status ujian - peb - agustus 2015

36
LAPORAN KASUS I. Identitas Pasien Nama : Ny. R Usia : 39 tahun Alamat : Jalan Cikendung No 10 RT 05 RW 01 Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : Ibu rumah tangga No RM : 771044 Masuk RS : 7 Agutus 2015 Identitas Suami Pasien Nama : Tn. S Usia : 42 tahun Alamat : Jalan Cikendung No 10 RT 05 RW 01 Agama : Islam Pendidikan : STM Pekerjaan : Karyawan II. Anamnesis Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 7 Agustus 2015 pada pukul 8.00 WIB. Keluhan Utama : Tekanan darah tinggi yaitu 180/110 mmHg pada saat pasca persalinan Keluhan Tambahan :

Upload: dudu-lee

Post on 16-Feb-2016

61 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

AAA

TRANSCRIPT

Page 1: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. R

Usia : 39 tahun

Alamat : Jalan Cikendung No 10 RT 05 RW 01

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

No RM : 771044

Masuk RS : 7 Agutus 2015

Identitas Suami Pasien

Nama : Tn. S

Usia : 42 tahun

Alamat : Jalan Cikendung No 10 RT 05 RW 01

Agama : Islam

Pendidikan : STM

Pekerjaan : Karyawan

II. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 7 Agustus 2015 pada pukul

8.00 WIB.

Keluhan Utama :

Tekanan darah tinggi yaitu 180/110 mmHg pada saat pasca persalinan

Keluhan Tambahan :

-

Riwayat Kehamilan Sekarang :

Pasien datang ke bangsal Cempaka 1, RS Polri dalam keadaan partus kala III

pada tanggal 7 Agustus 2015 pukul 01.30. Bayi perempuan telah dilahirkan spontan

di brankar tanpa bantuan persalinan saat dalam perjalan dari IGD menuju ke Cempaka

1 dengan berat badan lahir 3400 gram, panjang berat lahir 49 cm, dan Apgar Score

Page 2: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

8/9. Sekitar 15 menit kemudian, plasenta lahir spontan dengan berat 650 gram.

Setelah proses persalinan kala III selesai dilakukan observasi pada pasien. Didapatkan

tekanan darah pasien 180/110 mmHg, keadaan umum baik, pendarahan + 150cc, dan

kontraksi uterus baik.

Awalnya pasien mengetahui dirinya hamil karena mengalami terlambat

menstruasi sekitar 2 minggu. Hari pertama haid terakhir pasien adalah 15 November

2014, dan setelah lewat tanggal tersebut pasien tidak pernah menstruasi kembali. Lalu

pasien melakukan tes kehamilan menggunakan test pack dan hasilnya positif. Pasien

mulai melakukan kontrol kehamilan di bidan yang berada dalam puskesmas setempat

mulai dari kehamilan 10 minggu. Berhubung pasien tidak membawa buku antenatal

care, pasien tidak mengingat sama sekali hasil USG, tetapi menurut ingatan pasien

beliau tidak pernah mengalami keluhan atau penyulit kehamilan selama proses

kehamilan sampai dengan kurang lebih usia kehamilan 6 bulan. Pada saat kunjungan

rutin antenatal care sekitar usia kehamilan 24-25 minggu didapatkan tekanan darah

pasien yaitu 210/120 mmHg. Lalu pada kunjungan berikutnya pasien diminta

melakukan tes urin dan diperoleh protein + sehingga pasien disarankan untuk dirawat

agar dapat diobservasi perkembangan selanjutnya, tapi masien menolak Setelah itu

pasien tidak teratur kontrol akibat keterbatasan biaya dan alasan pindah rumah. Pasien

mengatakan dirinya pada awalnya rutin mengkonsumsi obat darah tinggi 2 kali sehari,

dan vitamin, namun pasien tidak mengingat nama obat tersebut. Akan tetapi mulai

dari usia kehamilan sekitar 8 bulan pasien mengaku tidak teratur mengkonsumsi obat

karena menurut pasien tidak ada gunanya. Pasien tidak pernah mengukur tekanan

darah lagi setelah itu.

Selama kehamilan pasien menyangkal adanya tekanan darah tinggi sebelum

masa kehamilan. Pasien juga menyangkal adanya demam, nyeri kepala hebat, mual

dan muntah, nyeri ulu hati, nyeri perut, penglihatan kabur, sesak nafas, maupun

kejang. Saat kehamilan gangguan BAB dan BAK disangkal oleh pasien. Pasien juga

mengaku tidak mengkonsumsi jamu-jamuan maupun obat-obatan yang tidak

dianjurkan oleh dokter selama masa kehamilan.

