statistika filsafat ilmu

21
STATISTIKA Ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Pengujian itu merupakan proses pengumpulan fakta yang mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan, atau' prediksi yang secara deduktif diturunkan dari teori yang bertumpu pada hipotesis itu. Statistika merupakan sarana berfikir ilmiah yang membantu. penarikan kesimpulan secara induktif dari fakta-fakta empiris tersebut. Penarikan kesimpulan. secara statistika bersifat ekonomis, dan derajat keyakinan kita atas kebena-ran kesimpulan tersebut secara probabilistik dapat diper-hitungkan pula. Suatu hari seorang anak kecil disuruh ayahnya membeli sebungkus korek api dengan pesan agar tidak terkecoh mendapatkan korek api yang jelek. Tidak lama kemudian anak kecil itu datang kembali dengan wajah yang berseri-seri, menyerahkan kotak korek api yang kosong, dan berkata: "Korek api ini benar-benar bagus, pak, semua batangnya telah saya coba dan ternyata menyala."

Upload: suprianto-ta

Post on 18-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ilmu statitiska

TRANSCRIPT

Page 1: STATISTIKA filsafat ilmu

STATISTIKA

Ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Pengujian itu

merupakan proses pengumpulan fakta yang mendukung atau menolak hipotesis

yang diajukan, atau' prediksi yang secara deduktif diturunkan dari teori yang

bertumpu pada hipotesis itu.

Statistika merupakan sarana berfikir ilmiah yang membantu. penarikan

kesimpulan secara induktif dari fakta-fakta empiris tersebut. Penarikan

kesimpulan. secara statistika bersifat ekonomis, dan derajat keyakinan kita atas

kebena-ran kesimpulan tersebut secara probabilistik dapat diper-hitungkan pula.

Suatu hari seorang anak kecil disuruh ayahnya membeli sebungkus korek api

dengan pesan agar tidak terkecoh mendapatkan korek api yang jelek. Tidak

lama kemudian anak kecil itu datang kembali dengan wajah yang berseri-seri,

menyerahkan kotak korek api yang kosong, dan berkata: "Korek api ini benar-

benar bagus, pak, semua batangnya telah saya coba dan ternyata menyala."

Tak seorang pun, saya kira, yang bisa menyalahkan kesahihan proses penarikan

kesimpulan anak kecil itu, namun bila semua pengujian dilakukan seperti ini

lalu bagaimana nasib tukang duren? Demikian juga halnya dengan orang yang

kecanduan lotere, bertanya pada angin dan rumput-rumput yang bergoyang:

"Bagaimana caranya memenangkan Nalo? Pertanyaan yang rumit ini jawabanya

ternyata sangat sederhana: beli saja semua karcis lotere. Namun bukan dengan

jalan membeli semua karcis lotere itu, tentu saja, yang menyebabkan orang

tidak henti-hentinya berfikir bagaimana caranya memenangkan perjudian yang

berdasarkan untung-untungan ini. Kita lihat di pinggir-pinggir jalan para1 "ahli

matematika kakilima" menguraikan rumus-rumusnya dalam meramalkan nomor

yang akan menang: campuran antara metafisika, astrologi, astral dan 1001

omongkosong (serta banyak lagi dalil-dalilnya termasuk sistem analisis dan

input-output Leontief).

