standar umum pemeriksaan kn

46
STANDAR UMUM Kelompok 6: •Achmad Zulfikar Fauzi •Aditya Yusta Kalpika •Edwardo •Sarina Gabryela A. B.

Upload: hiwatarisasuke

Post on 06-Nov-2015

41 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Standar umum pemeriksaan keuangan negara

TRANSCRIPT

ETIKA PROFESI AUDITOR

STANDAR UMUMKelompok 6:Achmad Zulfikar FauziAditya Yusta KalpikaEdwardo Sarina Gabryela A. B.Standar Pemeriksaan Keuangan NegaraJENIS PEMERIKSAANJENIS PEMERIKSAANJENIS PEMERIKSAANPemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspekJENIS PEMERIKSAANTANGGUNG JAWAB PemeriksaPemeriksa harus memenuhi beberapa tanggung jawab sebagai berikut:merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk memenuhi tujuan pemeriksaan;mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik;melaksanakan seluruh tg jwb profesionalnya dgn integritas tinggi; Pelayanan & kepercayaan publik lebih diutamakan;obyektif & bebas dari (conflict of interest);menggunakan pertimbangan profesional;membantu manajemen & para pengguna LHP lainnya untuk memahami tanggung jawab pemeriksa.TANGGUNG JAWAB PemeriksaPSP 01 : STANDAR UMUMBeberapa standar umum yang termuat dalam PSP Nomor 01 sebagai berikut:Pemeriksa memiliki kecakapan profesional;bebas dalam sikap mental dan penampilan: independensinya;menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama;organisasi pemeriksa memiliki sistem pengendalian mutu memadai & direviu oleh pihak lain yang kompeten.PSP 02 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEUANGAN3 pernyataan standar pekerjaan lapangan:Pekerjaan direncanakan dan disupervisi;Pemahaman memadai atas pengendalian intern;Bukti audit yang kompeten;tambahan :pengkomunikasian informasi;pertimbangan hasil pemeriksaan sebelumnya1) merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan yang memadai2) waspada indikasi kecurangan maupun ketidakpatutanperencanaan & pelaksanaan prosedur pemeriksaandokumentasi pemeriksaan (KKP).PSP 03 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN KEUANGAN4 standar pelaporan :kesesuaian dgn prinsip akunt. yg berlaku di Indonesia.menunjukkan keTIDAKKONSISTENan prinsip akuntansi (bila ada);Pengungkapan informatif;memuat suatu pernyataan pendapat atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.tambahan :menyatakan pemeriksaan dilakukan sesuai SPKN;LHP atas pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan;LHP atas SPI;Informasi rahasia yang dilarang tidak diungkapkanLHP diserahkan kepada auditee dan pihak yang berkepentinganPSP 04 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJAUntuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja, SPKN memberikan beberapa standar sebagai berikut:Perencanaan memadai;Supervisi;Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan;Dokumen pemeriksaan dalam bentuk KKP.PSP 05 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJABeberapa standar terkait, sebagai berikut:Pemeriksa harus membuat LHP;Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup:pernyataan pemeriksaan dilakukan sesuai SPKN ,tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan ,hasil pemeriksaan; temuan, simpulan, rekomendasi tanggapan pejabat bertanggung jawab,pelaporan informasi rahasia apabila ada ,LHP harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, jelas, dan seringkas mungkin;LHP diserahkan kpd auditee & pihak berkepentinganPSP 06 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN TUJUAN TERTENTU2 pernyataan standar :Perencanaan dan supervisi;Bukti yang cukup.tambahan :Komunikasi informasi;Pertimbangan hasil pemeriksaan sebelumnya;Bila berbentuk eksaminasi, pemeriksa perlu;pemahaman memadai ttg SPI yg material; deteksi kecurangan dan penyimpangan yg material;Bila berbentuk reviu atau prosedur yg disepakati, pemeriksa harus:waspada indikasi kecurangan dan penyimpangan.Memberi prosedur tambahanDokumentasi Pemeriksaan berupa KKPPSP 07 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN TUJUAN TERTENTU4 pernyataan standar pelaporan perikatan/penugasan sebagai berikut:Laporan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat perikatan atestasi yang bersangkutan;menyatakan simpulan praktisi;menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan;berisi suatu pernyataan keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak tertentu.PSP 07 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN TUJUAN TERTENTUmenyatakan pemeriksaan dilakukan sesuai dengan SPKN;LHP tujuan tertentu harus mengungkapkan:kelemahan pengendalian internal,kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perUUan, pelanggaran atas perikatan perdata, maupun penyimpangan unsur tindak pidana,ketidakpatutan yang material;LHP dilengkapi tanggapan dari pejabat bertanggung jawab serta tindakan koreksi yang direncanakan;Informasi rahasia tidak diungkapkan dalam LHP.LHP diserahkan kepada auditee atau pihak berwenang

