spesifikasi teknis

37
SPESIFIKASI TEKNIS BAGIAN A; PEKERJAAN PERSIAPAN A.1 PERSYARATAN UMUM 1. Spesifikasi Umum Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh Gambar Kerja serta Uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan Teknis, seperti yang akan diuraikan dalam Buku ini. Apabila terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan / atau kesimpangsiuran informasi dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Direksi / Konsultan Pengawas untuk mendapat, kejelasan pelaksanaan. 2. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta Uraian Pekerjaan dan Persyaratan Teknis. Menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu lainnya. Mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna. Pekerjaan pembongkaran, pembersihan dan pengamanan dalam Tapak konstruksi sebelum pelaksanaan dan setelah pembangunan. Lingkup kegiatan Pembangunan Puskesmas pekerjaan Pembangunan Pagar Keliling, Talud dan Paving Puskesmas Bandungsari yang berlokasi di Kecamatan Banjarharjo adalah sebagai berikut: Pekerjaan Persiapan, Pekerjaan Tanah, Pekerjaan Pondasi, Pekerjaan Pasangan, Pekerjaan Beton Bertulang, Pekerjaan Lain-lain. Konstruksi bangunan secara garis besar adalah sebagai berikut: a. Pasangan batu belah : Pasangan batu belah 1 PC : 4 Psr b. Pasangan batu kosong : Aanstamping tebal 20cm c. Urugan sirtu : Urugan sirtu peninggian bangunan d. Pasangan batu bata : Pasangan batu bata 1 PC : 3 Psr e. Plesteran : Plesteran tebal 1,5cm dengan acian 1 PC : 3 Psr f. Urugan pasir : Urugan pasir bawah pondasi tebal 10cm dan urugan bawah lantai tebal 5cm g. Pasangan : Pasang paving blok, kanstin dan batu alam h. Galian : Galian tanah biasa sedalam 1m i. Beton bertulang : Plat beton bertulang atap K225 tebal 10cm, plat ornament tebal 8cm, sloof beton bertulang K225 20/30, 15/20, kolom beton bertulang K225 30/30, 25/25, kolom beton bertulang K175 15/15 ; ring balk beton bertulang K175 12/20, balok beton bertulang K225 30/40, 20/40, 15/25, ring balk kap K225 20/30, plat lantai K225 tebal 12cm, footplat K225 Uk. 110x110cm, 80x80cm, beton lantai kerja tebal 5cm j. Pekerjaan lain-lain : Pengecatan dan kelengkapan bangunan yang tersebut dalam RAB. 3. Gambar Dokumen Apabila terdapat ketidakjelasan, kesimpangsiuran, perbedaan dan/atau ketidaksesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas gambar mana yang akan dijadikan pegangan. Hal tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan dan Kontraktor untuk memperpanjang / meng-claim biaya maupun waktu pelaksanaan. 4. Shop Drawing a. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Direksi / Konsultan Pengawas / Perencana. b. Dalam Shop Drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan / atau spesifikasi / persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik. 5. Ukuran a. Pada dasarnya semua ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai. b. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan / Dokumen Kontrak tanpa sepengetahuan Direksi. 6. Sarana Kerja a. Kontraktor wajib memasukkan identitas, nama, jabatan, keahlian masing-masing anggota kelompok kerja pelaksana dan inventarisasi peralatan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini b. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja (workshop) dan peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan pemborong akan dilaksanakan serta jadwal kerja X.A - 1

Upload: moe-hamzan

Post on 07-Dec-2015

66 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

TRANSCRIPT

Page 1: SPESIFIKASI TEKNIS

SPESIFIKASI TEKNIS

BAGIAN A; PEKERJAAN PERSIAPAN

A.1 PERSYARATAN UMUM 1. Spesifikasi Umum Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh Gambar Kerja serta Uraian

Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan Teknis, seperti yang akan diuraikan dalam Buku ini. Apabila terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan / atau kesimpangsiuran informasi

dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Direksi / Konsultan Pengawas untuk mendapat, kejelasan pelaksanaan.

2. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta Uraian

Pekerjaan dan Persyaratan Teknis. Menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu lainnya. Mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan, alat-alat kerja

maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna.

Pekerjaan pembongkaran, pembersihan dan pengamanan dalam Tapak konstruksi sebelum pelaksanaan dan setelah pembangunan.

Lingkup kegiatan Pembangunan Puskesmas pekerjaan Pembangunan Pagar Keliling, Talud dan Paving Puskesmas Bandungsari yang berlokasi di Kecamatan Banjarharjo adalah sebagai berikut: Pekerjaan Persiapan, Pekerjaan Tanah, Pekerjaan Pondasi, Pekerjaan Pasangan, Pekerjaan Beton Bertulang, Pekerjaan Lain-lain.

Konstruksi bangunan secara garis besar adalah sebagai berikut: a. Pasangan batu belah : Pasangan batu belah 1 PC : 4 Psr b. Pasangan batu kosong : Aanstamping tebal 20cm c. Urugan sirtu : Urugan sirtu peninggian bangunan d. Pasangan batu bata : Pasangan batu bata 1 PC : 3 Psr e. Plesteran : Plesteran tebal 1,5cm dengan acian 1 PC : 3 Psr f. Urugan pasir : Urugan pasir bawah pondasi tebal 10cm dan urugan

bawah lantai tebal 5cm g. Pasangan : Pasang paving blok, kanstin dan batu alam h. Galian : Galian tanah biasa sedalam 1m i. Beton bertulang : Plat beton bertulang atap K225 tebal 10cm, plat ornament

tebal 8cm, sloof beton bertulang K225 20/30, 15/20, kolom beton bertulang K225 30/30, 25/25, kolom beton bertulang K175 15/15 ; ring balk beton bertulang K175 12/20, balok beton bertulang K225 30/40, 20/40, 15/25, ring balk kap K225 20/30, plat lantai K225 tebal 12cm, footplat K225 Uk. 110x110cm, 80x80cm, beton lantai kerja tebal 5cm

j. Pekerjaan lain-lain : Pengecatan dan kelengkapan bangunan yang tersebut dalam RAB.

3. Gambar Dokumen Apabila terdapat ketidakjelasan, kesimpangsiuran, perbedaan dan/atau ketidaksesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas gambar mana yang akan dijadikan pegangan. Hal tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan dan Kontraktor untuk memperpanjang / meng-claim biaya maupun waktu pelaksanaan.

4. Shop Drawing a. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap

dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Direksi / Konsultan Pengawas / Perencana.

b. Dalam Shop Drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan / atau spesifikasi / persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik.

5. Ukuran a. Pada dasarnya semua ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya adalah ukuran

jadi seperti dalam keadaan selesai. b. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran yang tercantum di dalam

Gambar Pelaksanaan / Dokumen Kontrak tanpa sepengetahuan Direksi. 6. Sarana Kerja

a. Kontraktor wajib memasukkan identitas, nama, jabatan, keahlian masing-masing anggota kelompok kerja pelaksana dan inventarisasi peralatan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini

b. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja (workshop) dan peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan pemborong akan dilaksanakan serta jadwal kerja

X.A - 1

Page 2: SPESIFIKASI TEKNIS

c. Penyediaan tempat penyimpanan bahan/material di lapangan harus aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu pekerjaan lain yang sedang berjalan serta memenuhi persyaratan penyimpanan bahan tersebut.

7. Standard Yang Dipergunakan Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi Indonesia, Standard Industri Kontruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan, antara lain : 1. NI-2 PBI-19711 Peraturan Beton Indonesia ( 1971 ) 2. SKSNI T-15-1991 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung 3. PUBI – 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 4. NI-3 PMI PUBBI Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 5. NI-4 Persyaratan Cat Indonesia 6. SKSNI S-05 - 1990 Spesifikasi Ukuran Kayu Untuk Bangunan 7. NI-8 Peraturan Semen Portland Indonesia 8. NI-10 Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan 9. PUIL-2000 Peraturan Umum Instalasi Listrik 10.SNI-1728-1989-F Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung 11.Peraturan Teknis lain yang berlaku di Indonesia

8. Syarat Bahan - Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik tidak cacat,

sesuai dengan spesifikasinya yang diminta dan bebas dari noda lainnya yang dapat mengganggu kualitas maupun penampilan.

- Untuk pekerjaan khusus/tertentu, selain harus mengikuti standard yang dipergunakan juga harus mengikuti persyaratan Pabrik yang bersangkutan

9. Merk Pembuatan Bahan a. Semua merk pembuatan atau merk dagang dalam uraian pekerjaan dan persyaratan

Pelaksanaan teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat, kecuali bila ditentukan lain.

b. Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar, memenuhi standard spesifikasi bahan tersebut.

c. Dalam pelaksanaanya, setiap bahan/material dan komponen jadi keluaran pabrik harus di bawah pengawasan / supervisi Tenaga Ahli yang ditunjuk.

d. Direksi / Konsultan Pengawas berhak menunjuk Tenaga Ahli yang ditunjuk Pabrik dan/atau Supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana.

e. Diisyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang yang diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini, kecuali ada ketentuan lain yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.

f. Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Direksi / Konsultan Pengawas / Perencana.

g. Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas / Perencana sebanyak empat buah dari satu bahan yang ditentukan untuk menetapkan standard of appearence.

h. Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah dua minggu setelah SPMK turun 10. Contoh Bahan/Material & Komponen Jadi

a. Untuk detail-detail hubungan tertentu, Kontraktor diwajibkan membuat komponen jadi (mock up) yang harus diperlihatkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas / Perencana untuk mendapat persetujuan.

b. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji sesuai dengan standard yang berlaku.

11. Koordinasi Pelaksanaan a. Penunjukan Supplier dan atau Sub Kontraktor harus mendapatkan persetujuan dari Direksi /

Konsultan Pengawas. b. Kontraktor wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas petunjuk Direksi / Konsultan

Pengawas / Perencana dengan Kontraktor bawahan atau Supplier bahan. c. Supplier wajib hadir mendampingi Direksi / Konsultan Pengawas / Perencana di lapangan

untuk pekerjaan tertentu atau khusus sesuai instruksi Pabrik. 12. Persyaratan Pekerjaan

a. Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan Teknis dan / atau khusus sesuai intruksi Pabrik.

b. Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di Lapangan, Kontraktor wajib memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang menyangkut pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal, Plumbing / Sanitasi dan mendapat ijin tertulis dari Direksi.

13. Pelaksanaan Pekerjaan a. Semua ukuran dan posisi termasuk pemasangan patok-patok di Lapangan harus tepat sesuai

Gambar Kerja.

X.A - 2

Page 3: SPESIFIKASI TEKNIS

b. Kemiringan yang dibuat harus cukup untuk mengalirkan air hujan menuju ke selokan yang ada di sekitarnya serta mengikuti persyaratan-persyaratan yang tertera di dalam Gambar Kerja. Tidak dibenarkan adanya genangan air.

c. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib meneliti Gambar Kerja dan melakukan pengukuran kondisi lapangan.

d. Setiap bagian dari pekerjaan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi / Konsultan Pengawas sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tersebut.

e. Semua pekerjaan yang sudah selesai terpasang, apabila perlu harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang disebabkan oleh pekerjaan lain.

f. Kontraktor tidak boleh menclaim sebagai pekerjaan tambah bila terjadi Kerusakan suatu pekerjaan akibat keteledoran Kontraktor, Kontraktor harus memperbaikinya sesuai dengan keadaan semula.

g. Memperbaiki suatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang berlaku/Gambar pelaksanaan atau Dokumen Kontrak.

h. Penunjukan Tenaga Ahli oleh Direksi / Konsultan Pengawas yang sesuai dengan kegiatan suatu pekerjaan.

i. Semua pengujian bahan, pembuatan atau pelaksanaan di Lapangan harus dilaksanakan oleh Kontraktor.

14. Pekerjaan Pembongkaran dan Perbaikan Kembali a. Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kondisi yang ada / existing di Lapangan

yang meliputi dan tidak terbatas pada Saluran Drainase, Pipa Air Bersih, Pipa lainnya yang masih berfungi dan kabel bawah tanah apabila ada.

b. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan pombongkaran untuk pekerjaan lain, maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali atau menyelesaikan pekerjaan tersebut sebaik mungkin tanpa mengganggu sistem yang ada. Dalam kasus ini, Kontraktor tidak dapat menclaim sebagai pekerjaan tambah.

c. Kontraktor wajib melapor kepada Direksi / Konsultan Pengawas sebelum melakukan pembongkaran / pemindahan segala sesuatu yang ada di Lapangan.

A.2 PERSYARATAN TEKNIS 1. Pekerjaan Sarana Tapak

Pekerjaan ini meliputi : a. Penyediaan Air dan Daya Listrik untuk bekerja

Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor. Air harus bersih, bebas dari bau, Lumpur, Minyak dan Bahan Kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor.

b. Drainase Tapak. Kontraktor wajib membuat Saluran sementara yang berfungsi untuk pembuangan air yang ada. Pembuatan Saluran sementara harus sesuai petunjuk atau persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas.

2. Pekerjaan Persiapan Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan pembersihan sebelum pelaksanaan. Pekerjaan penentuan Peil P. 0.00, pagar pengaman dari seng yang dicat, pembuatan Direksi Keet dan barak kerja serta pekerjaan perbaikan kembali dan/atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja. Fasilitas tersebut tidak boleh dibongkar tanpa seijin Direksi / Konsultan Pengawas. Kontraktor harus mengamankan/melindungi hasil pekerjaan sebelumnya maupun yang sedang berjalan, bahan/komponen yang dipertahankan agar tidak rusak atau cacat. Pekerjaan Pembersihan Sebelum Pelaksanaan Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan sebelum pelaksanaan mencakup pembongkaran /pembersihan/pemindahan ke luar dari Tapak Konstruksi terhadap semua hal yang dinyatakan oleh Direksi / Konsultan Pengawas, tidak akan digunakan lagi maupun yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan Hasil pembongkaran harus dikumpulkan dan menjadi hak milik Pemberi Tugas. Serah terima akan diatur oleh Direksi / Konsultan Pengawas. Pekerjaan Penentuan Patok Dasar atau Peil P - 0.60. Untuk peil dasar P - 0.60 adalah sama posisi titik elevasi halaman Bangunan Gedung Rencana pada gambar perencanaan, sedangkan peil bangunan lantai 01 ditentukan sebagai P ± 0.00. Tinggi sisi atas Papan patok Ukur harus sama dengan lainnya, dan atau rata waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Direksi. Setelah selesai pemasangan Papan Patok Ukur, Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas / Perencana untuk mendapat persetujuan. Pekerjaan Perbaikan Kembali - Kontraktor harus memperbaiki kembali seperti semula, tanpa mengganggu sistem yang ada,

dengan mengikuti petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas terhadap kerusakan / cacat karena: Kesalahan atau kelalaian Kontraktor.

- Pembongkaran yang terpaksa dilakukan terhadap bagian / komponen bangunan hasil paket sebelumnya maupun yang sedang berjalan dan existing struktur yang dipertahankan.

X.A - 3

Page 4: SPESIFIKASI TEKNIS

3. Pekerjaan Direksi Keet

Direksi keet merupakan fasilitas kerja untuk Direksi teknis yang ditunjuk Pengguna Jasa di lapangan (Direksi) serta Konsultan Pengawas. Pembuatan direksi keet beserta perangkat pendukungnya mengikuti instruksi dari Direksi / Konsultan Pengawas. Disamping itu kontraktor harus menyediakan keet tersendiri untuk kantor kontraktor dan barak pekerja serta gudang material, serta km/wc untuk pekerja. Pembuatan Direksi keet, keet untuk kontraktor, barak pekerja, gudang material, km/wc untuk pekerja harus seijin Pengguna Jasa. Kantor direksi minimal dengan bahan dari tiang kayu kruing dan dinding papan/triplex lantai rabat beton dan atap asbes/ seng gelombang, setelah akhir pekerjaan kantor direksi menjadi milik proyek ( pemberi tugas ) sedangkan pembongkaran dan pembersihannya menjadi tanggung jawab pemborong. Perlengkapan bangsal Direksi dan Konsultan Pengawas antara lain : a. Meja kerja lengkap dengan kursi kerja. b. Papan tulis. c. Satu stel meja kursi duduk untuk tamu. d. Sebuah meja ukuran besar untuk rapat lengkap dengn kursi. e. Sebuah almari arsip memakai kunci. f. Sebuah ruangan untuk buang air dan cuci tangan dengan persediaan air yang cukup. g. Perlengkapan lain sesuai instruksi dari Direksi / Konsultan Pengawas. Bangsal, gudang / Direksi keet setelah pekerjaan selesai, akan menjadi milik Proyek dimana Pembongkaran dan pembersihan bangunan bangsal kerja menjadi tanggung jawab Kontraktor.

A.3 PEKERJAAN LAIN-LAIN 1. Selain persyaratan teknis yang tercantum diatas, Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan pula

mengadakan pengurusan-pengurusan antara lain : a. Pembuatan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Pemda setempat. Surat IMB ini harus sudah

diserahkan kepada Pemberi Tugas sebelum Serah Terima Pekerjaan Pertama. b. Surat Bukti keer Listrik/Pengetesan dari PLN dan pengetesan lainnya yang diperlukan. c. Ijin pembongkaran bangunan yang menghalangi pekerjaan ( yang masih ada dalam lingkup

tapak namun tidak digunakan lagi dalam pembangunan ). d. Kontraktor Pelaksana harus mentaati peraturan yang ditentukan oleh pemerintah tentang

Galian C. 3. Penyedia Jasa Konstruksi diharuskan menyiapkan dalam jumlah yang cukup peralatan dan

pengamanan penunjang lapangan yang diperlukan seperti: Topi Lapangan, Sepatu Lapangan, Jas Hujan dan P3K.

