spln 52-1_198

29
STANDAR PERUSAHAAN UMUM LlSTRlK NEGARA SPLN 52 - 1 : 1964 Lampiran Surat Keputusan Direksi PLN No.: 090/DIR/84 tanggal 9 Juli 1984 POLA PENQAMANAN SlSTEM EAGIAN SATU : B. SISTEM TRANSMlSl 150 kV DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI PERUSAHAAN UMUM LlSTRlK NEGARA JAM TRUllQlOYO BLOK M 11135 - KEBAYORAN BARU - JAKARTA

Upload: adityaagungnugroho

Post on 19-Oct-2015

832 views

Category:

Documents


181 download

TRANSCRIPT

  • STANDAR PERUSAHAAN UMUM LlSTRlK NEGARA

    SPLN 52 - 1 : 1964 Lampiran Surat Keputusan Direksi PLN No.: 090/DIR/84 tanggal 9 Juli 1984

    POLA PENQAMANAN SlSTEM

    EAGIAN SATU : B. SISTEM TRANSMlSl 150 kV

    D E P A R T E M E N PERTAMBANGAN D A N ENERGI

    PERUSAHAAN UMUM LlSTRlK NEGARA J A M TRUllQlOYO BLOK M 11135 - KEBAYORAN BARU - JAKARTA

  • SPLN 52-1: 1984 - --

    POLA PENGAMANAN SISTEM

    Bagian Satu: B. Sistem Transmisi 150 kV

    Disusun Oleh: 1. KELOMPOK PEMBAKUAN BIDANG TRANSMISI

    dengan Surat Keputusan Direksi Permahaan Umum Listrik Negara No. 028/DIR/83 tanggal 5 April 1983

    2. KELOMPOK KERJA POLA PENGAMANANAN SISTEM dengan Surat Keputusan Direktur Pu- sat Penyelidikan Masalah Kelistrikan No. 002/LMK/83 tanggal 10 Pebruari 1983.

    Diterbitkan Oleh: DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGl

    Perusahaan Urnum Listrik Negara 31. Trunojoyo Blok M 11135 Kebayoran Baru

    Jakarta 1984

  • SPLN 52-1: 1984

    SUSUNAN ANGGOTA KELOMWK PEnaAKUAN BIDANG TFUNSMISI

    Berdasarkan Swat Keputusan Direksi Pemsahaan Umum Listrik Negara

    No.: 028/DIR/83 tanggal 5 April 1983

    1. Kepala Dinas Pembakuan, Pusat Penyelidikan Masalah Kelistrikan (ex-officio) * ) : Ketua

    merangkap Anggota Tetap 2. (Ditetapkan kemudian) : Sebagai Ketua Harian

    merangkap Anggota Tetap 3. Ir. Soenarjo Sastrosewojo: Sebagai Sekretaris

    merangkap Anggota Tetap 4. (Ditetapkan kemudian) : Sebagai Wakil Sekretaris

    merangkap Anggota Tetap 5. Is. Moeljadi Oetji : Sebagai Anggota Tetap 6. Ir. Komari : Sebagai Anggota Tetap 7. Ir. Sambodho Sumani : Sebagai Anggota Tetap 8. Ir. Yuzwar Lutan : Sebagai Anggota Tetap 9. Ir. P. Sihombing : Sebagai Anggota Tetap 10. Ir. Djiteng Marsudi : Sebagai Anggota Tetap 11. Ir. Woerjardjo : Sebagai Anggota Tetap 12. Ir. Rosid : Sebagai Anggota Tetap 13. Ir. R . Moh. Hosen : Sebagai Anggota Tetap 14. Ir. Soewadji : Sebagai Anggota Tetap 15. Ir. Gumirang : Sebagai Anggota Tetap 16. Ir. J. Soekarto : Sebagai Anggota Tetap 17. Ir. Nabris Katib : Sebagai Anggota Tetap.

    SUSUNAN ANGG(YPA KEU)MPOK KERTA POLA PENGAMANAN SISTW Swat Keputusan Direktur Pusat Penyelidikan Masalah Kelistrikan

    No.: 002/LHK/83 tanggal 10 Pebruari 1983

    1. Ir. Dj iteng 'Wrsudj

    2 . Ir. Eden Napitupulu

    3. Ir. Komari 4. Ir. Mahmud Junus 5. Ir. J. Soekarto 6. Ir. Moeljadi Oetji 7. Ir. Sambodho Sumani 8. Ir. S m t o Soedi- 9. Ir. Roswiem Roeslan 10. Ir. Nabris Katib 1 1. Ir . Demden, I Rochadar 12. Ir. J.S. Siringoringo

    : Ketua merangkap Anggdta

    : Sekretaris merangkap Anggota

    : Anggota : Anggota : Anqgota : Anggota : Anggota : Anggota : Anggota : Anggota : Anggota : Anggota

    *) Ir. mbmud JUIIUS.

  • SPLN 52-1 : 1984

    Daf ta r Isi

    Halarnan

    1 Pasal Satu . Ruang Lingkup ........................ 1

    2 Pasal Dua - Definisi ............................. 1

    3 Pasal Tiga . Pola Umurn Pengamanan Sistern dan . . . . . . . . . . 3 Penerapannya di Lingkungan PLN

    ..... 4 Pasal Empat . Pola Pengarnanan Sistem Transrnisi 150 kV 14

    Tabel 1A . Pola Pengarnanan Sistern Transrnisi 150 kV . . . . . . . . . 17 Saluran Udara

    Tabel 1B . Pola Pengarnanan Sistem Transmisi 150 kV ......... 19 Saluran Kabel Tanah

    - . .......................... Tabel I1 Pengarnanan Re1 2 1 ...... LAMPIRAN A - PETUNJUK PEMILIHAN RELAl IMPEDANS 23

    SISTEM 150 KV

  • SPLN 52-1: 1984

    Pola Pengarnanan Sistern, Bagian Satu: B. Sistern Transrnisi 150 kV

    Pasal Satu Ruang Lingkup dan Tujuan

    I Ruang Lingkup Standar ini dirnaksudkan untuk rnenetapkan pola pengarnanan bagi sistem pembangkitan, transrnisi 66 kV, 150 kV se r ta sistern distribusi 6 kV dan 20 kV. Standar pola pengarnanan sistem ini terdiri dari 3 bagian yaitu: - Bagian Satu: A. Sistern Transrnisi 66 kV

    B. Sistern Transrnisi I50 kV C. Transforrnator 150166 kV, 150120 kV dan 66/20 kV.

    - Bagian Dua: Generator. - Bagian Tiga: Sistem Distribusi 6 kV dan 20 kV. Publikasi ini rneliput Bagian Satu: B. Sistern Transmisi 150 kV.

