status gizi dan phbs
DESCRIPTION
Status Gizi dan PHBSTRANSCRIPT
STATUS GIZI DAN PHBS
Kasus gizi buruk di sejumlah daerah masih sering terjadi, baru-baru ini terjadi ledakan kasus gizi buruk di beberapa daerah seperti NTB, NTT, Aceh dan Lampung. Pemerintah dinilai belum serius menangani masalah tersebut. Walaupun angka prevalensi kasus gizi buruk pada balita di Indonesia terjadi penurunan dari 8,8 persen pada tahun 2005 menjadi 5,4 persen pada tahun 2007 (Riskesdas 2007), akan tetapi pada sebagian besar provinsi di Indonesia mempunyai prevalensi gizi buruk lebih dari 5,4 persen. Salah satu cara untuk mengetahui status gizi anak dilakukan pemeriksaan antropometri.
Salah satu cara menurunkan kasus gizi buruk adalah dengan Pemberian makanan tambahan (PMT) kepada para balita. PMT dapat dilakukan di posyandu-posyandu melalui program revitalisasi posyandu.
Selain itu peran kesehatan lingkungan amatlah penting. Lingkungan tempat tinggal harus memenuhi syarat hidup sehat, dan perilaku harus diubah menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Diharapkan masyarakat sekitar dapat menggalakkan kepedulian sosial sesuai dengan syariah Islam (jihad sosial).
1
STEP 1
Kata-kata sulit
Riskesdas : Riset kesehatan dasar Pemeriksaan Antropometri : Pengukuran individu manusia untuk mengetahui
variasi fisik manusia Program revitalisasi : Proses pemberdayaan kembali program kegiatan Jihad sosial : Memperjuangkan sesuatu di jalan Allah SWT sesuai
dengan Al-Quran dibidang sosial Gizi buruk : Kondisi kurang gizi yang disebabkan kekurangan
energi dan protein dalam asupan makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi
Posyandu : Kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari,oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan
Pertanyaan
1) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan gizi buruk?2) Apa saja yang terdapat pada pemeriksaan Antropometri?3) PMT (Pemberian Makanan Tambahan) apa saja yang harus diberikan?4) Apakah ada cara penilaian status gizi selain Antropometri?5) Apa saja yang dilakukan pada program revitalisasi posyandu?6) Apa syarat untuk menjadi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)?7) Tempat tinggal yang bagaimana yang memenuhi cara hidup sehat?8) Bagaimana kepedulian sosial yang sesuai dengan syariat Islam?
Jawaban
1) A. Tingkat ekonomi ↓B. Intake makanan ↓C. Penyakit infeksiD. Sanitasi yang kurangE. Pola asuhan yang salahF. Pelayanan kesehatan yang kurang di suatu daerah
2) BB sesuai Umur, TB sesuai Umur dan BB sesuai TB.3) Susu bubuk, biskuit, tepung sayuran,buah-buahan.4) Status kesehatan anak (laboratorium).5) KIA, Imunisasi.6) Merubah pola hidup menjadi higienis.
- Cuci tangan sebelum makan- Cuci tangan setelah beraktifitas- Sikat gigi- Makan makanan bergizi- Mandi minimal 2x sehari
2
7) a) Pencahayaan yang baikb) Ventilasi udara yang bagusc) Kerja baktid) Jarak MCK dan sumber air bersih yang tidak terlalu dekate) Sarana kesehatan yang memadai
8) - Memberi tanpa membeda-bedakan status sosial.- Zakat, infaq, shadaqah.
Hipotesis
Gizi Buruk
a) Tingkat ekonomi ↓
b) Intake makanan ↓
c) Penyakit infeksi
d) Sanitasi yang kurang
e) Pola asuhan yang salah
f) Pelayanan kesehatan yang tidak memadai
Pengukuran Antropometri BB : Usia, TB : Usia, BB : TB a) Program RevitalisasiStatus kesehatan anak b) Jihad
3
LEARNING OBJECTIVE
LO. 1. Memahami dan Menjelaskan Status Gizi
1.1. Definisi
1.2. Klasifikasi berdasarkan Antropometri
1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
1.4. Metode penilaian
LO. 2. Memahami dan Menjelaskan Gizi Buruk
2.1. Definisi
2.2. Etiologi
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk
2.4. Klasifikasi
2.5. Tatalaksana
2.6. Pencegahan
LO.3. Memahami dan Menjelaskan Posyandu
3.1. Definisi
3.2. Tujuan
3.3. Program
3.4. Stratifikasi posyandu
LO. 4. Memahami dan Menjelaskan PHBS
4.1. Definisi
4.2. Manfaat
4.3. Indikator PHBS
LO. 5. Memahami dan Menjelaskan Kesehatan Lingkungan
5.1. Syarat lingkungan yang sehat
5.2. Syarat tempat tinggal yang sehat
LO. 6. Memahami dan Menjelaskan Kepedulian sosial sesuai syariat Islam
4
STATUS GIZI
1.1. Definisi
Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri ( Suharjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB.