4. Sebelum penyerahan pertama, Penyedia Jasa Konstruksi wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum sempurna dan harus diperbaiki, semua ruangan harus bersih dipel, halaman harus ditata rapih dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari Lapangan.

5. Meskipun dibawah pengawasan direksi dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari ketentuan bestek dan gambar menjadi tanggungan pelaksana, untuk itu pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin.

6. Kepada Penyedia Jasa Konstruksi wajib menyerahkan bahan atap sebanyak kurang lebih 10 buah kepada proyek sebagai serep/cadangan. Bahan harus diserahkan sebelum diserahkan serah terima ke II.

7. Selama masa pemeliharaan, Penyedia Jasa Konstruksi pelaksana wajib merawat, mengamankan, dan memperbaiki segala cacat yang timbul, sehingga sebelum penyerahan ke II dilaksanakan, pekerjaan benar-benar telah sempurna.

8. Semua yang belum tercantum peraturan ini (Spesifikasi Teknis) akan ditentukan kemudian dalam Rapat Penjelasan (Aanwijzing) atau Berita Acara dalam rapat Koordinasi Pelaksanaan / Rapat Evaluasi Lapangan.

X.A - 4

Page 5: SPESIFIKASI TEKNIS

BAGIAN B; PEKERJAAN STRUKTUR B.1 PEKERJAAN GALIAN, URUGAN TANAH PILIHAN DAN PEMADATAN 1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik. Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan galian, urugan tanah pilihan dan pemadatan kembali serta pekerjaan pematangan tanah yang ditunjukkan dalam gambar atau petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas.

2. Persyaratan Bahan Bahan untuk urugan tersebut dengan menggunakan bahan bekas galian atau mendatangkan dari lokasi lain dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Tanah harus tidak mengandung akar, kotoran seperti puing bekas bongkaran, bekas dinding

bata, beton dan bahan organis lainnya. b. Tidak mengandung batuan yang lebih besar dari 10 cm. c. Terlebih dahulu diadakan test Kepadatan Maksimum pada kadar air Optimum dan hasilnya

harus secara tertulis diserahkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas. d. Besarnya nilai Plastycity Index (PI) tidak boleh melebihi dari 20 %

3. Syarat-syarat Pelaksanaan a. Level galian harus sesuai dengan peil-peil yang tercantum dalam gambar. Semua bekas-

bekas pondasi bangunan lama, batu, jaringan jalan/aspal, akar dan pohon-pohon yang terdapat dibagian galian yang akan dilaksanakan harus dibongkar dan dibuang.

b. Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon dan lain-lain yang masih digunakan, maka Pemborong harus secepatnya memberitahukan kepada Direksi / Konsultan Pengawas, atau kepada Penguasa/intansi yang berwenang untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk seperlunya. Pemborong bertanggung jawab atas segala kerusakan- kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut. Pemborong harus bertanggung jawab untuk mengambil setiap langkah apapun untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan yang berlangsung tersebut tidak terganggu. Sarana umum yang sudah tidak bekerja lagi yang mungkin ditemukan dibawah tanah dan terletak didalam lapangan pekerjaan harus dipindahkan keluar lapangan ketempat yang disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas atas tanggungan Pemborong.

c. Apabila penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan,maka Pemborong harus mengisi/mengurug kembali daerah tersebut dengan bahan sama untuk daerah yang besangkutan.

d. Permukaan semua galian harus waterpas sesuai level yang ditentukan, bilamana pada permukaan galian masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur, maka harus digali keluar sedang lubang-lubang diisi kembali dan dipadatkan sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpas. Pemadatan dilakukan secara berlapis-lapis dengan tebal setiap lapisan 20 cm dengan cara pemadatan dan pengujian sesuai dengan spesifikasi pemadatan.

e. Pada lokasi yang diurug harus diberi patok-patok, ketinggian sesuai dengan ketinggian rencana. Untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu, dibuat patok dengan warna tertentu pula.

f. Pada daerah yang basah/ada genangan air, Pemborong harus membuat saluran-saluran sementara untuk mengeringkan lokasi-lokasi tersebut misalnya dengan bantuan pompa air.

g. Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, sampah dan sebagainya. h. Jika tidak ada persetujuan tertulis sebelumnya dari Direksi / Konsultan Pengawas maka

pemadatan pada material urug tidak boleh dengan dibasahi air. Pemadatan urugan dilakukan dengan memakai alat pemadat/ Compactor. Pemilihan jenis dan kapasitas Compactor harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi / Konsultan Pengawas.

i. Penggalian yang melebihi batas yang ditentukan, harus diurug kembali sehingga mencapai kerataan yang ditetapkan dengan bahan urugan yang dipadatkan.

j. Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan pengurugan adalah ± 50 mm terhadap kerataan yang ditentukan. Semua drainase darurat dengan cara kerja yang akan dilakukan Pemborong harus disetujui secara tertulis oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

k. Untuk setiap lapis tanah tebal 20 cm yang sudah dipadatkan harus ditest juga dilapangan, yaitu diambil sample sebanyak 10 titik diacak sesuai instruksi Direksi / Konsultan Pengawas , kemudian ditest dengan Sand Cone Test dengan hasil kepadatannya harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut: - Untuk lapisan yang dalamnya sampai 30 cm dari permukaan rencana, kepadatannya 95

% dari Standard Proctor. - Untuk lapisan yang dalamnya lebih dari 30 cm dari permukaan rencana, kepadatannya 90

% dari Standard Proctor.. Hasil test di lapangan harus tertulis dan disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

Semua hasil-hasil pekerjaan harus diperiksa kembali terhadap patok-patok referensi untuk mengetahui sampai dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.

X. B - 1

Page 6: SPESIFIKASI TEKNIS

l. Bagian permukaan yang dinyatakan padat harus dipertahankan, dijaga dan dilindungi agar jangan sampai rusak akibat pengaruh luar misalnya basah oleh air hujan, panas matahari dan sebagainya.

m. Pekerjaan pemadatan dianggap cukup, setelah hasil test memenuhi syarat dan mendapat persetujan tertulis dari Direksi / Konsultan Pengawas.

n. Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut harus dicampur dengan cara menggaruk atau cara sejenisnya sehingga diperoleh lapisan yang kepadatannya sama.

o. Setiap lapisan harus dikerjakan sesuai dengan kepadatan yang dibutuhkan dan diperiksa melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum dimulai dengan lapisan berikutnya.

p. Bilamana bahan terebut tidak mencpai kepadatan yang dikehendaki, lapisan tersebut harus diulangi kembali pekerjaannya atau diganti, dengan cara-cara pelaksanaan yang telah ditentukan, guna mendapatkan kepadatan yang dibutuhkan.

q. Setelah pemadatan selesai, sisa urugan tanah harus dipindahkan ketempat tertentu yang disetujui secara tertulis oleh Direksi / Konsultan Pengawas atas biaya Pemborong.

B.2 PEKERJAAN URUGAN PASIR URUG

1. Lingkup Pekerjaan a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat

bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini untuk memperoleh hasil pekerjaan yang baik.

b. Pekerjaan urugan pasir urug dilakukan diatas dasar galian tanah, dibawah lapisan lantai kerja dan digunakan untuk semua struktur beton yang berhubungan dengan tanah seperti pondasi, sloof, dll.

2. Persyaratan Bahan a. Pasir urug yang digunakan harus tediri dari butir-butir yang bersih, tajam dan keras, bebas

dari lumpur, tanah lempung, dan lain sebagainya, seperti diisyaratkan dalam NI-3 (PUBI tahun 1982 ) pasal 14 ayat 3.

b. Untuk air siraman digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan bahan-bahan organik lainnya, serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-3 pasal 10. Apabila dipandang perlu, Direksi / Konsultan Pengawas dapat minta kepada Pemborong, supaya air yang dipakai untuk keperluan ini diperiksa di laboraturium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah, atas biaya Pemborong.

c. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan di atas dan harus dengan persetujuan tertulis dari Direksi / Konsultan Pengawas.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan a. Lapisan pasir urug padat dilakukan lapis demi lapis maksimum tiap lapis 5 cm, hingga

mencapai tebal padat yang diisyaratkan dalam gambar. b. Setiap lapisan sirtu harus diratakan, disiram air dan atau dipadatkan dengan alat pemadat

yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas. Pemadatan dilakukan hingga mencapai tidak kurang dari 95 % dari kepadatan optimum hasil laboraturium.

c. Pemadatan harus dilakukan pada kondisi galian yang kering agar dapat diperoleh hasil kepadatan yang baik.

d. Kondisi yang kering tersebut harus dipertahankan sampai pekerjaan pemadatan yang bersangkutan selesai dilakukan.

e. Pemadatan harus diulang kembali jika keadaan tersebut diatas tidak dipenuhi. (Jika perlu dibuatkan sump pit untuk menangkap air ).

f. Tebal lapisan pasir urug minimum 10 cm padat atau sesuai yang ditnjukkan dalam gambar. Ukuran tebal yang dicantumkan dalam gambar adalah ukuran tebal padat.

g. Lapisan pekerjaan diatasnya, dapat dikerjakan bilamana sudah mendapat persetujuan tertulis dari Direksi / Konsultan Pengawas.

B.3 PEKERJAAN URUGAN KEMBALI BEKAS GALIAN PONDASI

1. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik. Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan urugan kembali bekas galian, yaitu bekas galian pondasi, sloof, dan semua pekerjaan yang ditunjukkan dalam gambar struktur atau sesuai petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas.

2. Syarat-syarat Pelaksanaan a. Pengurugan tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi atau lain-lain yang dibangun yang

akan ditutup atau tersembunyi oleh tanah urugan diperiksa dulu oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

b. Kayu-kayu bekas bekisting atau lain-lain tidak boleh dibiarkan tertinggal pada waktu pengurugan dilaksanakan, kecuali jika ada persetujuan tertulis dari Direksi / Konsultan Pengawas.

c. Syarat-syarat lain yang harus sesuai dengan yang diuraikan dalam pasal pekerjaan urugan dan pemadatan.

X. B - 2

Page 7: SPESIFIKASI TEKNIS

B.4 PEKERJAAN LANTAI KERJA 1. Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenega kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

b. Pekerjaan sub lantai ini dilakukan dibawah lapisan finishing / struktur pada seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam detail gambar.

2. Persyaratan Bahan a. Semen portland harus memenuhi Pedoman Beton 1989. b. Pasir Beton yang digunakan harus memenuhi PUBI 82 dan PB 1989, c. Kerikil/split harus memenuhi PUBI 82 dan PB 1989, d. Air kerja harus memenuhi persyaratan yang memenuhi PB 1989, e. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan : PBI 1989, PUBI

1982 dan NI-8. 3. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus diserahkan dengan contoh-contohnya, untuk mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi / Konsultan Pengawas.

b. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan diatas, tetapi dibutuhkan untuk penyelesaian penggantian dalam pekerjaan ini, harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui secara tertulis oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

c. Untuk lantai kerja yang langsung diatas tanah, maka lapisan batu pecah dibawahnya harus sudah dikerjakan dengan sempurna (telah dipadatkan sesuai persyaratan), rata permukaannya dan telah mempunyai daya dukung maksimal.

d. Pekerjaan lantai kerja merupakan campuran antara PC, pasir beton dan krikil atau split dengan perbandingan 1:3:5

e. Permukaan lapisan lantai kerja harus dibuat rata / waterpas. Kecuali pada lantai ruangan- ruangan yang diisyaratkan pada kemiringan tertentu, supaya diperhatikan mengenai kemiringan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas.

B.5 PEKERJAAN BETON BERTULANG

a. U M U M a. Rekanan harus melaksanakan pekerjaan beton sesuai dengan persyaratan – persyaratan yang

terdapat di peraturan – peraturan berikut : 1.SNI-03-2847-2002, Standar Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung 2.SNI 03-2458-1991, Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton Segar 3.SNI 03-4810-1998, Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji di Lapangan 4.SNI 03-1974-1990, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton 5.SNI 03-2492-1991, Metode Pengambilan Benda Uji Beton Inti 6.SNI 03-3403-1994, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Inti 7.Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI - 1971 (NI – 2) 8.Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PBUI – 1982) 9.Peraturan American Standart for Testing and Material (ASTM) 10. Peraturan daerah setempat 11. Peraturan – peraturan lain yang relevan

b. Rekanan harus melaksanakan semua pekerjaan dengan ketepatan dan kesesuaian yang tinggi menurut RKS, gambar kerja dan instruksi – instruksi dari Direksi Pekerjaan

c. Setiap saat direksi Pekerjaan berhak untuk memeriksa setiap pekerjaan Rekanan. Walaupun demikian Direksi Pekerjaan tidak wajib untuk melakukan pemeriksaan secara terus menerus, dan yang terjadi dalam proses pelaksanaan pekerjaan kesalahan – kesalahan tidak membebaskan Rekanan dari tanggung jawabnya

d. Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan RKS, gambar – gambar rencana, peraturan – peraturan yang berlaku dan kaidah – kaidah teknis harus diperbaiki atau diganti atas biaya dari Rekanan

e. Sebelum pekerjaan beton dimulai, Rekanan harus membuat shop drawing pembesian, detail – detail yang berhubungan dengan gambar – gambar kerja lain dan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan

f. Sebelum tiap tahap pekerjaan beton dimulai, Rekanan berkewajiban untuk mengajukan izin bekerja yang harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan

g. Semua material yang dipakai harus merupakan material baru dengan kualitas terbaik dari yang telah ditentukan (contoh) dan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan semua material yang tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan harus dikeluarkan dari lokasi proyek atas biaya Rekanan selambat – lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam

h. Rekanan berkewajiban untuk menyediakan tenaga ahli yang trampil dan cukup serta alat – alat yang baik dan cukup untuk memenuhi jadwal pelaksanaan yang sudah disetujui

X. B - 3

Page 8: SPESIFIKASI TEKNIS

i. Bila tidak dinyatakan secara khusus, maka hal – hal mengenai cara – cara pelaksanaan dan detail – detail konstruksi harus dilaksanakan sesuai dengan Standar Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI-03-2847-2002 atau PBI – 1971. Hal – hal tersebut antara lain : lantai kerja / pemotongan dan pembengkokan tulangan, pemasangan tulangan, pelaksanaan pengecoran dan perawatan, penutup beton, kait dan bengkokan, panjang penyaluran dan sambungan

b. BAHAN – BAHAN a. Semen

1. Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement sesuai dengan SNI 15-2049- 1994.

2. Seluruh pekerjaan konstruksi beton ini harus menggunakan satu merk semen. Penggantian merk semen hanya dapat dilaksanakan dengan persetujuan Direksi Pekerjaan . Semen – semen yang dipergunakan harus diperoleh dari pabrik yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan

3. Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan semen yang digunakan pada perancangan proporsi campuran

4. Rekanan harus menyimpan semen di tempat penyimpanan yang baik dan memenuhi syarat. Semua semen yang telah menunjukkan indikasi rusak dan/atau tercemar (menggumpal, mengeras, tercampur dengan kotoran, kena air, atau lembab) tidak boleh digunakan dan harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek atas biaya Rekanan

5. Setiap saat Direksi Perkerjaan berhak meminta agar Rekanan memberikan laporan test – test semen di laboratorium

b. Agregat Halus / Pasir Pasang 1. Pasir yang digunakan harus pasir kali yang berbutir 2. Pasir harus memenuhi persyaratan PBI 1971 atau SNI-03-2847-2002 3. Pasir beton adalah butiran-butiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dan

ukuran butirannya sebagian besar terletak antara 0,075 – 5 mm, dan kadar bagian yang ukurannya lebih kecil dari 0,063 mm tidak lebih besar dari 5%.

4. Pasir beton harus bersih. Bila diuji memakai larutan pencuci khusus, tinggi endapan pasir yang kelihatan dibandingkan dengan tinggi seluruh endapan tidak kurang dari 70%.

5. Kandungan bagian yang lewat ayakan 0,063 mm tidak lebih dari 5% berat (kadar lumpur). 6. Angka kehalusan fineness modulus terletak antara 2,2 – 3,2 bila diuji memakai rangkaian

ayakan, dengan fraksi yang lewat ayakan 0,3 mm minimal 15% berat. 7. Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi mutu beton. 8. Kekekalan terhadap Na2SO4 bagian yang hancur maksimum 12% berat dan kekekalan

terhadap MgSO4 bagian yang hancur, maksimum 10 % berat. 9. Kemampuan bereaksi terhadap alkali harus negatif sehingga tidak berbahaya. 10. Pasir beton harus memenuhi SII 0404/80 tentang rancangan mutu beton, NF P80 – 501

tentang penentuan ekivalen pasir. 11. Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir harus terdiri dari partikel-partikel

yang tajam dan keras mempunyai gradasi seperti tabel berikut :

c. Agregat Kasar 1. Agregat kasar yang dapat dipakai adalah koral atau batu pecah (crushed stone) yang

mempunyai susunan gradasi yang baik padat dan cukup keras. Agregat halus yang digunakan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % ( ditentukan terhadap berat kering). Semua agregat yang digunakan harus memenuhi syarat PBI – 1971 bab 3 ayat 3.3; 3.4 & 3.5. Agregat kasar harus berupa koral atau crushed stones yang bergradasi baik, padat (tidak porous) dan cukup syarat kekerasannya (SII 0052-80).

