sri sultan hamengkubuwono ix

42
SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO IX Kelompok 5 1. Alfi Soka Hananti 2. Anindita Irvan W 3. Assa Sinara Herdiananta 4. Haris Nur Mustofa 5. Juan Antonio Budi 6. Miranti Rohmanda 7. Rahma Irhamnia

Upload: haris-nur-mustofa

Post on 14-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugas sejarah

TRANSCRIPT

Page 1: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO IX

Kelompok 5

1. Alfi Soka Hananti

2. Anindita Irvan W

3. Assa Sinara Herdiananta

4. Haris Nur Mustofa

5. Juan Antonio Budi

6. Miranti Rohmanda

7. Rahma Irhamnia

Page 2: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

A. BIOGRAFI SINGKATSri Sultan Hamengkubuwono IX adalah anak kesembilan

dari Sultan Hamengkubuwono VIII dengan istri kelimanya RA Kustilah/Adipati Anum Amangku Negara/Kanjeng Alit.

Ia lahir pada masa pemerintahan Belanda di Ngayogyakarta Hadiningrat (sekarang Yogyakarta) pada 12 April 1912 dengan nama Bendoro Raden Mas Dorodjatun di Ngasem. 

Sebagai keturunan langsung dari Sultan, ia diangkat menjadi Raja Kesultanan Yogyakarta ke-9 mulai 18 Maret 1940 sampai menghembuskan nafas terakhirnya di usia 76 tahun pada 2 Oktober 1988 di Amerika.

Saat itu ia diberi gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga.

Page 3: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Di bawah pimpinan Hamengkubuwono IX inilah Yogyakarta banyak mengalami perubahan. Ia sangat berani dan dengan tegas menentang kaum penjajah. Ia bersemangat memperjuangkan nasib rakyat Yogyakarta agar segera meraih otonomi sendiri.

4 tahun waktunya dihabiskan untuk bernegosiasi dengan Dr Lucien Adam selaku Diplomat Senior Belanda. Kemudian, di masa penjajahan Jepang, ia berada paling depan dalam menolak pengiriman romusha yang mengadakan proyek lokal saluran irigasi Selokan Mataram.

Hamengkubuwono IX yang jengah terhadap intimidasi haus akan kemerdekaan. Ia lantas mendorong pemerintah RI agar bisa merdeka dan memberi status Istimewa bagi Yogyakarta. Perjuangannya bersama Paku Alam IX menjadi penguasa lokal pertama yang menggabungkan diri ke Republik Indonesia pun terwujud.

Ia diangkat menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pertama oleh Presiden Soekarno tepat di Hari Proklamasi pada 17 Agustus 1945. Jabatan itu diembannya hingga akhir hayat, yang dibantu Paku Alam VII selaku Pejabat Gubernur.

Page 4: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Mulai 2 Oktober 1946 sampai 27 Juni 1947, Hamengkubuwono IX dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Negara pada kabinet Sjahrir III. Ia diangkat lagi dalam Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II pada 3 Juli 1947 - 11 November 1947, yang dilanjutkan hingga 28 Januari 1948.

Di masa ini, Jakarta dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda I yang dilaksanakan pada 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947, Hamengkubuwono IX mengajak Presiden untuk memimpin Indonesia dari Yogyakarta. 

Jabatan di Kementerian terus dipercayakan kepadanya. Dari Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949) dan Menteri Pertahanan pada masa RIS (20 Desember 1949 - 6 September 1950). Setelah itu dalam Kabinet Natsir (6 September 1950 - 27 April 1951), ia diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri Indonesia menggantikan Abdul Hakim.

Konsentrasi Hamengkubuwono IX tidak hanya pada kesejahteraan dan ekonomi rakyat. Di bidang pendidikan, Sultan yang pernah mencicipi bangku Frobel School (setara TK) asuhan Juffrouw Willer di Bintaran Kidul, Eerste Europese Lagere School (1925), Hogere Burger School (HBS, setingkat SMP dan SMU) di Semarang dan Bandung (1931), serta Rijkuniversiteit Leiden, jurusan Indologie (ilmu tentang Indonesia) kemudian ekonomi ini juga sangat menaruh perhatian.

Page 5: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Ia juga disebut-sebut sebagai salah satu founding father Universitas Gadjah Mada sejak mulai pendirian Balai Perguruan Tinggi UGM pada 17 Februari 1946 sampai pendirian UGM pada 19 Desember 1949, hingga berubah menjadi Universitiet Negeri Gadjah Mada sampai menjadi Universitas Gadjah Mada di tahun 1954. Atas usahanya, ia dipilih menjadi Ketua Dewan Kurator UGM tahun 1951.

