status hama pengisap polong kedelai riptortus...

6
69 Diterbitkan di Bul. Palawija No. 12: 69–74 (2006) 1) Peneliti Proteksi Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbi-umbian, Kotak Pos 66 Malang 65101, Telp. (0341) 801468, e-mail: [email protected] STATUS HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI Riptortus linearis DAN CARA PENGENDALIANNYA Marwoto 1) ABSTRAK Salah satu hama penting pada tanaman kedelai adalah hama pengisap polong Riptortus linearis. Serangan hama pengisap polong R. linearis dapat mengakibatkan kehilangan hasil kedelai hingga 80% bahkan puso apabila tidak dikendalikan. Sampai saat ini hama tersebut telah tersebar di sentra produksi kedelai terutama di daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Selatan. Stadia pertumbuhan yang paling peka ter- hadap serangan hama pengisap polong adalah stadia pembentukan dan pengisian polong (R5–R6). Serangan pada stadia ini mengakibatkan kerusakan biji 15–20% dan kehilangan hasil paling tinggi (80%). Hama kepik polong R. linearis dapat hidup pada berbagai jenis tanaman inang seperti Tephrosia spp, Acasia vilosa, dadap, Desmodium, Solanaceae, dan Crotalaria. Pengendalian pengisap polong pada tanaman kedelai dilakukan berlandaskan strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Strategi PHT adalah melaksanakan beberapa komponen pengendalian yang kompatibel dalam satu kesatuan pengendalian dan didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi. Kata kunci: pengisap polong, Riptortus linearis, pengendalian, Glycine max. ABSTRACT Status of soybean pod sucking insect (Riptortus linearis) and its controlling method One of the important soybean pest is pod sucking insect R. linearis. The yield lose as a result of the insect attack can reache 80–100%. Recently, the in- sect has spread throughout the central production areas viz. South Sulawesi, North Sulawesi, East Java, West Java and South Sumatera. The soybean crop is more succeptible to pod sucking insect in the pod pod iniziation and pod filling stage (R5–R6). Attack of the insect in these stages can cause seed damage up to 15–20% and yield lost up to 80%. Host plant of R. linearis are Tephrosia spp., Acasia vilosa, dadap, Desmodium, Solanaceae, and Crotalaria. Controlling method of pod sucking insect is based on the strategy of insect controlling management. The strategy of the insect controlling management is to apply several com- patible controlling components based on the principle of ecology and economy. Keywords: pod sucking insect, Riptortus linearis, con- trolling, Glycine max PENDAHULUAN Produksi kedelai secara nasional beberapa tahun terakhir cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 1999 produksi kedelai nasional mencapai 1.382.848 ton, tahun 2002 hanya 673.056 ton dan pada tahun 2003 lebih rendah lagi yaitu 672.493 ton (Direktorat Kacang- kacangan dan Umbi-umbian 2004). Pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan produksi kedelai melalui Program Bangkit Kedelai pada Tahun 2004. Program ini diharapkan mampu mendorong peningkatan produksi kedelai di dalam negeri. Dalam upaya meningkatkan produksi kedelai, dijumpai beberapa faktor pembatas. Salah satu kendala penting yang menyebabkan rendahnya hasil kedelai adalah karena serangan hama (Marwoto, Wahyuni, dan Neering 1991). Menurut Arifin (1997) terdapat sembilan jenis hama utama yang menyerang tanaman kedelai, dan salah satunya yang dianggap penting adalah hama pengisap polong Riptortus linearis F. Rata-rata luas serangan kompleks hama pengisap polong kedelai selama lima tahun (1997– 2001) di Indonesia mencapai 497 hektar (Direk- torat Perlindungan Tanaman Pangan 2004). Sedangkan untuk hama R. linearis luas serangan di Jawa Timur pada tahun 1979 mencapai 70 hektar (BPTPH 1999). Akibat serangan hama ini menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil kedelai hingga 70% (Winoto 1986; Suharsono 1991). R. linearis sangat mobil dan mempunyai daya terbang yang amat kuat, mempunyai inang yang banyak dan daerah sebaran cukup luas (Suhar- sono 1997). Stadia hama yang merusak polong

