stok karbon pada hutan rakyat di desa sukoharjo …digilib.unila.ac.id/55027/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
STOK KARBON PADA HUTAN RAKYAT DI DESA SUKOHARJO IKECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU
(Skripsi)
Oleh
DIO IVANDO
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
Dio Ivando
ABSTRAK
STOK KARBON PADA HUTAN RAKYAT DI DESA SUKOHARJO IKECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
DIO IVANDO
Hutan rakyat desa Sukoharjo I merupakan hutan yang dikelola masyarakat desa
tersebut secara lestari dan menerapkan sistem agroforestri. Hutan ini memiliki
luas 200 ha dan terdapat jenis tanaman yang beragam yang terbagi dalam tiga tipe
kerapatan, oleh karena itu diharapkan hutan rakyat Desa Sukoharjo I memiliki
peranan penting dalam penyerapan karbon di atmosfer, maka perlu dilakukan
penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui potensi cadangan dan serapan
karbon di hutan rakyat Desa Sukoharjo I. Penelitian dilaksanakan pada bulan
April-Mei 2018 di hutan rakyat Desa Sukoharjo I, Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Pringsewu dengan menggunakan metode persamaan allometrik dan
Rancangan Acak Kelompok Lengkap. Hasil penelitian menunjukan bahwa hutan
rakyat desa Sukoharjo I tergolong hutan yang baik dalam penyimpanan cadangan
karbon yang mencapai 227,29 ton/ha. Hasil dari uji BNT (Beda Nyata Terkecil) 5
% menunjukkan bahwa hutan dengan kerapatan rendah memiliki nilai cadangan
dan serapan karbon yang nyata paling rendah (54,57 ton/ha ; 200,27 ton/ha)
dibandingkan kerapatan sedang dan tinggi, tetapi nilai cadangan dan serapan
Dio Ivandokarbon pada kerapatan sedang (79,78 ton/ha ; 292,79 ton/ha) dengan kerapatan
tinggi (92,94 ton/ha ; 341,09 ton/ha) tidak berbeda. Walaupun demikian, masih
dapat dikatakan bahwa kerapatan tegakan berpengaruh dalam jumlah cadangan
dan serapan karbon.
Kata Kunci: cadangan karbon, hutan rakyat, penyerapan karbon, Pringsewu.
Dio Ivando
ABSTRACT
CARBON STOCK IN PRIVATE FOREST OF SUKOHARJO I VILLAGESUKOHARJO DISTRICT PRINGSEWU REGENCY
By
DIO IVANDO
The private forest of Sukoharjo I village was a forest which managed by people of
those village and applied by sustainable agroforestry system. This forest had an
area of 200 ha and there were various types of plants that were divided into the
three types of density, therefore it was expected that the private forest of
Sukoharjo I Village had an important role in carbon reserve and uptake in the
atmosphere, so it was necessary to do the research to find out the potential of
carbon stock and carbon absorption in private forest of Sukoharjo I Village. The
research was held on April-May 2018 in private forest of Sukoharjo I Village,
Sukoharjo District of Pringsewu Regency that using allometric equation method
and Randomized Block Design. The results showed that, private forest of
Sukoharjo I Village were classified as good forests in carbon storage which
reached to 227,29 tons / ha. The results of the 5% BNT (Significant Difference)
test indicated that low density forests had significantly lowest reserves and carbon
uptake (54,57 tons / ha; 200,27 tons / ha) than medium and high density, but the
value carbon reserves and uptake at medium density (79,78 tons / ha; 292,79 tons
Dio Ivando/ ha) with high density (92,94 tons / ha; 341,09 tons / ha) were no different.
However, it can still be said that stand density had an effect on the amount of
reserves and carbon uptake.
Keywords: carbon absorption,carbon reserves, Pringsewu, private forest.
STOK KARBON PADA HUTAN RAKYAT DI DESA SUKOHARJO IKECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
DIO IVANDO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA KEHUTANAN
pada
Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis Dio Ivando dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 22
Maret 1993 sebagai anak pertama dari dua bersaudara,
pasangan dari ayahanda Ening Sarwono dan Ibunda Lili
Suprapti. Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-
kanak Islamiyah Provinsi Lampung diselesaikan pada tanggal
1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Keputran Provinsi
Lampung pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 3
Pringsewu Provinsi Lampung pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas (SMA)
di SMA Negeri 1 Gadingrejo dan selesai pada tahun 2011.
Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Pada tahun 2013 penulis pernah melaksanakan
Kuliah Kerja Lapangan (KLK) di taman margasatwa ragunan, pusat konservasi
kebun raya Bogor, pusat penelitian dan pengembangan dan Center For
International Forestry Research (CIFOR). Penulis pernah melaksanakan Praktik
Umum (PU) di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ngliron, Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Randu Blatung Perum Perhutani Divisi Regional Jawa
Tengah pada tahun 2014. Selain KLK dan PU, penulis juga telah melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2015 di Desa Purwa Jaya, Kecamatan
Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang.
SANWACANA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
nikmatnya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi) ini dengan
lancar.Skripsi dengan judul Stok Karbon Pada Hutan Rakyat Desa Sukoharjo I
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu” adalah salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana di Universitas Lampung. Penulis menyampaikan
penghargaan dan terima kasih kepada beberapa pihak sebagai berikut:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung sekaligus pembimbing utama skripsi atas
bimbingan, saran dan motivasi yang telah diberikan dalam proses
penyelesaian skripsi.
2. Ibu Dr. Melya Riniarti , S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P., selaku pembimbing akademik sekaligus
pembimbing kedua skripsi atas bimbingan, saran dan motivasi yang telah
diberikan dalam proses perkuliahan dan penyelesaian skripsi.
4. Bapak Ir. Indriyanto, M.P., selaku penguji utama skripsi atas saran yang telah
diberikan dalam proses penyelesaian skripsi.
iii
5. Kepada Bapak Suparman dan keluarga selaku pembimbing lapangan
sekaligus ketua Gapoktanserta Kepala Desa Sukoharjo I yang telah
memberikan ijin penelitian.
6. Seluruh dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
atas ilmu yang telah diberikan.
7. Kepada orang tua saya Bapak Ening Sarwono dan Ibu Lili Suprapti yang
telah memberikan kasih sayang, semangat, motivasi dan doa.
8. Kepada saudara (adik)saya Diar Nazmuddin Al-Qassam yang telah
memberikan bantuan dan semangat untuk menyelesiakan skripsi.
9. Sahabat-sahabat terbaik Dian, Dendi, Liana, Olla,Tedy, Rifan, dan Merisaatas
bantuan dan dukungan dalam menyelesiakan skripsi.
10. Keluarga besar Angkatan 2011 (FOREVER’11) atas kebersamaan,
persaudaraan, motivasi, serta dukungan dalam penyelesaian skripsi.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dalam bidang kehutanan.
Bandar Lampung, November 2018.
