stikes nani hasanuddin hardiantia 123 1 artikel7

Upload: deby-a-irwanto

Post on 23-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Stikes Nani Hasanuddin Hardiantia 123 1 Artikel7

    1/11

    Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ISSN : 2302-1721 1

    HUBUNGAN PENERAPAN METODE TIM (MPKP) DENGAN KINERJAPERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP

    DI RSUD KABUPATEN MAJENE

    Hardianti Anthon. P, Muh. Yassir, Adriani KadirMahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin MakassarDosen Tetap Program Profesi Ners STIKES Nani Hasanuddin Makassar

    Dosen Tidak Tetap STIKES Nani Hasanuddin Makassar

    ABSTRAK

    Hardianti. Anthon. P, hubungan penerapan metode tim (MPKP) dengan kinerja perawat pelaksanadiruang rawat inap di RSUD Kabupaten Majene (Dibimbing oleh Muh Yassir dan Adriani Kadir)

    Penerapan merupakan tindakan - tindakan yang dilakukan oleh individu dalam pelaksanaanrumusan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode tim merupakan salah satu metode asuhan

    keperawatan professional yang dilaksanakan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatanpada klien. Kinerja perawat pelaksana merupakan suatu pola tindakan yang dilaksanakan untukmencapai tujuan yang diukur berdasarkan standar yang ditetapkan. Tujuan penelitian ini untukmengetahui hubungan penerapan metode tim dengan kinerja perawat pelaksana di RSUD KabupatenMajene. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectionalpopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat pelaksana yang ada di ruang rawat inapinterna RSUD Kabupaten Majene yang berjumlah 35 orang. Pengambilan sampel menggunakantekhnik total sampling, didapatkan 35 responden sesuai dengan criteria inklusi.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisisdengan menggunakan computer program Microsoft excel dan program statistic (SPSS). Analisis datamencakup univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisi bivariate dengan uji chi-square(P

  • 7/24/2019 Stikes Nani Hasanuddin Hardiantia 123 1 Artikel7

    2/11

    Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ISSN : 2302-1721 2

    Penerapan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu dalampelaksanaan rumusan yang telah ditetapkansebelumnya. Penerapan berkenaan denganpelaksanaan. Kebiasaan. Permohonan.

    Penggunaan dan pengalaman. Penerapandilaksanakan dalam sebuah hasil kerja yangdiperoleh melalui sebuah cara untukmemperaktekkan didalam masyarakat.Menurut J.S Badudu (2007) penerapanadalah hal,cara atau hasil. (Satria, 2011)

    Menurut rian nugroho (2007)penerapan pada prinsipnya adalah cara yangdilakukan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan dapat dilaksanakanapabila keputusan yang ditetapkansebelumnya sesuai dan selaras sehinggatujuan yang diinginkan pada organisasi dapat

    terwujud. (Arif, 2009)Penerapan menurut WJS

    Purwadarminta (2008) adalah peri halmemperaktekkan ilmu dalam kehidupansehari-hari. Penerapan dapat diartikan jugamelakukan sesuatu secara rutin bukan hanyamenggunakannya untuk sesekali waktu.(Rudiono, 2010)

    Penerapan asuhan keperawatanmetode tim ini dikenal di Indonesia pada tahun1996 yang telah diterapkan dibeberapa rumahsakit. Dalam penerapannya metode timmemiliki beberapa kelebihan diantaranya,

    memungkinkan pelayanan yang menyeluruh,mendukung pelaksanaan proses keperawatan,dan memungkinkan komunikasi antar tim,sehingga konflik mudah diatasi dan memberikepuasan kepada anggota tim. Dengankelebihan ini sangat memungkinkan metodetim akan meningkatkan kepuasan terhadappasien, walaupun metode tim juga mempunyaikelemahan yaitu, komunikasi antar anggotatim terbentuk terutama dalam bentukkonferensi tim, yang biasanya membutuhkanwaktu karna sulit untuk melaksanakannyapada waktu-waktu sibuk. (Heru supriyanto,

    2007)Penerapan asuhan keperawatan

    metode tim menurut WHO askep merupakanprose atau kegiatan pada praktek yangdiberikan secara langsung kepada klien ataupasien diberbagai tatanan pelayanankesehatan. Dilaksanakan kaidah-kaidahkeperawatan sebagai suatu profesi yangberdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic dan masalah yangdihadapi klien

    Penerapan asuhan keperawatanmetode tim adalah sistem yang

    memungkinkan perawat professional mengaturpemberian asuhan keperawatan termasuk

    lingkungan yang menopan pemberian asuhankeperawatan tersebut : ketenagaankeperawatan, metode asuhan keperawatandan dokumentasi keperawatan. (Satria, 2011)

    Keperarawatan sebagai profesi dan

    perawat sebagai tenaga professionalbertanggung jawab untuk memberikanpelayanan sesuai kompetensi dankewenangan yang dimiliki secara mandirimaupun bekerja sama dengan anggota timkesehatan lainnya. Untuk memeberikanpelayanan keperawatan yang baik dan dapatbersaing dengan institusi lain dalammemberikan pelayanan keperawatan,diperlukan adanya metodepemberian asuhankeperawatan untuk meningkatkan kualitasasuhan keperawatan oleh karena pelayananyang baik salah satunya diawali oleh motivasi

    perawat yang tinggi. (Nursalam, 2007 ).Model praktik keperawatan

    professional telah dilaksanakan dibeberapaNegara, termasuk rumah sakit di Indonesia,sebagai suatu upaya rumah sakit untukmeningkatkan mutu asuhan keperawatanmelalui beberapa kegiatan yang menunjangkegiatan keperawatan professional dansistematik. (Nursalam, 2009)