INDEPENDENSICANCUTIndependensi AuditorSesuai dengan etika profesi, akuntan yang berpraktik sebagai auditor dipersyaratkan memiliki sikap independensi dalam setiap pelaksanaan audit.Dalam kaitannya dengan auditor, independensi umumnya didefinisikan dengan mengacu kepada kebebasan dari hubungan (freedom from relationship) yang merusak atau tampaknya merusak kemampuan akuntan untuk menerapkan obyektivitas. Jadi, independensi diartikan sebagai kondisi agar obyektivitas dapat diterapkan.Selain itu, terdapat pengertian lain tentang independensi yang berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Independensi harus dipandang sebagai salah satu ciri auditor yang paling penting. Alasannya adalah begitu banyak pihak yang menggantungkan kepercayaannya kepada kelayakan laporan keuangan berdasarkan laporan auditor yang tidak memihak.Independensi dan Profesionalisme Seorang akuntan yang profesional seharusnya tidak menggunakan pertimbangannya hanya untuk kepuasan auditan. Dalam realitas auditor, setiap pertimbangan mengenai kepentingan auditan harus disubordinasikan kepada kewajiban atau tanggung jawab yang lebih besar yaitu kewajiban terhadap pihak-pihak ketiga dan kepada publik. Prinsip kunci dari seluruh gagasan profesionalisme adalah bahwa seorang profesional memiliki pengalaman dan kemampuan mengenali/memahami bidang tertentu yang lebih tinggi dari auditan. Oleh karena itu, profesional tersebut seharusnya tidak mensubordinasikan pertimbangannya kepada keinginan auditan.LanjutanSikap mental independen harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance). Independensi dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan audit.Independen dalam penampilan berarti hasil interpretasi pihak lain mengenai independensi. Apabila auditor memiliki sikap independen dalam kenyataan tetapi pihak lain yang berkepentingan yakin bahwa auditor tersebut adalah penasihat auditan maka sebagian besar nilai fungsi auditnya akan sia-sia.

LanjutanIndependensi dalam KenyataanIndependensi dalam kenyataan merupakan salah satu aspek paling sulit dari etika dalam profesi akuntansi. Kebanyakan auditor siap untuk menegaskan bahwa untuk sebagian besar independensi dalam kenyataan merupakan norma dalam kehidupan sehari-hari seorang profesional. Namun mereka gagal untuk memberikan bukti penegasan ini atau bahkan untuk menjelaskan mengapa mereka percaya bahwa hal itu benar demikian Adalah hal yang sulit untuk membedakan sifat-sifat utama yang diperlukan untuk independensi dalam kenyataan. Audit dikatakan gagal jika seorang auditor memberikan pendapat kepada pihak ketiga bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum padahal dalam kenyataannya tidak demikian. Seringkali kegagalan audit disebabkan oleh tidak adanya independensi. Contoh tidak adanya independensi dalam kenyataan adalah tidak adanya obyektivitas dan skeptisisme, menyetujui pembatasan penting yang diajukan auditan atas ruang lingkup audit atau dengan tidak melakukan evaluasi kritis terhadap transaksi auditan. Beberapa pihak juga percaya bahwa ketidakkompetenan merupakan perwujudan dari tiadanya independensi dalam kenyataan.LanjutanIndependensi dalam PenampilanIndependensi dalam penampilan mengacu kepada interpretasi atau persepsi orang mengenai independensi auditor. Sebagian besar nilai laporan audit berasal dari status independensi dari auditor. Oleh karena itu, jika auditor adalah independen dalam kenyataan, tetapi masyarakat umum percaya bahwa auditor berpihak kepada auditan, maka sebagian nilai fungsi audit akan hilang.Adanya persepsi mengenai tidak adanya independensi dalam kenyataan tidak hanya menurunkan nilai laporan audit tetapi dapat juga memiliki pengaruh buruk terhadap profesi. Auditor berperan untuk memberikan suatu pendapat yang tidak bias pada informasi keuangan yang dilaporkan berdasarkan pertimbangan profesional. Jika auditor secara keseluruhan tidak dianggap independen, maka validitas peran auditor di dalam masyarakat akan terancam. Kredibilitas profesi pada akhirnya bergantung kepada persepsi masyarakat mengenai independensi (independensi dalam penampilan), bukan independensi dalam kenyataan.2. INDEPENDENSI PEMERIKSADalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental (independent in fact) dan penampilan (independent in appearance) dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya

Catatan :Objektif merupakan cara berfikir dan sikap mental yang tidak memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari benturan kepentingan // bebas dari ambiguitas peranan dan konflik kepentingan...lanjutan : IndependensiGangguan pribadi pemeriksa dapat : Mempengaruhi pemeriksa untuk membatasi lingkup pertanyaan atau pengungkapan, dan ; Melemahkan temuan dalam segala bentuknya

