stie-igi.ac.id · web viewmanajemen bank selaluberusaha untuk menjadikan kinerja bank yang...
TRANSCRIPT
BAB VII
ANALISIS KINERJA BANK KONVENSIONAL
Secara berkala, baik dan buruknya atau tingkat efisiensi sebuah bank dapat diketahui
melalui analisis kinerja bank tersebut. Analisis kinerja bank perlu dilakukan dan hasilnya
penting untuk para pemangku kepentingan ( stake holders ), utamanya pemilik bank, apalagi
bila bank ntersebut sudah go public, sehingga pemiliknya meluas di masyarakat.
Kinerja suatu bank penting bagi investor dan calon investor, karena investor hanya bersedia
menanamkan uangnya pada bank yang berkinerja baik atau di atas kinerja rata-rata industri
bank. Bagi bank sendiri, kinerjanya merupakan manifestasi dari segala aktivitas yang
dianggap terbaik yang telah dilaksanakan oleh manajemen selam periode tertentu.
Manajemen bank selaluberusaha untuk menjadikan kinerja bank yang dikelolanya memiliki
tingkat yang baik atau di atas kinerja rata-rata industri bank.
Analisis kinerja terhadap suatu bank, merupakan analisis terhadap seluruh aspek
operasional dan nonoperasional dari sebuah bank. Banyak metode analisis yang biasa
digunakan baik di Indonesia maupun di dunia internasional dapat digunakan untuk
menganalisis sebuah bank, namun yang pasti analisis sebuah bank harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, Jika di Indonesia sesuai ketentuan Bank Indonesia dan ketentuan
lainnya ( seperti, SAK, peraturan perpajakan ).
Bank Indonesia atau OJK telah menetapkan pedoman untuk menganalisis sebuah bank, yang
dikenal sebagai “ penilaian tingkat kesehatan bank “. Penilaian tingkat kesehatan ini
mencakup financial aspect serta nonfinancial aspect.
1. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Kesehatan atau kondisi keuangan dan nonkeuangan bank merupakan kpentingan semua
pihak terkait ( stake holders ), seperti, pemilik, manajemen, karyawan masyarakat dan
otoritas keuangan dan pemerintah, seperti, Bank Indonesia, pasar modal, kantor pajak.
Denan diketahui kondisi suatu bank dapat digunkan oleh para pihak yang tersebut untuk
dievaluasi demi kepentingannya dan bank yang dianalisis. Komponen yang dianalisis dari
suatu bank antara lain, penerapan prinsip akuntansi, prinsip kehati-hatian, kepatuhan
terhadap ketentuan yang berlaku, manajemen risiko dan kinerja keuangannya ( prifitabilitas,
likuiditas, solvabilitas, arus kas, struktur modal termasuk perubahannya ).
Persaingan di industri bank yang sangat ketat, baik antara bank nasional maupun dengan
bank asing, dan jangan diabaikan persaingan dengan lembaga keuangan non bank seperti,
perusahaan pembiayan, pegadaian, asuransi, modal ventura, sewa guna usaha.
Para analis bank dalam menganalisi kinerja sebuah bank akan konsentrasi pada manajemen
risiko dan manajemen keuangan bank. Produk dan jasa perbankan yang sekarang semakin
banyak dan kompleks akan meningkatkan ekposur ( keterbukaan ) risiko yang dihadapi bank
dan penerapan manajemen risiko akan mempengaruhi profil risiko bank yang selanjutnya
berakibat pada kondisi keuangan dan kinerja bank secara keseluruhan.
Perkembangan metodologi penilaian kondisi bank bersifat dinamis, sehingga sistem
penilaian kesehatan bank senantiasa disesuaikan agar dapat lebih mencerminkan kondisi
bank yang sesungguhnya, untuk sekarang dan masa depan. Pengaturan kembali hal tersebut
antara lain meliputi penyempurnaan pendekatan penilaian ( kuantitatif dan kualitatif ) dan
penambahan faktor penilaian bilaman perlu. Bagi industri bank, hasil penilaian kondisi bank
tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di
waktu mendatang, sedangkan bagi Bank Indonesia dapat digunakan sebagai sarana
penetapan kebijakan dan implementasi strategi pengawasan, agar pada waktu yang
ditetapkan, bank dapat menerapkan sistem penilaian tingkat kesehatan bank yang tepat.
Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan suatu bank pada dasarnya menggunakan
pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank.
Metode atau cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut kemudian dikenal sebagai
dengan metode CAMELS. CAMELS merupakan aspek yang banyak berpengaruh terhadap
kondisi keuangan bank, yang mempengaruhi pula pada kesehatan bank. Setelah dilakukan
pengukuran dengan cara CAMELS, dilanjutkan dengan penilaian tingkat kepatuhan bank
pada beberapa ketentuan khusus. Metode CAMELS berisikan langkah-langkah yang dinilai
dengan menghitung besarnya masing-masing rasio ( hasil perbandingan ) pada komponen-
komponen. Metode CAMELS mencakup komponen-komponen sebagai berikut:
1. C = Capital ( modal bank )
2. A = Assets ( aktiva produktif bank )
3. M= Management bank
4. E = Earning/Rentabilitas/Profitabilitas ( tingkat pendapatan dan laba bank )
5. L = Liquidity ( likuiditas bank )
6. S = Sensitivity to Market Risk ( manajemen risiko bank )
Langkah-langkah dalam perhitungan tingkat kesehatan bank menurut metode CAMELS.
adalah sebagai berikut:
1. Menghitung rasio berdasarkan rumus yang ditetapkan ( rumus baku )
2. Menghitung besarnya nilai kredit ( credit point ) untuk masing-masing komponen
CAMELS.
3. Mengalikan nilai kredit ( credit point ) tersebut dengan bobot masing-masing
komponen CAMELS
4. Menjumlah seluruh komponen CAMELS.
5. Memperhitungkan nilai keseluruhan berkaitan dengan pemberian batas kredit.
6. Menetapkan kategori kesehatan bank.
Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Model CAMELS
No
1
2
Faktor yang Dinilai
Permodalan/capital( C )
Kualitas aktiva produktif
Atau assets ( A )
Komponen yang Dinilai
Permodalan rasio modal terhadap aktiva
tertimbang
a. Rasio aktiva produktif yang
diklasifikasikan terhadap aktiva
produktif
b. Rasio penyisihan penghapusan
aktiva yang dibentuk terhadap
penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang wajib dibentuk
a. Majemen umum
% Bobot
25 25
25 30
3
4
5
Management (M)
Rentabilitas( E )
Likuiditas ( L )
b. Manajemen risiko
a. Rasio laba terhadap volume usaha
b. Rasio biaya operasional terhadap
pendapatan operasional
a. Rasio kewajiban bersih call money
terhadap aktiva lancar rupiah
b. Rasio jumlah kredit yang diberikan
terhadap dana yang diterima bank
(rupiah dan valas )
5
10 25
15
5 10
5
5 10
5
Tabel Predikat Kesehatan Bank
Nilai Kredit CAMEL Predikat
81 – 100
66 < 81
51 < 66
0 < 51
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
Tingkat kesehatan bank yang sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, akan
tergantung atau diturunkan menjadi tidak sehat, apabila terdapat:
Perselisihan intern yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan dalam bank yang
bersangkutan.
Campur tangan pihak di luar bank dalam manajemen bank, termasuknya di
dalamnya kerjasama manajemen yang tidak wajar.
Window dressing ( memperindah ) dalam pembukuan atau laporan bank yang secara
materil berpengaruh terhadap keadaan keuangan sehingga mengakibatkan penilaian
yang salah terhadap bank.
Kesulitan keuangan yang mengakibatkan penghentian sementara atau pengunduran
diri dari keikutsertaan dalam kliring.
Ketentuan lain yang sewaktu-waktu dapat dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
a. Metode CAMEL untuk Bank Umum
1) Tujuan
Hasil akhir penilaian tingkat kesehatan bank dapat digunakan untuk:
(a) Sebagai slah satu sarana atau alat dalam menetapkan strategi usaha bank di
masa mendatang.
(b) Sebagai salah satu sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan
bank.
2) Sistem penilaian
Pada dasarnya, tingkat kesehatan bank dinilai dengan pendekatan kualitatif atas
berbagai aspekyang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui
penilaian kuantitatif atau kualitatif terhadap faktor permodalan, kualitas aset,
manajemen, rentabilitas ( profitabilitas ), likuiditasm solvabilitas, dan sensitivitas
terhadap risiko pasar ( CAMELS ). Hal-hal yang terkait dengan penilaian faktor
CAMELS tersebut antara lain sebagai berikut.
a) Hasil penilaian ditetapkan dalam lima peringkat komposit ( PK ), yaitu, PK-1 =
Sangat Baik, PK-2 = Baik, PK-3 = Cukup Baik, PK-4 = Kuarng Baik dan PK-5 = Tidak
Baik.
b) Pelaksanaan ketentuan yang sanksinya dikaitkan dengan penilaian tingkat
kesehatan bank umum meliputi pelanggaran atau pelampauan terhadap
ketentuan BMPK, pelanggaran ketentuan PDN, pelanggaran ketentuan
penetapan prinsip mengenai nasabah ( KYK ), pelanggaran ketentuan
transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah,
pelanggaran ketentuan penyelesaian pengaduan nasabah.
c) Matriks kriteria penetapan peringkat komposit bank umum
Faktor Peringkat Ketentuan
1. Permodalan
2. Kualitas aset
3. Manajemen
1 Bank tergolong sangat baik dan mampu
mengatasi pengaruh negatif kondisi
ekonomi dan industri keuangan
4. Profitabilitas
5. Likuiditas
6. Sensitivitas
terhadap risiko
pasar
2
3
4
5
Bank tergolong baik dan mampu mengatasi
pengaruh negatif kondisi perekonomian
dan industri, industri keuangan, ekonomi,
namun bank masih memiliki kelemahan
minor yang dapat segera diatasi oleh
tindakan rutin
Bank tergolong cukup baik, namun
terdapat beberapa kelemahan yang dapat
menyebabkan peringkat kompositnya
memburuk apabila bank tidak segera
melakukan tindakan korektif
Bank tergolong kurang baik dan sangat
sensitive terhadap pengaruh negatif
kondisi ekonomi dan industri keuangan
atau bank memiliki kelemahan kuangan
yang serius atau kombinasi dari kondisi
beberapa faktor yang tidak memuaskan,
yang apabila tidak dilakukan tindakan
korektif yang efektif berpotensi mengalami
kesulitan yang membahayakan
kelangsungan usahanya.
Bank tergolong tidak baik dan sangat
sensitive terhadap pengaruh negatif
kondisi ekonomi dan industri keuangan
serta mengalami kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya.
Untuk lebih mengenal metode CAMELS, berikut ini akan dijelaskan secara rinci untuk
masing-masing komponen, sebagai berikut:
1. Penilaian Permodalan ( Capital-C )
Untuk memastikan kecukupan modal dan cadangan untuk memikul risiko yang
mungkin timbul, modal merupakan benteng terakhir pertahanan dari sebuah bank.
Modal adalah faktor penting bagi bank dalam rangka penembangan uasaha dan
menampung kerugian. Agar mampu berkembang dan bersaing secara sehat, maka
permodalannya perlu disesuaikan dengan ukuran internasional yang dikenal sebagai
standar BIS ( Bank for International Settlement ). Sesuai dengan BIS, maka kewajiban
modal minimum bank adalah berdasarkan pada risiko terbuka ( risk exposure ) yang
dihadapi bank, termasuk dalam risiko kredit. Dengan demikian, permodalan
merupakan penilaian terhadap kecukupan modal bank untuk menutup risk exposure
saat ini dan mengatasi risk exposure di masa mendatang. Penilaian pendekatan
kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian
terhadap komponen berikut ini.
a) Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM)terhadap ketentuan yang berlaku.
b) Komposisi permodalan.
c) Trend dari proyeksi KPMM
d) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank
e) Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari
keuntungan ( laba ditahan )
f) Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha
g) Akses kepada sumber permodalan. dan
h) Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.
Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia, pendekatan sebagai dasar dalam penilaian
permodalan ini adalah sebagai berikut:
a) Kewajiban Penyediaan Modal Minimum ( KPPM )
Bank diwajibkan menyediakan modal sebesar 8 % dari Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko ( ATMR ) dengan catatan penilaian Bank Indonesia tidak terdapat faktor lain
yang dapat menambah faktor risiko di luar yang telah dihitung secara kuantitatif.
b) Pengertian Modal
1) Modal Inti terdiri dari :
(a) Modal disetor
(b) Agio saham
(c) Modal sumbangan
(d) Cadangan umum, cadangan tujuan
(e) Laba ditahan, dan
(f) Laba tahun berjalan.
2) Modal Pelengkap terdiri dari :
(a) Cadangan revaluasi aktiva tetap
(b) Penyisihan penghapusan aktiva produktif ( PPAP )
(c) Modal pinjaman, dan
(d) Pinjaman subordinasi.
Semua bank diwajibkan memenuhi tingkat atau persentase kecukupan pemenuhan modal
(Capital Adequacy Ratio/CAR) yang memadai untuk menjaga likuiditas bank. Bank juga tidak
dapat semaunya memberikan kredit, apalagi terhadap institusi dan individu yang memiliki
afiliasi ( keterkaitan ) dengan bank yang bersangkutan.
Tujuan dan manfaat CAR adalah sebagai indicator yang menunjukan kemampuan
bank untuk menutup penurunan aktiva produktif sebagasi akibat kerugian yang
diderita bank.
Besar dan kecilnya persentase atau nialai CAR sebuah bank, ditentukan oleh
kemampuan bank untuk menghasilkan laba serta komposisi pengelolaan dana pada
aktiva sesuai dengan tingkat risikonya.
Untuk menghitung CAR, sebelumnya harus dihitung terlebih dahulu Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko ( ATMR ) dengan menggunakan neraca PT Bank Usaha Bersama.
Rumus yang digunakan adalah:
CAR = Modal Inti+ModalPelengkap
ATMR neraca+ATMRrekening administratif X 100 % =
Atau
CAR = ModalATMR X 100 % =
CAR = 29.450.291,00106.518.663,85 X 100 % = 27,65 %
Keterangan:
CAR modal bank diperoleh sebesar 27,65 %, sedangkan ketentuan Bank Indonesia
minimal 8 %.
ATMR diperoleh dari hasil perkalian antara butir-butir aktiva neraca dengan bobot
risiko yang ditentukan oleh Bank Indonesia.
1) CAR di atas atau sama dengan 8 % akan diberi nilai 81, dimana setiap kenaikan
0,1 %, maka nilai akan ditambah 1 dan maksimum 10.
2) Sementara itu CAR yang kurang dari 8 % akan diberi nilai 65, dimana setiap
penurunan 0,1 % nilai akan dikurangi 1 dan minimum 0.
Untuk penilaian kreditnya akan dihitung sebagai berikut:
1) Untuk rasio modal 0 % atau negatif diberi nilai kredit 1.
2) Untuk setiap kenaikan 0,1 %, nilai kredit ditambah 1 atau maksimum 100.
CAR menurut BI 8 % dan Menurut CAMEL 25 %.
2. Penilaian Kualitas Aktiva Produktif ( Assets Quality-A )
Penilaian Aset untuk memastikan kualitas aset yang memiliki bank dan nilai ril dari aset
tersebut. Kemerosotan kualitas dan nilai aset merupakan sumber pengkikisan atau
pengurangan nilai aset terbesar dari sebuah bank.
Aktiva produktif adalah penanaman dana pada pihak terkait dan pihak tidak terkait dengan
bank, dengan rincian sebagai berikut:
a) Penempatan pada bank lain
b) Surat-surat berharga pada pihak ketiga dan Bank Indonesia
c) Saham, obligasi dan produk derivative yang dibeli dengan janji dijual kembali
( reserve REPO )
d) Kredit kepada pihak ketiga
e) Penyertaan kepada pihak ketiga
f) Tagihan lain kepada pihak ketiga
g) Komitmen dan kontinjensi kepada pihak ketiga.
Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset bank dan kemampuan
manajemen risiko sebuah bank, utamanya risiko kredit. Penilaian pendekatan kuantitatif
dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut.
a) Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan ( APYD ) dibandingkan dengan Total Aktiva
Produktif ( AP )
b) Debitur kredit di luar pihak terkain dengan bank dibandingkan engan total kredit
c) Perkembangan aktiva produktif bermasalah/Non performing assets dibandingkan
dengan aktiva produktif
d) Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif ( PPAP )
e) Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif
f) Sistem kaji ulang ( review ) internal terhadap aktiva produktif
g) Dokumentasi aktiva produktif
h) Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
Penilaian ini didasarkan pada rasio, yaitu sebagai berikut:
a. Bad Debt Ratio ( BDR )
Aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank
yang karena sesuatu sebab terjadi ganguan sehingga usaha debitur mengalami
kesulitan dalam cash flows yang dapat mengakibatkan kesulitan membayar bunga
dan bahkan angsuran utang pokoknya.
Perhitungan rasio tersebut dilakukan dengan cara:
1) untuk rasio 15,5 % atau lebih diberi nilai kredit 0, dan
2) Untuk setiap penurunan 0,15 % dikurangi 1, dan kenaikan mulai dari 0,15 % nilai
kredit ditambah dengan maksimum 100.
Rumus yang digunakan untuk menghitung BDR adalah:
BDR = Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan
Total Aktiva Produktif X 100 %
BDR = 30.931.625251.271.502 X 100 % = 12,31 %
b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif ( KAP )
Kualitas aktiva produktif adalah perbandingan antara classified assets ( kredit kurang
lancar, kredit diragukan dan kredit macet ) engan total earning assets ( kredit yang
diberikan, surat berharga, aktiva antar bank, dan penyertaan ). Cara memperbaiki
kualitas aktiva produktif, antara lain sebagai berikut.
1) Menurunkan classified assets melalui perbaikan kolektibilitas yang terdiri dari
a) Membenahi kredit dengan rechedulling, restructuring dan reconditioning
b) Memberikan keringanan bunga
c) Melakukan upaya penjualan agunan secara di bawah tangan
d) Melakukan klaim ke asuransi
e) Menghapusbukukan ( writeoff )
f) Melakukan penagihan tunai ( dengan perusahaan anjak piutang/perusahaan
debt collector ).
2) Mengadakan Ekspansi Kredit yang Sehat
Aktiva produktif yang dianggap bermasalah adalah aktiva produktif yang tingkat
tagihan atau kolektibilitasnya tergolong kurang lancar, diragukan dan macet.
Pengertian aktiva produktif dalam hal ini adalah kredit penanaman pada bank
lain, surat berharga yang dimiliki dan penyertaan.
Cadangan aktiva produktif adalah cadangan yang dibentuk guna mengantisipasi
kemungkinan tidak tertagihnya kembali penanaman atau alokasi dana yang telah
dilakukan oleh bank ke dalam aktiva produktif. Mangkin tinggi jumlah kredit yang
bermasalah, maka mangkin tinggi cadangan aktiva produktifnya karena buruknya
kolektibilitas aktiva produktifnya. Tujuan sesungguhnya adalah menuju arah
tercapainya bank yang sehat dengan khati-hatian ( prudently ) yang tinggi.
Ukuran yang digunakan adalah sebagai berikut:
KAP = PPAP yangdibentuk
PPAPWajib X 100 %
KAP = 15.768.96514.903.183 X 100 % = 105,81 %
Perhitungan rasio tersebut dilakukan dengan cara:
(1) Untuk rasio 0 % diberi nilai kredit 0
(2) Untuk setiap kenaikan 1 %, nilai mkredit ditambah 1 dengan nilai
maksimum 100.
3. Penilaian Kualitas Manajemen ( Management-M )
Penilaian manajemen untuk memastikan kualitas dan tingkat kedalaman penerapan prinsip
manajemen bank yang sehat, utamanya yang terkait dengan manajemen umum dan
manajemen risiko. Penilaian kualitatif terhadap manajemen mencakup beberapa
komponen, yaitu manajemen risiko dan manajemen umum, yang meliputi pertanyaan-
pertanyaan berikut ini ( seluriuhnya berjumlah 100 pertanyaan ):
a. Manajemen umum
1) Strategi dan Sasaran
1. Bank mempunyai strategi usaha yang berfungsi sebagai pedoman umum
yang memadai dalam mencapai misi atau sasaran umum.
2. Bank mempunyai rencana jangka panjang lima tahunan ( corporate plan )
yang jelas dan sekurang-kurangnya mencakup bidang permodalan,
penghimpunan dana, penyaluran dana, pemberian dan pengembangan jasa
dan produk perbankan, perluasan jaringan kantor dan pengembangan SDM.
3. Dalam menetapkan rencana kerja tahunan, mamajemen bank harus
memperhatikan kemampuan intern dan faktor ekstern yang mempengaruhi
usaha bank.
4. Implementasi kegiatan bank selama satu tahun yang mengacu pada rencana
kerja.
5. Bank senantiasa memantau perkembangan pasar untuk menetapkan atau
menyesuaiakan kebijakan dalam rangka memanfaatkan peluang.
2) Struktur
1. Bagan organisasi harus mencerminkan seluruh kegiatan bank, susunan
kepengurusan secara berjenjang berserta fungsi-fungsinya.
2. Pelaksanaan tugas dan pekerjaan didasarkan pada uraian tugas ( job
description ) yang tertulis secara khusus dan jelas.
3. Posisi-posisi strategis dijabat oleh orang-orang yang memiliki kualifikasi sesuai
persyaratan jabatan yang ditentukan Bank Indonesia
4. bank memiliki sistem pendelegasian wewenang yang jelas untuk masing-
masing tingkatan manajemennya yang tercermin pada kegiatan
operasionalnya.
5. Koordinasi dan rentang kendali pada satuan kerja mencerminkan keadaan
yang wajar.
3) Sistem
1. Kegiatan operasional kas dan pengaturan likuiditas dilaksanakan sesuai
dengan sistem dan prosedur tertulis.
2. Kegiatan operasional pengumpulan data ( termasuk penerbitan surat-surat
berharga, pinjaman luar negeri dan lain-lain ) telah dilaksanakan sesuai
dengan sistem dan prosedur tertulis.
3. Kegiatan operasional dari penanaman dana, seperti kredit, surat berharga,
forex, dan ain-lain, telah dilalksanakan sesuai dengan sistem dan prosedur
tertulis.
4. Pencatatan setiap transaksi dilakukan secara akurat dan laporan keuangan
disusun tepat waktu serta sesuai dengan SAK ( Standar Akuntansi Keuangan )
yang berlaku.
5. Kegiatan operasional pemasaran dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang
berlaku dan mengikuti sistem dan prosedur tertulis serta tanggap terhadap
perubahan faktor-faktor kompetisi dan inovasi baru di pasar.
6. Dalam menjalankan kegiatan operasional bank memiliki sisitem informasi
manajemen yang dapat menunjang pengambilan keputusan secara efektif
dan efisien.
7. Penggunaan TSI ( Teknologi Sistem Informasi ) oleh bank minimal telah
memuat aspek pengamanan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
8. Kegiatan operasional transaksi derivative dilaksanakan sesuai dengan sistem
dan prosedur yang tertulis.
9. Bank telah menerapkan fungsi audit intern sesuai dengan yaqng telah
ditetapkan dalam SPFAIB ( Standar Pelaksanaan Fungsi Akuntansi Intern Bank
).
