spl industri distribusi migas

27
INDUSTRI MIGAS DISTRIBUSI PENGOLAHAN LIMBAH MIGAS DISTRIBUSI (PT AKR CORPORINDO TBK) DISUSUN OLEH : 1. M. ANGGA SETIAWAN ( 6813040039) (2013) 2. TRI AGUNG PRASETYO ( 6813040046) (2013) 3. NABILA ATIKAH RAHMAN ( 6813040053) (2013) PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PERPIPAAN POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2015

Upload: tri-agung

Post on 26-Jan-2016

238 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Pengolahan LImbah

TRANSCRIPT

Page 1: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 1

IND

UST

RI M

IGA

S D

ISTR

IBU

SI

PENGOLAHAN LIMBAH MIGAS DISTRIBUSI

(PT AKR CORPORINDO TBK)

DISUSUN OLEH :

1. M. ANGGA SETIAWAN ( 6813040039) (2013)

2. TRI AGUNG PRASETYO ( 6813040046) (2013)

3. NABILA ATIKAH RAHMAN ( 6813040053) (2013)

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PERPIPAAN

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2015

Page 2: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

mencurahkan rahmat dan kasih-Nya, sehingga Laporan Tugas Pengolahan

Limbah ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun dan diajukan sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan kuliah Semester 5.

Penulis merasa mendapat banyak saran, bimbingan serta bantuan

dari berbagai pihak selama menyelesaikan Laporan Tugas ini. Tak lupa

penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

dalam menyelesaikan Laporan Tugas ini, antara lain:

1. Dosen mata kuliah Pengolahan Limbah Erlan Afiudin ST. MT.

2. Bapak dan Ibu tersayang, yang senantiasa memberikan doa dan

bantuan yang tak terhingga, baik dari segi moral maupun material.

3. Rekan-rekan Teknik Perpipaan 2013

4. Dan semua pihak yang telah memberi bantuan, saran-saran serta

kritik selama penyusunan Laporan Tugas Pengolahan Limbah.

Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, maka kritik

dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga

Laporan Tugas ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis

pada khususnya.

Surabaya, 6 Januari 2016

Penulis

Page 3: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4

1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................................... 4

1.2 RUMUSAN MASALAH ..................................................................................... 5

1.3 TUJUAN .............................................................................................................. 5

1.3 MANFAAT .......................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 6

2.1 PENGERTIAN LIMBAH .................................................................................... 6

2.2 LIMBAH CAIR .................................................................................................... 6

1. Pengolahan limbah cair ................................................................................... 6

2.3 LIMBAH PADAT NON B3 ................................................................................. 7

1. Penanganan Limbah Padat .............................................................................. 7

2.4 EMISI (PENCEMARAN UDARA) ..................................................................... 8

2.5 LIMBAH PADAT B3 .......................................................................................... 8

1 Klasifikasi Limbah B3 : .................................................................................... 9

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................................................. 10

3.1 SEJARAH PERUSAHAAN ............................................................................... 10

3.2 PROSES/KEGIATAN PERUSAHAAN ............................................................ 13

3.3 ALUR DISTRIBUSI MIGAS (JALUR DARAT).............................................. 14

3.4 ALUR DISTRIBUSI MIGAS (JALUR LAUT) ................................................. 15

BAB IV IDENTIFIKASI & PEMBAHASAN ....................................................................... 17

4.1 IDENTIFIKASI LIMBAH CAIR SERTA PENGOLAHAN ............................. 17

1. Sewage and Effluent Water Treatment .......................................................... 17

4.2 IDENTIFIKASI LIMBAN PADAT NON B3 SERTA PENGOLAHAN .......... 18

4.4 IDENTIFIKASI LIMBAH B3 SERTA PENGOLAHAN .................................. 20

Page 4: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Industri Migas merupakan salah satu jenis industri yang hampir tidak

bisa dilepaskan dari sebuah negara. Hal ini dikarenakan hampir seluruh

kegiatan suatu negara mulai dari kegiatan ekonomi, transportasi,

komunikasi dapat dipastikan membutuhkan produk olahan migas untuk bisa

melakukan fungsinya. Selain menggunakan bahan baku migas dari dalam

negeri, pemerintah juga mengimport minyak mentah serta gas alam dari luar

negeri guna mencukupi target produksi migas yang dibutuhkan negara. Pada

dasarnya Industri Migas dibagi menjadi 3 yaitu Industri Eksplorasi Migas,

Industri Pengolahan Migas dan Industri Migas Distribusi. Ketiga bidang

Industri Migas ini memiliki peran saling terkait satu sama lain.

Untuk Industri Migas Distribusi sendiri memegang peran vital

dikarenakan Industri ini merupakan penghubung antara Perusahaan

Pengelola Migas (Pertamina) dengan konsumen. Industri Migas Distribusi

harus menjamin bahwa mereka dapat menyalurkan secara merata serta tepat

waktu Bahan Bakar yang dibutuhkan konsumen di seluruh penjuru

Indonesia. BP (Badan Pengelola) Migas merupakan badan yang diberi

tanggung jawab oleh pemerintah untuk mengatur serta mengawasi tidak

hanya Indutri Pengelolaan Migas, namun juga proses Migas Distribusi.

Terlepas dari penjelasan diatas, setiap proses Industri baik Migas

ataupun non Migas pasti menghasilkan polusi ataupun limbah dalam bentuk

padat, cair, gas ataupun B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Adapun

pengertian umum limbah adalah bahan sisa hasil proses Industri baik skala

kecil maupun besar, digolongkan sebagai B3 apabila hasil sisa tersebut

memiliki kandungan atau komposisi yang berpotensi merugikan ataupun

merusak lingkungan. Pengelolaan limbah ini merupakan suatu yang sangat

penting karena pastinya setiap Industri terikat dengan peraturan

Kementerian Lingkungan tentang Pengelolaan Limbah.. Untuk itu

perusahaan Migas sendiri biasanya melakukan alih daya (outsourcing)

kepada perusahaan sub-kontraktor pengolah limbah. Apabila suatu

perusahaan memiliki sistem pengelolaan limbah yang buruk tentunya akan

terkena sanksi dari Kementerian Lingkungan Hidup. Pemerintah sendiri

melalui Kementerian Lingkungan Hidup menerapkan pengawasan serta

pesrsyaratan yang sangat ketat dalam mengeluarkan izin lingkungan serta

operasi untuk Industri maupun Perusahaan sub-kontraktor pengolahan

limbah. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penting dilakukan kajian

mengenai identifikasi pengelolaan limbah yang ada di Perusahaan Migas

Distribusi.

