standar pembiayaan operasional smp

20
STANDAR BIAYA PENDIDIKAN BIAYA OPERASI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN JAKARTA 19 Desember 2006

Upload: maarif-nu-cilacap

Post on 29-Nov-2014

1.834 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

STANDAR PEMBIAYAAN OPERASIONAL SMP

TRANSCRIPT

Page 1: Standar pembiayaan operasional smp

STANDAR BIAYA PENDIDIKAN BIAYA OPERASI

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

JAKARTA

19 Desember 2006

Page 2: Standar pembiayaan operasional smp

ii

Kata Pengantar

Konstitusi amandemen UUD l945 mengamanatkan bahwa pemerintah mempunyai

kewajiban mengalokasikan biaya pendidikan sebesar 20% dari APBN dan 20% dari

APBD selain gaji guru agar mutu dan pemerataan pendidikan dapat lebih ditingkatkan.

Upaya peningkatan mutu dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan, khususnya

pendidikan dasar dan menengah memerlukan adanya standar nasional bidang pendidikan.

Untuk itu pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No. l9 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang memberikan pengaturan standar

nasional pendidikan sekaligus merupakan kriteria minimal yang harus dipenuhi dalam

sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pelaksanaan PP No. 19 Tahun 2005 membawa implikasi terhadap perlunya disusun

standar pembiayaan yang meliputi standarisasi komponen biaya pendidikan yang meliputi

biaya operasional, biaya investasi dan biaya personal. Selanjutnya dinyatakan bahwa

standar biaya-biaya satuan pendidikan ini ditetapkan dengan Peraturan Menteri

berdasarkan usulan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Standar pembiayaan

pendidikan ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan di

setiap Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertaman (SMP), dan Sekolah Menengah

Atas (SMA) di seluruh Indonesia.

Naskah ini memberikan uraian tentang konsep dan metodologi perhitungan biaya

operasi pendidikan, serta hasil perhitungan berbasiskan data tahun 2006 bagi SMP

seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. Hasil perhitungan ini disiapkan sebagai dasar bagi

perhitungan standar pembiayaan operasi SMP tahun 2007.

Page 3: Standar pembiayaan operasional smp

iii

Daftar Isi

halaman

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Daftar Singkatan iv

1. Landasan Hukum 1

2. Konsep Pembiayaan Pendidikan 4

2.1 Sistem Pembiayaan Pendidikan 4

2.2 Pendekatan Kecukupan 6

3. Metodologi dan Teknik Perhitungan Standar Biaya Operasi 7

3.1 Model Dasar Perhitungan Standar Biaya Operasi 7

3.2 Data dan Sumber Data 7

3.3 Komponen Perhitungan Standar Biaya Operasi 9

3.3.1 Biaya Pegawai 10

3.3.2 Biaya Bukan-Pegawai 11

4 Asumsi-asumsi Perhitungan Standar Biaya Operasi

Sekolah Menengah Pertama 13

Lampiran-Lampiran

Lampiran 1: Biaya Operasi Sekolah Menengah Pertama per Tahun –

Standar DKI (6 rombel)

Lampiran 2: Standar Biaya Operasi Pendidikan Sekolah Menengah Pertama per Murid

Per Tahun, Kabupaten/Kota dan Rombel

Lampiran 3: Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten/Kota

Page 4: Standar pembiayaan operasional smp

iv

Daftar Singkatan

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional

ATS Alat Tulis Sekolah

BOS Bantuan Operasional Sekolah/Siswa

DAK Dana Alokasi Khusus

DASK Dokumen Anggaran Satuan Kerja

Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional

IKK Indeks Kemahalan Konstruksi

IPM Indeks Pembangunan Manusia

MAK Madrasah Aliyah Kejuruan

MTs Madrasah Tsanawiyah

PMR Palang Merah Remaja

PP Peraturan Pemerintah

RA Radhyatul Atfal

Rombel Rombongan belajar

SAB Standar Analisa Biaya

SD Sekolah Dasar

SDLB Sekolah Dasar Luar Biasa

Sisdiknas Sistem Pendidikan Nasional

SMA Sekolah Menengah Atas

SMALB Sekolah Menengah Atas Luar Biasa

SMK Sekolah Menengah Kejuruan

SMP Sekolah Menengah Pertama

SMPLB Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa

SNP Standar Nasional Pendidikan

SPM Standar Pelayanan Minimal

TK Taman Kanak-kanak

TKK Tingkat Kemahalan Harga Konstruksi

UAS Ujian Akhir Sekolah

UKS Unit Kesehatan Sekolah

UU Undang-undang

UUD Undang-undang Dasar

Page 5: Standar pembiayaan operasional smp

1

BAB 1

Landasan Hukum

Pembiayaan pendidikan telah diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945

(Amandemen IV) yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan; setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya; pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang; negara

memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan

nasional; pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung

tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta

kesejahteraan umat manusia

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional lebih lanjut telah

mengatur beberapa pasal yang menjelaskan pendanaan pendidikan yaitu pada Pasal 11

