squamous cell carcinoma

26
BAB I PENDAHULUAN Karsinoma sel skuamosa konjungtiva merupakan keganasan konjungtiva yang paling sering di Amerika Serikat. Insidennya bervariasi dari 0,03 hingga 3,5 kasus per 100.000 penduduk, tergantung lokasi geografik. Beberapa tahun terakhir didapatkan peningkatan insiden Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva di Rwanda Uganda dan Malawi yang berkaitan dengan infeksi HIV. Sinar ultraviolet sebelumnya diduga merupakan faktor resiko utama tumor ini. Faktor lain yang diduga juga berkaitan dengan penyakit ini adalah Human papilomavirus (HPV). 1,3,4 Karsinoma konjungtiva paling sering muncul pada limbus di daerah fisura palpebra dan jarang muncul pada daerah konjungtiva yang tidak terpapar. Beberapa jenis tumor dapat menyerupai pterigium. Sebagian besar memiliki permukaan seperti gelatin. Jika ada keratinisasi abnormal pada epitel, dapat menyebabkan lesi leukoplakia. Pertumbuhannya lambat, invasi dan metastasis yang dalam sangat jarang terjadi, sehingga prosedur eksisi lengkap dilakukan untuk tujuan kuratif. Kekambuhan umum terjadi jika lesi tidak sempurna dieksisi. Penggunaan adjunctive cryotherapy, mitomycin C 1

Upload: muhammad-nazli

Post on 25-Oct-2015

169 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Squamous Cell Carcinoma

BAB I

PENDAHULUAN

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva merupakan keganasan konjungtiva

yang paling sering di Amerika Serikat. Insidennya bervariasi dari 0,03 hingga 3,5

kasus per 100.000 penduduk, tergantung lokasi geografik. Beberapa tahun terakhir

didapatkan peningkatan insiden Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva di Rwanda

Uganda dan Malawi yang berkaitan dengan infeksi HIV. Sinar ultraviolet

sebelumnya diduga merupakan faktor resiko utama tumor ini. Faktor lain yang

diduga juga berkaitan dengan penyakit ini adalah Human papilomavirus

(HPV).1,3,4

Karsinoma konjungtiva paling sering muncul pada limbus di daerah fisura

palpebra dan jarang muncul pada daerah konjungtiva yang tidak terpapar.

Beberapa jenis tumor dapat menyerupai pterigium. Sebagian besar memiliki

permukaan seperti gelatin. Jika ada keratinisasi abnormal pada epitel, dapat

menyebabkan lesi leukoplakia. Pertumbuhannya lambat, invasi dan metastasis

yang dalam sangat jarang terjadi, sehingga prosedur eksisi lengkap dilakukan

untuk tujuan kuratif. Kekambuhan umum terjadi jika lesi tidak sempurna dieksisi.

Penggunaan adjunctive cryotherapy, mitomycin C topikal, atau fluorouracil dapat

membantu untuk mencegah kekambuhan.1,2

Displasia konjungtiva adalah suatu kondisi jinak yang terjadi sebagai lesi

terisolasi atau kadang-kadang lebih seperti pterygia dan pingueculae dan dapat

menyerupai karsinoma in situ secara klinis dan bahkan secara histologis. Istilah

neoplasia intraepithelial konjungtiva disebutkan pada semua lesi epitel mulai dari

displasia sampai karsinoma yang terbatas pada epitel. Biopsi eksisi akan

menegakkan diagnosa dan memberikan penyembuhan pada sebagian besar lesi.2

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva lebih sering pada laki laki (75%)

dibandingkan wanita (25%) dan cenderung mengenai umur yang lebih tua dekade

ke lima dan enam, dapat juga terjadi pada usia muda dengan xeroderma

pigmentosum. Karsinoma Sel Skuamous Invasive merupakan displasia progresif

yang menembus membran basal sampai ke substantia propria dan dapat

1

Page 2: Squamous Cell Carcinoma

menginvasi kornea dan sklera. Diagnosis ditegakkan dari pemeriksaan

histopatologi.2,4

Gejala klinis keganasan ini sangat bervariasi. Tumor ini sering terdapat di

daerah interpalpebral dekat nasal atau temporal limbus. Pertumbuhannya bisa

lokal dan difus. Karena munculannya bervariasi, sehingga diagnosa bisa

terlambat.1,2

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva umumnya low grade malignancy.