    2 Tujuan Tujuannya ialah untuk rnernberikan pegangan yang terarah dan seragarn bagi perencanaan pengarnanan sistern pembangkitan, transrnisi 66 kV dan 150 kV se r t a sistern distribusi 6 kV dan 20 kV.

    Para1 Dua Definisi *)

    3 Keandalan (Reliability) Kemungkinan sebuah gawai akan bekerja tanpa kegagalan dalarn suatu pe- riode waktu a t a u sejumlah penggunaan yang ditentukan.

    4 Ketepercayaan (Dependability) Segi keandalan yang berhubungan dengan dera ja t kepastian bahwa suatu relai a t a u sistern relai akan bekerja dengan tepat.

    *) Dikutip dari ANSIIIEEE Std. 100-1977. Lihat juga SPLN 52-1: 1983 Bagian A dan C.

  • SPLN 52-1: 1984

    5 Keterjarninan (Security) Segi keandalan yang berhubungan dengan dera ja t kepastian bahwa sebuah re- lai a t a u sistern relai tidak akan bekerja dengan tidak tepat .

    6 Pengarnanan Pilot (Pilot Protection) Suatu c a r a pengarnanan saluran yang rnemakai saluran komunikasi sebagai sarana untuk rnemperbandingkan kondisi e lektr is pada kedua terminal dari saluran itu.

    Catatan: Dalarn praktek t e rdapa t dua rnacarn pola pengarnanan pilot, yakni: (a) pola jatuh-pindah dan (b) pola bloking. Lihat rnasing-rna- sing Ayat 7 dan 8.

    7 Ja tuh Pindah (Transfer Trip) Suatu c a r a penjatuhan dar i jauh dirnana saluran kornunikasi dipakai untuk rnengirirnkan sinyal penjatuhan dari lokasi relai ke suatu lokasi yang jauh.

    8 Relai Bloking (Blocking Relay) Sebuah relai bantu yang fungsinya rnernbuat relai a t a u gawai tidak bekerja pada kondisi yang ditentukan.

    Cata tan: Relai bloking ini dipakai pada pola bloking, dirnana sinyal bekerja pada saluran yang t idak terganggu dan dengan pengirirnan sinyal dar i terminal yang d e k a t k e terminal yang jauh, relai pada ter - minal yang jauh dicegah bekerja. Dengan gangguan yang terjadi pada seksi saluran a n t a r a PMB 3 dan 4, sinyal akan dikirimkan dar i pengirirn ( transmiter) 2 ke penerima I dan dari pengirirn 5 ke penerirna 6 . PMB 1 dan 6 di- cegah bekerja (jatuh) walaupun arahnya sesuai dengan penjatuhan I dan 6 dan gangguan ter jadi dalam jarak yang diamankan oleh kawasan 2 dar i relai PMB 6 . Sinyal-sinyal a n t a r a 3 dan 4 dicegah, karena gangguan ter jadi a n t a r a 3 dan 4.

    ; Sinyal i Tidak T sinyal I a d a A 2 Sinyal

  • S P L N 52-1: 1984

    Pasal T i g a Pola Unm P e n g m a n a n S i s tm dan

    Pene rapannya di Lingkungan P L N

    9. Berbeda dengan sistern t ransrnisi 66 kV dirnana t e r d a p a t d u a rnacarn pen- t anahan n e t r a l s is tern, pada s is tern transrnisi 150 kV ini t e r d a p a t hanya s a t u rnacarn pentanahan n e t r a l s is tern ya i tu pentanahan q fek t i f . Dengan

    dernikian pe lbagai a l t e rna t i f dar i pola pengarnanan sis tern yang d ibahas dan dua a l t e rna t i f yang dipilih sebagai pengarnanan u t a rna dalarn s t a n d a r ini t idak lagi d idasarkan atas pe rbedaan ni lai a r u s gangguan ke-tanah yang te r jad i , rnelainkan ka rena f ak to r - f ak to r yang lain.

    10. Persarnaan k r i t e r i a da r i pola pengarnanan p a d a s is tern 150 kV dengan 66 kV, sebagairnana diuraikan dalarn Bagian Satu: A., i a lah r e l a i yang beke r j a c e p a t untuk rnengarnankan p e r a l a t a n dan rnernpertahankan kernantapan, re la i yang beke r j a hanya pada seks i yang te rganggu (rnelokalisasikan gangguan) yang juga rnernbantu rnernpertahankan kernantapan s e r t a pernakaian penutup-balik untuk rnernulihkan sis tern dan rnenghindari asinkron (kelelahan). Perbeda- a n n y a ialah p a d a sistern 150 kV rnernerlukan k r i t e r i a ta rnbahan yang lebih spesif ik, t e ru t a rna ka rena peranannya yang lebih pent ing sebaga i u r a t nadi sistern t e n a g a Listrik d i l ingkungan PLN yang rnenuntu t tingkat-jarninan yang lebih t inggi da r ipada s is tern 66 kV. Arus gangguan yang s a n g a t besa r rnernerlukan wak tu rnernbebaskan gangguan yang s a n g a t s ingkat , s edang pengarnanan rel diperlukan yang d ipasang pada t i a p seks i a g a r t idak rnenghentikan sarna seltali penyaluran t e n a g a l is t r ik ke- pada konsurnen. Akhirnya, untuk rnernper tahankan kernantapan se luruh sis- tern s ebaga i W a t u kesa tuan ha rus a d a bagian in te rkoneks i yang di- per tahankan, tehapi juga ha rus a d a bagian in te rkoneks i yang lain yang dikorbankan a t a u d i l e p a s k a n da r i sistern. Sehubungan dengan upaya rnern- per tahankan kernantapan t e r sebu t , ge j a l a yang ser ing rnengancarn ialah t e r - jadinya bantingan (swing) pada pernbangkit.

  • SPLN 52-1: 1984

    Untuk ini diperlukan pengamanan t a m b a h a n ya i tu re la i an t ibant ingan yang merupakan subkomponen da r i r e l a i jarak a t a u kornponen te rsendi r i yang be- ke r j a sedemikian hingga bant ingan t idak t e r l i h a t s ebaga i gangguan.

