strategi dakwah majlis ta’lim wali songo di...
TRANSCRIPT
STRATEGI DAKWAH MAJLIS TA’LIM WALI SONGO
DI KEBAYORAN BARU DALAM MEREALISASIKAN
UKHUWAH ISLAMIYAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Sos. I)
Disusun Oleh :
Abdul Rahman
NIM : 108053000052
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H. /2012 M.
i
ABSTRAK
Abdul Rahman
Strategi Dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo Di Kebayoran Baru Dalam
Merealisasikan Ukhuwah Islamiyah.
Majlis Ta’lim Wali Songo adalah suatu lembaga pendidikan non formal
Islam yang berusaha mengajak warga Madura dan warga sekitar yang ada di
lingkungan tersebut untuk meningkatkan diri dalam memahami, mengamalkan,
membina hubungan yang santun antara manusia dengan Allah, manusia dengan
manusia dan manusia dengan lingkungannya dalam membina masyarakat yang
bertaqwa kepada Allah SWT.
Peneliticukupmemperhatikanangatpentingnyastrategidalammenyampaikanda
kwah Islam, makasebagairumusandarilatarbelakangdiatasadalah: bagaimana asas
strategidakwah yang
dilakukanMajlisTa’limWaliSongodalammenyampaikandakwahnyadan strategi
apakah yang dipakai Majlis Ta’lim Wali Songo dalam merealisasikan ukhuwah
Islamiyah.
Adapun teori yang digunakan adalah teori pendapatnya Asmuni Syukir
(memperhatikan asas-asas dakwah) dan Hisyam Alie (Analisis SWOT), yaitu dalam
menerapkan suatu strategi harus memperhatikan asas-asas dakwah seperti asas
filosofis, sosiologis, asas keahlian da’i, psikologis, efektifitas dan efisiensi dakwah
serta harus memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
Metode yang digunakandalampenelitianiniadalahmetodekualitatifyaitumetode
yang berfungsisebagaiprosedurpenelitian yang menghasilkan data
deskriptifdenganmenggambarkansubyekdanobyekpenelitianberdasarkanfakta yang
ada.Sedangkanteknikpengumpulan data menggunakanobservasi,
wawancaradandokumentasi.
HasildaripenelitianStrategiDakwahMajlisTa’limWaliSongo Di
KebayoranBaruDalam Rangka Merealisasikan Ukhuwah Islamiah yaitudengan
memperhatikan asas-asas dakwah seperti halnya asas Filosofis, Psikologis,
Sosiologis, Kemampuan da’i, efektifitas dan efisiensi dakwah .Adapunstrategi
dakwah yang dilakukanMajlisTa’limWaliSongo ialah merumuskan starategi dakwah
yang telah direncanakan yang disesuaikan dengan melihat hubungan organisasi dan
lingkungannya dengan cara analisis SWOT. setelah itu di implementasikan dalam
proses pelaksanaan dilapangan yang bertumpu pada program kegiatan dakwah yang
sudah disusun, dan setelah itu dilakukan lah sebuah evaluasi untuk menjaga
keseimbangan antara perumusan strategi dengan pelaksanaan dengan cara meninjau
sumber daya manusia, rapat evaluasi kegiatan, dan memperbaiki mekanisme kerja.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kupersembahkan kepada sang khaliq yakni Allah
SWT, karena telah melimpahkan rezeki dan nikmat yang berlimpah ruah kepada
penulis, sehingga pada saat ini penulis masih dapat merasakan setetes ilmu yang Kau
titipkan, dan penulis berharap dapat mengamalkan sampai malaikat menyulam
kebaikanku diakhir hisab nanti.
Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW,
beserta para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir
zaman. Karena beliaulah yang menjadi suri tauladan bagi kami agar kami menjadi
insan kamil yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Selanjutnya penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa
dorongan moril maupun materil, karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan
tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarnya-
besarnya kepada :
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komuikasi, Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan Akademik, Drs.
H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi, Drs. Study
Rizal, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan
Drs. H. Mulkannasir BA, SPd, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
iii
Dakwah Yang selalu memberikan motivasi penuh kepada penulis, sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi.
3. Drs. M. Sungaidi, MA selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini,
yang telah memberikan banyak masukan dan arahan kepada penulis serta ikhlas
meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan arahan kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini
telah memberikan ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang telah diberikan
bermanfaat bagi penulis.
5. Abah dan Ummi tercinta yang senantiasa ikhlas dan sabar mendampingi penulis
dalam setiap langkah untuk menuju kesuksesan serta selalu memberikan do’a
restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Kepada tim penguji dan sekretaris sidang yang akan memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
7. Seluruh staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, yang telah melayani peminjaman buku-buku literatur sebagai
referensi dalam penyusunan skripsi ini.
8. Ust. H. Kholili Ridho’i dan Seluruh Pengurus Majlis Ta’lim Wali Songo, yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan sudi
meluangkan waktunya untuk memberikan informasi kepada penulis.
iv
9. Kekasihku tercinta yang ku sayang, Rahmawati. Yang selalu setia mendampingi
penulis ketika sedang menyelesaikan skripsi. Hanya kasih sayang, dan cinta
yang tulus akan penulis berikan hingga kelak nanti.
10. Kakak, Adikku, keponakan dan saudara-saudaraku yang telah memberikan
semangat, do’a, nasehat dan keceriaan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman alumni dan simpatisan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Ar-
Rahmaniyah, terutama Al mukarrom KH. Kholili Mas’ud, KH. Kholid Al
Busyairi (almarhum), KH. Syafi’ih Hasan, KH. Abdul Muin Mu’ti, KH. Ali
Imran Muhtar.
12. Teman-teman seperjuangan MD A & B angkatan 2008 yang sama-sama
berjuang dari semester awal hingga telah kita lewati, susah senang kita bersama.
13. Sahabat-sahabatku yang sekarang sedang berjuang (Asep Muhdiyar, Ni’amullah,
Farhan Taufik, dan yang lainnya yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu
namun tidak mengurangi rasa sayang penulis kepadanya. Sobat semoga sukses
ya!!!
Akhir kata penulis berharap semoga segala usaha, bantuan, pengorbanan, do’a dan
harapan kita semua mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Danpenulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
bagi segenap keluarga besar jurusan Manajemen Dakwah pada khususnya.
Jakarta, 20 Juli 2012
Penulis
Abdul Rahman
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................................. …...i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. v
BAB 1: PENDAHULUAN
A. Latarbelakangmasalah………………………………………………………….… 1
B. PembatasandanPerumusanmasalah…….………………………………………... 4
C. Tujuandanmanfaatpenelitian….……………………………………………. ……5
D. MetodologiPenelitian……………………………………………………..........…..5
E. TinjauanPustaka………………………….……………………………………….. 8
F. SistematikaPenulisan………….………………………….………………….........10
BAB 11:TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi
1. PengertianStrategi……..………………………………………………........... 12
B. Dakwah
1. PengertianDakwah…………………………………………………….….......14
2. Unsur-unsurDakwah………………………………...…………….…….…….16
a. SubyekDakwah………………………………………………………...…16
b. Obyek Dakwah .......................................................................................... 18
c. Materi Dakwah .......................................................................................... 20
d. Media Dakwah ......................................................................................... 21
e. Metode Dakwah ........................................................................................ 21
3. Tujuan Dakwah ................................................................................................ 24
4. Sasaran Dakwah................................................................................................ 25
vi
C. Strategi Dakwah Islam
1. Pengertian Strategi Dakwah Islam................................................................... 26
2. Unsur-unsurStrategi Dakwah Islam ............................................................... 28
3. Faktor-faktor Yang MempengaruhiPenetapanStrategi…………………….. 30
D. Ruang Lingkup Majlis Ta’lim
1. Pengertian Majlis Ta’lim ............................................................................... 32
2. Unsur-unsur Majlis Ta’lim................................................................................33
3. Jenis-jenis Majlis Ta’lim...................................................................................33
4. Tujuan Majlis Ta’lim ...................................................................................... 33
BAB III : PROFIL UMUM MAJLIS TA’LIM WALI SONGO
A. Sejarah Berdirinya Majlis Ta’lim Wali Songo .................................................. 36
B. Visi, Misi, dan Tujuan Majlis Ta’lim Wali Songo ............................................. 40
C. Struktur Organisasi Majlis Ta’lim Wali Songo .................................................. 41
D. Program Kegiatan Majlis Ta’lim Wali Songo .................................................... 44
BAB 1V: ANALISI STRATEGI DAKWAH MAJLIS TA’LIM WALI SONGO
A. AsasStrategi Dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo ............................................ 49
B. StrategiDakwahMajlisTa’limWaliSongo………………………………….. 54
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................66
B. Saran ...............................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah yang terus berkembang sesuai dengan dinamika
dan perkembangan zaman. Dakwah adalah suatu proses usaha yang tidak pernah
mengenal istilah istirahat dan selesai. Selama manusia masih hidup di dunia
dengan beraneka ragam permasalahannya selama itu pulalah proses mutlak
dakwah diperlukan.
Dalam ajaran Islam dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan
agama kepada pemeluknya. Dengan demikian, dakwah bukanlah semata-mata
timbul dari pribumi atau golongan, walaupun aktifitas ini dikhususkan pada satu
golongan atau individu (thaifah) yang melaksanakannya.1
Dakwah Islam memerlukan sebuah strategi baru yang mampu
mengantisipasi perubahan zaman yang semakin dinamis. Oleh sebab itu dalam
rekayasa peradaban Islam sekarang ini guna menyongsong kebangkitan ummat
di zaman modern diperlukan formasi strategi yang tepat.2
Dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan kontekstual. Aktual dalam
arti memecahkan masalah terkini (kontemporer) yang sedang hangat di tengah-
tengah masyarakat. Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode
1M.Qurais Shihab, Membumikan al-Qur‟an, (Bandung:Mizan,1994), Cet. V1, h.194
2M. Bahri Ghazali, Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi dakwah,
(Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet ke -1,h. 33
2
yang tepat dan pas. Hal ini mengacu pada firman Allah SWT dalam surat an-Nahl
ayat 125 yang berbunyi:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Q.S. an-Nahl: 125)
Islam sebagai agama dakwah menuntut umatnya agar selalu menyampaikan
dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktifitas yang tidak pernah usai selama
kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan
kondisi apapun bentuk coraknya.
Islam menjauhkan ummat dari kedengkian, bentrokan berdarah antar suku
dan bangsa. Perselisihan dan permusuhan antar sesama muslim merupakan sikap
perpecahan dan kerugian, maka adalah suatu kewajiban bagi generasi penerus
untuk membangkitkan rasa persatuan dan persaudaraan.3 Pernyataan ini
ditegaskan dalam kitab suci Al-Qur’an, surah al-Hujurat ayat 10:
Artinya: Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.(Q.S. al-Hujuraaat:10)
3Yusuf Qardhawi, Kerangka Ideologi Islam, (Bandung: Risalah, 1985), h. 149
3
Oleh karena itu untuk mempermudah dakwah Islam maka dibentuklah suatu
organisasi yang merupakan sebuah kekuatan ummat yang disusun dalam satu
kesatuan berupa bentuk persatuan mental dan spritual serta fisik material
dibawah komando pimpinan sehingga dapat melaksanakan tugas lebih mudah,
terarah, dan jelas motivasinya serta jelas arah dan tujuannya sehingga dapat
mengetahui tahapan-tahapan yang harus dilaluinya.4
Dalam al-Qur’an surat Al-Imran ayat 104 Allah berfirman:
Artinya :“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar dan merekalah orang-orang yang beruntung”.(Q.S. Al-Imran: 104)5
Majlis Ta’lim Wali Songo adalah suatu lembaga pendidikan non formal
Islam yang berusaha mengajak warga Madura dan warga sekitar yang ada di
lingkungan tersebut untuk meningkatkan diri dalam memahami, mengamalkan,
membina hubungan yang santun antara manusia dengan Allah, manusia dengan
manusia dan manusia dengan lingkungannya dalam membina masyarakat yang
bertaqwa kepada Allah SWT.6
Keberadaan majlis ta’lim Wali Songo berada di lingkungan Kebayoran Baru
yang mayoritas anggotanya dari kalangan orang Madura. Dan perlu kita ketahui
bahwa orang Madura sehari-harinya biasa disibukan dengan pekerjaannya yakni
4Tuty Alawaiyah, AS, Strategi Dakwah di Kalangan Majelis Ta‟lim, (Bandung: Mizan 1997)
,Cet. Ke-1, h. 64 5M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Lentera Hati: Tanggerang, 2005), Cet ke-, Vol 2-6
6Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Taklim, h.78
4
ada yang berdagang, menjadi pembantu dan PNS mungkin sulit untuk disatukan
atau diarahkan berkumpul dalam satu wadah yakni di Majlis Ta’lim Wali Songo.
Oleh karenanya untuk dapat menarik perhatian, dan dukungan dari anggota
tersebut perlu sebuah strategi yang tepat dalam penerapannya agar usaha yang
dijalankan tidak sia-sia dan dapat menghasilkan cita-cita yang diinginkan dari
sebuah lembaga Majlis Ta’lim Wali Songo.`
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik
untuk mengkaji dan meneliti lebih dalam lagi mengenai strategi dakwah Islam
yang ada di Majlis Ta’lim Wali Songo dan kemudian penulis jadikan judul skripsi
yaitu :
“Strategi Dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo Dalam Rangka
Merealisasikan Ukhuwah Islamiah Di Kebayoran Baru”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang akan penulis lakukan lebih terarah dan terperinci,
penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas pada “Strategi Dakwah yang
dilakukan Majlis Ta’lim Wali Songo dalam rangka merealisasikan Ukhuwah
Islamiyah Warga Madura Di Lingkungan Kebayoran Baru Periode 2010-2015”.
2. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana asas strategi dakwah yang dilakukan Majlis Ta’lim Wali
Songo?
b. Bagaiamana strategi dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo dalam
merealisasikan ukhuwah Islamiyah?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan dan perumusan masalah yang penulis kemukakan di
atas, maka penulisan ini bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui asas strategi dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo?
b. Untuk mengetahui strategi dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo dalam
merealisasikan ukhuwah Islamiyah.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan ini dapat dilihat dari dua aspek,
yakni:
a. Segi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khazanah ilmu
pengetahuan kepada mahasiswa/i terutama jurusan Manajemen Dakwah
agar dapat mengetahui Strategi Dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo Di
Kebayoran Baru.
b. Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, masukan dan
pedoman kepada lembaga majlis ta’lim yang ada, khususnya Majlis
Ta’lim Wali Songo di Kebayoran Baru Jakarta Selatan, mengenai strategi
dakwah bagi majlis ta’lim dalam merencanakan maupun merealisasikan
program-programnya, sehingga secara kualitas dan kuantitas majlis
ta’lim berkembang dengan baik dan positif.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
6
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif-deskriptif, yaitu dengan cara memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan
tindakan.7
Menurut M. Nazir dalam buku metodologi penelitian menyatakan, bahwa
metode penelitian deskriptif merupakan proses pencarian fakta, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diteliti.8
Untuk melengkapi data yang sudah ada, penulis menggunakan cara
sebagai berikut :
a. Data Primer (primary data), merupakan data utama yang
diperolehlangsungdarirespondenberupacatatantertulisdarihasilwawancara
, sertadokumentasi.
b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari penelitian
kepustakaan untuk mencari konsep dari teori-teori yang berhubungan
dengan masalah dalam penulisan skripsi ini, seperti buku-buku, diktat
dan literatureterkait.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data, penulis mengambil langkah-langkah
sebagai berikut:
7Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT Remaja Rosdakar-
ya Offset, Juli 2007), Cet. Ke-24, h. 26. 8M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Galia Indonesia, 1998 ), Cet ke-3, h. 63
7
a. Observasi
Dalamobservasiinipenulismelakukanpengamatan langsung pada objek
penelitian dengan maksud memperoleh data yang konkrit tentang hal-hal
yang menjadi obyek penelitian.
b. Wawancara
Penulis mengadakan komunikasi langsung dan mengajukan beberapa
pertanyaan ke beberapa pihak yang bersangkutan baik secara lisan
maupun tulisan dan mendengarkan langsung keterangan-keterangan atau
informasi dari Pengurus Majlis Ta’lim Wali Songo.9
c. Dokumentasi
Dalamhalinipenulismegumpulkan data seputar Profil Majlis Ta’lim Wali
Songo, foto-foto yang berhubungan dengan Majlis Ta’lim Wali Songo.
3. TeknikPengelolaanData dan Analisa Data
Setelah data diperoleh, maka penulisselanjutnya mengelola data dengan
cara editing, yaitu kegiatan mempelajari berkas-berkas data yang telah
terkumpul, sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan dapat
dinyatakan baik.
4. Waktu dan Lokasi Penelitian
Adapun waktu yang ditentukan dalam penelitian ini di mulai dari bulan
Maret 2012 sd bulan Juli. Penelitian ini di laksanakan di Majlis Ta’lim Wali
Songo yang berlokasi di Jl. Ophir Dalam Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Tlp. (021) 7292586 / 081913733827.
9Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. 11, h. 24
8
5. Analisis Data
Dalam hal ini penulis menggunakan analisis deskriptif yaitu penulis
berusaha menggambarkan objek penelitian (Strategi Dakwah Majlis Ta’lim
Wali Songo Dalam Rangka Merealisasikan Ukhuwah Islamiyah Di
Kebayoran Baru Periode 2010-2015) dengan apa adanya yaitu sesuai dengan
kenyataan.
Adapun pedoman yang digunakan dalam teknik penulisan skripsi ini
adalah buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi)” yang diterbitkan oleh Center For Quality Development and
Assurance (CeQDA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2007 Cetakan Pertama.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengadakan tinjauan pustaka
terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari
bentuk plagiat, diantaranya :
1. Judul Skripsi : “Strategi Dakwah Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia (PITI) Dalam Meningkatkan Ibadah Anggota”.
Nama : Mahyudi, NIM: 103053028750
Jurusan : Manajemen Dakwah tahun 2008.
Isi Pokok Pembahasan : Skripsi ini berisi tentang bagaimana
strategi dakwah PITI, respon anggota dan pengaruh strategi dakwah PITI
kepada anggota. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
9
deskriptif kualitatif. Instrument yang digunakan adalah wawancara dengan
pengurus PITI dan angket untuk anggota PITI.
2. Judul Skripsi : “Strategi BMT Al-Kautsar Dakta Dalam
Mengembangkan Usaha Kecil Dan Menengah Di Bekasi.
Nama : Herva Octaviana, NIM : 104053002050
Jurusan : Manajemen Dakwah tahun 2008”.
Isi Pokok Pembahasan : BMT al-Kautsar untuk menguatkan betul
struktur modal kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait dalam
mengembangkan UKM di wilayah Bekasi, formulasi strategi yang dilakukan
BMT al-Kautsar sesuai dengan teori formulasi strategi yang ada. Hal ini dapat
dilihat dari strategi yang ditetapkan oleh BMT al-Kautsar yang meliputi
strategi induk, strategi generik strategi umum dan strategi fungsional. BMT
al-Kautsar juga telah menggunakan analisis SWOT dalam memberikan
organisasinya. Dalam kekuatan yang ada terdiri dari dukungan masayarakat,
Majlis Ta’lim serta sarana penunjang oprasional yang tersadia.
3. Judul Skripsi :“Strategi Dakwah Majelis AZ-Zikra
Dalam Menciptakan Keluarga Sakinah di daerah Sawangan Depok”.
Nama : Bobby Rahman, NIM :106053001980
Jurusan : Manajemen Dakwah tahun 2010.
Isi Pokok Pembahasan : Lembaga Titian Keluarga Sakinah yang
merupakan sebuah lembaga yang bernaung dibawah yayasan Az-Zikra,
Sawangan Depok. Lembaga ini pemiliki dua buah strategi yang mereka
terapkan dalam mewujudkan tujuan lembaga ini yaitu menciptakan keluarga
sakinah untuk setiap lapisan masyarakat. Strategi tersebut adalah pembinaan
10
pembekalan secara fikriyah dan juga pembinaan untuk ruhiyah. Pembekalan
fikriyah dalam TKS dilakukan dalam program-program seperti tausiyah,
ceramah dan juga konsultasi. Sedangkan pembinaan ruhiyah dilakukan
dengan kegiatan zikir dan doa bersama. Kegiatan tersebut ditunjukkan untuk
para anggotanya secara khusus dan jamaah majlis Az-Zikra secara umum.
Berbeda dengan karya ilmiah di atas bahwa penelitian yang penulis
lakukan berjudul “Strategi Dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo Dalam
Rangka Merealisasikan Ukhuwah Islamiah Di Kebayoran Baru”
bertujuan untuk mengetahui Strategi Dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo
Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis membagi atas
lima secara rinci, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Tinjauan teoritis terdiri dari beberapa hal diantaranya Pengertian
Strategi, Pengertian Dakwah, Unsur-Unsur Dakwah, Tujuan
Dakwah, Sasaran Dakwah, Pengertian Strategi Dakwah, Unsur-
11
unsur Strategi Dakwah, Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penetapan Strategi Dakwah, dan Ruang Lingkup Majlis Ta’lim.
BAB III PROFIL UMUM MAJLIS TAKLIM WALI SONGO
Profil Umum Majlis Ta’lim Wali Songo yaitu tentang Sejarah
Berdirinya, Visi dan Misi, Struktur Organisasi Majlis Ta’lim
Wali Songo, dan Program Kegiatan Majlis Ta’lim Wali Songo.
BAB IV ANALISIS STRATEGI DAKWAH MAJLIS TA’LIM
WALI SONGO
Bab ini berisi tentang Asas strategi dakwah Majlis Ta’lim Wali
Songo dan Bentuk Strategi dakwah Majlis Ta’lim dalam
Merealisasikan Ukhuwah Islamiyah.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang Kesimpulan dan Saran dari seluruh pembahasan
sebelumnya dan sekaligus menjawab permasalahan pokok yang
dikemukakan sebelumnya
12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Secara bahasa (Etimologi) strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“Strattegeia” atau sering disebut stratos yang berarti militer. Dalam konteks
awalnya strategi diartikan sebagai generalsshif atau suatu yang dilakukan oleh
para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan
memenangkan perang.10
Secara istilah, strategi adalah proses penentuan rencana yang disatukan,
menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan
tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama
dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.11
Menurut AM. Kardiman strategi adalah penentuan tujuan utama yang
berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta
pemilikan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan
untuk mewujudkan tujuan tersebut.12
10
Triton PB, Marketing Strategic Meningkatkan Pangsa Pasar dan Daya Saing, (Yogyakarta
: Tugu Publisher, 2008), h. 12 11
Geoge A. Steiner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (PT. Gelora Aksara Pratama, 1997),
h. 41 (Terjemahan). 12
A.M Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pronhallindo, t.t), h. 58
13
Menurut Syarif Usman strategi adalah kebijaksanaan dalam upaya
menggerakan dan membimbing seluruh potensi kekuatan, daya dan kemampuan
bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.13
Menurut Fuad Amsyari “Dalam pengertian dasarnya, strategi dan taktik
adalah metode atau taktik untuk memenangkan suatu persaingan. Persainngan
yang berbentuk suatu pertempuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan
memakai senjata dan tenaga manusia. Sedangkan dalam istilah dibidang non
militer, strategi dan taktik adalah suatu cara atau teknik untuk memenangkan
suatu persaingan antara kelompok yang berbeda orientasi hidupnya”.14
Sedangkan menurut Din Syamsuddin strategi mengandung arti, antara lain:
a. Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan.
b. Seni dalam menyiasati pelaksanaan rencana atau program untuk
mencapai tujuan.
c. Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan
peran penting dalam mencapai keberhasilan bertahap.15
Dari berbagai pengertian dan definisi mengenai strategi dapat kita tarik
kesimpulan bahwa berfikir strategis merupakan proses tingkah laku yang
sudah direncanakan, ditentukan dan diarahkan kepada suatu program jangka
panjang untuk mencapai strategi yang bersifat senantiasa meningkat dan
terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan oleh para pemimpin organisasi.
13
Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam, (Jakarta:
Firma Jakarta, 1998), h. 60 14
Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Mizan, 1990), h. 40 15
Din Syamsudin, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: Logos,
2000), Cet ke-1, h. 127
14
B. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dakwah Secara lughawi berasal dari bahasa Arab, merupakan bentuk dari
kata masdar da‟a, yad‟u, da‟watan yang berarti seruan, panggilan, undangan.
Secara istilah, kata dakwah berarti menyeru atau mengajak manusia untuk
melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh berbuat kebajikan dan
melarang perbuatan munkar yang dilarang oleh Allah SWT. dan rasul-Nya agar
manusia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.16
Dalam buku ensiklopedi Islam, kata dakwah adalah kata dasar atau masdar.
