindak dan alokasi sumber-

sumber yang di perlukan.18

c. Menurut Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi, MA. Strategi pada

hakekatnya adalah perencanaan (planning), dan manajemen

untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi

sebagai peta jalan yang hanya memberi arah saja, melainkan

harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.19

d. Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, Strategi adalah penentuan

tujuan utama yang berjangka panjang, dan sasaran dari suatu

perusahaan atau organisasi serta pemilihan cara-cara

bertindak dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan

untuk tujuan tersebut. Jadi startegi menyaut soal pengaturan

berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan agar dalam

jangka panjang tidak kalah bersaing.20

Berdasarkan beberapa definisi diatas, penulis

menyimpulkan bahwa strategi yaitu cara, atau taktik yang

17 Sondang Siagian, Analisa Serta Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi.

(Jakarta: PT Gunung Agung , 1986), cet ke-2, h.17.

18 Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis (Yogyakarta: BPFE,

1986) h. 9

19 Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1992), cet Ke-4, h.32

20 A.M. Kardima, Pengantar Ilmu Managemen, (Jakarta: PT. Pronhalindo), h.

58

Page 42: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

26

digunakan untuk mencapai tujuan dengan menggabungkan

antara konsep, gagasan, visi, dan misi.

2. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi secara etimologi berasal dari

kata latin cum, yaitu kata depan yang berarti dengan dan

bersama dengan, dan unus, yaitu kata bilangan yang berarti

satu. Dari kata itu terbentuk kata benda communio yang dalam

bahasa Inggris menjadi communion dan berarti kebersamaan,

persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.21

Selain itu menurut Onong Uchjana Effendy

mendefinisikan komunikasi secara etimologi berasal dari

bahasa latin communication, yang bersumber dari kata

Communis yang berarti “sama” dalam artian sama makna.22

Menurut Bitter yang dikutip dari Wiryanto menerangkan

bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan oleh satu orang

dan penerima pesan orang lain atau sekelompok kecil orang,

dengan berbagai dampaknya, dan berbagai peluang untuk

memberikan umpan balik.23

Pengertian komunikasi secara terminologi, Onong

Uchjana mendefinisikan dalam bukunya bahwa komunikasi

merupakan sarana sebagai proses penyampaian suatu

pertanyaan oleh seseorang kepada orang lain untuk

memberitahukan atau merubah sikap, mendapat, atau prilaku,

21 Khairul Umam, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: Pustaka Setia,

1998), h. 17.

22 Onong Uchjana Effendy, Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 1997), hal. 9.

23 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), h. 32.

Page 43: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

27

baik langsung, secara lisan maupun secara tidak langsung

dengan media sebagai sarananya.24

Secara sederhana dapat dikatakan proses komunikasi

akan terjadi apabila ada pengirim menyampaikan informasi

berupa verbal maupun non verbal kepada penerima dengan

menggunakan medium suara manusia, maupun dengan

medium tulisan. Selain pengertian diatas, beberapa pakar

komunikasi mendefinisikan komunikasi dengan artian lain

yaitu:

a. Menurut Breslon dan Steiner mengatakan bahwa,

“Komunikasi sebagai penyampai informasi, ide, gagasan,

emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan

simbol, kata, gambar, grafik, dan lain-lain. Kemudian

Shannon dan Weaver mengartikan komunikasi sebagai

mencakup prosedur melalui nama pikiran seseorang yang

dapat mempengaruhi orang lain”.25

b. Wibram Scrahmm mengatakan bahwa komunikasi

didasarkan atas hubungan (intune) antara satu dengan

yang lain, fokus pada informasi yang sama, sangkut paut

tersebut berada dalam komunikasi tatap muka (face to

face communication).26

Kata atau istilah “komunikasi” diambil dari

terjemahan bahasa Inggris ‘Communication’ yang

24Onong Uchjana Effendy, Komunikasi:Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1997), h. 9.

25 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Press,

2005). 26 Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung: CV

Mandar Maju, 1998), hal. 59.

Page 44: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

28

dikembangkan di Amerika Serikat, dan komunikasi pun

berasal dari unsur persuratkabaran, yaitu journalism. Dalam

arti kata lain menurut buku Dr. Hj. Roudhonah, M.A

komunikasi berasal dari perkataan Latin, yaitu:27

1. Communicare, yang berarti berpartisipasi ataupun

memberi tahukan.

2. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku

di mana-mana.

3. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum

ataupun pendapat mayoritas.

4. Communico, yang berarti membuat sama.

5. Communicatio yang bersumber dari kata Comunis yang

berarti sama, maksud disini yaitu sama makna.

Adapun pengertian komunikasi secara etimologi ini

memberi pengertian bahwa komunikasi yang dilakukan

hendaknya dengan lambang-lambang, atau bahasa yang

mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi pesan

dengan orang yang menerima pesan.

Menurut pandangan ahli Carl I. Hovland, mengatakan

bahwa komunikasi adalah “The process by which an

individuals (the Comunikator) transmits stimuli (usually

Verbal Symbols) to modify the behavior of other individuals

(Communicant) ”proses di mana seseorang (Komunikator)

menyampaikan perangsang-perangsang untuk mengubah

tingkah laku orang-orang lain. (komunikan). Jadi bagaimana

27 Dr. Hj. Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Depok: Rajawali Pers, 2019), h. 21-

22.

Page 45: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

29

pesan bisa diterima dengan baik, efektif, dan komunikatif,

yaitu dengan menggunakan lambang atau simbol antara

pemberi pesan, dan penerima pesan.28

Dari beberapa definisi baik secara bahasa, atau istilah

dapat penulis disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu

proses, tergantung bagaimana sudut pandang subjek yang

menyajikan, dengan kata lain komunikasi dipahami sebagai

“siapa berkata apa, kepada siapa, untuk apa serta bagaimana

dampak atau efek yang timbul dari si penerima pesan,

(stimulus-respon)”.

A. Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi interpersonal atau antarpribadi adalah proses

penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan

(sender) dengan penerima pesan (receiver) baik secara

langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dapat

dikatakan terjadi secara langsung apabila pihak-pihak yang

terlibat komunikasi dapat saling brbagi informasi tanpa

melalui media.29

a. Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Tujuan komunikasi antrapribadi menurut Suranto Aw

dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Interpersonal

menyebutkan bahwa tujuan komunikasi antarpribadi ada

delapan diantaranya:

1) Mengungkapkan perhatian terhadap orang lain

29 Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011), cet

1, hlm 5

Page 46: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

30

2) Mengenal diri sendiri dan orang lain

3) Mengetahui dunia luar

4) Membangun dan memelihara hubungan yang

harmonis dan lebih bermakna

5) Mempengaruhi sikap dan prilaku

6) Mencari hiburan

7) Menghindari kerugian akibat salam komunikasi

8) Memberikan bantuan berupa konseling.30

B. Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif merupakan salah satu cabang

komunikasi yang sering sekali kita temukan dalam kehidupan

sehari-hari terutama dalam media massa. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia komunikasi adalah pengiriman dan

penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih

sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.dengan

demikian komunikasi dapat bermakna pemberitahuan,

pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.

Sedangkan persuasif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

memiliki arti ajakan kepada seseorang dengan cara

memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkan. Jadi

komunikasi persuasif adalah pengiriman atau penerimaan

pesan yang bertujuan untuk mengubah atau mempengaruhi

komunikan dengan apa yang dimaksud komunikator.

30 Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta press, 2007) hlm.113-

114

Page 47: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

31

3. Strategi Komunikasi

Adapun pengertian dari strategi Komunikasi yaitu

panduan perencanaan komunikasi (communication planning)

dengan manajemen komunikasi (communication

management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Strategi komunikasi bisa berbeda-beda bergantung pada

situasi, dan kondisi.

Strategi komunikasi ini digunakan untuk memastikan

bahwa klien atau komunikan mengerti pesan yang

diterimanya, jika sudah dapat mengerti, dan menerima maka

penerimaannya harus dibina, dan pada akhirnya kegiatan

dimotivasikan. Maka dari itu, strategi komunikasi dapat

mengubah pendapat, sikap dan aksi seseorang. Strategi

komunikasi harus bersifat dinamis, saat terjadi perubahan

situasi atau kondisi yang terjadi pada komunikan,

komunikator yang harus melakukan perubahan strategi

komunikasi yang telah dijalankan.31

4. Elemenen-elemen Komunikasi

Dalam sebuah jurnal tentang komunikasi menyebutkan

elemen-elemen komunikasi yang membentuk proses

komunikasi antara lain yaitu

1) People (komunikator dan komunikan)

Komunikasi melibatkan orang bisa antarpribadi,

kelompok kecil, dan publik berlangsung antara dan diantara

31 Trisnayanti, Strategi Komunikasi Penyuluh Agama Islam Fungsional Dalam

Upaya Pencegahan Perceraian Di Kabupaten Tangerang, (Tesis S2 Program

Magister Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmy Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018) hal, 32-33

Page 48: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

32

semua tipe sender dan receiver (bergantian merupakan

individu-individu yang memberikan dan menerima pesan

secara serempak).

2) Message (pesan)

Bersifat verbal (menggunakan kata-kata) dan non-

verbal antara lain: kedekatan, sentuhan, aroma, waktu,

gerakan mata, gerakan tangan dan kepala, teriakan, dll.

3) Channel (saluran)

Saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, misalnya

semua indera kita. Manusia adalah multi channel

communicator.

4) Noise

Merupakan distorsi yang berpotensi menggangu

aktivitas komunikasi, misal: aroma yang terlalu tajam,

suara bising ruangan yang panas, dll.

5) Context

Kita berkomunikasi selalu berada dalam suatu

konteks. Misalnya, kadang dalam konteks organisasi, lalu

berubah menjadi konteks akrab/keluarga.

6) Feedback

Merupakan respon balik dari pihak lain yang

menerima pesan terhadap pesan yang kita sampaikan.

Feedback dapat dibedakan menjadi:

Page 49: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

33

Immediate (langsung), delayed (tertunda), lalu positive

atau negative.

7) Effect (dampak)

Komunikasi berdampak atau berpengaruh terhadap

orang lain. Dampaknya bisa bermacam-macam misal:

pengetahuan, sikap atau perilaku, tindakan, atau

campuran.32

5. Pengertian Penyuluhan (konseling)

Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata

“suluh” yang berarti “obor” ataupun alat untuk menerangi

kegelapan. Dari situ dapat diartikan bahwa penyuluhan

bertujuan untuk memberikan penerangan serta penjelasan

kepada yang disuluh. Maksud dari istilah penyuluhan adalah

mengandung arti menerangi, menasehati, atau memberi

kejelasan kepada orang lain agar memahami atau mengerti

tentang hal yang sedang dialaminya.33

Penyuluhan merupakan kegiatan penerangan ataupun

penjelasan kepada orang yang disuluhi agar tidak lagi berada

dalam posisi yang gelap terhadap suatu masalah tertentu, dan

adanya perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan prilaku dari

penyuluhan yang mampu di serap secara bertahap dan bukan

instan.

Istilah Penyuluhan dalam paper yang ditulis oleh

penulis sebagai sebuah sentuhan awal tentang ilmu

32 library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00374-MC%20Bab%202.

pdf halaman 6-9 diunduh pada 16 Juli 2021. 33 Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Penyuluhan, (Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990) h. 7

Page 50: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

34

bimbingan, dan penyuluhan yang merajuk pada beberapa

buku salah satunya, buku hamdani dan afiffudin tahun 2012

menyebutkan bahwa, penyuluhan adalah suatu pelayanan,

atau sistem untuk membantu masyarakat melalui cara

pendidikan, dalam memperbaiki metode dan teknik suatu

kegiatan, meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan

lebih memperbaiki tingkat hidup masyarakat dan mengangkat

standar sosial dan pendidikan kurang dari baik.34

Sedangkan menurut M. Arifin dalam bukunya yang

berjudul pedoman pelaksanaan bimbingan, dan pelaksanaan

penyuluhan agama menuturkan bahwa “penyuluhan”

mengandung arti “menerangi, menasehati, atau memberi

kejelasan” kepada orang lain agar memahami atau mengerti

tentang hal yang sedang dialaminya.35

Menurutnya, penyuluhan tidak hanya proses perubahan

perilaku pada diri sendiri, akan tetapi sebuah proses perubahan

sosial yang mencakup banyak aspek, termasuk politik dan

ekonomi dalam jangka panjang secara bertahap mampu

diandalkan serta menciptakan pilihan-pilihan baru untuk

memperbaiki kehidupan masyarakatnya.36

Selain itu, penyuluhan merupakan pendidikan non

formal untuk masyarakat yang kurang beruntung dimana

34 Hamdani dan Affifuddin, Bimbingan dan Penyuluhan. (Bandung: Pustaka

Setia, 2012)

35 M, Arifin Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama,

(Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1994), Cet ke-5, h 1

36Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama,(Jakarta:

PT. Golden Trayon Press,1982), h. 40

Page 51: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

35

mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi tahu, mau dan

bisa menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapi dengan

baik, menguntungkan dan memuaskan.

Maka mengingat hal tersebut, dari berbagai pengertian

di atas menyimpulkan bahwa, penyuluhan membutuhkan

suatu ketegaran, semangat, stamina yang stabil, realistik

ketika menilai pencapaian, memelihara stamina yang stabil,

realistik ketika menilai pencapaian, memelihara kontinuitas,

serta tidak tergoda oleh desakan tergesa-gesa ingin segera

memetik hasil pada prosesi penyuluhan tersebut.

a. Pengertian Penyuluh

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penyuluh berasal

dari kata “suluh” yang artinya barang yang dipakai untuk

menerangi (biasa dibuat dari daun kelapa yang kering dan

damar) obor. Sedangkan pengertian dalam arti lain yaitu,

penerangan, penunjuk jalan.37

Seorang penyuluh bisa dikatakan sebagai tempat

berlindung dari segala kesalahan batin. Seorang tokoh agama

yang berkharisma, berwawasan luas, menerima perbedaan

dapat juga dikatakan serta berfungsi sebagai penyuluh

kehidupan beragama dalam masyarakat sekitarnya, karena ia

memiliki jiwa yang tenang, stabil, menentramkan orang lain

yang berada didekatnya.

Apabila dirinya memberikan petuah-petuah dengan nada

ucapan dan gaya yang menyejukkan hati, maka orang yang

37 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1995), cet. Ke- 1, h 283.

Page 52: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

36

mendengarnya seperti meneguk air sejuk nan menenangkan

jiwa, dan batin. Kendati demikian seorang penyuluh bisa

memberikan konsekuensi apabila petuah-petuah itu lantas

tidak dijalankan,.38

b. Penyuluh Agama

Sejak tahun 1985 istilah Penyuluh Agama mulai

disosialisasikan beriringan dengan adanya keputusan Menteri

Agama nomor 791 tentang honorium bagi Penyuluh Agama.

Istilah penyuluh Agama dipergunakan untuk mengganti istilah

Guru Agama Honorer (GAH) yang dipakai sebelum di

lingkungan kedinasan Departemen Agama.

Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 16 Tahun

1994 tentang jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil antara

lain dinyatakan bahwa untuk meningkatkan mutu profesional,

dan pembinaan karir pegawai negeri sipil perlu ditetapkan

jabatan fungsional.

Sebagai pelaksanaan dari ketentuan tersebut,

dikeluarkan keputusan Presiden nomor 87 Tahun 1999

tentang rumpun jabatan fungsional pegawai negeri sipil yang

antara lain menetapkan bahwa penyuluh agama adalah jabatan

fungsional pegawai negeri yang termasuk dalam rumpun

jabatan keagamaan.

Mengacu pada kebijakan di atas, pengertian penyuluh

Agama adalah pegawai sipil yang diberi tugas, bertanggung

jawab, dan wewenang secara penuh oleh jabatan untuk

38 Khairul Umam dan H.A Achyar Aminudin, Bimbingan Dan Penyuluhan,

(Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), h 76.

Page 53: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

37

melakukan kegiatan bimbingan keagamaan dan penyuluhan

pembangunan melalui bahasa universal, serasas, dan seirama.

Dari pemaparan di atas dapat kita simpulkan bahwa

Penyuluh Agama adalah orang yang memberikan bimbingan

atau penerangan kepada orang lain untuk meningkatkan

pengertian, kemampuan dalam menghadapi dan memecahkan

masalah melalui jalan kebenaran, sehingga orang yang

tersuluh menjadi tau, mau, dan mampu.39

Berdasarkan dari pemaparan di atas menyimpulkan

bahwa, komunikasi pada proses penyuluhan dilakukan

melalui dua konsep yaitu melalui komunikasi interpribadi,

antarpribadi, kelompok yang bersifat persuasive. Tanpa

mengindahkan apresiasi, dan konsekuensi terhadap orang

yang disuluh.

