spesifikasi teknis tamarenja

34
  SPESIFIKASI TEKNIS PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA S SPES S I I F F I I K K A AS SI I T TE EK K N NI I S S PEKERJAAN PENDAHULUAN a. Lingkup Peker  jaan Meliputi : Pekerja-pekerja, tenaga ahli, bahan, per alatan, dan kegiatan- kegiatan yang diper lukan untuk menyelesai kan semua pekerjaan pengukur an sesuai dengan RKS dan gambar . Pekerjaan Pengukur an Penentuan lokasi bangunan, jalan, lanscaping dan lain-lain. Penentuan duga. b. Per syar atan Pengukuran har us dilakukan oleh tenaga yang betul-betul ahli dan ber pengalaman. Pemer i ksaan hasil pengukur an har us seger a dilaporkan kepada Konsultan Pengawas/pengawas lap angan/dir eksi teknik dan dimintakan per setuj uannya. Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/dir eksi teknik juga akan menentukan patokan utama sebagai dasar dari gedung, jalan dan bangunan-bangunan lainnya. c. Mater ial Theodolite, wat er pass ser ta peralatannya dan patok-patok yang kuat diperlukan dalam pengukur an. Semua peralatan ini harus dimiliki Kontr aktor dan har us selalu ada bila sewaktu-waktu memerlukan pemer iksaan. d. Pelaksanaan Lokasi, ukuran dan duga gedung,  jalan maupun bangunan-bangunan lainnya ditentukan dalam gambar. Jika terdapat keragu-raguan sup aya menanyakan kepada Konsultan Pengawas/pengawas lap angan/dir eksi teknik. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya har us dilaporkan kepada Konsult an Pengawas/pengawas lapangan/dir eksi teknik untuk dimintakan keputusannya seger a. Pekerjaan pengukur an sepenuhnya dilakukan pembor ong disaksikan oleh Dir eksi atau Pengawas. Pengukuran yang dilakukan tanpa disaksikan / sepengetahuan Pengawas / dir eksi dianggap tidak sah dan diulang kembal i. Pekerjaan pengukur an har us dilakukan dengan cermat / teliti den gan mempergunakan alat ukur, agar sudut-sudut betul-betul benar sesuai yang diminta. Patok profil / bouwplank ditanam dengan kuat agar  tidak hilang / berubah dar i tempatnya ser ta di cat / diberi tanda yang jelas. 1. Pekerjaan Papan Bangunan (Bouwplank) Bahan papan bangunan harus dibuat dari kayu kelas IV ukuran 3/20 yang ker ing dan kuat dengan tiang-tiang ukuran 5/7 dari kayu se  j enis setiap 1 m. Papan har us diketam dahulu bagian atasnya dan tiangnya harus benar-benar kuat. 2. Cara Pemasangan Papan ini harus benar-benar rata (water pass) dan saling tegak lurus, dalam hal ini har us dibantu dengan alat ukur. Selama pekerjaan masih ber langsung papan bangunan ini harus di  j aga dan dipelihara j angan sampai berubah letak maupun tingginya. Papan har us menunjukkan tinggi 0,00 ser ta sumbu-sumbu dinding. PEKERJAAN TANAH 1. Lingkup Peker  jaan a. Lingkup pekerjaan ini meliputi pekerjaan-pekerjaan, bahan-bah an, per alatan- per alatan, kegiatan- kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan semua pekerjaan : clear ing, str ipping, gr ubbing, penggalian, pengurugan, perataan, pemadatan, termasuk pembongkaran dan lain-lain sesuai dengan RKS dan gambar -gambar. b. Pekerjaan pada seksi lain yang berhubungan dengan hal ini antara lain pekerjaan tanah untuk pekerjaan konstr uksi. 2. Per syar atan a. Standar Pengujian Tanah : laporan mengenai hal ini dapat diperoleh di kantor Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/dir eksi teknik atau Pemberi Tugas. b. Pemer iksaan l apangan dan melihat kondisi dan bahan-bahan yang akan diker  jakan sebelum memulai

Upload: brek-arch

Post on 04-Nov-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Spek Teknis

TRANSCRIPT

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    SSPPEESSIIFFIIKKAASSII TTEEKKNNIISS

    PEKERJAAN PENDAHULUAN

    a. Lingkup Pekerjaan

    Meliputi : Pekerja-pekerja, tenaga ahli, bahan, peralatan, dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk

    menyelesaikan semua pekerjaan pengukuran sesuai dengan RKS dan gambar.

    Pekerjaan Pengukuran Penentuan lokasi bangunan, jalan, lanscaping dan lain-lain. Penentuan duga.

    b. Persyaratan

    Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga yang betul-betul ahli dan berpengalaman.

    Pemeriksaan hasil pengukuran harus segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi

    teknik dan dimintakan persetujuannya. Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik juga akan menentukan patokan utama sebagai dasar dari

    gedung, jalan dan bangunan-bangunan lainnya.

    c. Material

    Theodolite, waterpass serta peralatannya dan patok-patok yang kuat diperlukan dalam pengukuran. Semua peralatan

    ini harus dimiliki Kontraktor dan harus selalu ada bila sewaktu-waktu memerlukan pemeriksaan.

    d. Pelaksanaan

    Lokasi, ukuran dan duga gedung, jalan maupun bangunan-bangunan lainnya ditentukan dalam gambar. Jika terdapat keragu-raguan supaya menanyakan kepada Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik untuk dimintakan keputusannya segera. Pekerjaan pengukuran sepenuhnya dilakukan pemborong disaksikan oleh Direksi atau Pengawas. Pengukuran yang dilakukan tanpa disaksikan / sepengetahuan Pengawas / direksi dianggap tidak sah dan diulang kembali. Pekerjaan pengukuran harus dilakukan dengan cermat / teliti dengan mempergunakan alat ukur, agar sudut-sudut betul-betul benar sesuai yang diminta. Patok profil / bouwplank ditanam dengan kuat agar tidak hilang / berubah dari tempatnya serta di cat / diberi tanda yang jelas. 1. Pekerjaan Papan Bangunan (Bouwplank)

    Bahan papan bangunan harus dibuat dari kayu kelas IV ukuran 3/20 yang kering dan kuat dengan tiang-tiang ukuran 5/7 dari kayu sejenis setiap 1 m. Papan harus diketam dahulu bagian atasnya dan tiangnya harus benar-benar kuat.

    2. Cara Pemasangan Papan ini harus benar-benar rata (waterpass) dan saling tegak lurus, dalam hal ini harus dibantu dengan alat ukur. Selama pekerjaan masih berlangsung papan bangunan ini harus dijaga dan dipelihara jangan sampai berubah letak maupun tingginya.

    Papan harus menunjukkan tinggi 0,00 serta sumbu-sumbu dinding.

    PEKERJAAN TANAH

    1. Lingkup Pekerjaan

    a. Lingkup pekerjaan ini meliputi pekerjaan-pekerjaan, bahan-bahan, peralatan-peralatan, kegiatan- kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan semua pekerjaan : clearing, stripping, grubbing, penggalian, pengurugan, perataan, pemadatan, termasuk pembongkaran dan lain-lain sesuai dengan RKS dan gambar-gambar.

    b. Pekerjaan pada seksi lain yang berhubungan dengan hal ini antara lain pekerjaan tanah untuk pekerjaan konstruksi.

    2. Persyaratan

    a. Standar Pengujian Tanah : laporan mengenai hal ini dapat diperoleh di kantor Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik atau Pemberi Tugas.

    b. Pemeriksaan lapangan dan melihat kondisi dan bahan-bahan yang akan dikerjakan sebelum memulai

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    pekerjaan. c. Pemeriksaan dan pengujian pekerjaan tanah yang dilakukan akan diperiksa dan diuji pada laboratorium

    Penyelidikan Tanah yang dipilih oleh Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. d. Jasa-jasa laboratorium akan meliputi :

    - Pengawasan pekerjaan pengurugan. - Pengujian pekerjaan pemadatan tanah. - Penyerahan laporan pengujian kepada Konsultan Pengawas. - Rekomendasi-rekomendasi supaya dapat mencukupi persyaratan dan spesifikasi.

    e. Biaya Pengujian f. Kontraktor harus menanggung semua biaya pengujian. Apabila hasil pengujian tidak memenuhi syarat

    yang ditentukan maka Kontraktor harus menggali, mengurug dan memadatkan lagi sampai pengujian memenuhi syarat yang ditentukan atas biaya Kontraktor sendiri.

    g. Prosedur Pengujian h. Pengujian pemadatan terdiri atas test-test untuk mendapatkan prosentase relatif dari density maksimum yang

    dihasilkan oleh pekerjaan pemadatan yang dibandingkan dengan test-test laboratorium sebelumnya atau density kering secara teoritis.

    i. Pengujian-pengujian dapat disesuaikan dengan metode lain yang disetujui Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik & Pengelola Proyek.

    3. M a t e r i a l

    Bahan-bahan urugan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik dan Pengelola

    Proyek yang ditentukan sebagai berikut :

    a. Bahan-bahan yang memenuhi syarat dari galian lapangan.

    b. Bahan-bahan yang didatangkan dari luar lapangan yaitu jenis tanah yang berbutir kasar, tidak mengembang dan bebas sampah-sampah, akar dan bahan-bahan organik lainnya.

    c. Lapisan teratas urugan setebal 30 cm tidak boleh dimasuki butir-butir yang lebih besar dari 3 cm.