Page 5: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 5

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Jenis limbah apa sajakah yang dihasilkan oleh Industri Migas Distribusi ?

2. Bagaimanakah proses pengelolaan limbah pada Industri Migas

Distribusi?

3. Apa yang akan dilakukan terhadap limbah yang tidak dapat diolah ?

1.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai

sebagai berikut :

1. Identifikasi jenis-jenis limbah yang dihasilkan oleh Industri Migas

Distribusi.

2. Identifikasi proses pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh Industri

Migas Distribusi.

3. Identifikasi perlakuan terhadap limbah yang tidak dapat diolah.

1.3 MANFAAT

1. Menambah wawasan tentang pengelolaan dan pengolahan limbah secara

umum.

2. Menambah wawasan tentang pengelolaan dan pengolahan limbah

Industri Migas Distribusi.

3. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan serta pengolahan

limbah di Industri Migas Distribusi.

Page 6: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN LIMBAH

Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari proses

kegiatan manusia (Ign Suharto, 2011). Limbah dapat berupa tumpukan

barang bekas, sisa kotoran hewan, tanaman, atau sayuran. Keseimbangan

lingkungan menjadi terganggu jika jumlah hasil buangan tersebut melebihi

ambang batas toleransi lingkungan. Apabila konsentrasi dan kuantitas

melibihi ambang batas, keberadaan limbah dapat berdampak negatif

terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia sehingga perlu

dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang

ditimbulkan oleh limbah bergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

2.2 LIMBAH CAIR

Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada

dalam fase cair (air seni atau urine, air pencucian alat-alat). Limbah cair

merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak dipergunakan

lagi, baik berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan, pertanian, dan

sebagainya.Komponen utama limbah cair adalah air (99%) sedangakan

komponen lainnya bahan padat yang bergantung asal buangan

tersebut.(Rustama, 1998).

1. Pengolahan limbah cair

Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu

penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi

industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi

pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai,

namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun

demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan

limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan

untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara

kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air

limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat

dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi

pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi

masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air

buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan

Page 7: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 7

dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang

telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode

pengolahan:

1. pengolahan secara fisika

2. pengolahan secara kimia

3. pengolahan secara biologi

2.3 LIMBAH PADAT NON B3

Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah

domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah

padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari

tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain,

karet/kulittiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll

1. Penanganan Limbah Padat

1. Sanitary Landfill

Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang

dialasi iapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah

perembesan limbah ke tanah. Pada landfill yang lebih modern lagi,

biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik – lempung – plastik –

lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta

gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas

tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.

2. Insinerasi

Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan

suatu alat yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi

adalah volume sampah berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90

%). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat

dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas

ruangan.

3. Pembuatan Kompos Padat dan Cair

Metode ini adalah dengan mengolah sampah organic seperti sayuran,

daun-daun kering, kotoran hewan melalui proses penguraian oleh

mikroorganisme tertentu. Pembuatan kompos adalah salah satu cara

terbaik dalam penanganan sampah organic. Berdasarkan bentuknya

kompos ada yang berbentuk padat dan cair. Pembuatannya dapat

dilakukan dengan menggunakan kultur mikroorganisme, yakni

menggunakan kompos yang dapat meningkatkan degaradasi limbah

atau sampah organic.

Page 8: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 8

4. Daur Ulang

Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas

menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang

sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi

penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi,

mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika

dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang

adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas

kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan

pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama

dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses

hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle).

2.4 EMISI (PENCEMARAN UDARA)

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik,

kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan

kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan

kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan

oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi

gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya

dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak

pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun

global.

Pencemaran udara di dalam ruangan dapat mempengaruhi kesehatan

manusia sama buruknya dengan pencemaran udara di ruang terbuka.

Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan

pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang

ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida

adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil

dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang

terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan

ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara

sekunder.

2.5 LIMBAH PADAT B3

Definisi limbah atau Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berdasarkan

BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses

produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat

(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau

jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat

merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan

manusia.

Page 9: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 9

Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn,

Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan

sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah industri kimia tertentu

sedangkan Hg dihasilkan dari industri klor-alkali, industri cat, kegiatan

pertambangan, industri kertas, serta pembakaran bahan bakar fosil. Pb

dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu. Logam-logam berat pada

umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi rendah.

1 Klasifikasi Limbah B3 :

Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi

pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa

organik yang stabil dan mudah menguap.

Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi

dan flokulasi.

Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses

pengolahan dengn lumpur aktif sehingga banyak mengandung

padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut.

Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi

dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur

yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan

organik.

Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu

total solids residue (TSR), kandungan fixed residue (FR), kandungan

volatile solids (VR), kadar air (sludge moisture content), volume

padatan, serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat

mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun, serta sifat kimia dan

kandungan senyawa kimia).

Page 10: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 10

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 SEJARAH PERUSAHAAN

Gambar 3.1 Logo PT AKR Corporindo Tbk

PT AKR Corporindo Tbk., selanjutnya disebut AKR, AKR adalah distributor

produk Bahan Bakar Minyak (BBM) terkemuka di Indonesia. Sejak deregulasi

Pemerintah terhadap sektor Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tahun 2005 (