Riwayat Obstetri :

Status obstetri P6A0

1. Laki-laki, BBL 2700 gr, Th 1992, persalinan spontan, cukup bulan

2. Laki-laki, BBL 3400 gr, Th 1995, persalinan spontan, cukup bulan

Page 3: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

3. Perempuan, BBL 3700 gr, Th 2001, persalinan spontan, cukup bulan

4. Perempuan, BBL 3700 gr, Th 2005, persalinan spontan, cukup bulan

5. Perempuan, BBL 3500 gr, Th 2008, persalinan spontan, cukup bulan

6. Perempuan, BBL 3400 gr, Th 2015, persalinan spontan, cukup bulan

Riwayat Menstruasi :

Menarche : 14 tahun

Siklus : 28 hari, teratur

Lama : 7 hari

Dismenorrhea : disangkal

HPHT : 15 November 2014

Taksiran persalinan menurut HPHT : 8 Agustus 2015

Riwayat Seksual dan Marital :

Jumlah pasangan seksual : 1

Usia pernikahan : 24 tahun

Dispaeruni : disangkal

Riwayat Kontrasepsi :

Pasien tidak menggunakan KB

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat alergi disangkal

Riwayat hipertensi sebelum dan saat kehamilan disangkal

Riwayat diabetes mellitus disangkal

Riwayat asma disangkal

Riwayat kejang pada kehamilan disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat penyakit paru disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat alergi disangkal

Riwayat hipertensi pada ayah pasien

Riwayat diabetes mellitus pada ibu pasien

Page 4: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

Riwayat asma disangkal

Riwayat kejang pada kehamilan disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat penyakit paru disangkal

Riwayat Kebiasaan :

Riwayat kebiasaan merokok disangkal

Riwayat mengkonsumsi alkohol disangkal

Riwayat mengkonsumsi obat-obatan terlarang disangkal

Riwayat Operasi :

Riwayat operasi disangkal

Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan :

Pasien adalah ibu rumah tangga, tinggal bersama suami. Status ekonomi menengah

bawah.

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : tampak tenang

Kesadaran : compos mentis

Tinggi badan : 155

BB sebelum hamil : 46 kg

BB saat ini : 57 kg

Keadaan gizi : Baik

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 190/110 mmHg

Nadi : 100x/menit

Laju Nafas : 22x/menit

Suhu : 36,40C

Status Generalis

Kepala : Deformitas (-)

Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-

Page 5: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

Hidung : Septum nasi di tengah, sekret -/-

Telinga : Meatus akustikus eksterna +/+, sekret -/-

Mulut : Mukosa bibir merah muda, mukosa oral basah

Leher : Trakea simetris di tengah, tidak teraba pembesaran KGB,

tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid

Toraks

Pulmo :

I : Gerak napas simetris saat statis dan dinamis

P : Fremitus hemitoraks kanan=kiri

P : Sonor simetris pada kedua lapangan paru

A : Bunyi nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Cor :

I : Ictus cordis tidak terlihat

P : Ictus cordis tidak teraba

P : Batas jantung normal

A : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)

Mammae :

Bentuk : simetris

Perabaan : Kencang

Massa : tidak ada

Puting Susu : Retraksi -/-

Pengeluaran cairan/susu : tidak ada

Hiperpigmentasi areola : +/+

Abdomen

Inspeksi : Tampak cembung, linea nigra (+), striae gravidarum (+)

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), defans muskular (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi: Bising usus (+), 3-4x/menit

Punggung

Inspeksi : Deformitas (-), alignment tulang baik, lesi kulit (-)

Page 6: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

Palpasi : Fremitus kanan=kiri, nyeri tekan (-), nyeri ketok

kostovertebral (-)

Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat, CRT < 2 detik

Genitalia eksterna : tidak tampak kelainan

Kulit : turgor baik, ptechiae (-)

IV. Status Obstetri

Pemeriksaan Luar

Inspeksi : tampak cembung, linea nigra (+)

striae gravidarum (+)

Palpasi :

TFU : 1 jari bawah pusar

Kontraksi uterus : Baik

Auskultasi : Bising usus (+), 3-4x/menit

Perineal : laserasi (-)

V. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 7 Agustus 2015 pukul 03.48

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HEMATOLOGI

Hemoglobin 11,2 12-14 g/dl

Leukosit 23.300 5.000-10.000 u/l

Hematokrit 33 %

Trombosit 250.000 /ul

KIMIA KLINIK

SGOT/AST 26,6 <31 U/L

SGPT/ALT 13,4 <31 U/L

Ureum 12 10-50 mg/dl

Creatinine 0,6 0,5-1,3 mg/dl

Elektrolit

Natrium 141 135-145 mmol/l

Kalium 2,9 3,8-5,0 mmol/l

Chlorida 108 98-106 mmol/l

Page 7: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

URINE

Warna Kuning

Kejernihan Keruh

Reaksi/pH 6,0 5-8,5

Berat Jenis 1.030 1.000-1.030

Protein ++ Negatif

Bilirubin - Negatif

Glukosa - Negatif

Keton +++ Negatif

Darah/Hb - Negatif

Nitrit - Negatif

Urobilinogen 0,1 0,1-1,0

Leukosit - Negatif

Sedimen

Leukosit 2-4 /LPB

Eritrosit 1-3 /LPB

Sel Epitel +

Silinder - /LPK

Kristal Ca Oxalat ++

Lain-lain Bakteri +

VI. Resume

Ny. R, 39 tahun, G5P6A0 hamil 39 minggu, datang ke bangsal Cempaka 1, RS Polri

pada tanggal 7 Agustus 2015 dalam keadaan partus kala III, pada pukul 1.30 telah

lahir bayi perempuan dengan berat badan lahir 3400 gram, panjang berat lahir 49 cm,

dan Apgar Score 8/9 secara spontan di brankar tanpa bantuan persalinan saat dalam

perjalan dari IGD menuju ke Cempaka I. Sekitar 15 menit kemudia, plasenta lahir

spontan dengan berat 650 gram. Dilanjutkan pemantauan persalinan kala IV

didapatkan tekanan darah 190/110, nadi 100, suhu 36,4oC, tinggi fundus uteri 1 jari

bawah pusar, kontraksi uterus baik, pendarahan 150cc. Menurut pasien, tekanan darah

tinggi telah dialami sejak usia kehamilan 24-25 minggu. Selama kehamilan pasien

menyangkal adanya tekanan darah tinggi sebelum masa kehamilan. Pasien juga

menyangkal adanya demam, nyeri kepala hebat, mual dan muntah, nyeri ulu hati,

Page 8: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

nyeri perut, penglihatan kabur, sesak nafas, maupun kejang. Saat kehamilan gangguan

BAB dan BAK disangkal oleh pasien. Pasien juga mengaku tidak mengkonsumsi

jamu-jamuan maupun obat-obatan yang tidak dianjurkan oleh dokter selama masa

kehamilan. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus dalam

keluarga. Pada pemeriksaan penunjang hematologi didapatkan hemoglobin11.2 g/dl,

leukosit 23300 u/l, npemeriksaan urine didapatkan protein ++.

VII. Diagnosis

Diagnosis Masuk

Ibu : G6P5A0 Hamil 39 minggu PK III dengan preeklasmpsia berat tanpa

impending eclampsia

Diagnosis Post Partum

Ibu : P6A0 post partum spontan dengan dengan preeklasmpsia berat tanpa

impending eclampsia

VIII. Tatalaksana

Diagnostik

Observasi tanda-tanda vital ibu

Observasi pendarahan

Observasi gejala-gejala impending eclampsia

Memasang folley catheter untuk memantau jumlah urin

Melakukan pemeriksaan darah lengkap (H2TL, kolesterol total,

SGOT/SGPT, ureum, kreatinin, asam urat)

Konsultasi departemen kardiologi dan mata

Rencana Terapi

Methyldopa 3x250mg

Nifedipin 3x5mg

Clindamycin 2x300mg

Asam mefenamat 3x500mg

Hemobion 1x1 tab

Ceftriaxone extra 1x2gr

Dosis awal -> 4gr MgSO4 40% (10cc) larutkan dengan 10 ml akuades

dalam 20 menit perlahan IV

Page 9: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

Dosis maintanance -> 6 gr MgSO4 40% (15cc) dalam 500 ml RL

secara IV 28 tpm selama 6 jam

Rencana Edukasi

Memberikan penjelasan tentang keadaan pasien saat ini kepada

keluarga

IX. Prognosis

Ibu :

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad fungtionam : Dubia

Qua ad sanationam : Dubia

Bayi :

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad fungtionam : Bonam

X. Follow Up

Tanggal 7 Agustus 2015

S : -

O : TD 150/100mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36oC, pernafasan 20

Status generalis

Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-

Paru : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Ektremitas : Akral hangat

Hasil Pemeriksaan Hematologi pukul 11.42 WIB

Hemoglobin : 10,0 g/dl

Leukosit : 22.000 u/l

Hematokrit : 29 %

Trombosit : 214.000/Ul

Page 10: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

A : P6A0, post partum spontan dengan dengan preeklasmpsia berat

tanpa impending eclampsia

P :