    Di Indonesia jenis tenaga kesehatanperawat merupakan jumlah terbesar dibanding dengan tanaga kesehatan yang lain,berdasarkan Depkes jumlah perawat di

    Indonesia sebesar 160.074 orang. Di ProvinsiSulawesi Barat jenis tenaga kesehatanperawat merupakan jumlah terendah daribeberapa provinsi yang ada di Indonesia,jumlah perawat yang ada di Sulawesi Baratsebesar 889 orang. Di Kabupaten Majenesendiri terdapat rumah sakit pemerintah salahsatunya adalah rumah sakit umum daerahKabupaten Majene. berdasarkan data dariRekan Medis RSUD Kabupaten majenedidapatkan jumlah perawat sebesar 65 orang.Dan terkhusus diruang rawat inap sebesar 35orang. (Depkes, 2011 )

    Sistem model keperawatanprofessional adalah suatu kerangka kerja yangmendefinisikan 4 unsur, yakni standar, proseskeperawatan, pendidikan keperawatan dansistem model penerapan keperawatanprofessional (MPKP). Defenisi tersebutberdasarkan prinsis-prinsip nilai yang diyakinidan akan meningkatkan produksi / jasapelayanan keperawatan. Jika perawat tidakmemiliki nilai tersebut sebagai pengambilansuatu keputusan yang independen, makatujuan kesehatan/keperawatan dalammemenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat

    terwujud. (Nursalam,2007).

  • 7/24/2019 Stikes Nani Hasanuddin Hardiantia 123 1 Artikel7

    3/11

    Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ISSN : 2302-1721 3

    Perkembangan terakhir menunjukkanbahwa masyarakat pengguna pelayanankesehatan pemerintah dan swasta semakinmenuntut pelayanan yang bermutu khususnyadalam pelayanan perawatan. Jadi pelayanan

    kesehatan utamanya keperawatan haruslahmemberikan pelayanan yang berkualitas yangdidukung oleh penerapan metode timkeperawatan professional yang sangatberpengaruh pada kinerja perawat pelaksanasebagaimana yang telah ditentukan dirumahsakit ini.

    Berdasarkan hasil observasi/pengamatan awal peneliti dirumah sakitMajene telah menerapkan metode tim akantetapi jauh dari penerapan metode tim yangsebenarnya mulai dari penerapan timbangterima kenyataan dilapangan terkadang

    dilaksanakan dijalan, pre dan post conferencebelum dilaksanakan ronde keperawatan yangseharusnya diperlukan pelibatan pasien dalampemberian asuhan keperawatan kenyataannyatidak melibatkan pasien, dan masih banyakkesalahan atau kekeliruan yang dilaksanakandalam penerapan metode tim

    Dari uraian diatas peneliti tertarikuntuk meneliti Hubungan penerapan metodetim (MPKP) dengan kinerja perawat pelaksanadiruang rawat inap interna RSUD KabupatenMajene .

    BAHAN DAN METODELokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

    Berdasarkan permasalahan yangditeliti, makaJenis penelitian yang digunakandalam penelitian ini adalah deskriptif analitikdengan pendekatan cross sectional yangbertujuan untuk mengetahui hubunganpenerapan metode tim dengan kinerja perawatpelaksana di RSUD Kabupaten Majene.Penelitian ini lakukan di rumah sakit Majenepada Bulan juli sampai agustus 2012.

    Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh tenaga perawat pelaksana yang ada di

    ruang rawat inap interna RSUD KabupatenMajene yang berjumlah 35 orang.Sampel padapenelitian ini berjumlah 35 orang ditentukandengan cara total sampling, dimanapenetapan sampel dengan cara mengambilsemua populasi.Pengumpulan data

    Pengumpulan data dengan datasekunder yaitu data yang diperoleh daritempat penelitian, yaitu dari para perawat diruang rawat inap interna RSUD KabupatenMajene, data primer dari quisioner.Pengolahan data dilakukan dengan:

    a. Editing

    Hasil wawancara, angket, ataupengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan ( editing ) terlebihdahulu. Secara umum editing adalahmerupakan kegiatan untuk pengecekan

    dan perbaikan isian formulir ataukoesioner tersebut.b. Coding

    Setelah semua koesioner dieditatau disunting, selanjutnya dilakukanpengkodean atau coding , yaknimengubah data berbentuk kalimat atauhuruf menjadi data angka atau bilangan.Koding atau pemberian kode ini sangatberguna dalam memasukkan data ( dataentry).

    c. Memasukkan Data ( Data Entry ) atauprocessing

    Data, yakni jawaban-jawaban darimasing-masing responden yang dalambentuk kode ( angka atau huruf ) dimasukkan ke dalam program atausoftwarekomputer.

    d. Pembersihan Data ( cleaning ).Apabila semua data dari setiap

    sumber data atau setiap respondenselesai dimasukkan, perlu di cek kembaliuntuk melihat kemungkinan-kemungkinanadanya kesalahan kode,ketidaklengkapan, dan sebagainya,kemudian di lakukan pembetulan atau

    koreksi. Proses ini di sebut pembersihandata.(Notoatmojo, 2010 ).