10. Fee base income telah dikelola dengan prinsip kehati-hatian dengan
memperhatikan faktorrisiko.
4) Sumber Daya Manusia ( SDM)
1. Penerimaan pegawai dilaksanakan dengan obyektif dan terbuka sesuai
dengan sistem dan prosedur yang berlaku.
2. Sistem pendidikan dan pelatihan memberikan kesempatan pengembangan
pegawai secara memadai.
3. Penilaian kinerja pegawai berdasarkan pada sistem penilaian yang obyektif
dan terbuka.
4. Bank memiliki jenjang karir yang jelas dan pelaksanaan promosi dilakukan atas
dasar sistem yang obyektif dan terbuka.
5. Penggajian pegawai didasarkan pada sistem yang obyektif dan terbuka.
5) Kepemimpinan
1. Pengambilan keputusan yang bersifat operasional dilakukan oleh pihak
manajemen secara independen.
2. Manajemen bank memiliki komitmen untuk mentaati ketentuan yang berlaku
tanpa rekayasa.
3. Pimpinan bank pada umumnya mempunyai keterampilan dan menguasai
bidang tugas yang dikelolanya.
4. Pimpinan bank pada umumnya memiliki kemampuan manajerial ( managerial
skill ).
5. Pimpinan bank menyajikan perkembangan dan kondisi bank secara transparan
kepada otoritas pengawas ( Bank Indonesia ).
6. Praktik pengambilan keputusan dari pimpinan berjalan secara efektif dan
efisien.
7. Pimpinan bank berupaya mengasah kemampuan dari pembelajaran yang
terus-menerus ( continually learn ) agar mampu memenuhi tuntutan atas
kemampuan diri yang semakin meningkat.
8. Pimpinan bank berkomitmen untuk menangani permasalahan bank yang
dihadapi serta senantiasa melakukan langkah-langkah perbaikan yang
diperlukan.
9. Manajemen senantiasa menerapkan kebijakan dengan tetap memperhatikan
prinsip kehati-hatian dan keterbukaan dalam rangka memelihara tingkat
kepercayaan masyarakat.
10. Efektivitas pengawasan dewan komisaris termasuk dewan audit terhadap
manajemen bank.
6) Budaya Kerja
1. Komunikasi antara pimpinan dan bawahan berjalan secara efektif.
2. Direksi dan karyawan senantiasa disiplin dan memiliki komitmen dalam
melaksanakan pekerjaan.
3. Sarana kerja ( physical warking environment ) mendukung terciptanya suasana
kerja yang sehat.
4. Kekompakan antar karyawan ( esprit de corps ) mendorong terciptanya
prestasi kerja yang baik.
5. Loyalitas karyawan terhadap perusahaan yang cukup tinggi dalam rangka
mendorong produktivitas kerja.
b. Manajemen Risiko
1) Risiko Likuiditas ( Liquidity Risk )
1. Bank telah mengantisipasi kemungkinan terjadinya mismatch antara sumber
dan penanaman dana.
2. Sumber pendanaan dana bank tidak tergantung kepada dana yang labil,
seperti dana antar bank dan dana dari pasar uang.
3. Bank dalam mengelola dan mengendalikan likuiditas tidak mengorbankan
profitabilitas.
4. Bank memonitor seluruh fasilitas nasabah yang belum ditarik dalam rangka
memelihara kecukupan penyediaan dana.
5. Bank melakukan pemantauan dan pencatatan tagihan dan kewajiban yang
jatuh tempo untuk mencegah kemungkinan timbulnya kesulitan likuiditas.
6. Bank melakukan pemantauan dan pencatatan terhadap seluruh kewajiban
kontinjensi secara akurat.
7. Bank melakukan pemantauan terhadap perbedaan tingkat suku bunga kredit
dan sumber dana.
8. Bank memperhitungkan kesesuaian jangka waktu antara sumber dana dan
penanamannya ( investasi dan kredit ).
9. Bank melakukan secondary reserve dengan mengutamakan pada surat-surat
berharga yang mudah diperjual belikan guna menjamin likuiditas.
10. Penjualan aset bank dengan cara sekuritisasi atau penjualan aset secara REPO
(Repurchases) atau penjualan aset dengan janji dibeli kembali, dilakukan dan
dicatat sesuai dengan ketentuan.
2) Risiko Pasar ( Market Risk )
1. Bank sekurang-kurangnya setiap bulan mengevaluasi perkembangan timgkat
suku bunga kredit dan sumber dana di pasar, guna menetapkan suku bunga
kredit dan sumberdana.
2. Bank melakukan evaluasi secara berkala terhadap kjualitas portofolio aktiva
produktifnya.
3. Bank secara berkala mengevaluasi perkembangan harga pasar surat berharga
dan melalukan mark to market ( nilainya disesuaikan terus menerus sesuai
harga pasarnya, sehingga nilainya sesuai harga pasar ) terhadap posisinya,
4. Bank secara berkala melakukan penilaian terhadap posisi aktiva/pasiva posisi
valuta asingnya ( Valasnya ) dengan kurs yang terakhir ( mark to market ).
5. Bank melakukan hedging ( lindung nilai ) terhadap posisi valas berjangka yang
terbuka.
6. Bank melakukan penilaian secara berkala dengan kurs yang terakhir ( mark to
market ) terhadap posisi valas berjangka yang terbuka, termasuk transaksi
derivative.
7. Bank melakukan review ( peninjauan dan penilaian kembali ) secara berkala
terhadap produk yang ditawarkan sebelum produk baru ditawarkan telah
melakukan pengkajian secara matang.
8. Dalam memberikan kredit bank melakukan analisis yang mendalam terhadap
proyek yang dibiayai sebelum pemberian kredit diberikan,
9. Setelah kredit diberikan bank melakukan pemantauan terhadap kemampuan
dan kepatuhan debitur serta pengembangan proyek yang dibiayai.
10. Bank melakukan peninjauan dan penilaian kembali ( review ) agunan secara
berkala sesuyai prosedur yang telah ditetapkan.
11. Penyelesaian kredit bermasalah ( NPL ) dilaksanakan dengan konsistensesuai
dengan KPB ( Kebijakan perkreditan Bank ).
12. Bank dalam membeli surat berharga melakukan penilaian terhadap
kemampuan kredit atau memperhatikan rating dari SBB ( surat berharga bank )
) tersebut.
13. Bank menetapkan batasan ( limit ) yang jelas untuk seluruh fasilitas termasuk
valuta asing untuk setiap debitur.
14. Bank meminta jaminan yang cukup dalam melakukan transaksi valas berjangka
termasuk derivative atas nama nasabah ( margin deposit )
15. Bank melakuan analisis terhadap kemampuan debitur dalam penerbitan garansi
stand by L/C termasuk yang sudah disetujui ( endosement ) dan yang masih
dalam proses dan pertimbangan ( available ).
3) Risiko Operasional ( Operational Risk )
1. Bank memiliki satuan-satuan yang mengelola perkreditan sebagaimana yang
ditetapkan dalam Kebijan Perkreditan Bank ( KPB ).
2. Proses persetujuan kredit dilaksanakan sesuai dengan sistem dan prosedur yang
telah ditetapkan dan KPB.
3. Dalam pemberian kredit, bank memperhitungkan penyebaran/alokasi atas dasar
kegiatan usaha tertentu.
4. Bank menetapkan kebijakan pembentukan penyisihan penghapuasan piutang
berdasarkan prinsip kehati-hatian.
5. Keputusan pemberian kredit dilakukan oleh pejabat sesuai wewenang yang telah
ditetapkan.
6. Bank melakukan pemantauan terhadap ekposur ( risiko ang dihadapi ) individual
debitur untuk menghindari pelanggaran batas maksimum pemberian kredit.
7. Bank tidak menetapkan persyaratan yang lebih ringan untuk memberikan
fasilitas kepada pemilik bank.
8. Menghapus pembukuan ( Write off ) kredit macet yang dilaksanakan sesuai
dengan ketetapan dalam KPB.
9. Dalam pemberian fasilitas L/C serta akseptasi ( menerima ) wesel ( perintah
pembayaran ) impor dilakukan analisis terhadap kemampuan nasabah dan
persetujuan diberikan oleh pejabat yang berwenang.
10. Transaksi valas dilakukan oleh dealer yang menguasai bidang pekerjaannya
(profesional).
11. Bank melaksanakan penyelesaian transaksi valas ( settlement ) sesuai dengan
yang telah disepakati, akurat, dan tepat waktu.
12. Bank memiliki sarana dan sumber informasi yang memadai untuk melaksanakan
transaksi valas dan money market.
13. Dalam melakukan transaksi, terdapat pemisahan tugas dan wewenang yang jelas
antara kegiatan transaksi dan kegiatan pencatatan.
14. Dalam melaksanakan transaksi valas, bank memiliki batasan ( limit ), yang
mencakup batasan jumlah dan nilai dari:
(1) Batas masing-masing transaksi ( transaction limit )
(2) Batas masing-masing dealer ( dealer limit )
(3) Batas masing-masing counterparty ( counterparty limit ).
15. Transaksi derivative dilaksanakan oleh petugas yang menguasai bidang tugasnya (
professional ) dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
16. Terdapat laporan harian transaksi valas dan derivative yang disampaikan kepada
pimpinan secara akurat dan tepat waktu.
17. Satuan Kerja Audit Intern ( SKAI ) bank melaksanakan audit secara berkala
terhadap transaksi valas termasuk transaksi derivative.
18. Dewan Audit telah berfungsi sesuai dengan SPFAIB ( Standar Pelaksanaan Fungsi
Akuntansi Intern Bank ).
19. SKAI memiliki auditor intern yang menguasai bidang tugasnya dan telah
menjalankan fungsinya sesuai dengan SPFAIB.
20. SKAI memiliki independensi dalam melaksanakan audit sesuai dengan SPFAIB.
21. Pimpinan bank senantiasa melakukan tindak lanjut ( follow up ) secara efektif
terhadap temuan hasil audit oleh SKAI bank.
22. Dewan Audit dan SKAI mempunyai komunikasi yang baik dalam melakukan
tugasnya.
23. Bank memiliki komite yang mengkoordinasikan fungsi komputerisasi
bank ( steering committee TSI ) yang secara strategis menangani aspek
penyelenggaraan TSI bank secara menyeluruh termasuk pemantauan dan
penilaian terhadap kinerja operasionalanya.
24. Bank memiliki penanggulangan yang teruji untuk mengatasi gangguan atau
bencana lain yang dapat mempengaruhi kelangsungan operasional TSI bank
(disaster recovery plan).
25. Bank memiliki fungsi audit intern TSI yang secara efektif dapat memastikan
memadainya struktur pengendalian intern pada penyelenggaraan TSI bank.
4) Risiko Hukum ( Legal Risk )
1. Bank memastikan bahwa seluruh kegiatan operasional yang dilakukan tidak
melanggar norma dan hukum yang berlaku.
2. Bank telah memastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan
perjanjian kredit telah diselesaikan dan telah memberikan perlindungan yang
memadai bagi bank.
3. Bank telah memastikan bahwa semua aspek yuridis yang berkaitan dengan
pengikatan agunan kredit telah diselesaikan dan telah memberikan
perlindungan yang memadai bagi bank.
4. Bank mempunyai mekanisme control untuk memastikan kestabilan keabsahan
setiap surat berharga dan dokumen berharga lainnya yang ada pada bank serta
cara penyimpanan yang aman.
5. Bank selalu melakukan konfirmasi atas transaksi-transaksi dalam jumlah besar
sebagai deteksi dini dalam menjaring transaksi fiktif.
5) Risiko Pemilik dan Pengurus ( Ownership and Mangerial Risk )
1. Pengelola operasional bank tidak tergantung pada seorang pengurus bank
tertentu.