Ayat 2 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna

terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima

belas tahun. Lebih lanjut pada Pasal 12, Ayat (1) disebutkan bahwa setiap peserta didik

pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang

orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya dan mendapatkan biaya pendidikan

bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Di samping itu

disebutkan pula bahwa setiap peserta didik berkewajiban ikut menanggung biaya

penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban

tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada Bab VIII Wajib Belajar Pasal 34 menyatakan bahwa setiap warga negara yang

berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar; Pemerintah dan

Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang

pendidikan dasar tanpa memungut biaya, wajib belajar merupakan tanggung jawab

negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah

dan masyarakat. Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud dalam Ayat

(1), Ayat (2) dan Ayat (3) diatur lebih lanjut dengan PP. Pendanaan Pendidikan menjadi

tanggungjawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Sumber

pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan

keberlanjutan. Pengelolaan dana pendidikan dilakukan berdasarkan pada prinsip keadilan,

efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.

Page 6: Standar pembiayaan operasional smp

2

Secara khusus disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya

pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan

minimal 20% dari APBD. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah

dialokasikan dalam APBN dan APBD.

Partisipasi masyarakat dalam pendidikan berbasis masyarakat adalah dengan

berperan serta dalam pengembangan, pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi pendidikan,

serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan. Dana

penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara,

masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau sumber lain yang tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lembaga pendidikan

berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya

lain secara adil dan merata dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 13 menyatakan bahwa Pemerintah

dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi

akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan

pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Ketentuan lebih lanjut mengenai anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan

sertifikasi pendidik diatur dengan PP

Pada Peraturan Pemerintah No.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

terdapat kerancuan antara Bab I Pasal 1 Ayat (10) dan Bab IX Pasal 62 Ayat (1) s/d (5)

tentang ruang lingkup standar pembiayaan. Ketentuan Umum tentang Standar

Pembiayaan pada Pasal 1 tampak lebih sempit dari Pasal 62 yaitu standar pembiayaan

pada Pasal 1 adalah mencakup standar yang mengatur komponen dan besarnya “biaya

operasi” satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Pada Pasal 62 mencakup

“biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal”. Pada Bab IX: Standar Pembiayaan,

Pasal 62 disebutkan bahwa:

(1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya

personal.

(2) Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi

biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan

modal kerja tetap.

(3) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya pendidikan

yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses

pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

(4) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi:

a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang

melekat pada gaji.

b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan

c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa

telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,

transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

(5) Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri

berdasarkan usulan BSNP

Page 7: Standar pembiayaan operasional smp

3

Sebelum PP tentang standar pembiayaan pendidikan ini dikeluarkan, telah ada SK

Mendiknas tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan (SPM) yaitu Kepmendiknas

No.053/U/2001 yang menyatakan bahwa SPM bidang pendidikan adalah tolok ukur

kinerja pelayanan pendidikan atau acuan bagi penyelenggaraan pendidikan di provinsi

dan kabupaten/kota sebagai daerah otonom. Penyusunan SPM bidang Pendidikan Dasar

dan Menengah mengacu kepada PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah

dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom mengisyaratkan adanya hak dan

kewenangan Pemerintah Pusat untuk membuat kebijakan tentang perencanaan nasional

dan standarisasi nasional.

Dalam rangka penyusunan standarisasi nasional itulah, Mendiknas telah

menerbitkan Keputusan No.053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang SPM yang

diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dan sekaligus ukuran keberhasilan dalam

penyelenggaraan pendidikan di daerah provinsi, kabupaten/kota bahkan sampai di tingkat

sekolah.

Kepmendiknas No. 129/U/2004 merupakan hasil revisi dari kepmen

sebelumnya sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam sistem dan manajemen

pendidikan nasional. Pada kepmen ini pendidikan nonformal, kepemudaan, olahraga,

dan Pendidikan Usia Dini lebih ditonjolkan. Pendidikan nonformal seperti pendidikan

keaksaraan, pendidikan kesetaraan SD, SMP, SMA, pendidikan ketrampilan dan bermata

pencaharian, kelompok bermain, pendidikan kepemudaan dan olahraga secara ekplisit

telah ditentukan standar pelayanan untuk masing-masing SPM.