Di bidang olahraga, mantan Ketua Dewan Pariwisata Indonesia (1956), mantan delegasi Indonesia di PBB urusan pariwisata (1963 dan 1968) ini dipercaya menjadi Ketua Federasi ASEAN GAMES (1958) dan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) pada 1968. 

Pengalaman dan kecerdasannya juga dimanfaatkan secara penuh di bidang ekonomi ketika kembali di Kementerian menjadi Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan pada 5 Juli 1959 dan Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi 11 pada Maret 1966.

Jabatan itu kemudian berganti nama pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Ia diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI pertama masa jabatan 25 Juli 1966 - 17 Oktober 1967, yang kemudian digantikan oleg Ali Wardhana.

Page 6: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Hamengkubuwono IX yang juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia dan pernah menjabat sebagai ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1968), dipilih untuk mendampingi Presiden Soeharto sebagai Wakil Presiden RI ke-2 menggantikan Mohammad Hatta pada 24 Maret 1973 - 23 Maret 1978. Jabatan itu dilanjutkan Adam Malik di periode berikutnya.

Dalam kehidupan pribadinya, Hamengkubuwono IX tercatat pernah 5 kali menikah. Istri pertamanya adalah BRA Pintakapurnama/KRA Pintakapurnama pada tahun 1940. Kemudian RA Siti Kustina/BRA Windyaningrum/KRA Widyaningrum/Ray Adipati Anum, putri R.W. Purwowinoto pada tahun 1943. Ketiga, Raden Gledegan Ranasaputra/KRA Astungkara, putri Raden Lurah Ranasaputra dan Sujira Sutiyati Ymi Salatun di tahun 1948. Keempat, KRA Ciptamurti, dan yang terakhir Norma Musa/KRA Nindakirana, putri Handaru Widarna di tahun 1976. Dari pernikahan itu, Hamengkubuwono IX dikaruniai 15 putra dan 7 putri.

Page 7: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Tepat tanggal 2 Oktober 1988 malam, Gubernur terlama yang menjabat di Indonesia (1945-1988) dan Raja Kesultanan Yogyakarta terlama (1940-1988) ini menghembuskan nafas terakhirnya di George Washington University Medical Center, Amerika.

Jenazahnya lalu dibawa kembali ke tanah air dan dikebumikan di kawasan pemakaman para Sultan Mataram di Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Page 8: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Gambar 1. Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Page 9: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Gambar 2. Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Ketika masih muda

Page 10: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

B. BENTUK PERJUANGANSri Sultan Hamengkubuwono IX sangat merespon

baik proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945yaitu dengan terbitnya maklumat 5 September 1945. Dengan maklumat 5 Spetember 1945 yang telah mendapat persetujuan Soekarno sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia dapat diartikan bahwa Yokyakarta adalah bagian dari wilayah kesatuan republik Indonesia.

Selanjutnya dia tetap konsisten dengan keputusannya untuk bergabung dengan RI dengan upaya totalnya mempertahankan kemerdekaan. Pada tahun 1946, Belanda menduduki Jakarta. Sebagai Sultan ia meminta Soekarno untuk memindahkan ibukota negara ke dari Jakarta ke Yogyakarta selama masa revolusi.

Page 11: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Totalitasnya ditunjukkan dengan pengorbanannya dalam membiayai negara, yang pada awal kemerdekaannya belum memiliki negara untuk membiayai penyelenggaraan negara. Disini Sultan memberikan bantuan pada negara berupa memberikan beberapa uang gulden untuk membiayai semua keperluan negara pada masa-masa sulit seperti itu. Apapun dilakukannya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sosoknya yang tidak banyak bicara lebih memilih diam ketika ditanya tentang fakta sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949, demi keutuhan negara RI. Hal ini menujukkan ia tidak membutuhkan nama untuk eksistensinya. Namun dengan sikapnya yang demikian, membuat orang semakin simpati kepada. Makin banyak orang mengelu-elukan dirinya sebelum maupun setelah dia meninggal.

Kapasitasnya sebagai meteri pertahanan mengantarkan Indonesia untuk mewakili Indonesia dalam sebuah upacara penyerahan kedaulatan RI. Pada tahun 1949 terjadi pertempuran antara RI dengan Belanda. Selaku Menteri Pertahanan ia memprakarsai Serangan Umum 1 Maret setelah ia berkoordinasi dengan Soeharto yang menjadi eksekutor dalam peristiwa tersebut.

Page 12: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Jasa-jasa Sultan yang begitu besar terhadap bangsa dan negara hanya bisa dihargai dengan memberikan gelar pahlawan nasional kepadanya dan anugerah Yogyakarta sebagai Kota Revolusi.

Selain itu awal kemerdekaan Republik Indonesia ditandai dengan pembacaan Proklamasi oleh Soekarno di lapangan Banteng Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini disambut baik oleh segenap masyarakat Indonesia di seantero Nusantara. Begitu juga Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX, ketika mendengar tentang kemerdekaan Indonesia dia langsung mengirim surat kawat (telegram) kepada Soekarno yang memberikan selamat atas kemerdekaan Indonesia dan mendukung sepenuhnya lahirnya Republik Indonesia. Telegram ini merupakan suatu pertanda penyatuan dua negara, antara negara Kesultanan Yogyakarta dan negara Republik Indonesia. Kemudian Sri Sultan HB IX mengeluarkan amanat pada tanggal 5 September 1945, yang intinya Kesultanan Yogyakarta melebur dalam satu kesatuan Republik Indonesia. Pada tahun 1949, ada sebuah peristiwa yang dinamakan Operasi Janur Kuning (sekarang dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949). Dinamakan demikian karena operasi yang dipimpin oleh Soeharto memakai janur kuning sebagai tanda, operasi itu terpusat di kota Yogyakarta untuk mengusir pemerintahan Belanda. Pada peristiwa itu peran Sri Sultan HB IX sangat penting karena dia merelakan keratonnya sebagai tempat persembunyian tentara Republik Indonesia ketika mereka dikejar-kejar oleh Belanda.

Page 13: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Disamping itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX juga memperjuangkan terwujudnya integrasi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan RI.

Sehari setelah proklamasi kemerdekaan yang dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh dwi-tunggal prolamator di Jakarta, Sultan Hamengku Buwono IX mengirimkan telegram kepada Soekarno-Hatta ucapan selamat atas terbangunnya Negara Republik Indonesia. Tanggal 20 Agustus 1945, Sultan Hamengku Buwono IX kembali mengirimkan telegram yang kedua berisi “sanggup berdiri di belakang pimpinan Paduka Yang Mulia”. Pernyataan ini selalu diikuti oleh Paku Alam VIII, yang menunjukkan betapa kedua tokoh ini menunjukan semangat revolusioner mendukung kemerdekaan Indonesia.

“…baru tanggal 5 September saya berani berbicara atas nama rakyat di sini. Saya menyatakan demikian itu oleh karena perhitungan saya, dus keyakinan saya bahwa suatu waktu Belanda akan datang di Yogya. Kalau itu terjadi maka dengan pernyataan itu saya tidak bisa diadu domba dengan para intelektuil, para politisi, dan rakyat di Yogyakarta ini. Itu perhitungan saya, untuk menyatakan bahwa Yogya itu adalah bagian dari pada Republik Indonesia”(Disalin sesuai aslinya dari buku Biografi Pahlawan Nasional Sultan Hamengku Buwono IX)

Page 14: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Adapun isi dari Amanat Sri Sultan HB IX 5 September 1945 secara lengkap yakni:

“Kami Hamengku Buwono IX Sultan Negeri Ngayogyokarto Hadiningrat menyatakan:

Pertama, Bahwa Negeri Ngayogyokarto Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah Daerah Istimewa dari Negara Republik Indonesia. Kedua, Bahwa kami sebagai Kepala Daerah memegang segala kekuasaan dalam Negeri Ngayogyokarto Hadiningrat, dan oleh karena itu berhubung dengan keadaan pada dewasa ini segala urusan pemerintahan dalam Negeri Ngayogyokarto Hadiningrat mulai saat ini berada di tangan kami dan kekuasaan-kekuasaan lainnya kami pegang seluruhnya. Ketiga, bahwa perhubungan antara Negeri Ngayogyokarto Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia bersifat langsung dan kami bertanggungjawab atas negeri kami langsung kepada Presiden Republik Indonesia”.