Kata kerjanya adalah da‟a, yang mempunyai arti memanggil, menyeru, atau
mengajak. Setiap gerakan yang bersifat menyeru, atau mengajak, dan memanggil
orang untuk beriman dan taat pada Allah SWT sesuai garis kaidah, syariat, dan
akhlak Islamiyah.17
Menurut Jum’ah Amin Abdul Aziz, makna dakwah secara bahasa
mengandung beberapa arti: 1.An-nida atau panggilan. 2. Menyeru. 3. Menegaskan
atau membela. 4. Suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik
manusia kesuatu aliran atau agama tertentu. 5. Memohon dan berdo’a.18
Sedangkan dakwah menurut istilah, mengandung beberapa arti. Karena
banyak ahli ilmu dakwah memberikan definisi atau istilah dakwah sesuai dengan
sudut pandang mereka dalam memahaminya, sehingga definisi menurut ahli ilmu
16
Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, Cet 1, (UIN Jakarta Press), h. 33 17
Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Can Hoeve, 1999), h. 280 18
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, (Sura-
karta: Era Intermedia, 2000), h. 24-25
15
dakwah yang satu dengan yang lainnya berbeda dan kadang pula terdapat
kesamaan. Berikut ini definisi dakwah yang dinyatakan oleh beberapa ahli,
diantaranya sebagai berikut:
Menurut Muhammad Nasir dakwah adalah usaha menyerukan dan
menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh ummat tentang
pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini yang meliputi amar ma‟ruf nahi
munkar.19
Sedangkan menurut Sayyid Qutub yang dikutip oleh A. Ilyas Ismail dakwah
adalah merupakan salah satu kewajiban bagi orang Islam, dakwah tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan kaum muslim baik individu maupun kelompok.20
Toto Tasmara berpendapat bahwa dakwah”.... merupakan suatu proses
penyampaian pesan (massage) berupa ajaran Islam yang disampaikan secara
persuasive (hikmah) dengan harapan agar komunikasi dapat bersifat dan berbuat
amal shalih sesuai ajaran Islam.21
Hasanuddin, berpendapat bahwa “Dakwah” ialah menyampaikan dan
memanggil manusia serta mengajak manusia kejalan Allah SWT untuk
melaksanakan perintah-Nya dalam mencapai kehidupan di dunia dan di akhirat
sesuai dengan tuntunan dan contoh Rasulullah SAW.22
Menurut Nasarudin Latif, Dakwah adalah usaha atau aktivitas dengan lisan
atau tulisan dan lainnya yang bersifat meneyeru, mengajak, memanggil manusia
19
Muhamad Nasir, Fiqh al-Dakwah dalam Majalah Islam Kiblat, (Jakarta: T.p, 1971), h. 7 20
A. Ilyas Ismail, Pradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Hara-
kah, (Jakarta: Penerbit Madani, 2006), h. 20 21
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Prata Media, 1997), h. 38 22
Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia ,(Ja-
karta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 28
16
untuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis aqidah syari’at
serta akhlak Islamiyah.23
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas mengenai pengertian dakwah
penulis menyimpulkan, dakwah ialah usaha seorang da‟i dalam menyampaikan
pesan-pesan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis, yang di
lakukan dengan cara mengajak, menyeru, membimbingmanusia agar kembali
kejalan Allah SWT, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2. Unsur-Unsur Dakwah
Terlepas dari perbincangan dan analisis dari definisi dakwah yang sudah ada
dalam fokus pembahasan ilmu dakwah. Maka ada lima faktor atau komponen
dalam dakwah, diantaranya: 1. Subyek Dakwah, 2. Obyek Dakwah, 3. Materi
Dakwah, 4. Media Dakwah, 5. Metode Dakwah. Yang dimaksud dari lima
komponen tersebut ialah komponen yang selalu ada dalam pelaksanaan kegiatan
dakwah.24
a. Subyek Dakwah (Da’i)
Subyek adalah unsur pelaksana atau orang yang berdakwah, yaitu Da‟i.
Sebagai Subyek Dakwah(Da‟i) ia harus terlebih dahulu intropeksi perilaku
dirinya agar apa-apa yang akan dilakukannya bisa diikuti dan diteladani oleh
orang lain.25
Sebagai da‟i yang tidak mau memperbaiki dan mendidik diri
maka akan mendapatkan celaan dari orang lain dan dimurka oleh Allah SWT,
sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah ash-Shaf: 2-3
23
Nasaruddin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Firman Dara,1979), h. 11 24
Zaini Muhtaram, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah (Yogyakarta: al-Amin Press dan
IFKA, 1966), h. 14 25
Nurullah Fauzi, Dakwah-Dakwah Yang Paling Mudah, Cet. II (Gresik: Putra Pelajar,
1999), h. 35
17
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (Q.S. as-Shaf : 2-3).
Oleh karenanya dalam mengemban tugas amanah Allah SWT, para pelaku
dakwah (da‟i) yang bertugas menyampaikan pesan Ilahi dan mengajarkan ajaran
agama Islam, maka seorang da‟i harus memiliki bekal ilmu yang cukup, baik itu
ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya.
Dalam hal ini Hamzah Ya’qub mengungkapkan, antara lain:
1) Mengetahui al-Qur’an dan hadis sebagai pokok ajaran agama Islam.
2) Memiliki pengetahuan yang berinduk kepada al-Qur’an dan as-Sunnah
seperti: Tafsir, Hadis, Tauhid, dan Fiqih.
3) Memiliki pengetahuan yang menjadi alat kelengkapan dakwah seperti:
teknik dawah, ilmu jiwa (psikologi), antropologi, dan perbandingan
agama.
4) Memahami bahasa umat dan menguasai ilmu Retorika.
5) Penyantun dan lapang dada.
6) Berani kepada siapapun dalam menyatakan, membela, dan
mempertahankan kebenaran.
7) Berakhlak baik sebagai seorang muslim.
26
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir al-Qur’an, al-Qur‟an dan Terjemahannnya,
(Lembaga Percetakan Raja Fahd, Tt), h. 928
18
8) Memiliki mental yang kuat, keras kemauan dan optimis walaupun
menghadapi berbnagai rintangan dan kesulitan.
9) Kholish, berdakwah karena Allah, mengikhlaskan amal dakwah semata-
mata karena memohon keridaan Allah.
10) Mencintai tugas dan kewajiban sebagai da‟i atau mubaligh dan tidak
gampang meninggalkan tugas tersebut karena pengaruh-pengaruh
keduniaan.27
Di samping itu sebagai bekal tambahan sang da‟i harus berkomunikasi
dengan jama‟ah (khalayak) yang dihadapi.
Karena komunikasi ini merupakan jalan untuk menyebar-luaskan pesan
dalam bentuk seruan, anjuran, petunjuk dan nasehat yang bersumber dari ajaran
agama Islam yang disajikan dan dikemas secara kontekstual. Dengan komunikasi
itu pula da‟i akan mengetahui apa materi yang sesuai bagi jama’ah yang
dihadapinya.
b. Obyek dakwah (Mad’u)
Obyek atau mad‟u adalah orang yang menjadi sasaran dakwah. Masyarakat
sebagai obyek dakwah adalah salah satu unsur penting di dalam sistem dakwah
yang tidak kalah penting peranannya, oleh sebab itu, masalah masyarakat adalah
masalah yang harus di pelajari sebelum melangkah ke aktivitas dakwah yang
selanjutnya.
27
Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam Teknik Dakwah Leadership, (Bandung:Diponegoro,
1972), Cet. Ke-2 h. 36
19
Mad‟u atau obyek dakwah terdiri dari berbagai macam golongan manusia,
oleh karenanya menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu
sendiri kedalam profesi, ekonomi, dan seterusnya.28
Mad’u dapat dilihat dari aspek kelompok masyarakat yang terbagi menjadi:
1) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa
masyarakat terasing, pedesaan, kota besar, dan kecil serta masyarakat
yang ada di kota.
2) Sasaran kelompok masyarkat dilihat dari segi struktur kelembagaan
berupa masayarakat, pemerintah dan keluarga.
3) Sasaran kelompok masyarkat dilihat dari segi kultural beruapa golongan
priyai, abangan, dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat pada
masyarakat Jawa.
4) Sasaran kelompok masyarkat dilihat dari segi tingkat usia berupa
golongan anak-anak, remaja dan orang tua.
5) Sasaran kelompok masyarkat dilihat dari segi tingkat hidup sosial
ekonomi berupa golongan kaya, menengah dan miskin.
6) Sasaran kelompok masyarkat dilihat dari segi okupasional (profesi dan
pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, bnuruh, pegawai
negeri dan lain-lain.29
28
M.Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h.47 29
Faizah dan H. Lalu Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 70
20
c. Materi Dakwah
Materi dakwah pada dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu Al-Qur’an dan
Al-Hadis. Materi dakwah tidak terlepas dari dua sumber tersebut. Bahkan bila
tidak bersandar dari keduanya maka seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan
dilarang oleh syariat Islam.30
Materi dakwah adalah masalah isi pesan atau meteri yang disampaikan
kepada mad’u, dalam hal ini ajaran Islam itu sendiri.31
Menurut Abu Zahrah, ada lima hal yang perlu diperhatikan pada meteri
dakwah, yaitu:
1) Aqidah Islamiyah, yaitu akidah wahdaniyah (Mengesakan Allah)
2) Percaya bahwa al-Qur’an itu diturunkan dari Allah dan dapat melumpuhkan
bangsa Arab untuk membuat yang serupa.
3) Memiliki hadits-hadits yang dapat membangkitkan semangat taqwa ke dalam
lubuk hati dan menyentuh jiwa, serta perjalanan hidup nabi Muhammad
SAW.
4) Mengesahkan perjalanan hidup nabi Muhammad SAW.
5) Menjelaskan tujuan Islam bagi individu dan masyarakat dengan prinsip
menghormati manusia, keadilan hukum diantara manusia, keadilan dalam ber
masyarakat dan ber Negara, persamaan dan kemerdekaan, gotong royong
dalam kebaikan dan taqwa, serta melarang gotong royong berbuat dosa
seperti mewujudkan diskriminasi dan saling kenal antara sesama manusia.32
30
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas,1983), h. 63-64 31
Moh Ali Azis,Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 62 32
Acep, Aripudin dan Syukriadi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antar Budaya,
(Bandung: PT. Remaja Rosadakarya, 2007), Cet. Ke-1, h. 159
21
d. Media Dakwah
Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa latin yaitu Medium
yang artinya alat perantara, sedangkan menurut istilah media mempunyai arti
segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.33
Dalam proses melakukan dakwah ada beberapa komponen yang tak bisa
dipisahkan, salah satunya adalah penggunaan media sebagai alat untuk melakukan
aktivitas dakwah. Untuk itu keberadaan media sangat penting untuk diupayakan
dan diperhatikan apalagi di zaman sekarang ini yang permasalahan semakin
kompleks.
Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan
materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: televisi, video, kaset rekaman,
majalah, dan surat kabar.34
e. Metode Dakwah
Secara bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta(melalui) dan hodos
(cara). Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata Methodos yang artinya
jalan atau cara sedangkan dalam bahasa arab disebut Thariq. Metode adalah cara
tertentu yang dilakukan oleh seorang da‟i kepada mad‟unya35
.
Metode Dakwah berarti cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da‟i dalam
menyampaikan pesan materi dakwah kepada mad’u nya.
33
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, h. 163 34
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997), h. 35 35
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Pemuda Media, 2006), h. 6
22
Dakwah memerlukan metode-metode yang akurat, seperti yang dijelaskan
dalam al-Qur’an surat al-Nahl ayat 125:
Artinya:“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.”(Q.S. an-Nahl:125)
Ada beberapa kerangka dasar mengenai metode dakwah yang terdapat
pada ayat diatas, antara lain sebagai berikut:
1) Bil Hikmah
Secara etimolgi al-Hikmah mempunyai arti: al „adl (keadilan), al- hilm
(kesabaran), dan al „ilm (pengetahuan) yang dapat mencegah seseorang dari
kebodohan, mencegah seseorang dari kerusakan dan kehancuran, setiap
perkataan yang cocok dengan al-hak (kebenaran).36
Secara terminologi hikmah adalah memperhatikan situasi dan kondisi
sasaran dakwah, materi yang disampaikan tidak memberatkan mad‟u, tidak
membebani sesuatu yang memberatkan sebelum jiwa menerimanya.37
Ibnu Qoyim berpendapat bahwa pengertian hikmah adalah pengetahuan
tentang kebenaran dan pengamalannya, ketepatan dalam perkataan dan
pengamalannya.
36
H. Munzier Suparta, Metode Dakwah, h. 8 37
Ghazali Darus Salam, Dakwah Yang Bijak, Cet II (Jakarta: Lentera, 2000), h. 26
23
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an-Nasafi hikmah adalah
dakwah dengan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan
tentang kebenaran dan menghilangkan keraguan.38
2) Mauidzah al- Hasanah (Dengan cara Yang Baik)
Memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, dengan
bahasa yang baik agar nasehat tersebut dapat diterima, berkenan di hati dan
memberikan kenyamanan pada orang lain.
Ali Musthafa Yakqub menyatakan bahwa Mauidzah Hasanah ialah
ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik di mana ia dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang mendengarkannya.39
Secara bahasa mau‟idzah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau‟idzah
dan hasanah. Kata mau’idzah berasal dari kata wa‟adza ya‟idzu-wa‟dzan-
idzatan yang berarti; nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, dan
hasanah artinya kebaikan.40
Menurut Abd. Hamid al-Bilali mauidzah hasanah adalah merupakan
salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah
dengan memberikan nasehat atau membimbing dengan lemah lembut agar
mereka mau berbuat baik.41
38
H. Munzier Suparta, Metode Dakwah, h. 10 39
Ali Mustafa Yakqub, Sejarah Metode Dakwah Nabi (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), h.16 40
H. Munzier Suparta, Metode Dakwah, h. 15 41
Abdul Hamid al-Bilali, Fiqh al-Dakwah Fi ingkar al-Mungkar , (Kuwait: Dar al- Dakwah,
1989), h. 260
24
3) Al- Mujadalah
Secara etimologi lafadzh mujadalah berasal dari kata “jadala” yang
bermakna memintal, melilit. Apabila di tambahkan alif pada huruf jim yang
mengikuti wazan Faa’ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan
“mujadalah” perdebatan.
Kata “jadala” dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna
menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan
untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui
argumentasi yang disampaikan.
Secara istilah al-Mujadalah adalah upaya tukar pendapat yang dilakukan
oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan
lahirnya permusuhan diantara keduanya.42
3. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses yang memiliki
tujuan-tujuan yang mulia. Tujuan dimaksudkan dalam rangka untuk menentukan
arah dari serangkaian kegiatan dakwah tersebut. Tanpa adanya tujuan dakwah
akan kehilangan pedoman sehingga akan menjadikan aktifitasnya sia-sia.