Karena standar pembiayaan juga mencakup kebutuhan atas buku teks pelajaran,

maka perlu diperhatikan Peraturan Mendiknas No. 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks

Pelajaran yaitu Pasal 7: satuan pendidikan menetapkan masa pakai buku teks pelajaran

paling sedikit 5 tahun dan buku teks pelajaran tidak dipakai lagi oleh satuan pendidikan

apabila ada perubahan standar nasional pendidikan dan buku teks pelajaran dinyatakan

tidak layak lagi oleh Menteri. Pada Pasal 8 ditegaskan bahwa: guru dapat menganjurkan

kepada peserta didik yang mampu untuk memiliki buku teks pelajaran; anjuran

sebagaimana dimaksud bersifat tidak memaksa atau tidak mewajibkan; untuk memiliki

buku teks pelajaran, peserta didik atau orangtua/walinya membelinya di pasar; untuk

membantu peserta didik yang tidak mampu memiliki akses ke buku teks pelajaran, satuan

pendidikan wajib menyediakan paling sedikit 10 (sepuluh) eksemplar buku teks pelajaran

untuk setiap mata pelajaran pada setiap kelas, untuk dijadikan koleksi perpustakaannya.

Page 8: Standar pembiayaan operasional smp

4

BAB 2

Konsep Pembiayaan Pendidikan

2.1 Sistem Pembiayaan Pendidikan

Sistem pembiayaan pendidikan merupakan proses dimana pendapatan dan sumber

daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah.

Sistem pembiayaan pendidikan sangat bervariasi tergantung dari kondisi masing-masing

negara seperti kondisi geografis, tingkat pendidikan, kondisi politik pendidikan, hukum

pendidikan, ekonomi pendidikan, program pembiayaan pemerintah dan administrasi

sekolah. Sementara itu terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk

mengetahui sesuai tidaknya sistem dengan kondisi negara. Untuk mengetahui apakah

sistem tersebut memuaskan, dapat dilakukan dengan cara: i) menghitung berbagai

proporsi dari kelompok usia, jenis kelamin, tingkat buta huruf; ii) distribusi alokasi

sumber daya pendidikan secara efisien dan adil sebagai kewajiban pemerintah pusat

mensubsidi sektor pendidikan dibandingkan dengan sektor lainnya.

Setiap keputusan dalam masalah pembiayaan sekolah akan mempengaruhi

bagaimana sumber daya diperoleh dan dialokasikan. Oleh karena itu perlu dilihat siapa

yang akan dididik dan seberapa banyak jasa pendidikan dapat disediakan, bagaimana

mereka akan dididik, siapa yang akan membayar biaya pendidikan. Demikian pula

sistem pemerintahan seperti apa yang paling sesuai untuk mendukung sistem pembiayaan

pendidikan. Tanggungjawab pemerintah dalam pembiayaan pendidikan termasuk untuk

pendidikan kejuruan dan bantuan terhadap murid. Hal itu perlu dilihat dari faktor

kebutuhan dan ketersediaan pendidikan, tanggungjawab orang tua dalam menyekolahkan

vs social benefit secara luas, pengaruh faktor politik dan ekonomi terhadap sektor

pendidikan.

Menurut Levin (1987) pembiayaan sekolah adalah proses dimana pendapatan dan

sumber daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan

sekolah di berbagai wilayah geografis dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda.

Pembiayaan sekolah ini berkaitan dengan bidang politik pendidikan dan program

pembiayaan pemerintah serta administrasi sekolah. Beberapa istilah yang sering

digunakan dalam pembiayaan sekolah, yakni school revenues, school expenditures,

capital dan current cost. Dalam pembiayaan sekolah tidak ada pendekatan tunggal dan

yang paling baik untuk pembiayaan semua sekolah karena kondisi tiap sekolah berbeda.

Setiap kebijakan dalam pembiayaan sekolah akan mempengaruhi bagaimana

sumber daya diperoleh dan dialokasikan. Dengan mengkaji berbagai peraturan dan

Page 9: Standar pembiayaan operasional smp

5

kebijakan yang berbeda-beda di sektor pendidikan, kita bisa melihat konsekuensinya

terhadap pembiayaan pendidikan, yakni:

Keputusan tentang siapa yang akan dididik dan seberapa banyak jasa pendidikan

dapat disediakan

Keputusan tentang bagaimana mereka akan dididik

Keputusan tentang siapa yang akan membayar biaya pendidikan

Keputusan tentang sistem pemerintahan seperti apa yang paling sesuai untuk

mendukung pembiayaan sekolah

Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas, ada dua hal pokok yang harus dapat

dijawab, yakni: i) bagaimana sumber daya akan diperoleh, ii) bagaimana sumber daya

akan dialokasikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan/tipe sekolah/kondisi daerah

yang berbeda. Terdapat dua kriteria untuk menganalisis setiap hal tersebut, yakni, i)

efisiensi yang terkait dengan keberadaan sumber daya yang dapat memaksimalkan

kesejahteraan masyarakat dan ii) keadilan yang terkait dengan benefits dan costs yang

seimbang.

