step 3 engine diagnosis in starting system (bhs indo)

48
Diagnosa pada Starting System Diagnosa pada Starting System Alih Bahasa Oleh Training Material & Development 1 Training Material Support & Development

Upload: rrhakim

Post on 10-Jun-2015

1.906 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

Diagnosa pada Starting System

Alih Bahasa Oleh Training Material & Development

1 Training Material Support & Development

Page 2: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

KATA PENGANTAR

Buku ini menjelaskan prosedur troubleshooting, tahap awal pengetesan dan pengambilan kesimpulan berdasarkan gejala yang timbul. Buku ini ditujukan untuk membatu Teknisi Hyundai dalam menangani trouble secara cepat dan tepat. Pokok utama prosedur troubleshooting dalam buku ini adalah tahap awal pengetesan yang dapat dibagi menjadi beberapa kemungkinan. Melalui tes awal kita dapat membagi menjadi beberapa kasus dan memperkecilnya menjadi item-item yang patut dicurigai. Dengan ini maka diagnosa dan troubleshooting menjadi lebih cepat.

Dalam buku shop-manual juga terdapat prosedur troubleshooting, namun yang ditampilkan seluruh kemungkinan yang dapat timbul. Teknisi dapat mengikuti prosedur tersebut satu-persatu. Sayangnya jika problem tersebut ditemukan diakhir prosedur, maka akan memerlukan waktu yang lama. Kita memfokuskan situasi seperti ini dan mencoba untuk dapat mengatasinya. Pada bahasan ini kita membuat prosedur troubleshooting untuk masalah-masalah yang ada pada starting mesin.

Meskipun gejalanya sama, namun banyak kemungkinan penyebabnya, sehingga sulit bagi kita untuk memperbaiki kendaraan. Buku ini dibagi ke dalam “kemungkinan penyebab” melalui pengetesan awal untuk menemukan problem secara cepat. Contohnya, jika kita mencurigai ada 20 kemungkinan penyebab pada satu gejala kerusakan, kita dapat membedakan kemungkinan penyebab tersebut manjadi bebara kelompok melalui tes awal . berdasarkan hasil test awal tersebut, kita dapat memilih satu kelompok yang paling kuat kemungkinannya. Setelah itu, kita dapat memperbaiki kerusakan pada mobil tersebut dengan waktu cepat. Buku ini berisi informasi hanya untuk problem pada sistem starting. Pada masa yang akan datang, akan kita tambahkan bagan troubleshooting untuk gejala lainnya.

August 2005. Cetakan Indonesia

Alih Bahasa Oleh Training Material & Development Hak Cipta Oleh Hyundai Mobil Indonesia. Buku ini tidak boleh diperbayak, baik sebagian maupun keseluruhan dari buku ini tanpa ijin tertulis dari Hyundai Mobil Indonesia. Publication No: SE1T-EG48H, Printed in Indonesia, July 2005 Training Material & Development, [email protected]

2 Training Material Support & Development

Page 3: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

Daftar Isi Peta Diagnosa .................................................................................................................. 4 Bab 1 Metode Pengetesan 1. Test 1 : Start motor cranking .................................................................................................... 5 2. Test 2 : Kerja motor melalui koneksi langsung dan pemeriksaan realy setiap terminals .... 6 3. Test 3 : Uji pengapian dengan cara cranking dan menjalankan injector ............................. 8

Bab 2 Metoda Pemeriksaan 1. Fuse .......................................................................................................................................... 9 2. Wiring ....................................................................................................................................... 11 3. Fuel system ............................................................................................................................. 15 4. Ignition key (Ignition switch) .................................................................................................. 20 5. Ignition lock S/W (M/T) ............................................................................................................ 22 6. Inhibitor S/W (A/T) ................................................................................................................... 23 7. Battery ...................................................................................................................................... 25 8. start motor dan solenoid ........................................................................................................ 29 9. Spark plug ................................................................................................................................ 36 10. Prosedur problem pada ECM ............................................................................................... 37 11. Injector ................................................................................................................................... 38 12. CKP (Crankshaft Position) Sensor ...................................................................................... 42 13. MFI control relay ................................................................................................................... 46 14. Ignition Coil ........................................................................................................................... 48

Bab 3 Studi kasus Kasus 1 ........................................................................................................................................ 50 Kasus 2 ........................................................................................................................................ 52

3 Training Material Support & Development

Page 4: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)
Page 5: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

Bab 1 Metode Pengetesan Tes 1. Memulai Menghidupkan Mesin Prosedur :

1. Masukkan kunci kontak ke lubanyany 2. Putar kunci kontak ke posisi start

Hasil :

1. Tidak bisa : mesin tidak bisa di-start dan tidak terdengar suara cranking Lakukan Tes 2

2. Bisa : mesin tidak bisa hidup namun terdengar suara cranking Lakukan Tes 3

5 Training Material & Development

Page 6: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

Test 2. Menjalankan Motor melalui koneksi langsung dan memeriksa setiap relay terminal Prosedur :

1. Keluarkan start relay dari fuse box 2. Hubungkan tegangan dari battery secara langsung ke terminal start motor (untuk

referensi lihat gambar bawah) (This diagram is a example. Actual diagram may different depend on models)

6 Training Material & Development

Page 7: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

3. Periksa masing-masing terminal start relay pada fuse box dengan menggunakan multi-meter atau test lamp.

Hasil :

Hasil Tes Item cek Langkah Berikut Battery Lihat metode cek 7 Start motor Lihat metode cek 8 Start motor ground Lihat metode cek 8

Start motor tidak bisa hidup meskipun sudah dihubungkan secara langsung

Start solenoid Lihat metode cek 8 Fuse Lihat metode cek 1

Tidak ada power di IG key OFF dari 4 terminal

Wiring (Battery – Relay)

Lihat metode cek 2

Ground terminal pada start relay tidak kontinyu ke chassis ground

Body ground (Relay – ground)

Lihat metode cek 2

Fuse Lihat metode cek 1 IG. Key Lihat metode cek 4 Inhibitor S/W (A/T) Lihat metode cek 6 Clutch S/W (M/T) Lihat metode cek 5

Only satu power pada posisi IG key START dan OFF

Burglar Alarm Lihat ETACS system

Start motor bisa hidup setelah dihubungkan secara langsung

Semua terminal O.K. (dua power pada posisi IG key START, ground terminal pada start relay kontinyu ke chassis ground)