Tujuan dilaksanakannya dakwah adalah mengajak manusia kejalan Allah
SWT, jalan yang benar yaitu Islam. Disamping itu, dakwah juga bertujuan untuk
42
Quarish Shihab, Tafsir al-Misbah, Cet ke-1, (Lentera Hati, 2000), h. 553
25
mempengaruhi cara berfikir manusia, cara bersikap dan bertindak, agar manusia
bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.43
Allah SWT berfirman:
Artinya:“Dan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia
supaya mereka mengambil pelajaran”.(Q.S. al-Baqarah: 221).44
Dakwah yang kita inginkan dan wajib bagi kaum muslimin untuk
melaksanakannya adalah dakwah yang bertujuan dan berorientasi pada:
a. Membangun masyarakat Islam, sebagai mana para Rasul yang memulai
dakwahnya dikalangan masyarakat jahiliyah.
b. Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang
menyimpang dari norma-norma ajaran Islam.
c. Memelihara keberlangsungan dakwah dikalangan masyarakat yang telah
berpegang pada kebenaran, yaitu dengan pengajaran secara terus
menerus, tadzkir (mengingatkan), tazkiyah (penyucian jiwa), dan ta‟lim
(pendidikan).45
43
Rafi’udin, dan Maman Abdul Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Set-
ia, 2001), Cet ke-II, h. 32 44
Yayasan Penerjemah Al-Qur’an, h. 54 45
Jum’ah Amin dan Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, (Solo: Era Inter-
media, 200), Cet ke-3, h. 30-32
26
4. Sasaran Dakwah
Agar dakwah bisa dilakukan secara efisien, efektif, dan sesuai dengan
kebutuhan, maka di buat stratifikasi sasaran. Berdasarkan tingkat usia, tingkat
pendidikan dan pengetahuan, tingkat sosial ekonomi dan tingkat pekerjaan.
Yang dimaksud dengan sasaran dakwah adalah orang-orang yang dituju oleh
suatu kegiatan dakwah. Orang-orang yang menjadi sasaran dakwah sangat
bervariasi, sehingga juru dakwah harus memperhatikan siapa yang menjadi
sasarannya. Seorang juru dakwah harus memperhatikan umur, tingkat
pengetahuan, sikap terhadap agama dan jenis kelamin.
Mengetahui umur, pada sasaran dakwah diperlukan, karena secara psikologis
terdapat perbedaan kesenangan antara anak-anak, remaja, pemuda, dan orang tua.
Hal yang paling penting diketahui oleh para da‟i adalah jangan mengabaikan
tingkat pengetahuan sasaran dakwah. Dengan demikian, seorang juru dakwah
harus bisa menyesuaikan diri ketika menghadapi mad‟u, agar dakwah yang
dilakukan atau dilaksanakannya dapat diterima dan berhasil.46
C. Strategi Dakwah Islam
1. Pengertian Strategi Dakwah Islam
Menurut Asmuni Syukir, strategi dalam dakwah artinya sebagai metode,
siasat, taktik yang harus digunakan dan dipakai dalam aktifitas dakwah. Strategi
dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa asas dakwah yaitu:
46
M. Idris, A. Somad, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Tp, 2005), h. 15
27
a. Azas Filosofis: Azas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya
dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau aktifitas dakwah
Islam.
b. Azas Keahlian dan Kemampuan Da’i
c. Azas Sosiologis: Azas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan
situasi dan kondisi lingkungan sasaran dakwah.
d. Azas Psikologis: Azas ini membahas masalah yang berhubungan dengan
kejiwaan manusia.
e. Azas Efektifitas dan Efisiensi: Azas ini maksudnya, dalam aktifitas dakwah
harus berusaha menyeimbangkan antara waktu ataupun tenaga yang
dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya.47
Sedangkan menurut pendapat Al-Bayuni strategi dakwah (manhaj al-da‟wah)
adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencanan-rencana yang dirumuskan untuk
kegiatan dakwah.48
Menurut Hisyam Alie yang dikutip oleh Rafi’udin untuk mencapai strategi
yang strategis harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Strength (Kekuatan), yakni memperhitungkan kekuatan yang dimiliki yang
biasanya menyangkut manusianya, dananya, beberapa piranti yang
dimilikinya.
b. Weakness (Kelemahan), yakni memperhitungkan kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya, yang menyangkut aspek-aspek sebagaimana dimiliki kekuatan.
47
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 32 48
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 351
28
c. Opportunity (Peluang), yakni seberapa besar peluang yang mungkin tersedia
di luar, hingga peluang yang sangat kecil sekalipun dapat diterobos.
d. Threats (Ancaman), yakni memperhitungkan kemungkinan adanya ancaman
dari luar.49
Menurut Syarif Usman dalam bukunya Strategi Pembangunan Indonesia dan
Pembangunan Dalam Islam menyatakan ada lima faktor yang perlu diketahui
dalam menyusun strategi, yaitu:
a. Tujuan jangka panjang (tujuan akhir) atau jangka pendek (tujuan smentara)
b. Ilmu medan (mengetahui situasi dan kondisi)
c. Kekuatan-kekuatan
d. Kebijaksanaan pemimpin
e. Pemimpin.50
2. Unsur-unsur Strategi Dakwah Islam
Unsur-unsur strategi merupakan bagian yang ada kaitannya dengan strategi
oleh karenanya unsur ini tidak dapat dipisahkan dari strategi itu sendiri. Adapun
unsur strategi terdiri dari tiga, yaitu:
a. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya ialah pengembangan tujuan,
mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan suatu objektifitas,
menghasilkan strategi alternatif, memilih strategi untuk dilaksanakan.51
49
Rafi'udin dan Maman Abdul Djaelani, Prinsip dan Strategi Dakwah, (CV. Pustaka Stia:
Bandung, 2004), h. 76 50
Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam(Jakarta:
Firma Jakarta, 1998), Cet. Ke-1, h. 6 51
Freed R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta:Prenhallindo, 2002), h. 5
29
Adapun teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi
kerangka kerja diantaranya:
1) Tahap Input (masukan)
Dalam tahap ini proses yang dilakukan ialah meringkas informasi sebagai
masukan awal, dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi dakwah
Islam.
2) Tahap Pencocokan
Proses yang dilakukan ialah memfokuskan strategi alternatif yang layak
dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal. Seperti
pencocokan antara da’i, mad’u serta metode yang akan diterapkan dalam
tahap pelaksanaan.
3) Tahap Keputusan
Proses ini dilakukan menggunakan satu macam teknik setelah diperoleh
dari input secara sasaraan dalam mengevaluasi strategi alternatif yang
telah diidentifikasikan dalam tahap kedua.52
b. Implementasi Strategi
Implementasi strategi disebut juga tindakan dalam strategi, kerena
implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan
menjadi sebuah tindakan. Kegiatan yang termasuk dalam implementasi strategi
adalah pengembangan budaya, menciptakan struktur yang efektif, dan
memanfaatkan sistem informasi yang masuk.53
52
Ibid,. h. 198 53
Ibid,. h. 5
30
Implementasi strategi merupakan proses pelaksanaan strategi, yang mana
dalam pelakasanaannya perlu konsistensi yang tinggi dari masing-masing anggota
yang terlibat didalamnya. Komitmen serta kerjasama dari seluruh unit diperlukan
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
C. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam strategi. Adapun pengertian
evaluasi adalah proses di mana seorang pemimpin membandingkan antara hasil-
hasil yang diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan. Tahap akhir dalam strategi
adalah mengevaluasi strategi yang telah dirumuskan sebelumnya.
Ada tiga macam cara untuk mengevaluasi strategi antara lain sebagai berikut:
1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal pada sebuah strategi.
Dalam hal ini meninjau faktor-faktor eksternal dengan melihat adanya
perubahan sebuah tindakan yang dilakukan dan melihat perubahan yang akan
menjadi suatu hambatan dalam mencapai tujuan. Faktor internal dengan
meninjau strategi yang tidak efektif atau implementasi yang buruk dapat
berakibat bagi hasil yang akan dicapai.
2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diinginkan dengan
kenyataan).
Dalam hal ini menyelidiki penyimpangan dari rencana dan mengevaluasi
prestasi pencapaian sasaran yang diinginkan. Kriteria untuk mengevaluasi
strategi harus dapat diukur dan dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil
yang lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan dengan apa yang
telah terjadi.
31
3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi yang
diinginkan sudah sesuai dengan apa yang direncanakan.
Dalam mengambil tindakan korektif tidak mesti harus meninggalkan strategi
yang sudah ada. Tindakan korektif diperlukan apabila tindakan atau hasil
yang diharapkan tidak sesuai dengan yang direncanakan, maka disitulah
tindakan korektif diperlukan.54
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Strategi
Setiap orang baik individu maupun kelompok organisasi, baik itu organisasi
sosial (kemasyarakatan) atau bisnis pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
Suatu usaha untuk mencapai tujuan dan proses mengarahkan pada pencapaian
tujuan disebut strategi.
Strategi yang digunakan harus efektif dan jelas, karena akan mengarahkan
pada tujuan yang diharapkan. Untuk itu suatu strategi harus memperhatikan
faktor-faktor strategi dakwah, diantaranya:
a. Lingkungan
Lingkungan yang ada disekitar kita tidak akan selalu pada kondisi tetap,
melainkan akan selalu berubah. Perubahan yang terjadi akan berpengaruh
pada kondisi lingkungan ataupun pada proses kehidupan manusia. Seperti
cara berfikir, tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan, dan pandangan hidup akan
berubah sesuai pada zaman tersebut.
b. Lingkungan Organisasi
54
Freed R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 104
32
Lingkungan organisasi yang meliputi segala Sumber Daya Manusia dan
kebijakan organisasi yang terdiri dari pemimpin, para pengikut pemimpin
(anggota), organisasi dan tuntunan pekerjaan.55
c. Kepemimpinan
S.P. Siagian berpendapat, kepemimpinan ialah “Orang tertinggi dalam sebuah
organisasi dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu setiap pemimpin
dapat menilai perkembangan yang ada baik dalam lingkungan eksternal
maupun internal.56
Berdasarkan pengertian strategi dakwah Islam dari beberapa pakar diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa strategi dakwah bukan hanya sekedar dilakukan
dengan cara perencanaan saja akan tetapi harus didukung dengan seorang da’i
yang memiliki ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan azas-azas tersebut
dan unsur-unsur strategi dakwah seperti yang telah dibahas pada bab ini bagian
kedua
D. Ruang Lingkup Majlis Ta’lim
1. Pengertian Majlis Ta’lim
Majlis Ta’lim berasal dari dua kata yakni Majlis dan Ta’lim dalam teks
bahasa Arab berasal dari kata jalasa yang berarti duduk. Sedangkan kata Majlis
merupakan isim masdhar yang mengandung arti “Tempat Duduk”.57
55
Paul Harsey dan Ken Blanchard, Manajemen Prilaku Organisasi, (Jakarta: Erlangga,1982)
, edisi ke 4, h. 149 56
S.P. Siagian, Manajemen Modern, (Jakarta: Masagung, 1994), Cet. II, h. 9 57
Mahmud Yunus, Kamus Besar Bahasa Arab Indonesia, (Jakarta: Hilda Karya Agung, Tt),
h. 90
33
Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia pengertian majlis adalah
“Pertemuan atau Perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang
berkumpul”.58
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan majlis adalah “ suatu tempat
atau wadah yang didalamnya berkumpul sekelompok orang atau manusia untuk
melakukan aktivitas atau perbuatan.
Maka dari beberapa definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa Majlis
Ta’lim adalah suatu tempat atau lembaga dakwah yang memberikan bimbingan,
penyuluhan, dan pembelajaran yang berbentuk non formal, terhadap masyarakat
yang tumbuh dan berkembang dari kalangan masyarakat itu sendiri, yang
bertujuan untuk kemaslahatan umat manusia.
2. Unsur-unsur Majlis Ta’lim
Suatu lembaga pendidikan agama dapat disebut majlis ta’lim apabila
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Adanya badan yang mengurusi kegiatan secara berkesinambungan.
b. Adanya guru/ustad yang memberikan pelajaran secara rutin dan
berkisanambungan.
c. Adanya peserta atau jamaah yang terus menerus mengikuti pelajaran.
d. Adanya kurikulum yang baik dalam bentuk kitab atau buku pedoman atau
rencana pelajaran yang terarah.
e. Adanya kegiatan pendidikan secara teraturdan berkala.
58
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet, ke-1, h. 2
34
f. Adanya tempat tertentu untuk menyelenggarakan kegiatan pendidikan.59
3. Jenis-jenis Majlis Ta’lim
Adapun kriteria majlis ta’lim dapat dibedakan dari segi kelompok sosial dan
dasar pengikat pesertanya. Ditinjau dari dasar kelompok sosial peserta atau
jamaah majlis ta’lim terdiri atas:
a. Majlis ta’lim kaum bapak, yaitu anggotanya khusus bapak-bapak.
b. Majlis ta’lim kaum ibu, anggotanya khusus ibu-ibu.
c. Majlis ta’lim kaum remaja anggotanya para remaja pria ataupun wanita.
d. Majlis ta’lim campuran, anggotanya bapak-bapak, ibu-ibu, remaja dan
anak-anak.
