standar kompetensi dokter spesialis bedah...

34
1 STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA I. Pembukaan Daftar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia pertama kali dimuat dalam Katalog Pendidikan Bedah Tahun 1992, yang disahkan oleh Kolegium Ilmu Bedah Indonesia (KIBI) yang kemudian direvisi pada tahun 1997. Katalog ini telah digunakan sebagai acuan untuk pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di setiap pusat Pendidikan Dokter Spesialis di berbagai universitas di Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia (SKDSBI) memerlukan revisi secara berkala, mengingat perkembangan yang ada terkait sinergisme sistem pelayanan kesehatan dengan sistem pendidikan dokter, perkembangan yang terjadi di masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran. Berdasarkan pengalaman institusi pendidikan kedokteran dalam mengimplementasikan SKDSBI tersebut, ditemukan beberapa hal yang mendapatkan perhatian, sebagai berikut: 1. SKDSBI harus mengantisipasi kondisi pembangunan kesehatan di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun ke depan. Sampai dengan tahun 2020, Mutual Recognition Arrangement (MRA) masih menjadi tujuan yang harus dicapai dengan baik. Untuk itu, fokus pencapaian kompetensi terutama dalam hal yang terkait dengan pelayanan bedah elektif dan emergensi yang paripurna. 2. Tantangan profesi kedokteran masih memerlukan penguatan dalam aspek perilaku profesional, mawas diri, dan pengembangan diri serta komunikasi efektif sebagai dasar dari rumah bangun kompetensi dokter Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan hasil pertemuan Konsil Kedokteran se-ASEAN yang memformulasikan bahwa karakteristik dokter yang ideal, yaitu profesional, kompeten, beretika, serta memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan. 3. Dalam mengimplementasikan program elektif, institusi pendidikan kedokteran perlu mengembangkan muatan lokal yang menjadi unggulan masing-masing institusi sehingga memberikan kesempatan mobilitas peserta didik dokter spesialis bedah secara regional, nasional, maupun global. 4. Secara teknis, sistematika SKDSBI bersifat menyempurnakan sistemika Katalog Pendidikan Bedah Tahun 1997, yang susunannya merujuk pada panduan dari Konsil Kedokteran Indonesia. Hal ini untuk memberikan arahan yang lebih jelas bagi institusi pendidikan dokter spesialis bedah dalam menyusun kurikulum. II. 2 Agar SKDSBI dapat di implementasikan secara konsisten oleh institusi pendidikan dokter spesialis bedah, maka berbagai sumber daya seperti dosen, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta pendanaan yang menunjang seluruh aktivitas perlu disiapkan secara efektif dan efisien. II. Pendahuluan A. Sejarah Pendidikan Dokter Spesialis Bedah di Indonesia dimulai sejak tahun 1942 dengan konsep magang (bersifat instructional, institutional based). Sesuai konsep ini, seseorang dinilai layak sebagai seorang ahli bedah setelah mengikuti senior dalam suatu kurun waktu tertentu dan memperoleh brevet. Pendidikan seperti ini berlangsung hingga dibentuk suatu lembaga yang mengatur perihal mengenai pendidikan bedah pada tahun 1967, yaitu Majelis Nasional Penilai Ahli Bedah (MNPAB); bersamaan dengan berdirinya organisasi profesi ahli bedah (Ikatan Ahli

Upload: others

Post on 24-Jan-2021

114 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

1

STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA

I. Pembukaan

Daftar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia pertama kali dimuat dalam Katalog Pendidikan Bedah Tahun 1992, yang disahkan oleh Kolegium Ilmu Bedah Indonesia (KIBI) yang kemudian direvisi pada tahun 1997. Katalog ini telah digunakan sebagai acuan untuk pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di setiap pusat Pendidikan Dokter Spesialis di berbagai universitas di Indonesia.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia (SKDSBI) memerlukan revisi secara berkala, mengingat perkembangan yang ada terkait sinergisme sistem pelayanan kesehatan dengan sistem pendidikan dokter, perkembangan yang terjadi di masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.

Berdasarkan pengalaman institusi pendidikan kedokteran dalam mengimplementasikan SKDSBI tersebut, ditemukan beberapa hal yang mendapatkan perhatian, sebagai berikut: 1. SKDSBI harus mengantisipasi kondisi pembangunan kesehatan di Indonesia dalam kurun

waktu 5 tahun ke depan. Sampai dengan tahun 2020, Mutual Recognition Arrangement (MRA) masih menjadi tujuan yang harus dicapai dengan baik. Untuk itu, fokus pencapaian kompetensi terutama dalam hal yang terkait dengan pelayanan bedah elektif dan emergensi yang paripurna.

2. Tantangan profesi kedokteran masih memerlukan penguatan dalam aspek perilaku profesional, mawas diri, dan pengembangan diri serta komunikasi efektif sebagai dasar dari rumah bangun kompetensi dokter Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan hasil pertemuan Konsil Kedokteran se-ASEAN yang memformulasikan bahwa karakteristik dokter yang ideal, yaitu profesional, kompeten, beretika, serta memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan.

3. Dalam mengimplementasikan program elektif, institusi pendidikan kedokteran perlu mengembangkan muatan lokal yang menjadi unggulan masing-masing institusi sehingga memberikan kesempatan mobilitas peserta didik dokter spesialis bedah secara regional, nasional, maupun global.

4. Secara teknis, sistematika SKDSBI bersifat menyempurnakan sistemika Katalog Pendidikan Bedah Tahun 1997, yang susunannya merujuk pada panduan dari Konsil Kedokteran Indonesia. Hal ini untuk memberikan arahan yang lebih jelas bagi institusi pendidikan dokter spesialis bedah dalam menyusun kurikulum.

II. 2 Agar SKDSBI dapat di implementasikan secara konsisten oleh institusi pendidikan dokter spesialis bedah, maka berbagai sumber daya seperti dosen, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta pendanaan yang menunjang seluruh aktivitas perlu disiapkan secara efektif dan efisien.

II. Pendahuluan

A. Sejarah

Pendidikan Dokter Spesialis Bedah di Indonesia dimulai sejak tahun 1942 dengan konsep

magang (bersifat instructional, institutional based). Sesuai konsep ini, seseorang dinilai layak

sebagai seorang ahli bedah setelah mengikuti senior dalam suatu kurun waktu tertentu dan

memperoleh brevet. Pendidikan seperti ini berlangsung hingga dibentuk suatu lembaga yang

mengatur perihal mengenai pendidikan bedah pada tahun 1967, yaitu Majelis Nasional Penilai

Ahli Bedah (MNPAB); bersamaan dengan berdirinya organisasi profesi ahli bedah (Ikatan Ahli

Page 2: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

2

Bedah Indonesia, disingkat IKABI). Pada tahun 1977, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bersama Departemen Kesehatan, Majelis Ahli, Ikatan

Dokter Indonesia dan Perhimpunan Dokter Ahli merumuskan Sistem Pendidikan Tinggi Bidang

Kedokteran (scientific curriculum) yang diterapkan pada Katalog Program Studi Ilmu Bedah 1978.

Pada perkembangan selanjutnya, MNPAB disebut Kolegium Ilmu Bedah Indonesia (KIBI). Mulai

pada tahun 1980, pendidikan dokter spesialis bedah lebih mengarah pada suatu pendidikan

formal bernuansa akademik (university based) yang diwarnai nuansa akademik yang tidak lama

kemudian mengacu ke suatu bentuk pendidikan yang berorientasi pada masalah (problem based

learning). Oleh karena itu, KIBI menyusun Katalog Pendidikan Bedah Tahun 1992, kemudian

direvisi pada tahun 1997, dan penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis bedah dilakukan

oleh universitas melalui fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan. Oleh karena itu

disusunlah silabus dan kurikulum pendidikan dokter spesialis bedah oleh KIBI dan program studi

Pendidikan Dokter Spesialis Bedah di berbagai universitas di Indonesia.

Pendidikan ilmu bedah mengalami perubahan pesat sejak ditetapkannya Undang-undang no

29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Melalui undang-undang ini, Kolegium Ilmu Bedah

Indonesia sebagai lembaga independen di bidang profesi bedah menetapkan standar

kompetensi dokter spesialis bedah dan pendidikan bedah di Indonesia, menyusun kurikulum

pendidikan bedah di tingkat nasional, melakukan regulasi berkenaan dengan penerapan

kurikulum, melakukan evaluasi, membina dan mendorong pusat–pusat pendidikan untuk maju

dan berkembang dalam penyelenggaraan program pendidikan bedah di Indonesia. Dengan

demikian KIBI menetapkan sistem pendidikan dokter spesialis bedah berbasis kompetensi

(competence based) dengan sistem modul pada tahun 2006.

Selain itu terdapat pula perubahan pesat di dalam pendidikan spesialis dari berbagai cabang

keilmuan di dalam ilmu bedah, yaitu ilmu bedah ortopedi, urologi, ilmu bedah plastik, ilmu

bedah kardiotoraks, serta ilmu bedah anak dan pendidikan subspesialis, yaitu bedah digestif,

bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah mendorong

peran dokter spesialis bedah umum memiliki kompetensi utama pada bedah emergensi, baik

trauma, maupun non trauma dan berbagai kompetensi bedah elektif pada kasus-kasus penyakit

bedah yang secara insidensi sangat tinggi dan dapat dilakukan di semua tipe rumah sakit. Hal ini

menyebabkan perubahan signifikan di dalam sistem pelayanan bedah oleh Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia di berbagai fasilitas kesehatan di Indonesia yang telah terbagi

menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan tingkat I, II, dan III.