Upload: nguyenque

Post on 03-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: STATUS HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI Riptortus …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/02/bp_no... · pada asas ekologi dan ekonomi. Kata kunci: pengisap polong,

MARWOTO: STATUS HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI RIPTORTUS LINEARIS DAN CARA PENGENDALIANNYA

69

Diterbitkan di Bul. Palawija No. 12: 69–74 (2006)

1) Peneliti Proteksi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Kotak Pos 66 Malang 65101,Telp. (0341) 801468, e-mail: [email protected]

STATUS HAMA PENGISAP POLONG KEDELAIRiptortus linearis DAN CARA PENGENDALIANNYA

Marwoto1)

ABSTRAKSalah satu hama penting pada tanaman kedelai

adalah hama pengisap polong Riptortus linearis.Serangan hama pengisap polong R. linearis dapatmengakibatkan kehilangan hasil kedelai hingga 80%bahkan puso apabila tidak dikendalikan. Sampai saatini hama tersebut telah tersebar di sentra produksikedelai terutama di daerah Sulawesi Selatan, SulawesiUtara, Jawa Timur, Jawa Barat, dan SumateraSelatan. Stadia pertumbuhan yang paling peka ter-hadap serangan hama pengisap polong adalah stadiapembentukan dan pengisian polong (R5–R6). Seranganpada stadia ini mengakibatkan kerusakan biji 15–20%dan kehilangan hasil paling tinggi (80%). Hama kepikpolong R. linearis dapat hidup pada berbagai jenistanaman inang seperti Tephrosia spp, Acasia vilosa,dadap, Desmodium, Solanaceae, dan Crotalaria.Pengendalian pengisap polong pada tanaman kedelaidilakukan berlandaskan strategi Pengendalian HamaTerpadu (PHT). Strategi PHT adalah melaksanakanbeberapa komponen pengendalian yang kompatibeldalam satu kesatuan pengendalian dan didasarkanpada asas ekologi dan ekonomi.

Kata kunci: pengisap polong, Riptortus linearis,pengendalian, Glycine max.

ABSTRACT

Status of soybean pod sucking insect (Riptortuslinearis) and its controlling method

One of the important soybean pest is pod suckinginsect R. linearis. The yield lose as a result of theinsect attack can reache 80–100%. Recently, the in-sect has spread throughout the central production areasviz. South Sulawesi, North Sulawesi, East Java, WestJava and South Sumatera. The soybean crop is moresucceptible to pod sucking insect in the pod podiniziation and pod filling stage (R5–R6). Attack of theinsect in these stages can cause seed damage up to15–20% and yield lost up to 80%. Host plant of R.linearis are Tephrosia spp., Acasia vilosa, dadap,Desmodium, Solanaceae, and Crotalaria. Controlling

method of pod sucking insect is based on the strategyof insect controlling management. The strategy of theinsect controlling management is to apply several com-patible controlling components based on the principleof ecology and economy.

Keywords: pod sucking insect, Riptortus linearis, con-trolling, Glycine max

PENDAHULUAN

Produksi kedelai secara nasional beberapatahun terakhir cenderung mengalami penurunan.Pada tahun 1999 produksi kedelai nasionalmencapai 1.382.848 ton, tahun 2002 hanya673.056 ton dan pada tahun 2003 lebih rendahlagi yaitu 672.493 ton (Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian 2004). Pemerintahtelah berusaha untuk meningkatkan produksikedelai melalui Program Bangkit Kedelai padaTahun 2004. Program ini diharapkan mampumendorong peningkatan produksi kedelai di dalamnegeri.

Dalam upaya meningkatkan produksi kedelai,dijumpai beberapa faktor pembatas. Salah satukendala penting yang menyebabkan rendahnyahasil kedelai adalah karena serangan hama(Marwoto, Wahyuni, dan Neering 1991). MenurutArifin (1997) terdapat sembilan jenis hama utamayang menyerang tanaman kedelai, dan salahsatunya yang dianggap penting adalah hamapengisap polong Riptortus linearis F.