Page 2: STATISTIKA filsafat ilmu

Sekitar tahun 1654, seorang ahli matematika amatur, Chevalier

de Mere, rneng-ajukan beberapa permasalahan mengenai judi

semacam ini kepada seorang ahli matematika Perancis, Blaise

Pascal (1623 — 1662). Pascal, seorang Junius dalam bidang

matematika, dalam umur 16 tahun telah menghasilkan karya-

karya ilmiah yang me-ngagumkan; *) dan Descartes (1596-

1650) pernah dikatakan tidak percaya bahwa karya-karya

tersebut dihasilkan oleh anak semuda itu.1) Pascal tertarik

dengan permasalahan yang berlatar belakang judi ini dan

kemudian mengadakan korespondensi dengan ahli matematika

Perancis lairinya Pierre de Fermat (1601-1665), dan keduanya

mengembangkan cikal bakal teori peluang. Dikisahkan bahwa

Descartes, ketika mem-pelajari hukum di Universitas Poitiers

antara tahun 1612 sampai 1616, juga bergaul dengan teman-

teman yang suka berjudi, namun Descartes kebanyakan

menang karena dia pandai menghitung peluang. 2) Pendeta

Thomas Bayes pada tahun 1763 mengembangkan teori peluang

subyektif berdasarkan kepercayaan (tentu saja, pendeta!) seseorang akan

terjadinya suatu kejadian. Teori ini berkembang menjadi cabang khusus dalam

statistika sebagai pelengkap teori peluang yang bersifat pbyektif. *)

Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru

yang tidak dikenal dalam pemikiran Junani Kuno, Romawi dan bahkan Eropa

dalam abad pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat

dalam aljabar yang dikembangkan'sarjana Muslim namun bukan dalam lingkup

teori peluang. Begitu dasar-dasar peluang ini dirumuskan maka dengan cepat

bidang telaahan ini berkembang.3)

Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah

dalain suatu populasi tertentu. Abraham Demoivre (1667-1754)

Page 3: STATISTIKA filsafat ilmu

mengembangkan teori galat atau kekeliruan. (theory of error). Pada tahun 1757

Thomas Simpson menyimpulkan bahwa terdapat suatu distribusi yang malar

(continuous distribution) dari suatu variabel dalam suatu frekuensi yang cukup

banyak. Pierre Simon de Laplace (1749-1827) mengembangkan konsep

Demoivre dan Simpson ini lebih lanjut dan menemukan distribusi normal;

sebuah konsep yang mungkin paling umum dan paling banyak dipergunakan

dalam analisis statistika di samping teori peluang. Distribusi lain, yang tidak

berupa kurva normal, kemudian ditemukan Francis Galton (1922-1911) dan

Karl Pearson (1857-1936).

Teknik kuadrat terkecil {least squares), simpangan baku dan galat baku untuk

rata-rata (the standard error of the mean) dikembangkan oleh Karl Friedrich

Gauss (1777-1855). Pearson melanjutkan konsep-konsep Galton dan

mengembangkan konsep regresi, korelasi, distribusi chi-kuadrat dan analisis

statistika untuk data kualitatif di samping menulis buku The Grammar of

Science sebuah karya klasik yang terkenal dalam falsafah ilmu. William Searly

Gosset (1876-1947), terkenal dengan nama sa-maran "Student"

mengembangkan konsep tentang pengambilan cuplikan (sample). Desain

eksperimen dikembangkan oleh Ronald Aylmer Fisher (1890-1962) di samping

analisis varians dan kovarians, distribusi-z, distribus'-t, uji signifikan dan teori

tentang perkiraan (theory of estimation).

Demikianlah, statistika yang relatif sangat muda dibandingkan dengan

matematika, berkembang dengan sangat cepat terutama dalam dasawarsa lima

puluh tahun be-lakangan ini. Penelitian ilmiah, baik yang berupa survei maupun

eksperimen, dilaku-kan dengan lebih cermat dan teliti mempergunakan teknik-

teknik statistika yang di-perkembangkan sesuai dengan kebutuhan. Di Indonesia

sendiri kegiatan yang sangat meningkat dalam bidang penelitian, baik

merupakan kegiatan akademik maupun untuk pengambilan keputusan,

memberikan momentum yang baik untuk pendidi-kan statistika. Pengajaran

falsafah ilmu di beberapa perguruan tinggi, terutama pada pendidikan pasca

Page 4: STATISTIKA filsafat ilmu

sarjana, memberikan landasan yang lebih jelas lagi tentang hakekat dan peranan

statistika. Dengan memasyarakatnya berfikir ilmiah, mungkin tidak terlalu

berlebihan apa yang dikatakan oleh H.G. Wells bahwa suatu hari berfikir statis-

tiks akan merupakan keharusan bagi manusia seperti juga membaca dan

menulis. Asalkan ingat saja pada banyolan Alexandre Dumas (1824-1895):

Awas-awas, Iho, semua generalisasi adalah berbahaya, termasuk pernyataan ini!