2. Ukuran agregat kasar maksimum yang dapat digunakan adalah 3 cm dan ukuran agregat kasar tersebut tidak boleh lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan

3. 2 minggu sebelum pengecoran dimulai, Rekanan harus menguji contoh – contoh agregat sesuai dengan PBI – 1971

4. Rekanan harus menjaga semua pengiriman agregat dari satu sumber untuk setiap agregat yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan hingga sebanyak 50 ton atau sewaktu – waktu diminta oleh Direksi Pekerjaan atas biaya Rekanan

X. B - 4

Saringan Ukuran % Lewat Saringan 3/8” No. 4 No. 8 No.16 No. 30 No. 50

No. 100 No. 20

9.50mm 4.76mm 2.39mm 1.19mm 0.19mm

0.297mm 0.149mm 0.074mm

100 90 – 100 80 – 100 50 – 85 26 – 65 10 – 30 5 – 10 0–5

Page 9: SPESIFIKASI TEKNIS

5. Percobaan – percobaan harus dilakukan oleh Rekanan pada setiap pengiriman sebanyak 50 ton atau sewaktu – waktu diminta oleh Direksi Pekerjaan atas biaya Rekanan

6. Agregat kasar dan agregat halus harus disimpan secara terpisah tanpa boleh terjadi segregasi dari butir – butir penyusunnya. Timbunan agregat harus diletakkan di atas lantai dari beton kurus dan dibatasi oleh dinding kayu keras serta harus dijaga terhadap pencampuran atau pencemaran dari kotoran atau material lainnya. Selain itu Rekanan juga harus menyediakan sistem drainage yang baik di sekitar timbunan agregat sehingga timbunan agregat tidak terpendam air

7. Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan sesuai dengan hasil mix – design, kadar air dari agregat harus sesuai secara periodik diuji terutama kalau terdapat indikasi bahwa kadar air agregat sudah berubah dari kondisi sebelumnya. Selain itu Rekanan juga harus secara rutin melaksanakan uji bahan dan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan

8. Kekerasan yang ditentukan dengan bejana Rudellof tidak boleh mengandung bagian hancur yang tembus ayakan 2 mm, lebih dari 32% berat.

9. Bagian yang hancur bila diuji memakai mesin Los Angelos tidak lebih dari 50% (lima puluh persen) berat (SII – 0087 – 75).

10. Kadar lumpur maksimum 1% berat. 11. Bagian butir yang panjang dan pipih, maksimum 20% berat, terutama untuk beton mutu

tinggi. 12. Kekekalan terhadap Na2SO4 bagian yang hancur maksimum 12% berat dan kekekalan

terhadap MgSO4 bagian yang hancur, maksimum 10 % berat. 13. Kemampuan bereaksi terhadap alkali harus negatif sehingga tidak berbahaya. 14. Besar maksimum butiran agregat kasar tidak boleh lebih dari 3.0 cm dan tidak lebih dari

seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian kontruksi yang bersangkutan. 15. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reactif alkali atau substansi yang merusak

beton dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % serta mempunyai gradasi seperti berikut :

16. Hasil “crushing test “ dari laboratorium yang berwenang terhadap kubus / silinder beton yang

berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada Konsultan pengawas untuk dimintakan persetujuannya.

d. Air 1. Air untuk pembuatan dan perawatan beton adalah air bersih yang sesuai dengan

rekomendasi laboratorium dan persyaratan PBI – 1971 pasal 3.6 2. Sumber air yang akan dipakai harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan terlebih dahulu dan

harus diuji serta tidak boleh mengandung asam alkali , minyak, dan zat organis yang dapat merusak beton dan tulangan (Ph 7 – 8)

3. Tempat penampungan (bak) air harus selalu bersih dan harus dijaga agar bahan – bahan yang dapat merusak kualitas air tidak tercampur di bak penampungan tersebut

4. Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus mengikuti syarat-syarat PBI 1971 pasal 3.6. atau PUBI – 1982 pasal 9.

5. Harus digunakan air bersih (standar untuk keperluan air minum) dan telah disetujui oleh Direksi /Pengawas.

6. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual.

7. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 g/lt. 8. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-asam,

zat organik dll) lebih dari 15 g/lt. Kandungan klorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 ppm sebagai SO3.

9. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya.

e. Bahan pencampur /admixture/Adittive 1. Bila tidak dinyatakan lain, pada dasarnya semua beton konstruksi pada proyek ini tidak

memerlukan bahan pencampur. Oleh karena itu Rekanan tidak boleh menggunakan bahan pencampur kecuali dengan persetujuan tertulis dari Perencana dan atau Direksi Pekerjaan

2. Untuk melengkapi pengajuan izin penggunaan bahan pencampur beton, Rekanan harus mengadakan percobaan perbandingan berat dari penambahan bahan campuran tersebut dan diuji tekan contoh – contoh beton pada umur 3,7,14, dan 28 hari di laboratorium yang

X. B - 5

Saringan Ukuran % Lewat Saringan

1”

3/4” 3/8” No. 4

25.00mm

20.00mm 9.50mm 4.76mm

100

90 – 100 20 – 55

0–1

Page 10: SPESIFIKASI TEKNIS

disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Semua hasil uji tersebut di atas harus disertakan pada pengajuan izin penggunaan bahan pencampur beton

3. Pemakaian bahan tambahan kimia (concrette admixture) harus sesuai dengan persyaratan dan seijin dari Direksi dan Pengawas Lapangan untuk ituPemborong harus mengajukan permohonan tertulis, serta bukti penggunaan selama 5 tahun di Indonesia.

4. Bahan tambahan yang mempercepat perkerasan permulaan (initial set) tidak boleh dipakai, sedangkan untuk beton kedap air tidak boleh menggunakan “ Water Power “ jang mengandung Stearate. Bahan campuran beton harus sesuai dengan iklim tropis dan memenuhi syarat AS. 1478 dan ASTM C. 494 type B dan Type D sekaligus sebagai pengurangan air adukan dan penunda perkerasan awal. Penggunaan sesuai dengan petunjuk teknis dari pabrik dan dimasukan mesin pengaduk (molen). Pemakaian Addtive tidak boleh menyebabkan pengurangan volume air dalam adukan.

f. Lapisan Pelindung Untuk lapisan pelindung beton harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi/Pengawas.

g. Cetakan /Bekisting Bahan cetakan/bekisting dapat dibuat dari kayu kelas II dan multipleks tebal minimal 12mm yang cukup kering dengan ukuran sesuai dengan konstruksi rangka dan penyongkongannya, sehingga dapat mendukung beton sampai selesai proses ikatan beton.

c. PEMBUATAN BETON 1. Mutu beton dan campuran beton rencana

a. Mutu beton untuk konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan karakteristik sebagai berikut :

b. Untuk mencapai mutu beton tersebut diatas, Rekanan diwajibkan untuk membuat campuran

beton rencana (mix-design) paling lambat 6 minggu sebelum pekerjaan beton dimulai. Rekanan harus membuat masing – masing 20 benda uji pada umur 7,14, dan 28 hari.

c. Pembuatan campuran beton rencana ini hendaknya mengikuti PBI ayat 4.6 dan dievaluasi kekuatan karakteristiknya menurut ayat 4.5

d. Mutu beton yang digunakan adalah K-175 dan K-225 (disesuaikan yang tercantum dalam RAB) dan harus dipakai campuran beton yang direncanakan dengan persetujuan Direksi /Pengawas, yaitu campuran yang dapat dibuktikan dengan data otentik dari pengalaman- pengalaman pelaksanaan beton diwaktu yang lalu atau dengan data dari percobaan- percobaan pendahuluan, bahwa kekuatan karakteristik yang direncanakan dapat tercapai.

e. Jumlah semen minimum dan nilai faktor air semen maksimum harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan pemakaian beton.

f. Bila sumber atau kualitas dari semen atau agregat diganti maka harus dicari lagi campuran rencana yang baru sehingga tercapai mutu beton yang dipersyaratkan.

2. Pengujian beton

a. Rekanan harus menyediakan tenaga kerja, material, tempat dan semua peralatan untuk melakukan semua peralatan untuk melakukan semua uji beton di bawah ini, yaitu : - Uji slump - Uji silinder beton diameter15 cm dan tinggi 30 cm - Uji kadar lumpur - Hammer test - Core drilling

b. Pengujian Slump beton harus dilaksanakan berdasarkan PBI – 1971 dengan batasan nilai slump maksimum sebagai berikut :

X. B - 6

Jenis Konstruksi Slump Maksimum (cm)

Slump Minimum (cm)

Pelat, Dinding, Pondasi Telapak

Pelat, Balok, Kolom Kaison, Konstruksi Bawah Tanah

Pelat diatas tanah/pergeseran jalan

12.5

15.0 9.0 7.5

5.0

7.5 2.5 5.0

Mutu Beton Jenis Pekerjaan K175 K225

Sloof Praktis, Kolom praktis dan Ringbalk Semua elemen struktur beton

Page 11: SPESIFIKASI TEKNIS

Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi, maka harga tersebut diatas dapat dinaikan hingga 50% dengan catatan tidak boleh melebihi 15cm. Untuk beton dengan bahan tambahan plasticizer, slump dapat dinaikkan sampai maksimum 1,5 cm.

c. Rekanan harus membuat, merawat dan mengadakan uji kubus beton pada laboratorium beton yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan atas biaya sendiri dan berdasarkan atas PBI – 1971

d. Jumlah pengambilan contoh untuk uji kuat tekan dari setiap mutu beton, tidak boleh kurang dari dua benda uji dan harus diuji pada umur 7 dan 28 hari

e. Pengujian kekuatan masing-masing mutu beton yang dicor setiap harinya haruslah dari satu 3

contoh uji per hari, atau tidak kurang dari satu contoh uji untuk setiap 120 m beton, atau tidak 2

kurang dari satu contoh uji untuk setiap 500 m luasan permukaan lantai atau dinding. f. Kalau digunakan pompa beton (concrete pump), pengambilan khusus harus dilakukan dilokasi

pengecoran setelah beton melewati ujung pipa pompa beton g. Setiap benda uji harus diberi tanggal pembuatan dan dari bagian ujung pipa mana beton

diambil h. Prosedur pengambilan silinder beton sesuai dengan SNI 03-4810-1998 i. Setiap benda uji tidak boleh cacat j. Rekanan harus membuat laporan lengkap mengenai hasil test khusus yang disertai evaluasi

perhitungan nilai karakteristiknya dan disampaikan pada Direksi Pekerjaan k. Kalau terjadi kegagalan dalam uji beton ini, Rekanan harus melakukan percobaan –

percobaan non destruktif dan apabila masih menunjukkan kegagalan Rekanan harus memperbaiki dan mengganti struktur tersebut atas biaya Rekanan sendiri

l. Bila dianggap perlu, maka Rekanan harus melakukan uji tambahan atas biaya Rekanan

3. Pembuatan beton

a. Rekanan bertanggung jawab penuh atas seluruh pembuatan beton yang baik dan memenuhi persyaratan yang ditentukan

b. Dalam pembuatan beton ini, Rekanan harus memakai sistem “Weight batching plant” & volumetric system (untuk mengukur air) yang sudah disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Semua alat ukur untuk pencampuran beton ini harus dalam kondisi baik dan dikalibrasi dan disediakan oleh Rekanan

c. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran material – material harus dengan persetujuan Direksi Pekerjaan

d. Seluruh operasi harus diinspeksi dan dikontrol terus oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan bertanggung jawab

e. Pencampuran beton dengan tidak memakai perbandingan berat atau dengan tangan tidak diperbolehkan

f. Mixer harus betul – betul kosong sebelum menerima material – material dari adukan berikutnya. Mixer harus dibersihkan dan dicuci bila mixer tidak dipakai lebih lama dari 30 menit atau bila beton yang akan dibuat berbeda mutunya

g. Pencampuran kembali dari beton yang sebagian sudah terjatuh atau mengeras tidak diizinkan h. Ketelitian alat ukur ( timbangan ) harus dikontrol minimum satu kali setiap minggu dengan

ketelitian 6 1 persen

4. Beton Pra – Campur (Ready Mix)

a. Rekanan tidak diizinkan memakai beton pra – campur tanpa izin dari Direksi Pekerjaan. b. Semua beton pra – campur harus dipasok dari perusahaan yang disetujui oleh Direksi

Pekerjaan. c. Bila tidak ditentukan lain, semua persyaratan yang berlaku untuk beton biasa juga berlaku

untuk beton pra – campur. d. Nama dan Alamat dari perusahaan beton pra – campur harus disampaikan untuk persetujuan

Direksi Pekerjaan. Jika diperlukan, Rekanan harus mengatur peninjauan ke perusahaan tersebut.

e. Beton Pra – campur harus sudah dicor pada tempatnya dalam waktu maksimum 2 jam dihitung dari mulainya truck mixer keluar dari plant sampai penuangan terakhir dilakukan. Bila dipergunakan retarder, waktu maksimum tersebut dapat melebihi 2 jam tetapi tidak boleh lewat 4 jam. Mengenai lamanya waktu yang diperkenankan ini hendaknya dibicarakan sebelum beton pra – campur ini digunakan, sehingga diketahui waktu yang masih diizinkan.

f. Semua data – data dari beton pra – campur ini harus dicatat secara lengkap oleh Rekanan atas sepengetahuan Direksi Pekerjaan data – data tersebut harus selalu tersedia diproyek Data – data yang harus dicatat adalah : Waktu kedatangan untuk truck mixer Waktu pencampuran material – material dan penambahan air Pencatatan nomer truck mixer dan nama plat Waktu ketika beton ditempatkan / dicor Lokasi pengecoran Pengambilan jumlah kubus uji Nilai slump

X. B - 7

Page 12: SPESIFIKASI TEKNIS

Dan data – data lain yang relevan

g. Rekanan bertanggung jawab atas semua hasil pengecoran dari beton pra – campur . Direksi Pekerjaan berhak untuk mengganti perusahaan beton pra – campur atau menghentikan penggunaan beton pra – campur bila ternyata syarat – syarat dari spesifikasi ini tidak terpenuhi dengan memuaskan.

Lingkup Pekerjaan

a. Termasuk dalam lingkup pekerjaan beton adalah :

Pekerjaan Struktur Bawah, meliputi : pondasi plat beton bertulang (Pondasi Foot Plat), Tie Beam (Sloof).

Pekerjaan Struktur Atas, meliputi : kolom struktur, kolom praktis, balok utama, balok anak/pembagi, ring balk, plat lantai, plat ornament dan plat listplank.

b. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, peralatan, tenaga kerja dan pelaksaan pekerjaan beton sesuai dengan RKS dan gambar-gambar pelaksaan yang telah disediakan untuk pekerjaan ini.

Pedoman Pelaksanaan a. Peraturan umum yang digunakan adalah Peraturan Beton Indonesia (PBI-1971) dan untuk

hal-hal yang belum terjangkau PBI-1971, dapat digunakan peraturan-peraturan lainnya, seperti ASTM.

b. Kualitas Beton Mutu beton yang digunakan adalah K-225. Beton yang digunakan harus ditest mutunya dari benda uji dengan persyaratan sesuai

dengan PBI-1971. Hal-hal lainnya yang tidak disebutkan harus memenuhi persyaratan yang berlaku.

c. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, Pelaksana harus mengadakan pengukuran- pengukuran untuk as-as pondasi seperti pada gambar konstruksi dan harus dimintakan persetujuan Pengawas Lapangan.

d. Pelaksana wajib melaporkan kepada Pengawas lapangan bila ada perbedaan gambar- gambar dari konstruksi dengan gambar-gambar Arsitektur atau bila ada hal-hal yang kurang jelas.

Persyaratan Bahan pekerjaan Beton a. Semen

Semen yang digunakan untuk proyek ini adalah Portland Cement menurut NI 8 atau menurut ASTM, memenuhi S 400 menurut Standard Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Cement Indonesia.

Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan tanpa persetujuan Pengawas Lapangan.

Persetujuan PC hanya akan diberikan apabila dipasaran tidak diperoleh semen dari merk yang telah dipilih dan telah digunakan.

Merk semen yang diusulkan sebagai pengganti dari merk semen yang sudah digunakan disertai jaminan dari Pelaksana yang dilengkapi dengan data teknis yang membuktikan bahwa mutu semen pengganti setaraf dengan mutu semen yang digantikannya.

Batas-batas pengecoran yang memakai semen berlainan merk harus disetujui oleh Pengawas Lapangan.

b. Agregat Agregat yang digunakan harus sesuai dengan syarat-syarat dalam PBI- 1971, terdiri dari : Pasir beton (agregat halus).

- Kadar lumpur tidak boleh melampaui 4 % berat pasir beton. Agregat halus, keras, bebas lumpur, bersih dari / tidak boleh tercampur tumbuh-tumbuhan, biji-bijian, akar-akaran yang nantinya akan merusak bentuk/kualitas beton sehingga mempengaruhi penggunaan bahan material pada lembar akhir bestek ini.