Perundang-undangan MIGAS No. 22 tahun 2001) Perseroan menjadi perusahaan

swasta nasional pertama yang mendapat kepercayaan untuk mendistribusikan

Bahan Bakar Minyak (BBM) Nonsubsidi. Pendayagunaan infrastruktur pelabuhan

dan logistik yang kuat, AKR mengimpor dan mendistribusikan high speed diesel,

fuel oil dan industrial diesel oil kepada perusahaan dibidang industry

Perseroan adalah pemimpin dalam pengoperasian fasilitas penyimpanan yang

berlokasi di pelabuhan-pelabuhan laut atau sungai strategis di Indonesia dan

menyediakan rantai pasokan yang efektif dari kilang luar negri ke sisi pelanggan

pada ujung-ujung basis kami dengan menggunakan armada angkutan jalan dan

kapal-kapal minyak milik sendiri. AKR menawarkan pelayanan manajemen untuk

Bahan Bakar Minyak ke tempat pelanggan dapat memberikan efesiensi yang

signifikan dan nilai tambah untuk pelanggan, Memastikan persediaan bahan bakar

dalam hal kuantitas, kualitas dan pengantaran tepat waktu. AKR memasok produk

yang sesuai dengan peraturan BPH Migas dari kilang minyak utama di daerah dan

memasok untuk pelanggan antar negara sesuai dengan jumlah permintaan.lahir

sebagai usaha pedagangan bahan kimia dasar lebih dari 55 tahun yang lalu di

Surabaya dan pada hari ini telah berkembang menjadi salah satu distributor swasta

terbesar untuk bahan kimia dasar, Bahan Bakar Minyak (BBM), logistik dan solusi

rantai pasokan di Indonesia.

Bpk Soegiarto Adikoesoemo, wiraswasta dan pengusaha dari Surabaya

merintis bisnis ini pada tahun 1960an dan membentuk PT Aneka Kimia Raya pada

28 November 1977. Perseroan memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta pada

tahun 1985. Pendiri Perseroan beserta anaknya Bpk Haryanto Adiekoesoemo

memiliki visi dan strategi jangka panjang untuk mengembangkan infrastruktur di

pelabuhan utama pulau jawa pada tahun 1980-an untuk memainkan peran utama

Page 11: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 11

dalam mendistribusikan bahan kimia dasar untuk pelanggan industri dan

berkembang menjadi distributor kimia terbesar di tahun 1980-an. Pada tahun 1994,

AKR membuka babak baru dalam pengembangan bisnisnya dengan menjadi

perusahaan terbuka publik di Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta).

Dana yang diperoleh dari rights issue itu digunakan untuk mengembangkan

infrastruktur perseroan dan membangun terminal-terminal penyimpanan baru dan

aset lainnya di pulau Jawa dan Sumatra.

AKR adalah salah satu dari beberapa perseroan di Indonesia yang memulai

investasi di China, mewujudkan potensi luar biasa yang ditawarkan dengan

mendirikan Khalista Liuzhou Chemical Industries sebuah pabrik Sorbitol pada

tahun 1994 di Kota Liuzhou, Provinsi Guangxi. Pabrik ini memasok Sorbitol yang

digunakan sebagai bahan baku untuk perawatan oral (gigi dan mulut) dan aplikasi

farmasi. Pada awal dekade millennium AKR memperluas areal bisnis untuk

distribusi produk Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan memperluas infrastruktur

yang ada. Seiring dengan berkembangnya portofolio bisnis dan sebagai bisnis AKR

tidak hanya fokus pada kimia dasar tetapi termasuk Energi, logistik dan pabrikan,

nama perseroan diubah dari awalnya PT Aneka Kimia Raya Tbk., menjadi PT

AKR Corporindo Tbk..

Pada tahun 2005, AKR menjadi perusahaan swasta pertama untuk memulai

bisnis distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan mengimpor kargo pertama

untuk produk Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Singapura pada tanggal 01 October

2005 tepat setelah pemerintah menderegulasi sektor minyak hilir. AKR telah

memperluas jaringannya dan kini telah memiliki tanki penyimpanan dan terminal

di 15 pelabuhan utama dan pelabuhan sungai yang tersebar di seluruh wilayah

Indonesia. AKR juga telah memiliki armada tongkang minyak otomatis, Bahan

Bakar Minyak (BBM) dan truk pengiriman Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kimia

dasar

Menyadari luasnya pengalaman dan kemampuan untuk mengantarkan produk

Bahan Bakar Minyak (BBM) Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH

Migas) mempecayakan AKR sebagai satu-satunya perusahaan swasta untuk

mendistribusikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sejak tahun 2010. AKR

saat ini mengoperasikan 130 SPBU ber-merek AKR yang menjual Diesel dan

Bensin berkualitas tinggi untuk kendaraan bermotor dan nelayan.

AKR sekarang dikenal sebagai penyedia jasa logistik terkemuka pihak ketiga,

infrastruktur rantai pasokan di Indonesia. AKR memperluas usahanya pada operasi

pelabuhan di Cina dengan mengakuisisi lima pelabuhan sungai di Guigang,

Provinsi Guangxi China dan sejak dimodernisasi dan diperluas ke pelabuhan

kontainer modern dan pelabuhan komoditas massal menawarkan operasional

pelabuhan yang efisien di sungai Pearl.

AKR melanjutkan investasi ke fasilitas pelabuhan dan infrastruktur lainnya di

Indonesia untuk mengembangkan jasa perdagangan dan distribusi dan bisnis

logistik. Pada tahun 2011, AKR bersama dengan mitra usahanya, Royal Vopak,

mendirikan terminal independen terbesar penyimpanan Bahan Bakar Minyak

(BBM), PT Jakarta Tank Terminal (JTT) di Pelabuhan Tanjung Priok. JTT kini

merupakan penyedia jasa penyimpanan modern, fasilitas pembuatan pelabuhan

Page 12: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 12

yang efisien untuk perusahaan minyak Internasional, korporasi Indonesia dan

merupakan pameran infrastruktur untuk Indonesia.

AKR tidak hanya berinvestasi pada peralatan berat tetapi juga pada teknologi

untuk menyediakan supply chain yang efisien dan mengendalikan operasional di

seluruh Indonesia. Ini telah diperkenalkan sistem teknologi inovatif yang

memonitor dan mengendalikan pergerakan kargo, persediaan dan distribusi industri

dan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Dengan system IT ini, Data mengenai

pengiriman ke industri pelanggan, pengisian bahan bakar dari kendaraan di SPBU

dapat dipantau dan dilaporkan secara tepat waktu. Menggunakan solusi teknologi

inovatif tidak hanya dapat memberikan penghematan biaya yang cukup besar dan

efisiensi kepada pelanggan tetapi juga dapat membantu badan pemerintah BPH

Migas untuk mengawasi dan mengkontrol distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM)

Sekarang ini, AKR adalah pemasok pilihan untuk perusahaan industri yang

bergerak dalam bidang Textiles, Alumina, industri kimia, Sabun dan industri

deterjen, jasa konstruksi dan industri konsumen terkait memasok bahan kimia dasar

yang merupakan bahan baku dan merupakan produsen kelas dunia untuk bahan

kimia seperti Asahi mas kimia.

