status tanah wakaf tanpa sertifikat dalam …
TRANSCRIPT
STATUS TANAH WAKAF TANPA SERTIFIKAT DALAM PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI KECAMATAN PAAL MERAH
KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Stara Satu (S.1)
Dalam Hukum Keluarga Islam
Pada Fakultas Syariah
Oleh :
MUHAMMAD RIDHO
NIM : 101170094
PEMBIMBING
Dr. H. UMAR YUSUF, M.H.I
IRSADUNNAS NOVERI, S.H., M.H
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
1442 H/2021 M
i
ii
iii
iv
MOTTO
بهعليم الل اتحبىنوماتىفقىامهشيءفان ىتىفقىامم حت لهتىالىاالبز
Artinya :
kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta
yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah
Maha Mengetahui. (QS. Ali Imran : 92)1
1 Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Solo: Abyan, 2014), hlm 62
v
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Status Tanah Wakaf Tanpa Sertifikat Dalam Perspektif
Hukum Islam Dan Hukum Positif Di Kecamatan Paal Merah Kota Jambi”
Perwakafan tanah selain harus dilaksanakan sesuai dengan syariat hukum Islam,
dalam hukum positif perwakafan tanah juga harus didaftarkan ke Badan Pertanahan
Nasional untuk diterbitkan sertifikat tanah wakaf. Namun dalam prakteknya
dilapangan khususnya diwilayah Kecamatan Paal Merah masih ada tanah wakaf yang
belum memiliki sertifikat tanah wakaf hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi nya. Dalam penelitian ini menggunakan teori maqashid syariah,
maslahah mursalah dan teori kepastian hukum. Pendekatan penelitian yang digunakan
dalam skripsi ini adalah pendekatan yuridis empiris yaitu dengan menggunakan
pendekatan yang melihat gejala gejala sosial yang berkaitan dengan hukum dalam
praktik legislasi di Indonesia. Jenis dan sumber dalam penelitian ini yaitu jenis data
primer dan data sekunder, Metode penggumpulan data yang digunakan yaitu dengan
melakukan observasi, wawancara dan dokumen. Hasil dari penelitian ini yaitu Wakaf
dalam konsep hukum Islam yaitu perbuatan hukum menahan benda yang dapat
diambil manfaatnya tanpa menghabiskan bendanya yang digunakan dalam berbuat
kebaikan. Sedangkan wakaf dalam konsep hukum Positif adalah memisahkan atau
menyerahkan sebagian harta yang dimiliki untuk dimanfaatkan selamanya atau pun
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan tujuan diwakafkan untuk keperluan
ibadah atau kepentingan umum lainnya yang sesuai dengan syariat. Faktor penyebab
masih adanya tanah wakaf tanpa sertifikat yaitu: kurang aktifnya nadzir dalam
mengurus sertifikat tanah wakaf, status kepemilikan tanah yang diwakafkan,
kurangnya sosialisasi dari BWI dan KUA serta ribetnya prosedur pendaftaran
sertifikat tanah wakaf. Status hukum tanah wakaf tanpa sertifikat dalam hukum Islam
tetap sah jika terpenuhinya semua rukun dan syarat wakaf, sedangkan dalam hukum
positif status tanah wakaf tanpa sertifikat wakaf maka tidak memiliki kekuatan
hukum tetap, Jika tanah wakaf tersebut telah memiliki AIW maka wakaf tersebut
tidak dapat dibatalkan, akan tetapi belum sempurna karena belum memiliki sertifikat
wakaf.
Kata Kunci: Status Hukum Tanah Wakaf, Tanpa Sertifikat Wakaf
vi
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat, hidayah dan inayah-
Nya, sehingga saya diberikan kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
Kupersembahkan Skripsi ini kepada :
Kedua Orang Tua Ku Tercinta, Bapakku Ardiansayah Dan Ibuku Sri
Susilowati, yang senantiasa selalu mendoakan, memotivasi, dan berkorban
untukku, terima atas semua kasih sayang yang selalu engkau berikan yang
tak akan sanggup aku membalas semuanya itu.
Untuk semua Guruku, dan Dosen-dosen ku yang selalu memeberikanku ilmu
ilmu yang bermanfaat dan semoga ilmu tersebut dapat saya amalkan untuk
kesuksesan dimasa depan nanti.
Untuk semua teman teman seperjuangan di Prodi Hukum Keluarga Islam,
ketua Prodi dan Sekretaris Prodi Hukum Keluaarga Islam, dan Seluruh staf
Fakultas Syariah, terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya.
Semoga Allah SWT Selalu memberikan keberkahan dan kesuksesan kepada
kita semua.
Berkah Semuanya, Segalanya, Selamanya.
Aamiin Allahumma Aamiin.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana berkat limpahan Rahmat,
Taufik, Hidayah serta Inayahnya sehingga penulis diberikan kemampuan untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Selanjutnya sholawat beriringan salam
semoga tetap selalu tercurahkan terhadap junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang
telah menuntun kita dari alam kebodohan kepada alam yang terang benderang dengan
dengan cahaya Iman dan Islam.
Kemudian dalam penyususnan skripsi ini, yang berjudul “Status Tanah Wakaf
Tanpa Sertifikat Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif Di Kecamatan
Paal Merah Kota Jambi”. Penulis akui banyak sekali hambatan dan rintangan yang
penulis alami baik saat menggumpulkan data maupun pada saat penyusunan skripsi,
namun semua itu harus disyukuri, karena banyak sekali pelajaran dan penggalaman
yang penulis dapatkan dari penyusunan skripsi ini. Berkat adanya bantuan dan
motifasi dari berbagai pihak, terutama motifasi serta bimbingan yang diberikan oleh
dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, pantaslah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada yang
terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA, Ph.D selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag.,M.H selaku Dekan Fakultas Syariah.
3. Bapak Agus Salim, S.TH.I, M.A., M.I.R., Ph.D, selaku wakil dekan I bidang
Akademik dan Kelembagaan,
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Ghani, S.H., M.Hum selaku wakil dekan II bidang
administrasi umum, perencanaan, dan keuangan,
viii
5. Bapak Dr. H. Ishaq, S.H.,M.Hum selaku wakil dekan III bidang kemahasiswaan
dan kerjasama Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
6. Ibu Mustiah, RH, S.Ag., M.Sy selaku ketua Prodi Hukum Keluarga Islam dan
bapak Irsadunnas Noveri, S.H., M.H selaku sekretaris Prodi Hukum Keluarga
Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Dr. H. Umar Yusuf, M.HI selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
pembimbing I yang senantiasa selalu memberikan arahan dan bantuan sehingga
saya dapat meneyelesaikan penelitian ini dengan baik.
8. Bapak Irsadunnas Noveri, S.H., M.H selaku dosen pembimbing II yang
senantiasa selalu memberikan arahan dan bantuan sehingga saya dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
9. Seluruh Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, saya ucapkan terima kasih banyak atas semua ilmu yang telah
diberikan, dan semoga ilmu tersebut dapat saya amalkan serta dapat bermanfaat
bagi diri saya sendiri dan orang lain.
10. Seluruh karyawan dan karyawati staf akademik Fakultas Syariah yang senantiasa
melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga proses penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik.
11. Kepala perpustakaan Fakultas Syariah beserta stafnya dan kepala perpustakaan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi beserta stafnya.
12. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
13. Seluruh teman-teman seperjuangan, teman-teman prodi Hukum Keluarga Islam
angkatan 2017, terima kasih atas dukungan dan semangat kalian, sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR .......................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................................ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...................................................................... iii
MOTTO ................................................................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Batasan Masalah...................................................................................... 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 6
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual ............................................. 7
F. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 12
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 16
B. Jenis Penelitian ....................................................................................... 16
C. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 16
D. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 17
E. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 18
F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 20
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan .................... 22
B. Letak Geografis Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan ...... 23
xi
C. Visi dan Misi Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan .......... 26
D. Susunan Organisasi, Program Kerja dan Uraian Kerja Kantor Urusan
Agama Kecamatan Jambi Selatan .......................................................... 27
E. Sarana dan prasarana Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan
Kota Jambi ............................................................................................. 32
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Konsep Wakaf Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif ................... 34
B. Faktor Penyebab Masih Adanya Tanah Wakaf Tanpa Sertifikat di
Kecamatan Paal Merah Kota Jambi ....................................................... 49
C. Status Hukum Tanah Wakaf Tanpa Sertifikat Di Kecamatan Paal Merah
Ditinjau Dari Hukum Islam dan Hukum Positif ................................... 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 68
B. Saran ...................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITEA
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Daftar Nama Kepala KUA Jambi Selatan Sejak Awal Berdiri Sampai
Sekarang ................................................................................................. 22
Tabel 3.2 : Jumlah Penduduk Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi Dirinci Per
Kelurahan ............................................................................................... 24
Tabel 3.3 : Jumlah Penduduk Di Kecamatan Paal Merah Kota Jambi Dirinci Per
Kelurahan ............................................................................................... 26
Tabel 4.1 : Jumlah Tanah Wakaf Kecamatan Paal Merah Kota Jambi Dirinci Per
Kelurahan ............................................................................................... 57
Tabel 4.2 : Daftar Penggunaan Tanah Wakaf Di Kecamatan Paal Merah Kota Jambi
Dirinci Per Kelurahan ............................................................................. 58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah memiliki arti penting bagi kehidupan manusia karena seluruh
kehidupan manusia itu tidak dapat dipisahkan dari tanah, mereka hidup di atas
tanah, memperoleh bahan pangan dari tanah dan akan kembali pun ke tanah.
Masalah yang akan timbul dari permasalahan tanah yaitu terjadinya
persengketaan karena manusia ingin menguasai tanah orang lain karena adanya
suatu kepentingan didalamnya.2
Tanah selain memiliki fungsi ekonomi, tanah juga memiliki fungsi
sosial. Salah satu fungsi sosial tanah bagi kehidupan manusia jika dikaitkan
dengan ibadah dalam ajaran agama Islam, maka tanah tersebut dapat di wakafkan
berdasarkan ajaran agama Islam. Karena wakaf merupakan salah satu ajaran
agama Islam yang berdimensi sosial dan dapat berperan dalam pemberdayaan
ekomoni sosial umat Islam, karena dalam sejarahnya wakaf telah berperan dalam
perkembangan sosial, ekonomi dan budaya manusia.3
Tanah wakaf mempunyai fungsi multi dimensional dalam membantu
kesejahteraan, perkembangan atau kemajuan masyarakat. Azas keseimbangan
dalam suatu kehidupan merupakan azaz hukum yang bersifat universal. Azaz
tersebut mengandung tujuan bahwa wakaf adalah ibadah atau pegabdian kepada
Allah SWT merupakan keseimbangan antara makhluk (manusia) dengan sang
pencipta (Allah SWT), kesimbangan antara keduannya itu akan menimbulkan
keserasian dirinya dengan hati nuraninya sehingga akan mewujudkan
ketenteraman dan ketertiban dalam hidup. Azaz kesimbangan menjadi azaz yang
2 G. Kartasapoetra, dkk, Hukum Tanah Jaminan UUPA Bagi Keberhasilan Pendayagunaan
Tanah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hlm 1
3 Suhrawardi K, Lubis, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm
21.
2
dapat meningkatkan pembangunan nasional, karena keseimbangan antara
kepentingan materil dengan sprituil, kepentingan pribadi dengan masyarakat dan
kepentingan dunia dan akhirat.4
Perwakafan tanah memiliki fungsi sosial yang berarti bahwa
penggunaan hak milik tanah pribadi seseorang harus memberikan manfaat
langsung atau tidak langsung kepada masyarakat banyak. Kepemilikan terhadap
harta benda wakaf (tanah) tercakup didalamnya benda-benda lain, dengan kata
lain bahwa di dalam harta benda tanah seseorang ada hak orang lain yang
terdapat pada harta benda tanah tersebut.5 Salah satu fungsi sosial dari tanah
wakaf yaitu tanah wakaf tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umum
seperti membangun sarana dan prasarana keagamaan seperti membangun masjid,
pesantren, madrasah, sekolah, perguruan tinggi, tempat pemakaman, serta
membangun rumah qur‟an, dan rumah-rumah untuk anak yatim, dan lain-lain.
Pelaksanaan perwakafan tanah milik menjadi salah satu sarana untuk
mengembangkan kehidupan sosial ekonomi kemasyarakatan, keagamaan, dan
menjadi bentuk ibadah sosial dalam ajaran agama Islam yang memiliki kaitan
erat dengan hukum keagrariaan. Dengan demikian wakaf memiliki fungsi untuk
mengekalkan manfaat tanah yang diwakafkan sesuai dengan tujuan
diwakafkannya tanah tersebut. Dengan dijadikannya tanah hak milik menjadi
suatu wakaf, maka status hak miliknya menjadi terhapus. Tetapi tanah tersebut
tidak menjadi tanah negara, melainkan memiliki status khusus sebagai tanah
wakaf yang diatur oleh hukum agama Islam.6
Untuk mengatur permasalahan tanah di Indonesia, maka Pemerintah
menerbitkan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Undang-Undang Nomor 5
4 Departemen Agama RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di
Indonesia, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, 2007), hlm 10
5 Ibid, hlm 14
6 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2008), hlm 345
3
Tahun 1960, yang berbunyi bahwa “Berhubung dengan apa yang tersebut dalam
pertimbangan-pertimbangan di atas perlu adanya hukum agraria nasional, yang
berdasar atas hukum adat tentang tanah yang sederhana dan menjamin kepastian
hukum bagi seluruh rakyat Indonesia dengan tidak mengabaikan unsur unsur
yang bersandar pada hukum agama.”7
Selanjutnya permasalahan pendaftaran tanah di muat lagi dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 1 Angka 1 yang berbunyi
“Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus,
berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukaan,
dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta
dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,
termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang
sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak hak tertentu
yang membebaninya.”8
Pendaftaran tanah yang menghasilkan tanda bukti hak atas tanah disebut
sertifikat, merupakan tujuan dari Undang Undang Pokok Agraria. Kewajiban
melakukan perndaftaran tanah itu prinsipnya dibebankan kepada pemerintah dan
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap oleh daerah-daerah berdasarkan
pertimbangan ketersediaan peta dasar pendaftarannya.9
Berkaitan dengan pendaftaran tanah wakaf di Indonesia, tentunya tidak
terlepas dari peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, pengaturan
tentang pendaftaran tanah wakaf bermula terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Undang-Undang Pokok Agraria. Selanjutnya
7 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2002), hlm 2
8 Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihhan Hak Atas Tanah, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm
13
9 Maria S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi & Implementasi, (Jakarta:
Kompas, 2001), hlm 181-182
4
ditindaklanjuti oleh Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang
Perwakafan Tanah milik, serta harus melalui prosedur akta ikrar wakaf yang
akan mengubah sertifikat hak milik menjadi sertifikat wakaf.10
Permasalahan wakaf juga dimuat dalam Kompilasi Hukum Islam di
Indonesia yang berlaku berdasarkan Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991. Dan
untuk lebih mengefektifkan pengaturan dan pendayagunaan wakaf yang memiliki
potensi dan manfaat ekonomi, maka pemerintah membuat Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42
Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004
Tentang Wakaf.
Namun yang menjadi permasalahannya praktek perwakafan di Indonesia
masih sangat tradisionalis, karena masih banyak umat muslim di Indonesia yang
melakukan kegiatan perwakafan hanya menggunakan kebiasaan-kebiasaan
keagamaan, dengan memenuhi semua rukun dan syaratnya saja, dengan
menggunakan tradisi lisan atas dasar saling memberikan kepercayaan kepada
seseorang atau lembaga-lembaga tertentu. Mereka memandang wakaf adalah
amal sholeh yang bernilai ibadah dihadirat Allah SWT tanpa harus melalui
proses administrasi yang berlaku di negara Indonesia.