Rata-rata luas serangan kompleks hamapengisap polong kedelai selama lima tahun (1997–2001) di Indonesia mencapai 497 hektar (Direk-torat Perlindungan Tanaman Pangan 2004).Sedangkan untuk hama R. linearis luas serangandi Jawa Timur pada tahun 1979 mencapai 70hektar (BPTPH 1999). Akibat serangan hama inimenyebabkan penurunan kualitas dan kuantitashasil kedelai hingga 70% (Winoto 1986; Suharsono1991).

R. linearis sangat mobil dan mempunyai dayaterbang yang amat kuat, mempunyai inang yangbanyak dan daerah sebaran cukup luas (Suhar-sono 1997). Stadia hama yang merusak polong

Page 2: STATUS HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI Riptortus …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/02/bp_no... · pada asas ekologi dan ekonomi. Kata kunci: pengisap polong,

70

BULETIN PALAWIJA NO. 12, 2006

kedelai adalah nimfa dan imago. Stadia nimfainstar 3–4, mempunyai kemampuan merusakpolong paling tinggi dibanding nimfa instarlainnya (Tengkano 1985). Respons tanamankedelai terhadap gangguan yang terjadi berbedapada setiap fase pertumbuhannya, tergantungdari besarnya kerusakan dan saat terjadinyagangguan. Menurut Hanway dan Thompson(1987) dari sebelas fase pertumbuhan padatanaman kedelai, fase ketujuh atau berlangsung-nya pengisian biji merupakan fase paling pekaterhadap gangguan hama perusak polong danserangan pada fase ini dapat menyebabkan kehi-langan hasil paling besar dibanding pada fasesebelum dan sesudahnya.

Pengetahuan tentang bioekologi dan carapengendalian hama pengisap polong R. linearissangat diperlukan untuk penentuan cara peng-ambilan keputusan dalam pelaksanaan Pengen-dalian Hama Terpadu (PHT).

EKOBIOLOGI R. linearis

Serangga hama pengisap polong atau dikenaldengan kepik polong (pod sucking bug) termasukordo Hemiptera, famili Coreidae, genus Riptortusdan spesies linearis (Talekar 1997; Marwoto et al.1999). Imago R. linearis berbadan panjang danberwarna kuning coklat.

Morfologi dan Biologi

Morfologi kepik polong mirip dengan walangsangit, tetapi mudah dikenal dengan garis putihkekuningan yang terdapat di sepanjang sisibadannya. Panjang badan imago betina 13–14mm, sedangkan imago jantan 11–13 mm. Abdo-men imago betina bagian tengahnya membesardan gembung, sedangkan abdomen imago jantanlurus ke belakang. Umur imago berkisar antara4–47 hari (Marwoto et al. 1999).

Telur R. linearis diletakkan secara berke-lompok pada permukaan daun bagian bawah danatau pada polong dengan jumlah 3–5 butir.Bentuk telur bulat dengan bagian tengahnyaagak cekung. Telur yang baru diletakkan ber-warna biru keabu-abuan, kemudian berubahmenjadi coklat suram. Diameter telur 1,20 mm,dan stadium telur berkisar 6–7 hari.

Nimfa R. linearis terdiri dari lima instar dandi antara instar terdapat perbedaan bentuk,warna, ukuran, dan umur. Nimfa instar pertama

