strategi dakwah terapi quran i dalam ...etheses.iainponorogo.ac.id/9755/1/e-thesis walit...
TRANSCRIPT
STRATEGI DAKWAH TERAPI QURANI DALAM MENANAMKAN NILAI-
NILAI IMAN KEPADA PASIEN
(Studi Kasus Jam’iyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo)
SKRIPSI
Oleh :
Walit Nuril Anwarudin
NIM. 211016054
Pembimbing :
Muhammad Nurdin, M.Ag.
NIP. 197604132005011001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PEYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
2020
ii
ABSTRAK
Anwarudin, Walit Nuril. 2020. Strategi Dakwah Terapi Qurani DalamMenanamkan Nilai-Nilai Iman Kepada Pasien (Studi Kasus Jam’iyah RuqyahAswaja Batoro Katong Ponorogo) Skripsi. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran IslamFakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.Pembimbing Muhammad Nurdin, M.Ag.Kata kunci: Strategi, Dakwah, Terapi Qurani, Iman, Jam’iyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo.Diera sekarang banyaknya tantangan duniawi yang menggiurkan, dengan
banyaknya tantangan dan pilihan-pilihan yang sangat dilematis tidak sedikitmasyarakat yang lebih mementingkan kehidupan duniawi demi mencarikesejahteraannya tanpa memikirkan kehidupan dimasa yang akan datang (akhirat).Sehingga membuat Jam’iyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo membuatstrategi dakwah untuk menanamkan nilai-nilai Iman kepada khalayak.
Berdasarkan latar belakan tersebut, terdapat tiga poin utama permasalahanyang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) bagaimana perumusan Strategidakwah Jam’iyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo? (2) Bagaimanaimplementasi Strategi dakwah Jam’iyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo?(3) Bagaimana evaluasi strategi Dakwah Jam’iyah Ruqyah Aswaja Batoro KatongPonorogo?.
Penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan teori strategi Fred R.David. yaitu perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Selainitu juga menggunakan teori strategi dakwah Al-Bayanuni yakni strategi sentimental,rasional dan indrawi. Dengan menggunakan metode pengumpulan data melaluiobservasi, wawancara dan dokumentasi.
Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa strategi dakwah Jam’iyahRuqyah Aswaja Batoro Katong Ponorog menggunakan teori tersebut. Padapelaksanaanya Jam’iyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorog merumuskan visi,misi dan struktur organisasi, selain itu menarapkan program yang dibuatnya, yaitupembacaan Sholawat, Pembacaan Ratib, Mauidoh Hasanah, kemudianmengevaluasinya.
iii
iv
v
vi
vii
SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI
Yang bertanda di bawah ini:
Nama : Walit Nuril Anwarudin
NIM : 211016054
Fakultas : Ushuluddin Adab dan Dakwah
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Judul : Strategi Dakwah Terapi Qurani Dalam Menanamkan Nilai-Nilai
Iman Kepada Pasien (Studi Kasus Jam’iyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo)
Menyatakan bahwa naskah skripsi/thesis telah diperiksa dan disahkan oleh dosenpembimbing. Selanjutnya saya bersedia naskah tersebut dipublikasikan olehperpustakaan IAIN Ponorogo yang dapat diakses di etheses.iainponorogo.ac.id.Adapun isi dari keseluruhan tulisan tersebut, sepenuhya menjadi tanggung jawab daripenulis.
Demikian pernyataan saya untuk dapat dipergunakan semestinya.
Ponorogo, 28 Mei 2020
Walit Nuril Anwarudin
viii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Walit Nuril Anwarudin
NIM : 211016054
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas : Ushuluddin Adab dan Dawkwah
Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pemikiran orang lain yang saya akusi sebagai tulisan atau
pemikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan atau plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Ponorogo, 13 Maret 2020
Yang Membuat Pernyataan
Walit Nuril AnwarudinNIM. 211016054
ix
MOTO
بلغوا عنى ولو آیة“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai al-Dīn Allah merupakan manhaj al-bayat atau way
of life, acuan dan taat nilai kerangka kehidupan. Oleh karena itu, ketika
komunitas muslim berfungsi sebagai sebuah komunitas yang ditegakkan
diatas sendi-sendi moral iman, Islam dan takwa serta dapat direalisasikan
dan dipahami secara utuh dan padu merupakan suatu komunitas yang tidak
eksklusif karena bertindak sebagai “al Umma al-Wasatan” yaitu sebagai
teladan ditengah arus kehidupan yang serba kompleks, penuh dengan
dinamika perubahan, tantangan dan pilihan-pilihan yang sangat dilematis.1
Dengan banyaknya tantangan dan pilihan-pilihan yang sangat
dilematis inilah tidak sedikit masyarakat yang lebih mementingkan
kehidupan duniawi demi mencari kesejahteraannya tanpa memikirkan
kehidupan dimasa yang akan datang (akhirat). Sehingga menyebabkan
menurunnya minat masyarakat dalam memahami ajaran agama Islam, dan
pada akhirnya banyak masyarakat yang kurang memahami tentang nilai-
nilai Iman.
Dari permasalahan diatas dakwah memiliki peran yang sangat
penting sebagai usaha untuk memberikan pencerahan dan menyerukan
agama Islam. sesuai dengan tujuan dari dakwah itu sendiri, yakni untuk
membenahi akidah serta akhlak manusia sehingga senantiasa bertaqwa
1Munzir Saputra, Metode Dakwah (Jakarta: Fajar Interpermata Offset, 2003), 3.
2
kepada Allah SWT. Dengan tanpa rasa keraguan serta kemalasan
sedikitpun. Yang mana memang sudah menjadi kewajiban bagi setiap
muslim untuk melakukan dakwah, sesuai firman Allah SWT. Sesuai
dengan surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi :
ن س ح ا ي ه تى ال ب م له د ج و ة ن س الح ة ظ ع و م ال و ة م ك الح ب ك ب ر ل ي ب س لى ا ع اد
ن ي د ت ه م ال ب م ل ع ا و ه و ه ل ي ب س ن ع ل ض ن بم م ل ع ا و ه ك ب ر ن ا Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan
hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan merekadengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebihmengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebihmengetahui siapa yang dapat petunjuk.”2
Dengan kemajuan jaman di era saat ini berdakwah memiliki
banyak kemudahan-kemudahan yang bisa di gunakan untuk melakukan
aktivitas dakwah. Namun, tidak sedikit pula tantangan yang harus dihadapi
oleh seorang da’i agar dakwahnya bisa berhasil. Seorang da’i perlu
mempunyai metode (uslub) dan sasaran dakwah yang efektif, sehingga ia
dapat menyampaikan dakwahnya secara bijak dan arif.3
Metode dakwah yang bijak umumnya didasarkan pada hal-hal
berikut, memeriksa dan mendiaknosis pasien, kalau da’i diumpamakan
seorang dokter. 4 Salah satunya yakni dengan melalui kegiatan terapi
Qurani, dengan melalui terapi Quraniini seorang da’i bisa berdakwah
sekaligus menjadi tabib, karenaya melalui kegiatan terapiQurani ini
2Al-Qur’an dengan Terjemahnya dan Tafsir Singkat (Jakarta: Yayasan Wisma Damai,2006), 956.
3Hamidi, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah (Malang: UMM Pers, 2010), 13.4Ibid,13.
3
banyak orang yang berdatangan untuk mencari kesembuhan dari penyakit
yang dideritanya.
Salah satunya adalah Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo, dalam melakukan kegiatan terapi Qurani pasien yang datang
tidak hanya dari dalam kota saja yang mengikuti terapi Qurani ini, namun
masyarakat luar Ponorogo juga banyak yang hadir untuk mengikuti
kegiatan terapi Qurani ini. dengan demikian dengan mudah peruqyah bisa
mendapatkan mad’unya. Bahkan umat Nasrani pun juga pernah ada yang
mengikuti kegiatan ini.5
Dengan izin Allah SWT. berbagai penyakit bisa disembuhkan
degan terapiQurani ini, mulai dari penyakit medis, penyakit nonmedis
hingga penyakit psikis. Walaupun banyak alternatif pengobatan yang
menawarkan berbagai pengobatan penyakit, misalkan rumahsakit atau
klinik lainya. Namun, biasanya dalam pengobatan dirumahsakit atau
klinik, pasien atau keluarga sangat jarang sekali dianjurkan untuk
melakukan usaha dengan jalan lain selain dengan jalan medis. Bahkan juga
tidak ada dari pihak rumahsakit atau klinik yang memberikan motivasi,
siraman kerohanian (keagamaan) sebagai wujud dakwah kepada
pasiennya.
Terapi Qurani yang dilakukan oleh Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo, yakni melakukan pengobatan sekaligus
melakukan dakwah kepada pasiennya. Sehingga para pasien yang datang
5Wawancara dengan Colid Abasa Rifai, Wakil Ketua Jam’iyyah Ruqyah Aswaja BatoroKatong Ponorogo.
4
mengikuti terapi Qurani ini bisa berobat sekaligus mendapatkan
pengetahuan ilmu keIslaman, utamanya pemahaman tentang nilai-nilai
keimanan. Seperti penanaman pemahaman kepada pasien bahwasanya
semua penyakit bisa disembuhkan dengan Al-Qur’an atas izin Allah Swt..
Yang mana Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
benar-benar mendalami permasalahan-permasalahan yang ada pasienya,
tentunya dengan menggunakan strategi yang telah ditentukan sebelumya.
Dengan menggunakan strategi yang telah disusun inilah Jam’iyyah
Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo melakukan kegiatan terapi
Qurani sekaligus berdakwah.
Dari sinilah peneliti tertarik untuk membuat skripsi dengan judul
“STRATEGI DAKWAH TERAPI QURANI DALAM
MENANAMKAN NILAI-NILAI IMAN KEPADA PASIEN (Studi
Kasus Jam’iyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo)” Sehingga
dengan menyelesaikan skripsi ini dapat mengetahui strategi yang
dilakukan oleh Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo dalam
menenamkan nilai-nilai Islam kepada pasiennya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, peneliti mencoba merumuskan beberapa
masalah untuk landasan pembahasan serta penyusunan dalan skripsi ini.
adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut :
5
1. Bagaimana perumusan dakwah yang dilakukan oleh Jam’iyyah
Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogodalam menanamkan nilai-
nilai Islam?
2. Bagaimana implementasi dakwah Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo dalam menanamkan nilai-nilai Islam?
3. Bagaimana evaluasi dakwah Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo dalam menanamkan nilai-nilai Islam?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perumusan dakwah yang dilakukan oleh Jamiyah
Ruqyah Aswaja Ponorogo dalam menanamkan nilai-nilai Islam.
2. Untuk mengetahui implementsai dakwah Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo dalam menanamkan nilai-nilai Islam.
3. Untuk mengetahui evaluasi dakwah Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogodalam menanamkan nilai-nilai Islam.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah
keilmuan dalam bidang komunikasi dan dakwah Islam pada umumnya
dan strategi dakwah khususnya.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
pengetahuan kepada masyarakat mengenai strategi dakwah dalam
6
menanamkan nilai-nilai Islam. Selain itu, penelitian ini diharapkan
bisa menjadi bahan kajian yang bermanfaat bagi penelitian lainya.
Sekaligus bisa menjadi masukan bagi Jam’iyah Ruqyah Aswaja
Ponorogo.
E. Telaah Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini penulis sebelumnya mengkajian
terlebihdahulu hasil penelitian yang memiliki kemiripan dengan penelitian
yang akan peneliti tulis. Adapun penelitian tersebut antara lain :
Pertama, skripsi dengan judul “Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an
SebagiPengobatan : Studi Living Qur’an Praktik Ruqyah Oleh Jam’iyyah
Ruqyah Aswaja Tulung agung”6ditulis oleh Luthfiatul Ainiyah Mahasiswa
Jurusan Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir Institut Agama Islam Tulungagung
tahun 2019. Skripsi Luthfiatul Ainiyah fokus pada membahas penggunaan
ayat-ayat Al-Qur’an pada praktik ruqyah dari Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
(JRA) Tulungagung. Sedangkan dalam penelitian kedepan, peneliti lebih
fokus pada strategi dakwah yang dilakukan oleh Jam’iyyah Ruqyah
Aswaja Batoro Katong Ponorogo dengan menggunakan konsep strategi
menurut Fred R. Dafid dari tiga tahapan yang dipapakrkannya, yaitu
perumusan strategi, implementasi strategi, dan tahapan evaluasi strategi.