Koral atau crushed stone (agregat kasar) : - Harus mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan

padat (tidak porous). Dimensi maksimum 2,5 cm, dan tidak lebih seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan.

- Khusus untuk pekerjaan beton, diluar lapis pembesian yang berat batas maksimum tersebut 3 cm dengan gradasi baik.

- Pada bagian dimana pembesian cukup berat (cukup ruwet) digunakan koral split pecah/giling mesin.

c. Air

Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang bersifat merusak beton dan baja tulangan atau campuran, yang mempengaruhi daya lekat semen.

X. B - 8

Page 13: SPESIFIKASI TEKNIS

d. Besi Beton (Steel Reinforcement)

Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat : - Peraturan Beton Indonesia (NI.2-1971). - Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemak, minyak, karat dan tidak cacat

(retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya). - Mempunyai penampang yang sama rata. - Disesuaikan dengan gambar.

Membengkok dan meluruskan besi beton untuk beton bertulang harus dilakukan dalam keadaan dingin, batang tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar.

Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan harus mendapat persetujuan dari Direksi.

Mutu tulangan yang digunakan adalah U24 untuk diameter < 12 mm dan U32 untuk diameter > 12 mm dengan karakteristik harus sesuai dengan Standar Industri Indonesia (SII) yaitu SII – 0136 – 80 : Mutu dan Cara Uji Baja Tulangan dan SII – 0318 – 80 : Batang Uji Tarik Logam.

Besi beton harus disuplai dari satu sumber (manufacture) dan tidak dibenarkan untuk mencampuradukkan bermacam-macam jenis besi beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi.

Pelaksana diharuskan mengadakan contoh pengujian mutu besi beton yang akan dipakai sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari Direksi. Batang contoh diambil di bawah kesaksian Direksi berjumlah minimum 3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis percobaan yang diameternya sama, dengan panjangnya tidak kurang dari 100 cm.

Panjang stek untuk penyambungan atau penyambungan batang-batang tulangan minimal 40 kali diameter tulangan (40 d).

Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar-gambar dan mendapat persetujuan dari Direksi. Hubungan antara besi beton satu dengan lainnya harus menggunakan kawat besi beton (kawat bendrat), diikat dengan teguh, tidak menggeser selama pengecoran beton dan bebas dari tanah dan kotoran lainnya.

Bila baja tulangan oleh Direksi/Konsultan Pengawas diragukan kualitasnya, maka harus diperiksakan ke Lembaga Penelitian Bahan yang di akui atas biaya pemborong.

Ukuran baja harus sesuai dengan gambar kerja. Penggantian dengan ukuran lain hanya diperkenankan atas persetujuan dari Direksi / Konsultan Pengawas.

Semua baja tulangan harus disimpan pada tempat yang bebas lembab, dan dipisahkan sesuai ukuran/diameter dan asalnya serta harus dilindungi dari segala macam kotoran.

Batang baja tulangan tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak - retak, gelombang - gelombang, cerna-cerna yang dalam atau tidak boleh berlapis- lapis, hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan.

Batang-batang tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara langsung dan dihindari penimbunan baja tulangan diudara terbuka.

Kawat ikat (bendrat) berukuran minimal ∅ 1 mm.

e. Penggantian Besi

Pelaksana harus mengusahakan supaya besi yang dipasang benar sesuai apa yang tertera dalam gambar.

Dalam hal di mana berdasarkan pengalaman Pelaksana atau pendapatnya mengalami kekeliruan, kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada, maka Pelaksana dapat menambah extra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar, hal ini secepatnya diberitahukan kepada Pengawas Lapangan untuk sekedar informasi. Jika hal tersebut di atas akan dimintakan oleh Pelaksana sebagai pekerjaan tambahan, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian, maka perubahan tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Perencana. Mengajukan usul dalam rangka kejadian tersebut di atas adalah juga merupakan kewajiban bagi Pelaksana.

Jika Pelaksana tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter terdekat dengan syarat : - Harus ada persetujuan dari Pengawas Lapangan. - Jumlah luas besi tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar. - Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian di tempat

X. B - 9

Page 14: SPESIFIKASI TEKNIS

tersebut atau di daerah overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian penggetar.

Toleransi Besi :

f. Bekisting yang Digunakan

Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas dan bidang dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelonggaran dari penyangga harus menggunakan Multiplex tebal 12mm.

Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sehubungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah Horisontal dan Vertikal, terutama untuk permukaan beton yang tidak di “finish“ ( expose concrete ).

Penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya, kekuatan dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi “form oil” untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaanya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dan dengan tulangan.

Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya “overstress” atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban yang ada diatasnya selama pelaksanaan.

Bekisting harus dibuat dari papan kayu atau kayu lapis dengan ketebalan yang cukup dengan rangka kayu yang kuat, tidak mudah berubah bentuk dan jika perlu menggunakan baja.

Semua bekisting harus diberi penguat datar dan silangan sehingga kemungkinan bergeraknya bekisting selama dalam pelaksanaan dapat dihindarkan, juga harus cukup rapat untuk menghindarkan keluarnya adukan (mortar leakage).

Susunan bekisting dengan penunjang-penunjang harus teratur, sehingga pengawasan atas kekurangan dapat mudah dilakukan.

Penyusunan bekisting harus sedemikian rupa, sehingga pada waktu pembongkaran tidak akan merusak dinding, balok, plat atau kolom beton yang bersangkutan.

Pada bagian yang terendah pada setiap fase pengecoran dari bekisting kolom atau dinding, harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.

Bidang bekisting harus bersih dan dibasahi air terlebih dahulu sebelum pengecoran.

Air pembasahan tersebut harus diusahakan agar mengalir sedemikian rupa agar tidak menggenangi sisi bawah dari bekisting.

Pemilihan susunan dan ukuran yang tepat dari penyangga-penyangga atau silangan -silangan bekisting menjadi tanggung jawab Pelaksana .

Pembongkaran Bekisting cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan khusus yang cukup untuk memikul 2x beban sendiri atau minimal 21 hari. Cetakan beton dapat dibongkar sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam SK SNI 1991 serta harus dengan persetujuan terlulis dari Direksi/Konsultan Pengawas, atau jika beton telah melampaui waktu sebagai berikut : 1. Bagian sisi balok 48 jam 2. Balok dengan beban konstruksi 21 hari 3. Plat lantai / atap / tangga 21 hari Untuk bagian tengah balok (pada titik momen maksimum) tetap diberi pipe support sampai umur beton 28 hari baru boleh dilepas.

Bila akibat pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi akan bekerja beban- beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut berlangsung.

X. B - 10

Diameter, ukuran sisi (atau jarak antara dua permukaan yang berlawanan)

Variasi dalam berat yang diperbolehkan

Toleransi diameter

Di bawah 10 mm 7% 0,4 mm

100 mm sampai 16 mm (tapi tidak termasuk � 16 mm)

5% 0,4 mm

16 mm sampai 28 mm 5% 0,5 mm 29 mm dan 32 mm 4% -

Page 15: SPESIFIKASI TEKNIS

Dengan persetujuan Konsultan Pengawas cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila hasil pengujian dari benda uji yang menpunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya, telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan oleh Konsultan Pengawas, tidak mengurangi atau membebaskan tanggung jawab Pemborong tehadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan.

Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton dan dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak.

Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Pemborong wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.

Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan sebelum pengurugan dilakukan. Untuk permukan beton yang diharuskan exposed, maka pemborong wajib memfinishnya tanpa pekerjaan tambah.

Perlu ditentukan bahwa tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton seluruhnya terletak pada Pelaksana dan perhatian Pelaksana mengenai pembongkaran cetakan ditujukan kepada PBI-1971 dalam pasal yang bersangkutan.

Pembongkaran harus memberitahu Direksi Pekerjaan/Arsitek bilamana ia bermaksud akan membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta persetujuannya, tapi dengan adanya persetujuan itu, tidak berarti Pelaksana terlepas dari tanggung jawabnya.

g. Tata Cara Pengiriman dan Penyimpanan Barang

1. Pengiriman bahan pada umumnya harus sesuai dengan jadual pelaksanaan dan karena lokasi pembangunan terletak pada jalur yang sibuk disiang hari maka pengiriman dan pembongkaran bahan harus dilakukan malam hari.

2. Penyimpanan Semen. Semen harus didatangkan dan disimpan dalam kantung/zak yang utuh. Berat

semen harus sama dengan yang tercantum pada zak. Semen harus disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari pengaruh

cuaca, berventilasi cukup dan lantai yang bebas dari tanah. Semen harus dalam keadaan belum mulai mengeras. Jika ada bagian yang

mulai mengeras, bagian tersebut harus dapat ditekan hancur oleh tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah bagian yang mulai mengeras ini tidak lebih dari 5 % berat semen.

Pada bagian semen yang mengeras tersebut harus dicampurkan semen yang sama dengan jumlah syarat bahwa kualitas beton yang dihasilkan harus sesuai dengan yang diminta oleh Perencana.

Pengiriman barang dengan kendaraan besar hanya dapat dilaksanakan pada malam hari.

Percobaan Pendahuluan a. Pemborong harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian

cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran dari masing-masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

b. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari material-material harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan seluruh operasi harus dikontrol dan diawasi terus menerus oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan bertanggung jawab.

c. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Bacth Mixer atau Portable Continous Mixer). Mesin pengaduk harus betul-betul kosong sebelum menerima bahan- bahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.

d. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m3 dan Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan 5 Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Air harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.

Pemeriksaan Pengecoran a. Mulai pengecoran harus sepenuhnya dan seijin Direksi/Pengawas.

X. B - 11

Page 16: SPESIFIKASI TEKNIS

b. Sebelum mengadakan pengecoran semua cetakan dibersihkan dari segala kotoran serta diberi minyak bekisting.

c. Cetakan harus datar dan tegak lurus, tidak ada yang bocor dan harus kokoh sehingga kedudukan dan bentuknya tetap, tidak bergetar maupun bergeser pada waktu dan setelah pengecoran, tetapi mudah dibongkar.

d. Sebelum pengecoran, penulangan diteliti kembali dan disesuaikan dengan gambar kalau ada yang bengkok/berubah posisinya harus segera dibetulkan.

e. Perubahan atau penambahan penulangan dan ukuran beton atau perbedaan pelaksanaan dengan gambar kerja harus sepengetahuan dan persetujuan Konsultan Perencana dan Direksi/Konsultan Pengawas.

Pelaksanaan Pengecoran Beton a. Prosedur Pengecoran

- Untuk pengecoran beton harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas lapangan. - Perbandingan adukan harus sesuai dengan yang diminta. - Banyaknya air untuk campuran beton harus ditentukan sedemikian rupa sehingga

tercapai sifat mudah dikerjakan sesuai dengan penggunaannya. Dalam hal ini perlu diadakan pengujian slump beton sesuai dengan ketentuan dalam SNI 1991.

- Secara priodik harus dilaksanakan pengujian kekuatan beton sesuai dengan ketentuan dalam SNI 1991. Pemborong diwajibkan untuk mengadakan percobaan pendahuluan minimum 20 beton uji untuk memastikan dicapainya kekuatan karakteristik pada kelas dan mutu beton yang telah ditetapkan (K-175 atau K225).

- Pemeriksaan beton uji dapat dilaksanakan pada umur beton 28 (dua puluh delapan) hari atau sebelumnya menurut SNI 1991. beton uji dibuat setiap 5 (lima) m3 yang dilaksanakan. Ukuran silinder beton diameter 15 cm tinggi 30cm atau pembuatan dan pemeriksaannya disesuaikan dengan SNI 1991. pada setiap kali pemborong mengaduk beton diwajibkan mengadakan pengujian slump beton. Hasil pengujian tersebut harus sesuai dengan syarat SNI 1991 maksimum 12 cm. Biaya seluruh pengujian ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana.

- Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan dan perawatan beton harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan SNI 1991, terutama harus diperhatikan : i. Pengadukan semua beton konstruksi untuk beton bertulang site mix harus

dengan mesin pengaduk beton (concrete mixer / molen), sedangkan untuk beton bertulang ready mix harus disiapkan prosedur pengecorannya.

ii. Pemadatan beton untuk konstruksi beton bertulang harus dengan mesin penggetar (concrete vibrator).

iii. Pemasangan bekisting harus rapi dan kaku sehingga setelah dibongkar menghasilkan bidang yang rata, lurus dan halus serta tidak bergelombang.

iv. Celah-celah antara multipleks 12mm / papan bekisting harus rapat sehingga pada waktu pengecoran tidak ada air adukan yang keluar.

v. Sebelum pengecoran sisi dalam bekisting harus disiram air dan bebas dari kotoran-kotoran atau benda lain yang tidak diperlukan.

- Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.

- Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

- Pemborong harus memberitahukan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan.Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa Pemborong akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.

- Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat telah melampaui 1,5 jam, dan waktu ini dapat berkurang, bila Konsultan Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.

- Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan.Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.

- Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.

- Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami “initial set“ atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena getaran, penggetaran harus bersamaan dengan penuangan beton.

X. B - 12

Page 17: SPESIFIKASI TEKNIS

- Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai kerja setebal 5 cm, agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah /pasir secara langsung.

- Bila pengecoran beton harus berhenti sementara, sedang beton sudah menjadi keras dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.

- Tiang-tiang penyanggah/perancah harus kuat, sehingga pada waktu pengecoran bentuknya tidak berubah. Tidak boleh menggunakan bamboo, diperbolehkan menggunakan scaffolding dengan ukuran yang sesuai.

- Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak dilaksanakan, kecuali atas persetujuan Konsultan Pengawas dapat dilaksanakan pada malam hari dengan ketentuan bahwa sistem penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat, serta penyiapan tenda-tenda untuk menjaga terjadi hujan

- Adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran dengan menggunakan cara (metode) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan agregat dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari luar.

- Pemakaian beton “ready mix” harus mendapat persetujuan Direksi, baik mengenai nama perusahaan, alamat maupun kemampuan alat-alatnya.

- Penggunaan alat-alat pengangkut mesin haruslah mendapat persetujuan Pengawas, sebelum alat-alat tersebut didatangkan ke tempat pekerjaan.

- Semua alat-alat pengangkut yang digunakan pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa adukan yang mengeras.

- Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton selesai diperiksa oleh dan mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas.

- Pengecoran harus dilaksanakan secara kontinyu tanpa berhenti untuk keseluruhan dan diberi tanda maupun tanggal pengecorannya.

- Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian yang akan menyebabkan pengendapan agregat.

- Beton dipadatkan dengan menggunakan alat vibrator selama pengecoran berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan maupun posisi tulangan.

- Pelaksana harus menyediakan vibrator-vibrator untuk menjamin efisiensinya tanpa adanya penundaan.

- Pemadatan beton secara berlebih-lebihan sehingga menyebabkan pengendapan agregat, kebocoran-kebocoran melalui acuan dan lain-lain harus dihindarkan.

b. Pemadatan Beton - Pemborong bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan

penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa perlu penggetaran secara berlebih.

- Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan “Mechanical Vibrator” dan dioperasikan oleh orang yang berpengalaman. Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan “Over Vibration” dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton. Hasil beton harus merupakan masa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi atau keropos.

- Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang mempunyai frekwensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.

- Dalam hal penggunaan vibrator, maka slump dari beton boleh melebihi 12,5cm. - Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan vertikal, tetapi dalam keadaan

khusus boleh miring 45 derajat dan jarum vibrator tidak boleh digerakkan secara horizontal.

- Alat penggetar tidak boleh disentuh pada tulangan-tulangan, terutama pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta berjarak minimal 5 cm dari bekisting.

- Setelah sekitar jarum nampak mengkilap, maka secara perlahan-lahan harus ditarik, hal ini tercapai setelah bergetar 30 detik (maksimal).

c. Penyambungan Konstruksi dan Dilatasi - Rencana atau schedule pengecoran harus disiapkan untuk penyelesaian satu

konstruksi secara menyeluruh, termasuk persetujuan letak “Construction joints” (sambungan konstruksi). Dalam keadaan tertentu dan mendesak, Konsultan Pengawas dapat merubah letak “Construction joints” tersebut.

- Permukaan “Construction joints” harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat.

X. B - 13

Page 18: SPESIFIKASI TEKNIS

- “Construction joints” harus diusahakan berbentuk garis miring. Sedapat mungkin dihindarkan adanya “Construction joints” tegak, kalaupun diperlukan maka harus dimintakan persetujuan dari Konsultan Pengawas. Bila “Construction joints” tegak diperlukan, maka tulangan harus menonjol sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu struktur yang monolit.

- Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi lapisan “grout” segera sebelum beton dituang.

- Untuk penyambungan beton lama dan baru, harus menggunakan bahan additive “Bonding Agent” (lem beton) yang disetujui konsultan pengawas.

- Dilatasi antar kolom atau balok menggunakan Stereofon dan Sealant d. Baja Tulangan

- Semua baja tulangan yang dipakai adalah tulangan besi polos, harus bersih dari segala macam kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan merusak mutu beton.

- Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan harus sesuai dengan persyaratan dalam SKSNI T 15-1991.