Start Relay Lihat metode cek 1

7 Training Material & Development

Page 8: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

Test 3. Uji pengapian dengan cara cranking dan tes kerja injector Procedure :

1. Lepas kabel busi (High tension cable). 2. Periksa loncatan bunga api dari kabel busi tersebut sambil memutar mesin (cranking). 3. Periksa power injector pada konektor injector dengan menggunakan multi-meter atau

test lamp. 4. Ukurlah pola gelombang injectors dengan menggunakan oscilloscope sambil mesin

diengkol. Result

Test Result Check Item Next stage Control Relay Lihat metode cek 13 Fuse Lihat metode cek 1 Control relay wiring Lihat metode cek 2 Ignition key Lihat metode cek 4

Tidak ada power pada sirkuit injector

ECM Lihat metode cek 10

ECM Lihat metode cek 10

CKP sensor Lihat metode cek 12 Ada power di sirkuit injector namun injectors tidak bisa bekerja Immobilizer (Bosch,

Siemens) Lihat Immobilizer System

IG Coil Lihat metode cek 14

Wiring (ECM – IG Coil) Lihat metode cek 2

Tidak ada loncatan api

Kerja Injector O.K.

Fuse (IG S/W, Coil) Lihat metode cek 1 Komponen mekanis (Timing dsb.)

Lihat Mechanical Advance Guide.

Fuel system Lihat metode cek 3 Injector (All) Lihat metode cek 11

Kerja Injector O.K namun mesin tidak bisa start

Spark plug (wet) Lihat metode cek 9 Control Relay (fuse) Lihat metode cek 13 Wiring (injector – ECM) Lihat metode cek 2 ECM Lihat metode cek 10

Spark

Injector tidak bekerja

Immobilizer (Melco) Lihat Immobilizer System

8 Training Material & Development

Page 9: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

Bab 2 Metode Pemeriksaan

1. Fuse

1.1 Voltmeter dan test lamp

Gunakan alat test lamp atau voltmeter pada sirkuit tanpa solid-state unit dan gunakan test lamp untuk memeriksa tegangan. Test lamp yang dipakai adalah dengan menggunakan bohlam 12-volt dengan sepasang lead. Setelah satu lead di-ground, tempelkan satu lead lainnya ke bermacam titik di sekitar sirkuit dimana terdapat tegangan. Ketika bohlamnya menyala, maka dititik tersebutlah terdapat tegangan.

[PERHATIAN] banyaknya sirkuit termasuk modulasi solid-state, seperti misalnya Engine Control Module (ECM), menggunakan perintah komputer untuk mengatur injeksi. Pengetesan untuk tegangan di dalam sirkuit ini hanya menggunakan 10-megaohm atau dengan menggunakan digital voltmeter. Jangan menggunakan test lamp pada sirkuit yang berisi modulasi solid-state, karena bisa merusak module.

Sebagai pengganti test lamp kita dapat menggunakan alat voltmeter. Bila dengan menggunakan test lamp kita bisa mengetahui adanya tegangan atau tidak, maka dengan alat voltmeter kita dapat mengetahui berapa besar tegangan yang ada.

1.2 Self-powered test lamp dan ohmmeter

Gunakan self-powered test lamp atau ohmmeter untuk memeriksa kontinuitas. Self-powered test lamp terbuat dari sebuah bohlam, battery dan dua lead. Bohlam akan menyala apabila kedua lead dihubungkan. Sebelum melakukan pemeriksaan, pertama lepas kabel ground battery atau lepas fuse yang terhubung dengan sirkuit yang akan anda periksa.

[PERHATIAN] Jangan menggunakan test lamp pada sirkuit yang berisi modulasi solid-state, karena bisa merusak module.

9 Training Material & Development

Page 10: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

Ohmmeter dapat digunakan sebagai pengganti self-powered test lamp. Ohmmeter dapat menunjukkan berapa besar tahanan antara dua titik dalam sirkuit. Tahanan rendah berarti kontinuitasnya baik.

Sirkuit yang yang di dalamnya terdapat peralatan solid-state pemeriksaannya hanya menggunakan 10-megaohm atau dengan digital multimeter. Ketika mengukur tahanan dengan alat digital multimeter, terminal negatif battery harus dilepas. Karen kalau tidak, bisa mengaburkan pembacaan. Diode dan peralatan solid-state di dalam sirkuit dapat membuat salah bacaan pada ohmmeter. Untuk mengetahui ukuran secara efektif, ambil hasil bacaan pertama, balikkan lead kemudian ambil hasil bacaan kedua. Jika hasilnya berbeda, berarti peralatan solid-state mempengaruhi hasil ukuran.

2. Wiring 2.1 Perlengkapan untuk memeriksa Wring 2.1.1 Voltmeter dan test lamp Gunakan test lamp atau voltmeter pada sirkuit yang tidak berisi unit solid-state dan gunakan test lamp untuk memeriksa tegangan. Test lamp terbuat dari bohlam 12-volt yang akan menyala apabila kedua lead dihubungkan. Setelah satu lead dihubungkan ke ground, tempelkan lead satunya lagi ke bermacam titik di dalam sirkuit dimana ada tegangan. Ketika bohlamnya menyala, maka dititik tersebutlah terdapat tegangan.

[PERHATIAN] banyaknya sirkuit termasuk modulasi solid-state, seperti misalnya Engine Control Module (ECM), menggunakan perintah komputer untuk mengatur injeksi. Pengetesan untuk tegangan di dalam sirkuit ini hanya menggunakan 10-megaohm atau dengan menggunakan digital voltmeter. Jangan menggunakan test lamp pada sirkuit yang berisi modulasi solid-state, karena bisa merusak module.

Voltmeter dapat digunakan sebagai pengganti self-powered test lamp. Voltmeter dapat menunjukkan berapa besar tegangan diantara dua titik dalam sirkuit.

2.1.2 Self-powered test lamp dan ohmmeter

Gunakan self-powered test lamp atau ohmmeter untuk

10 Training Material & Development

Page 11: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

memeriksa kontinuitas. Self-powered test lamp terbuat dari bolhlam, battery dan dua lead. Bohlam tersebut akan menyala apabila kedua lead dihubungka satu sama lainnya. Sebelum melakukan pemeriksaan, pertama lepas kabel ground battery atau lepas fuse yang terhubung ke sirkuit yang sedang kita kerjakan.

