step 7 no.3,4,5 sken 3 daru oke
DESCRIPTION
fk umpTRANSCRIPT
BAB VII
BERBAGI INFORMASI
7.3. Rontgen khas edema paru
Foto thoraks edema paru secara khas didiagnosa dengan X-ray dada.
Radiograph (X-ray) dada yang normal terdiri dari area putih terpusat yang
menyinggung jantung dan pembuluh-pembuluh darah utamanya plus tulang-
tulang dari vertebral column, dengan bidang-bidang paru yang menunjukan
sebagai bidang-bidang yang lebih gelap pada setiap sisi, yang dilingkungi oleh
struktur-struktur tulang dari dinding dada. X-ray dada yang khas dengan
pulmonary edema mungkin menunjukan lebih banyak tampakan putih pada kedua
bidang-bidang paru daripada biasanya. Kasus-kasus yang lebih parah dari
pulmonary edema dapat menunjukan opacification (pemutihan) yang signifikan
pada paru-paru dengan visualisasi yang minimal dari bidang-bidang paru yang
normal. Pemutihan ini mewakili pengisian dari alveoli sebagai akibat dari
pulmonary edema, namun ia mungkin memberikan informasi yang minimal
tentang penyebab yang mungkin mendasarinya (Webb & Higgins, 2010).
Gambaran Radiologi yang ditemukan :
1. Pelebaran atau penebalan hilus (dilatasi vaskular di hilus)
2. Corakan paru meningkat (lebih dari 1/3 lateral)
3. Kranialisasi vaskuler
4. Hilus suram (batas tidak jelas)
5. Interstitial fibrosis (gambaran seperti granuloma-granuloma kecil atau
nodul milier)
Gambaran radiologi gagal jantung kiri, pada edema paru alveolar terjadi
pengurangan lusensi paru yang difus mulai dari hilus sampai ke perifer bagian
atas dan bawah. Gambaran edema paru ini dinamakan butterfly appearance/
butterfly patterns atau bat’s wing pattern. Batas kedua hilus menjadi kabur
(Malueka, 2008).
Gambar 1 : Kardiomegali dan edema paru
Gambar 2 : Edema paru butterfly atau Bat’s Wing
Gambar 4. Ilustrasi Radiologi Edema Paru Akut Kardiogenik
Gambar 4. Gambaran Radiologi Edema Paru Akut Kardiogenik Sumber : Koga & Fujimoto (2009)
Menurut Gray, Dawkins, Morgan & Simpson (2005) pada pemeriksaan
radiologis jantung dapat ditentukan ukuran jantung-Cardio Thorak Ratio (CTR), dengan
syarat yaitu : (1) Posisi PA; (2) Inspirasi cukup. Dilihat dari ketinggian diafragma
(setinggi costa 9 & 10 posterior yang berbentuk huruf “A” dan tepi medial jelas dan
setinggi costa 5 & 6); (3) Focus Film Distant: 1,8 – 2 m; (4) Bentuk dada normal;
dan (5) Tidak ada scoliosis.
Pengukuran CTR dapat dilakukan dengan rumus dibawah ini, dimana nilai
CTR normal apabila ≤ 50%, dan dikatakan kardiomegali apabila nilai CTR >
50%.
Pada foto thorax menunjukkan jantung membesar, hilus yang melebar,
pedikel vaskuler dan vena azygos yang melebar serta sebagai tambahan adanya
garis kerley A, B dan C akibat edema interstisial atau alveolar seperti pada
gambaran foto toraks diatas. Lebar pedikel vaskuler < 60 mm pada foto thorax
Postero-Anterior terlihat pada 90% foto thorax normal dan lebar pedikel vaskuler
> 85 mm ditemukan 80% pada kasus edema paru. Sedangkan vena azygos dengan
diameter > 7 mm dicurigai adanya kelainan dan dengan diameter > 10mm sudah
pasti terdapat kelainan, namun pada posisi foto thorax terlentang dikatakan
abnormal jika diameternya > 15 mm. Peningkatan diameter vena azygos > 3 mm
jika dibandingkan dengan foto thorax sebelumnya terkesan menggambarkan
adanya overload cairan (Koga dan Fujimoto, 2009).
Garis kerley A merupakan garis linear panjang yang membentang dari
perifer menuju hilus yang disebabkan oleh distensi saluran anastomose antara
limfatik perifer dengan sentral. Garis kerley B terlihat sebagai garis pendek
dengan arah horizontal 1-2 cm yang terletak dekat sudut kostofrenikus yang
menggambarkan adanya edema septum interlobular. Garis kerley C berupa garis
pendek, bercabang pada lobus inferior namun perlu pengalaman untuk melihatnya
karena terlihat hampir sama dengan pembuluh darah (Koga dan Fujimoto, 2009).
Gambaran foto thorax dapat dipakai untuk membedakan edema paru kardiogenik
dan edema paru non kardiogenik. Walaupun tetap ada keterbatasan yaitu antara
lain bahwa edema tidak akan tampak secara radiologi sampai jumlah air di paru
meningkat 30% (Koga dan Fujimoto, 2009).
7.4. Klasifikasi Gagal Jantung NYHA (New York Heart Association)
Tabel 1. Klasifikasi Gagal Jantung menurut AHA/ACC (American Heart Association/ American College of Cardiology) dan NYHA
Sumber : Perki (2015).
7.5. Kriteria Mayor dan Minor dari Framingham
Kriteria Framingham dapat dipakai untuk penegakkan diagnosis gagal jantung
yaitu dengan terpenuhinya 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria
minor. Adapun kriteria Framingham sebagai berikut ( Mahmood, Levy, Vasan &
Wang, 2014) :
1) Kriteria Mayor
Paroksimal nokturnal dispnea
Distensi vena di leher
Rales (ronkhi kering)
Edema paru akut
Repluks hepatojugular
S3 Gallop
Berat badan berkurang 4,5 kg dalam 5 hari (sesudah diberi terapi gagal
jantung)
Peningkatan tekanan vena jugularis lebih dari 16 cm H2O
Kardiomegali
2) Kriteria Minor
Batuk malam hari
Efusi pleura
Takikardi (>120 kali per menit)
Dispnea d'efort yaitu sesak nafas yang terjadi pada saat melakukan aktivitas
fisik.
Hepatomegali
Edema pada kedua pergelangan kaki (angkle edema)
Penurunan kapasitas vital paru 1/3 dari nilai maksimum (menggunakan
spirometri)
Berat badan berkurang 4,5 kg dalam 5 hari (sesudah diberi terapi gagal
jantung)
DAFTAR PUSTAKA
Gray, H.H., Dawkins, K.D., Morgan, J.M. & Simpson, I.A. (2005). Lecture Notes: Kardiologi. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Koga, T. & Fujimoto K. (2009). Kerley’s A, B, and C Lines. New England Journal of Medicine, 360(15), 1539–1539
Mahmood, S.S., Levy, D., Vasan, R.S. & Wang, T.J. (2014). The Framingham heart study and the epidemiology of cardiovascular disease : a historical perspective. Lancet, 383, 999-1008.
Malueka, RG. (2008). Radiologi Diagnostik. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Cendekia Press. Yogyakarta.
Perki. (2015). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia.
Webb, W.R. & Higgins, C.B.. (2010). Thoracic Imaging : Pulmonary and Cardiovascular Radiology. Philadephia, USA : Lippncott Williams & Willkins.