    Analisis dataSetelah data terkumpul kemudian

    ditabulasi dalam tabel dengan variabel yanghendak diukur.Analisa data dilakukan melaluitahap editing, koding, tabulasi dan ujistatistik.Analisis univariat dilakukan denganmenggunakan analisis distribusi frekuensi.

    Menggunakan bantuan program SPSSfor windows 16,0. Melalui tahapan-tahapan,kemudian data dianalisis denganmenggunakan metode uji statistik univariat

    dilakukan untuk variabel tunggal yangdianggap terkait dengan penelitian dananalisis bivariat untuk melihatdistribusi atauhubungan beberapa variabel yang dianggapterkait dengan menggunakan uji chi-square.

    Analisis data dilakukan denganpengujian hipotesis Nol (Ho) atau hipotesisyang akan ditolak. Dengan menggunakan ujichi-square. Batas kemaknaan = 0,05, Hoditolak jika p < 0,05 dan Ho diterima jika p >0,05.

    Jika p < (0,05) maka hipotesis nolditolak dan hipotesis alternatif diterima yang

    berarti ada hubungan antara variabelindependen dengan dependen.

  • 7/24/2019 Stikes Nani Hasanuddin Hardiantia 123 1 Artikel7

    4/11

    Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ISSN : 2302-1721 4

    Sedangkan jika p > (0,05) makahipotesis nol diterima dan hipotesis alternatifditolak yang berarti tidak ada hubungan antaravariabel independen dengan variabeldependen.

    HASIL PENELITIANKarakteristik Umum Respondena. Analisa Univariat

    Tabel 5.1 : Distribusi frekuensi respondenberdasarkan umur terhadapPenerapan Metode Tim(MPKP) dengan kinerjaperawat pelaksana di ruangperawatan Interna RSUDKabupaten Majene Tahun2012

    Umur n %

    22 2930 3637 4250 56

    29222

    82,95,75,75,7

    Total 35 100

    Sumber : Data Primer 2012

    Pada tabel 1 di atas menunjukkanbahwa dari 35 responden, jumlahresponden terbanyak yaitu berumur 22-29orang (82,9%),

    Tabel 5.2 : Distribusi frekuensi responden

    berdasarkan jenis kelaminterhadap penerapan motodetim (MPKP) dengan kinerjaperawat pelaksana di ruangperawatan interna RSUDKabupaten Majene Tahun2012

    Jenis kelamin N %

    Laki lakiPerempuan

    827

    22,977,1

    Total 35 100

    Sumber : Data Primer 2012

    Pada tabel 2 diatas menunjukkanbahwa dari 35 responden jenis kelaminterbanyak adalah perempuan denganjumlah 27 orang dan laki-laki sebanyak 8orang

    Tabel 5.3 : Distribusi frekuensi respondenberdasarkan pendidikanterhadap penerapan metodetim (MPKP) dengan kinerjaperawat pelaksana di ruangperawatan interna RSUDKabupaten Majene tahun2012

    Pendidikan N %

    SPKD3S1

    2321

    5,791,42,9

    TOTAL 35 100

    Sumber : Data Primer 2012

    Pada tabel 3 diatas menunjukkanbahwa pendidikan responden terbanyakadalah D3 sebanyak 32 (91,4) respondendan paling sedikit adalah responden yangberpendidikan S1 yaitu 1 (2,9) responden.

    Tabel 5.4 : Distribusi frekuensi respondenberdasarkan lama kerjaterhadap penerapan metode tim(MPKP) dengan kinerja perawatpelaksana di ruang perawatan

    interna RSUD KabupatenMajene tahun 2012

    Lama kerja N %

    0 5 tahun6 10 tahun>10 tahun

    2852

    80,014,35,7

    Total 35 100Sumber : Data Primer 2012

    Pada tabel 4 diatas menunjukkanbahwa responden terbanyak adalah yanglama kerjanya 0-5 tahun sebanyak 28(80,0%) responden dan yang paling sedikit

    adalah yang lama kerjanya > 10 tahun yaitu2 (5,7%) responden.

    b. Analisis Bivariat1) Hubungan penerapan timbang terima

    dengan kinerja perawat pelaksanaTabel 5.10 :Distribusi Frekuensi

    RespondenBerdasarkanHubungan PenerapanTimbang TerimaTerhadap PenerapanMetode Tim (MPKP)

    Dengan KinerjaPerawat Pelaksana diRuang PerawatanInterna RSUDKabupaten MajeneTahun 2012