Demikian pula dengan telah diterapkannnya Sistem Jaminan Kesehatan Nasional dan Sistem

Rujukan Nasional pada tahun 2014 telah mengubah strategi dan pola pelayanan bedah spesialis

dan subspesialis. Dalam hal ini KIBI telah menetapkan bahwa seorang dokter spesialis bedah

umum memiliki peran di PPK 2 yaitu di rumah sakit tipe C dan B di Indonesia dengan kompetensi

utama yaitu menyelesaikan berbagai penyakit dan kelainan bedah pada PPK2, baik kasus bedah

emergensi maupun elektif. Dengan diberlakukannya hal-hal tersebut di atas, KIBI telah

melakukan berbagai kursus nasional bagi para peserta didik sehingga pada tahun 2012

dilakukan revisi penyempurnaan kurikulum berbasis kompetensi yang telah ditetapkan pada

tahun 2006.

Page 3: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

3

B. Latar belakang

Perubahan struktur dan sistem pendidikan kedokteran berjalan sangat cepat dalam satu

dasawarsa terakhir, sejalan dengan perubahan permasalahan di bidang kedokteran dan

kesehatan yang semakin pelik dan rumit. Perkembangan di bidang kesehatan dan pendidikan di

lingkup global menuntut pemerintah melalui Konsil Kedokteran Indonesia mengeluarkan

kebijakan yang dapat dijadikan standar dalam pelaksanaan program pendidikan dokter.

Kolegium Ilmu Bedah Indonesia sebagai stake holder utama dalam Program Pendidikan Dokter

Spesialis Bedah di Indonesia dituntut pula untuk dapat terus mengembangkan struktur dan

sistem pendidikan yang dapat menjawab tantangan global tersebut.

Buku Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia ini disusun sebagai panduan bagi

semua pemangku kepentingan di dalam penyelenggaran pendidikan dokter spesialis bedah

(umum) di berbagai program studi di Indonesia sehingga kurikulum di berbagai pusat pendidikan

memiliki kurikulum inti yang sama (90%) dengan penambahan kurikulum lokal tidak lebih dari 10

% dari kurikulum nasional dan diselesaikan minimal dalam 8 semester yang secara total minimal

mempunyai beban 72 SKS. Oleh karena itu, buku panduan pendidikan dokter spesialis bedah

(petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis) perlu diterbitkan oleh Ketua Program Studi sebagai

penyesuaian terhadap situasi dan kondisi dari masing-masing pusat pendidikan.

C. Landasan hukum

Pasal 24 ayat 7 Undang-undang No 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran,

menyebutkan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran untuk Standar pendidikan profesi paling

sedikit memuat: Standar kompetensi lulusan, standard isi, proses, Rumah sakit Pendidikan,

Dosen, Tenaga Kependidikan, pembiayaan, dan penilaian.

Menurut Penjelasan Pasal 8 c UU RI No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran: Standar

Kompetensi disusun oleh Asosiasi Institusi pendidikan kedokteran dan asosiasi institusi

pendidikan kedokteran gigi serta kolegium kedokteran dan kolegium kedokteran gigi.

Peraturan Pemerintah No 17 tahun 2010 sebagai kelanjutan dari Undang undang No 20

tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional, pada pasal 188 dinyatakan peran Kolegium

sebagai Institusi penjaga mutu pendidikan profesi.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia no 49 tahun 2014, PP No

4 Tahun 2014, tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi,

serta Permendikbud No 73 tahun 2013 tentang penyelenggaraan KKNI di Perguruan Tinggi

menetapkan bahwa Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah di Indonesia diselenggarakan di

Fakultas Kedokteran Universitas Negeri sebagai salah satu Pendidikan Dokter Spesialis 1 (PDSp1)

di bawah koordinasi Dekan, Kolegium Ilmu Bedah Indonesia (KIBI) dan Direktur Rumah Sakit

Pendidikan.

D. Pengertian umum

Page 4: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

4

Standar kompetensi adalah suatu dokumen yang terstruktur yang dapat menjadi acuan kerja

dalam melakukan suatu keahlian. Standar kompetensi dibutuhkan untuk mengukur berbagai

dimensi yang bila dipergunakan secara utuh, pelakunya telah dapat disebut “kompeten”.

Setiap organisasi menggunakan standar kompetensi sebagai :

• Kerangka acuan untuk menilai bagaimana suatu keahlian dilakukan.

• Parameter apakah seseorang telah kompeten dalam melakukan tindakan keahlian.

E. Pengertian Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia (SKDSBI) merupakan standar

kompetensi minimal lulusan Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah di Indonesia. SKDSBI

juga menjadi acuan dalam pengembangan struktur pendidikan dan sistem evaluasi uji

kompetensi dokter spesialis bedah yang bersifat nasional.

F. Manfaat Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia

Pelayanan bedah yang paripurna dapat dicapai dengan mengacu pada SKDSBI. Berbagai

stake holder yang mendapatkan manfaat dari Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah

Indonesia adalah sebagai berikut :

• Kolegium Ilmu Bedah Indonesia sebagai organisasi profesi dapat mengukur kinerja setiap

institusi pendidikan yang mengampu program pendidikan dokter spesialis bedah di

Indonesia dari hasil keluaran yang diluluskan.

• Program studi pendidikan dokter spesialis sebagai institusi pendidikan dapat

mengembangkan kurikulum yang mengacu pada standar kompetensi yang telah ditetapkan

oleh KIBI.

• Lembaga akreditasi (Lampetekes) dapat menjadikan standar kompetensi sebagai salah satu

parameter untuk mengukur kinerja institusi pendidikan.

• Rumah sakit sebagai pengguna lulusan dapat memperkerjakan seorang dokter spesialis bila

telah memenuhi standar kompetensi.

• Peserta didik program pendidikan dokter spesialis bedah dapat mengukur diri dalam

pencapaian kompetensi.

• Masyarakat umum akan merasa aman dan nyaman bila dilayani oleh rumah sakit yang

memperkerjakan dokter spesialis bedah yang kompeten.

III. Isi standar kompetensi dokter spesialis bedah

A. Sistematika standar kompetensi dokter spesialis bedah

Standar Kompetensi Dokter Indonesia terdiri atas 7 (tujuh) area kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran, dan fungsi dokter spesialis bedah. Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut kompetensi inti. Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen kompetensi, yang dirinci lebih lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan di akhir pendidikan, seperti terlihat pada Gambar 1.

Misi dari SKDSBI adalah untuk meningkatkan kualitas dokter spesialis bedah sehingga mampu bekerja profesional dengan mengacu standar global dalam memberikan pelayanan bedah yang paripurna, bermutu, profesional dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Page 5: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

5

Gambar 1. Skematis, susunan Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Bedah Indonesia ini dilengkapi dengan Daftar Pokok Bahasan, Daftar Masalah, Daftar Penyakit, dan Daftar Keterampilan Klinis. Fungsi utama keempat daftar tersebut sebagai acuan bagi institusi pendidikan dokter spesialis bedah dalam mengembangkan kurikulum institusional. Daftar Pokok Bahasan, memuat pokok bahasan dalam proses pembelajaran untuk mencapai 7 area kompetensi. Materi tersebut dapat diuraikan lebih lanjut sesuai bidang ilmu yang terkait, dan dipetakan sesuai dengan struktur kurikulum masing-masing institusi. Daftar Masalah, berisikan berbagai masalah yang akan dihadapi dokter spesialis bedah. Oleh karena itu, institusi pendidikan dokter spesialis bedah perlu memastikan bahwa selama pendidikan, peserta didik dipaparkan pada masalah-masalah tersebut dan diberi kesempatan berlatih menanganinya. Daftar Penyakit, berisikan nama penyakit yang merupakan diagnosis banding dari masalah yang dijumpai pada Daftar Masalah. Daftar Penyakit ini memberikan arah bagi institusi pendidikan dokter spesialis bedah untuk mengidentifikasikan isi kurikulum. Pada setiap penyakit telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan, sehingga memudahkan bagi institusi pendidikan kedokteran untuk menentukan kedalaman dan keluasan dari isi kurikulum. Daftar Keterampilan Klinis, berisikan keterampilan klinis yang perlu dikuasai oleh dokter spesialis bedah di Indonesia. Pada setiap keterampilan telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan. Daftar ini memudahkan institusi pendidikan dokter spesialis bedah Indonesia untuk menentukan materi dan sarana pembelajaran keterampilan klinis.

Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu bedah, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan (Gambar 2). Oleh karena itu area kompetensi disusun dengan urutan sebagai berikut: 1. Profesionalitas yang Luhur (etika, moral, medikolegal dan profesionalisme serta keselamatan

pasien) 2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri 3. Komunikasi Efektif

Page 6: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

6

4. Pengelolaan Informasi 5. Landasan Ilmiah Ilmu Bedah 6. Keterampilan Klinis, proses pelatihan / training process, latihan dan pembelajaran 7. Pengelolaan Masalah Kesehatan

Gambar 2. Pondasi dan Pilar Kompetensi.

KOMPONEN KOMPETENSI Area Profesionalitas yang Luhur • Berke-Tuhanan Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa

• Bermoral, beretika dan disiplin

• Sadar dan taat hukum

• Berwawasan sosial budaya

• Berperilaku profesional

Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri • Menerapkan mawas diri

• Mempraktikkan belajar sepanjang hayat

• Mengembangkan pengetahuan

Area Komunikasi Efektif • Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga

• Berkomunikasi dengan mitra kerja

• Berkomunikasi dengan masyarakat

Area Pengelolaan Informasi • Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan

• Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesional kesehatan,

pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran • Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan

Masyarakat/ Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini untuk mengelola masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif.