6Luthfiatul Ainiyah, “Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an Sebagai Pengobatan : Studi LivingQuq’an Praktik Ruqyah OLeh Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Tulungagung” (Tulungagung, Skripsi,IAIN Tulungagung, 2019).
7
Kedua, skripsi dengan judul “Terapi Ruqyah Sar’iyah Di Klinik
Griya Sehat Syafaat 99 Semarang”7yang ditulis oleh Fatimatul Mu’alifah
Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ushuludin Dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang tahun 2018.
Dimana dalam skripsi ini lebih menitikberatkan pada metode yang
digunakan serta gangguan yang dapat ditangani menggunakan metode
ruqyah yang ada di Klinik Griya Sehat Syafaat 99 Semarang. Sementara
itu penelitian kedepan akan lebih fokus pada strategi dakwah
yangdilakukan oleh Jam’iyah Ruqyah Aswaja Ponorogo.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan
pada quality atau hal terpenting suatu barang atau jasa. Hal terpenting
barang atau jasa yang berupa kejadian, fenomena dan gejala sosial
adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran
berharga bagi pengembangan konsep teori.8 Maka pada penelitian ini
peneliti akan mengamati dan menghubungkan melalui teknik
pengumpulan data wawancara, dokumentasi, observasi langsung pada
kegiatan Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo dalam
menanamkan nilai-nilai Islam.
7Fatimatul Mu’alifah, “Terpai Ruqyah Sar’iyah Di Klinik Griya Sehat Syafaat 99Semarang” (Semarang, Skripsi, UIN Walisongo, 2018).
8Ghony, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-Ruzza Media, 2012), 25.
8
2. Lokasi Penelitian
Pada penelitian kali ini bertempat di kabupaten Ponorogo,
lebih sepesifiknya berada ditempat kegiatan terapi Qurani yang di
adakan oleh Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo di
masjid NU Ponorogo.
3. Data dan Sumber Data
a. Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat
diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian.sedangkan
menurut Lofland bahwa sumber utama data dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. 9 Kata-kata atau tindakan
merupakan sumber data yang diperoleh dengan mengamati atau
mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan
informasi langsung dari Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung yang bisa
digunakan untuk melengkapi data utama yang didapat. Data
sekunder dari penelitian ini nantinya bersumber dari buku referensi
serja karya ilmiyah yang berkaitan dengan penelitian ini.
9Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Kosdakarya, 2009), 157.
9
c. Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data
dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data
primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak dari observasi
berperan serta (partisipan observation), wawancara mendalam
(independen interview) dan dokumentasi.10Sesuai dengan jenis data
yang tertera diatas, yakni data primer dan data sekunder maka
peneliti akan menggali data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Baik secara langsung ditempat penelitian maupun
dari sumber lain yang mendukung keabsahanya data penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang sangat
penting dalam penelitian, karenanya periset haruslah teliti agar data
yang dihasilkan valid.
a. Observasi
Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik
pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan
mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku,
kegiatan, benda-benda, waktu peristiwa, tujuan, dan perasaan. 11
Disini peneliti akan terjun langsung untuk mengamati semua
peristiwa yang terjadi pada kegiatan Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo.
10Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D (Bandung: Alvabeta, 2010), 225.11Ghony, Metodologi Penelitian Kualitatif, 165.
10
b. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatapmuka
antara sipenanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat
yang dinamakan panduan wawancara.12Dengan demikian peneliti
bisa menambah memperoleh data secara valid, selain dengan
metode observasi diatas. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan
wawancara tidak terstruktur, yakni pedoman wawancara yang
hanya memuat garis-garis besar pertanyaan yang akan diajukan
saja. Dengan informan pengurus yang ada di Jam’yyah Ruqyah
Aswaja Ponorogo, serta informan-informan terkait lainya.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan
data dari sumber data non insani, sumber ini terdiri dari
dokumentasi dan rekaman. 13 Peneliti juga menggunakan data
dokumentasi sebagai proses pengumpulan data pada penelitian kali
ini. sehingga peneliti benar benar memperoleh data yang valid,
untuk menyelesaikan penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data
Setelah peneliti mendapatkan data yang di butuhkan, maka
akan dilakukan analisis data menggunakan tiga tahapan menurut Miles
12 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 186.13Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigm Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainya (Bandung: PT. Remaja Rodakarya, 2023), 240.
11
dan Huberman, yakni reduksi data, data display dan penarikan
kesimpulan.14
G. Sistematika Pembahasan
Dalam skripsi ini sistematika pembahasan akan dibagi menjadi
lima bab, dimana antara bab satu dengan bab selanjutnya memiliki
hubungan pembahasan. Sehingga nantinya hasil dari penelitian ini dengan
mudah dapat dipahami, terarah, dan logis. Berikut gambaran bab dalam
sistematika pembahasan yang peneliti buat :
Bab I berisi tetang keseluruhan isi proposal yang akan di paparkan
dalam pembahasan di bab selanjutnya, meliputi : latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II berupa pembahasan mengenai kajian teori. Di antaranya
membahas kajian teori strategi, dakwah, Strategi Dakwah, penanaman
nilai-nilai Islam, dan ruqyah.
Bab III membahas mengenai gambaran umum Jam’iyyah Ruqyah
Aswaja Batoro Katong Ponorogo mulai dari sejarahnya, profil, visi dan
misi, struktur organisasi dan program Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo serta kegiatan yangdilakukannya.
Bab IV membahas tentang analisis strategi dakwah Jam’iyyah
Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo dalam menanamkan nilai-nilai
14Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan praktik (Jakarta: PT BumiAksara, 2013), 210.
12
Islam kepada pasien, dengan memaparkan bentuk kegiatan dari awal
perencanaan, implementasi, hingga evaluasi.
Bab V peneliti akan memberikan kesimpulan sebagai jawaban
umum dari pertanyaan yang ada di bab I, serta saran dari peneliti.
13
BAB II
Landasan Teori
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata
“stragos” atau “strategis” dengan kata jamak yang berarti jendral,
tapi dalam yunani kuno berarti perwira Negara dengan fungsi yang
luas. 1 Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan,
yaitu sebagai siasat untuk mengalahkan musuh.2 Dengan kata lain
strategi bisa diartikan sebagai rangkaian caraatau siasat untuk
menghadapi musuh saat peperangan.
Sedangkan menurut para tokoh strategi ditinjau dari segi
terminologi yaitu :
a. Strategi menurut Agus Hermawan Adalah serangkaian rencana
besar yang mengambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus
beroprasi untuk mencapai tujuanya.3
b. Argyris, Mintzbreg, steiner dan miner, strategi merupakan
respon terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan
ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang
dapat mempengaruhi organisasi.4
1Anwar Arifin, Strategi Komunikasi (Bandung: Armiko, 1989), 55.2Rafi’udin, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), 76.3Agus Hermawan, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Erlangga, 2012), 33.4 Rangkuti, Analisis SWOT Teknik membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep
Perencanaan Strategi untuk menghadapi Abad-21 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997),4.
14
c. Onong Uchjana Effendi, strategi adalah perencanaan dan
manajemen untuk mencapai tujuan, untuk mencapai tujuan
tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
menunjukkan taktik operasionalnya.5
d. Anwar Arifin, strategi adalah keseluruhan kesempatan
kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna
mencapai tujuan dalam merencanakan sebuah strategi dakwah,
keterampilan dan menentukan serta memanfaatkan ruang dan
waktu merupakan aspek yang penting demi terciptanya sebuah
tujuan.6
Dari pengertian tokoh diatas bisa di tarik kesimpulan
bahwasanya strategi adalah sekumpulan rencana suatu kegiatan
atau program yang disusun secara cermat sehingga memunculkan
keputusan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Tahapan-tahapan Stategi
Dalam penelitian ini menggunakan teori yang di
kemukakan oleh Fred R. David, yang mana dalam proses strategi
ada tahapan tahapan-tahapan yang harus ditempuh, tahapan tahapan
tersebut adalah :
a. Perumusan Strategi (Formulasi Strategi)
Formulasi strategi mencangkup pengembangan visi dan
misi, mengidentifikasi kesempatan dan ancaman
5Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Al-Amin Pers,1997), 19.
6Arifin, Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 227.
15
externalorganisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan
internal, menciptakan tujuan jangka panjang, memulai strategi
alternative, dan memilih strategi kuhsus untuk dicapai.
b. Implementasi Strategi
Implementasi sering disebut sebagai tahap aksi, yang
mana mencangkup pengembangan budaya suportif-strategi,
penciptaan struktur organisasi yang efektif, persiapan anggaran,
pengembangan, serta penggunaan system informasi. Sering kali,
sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen strategi,
implementasi strategi membutuhkan disiplin, komitmen dan
pengorbanan personal.
c. Evaluasi Strategi
Tahap akhir dari strategi adalah meninjau sejauh mana
kinerja yang telah dilakukan sehinga mampu untuk mengkoreksi
kekurangan dari rumusan strategi yang telah dibuat. Evaluasi
strategi adalah perbandingan antara hasil-hasil yang diperoleh
dengan tingkat pencapaian tujuan. Penilaian strategi sanat
diperlukan karena keberhasilan saat ini terkadang tidak selalu
berhasil dikemudian hari.7
7Fred R. David, Manajemen Strategik Konsep (Jakarta: Salamba Empat, 2002), 4–5.
16
B. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa “Da’wah” Berarti Panggilan,
seruan atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab
disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya adalah
berarti: memanggil, menyeru, atau mengajak (Da’a, Yad’u,
Da’watan).8
Sedangkan menurut para ahli dakwah adalah :
a. H.A. Malik (1986). Dakwah tidak hanya berarti tabligh.
Dakwah adalah segala usaha dan sikap yang bersifat
menumbuhkan keinginan dan kecintaan mematuhi Allah sampai
terciptanya masyarakat besar yang mematuhi Allah dan
mematuhi bimbingan Rosulillah.
b. H. Rusyid Hamka (1995). “Dakwah merupakan kegiatan
penyampaian petunjuk Allah kepada seseorang atau sekelompok
masyarakat, agar terjadi perubahan pengertian, pandangan
hidup, dan keyakinan, perbuatan, sikap, maupun, tata nilainya,
yang pada giliranya akan mengubah tatanan kemasyarakatan
dalam proses yang dinamik.”
8Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), 1.
17
c. M. Quraish Shihab (1995) (Dakwah adalah seruan atau ajakan
kepada keinsafan atau mengubah situasi yang lebih baik dan
sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.”9
d. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah
menyeru dalam kebaikan dan mencegah dari kemungkaran
adalah fardu yang diwajibkan kepada setiap muslim.10
Dari beberapa pengertian diatas bisa disimpulkan
bahwasanya dakwah adalah sebuah kegiatan yang mana mengajak
kepada hal-hal kebaikan baik secara lisan maupun tulisan kepada
khalayak atau individu dengan mempengaruhi supaya muncul
kesadaran bagi si mad’u sehingga dapat mengamalkan ajaran
agama islam dengan penuh penghayatan serta tanpa paksaan.
2. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah adalah segala sesuwatu yang akan
dicapai dalam suatu usaha, misalnya seorang yang mempelajari
ilmu pengetahuan agar supaya menjadi orang yang mengerti.
Begitu juga seorang da’i apakah perorangan atau kelompok/
organisasi, tentunya mempunyai suatu sasaran apa yang akan
dicapai atau mungkin dicapai dalam usaha dakwahnya.11
Adapun tujuan dakwah secara khusus dan operasional
dapat dibagi menjadi beberapa tujuan yakni :
9RB. Khotib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah (Jakarta: Amzah, 2007), 25–26.10Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, 2.11Hanafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), 140.
18
a. Mengajak umat islam untuk selalu mengingat dan bertakwa
kepada Allah SWT.
b. Membina mental agama islam bagi kaum mualaf. Memberikan
pencerahan bagi kaum mualaf sangat berbeda dengan kaum
yang sudah lama mengenal Islam. Maka dari itu untuk kaum
mualaf harus disesuaikan dengan porsinya.
c. Mengajak umat manusia yang belum beriman untuk beriman
kepada Allah SWT. karena pada dasarnya manusia diciptakan
untuk beribadah kepada Allah SWT. hanya saja perlu
pencerahan bagi mereka yang belum beriman kepada Allah
SWT.
d. Mendidik dan mengajarkan anak agar tidak menyimpang dari
fitrahnya.12
3. Unsur-unsur Dakwah
a. Subjek Dakwah
Subjek dakwah ialah orang yang melakukan dakwah,
yaitu orang yang berusaha mengubah situasi kepada situasi
yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT. baik
secara individu maupun berkelompok-kelompok, sekaligus
sebagai pemberi informasi dan pembawa misi.13Dengan kata
lain subjek dakwah adalah orang yang menyampaikan sebuah
12Moh. Ardani, Fikih Dakwah (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2006), 16–17.13Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, 104–105.