    I1 G u n a mempero leh penja tuhan yang s a n g a t c e p a t m a k a pemaka ian re la i js- rak ( s e ~ e r t i pada s is tern 66 kV) pada s i s t em 150 kV ini harus di lengkapi de- ngan r e l a i pilot. P a d a dasa rnya pemil ihan pola pengamanan dengan p i lo t dimaksudkan untuk meningkatkan keandalan s i s t em ya i tu b i l amana e l e m e n kawasan I pada re la i jarak gaga l beke r j a m a k a s i s t em pi lo t d a p a t s e g e r a mengatas inya , s a t u dan lain untuk mernper tahankan keman tapan s i s tem. Dengan demikian per lu d i t e t apkan w a k t u dasa r untuk membebaskan gang- guan. Makin pendek w a k t u mernbebaskan gangguan k e m a n t a p a n s i s t e m m a - kin te r jamin . Oleh ka rena i t u b i l amana d ikehendaki t e rpe l iha ranya k e m a n t a p a n s i s t em dan kelangsungan penyaluran yang baik dengan m e m a k a i penu tup c e p a t , rnut lak diperlukan pengamanan dengan pilot. T e t a p i se- bal iknya b i l amana diperlukan pengamanan dengan p i lo t - t i dak ha rus dipakai penu tup c e p a t k a r e n a hanya menghendaki t e rpe l iha ranya keman tapan s i s t em sedang kelangsungan penyaluran sed ik i t di tunda.

    12 Dua buah pola pengamanan dengan p i lo t yang t e rkena l ia lah pola bloking (blocking scheme) d a n pola jatuh-pindah ( t ransfer - t r ip scheme). Pemi l ih a n a n t a r a kedua pola pengamanan i t u t e r g a n t u n g kepada f a k t o r keandalan, ekonorni s e r t a pengoperasian d a n pemel iharaannya . Keandalan kedua pola pengamanan t e r s e b u t masing-rnasing mempunya i d u a s i f a t ya i tu ke t epe r - c a y a a n (dependabil i ty) d a n ke t e r j aminan (security). K e t e p e r c a y a a n me- nya t akan d e r a j a t kepas t ian pola pengamanan i t u a k a n beke r j a t idak sek- sama. T e p e r c a y a b e r a r t i s e m u a unsur d a n f a k t o r yang d i r ancang p o s ~ t i f a- kan beke r j a dengan baik, s edang t e r j amin b e r a r t i s e m u a unsur d a n l a t a u fak- t o r yang d iperk i rakan (berpengaruh) nega t i f d a p a t d i cegah a t a u diatasi .

  • SPLN 52-1: 1984

    Jadi bilarnana rnerancang suatu pola pengarnanan yang lebih tepercaya, ha1 ini akan berakibat lebih tidak terjarninnya pola pengarnanan itu. Sebagai contoh dapat dikernukakan bahwa pola bloking yang rnernang diciptakan un- tuk rnernperoleh pola pengarnanan yang lebih tepercaya dar i pola jatuh-pin- dah rnenjadi lebih tidak terjarnin dar i pola jatuh-pindah. Artinya, bila pola bloking gaga1 bekerja, rnaka akibat-akibatnya yang tidak dikehendaki - t idak terjarnin dapa t dicegah a t a u diatasi.

    I .

    Pola bloking, yang rnengutarnakan pencegahan terjadinya penjatuhan - diluar seksi yang dilindungi (ialah seksi yang sedang rnengalarni gangguan), be ra r t i kornponen PLC dan relai-relai (yang rnencegah penjatuhan) bekerja pada seksi yang - t idak terganggu, ha1 rnana berar t i pula kecil kernungkinannya ter jadi kegagalan operasi pada kornponen PLC. Dengan dernikian kornponen PLC dapa t dioperasikan sesuai sepenuhnya dengan desain a t a u kehendak pe- rancang. Si fa t ini disebut t epe rcaya dan karenanya dapa t diadakan per- cobaan d i laboratoriurn dengan seksarna guna rnernperoleh penarnpilan yang t epercaya itu. Sebaliknya pola jatuh-pindah, yang rnengutarnakan penjatuhan c e p a t dan se- rentak (atau harnpir serentak) dalarn seksi yang dilindungi (sedang rneng-

    ,

    alarni gangguan), berar t i kornponen PLC dan relai-relai bekerja rnenjatuhkan pernutus-beban dan pada seksi yang sedang terganggu, ha1 rnana berar t i pula adanya surnber gangguan bagi kernungkinan kegagalan operasi pada korn- ponen PLC. Dengan dernikian kornponen PLC rnungkin bekerja yang t idak dikehendaki. Walau dernikian perancang pengarnanan selalu rnenyernpurna- kan desainnya agar pola pengarnanan i tu t idak sarnpai bekerja yang t idak dikehendaki seper t i t e r sebu t di atas, terutarna dar i d a t a yang dihirnpun dari pengalarnan. Si fa t ini, bila berhasil disebut terjarnin (secure). Sebagairnana diuraikan di atas kedua pola pengamanan i tu rnasing-rnasing rnernpunyai s i f a t ketepercayaan dan keterjarninan. Tetapi dengan uraian di atas d a p a t di tegaskan bahwa pola bloking lebih tepercaya, sedang pola jatuh-pindah lebih terjarnin.

  • SPLN 52-1: 1984

    Dengan dernikian d a p a t d i t a r ik kesirnpulan bahwa pada pola bloking PLC bukan saja dianggap kornponen yang t e p e r c a y a rnelainkan juga ter jamin. Bilarnana kegagalan P L C ka rena kurangnya pernel iharaan, rnaka kornponen PLC i t u d isebut t e p e r c a y a t ap i kurang te r jamin , ka rena kurangnya peme- l iharaan (yang t idak diperhi tungkan sebelurnnya) rnerupakan sebhb kegagalav: yang su l i t diperhi tungkan ak iba tnya . Oleh k a r e n a i tu , dengan kurang t e r - jarninnya kornponen P L C rnaka s i f a t t e p e r c a y a pada pola bloking rnenjadi pudar. Sebal iknya s i f a t t idak t e r j aminnya rnenjadi rnenonjol ka rena aki- ba t -ak iba t yang t idak dikehendaki d a r i kegagalan ope ra s i i t u t idak d a p a t d icegah a t a u d i a t a s i ya i tu t e r j ad inya sa l ah langkah (mal funct ion , i nco r r ec t opera t ion) pada pernutus-beban yang la in seh ingga t i dak se lek t i f lagi dan pada gi l i rannya a k a n rnengakibatkan penja tuhan pemutus (2) beban yang lain s e c a r a seren tak .