    Timbangterima

    Kinerja perawatJumlahMemua

    skanTidak memuaskan

    N % N % N %

    Cukupkurang

    242

    68,65,7

    27

    5,720,0

    269

    74,325,7

    Total 26 74,3 9 25,7 35 100

    p value= 0,000Sumber : Data Primer 2012

  • 7/24/2019 Stikes Nani Hasanuddin Hardiantia 123 1 Artikel7

    5/11

    Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ISSN : 2302-1721 5

    Berdasarkan tabel 5.10menunjukkan bahwa dari 35 respondenyang menganggap timbang terima cukupdengan kinerja perawat pelaksana yangmemuaskan yakni 24 responden (68,6%),

    dan yang tidak memuaskan 2 responden(5,7%) sedangkan yang menganggaptimbang terima kurang dengan kinerjaperawat pelaksana yang memuaskanyakni 2 responden (5,7%) dan tidakmemuaskan 7 responden (20,0%)

    2) Hubungan Pre conference dengankinerja perawatTabel 5.11 : Distribusi Frekuensi

    RespondenBerdasarkanHubungan Penerapan

    Pre conferenceTerhadap PenerapanMetodeTim (MPKP)Dengan KinerjaPerawat Pelaksana diRuang PerawatanInterna RSUDKabupaten MajeneTahun 2012

    Preconference

    Kinerja perawat

    JumlahMemuaskan

    Tidakmemuaskan

    N % N % N %Cukupkurang

    242

    68,65,7

    27

    5,720,0

    269

    74,325,7

    Total 26 74,3 9 25,7 35 100P value = 0,000

    Sumber : Data Primer 2012

    Berdasarkan tabel 5.11menunjukkan bahwa dari 35respondenyang menganggap pre conference cukupdengan kinerja perawat pelaksana yangmemuaskan yakni 24 responden (68,6%),dan yang tidak memuaskan 2 responden(5,7%) sedangkan yang menganggap pre

    conference kurang dengan kinerjaperawat pelaksana yang memuaskanyakni 2 (5,7%) dan tidak memuaskan 7responden (20,0%)

    Dengan menggunakan ujistatistic berdasarkan rumus pearsen chi-squre di dapatkan nilai p = 0,000 dengan = 0,05 dengan demikian p < berarti Hoditolak dan Ha diterima hal inimenunjukkan ada hubungan antara preconference dengan kinerja perawatpelaksana.

    3) Hubungan post conference dengankinerja perawatTabel 5.12 : Distribusi Frekuensi

    RespondenBerdasarkan

    Hubungan PenerapanPost Conference

    Terhadap PenerapanMetode Tim (MPKP)dengan KinerjaPerawat Pelaksana diRuang PerawatanInterna RSUDKabupaten MajeneTahun 2012

    Postconference

    Kinerja perawatJumlahMemuas

    kanTdk memuaskan

    N % N % N %Cukupkurang

    260

    74,30

    18

    2,922,9

    278

    77,122,9

    Total 26 74,3 9 25,7 35 100P value = 0,000

    Sumber : Data Primer 2012

    Berdasarkan tabel 5.11menunjukkan bahwa dari 35respondenyang menganggap post conference cukupdengan kinerja perawat pelaksana yangmemuaskan yakni 26 responden (74,3%),dan yang tidak memuaskan 1 responden(2,9%) sedangkan yang menganggap post

    conference dengan kinerja perawatpelaksana yang memuaskan yakni 0 (0%)dan tidak memuaskan 8 responden(22,9%)

    Dengan menggunakan ujistatistic berdasarkan rumus pearsen chi-squre di dapatkan nilai p = 0,000 dengan = 0,05 dengan demikian p < berarti Hoditolak dan Ha diterima hal inimenunjukkan tidak ada hubungan antaratimbang terima dengan kinerja perawatpelaksana.

    4) Hubungan ronde keperawatan dengankinerja perawat

    Tabel 5.13 : DistribusiFrekuensi Responden BerdasarkanHubungan Penerapan RondeKeperawatanTerhadap PenerapanMetode Tim (MPKP) dengan KinerjaPerawat Pelaksana di Ruang PerawatanInterna RSUD Kabupaten Majene Tahun2012

  • 7/24/2019 Stikes Nani Hasanuddin Hardiantia 123 1 Artikel7

    6/11

    Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ISSN : 2302-1721 6

    Rondekeperawatan

    Kinerja perawat

    JumlahMemuaskan

    Tdk memuaskan

    N % N % N %

    CukupKurang

    260

    74,30

    18

    2,922,9

    278

    77,122,9

    Total 26 74,3 9 25,7 35 100

    P value = 0,000

    Sumber : Data Primer 2012

    Berdasarkan tabel 5.13menunjukkan bahwa dari 35 respondenyang menganggap ronde keperawatancukup dengan kinerja perawat pelaksanayang memuaskan yakni 26 responden(74,3%), dan yang tidak memuaskan 1responden (2,9%) sedangkan yang

    menganggap ronde keperawatan kurangdengan kinerja perawat pelaksana yangmemuaskan yakni 0 (0%) dan tidakmemuaskan 8 responden (22,9%)

    Dengan menggunakan ujistatistic berdasarkan rumus pearsen chi-squre di dapatkan nilai p = 0,000 dengan = 0,05 dengan demikian p < berarti Haditerima dan Ho ditolak hal inimenunjukkan ada hubungan antaratimbang terima dengan kinerja perawatpelaksana.