- Selimut beton harus mempunyai ketebalan minimal sebagai berikut:

e. Benda-benda yang Tertanam dalam Beton - Semua angkur, baut, pipa dan benda-benda lain yang diperlukan tertanam dalam

beton , harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum pengecoran. - Benda-benda tersebut harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat dan kotoran-

kotoran lain pada saat mengecor. - Sebelum dilakukan pengecoran pipa-pipa harus sudah diuji dengan baik, baru

boleh dicor. f. Penyelesaian Beton

- Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus tanpa ada bagian- bagian yang membekas pada permukaan. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.

- Bagian-bagian yang rapuh, kasar, berlubang, dan tidak memenuhi persyaratan harus segera diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan adukan beton yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya untuk kemudian diratakan. Bila diperlukan, seluruh permukaan beton dihaluskan dengan ampelas, carborondum atau gurinda.

- Permukaan pekerjaan beton harus mempunyai bentuk jadi yang rata. Toleransi kerataan pada permukaan lantai tidak boleh melampaui 1cm dalam jarak 10 m. Tidak dibenarkan untuk menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan maksud menyerap kelebihan air.

- Apabila pengecoran dilakukan dengan ready mix harus ditunjukkan pesanannya yang menunjukkan karakteristik dari beton.

g. Daftar Kualitas Beton - Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah K-225 atau sesuai

dengan gambar (tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton 15 x 15 x 15 atau silinder pada usia 28 hari dengan derajat konfidensi 0,95). Sedang beton praktis dengan K-175. Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PBI-1971.

- Pelaksana harus memberikan jaminan atas kemampuannya untuk memenuhi kualitas beton ini.

- Pada masa permulaan pembetonan, Pelaksana harus membuat satu benda uji per m3 beton hingga dapat dengan cepat diperoleh 20 benda uji yang pertama. Pengambilan benda-benda uji tersebut harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.

- Pelaksana harus membuat laporan tertulis atas data-data kwalitas beton yang dibuat, laporan tersebut harus disahkan oleh Pengawas Lapangan dan dilengkapi dengan harga karakteristikanya.

X. B - 14

Bagian Konstruksi Tebal Selimut Beton (cm)

Pelat

Balok

Kolom

Sloof dan Pondasi

2.00

2.50

2.50

3.00

Page 19: SPESIFIKASI TEKNIS

- Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui oleh Pengawas Lapangan.

- Pengawasan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.

- Jika dianggap perlu, maka Pelaksana harus mengadakan percobaan kubus umur 7 (tujuh ) hari dengan ketentuan-ketentuan hasilnya tidak boleh kurang 65 % kekuatan yang diminta pada 28 hari. Jika hasil kekuatan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan pengujian beton di tempat dengan cara-cara yang ditentukan dalam PBI-1971 dengan biaya yang ditanggung Pelaksana.

- Penyampaian beton (adukan) dari mixer ke tempat pengecoran harus dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya separasi komponen-komponen beton.

- Pemadatan beton harus menggunakan Vibrator. - Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam SKSNI dan minimum

memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam ayat berikut. - Untuk setiap jenis beton harus dibuat satu pengujian, yang dikerjakan dalam satu hari

dengan volume sampai sejumlah 5 m3, atau 2 benda uji. - Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji berbentuk kubus 15 x 15 x

15 cm. Satu benda uji akan dites pada umur 28 hari dan hasilnya segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas, sedangkan 3 (tiga) benda uji lainnya hasil rata-rata dari ketiga spesimen tersebut. Batas kekuatan beton rata-rata harus sama atau lebih dari kekuatan karakteristik 225 kg/cm2 untuk mutu beton K 225, tidak boleh ada satu benda uji yang hasil tesnya lebih kecil dari = 160 kg/cm2.

- Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi ditinggal dilapangan, dibiarkan mengalami proses perawatann yang sama dengan keadaan sebenarnya. Kubus-kubus yang baru dicetak disimpan pada tempat yang bebas getaran dan ditutup dengan karung basah selama 24 jam.

h. Cetakan - Mulai pengecoran harus sepengetahuan dan seijin Direksi Kegiatan dan Konsultan

Pengawas. - Sebelum mengadakan pengecoran, semua cetakan dibersihkan dari segala macam

kotoran. - Cetakan harus datar dan tegak lurus, cetakan tidak ada yang bocor dan harus kokoh

sehingga kedudukan dan bentuknya tetap, tidak bergetar, bergeser maupun melendut pada waktu dan setelah pengecoran, tetapi mudah dibongkar.

- Sebelum pengecoran, penulangan diteliti kembali dan disesuaikan dengan gambar, kalau ada yang bengkok / berubah posisinya harus dikembalikan.

- Perubahan / penambahan penulangan dan ukuran beton atau perbedaan pelaksanaan dengan gambar kerja harus sepengetahuan dan dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas.

i. Curing dan perlindungan atas beton. - Beton harus dilindungi selama berlangsungnya proses pengeringan terhadap

matahari, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan perusakan secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya.

- Semua permukaan beton yang terbuka dijaga agar tetap basah selama 4 hari dengan menyemprotkan air pada permukaan beton tersebut.

- Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan perlindungan atas beton harus diperhatikan. Pelaksana harus bertanggungjawab atas retaknya beton akibat kelalaian ini.

- Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Setelah pengecoran dan selesai, permukaan beton yang tidak tertutup oleh cetakan harus tetap dijaga kelembabannya dengan jalan membasahi secara terus menerus selama 7 (tujuh) hari.

- Permukaan-permukaan beton yang dibongkar cetakannya sedang masa perawatan beton belum dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti tersebut pada ayat (1) dan tidak boleh tertindih barang atau terinjak langsung pada permukaan beton.

- Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan belum dibongkar, selama masa perawatan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi keretakan dan terjadinya celah-celah pada sambungan.

- Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang tidak disebut di atas, harus dirawat dengan jalan membasahi atau menutupi dengan membran yang basah.

Perawatan Beton a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi penguapan cepat. b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan harus diperhatikan. c. Beton harus dibasahi terus menerus selama minimal 10 hari sesudah pengecoran.

X. B - 15

Page 20: SPESIFIKASI TEKNIS

Perijinan e. Pemborong harus memberitahukan pada Direksi/Konsultan Pengawas minimal 1 minggu

sebelum pengecoaran dimulai. f. Untuk pengecoran yang menggunakan beton ready mix maka harus disiapkan segala

sesuatunya untuk kelancaran proses pengecoran baik peralatan (truck molen, concrete pump dan concrete vibrator) maupun perletakan peralatan penunjang tersebut dan harus seijin dari Direksi/Konsultan Pengawas.

g. Pengecoran boleh dilaksanakan apabila sudah ada Berita Acara Pengecoran dan izin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.

Finishing Beton a. Untuk bagian-bagian beton yang terlihat, seperti yang ditentukan pada gambar, diplester

dengan adukan 1Pc : 3 Ps. b. Persyaratan mengerjakan plesteran beton tersebut sesuai dengan persyaratan yang

ditentukan dalam pekerjaan beton. c. Setelah bekisting dibuka seluruh permukaan yang nantinya diplester diberi acian air

semen dan pasir dengan adukan 1Pc : 3Ps pada seluruh permukaan beton yang akan diplester.

d. Setelah plesteran beton selesai, pengacian dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan plesteran menjadi rata, halus tidak retak dantidak ada bagian yang bergelombang dan selama 7 (tujuh) hari berturut-turut setelah pengacian selesai plesteran harus selalu disiram dengan air sekurang-kurangnya 2 (dua) kali setiap harinya.

e. Seluruh permukaan plesteran beton finishing dengan cat tembok dengan warna sesuai ketentuan yang diberikan Direksi/Pengawas. Cara pengecatan dengan prinsip didapat hasil yang baik.

Tanggung jawab Pelaksana a. Pelaksana bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan ketentuan-

ketentuan di atas dan sesuai dengan gambar-gambar konstruksi yang diberikan. b. Jika Pengawas Lapangan memberi ketentuan-ketentuan tambahan yang menyimpang

dari ketentuan yang telah digariskan di atas atau yang telah tertera dalam gambar, maka ketentuan tambahan tersebut menjadi tanggung jawab Pengawas Lapangan, ketentuan tambahan ini harus dibuat secara tertuli..

Tata Cara Pekerjaan Struktur Atas

1. Lingkup Pekerjaan a. Yang termasuk dalam pekerjaan beton struktur atas: Kolom Struktur Kolom Praktis Balok Utama Balok Anak Plat Lantai

b. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja serta pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan RKS dan gambar-gambar pelaksanaan yang telah disediakan untuk pekerjaan ini.

2. Pedoman Pelaksanaan Pelaksanaan pekerjaan ini harus mengikuti semua ketentuan dalam buku PBI tahun 1971 terutama yang menyangkut pekerjaan beton struktur.

3. Pemasangan Bekisting dan Perancah

a. Bekisting harus dibuat dari papan kayu atau kayu lapis dengan ketebalan yang cukup dengan rangka kayu yang kuat, tidak mudah berubah bentuk dan jika perlu menggunakan baja.

b. Semua bekisting harus diberi penguat datar dan silangan sehingga kemungkinan bergeraknya bekisting selama dalam pelaksanaan dapat dihindarkan, juga harus cukup rapat untuk menghindarkan keluarnya adukan (mortar leakage).

c. Susunan bekisting dengan penunjang-penunjang harus teratur, sehingga pengawasan atas kekurangan dapat mudah dilakukan. Penyusunan bekisting harus sedemikian rupa, sehingga pada waktu pembongkaran tidak akan merusak dinding, balok, plat atau kolom beton yang bersangkutan.

d. Susunan perancah diatur sedemikian rupa sehingga ketinggian level plat lantai sama, selain itu perancah juga sebagai penguat bekisting sehingga pada saat proses pengecoran kedudukan bekisting tetap dan tidak berubah.

e. Pada bagian yang terendah pada setiap fase pengecoran dari bekisting kolom atau dinding, harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.

f. Bidang bekisting harus bersih dan dibasahi air terlebih dahulu sebelum pengecoran.

X. B - 16

Page 21: SPESIFIKASI TEKNIS

g. Air pembasahan tersebut harus diusahakan agar mengalir sedemikian rupa agar tidak menggenangi sisi bawah dari bekisting.

h. Pemilihan susunan dan ukuran yang tepat dari penyangga-penyangga atau silangan - silangan bekisting menjadi tanggung jawab Pelaksana.

4. Pemasangan Pipa-pipa

Pemasangan pipa dalam beton tidak boleh merugikan kekuatan konstruksi.

5. Pekerjaan Kolom Struktur, Balok Utama, Balok Anak dan Plat Lantai. a. Umum

Peraturan umum yang digunakan adalah Peraturan Beton Indonesia (PBI-1971) dan untuk hal-hal yang belum terjangkau PBI-1971, dapat digunakan peraturan-peraturan lainnya, seperti ASTM.

b. Pedoman Pelaksanaan Pemasangan tulangan beton dilakukan sesuai dengan gambar kerja dan mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan. Hubungan antara besi beton satu dengan lainnya harus menggunakan kawat besi beton (kawat bendrat), diikat dengan kuat tidak bergeser selama pengecoran dan bebas dari tanah maupun kotoran lainnya. Mutu tulangan yang disyaratkan adalah U24 diameter �12 mm dan U32 untuk diameter > �12 mm. Bekisting atau cetakan harus datar dan tegak lurus tidak ada yang bocor sehingga kedudukan dan bentuknya tetap saat pengecoran maupun sesudah pengecoran. Sebelum pengecoran berlangsung penulangan diteliti kembali dan pengecoran dapat dimulai seijin dan sepengetahuan Direksi Pekerjaan dan Direksi Lapangan. Setelah pengecoran selesai pondasi harus dilindungi terhadap sinar matahari, oleh angin, hujan atau aliran air yang dapat merusak proses pengeringan tersebut. Semua permukaan beton yang terbuka dijaga tetap dalam keadaan basah selama 4 hari dengan menyemprotkan air pada permukaan tersebut. Pembongkaran Bekisting cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan khusus yang cukup untuk memikul 2x beban sendiri atau minimal 21 hari. Pembongkaran bekisting harus seijin Direksi Pekerjaan dan Direksi Lapangan dan harus sesuai dengan pasal 5, 8 dan 6 dari PBI-1971.

c. Kwalitas Beton Mutu beton yang digunakan adalah K-225. Beton yang digunakan harus ditest mutunya dari benda uji dengan persyaratan

sesuai dengan PBI-1971. Hal-hal lainnya yang tidak disebutkan harus memenuhi persyaratan yang berlaku.

6. Pekerjaan Kolom Praktis dan Ring Balk

a. Umum Peraturan umum yang digunakan adalah Peraturan Beton Indonesia (PBI-1971) dan untuk hal-hal yang belum terjangkau PBI-1971, dapat digunakan peraturan-peraturan lainnya, seperti ASTM.

b. Pedoman Pelaksanaan Untuk dinding dengan luasan maskimal 12 m2, diharuskan pelaksanaannya dengan penguatan kolom beton praktis dengan tulangan pokok 4 � 10 cm dan beugel � 6 - 15 cm. Pekerjaan kolom praktis dikerjakan tahap demi tahap sesuai dengan tinggi pasangan batu bata yang disyaratkan pada pekerjaan Pasangan Batu Bata, ini agar dinding batu bata tidak berubah posisinya setelah dipasang.

c. Kwalitas Beton Mutu beton yang digunakan adalah K-175. Beton yang digunakan harus ditest mutunya dari benda uji dengan persyaratan

sesuai dengan PBI-1971. Hal-hal lainnya yang tidak disebutkan harus memenuhi persyaratan yang berlaku.

B.6 PEKERJAAN PASANGAN PONDASI BATU KOSONG / AANSTAMPING

1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pasangan batu kosong untuk pondasi bangunan dibawah pondasi menerus serta seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas.

2. Persyaratan Bahan Batu kali yang digunakan adalah batu gunung dan harus batu belah/tidak bulat dan tidak porous serta mempunyai kerasan sesuai dengan syarat-syarat dalam NI-3 Pasal 14 Ayat 2 dan PUBI 1982. Lapisan batu gunung yang digunakan : Jenis : batu belah//batu gunung

X. B - 17

Page 22: SPESIFIKASI TEKNIS

3. Syarat Pelaksanaan Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan PUBI 1982, dan harus seijin

Direksi / Konsultan Pengawas. Bahan batu kali / batu blonos adalah sejenis batu yang keras, liat, berat dan berwarna

kehitam-hitaman serta tidak keropos dengan ukuran normal 15 - 20 cm. Batu-batu dipasang saling mengisi sehingga tidak ada rongga diantara batu-batu tersebut.

Pasangan batu kali menjadi masa yang kuat dan integral. Batu kali harus cukup keras, tidak mudah pecah/lapuk dan tidak berpori-pori atau

keropos.

B.7 PEKERJAAN PASANGAN BATU BELAH

1. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pasangan batu belah untuk pondasi bangunan, talud serta seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas.

2. Persyaratan Bahan Batu kali yang digunakan adalah batu gunung dan harus batu belah/tidak bulat dan tidak porous serta mempunyai kerasan sesuai dengan syarat-syarat dalam NI-3 Pasal 14 Ayat 2 dan PUBI 1982. Semen, pasir dan air persyaratan lihat pekerjaan beton Lapisan batu gunung yang digunakan : Jenis : batu belah//batu gunung Bahan Perekat : adukan : 1 Pc : 4 Psr

3. Syarat Pelaksanaan Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan PUBI 1982, dan harus seijin

Direksi / Konsultan Pengawas. Setelah galian pondasi siap maka sebelum dipasang batu belah, tanah dasar harus diberi

lapisan pasir urug dibawahnya setebal 10 cm dan dipadatkan. Pasangan batu belah disusun dengan bersilang, semua permukaan bagian dalam harus terisi adukan perekat dan semua nat yang tebal diisi dengan kricak. Tinggi pemasangan tidak boleh lebih dari 0.5 m dalam satu hari. Sisi samping pondasi harus diplester kasar sesuai adukan perekat pondasinya.

Untuk pasangan batu belah yang menggunakan lapisan batu kososng (aanstamping), pasangan batu kosong harus ditata dengan sisi panjang tengah dan bersilang kemudian diberi / ditabur pasir bagian atasnya hingga pasir mengisi lobang-lubang yang terdapat disela-sela batu. Ketinggian pasangan aanstamping mengikuti gambar kerja. Setelah pasir merata kemudian ditimbris.

Bahan untuk pekerjaan pasangan pondasi batu belah adalah batu kali yaitu sejenis batu yang keras, liat, berat dan berwarna kehitam-hitaman serta tidak keropos.

Bahan batu belah adalah batu kali dengan ukuran cukup besar yang kemudian dibelah/dipecah-pecah menjadi ukuran normal menurut tata cara pekerjaan yang bersangkutan, biasanya berukuran 10–15 cm.

Batu belah harus memenuhi Peraturan Umum Tentang Bahan Bangunan Indonesia 1983. Komposisi adukan/speci yang digunakan adalah 1 PC : 5 Psr .

Batu-batu belah dipasang saling mengisi adukan lapis demi lapis sehingga tidak ada rongga diantara batu-batu tersebut. Pasangan batu belah menjadi masa yang kuat dan integral.

Sedapat mungkin membentuk bidang-bidang patahan dengan permukaan kasar, batu belah yang permukaannya halus/bulat harus dipecah lebih dulu.