AKR memasok produk olahan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari kilang

minyak berskala internasional untuk industri pertambangan, Perusahaan Listrik

Negara (PLN), pembangunan industri dan komersial dan juga untuk sektor ritel

melalui SPBU-nya. Anak usaha AKR PT AKR Sea Transport Indonesia, beroperasi

pada logistik laut untuk servis distribusi bahan bakar sedangkan PT AKR

Transportasi Indonesia mengoperasikan lebih dari 400 jalur untuk transportasi

darat. KR sejak tahun 2010, telah memasuki pasar ritel Bahan Bakar Minyak

(BBM) dengan lingkup diseluruh pulau-pulau utama Indonesia dan saat ini

memiliki jaringan di 130 stasiun pelayanan.

Pada tanggal 12 Desember 2014, Perseroan telah mengalokasikan 645,000 KL

Bahan Bakar Minyak ( BBM) bersubsidi oleh BPH Migas yang didistribusikan

pada tahun 2015 ke daerah Sumatera Utara, Lampung, Jakrta, Kalimantan Selatan

dan Kalimatan Timur. Pengalokasian terdiri dari 625,000 KL diesel (gas minyak)

dan 20,000 KL bensin premium (mogas 88). AKR saat ini mengembangkan

jaringan ritel-nya dalam negara dengan lebih membangun SPBKB dan SPBN yang

sesuai untuk pengalokasian Bahan Bakar Minyak (BBM) yang telah disetujui oleh

BPH Migas tahun ini. Perseroan juga melihat kedalam pengembangan distribusi

pelayanan untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi ke berbagai

lokasi. Deregulasi pada sektor hilir minyak bumi dan penghapusan terhadap

penawaran subsidi peluang besar untuk berkembang. Armada transportasi besar

oleh darat dan laut, dan sarana teknologi informasi infrastruktur yang lebih maju

membuat AKR menjadi sebuah penyedia solusi bisnis yang dapat diandalkan.

Page 13: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 13

3.2 PROSES/KEGIATAN PERUSAHAAN

Gambar 3.2 Struktur Perusahaan PT AKR Corporindo Tbk

Gambar 3.3 Pola Distribusi BBM

Page 14: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 14

3.3 ALUR DISTRIBUSI MIGAS (JALUR DARAT)

Gambar 3.4 Alur Distribusi Migas Jalur Darat

Penyediaan bahan bakar minyak melalui darat dilakukan untuk

memasok bahan bakar minyak ke depot yang letaknya tidak di tepi pantai

(inland depot). Untuk pengangkutan bahan bakar minyak ke inland depot

biasanya menggunakan kereta api (Rail Tank Wagon), jalur pipa dan truk

tanki.

Berbeda dengan moda transportasi laut/sungai, moda transpotasi darat

dengan menggunakan truk 14elati memiliki fleksibilitas yang tinggi tetapi

jumlah BBM yang diangkut 14elative sedikit, yaitu rata-rata delapan

kiloliter sesuai kapasitas 14elati yang digunakan, meskipun ada juga truk

14elati ukuran besar (ISO tank) dengan kapasitas sekitar 16 – 24 ton.

Sarana angkut bahan bakar minyak dengan menggunakan truk 14elati

ini cocok untuk mengangkut bahan bakar minyak dalam jumlah terbatas di

daerah dengan infrakstruktur jalan yang memadai. Sampai saat ini truk

14elati merupakan sarana angkut utama untuk transportasi bahan bakar

minyak dari depot ke konsumen berupa SPBU, APMS/APMT dan

pangkalan. Moda transportasi darat lainnya yang digunakan untuk

mengangkut bahan bakar minyak adalah kereta api (rail tank wagon). Alat

ini dapat mengangkut bahan bakar minyak dengan jumlah yang 14elative

besar, namun sangat tergantung pada rel kereta api sehingga

pengoperasiannya kurang fleksibel. Sarana ini digunakan untuk memasok

bahan bakar minyak pada ke daerah-daerah yang lokasi depotnya tidak

terlalu jauh dengan instalasi kilang dan masih dalam satu wilayah, karena

sarana ini cukup handal dan dapat mengangkut bahan bakar minyak dalam

kapasitas besar.

Page 15: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 15

Mengingat moda transportasi darat ini sangat tergantung pada sarana rel

kereta api, maka hingga kini hanya digunakan untuk melayani beberapa

depot di Sumatera dan Jawa, misalnya depot Siantar, Kisaran, Kertapati dan

lain-lain di Sumatera; depot Solo, Tegal, Cepu dan lain-lain di Jawa. Hingga

saat ini jalur pipa merupakan sarana transportasi bahan bakar minyak yang

paling handal dan efisien. Penyaluran bahan bakar minyak melalui pipa

15elative cepat dan jumlahnya dapat diatur secara fleksibel. Biaya

pengoperasian dan perawatan pipa 15elative rendah dan tingkat losses bahan

bakar minyak yang diangkut juga 15elative kecil.

Kelemahan sarana transportasi bahan bakar minyak ini adalah investasi

yang 15relative besar dan kadang-kadang kondisi alam tidak

memungkinkan untuk membangun jaringan pipa, misalnya daerah

pegunungan. Sehingga sarana ini hanya ada di wilayah tertentu, misalnya di

Jawa, karena Jawa Memiliki kondisi georafis yang memungkinkan dan

memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Jalur pipa transportasi bahan bakar

minyak di Jawa digunakan untuk melayani Depot Padalarang, Ujung

Berung, Tasikmalaya, Cilacap dan lain-lain.

3.4 ALUR DISTRIBUSI MIGAS (JALUR LAUT)

Gambar 3.5 Alur Distribusi Migas Jalur Laut

Ada beberapa macam pola penyediaan seafed depot dengan menggunakan

kapal tanker. Perbedaan pola distribusi tersebut terkait dengan kapasitas atau jenis

kapal yang mengangkut minyak. Pola penyediaan adalah sebagai berikut:

Dari Kilang ke Terminal Transit.

Dari Kilang langsung ke

Page 16: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 16

Dari Terminal Transit ke

Dari Kilang ke

Dari seafed depot

Kapal tanker yang digunakan untuk mengangkut sesuai dengan pola distribusi

terdiri atas berbagai jenis ukuran tergantung pada kapasitas pelabuhan penerima.

Armada tanker tersebut sebagian merupakan milik Pertamina, dan sebagian

terbesar disewa, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Pada

dasarnya, kapal tanker yang digunakan untuk mengangkut bahan bakar minyak

Pertamina maupun di sewa dibedakan

Bulk Lighter, dengan bobot < 1500 ton

Small Tanker I, dengan bobot 1500

Small Tanker II, dengan bobot 3000

General Purpose I, dengan bobot 5000

General Purpose II, dengan bobot 10000 – 20000 ton

Medium Range, dengan bobot 20000 – 50000 ton

Large Range, dengan bobot 50000 – 100000 ton

VLCC (Very Large Crude Carrier), dengan bobot > 100000 ton

Penggunaan jenis tanker yang bervariasi tersebut disesuaikan dengan kapasitas

dan jarak pelabuhan penerima. Jenis anker yang dominan digunakan adalah Small

Tanker I dan Small Tanker II. Untuk jarak pendek, tanker dari jenis Bulk Lighter

hingga General Purpose II biasa digunakan untuk mengangkut bahan bakar minyak

terutama premium, solar dan minyak tanah, sedangkan untuk jarak jauh digunakan

kapal tanker jenis Medium Range. Kapal tanker jenis Large Range dan VLCC

biasanya digunakan untuk mengangkut minyak mentah.

Page 17: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 17

BAB IV IDENTIFIKASI & PEMBAHASAN

4.1 IDENTIFIKASI LIMBAH CAIR SERTA PENGOLAHAN

Umumnya dalam setiap kegiatan Industri selalu menghasilkan limbah

cair dalam proses produksinya, limbah cair ini dapat dihasilkan dari

berbagai macam proses salah satunya adalah proses pembersihan tangki

yang ada di Industri Distribusi Migas. Tangki Migas yang ada di Depot PT

AKR tentunya menampung berbagai jenis minyak, oleh karena itu perlu

dilakukan suatu upaya untuk memisahkan air dengan bahan beracun serta

bahan tidak terdegradasi agar konsentrasinya menjadi lebih rendah.

1. Sewage and Effluent Water Treatment

Sewage and Effluent Water Treatment Unit, yang berfungsi sebagai

system wastewater treatment yang bertujuan untuk memproses buangan

seluruh kegiatan dari unit proses dan area pertangkian dalam batas-batas

effluent yang ditetapkan untuk air bersih. Kapasitasnya 600 m3/jam

dimana kecepatan effluent didesain untuk penyesuaian kapasitas 180

mm/hari curah hujan di area proses dan utility.

Sistem ini terdiri dari seksi penampung effluent water dan unit

effluent treatment. Proses dalam unit ini adalah:

1. Proses Fisik, diusahakan agar minyak maupun buangan padat

dipisahkan secara fisik. Minyak yang terkandung di dalam buangan

air setelah melalui proses ini hanya diperbolehkan kurang lebih 30

ppm.

2. Proses Kimia, dengan menggunakan bahan penolong seperti

koagulan, flokulant, penetrasi, pengoksidasi dan sebagainya yang

dimaksudkan untuk menetralkan zat kimia berbahaya di dalam air

limbah. Pada proses ini senyawa yang tidak diinginkan diikat

menjadi padat dalam bentuk endapan lumpur yang selanjutnya

dikeringkan.

3. Proses Mikrobiologi, merupakan proses akhir dan berlangsung lama.

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi.

Tujuan pengolahan secara biologi terhadap air limbah adalah untuk

menggumpalkan dan memisahkan zat padat koloidal yang tidak

mengendap serta untuk menstabilkan senyawa-senyawa organik. Air

buangan proses harus mempunyai kadar BOD 100 mg/l dan COD

150 mg/l dengan menggunakan lumpur aktif (activated sludge) yang

merupakan campuran koloni dari mikroba aerobik.

Page 18: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 18

4.2 IDENTIFIKASI LIMBAN PADAT NON B3 SERTA PENGOLAHAN

Pada Industri Distribusi Migas sendiri umumnya limbah padat non B3

yang dihasilkan berasal dari aktivitas sehari-hari seperti kegiatan kantor

ataupun karyawan disekitar lokasi kerja. Meski begitu tetap diperlukan

proses pengolahan limbah-limbah tersebut. Umumnya metode yang sering

digunakan untuk limbah padat non B3 selain dibawa ke TPS adalah metode

3R. 3R merupakan singkatan dari Reuse (digunakan kembali), Reduce

(pengurangan penggunaan barang), serta Recycle (Daur Ulang), selain itu

limbah padat non B3 juga bisa dimusnahkan. Pemusnahan/pengolahan

limbah padat dapat dikelompokkan dalam tiga metode utama, yaitu:

1. Pengolahan limbah agar lebih memudahkan dalam pengelolaannya,

atau agar mengurangi dampak negatif bila diolah lebih lanjut, seperti:

penghalusan (shredding)

pemadatan timbunan

solidifikasi/pengkapsulan

2. Pengolahan limbah agar dihasilkan sebuah produk yang bermanfaat,

seperti:

pengomposan (dihasilkan humus)

insinerasi/pembakaran (dihasilkan enersi panas)

metanisasi (dihasilkan gasbio)

3. Pembuangan limbah ke suatu tempat guna menghindari kontak dengan

manusia, seperti lahan-urug (landfill).

Limbah Padat non B3 juga dapat dikurangi jumlahnya dengan metode

sebagai berikut :

1. Insinerator:

Sasaran dari sebuah insinerator adalah bagaimana mengurangi

volume limbah dengan gas yang terbuang dan residu yang tak

berbahaya. Suatu insinerator yang baik akan dapat mengurangi volume

limbah sampai 80-95 %, sedang pengurangan berat dapat mencapai 70-

80 %, yang semuanya tergantung pada kualitas dan tipe tungku yang

digunakan. Untuk itu dibutuhkan suatu pembakaran yang sempurna.

Guna menjamin pembakaran sempurna perlu diperhatikan tiga hal

yaitu waktu kontak, kehomogenan dan temperatur. Komponen-

komponen ini saling bergantung, tetapi masing- m asing dapat

dipertimbangkan secara individual guna mengevaluasi pengaruhnya

terhadap pembakaran.

Sebuah insinerator biasanya terdiri dari elemen-elemen dasar,

seperti:

ruang pembakaran (tungku) dan suplai udara

Page 19: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 19

sistem cerobong gas

sistem pembuangan abu

pengontrol pencemaran udara

sistem penangkap panas yang dihasilkan (recovery)

2. Pengomposan:

Pengomposan merupakan salah satu teknik pengolahan limbah

yang biodegradabel (dapat diuraikan oleh mikroorganisme). Fungsi

kompos adalah selain sebagai pupuk organik, akan berfungsi pula untuk

memperbaiki struktur tanah, memperbesar kemampuan tanah untuk

menyerap dan menahan air serta zat hara yang lain.

Menurut prosesnya, pengomposan dapat dibedakan atas 2 jenis,

yaitu pengomposan secara aerobik dan secara anaerobik. Pengomposan

yang sering dilakukan adalah secara aerobik (tersedia oksigen dalam

prosesnya), karena berbagai kelebihan, seperti:

tidak menimbulkan bau,

waktu lebih cepat,

temperatur tinggi, sehingga dapat membunuh bakteri patogen an

telur cacing

Kompos yang dihasilkan disebut kompos higienis.Proses

pengomposan (composting) adalah dekomposisi materi organik limbah

secara biologis dibawah kontrol kondisi proses yang berlangsung.

Dalam produk akhir, materi organik belumlah dapat dikatakan stabil,

namun dapat disebut stabil sementara secara biologis, karena disini

dibedakan dengan cara kimia-fisik seperti insinerasi dan pirolisis.

Penggunaan kata ‘kontrol’ disini untuk membedakan dengan

dekomposisi yang terjadi secara alamiah, seperti dalam sebuah landfill.

4.3 IDENTIFIKASI LIMBAH EMISI DAN PARTIKULAT

Proses penyaluran minyak dari kilang minyak hingga sampai

dikonsumen memerlukan beberapa tahap. Adapun prosesnya, minyakyang

sudah jadi dari kilang-kilang minyak dan telah lulus pengecekandi transfer

ke kapal tanker, setelah itu kapal sandar di dermaga,sebelum dilakukan

discharge dilakukan pengecekan kembali kemudian dari kapal discharge ke

tangki timbun setelah minyak beradaditangki timbun dilakukan kembali

pengecekan oleh orang timbun secara kasar yaitu menggunakan alat

Hidrometer dan thermometer untuk mengetahui density dan suhu nya, lalu

dari tangki timbun minyakdapat disalurkan ke konsumen SPBU, dan

industri-industri denganmenggunakan mobil tangki

Pada industry distribusi migas, jenis transportasi yang paling banyak

diandalkan adalah kapal tanker (untuk upstream) dan truk tanki ( untuk

Page 20: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 20

downstream). Dalam prosesnya, sector ini juga menghasilkan limbah

terutama untuk jenis emisi dan partikulat. Penangganan yang paling efektif

adalah dengan melakukan uji berkala terhadap kedua transportasi tersebut.

Gambar 4.1 Alur kegiatan hulu dan hilir migas

4.4 IDENTIFIKASI LIMBAH B3 SERTA PENGOLAHAN

Dalam prosesnya Industri Distribusi Migas juga menghasilkan limbah-

limbah hasil kegiatannya, salah satunya adalah limbah B3. Limbah B3 ini

Apabila tidak diolah dengan baik maka akan dapat menimbulkan

pencemaran lingkungan di sekitar Industri. Limbah cair di Industri

Distribusi Migas dapat dihasilkan dari :

1. Proses Unloading dari Kapal Tanker ke depot

Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi

produksi minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas

penyimpanan, pemrosesan, dan tangki penyimpanan minyak pada kapal

laut. Limbah minyak bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat

reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif. Limbah

minyak merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3), karena sifatnya,

konsentrasi maupun jumlahnya dapat mencemarkan dan

membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup manusia

dan mahluk hidup lainnya. Menurut Benny 2002, pencemaran minyak

Page 21: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 21

dilaut berasal dari:

1. Operasi Kapal Tanker

2. Docking (Perbaikan/Perawatan Kapal)

3. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut

4. Tanki Ballast dan Tanki Bahan Bakar

5. Scrapping Kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua)

6. Kecelakaan Tanker (kebocoran lambung, kandas, ledakan,

kebakaran dan tabrakan)

7. Limbah domestik dari perkantoran di kilang lepas pantai

8. Sumber di Darat (minyak pelumas bekas, atau cairan yang

mengandung hydrocarbon ( perkantoran& industri )

9. Tempat Pembersihan (dari limbah pembuangan Refinery )

Minyak menjadi pencemar laut nomor satu di dunia.Sebagian

diakibatkan aktivitas pengeboran minyak dan industri.Separuh lebih

disebabkan pelayaran serta kecelakaan kapal tanker.Wilayah Indonesia

sebagai jalur kapal internasional pun rawan pencemaran limbah

minyak. Badan Dunia Group of Expert on Scientific Aspects of Marine

Pollution (GESAMP) mencatat sekitar 6,44 juta ton per tahun

kandungan hidrokarbon dari minyak telah mencemari perairan laut

dunia. Masing-masing berasal dari transportasi laut sebesar 4,63 juta

ton, instalasi pengeboran lepas pantai 0,18 juta ton, dan sumber lain

(industri dan pemukiman) sebesar 1,38 juta ton.

Mesin penggerak kapal pesiar maupun kapal kontainer raksasa,

membakar minyak berat dalam jumlah ribuan ton untuk satu kali rute

perjalanan. Puluhan ton partikel jelaga dan asap debu yang tidak

disaring terlebih dahulu, disemburkan lewat cerobong kapal.

Dampaknya adalah ancaman bahaya bagi lingkungan dan kesehatan

manusia.

Di bidang lalu lintas kapal laut, sejauh ini tidak banyak regulasi

terkait perlindungan lingkungan maupun perlindungan iklim. Berbeda

dengan misalnya lalu lintas di jalan raya, dimana mobil-mobil terbaru

harus mematuhi aturan ketat emisi gas buang. Mobil bermesin diesel

harus memasang filter partikel jelaga. Bensin dilarang mengandung

timbal dan kadar belerang dalam diesel hanya diizinkan maksimal 0,1

Page 22: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 22

promile. Sebuah kapal kontainer dengan asap hitam dari cerbongnya.

Tapi kapal laut raksasa, tetap menyemburkan asap beracun dan

berbahaya ke udara. Minyak berat yang merupakan sampah buangan

dari kilang pengolah minyak bumi, mengandung belerang dalam kadar

3.500 kali lebih tinggi dari bahan bakar diesel untuk mobil, yang dijual

di pompa pengisian bahan bakar. Minyak berat yang amat kental dan

lekat, biasanya tanpa difilter langsung dibakar dalam mesin kapal.

2. Proses Loading dari depot ke Transportir Pertamina/Kontraktor Angkut.

Dapat dipastikan pada saat proses Loading dan Unloading Migas di

Depot pasti menghasilkan limbah cair yang perlu ditangani, limbah-

limbah cair yang dihasilkan antara lain adalah seperti tumpahan minyak

pada saat proses loading dari Kapal Tanker ke Depot, tumpahan minyak

tersebut dapat berupa Solar, Premium, Minyak Tanah dll. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah

Berbahaya dan Beracun, maka diperlukan suatu langkah untuk

mengantisipasi pencemaran lingkungan oleh limbah cair B3

1. Sistem Drainase

Untuk mencegah adanya tumpahan minyak ataupun bahan-bahan

lain di depot, sistem drainase yang baik diperlukan untuk

menampung tumpahan minyak pada Depot.

2. Pengumpulan Limbah Cair

Guna mempermudah penanganan limbah cair diperlukan

pemisahan pada saat menampung limbah cair.

3. Bioremediasi

Bioremediasi adalah penggunaan mikroorganisme untuk

mengurangi polutan di lingkungan. Bioremediasi menjadi salah

satu pilihan untuk mengembalikan kondisi lingkungan yang

terkontaminasi limbah hidokarbon minyak bumi. Bioremediasi

meminimalisasi kontaminan, yaitu mengubah senyawa kimia

berbahaya menjadi kurang berbahaya seperti karbondioksida atau

beberapa gas lain, senyawa organik, air dan materi yang

dibutuhkan oleh mikroba pendegradasi. Bioremediasi dilakukan

melalui dua metode yaitu biostimulasi dan bioaugmentasi.

Biostimulasi adalah proses yang dilakukan melalui penambahan zat

gizi tertentu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme atau

menstimulasi kondisi lingkungan sedemikian rupa agar

mikroorganisme tumbuh an beraktivitas lebih baik, di mana

pertumbuhan pengurai hidrokarbon asli lingkungan tersebut

dirangsang dengan cara menambahkan nutrien dan/atau mengubah

habitat. Bioaugmentasi yaitu penambahan atau introduksi satu jenis

atau lebih mikroorganisme baik yang alami maupun yang sudah

Page 23: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 23

mengalami perbaikan sifat, di mana mikroorganisme pengurai

ditambahkan untuk melengkapi populasi mikroba yang telah ada.

Bakteri yang dapat digunakan untuk proses ini antara lain :

1. Acinetobacter baumanni

2. Alcaligenes eutrophus 3. Bacillus sp 4. Methylococcus sp 5. Pseudomonas diminuta

6. Xanthomonas albilineans 7. Bacillus cereus 8. Flavobacterium branchiophiia.

3. Lumpur Minyak

Lumpur minyak merupakan salah satu bentuk hydrokarbon sludge

(limbah) yang berasal dari industri pengilangan minyak yang selama ini

merupakan salah satu masalah yang memerlukan penanganan dan

pemanfaatan. Sampai saat ini usaha pengolahan dan pemanfaatan yang

dilakukan belum memberikan hasil yang memuaskan sehingga terjadi

akumulasi lumpur minyak dalam jumlah yang cukup banyak. Lumpur

minyak yang dihasilkan akan menimbulkan pencemaran bagi

lingkungan sekitar bila penanganannya tidak tepat, seperti pencemaran

udara apabila dilakukan pembakaran langsung maupun pencemaran

tanah apabila limbah ini ditimbun tanpa pengolahan awal.

Limbah lumpur minyak merupakan suatu limbah yang dihasilkan

dari proses kegiatan dan pengilangan minyak bumi. Limbah ini

mempunyai tiga komponen utama yaitu :

1. Air : 20-95%

2. Minyak : 5-70%

3. Padatan : 5-10% ( berupa lilin, lumpur, karat besi, tar, resin, bahan

biologis, logam dan lain-lain).

Sumber-sumber penghasil limbah lumpur minyak antara lain :

1. Proses pengeboran minyak

Pada proses pengeboran minyak akan dihasilkan lumpur minyak

yang mengkontaminasi minyak mentah.

2. Proses pengangkutan minyak mentah

Lumpur minyak bisa terikut pula saat minyak mentah dimuatkan

kedalam tangker untuk keperluan transportasi. Lumpur ini akan

berada pada dasar tangker karena berat jenisnya.

3. Tangki penyimpanan minyak mentah

Minyak mentah yang disimpan pada tangki masih terdapat lumpur

minyak yang terikut, sehingga lumpur minyak akan mengendap

didasar tangki.

Page 24: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 24

4. Tangki penyimpanan minyak hasil dari cracking

Komponen minyak aditif dari hasil destilasi jika tidak dilakukan

pengolahan maka lama kelamaan akan terdekomposisi membentuk

lumpur dan endapan.