Methyldopa 3x250mg

Nifedipin 3x5mg

Clindamycin 2x300mg

Asam mefenamat 3x500mg

Hemobion 1x1 tab

Ceftriaxone extra 1x2gr

Dosis awal -> 4gr MgSO4 40% (10cc) larutkan dengan 10 ml akuades

dalam 20 menit perlahan IV

Dosis maintanance -> 6 gr MgSO4 40% (15cc) dalam 500 ml RL

secara IV 28 tpm selama 6 jam

Tanggal 8 Agustus 2015

S : -

O : TD 150/100mmHg, nadi 90x/menit, suhu 36oC, pernafasan 21

Status generalis

Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-

Paru : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Ektremitas : Akral hangat

Hasil Pemeriksaan Hematologi pukul 7.38 WIB

Hemoglobin : 8,8 g/dl

Leukosit : 14.700 u/l

Hematokrit : 25 %

Trombosit : 211.000/Ul

A : P6A0, NH1, post partum spontan dengan dengan preeklasmpsia berat

tanpa impending eclampsia

Page 11: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

P :

Methyldopa 3x250mg

Nifedipin 3x5mg

Clindamycin 2x300mg

Asam mefenamat 3x500mg

Hemobion 1x1 tab

Tanggal 9 Agustus 2015

S : -

O : TD 140/90mmHg, nadi 90x/menit, suhu 36,6oC, pernafasan 20

Status generalis

Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-

Paru : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Ektremitas : Akral hangat

A : P6A0, NH2, post partum spontan dengan dengan preeklasmpsia berat

tanpa impending eclampsia

P :

Methyldopa 3x250mg

Nifedipin 3x5mg

Clindamycin 2x300mg

Asam mefenamat 3x500mg

Hemobion 1x1 tab

Page 12: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

PEMBAHASAN

Pada kasus ini Ny. R 39 tahun, G6P5A0, hamil 39 minggu dengan

preeklampsia berat tanpa impending eclampsia. Diagnosis ditegakan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Dalam anamnesis, didapatkan bahwa pasien memiliki tekanan darah tinggi

saat usia kehamilan 25 minggu dan tidak memiliki riwayat darah tinggi sebelumnya,

namun tidak diperoleh keluhan lain seperti demam, nyeri kepala hebat, mual, dan

muntah, nyeri ulu hati, nyeri perut, penglihatan kabur, sesak nafas, maupun kejang.

Berdasarkan pemeriksaan fisik, diperoleh tekanan darah yang tinggi hingga

190/110 mmHg.

Pada pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan urine : protein ++

Page 13: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Eklampsia adalah bentuk kelanjutan dari preeclampsia yang disertai dengan

keadaan kejang tonik-klonik (grand mal) yang disusul dengan koma. Kejang di sini

bukan akibat kelainan neurologis (saraf) dan dapat muncul sebelum, selama, dan

setelah kehamilan. Namun kejang yang timbul lebih dari 48 jam postpartum, terutama

pada nulipara, dapat dijumpai sampai 10 hari post partum.

Sedangkan yang dimaksud dengan preeclampsia adalah hipertensi disertai proteinuria

dan edema (penimbunan cairan dalam cairan tubuh sehingga ada pembengkakan pada

tungkaidan kaki) akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera

setelah persalinan.Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit

trofoblastik (kelainan plasenta). Fatal coma tanpa kejang juga bisa diartikan sebagai

eclampsia. Definisi klasik preeklampsia meliputi 3 elemen, yaitu onset baru hipertensi

(didefinisikan sebagai suatu tekanan darah yang menetap ≥ 140/90 mmHg pada

wanita yang sebelumnya normotensif), onset baru proteinuria (didefinisikan sebagai

protein urine > 300 mg/24 jam atau ≥ +1 pada urinalisis bersih tanpa infeksi traktus

urinarius), dan onset baru edema yang bermakna. Pada beberapa konsensus terakhir

dilaporkan bahwa edema tidak lagi dimasukkan sebagai kriteria diagnosis.

Eklampsia adalah suatu keadaan yang dapat dicegah, dan angka kejadiannya

menurun diAmerika Serikat karena sebagian besar wanita hamil sudah mendapat

asuhanprenatal yangmemadai. Eclampsia umumnya terjadi kehamilan trisemester

terakhir dan angka kejadiannyameningkat pada tahap ini. Oleh sebab itu pemeriksaan

yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan untuk memastikan bahwa apakah

sebelumnya pasien memang dalam keadaan preeklamsia dan untuk menyingkirkan

penyebab lain kejang yang dialaminya.

B. KlasifikasiPreeklampsia terbagi atas dua yaitu Preeklampsia Ringan dan Preeklampsia

Berat berdasarkan Klasifikasi menurut American College of Obstetricians and

Gynecologists, yaitu:

1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:

Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih,

atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan

riwayat tekanan darah normal.