Dalam proses komunikasi penyuluhan maka seorang

penyuluh harus menguasai pengetahuan tentang:

1. Komunikasi Antarpribadi, hal yang sangat dibutuhkan

ketika melakukan komunikasi penyuluhan sebab menurut

pengalaman para penyuluh yang menyebarserapkan

inovasi, agar bisa menjalin komunikasi antarpribadi dengan

masyarakat seperti semestinya, seorang penyuluh di tuntut

untuk memperhatikan hal sebagai berikut:

39 M. Adhiya Muzzaki, Peran Penyuluh Agama Dalam Menangkal Paham

Radikalisme Agama Di Kampung Sawah, Kec. Ciputat, Tangerang Selatan,

(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah.

2019) hal, 35.

Page 54: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

38

a. Kemampuan empati, yaitu kemampuan penyuluh

untuk menempatkan dirinya pada posisi warga

masyarakat yang dibinanya.

b. Menciptakan suasana homophily dengan khalayak,

yaitu membangun suasana dengan penuh keakraban

sehingga khalayak merasa nyaman ketika

mendapatkan penyuluhan.

c. Menyesuaikan dengan program yang dijalankan

dengan kebudayaan khalayak setempat.

2. Komunikasi Kelompok, Komunikasi Kelompok

merupakan satu disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh

seorang penyuluh sebagai komunikan, karena sekalipun

kelompok dalam masyarakat terdiri dari pribadi-pribadi

yang bersifat individual, kelompok ini bermacam-

macam bentuk dan tujuannya, ada kelompok yang

mempunyai latar belakang budaya, ideologi atau

agama, dalam hal ini ada beberapa prinsp pokok yang

perlu di pahami oleh seorang penyuluh yaitu:

a. Komunikasi kelompok merupakan suatu proses

sistematik, proses yang terjadi dalam satu

sistem, komponen-komponen yang dimaksud

adalah: konteks situasional, penyuluh, pesan,

penerima, dan perlu interaksi yang muncul

ketika suatu kelompok berkomunikasi.

b. Komunikasi kelompok bersifat kompleks,

kompleks itu disebabkan dimensi sistemik

Page 55: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

39

yang mempengaruhi komunikasi kelompok

berfungsi secara simultan.40

3. Komunikasi Massa, merupakan suatu proses, yang

membedakan dari bentuk komunikasi lainya yaitu

bahwa komunikasi massa merupakan proses

penyampaian pesan dari satu sumber kepada

khalayak yang berjumlah besar, dengan

menggunakan saluran media massa terdapat lima

unsur komunikasi massa yang diungkapkan dalam

bukunya Zulkarimein Nasution, adalah

a. Komunikator, dikarenakan komunikasi massa

maka komunikator disini adalah pekerja

profesional dari suatu organisasi komunikasi

seperti, penerbit, stasiun radio, televisi,

ataupun stasiun film, yang merupakan suatu

lembaga sosial yang memiliki tujuan, aturan-

aturan, birokrasi, dan sebagainya.

b. Saluran, untuk keberlangsungan komunikasi

diperlukan saluran yang memungkinkan

disampaikannya pesan kepada khalayak yang

dituju. Saluran media massa ini dapat

dikelompokan atas:

40 Try Prasetyo Aprianto, “Strategi Komunikasi Penyuluhan Pada Pembinaan

Mu’alaf di Yayasan An-Naba’ Center Sawah Baru Ciputat”, (skripsi S1 Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2015), h. 14-15.

Page 56: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

40

1) Media cetak, yang mencakup surat kabar,

majalah, buku, pamflet, brosur, dan

sebagainya.

2) Media elektronik, seperti radio, televisi,

film, slide, video, dan lain-lain

c. Pesan, dalam komunikasi massa pesan

ditujukan untuk semua orang yang terjangkau

oleh peristiwa komunikasi tersebut. Secara

umum pesan tersebut dapat dikelompokkan

menjadi pesan-pesan yang informatif, edukatif,

dan persuasif.41

4. Gaya Bahasa atau Retorika Penyuluh

Ini belum diketik belum dikerjain sama hasanah

tolong ingatkan ya guys,,,,, kenapa harus ada

retorika.

5. Hambatan Komunikasi

c. Pengertian Upaya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata upaya

yaitu usaha, ikhtiar untuk memcapai suatu maksud,

memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya.

Dalam pengertian lain, kata upaya memiliki arti yaitu yang

didekati atau pendekatan untuk mencapai tujuan. Sedangkan

dibuku lain menjelaskan bahwa pengertian upaya yaitu suatu

usaha, akal atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud,

memecahkan persoalan, dan mencari jalan keluar.

41 Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Penyuluhan, (Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990)

Page 57: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

41

Dalam hal ini upaya yang dimaksud oleh penulis yaitu

usaha penyuluh agama dalam memaksimalkan proses

penyuluhan agar bisa dinilai efektif, efisien dan berjalan

optimal.42

Dengan demikian jika diterapkan dalam analisa

komunikasi penyuluhan, maka setiap langkah yang di mulai

saat menciptakan pesan penyuluhan oleh penyuluh adalah

sampai pada pesan itu dipahami, dan dilakukan oleh

komunikan atau khalayak sebagai usaha dalam merubah

perilaku.

6. Pengertian Radikalisme, Radikalisme Agama dan

Deradikalisasi

A. Pengertian Radikalisme

Secara bahasa radikalisasi adalah serapan dari bahasa

latin yaitu “radix” yang berarti akar. Dalam kamus politik

radikal diartikan amat keras menuntut perubahan yang

menyangkut undang-undang dan ketentuan pemerintah.43

Radikalisme adalah paham atau ideologi yang menuntuk

perubahan dan pembaruan sistem sosial dan politik dengan

cara kekerasan.

Esensi dari radikalisme adalah sikap jiwa yang

mengusung perubahan. Tuntutan perubahan oleh kaum yang

menganut paham ini adalah perubahan drastis yang jauh

42 uin-suka.ac.id, pdf diunduh hari Rabu, 15 April 2020 pukul 09.40 WIB.

43 Siti Nurmalita, “Strategi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

(BNPT) Dalam Upaya Deradikalisasi Pemahaman Agama Narapidana Terorisme

di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2016),h. 27.

Page 58: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

42

berbeda dari sistem yang sedang berlaku. Kekerasan menjadi

cara dalam mencapai tujuannya.

Radikalisme sering dikaitkan dengan terorisme, karena

mereka akan melakukan apa saja untuk menghabisi

musuhnya. Radikalisme sering dikaitkan dengan kelompok-

kelompok ekstrim dalam suatu agama tertentu. Menurut

terminologi bahasa, radikalisme adalah paham atau aliran

yang mempunyai keyakinan menginginkan perubahan atau

pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau

drastis.

Radikalisme juga dapat diartikan sebagai inti

perjuangan untuk melakukan perubahan dengan memakai

cara-cara kekerasan. Penggunaan kekerasan yang merupakan

ciri utama dari radikalisme sudah menunjukan pertentangan

dengan agaran agama manapun pada umumnya dan ajaran

Islam pada khususnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, radikalisme

paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau

pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan, atau

sikap ekstrim dalam aliran politik bersifat utopis. Radikalisme

atas nama agama dapat diartikan sebagai pemikiran atau sikap

keagamaan yang ditandai oleh beberapa hal, yaitu sikap tidak

toleran (intoreran), tidak mau menghargai pendapat dan

keyakinan orang lain, serta sikap revolusioner yang cenderung

menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan.

Sehubung dengan hal ini, Pusat Pengkajian Islam dan

Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta (PPIM)

Page 59: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

43

(2004) sebagaimana dikutip oleh Husaini menguraikan empat

kriteria radikal antara lain sebagai berikut:44

1) Mempunyai keyakinan ideologis tinggi dan

fanatik yang mereka perjuangkan untuk

menggantikan tatanan nilai dan sistem yang

sedang berlangsung,

2) Dalam kegiatannya mereka seringkali

menggunakan aksi-aksi yang keras, bahkan tidak

menutup kemungkinan kasar terhadap kegiatan

kelompok lain yang dinilai bertentangan dengan

keyakinan mereka,

3) Secara sosio-kulturar dan sosio-religius, kelompok

radikal mempunyai ikatan kelompok yang kuat

dan menampilkan ciri-ciri penampilan diri dan

ritual yang khas,

4) Kelompok ‘Islam radikal’ seringkali bergerak

secara bergerilya, walaupun banyak juga yang

bergerak secara terang-terangan.

Jadi dalam pemaparan diatas menyimpulkan

bahwa Radikalisme merupakan suatu paham yang

menghendaki adanya perubahan, pergantian, dan

penjebolan terhadap suatu sistem masyarakat sampai pada

akarnya. Radikalisme menginginkan adanya perubahan

secara total terhadap suatu kondisi atau semua aspek

kehidupan masyarakat.

44 Zuly Qodir, Radikalisme Agama Di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2014), h. 117.

Page 60: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

44

B. Pengertian Radikalisme Agama

Berbicara tentang Radikalisme agama mari kita

telisik dengan cara yang serderhana, indah nan tentram,

istilah radikalisme muncul dari pemahaman agama yang

tertutup, dan tekstual hingga menganggap kelompoknya

yang paling benar, sehingga pemahaman kelompok lain

dianggap sesat, dan kafir yang berhak untuk diperangi

dengan kekerasan

Menurut buku yang ditulis M.I Rahmat berjudul

Arus Baru Islam Radikal, Radikalisme agama adalah suatu

gerakan yang memiliki ciri radikal dengan indikator

adanya karakter keras dan tegas, tanpa kompromi dalam

mencapai agenda-agenda tertentu yang berkaitan dengan

kelompok muslim tertentu.45

Mengutip hasil temuan Haraco M Kallen, radikalisme

agama paling tidak dicirikan oleh tiga kecenderungan:

a. Radikalisme Agama merupakan respons terhadap

kondisi yang sedang berlangsung. Biasanya respons

tersebut muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan atau

bahkan perlawanan. Masalah-masalah yang ditolak

dapat berupa asumsi, ide, lembaga, atau nilai-nilai yang

dipandang bertanggungjawab terhadap

keberlangsungan kondisi yang ditolak.

b. Radikalisme Agama tidak berhenti pada upaya

penolakan, melainkan terus berupaya mengganti

tatanan tersebut dengan suatu bentuk tatanan lain. Ciri

45 M.I Rahmat, Arus Baru Islam Radikal, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 153.

Page 61: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

45

ini menunjukan bahwa di dalam radikalisme agama

terkandung suatu program atau pandangan dunia

tersendiri.

c. Kuatnya keyakinan kaum radikalisme agama akan

kebenaran program atau ide atau ideologi yang mereka

bawa.46

Lahirnya, fenomena radikalisme agama tidak

terlepas dari permasalahan psikologis baik para tokoh

pelopor, wayang pelakon, dan kemungkinan adanya deviasi

sosial, yaitu selalu ada komunitas yang abnormal. Baik ia

berada dalam abnormalitas demografis, sosial, maupun

psikologis.

Sedangkan bentuk deviasi dapat bersifat

individual, situasional, dan sistemik. Abnormal perilaku

seseorang berkategori normal dalam pengertian

kepribadian tetapi abnormal dalam pengertian sosial dan

moral. Berkenaan dengan hal itu, menjadi benar ungkapan

Sidney Jones bahwa ancaman terorisme, dan radikalisme di

Indonesia itu nyata.

Dari berbagai problematika yang terjadi dari

berbagai aspek baik sosial, agama dan moral dapat ditarik

kesimpulan bahwa Islam sebagai agama rahmatan lil

alamin yaitu, agama yang diutus oleh Allah SWT sebagai

jalan yang benar, akan tetapi disini negara Indonesia

sebagai negara yang mengajarkan tentang nilai-nilai serta

46 Tarmizi Taher, Eddy, Kristityanto, Faranz Suseno, Sumartana, Radikalisme

Agama (Jakarta: PPIM IAIN Jakarta, 1998) hvii.

Page 62: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

46

sikap saling menghargai (toleransi), harmoni, menghormati

harta, dan nyawa manusia. Sehingga agama manapun

mengajarkan tentang kedamaian serta tidak menganjurkan

kekerasan.

Di dalam Islam sendiri tidak pernah membenarkan

praktek penggunaan kekerasan atas nama agama, termasuk

dalam menyebarkan ajaran agamanya.47

Agama Islam yang

merupakan agama perdamaian inilah, yang mana di era

kontemporer ini menjadi modal besar bagi peradaban Islam

di Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi.

Kendati demikian, berbicara mengenai radikalisme agama

kita tidak bisa fokus pada satu agama, mengingat Indonesia

tidaklah berlandas pada satu agama saja.

Sila pertama yang menegaskan bahwa Ketuhanan

Yang Maha Esa inilah yang menyimpulkan bahwa,

Indonesia merupakan negara berideologi Pancasila, harus

bersifat terbuka, gotong royong, berkeadilan dalam

persatuan, adil serta makmur, dan pada akhirnya

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi proses

demokrasi, dengan tetap dalam koridor NKRI.48

Lahirnya radikalisme agama ini terjadi karena

adanya propaganda isu sara yang berkembang di

masyarakat baik media massa, maupun sosial.

Ketidakpahaman masyarakat awam terkait pemahaman

47 Tarmizi Taher, Eddy Kristityanto, Faranz Suseno, Sumartana, Radikalisme

Agama (Jakarta: PPIM IAIN Jakarta, 1998), xvii

48 Pendidikan kewargaan (Civic Education), Demokrasi Hak Asasi Manusia

dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada Media Group) edisi ketiga.

Page 63: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

47

keagamaan yang rahmatan lil A’alamin inilah yang

menjadikan seseorang, atau kelompok tertentu ikut

terpropokasi dalam aksi radikal tersebut.

Dalam sudut pandang agama, atau keyakinan

“theology” penyebab dari adanya gagasan radikal ini

bermula dari adanya ketidakpuasan masyarakat awam

terhadap pemerintahan. Dalam beberapa pertemuan forum

bersama tokoh besar pemuka agama di Indonesia sebuah

forum diskusi tentang refleksi sumpah pemuda Joang 45 di

auditorium aukumene Jakarta Pusat, dengan beberapa

tokoh pemuka agama baik Islam, Hindu, Budha, Katolik,

Protestan, dan Khonghucu,.

Dalam forum tersebut menjelaskan, masing-

masing menyadari bahwa tidak hanya Islam yang kerap

berlabel radikal, di agama selain Islam pun ada yang

radikal, hasil diskusi menyebutkan bahwa mereka adalah

masyarakat minoritas yang segala hak, dan kewajiban

dalam melakukan segala aktivitas keagamaan merasa

belum terpenuhi, dan terbatas.49

Selain itu, pelabelan agama menjadi radikal

disebabkan karena adanya paradigma masyarakat pertama,

penilaian seorang individu terhadap individu lain. Misalnya

karena penampilan, karakter atau watak keras, intonasi,

49 Bersama Ahmad Nauval dari Komisariat Tarbiyyah, Ika Wahyuni Direktur

Bidang Administrasi dan Keuangan Lapmi HMI Ciputat, serta dua rekan aktivis

PMII, dan IMM dari Fakultas Adab dan Humaniora yang ikut serta pada kegiatan

tersebut, disambut oleh Inayah Wahid selaku moderator dengan pembicara

beberapa tokoh pemuka agama, para anggota gusdurian, serta dari agama Baha’i.

Page 64: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

48

gaya berbicara, ekspresi wajah dan simbol agama yang

menempel pada pribadinya serta himpitan ekonomi.

Kedua karena faktor geografis atau lokasi tempat

tinggal, antara dataran tinggi, dan rendah. seperti

pegunungan cenderung santai, lembut, tenang, berbeda

dengan lokasi pesisir pantai cenderung keras karena efek

kondisi alam yang membuat mereka harus meninggikan

suara agar pesan yang hendak disampaikan dapat

tersampaikan.

Kita tengok lagi pada contoh kasus negara-negara

muslim minoritas, hal inilah yang menjadi barometer

tentang kepenyuluhan sebagai “obat penenang” bagi

kondisi umat Islam di Indonesia, Islam di Indonesia

sebagai roll model studi agama universal yang terbuka

terhadap sesama, toleran, dan moderat tanpa membeda-

bedakan baik itu dari segi gender, agama dan status sosial

di masyarakat. Melalui Islam Nusantara dengan

pendidikan Islam berkarakter di lihat dari sudut pandang

sosiologis.50

“ Negara Indonesia yang pluralis akan selalu

berlandaskan pada ideologi Pancasila yang menghargai

keragaman, nilai-nilai Islam yang tetap tidak dihilangkan,

serta selalu menerapkannya dalam kehidupan sehari-

hari,”.

50 Dirangkum dari hasil wawancara Prof. Oman Faturahman, biasa kita sapa

kang Oman pada hari Kamis, jam 15:00 di ruangannya PPIM UIN Jakarta, 11

Desember, 2015,.

Page 65: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

49

C. Pengertian Radikalisasi

Menurut The Internasional Center for the study of

Radicalisation and Political Violence (ICSR, 2010:17)

yang terdapat pada jurnal kriminolog Indonesia

menerangkan bahwa, radikalisasi adalah suatu proses

dimana individu atau kelompok menerima dan (utamanya)

berpartisipasi dalam penggunaan kekerasan untuk tujuan-

tujuan politik. Biasanya proses ini merajuk pada violent

radicalization untuk menekankan radikalisasi yang

dimaksud berkaitan dengan radikalisasi kekerasan yang

berbeda dengan proses berpikir “radikal”.