PERHATIAN Jangan menggunakan self-powered test lamp pada sirkuit yang di dalamnya terdapat modul solid state. karena dapat merusak modul .

Ohmmeter dapat digunakan sebagai pengganti self-powered test lamp. Ohmmeter menampilkan berapa besar tahanan diantara dua titik dalam sirkuit. Tahanan rendah artinya kontinuitasnya baik.

Pada sirkuit yang di dalamnya terdapat unit solid-state pengetesannya hanya dengan 10-megaohm atau dengan menggunakan digital multimeter. Bila mengukurnya menggunankan digital multimeter, maka terminal negatif battery harus dilepas. Karena kalau tidak dapat membuat bacaannya menjadi salah. Diodes dan peralatan solid-state yang ada di dalam suatu sirkut dapat membuat salah bacaan ohmmeter. Untuk mengetahui ukuran secara efektif, ambil hasil bacaan pertama, balikkan lead kemudian ambil hasil bacaan kedua. Jika hasilnya berbeda, berarti peralatan solid-state mempengaruhi hasil ukuran.

2.1.3 Jumper wire dengan fuse

gunakan kabel jumper dengan satu fuse untuk melalukan by-pass pada open circuit.

Kabel jumper terbuat dari satu fuse holder segaris yang dihubungkan ke satu set test lead. Alat ini tersedia dengan sambungan clamp kecil yang bisa beradaptasi untuk hampir semua connector tanpa membuat kerusakan.

[PERHATIAN] Jangan menggunakan fuse yang ratingnya lebih tinggi dari spesifikasinya yang memproteksi sirkuit yang sedang diperiksa. Jangan menggunakan alat ini untuk situasi lainnya sebagai pengganti input atau output pada kontrol modul solid-state seperti misalnya ECM, TCM, dst.

2.1.4 Short finder

11 Training Material & Development

Page 12: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

Short finder bisa menemukan letak short ke ground. Short finder membentuk pulsa medan magnet pada tempat yang mengalami short kemudian memberitahukan ke anda melalui body trim atau lembaran metal.

12 Training Material & Development

Page 13: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

2.2 Pengetesan Wiring

2.2.1 Testing tegangan

Tes ini dalah untuk mengukur besar tegangan di dalam sirkuit. Pada saat mengetes tegangan pada suatu connector, maka connector tersebut tidak perlu dilepas, lakukan tes pada connector dari belakang (back probe). Selalu periksa kedua sisi connector karena kotoran dan karat yang mengendap di dalamnya dapat menyebabkan problem kelistrikan. 1. Hubungkan satu lead dari test lamp atau voltmeter ke ground. Jika anda menggunakan

voltmeter, pastikan lead negatif pada voltmeter dihubungkan ke ground. 2. Hubungkan lead satunya lagi ke titik yang akan dites (connector atau terminal). 3. Jika test lamp menyala, maka ada tegangan. Jika anda menggunakan alat voltmeter, catat

bacaan tegangannya. Adanya tegangan yang hilang lebih dari 1 volt, menandakan ada masalah pada rangkaian tersebut.

2.2.2 Tes Kontinuitas

1. Lepas terminal negatif battery. 2. Hubungkan satu lead yang ada pada self-

powered test lamp atau ohmmeter ke ujung bagian sirkuit yang hendak dites. Jika menggunakan ohmmeter, tahan kedua lead kemudian setel ohmmeter ke nol ohm.

3. Hubungkan lead satunya lagi ke ujung sirkuit lainnya .

4. Jika self-power test lamp menyala, maka ada kontinuitas. Jika anda menggunakan ohmmeter, tahanan yang rendah atau nol berarti kontinuitasnya baik.

2.2.3 Testing short ke ground

1. Lepas terminal negatif battery. 2. Hubungkan satu lead self-powered test lamp atau

ohmmeter ke terminal fuse terminal yang sisinya mendapat beban.

3. Hubungkan lead lainnya ke ground. 4. Pada awal fuse box gerakkan short finder ke

sepanjang wiring. Teruskan langkah ini (kira-kira sejauh enam inchi) sambil memperhatikan self-powered test lamp atau ohmmeter.

5. Ketika self-powered test lamp menyala, atau terlihat pada ohmmeter, berarti ada short ke ground pada wiring dekat titik tersebut.

13 Training Material & Development

Page 14: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

2.2.4 Testing mengetahui short dengan short finder

1. Lepas fuse yang terbakar. Biarkan battery terhubung. 2. Hubungkan short finder pada terminal fuse secara

melintang. 3. Tutup semua switch yang ada pada sirkuit yang akan

dites. 4. Hidupkan short circuit locator. Alat ini akan

mengirimkan pulsa arus ke short. Alat ini membentuk pulsa dalam bentuk medan magnet disekitar wiring antara fuse box dan short

5. Pada permulaan fuse box, secara perlahan pindahkan short finder sepanjang circuit wiring. Alat pengukur ini akan menampilkan pulsa arus melalui lembaran metal dan body trim. Selama pengukuran berlangsung antara fuse dan short, jarum penunjuk akan bergerak mengikuti pulsa arusnya. Sekali meter bergerak melewati titik short, jarum tersebut akan berhenti bergerak. Periksalah sekitar area tersebut untuk mengetahui letak persis short circuit.

3.Fuel System 3.1 Fuel line dan vapor line 3.1.1 Removal 1. Angkat mobil kemudian lepas dua fitting nuts sambil menahan fuel filter nut.

[PERHATIAN] Kurangi tekanan bahan bakar sebelum melepas fuel line dan hose, karena kalau tidak

bahan bakar bisa tumpah keluar. Tutup sambungan pipanya dengan kain agar bahan bakar tidak tumpah keluar karena

kemungkinan masih ada sisa tekanan di dalam fuel line.

2. Lepas baut-baut pengikat fuel filter, kemudian lepas fuel filter dari bracket-nya.

3. Lepas fuel return hose dan line. 4. Lepas fuel vapor hose dan line

14 Training Material & Development

Page 15: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

3.1.2 Pemasangan 1. Pasang fuel vapor hose dan return hoses. Jika fuel line mempunyai stepped section

(tonjolan), sambungkan fuel hose ke line dengan rapat seperti tampak pada gambar.

Jika fuel line tidak mempunyai stepped section, sambungkan fuel hose ke line dengan benar.