Statistika dan Cara berfikir Induktif

Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji

kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah adalah bersifat factual, dan subjektif.

nya dapat diuji baik dengan jalan mempergunakan pancaindera, maupun dengan

mem-pergunakan alat-alat yang membantu pancaindera tersebut.4) Pengujian

secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam metode ilmiah yang

membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya. Kalau kita telaah

lebih dalam maka pengujian merupakan suatu proses pengumpulan fakta yang

relevan dengan hipotesis yang dia-jukan. Sekiranya hipotesis itu didukung oleh

fakta-fakta empiris maka pernyataan hipotesis tersebut diterima atau disyahkan

kebenarannya. Sebaliknya jika hipotesis tersebut bertentangan dengan

kenyataan maka hipotesis itu ditolak.

Pengujian mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum

dari kasus-kasus yang bersifat individual. Umpamanya jika kita ingin

mengetahui berapa tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di sebuah tempat maka

nilai tinggi rata-rata yang dimaksudkan itu merupakan sebuah kesimpulan

umum yang ditarik dari kasus-kasus anak umur 10 tahun di tempat itu. Jadi

dalam hal ini kita menarik kesimpulan berdasarkan logika induktif. Di pihak

lain maka penyusunan hipotesis merupakan penarikan kesimpulan yang bersifat

individual dari pernyataan yang bersifat umum dengan mempergunakan

deduktif.Kedua penarikan kesimpulan ini tidak sama dan tidak boleh

dicampuradukan. Logika deduktif berpaling kepada matematika sebagai sarana

penalaran penarikan kesimpulannya sedangkan logika induktif berpaling kepada

Page 5: STATISTIKA filsafat ilmu

statistika. Statistika merupakan pengetahuan untuk melakukanpenarikan

kesimpulan induktif secara lebih seksama.

Penarikan kesimpulan induktif pada hakekatnya berbeda dengan penarikan ke-

simpulan secara deduktif. Dalam penalaran deduktif maka kesimpulan yang

ditarik adalah benar sekiranya premis-premis yang dipergunakannya adalah

benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah. Sedangkan dalam

penalaran induktif meskipun peremis-premisnya adalah benar dan prosedur

penarikan kesimpulannya adalah sah maka kesimpulan itu belum tentu benar.

Yang dapat kita katakan adalah bahwa kesimpulan itu mempunyai peluang

untuk benar. Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk

menghitung tingkat peluang ini dengan eksak.5)

Penarikan kesimpulan secara indutktif menghadapkan kita kepada sebuah per-

masalahan mengenai banyak kasus yang harus kita amati untuk sampai kepada

suatu kesimpulan yang bersifat umum. Jika kita ingin mengetahui berapa tinggi

rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia, umpamanya, lalu bagaimanakah

caranya kita me-ngumpulkan data untuk sampai pada kesimpulan tersebut?

Tentu saja dalam hal ini maka hal yang paling logis adalah dengan jalan

melakukan pengukuran tinggi badan terhadap seluruh anak umur 10 tahun di

Indonesia. Pengumpulan data seperti ini tak diragukan lagi akan memberikan

kesimpulan mengenai tinggi rata-rata anak tersebut di negara kita. Namun

kegiatan seperti ini menghadapkan kita kepada masalah lain yang tak kurang

rumitnya, yakni kenyataan bahwa dalam pelaksanaannya kegiatan seperti itu

membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu yang banyak sekali. Sensus yang