Ditinjau dari dasar pengikat peserta, majlis ta’lim terdiri atas:
a. Majlis ta’lim yang diselenggarakan oleh masjid atau mushalla.
b. Majlis ta’lim yang diselenggarakan oleh Rukun Warga (RW) atau Rukun
Tetangga (RT).
c. Majlis ta’lim yang diselenggarakan oleh kantor atau instansi tertentu.
d. Majlis ta’lim yang diselenggarakan oleh organisasi atau perkumpulan
tertentu dengan peserta yang terdiri dari para anggota dan simpatisan dari
organisasi tersebut.60
4. Tujuan Majlis Ta’lim
Menurut Tuty Alawiyah tujuan Majlis Ta’lim:
59
Koordinasi Dakwah Islam (KODI), Pedoman Majlis Ta‟lim, (Jakarta: KODI DKI, 1981), h.
8 60
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1999), Cet, ke 3, h. 20
35
a. Tempat belajar, untuk menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan
mendorong pengamalan agama.
b. Tempat kontak sosial, untuk bersilaturahim agar dapat menciptkan
persatuan dan kesatuan umat Islam.
c. Mewujudkan minat sosial, untuk meningkatkan kesadaran dan
kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya.61
M. Habib Chirzin berpendapat bahwa tujuan majlis ta’lim yang diadakan
masyarakat atau pesantren adalah:
a. Memberikan petunjuk dan meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan
semua hal-hal yang ghaib.
b. Memberikan semangat dan nilai yang meresapi seluruh kegiatan hidup
manusia dan alam semesta.
c. Memberikan inspirasi, motivasi, dan stimulasi agar seluruh potensi
jamaah dapat dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan
optimal, dengan kegiatan pembinaan pribadi, kerja produktif, untuk
kesejahteraan bersama.
d. Memadukan segala kegiatan atau aktifitas sehingga merupakan kesatuan
yang padat dan selaras.62
61
Tuty Alawiyah, Strategi Dakwah Di Lingkungan Majlis Ta‟lim, h. 5 62
M. Habib Chirzin, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES, 1983), Cet, ke-3, h. 77
36
BAB III
PROFIL UMUM MAJLIS TA’LIM WALI SONGO
DI KEBAYORAN BARU
A. Sejarah Berdirinya Majlis Ta’lim Wali Songo
Majlis Ta’lim Wali Songo yang ada di kebayoran baru berdiri pada tanggal
22 Maret 1999 dan pertama kali dideklarasikan di Mushalla Raudlatul Mujahidin
yang ber alamat Jl. Ophir Dalam Kelurahan Gunung Kebayoran Baru Jakarta
Selatan.
Majlis Ta’lim Wali Songo ini terbentuk atas prakarsa beberapa orang tokoh
masyarakat Madura yaitu Alm. H. Romli, H. Abdul Hamid Qahir, Ust. H. Hadholi
Efendi, H. Tohir Atrawi, dan Ust. H. Kholili Ridho’i. Berdirinya pengajian ini
merupakan wujud dari harapan dan keinginan mereka untuk mempersatukan
masyarakat Madura yang berada di Ibukota Jakarta pada umumnya dan khususnya
di daerah Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Maksud dan tujuan memberikan pembinaan kepada warga Madura yang
tinggal di Kebayoran Baru dalam rangka Amar ma‟ruf nahi munkar dan menjalin
hubungan silaturahim antar sesama warga Madura dengan masyarakat yang ada di
lingkungan Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Sehingga atas dasar itu para perintis
berdirinya Majlis Ta’lim Wali Songo mencoba untuk mengumpulkan warga
Madura sekaligus beserta para tokoh masyarakat Betawi yang ada di lingkungan
tersebut untuk membentuk wadah kegiatan warga Madura sebagai perkumpulan
37
yang di dalamnya diisi dengan berbagai aktivitas keagamaan yang tentunya sangat
memberi manfaat.
Dengan berjalannya waktu Majlis Ta’lim Wali Songo mengahadapi berbagai
permasalahan dan rintangan yang menyebabkan anggota pengajian berkurang dan
selalu mengalami stagnasi (kemunduran). Namun pada bulan Dzulhijjah
terpikirlah untuk membuat strategi baru terhadap anggota yang ada dan
diadakanlah pengajian rutin pada setiap malam Jum’at yang diadakan di rumah
secara bergantian (door to door) dan pembacaan Sholawat Nariyah pada malam
Sabtu yang diadakan di Mushalla Raudlatul Mujahidin.
Seiring dengan perkembangan dan dinamika waktu, akhirnya Majlis Ta’lim
Wali Songo mencoba meningkatkan kualitasnya dengan merumuskan beberapa
kegiatan-kegiatan keagamaan yang bisa memberi manfaat pada anggota Majlis
Ta’lim Wali Songo. Sehingga keberadaan Majlis Ta’lim Wali Songo ini
mendapatkan respon yang cukup baik oleh masyarakat yang ada di lingkungan
Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Pada saat ini Majlis Ta’lim Wali Songo telah mengalami perkembangan yang
cukup pesat baik dari segi keanggotannya maupun dari kegiatan yang
dilangsungkannya. Perlahan tapi pasti Majlis Ta’lim Wali Songo telah berhasil
menumbuhkan kepercayaan dan membuka mata masyarakat Madura bahwa
Majlis Ta’lim Wali Songo adalah pengajian yang mayoritas anggotanya dari
kalangan warga Madura yang patut dipertahankan dan diberikan dukungan karena
besarnya kontribusi Majlis Ta’lim Wali Songo terhadap perkembangan kehidupan
38
beragama dan masyarakat sekitar Kebayoran Baru melalui berbagai kegiatan
dakwahnya.
Kesabaran dan keuletan serta keseriusan para pengurus yang ada telah
mampu menarik perhatian warga Madura dan warga yang berada disekitar
lingkungan Kebayoran baru untuk ikut serta berperan aktif dalam segala kegiatan
yang diselenggarakan oleh Majlis Ta’lim Wali Songo dan senantiasa mendapat
dukungan serta bantuan secara moril maupun materil hingga saat ini.63
Terbentuknya Majlis Ta’lim Wali Songo adalah sebagai wadah komunikasi
dan forum silaturrahim masyarakat Madura khususnya dan masyarakat sekitar
pada umumnya dengan maksud untuk memberikan binaan Ilmu pengetahuan
agama yang berpedoman kepada al-Qur’an dan al-Hadis.
Usaha lain yang di lakukan oleh Majlis Ta’lim Wali Songo untuk menarik
jamaahnya mengikuti kegiatan dakwah di lakukan dengan berbagai kegiatan
keagamaan yaitu dengan memberikan perhatian kepada para anggotanya perihal
permasalahan yang ada pada diri mereka sendiri, menghargai keberadaan mereka,
dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berperan dan bertanggung
jawab sebagai warga muslim yang baik. Mengenai jumlah anggota Majlis Ta’lim
Wali Songo adalah berjumlah 165 orang.
63
Wawancara dengan Kholil Ridho’I, Ketua Majlis Ta’lim Wali Songo, 21 Maret 2012
39
Berikut data di bawah ini:
Berdasarkan
Tingkat Usia
Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Berdasarkan
Tingkat Profesi
Usia Jumlah Pendidikan Jumlah Profesi Jumlah
Remaja 50 Orang SD/MI 15 Orang Pedagang 125
Orang
Dewasa 115 Orang SMP/MTS 30 Orang Pembantu 20 Orang
SMA/MA 100
Orang
PNS 10 Orang
PerguruanTinggi 20 Orang Guru (Ust) 10 Orang
Jumlah 165 Orang 165
Orang
165
Orang
Bila dilihat dari data di atas, hal ini berkaitan dengan azas sosiologis, yaitu
azas yang berbicara tentang masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi
sasaran dakwah. Jadi dalam mengadakan kegiatan dakwahnya harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi agar dakwah tersebut diterima oleh mad’unya.
Perlu diketahui sebelumnya, data yang diperoleh merupakan isi dari hasil
wawancara dengan pengurus Majlis Ta’lim Wali Songo, dan temuan data lainnya
yang dapat menunjang Analisis Strategi Dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo Di
Kebayoran Baru.
Mengingat Majlis Ta’lim Wali Songo milik masyarakat dan tercipta untuk
masyarakat, dalam fase perkembangannya terlihat melalui kepercayaan
40
masyarakat terhadap Majlis Ta’lim Wali Songo, sebagai contoh misalnya
dipercayakannya majlis ini membina generasi muda melalui kegiatan pengajian.
Itulah sekilas tentang sejarah singkat berdirinya Majlis Ta’lim Wali Songo di
Kebayoran Baru.
B. Visi, Misi, dan Tujuan Majlis Ta’lim Wali Songo
Visi dan Misi dalam suatu organisasi mempunyai peran penting dalam
strategi pengembangan sistem kualitas. Visi dan Misi memberikan identitas
organisasi dan pemahaman terhadap arah yang ingin dituju.
Visi dan Misi memberikan identitas organisasi dan pemahaman terhadap arah
yang dituju.
a. Visi
Menjadikan Majlis Ta’lim Wali Songo sebagai wadah perkumpulan warga
Madura dan memberikan pengajaran tentang Agama Islam yang berpedoman pada
al-Qur’an dan al-Hadis dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Misi
Mempererat hubungan silaturahim antar warga Madura, dan warga sekitar
yang berada di lingkungan Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Serta mengajarkan
kebaikan dan mencegah kemungkaran.
c. Maksud dan Tujuan
1. Memberikan pemahaman tentang ajaran Islam yang bersumber Al-
Qur’an dan al Hadis.
41
2. Menjalin hubungan silaturahim antar warga Madura pada khususnya dan
umumnya pada warga sekitar lingkungan Majlis Ta’lim Wali Songo.
3. Meningkatkan kualitas ibadah dan wawasan ke Islaman secara
menyeluruh.
4. Mengajak ummat untuk memahami sejarah Islam dengan berziarah
ketempat para wali Allah yang telah menyebarkan Agam Islam di
Indonesia.64
C. Struktur Organisasi Majlis Ta’lim Wali Songo
Di dalam sebuah organisasi yang profesional, tentu ada kepengurusan yang
akan menjalankan roda organisasi kedepan. Majlis Ta’lim Wali Songo DKI
Jakarta periode 2010-2015.
Struktur kepengurusan yang memiliki tugas dan fungsi dengan tujuan
mempermudah dalam menjalankan kegiatan yang sudah menjadi visi dan misi
Majlis Ta’lim Wali Songo DKI Jakarta periode 2010-2015.65
Di bawah ini penulis lampirkan susunan kepengurusan Majlis Ta’lim Wali
Songo periode 2010-2015.
64
Wawancara pribadi dengan Kholil Ridho’i 65
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 2004), Cet.
ke-1, h. 52
42
66
66
Arsip Majlis Ta’lim Wali Songo
Bendahara
H. Munir
Wakil Ketua
H. M. Ridwan
Dewan Penasehat
H.Tohir Yatim
H. Abdullah
H. Tohir Atrawi
Bid. Perlengkapan
Abdul Qiram
Bid. Informasi
Abu Siri
Ketua Umum
H. Kholili Ridho’i
Sekretaris
H. Husein
43
1. Pembagian Tugas Pengurus
Adapun pembagian tugas sesuai dengan hasil rapat antar pengurus Majlis
Ta’lim Wali Songo, bahwa setiap pengurus mempunyai tugas dan tanggung
jawab masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Dewan Penasehat :
a) Memberikan masukan, pengarahan dan binaan terhadap pengurus
dan anggota Majlis Ta’lim Wali Songo.
2. Dewan Pengurus :
1) Ketua
a. Bertanggung jawab terhadap kegiatan yang dilaksanakan Majlis
Ta’lim Wali Songo.
b. Mengkoordinasikan job description kepada masing-masing para
penanggung jawab kegiatan.
c. Memberikan binaan rohani terhadap anggota jama’ahnya.
2) Wakil
a. Menggantikan ketua, apabila ketua berhalangan hadir.
b. Membantu ketua dalam menjalankan program kegiatan Majlis
Ta’lim Wali Songo.
c. Bertanggung jawab kepada ketua.
3) Sekretaris
a. Mencatat surat-surat atau hal yang penting yang berhubungan
dengan Majlis Ta’lim Wali Songo.
b. Menyimpan data-data tentang Majlis Ta’lim Wali Songo.
44
c. Bertanggung jawab kepada ketua.
4) Bendahara
a. Bertanggung jawab atas pemasukan dan pengeluaran dana
Majlis Ta’lim Wali Songo.
b. Membuat laporan keuangan ketika program kegiatan selesai.
c. Bertanggung jawab kepada ketua dan anggota tentang hala
keuangan Majlis Ta’lim Wali Songo.
5) Humas ( hubungan masyarakat)
a. Mengunjungi rumah anggota Majlis Ta’lim Wali Songo, dalam
rangka menjalin hubungan silaturahim.
b. Mencari informasi Majlis Ta’lim Wali Songo, terhadap anggota.
c. Menerima kritik dan saran dari anggota Majlis Ta’lim Wali
Songo.
d. Menyampaikan informasi yang di dapat dari anggota kepada
ketua.
6) Bidang Perlengkapan
a. Bertanggung jawab menyimpan barang-barang elektronik,
seperti Toak dan Microfon.
b. Bertanggung jawab merawat alat-alat elektronik tersebut.
c. Melaporkan kepada ketua apabila barang tersebut ada yang
rusak.