    PEMBAHASANBerdasarkan analisis yang dilakukanterhadap 35 responden di Ruang PerawatanInterna RSUD KabupatenMajene, terdapat 22responden yang mengalami tonsilitis kronikdan sebanyak 21 responden mengalamitonsililitis akut dengan hasil analisis sebagaiberikut :1. Hubungan Timbang Terima Dengan

    Kinerja Perawat PelaksanaUntuk melihat apakah ada

    hubungan antara penerapan timbangterima dengan perawat kinerja pelaksana

    maka digunakan uji chi-square dengantingkat signifikan = 0,05 maka diperolehp = 0,000 yang berarti p < artinya bahwaantara penerapan timbang terima dengankinerja perawat pelaksana memilikihubungan. Dengan demikian dalampenelitian ini Ha dinyatakan diterima danHo dinyatakan ditolak.

    Berdasarkan hasil penelitian inimenunjukkan bahwa dari 35 respondenyang menganggap bahwa pelaksanaantimbang terima yang cukup dan kinerjaperawat pelaksana memuaskan terdapat

    24 responden (68,6%) dan ada 7responden (20,0) yang menyatakanbahwa penerapan timbang terima yang

    cukup dan kinerja perawat pelaksana yangtidak memuaskan.

    Hal ini menunjukkan bahwa dalamkinerja perawat pelaksana kaitannyadalam penerapan timbang terima yang

    menunjukkan bahwa masih ada sebagianperawat pelaksana yang masih kurangmenerapkan timbang terima dalampemenuhan asuhan keperawatan pasienyang berdampak pada kinerja perawatpelaksana yang tidak memuasakan, hal inisesuai yang di kemukakan oleh Snow(1992),dan Jhonson (2000), danCummings dan Worley (2001) yangmenyatakan tim adalah satu set interaksiinterpersonal yang struktur untukmencapai sasaran yang telah ditentukan.Yaitu sebuah tim melaksanakan tugas

    sesuai dengan strutur atau panduan yangada maka tercapai sasaran yangdiinginkan dengan baik, akan tetapi jikaada dari anggota tim yang tidakmenjalankanya maka sasaran yangdiinginkan tidak akan tercapai secarasempurna. (S. Suarli, 2009)

    Dari penelitian ini juga terdapat 2responden (5,7%) yang menyatakanbahwa dalam penerapan timbang terimakurang dan kinerja perawat pelaksanamemuaskan sebanyak 2 responden(5,7%), dan yang menyatakan timbang

    terima kurang dan tidak puas akan kinerjaperawat pelaksana sebanyak 2responden. Hal ini bisa saja terjadidisebabkan oleh banyak faktor yang dihadapi oleh perawat pelaksan antaranyaadalah beban kerja perawat lebih banyakdan berat dimana harus menjaga pasienselama 24 jam.Sebagai mana yangdikatakan oleh (Ilyas, 2007) bahwa bebankerja yang berlebihan dapat jugamengganggu penampilan kerja yangakhirnya berdampak negative kepadakinerja perawat tersebut secara otomatis

    juga mempengaruhi kualitaskerjanya.Misal pemberian tugas tambahanyang tidak sesuai dengan kemampuanperawat seperti jumlah pasien yang harusdirawat, waktu kerja dan lain-lain. (Ilyas,2007)

    2. Hubungan Pre dan post ConferenceDengan Kinerja Perawat Pelaksanaa. Pre conference

    Penelitian ini menunjukkanbahwa dari 35 responden yangmenganggap pre conference cukupdengan kinerja perawat pelaksan yang

    memuaskan yakni 24 responden(68,6%) dan yang menganggap

  • 7/24/2019 Stikes Nani Hasanuddin Hardiantia 123 1 Artikel7

    7/11

    Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ISSN : 2302-1721 7

    penerapan pre conference cukup tapi

    tidak memuaskan sebanyak 7responden (20,0%), hal inimenunjukkan bahwa dalam kinerjaperawat pelaksana yang masih kurang

    menerapkan pre conferencemenunjukkan bahwa masih adasebagian perawat pelaksana yangmasih kurang menerapkan preconference dalam pemenuhan asuhankeperawatan pasien yang berdampakpada kinerja perawat pelaksana yangtidak memuaskan. Sebagai mana dikemukakan oleh gilbert (1997) kinerjaadalah apa yang dapat dikerjakansesaui tugas dan fungsinya danMayer (1991) yang mengatakanbahwa kinerja adalah keberhasilan

    seseorang dalam melaksanakan suatupekerjaan. Begitu pula dalampelaksanaan pre conference yangdilaksanakan sebelum berinteraksidengan pasien yang berguna dalamproses pemberian asuhankeperawatan untuk pasien apakahsesuai dengan direncanakan atautidak. (Subekti, 2008)

    Dalam penelitian ini juga dari 35responden dalam penerapan preconference yang kurang danmemuaskan sebanyak 2 responden

    (5,7%), sedangkan yang menyatakanyang tidak memuaskan sebanyak 2responden (5,7%). Banyak faktor yangmempengaruhi hal ini salah satunyayaitu masa kerja dan pengalamankerja dari perawat pelaksana yangkurang dalam penerapan metode timpada pemenuhan asuhankeperawatan pada pasien. Sebagaimana kemukakan oleh Potter danPerry (2005) menyatakan bahwa lamakerja biasanya berkolerasi denganpengalaman, masa kerja yang lama

    otomatis membuat pengalamansemakin bertambah, seperti yangdidapatkan dalam penelitian ini bahwaperawat pelaksana yang lamakerjanya dikatakan kurang yaitu 28responden (80,0%) . jadi semakinlama kerja seseorang maka semakinpaham orang tersebut, Potter danPerry mengatakan bahwa semakinlama seseorang bekerja, semakintinggi pula produktifitasnya yangdiharapkan darinya karna ia semakinberpengalaman dan mempunyai

    keterampilan yang baik dalam

    menyelesaikan tugas yang di berikankepadanya. (Adatama, 2007)

    Untuk melihat apakah adahubungan dengan antara denganpenerapan pre conference dengan

    kinerja perawat pelaksana makadigunakan uji chi-square dengantingkat sinifikan = 0,05 maka diperoleh p = 0,000 yang berarti p < artinya bahwa antara penerapan preconference dengan kinerja perawatpelaksana memiliki hubungan.Dengan demikian Ha diterima dan Hoditolak.

    Hasil penelitian ini mempunyaikemiripan dengan hasil penelitianyang dilakukan oleh Rudiono (2011),tentang hubungan penerapan metode

    timdengan kinerja perawat pelaksanadi ruang inap interna RS. DR WahidinSudirohusodo Makassar yangmenyatakan bahwa ada hubunganantara pre conference dengan kinerjaperawat pelaksana dengan 46responden dan yang memuaskanyakni 32 responden (69,6%), dan yangtidak memuaskan 10 responden(21,7%), sedangkan yangmenganggap Pre conference kurangdengan kinerja perawat yangmemuaskan yakni 0 responden dan

    yang tidak memuaskan 4 responden(8,7%) didapatkan nilai P = 0,006dengan = 0,05 (Rudiono, 2011)

    Dari teori yang ada maka Preconference adalah komunikasi katimdan perawat pelaksana setelahselesai operan untuk rencana kegiatanpada shifttersebut yang dipimpin olehketua tim atau penanggung jawab tim.Jika yang dinas pada tim tersebuthanya satu orang, maka preconference ditiadakan. Isi preconference adalah rencana tiap

    perawat (rencana harian), dantambahan rencana dari katim dan PJtim.

    b. Post conferenceDalam penelitian ini

    menunjukkan bahwa responden yangmenganggap post conference cukupdengan kinerja perawat pelaksanamemuaskan yakni 26 responde(74,3%), dan yang menyatakan bahwapenerapan post conference kurang

    dengan kinerja perawat pelaksanayang tidak memuaskan berjumlah 8

    responden (22,9%) .

  • 7/24/2019 Stikes Nani Hasanuddin Hardiantia 123 1 Artikel7

    8/11

    Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ISSN : 2302-1721 8

    Hal ini menunjukkan bahwaketika penerapan post conferencetidak dilaksanakan dengan penuhtanggung jawab maka akanmempengaruhi kinerja perawat

    tersebut dalam perampungan hasiltindakan pemberian asuhankeperawatan pasien pada saat ituseperti yang di utarakan oleh Ahmads. Ruky tentang kinerja yaitu catatantentang hasil yang di peroleh darifungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatantertentu. Hal serupa di kemukakanoleh WHO bahwa kinerja adalahkeberhasilan seseorang dalammelaksanakan suatu pekerjaan.Kedua teori ini sejalan dengan hasilpenelitian ini yang menunjukkan

    bahwa kinerja responden dalampenerapan post conference yangmemuaskan sebanyak 26 (74,3%)responden jadi penerapan postconferencedi ruang rawat inap internaRSUD Kabupaten Majene belumsepenuhnya melaksanakan postconference dalam metode tim, begitupula dalam pelaksanaan postconferenceyang dilaksanakan setelah

    berinteraksi dengan pasien yang nantihasil dari post conference ini akandiberikan ke sift selajutnya yang

    berguna untuk dalam prosespemberian asuhan keperawatan untukpasien dalam perencanaan asuhankeperawatan selanjutnya.

    Dari penelitian ini pula perawatpelaksana yang menyatakanpenerapan post conference kurangdari kinerja yang memuaskan 0 (0%)sedangkan perawat pelaksana yangmenyatakan tidak puas berjumlah 1(2,9%) responden hal ini terjadi karnabeberapa faktor yang menjadipengaruhnya salah satunya yaitu

    tingkat pendidikan dari perawatpelaksana dimana penelitian inimenunjukkan bahwa perawat yangberpendidikan D3 berjumlah 32responden (69,6%) sedangkan yangberpendidikan S1 berjumlah 1responden (2,9%). Menurut Nursalammenyatakan bahwa latar belakangpendidikan sangat beerpengaruhdalam kinerja perawat dalammelaksanakan asuhan keperawatankarna semakin tinggi tingkatpendidikan seseorang semakin tinggi

    pula pengetahuannya semakin tinggituntunan kinerja dalam pelaksanaan

    asuhan keperawatan di rumahsakit.(Nursalam, 2009)

    Dalam penelitian ini didapatkanbahwa penerapan post conference

    masih ada kinerja perawat pelaksana

    yang tidak memuaskan yang nantinyaakan berdampak dalam pemberianasuhan untuk pasien yaitu masih ada9 (25,7%) responden yang masihkurang dalam menerapkan postconference.