    4. Pelaksanaan

    a. Pengertian Clearing, Stripping dan Grubbing : Clearing : membersihkan semua sampah-sampah dan barang-barang yang tidak perlu. Stripping : memapras semua rumput dan tumbuh-tumbuhan lainnya kecuali pohon-pohon yang memang

    dipertahankan. Grubbing : menyingkirkan dan membuang semua sampah dari tempat kerja.

    b. Pengupasan tanah bagian atas : Semua area bangunan, sesudah stripping dan grubbing diselesaikan, buang lapisan tanah setebal 20 cm. Tanah lapisan atas ini dapat dipakai untuk bahan urugan halaman.

    c. Pemadatan area bangunan (dengan tanah) sampai 1 meter diluar tembok dan kolom harus dipakai paling sedikit mencapai 90% dari pemadatan maksimum dan dilakukan lapis demi lapis dengan tebal maksimum 30 cm.

    d. Pemadatan yang bukan area bangunan Tanah urug ini harus dipadatkan paling sedikit mencapai 60% dari pemadatan maksimum.

    e. Pemadatan area jalan Di daerah yang akan dibuat jalan tanahnya harus dipadatkan sampai 95% dari pemadatan maksimum.

    f. Finish Grading : Tanah di bawah plat beton dan jalan tanahnya harus dengan baik dan elevasinya tidak boleh berada lebih dari 1,5 cm dengan elevasi yang tercantum dalam gambar. Di daerah untuk lanscaping, elevasinya tidak boleh berbeda lebih dari 3 cm dengan elevasi yang tercantum

    dalam gambar.

    g. Pekerjaan-pekerjaan untuk melindungi kerusakan : Kontrol air di permukaan dan dibawah tanah selama masa pembangunan dan masa pemeliharaan dengan jaminan, lindungilah seluruh lapangan terhadap air yang menggenang, yang dapat menimbulkan erosi.

    Hal ini meliputi pembuatan tanggul-tanggul, selokan-selokan sementara, sumur-sumur, alat-alat pompa dan lain-

    lain guna mencegah kerusakan atau dibawah tanah tempat yang berdekatan.

    Perpanjangan jangka waktu kontrak yang disebabkan lapangan basah tidak akan dipertimbangkan,

    kecuali bila Kontraktor telah melakukan semua usaha-usaha perlindungan yang mungkin. Semua pekerjaan galian/urugan tanah dikerjakan sesuai dengan letak, elevasi, kemiringan dan penampang yang

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    diminta dalam gambar, dengan memperhitungkan ruang kerja untuk ukuran bangunan. Tanah galian yang memenuhi syarat untuk urugan, setelah memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas dapat dipakai sebagai

    tanah urug dan pelaksanaan pengurugan harus dilakukan secepat mungkin sehingga tidak mengganggu lingkungan. Tanah yang tidak terpakai untuk mengurug harus dikeluarkan dari lokasi.

    Semua material galian dan bongkaran yang tidak dipergunakan untuk pengurugan kembali harus dikeluarkan

    dari lokasi. Pembuangan material tidak boleh mengganggu lingkungan sekitarnya. Kontraktor bertanggung jawab

    sepenuhnya atas tuntutan dari pihak manapun, yang diakibatkan hal tersebut.

    Kerusakan terhadap pekerjaan-pekerjaan dan milik masyarakat atau pribadi yang disebabkan pelaksanaan

    Kontraktor dalam pembersihan, harus diperbaiki atau diganti atas biaya Kontraktor. Jika material hasil pembersihan akan dibakar, Kontraktor harus mendapatkan izin Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik dan menempatkan orang untuk mengawasinya dari kemungkinan

    bahaya kebakaran lingkungan alam maupun harta benda. Bekas pembakaran harus dirapikan sehingga tidak mengganggu lingkungan.

    5. Pengukuran Elevasi Tanah

    Untuk memulai penggalian, Kontraktor harus mengukur elevasi tanah asli dengan disaksikan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Pekerjaan ini meliputi pengukuran untuk mendapatkan

    gambaran yang jelas tentang batas-batas galian, kontour, dan volume pekerjaan galian/urugan. Kontraktor akan

    diminta untuk melaksanakan pembersihan sebelum pelaksanaan konstruksi lainnya.

    6. Stripping

    Sebelum pekerjaan stripping dilakukan, ketinggian permukaan tanah asli harus ditetapkan dan disepakati secara

    tertulis terlebih dahulu Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik, Kontraktor dan

    Pemberi Tugas berdasarkan hasil pengukuran. Permukaan tanah / dasar yang akan diurug tanah padat untuk

    keperluan konstruksi harus distripping atau dibuang lapisan tanah atas (humus) setebal 15 cm atau seperti ditetapkan Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Material hasil pekerjaan stripping harus dikeluarkan dari lokasi galian tanah. Elevasi galian ditunjukkan dalam

    gambar atau diberitahukan kepada Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Sebelum melaksanakan pekerjaan ini, patok tanda galian (bouwplank) harus dipasang dengan teliti, dan elevasinya diukur serta disetujui oleh Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Pada bouwplank ini dituliskan elevasi-elevasi yang perlu

    serta titik as galian. 7. Pasangan Turap

    Apabila diperlukan, Kontraktor harus menurap dan mempergunakan penyokong-penyokong untuk mencegah longsornya tanah. Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik juga akan minta gambar konstruksi

    penurapan yang dipandang perlu. Biaya untuk pembuatan gambar semacam ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

    8. Perataan Tanah dan Pemadatan

    Untuk pemadatan urugan dan galian pondasi perlu dilakukan pemadatan yang diinginkan, persyaratan dan pemadatan tanah ini akan diberikan setelah didapat hasil dari Laboratorium Penyelidikan Tanah atau ditentukan oleh Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Pada pekerjaan bangunan sederhana dimana pemadatan tidak memerlukan test uji laboratorium, maka Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik harus memberi petunjuk kepada Kontraktor untuk dapat melaksanakan pemadatan. Petunjuk ini tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas hasil pemadatan yang dilakukan.

    9. Pembongkaran Bangunan Eksisting

    Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan bongkaran. Pelaksanaan Dimana ditunjukkan pada gambar, bangunan-bangunan yang ada harus dibongkar, Kontraktor harus membongkar

    bangunan tersebut.

    Sebelum dilakukan pembongkaran, Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas/Pimpro. Tanpa persetujuan ini, walaupun gambar rencana menunjukkan perlu dibongkar, pembongkaran tidak

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    boleh dilaksanakan. Segala perijinan yang diperlukan untuk pembongkaran ini, pengurusannya merupakan kewajiban Kontraktor. Pembongkaran harus dilaksanakan hingga ke pondasi bangunan segala sisa bongkaran harus dikeluarkan dari tapak kecuali Pimpro/Pemberi Tugas menentukan lain. Pemutusan sementara sambungan listrik dan telepon, pengurusannya merupakan kewajiban Kontraktor.

    10. Pekerjaan Tanah Untuk Pekerjaan Konstruksi A. U m u m

    a. Meliputi : Pekerja-pekerja, peralatan-peralatan, bahan-bahan yang sehubungan dengan galian dan urugan untuk pekerjaan kontruksi seperti yang tercantum dalam spesifikasi dan gambar-gambar.

    b. Pekerjaan ini berhubungan dengan : 1. Penyiapan lahan. 2. Pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan dengan seksi ini.

    B. Persyaratan

    a. Standar pengujian seperti tercantum pada bagian Penyiapan Lahan. b. Laporan penyelidikan tanah untuk pondasi bangunan ini dapat dilihat di kantor Konsultan

    Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik atau Pemberi Tugas. c. Syarat - syarat sama seperti yang tercantum pada bagian Penyiapan Lahan.

    C. Material

    Material sama seperti yang tercantum bagian Penyiapan Lahan.

    D. Pelaksanaan Pada umumnya pekerjaan urugan, perataan dan pemadatan tanah untuk pada bagian Penyiapan Lahan harus telah selesai dikerjakan sebelum pekerjaan pada bagian ini dimulai. Semua pekerjaan pada bagian ini harus mengikuti persyaratan sesuai dengan persyaratan pada bagian Penyiapan Lahan dan dengan persyaratan

    lain sebagai berikut :

    Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik memeriksa dan menyetujui semuapermukaan

    sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai. sisa tanah yang berasal dari galian harus dibuang seluruhnya

    hingga bersih. Jika galian tanah vertikal selalu runtuh maka alternatif ini tidak diijinkan.

    Galian tanah vertikal ini jika memenuhi syarat 1, 2 dan 3 diatas juga pada masing-masing sisinya lebih besar

    2,5 cm dari pada yang ditunjukan dalam gambar.

    Pada galian tanah yang lebih tinggi dari 2 meter Kontraktor wajib menyiapkan tindakan pengamanan berupa sheet pile atau dolken-dolken dengan biaya merupakan tanggungan Kontraktor.

    Bila galian tanah dibuat terlalu dalam tanpa persetujuan Konsultan Pengawas/pengawas

    lapangan/direksi teknik terlebih dahulu kelebihan galian ini tidak boleh diurug kembali dengan tanah, tetapi harus diisi dengan pasir urug atau beton tergantung dari jenis pondasinya.

    PEKERJAAN STRUKTUR

    Yang dimaksud dengan Pekerjaan Struktur adalah : Seluruh pekerjaan konstruksi kerangka bangunan maupun atap yang terbuat dari beton bertulang dan baja, yang pelaksanaannya sesuai dengan gambar rancang maupun penjelasan-penjelasan lainnya.

    1. PEKERJAAN PONDASI

    1.1. PEKERJAAN PERSIAPAN PONDASI Lingkup Pekerjaan

    Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan penggalian, pengisian/pengurugan dan pembuatan pondasi. Sifat Pekerjaan Selama masa pelelangan, semua rekanan harus memahami secara tepat mengenai sifat penggalian dan pengurugan yang diharuskan, sehingga harga-harga penawarannya telah memungkinkan bagi pekerjaan

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    tersebut.

    1.2. PENGGALIAN TANAH Syarat-Syarat Pelaksanaan.

    Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan syarat-syarat yang ditentukan menurut keperluan. Dasar dari semua galian harus waterpass, bilamana pada dasar setiap galian masih terdapat akar-akar atau bagian-bagian gembur, maka ini harus digali keluar sedangkan lubang- lubang tadi diisi kembali dengan pasir, disiram dan dipadatkan sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpass. Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu penggalian maupun pada waktu pekerjaan pondasi, harus disediakan pompa air atau pompa lumpur yang jika diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari tergenangnya air pada dasar galian.

    Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian agar tidak longsor dengan

    memberikan suatu dinding penahan atau penunjang sementara atau lereng yang cukup.

    Kepada Kontraktor juga diwajibkan mengambil langkah-langkah pengamanan terhadap bangunan lain

    yang berada dekat sekali dengan lubang galian yaitu dengan memberikan penunjang sementara pada

    bangunan tersebut, sehingga dapat dijamin bangunan tersebut tidak akan mengalami kerusakan.

    Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai jumlah tertentu, yaitu sampai mencapai ketinggian tanah asli semula, harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan.

    Material bekas bongkaran (puing) pondasi harus dikeluarkan dari lokasi proyek dan tidak

    diperkenankan untuk dipakai sebagai tanah urug peninggian peil.

    1.3. PENGURUGAN TANAH 1. Jenis Urugan.

    Pengurugan dilakukan untuk : Untuk peninggian guna mencapai suatu level halaman atau konstruksi dengan ketebalan sesuai dengan

    gambar.

    Urugan kembali pada akhir pekerjaan pondasi untuk pengisian dan leveling disekitar konstruksi

    pondasi.

    2. Bahan-bahan

    Bila tidak dicantumkan dalam gambar-gambar detail, maka pada bagian atas urugan, di bawah pelat-pelat beton bertulang, beton rabat dan pondasi-pondasi harus terdiri dari urugan pasir setebal 10 cm padat. Kontraktor wajib mengusahakan agar semua bahan urugan terdiri dari mutu bahan yang terbaik.

    3. Konstruksi

    Urugan tersebut harus dipadatkan lapis demi lapis. Ketebalan setiap lapis tidak lebih dari 20 cm (padat). Kepadatannya yang dicapai harus 95 % dari kepadatan standart proctor pada kadar air 2% dari kadar air optimum atau mencapai CBR 5%. Pemadatan harus menggunakan vibro stamper untuk

    lokasi di dalam gedung dan roller untuk lokasi yang berada di luar gedung.

    Terhadap hasil pemadatan yang dilaksanakan, Kontraktor harus mengadakan density test (sand cone).

    Pengetesan sand cone dilakukan setiap lapisan tanah 20 cm padat, setiap luas maksimum 400 m2 .

    Kontraktor harus mengadakan penelitian minimal satu kali untuk setiap jenis tanah yang dijumpai di

    lapangan.

    Contoh tanah tersebut harus disimpan dalam tabung gelas atau plastik untuk bukti penunjukkan/referensi dan diberi label yang berisi nomor contoh, kepadatan kering maksimum dan kadar air optimumnya. Penelitian harus mengikuti prosedur yang umum dipakai yaitu ASTM D-1556-64 atau PB-0103-76. Bila material urugan apapun yang digunakan menjadi lapuk/rusak atau bila urugan apapun yang telah dipadatkan menjadi terganggu, maka bahan tersebut harus digali keluar dan diganti dengan

    bahan yang memenuhi syarat serta dipadatkan kembali, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik, tanpa adanya biaya tambahan.

    Sebelum dilaksanakan pengurugan, lapisan humus tanaman harus dikupas terlebih dahulu, sedemikian hingga lapisan dasar bebas dari lapisan humus dan segala material yang dikemudian hari dapat melapuk.

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    1.4. PEKERJAAN PASANGAN BATU GUNUNG/KALI/BELAH A. UMUM

    Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan pokok dan perekatnya, menyiapkan tempat yang akan dipasang pasangan batu kali, serta pelaksanaan pekerjaan batu kali itu sendiri di tempat, satu dan lain hal sesuai dengan gambar-gambar daerah denah serta potongan.

    B. PERSYARATAN

    Tempat yang akan dipasang harus dipersiapkan dengan teliti (ketebalan dasar dan puncak, tinggi serta panjangnya) bersih dari segala macam kotoran (bekas-bekas tumbuhan dan akar-akar) bersih dari lumpur dan sebagainya. Sebelum memulai pemasangan, seyogyanya Kontraktor harus memberitahukan dulu kepada Konsultan Pengawas akan tindakannya.

    C. MATERIAL Bahan yang harus disediakan antara lain : Batu kali pecah / belah yang keras, ukurannya rata-rata sama, satu dan lain hal sesuai dengan NI-3 Pasal 9. Semen yang dapat dipergunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan yang tersebut dalam NI-8, satu dan lain hal sama dengan yang diisyaratkan untuk pekerjaan beton dan pasangan batu bata. Pasir yang digunakan dalam persyaratan ini jenis pasir pasang, yang memenuhi syarat- syarat yang ditentukan dalam NI-3 Pasal 14 ayat 2. Satu dan lain hal sama dengan yang diisyaratkan untuk pekerjaan beton. Air untuk mengaduk semen dan pasir tersebut di atas harus bersih, satu dan lain hal sesuai dengan NI-3 Pasal 10.

    D. PELAKSANAAN

    Pelaksanaan pasangan batu kali ini seperti lazimnya : Kontraktor harus terlebih dahulu melakukan pengukuran (uit-zet) secara teliti (seperti sudah dijelaskan di atas) sesuai dengan gambar.

    Batu kali harus bersih dari tanah dan lumpur.

    Adukan yang dipakai adalah campuran 1 semen : 5 pasir adukan harus selalu baru. Adukan yang tidak habis, tidak dibenarkan untuk dipakai keesokan harinya.

    1.5. PEKERJAAN SLOOF/TIE BEAM A. PEKERJAAN PERSIAPAN

    Tanah dibawah areal sloof harus diperbaiki sehingga memenuhi persyaratan kepadatan tanah dasar. Setelah lapisan tanah dasar memenuhi persyaratan, diatasnya diberi lapisan pasir setebal 5-10 cm padat dan diatasnya lagi diberi lapisan lantai kerja setebal 5 cm dengan campuran 1 pc : 3 pasir : 5 kerikil.

    B. PEKERJAAN BEKISTING

    Sebelum dimulai pekerjaan bekisting Kontraktor harus terlebih dulu mengajukan shop drawing tentang pekerjaan yang bersangkutan dan bila telah disetujui oleh Konsultan Pengawas/pengawas

    lapangan/direksi teknik, maka pekerjaan dapat dilanjutkan. Persyaratan pekerjaan bekisting harus disesuaikan dengan persyaratan bekisting untuk pekerjaan struktur atas.

    C. PEKERJAAN PEMBESIAN

    Pembesian harus dipasang sesuai dengan gambar atau atas petunjuk dari Konsultan Pengawas. Mutu besi tulangan yang dipakai adalah BJTD 40 > 12 mm dan BJTP 24 12 mm.

    D. PEKERJAAN BETON

    Sebelum pelaksanaan pengecoran dimulai, Kontraktor harus mengajukan permohonan pengecoran ke Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Dalam permohonan

    pengecoran ini harus dicantumkam berbagai hal yang akan berpengaruh terhadap konstruksi. Permohonan pengecoran ini akan digunakan oleh Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik untuk mengecek persiapan ke lokasi yang akan dicor. Mutu beton untuk pondasi, plat lantai plat

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    dak adalah K-225.

    2. PEKERJAAN BETON 2.1. LINGKUP PEKERJAAN

    Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pembuatan dan mendirikan semua baja tulangan, bersama dengan semua pekerjaan pertukangan/keahlian lain yang ada hubungannya dengan itu, lengkap sebagaimana diperlihatkan, dispesifikasikan atau sebagaimana diperlukan.

    2.2. PERATURAN-PERATURAN

    Peraturan yang yang mengikat untuk pekerjaan beton adalah : - PBI 1971 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia) / NI-2. - ACI 1983 (Association Concrete International) - SII (Standar Industri Indonesia) - SKBI-2.3.53.1987. - NI-8 (Peraturan Portland Cement Indonesia ) 1972 - PPKI 1961 (NI-5) - Petunjuk Perencanaan Beton 1987 - Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983 & 1987 - Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat - Peraturan Bangunan Nasional tahun 1987 - Standar Besi Beton SII No. 0136 84 - Standar Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1989

    2.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN Sebelum melaksanakan pekerjaan beton Kontraktor diwajibkan memeriksa seluruh perhitungan konstruksi beton yang dibuat oleh Konsultan Perencana. Jika ternyata terdapat kesalahan pada bagian perhitungan tersebut, Kontraktor diwajibkan melapor kepada Direksi yang akan diteruskan ke

    Perencana. Sebelum ada keputusan mengenai perhitungan tersebut Kontraktor tidak diperbolehkan untuk mulai melaksanakan sebagian pekerjaan tersebut.

    Sebelum melaksanakan pekerjaan beton diwajibkan membuat Shop Drawing untuk mendapat

    persetujuan dan keputusan dari Pemberi Tugas sekurang-kurangnya 3 hari sebelum pengecoran

    pertama, Kontraktor sudah menyerahkan Mix Design untuk mutu beton K 225 dari Balai Besar

    Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik atau Direktorat Penyelidikan masalah

    bangunan yang tentunya sebelumnya menyerahkan contoh bahan yang akan dipergunakan. Sebagian

    contoh yang ditestkan disimpan oleh Pemberi Tugas untuk pengecekan bahan pada waktu pengecoran.

    Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang

    disyaratkan, termasuk kekuatan, toleransi dan penyelesaiannya. Khusus untuk pekerjaan beton bertulang

    yang terletak langsung di atas tanah harus dibuatkan lantai kerja beton ringan dengan campuran semen :

    pasir : koral = 1 : 3 : 5. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sebanding

    dengan standar umum yang berlaku. Apabila Pemberi Tugas memandang perlu, Kontraktor dapat

    meminta nasehat- nasehat dari tenaga ahli yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas atas beban Kontraktor.