D. Program Kegiatan
Menurut Agustinus Sri Wahyudi dalam bukunya Manajemen Strategik:
Pengantar Proses Berfikir Strategik definisi Evaluasi Strategi adalah proses
45
mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan rencana-rencana yang telah
diterapkan berikut kinerjanya serta membandingkan rencana tersebut dengan
standar yang telah ditentukan.67
Mengacu dari hal diatas Majlis Ta’lim Wali Songo dalam merealisasikan
tujuan yang diinginkan, membuat program yang dapat menunjang terwujudnya
tujuan tersebut. Berikut program-program kegiatan yang ada di dalam Majlis
Ta’lim Wali Songo:
1. Acara Mingguan
1) Kegiatan rutin yang dilaksanakan pada malam jum’at berisi tentang:
a. Ceramah Agama
Ceramah Agama merupakan cara yang dipakai oleh Ketua Majlis
Ta’lim Wali Songo untuk dapat menambah pengetahuan anggota dalam
membentuk, menjaga dan membina Iman dan Islam mereka.
Kegiatan pembekalan ini dilakukan setiap satu bulan sekali, tepatnya
pada malam jum’at di pekan kedua setiap bulannya.
b. Membaca Yasin, Membaca tahlil, dan Membaca Sholawat kepada
Nabi (Syarafal Anam).
Kegiatan ini dilakukan untuk mengajarkan kepada anggota jamaah
Majlis Ta’lim Wali Songo untuk selalu mengingat kepada Allah dan
mendoakan kepada orang tua, saudara-saudara mereka yang sudah
meninggal dunia. Membaca sholawat kepada nabi, dilakukan sebagai
67
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berfikir Strategik,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), h. 11
46
bukti bahwa anggota Majlis Ta’lim Wali Songo cinta kepada Nabi
Muhammad SAW, dan mengharapkan syafaatnya.
c. Membaca Sholawat Nariyah sebanyak 4.888 secara berjamaah yang
dilaksanakan pada malam sabtu.
d. Program pendidikan TKA dan TPA: Program ini bertujuan untuk
memberikan pengajaran dan pembinaan ilmu pengetahuan agama
Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadis kepada anak-
anak usia dini, sekaligus melatih anak-anak agar dapat melestarikan
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
2. Acara Tahunan ( Hari-hari besar dalam Islam)
Dalam acara tahunan ini terdiri dari lima macam bagian, yang meliputi:
1. Memperingati tahun baru Islam (Hijriyah).
2. Memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
3. Memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
4. Mengadakan tadarus al-Qur’an selama bulan puasa, Ta‟jil(membagi-
bagikan makanan untuk berbuka puasa di Mushalla Raudlatul
Mujahidin), dan Kegiatan buka bersama antar pengurus Majlis Ta’lim
Wali Songo dengan masyarakat yang ada di sekitar lingkungan
Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
5. Peringatan Nuzulul Qur’an.
47
3. Kegiatan Sosial ( Santunan terhadap Fakir Miskin, Pati Jompo, dan
Yatim Piatu )
Hal ini dilakukan ketika pertengahan bulan Sya’ban tiba dengan maksud
untuk membantu orang-orang yang kurang mampu yang ada di lingkungan
Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
4. Punya Mobil Ambulans
Program ini dimaksudkan untuk kemaslahatan mayarakat yang ada di di
lingkungan Kebayoran Baru Jakarta Selatan pada umumnya dan khususnya
buat anggota Majlis Ta’lim Wali Songo, apabila membutuhkan jasa angkutan
untuk beobat kerumah sakit dan sekaligus buat sarana angkutan jenazah bagi
yang membutuhkannya.
5. Tour Ziarah Wali Songo dan para wali Allah yang ada di pulau Madura.
Inilah yang menjadi keunggulan kegiatan yang di adakan Majlis Ta’lim
Wali Songo. karena kegiatan ini dapat memberikan pencerahan dan
memberikan kesegaran kepada para anggotanya baik dalam jiwa dan raga
mereka setelah bergelut dengan kehidupannya dalam aktifitas keseharian
mereka. Kegiatan ini di lakukan selama 1 minggu.
Selain itu, para anggota Majlis Ta’lim Wali Songo yang ikut moyoritas
laki-laki. Sesuai dengan namanya, Tour Ziarah Wali Songo ini bukan hanya
sebagai ajang rekreasi atau berkunjung ketempat maqam para wali Allah,
akan tetapi sebagai pembinaan rohani dari para anggota peserta yang
mengikuti kegiatan ini.Oleh karena itu Shalat malam, menghatamkan al-
Qur’an di makam para wali songo dan dzikir adalah menjadi agenda yang
48
selalu ada dalam kegiatan ini dengan melibatkan para anggota ziarah tour
wali songo.
Waktu pelaksanaan Tour Ziarah Wali Songo dilakukan setiap 2 tahun
sekali secara rutin. Karena waktu pelaksanaan tersebut dilaksanakan setelah
kegiatan yang diprogramkan selesai sesuai gilirannya.
Adapun rangkaian acara selama dalam perjalanan menuju maqam para
wali Allah dan ketika sudah sampai pada tempat tujuan:
a. Hari pertama, jamaah Tourziarah para wali Allah berkumpul di mushalla
Raudlatul Mujahidin, guna berdo’a bersama sekaligus tasyakuran.
b. Sebelum bus berangkat ketempat tujuan, ketua Majlis Ta’lim
memberikan pengarahan kepada anggota jamaahnya tentang tata tertib di
perjalanan maupun setelah sampai pada tempat tujuan.
c. Ketika sudah tiba di salah satu maqam Wali Songo Para ustad dan
anggota jama’ahnya bersama-sama menghatamkan al-Qur’an secara
berjamaah. Hal ini di lakukan bukan hanya di salah satu maqam Wali
Songo Saja melainkan disetiap maqam Wali Songo lainnya.
d. Setelah ziarah wali Songo selesai di kunjungi, pengurus dan anggota
yang ikut melanjutkan perjalanan ke pulau Madura guna ziarah ke
maqam para wali Allah yang ada di di Madura.
e. Setelah tour ziarah ke wali Allah sudah selasai, anggota yang ikut boleh
pulang ke kampung halamannya masing-masing dengan limit waktu 2
hari.68
68
Wawancara dengan Husein, Sekretaris Majlis Ta’lim Wali Songo, 5 April 2012
49
BAB IV
ANALISIS STRATEGI DAKWAH MAJLIS TA’LIM WALI SONGO
A. Asas Strategi Dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo
1. Asas Filosofis
Majlis ta’lim wali songo adalah lembaga dakwah yang bergerak dibidang
dakwah dan berada ditengah-tengah masyarakat lingkungan Kebayoran Baru
Jakarta Selatan. Adapun cara yang di pakai dalam menerapkan asas filosofis
Majlis Ta’lim Wali Songo menginformasikan kepada anggota mengenai tujun
dari lembagai ini. Seperti: Memberikan pemahaman tentang ajaran Islam
secara sempurna yang bersumber al-Qur’an dan al-Hadis Sepeti kitab
Safinatun najah, ta’limul muta’alim dan ilmu tauhid, Menjalin hubungan
silaturahim antar warga Madura dengan warga masyarakat di Kebayoran
Baru Jakarta Selatan, Meningkatkan kualitas ibadah dan wawasan ke Islaman
secara menyeluruh, dan Mengajak anggota untuk memahami sejarah Islam
dengan berziarah ketempat para wali Allah yang telah menyebarkan agama
Islam di pulau Jawa dan Madura.69
Maka dapat dipahami bahwa pada asas Filosofis yang diterapkan oleh
Majlis Ta’lim Wali Songo adalah dalam proses awal pelaksanaan yaitu
memperkenalkan tujuan-tujuan terlebih dahulu kepada anggotanya agar dapat
menjadi acuan bagi anggota.
Asas filosofis adalah asas yang membicarakan masalah yang erat
hubungan nya dengan tujuan yang hendak dicapai, oleh karenanya penulis
69
Wawancara Pribadi dengan Kholil Ridho’i
50
dapat menganalisis dari hasil data diatas bahwa asas filosofis yang diterapkan
oleh majlis ta’lim wali songo bertujuan untuk
1. Mencerdaskan anggotanya dalam bentuk pengajaran yang bersumber pada
kita-kitab seperti kitab Safinatun Najaah, Ta’limul Muta’alim, dan
Aqidatul Awam.
2. Pentingnya menjalin hubungan yang harmonis sesama anggota keluarga,
anggota pada organisasi, dan masyarakat lingkungan sekitar kita.
3. Mengenang jasa-jasa tokoh ulama yang telah berjuang di jalan Allah
dengan cara mendoa’akan dan ber ziarah kemaqam tersebut. Khususnya
yang ada di pulau Jawa dan Madura.
2. Asas Sosiologis
Pada asas sosiologis saya selaku ketua Majlis ta’lim wali songo, lebih
suka melakukan interaksi atau pendekatan secara langsung kepada anggota.
Seperti contoh menyempatkan waktu berkunjung atau bersilaturahim kepada
tetangga terdekat setelah itu dilanjutkan berkunjung kepada anggota-anggota
yang ikut pengajian pada majlis ta’lim wali songo.70
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pelaksanaan asas sosiologis
cara yang sering dipakai oleh pimpinannya ialah terjun langsung kelapangan
dengan mengunjungi rumah-rumah warga yang dekat dengan tempat
tinggalnya setelahnya bersilaturahim kerumah anggota dari jamaahnya.
Maka dapat dianalisis bahwa cara yang dipakai oleh pimpinan majlis
ta’lim wali songo adalah sangat rendah hati dan baik. Mengapa demikian
karena sangat jarang sekali seorang kiyai, ustad ataupun pemimpin mau
70
Wawancara Pribadi dengan Kholil Ridho’i
51
bertamu kerumah tetangganya maka dengan cara ini pula akan mempermudah
seorang pemimpin untuk tahu kondisi, sikap dari orang-orang yang pernah
dikunjunginya.
3. Asas Keahlian dan Kemampuan Da’i’
Pengetahuan keahlian ini lebih spesifik sifatnya. Lebih baik manakala
para da’i banyak menguasai beberapa keahlian yang bermanfaat dalam
dakwah. Misalnya, keahlian dalam strategi perang, dan strategi dalam
mengatasi mad’unya. Selama ini kesan pemikiran dan wawasan orang
Madura kurang sempurna dalam memahami ajaran Islam. Seperti pemahaman
tentang ilmu, aqidah, fiqih dan ilmu yang lainnya. Oleh karena nya saya
selaku ketua dari pimpinan Majlis Ta’lim Wali Songo harus bisa merubah
pola berfikir orang Madura.
Untuk itu sebagai penunjang dari keberhasilan dakwah yang saya
terapkan di majlis ta’lim wali songo saya memilih seorang da’i yang mampu
dan berkualitas dalam hal ilmu agama.71
Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas bahwa Ust. H. Holili Ridho’i
S.Ag tidak mau salah dalam memilih seorang pengajar, karena seorang
pengajar harus mampu mengajarkan dan memberikan contoh yang baik pada
jamaahnya.
Maka dapat dianalisis bahwa sikap hati-hati dalam memilih dan
memutuskan sangat diperlukan bagi seorang pemimpin. Lebih-lebih berhati-
71
Wawancara Pribadi dengan Kholil Ridho’i
52
hati memilih seorang guru, karena guru adalah orang yang mempunyai ilmu
dan orang yang akan ditiru.
4. Asas Psikologi Dakwah
Secara sederhana psikologi disebut sebagai ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya. Dakwah adalah
mengajak manusia ke jalan Allah agar mereka berbahagia di dunia dan
akhirat. Jadi psikologi dakwah adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia yang merupakan gejala dari jiwanya untuk di ajak kejalan Allah agar
berbahagia di dunia dan akhirat.
Dalam hal ini manusia adalah makhluk yang bebeda-beda baik dalam
sifat, dan sikap. Dalam mengatasi hal tersebut Ustad Holili Ridho’i memilih
dan menerapkan konsep asas psikologi dakwah yang terdiri dari komponen-
komponen sebagai berikut: Pendakwah harus memiliki niat yang ikhlas,
ilmu yang sahih dan akhlak serta adab Islami yang baik. Selain itu, dia
harus berupaya mengamalkan apa yang dia dakwahkan. Sesuai dengan firman
Allah taa’la: yang artinya “Apakah mereka memerintahkan manusia kepada
kepada kebaikan tetapi mereka melupakan diri mereka sendiri…” (Al-
Baqarah: 44), Orang yang didakwahi (mad’u), penting untuk kita ingat
setiap manusia pasti punya marah dan emosi. Orang yang lebih berstatus,
baik dari segi ilmu, pangkat atau usia pasti akan marah jika orang yang lebih
kurang status daripada mereka, menegur mereka. Demikian juga jika emosi
seseorang itu tidak stabil, maka menegur mereka pada saat itu sukar untuk
mendapatkan hasil yang baik, malah silap hari bulan kita pula yang dimarahi.
Sebab itu untuk berdakwah harus ada strategi yang baik, tidak boleh main
53
terjun begitu sahaja,dan memberi mad’u kebebasan untuk menerima
teguran kita atau tidak.Artinya Ucapan da’i kepada mad’u bebas nak setuju
atau tidak, sebab saya pun tidak dapat lari daripada kesilapan, sama-sama kita
be rdoa agar Allah memberi hidayah kepada kita berdua” adalah satu ucapan
yang penting dalam setiap nasihat.