Menurut J. Wiseman (1987) terdapat tiga aspek yang perlu dikaji dalam melihat

apakah pemerintahan perlu terlibat dalam masalah pembiayaan pendidikan:

Kebutuhan dan ketersediaan pendidikan terkait dengan sektor pendidikan dapat

dianggap sebagai salah satu alat perdagangan dan kebutuhan akan investasi dalam

sumberdaya manusia/human capital

Pembiayaan pendidikan terkait dengan hak orang tua dan murid untuk memilih

menyekolahkan anaknya ke pendidikan yang akan berdampak pada social benefit

secara keseluruhan

Pengaruh faktor politik dan ekonomi terhadap sektor pendidikan

Dalam hal pendidikan kejuruan dan industri, M. Woodhall (1987) menjelaskan

bahwa di masa lalu pembiayaan pendidikan jenis ini ditanggung oleh perusahaan.

Perusahaan memberi subsidi kepada para pekerjanya sendiri. Sekarang peran pemerintah

semakin besar dalam pembiayaan ini. Hal itu disebabkan adanya kepentingan ekonomi.

Artinya kebijakan ketenagakerjaan, diharapkan dapat meningkatkan kepentingan untuk

membagi biaya dan manfaat dari pendidikan ini dengan adil.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan kejuruan ini adalah:

Peran pemerintah dalam membiayai jenis pendidikan ini

Perbedaan antara jenis training yang umum dan spesifik

Pilihan antara training yang on dan off the job

Keseimbangan antara pembiayaan dari pemerintah dan sektor swasta di

pendidikan ini

Pentingnya praktek kerja sebagai kelanjutan dari jenis pendidikan ini

Pembayaran kompensasi selama mengikuti pendidikan ini

Sumber daya yang dialokasikan untuk jenis pendidikan ini

Page 10: Standar pembiayaan operasional smp

6

2.2 Pendekatan Kecukupan (Adequacy Approach)

Pengukuran biaya pendidikan seringkali menitikberatkan kepada ketersediaan dana

yang ada namun secara bersamaan seringkali mengabaikan adanya standar minimal untuk

melakukan pelayanan pendidikan. Konsep pendekatan kecukupan menjadi penting karena

memasukkan berbagai standar kualitas dalam perhitungan pembiayaan pendidikan.

Sehingga berdasarkan berbagai tingkat kualitas pelayanan pendidikan tersebut dapat

ditunjukkan adanya variasi biaya pendidikan yang cukup ideal untuk mencapai standar

kualitas tersebut. Analisis kecukupan biaya pendidikan ini telah digunakan di beberapa

negara bagian Amerika Serikat untuk mengalokasikan dana pendidikan. Berbagai studi di

Indonesia telah pula mencoba memperhitungkan biaya pendidikan berdasarkan standar

kecukupan.

Perhitungan biaya pendidikan berdasarkan pendekatan kecukupan ditentukan oleh

beberapa faktor, diantaranya:

Besar kecilnya sebuah institusi pendidikan

Jumlah siswa

Tingkat gaji guru (karena bidang pendidikan dianggap sebagai highly labour

intensive)

Rasio siswa dibandingkan jumlah guru

Kualifikasi guru

Tingkat pertumbuhan populasi penduduk (khususnya di negara berkembang)

Perubahan dari pendapatan (revenue theory of cost)

Page 11: Standar pembiayaan operasional smp

7

BAB 3

Metodologi dan Teknik Perhitungan Standar Biaya Operasi

3.1 Model Dasar Perhitungan Standar Biaya Operasi

Untuk menghitung berapa kebutuhan pembiayaan operasional pendidikan dalam

pencapaian SPM pendidikan yang berkualitas diperlukan tools Standar Analisa Biaya

(SAB), dan dihitung dengan pernyataan sebagai berikut:

n

jjajjj

m

iiiiia phnqfpnqfTC

11

(1)

di mana:

TCa = biaya keseluruhan (Rp) per sekolah per tahun,

pada jenjang tertentu (SD, SMP, atau SMA) di kabupaten/kota a

fi,j = frekuensi item ke-i dan ke-j per tahun

qi,j = kuantitas item ke-i dan ke-j per tahun

ni,j = per satuan item ke-i dan ke-j

pi,j = harga item ke-i dan ke-j (Rp)

m = jumlah item biaya pegawai

n = jumlah item komponen bukan-pegawai

ha = indeks kemahalan pendidikan di kabupaten/kota a

Perlu dicatat bahwa ha menyatakan indeks kemahalan daerah untuk 434

kabupaten/kota di Indonesia, dan ha = 1 untuk DKI Jakarta yang dalam studi ini

digunakan sebagai benchmark. Nilai ha diproksi dengan indeks kemahalan konstruksi

yang didapat dari studi oleh Depkeu dan BPS, yang dalam hal ini telah diadaptasikan

dengan memperhitungkan faktor transportasi, dan didapat rentang nilai ha sebagai

berikut: 0,91 ≤ ha ≤ 3,7.