19
dakwahnya kepada mad’unya atau bisa disebut dengan
pendakwah (da’i).
b. Objek Dakwah
Yaitu setiap insan yang menjadi sasaran dakwah yang
di tuju oleh seorang da’i, atau bisa disebut dengan mad’u baik
dirisendiri maupun orang lain sesuai dengan sasaran yang
dituju oleh da’i itu sendiri.
c. Dasar Dakwah
Yaitu landasan-landasan yang mendasari munculnya
dakwah itu sendiri, sehingga kegiatan dakwah ini memiliki
arah yang jelas karena memiliki landasan-landasan yang jelas
pula.Dalam dasar dakwah itu sendiri ada dua macam dasar
yaitu pertama dasar keagamaan, meliputi Al-Qur’an, As
Sunnah dan Ijtihad. Yang kedua dasar kemasyarakatan/
kenegaraan, meliputi pancasila sebagai dasar Negara, UUD
1945, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara.14
d. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah segala pesan yang disampaikan
oleh subjek dakwah kepada objek dakwah yaitu keseluruhan
ajaran agama islam yang dibawakan oleh Rasullaullah SAW.
14Ibid 127.
20
Adapun pokok-pokok ajaran agama islam yang
dibawakan oleh Rasullaullah SAW mengandung tiga prinsip
yaitu:
1) Aqidah
Yaitu yang menyangkut sistem keimanan/
kepercayaan terhadap Allah SWT. dan ini menjadi
landasan yang fundamental dalam keseluruhan aktifitas
seorang muslim, baik yang menyangkut sikap mental
maupun sikap,tingkah lakunya, dan sifat-sifat yang
dimiliki.
2) Syariat
Yaitu serangkaian ajaran yang menyangkut
aktifitas manusia muslim didalam semua aspek
kehidupanya, mana yang boleh dilakukan dan mana yang
tidak boleh dilakukan, mana yang halal dan haram, mana
yang yang mubah dan sebagainya. Dan ini juga
menyangkut hubungan manusia dengan Allah SWT. dan
hubungan manusia dengan sesamanya.
3) Akhlaq
Yaitu menyangkut tata cara berhubungan baik
secara vertikal dengan Allah SWT. maupun secara
21
horizontal dengan sesama manusia dan seluruh makhluk-
makhluk Allah.15
e. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara yang digunakan oleh
subjek dakwah dalam melaksanakan dakwahnya, sehinga
dakwah yang dibawakan bisa tersampaikan dengan baik.
Merujuk dari QS. An-Nahl ayat 125 ada tiga macam metode
dakwah, yaitu :
1) Metode Bi Al- Ḥikmah
Dalam bahasa komunikasi sering disebut sebagai
frame of reference, field of reference, field of experience,
yaitu situasi total yang mempengaruhi sikap pihak
komunikan (objek dakwah). 16 Dengan kata lain yaitu
penyampaian dakwah degan bijak tanpa kekerasan
sehingga bisa tercipta suasana yang nyaman antara subjek
dakwah dengan objek dakwah.
2) Metode Al-Mau’idẓa Al-Hasanah
Yaitu bisa diartikan dalam penyampaian
dakwahnya mengandung unsur-unsur memberikan
bimbingan, pengajaran, pendidikan, kabar baik, kisah-
kisah, berita gembira, serta pesan-pesan yang positif
15Ibid 146.16Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Media Pratama, 1987), 37.
22
sehingga bisa menjalani kehidupan didunia dengan baik
dan benar.
3) Metode Ai-Mujadalah
Mujadalah adalah berdiskusi dengan cara yang
baik dari cara-cara berdiskusi yang sudah ada.17 Dengan
kata lain melakukan dakwah dengan diskusi-diskusi atau
tukar pendapat tanpa ada kondisi yang mengarah pada
permusuhan diatara kedua belah pihak.
f. Alat Dakwah
Alat dakwah ialah segala sesuatu yang membantu
terlaksananya kegiatan dakwah didalam mencapai tujuannya,
baik berupa benda (materi) maupun bukan benda (immateri).18
Adapun alat dakwah yang berupa benda seperti pengeras suara,
podium, slide dan sebagainya, jika dakwah disampaikan
menggunakan lisan. Sedangkan jika dakwah disampaikan
melalui tulisan maka alat yang diperlukan adalah alat tulis atau
percetakan.Sedangkan alat dakwah yang bukan benda seperti
bahasa arab sebagai bahasa Al-Qur’an, bahasa daerah, dan jika
diperlukan juga bisa menggunakan bahasa internasional.
g. Efek Dakwah
Dalam setiap aktifitas dakwah pasti akan menimbulkan
reaksi. Artinya, jika dakwah yang telah dilakukan oleh seorang
17Abdullah Syihata, Dakwah Islamiyah (Jakarta: CV Rovindo, 1986), 22.18Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, 176.
23
da’i dengan materi dakwah, media dakwah dan metode
dakwah. Maka akan timbul respon dan efek pada mad’u.19
C. Strategi Dakwah
Strategi dakwah adalah perencanaan dan penyerahan
kegiatan dan operasi dakwah yang disebut secara rasional untuk
mencapai tujuan-tujuan islam yang meliputi keseluruhan dimensi
kemanusiaan.20 Al-Bayanuni mendefinisikan strategi dakwah, yaitu
ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana dakwah yang
dirumuskan untuk kegiatan dakwah.21
Degan kata lain strategi dakwah adalah sebuah taktik atau
siasat yang digunakan oleh seorangda’i dalam sebuah aktifitas
dakwah sehingga dakwah yang disampaikan dapat mempengaruhi
mad’u untuk melakukan kebaikan secara sadar tanpa paksaan dari
pihak manapun.
Menurut Al-Bayanuni membagi strategi dakwah dalam tiga
kategori yaitu :
1. Strategi Sentimentil
Strategi sentimental adalah dakwah yang memfokuskan
aspek hati dan menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah.
Memberi mitra dakwah nasihat yang mengesankan, memanggil
dengan kelembutan, atau memberikan pelayanan yang
memuaskan merupakan beberapa metode yang dikembangkan
19M. Munir, Manajemen Dakwah (Jakarta: Rahmat Semesta, 2009), 34.20Acep Apriudin, Dakwah Antar Budaya (Bandung: PT. Rosdakarya, 2012), 119.21Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta: Prenadamedia, 2012), 351.
24
dari metode ini. metode-metode ini sesuai untuk mitra dakwah
yang di pinggirkan (marginal) dan dianggap lemah, seperti kaum
perempuan, anak-anak, orang miskin/ kesusahan, orang yang
masih awam, dan sebagainya. Contohnya ketika penceramah yang
memberikan Mauidoh Hasannah kepada orang yang rata-rata
memiliki kesusahan, alangkah baiknya penyampaian dakwahnya
berisi nasihat, ajaran dan ajakan dengan lemah lembut sehingga
menggerakkan hati, merasa tersentuh, dan membenarkan apa yang
disampaikan da’i.
2. Strategi Rasional
Strategi rasional adalah dakwah dengan beberapa
metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini
mendorong mitra dakwah untuk berfikir, merenungkan, dan
mengambil pelajaran. Penggunaan hukum logika, diskusi atau
penampilan contoh dan bukti sejarah merupakan beberapa metode
dari strategi rasional. Contohnya da’i menceritakan terkait sejarah
ketika kaum ‘Ad kaumnya nabi Luth yang dibinasakan Allah SWT
karena melakukan hal yang keji dan berdosa (homoseksual) serta
menentang dakwah yang disampaikan oleh nabi Luth, maka dari
cerita ini para Mad’uakan berfikir, hingga akhirnya dapat
membedakan mana yan haq dan mana yang bathil.
25
3. Strategi Indriawi
Strategi ini juga dapat disebut dengan strategi
ekperimen atau strategi ilmiyah, ia didefinisikan sebagai system
dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada
pancaindra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan
percobaan. Diantara metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah
praktik keagamaan, keteladanan, dan pentas drama.22
D. Menanamankan Nilai-nilai Iman
1. Menanamkan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, menanamkan
berasal dati kata tanam, menanamkan artinya menaruh (bibit,
benih, stek) didalam tanah supaya tumbuh, menyebarkan (paham,
ajaran, dsb); memasukkan, membankitkan, atau memelihara
(perasaan, cinta kasih, semangat).23
2. Nilai
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia nilai adalah
sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.24
Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan tentang apakah
pengalaman itu berarti atau tidak. Nilai merupakan sikap atau
22Ibid 351–53.23Pusat bahasa departemen pendidikan nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:
PT Balai Pustaka, 2003), 1197.241074.
26
perasaan terhadap hal-hal baik ataupun jahat, layak atu tidak layak,
hina atau mulia, penting atau tidak penting.25
Notonegoro membagi nilai dalam tiga macam yaitu :
a. Nilai Material
Nilai material meliputi berbagai konsepsi tentang
segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia. Misalnya
nilai tentang baik buruknya atau harga suatu benda diukur
dengan suatu takaran seperti uang, emas, atau benda berharga
lainya. Misalnya seperti pakaian, suatu pakaian bisa dinilai baik
buruknya dengan memperhatikan sisi coraknya, modelnya, atau
warnanya.
b. Nilai Vital
Nilai vital meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan
dengan segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam
menjalankan aktifitas. Suatu benda akan semakin berharga
nilainya jika memiliki daya guna yang baik. Misalnya seperti
air, didaerah lautan air tidak memiliki nilai karena air sudah
banyak disana, berbeda jika di daerah gurun pasir, air memiliki
nilai yang sangat besar.
c. Nilai Kerohanian
Yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan
dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kerohanian
25Elly M.Setiadi, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Kencana, 2011), 119.
27
manusia, seperti nilai kebenaran, keindahan, moral dan nilai
keagamaan.26
3. Iman
Iman adalah kepercayaan yan meresap kedalam hati dengan
penuh keyakinan, tidak bercampur syarak dan ragu, serta memberi
pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan
pemiliknya sehari-hari.27
Imam Abu Hanifah tentan pengertian iman, beliau berkata
bahwasanya iman itu iqrar (Pengakuan) dan tashdia (pembenaran),
dan kata beliau lagi, iman itu adalah iqrar dengan lisan dan tashdiq
dengan hati. Iqrar saja belum disebut iman. Bahkan beliau
mengemukakan bahwasanya iman itu tidak bertambah dan tidak pula
berkurang.28 Sedangkan menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah iman
yaitu diikrarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan
dengan anggota badan.
4. Penanaman Nilai-nilai Iman
Penanaman nilai-nilai Iman adalah kegiatan memberikan
pemahaman secara mendalam untuk memperkuat keyakinan gagasan-
gagasan pokok tentang ajaran agama Islam serta bagaimana
menjalankanya sesuai tuntutan ajaran agama Islam itu sendiri.
26Ibid 124–25.27Muhammad Chirzin, Konsep dan Hikmah Akidah islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1997), 13.28Muhammad Bin Abdurrahman al-Khumasi, Aqidah Empat Iman (Malang: PT. Megatama
Sofwa Perssindo, 2003), 26–27.
28
Ada enam aspek nilai-nilai iman atau bisa disebut juga
dengan kata rukun islam, diantaranya yaitu :
a. Iman kepada Allah SWT.
Iman kepada Allah SWT. adalah mengetahui dan
mempercayai dengan kepercayaan yang mantap, terhadap sifat-
sifat wajib bagi Allah SWT. sifat-sifat mustahil dan sifat-sifat jaiz-
Nya. Setiap hamba itu wajib meyakini secara global, dengan
keyakinan yang mantap, bahwa Allah SWT. itu memiliki sifat
sempurna yang sesuai dengan sifat ketuhanan dan mustahil bagi-
Nya segala sifat negative. Dan wenang bagi Allah SWT. membuat
segala sesuatu yang mungkin atau meniadakannya.29
Mengenal Allah SWT. dapat ditempuh melalui dua jalur.
Pertama, dengan menunaikan akal pikiran untuk memeriksa dan
memikirkan secara teliti apa yang diciptakan Allah SWT. kedua,
dengan mengerti Nama-nama dan sifat-sifat-Nya dalam Al-
Qur’an.30
b. Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah
Kita juga wajib beriman kepada malaikat-Malaikat
sebagai utusan Allah juga, dengan bentuk tersendiri (goib) dan
tugas-tugasnya yang khusus pula. Malaikat yang wajib diketahui
ada 10, walaupun Jumlah Malaikat itu sebenarnya banyak.31Para
29Sayid Husain Afandi, Khushunul Khamidiyah Ilmu Tauhid (Surabaya: Al-Hidayah, 1999),9.