5. Tangki penyimpanan pada depot minyak

Pada masing-masing fraksi minyak kadang-kadang mengandung

sejumlah kecil partikel padatan tersuspensi. Pada waktu berada pada

tangki penampung partikel padatan ini akan mengendap dan

terakumulasi sebagai lumpur. Setiap periode tertentu lumpur minyak

ini dibersihkan dengan cara dicuci dengan menggunakan air. Air

cucian yang mengandung lumpur dan minyak (gasoline atau fuel oil)

merupakan limbah campuran cair-padat yang terdiri dari 2 fase (cair

dan padat) serta 3 zat yaitu sisa minyak, air dan lumpur.

Lumpur minyak sebagai limbah B3 Limbah lumpur minyak yang

dihasilkan digolongkan dalam kategori limbah B3 (bahan berbahaya

beracun) karena itu tidak bisa dibuang langsung karena dapat

menimbulkan bahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia serta

makhluk hidup lainnya. Penanganan limbah lumpur minyak yang tidak

tepat akan menyebabkan terjadinya pencemaran :

a. Pencemaran udara

Pembakaran lumpur minyak akan menghasilkan gas buang SOx,

NOx dan COx ke udara bebas. Gas-gas ini dapat menyebabkan

terjadinya hujan asam.

b. Pencemaran tanah

Penimbunan lumpur minyak secara langsung akan menyebabkan

minyak merembes ke dalam lapisan tanah sehingga mencemari

tanah, sedangkan fraksi ringan minyak akan menguap karena panas

dari sinar matahari dan menyebabkan pencemaran udara. Mengingat

resiko tersebut, maka diperlukan suatu pengelolaan limbah lumpur

minyak ini secara khusus. Pengelolaan limbah lumpur minyak yang

termasuk limbah B3 ini merupakan suatu rangkaian kegiatan yang

mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan

dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan

tersebut. Keberadaan lumpur minyak dalam proses juga sangat

mengganggu, karena dapat menyebabkan clogging (penyumbatan)

pada pipa, mesin dan alat-alat proses. Bahkan bila lumpur ini terikut

bersama minyak yang digunakan sebagai bahan bakar burner, maka

penyumbatan yang mungkin terjadi akan menyebabkan turunnya

efisiensi alat bahkan kerusakan alat.

Adapun cara untuk mengolah limbah lumpur minyak adalah

dengan cara volatilisasi.

Page 25: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 25

Volatilisasi Volatilisasi adalah suatu cara untuk memisahkan cairan

dari suatu padatan. Metode ini digunakan dalam pemisahan

pendahuluan pengolahan lumpur minyak. Tujuannya adalah untuk

memisahkan antara minyak dengan air yang masih banyak

terkandung dalam lumpur minyak tersebut. Setelah dilakukan

pemisahan tersebut diharapkan minyak dan air yang dipisahkan

dapat diproses untuk keperluan lain.

Prosedur Kerja

Metode volatilisasi ini selain mudah dilakukan, peralatannya juga

sederhana dan tidak membutuhkan energi yang besar. Hal ini

dikarenakan dalam lumpur minyak kandungan airnya masih cukup

banyak dan lumpur minyak sendiri yang akan cair pada pemanasan.

Prosedur kerja dimulai dengan penyediaan umpan yaitu

menimbang lumpur minyak 100 gr. Dilanjutkan dengan merangkai

alat volatilisasi lengkap dengan aliran pendingin. Pemanasan

dilakukan selama 5 jam, dimana setiap selang waktu ½ jam destilat

diambil untuk diukur volume air dan minyak yang dihasilkan.

Setelah 5 jam, sisa lumpur minyak ditimbang dan dilanjutkan dengan

pengolahan dan analisa data. Dari tiap jenis sampel lumpur minyak

dilakukan percobaan sebanyak 3 kali untuk kemudian dihitung hasil

rata-ratanya.

Grafik 4.1 tahapan Volatilasisasi

Page 26: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 26

BAB 5 PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan kegiatan pengolahan limbah oleh PT. AKR

CORPORINDO dapat disimpulkan bahwa kegiatan industri pada bidang

distribusi migas (upstream & downstream) menghasilkan empat jenis

limbah yaitu :

Limbah cair berupa fluida bercampur minyak dari proses pembersihan

tanki. Penanggan limbah tersebut adalah dengan Sewage and Effluent

Water Treatment Unit.

Limbah padat non-B3 umumnya berupa limbah yang dihasilkan dari

aktivitas sehari-hari seperti kegiatan kantor ataupun karyawan disekitar

lokasi kerja. Umumnya metode yang sering digunakan untuk limbah

padat non B3 selain dibawa ke TPS adalah metode 3R

Limbah gas (partikulat) berupa gas yang berasal dari sisa pembakaran

engine sarana transportasi antara lain kapal tanker dan truk tanki.

(karbon monoksida dan karbon dioksida. Metode yang digunakan untuk

mengatasi hal ini adalah dengan melakukan inspeksi berkala dengan jasa

pihak ketiga.

Limbah B3 berupa tumpahan minyak saat transportasi dan lumpur

minyak (sludge) saat penampungan (depo). Metode yang digunakan

untuk menanggulangi limbah diatas adalah dengan bioremediasi dan

volatilisasi.

5.2 SARAN

Kedepannya, diharapkan ada penelitian penelitian baru terkait

pengembangan metode-metode dalam proses pengolahan limbah di industry

distribusi migas. Tujuannya adalah agar proses pendistribusian migas

tersebut (upstream & downstream) dapat berjalan lancar tanpa mencemari

lingkungan.

Page 27: SPL Industri Distribusi Migas

INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS 27

DAFTAR PUSTAKA

Atherton, G.A., Ghazi, B., Grant, Jr., Edward, D., “Process For Treating Cat

Cracker Bottoms Sludge”, USA, US Patent 4,686,048, 1981.

Iwata, Y., “Method of Treating Oil Sludge”, Japan, US Patent 5,888,375, 1999.

Rochester, MD., “Treatment of Oil Sludge”, United Kingdom, US Patent

4,260,489, 1979.

Schroder, H.A., “Combined Incinerator for Oil Sludge and Solid Waste”,

Norway, US Patent 3,985,085, 1976.

_____, Peraturan Pemerintah RI Nomor 85 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengolahan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun, Sekretariat Negara Republik Indonesia,

Jakarta, 1999.