Penulis
DIO IVANDO
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 11.1 Latar Belakang ............................................................................... 11.2 Tujuan Penelitian ........................................................................... 41.3 Manfaat Penelitian ......................................................................... 41.4 Kerangka Penelitian ....................................................................... 51.5 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 92.1 Hutan Rakyat ................................................................................. 92.2 Peran Hutan Rakyat dalam Penyerapan Karbon ............................ 102.3 Biomassa ........................................................................................ 11
2.3.1 Definisi Biomassa ................................................................. 112.3.2 Perhitungan Biomassa Hutan ................................................ 12
2.4 Karbon............................................................................................ 142.5 Penyerapan Karbon ........................................................................ 152.6 Kerapatan Hutan ............................................................................ 16
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 183.1 Waktu dan Tempat ......................................................................... 18
3.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 201. Kondisi Wilayah ........................................................................ 202. Kondisi Geografis ...................................................................... 203. Kondisi Umum Hutan Rakyat di Lokasi Penelitian................... 21
3.2 Alat dan Bahan............................................................................... 213.3 Batasan Penelitian .......................................................................... 223.4 Data yang dikumpukan .................................................................. 22
3.4.1 Data Primer ............................................................................ 223.4.2 Data Skunder.......................................................................... 23
3.5 Pengumpulan Data ......................................................................... 243.5.1 Sampel ................................................................................... 243.5.2 Intensitas Sampel ................................................................... 25
v
Halaman3.5.3 Data Biomassa ....................................................................... 26
1. Biomassa Pohon dan Nekromassa....................................... 272. Biomassa Serasah ................................................................ 293. Biomassa Tumbuhan Bawah ............................................... 29
3.6 Analisis Data .................................................................................. 293.6.1 Perhitungan Karbon dari Biomassa..................................... 303.6.2 Penghitungan Cadangan Karbon per Hektar Tiap Plot ....... 303.6.3 Penghitungan Cadangan Karbon Total dalam Plot ............. 313.6.4 Penghitungan Cadangan Karbon Total Suatu Areal ........... 313.6.5 Penyerapan CO2 .................................................................. 313.6.6 Perbedaan Cadangan Karbon Tiap Kelas Kerapatan .......... 32
1. Uji Aditivitas dan Homogenitas .......................................... 332. Analisis Ragam.................................................................... 343. Uji Beda Nyata Terkecil ...................................................... 34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 354.1 Biomassa dan Karbon Tersimpan .................................................. 35
4.1.1 Total Karbon Tersimpan dalam Keseluruhan Plot .............. 354.1.2 Karbon Tersimpan pada Pohon ........................................... 374.1.3 Karbon Tersimpan pada Nekromassa ................................. 404.1.4 Karbon Tersimpan pada Seresah dan Tumbuhan Bawah.... 40
4.2 Penyerapan CO2 di Hutan Rakyat di Desa Sukoharjo I ................. 424.3 Perbandingan Cadangan dan Serapan Karbon pada Kelas
Kerapatan dengan Uji Sidik Ragam dan Uji BNT 5% .................. 43
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 465.1 Simpulan ........................................................................................ 465.2 Saran ........................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 46
LAMPIRAN............................................................................................... 51
Tabel 8 - 24 ................................................................................................. 51 – 73Gambar 4 – 12............................................................................................. 74 – 82
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Model persamaan allometrik yang digunakan ..................................... 28
2. Model ulasan ulangan per perlakuan (kerapatan tegakan)................... 33
3. Hasil rekapitulasi biomassa dan karbon tersimpan pada kawasanhutan rakyat Desa Sukoharjo I ............................................................. 36
4. Susunan vegetasi pada masing-masing tipe kerapatan tegakandi hutan rakyat Desa Sukoharjo I ......................................................... 38
5. Estimasi penyerapan CO2 di kawasan hutan rakyat DesaSukoharjo I ........................................................................................... 42
6. Pengaruh tingkat kerapatan tegakan terhadap jumlah karbontersimpandi hutan rakyat Desa Sukoharjo I. ........................................ 43
7. Pengaruh tingkat kerapatan tegakan terhadap jumlah serapankarbon di hutan rakyat Desa Sukoharjo I............................................ 44
8. Hasil pengumpulan sampel pengukuran biomassa fase pohon............ 51
9. Hasil pengumpulan sampel pengukuran biomassa fase tiang.............. 55
10. Hasil pengumpulan sampel pengukuran biomassa fase pancang......... 62
11. Hasil pengumpulan sampel pengukuran biomassa nekromassa .......... 64
12. Hasil pengumpulan sampel pengukuran biomassa tumbuhanbawah ................................................................................................... 64
13. Hasil pengumpulan sampel pengukuran biomassa serasah.................. 65
14. Rekapitulasi perhitungan biomassa keseluruhan plot .......................... 67
vii
Tabel Halaman15. Rekapitulasi perhitungan karbon tersimpan keseluruhan plot ............. 68
16. Estimasi kandungan karbon tersimpan masing-masing objekpada kerapatan rendah......................................................................... 69
17. Estimasi kandungan karbon tersimpan masing-masing objekpada kerapatan sedang.......................................................................... 69
18. Estimasi kandungan karbon tersimpan masing-masing objekpada kerapatan tinggi ........................................................................... 70
19. Transformasi akar pengaruh tingkat kerapatan tegakan terhadapjumlah karbon tersimpan di Hutan Rakyat Desa Sukoharjo I............. 70
20. Uji barlett untuk pengaruh tingkat kerapatan tegakan terhadapjumlah karbon tersimpan di Hutan Rakyat Desa Sukoharjo I............. 71
21. Hasil uji analisis ragam data perbandingan cadangan karbonpada tiga kelas kerapatan tegakan di Hutan Rakyat DesaSukoharjo I ........................................................................................... 71
22. Transformasi akar pengaruh tingkat kerapatan tegakan terhadapkemampuan Hutan Rakyat Desa Sukoharjo I dalam penyerapanCO2 ....................................................................................................... 72
23. Uji barlett untuk pengaruh tingkat kerapatan tegakan terhadapjumlah serapan karbon di Hutan Rakyat Desa Sukoharjo I ................. 72
24. Hasil uji analisis ragam data perbandingan serapan karbonpada tiga kelas kerapatan tegakan di Hutan Rakyat DesaSukoharjo I ........................................................................................... 73
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Diagam alir penelitian pendugaan karbon pada hutan rakyat
Desa Sukoharjo I Kecamatan Sukoharjo KabupatenPringsewu........................................................................................... 7
2. Peta kawasan dan tata lokasi sebaran plot masing-masing ulangandari tiga perlakuan kerapatan tegakan di hutan rakyat DesaSukoharjo I......................................................................................... 19
3. Petak ukur untuk pengambilan data biomassa ................................... 27
4. Gambaran lokasi kerapatan rendah .................................................... 74
5. Gambaran lokasi kerapatan sedang.................................................... 75
6. Gambaran lokasi kerapatan tinggi ..................................................... 76
7. Gambaran lokasi kerapatan tinggi (Dominansi tegakanakasia daun lebar)............................................................................... 77
8. Kegiatan pengukuran tinggi pohon .................................................... 78
9. Kegiatan pengukuran diameter pohon ............................................... 79
10. Kegiatan penimbangan berat awal tumbuhan bawah dilapangan ........................................................................................... 80
11. Kegiatan penimbangan berat awal seresah di lapangan..................... 81
12. Kegiatan Penimbangan dan Pencatatan Berat Kering OvenSeresah dan Tumbuhan Bawah .......................................................... 82
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di daerah tropis sehingga
menjadi salah satu negara yang paling rentan terhadap ancaman dan dampak dari
perubahan iklim. Suarsana dan Wahyuni (2011) melaporkan bahwa, berdasarkan
letak geografis dan kondisi geologisnya menjadikan Indonesia rawan terhadap
berbagai bencana alam yang terkait dengan iklim. Dampak perubahan iklim yang
sudah terjadi di Indonesia adalah kenaikan permukaan air laut, meluasnya kekeringan
dan banjir, khususnya penurunan produksi pertanian yang sudah banyak contoh kasus
di beberapa daerah di Indonesia (Suarsana dan Wahyuni, 2011).
Salah satu permasalahan pertanian yang diakibatkan oleh dampak pemanasan global
di Indonesia adalah di Indramayu, Jawa Barat. Suarsana dan Wahyuni (2011)
melaporkan bahwa, bencana yang dialami petani Indramayu dianggap pemerintah
daerah merupakan dampak meningkatnya suhu bumi atau pemanasan global. Salah
satu petani mengatakan, “Menanam varietas Talimas gagal panen karena gabuk selap
(buah padi tak berisi), terkena angin semua tanaman padi menjadi bugang (patah
leher). Apabila dihitung rata-rata kerugian petani untuk satu hektar mencapai
2Rp, 1.000.000 lebih. Meningkatnya suhu bumi membuat iklim terus berubah,
sehingga sulit untuk memprediksi cuaca lalu sering terjadi keterlambatan tanam dan
hal tersebut menjadi pertanda bahwa telah terjadi dampak pemanasan global.