Rekurensi lokal sering terutama pada eksisi yang tidak komplit, tapi perluasan ke

intraokuler dan metastase jauh jarang Pilihan terapi pada keganasan epitel

konjungtiva adalah eksisi massa tumor dengan atau tanpa krioterapi, radioterapi,

dan kemoterapi topical. Dengan eksisi lengkap, biasanya prognosisnya baih dan

angka rekurensinya kurang dari 10 %.2,5,6

BAB II

2

Page 3: Squamous Cell Carcinoma

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Gambar 2.1: Anatomi Bola Mata

Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu:1

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada

mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian

terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan

sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar

dibanding sklera.

2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea

dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi

perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.

Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris

didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar

masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis,

sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar

3

Page 4: Squamous Cell Carcinoma

yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan

akomodasi.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan

mempunyal susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis

membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan

pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial

antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dan koroid yang

disebut ablasi retina.1

Kornea

Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata,

bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup

bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapisan epitel, Membran Bowman,

stroma, membran Descement, dan endotel. Trauma atau penyakit yang merusak

endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga

dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyal daya

regenerasi.1

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola

mats di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh komea, dimana 40

dioptri dan 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.1

Uvea

Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan

koroid. Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2

buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus skiera di temporal dan

nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang

terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu pads otot rektus lateral.

Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri

sirkularis mayor pada badan siliar. Uvae posterior mendapat perdarahan dan 15 -

20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus skiera di sekitar tempat

masuk saraf optik.1

4

Page 5: Squamous Cell Carcinoma

Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar ke

dalam bola mata. Reaksi pupil ni merupakan juga indikator untuk fungsi simpatis

(midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil. Badan siliar merupakan susunan otot

melingkar dan mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus. Radang badan

siliar akan mengakibatkan melebarnya pembuluh darah di daerah limbus, yang

akan mengakibatkan mata merah yang merupakan gambaran karakteristik

peradangan intraokular.1

Pupil

Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya

cahaya yang masuk. Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum

berkembangnya saraf simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan

orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang

sklerosis. Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada

akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang

difragmanya dikecilkan.1

Sudut bilik mata depan

Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris.

Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan

pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam

bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan

dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera,

galls Schwalbe dan jonjot iris.1,2

Lensa mata

Jaringan ini berasal dan ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di

dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris

yang terdiri dan zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal

dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.1

Badan kaca

5

Page 6: Squamous Cell Carcinoma

Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak

antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata.

Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air.

Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu

mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi wang untuk

menewskan sinar dan lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu

jaringan bola nata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata,

pars plana, dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak

terdapatnya pembuluh darah dan set. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya

kekewhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan

oftalmoskopi.1,2

Retina

Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung

reseptor yang menenima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid

dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan

1. Lapis fotoreseptor, merupakañ lapis terluar retina terdiri atas sel batang

yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.

2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan

batang. Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dan

kapiler koroid.

4. Lapis pleksifomi luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat

sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal

5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel

Muller Lapis ini mendapat metabolisme dan arteri retina sentral

6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat

sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion

7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah

saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh

darah retina.