Adanya suatu indikasi bahwa pelaksanaan perwakafan di Kecamatan
Paal Merah Kota Jambi masih sangat tradisionalis, dengan tidak mengikuti aturan
yang telah di tetapkan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang pelaksanaan
UU No 41 Tahun 2004. Hal ini dibuktikan dengan masih ditemukannya tanah
wakaf di Kecamatan Paal Merah Kota Jambi yang belum mempunyai sertifikat
tanah wakaf. Hal ini dapat terjadi karena masih ada sebagian masyarakat yang
10 Rahmat Perlaungan Siregar, “Problematika Pendaftaran Tanah Wakaf: Studi Kecamatan
Percut Sei Tuan, Deli Serdang,” Premise Law Jurnal, 2014, hlm 2
5
belum mengetahui, dan memahami tentang peraturan perwakafan yang berlaku di
Indonesia.
Tanah wakaf di Kecamatan Paal Merah Kota Jambi berjumlah 119 tanah
wakaf. Dengan tanah wakaf yang sudah bersertifikat berjumlah 84 tanah wakaf
dan 35 tanah wakaf lainnya belum memiliki sertifikat wakaf serta 24 tanah wakaf
sudah ber akta ikrar wakaf dan 11 tanah wakaf lainnya belum mempunyai akta
ikrar wakaf. Melihat masih banyaknya tanah wakaf yang belum memiliki
sertifikat wakaf di Kecamatan Paal Merah, untuk menghindari terjadinya
persengketaan tanah wakaf maka perlunya tanah wakaf tersebut untuk
didaftarkan ke Badan Pertanahan Nasional agar diterbitkan sertifikat wakafnya
sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
yang berlaku di Indonesia.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis berfikir untuk
melakukan penelitian tentang praktek perwakafan tanah di Kecamatan Paal
Merah Kota Jambi yang dalam prakteknya dilapangan masih ditemukan adanya
tanah wakaf yang belum memiliki sertifikat tanah wakaf. Maka penulis akan
mengkaji masalah ini ke dalam sebuah penelitian dengan judul “STATUS
TANAH WAKAF TANPA SERTIFIKAT DALAM PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI KECAMATAN PAAL MERAH KOTA
JAMBI”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan pada latar belakang
diatas, maka rumusan masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian
proposal skripsi ini sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep wakaf menurut hukum Islam dan hukum positif ?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan masih adanya tanah wakaf tanpa sertifikat
wakaf di Kecamatan Paal Merah Kota Jambi ?
3. Bagaimana status hukum tanah wakaf tanpa sertifikat di Kecamatan Paal
Merah Kota Jambi ditinjau dari hukum Islam dan hukum positif ?
6
C. Batasan Masalah
Mengingat objek yang akan dibahas dalam penelitian ini cukup luas,
sehingga diperlukan pembatasan masalah agar penelitian ini dapat lebih akurat
dan terarah, maka penulis memberikan batasan masalah penelitian hanya pada
status tanah wakaf tanpa sertifikat dalam perspektif hukum Islam dan hukum
positif di Kecamatan Paal Merah Kota Jambi.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin penulis capai dari penelitian ini yaitu :
a. Untuk mengetahui konsep wakaf menurut hukum Islam dan hukum
positif
b. Untuk mencari dan menganalisis faktor apa yang menyebabkan masih
adanya tanah wakaf tanpa sertifikat wakaf di Kecamatan Paal Merah Kota
Jambi
c. Untuk mengetahui status hukum tanah wakaf tanpa sertifikat di
Kecamatan Paal Merah Kota Jambi yang ditinjau dari hukum Islam dan
hukum positif.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Akademis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan kontribusi ilmiah
dan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan, terutama dalam
masalah status hukum tanah wakaf tanpa sertifikat di Indonesia.
2) Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana stara satu
di Prodi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
b. Kegunaan Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk
mengembangkan penelitian lebih lanjut guna kepentingan ilmu
7
pengetahuan khususnya tentang status hukum tanah wakaf tanpa
sertifikat di Indonesia.
2) Diharapkan dengan penelitian ini masyarakat mendapatkan wawasan
dan pengetahuan tentang bagaimana status hukum tanah wakaf tanpa
sertifikat di Indonesia.
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual
1. Kerangka Teori
a. Teori Maqashid Syari’ah
Maqashid al-syari’ah terdiri dari dua kata, yaitu maqashid dan
syari’ah. Kata maqashid merupakan bentuk jamak dari maqshad yang berarti
maksud dan tujuan, sedangkan syari‟ah mempunyai pengertian hukum
hukum Allah yang ditetapkan untuk manusia agar dipedomani untuk
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat.
Dengan demikian, maqashid al-syari’ah berarti kandungan nilai yang
menjadi tujuan pensyariatan hukum. Maka maqashid al-syariah adalah tujuan
tujuan yang hendak dicapai dari suatu penetapan hukum.11
Maqashid syari’ah dapat juga berarti tujuan-tujuan Allah dan Rasul-
Nya dalam merumuskan hukum-hukum Islam. Tujuan hukum Islam itu dapat
ditelusuri didalam ayat-ayat Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah SAW sebagai
alasan yang logis bagi rumusan suatu hukum yang berorientasi pada
kemaslahatan seluruh umat manusia.12
b. Teori maslahah mursalah
Al-maslahah sewazan dengan kata al-manfaat, yang berarti
mengandung manfaat. Bentuk jamak dari al-maslahah adalah al-mashalih.
Menurut bahasa al-maslahah berarti segala yang dapat mendatangkan
11 Asafri Jaya, Konsep Maqashid al-Syari’ah Menurut Al-Syathibi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1996) hlm 5
12 Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup, 2005), hlm 233
8
manfaat baik dengan cara melakukan suatu tindakan maupun menghindarkan
dan menolak segala sesuatu yang dapat menimbulkan kemudharatan dan
kesulitan. Pengertian al-maslahah al-mursalah adalah kemaslahatan yang
sejalan dengan tujuan syara’ sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam
mewujudkan kemaslahatan dan menghindarkan dari kemudaharatan yang
dibutuhkan dalam kehidupan manusia.13
Ditinjau dari segi kepentingan dan kualitas maslahah dibagi dalam
tiga tingkatan, yaitu:
1) Al-Maslahah al-dharuriyat, yaitu kemaslahatan yang berkaitan dengan
semua kebutuhan dasar manusia baik di dunia maupun di akhirat.
2) Al-Maslahah al-hajiyat, yaitu kemaslahatan yang dibutuhkan semua
manusia untuk menyempurnakan kemaslahatan pokok manusia dan untuk
menghilangkan kesulitan yang mereka hadapi.
3) Al-Maslahah al-tahsiniyat, yaitu kemaslahatan yang bersifat sebagai
pelengkap terhadapa kemaslahatan dharuriyat dan hajiyat.14
c. Teori Kepastisan Hukum
Undang Undang Pokok Agraria (UUPA) memiliki salah satu tujuan
yaitu untuk meletakkan dasar dasar yang menjamin kepastian hukum bagi
seluruh rakyat Indonesia. Tujuan kepastian hukum tersebut dapat diwujudkan
dengan upaya pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah ini menjadi kewajiban
pemerintah yang telah diatur dalam pasal 19 UUPA, yaitu: (1) untuk
menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah
diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang
diatur dengan Peraturan Pemerintah. (2) Pendaftaran tersebut dalam ayat 1
pasal ini meliputi: pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah, pendaftaran
13
Firdaus, Ushul Fiqh : Metode Mengkaji dan Memahami Hukum Islam Secara
Komprehensif, (Depok, Rajawali Pers, 2017), hlm 91-92
14 Ibid, hlm 93-94
9
hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut, pemberian surat-surat
tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. (3)
pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengigat keadaan negara dan
masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta kemungkinan
penyelenggaraannya menurut pertimbangan Menteri Agraria. (4) dalam
Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan
pendaftaran termaksud di dalam ayat 1 di atas, dengan ketentuan bahwa
rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pebayaran biaya-biaya tersebut.15
Dalam Undang Undang Pokok Agraria Pasal 19 Ayat 1 menetapkan
bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran tanah diatur dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
Peraturan Pemerintah tersebut bertujuan memberikan kepastian hukum dan
perlindungan hukum kepada pemegang hak milik atas tanah, dengan alat
bukti yang dihasilkan pada akhir proses pendaftaran tanah berupa sertifikat
tanah yang terdiri atas salinan buku tanah dan surat ukur.16
2. Kerangka Konseptual
a. Sertifikat Tanah Wakaf
Sertifikat adalah sebuah salinan buku tanah dan surat ukuran tanahnya
yang dijilid menjadi satu bersama dengan kertas sampul yang bentuknya
telah ditetapkan oleh peraturan Menteri Agraria dan diberikan kepada
yang berhak menerimanya.17
Untuk memberikan kepastian hukum kepada pemilik hak atas tanah
dan hak milik satuan rumah susun maka telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 32 Ayat 1 Tentang Pendaftaran
Tanah bahwa sertifikat tanah dapat berlaku sebagai alat pembuktian yang
15
Urip Santoso, Kepastian Hukum Wakaf Tanah Hak Milik, Jurnal Ilmu Hukum, Vol XIX
No. 2, 2004, hlm 76
16 Ibid
17 Mudjiono, Politik dan Hukum Agraria, (Yogyakarta: Liberty, 1997), hlm 31
10
kuat. Sertifikat tanah menjadi suatu surat tanda bukti yang kuat mengenai
data fisik dan data yuridis yang terdapat didalamnya, sepanjang data fisik
dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang terdapat didalam surat
ukur dan buku tanah yang bersangkutan.18
Sertifikat tanah wakaf merupakan salah satu program nasional sebagai
bentuk pertanggung jawaban pemerintah kepada masyarakat. Oleh
karenanya, perlu diadakan pendataan tanah wakaf secara pasti dan akurat
untuk mengetahui secara pasti berapa jumlah tanah wakaf yang ada di
seluruh Indonesia. Karena masih banyak masyarakat Indonesia yang
melakukan praktek perwakafan tanpa adanya akta ikrar wakaf dan tidak
ada sertifikat wakafnya.
b. Wakaf Dalam Hukum Islam
Wakaf adalah salah satu ibadah dalam hukum Islam. membicarakan
permasalahan wakaf baik secara umum maupun secara khusus tidak akan
terlepas dari pembicaraan tentang konsep wakaf menurut hukum Islam.
Tetapi wakaf tidak memiliki konsep yang tunggal dalam ajaran hukum
Islam, karena banyak sekali pendapat tentang konsep wakaf tersebut.19
Dasar hukum tentang wakaf terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur‟an yang
memerintahkan manusia untuk selalu berbuat kebaikan terhadap sesama
umat manusia, salah satunya ialah mewakafkan harta atau tanah yang
dimilikinya untuk kepentingan masyarakat banyak. Diantaranya ayat Al-
Qur‟an yang memerintahkan untuk berbuat kebaikan terdapat dalam
surah Al-Hajj ayat 77:
اركعىاواسجدواواعبدواربكموافعلىاالخيزلعلكمتفلحىن۩ياأيهاالذيهآمىىا
18
Boedi Harsono, Op-cit, hlm 481
19 Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Kedudukan Tanah Wakaf di Negara
Kita, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), hlm 15
11
“Wahai orang orang yang beriman! rukuklah, sujudlah, dan sembahlah
Tuhanmu dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung”. (QS. Al-Hajj
Ayat 77).20
Menurut perspektif fiqih Islam, ada 4 rukun wakaf, yaitu:
1) Wakif (orang yang mewakafkan hartanya)
2) Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan)
3) Mauquf ‘Alaih (pihak yang diberikan wakaf atau peruntukan wakaf)
4) Shighat (ikrar wakaf sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan
sebagian harta bendanya)
Jika ditinjau dari kepada siapa wakaf diperuntukkan, maka wakaf
dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Wakaf Ahli
Wakaf ahli atau bisa disebut juga wakaf Dzurri, yaitu wakaf yang
diperuntukkan kepada orang-orang tertentu saja, hanya seorang
ataupun lebih, keluarga si wakif atau bukan.
2) Wakaf Khairi
Yaitu wakaf yang digunakan untuk kepentingan agama atau
kemasyarakatan (kepentingan umum), seperti digunakan untuk
keperluan pembangunan masjid, madrasah, rumah sakit, rumah
qur‟an, rumah anak yatim piatu, dan lain-lainnya.21
c. Wakaf Dalam Hukum Positif
Pengaturan tentang perwakafan di Indonesia telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Undang-Undang Pokok
agraria, yang selanjutnya ditindak lanjuti oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik. Dan wakaf juga
20
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Solo: Abyan, 2014), hlm 341
21 Departemen agama RI, FIqh Wakaf, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,, 2007), hlm 3
12
dimuat di dalam Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 yaitu Kompilasi
Hukum Islam di Indonesia.22
Untuk mengefektifkan potensi ekonomi yang terkandung didalam
wakaf, maka pemerintah membentuk Undang-Undang Nomor 41 Tahun
2004 Tentang Wakaf. Didalam Undang-Undang ini dikembangkan juga
tentang ketentuan mengenai perwakafan berdasarkan syariah, kewajiban
pendaftaran serta pengumuman harta benda wakaf, benda yang
diwakafkan tidak terbatas hanya benda tidak bergerak saja tetapi juga
pada benda yang bergerak, baik yang bewujud maupun yang tidak
berwujud, keperuntukan benda wakaf tidak semata hanya untuk
kepentingan keagamaan dan sosial saja, tetapi juga untuk memajukan
kesejahteraan umum dengan meningkatkan manfaat dan potensi ekonomi
yang terkandung didalam benda wakaf tersebut, dan dibentuknya Badan
Wakaf Indonesia (BWI).23
F. Tinjauan Pustaka
Untuk dapat mengetahui lebih jelas dan lebih mendalam mengenai
penelitian ini, penulis berusaha memulai aktifitas penelitian dan mengkaji dengan
berusaha membaca skripsi maupun buku-buku dengan suatu permasalahan yang
penulis angkat. Kemudian dipaparkan kembali agar tidak terjadi adanya
pengulangan pembuatan skripsi.
Ada beberapa penelitian yang penulis temukan yang membahas tentang
wakaf, yaitu :
1. Skripsi yang ditulis oleh Nurul Syafiqah Binti Mohd Shahdan Mahasiswa
Program Studi Ahwal Syakhsiyyah dan Hukum Fakultas Syariah Institut
Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, dengan judul skripsi
“Peran MAIS Dalam Mencegah Terjadinya Sengketa Tanah Wakaf (Studi
22
Suhrawardi K, Lubis, dkk, Op-cit, hlm 156
23 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm 9
13
Sabak Bernam Selangor)”.24
Penelitian ini membahas tentang peran MAIS
dalam mencegah terjadinya sengketa tanah wakaf di Provinsi Selangor oleh
Majelis Agama Islam Provinsi Selangor, mendeskripsikan prosedur
penyelesaian sengketa tanah wakaf di Negeri Selangor, dan Untuk
mendeskripsikan aspek apa saja yang menjadi penimbang MAIS dalam
menyelesaikan sengketa tanah wakaf yang terjadi di Majelis Agama Islam
Selangor.
Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian Nurul Syafiqah
Binti Mohd Shahdan yaitu terletak pada pembahasannya yang mana pada
penelitian sebelumnya membahas tentang bagaimana peran MAIS dalam
mencegah terjadinya sengketa tanah wakaf sedangkan dalam penelitian ini,
peneliti membahas tentang bagaimana status hukum tanah wakaf tanpa
sertifikat, yang mana jika tanah wakaf yang belum memiliki sertifikat, maka
akan banyak permasalahan yang ditimbulkan, salah satunya persengketaan
antara ahli waris yang menggugat kembali tanah wakaf tersebut yang belum
memiliki sertifikat. Hal ini disebabkan karena tanah wakaf tersebut belum
memiliki sertifikat wakaf.
2. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Yassir Mahasiswa Program Studi
Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi, dengan judul skripsi “Kedudukan Wakaf Dalam Islam
Studi Perbandingan Antara Mazhab Hanafi Dan Mazhab Syafi‟i”.25
Penelitian
ini membahas tentang bagaimana kedudukan wakaf dalam Islam dan untuk
mengungkap bagaimana pandangan hukum Islam mengenai penarikan
24 Nurul Syafiqah Binti Mohd Shahdan, Peran MAIS Dalam Mencegah Terjadinya Sengketa
Tanah Wakaf (Studi Sabak Bernam Selangor), Skripsi, (Jambi: Fakultas Syariah Institut Agama Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2013)
25Muhammad Yassir, Kedudukan Wakaf Dalam Islam Studi Perbandingan Antara Mazhab
Hanafi dan Mazhab Syafi’I, Skripsi, (Jambi: Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, 2019)
14
kembali harta wakaf yang telah diwakafkan tersebut, penelitian ini juga
membahas tentang bagaimana tanggapan ulama tentang kedudukan harta
tersebut, di skripsi ini hanya memakai pendapat Mazhab Hanafi dan Mazhab
Syafi‟I mengenai kedudukan harta benda wakaf yang ditarik kembali.
Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian Muhammad
Yassir yaitu terletak pada pembahasannya yang mana pada penelitian
sebelumnya membahas tentang bagaimana kedudukan wakaf dalam Islam,
bagaimana pandangan hukum Islam tentang penarikan kembali harta wakaf
yang telah diwakafkan sedangkan dalam penelitian ini, peneliti membahas
tentang bagaimana status hukum tanah wakaf tanpa sertifikat baik dalam
pandangan hukum Islam maupun hukum positif
3. Skripsi yang ditulis oleh Hazril Mahasiswa Program Studi Hukum Keluarga
Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi, dengan judul skripsi “Hukum Pemanfaatan Tanah Wakaf Untuk
Kepentingan Pribadi (Studi Kasus Di Desa Talang Sengegah Kab Merangin
Jambi)”26
. Skripsi ini membahas tentang tanah wakaf yang dimanfaatkan
untuk kepentingan pribadi, karena masyarakat Desa Talang Sengegah
beranggapan bahwa harta wakaf adalah milik umum sesuai dengan keinginan
si pewakaf, dan tidak boleh harta wakaf tersebut digunakan untuk selain
kepentingan umum. Faktor penyebabnya adalah faktor ekonomi, faktor
pengetahuan dan faktor dari kurangnya pengawasan dari nadzir.
Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian Hazril yaitu
terletak pada pembahasannya yang mana pada penelitian sebelumnya
membahas tentang tanah wakaf yang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi
di Desa Talang Sengegeh sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang
26
Hazril, Hukum Pemanfaatan Tanah Wakaf Untuk Kepentingan Pribadi (Studi Kasus Di
Desa Talang Sengegah Kab Meranigin Jambi), Skripsi, (Jambi: Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2020)
15
status hukum tanah wakaf tanpa sertifikat wakaf yang ditinjau dari hukum
Islam dan hukum positif.
16
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Urusan Agama Jambi Selatan Kota
Jambi yang beralamat di Jln Rb Siagian Rt 02 Kelurahan Pasir Putih Kecamatan
Jambi Selatan Kota Jambi. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu dari
tanggal 17 Februari 2021 Sampai tanggal 17 Mei 2021.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan yaitu penelitian kualitatif yang
lebih khususnya dengan penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian
yang objeknya mengenai gejala gejala atau peristiwa peristiwa yang terjadi pada
kelompok masyarakat.27
C. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penilitian ini adalah
kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengumpulkan
dan menganalisis data dan tidak berdasarkan angka-angka, akan tetapi bukan
berarti tidak boleh menggunakan angka dalam menerangkan gejala. Sedangkan
penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud memberikan data yang
seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya.28
Selanjutnya penulis menggunakan jenis penelitian dengan pendekatan
yuridis empiris, yaitu dengan menggunakan pendekatan yang melihat gejala
27 Suharsimi Arikunto, prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta. Cet. II, 1998), hlm 15.
28 Sayuti Una, pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi : Syariah Press, 2014), hlm
32
17
gejala sosial yang berkaitan dengan hukum dalam praktik legislasi di Indonesia.29
Pendekatan yuridis empiris ini mengkaji bagaimana ketentuan ketentuan hukum
yang berlaku dan apa yang terjadi di masyarakat. Yaitu tentang bagaimana status
hukum tanah wakaf tanpa sertifikat di Kecamatan Paal Merah Ditinjau Dari
Hukum Islam dan Hukum Positif.
D. Jenis dan Sumber Data
Dalam setiap penelitian tentunya memerlukan jenis dan sumber datanya,
dalam penelitian penulis menggunakan jenis dan sumber data sebagai berikut :
a) Jenis Data
1) Data Primer
Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek
penelitian.30
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil
wawancara dan pengamatan langsung dilapangan. Wawancara langsung
dengan ketua BWI Kota Jambi, wawancara dengan kepala KUA Jambi
Selatan Kota Jambi, dan penyuluh agama bidang wakaf di Kantor Urusan
Agama Jambi Selatan Kota Jambi untuk lebih menguatkan hasil penelitian
ini, serta wawancara terhadap wakif dan nadzir.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau
melalui sumber perantara. Data ini diperoleh dengan cara mengutip
langsung dari sumber lain, sehingga data tersebut tidak bersifat autentik,
karena sudah diperoleh dari pihak lain.31
Data sekunder yang penulis
29 Noor Muhammad Aziz, “Urgensi Penelitian dan Pengkajian Hukum dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan,” Jurnal Rechts Vinding BPHN, Vol. 1 No. 1, (Januari-April 2012),
hlm 19.
30 Sayuti Una, Op-cit, hlm 34
31 Sayuti Una, Ibid
18
gunakan dalam penelitian ini berupa Al-qur‟an, hadis, undang-undang,
buku, jurnal, skripsi yang berhubungan dengan penelitian ini.
b) Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini ialah subjek dari mana saja data data
ini dapat diperoleh. Peneliti memperoleh sumber data dari orang-orang yang
mengetahui, mengalami, ikut serta, dan terlibat langsung maupun dalam
proses perwakafan yang terjadi di Kecamatan Paal Merah. Dalam penelitian
ini sumber datanya terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder,
yaitu :
Sumber data primer
- Ketua BWI Kota Jambi
- Kepala KUA Jambi Selatan
- Penyuluh agama bidang wakaf di KUA Jambi Selatan
- Wakif
- Nadzir
Sumber data sekunder
- Buku-Buku
- Jurnal
- Data-data atau Dokumen
- Artikel-artikel lain yang berkaitan dengan penelitian ini
Namun untuk mendapatkan kelengkapan data-data, tidak menutup
kemungkinan penulis juga akan mendapatkan data-data dan informasinya dari
pihak-pihak diluar dari yang sudah disebutkan diatas, namun masih
berhubungan dengan pokok permasalahan penelitian ini.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara memperoleh data dalam
kegiatan penelitian, yaitu menentukan cara mendapatkan data mengenai variabel
19
variabel.32
Metode pengumpulan data dibutuhkan guna untuk menjawab rumusan
masalah dalam sebuah penelitian, dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga
metode pengumpulan data sebagai berikut :
a) Observasi
Observasi atau pengamatan langsung semua objek dengan menggunakan
semua panca indra. Observasi digunakan dalam sebuah penelitian hukum
apabila suatu tujuan penelitian hukum itu mencatat perilaku hukum yang
terjadi di lingkungan masyarakat.33
Dalam proses observasi maka penulis akan
membuat catatan-catatan untuk keperluan saat menganalisis data dan saat
pengecekan data kembali. Data yang diperoleh dari hasil observasi akan
menjadi data primer.
b) Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan langsung kepada responden untuk memperoleh
informasi langsung. Wawancara tersebut dilakukan dengan cara sistematis dan
memiliki nilai validasi dan reliabilitas.34
Wawancara ini dilakukan oleh
penulis untuk mendapatkan data data langsung dari responden untuk
mengetahui secara langsung tentang bagaimana status tanah wakaf tanpa
sertifikat yang ada di Kecamatan Paal Merah Kota Jambi ini.
c) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan alat pengumpulan data dengan mengambil data-
data dari catatan, administrasi, arsip-arsip dan dokumen yang mendukung data
primer dalam penelitian ini.
32
Afifudin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2009), hlm 129
33 Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi. (Bandung :
Alfabeta, 2017), hlm 119
34 Ishaq, Ibid, hlm 115
20
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti untuk
menganalisa dan mengembangkan data-data yang telah diperoleh saat melakukan
suatu penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data
versi Miles dan Hubermen sebagai berikut:35
a) Reduksi Data (Data Reduction)
Semua data yang telah diperoleh dan dikumpulkan selama proses
penelitian kemudian dicatat secara rinci dan teliti, dan selanjutnya dilakukan
teknik analisis data dengan reduksi data, yakni dengan merangkum dan
memfokuskan pada hal-hal yang penting saja, dan membuang yang tidak
penting. Reduksi data dapat juga diartikan sebagai proses pemilihan,
penyederhanaan, dan transformasi data data yang masih kasar yang muncul
dari catatan-catatan saat melakukan penelitian di lapangan. Mereduksi data
merupakan membuang data-data yang tidak perlu dan menganalisis data
dengan menggolongkan, mengarahkan, mengkategorikan, dan
mengorganisasikan data menjadi sedemikian rupa sehingga data yang sudah
terkumpul menjadi lebih akurat dan dapat di verifikasi.
b) Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data adalah mendeskripsikan informasi tersusun yang telah
terkumpul yang memberikan kemungkinan akan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data atau data display ini
bisa juga dalam bentuk grafik, bagan ataupun jaringan. Semuanya ini
dirancang agar dapat menggabungkan informasi yang tersusun ke dalam
bentuk yang mudah untuk dipahami.
35 Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), hlm 85-87
21
c) Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah kegiatan akhir dalam
penelitian kualitatif. Penelitian ini harus sampai pada kesimpulan dan
melakukan verifikasi data, baik dari segi maknanya maupun kebenaran
sekumpulan data yang telah disepakati oleh objek tempat penelitian dilakukan.
22
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan
Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan pertama kali berdiri di
Lorong Dharma II Kelurahan Pakuan Baru pada tahun 1969, dan pada tahun 1979
pindah ke Jalan Rb, Siagian Nomor 03 RT 02 Kelurahan Pasir Putih dengan luas
tanah 570 m2. Sejak awal berdiri pada tahun 1969 sampai tahun 2021 ini, Kepala
Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan telah mengalami beberapa kali
pergantian kepala, sebagai berikut36
:
Tabel 3.1
Daftar Nama Kepala KUA Jambi Selatan Kota Jambi
Sejak Awal Berdiri Sampai Sekarang37
No Nama Tahun Jabatan
1 Nungcik Ismail 1969 – 1972
2 Khatib 1972 – 1975
3 Nungcik Ismail 1975 – 1978
4 M. Yazid, BA 1978 – 1979
5 M. Fachruddin, BA 1979 – 1983
6 Said Hasan, BA 1983 – 1985
7 Drs. H. Warongi 1985 – 1989
8 Drs. H. M. Ridho 1989 – 1994
9 Drs. H. Fachrur 1994 – 1999
10 H. Hasan Muhammad, BA 1999 – 2003
11 Zoztafia, S.Ag 2003 – 2006
12 Drs. H. Rusli Adam, M.HI 2006 – 2007
36
Dokumen Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, 8 Maret 2021
37 Dokumen Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, 8 Maret 2021
13 Syfarizal, S.Ag 2007 – 2011
14 Muhammad Safwan, S.Ag 2011 – 2013
15 Juwaini, S.Ag 2013 – 2018
16 Marjuin, S.Ag 2018 – sekarang
Sumber : Kantor Urusan Agama Jambi Selatan Kota Jambi Tahun 2021
Tugas dan fungsi Kantor Urusan Agama sangat strategis, karena Kantor
Urusan Agama merupakan ujung tombak dari Kementerian Agama yang
berhubungan langsung dengan masyarakat dan melakukan pelayanan kepada
masyarakat seperti pencatatan pernikahan, pembinaan keluarga sakinah,
pembinaan hubungan baik dengan para ulama, pemuka masyarakat dan
penyelenggaraan pencatatan dan pembuatan akta wakaf. 38
Untuk menjalankan tugasnya tersebut, Kantor Urusan Agama Kecamatan
harus membutuhkan kinerja yang optimal dengan didukung oleh sumber daya
manusia yang mumpuni dari karyawan dan karyawati. Di era global seperti saat
ini, menuntut segala sesuatunya harus diselesaikan dengan cepat dan rapi.
Komputerisasi arsip dan data merupakan tuntutan zaman yang tidak bisa dihindari
lagi.39
B. Letal Goegrafis Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan
1. Monografi Kecamatan Jambi Selatan
a) Letak wilayah dan batas-batas Kecamatan Jambi Selatan
Kecamatan Jambi Selatan merupakan salah satu kecamatan yang
berada di wilayah Kota Jambi, yang terdiri dari lima kelurahan meliputi:
1) Kelurahan Tambak Sari (1,46 Km2) terdiri dari 34 RT
2) Kelurahan Pakuan Baru (1,05 Km2) terdiri dari 25 RT
3) Kelurahan Thehok (6,60 Km2) terdiri dari 40 RT
4) Kelurahan Pasir Putih (1,14 Km2) terdiri dari 28 RT
38 Dokumen Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, 8 Maret 2021
39 Ibid
5) Kelurahan Wijayapura (1,16 Km2) terdiri dari 23 RT
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Jambi Selatan meliputi:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pasar Jambi
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kota Baru dan
Kecamatan Mestong
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jambi Timur dan
Kecamatan Kumpeh Ulu
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jelutung40
b) Luas wilayah dan jumlah penduduk Kecamatan Jambi Selatan
Luas wilayah Kecamatan Jambi Selatan adalah 11,41 Km2. Dengan
jumlah penduduk sebanyak 62.906 jiwa. Dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Di Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi
Dirinci Per Kelurahan41
No Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Tambak Sari 5. 785 5.931 11.716
2 Pakuan Baru 4.209 4.289 8.498
3 Thehok 9.841 10.484 20.325
4 Pasir Putih 7.065 7.090 14.155
5 Wijaya Pura 4.068 4.144 8.212
Jumlah 30.968 31.938 62.906
Sumber : Kantor Urusan Agama Jambi Selatan Kota Jambi Tahun 2021
Dari data tabel di atas jumlah penduduk di Kecamatan Jambi Selatan
Kota Jambi berjumlah 62.906 jiwa, terdiri dari laki-laki dan perempuan
40
Dokumen Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, 8 Maret 2021
41 Dokumen Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, 8 Maret 2021
baik dewasa maupun anak-anak. Kecamatan Jambi Selatan memiliki 5
kelurahan, dengan kepadatan penduduk terbesar ada di tiga kelurahan,
yaitu kelurahan Thehok, Pasir Putih, dan Tambak Sari. Dengan jumlah
penduduk terbesar yaitu di kelurahan Thehok dengan jumlah 20.325 jiwa.42
2. Monografi Kecamatan Paal Merah
a) Letak wilayah dan batas-batas Kecamatan Paal Merah
Kecamatan Paal Merah merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan
Jambi selatan yang berada diwilayah Kota Jambi, yang terdiri dari lima
kelurahan, meliputi:
1) Kelurahan Talang Bakung (6.84 Km2) terdiri dari 46 RT
2) Kelurahan Eka Jaya (8.73 Km2) terdiri dari 62 RT
3) Kelurahan Paal Merah (5.38 Km2) terdiri dari 35 RT
4) Kelurahan Lingkar Selatan (1.72 Km2) terdiri dari 56 RT
5) Kelurahan Payo Selincah (4.472 Km2) terdiri dari 37 RT
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Paal Merah meliputi:
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jambi Selatan dan Jambi
Timur
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kota Baru
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi43
b) Luas wilayah dan jumlah penduduk Kecamatan Paal Merah
Luas wilayah Kecamatan Paal Merah adalah 27,142 Km2. Dengan
jumlah penduduk sebanyak 91.383 jiwa. Dengan rincian sebagai berikut:
42
Ibid
43Dokumen Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, 8 Maret 2021
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Di Kecamatan Paal Merah Kota Jambi
Dirinci Per Kelurahan44
No Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Talang Bakung 12.571 12.466 25.037
2 Eka Jaya 10.534 10.417 20.951
3 Paal Merah 7.131 6.823 13.954
4 Lingkar Selatan 9.200 8.923 18.123
5 Payo Selincah 6.779 6.539 13.318
Jumlah 46.215 45.168 91.383
Sumber : Kantor Urusan Agama Jambi Selatan Kota Jambi Tahun 2021
Dari data tabel di atas jumlah penduduk di Kecamatan Paal Merah
Kota Jambi berjumlah 91.383 jiwa, terdiri dari laki-laki dan perempuan
baik dewasa maupun anak-anak. Kecamatan Paal Merah memiliki lima
kelurahan, dengan kepadatan penduduk terbesar ada di tiga kelurahan,
yaitu kelurahan Talang Bakung, Eka Jaya dan Lingkar Selatan. Dengan
jumlah penduduk terbesar yaitu di Kelurahan Talang Bakung dengan
jumlah penduduk 25.037 jiwa.45
C. Visi dan Misi Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan
Dalam menjalan tugas-tugasnya, Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi
Selatan merumuskannya didalam Visi dan Misi sebagai berikut:
Visi :
“ Unggul Dalam Pelayanan Dan Bimbingan Menuju Masyarakat Islami Yang
Berkualitas Dan Berakhlak Mulia”.
44 Dokumen Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, 8 Maret 2021
45 Dokumen Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, 8 Maret 2021
Misi :
1. Meningkatkan pelayanan dibidang organisasi.
2. Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi nikah dan rujuk.
3. Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi kependudukan, keluarga
sakinah dan pangan halal.
4. Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi kemasjidan.
5. Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi zakat, infak, shadaqah dan
wakaf.
6. Meningkatkan pelayanan informasi tentang madrasah, pondok pesantren, haji
dan umrah.
7. Meningkatkan pelayanan dan kegiatan lintas sektoral.46
D. Susunan Organisasi, Program Kerja, dan Uraian Kerja Kantor Urusan
Agama Kecamatan Jambi Selatan
1. Susunan Organisasi Kantor Urusan agama Kecamatan Jambi Selatan
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 73 Tahun 1996
Tentang Nama dan Uraian Jabatan Kantor Urusan Agama Kecamatan, maka
struktur organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan sebagai
berikut:
a) Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan
b) Petugas Tata usaha
c) Petugas Administrasi Keuangan
d) Petugas Bimbingan dan Pelayanan Nikah dan Rujuk
e) Petugas Bimbingan Kemasjidan
f) Petugas Pembinaan Zakat, Wakaf dan Ibadah Sosial
g) Petugas Pengembangan Keluarga Sakinah dan Kependudukan
h) Petuas Pelayanan Ibadah Haji dan Umroh
46
Dokumen Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, 8 Maret 2021
Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi47
:
Sumber : Kantor Urusan Agama Jambi Selatan Kota Jambi Tahun 2021
47 Dokumen Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, 8 Maret 2021
Kepala H. Marjuin, S.Ag
Fungsional Umum (Wakaf)
Suroto, A.ma
Fungsional Penghulu 1. Ihsan, S.Ag 2. Tesmayadi, S.Ag 3. Zainal Arifin, S.H 4.Yusuf Ahmadi, S.Th.I 5. H. Fahron Siregar, S.Ag. M.Sy 6. Rusli Adam, M.HI
Fungsional Penghulu 1. H. Dairun, S.Ag 2. H. Miftahul Huda, S.Ag 3. Rajo Bungsu, S.Pd. 4. Ahmad Al-Juwaini, S.Sos 5. Nurul Huda, SP
Fungsional Umum (Tata Usaha)
Yatni
2. Program Kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan
a) Pembinaan
1) Pembinaan Staf
2) Pembinaan Penghulu
3) Pembinaan Pengamalan Agama
4) Pembinaan BP4 (Badan Penasehat, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan)
5) Pembinaan Keluarga Sakinah
b) Pelayanan
1) Pendaftaran Nikah dan Rujuk
2) Pemeriksaan Catin dan Wali Nikah
3) Penasihatan Catin (Suscatin)
4) Pendaftaran Akta Wakaf
5) Informasi Haji dan Umrah
6) Insidentil Harian
3. Uraian Tugas Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan
a) Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan
1) Memimpin pelaksanaan tugas di lingkungan Kantor Urusan Agama
Kecamatan Jambi Selatan
2) Menyusun Visi, Misi program dan rencana kerja Kantor Urusan Agama
Kecamatan Jambi Selatan
3) Membagi tugas dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
4) Memantau, menggerakkan, membimbing dan mengarahkan
pelaksanaan tugas bawahan
5) Memberikan bimbingan dan pelayanan dibidang kepenghuluan
6) Melaksanakan bimbingan dan pelayanan dibidang pengembangan
keluarga sakinah
7) Memberikan bimbingan dan pelayanan dibidang kemasjidan, zakat,
wakaf, ibadah sosial, pengan halal dan kemitraan umat
8) Meneliti keabsahan AIW untuk ditandatangani
9) Melaksanakan dan mengembangkan kerja sama lintas sektoral dengan
instansi terkait dan lembaga-lembaga keagamaan di bidang
pelaksanaan tugas Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan
10) Menanggapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul di
bidang pelaksanaan tugas Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi
Selatan
11) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala kemenag Kota Jambi
b) Petugas Tata Usaha
1) Menyiapkan bahan dan peralatan kerja
2) Mengarsipkan surat masuk dan surat keluar
3) Mengisi kartu kendali dan lembar disposisi
4) Memeriksa kartu kendali dan lembar disposisi
5) Melayani legalisasi foto copy kutipan akta nikah
6) Mencatat jadwal kegiatan kepala KUA
7) Melayani surat-surat yang harus diketahui oleh kepala KUA
8) Menyiapkan buku tamu dan notulen
9) Merekapitulasi dan mempertanggung jawabkan pengisian absen
pegawai
10) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala KUA
c) Petugas Administrasi Keuangan
1) Menyiapkan bahan dan peralatan kerja
2) Membuat laporan pertanggung jawaban keuangan NR
3) Menyetorkan dan membukukan biaya NR ke Pos dan Giro
4) Mengarsipkan bukti setor, NB dan akta nikah
5) Mengisi buku setor dan membuat buku ekspedisi untuk buku nikah
6) Memberi nomor surat akta nikah dan merekapitulasi peristiwa nikah
7) Menuliskan buku nikah membuat data zakat dan ibadah qurban
8) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala KUA
d) Petugas Bimbingan dan Pelayanan Nikah dan Rujuk
1) Menyipakan bahan dan peralatan kerja
2) Meneliti dan mempelajari permohonan nikah
3) Melakukan pemeriksaan calon pengantin dan mengisi formulir NB
4) Menyusun jadwal pelaksanaan nikah
5) Menyiapkan konsep pengumuman nikah
6) Menyiapkan buku kutipan akta nikah
7) Menyiapkan bahan bimbingan calon pengantin
8) Mewakili PPN dalam pelaksanaan nikah
9) Menyiapkan rekomendasi pindah nikah diluar wilayah kerja KUA
Kecamatan Jambi Selatan
10) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala KUA
e) Petugas Bimbingan Kemasjidan
1) Menyiapkan bahan dan peralatan kerja
2) Menyiapkan bahan bimbingan kemasjidan
3) Menginventarisasi jumlah dan perkembangan masjid, musholla dan
langgar
4) Mempelajari dan meneliti berkas permohonan bantuan dana
pembangunan masjid, musholla dan langgar
5) Mengikuti perkembangan tempat ibadah dan penyiaran agama
6) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada atasan
f) Petugas Pembinaan Zakat, Wakaf dan Ibadah Sosial
1) Menyiapkan bahan dan peralatan kerja
2) Menginventarisasi tanah wakaf, wakif dan nadzir
3) Meneliti kelengkapan bahan pensertifikatan tanah wakaf
4) Mencatat dan membukukan tanah wakaf yang telah bersertifikat
5) Membuat rekomendasi pindah nikah
6) Membuat absen pegawai
7) Membuat laporan bulanan (A,F1,F2 Petikan NA dan Produk Halal)
8) Mendata produk halal
9) Membuat laporan tahunan
10) Membuat jadwal pendaftaran nikah
11) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala KUA
g) Petugas Pengembangan Keluarga Sakinah dan Kependudukan
1) Menyiapkan bahan dan peralatan kerja
2) Mendata jumlah penduduk
3) Mengidentifikasi keluarga sakinah dan pra sakinah
4) Menyiapkan bahan bimbingan dan penasehatan kepada catin
5) Membuat laporan bulanan BP 4
6) Mengarsipkan pengumuman kehendak nikah
7) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala KUA
h) Petugas Pelayanan Ibadah Haji dan Umrah
1) Menyiapkan bahan dan peralatan kerja
2) Membuat laporan dan BKU penggunaan dana bantuan operasional
3) Membuat laporan dan BKU penggunaan dana penyelenggaraan haji
4) Membuat laporan dan BKU penggunaan dana operasional manasik haji
5) Menginput pendaftaran, pemeriksaan dan akta nikah
6) Membuat buku keluar masuk ATK
7) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala KUA48
E. Sarana dan Prasarana Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan
1. Ruangan
a) 1 ruangan kepala
b) 1 ruangan penghulu dan penyuluh
c) 1 ruangan balai nikah dan BP4
d) 1 ruangan arsip
e) 1 ruangan dapur + wc
48 Dokumen Kantor Urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, 8 Maret 2021
2. Administrasi dan Pelayanan
a) 11 buah meja + kursi
b) 1 unit kendaraan roda 2
c) 1 unit komputer + printer
d) 1 buah mesin ketik
e) 1 buah lemari filling kabinet
f) 1 buah lemari arsip berkas nikah
g) 3 buah lemari data
h) 1 buah papan pengumuman kehendak nikah
i) 1 buah papan kegiatan kepala KUA
j) 14 papan data pembinaan dan pelaksanaan tugas KUA
3. Personalia
a) 1 orang kepala
b) 2 orang penghulu
c) 5 orang staf/pegawai
d) 2 orang penyuluh49
Dari data-data sarana dan prasarana diatas Kantor Urusan Agama Jambi
Selatan sudah memenuhi kriteria sebagai kantor pelayanan publik karena telah
memiliki fasilitas yang memadai, meskipun dalam pelayanan tersebut masih
banyak terdapat kekurangan dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan di
Kantor Urursan Agama Jambi Selatan, akan tetapi pihak KUA Jambi selatan selalu
memberikan pelayanan secara maksimal dan sebaik mungkin untuk seluruh
masyarakat.
49 Dokumen Kantor urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, 8 Maret 2021
34
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Konsep Wakaf Menurut Hukum Islam Dan Hukum Positif
1. Konsep Wakaf Menurut Hukum Islam
a) Pengertian Wakaf
Kata wakaf berasal dari bahasa arab yaitu “Waqafa”. Kata “Waqafa”
berarti “menahan, diam ditempat, atau berdiri”. Kata “Waqafa-Yaqifu-
Waqfan” artinya sama dengan “Habasa-Yahbisu-Tahbisan”.50
Dari segi etimologi wakaf berasal dari bahasa arab yaitu Waqf
(Jamaknya awqaf), yang berarti menyerahkan harta milik dengan penuh
keikhlasan dan pengabdian, yaitu berupa penyerahan sesuatu pada suatu
lembaga Islam dengan menahan benda itu, dan yang diwakafkan itu disebut
mauquf.51
Wakaf menurut bahasa yang berarti menahan harta, menyerahkan
harta dengan memanfaatkan hasilnya dijalan Allah. Maknanya disini berarti
menghentikan memanfaatkan keuntungannya dan diganti sebagai amal
kebaikan dijalan Allah sesuai dengan tujuan dari wakaf. Menghentikan
segala aktifitas yang awalnya boleh dilakukan terhadap harta tersebut seperti
menjual, menghibahkan, atau mewariskan, namun setelah harta tersebut
dijadikan sebuah wakaf maka perbuatan tersebut tidak boleh dilakukan, akan
tetapi hanya boleh dilakukan untuk kepentingan agama saja sesuai dengan
tujuan harta tersebut diwakafkan. 52
Wakaf dalam perspektif fikih diartikan sebagai suatu perbuatan hukum
menahan benda yang dapat diambil manfaatnya tanpa menghabiskan
50 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Islam Tentang Wakaf, Ijarah, dan Syorksh, (Bandung: Al-
Ma‟arif, 1977), hlm 5
51 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Ciputat: Ciputat Press, 2005) hlm 7
52 Ibid, hlm 8
35
bendanya yang digunakan dalam berbuat kebaikan. Hak milik berupa harta
yang telah diwakafkan dianggap sebagai hak milik Allah SWT yang harus
dipergunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat banyak
sesuai dengan tujuan dari wakaf tersebut.53
Para ulama berbeda pendapat dalam hal mendefinisikan wakaf
menurut istilah (syara‟), karena para ulama merujuk kepada pendapat-
pendapat imam mazhab sebagai berikut:
1) Imam Abu Hanifah
Wakaf adalah menahan harta dari suatu tindakan otoritas pemilik
harta, dan menyedekahkan manfaat harta wakaf tersebut untuk tujuan
kebaikan. Maksudnya disini wakaf tidak memberikan konsekuensi akan
hilangnya harta yang diwakafkan dari kepemilikan si wakif, karena dia
boleh saja mencabut wakaf tersebut, dan boleh menjualnya bahkan
mewariskannya apabila si wakif telah wafat. Hal ini dikarenakan imam
Abu Hanifah menghukumi wakaf sebagai hukum jaiz (boleh), bukan
suatu yang lazim (wajib, yaitu mengandung hukum yang mengikat).54
2) Imam Mazhab Maliki
Wakaf adalah si wakif menjadikan hasil dari harta yang dia miliki,
meskipun kepemilikan itu hanya dengan cara menyewa atau menjadikan
penghasilan dari harta tersebut. Maksudnya si wakif menahan harta itu
dari semua bentuk kepemilikan dan menyedekahkan hasil dari harta
tersebut untuk hal kebaikan, namun harta tersebut masih menjadi milik
wakif, untuk tempo waktu tertentu. Karena menurut Malikiyyah wakaf
53
Abdul Ghafur Anshori, Hukum dan Praktek Perwakafan di Indonesia, (Yogyakarta: Pilar
Media, 2006), hlm 24
54 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 10 (Jakarta: Gema Insani: 2011), hlm
269
36
tidak menghilangkan kepemilikan harta tersebut, namun hanya
memutuskan hak pengelolaannya saja.55
3) Mazhab Syafi‟I dan Mazhab Hambali
Wakaf adalah menahan harta yang bisa dimanfaatkan namun harta
tersebut masih utuh, dengan menghentikan segala bentuk pengawasan
terhadap harta tersebut dari si wakif atau lainnya. Harta wakaf tersebut
dikelola untuk tujuan kebaikan demi mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Maka atas dasar ini lah harta tersebut hilang hak kepemilikannya dari wakif
dan harta tersebut dihukumi menjadi milik Allah SWT. Wakif terhalang
untuk mengelola harta yang diwakafkannya dan penghasilan/pemanfaatan
harta wakaf tersebut disedekahkan untuk suatu perbuatan kebajikan sesuai
dengan tujuan diwakafkannya harta tersebut.56
b) Dasar Hukum Wakaf
Dasar hukum wakaf menurut hukum Islam terdapat didalam Al-
Qur‟an Dan hadis sebagai berikut:
1) Al-Qur‟an Surah Al-Hajj Ayat 77
مىىااركعىاواسجدواواعبدواربكموافعلىاالخيزلعلكمتفلحىن ايهاالذيها ي
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan
sembahlah Tuhanmu, dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung.57
(QS.Al-Hajj Ayat 77)
2) Al-Qur‟an Surah Ali Imran Ayat 92
بهعليم الل اتحبىنوماتىفقىامهشيءفإن تىفقىامم حتى لهتىالىاالبز
55
Ibid, hlm 272
56 Ibid, hlm 271
57 Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Solo: Abyan, 2014), hlm 341
37
Artinya :
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa
saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.58
(QS. Ali Imran Ayat 92)
3) Al-Qur‟an Surah Al Baqarah Ayat 261
سىبلة كمثلحبةأوبتتسبعسىابلفيكل مثلالذيهيىفقىنأمىالهمفيسبيلالل
واسع عليم يضاعفلمهيشاءوالل مائةحبةوالل
Artinya :
Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah
seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai
ada seratus biji, Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki,
Dan Allah Maha Luas, Maha mengetahui.59
(QS. Al-Baqarah Ayat 261)
4) Al-Qur‟an Surah Al-Baqarah Ayat 267
هٱلرضول أخزجىالكمم ا تماكسبتمومم اأوفقىامهطيب أيهاٱلذيهءامىى ي
غىى ٱلل اأن أنتغمضىافيهوٱعلمى ـاخذيهإل مىاٱلخبيثمىهتىفقىنولستمب تيم
حميد
Artinya :
Wahai Orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu
keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan
58 Ibid, hlm 62
59 Ibid, hlm 44
38
dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.60
(QS. Al-Baqarah Ayat 267)
5) Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
ذب ب ب حفبعبث بعلنب بهيبصذقةبجبسة ب بهيبثلثة:بإلا بعولبإلا قطعبع سبىبا إرابهبتبال
صبحبذعبب
Artinya :
Apabila seseorang meninggal dunia maka terputuslah semua
amalnya kecuali tiga hal yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat,
dan anak yang sholeh yang selalu mendoakan orang tuanya. (HR. Imam
Muslim)
6) Hadits riwayat Imam Muslim dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
بإب ببفقبلبببسسبلباللا سلانبسحأهشبف ب بعل بصلاىباللا ا جشبفأجىبااج صبةبعوشبسضببثخ
بقبلبإىبشئثبحجسثب بفوببجأهشبث ذيبه فسبع ب جشبنبصتبهبلبقطب صجثبسضببثخ
تب لبب لبسخب لبجحبعب بب بلبجبعبصل ببعوشبا ببقبلبفحصذاقبث جصذاقثبث بب صل
Artinya :
Umar mendapatkan bagian tanah perkebunan di Khaibar, lalu dia
datang kepada Nabi Saw dan meminta saran mengenai bagian tersebut.
Dia berkata; Wahai Rasulullah, saya mendapat bagian tanah perkebunan
di Khaibar, dan saya belum pernah mendapatkan harta yang sangat saya
banggakan seperti kebun itu, maka apa yang anda perintahkan mengenai
kebun tersebut? Nabi Saw menjawab; Jika kamu mau, peliharalah
pohonnya dan sedekahkanlah hasilnya. Ibnu Umar berkata; Kemudian
60 Ibid, hlm 45
39
Umar mensedekahkannya, tidak dijual pohonnya dan hasilnya, tidak
diwariskan dan tidak dihibahkan.
c) Rukun dan Syarat-Syarat Wakaf
Wakaf akan dinyatakan sah apabila telah terpenuhinya segala rukun
dan syarat-syaratnya. Adapun rukun wakaf itu ada 4, yaitu:
1) Adanya orang yang berwakaf/ wakif (sebagai subjek wakaf)
2) Adanya benda yang diwakafkan/ mauquf bih (sebagai objek wakaf)
3) Adanya penerima wakaf/ mauquf alaih (sebagai subjek wakaf)
4) Adanya „aqad/lafaz atau pernyataan penyerahan wakaf dari tangan wakif
kepada orang atau tempat berwakaf /shighat.61
Adapun syarat-syarat wakaf sebagai berikut:
1) Syarat Wakif
a. Merdeka
Wakaf tidak sah apabila dilakukan oleh seorang hamba sahaya
(budak), karena wakaf adalah pengguguran hak milik dengan
memberikan hak milik tersebut kepada orang lain. Seorang hamba
sahaya tidak memiliki hak milik karena dirinya dan apa yang ia miliki
adalah milik tuannya, maka dari itu tidak sah wakaf yang dilakukan
oleh seorang hamba sahaya.62
b. Berakal sehat
Wakaf yang dilakukan oleh orang yang tidak berakal sehat (gila)
tidak akan sah hukumnya karena akalnya tidak sempurna sehingga ia
tidak cakap untuk menggugurkan hak miliknya.63
61
Rachmadi Usman, Op-cit, hlm 59
62 Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, Op-cit, hlm 22
63 Ibid
40
c. Dewasa (baligh)
Wakaf yang dilakukan oleh orang yang belum dewasa (anak-anak)
tidak sah hukumnya karena ia dipandang tidak cakap dalam melakukan
akad wakaf dan tidak pula dapat menggugurkan hak miliknya.64
d. Tidak berada dibawah pengampunan (boros/lalai)
Wakaf yang dilakukan oleh orang yang berada dibawah
pengampunan orang lain tidak sah hukumnya, karena ia dipandang
tidak cakap untuk berbuat baik (tabarru‟)65
2) Syarat Mauquf Bih (Harta yang diwakafkan)
a. Harta yang diwakafkan harus bersifat abadi untuk selama-lamanya,
maka tidak sah apabila harta yang diwakafkan tersebut untuk jangka
waktu tertentu, seperti mewakaafkan harta wakaf tersebut selama dua
tahun. Namun berbeda lagi pendapat yang dikemukakan oleh Imam
Malik dan Imam Abu Hanifah yang menyatakan bahwa boleh
mewakafkan harta wakaf untuk waktu tertentu dan benda tersebut tetap
menjadi milik si wakif.66
b. Harta benda yang diwakafkan harus benda yang tetap zatnya dan dapat
dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lama.67
c. Harta yang diwakafkan harus jelas wujudnya, apabila harta tersebut
berupa tanah maka harus jelas pula batas-batsannya, harus milik si
pewakif sendiri, dan bukan benda yang diragu-ragukan, serta bebas
dari segala macam bentuk ikatan.68
64
Ibid
65 Ibid
66 Abdul Halim, Op-cit, hlm 19
67 Ibid
68 Ibid
41
d. Harta tang diwakafkan dapat berupa benda bergerak maupun benda
yang tidak bergerak, seperti tanah, buku-buku, surat-surat berharga,
dan lain-lain.69
3) Syarat Mauquf ‘Alaih (Penerima wakaf)
Penerima wakaf harus jelas orangnya, dinyatakan kepada siapa
yang menerima harta benda wakaf tersebut secara tegas dan jelas dalam
sighat selama tidak ada hukum yang menengahnya. Tidak sah apabila
wakaf diberikan kepada orang yang belum jelas orangnya atau bayi yang
belum lahir. Penerima wakaf juga disyariatkan pula orang yang ahli
untuk memiliki (menerima) harta wakaf tersebut, maksudnya mauquf
„alaihnya adalah orang yang dapat mempertanggung jawabkan dan
memelihara harta wakaf tersebut dan melihat harta wakaf tersebut
sebagai amanah dari Allah SWT yang harus benar-benar dijaga. Dan
penerima wakaf (Mauquf „alaih) bukanlah orang yang suka berbuat
kemaksiatan dan melawan hukum Allah SWT.70
4) Syarat Shighat (Ikrar wakaf)
Shighat adalah pernyataan si pewakif sebagai tanda penyerahan
harta benda yang diwakafkan, baik dilakukan dengan lisan maupun
dilakukan secara tulisan. Dengan pernyataan penyerahan tersebut maka
hilanglah hak kepemilikan si wakif terhadap harta yang diwakafkannya
tersebut. Dalam perwakafan hanya ada ijab yaitu pernyataan wakif untuk
mewakafkan hartanya tersebut tanpa harus adanya qabul dari muaquf
„alaih (orang yang menerima wakaf). Karena dalam ibadah wakaf hanya
ada ijab tanpa harus ada qabul. Dengan adanya pernyataan ijab dari
69
Ibid
70 Ibid, hlm 18-19
42
wakif maka dengan sendirinya perwakafan telah terjadi saat ijab itu
dilakukan.71
d) Macam-Macam Wakaf
Menurut pendapat para jumhur ulama secara umum wakaf dapat
dibedakan menjadi wakaf ahli/wakaf dzurri (wakaf keluarga) dan wakaf
khairi (wakaf umum).
1) Wakaf Ahli
Wakaf ahli atau biasa disebut juga dengan wakaf dzurri, yaitu wakaf
yang diperuntukkan kepada orang-orang tertentu saja, yaitu hanya kepada
seseorang ataupun lebih, keluarga si wakif ataupun bukan.72
Contohnya
seseorang mewakafkan buku-buku yang ada diperpustakaan pribadi
miliknya untuk dapat dipergunakan oleh anak cucunya. Wakaf semacam
ini dikatakan sah dan yang berhak menikmati harta wakaf tersebut adalah
orang-orang yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf tersebut.
2) Wakaf Khairi
Wakaf khairi yaitu wakaf yang digunakan untuk kepentingan agama
atau kepentingan masyarakat banyak (untuk kepentingan umum), seperti
digunakan untuk keperluan membangun masjid, madrasah, pesantren,
rumah sakit, rumah anak yatim piatu, rumah tahfidz, dan lain
sebagainya.73
Wakaf kahiri ini sesuai dengan ajaran agama Islam yang dianjurkan
kepada orang yang mempunyai harta untuk melalukan wakaf tersebut
agar dapat memperoleh pahala yang terus mengalir meskipun orang yang
mewakafkan (wakif) tersebut telah meninggal dunia, selama wakaf
tersebut masih terus dimanfaatkan oleh orang banyak. Wakaf khairi ini
71
Ibid, hlm 20-21
72 Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, Op-cit, hlm 14
73 Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, Op-cit, hlm 16
43
merupakan wakaf yang benar-benar manfaatnya dapat dinikmati dan
dimanfaatkan oleh masyarakat banyak dan dapat menjadi sarana untuk
dapat mensejahterakan masyarakat baik didalam bidang keagamaan
maupun dibidang sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan.
2. Konsep Wakaf Menurut Hukum Positif
a) Pengertian Wakaf
Ada beberapa pengertian tentang wakaf yang dirumuskan menurut
hukum positif yang mengatur tentang perwakafan yang berlaku di
Indonesia, baik berupa Peraturan Pemerintah, Undang-Undang maupun
Kompilasi Hukum Islam, sebagai berikut:
1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Pasal 1 Ayat 1 Tentang
Perwakafan Tanah Milik
Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang
memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik
dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan
peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama
Islam.74
2) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 1 Tentang Wakaf
Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingan-
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
menurut syariah.75
74
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Pasal 1 Ayat 1 Tentang Perwakafan Tanah
Milik
75 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 1 Tentang Wakaf
44
3) Kompilasi Hukum Islam Pasal 215 Ayat 1
Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau
badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan
melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau
keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.76
b) Dasar Hukum Wakaf
Dasar Hukum Wakaf menurut peraturan hukum yang berlaku di
Indonesia, diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan sebagai
berikut:
1) Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan
Tanah Milik
3) Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang
Perwakafan Tanah Milik.
4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1977 Tentang Tata
Cara Pendaftaran Tanah Mengenai Perwakafan Tanah Milik
5) Intruksi Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
Tahun 1978 Dan Nomor 1 Tahun 1978 Tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik
6) Keputusan Bersama Menteri Agama Republik Indonesia Dan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 422 Tahun 2004 Dan Nomor
3/SKB/BPN/2004 Tentang Sertifikat Tanah Wakaf
7) Keputusan Fatwa Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang
Wakaf Uang
76
Kompilasi Hukum Islam, Buku III Hukum Perwakafan, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 215
Ayat 1
45
8) Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum
Islam
9) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
10) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
c) Rukun dan Syarat-Syarat Wakaf
Di dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
Pasal 6 disebutkan bahwa wakaf dilaksanakan dengan memenuhi unsur
wakaf sebagai berikut:
1) Wakif
2) Nazhir
3) Harta Benda Wakaf
4) Ikrar Wakaf
5) Peruntukan Harta Benda Wakaf
6) Jangka Waktu Wakaf77
Setiap unsur unsur wakaf yang disebut dalam Pasal 6 UU No 41
Tahun 2004 memiliki syarat-syaratnya sebagai berikut:
1) Wakif
Didalam pasal 7 UU No 41 Tahun 2004 disebutkan bahwa wakif itu
meliputi wakif perseorangan, organisasi, dan badan hukum. Disetiap
macam-macam wakif tersebut memiliki kriteria masing-masing, yaitu:
a. Wakif perseorangan, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7
huruf a hanya dapat dilakukan wakaf apabila memenuhi
persyaratan78
:
Dewasa
Berakal sehat
77
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 6
78 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 8
46
Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum
Pemilik sah harta benda wakaf
b. Wakif organisasi, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 huruf b
hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan
organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi
sesuai dengan anggaran dasar organisasi yang bersangkutan.79
c. Wakif badan hukum, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7
huruf c hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan
badan hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan
hukum sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang
bersangkutan.80
2) Nazhir
Untuk mengelola benda wakaf, maka diperlukan nadzir, yang mana
menurut ketentuan dalam Pasal 215 angka 5 Kompilasi Hukum Islam,
harus berbentuk kelompok orang atau badan hukum yang diberikan
tugas memelihara dan mengurus benda wakaf.81
Sedangkan didalam UU
No 41 tahun 2004 pasal 9 disebutkan bahwa nadzir itu meliputi:
Perseorangan, organisasi dan badan hukum. Yang memiliki persyaratan
sebagai berikut:
a. Nadzir perseorangan hanya dapat menjadi nadzir apabila memenuhi
persyaratan:
Warga negara Indonesia
Beragama Islam
Dewasa
Amanah
79
Ibid
80 Ibid
81 Rachmadi Usman, Op-cit, hlm 67
47
Mampu secara jasmani dan rohani
Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum82
b. Nadzir organisasi hanya dapat menjadi nadzir apabila memenuhi
persyaratan:
Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan
nadzir perseorangan
Organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan dan/atau keagamaan Islam.83
c. Nadzir badan hukum hanya dapat menjadi Nadzir apabila memenuhi
persyaratan:
Pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi
persyaratan nadzir perseorangan
Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial,
pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.84
3) Harta Benda Wakaf
Dalam UU No 41 Tahun 2004 Pasal 15 disebutkan bahwa harta benda
wakaf hanya dapat diwakafkan apabila memiliki dan dikuasai oleh
wakif secara sah. Selanjutnya dalam pasal 16 disebutkan bahwa harta
benda wakaf terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak.85
a. Benda tidak bergerak, meliputi:
82
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 10
83 Ibid
84 Ibid
85 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 15 dan Pasal 16
48
Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum
terdaftar
Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri diatas tanah
sebagaimana yang disebutkan diatas
Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah
Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.86
b. Benda bergerak yaitu benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi,
meliputi:
Uang
Logam mulia
Surat berharga
Kendaraan
Hak atas kekayaan intelektual
Hak sewa
Benda bergarak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.87
4) Ikrar Wakaf
Ikrar wakaf atau disebut juga dengan shighat wakaf adalah segala
ucapan, tulisan atau isyarat dari orang yang berakad untuk menyatakan
kehendaknya dan menjelaskan apa yang diinginkannya.88
86
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 16
87 Ibid
88 Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, Op-cit, hlm 55
49
Dalam UU No 41 Tahun 2004 Pasal 17 Ayat 1 disebutkan bahwa ikrar
wakaf dilaksanakan oleh wakif kepada nadzir di hadapan PPAIW
dengan disaksikan oleh dua orang saksi. Selanjutnya pada ayat 2
disebutkan ikrar wakaf dinyatakan secara lisan atau tulisan serta
dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW.89
5) Peruntukkan Benda Wakaf
Dalam UU No 41 Tahun 2004 Pasal 22 disebutkan bahwa untuk
mencapai tujuan dan fungsi wakaf, maka harta benda wakaf hanya dapat
digunakan untuk:
a. Sarana dan kegiatan ibadah
b. Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan
c. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa
d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat
e. Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan
dengan syariah dan peraturan perundang-undangan.90
B. Faktor Penyebab Masih Adanya Tanah Wakaf Tanpa Sertifikat
Wakaf memiliki peranan yang penting dalam pembangunan pemberdayaan
sosial ekonomi masyarakat muslim, wakaf menjadi jawaban yang kongkrit dalam
realitas problematika kehidupan sosial ekonomi masyarakat muslim. Namun
dalam prakteknya pelaksanaan perwakafan masih ada yang menggunakan
kebiasaan-kebiasaan agama saja, yaitu dengan memenuhi semua rukun dan syarat
nya saja tanpa memenuhi semua prosedur perwakafan yang telah ditentukan oleh
pemerintah dengan diterbitkannya Undang-Undang yang mengatur tentang wakaf.
Permasalahan yang timbul dari praktek perwakafan yang masih tradisional ini
adalah tidak adanya bukti pensertifikatan wakaf atau pendaftaran tanah wakaf
secara resmi sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang.
89
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 17
90 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 22
50
Menurut Adijani Al-Alabij faktor penyebab masih banyaknya tanah wakaf
yang belum didaftarkan sehingga belum mempunyai sertifikat wakaf sebagai
berikut:91
1. Kurangnya pemahaman terhadap berbagai peraturan yang menyangkut
tentang tata cara atau prosedur pendaftaran tanah
2. Sebagian surat-surat bukti hak tentang tanah itu tidak ada lagi
3. Kurangnya tenaga khusus untuk menekuni pendaftaran tanah
4. Adanya anggapan bahwa tanpa sertifikat pun kedudukan tanah wakaf
sudah cukup kuat, atau kepastian hukumnya sudah terjamin
5. Masalah biaya pengurusan dan biaya pendaftaran tanah.
Mengenai faktor penyebab masih adanya tanah wakaf yang belum mempunyai
sertifikat wakaf di Kecamatan Paal Merah Kota Jambi, maka peneliti mencari
informasi dan data-data terkait perwakafan tanah hak milik tanpa sertifikat tersebut
dengan menggunakan metode wawancara kepada beberapa pihak yang terkait
dalam skripsi ini.
Wawancara yang peneliti lakukan yaitu dengan mewawancarai wakif, nadzir
yang tanah wakafnya belum mempunyai sertifikat wakaf, serta wawancara dengan
penjabat pemerintah yang mengatur tentang wakaf yaitu Badan Wakaf Indonesia
Kota Jambi dan Pegawai Pencatat Akta Ikrar Wakaf di KUA Jambi Selatan.
Berikut ini paparan hasil dari wawancara yang penulis lakukan:
1. Kamdi
Bapak Kamdi selaku wakif langgar Nurul Islam yang berusia 75
Tahun, beliau mengatakan bahwa:
Tanah wakaf tersebut belum ada surat menyurat satupun yang
membuktikan bahwa tanah tersebut adalah tanah wakaf, beliau juga
menyatakan bahwa ia telah menyerahkan sepenuhnya kepada nadzir
untuk membuat akta ikrar wakaf dan sertifikat tanah wakaf langgar Nurul
91
Adijani Al-Alabij, Op-cit, hlm 100-101
51
Islam tersebut, akan tetapi dari pihak nadzir belum ada yang mengurus
surat tersebut.92
2. M. Nasrudin
Bapak M. Nasrudin selaku ahli waris dari wakif langgar Hidayatul
Mustaqim yang berusia 51 Tahun, beliau mengatakan bahwa:
Tanah wakaf langgar Hidayatul Mustaqim ini telah memiliki akta ikrar
wakaf tetapi belum mempunyai sertifikat tanah wakaf. Pewakif telah
menyerahkan segala urusan surat menyurat kepada nadzir untuk
mengurusnya, tetapi selama 10 tahun sertifikat tanah tersebut belum
diurus juga oleh nadzir, sehingga saat ini ahli waris dari wakif berinisiatif
untuk mengurus sertifikat tanah wakaf tersebut.93
3. M. Tarom
Bapak M. Tarom selaku wakif Masjid An-Nur yang berusia 79 Tahun,
beliau mengatakan :
Tanah wakaf Masjid An-Nur tersebut telah melakukan pembuatan akta
ikrar wakaf, akan tetapi belum melakukan pembuatan sertifikat tanah
wakaf, bapak M.Tarom selaku wakif telah menyerahkan sepenuhnya
kepada nadzir untuk dibuatkan sertifikat tanah wakaf dan dikelola dengan
baik sesuai dengan ajaran agama Islam, akan tetapi nadzir belum belum
mendaftarkan tanah wakaf tersebut.94
4. H. Khoiruddin Misri
Bapak H. Khoiruddin Misri selaku Nadzir masjid Miftahul Huda,
beliau mengatakan bahwa:
Tanah wakaf masjid Miftahul Huda ini baru saja memiliki akta ikrar
wakaf tetapi belum memiliki sertifikat wakaf, hal ini dikarenakan ada
sedikit tambahan untuk tanah wakaf sehingga diperlukan pemecahan
sertifikat tanah dari sertifikat induk, sehingga masih membutuhkan waktu
lagi untuk mengurus sertifikat wakaf. Nantinya setelah tanah tersebut
92
Wawancara dengan Kamdi, Wakif Langgar Nurul Iman, tanggal 21 Maret 2021
93 Wawancara dengan M.Nasrudin, Ahli Waris Wakif Langgar Hidayatul Mustaqim, tanggal
21 Maret 2021
94 Wawancara dengan M. Tarom, Wakif Masjid An-Nur, tanggal 22 Maret 2021
52
dipecah dari sertifikat induk maka ia akan segera mendaftarkan nya ke
BPN untuk diterbitkan sertifikat wakaf.95
5. Sy Effendi
Bapak Sy Effendi selaku nadzir langgar Roudhotam Mardhotillah
yang berusia 60 Tahun, beliau mengatakan bahwa:
Tanah wakaf ini diwakafkan oleh bapak H. Sanusi untuk dibangun masjid
atau musholla, dan sekarang telah berdiri masjid Roudhotam
Mardhotillah ditanah yang diwakafkan tersebut. Tanah wakaf tersebut
belum memiliki akta ikrar wakaf dan sertifikat wakaf dikarenakan
terkendala dari surat tanah dari wakif yang belum memiliki sertifikat hak
milik, tapi saat ini ia akan mengajak seluruh nadzir dan penggurus masjid
yang baru untuk mengupayakan mengurus surat menyurat tanah tersebut
hingga selesai, sampai diterbitkannya nanti sertifikat wakaf.96
6. H. Slamet
Bapak H. Slamet selaku nadzir Langgar Darul Muttaqin yang berusia
68 Tahun, beliau mengatakan bahwa:
Tanah wakaf Langgar Darul Muttaqin ini belum mengurus akta ikrar
wakaf dan sertifikat wakaf, hal ini karena terkendala pada asal usul tanah
tersebut, dan sekarang sedang diupayakan untuk membuat akta ikrar
wakaf dan sertifikat tanah wakaf.97
7. Helmi Damsa, S.Pd.I
Bapak Helmi Damsa, S.Pd.I selaku pegawai Kementerian Agama Kota
Jambi bidang analisis wakaf sekaligus Ketua Sementara Badan Wakaf
Indonesia Kota Jambi, beliau mengatakan bahwa:
Masih adanya tanah wakaf yang belum memiliki sertifikat ini dikarenakan
nadzir tidak mau atau enggan untuk mengurus sertifikat tanah wakaf
tersebut, hal itu dikarenakan ketidak pahaman nadzir atau pun nadzir
95
Wawancara dengan H. Khoiruddin Misri, Nadzir Masjid Miftahul Huda, tanggal 19 Maret
2021
96 Wawancara dengan Sy Effendi, Nadzir Masjid Roudhotam Mardhotillah, tanggal 20 Maret
2021
97 Wawancara dengan H. Slamet, Nadzir Langgar Darul Muttaqim, tanggal 22 Maret 2021
53
tidak rajin sehingga dipendamlah surat sertifikat tanah tersebut dengan
surat penyerahan tanah tadi. Beliau menyatakan telah melakukan
sosialisasi pembuatan sertifikat tanah wakaf dan pembuatan akta ikrar
wakaf kepada para nadzir dan wakif, beliau juga telah melakukan jemput
bola minimal menelpon para nadzir bahkan juga sampai terjun
kelapangan melihat lokasi wakaf tersebut, kita juga menjelaskan disana
untuk segera membuat sertifikat tanah wakaf tersebut. Faktor penyebab
selanjutnya yaitu tanah tersebut mentah belum ada sertifikat, sehingga
harus diterbitkan supradik, tanah hak milik, ada lagi juga tanah nya luas
akan tetapi tidak semuanya di wakafkan, tanah tersebut bersertifikat,
sehingga harus dipecah dulu dari sertifikat induk. Itulah hambatan dalam
pembuatan akta ikrar wakaf dan sertifikat wakaf.98
8. Suroto, A.ma
Bapak Suroto, A.ma selaku pegawai KUA Jambi Selatan bidang
bimbingan wakaf, mengatakan bahwa:
Tanah yang belum bersertifikat wakaf itu biasanya tergantung pada
kepengurusan tanahnya, kemudian masalah sertifikat tanah tersebut
masih induk belum dipecah dari sertifikat hak milik. Karena ketika kita
membuat akta ikrar wakaf itu sertifikat harus dipecah dulu jika hanya
sebagian tanah yang diwakafkannya. Faktor berikutnya yaitu di
penggurus wakafnya dalam hal ini nadzir malas untuk mengurusnya
dengan alasan ribet untuk mengurus akta ikrar wakaf maupun sertifikat
wakaf, sebenarnya mengurus akta ikrar wakaf dan sertifikat wakaf
tersebut tidak ribet asalkan semua syarat-syaratnya terpenuhi.99
Dari beberapa penjelasan di atas yang diapaparkan oleh wakif, nadzir, BWI
Kota Jambi dan Pegawai Pembuat Akta Ikrar Wakaf, maka dapat disimpulkan
bahwa yang menjadi faktor penyebab masih adanya tanah wakaf yang belum
memiliki sertifikat wakaf sebagai berikut:
98
Wawancara dengan Helmi Damsa, selaku pegawai Kementerian Agama Kota Jambi bidang
analisis wakaf sekaligus Ketua Sementara Badan Wakaf Indonesia Kota Jambi, tanggal 19 Maret 2021
99 Wawancara dengan Suroto, selaku pegawai KUA Jambi Selatan bidang bimbingan wakaf,
tanggal 18 Maret 2021
54
1. Kurang aktifnya nadzir untuk mengurus sertifikat wakaf
Menurut pendapat Helmi Damsa, nadzir tidak mau atau enggan untuk
mengurus sertifikat tanah wakaf tersebut, hal itu dikarenakan ketidak
pahaman nadzir atau pun nadzir tidak rajin sehingga dipendamlah surat
sertifikat tanah tersebut dengan surat penyerahan tanah tadi.100
Masih
adanya nadzir yang beranggapan bahwa wakaf hanya cukup dilakukan
berdasarkan hukum Islam saja dengan memenuhi semua rukun dan syaratnya
dan sudah memiliki kekuatan hukumnya. Mereka beranggapan bahwa kalau
tanah itu sudah menjadi tanah wakaf, maka tidak akan ada yang berani
menggugatnya karena tanah wakaf itu adalah milik Allah SWT. Hal ini lah
yang menyebabkan masih ada nadzir yang enggan untuk mengurus sertifikat
tanah wakaf.
2. Status kepemilikan tanah yang di wakafkan
Tanah yang diwakafkan oleh wakif kadang belum memiliki bukti
otentik yang menunjukkan bahwa tanah itu adalah hak milik si wakif, hal ini
dikarenakan tanah tersebut masih mentah belum memiliki sertifikat, ketika
tanah tersebut belum memiliki sertifikat, maka tanah tersebut harus
diterbitkan supradik, tanah hak milik, agar bisa nantinya diurus untuk
mendaftarkan tanah wakaf tersebut ke BPN untuk diterbitkannya sertifikat
tanah wakaf. Faktor selanjutnya yaitu tanah yang diwakafkan tersebut masih
bergabung kedalam sertifikat induk, ketika tidak semua tanah tersebut
diwakafkan hanya sebagian saja, maka tanah tersebut harus dipecah dulu
dari sertifikat induk. Hal ini lah yang menyebabkan masih adanya tanah
wakaf yang belum memiliki sertifikat
100 Wawancara dengan Helmi Damsa, selaku pegawai Kementerian Agama Kota Jambi
bidang analisis wakaf sekaligus Ketua Sementara Badan Wakaf Indonesia Kota Jambi, tanggal 19
Maret 2021
55
3. Kurangnya sosialisasi dari pihak BWI mapun KUA
Menurut Suroto selaku pegawai KUA Jambi Selatan bidang wakaf,
kegiatan sosialisasi masalah perwakafan itu adalah tugasnya dari BWI,
karena kami ini hanya menjadi petugas pelaksana lapangan untuk
pelaksanaan akta ikrar wakaf dan membuat akta ikrar wakaf.101
Menurut
pendapat Helmi Damsa, kami dari pihak BWI telah melakukan sosialisasi
kepada masyarakat tentang hukum perwakafan ini, bahkan kami ada
program jemput bola, minimal dengan menelpon para nadzir bahkan juga
sampai terjun kelapangan melihat lokasi wakaf tersebut, kita juga
menjelaskan disana untuk segera membuat sertifikat tanah wakaf tersebut.102
Menurut penulis memang betul bahwa BWI telah melaksanakan sosialisasi
tentang pensertifikatan tanah wakaf, akan tetapi sosialisasi yang dilakukan
tersebut belum maksimal dan belum menyeluruh kepada para nadzir nadzir,
sosialisasi tersebut tidak hanya sampai pada tingkat kecamatan saja, tetapi
harus sampai ke tingkat rt sehingga semua informasi tersebut dapat diterima
oleh masyarakat luas.
4. Prosedur pengurusan sertifikat wakaf yang ribet
Membahas mengenai prosedur pendaftaran sertifikat wakaf pada
dasarnya tidak lah ribet. Karena semuanya itu telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 42 tahun 2006 Pasal 39, sebagai berikut:
1) Pendaftaran sertifikat tanah wakaf dilakukan berdasarkan AIW atau
APAIW dengan tata cara sebagai berikut:
a. Terhadap tanah yang sudah berstatus hak milik didaftarkan menjadi
tanah wakaf atas nama nadzir
101
Wawancara dengan Suroto, selaku pegawai KUA Jambi Selatan bidang bimbingan wakaf,
tanggal 18 Maret 2021
102 Wawancara dengan Helmi Damsa, selaku pegawai Kementerian Agama Kota Jambi
bidang analisis wakaf sekaligus Ketua Sementara Badan Wakaf Indonesia Kota Jambi, tanggal 19
Maret 2021
56
b. Terhadap tanah hak milik yang diwakafkan hanya sebagian dari luas
keseluruhan harus dilakukan pemecahan sertifikat hak milik terlebih
dahulu kemudian didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama nadzir
c. Terhadap tanah yang belum berstatus hak milik yang berasal dari
tanah milik adat langsung didaftarkan menjadi tanah wakaf atas
nama nadzir
d. Terhadap hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai diatas
tanah negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat 1 huruf b
yang telah mendapatkan persetujuan perlepasan hak dari penjabat
yang berwenang di bidang pertanahan didaftarkan menjadi tanah
wakaf atas nama nadzir
e. Terhadap tanah negara yang diatasnya berdiri bangunan masjid,
mushola. Makam, didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama nadzir
f. Penjabat yang berwenang di bidang pertanahan kabupaten/kota
setempat mencatat perwakafan tanah yang bersangkutan pada buku
tanah dan sertifikatnya.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran wakaf tanah
diatur dengan Peraturan Menteri setelah mendapat saran dan
pertimbangan dari penjabat yang berwenang di bidang pertanahan.103
C. Status Hukum Tanah Wakaf Tanpa Sertifikat Di Kecamatan Paal Merah
Ditinjau Dari Hukum Islam dan Hukum Positif
1. Jumlah Tanah Wakaf Di Kecamatan Paal Merah
Kecamatan Paal Merah belum mempunyai Kantor Urusan Agama
Kecamatan, maka segala kegiatan yang berkaitan dengan masalah urursan
agama masih berada di wilayah tugas dari Kantor Urusan Agama Jambi
Selatan, termasuk permasalahan wakaf di Kecamatan Paal Merah yang masih
103
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Pasal 39
57
menjadi tugas dari KUA Jambi Selatan. Berikut ini data-data tanah wakaf di
Kecamatan Paal Merah berdasarkan jumlah kelurahan:
Tabel 4.1
Jumlah Tanah Wakaf Di Kecamatan Paal Merah Kota Jambi
Dirinci Per Kelurahan
No Kelurahan Total
Tanah
Wakaf
Status Tanah Wakaf
Sudah
Sertifikat
Belum
Sertifikat
Sudah
AIW
Belum
AIW
1 Talang Bakung 48 41 7 5 2
2 Paal Merah 27 24 3 2 1
3 Lingkar Selatan 10 2 8 4 4
4 Eka Jaya 15 6 9 6 3
5 Payo Selincah 19 11 8 7 1
Jumlah 119 84 35 24 11
Sumber: Badan Wakaf Indonesia Kota Jambi Tahun 2021104
Dari data tabel diatas jumlah tanah wakaf di Kecamatan Paal Merah yaitu
119 tanah wakaf. Dengan tanah wakaf yang sudah bersertifikat berjumlah 84
tanah wakaf dan 35 tanah wakaf belum bersertifikat. Serta 24 tanah wakaf
sudah ber akta ikrar wakaf dan 11 tanah belum mempunyai akta ikrar wakaf.
Tanah wakaf terbanyak berada di Kelurahan Talang Bakung dan yang sedikit
berada di Kelurahan Lingkar Selatan. Tanah-tanah wakaf tersebut
dimanfaatkan untuk membangun masjid, musholla, sekolah, pesantren, tanah
makam, dan tempat kegiatan sosial lainnya.
104
Data dari Badan Wakaf Indonesia Kota Jambi
58
Tabel 4.2
Daftar Penggunaan Tanah Wakaf
Di Kecamatan Paal Merah Kota Jambi Dirinci Per Kelurahan
No Kelurahan Masjid Musholla Sekolah Pesantren Makam Sosial
Lainnya
1 Talang Bakung 11 18 8 2 3 6
2 Paal Merah 7 14 2 - 4 -
3 Lingkar Selatan 3 5 1 - 1 -
4 Eka Jaya 7 4 4 - - -
5 Payo Selincah 6 11 2 - - -
Jumlah 34 52 17 2 8 6
Sumber : Badan Wakaf Indonesia Kota Jambi Tahun 2021
Dari data tabel diatas tentang daftar penggunaan tanah wakaf di
Kecamatan Paal Merah Kota Jambi. Tanah wakaf tersebut dipergunakan untuk
membangun 34 masjid, 52 musholla, 17 sekolah, 2 pesantren, 8 makam, dan 6
sosial lainnya. Adapun tanah wakaf di Kecamatan Paal Merah lebih banyak
dimanfaatkan untuk membangun musholla dengan jumlah 52 bangunan,
dengan bangunan musholla terbanyak berada di Kelurahan Talang Bakung.
Dan tanah wakaf tersebut hanya sedikit dimanfaatkan untuk membangun
pesantren yang hanya berjumlah 2 pesantren saja. Dari berbagai macam
pemanfaatan tanah wakaf tersebut dengan dimanfaatkan untuk membangun
masjid, musholla, sekolah, pesantren, makam dan sosial lainnya, masih ada
beberapa tanah wakaf yang belum mempunyai sertifikat wakaf bahkan masih
ada juga yang belum mempunyai akta ikrar wakaf, akan tetapi tanah wakaf
tersebut telah dimanfaat untuk kesejahteraan masyarakat sebagaimana tujuan
diwakafkannya tanah tersebut.
Melihat dari data tanah wakaf di Kecamatan Paal Merah tersebut masih
banyak tanah wakaf yang belum memiliki sertifikat wakaf, maka untuk
59
menghindari terjadinya konflik ditengah masyarakat mengenai perwakafan
tersebut maka perlunya pendafataran surat sertifikat tanah wakaf.
2. Status Hukum Tanah Wakaf Tanpa Sertifikat Ditinjau Dari Hukum
Islam
Membahas tentang tanah wakaf tanpa sertifikat ditinjau dari hukum
Islam, berarti harus membahas juga tentang bagaimana hukum pendaftaran
tanah wakaf menurut hukum Islam. Dalam hukum Islam sendiri tidak
diperlukan adanya persyaratan berkaitan prosedur dan tata cara pendaftaran
tanah wakaf.105
Berbeda halnya dengan hukum positif yang berlaku di
Indonesia dengan diterbitkannya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
yang secara khusus membahas tentang wakaf dan bagaimana prosedur
pendaftaran tanah wakaf, seperti Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977
Tentang Perwakafan Tanah Milik, Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004
Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang
Pelaksanaan Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
Dalam hukum Islam tidak membahas tentang urgensi pendaftaran tanah
wakaf, karena dalam hukum Islam wakaf dikatakan sah apabila telah
terpenuhinya semua rukun dan syarat syarat wakaf tanpa harus adanya
pendaftaran tanah wakaf sebagaimana yang diatur dalam hukum positif. Hal
ini dikarenakan masyarakat muslim terdahulu memiliki tingkat keimanan yang
sangat tinggi dengan menganggap bahwa harta benda yang telah diwakafkan
itu menjadi hak milik Allah SWT, sehingga tidak akan ada yang berani
menggugat ataupun menjual harta benda yang telah diwakafkan tersebut.
Tata cara perwakafan dalam hukum Islam yaitu cukup dengan ikrar wakaf
yang diucapkan oleh wakif dengan ucapan bahwa dia (wakif) mewakafkan
harta benda miliknya seperti tanah, rumah dan lain-lainnya untuk kepentingan
agama dan kepentingan sosial kemasyarakatan lainnya, dengan tidak ada qobul
105
Adijani Al-Alabij, Op-cit, hlm 35
60
menurut kitab kuning dari semua pendapat mazhab-mazhab fiqih.106
Dan juga
tanpa adanya pencatatan maupun pendaftaran wakaf tersebut.
Para ulama ulama fikih dalam menyusun kitab-kitab fikihnya terutama
dalam hal pembahasan mengenai wakaf tidak disebutkan maupun dijelaskan
tentang masalah pendaftaran dan pensertifikatan tanah wakaf, karena
kehidupan umat Islam pada saat itu belum Komplek seperti saat ini, tingkat
keimanan umat Islam terdahulu masih sangat tinggi, berbeda dengan tingkat
keimanan umat muslim saat ini yang sangat mengkhawatirkan dan
memprihatinkan dikarenakan banyaknya paham paham kapitalisme dan
materialisme yang telah berkembang dan mengubah cara berfikir mereka
mengenai hal-hal yang menyangkut kebendaan. Sehingga banyak terjadi
persengketaan terhadap tanah tanah wakaf, terutama tanah tanah wakaf yang
belum mempunyai sertfikat wakaf, membuat mereka yang berpaham
materialistis menganggap ini sebagai peluang untuk menguasai harta tersebut.
Sebagaimana yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa dalam hukum
Islam tidak ada aturan khusus yang mengatur tentang pendaftaran dan
pensertifikatan tanah wakaf, begitu juga para ulama mazhab tidak
mengharuskan pendaftaran dan pensertifikatan tanah wakaf. Akan tetapi saat
semakin majunya zaman, berkembangnya paham materialistis sehingga banyak
terjadinya persengketaan tanah wakaf, maka dapat kita perhatikan firman Allah
SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 282 :
ب ب سوىبفبكحج ىباجلبه يبا حنبثذ ابارابجذا ه يبا ببااز ب
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman! apabila kamu melakukan utang
piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. (QS.
Al-Baqarah ayat 282)107
106
Rachmadi Usman, Op-cit, hlm 118
61
Menurut Adijani Al-Alabij wakaf adalah suatu kegiatan penyerahan hak
yang tidak kalah penting juga dengan kegiatan muammalah lainnya seperti
jual beli, hutang piutang, sewa menyewa, dll, sebagaimana yang termaksud
dalam ayat diatas jika kegiatan muammalah lainnya Allah perintahkan untuk
dicatatkan maka seyogyanya wakaf juga harus dicatatkan. Karena maksud
yang terkandung dalam ayat tersebut adalah agar tidak terjadinya
persengketaan gugat menggugat dikemudian hari yang dilakukan oleh orang
yang tidak bertanggung jawab.108
Meskipun secara khusus ayat ini tidak
memberikan ketegasan tentang wakaf untuk dicatatkan, tetapi jika dikaitkan
dengan kondisi saat ini yang sangat rawan terjadinya persengketaan wakaf,
khususnya terhadapat tanah wakaf yang belum bersertifikat, maka ayat ini
dapat dijadikan sandaran sebagai dasar untuk pencatatan administrasi harta
benda wakaf agar tidak terjadi persengketaan di kemudian hari.
Selain itu terdapat juga kaidah kaidah fiqhiyyah yang sepaham dengan
permasalahan diatas, seperti kaidah :
شسبزالب اضا
“kemudharatan harus dihilangkan”109
وفبسذبهقب وصبحدسءبا مبعلىبجلتبا ذا
“menolak kerusakan lebih diutamakan dari pada menarik keselamatan”110
Kaidah fiqhiyyah diatas memberikan pemahaman bahwa kemudharatan
yang ditimbulkan dari adanya persengketaan gugat menggugat karna tidak
adanya pencatatan tanah wakaf berupa sertifikat wakaf dapat dihilangkan dan
untuk menarik kemaslahatannya.
107 Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Solo: Abyan, 2014), hlm 48
108 Adijani Al-Alabij, Op-cit, hlm 99-100
109 Nashr Farid Muhammad Washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa’id Fiqhiyyah,
(Jakarta: Amzah, 2016) hlm 17
110 Ibid, hlm 21
62
3. Status Hukum Tanah Wakaf Tanpa Sertifikat Ditinjau Dari Hukum
Positif
Perwakafan tanah di Indonesia telah mendapat perhatian khusus dalam
hukum positif. Hal ini dapat dilihat dengan diterbitkanya Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah yang secara khusus membahas tentang wakaf.
Sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960
Tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria, yang pelaksanaannya diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan
Tanah Milik. Kemudian Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun
1977 Tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah perwakafan tanah milik,
Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah
Milik. Selanjutnya Intruksi bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 1 Tahun 1978 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik. Lalu perwakafan
diatur dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.111
Tanah wakaf dinyatakan sah apabila telah mempunyai kepastian hukum
yaitu dengan mempunyai syarat-syarat administrasi yang telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 serta peraturan pelaksananya,
khususnya tanah yang sudah mempunyai sertifikat tanah dan tanah wakaf
tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf itu sendiri, serta
dapat dikembangkan nantinya.112
111
Athoillah, Hukum Wakaf, (Bandung: Yrama Widya, 2014), hlm 220
112 Departemen Agama RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di
Indonesia, Op-cit, hlm 75
63
Permasalahan yang penulis temukan di Kecamatan Paal Merah, masih
ada tanah wakaf yang belum mempunyai sertifikat wakaf, tanah wakaf
tersebut ada yang dibangun masjid, langgar, madrasah, dll, akan tetapi masih
ada sebagian tanah wakaf tersebut belum mempunyai akta ikrar wakaf
sehingga belum memiliki sertifikat wakaf, ada juga yang sudah memiliki akta
ikrar wakaf tetapi belum mengurus sertifikat wakafnya. Melihat permasalahan
yang terjadi diatas, melihat juga semakin tingginya harga jual tanah di Kota
Jambi dan khususnya di Kecamatan Paal Merah, serta kurangnya pengetahuan
masyarakat muslim tentang hukum Islam khusunya permasalahan tentang
wakaf, maka untuk mengantisipasi agar tidak terjadinya persengketaan tanah
wakaf maka tanah wakaf tersebut diperlukan memiliki sertifikat tanah wakaf
supaya memiliki kekuatan hukum tetap sebagaimana yang telah diatur dalam
Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 19.
Didalam Undnag-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Pasal 3 disebutkan
bahwa akta ikrar wakaf tidak dapat dibatalkan. Jika tanah wakaf yang telah
memiliki akta ikrar wakaf tersebut didaftarkan ke Badan Pertanahan Nasional
untuk dibuatkan sertifikat wakafnya, maka tanah wakaf tersebut diakui dan
terdaftar di Badan Pertanahan Nasional sebagai tanah wakaf. Namun
sebaliknya jika tanah wakaf yang belum mempunyai akta ikrar wakat atau
sudah mempunyai akta ikrar wakaf, namun belum didaftarkan ke Badan
Pertanahan Nasional untuk di terbitkan sertifikat wakaf, maka tanah tersebut
tidak diakui dan tidak terdaftar sebagai tanah wakaf dan masih berststus tanah
hak milik, dan dikhawatirkan dikemudian hari tanah tersebut diperjual belikan
oleh ahli waris dari si wakif.
Tanah wakaf agar mempunyai kekuatan hukum tetap, maka harus
didaftarkan sebagai tanah wakaf, sebagaimana yang telah diatur dalam
Undang Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 19, yang
berbunyi:
64
1. Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan
pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2. Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi:
a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat
3. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan
Negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta
kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri
Agraria.
4. Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan
dengan pendaftaran termaksud dalam ayat 1 diatas, dengan ketentuan
bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-
biaya tersebut.113
Pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Pasal 1 berbunyi :
“pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi
pengumpulan, pengelolaan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan
data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan terdaftar, mengenai bidang-
bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda
bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan memiliki
hak atas satuan rumah serta hak –hak tertentu yang membebaninya.”114
113
Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 19
114 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 1
65
Objek pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 Pasal 9 berbunyi:
1. Objek pendaftaran tanah meliputi:
a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna
usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai
b. Tanah hak pengelolaan
c. Tanah wakaf
d. Hak milik atas satuan rumah susun
e. Hak tanggungan
f. Tanah negara
2. Dalam hal tanah negara sebagai objek pendaftaran tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf f, pendaftarannya dilakukan dengan cara
membukukan bidang tanah yang merupakan tanah Negara dalam
daftar tanah.115
Peraturan tata cara dan pendaftaran tanah wakaf juga diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah
Milik Pasal 9 dan pasal 10, yang berbunyi:
Pasal 9
1. Pihak yang hendak mewakafkan tanahnya diharuskan datang
dihadapan penjabat pembuat akta ikrar wakaf untuk melaksanakan
ikrar wakaf.
2. Penjabat pembuat akta ikrar wakaf seperti dimaksud dalam ayat 1
diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama
3. Isi dan bentuk ikrar wakaf ditetapkan oleh Menteri Agama
4. Pelaksanaan ikrar, demikian pula pembuatan akta ikrar wakaf,
dianggap sah jika dihadiri dan disaksikan oleh sekurang kurangnya 2
orang saksi
115
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 9
66
5. Dalam melaksanakan ikrar seperti dimaksud ayat 1 pihak yang
mewakafkan tanah diharuskan membawa serta dan menyerahkan
kepada penjabat tersebut dalam ayat 2 surat-surat berikut:
a. Sertifikat hak milik atau tanda bukti pemilikan tanah lainnya
b. Surat keterangan dari kepala desa yang diperkuat oleh kepala
kecamatan setempat yang menerangkan kebenaran pemilikan
tanah dan tidak tersangkut sesuatu sengketa
c. Surat keterangan pendaftaran tanah
d. Izin dari Bupati/Walikota Madya kepala daerah cq kepala sub
Direktorat Agraria Setempat.116
Pasal 10
1. Setelah akta ikrar wakaf dilaksanakan sesuai dengan ketentuan ayat 4
dan ayat 5 pasal 9, maka penjabat pembuat akta ikrar wakaf atas nama
nadzir yang bersangkutan, diharuskan mengajukan permohonan
kepada Kepala Bupati/Walikota madya, Kepala Daerah cq, Kepala
sub Direktorat Agraria setempat untuk mendaftar perwakafan tanah
milik yang bersangkutan menurut ketentuan Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1961
2. Bupati/Walikota madya kepala daerah cq. Kepala sub Direktorat
Agraria setempat, setelah menerima permohonan tersebut dalam ayat
1 mencatat perwakafan tanah milik yang bersangkutan pada bukti
tanah dan sertifikatnya.
3. Jika tanah milik yang diwakafkan belum mempunyai sertifikat maka
pencatatan yang dimaksudkan dalam ayat 2 dilakukan setelah tanah
tersebut dibuatkan sertifikatnya.
4. Oleh Menteri Dalam Negeri diatur tata cara pencatatan perwakafan
yang dimaksudkan dalam ayat 2 dan 3
116
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Pasal 9
67
5. Setelah dilakukan pencatatan perwakafan tanah milik dalam buku
tanah dan sertifikatnya seperti dimaksud dalam ayat 2 dan 3, maka
nadzir yang bersangkutan wajib melaporkannya kepada penjabat yang
ditunjuk oleh Menteri Agama.117
Menurut hemat penulis dari beberapa penjelasan diatas maka untuk
menjamin perlindungan hukum dan kepastian hukumnya, maka tanah harus
didaftarkan sesuai dengan peraturan yang telah diatur dalam Undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah, sehingga tercipta tertib administrasi oleh
pemerintah. Sertifikat tanah sangat penting dan merupakan alat bukti yang
kuat sebagaimana yang termaksud dalam Pasal 19 Undang Undang Pokok
Agraria Nomor 5 Tahun 1960.
Maka status hukum tanah wakaf tanpa sertifikat wakaf tidak mendapatkan
kepastian hukum dan perlindungan hukum terhadapat tanah tersebut. Negara
pun tidak mengakui tanah wakaf yang belum didaftarkan ke Badan Pertanahan
Nasional sehingga belum mempunyai sertifikat tanah wakaf, karena belum
adanya peralihan hak milik dari sertifikat hak milik menjadi sertifikat tanah
wakaf. Tetapi apabila tanah wakaf tersebut sudah mempunyai akta ikrar wakaf
tetapi belum mempunyai sertifikat wakaf maka perwakafan tersebut tidak
dapat dibatalkan, akan tetapi tanah wakaf tersebut belum sempurna jika belum
memiliki sertifikat tanah wakaf.
117
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Pasal 10
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas yang berjudul Status
Tanah Wakaf Tanpa Sertifikat Di Kecamatan Paal Merah Kota Jambi Ditinjau
Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Wakaf dalam konsep hukum Islam adalah suatu perbuatan hukum menahan
benda yang dapat diambil manfaatnya tanpa menghabiskan bendanya yang
digunakan dalam berbuat kebaikan. Dan hak milik terhadap benda yang
diwakafkan menjadi hak Allah SWT. Sedangkan wakaf dalam konsep hukum
Positif adalah memisahkan atau menyerahkan sebagian harta yang dimiliki
untuk dimanfaatkan selamanya atau pun dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan tujuan diwakafkan untuk keperluan ibadah atau kepentingan umum
lainnya yang sesuai dengan syariat. Dan perwakafan harus dicatat dan
didaftarkan sesuai dengan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang
mengaturnya.
2. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masih adanya tanah wakaf tanpa
sertifikat di Kecamatan Paal merah yaitu: perrama: dikarenakan keenggan
dan ketidak mauan nadzir untuk menggurus sertifikat tanah wakaf,. Kedua :
yaitu status hak milik tanah yang diwakafkan yang belum memiliki sertifikat
hak milik atau tanah tersebut masih mentah belum mempunyai sertifikat,
Ketiga: kurang maksimalnya sosialisasi yang dilakukan oleh Badan Wakaf
Indonesia, Keempat: anggapan bahwa prosedur pendaftaran tanah wakaf yang
ribet yang mana pada kenyataannya prosedur pendaftaran tanah wakaf
tersebut tidak lah ribet jika sudah terpenuhinya semua syarat-syaratnya.
3. Menurut hukum Islam status hukum tanah wakaf tanpa sertifikat tetap sah
apabila semua rukun dan syaratnya sudah terpenuhi tanpa harus adanya proses
69
pendaftaran sebagaimana yang diatur dalam hukum positif. Sedangkan dalam
hukum positif status hukum tanah wakaf tanpa sertifkat maka tidak
mendapatkan kepastian hukum dan perlindungan hukum terhadap tanah
tersebut. Negara pun tidak mengakui tanah tersebut sebagai tanah wakaf
apabila belum didaftarkan ke BPN untuk diterbitkan sertifikat tanah wakaf
sehingga negara mengakui tanah tersebut masih berstatus tanah hak milik.
Dan untuk tanah wakaf yang sudah mempunyai akta ikrar wakaf maka tanah
wakaf tersebut tidak dapat dibatalkan, akan tetapi tanah wakaf tersebut belum
sempurna jika belum mempunyai sertifikat tanah wakaf.
B. Saran
1. Sosialisasi yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia Kota Jambi harus
dilakukan secara lebih maksimal, sosialisasi tidak cukup hanya sampai pada
tingkat kecamatan saja akan tetapi harus sampai kepada tingkat terendah yaitu
tinggkat rt, sehingga informasi tentang urgensi pendaftaran tanah wakaf
tersebut dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat.
2. Kepada para nadzir untuk segera mengurus tanah wakaf yang belum memiliki
sertifikat tanah wakaf tersebut dengan penuh kesadaran dan kepedulian
sehingga terciptanya tertib hukum dalam proses pengadministrasian dan
pendaftaran sertifikat tanah wakaf, untuk menghindari terjadinya
persengketaan tanah wakaf ataupun supaya tidak terjadi pengambilan kembali
tanah wakaf oleh ahli waris dari wakif yang telah mewakafkan tanahnya.
3. Kepada para nadzir yang tidak dapat lagi amanah untuk mengelola tanah
wakaf dikarenakan sudah tua ataupun lalai dalam melaksanakan tugasnya,
maka harus dilakukan pergantian nadzir yang lebih amanah dan bertanggung
jawab lagi untuk mengelola tanah wakaf tersebut.
70
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Solo: Abyan, 2014)
Abdul Ghafur Anshori, Hukum dan Praktek Perwakafan di Indonesia,
(Yogyakarta: Pilar Media, 2006)
Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Ciputat: Ciputat Press, 2005)
Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Kedudukan Tanah Wakaf di
Negara Kita, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994)
Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia dalam Teori dan Praktek,
(Jakarta: Raja Grafindo, 2002)
Afifudin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2009)
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Islam Tentang Wakaf, Ijarah, dan Syorksh,
(Bandung: Al-Ma‟arif, 1977)
Asafri Jaya, Konsep Maqashid al-Syari’ah Menurut Al-Syathibi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1996)
Athoillah, Hukum Wakaf, (Bandung: Yrama Widya, 2014)
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2008)
Departemen agama RI, FIqh Wakaf, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2007)
Departemen Agama RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis
di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2007)
Firdaus, Ushul Fiqh : Metode Mengkaji dan Memahami Hukum Islam Secara
Komprehensif, (Depok, Rajawali Pers, 2017)
G. Kartasapoetra, dkk, Hukum Tanah Jaminan UUPA Bagi Keberhasilan
Pendayagunaan Tanah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991)
71
Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi.
(Bandung : Alfabeta, 2017)
Maria S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi & Implementasi,
(Jakarta: Kompas, 2001)
Mudjiono, Politik dan Hukum Agraria, (Yogyakarta: Liberty, 1997)
Nashr Farid Muhammad Washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa’id
Fiqhiyyah, (Jakarta: Amzah, 2016)
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2009)
Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup, 2005)
Sayuti Una, pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi : Syariah Press,
2014)
Suharsimi Arikunto, prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta. Cet. II, 1998)
Suhrawardi K, Lubis, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, (Jakarta: Sinar Grafika,
2010)
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihhan Hak Atas Tanah, (Jakarta: Kencana,
2010)
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 10 (Jakarta: Gema Insani:
2011)
B. Peraturan Perundang-Undangan
Kompilasi Hukum Islam, Buku III Hukum Perwakafan,
Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria.
72
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik
Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
C. Wawancara
Wawancara dengan Helmi Damsa, selaku pegawai Kementerian Agama Kota
Jambi bidang analisis wakaf sekaligus Ketua Sementara Badan Wakaf
Indonesia Kota Jambi,
Wawancara dengan Suroto, selaku pegawai KUA Jambi Selatan bidang bimbingan
wakaf
Wawancara dengan H. Khoiruddin Misri, Nadzir Masjid Miftahul Huda
Wawancara dengan Sy Effendi, Nadzir Masjid Roudhotam Mardhotillah,
Wawancara dengan Kamdi, Wakif Langgar Nurul Iman
Wawancara dengan M.Nasrudin, Ahli Waris Wakif Langgar Hidayatul Mustaqim
Wawancara dengan M.Tarom, Wakif Masjid An-Nur
Wawancara dengan H. Slamet, Nadzir Langgar Darul Muttaqim.
D. Jurnal
Noor Muhammad Aziz, “Urgensi Penelitian dan Pengkajian Hukum dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan,” Jurnal Rechts Vinding BPHN, Vol. 1 No. 1,
(Januari-April 2012)
Rahmat Perlaungan Siregar, “Problematika Pendaftaran Tanah Wakaf: Studi Kecamatan
Percut Sei Tuan, Deli Serdang,” Premise Law Jurnal, 2014
Urip Santoso, Kepastian Hukum Wakaf Tanah Hak Milik, Jurnal Ilmu Hukum, Vol XIX
No. 2, 2004
73
E. Karya Ilmiah dan dokumen
Hazril, Hukum Pemanfaatan Tanah Wakaf Untuk Kepentingan Pribadi (Studi
Kasus Di Desa Talang Sengegah Kab Meranigin Jambi), Skripsi, (Jambi:
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi, 2020)
Muhammad Yassir, Kedudukan Wakaf Dalam Islam Studi Perbandingan Antara
Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi’I, Skripsi, (Jambi: Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2019)
Nurul Syafiqah Binti Mohd Shahdan, Peran MAIS Dalam Mencegah Terjadinya
Sengketa Tanah Wakaf (Studi Sabak Bernam Selangor), Skripsi, (Jambi:
Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi, 2013)
Dokumen Kantor urusan Agama Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, 8 Maret
2021
74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Wawancara dengan Bapak Helmi Damsa, S.Pd.I selaku pegawai Kementerian Agama
Kota Jambi bidang analisis wakaf sekaligus Ketua Sementara Badan Wakaf Indonesia
Kota Jambi
Wawancara dengan Bapak Suroto, A.ma selaku pegawai KUA Jambi Selatan bidang
bimbingan wakaf
75
Proses pengambilan data data wakaf di Badan Wakaf Indonesia Kota Jambi di kantor
Kementerian Agama Kota Jambi
Proses pengambilan data datadi Kantor Urusan Agama Jambi Selatan Kota Jambi
76
Wawancara bersama Bapak H. Khoruddin Misri
Wawancara bersama Bapak Sy Effendi
77
78
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Muhammad Ridho
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir : Jambi, 03 Juni 1999
Alamat : Jln Berbah Dalam RT 16 No 159 Kelurahan Eka Jaya
Kecamatan Paal Merah Kota Jambi
No. Telp/HP : 085378513532
Nama Ayah : Ardiansyah
Nama Ibu :Sri Susilowati
B. Riwayat Pendidikan
MI, Tahun Lulus : MIS Nahdlatuth Thullab Kota Jambi, 2010
SD, Tahun Lulus : SDN 154 Kota Jambi, 2011
MTS, Tahun Lulus : MTsN Talang Bakung Kota Jambi, 2014
MA, Tahun Lulus : MAN Model Jambi, 2017
C. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Prodi Hukum Keluarga Islam Tahun 2017-
2018
2. Anggota Bidang Pendidikan Himpunan Mahasiswa Prodi Hukum Keluarga
Islam Tahun 2018 – 2019.
Ketua Bidang Pendidikan Himpunan Mahasiswa Prodi Hukum Keluarga Islam
Tahun 2019 – 2020.