Dengan demikian, perhitungan standar biaya operasi dibagi ke dalam dua kelompok

yaitu: (i) biaya pegawai [suku pertama ruas kanan persamaan (1)]; (ii) biaya bukan-

pegawai [suku kedua ruas kanan persamaan (1)]. Pada masing-masing kelompok,

ditentukan lebih dahulu dan sedapat mungkin berdasarkan data yang tersedia (sekunder

dari BPS dan berbagai laporan studi terkait) maupun data yang dikumpulkan dari studi

lapangan. Selanjutnya, biaya satuan per siswa per tahun untuk setiap kabupaten/kota

dapat ditentukan sebagai berikut:

Page 12: Standar pembiayaan operasional smp

8

xxTC

UC a

a

21

(2)

di mana:

UCa = Biaya satuan (Rp) per siswa per tahun,

pada jenjang tertentu (SD, SMP, atau SMA) di kabupatem/kota a

x1 = Jumlah siswa per rombel pada jenjang tertentu (SD, SMP, atau SMA)

x2 = Jumlah rombel di sekolah

Berbagai angka yang diasumsikan dalam perhitungan untuk jenjang pendidikan SMP

dijelaskan pada Bab 4.

3.2 Data dan Sumber Data

Data dikumpulkan berdasarkan laporan keuangan maupun standar biaya dari

beberapa daerah terpilih. Tim Pembiayaan BSNP melakukan kunjungan lapangan ke 12

provinsi dan 27 kabupaten/kota seperti ditampilkan dalam Tabel 3.1 Pemilihan daerah

survei berdasarkan purposive sampling, disebabkan kondisi daerah yang sangat

bervariasi, waktu dan tenaga yang terbatas. Akurasi data biaya pendidikan sangat

diperlukan dalam penentuan standar pembiayaan pendidikan. Studi maupun data yang

lebih menyeluruh dan rinci mengenai satuan biaya berdasarkan kualitas barang dan jasa

di masa yang akan datang sangat diperlukan untuk merevisi standar pembiayaan

pendidikan.

Berdasarkan Studi Lapangan, Tim mengumpulkan antara lain Standar Harga

Barang dan Jasa yang berlaku di tingkat kabupaten/kota, Dokumen Anggaran Satuan

Kerja (DASK) untuk Bidang Pendidikan dan beberapa contoh Anggaran Pendapatan dan

Belanja Sekolah dari tingkat dasar dan menengah. Terdapat variasi yang besar antara

daerah yang memiliki Standar Harga secara lengkap (misal DKI Jakarta) dan daerah yang

hanya memiliki Standar Harga secara terbatas (misal Papua). Oleh karena itu DKI Jakarta

dipakai sebagai dasar perhitungan standar pembiayaan pendidikan. Perhitungan standar

pembiayaan pendidikan untuk daerah lain dilakukan dengan mengalikan data standar

pembiayaan pendidikan untuk DKI Jakarta dengan Indeks Kemahalan Pendidikan antar

Daerah.

Tabel 3.1

Daftar Kunjungan Lapangan ke Kabupaten/Kota

Mei, 2006

Propinsi Kabupaten Kota

DKI Jakarta

Jawa Barat Bekasi

Bandung

Bekasi

Bandung

Cimahi

Bali Karangasem Denpasar

NTT Sikka Kupang

Papua Jayawijaya Jayapura

Maluku Utara Halamahera Barat Ternate

Page 13: Standar pembiayaan operasional smp

9

Sulawesi Utara Minahasa Manado

Sulawesi Selatan Maros Makasar

Kalimantan Timur Kutai Kertanegara Balikpapan

Kalimantan Selatan Barito Kuala Banjarmasin

Kepulauan Riau Tanjung Pinang

Batam

Sumatera Barat Solok Padang

Data Indeks Kemahalan Pendidikan antar Daerah belum tersedia untuk Indonesia,

sehingga dalam hal ini diproksi dengan data Indeks Kemahalan Konstruksi antar Daerah

(IKK) yang disusun oleh BPS dan Depkeu untuk 434 kabupaten/kota dan 33 propinsi

(BPS dan Depkeu, 2005). Indeks ini merupakan angka yang menunjukkan perbandingan

tingkat kemahalan harga bangunan/konstruksi (TKK) suatu kabupaten/kota atau propinsi

terhadap TKK rata-rata Nasional.

TKK merupakan cerminan dari suatu nilai bangunan/konstruksi atau biaya yang

dibutuhkan untuk membangun 1 (satu) unit bangunan per satuan ukuran luas di suatu

kabupaten/kota atau propinsi yang diperoleh melalui pendekatan terhadap sejumlah

bahan bangunan, termasuk sewa alat berat dan upah jasa yang menjadi paket komoditas.

Selain itu, penghitungan IKK juga telah memperhitungkan biaya transportasi antara

daerah tersebut dengan ibukota propinsi yang merupakan proksi tingkat kemahalan antar

daerah untuk daerah kepulauan. Adanya keragaman geografis wilayah daratan, lautan,

dan pegunungan sebenarnya sudah dicerminkan dalam variabel Indeks Kemahalan

Konstruksi (IKK) karena sudah diperhitungkan dalam tambahan komponen biaya

transportasi khusus untuk daerah kepulauan. Sebagai contoh IKK daerah kepulauan

Maluku relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang hanya memiliki

wilayah daratan saja.

IKK selain dapat digunakan sebagai tools untuk menghitung tingkat variasi

kemahalan antar daerah, juga dapat digunakan sebagai variabel adjustment atas cost/unit

untuk setiap kabupaten/kota dan provinsi agar hasil formulasi standar pembiayaan

pendidikan memiliki tingkat akurasi yang tinggi bagi setiap daerah. Di samping itu,

terdapat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel tambahan untuk

peningkatan kualitas SDM pada usia sekolah (schooling years) terutama pada level

pendidikan dasar dan menengah.

3.3 Komponen Perhitungan Standar Biaya Operasi

Menurut PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, biaya operasi

satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai

kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang

sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan.

Sementara itu, menurut Ayat (4) Pasal 62 PP No. 19 Tahun 2003, biaya operasi

satuan pendidikan meliputi biaya berikut.

Page 14: Standar pembiayaan operasional smp

10

a. gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji.

b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai.

c. biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,

pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,

asuransi, dan lainnya.

Walaupun dalam pasal ini biaya operasi hanya didefinisikan ke dalam tiga

kelompok biaya, namun ada sebagian biaya investasi yang juga dapat dikeluarkan setiap

tahun yaitu biaya depreasiasi (sebagai penyisihan dari investasi) dan dapat bersifat tunai.

Dana ini merupakan penyisihan untuk investasi di masa yang akan datang misalnya dana

untuk pembelian buku (karena buku diasumsikan berusia 5 tahun, dana tersebut dapat

dibelanjakankan per tahun sejumlah 20% dari dana keseluruhan), dana untuk

memperbaharui gedung maupunperalatan. Penggunaan dana depresiasi ini dapat berupa

pembangunan gedung baru atau renovasi berat gedung lama, maupun pembelian

peralatan baru. Namun perhitungan biaya investasi tidak diperhitungkan dalam Standar

Biaya Operasi Pendidikan.

Untuk keperluan perhitungan standar biaya operasi dalam naskah ini, biaya operasi

dibagi ke dalam dua kelompok, menjadi biaya pegawai dan biaya bukan-pegawai.

Perhitungan standar biaya operasi ini didasarkan pada kebutuhan biaya minimal untuk

menyelenggarakan kegiatan sekolah. Standar biaya operasi disusun berdasarkan

peraturan yang berlaku serta masukan dari berbagai tim standar pendidikan lainnya.

3.3.1 Biaya Pegawai

Sesuai dengan UU No.14 Tahun 2005, biaya pegawai dibagi menjadi dua

kelompok: (i) Gaji pokok serta tunjangan yang melekat pada gaji, (ii) Penghasilan lain

yang terdiri atas: tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus dan Maslahat

Tambahan.

Gaji Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Segala Tunjangan yang Melekat

pada Gaji

Ayat (6), Pasal 1, Bab I UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional memberikan batasan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi

sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator

dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan.

Sedangkan, batasan tenaga kependidikan sebagaimana Ayat (6), Pasal 1, Bab I UU

No. 20 Tahun 2003 adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat

untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sementara itu, Ayat (1) Pasal 35 PP No.

19 Tahun 2005 menjelaskan tenaga pendidikan sebagai berikut.

Tenaga kependidikan pada TK/RA atau bentuk lain yang sederajat sekurang-

kurangnya terdiri atas kepala TK/RA dan tenaga kebersihan.

Page 15: Standar pembiayaan operasional smp

11

Tenaga kependidikan pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-

kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga

perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.

Tenaga kependidikan pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau SMA/MA,

atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala

sekolah/madrasah, tenaga adminstrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan

tenaga kebersihan sekolah/madrasah.

Tenaga kependidikan pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat sekurang-

kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga adminstrasi, tenaga

perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.

Tenaga kependidikan pada SDLB, SMPLB, dan SMALB atau bentuk lain yang

sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga adminstrasi, tenaga

perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga kebersihan sekolah, teknisi sumber belajar,

psikolog, pekerja sosial, dan terapis.

Tenaga kependidikan pada Paket A, Paket B dan Paket C sekurang-kurangnya terdiri

atas pengelola kelompok belajar, tenaga adminstrasi, dan tenaga perpustakaan.

Tenaga kependidikan pada lembaga kursus dan lembaga pelatihan keterampilan

sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola atau penyelenggara, teknisi, sumber

belajar, pustakawan, dan laboran.

Seiring dengan telah disetujuinya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

pengertian gaji dan tunjangan meliputi:

Gaji pokok , besarnya gaji pokok mengikuti aturan menteri keuangan tentang gaji

PNS

Tunjangan yang melekat pada gaji, yang meliputi tunjangan: (i) isteri/suami 10%, (ii)

anak 2% dengan batas maksimal dua orang anak hingga usia 21 tahun atau belum

pernah menikah atau belum berumur 25 tahun kuliah dan belum pernah menikah, (iii)

jabatan, (iv) beras, dan (v) khusus, yakni diberikan sebagai pengganti apabila yang

bersangkutan terkena pajak penghasilan sejumlah potongan yang terkena pajak

Penghasilan lainnya

Tunjangan profesi: tunjangan profesi diberikan kepada guru yang telah memiliki

sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan/satuan pendidikan

yang diselenggarakan oleh masyarakat. Besarnya tunjangan setara dengan satu kali

gaji pokok guru.

Tunjangan fungsional: tunjangan yang diberikan kepada guru yang diangkat oleh

satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.

Besar tunjangan mengikuti subsidi yang dialokasikan oleh Pemerintah atau

pemerintah daerah.

Tunjangan khusus: tunjangan yang diberikan kepada guru yang bertugas di daerah

khusus. UU No. 14 Tahun 2005, Pasal 1, Ayat 17, menjelaskan bahwa daerah khusus

adalah daerah yang terpencil atau terbelakang; daerah dengan kondisi masyarakat

adat yang terpencil; daerah perbatasan dengan negara lain; daerah yang mengalami

bencana alam, bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain.

Page 16: Standar pembiayaan operasional smp

12

Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk

tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan bagi guru

serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra dan putri guru, pelayanan

kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain.

3.3.2. Biaya Bukan-Pegawai

Biaya bukan-pegawai terdiri atas: (i) Alat Tulis Sekolah (ATS)/bahan habis pakai,

(ii) Rapat-rapat, (iii) Transpor/perjalanan dinas, (iv) Penilaian, (v) Daya dan jasa, (vi)

Pemeliharaan sarana dan prasarana, (vii) Pendukung pembinaan siswa.

ATS/bahan habis pakai

Biaya ATS meliputi biaya minimal bagi seluruh pengeluaran sekolah untuk alat tulis

yang dibutuhkan untuk pengelolaan sekolah dan proses pembelajaran. ATS untuk

pengelolaan sekolah dan proses pembelajaran mencakup: pensil, pena, toner/tinta printer,

tinta stempel, penghapus pensil, penghapus tinta, buku tulis, buku administrasi, buku

polio, kertas HVS, kertas karbon, penggaris, amplop, stepler kecil dan isi, stepler besar

dan isi, pemotong/cutter, gunting, lem, lakban, selotip, kotak P3K dan isi, set alat jahit,

tali rapia, buku raport siswa, buku rencana pembelajaran, buku absen, buku nilai, karton

manila, kapur tulis, penghapus papan tulis, penggaris papan tulis, bahan praktikum IPA

(SD s/d SMA), bahan praktikum IPS (SMP dan SMA), bahan praktikum bahasa (SMP

dan SMA), bahan praktikum komputer (SD s/d SMA), bahan praktikum ketrampilan

(SMP dan SMA) kartu anggota perpustakaan, kartu buku, foto copy, kertas warna, cat

poster, spidol

Rapat-rapat

Biaya rapat adalah biaya minimal yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan rapat-rapat

bagi keperluan sekolah. Rapat-rapat ini meliputi rapat penerimaan siswa baru, rapat

evaluasi semester siswa, rapat kenaikan kelas, rapat kelulusan, rapat pemecahan masalah,

rapat koordinasi, rapat wali murid.

Transpor/perjalanan dinas

Biaya transpor/perjalanan dinas adalah biaya yang dikeluarkan untuk berbagai keperluan

dinas baik dalam kota maupun luar kota.

Penilaian

Biaya penilaian mencakup berbagai biaya minimal yang dikeluarkan untuk

menyelenggarakan ujian dan evaluasi siswa, yaitu: ulangan umum kelas I s/d III, ujian

akhir tertulis, penyusunan soal UAS, penyusunan soal ulangan umum.

Daya dan jasa

Biaya daya dan jasa adalah biaya minimal untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di

sekolah, mencakup biaya listrik, telepon dan air.

Page 17: Standar pembiayaan operasional smp

13

Pemeliharaan sarana dan prasarana

Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah adalah biaya minimal untuk

mempertahankan kualitas sekolah agar layak digunakan sebagai tempat belajar dan

mengajar yaitu mencakup bahan dan alat kebersihan, pengecatan gedung/pagar,

penggantian genteng yang rusak, perbaikan atau penggantian kunci, pemeliharaan

meubel, pemeliharaan peralatan.

Pendukung pembinaan siswa

Biaya pendukung pembinaan siswa adalah biaya minimal untuk menyelenggarakan

kegiatan pembinaan yang mencakup Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Unit

Kesehatan Sekolah (UKS), pembinaan prestasi olah raga, pembinaan prestasi kesenian,

cerdas-cermat, perpisahan kelas terakhir, dan pembinaan kegiatan keagamaan

Page 18: Standar pembiayaan operasional smp

14

BAB 4

Asumsi-asumsi Perhitungan Standar Biaya Operasi

Sekolah Menengah Pertama

Page 19: Standar pembiayaan operasional smp

15

Lampiran 3

Indeks Kemahalan Konstruksi

Keberagaman potensi ekonomi dan tingkat variasi kemahalan antar daerah

merupakan variabel utama untuk mengantisipasi adanya disparitas kemampuan daerah

dalam mendanai anggaran pendidikan agar sesuai dengan standar pembiayaan secara

nasional. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Depkeu dan BPS telah menyusun

variabel Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) yang terdiri dari IKK untuk 434

kabupaten/kota dan 33 propinsi, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan tingkat

kemahalan harga bangunan/konstruksi (TKK) suatu kabupaten/kota atau propinsi

terhadap TKK rata-rata Nasional.

TKK merupakan cerminan dari suatu nilai bangunan/konstruksi atau biaya yang

dibutuhkan untuk membangun 1 (satu) unit bangunan per satuan ukuran luas di suatu

kabupaten/kota atau propinsi yang diperoleh melalui pendekatan terhadap sejumlah

bahan bangunan, termasuk sewa alat berat dan upah jasa yang menjadi paket komoditas.

Selain itu, penghitungan IKK juga telah memperhitungkan biaya transportasi antara

daerah tersebut dengan ibukota propinsi yang merupakan proksi tingkat kemahalan antar

daerah untuk daerah kepulauan. Adanya keragaman geografis wilayah daratan, lautan,

dan pegunungan sebenarnya sudah dicerminkan dalam variabel Indeks Kemahalan

Konstruksi (IKK) karena sudah diperhitungkan dalam tambahan komponen biaya

transportasi khusus untuk daerah kepulauan. Sebagai contoh IKK daerah kepulauan

maluku relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang hanya memiliki

wilayah daratan saja.

IKK selain dapat digunakan sebagai tools untuk menghitung tingkat variasi

kemahalan antar daerah, juga dapat digunakan sebagai variabel adjustment atas cost/unit

(BSP) untuk setiap kabupaten/kota dan provinsi agar hasil formulasi standar pembiayaan

pendidikan memiliki tingkat akurasi yang tinggi bagi setiap daerah. Di samping itu,

terdapat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel tambahan untuk

peningkatan kualitas SDM pada usia sekolah (schooling years) terutama pada level

pendidikan dasar dan menengah.

Kelompok Jenis Bangunan

Pengelompokan jenis bangunan mengacu pada Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia

(KLUI), yaitu:

Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal

Bangunan pekerjaan umum untuk pertanian

Bangunan pekerjaan umum untuk jalan, jembatan, dan pelabuhan

Bangunan untuk instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi

Bangunan lainnya

Data Penunjang Penghitungan IKK

• Paket komoditas IKK

Secara ideal terdiri dari 30 jenis bahan bangunan, 3 sewa alat berat, dan 8 upah jasa.

Page 20: Standar pembiayaan operasional smp

16

• Diagram timbang IKK

Diagram yang digunakan terdiri dari diagram timbang kelompok jenis bangunan dan

diagram timbang umum.

• Diagram timbang kelompok jenis bangunan

Disusun berdasarkan kuantitas/volume bahan bangunan yang dibutuhkan untuk

membangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas (M2) menurut kelompok jenis

bangunan (5 kelompok) yang diperoleh melalui Studi Tingkat Kemahalan Konstruksi.

• Diagram timbang umum

Disusun berdasarkan data realisasi APBD dan pengeluaran belanja pembangunan dan

rutin. Data ini diperoleh dari Pemerintah Kabupaten/Kota setempat. Untuk diagram

timbang umum IKK propinsi diperoleh dari Pemerintah Propinsi.

• Harga bahan bangunan, sewa alat berat, dan upah jasa

Harga bulan Februari (triwulan I) 2004 yang dikumpulkan melalui survei HPB-K

Triwulanan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia

Cara Penghitungan IKK

TKK kelompok jenis bangunan kabupaten/kota dihitung dengan formula sebagai berikut:

TKKkj = tingkat kemahalan harga bangunan kelompok jenis bangunan j di

kabupaten/kota k

Hi = harga bahan bangunan i

Qij = kuantitas/volume bahan bangunan i jenis bangunan j

Tipe/jenis spatial

Cakupan/coverage (kabupaten/kota): 434

Paket komoditas dan jasa: 22

Pengumpulan data harga lengkap seluruh kabupaten/kota

Penimbang/bobot bahan bangunan bersumber dari hasil survei konstruksi

Kimpraswil dengan menggunakan Tabel I/O

Penimbang/bobot jenis bangunan: Realisasi APBD Kab/Kota Tahun Anggaran 2004

Metode penghitungan Indeks dapat menggunakan rata-rata geometrik tidak dibobot

(unweighted geometric mean) serta rata-rata tertimbang (weighted arithmetic mean)

m

i

ijikj QHTKK1