6

Page 7: Squamous Cell Carcinoma

9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan

badan kaca.1

Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan

iskemia dan merah pada hiperemia. Pembuluh darah di dalam retina merupakan

cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik

yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam. Untuk melihat fungsi retina

maka dilakukan pemeriksaan subyektif retina seperti: tajam penglihatan,

penglihatan wama, dan lapang pandangan. Pemeriksaan obyektif adalah

elektroretinografi (ERG), elektrookulografi (EOG), dan visual evoked respons

[VER]. Lapisan luar retina atau sal kerucut dan batang mendapat nutrisi dari

koroid.1

Sklera

Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan

pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dan papil saraf optik

sampai kornea. Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera

mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola

mata. Walaupun sklera kaku dan tipisnya 1 mm ia masih tahan tarhadap kontusi

trauma tumpul. Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus,

atau merendah pada eksoftalmos goiter, miotika, dan meminum air banyak.1

2.2 SQUAMOUS CELL CARCINOMA PADA MATA

2.2.1 Definisi dan Epidemiologi

Karsinoma sel skuamosa adalah suatu keganasan konjungtiva primer yang

sering di dapat. Insidennya bervariasi berdasarkan geografis, ras, usia dan

7

Page 8: Squamous Cell Carcinoma

kaitannya dengan HIV/AIDS. Secara internasional insidennya bervariasi secara

geografis, 0,03 hingga 3,5 per 100.000 penduduk per tahun. Di Amerika Serikat,

insidennya dilaporkan 0,13 per 100.000 penduduk. Di Australia, insidennya

diperkirakan 1,9 per 100.000 penduduk. Penelitian di Afrika selama sepuluh tahun

terakhir menunjukkan peningkatan yang drastis jumlah kasus yang didiagnosa

sebagai karsinoma sel skuamosa konjungtiva. Di Uganda, terdapat peningkatan

resiko 10 kali lipat karsinoma konjungtiva pada individu dengan HIV, di

Zimbabwe dilaporkan angka. Karsinoma sel Skuamosa adalah 2 dari 100 pasien

yang diperiksa. Diduga ini berkaitan dengan infeksi virus HIV.4,5,6

Individu yang tinggal dekat khatulistiwa cenderung muncul pada usia yang

lebih muda dari pada yang tinggal jauh dari khatulistiwa. Karsinoma sel skuamosa

lebih dominan mengenai orang Kaukasian.4,7

Lesi neoplastik epitel konjungtiva meliputi displasia, neoplasma

intraepitel, dan karsinoma sel skuamosa. Lesi ini dibedakan secara histopatologi

berdasarkan invasi ke membran basal epitel. Karsinoma sel skuamosa konjungtiva

merupakan displasia progresif yang menembus membran basal sampai ke

substantia propria dan dapat menginvasi kornea dan sklera.2,4,8

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva lebih sering pada laki laki (75%)

dibandingkan wanita (25%) dan cendrung mengenai umur yang lebih tua yaitu

dekade ke lima dan enam (rata rata 60 tahun), dapat terjadi di usia lebih muda

pada pasien dengan xeroderma pigmentosum dan daerah tropis. Pasien dengan

AIDS mempunyai resiko 13 kali untuk berkembangnya keganasan epitel ini.4,7

2.2.2 Patofisiologi dan Etiologi

Etiologi Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva belum diketahui, namun

diduga bahwa maturasi abnormal epitel konjungtiva akibat kombinasi dari

beberapa faktor, seperti:2,4,10

- Paparan sinar ultra violet yang berlebihan

Conjungtival sun exposure terlihat dengan adanya solar elastosis di

substantia propria. Tulvatana et al. menemukan bahwa solar elastosis lebih

8

Page 9: Squamous Cell Carcinoma

sering ditemukan (53,3%) pada kasus neoplasma dan merupakan faktor

resiko untuk kasus neoplasma di konjungtiva.

- HPV tipe 16 dan 18. Human Papilloma Virus khususnya tipe 16 dan 18,

sudah diidentifikasi pada neoplasma epitel konjungtiva dengan

immunohistochemical dan analisis molekuler, namun peranannya masih

belum jelas. Karcioglu dan Isa telah mengidentifikasi DNA tipe 16 dan 18

pada 57% spesimen CIN, 55% dari KSSK dan 32 % pada konjungtiva

normal selama operasi katarak.