Radikalisasi adalah internalisasi seperangkat

kepercayaan atau keyakinan, suatu pola pikir (mindset)

militant yang mempercayai kekerasan atas nama jihad

sebagai keyakinan tertinggi. Tito Karnavian mengatakan

radikalisasi yaitu suatu kemajuan dalam mengadopsi,

memelihara, dan mengembangkan sistem keyakinan sistem

Islam ektrim meliputi keinginan untuk menggunakan,

mendukung, atau memfasilitasi kekerasan sebagai metode

untuk mempengaruhi perubahan sosial kemasyarakatan.51

D. Pengertian Deradikalisasi

Setelah kita membahas terkait apa itu radikal,

radikalisme, dan radikalisasi agama. Selanjutnya penulis

akan membahas tentang deradikalisasi. Pada dasarnya

deradikalisasi merupakan proses meyakinkan kelompok

51 Jurnal Kriminolog Indonesia, Vol. 7 No. 1 Mei 2010, hal 112.

Page 66: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

50

radikal untuk meninggalkan penggunaan kekerasan dalam

bertindak.

Adapun definisi konsep deradikalisasi belum layak

yang mendefinisikan, tapi pada dasarnya deradikalisasi

adalah suatu usaha untuk mengajak para teroris dan para

pendukungnya untuk meninggalkan penggunaan

kekerasan.deradikalisasi menjadi popular dalam siklus

kontra terorisme, yang juga dapat berarti suatu proses

konseling yang bertujuan pada memodifikasi interpretasi

naskah-naskah religious, memberi jarak atau melepaskan

ikatan seseorang dari kelompok jihad tertentu.

dapat berkaitan dengan proses menciptakan

lingkungan yang mencegah tumbuhnya gerakan-gerakan

radikal dengan cara menanggapi “root couses” (akar-akar

penyebab) yang mendorong tumbuhnya gerakan-gerakan

radikal. Deradikalisasi juga bermakna menyebarkan

kebaikan tidak boleh menggunakan cara yang tidak baik

(kekerasan). Kekerasan atau ancaman kekerasan

merupakan ide yang selalu ada dalam terorisme.52

Deradikalisasi berasal dari bahasa inggris

deradicalization dengan dasar kata radical, mendapat

awalan de yang memiliki arti opposite, reverse, remove,

reduce, get off, (kebaikan atau membalik). Mendapat

imbuhan akhir –isasi- dari kata –ize, yang berarti cause to

be resemble adopt or spread the mannner of activity or

52 Abu Rokmad, Pandangan Kiai Tentang Deradikalisasi Paham Islam Radikal

di Kota Semarang, Jurnal Analisa Vol 21 Nomor 01 Juni 2014 h. 30-31.

Page 67: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

51

the teaching of (suatu sebab untuk menjadi atau

menyerupai, mamakai atau penyebaran cara atau

mengajari). Secara sederhana deradikalisasi dapat

dimaknai suatu proses atau upaya untuk menghilangkan

radikalisme.

Deradikalisasi merupakan segala upaya untuk

menetralisir paham-paham radikal melalui pendekatan

interdisipliner, seperti hukum, psikologi, agama dan sosial

budaya bagi mereka yang dipengaruhi paham radikal atau

pro kekerasan. Sedangkan dalam konteks terorisme yang

muncul karena paham keberagamaan radikal,

deradikalisasi dimaknai sebagai proses untuk meluruskan

pemahaman keagamaan yang sempit mendasar, menjadi

moderat, luas dan komprehensif.53

Tujuan utama dari deradikalisasi adalah untuk

merubah ideologi atau pemahaman individu radikal agar

dapat kembali moderat dengan mematahkan pemahaman

ajaran radikal tersebut. Karena pelaku aksi terorisme di

Indonesia utamanya melakukan aksi mereka atas dasar

jihad, atau perjuangan untuk membela penganut dan

ajaran Islam, maka deradikalisasi dirancang untuk

memberikan kontra argumen dari pemahaman Islam

radikal yang diyakini oleh individu radikal, dengan

53 Siti Nurmalita, “Strategi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

(BNPT) Dalam Upaya Deradikalisasi Pemahaman Agama Narapidana Terorisme

di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2016),h. 35-36.

Page 68: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

52

mengenalkan kembali ajaran Islam moderat yang damai

dan inklusif.54

7. Narapidana Terorisme

A. Pengertian Narapidana

Secara umum, Pengertian narapidana menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang hukuman

(orang yang sedang menjalani hukuman) karena tindak

pidana. Berdasarkan ketentuan pasal 1 nomor 7 UU

Pemasyarakatan menentukan bahwa narapidana adalah

terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di

Lembaga Pemasyarakatan.

Narapidana adalah orang-orang yang sedang

menjalani sanksi kurungan atau sanksi lainnya, menurut

perundang-undangan. Pengertian narapidana menurut

kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang hukuman

(orang yang sedang menjalani hukuman) karena tindak

pidana. 55

Narapidana secara umum adalah orang yang

kurang mendapat perhatian, baik dari masyarakat maupun

dari keluarganya. Oleh sebab itulah diperlukan perhatian

yang cukup dari petugas Rutan, maupun Lapas, untuk

dapat memulihkan rasa percaya diri. Perhatian dalam

pembinaan, akan membawa banyak perubahan dalam diri

54 Saella Fitriana, Upaya BNPT Dalam Melaksanakan Program Deradikalisasi

di Indonesia, Jurnal Internasional, Vol 2, Nomor 3 Tahun 2016, h. 192-193.

55 Siti Nurmalita, “Strategi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

(BNPT) Dalam Upaya Deradikalisasi Pemahaman Agama Narapidana Terorisme

di Lembaga

Page 69: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

53

narapidana, sehingga akan sangat berpengaruh dalam

merealisasikan perubahan diri sendiri.

B. Pengertian Narapidana Terorisme

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Narapidana

adalah orang yang sedang dijatuhi hukuman sanksi, dan

dicabut segala haknya dalam berdemokrasi, baik secara

pidana maupun perdata. Adapun terorisme, mengacu pada

sebuah istilah bahwa terorisme adalah suatu aktivitas

terencana, kekerasan yang bermotivasi politik dengan

sasaran masyarakat sipil yang tidak berdosa, dan

dilakukan oleh kelompok-kelompok sub-nasional atau

agen-agen terselubung. Narapidana terorisme adalah orang

yang dijatuhi hukuman akibat melakukan tindak teror

kepada masyarakat yang tidak bersalah. Berdasarkan

definisi tersebut, terdapat 4 elemen kunci terorisme yaitu:

56

a. Aktivitas yang terencana, dan bukanlah

kegiatan yang dilakukan secara impulsif atau

berdasarkan dorongan sesaat.

b. Bermotivasi politik, bukan kriminal, seperti

halnya kekerasan yang dilakukan oleh

kelompok mafia. Aksi teroris tidak semata-mata

dilakukan untuk mendapatkan uang tebusan tapi

bertujuan untuk merubah tatanan politik yang

mapan. 56 Sukawarsini Djelantik, Terorisme Tinjauan Psiko-politis, Peran Media,

Kemiskinan, dan Keamanan Nasional, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,

2010) h. 280.

Page 70: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

54

c. Dilakukan oleh kelompok-kelompok sub-

nasional, bukan tentara pemerintah.

d. Korban adalah masyarakat sipil yang tidak

berdosa.57

Istilah terorisme digunakan sebagai alat teror

politik, yang saat ini menjadi praktik yang menggejala,

dan sangat tidak menyenangkan dilihat dari sudut

pandang moral, dan hukum. Menurut Alex P. Schimd,

dalam buku yang ditulis Ahmad Jainuri dkk

mengatakan, bahwa ada empat kelompok yang

berbeda pandangan mengenai terorisme, yakni

akademisi, pemerintah, masyarakat umum, dan kaum

teroris serta simpatisannya.

Kaum akademisi biasanya mengedepankan intelektual

dan bersikap netral dalam melakukan penyelidikan segala

sesuatu yang berbau teroris. Definisi terorisme dari kelompok

ini menyebutkan bahwa terorisme adalah sebuah metode yang

didorong oleh semangat melakukan aksi kekerasan secara

berulang, yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau faktor

penguasa bawah tanah, karena alasan ideosinkratis, krimininil,

atau politik.58

Berbeda dengan definisi di atas, dalam hal ini

kalangan pemerintah cenderung memaknai istilah terorisme

57 Sukawarsini Djelantik, Terorisme Tinjauan Psiko-politis, Peran Media,

Kemiskinan, dan Keamanan Nasional, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,

2010) h. 280.

58 Achmad Jainuri, Zainuddin Maliki, Samsul Arifin,dkk. Terorisme dan

Fundamentalisme Agama, (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), h. 79.

Page 71: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

55

lebih tegas dan keras, karena mereka secara aktif

berkewajiban memberantas aktivitas terorisme, dan bahkan

menjadi korban dari terorisme. Di dalam pandangan

masyarakat, aksi terorisme dimaknai dengan bentuk kekerasan

dengan aktivitas penyanderaan, pembunuhan, pengeboman

tanpa membedakan sasaran, penculikan, pembajakan, untuk

pemaksaan perundingan, perang gerilya kota, sabotase,

penganiayaan, pembajakan untuk melepaskan diri.

Pandangan tersebut merupakan hasil dari sebuah

survei terhadap 20 agen berita televisi, stasiun radio, dan surat

kabar yang sebagaian besar berasal dari Erofa Barat.59

Dalam

pandangan kaum teroris sendiri, mereka sering kali melawan

balik untuk memperoleh jastifikasi moral dengan

membandingkan kekerasan yang mereka lakukan dengan

kekerasan yang dilakukan oleh lawan-lawannya. Dengan

perbandingan seperti ini, kaum teroris mencoba

memposisikan tujuan moral dan aksinya pada tingkatan moral

yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh pemerintah yang

melawannya.

Jadi dari semua pengertian terorisme seperti yang telah

dipaparkan di atas menjelaskan adanya penekanan tujuan

pokok dari pada taktiknya. Umumnya, kaum teroris mencoba

menghindari pengelompokan taktik perjuangan mereka

sebagai tindakan kriminal.

59 Achmad Jainuri, Zainuddin Maliki, Samsul Arifin,dkk. Terorisme dan

Fundamentalisme Agama, (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), h. 196

Page 72: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

56

Kaum teroris lebih senang apabila perjuangan mereka

itu diletakan dalam kerangka “perang” melawan musuh guna

mencapai tujuan politik. Karena, jika istilah terorisme

disamakan dengan tindakan kriminal, maka keabsahannya

akan lebih berkurang dibandingkan dengan jika terminologi

“perang” digunakan untuk mendeskripsikan terorisme.60

Orang yang melakukan aksi teror terhadap masyarakat, yang

membuat keadaan menjadi tidak aman, dan nyaman.

Radikalisasi dapat terjadi di dalam lapas, dan tidak

timbul begitu saja, melainkan melalui suatu proses yang

membutuhkan waktu dan actor yang terlibat di dalamnya. hal

inilah yang menyebutkan bahwa lapas menjadi tempat yang

rentan bagi terjadinya penanaman radikalisasi,. Menurut

Noor Huda Ismail (Direktur Yayasan Prasasti Perdamaian)

mengatakan bahwa setidaknya ada empat faktor yang

memungkinkan terjadinya radikalisasi di dalam lapas, atau

setelah keluar dari lapas antara lain:

a. Religius gathering, yakni dimana narapidana teroris

biasanya deberikan kepercayaan dan tanggung jawab

atas fasilitas masjid di lapas. Hal ini sangat beresiko,

karenadari sini napi teroris mendapatkan keuntungan

berupa kesempatan interaksi mereka menjadi lebih

mudah untuk melakukan pendekatan dan kerjasama

baik dengan sipir maupun napi lain.

60 Achmad Jainuri, Zainuddin Maliki, Samsul Arifin,dkk. Terorisme dan

Fundamentalisme Agama, (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), h. 198-199.

Page 73: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

57

b. Internal discussion, yakni diskusi internal yang

melihatkan ustadz dari dalam atau luar lapas, termasuk

hubungan via telepon. Beberapa diskusi tidak

dimoderatori dan tidak melibatkan orang lain sehingga

memungkinkan terjadinya internalisasi nilai dan

persepsi tentang jihad, lebih jauh menguatkan

pemahaman orang yang diajak berdiskusi untuk tetap

berkomitmen pada jihad.

c. Reading material about jihad, relatif mudah untuk

menemukan bahan bacaan tentang jihad dan

mendiskusikannya di dalam lapas. Sesuai dengan

pepatah bahwa buku adalah guru terbaik, khususnya

dalam proses internalisasi pemahaman jihad yang

terjadi adalah banyak buku teks Arab yang dibawa

dari luar ke dalam lapas oleh narapidana teroris

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kemudian

didistribusi secara luas sebagai sarana untuk

mempengaruhi pemikiran orang lain.

d. A strong bond between the jihadist (terrorist), kuatnya

ikatan antara teroris seringkali dibangun di dalam

lapas, membuat mereka lebih eksis baik secara

individu maupun kelompok. Interaksi mereka dalam

kelompok terus berlanjut dari sebuah landasan

ideologis menuju penguatan posisi masing-masing.

Dalam komunitasnya, mereka mendapatkan

penghargaan status sosial yang tinggi serta dianggap

sebagai “pembela agama” dan “pahlawan”. Napi

Page 74: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

58

teroris juga selalu di jenguk sebagai bentuk solidaritas

sesama muslim.

Hal tersebutlah yang membuat napiter diperlakukan

dangan istimewa karena keimanan yang terlalu kuat terhadap

agama yang dianutnya membuatnya menjadi tertutup, Islam

fundamentalis, dan tidak ingin dirinya merasa terganggu

dalam aliran atau organisasi lain.

Disini penulis menyimpulkan bahwa yang membuat

radikal yaitu, mereka anak-anak remaja, dan orangtua yang

kurang kasih sayang., Rasa syukur yang kurang maksimal,

dan ketidaksabaran menghadapi ujian baik dari manusia

lainnya, maupun dari Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT).

Dengan adanya program deradikalisasi untuk narapidana

teroris yaitu agar napiter menjadi moderat, dan yang sudah

moderat tidak menjadi radikal.

C. Anarkisme Sosial

Anarkisme berasal dari bahasa Yunani yakni archein

berarti akar. Paham ini secara umum menolak segala sesuatu

yang berakar pada hierarki llebih lengkapnya, pemikiran

Anarkisme lahir di abad ke-19 walau jauh sebelum era

modern pemikiran sejenis ini sudah ada. Sikap anarki

diartikan sebagai prinsip yang berhubungan dengan hal-hal

yang bernuansa destruktif, chaos, hura-hura, kekacauan,

kerusuhan, keruwetan, dan pemberontakan. Sedangkan arti

kata anarkis adalah pemberontak, pengacau, perusuh (anarkis

= menunjuk pada orangnya), kemudian sering juga

ketegangan fisikal yang berlaku dalam masyarakat mudah

Page 75: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

59

dikonotasikan dengan Anarkisme. Terlebih di Indonesia

sendii Anarkisme juga kerap diposisikan bersebrangan dengan

demokrasi.

Kata “anarki” berasal dari bahasa Yunani, awalan an

(atau a), berarti tidak, ingin akan, ketiadaan atau kekurangan

ditambah archos yang berarti suatu peraturan, pemimpin, ke

pala, penguasa, atau kekuasaan. Anarkisme adalah teori

politik yang bertujuan menci ptakan anarki, ketiadaan tuan,

tanpa raja yang berkuasa. Dengan demikian anarkisme

diartikan sebagai teori politik yang bertujuan menciptakan

suatu masyarakat yang di dalamnya individu bebas berkumpul

bersama secara sederajat.

Anarkisme macam itu melawan semua bentuk kontrol

hierarkis-baik kontrol negara maupun kapitalis karena

merugikan individu dan individualitas mereka. Dari situlah

maka dapat diketahui bahwa makna anarkisme tidak seperti

apa yang sering di gempor-gemporkan sebagai suatu hal yang

bersifat destruktif. Anarkisme adalah ide tentang kebebasan

individu, anti penindasan dan anti kapitalisme.61

D. Hak-hak Narapidana

Mengenai hak-hak narapidana diatur dalam ketentuan

pasal 14 ayat (1) UU Pemasyarakatan, yang menyebutkan

bahwa: 62

Narapidana berhak:

61 Muhammad Fahmi Nur Cahya, Jurnal Fenomena Anarkisme, pdf hal. 2-6

62 Pengamatan melalui akun media sosial Lembaga Pemasyarakatan Kelas I

Cipinang.