2. Pasang fuel filter, kemudian kencangkan fuel filter bracket. 3. kencangkan dua mur pengikat sambil menahan mur fuel filter.

Momen pengencangan Fuel filter fitting nut : 30 ~ 40 Nm (300 ~ 400 kg·cm, 22.1 ~ 29.5 lb·ft)

4. Pasang clip dan pastikan tidak menggangu komponen lainnya.

3.1.3. Pemeriksaan 1. Periksa selang dan pipa dari kemungkinan

retak atau rusak. 2. Periksa fuel tank cap apakah masih berfungsi

dengan baik. 3. Periksa fuel tank dari kemungkinan berubah

bentuk, berkarat atau retak. 4. Periksa bagian dalam fuel tank dari

kemungkinan kotor atau tercemar. 5. Periksa in-tank fuel filter dari kemungkinan

rusak atau mampet. 6. Lakukan test pada two-way valve apakah

kerjanya masih baik. 7. Gunakan vacuum hand pump, periksa kerja two-way valve.

Valve pump Petunjuk dapat diterima atau ditolak

Saat dihubungkan ke inlet Tidaka ada tekanan dan vacuum tetap terjaga

Saat dihubungkan ke outlet Tidak ada tekanan negatif yang dihasilkan

15 Training Material & Development

Page 16: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

3.2 Memeriksa kerja fuel pump 1. Putar kunci kontak ke posisi OFF. 2. Berikan arus tegangan ke fuel pump drive connector

untuk memeriksa apakah pump dapat bekerja. [CATATAN] Fuel pump yang dipasang adalah tipe in-tank dan suaranya terdengar agar keras kalau tanpa melepas fuel tank cap.

3. Pencet selangnya untuk memeriksa apakah terasa ada tekanan bahan bakar .

3.3 Tes tekanan bahan bakar

1. Kurangi tekanan internal pada pipa dan selang bahan bakar dengan cara sebagai berikut . Buka trunk door kemudian lepas fuel pump

harness connector yang terletak di dalam trunk room.

Hidupkan mesin dan setelah mati, putar kunci kontak ke posisi OFF.

Lepas terminal negatif battery (-). Hubungkan fuel pump harness connector.

2. Lepas baut yang menghubungkan fuel line ke fuel delivery pipe. [PERHATIAN] Tutup sambungan selang dengan untuk mencegah agar bahan bakar tidak tumpah keluar karena dikhawatirkan masih ada sisa tekanan di dalam fuel line.

3. Dengan menggunakan fuel pressure gauge adapter, pasang fuel pressure gauge ke fuel pressure gauge adaptor. Kencangkan bautnya sesuai standar momen pengencangannya.

Standar pengencangan baut fuel pressure gauge ke fuel delivery pipe : 25 ~ 35Nm (250 ~ 350 kg·cm, 18 ~ 26 lb·ft)

4. Hubungkan terminal negatif battery (-).

5. Berikan arus tegangan ke terminal untuk pump drive dan mengaktifkan fuel pump:

16 Training Material & Development

Page 17: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

kemudian, dengan pemberian tekanan pada bahan bakar, periksa apakah ada kebocoran atau tidak dari pressure gauge atau sambungannya.

6. Start dan hidupkan mesin dengan kecepatan idle tanpa beban.

7. Lepas vacuum hose dari pressure regulator, kemudian sumbat ujung selang tersebut. Ukurlah tekanan bahan bakarnya pada saat idle.

Standar pengencangan : 320 ~ 340 kPa (3.26 ~ 3.47 kg/cm², 46 ~ 49 psi)

8. Ukurlah tekanan bahan bakar pada saat vacuum hose dihubungkan ke pressure regulator.

Nilai Standar : sekitar 255 kPa (2.57 kg/cm², 37 psi)

9. Apabila hasil pengukuran yang dilakukan pada langkah (7) dan (8) nilainya tidak standar, gunakan tabel berikut untuk menentukan kemungkinan penyebabnya, dan melakukan perbaikan seperlunya.

Kondisi Kemungkinan Penyebab Langkah Perbaikan

Fuel filter mampet Ada kebocoran bahan bakar di

return side, dikarenakan kurangnya dudukan fuel-pressure regulator

Ganti fuel filter Ganti fuel pressure regulator

Tekanan bahan bakar terlalu rendah

Tekanan buang pada fuel pump rendah

Periksa in-tank fuel hose dari kemungkinan bocor atau ganti fuel pump bila perlu

Tekanan bahan bakar terlalu tinggi

Fuel-pressure regulator macet fuel return hose atau pipanya

mampet atau bengkok

Ganti fuel pressure regulator Perbaiki atau ganti selang

atau pipanya Tidak ada perbedaan pada tekanan bahan bakar ketika vacuum hose dihubungkan atau tidak

vacuum hose atau nipple mampet atau rusak Fuel pressure regulator macet

atau dudukannya kurang pas

Perbaiki atau ganti vacuum hose atau nipple Perbaiki atau ganti selang

atau pipanya

10. Matikan mesin dan periksa pada fuel meter presure apakah ada perbedaan tekanan bahan bakar, dengan cara menahannya selama kurang lebih 5 menit. jika tekanan pada meter tersebut turun, cari penyebabnya kemudian tentukan dan perbaiki masalah tersebut berdasarkan table dibawah ini.

17 Training Material & Development

Page 18: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

Kondisi Kemungkinan Penyebab Langkah Perbaikan

Tekanan bahan bakar turun

perlahan setelah mesin dimatikan Injector bocor Ganti injector

Tekanan bahan bakar turun drastis

setelah mesin dimatikan

check valve di dalam fuel

pump terputus Ganti fuel pump

11. Turunkan tekanan di dalam fuel line.

12. Lepas hose dan gauge. [PERHATIAN] Tutup sambungan selang dengan kain untuk mencegah agar bahan bakar tidak tumpah keluar.

13. Ganti O-ring yang terletak diujung selang.

14. Hubungkan fuel hose ke delivery pipe kemudian kencangkan sesuai momen pengencangannya.

15. Periksa bahan bakar dari kemungkinan bocor.

4. Kunci kontak (Ignition switch)

4.1 Melapas dan memasang

1. Lepas teminal negatif battery. 2. Lepas air bag module.

[PERHATIAN] SRS system dirancang sedemikian rupa agar kantung udara dapat mengembang selama kurang lebih 30 meskipun battery dicopot, so serious injury may result from unintended air bag deployment if service is done on the SRS system immediately after the battery cable is disconnected.