    1 3 Pe lbagai f a k t o r yang di jadikan dasa r pe r t imbangan bagi pernilihan kedua pola pengarnanan sepe r t i diuraikan d i atas rnenghasilkan keputusan untuk rnenerirna kedua pola t e r s e b u t s ebaga i s t anda r pola pengamanan sis tern dan rnenetapkan pola jatuh-pindah -dalarn ha1 ini dipilih pola jatuh-pindah tak-sarnpai yang permisif (permissive under reach t r ans fe r - t r i p scheme)- se- bagai pilihan p e r t a m a dan pola bloking sebagai pilihan kedua dengan per- t i rnbangan sebaga i ber ikut :

    a. Po la jatuh-pindah tak-sarnpai yang permisif : - Banyak dipakai d i E ropa dan Indonesia k a r e n a t e l ah rnenunjukkan

    penarnpifannya yang lebih t e r j amin da r ipada pola bloking. - Lebih rnurah, baik k a r e n a pe ra l a t annya yang leb ih s ede rhana rnaupun

    pemasangannya yang t idak perlu d ipasang p a d a s e t i a p gardu induklpu- sat l i s t r ik s e p e r t i p a d a pola bloking. Rela i - re la i dan kornpo- nen-komponennya t idak per lu d ibua t d a r i s a t u fabrik.

    - Kegagalan operas i d a r i P L C t idak rnengakibatkan penja tuhan pemu- tus-beban lain sepe t i rnungkin t e r j a d i pada pola bloking.

  • SPLN 52-1: 1984

    b. Pola bloking - Pola ini iebih tepercaya daripada pola jatuh-pindah, te tapi menjadi ku-

    rang terjamin karena terjadinya kegagalan PLC yang disebabkan oleh kurangnya pemeliharaan.

    - Lebih mahal, karena disamping peralatannya yang tidak sederhana (subkomponen-subkomponen dibuatfdipasang terpisah) juga karena harus dipasang pada se t iap gardu indukfpusat listrik.

    - Kegagalan operasi pada PLC mengakibatkan pola ini tidak selektif lagi dan mungkin rnengakibatkan penjatuhan pernutus (2) beban yang lain.

    - PLC pada pola bloking (menurut sistern Arnerika) hanya dipakai untuk pengarnanan saja, sedang PLC pada pola jatuh-pindah (menurut sistern Eropa) dipakai baik untuk pengamanan rnaupun hubungan jarakjauh dan pengukuran jarak jauh

    - Relai-relai dan kornponen-kornponennya yang dipasang pada suatu seksi (dua terminal yang berhadapan) harus dibuat dari s a t u pabrik.

    Cata tan: Pola dasar dan pengertian pola pengamanan yang berlaku di Ame- rika rnaupun di Inggris s a m a yaitu bahwa pada pola jatuh-pindah pengirirnan sinyal berlangsung pada seksi saluran yang terganggu, sedang pada pola bloking pengiriman sinyal berlangsung pada seksi yang 3 terganggu, dan bahwa pola bloking rnerupakan pe- nyempurnaan daripada pola jatuh-pindah. Kepustakaan Arnerlka I ) rnernisahkan pola bloking dan pola jatuh-pindah sedang kepustakaan Inggris a d a yang rnernisahkan pola jatuh-pindah dan pola bloking 2) dan a d a pula yang mernisahkan po- l a tak-sarnpai dan pola melarnpaui 3).

    lied Protect ive Relaying, \Vestinghouse Elect r ic Corporation, Florida, USA, Second Printing, 1979.

    2 ) ~ r o t e c t i v e Relays Application Guidef The General Elect r ic Company Limited, Liverpool, England, Second Edition-First Printing, 1975.

    3 ) ~ e s t J a v a 150 kV and 70 kV Power System Protect ion Design Manual, Initial Draf t , Pr iece Cardew and Rider Consulting Engineer, Sussex,

    England, 1979.

  • SPLN 52-1: 1984

    Perbandingan dan persarnaan kedua acuan ( re ferens i ) t e r s e b u t sebagai beriltut:

    (i) Bloking (ii) Unbloking (iii) Melarnpaui

    (selalu permis i f ) (iv) Tak-sampai

    (a) permisif (b) tak-permisif

    Arnerika(A)

    (*) Tak-sarnpai (a) perrnisif ....... (b) perpanjangan

    jenjang ( s t ep ex tens ion= acce l e r a t i on )

    (**) Melarnpaui (a) bloking ....... (b) perrnisif .....

    Inggris(B) P e r s a m a a n (8) dengan (A)

    Pola jatuh-pindah d i t e t a p k a n sebaga i pilihan p e r t a m a ka rena a.1. s i f a t ke te r ja rn inannya yang t inggi ya i tu kernarnpuannya rnernberikan kepas t ian untuk t idak beke r j a yang t idak dike- hendaki walaupun pola ini beke r j a pada sa lu ran yang te rganggu. Sebal iknya pola bloking t idak d i t e t a p k a n sebaga i pilihan per- t a rna ka rena gaga l dalarn rnenarnpilkan s i f a t ke t epe rcayaannya i tu . Po la pengamanan ini a k a n t ampi l t e p e r c a y a b i la korn- ponen-komponennya, t e rmasuk P L C , beke r j a t epe rcaya . Po la bloking d i sebu t lebih t e p e r c a y a d a r i pola jatuh-pindah ka rena yang p e r t a m a d i r ancang dan beroperas i pada kondisi yang positif (PLC baik dan sa lu ran t idak terganggu), s edang yang kedua d isebut lebih t e r j amin d a r i yang pe r t a rna k a r e n a yang kedua d i r ancang dan be rope ra s i pada kondisi yang negat i f (PLC baik dan sa lu ran terganggu). Dengan dernikian b i la PLC-nya sendi r i p a d a pola bloking t idak baik, s i f a t ke t epe rcayaannya menjadi pudar , seh ingga pola bloking sebaga i pola penyernpurnaan d a r i pola jatuh-pindah untuk rneningkatkan k e t e p e r c a y a a n i t u gaga l rnemenuhi fung- s in y a.

    I ) Applied P r o t e c t i v e Relaying, West inghouse E l e c t r i c Corpora t ion , Flo- r ida, USA, Second Pr in t ing , 1979.

    2, P r o t e c t i v e Re lays Appi -at ion Guide, T h e Gene ra l E l e c t r i c Company L imi t ed , Liverpool , Eng ~ n d , Second Edit ion-Firs t Pr in t ing , 1975.

    3, West J a v a 150 kV and 70 kV Power Sys t em P r o t e c t i o n Design Manual, Ini t ia l D r a f t , P r i e c e C a r d i w and R ide r Consul t ing Engineer , Sussex, England, 1979.