2. Pengurus bank dalam melakukan kegiatan operasional tidak melakukan hal-hal
yang cendrung menguntungkan diri sendiri, keluarga, dan groupnya.
3. Direksi dan manajemen mengerti secara jelas jenis risiko yang melekat
(eksposur ) pada kegiatan bank yang dipimpinnya.
4. Pemilik bank mempunyai komitmen yang kuat untuk mengembangkan banknya.
5. Pemilik bank mayoritas menyerahkan pengelolaan banknya kepada manajemen
yang professional.
Seperti terlihat di atas, untuk bank devisa diberi 100 pertanyaan, sedangkan untuk bank non
devisa, hanya diajukan 85 pertanyaan, dimana keduanya meliputi manajemen umum dan
manajemen risiko. Setiap pertanyaan yang dijawab “Ya” akan diberi nilai “1” untuk bank
devisa, dan “1,176” untuk bank non devisa.
Selanjutnya akan dilakukan kualifikasi dengan cara pemberian nilai kredit sebesar 0,4 untuk
setiap aspek yang dinilai positif. Untuk pertanyaan-pertanyaan mengenai kegiatan yang
tidak dilakukan oleh bank, misalnya pertanayaan nomor 79 dan 80 mengenai kegiatan
valuta asing, bank-bank non devisa dianggap menjawab dengan “Ya”.
4. Penilaian Profitabilitas/Rentabilitas ( Earning )
Penilaian Profitabilitas atau Pendapatan ( Earning ) bertujuan untuk memastikan efisiensi
dan kualitas pendapatan bank secara benar dan akurat. Kelemahan dari sisi pendapatan ril
merupakan indikator atau tanda-tanda terhadap adanya potensi masalah pada bank.
Penilaian profitabilitas/rentabilitas merupakan penilaian terhadap kondisi dan kemampuan
profitabilitas bank guna mendukung kegiatan operasionalnya dan permodalan.
Profitabilitas/rentabilitas adalah hasil perolehan dari operasi dan investasi ( penanaman
modal ) yang dinyatakan dengan persentase dari besarnya nilai investasi dan modal bank.
Pendekatan penilaian kuantitatif dan kualitatif faktor profitabilitas antara lain dilakukan
melalui penilaian terhadap komponen-komponen berikut:
a. Return on Total Assets ( ROA )
ROA adalah rasio atau perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap rata-rata
volume hasil usaha dari periode kegiatan/operasional, investasi sebuah bank. Jadi
ROA menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan. Rumus
menghitung ROA sebuah bank adalah sebagai berikut:
Return on assets = LabaSetelahPajak
Total Aktiva X 100 % =
Return on assets = 603.369
254.289.279 X 100 % = 0,2373 %
Laba bersih dari laporan Laba-Rugi dan total aktiva dari Neraca.
Untuk nilai rasio 0 % atau negatif diberi nilai kredit 0. dan
Untuk setiap kenaikan 0,015 % mulai dari 0 %, nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.
Nilai ROA bank 0,2373 %, berarti setiap Rp 1,- dari aset bank menghasilkan
pendapatan bagi bank Rp 0,02373.
Semakin besar nilai ROA sebuah bank semakin efisien bank tersebut dalam
mengelola asetnya.
b. Return on Equity ( ROE )
ROE adalah merupakan indikator yang sangat penting bagi pemegang saham dan
calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih
untuk modal sendiri ( ekuitas ) bank. ROE mempunyai keterkaitan dengan dividen
yang akan diterima pemilik dan investor. Kenaikan rasio ini berarti terjadi kenaikan
laba, jika jumlah modal sendiri tetap.
ROE adalah rasio antara laba setelah pajak atau laba bersih dengan modal sendiri
(equity). Rumus rasio ini adalah sebagai berikut:
Return on Equity =Laba setelah pajak
Ekuitas(modal sendiri) X 100 %
Return on equity = 603.36929.450.291 X 100 % = 2,05 %
Laba bersih dari laporan Laba-Rugi
Untuk nilai ROE bank sebsar 2,05 %, berarti setiap Rp 1,- modal bank menghasilkan
laba bersih sebesar 2,05 sen
Semakin besar nilai ROE semakin efisien bank tersebut, jika jumlah modal sendiri
(equity) tetap.
c. Net Interest Margin ( NIM )
NIM merupakan rasio yang menunjukan kemampuan earning dari aset bank dalam
menghasilkan pendapatan bunga bersih.
Nilai NIM juga merupakan indikator tingkat efisiensi sebuah bank dalam
menggunakan dana pihak ketiga ( DPK ).
NIM merupakan rasio antara pendapatan bunga bersih dengan nilai aktiva produktif,
dan formula NIM adalah sebagai berikut:
NIM = Pendapatanbungabersih(Pendapatanbunga−Bebanbunga)
Jumlahaktiva produktif X
100 %
NIM = 19.683.023−11.553.987
251.271 .502 X 100 % = 3,24 %
Pendapatan bunga bersih dan beban bunga dari Laporan Laba-Rugi, dan jumlah
aktiva produktif dari perhitungan kualitas aktiva dan informasi lainnya.
Untuk NIM 3,24 % berarti bank mampu menutup semua biaya dana dari pihak ketiga
melalui hasil operasi bank ( pemberian kredit dan investasi ).
NIM positif saja masih belum cukup, NIM sebuah bank harus menutup semua
kerugian-kerugian pinjaman , kerugian dari invesatsi surat berharga atau seluruh
operasional bank, dan pembayaran pajak.
d. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional ( BOPO )
BOPO merupakan rasio antara biaya operasional dengan pendapatan operasional,
dan rasio ini bertujuan mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa usaha utama
bank adalah menghimpun dana masyarkat dan lalu disalurkan kembali dalam bentuk
kredit yang diberikan bank, sehingga hasil bunga dan beben bunga merupakan porsi
terbesar pendapatan dan pengeluaran bank.
Rasio BOPO dirumuskan sebagai berikut:
BOPO = Biaya (beban )operasionalPendapatanoperasional
X 100
BOPO = 11.553.98719.683.023 X 100 % = 58,70 %
Beban operasional dan pendapatan operasional dari laporan Laba-Rugi.
Nilai rasio 100 % atau di ats 100 %, kondisi bank tidak efisien dan membahayakan
bagi kelangsungan hidup bank, dan bank mempunyai nilai kredit 0 ( nol ).
Semakin kecil nilai BOPO sebuah bank, semakin baik kondisi bank tersebut, karena
bank dapat menutup biaya operasional dengan pendapatan operasional.
Untuk setiap penurunan sebesar 0,08 %, nilai kredit ditambah 1 dengan nilai
maksimum 100.
e. Fee Base Income Ratio
Rasio ini untuk mengukur kemampuan bank menghasilkan pendapatan non
operasional. Karena pendapatan non operasional dapat menolong bank yang
mengalami Nilai BOPO di atas 100 %. Atau dengan kata lain, pendapatan non
operasional dapat mencegah kerugian bersih ( net loss ) suatu bank. Suatu hal yang
bukan keanehan, jika BOPO di atas 100 % tetapi tetap bank mendapat laba bersih
positif ( net positive profit ), karena pendapatan non operasional bernilai signifikan.
Rumus menghitung Fee Base Income Ratio adalah sebagai berikut:
Fee Base Income Ratio = Pendapatan nonoperasionalPendapatan operasional X 100 % =
Fee Base Income Ratio = 2.576 .59419.683.023 X 100 % = 13,09 %
Pendapatan non operasional dan pendapatan operasional dari laporan Laba-Rugi.
Investor akan memberi nilai kurang bagi bank yang memiliki rasio ini di atas 50 %.
Semakin kecil rasio ini, semakin mantap kondisi keuangan dan masa depan bank.
5. Penilaian Likuiditas ( Liquidity )
Penilaian likuiditas dilakukan untuk memastikan apakah bank melaksanakan
manajemen aset dan kewajiban dalam menentukan dan menyediakan likuiditas yang
cukup. Juga penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan
manajemen bank untuk memelihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas yang
memadai dan kecukupan.
Bank dikatakan likuid apabial mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar lebih
besar dibandingkan dengan kewajiban kewajiban lancar/kewajiban segera.
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitataif terhadap faktor likuiditas antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen di antaranya:
a. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1
bulan.
b. 1 month maturity mismatch ratio.
c. Loan to deposit ratio ( LDR ).
d. Ketergantungan pada dana antarbank dan deposan inti.
e. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas ( assets and liabilities management ).
f. Kemampuan bank untuk memperleh akses kepada pasar uang, pasar modal, dan
sumber pendanaan lainnya, dan
g. Stabilitas dana pihak ketiga ( DPK ).
1) Cash Ratio
Rasio ini untuk mengukur perbandingan antara alat likuid dengan dana pihak
ketiga yang telah dihimpun bank dan harus segera dibayar ( jatuh tempo ). Rasio
ini juga untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan
nasabah atau deposan saat jatuh tempo dan ditarik nasabah dengan
menggunakan alat likuid yang dimilikinya.
Rumus menghitung cash ratio adalah sebagai berikut:
Cash Ratio = Aktiva LikuidPasiva Likuid X 100 % =
Cash Ratio = 28.154 .789206.001.416 X 100 % = 13,67 %
Jumlah aktiva dan pasiva likuid dari perhitungan dari data Neraca. Berdasarkan posisi
pada bulan penilaian.
Aktiva likuid terdiri dari: kas, Giro BI, SBI, Giro pada bank lain ( giro, deposit on call,
call money ). Pasiva likuid terdiri dari: Giro, Tabungan, Deposito dan simpanan dari
bank lain.
Rasio ini tidak boleh terlalu besar, Walaupun jika besar menandakan bank likuid,
tetapi akan membebani laba bank.
Terdapat trade-off antara likuiditas dengan profitabilitas.
2) Reserve Requirement ( RR )
Rasio ini disebut juga sebagai likuiditas wajib minimum, yaitu suatu simpanan
minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro pada Bank Indonesia bagi
semua bank. Besarnya Reserve Requirement dapat dihitung dengan rumus:
Reserve Requirement = GiroWajib Minimum(GWM )
Jumlah DanaPihak Ketiga(DPK ) X 100 % =
Reserve Requirement = 19.988.680199.037.097 X 100 % = 10,04 %
GWM dan jumlah DPK dari neraca.
GWM ditetapkan oleh BI dan besarnya disesuaikan dengan kondisi ekonomi dan
kebijakan moneter yang ditempuh BI.
3) Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio ini adalah rasio yang mengukur perbandingan antara jumlah kredit yang
diberikan bank dengan dana pihak ketiga (DPK) yang terlah dihimpun bank. Rasio
ini juga menggambarkan kemampuan bank dalam memanfaatkan DPK untuk
menghasilkan pendapatan bagi bank.
Di samping itu, LDR dapat menjadi ukuran likuiditas bank, karena semakin tinggi
akan menandakan bank tidak likuid.
Rumus untuk menghitung LDR adalah sebagai berikut:
LDR = Jumlah Kredit yang DiberikanBank
Total DPK X 100 % =
LDR = 100.326.726199.037.097 X 100 % = 50,41 %
Kredit merupakan total kredit untuk nasabah bukan bank dan bank lain.
DPK mencakup Giro, Tabungan, Deposito berjangka ( tidak termasuk antar bank )
Untuk LDR di atas 110 % bank diberi nilai 0 ( nol ), bank ini tidak sehar, dan untuk di
bawah 110 %, bank diberi nilai 100. Bank ini sehat.
4) Loan to Asssets Ratio (LAR)
Rasio ini untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukan kemampuan
bank untuk memenuhi permintaan kredit dari nasabah dengan menggunakan
total aset yang dimiliki bank. LAR merupakan perbandingan antara jumlah kredit
yang diberikan bank dengan besarnya total aset bank.