3. Lepas self-tapping screw kemudian angkat horn pad dan lepas.

4. Lepas lock nut dan washer 5. Tarik ke depan dynamic damper, kemudian angkat

dan lepas.

18 Training Material & Development

Page 19: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

6. Pasang special tool (09561-11001) kemudian lepas steering wheel.

[PERHATIAN] Jangan memukul steering wheel untuk melepasnya.

7. Lepa steering column lower dan upper shroud. 8. lepas lower cover.

9. Lepas connector kemudian lepas multifunction switch. 10. Lepas baut-baut pengikat kemudian pisahkan

ignition switch dari steering column

19 Training Material & Development

Page 20: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

4.2 Pemeriksaan

1. Pisahkan connector yang letaknya dibawah steering column. 2. Periksalah kontinuitas diantara terminalnya. 3. Jika kontinuitasnya tidak sesuai spesifikasi, ganti switch

PETUNJUK Jika mesin tidak mau berputar (cranking), amatilah kondisi shift lever apakah berada diposisi "PARK" atau "NEUTRAL". Jika mesin tidak mau berputar, namun terjadi hanya pada satu posisi, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah transaxle range switch

20 Training Material & Development

Page 21: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

5. Ignition lock S/W (M/T) 5.1 Inspection 1. Periksa pedal shaft dan bushing dari kemungkinan aus. 2. Periksa clutch pedal dari kemungkinan bengkok atau keras. 3. Periksa return spring dari kemungkinan berubah bentuk atau rusak. 4. Periksa pedal pad dari kemungkinan rusak atau aus.

5.2 Pemeriksaan Ignition lock switch

Lepas ignition lock switch kemudian periksa kontinuitas diantara terminalnya. Jika kontinuitasnya diluar spesifikasi, ganti switch.

6. Inhibitor S/W (A/T)

6.1 Memeriksa kontinuitas transaxle range switch

(F4A42)

21 Training Material & Development

Page 22: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

(F5A51)

(F5A51-3)

(FRA)

(03-ll)

• Metode pemeriksaan berbeda tergantung dari sistem A/T yang dipakai

7. Battery

22 Training Material & Development

Page 23: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

Description

1. Battery jenis maintenance-free, seperti namanua bebas perawatan dan tidak ada tutup sel battery . Battery ini secara keseluruhan tertutup rapat, kecuali lubang ventilasi kecil di cover-nya.

2. Battery jenis tidak memerlukan penambahan air battery.

7.1 Battery visual inspection (1)

23 Training Material & Development

Page 24: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

7.1.1. ALUR PEMERIKSAAN

24 Training Material & Development

Page 25: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

7.1.2. LEMBAR PEMERIKSAAN

Pengambil

keputuasan Item Trouble Penyebab Langkah

perbaikan User Ltd

Kurang penangana Terminal battery rusak Kabel battery dan terminal

kurang kencang Ganti O

Cover rusak Kurang penanganan Ganti O

Elektrolit bocor

- Cover rusak Kurang penanganan Ganti O

Pemeriksaan Visual

- Cover sealing part rusak

* Bad cover sealing Ganti O

* Tinggi elektrolit antar sel lebih dari 10mm

* Cell short * Vaporization caused by outer temperature

Ganti Ganti

O O Pemeriksaan jumlah elektrolit

* Shortage of electrolyte * Electrolyte loss caused by over-charge

Ganti O

1. Battery voltage <13.2V 1. Over charge

Ganti Periksa sistem elektriknya

O

2. 12.5V < Battery voltage < 12.9

2. Normal

3. 12.0V < Battery voltage < 12.4V (Simple discharge)

1. Insufficient charge

Tes beban battery (lihat kembaran Load Test

O

4. 11.0 V < (Over 2. Internal failure O

1. Charge condition failure Ganti O

2. Let the battery alone on discharge condition for long period

O

Pemeriksaan tegangan

5. Battery voltage : 11.0V

3. Internal circuit open O

25 Training Material & Development

Page 26: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

7.1.3. LOAD TEST

1. Pada mengeluarkan setrum battery selama 15 detik setengan dari arus C.C.P, tegangan battery harus lebih dari tabel dibawah ini

Tabel pengaturan tegangan

Temperatur luar Tegangan

Diatas 20°C 9.6V

~ 18°C 9.5V

~ 10°C 9.4V

~ 4°C 9.3V

~ -1°C 9.1V

~ -7°C 8.9V

~ -12°C 8.7V

2. Apabila tegangannya diluar spesifikasi, lakukan tes kedua sekali lagi, jika masih diluar spesifikasi, lakukan pengisian kembali.

3. Apabila tegangan battery-nya (setelah dilakukan pengisian selama 2 jam) lebih dari 12.5V dan setelah dilakukan tes beban tegangannya diatas standar, maka battery tersebut masih dapat digunakan kembali.

7.2 Pemeriksaan battery secara visual (2) 1. Pastikan kunci kontak diposisi Off dan semua aksesori dalam keadaan Off. 2. Lepas kabel battery (pertama kali kabel negative). 3. Lepas battery dari mobil. [PERHATIAN] Hati-hati pengerjaannya karena kemungkinan rumah battery retak atau

bocor sehingga cairan elektrolit dapat mengenai kulit anda. Kalau bisa gunakan sarung tangan saat mengeluarkan battery biar lebih aman.

4. Periksa battery carrier dari kemungkinan rusak yang disebabkan oleh zat asam dari battery. Dan jika memang ada kerusakan dari zat asam, maka daerah itu perlu dibersihkan dengan air hangat dan baking soda. Gosok area tersebut dengan sikat kaku kemudian lap dengan kain yang direndam dengan air dan baking soda.

5. Bersihkan bagian atas battery dengan cara yang sama seperti pada langkah no 4 . 6. Periksa battery case dan cover dari kemungkinan retak. Jika ada yang retak, battery harus

diganti. 7. Bersihkan area tempat battery dengan pembersih yang sesuai.

26 Training Material & Development

Page 27: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

8. Bersihkan permukaan clamp terminal clamp dengan alat pembersih yang sesuai. Ganti kabel dan clamp terminal yang rusak.

9. Pasang kembali battery ke dalam mobil. 10. Hubungkan kabel terminal battery, pastikan kabel terminal masuk ke dalam dengan aman . 11. Kencangkan mur terminal dengan benar. 12. Setelah dikencangakan, lapisi semua sambungan dengan light mineral grease.

[PERHATIAN] saat battery sedang diisi, maka akan keluar gas yang mudah terbakar diantara tutup selnya. Jangan merokok diarea tempat battery sedang atau baru saja diisi. Jangan memutus sirkuit hidup pada terminal battery yang sedang diisi. Akan timbul percikan api apabila sirkuit rusak. Jauhkan battery dari jangkauan api.

27 Training Material & Development

Page 28: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

8. Start motor dan solenoid

8.1 Komponen

28 Training Material & Development

Page 29: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

8.2 Memeriksa kerjanya

8.2.1 Prosedur penyetelan celah pinion

1. Lepas kawat bidang coil dari M-terminal pada solenoid.

2. Hubungkan tegangan battery 12V S-terminal dan M-terminal.

3. Pinion akan bergerak.

[PERHATIAN] Pengetesan ini harus dilakukan secara cepat (kurang dari 10 detik) untuk mencagah ara coil tidak terbakar.

4. Periksa celah antara pinion ke stopper (pinion gap) dengan menggunakan feeler gauge.

Pinion gap : 0.5~2.0 mm (0.02~0.079 in.)

5. Jika pinion gap diluar spesifikasi, sesuaikan dengan menambahkan atau mengurangi gasket antara solenoid dan front bracket.

8.3 Tes magnetoc switch pull-in

1. Lepas kabel bidang coil dari M-terminal pada magnetic switch.

2. Hubungkan tegangan battery 12V S-terminal dan M-terminal.

[PERHATIAN] Pengetesan ini harus dilakukan secara cepat (kurang dari 10 detik) untuk mencagah ara coil tidak terbakar.

3. Jika pinion dapat bergerak, maka pull-in coil dalam keadaan baik. Jika tidak mau bergerak, ganti magnetic switch.

29 Training Material & Development

Page 30: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

8.4 Tes Magnetic switch hold-in 1. Lepas kabel field coil dari M-terminal magnetic switch. 2. Hubungkan tegangan battery 12V antara S-terminal

dan body. [PERHATIAN] Pengetesan ini harus dilakukan secara cepat (kurang dari 10 detik) untuk mencagah ara coil tidak terbakar.

3. Jika pinion bergerak, maka semuanya dalam keadaan bagus. Jika pinion bergerak maju mundur dengan cepat maka sirkuit hold-in terputus. Ganti magnetic switch.

8.5 Tes Free running 1. Tempatkan starter motor diatas ragum (vise) dengan

penjepit halus kemudian berikan arus penuh battery 12-volt ke starter motor seperti tampak pada gambar:

2. Hubungkan test ammeter (skala 100-ampere) dan car-bon pile rheostat seperti tampak pada gambar.

3. Hubungkan voltmeter (skala15volt) terhadap starter motor.

4. Putar carbon pile ke posisi off. 5. Hubungkan kabel battery dari terminal negative ke

bodi starter motor. 6. Adjust until battery voltage shown of the voltmeter reads 11 volts. 7. Pastikan amper maksimumnya masih dalam spesifikasi dan starter motor berputar dengan

lancar dan bebas: Arus : Max. 90 Amp , Kecepatan : Min. 3,000 rpm

8.6 Tes Magnetic switch return

1. Lepas kabel field coil dari M-terminal magnetic switch.

2. hubungkan tegangan battery 12V antara M-terminal dan body. [PERHATIAN] Pengetesan ini harus dilakukan secara cepat (kurang dari 10 detik) untuk mencagah ara coil tidak terbakar.

3. Tarik dan keluarkan pinion. Apabila pinion dapat kembali keposisi semula dengan cepat, berarti kondisinya baik. Jika tidak, ganti magnetic switch.

30 Training Material & Development

Page 31: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

8.7 Memeriksa commutator 1. Tempatkan sepasang balok membentuk blok V,

kemudian periksa penyimpangannya menggunakan dial gauge. Standar Spesifikasi Peyimpangan armature : 0.05 mm (0.002 in.) Batas Penyimpangan armature : 0.1 mm (0.0039 in.)

2. Check the outer diameter of the commutator.

Standar Spesifikasi Diameter luar ommutator : 29.4 mm (1.157 in.) Batas Diameter luar ommutator : 28.4 mm (1.118 in.)

3. Periksa kedalaman undercut antar segment. Standard Spesikasi Kedalaman undercut segment : 0.05 mm (0.020 in.) Batas Kedalaman undercut segment : 0.2 mm (0.079 in.)

8.8 Brush holder

Periksa kontinuitas antara brush holder plate dan brush holder.

Keadaan normal apabila ada kontinuitas.

31 Training Material & Development

Page 32: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

8.9 Overrunning clutch

1. Sambil menahan clutch housing, putar pinion. Drive pinion harus bisa berputar dengan lancar dalam satu arah, tidak bisa kearah sebaliknya. Jika clutch tidak berfungsi sebagaimana mestinya, ganti overrunning clutch assembly.

2. Periksa pinion dari kemungkinan aus atau terbakar. Jika pinion aus atau terbakar, ganti overrunning clutch assembly. Jika pinion rusak, juga periksa ring gear dari kemungkinan aus atau terbakar.

8.10 Bracket bushing depan dan belakang

Periksa bushing dari kemungkinan aus atau terbakar. Jika bushing aus atau terbakar, ganti front bracket assembly atau rear bracket assembly. 8.11 Merakit kembali stop ring dan snap ring

Gunakan alat penarik yang tepat, tarik overrunning clutch stop ring dari snap ring.

8.12 Membongkar

8.12.1 Melepas snap ring dan stop ring

1. Tekan stop ring ke sisi snap ring menggunakan socket wrench, ke sisi snap ring side.

32 Training Material & Development

Page 33: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

2. After removing the snap ring (using snap-ring pliers), remove the stop ring and the overrunning clutch.

8.12.2 Mengganti brushes dan springs 1. Brush yang sudah aus, atau banyak endapan oli, harus diganti. 2. Pada saat mengganti bidang coil brushes, potong

bagian brushes yang aus dengan pliers, hati-hati jangan sampai merusak pig-tail.

3. Amplas ujung pigtail dengan amplas untuk memastikan solderannya baik. 4. Masukkan pigtail ke dalam lubang yang ada oada

brush baru kemudian solder. Pastikan bahwa ujung pigtail dan ex-cess solder tidak sampai ke permukaan brush.

5. When replacing the ground brush, slide the brush from the brush holder by prying the retaining spring back.

8.13 Membersihkan komponen starter motor 1. Jangan merendam komponen di dalam cairan pembersih. Merendam yoke dan field coil

assembly dan/atau armature akan merusak penyekat. Bersihkan bagian ini hanya dengan menggunakan kain saja.

2. Jangan merendam drive unit di dalam cairan pembersih. Overrun clutch sudah diberi pelumas oleh pabrik pembuatnya dan deterjen akan menghilangkan pelumas tersebut dari clutch.

3. Drive unit bisa dibersihkan dengan brush yang dicampur dengan deterjen dan dibersihkan dengan kain kering.

33 Training Material & Development

Page 34: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

9. Spark plug

9.1 Spark plug test

1. Remove the spark plug and connect to the spark plug cable.

2. Ground the spark plug outer electrode, and crank the engine.

3. Check to be sure that there is an electrical discharge between the electrodes at this time. [CAUTION] When replacing the spark plug, should use the genuine parts having resistance.

9.2 Spark plug cables test

1. Disconnect, one at a time each of the spark plug cables while the engine is idling to check whether the engine's running performance changes or not.

[CAUTION] Wear rubber gloves while doing so. 2. If the engine performance does not change, check the resistance of the spark plug, and

check the spark plug itself. 3. Check the cap and outer shell for cracks. 4. Measure the resistance.

[NOTE] Resistance should not be higher than 10,000Ω-per foot of cable. If resistance is higher, replace the cable.

10. Prosedur Perbaikan ECM

1. Putar kunci kontak ke posisi OFF. 2. Lepas ECM connector, ukurlah tahanan antara ground terminal pada ECM (terminal 1, 2)

dan chassis ground. 3. Periksa sambungan connector kemudian periksa terminal dari kemungkinan kendur, kabel

putus, bengkok, pin rusak dan karat. 4. Perbaiki bilamana ada yang tidak normal. Bila semuanya normal, ECM kemungkinan rusak. 5. Pasang ECM pengganti (sementara) yang kondisinya bagus kemudian periksa kerjanya.

Jika problemnya hilang, ganti ECM.

34 Training Material & Development

Page 35: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

11. Injector Injector menyemprotkan bahan bakar berdasarkan sinyal dari ECM. Besarnya bahan bakar yang disemprotkan oleh injector ditentukan oleh waktu, melalui pemberikan energi ke solenoid valve.

11.1 Circuit diagram

Injector diagram berbeda tergantung dari modelnya

11.2 Petunjuk Troubleshooting 1. Jika pada saat panas mesin susak di-start , periksa fuel pressure dan injector apakah ada

kebocoran. 2. Jika injector tidak mau bekerja pada saat mesin diengkol, periksa item-item berikut ; Kesalahan power supply ke ECM, kesalahan sirkuit ground Kesalahan control relay Kesalahan crankshaft position (CKP) sensor, camshaft position(CMP) sensor

3. Apabila ada cylinder yang masih tetap idle ketika bahan bakarnya sudah diputus, periksa item-item dibawah ini terhadap cylinder tersebut. Injector dan harness Ignition plug dan high tension cable Tekanan kompresi

35 Training Material & Development

Page 36: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

4. Jika sistem injeksi OK namun waktu penyemprotannya diluar spesifikasi, periksa item-item dibawah ini. Pembakaran di dalam cylinder kurang (kesalahan ignition plug, ignition coil, tekanan

kompresi, dst.) Dudukan EGR valve kendur

11.3 Memeriksa Injector

11.3.1 Menggunakan hi-scan

item Tampilan

data Kondisi pemeriksaan Isi pengecekan Spesifikasi tes

0°C (32°F) Sekitar. 17ms

20°C (68) Sekitar. 35ms Injector Drive time Engine : Cranking

80°C (176 Sekitar. 8.5ms

item Tampilan

data Kondisi pemeriksaan Isi pengecekan Spesifikasi tes

Idle rpm 2.2 ~ 2.9 ms

2000 rpm 1.8 ~ 2.6 ms

Injector Drive time

• Lamps, electric cooling fan, modul aksesorimodules : semuanya OFF

• Temperatur coolant : 80 to 95°C (176 to 205°F)

• Transaxle : Neutral (P range untuk mobil A/T)

• Steering wheel : Neutral

Naik dengan cepat

Untuk menaikan

[CATATAN] Injector drive time adalah saat suplai tegangannya 11V dan kecepatan cranking kurang dari

250 rpm. Ketika temperatur coolant lebih rendah dari 0°C (32°F), ECM akan mengapikan semua

cylinder secara sekaligus. Apabila kendaraan baru [dengan masa kerja sekitar 500 km (300 miles)], injector drive time

bisa sekitar 10% lebih lama.

Item Item No. Isi Drive Kondisi

pengecekan Status Normal

01 No. 1 injector shut off

02 No. 2 injector shut off

03 No. 3 injector shut off

04 No. 4 injector shut off

05 No. 5 injector shut off

Injector Actuator test

06 No. 6 injector shut off

Engine: Idling setelah warm-up (tutup injector secara berurutan pada saat dan setelah engine warm-up; periksa kondisi idle)

Idle harus tidak stabil pada saat injector dimatikan.

36 Training Material & Development

Page 37: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

11.3.2 Menggunakan stethoscope dan voltmeter

Pemeriksa dari Suara

1. Dengan menggunakan alat stethoscope, periksa suara klik injectors pada saat idle. Pastikan bahwa suaranya terdengar lebih cepat pada saat kecepatan mesin bertambah cepat. [NOTE] Pastikan bahwa suara yang terdengar dari adjacent injector tidak terdengar sampai di delivery pipe.

]

2. Jika tidak mempunyai stethoscope, periksa kerja injector dengan jari anda. Jika tidak terasa ada getaran, periksa wiring connector, injector, atau sinyal injeksi dari ECM.

Mengukur tahanan antara terminal

1. Lepas connector pada injector.

2. Ukurlah tahanan diantara terminal tersebut.

Nilai Standar : 13 ~ 16Ω [pada 20°C (68°F)

3. Hubungkan connector ke injector.

12. CKP (CranKshaft Position) Sensor Tipe Hall Crankshaft position sensor merasakan sudaut crank (posisi piston) masing-masing cylinder dan merubahnya ke dalam bentuk pulsal. Berdasarkan input signal, ECM menghitung kecepatan mesin kemudian mengatur waktu penginjeksian bahan bakar dan waktu pengapiannya.

37 Training Material & Development

Page 38: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

12.1. Circuit diagram

12.2 Petunjuk Troubleshooting

1. Jika ada kejutan atau mesin mati secara mendadak, goyangkan crankshaft position sensor harness. Jika hal ini sebagai penyebab mesin mati, kemungkinan sambungan sensor kendur.

2. Jika tachometer terbaca 0 rpm dengan mesin diengkol, periksa apakah ada kesalahan crank angle sensor, timing belt rusak atau sistem pengapiannya ada masalah.

3. Jika dapat berputar meskipun crank angle sensor terbaca diluar spesifikasi, periksa item berikut : Kesalahan pada engine coolant temperature sensor Kesalahan pada idle speed control motor Idle speed terlalu rendah (kurang dari spesifikasi yang dianjurkan)

38 Training Material & Development

Page 39: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

12.3 Menggunakan GST

Item Kondisi pemeriksaan Isi pemeriksaan Status normal

Crankshaft

position sensor

Engine cranking

Tachometer dihubungkan (periksa

ON/OFF ignition coil dengan

tachometer)

Bandingkan kecepatan

cranking dengan hasil

pada multi-tester

Kecepatannya sama

Item Kondisi pemeriksaan Isi pemeriksaan Status normal

Saat -20°C (-4°F) 1500 ~ 1700 rpm

Saat 0°C (-32°F) 1350 ~ 1550 rpm

Saat 20°C (-68°F) 1200 ~ 1400 rpm

Saat 40°C (-104°F) 1000 ~ 1200 rpm

Crankshaft

position sensor

Idle position switch : ON

Engine : Berputar pada kecepatan

idle

Saat 80°C (-176°F) 650 ~ 850 rpm

39 Training Material & Development

Page 40: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

12.4 Prosedur pemeriksaan harness

Tipe Magnetic

Crankshaft position sensor, berisi magnet dan coil, letaknya dekat dengan flywheel. Sinyal tegangan dari crankshaft position sensor ini digunakan oleh ECM untuk mengetahui putaran mesin dan posisi crankshaft.

40 Training Material & Development

Page 41: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

12.5. Circuit diagram

12.6 Prosedur pemeriksaan harness

12.7 Pemeriksan sensor

1. Lepas crankshaft position sensor connector. 2. Ukurlah tahanan antara terminal 1 dan 2.

Standard value :0.486 ~ 0.594kΩ at 20°C (68°F)

41 Training Material & Development

Page 42: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

3. Jika tahanannya menyimpang dari nilai standar, ganti sensor.

Nilai standar Celah antara crankshaft position sensor dan roda : 0.5 ~ 1.5 mm (0.020 ~ 0.059 in.)

Momen pengencangan Crankshaft position sensor : 9 ~ 11 Nm (90 ~ 110 kg·cm, 6.6 ~ 8.1 lb·ft)

13. MFI control relay

Pada saat kunci kontak ON, power battery dikirim ke ECM, injector, MAP sensor, dst. Ketika kunci kontak diputar ke ONt, arus akan mengalir dari ignition switch melalui current relay coil ke ground.

13.1 Circuit diagram

42 Training Material & Development

Page 43: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

13.2 Harness inspection procedures

13.3 MFI control relay inspection

1. Check continuity of relay contacts between terminals 5 (+) and 1 (-).

Relay coil (between terminal 2 & 4) Continuity

When de-energized No

When energized Yes

2. If faulty, replace the MFI control relay.

Tightening torque

:

lb·ft)

MFI control relay

7 ~ 11 Nm (70 ~ 110 kg·cm, 5.2 ~ 8.1

43 Training Material & Development

Page 44: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

14. Ignition coil

Pada saat ignition power transistor dihidupkan oleh sinyal dari ECM, ECM mengirimkan sinyal tersebut ke ignition coil, kemudian arus primer diputus dan selanjutnya tegangan tinggi diinduksikan di dalam coil sekunder. 14.1 Circuit diagram

14.2 Prosedur pemeriksaan harness

44 Training Material & Development

Page 45: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

14.3 Memeriksa ignition coil

1. Mengukur tahanan primary coil resistance

Ukurlah tahanan primary coil antara

terminal 1 dan 2.

2. Mengukur tahanan secondary coil

Ukurlah tahanan secondary coil diantara terminal tegangan tinggi cylinder No.1 dan No.4, dan antara terminal tegangan tinggi cyinder No.2 dan No.3.

Nilai standard : 13.0Ω ± 15%

[PERHATIAN] Pastikan, ketika mengukur tahanan pada secondary coil, untuk melepas connector pada ignition coil.

45 Training Material & Development

Page 46: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

Bab 3 Studi Kasus

Case 1

1. Model : XG 2003 MY

2. Kilometer : 2244 Km

3. Gejala : Tidak bisa di-starting.

4. Prosedur pemeriksaan:

4.1.1 Test 1 : Cranking test

Hasil : bisa Loncat ke Tes 3.

ECM

4.1.2 Test 3 : Uji loncatan bunga api dengan cara cranking dan tes kerja injector

. Hasil : tidak ada loncatan api dan injector tidak bekerja

: Item yang diperiksa : Control relay, Fuse, Control relay wiring, Ignition key,

46 Training Material & Development

Page 47: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

1. Penyebab : Control relay coil rusak.

2. Tindakan perbaikan : Ganti control relay

47 Training Material & Development

Page 48: Step 3 ENGINE Diagnosis in Starting System (bhs indo)

Diagnosa pada Starting System

Kasus 2

1. Model : XD Elantra 2000 MY 2. Kilometer : 62440 Km 3. Gejala : Tidak bisa starting 4. Prosedur pemeriksaan: 4.1 Test 1 : Cranking test

Hasil : Bisa Loncat ke Tes 3. 4.2 Test 3 Uji loncatan bunga api dengan cara cranking dan tes kerja injector

Hasil : tidak ada loncata api dan injector bisa bekerja

: Item yang diperiksa : IG Coil, Wiring (ECM – IG Coil), Fuse (IG S/W, Coil)

5. Penyebab : Abnormal Ignition coil.

6. Tindakan perbaikan : Ganti Ignition coil.

48 Training Material & Development