1.2. Klasifikasi Berdasarkan Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran).
Ukuran antropometri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur. Misalnya, BB terhadap usia atau TB terhadap usia. Dengan demikian, dapat diketahui apakah ukuran yang dimaksud tersebut tergolong normal untuk anak seusianya.
2. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran lainnya tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur.
Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling sering digunakan untuk menentukkan keadaan pertumbuhan pada masa balita adalah :
1. Umur Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
2. Berat BadanBerat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena
dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Pada usia beberapa hari, berat badan akan mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya mekonium
5
dan air seni yang belum diimbangi asupan yang mencukupimisalnya produksi ASI yang belum lancar. Umumnya berat badan akan kembali mencapai berat badan lahir pada hari kesepuluh.
Pada bayi sehat, kenaikan berat badan normal pada triwulan I adalah sekitar 700 –1000 gram/bulan, pada triwulan II sekitar 500 – 600 gram/bulan, pada triwulan III sekitar 350 – 450 gram/bulan dan pada triwulan IV sekitar 250 – 350 gram/bulan. Dari perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar 1 kg/bulan, sementara pada 6 bulan berikutnya hanya + 0,5 kg/bulan. Pada tahun kedua, kenaikannya adalah + 0,25 kg/bulan. Setelah 2 tahun, kenaikkan berat badan tidak tentu, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun. Pada tahap adolesensia (remaja) akan terjadi pertambahan berat badan secara cepat ( growth spurt).
Selain perkiraan tersebut, berat badan juga dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman (1992), yaitu :- Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg
- Berat badan usia 3 – 12 bulan, menggunakan rumus : Umur (bulan) + 9 = n + 9
2 2- Berat badan usia 1 – 6 tahun, menggunakan rumus :
( Umur(tahun) X 2) + 8 = 2n + 8Keterangan : n adalah usia anak
- Berat badan usia 6 – 12 tahun , menggunakan rumus :Umur (tahun) X 7 – 5
2 Cara pengukuran berat badan anak adalah :- Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu,
cukup pakaian dalam saja.- Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin,
masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan. Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri diatas timbangan injak tanpa dipegangi.
- Ketika menimbang berat badan bayi, tempatkan tangan petugas diatas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
- Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang. Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut :
BB anak = (Berat badan ibu dan anak) – BB ibu- Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan.
- Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berada berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau, kuning atau merah.
6
3. Tinggi Badan ( Panjang badan)Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang
badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar + 50 cm. Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan ( 1,5 X panjang badan lahir). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup pesat, yaitu 5 – 25 cm/tahun pada wanita, sedangkan pada laki-laki peningkatannya sekitar 10 –30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18 – 20 tahun.
Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus dari Behram (1992), yaitu:- Perkiraan panjang lahir : 50 cm
- Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 Panjang Badan Lahir
- Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir
- Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1,5 x panjang badan usia 1 tahun
- Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir
- Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun
Cara pengukuran tinggi badan anak adalah:Usia kurang dari 2 tahun:- Siapkan papan atau meja pengukur. Apabila tidak ada, dapat digunakan pita
pengukur (meteran).- Baringkan anak telentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel
pada meja (posisi ekstensi).- Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus
dengan meja pengukur) lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.- Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi
tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur.
Usia 2 tahun atau lebih :- Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan
bokong, punggung dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur.
- Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
7
4. Lingkar kepalaSecara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan
dan tidak dipengaruhi oleh faktor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm.
Adapun cara pengukuran lingkar kepala adalah :- Siapkan pita pengukur (meteran)
- Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supra orbita bagian anterior menuju oksiput pada bagian posterior. Kemudian tentukan hasilnya.
- Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala
5. Lingkar Lengan Atas (Lila)Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan
atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun.
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah.Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut :- Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian
kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dan siku. - Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri
lebih pasif dibandingkan dengan lengan kanan sehingga ukurannya lebih stabil.- Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada gambar ( dapat
digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.
- Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur.
- Catat hasil pada KMS.
Berat badan dan tinggi badanadalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan
8
dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.
Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standar Baku Antropometeri WHO-NCHS
NoIndeks yang dipakai
Batas Pengelompokan
Sebutan Status Gizi
1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
Sumber : Depkes RI 2004.
Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).
9
Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
NoIndeks yang digunakan
InterpretasiBB/U TB/U BB/TB
1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi
Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++
Rendah Normal Rendah Sekarang kurang +
2 Normal Normal Normal Normal
Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang
Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang
3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal
Tinggi Rendah Tinggi Obese
Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese
Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :
Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Sumber : Depkes RI 2004.
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :
Skor Baku Rujukan= NIS−NMBRNSBR
Dimana : NIS : Nilai Induvidual Subjek
10
NMBR : Nilai Median Baku Rujukan
NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan
Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000 oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2.
Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai berikutDiketahui BB= 60 kg TB=145 cm Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-NCHS hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15 tahun
Table weight (kg) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS
Age Standard DeviationsYr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd15 0 31.6 39.9 48.3 56.7 69.2 81.6 94.1Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
Table weight (kg) by stature of boys 145 cm in Height from WHO-NCHSStature Standard Deviationscm -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd145 0 24.8 28.8 32.8 36.9 43.0 49.2 55.4Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
Table stature (cm) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHSStature Standard DeviationsYr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd15 0 144.8 152.9 160.9 169.0 177.1 185.1 193.2Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
Jadi untuk indeks BB/U adalahZ Score = ( 60 kg – 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD
= status gizi baik Untuk IndeksTB/U adalah
Z Score = ( 145 kg – 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD= status gizi pendek
Untuk Indeks BB/TB adalahZ Score = ( 60 – 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD
= status gizi gemuk
11
1.2. Klasifikasi berdasarkan Antropometri
Tabel 1.Tabel Status Gizi
INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS *)
Berat badan menurut umur (BB/U)
Gizi Lebih > + 2 SD
Gizi Baik ≥ -2 SD sampai +2 SD
Gizi Kurang < -2 SD sampai ≥ -3 SD
Gizi Buruk < – 3 SD
Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Normal ≥ 2 SD
Pendek (stunted) < -2 SD
Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Gemuk > + 2 SD
Normal ≥ -2 SD sampai + 2 SD
Kurus (wasted) < -2 SD sampai ≥ -3 SD
Kurus sekali < – 3 SD
Sumber : Depkes RI, 2002.
1. Klasifikasi di atas berdasarkan parameter antropometri yang dibedakan atas:
Berat Badan / Umur Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 1.
Tinggi Badan / Umur Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 1.
Berat Badan / Tinggi Badan Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap tinggi badan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 1
12
Lingkar Lengan Atas / Umur Lingkar lengan atas (LILA) hanya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu gizi kurang dan gizi baik dengan batasan indeks sebesar 1,5 cm/tahun.
2. Menurut Depkes RI (2005) Parameter berat badan / tinggi badan berdasarkan kategori Z-Score diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
1. Gizi Buruk ( Sangat Kurus) : <-3 SD
2. Gizi Kurang (Kurus) : -3SDs/d<-2SD
3. Gizi Baik (Normal) : -2SDs/d+2SD
4. Gizi Lebih (Gemuk) : >+2SD
1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
1. Faktor External
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:
Pendapatan Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
Pendidikan Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).
Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
Budaya Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Soetjiningsih, 1998).
2. Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
Usia Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
Kondisi Fisik Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang
13
buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).
Infeksi Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).