    Untuk melihat apakah adahubungan antara penerapan postconference dengan kinerja perawatpelaksana maka digunakan uji chi-square dengan tingkat signifikan =

    0,05 maka di peroleh = 0,000 yangberarti < artinya bahwa antara

    penerapan post conference dengankinerja perawat pelaksana memilikihubungan dengan demikian dalampenelitian ini Ha dinyatakan diterimadan H0 ditolak.

    Hasil penelitian ini mempunyaikemiripan dengan hasil penelitianyang dilakukan oleh Rudiono (2011),tentang hubungan penerapan metodetim dengan kinerja perawat pelaksanadi ruang inap interna RS. DR WahidinSudirohusodo Makassar yangmenyatakan bahwa ada hubungan

    antara pre conference dengan kinerjaperawat pelaksana dengan 46responden dan yang memuaskanyakni 32 responden (69,6%), dan yangtidak memuaskan 9 responden(19,6%), sedangkan yangmenganggap Pre conference kurangdengan kinerja perawat yangmemuaskan yakni 0 responden danyang tidak memuaskan 5 responden(10,9%) didapatkan nilai P = 0,006dengan = 0,05 (Rudiono, 2011)

    Post conference adalah

    komunikasi katim dan perawatpelaksana tentang hasil kegiatansepanjang shift dan sebelum operankepada shift berikut. Isi postconference adalah hasil askep tiapperawatan dan hal penting untukoperan (tindak lanjut).Post conferencedipimpin oleh katim atau Pj tim.

    Berdasarkan pengamatan yangtelah dilakukan oleh peneliti, makapeneliti berasumsi bahwa preconferencedanpost conference haruslebih ditingkatkan apalagi dalam

    komunikasi antara perawat denganketua tim agar perawat bisa lebih

  • 7/24/2019 Stikes Nani Hasanuddin Hardiantia 123 1 Artikel7

    9/11

    Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ISSN : 2302-1721 9

    bertanggung jawab dalammelaksanakan asuhan keperawatan.

    3. Hubungan Ronde Keperawatan DenganKinerja Perawat Pelaksana

    Dalam penelitian ini menunjukkan

    bahwa responden yang menganggapronde keperawatan cukup dengan kinerjaperawat pelaksana yang memuaskanyakni 26 (74,3%) responden, dan perawatpelaksana yang menyatakan penerapanronde keperawatan cukup dengan kinerjaperawat pelaksana yang tidak memuaskan1 (2,9% ) responden, sebagai manadijelaskan dalam nursalam (2007) yangmenjelaskan bahwa ronde keperawatanyang bertujuan untuk mengatasi masalahkeperawatan pasien dengan melibatkanpasien dalam proses keperawatan yang

    dilaksanakan hal ini dikemukakan olehAgus Kuntoro (2010) yang menyatakanmetode tim dapat meningkatkankerjasama dan koordinasi perawat dalammelaksanakan tugas dalam pemberianasuhan keperawatan. Dari teori inimenunjukkan bahwa ketika rondekeperawatan dilaksanakan dengan baikdalam pemenuhan kebutuhan pasiendimana dalam pelaksanaannya melibatkantenaga kesehatan lain guna memberikanyang terbaik kepada pasien maka akanmenghasilkan hasil yang maksimal pula

    begitu pula sebaliknya.(Kuntoro, 2010)Dari hasil penelitian ini pula

    didapatkan bahwa perawat pelaksanayang menyatakan bahwa penerapanronde keperawatan kurang dengan kinerjaperawat pelaksana yang memuaskanberjumlah 0 (0,0%) sedangkan yangmenyatakan yang tidak memuaskanberjumlah 8 responden (22,9%),berdasarkan defenisi dari Nursalam (2007)tentang ronde keperawatan yangmenyatakan bahwa ronde keperawatanmerupakan metode untuk menggali dan

    membahas secara mendalam tentangmaslah keperawatan yang terjadi padapasien dengan melibatkan timkeperawatan, kepala ruangan, dokter, ahligizi dan melibatkan pasien secaralangsung. Hal ini menunjukkan bahwaronde keperawatan dapat berhasil ketikaterjalin kerjasama tim kesehatan yang baiksebagaimana dikemukakan oleh ilyas(2007) bahwa kerja sama tim adalahmerupakan kemampuan mental seorangpersonal untuk dapat bekerja samadengan orang lain dalam menyelesaikan

    tugas yang telah ditentukan. Selain kerjasama tim yang menjadi berhasil atau

    tidaknya ronde keperawatan adalahpendidikan dari tim kesehatan tersebutseperti yang dikatakan oleh Nursalam(2009) menyatakan bahwa latar belakangpendidikan sangat berpengaruh dalam

    kinerja perawat dalam pelaksanaanasuhan keperawatan karena semakintinggi tingkat pendidikan seorang semakintinggi pula tingkat pendidikanya makasemakin tinggi tuntunan kinerja dalampelaksanaan asuhan keperawatan dirumah sakit. (Nursalam, 2009)

    Untuk melihat apakah ada hubunganantara penerapan ronde keperawatandengan kinerja perawat pelaksana makadigunakan uji chi-square dengan tingkatsignifikan = 0,05 maka di peroleh =0,061 yang berarti p > artinya bahwa

    antara penerapan ronde keperawatandengan kinerja perawat pelaksana tidakmemiliki hubungan. Dengan demikiandalam penelitian ini Ha dinyatakan ditolakdan Ho ditolak.