Page 76: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

60

1) Melakukan ibadah sesuai dengan Agama atau

kepercayaannya

2) Mendapat perawatan, baik perawat jasmani

maupun rohani (sesuai agama yang dianut),

3) Mendapat pendidikan (non formal)

4) Menyampaikan keluhan

5) Mendapatkan bahwa bacaan dan mengikuti siaran

media massa lainnya dan tidak di larang

6) Mendapatkan bahan bacaan, dan mengikuti siaran

media massa lainnya dan tidak di larang

7) Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang

dilakukan

8) Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum

atau orang tertentu lainnya

9) Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi).

8. Strategi Penyuluhan

Sebagaimana telah dijelaskan diatas terkait pengertian

tentang strategi, dan penyuluhan. Alangkah baiknya kita

membahas kembali terkait apa itu strategi dan penyuluhan,

bagaimana strategi penyuluhan yang hendaknya digunakan

agar proses penyuluhan bisa berjalan efektif, efisien, dan

optimal, yaitu dengan menggunakan pendekatan

manajemen pelaksanaan penyuluhan.

Menurut James AF. Stoner dalam modul latihan kader

1 Himpunan Mahasiswa Islam, Komisariat Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Cabang Ciputat

menjelaskam bahwa, manajemen adalah proses

Page 77: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

61

perencanaan pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan dari kegiatan anggota organisasi, dan

penggunaan sumber-sumber organisasi lainnya untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut David R Hampton dalam bukunya

management, menerangkan bahwa organisasi adalah suatu

pengelompokan manusia yang relatif bertahan lama dalam

sistem yang terstruktur dan berkembang dimana usaha-

usahanya yang terkoordinir dimaksudkan untuk mencapai

tujuan dalam lingkungan yang dinamis.63

Dari dua definisi di atas menerangkan bahwa

penyuluhan merupakan sebuah pelatihan yang bersifat

berkelanjutan, maka dari itu agar kegiatan bisa terpenuhi

dibutuhkan cara atau strategi yang sistematis agar proses

tersebut saling berhubungan, hal itu antar lain:

A. Proses Manajemen: Penyuluh Menggunakan

Strategi Manajemen Organisasi dan kepemimpinan

(Penyuluh adalah pemimpin).

Proses di dalam managemen adalah cara yang

sistematis untuk melakukan sesuatu hal. Proses

tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan yang saling

berhubungan yang meliputi:

a) Perencanaan (Planning)

Setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh sebuah

organisasi haruslah direncanakan terlebih dahulu

63 Modul LK 1 Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi Cabang Ciputat, hal. 97.

Page 78: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

62

secara matang, supaya dapat dirancang sebaik

mungkin dan jelas apa yang akan dilakukan. Termasuk

di dalam hal menetapkan tujuan dan program-program

yang akan mendukung pencapaian tujuan tersebut.

Dalam merencanakan sesuatu kegiatan dapat

dianalisa dengan menggunakan dengan menggunakan

5 W+1H, yaitu:

a. What: Kegiatan apa yang akan dilakukan dan

kegiatan apa yang bisa mengembangkan skill

dan tingkat kesadaran masyarakat sebagai

audiens dalam pelaksanaan penyuluhan.

b. Why: Mengapa kegiatan tersebut dianggap

perlu untuk dilaksanakan

c. When: Kapan kegiatan tersebut akan

dilaksanakan, dalam melaksanakan sebuah

kegiatan harus diperhatikan waktu yang tepat

jangan sampai kegiatan yang dilaksanakan

mengganggu kegiatan yang lainnya atau

berbarengan.

d. Where: Tempat pelaksanaan sebuah kegiatan

haruslah dipilih yang strategis, dan kondusif,

sehingga dapat menunjang dapat menunjang

kesuksesan jalannya kegiatan tersebut.

e. Who: Disini diperhatikan sumber daya manusia

yang akan terlibat dalam kesuksesan sebuah

acara (kegiatan penyuluhan). Baik ditinjau dari

kesiapan panitia yang terampil maupun dilihat

Page 79: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

63

dari kemampuan peserta, begitupun kesiapan

materi seorang penyuluh sebagai komunikator

dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan.

f. How: Hal ini menyangkut bagaimana teknis

pelaksanaan sebuah kegiatan agar berjalan

sukses sesuai harapan.

b) Pengorganisasian (Organaizing)

Mengkoordinir sumber daya manusia dan

perlengkapan organisasi (SDA), termasuk

menyusun struktur kepengurusan, dan pembagian

kerja untuk melaksanakan program yang telah

ditetapkan. Terdapat 5 pedoman desain organisasi

yang sebaiknya digunakan untuk penyuluh agama

antara lain:

a. Pembagian kerja (Division of Labor), yaitu

pemecahan seluruh pekerjaan menjadi beberapa

tahap, setiap kader melakukan pekerjaan yang

telah distandardisir sesuai keterampilan dan

keahlian secara terus menerus.

b. Kesatuan Perintah (Unity of Command), yaitu

suatu prinsip dimana bawahan hanya

bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.

c. Kewenangan, tanggung jawab dan kekuasaan.

d. Rentan kendali (Span of Control), yaitu

banyaknya bawahan yang dapat dikendalikan

oleh seorang atasan secara efektif dan efisien.

c) Pengarahan (Actualizing)

Page 80: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

64

Proses pelaksanaan penyuluhan, yang

melibatkan beberapa elemen, yang tersusun, dan

saling bekerjasama antar anggota individu,

kelompok, komunitas, dan organisasi (lembaga).

d) Pengawasan (Controlling)

Controlling dilakukan sebagai bentuk

pengawasan terhadap individu, Kelompok,

Komunitas, di dalam masyarakat baik Desa maupun

Kota setelah kegiatan penyuluhan berjalan sesuai

perencanaan awal. Pengawasan ini bertujuan untuk

mengetahui, dan melihat indikator keberhasilan dan

tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dari

rencana semula. Maka dari itulah diperlukannya

koreksi dan evaluasi, segala kekuranga dan

kelebihan dikerjakan untuk mengadakan

peningkatan pada masa yang akan datang.

B. Penyuluh dinilai sebagai komunikator, Eksekutor,

dan konseptor

Adapun yang dimaksud dengan strategi dalam

penyuluhan yaitu konsep, metode, teknik dalam

pelaksanaan proses penyuluhan, proses ini melibatkan

beberapa elemen baik dalam primer, dan sekunder ( pokok

dan penunjang), sebelum melaksanakan proses

penyuluhan seorang penyuluh/komunikator melakukan

penyuluhan, terlebih dahulu seorang penyuluh menguasai

teknik, dan metode dalam berbicara dihadapan komunikan,

Page 81: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

65

baik bersifat individu, kelompok, maupun massa

(publisistik).

Menurut Marhaen Fajar dalam buku berjudul ilmu

komunikasi teori, dan praktik menjelaskan bahwa ada

beberapa indikator kualitas komunikator yang efektif

antara lain:64

(1) Menilai orang / lembaga

(2) Mendengarkan secara efektif

(3) Bijaksana

(4) Memberikan pujian

(5) Konsisten

(6) Mengakui kesalahan

(7) Memiliki rasa humor

(8) Memberi contoh yang baik

(9) Menggunakan bahasa yang jelas, lugas, dan tepat.65

C. Penyuluh Sebagai Konseptor dengan melakukan

analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,

Opportunities, Threats)

SWOT adalah metode perencanaan strategis yang

dipakai untuk mengevaluasi kekuatan (strengths),

kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan

64 Marhaen Fajar, Ilmu Komunikasi teori & Praktik, (Yogyakarta: graha ilmu,

2009), h, 57.

Page 82: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

66

ancaman (treats) dalam melakukan suatu

perencanannan.66

a) Kekuatan (Strengths)

b) Kelemahan (weaknesses)

c) Peluang (opportunities)

d) Ancaman (treats)

D. Teknik atau Metode Penyuluhan

a) Teknik yang digunakan dalam penyuluhan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknik

atau metode yaitu cara yang teratur dalam

melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai

dengan yang diharapkan. Cara atau praktek dalam

penyuluhan dilakukan melalui komunikasi verbal,

maupun nonverbal, dengan menggunakan alat

komunikasi media massa dan digital.

E. Evaluasi

Evaluasi yang digunakan pada proses, dan

pelaksanaan penyuluhan ada beberapa yang harus

dilakukan yaitu:

Evaluasi di awal (attachmen, stimulus awal

terkait tema penyuluhan)

Evaluasi di tengan (Tanya Jawab, atau

sukarela)

Evaluasi di akhir (Apresiasi, dan konsekuensi

bagi penyuluh dan peserta penyuluhan).67

66 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT diakses rabu, 5 februari

2020.

Page 83: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

67

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan

bahwa profesi penyuluh adalah profesi mulia, bersifat

tanpa pamrih, paksaan serta harus berkarakter

progressive, dan visioner. Maka dengan itulah profesi

penyuluh diharuskan diisi oleh Sarjana Penyuluhan

baik dalam bidang agama, maupun sosial.

67 Ezi Hendri, Komunikasi Persuasif, (Remaja Rosdakarya: Bandung), hal. 25

Page 84: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

68

BAB III

Gambaran Umum Tentang Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (BNPT)

1. Profil BNPT

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

yaitu badan khusus yang mengfokuskan diri dalam

mengatasi permasalahan terorisme di Indonesia, melalui

pendekatan hard, soft, dan intregrative. Narapidana yang

merasa dirinya terisolasi dari masyarakat, dirinya mampu

dan masih mau mengikuti intervensi dari pemerintah, hal ini

merupakan bentuk kepercayaan yang mutlak, independen,

dan transparan.

Maka dari itulah, dengan adanya jaringan yang

bersifat radikal harus dinetralisir dengan pelayanan yang

baik, dan penuh kelembutan, tanpa membedakan ras dan

golongan, serta pengarahan dari aparat yang berwenang.

Berkenaan dengan hal itu, TNI (Tentara Nasional

Indonesia) berperan menjaga pertahanan, dan kesatuan

terlebih guna menjaga teritorial, serta Polri (Polisi Republik

Indonesia) berperan menjaga keamanan, dan kenyamanan

Negara Kesatuan Republik Indonesia dari segala kejahatan

baik Nasional maupun Internasional.68

68 Wawancara Langsung Penyuluh Bagian Reedukasi Narapidana

Terorisme, saat ini bertugas sebagai Penyuluh di Lapas Nusakambangan,

Cilacap. Selasa, 09 September 2019, pukul 14.00 WIB.

Page 85: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

69

a. Sejarah BNPT

Membahas mengenai sejarah BNPT sudah barang

tentu kita tidak bisa lepas dari kinerja dari beberapa

pakar, baik psikolog, kriminolog, tokoh agama, dan

pihak pemerintah. Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (disingkat BNPT) adalah sebuah lembaga

pemerintah nonkementerian (LPNK) yang

melaksanakanugas pemerintah di bidang

penanggulangan terorisme.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BNPT

dikoordinasikan Menteri Koordinator Bidang Politik,

Hukum dan Keamanan. BNPT dipimpin oleh seorang

kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada presiden.

Pada awalnya jabatan Kepala BNPT setingkat

eselon l.a. Namun sejak diterbitkannya Peraturan

Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perubahan atas

Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 Tentang

Badan Penanggulangan Terorisme, jabatan Kepala

BNPT naik menjadi setingkat menteri. BNPT dibentuk

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010.

Sebelumnya cikal bakal lembaga in adalah Desk

Koordinasi Pemberantasan Terorisme (DKPT).69

Berdirinya BNPT ini tidak lepas dari tragedy bom

Bali I pada 12 Oktober 2002 Megawati selaku kepala

69 diakses dari https://www.bnpt.go.id/sejarah BNPT pada Jum’at, 01 Mei

2020.

Page 86: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

70

negara kala itu mengeluarkan instruksi kepada

Menkopolkam (Mentri Koordinator Bidang Politik dan

Keamanan) saat itu dijabat oleh Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY) untuk membuat kajian dan strategi

nasional penanggulangan terorisme.70

b. Tugas Pokok dan Fungsi

Berikut adalah tugas pokok dan fungsi BNPT dalam

menjalankan tugasnya antara lain yaitu:

Merumuskan, mengoordinasikan, dan

melaksanakan kebijakan, strategi, dan program

nasional penanggulangan terorisme di bidang

kesiapsiagaan nasional, kontra radikalisasi, dan

deradikalisasi.

Mengoordinasikan antar penegak hukum dalam

penanggulangan Terorisme.

Merumuskan, mengoordinasikan, dan

melaksanakan kebijakan, strategi, dan program

nasional penanggulangan Terorisme di bidang

kerja sama internasional.

Menyusun dan menetapkan kebijakan, strategi,

dan program nasional di bidang

penanggulangan Terorisme.

70 Siti Nurmalita, Strategi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

(BNPT) Dalam Upaya Deradikalisasi Pemahaman Keagamaan Narapidana

Terorisme Di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, (Skripsi: UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta) hal, 46.

Page 87: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

71

Menyelenggarakan koordinasi kebijakan,

strategi, dan program nasional di bidang

penanggulangan Terorisme.

Melaksanakan kesiapsiagaan nasional, kontra

radikalisasi, dan deradikalisasi.

c. Visi dan Misi BNPT

1. Visi

“Mewujudkan Penanggulangan terorisme dan radikalisme

melalui upaya sinergi institusi pemerintah dan masyarakat

meliputi pencegahan, perlindungan, penindakan dan

deradikalisasi serta meningkatkan kewaspadaan nasional

dan kerjasama internasional untuk menjamin

terpeliharanya keamanan nasional”.

2. Misi

Melakukan upaya pencegahan terjadinya aksi

terorisme, meningkatkan kewaspadaan, dan

memberikan perlindungan terhadap objek-objek

vital yang potensial menjadi target serangan

terorisme

Melakukan deradikalisasi dan melawan propaganda

ideologi radikal

Melakukan penindakan aksi terorisme melalui

penggalan intelijen dan surveillance, dan penegakan

hukum melalui koordinasi dan kerjasama dengan

institusi terkait, masyarakat, dan seluruh komponen

bangsa

Page 88: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

72

Melaksanaakan pembinaan kemampuan dan

kesiapsiagaan nasional terhadap ancaman terorisme

Melaksanakan kerjasama internasional dalam

penanggulangan terorisme.71

d. Struktur Organisasi kelembagaan BNPT

71 diakses dari https://www.bnpt.go.id/visimisibnpt, pada Minggu, 03

Mei 2020 pukul 21.00 WIB.

KEPALA BNPT

SEKRETARIAT

UTAMA KELOMPOK

AHLI

INSPEKTORAT

DEPUTI BIDANG

KERJASAMA

INTERNASIONAL

DEPUTI BIDANG

PENINDAKAN,

DAN PEMBINAAN

KEMAMPUAN

DEPUTI BIDANG

PENCEGAHAN,

PERLINDUNGAN

DAN

DERADIKALISASI

PRESIDEN RI

DIREKTUR DIREKTUR DIREKTUR

Page 89: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

73

e. Tugas pokok dan fungsi unit kerja

a. Kepala BNPT

Kepala mempunyai tugas memimpin BNPT dalam

menjalankan tugas dan fungsi BNPT.

b. Sekretariat Utama

Mempunyai tugas melaksanakan dan

mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, dan

pengendalian terhadap program, administrasi dan

sumber daya serta kerja sama.

Secretariat Utama menyelenggarakan fungsi :

1. Pengkoordinasian dan sinkronikasi penyusunan

kebijakan dan perencanaan di lingkungan BNPT.

2. Pembinaan dan pelayanan administrasi

ketatausahaan, hukum, dan peraturan perundang-

undangan, organisasi, tata laksana, kepegawaian,

keuangan, persandian, perlengkapan, dan rumah

tangga BNPT

3. Pembinaan dan pelaksanaan hubungan

kelembagaan dan protocol

4. Fasilitas pelaksanaan tugas dan fungsi kelompok

ahli di lingkungan BNPT

5. Pengkoordinasian dalam penyusunan laporan

BNPT.

f. Biro Perencanaan dan Hubungan Antar Lembaga

Melaksanakan perencanaan program dan

anggaran, evaluasi , melakukan persidangan dan

hubungan antar lembaga.

Page 90: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

74

Biro Perencanaan program dan Hubungan Antar

Lembaga menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana dan evaluasi program

anggaran

2. Penyelenggaraan persidangan dan hubungan

antar lembaga

3. Penyusunan laporan anggaran.

g. Biro Umum

Mempunyai tugas melaksanakan urusan rumah

tangga, penatausahaan, pengelolaan kepegawaiian dan

organisasi, keuangan dan pelaksanaan tata usaha

pimpinan.

Biro Umum menyelenggarakan fungsi :

1. Pengelolaan kerumahtanggaan dan penatausahaan

2. Pengelolaan kepegawaian dan organisasi

3. Pengelolaan administrasi keuangan

4. Pengelolaan urusan tata usaha pimpinan.

h. Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan

Deradikalisasi

Mempunyai tugas merumuskan,

mengkoordinasikan, dan melaksanakan kebijakan,

strategi, dan program nasional penanggulangan

terorisme di bidang pencegahan, perlindungan, dan

deradikalisasi.

Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan

Deradikalisasi menyelenggarakan fungsi :

Page 91: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

75

1. Monitoring, analisa, dan evaluasi mengenai

terorisme di bidang pencegahan, perlindungan, dan

deradikalisasi.

2. Penyusunan kebijakan, strategi, dan program

nasional penanggulangan terorisme di bidang

pencegahan, perlindungan, dan deradikalisasi

3. Koordinasi pelaksanaan penanggulangan terorisme

di bidang pencegahan ideologi radikal

4. Pelaksanaan kegiatan melawan propaganda

ideologi radikal

5. Pelaksanaan sosialisasi penanggulangan terorisme

di bidang pencegahan, perlindungan, dan

deradikalisasi

6. Koordinasi pelaksanaan program-program

reedukasi dan resosialisasi dalam rangka

deradikalisasi

7. Koordinasi pelaksanaan program-program

pemulihan terhadap korban aksi terorisme

i. Direktorat Pencegahan

Mempunyai tugas menyiapkan perumusan,

pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan serta

strategi di bidang pengawasan, kontra propaganda dan

kewaspadaan terhadap ancaman terorisme.

Direktorat Pencegahan menyelenggarakan fungsi :

Page 92: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

76

1. Monitoring, analisa, dan evaluasi mengenai

ancaman terorisme di bidang pengawasan, kontra

propaganda dan kewaspadaan.

2. Penyiapan penyusunan kebijakan, strategi, dan

program nasional penanggulangan terorisme di

bidang pengawasan, kontra propaganda dan

kewaspadaan.

3. Penyiapan koordinasi pelaksanaan penanggulangan

terorisme di bidang pengawasan, kontra

propaganda dan kewaspadaan.

4. Pelaksanaan penanggulangan terorisme di bidang

pengawasan, kontra propaganda dan kewaspadaan.

5. Pemantauan penanggulangan terorisme di bidang

pengawasan, kontra propaganda dan kewaspadaan.

6. Pengendalian program-program pencegahan bagi

korban aksi terorisme.

j. Direktorat Perlindungan

Mempunyai tugas menyiapkan perumusan,

pengkoordinasian, dan pelaksanaan kebijakan dan

strategi di bidang pengamanan objek vital, transportasi,

dan VVIP serta pengamanan lingkungan dalam rangka

pencegahan. Direktorat Perlindungan

menyelenggarakan fungsi :

1. Monitoring, analisa, dan evaluasi di bidang

pengamanan objek vital, transportasi dan VVIP serta

pengamanan lingkungan.

Page 93: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

77

2. Penyusunan kebijakan strategi, dan program

nasional di bidang pengaman lingkungan

3. Pelaksanaan pengamanan objek vital, transportasi

dan VVIP serta pengamanan lingkungan.

4. Pemantauan pelaksanaan pengamanan objek vital,

transportasi dan VVIP serta pengamanan

lingkungan.

5. Pengendalian pengamanan objek vital, transportasi

dan VVIP serta pengamanan lingkungan.

k. Direktorat Deradikalisasi

Mempunyai tugas menyiapkan perumusan,

pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan dan

strategi di bidang pengangkalan, resosialisasi dan

rehabilitasi. Direktorat Deradikalisasi

menyelenggarakan fungsi:

1. Monitoring, analisa, dan evaluasi mengenai kegiatan

kelompok-kelompok radikal dan aktivitas

radikalisme serta terorisme.

2. Penyusunan rancangan kebijakan, strategi dan

program nasional penanggulangan radikalisme dan

terorisme.

3. Penyiapan koordinasi pelaksanaan penanggulangan

terorisme di bidang deradikalisasi.

4. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan penanggulan

radikalisme

5. Pemantauan dan pengendalian program-program

penanggulangan radikalisme.

Page 94: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

78

l. Deputi Bidang Penindakan dan pembinaan Kemampuan

Mempunyai tugas merumuskan, mengkoordinasikan,

dan melaksanakan kebijakan, strategi, dan program

nasional penanggulangan terorisme di bidang

penindakan dan pembinaan kemampuan.

Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan

menyelenggarakan fungsi :

1. Monitoring, analisa, dan evaluasi mengenai

ancaman terorisme di bidang penindakan,

pembinaan kemampuan, dan penyiapan

kesiapsiagaan nasional.

2. Penyusunan kebijakan, strategi, dan program

nasional penanggulangan terorisme di bidang

penindakan dan pembinaan kemampuan.

3. Koordinasi dalam penentuan tingkat ancaman dan

upaya persiapan penindakan.

4. Koordinasi pelaksanaan perlindungan korban, saksi,

dan aparat penegak hukum terkait ancaman

terorisme

5. Koordinasi pelaksanaan pembinaan kemampuan

organisasi dan penyiapan kesiapsiagaan nasional

dalam penanggulangan terorisme

6. Pelaksanaan sosialisasi penanggulangan terorisme di

bidang penindakan, pembinaan kemampuan, dan

penyiapan kesiapsiagaan nasional.

m. Direktorat Penindakan

Page 95: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

79

Mempunyai tugas mendukung perumusan,

pengkoordinasian dan pelaksanaan dukungan

operasional (intelijen), kesiapsiagaan, dan penanganan

krisis dalam rangka penindakan aksi terorisme.

Direktorat Penindakan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyelidikan, monitoring, analisa, dan evaluasi

mengenai ancaman terorisme

2. Penyiapan rancangan kebijakan, strategis, dan

program nasional penanggulangan terorisme di

bidang penindakan meliputi dukungan operasional

(intelijen), kesiapsiagaan dan penanganan krisis

3. Koordinasi dalam penentuan tingkat ancaman dan

upaya persiapan penindakan

4. Penyiapan standar prosedur operasi (SOP) dan

aturan pelibatan satuan-satuan dalam penindakan

terorisme

5. Koordinasi pelaksanaan perlindungan korban, saksi,

dan aparat penegak hukum terkait ancaman

terorisme.

6. Pelaksanaan penanganan terorisme di bidang

operasional (intelijen), kesiapsiagaan dan

penanganan krisis.

7. Pemantauan dan pengendalian penindakan meliputi

dukungan operasional (intelijen), kesiapsiagaan, dan

penanganan krisis.

n. Direktorat Pembinaan Kemampuan

Page 96: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

80

Mempunyai tugas mendukung, perumusan,

pengkoordinasian, pelaksanaan dan pemantauan di

bidang pelatihan, dan pengembangan sistem operasi

dalam jangka penanggulangan terorisme. Direktorat

Pembinaan Kemampuan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rancangan kebijakan dan program

pembinaan kemampuan meliputi pelatihan, dan

pengembangan sistem operasi dalam rangka

penanggulangan terorisme.

2. Penyiapan koordinasi program-program pelatihan

dan pengembangan sistem operasi dalam rangka

penanggulangan terorisme.

3. Pelaksanaan program pelatihan, dan pengembangan

sistem operasi dalam rangka penanggulangan

terorisme.

4. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program

pelatihan, dan pengembangan sistem operasi.

o. Direktorat Penegak Hukum

Mempunyai tugas mendukung perumusan,

pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pemantauan,

evaluasi, analisa di bidang kerja sama aparat penegak

hukum, dan perlindungan hukum.

Direktorat Penegak Hukum menyelenggarakan

fungsi:

1. Penyiapan rancangan kebijakan, strategi dan

program kerjasama aparat penegak hukum, dan

Page 97: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

81

perlindungan hukum dalam rangka penindakan dan

pembinaan kemampuan

2. Pelaksanaan dan koordinasi program-program

kerjasama aparat penegak hukum, dan perlindungan

hukum dalam rangka penindakan dan pembinaan

kemampuan

3. Pelaksanaan kerjasama bidang hukum dan

penelaahan perundang-undangan dengan

kementerian/lembaga terkait

4. Pemantauan, evaluasi dan analisa pelaksanaan

program kerjasama aparat penegak hukum, dan

perlindungan hukum dalam rangka penindakan dan

pembinaan kemampuan.

p. Deputi Bidang Kerjasama Internasional

Mempunyai tugas merumuskan, mengkoordinasikan

dan melaksanakan kebijakan, strategi, dan program

nasional bidang kerjasama internasional dalam rangka

penanggulangan terorisme. Deputi Bidang Kerjasama

Internasional menyelenggarakan fungsi:

1. Monitoring, analisa, dan evaluasi mengenai

ancaman terorisme internasional dan kerjasama

internasional dalam menanggulangi terorisme.

2. Penyusunan kebijakan, strategi, dan program

kerjasama internasional di bidang penanggulangan

terorisme

3. Pelaksanaan dan pengembangan kerjasama

internasional di bidang penanggulangan terorisme

Page 98: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

82

4. Koordinasi pelaksanaan perlindungan warga negara

Indonesia dan kepentingan nasional di luar negeri

dari ancaman terorisme

q. Direktorat Kerjasama Bilateral

Mempunyai tugas peremusan, pengkoordinasian,

pemantauan, analisa, evaluasi dan pelaksanaan

kebijakan bagi kepentingan dan penetapan posisi

Indonesia dalam kerjasama bilateral, yang meliputi

kawasan asia Pasifik, Afrika, Timur Tengah, Amerika

dan Eropa.

Direktorat Kerjasama Bilateral menyelenggarakan

fungsi:

1. Penyiapan rumusan kebijakan dan penetapan posisi

Indonesia mengenai masalah terorisme di kawasan

Asia Pasifik, Afrika, Timur Tengah, Amerika, dan

Erofa.

2. Koordinasi pelaksanaan kesepakatan-kesepakatan

dalam forum bilateral di bidang penanggulangan

terorisme

3. Pengembangan kerjasama bilateral dengan negara

tertentu guna mencegah berkembangnya jaringan

terorisme

4. Pengkajian kemampuan aparat keamanan dan sistem

penanganan terorisme di berbagai negara guna

meningkatkan kemampuan sumber daya dalam

negeri

Page 99: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

83

5. Fasilitas instansi terkait untuk mengembangkan

program-program kerjasama dengan negara lain

guna peningkatan kemampuan dan pengembangan

kemitraan

6. Evaluasi kerjasama peningkatan kualitas dan

perluasan pelatihan

7. Pemantauan, analisis dan evaluasi atas

perkembangan terorisme internasional yang

berdampak bagi keamanan dalam negeri.

r. Direktorat Kerjasama Regional dan Multilateral

Mempunyai tugas mendukung perumusan kebijkan,

pengkoordinasian dan melakukan kebijakan, bagi

kepentingan dan penetapan posisi Indonesia, serta

melaksanakan pemantauan, analisa, evaluasi atas

pelaksanaan program kerjasama regional dan

multilateral. Direktorat Kerjasama Regional dan

Multilateral menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan rumusan dan melaksanakan kebijakan

bagi kepentingan dan penetapan posisi Indonesia di

forum ASEAN, APEC, ASEM, dan FEALAC serta

PBB dan Non PBB.

2. Koordinasi pelaksanaan kesepakatan-kesepakatan

yang dihasilkan dalam forum bilateral

3. Pengembangan kerja sama bilateral dengan negara

tertentu guna mencegah berkembangnya jaringan

terorisme

Page 100: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

84

4. Pengkajian kemampuan aparat keamanan dan sistem

penanggulangan terorisme di berbagai negara guna

meningkatkan kemampuan sumber daya dalam

negeri

5. Fasilitasi instansi terkait untuk mengembangkan

program-program kerja sama dengan negara lain

guna peningkatan kemampuan dan pengembangan

kerjasama kemitraan

6. Evaluasi kerja sama peningkatan kualitas dan

perluasan pelatihan

7. Pemantauan atas perkembangan terorisme

internasional, analisis dan evaluasi dampaknya bagi

keamanan dalam negeri

s. Direktorat Konvensi dan Perangkat Hukum

Internasional

Mempunyai tugas penyiapan rumusan kebijakan,

analisa dan evaluasi serta pemantauan tentang konvensi

internasional, resolusi PBB dan resolusi Badan Non

PBB yang menyangkut masalah terorisme.

Direktorat Konvensi dan Perangkat Hukum

Internasional menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan rumusan kebijakan, analisa dan evaluasi

atas konvensi-konvensi internasional yang

telah/belum diratifikasi yang menyangkut masalah

terorisme

Page 101: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

85

2. Penyiapan kajian untuk mendorong

diratifikasikannya konvensi internasional dan

regional

3. Pemantauan dan analisa konvensi internasional dan

perangkat hukum dalam rangka Resolusi PBB atau

Resolusi Badan Non PBB yang menyangkut

masalah terorisme

4. Pengkajian mengenai kewajiban yang dibebankan

kepada Indonesia dalam kedudukannya sebagai

negara Anggota PBB dan negara pihak pada

konvensi internasional

5. Melaksanakan koordinasi untuk memenuhi

kewajiban Indonesia atau mencarikan solusi atas

putusan PBB dan Badan Non PBB yang belum

dilaksanakan.

t. Inspektorat

Mempunyai tugas melaksanakan pengawasan

fungsional terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi di

lingkungan BNPT. Inspektorat menyelenggarakan

fungsi :

1. Perumusan kebijakan pengawasan intern di

lingkungan BNPT

2. Pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja

dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,

pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya

3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu

atas penugasan kepala BNPT

Page 102: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

86

4. Penyusunan laporan hasil pengawasan.

Tabel A

Alur runtutan aksi teror

No Tempat, dan Kejadian Tahun Korban

1. Bom Bali I 12, Oktober 2002 -+ 613

2. Kedutaan Besar Philipina 1 Agustus, 2000

2 tewas, 21 luka-

luka

3.

Peristiwa JW Marriot dan

Ritz Calton, Jakarta 5 Agustus 2003

4.

Bom malam natal di 38

Gereja di berbagai daerah

24 Desember

2000

19 tewas dan 120

luka-luka

5. Kedutaan Besar Australia

9 September

2004

6. Bom Bali II 1 Oktober 2005

7.

Hotel JW Marriot II dan Ritz

Calton, Jakarta 17 Juli 2009

8.

Teror penembakan, dan

pelemparan Granat di Poso 2010

9. GBIS Solo

25 September

2011

10. Tangerang Selatan, Banten 2014

11. Sarinah, Jakarta Pusat 14 Januari 2016 7 orang Tewas

Page 103: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

87

BAB IV

Hasil dan Temuan Lapangan

1. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

dan Kementerian Agama

Sebagai badan khusus yang memfokuskan diri dalam

mengatasi permasalahan terorisme di Indonesia, dengan

pelbagai strateginya BNPT. yaitu melalui pendekatan hard,

dan soft, approuch. Seorang narapidana terorisme yang

merasa dirinya mau dan mampu mengikuti program

deradikalisasi, adalah karena itu sebagai bentuk kepercayaan

yang mutlak, dari dirinya terhadap pemerintah.

Maka dengan adanya jaringan yang bersifat radikal

harus dinetralisir dengan penyuluhan pembinaan yang baik,

persuasive dan penuh kelembutan, tanpa membedakan segala

ras dan golongan, salah satunya mendapatkan pengarahan

dari aparat yang berwenang.

Dari hasil penelitian-penelitian menyebutkan bahwa

mereka para napiter pada umumnya merupakan kalangan

akademisi yang khususnya menyangkut radikalisme agama

termasuk Islam, karena mayoritas umat beragama di

Indonesia merupakan penganut agama Islam maka tidak

heran jika Islam kerap kali dianggap radikal secara sosial.

Deradikalisasi sendiri salah satunya yaitu menerangkan

kepada masyarakat tentang kemajemukan dan pemahaman

keagamaan moderat, pemahaman kebangsaan, falsafah

Page 104: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

88

pancasila serta penguatan sistem demokrasi, serta

keberagaman umat beragama di Indonesia, semangat

nasionalisme sehingga timbul kesadaraan masyarakat.

Kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara

potensial bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan

mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, serta

kekuatan bangsa itu sendiri semangat kebangsaan. Makin

menjiwai bangsanya.

Di Indonesia sendiri akibat adanya perbedaan suku,

agama, dan budaya inilah ideologi radikal mudah masuk

akibat keadaan realitas sosial dan politik di masyarakat, serta

mereka para napiter yang sudah terintegrasi dengan

masyarakat mereka sukar untuk diterima masyarakat karena

alasan ketakutan lingkungan akan ideologi yang mereka

anut, akan tetapi dengan adanya sikap, dan nilai-nilai

toleransi yang dipupuk akan memberikan manfaat serta

saling tolong menolong.