Faktor yang mempengaruhi gangguan pribadi pemeriksa :Memiliki hubungan pertalian darah (ke atas, ke bawah, semenda sampai derajat kedua) dengan auditan (manajemen atau pegawai atau program yg diperiksa)Memiliki kepentingan keuangan baik langsung maupun tidak langsung dengan auditanPernah bekerja/memberikan jasa kepada auditan dalam kurun waktu 2 tahun terakhirMemiliki hubungan kerjasama dengan auditanTerlibat secara langsung atau tidak langsung dalam kegiatan objek pemeriksaan (asistensi, jasa konsultasi, pengembangan sistem, penyusunan dan review laporan keuangan dll)...lanjutan : independensi ; gangguan pribadiAdanya prasangka terhadap perorangan/kelompok/ organisasi atau tujuan suatu programSebelumnya memiliki tanggungjawab dalam pengambilan keputusan atau pengelolaan suatu entitas yang berdampak terhadap pelaksanaan kegiatan atau program entitas yang sedang berjalan, dan menjadi objek pemeriksaan.Memiliki tanggungjawab untuk mengatur suatu entitas atau berada dalam kapasitas yang dapat mempengaruhi keputusan entitas yang menjadi auditan (misal : sebagai direktur, pejabat, staf ahli, pengawas, tim monitoring dll)Sebelumnya memiliki kewenangan untuk mengotorisasi transaksi yang diusulkan oleh entitas yang menjadi auditanSebelumnya memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan fungsi pencatatan/akuntansi secara resmi pada entitas yang menjadi auditanMemiliki kecenderungan untuk memihak karena adanya kepentingan politik atau sosial (hubungan individual, kelompok, organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu)...lanjutan : independensiGangguan eksternal bagi pemeriksa dapat mempengaruhi :Ruang lingkup (pembatasan) pemeriksaanKemampuan pemeriksa dalam menyatakan pendapat/ simpulan secara objektif

Faktor yang mempengaruhi gangguan eksternal bagi pemeriksa :Campur tangan pihak eksternal yang membatasi ruang lingkup atau mengubah lingkup pemeriksaan secara tidak semestinyaCampur tangan pihak eksternal terhadap pemilihan dan penerapan prosedur atau pemilihan sampel pemeriksaanPembatasan waktu yang tidak wajar unt5uk penyelesaian waktu pemeriksaanCampur tangan pihak eksternal mengenai penugasan, penunjukan, dan promosi pemeriksa...lanjutan : independensi ; gangguan eksternalPembatasan (secara signifikan) sumber daya yang disediakan bagi organisasi pemeriksaWewenang pihak eksternal untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi laporan pemeriksaanAncaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan terhadap penerapan suatu prinsip akuntansi, kriteria tertentu, atau isi laporan pemeriksaanPengaruh pihak eksternal yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai (selain masalah kompetensi atau kebutuhan pemeriksaan)

...lanjutan : independensiGangguan organisasi dapat dipengaruhi oleh : (1) kedudukan ; (2) fungsi, dan ; (3) struktur organisasi pemeriksa.

Guna menghindari ganguan organisasi tersebut adalah menempatkan organisasi pemeriksa sebagai lembaga tinggi negara (BPK), atau organisasi independen (KAP), atau struktur yang terpisah sebagai Aparat Pengawas/Pemeriksa Fungsional yang bertanggungjawab kepada manajemen puncak suatu entitas pemerintahan (BPKP, Inspektorat, SPI)Persyaratan Kemampuan Profesional & Pendidikan Berkelanjutan1. KOMPETENSI PEMERIKSAPemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan

Kecakapan Profesional :Memiliki PengetahuanKeahlianPengalaman

Untuk memelihara Dan Meningkatkan Kecakapan Profesional diperlukan :Persyaratan Pendidikan Berkelanjutan.Internal Auditor berhak diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mendapatkan pendidikan berkelanjutan berupa training, seminar, studi banding dan sebagainya, sehingga tetap dapat mengikuti dan memahami perkembangan terakhir mengenai standar, prosedur, dan teknik audit serta dunia usaha Perusahaan,Bila pengetahuan, keterampilan dan kompetensi dari Internal Auditor tidak memadai untuk pelaksanaan tugasnya maka pimpinan Unit Internal Audit berwenang memperoleh saran dan asistensi dari pihak yang kompeten....lanjutan : Kemampuan/Keahlian PemeriksanaPendidikan Berkelanjutan dapat berupa :Pendidikan formal/profesi/sertifikasiPendidikan Dan PelatihanPertemuan Ilmiah