Rumus LAR adalah sebagai berikut:
LAR = Jumlah Kredit yang Diberikan
Jumlah Aset X 100 % =
LAR = 100.326.726254.289.279 X 100 % = 34,45 %
Semakin tinggi nilai LAR suatu bank, akan menunjukan bank tersebut mengalami
tingkat likuiditas yang semakin rendah, karena jumlah aset untuk kredit semakin
besar.
Jumlah kredit yang diberikan diambil dari neraca tanpa memasukan nilai PPAP.
5) Rasio Net Call Money to Current Assets (NCM to CA)
Rasio ini menunjukan besarnya nilai perbandingan antara kewajiban bersih call
money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid dari bank.
Rumus untuk menghitung NCM to CA adalah sebagai berikut:
NCM to CA = KewajibanBersihCall Money
Aktiva Lancar X 100 % =
NCM to CA = 6.164 .619−4.259.256
56.648.733 X 100 % = 3,36 %
Kewajiban Bersih Call Money didapat dari neraca dengan mengurangi jumlah
simpanan pada bank lain ( dalam rupiah ) dengan jumlah penempatan pada bank
lain.
Aktiva lancar diambil dari Neraca dan tanpa PPAP
Untuk bank dengan nilai rasio 100 % atau lebih memdapat nilao 0 (nol )
Untuk setiap penurunan 1 % mendapat nilai 1 dengan maksimum 100.
Semakin kecil nilai rasio, bank semakin likuid, karena dapat segera menutup
kewajibannya dalam kegiatan pasar uang antar bank ( PUAB ).
6) Sensitivity to Market Risk
Penilaian bank terhadap sensitivitas terhadap risiko pasar merupakan penilaian
terhadap kemampuan modal dan manajemen risiko bank untuk menutup atau
mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh perubahan kondisi pasar yang
berakibat perubahan pada risiko pasar sebuah bank. Penilaian pendekatan
kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen diantaranya:
a) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi suku bunga
dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat fluktuasi yang merugikan
(adverse movement) dari suku bunga pasar.
b) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi ( mengcover ) fluktuasi
nilai tukar dibandingkan dengan potensial loss sebagai dampak fluktuasi yang
merugikan dari nilai tukar ( kurs ).
Neraca
PT Bank Selalu Jujur
Per 31 Desember 2009
( Dalam Jutaan Rupiah )
Aktiva Jumlah Pasiva Jumlah
1. Kas
2. Penempatan pada Bank
Indonesia
a. Giro BI
b. Sertifikat BI
c. Lainnya
3. Giro pada Bank lain
a. Rupiah
b. Valas
4. Penempatan pada bank
lain
a. Rupiah
PPA-penempatan pada
bank lain
b. Valas
PPA-pnempatan pada
bank lain
5. Surat berharga yang
dimiliki
2.428.499
-
19.988.680
5.104.255
8.260.930
-
2.619
630.555
-
4.259.256
( 42.693 )
10.998.995
( 118.205 )
-
-
119.171
1
2.
3.
4.
5.
6.
Giro
a.Rupiah
b. Valas
Kewajiban segera
Tabungan
a. Rupiah
b. Valas
Deposito berjangka
a.Rupiah
-Pihak terkait
dengan bank
-Pihak lain
b. Valas
-Pihak terkait
dengan bank
-pihak lain
Sertifikat deposito
-
30.124.035
14.892.097
799.711
45.164.702
-
-
-
-
894.297
92.309.829
-
381.408
15.270.729
-
-
-
6.164.610
a. Rupiah
-Diperdagangkan
-Tersedia untuk
dijual
-Dimiliki sampai
jatuh tempo
PPA-surat berharga
yang dimiliki
b. Valas
-Diperdagangkan
-Tersedia untuk
dijual
-Dimiliki sampai
jatuh tempo
PPA-surat berharga
6. Surat berharga yang
dijual dengan janji dibeli
kembali
7. Obligasi pemerintah
a. Diperdagangkan
b. Tersedia untuk dijual
c. Dimiliki sampai jatuh
tempo
8. Tagihan surat berharga
yang dibeli kembali
dengan janji dijual
kembali (reserve REPO)
a. Rupiah
PPA reserve REPO
b. Valas
PPA reserve REPO
835.521
1.083.208
(1.078.288)
-
39.522
130.855
1.459.053
(126.878)
-
-
2.143.723
28.645.986
61.094.598
-
-
-
-
-
317.741
(3.443)
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
a. Rupiah
b. Valas
Simpanan dari bank
lain
Kewajiban
pembelian kembali
surat berharga
dengan REPO
Kewajiban derivatif
Kewajiban
akseptasi
Surat berharga
yang diterbitkan
a. Rupiah
b. Valas
Pinjaman yang
diterima
a. Fasilitas
pendanaan
jangka
pendek BI
b. Lainnya
* Rupiah
-Pihak terkait
dengan bank
-Pihak lain
1.910.277
188.883
4.315.956
-
949.016
2.860.209
-
-
-
-
350.000
-
1.648.505
558.766
-
9. Tagihan derivatif
PPA-tagihan derivatif
10. Kredit yang diberikan
a. Rupiah
-Pihak terkait
dengan bank
-Pihak lain
PPA-Kredit yang
diberikan
b. Valas
-Pihak terkait
dengan bank
-Pihak lain
PPA-Kredit yang
diberikan
11. Tagihan akseptasi
PPA-tagihan akseptasi
12. Penyertaan
PPA-penyertaan
13. Pendapatan yang masih
akan diterima
14. Biaya dibayar dimuka
15. Uang muka pajak
16. Aktiva pajak tangguhan
17. Aktiva tetap
Akumulasi penyusutan
aktiva tetap
18. Properti terbengkalai
PPA-properti
terbengkalai
19. Aktiva sewa guna
Akumulasi penyusutan
-
-
565.631
68.447.876
(6.304.003)
-
563.341
30.748.903
(5.505.659)
4.315.956
(429.092)
2.109.642
(73.298)
1.843.927
368.963
217.154
2.218.075
7.732.414
(2.602.712)
238.238
-
-
-
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
* Valas
-Pihak terkait
dengan bank
-Pihak lain
Estimasi kerugian
komitmen dan
kontinjensi
Kewajiban sewa
guna usaha
Beban yang masih
harus dibayar
Taksiran pajak
penghasilan
Kewajiban pajak
tangguhan
Kewajiban lain-lain
Pinjaman
Subordinasi
a. Pihak
terkait
dengan
bank
b. Pihak lain
Modal pinjaman
a. Pihak
terkait
676.241
-
-
5.278.685
-
-
4.370.266
-
-
-
-
10.127.859
6.006.255
175.012
-
108.923
aktiva sewa guna
20. Agunan yang diambil
alih
PPA-agunan yang
diambil alih
21. Aktiva lain-lain
158.922
-
788.614
dengan
bank
b. Pihak lain
Hak minoritas
EKUITAS
a.Modal disetor
b.Agio saham
c.Opsi saham
d.Dana setoran
modal
e.Selisih
penjabaran laporan
keuangan
f.Selisih penilaian
kembali aktiva
tetap
g.Kerugian bersih
yang belum
direalisasi atas
surat berharga dan
obligasi untuk
dijual setelah
dikurangi pajak
h.Selisih transaksi
perubahan ekuitas
anak perusahaan
3.046.936
(241.961)
(23.527)
4.005.437
i. Saldo laba(rugi)
TOTAL AKTIVA 254.289.279 TOTAL PASIVA 254.289.279
PPAP = Pembentukan Penyisihan /Penghapusan Aktiva Produktif
PAP = Penghapusan/Penyisihan Aktiva Produktif.
Perhitungan Laba-Rugi PT bank Selalu Jujur
1 Januari 2009 – 31 Desember 2009
( Dalam Jutaan Rupiah )
Pendapatan dan Beban Operasional
1.
2.
Pendapatan Bunga
1.1. Hasil Bunga
a. Rupiah
b. Valas
1.2. Provisi dan komisi
a. Rupiah
b. Valas
Jumlah Pendapatan Bunga
-
19.080.733
16.723.489
2.357.244
602.290
510.311
91.979
19.683.023
-
3.
4.
5.
6.
7.
Beban Bunga
1.1. Beban Bunga
a. Rupiah
b. Valas
1.2. Provisi dan Komisi
Jumlah Beban Bunga
Pendapatan (beban) Bunga Bersih
Pendapatan Operasional lainnya
1.1. Pendapatan Provisi, Komisi dan Fee
1.2. Pendapatan Transaksi Valas
1.3. Pemerintah
a. Laba jual-beli surat berharga dan
obligasi
b. Pendapatan Kenaikan Nilai surat
Berharga dan obligasi pemerintah
1.4. Pendapatan lainnya
Jumlah pendapatan Operasional lainnya
Beban ( pendapatan ) Penyisihan Aktiva (PPA)
Beban ( pendapatan ) estimasi kerugian komitmen
dan kontinjensi
Pendapatan Pemulihan Pemyisihan lainnya
Bebab Operasional lainnya
1.1. Beban Administrasi dan Umum
1.2. Beban Personalia
11.553.987
9.985.740
1.568.247
-
11.553.987
8.129.036
-
1.441.757
61.918
-
-
443.952
626.967
2.576.594
4.337.583
(30.850)
(1.058.645)
-
2.549.266
2.914.602
-
-
66.214
-
251.506
564.893
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
1.3. Pemerintah
a. Rugi jual-beli surat berharga dan
obligasi pemerintah
b. Beban penurunan nilai surat berharga
dan obligasi pemerintah
1.4. Beban Transaksivalas
1.5. Beban promosi
1.6. Beban lainnya
Jumlah Beban Operasional Lainnya
Laba (Rugi) Operasional
Pendapatan dan Beban Nonoperasioan
Pendapatan Nonoperasional
Beban Nonoperasional
beban Nonoperasional
Pendapatan ( Beban ) Luar biasa
Laba ( Rugi ) Sebelum Pajak
Taksiran Pajak Penghasilan
a. Tahun berjalan
b. Tangguhan
Laba (Rugi ) Tahun Berjalan
Hak Minoritas
SaldoLaba (Rugi ) Awal Tahun
a. Dividen
b. Lainnya
6.246.480
1.109.062
-
87.157
53.383
33.774
-
1.142.836
-
403.244
136.223
603.369
-
6.161.275
(2.627.816)
(2.627.816)
4.005.347
-
29,90
29,68
Saldo Laba (Rugi) Akhir Periode
Laba Bersih Per Saham
Dasar ( Dalam Rupiah Penuh )
Dilusi ( Dalam Rupiah Penuh )
Komitmen dan Kontinjensi PT Bank Selalu Jujur
31 Desember 2009
( Dalam Jutaan Rupiah )
No Pos-Pos Jumlah
1.
2.
1.
2.