Pemanasan global (global warming) merupakan suatu bentuk ketidakseimbangan
ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut,
dan daratan di bumi (Suarsana dan Wahyuni, 2011). Selama kurang lebih seratus
tahun terakhir, suhu rata-rata di permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C
(Suarsana dan Wahyuni, 2011). Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang
disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca seperti; karbondioksida (CO2),
metana (CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon
(CxFy) dan sulfur heksafluorida (SF6) di atmosfer (Utina, 2008). Emisi ini terutama
dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara)
serta akibat penggundulan dan pembakaran hutan (Utina, 2008). Padahal hutan
merupakan objek penting dalam penanggulangan masalah pemanasan global.
Upaya mengatasi pemanasan global dapat dilakukan dengan cara mengurangi emisi
karbon yaitu melalui penyerapan dari vegetasi yang ada di hutan rakyat, mengingat
potensi hutan rakyat di Indonesia mempunyai total luasan 1,5 juta ha (Direktorat Bina
Usaha Perhutanan Rakyat, 2004). Dengan total luasan tersebut, maka penting bagi
kita untuk sadar bahwa hutan rakyat yang ada di Indonesia sangat berpotensi dan
berperan penting dalam upaya penanggulangan pemanasan global dan di sisi lain
hutan rakyat juga sering kali jadi objek interaksi masyarakat dalam pemanfaatan
hutan.
3Berdasarkan Permenhut No. 88 tahun 2003, hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh
di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya dengan ketentuan luas
minimum 0,25 ha yang meliputi penutupan tanaman kayu-kayuan dan tanaman
lainnya lebih dari 50%. Pada Desa sukoharjo 1, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten
Pringsewu terdapat hutan rakyat dengan luasan hutan sekitar 200 ha dengan sistem
tanam agroforestri (Nurdina dkk., 2015). Lokasi hutan rakyat Desa Sukoharjo I
terdapat beberapa wilayah yang kerapatannya tidak merata dan dapat terbagi dalam
tiga tipe kerapatan tegakan yaitu kerapatan tinggi, sedang dan rendah. Selain itu,
belum ada penelitian terkait informasi atau data tentang cadangan karbon tersimpan
di kawasan hutan rakyat tersebut.
Dilihat dari total luas dan biodiversitas hutan rakyat Desa Sukoharjo I, semestinya
karbon yang tersimpan di dalamnya memiliki potensi besar. Maka dari itu perlu
dianalisis seberapa besar kontribusi hutan rakyat Sukoharjo I dalam penyerapan dan
penyimpanan cadangan karbon, karena cadangan karbon merupakan gambaran
informasi tentang kemampuan hutan dalam pengurangan emisi Gas Rumah Kaca
(GRK). Informasi tentang potensi karbon tersimpan yang akan diperoleh, diharapkan
dapat menjadi bahan perbandingan tentang potensi cadangan dan kemampuan
penyerapannya dengan jenis hutan yang lain misalnya hutan alam yang notabene
menjadi salah satu hutan dengan cadangan karbon yang besar. Selain itu, informasi
karbon tersimpan diharapkan juga dapat membantu pemerintah atau dinas terkait
dalam upaya menekan perubahan iklim global.
41.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, adapun tujuan penelitian ini yaitu sebagai
berikut.
1. Mengetahui potensi simpanan dan serapan karbon pada berbagai tipe kerapatan
yang ada di hutan rakyat Desa Sukoharjo I, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten
Pringsewu.
2. Mengetahui nilai perbandingan kandungan dan serapan karbon dari ketiga
perlakuan kerapatan tegakan melalui uji BNT 5%.
1.3 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat Desa Sukoharjo I sekaligus para petani
agar dapat meningkatkan kesadaran dalam menjaga kelestarian hutan dan sebagai
acuan dalam perbaikan sistem tata kelola lahan dan pemilihan jenis.
2. Sebagai referensi bagi dinas terkait untuk penentuan kebijakan dalam pengelolaan
hutan rakyat dan referensi juga untuk penelitian selanjutnya.
51.4 Kerangka Penelitian
Hutan rakyat Desa Sukoharjo 1 adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang
dibebani hak milik masyarakat di desa tersebut dan dikelola dengan sistem
agroforestri murni dengan luas 200 ha. Dari banyaknya biodiversitas di hutan
tersebut, maka kemungkinan penyerapan karbon di kawasan hutan rakyat Desa
Sukoharjo 1 memiliki potensi besar.
Pengukuran biomassa permukaan atas dilakukan dengan cara mengambil biomassa
pohon, biomassa nekromassa (pohon mati), serasah biomassa dan tumbuhan bawah.
Pengukuran biomassa pohon dan nekromassa menggunakan metode nondestruktif
yaitu tanpa pemanenan/penebangan pohon dengan data yang diambil yaitu jenis
pohon, diameter pohon (>5 m) dan tinggi pohon. Pengukuran biomassa untuk
serasah dan tumbuhan bawah dilakukan dengan metode destruktif yaitu mengambil
serasah dan tumbuhan bawah di sekitar kawasan hutan untuk mencari data tentang
berat basah dan berat basah contoh serasah yang akan diambil sebanyak 100-300
g/plot untuk ukuran plot 2 m x 2 m (Hairiah dkk., 2011).
Pendugaan biomassa pohon dilakukan dengan cara menggunakan persamaan
allometrik. Pendugaan biomassa nekromassa untuk pohon yang bercabang dapat
menggunakan persamaan allometrik seperti pohon hidup. Sedangkan untuk pohon
mati yang tidak bercabang pendugaan biomassa dapat menggunakan rumus
silindernya atau volume lingkar batang. Pendugaan kandungan biomassa serasah
menggunakan rumus Biomassa Expansion Factor (Brown, 1997).
6Setelah diketahui pendugaan biomassa tersebut, maka dapat diketahui berapa karbon
yang tersimpan dalam kawasan hutan rakyat Desa Sukoharjo 1 dan dari jumlah
karbon yang tersimpan pada kawasan tersebut dapat dikategorikan menjadi kelas baik
dan kurang baik. Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change atau
disingkat IPCC (2006), lahan hutan yang dikategorikan baik memiliki kandungan
karbon sebesar 138 ton/ha atau lebih, maka kawasan tersebut harus tetap dilestarikan.
Sedangkan lahan hutan yang memiliki kandungan karbon sebesar kurang dari 138
ton/ha dikategorikan kurang baik, maka kawasan tersebut harus diperbaiki. Hasil
penelitian ini selanjutnya akan menjadi sumber informasi bagi pihak terkait dalam
upaya pelestarian kawasan hutan rakyat Desa Sukoharjo 1. Bagan alir disajikan pada
Gambar 1.
7
Gambar 1. Diagram alir penelitian pendugaan karbon pada hutan rakyat DesaSukoharjo 1, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu.
Tiga Tipe Kerapatan (Tinggi, Sedang, dan Rendah) Hutan Rakyat DesaSukoharjo 1, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu
Pengukuran Biomassa
Biomassa Pohon danNekromassa
Metode Non-DestruktifMetode
Destruktif
Biomassa Serasahdan Tumbuhan
Bawah
PersamaanAlometrik
Rumus BiomassaExpansion
Kandungan Karbon pada Area Hutan Rakyat Desa Sukoharjo 1
Analisis Karbon = 0,47 x Total Biomassa (IPCC, 2006)
Biomassa Permukaan Atas Tanah
Analisis Perbedaan Cadangan dan Penyerapan Karbon per TipeKerapatan Tegakan dengan Mode Linear RAKL (Rancangan AcakKelompok Lengkap): Y = µ + K + τ + ε (Hanafiah, 2011)
Kategori kandungan karbon baik (> 138 ton/ha) atau kurang baik (< 138ton/ha)
81.5 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah semakin tinggi kerapatan tegakan maka
semakin besar potensi cadangan dan serapan karbon. Oleh karena itu, kerapatan
tinggi (≥ 1500 pohon/ha) diduga menyimpan cadangan karbon yang tertinggi di
antara tipe kerapatan yang lain.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Rakyat
Hutan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan sangat penting dalam
kehidupan baik aspek ekonomi, sosial, pembangunan, maupun lingkungan. Hutan
dan ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk mencegah
dan membatasi kerusakan-kerusakan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak, daya alam, hama dan penyakit (Mappatoba dan Nuraeni,
2009).