    2.4. JENIS KETEGUHAN BETON

    Untuk beton bertulang , mutu beton yang digunakan adalah sesuai analisa bahan beton dalam BQ. Mutu

    beton ini digunakan pada semua pekerjaan beton bertulang konstruksi atas, kecuali disebut lain.

    2.5. BAHAN-BAHAN

    Sesuai dengan persyaratan dalam PBI 1991 dan Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983. Konsultan Pengawas/pengawas

    lapangan/direksi teknik dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian terhadap bahan yang akan digunakan, dan harus dilaksanakan pada lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui serta

    yang disetujui Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Semua biaya yang berhubungan dengan pengujian tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor. Jika karena keadaan pasaran besi tulangan perlu diganti guna kelangsungan pelaksanaan, maka jumlah luas

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    penampang tidak boleh berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat lainnya yang termuat dalam PBI - 1991. Dalam hal ini harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

    1. Portland Cement

    Digunakan Portland Cement type jenis I menurut SII.13 1977 menurut ASTM dan memenuhi S.400 menurut standar portland cement yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia atau setara, berdasarkan kualifikasi yang ditetapkan dalam NI-8. Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan kecuali dengan persetujuan tertulis dari Direksi. Pertimbangan Direksi hanya dapat dilakukan dalam keadaan : Tidak adanya persediaan di pasaran dari merk yang tersebut di atas Kontraktor memberikan jaminan dengan data-data teknis bahwa mutu semen penggantinya

    setara dengan mutu semen tersebut di atas.

    Kontraktor diharuskan mengadakan pengujian/pengetesan laboratorium, dari kualitas semen yang akan digunakan dan Kontraktor wajib memberikan hasil pengujian tersebut kepada Direksi Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan dan untuk ini tidak ada penambahan biaya.

    Kantong-kantong PC yang rusak jahitannya atau ada dalam keadaan robek-robek atau setelah dilakukan penimbangan ternyata volume/beratnya tidak sesuai dengan yang tercantum dalam kemasan, tidak boleh dipergunakan. PC yang sebagian sudah membatu dalam kantong, sama sekali tidak boleh untuk dipergunakan. Penyimpanan PC harus pada gudang tertutup dengan lantai yang ditinggikan 40 cm dari tanah sekitarnya dan selalu ada dalam keadaan kering.

    2. Agregat

    Kualitas agregat harus memenuhi syarat-syarat PBI 1971. Agregat kasar harus berupa koral atau batu pecah yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak

    porous), kadar lumpur dari pasir beton tidak boleh melebihi dari 40% berat.

    Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari

    bagian konstruksi yang bersangkutan. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, kasar, tajam dan bebas dari bahan-bahan organis,

    lumpur, tanah lempung dan sebagainya.

    Pasir dan kerikil yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat warna, kekerasan, tekanan hancurnya tidak boleh kurang dari tekanan hancur yang telah mengeras. 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan pengecoran dimulai, Kontraktor harus sudah mengambil sampelnya dengan ukuran tertentu dan type tertentu untuk dites sesuai dengan percobaan-percobaan yang tercantum dalam PBI 1971 dan dari hasil ini Kontraktor mengambil 2 (dua)

    buah contoh yang representatif untuk diambil grading analisisnya. Percobaan-percobaan selanjutnya harus dilakukan untuk setiap pengiriman sebanyak 50 (lima puluh) ton atau sewaktu-waktu diperintahkan oleh Direksi lapangan. Kontraktor harus hanya menggunakan satu sumber untuk setiap agregate yang telah disetujui oleh Direksi Pelaksana dan hal ini dimaksudkan untuk menjamin kesamaan kualitas dan grading selama masa pelaksanaan.

    3. Air

    Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, garam, alkalis

    atau satu dan lain hal sesuai dengan yang disyaratkan PBI.

    Sebelum mempergunakan air dari suatu sumber, Kontraktor harus memberikan hasil tes tersebut 2

    (dua) minggu sebelumnya ke Direksi Pelaksana untuk diteliti. Semua biaya untuk mendapatkan air bersih dan biaya pemeriksaan di laboratorium menjadi

    tanggungan Kontraktor.

    4. Besi Beton

    Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi dari jenis U24 (polos) untuk besi berdiameter 12 mm ke bawah, untuk besi berdiameter 13 mm ke atas memakai U39 (ulir).

    Besi beton yang harus digunakan harus diterima dalam keadaan baru, tidak boleh cacat / terdapat

    serpih-serpih, retak, gelembung, lipatan atau tanda-tanda yang menunjukkan kelemahan dari material

    tersebut. Pada percobaan lengkung 180 tidak terlihat adanya tanda-tanda seperti getas.

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    Besi beton harus bersih dari kotoran, lemak, karat lepas atau yang lainnya yang dapat mempengaruhi perlekatan beton dengan besinya. Kawat beton/ikat harus berkualitas besi lunak yang telah dipijarkan berdiameter 1 mm dan tidak

    disepuh seng

    Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang diperlukan untuk mengatur jarak

    tulangan/besi beton dan mengikat tulangan-tulangan pada tempatnya. Sambungan tulangan dan pengangkaran harus dilaksanakan sesuai persyaratan untuk itu yang

    tercantum dalam PBI 1971.

    Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping adanya sertifikat dari

    pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat dari laboratorium apabila tidak ada maka secara periodik

    minimum masing-masing 2 (dua) contoh percobaan (stress-strain) dan perlengkapan untuk setiap 20

    ton besi. Pengetesan dilakukan untuk laboratorium-laboratorium yang disetujui oleh Direksi Pelaksana.

    Semua standar bar (stek-stek tulangan) dari kolom dan dinding harus diperpanjang

    sampai dengan 40 D di atas tarap (peil) dari yang ditentukan dalam gambar, kecuali ditentukan lain oleh Pemberi Tugas.

    5. Admixture

    Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara pengecoran yang cermat tidak

    diperlukan penggunaan sesuatu admixture. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu dengan

    mempertimbangkan kondisi site, cuaca dan lain-lain. Kontraktor diminta terlebih dahulu mendapatkan

    persetujuan dari pengawas/Direksi mengenai hal tersebut. Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data

    bahan, nama pabrik produksi jenis bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko- resiko

    dan keterangan lain yang dianggap perlu.

    Bila diputuskan untuk mempergunakan bahan admixture, Kontraktor harus

    memberikan hasil-hasil percobaan, perbandingan berat dan W/C ratio serta crushing test kubus-kubus beton berumur 7, 14, 21 dan 28 hari dari beton yang mempergunakan bahan-bahan admixture itu.

    6. Penyimpanan

    Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan pada umumnya harus sesuai dengan waktu dan urutan pelaksanaannya. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat kekurangan berat dari apa

    yang tercantum pada zak, segera setelah diturunkan dan disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari tanah. Semen masih harus

    dalam keadaan fresf/belum mulai mengeras, bagian tersebut masih dapat ditekan hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10%. Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan

    hancur dengan tangan bebas, maka jumlah tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama. Semuanya dengan catatan bahwa kualitas beton yang diminta harus tetap terjamin.

    Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan- bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya (misalnya minyak dan lain-lain) dan tidak diperkenankan penyimpanan besi beton melebihi waktu yang lama, maximum 1 minggu, lebih dari jangka waktu tersebut, tidak diizinkan untuk dipergunakan. Agregat harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah menurut jenis dan gradasinya serta harus beralaskan lantai beton ringan untuk menghindari tercampurnya dengan tanah.

    2.6. ADUKAN

    Untuk mendapatkan beton sesuai dengan persyaratan, maka Kontraktor harus mengadakan Trial Mix adukan beton sebelumnya dan disamping itu mutu beton harus sesuai dengan standar dalam PBI-1991. Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa dan disetujui Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik mengenai kekuatan/ kebersihannya. Semua biaya pengujian tersebut menjadi beban Kontraktor

    2.7. PENGUJIAN / PEMERIKSAAN MUTU BETON

    Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji kubus beton 15 x 15 x 15 cm sesuai

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    standar dalam PBI 1991 Bab 4 Pasal 4.1.2. Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di Laboratorium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan di tempat atau dengan mengadakan trial mix di laboratorium yang ditunjuk.

    Kontraktor harus membuat laporan tertulis, atas data-data kualitas beton yang dibuat dengan disahkan

    oleh Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan

    nilai karakteristiknya. Laporan harus disertai sertifikat dari laboratorium yang bersangkutan. Kekentalan

    adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai slump harus dalam batas-batas yang

    disyaratkan dalam PBI - 1971 Bab 4 Pasal 4.4. Jumlah kubus beton dan slam akan ditentukan kemudian tebal

    penutup beton minimal bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton harus sesuai dengan persyaratan PBI -

    1991 Bab 7 Pasal 7.2. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton

    yang akan dicor.

    Penahan-penahan jarak untuk keperluan penutup beton dapat berbentuk blok-blok persegi atau

    gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimal 4 (empat) buah setiap meter persegi cetakan.

    Penahan-penahan jarak tersebut harus tersebar merata dan harus dapat berfungsi dengan tepat.

    Selama pelaksanaan pembetonan harus ada pengujian slump, minimum 7 cm dana maximum 12 cm. Cara pengujian slump adalah mengikuti cara-cara slump test sebagai berikut :

    Contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton (bekisting).

    Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan di atas kayu atau plat beton. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan tersebut ditusuk - tusuk 25 kali dengan besi berdiameter 16 mm

    panjang 30 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru). Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapisan yang di bawahnya. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan dan

    diukur penurunannya (nilai slumpnya).

    Seluruh pekerjaan beton, baik dalam pembuatan mix design maupun pada pekerjaan fisiknya, campuran beton harus berdasarkan perbandingan berat, satu dan lain hal harus memenuhi prosedur dalam PBI 1971. Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak tergenang air, selama 7 hari berturut-turut dan selanjutnya dalam udara terbuka. Satu dan lain hal harus memenuhi prosedur perawatan khusus berdasarkan PBI 71 pasal 4.9 seluruh ayat.

    Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk umur 7 hari dengan ketentuan

    bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari 65% kekuatan yang diminta pada 28 hari. Jika hasil kuat tekan

    benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan pengujian beton

    setempat dengan cara-cara seperti halnya ditetapkan dalam PBI 1971 dengan tidak menambah biaya bagi

    Pemberi Tugas.

    2.8. PERAWATAN BETON

    Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam PBI - 1991, NI -2 pasal 6.6. Beton setelah dicor

    harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk proses hidrasi semen serta pengerasan beton.

    Perawatan beton segera dimulai setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan harus berlangsung terus

    menerus selama paling sedikit 2 (dua) minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu Beton pada awal

    pengecoran harus dipertahankan supaya tidak melebihi 30 C. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan

    acuan betonpun harus tetap dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum

    selesai masa perawatan maka selama sisa waktu tersebut, pelaksanaan perawatan tetap dilakukan dengan

    membasahi permukaan beton terus menerus dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau

    dengan cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Beton harus

    dibasahi paling sedikit 7 hari berturut-turut setelah pengecoran dan harus dipersiapkan perlindungan atas

    kemungkinan datangnya hujan harus diperhatikan.

    2.9. PENGECORAN BETON

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    Sebelum melaksanakan pekerjaan beton Kontraktor diwajibkan memeriksa seluruh perhitungan konstruksi beton yang dibuat oleh Konsultan Perencana, jika ternyata terdapat kesalahan pada bagian perhitungan tersebut Kontraktor diwajibkan melapor kepada Direksi yang akan diteruskan ke Perencana sebelum ada keputusan mengenai perhitungan tersebur Kontraktor tidak diperbolehkan untuk mulai melaksanakan sebagian pekerjaan tersebut. Sebelum melaksanakan pengecoran beton, Kontraktor harus memberitahukan terlebih dahulu ke Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik dan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas pengecoran beton baru dapat dilaksanakan. Kontraktor dapat diperintahkan untuk membongkar beton yang dicor tanpa persetujuan Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik atas biaya Kontraktor sendiri. Sebelum pengecoran dimulai, maka semua tempat - tempat yang akan dicor terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran (misalnya: potongan kayu, batu, sisa beton, tanah, dll) dan dibasahi dengan air semen. Pada pengecoran baru (sambungan antara beton lama dan beton baru) maka permukaan beton lama terlebih dahulu harus dibersihkan dan dikasarkan dengan sikat besi sampai agregat kasar tampak, kemudian disiram dengan air semen atau bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Tempat dimana pengecoran akan dihentikan, harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Tinggi jatuh dari beton yang akan dicor jangan lebih 2 m bila disebutkan lain atau disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.

    2.10. PEMADATAN BETON

    Kontraktor harus menyiapkan vibrator tanpa adanya penundaan pada saat pengecoran berlangsung. Untuk itu Kontraktor harus menyediakan beberapa vibrator cadangan yang siap pakai. Vibrator yang dipakai harus dari type rotary out of balance dengan frekwensi tidak kurang dari 6000 cycles permenit dan kemampuan memberikan percepatan 6 g pada beton setelah kontak dengan beton. Harus dihindarkan pemadatan beton secara berlebihan sehingga menyebabkan pengendapan agregat, kebocoran melalui bekisting, dll.

    2.11. LAIN-LAIN

    Semua konstruksi beton yang berlubang harus diberi tambahan tulangan diagonal seluas tulangan yang

    dipotong.

    Semua anchor yang ada, bila tidak terpasang harus diganti dengan anchor bolt dengan tanpa

    penambahan biaya.

    Bila tidak disebutkan lain atau persetujuan Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh lebih dari 2.00 m.

    Kontraktor harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat yang terpasang, selubung- selubung dan sebagainya yang tertanam dalam beton. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tercantum dalam gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran- ukuran yang tepat,

    begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam gambar- gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Konsultan Perencana untuk mendapatkan ukuran sesungguhnya.

    2.12. BEKISTING

    Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan gambar rancangan cetakan dan acuan untuk mendapatkan persetujuan Direksi sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-gambar

    tersebut harus secara jelas terlihat Konstruksi cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta kedudukan dari

    sistem rangkanya.

    Bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar-gambar rencana. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga dapat dicegah kebocoran adukan. Bekisting harus diberi perkuatan-perkuatan secukupnya, dapat terjamin kedudukan dan bentuknya yang tetap. Bekisting harus terbuat dari bahan yang baik yang tidak mudah meresap air dan rencanakan sedemikian rupa hingga mudah dapat dilepaskan dari beton tanpa menyebabkan kerusakan pada beton. Cetakan untuk pekerjaan kolom dan lain-lain pekerjaan beton harus mempergunakan plywood ketebalan minimal 15 mm type I (WBP) atau plat baja ketebalan minimal 1 mm, balok 5/7, 6/10, dolken 8-12 cm atau bahan-bahan lain yang disetujui oleh Direksi.

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    Bekisting kolom, dinding dan listplang harus diadakan perlengkapan-perlengkapan untuk menyingkirkan kotoran-kotoran serbuk gergaji, potongan-potongan kawat pengikat dll. Bekisting untuk beton harus memenuhi persyaratan dalam PBI 1971 NI-2. Bekisting yang harus memikul beban-beban yang besar dan/atau harus mengatasi bentang- bentang yang besar, maka harus dibuat perhitungan dan gambar-gambar kerja khusus. Dalam perencanaan harus ditinjau hal-hal berikut :

    Kecepatan dan cara pengecoran.

    Beban-beban pelaksanaan, termasuk beban-beban vertikal, horizontal dan beban kejut. Disamping kekuatan dan kekakuan dari bekisting juga stabilitas perlu diperhitungkan dengan baik. Tiang-tiang bekisting dari kayu harus dipasang di atas papan kayu yang kokoh dan harus mudah dapat disetel dengan baji. Tiang-tiang bekisting tersebut harus tidak boleh mempunyai lebih dari satu sambungan yang tidak disokong ke arah samping. Bambu tidak boleh digunakan sebagai tiang bekisting. Bekisting hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut dengan sistim bekisting yang

    masih ada telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Kekuatan ini harus ditunjukkan dengan pemeriksaan benda uji yang

    disebut dalam PBI-71 pasal 4.7 ayat (5) dan dengan perhitungan-perhitungan. Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik akan memberikan persetujuan pembongkaran bekisting setelah ia memeriksa hasil- hasil pemeriksaan benda uji dan perhitungan-perhitungan tersebut. Apabila

    untuk menentukan saat pembongkaran bekisting tidak dibuat benda-benda uji, maka bila tidak ditentukan lain, bekisting baru boleh dibongkar setelah beton berumur 3 minggu. Cetakan samping dari balok

    kolom dan dinding boleh dibongkar setelah beton berumur 3 x 24 jam.

    2.13. PEKERJAAN PERANCAH 1. Definisi

    Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton yang belum mengeras. Kontraktor harus mengajukan rancangan perhitungan dan gambar perancah tersebut untuk disetujui oleh Pemberi Tugas. Segala biaya yang perlu sehubungan dengan perancangan perancah dan pengerjaannya harus sudah tercakup dalam perhitungan biaya untuk harga satuan perancah.

    2. Pelaksanaan

    Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar dari bahaya pengerusan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri harus kokoh terhadap pembebanan

    yang akan mungkin ada. Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah akib.

    2.14. BETON KOLOM

    1. Pembesian

    Sebelum melaksanakan pekerjaan pembesian kolom, Kontraktor harus mengajukan shop drawing

    untuk disetujui Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Setelah ada persetujuan dari

    Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik, pembesian kolom baru dapat dimulai.

    Sambungan-sambungan kolom harus mengikuti gambar rencana atau atas petunjuk dari Konsultan

    Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Sambungan-sambungan las tidak

    diperkenankan. Pembengkokan pada daerah yang mengalami pengecilan harus linear mulai dari

    permukaan bawah balok bersangkutan hingga permukaan atasnya. Mutu besi tulangan yang digunakan

    adalah BJTD 40 > 12 mm dan BJTP 24 12 mm. 2. Bekisting

    Dalam pemasangan bekisting kolom, harus diperhatikan dimensi-dimensinya dan juga posisi vertikalnya. Unting-unting harus selalu dipasang pada dua sisinya dan harus mudah dicek oleh

    Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Pada as-as kolom harus diberi tanda untuk memudahkan pengecekan terhadap pengukuran horizontal maupun vertikal. Tanda-tanda dapat

    dibuat dari cat dengan warna yang kontras. Mutu beton Mutu beton yang digunakan untuk semua kolom adalah adalah sesuai dengan analisa bahan pekerjaan

    pembetonan. 3. Pengecoran

    Kegiatan pengecoran tidak boleh mengganggu stabilitas bekisting dan pembesian kolom. Bila hal

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    ini terjadi, Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik dapat menghentikan pengecoran dan Kontraktor harus memperbaikinya tanpa ada tambahan biaya.

    2.15. BETON BALOK

    1. Pembesian Sebelum melaksanakan pekerjaan pembesian balok, Kontraktor harus mengajukan shop drawing

    untuk disetujui Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Setelah ada persetujuan

    dari Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik, pembesian balok baru dapat dimulai.

    Sambungan-sambungan balok harus mengikuti gambar rencana atau atas petunjuk dari Konsultan Pengawas. Sambungan- sambungan las tidak diperkenankan. Mutu besi tulangan yang digunakan

    adalah BJTD 40 > 12 mm dan BJTP 24 12 mm.

    2. Bekisting

    Dalam pemasangan bekisting balok, harus diperhatikan dimensi-dimensinya dan juga posisi horizontalnya. Mutu beton. Mutu beton yang digunakan untuk semua balok adalah sesuai dengan analisa bahan pekerjaan

    pembetonan.