1.4. Metode penilaian
Baku antropometri gizi
a. Baku Boston atau Harvard
Data diperoleh dari penelitian Stuart dari 1930-1939 pada sejumlah sampel anak-anak Kaukasus yang relative gizi baik di Amerika Serikat. Data ditunjukkan dalam persentil untuk berat badan terhadap umur dan tinggi badan terhadap umur, dari data tersebut juga dihitung nilai median dari BB terhadap TB. BAKU Harvard ini digunakan secara meluasuntuk kartu pertumbuhan di Amerika Latin dan Asia.
b. Baku Tanner
Data diperoleh dari penelitian di berbagai Negara yaitu Perancis, negeri Belanda, Swedia, Swiss dan Inggris. Data di Inggris dikumpulkan oleh Tanner dari populasi yang homogeny, yang digunakan untuk menyusun baku pertumbuhan untuk Inggris. Data banyak digunakan di Afrika untuk KMS (Road To Health Card).
c. Baku NCHS (National Center for Health Statistic)
Pada tahun 1974, U.S National Academy Of Sciences merekomendasi untuk melakukan pembaharuan baku patokan untuk digunakan dalam membandingkan status kesehatan berbagai kelompok yang ada di AS. Hasil dari kerja beberapa tahun adalah tabel dan kartu yang berisi kombinasi 2 patokan populasi, yang keduanya merupakan kelompok besar dan dipilih secara random dari berbagai kelompok sosial ekonomi dan etnik di AS, yaitu:
- Tabel untuk anak dari lahir sampai 3 tahun, dikumpulkan oleh fels research institute.
- Tabel untuk anak umur 2-18 tahun, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh health examination survey dari national center for health statistics.
Tabel dan kartu tersedia untuk berat badan, tinggi badan, tebal lipatan kulit dan lingkar kepala dan lingkar lengan. Perbedaan antara baku Harvard, Tanner dan NCHS adalah nilai NCHS agak lebih rendah dibandingkan dengan persentil ke 50 dan ke 3 dari baku Boston dan Tanner.
d. Hasil penelitian di Indonesia
Hasil penelitian Jumadias (1964) untuk usia 6-18 tahun dengan menggunakan persentil untuk berat dan tinggi. Sedangkan penelitian Sugiono dan Pelenkahu (1964) untuk bayi, menggunakan nilai rata-rata berat dan tinggi badan. Untuk anak umur 6-18 tahun, persentil ke
14
50 NCHS masih serupa dengan persentil ke 90 data Jumadias, sedangkan persentil ke 50 Jumadias berada dibawah 80% persentil ke 50 NCHS. Baku antropometri gizi untuk tinggi dan berat badan telah dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Dep. Kes 1973. Hambatan dan kelemahan yang terdapat pada penggunaan antropometrik adalah belum adanya baku patokan nasional yang mantap untuk berbagai macam ukuran antropometrik terutama untuk berat dan tinggi yang meliputi semua golongan umur.
Baku Patokan (Reference Standard)
I. Pola tumbuh kembang
Pola tumbuh kembang anak menunjukkan variasi normal yang luas, sehingga perlu cara dan istilah statistic untuk menilainya. Terdapat 3 macam cara untuk menunjukkan suatu variasi normal, yang pada umumnya disusun dalam bentuk table atau dalam kartu pertumbuhan (growth chart), yaitu:
o Menggunakan Mean dan SD
Mean adalah nilai rata-rata ukuran anak yang dianggap normal, dengan cara ini seorang anak dapat ditentukan posisinya, yaitu:
- Mean ± 1 SD mencakup 66,6%
- Mean ± 2 SD mencakup 95%
- Mean ± 3 SD mencakup 97,7%
o Menggunakan persentil
Besarnya persentil menunjukkan posisi suatu hasil pengukuran dalam urutan yang khas, yaitu dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari 100 hasil pengukuran (100%). Persentil ke 10 berarti bahwa anak tersebut berada pada posisi anak ke 10 dari bawah, dimana 9 anak lebih kecil darinya dan 90 anak lebih besar darinya. Sedangkan persentil ke 50 berarti bahwa anak tersebut berada pada urutan ke 50, sehingga jumlah yang sama berada dibawah dan diatasnya.
o Menggunakan persentasi
Besarnya variasi normal berada diantara persentasi tertentu, terhadap suatu nilai patokan yang dianggap 100%.
Misalnya pada lokakarya antropometri Gizi Dep.Kes 1975 bahwa:
- Nilai 100% untuk berat adalah nilai persentil ke 50 dari baku Harvard
- Varias normal berada antara 80-110%
15
GIZI BURUK
2.1. Definisi
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan zat gizi tingkat berat akibat kurang makan dan atau menderita sakit dalam waktu lama.