Page 15: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Revolusi kemerdekaan secara empiris menggilas habis swapraja (dahulunya kerajaan) di Indonesia. Kecuali Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman yang mampu bertahan dan menunjukkan eksistensinya terhadap perubahan jaman, baik konstelasi politik maupun sosial. Mengapa Kesultanan dan Kadipaten (selanjutnya disebut Daerah Istimewa Yogyakarta) mampu eksis dan menjadi beteng pertahanan RI dalam menghadapi serbuan kembali Belanda? Peranan tokoh kunci yakni Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII yang tanggap dan berpikiran ke depan serta dukungan loyalitas rakyat Yogyakarta merupakan modal utama tegaknya Yogyakarta. Secara eksplisit dwi tunggal ini meneguhkan kepemimpinan politik dan kultural yang terbukti mampu berjalan seirama dengan tarikan nafas republik.

Sementara itu Peranan Sultan Hamengkubuwana IX dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 oleh TNI masih tidak singkron dengan versi Soeharto. Menurut Sultan, ialah yang melihat semangat juang rakyat melemah dan menganjurkan serangan umum. Sedangkan menurut Pak Harto, ia baru bertemu Sultan malah setelah penyerahan kedaulatan. Sultan menggunakan dana pribadinya (dari istana Yogyakarta) untuk membayar gaji pegawai republik yang tidak mendapat gaji semenjak Agresi Militer ke-2.

Page 16: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Gambar 3. Serangan umum 1 maret 1949 salah satu bentuk perjuangan Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Page 17: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Gambar 4. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat

Page 18: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGANA. Kelebihan

- Dermawan

Sri Sultan HB IX adalah raja yang tak hanya dicintai rakyat DIY, tetapi juga oleh rakyat Indonesia. Saat Agresi Militer II (1949), Sultan memberi bantuan dari pundi-pundi pribadinya. Mata uang Belanda yang seharusnya dimusnahkan, disimpannya sebagai kas kasultanan. Itulah yang secara diam-diam dibagikan pada para pegawai pusat maupun daerah.

Istri para petinggi yang suaminya ditahan pun mendapat bagian, antara lain Ny. Fatmawati dan Ny. Rahmi Hatta. Ibu Hatta masih menyimpan kenang-kenangan beberapa rupiah logam perak pemberian Sultan yang demokratis itu. Mungkin kedermawanan itu dapat ditiru para petinggi yang kaya raya di masa kini.

Page 19: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

-Sederhana 

Hasil buah dari didikan keluarga Belanda sejak masih kanak-kanak,  Dorodjatun tumbuh menjadi anak yang sederhana, berangkat ke sekolah dengan bersepeda dan pergaulannya pun tidak pilih kasih. Kegemarannya pada olah raga sepakbola membuatnya sering mengumpulkan keluarga dan anak abdi dalem keraton yang umurnya sebaya untuk membentuk sebuah perkumpulan sepakbola. Dia tidak risih untuk bergaul dengan anak-anak lain yang derajat keningratan lebih rendah daripada dirinya. Ketika ayahandanya dinobatkan menjadi Hamengku Buwono VIII, Dorodjatun baru duduk di kelas 3 sekolah dasar. Sikap sederhananya tetap tak berubah meski pondokan tempat dia dititipkan tidak jauh dari Keraton, dan ayahnya merupakan raja yang dapat memberikan apapun keinginannya, tapi ternyata ia tetap bersekolah seperti biasa dengan bersepeda dan bersekolah seperti murid-murid yang lain. Sikap kesederhanaan ini tetap ia bawa bahkan ketika sudah dinobatkan menjadi raja sebagai Sri Sultan HB IX dan menjabat di pemerintahan. Meskipun menjadi pejabat Negara, dan pada umumnya pejabat negara itu mempunyai sopir pribadi namun Sri Sultan HB IX tetap mengendarai mobil sendiri tanpa sopir. Ketika melakukan perjalanan jauhpun tetap ia lakukan tanpa sopir dan ada kalanya jika rasa lapar telah menghadang, tak segan-segannya dia berhenti makan di warung sederhana di pinggir jalan untuk melepas lelah dan laparnya