Perlindungan hutan tidak hanya dilakukan pada kawasan konservasi saja, melainkan
mencakup hutan lindung dan hutan produksi. Salah satu upaya untuk menunjang
keseimbangan ekosistem alam dan kebutuhan ekonomi sosial dan budaya adalah
pembentukan hutan rakyat (Diniyati dan Awang, 2010). Menurut Permenhut No. 88
tahun 2003, hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak
milik maupun hak lainnya dengan ketentuan luas minimum 0,25 ha yang meliputi
penutupan tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50 %.
10Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu, desa ini memiliki
hutan rakyat dengan sistem agroforestri dan agrosilvofisheri mencapai lebih dari
200 ha. Pengelolaan hutan rakyat dengan sistem agroforestri maupun agrosilvofisheri
bertujuan untuk mendapatkan hasil yang bervariasi dengan luas lahan yang relatif
sempit. Sistem agroforestri akan memproduksi hasil pertanian dan hasil kehutanan
secara bergantian (Nurdina dkk., 2015).
2.2 Peran Hutan dalam Penyerapan Karbon
Hutan adalah penyerap karbon terbesar dan memainkan peranan penting dalam siklus
karbon global. Hutan yang mempunyai komposisi vegetasi yang beragam dapat
bertindak sebagai pembersih udara dengan memanfaatkan CO2 di udara dan
digunakan dalam proses fotosintesis (Junaidi, 2008).
Sutaryo (2009) menyatakan, dalam inventarisasi hutan terdapat empat kantung
karbon yaitu :
1. Biomassa Atas Permukaan
Biomassa atas permukaan adalah suatu material hidup atas permukaan termasuk
bagian dari kantong karbon ini adalah batang, tunggul, cabang, kulit kayu, biji daun
dari vegetasi baik dari starata pohon maupun dari strata tumbuhan di bawah lantai.
112. Biomassa Bawah Permukaan
Biomassa bawah permukaan adalah semua biomassa dari akar tumbuhan yang hidup.
Pengertian akar ini berlaku hingga ukuran diameter tertentu yang ditetapkan. Hal ini
dilakukan sebab akar tumbuhan dengan diameter yang lebih kecil dari ketentuan
cenderung sulit untuk dibedakan dengan bahan organik tanah dan serasah.
3. Bahan Organik Mati
Bahan organik mati meliputi kayu mati dan seresah. Seresah dinyatakan sebagai
semua bahan organik mati dengan diameter yang lebih kecil dari diameter yang telah
ditetapkan dengan berbagai tingkat dekomposisi yang terletak di permukaan tanah.
Kayu mati adalah semua bahan organik mati yang tidak tercakup dalam serasah baik
yang masih tegak berdiri maupun yang telah roboh/tumbang di tanah, akar mati, dan
tanggul dengan diameter lebih besar dari diameter yang telah ditetapkan.
4. Karbon Organik Tanah
Karbon organik tanah terbagi menjadi dua bagian yaitu karbon pada tanah mineral
dan tanah organik yang termasuk gambut di dalamnya.
122.3 Biomassa
2.3.1 Definisi Biomassa
Biomassa hutan merupakan jumlah total berat kering semua bagian tumbuhan hidup,
baik seluruh atau sebagian tubuh organisme, populasi atau komunitas dan dinyatakan
dalam berat kering tanur per satuan luas ton/hektar (Sofiyuddin, 2007).
Biomassa merupakan total berat atau keseluruhan volume vegetasi yang meliputi
serasah, tumbuhan bawah, nekromassa, dan pohon dalam suatu area (Idris dkk.,
2013). Adapun dua metode dalam mengukur biomassa hutan yaitu metode destruktif
dan nondestruktif. Pada metode destruktif, jenis sampel yang diambil meliputi
tumbuhan bawah, serasah, dan nekromassa kayu atau kayu mati pada petak berukuran
2 m x 2 m. Sampel tersebut diambil dan ditimbang (berat basah) kemudian
dikeringkan untuk mendapatkan konversi berat kering (Murdiyarso dkk., 2004).
Untuk metode nondestruktif, jenis sampel yang diambil adalah pohon hidup dengan
mencatat nama setiap pohon dan mengukur diameter batang setinggi dada (dbh=
diameter at breast height = 1,3 m dari permukaan tanah) pada seluruh petak
berukuran 20 m x 20 m, lalu diukur tinggi pohon (Banuwa, 2013).
132.3.2 Perhitungan Biomassa Hutan
Sutaryo (2009) menyatakan, terdapat empat cara utama untuk menghitung biomassa.
Keempat cara tersebut yaitu:
1. Sampling dengan pemanenan (destructive sampling)
Metode ini dilaksanakan dengan memanen seluruh bagian tumbuhan termasuk
akarnya, mengeringkannya dan menimbang berat biomassanya. Pengukuran dengan
metode ini, untuk menghitung biomassa hutan dapat dilakukan dengan mengulang
beberapa area sampel atau untuk melakukan ekstrapolasi untuk area yang lebih luas
dengan menggunakan persamaan allometrik.
2. Sampling tanpa pemanenan (non-destructive sampling).
Metode ini merupakan cara sampling dengan melakukan pengukuran tanpa
melakukan pemanenan. Metode ini dilakukan dengan mengukur tinggi atau diameter
pohon dan menggunakan persamaan allometrik untuk mengetahui berapa besar
kandungan biomassanya.
3. Pendugaan melalui penginderaan jauh
Penggunaan teknologi penginderaan jauh umumnya tidak dianjurkan terutama untuk
proyek-proyek yang berskala kecil. Kendala utamanya adalah karena penggunaan
melalui penginderaan jauh umumnya relatif mahal dan secara teknis membutuhkan
keahlian tertentu atau ahlinya. Metode ini juga kurang efektif jika digunakan pada
Daerah Aliran Sungai (DAS), pedesaan atau lahan agroforestri karena merupakan
14mosaik dari berbagai penggunaan lahan dengan petak yang berukuran relatif kecil.
Biasanya hasil penginderaan jauh yang didapatkan dengan resolusi sedang mungkin
sangat bermanfaat untuk membagi areal proyek menjadi kelas-kelas vegetasi yang
relatif homogen. Hasil pembagian kelas ini menjadi panduan untuk proses survei dan
pengambilan data lapangan. Untuk mendapatkan estimasi biomassa dengan tingkat
keakuratan yang baik memerlukan hasil penginderaan jauh dengan resolusi yang
tinggi, tetapi hal ini akan membutuhkan biaya yang relatif mahal dalam
penggunaannya.
4. Pembuatan model
Model digunakan untuk menghitung estimasi biomassa dengan frekuensi dan
intensitas pengamat in situ atau penginderaan jauh yang terbatas. Umumnya, model
empiris ini didasarkan pada jaringan dari sampel plot yang diukur berulang yang
mempunyai estimasi biomassa yang sudah menyatu atau melalui persamaan
allometrik yang mengonversi volume menjadi biomassa.
Tim Arupa (2014) menyatakan bahwa, pengukuran paramater cadangan karbon yang
dilakukan dengan beberapa langkah yaitu mengukur diameter pohon, tinggi pohon,
menandai pohon (penomoran pohon) dengan menggunakan cat, mencatat nomor
pohon, nama pohon, serta mencatat kelengkapan informasi lahan.
152.4 Karbon
Dalam siklus karbon, vegetasi melalui fotosistesis merubah CO2 dari udara dan air
menghasilkan karbohidrat dan oksigen. Umumnya karbon menyusun 45–50% berat
kering dari biomassa (Whitmore, 1985).
Ginoga (2004) menyatakan bahwa, dalam tegakan hutan, karbon tersimpan terdapat
pada:
a. Pohon dan akar (Tr), yaitu pada biomassa hidup baik yang terdapat di atas
permukaan tanah atau di bawah permukaan dari berbagai jenis pohon, termasuk
batang, daun, cabang, dan akar;
b. Vegetasi lain (OV), yaitu pada vegetasi bukan pohon (semak, belukar, herba, dan
rerumputan);
c. Sampah hutan, yaitu pada biomassa mati di atas lantai hutan, termasuk sisa
pemanenan; dan
d. Tanah (S), yaitu pada karbon tersimpan dalam bahan organik (humus) maupun
dalam bentuk mineral karbon. Karbon dalam tanah mungkin mengalami
peningkatan atau penurunan tergantung pada kondisi tempat sebelumnya dan
kondisi pengolahan.
162.5 Penyerapan Karbon
Rusdiana dan Lubis (2012) menyatakan bahwa, hutan memiliki peranan dalam
menyerap CO2 melalui proses fotosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik
dalam biomassa tanaman. Ketika terjadi kebakaran hutan, penebangan liar, dan
konversi hutan berakibat pada kerusakan hutan sehingga karbon yang tersimpan
dalam biomassa hutan terlepas ke atmosfer dan kemampuan bumi untuk menyerap
CO2 menjadi berkurang sehingga terjadi gangguan keseimbangan energi antara bumi
dan atmosfer.
Hairiah dan Rahayu (2007) menyatakan bahwa, pada ekosistem daratan ada tiga
faktor yang mempengaruhi besarnya penyerapan karbon, yaitu:
a. Vegetasi : komposisi jenis, struktur dan umur tanaman.
b. Kondisi tempat : variasi iklim, tanah, adanya gangguan alam (kebakaran hutan)
c. Pengelolaan respon ekosistem daratan terhadap peningkatan konsentrasi CO2.
Ketiga faktor tersebut saling berinteraksi, sehingga hasil yang diperoleh akan
ditentukan oleh kekuatan setiap faktor.
2.6 Kerapatan Hutan
Hutan yang memiliki kerapatan pohon/vegetasi lahan yang tinggi berpotensi besar
dalam penyerapan karbon di atmosfer (Natalia dkk., 2014). Berdasarkan SK. Menteri
17Negara Lingkungan Hidup, No. 201 tahun 2004, kerapatan tegakan atau pohon hutan
terbagi menjadi tiga katagori, yaitu:
1. Kerapatan rendah terdapat< 1000 pohon/ha
2. Kerapatan sedang terdapat ≥1000-<1500 pohon/ha
3. Kerapatan tinggi terdapat ≥1500 pohon/ha.
Kerapatan tegakan merupakan faktor penting dalam menentukan produktivitas tempat
tumbuh karena tegakan hutan sebagai faktor utama yang dapat dimanipulasi
silvikulturis dalam pengembangan tegakan. Melalui manipulasi kerapatan tegakan
secara silvikultur, dapat mempengaruhi pemantapan jenis selama periode permudaan
sekaligus juga memodifikasi kualitas batang, kecepatan pertumbuhan diameter dan
volume produksi selama periode perkembangan tegakan (Baker dkk., 1979).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di hutan rakyat Desa Sukoharjo 1, Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Pringsewu pada bulan Maret - April 2018. Hutan rakyat Desa Sukoharjo
I terkenal menjadi salah satu objek wisata berbasis agroforestri karena terdapat spot-
spot yang mendukung menjadi tempat wisata, seperti sungai yang bersih, kolam
pemancingan, tempat pembibitan yang didampingi oleh pemandu, dan peternakan
kalkun. Berikut peta lokasi penelitian beserta tata letak plot pengamatan yang tersaji
pada Gambar 2.
19
Gambar 2. Peta kawasan tata lokasi sebaran plot masing-masing ulangan dari tigaperlakuan kerapatan tegakan di Hutan Rakyat Desa Sukoharjo I.
203.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Kondisi Wilayah
Data program penyuluhan kehutanan Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan (BP3K) Kecamatan Sukoharjo tahun 2014 menyatakan bahwa wilayah
kerja penyuluh kehutanan Sukoharjo terdiri dari empat desa, yaitu Desa Sukoharjo I,
Sukoharjo II, Sinar Baru, dan Sinar Baru Timur. Desa Sukoharjo I dengan batas
wilayah sebagai berikut:
Batas Utara : Desa Sukoharjo III.
Batas Barat : Desa Sukoharjo III.
Batas Selatan : Desa Rejosari Kecamatan Pringsewu.
Batas Timur : Desa Sinar Baru.
2. Kondisi Geografis
Desa Sukoharjo 1 termasuk areal yang datar dengan ketinggian ± 100 meter di atas
permukaan laut, beriklim tropis dengan musim hujan dan kemarau berganti setiap
tahun. Suhu udara rata-rata setiap harinya berkisar antara 27°C hingga 29°C
(Nurdina dkk., 2015).
213. Kondisi Umum Hutan Rakyat di Lokasi Penelitian
Lahan agroforestri di Desa Sukoharjo 1 sebagian besar ditanami dengan tanaman
kakao (Theobroma cacao), pisang (Musa acumata), kelapa (Cocos nucifera), petai
(Parcia speciosa), waru (Hibiscus tiliaceus), cempaka (Michelia champaca), gaharu
(Aquileria moluccensis), karet (Hevea brasiliensis), nangka (Artocarpus
heterophyllus), albazia (Albizia falcataria), durian (Durio zibethinus), jati (Tectona
grandis), bayur (Pterospermum javanicum), rambutan (Nephelium lappreaceum),
akasia (Acacia mangium), mahoni (Swietenia mahagoni), sengon (Paraserianthes
falcatara), tangkil (Gnetum gnemon). Beberapa jenis tanaman tersebut merupakan
sebagian besar terdapat disemua kebun petani adalah kakao, petai, kelapa, karet dan
pisang yang dapat memberikan penghasilan dalam jangka waktu yang pendek untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari (Nurdina dkk., 2015).
3.2 Alat dan Bahan
Alat ukur yang digunakan di lapangan dalam penelitian ini adalah hagameter, pita
keliling, patok, tali rafia, meteran dan timbangan lapang. Alat bantu lapangan yang
digunakan berupa kompas, sabit, alat tulis, tally sheet, kamera, dan kantong plastik
besar. Alat-alat yang digunakan di labolatorium antara lain timbangan dan oven.
Bahan yang digunakan adalah tegakan-tegakan di hutan rakyat desa Sukoharjo 1, dan
sampel dari bagian bagian pohon per umur yang akan dicari berat keringnya.
223.3 Batasan Penelitian
Adapun batasan penelitian yang telah ditetapkan yaitu sebagai berikut.
1. Lokasi penelitian berada di hutan rakyat Desa Sukoharjo 1, Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Pringsewu, Lampung.
2. Biomassa yang diukur adalah biomassa atas permukaan yang terdiri dari biomassa
pohon, nekromassa, serasah dan tumbuhan bawah.
3. Plot pengamatan adalah plot berukuran 20 m x 20 m untuk pengukuran data pohon
dan nekromasa, 10 m x 10 m untuk pengukuran data tiang, 5 m x 5 m untuk
pengukuran data pancang, serta 2 m x 2 m untuk pengukuran data semai, serasah
dan tumbuhan bawah.
3.4 Data yang Dikumpulkan
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang didapat saat pengukuran langsung di lapangan yaitu di
hutan rakyat Desa Sukoharjo 1, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu.
Pengukuran langsung di lapangan dilakukan untuk mengambil data vegetasi dan data
biomassa. Data primer yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa :
231. Jenis pohon, tinggi pohon dan diameter pohon pada semua fase (semai, pancang,
tiang dan pohon), jenis nekromasa, tinggi/panjang nekromasa, diameter nekromasa
dan tingkat keutuhan nekromasa untuk pengukuran nekromasa.
2. Pengukuran biomasa seresah dan tumbuhan bawah yang meliputi; Berat basah,
berat basah contoh dan berat kering contoh.
3. Data kandungan cadangan dan serapan karbon masing-masing objek yang
diperoleh dari hasil penghitungan total biomassa yang diperoleh.
4. Data perhitungan rancangan percobaan untuk pengujian perbandingan cadangan
dan serapan karbon.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku maupun penelitian -
penelitian terkait karbon yang sudah pernah dilakukan. Selain itu data sekunder yang
dikumpulkan juga berupa data pendukung lain seperti profil dan kondisi umum lokasi
penelitian yang diperoleh dari data pemerintah tingkat kabupaten, kecamatan maupun
kelurahan.
243.5 Pengumpulan Data
3.5.1 Sampel
Penentuan lokasi pengambilan sampel biomassa per tipe kerapatan tegakan (tinggi,
sedang, dan rendah). Berdasarkan referensi dari SK. Menteri Negara Lingkungan
Hidup, No. 201 tahun 2004, bahwa kerapatan tinggi ≥1500 pohon/ha, sedang ≥1000-<1500 pohon/ha, dan rendah < 1000 pohon/ha, maka adapun perhitungan sampling
jumlah pohon/plot dari tiap tipe kerapatan tegakan yaitu sebagai berikut.
∑N = ((Luas lahan total : Jumlah plot pengamatan) x ∑Pohon/ha dari tiap kerapatantegakan) : Luas plot
Keterangan:∑N : Jumlah sampel jumlah pohon/plot yang mewakili dari tiap tipe kerapatan hutan.
Maka diperoleh :
1. Kerapatan Tinggi : ((200 : 25) x 1500) : 400 = ≥ 30 pohon/plot.
2. Kerapatan Sedang : ((200 : 25) x 1500) : 400 = 20-29 pohon/plot.
3. Kerapatan Rendah : maka untuk kerapatan rendah sampel jumlah pohon/plot yang
mewakili < 20 pohon/plot.
253.5.2 Intensitas Sampel
Hutan rakyat desa Sukoharjo 1 memiliki luas total 200 ha. Pengambilan data
dilakukan secara stratified sampling dengan intensitas sampling sebesar 0,5% dari
total luas hutan rakyat pada pekon tersebut. Apabila hutan yang akan diinventarisasi
cukup luas maka diperlukan sampling untuk mengurangi waktu, biaya dan tenaga
yang dikeluarkan.
Penarikan sampel dilakukan secara stratified sampling karena kondisi tegakan pada
lokasi penelitian yang tidak seragam. Di hutan rakyat Desa Sukoharjo 1, terdapat
berbagai berbagai jenis tanaman dan menggunakan sistem tanam agroforestri.
Penentuan jumlah plot diperoleh berdasarkan rumus berikut (Indriyanto, 2006).
Luas areal hutan rakyat = 200 ha = 2.000.000 m2
Intensitas sampling yang digunakan (IS) = 0,5% = 0,005
Luas petak ukur = 20m x 20m = 400 m2
Maka diperoleh:
Luas seluruh plot yang diamati = IS x Luas Areal
= 0,005 x 2000.000 m2
= 10.000 m2
Sehingga didapat jumlah petak ukur yang dibuat adalah:
Jumlah plot yang dibuat = Luas seluruh plot yang diamatiLuas petak ukur
=10000400 = 25 plot
26Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh total 25 plot yang akan dibuat.
Penentuan titik pembuatan plot dilakukan dengan membagi areal seluas 200 ha
tersebut kemudian diambil sampel secara acak
3.5.3 Data Biomassa
Pengumpulan data biomasa dilakukan pada 4 objek pengamatan yaitu pohon,
nekromasa, serasah dan tumbuhan bawah dengan metode yang sesuai dengan SNI
dari BSN (2011). Pengukuran biomasa dan karbon atas permukaan dengan metode
SNI mencakup objek yang cukup lengkap seperti pohon (semai, pancang, tiang dan
pohon), nekromasa, serasah serta tumbuhan bawah. Selain itu, ukuran plot tidak
terlalu besar yaitu 400m2, sehingga jumlah plot yang akan dibuat cukup banyak dan
lokasi titik plot cukup tersebar sesuai dengan cara penarikan sampel yang dilakukan.
Bentuk plot dapat dilihat pada Gambar 3.
27
A
Gambar 3. Petak ukur untuk pengambilan data biomassa.
Keterangan gambar.1. A merupakan plot berukuran 20 m x 20 m, untuk pengukuran biomasa fase pohon
dan nekromasa.2. B merupakan plot berukuran 10 m x 10 m untuk pengukuran biomasa fase tiang.3. C merupakan plot berukuran 5 m x 5 m untuk pengukuran biomasa fase pancang.4. D merupakan plot berukuran 2 m x 2 m untuk pengukuran biomasa fase semai,
serasah dan tumbuhan bawah.
1. Biomassa Pohon dan Nekromassa
Pengukuran biomasa pohon dilakukan dengan metode non destructive untuk fase
pancang, tiang serta pohon. Nekromassa dapat berupa pohon mati, baik yang masih
tegak atau telah tumbang dan tergeletak di permukaan tanah, yang merupakan
komponen penting dari C dan harus diukur pula agar diperoleh estimasi penyimpanan
C yang akurat. Berdasarkan data jenis, diameter dan tinggi, selanjutnya data biomasa
dapat diperoleh menggunakan persamaan alometrik yang telah ada. Beberapa
B
C
D
28persamaan allometrik yang digunakan untuk menduga biomassa dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Model persamaan allometrik yang digunakan
No Jenis Tegakan Persamaan Allometrik1 Mahoni* BK= 0,902 (D2H)0,08
2 Sonokeling* BK= 0,745 (D2H)0,64
3 Jati* BK= 0,015 (D2H)1,08
4 Sengon* BK= 0,020 (D2H)0,93
5 Akasia* BK= 0,077 (D2H)0,90
6 Pohon-pohon bercabang** BK= 0,11 ρ(D)2,62
7 Pohon tidak bercabang** BK= π ρD2H/408 Kopi** BK= 0,281 (D)2,06
9 Palem** BK= EXP(-2,134)D2,530
10 Kakao** BK= 0,1208 (D)1,98
Sumber: * = Nugroho, (2014).** = Hairiah dan Rahayu, (2007).
Keterangan:BK = Berat Kering (kg/pohon)P = Berat Jenis (BJ) kayu rata-rata = 0,7 g cmH = Tinggi Total Tanaman (cm)D = Diameter Setinggi Dada (dbh) (cm)Ρ = Berat Jenis (BJ) kayu mati rata-rata = 0,4 g cmSehingga akan didapat total biomassa pohon (kg) = BK1 + BK2 + ..........+ BKn
Pengolahan data biomassa dibedakan antara biomassa fase pohon, fase tiang, dan
pada fase pancang. Hal ini dikarenakan luasan plot yang berbeda antar tingkatan
fase. Untuk penghitungan biomassa per satuan luas (ton/ha), maka digunakan rumus
yaitu: Total Biomassa (kg)
Satuan Area (m2)
Adapun pengukuran nekromassa dalam bentuk pohon roboh, kayu atau batang
tumbang yang sudah mati. Diameternya tetap diukur dan diestimasi sama dengan
29estimasi biomassa pohon hidup, hanya nilai persamaan allometrik dan berat jenisnya
yang berbeda.
2. Biomassa Serasah
Pengukuran biomasa serasah dilakukan dengan metode destructive pada plot
2 m x 2 m. Semua serasah pada plot diambil kemudian ditimbang berat basahnya.