Batu belah harus cukup keras, tidak mudah pecah, lapuk tidak berpori-pori atau keropos. Permukaan pasangan batu belah yang akan ditimbun harus diberaben/dicamprot terlebih

dahulu. Untuk pekerjaan talud harus dipasang pipa-pipa drain (sulingan) dari PVC ø 1” setiap

jarak 30 cm, dan diberi saringan ijuk + pasir pada ujung-ujung pipa drain.

B.8 PEKERJAAN WATER PROOFING

1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi : Penyediaan tenaga kerja, bahan - bahan, peralatan, alat - alat Bantu termasuk pengangkutan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar, serta memenuhi spesifikasi pabrik pembuatnya. Bagian yang di water proofing adalah :

a. Plat atap Beton

b. Daerah toilet dan daerah basah lainnya

X. B - 18

Page 23: SPESIFIKASI TEKNIS

c. Ground Reservoir

d. Bagian - bagian lain yang dinyatakan dalam gambar

2. Bahan

Jenis bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Untuk daerah basah lainnya seperti toilet dan lain sebagainya menggunakan lembaran dari produk Bituthene 2000 atau sejenisnya yang setara atas persetujuan Pengawas. Dengan ketentuan sebagai berikut : a. Tebal bahan minimum 2 mm, karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan yang merata. b. Kedap air dan uap, termasuk bagian - bagian yang akan disusun overlapping nanti. c. Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan. d. Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.

3. Pengujian

a. Bila diperlukan, rekanan wajib mengadakan test bahan sebelum dipasang di laboratorium yang ditunjuk pengawas. Dan sebelum dimulai pemasangannya rekanan harus menunjukkan sertifikat keaslian barang dari supplier disertai data - data teknis komposisi unsure material pembentuknya.

b. Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, Rekanan wajib memberikan jaminan atas produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya, selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk mutu material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu pelaksanaan pemasangannya.

c. Rekanan diwajibkan melakukan percobaan / pengujian dengan melakukan penyemprotan langsung dengan air serta menggenanginya dengan air di atas permukaan yang diberi lapisan / additive kedap air.

4. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan

a. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan tertutup (belum dibuka) dan masih tersegel dan berlabel sesuai dari pabriknya.

b. Bahan harus disimpan ditempat terlindung, tertutup, kering dan bersih, tidak lembab.

c. Rekanan bertanggung jawab atas kerusakan bahan - bahan yang disimpannya, baik sebelum atau selama pelaksanaan.

d. Sebelum dimulai pemasangan, Rekanan harus menunjukkan sertifikat keaslian barang dari supplier disertai data - data teknis komposisi unsur material pembentuknya.

5. Syarat - Syarat Pelaksanaan

a. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada Pengawas, lengkap dengan ketentuan / persyaratan dari pabrik yang bersangkutan untuk mendapatkan persetujuan Pengawas.

b. Material yang tidak disetujui harus diganti segera tanpa biaya tambahan. Jika dipandang perlu diadakan penukaran / penggantian, maka bahan - bahan pengganti harus telah mendapat persetujuan dari pengawas.

c. Sebelum pekerjaan ini dimulai, bagian permukaan yang akan diberi lapisan harus dibersihkan sampai kondisi yang dapat disetujui oleh Pengawas. Peil dan ukuran harus sesuai dengan gambar.

d. Cara-cara dan pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari pabrik yang bersangkutan serta petunjuk dari Pengawas.

e. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, Rekanan harus segera melaporkan kepada Pengawas sebelum pekerjaan dimulai.

6. Gambar Detail Pelaksanaan / Shop Drawing.

a. Rekanan wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan gambar dokumen kontrak dan keadaan lapangan, untuk memperjelas detail - detail khusus yang diperlukan pada saat pelaksanaan dilapangan.

b. Shop drawing harus mencantumkan semua data termasuk tipe bahan keterangan produk, serta pemasangan atau persyaratan khusus.

c. Shop drawing belum dapat dilaksanakan sebelum mendapatkan persetujuan dari Direksi / Pengawas.

Contoh

a. Rekanan wajib mengajukan contoh dari semua bahan, disertai brosur lengkap dengan jaminan keaslian material dari pabrik.

b. Contoh bahan harus diserahkan minimal 2 ( dua ) buah yang setara mutunya.

X. B - 19

Page 24: SPESIFIKASI TEKNIS

c. Keputusan bahan baik jenis, warna, tekstur, dan merk akan diberitahukan oleh pengawas dalam jangka waktu tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak penyerahan contoh - contoh bahan tersebut.

d. Pengawas mempunyai hak untuk meminta rekanan mengadakan mock-up guna memperjelas usulan material yang diajukan.

Cara Pelaksanaan a. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman dan sesuai

dengan “metode pelaksanaan” berdasarkan spesifikasi pabrik. b. Khusus untuk bahan water proofing yang dipasang di tempat yang berhubungan

langsung dengan matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung terhadap ultraviolet maka diatasnya harus diberi lapisan pelindung sesuai gambar pelaksanaan, atau petunjuk pengawas, dimana lapisan ini dapat berupa screed atau material pelindung lain.

X. B - 20

Page 25: SPESIFIKASI TEKNIS

BAGIAN C; PEKERJAAN ARSITEKTUR C.1 PEKERJAAN RABAT BETON 1. Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat tercapai yang pekerjaan yang bermutu baik.

b. Pekerjaan rabat beton ini dilakukan di bawah lapisan finishing lantai yang langsung di atas tanah (lantai dasar yang tidak memakai plat beton) serta sesuai detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

2. Persyaratan Bahan Semen, pasir dan air persyaratan lihat pekerjaan beton.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan a. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus diserahkan contoh-

contohnya, untuk mendapatkan persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas. b. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan di atas, tetapi dibutuhkan untuk

penyelesaian/penggantian dalam pekerjaan ini, harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.

c. Pasangan Rabat Beton dilakukan langsung di atas tanah, maka sebelum pasangan Rabat Beton dilaksanakan terlebih dahulu lapisan urug di bawahnya harus sudah dikerjakan dengan sempurna (telah dipadatkan sesuai persyaratan), rata permukaannya dan telah mempunyai daya dukung maksimal.

d. Pekerjaan Rabat Beton merupakan campuran antara PC, pasir beton dan kerikil atau split dengan perbandingan 1PC : 3Psr : 5Krl.

e. Tebal lapisan Rabat Beton minimal dibuat 5 cm atau sesuai yang disebutkan/disyaratkan dalam detail gambar

f. Permukaan lapisan Rabat Beton dibuat rata/waterpass, kecuali pada lantai ruangan – ruangan yang disyaratkan dengan kemiringan tertentu, supaya diperhatikan mengenai kemiringan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas.

C.2 PEKERJAAN BATU TEMPEL 1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan batu tempel / Batu Alam untuk lantai, dinding serta seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi Pengawas.

2. Persyaratan Bahan Lapisan batu tempel yang digunakan : Jenis : batu alam jenis batu candi, batu lempeng, batu andesit Ukuran : sesuai gambar Bahan Perekat : adukan 1 Pc : 3 Pasir Bahan pengisi siar : semen Warna/Ukuran : hitam, keabuan dan putih Semen, pasir dan air persyaratan lihat pekerjaan beton

3. Persyaratan Pelaksanaan a. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan PUBI 1982 b. Awal pemasangan batu alam tempel harus dibicarakan terlebih dahulu dengan direksi

sebelum pemasangan dimulai. c. Bidang pemasangan batu alam tempel harus menggunakan alat pemotong khusus. d. Siar-siar batu tempel harus diisi dengan grout semen portland sesuai yang disyaratkan. e. Semua pemasangan harus dilakukan oleh seorang ahli yang berpengalaman dalam

pemasangan batu alam tempel f. Batu alam tempel yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala noda-noda yang

melekat, sehingga mencapai pekerjaan yang rapi dan sempurna. g. Untuk batu alam yang dipasang di dinding dilapis coating anti lumut.

C.3 PEKERJAAN DINDING BATU BATA 1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi pekerjaan dinding bangunan dan seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas.

2. Persyaratan Bahan Batu bata yang dipasang adalah dari batu bata besar press dengan mutu terbaik, dan yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas. Syarat-syarat batu bata harus memenuhi ketentuan- ketentuan dalam NI-10. Batu bata yang digunakan adalah bata merah pejal yang dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa campuran bahan lainnya, yang dibakar pada suhu yang cukup tinggi sehingga tidak hancur lagi bila direndam dalam air, dan mempunyai luas penampang lubang kurang dari 15% dari luas potongan datarnya. Bentuk bata merah adalah prisma segi empat panjang, bersudut siku-siku

Pembangunan Pagar Keliling,Talud dan Paving Puskesmas Bandungsari X.C - 1

Page 26: SPESIFIKASI TEKNIS

luasnya maksimal 9 m harus ditambahkan kolom dan balok penguat praktis dengan kolom

dan tajam, permukaannya rata dan tidak menampakkan adanya retak-retak yang merugikan. Mutu dan cara uji bata merah pejal harus sesuai dengan SII – 0021 – 78. Pasir menggunakan pasir pasang yang bersih serta PC yang dipakai harus benar-benar dalam kondisi baik dengan persetujuan direksi.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan a. Pasangan batu bata dengan campuran 1 PC : 5 Pasir Pasang, Campuran ini hanya

digunakan pada bangunan rumah panel kecuali pasangan dinding trasram. b. Untuk dinding trasram/rapat air dengan aduk campuran 1 PC : 3 pasir pasang, yakni pada

dinding dari atas permukaan sloof/balok/pondasi sampai minimum 200 cm di atas permukaan lantai setempat untuk sekeliling dinding yang kemungkinan basah serta pasangan batu bata di bawah permukaan tanah.

c. Sebelum digunakan batu bata harus direndam air hingga jenuh. d. Setelah batang terpasang dengan aduk, naad/siar-siar harus dikeruk sedalam 1 cm dan

dibersihkan dengan sapu lidi dan setelah kering permukaan pasangan disiram air. e. Dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar

dibersihkan. f. Pemasangan dinding batu bata dilakukan betahap, setiap tahap maximum 24 lapis per

harinya, serta diikuti dengan cor kolom praktis. Bidang dinding batu bata tebal ½ batu yang 2

ukuran 12 x 12 cm. dari tulangan pokok 4 diameter minimal 12 mm, tulangan beugel diameter 8 jarak 20 cm, sedangkan jarak antar kolom satu dengan yang lain dibuat maksimal 3 (tiga) meter.

g. Pelubangan akibat pemasangan perancah pada pasangan bata merah sama sekali tidak diperkenankan.

h. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 10 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang tertanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm, kecuali bila satu dan hal lain hal ditentukan lain oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

i. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah lebih dari dua. j. Pasangan dinding batu bata tebal 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish setebal 15 cm

setelah diplester (lengkap acian) pada kedua belah sisinya. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapih dan benar-benar tegak lurus terhadap lantai serta merupakan bidang rata.

k. Pasangan batu bata trasraam bawah permukaan tanah/lantai harus diisi dengan adukan 1 PC : 3 pasir.

l. Pasangan batu bata dapat diterima/diserahkan apabila deviasi bidang pada arah diagonal dinding seluas 9 m2 tidak lebih dari 0,5 cm (sebelum diaci/diplester). Adapun toleransi terhadap as dinding yang diijinkan maksimal 1 cm (sebelum diaci/diplester). Penuh dan padat, tidak berongga serta berlubang, tidak mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.

h. Sebelum pelaksanaan pekerjaan plesteran pada permukaan pasangan batu bata dan beton, permukaan beton harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting kemudian diketrek/ scratched. Semua lubang-lubang bekas pengikat existing atau formite harus tertutup aduk plesteran.

i. Pekerjaan plesteran halus adalah untuk semua permukaan pasangan batu bata dan beton yang akan difinish dengan cat.

j. Semua permukaan yang akan menerima bahan finishing, misalnya ubin keramik dan lainnya, maka permukaan pleterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan/material finishing tersebut. Pekerjaan ini tidak berlaku apabila bahan finishing tersebut cat.

k. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom/lantai yang dinyatakan dalam Gambar Kerja dan /atau sesuai peil-peil yang diminta dalam Gambar Kerja.Tebal plesteran minimal 1 cm, maksimal 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 3 cm, maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang diikatkan ke permukaan pasangan batu bata atau beton yang bersangkutan untuk memperkuat daya lekat plesteran.

l. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm, untuk setiap jarak 2 m.

m. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar, tidak secara tiba-tiba. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari terik matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air secara cepat. Pembasahan tersebut adalah selama 7 hari setelah pengacian selesai. Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurang- kurangnya dua kali sehari sampai jenuh. Jika terjadi keretakan, kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai hasilnya dinyatakan diterima oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

n. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 minggu.

o. Khusus untuk dinding pasanga batu bata atau concrate block pada peturasan, sebelum pelaksanaan pekerjaan aduk plesteran ini, terlebih dahulu harus diberi lapisan kedap air setinggi 40 cm dari peil finish lantai yang bersangkutan.

Pembangunan Pagar Keliling,Talud dan Paving Puskesmas Bandungsari X.C - 2

Page 27: SPESIFIKASI TEKNIS

p. Untuk perbaikan bekas bobokkan instalasi ME sebelum diplester kembali harus menggunakan kawat ayam yang dikaitkan ke permukaan pasangan bata/beton.

q. Batu bata sebelum dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu sampai jenuh. r. Pasangan – pasangan batu bata dilakukan secara bertahap, setiap setinggi 1 meter ditunggu

sampai kuat betul minimal 1 (satu) hari untuk pasangan berikutnya. s. Pasangan batu bata kurang ½ ( setengah ) tidak boleh dipasang kecuali pada bagian- bagian

yang membutuhkan. t. Siar harus dikorek sebelum diplester dan pasangan batu bata yang menempel dengan beton

tidak boleh tembus pandang. u. Pasangan batu bata yang telah berdiri harus terus menerus dibasahi dengan air selama 7

(tujuh) hari, setiap sekali pada pagi hari.

C.4 PEKERJAAN PLESTERAN DINDING 1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang dimaksud meliputi Berapen Plesteran Plesteran kedap air Plesteran halus/aci halus Dan/atau seperti ketentuan dalam Gambar Kerja Pekerjaan plesteran ini untuk semua permukaan pasangan batu bata baru serta permukaan beton yang terlihat, dinyatakan tampak ataupun yang diperlukan untuk difinish.

2. Persyaratan Bahan Persyaratan bahan Semen, Pasir dan Air lihat Pekerjaan Beton.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan a. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Cara Pembuatannya

menggunakan mixer selama 3 menit. b. Berapen adalah plesteran kasar dengan campuran aduk kedap air yaitu 1 PC : 3 Pasir.

Dipakai untuk menutup permukaan dinding pasangan batu bata yang tertanam dalam tanah hingga ke permukaan tanah dan/atau lantai.

c. Plesteran yang digunakan adalah campuran 1 PC : 5 pasir, adukan plesteran ini untuk menutup semua permukaan dinding pasangan batu bata hanya digunakan pada bangunan rumah panel kecuali pasangan dinding trasram atau bagian lain seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

d. Plesteran kedap air adalah campuran 1 PC : 3 pasir, adukan plesteran ini untuk menutup semua permukaan dinding pasangan batu bata bagian luar/tepi luar bangunan, semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan batu bata seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

e. Plesteran halus/aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat sedemikian rupa sehingga mendapat campuran yang homogen. Plesteran ini adalah pekerjaan finishing yang dilaksanakan setelah aduk plesteran sebagai lapisan dasar berumur 7 hari (sudah kering benar)

f. Semua jenis aduk plesteran di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu segar, belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan.

g. Permukaan semua aduk plesteran harus diratakan. Permukaann plesteran tersebut khususnya plesteran halus harus rata, tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga serta berlubang, tidak mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.

h. Sebelum pelaksanaan pekerjaan plesteran pada permukaan pasangan batu bata dan beton, permukaan beton harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting kemudian di ketrek/scratched. Semua lubang-lubang bekas pengikat existing atau formite harus tertutup aduk plesteran

i. Pekerjaan plesteran halus adalah semua permukaan pasangan batu bata dan beton yang akan difinish dengan cat.

j. Semua permukaan yang akan menerima bahan finishing, misalnya ubin keramik dan lainnya, maka permukaan plesteran harus diberi alur-alur garis horisontal untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan/material finishing tersebut. Pekerjaan ini tidak berlaku apabila bahan finishing tersebut cat.

k. Ketebalan plesteran aharus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom/lantai yang dinyatakan dalam Gambar Kerja dan/atau sesuai peil-peil yang diminta dalam Gambar Kerja. Tebal plesteran minimal 1 cm, maksimal 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 3 cm, maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang diikatkan ke permukaan pasangan batu bata atau beton yang bersangkutan untuk memperkuat daya lekat plesteran.

l. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm , untuk setiap jarak 2 M. Sponengan harus rapi dan lurus.

m. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar, tidak secara tiba-tiba. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air secara cepat.

n. Pembasahan tersebut adalah selama 7 hari setelah pengacian selesai, Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurang-kurangnya dua kali sehari sampai jenuh.

Pembangunan Pagar Keliling,Talud dan Paving Puskesmas Bandungsari X.C - 3

Page 28: SPESIFIKASI TEKNIS

o. Jika terjadi keretakan, Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai hasilnya dinyatakan diterima oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

p. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 minggu.

q. Khusus untuk dinding pasangan batu bata atau concrate block pada peturasan, sebelum pelaksanaan pekerjaan aduk plesteran ini, terlebih dahulu harus diberi lapisan kedap air setinggi 30 cm dari peil finish lantai bersangkutan.

r. Untuk perbaikan bekas bobokan instalasi ME sebelum diplester kembali harus menggunakan kawat ayam yang dikaitkan ke permukaan pasangan bata/beton.