    3. Pengecoran.

    Kegiatan pengecoran tidak boleh mengganggu stabilitas bekisting dan pembesian balok. Bila hal ini terjadi, Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik dapat menghentikan pengecoran dan

    Kontraktor harus memperbaikinya tanpa ada tambahan biaya.

    2.16. CACAT-CACAT PEKERJAAN

    Konstruksi beton yang berporos, konstruksi yang tidak tegak lurus atau rata seperti direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan gambar. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain. Bila

    penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau keahlian dalam pengerjaan setiap bagian pekerjaan tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam Persyaratan Teknis, maka bagian pekerjaan tersebut harus digolongkan sebagai cacat pekerjaan, misalnya susunan yang tidak teratur, pecah, retak, ada

    gelembung udara, keropos, berlubang, benjolan dan yang lain yang tidak sesuai dengan bentuk yang diharapkan/diinginkan. Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan diganti sesuai

    dengan yang dikehendaki oleh Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik. Seluruh pembongkaran dan pemulihan pekerjaan yang digolongkan cacat tersebut serta semua biaya yang

    timbul akibat hal itu seluruhnya menjadi beban Kontraktor.

    2.17. SIAR-SIAR KONSTRUKSI DAN PEMBONGKARAN ACUAN

    Pembongkaran acuan dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak ditentukan lain dari gambar, harus mengikuti pasal 5.8. dan 6.4. dari PBI 1971. Siar-siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui oleh Direksi Pelaksana.

    2.18 . PENGGANTIAN BESI

    Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan apa yang tertera pada

    gambar.

    Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya terdapat kekeliruan atau

    kekurangan yang memerlukan penyempurnaan pekerjaan pembesian yang ada, maka :

    Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang tertara dalam gambar, secepatnya hal ini diberitahukan pada Perencana Konstruksi untuk sekedar informasi.

    Jika hal tersebut di atas akan dimintakan oleh Kontraktor sebagai pekerjaan lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi.

    Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian, maka perubahan tersebut hanya dapat

    dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi. Mengajukan usul dalam rangka tersebut di atas adalah merupakan juga keharusan dari Kontraktor. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat dan lebih besar, dengan

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    catatan : Harus ada persetujuan dari Direksi Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi di tempat tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah luas) Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian di tempat tersebut atau di daerah overlapping yang dapat

    menyulitkan pembetonan atau penyampaian penggetar.

    Toleransi Besi Diameter, ukuran sisi jarak antara dua permukaan yang berlawanan)

    Variasi dalam berat yang

    diperbolehkan

    Toleransi diameter

    Di bawah 10 mm +/- 7% +/- 0,4 mm

    10 mm sampai 16 mm (tapi tidak

    termasuk 16 mm)

    +/- 5%

    +/- 0,4 mm

    16 mm sampai 28 mm tidak

    termasuk 28 mm)

    +/- 4%

    +/- 0,5 mm

    2.19. KUALITAS DAN PENGUJIAN BETON

    Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton mengacu pada analisa yang digunakan dengan

    didahului mix design. Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PBI 1971.

    Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini dengan

    memperhatikan data-data pelaksanaan di tempat atau dengan mengadakan trial- mixed di laboratorium

    yang ditunjuk.

    Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan-ketentuan yang

    disebut dalam pasal 4.7. dan 4.9 dari PBI 1971, mengingat bahwa w/c faktor yang sesuai di sini adalah sekitar 0,52 -0,55 maka pemasukan adukan ke dalam cetakan benda uji dilakukan menurut pasal 4.9 ayat 3 PBI tanpa menggunakan penggetar. Pada masa-masa percobaan pendahuluan harus dibuat 1 benda uji tiap 3 m3 beton. Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat dengan disyahkan oleh Direksi dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium harus dengan persetujuan Direksi Pelaksana.

    2.20. PERBAIKAN PERMUKAAN BETON a. Penambalan pada daerah yang tidak sempurna, keropos dengan campuran adukan semen (cement

    mortar) setelah pembukaan acuan, hanya boleh dilakukan setelah mendapat persetujuan dan sepengetahuan Direksi.

    b. Jika ketidaksempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan permukaan yang diharapkan dan diterima oleh Direksi Lapangan, maka harus dibongkar dan diganti dengan pembetonan kembali atas beban biaya Kontraktor.

    c. Ketidaksempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur, pecah/retak ada gelembung udara, keropos, berlubang, tonjolan dan lain-lain yang tidak sesuai dengan bentuk yang diharapkan/diinginkan.

    2.21. PEMASANGAN PIPA, SALURAN LISTRIK DAN LAIN-LAIN YANG AKAN TERTANAM DI

    DALAM BETON Penempatan saluran / pemipaan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi kekuatan struktur dengan memperhatikan persyaratan PBI 1971 Bab 5.7 Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain di dalam bagian-bagian struktur beton bila tidak ditunjukkan secara detail di dalam gambar. Di dalam beton perlu dipasang selongsong pada tempat-tempat yang dilewati pipa. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan di dalam gambar, tidak dibenarkan untuk menanam

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    saluran listrik di dalam struktur beton. Apabila di dalam pemasangan pipa, saluran listrik bagian-bagian yang tertanam dalam beton dan lain-lain terhalang oleh adanya baja tulangan yang terpasang, maka Kontraktor harus segera mengkonsultasikan hal ini dengan Direksi.

    Tidak dibenarkan untuk membengkokan atau menggeser/memindahkan baja tulangan

    tersebut dari posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan pipa-pipa saluran tersebut tanpa izin tertulis dari Direksi.

    2.22. BENDA-BENDA YANG DITANAM DALAM BETON

    Semua bagian-bagian/peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur-angkur, kait dan pekerjaan lain

    yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton harus sudah dipasang sebelum pengecoran beton

    dilaksanakan.

    Bagian-bagian/peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya dan diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran beton dilaksanakan.

    Diperhatikan juga tempat kelos-kelos untuk kusen atau instalasi

    Kontraktor Utama harus memberitahukan serta memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk

    memasang bagian-bagian/peralatan tersebut sebelum pelaksanaan pengecoran beton.

    2.23. PEMBERSIHAN Jangan dibiarkan puing-puing, sampah, sampai tertimbun, pembersihan harus dilakukan secara baik dan

    teratur.

    2.24. CONTOH-CONTOH YANG HARUS DISEDIAKAN

    Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh material : koral, split, pasir, besi

    beton, PC untuk mendapat persetujuan Direksi.

    Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Direksi akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontraktor ke lapangan. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah disetujui di bangsal Direksi Pelaksana.

    PEKERJAAN ARSITEKTUR

    1. PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL

    1.1 LINGKUP PEKERJAAN Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil yang baik dan sempurna. Pekerjaan ini meliputi beton sloof, beton kolom praktis, beton ring balok untuk bangunan yang dimaksudkan termasuk pekerjaan besi beton dan pekerjaan bekisting/acuan dan semua pekerjaan beton yang bukan struktur, seperti yang ditunjukkan pada gambar.

    1.2. PERSYARATAN BAHAN

    1. Semen Portland Harus memakai mutu yang terbaik dari satu jenis merek atas persetujuan Pemberi Tugas dan harus

    memenuhi NI-8. Semen yang telah mengeras sebagian /seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.

    Penyimpanan semen Portland harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban,

    bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumpukkan sesuai dengan syarat penumpukan

    semen.

    2. Pasir Beton

    Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971, PBI 1991.

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    3. Koral Beton / Split Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971. Penyimpanan / penimbunan pasir koral beton harus dipisahkan satu dari yang lain, sehingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan perbandingan adukan beton yang

    tepat.

    4. Air

    Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali dan bahan-bahan organisir/bahan lain yang dapat merusak beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10.

    Apabila dipandang perlu Pemberi Tugas dapat meminta kepada kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di Laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor.

    5. Besi Beton

    Digunakan mutu U 24. Besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari cacat seperti

    serpih-serpih. Panampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2 (PBI 1971). Bila dipandang

    perlu kontraktor diwajibkan untuk memeriksa mutu besi beton ke Laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor. Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :

    - Peraturan-peraturan/standard setempat yang biasa dipakai - Peraturan SKSNI Tentang Peraturan Beton Bertulang SKSNI01991-03 - Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI-2 - Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI-5 - Peraturan Semen Portland Indonesia 1972, NI-8 - Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat - Ketentuan-ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan Umum (AV) No. 9 tanggal 28

    Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara No. 1457.

    - Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan Pemberi Tugas/Konsultan

    - Standard Normalisasi Jerman (DIN) - American Society for Testing and Material (ASTM) - American Concrete Institute (ACI)

    1.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

    1. Mutu Beton

    Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang harus sesuai dengan analisa bahan pekerjaan beton dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam PBI 1971.

    2. Pembesian Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratannya harus sesuai PBI 1971. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan dengan gambar konstruksi Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang selimut beton

    sesuai ketentuan dalam PBI 1971. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Pemberi Tugas / Konsultan.

    3. Cara Pengadukan

    Cara pengadukan harus menggunakan beton molen Takaran untuk semen portland dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh Pemberi Tugas / Konsultan Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump minimum 5 cm dan maksimum 10 cm.

    4. Pengecoran Beton

    Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    dan penempatan penahan jarak. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Pemberi Tugas / Konsultan

    5. Besi Beton Digunakan mutu U 24. Besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari cacat seperti

    serpih-serpih. Panampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-

    2 (PBI 1971). Bila dipandang perlu kontraktor diwajibkan untuk memeriksa mutu besi

    beton ke Laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor. Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan : - Peraturan-peraturan/standard setempat yang biasa dipakai - Peraturan SKSNI Tentang Peraturan Beton Bertulang SKSNI01991-03 - Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI-2 - Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI-5 - Peraturan Semen Portland Indonesia 1972, NI-8 - Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat - Ketentuan-ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan Umum (AV) No. 9 tanggal

    28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara No. 1457.

    - Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan Pemberi Tugas/Konsultan

    - Standard Normalisasi Jerman (DIN) - American Society for Testing and Material (ASTM) - American Concrete Institute (ACI)

    1.5. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

    1. Mutu Beton

    Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang harus sesuai dengan analisa bahan pekerjaan beton dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam PBI 1971.

    2. Pembesian Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratannya harus sesuai PBI 1971. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan dengan gambar konstruksi Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai ketentuan dalam PBI 1971. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Pemberi Tugas / Konsultan.

    3. Cara Pengadukan

    Cara pengadukan harus menggunakan beton molen Takaran untuk semen portland dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh Pemberi Tugas / Konsultan Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump minimum 5 cm dan maksimum 10 cm.

    4. Pengecoran Beton

    Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Pemberi Tugas / Konsultan Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split yang memperlemah konstruksi. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan

    diteruskan pada hari berikutnya, maka tempat pemberhentian tersebut harus disetujui oleh Pemberi Tugas / Konsultan.

    5. Pekerjaan Acian / Bekisting

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan/ diperlukan dalam gambar. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran dilakukan.

    Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran-kotoran (tahi gergaji),

    potongan kayu, tanah/lumpur dan sebagainya, sebelum pengecoran dilakukan harus mudah dibongkar

    tanpa merusak permukaan beton.

    Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material (besi, koral/split, pasir dan semen portland)

    kepada Pemberi Tugas / Konsultan untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan.

    Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetepa terjamin sesuai persyaratan. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI tahun 1971) Beton harus dilingdungi dari pengarus panas, sehingga tidak terjadi penguapan cepat. Persiapan

    perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.

    Beton harus dibasahi paling sedikit selama sepuluh hari setelah pengecoran. Contoh Bahan Sebelum pelaksanaan pekerjaan Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material misalnya : besi, koral, pasir, PC untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas / Konsultan

    Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas / Konsultan, akan dipakai sebagai

    standard/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontraktor ke site.

    6. Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan

    Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam kotak/kemasan aslinya yang masih tersegel dan berlebel pabriknya. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung dan tertutup tidak lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.

    Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan jenisnya.

    Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan penyimpanan. Bila ada kerusakan Kontraktor wajib mengganti atas beban Kontraktor.

    7. Pengujian Mutu Pekerjaan

    Sebelum dilaksanakan pemasangan Kontraktor diwajibkan untuk memberikan pada Pemberi Tugas / Konsultan Certificate Test bahan dari produsen/ pabrik. Bila tidak ada Certificate Test maka Kontraktor harus melakukan pengujian atas besi/kubus beton di laboratorium yang akan ditunjuk kemudian. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Kontraktor dengan mengambil benda uji berupa

    kubus/slinder yang ukurannya sesuai dengan syarat-syarat / ketentuan dalam PBI 1971. Pembuatannya harus disaksikan oleh Pemberi Tugas / Konsultan. Jumlah dan frekwensi pembuatan kubus beton serta ketentuan-ketentuan lainnya sesuai PBI 1971. Kontraktor diwajibkan membuat Trial Mix terlebih dahulu, sebelum memulai pekerjaan beton. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Pemberi Tugas / Konsultan secepatnya.

    8. Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan

    Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam setelah pengecoran

    Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-pekerjaan lain.

    Bila terjadi kerusakan Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak mengurangi

    mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor. Bagian beton setelah

    dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi dengan air terus menerus selama 1 (satu) minggu

    atau lebih (sesuai ketentuan dalam PBI 1971)

    2. PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

    2.1. UMUM

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    Lingkup pekerjaan dalam pasal ini meliputi : Penyediaan bahan untuk pasangan bata. Penyiapan tempat yang akan didirikan dinding. Melaksanakan pekerjaan pasangan bata untuk pembuatan dinding atau lainnya, sesuai dengan yang tertera dalam gambar denah dan gambar potongan.

    2.2. PERSYARATAN

    1. Pasangan kedap air

    Untuk dinding-dinding biasa yang di atas tanah, pasangan kedap air dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir (1 sm : 2 ps) dimulai dari sloof sampai 30 cm diatas lantai. Untuk dinding-dinding pantry, lavatory, dll pasangan kedap air minimum setinggi 1.6 m dari lantai dan sesuai dengan gambar denah dan potongan. Pasangan biasa dengan adukan 1 semen : 5 pasir, berada di atas pasangan kedap air tersebut. Untuk pasangan setengah batu, tebal tembok jadi adalah 14 cm ( termasuk dinding keramik, mozaik dan lain-lain ), satu dan lain hal sesuai dengan gambar denah dan potongan.

    2. Adukan untuk tembok

    Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk di dalam bak kayu yang besarnya memenuhi syarat, Mencampurnya semen dan pasir harus dalam keadaan kering yang kemudian diberi air sampai didapat campuran yang plastis.

    Adukan yang sudah mengering tidak boleh dicampur dengan adukan yang baru.

    Dalam satu hari pasangan tidak boleh tinggi dari satu meter, dari pengakhiran pasangan pada satu hari

    tersebut harus dibuat bertangga menurun dan tidak tegak bergigi untuk menghindari retak dikemudian

    hari. Semua pasangan baru harus dijaga jangan terkena sinar matahari langsung dengan menutupnya

    memakai karung basah. Tempat-tempat yang harus dibuat lubang harus dipersiapkan dulu dengan menyumbat memakai batang pisang diameter besar atau bambu untuk diameter lebih kecil.

    2.3. MATERIAL

    Bahan-bahan yang harus disediakan antara lain : 1. Bata

    Bila direndam dalam air akan tetap utuh, tidak pecah atau hancur. Ukuran bata dapat disesuaikan dengan ketentuan tebal dinding yang disyaratkan dalam gambar. Oleh karena itu Kontraktor wajib

    memberikan contoh pada Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik sebelumnya, untuk diperiksa kualitasnya. Apabila bahan-bahan yang datang oleh Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik dianggap tidak memenuhi syarat maka Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik berhak menolak bahan-bahan tersebut dan Kontraktor wajib mengangkutnya keluar kompleks pembangunan.

    2. Semen/Portland Cement ( P.C )

    Sama dengan P.C yang digunakan untuk konstruksi beton type I. Semen yang datang di pekerjaan dan menunggu pemakaian, harus disimpan di dalam gudang yang lantainya kering dan 30 cm lebih tinggi dari permukaan tanah / lantai sekitarnya.

    Bilamana pada setiap pembukaan kantong, ternyata semennya sudah membatu, maka semen tersebut

    harus disingkirkan keluar kompleks pembangunan dan tidak boleh dipergunakan. Supplier / pedagang

    yang mengirimkan semen ke pekerjaan, hendaknya dapat menunjukan sertifikat dari pabriknya.

    Semen yang sudah lembab atau menunjukan gejala membantu akan ditolak.

    Semua semen yang ditolak, selekasnya harus dikeluarkan dari lapangan untuk menghindari hal-

    hal yang tidak diinginkan.

    3. Pasir Pasang

    Sama dengan pasir yang digunakan untuk konstruksi beton. Pasir yang dimaksud harus bersih, pasir asli

    dan bebas dari segala macam kotoran dan bahan-bahan kimia, satu dan lain hal sesuai dengan NI - 3 Pasal 14 ayat 2.

    Bilamana pasir yang dipakai tidak memenuhi syarat-syarat tersebut diatas, Konsultan

    Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik dapat memerintahkan untuk mencuci pasirnya, melihat hasilnya, sampai dapat persetujuan. Khusus untuk plester, harus dicarikan pasir yang lebih halus, atau pasir beton yang disaring.

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    2.4. PELAKSANAAN

    Kontraktor wajib mengerjakan pengukuran bangunan (uit-set) secara teliti dan sesuai dengan gambar, dimana dinding-dinding bangunan akan dipasang. Dalam satu hari pasangan batu bata tidak boleh lebih tinggi dari satu meter pasangan dan pengakhiran satu hari pasangan itu harus dibuat bertangga menurun dan tidak

    tinggi, untuk menghindari retaknya dikemudian hari.

    Pemasangan benang tidak boleh lebih dari 30 cm di atas pasangan dibawahnya. Pada semua pasangan bata

    setengah batu satu sama lain harus terdapat pengikatan yang sempurna.

    Tidak dibenarkan menggunakan batu bata pecahan separo panjang, kecuali yang satu dengan lapisan yang

    lain di atasnya harus berbeda setengah panjang bata. Pada pasangan satu batu dan pasangan lebih tebal harus disusun secara ikatan vlaams dan sesuai dengan peraturan seharusnya.

    Pada tiap-tiap pertemuan tegak lurus terdapat ikatan pasangan yang sempurna, kecuali di tiap-tiap

    pertemuan dimana ada tiang-tiang beton yang merupakan bingkai. Semua pertemuan tegak lurus benar-

    benar harus bersudut 90 derajat.

    Sebelum dimulai pemasangan maka batu batanya harus direndam lebih dahulu di dalam air selama setengah jam dan permukaan yang akan dipasang harus juga basah. Tebalnyamsiar bata tidak boleh kurang dari 1 cm ( 10 mm ) dan siarnya harus benar-benar padat adukannya. Semua pasangan batu, harus dijaga jangan terkena sinar matahari langsung dan kontraktor berkewajiban menyediakan karung-karung sisa basah yang digunakan untuk menutup pasangan termaksud.

    Sebagai persiapan untuk plesteran, maka siarnya harus dikerok sedalam 0,5 cm sehingga adukannya akan

    cukup mengikat plesteran yang akan dipasang.