Komitmen
Tagihan Komitmen
Fasilitas, pinjaman yang diterima dan belum digunakan
a. Rupiah
b. Valas
Lainnya
Jumlah Tagihan Komitmen
Kewajiban Komitmen
Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik
a. Rupiah
b. Valas
Irrevocable L/C yang masih berjalan dalam rangka impor dan
ekspor
-
-
-
-
16.622.543
2.836.146
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Lainnya
Jumlah Kewajiban Komitmen
JUMLAH KOMITMEN BERSIH
Tagihan Kontinjensi
Garansi yang diterima
a. Rupiah
b. Valas
Pendapatan bunga dalam penyelesaian
a. Rupiah
b. Valas
Lainnya
Jumlah Tagihan Kontinjensi
Kewajiban Kontinjensi
Garansi yang diberikan
a. Bank garansi
b. Valas
Revocable L/C yang masih berjalan dalam rangka import dan
ekspor
Lainnya
Jumlah Kewajiban Kontinjensi
Jumlah Kontinjensi Bersih
3.513.788
-
22.972.477
(22.972.477)
183.901
2.355.692
2.703.583
1.502.226
32.904
6.778.606
3.709.834
8.144.416
-
105.957
11.960.207
(5.181.701)
Modal PT Bank Selalu Jujur
31 Desember 2009
( Dalam Jutaan Rupiah )
No Pos-Pos Jumlah
I Komponen Modal
A. Modal Inti
1. Modal disetor
2. Cadangan tambahan modal ( disclosed
reserve )
a. Agio Saham
b. Disagio
c. Opsi Saham
d. Modal Sumbangan/Tambahan
Modal Disetor
e. Cadangan Umum dan Tujuan
f. Laba Tahun Lalu setelah
diperhitungkan pajak
g. Rugi Tahun-Tahun Lalu
h. Laba Tahun Berjalan setelah
diperhitungkan pajak ( 50 % )
i. Laba ( rugi ) tahun berjalan
j. Selisih Penjabaran Laporan
Keuangan Kantor Cabang Luar
Negeri
1) Selisih lebih
2) Selisih Kurang
k. Dana Setoran Modal
l. Penurunan Nilai Penyertaan pada
Portofolio tersedia untuk dijual
m. Selisih Nilai Transaksi
restrukturisasi Entitas Sipengendali
3. Goodwill
4. Selisih Penilaian Aktiva dan Kewajiban
Akibat Kuasi Reorganisasi
20.858.866
10.127.859
6.006.255
-
175.012
-
2.560.285
1.514.925
-
365.607
-
108.923
-
-
-
-
-
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
B. Modal Pelengkap ( Maksimum 100 % dari
Modal Inti )
1. Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap
2. Selisih Penilaian Aktiva dan Kewajiban
akibat kuasi organisasi
3. Cadangan Umum Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif/PPAP
( maksimum 1,25 % dari ATMR )
4. Modal Pinjaman
5. Pinjaman Subordinasi ( maksimum 50
% dari modal inti )
6. Peningkatan Harga Saham pada
Portofolio Tersedia untuk dijuak ( 45
% )
C. Modal Pelengkap Tambahan yang
Memenuhi Syarat
D. Modal Pelengkap Tambahan yang
Dialokasikan untuk Mengantisipasi Risiko
Pasar
Total Modal Inti dan Modal Pelengkap ( A + B )
Total Modal Inti dan Modal Pelengkap Tambahan
yang Dialokasikan untuk Mengantisipasi Risiko
Pasar ( A+B+C )
Penyertaan
Total Modal untuk Risiko Kredit ( II – IV )
Total Modal untuk Risiko Kredit dan Risiko Pasar
( III – IV )
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ( AMTR ) Kredit
-
8.591.425
3.046.936
-
1.174.223
-
4.370.266
-
-
-
29.450.291
29.450.291
(2.036.344)
27.413.947
27.413.947
115.908.987
2.204.133
0,2365(nilai hasil
X
XI
XII
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Pasar
Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
yang Tersedia untuk Risiko Kredit ( V : VII )
Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Tersedia untuk Risiko Kredit dan Risiko Pasar {( VI :
(VII + VIII )}
Rasio Kelebihan Modal Pelengkap Tambahan {( C
– D ) : (VII + VIII )
Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
yang Diwajibkan ( ketentuan Bank Sentral )
bagi)
0,2321(nilai hasil
bagi)
0,00 %
6,00 %
Kualitas Aktiva Dan Informasi Lainnya PT Bank Selalu Jujur
31 Desember 2009
( Dalam Jutaan Rupiah )
N0 Pos-Pos L DPK KL D M Jumlah
I.Pihak Terkait
A. Aktiva Produktif
1. Penempatan Pd Bank
Lain
2. Surat Berharga pd
Pihak Ketiga
3.Kredit Pd Pihak ketiga
a. KUK
b. Kredit Properti
I. Direstrukturisasi
II. Tidak Direstruks
c.Kredit lain yang
direstrukturisasi
d.Lainnya
4.Penyertaan Pd Pihak
Ketiga
a.Pd Perusahaan
Keuangan Bank
b.Pd Perusahaan
Keuangan Nonbank
c.Dalam Rangka
Restruktursi Kredit
d.Lainnya
95.544.736
206.761
92.320.016
913.194
-
11.014
` 10.500
514
110.992
791.188
2.032.062
1.167.731
723.626
-
583
-
-
31
-
-
-
-
-
31
-
-
-
-
6.000
-
-
6.000
-
-
-
-
-
6.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
209.747
-
-
209.747
-
-
-
-
-
209.747
-
-
-
-
95.761.066
206.761
92.320.016
1.128.972
-
11.014
10.500
514
110.992
1.006.966
2.032.062
1.167.731
723.626
5.Tagihan Lain Pd Pihak
Ketiga
6.Komitmen/Kontinjensi
Kepada Pihak Ketiga
140.705
54.531
18.172
-
552
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
140.705
55.083
18.172
B. Aktiva Nonproduktif - - - - - -
1.Properti terbengkalai
2.Agunan yg Diambil
Alih
3.Rekening Antarkantor
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
II.Pihak Tidak Terkait
A. Aktiva Produktif
1.Penempatan pada
Bank lain
2.Surat Berharga pada
Pihak Ketiga dan BI
3.Kredit Pada Pihak
Ketiga
a.KUK
109.298.309
23.945.594
7.040.858
59.749.204
3.751.797
15.306.246
-
-
12.911.762
581.821
6.950.904
-
205.272
5.611.681
91.285
5.650.904
-
-
5.322.437
79.328
18.304.665
-
1.089.747
15.801.675
361.136
155.510.436
23.945.594
8.335.876
99.196.779
4.865.367
b.Kredit Properti
I.Direstrukturisasi
II.Tak Direstrukturisasi
c.Kredit lain yg Dirstrks
d.Lainnya
4.Penyertaan Pada
Pihak Ketiga
a.Pada Perusahan
Keuangan Bank
b.Pada Perusahaan
Keuangan Nonbank
c.Dlm Rangka Restruks
Kredit
d.Lainnya
5.Tagihan lain pda pihak
Ketiga
6.Komitmen/Kontinjensi
Kpd Pihak Ketiga
1.958.965
81.369
1.877.596
5.542.379
48.496.063
4.955
-
-
-
4.955
4.617.799
13.939.899
965.059
240.125
724.934
3.487.042
7.877.860
-
-
-
-
-
1.563.224
831.260
1.025.979
76.412
949.567
1.303.274
3.191.143
-
-
-
-
-
803.685
329.674
197.637
189.258
8.379
2.284.314
2.761.158
-
-
-
-
-
260.224
68.243
316.095
-
316.095
5.496.175
9.428.289
72.625
-
-
72.625
-
1.159.828
180.790
4.463.735
587.164
3.876.571
18.113.184
71.754.493
77.580
-
-
72.625
-
8.404.758
15.349.866
B.Aktiva Nonproduktif
1.Properti Terbengkalai
2.Agunan ygdiambil alih
3.Rekening antarkantor
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
238.236
158.922
Dan suspense account
Jumlah
1.a.PPA Produktif yang
wajib dibentuk
1.b.PPA Nonproduktif
Yg wajib dibentuk
Total PPA Yg Wajib
Dibentuk
2.a.PPA Produktif Yg
Telah Dibentuk
2.b.PPA Nonproduktif
Yg Telah Dibentuk
Total PPA Yg Telah
Dibentuk
-
204.843.045
1.002.592
-
1.002.592
1.174.223
-
1.174.223
-
15.306.849
737.477
-
737.477
737.477
-
737.477
-
6.956.312
962.672
-
962.672
962.672
-
962.672
-
5.660.904
1.922.564
-
1.922.564
1.922.564
-
1.922.564.
-
18.314.409
10.277.878
-
10.277.878
10.277.878
-
10.277.878
1.205.839
252.674.516
14.903.183
-
14.903.183
15.341.740
427.225
15.768.965
Tabel Perhitungan ATMR Neraca PT Bank Selalu Jujur
Komponen Bobot
Risiko (%)
Nominal
Neraca
ATMR
A. Aktiva Neraca ( Rupiah dan Valas
1. Kas
2. Emas dan Commemorative Coins
2.1. Emas dan Mata Uang Emas
2.2. Commemorative Coins
3. Bank Indonesia
3.1. Giro pada BI
3.2. SBI
3.3. Call Money
3.4. Lainnya
4. Tagihan pada Bank Lain
4.1. Pada Bank Sentral Negara Lain
4.2. Pada Bank lain yang dijamin
Pemerintah Pusat dan Bank Sentral
4.3. Pada Bank Lain
5. Surat Berharga yang Dimiliki
5.1. Treasury Bill Negara Lain
5.2. Sertifikat Bank Sentral lain
5.3. Surat Berharga Pasar Uang/Pasar
Modal dan lain-lain
a. Yang Diterbitkan atau Dijamin
oleh Bank Sentral dan
Pemerintah Pusat
b. Yang diterbitkan dan dijamin
dengan uang kas, uang kertas
asing, emas, giro deposito,
tabungan pada bank
bersangkutan.
Sebesar nilai dari jaminan tsb.