2.2. Etiologi
Balita tidak mendapat ASI Eksklusif
Anak balita disapih sebelum umur dua tahun
Anak balita tidak mendapat makanan pendamping ASI pada umur enam bulan atau lebih
Makanan pendamping ASI kuran g dan tidak bergizi
Setelah umur enam bulan balita jarang disusui
Balita menderita sakit dalam waktu yang lama
Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk
1. Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat
2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak
3. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu:
1. Keluarga miskin
2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.
16
2.4. Klasifikasi
Ada tiga tipe gizi buruk, antara lain:
1. Marasmus : Anak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, rambut tipis, jarang, kusam, berubah warna, kulit keriput karena lemak di bawah kulit berkurang, iga gambang, bokong baggy pant, perut cekung, wajah bulat sembab.
2. Kwarsiorkor : Rewel, apatis, rambut tipis, warna jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, kedua punggung kaki bengkak, bercak merah kehitaman, di tungkai atau bokong.
3. Gabungan dari marasmus dan kwarsiorkor.
2.5. Tatalaksana
Untuk diagnosa terjadinya gizi buruk, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan :
Memeriksa tinggi dan berat badan pasien untuk menentukan BMI (body mass index)
Melakukan pemeriksaan darah untuk melihat ketidaknormalan
Melakukan pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah ada kelainan pada tulang dan organ tubuh lain
Memeriksa penyakit atau kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk
Untuk penanganan gizi buruk. Dokter atau ahli gizi biasanya akan mengusulkan untuk pengaturan pola makan, termasuk jenis dan jumlah makanan. Bila diperlukan dapat juga diberikan suplemen atau vitamin untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin yang kurang tersebut. Apabila penyebab gizi buruk karena penyakit atau kondisi medis tertentu maka, terapi lain disarankan untuk menanganinya.
17
2.6. Pencegahan
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak
Memberikan ASI eksklusif sampai anak berumur 6 bulan
Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang
Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak
Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang
Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula
18
POSYANDU
3.1. Definisi
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan, bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
3.2. Tujuan
Tujuan Umum:
- Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), - Angka Kematian Bayi (AKB) dan - Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan
masyarakat.
Tujuan Khusus:- Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.- Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.- Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
3.3. Program
A. Kegiatan Utama
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu Hamil
1) Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup: Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan atas), pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
19
2) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan Kelas Ibu Hamil antara lain sebagai berikut:
a) Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi
b) Perawatan payudara dan pemberian ASI
c) Peragaan pola makan ibu hamil
d) Peragaan perawatan bayi baru lahir
e) Senam ibu hamil
b. Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:
1) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.
2) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama).
3) Perawatan payudara.
4) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
c. Bayi dan anak balita
Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orangtua di bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita.
20
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:
Penimbangan berat badan
Penentuan status pertumbuhan
Penyuluhan dan konseling
Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
2. Keluarga berencana
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant.
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil.
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes.
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.
21
B. Kegiatan Tambahan
Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan
Posyandu yang telah diselenggarakan antara lain:
1. Bina Keluarga Balita (BKB).
2. Kelas Ibu Hamil dan Balita.
3. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB), misalnya: Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Demam Berdarah Dengue (DBD), Gizi buruk, Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum.
4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
5. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
6. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB – PLP).
7. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui Taman Obat Keluarga (TOGA).
8. Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.
9. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat
(Tabumas).
10. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).
11. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).
12. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang masalah kesejahteraan sosial.
Manfaat Posyandu antara lain:
Bagi Masyarakat
- Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
- Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
- Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.
22
Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat
- Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA
- Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA
Bagi Puskesmas
- Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer.
- Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.
- Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
Bagi sektor lain
- Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi setempat.
- Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sektor.
3.4. Stratifikasi posyandu
I. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, di samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.
II. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.
23
Contoh intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
Pelatihan tokoh masyarakat, menggunakan Modul Posyandu dengan metode simulasi.
Menerapkan SMD dan MMD di Posyandu, dengan tujuan untuk merumuskan masalah dan menetapkan cara penyelesaiannya, dalam rangka meningkatkan cakupan Posyandu.
III. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain:
Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk pemahaman masyarakat tentang dana sehat.
Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat, dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta pelatihan adalah para tokoh masyarakat, terutama pengurus dana sehat desa/kelurahan, serta untuk kepentingan Posyandu mengikutsertakan pula pengurus Posyandu.
IV. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan masing-masing.
24
25
PHBS (PERILAKU SEHAT DAN BERSIH)
4.1. Definisi
a. Perilaku Sehat
Adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah
risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam
Gerakan Kesehatan Masyarakat.
b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.Adalah wujud keberdayaan
masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5
program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi
Kesehatan/JPKM.
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar
tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.
c. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi
bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan
pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali
dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan
masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
4.2. Manfaat
Manfaat PHBS di Rumah Tangga
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
2. Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota keluarga
3. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga
26
4. Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota dibidang kesehatan
5. Meningkatnya citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.
Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat antara lain1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat2. Masyarakat mampumencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada4. Masyarakat mampumengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat
(UKBM) seperti Posyandu5. Jaminan pemeliharaan kesehatan6. Tabungan bersalin (Tabulin), arisan jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa
dan lain-lain
Manfaat PHBS di sekolah di antaranya:- Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit- Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik- Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat)- Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan- Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain
1. Manfaat bagi Karyawan/Pegawaia. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakitb. Meningkat produktivitasnya yang berdampak pada peningkatan
penghasilan dan ekonomi keluargac. Pengeluaran rumah tangga lebih ditujukan untuk peningkatan taraf
hidup bukan untuk biaya pengobatan d. Meningkatnya produktivitas kerja karyawan/pegwai yang berdampak
positif terhadap pencapaian target dan tujuane. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan
2. Manfaat bagi Tempat Kerjaa. Terwujudnya tempat kerja dan lingkungan kerja yang bersih dan rapib. Terhindarnya tempat kerja dan lingkungan kerja dari sumber penyakitc. Meningkatnya pencapaian target dan tujuan organisasid. Meningkatnya citra tempat kerja yang positif
3. Manfaat bagi Masyarakata. Mempunyai lingkungan yang sehat walaupun berada di sekitar tempat
kerjab. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh
tempat kerja
4. Manfaat bagi Pemerintah Provinsi/kabupaten/Kota
27
a. Tempat kerja yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang baik
b. Anggaran untuk pengobatan penyakit/masalah kesehatan para karyawan/pegawai bisa dialihkan untuk peningkatan karyawan/pegawai
c. Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja
5. Manfaat bagi Instansi terkaita. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan di lingkungan tempat kerjab. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di
lingkungan tempat kerja
Tujuan
Tujuan umum dari PHBS adalah meningkatnya rumah tangga sehat didesa, kabupaten/kota diseluruh Indonesia, dan tujuan khususnya untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan anggota rumah tanggauntuk melakukan PHBS serta berperan aktif dalam gerakan PHBS dimasyarakat
Sasaran
Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu:
1. Pasangan Usia Subur
2. Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
3. Anak dan Remaja
4. Usia Lanjut
5. Pengasuh Anak
Sasaran di tempak kerja yaitu
- Karyawan/pegawai- Pimpinan tempat kerja- Masyarakat lingkungan
28
4.3. Indikator PHBS
Indikator PHBS di rumah tangga:
1.Persalinan oleh tenaga kesehatan 2.Memberi bayi ASI Ekslusif 3.Menimbang balita setiap bulan 4.Menggunakan air bersih 5.Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6.Menggunakan jamban sehat 7.Memberantas jentik di rumah sekali seminggu 8.Makan sayur dan buah setiap hari 9.Melakukan aktifitas fisik setiap hari 10.Tidak merokok di dalam rumah
Syarat-syarat sekolah ber-PHBS yaitu:• Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun• Jajan di kantin sekolah yang sehat• Membuang sampah pada tempatnya• Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah• Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan• Tidak merokok di sekolah• Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin• Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah
PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS.Melalui penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit.
Syarat tempat umum yang ber-PHBS yaitu:• Menggunakan air bersih• Menggunakan jamban• Membuang sampah pada tempatnya• Tidak merokok• Tidak meludah sembarangan• Memberantas jentik nyamuk+ Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih+ Menutup makanan dan minuman
29
KESEHATAN LINGKUNGAN
5.1. Syarat lingkungan yang sehat
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya; dan sarana lingkungan yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan serta pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, seperti fasilitas taman bermain, olah raga, pendidikan, pertokoan, sarana perhubungan, keamanan, serta fasilitas umum lainnya.
Definisi menurut WHO, Kesehatan Lingkungan adalah suatu kesimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman menurut Kepmenkes No 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah:
1. Lokasi
Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gel tsunami, daerah gempa, dll
Tidak terletak pada daerah bekas TPA sampah atau bekas tambang Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur
pendaratan penerbangan
2. Kualitas udara
Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi Debu dengan diameter kurang dari 10 ug maks 150 ug/m3 Debu mak 350 mm3/m2 perhari
3. Kebisingan dan Getaran
Kebisingan dianjurkan 45 dB A, mak 55 dB. A Tingkat getaran mak 10 mm/ detik
Kualitas Tanah di daerah Perumahan dan Pemukiman harus memenuhi persyaratan berikut:
Kandungan Timah hitam (Pb) mak 300 mg/kg Kandungan Arsenik (As) total mak 100 mg/kg Kandungan Cadmium ( Cd) mak 20 mg/kg Kandungan Benzoa pyrene mak 1 mg/kg
30
Prasarana dan Sarana Lingkungan Pemukiman:
1. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi kel dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan
2. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit3. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak menganggu
kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyadang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata
4. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan
5. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan6. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan7. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, tempat kerja, tempat hiburan,
tempat pendidikan, kesenian, dll8. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya9. Tempat pengelolaan makanan harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yg
dapat menimbulkan keracunan
Vektor penyakit
Indeks lalat harus memenuhi syarat; Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
5.2. Syarat tempat tinggal yang sehat
Adapun Persyaratan Rumah Tinggal Menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah:
1. Bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepapaskan bahan yang dapat membahayakan kes, antara lain: debu total kurang dari 150 ug/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan bekembangnya mikroorganisme patogen
31
2. Komponen dan Penataan Ruang
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan Dinding rumah memiliki ventilasi, dikamar mandi dan kamar cuci kedap air dan
mudah dibersihkan Langit2 rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan Ada penangkal petir Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/ atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan 60 lux dan tidak menyilaukan mata
4. Kualitas udara
Suhu udara nyamannya 18-30 0 c Kelembaban udara 40-70 % Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam Pertukaran udara
Ventilasi: Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
Vektor penyakit: Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
Penyediaan air
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari; Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
Pembuangan Limbah
Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.
Kepadatan hunian: Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.
32
LO. 6. Memahami dan Menjelaskan Kepedulian sosial sesuai syariat Islam
Islam sebagai ajaran yang sempurna mewajibkan zakat, dan menyerukan memberikan infaq dan shadaqah, sebagai pengejawantahan kepedulian sosial. Zakat dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin sebagai tanda syukur atas nikmat Allah SWT. Dinamakan zakat karena di dalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebajikan. Tidak membayar zakat, sanksinya adalah dosa, yang dapat mengurangi kualitas ibadah. Dari sudut pandang agama Islam, kedudukan zakat lebih tinggi daripada pajak.
Jihad berasal dari kata jahd (kesukaran dan kesulitan) atau juhd(kemampuan, kesungguhan dan kerja keras (dan cerdas)). Jihad sebagai upaya mengerahkan segala kemampuan dengan penuh kesungguhan dalam rangka menghadapi dan mengatasi kesulitan, kesukaran dan tantangan.
Dimensi-dimensi jihad :• Jihad di bidang sosial pendidikan• Jihad di bidang sosial ekonomi• Jihad sosial kemasyarakatan
33
DAFTAR PUSTAKA
• Departemen Kesehatan RI, Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat Pusat Promosi Kesehatan Tahun 2002
• Krieger J and Higgins DL. (2002). Housing and Health : Time Again for Public Action. Am J Public Health 92:5, 758-759.
• Arsyad, A. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007. Palu• Azwar, A. (1996). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Mutiara
Sumber Widya.• Anonim. (1997). Rumah dan Lingkungan Pemukiman Sehat. Jakarta : Ditjen
Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum R.I.• Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I.• Ditjen PPM dan PL (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah sehat. Jakarta :
Departemen Kesehatan R.I.• Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan. (2001). Planet Kita
Kesehatan Kita. Kusnanto H (Editor). Yogyakarta : Gajah Mada University Press, p. 279.
• Zuhroni, K. Pandangnan Islam terhadap Masalah Kedokteran dan Kesehatan, 2010. Bagian Agama Universitas YARSI Jakarta.
• almustaqiim.blogspot.com• bluezeiny.blogspot.com• www.pustaka-zikzik.co.cc
34