- Individu dengan HIV positive dan pasien dengan Xeroderma

Pigmentosum lebih mungkin diserang akibat status imunologisnya.

- Faktor resiko lainnya diduga karena inflamasi yang lama, asap rokok dan

pemakaian lensa kontak yang lama.

Gambar 2.2 Neoplasia epitel konjungtiva.

2.2.3 Gejala Klinis dan Diagnosis

Diagnosis karsinoma sel skuamosa ditegakkan dari pemeriksaan

histopatologi. Pemeriksaan histopatologi memperlihatkan perubahan dari polaritas

sel dengan gangguan maturasi seluler. Akantosis, sel atypia, dan peningkatan rasio

nukleus dan sitoplasma dapat diketahui. Karsinoma sel skuamosa terdiri dari sel

sel dengan nucleus yang besar dan sitoplasma eosinofilik yang banyak, dan

biasanya mengenai lapisan epitel bagian dalam. Sel tumor dapat well diferentiated

atau mudah dikenali sebagai squamous atau moderately differentiated atau poorly

9

Page 10: Squamous Cell Carcinoma

differentiated atau sulit dibedakan dengan dari keganasan lain seperti carcinoma

sebaseus.8,9

Gambar 2.3 Gambaran klinis karsinoma sel skuamosa pada konjungtiva.

Sebagian besar pasien mempunyai keluhan adanya pertumbuhan massa di

mata, yang bertambah ukurannya dengan cepat. Sering pula ditemui keluhan

kemerahan atau iritasi. Tumor ini sering terdapat di daerah inter palpebral dekat

nasal atau temporal limbus, namun bisa juga mengenai konjungtiva palpebra atau

kornea.4,9,11

Pertumbuhannya bisa berbentuk nodular, gelatin, leukoplakia dengan

pembuluh darah di sekitarnya. Tumor yang muncul terlokalisir dapat menyerupai

degenerasi konjungtiva dan diragukan dengan pterigium, pingecula. Tipe difus

juga bisa ditemukan dan klinis menyerupai konjungtivitis kronis.Karena

kemunculannya bervariasi, ia dapat merupakan suatu masquerade syndrome.10,12

Dalam analisa 60 kasus karsinoma sel skuamosa konjungtiva, Tunc dkk

mendapatkan mata merah (68%) dan iritasi okuler (57%) sebagai gejala

terbanyak. Mc Kelvie dkk yang meneliti 26 kasus lainnya, mendapatkan 77%

kasus dengan munculan suatu massa dan diagnosis preoperatif dibuat hanya pada

3% kasus. Mauriello dkk yang mengobservasi l4 kasus karsinoma sel skuamosa

adenoid konjungtiva mendapatkan bahwa tumor ini dapat muncul dengan tanda-

10

Page 11: Squamous Cell Carcinoma

tanda peradangan, sedangkan yang lainya berupa massa yang tidak nyeri dan

pertumbuhannya lambat.4,6,7

Van Dessel pernah melaporkan kasus karsinoma sel skuamosa konjungtiva

yang memperlihatkan masquerade syndrome uveitis. Diagnosis diketahui dari

pemeriksaan sitologi cairan COA. Dari anamnesa didapatkan bahwa beberapa

minggu sebelum terjadinya uveitis, pasien menjalani operasi pterigium pada mata

yang sama. Lesinya sedikit meninggi, bulat putih, dikelilingi oleh pembuluh darah

yang melebar dan berlokasi di kuadran temporal atas mata kiri. Hasil patologis

menunjukkan suatu perubahan actinic atypical ringan. Spesimen biopsi diulang,

dan histopatologis mendiagnosa suatu karsinoma sel skuamosa.13

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva bisa juga terlihat tanpa adanya

pertumbuhan massa yang jelas. Mahmood dkk melaporkan tiga kasus dengan

gambaran klinik yang tidak biasa dari peradangan jaringan dan penipisan kornea

atau sklera tanpa adanya massa. Pada satu kasus, didapatkan riwayat trauma

sebelumnya sehingga pasien didiagnosa awal dengan ulkus Moren's dan setelah

dilakukan tap COA baru diketahui karsinoma sel skuamosa sedangkan pada dua

kasus lainnya, didapatkan riwayat operasi pterigium sebelumnya.2,4

Jika terdapat kecurigaan suatu keganasan sel skuamosa konjungtiva, biopsi

eksisional merupakan pemeriksaan gold standar. Untuk lesi yang sangat besar,

biopsi insisional dapat dilakukan, namun cara yang tepat dan manipulasi minimal

dari jaringan sekitarnya penting untuk mencegah penyebaran tumor.2,4\

Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan pada Karsinoma sel skuamosa

konjungtiva. Pewarnaan Rose Bengal dapat membantu untuk menentukan

perluasan lesi yang tepat. Pemeriksaan dengan slitlamp, gonioskopi dilakukan jika

curiga adanya keterlibatan intraokuler. Palpasi pembesaran kelenjar limfe

dilakukan untuk mencari metastase regional. CT Scan dan MRI dapat membantu

jika ada invasi ke orbita.2,4,8

2.2.4 Diagnosa Banding

Diagnosis banding dari karsinoma sel skuamosa pada mata adalah sebagai

berikut:4,5,8

11

Page 12: Squamous Cell Carcinoma

- Keratotic plaque dapat menyerupai karsinoma sel skuamosa dengan

leukoplakia.

- Tumor melanolik dapat mirip dengan papiloma dan karsinoma sel

skuamosa pada individu berkulit gelap.

- Hiperplasia epitheliomatous reaktif bisa muncul seperti pertumbuhan yang

cepat, putih, massa hiperkeratotic dengan batas yang tidak tegas.

- Pingeucula dan Pterygium, cenderung berasal dari konjungtiva bulbi dekat

dengan limbus.

- Inverted folicularkeraratosis, dimana terdapat proliferasi epitel yang

berinvaginasi ke jaringan ikat.

- Hereditary intraepithelial dyskeratosis, timbul dengan plak yang meninggi

yang multiple dekat dengan limbus pada kedua mata. Ini merupakan

penyakit autosomal dominan yang sering terjadi di Amerika Utara.

- Limfoma konjungtiva, proliferasi limfoid konjungtiva yang tumbuh seperti

pink dan licin.

- Kerotoacanthoma, jarang terdapat di konjungtiva.

2.2.5 Penatalaksanaan

Terapi Bedah

Terapi pilihan dari karsinoma sel skuamous konjungtiva adalah eksisi luas.

Dianjurkan untuk batas eksisi 2-3 mm dari tumor yang terlihat. Frozen section

dapat menilai batas lateral eksisitapi tidak dapat membantu menentukan batas

dalam. Setelah eksisi dapat dilakukan krioterapi pada batas konjungtiva yang

tinggal dan dasar lesi untuk menurunkan angka rekurensi. Krioterapi dapat

menghancurkan sel tumor melalui penghancuran oleh dingin sama seperti yang

diakibatkan oleh iskemia lokal.2,4,8

Radiasi dapat digunakan sebagai terapi adjuvant, pada lesi yang luas

dengan batas yang tidak jelas dan sebagai terapi paliatif pada kasus yang tidak

dapat ditoleransi dengan operasi. Kearsley dkk, melaporkan 140 kasus yang

diteraoi dengan radioterapi strontium 90 dengan angka rekurensi 2,3%.2,4,7

12

Page 13: Squamous Cell Carcinoma

Enukleasi diindikasikan jika terdapat perluasan ke intraokuler dan untuk

kasus lanjut dengan keterlibatan orbit4 eksenterasi adalah prosedur pilihan.4,8

Terapi Medis

Terapi dengan anti metabolit 5FU (5 Fluorouracil), Mytomicin C (MMC)

telah digunakan sebagai terapi adjuvant dalam manajemen keganasan konjungtiva.

Obat ini diindikasikan pada lesi lesi rekuren setelah eksisi primer, batas yang tidak

bebas tumor pada pemeriksaan histopatologi dan lesi yang difus dan luas.4,8

Midena dkk menunjukkan bahwa kemoterapi konjungtiva topical 5 FU l%

tetes mata, efektif sebagai terapi adjur'.ctif karsinoma sel skuamosa konjungtiva

dan tidak didapatkan komplikasi yang serius. Kemp yang memberikan mitomicin

C 0,04 % tetes mata sebelum operasi dan pemberian MMC 0,4 mg/ml intra

operasi, dalam manajemen keganasan konjungtiva yang rekuren dan difus

mendapatkan hasil yang memuaskan.13,17

Penatalaksanaan Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva menurut

Kelompok Seminar Onkologi Mata, Bedah Plastik dan Rekonstruksi Mata adalah

sebagai berikut:

1. Bila tumor di konjungtiva bulbi

- Diameter tumor l-2 mm : Eksisi 2-3 mm dari batas makroskopik tumor,

diikuti dengan pengobatan krioterapi -700oC

- Diameter tumor 2 -5 mm : Bila eksisi luas tidak memungkinkan

dianjurkan enukleasi atau eksenterasi

- Diameter >5 mm : Eksenterasi.

2. Bila tumor sudah menginvasi orbita

- Tanpa pembesaran KGB regional : Eksenterasi, dan bila operasi tidak

bebas tumor diberikan radioterapi loco regional.

- Dengan pembesaran KGB regional: Eksenterasi, Diseksi KGB dan

radioterapi loco regional.

3. Bila didapat invasi tumor ke intrakranial, sinus paranasal, pembesaran

KGB tanpa metastase jauh:

- Operasi bersama dengan bagian lain jika memungkinkan

13

Page 14: Squamous Cell Carcinoma

- Bila inoperabel, dapat dilakukan debulking tumor yang dilanjutkan dengan

radioterapi

4. Bila didapatkan metastase jauh:

- Pemberian Sitostatika

- Radioterapi Loco regional

2.2.6 Komplikasi

Komplikasi utama adalah rekurensi, yang umumnya terjadi dalam tahun

pertama setelah eksisi, tapi juga bisa terlambat sampai 5 tahun. Rekurensinya

jarang terutama pada eksisi yang komplit. Temuan histopatologi dan batas eksisi

juga mempengaruhi angka rekurensi. Tunc dkk mendapatkan angka rekurensi

4,5% dan 5,3% masing-masing untuk neoplasma intraepitel dan karsinoma sel

skuamosa konjungtiva. Dengan eksisi lengkap, angka rekurensi kurang dari

10%.4,8

Invasi intraokuler dilaporkan 2-8% kasus dan invasi orbita l2 – 18% kasus.

Tunc, mendapatkan angka lebih tinggi yaitu l3%, invasi orbita 11%. Mc Kelvie,

mendapatkan invasi intraokuler l3% dan invasi ke orbita 15%.4,6

Metastase karsinoma sel skuamosa ke kelenjar limfe preaurikuler dan

servikal, pemah dilaporkan insidennya 0-4%. Zimmerman dkk, hanya

mendapatkan 4 kasus dari 87 kasus karsinoma sel skuamosa. Metastase ke

kelenjar parotis, paru dan tulang juga pernah dilaporkan.9

2.2.7 Prognosis

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva merupakan keganasan tipe low

grade malignancy. Prognosis umumnya baik, namun hal itu juga terganrung pada

ukuran lesi, temuan histopatologis, eksisi yang komplit. Angka kematian yang

dilaporkan bervariasi, Tunc yang menganalisa 60 kasus karsinoma sel skuamosa

14

Page 15: Squamous Cell Carcinoma

konjungtiva mendapatkan angka kematian 0%, beberapa melaporkan tinggi

sampai 4-8%.4,6,8

BAB III

KESIMPULAN

15

Page 16: Squamous Cell Carcinoma

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva merupakan keganasan konjungtiva

yang paling sering di Amerika Serikat. Insidennya bervariasi dari 0,03 hingga 3,5

kasus per 100.000 penduduk, tergantung lokasi geografik.