Apabila berat total serasah lebih dari 300 g maka hanya diambil berat basah contoh
seberat 300 g. Sampel serasah tersebut kemudian dioven dengan suhu 800 C hingga
konstan untuk mengukur berat keringnya. Biomasa serasah dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Biomass Expansion Factor (Brown, 1997).
Total BK = (BK sub contoh (g) : BB sub contoh (g)) x Total BB (g)
Keterangan:BK = Berat Kering (g)BB = Berat Basah (g)
3. Biomassa Tumbuhan Bawah
Pengukuran biomassa tumbuhan bawah dilakukan dengan metode destructive pada
plot berukuran 2 m x 2 m. Semua tumbuhan bawah yang ada di atas permukaan
tanah dalam plot diambil dengan dipotong menggunakan gunting. Pengambilan data
dan penghitungan biomasa pada tumbuhan bawah menggunakan metode yang sama
dengan pengambilan dan penghitungan pada serasah.
303.6 Analisis Data
3.6.1 Penghitungan Karbon dari Biomassa
Penghitungan karbon dilakukan berdasarkan data biomasa yang telah dikumpulkan
dan dihitung pada pohon, nekromasa, serasah dan tumbuhan bawah. Pendugaan
biomasa dihitung berdasarkan rumus penghitungan karbon menurut SNI dari BSN,
(2011) berikut.
C = Biomassa x 0,47 %
3.6.2 Penghitungan Cadangan Karbon per Hektar pada Tiap Plot
Penghitungan cadangan karbon per hektar dilakuakan pada semua objek pengukuran
biomassa menggunakan rumus dari SNI (BSN, 2011) berikut.
= 1000 10000Keterangan :Cn = Kandungan karbon perhektar masing-masing objek (ton/ha)Cx = Kandungan karbon masing-masing objek (kg)Luas Plot = Luas plot pada masing-masing objek
313.6.3 Penghitungan Cadangan Karbon Total dalam Plot
Cadangan karbon total dalam plot dihitung dengan menjumlahkan semua karbon
yang dihitung dalam plot pengamatan. Rumus yang digunakan untuk menghitung
cadangan karbon total dalam plot sesuai dengan rumus SNI dari BSN (2011) berikut.
C plot = C pohon + C nekromassa + C serasah + C tumbuhan bawah
3.6.4 Penghitungan Cadangan Karbon Total dalam Suatu Areal
Penghitungan cadangan karbon total dalam suatu areal menggunakan persamaan
sebagai berikut (BSN, 2011) :
= ∑Keterangan:C total = total cadangan karbon (ton)n plot = jumlah plotC plot = total kandungan karbon per hektar (ton/ha)luas areal = luas total lahan (ha)
3.6.5 Penyerapan CO2
Perhitungan potensi penyerapan gas CO2 diperoleh melalui perkalian kandungan
karbon terhadap besarnya serapan CO2, maka perhitungan dilakukan berdasarkan
dilakukan berdasarkan 1 juta metric ton karbon ekivalen dengan 3,67 juta metric ton
32CO2 yang diserap dari atmosfer. Perhitungan serapan CO2 dilakukan dengan
menggunakan rumus berikut (Hardjana, 2008).
WCO2 = Wtc x 3,67
Dimana WCO2 adalah banyaknya CO2 yang diserap (ton); Wtc adalah berat total unsur
karbon tegakan jenis dan umur tertentu (ton/ha); dan 3,67 merupakan angka
ekivalen/konversi unsur karbon (C) ke CO2 [massa atom C=12 dan O=16, CO2=
(1x12)+(2x16)= 44; konversinya => (44:12)= 3,67].
3.6.6 Perbedaan Cadangan Karbon pada Tiap Kelas Kerapatan
Penentuan perbandingan cadangan karbon pada tiap-tiap kerapatan tempat dilakukan
dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Menurut SK.
Menteri Negara Lingkungan Hidup, No. 201 (2004), kerapatan tegakan pada hutan
rakyat Desa Sukoharjo 1 dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu kerapatan I
(kerapatan tinggi) adalah kerapatan pohon yang memiliki ≥1500 pohon/ha, kemudian
kerapatan II (kerapatan sedang) adalah kerapatan pohon yang memiliki ≥1000 -<1500 pohon/ha, dan kerapatan III (kerapatan rendah) adalah kerapatan pohon yang
memiliki < 1000 pohon/ha. Adapun model ulasan penentuan ulangan dari setiap
perlakuan yang disajikan pada Tabel 2.
33Tabel 2. Model ulasan ulangan per perlakuan (kerapatan tegakan)
No Perlakuan (Kerapatan Tegakan) Ulangan/PetakContoh
1.
2
3
Tinggi (≥ 1500 pohon/ha) = ≥ 30 pohon/plot
Sedang (≥1000 -<1500 pohon/ha) = 20-29 pohon/plot
Rendah (< 1000 pohon/ha) = ≤ 20 pohon/plot
8
9
8
Total 25
Data yang telah didapat kemudian dianalisis menggunakan beberapa cara, yaitu:
1. Uji Aditivitas dan Homogenitas
Uji aditivitas dan homogenitas dilakukan untuk menyatakan bahwa nilai suatu unit
percobaan merupakan rerata umum, pengaruh kelompok, perlakuan dan galat
(Hanafiah, 2011). Model matematika Rancangan Acak Kelompok Lengkap dari Uji
aditivitas ini adalah:
Model linear : Yij = μ + kj + τi + ij
Keterangan:i = 1,2,3j = 1,2,3,4,5,6Yij = nilai tengah pengamatan dari kelompok ke-j yang memperoleh perlakuan ke-iμ = nilai tengah populasikj = pengaruh kelompok ke-jτi = pengaruh perlakuan ke-iij = galat dari kelompok ke-j yg memperoleh perlakuan ke-i
342. Analisis Ragam
Analisis ragam dilakukan untuk menguji hipotesis tentang faktor perlakuan terhadap
keragaman data hasil percobaan. Selanjutnya dilakukan analisis sidik ragam
menggunakan sumber dari Hanafiah, (2011), dimana apabila F hitung > F tabel maka
berarti ada perbedaan nyata antara kontrol dengan perlakuan.
3. Uji Beda Nyata Terkecil
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) digunakan untuk mengetahui perbandingan cadangan
karbon pada tiap ketinggian tempat. Perhitungan dilakukan pada taraf nyata 5%.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
BNT 5% = tα/2(v). Sd
Sd = √Keterangan :Tα/2(v) = nilai baku pada taraf uji α dan derajat bebas galat v.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Adapun simpulan yang telah diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Cadangan karbon pada kerapatan rendah (54,57 ton/ha) nyata lebih kecil
dibandingakan kerapatan sedang (79,78 ton/ha) dan kerapatan tinggi (92,94
ton/ha), tetapi nilai cadangan karbon pada kerapatan sedang dengan kerapatan
tinggi tidak berbeda.
2. Serapan karbon pada kerapatan rendah (200,27 ton/ha) nyata lebih kecil
dibandingakan kerapatan sedang (292,79 ton/ha) dan kerapatan tinggi (341,09
ton/ha), tetapi nilai serapan karbon pada kerapatan sedang dengan kerapatan
tinggi tidak berbeda.
5.2 Saran
Kawasan hutan kerapatan rendah perlu ditingkatkan dengan memperbaiki sistem
kelola lahan yang meliputi pemilihan jenis, jarak tanam dan aspek silvikultur
lainnya yang dapat menunjang simpanan dan serapan karbon.
47
DAFTAR PUSTAKA
Asril. 2009. Pendugaan Cadangan Karbon di Atas Permukaan Tanah RawaGambut di Stasiun Penelitian Suaq Balimbing Kabupaten Aceh SelatanPropinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tesis. Universitas Sumatera Utara.Medan. 46 hlm.
Asyisanti. 2004. Potensi Karbon di Atas Permukaan Tanah Pada Hutan Rakyat(Studi Kasus di Desa Karyasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi.Institut Pertanian Bogor. Bogor.78 hlm.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2011. Pengukuran dan PerhitunganCadangan Karbon, Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran CadanganKarbon Hutan (Ground Based Forest Carbon Accounting). Buku. BadanStandarisasi Nasional. Jakarta. 16 hlm.