Page 14: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

Proteinuria kuantitatif ≥ 300 mg perliter dalam 24 jam atau kualitatif 1+ atau 2+

pada urine kateter atau midstream.

2) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:

Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.

Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam/kurang dari 0,5

cc/kgBB/jam.

Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di

epigastrium.

Terdapat edema paru dan sianosis

Hemolisis mikroangiopatik

Trombositopeni (< 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat)

Gangguan fungsi hati.

Pertumbuhan janin terhambat.

Sindrom HELLP.

C. DiagnosisGejala subjektif

Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,

penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejala-

gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan

petunjuk bahwa eklampsia akan timbul (impending eklampsia). Tekanan darah pun

akan meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat.

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan tekanan sistolik 30mmHg dan

diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat ≥ 140/90mmHg pada preeklampsia

ringan dan≥ 160/110 mmHg pada preeklampsia berat. Selain itu kita juga akan

menemukan takikardia, takipneu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi

ensefalopati, hiperefleksia,sampai tanda-tanda pendarahan otak.

Penemuan Laboratorium

Penemuan yang paling penting pada pemeriksaan laboratorium penderita

preeklampsia yaitu ditemukannya protein pada urine. Pada penderita preeklampsia

ringan kadarnya secara kuantitatif yaitu ≥ 300 mg perliter dalam 24 jam atau secara

kualitatif +1 sampai +2 pada urine kateter atau midstream. Sementara pada

Page 15: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

preeklampsia berat kadanya mencapai ≥ 500 mg perliter dalam 24 jam atau secara

kualitatif ≥ +3.

Pada pemeriksaan darah, hemoglobin dan hematokrit akan meningkat akibat

hemokonsentrasi. Trombositopenia juga biasanya terjadi. Penurunan produksi benang

fibrin dan faktor koagulasi bisa terdeksi. Asam urat biasanya meningkat diatas 6

mg/dl. Kreatinin serum biasanya normal tetapi bisa meningkat pada preeklampsia

berat. Alkalin fosfatase meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat dehidrogenase bisa

sedikit meningkat dikarenakan hemolisis. Glukosa darah dan elektrolit pada pasien

preeklampsia biasanya dalam batas normal.

Tanda dan GejalaTekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi

dalamkehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak

tergantungpada keadaan emosional pasien.

Hipertensi dalam kehamilan dan preeklampsia ringan sering ditemukan tanpa

gejala,kecuali peningkatan tekanan darah.Prognosis menjadi lebih buruk dengan

terdapatnya proteinuria. Edema tidak lagi menjadi suatu tanda yang sahih untuk

preeklampsia.

Preeklampsia berat didiagnosis pada kasus dengan salah satu gejala berikut:

- Tekanan darah diastolik > 110 mmHg

- Proteinuria ≥2+

- Oliguria < 400 ml per 24 jam

- Edema paru: nafas pendek, sianosis dan adanya ronkhi

- Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan perut

- Gangguan penglihatan: skotoma atau penglihatan yang berkabut

- Nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian analgetika biasa

- Hiperrefleksia

- Mata: spasme arteriolar, edema, ablasio retina

- Koagulasi: koagulasi intravaskuler disseminata, sindrom HELLP

- Pertumbuhan janin terhambat

- Otak: edema serebri

- Jantung: gagal jantung

Page 16: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

D. Tatalaksana

Tujuan utama penanganan preeklampsia adalah mencegah terjadinya

preeklampsia berat atau eklampsia, melahirkan janin hidup dan melahirkan janin

dengan trauma sekecil-kecilnya, mencegah perdarahan intrakranial serta mencegah

gangguan fungsi organ vital.(8)

1. Preeklampsia Ringan

Istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan

preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan

aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada

ekstrimitas bawah juga menurun dan reabsorpsi cairan di daerah tersebut juga

bertambah. Selain itu dengan istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan

volume darah yang beredar dan juga dapat menurunkan tekanan darah dan kejadian

edema.Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan filtrasi glomeruli

dan meningkatkan dieresis. Diuresis dengan sendirinya meningkatkan ekskresi

natrium, menurunkan reaktivitas kardiovaskuler, sehingga mengurangi

vasospasme. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah

rahim, menambah oksigenasi plasenta, dan memperbaiki kondisi janin dalam

rahim.(2,8)

Pada preeklampsia tidak perlu dilakukan restriksi garam sepanjang fungsi

ginjal masih normal. Pada preeklampsia ibu hamil umumnya masih muda, berarti

fungsi ginjal masih bagus, sehingga tidak perlu restriksi garam. Diet yang

mengandung 2 gram natrium atau 4-6 gram NaCl (garam dapur) adalah cukup.