  • SPLN 52-1: 1984

    -bebaskan gangguan pada s i s t em 150 kV ini h a r u s lebih s ingkat s i s t em 6 6 kV. Bi lamana pada sistern 6 6 kV waktu dasa rnya 150

    milisekon, m a k a pada s i s t em 150 kV ini d i rekomendas ikan 120 mil isekon un- tuk gangguan yang t e r j ad i da lam kawasan I , t en tunya penja tuhan ini t i dak menunggu pengi r iman sinyal. Kemudian , untuk gangguan yang t e r j ad i dalam kawasan 2 p a d a seksi i tu, d i rekomendas ikan 150 mil isekon s e t e l a h pe- ngi r iman sinyal. Dengan sendi r inya rekomendas i demikian hanya ber laku pa- d a pola jatuh-pindah, yang m e m a n g beke r j a pada sa luran yang terganggu. P a d a pola bloking wak tu membebaskan gangguan lebih l a m a da r i po la jatuh-pindah, k a r e n a pola ini beke r j a pada sa lu ran yang t idak te rganggu ya i tu mencegah penja tuhan pada sa lu ran yang t i dak terganggu. J ad i s ebena rnya wak tu yang leb ih l a m a i t u bukan wak tu membebaskan gangguan mela inkan w a k t u rnernbloking seksi yang t idak terganggu. Dengan demikian wak tu mernbebaskan gangguan pada s e t i a p t e m p a t sepanjang seks i yang d iamankan i t u ia lah waktu yang diperlukan untuk rnembloking seks i yang t idak te rganggu dan t e r d i r i d a r i w a k t u s inyal pernbawa, w a k t u penja tuhan r e l a i dan w a k t u pembukaan PMB. Waktu s inyal p e m b a w a d iperk i rakan 20 rnilisekon, wak tu penja tuhan r e l a i a n t a r a 40 - 70 milisekon dan wak tu pern- bukaan PMB 60 mil isekon, sehingga se luruhnya rnaksimum 150 rnilisekon. Walau dernikian berhubung d i l ingkungan PLN t e r d a p a t pu la bloking yang rnernakai r e l a i jarak dengan r e l a i kawasan I ( seper t i rnisalnya di J a w a Bara t ) dan t idak rnemakai re la i kawasan I ( j a tuh k a r e n a r e l a i pernbawa, s e p e r t i rnisalnya di J a w a Tirnur) m a k a seyogyanya d i t e t a p k a n wak tu rnem- bebaskan gangguan yang ber laku bagi keduanya.

    1 5 P a d a s is tern 6 6 kV dipasang pengaman cadangan yang t e rd i r i d a r i peng- a rnanan cadangan d a r i jauh dan pengamanan cadangan lokal. Pengarnanan cadangan dar i jauh d i laksanakan dengan pemil ihan r e l a i jarak kawasan ber - jenjang (step-zone). Pengarnanan cadangan lokal disini t idak b e r a r t i bahwa pengarnanan t e r s e b u t s e g e r a beke r j a bi larnana penga tu ran u ta rna gaga1 be- kerja. Pengamanan cadangan lokal disini diusahakan koordinasi v ~ a k t u n y a dengan pengamanan u t a m a di t e m p a t be r iku tnya yang a k a n berfungsi se- bagai pengamanan cadangan da r i jauh (pada kawasan 3). Koordinasi w a k t u d ibua t sedernikian hingga pengamanan cadangan d a r i jauh-bekerja lebih dulu d a r i pengamanan cadangan lokal.

    - 9 -

  • SPLN 52-1 : 1984

    Hal ini berarti bahwa kemungkinan sekali pengamanan cadangan dari jauh akan bekerja lebih efektif dari pengamanan cadangan lokal. Dengan de- rnikian berarti bahwa waktu penundaan bagi pengamanan cadangan lokal cukup lama sehingga rnungkin sekali mengorbankan kernantapan sistem demi keselamatan peralatan. Pada sistem 150 kV ini, pengarnanannya menjadi lebih handal karena pengarnanan dengan pilot dapat saling rnenunjang dengan relai jaraknya sendiri an^ satu menjadi cadangan bagi yang lain secara tirnbal balik) sehingga pengamanan cadangan lokal benar-benar hanya me- rupakan pengarnanan imnbahan (redundant). Berbeda dengan sistern 66 kV yang ditanahkan melalui tahanan rendah dan tahanan tinggi, ha1 rnana mempengaruhi pemilihan pengamanan cadangan lokal rnaka pada sistem 150 kV yang ditanahkan langsung ditetapkan relai aruslebih berkarakteristik IDMT (waktu minimum tertentu terbalik = WMTT) sebagai cadangan lokal.

    1.6 Untuk memperoleh tingkat keandalan yang tinggi pada sistem 150 kV ini ha- nya dipakai dua macarn rel, yaitu re1 PMB satu-setengah dan re1 PMB tung- gal re1 ganda. Yang pertarna mernpunyai keandalan yang lebih tinggi dari yang kedua dengan pengertian bilamana dipasang jenis pengarnanan yang se- suai tingkat keandalannya. Oleh karena i tu perlu diketahui tingkat kean- dalan dari pelbagai jenis pengarnanan rel, rnisalnya jenis penggandeng linear mernpunyai tingkat keandalan yang tertinggi, kemudian diikuti jenis irnpedansi tinggi dan terakhir jenis banyak-hambatan (multi-restraint). Oleh karena i tu pemilihan kombinasi macam re1 dengan jenis pengaman re1 ditetapkan dengan pengarahan sebagai berikut: - Tingkat keandalan dimulai dari tingkat ketepercayaan, artinya,

    pengamanan yang tepercaya lebih tinggi tingkat keandalannya dari peng- amanan yang terjamin.

    - Pengamanan re1 jenis Penggandeng Linear hanya dipasang pada Re1 PMB satu-setengah sebarai pengamanan yang sangat tepercaya sedang jenis Impedansi Tinggi d asang baik pada Re1 PMB satu-setengah sebagai pengamanan yang - cuk 2 tepercaya maupun pada Re1 PMB tunggal re1 gan- da sebagai pengarnanan yang sangat terjamin. Pengama~n jenis Banyak-hambatan hanya dipasang pada Re1 PMB tunggal re1 ganda sebagai pengamanan yang cukup terjarnin.

  • 1

    1

    . I

    ')

    1-

    ?.- r i e-

    n-

    ar

    iis

    .e 1

    fa.

    'g-

    HB nis ga i 3n-

    g a l

    SPLN 52-1: 1984

    Kecuali rnacarn re1 dan pengamanan re1 t e r sebu t di a t a s t e l ah pula dikenal dan dipasang di lingkungan PLN sua tu desain khusus dar i gardu induk yang rnerupakan sua tu sistern sehingga rnacarn re1 dan pengarnanannya rnerupakan bagian yang t e rpadu dar i sistern i t u dan desain ini d isebut gardu induk bcr- isolasi gas (Gas Insulated Substation), d is ingkat GIBG).