30Chirzin, Konsep dan Hikmah Akidah islam, 23.31Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, 148.
29
malaikat berada di alam goib. Tidak bersifat materi, tapi sebagai
tabiatnya ia dapat menjelmakan kealam materi. Pengetahuan kita
tentang malaikat semata-mata berdasarkan Al-Qur’an dan
Keterangan-keterangan Nabi.32
c. Iman kepada Kitab-Kitab Allah
Allah SWT. menurunkan ajaran-ajaran kepada para
Rasul untuk setiap bangsa dan umat manusia sepanjang sejarah.
Diantara ajaran-ajaran-Nya itu ada yang dicatat dalam kitab dan
ada yang tidak dapat diketahui sama sekali. Yang pasti setiap Rasul
menerima risalah atau pelajaran yang disampaikan kepada
umatnya.33
Bahwa Allah SWT. memberikan kepada para Nabi/Rasul
pedoman ajaran, ada yang berbentuk lembaran-lembaran (Shuhuf)
dan ada yang disebut Kitab-Kitab. Kitab-Kitab yang wajib diimani
yaitu Kitab Zabur kepada Nabi Dawud, Kitab Taurat kepada Nabi
Musa, Kitab injil kepada Nabi Isa dan Kitab Al-Qur’an kepada
Nabi Muhammad SAW.34
d. Iman kepada Rasul-Rasul Allah
Allah mengutus beberapa nabi/Rasul sebagai orang
pilihan diantara satu kaum dan bangsa untuk menyampaikan
ajaran-ajaran Allah kepada mereka. Kadang-kadan Nabi/Rasul itu
32Chirzin, Konsep dan Hikmah Akidah islam, 57.33Ibid 71.34Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, 149.
30
khusus untuk satu kaum/ bangsa tertentu. 35 Para Rasul tidak
diketahui bilanganya, sebab Tuhan meman tidak menyebutkan
jumlah mereka secara pasti atau mengisahkan satu persatu dalam
kitabnya. Adapun yang tersebut nama-nama mereka dalam Al-
Qur’an 25 Orang.36
e. Iman kepada Hari Kiamat
Hari kiamat adalah akhir dari kehidupan, baik akhir
kehidupan seseorang yang disebut mati/kiamat sughro, atau akhir
dari kehidupan dunia/alam pada umumnya, yang disebut kiamat
kubro. 37 Gambaran hari akhir begitu dahsyat. Dahsyat sekali.
Segala sesuatu telah ditata sedemikian rupa; tahap-tahap
penghancuran langit dan bumi, penciptaan bumi dan langit yang
baru sebagai ajang persidangan semesta hingga masing-masing
orang mengetahui tempat yang layak berdasarkan keputusan
Mahkamah Maha Agung. Ini membuat kita mengerti dan
bertambah yakin bahwa bagi masing-masing orang sekedar apa
yang pernah ia usahakan dalam hidupnya.38
f. Iman kepada Takdir
Iman kepada takdir iyalah percaya bahwa Allah
membuat ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan undang-
35Ibid 149.36Chirzin, Konsep dan Hikmah Akidah islam, 88.37Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, 150.38Chirzin, Konsep dan Hikmah Akidah islam, 102.
31
undang untuk diterapkan untuk segala yang maujud ini.39 misalnya
dalam ajal, rezeki, bahagia, celaka, yang kesemuanya bersifat goib,
Cuma Allah saja yang Maha Tahu, sehingga setiap manusia harus
tetap berusaha/berbuat untuk mencapai takdir itu. Karena Allah
tidak merubah takdir, kecuali orang itu sendiri yang mungkin dapat
merubah takdirnya berdasarkan usaha-usahanya.40
Dengan kata lain bisa disebut dengan qada’ atau Allah
menciptakan segala sesuatu, sesuai dengan ilmu dan ketentua-Nya
di zaman azali serta qadar atau ketentuan Allah SWT. pada zaman
azali terhadap semua makhluk yang akan diwujudkanya dalam
batas-batas itu, berupa baik, buruk, manfaat, madharat dan
sebagainya. Maksudnya Allah telah mengetahui sifat-sifat makhluk
sebelum diciptakanya.41
E. Ruqyah
1. Pengertian Ruqyah
Ruqyah secara etimolog : ar-Ruqyah bentuk jamaknya Ar-
Ruqaa artinya jampi, mantra, suwuk, rapalan. Terkadang bermakna
‘Azimah (jimat), dalam lisanul Arob Ruqyah didefinisikan sebagai
jampi jampi yang baik, Al-Fairuz Abadi berkata : “yang dimaksud
‘azimah-‘azimah adalah ruqyah-ruqyah”.42
39Ibid 106.40Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, 150.41Husain Afandi, Khushunul Khamidiyah Ilmu Tauhid, 125.42 ’Allama ’Alaudin Shidiqi, Panduan Ringkas Jam’iyyah Ruqyah Aswaja (Jombang:
Ponpes Suanan Kalijaga, 2018), 1.
32
Secara istilah yakni doa dan perlindungan (penjagaan)
dengan membaca Ayat-ayar Al-Qur’an al-Karim, nama-nama Allah
dan sifat-sifat-Nya, disamping doa-doa syar’i yang menggunakan
bahasa Arab atau selain bahasa Arab yang diketahui maknanya,
disertai hembusan nafas, untuk menghilangkan penderitaan,
penyakit atau untuk semua hajat.43
Sedangkan menurut para ‘alim definisi ruqyah sebaggai
berikut, Imam Ibn al-Mandzur mengatakan ruqyah : do’a
perlindungan, jamaknya ruqaa. Kita katakan : aku meminta
ruqyahnya dan ia meruqyahku ia disebut raqi … dikatakan :
peruqyah meruqyah dengan suatu jampi artinya adalah ia meminta
perlindungan dan menghembuskan nafas dalam do’anya.44
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan ruqyah
adalah ucapan/ kalimat-kalimat yang dibacakan untuk kesembuhan
segala macam ganguan atau penyakit. Dan Iman Ath-Thibi
mengatakan ruqyah adalah doa apapun yang dibacakan untuk
kesembuhan.45
Serta Al-Hafidz Ibnu Atsir mengatakan ruqyah adalah
perlindungan yang dibacakan kepada orang yang tertimpa penyakit
seperti demam, kesurupan dan penyakit lainya.46
43Ibid 1.44Ibid 1.45Ibid 2.46Ibid 1–2.
33
Dengan demikian bisa ditarik kesimpulan, ruqyah adalah
doa yang dibacakan kepada Allah SWT. yang mengandung
permintaan tolong serta perlindungan untuk mencegah maupun
mengangkat penyakit dari dalam tubuh, meskipun terkadang juga
disertai dengan tiupan setelah membaca doa.
2. Hukum Meruqyah
Imam Al-hafidz Ibnu Hajar Al Asqolani (Ulama’
Bermadzhab al-Asy’ari) berpendapat bahwa hukum ruqyah itu di
tafṣīl(dirinci), yakni :
a. Jika menggunakan Al-Qur’an atau Asmaul Husna atau dengan
sifat-sifat-Nya maka hal ini hukumnya Jaiz-Mustaḥab
(Mustaḥab artinya di anjurkan sedang dalam bahasa fiqih yang
dimaksud mustaḥab adalah sunnah).
b. Jika menggunakan dzikir yang ma’tsur (sohoh-hasan-dhaif asal
bukan maudu’) maka hukumnya seperti yang pertama (Jaiz-
Mustaḥab).
c. Jika menggunakan dzikir yang ghoiru ma’tsur namun tidak
menyalai yang ma’tsur maka hukumnya Jaiz-GhoiruMustaḥab
(boleh namun tidak dianjurkan) contoh menggunakan bahasa
jawa, atau doa dari Imam Syafi’i yang digunakan untuk doa
rumah yang terindikasi terkena sihir.
d. Jika menggunakan bahasa arab yang tidak dipahami maka
hukumnya makruh, (contoh perkataan simsalabim abakadabra).
34
e. Jika menggunakan nama-nama selain nama Allah yang maha
Agung, semisal menggunakan nama malaikat atau bangsa jin
yang muslim misalkan As-Sulab, Dasim maka hukumnya
haram.47
3. Kaidah-kaidah Berobat dalam Islam
Ada lima kaidah berobat dalam islam diantaranya yaitu:
a. Al-Qur’an sebagai syifa’ (obat) bagi setiap muslim.
b. Al-Qur’an obat pertama dan utama untuk makhluk yang sakit,
bukan pengobatan alternatif.
c. Kesembuhan adalah hak prerogratif Allah SWT. semata dan
manusia diperintahkan untuk berobat.
d. Semua penyakit berasal dari kesalahan manusia agar manusia
mau kembali kepada Allah sebagai maha penyembuh.
e. Taubat sebagai sarana dalam melemahkan setan dan bala
tentaranya.48
4. Penyakit Yang Dapat Disembuhkan Melalui Ruqyah
Dalam pengobatan melalui Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo ini ada tiga katagori penyakit sekaligus
bisa disembuhkan atas izin Allh SWT. diantaranya yaitu penyakit
medis, penyakit non medis dan penyakit psikis.
47 Ibid 6–7.48 Ibid 7.
35
a. Penyakit Medis
Penyakit medis adalah penyakit yang dapat diketahui
melalui diaknosis secara ilmiah atau kedokteran. Contohnya
adalah ketika seseorang mengalami alergi maka dapat
didiagnosa secara langsung seperti timbulnya bentol-bentol gatal
pada bagian kulit penderita.
b. Penyakit Non Medis
Menurut Syeikh Abdul Azhim memaparkan penyakit
non medis adalah suatu penyakit tidak dapat dideteksi atau
diketahui melalui diagnosis dengan sarana catatan denyut otak
listrik. Penyakit ini dapat diketahui dengan cara melihat
perubahan kehidupan orang yang terkena gangguan jin atau
setan. Umpamanya susah tidur, sering berludah, tidak mau taat
kepada Allah SWT. berpaling dari Al-Qur’an, dan merasa
kesakitan sewaktu mendengar ayat-ayat yang berkaitan dengan
janji dan acaman.49
c. Penyakit Psikis
Penyakit psikis yaitu gangguan pada kejiwaan
seseorang yang diakibatkan oleh beberapa faktor sehingga
kondisi kejiwaan seseorang tidak seimbang, contohnya akibat
trauma dengan suatu hal tertentu.
49 Abdul Azhim, Bebas Penyakit dengan Ruqyah dari Gangguan Kesehatan HinggaGangguan Jin (Tangerang: QultumMedia, 2006), 47.
36
BAB III
JAM’IYYAH RUQYAH ASWAJA BATOROKATONG
PONOROGO
A. Sejarah Berdirinya Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo
Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo berdiri sejak
awal bulan februari 2017, berawal dari delapan orang yang diutus dari
Pimpinan Cabang Rijalul Ansor Ponorogo untuk mengikuti pelatihan
praktisi ruqyah yang dilaksanakan di Kabupaten Jombang, tepatnya pada
tanggal 02 februari 2017. Selang waktu satu bulan para praktisi Ponorogo
yang jumlahnya delapan orang ini, lalu mengadakan pelatihan praktisi
ruqyah di Ma’had IAIN Ponorogo, dengan langsung mendatangkan
pemateri dari pusat. Dari pelatihan yang dilakukan ini sudah lumayan
banyak peserta yang mengikutinya yaitu sejumlah 200 peserta. Namun,
peserta yang mengikuti pelatihan ini, belum tersebar di seluruh kecamatan
yang ada di Ponorogo, melainkan juga banyak peserta yang berasal dari
luar Ponorogo. Seperti dari Madiun, Pacitan serta kabupaten disekitar
Ponorogo lainya.
Setelah pelatihan yang pertama mulailah para praktisi rukyah
yang ada di Ponorogo (yang berada dibawah naungan Jam’iyyah Ruqyah
Aswaja) selanjutnya menyusun kepengurusan dengan memilih KH.
Khoirul Fata sebagai ketuanya. Dengan membuat nama identitas
37
Kabupaten/ Cabang dengan sebutan Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo. Selain itu, selang kurang dari satutahun paska pelatihan
yang pertama Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
melakukan pelatiahan yang kedua kalinya di Pondok Pesantren Kyai
Syamsudin Durisawo Ponorogo. Dengan jumlah peserta duaratusan dan
sudah tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Ponorogo, dari sinilah
hingga sekarang Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
dapat berkembang secara pesat.
Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo pertama kali
melakukan ruqyah massal di Masjid Kampus Institut Agama Islam Sunan
Giri (INSURI) Ponorogo, selain itu Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong melakukan ruqyah massal dengan menikuti dirutinan Majelis
Dzikir dan Sholawat Pimpinan Cabang Rijalul Ansor Ponorogo. Lambat
laun Jam’iiyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo membuat
kegiatan rutian sendiri. Yakni selapanan atau setiap tiga puluh lima hari
sekali pada hari jumatlegi yang bertempat di Masjid NU Ponorogo.1
B. Visi, Misi dan Tujuan Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo
Setelah membentuk susunan kepengurusan Jam’iyyah Ruqyah
Aswaja Batoro Katong Ponorogo menentukan visi dan misi serta tujuan,
sehingga dengan adanya visi dan misi serta tujuan ini, Jam’iyyah Ruqyah
Aswaja Batoro Katong Ponorogo akan bisa lebih terarah dan lebih mudah
1Wawancara dengan KH. Khoirul Fata, Ketua Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro KatongPonorogo.
38
dalam pergerakan kedepanya. Selain itu, degan adanya visi dan misi serta
tujuan ini Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo juga bisa
menjadikan tulak ukur seberapa jauh pencapaian yang telah dicapai dari
awal pembentukan kepengurusan hingga detik ini. berikut visi, misi dan
tujuan Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo :
1. Visi
“Terlaksananya Dakwah Al-Qur’an Bir-Ruqyah yang Rahmatal
Lil’alamīn”.
2. Misi
a. Mengadakan ruqyah massal secara rutin.
b. Mengadakan kajian Islam ala Aswaja An-nahdiyah secara berkala.
c. Meningkatkan sumberdaya manusia dengan melaksanakan
pelatihan, praktik dan pembinaan secara rutin.
d. Menghidupkan sunnah Rasul Bir-Ruqyah dan Attibbu Annabawy.
e. Mengadakan kegiatan bakti sosial, meliputi :
1) Santunan dhuafa dan anak yatim.
2) Terapi kesehatan.
f. Menjadikan JRA sebagai motor penggerak amaliyah aswaja An-
nahdliyah.
3. Tujuan
a. Mensyiarkan agama Islam dalam bidang pengobatan melalui
kegiatan ruqyah.
40
C. Struktur Kepengurusan Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo
Dalam penyusunan kepenurusan, Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo memperhatikan banyak aspek yang yang
dipertimbangkan. Yaitu dengan memperhatikan latar belakang pendidikan
dari calon kepengurusanya. Latar belakang disini dimaksudkan adalah
pendidikan yang pernah ditempuh selama belajar. Jam’iyyah Ruqyah
Aswaja Batoro Katong Ponorogo mengedepankan mereka yang pernah
belajar menuntut ilmu di Pondok Pesantren. Karena selain gerakan
pengobatan Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo juga
merupakan gerakan dakwah, sehingga para praktisi diharuskan bisa
melaksanakan dakwah kepada pasien yang ditanganinya.
Selain hal tersebut, Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo juga memilih orang yang memang memiliki skil sesuai
bidangnya. Yang mana memang sebelumnya mereka sudah diberikan
pelatihan khusus sesuai bidangnya masing-masing. Sehingga dalam
pelaksanaan pengobatan bisa dilaksanakan dengan cekatan serta sesuai
dengan prosedur yang ada.
Walaupun demikian, Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo tidak kesulitan untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi
pengurus serta para praktisinya. Karena mereka yang pernah mengikuti
pelatihan ruqyah sudah memiliki latar belakang pendidikan sesuai yang
diharapkan oleh Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
41
Ponorogosendiri. Yakni dari mereka yang pernah mengikuti pelatihan
kebanyakan mereka lulusan dari pesantren, selain itu tidak sedikit dari
mereka juga ada yang Hafidz dan mereka juga ditokohkan di tempat
tinggalnya.
Pada akhirnya Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
dapat melaksanakan dakwah dan pengobatan secara selaras, dengan
harapan para pasien bisa disembuhkan serta memikiki rasa keimanan yang
lebih mantab didalah hatinya. Sehingga para pasien pun juga tetap
melaksanakan syariat islam dengan penuh rasa tenang serta tanpa paksaan
atau bukan karena siapa-siapa melainkan karena keikhlasan serta
kesadaran yang tumbuh dalam dirinya sendiri.
Berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Pusat Jam’iyah Ruqyah
Aswaja nomor 031/99/A.1/SK/VII/2018 berikut susunan kepengurusan
Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo :
Pembina : KH. Anshor M. Rusydi
K. Bahtiar Harmi
KH.Muh. Muhsin
Ketua : KH. Khoirul Fata
Wakil Ketua : Ust. Cholid Abas Rifai
Sekretaris : Ust. Muh. Busro
Wakil Sekretaris : Ust. Moh Solihin
Bendahara : Ust. Mukhtar Abadi
Wakil Bendahara :-
42
Divisi-Divisi :
1. Divisi Ruqyah
a. Ust. Hainur Rofiq
b. Ust. Ahmad Khabibullah
c. Ust. M. Hasan Zakaria
d. Ust. Mukhlis Kurniawan
2. Divisi Tibbun Nabawi (Bekam, Gurah,
dan Herbal)
a. KH. Muh. Jamil
b. Ust. Edi Sarwanto
c. Ust. Ali Sukron
d. Ust. Zainal
e. Ust. Khoirul Hasanudin
3. Divisi Dana dan Usaha
a. Ust. Achsani Takwim
b. Ust. Novitri Hartanto
c. Ust. Sugiono
4. Divisi Hukum dan Advokasi
a. Ust. Rokhimanto
b. Ust. Agus pamuji
D. Program Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
Kegiatan Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong merupakan
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam disebuah majlis yang mana
43
seluruh rangkaian keriatan tersebut sudah direncanakan sedemikian rupa
oleh tim Jam’iyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo. Dalam
pelaksanaanya ada tiga tahap program yang dimilikinya, yaitu :
1. Program Sosialisasi Penadaan Ruqyah Massal
Dalam keiatan sosialisai ada dua cara yang digunakan oleh
Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo menggunakan
berbagai cara yang di tempuh, yaitu :
a. Media Sosial
Untuk kegiatan sosialisasi terkait pengadaan kegiatan
ruqyah massal, Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo memanfaatkan media sosial sebagai media penyebaran
informasi. Dengan menggunakan media informasi ini, tak lain
kerena disaat ini setiap orang dalam keseharianya taklepas dari
yang namanya media sosial. Sehingga Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo memilih untuk menggunakan media
sosial ini.2 Media sosial yang digunakan oleh Jam’iyah Ruqyah
Aswaja Batoro Katong ponorogo yaitu akun Facebook,akun
Instagram dan Youtube.
Dalam akun Facebook Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo banyak memuat informasi-informasi
berkatitan dengan pelaksanaan ruqyah masal. Selain itu, juga
membagikan seluruh keiatan apa saja yang dilakukan oleh
2 Wawancara dengan Cholid Abasa Rifai, Wakil Ketua Jam’iyyah Ruqyah Aswaja BatoroKatong Ponorogo.
44
Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo, baik berupa
image maupun bweupa audio visual. bahkan terkadang akun
Facebook Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
juga membagikan kajian-kajian dakwah, sehinga selain memuat
penumuman terkait pelaksanaan ruqyah masal dan dokumentasi
seluruh kegiatan Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo, akun Facebook Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo digunakan sebagai media dakwah.
Didalam akun IstagramJam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo isinya hampir sama dengan akun
Facebooknya, yakni didalam akun Istagram Jam’iyyah Ruqyah
Aswaja Batoro Katong Ponorogo hanya berisi informasi-informasi
pelaksanaan kegiatan dan dokumentasi pelaksanaan ruqyah masal
saja, dan didominasi dalam bentuk image. sedangkan akun Youtube
Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo berisi
dokumentasi pelaksanaan keiatan Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo berupa video .
b. Link
Jam’iyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong memiliki
banyak link yang bisa dijangkau apalagi Jamiyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo ini sudah masuk dalam sayapnya
Lembaga Dakwah Nahdatul Ulama’, sehingga untuk mengadakan
kegiatan ruqyah ini bisa bekerjasama dengan Badan Otonom yang
45
ada di naungan NU. Seperti halnya bekerjasama dengan Muslimat
NU, GP. Ansor, Fatayat NU dan Badan Otonom lainya serta
lembaga-lembaga dibawah naungan NU.
Dalam menjalin kerjasama dengan Badan Otonom
Serta Lembaga-lembaga NU, Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo tidak terlalu kesulitan untuk mengadakan
kegiatanya. Karena ketika sudah menjalin kerjasama dengan Badan
Otonom Serta Lembaga-lembaga NU Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo hanya tinggal menjalankan apa yang
menjadi kerangka kegiatan yang sebelumnya sudah dirangcang.
Dengan demikian cukup mudah bagi Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo untuk melakukan dakwahnya.
Selain itu para pengurus Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo juga mempunyai teman yang berada
diberbagai instansi, sehingga juga mempermudah Jam’iyyah
Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogountuk melakukan
pergerakan dakwahnya. Seperti yang pernah menadakan di kampus
Insuri Ponorogo, SMK Muhammadiyah 2 Ponorogo, MtsN 1 Jetis,
SMK Sunan kalijogo, Forum Komunikasai Pencak silat dan Bela
diri (FKPSB) Kecamatan Kauman dan sebagainya.3
3 Ibid.
46
2. Program Religious
Kegiatan yang dilakukan oleh Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo memiliki banyak rangkaian kegiatan bukan
hanya pengobatan saja. sebelum prosesi ruqyah dilakukan Jam’iyyah
Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo melakukan kegiatan-
kegiatan yang bertujuan memupuk rasa keimanan didalam diri pasien
yang hadir untuk mengikuti terapi qurani ini. adapun kegiatan-
kegiatan tersebut yaitu :
a. Pembacaan Sholawat Al-Banjari
Kegiatan yang terlebih dahulu dilakukan yaitu pembacaan
Sholawat Al-Banjari, Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo sudah menyiapkan groub Sholawat untuk mengiringi
serta membacakan Sholawat-sholawat Nabi. personilnya sendiri
juga ada yang dari praktisi sendiri, seperti vokalnya dan tak jarang
penabuhnya juga ada praktisi yang turut memainkannya. Tak
jarang selain sholawat Nabi, juga diselingi lagu berbahasa jawa
dan Indonesia yang memiliki syair yang menyejukkan serta
menyentuh hati.4
Alat-alat yang dipakai pun cukup sederhana dengan
mengggunakan empat alat banjari dan satu bas tangan, Jam’iyyah
Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo mencoba menyajikan
iringan musik yang simple namun enak didengar. Dengan
4 Ibid
47
kombinasi rumus-rumus pukulan yang sudah baik, hasil lantunan
musik dapat keluar denan indah. Apalagi vocal yang melantunkan
sholawat memang sudah ahli dibidangnya, sehingga sholawat yang
divawakan oleh grub Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo dapat diterima serta dihayati para jamaah atau pasien
yang datang.5
Membaca sholawat nabi sejatinya sudah menjadi rutinitas
warga nahdliyin pada umumnya, karena dengan membaca
sholawat nabi bisa menumbuhkan rasa cinta seseorang kepada
Rasullaullah SAW. Selain itu dengan membaca sholawat nabi
diharapkan dapat memupuk jiwa seseorang agar selalu meneladani
sikap dan perbuatan Beliau. Disisi lain memang bersholawat juga
sudah diperintahkan oleh Allah SWT.6 dalam Firman-Nya, bahkan
takhanya memerintahkan kepada seluruh makhluqnya untuk
bersholawat kepada nabi SAW. Tetapi Allahpun juga bersolawat
atas Nabi SAW.
b. Pembacaan Ratib
Ratib merupakan kumpulan ayat suci Al-Qur’an, do’a-do’a
dan dzikir yang dibaca secara rutin (rutin setelah solat lima waktu,
rutin sehari sekali, rutin seminggu sekali, dan seterusnya). Dalam
hal ini memang para praktisi selalu membaca ratib secara rutin,
5 Observasi saat Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo mengadakan kegiatanTerapi Qur’ani.
6 Wawancara dengan Cholid Abasa Rifai, Wakil Ketua Jam’iyyah Ruqyah Aswaja BatoroKatong Ponorogo.
48
yang mana dengan diadakannya pembacaan rutin bersamaan
dengan agenda ruqyah masal diharapkan para pasien yang ikut
rukyah juga bisa mengikuti membaca ratib ini dengan harapan ada
kelanjutan agar para pasien juga ikut rutin membaca ratib ini.
karena dengan membaca ratib ini banyak manfaat yang bisa
diperoleh, selain mendapat pahala tentunya juga ketentraman
dalam jiwa serta masih banyak manfaat lainya.7
Kegiatan ini dilakukan dengan dipimpin satu orang sebagai
imam dan jamaah atau pasien lainya mengikutinya, yang mana
sebelum pembacaan Ratib para pasien diberikan buku yang berisi
bacaan Ratib. Biasanaya Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo sudah menyiapkan imam khusus untuk
memimpin pembaca Ratib ini, tak hanya satu orang yang
disiapkan secara khusus untuk memimpin membaca Ratib, namun
banyak anggota praktisi yang juga sudah mumpuni untuk menjadi
imam Ratib.
Karena latar belakang mayoritas yang menjadi praktisi
adalah lulusan dari Pondok Pesantren, selain itu para praktisi
sendiri juga sering mengamalkan membaca ratib ini. Maka ketika
orang yang ditugaskan sebagai imam Ratib tidak bisa hadir maka
para praktisi yang lain bisa untuk menggantikanya. Sehingga tidak
sulit untuk mencari pengganti imam Ratib ini.
7 Ibid.
49
c. Mauidoh Hasanah
Mauidoh hasanah suatu kegiatan yang isinya mengarah
pada pendidikan, bimbingan, wasiat, kisah-kisah, serta peringatan
yang dapat dijadikan petunjuk sehingga bisa membawa
kemaslahatan bagi para manusia utamanya sebagai pedoman
dalam memperoleh ketaatan kepada Allah SWT. dan pada
akhirnya mendapat keselamatan baik didunia maupun diakhirat.
Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
mendatangkan da’i yang memiliki kemampuan dibidangnya,
karena Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
mendatangkan langsung para prngasuh Pondok Pesantren yang
ada di Ponorogo dan sekitarnya. Selain itu, Jam’iyyah Ruqyah
Aswaja Batoro Katong Ponorogo juga mendatangkan lansung para
da’i yang memang keiatan beliau adalah berdakwah. Sehingga
tidak diragukan lagi akan keilmuan serta kemampuannya dalam
berdakwah.8
Dalam Mauidoh Hasannah ini da’i sering kali
menyampaikan tentang pemahaman terkait rasa syukur, sehingga
para pasien bisa lebih bersyukur dan mengurangi mengeluh
kepada kondisi yang sedang dialami. da’i juga menyampaikan
agar para pasien senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT serta
percaya akan apa yang di berikan oleh Allah SWT semuanya
8 Ibid.
50
memiliki hikmah masing-masing. Sehingga para pasien bisa
merenungkan kembali tentang bagaimana kondisi yang
dialaminya, serta bisa intropeksi diri agar bisa menjadi lebih baik.
Selain itu da’i juga memberikan contoh-contoh kisah yang
memberikan gambaran perjuangan para Nabi, Rasul serta para
sahabat dalam menjalani kehidupanya. Dari sini juga para pasien
bisa mengambil pelajaran serta dapat meneladaninya, disisi lain
da’i juga memberikan gambaran-gambaran atas ciptaan Allah
yang Nampak, sebagai bukti kekuasaan Allah SWT. dengan
demikian diharapkan juga para pasien ketika menghadapi segala
sesuatu untuk kembali berserah diri kepada Allah SWT.
Disisi lain da’i juga menyampaikan kepada pasien ketika
melakukan apa saja kelak akan dipertanggung jawabkan diakhirat
oleh tiap individu yang melakukanya, karena ketika melakukan
sesuatu sekecil apapun, da’i menjelaskan semua perbuatan yang
dilakukan selalu dicatat oleh makhluk Allah SWT. yang bernama
Malaikat. Dengan demikian para pasien diberikan penjelasan pula
oleh da’i untuk senantiasa berhati dalam menjalankan sesuatu.
Walaupun memang semua sudah ditakdirkan oleh Allah SWT.
namun para pasien agar selalu taat kepada Allah SWT.9
9 Observasi saat Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo mengadakan kegiatanTerapi Qur’ani.
51
3. Prosesi Terapi Qurani
Setelah rangkaian kegiatan tersebet terlewati, barulah
kegiatan terapi qur’ani dilakukan. Namun peruqyah sebelumya
memberikan arahan serta pemahaman kepada pasien, para pasien
diberi penjelasan bahwasanya dalam Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo tetap mempertahankan budaya setas tradisi
yang ada di lingkungan masing-masing pasien. Tidak meminta agar
pasien membuang atau memusnahkan barang peninggalan para
pendahulu mereka. Namun, para praktisi hanya menetralisis barang-
barang yang disimpan oleh pasien, dengan tanda kutip jika para
pasien memiliki.
Selain itu para pasien juga diberikan pemahaman,
bahwasanya kesembuhan yang nantinya didapat bukan dari
Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo, melainkan dari
Allah SWT. Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
hanya sebagai pelantara saja. semua dikembalikan lagi kepada Allah
SWT. masalah nanti diberikan kesembuhan atau belum diberikan
kesembuhan, Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
tidak bisa memberikan jaminan, pada intinya semua tetap diserahkan
kepada Allah SWT.10
Sebelun prosesi ruqyah para pasien juga diberikan penjelasan
terkait tata cara pelaksanaan ruqyah, mulai dari bacaan yang
10Ibid.
52
digunakan, media yang digunakan serta runtutan pelaksanaannya.
Dalam pelaksanaanya, ada dua tahapan yang dilakukan oleh
Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogoyaitu :
a. Prosesi Ruqyah Pengobatan Penyakit Medis dan Psikis
Dalam pelaksanaanya para pasien dipandu langsung oleh
praktisi Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo,
setelah penjelasan teknis selesai, barulah prosesi ruqyah
dilaksanakan. Mula-mula para pasien di ajak untuk membaca ayat
ruqyah mandiri, seperti taawud, sholawat tibbil qulub.
Selanjutnya para pasien menikuti panduan dari praktisi Jam’iyyah
Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo. Seperti arahan pada
Prosesi Ruqyah Pengobatan Penyakit Medis dan Psikis ini
dilakukan dengan posisi duduk.
Para praktisi juga terus menerus memberikan pemahaman
bahwa segala penyakit dapat disembuhkan hanya dengan ijin
Allah SWT. melalui ayat-ayat Al-Qur’an yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW. Para pasien juga diberitahu
bahwa dalam kegiatan terapi qurani Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo, tidak harus muncul reaksi. Karena
dalam kegiatan terapi qurani Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo yang di cari bukan reaksi namun kesembuhan
dari Allah SWT. selain itu faktor reaksi atau kesembuhan juga
tergantung dari pasienya sendiri, bagaimana sipasien
53
berkonsentrasi menyambungkan hati kepada sang pencipta,
sehingga doa dari pasien bisa dikabulkan oleh Allah SWT.
Dari sinilah para praktisi Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo juga bisa melakukan keiatan dakwah
dengan memberikan nasehat-nasehat kepada para pasien, seperti
menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah obat, semua masalah
hendak diserahkan hanya kepada Allah SWT. dan ajakan untuk
senantiasa melakukan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari serta
selalu bertakwa kepada Allah SWT.
b. Prosesi Ruqyah Pengobatan Penyakit Non Medis
Dalam pelaksanaanya hamper sama dengan pengobatan
penyakit medis, hanya saja ada sedikit perbedaan pada psisi
pasien. Jika Prosesi Ruqyah Pengobatan Penyakit Medis dan
Psikis dilakukan dengan posisi duduk maka Pengobatan Penyakit
Non Medis dilakukan dengan berdiri. Para pasien hanya disuruh
mengikuti intruksi dari praktisi, sedangkan ayat yang digunakan
juga berbeda dengan pengobatan penyakut medis dan psikis.
Dalam kegiatan dakwahnya pun juga menjadi dua bagian
ada yang mendakwahi pasien ketika para pasien melaksanakan
ruqyah pengobatan non medis, juga melakukan dakwah kepada
pasien yang bereaksi hingga kerasukan jin. Maka para praktisi
melakukan kegiatan dakwah kepada jin, dengan memberikan
pemahaman, ajakan hingga ancaman jika jin tersebut
54
membangkang dan tidak mau bertaubat. Selain itu juga menuntun
jin tersebut untuk masuk Islam jika jin tersebut belum masuk
islam.
Dalan pelaksanaan pengobatan non medis ini peruqyah
menjelaskan pula bahwa tidak semua penyakit non medis dapat
disembuhkan secara lansung di lokasi kegiatan ruqyah Jam’iyyah
Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo, para praktisi
mendiaknosis kepada para pasien yang terkena penyakit non
medis ini. ada yang bisa diselesaikan langsung, tapi ada juga yang
harus ditindaklanjuti. Karna penyakit non medis ada banyak
sumber, seperti dari santet atau terkena dari tempat yang anker,
maka dari itu untuk pengobatanya pun berbeda-beda. Seperti
harus diberihkan rumahnya dari aura jahat, jin atau kiriman dari
orang yang berniat jahat.
Setelah selesai kegiatan barulah para praktisi Jam’iyyah
Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo, mengadakan rapat
evaluasi terkait kegiatan pelaksanaan ruqyah yang baru saja
dilakukan. Dalam pembahasanya Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo seimbang antara penekanan dakwahnya
serta pengobatanya, karena Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo juga menjelaskan dalam kegiatan ini jikalau
pasien tidak mendapatkan kesembuhan diharapkan mendapatkan
dakwahnya, dan sebaliknya syukur-syukur mendapatkan
55
keduanya. Namun biasanya sebelum itu jua sudah ada pasien
yang melakukan konsultasi terkait perkembangan setelah
mengikuti ruqyah tersebut, dari konsultasi tersebut memunculkan
bahan evaluasi pula bagi Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo.11
11Wawancara dengan Cholid Abasa Rifai, Wakil Ketua Jam’iyyah Ruqyah Aswaja BatoroKatong Ponorogo.
56
BAB IV
ANALISIS STRATEGI DAKWAH JAM’IYYAH RUQYAH ASWAJA
BATORO KATONG PONOROGO
A. Perumusan strategi dakwah Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo dalam menanamkan nilai-nilai iman kepada pasien
Pemaparan perumusan strategi dakwah Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo dalam menanamkan nilai-nilai iman kepada
pasien merupakan salah satu bagian dari tahapan strategi yang dijabarkan
oleh Fred R. David, tahapan strategi tersebut adalah perumusan strategi,
implementsi strategi, dan evaluasi strategi. Dalam perumusan masalah,
proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk
membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis dan
kemampuan organisasi, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan
tersebut.1
Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo merumuskan
strategi dakwahnya, salah satunya dengan membuat visi dan misinya.
Berikut adalah visi dan misi Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo :
1. Visi
“Terlaksananya Dakwah Al-Qur’an Bir-Ruqyah yang Rahmatal
Lil’alamin”.
1 Fred R. David, Manajemen Strategik Konsep (Jakarta: Salamba Empat, 2002), 4.
57
2. Misi
a. Mengadakan ruqyah massal secara rutin.
b. Mengadakan kajian Islam ala Aswaja An-nahdiyah secara berkala.
c. Meningkatkan sumberdaya manusia dengan melaksanakan
pelatihan, praktik dan pembinaan secara rutin.
d. Menghidupkan sunnah Rasul Bir-Ruqyah dan Attibbu Annabawy.
e. Mengadakan kegiatan bakti sosial, meliputi :
1) Santunan dhaufa’ dan anak yatim.
2) Terapi kesehatan.
f. Menjadikan JRA sebagai motor penggerak amaliyah aswaja An-
nahdliyah.
Dari visi dan misi inilah sehingga muncul tujuan dari
Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo yaitu :
1. Mensyiarkan agama Islam dalam bidang pengobatan melalui
kegiatan ruqyah.
2. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat
tentang kebijakan dalam bidang keagamaan, pendidikan,
perekonomian dan sosial ditengah-tengah kehidupan masyarakat
dalam wadah Negara Kesatuan Repoblik Indonesia (NKRI).
3. Meningkatkan tanggungjawab dan peran serta aktif dari seluruh
lapisan masyarakat dalam menyelenggarakan keagamaan,
pendidikan, perekonomian dan sosial kemasyarakatan.
58
4. Menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, dan
ketinggian harkat dan martabat manusia.
Tentunya untuk mencapai tujuan tersebut tak luput dari factor
kemampuan dan keahlian, hal ini sangat berkaitan dengan subjek
dakwah. Orang yang menjadi pendakwah harus memiliki kualifikasi
yang baik serta kemampuan akan berdakwah, Jam’iyyah Ruqyah
Aswaja Batoro Katong Ponorogo meliliki praktisi yang notabenya
lulusan dari pesantren. Selain itu juga banyak para praktisi yang berlatar
belakang Hafidz dan juga merupakan dari lulusan pondok pesantren
juga. Bahkan untuk yang memberikan mauidoh hasanah langsung dari
kalangan Kyai-Kyai sesepuh, diantaranya para pengasuh pondok
pesantren yang ada di Ponorogo dan biasanya memang sering diundang
untuk mengisi pengajian diberbagai acara. Dengan demikian sudah
tidak diragukan lagi terkait keilmuan dan kesalehan serta
kemampuannya dalam berdakwah.
Para praktisi sebagian besar dari kalangan Hafidz, selain itu
juga merupakan alumni dari pondok pesantren. Untuk mauidoh
hasanahnya pun dari petinggi pondok pesantren atau pengasuh pondok
pesantren disekitaran Ponorogo. Memang sengaja kami datangkan
langsung orang-orang yang memiliki kemampuan serta memiliki
59
keilmuan yang benar-benar matang, sehingga mampu menyampaikan
dakwah secara gambling.2
Dalam teori strategi dakwah Al-Bayanuni ada tiga pembagian
yaitu strategi sentimental, strategi rasional, dan strategi indrawi. Dilihat
dari objek dakwah, Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batorokatong Ponorogo
menggunakan ketiga teori strategi tersebut. Para pasien Jam’iyyah
Ruqyah Aswaja Batorokatong Ponorogo ini semuanya adalah orang
yang memiliki masalah, maka dari itu setiap rangkaian kegiatan yang
dilakukan dalam kegiatan ruqyah mengedepankan nasihat yang sopan
mengesankan, dakwah dengan kelembutan serta pelayanan yang
memuaskan, strategi ini sangat sesuai bagi orang-orang yang sedang
mengalami kesusahan yang sekiranya membutuhkan solusi bagi
masalah yang dihadapinya. Seperti yang dilakukan oleh Jam’iyyah
Ruqyah Aswaja Batorokatong Ponorogo menajak para pasien sebelum
melakukan prosesi ruqyah terlebih dahulu menyimak pembacaan
maulid Nabi, membaca Ratib, membaca Sholawat, mendenarkan
Mauidoh Hasannah.
Saat Mauidoh Hasannah ini lah penyampaian terkait
penanaman keiman ditekankan juga seperti memberikan kisah-kisah
para Nabi, dahsyatnya Al-Qur’an bagi kehidupan utamanya bagi
kesehatan. Disini lah strategi rasional digunakan untuk membuat para
pasien merenungkan pentingnya keimanan tertanam didalam diri.
2Wawancara dengan KH. Khoirul Fata, Ketua Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro KatongPonorogo.
60
Strategi indrawi juga bisa dilihat dari bagaimana ketika da’i
menyampaikan Mauidoh Hasannahnya, para pasien diberikan
gambaran mengenai kondisi tubuh yang masih lengkap, itu semua
merupakan pemberian dari Allah SWT. secara gratis kepada manusia,
sehingga hal ini dapat mengajak kepada madunya untuk senantiasa
bersyukur kepada Allah SWT.
Perencanaan strategi agar memenuhi capaian yang maksimal
dari strategi tersebut dilakukan dengan menyusun cara yang tepat serta
sesuai sehingga tujuan tersebut dapat dicapai. Rencana strategi
Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo ialah
memeberikan pelayanan yang baik dan ramah, menjunjung tinggi nilai-
nilai Iman serta mengaplikasikanya melalui serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo,
dan membuka dialog langsung dengan pasien.3 Rancangan tersebut juga
merupakan misi yang dilakukan oleh Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo untuk mencapai visi atau tujuan strategis.
Perumusan strategi juga mencangkup identifikasi peluang
dan ancaman eksternal, serta kesadaran akan kelemahan dan kekuatan
internal. Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo melihat
adanya banyak peluang dalam menjalankan kegiatan ini, karena
kegiatan ini bisa dilakukan dengan melakukan kerjasama melaui
berbagai pihak, bahkan instansi-instansi juga banyak yang meminta
3 Wawancara dengan Cholid Abasa Rifai, Wakil Ketua Jam’iyyah Ruqyah Aswaja BatoroKatong Ponorogo.
61
untuk diadakan kegiatan ini. untuk ancaman dari luar dirasa tidak ada,
karena ini merupakan salah satu kegiatan keagamaan yang memang
memiliki nilai kebaikan.4
B. Implementasi strategi dakwah Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo dalam menanamkan nilai-nilai Iman kepada pasien
Implementasi strategi artinya memobilisasi untuk mengubah
strategi yang diformulasikan dalam sebuah tindakan. Implementasi
strategi mencangkup budaya suportof-strategi, penciptaan struktur
organisasi yang efektif, pengarahan kembali pemasaran, persiapan
anggaran, penggembangan dan penggunaan system informasi.5 Dalam
pelaksanaanya Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
mengawalinya dengan membuat susunan organisasi, pertimbangan
kemampuan dan latar belakang praktisi kemudian disesuaikan dengan
porsinya. Dikarenakan didalam kegiatan Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogoberhubungan dengan dakwah, maka
dibutuhkan seseorang yang memiliki potensi menjadi seorang da’i,
sehingga Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
menghadirkan orang yang kompeten di bidang dakwah serta memiliki
pengetahuan yang luas tentang agama islam. hal tersebut merupakan
pembuatan struktur yang efektif agar tujuan dakwah dapat tercapai.
4Ibid.5Fred R. David, Manajemen Strategik Konsep, 4.
62
Setelah menyusun struktur organisasi, Jam’iyyah Ruqyah
Aswaja Batoro Katong Ponorogo menyusun isi kegiatan yang ada
didalam praktik ruqyah, yaitu:
1. Pembacaan Sholawat Al-Banjari
Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
selalu menajak kepada pasien untuk senantiasa bersholawat kepada
Nabi Muhammad SAW. Karena sejatinya sholawat sendiri sudah
diperintahkan langsung oleh Allah SWT. kepada orang yang
beriman. Selain itu dengan membaca juga merupakan bukti bahwa
kita benar-benar cinta kepada Nabi, sebagai ungkapan terimakasih,
serta doa, walaupun sejatinya Rasulillah sudah dijamin
berlimpahruah atas rahmat dari Allah SWT, manusia pilihan yang
sudah ma’sum, akan tetapi memang sholawat merupakan perintah
langsung dari Allah SWT.
Melalui pembacaan sholawat ini Jam’iyyah Ruqyah
Aswaja Batorokatong Ponorogo senantiasa mengharapkan kepada
pasien agar selalu bisa langgeng dalam mengamalkan membaca
sholawat. Selain itu, dengan membaca sholawat diharapkan para
pasien dapat meneladani sifat-sifat yang dimiliki para Rasul.
Seperti halnya sifat welas asih, kejujuran, amanah, dan sebagainya.
64
sebelumnya para pasien diberikan buku panduan bacaan ratib,
sehingga pasien dapat dengan mudah mengikuti bacaan yang
dilakukan oleh imam. Didalamnya terkandung bacaan-bacaan yang
sangat mulia. Seperti ayat suci Al-Qur’an, tasbih, tahlil, dan doa-
doa kepada Allah SWT.
Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
memberikan penegasan kepada pasien, bahwasanya dengan
membaca Ratib ini selainmerupakan amalan yang shalih,
pembacaan ratib dilakukan dengan harapan semua yang menjadi
hajad bisa terkabulkan. Selain itu para pasien juga ditekankan agar
setiap doa yang dipanjatkan hanya ditujukan kepada Allah SWT.
semata. Dengan hati yang dalam mempercayai bahwasanya segala
sesuatu kebaikan yang diterima semata-mata hanya dari Allah
SWT. dan tidak ada kekuasaan lain selain dari-Nya.
Sehingga rasa keimanan kepada Allah SWT. para pasien
melalui kegiatan ini diharapkan pula lebih meningkat, dengan
demikian ketika menghadapi segala sesuatu pasien selalu kembali
mengingat serta meminta petunjuk hanya kepada Allah SWT
semata. Tidak meminta atau memuja-muja kepada makhluk lain
sehingga menimbulkan kemusyrikan bagi manusia itu sendiri, pada
akhirnya mereka akan tersesat dijalan yang salah dan mendapatkan
kesengsaraan didunia maupun diakhirat.
66
diri pasien untuk selalu berbuat kebaikan, rasa syukur, dan selalu
tabah dalam menghadapi ujian.
Selain itu para pasien juga diberikan pencerahan berupa
kisah-kisah, renungan-renungan dan motifasi supaya dapat
merenungi sekaligus mengambil hikmah dari cerita yang
disampaikan da’i. sehingga dapat melaksanakan apa yang
diperintahkan oleh Allah SWT. dengan kesadaran yang tumbuh
dari diri pasien itu sendiri dan tidak ada rasa paksaan sedikitpun
dari orang lain. Salah satu kisah yang diceritakan yakni berkaitan
dengan kisah para Nabi atau juga para sahabat yang memiliki
keteladanan yang patut untuk diteladani serta diambil pelajaranya.
Terlebih daripada itu da’i juga memberikan penjelasn
berkaitan dengan amal perbuata yang dilakukan oleh setiap
manusia, kelak akan di pertanggung jawabkan di hari pembalasan.
Selain itu juga diberikan penjelasan ketika kita melakukan semua
keiatan baik amal buruk maupun amal kebaikan maka akan
terekam dalam catatan yang setiap saat ditulih oleh Malaikat Rokib
dan Malaikat Atid.
Dari sinilah penanaman keimanan diberikan oleh da’i
kepada para pasien, sehingga para pasien bisa menjalankan
kehidupan didunia dengan berpegang teguh pada prinsip ajaran
agama Islam. sehingga didunia senantiasa mendapatkan rahmat
70
C. Evaluasi strategi dakwah Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo dalam menanamkan nilai-nilai Iman kepada pasien
Evaluasi strategi adalah perbandingan antara hasil-hasil yang
diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan. Penilaian strategi sangat
diperlukan karena keberhasilan saat ini terkadang tidak selalu berhasil
dikemudian hari. 7 Setelah melaksanakan kegiatanya Jam’iyyah Ruqyah
Aswaja Batoro Katong melakukan evaluasi kepada timnya, evaluasi
biasanya dilakukan ketika kegiatan telah selesai. Namun, terkadang
ketiaka ketika sesi akhir dari ruqyah, takjarang ada beberapa pasien yang
berkonsultasi secara langsung, menceritakan perkembangan setelah
diruqyah.8
Dalam kegiatan evaluasi yang dilakukan bersama, sejauh ini
belum menemukan masalah yang sangat berat, hanya beberapa masalah
rinan, yaitu tidak bisa hadirnya keseluruhan praktisi ruqyah, memang
karena dalam kegiatan ruqyah masal semua praktisi yang hadir tidak ada
akomdasi yang diberikan kepada praktisi yang hadir. Semua kegiatan
dalam Jamiyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo merupakan
kegiatan yang bersifat sosial, disisi lain para praktisi juga memiliki
kesibukan yang lain di daerahnya masing-masing, karena para praktisi
Jamiyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo di dominasi
kebanyakan juga mereka yang ditokohkan dilingkunganya masing-masing.
7Fred R. David, Manajemen Strategik Konsep, 5.8 Wawancara dengan Cholid Abasa Rifai, Wakil Ketua Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo.
71
Selain itu, terkadang dalam pembacaan Ratib ada salah satu atau
dua orang yang hanya diam, dikarenakan tidak bisa membaca. Walaupun
demikian dalam pelaksanaanya tidak menjadi hambatan yang berarti bagi
Jamiyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo, karena dalam hal ini
ketika seseorang yang mau datang dan ikut dalam rangkaian kegiatan yang
dilakukan Jamiyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo, sudah
menjadi nilai positif bagi mereka. Hal ini memang menjadi maklum karena
tingkat pemahaman setiap seseorang mempunyai perbedaan sendiri-
sendiri, utamanya dalam hal masalah membaca Ratib. Apalagi memang
para pasien juga masih asing dengan amaliah membaca Ratib.
Dalam pelaksanaan evaluasi dakwahnya sebagian besar berhasil
yang dicapai memiliki presentase yang lumayan baik, karena menurut
beberapa pasien yang pernah mengikuti kegiatan ini, setelah mengikuti
kami memiliki semangat untuk beribadah yang lebik besar, selalu berusaha
melakukan hal-hal yang positif, lebih sabar ketika menghadapi ujian dari
Allah SWT. Selain itu dalam hal kehidupan sehari-hari juga lebih berhati-
hati dalam melaksanakan segala hal, karena merasa sadar bahwasanya
segala sesuatu yang dilakukan akan dipertanggung jawabkan kelak di
akhirat.9
Disisi lain ketika ada pasien yang tidak bisa diselesaikan
pengobatanya dilokasi masjid NU atau merasa masih memiliki gangguan
9 wawancara dengan Novitasari, pasien yang pernah ikut ruqyah diJam'iyyah RuqyahAswaja Batoro Katong Ponorogo
72
dalam kehidupanya, maka Jamiyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo juga memberikan saran agar ada tindak lanjut lebih jauh lagi.
Karena dalam proses ruqyah terkadang tidak hanya orangnya saja yang
diruqyah melainkan tempat tinggalnya pun juga harus diseterilkan dari
gangguan makhluk-makhluk yang memiliki niat jahat kepada penghuni
rumah tersebut.
Namun terkait penakanan tindak lanjut tersebut tidak terlalu
ditekankan, karena dalam kegiatan Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo ini melaksanakan dakwah secara bebas dan tanpa
ketegangan, artinya jika pasien tidak mendapatkan manfaat terapi Qur’ani
diharapkan para pasien mendapatkan manfaat dari dakwah yang dilakukan
dalam kegiatan Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo dan
sebaliknya, syukur-syukur para pasien bisa mendapatkan keduanya.
73
Berikut bagan dakwah yang dilakukan Jam’iyyah Ruqyah
Aswaja Batoro Katong Ponorogo :
Strategi DakwahJam’iyyah
Ruqyah AswajaBhatori Katong
Ponorogo
PerumusanStrategi Dakwah
Jam’iyyahRuqyah AswajaBhatori Katong
Ponorogo
ImplementasiStrategi Dakwah
Jam’iyyahRuqyah AswajaBhatori Katong
Ponorogo
Evaluasi StrategiDakwah
Jam’iyyahRuqyah AswajaBhatori Katong
Ponorogo
Menentukan Visi, Misidan tujuan sehingga
dakwahnya bisa berjalandengan baik
Menyusun kepengurusansesuai denan memilih
orang yang berkompeten
Menentukan orangberkompeten untuk
mengisi program acara
Membuat program acarasebagai media dakwah
Melaksanakan Visi yangtelah dibuat
Melaksanakan programyang telah disusun
sekaligus pelaksanaandakwahnya
Mengadakan evalusaisetelah degiatan baikpelaksanaan dakwah
maupun Terapi Qurani
Memberikasnkesempatan kepada
pasien untuk konsultasi
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan penelitian yang dilakukan ini,
maka penulis dapat menarik kesimpulan dalam penelitian Strategi
Dakwah Terapi Qurani dalam Menanamkan Nilai-Nilai Iman kepada
Pasien (Studi Kasus Jam’iyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo).
Terdapat tiga tahapan strategi dakwah yang yang dilakukan Jam’iyyah
Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo dalam Menanamkan Nilai-Nilai
Iman kepada Pasien, yaitu:
Pertama, Perumusan strategi dakwah Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo dalam menanamkan nilai-nilai iman kepada
pasien. Dalam perumusan strategi ini, Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogomenyusun visi dan misi untuk dijadikan sebagai
pedoman organisasi dan untuk mempermudah dalam pelaksanaan strategi
dakwahnya. Visi Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
adalah Terlaksananya Dakwah Al-Qur’an Bir-Ruqyah yang Rahmatal
Lil’alamīn. Dan misinya adalah Mengadakan ruqyah massal secara rutin,
Mengadakan kajian Islam ala Aswaja An-nahdiyah secara berkala,
Meningkatkan sumber daya manusia dengan melaksanakan pelatihan,
praktik dan pembinaan secara rutin, Menghidupkan sunnah Rasul Bir-
75
Ruqyah dan Attibbu Annabawy,mengadakan kegiatan bakti sosial,
meliputi Santunan dhuafa dan anak yatim serta terapi kesehatan,
Menjadikan JRA sebagai motor penggerak amaliyah aswaja An-
nahdliyah.
Selain itu Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo juga membuat susunan kepengurusan dengan menentukan
kualifikasi yang sesuai dengan visi dan misinya. Karena visinya adalah
Terlaksananya Dakwah Al-Qur’an Bir-Ruqyah yang Rahmatal
Lil’alamīn maka dengan inilah dakwah harus dilakukan.
Kedua, Implementasi strategi dakwah Jam’iyyah Ruqyah
Aswaja Batoro Katong Ponorogo dalam menanamkan nilai-nilai iman
kepada pasien. Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo
membuat serangkaian kegiatan dalam pelaksanaan terapi Qur’aninya,
yaitu melakuakn pembacaan Sholawat Al-Banjari, pembacaan Ratib,
Mauidoh Hasannah sebelum kegiatan terapi Qur’ani dilakuakn.
Rangkaian ini merupakan kegiatan dakwah maka dari itu Jam’iyyah
Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo, memilih orang yang
berkompeten dalam bidang dakwah serta memiliki pengetahuan agama
Islam yang baik, yaitu dengan dengan menggandeng para pengasuh
Pondok Pesantren serta para alumni Pondok Pesantren. Penanaman
pemahaman keagamaan utamanya nilai-nilai Iman dilakukan sebelum
terapi Qur’ani dilakukan, dengan demikian kegiatan dakwah bisa
diterapkan, sehingga sedikit demi sedikit pemahaman keislaman bisa
76
terdaman pada mereka. Selain itu Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo juga menggunakan media sosial untuk
berdakwahnya.
Ketiga, evaluasi strategi dakwah Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Batoro Katong Ponorogo dalam menanamkan nilai-nilai iman kepada
pasien. Dalam evaluasi ini, Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo melakukanya setelah acara selesai, dengan para anggota yang
hadir. Dalam evaluasi yang dilakukan oleh kegiatan Jam’iyyah Ruqyah
Aswaja Batoro Katong Ponorogo tidak menekankan pada aspek dakwah
yang dilakukan secara bebas dan tanpa ketegangan, artinya jika pasien
tidak mendapatkan manfaat terapi Qur’ani diharapkan para pasien
mendapatkan manfaat dari dakwah yang dilakukan dalam kegiatan
Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo dan sebaliknya,
syukur-syukur para pasien bisa mendapatkan keduanya.
Namun juga ada beberapa pasien yang melakukan evaluasi
secara langsung ketika penghujung acara terapi Qura’ani ini
dilaksanakan, dari hasil evaluasi yang terkadang karena pada diri pasien
terdapat masalah yang belum bisa diselesaikan dilokasi tersebut. Selain
hasil dari evaluasi lainya seperti terkendalanya beberapa para praktisi
yang tidak bisa hadir saat pelaksannan. Serta saat pelaksanaan
pembacaan Ratib ada beberapa pasien yang tidak bisa membaca karena
keterbatasan pengetahuanya.
77
B. Saran
Setelah melakukan penelitian, penulis mencoba menyampaikan
saran sebagai berikut :
1. Dalam perencanaan dakwah hendaknya selalu memperhatikan berbagai
aspek yang menjadikan keberhasilan dakwahnya, sepertihalnya
membuat tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dengan
mentukan cara atau trobosan yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut,
sehingga tujuanya dapat tercapi. Selain itu menyusun kekuatan melalui
penentuan personil juga di perlukan, setelah itu membuat pembagian
tugas sesuai bidangnya, sehingga dalam pelaksanaanya dapat
terorganisir dengan baik.
2. Dalam impementasi dakwah juga perlu menentukan kegiatan atau
media yang digunakan dalam pelaksanaan penyampaian dakwahnya,
dengan media dakwah yang sudah ditentukan maka dakwah yang
dilakukan akan lebih mudah. Selain itu juga perlu menentukan da’i
dengan memilih seseorang yang berkompeten dibidangnya dan
memiliki keilmuan serta rekam jejak sanat keilmuan yang jelas, degan
demikian dakwah yang disampaikan bisa maksimal dan memiliki dasar
serta arah yang jelas.
3. Evaluasi dakwah sangat perlu dilakukan, dengan melakukan evaluasi
bisa mengetahui sejauh mana keberhasilan dari sebuah kegiatan yang
dilakuakan. Selain itu, dengan melakukan evaluasi juga bisa menjadi
tolak ukur kelebihan serta kekurangan yang dimiliki, maka dari itu
78
evaluasi harus dilaksanakan sehingga bisa menjadikan pergerakan
kedepan akan lebih mudah, tentunya juga akan menjadikan hasil yang
dilakukan akan lebih sempurna, karena tau mana keurangan serta
kelebihan dari suatu kegiatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ainiyah, Luthfiatul. “Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an Sebagai Pengobatan :
Studi Living Quq’an Praktik Ruqyah OLeh Jam’iyyah Ruqyah Aswaja
Tulungagung.” Skripsi, IAIN Tulungagung, 2019.
’Alaudin Shidiqi, ’Allama. Panduan Ringkas Jam’iyyah Ruqyah Aswaja.
Jombang: Ponpes Suanan Kalijaga, 2018.
Ali Aziz, Moh. Ilmu Dakwah Edisi Revisi. Jakarta: Prenadamedia, 2012.
Al-Qur’an dengan Terjemahnya dan Tafsir Singkat. Jakarta: Yayasan Wisma
Damai, 2006.
Anshari, Hanafi. Pemahaman dan Pengamalan Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas,
1993.
Apriudin, Acep. Dakwah Antar Budaya. Bandung: PT. Rosdakarya, 2012.
Ardani, Moh. Fikih Dakwah. Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2006.
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
----------------. Strategi Komunikasi. Bandung: Armiko, 1989.
Azhim, Abdul. Bebas Penyakit dengan Ruqyah dari Gangguan Kesehatan Hingga
Gangguan Jin. Tangerang: QultumMedia, 2006.
Bin Abdurrahman al-Khumasi, Muhammad. Aqidah Empat Iman. Malang: PT.
Megatama Sofwa Perssindo, 2003.
Chirzin, Muhammad. Konsep dan Hikmah Akidah islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1997.
Ghony, M. Djunaidi, dan Fauzan Almanshur. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Ar-Ruzza Media, 2012.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan praktik. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013.
Hamidi. Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah. Malang: UMM Pers, 2010.
Hermawan, Agus. Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 2012.
Husain Afandi, Sayid. Khushunul Khamidiyah Ilmu Tauhid. Surabaya: Al-
Hidayah, 1999.
J. Moleong, Lexi. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Kosdakarya,
2009.
M.Setiadi, Elly. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana, 2011.
Mu’alifah, Fatimatul. “Terpai Ruqyah Sar’iyah Di Klinik Griya Sehat Syafaat 99
Semarang.” Skripsi, UIN Walisongo, 2018.
Mulyana, Dedy. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigm Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainya. Bandung: PT. Remaja Rodakarya,
2023.
Munir, M. Manajemen Dakwah. Jakarta: Rahmat Semesta, 2009.
Observasi saat Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong Ponorogo mengadakan
kegiatan Terapi Qur’ani.
Pahlawan Kayo, RB. Khotib. Manajemen Dakwah. Jakarta: Amzah, 2007.
Pusat bahasa departemen pendidikan nasional. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Balai Pustaka, 2003.
R. David, Fred. Manajemen Strategik Konsep. Jakarta: Salamba Empat, 2002.
Rafi’udin. Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997.
Rangkuti. Analisis SWOT Teknik membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep
Perencanaan Strategi untuk menghadapi Abad-21. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1997.
Saputra, Munzir. Metode Dakwah. Jakarta: Fajar Interpermata Offset, 2003.
Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alvabeta, 2010.
Syihata, Abdullah. Dakwah Islamiyah. Jakarta: CV Rovindo, 1986.
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Media Pratama, 1987.
Uchjana Effendi, Onong. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Al-
Amin Pers, 1997.
Wawancara dengan Cholid Abasa Rifai, Wakil Ketua Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro
Katong Ponorogo.
Wawancara dengan KH. Khoirul Fata, Ketua Jam’iyyah Ruqyah Aswaja Batoro Katong
Ponorogo.
Wawancara dengan Novitasari, pasien yang pernah ikut ruqyah diJam'iyyah Ruqyah
Aswaja Batoro Katong Ponorogo