Page 20: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

-Nasionalis Sejati 

Jiwa nasionalisme terhadap tanah air juga sangat besar meskipun beliau dibesarkan dan menempuh pendidikan tinggi di negeri Belanda. Semula Belanda menyangka mereka dapat dengan mudah mengendalikan beliau ketika hendak dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya karena dengan latar belakang didikan keluarga Belanda. Namun ketika Belanda mengajukan kontrak politik sebelum adanya pelantikan raja, Dorodjatun sebagai calon raja tidak mau begitu saja menandatangani kontrak yang terlalu menguntungkan pihak Belanda. Sehingga harus terjadi perundingan empat mata antara Dorodjatun dengan perwakilan Belanda. Proses ini berjalan cukup alot karena sang putra mahkota sangat keras kepala dalam mempertahankan pendiriannya. Setelah berlangsung selama empat bulan, dan selama itu pula terjadi perundingan secara maraton dari pagi hingga malam, Dorodjatun telah memperoleh wisik bahwa Belanda tak lama lagi menguasai tanah air, akhirnya ditandatanganilah perjanjian tersebut. Dan segera setelah penandatanganan kontrak tersebut, Dorodjatun dinobatkan sebagai raja dengan gelar Sampeyan Dalem Sinuwun Sri Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alogo Abdurachman Sayidin Panatagama Kalifatulah Ingkang Jumeneng Kaping Songo. Dalam pidato penobatan dirinya sebagai raja menggantikan ayahnya, HB IX mengatakan : “Walaupun saya telah mengenyam pendidikan barat yang sebenarnya, namun pertama-tama saya adalah dan tetap adalah orang Jawa.”

Page 21: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

-Mengayomi rakyatnya 

Sudah merupakan kewajiban dari seorang pemimpin untuk melindungi dan mengayomi rakyat yang dipimpinnya agar merasa aman. Demikian juga Sultan HB IX  selalu ingin melindungi rakyatnya agar terbebas dari kesulitan. Pada waktu pendudukan Jepang, Yogyakarta terancam dirampas hasil bumi dan ternaknya seperti yang telah dilakukan pada daerah-daerah yang lain. Namun dengan cerdik Sultan dapat meyakinkan pemerintah pendudukan Jepang bahwa daerah Yogyakarta merupakan daerah minus sehingga tidak dapat menghasilkan bahan pangan yang memadai. Bahkan dengan alasan agar dapat membantu menyumbang hasil bumi untuk Jepang, Sultan mengajukan permintaan bantuan dana untuk pembuatan saluran irigasi. Ternyata usahanya berhasil, dana dapat diperoleh dari Jepang dan dengan alasan pembangunan saluran irigasi ini Sultan dapat menolak pengiriman penduduk untuk dijadikan romusha karena seluruh rakyatnya dikerahkan untuk membantu pembangunan saluran ini

Page 22: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

-Demokratis 

Jika kita mendengar kata raja, tentulah identik dengan suatu feodalisme yang sangat kental. Namun Sultan HB IX yang merupakan raja Yogyakarta yang ternyata tidaklah demikian, ia adalah seorang raja yang sangat demokratis. Sejak pertama akan diangkat menjadi raja, ia telah menunjukkan sikap yang demokratis. Meskipun pada saat kembali dari Belanda, ayahnya telah menunjuk Dorodjatun menjadi putra mahkota, tetapi ketika Sultan HB VIII telah benar-benar mangkat ia mengumpulkan seluruh kerabat kraton. Kepada mereka Dorodjatun bertanya siapa yang bersedia diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya.Ternyata semua kerabat mendukung Dorodjatun untuk menggantikan HB VIII menjadi raja. Hal ini menunjukkan bahwa beliau mau mendengarkan pendapat orang lain meskipun sebenarnya ia telah ditunjuk menjadi putra mahkota. Ketika sudah diangkat menjadi raja, beberapa perubahan beliau lakukan. Adat yang sekiranya sudah tidak relevan lagi ia tinggalkan, namun yang masih memiliki nilai tinggi tetap dipertahankan. Sikap demokratis Sultan HB IX ditunjukkan secara nyata dengan mengubah sistem pengangkatan perangkat desa dengan cara pemilihan bukan penunjukan.