    Bilamana di dalam pasangan ternyata terdapat bata yang cacat atau tidak sempurna, maka ini diganti yang baik, atas biaya Kontraktor. Di tempat yang terdapat pintu, jendela, lubang ventilasi dan lain-lain, pasangan bata hendaknya ditinggalkan sampai rangka kosen selesai dan dipasang di tempat yang tepat. Semua rangka kosen harus

    dipasang terlebih dahulu untuk melanjutkan pekerjaan pasangan. Semua siar antara rangka kusen

    harus diisi dengan adukan sekurang- kurangnya tebal 1 cm ( adukan sesuai dengan tujuannya atau dengan

    tambahan plasticiser ) Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa :

    Dimana diperlukan pasangan pipa dan / atau alat-alat yang ditanam dalam dinding, maka harus dibuat

    pahatan secukupnya pada pasangan bata ( sebelum diplester ).

    Pahatan tersebut setelah dipasang pipa / alat, harus ditutup dengan adukan plesteran yang dilaksanakan secara sempurna, dikeringkan bersama-sama dengan plesteran seluruh yang dilaksakan bersama - sama dengan plesteran seluruh bidang tembok.

    3. PEKERJAAN PELAPIS DINDING

    3.1. PEKERJAAN PLESTERAN DINDING 3.1.1. Lingkup Pekerjaan

    Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan

    plesteran, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.

    Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam dan luar serta seluruh

    detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

    3.1.2. Persyaratan Bahan

    Semen portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu produk untuk seluruh pekerjaan) Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2 Air harus memenuhi NI-3 pasal 10 Penggunaan adukan plesteran : Adukan 1 PC : 2 pasir dipakai untuk plesteran rapat air Adukan 1 PC : 5 pasir dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan PC

    3.1.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan

    Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai petunjuk dan persetujuan Pemberi Tugas / Konsultan dan persyaratan tertulis dalam uraian dan syarat pekerjaan.

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton atau pasangan dinding batu

    bata telah disetujui oleh Pemberi Tugas / Konsultan sesuai uraian dan syarat pekerjaan yang tertulis dalam buku ini

    Dalam melaksanakan pekerjaan ini harus mengikuti semua petunjuk dalam gambar

    arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai ukuran tebal/tinggi/peil dan bentuk profilnya. Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara pembuatannya

    mengunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang berhubungan dengan udara luar

    dan semua pasangan batu bata di bawah permukaan tanah sampai ketinggian 30 cm dari permukaan

    lantai dan 150 cm dari permukaan lantai untuk kamar mandi. WC, Toilet dan daerah basah lainnya

    dipakai aduk plesteran 1 PC : 2 pasir.

    Untuk aduk kedap air harus ditambah dengan Daily Bond, dengan perbandingan 1 bagian PC : 1

    bagian Daily Bond Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 PC : 5 pasir Plesteran halus Acian dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering benar), untuk adukan

    plesteran finishing harus ditambah dengan additive plemix dengan dosis 200-250 gram plamix untuk

    setiap 40 Kg semen.

    Semua jenis aduk perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu dalam

    keadaan baik dan belum mengering. Diusahakan agar jarak waktu percampuran aduk perekat

    tersebut dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air.

    Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi pipa listrik

    dan plumbing untuk seluruh bangunan

    Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting dan kemudian diketrek (serath) terlebih dahulu dan semua lubang-lubang bekas pengkat bekisting atau form tie harus tertutup aduk plester.

    Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan difinish dengan cat dipakai

    plesteran halus (acian di atas permukaan plesterannya)

    Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen dengan memakai spesi kedap air. nSemua

    bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya diberi alur-alur garis horizontal atau diketrek (serath) untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan finishing, kecuali untuk yang

    menerima cat.

    Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 M dipasang tegak dan menggunakan keping-keping

    plywood setebal 9 mm untuk patokan keratan bidang.

    Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom yang dinyatakan dalam gambar atau sesuai peil-peil yang diminta gambar. Tebal plesteran minimum 1,5 cm, jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang diizinkan Pemberi Tugas / Konsultan.

    Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam satu bidang datar, harus

    diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm dalamnya 0,5 cm, kecuali bila ada petunjuk lain di

    dalam gambar.

    Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau cembung bidang tidak

    melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi kontraktor berkewajiban memperbaikinya

    dengan biaya atas tanggungan kontraktor. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan

    berlangsung wajar tidak terlalu tiba-tiba dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat

    kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah

    penguapan air cepat.

    Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran harus dibongkar kembali

    dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Pemberi Tugas / Konsultan dengan biaya

    tanggungan Kontraktor. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Konraktor harus selalu

    menyiram dengan air sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum difinish, Kontraktor wajib memelihara

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran bahan lain. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab Kontraktor dan wajib diperbaiki.

    Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

    3.2. PEKERJAAN PELAPIS DINDING KERAMIK 1. Lingkup Pekerjaan

    Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.

    Pekerjaan pelapis dinding keramik ini meliputi ruang dinding toilet, pantry reservoir, dan pada tempat-

    tempat sesuai detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Pemberi Tugas /

    Konsultan.

    2. Persyaratan Bahan Dinding KM/WC

    1. Jenis : Keramik Tile setara kw 1

    2. Finishing Permukaan :-

    3. Bahan pengisi siar : grout semen berwarna

    4. Bahan perekat : Adukan 1 PC : 2 pasir

    5. Warna/texture : Ditentukan kemudian

    6. Ukuran : 20 x 25 atau seperti tertera dalam gambar

    Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan ASTM. Peraturan Keramik

    Indonesia (NI-9), PVBB 1970 dan PVBI 1982.

    Bahan-bahan yang dipakai sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contohnya untuk

    mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas / Konsultan Perencana.

    Kontraktor harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan persyaratan teknis-operatif dari pabrik sebagai informasi bagi Pemberi Tugas / Konsultan Perencana.

    Material lain yang tidak terdapat pada daftar tersebut tetapi dibutuhkan untuk penyelesaian /

    penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas terbaik dari jenis dan harus disetujui Pemberi

    Tugas / Konsultan Perencana.

    3. Syarat-Syarat Pelaksanaan

    Pada permukaan dinding beton / bata merah yang ada, keramik dapat langsung diletakkan dengan

    menggunakan perekat, campuran khusus untuk pemasangan keramik adalah 1 bagian air : 3 bagian perekat, aduk merata sampai terbentuk pasta tunggu 5 10 menit kemudian diaduk kembali sebelum digunakan, tebal adukan 1 cm. Keramik yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, warna,

    motif tiap keramik harus sama tidak boleh retak, gompal atau cacat lainnya.

    Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus untuk itu, sesuai petunjuk pabrik. Pola keramik harus memperhatikan ukuran/letak dan semua peralatan yang akan terpasang didinding

    : Exhaust fan, panel, stop kontak, lemari gantung dan lain-lain yang tertera di dalam gambar.

    4. Ketinggian peil tepi atas pola keramik disesuaikan gambar

    Awal pemasangan keramik pada dinding dan kemana sisa ukuran harus ditentukan, harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Pemberi Tugas / Konsultan sebelum pekerjaan pemasangan dimulai. Bidang dinding keramik harus benar-benar rata, garis-garis siar harus benar-benar lurus, siar arah

    horizontal pada dinding yang berbeda ketinggian peil lantainya harus merupakan garis lurus.

    4. PEKERJAAN PELAPIS LANTAI

    4.1. PEKERJAAN SUB-LANTAI / RABAT PLESTERAN 1. Lingkup Pekerjaan

    Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam terlaksananya pekerjaan ini sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang baik. Pekerjaan Sub lantai ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar sebagai alas lantai finishing.

  • SPESIFIKASI TEKNIS

    PUSKESMAS PEMBANTU TAMARENJA

    2. Persyaratan Bahan Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan PBI 1971 (NI-2), PVBB 1956 dan NI-8

    Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh- contoh kepada

    Pemberi Tugas/Konsultan untuk disetujui.

    3. Syarat-Syarat Pelaksanaan

    Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan dipasang sub lantai harus dipadatkan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan padat sehingga diperoleh daya dukung tanah yang maksimum, pemadatan dipergunakan alat timbris.

    Pasir urug bawah lantai yang disyaratkan harus merupakan permukaan yang keras, bersih dan bebas

    alkali, asam maupun bahan organik lainnya yang dapat mengurangi mutu pasangan. Tebal lapisan pasir

    urug yang disyaratkan minimum 10 cm atau sesuai gambar, disiram air dan ditimbris sehingga diperoleh

    kepadatan yang maksimal.

    Di atas pasir urug dilakukan pekerjaan sub lantai setebal 5 cm atau sesuai yang ditunjukkan dalam gambar detail dengan campuran 1 PC : 4 pasir Untuk pasangan di atas pelat beton (lantai tingkat), pelat beton diberi lapisan plester (screed) campuran 1 PC : 3 pasir setebal minimum 2 cm dengan memperhatikan kemiringan lantai, terutama di daerah basah dan teras.

    Sub lantai plesteran di atas lantai dasar permukaannya harus dibuat benar-benar rata, dengan memperhatikan kemiringan lantai di daerah basah dan teras.

    4.2. PEKERJAAN LANTAI KERAMIK

    1. Umum Pekerjaan lantai keramik ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukan dalam gambar atau petunjuk Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik.

    2. Persyaratan

    Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan dalam : ASTM Keramik Indonesia (NI-19) PUBI 1982

    3. Persyaratan bahan-bahan

    Keramik seperti tersebut pada analisa, KW 1. Semen Portland harus memenuhi NI - 8

    Pasir dan air harus memenuhi PVBB-1970 (NI-3) dan PBI 1971 & ASTM

    Sebelum dipasang, bahan-bahan yang akan dipakai harus diserahkan contoh-contohnya kepada Pemberi Tugas setelah diperiksa oleh Pengawas/Perencana untuk mendapat persetujuan.

    Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan persyaratan teknis operatif dari pabrik

    pembuat sebagai informasi bagi Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik.

    Bahan lain yang tidak terdapat pada daftar di atas, tetapi dibutuhkan untuk penyelesaian / penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru dan jenis dari kualitas terbaik serta disetujui

    Pimpro setelah diperiksa oleh Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik.