step 1-7 skenario 1blok respi

73
SKENARIO 1 Riska Demam dan Sesak Seorang anak, Riska, 6 bulan datang diantar ibunya ke Puskesmas Rajabasa dalam keadaan sesak, dan demam tinggi sejak 3 hari yang lalu. Sebagai seorang dokter yang bertugas di KIA, anda melakukan anamnesis dan menurut ibunya riska sebelumnya ada riwayat batuk pilek sejak 2 minggu yang lalu Pada pemeriksaan fisik didapatkan RR: 60x/menit, T: 39 o C, nadi: 110x/menit. Inspeksi terlihat bayi sianosis, dispneu, NCH (+), retraksi dinding dada. Perkusi didapatkan pekak dan auskultasi terdengar ronki basah halus di basal paru dan tidak ditemukan mengi. Anda memberikan penatalaksanaan awal dan kemudian merujuknya ke Rumah sakit untuk pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih lanjut. 1

Upload: dian-laras-suminar

Post on 11-Aug-2015

84 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

SKENARIO 1

Riska Demam dan Sesak

Seorang anak, Riska, 6 bulan datang diantar ibunya ke Puskesmas Rajabasa dalam keadaan

sesak, dan demam tinggi sejak 3 hari yang lalu. Sebagai seorang dokter yang bertugas di KIA,

anda melakukan anamnesis dan menurut ibunya riska sebelumnya ada riwayat batuk pilek sejak

2 minggu yang lalu Pada pemeriksaan fisik didapatkan RR: 60x/menit, T: 39oC, nadi:

110x/menit. Inspeksi terlihat bayi sianosis, dispneu, NCH (+), retraksi dinding dada. Perkusi

didapatkan pekak dan auskultasi terdengar ronki basah halus di basal paru dan tidak ditemukan

mengi. Anda memberikan penatalaksanaan awal dan kemudian merujuknya ke Rumah sakit

untuk pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih lanjut.

1

Page 2: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

STEP 1

1. NCH (Napas Cuping Hidung) : Merupakan pernafasan cepat melalui cuping hidung yang

ditandai dengan cuping hidung yang kembang kempis. Pernafasan cuping hidung juga

merupakan salah satu gejala klinis dari penyakit pneumoni serta gejala dari bronkiolitis

yang juga merupakan usaha memenuhi fungsi pernapasan dari obstruksi saluran

pernapasan bawah

2. Mengi : wheezing

2

Page 3: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

STEP 2

1. Apakah yang menyebabkan pasien tersebut sesak nafas (dispneu) ?

2. Kenapa bisa terjadi gejala?

3. Penyakit apa sajakah yang mungkin diderita pasien jika dilihat dari skenario di

atas?

4. Bagaimanakah hubungan batuk pilek dengan sesak nafas?

5. Bagaimana dapat terjadi sianosis, NCH (+), ronki basah halus, dan leukositosis

pada pasien tersebut?

6. Bagaimanakah cara penegakan diagnosis pada skenario di atas?

7. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?

8. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus dan pencegahannya?

9. Bagaimana prognosis dari kemungkinan penyakit pada kasus?

3

Page 4: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

STEP 3

1. Penyebab sesak yang biasa terjadi pada anak antara lain:

- virus H. influenza

- Citomegalovirus

- Bakteri gram poritif ataupun negatif

- Mycoplasma pneumonia

- R. pneumonia

- allergen

- zat asing

- obat

2 . Gejala klinis yang timbul dapat disebabkan karena bakteri penyebab terisap ke paru

perifer melalui saluran nafas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah

proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu

terjadinya sebukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edama dan kuman di alveoli. Setelah itu akan

terjadi 3 stadium yaitu stadium hepatisasi merah, hepatisasi kelabu dan stadium resolusi.

3. Penyakit yang mungkin diderita pasien antara lain:

- asma

- pneumonia

- gangguan jantung

4

Page 5: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

- gangguan pencernaan

4. Mengapa batuk pilek dapat menimbulkan sesak pada pasien tersebut?

5. Mengapa terjadi sianosis, NCH (+), ronki basah halus, dan leukositosis pada pasien

tersebut?

Sianosis dibagi menjadi 2, yaitu:

- Sianosis sentral : karena adanya gangguan pada sistem pernafasan (pulmonal)

- Sianosis perifer : karena terjadi vasokontriksi pembuluh darah dan adanya gangguan

pada sistem kardiovaskuler.

NCH (+) terjadi karena adanya keadaan dispneu berat sehingga meningkatkan usaha nafas

yang berlebihan.

5

H. influenza masuk melalui inhalasi

infiltrasi ke bronkiolus dll

masuk ke alveolus

gangguan pada paru-paru

Page 6: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Ronki basah halus terjadi karena adanya cairan di parenkim paru yang menyebabkan

turbulensi udara yang masuk ke dalam paru-paru.

Leukositosis terjadi karena infeksi bakteri.

6. Bagaimanakah penegakan diagnosis terhadap skenario di atas?

- Anamnesis

Faktor predisposisi

Awitan

Lokasi (lingkungan)

- Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

- Pemeriksaan Penunjang

Bakteriologis

o Sputum

o Darah

o Aspirasi

Radiologi

Kriteria diagnosis:

- Pneumonia Berat : Retraksi disertai sesak nafas

- Pneumonia : Retraksi namun tidak disertai sesak

6

Page 7: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

7. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda pneumonia, yaitu:

Manifestasi nonspesifik infeksi, yaitu demam, sakit kepala, iritabel, gelisah,

malaise, nafsu makan berkurang, keluhan gastrointestinal.

Gejala umum saluran pernafasan bawah berupa batuk, takipnea, ekspektorasi

sputum, napas cuping hidung, sesak nafas, air hunger, merintih dan sianosis.

Tanda pneumonia berupa retraksi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara

napas melemah dan ronki.

8. Penatalaksanaan:

Suportif: pemberian oksigen, cairan dan nutrisi.

Farmakoterapi: antibiotic (beri parenteral pada rawat inap dan pemebrian oral jika

sudah stabil atau pada rawat jalan)

9. Prognosis jika pneumonia, pada bronkopneumonia lebih buruk dari pada pneumonia

loburis karena penyebabnya itu susah dihilangkan.

7

Page 8: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

STEP 4

1. Penyebab sesak yang biasa terjadi pada anak antara lain:

- Infeksi

H. influenza

Citomegalovirus

Bakteri gram poritif maupun negatif. Bakteri gram negatif merupakan penyebab 70%

pasien pneumonia meninggal dunia.

Mycoplasma pneumonia

- Noninfeksi

Imunocompromized

Kelainan otot dada

Alergen

Benda asing

Terapi (obat)

Pneumonia dapat dibagi dalam 4 kategori berdasarkan lingkungan tempat terinfeksi

(epidemiologi):

- Pneumonia Komunitas : H. influenza, Klebsiella sp.

- Pneumonia Nasokomial : Strep. pneumonia, Enterobacter sp.

- Pneumonia Aspirasi : kesadaran menurun

- Pneumonia Imunocompromized

Prognosis pneumonia dipengaruhi oleh:

- Keadaan hospes (usia, factor imunitas,

- Jenis mikroorganisme yang menginfeksi

- Lingkungan

8

Page 9: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

2 . Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di

tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di

tempat lain, misalnya di kulit. Bakteri pneumokokus secara normal berada di

tenggorokan dan rongga hidung (saluran napas bagian atas) pada anak dan dewasa sehat,

sehingga infeksi pneumokokus dapat menyerang siapa saja dan dimana saja, tanpa

memandang status sosial. Percikan ludah sewaktu bicara, bersin dan batuk dapat

memindahkan bakteri ke orang lain melalui udara. Terlebih dari orang yang berdekatan

misalnya tinggal serumah, tempat bermain, dan sekolah. Jadi, siapa pun dapat

menularkan kuman pneumokokus.Bakteri masuk ke dalam paru-paru melalui udara, akan

tetapi kadang kala juga masuk melalui sistem peredaran darah apabila pada bagian tubuh

kita ada yang terinfeksi. Sering kali bakteri itu hidup pada saluran pernafasan atas yang

kemudian masuk ke dalam arteri. Ketika masuk ke dalam alveoli, bakteri melakukan

perjalanan diantara ruang antar sel dan juga diantara alveoli. Dengan adanya hal tersebut,

sistem imun melakukan respon dengan cara mengirim sel darah putih untuk melindungi

paru-paru. Sel darah putih (neutrofil) kemudian menelan dan membunuh organisme

tersebut serta mengeluarkan sitokin yang merupakan hasil dari aktivitas sistem imun itu.

Hal ini yang mengakibatkan terjadinya demam, rasa dingin (menggigil), lemah yang

merupakan gejala umum dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ataupun jamur.

Neutrofil, bakteri, dan cairan mempengaruhi keadaan sekitarnya dan juga mempengaruhi

transportasi O2.Perjalanan bakteri dari paru-paru ke dalam peredaran darah

mengakibatkan penyakit yang serius seperti sepsis, yaitu suatu keadaan tekanan darah

rendah yang kemudian mempengaruhi sistem faal otak, ginjal, dan jantung. Adapun cara

mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui:

- Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar

- Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain

- Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.

Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadia, yaitu : (1) stadium kongesti: kapiler

melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih ,Bakteri dalam

jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag. (2) Stadium hepatisasi merah: lobus

9

Page 10: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak menggabung udara, warna mernjadi

merah dan pada perabaan seperti hepar. Di dalam alveolus didapatkam fibrin, leukosit

neutrofil eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat

pendek. (3) stadium hepatsasi kelabu: lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi

pucat kelabu. Permukaan pleura suram karna diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin

dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus. Kapiler tidak lagi kongesif.(4)

stadium resolusi: eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit

menglami nekrosis dan degenarasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Secara

patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi

sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan

antibiotika urutan stadium khas ini tidak terlihat.

3. Penyakit yang mungkin diderita pasien yaitu: pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit

peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus,

mikoplasma, jamur atau bahan kimia /benda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya

ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi (ventilation perfusion mismatch). Gejala umum

dari penyakit paru antara lain:

- batuk

- dahak

- batuk darah (hemoptysis)

- dispneu

- nyeri dada

Gejala klinis dan tanda yang biasa terlihat pada pneumonia yang disebabkan bakteri:

- demam menggigil

- dispneu

10

Page 11: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

- nyeri kepala dan otot

- gangguan nasofaring ringan

- mual muntah

- leukositosis

- denyut nadi cepat

- sputum yang berwarna

Gejala klinis dan tanda yang biasa terlihat pada pneumonia yang disebabkan Mycoplasma:

- selama ± 12hari

- demam

- ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas

- nyeri tenggorokan

Pneumonia memiliki beberapa tahapan (stadium) dalam perjalanan penyakitnya.

- Stadium kongesti : Eksudat jernih masuk ke dalam sistem pernafasan.

- Hepatisasi merah : Eritrosit masuk ke dalam alveolus dan terjadi leukositosis.

- Hepatisasi kelabu : Terjadi fagositosis oleh leukosit PMN.

- Stadium resolusi : Terjadi reabsorbsi eksudat oleh makrofag.

4. Mengapa batuk pilek dapat menimbulkan sesak pada pasien tersebut?

11

Page 12: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

5. Mengapa terjadi sianosis, NCH (+), ronki basah halus, dan leukositosis pada pasien

tersebut?

Sianosis terjadi karena adanya gangguan perfusi paru-paru. Berikut perjalanan penyakitnya.

12

H. influenza masuk melalui inhalasi

merusak epitel saluran

pernafasan

dihasilkanlah mukus

terjadi obstruksi bronkus

infiltrasi ke bronkiolus dll

masuk ke alveolus

gangguan pada paru-paru

gangguan perfusiterjadi gangguan pertukaran O2

dan CO2

CO2 darah > O2 darah

Hb ikat CO2 lebih banyak

sianosis

Page 13: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

6. Bagaimanakah penegakan diagnosis terhadap skenario di atas?

a. Anamnesis

Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan infeksi saluran nafas

akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus menerus, sesak, kebiruan

disekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada. Biasanya anak lebih

suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala non spesifik

seperti hipotermi, penurunanan kesadaran, kejang atau kembung sehingga sulit dibedakan

dengan meningitis, sepsis atau ileus.

Faktor predisposisi : depresi imun?, penyakit kronis?

Awitan : akut?, kronis?

Lokasi (lingkungan) : komunitas?, rumah sakit?

b. Pemeriksaan Fisik

Tanda yang mungkin ada adalah  suhu ≥ 390 C, dispnea : inspiratory effort ditandai dengan

takipnea, retraksi (chest indrawing), nafas cuping hidung dan sianosis. Gerakan dinding toraks

dapat berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup. Pada pemeriksaan

auskultasi paru dapat terdengar  suara nafas  utama  melemah atau mengeras, suara nafas

tambahan berupa ronki basah halus di lapangan paru yang terkena

Inspeksi : sianosis, sesak nafas, nafas cuping hidung

Palpasi : retraksi dinding dada, takipneu

Usia Normal (x/menit) Takipneu (x/menit)

0-2 bulan 20-30 ≥ 60

2-15 bulan 30-40 ≥ 50

16 bulan-5 tahun 20-30 ≥ 40

>5 tahun 15-25 ≥ 30

Perkusi : tidak ada organomegali, pekak pada fase hepatisasi kelabu

Auskultasi : ronki basah halus

c. Pemeriksaan Penunjang

13

Page 14: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Pada pneumonia pneumococcus gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000

– 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan

tenggorokan dan 30% dari darah. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat

albuminuria ringan karna suhu yang naik dan sedikit torak hilin. Pneumonia pneumokokus tidak

dapat dibedakan dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain atau virus, tanpa pemeriksaan

mikrobiologi. Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis

bergeser ke kiri. Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan

keadaan hipoksemia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal

atau meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolik,

dan gagal nafas. Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat

membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan awal. Pada foto

dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru. Luasnya kelainan

pada gambaran radiologis biasanya sebanding dengan derajat klinis penyakitnya, kecuali pada

infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat daripada keadaan klinisnya.

Gambaran lain yang dapat dijumpai :

Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobaris

Penebalan pleura pada pleuritis

Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura,

pneumomediastinum, pneumotoraks, abses, pneumatokel

Bakteriologis

o Sputum : dengan kultur, dapat ditemukan mikroorganisme spesifik penyebab

pneumonia

o Darah : leukositosis ( >15.000/mm3)

o Aspirasi

Radiologi : air bronchogram

7 . Pneumonia: anamnesis bisa ditemukan riwayat ISPA, batuk, demam, sesak napas dan napas

cepat.

Kriteria nafas cepat:

14

Page 15: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

umur < 2 bulan: >/ 60 kali per menit

umur 2 bulan -< 12 bulan: >/ 50 kali per menit

umur 12 bulan –5 tahun: >/ 40 kali per menit

Pada pemeriksaan fisik: inspeksi ditemukan NCH, retraksi dinding dada, sianosis.

Pada palpasi retraksi dinding dada. Pada perkusi ditemukan suara paru pekak. Dan

auskultasi terdengar ronki basah bukan wheezing.

Bronchitis: anamnesis bisa ditemukan batuk yang tidak spesifik.

Bronkiolitis: anamnesis bisa ditemukan riwayat ISPA, batuk, demam, sesak napas

dan napas cepat. Pada pemeriksaan fisik: inspeksi ditemukan NCH, retraksi dinding

dada, sianosis, takikardia. Pada palpasi retraksi dinding dada. Auskultasi terdengar

ronki kering/wheezing akibat obstruksi jalan napas.

Asma: anamnesis bisa ditemukan riwayat asma dalam keluarga dan sebelum sesak

penderita terkena allergen. Pada pemeriksan fisik didapatkan sesak yang susah

mengeluarkan napas.

8 . Penatalaksanaan:

Suportif: pemberian oksigen, cairan dan nutrisi (untuk mengurangi factor resiko

karena malnutrisi dan agar tidak mudah terkena infeksi)

Farmakoterapi: antibiotik (beri parenteral pada rawat inap dan pemebrian oral jika

sudah stabil atau pada rawat jalan). Pemilihan antibiotic harus sesuai etiologi.

Pencegahan:

Pemberian nutrisi dan ASI eksklusif

Hati-hati kontaminasi alat dan lingkungan

Pemberian imunisasi seperti campak dan cacar karena komplikasi dari penyakit ini

adalah pneumonia

9 . Penyebab kematian biasanya disebabkan bakteriemi pada penderita pneumonia serta

tergantung komplikasinya.

15

Page 16: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

STEP 5. LEARNING OBJECTIVE

1. MEKANISME PERTAHANAN SISTEM PERNAFASAN

2. PNEUMONIA PADA ORANG DEWASA

3. ASPIRASI PNEUMONIA

4. FAKTOR PREDISPOSISI PNEUMONIA

5. BRONKOPNEUMONIA

6. KOMPLIKASI BRONKOPNEUMONIA

7. DIAGNOSIS BANDING PNEUMONIA

8. INDIKASI RAWAT INAP BRONKOPNEUMONIA

9. PATOGENESIS RONKI BASAH DAN KERING

10. PADA BRONKOPNEUMONIA BOLEH ATAU TIDAK DIBERIKAN SALBUTAMOL

STEP 6 . BELAJAR MANDIRI

STEP 7

16

Page 17: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

1. MEKANISME PERTAHANAN SISTEM PERNAPASAN

Mekanisme pertahanan tubuh yang melindungi patu berupa :

1). Mekanisme yang berkaitan dengan faktor fisik, anatomik dan fisiologik

2). Mekanisme mukus

3). Mekanisme fagostik dan inflamasi

4). Mekanisme respon imun

MEKANISME YANG BERKAITAN DENGAN FAKTOR FISIK, ANATOMIK DAN

FISIOLOGIK

a). Deposisi partikel

- Partikel yang masuk kedalam sistem pernafasan ukuran >10 tertangkap dirongga

hidung.

- Partikel yang berukuran 5-10 tertangkap dibronkus dan percabangannya.

- Partikel yang berukuran <3 dapat masuk kedalam alveoli. Tertangkap partikel tersebut

disebabkan karena partikel menabrak dinding saluran pernafasan dan adanya

kecenderungan patikel untuk mengendap

b). Reflek batuk

- Mekanisme refleks akibat iritasi percabangan trakeobronkial yang sangat penting untuk

menjaga agar jalan nafas tetap terbuka dengan cara menyingkirkan hasil sekresi, dan

menghalangi benda asing yang masuk.

- Rangsangan yang dapat menimbulkan batuk : rangsangan mekanik, kimia, 2

paradangan.

17

Page 18: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

MEKANISME ESKASI MUKUS

- Mukus dihasilkan oleh silia yang terdapat pada dinding saluran pernafasan mulai dari

larink sampai bronkiolus terminal.

- Silia bergerak 14 kali perdetik

- Normalnya orang dewasa menghasilkan mukus sekitar 100 ml dalam saluran nafas setiap

hari

- Jika terdapat mukus yang berlebihan

Proses normal pembersihan mungkin tidak efektif lagi

Mukus tertimbun

Membran mukosa terangsang

Mukus dibatukkan keluar sebagai sputum

MEKANISME FAGOSTIK DAN INFLAMASI

- Partikel dan mikroorganisme yang terdeposisi akn difagosit oleh sel-sel yang bertugas

mempertahankan tubuh yaitu:

Makrofag

Sel PMN (polimorfonuklear)

# Makrofag – dijar.pan terdapat sel makrofag alveolar

# Berukuran besar dengan diameter 15-50 ...

# Perkembangandari sel monosit yang dihasilkan oleh sumsum tulang

# Didalam sitoplasma, terdapat macam-macam granula yang berisi enzim.

18

Page 19: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Sel PMN (Normal ada disaluran nafas): jik mo yang masuk tidak dapat diatasi maka

makrofog mengeluarkan aktivatif dan faktor kemotaktik yang menarik PMN untuk

memfagosit dan membunuh.

Alveoll m.o

MEKANISME RESPON IMUN

Ada 2 macam komponen didalam sistem imun :

1. Mekanisme humoral

- Melibatkan aktivitas limposit dan antibodi

- Antibodi didalam sistem pernafasan

IgA: penting dinasofaring dan saluran udara pernafasan bagian atas dan merupakan

produk lokal.

IgG: berperan untuk menggunakan partikel, menetralkan toksin, mengaktifkan

kompleman 2melisiskan bakteri gram negatif

2. Mekanisme seluler

- Yang berperan adalah limposit

CD4 + (sel thelper)

CD3+ (sel tsupresor 2 sel tsitoroksik)

- Sangat penting untuk melindungi tubuh melawan bakteri yang tumbuh secara intraseluler.

2. PNEUMONIA PADA ORANG DEWASA

2.1. Definisi Pneumonia

2.1.1. Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya

berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995)

2.1.2. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas

setempat. (Zul, 2001)

19

Page 20: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

2.1.3. Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang

mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area

terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di

sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.

(Smeltzer,2001).

2.1.4. Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang

disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat

berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar

alveoli yang tidak berfungsi.(Asih,2003)

2.2. Etiologi

2.2.1. Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram

posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.

Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.

Aeruginosa.

2.2.2. Virus

Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.

Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.

2.2.3. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui

penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran

burung, tanah serta kompos.

2.2.4. Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya

menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.

2.2.5. Aspirasi

Penyerapan suatu benda oleh paru yang biasanya diakibatkan oleh : makanan,

kerosin(minyak tanah,bensin), cairan amnion, dan benda asing lain.

20

Page 21: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

2.3. Klasifikasi

Berdasarkan anatominya, pneumonia dibagi atas :

1. Pneumonia lobaris

Adalah pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau lebih yang terkena (percabangan

besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.

2. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)

Adalah pneumonia yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang

mempunyai pola penyebaran berbercak-bercak (ditandai dengan adanya bercak

infiltrate), teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronki dan meluas

ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya.

3. Pneumonia interstitialis (bronkiolitis)

Adalah radang pada dinding alveoli (interstitium) dan peribronkhial dan jaringan

interlobular.

Berdasarkan etiologi, dibagi atas :

a. Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti :

Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan  streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif

seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.

b.      Virus

Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.

Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.

c.       Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan

udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta

kompos.

d.      Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti

pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

e. Aspirasi

f. Pneumonia hipostatik

21

Page 22: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Pneumonia yang disebabkan karena bedrest terlalu lama.

Berdasarkan tempat asal penyebabnya :

1. Hospital Acquired Pneumonia (HAP) / Pneumonia nosokomial

Pneumonia yang didapatkan dari rumah sakit, didefinisikan sebagai pneumonia yang

terjadi setetalh 48 jam perawatan di rumah sakit, tanpa inkubasi. HAP meurpakan

infeksi nosokomial (rumah sakit) kedua tersering infeksi di rumah sakit, dan biasanya

disebabkan oleh bakteri. Terjadinya infeksi ini disebabkan ketidak seimbangan antara

kemampuan pertahanan tubuh penderita dibandingkan kemampuan bakteri untuk

tumbuh dan berkembang

2. Environment Acquired Pneumonia / Pneumonia Komunitas

Pneumonia berasal dari lingkungan. Penyebab terjadinya pneumonia komunitas

ini dijumpai cenderung penderita dengan faktor resiko tertentu, misalnya H. Influenza

pada pasien perokok, patogen atipikal pada lansia, gram negatif pada pasien dari

rumah jompo.

Faktor resiko terjadinya pneumoni komunitas adalah (1) usia > 65 th, (2) infeksi pada

paru yang multilobuler / nekrotikans, (3) penyakit penyerta seperti (infeksi paru

kronis, DM, gagal ginjal kronik, gagal jantung, gangguan hati), (4) gangguan fungsi

organ lainnya.

Berdasarkan sindrome klinis :

1. Pneumonia Bakterial

Pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae adalah pneumonia

bakterialis yang paling umum dan paling prevalen setara musim dingin dan musim

semi ketika infeksi traktus respiratorius atas paling sering terjadi. Kondisi ini dapat

terjadi sebagai bentuk bronkopneumonia/lobaris pada pasien segala kelompok usia

dan dapat menyertai penyakit pernafasan yang baru saja dialami.

2. Pneumonia Atipikal

Pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma, fungus, klamidia, demam-Q,

penyakit Legionnaires, Pneumocystis carinii dan virus termasuk kedalam sindrom

22

Page 23: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

pneumonia atipikal. Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal

primer yang paling umum. Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi oleh

membran berlapis 3 tanpa dinding sel.

Berdasarkan frekuensi nafas, tarikan dinding dada bagian bawah, bunyi nafas/stridor :

1. Pneumonia

Batuk, demam lebih dari 38°C disertai sesak nafas. Frekuensi nafas lebih dari

40x/menit, ada tarikan dinding dada bagian bawah. Pada auskultasi didapati bunyi

stridor pada paru.

2. Non Pneumonia

Bila bayi dan balita batuk, demam 38°C tidak disertai nafas cepat lebih dari

40x/menit, tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada bunyi stridor

pada paru.

Umur Nafas normal Nafas cepat (takipnea)

0-2 bulan

2-12 bulan

1-5 tahun

30—50 x/menit

25-40 x/menit

20-30 x/menit

60 x/menit

50 x/menit

40 x/menit

(sumber : Pedoman perhitungan frekuensi nafas, WHO).(lilik dan akhyar 2009)

2.4. FAKTOR RESIKO

Faktor Risiko

Beberapa kelompok-kelompok mempunyai faktor risiko yang lebih tinggi

untuk terkena pneumonia, yaitu antara :

o Usia lebih dari 65 tahun

o Merokok

o Malnutrisi baik karena kurangnya asupan makan ataupun dikarenakan

o penyakit kronis lain.

o Kelompok dengan penyakit paru, termasuk kista fibrosis, asma, PPOK, dan

o emfisema.

23

Page 24: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

o Kelompok dengan masalah-masalah medis lain, termasuk diabetes dan penyakit

jantung. Kelompok dengan sistem imunitas dikarenakan HIV, transplantasi organ,

kemoterapi atau penggunaan steroid lama.

o Kelompok dengan ketidakmampuan untuk batuk karena stroke, obat-obatan

sedatif atau alkohol, atau mobilitas yang terbatas.

o Kelompok yang sedang menderita infeksi traktus respiratorius atas oleh

virus(IKA FKUI,1995).

Faktor yang meningkatkan resiko berjangkitnya pneumonia

Umur dibawah 2 bulan

Jenis kelamin laki-laki

Gizi kurang

Berat badan lahir rendah

Tidak mendapat ASI memadai

Polusi udara

Kepadatan tempat tinggal

Imunisasi yang tidak memadai

Membedong bayi

Defisiensi vitamin A

Faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat pneumonia

a. Umur dibawah 2 bulan

b. Tningkat sosio ekonomi rendah

c. Gizi kurang

d. Berat badan lahir rendah

e. Tingkat pendidikan ibu rendah

f. Tingkat pelayanan kesehatan rendah

g. Kepadatan tempat tinggal

h. Imunisasi yang tidak memadai

i. Menderita penyakit kronis ((Underwood, 2000).

2.5. MANIFESTASI KLINIS

24

Page 25: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Menurut Said (2008), dalam ahmad ghozali,2010 menyatakan gambaran klinis

pneumonia secara umum adalah sebagai berikut :

1. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu

makan, keluhan GIT seperti mual, muntah atau diare: kadang-kadang ditemukan

gejala infeksi ekstrapulmoner.

2. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas

cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.

2.6. PATOFISIOLOGI

Di antara semua pneumonia bakteri, patogenesis dari pneumonia pneumokokus

merupakan yang paling banyak diselidiki. Pneumokokus umumnya mencapai alveoli lewat

percikan mukus atau saliva. Lobus bagian bawah paru-paru paling sering terkena karena efek

gravitasi. Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas

terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :

a. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein

keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor,

disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.

b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir

setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar, bersama-

sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga dikeluarkan dari

kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru

tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip

hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti hepar).

c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin yang

berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru tampak

kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam

alveoli yang terserang.

d. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan

direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan mempertahankan

arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali pada strukturnya

semula.(Underwood, 2000 : 392).

25

Page 26: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

2.7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m dengan

pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi

paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat menentukan / mencari

etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya

dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto rontgen dilakukan untuk

melihat :

1. Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.

2. Luas daerah paru yang terkena.

3. Evaluasi pengobatan

Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu atau

beberapa lobur.

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan gas darah

2. Pemeriksaan Radiologi (foto thoraks)

3. Pemeriksaan penunjang (histologi dan serologi )

4. Pemeriksaan fungsi paru

2.8. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Antibiotik

Antibiotik yang sering digunakan adalah penicillin G. Mediaksi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin dan sefalosporin generasi pertama.

b. Kortikosteroid

Kortikosteroid diberikan pada keadaan sepsis berat.

c. Inotropik

Pemberian obat inotropik seperti dobutamin atau dopamine kadang-kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal pre renal.

d. Terapi oksigen

26

Page 27: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Terapi oksigen diberikan dengan tujuan untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau

saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan analisa gas darah.

e. Nebulizer

Nebulizer digunakan untuk mengencerkan dahak yang kental. Dapat disertai nebulizer untuk pemberian bronchodilator bila terdapat bronchospasme.

f. Ventilasi mekanis

Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia :

Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan oksigen 100 % dengan

menggunakan masker

Gagal nafas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress, dengan atau

didapat asidosis respiratorik.

Respiratory arrest

Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.

3. ASPIRASI PNEUMONIA

        Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.yang

disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang bersal dalam tubuh maupun di luar tubuh

penderita. Pemeriksaan histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa

alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan

berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi.

Etiologi

Terdapat 3 macam penyebab sindroma  pneumonia aspirasi, yaitu aspirasi asam lambung

yang menyebabkan  pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari oral dan oropharingeal

menyebabkan pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti mineral oil atau vegetable oil

dapat menyebabkan  exogenous lipoid pneumonia. Apirasi benda asing merupakan

kegawatdaruratan paru dan pada beberapa kasus merupakan faktor predisposisi pneumonia

bakterial.

27

Page 28: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Patogenesis

Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru, keadaan ini

disebabkan mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya mikroorganisme (bakteri) didalam

paru merupakan akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan

lingkungan, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit.

Masuknya mikroorganisme ke saluran napas dan paru dapat melalui berbagai cara yaitu:

         Inhalasi langsung dari udara

         Aspirasi bahan- bahan yang ada di nasofaring dan orofaring

         Perluasan langsung dari tempat lain

         Penyebaran secara hematogen.

Patofisiologi

Aspirasi merupakan hal yang dapat  terjadi pada setiap orang.Di sini terdapat peranan aksi

mukosilier dan makrofag alveoler dalam pembersihan material yang teraspirasi. Terdapat 3

faktor determinan yang berperan dalam  pneumonia aspirasi, yaitu sifat material yang

teraspirasi, volume aspirasi, serta faktor defensif host.

Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat dibedakan antara

berbagai penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan terjadi pada parenkim

disertai bronkiolitis dan gangguan interstisial. Perubahan patologis meliputi kerusakan

epitel, pembentukan mukus dan akhirnya terjadi penyumbatan bronkus. Selanjutnya terjadi

infiltrasi sel radang peribronkial (peribronkiolitis) dan terjadi infeksi baik pada jaringan

interstisial, duktus alveolaris maupun dinding alveolus, dapat pula disertai pembentukan

membran hialin dan perdarahan intra alveolar. Gangguan paru dapat berupa restriksi, difusi

dan perfusi.

Gejala klinis

            Biasanya didahului infeksi saluran nafas akut bagian atas selama beberapa hari,

kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh kadang melebihi 40o celcius, sakit

28

Page 29: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

tenggorokan, nyeri pada otot- otot dan sendi. Kadang disertai batuk, dengan sputum

mukoid atau purulen dan dapat disertai dahak.

Diagnosis

Untuk mendiagnosis pneumonia aspirasi, tenaga kesehatan harus melihat gejala pasien

dan temuan dari pemeriksaan fisik. Keterangan dari foto polos dada, pemeriksaan darah

dan kultur sputum mungkin juga bermanfaat. Foto torak biasanya digunakan untuk

mendiagnosis pasien di rumah sakit dan beberapa klinik yang ada fasilitas foto polosnya.

Namun, pada masyarakat (praktek umum), pneumonia biasanya didiagnosis berdasarkan

gejala dan pemeriksaan fisik saja. Mendiagnosis pneumonia bisa menjadi sulit pada

beberapa orang, khususnya mereka dengan penyakit  penyerta lainnya. Adakalanya CT

scan dada atau pemeriksaan lain diperlukan untuk membedakan pneumonia dari penyakit

lain.

Orang dengan gejala pneumonia memerlukan evaluasi medis. Pemeriksaan fisik oleh

tenaga kesehatan mungkin menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh, peningkatan laju

pernapasan, penurunan tekanan darah , denyut jantung yang cepat dan rendahnya saturasi

oksigen, yang merupakan jumlah oksigen di dalam darah yang indikasikan oleh oksimetri

atau analisis gas darah. Orang dengan kesulitan bernapas, yang bingung, atau memiliki

sianosis memerlukan perhatian segera.

Pemeriksaan fisik tergantung pada luas lesi di paru. Pada pemeriksaan terlihat bagian

yang sakit tertinggal waktu bernapas, fremitus raba meningkat disisi yang sakit. Pada

perkusi ditemukan redup, pernapasan bronkial, ronki basah halus, egofoni, bronkofoni,

“whispered pectoriloquy”. Kadang- kadang terdengar bising gesek pleura (pleural friction

rub). Distensi abdomen terutama pada konsolidasi pada lobus bawah paru, yang perlu

dibedakan dengan kolesistitis dan peritonitis akut akibat perforasi.

Pemeriksaan Penunjang

a. Gambaran Radiologis

29

Page 30: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

            Pemeriksaan yang penting untuk pneumonia pada keadaan yang tidak jelas adalah

foto polos dada. Foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk

menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi

dengan “air bronchogram”, penyebaran bronkogenik dan interstitial dengan atau  tanpa

disertai gambaran kaviti pada  segmen  paru yang terinfeksi. Gambaran lusen disertai

dengan infiltrat menunjukkan nekrotik pneumonia. Air fluid level mengindikasikan abses

paru atau fistula bronkopleura.Sudut costofrenicus yang blunting dan meniscus yang positif

menunjukkan para pneumonic pleural effusion.

b. Pemeriksaan Laboraturium

Pemeriksaan darah lengkap mungkin menunjukkan jumlah leukosit yang meningkat

(lebih dari 10.000/mm3, kadang- kadang mencapai 30.000/mm3), yang mengindikasikan

adanya infeksi atau inflamasi. Tapi pada 20% penderita tidak terdapat leukositosis. Hitung

jenis leukosit “shift to the left”. LED selalu naik. Billirubin direct atau indirect dapat

meningkat, oleh karena pemecahan dari sel darah merah yang terkumpul dalam alveoli dan

disfungsi dari hepar oleh karena hipoksia. Untuk menentukan diagnosa etiologi diperlukan

pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Analisis gas darah menunjukan hipoksemia

dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

Penatalaksanaan

Dalam hal penatalaksanaan penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya.

Jika keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi untuk dirawat, maka dapat dilakukan rawat

jalan. Juga perlu diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat

meningkatkan risiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya

Streptococcus pneumoniae yang resisten penisilin. Yang termasuk dalam faktor modifikasi

adalah:

1.      Pneumokokus resisten terhadap penisilin

a.       umur lebih dari 65 tahun

b.      memakai obat-obat golongan β-laktam selama tiga bulan terakhir

c.       pecandu alkohol

d.      penyakit gangguan kekebalan

30

Page 31: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

e.       penyakit penyerta yang multipel

2.      Bakteri enterik Gram negatif

a.       penghuni rumah jompo

b.      mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru

c.       mempunyai kelainan penyakit yang multipel

d.      riwayat pengobatan antibiotik

3.      Pseudomonas aeruginosa

a.       bronkiektasis

b.      pengobatan kortikosteroid >10 mg/hari

c.       pengobatan antbiotik spektrum luas >7 hari pada bulan terakhir

d.      gizi kurang

Berdasarkan kesepakatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), kriteria yang

dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia komuniti adalah:

1. Skor PORT >70

2. Bila Skor PORT kurang ≤70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah

satu dari kriteria di bawah ini.

a. frekuensi napas >30/menit

b. PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg

c. Foto toraks paru menunjukan kelainan bilateral

d. Foto toraks paru melibatkan >2 lobus

e. Tekanan sistolik <90 mmHg

f. Tekanan diastolik <60 mmHg

3. Pneumonia pada penggunaan NAPZA

Penderita yang memerlukan perawatan di ruang rawat intensif adalah penderita yang

mempunyai paling sedikit 1 dari 2 gejala mayor tertentu (membutuhkan ventilator dan

vasopresor >4 jam ) atau 2 dari 3 gejala minor (Tekanan sistolik < 90 mmHg, Foto toraks

paru menunjukan kelainan paru bilateral, PaO2 < 250mmHg). Kriteria mayor dan minor

bukan merupakan indikasi untuk perawatan ruang intensif.

31

Page 32: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Penatalaksanaan pneumonia komuniti dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Penderita rawat jalan

a. pengobatan suportif / simptomatik

i. istirahat di tempat tidur

ii. minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi

iii. bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas

iv. bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran

b. pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai dengan bagan) kurang dari 8 jam

2. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa

a. pengobatan suportif / simptomatik

i. pemberian terapi oksigen

ii. pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit

iii. pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik dan mukolitik

b. pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai dengan bagan) kurang dari 8 jam

3. Penderita rawat inap di ruang rawat intensif

a. pengobatan suportif / simptomatik

i. pemberian terapi oksigen

ii. pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit

iii. pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik dan mukolitik

b. pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai dengan bagan) kurang dari 8 jam

c. bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik

Penderita pneumonia berat yang datang ke Unit Gawat Darurat (UGD) diobservasi

tingkat kegawatannya. Bila dapat distabilkan maka penderita dirawat inap di ruang rawat

biasa; bila terjadi respiratory distress maka penderita dirawat di ruang rawat intensif.

Antibiotik masih tetap merupakan pengobatan utama pada pneumonia aspirasi.

Pemilihan antibiotik dan durasi pengobatan bergantung pada suspek organisme ataupun

yang telah terbukti. Bakteri patogen yang umumya menyebabkan pneumonia aspirasi

32

Page 33: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

adalah stafilokokkus aureus, Escherichia coli, klebsiella, dan juga enterobacter maupun

pseudomonas.  Klindamisin merupakan antibiotik pilihan pertama, alternatif lainnya

adalah amoxicilin dan asam klavulanat, dan juga metronidazole. Penggunaan

metronidazol dapat merupakan alternatif pengobatan secara tunggal tidak dianjurkan

karena tingkat kegagalan yang tinggi. Golongan makrolid, sefalosporin dan

fluorokuinolon merupakan alternatif  lini kedua.

Komplikasi

Gagal napas dan sirkulasi

Efusi pleura

Empyema

Abses paru

Sepsis

Prognosis dan mortalitas

Dengan pengobatan, kebanyakan jenis pneumonia bakteri bisa disembuhkan

dalam satu atau dua minggu. Pneumonia bakteri mungkin lebih lama, dan pneumonia

mikoplasma mungkin memerlukan empat hingga enam minggu untuk sembuh sempurna.

Keluaran episode pneumonia tergantung seberapa sakit seseirang ketika ia pertama kali

didiagnosis.

Pencegahan

Pada pasien yang memiliki disfungsi menelan untuk menghindari aspirasi asam

lambung, diperlukan teknik kompensasi untuk mengurangi aspirasi dengan diet lunak dan

takaran yang lebih sedikit.

4. FAKTOR PREDISPOSISI PNEUMONIA

Beberapa kelompok-kelompok yang merupakan faktor predisposisi untuk terkena

pneumonia, yaitu antara :

o Usia lebih dari 65 tahun

o Merokok

33

Page 34: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

o Malnutrisi baik karena kurangnya asupan makan ataupun dikarenakan

o penyakit kronis lain.

o Kelompok dengan penyakit paru, termasuk kista fibrosis, asma, PPOK, dan

o emfisema.

o Kelompok dengan masalah-masalah medis lain, termasuk diabetes dan penyakit

jantung. Kelompok dengan sistem imunitas dikarenakan HIV, transplantasi organ,

kemoterapi atau penggunaan steroid lama.

o Kelompok dengan ketidakmampuan untuk batuk karena stroke, obat-obatan

sedatif atau alkohol, atau mobilitas yang terbatas.

o Kelompok yang sedang menderita infeksi traktus respiratorius atas oleh

virus(IKA FKUI,1995).

Faktor yang meningkatkan resiko berjangkitnya pneumonia

o Umur dibawah 2 bulan

o Jenis kelamin laki-laki

o Gizi kurang

o Berat badan lahir rendah

o Tidak mendapat ASI memadai

o Polusi udara

o Kepadatan tempat tinggal

o Imunisasi yang tidak memadai

o Membedong bayi

o Defisiensi vitamin A

Faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat pneumonia

o Umur dibawah 2 bulan

o Tningkat sosio ekonomi rendah

o Gizi kurang

o Berat badan lahir rendah

o Tingkat pendidikan ibu rendah

o Tingkat pelayanan kesehatan rendah

34

Page 35: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

o Kepadatan tempat tinggal

o Imunisasi yang tidak memadai

o Menderita penyakit kronis ((Underwood, 2000).

5. BRONKOPNEUMONIA

A. Definisi Bronkopneumonia

Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir

yang biasanya mengenai bronkus dan juga mengenai alveolus disekitarnya.1

B. Etiologi

1. Faktor infeksi

a. Infeksi bakteri

Diplococcus Pneumoniae

Pneumococcus

Streptococcus Pneumoniae

Staphylococcus Aureus

Merupakan bakteri penyebab bronkopneumonia pada bayi dan anak-anak berumur

muda, yang berat, serius dan sangat progresif dengan mortalitas tinggi.

Eschericia Coli

b. Infeksi Virus

Respiratory Syncytial Virus, Virus Sitomegalo, Virus Influenza, Virus

Parainfluenza 1,2,3, Virus Adeno, Virus Rino, Virus Epstein-Barr

2. Faktor non infeksi

Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esofagus meliputi1,10 :

a. Bronkopneumonia lipoid

Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal,

termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan

seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan

35

Page 36: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis.

Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak

hewani yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya

seperti susu dan minyak ikan.

b. Bronkopneumonia hidrokarbon

Terjadi karena aspirasi zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin.

C. Patogenesis

Dalam keadaan sehat, paru-paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,

keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di

dalam paru-paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga

mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru-paru dapat melalui berbagai

cara, antara lain :

1. Inhalasi langsung dari udara

2. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring

3. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain

4. Penyebaran secara hematogen

Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas

sampai ke bronkus, bronkiolus dan alveoli yang menyebabkan radang pada jaringan

sekitarnya.

Mikroorganisme yang terinhalasi ke dalam saluran nafas akan menyebabkan infeksi

saluran pernafasan atas yang dapat menimbulkan gejala-gejala seperti batuk, pilek, dan

demam ringan.

Apabila hal ini tidak diobati dengan segera dan sistem imun tubuh sedang menurun

maka infeksi akan berlanjut ke saluran nafas bawah. Hal ini akan direspon dengan

mengaktivasi silia dan mengeluarkan sekresi mukus untuk mengeluarkan benda asing yang

masuk. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya batuk produktif pada penderita

bronkopneumonia.

36

Page 37: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Selain itu, mikroorganisme yang difagosit oleh makrofag akan mengeluarkan sitokin

berupa interleukin-1 (IL-1) yang mengakibatkan hipotalamus menginduksi pelepasan

prostaglandin E-2 (PGE-2) yang akan menaikkan set point. Hal inilah yang akan

menyebabkan terjadinya demam.1,10

Selanjutnya, timbul edema yang merupakan reaksi jaringan yang akan mempermudah

proliferasi kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami

konsolidasi, yaitu terjadi sebukan sel polimorfo nuklear (PMN), fibrin, eritrosit, cairan

edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah.

Kemudian, deposisin fibrin akan semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di

alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi

kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag mengalami peningkatan di alveoli, sel akan

mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut

stadium resolusi. Namun, sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan

tetap normal.9

D. Stadium

1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama)

Kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri

dalam jumlah banyak, beberapa netrofil dan makrofag.

2. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya)

Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna

menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan fibrin,

leukosit, neutrofil, eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung

sangat pendek.

3. Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari)

Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura

suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leuksoit, tempat terjadi

fagositosis pneumococcus. Kapiler tidak lagi kongestif.

4. Stadium resolusi (7-12 hari)

37

Page 38: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami

nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Secara patologi

anatomi bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai

bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotik urutan

stadium khas ini tidak terlihat.

E. Manifestasi Klinis

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama

beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai

kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan

dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.

Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah

beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.1

F. Penegakan Diagnosis

1. Anamnesis

Hal-hal yang dapat ditanyakan selama anamnesis meliputi9 :

a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, alamat, umur orang tua,

pendidikan dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan utama : sebagian besar balita penderita bronkopneumonia dibawa karena

sesak nafas.

c. Riwayat perjalanan penyakit :

Demam

Batuk dan pilek

Sesak nafas

d. Riwayat penyakit sebelumnya

e. Riwayat imunisasi

f. Riwayat makanan : ASI, PASI

g. Riwayat kontak dengan orang lain yang menderita penyakit tertentu

38

Page 39: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

h. Riwayat berobat

2. Pemeriksaan Fisik

Pada inspeksi dapat dijumpai keadaan sebagai berikut9 :

a. Gelisah

b. Malaise

c. Merintih

d. Batuk

e. Sesak nafas

f. Nafas cuping hidung

g. Retraksi dada suprasternal, intercostal ataupun subcostal

h. Sianosis

Sedangkan pada perkusi dan auskultasi bronkopneumonia dijumpai ronki basah

halus nyaring tersebar, pekak tidak nyata. Namun, perkusi dan auskultasi dari

bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisiknya tergantung pada luasnya daerah yang

terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi

mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.1

Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu ( konfluens ) mungkin pada perkusi

terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras.17

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/ mm3 dengan

predominan PMN. Terjadi pergeseran ke kiri. Leukopenia (< 5000/mm3)

menunjukkan prognosis yang buruk. Leukositosis hebat ( > 30.000/mm3) hampir

selalu menunjukkan adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan

bakteremia, dan resiko terjadinya komplikasi lebih tinggi.9

Nilai hemoglobin (Hb) biasanya tetap normal atau sedikit menurun.

Peningkatan Laju Endap Darah (LED).

39

Page 40: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur

dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab)

namun pada balita hal ini sulit untuk dilakukan.16

Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia pada kasus berat. Pada

stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.16

b. Pemeriksaan radiologi

Ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak

infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan

corakan peribronkial.16

G. Pengobatan

Pengobatan bertujuan untuk mengeradikasi infeksi, menurunkan morbiditas dan

mencegah komplikasi.

Pada bronkopneumonia, karena termasuk dalam gejala pneumonia berat maka

merupakan indikasi untuk dirawat di rumah sakit.

Pengobatan bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

1. Pemberian antibiotika polifragmasi selama 10 - 15 hari, meliputi :

a. Ampicillin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis ditambah klorampenikol dengan

dosis :

Umur < 6 bulan : 25-50 mg/KgBB/hari

Umur > 6 bulan : 50-75 mg/KgBB/hari

Dosis dibagi dalam 3-4 dosis

b. Atau ampicillin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis ditambah gentamisin dengan

dosis 3-5 mg/KgBB/hari diberikan dalam 2 dosis

c. Pada penderita yang dicurigai resisten dengan obat tersebut berdasarkan riwayat

pemakaian obat sebelumnya, atau pneumonia berat dengan tanda bahaya, atau tidak

tampak perbaikan klinis dalam 3 hari, maka obat diganti dengan cephalosporin

generasi ke-3 (dosis tergantung jenis obat) atau penderita yang tadinya mendapat

40

Page 41: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

kloramfenikol diganti dengan gentamisin dengan dosis 3-5 mg/kgBB/hr diberikan

dalam 2 dosis.

2. Terapi cairan

Cairan IV desktrose 5 % ditambah NaCl 15 %

3. Tindak lanjut

a. Pengamatan rutin :

Frekuensi nafas, denyut nadi, tekanan vena, hepatomegali, tanda asidosis, dan

tanda komplikasi.

b. Indikasi pulang :

Bila tidak sesak dan intake adekuat.

H. Komplikasi

Bila bronkopneumonia tidak ditangani secara tepat, maka komplikasinya adalah sebagai

berikut :

1. Otitis media akut (OMA) : Terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan

masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga

tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik

kedalam dan timbul efusi.

2. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru.

3. Efusi pleura.

4. Emfisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura

terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.

5. Meningitis  yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

6. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

7. Endokarditis bakterial yaitu peradangan pada katup endokardial.

I. Prognosis

41

Page 42: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Sembuh total bila didiagnosis dini dan ditangani secara adekuat. Mortalitas lebih

tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang

terlambat untuk pengobatan

6. KOMPLIKASI BRONKOPNEUMONIA

Komplikasi bronkopneumonia :

Otitis media akut (OMA) : Terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang

berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi

masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian

gendang telinga akan tertarik kedalam dan timbul efusi.

Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps

paru.

Efusi pleura.

Emfisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura

terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.

Meningitis  yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

Endokarditis bakterial yaitu peradangan pada katup endokardial.

7. DIAGNOSIS BANDING PNEUMONIA

1. Asthma Bronchiale

Umumnya asthma terdapat pada usia lebih dari 9-12 bulan, tapi terbanyak di atas usia 2

tahun. Perlu pula diketahui, bahwa 10-30 % dari anak yang menderita bronchiolitis setelah

agak besar menjadi penderita asthma.

Yang dapat membantu diagnosis asthma diantaranya, ialah :

-          Anamnesa keluarga : penderita asthma positif atau penyakit atopik

-          Serangan asthma lebih dering berulang atau episodic

-          Mulai lebih akut seringkali tidak perlu didahului oleh adanya infeksi saluran

pernapasan bagian atas.

42

Page 43: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

-          Ekspirasi yang sangat memanjang

-          Ronchi lebih terbatas

-          Pulmonary inflation lebih ringan

-          Laboratoris ditemukan eosinophilia

-          Reaksi terhadap bronchodilator pada umumnya nyata, juga epinephrine.

2.   Bronchiolitis akut

-          inflamasi di bronkiolus

-          menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun

-          karakteristik: nafas yang cepat, dada tertarik, dan wheezing

-          ditandai dengan respiratory distress dan overdistensi pada paru

-          Gambaran radiologis didapatkan hiperinflasi paru, sela iga melebar, penekanan

diafragma dan sudut costoprenikus menyempit. Diameter AP meningkat pada fotolateral.

3.      Bronchitis Acuta

-         Terjadi di bronchus

-          Gejala obstruksi dan gangguan pertukaran tidak nyata atau ringan. Ronchi : basah,

kasar.

-         Dapat berkembang menjadi bronchiolitis.

Pneumonia dengan penyebab bakteri maupun non bakteri dapat dilihat dengan perbedaan

diagnosis:

Bacterial Viral Mycoplasma

Umur Semua Semua 5-15 tahun

Waktu Musim dingin Musim dingin Semua tahun

Permulaan Abrupt Variabel Tiba-tiba

Demam Tinggi Variabel Rendah

Nafas cepat

dan dangkal

Umum Umum Tidak umum

Batuk Produktif Nonproduktif Nonproduktif

Gejala yang

menyertai

Mild coryza,

sakit abdomen

Coryza (rhinitis

akut)

Bullous myringitis,

pharingitis

Keadaan Konsolidasi, Variabel Fine crackle, wheezing

43

Page 44: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

fisik sedikit crackle

Leukositosi

s

Umum Variabel Tidak umum

Radiografi Konsolidasi Infiltrate difus

bilateral

Variabel

Ufusi pleura Umum Jarang Kecil dalam 10-20%

8. INDIKASI RAWAT INAP BRONKOPNEUMONIA

Ada kesukaran  napas, toksis.

Sianosis

Umur kurang dari 6 bulan

Adanya penyulit seperti empyema

Diduga infeksi Stafilokokus

Perawatan di rumah kurang baik.

9. PATOGENESIS RONKI BASAH DAN KERING

Bunyi nafas tambahan merupakan suara getaran dari jaringan paru yang sakit.

Semestinya, suara ini tidak ada pada kondisi normal. Bunyi nafas tersebut, di antaranya

adalah:

Ronki kering, merupakan bunyi yang terputus, terjadi oleh getaran dalam lumen saluran

nafas akibat penyempitan. Kelainan ini terjadi pada mukosa atau adanya sekret yang kental

dan lengket. Terdengar lebih jelas pada ekspirasi walaupun pada inspirasi sering terdengar

juga. Suara ini dapat terdengar di semua bagian bronkus, makin kecil diameter lumen,

makin tinggi dan makin keras nadanya. Wheezing merupakan ronki kering yang tinggi

nadanya dan panjang yang biasa terdengar pada serangan asma.

Ronki basah. Ronki basah sering juga disebut dengan suara krekels (crackles) atau rales.

Ronki basah merupakan suara berisik dan terputus akibat aliran udara yang melewati

44

Page 45: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

cairan. Ronki basah halus, sedang atau kasar tergantung pada besarnya bronkus yang

terkena dan umumnya terdengar pada inspirasi.

Ronki basah halus biasanya terdapat pada bronkiale, sedangkan yang lebih halus lagi

berasal dari alveolus yang sering disebut krepitasi, akibat terbukanya alveoli pada akhir

inspirasi. Sifat ronki basah ini dapat nyaring (infiltrat)atau tidak nyaring (pada edema

paru). Krekel dapat dihilangkan dengan batuk, tapi mungkin juga tidak. Krekels

mencerminkan inflamasi atau kongesti yang mendasarinya dan sering timbul pada kondisi

seperti pneumonia,bronkitis, gagal jantung kongesti, bronkiektasis, dan fibrosis pulmonal

serta khas pada pneumonia dan interstitial atau fibrosis.Timing (waktu) ronkhi ini sangat

penting. Ronki inspirasi awal menunjukan kemungkinan penyakit pada jalan napas kecil,

dan khas untuk hambatan jalan napas kronis. Ronki lainnya terdengar pada inspirasi awal

dan bersifat kasar sedang. Ronki berbeda dengan yang terdengar pada gagal ventrikel kiri

yang terjadi di akhir siklus pernapasan.

10. PADA BRONKOPNEUMONIA BOLEH TIDAK DIBERIKAN SALBUTAMOL

. Deskripsi Salbutamol

Nama & Struktur Kimia : 2Hydroxy 4-1-cl Hydroxy - 2tert-Butylamino-1-(4-hydroxy-3-

hydroxymethylphenyl)ethanol. (1) C13H21NO3 –

Sifat Fisikokimia : Serbuk berbentuk kristal, berwarna putih atau hampir putih. Larut

dalam alkohol, sedikit larut dalam air. Terlindung dari cahaya

          Salbutamol merupakan agen beta adrenergik yang digunakan sebagai bronkodilator

yang efektif untuk meringankan gejala asma akut dan bronkokonstriksi. Salbutamol juga

merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Tidak salah jika

obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran

pernafasan yang menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise-

induced broncospasm (penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga). Secara umum

sifat fisikokimia dari salbutamol adalah serbuk berbentuk kristal, berwarna putih atau

hampir putih. Larut dalam alkohol, sedikit larut dalam air. Terlindung dari cahaya.

45

Page 46: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Salbutamol termasuk dalam golongan Antiasma dan obat untuk penyakit paru obstruktif

kronik

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Salbutamol

1. Oral (Lebih dipilih dengan inhalasi) :

Dewasa : dosis 4mg (orang lanjut usia dan penderita yang peka awali dengan dosis awal 2

mg) 3-4 kali sehari; dosis maksimal 8mg dalam dosis tunggal ( tetapi jarang memberikan

keuntungan ekstra atau dapat ditoleransi dengan baik). Anak-anak dibawah 2 tahun : 100

mcg/kg 4 kali sehari (unlicensed); 2-6 tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari; 6-12 tahun 2 mg 3-4

kali sehari. Injeksi s.c / i.m 500mcg ulangi tiap 4 jam bila perlu.

2. Injeksi

injeksi IV bolus pelan 250 mcg diulangi bila perlu. IV infus, dosis awal 5mcg/menit,

disesuaikan dengan respon dan nadi, biasanya dalam interval 3-20 mcg/menit, atau lebih

bila perlu. Anak-anak 1-12 bulan 0,1-1 mcg/kg/menit (unlicensed).

3. Inhalasi

Dewasa : 100-200 mcg (1-2 semprot); untuk gejala yang menetap boleh diberikan sampai 4

kali sehari. Anak-anak : 100mcg (1 semprot), dapat ditingkatkan sampai 200 mcg (2

semprot) bila perlu; untuk gejala menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari. Profilaksis

pada exercise- induced bronchospasm, Dewasa 200mcg (2 semprot); anak-anak 100mcg (1

semprot), ditingkatkan sampai 200mcg (2 semprot) bila perlu. Serbuk inhalasi : Dewasa

200-400 mcg; untuk gejala yang menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari; anak-anak

200mcg. Profilaksis untuk exercise-induced bronchospasm Dewasa 400mcg; anak-anak

200 mcg.

Mekanisma Kerja

     Mekanisme kerjanya melalui stimulasi reseptor B2 di bronki yang menyebabkan

aktivasi dari adenilsiklase. Enzim ini memperkuat perubahan adenosintrifosfat (ATP) yang

kaya energi menjadi cAMP dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses-

proses dalam sel. Salbutamol digunakan untuk meringankan bronkospasm yang

berhubungan dengan asma

46

Page 47: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Mekanisme Aksi

    Salbutamol merupakan sympathomimetic amine termasuk golongan beta-adrenergic

agonist yang memiliki efek secara khusus terhadap reseptor beta(2)-adrenergic yang

terdapat didalam adenyl cyclase. Adenyl cyclase merupakan katalis dalam proses

perubahan adenosine triphosphate (ATP) menjadi cyclic-3', 5'-adenosine monophosphate

(cyclic AMP). Mekanisme ini meningkatkan jumlah cyclic AMP yang berdampak pada

relaksasi otot polos bronkial serta menghambat pelepasan mediator penyebab reaksi

hipersensitivitas dari mast cells

Penggunaan Salbutamol / Indikasi Obat

    Indikasi :

Asma bronchial

Bronchitis cronis

Empisema

Pengobatan dan pencegahan asma serta pencegahan timbulnya asma akibat olah tubuh.

    Asma merupakan penyakit kronik saluran pernafasan yang dapat menjangkiti semua

usia. Gejala-gejala yang menyertai asma menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari.

Pasien asma memiliki kepekaan saluran pernafasan yang berlebih (hipersensitif) sehingga

mudah bereaksi pada zat yang masuk ke saluran napas. Reaksi terhadap benda asing

berupa penyempitan atau pemblokan saluran napas, ditandai dengan nafas berbunyi, batuk,

tersengal, dan penyempitan rongga dada. Kondisi yang memicu asma adalah, inflamasi

(iritasi atau peradangan) atau bronchoconstriction (penciutan atau kontraksi otot di saluran

pernafasan) (farmacia, 2006)

   Pada terapi pengobatan gangguan pernafasan obat salbutamol sudah tidak asing lagi

dipergunakan. Salbutamol merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan

paling efektif. Tidak salah jika obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma. Selain

untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah

timbulnya exercise-induced broncospasm (penyempitan saluran pernafasan akibat

olahraga).

47

Page 48: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Kontraindikasi Salbutamol

    Pada hipertiroid, insufisiensi miokardial, aritmia, rentan terhadap perpanjangan interval

QT, hipertensi, kehamilan (dosis tinggi sebaiknya diberikan melalui inhalasi karena

pemberian melalui pembuluh darah dapat mempengaruhi miometrium dan dapat

mengakibatkan gangguan jantung), menyusui; diabetes mellitus, terutama pemberian

melalui pembuluh darah (pantau kadar gula darah, dilaporkan ketoasidosis) .Untuk asma

jika dosis tinggi diperlukan selama kehamilan maka sebaiknya diberikan dengan inhalasi

kaerna pemberian intravena dapat mempengaruhi miometrium. Mungkin muncul di ASI;

pabrik menyarankan untuk dihindari kecuali manfaat jauh lebih besar dari risiko- jumlah

dari obat yang diinhalasi pada ASI mungkin terlalu kecil untuk membahayakan.

Efek Samping

     Efek samping yang mungkin timbul karena pamakaian salbutamol, antara lain:

gangguan sistem saraf (gelisah, gemetar, pusing, sakit kepala, kejang,

insomnia);

nyeri dada

mual

muntah

diare

anorexia

mulut kering

iritasi tenggorokan

batuk

gatal

tachicardia

ruam pada kulit (skin rush).

Interaksi Obat

48

Page 49: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Beta blockers

          Pasien dengan asma bisa menyebabkan bronkospasm hebat

Digoxin

         Salbutamol menurunkan level serum digoxin

Diuretik

        Salbutamol akan memperburuk kondisi penderita hipokalemia

Interaksi Dengan Obat Lain :Peningkatan efek / toksisitas :Peningkatan durasi efek

bronkodilasi mungkin terjadi jika salbutamol digunakan bersama Ipratropium inhalasi.

Peningkatan efek pada kardiovaskular dengan penggunaan MAO Inhibitor, Antidepresan

Trisiklik, serta obat-obat sympathomimetic (misalnya: Amfetamin, Dopamin,

Dobutamin) secara bersamaan. Peningkatkan risiko terjadinya malignant arrhythmia jika

salbutamol digunakan bersamaan dengan inhaled anesthetic (contohnya: enflurane,

halothane). Penurunan efek: Penggunaan bersama dengan Beta-Adrenergic Blocker

(contohnya: Propranolol) dapat menurunkan efek Salbutamol. Level/efek Salbutamol

dapat turun bersama dengan penggunaan: Aminoglutethimide, Carbamazepine, Nafcillin,

Nevirapine, Phenobarbital, Phenytoin, Rifamycins dan obat lain yang dapat menginduksi

CYP3A4.

Dengan Makanan :Batasi penggunaan Caffein (dapat menyebabkan stimulasi CNS).

Pengaruh Obat

Terhadap Kehamilan : Termasuk dalam kategori C. (2) Untuk penggunaan

bronkodilator pada terapi asma, inhalasi Salbutamol masih dapat direkomendasikan

sebagai inhalasi Beta-2 Agonist yang dipilih. (2) Salbutamol dapat masuk ke dalam

plasenta, sehingga dapat menyebabkan: tocolytic effects, fetal tachycardia, fetal

49

Page 50: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

hypoglycemia secondary to maternal hyperglycemia dengan pemakaian oral maupun

intravena.

Terhadap Ibu Menyusui : Pengaruh terhadap bayi belum dapat dipastikan sehingga

perlu dipertimbangkan antara risk dan benefit. (2) Tidak diketahui apakah terdistribusi

dalam ASI. (2,3) Pada penggunaan inhaler hanya sedikit yang masuk dalam sirkulasi

sistemik ibu, sehingga secara teoritis jumlah yang terekskresi dalam ASI sangat sedikit.

Terhadap Anak-anak : Lihat leaflet dari pabrik mengenai keamanan penggunaan pada

anak-anak. Pabrik produsen Ventolin menyatakan penggunaan inhalasi aerosol pada

anak-anak perlu dilakukan dengan supervisi orang dewasa.

Terhadap Hasil Laboratorium : Meningkatkan renin, meningkatkan aldosterone.

Hal Yang Harus Diwaspadai

Memiliki riwayat alergi terhadap salbutamol atau bahan-bahan lain yang terkandung di

dalamnya. Untuk sediaan oral, sebaiknya diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah

makan.

Telan tablet salbutamol dan jangan memecah maupun mengunyahnya.

Sebaiknya berkumur setiap kali sehabis mengkonsumsi salbutamol supaya tenggorokan

dan mulut tidak kering.

Jika dibutuhkan lebih dari 1 hisapan dalam sekali pemakaian, maka beri jarak waktu

minimal 1 menit untuk setiap hisapan.

Simpan obat pada suhu kamar agar stabil (aerosol: 15-25o C; inhalasi cair: 2-25o C dan

sirup: 2-30o C)

Jika ada dosis yang terlewat, segera minum salbutamol yang terlewat. Namun jika waktu

yang ada hampir mendekati waktu pengonsumsian selanjutnya, lewati pengonsumsian

yang tertinggal kemudian lanjutkan mengkonsumsi salbutamol seperti biasa. Jangan

pernah mengkonsumsi 2 dosis dalam sekali pemakaian.

Obat-obat golongan beta blocker, seperti: propanolol, metoprolol, atenolol, dll bisa

menurunkan efek salbutamol.

Penggunaan salbutamol dosis tinggi bersamaan dengan kortikosteroid dosis tinggi akan

meningkatkan resiko hipokalemia.

50

Page 51: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

Asetazolamid, diuretik kuat dan thiazida dosis tinggi akan meningkatkan resiko

hipokalemia jika diberikan bersamaan dengan salbutamol dosis tinggi pula.

Penggunaan salbutamol bersama dengan obat golongan MAO-inhibitor (misal:

isocarboxazid, phenelzine) bisa menimbulkan reaksi yang serius. Hindari pemakaian

obat-obat golongan ini 2 minggu sebelum, selama maupun sesudah konsumsi salbutamol.

PENGGUNAAN SALBUTAMOL PADA BRONKOPNEUMONIA :

Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang

biasanya mengenai bronkus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, kerja salbutamol

sebagai bronkodilator yang merupakan antagonis reseptor beta pada otot bronkus sehingga

efektif untuk pasien bronkopneumonia.

51

Page 52: STEP 1-7 Skenario 1blok Respi

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjanis Said I, Boediman, Nastiti N. Raharjoe, Nunung Rahajoe. : Acid – Base Balance

and Blood – Gas Analysis in Bronchopneumonia in Infancy and Childhood. Paediatricia

Indonesiana 20 : 68 – 76. March – April 1980.

2. M. Hardjono Abdoerachman. : Open Comparison Study between Augmentin and

Ampicillin – Chloramphenicol in the Treatment of Bronchopneumonia in Children. Original

Article Paediatricia Indonesiana 35 : 222 – 226. 1995.

3. Soejono, Moeljono S. Trastotenojo, Harsoyo N. : Treatment of Bronchopneumonia with

Spiramycine ( Rovamycine ). Paediatricia Indonesiana 16 : 396 – 402. Sept – Oct 1976.

4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. : Pneumonia. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan

Anak. Percetakan Infomedika. Jakarta. 1985. P. 1228 – 31.

5. Arif Mansjoer, Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan. : Pneumonia. Kapita

Selekta Kedokteran. Jilid 2 Edisi 3. Media Aesculapius FKUI. Jakarta. 2000. P. 465 – 7.

6. John D Synder, Larry K Pickering. : Diare akut. Nelson Ilmu Kesehatan Anak 15 th eds. Vol

2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2000. P. 1484 – 5.

7. Aswitha Boediarso. : Tatalaksana Diare Akut Pada Anak dan Permasalahannya.

Dipresentasikan pada acara PLASMID the First Indonesian Plenary Annual Scientific

Meeting on Infectious Diseases. Jakarta. 1 – 2 Maret 2003.

52