c. Yang diterbitkan atau dijamin
oleh bank lain, pemerintah
daerah, lembaga non
departemen di Indonesia, bank
pembangunan multinasional
d. Yang diterbitkan atau dijamin
oleh BUMN, dan perusahaan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
0
0
0
0
2.428.499
-
-
19.988.680
5.104.255
-
8.260.930
-
-
633.174
-
-
-
91.884.287
-
-
-
-
-
-
-
-
-
126.634,80
-
-
-
-
milik pemerintah pusat negara
lain
e. Yang diterbitkan atau dijamin
oleh pihak swasta lainnya
6. Kredit
6.1. Kredit yang diberikan kepada atau
dijamin:
a. Bank sentral
b. Pemerintah pusat
c. Uang kas, uang kertas asing, emas
serta tabungan, giro, deposito pada
bank bersangkutan sebesar nilai dan
jaminan tersebut
d. bank lain, pemerintah daerah,
lembaga non departemen di
indonesia, bank pembangunan
nasioanl
e. BUMN dan perusahaan milik
pemerintah pusat negara lain
f. Pihak-pihak lainnya
6.2. KPR yang dijamin oleh hipotik pertama
dengan tujuan untuk dihuni
7. Tagihan Lainnya
7.1. Tagihan lainnya atau dijamin
a.Bank sentral
b. Pemerintah puasat
c. Uanbg kas, uang kertas asing, emas,
0
20
50
100
0
0
4.259.256
11.316.737
2.037.900
1.629.4430
1.128.972
2.263.347,20
1.018.950.00
1.629.430.00
mata uang emas, serta giro, deposito
dan tabungan pada bank yang
bersangkutan sebesar nilai dari
jaminan tersebut
d. Bank lain, pemerintah daerah,
lembaga non depertemen di
Indonesia, bank pembaangunan
multi nasional
e. BUMN dan perusahaan milik
pemerintah pusat negara lain
f. Pihak-pihak lainnya
8. Penyertaan
8.1. Penyertaan pada anak perusahaan
9. Aktiva tetap dan inventaris ( nilai buku )
9.1. Tanah dan gedung +/+
9.2. Akumulasi penyusutan gedung -/-
9.3. Inventaris +/+
9.4. Akumulasi penyusutan inventaris -/-
10. Antar kantor aktiva (nettom )
10.1. Kegiatan operasional di Indonesia
(aktiva )
10.2. Kegiatan operasional di Indonesia
(pasiva )
10.3. Kegiatan operasional di luar Indonesia
(aktiva )
10.4. Kegiatan operasional di luar Indonesia
0
20
50
100
50
0
0
0
20
30.000.000
59.196.781
10.000.000
2.827.196
4.315.956
15.000.000.00
59.196.781.00
5.000.000.00
863.191,20
(pasiva )
11. Rupa-rupa aktiva
12. Tidak terinci
13. Jumlah ATMR Aktiva Neraca
B. Rekening Administrasi
1. Fasilitas kredit yang belum digunakan yang
disediakan sampai dengan akhir tahun
takwim berjalan yang disediaakan bagi atau
dijamin oleh/dengan, atau yang dijamin
surat berharga yang diterbitkan oleh:
1.1. fasilitas kredit yang diberikan kepada
atau dijamin:
a. Bank sentral
b. Pemerintah pusat
1. uang kas, uang kertas, emas, mata
uang emas, serta giro, deposito,
tabungan pada bank yang
bersangkutan sebesar nilai dari
jaminan tersebut
2. Bank lain, pemerintah daerah,
lembaga non departemen di
Indonesia, bank pembangunan
multi nasional
3. BUMN dan perusahaan milik
pemerintah pusat negara lain
4. Pihak-pihak lainnya
1.2. KPR yang dijamin oleh hipotik pertama
50
100
100
100
0
100
0
100
100
100
100
100
100
-
3.826.144
2.109.642
7.732.414
2.602.712
778.614
254.289.2279
1.913.072.00
2.109.642.00
7.732.414.00
778.614.00
88.632.076.00
dengan tujuan untuk dihuni
2. Jaminan Bank
2.1. Dalam rangka pemberian kredit
termasuk stand by L/C aand risk sharing
serta endosemen atas surat-surat
berharga yang diberikan atas
permintaan:
a. Bank sentral dan pemerintaah pusat
b. Bank lain, pemerintah daerah,
lembaga non departemen, bank
pembangunan multi nasional
c. BUMN dan perusahaan milik
pemerintah pusat negara lain
d. Pihak-pihak lain
2.2. Bukan dalam rangka pemeberian kredit,
seperti: bid bonds, performance bonds,
dan advance payment bond, yang
diberikan atas permintaan:
a. Bank sentral dan pemerintah pusat
b. Bank lain, pemerintah daerah,
lembaga non departemen, bank
pembangunan multinasional
c. BUMN dan perusahaan milik
pemerintah pusat negara lain
3. Pihak-pihak lainnya
3.1. L/C yang masih berlaku ( tidak termasuk
stand by L/C ) yang diberikan atas
permintaan:
0
0
0
10
25
50
19.458.689
4.238.713
3.513.788
1.945.868,90
1.059.678,25
1.756.894.00
a. Bank sentral dan pemerintah pusat
b. bank lain, pemerintah daerah,
lembaga non depaartemen, bank
pembangunan multi nasional
c. BUMN dan perusahaan milik
pemerintah pusat negara lain
d. Pihak-pihak lainnya
4. Jumlah ATMR rekening administratif
Jumlah/Total ATMR ( a.13 + B.4 )
25
0
20
50
100
0
15
2.539.793
11.854.250
1.269.896,50
11.854.250.00
25
50
0
40
10
20
105.957
41.711.190
296.000.469
17.886.587.65
106.518.663,85
Catatan: Persentase dari bobot tersebut, sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan
kondisi ekonom, dan perubahannya dengan peraturan Bank Indonesia (PBI ).
Untuk menghitung nilai CAR suatu bank umum, digunakan formula sebagai berikut:
CAR ( Rasio kecukupan modal ) = Moddaal Inti+Modal peleenggkapATMRNeraca+ATMRRekening Administrasi
X 100 % atau
CAR ( Rasio kecukupan Modal ) = Modal
AktivaTertimbangMenurut Risiko (ATMR ) X 100
CAR = 29.450.291,00106.518.663,85 X 100 % = 27.65 %
Keterangan:
1. Untuk Penilaian CAR
a. Modal bank dibandingkan dengan ATMR atau CAR adalah: 27.65 %. Ketentuan BI sebesar
15 %. Jadi CAR bank Selalu Jujur masih diatas ketentuan dar BI. Berarti bank sehat.
b. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ( ATMR ) diperoleh dari hasil perkalian antara akun-
akun di aktiva neraca dengan bobot risiko yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia
melalu PBI.
1. CAR di atas 15 % akan diberi nilai 81, dan setiap kenaikan 0.1 % ditambah 1 dan
maksimum 10 . Berarti nilai CAR Bank Selalu Jujur sebesar 91.
2. Bagi Bank yang memiliki CAR di bawah 15 % akan diberi nilai 65, dan setiap penurunan
sebesar 0.1 % di kurangi nilainya sebesar 1 dan minimum 0.
2. Untuk Penilaian Kredit
a. Untuk rasio modal 0 % atau negatif diberikan nilai kredit 1, dan
b. untuk setiap kenaikan 0.1 %, nilai kredit ditambah 1 atau maksimum 100
c. berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan termasuk bank sehat adaalah
bank umum yang memiliki nilai CAR minimal 15 %
d. Bobot CAMEL untuk rasio kecukupan modal ( Capital Adequacy Ratio ) adalah 25 %.
3. Kegunaan CAR bagi Manajemen Bank dan Investor
a. Nilai CAR bank adalah indikator kemampuan bank tersebut dalam menutup penurunan
aktiva bank sebagai akibat kerugian bank.
b. Besar kecil nilai CAR sebuah bank ditentuka oleh kemampuan bank tersebut menciptakan
laba dan memberikan kredit atau pinjaman yang efisien, dan alokasi dana sesuai risiko
dan jatuh tempo dana tersebut ( jika bank menggunakan dana pihak ketiga ).
4. Penilaian Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Bank perlu untuk memastikan kualitas aset yang dimiliki bank dan nilai ril dari aset tersebut.
Kemerosotan kualitas dan nilai aset merupakan sumber erosi terbesar bagi sebuah bank
umum.
Aktiva produktif adalah penanaman dana pada pihak terkait dan pihak tidak terkait, dengan
rincian sebagai berikut:
a. Penempatan pada bank lain
b. Surat-surat berharga kepada pihak ketiga dan Bank Indonesia
c. Sekuritas yang dibeli dengan janji dijual kembali ( reserve repo )
d. Kredit kepada pihak ketiga
e. Penyertaan kepada pihak ketiga
f. Tagihan lain kepada pihak ketiga
g. Komitment dan kontinjensi kepada pihak ketiga.
Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset bank dan kecukupan
manajemen risiko kredit. Penilaian pendekatan kuantiatif dan kualitatif faktor kualitas aset,
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) dibandingkan dengan Total Aktiva Produktif
( AP ).
b. Kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit.
c. Perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset dibandingkan dengan
aktiva produktif.
d. Tingkat kecukupan Pembentukan Penyisihan /Penghapusan Aktiva Produktif ( PPAP ).
e. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif.
f. Sistem kaji ulang ( review ) internal teerhadap aktiva produktif.
g. Dokumentasi aktiva produktif
h. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
Beberapa rasio kredit yang penting untuk menilai efisiensi kredit sebuah bank umum.
a. Bad Debt Ratio (BDR )
Aktiva produktif yang diklasifikasikan ( APYD ) adalah semua aktiva yang dimiliki bank
yang karena sesuatu sebab terjadi gangguan sehingga bisnis debitur ( penerima kredit
bank ) mengalami kesulitan dalam arus kas ( cash flows ) – cash outflows lebih besar
daripada cash inflows – yang dapat mengakibatkan kesulitan membayar bunga bahkan
pokok pinjaman. Perhitungan BDR adalah:
BDR = APYD
Total AktivaProduktif X 100 %
b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Rasio Kualitas Aktiva Produktif adalah perbandingan antara classified assets ( kredit
kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet ) dengan total earning assets( kredir
yang diberikan, surat berharga, aktiva antarbank dan penyertaan ). Cara memperbaiki
kualitas aktiva produktif, antara laian sebagai berikut:
b.1. Menurunkan classified assets melakukan perbaikan kolektibilitas, yang terdiri dari:
1. Membenahi kredit dengan rechedulling, restructuring dan reconditioning.
2. Memberikan keringan bunga
3. Melakukan upaya penjualan anggunan secara di bawah tangan
4. Melakukan klaim ke asuransi
5. Menghapusbukukan
6. Melakukan penagihan tunai.
b.2. Mengadakan ekspansi kredit yang sehat
Aktiva produktif yang dianggap bermasalah adalah aktiva produktif yang tingkat
tagihan atau kolektibilitas tergolong kurang lancar, diragukan dan macet. Pengertian
aktiva produktif dalam hal ini adalah: kredit penanaman pada bank lain, surat
berharga yang dimiliki dan penyertaan.
Cadangan aktiva produktif adalah cadangan yang dibentuk guna mengantisipasi
kemungkinan tidak tertagihnya kembali penanaman atau alokasi dana yang telah
dilakukan oleh bank ke dalam aktiva produktif. Makin tinggi jumlah kredit
bermasalaah, maka makin tinggi cadangan aktiva produktifnya karena buruknya
kolektibilitas aktiva produktifnya. Tujuan sesungguhnya adalah menuju arah
tercapainya bank yang sehat dan hati-hati.
Ukuran yang digunakan adalah sebagai berikut:
KAP = PPAPDibentukPPAPWajib X 100 %
Perhitungan rasio tersebut dengan cara :
a. Untuk rasio 0 % diberi nilai kredit 0
b. Untuk setiap kenaikan 1 %, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
B. Analisis Keuangan Bank
Dalam mengukur kinerja suatu bank, selain mengacu pada peraturan perbankan Atau
Peraturan Bank Indonesia dalam menilai kesehatan bank, banyak bank yang melengkapi
dengan rasio-rasio untuk keperluan intern bank, Yaitu:
Neraca Bank Salam per 31 Desember 2013 ( dalam juta rupiah )
Aktiva
Aset likuid 518.833
Aset jangka pendek 5.011.668
Aset jangka panjang 3.291.626
Aset tetap bersih 55.484
Aset lainnya 30.661
Jumlah Aset 8.908.272
Pasiva
Kewajiban segera jatuh tempo 1.285.457
Kewajiban jangka pendek 4.576.847 Total Liabilities =
Kewajiban jangka panjang 2.585.105 jumlah Pasiva – Ekuitas =
Kewajiban lainnya 29.254 8.476.663
Ekuitas 431.609
Jumlah Pasiva 8.908.272
Neraca Bank bank salam per 31 Dessember 2013 ( dalam juta rupiah )
Aktiva
Aset produktif 6.105.937
Aset non produktif 2.802.335
Jumlah Aktiva 8.908.272
Pasiva
Kewajiban segera dibayar 6.280.532
Kewajiban tidak segera dibayar 2.196.131
Ekuitas 431.609
Jumlah Pasiva 8.908.272
Perhitungan Laba Bank Salam dari 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013 ( dalam ribu rupiah )
Pendapatan
Pendapatan Bunga
a. Hasil bunga 733.190.169
b. Provisi dan komisi kredit 35.043.526
768.233.695
Pendapatan Operasional lainnya
a. Provisi dan komisi selain kredit 38.142.709
b. Pendapatan lainnya 13.111.740
51.254.449
Pendapatan non operasional 5.513.684
Jumlah 825.001.828
Beban Operasional
Beban bunga
a. Beban bunga 525.971.552
b. Beban lainnya selain bunga 10.451.341
536.422.893
Beban Operasional Lainnya
a. Beban administrasi dan umum 5.681.249
b. Beban personalia 60.588.851
c. Penyisihan pembentukan aktiva produktif (PPAP) 69.700.682
d. Beban lainnya 46.943.128
182.913.910
Beban Non Operasi 35.388.619
Jumlah 754.725.422
Laba Sebelum Pajak 70.276.406
Sisa Laba tahun lalu __
Jumlah 70.276.406
Laba Bersih
Pajak penghasilan (30 % ) 21.082.922
Jumlah 49.193.484
1. Struktur Neraca ( The Balance Sheet Sturucture ).
a. Net Working Capital Ratio ( Modal Kerja Bersih )
Rasio ini menunjukan sampai seberapa jauh seluruh total utang jangka pandang
dan modal sendiri dapat membelanjai kebutuhan aaktiva tetap sehingga bila
terjadi kekurangan dana, akan dicover ( dibelanjai ) oleh utang jangka pendek,
demikian pula dengan sebaliknya. Formul dari Net Working capital sebagai
berikut:
Net Working Capital= ( Kewajiiban atau hutang jangka panjang + Ekuitas ) –
( Aset jangka Panjang + Aset tetap Bersih ).