C.5 PEKERJAAN PAVING BLOCK 1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pemasangan paving block untuk area pedestrian/parkir kendaraan seperti yang tercantum dalam gambar kerja.

2. Persyaratan Bahan Paving blok yang digunakan harus memenuhi syarat / standar SNI mempunyai spesifikasi sebagai berikut : untuk pedestrian dan taman Tebal : 6 cm Motif : segi enam Warna : natural / ditentukan kemudian Produk : Lokal Unit pavingblok harus bersih, kering dan tidak retak. Kontraktor harus mengajukan contoh bahan untuk mendapat persetujuan direksi, perencana, Konsultan Pengawas.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan - Permukaan tanah yang akan dipasangi pavingblock harus dipadatkan dengan vibrator roller

sampai mencapai kepadatan tanah CBR > 4%. Di atasnya diberi lapisan pasir beton setebal 10 cm padat, dipadatkan dengan stamper. Kemudian permukaan pasir diratakan dan diatasnya ditata rapat, rapi lantai pavingblock sesuai pola yang ditentukan.

- Pemotongan pavingblock bagian tepi maupun pola harus dilakukan dengan gergaji mesin, ukurannya harus tepat dengan daerah yang akan dipasang.

- Agar terjadi ikatan antar pavingblock, diatasnya ditaburi pasir tajam dan diratakan dengan vibrator yang digetarkan diatas papan setebal 3 cm.

- Pemeliharaan bagian pekerjaan yang telah selesai harus selalu dijaga terhadap kemungkinan retak-retak maupun permukaan yang tidak rata ( gelombang ) akibat lalulintas kendaraan proyek atau lainnya dan kerusakan tersebut harus diperbaiki oleh kontraktor tanpa tambahan biaya

- Test pengujian harus dilaksanakan di laboraturium maupun dilapangan pada tempat-tempat yang ditunjuk Direksi / Konsultan Pengawas untuk mengetahui kepadatan maximum, kuat tekan material, nilai CBR atau hal lain yang dianggap perlu.

C.6 PEKERJAAN CAT EMULSI

1. Lingkup Pekerjaan Pengecatan dinding dilakukan pada bagian luar dan dalam serta pada seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

2. Syarat-syarat Bahan a. Semua bahan cat yang digunakan adalah :

Cat dinding luar/exterior : Type cat Weather shield kualitas primer Primer : 1 lapis Alkali Resisting Primer, Undercoat : 1 lapis Acrylic Wall Filler interval 2 jam. Cat akhir untuk exterior : 2 lapis cat weather shield hingga dicapai permukaan

yang merata dan sama tebal. b. Pengendalian seluruh pekerjaan ini, harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang

bersangkutan dan memenuhi persyaratan pada PUBI 1982 pada pasal 54 dan NI-4. 3. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Semua bidang pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat (retak, lubang dan pecah-pecah).

b. Pengecatan tidak dapat dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan pada bidang pengecatan.

c. Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak dan kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu pengecata.

d. Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direksi / Konsultan Pengawas serta nstalansi didalamnya telah selesai dengan sempurna.

e. Sebelum bahan dikirim kelokasi pekerjaan, kontraktor harus menyerahkan / mengirimkan contoh bahan dari beberapa macam hasil produk kepada Direksi / Konsultan Pengawas, selanjutnya akan diputuskan jenis bahan dan warna yang akan digunakan, dan akan menginstruksikan kepada Kontraktor selam tidak lebih 7 (tujuh) hari kalender setelah contoh bahan diserahkan.

Pembangunan Pagar Keliling,Talud dan Paving Puskesmas Bandungsari X.C - 4

Page 29: SPESIFIKASI TEKNIS

f. Contoh bahan yang digunakan harus lengkap dengan label pabrik pembuatnya. g. Contoh bahan yang telah disetujui, dipakai sebagai standar untuk pemeriksaan/peerimaan

bahan yang dikirim oleh Kontraktor ke tempat pekerjaan. h. Percobaan-percobaan bahan dan warna harus dilakukan oleh Kontraktor untuk

mendapatkan persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan dimulai/dilakukan, serta pengerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diisyaratkan oleh pabrik yang bersangkutan.

i. Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola textur merata, tidak terdapat noda-noda pada permukaan pengecatan. Harus dihindarkan terjadinya kerusakan akibat dari pekerjaan- pekerjaan lain.

j. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam pengerjaan dan perawatan/keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan pekerjaan.

k. Bila terjadi ketidak sempurnaan dalam pengerjaan, atau kerusakan, Kontraktor harus memperbaiki/mengganti dengan bahan yang sama mutunya tanpa adanya tambahan biaya.

l. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga kerja terampil/ berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan pengecatan tersebut, sehingga dapat tercapainya mutu pekerjaan yang baik dan sempurna.

C.7 PEKERJAAN CAT BESI / KAYU 1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan pengecatan ini dilakukan meliputi pengecatan permukaan besi/baja yang nampak serta pada seluruh detail yang disebut/ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Direksi / Pengawas.

2. Persyaratan Bahan a. Semua bahan cat yang digunakan adalah :

Primer : Primer Chromate setebal 50 micron . Undercoat : 1 lapis Undercoat setebal 35 micron Cat-catan akhir : 2 lapis Super Gloss setebal 2x 30 micron.

b. Pengecatan dilakukan sampai memperoleh hasil pengecatan yang rata dan sama tebalnya. c. Bahan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PUBI 1982

pasal 53,BS Bo.3900:1971,AS K-41 dan NI.4. serta mengikuti ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.

d. Warna akan ditentukan kemudian. 3. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Semua bidang pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat (retak, lubang dan pecah-pecah).

b. Bidang permukaan pengecatan harus dibuat rata dan halus dengan bahan amplas besi dan setelah memenuhi persyaratannya barulah siap untuk dimulai pekerjaan pengecatan dengan persetujuan Direksi / Pengawas.

c. Pengecatan tidak dapat dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan pada bidang pengecatan.

d. Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak dan kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu pengecatan serta dalam keadaan kering.

e. Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direksi / Pengawas serta pekerjaan instalansi didalamnya telah selesai dengan sempurna.

f. Sebelum bahan dikirim kelokasi pekerjaan, Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan/ mengirimkan contoh bahan dari 3 (tiga) macam hasil produk kepada Direksi / Pengawas, selanjutnya akan diputuskan jenis bahan dan warna yang akan digunakan, dan akan menginstruksikan kepada Penyedia Jasa Konstruksi selam tidak lebih 7 (tujuh) hari kalender setelah contoh bahan diserahkan.

g. Contoh bahan yang digunakan harus lengkap dengan label pabrik pembuatnya. h. Contoh bahan yang telah disetujui, dipakai sebagai standar untuk pemeriksaan/

penerimaan bahan yang dikirim oleh Penyedia Jasa Konstruksi ke tempat pekerjaan. i. Percobaan-percobaan bahan dan warna harus dilakukan oleh Penyedia Jasa Konstruksi

untuk mendapatkan persetujuan Direksi / Pengawas sebelum pekerjaan dimulai/dilakukan, serta pengerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diisyaratkan oleh pabrik yang bersangkutan.

j. Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola textur merata, tidak terdapat noda-noda pada permukaan pengecatan. Harus dihindarkan terjadinya kerusakan akibat dari pekerjaan- pekerjaan lain.

k. Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam pengerjaan dan perawatan/keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan pekerjaan.

l. Bila terjadi ketidak sempurnaan dalam pengerjaan, atau kerusakan, Penyedia Jasa Konstruksi harus memperbaiki/mengganti dengan bahan yang sama mutunya tanpa adanya tambahan biaya.

m. Penyedia Jasa Konstruksi harus menggunakan tenag-tenaga kerja terampil/berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan pengecatan tersebut, sehingga dapat tercapainya mutu pekerjaan yang baik dan sempurna.

Pembangunan Pagar Keliling,Talud dan Paving Puskesmas Bandungsari X.C - 5

Page 30: SPESIFIKASI TEKNIS

n. Permukaan pengecatan setelah diamplas, selain memperoleh permukaan yang halus, rata dan bersih juga harus bebas dari karat.

o. Aduk dengan sempurna sebelum pemakaian, sampai jenuh. p. Lakukan pekerjaan persiapan dari produk sesuai jenis yang disyaratkan atau sesuai

persyaratan yang ditentukan oleh pabrik yang bersangkutan. q. Selanjutnya setelah pekerjaan persiapan dilakukan dengan baik, cat dasar dilapiskan

sampai rata dan sama tebal. r. Topcoat dapat dilakukan bila cat dasar telah kering sempurna serta telah mendapat

persetujuan Direksi / Pengawas. s. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan kuas yang bermutu baik atau dengan spray.

Bidang pengecatan harus rata dan sama warnanya.

C.8 PEKERJAAN RAILING BESI 1. Lingkup Pekerjaan

Meliputi pekerjaan railing besi hollow finishing dop yang dilakukan untuk seluruh detail railing sesuai yang disebutkan dalam gambar.

2. Persyaratan Bahan a. Bahan railing besi hollow, lengkap, dengan ukuran sesuai gambar. b. Pengelasan sambungan harus baik rapi dan rata . c. Bahan yang dipakai sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contohnya

untuk mendapatkan persetujuan dari direksi pengawas d. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan persyaratan teknis

operatif sebagaai informasi bagi direksi pengawas. e. Finishing dicat dengan spray, warna akan ditentukan kemudian. f. Material lain yang tidak terdapat pada daftar diatas tetapi dibutuhkan untuk penyelesaian/

penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui direksi pengawas.

g. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus disesuaikan dengan peraturan-peraturan tersebut diatas.

h. Seluruh peraturan-peraturan yang diperlukan supaya disediakan Penyedia Jasa Konstruksi di lapangan.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan a. Bila dianggap perlu, Penyedia Jasa Konstruksi wajib mengadakan test terhadap bahan-bahan

tersebut pada laboratorium yang ditunjuk direksi pengawas, baik mengenai komposisi konsentrasi dan aspek-aspek lain yang ditimbulkannya. Untuk ini Penyedia Jasa Konstruksi/supplier harus menunjukkan surat rekomendasi dari lembaga resmi yang ditunjuk tersebut sebelum memulai pekerjaan.

b. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji, baik pada pembuatan, pengerjaan maupun pelaksanaan dilapangan oleh direksi pengawas atas tanggungan Penyedia Jasa Konstruksi tanpa biaya tambahan.

c. Bila direksi pengawas memandang perlu pengujian dengan penyinaran gelombang tinggi maka segala biaya dan fasilitas yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan tersebut adalah menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.

C.9 PEKERJAAN LAIN-LAIN DAN PENGUJIAN BAHAN

1. Pekerjaan lain-lain yang dimaksud adalah pekerjaan-pekerjaan lain yang tercantum dalam RAB, pelaksanaan serta bahan / material yang dipakai harus sesuai gambar dan seijin Direksi/Pengawas.

2. Semua bahan-bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus telah diperiksa/diteliti/diuji dan disetujui oleh Direksi/Pengawas.

3. Kalau terjadi perbedaan paham antara Direksi/Pengawas Lapangan dengan Kontraktor Pelaksana mengenai bahan-bahan, Direksi/Pengawas berhak mengambil contoh-contoh dari yang ada dilapangan dan mengujinya pada balai pengujian bahan-bahan atas biaya Kontraktor Pelaksana.

Pembangunan Pagar Keliling,Talud dan Paving Puskesmas Bandungsari X.C - 6

Page 31: SPESIFIKASI TEKNIS

BAGIAN D; PEKERJAAN ELEKTRIKAL D.1 PEKERJAAN INSTALASI ELEKTRIKAL KETENTUAN UMUM PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL

1. Standar maupun referensi yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut : a. Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia 2000 (PUIL 2000). b. Peraturan Instalasi Listrik (Menteri PU dan Tenaga Kerja no. 023-PRT-1978). c. Syarat-syarat penyambungan listrik (Menteri PU dan Tenaga Kerja no. 024-PRT-1978). d. Pedoman Konsultan Pengawasan instalasi listrik, Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi no. 59/PD/1980. e. Peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen atau Lembaga Pemerintah yang berwenang

dan telah diakui penggunaannya, diantaranya Departemen Pekerjaan Umum, yaitu : - Standard NVC, VDE/DIN, AVE, VDE, BBS, WEMA, JIS. - Standard penerangan buatan di dalam gedung-gedung 1978, Dirjen Cipta Karya,

Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. 2. Semua ketentuan mengenai pemasangan instalasi yang berlaku umum, dimana tidak

ditentukan lain, adalah tetap mengikat Penyedia Jasa Konstruksi dianggap mengetahui ketentuan-ketentuan ini.

3. Jika di dalam melaksanakan ternyata salah satu bagian instalasi yang sukar/tidak dapat dilaksanakan, maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas Pekerjaan/ Konsultan Pengawas untuk d iadakan rapat lapangan untuk mencari penyelesaiannya.

4. Untuk menentukan prosentase dari pekerjaan yang telah dilaksanakan, Penyedia Jasa Konstruksi wajib memberikan laporan tertulis harian dan mingguan, dari apa yang telah dipasang dan dimintakan pengesahan kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas Pekerjaan/Konsultan Pengawas dan Instansi terkait.

5. Frekwensi dan penggunaan tegangan. Semua peralatan yang harus dicatu daya listriknya pada pekerjaan ini harus direncanakan untuk bekerja pada sumber tegangan 220/380 volt serta Frekwensi 50 Hz (terkecuali peralatan-peralatan kontrol).

6. Ketentuan Pelaksanaan. Penyedia Jasa Konstruksi atau Sub Penyedia Jasa Konstruksi untuk pekerjaan Instalasi Mekanikal dan Elektrikal harus memenuhi syarat-syarat dan ketentuan sebagai berikut : Harus mempunyai izin yang masih berlaku : Instalasi listrik dan penangkal petir.

TDR dari Jateng PT. PLN dan Depnaker : Kelas B. atau sesuai peraturan yang berlaku.

SIKA/SPI dari PULN Dist Jateng : Min. gol. A Instalasi telephone.

Sertifikasi : Min kelas B.1 Izin kerja dari Perumtel

Penyedia Jasa Konstruksi harus melaksanakan pekerjaan Instalasi Mekanikal dan Elektrikal berdasarkan dan sesuai dengan :

Ketentuan Umum ini. Uraian dan Ketentuan Teknis. Gambar-gambar bestek. Ketentuan administrasi. Perintah Direksi Pekerjaan/Pengawas Pekerjaan/Konsultan Pengawas di lapangan,

baik tertulis maupun lisan.

1. LINGKUP PEKERJAAN a. Umum

Pemborong harus menerangkan seluruh pekerjaan yang dijelaskan baik spesifikasi atau yang tertera dalam gambar, dimana gambar dan peralatan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi ini. Bila terdapat perbedaan merupakan kewajiban pemborong untuk mengganti bahan/ peralatan tersebut tanpa ada ketentuan biaya.

b. Uraian lingkup pekerjaan Sebagai tertera dalam gambar rencana, pemborong harus mengadakan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam keadaan baik dan siap dipergunakan. Garis besar lingkup pekerjaan sebagai berilut: - Pengadaan, pemasangan dan pengujian instalasi penerangan, kotak kontak - Pengadaan, pemasangan dan pengujian instalasi tata cahaya - Pengadaan daya listrik PLN (jika ada sambungan baru) - Pembuatan dan pemasangan panel-panel listrik dan tata cahaya - Pembuatan as built drawing

2. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN a. Panel tegangan rendah

X.D - 1

Page 32: SPESIFIKASI TEKNIS

1. Panel tegangan rendah harus mengikuti standart VDE/ DIN dan juga harus mengikuti peraturan IEC dan PUIL.

2. Panel-panel harus dibuat dari plat besi tebal 2 mm dengan rangka besi dan seluruh harus dipakai cat powder coating dengan cat texture, warna dan cat dikonfirmasikan ke pihak interior , dilengkapi double cover tebal plat 2mm, memakai sepatu kabel dan hanslip. Pintu dari panel harus dilengkapi dengan master key.

3. Konstruksi dalam panel serta letak dari komponen-kompenen dan sebagainya harus diatur sedemikian rupa, sehingga bila perlu dilaksanakan perbaikan-perbaikan, penyambungan-penyambungan pada komponen-komponen dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen-komponen lainnya.

4. Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri 3 busber R-S-T, 1 busber netral dan 1 untuk grounding. Besarnya busber diperhitungkan untuk besar arus yang akan mengalir dalam busber tersebut tanpa menyebabkan suhu yang lebih. Setiap busber copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN . Lapisan yang digunakan dari jenis yang tahan terhadap kenaikan suhu.

5. Alat ukur yang digunakan dari jenis semi flush mounting dalam kotak tahan getaran. Ampermeter dan voltmeter yang digunakan berukuran 96 x 96 mm dengan skala linier dan ketelitian 1% dan bebas dari pengaruh induksi, serta ada sertifikat dari LMK/ PLN

6. Ukuran dari tiap unit panel harus disesuaikan keadaan dan keperluan yang disetujui oleh Direksi / Pengawas.

7. Unit box panel harus dibuat sedemikian rupa sehingga mendapat ventilasi udara yang cukup Pada lobang ventilasi harus diberi filter dan konstruksinya harus kuat sehingga didapat konstruksi yang baik.