mirip semut gramang, warnanya mula-mulakemerah-merahan, kemudian berubah menjadicoklat kekuning-kuningan, umurnya satu sampaidengan tiga hari dengan panjang badan rata-rata2,60 mm. Nimfa instar ke dua mirip dengan semutgramang, warnanya mula-mula coklat kekuning-kuningan kemudian berubah menjadi coklat tua.Umur instar dua adalah 2–4 hari dengan panjangtubuh 3,40 mm. Nimfa instar tiga mirip dengansemut rangrang, mula-mula berwarna kemerah-merahan kemudian berubah menjadi coklat.Umur instar ke tiga adalah 2–6 hari denganpanjang badan mencapai 6,00 mm. Nimfa instarke empat mirip dengan semut polyrachis, mula-mula berwarna kemerah-merahan kemudianberubah menjadi coklat kehitaman. Umur instarempat adalah 3–6 hari dan panjang tubuh instarempat rata-rata 7,00 mm. Nimfa instar lima miripdengan semut polyrachis, mula-mula berwarnakemerah-merahan kemudian berubah menjadihitam agak ke abu-abuan. Umur dari instar limaadalah 5–8 hari dengan panjang badan rata-rata9,90 mm. Lama hidup instar nimfa rata-rata 23hari dan perkembangan serangga ini dari telursampai dengan imago rata-rata 29 hari, sedang-kan periode pra-peneluran adalah 5 hari(Marwoto et al. 1999).

Tanda Serangan

Imago dan nimfa R. linearis merusak seluruhstadia pertumbuhan polong dan biji. Kerusakanyang diakibatkan berbeda-beda, ditentukan olehfrekuensi serangan dan umur biji atau polong.Cara merusaknya adalah dengan menusukkanstilet ke kulit polong terus ke biji kemudianmengisap cairan biji kedelai.

Infestasi pada polong muda menyebabkan bijikempis dan seringkali menyebabkan polonggugur. Infestasi pada fase pertumbuhan polongdan pengisian biji akan menyebabkan biji danpolong kempis kemudian mengering. Infestasipada fase pengisian biji menyebabkan biji menjadibusuk dan hitam, dan serangan pada polong tuamenyebabkan kualitas biji menurun oleh adanyabintik-bintik hitam pada biji (Kalshoven 1981;Tengkano 1985; Marwoto et al. 1991).

Tanda kerusakan akibat serangan hama R.linearis dapat dilihat pada bagian dalam kulitpolong dan pada biji dengan cara membuka kulitpolong. Seringkali ada tambahan serangan yaitu

Page 3: STATUS HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI Riptortus …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/02/bp_no... · pada asas ekologi dan ekonomi. Kata kunci: pengisap polong,

MARWOTO: STATUS HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI RIPTORTUS LINEARIS DAN CARA PENGENDALIANNYA

71

sejenis jamur yang masuk pada saat seranggamenusukkan stiletnya dan mengisap cairan biji.

STATUS HAMA PENGISAP POLONGPADA TANAMAN KEDELAI

Sampai saat ini R. linearis tercatat sebagaihama penting pada pertanaman kedelai di Indo-nesia, terutama di daerah Sulawesi Selatan,Sulawesi Utara, Jawa Timur, Jawa Barat, danSumatera Selatan (Kalshoven 1981). Selain padatanaman kedelai, kepik polong R. linearis dapathidup pada berbagai jenis tanaman inang sepertiTephrosia spp, Acasia vilosa, dadap, Desmodium,Solanaceae, dan Crotalaria. Hama ini terdapatjuga di India dan diketahui menyerang tanamankacang iris, di Filipina dan Indonesia diketahuimenyerang kacang panjang, kacang hijau, dankedelai (Tengkano 1985).

Hubungan Populasi Hamadengan Tingkat Kerusakan

Salah satu hal penting yang perlu mendapatperhatian apabila menghadapi serangan hamaadalah kepadatan populasi. Populasi merupakankelompok individu dari spesies yang sama padatempat tertentu dalam suatu waktu tertentu dananggota kelompok itu mempunyai kesempatansatu dengan lainnya untuk berkembang biak (in-terbreeding) ditandai juga dengan tindak salingkontak atau hubungan dengan anggota kelompoklain dalam spesies yang sama (Pedigo 2002; Walter2003).

Faktor populasi berhubungan erat dengantingkat kerusakan tanaman yang juga eratdengan kehilangan hasil. Makin tinggi populasi

hama pada stadia yang merugikan, maka tingkatkerusakan makin besar pula. Sampai pada suatujumlah tertentu populasi serangga dapat menim-bulkan kerusakan yang mempunyai arti ekonomi.Dalam kedudukan ini serangga tersebut telahberada pada aras ekonomi dan perlu segeradilakukan pengendalian untuk mencegah pening-katan populasi berikutnya yang dapat menurun-kan hasil secara ekonomi (Untung 1991).