Dengan demikian, karena hal itulah presiden melalui TNI

(Tentara Nasional Indonesia) berperan menjaga pertahanan,

dan kesatuan terlebih guna menjaga teritorial Negara

Kesatuan Republik Indonesia dari kejahatan baik nasional,

maupun internasional, serta POLRI (Polisi Republik

Indonesia) berperan menjaga keamanan, keselamatan, dan

Page 105: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

89

kenyamanan masyarakat di Negara Kesatuan Republik

Indonesia.72

Maka dilihat dari fungsinya BNPT merupakan badan

yang difokuskan untuk mengatasi permasalahan terorisme di

Indonesia yang pertanggungjawabannya langsung kepada

Presiden. Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka

setelah adanya pernyataan dari Komisaris Jenderal Polisi

Drs. Suhardi Alius, M.H bahwa BNPT akan menggandeng

para penyuluh agama agar turut andil serta berperan aktif

dalam kegiatan penyuluhan program deradikalisasi guna

menjaga agar radikalisme agama tidak berkembang pesat di

Indonesia terutama di luar lapas sebagai suatu upaya

pencegahan permasalahan terorisme.73

Dengan demikian dalam hal proses penyuluhan

deradikalisasi baik di luar maupun di dalam lapas,. Maka

dari itulah pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) nomor

Per-1/K.BNPT/1/2017 tentang Organisasi dan tata kerja.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang

berfungsi menyusun kebijakan dan strategi dalam rangka

menangkal radikalisme dan aksi terorisme. Disini dalam hal

radikalisme agama pemerintah melalui Kementerian Agama,

para penyuluh kerap kali berjuang untuk menjadi tombak

72 Wawancara Langsung Penyuluh Bagian Reedukasi Narapidana

Terorisme, saat ini bertugas sebagai penyuluh yang bertugas di Lapas Nusa

Kambangan. Kamis, 10/10, 2019.

73 diakses dari https://www.bnpt.go.id/pimpinan BNPT.

Page 106: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

90

dalam rangka memberikan penyuluhan yakni tentang

keberagaman umat beragama di Indonesia.

Melalui PMA no 42 tahun 2016 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Agama mengangkat tugas khusus

yang tupoksinya adalah memberikan pemahaman kepada

masyarakat mengenai cara beribadah sesuai dengan ajaran

Islam yang benar dan konsisten.

Sehingga penyuluh secara khusus menjadi salah satu

ujung tombak yang berperan penting dalam upaya

membimbing masyarakat memahami ajaran agama, dan

mengamalkannya secara berkualitas. Keberhasilan seorang

Penyuluh Agama Islam dalam melaksanakan tugasnya di

masyarakat dipengaruhi oleh beberapa komponen strategi

dakwah yang dipilih dan dirumuskan.

Kita menyadari bahwa keberagaman dan kemajemukan

masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, ras,

tradisi, bahasa, serta status sosial ekonomi yang berbeda-

beda. Menghadapi kondisi itulah seorang penyuluh harus

menyusun strategi yang tepat dalam pelaksanaan tugas

penyuluh agar tercapai dalam rangka menunaikan visi

misinya.74

Dengan demikian ada pun upaya program penyuluhan

yang di rancang oleh para Penyuluh Agama yaitu dengan

menyusun beberapa program penyuluhan, dan acuan atau

74 Adhiya Muzaki, “Peran Penyuluh Agama Dalam Menangkal Paham

Radikalisme Agama di Kampung Sawah, Kec. Ciputat Tangerang Selatan”,

hal 11-12.

Page 107: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

91

pedoman yang dilakukan kepada masyarakat serta pelajar

guna menangkal radikalisme secara umum terkhusus

radikalisme agama.75

Tak luput melalui peran para mahasiswa dan penyuluh

agama mereka saling bahu-membahu dalam melaksanakan

tugasnya sebagai agent of change di masyarakat, maka dari

kesemuanya sebelum melakukan penyuluhan, dan turun

langsung ke lapangan penyuluh agama mendapatkan

pengarahan tentang definisi sesungguhnya makna toleransi

umat beragama sehingga mereka tidak malah justru terpapar

paham radikal, serta bagaimana mereka bisa memahami

kondisi sosial, ekonomi masyarakat melalui berbagai tokoh

petinggi agama.

Selain itu guna tercapainya proses penyuluhan agar

penyuluhan berjalan efektif dan optimal maka metode dan

teknik dalam melakukan penyuluhan dilakukan dengan

waktu yang singkat, namun dilaksanakan dengan konsisten

yang mana dalam proses pelaksanaannya dilakukan secara

berkelanjutan dengan menggunakan difusi dan inovasi pada

proses penyuluhan serta jangka waktu yang tak sedikit guna

mencapai waktu yang efisien dengan tidak mengabaikan

kaidah-kaidah dalam penyuluhan itu sendiri.

Dalam mengaplikasikan proses penyuluhan di

masyarakat dalam upaya menangkal sejak dini dan

mencegah terjadinya radikalisme agama umunnya Islam

75 Buku Modul Praktikum Makro Bimbingan dan Penyuluhan Islam

angkatan 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 108: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

92

pada khususnya, tak lupa Penyuluh Agama menggunakan

media komunikasi sebagai alat atau sarana dalam setiap

proses penyuluhan sebagai upaya pencegahan terhadap

masyarakat yang belum terpapar paham radikalisme, media

yang digunakan sebagai sarana dalam melakukan

penyuluhan pun disesuaikan dengan kondisi geografis, serta

ketersediaan sumber daya di lingkungan masyarakat itu

sendiri.

Maka dari itulah untuk memperkuat penyuluh agama di

lapangan melalui Ikatan Akademisi dan Praktisi Penyuluh

Agama (IKAPPETAIS), para Penyuluh Agama berusaha

menjadikan Penyuluh Agama menjadi Profesi dalam

menjawab segala permasalahan sosial dan keagamaan yang

berada di bawah naungan bendera NKRI.

Melalui IKAPPETAIS yang dibentuk langsung dan

diresmikan oleh Bimas Kementerian Agama, serta dibantu

oleh kelompok mahasiswa penyuluh (Pokmaluh) dalam

melaksanakan tugas penyuluhan di masyarakat dengan

tujuan agar profesi penyuluh sebagai ujung tombak dalam

menciptakan perubahan sosial di masyarakat terkhusus untuk

penyuluhan bahayanya radikalisime agama untuk

masyarakat.

Maka sudah menjadi jelas tujuan awal dalam tugas

penyuluhan bagaimana masyarakat bisa tau, mau serta

mampu dan memiliki daya saing sehingga narapidana yang

telah terintegrasi dengan masyarakat bisa menjadi berdaya

Page 109: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

93

dengan mengandalkan skill yang diperoleh pada saat mereka

menerima program deradikalisasi di dalam lapas.

Pada pada proses penyuluhan yang pertama dilakukan

yaitu adanya attachmen atau sentuhan awal kepada sasaran

atau klien sehingga mereka mampu berbuat, dan agar tujuan

pada proses penyuluhan bisa tercapai, serta mendapatkan

hasil sesuai harapan dan penyuluhan yang dilaksanakan bisa

mendapatkan hasil yang lebih optimal.

Selain itu dalam proses penyuluhan kita tidak bisa

mengabaikan materi penyuluhan, materi dalam penyuluhan

disesuaikan dengan kondisi dan situasi masyarakat

tergantung bagaimana kondisi permasalahan sosial agama di

masyarakat, terkhusus dalam membendung pemahaman, dan

peredaran ideologi radikal.

Tak kalah penting dalam proses penyuluhan yaitu sarana

dan prasarana menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan,

walaupun kita sudah hidup di zaman modern tentu kita tidak

bisa menapik, dan mengabaikan masyarakat daerah yang

masih berpegang teguh pada hukum adat, dan

mempertahankan budaya leluhurnya. Ini menarik jika

dibahas sebagai awal mula terjadinya kejahatan hingga

masuk dalam kancah internasional,.

Belajar langsung kepada ahlinya sebelum melakukan

tindakan penyuluhan adalah hal yang tepat guna menunjang

pengetahuan mahasiswa, dan penyuluh sebagai symbol atau

garda terdepan yang memahami dan mengamalkan makna

Page 110: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

94

toleransi umat beragama di lingkungan civitas akademika

dan masyarakat khusus atau binaan.

Berkenaan dengan makna toleransi umat beragama

penyuluh sebagai ujung tombak pembendung paham radikal

terkhusus menyangkut masalah agama, tak kalah penting di

kalangan akademisi turut serta membantu pemerintah dalam

melangsungkan pemahaman Islam moderat di kalangan

mahasiswa sebagai insan akademis, maka dari itulah guna

menunjang tugas IKAPPETAIS melalui Gerakan Suluh

Bangsa ikut berperan dalam memberikan penyuluhan terkait

keberagaman itu sendiri kepada pelajar dan mahasiswa di

seluruh Indonesia.76

Masih tentang Penyuluh Agama tentu ini menjadi hal

penting apalagi jika agama turut dianggap menjadi sumber

radikal, disini jika radikal dalam pemikiran tidaklah terlalu

mengancam karena itu adalah tanggung jawab dirinya selaku

kaum intelek yang menjadi ancaman adalah ketika dirinya

sudah melakukan tindakan radikal dan menghilangkan

nyawa orang lain, apalagi nyawa dirinya sendiri studi kasus

bom bunuh diri hal itu dinilai sebagai mati konyol sebab

pada hakikatnya Tuhan tidak menyukai hamba-Nya yang

berputus asa.

76

Penyuluhan tentang keberagaman umat beragama dilakukan Prof.

Mahfud MD selaku penggerak Gerakan Suluh Kebangsaan bagi para

mahasiswa dan pelajar sebagai upaya membendung paham radikal di

lingkungan kampus dengan mengedepankan nilai-nilai toleransi serta

penguatan pada ideologi Pancasila.

Page 111: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

95

Maka dari itulah hal utama dalam membendung ideologi

radikal di masyarakat yaitu melalui peran keluarga di setiap

rumah, jangan sampai ideologi itu tertanam mulai pada

proses pendidikan orangtua bagaimana pola asuh yang

diterapkan, hal itu jugalah yang menjadi salah satu fokus

Penyuluh Agama di luar lapas dalam melindungi setiap

anggota keluarga masyarakat agar tidak ikut dan

terpengaruh ideologi tersebut terutama hanya karena

masalah ekonomi.

Maka untuk memahami kondisi orang lain yang tersuluh

adalah dengan memahami diri sendiri sebagai objek, tak

hanya keluarga di rumah, lingkungan tempat bernaung dan

bersosialisasi menjadi faktor pendukung tersebarnya paham

tersebut, maka sikap terbuka dan saling menghargai adalah

salah satu bentuk cara agar masyarakat secara umum tidak

terpapar paham radikal.

Dalam menyikapi perbedaan di antaran anggota

masyarakat dengan ikut serta dalam setiap kegiatan

bermasyarakat agar masing-masing memiliki tenggang rasa

yang luhur. Jika masih ada yang mempermasalahkan hanya

karena perbedaan maka Penyuluh Agama berperan untuk

menyikapi itu dengan mencari, menonjolkan persamaan

diantara kesemuanya.77

77 Disarikan dari hasil wawancara dengan Ketua Majlis Tinggi Agama

Khonghucu Indonesia, Drs. Uung Sendana, M.Ag pada hari Rabu, 25 April

2018 di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 112: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

96

Pemahaman kebangsaan melalui tokoh nasional, para

guru bangsa melalui diskusi dan kuliah umum kebangsaan

sebagai upaya penanaman nilai-nilai kebangsaan kepada

mahasiswa dan pelajar sehingga mahasiswa dan pelajar

ikut serta dalam mencegah, dan menangkal radikalisme

agama.

2. Program Deradikalisasi

A. Rehabilitasi

Membahas proses rehabilitasi ini tentu tidak terlepas

dari dua makna, yaitu pembinaan kepribadian, dan

pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian adalah

melakukan pendekatan dengan berdialog kepada para

napi teroris agar mind set mereka bisa diluruskan serta

memiliki pemahaman yang komprehensif serta dapat

menerima pihak yang berbeda dengan mereka.

Sedangkan pembinaan kemandirian adalah melatih dan

membina para narapidana atau mantan napi terorisme

mempersiapkan keterampilan dan keahlian, gunanya

adalah agar setelah mereka keluar dari lembaga

pemasyarakatan, mereka sudah memiliki keahlian dan

membuka lapangan pekerjaan.78

78 Mochamad N. Febriyansah, Raka K. Wardana, Seminar Hukum

Universitas Negeri Semarang : Upaya Deradikalisasi Narapidana Terorisme

di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Keung Pane Semarang, Vol 3 nomor 1

Tahun 2017, https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh2017. Fakultas

Hukum, Universitas Negeri Semarang. Hal. 95

Page 113: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

97

Faktor penghambat dan pendukung rehabilitas di

Lapas antara lain:79

a. Faktor sarana dan prasarana

b. Jumlah petugas

c. Kerjasama dengan lembaga lain

d. Sifat narapidana terorisme

B. Reedukasi

Reedukasi merupakan proses memberian edukasi

bagi narapidana terorisme, di dalam maupun di luar

lapas dengan materi yang disampaikan oleh penyuluh

yaitu materi penguatan Pancasila sebagai ideologi

bangsa Indonesia, pengajian rutin kitab kuning, shalat

berjama’ah, atau pun peribadatan lain sesuai agama

kepercayaan masing-masing.

Selain itu proses penangkalan dengan mengajarkan

pencerahan kepada masyarakat tentang paham radikal,

sehingga tidak terjadi pembiaran berkembangannya

paham tersebut. Sedangkan bagi narapidana terorisme,

reedukasi dilakukan dengan memberikan pencerahan

terkait dengan doktrin-doktrin menyimpang yang

mengajarkan kekerasan sehingga mereka sadar bahwa

melakukan kekerasan seperti bom bunuh diri bukanlah

jihad yang diidentikan dengan aksi terorisme.80

79 Josefhin Mareta, Rehabilitasi Dalam Upaya Deradikalisasi Napiter,

masalah-masalah hukum, jilid 47 no. 3, Oktober 2018. Hal. 340-341

80 wawancara langsung penyuluh deradikalisasi bagian reedukasi BNPT

Page 114: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

98

C. Resosialisasi dan reintegrasi

Selain identifikasi, dan reedukasi BNPT juga

mendesain program resosialisasi dan reintegrasi dengan

cara membimbing mereka dalam bersosialisasi dan

menyatu kembali dengan masyarakat. Selain itu

deradikalisasi juga dilakukan melalui jalur pendidikan

dengan melibatkan perguruan tinggi, melalui

serangkaian kegiatan seperti public lecture, workshop,

dan lainnya, mahasiswa diajak untuk berfikir kritis dan

memperkuat nasionalisme sehingga tidak mudah

menerima doktrin yang destruktif.

Pada tindak kasus pidana terorisme perlu pembinaan

yang khusus, penanganan terorisme sebenarnya suatu

perlawanan yang ditujukan kepada ideologi yang dianut

teroris beserta penyebarannya. Program deradikalisasi

menjadi penting karena memiliki peran untuk

melepaskan ideologi yang dianut oleh radikalis-teroris

dengan menggantikannya dengan ideologi Pancasila.81

D. Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat dilakukan agar

narapidana terorisme mampu terintegrasi dengan

masyarakat atau setidaknya meredakan niat mereka

supaya tidak melakukan tindak kejahatan. Penelitian

Mark Woodward terhadap jaringan teroris Aceh dan

81 Mochamad N. Febriyansah, Raka K. Wardana, Seminar Hukum

Universitas Negeri Semarang : Upaya Deradikalisasi Narapidana Terorisme

di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Keung Pane Semarang, Vol 3 nomor 1

Tahun 2017, https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh2017. Fakultas

Hukum, Universitas Negeri Semarang. Hal. 96

Page 115: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

99

program deradikalisasi tahun 2010 menguraikan

kelebihan deradikalisasi yang dilakukan oleh

pemerintah Indonesia dengan soft approach sehingga

diadopsi oleh Yaman, Saudi Arabia, dan Singapura,.82

Kendati pun demikian, Ada pula kekurangan atau

kendala dalam program deradikalisasi pada awal

pembentukannya antara lain:83

a. Belum adanya pembinaan khusus untuk napiter dan

kurang optimalnya peran balai pemasyarakatan

(Bapas) sebagai institusi yang berfungsi

memberdayakan mantan narapidana terorisme

b. Efektif atau tidaknya deradikalisasi terhadap

narapidana terorisme sangat tergantung pada peran

lapas.

Telah dipaparkan diatas beberapa sub tentang profil

lembaga Badan Nasional Penanggulangan Terorisme sebagai

lembaga pemerintah dalam mengatasi secara dini, menangkal

dengan maksimal paham radikalisme agama yang

berkembang di Indonesia, dalam penelitian ini penulis akan

memfokuskan diri kepada para tokoh yang terlibat dalam

upaya deradikalisasi pada narapidana terorisme,.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif, di mana setelah melakukan observasi

penulis menentukan beberapa subjek atau informan dengan

82 Muh. Khamdan, Deradikalisasi Pelaku Tindak Pidana Terorisme di

Indonesia, Tesis Kajian Agama dan Studi Perdamaian, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2015, hal. 38.

83 Josefhin Mareta, Rehabilitasi Dalam Upaya Deradikalisasi Napiter,

masalah-masalah hukum, jilid 47 no. 3, Oktober 2018.

Page 116: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

100

menggunakan wawancara mendalam, walau tidak ke semua

aparat namun masing-masing dari narasumber bisa

melengkapi kekurangan data dan informasi narasumber

lainnya, sehingga informasi yang didapat adalah data yang

jelas dan relevan.

