status epileptikus

3
Status Epileptikus Apabila kondisi status epileptikus terjadi sebelum di rumah sakit, tatalaksana awal yang dapat diberikan adalah benzodiazepine rektal (dimasukan lewat anus) selama perjalanan ke rumah sakit. Protokol penanganannya adalah sebagai berikut: Stadium I (0-10 menit) Pada kondisi ini, perbaikan fungsi kardio-respirasi adalah yang paling utama. Harus dipatikan bahwa jalan napas pasien tidak terganggu. Dapat pula diberikan oksigen. Jika diperlukan resusitasi dapat dilakukan Stadium II (1-60 menit) Pada stadium ini, perlu dilakukan pemeriksaan status neurologis dan tanda vital. Selain itu, perlu juga dilakukan monitoring terhadap status metabolik, analisa gas darah dan status hematologi. Pemeriksaan EKG jika memungkinan juga perlu dilakukan . Selanjutnya dilakukan pemasangan infus dengan NaCl 0,9%. Bila direncakanan akan digunakan 2 macam obat anti epilepsi, dapat dipakai 2 jalur infus. Darah sebanyak 50-100 cc perlu diambil untuk pemeriksaan laboratorium (AGD, glukosa, fungsi ginjal dan hati, kalsium, magnesium, pemeriksaan lengkap hematologi, waktu pembekuan dan kadar AED). Pemberian OAE emergensi berupa:

Upload: erma-malindha

Post on 11-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

STATUS

TRANSCRIPT

Page 1: Status Epileptikus

Status Epileptikus

Apabila kondisi status epileptikus terjadi sebelum di rumah sakit, tatalaksana awal yang dapat

diberikan adalah benzodiazepine rektal (dimasukan lewat anus) selama perjalanan ke rumah

sakit.

Protokol penanganannya adalah sebagai berikut:

Stadium I (0-10 menit)

Pada kondisi ini, perbaikan fungsi kardio-respirasi adalah yang paling utama. Harus dipatikan

bahwa jalan napas pasien tidak terganggu. Dapat pula diberikan oksigen. Jika diperlukan

resusitasi dapat dilakukan

Stadium II (1-60 menit)

Pada stadium ini, perlu dilakukan pemeriksaan status neurologis dan tanda vital.  Selain itu, perlu

juga dilakukan monitoring terhadap status metabolik, analisa gas darah dan status

hematologi. Pemeriksaan EKG jika memungkinan juga perlu dilakukan .

Selanjutnya dilakukan pemasangan infus dengan NaCl 0,9%. Bila direncakanan akan digunakan

2 macam obat anti epilepsi, dapat dipakai 2 jalur infus. Darah sebanyak 50-100 cc perlu diambil

untuk pemeriksaan laboratorium (AGD, glukosa, fungsi ginjal dan hati, kalsium, magnesium,

pemeriksaan lengkap hematologi, waktu pembekuan dan kadar AED).

Pemberian OAE emergensi berupa:

Diazepam 0,2 mg/kg dengan kecepatan pemberian 5 mg/menit IV –> evaluasi kejang 5 menit–>

masih kejang (?) –> ulangi pemberian diazepam.

hipoglikemi: berikan 50 cc glukosa 50%.

alkoholisme: berikan thiamin 250 mg IV

Asidosis –> bikarbonat

Selama penanganan ini, etiologi penyebab kejang harus dipastikan.

Stadium III (0-60/90 menit)

Page 2: Status Epileptikus

Jika kejang masih saja berlangsung, dapat diberikan:

Fenitoin IV 15-20 mg/kg dengan kecepatan <50 mg/menit (tekanan darah dan EKG perlu

dimonitor selama pemberian fenitoin). Jika masih kejang, dapat diberikan fenitoin tambahan 5-

10 mg/kgbb. Bila kejang berlanjut, berikan phenobarbital 20 mg/kgbb dengan kecepatan

pemberian 50-75 mg/menit (monitor pernapasan saat permberian phenobarbital). Pemberian

phenobarbital dapat diulang 5-10 mg/kgbb. Pada pemberian phenobarbital, fasilitas intubasi

harus tersedia karena resikonya dalam menimbulkan depresi napas. Selanjutnya, dapat

dipertimbangkan apakah diperlukan pemberian vasopressor (dopamin).

Stadium IV (30-90 menit)

Bila selama 30-60 menit kejang tidak dapat diatasi, penderita perlu mendapatkan perawatan di

ICU. Pasien diberi propofol (2mg/kgBB bolus IV) atau midazolam (0,1 mg/kgBB dengan

kecepatan pemberian 4 mg/menit) atau tiopentone (100-250 mg bolus IV  pemberian dalam 2o

menit dilanjutkan bolus 50 mg setiap 2-3 menit), dilanjutkan hingga 12-24 jam setelah bangkitan

klinik atau bangkitan EEG terakhir, lalu lakukan tapering off. Selama perawatan, perlu dilakukan

monitoring bangkitan EEG, tekanan intrakranial serta memulai pemberian OAE dosis rumatan.