Kehamilan sendiri lebih banyak membuang garam lewat ginjal, tetapi pertumbuhan

janin justru membutuhkan komsumsi lebih banyak garam. Bila komsumsi garam

hendak dibatasi, hendaknya diimbangi dengan komsumsi cairan yang banyak,

berupa susu atau air buah. Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat,

lemak, garam secukupnya dan roboransia prenatal. Tidak diberikan obat-obat

diuretik antihipertensi, dan sedative. Dilakukan pemeriksaan laboratorium HB,

hematokrit, fungsi hati, urin lengkap dan fungsi ginjal.Apabila preeklampsia

tersebut tidak membaik dengan penanganan konservatif, maka dalam hal ini

pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.(2,8)

Rawat inap

Keadaan dimana ibu hamil dengan preeklampsia ringan perlu dirawat di

rumah sakit ialah a) Bila tidak ada perbaikan : tekanan darah, kadar proteinuria

Page 17: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

selama 2 minggu b) adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia

berat. Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin berupa pemeriksaan USG dan

Doppler khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion.

Pemeriksaan nonstress test dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi dengan

bagian mata, jantung dan lain lain.

Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilannya

Menurut Williams, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22 minggu

sampai ≤ 37 minggu. Pada kehamilan preterm (<37 minggu) bila tekanan darah

mencapai normal, selama perawatan, persalinannya ditunggu sampai aterm.

Sementara itu, pada kehamilan aterm (>37 minggu), persalinan ditunggu sampai

terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan

pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan, bila

perlu memperpendek kala II.

2. Preeklampsia Berat

Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk

mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut sudah

diatasi, tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk menghentikan kehamilan.

Preeklampsia dapat menyebabkan kelahiran awal atau komplikasi pada

neonatus berupa prematuritas. Resiko fetus diakibatkan oleh insufisiensi plasenta

baik akut maupun kronis. Pada kasus berat dapat ditemui fetal distress baik pada

saat kelahiran maupun sesudah kelahiran.

Pengelolaan preeklampsia dan eklampsia mencakup pencegahan kejang,

pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan supportif terhadap penyulit

organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan.Pemeriksaan sangat teliti

diikuti dengan observasi harian tentang tanda tanda klinik berupa : nyeri kepala,

gangguan visus, nyeri epigastrium dan kenaikan cepat berat badan. Selain itu perlu

dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan

darah, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan USG dan NST.

Perawatan preeklampsia berat sama halnya dengan perawatan preeklampsia

ringan, dibagi menjadi dua unsur yakni sikap terhadap penyakitnya, yaitu

pemberian obat-obat atau terapi medisinalis dan sikap terhadap kehamilannya ialah

manajemen agresif, kehamilan diakhiri (terminasi) setiap saat bila keadaan

hemodinamika sudah stabil.

Page 18: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

Medikamentosa

Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat

inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang penting

pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan karena penderita preeklampsia

dan eklampsia mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan

oligouria. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, tetapi faktor yang

sangat menentukan terjadinya edema paru dan oligouria ialah hipovolemia,

vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan gradient tekanan onkotik

koloid/pulmonary capillary wedge pressure. Oleh karena itu monitoring input

cairan (melalui oral ataupun infuse) dan output cairan (melalui urin) menjadi

sangat penting. Artinya harus dilakukan pengukuran secara tepat berapa jumlah

cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan melalui urin. Bila terjadi tanda tanda

edema paru, segera dilakukan tindakan koreksi. Cairan yang diberikan dapat

berupa a) 5% ringer dextrose atau cairan garam faal jumlah tetesan:<125cc/jam

atau b) infuse dekstrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan infuse ringer

laktat (60-125 cc/jam) 500 cc.

Di pasang foley kateter untuk mengukur pengeluaran urin. Oligouria terjadi

bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam. Diberikan

antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang, dapat

menghindari resiko aspirasi asam lambung yang sangat asam. Diet yang cukup

protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

Pemberian obat antikejang(8)

MgSO4

Pemberian magnesium sulfat sebagai antikejang lebih efektif dibanding

fenitoin, berdasar Cochrane review terhadap enam uji klinik yang melibatkan 897

penderita eklampsia.

Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada

rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskular. Transmisi

neuromuskular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium

sulfat, magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak

terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium). Kadar

kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat.

Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi pilihan pertama untuk antikejang

pada preeklampsia atau eklampsia.

Page 19: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

Cara pemberian MgSO4

- Loading dose : initial dose 4 gram MgSO4: intravena, (40 % dalam 10 cc)

selama 15 menit

- Maintenance dose :Diberikan infuse 6 gram dalam larutan ringer/6 jam; atau

diberikan 4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram im

tiap 4-6 jam

Syarat-syarat pemberian MgSO4

- Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas

10% = 1 gram (10% dalam 10 cc) diberikan iv 3 menit

- Refleks patella (+) kuat

- Frekuensi pernafasan > 16x/menit, tidak ada tanda tanda distress nafas

Dosis terapeutik dan toksis MgSO4

- Dosis terapeutik : 4-7 mEq/liter atau 4,8-8,4 mg/dl

- Hilangnya reflex tendon 10 mEq/liter atau 12 mg/dl

- Terhentinya pernafasan 15 mEq/liter atau 18 mg/dl

- Terhentinya jantung >30 mEq/liter atau > 36 mg/dl

Magnesium sulfat dihentikan bila ada tanda tanda intoksikasi atau setelah 24

jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir. Pemberian magnesium

sulfat dapat menurunkan resiko kematian ibu dan didapatkan 50 % dari

pemberiannya menimbulkan efek flushes (rasa panas)

Contoh obat-obat lain yang dipakai untuk antikejang yaitu diazepam atau

fenitoin (difenilhidantoin), thiopental sodium dan sodium amobarbital. Fenitoin

sodium mempunyai khasiat stabilisasi membrane neuron, cepat masuk jaringan

otak dan efek antikejang terjadi 3 menit setelah injeksi intravena. Fenitoin sodium

diberikan dalam dosis 15 mg/kg berat badan dengan pemberian intravena 50

mg/menit. Hasilnya tidak lebih baik dari magnesium sulfat. Pengalaman

pemakaian fenitoin di beberapa senter di dunia masih sedikit.

Diuretikum

Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru,

payah jantung kongestif atau anasarka. Diuretikum yang dipakai ialah furosemida.

Pemberian diuretikum dapat merugikan, yaitu memperberat hipovolemia,

memperburuk perfusi uteroplasenta, meningkatkan hemokonsentrasi,

memnimbulkan dehidrasi pada janin, dan menurunkan berat janin.

Page 20: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

Antihipertensi

Masih banyak pendapat dari beberapa negara tentang penentuan batas (cut

off) tekanan darah, untuk pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort mengusulkan

cut off yang dipakai adalah ≥ 160/110 mmhg dan MAP ≥ 126 mmHg.

Di RSU Dr. Soetomo Surabaya batas tekanan darah pemberian antihipertensi

ialah apabila tekanan sistolik ≥180 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.

Tekanan darah diturunkan secara bertahap, yaitu penurunan awal 25% dari tekanan

sistolik dan tekanan darah diturunkan mencapai < 160/105 atau MAP < 125. Jenis

antihipertensi yang diberikan sangat bervariasi. Obat antihipertensi yang harus

dihindari secara mutlak yakni pemberian diazokside, ketanserin dan nimodipin.

Jenis obat antihipertensi yang diberikan di Amerika adalah hidralazin

(apresoline) injeksi (di Indonesia tidak ada), suatu vasodilator langsung pada

arteriole yang menimbulkan reflex takikardia, peningkatan cardiac output,

sehingga memperbaiki perfusi uteroplasenta. Obat antihipertensi lain adalah

labetalol injeksi, suatu alfa 1 bocker, non selektif beta bloker. Obat-obat

antihipertensi yang tersedia dalam bentuk suntikan di Indonesia ialah clonidin

(catapres). Satu ampul mengandung 0,15 mg/cc. Klonidin 1 ampul dilarutkan

dalam 10 cc larutan garam faal atau larutan air untuk suntikan.

Antihipertensi lini pertama

- Nifedipin. Dosis 10-20 mg/oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg

dalam 24 jam

Antihipertensi lini kedua

- Sodium nitroprussida : 0,25µg iv/kg/menit, infuse ditingkatkan 0,25µg iv/kg/5

menit.

- Diazokside : 30-60 mg iv/5 menit; atau iv infuse 10 mg/menit/dititrasi.

Kortikosteroid

Pada preeklampsia berat dapat terjadi edema paru akibat kardiogenik (payah

jantung ventrikel kiri akibat peningkatan afterload) atau non kardiogenik (akibat

kerusakan sel endotel pembuluh darah paru). Prognosis preeclampsia berat menjadi

buruk bila edema paru disertai oligouria.

Penggunaan kortikosteroid direkomendasikan pada semua wanita usia kehamilan 24-

34minggu yang berisiko melahirkan prematur, termasuk pasien dengan PEB.

Preeklampsia sendiri merupakan penyebab ±15% dari seluruh kelahiran

prematur.Adapendapat bahwa janin penderita preeklampsia berada dalam keadaan

Page 21: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

stres sehinggamengalami percepatan pematangan paru. Akan tetapi menurut Schiff

dkk, tidak terjadi percepatan pematangan paru pada penderita preeklampsia.