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam asas psikologi dakwah majlis
ta’lim wali songo lebih menekankan terhadap da’i nya artinya seorang
guru/ustad harus mempunyai nilai yang tulus dan ridho karena Allah, dalam
memberikan pesan dakwah, seorang da’i harus bisa menyesuaikan kondisi
mad’unya, dan jangan pernah memaksakan kehendak kita untuk selalu diikuti
dan dapat diterima karena sesungguhnya kita semua tidak ada yang sempurna.
Maka dapat dianalisis dari data diatas bahwa tiga komponen tersebut
sudah cukup akan tetapi ada hal yang harus juga di perhatikan seperti dalam
mengatasi atau menyesuaikan psikologi mad’u kita harus menyesuaikan
dengan kondisi dan lingkungannya.
5. Asas Efektifitas dan Efisiensi Dakwah
Dalam setiap mengadakan kegiatan dakwahnya, Majlis Ta’lim Wali
Songo selalu mempertimbangkan antara keadaan, mulai dari keadaan da’i
atau mad’unya serta waktu yang tersedia, agar kegiatan dakwah yang
dilakukan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diinginkan
pengurus dan anggota jamaah.
Hal ini sesuai dengan asas efektifitas dan efisiensi, yaitu asas yang dalam
aktifitas dakwahnya harus dapat menyeimbangkan antara kondisi mad‟u, dan
54
waktu yang di laksanakan.Dalam hal ini, dapat dilihat pada kegiatan
mingguan yang diadakan Majlis Ta’lim Wali Songo. Kegiatan pengajian
mingguan ini diadakan, karena untuk memaksimalkan kondisi mad‟unya
yang sehari-harinya sibuk dengan pekerjaan oleh karena itu waktu
pelaksanaannya dilaksanakan ba’da Isya’ yang bersifat positif. Seperti belajar
ilmu tauhid, fiqh, dzikir, tahlil, membaca surah Yasin, membaca sholawat
kepada nabi.72
Maka dapat disimpulkan setiap pelaksanaan kegiatan majlis ta’lim wali
songo disesuaikan dengan kondisi mad’unya yang profesi manjadi pedagang
kaki lima oleh karenanya waktu pelaksanaan tersebut di laksanakan 1 minggu
dua kali dengan ketentuan hari malam jum’at dan malam sabtu.
B. Strategi Dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo
1. Perumusan Strategi Dakwah
Dalam konteks dakwah, strategi juga sangat dibutuhkan terutama bagi
organisasi dakwah semacam Majlis Ta’lim Wali Songo yang merupakan
bagian dari organisasi kemasyarakatan. Adapun tahap pembuatan atau
perumusan sebuah strategi adalah tahap yang paling menentukan
keberhasilan dalam proses pelaksanaan sebuah strategi. Inti pokok dari
tahap ini adalah menghubungkan organisasi dengan lingkungannya dan
menciptakan strategi-strategi yang cocok untuk mencapai misi organisasi.
Strategi dakwah yang dilakukan Majlis Ta’lim Wali Songo adalah
merancang, membuat konsep dan menyeleksi strategi yang pantas untuk
72
Wawancara Pribadi dengan Holili Ridho’i
55
di gunakan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dakwah. Dalam tahap
merumuskan strategi untuk mengajak anggota jamaahnya pengurus majlis
ta’lim Wali Songo mengadakan musyawarah antar pengurus dalam
menyusun program kegiatan.
Adapun cara yang dilakukan Majlis Ta’lim Wali Songo dalam
menjalankan program yang telah direncanakan disesuaikan dengan
melihat hubungan organisasi dan lingkungannya dengan menggunakan
analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah menganalisa tentang kekuatan-kekuatan yang
dimiliki organisasi yang dapat diandalkan, kelemahan-kelemahan yang
perlu diantisipasi dan peluang yang bisa menguntungkan lembaga serta
ancaman-ancaman yang tidak menguntungkan bagi sebuah lembaga.
Berikut analisis SWOT yang telah penulis himpun dari hasil
wawancara dengan pengurus Majlis Ta’lim Wali Songo.
Secara praktis kekuatan Majlis Ta’lim Wali Songo didukung oleh
beberapa faktor diantaranya: Memiliki pemimpin yang kharismatik, Letak
geografis Majlis Ta’lim Wali Songo yang berada di lingkungan yang
mayoritas bergama Islam dan rumah anggota dari majlis ta’lim tersebut
berdekatan, Setiap kegiatan malam Jum’at, anggota diwajibkan membayar
uang arisan sebesar 22.000,00, dan Loyalitas dan komitmen pengurus dan
anggota untuk menjaga, membangun dan melestarikan organisasi tersebut.
kelemahan-kelemahan majlis ta’lim wali songo didalam melakukan
berbagai kegiatan dakwahnya, meliputi : Kurangnya ketegasan dari
pengurus dalam mengambil sebuah tindakan,Apabila hujan turun anggota
56
Majlis Ta’lim yang hadir berkurang (sedikit), Anggota jamaahnya
mayoritas pedagang,
Peluang atau situasi yang menguntungkan dalam ruang lingkup
organisasi dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk menarik
kesempatan terbuka bagi keberlanjutan atau kemajuan organisasi. Diantara
peluang itu adalahMemiliki Sumber Daya Manusia, Memiliki donatur
tetap, Memiliki hubungan yang baik dengan perusahaan, tokoh masyarakat
Betawi.
Ada beberapa ancaman yang dapat mengurangi keberhasilan kegiatan-
kegiatan Majlis Ta’lim Wali Songo, diantaranya: anggotanya terkadang
masih ada yang kurang aktif, Ada anggota yang kurang komitmen, sering
terjadi penguluran waktu pada saat pelaksanaan.73
Maka dapat dianalisis dari hasil analisis swot pada majlis ta’lim wali
songo adalah sebagai berikut:
1) Strenght (Kekuatan)
Secara praktis kekuatan tersebut didukung oleh beberapa faktor:
a. Memiliki pemimpin yang kharismatik.
b. Letak geografis Majlis Ta’lim Wali Songo yang berada di lingkungan
yang mayoritas bergama Islam dan rumah anggota dari majlis ta’lim
tersebut berdekatan, jadi untuk mengembangkan ajaran Islam kepada
anggota yang dilakasanakan dari rumah kerumah secara bergantian
akan lebih mudah dan menyenangkan.
73
Wawancara pribadi dengan Holili Ridhho’i
57
c. Setiap kegiatan malam Jum’at, anggota diwajibkan membayar uang
arisan sebesar 22.000,00. Dengan rincian 20.000 buat konsumsi dan
2.000 untuk dana kas.
d. Komunikasi dan kekeluargaan yang baik sesama warga Madura, dan
begitu juga dengan warga masyarakat yang ada di sekitarnya,
sehingga banyak kemudahan yang diperoleh dalam menjankan
kegiatan dakwah.
e. Loyalitas dan komitmen pengurus dan anggota untuk menjaga,
membangun dan melestarikan organisasi tersebut. Dengan cara
mengajak anak-anaknya ikut andil dalam setiap kegiatan yang
diadakan Majlis Ta’lim Wali Songo.
2) Weakness (kelemahan)
Majlis Ta’lim Wali Songo juga memiliki kelemahan-kelemahan didalam
melakukan berbagai kegiatan dakwahnya, diantaranya:
a. Kurangnya ketegasan dari pengurus dalam mengambil sebuah
tindakan, sehingga anggota menjadi enteng dalam melaksanakan
program kegiatan yang ada di Majlis Ta’lim Wali Songo.
b. Apabila hujan turun anggota Majlis Ta’lim yang hadir berkurang
(sedikit). karena tempat tinggal anggota majlis ta’lim wali songo
rawan banjir.
c. Anggota jamaahnya mayoritas pedagang, jadi bagi anggota yang
kurang perduli terhadap kegiatan dakwah Wali Songo. Ia tidak hadir
dengan alasan cape.
3) Oportunity (peluang)
58
Peluang atau situasi yang menguntungkan dalam ruang lingkup
organisasi dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk menarik
kesempatan terbuka bagi keberlanjutan atau kemajuan organisasi.
Majlis Ta’lim Wali Songo merupakan organisasi besar yang bergerak
dibidang dakwah, tentu banyak peluang yang menjadikan Majlis Ta’lim
Wali Songo dalam mencapai tujuan yang diinginkannya. Diantara peluang
itu adalah
a. Memiliki Sumber Daya Manusia yang mampu dalam hal ekonomi.
b. Memiliki donatur tetap dalam membantu kegiatan dakwahnya.
c. Memiliki hubungan yang baik dengan perusahaan, tokoh masyarakat
Betawi dan anggota jamaahnya.
4) Threats (ancaman)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan organisasi yang dapat mengganggu keberadaan dan
keberlanjutan organisasi.
Majlis Ta’lim Wali Songo yang berdiri pada tahun 1999 tentunya
sudah banyak pengalaman yang diperoleh, namun demikian seiring terus
berkembangnya zaman Majlis Ta’lim Wali Songo menghadapi persoalan
faktor internal maupun faktor eksternal yang menjadi dasar asumsi
pembuatan strategi.
Ada beberapa ancaman yang dapat mengurangi keberhasilan kegiatan-
kegiatan Majlis Ta’lim Wali Songo, diantaranya:
a. Semangat anggota yang masih kurang
59
Sehingga ketika dirinya sudah merasa lelah karena kesibukan yang
dialami, maka anggota yang kurang semangat menjadi tidak hadir
dalam kegiatan yang diadakan Majlis Ta’lim Wali Songo.
b. Ada anggota yang kurang komitmen
Dalam setiap kegiatan dilaksanakan, anggota diwajibkan membayar
uang arisan 22.000,00. Namun masih ada saja dari salah satu anggota
yang tidak membayarnya.
c. Ada kalanya faktor waktu
Hal ini sering terjadi disaat pelaksanaan kegiatan, waktu yang
seharusnya kegiatan harus dimulai ternyata masih ditunda-
tunda.Majlis Ta’lim Wali Songo merumuskan strategi dengan
pemikiran-pemikiran dan langkah-langkah dalam menentukan strategi
dakwah yang akan diterapkan dalam kegiatan dakwah.
2. Implementasi Strategi Dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo
Implementasi strategi merupakan proses pelaksanaan strategi, yang
dalam pelaksanaannya perlu ada konsistensi dari masing-masing anggota
yang terlibat di dalamnya. Komitmen serta kerja sama pengurus dan anggota
sangat diperlukan untuk mencapai pada tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya.
Pada tahap penerapan pengimplementasian strategi yang dilakukan
Majlis Ta’lim Wali Songo bertumpu pada program kegiatan dakwah yang
sudah disusun dalam bentuk program-program dakwah. Baik itu dalam
60
bentuk kegiatan yang sudah ditetapkan oleh Majlis Ta’lim Wali Songo
maupun kegiatan dakwah yang sifatnya komunitas kecil.
Oleh karena itu hal yang paling ditekankan dalam kegiatan dakwah
Majlis Ta’lim Wali Songo adalah mengajarkan ilmu Aqidah, Ilmu Fiqih dan
mengajak kepada anggotanya untuk selalu membina dan menjaga hubungan
yang harmonis sesama anggota, dan masyarakat luas pada umumnya serta
berziarah ke maqam para wali Allah yang ada di pulau Jawa pada umumnya.
Adapun dalam pembagian waktu pelaksanaan program kegiatan yang
sudah disepakati bersama antara pengurus dan anggota, maka penulis
lampirkan program tersebut sebagai berikut: Acara Mingguan Yang
dilaksanakan pada malam jum’at berisi tentang: Ceramah Agama, Membaca
Yasin, Membaca tahlil, dan Membaca Sholawat kepada Nabi (Syarafal
Anam), Membaca Sholawat Nariyah sebanyak 4.888 secara berjamaah, dan
Program pendidikan TKA dan TPA, Acara Tahunan ( Hari-hari besar dalam
Islam)yang meliputi:Memperingati tahun baru Islam (Hijriyah),
Memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, Memperingati Isra’ Mi’raj
Nabi Muhammad SAW, Mengadakan tadarus al-Qur’an selama bulan puasa,
Ta‟jil (membagi-bagikan makanan untuk berbuka puasa di Mushalla
Raudlatul Mujahidin), dan Kegiatan buka bersama antar pengurus Majlis
Ta’lim Wali Songo dengan masyarakat yang ada di sekitar lingkungan
Kebayoran Baru Jakarta Selatan dan Peringatan Nuzulul Qur’an, Program
jangka panjang Kegiatan Sosial ( Santunan terhadap Fakir Miskin, Pati
61
Jompo, dan Yatim Piatu ), Punya Mobil Ambulans dan Tour Ziarah Wali
Songo dan para wali Allah yang ada di pulau Jawadan Madura.74
Maka dapat dianalisis dari hasil data diatas sebagai berikut:
1. Acara Mingguan
1) Yang dilaksanakan pada malam jum’at berisi tentang:
a. Ceramah Agama
Kegiatan pembekalan ilmu pengetahuan agama ini dilakukanpada
malam jum’at di pekan kedua setiap bulannya dengan tujuanuntuk
dapat menambah wawasan ke ilmuan anggotanya. Hal ini
dilaksanakan pada setiap satu bulan sekali, dengan alasan jamaah
agar anggotanya tidak jenuh dalam menuntut ilmu.
b. Membaca Yasin, Membaca tahlil, dan Membaca Sholawat
kepada Nabi (Syarafal Anam).