Perkembangan populasi pengisap polong R.linearis pada tanaman kedelai dimulai pada saatimago datang ke pertanaman kedelai menjelangpembungaan untuk meletakkan telurnya. Segerasetelah terbentuk polong, pengisap polong akanmerusak polong dan biji sampai menjelang panen.Tingkat serangan terus meningkat apabila tidakdilakukan usaha penekanan terhadap populasipada awal pertumbuhan polong (Tengkano et al.1991).

Populasi hama pengisap polong pada setiapfase pertumbuhan polong kedelai sangat berpe-ngaruh terhadap kerusakan biji kedelai. Fasepertumbuhan polong yang paling peka terhadapkerusakan biji adalah pada fase R 5–R6 dari padaR3–R4 dan R7–R8 (Gambar 1).

Hubungan antara Kerusakan danKehilangan Hasil

Besarnya kehilangan hasil suatu tanamanakibat kerusakan oleh serangga hama, bervariasitergantung pada berat tidaknya kerusakan sertapada bagian mana kerusakan tersebut terjadi.Kerusakan yang ditimbulkan oleh seranggapemakan daun akan memberikan penurunanhasil yang berbeda dengan kerusakan yang

Gambar 1. Pengaruh populasi R linearis terhadapkerusakan biji pada berbagai fase pertumbuhanpolong kedelai.

Gambar 2. Pengaruh populasi hama R. linearis ter-hadap kehilangan hasil biji kedelai pada fasepertumbuhan polong.

0

1

2

3

4

5

6

R 3-4 R 5-6 R 7-8

Fase pertumbuhan

Has

il b

iji

(g) Populasi 1

Populasi 2

Populasi 3

Populasi 4

Page 4: STATUS HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI Riptortus …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/02/bp_no... · pada asas ekologi dan ekonomi. Kata kunci: pengisap polong,

72

BULETIN PALAWIJA NO. 12, 2006

ditimbulkan oleh hama perusak polong dan biji.Penaksiran kerusakan dan penurunan hasil yangditimbulkan juga akan berbeda.

Hubungan antara kerusakan dan kehilanganhasil adalah faktor yang paling mendasaripenentuan tingkat kerusakan ekonomi. Fenemore(1982 dalam Untung 1993) menyebut ada empatfaktor utama yang mempengaruhi hubungankerusakan dengan kehilangan hasil yaitu: saatkerusakan terjadi, tipe kerusakan, intensitaskerusakan, dan keadaan lingkungan.

Dalam hubungannya dengan fase perkem-bangan tanaman, waktu terjadinya kerusakansangat besar pengaruhnya terhadap kehilanganhasil. Umumnya fase pertumbuhan tanamanmuda adalah fase yang paling rentan, sedangkantanaman yang lebih tua biasanya lebih mampumenahan atau mengimbangi kerusakan. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa fase pembentu-kan biji (R5–R6) pada polong kedelai sangat rentanterhadap serangan hama pengisap polong danmenyebabkan kehilangan hasil lebih tinggidibandingkan dengan R3–R4 (fase pembentukanpolong muda) dan R7–R8 (pemasakan polong)(Gambar 2).

Sebaran Serangan Hama R. linearis

Hasil pengamatan di 13 provinsi di Indonesiapada tanaman kedelai menunjukkan bahwa diantara hama utama yang ditemukan, terdapattiga jenis pengisap polong yang penting yaitupengisap polong atau kepik coklat Riptortuslinearis F, kepik hijau Nezara viridula L, dan kepikhijau pucat Piezodorus hyberi (Tengkano danSuhardjan 1985). Pada tahun 2003, kerusakantanaman kedelai yang diakibatkan oleh seranganhama seluas 5.726 hektar dan 8 hektar diantaranya puso. Khususnya untuk tiga jenishama pengisap polong (termasuk serangan hamaR. linearis), tercatat luas serangannya mencapai199 hektar (Direktorat Perlindungan tanamanPangan 2004).