Topik Pendidikan berkelanjutan :Bidang Pemeriksaan : Metodologi dan standar pemeriksaan (termasuk teknik sampling, statistik, desain evaluasi), Prinsip/standar akuntansi, Penilaian pengendalian internal, Prinsip manajemen dan supervisi, Pemeriksaan atas Sistem Informasi, Analisis Laporan Keuangan, Manajemen keuangan dan teknik pengukuran spesifik (misal : appraisal, analsis statistik dll)Bidang Yang Diperiksa : Administrasi Negara, Struktur Dan Kebijakan Pemerintah, Teknik Industri, Keuangan, Ilmu ekonomi, Ilmu sosial, Teknologi Informasi dll ...lanjutan : Kemampuan/Keahlian PemeriksanaPersyaratan kemampuan/keahlian Pemeriksa (kolektif) :Memiliki pengetahuan mengenai standar pemeriksaan yg dapat diterapkan pada jenis pemeriksaan yang ditugaskan, dan memiliki latar belakang pendidikan, keahlian dan pengalaman untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada pelaksanaan pemerksaanMemiliki pengetahuan umum mengenai lingkungan entitas, program, dan kegiatan yang diperiksa (auditan)Memiliki keterampilan berkomunikasi (lisan dan tulisan)Memiliki keterampilan yg memadai pada bidang pemeriksaan (sertifikasi keahlian yg diakui secara profesional)

Catatan :Bila diperlukan, organisasi pemeriksa dapat memanfaatkan tenaga ahli (konsultan) yang tersertifikasi misal : aktuaris, ahli hukum, ahli statistika, ahli konstruksi, ahli geologi, ahli lingkungan, ahli medis, dll3. Menggunakan kemahiran profesional secara cermat dan seksama.Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama

Catatan ;Penerapan kemahiran profesional harus memperhatikan prinsip pelayanan atas kepentingan publik, memelihara integritas, serta mematuhi Standar Pemeriksaan....lanjutan : penggunaan kemahiran profesionalPenggunaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama :Diterapkan pada penentuan jenis pemeriksaan, standar yang diterapkan, ruang lingkup, metode, penentuan jenis dan jumlah bukti yg akan dikumpulkan, memilih teknik pengujian dan prosedur pemeriksaan, penilaian dan pelaporan hasil pemeriksaan.Melaksanakan skeptisme (sikap yg mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis atas bukti pemeriksaan aspek kecukupan, kompetensi, relevansi dan manfaat bukti).Tidak menggunakan anggapan bahwa manajemen auditan tidak jujur atau sebaliknya kejujuran manajemen auditan tidak diragukan.Bila pemeriksa tidak dapat mematuhi standar pemeriksaan yang berlaku, maka dalam kertas kerja pemeriksaannya harus diungkapkan alasan yang mendasarinya, dan dampak terhadap hasl pemeriksaan.Memungkinkan pemeriksa memperoleh keyakinan yang memadai (tidak mutlak) bahwa salah saji material, atau ketidakakuratan yang signifikan dapat terdeteksi.Pendidikan Profesi Berkelanjutan (PPL) danSertifikasi AuditorPeningkatan Kompetensi Teknis Auditor

Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL)Sertifikasi Auditor4. Certified Fraud Examiners (CFE)

Gelar CFE dikeluarkan oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). Gelar CFE berlaku internasionalSyarat untuk mengikuti ujian CFE adalah minimum berpendidikan sarjana dan memiliki pengalaman kerja di bidang terkait (accounting & auditing, criminology & sociology, fraud investigation, loss prevention and law) minimum dua tahun.5. Certified Bank Auditor (CBA)

Gelar CBA dikeluarkan oleh Bank Administration Institute (BAI)Gelar CBA berlaku internasionalGelar sertifikat auditor bank di Indonesia yaitu Certified Bank Internal Auditor yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI)

6. Certified Forensic Auditor (CFrA)

Gelar CFrA dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Auditor Forensik (LSP-AF)Syarat untuk mengikuti ujian CFE adalah minimum berpendidikan sarjana, telah mengikuti pendidikan dan pelatihan audit forensik dan memiliki pengalaman minimal 3 (tiga) tahun dibidang : Audit keuangan, atau Audit operasional, atau Penyelidikan/penyidikan kasus korupsi, atau Pendeteksian dan pencegahan fraud.Anrizar: independensi; sebaiknya dihindari hubungan kekerabatan auditor dan auditan, pada praktiknya akan lebih mudah memperoleh data audit bila ada hubungan kekerabatan?Sukma: BPK; apakah BPK independen?Aditya: pembahasan akhir; pada praktiknya pembahasan akhir hanya ke penyidik tanpa pembahasan dgn auditan? Perlukah ada pembahasan akhir dengan auditan?