mempunyai arti sangat peqting dalam sejarah kemanusiaan, namun mungkin

kurang dikenal sebagai kejadian yang mempunyai arti dalam perkembangan

statistik adalah sensus penduduk yang dilakukan penguasa Romawi, yang

menyebabkan Jusuf dan Maria harus pindah ketempat kelahirannya di mana

kemudian Jesus Kristus dila-hirkan. Dapat dibayangkan betapa kegiatan

pengujian hipotesis akan mengalami hambatan yang sukar dapat diatasi

Page 6: STATISTIKA filsafat ilmu

sekiranya proses pengujian tersebut harus dilakukan dengan pengumpulan data

seperti itu. Hal ini akan menjadikan kegiatan ilmiah menjadi sesuatu yang

sangat mahal yang mengakibatkan penghalang bagi kemajuan bidang keilmuan.

Untunglah dalam hal ini statistika memberikan sebuah jalan ke luar. Statistika

memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan

jalan mengamati hanya sebagian daripcpulasi yang bersangkutan. Jadi untuk

mengetahui tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia kita tidak

melakukan pengukuran terhadap seluruh anak yang berumur tersebut di seluruh

Indonesia, namun cukup hanya dengan jalan melakukan pengukuran terhadap

sebagian anak saja. Tentu saja penarikan kesimpulan seperti ini, yang ditarik

berdasarkan cuplikan (sample) dari po-pulasi yang bersangkutan, tidak selalu

akan seteliti kesimpulan yang ditarik berdasarkan sensus yakni dengan jalan

mengamati keseluruhan populasi tersebut. Namun bu-kankah dalam penelaahan

keilmuan yang bersifat pragmatis, di mana teori keilmuan tidak ditujukan ke

arah penguasaan pengetahuan yang bersifat absolut, sesuatu yang tidak mutlak

teliti namun dapat dipertanggungjawabkan adalah sudah memenuhi syarat?

Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesim-

pulan yang ditarik tersebut, yang pada pokoknya didasarkan pada asas yang

sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi

pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Sebaliknya makin sedikit contoh

yang diambil maka makin rendah pulatingkat ketelitiannya. Karakteristik ini

memungkinkan kita untuk dapat memilih dengan seksama tingkat ketelitian

yang dibutuhkan sesuai dengan hakekat permasalahan yang dihadapi. Tiap

permasalahan membutuhkan tingkat ketelitian yang berbeda-beda. Sekiranya

kita ingin mengoperasi otak manusia maka kesala-han beberapa milimeter saja

dalam memotong jaringan yang sangat peka tersebut mungkin akan berakibat

fatal. Pengetahuan kita mengenai jaringan tersebut haruslah bersifat seteliti

mungkin sebab kesalahan yan sedikit saja akan menyebabkan kerugian yang

sangat besar. Namun hal ini tidak demikian halnya bila kita bandingkan dengan

Page 7: STATISTIKA filsafat ilmu

persoalan kita di atas mengenai tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di

Indonesia. Selisih berapa sentimeter dari tinggi rata-rata yang sebenarnya

mungkin tidak akan berarti banyak seperti halnya dengan pembedahan otak

tersebut di atas.

Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah

suatu hubungan kesulitan antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau

memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris.

Umpamanya saja kita melakukan pemupukan terhadap sejumlah rumpun padi.