Karsinoma konjungtiva paling sering muncul pada limbus di daerah fisura

palpebra dan jarang muncul pada daerah konjungtiva yang tidak terpapar.

Beberapa jenis tumor dapat menyerupai pterigium. Sebagian besar memiliki

permukaan seperti gelatin. Kekambuhan umum terjadi jika lesi tidak sempurna

dieksisi. Penggunaan adjunctive cryotherapy, mitomycin C topikal, atau

fluorouracil dapat membantu untuk mencegah kekambuhan.

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva lebih sering pada laki laki (75%)

dibandingkan wanita (25%) dan cenderung mengenai umur yang lebih tua dekade

ke lima dan enam, dapat juga terjadi pada usia muda dengan xeroderma

pigmentosum. Diagnosis ditegakkan dari pemeriksaan histopatologi.

Gejala klinis keganasan ini sangat bervariasi. Tumor ini sering terdapat di

daerah interpalpebral dekat nasal atau temporal limbus. Pertumbuhannya bisa

lokal dan difus. Karena munculannya bervariasi, sehingga diagnosa bisa

terlambat.

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva umumnya low grade malignancy.

Rekurensi lokal sering terutama pada eksisi yang tidak komplit, tapi perluasan ke

intraokuler dan metastase jauh jarang. Pilihan terapi pada keganasan epitel

konjungtiva adalah eksisi massa tumor dengan atau tanpa krioterapi, radioterapi,

dan kemoterapi topical.

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: Squamous Cell Carcinoma

1. Ilyas, S. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.

2. Vaughan, D.G., Asbury, T., et al. 2007. General Oftalmologi. Edisi 17. London: McGraw Hill.

3. Midena E et al. Treatment of Conjunctival Squamous Cell Carcinoma With Topical 5 Fluorouracil. Br J Ophthalmology 2000 ;84 :268-272.

4. Tunc M, et al. Intraepithelial and Invasive Squamous Cell Carcinoma of The Conjunctiva : analysis of 60 cases. Br J Ophthalmology 1999; 83 : 98-103.

5. Poole, TRG. Conjunctival squamous cell carcinoma in Tanzania. British Joumal of Ophthalmology 1999 ; 83 (2) : 177-179.

6. McKelvie PA et al. Squamous cell carcinoma of the conjunctiva : a series of 26 cases. British Journal of Ophthalmology 2002; 86 : 168-173.

7. Mauriello JA. Adenoid Squamous Carcinoma of the conjunctiva – a clinicopathological study of 14 cases. British Journal of Opthalmology 1997; 81(11): 1001-1005.

8. American Academy of Ophtalmology. Clinical Approach to Neoplastic Disorder of the Conjunctiva and Cornea. In : External Disease and Cornea. BCSC Section 8, 2003-2004:241-246.

9. Jacoebiec FA et al. 2005. Secondary and Metastatic Tumours of The Orbit. In: Duane's Clinical Ophthalmology. Vol 2. Chap 46. Philladelphia: Lippincott Raven.

10. Tulvatana, W. et al. Risk factors for conjungtival squamous cell neoplasia : a matched case-control study. British Journal of Ophthalmology 2003 ; 87 : 396-398.

11. Crawford, JB. 2005. Conjunctival Tumours. In: Duane's Clinical Ophthalmology. Vol 4. Chap. 10. Philladelphia: Lippincott Raven.

12. Squamous Carcinoma and Intraepithelial Neoplasia of the Conjunctiva. Diakses dari: www. eye cancer.com. 2013.

13. Van Dessel P, et al. Invasive Squamous Cell Carcinoma of The Conjunctiva. Bull. Soc. Gelge Ophthalmol 2000 ;278;43-47

17