3. Kegiatan Penyuluhan yang dilakukan Penyuluh di BNPT

Citereup Bogor

Bertujuan untuk merubah prilaku napiter dengan

itulah penyuluh di lapas khusus BNPT memberikan

materi penyuluhan dengan metode ceramah, diskusi, dan

wawanca oleh penyuluh agama kepada napiter selama

satu minggu satu kali.

“Kita memberikan materi, di mulai dari

rehabilitasi terus di kasih isi kemudian di coba

untuk reedukasi serta disosialisasikan kepada

masyarakat, resosialisasi dan dan reintegrasi.

Rehab itu dia tidak lagi merasa paling benar

dengan pemikiran dia yang radikal, jadi dia tidak

bisa menerima perbedaan. Kalau dia sudah mau

menerima perbedaan baru kita isi, setelah itu

reedukasi dan di sana lebih banyak reedukasias

melakukan penyuluhan yang dilakukan dengan

memberikan reedukasi dan resosialisasi kepada

mereka.”84

84 wawancara dengan pembina atau penyuluh narapidana teroris di lapas

khusus BNPT Bogor pada Jum’at, 09 April 2021 pukul 16:15.

Page 117: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

101

BAB V

Analisis dan Pembahasan

A. Analisis terkait strategi komunikasi

Strategi merupakan suatu proses untuk melakukan

perumusan dan penentuan rencana untuk mencapai suatu

tujuan, dengan demikian ketika individu atau kelompok ingin

melakukan suatu pembinaan, tentunya merencanakan sesuatu

untuk mencapai suatu tujuan.

Maka dengan demikian Badan Nasional

Penanggulangan Teroris Lapas Khusus Citeurep Sentul Bogor

melakukan suatu rencana strategis dalam proses pembinaan

pada narapidana melalui program deradikalisasi. Selanjutnya

penulis akan memaparkan hasil temuan lapangan berdasarkan

rumusan masalah yang telah penulis rumuskan pada bab I yakni

bagaimana strategi komunikasi penyuluh agama dalam pelaksanaan

program deradikalisasi narapidana terorisme (Napiter).

Komunikasi menjadi kebutuhan penting bagi

keberlangsungan hidup setiap manusia. Sebagai mahkluk

hidup yang mulia di hadapan Allah SWT, oleh karenanya

penting bagi kita untuk melakukan sesuatu kebaikan sekecil

apapun di mata diri sendiri dan Tuhan Yang Maha Esa. Hidup

sederhana berbudi luhur tidak hanya diukur dari mana kita

berasal, tetapi bagaimana kita bisa diterima di dalam

lingkungan.

Page 118: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

102

Begitupun dengan seorang penyuluh agama untuk bisa

dan mampu merubah pola pikir kepribadian dan kemandirian

subjek terkait, sulit dan butuh waktu yang lama,. Proses

penyuluhan inilah yang seyogyanya sukar untuk dilakukan

secara mandiri atau perorangan, karena penyuluhan adalah

proses yang dilakukan secara berkelompok guna

mendapatkan hasil yang optimal.

Sejauh itu, penyuluhan bisa dilakukan dengan

komunikasi verbal dan non verbal. Sejauh ini penyuluhan bisa

digunakan melalui media massa berupa Koran, majalah,

brosur, pamplet dan majalah atau audio visual. Disini dapat

dilihat bagaimana sebenarnya manusia diciptakan untuk

saling tolong-menolong antara pihak pemerintah dengan

penyuluh agama bersama.

Maka begitupun dengan proses untuk dapat

melakukan penyuluhan dan menembus tertentu tergantung

situasi dan kondisi tokoh agama, dan tokoh masyarakat.

Dari hasil wawancara data lapangan komunikasi yang

dijalankan oleh penyuluh agama yaitu ada beberapa strategi,

dengan demikian strategi penyuluhan yang digunakan

menjadi beragam antara lain yaitu :85

1. Wawancara (komunikasi antarpribadi) .

wawancara dilakukan oleh penyuluh di lapas khusus

kepada napiter guna merubah pola pikir pribadi

85 Alinurdin, psikologi pendidikan hal. 48.

Page 119: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

103

napiter sehingga ia tidak merasa benar dengan

pemikiran dia yang radikal , komunikasi dijalankan

agar diantara penyuluh dan napiter mendapatkan

hubungan emosional yang baik diantara keduanya.

2. Ceramah (komunikasi individu dan kelompok)

ceramah merupakan penjelasan yang disampaikan

secara verbal. Dalam kegiatan penyuluhan digunakan

teknik ceramah dari penyuluh agama kepada napiter.

Komunikasi ini dimaksudkan untuk merubah perilaku

napiter dengan metode ceramah ini nepiter bisa

mendengarkan isi pesan penyuluhan yang

disampaikan oleh penyuluh agama itu sendiri

3. Diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat

interaktif dengan tujuan pembelajaran yang sesuai

dengan penggunaan diskusi, berbeda dengan metode

sebelumnya diskusi juga menjadi salah satu cara

penyuluh melaksanakan penyuluhan, cara ini juga

digunakan untuk menggali informasi daeri para

napiter. Sesi diskusi menjadi cara yang baik untuk

menemukan kendala-kendala dalam melakukan proses

penyuluhan. Dari diskusi ini napiter diberikan

kesempatan untuk mengungkapkan kendalanya

melalui sesi tanya jawab antara penyuluh agama

dengan napiter itu sendiri.

Page 120: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

104

Selain itu, adapun strategi komunikasi yang dilakukan

oleh penyuluh dalam melakukan peran penyuluhannya antara

lain:

1. Penyuluh sebagai komunikator

Kompetensi penyuluh agama dalam berkomunikasi yaitu

kemampuan penyuluh dalam penyampaian pesan,

kemampuan menggunakan media penyuluhan, kemampuan

menggunakan metode penyuluhan kemampuan membantu

menyelesaian masalah orang yang disuluh, kemampuan

menyampaikan informasi sesuai dengan masalah yang

dihadapi klien, kemampuan menggunakan bahasa yang

mudah dipahami.

2. Penyuluh sebagai fasilitator

Peran penyuluh sebagai fasilitator dalam penyuluhan yaitu

dengan membantu menerapkan teknologi yang baik,

menyediakan konsultan terkait deradikalisasi, serta membantu

mendampingi kegiatan program deradikalisasi.

3. Penyuluh sebagai edukator

Penyuluh sebagai edukator yaitu untuk memfasilitasi

proses belajar yang dilakukan oleh para penerima manfaat

penyuluh atau (stakeholders) pembangunan yang lainnya.

4. Peran penyuluh sebagai mediator

Peran penyuluh sebagai mediator guna menghubungkan

antara narapidana dengan pemerintah, menhubungkan

penyuluh dengan peneliti.

Page 121: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

105

5. Peran penyuluh sebagai motivator

Penyuluh mendorong penerima manfaat agar

mengikuti kegiatan penyuluhan deradikalisasi,

mendorong untuk memecahkan masalah terkait paham

radikal, mendorong penerima manfaat untuk bisa mau

menerima, dan pancasila sebagai ideologi bangsa.86

B. Media Komunikasi yang digunakan

Media yang digunakan penyuluh agama saat melakukan

penyuluhan terhadap napiter yakni melalui:

1. Media Elektronik

Media elektronik berupa komputer dan pointer

2. Media Audio Visual

Media audio visual yang digunakan adalah video

penyuluhan yang diberikan penyuluh agama kepada

napiter

3. Media Internet

Di masa pandemi covid 19 komunikasi langsung

menjadi terbatas, akibatnya media internet turut serta

digunakan dalam proses penyuluhan antara lain

mengunakan alikasi zoom meet, dan aplikasi webex

C. Analisis Pelaksanaan Deradikalisasi

Disamping penyuluhan diartikan sebagai proses

penerangan kepada klien atau sasaran penyuluhan. Maka

kepenyuluhan merupakan proses pendidikan bagi orang dewasa

86 Jurnal Of Integrasi Virginia Chintyasari, Hubungan Kompetensi dengan

peran penyuluh pertanian dalam mengembalikan kejayaan lada putih di

provinsi Belitung, (Universitas Bangka Belitung: Bangka) halaman, 57.

Diundung 16, Juli 2021 pukul 22.00

Page 122: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

106

yang dilakukan di wilayah tertentu terutama desa, dusun dan

kelurahan. Beberapa strategi penyuluhan yang digunakan oleh

penyuluh agama untuk proses deradikalisasi.

Deradikalisasi yang dijalankan di lapas khusus diterapkan

beberapa kategori ntara lain yakni, reedukasi, reintegrasi dan

resosialisasi, di lapas khusus BNPT diterakan resosialisasi dan

reedukasi kepada napiter.

Ada beberapa materi yang diberikan kepada napiter dalam

upaya deradikalisasi oleh penyuluh diantaranya yakni, tentang

pemahaman keagamaan, kebangsaan, wirausaha, serta psikologi.

Penyuluhan tentang kewirausahaan sendiri sengaja diberikan

untuk meningkatkan kemandirian napiter agar setelah keluar

bebas dan terintegrasi dengan masyarakat mereka sudah memiliki

kemampuan untuk bekerja sesuai keahlian.

Page 123: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

107

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep agama tentang bangsa dan negara dengan

demikian merupakan hal yang tidak hanya instrumental akan

tetapi suatu yang substansial. Islam rahmatan lil alamin

merupakan substansi dalam kehidupan bermasyarakat

terkhusus dalam deradikalisasi terhadap mereka yang telah

terpapar paham radikalisme.

Strategi komunikasi yang digunakan penyuluh agama

dalam melakukan proses penyuluham merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam melakukan suatu

pembinaan. Proses komunikasi penyuluhan merupakan

pendampingan yang dilakukan oleh pembina dalam

melakukan pembinaan kepada para napiter.

Pendampingan yang dimaksudkan adalah cara pembinaan

menyampaikan pesan dengan tujuan untuk memastikan para

napiter paham dengan informasi yang diberikan oleh pembina

dengan menggunakan komunikasi antarpribadi, persuasif,

komunikasi kelompok langsung dan tidak langsung.

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam pembahasan

pada bab sebelumnya, maka penulis mencoba menyimpulkan

strategi komunikasi penyuluh agama dalam upaya

deradikalisasi narapidana terorisme.

Page 124: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

108

Strategi komunikasi penyuluh agama dalam upaya

deradikalisasi narapidana ada beberapa diantaranya yakni:

a. wawancara

b. diskusi

c. ceramah

d. dan lainnya

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan

implikasi sebagai berikut:

1. Bahwa strategi komunikasi yang digunakan oleh

penyuluh agama dalam melakukan penyuluhan dapat

berpengaruh terhadap narapidana terorisme jika

dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.

2. Kualitas keahlian dalam berkomunikasi penyuluh

agama dapat menentukan berhasil atau tidaknya

penyuluh sebagai komunikator.

3. Program deradikalisasi walaupun belum berjalan

maksimal, namun mampu membuat narapidana mau

mengikuti program serta merubah sikapnya menjadi

moderat.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan kesimpulan

di atas maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut

dalam upaya deradikalisasi narapidana terorisme sebaiknya

para penyuluh agama memperhatikan kembali:

Page 125: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

109

1. dikembangkan kembali strategi-strategi yang lebih baik

dan persuasif untuk menumbuhkan rasa dan sikap

moderat dari narapidana terorisme tersebut.

2. Komunikasi yang dimiliki petugas atau pembina harus

ditingkatkan lagi guna memiliki hasil yang lebih optimal,

serta kondsi lapas yang mumpuni

3. Perlu adanya dukungan dari masyarakat ketika telah

terintegrasi dengan masyarakat dan turut memberikan

dukungan dan kepercayaan terhadap keahlian yang

dimiliki para napiter setelah berada di tengah-tengah

ingkungan masyarakat.

Page 126: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

110

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Jainuri, Zainuddin Maliki, Samsul Arifin,dkk. Terorisme dan

Fundamentalisme Agama, (Malang: Bayumedia

Publishing, 2003), h. 198-199.

Alinurdin, psikologi pendidikan (Universitas Pamulang: Jakarta)

hal. 48.

Arifin. M, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan

Agama,(Jakarta: PT. Golden Trayon Press,1982), h. 40.

Cangara. Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali

Press, 2005).

Djelantik, Sukawarsini. 2010, Terorisme Tinjauan Psiko-politis,

Peran Media, Kemiskinan, dan Keamanan Nasiona,

Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Djelantik. Sukawarsini, Terorisme Tinjauan Psiko-politis, Peran

Media, Kemiskinan, dan Keamanan Nasional, (Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010) h. 280.

Efendi, Onong Uchjana. 1992, Dinamika Komunikasi, Bandung:

Remaja Rosdakarya. Fajar. Marhaen, Ilmu Komunikasi teori & Praktik, (Yogyakarta: graha

ilmu, 2009), h, 57.

Febriyansah, Mochamad N, Lailatul Khodriah, Raka K. Wardana,

Upaya Deradikalisasi Narapidana Terorisme di

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Keung Pane

Semarang, Seminar Nasional Hukum Universitas

Negeri, Vol. 3 Nomor 1 Tahun 2017.

Fitriana, Saella. Upaya BNPT Dalam Melaksanakan Program

Deradikalisasi di Indonesia, Jurnal Internasional, Vol

2, Nomor 3 Tahun 2016.

Hamdan, Muh. Deradikalisasi Pelaku Tindak Pidana Terorisme

Di Indonesia, Tesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2015.

Hamdani dan Affifuddin, Bimbingan dan Penyuluhan.

(Bandung: Pustaka Setia, 2012).

Page 127: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

111

Handayani. Yeni, Peranan BNPT Dalam Penanggulangan

Terorisme, Media Pembinaan Hukum Nasional, 2016. Hendri. Ezi, Komunikasi Persuasif, (Remaja Rosdakarya: Bandung),

hal. 25

Hendro priyono, A.M. 2009, Terorisme Fundamentalis Kristen,

Yahudi, Islam, Jakarta: Kompas Media Nusantara.

http://nasional.tempo.co/read/1062388/lipi-ungkap-4-alasan --

mengapa-radikalisme-berkembang-di-indonesia.

diakses pada 30 Agustus 2019 pukul 16:00.

https://beritabaru.co/mahfud-md-sampaikan-indonesia-adalah-

laboratorium-pluralisme/ diakses Rabu, 19 Febuari

2020. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT diakses rabu, 5

februari 2020.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh2017. Fakultas Hukum,

Universitas Negeri Semarang. Hal. 96

https://kumparan.com/erucakra-garuda-nusantara/pergeseran-

orientasi-terorisme-di-indonesia-2000-2018 diakses

pada 30 September 2019. https://www.bnpt.go.id/pimpinan BNPT.

https://www.ilmudasar.com/2017/08Pengertian/radikalisme,

diunduh 10 September 2019.

Jalaludin Rahmat, Islam Dan Pluralisme : Akhlak Quran

Menyikapi Perbedaan, (Jakarta Serambi,2006), Cet

Ke-2, h.126.

Jurnal Kriminolog Indonesia, Vol. 7 No. 1 Mei 2010, hal 112.

Jurnal Of Integrasi Virginia Chintyasari, Hubungan Kompetensi

dengan peran penyuluh pertanian dalam

mengembalikan kejayaan lada putih di provinsi

Belitung, (Universitas Bangka Belitung: Bangka)

halaman, 57

Kamasa, Frassminggi . 2015, Terorisme Kebijakan Kontra

Terorisme Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kardima. A.M., Pengantar Ilmu Managemen, (Jakarta: PT.

Pronhalindo), h. 58. Khairul Umam dan H.A Achyar Aminudin, Bimbingan Dan

Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), h 76.

Page 128: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

112

library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00374-

MC%20Bab%202. pdf halaman 6-9 diunduh

pada 16 Juli 2021. Mareta. Josefhin, Rehabilitasi Dalam Upaya Deradikalisasi

Napiter, masalah-masalah hukum, jilid 47 no. 3,

Oktober 2018. 1 Mochamad N. Febriyansah, Raka

K. Wardana, Seminar Hukum Universitas Negeri

Semarang : Upaya Deradikalisasi Narapidana

Terorisme di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

Keung Pane Semarang, Vol 3 nomor 1 Tahun 2017

Modul Praktikum Makro Bimbingan dan Penyuluhan Islam

angkatan 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Modul LK 1 Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Cabang Ciputat,

hal. 97.

Moleong, Lexy. 2000, Metodelogi Penelitian Kualitatif,

Bandung: CV Remaja Rosdakarya.

Muhammad Fahmi Nur Cahya, Jurnal Fenomena

Anarkisme, pdf hal. 2-6 Nasution. Zulkarimein, Prinsip-prinsip Komunikasi Penyuluhan,

(Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, 1990) h. 7.

Nurmalita, Siti. Strategi Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (BNPT) Dalam Upaya Deradikalisasi

Pemahaman Agama Narapidana Terorisme di

Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang,

Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Pendidikan kewargaan (Civic Education), Demokrasi Hak

Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,

(Jakarta: Prenada Media Group) edisi ketiga.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1995),

cet. Ke- 1, h 283.

Qodir. Zuly, Radikalisme Agama Di Indonesia, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2014), h. 117.

Page 129: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

113

Rokmad, Abu. Pandangan Kiai Tentang Deradikalisasi Paham

Islam Radikal di Kota Semarang, Jurnal Analisa Vol

21 Nomor 01 Juni 2014. Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta press, 2007)

hlm.113-114.

Septian, Farid. Pelaksanaan Deradikalisasi Narapidana

Terotisme di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I

Cipinang, Jurnal Kriminolog Indonesia, Vol. 7 No.I

Mei 2010.

Siagian. Sondang, Analisa Serta Kebijaksanaan dan Strategi

Organisasi. (Jakarta: PT Gunung Agung , 1986), cet

ke-2, h.17.

Sihabuddin Noor, Penyuluh Untuk Umat Beragama Di Indonesia,

(Jakarta: Jurnal Suluh Bimbingan dan Penyuluhan

Islam, 2016). Jurnal ini menjelaskan tentang istilah

kepenyuluhan (extension) yang dikembangkan

pertama kali di Universitas Oxport dan Universitas

Cambrigde pada tahun 1850, dalam istilah

terminology bahasa Belanda disebut woorlichiting

(obor, ina) bermakna menerangi.

Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis

(Yogyakarta: BPFE, 1986) h. 9. Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta : Graha Ilmu,

2011), cet 1, hlm 5.

Sutrisno, Hadi. 2000, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi.

Tarmizi Taher, Eddy Kristityanto, Faranz Suseno, Sumartana,

Radikalisme Agama (Jakarta: PPIM IAIN Jakarta,

1998), xvii

Tarmizi Taher, Eddy, Kristityanto, Faranz Suseno, Sumartana,

Radikalisme Agama (Jakarta: PPIM IAIN Jakarta,

1998) hvii.

Uchjana Effendy. Onong, Kepemimpinan dan Komunikasi,

(Bandung: CV Mandar Maju, 1998), hal. 59.

Uchjana Effendy. Onong, Komunikasi:Teori dan Praktek,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 9.

Umam, Khairul. 1998, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung:

Pustaka Setia.

Page 130: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

114

Wawancara Penyuluh, dan Observasi Pusat Pengamanan

BNPT Lapas Bogor, Jawa Barat.

Lampiran

Catatan Lapangan

Nama

Peneliti

: Siti Nurhasanah

Tanggal : 20 Mei 2019

Kota : Sentul, Bogor Jawa Barat

Hari &

Jam

: Senin, & 11:53 WIB

Tempat : Desa. Sukahati Kecamatan. Citeurep Bogor, Jawa Barat

Kegiatan : Penelitian I

Teknik : Observasi

Deskripsi

Singkat

: Sekitar pukul 08:30 WIB hari senin tanggal 20 Mei 2019

ditemani Yanti Purnamasari mahasiswa akhir Bimbingan

dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis

bergegas pergi hendak melakukan observasi Lembaga

Pemasyarakatan Khusus Teroris di bilangan Sentul, Bogor

BNPT.

Hari itu adalah hari tepat umat muslim di Indonesia tengah

melakukan ibadah puasa bulan Ramadhan, cuaca pagi itu

cerah berawan serta keadaan lalu lintas dalam keadaan

ramai lancar. Lokasi kami saat itu berada di kawasan

Tangerang Selatan untuk menuju Bogor sebagai tujuan

utama, rute Sawangan Depok menjadi jalur alternative

seiring teman juga hendak melakukan observasi untuk

tempat penelitiannya yaitu rumah singgah di daerah Limo,

Page 131: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

115

Depok.

Kami sampai di Depok pukul 09.24 menit, kondisi di

sekitar rumah singgah terbilang sepi hanya terlihat

beberapa warga yang melintas di sekitaran rumah singgah

tersebut. Setelah dirasa cukup, kami lantas melanjutkan

perjalanan utama kami yaitu pusat pengamanan Lapas

Sentul, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

(BNPT) Citeurep, Bogor Jawa Barat.

Saat melanjutkan perjalanan menuju BNPT jalur yang

dipilih yaitu melewati rute Citayem, dan Cibinong hingga

akhirnya kami bisa berada di kawasan Citeurep, saat

diperjalanan dengan sengaja terlihat kantor pemerintahan

kabupaten Bogor. Jalanan raya cukup luas, banyak

angkutan umum yang beroperasi disana, serta kendaraan

truk beroda enam hingga delapan ramai berlalu lalang.

Saat beberapa kilometer lagi menuju BNPT, udara mulai

terasa pengap cuaca panas mulai terasa hingga menusuk

setiap pori kulit sawo matang penulis, diperkirakan siang

itu sekitar 35 derajat Celsius.

Setelah beberapa jam diperjalanan, penulis sampai di jl.

Pahlawan, dipertigaan tepat di kanan jalan, tak jauh dari

Masjid Jami Nurul Yakin penulis menemukan plang yang

menunjukan arah ke BNPT serta beberapa tukang ojek

pangkalan sedang beroperasi di kawasan tersebut, ternyata

setelah penulis amati, BNPT terletak tak jauh dari kantor

pusat pelatihan BNPB keduanya berlokasi di komplek jl.

Anyar.

Berbeda dengan kondisi jalanan sebelumnya, jl. Anyar

memiliki nuansa lebih tenang, udara lebih terasa dingin

dibanding kawasan Cibinong, dan Citayam yang tadi

penulis jelaskan, tak banyak kendaran yang lalu lalang

disana hanya beberapa pemuda dan pelajar yang terlihat

menggunakan motor, dan pemukiman warga yang tak

begitu padat, serta masyarakatnya pun hanya beberapa

yang nampak di lingkungan.

Ketika masuk lebih dalam di jl. Anyar penulis dihadapkan

dengan kondisi jalan aspal yang mulus tak banyak lobang,

Page 132: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

116

hanya saja kondisi alam yang mengakibatkan penulis harus

melewati beberapa tanjakan, dan turunan.

Hingga akhirnya penulis menemukan kantor BNPT penulis

langsung dihadapkan dengan tim pengamanan BNPT di

depan gerbang utama BNPT, kemudian setelah dijelaskan

maksud dan tujuan kepada salah satu pria dengan seragam

pengaman yang lengkap serta memiliki tinggi badan kira-

kira 169 cm memeriksa isi tas penulis berwarna perpaduan

biru terang, dan dongker yang isinya hanya amplop coklat

berisi surat perizinan wawancara untuk keperluan akademis

yaitu skripsi.

S etelah dirasa memenuhi standarnya penulis dipersilahkan

untuk masuk ke ruangan sekitar 3x2 meter di samping

gerbang utama BNPT, serta diarahkan untuk menulis

identitas diri di buku tamu yang disediakan pihak BNPT.

Ruangan itu dilengkapi meja dan kursi serta beberapa

furniture, dan satu pintu masuk menuju lingkungan BNPT.

Hari itu adalah hari pertama penulis melakukan observasi

langsung ke BNPT, petugas yang menerima kunjungan

bergender perempuan dengan tinggi badan sekitar 167 cm.

Melihat kondisi amplop surat, ia menyarankan untuk

menulis nama serta ditujukan kepada siapa agar surat

semakin jelas, setelah dirasa cukup penulis kembali

menemui teman, dan bergegas hendak kembali pulang ke

rumah.

Di lihat dari suasana lingkungan BNPT sendiri dipenuhi

pepohonan, serta aliran sungai jernih, lengkap dengan

bebatuan, ia terletak jauh dari pemukiman warga, jika

dilihat dari sudut pandang pemukiman warga, BNPT atau

Lapas Sentul berada di atas puncak gunung atau dataran

tinggi wilayah jl. Anyar Desa. Sukahati Citeurep.

Setelah mengambil dokumentasi berupa foto dalam jarak

200 meter dari gerbang awal tertulis Indonesia Peace and

Security Center yang masih dalam kawasan BNPT tepat di

jembatan aliran sungai penulis beristirahat sejenak sembari

memperhatikan lingkungan sekitar, serta melihat beberapa

pemuda/i Desa berlalu lalang melewati kawasan BNPT di

Page 133: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

117

jl. Anyar tersebut.

Setelah beberapa menit kami beristirahat, tiba kami

bergegas pulang serta melakukan sholat dhuhur pukul

13:30 WIB di Masjid Jami Nurul Yakin, suasana masjid

tersebut terbilang sepi terlihat beberapa orang tengah

melakukan sholat juga, rata-rata jama’ah masjid tersebut

adalah mereka yang sedang dalam perjalanan. Berbeda

dengan tempat sholat untuk laki-laki, terdapat tempat

khusus perempuan yaitu di bagian belakang, jika dilihat

dari luar tempat itu persis di bagian kiri bangunan utama

masjid.

Setelah masuk ruangan itu seperti bekas tempat wudhu,

didalamnya dilengkapi kipas angin serta kamar mandi dan

toilet lengkap dengan keran untuk jama’ah jika ingin

melakukan wudhu. Setelah selesai melaksanakan sholat

dhuhur, penulis kembali ke rumah dengan memilih rute

Cibubur sebagai jalur pulang.

Dokumen

Pendukung

: Jenis Filename

Audio Tidak ada

Foto Ada

Page 134: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

118

Dokumen Surat Keterangan Wawancara

Lainnya Surat Lembar Disposisi Kepala

Page 135: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

119

Nama Peneliti : Siti Nurhasanah

NO : 2

Tanggal : 10 September 2019

Kota : Tangerang Selatan

Hari & Jam : Selasa & 14:00 WIB

Tempat : Ruang Jurnal Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan

Keguruan, lantai 1

Kegiatan : Penelitian II

Teknik : Interview / Observasi

Deskripsi Singkat : Siang itu Selasa, 10 September 2019 ditemani Tiara

Imelia mahasiswa akhir Bimbingan dan Penyuluhan

Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta penulis melakukan

interview terkait tema yang diambil sebagai bahan

untuk melakukan penelitian. Bulan Agustus 2019

penulis melakukan komunikasi melalui media

chatting yaitu whatsapp kepada narasumber seorang

penyuluh bagian reedukasi program BNPT yakni

deradikalisasi untuk narapidana terorisme lapas

kelas I Cipinang dan Nusakambangan, interview ini

dimaksudkan sebagai data awal untuk penulis

dalam menyelesaikan penelitian.

Di ruang jurnal Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tepat

pukul 14:00 WIB Penulis melakukan interview

terkait program deradikalisasi BNPT terutama

tentang pemahaman keagamaan, dan kebangsaan

terhadap narapidana terorisme.

Dokumen

Pendukung

: Jenis Filename

Audio Johan Aristia Lesmana, M.Han

Foto Belum Ada

Dokumen Surat Keterangan Wawancara

Page 136: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

120

Lainnya

Nama Peneliti : Siti Nurhasanah

NO : 3

Tanggal : 09 April 2021

Kota : Tangerang Selatan

Hari & Jam : Jum’at & 16 :00 WIB

Tempat : Kantor Masjid Fatullah

Kegiatan : Penelitian III

Teknik : Interview / Observasi

Deskripsi Singkat : Sore itu tepat pukul 16:00 WIB penulis hendak

melakukan penelitian dengan kegiatan wawancara

salah seorang pembina rehabilitasi narapidana

terorisme bagian deradikalisasi BNPT yakni Dr.

Zuber, MA. Saat disambangi beliau ada di

kantornya di masjid Fatullah dengan tanpa ragu

penulis hendak menemuinya pada saat shalat

jama’ah telah selesai, ada banyak pertanyaan yang

saya tanyakan termasuk bagaimana proses

deradikalisasi atau proses pembinaan yang ia

lakukan terhadap napiter. Ia berkata bahwa lapas di

BNPT merupakan lapas khusus terdakwa terorisme.

Berikut wawancara penulis dengan narasumber :

Sudah berapa lama melakukan penyuluhan di lapas

bnpt ?

Sejak tahun 2015 jadi sekitar enam tahun, tapi kalu

deradikalisasi itu kita mulai sekitar 2017.

Kegiatan apa saja yang dilakukan bapak di bnpt

dalam dalam proses deradikalisasi ?

Kita memberikan materi, di mulai dari rehabilitasi

terus di kasih isi kemudian di coba untuk reedukasi

serta disosialisasikan kepada masyarakat,

resosialisasi dan dan reintegrasi. Rehab itu dia tidak

Page 137: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

121

lagi merasa paling benar dengan pemikiran dia yang

radikal, jadi dia tidak bisa menerima perbedaan.

Kalau dia sudah mau menerima perbedaan baru kita

isi, setelah itu reedukasi dan di sana lebih banyak

reedukasi,

Apa saja materi yang disampaikan oleh penyuluh ?

Ada empat yakni tentang pemahaman keagamaan,

kebangsaan dan wirausaha. Kemuadian ada juga

psikologi. Terkhusus wirausaha sengaja diberikan

untuk meningkatkan kemandirian agar setelah

keluar bebas dan sudah terintregasi dengan

masyarakat mereka sudah memiliki kemampuan

untuk bekerja sesuai keahlian , selebihnya

dilakukan untuk meningkatkan kepribadian para

napiter

Program bnt yakni deradikalisasi dinilai belum

efektif dan optimal, strategi apa yang dilakukan

bapak agar program ini berjalan efektif dan

optimal.?

Oh iya karena lapas khusus di bnpt itu tingkat

radikalnya paling rendah, kita memiliki empat

kategori. Ideolog, militant, simpatisan, dan . yang di

bina disana itu adalah level 3 dan 4 yakni

simatisan,ting

Jika bisa diukur tingkat radikal maka seberapa

radikalkah napiter di lapas sentul ?

Yaa… boleh jadi dia itu sebelumnya ideolog, tapi

dia sudah berubah, sudah mau bekerja sama jadi

tingkat radikalnya sudah rendah sudah mau

mengikuti perbedaan jadi tidak tergantung pada

tingkat kejahatannya, ada juga yang membunuh tai

dia udah mau berubah dan satu lagi. Karena teknis

dia yang masa tahanannya sisa maksimal dua tahun

Page 138: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

122

Metode apa yang bapak gunakan untuk proses

penyuluhan ?

Sama seperti metode kuliah yakni ceramah, diskusi

dan wawancara terhadap pribadi napiter, terkadang

dipersiapkan pointer serta ppt kita tayangkan

mereka juga baca kemudian ada evaluasi di akhir

kita Tanya apakah materi yang disampaikan itu bisa

dipahami atau belum terutama itu targetnya, di

awal-awal pendekatannya itu kita menggunakan

pendekatan kontra ideologi, hanya saja itu kurang

berhasil karena kalau kita kontra ideologinya dia

mencari pertahanan dan mencari cara untuk

menolak apa yang kita sampaikan misalnya:

Indonesia bukan Negara thogut, mereka tidak mau

menerima apa yang kita sampaikan jadi kita rubah

menjadi pendekatannya narasi alternative, tadi kan

kontra ideology sekarang kontra narasi, narasinya

aja yang kita banyakin narasinya banyak untuk

pemahaman yang berbeda tapi yang paling penting

sebenarnya materi pendekatan ini kita mencoba

untuk mengajarkan metode memahami al-qur’an

secara benar itu seperti apa, hadits bagaimana

memahami hadits dengan benar metodologinya yang

kita ajarkan,

Selain di dalam apakah bapak melakukan penyuluhan

juga di luar lapas yaitu kepada masyarakat luas guna

mecegah ideologi radikal?

Ada dua kategori di luar yakni di lapas khusus ada lagi

di dalam lapas itu di luar sana saya juga membina di

salemba kalau di luar lapas itu yang resosialisasi dan

reintegrasi kalo pencegahan lain lagi karena saya tidak

terlibat dalam program pencegahan yang dilakukan oleh

bnpt

Jadi hanya melakukan pembinaan deradikalisasi di

dalam lapas?

Page 139: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

123

Iya, tapi tetap melakukan kegiatan pencegahan bersama

mahasiswa juga, kuliah, dan di masjid.

Media yang digunakan ?

Media kuliah, di saat pandemic kita online juga

Dalam satu tahun berapakali kah kegiatan penyuluhan

itu?

Banyak, kita mengadakannya selama sekali seminggu.

Intensip tiap minggu.

Ada berapa napiter ?

Sekitar ada 15 orang.

Hukuman paling minim berapa lama pak?

Kurang lebih sekitar dua tahun

Moderasi lawan katanya ekstrimis.

Dokumen

Pendukung

: Jenis Filename

Audio Dr. Zubair Ahmad, MA

Foto Belum Ada

Dokumen Surat Keterangan Wawancara

Lainnya

Page 140: STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA

124

Biodata Narasumber

Nama : Johan Aristya Lesmana, M.Si

TTL : Bandung

Alamat : Bekasi

Riwayat Pendidikan :

Nama : Dr. Zubair Ahmad, M.A

TTL :

Alamat :

Riwayat Pendidikan :