Kemampuan imago dan nimfa hama R.linearis merusak polong dan biji kedelai telahditeliti pada waktu dan tempat yang berbeda.Berdasarkan pengamatan di lapang yangdilakukan oleh Djuwarso et al. (1986) menun-jukkan bahwa hama R. linearis mulai terdapatdi pertanaman kedelai pada waktu tanamanberumur 37 hari, namun serangan terhadap

polong kedelai baru terjadi pada saat tanamanberumur 44 hari setelah tanam. Serangan ter-tinggi ditemukan pada saat tanaman kedelaiberumur 58 hari dengan intensitas serangansebesar 12,7%.

STRATEGI PENGENDALIAN HAMAPENGISAP POLONG Riptortus linearis

MELALUI PENDEKATAN PHT

Pendekatan Pengendalian HamaPengisap Polong Kedelai

Pengendalian pengisap polong pada tanamankedelai berlandaskan strategi penerapan Pengen-dalian Hama Terpadu (PHT). PHT adalah suatucara pendekatan atau cara pengendalian hamayang didasarkan pada pertimbangan ekologi danefisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaanekosistem yang berwawasan lingkungan yangberkelanjutan.

Strategi PHT adalah menerapkan beberapateknik atau metode pengendalian hama yangkompatibel dalam satu kesatuan pengendaliandan mendasarkan pada asas ekologi dan ekonomi.Prinsip operasional yang digunakan dalam PHTadalah:

Budidaya tanaman sehat

Tanaman yang sehat mempunyai ketahananekologi yang tinggi terhadap gangguan hama.Untuk itu penggunaan paket-paket teknologiproduksi dalam praktik-praktik agronomis yangdilaksanakan harus diarahkan untuk terwujud-nya tanaman yang sehat.

Pelestarian musuh alami

Musuh alami (parasit, predator, dan patogenserangga) merupakan faktor pengendali hamapenting yang perlu dilestarikan dan dikelola agarmampu berperan secara maksimum dalampengaturan populasi hama di lapang.

Pemantauan ekosistem secara terpadu

Pemantauan ekosistem pertanaman yangintensif secara rutin oleh petani merupakan dasaranalisis ekosistem untuk pengambilan keputusandan melakukan tindakan yang diperlukan.

Petani sebagai ahli PHT

Petani sebagai pengambil keputusan danketerampilan dalam menganalisis ekosistem serta

Page 5: STATUS HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI Riptortus …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/02/bp_no... · pada asas ekologi dan ekonomi. Kata kunci: pengisap polong,

MARWOTO: STATUS HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI RIPTORTUS LINEARIS DAN CARA PENGENDALIANNYA

73

mampu menetapkan keputusan pengendalianhama secara tepat sesuai dengan dasar PHT.

Komponen Pengendalian

Komponen-komponen pengendalian hamapengisap polong yang dapat dipadukan dalampenerapan PHT pada tanaman kedelai adalah:

1. Pemanfaatan pengendalian alami denganmengurangi tindakan-tindakan yang dapatmerugikan atau mematikan perkembanganmusuh alami. Penggunaaan insektisida yangberspetrum luas dihindari untuk penyelamatanmusuh alami yang berperan dalam mengen-dalikan hama pengisap polong R. linearis.

2. Pengendalian fisik dan mekanik yang ber-tujuan untuk mengurangi populasi hamapengisap polong, mengganggu aktivitas fisio-logis hama yang normal, serta mengubahlingkungan fisik menjadi kurang sesuai bagikehidupan dan perkembangan hama pengisappolong. Pengurangan populasi hama dapatdilakukan juga dengan mengambil kelompoktelur dan membunuh nimfa hama atau imago-nya dengan jaring serangga.

3. Pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocoktanam, yang bertujuan untuk membuatlingkungan tanaman menjadi kurang sesuaibagi kehidupan dan pembiakan atau pertum-buhan serangga hama dan penyakit sertamendorong berfungsinya agensia pengendalihayati.Beberapa teknik bercocok tanam antara lain :a) Penanaman verietas tahan, hingga saat ini

masih belum ditemukan varietas yangtahan terhadap hama pengisap polong Rlinearis, namun beberapa galur introduksitelah didapatkan yang tahan terhadapserangan hama pengisap polong yakni IAC-100 dan IAC-80-596-2. Kedua galur inidipakai sebagai induk untuk perakitanvarietas unggul kedelai yang tahan terha-dap hama pengisap polong.

c) Pergiliran tanaman untuk memutus siklushidup hama.

d) Sanitasi atau membersihkan sisa-sisatanaman atau tanaman lain yang dapatdipakai sebagai inang.

e) Penetapan masa tanam, dan diusahakandalam satu hamparan dapat tanam secara

serempak atau selisih waktu tanam tidaklebih dari 10 hari.

f) Penanaman tanaman perangkap ataupenolak dengan tujuan hama akan lebihsenang pada tanaman perangkap, misal-nya: penanaman jagung pada areal perta-naman kedelai untuk menarik hama ulatbuah (Helicoverpa armigera), menanamSesbania pada pertanaman kedelai untukmenarik hama pengisap polong.

4. Pengendalian biologis untuk mengurangidampak residu insektisida kimia maka di-anjurkan pengendalian biologis dengan meng-gunakan agens hayati cendawan entomo-patogen Verticillium lecanii. Aplikasi cen-dawan V. lecanii mampu menekan populasi R.linearis hingga pada batas ambang ekonomiyang tidak merugikan. Beberapa kelebihanpenggunaan cendawan V. lecanii antara lain:mampu menginfeksi berbagai stadia hama,yaitu stadia telur, stadia nimfa, dan stadiaimago. Cendawan entomopatogen V. lecaniijuga kompatibel dengan berbagai jenis fungi-sida dan predator Oxyopes javanus Thorell.Oleh karena itu, V. lecanii mempunyaipeluang dapat diajukan sebagai salah satuagens hayati dalam konsep pengendalian hamaterpadu (PHT) kedelai R. linearis (Prayogo2004).

5. Penggunaan pestisida nabati atau kimiawisecara selektif untuk mengembalikan populasihama pada asas keseimbangannya. Keputusantentang penggunaan pestisida dilakukansetelah diadakan analisis ekosistem terhadaphasil pengamatan dan ketetapan tentangambang kendali. Pestisida yang dipilih harusyang efektif dan telah diizinkan.

KESIMPULAN

Dari uraian masalah hama pengisap polong Rlinearis dapat disimpulkan bahwa :

1. Hama pengisap polong R linearis berstatushama penting pada tanaman kedelai, kehi-langan hasil akibat serangan hama ini dapatmencapai 80% bahkan puso apabila tidakdikendalikan.

2. Sampai saat ini R. linearis telah tersebar disentra produksi kedelai di Indonesia, terutamadi daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,

Page 6: STATUS HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI Riptortus …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/02/bp_no... · pada asas ekologi dan ekonomi. Kata kunci: pengisap polong,

74

BULETIN PALAWIJA NO. 12, 2006

Jawa Timur, Jawa Barat, dan SumateraSelatan.

3. Hama kepik polong R. linearis dapat hiduppada berbagai jenis tanaman inang sepertiTephrosia spp, Acasia vilosa, dadap, Desmo-dium, Solanaceae, dan Crotalaria.

4. Pengendalian pengisap polong pada tanamankedelai berlandaskan strategi penerapanPengendalian Hama Terpadu (PHT). StrategiPHT adalah menerapkan beberapa komponenpengendalian yang kompatibel dalam satukesatuan pengendalian dan mendasarkanpada asas ekologi dan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian 2004.Program Bangkit Kedelai Tahun 2004. Dirjen BinaProduksi Tanaman pangan. 21 hlm.

Arifin, M. 1997. Potensi dan Pemanfaatan MusuhAlami pada Pengendalian Hama Kedelai. ProsidingSimposium Penelitian Tanaman Pangan II. Buku5, Puslitbangtan. Bogor. 1358–1391.

Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura(BPTPH) VI. 1999. Laporan Musiman. BalaiProteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura VIJawa Timur. Musim Tanam 1999.

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 2004.Evaluasi Kerusakan Tanaman Kedelai AkibatSerangan OPT tahun 2003, 2002, dan Rerata 5tahun (1997–2001). Dirjen Bina produksi Tanamanpangan. Direktorat Perlindungan TanamanPangan Jakarta.

Djuwarso, T., Suktriswanto, W. Tengkano, dan S.Sosromarsono, 1986. Preferensi peneluran kepikpolong R. linearis pada berbagai tahap pertum-buhan tanaman kedelai. Dalam Syam, M danYuswardi (Penyunting) Seminar Hasil PenelitianTanaman Pangan, Puslitbangtan.

Hanway, J. J. and H. E. Thompson. 1987. How a soy-bean plant develops. Special Report no 55. IowaState University. p 17.

Kalshoven. 1981. Pest of Crops in Indonesia.. Revisedand Translated by Van Der Laan, PT Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta.

Marwoto, Era Wahyuni, dan K.E. Neering. 1991.Pengelolaan Pestisida dalam Pengendalian HamaKedelai Secara Terpadu. Monograf BalittanMalang. No 7. 38 hlm.

Marwoto, Suharsono, dan Supriyatin. 1999. HamaKedelai dan Komponen Alternatif dalam Pengen-dalian Hama Terpadu. Monograf. Balitkabi No 4–1999.

Pedigo, L.P , 2002. Entomology and Pest Management.Iowa State University. Prentice Hall, Upper SaddleRiver, New Jersey

Prayogo,Y. 2004. Keefektifan lima jenis cendawanentomopatogen terhadap hama pengisap polongkedelai R. linearis (Hemiptera : Alydidae) dandampaknya terhadap predator Oxyopes javanusThorell (Arachnidae Oxyopidae). IPB. Bogor.

Suharsono. 1991. Komponen Ketahanan TanamanKedelai terhadap hama pengisap polong R linearis.Penelitian Palawija. 6(1 & 2). hlm 12–21.

Suharsono. 1997. Antixenoxis pada galur IAC 80-596-100 sebagai salah satu model ketahanan tanamanterhadap hama pengisap polong. Makalah KongresV dan Simposium Entomologi. PEI. Bandung, 24–26 Juni 1997.

Talekar, N. S. 1997. Source of Resistance of InsectPest of Soybean in Asia. Proceedings Soybean Feedsthe World Soybean Research Conference V, 21–27February 1994, Chiang Mai, Thailand.

Tengkano.W., 1985. Tingkat kerusakan ekonomipengisap polong R. linearis pada Tanaman KedelaiOrba. Tesis Fakultas Pascasarjana IPB. 105 hlm.

Tengkano.W., dan M. Soehardjan. 1985. Jenis HamaUtama pada Berbagai Fase PertumbuhanTanaman Kedelai dalam Kedelai. Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian, Bogor. Hlm: 295 –318.

Tengkano.W., M. Iman, dan A.M. Tohir. 1991. Bio-ekologi, Serangan, dan Pengendalian HamaPengisap dan Penggerek Polong Kedelai. RisalahLokakarya PHT Kedelai. 8–10 Agustus 1991.Malang. Hlm 117 – 153.

Untung, Kasumbogo. 1991. Sistem PengendalianHama Terpadu dan Peranan Pestisida. Pemasya-rakatan PHT di Daerah Aceh. 19 – 30 Desember1991.

Untung, Kasumbogo, 1993. Pengantar PengelolaanHama Terpadu. Gadjah Mada University Press.Yogjakarta.

Walter, G.H. 2003. Insect Pest Management and Eco-logical Research. Publish by the Press Syndicateof the Univ. of Cambridge. United Kingdom. 386pp.

Winoto, Riyadi. 1986. Pengaruh Populasi R. linearisterhadap Kerusakan dan Hasil Kedelai. FakultasPertanian Unibraw. Malang. 45 hlm.