Page 23: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

-Sangat peduli terhadap Pendidikan 

Sultan HB IX merupakan raja yang sangat terpelajar, ia sedang menjalani pendidikan doctoral ketika secara mendadak ayahnya memanggil pulang seluruh putranya dari negeri Belanda karena gejolak perang dunia I telah membuat Eropa dikuasai oleh Nazi. Meskipun dengan perasaan kecewa karena ia sebenarnya telah menyiapkan thesis doktoralnya, namun beliau dapat memaklumi kekhawatiran ayahnya dan berharap suatu saat dapat kembali untuk melanjutkan studinya. Namun manusia boleh merencanakan namun kenyataan berkata lain, setelah menginjakkan kaki di tanah air Dorodjatun mendapati dirinya telah ditunjuk sebagai putra mahkota. Dan ternyata tidak lama berselang ayahnya meninggal karena telah lama menderita sakit diabetes yang parah. Maka meski merasa belum siap, ia harus menggantikan kedudukan ayahnya dan itu berarti tidak ada waktu lagi untuk meneruskan pendidikannya. Karena telah menerima pendidikan tinggi di Negara barat, ia merasa pendidikan sangat diperlukan bagi generasi penerus pada masa perjuangan. Maka ketika beliau telah menjadi raja dan republik ini masih sangat hijau, ia turut memprakarsai didirikannya lembaga pendidikan universitas tertua di negeri ini yaitu Universitas Gadjah Mada.

Page 24: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

-Rela mengorbankan harta demi Negara 

Pada masa awal republik ini berdiri dimana perjuangan mempertahankan kemerdekaan membutuhkan dana yang tidak sedikit, Negara ini belum dapat menghasilkan apapun. Bahkan untuk membayar perangkat Negara pun tidak sanggup.Mulai dari Presiden hingga pejabat lainnya cukup menderita karena uang gaji tidak ada, sedangkan keluarga tetap harus makan. Ini sangat menguji kesetiaan pejabat Negara, apakah ia tetap setia pada republik tapi menderita atau berbalik memihak Belanda dan dapat hidup berkecukupan. Melihat kesulitan orang disekitarnya, Sultan tidak tinggal diam. Ia merogoh kantongnya sendiri dan menyumbangkan uang perak gulden Belanda kepada para pejabat Negara. Hal ini berlangsung selama beberapa bulan, dan Sultan tidak pernah tau berapa uang yang telah ia sumbangkan. Konon menurut Bung Hatta, jika dihitung uang tersebut berjumlah tak kurang dari lima juta gulden. 

Page 25: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

-Tidak haus kekuasaan 

Sejak awal Sultan HB IX menjadi raja beliau selalu mengutamakan kepentingan rakyatnya. Segala sesuatu ia lakukan demi kesejahteraan rakyatnya bukan dirinya sendiri. Seperti ketika pertama kali kemerdekaan bangsa ini diproklamirkan, ia merasa yakin akan masa depan republik ini akan menyejahterakan seluruh rakyatnya. Maka Sultan pun tanpa ragu-ragu menggabungkan diri pada Negara Indonesia dengan adanya maklumat 5 September 1945. Meskipun hal ini sebenarnya mengurangi kekuasaan terhadap Yogyakarta, tapi Sultan yakin akan keputusannya ini. Sifatnya yang tidak haus kekuasaan ini benar-benar diuji ketika perang mempertahankan kemerdekaan.Ketika republik diujung tanduk dan terpaksa bertahan di Yogyakarta, Sultan didatangi oleh Belanda dengan maksud mempengaruhi Sultan. Mereka menawarkan untuk menghidupkan kembali kerajaan Mataram dengan memberikan kekuasaan seluruh wilayah Jawa kepada Sultan dengan syarat harus tunduk pada Belanda, namun dengan tegas Sultan menolaknya dan mengusir Belanda dari keraton. Sampai masa pembangunan pun Sultan tidak berubah, pada saat beliau menjadi wakil presiden Indonesia yang kedua (karena setelah Bung Hatta belum ada lagi yang menduduki posisi wakil presiden) dan merasa telah cukup masanya, beliau memilih mundur dari posisi tersebut.

Page 26: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

-Toleransi Beragama Sangat Tinggi 

Dalam adat Kasultanan Yogyakarta, seorang Sultan merupakan sekaligus pemuka agama, dalam gelarnyapun disebut sebagai “Abdurrachman Sayidin Panatagama”. Tetapi meski demikian beliau sangat menghormati agama yang lain dan tetap memberikan kesempatan untuk berkembang. Contoh nyata sikap  Sultan tersebut adalah dengan mengijinkan adanya penginjilan di wilayah kekuasaannya. Beliau sangat mendukung terselenggaranya proses tersebut, dengan mengijinkan diadakannya Konggres Ekaristi I di Yogyakarta sekaligus memberikan ijin untuk penggunaan stadion Kridosono untuk dijadikan tempat penyelenggaraan. kesuksesan penyelenggaraan Konggres ini memegang peranan penting dalam perkembangan Gereja di wilayah Yogyakarta. Untuk mendukung tumbuh kembangnya Gereja, maka Sultan HB IX dengan sukarela memberikan tanah Kraton dan dihibahkan untuk pembangunan gereja. Salah satu gereja yang tanahnya hasil hibah dari kraton adalah gereja Santo Antonius Kotabaru, sebuah gereja yang berada di tengah kota Yogyakarta.