Kegiatan ini dilakukan untuk mengajarkan kepada anggota
jamaah Majlis Ta’lim Wali Songo untuk selalu mengingat kepada
Allah dan mendoakan kepada orang tua, saudara-saudara mereka
yang sudah meninggal dunia. Membaca sholawat kepada nabi,
dilakukan sebagai bukti bahwa anggota Majlis Ta’lim Wali
Songo cinta kepada Nabi Muhammad SAW, dan mengharapkan
syafaatnya.
c. Membaca Sholawat Nariyah sebanyak 4.888 secara berjamaah
yang dilaksanakan pada malam sabtu.
74
Wawancara pribdi dengan Husein (Sekretaris Majlis Ta’lim Wali Songo)
62
d. Program pendidikan TKA dan TPA: Program ini bertujuan untuk
memberikan pengajaran dan pembinaan ilmu pengetahuan agama
Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadis kepada anak-
anak usia dini, sekaligus melatih anak-anak agar dapat
melestarikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
2. Acara Tahunan ( Hari-hari besar dalam Islam)
Dalam acara tahunan ini terdiri dari lima macam bagian, yang meliputi:
1) Memperingati tahun baru Islam (Hijriyah).
2) Memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
3) Memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
4) Mengadakan tadarus al-Qur’an selama bulan puasa, Ta‟jil
(membagi-bagikan makanan untuk berbuka puasa di Mushalla
Raudlatul Mujahidin), dan Kegiatan buka bersama antar pengurus
Majlis Ta’lim Wali Songo dengan masyarakat yang ada di sekitar
lingkungan Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
5) Peringatan Nuzulul Qur’an.
3. Kegiatan Sosial ( Santunan terhadap Fakir Miskin, Pati Jompo, dan
Yatim Piatu )
Hal ini dilakukan ketika pertengahan bulan Sya’ban tiba dengan maksud
untuk membantu orang-orang yang kurang mampu yang ada di
lingkungan Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
63
4. Punya Mobil Ambulans
Program ini dimaksudkan untuk kemaslahatan mayarakat yang ada di di
lingkungan Kebayoran Baru Jakarta Selatan pada umumnya dan
khususnya buat anggota Majlis Ta’lim Wali Songo, apabila
membutuhkan jasa angkutan untuk beobat kerumah sakit dan sekaligus
buat sarana angkutan jenazah bagi yang membutuhkannya.
5. Tour Ziarah Wali Songo dan para wali Allah yang ada di pulau Jawa dan
Madura.
3. Evaluasi Strategi Dakwah
Setiap organisasi tentu menginginkan hasil yang baik, sempurna dan sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh sebuah organisasi. Dalam organisasi tidak akan
lepas dari sebuah strategi, oleh karena itu dalam strategi antara perumusannya
dengan pelaksanaannya harus berkesinambungan. Strategi yang tidak baik jika
dalam penerapannya tidak sesuai dengan strategi yang telah dirumuskan. Maka
hasil yang dicapai tidak akan terarah dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
sebuah organisasi.
Untuk menjaga keseimbangan diantara keduanya maka diperlukan evaluasi.
Karena manfaat adanya evaluasi dapat mengetahui kekurangan-kekurangan yang
ada, selain itu juga memberikan penilaian terhadap apa yang telah dilakukan.
Evaluasi yang dilakukan Pengurus Majlis Ta’lim Wali Songo dengan cara rapat
antar pengurus setelah itu di musyawarahkan pada anggota.
Dalam hal ini Majlis Ta’lim Wali Songo mengadakan sebuah evaluasi tentang
strategi dakwah diantaranya:
64
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Meninjau sumber daya manusia adalah yang menjadi asumsi dasar pada
pembuatan strategi dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo. Adapun kondisi,
waktu dan lingkungan adalah sebuah masalah yang harus dipecahkan dan
diselasaikan. Maka tindakan akan menjadi suatu harapan dalam pencapaian
tujuan.
Dari berbagai langkah strategi yang telah dilakukan oleh Majlis Ta’lim
Wali Songo, maka dapat dilihat apakah strategi tersebut sudah tepat sasaran
dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Diantaranya evaluasi tentang
program kegiatan Mingguan, Kegiatan Sosial, dan kegiatan tahunan Majlis
Ta’lim Wali Songo yang meliputi materi dakwah yang akan disampaikan,
waktu pelaksanaan kegiatan dakwah, dan jadwal kegiatan dakwah Majlis
Ta’lim Wali Songo yang telah diagendakan secara teratur.
b. Rapat Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Tugas yang paling penting utnuk pengurus Majlis Ta’lim Wali Songo
adalah bagaimana mengatur pelaksanaan tersebut, apa yang harus di kerjakan
setelah dakwah itu berjalan. Disinilah pentingnya untuk mengadakan
evaluasi, sampai mana hasil strategi dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo yang
telah dicapai.
Evaluasi ini sangat penting untuk menyesuaikan dengan perubahan
anggota Majlis Ta’lim Wali Songo dalam kurun waktu tertentu dan harus ada
peningkatan dalam menjalankan agama Islam. Sebelum hal itu dilakukan,
terlebih dahulu harus ditetapkan target hasil dan setiap paket dakwah yang
65
dijalankan sehingga memudahkan untuk membuat grafik perkembangan
dakwah.
c. Memperbaiki Mekanisme Kerja
Dalam mengambil suatu kebijakan untuk mengubah strategi, tidak perlu
strategi yang sudah ada ditinggalkan atau strategi yang baru harus
dirumuskan. Dalam hal ini Majlis Ta’lim Wali Songo melihat sesuatu yang
menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan
strategi dakwah yang sudah ada, kemudian diukur apakah strategi yang sudah
ada tersebut dapat mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan oleh Majlis
Ta’lim Wali Songo.75
75
Wawancara Pribadi dengan Kholil Ridho’i
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan tentang Strategi
Dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo Di Kebayoran Baru Dalam
Merealisasikan Ukhuwah Islamiyah, penulis dapat menyimpulkan dari akhir
penulisan karya ilmiah ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengenai Asas Dakwah yang dilakukan Majlis Ta’lim meliputi :
a. Asas Filosofis yang dilakukan majlis ta’lim wali songo yaitu dalam
proses awal pelaksanaan merumuskan tujuan dari organisasi tersebut.
b. Asas Sosiologis yang dilakukan pengurus majlis ta’lim wali songo
dengan cara bersosialisasi dengan warga yang ada dilingkungan
Kebayoran Baru.
c. Asas Keahlian Da’i yang dilakukan pada majlis ta’lim wali songo
adalah dengan cara memilih seorang da’i yang mempunyai
kemampuan yang berkualitas dalam bidang ilmu agam Islam.
d. Asas Psikologi Dakwah yang dilakukan majlis ta’lim wali songo
adalah da’i yang mengajar harus mempunyai nilai tulus dan ridho
karena Allah, dalam menyampaikan dakwahnya melihat situasi dan
kondisi, dan tidak egois dalam memberikan pesan dakwah kepada
mad’u.
e. Asas Efektifitas dan Efisiensi Dakwah: hal ini pengurus majlis ta’lim
wali songo dalam melaksanakan kegiatannya selalu
67
mempertimbangkan waktu, dan kondisi da’i dan mad’unya. Oleh
karena itu pelakasanaan dilakukan setiap malam jum’at dan malam
sabtu dengan waktu ba’da isya’.
2. Strategi dakwah Majlis Ta’lim Wali Songo, dalam melaksanakan
kegiatan dakwahnya dilakukan dengan cara merumuskan starategi
dakwah yang telah direncanakan yang disesuaikan dengan melihat
hubungan organisasi dan lingkungannya dengan cara analisis SWOT,
setelah itu di implementasikan dalam proses pelaksanaan dilapangan
yang bertumpu pada program kegiatan dakwah yang sudah disusun, dan
setelah itu dilakukan lah sebuah evaluasi untuk menjaga keseimbangan
antara perumusan strategi dengan pelaksanaan dengan cara meninjau
sumber daya manusia, rapat evaluasi kegiatan, dan memperbaiki
mekanisme kerja.
68
B. Saran
Tanpa mengurangi rasa hormat serta ta‟dzim penulis kepada pengurus
Majlis Ta’lim Wali Songo, dalam hal ini ada yang ingin penulis sampaikan
melalui saran yang sekiranya bisa membangun Majlis Ta’lim Wali Songo
menjadi lebih baik antara lain:
1. Keberadaan majlis ta’lim wali songo yang berada dilingkungan
Kebayoran Baru harus dipertahankan, dikembangkan lagi dalam
pelaksanaan program kegiatan dakwahnya serta harus bisa lebih baik lagi
dalam mengaplikasikan asas-asas dakwah yang ada pada majlis ta’lim
wali songo.
2. Strategi dakwah majlis ta’lim wali songo seperti halnya Perumusan
sebuah strategi, implementasi dakwah serta pada tahap evaluasi. Ini harus
bisa diupayakan lebih sistematis lagi dalam proses pelaksanaan program
kegiatannya.
69
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, Tutty. Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Taklim (Bandung: Mizan,
1997)
Al-Bilali,Abdul Hamid. Fiqh al-Dakwah Fi ingkar al-Mungkar, (Kuwait: Dar al-
Dakwah, 1989)
Arbi, Armawati. Dakwah dan Komunikasi, Cet 1, (UIN Jakarta Press)
Arifin M. Psikologi Dakwah: Sebuah Pengantar Studi, (Jakarta, Bulan Bintang, 1997)
Aziz Abdul, Jum’ah Amin. Fiqih Dakwah Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam,
(Surakarta: Era Intermedia, 2000)
Azis, Moh Ali. Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004)
A. Somad, M. Idris. Ilmu Dakwah, (Jakarta: T.p, 2005)
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997)
Chirzin, M. Habib. Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES, 1983)
Darus Salam, Ghazali. Dakwah Yang Bijak, Cet II (Jakarta: Lentera)
David, Freed R. Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta:Prenhallindo, 2002)
Depdikbud Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1998)
70
DjalilAbdul, Maman, danRafi’udin. Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka
Setia, 2001)
Ensiklopedi Islam. (Jakarta: Ichtiar Can Hoeve, 1999)
Fauzi, Nurullah. Dakwah-Dakwah Yang Paling Mudah, Cet. II (Gresik: Putra Pelajar,
1999)
Ghazali, M. Bahri.Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah
(Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997)
Harjani, Hefni. dkk. Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006)
Hasanuddin. Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996)
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1999)
Ismail, A. Ilyas. Pradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah
Harakah, (Jakarta: Penerbit Madani, 2006)
Kardiman A.M. Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pronhallindo, t.t)
Ken Blanchard, Paul Harsey. Manajemen Prilaku Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 1982)
Koordinasi Dakwah Islam (KODI), Pedoman Majlis Ta‟lim, (Jakarta: KODI DKI,
1981)
Lalu, Muchsin Efendi dan Faizah. Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006)
71
Latif, Nasaruddin. Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Firman Dara, 1979)
Muhtaram, Zaini. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah (Yogyakarta: al-Amin Press dan
IFKA,1966)
M. Kalah, Asad. Kamus Indonesia- Arab, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987)
M. Munir. Metode Dakwah, (Jakarta: Pemuda Media, 2006)
Moleong Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT Remaja Rosadakarya
Offset, Juli 2007)
Mubarok, Achmad, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999)
Nasir, Muhamad. Fiqh al-Dakwah dalam Majalah Islam Kiblat, (Jakarta: T.p, 1971)
Nazir M. Metode Penelitian, (Jakarta : Galia Indonesia, 1998 )
PB Triton. Marketing Strategic Meningkatkan Pangsa Pasar dan Daya Saing,
(Yogyakarta : Tugu Publisher, 2008)
Qadharwi,Yusuf. Kerangka Ideologi Islam, (Bandung: Risalah, 1985)
Rafi'udin , Djaliel Abdul dan Maman. Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung :CV.
Pustaka 2004)
Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002)
Rangkuh, Fredi. Analisis Swot, Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1997)
72
Shihab Quarish. Tafsir al-Misbah, Cet ke-1, (Lentera Hati, 2000)
Shihab Quraish. Membumikan Al-Qur‟an : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1998)
Siagian, S.P. Manajemen Modern, (Jakarta: Masagung, 1994)
Sri Wahyudi, Agustinus. Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berfikir Strategik,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996).
Steiner, Geoge. Kebijakan dan Strategi Manajemen, (PT. Gelora Aksara Pratama,
1997).
Syamsudin, Din. Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta:
Logos, 2000)
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Iklas, 1983)
Syukriadi, Sambas dan Acep Aripudin. Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antar
Budaya, (Bandung: PT. Remaja Rosadakarya, 2007)
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Prata Media, 1997).
Usman, Syarif. Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam, (Jakarta:
Firma Jakarta, 1998),
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 2004).
Yahya Omar,M. Toha. Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. AL-Mawardi Prima, 2004).
Yakqub, Ali Mustafa. Sejarah Metode Dakwah Nabi (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997).
73
Ya’qub, Hamzah. Publisistik Islam Teknik Dakwah Leadership, (Bandung: Diponegoro, 1972)
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir al-Qur’an, al-Qur‟an dan Terjemahannya,
(Lembaga Percetakan Raja Fahd, Tt).
Yunus,Mahmud. Kamus Besar Bahasa Arab Indonesia, (Jakarta: Hilda Karya Agung,
Tt).