Bhaskara, D.R. 2017. Karbon Tersimpan pada Repong Damar Pekon PahmunganKecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat. Skripsi. UniversitasLampung. Lampung. 73 hlm.
Baker, F.S., Daniel, J.A. dan Helms. 1979. Principles of Sylviculture. Buku.McGraw Hill Inc. New York. 143 hlm.
Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest, aPrimer. FAO Forestry Paper 134. Buku. FAO Rome. 55 hlm.
Banuwa, I.S. 2013. Erosi. Buku. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta. 174hlm.
Diniyati, D. dan Awang, S.S. 2010. Kebijakan penentuan bentuk insentifpengembangan hutan rakyat di wilayah gunung sawal, ciamis dengan metodeahp. Jurnal Analisa Kebijakan Kehutanan. 7 ( 2): 34-56.
Ginoga, K. 2004. Beberapa cara perhitungan biomassa karbon. Badan PenelitianPengembangan Kehutanan Bogor. Jurnal Sosial Ekonomi IV. 4 (1): 1-7.
48Hairiah, K. dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran “Karbon Tersimpan” di Berbagai
Macam Penggunaan Lahan. Buku. World Agroforestry Center,ICRAF,SEA. Bogor. 77 hlm.
Hairiah, K., Ekadinata, A., Sari, R. R. dan Rahayu, S. 2011. PengukuranCadangan Karbon di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Buku. WorldAgoforestry Center-ICRAF. Bogor. 88 hlm.
Hanafiah, K.A. 2011. Rancangan Percobaan. Buku. Rajawali Pers. Jakarta. 259hlm.
Hardjana, A.K. 2008. Potensi biomassa dan karbon pada hutan tanaman acaciamangium di hti pt. surya hutani jaya, kalimantan timur. Jurnal PenelitianSosial dan Ekonomi Kehutanan. 7 (1): 237 – 249.
Idris, M.H., Latifah, S., Aji, I.M., Wahyuningsih, E., Indriyanto. dan Ningsih, R.V.2013. Studi vegetasi dan cadangan karbon di kawasan hutan dengan tujuankhusus (khdtk) senaru, bayan lombok utara. Jurnal Ilmu Kehutanan. 7 (1):25-36.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Buku. PT Bumi Aksara. Jakarta. 210 hlm.
IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change). 2006. Intergovermental Panelon Climate Change Guidelones for National Greenhouse Gas Inventories:bab 5. Buku. IGES. Kanagawa. 32 hlm.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2004. Keputusan MenteriLingkungan Hidup No. 201 Tahun 2004. Buku. Kementerian LingkunganHidup dan Kehutanan. Jakarta. 12 hlm.
Manuri, S., Putra, C.A.S. dan Saputra, A.D. 2011. Teknik Pendugaan CadanganKarbon Hutan. Buku. Merang REDD Pilot Project, German InternationalCooperation (GIZ). Palembang. 91 hlm.
Mawazin. dan Suhaendi, H. 2008. Pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhandiameter shorea parvifolia dyer. Jurnal Penelitian Hutan dan KonservasiAlam. 5 (4): 3-7.
Murdiyarso, D., Rosalina, U., Hairiah, K., Muslihat, L., Suryadiputra. dan Jaya, A.2004. Petunjuk Lapangan Pendugaan Cadangan Karbon Pada LahanGambut. Buku. Wetlands International. Bogor. 33 hlm.
49Natalia, D., Yuwono, S.B. dan Qurniati, R. 2014. Potensi penyerapan karbon
pada sistem agroforestri di desa pesawaran indah kecamatan padang cerminkabupaten pesawaran provinsi lampung. Jurnal Sylva Lestari. 2 (1): 11-20.
Nugroho, D. 2014. Menghitung Cadangan Karbon di Hutan Rakyat Panduan bagiPara Pendamping Petani Hutan Rakyat. Buku. Biro Penerbit ARuPA.Yogyakarta. 36 hlm.
Nurdina, I.F., Kustanti, A. dan Hilmanto, R. 2015. Motivasi petani dalammengelola hutan rakyat di desa sukoharjo 1 kecamatan sukoharjo kabupatenpringsewu. Jurnal Sylva Lestari. 3 (3): 51-62.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 88/Menhut-II/2003 Tentang HutanRakyat. Buku. Kementrian Kehutanan. Jakarta. 16 hlm.
Putri, A.H.M. dan Wulandari, C. 2015. Potensi penyerapan karbon pada tegakandamar mata kucing (shorea javanica) di pekon gunung kemala krui lampungbarat. Jurnal Sylva Lestari. 3 (2): 13-20.
Rahayu, S., Noordjwik, M.V. dan Lusiana, B. 2010. Pendugaan CadanganKarbon di Atas Permukaan Tanah pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahandi Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Buku. World AgroforestryCentre. Bogor. 88 hlm.
Ristiara, L. 2016. Estimasi Karbon Tersimpan pada Hutan Rakyat di PekonKelunggu Kabupaten Tanggamus. Skripsi. Universitas Lampung. BandarLampung. 74 hlm.
Rositah., Herawatiningsih, R. dan Hardiansyah, G. 2013. Pendugaan biomassakarbon serasah dan tanah pada hutan tanaman (shorea leprosula miq) sistemtptii pt. suka jaya makmur. Jurnal Hutan Lestari. 1 (3): 358-366.
Roy, D. 2000. Plant Breeding. Analysis and Exploitation of Variation. Buku.Narosa Publishing House. New Delhi. 182 hlm.
Rusdiana, O. dan Lubis, R.S. 2012. Pendugaan korelasi antara karateristik tanahterhadap cadangan karbon (carbon stock) pada hutan skunder. JurnalSilvikultur Tropika. 3 (1): 14-21.
Mappatoba, S. dan Nuraeni, S. 2009. Perlindungan dan Pengamanan Hutan.Buku. Universitas Hasanuddin. Makassar. 152 hlm.
50Suarsana, M. dan Wahyuni, P.S. 2011. Global warming: Ancaman nyata sektor
pertanian dan upaya mengatasi kadar co2 atmosfer. Jurnal Sains danTeknologi. 11 (1): 31-37.
Sugirahayu, L. dan Rusdiana, O. 2011. Perbandingan simpanan karbon padabeberapa tutupan lahan di kabupaten paser, kalimantan timur berdasarkansifat fisik dan kimia tanahnya. Jurnal Silvikultur Tropika. 2 (3): 149-155.
Sofiyuddin, M. 2007. Potensi Tegakan Hutan Rakyat Jati dan Mahoni YangTersertifikasi untuk Perdagangan Karbon, Studi Kasus di Desa Selopuro,Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri. Skripsi. Institut PertanianBogor. Bogor. 59 hlm.
Sutaryo, D. 2009. Penghitungan Biomassa: Sebuah Pengantar untuk Studi Karbondan Perdagangan Karbon. Buku. Wetlands International IndonesiaProgramme. Bogor. 48 hlm.
Tim Arupa. 2014. Menghitung Cadangan Karbon di Hutan Rakyat. Buku. BiroPenerbit Arupa. Yogyakarta. 247 hlm.
Utina, R. 2008. Pemanasan Global: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya.Buku. Universitas Gorontalo. Gorontalo. 11 hlm.
Widiyanto, A. 2011. Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Agroforestri: SebuahPrespektif. Buku. Balai Penelitian Agroforestri. Ciamis. 11 hlm.
Whitmore, T. C. 1984. Tropical Rain Forest of The Far East Second Edition.Buku. Oxford University Press. Oxford. 274 hlm.
Yamani, A. 2013. Studi kandungan karbon pada hutan alam sekunder di hutanpendidikan mandiangin fakultas kehutanan unlam. Jurnal Hutan Tropis. 1(1): 85-91.