Berdasarkan teori yang hipotesisnya sedang kita uji maka secara logis batang

padi yang dipupuk seharusnya bertambah tinggi. Namun bila kita teliti batang

padi yang tidak dipupuk maka mungkin saja beberapa batang diantaranya juga

akan bertambah tinggi disebabkan oleh hal-hal di luar pemupukan tersebut. Hal

ini bisa disebabkan oleh kesuburan tanah yang dit umbuhi batang tersebut agak

berlainan dengan tanah di sekitarnya, atau mungkin juga batang pagi tersebut

mempunyai karakteristik genetik tersendiri meskipun bera-sal dari species yang

sama dengan rumpun padi lainnya, atau mungkin juga disebabkan berbagai-

bagai hal lainnya yang berada di luar hubungan kasalita antara tinggi batang

padi dan pemupukan. Atau dengan perkataan lain, bisa saja terjadi bahwa

hubungan antara tinggi batang padi dengan pemupukan tersebut hanya terjadi

secara kebetulan saja. Pengamatan secara sepintas lalu sering memberikan

kesan kepada kita terdapatnya suatu hubungan kasualita antara beberapa faktor,

di mana kalau kita teliti lebih lanjut ternyata hanya bersifat kebetulan. Jadi

dalam hal ini statistika berfungsi meningkatkan ketelitian pengamatan kita

dalam menarik kesimpulan dengan jalan menghin-darkan hubungan semua yang

bersifat kebetulan.

Terlepas dari semua itu maka dalam penarikan kesimpulan secara induktif keke-

liruan memang tak bisa dihindarkan. Dalam kegiatan pengumpulan data kita

terpaksa mendasarkan ciri kepada berbagai alat yang pada hekekatnya juga

tidak terlepas dari cacat yang berupa ketidakterlitian dalam pengamatan.

Page 8: STATISTIKA filsafat ilmu

Pancaindera manusia sendiri I tidak sempurna yang bisa mengakibatkan

berbagai kesalahan dalam pengamatan kita. Demikian juga dengan alat-alat

yang dipergunakan,semua tak ada yang sempurna. Kegiatan pengamatan

pancaindera manusia dengan mempergunakan berbagai alat jelas t mengarah

kepada ketidak terlitian dalam penarikan kesimpulan. Di atas semua ini

statistika memberikan sifat yang pragmatis kepada penelaahan keilmuan; di

mana dalam kesadaran bahwa suatu kebenaran absolut tidak mungkin dapat

dicapai, kita berpendirian bahwa suatu kebenaran yang dapat

dipertanggungjawabkan dapat di-peroleh.

Penarikan kesimpulan secara statistik memungkinkan kita untuk melakukan

kegiatan ilmiah secara ekonomis, hal yang tanpa statistika tak mungkin dapat

dilakukan. Atau di pihak lain, kita melakukan penarikan kesimpulan induktif

secara tidak syah, dengan mengacaukan logika induktif dengan logika deduktif.

Karakteristik yang dipunyai statistika ini sering kurang dikenali dengan baik

yang menyebabkan orang sering melupakan pentingnya statistika dalam

penelaahan keilmuan. Logika lebih banyak dihubungkan dengan matematika

dan jarang sekali dihubungkan dengan statistika, padahal hanya logika deduktif

yang berkaitan dengan matematika sedangkan logika induktif justru berkaitan

dengan statistika. Hal ini menimbulkan kesan seakan fungsi matematika lebih

tinggi dibandingkan dengan statistika dalam penelaahan keilmuan. Secara

hakiki statistika mempunyai kedudukan yang sama dalam penarikan kesimpulan

induktif seperti matematika dalam penarikan kesimpulan secara deduktif.

Demikian juga penarikan kesimpulan deduktif dan induktif keduanya

mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dalam penelaahan keilmuan.

Pada satu pihak, jika kita terlalu mementingkan logika deduktif maka kita

terjatuh kembali kepada paham rasionalisme, sebaliknya di pihak lain, jika kita

terlalu mementingkan logika induktif maka kita mundur kembali kepada

empirisme. Ilmu dalam perkembangan sejarah Deradaban manusia telah

menggabungkan kedua pendekatan ini dalam bentuk metode lmiah yang

Page 9: STATISTIKA filsafat ilmu

mendasarkan diri kepada keseimbangan ini maka harus dijaga pula kese-

mbangan antara pengetahuan tentang matematika dan statistika ini. Untuk itu

pen-lidikan statistika harus ditingkatkan agar setaraf dengan matematika,

Peningkatan ni bukan saja mencakup aspek-aspek teknis namun lebih penting

lagi mencakup pe-igetahuan mengenai hakekat statistika dalam kegiatan metode

ilmiah secara keseluru-lan. Pendidikan statistika, menurut Ferguson, pada

hakekatnya adalah pendidikan ialam metode ilmiah. 6)

karakteristik Berfikir Induktif

Kesimpulan yang didapat dalam berfikir deduktif merupakan suatu hal yang

pasti, di mana jika kita mempercayai premis-premis yang dipakai sebagai

landasan penalarannya, maka kesimpulan pernalaran tersebut juga dapat kita

percayai kebenaannya sebagaimana kita mempercayai premis-premis terdahulu.

Hal ini tidak berlaku lalam kesimpulan yang ditarik secara induktif, meskipun

premis yang dipakainya adalah benar dan penalaran induktifnya adalah syah,

namun kesimpulannya mungkin saja salah. Logika induktif tidak memberikan

kepastian namun sekedar tingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu

suatu kesimpulan tertentu dapat ditarik. Jika selama bulan Oktober dalam

beberapa tahun yang lalu hujan selalu turun, maka kita tidak bisa memastikan

bahwa dalam bulan Oktober tahun ini juga akan turun hujan. Kesimpulan yang

dapat kita tarik dalam hal ini hanyalah pengetahuan mengenai tingkat peluang

untuk hujan dalam tahun ini juga akan turun.

Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menarik

kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang tersebut. Dasar dari teori

statistika adalah teori peluang.Teori peluang merupakan cabang dari

matematika sedangkan statistika sendiri merupakan disiplin tersendiri. Menurut

bidang pengkajiannya statistika dapat kita bedakan sebagai statistika teoritis dan

statistika terapan. Statistika teoritis merupakan pengetahuan yang mengkaji

dasar-dasar teori statistika dimulai dari teori penarikan contoh, distribusi,

Page 10: STATISTIKA filsafat ilmu

penaksiran dan peluang. Statistika terapan meruakan penggunaan statistika

teoretis yang disesuaikan dengan bidang tempat pe-nerapannya. Di sini

diterapkan atau dipraktekkan teknik-teknik penarikan kesimpulan seperti

bagaimana cara pengarhbil sebagian populasi sebagai contoh, bagaimana cara

menghitung rentangan kekeliruan dan tingkat peluang, bagaimana menghitung

harga rata-rata dan sebagainya.

Kegiatan ilmiah memerlukan penelitian untuk menguji hipotesis yang diaiukan.

Penelitian pada dasarnya merupakan pengamatan dalam alam empiris apakah

hipotesis tersebut memang didukung oleh fakta-fakta. Jika umpamanya kita

mempunyai hipotesis bahwa orang muda suka musik pop namun tidak musik

keroncong maka kita harus melakukan pengujian untuk memperlihatkan bahwa

hipotesis tersebut benar dengan jalan mengumpulkan fakta mengenai kesukaan

musik orang-orang muda. Tentu saja kita tidak bisa mengadakan wawancara

dengan seluruh orang muda dan untuk itu statistika terapan memberikan jalan

bagaimana memilih sebagian dari orang muda tersebut sebagai contoh yang

representatif dan obyektif dari keseluruhan populasi orang muda tersebut.

Demikian juga statistika memberikan jalan bagaimana kita menarik kesimpulan

yang bersifat umum dari contoh tersebut dengan tingkat peluang dan

kekeliruannya. Jelaslah kiranya bahwa tanpa menguasai statstika adalah tak

mungkin untuk dapat menarik kesimpulan induktif dengan syah.