Net Working Capital = ( 2.585.105 + 431.609 ) – ( 3.291.626 + 55.484 ) = -
330.396
b. Working Capital Requirement Ratio:
Rasio ini menunjukan kemampuan dana jangka pendek yang dapat dihimpun
oleh sebuah bank. Dengan demikian, apabila posisi aset jangka pendek lebih
besar daripada kewajiban jangka pendek, berarti bank tersebut tidak
menggunakan kewajiban atau hutang jangka pendek untuk membiayai seluruh
aset jangka pendek ( atau hutang jangka pendek tidak cukup membiayai aset
jangka pendek ). Akibatnya kekurangannya dibiayai oleh sumber dana lain,
demikian pula sebaliknya. Formula untuk menghitung working capital
requirement adalah:
Working Capital Requirement = ( Aset Jangka Pendek – Kewajiban jangka Pendek
)
Working Capital Requirement = ( 5.011.668 – 4.576.947 ) = 434.721
c. Net Liquid Balance Ratio:
Rasio ini menunjukan tingkat keseimbangan dan efektivitas pengelolaan aset
likuid untuk memenuhi kewajiban yang segera dibayar ( callable liabilities ).
Dengan demikian, apabila aset likuid lebih kecil daripada callable liabilities,
berarti aktiva yang segera dapat dicairkan ( aset likuid ) tidak mampu untuk
memenuhi kewajiban yang segera harus dibayar, sehingga kekurangannya akan
dibiayai dari sumber lain. Demikian pula sebaliknya. Rumus untuk menghitung
net liquid balance.
Net Liquid Balance = Liquid assets – Callable Liabilities
Net Liquid Balance = 518.833 – 1.285.457 = - 766.624
d. Liabilities to Total Assets Ratio:
Rasio ini merupakan indikator dari kemampuan modal sendiri ( ekuitas ) untuk
dapat membiayai total aset, jika nilai rasio kurang dari 100 %, berarti terdapat
dana eksternal perusahaan untuk membiayai total aset perusahaan. Rumus
untuk menghitung rasio liabilities to total assets adalah:
Liabilities to Total Assets = Total LiabilitiesTotal Assets X 100 %
Liabilities to Total Assets = 8.476 .6638.908 .272 X 100 % = 95,15 %
e. Short Term Liabilities to Total Liabilities Ratio:
Rasio ini menunjukan besarnya jumlah dana yang harus disediakan guna
memenuhi kewajiban yang segera dibayar terhadap seluruh liabilities. Makin
besar rasio ini, makin besar pula dana yang harus disediakan pada tahun
berjalan, dan sebaliknya semakin kecil jumlah dana yang harus disediakan pada
tahun berikutnya, sebagai akibat semakin kecilnya hutang jangka panjang,
demikian pula sebaliknya. Rumus menghitung Short term liabilities to total
liabilities adalah:
Short Term Liabilities to Total Assets = HutangJangka pendel
Jumlah Hutang X 100 %
Short Term Liabilities to Total assets = 4.576 .9478.476 .663 X 100 % = 53.99 %
f. Working Capital Requirement to earning Assets Ratio:
Rasio ini mengindikasikan kemampuan modal kerja ( working capital ) yang
disediakan untuk digunakan operasi sehari-hari dibandingkan dengan seluruh
aset produktif ( aset yang menghasilkan pendapatan bagi bank ). Makin kecil
nilai rasio ini, berarti makin besar peranan aktiva di luar short term assets yang
menghasilkan pendapatan bagi bank, demikian pula sebaliknya. Adapun formula
untuk menghitung working capital requirement to earning assets, adalah:
Working Capital Requirement to Earning Assets= WorkingCapital Requirement
Earning Assets X
100 %
Working Capitaal Requirement to Earning Assets= 434.7216.105.937 X 100 % = 7,12 %
2. Struktur Profitabilitas ( Profitability Structure )
a. Interest Margin Ratio:
Rasio ini menunjukan kemampuan dari aset produktif ( earning asets ) daalam
menghasilkan pendapatan bagi bank berupa bunga bersih. Rasio interest margin
dihitung dengan rumus:
Interest Margin = Pendapatan Bunga−Biaya /Bebanbunga
Aset Produktif X 100 %
Interest margin = 733.190−525.972
6.105 .937 X 100 % = 3,39 %
b. Earning Assets to Total Assets Ratio:
Rasio ini menunjukan seberapa besar aset produktif yang dapat menghasillkan
bunga dibandingkan dengan total aset. Adapaun rumus untuk menghitungnya
adalah sebagai berikut:
Earning Assets to Total Assets = Aset ProduktifTotal Aset X 100 %
Earning Assets to Total Assets = 6.105.9376.908 .272 X 100 % = 68.54 %
c. Total Income to Earning Assets Ratio:
Rasio ini mengungkur kemampuan aset produktif dalam menghasilkan
pendapatan bagi bank. Pendapatan bagi bank disini adalah jumlah pendapatan
minus bebab lainnya selain bunga ( 825.001 – 10.451 = 814.550 ). Adapun rumus
untuk menghitung rasio ini adalah sebagaai berikut:
Total Income to Earning Assets = PendapatanAset Produktif X 100 %
Total Income to Earning Assets = 814.5506.105.937 X 100 % = 13.34 %
d. Assets Utilization Ratio:
Rasio ini menjadi indikator bagi ukuran tingkat efisiensi dari penggunaan total aset
bank dalam menghasilkan pendapatan oleh manajemen bank. Formula untuk
menghitung rasio ini, adalah:
Assets Utilization = PendapatanTotal Aset X 100 %
Assets Utilization = 814.5508.908.272 X 100 % = 9.14 %
e. Net margin Before Tax Ratio:
Rasio ini menjadi indikator dari total pendapatan ( pendapatan sebelum
pajak ) dalam menghasilkan laba bersih. Rumus untuk menghitungnya adalah
sebagai berikut:
Net Margin Before Tax = Pendapatan Sebelum Pajak
Pendapatan X 100 %
Net Margin Before Tax = 70.276814.550 X 100 % = 6.63 %
f. Net Margin After tax Ratio:
Rasio ini menjadi indikator dari kemampuan pendapatan total untuk menjadi laba
bersih. Untuk menghitung rasio ini, kita harus menghitung laba bersih. { misal tarif
pajak sebesar 30 %, maka laba bersih: laba sebelum pajak X ( 1 – t ) = 70.276 X ( 1
– 0,3 ) = 49.193 }. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah:
Net margin After Tax = Net Profit atau Lababersih
Pendapatan X 100 %
Net Margin After Tax = 49.193814.550 X 100 % = 6,04 %
g. Return on Assets Before Tax Ratio:
Rasio ini menunjukan tentang kemampuan manajemen bank dalam mengelola
aset yang menghasilkan ( aset produktif ) atau hasil produktif sebelum pajak.
Untuk menghitung rasio ini, kita gunakan formula:
Return on Assets Before Tax = Net Profit BeforeTax
Totalaset X 100 %
Return on Assets Before Tax = 70.2768.908.272 X 100 % = 0.79 %
h. Return on Assets After Tax Ratio:
Rasio ini menunjukan tentang kemampuan manajemen bank dalam mengelola
aset yang menghasilkan ( aset produktif ) atau hasil produktif setelah pajak. Untuk
menghitung rasio ini, kita gunakan formula:
Return on Assets After Tax = Net Profit After Tax
Total aset X 100 %
Return on Assets After Tax = 49.1938.908.272 X 100 % = 0.55 %
i. Leverage Multiplier Ratio:
Rasio ini menjadi indikator untuk mengetahui perputaran modal ( ekuitas ) selama
satu periode buku atau tahun buku, atau dengan kata lain, perbandingan antara
total aset dengan ekuitas. Formula untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:
Leverage Multiplier ratio = Total AssetsEqu ity X 100 %
Leverage Multiplier ratio = 8.908.272431.609 X 100 % = 2064 % atau 20.64 kali
j. Return on Equity Before Tax Ratio: Rasio ini merupakan indikator bagi kemampuan
manajemen memanfaatkan aset bank untuk menghasilkan pendapatan sebelum
pajak. Hasil pendapatan dibandingakan dengan total aset, merupakan rasio ini.
Return on Equity Before Tax = Pendapatan Bersih Sebelum Pajak
Ekuitas X 100 %
Return on Equity Before Tax =70.276431.609 X 100 % = 16.23 %
k. Return on Equity After Tax Ratio: Rasio ini merupakan indikator bagi kemampuan
manajemen memanfaatkan aset bank untuk menghasilkan pendapatan setelah
pajak. Hasil pendapatan setelah pajak dibandingakan dengan total aset,
merupakan rasio ini.
Return on Equity After Tax = LabaBersih SetelahPajak
Ekuitas X 100 %
Return on Equity After tax = 49.193431.609 X 100 % = 11.40 %
l. Tax Effect:
Rasio ini menunjukan perubahan laba setelah pajak dibandingkan dengan laba
sebelum pajak dengn rumus:
Tax Effect = LabaBersih Setelah PajakLababersih SebelumPajak X 100 %
Tax Effect = 49.19370.276 X 100 % = 70 %
3. Rasio Risiko ( Risk Ratio )
a. Rasio Likuiditas:
Rasio ini mengindikasikan tingkat kemampuan bank untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya risiko likuiditas ( ketidak mampuan bank memenuhi kewajiban yang
sudah jatuh tempo ) atau dam hal untuk menunjukan kemampuan bank dalam
menghadapi kemungkinan terjadinya risiko likuiditas yang disebabkan karena
tingkat kenaikan dai aset likuid ( liquid assets ) dalam hal memenuhi kewajiban yang
harus segera dibayar atau dilunasi terhadap total deposit ( total simpanan danaa
pihak ketiga dan hutang jangka pendek ). Rumus rasio likuiditas adalah:
Rasio Likuditas = Aset Likuid
Kewwajiban SegeraJatuh tempo(Callable Liaabilities) X 100 %
Rasio Likuiditas = 518.8331.285.457 X 100 % = 40.35 %
b. Risiko Kredit
Rasio ini menunjukan kemungkinan terjadinya risiko tidak tertagihnya piutang
terhadap sejumlah pinjaman yang telah diberikan. Semakin kecil rasio ini, maka
semakin kecil pula risiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang terhadap sejumlah
pinjaman yang telah diberikan yang berarti semakin menguntungkn bank, demikian
pula sebaliknya. Adapun untuk menghitung rasio ini, kita gunakan formula sebagai
berikut:
Risiko Kredit = Aset ProduktifTotal Pasiva X 100 %
Risiko Kredit = 6.105.9378.908 .272 X 100 % = 68.54 %.
Tugas Anda:
1. Anda ambil laporan keuangan bank Mandiri, BNI, BRI dan BTN.
2. Pilih salah satu dan hiting:a. Nilai ROAb. Nilai ROEc. Nilai Modal kerjad. Nilai NIMe. Rasio Lancarf. Rasio Hutangg. Nilai DER
3. Setelah anda kerjakan no.2, buat analisis singkat tentang kondisi keuangan Bank yang anda bahas.