Page 27: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

-Peduli terhadap Budaya 

Keraton Yogyakarta merupakan merupakan salah satu lambang budaya Jawa yang sangat kaya. Berbagai adat yang telah turun temurun dilaksanakan sejak awal kerajaan Mataram tetap langgeng. Hal ini tak lepas dari peran Sultan HB IX, ia adalah putra raja Jawa yang lahir dalam istana yang menjadi pusat budaya Jawa, walaupun sempat menempuh pendidikan barat namun hal itu malah memberikan pandangan yang luas. Budaya Jawa di bawah pimpinan Sultan HB IX tidaklah stagnan tetapi justru semakin berkembang. Akulturasi budaya juga dilakukan oleh Sultan agar budaya Jawa dapat lebih berkembang lagi. Salah satu bukti dari adanya akulturasi budaya ini salah satu wujudnya adalah diciptakannya wayang golek menak oleh Sultan HB IX sendiri. Wayang golek menak merupakan perpaduan antara wayang golek yang merupakan budaya Sunda dengan tari klasik gaya Yogyakarta. Inspirasi awal dari wayang golek menak adalah ketika Sultan suatu saat melihat pertunjukan wayang golek dan beliau sangat terkesan akan gerakan dari wayang tersebut. Maka ia memiliki gagasan untuk membuat wayang orang dengan gerak dasar dari wayang golek. Sesaat setelah memperoleh ide, maka Sultan mengumpulkan para pakar tari gaya Yogyakarta dan mengamanatkan untuk dibuat sebuah gerak tari baru yang masih berpangkal pada gerak tari klasik gaya Yogyakarta.

Page 28: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

B. KEKURANGAN

-Kurang jiwa kepemimpinan

Beliau meskipun dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan bijak, namun menolak ketika dipilih menjadi Raja wilayah Jawa Tengah ketika itu. Namun sikap tersebut didasari oleh rasa hormatnya terhadap pemerintahan Republik Indonesia kala itu.

Page 29: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Gambar 5. Sri Sultan tak enggan makan di warung pinggir jalan

Page 30: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Gambar 6. Cuplikan pidato penobatan Sri Sultan HB IX

Page 31: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Gambar 7. Pagelaran Kraton, di tempat inilah dahulu mahasiswa Universitas Gadjah Mada belajar

Page 32: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Gambar 8. Maklumat 5 September 1945, Sultan HB IX menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia

Page 33: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Gambar 9. Gereja St. Antonius Kotabaru, keberadaannya berkat jasa Sri Sultan HB IX

Page 34: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Gambar 10. Prabu Jayengrana, tokoh utama dalam Wayang Golek Menak dengan kostum perpaduan budaya

Arab dan Jawa

Page 35: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Gambar 11. Museum Hamengku Buwono IX di kompleks Kraton Yogyakarta

Page 36: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

D. HAL HAL YANG DAPAT DITELADANI1. Berani

Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah salah satu pelopor dari penolakan penjajahan di Indonesia. 4 tahunnya digunakan untuk bernegosiasi dengan Dr Lucien Adam selaku Diplomat Senior Belanda. Kemudian pada penjajahan Jepang, Ia berada paling depan dalam penolakan pengiriman romusha.

2. Semangat Juang Yang Amat Tinggi

Dalam melawan Jepang, Sri Sultan amat sangat gigih membentuk fondasi semangat bagi para pejuang bangsa. Terutama bagi anak-anak muda.

Page 37: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

3. Haus Akan Kemerdekaan

Hamengkubuwono IX yang jengah terhadap intimidasi haus akan kemerdekaan. Ia lantas mendorong pemerintah RI agar bisa merdeka dan memberi status Istimewa bagi Yogyakarta. Perjuangannya bersama Paku Alam IX menjadi penguasa lokal pertama yang menggabungkan diri ke Republik Indonesia pun terwujud

4. Dapat Dipercaya

Dalam masa hidupnya, sudah berbagai gelar yang Ia terima. Dan juga sudah berbagai pangkat yang Ia duduki. Diantaranya:

Page 38: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

· Kepala dan Gubernur Militer Daerah Istimewa Yogyakarta (1945)

· Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947)

· Menteri Negara pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II (3 Juli 1947 - 11 November 1947 dan 11 November 1947 - 28 Januari 1948)

· Menteri Negara pada Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 - 4 Agustus 1949)

· Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949)

· Menteri Pertahanan pada masa RIS (20 Desember 1949 - 6 September 1950)

· Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Natsir (6 September 1950 - 27 April 1951)

· Ketua Dewan Kurator Universitas Gajah Mada Yogyakarta (1951)

· Ketua Dewan Pariwisata Indonesia (1956)

· Ketua Sidang ke 4 ECAFE (Economic Commision for Asia and the Far East) dan Ketua Pertemuan Regional ke 11 Panitia Konsultatif Colombo Plan (1957)

· Ketua Federasi ASEAN Games (1958)

Page 39: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

5. Pemimpin yang meneguhkan jati diri

Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyadari bahwa dia adalah raja di Kasultanan Yogyakarta dan sekaligus juga sebagai generasi di jamannya. Raja yang terpola pikirnya, bukan hanya sebagai pewaris tahta kerajaan, namun pandangannya yang jauh menatap ke depan akan makna kehidupan. Walaupun dia sejak kecil mengenyam pendidikan Barat, namun Sultan tetap konsisten menjaga jati dirinya sebagai orang Timur. Dia tidak kehilangan nilai-nilai keluhuran bangsa, dan tidak bersikap ke-Barat-Baratan. Hal ini terbukti dari ucapannya ketika penobatan sebagai Raja Kasultanan Yogyakarta.

“…Walaupun saya telah mengenyam pendidikan Barat yang sebenarnya, namun pertama-tama saya adalah dan tetap adalah orang Jawa (Indonesia)…”

6. Tanpa Pamrih, Rela Berkorban Demi Bangsa

Saat ibukota Jakarta tidak kondusif lagi, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menawarkan kepada Pemerintah untuk pindah ke Yogyakarta. Presiden dan rombongan tanggal 4 Januari 1946 tiba di Yogyakarta dan disambut dengan kehangatan oleh Sultan serta masyarakat. Pemerintah saat itu tidak memiliki apa-apa. Sultan tanpa diminta, dengan tanggap menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan pemerintahan. Bahkan untuk menggaji seluruh pegawai kantor dan instansi pemerintahan RI, Sultan membuka kas keuangan Kasultanan.

Page 40: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

7. Rendah Hati Andhap Asor

Walaupun Sultan adalah seorang raja, dia selalu menunjukkan sikap rendah hatinya. Sultan tidak pernah membedakan rakyat biasa maupun keturunan bangsawan, orang Jawa maupun orang luar Jawa, bahkan orang yang senang maupun orang yang tidak senang dengan dirinya. Bahkan, Sultan sering bersikap diam apabila terdapat perbedaan pendapat. Sikap diam inilah yang ternyata menyimpan hal yang luar biasa dalam diri Sultan. Hal ini yang menjadikannya disegani oleh masyarakat.

8. Pergaulan yang Luas

Hubungan yang baik dengan pelbagai pihak, entah itu rakyat, pejabat pemerintahan, tokoh bangsa lain menjadikan Sultan Hamengku Buwono IX optimis akan kelangsungan eksistensi bangsa dan negara Indonesia. Rupanya Sultan Hamengku Buwono IX telah mempersiapkan betul bahwa ke depan perjalanan bangsa akan menemui apa yang dinamakan ’globalisasi’. Penguatan rasa nasionalisme penting agar sebagai bangsa yang berdaulat, kuat menghadapi globalisasi ini. Bagaimana mengolah, mengelola pertemuan Barat dan Timur, agar Barat tidak ‘membunuh’ yang Timur.

Page 41: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

9. Gigih Memperjuangkan Perdamaian

Perjuangan yang dilakukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX selalu bernafaskan perdamaian. Pengambilan keputusan menyangkut negara selalu dipertimbangkan secara matang-matang dan dengan kepala dingin. Dunia internasional mengakui peranan Sultan dalam mewujudkan perdamaian di Kawasan Asia Tenggara sangat besar. Sulltan memperoleh Kajima Peace Award (Penghargaan untuk usaha perdamaian internasional) dari Kajima Institute of International Peace, Jepang. Kajima ini setara dengan Hadiah Nobel, yang ditujukan untuk orang-orang Asia dan Afrika.

Page 42: Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Terima kasih