Bahwa penguasaan statistika mutlak diperlukan untuk dapat berfikir ilmiah

dengan syah sering sekali dilupakan orang. Berfikir logis secara deduktif sering

sekali dikalcaukan dengan berfikir logis secara induktif. Kekacauan logika

inilah yang menye-babkan kurang berkembangnya ilmu di negara kita. Kita

cenderung untuk berfikir logis secara deduktif dan menerapkan prosedur yang

sama untuk kesimpulan induktif. Dalam hipotesis terdahulu mengenai kesukaan

musik orang muda tidak jarang kita langsung menarik kesimpulan berdasarkan

wawancara kita dengan beberapa orang muda yang kebetulan kita kenal.

Prosedur penarikan kesimpulan yang subyektif ini, yang bersumber pada

Page 11: STATISTIKA filsafat ilmu

kekacauan penggunaan logika induktif dan deduktif, merupakan salah satu

penghalang kemajuan ilmu, sebab kesimpulan yang ditarik adalah tidak syah.

Kesimpulan seperti ini sukar untuk diterima sebagai premis untuk berfikir

selanjutnya.

Untuk mempercepat perkembangan kegiatan keilmuan di negara kita maka pe-

nguasaan berfikir induktif dengan statistika sebagai alat berfikirnya harus

mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Dalam perjalanan sejarah

statistika memang sering mendapat tempat yang kurang layak. Statistika sebagai

suatu disiplin keilmuan sering dikacaukan dengan statistik yang berupa data

yang dikumpulkan. Disebabkan data yang dapat disunglap atau kurang dapat

dipercaya maka tumbuhlah secara sosiologis kata-kata bersayap seperti yang

diucapkan Disreaeli, yang mengatakan bahwa terdapat tiga jenis kedustaan

yakni 'dusta, dusta besar dan statistik." Salah paham ini supaya bukan sekedar

milik ahli politik, bahkan penyair W.H. Auden pun ikut bersajak. 7)

Jangan duduk dengan seorang ahli statistik

Atau mempercayai ilmu sosial .............

Dalam masyarakat kita sendiri kesalahpahaman ini kelihatannya masih terdapat.

Salah paham ini harus segera dihilangkan agar siklus berfikir ilmiah dapat

dilakukan dengan lengkap. Mereka yang berkecimpung dalam kegiatan ilmiah

harus dibekali dengan penguasaan statistika yang cukup agar kesimpulan yang

ditariknya merupakan kesimpulan ilmiah yang syah. Statistika harus mendapat

tempat yang sejajar. dengan matematika agar keseimbangan berfikir deduktif

dan induktif yang merupakan ciri dari berfikir ilmiah dapat dilakukan dengan

baik.

Ahli statistika tak usah berkecil hati dengan pandangan yang negatif terhadap

statistika ini, sebab hal yang serupa, pernah berlaku juga untuk matematika. Tak

kurang dari filsuf Schopenhauer (1788-1860) yang menganggap bahwa

berhitung merupakan aktivitas mental yang paling rendah sebab hal ini dapat

dilakukan dengan mesin. 8) Demikian juga St. Augustine pernah berkata: "Hati-

Page 12: STATISTIKA filsafat ilmu

hati terhadap ahli matematika dan mereka yang membuat ramalan-ramalan

dusta!' *)

Statistika merupakan sarana berfikir yang diperlukan untuk memproses penge-

tahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka

statistik

membantu kita untuk melakukan generaalisasi dan menyimpulkan karakteristik

suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan. Sekiranya

terdapat seorang gila dalam sepuluh orang yang kebetulan berkumpul bersama-

sama maka berdasarkan akal sehat kemungkinan besar yang seorang itulah yang

akan disebut orang gila. Meskipun tentu saja, penilaian orang tidak selalu sama,

seperti seorang mahasiswa yang mempunyai teori signifikansi tersendiri dalam

bercinta

Minta cium kepada sepuluh gadis

Yang kau jumpai di jalan

Meski kau ditampar sembilan

Bukankah kesepuluh yang menentukan?

(Dia menuliskan teori ini, sewaktu profesor matematika membicarakan

geometri Non-Euclid).