Area Keterampilan Klinis • Melakukan prosedur diagnosis

• Melakukan prosedur penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif

Area Pengelolaan Masalah Kesehatan • Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat

Page 7: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

7

• Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat

• Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat

• Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat

kesehatan • Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam penyelesaian

masalah kesehatan • Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan spesifik yang

merupakan prioritas daerah masing-masing di Indonesia

PENJABARAN KOMPETENSI 1. Profesionalitas yang Luhur 1.1. Kompetensi Inti Mampu melaksanakan praktik kedokteran yang profesional sesuai dengan nilai dan prinsip

ke-Tuhan-an, moral luhur, etika, disiplin, hukum, dan sosial budaya. 1.2. Lulusan Dokter Spesialis Bedah Mampu 1. Berke-Tuhan-an (Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa) • Bersikap dan berperilaku yang berke-Tuhan-an dalam praktik kedokteran

• Bersikap bahwa yang dilakukan dalam praktik kedokteran merupakan upaya

maksimal 2. Bermoral, beretika, dan berdisiplin • Bersikap dan berperilaku sesuai dengan standar nilai moral yang luhur dalam praktik

kedokteran • Bersikap sesuai dengan prinsip dasar etika kedokteran dan kode etik kedokteran

Indonesia • Mampu mengambil keputusan terhadap dilema etik yang terjadi pada pelayanan

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat • Bersikap disiplin dalam menjalankan praktik kedokteran dan bermasyarakat

3. Sadar dan taat hukum • Mengidentifikasi masalah hukum dalam pelayanan kedokteran dan memberikan

saran cara pemecahannya • Menyadari tanggung jawab dokter dalam hukum dan ketertiban masyarakat • Taat terhadap perundang-undangan dan aturan yang berlaku • Membantu penegakkan hukum serta keadilan

4. Berwawasan sosial budaya • Mengenali sosial-budaya-ekonomi masyarakat yang dilayani

• Menghargai perbedaan persepsi yang dipengaruhi oleh agama, usia, gender, etnis,

difabilitas, dan sosial-budaya-ekonomi dalam menjalankan praktik kedokteran dan bermasyarakat

• Menghargai dan melindungi kelompok rentan • Menghargai upaya kesehatan komplementer dan alternatif yang berkembang di

masyarakat multikultur 5. Berperilaku profesional • Menunjukkan karakter sebagai dokter yang profesional

• Bersikap dan berbudaya menolong • Mengutamakan keselamatan pasien • Mampu bekerja sama intra- dan interprofesional dalam tim pelayanan kesehatan

demi keselamatan pasien • Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan dalam kerangka sistem kesehatan

nasional dan global

Page 8: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

8

2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri 2.1. Kompetensi Inti

• Mampu melakukan praktik kedokteran dengan menyadari keterbatasan, mengatasi

masalah personal, mengembangkan diri, mengikuti penyegaran dan peningkatan pengetahuan secara berkesinambungan serta mengembangkan pengetahuan demi keselamatan pasien.

2.2. Lulusan Dokter Spesialis Bedah Mampu 1. Menerapkan mawas diri • Mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisik, psikis, sosial dan budaya diri

sendiri • Tanggap terhadap tantangan profesi

• Menyadari keterbatasan kemampuan diri dan merujuk kepada yang lebih mampu

• Menerima dan merespons positif umpan balik dari pihak lain untuk pengembangan

diri 2. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat • Menyadari kinerja profesionalitas diri dan mengidentifikasi kebutuhan belajar untuk

mengatasi kelemahan • Berperan aktif dalam upaya pengembangan profesi

3. Mengembangkan pengetahuan baru • Melakukan penelitian ilmiah yang berkaitan dengan masalah kesehatan pada

individu, keluarga dan masyarakat serta mendiseminasikan hasilnya 3. Komunikasi Efektif 3.1. Kompetensi Inti • Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien

pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain. 3.2. Lulusan Dokter Spesialis Bedah Mampu 1. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya

• Membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan nonverbal

• Berempati secara verbal dan nonverbal

• Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti

• Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan secara holistik

dan komprehensif • Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk, informed

consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun, baik dan benar • Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan spiritual pasien

dan keluarga 2. Berkomunikasi dengan mitra kerja (sejawat dan profesi lain) • Melakukan tatalaksana konsultasi dan rujukan yang baik dan benar

• Membangun komunikasi interprofesional dalam pelayanan kesehatan

• Memberikan informasi yang sebenarnya dan relevan kepada penegak hukum,

perusahaan asuransi kesehatan, media massa dan pihak lainnya jika diperlukan • Mempresentasikan informasi ilmiah secara efektif

3. Berkomunikasi dengan masyarakat • Melakukan komunikasi dengan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi masalah

kesehatan dan memecahkannya bersama-sama

Page 9: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

9

• Melakukan advokasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan masalah

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. 4. Pengelolaan Informasi 4.1. Kompetensi Inti 1. Mampu memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam

praktik kedokteran. 4.2. Lulusan Dokter Spesialis Bedah Mampu 1. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan • Memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan • Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi kesehatan untuk dapat belajar

sepanjang hayat 2. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesi kesehatan

lain, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan

• Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi untuk diseminasi informasi

dalam bidang kesehatan. 5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran 5.1. Kompetensi Inti 1. Mampu menyelesaikan masalah kesehatan berdasarkan landasan ilmiah ilmu

kedokteran dan kesehatan yang mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum. 5.2. Lulusan Dokter Spesialis Bedah Mampu

1. Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini

untuk mengelola masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif. 2. Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik,

dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang berhubungan dengan promosi kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat

3. Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang berhubungan dengan prevensi masalah kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat

4. Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas untuk menentukan prioritas masalah kesehatan pada individu, keluarga, dan masyarakat

5. Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang berhubungan dengan terjadinya masalah kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat

6. Menggunakan data klinik dan pemeriksaan penunjang yang rasional untuk menegakkan diagnosis

7. Menggunakan alasan ilmiah dalam menentukan penatalaksanaan masalah kesehatan berdasarkan etiologi, patogenesis, dan patofisiologi

8. Menentukan prognosis penyakit melalui pemahaman prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas

9. Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik,

dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang berhubungan dengan rehabilitasi medik dan sosial pada individu, keluarga dan masyarakat

Page 10: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

10

10. Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik,

dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang berhubungan dengan kepentingan hukum dan peradilan

11. Mempertimbangkan kemampuan dan kemauan pasien, bukti ilmiah kedokteran, dan keterbatasan sumber daya dalam pelayanan kesehatan untuk mengambil keputusan

6. Keterampilan Klinis 6.1. Kompetensi Inti 1. Mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah kesehatan dengan

menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain.

6.2. Lulusan Dokter Spesialis Bedah Mampu 1. Melakukan prosedur diagnosis • Melakukan dan menginterpretasi hasil auto-, allo- dan hetero-anamnesis,

pemeriksaan fisik umum dan khusus sesuai dengan masalah pasien • Melakukan dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang dasar dan mengusulkan

pemeriksaan penunjang lainnya yang rasional 2. Melakukan prosedur penatalaksanaan masalah kesehatan secara holistik

dankomprehensif • Melakukan edukasi dan konseling

• Melaksanakan promosi kesehatan

• Melakukan tindakan medis preventif

• Melakukan tindakan medis kuratif

• Melakukan tindakan medis rehabilitatif

• Melakukan prosedur proteksi terhadap hal yang dapat membahayakan diri sendiri

dan orang lain • Melakukan tindakan medis pada kedaruratan klinis dengan menerapkan prinsip

keselamatan pasien • Melakukan tindakan medis dengan pendekatan medikolegal terhadap masalah

kesehatan/kecederaan yang berhubungan dengan hukum 7. Pengelolaan Masalah Kesehatan 7.1. Kompetensi Inti 1. Mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat secara

komprehensif, holistik, terpadu dan berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer.

7.2. Lulusan Dokter Spesialis Bedah Mampu 1. Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat • Mengidentifikasi kebutuhan perubahan pola pikir, sikap dan perilaku, serta

modifikasi gaya hidup untuk promosi kesehatan pada berbagai kelompok umur, agama, masyarakat, jenis kelamin, etnis, dan budaya

• Merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi

kesehatan di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat 2. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada

individu, keluarga dan masyarakat • Melakukan pencegahan timbulnya masalah kesehatan

• Melakukan kegiatan penapisan faktor risiko penyakit laten untuk mencegah dan

memperlambat timbulnya penyakit • Melakukan pencegahan untuk memperlambat progresi dan timbulnya komplikasi

penyakit dan atau kecacatan 3. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat • Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis

Page 11: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

11

• Menginterpretasi data kesehatan keluarga dalam rangka mengidentifikasi masalah

kesehatan keluarga • Menginterpretasi data kesehatan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi dan

merumuskan diagnosis komunitas • Memilih dan menerapkan strategi penatalaksanaan yang paling tepat berdasarkan

prinsip kendali mutu, biaya, dan berbasis bukti • Mengelola masalah kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab (lihat Daftar

Pokok Bahasan dan Daftar Penyakit) dengan memperhatikan prinsip keselamatan pasien

• Mengkonsultasikan dan/atau merujuk sesuai dengan standar pelayanan medis yang

berlaku (lihat Daftar Penyakit) • Membuat instruksi medis tertulis secara jelas, lengkap, tepat, dan dapat dibaca

• Membuat surat keterangan medis seperti surat keterangan sakit, sehat, kematian,

laporan kejadian luar biasa, laporan medikolegal serta keterangan medis lain sesuai kewenangannya termasuk visum et repertum dan identifikasi jenasah

• Menulis resep obat secara bijak dan rasional (tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis,

tepat frekwensi dan cara pemberian, serta sesuai kondisi pasien), jelas, lengkap, dan dapat dibaca.

• Mengidentifikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan, memonitor

perkembangan penatalaksanaan, memperbaiki, dan mengubah terapi dengan tepat • Menentukan prognosis masalah kesehatan pada individu, keluarga, dan masyarakat

• Melakukan rehabilitasi medik dasar dan rehabilitasi sosial pada individu, keluarga,

dan masyarakat • Menerapkan prinsip-prinsip epidemiologi dan pelayanan kedokteran secara

komprehensif, holistik, dan berkesinambungan dalam mengelola masalah kesehatan

• Melakukan tatalaksana pada keadaan wabah dan bencana mulai dari identifikasi

masalah hingga rehabilitasi komunitas 4. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan

derajat kesehatan • Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat agar mampu

mengidentifikasi masalah kesehatan actual yang terjadi serta mengatasinya bersama-sama

• Bekerja sama dengan profesi dan sektor lain dalam rangka pemberdayaan

masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan 5. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam

penyelesaian masalah kesehatan • Mengelola sumber daya manusia, keuangan, sarana, dan prasarana secara efektif

dan efisien • Menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pelayanan kesehatan primer dengan

pendekatan kedokteran keluarga • Menerapkan manajemen kesehatan dan institusi layanan kesehatan

6. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan spesifik yang merupakan prioritas daerah masing-masing di Indonesia

• Menggambarkan bagaimana pilihan kebijakan dapat memengaruhi program

kesehatan masyarakat dari aspek fiskal, administrasi, hukum, etika, sosial, dan politik.

Page 12: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

12

B. Standar kompetensi dokter spesialis bedah KIBI melakukan revisi silabus dan kurikulum nasional pada tahun 2015 sehingga

menyesuaikan dengan perkembagan berbagai undang-undang dan peraturan yang berlaku saat ini.

SKDSBI ini disusun sebagai panduan bagi semua pemangku kepentingan di dalam penyelenggaran pendidikan dokter spesialis bedah di berbagai program studi di Indonesia sehingga kurikulum di berbagai pusat pendidikan memiliki kurikulum inti yang sama (90%) dengan penambahan kurikulum lokal tidak lebih dari 10 % dari kurikulum nasional dan diselesaikan minimal dalam 8 semester yang secara total minimal mempunyai beban 72 SKS.

i. Tahapan Pencapaian Kompetensi Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah

Pencapaian Kompetensi Spesialis bedah Pencapaian Kompetensi sebagai spesialis bedah akan didapatkan melalui proses pendidikan

dua tahap yaitu tahap bedah dasar dan tahap bedah lanjut. TAHAP BEDAH DASAR

Kompetensi yang harus dicapai pada tahap ini adalah kompetensi pada ranah kognitif pada berbagai masalah dan penyakit bedah dan prosedur bedah esensial bagi dokter spesialis bedah umum pada berbagai cabang ilmu bedah. Ranah kompetensi kognitif : 1. Bedah Digestif • Pemberian makan dini pada penderita pasca bedah (Early Recovery After Surgery)

• Patofisiologi nyeri pada kelainan biliodigestif

• Fungsikeseimbangan flora normal pada traktus gastrointestinal

• Kolestasis

• Mekanisme pertahanan mukosa

• Respon hepar dan traktus gastrointestinal pada trauma

• Faktor penyebab dan patogenesis dari karsinoma usus besar

• Hematochesia

• Sepsis enterobakterial

• Infeksi intraabdominal

• Obstruksi intestinal

• Surgical approach bedah digestif

2. Kepala dan Leher • Fisiologi hormon (tiroid dan paratiroid)

• Paratiroidisme

• Hipertiroidisme

• Jaringan limfe kepala dan leher

• Obstruksi jalan nafas bagian atas

• Faktor penyebab dan patogenesis kanker rongga mulut

• Kanker kepala dan leher

• Maloklusi dan koreksi

• Surgical approach bedah head & neck

3. Onkologi Bedah • Karsinogenesis

• Skrining kanker

• Pencegahan kanker

• Deteksi dini kanker

• Penentuan stadium kanker

Page 13: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

13

• Prinsip Onkologi Bedah

• Pemilihan modalitas terapi untuk penderita kanker

• Dukungan nutrisi untuk penderita kanker

• Terapi paliatif dan penanganan nyeri kanker

• Surgical approach bedah payudara

4. Bedah Anak • Respon endokrin dan metabolik pada pembedahan anak

• Penanganan cairan dan elektrolit pada pembedahan anak

• Infeksi bayi dan neonatus

• Dukungan nutrisi pada pembedahan anak

• Pencegahan hipotermi pada pembedahan anak

• Diagnostik prenatal dan pembedahan intra uterin

• Konsiderasi hematologik pada pembedahan anak

• Konsiderasi pernafasan pada penderita perioperatif anak

• Konsiderasi kardiovaskuler pada penderita perioperatif anak

• Kelainan kongenital traktus urinarius)* [pelaksanaan diserahkan program studi)

5. Bedah Thoraks Kardiothoraks • EKG

• Monitoring hemodinamik

• Ventilasi mekanik dan terapi oksigen

• Transfusi intrabedah dan pasca bedah

• Surgical approach bedah thoraks

6. Bedah Vaskular • Oklusi pembuluh darah

• Kelainan pembuluh vena

7. Bedah Plastik • Penanganan luka abrasi, terbuka, laserasi

• Trauma wajah

• Patofisiologi luka bakar

• Resusitasi dan terapi awal pada luka bakar

• Patofisiologi dan pencegahan jaringan parut

• Smoke inhalation

• Prinsip dasar dan macam tandur kulit

• Prinsip dasar dan macam Z-plasty

• Prinsip dasar dan macam rotation flap

• Prinsip dasar dan macam pedicle flap

• Prinsip dasar dan macam free flap

• Prinsip dasar dan macam graft

• Prinsip penanganan dan perawatan celah bibir dan celah langit

8. Bedah Saraf • Patofisiologi dan penanganan peningkatan tekanan intrakranial

• Perubahan patofisiologi pada lesi saraf perifer

• Penyembuhan jaringan pada lesi saraf perifer

• Prinsip dasar reparasi saraf perifer

• Patofisiologi dan penanganan trauma kepala

• Pemeriksaan neurologis dan monitoring neurologis di ICU

• Skoring gangguan kesadaran serta implikasinya

• Patofisiologi dan diagnosis hematoma epidural

• Prinsip dasar penanganan fraktur depresi

Page 14: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

14

• Patofisiologi dan diagnosis hidrosefalus

• Pengenalan kelainan kongenital bedah saraf

• Mati batang otak

• Surgical approach bedah saraf

9. Urologi • Urodinamik

• Persiapan pemeriksaan, pembacaan IVP,sistografi dan uretrografi

• Infeksi traktus urinarius

• Obstruksi traktus urinarius bagian atas dan bagian bawah

• Batu urinarius, patofisiologi dan pencegahan

• Patofisiologi gagal ginjal akut

• Keganasan pada traktus urinarius

• Kelainan kongenital traktus urinarius)* [pelaksanaan diserahkan program studi)

• Inkontinensia

• Acute scrotum

• Dasar diagnosis dan penanganan varikokel dan hidrokel

• Kateterisasi, perawatan dan komplikasi

• Surgical approach bedah urologi

10. Orthopaedi • Respon jaringan muskuloskeletal terhadap penyakit dan trauma

• Biomekanik fraktur

• Penyembuhan tulang

• Prinsip umum penanganan fraktur

• Komplikasi fraktur dan penanganannya

• Cedera jaringan lunak (otot, tendon dan ligamentum)

• Penyembuhan jaringan lunak (otot, tendon dan ligamentum)

• Rehabilitasi pada trauma musculoskeletal

• Osteomielitis akut dan kronis

• Tumor muskuloskeletal

• Pengenalan kelainan kongenital orthopaedi

• Pengenalan penyakit degeneratif orthopaedi

• Surgical approach ekstremitas superior

• Surgical approach ekstremitas inferior

Ranah Kompetensi Psikomotor dan Afektif 1. Bedah Digestif : • Manajemen hernia

• Manajemen Appendisitis

• Manajemen obstruksi usus

• Manajemen perioperatif cidera organ padat intra abdominal

• Manajemen perioperatif cedera organ berongga intra-abdominal

• Manajemen perioperatif karsinoma kolorektal

• Manjemen perioperatif ikterus obstruktif

• Manajemen perioperatif infeksi intraabdominal: peritonitis dan abses

• Mengerjakan, mencatat dan melaporkan assessment dan evaluasi penderita kelainan

gastrointestinal • Evaluasi dan diagnosis penderita akut abdomen

• Interpretasi pembacaan imaging :

Page 15: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

15

- Akut Abdomen (Identifikasi Udara Bebas, Obstruksi Usus Halus, Ileus, Obstruksi Kolon, Volvulus)

- Upper GI Series - Barium Enema (identifikasi neoplasma, tanda-tanda iskemia) - USG dan CT-Scan Abdomen

• Evaluasi dan penanganan problem luka abdomen (infeksi, eviserasi, fasiitis, dehisensi)

• Koordinasi perawatan pra dan pasca bedah penderita akut abdomen

• Merawat fistel abdomen dan proteksi jaringan sekitar terutama kulit

• Asistensi penutupan laparotomi; menguasai teknik penjahitan

• Evaluasi penderita emergensi dengan problem traktus gastrointestinal

• Asistensi operasi lambung, usus halus, usus besar dan anorektum

• Melakukan operasi:

- Apendektomi - Herniorrhapy inguinal dan umbilikal - Hemoroidektomi - Fisurektomi dan Fistulektomi Anal

- Insisi dan Drenase Abses Perirektal

• Bertanggung jawab terhadap perawatan:

- Pipa nasogastrik - Pipa intestinal (pipa rektum,pipa gastrostomi, pipa jenunostomi) - Drain Intra abdominal - Fistula Intestinal - Kolostomi

• Evaluasi dan penanganan kebutuhan nutrisi penderita bedah sampai fungsi

gastrointestinal normal kembali • Melakukan analisa dan pemeriksaan fisik penderita bedah dengan kelainan hepar dan

saluran empedu • Meminta dan menginterpretasi pemeriksaaan laboratorium dan radiologi untuk evaluasi

pasien dengan ikterus: - Alkali postfatase - SGOT, SGPT, PT dan PTT - USG - ERCP - PTC - MRCP

• Membantu perawatan perioperatif penderita operasi hepatobilier

• Asistensi operasi hepatobilier

• Melakukan anamnesa dan pemeriksan yang tertuju pada kelainanpankreas

• Meminta dan interpretasi pemeriksaan laboratorium dan imaging untuk evaluasi

penyakit pankreas - Amilase dan lipase serum - Amilase urin - CT scan - USG - ERCP

• Membantu penanganan penderita pankreatitis akut

• Membantu penanganan perioperatif penderita yang menjalani pembedahan pankreas

2. Bedah Anak • Manajemen perioperatif malformasi anorektal

• Manajemen perioperatif penyakit Hirscprung

Page 16: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

16

• Manajemen perioperatif stenosis pilorus hipertofi

• Manajemen perioperatifatresia duodenum

• Manajemen perioperatifatresi ileum

• Manajemen perioperatifatresia esofagus

• Manajemen perioperatifomfalokel

• Evaluasi meliputi hetero anamnesa, pemeriksaan fisik penderita dengan kelainan bedah

pada anak • Meminta dan intepretasi pemeriksaan penunjang diagnostik (laboratorium, imaging)

penderita dengan kelainan bedah pada anak • Melakukan tindakan bedah sederhana :

- insisi abses - vena seksi - kolostomi - apendektomi - herniotomi - sirkumsisi

• Mampu mengklasifikasi kelainan kongenital bayi, mengetahui asalnya, dan kebutuhan

tindakan pembedahan : - Stenosis pilorus, malrotasi, atresia intestinal, entero kolitis, nekrotisan, ileus

mekonium, penyakit Hirschprung, anus imperforatus - Hernia diafrakmatika - Hernia umbilikalis dan inguinalis, omfalokel - Gastroskissis - Ektropi buli, Undescended testis, hypospadi - Hidrokel

3. Bedah Onkologi, Kepala dan Leher • Manajemen perioperatifstruma nodosa

• Manajemen perioperatifkarsinoma tiroid

• Manajemen perioperatifkarsinoma rongga mulut

• Manajemen perioperatiftumor kelenjar liur

• Manajemen perioperatifhigroma leher

• Manajemen perioperatiflimfadenopati leher

• Manajemen perioperatiftumor jinak payudara

• Manajemen perioperatiftumor ganas payudara

• Manajemen perioperatifbasalioma

• Manajemen perioperatif melanoma maligna

• Manajemen perioperatif karsinoma sel skwamosa

• Manajemen perioperatif tumor jinak jaringan lunak

• Manajemen perioperatif tumor ganas jaringan lunak

• Melakukan pemeriksaan kepala dan leher termasuk intra oral

• Evaluasi penderita penyakit tiroid dan paratiroid

- Anamnesa - riwayat keluarga - pemeriksaan fisik - pemeriksaan tambahan

• Melakukan perawatan pra dan pasca bedah tiroid dan paratiroid

• Asistensi operasi tiroid dan paratiroid

• Merencanakan secara komprehensi penanganan penderita dengan kelainan tiroid dan

paratiroid

Page 17: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

17

• Evaluasi penderita trauma wajah termasuk fraktur maksilofasial dan laserasi

• Mampu menangani problem jalan nafas secara darurat

- Intubasi - Krikotirotomi - Trakeostomi

• Melakukan terapi sialadenitis

• Merawat luka kontaminasi daerah kepala leher termasuk gigitan binatang

• Melakukan biopsi terbuka kelenjar getah bening, tumor kepala dan leher termasuk rongga

mulut • Melakukan evaluasi benjolan dikepala leher dan merencakan terapi yang tepat

• Meminta dan interpretasi pemeriksaan imaging (X-ray, USG, CT-Scan, MRI) pada kelainan

kepala dan leher • Evaluasi dan terapi abses/ infiltrat daerah kepala leher

• Menegakkan diagnosis fraktur maksilofaksial

• Penanganan perioperatif fraktur maksilofaksial

• Asistensi operasi daerah kepala leher

- operasi kelenjar liur - diseksi leher radikal - fraktur maksilofasial - eksisi kanker rongga mulut

• Melakukan FNA

• Melakukan anamnesa untuk evaluasi penderita dengan kelainan payudara :

- faktor resiko - problem payudara sebelumnya - keluhan pada payudara yang ada

• Melakukan pemeriksaan fisik payudara

• Melakukan prosedur sederhana pada payudara

- FNA tumor payudara - Drainase abses payudara - Cutting needle biopsy tumor payudara - Open biopsy tumor payudara

• Identifikasi tumor payudara (fibroadenoma, fibrokistik,mastitis, dan kanker)

• Interpretasi tanda keganasan pada mammogram (stellate, micro calcification)

• Melakukan eksisi fibroadenoma, fibrokistik payudara

• Mampu memilih dan mengirim spesimen pembedahan untuk pemeriksaan patologi

• Mampu menentukan indikasi pemeriksaan reseptor estrogen dan progesteron

• Edukasi penderita untuk pemeriksaan payudara sendiri

• Mampu melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik penderita dengan tumor kulit

• Mampu membedakan secara klinis antara tumor kulit jinak dan ganas

• Mampu melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik penderita dengan tumor jaringan

lunak • Mampu membedakan secara klinis antara tumor jaringan lunak jinak dengan ganas

• Mampu melakukan biopsi pada tumor ganas kulit dan jaringan lunak

• Mampu melakukan eksisi tumor jinak kulit dan jaringan lunak sederhana.

4. Bedah Kardio thoraks • Manajemen perioperatif hematothoraks

• Manajemen perioperatif pneumothoraks

• Manajemen perioperatif tumor mediastinum

• Manajemen perioperatif trauma jantung

Page 18: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

18

• Evaluasi penderita dengan kelainan thoraks

• Meminta dan interpretasi pemeriksaan penunjang pada kelainan thoraks

• Menegakkan diagnosis dan menentukan penanganan awal dari fraktur kosta, sternum,

skapula, kavikula • Evaluasi panderita yang akan menjalani pembedahan thoraks dengan mempertimbangkan

faktor resiko, macam operasi, fungsi paru-paru dan komplikasi pasca bedah • Managemen persiapan prabedah penderita yang akan dilakukan bedah thoraks

• Mengerjakan :

- Pemasangan chest tube - Thoracocentesis - Kanulasi vena sentral

5. Bedah Vaskular • Manajemen perioperatif oklusi pembuluh darah arteri

• Manajemen perioperatif varises

• Manajemen perioperatif trauma vaskular

• Evaluasi pasien dengan penyakit vaskular

• Asistensi pembedahan varises

• Ligasi dan striping

• Penanganan ulkus varikosis

• Penanganan trombosis vena

• Asistensi operasi amputasi dengan perhatian pada

- level demarkasi - kontrol sepsis

• Mampu melakukan kontrol pembuluh darah menggunakan:

- Klem arteri - Ballone kateter

• Asistensi operasi thromboendarterectomy dan thrombectomy

• Asistensi operasi AV-shunt

• Asistensi operasi simpatektomi

• Melakukan assessment prabedah dan perawatan pasca bedah penderita yang dilakukan

prosedur bedah vaskular 6. Bedah Plastik & Rekonstruksi • Manajemen perioperatif celah bibir

• Manajemen perioperatif celah langit-langit

• Manajemen perioperatif hemangioma

• Manajemen perioperatif kontraktur

• Manajemen perioperatif luka bakar

• Manajemen perioperatif hipospadia

• Manajemen perioperatif trauma wajah

• Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik penderita

• Meminta dan interpretasi pemeriksaan laboratoris dan imaging untuk menunjang

diagnostik • Evaluasi dan terapi luka abrasi dan luka bakar yang sederhana

• Terapi luka terbuka dan luka laserasi

• Membantu penanganan dan perawatan perioperatif kelainan kongenital (celah bibir, celah

langit-langit, hipospadia) • Melakukan perawatan luka

• Melakukan debrideman luka terbuka dan luka bakar

• Membantu resusitasi, evaluasi dan terapi awal penderita luka bakar

Page 19: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

19

• Melakukan operasi tandur kulit

• Melakukan flap kulit lokal sederhana untuk penutupan luka

• Membantu evaluasi dan perencanaan terapi untuk :

- perlukaan tangan - kelainan kongenital - luka bakar

• Manajemen trauma wajah termasuk fraktur maksilofasial danlaserasi

7. Bedah Saraf • Manajemen perioperatif cedera otak

• Manajemen perioperatif cedera korda spinalis

• Manajemen perioperatif meningokel

• Manajemen perioperatif meningokel

• Manajemen perioperatif hidrosefalus

• Manajemen perioperatif tumor otak

• Manajemen perioperatif tumor mielum

• Manajemen perioperatif HNP

• Melakukan anamnesa dan pemeriksaan penderita dengan berbagai tingkat gangguan

kesadaran • Meminta pemeriksaan penunjang diagnosis serta interpretasi pada penderita cedera

kepala • Asistensi prosedur bedah saraf terbatas:Kraniotomi, laminektomi, eksisi tumor, abses,

hematoma, diskus, Shunting pada hidrosefalus • Melakukan pembedahan reparasi laserasi kulit kepala

8. Urologi • Manajemen perioperatif hidrokel

• Manajemen perioperatif varikokel

• Manajemen perioperatif BPH

• Manajemen perioperatif trauma ginjal

• Manajemen perioperatif trauma uretra

• Manajemen perioperatif trauma buli

• Manajemen perioperatif batu saluran kemih

• Anamnesis dan pemeriksaan fisik penderita dengan penyakit bedah urologi

• Melakukan pemeriksaan dan membuat diagnosa banding dari acute scrotum

• Menangani gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa

• Assessment pembesaran prostat pada pemeriksaan colok dubur, termasuk permintaan

pemeriksaan laboratorium dan radiologi • Work up dan merencanakan terapi yang tepat pada kelainan urologi :

- hematuria - obstruktif uropati - infeksi - batu - tumor ginjal - karsinoma prostat

• Melakukan kateterisasi buli

• Melakukan evaluasi diagnosis dan terapi penderita trauma traktus urinarius

• Interpretasi CT-Scan dan USG pada trauma traktus urinarius

• Melakukan operasi torsi testis, varikokel, hidrokel

• Meminta pemeriksaan IVP, CT-Scan, USG pada kasus urologi yang tepat

• Melakukan dan interpretasi uretrogram pada trauma uretra

Page 20: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

20

• Melakukan dan interpretasi sistogram pada trauma buli

• Melakukan sistostomi (troikar dan terbuka)

9. Orthopaedi • Manajemen perioperatif fraktur femur

• Manajemen perioperatif fraktur kruris

• Manajemen perioperatif fraktur pelvis

• Manajemen perioperatif fraktur humeri

• Manajemen perioperatif antebrakii

• Manajemen perioperatif fraktur vertebra

• Manajemen perioperatif osteosarkoma

• Melakukan anamnesa dan pemeriksaaan fisik penderita dengan kelainan orthopaedi :

- trauma - kelainan kongenital - penyakit degeneratif - proses inflamasi - neoplasma

• Meminta dan interpretasi pemeriksaan penunjang diagnosis yang tepat (laboratorium dan

imaging) untuk kelainan orthopaedi : - laboratorium prabedah - X-ray - CT-Scan - MRI

• Melakukan immobilisasi vertebra servikalis

• Melakukan penanganan trauma orthopaedi pada ekstremitas:

- Splinting fraktur tertutup - Reposisi tertutup pada fraktur - Reposisi pada dislokasi - Pemasangan traksi - Pemasangan Casts - Debrideman patah tulang terbuka

• Monitor tanda sindroma kompartmen pada trauma orthopaedi dan melakukan terapi yang

tepat seperti fasiotomi bila ada indikasi • Monitor gejala sindroma emboli lemak dan memberikan terapi yang tepat

• Melakukan aspirasi sendi

• Membantu penanganan amputasi:

- menentukan level amputasi - melakukan amputasi ekstrimitas bawah - rehabilitasi amputasi

TAHAP BEDAH LANJUT III.3.1 Bedah Digestif (K3A3P5)

1. Menangani penderita dengan kelainan bedah pada traktus digestivus karsinoma lambung • karsinoma kolorektal

• karsinoma pankreas

• cedera organ padat intra-abdominal

• cedera organ berongga intra-abdominal

• kolelitiasis/kolestasis

• peritonitis umum

Page 21: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

21

• radang granulomatosa usus

• Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:

- Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah

- Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris, imaging, dan

biopsi ) • Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang

• Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif

• Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya

• Melakukan follow-up penderita

2. Melakukan operasi : • Reseksi dan anastomosis usus

• Penanggulangan trauma hepar

• Penanggulangan perforasi organ berongga

• Splenektomi

• Drenase pankreatitis

• Kolesistektomi/ kolesistektomi laparoskopik

• Gastroenterostomi

• Operasi Miles

• Operasi Hartmann

• Hemikolektomi

• Biliodigestive shunt

• Asistensi operasi : Whipple, reseksi hepar, LAR, advance laparoscopic surgery

• Endoskopi gastrointestinal

III.3.2 Bedah Onkologi, Kepala dan Leher: (K3A3P5) 3. Menangani penderita dengan kelainan bedah onkologi pada • Tumor jinak payudara

• Tumor jaringan lunak

• Tumor jinak kulit

• Karsinoma payudara

• Sarkoma jaringan lunak

• Karsinoma kulit

4. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara: • Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah

• Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris, imaging, dan

biopsi) 5. Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang 6. Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif 7. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya 8. Melakukan follow-up penderita 9. Melakukan operasi : • Mastektomi simpel

• Mastektomi modifikasi radikal

• Mastektomi radikal

• Eksisi luas karsinoma kulit non melanoma

• Eksisi luas melanoma maligna

• Eksisi luas sarkoma jaringan lunak

Page 22: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

22

10. Menangani penderita dengan kelainan bedah pada Kepala dan Leher • Karsinomarongga mulut

• Tumor parotis

• Karsinomatiroid

• Limfadenopati

• Tumor jinak rongga mulut

• Tumor jinak jaringan lunak

• Ameloblastoma

• Higroma leher

• Struma

• Kista odontogenik

• Ranula

• Kista brankiogenik

• Kista duktus tiroglosus

• Trauma jaringan lunak wajah

• Fraktur nasal

• Fraktur maksila

• Fraktur zigoma

• Fraktur mandibula

11. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara: • Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah

• Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris, imaging, dan biopsi)

12. Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang 13. Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif 14. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya 15. Melakukan follow-up penderita 16. Melakukan operasi : • Ismolobektomi

• Tiroidektomi total

• Parotidektomi

• Maksilektomi

• Hemiglosektomi

• Reseksi mandibula

• Eksisi luas dan rekonstruksi sederhana

• Asisten Radical Neck Dissection (RND)

• Eksisi parsial + marsupialisasi ranula

• Eksisi tumor jaringan lunak

• Eksisi tumor jinak rongga mulut

• Ekskokleasi kista odontogenik

• Eksisi higroma, kista brankiogenik

• Prosedur Sistrunk (kista duktus tiroglosus)

• Reposisi dan osteosintesis fraktur maksilofasial

• Repair trauma jaringan lunak wajah

III.3.3 Bedah Anak (K3A3P5) 1. Mengelola penderita dengan kelainan bedah anak • Neonatal sepsis

• Tumor ginjal

• Intussusepsi

Page 23: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

23

• Neonatal peritonitis

• Necrotising enterocolitis

• Atresia esofagus

• Stenosis pilorik hipertrofi

• Atresia duodenum

• Stenosis duodenum

• Pankreas anulare

• Atresia/ stenosisjejuno ileal Meconium ileus

• Malformasi anorektal

• Penyakit Hischprung

• Kriptor kismus

• Hipospadia

• Omfolakel, gastroskisis

• Patent omphalomesenteric duct

• Malrotasi usus halus

2. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara: • Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah

• Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris, imaging, dan biopsi)

3. Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang 4. Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif 5. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya 6. Melakukan follow-up penderita 7. Melakukan operasi : • Kolostomi penutupan stoma pada neonatus

• Operasi invaginasi laparotomi

• Operasi atresia ani letak rendah

• Operasi omfalokel kecil

• Piloromiotomi

• Reseksi dan anastomosis usus

• Gastroschizis (pemasangan gastroschizis bag)

• Orkidopeksi

• Kordektomi

• Hidrokel

• Heniotomi

• Apendektomi

• Atresia ileum (Santuli)

• Gastrostomi

III.3.4 Kardiothoraks

1. Mengelola penderita dengan kelainan bedah kardiothoraks: • Pneumothoraks

• HematoThoraks

• Flail chest

• Tamponade jantung

• Luka tusuk dinding Thoraks

• Patah tulang iga

2. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara: • Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah

• Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris, imaging, dan biopsi)

Page 24: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

24

3. Memberikan terapi, termasuk merencakan terapi penunjang 4. Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif 5. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya 6. Melakukan follow-up penderita (rehabilitasi) 7. Melakukan operasi : • Torakotomi trauma

• Osteosintesis iga

III.3.5 Bedah Vaskular 1. Mengelola penderita dengan kelainan dan penyakit vaskular yaitu: • Deep Vein Thrombosis (DVT)

• Emboli arteri akut

• Fistula AV (Cimino)

• Penyakit Buerger & penyakit arteri perifer obstuktif (PAPO)

• Varises

• Gangren diabetik

2. Melakukan operasi: • Stripping varises

• A-V shunt

• Embolektomi

• Anastomosis pembuluh darah

III.3.6 Bedah Plastik& Rekonstruksi (K3A3P5) 1. Mengelola pasien dengan kelainan dibidang bedah plastik& rekonstruksi : • Keloid

• Kontraktur

• Sumbing bibir

• Celah langit-langit

• Luka bakar

• Hipospadia

• Fraktur maksilofasial

2. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara: • Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah

• Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris, imaging, dan biopsi )

3. Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang 4. Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif 5. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya 6. Melakukan follow-up penderita 7. Melakukan operasi : • Labioplasti

• Osteosintesis fraktur maksilofasial

• Penanganan konservatif dan operatif pada luka bakar

• Release kontraktur

III.3.7. Bedah Syaraf (K3A3P5) 1. Megelola penderita dengan kelainan bedah syaraf: • Fraktur impresi tengkorak

• Fraktur basis kranii

• Cedera kepala ringan

Page 25: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

25

• Cedera kepala sedang

• Hematom epidural

• Cedera sumsum tulang belakang

2. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara: • Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah

• Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris,imaging)

3. Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang 4. Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif 5. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya 6. Melakukan follow-up penderita 7. Melakukan operasi : • Burr hole hematoma epidural

• Elevasi fraktur depresi tulang tengkorak

• Reposisi frakturimpresi

III.3.8. Urologi (K3A3P5) 1. Mengelola penderita dengan kelainan bedah Urologi: • Karsinoma penis

• Tumor testis

• Tumor ginjal

• Varikokel

• Pionefrosis

• Fournier gangrene

• Vasektomi

• Batu saluran kemih

• Hidrokel

• Benign prostat hyperplasia ( BPH )

• Karsinoma prostat

• Torsio testis

• Ruptur uretra

• Ruptur buli-buli

• Trauma ureter

• Trauma ginjal

• Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:

- Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah - Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris,imaging dan

biopsi) • Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang

• Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif

• Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya

• Melakukan follow-up penderita

2. Melakukan operasi : • Nefrostomi

• Prostatektomi terbuka

• Nefrektomi

• Orkhidektomi

• Orkidopeksi

• Repair uretra anterior, buli-buli, ureter, ginjal

Page 26: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

26

• Ligasi tinggi pada varikokel

• Vesikolitotomi, ureterolitotomi, pielolitotomi

• Amputasi penis

• Vasektomi

III.3. 9 Orthopaedi (K3A3P5) 1. Menangani penderita dengan kelainan bedah Orthopaedi • Tumor jinak tulang

• Patah tulang terbuka

• Fraktur kompresi vertebra

• Fraktur klavikula

• Fraktur humerus

• Fraktur suprakondiler humeri

• Dislokasi siku akut

• Dislokasi bahu akut

• Dislokasi panggul akut

• Fraktur antebrakii

• Fraktur olekrenon

• Fraktur Colles

• Fraktur femur

• Fraktur patella

• Fraktur kruris

• Ruptur tendon akhiles

2. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara: • Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah

• Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris,imaging, dan biopsi )

3. Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang 4. Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif 5. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya 6. Melakukan follow-up penderita 7. Melakukan operasi : • Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF)

- Nailing femur - Plate & screw : tibia, radius, ulna, humerus, klavikula - Tension band wiring (TBW) pada olecranon dan patella

• Eksisi tumor jinak tulang

• Biopsi tulang

• Disartikulasi sendi besar: pangul, bahu, lutut

• Tendon repair

III.4. Dinas di rumah sakit satelit sebagai Chief Resident 1. Melakukan manajerial pengelolaan penderita bedah di poliklinik, kamar operasi, bangsal,

instalasi rawat darurat, dan kamar terima bedah. 2. Melakukan pelayanan bedah di rumah sakit satelit atau afiliasi. 3. Melakukan pelayanan konsultasi untuk Bagian-Bagian lain di Rumah Sakit Pendidikan dan

Rumah Sakit Satelit 4. Melakukan kegiatan mendidik yaitu memberikan bimbingan mengenai ilmu bedah umum

pada mahasiswa fakultas kedokteran dan siswa perawat

Page 27: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

27

III.5. Penelitian dan Publikasi hasil penelitian 1. Melakukan penelitian dan penulisan hasil penelitian sebagai materi tesis. 2. Melakukan publikasi tesis secara oral dan tertulis melalui jurnal ilmiah bedah terakreditasi.

i. Level kompetensi keterampilan dokter spesialis bedah

NO TINGKAT KOMPETENSI PENCAPAIAN KOMPETENSI

(JUMLAH KASUS)

TINGKAT KOMPETENSI

1 2 3 4

1 I

TAHAP PENDIDIKAN BEDAH DASAR Bedah Digestif a. Rektoskopik/Anuskopik (+ trauma) 6

b. Gastrotomi sementara, permanen 6 c. Kolostomi/sigmoidostomy (+ trauma) 6 d. Appendektomi terbuka 6 e. Drainase abses appendik 6 f. Hemoroidektomi 6 g. Herniorafi 6

Page 28: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

28

NO TINGKAT KOMPETENSI

PENCAPAIAN KOMPETENSI

(JUMLAH KASUS)

TINGKAT KOMPETENSI

1 2 3 4

1 I

TAHAP PENDIDIKAN BEDAH DASAR Bedah Anak

a. Pembuatan stoma / eksteriorisasi (+ Trauma)

b. Sigmoidostomi / kolostomi 6

c. Appendektomi 6 d. Polipektomi rektal 6 e. Herniotomi 6 f. Ligasi tinggi hidrokel 6 g. Circumsisi 6 h. Businasi 6 i. Eksisi kista Baker 6

Bedah Onkologi, Kepala dan Leher a. Biopsi insisional dan eksisional semua jaringan 6 b. Eksisi bursitis 6 c. Eksisi tumor jinak mamma 6 d. Eksisi tumor jinak mamma lainnya 6 e. e. Drainase mastitis 6 f. Eksisi tumor jinak kulit / jaringan lunak lainnya 6 g. Flap kulit & otot 6 h. Insisi abses maksilofasial & drainase 6 i. Insisi flegmon dasar mulut & drainase 6 j. Trakheostomi / cricothyreotomi (darurat, elektif)

(+ Trauma) 6

k. Tindakan pada trauma jaringan lunak wajah /

Debridement (+ Trauma) 6

l. Ekstirpasi tumor jaringan lunak di daerah Kepala Leher 6 Bedah Toraks-Kardiovaskular

a. Insersi akses vena sentral (CVC) 6 b. Operasi jendela toraks / torakostomi 6 c. Perawatan varises non bedah 6 d. Pemasangan WSD / drainase toraks (+ Trauma) 6 e. Perawatan trauma toraks konservatif (+ Trauma) 6 f. Vena seksi 6 g. Punksi / kanulasi arteri perifer, arteriol seksi 6

Bedah Urologi a. Sistostomi, Punksi buli-buli (+ Trauma) 6 b. Insisi dan drainase infiltrat urin 6 c. Vasektomi 6 d. Kateterisasi (+ Trauma) 6

Bedah Plastik dan Rekonstruksi a. Debridement luka bakar (+ Trauma) 6 b. Labioplasti 6

Page 29: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

29

NO TINGKAT KOMPETENSI

PENCAPAIAN KOMPETENSI

(JUMLAH KASUS)

TINGKAT KOMPETENSI

1 2 3 4

1 I

TAHAP PENDIDIKAN BEDAH DASAR Bedah Orthopaedi

a. Debridement fraktur terbuka gr I-II-III (+ Trauma) 6 b. Reparasi tendon & otot (+ Trauma) 6 c. Reposisi tertutup dan immobilisasi (+ Trauma) 6 d. Perawatan CTEV konservatif (Pemasangan cast ) 6 e. Pemasangan traksi skeletal pada tibia & kalkaneus (+

Trauma) 6

f. Pemasangan traksi kulit (+ Trauma) 6 Bedah Saraf

a. Jahit saraf perifer (anastomosis) (+ Trauma 6

2 II

TAHAP PENDIDIKAN BEDAH LANJUT

Bedah Digestif

a. Splenektomi dan splenorafi (+ Trauma) 6 b. Gastroenterostomi 6 c. Reseksi dan anastomosis usus (+ Trauma) 6 d. Bypass enterotomi 6 e. Reposisi (milking) 6 f. Ileostomi 6 g. Penutupan stoma (tutup kolostomi / ileostomi) 6 h. Penutupan perforasi saluran cerna sederhana (Trauma) 6 i. Fistulotomi, Fistulektomi / eksisi fistel perianal 6 j. Kolesistektomi terbuka 6 k. Adhesiolisis 6 l. Repair burst abdomen 6

Bedah Anak a. Spleenektomi (+ Trauma) 6 b. Ileostomi 6 c. Penutupan perforasi saluran cerna sederhana (+ Trauma) 6 d. Operasi kelainan umbilicus / eksisi sinus umbilicus 6 e. Detorsi torsio testis & orkidopeksi 6

Bedah Onkologi, Kepala, dan Leher a. Salphingo oophorektomi bilateral pada kanker payudara 6 b. Eksisi luas (termasuk amputasi ekstrimitas) 6 c. Operasi tumor jaringan lunak 6 d. Subtotal tiroidektomi 6 e. Ekstirpasi kista duktus tiroglosus (Sistrunk prosedur) 6 f. Ekskokleasi epulis 6 g. Diseksi tumor submandibula 6 h. Operasi tumor jaringan lunak ( kista dermoid, higroma

leher, dll ) 6

i. Eksisi & marsupialisasi ranula 6 j. Angkat plate 6 k. Flap kulit 6 l. Angkat wire 6

Page 30: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

30

NO TINGKAT KOMPETENSI

PENCAPAIAN KOMPETENSI

(JUMLAH KASUS)

TINGKAT KOMPETENSI

1 2 3 4

2 II

TAHAP PENDIDIKAN BEDAH LANJUT

Bedah Toraks-Kardiovaskular

a. Rekonstruksi vaskular perifer (+ Trauma) 6 b. Embolektomi perifer/ trombektomi (+ Trauma) 6 c. Kliping kosta, wiring (+ Trauma) 6 d. Debridement, amputasi gangren diabetik atau penyakit

y.l. 6

e. Eksisi hemangioma 6 Bedah Urologi

a. Drainase pionefrosis 6 b. Nefrostomi 6 c. Reparasi ruptur buli - buli (+ Trauma) 6 d. Urethralitotomi/ meatolitotomi 6 e. Insisi perirenal abses 6 f. Hidrokelektomi 6 g. Orkhidektomi unilateral (+ Trauma) 6

Bedah Plastik dan Rekonstruksi a. Tandur alih kulit 6

Bedah Orthopaedi a. Amputasi/disartikulasi (+ Trauma) 6 b. Reduksi tertutup fraktur antebrachii, metakarpal, wrist,

finger (+ Trauma) 6

c. Reduksi tertutup fraktur Humerus, elbow,shoulder (+

Trauma) 6

Bedah Saraf a. Boor hole (+trauma) 6

3 III

TAHAP PENDIDIKAN BEDAH “Chief Residen” Bedah Digestif

a. Gastrektomi (partial) 6 b. Divertikulektomi 6 c. Hemikolektomi 6 d. Reseksi Anterior, sigmoidektomi, " Low Anterior

Resection 6

e. Reparasi Volvulus 6 f. Appendektomi per laparoskopi 6 g. Penanggulangan trauma hepar (darurat) (+ Trauma) 6 h. Kolesistektomi per laparoskopi 6 i. Drenase pankreatitis (darurat) (+ Trauma) 6 j. Pankreatektomi distal (darurat) (+ Trauma) 6 k. Laparotomi, Torako-laparotomi (darurat dan elektif) (+

Trauma) 6

l. Eksisi luas tumor dinding abdomen 6 m. Reparasi Hernia Diafragmatika (+ Trauma) 6

Page 31: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

31

NO TINGKAT KOMPETENSI

PENCAPAIAN KOMPETENSI

(JUMLAH KASUS)

TINGKAT KOMPETENSI

1 2 3 4

3 III

TAHAP PENDIDIKAN BEDAH “Chief Residen” Bedah Anak

a. Kordektomi + urethroplasty 6 b. Eksisi limfangioma 6 c. Operasi piloromiotomi 6 d. Operasi invaginasi (reposisi) (+ Trauma) 6 e. Anastomosis tarik trobos/ SOAVE 6 f. Fistulektomi / eksisi fistel anal 6 g. Anoplasti sederhana (cut back) 6 h. Reparasi Hernia Diafragmatika (+ Trauma) 6 i. Laparotomi, Torako - laparotomi (+ Trauma) 6 j. Eksisi dinding perut 6 k. Selioplasti 6 l. Total Nefrektomi (+ Trauma) 6

Bedah Onkologi, Kepala dan Leher a. Mastektomi simpel 6 b. Modifikasi mastektomi radikal (MRM) 6 c. Mastektomi radikal 6 d. Subkutan mastektomi 6 e. Eksisi luas dan rekonstruksi sederhana 6 f. Total-subtotal lobektomi 6 g. Total tiroidektomi 6 h. Hemiglossektomi/ partial glossektomi 6 i. Repair fraktur nasal (+ Trauma) 6 j. Parotidektomi (total, superfisial, radikal) 6 k. Eksisi kista branchial 6 l. Repair fraktur zigoma (reduksi tertutup) (+ Trauma) 6 m. Repair fraktur zigoma (reduksi terbuka) (+ Trauma) 6 n. Repair fraktur maksila, mandibula (reduksi tertutup) (+

Trauma) 6

o. Repair fraktur maksila, mandibula (reduksi terbuka) (+

Trauma) 6

p. Reseksi mandibula 6 q. Osteotomi 6 r. Eksisi osteochondroma 6 s. Ekstraksi corpus alienum 6

Page 32: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

32

NO TINGKAT KOMPETENSI

PENCAPAIAN KOMPETENSI

(JUMLAH KASUS)

TINGKAT KOMPETENSI

1 2 3 4

3 III

TAHAP PENDIDIKAN BEDAH “Chief Residen” Bedah Toraks-Kardiovaskular

a. Torakotomi (darurat dan elektif) (+ Trauma) 6 b. Simpatektomi lumbal / simpatektomi periarterial 6 c. Perikardiosentesis terbuka (+ Trauma) 6 d. Stripping varises, eksisi varises, ligasi – komunikan 6 e. Eksisi pseudoaneurisma 6 f. Eksisi teleangiektasis 6 g. Operasi A-V shunt (Brecia - Cimino) 6 h. Reseksi iga (+ Trauma) 6 i. Fiksasi internal iga (+ Trauma) 6

Bedah Urologi a. Nefrolitotomi 6 b. Nefrektomi parsial (+ Trauma) 6 c. Nefrektomi total (+ Trauma) 6 d. Ureterolitotomi 1/3 tengah & proximal 6 e. Ureterostomi eksterna (darurat) (+ Trauma) 6 f. Repair ureter (+ Trauma) 6 g. Prostatektomi terbuka 6 h. Repair Kriptorkhismus & orkhidopeksi 6

Bedah Plastik dan Rekonstruksi a. Eksisi keloid 6 b. Release kontraktur kulit & soft tissue 6

Bedah Orthopaedi a. Sekwesterektomi / guttering 6 b. Reduksi Terbuka dan fiksasi interna (ORIF) : Plate, Screw

& Wire (+ Trauma) 6

c. Tension band wiring (tbw) (+ Trauma) 6 d. Fiksasi eksternal patah tulang panjang (+ Trauma) 6 e. Pemasangan Nailing (+ Trauma) 6

Bedah Saraf 6 a. Trepanasi (+ Trauma) 6 b. Reposisi fraktur impresi cranium (+ Trauma) 6 c. Eksisi meningokel 6

Tingkat kemampuan / kompetensi dibagi menjadi 4, yakni : Tingkat 1 : mengetahui dan menjelaskan Tingkat 2 : pernah melihat atau pernah didemonstrasikan Tingkat 3 : pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi Tingkat 4 : mampu melakukan secara mandiri

Page 33: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

33

ii. Kompetensi afektif

Kompetensi Tingkat Capaian

Kompetensi

Kompetensi Umum 1 2 3 4

Etika Profesionalisme Etika profesionalisme Peserta didik Bedah adalah untuk menjadi Dokter Spesialis Bedah yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat yang mempunyai kemampuan yang baik:

1. Sikap terhadap penderita 2. Sikap terhadap Staf pendidik & Kolega 3. Sikap terhadap paramedis dan non paramedis 4. Disiplin dan tanggung jawab 5. Ketaatan pengisian dokumen medik 6. Ketaatan tugas yang diberikan 7. Ketaatan melaksanakan pedoman penggunaan obat dan

alat

< 60 60-69 70-79 > 80

Komunikasi Efektif Komunikasi terhadap kolega, pasien/ keluarga, paramedis dan staf pengajar dilakukan dengan :

1. Jujur 2. Terbuka 3. Bersikap baik

< 60 60-69 70-79 > 80

Kemampuan Kerjasama 1. Kerjasama yang baik antara kolega, dokter, perawat,

karyawan kesehatan, pasien dan keluarga pasien 2. Bisa bekerjasama dalam bentuk tim secara harmonis

untuk pelayanan secara optimal

< 60 60-69 70-79 > 80

Patient Safety Mengikuti kaidah-kaidah Patient Safety IPSG 1-6: Identifikasi, Cuci tangan, Time Out, Komunikasi efektif, Pencegahan Infeksi, Pemberian Obat.

< 60 60-69 70-79 > 80

IV. Evaluasi / Evaluation of Trainning Process

Sistem evaluasi pencapaian kompetensi dibahas dan dijelaskan dalam Standar Uji Kompetensi

Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Indonesia (yang dibuat komisi ujian).

V. Daftar Pustaka

1. Norman S. Williams, Christopher J. K. Bulstrode, P. Ronan O'Connell (Editor).

Bailey & Love's Short Practice of Surgery. 26th edition. Hodder Arnold UK.

2. Jeffrey Norton, Philip S. Barie, Ralph R. Bollinger, Alfred E. Chang, Stephen Lowry,

Sean J. Mulvihill, Harvey I. Pass, Robert W. Thompson (Editor). Surgery: Basic

Science and Clinical Evidence. 19th edition. Springer.

Page 34: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIAppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/...bedah onkologi, kepala dan leher, serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah

34

3. F. Brunicardi, Dana Andersen, Timothy Billiar, David Dunn, John Hunter, Jeffrey

Matthews, Raphael E. Pollock (Author). Schwartz's Principles of Surgery, Tenth

Edition. McGraw-Hill.

4. Hugh Dudley, David C. Carter, R.C.G. Russell (Editor). Atlas of General Surgery.

Butterworth-Heinemann ELBS.

5. Robert M. Zollinger, Jr. and E. Christopher Ellison. Zollinger's Atlas of Surgical

Operations. 9th edition. McGraw-Hill Education.

6. De Jong, Sjamsuhidajat. Buku ajar Ilmu Bedah Indonesia 3rd ed.

7. Sabiston DC (editor). Textbook of surgery. 19th ed. Philadelphia: WB Saunders

Company

8. RACS (2011) Royal Australian College of Surgeons, Surgical Competence and

Performance. www.Surgeons.Org

9. Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia, 2012

Penutup

Lulusan Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah adalah tenaga profesional yang

akan mengabdi di masyarakat dalam berbagai pengabdian dan pelayanan. Menciptakan

tenaga kualitas yang profesional tersebut menjadi tanggung jawab bersama baik institusi

pendidikan maupun organisasi profesi. Karena itu sinergi dan kualitas yang dibangun oleh

dua lembaga tersebut sangat dibutuhkan.

Kolegium ilmu bedah indonesia selaku organisasi profesi yang mengatur kurikulum dan

evaluasi sistem pendidikan dokter spesialis bedah di Indonesia bertugas untuk menjamin

perbaikan kualitas pendidikan dan kompetensi yang harus dicapai oleh masing-masing

lulusan pendidikan dokter spesialis bedah. Uji komptetensi yang dilaksanakan oleh KIBI

merupakan salah satu langkah dalam menentukan standar lulusan spesialis bedah, selalu

mengalami perkembangan dan peningkatan kualitas yang berkesinambungan sehingga buku

pedoman ini secara periodik akan dikaji serta diperbaiki agar dapat memfasilitasi

perkembangan dan kebutuhan peningkatan kualitas demi terwujudnya pelaksanaan uji

kompetensi yang kredibel, akuntabel dan transparan. Dengan demikian diharapkan dokter

spesialis bedah yang dihasilkan dapat menghadirkan kualitas kesehatan yang lebih baik di

masa depan.