    17 P a d a sis tern 150 kV dianggap perlu rnernakai re la i ant i-bantingan. Re la i ini rnerupakan re la i fakul ta t i f yang te rpasang (buil t -~n) dalarn re la i impedans. Mengingat peranan operasional da r i sistern 150 kV rnaka sebaiknya relai irnpedans yang dipakai se la lu di lengkapi dengan re la i anti-bantingan. P a d a sistern dengan saluran radial s ebena rnya r e l a i ant i-bantingan ini t idak di- perlukan (kecuali rnungkin t e r j ad i bi la rnensuplai indus t r i yang rnempunyai motor-motor besar) , narnun untuk rnenyederhanakan pengadaan dan derni keluwesan pengadaan t e rhadap kernungkinan dikemudian har i . sa luran radia l menjadi saluran interkoneksi a n t a r a d u a sumber daya , sebaiknya sernua r e l a i impedans untuk sistern t ransmis i 150 kV dilengkapi dengan re la i anti-ban- t ingan, apa lagi ha rga r e l a i ini cukup rnurah dibandlngkan dengan peranan o ~ e r a s i o n a l sistern t ransrnisi 150 kV.

    18. P a d a sistern 150 kV pernakaian penutup balik rnerupakan keharusan untuk rnernpertahankan kernantapan sistern. Berbeda dengan sistern 66 kV, di- rnana hanya dipakai penutup-larnbat 3-fasa untuk rnemel ihara kont inui tas penyaluran, pada s i s tem 150 kV ini kecual i d ipakai penutup-larnbat dipakai pula penutup-cepat yang disarnping untuk mernel ihara kont inui tas penyalur- a n dirnaksudkan pula untuk rnernperbaiki kernantapan sistern. Dengan de- rnikian untuk pernakaian penutup-larnbat k e t e n t u a n untuk sistern 66 kV se- pe r t i t e rcanturn dalarn Bagian Satu: A. Sistern Transmisi 66 kV, Pasa l Lima, A y a t 4, t e t a p diberlakukan pada sistern 150 kV. Selanjutnya, t e rhadap pernakaian penutup-larnbat d a n penutup-cepat di- berikan pengarahan sebaga i berikut:

    18.1 Penutup- lambat tiga-f asa dipakai pada: - Saluran radial. - Saluran dengan dua surnber pada kedua ujungnya dan kernarnpuan pe-

    nyaluran da r i sa luran ini t i dak rnelebihi 10% beban sistern t e r endah dar i s is tern dirnana sa luran i t u berada , rnisalnya contoh yang berikut:

  • SPLN 52-1: 1984

    Beban terendah B1= 560 MW' Beban terendah B2= 440 MW Beban Sistern Terendah = Kernarnpuan saluran PQ< 100 MW B1 + B2 = 1000 MW.

    Dengan kernarnpuan saluran yang rendah resiko kehilangan kernantapan sistern pada waktu terjadi gangguan sangat kecil, sehingga pe- nutup-balik yang diperlukan cukup dengan penutup-larnbat saja. Wak- tu-rnati sebaiknya tidak rnelebihi 5 detik agar tidak didahului oleh re- la i aruslebih dari saluran yang rnengalarni beban lebih. (Bilarnana ter- jadi gangguan antara PQ, PMB di P dan Q jatuh, rnaka saluran rnasuk ke Q rnengalarni bebanlebih).

    18.2 Penutup-cepat satu-fasa dipakai pada saluran dengan dua surnber pada kedua ujungnya dan kernarnpuan penyaluran dari saluran in i rnelebihi 10% beban sistern terendah dari sistern dirnana saluran i t u berada. Dengan kemampuan yang relatif tinggi untuk mengatasi resiko hilang- nya kernantapan sistern pada waktu terjadi gangguan diperlukan pe- nutup-cepat satu-fasa. Dalarn ha1 ini diperlukan sarana atau keleng- kapan yang rnencegah penutup-balik bilarnana terjadi gangguan tiga-fa- sa yang biasanya bersifat permanen.

    18.3 Penutup-cepat tiga-fasa dipakai seperti halnya penutup-cepat satu fasa yaitu dimaksudkan untuk rnernperbaiki kernantapan sistem. Perbedaan- nya ialah pada yenutup-cepat tiga-fasa terdapat resiko kelelahan pada poros penggerak nu la (pembangkit) sebagai efek asinkron. Dengan dernikian untuk p~makaian penutup-cepat tiga-fasa diperlukan per- syaratan sebagai berikut:

  • SPLN 52-1: 1984

    a. Pada saluran dengan dua surnber daya pada kedua ujungnya, rnaka kernarnpuan penyaluran dari saluran ini tidak rnelebihi 5% beban ter- endah dari sistern dirnana saluran i tu berada.

    b. Pada saluran dengan dua surnber daya pada kedua ujungnya di- tarnbahkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: - Sedikitnya ada dua saluran sirkit-ganda yang rnenghubungkan kedua

    surnber, se t iap saluran sirkit-ganda berada pada sa tu tiang. - Penutupan-balik pada satu-sirkit hanya boleh terjadi apabila sirkit

    sebelahnya pada satu t iang jelas rnasih t e r tu tup (bekerja). Hal ini dijarnin oleh suatu interlok. Catatan: Interlok ini rnenutup kontak apabila PMB sirkit sebelah

    rnasih masuk dan kontak ini dihubungkan seri dengan kontak yang akan rnenutup apabila pada sirkit sebelah je- las rnasih rnengalir daya yang dideteksi oleh sebuah relai daya.

    c. Pada saluran radial pernakaian penutup-cepat ini tidak bertentangan dengan syarat-syarat teknis konsurnen.

    Adapun rnengenai jurnlah penutupan seyogyanya dibedakan penutup-cepat s a tu-fasa dengan tiga-fasa. Dengan penutup-cepat satu-fasa dapat dilakukan penutupan sarnpai dua kali, sedang dengan penutup-cepat tiga-fasa hanya dapat dilakukan sa tu kali penutupan.

    19 Pengarnanan saluran kabel tanah pada prinsipnya sarna dengan sistern trans- misi 66 kV, seper t i diuraikan dalarn Bagian Satu: A. Sistern Transrnisi 66 kV, Pasal Ernpat Ayat 15 dan 16.

  • SPLN 52-1: 1984

    Pasal Empat Pola Pengamanan Sistem Transrnisi 150 kV

    20 Untuk sistern Transrnisi 150 kV, yang pada umurnnya terdiri dari saluran udara dan rnempunyai pentanahan netral efektif ditetapkan dua rnacam pola penggarnanan utarna sebagai berikut:

    20.1 Pola jatuh-pindah tak-sarnpai yang permisif, dengan pernbawa saluran tenaga (PST=PLC) yang bekerja pada saluran yang terganggu.

    20.2 Pola bloking dengan pernbawa saluran tenaga (PST), yang bekerja pada saluran yang tidak terganggu.

    20.3 Pengarnanan dengan pola jatuh-pindah ditetapkan sebagai pilihan per- tarna sedang pengarnanan dengan pola bloking sebagai pilihan kedua.

    21 Waktu rnernbebaskan gangguan dari pola jatuh-pindah ditetapkan sebagai berikut:

    21.1 Waktu dasar ditetapkan rnaksimurn 120 rnilisekon untuk gangguan yang terjadi dalarn kawasan 1, dirnana penjatuhan terjadi tanpa rnenunggu pengirirnan sinyal.

    21.2 Waktu mernbebaskan gangguan pada waktu gangguan terjadi dalarn ka- wasan 2 pada saluran itu ditetapkan rnaksirnurn 150 milisekon, dirnana penjatuhan terjadi setelah pengiriman sinyal.

    22 Waktu rnembebaskan gangguan dari pola bloking ditetapkan sebagai berikut: Waktu rnernbebaskan gangguan pada setiap ternpat sepanjang seksi yang di- amankan ditetapkan rnaksirnurn 150 rnilisekon dengan penjelasan sebagai be- rikut:

    22.1 Waktu rnernbeL-askan gangguan tersebut terdiri dari waktu sinyal pern- bawa 20 rnilise, ,n, waktu penjatuhan relai 40 - 70 milisekon dan waktu pernbukaan PMB 50 milisekon.

  • SPLN 52-1: 1984

    22.2 Ke ten tuan wak tu membebaskan gangguan t e r s e b u t d i a t a s ber laku bagi s e m u a pola bloking d i l ingkungan PLN, baik bagi pola pengamanan yang m e m a k a i re la i jarak dengan re la i kawasan I ( seper t i misa lnya di J a w a B a r a t ) maupun yang t idak m e m a k a i r e l a i kawasan 1 ( seper t i misa lnya di J a w a Timur).

    C a t a t a n : Yang dimaksud wak tu membebaskan gangguan pada sua tu seksi yang te rganggu pada pola bloking ialah wak tu yang diperlukan un- tuk membloking seks i la in yang t idak te rganggu, ka rena pengi r iman sinyal s e m a t a - m a t a diperlukan untuk membloking seks i yang t idak terganggu.

    23 Pengamanan cadangan t e rd i r i d a r i pengamanan cadangan da r i jauh yang di laksanakan dengan re la i jarak kawasan ber jen jang dan pengamanan cadangan lokal yang di laksanakan dengan r e l a i a rus leb ih be rka rak t e r i s t i k lDMT (waktu minimum t e r t e n t u t e rba l ik = WMTT), baik s ebaga i pengamanan gangguan-fa- sa maupun gangguan-tanah.

    24 Pola pengamanan s i s t em t ransmis i 150 kV ini di lengkapi dengan penutup- lambat t iga-fasa, be r iku t a l a t - a l a t pe lengkap c e k s inkronisasi (CS) dan pemer iksaan sa lu ranma t i (PS) b i lamana kemampuan sa lu ran t idak me- lebihi 10% beban s i s t em t e r endah d i m a n a sa luran ini b e r a d a dengan penje- lasan sebaga i berikut :

    24.1 P a d a t e rmina l dengan d u a s i rk i t , ya i t u sa luran s i rk i t -ganda yang ber - ope ra s i para le l a n t a r a d u a sumber d ipakai penu tup l a m b a t dengan in te r - lok. Bi lamana d a p a t diusahakan s a r a n a yang d a p a t mencegah beker janya pe- nu tup bal ik pada gangguan t iga-fasa, d ipakai penu tup l a m b a t dengan C S dan PS.

    24.2 P a d a t e r m i n a l dengan lebih d a r i dua s i rk i t , ya i t u lebih d a r i s a t u sa luran s irki t -ganda yang beroperas i pa ra l e l a n t a r a d u a s u m b e r a t a u lebih di- paka i penu tup l a m b a t dengan C S d a n PS.

    C a t a t a n : I. Bi lamana kebiasaan peme l iha raan sa lu ran u d a r a d i laksanakan d e ngan men tanahkan kedua s i rk i t pada sa lu ran s irki t -ganda, m a k a k e t e n t u a n t e r c a n t u m pada Sub a y a t 24.1 d i atas ber laku p a d a t e rmina l dengan t i g a s i rk i t , s edang pada Sub a y a t 24.2 ber laku pada t e r m i n a l lebih d a r i t i ga s i rk i t .

  • SPLN 52-1: 1984

    2. Pada terminal dengan satu a tau dua sirkit, yaitu saluran sir- kit-tunggal a tau sirkit-ganda yang beroperasi radial (satu sum- ber) dapat dipakai penutup larnbat tiga-fasa (dengan alat-pe- lengkap yang dikehendaki) untuk beban yang penting.

    25 Pola pengarnanan sistern transrnisi 150 kV ini dilengkapi dengan penutup-ce- pa t satu-fasa, bilarnana kernarnpuan saluran rnelebihi 10% beban sistern te- rendah dar i sistern dirnana saluran ini berada. Selanjutnya berlaku ketentuan pada Ayat 24 di atas.

    26 Pola pengarnanan sistern transrnisi 150 kV ini, dilengkapi dengan penutup-ce- pa t tiga-fasa, bilamana kernampuan saluran t idak melebihi 5% beban sistern terendah dari sistern dimana saluran ini berada. Selanjutnya berlaku ke- tentuan pada Ayat 24 di atas.

    27 Untuk jaringan transrnisi 150 kV, yang terdiri dar i saluran kabel tanah di- te tapkan pola pengarnanan dengan relai diferensial longitudinal sebagai pengarnanan sistern, baik sebagai pengarnanan gangguan f a sa rnaupun sekali- gus sebagai pengamanan gangguan tanah. Pengarnanan utarna tersebut di a t a s dibantu oleh pengamanan cadangan lo- kal dengan relai aruslebih waktu-terbalik.

  • .Y uezrd~m l-m w?emrP vm 'v?umd ueyrzw?p nrzd vzeC reT= T?S!J~~Z~ wrnw z 'eficwlpay -0 dnyn3

    ~hagrWd?P -A( (ml Snre zC'4~3Nen sv~rsedey r+urqpss 'w mm ?W?P m6rws wn uevrwFuad ynzm rW?p hfi sue ZC'~RLOO+~JJ - T :ue)mP3

    nffii wwmm

  • SPLN 52-1: 1984

  • SPLN 52-1: 1984

  • i I I ,

    1 I I i

    I I

    G . I . B . G . ada lah de sa in khusus yanq merupakan s u a t u s i s t e n sehinqqa ma- cam re1 dan penqamanannya merupakan baqian yanq te rpadu d a r i s i s t e m i t u .

    Dipasanq pada Pusa t l i s t r i k /

    Gardu induk

    Pusa t L i s t r i k b e r k a p a s i t a s

    31 000 MW Pusa t L i s t r i k b e r k a p a s i t a s 200 - 1 000 MW

    Gardu induk b e r k a p a s i t a s

    3200 MVA

    Pusa t L i s t r i k b e r k a p a s i t a s 200 - 1 000 MW

    Gardu induk b e r k a p a s i t a s

    2500 MVA

    Gardu induk b e r k a p a s i t a s 200 - 500 MVA

    Gardu induk b e r i s o l a s i g a s (G.1.B.G.) * )

    Penqamanan re1

    *Penqqandenq l i n e a r

    *Impedans t i n q q i

    'Impedans t i n q q i

    'Banyak- hambatan

    Pengaman * )

    NO u r u t

    1

    2

    3

    * )

    F Tinqkat I

    keandalan --;

    !

    f

    Macam re1

    R e 1 PMB s a t u se tenqah

    R e 1 PMB tunqqa l re1 qanda

    R e 1 * )

    Sanqat t epercaya

    Cukup t epe r caya

    Sangat t e r j amin

    Sanqat t e r j a m i n

    Cukup t e r j amin

    ( Sanga t ) (cukup) t e r j a m i n

    i

    I -

  • SPLN 52-1: 1984

  • SPLN 52-1: 1984

    LAMPIRAN A PETUNJUK PEMILIHAN RELAl IMPEDANS SISTEM 150 KV

    1 Sistern pentanahan Sesuai SPLN 2: 1978 sistem 150 kV adalah sistem yang ditanahkan langsung. Sehubungan dengan ha1 ini maka penggunaan relai mho terkutub silang (MTS = relai polarisasi silang) dapat lebih rnengenai sasarannya untuk gangguan hubung-tanah, sesuai uraian dalam Larnpiran C Ayat 1 SPLN 52-1: 1983 Pala Pengarnamn Sistem Bagian Satu: k Sistem Transmisi 66 kV.

    2 Tinjauan dari segi operasi Mengingat peranan sistem I50 kV secara operasional adalah lebih besarlpcn- ting daripada sistem 66 kV rnaka pertirnbangan ini harus ditarnbahkan pada pertirnbangan-pertirnbangan yang telah disebutkan dalarn Lampiran C ter- sebut di atas, dalarn a r t i bahwa harus dipilih relai yang unjukkerjanya lebih baik daripada yang untuk sistem 66 kV.

    3 Pernilihan karakteristik relai jarak elektrornekanis 3.1 Ruang lingkup

    Petunjuk ini dibatasi untuk SUTT 150 kV dan yang rnenggunakan korn- ponen-kornponen elektromekanis pada relai pengarnannya.

    3.2 Pernilihan perangkat relai pengaman utama a. Untuk gangguan antarfasa

    Dapat dipakai relai rnho terkutub rnandiri (self polarized mho) rnaupun relai MTS.

    b. Untuk gangguan fasa ke tanah Sebaiknya dipakai relai MTS dengan tujuan agar gangguan fasa ke ta- nah yang rnernpunyai tahanan besar sedapat mungkin dapat diatasi oleh relai ini.

    3.3 Untuk SUTT I50 kV yang jaraknya kurang dari 15 km dapat dipakai relai MTS maupun relai reaktans.

    3.4 Untuk mengatasi masalah terjadinya gangguan t iga fasa dapat dipakai ketentuan yang berlaku bagi sistem 66 kV seperti tersebut dalam Larn- piran C tersebut.

  • SPLN 52-1: 1984

    4 Pemllihan relai jarak semi konduktor 4.1 Relai jarak semikonduktor rnempunyai karakteristik tidak bundar

    sehingga rnasalah tahanan gangguan atau tahanan busur api dapat lebih rnudah diatasi disamping juga kerjanya yang lebih cepat daripada relai elektromekanis sehingga rnernbantu kestabilan sistem dan mengurangi rnasalah-rnasalah termal. Tetapi karena pengalaman PLN dengan relai jarak sernikonduktor belurn banyak serta mengingat pula bahwa Indonesia adalah negara tropis dengan kelernbaban relatif yang tinggi rnaka sebaiknya dalam mernilih relai jarak sernikonduktor dipilih relai yang telah terbuktilberoperasi dengan baik di salah satu negara tropis. Selain masalah kelernbaban udara juga perlu diperhatikan instalasi penernpatan relai jarak semi- konduktor, jangan sampai terirnbas oleh arus listrik yang ada pada pengawatan yang ada d i sekitarnya untuk rnenghindarkan salah operasi 1 (ma1 operation) dari relai tersebut. I

    4.2 Di lain pihak adalah rnenjadi kenyataan bahwa pernakaian relai jarak sernikonduktor sudah diterima oleh kebanyakan perusahaan listrik d i du- nia, sehingga PLN pun harus berani menyesuaikan dir i dengan per- kembangan ini. Bahkan di beberapa negara akan segera dirnulai peng- gunaan pernroses rnikro (micro processor) untuk keperluan pengamanan I ha1 rnana rnerupakan langkah lebih lanjut dari penggunaan relai jarak 1 sernikonduktor.

    I

    4.3 Dalam seminar CEPSI 1982 di Bangkok wakil-wakil dari pabrik relai BBC, ASEA dan GEC setuju dengan pendapat bahwa dalam waktu yang akan datang produksi rnereka akan beralih dari relai elektrornekanis ke

    I relai jarak semikonduktor. Hal ini terutama disebabkan karena relai jarak sernikonduktor lebih kompak dan lebih murah ongkos pernbuat- annya dari pada relai elektrornekanis.

    4.4 Sehubungan dengan uraian dalam Ayat 4.3 maka PLN seyogyanya rnernpersiapkan d i r ~ terhadap perkernbangan teknologi ini antara lain 1 dengan rnernpersiapkan tenaga-tenaga ahli dalarn bidang relai jarak I sernikonduktor sehingga tersedia tenaga-tenaga ahli yang dapat me- melihara dan memperbaiki relai-relai ini. Begitu pula harus tersedia

    ! peralatan beserta suku cadang yang memadai untuk pemeliharaan dan perbaikan relai jarak semikonduktor.