Steroid harus diberikan paling tidak 24jam sebelum terjadi kelahiran agar terlihat

manfaatnya terhadap pematangan paru janin.Pemberian steroid setelah lahir tidak

bermanfaat karena kerusakan telah terjadi sebelum steroid bekerja. National Institutes

of Health (NIH) merekomendasikan:

1. Semua wanita hamil dengan kehamilan antara 24–34 minggu yang dalam

persalinan prematur mengancam merupakan kandidat untuk pemberian

kortikosteroid antenatal dosis tunggal.

2. Kortikosteroid yang dianjurkan adalah betametason 12 mg sebanyak dua

dosisdengan selang waktu 24 jam atau deksametason 6 mg sebanyak 4

dosisintramuskular dengan interval 12 jam.

3. Keuntungan optimal dicapai 24 jam setelah dosis inisial dan berlangsung

selama tujuh hari.

Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu.

Diberikan pada kehamilan 32-34 minggu, 2x 24 jam. Obat ini juga diberikan pada

sindrom HELLP.

Sikap terhadap kehamilannya

Berdasar William obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan

perkembangan gejala-gejala preeclampsia berat selama perawatan, maka sikap

terhadap kehamilannya dibagi menjadi:

1. Aktif : berarti kehamilan segera diakhiri/diterminasi bersamaan dengan

pemberian medikamentosa.

2. Konservatif (ekspektatif): berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan

dengan pemberian medikamentosa.

Perawatan konservatif

Indikasi perawatan konservatif ialah bila kehamilan preterm ≤ 37 minggu

tanpa disertai tanda –tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik.

Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa pada

pengelolaan secara aktif. Selama perawatan konservatif, sikap terhadap

kehamilannya ialah hanya observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif,

kehamilan tidak diakhiri. Magnesium sulfat dihentikan bila ibu sudah mencapai

Page 22: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

tanda-tanda preeclampsia ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila

setelaah 24 jam tidak ada perbaikan keadaan ini dianggap sebagai kegagalan

pengobatan medikamentosa dan harus diterminasi. Penderita boleh dipulangkan

bila penderita kembali ke gejala-gejala atau tanda tanda preeklampsia ringan.

Perawatan aktif

Indikasi perawatan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan di bawah ini,

yaitu:

Ibu

1. Umur kehamilan ≥ 37 minggu

2. Adanya tanda-tanda/gejala-gejala impending eklampsia

3. Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu: keadaan klinik dan

laboratorik memburuk

4. Diduga terjadi solusio plasenta

5. Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan

Janin

1. Adanya tanda-tanda fetal distress

2. Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction

3. NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal

4. Terjadinya oligohidramnion

Laboratorik

1. Adanya tanda-tanda “sindroma HELLP” khususnya menurunnya trombosit

dengan cepat

Page 23: Status Ujian - PEB - Agustus 2015
Page 24: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

Persalinan

Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedangkan

padaeklampsia dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul

Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam

(padaeklampsia), lakukan bedah Caesar.

Jika bedah Caesar akan dilakukan, perhatikan bahwa:

o Tidak terdapat koagulopati. (koagulopati merupakan kontra indikasi

anestesi spinal).

o Anestesia yang aman / terpilih adalah anestesia umum untuk eklampsia

dan spinaluntuk PEB. Dilakukan anestesia lokal, bila risiko anestesi

terlalu tinggi.

Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan Oksitosin

2-5 IU dalam 500 ml Dekstrose 10 tetes/menit atau dengan cara pemberian

prostaglandin /misoprostol

Sehingga beberapa ahli berpendapat untuk terminasi kehamilan setelah usia

kehamilanmencapai 34 minggu. Terminasi kehamilan adalah terapi definitif yang

terbaik untuk ibu untuk mencegah progresifitas PEB.

Perawatan post partum

Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang

terakhir

Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg

Lakukan pemantauan jumlah urin

Page 25: Status Ujian - PEB - Agustus 2015
Page 26: Status Ujian - PEB - Agustus 2015

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG. Obstetri William Edisi 21. Jakarta : EGC. 2005

2. Universitas Sumatra Utara. Hubungan Antara Peeklampsia dengan BBLR.

Sumatera Utara. FK USU. 2009

3. Hartuti Agustina, dkk. Referat Preeklampsia. Purwokerto. Universitas Jendral

Sudirman. 2011

4. Simona Gabriella R. Tugas Obstetri dan Ginekologi, Patofisiologi

Preeklampsia. Maluku. Universitas Pattimura. 2009

5. Anonim. Hipertensi Dalam Kehamilan. (Cited at may, 17 2012)(update on

2005). Available From http://www.scribd.com

6. American College Obstreticians and Gynecologyst. Hypertension in

Pregnancy. 2013