    Hasil penelitian ini mempunyaikemiripan dengan hasil penelitian yangdilakukan oleh Rudiono (2011), tentanghubungan penerapan metode tim dengankinerja perawat pelaksana di ruang inapinterna RS. DR Wahidin SudirohusodoMakassar yang menyatakan bahwa adahubungan antara timbang terima dengan

    kinerja perawat pelaksana dengan 46responden dan yang memuaskan yakni 32responden (69,6%), dan yang tidamemuaskan 10 responden (21,7%),sedangkan yang menganggap timbangterima kurang dengan kinerja perawatyang memuaskan yakni 0 responden danyang tidak memuaskan 4 responden(8,7%) didapatkan nilai P = 0,006 dengan = 0,05 (Rudiono, 2011)

    dari teori yang ada maka rondekeperawatan adalah kegiatan yangbertujuan untuk mengatasi masalah

    keperawatan pasien yang dilaksanakanoleh perawat disamping melibatkan pasienuntuk membahas dan melaksanakanasuhan keperawatan.

    Berdasarkan pengamatan yang telahdilakukan peneliti maka peneliti berasumsibahwa ronde keperawatan merupakan halyang sangat mempengaruhi kinerjaperawat dalam melaksanakan asuhankeperawatan, terlebih lagi ketika didalammelaksanakan asuhan keperawatan, akanjauh lebih baik hasilnya jika perawat lebihmeningkatkan kerjasama antara perawat

    dengan ketua tim sehingga dalam

  • 7/24/2019 Stikes Nani Hasanuddin Hardiantia 123 1 Artikel7

    10/11

    Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ISSN : 2302-1721 10

    pelaksanaan asuhan keperawatan lebihmudah dan bertanggung jawab.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan hasil penelitian tentang

    hubungan penerapan metode tim dengankinerja perawat pelaksana diruang rawat inapinterna RSUD Kabupaten Majene maka dapatditarik kesimpulan sebagai berikut:1. Ada hubungan antara penerapan timbang

    terima dengan kinerja perawat pelaksanaRSUD Kabupaten Majene

    2. Ada hubungan antara penerapan Predanpost conference dengan kinerja perawatpelaksana RSUD Kabupaten Majene

    3. Ada hubungan antara penerapan rondekeperawatan dengan kinerja perawatpelaksana RSUD Kabupaten Majene

    SARAN

    1. Kiranya penelitian ini dapat digunakansebagai masukan pihak rumah sakitterkhusus RSUD Kabupaten Majenedalam hal meningkatkan produktivitas

    perawat pelaksana guna memaksimalkanterwujudnya pelayanankeperawatan/kesehatan.

    2. diharapkan bagi manajemen rumah sakit,agar lebih meningkatkan peneran metodetim dengan kinerja perawat pelaksana

    3. Bagi peneliti selanjutnyaDiharapkan bagi peneliti selanjutnya agarnantinya dapat melakukan penelitian yanglebih spesifik mengenai hubunganpenerapan metode tim dengan kinerjaperawat pelaksana

    DAFTAR PUSTAKA

    Agus Kuntoro, 2010. Manajemen Perawatan Kesehatan. EGC. Jakarta

    Alimul H, Azis. 2007 a. Pengantar Konsep Dasar keperawatan Edisi 2. Salemba Medika. Jakarta

    Arif Wangsa, 2009. Penerapan Metode Tim Dengan Kerja Perawat Di Ruang Bedah (Tidak diPublikasikan) Skripsi Nani Hasanuddin Makassar

    Depkes RI 2011.Jumlah tenaga kesehatan di Indonesia, Depkes RI. Jakarta

    Firmansyahjf.blogspot.com/2012/03/ Praktik Keperawatan html

    Gaffar La ode Jumadi 2008. Pengantar Keperawatan Profesional . Jakarta

    Hasmoko Emanuel Vensi. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Klinis PerawatBerdasarkan Penerapan Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis (SPMKK) di RuangRawat Inap Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Universitas Diponegoro Semarang.Semarang

    Indonesia Nurse. Model Praktik Keperawatan Profesional Indonesia.http://Indonesianursing.com/2008/05/19 Model- Praktik- Keperawatan- Provesional- Di Indonesia

    Marquis.Bassie.dkk. 2010. Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan Teori Dan Aplikasi. Edisi.4Jakarta

    Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan. Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 2.Salemba Medika. Jakarta

    Nursalam. 2009. Manajemen Keperawatan. Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 2.Salemba Medika. Jakarta

    Priharjo Robert, 2008, Konsep Dan Prespektik Keperawatan Profesional, EGC. Jakarta

    Perawattegal.wordperss.com/2009/08/29/ Konsep Dasar Keperawatan Perkembangan Konsep DanTren Keperawatan

  • 7/24/2019 Stikes Nani Hasanuddin Hardiantia 123 1 Artikel7

    11/11