8. Unit box panel yang brfungsi untuk motor control center harus dilengkapi dengan force ventilasi.

9. Main switch breaker tipe Moulded case circuit breaker (MCCB) 3 pole/ 4pole yang telah direkomendasi dari ASTA / NEMA. Main circuit breake harus menggunakan tipe yang dapat diatur arus nominalnya. Kapasitas dari kontak utama harus mampu dibebani dengan beban penuh pada temperatur yang telah direkomendasi dari pabrik. Main circuit breaker harus dilengkapi dengan proteksi beban lebih, arus hubung singkat , proteksi hubungan pentanahan.

10. Komponen-komponen yang dapat dipakai : Moulded case circuit breaker

- Keterangan untuk syarat-syarat dan symbol-simbol yang digunakan dalam perincian menggunaka standart IEC bagian 1 dan 2.

- Terdiri dari 3 kutub dan 4 kutub - Kapasitas pemutusan 25 s/d 70 KA pada tegangan 380/415 V - Dilengkapi dengan pemutus shunt, pelepas tegangan serta mekanis motor - System unit trip Thermal magnetis .

Miniatur circuit breaker - menurut standart IEC - Terdiri 1 dan 3 kutub - Breaking capacitynya antara 5 s/d 25 KA utk tegangan 220V/380VAC - Kurva trip C& D - Jika digunakan untuk melindungi motor listrik maka digunakan Thermal Magnetis

Motor Circuit Breaker. Kontaktor Magnit

- Berdasarkan standart IEC - AMPS : 20 – 130 - Circuit Power : AC/DC - Circuit Control : AC - NL.LL.AC3. 380V - N/O : 1 - N/C : 1

Thermal Overload Relay - Berdasarkan IEC - Dapat berfungsi sebagai pengaman motor listrik terhadap beban lebih dan

disesuaikan dengan arus nominal dari motor tersebut. - Untuk star delta dan direct on line dapat dikombinasi dengan magnetic motor circuit

breaker Busbar support

- sesuai standart IEC dan BS support terdiri dari unipolar/ multipolar - Isolasi support harus sesuai dengan ukuran copper - Kapasitas dari bus- barharus sesuai dgn standart puil dan DIN 43671 - Terdiri dari 1,2.3 dan 4 pole - spesifikasinya :

Hight dielectric strength High mecanical strength Tahan terhadap temperatur sesuai dengan rekomendasi

X.D - 2

Page 33: SPESIFIKASI TEKNIS

4. Penampang kabel minimum yang dapat dipakal 2,5 mm . Jenis penampang kabel sesuai

Isolator support Bahan terdiri dari SMC/ DMC spesifikasi terdiri dari:

- High dielectric strength - High mecanical withstand - High temperatur

Pilot lamp, push button, selector switch - Sesuai standart IEC - Jenis pilot lamp yang digunakan adalah tipe transformasi 220-240 / 380-415 VAC

50Hz - Push button menggunakan tip flush dengan bahan chromium - Selector switch tingkat isolasinya harus 660 V dg kapasitas termal 12A sampai

dengan 20A dilengkapi pegangan isolasi ganda Fuse dan fuse link

- standart BS 88 - Jenis fuse yang digunakan HRC klass Q sedang fuse carier sebagai pengaman

Relay - Type relay adalah electro mekanikal dan static transistor - Over current relay adalah jenis IDMTL - Capasitor dari auxiliary contact relay sb harus sesuai dengan kapasitas beban

Curent transformator (CT) - CT yang digunakan standart DIN 42600/IEC 15

Metering - Standart IECC / Standart PLN - Bahan plastic ABS, dust proof, disesuaikan dengan temperatur - Moving iron - Mempunyai zero skala yang dapat diatur - Klas 1.5 dari skala full

b. Kabel Tegangan Rendah 1. Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan minimal 1kV. 2. Pada prinsipnya kabel-kabel daya yang dipergunakan adalah jenis NYY. 3. Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan persetujuan

terlebih dahulu pada Pengawas. 2

gambar. 5. Untuk kabel digunakan merek Supreme, Kabelindo, kabel metal atau setara.

c. Lighting Fixtures 1. Jenis Lighting Fixture / armature yang digunakan mengikuti gambar. 2. Spesifikasi Lighting Fixture / armature mengikuti outline spesification atau standar dari

produsen material tersebut. 3. Apabila spesifikasi / jenis lampu, fixture belum jelas kontraktor harus menanyakan

kepada Direksi/Pengawas/Perencana. 4. Contoh fixture yang akan digunakan harus diajukan dan harus mendapat persetujuan

oleh Direksi/Pengawas/Perencana. Apabila diperlukan Pengawas berhak meminta kontraktor untuk membuat mock up untuk mengkaji dari segi estetika maupun pencahayaan tanpa tambahan biaya.

5. Perubahan-perubahan terhadap material fixture yang akan digunakan harus disetujui Direksi/Pengawas/Perencana.

d. Kotak-Kontak dan Saklar 1. Kotak kontak dan saklar akan dipasang di dinding tembok bata adalah type pemasangan

masuk/ inbow dan type floor mounted 2. Kotak kontak yang dipasang mempunyai rating 15A dan mengikuti standart VDE 3. Flush box untuk tempat saklar, kotak kontak dinding dan push button hrs dipakai dari

jenis bahan metal. 4. Kotak kontak dinding harus jenis water tight. 5. Kotak kontak dan saklar digunakan kualitas primer.

e. Grounding 1. Kawat grounding dapat dipergunakan kawat telanjang ( BC) 50mm 2. Besarnya kawat grounding dapat digunakan minimal berpenampang sama dengan

penampang kabel masuk 3. Electrode pentanahan untuk grounding digunakan massive copper berdiameter 32 mm

dan 0,5 m dari bagian ujung dibuat runcing 4. Nilai tahanan grounding untuk panel-panel maximum 1 ohm diukur setelah tidak turun

hujan selama 3 hari 5. Lihat gambar detail untuk gambar box dan terminal pembumian 6. Grounding untuk peralatan elektronik dipisah dengan grounding elektrikal

f. Konduit Konduit instalasi penerangan yang dipakai adalah jenis PVC high impact dan metal plan conduit dimana diameter minimum1,5 x diameter kabel

X.D - 3

Page 34: SPESIFIKASI TEKNIS

3. PERSYARATAN TEKNIS PEMASANGAN

a. Panel-panel Panel harus dipasang sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya dan harus rata. Setiap kabel yang masuk/keluar panel harus dilengkapi dengan gland dan diberi lapisan seal dari karet. Untuk panel yang dipasang diluar ruangan type free standing diberi kaki dengan jarak minimal 50 cm. Semua panel harus ditanahkan.

a. Kabinet Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan tebal minimal 2,0 mm, atau dibuat dari bahan lain seperti polyester atau kabelite. Kabinet untuk "panel board" mempunyai ukuran yang proposional seperti dipersyaratkan untuk panel board, yang besarnya sesuai dengan ukuran pada gambar perencana atau menurut kebutuhan sehingga untuk jumlah dan ukuran kabel yang dipakai tidak terlalu sesak. Frame/rangka panel harus digrounding/ ditanahkan. Pada kabinet harus ada cara-cara yang baik untuk memasang, mendukung dan menyetel "panel board" serta tutupnya. Kabinet dengan kabel-kabel "Trought Feeder" harus diatur sedemikian sehingga saluran dengan lebar tidak kurang dari 10 cm untuk branch circuit panel board. Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci- kunci. Untuk satu kabinet harus dilengkapi dengan kunci-kunci, dengan sistim MASTER KEY.

b. Finishing. Semua kabinet harus dicat dengan warna yang ditentukan oleh Direksi. Semua kabinet dari pintu- pintu untuk panel board listrik, harus dibuat tahan karat dengan cara "Galvanized plating" atau dengan "zink chromate primer". Selain yang tersebut diatas, harus dilapisi dengan lapisan anti karat yaitu sebagai berikut : b.1. Bagian dalam dari box dan pintu. b.2. Bagian luar dari box yang digalvanisir atau cadnium plating tak perlu dicat kalau

seluruhnya terendam, kalau dipakai zink chromate primer harus dicat dengan cat bakar. c. Pasangan Kabel.

Pasangan kabel sedemikian rupa sehingga setiap peralatan dalam panel dengan mudah dapat dijangkau, tergantung dari pada macam/type panel. Maka bila dibutuhkan alas/ pondasi/penumpu/penggantung maka Pemborong harus menyediakannya dan memasangnya sekalipun tidak tertera pada gambar.

d. Panel-panel Distribusi harus seperti ditunjuk pada gambar, kecuali ditunjuk lain. Seluruh assembly termasuk housing, busbar, alat-alat pelindung harus direncanakan, dibuat, dicoba dan dimana perlu diperbaiki sesuai dengan persyaratan. Panel distribusi utama dari jenis in door type tersebut dari plat baja (metal clad). Konstruksi harus terbuat dari rangka baja struktur yang baku, yang dapat mempertahankan strukturnya oleh stres mekanis pada waktu hubung singkat, rangka ini secara plat-plat penutup (metal clad) harus cukup louvers untuk ventilasi dimana perlu untuk mengatasi kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus dan bagian-bagian yang bertegangan sesuai dengan persyaratan PUIL/LMK/VDE untuk peralatan yang tertutup. Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna terhadap kemungkinan-kemungkinan percikan air. Semua material dan tombol transfer yang dipersyaratkan dikelompokkan pada satu papan panel yang berengsel yang tersembunyi.

e. Papan Nama. Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi dengan papan nama, pada pintu pada pemutusan dan dapat dilihat dengan mudah. Cara-cara pemberian nama pada pemutusan dan dapat dilihat dengan mudah. Cara-cara pemberian nama harus menunjukkan dengan jelas rangkaian dari pemutus daya atau alat-alat yang tersambung padanya. Keterangan mengenai ini harus diajukan dalam shop drawings.

f. Bus-Bar/Rel. Bus bar minimal harus dari bahan tembaga, dengan ukuran sesuai dengan kemampuan arus 150 % dari arus beban terpasang yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran PUIL 2000. Semua busbar/rel harus dicat, dipegang oleh beban isolator dengan kuat dan baik ke rangka panel. Semua busbar/rel harus dicat dengan warna yang sesuai dengan yang disebutkan

pada PUIL 2000. Cat-cat tersebut harus tahan sampai temperatur 75C. Busbar disusun dan dipegang oleh isolator dengan baik untuk sistim 3 phase 4 kawat seperti ditunjuk dalam gambar. Setiap panel harus mempunyai bus netral yang diisolir terhadap tanah, dan sebuah bus pembumian yang selanjutnya di klem dengan kuat pada frem dan panel dan dilengkapi dengan klem untuk pembumian dari peralatan yang perlu di bumikan (5 bar).Gambar-gambar pelaksanaan (shop drawings) harus menunjukkan ukuran-ukuran dari bus-bus dan susunannya. Ukuran dari bus harus ukuran sepanjang panel dan harus disediakan cara untuk penyambungan dikemudian hari.

g. Terminal dan Mur Baut. Semua terminal cabang harus diberi lapis tembaga (vertin) dan disekrup dengan menggunakan mur baut ring dari bahan tembaga atau mur baut yang divertikal (atau stainless) dengan ring tembaga.

h. Cadangan/Penyambungan dikemudian hari. Bila dalam gambar dinyatakan adanya cadangan maka ruangan-ruangan tersebut harus dilengkapi dengan bus, klem-klem pemasangan, pendukung dan sebagainya untuk peralatan

X.D - 4

Page 35: SPESIFIKASI TEKNIS

yang dipasang dikemudian hari, dapat berupa equipment bus bar, switch, circuit breaker dan lain-lain.

i. Alat - alat ukur. Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur seperti pada gambar. Meter-meter adalah dari type "Moving Iron Vane Type" khusus untuk panel, dengan scale sirkular, flush atau semi flush, dalam kotak tahan getaran, dengan ukuran 144 x 144 mm atau 96 x 96 mm, dengan skala lineir dan ketelitian 1,5 %. Posisi dari saklar putar untuk voltameter (voltameter selector switch) harus ditandai dengan jelas.

j. Kabel-kabel Pengontrol. Kabel-kabel pengontrol dari panel-panel harus dipasang dipabrik/bengkel secara lengkap dan dibundel dan dilindungi terhadap kerusakan mekanis. Ukuran minimal adalah 1,5 mm2 dari type 600 Volt PVC.

k. Merk Pabrik. Semua peralatan pengaman harus diusahakan buatan satu pabrik peralatan-peralatan sejenis harus dapat saling dipindahkan dan ditukar tempatnya pada frame panel.

l. Peralatan Pemutus Daya. Peralatan-peralatan pengaman adalah pemutus daya type draw out type tanpa minyak dengan sikring pembatas arus, pemutus daya dengan rumah tuangan (moulded case) dilengkapi dengan sikring pembatas arus dan pemutus sikring. Arus kerja dari draw out circuit breaker harus sesuai dengan sikring berkapasitas interupsi 50 KA, minimum pemutus sikring harus dari type membuka dan menutup dengan cepat.

m. Pilot Lamp. Semua tutup muka panel harus dilengkapi dengan : - Pilot lampu untuk menyatakan adanya tegangan R.S.T. - Pilot lampu untuk push button on/off, untuk menyatakan sistem telah on atau off. - Pilot lampu untuk remote control pada panel, untuk menyatakan sistim telah

menjalankan/memberhentikan sistim yang diinginkan. Penyediaan pilot lamp yang disebutkan diatas merupakan keharusan, biarpun pada gambar- gambar tidak tertera. Warna-warna untuk pilot lamp : - Untuk phasa R : warna merah - Untuk phasa S : warna kuning - Untuk phasa T : warna hijau atau biru - Untuk menyatakan sistim telah dijalankan dengan push button atau dengan saklar,

ataupun dengan "Time Switch", menyatakan sistim on : warna merah. - Untuk menyatakan sistim telah off : warna hijau.

b. Kabel-Kabel 1. Semua kabel dikedua ujung diberi tanda kanel mark yang jelas. 2. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diisolasi warna untuk mengidentifikasi

phasanya. 3. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan . 4. Semua kabel tanah harus ditanam pada kedalaman 60 cm minimum. 5. Kabel yang ditanam harus sedalam 60 cm dan diberi pelindung pipa galvanis medium. 6. Kabel penerangan yang tidak diletakkan dirak kabel harus menggunakan PVC high

impact 7. Kabel yang dipasang menembus dinding atau beton harus dibuatkan sleeve 8. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak kontak harus dalam kotak terminal

yg terbuat dari bahan yang sama konduitnya 9. Penyusunan konduit harus rapi dan tidak saling menyilang 10. Penyambungan kabel untuk penerangan harus dalam kotak penyambungan 11. Kabel yang keluar dari trench harus dilindungi dengan GIP medium 12. Kabel PVC high impact conduit yang dipasang pada slap harus diberi saddle spacer.

c. Kotak-Kontak dan Saklar 1. Kotak-kontak dan saklar yang dipakai adalah type tanam dalam dinding dan dipasang

sesuai dengan gambar. 2. Tipe kotak kontak dan saklar sesuai gambar kerja. 3. Kotak-kontak dipasang pada tempat yang lembab harus water tight.

d. Lampu 1. Pemasangan lampu harus disesuaikan dengan rencana dari arsitek dan disetujui

Pengawas 2. Lampu sorot yang berada di bawah harus diberi pengaman. 3. Tipe lampu yang digunakan sesuai dengan gambar.

e. Pembumian 1. Semua bagian system listrik harus dibumikan. 2. Electrode pembumian harus ditanam sedalam minimum 3 m dan mencapai permukaam

air tanah 3. Tahanan pembumian max. 1 ohm 4. Jarak minimum dari electrode adalah 6 m dan disesuikan dengan sifat tanahnya

X.D - 5

Page 36: SPESIFIKASI TEKNIS

5. Electrode pembumian menggunakan massive copper pipe penampang 1 ½ inch. f. Pengadaan daya listrik

Pekerjaan ini merupakan pekerjaan penyambungan daya PLN baru dengan kapasitas daya yang akan terpasang adalah .... …. KVA,220/380 VAC, 50Hz lengkap dengan trafo, asesoris, pengaman dan kabel jaringan sesuai standar PLN.

4. PENGUJIAN a. Umum

Sebelum semua peralatan dipasang harus diadakan pengujian secara individual parsial .dan baru bisa dipasang setelah dilengkapi sertifikat dari pabrik dan LMK/ PLN. Semua biaya untuk mendapatkan sertifikat menjadi tanggung jawab pemborong

b. Peralatan dan Bahan Peralatan dan bahan harus diuji Kabel-kabel tegangan rendah

Sertifikat lulus ujian harus dari PLN tentang isolasi kabel tegangan rendah Lighting fixtures

Lighting fixtures menggunakan ballast dan kapasitor harus dilakukan pengujian/ pengukuran factor daya

Pentanahan/ Grounding Harus dilakukan pengukuran tahanan maximum 1 ohm dan pada saat tidak hujan selama 3 hari

6. PRODUK Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi, pemborong mengajukan alternatif setaraf dengan yang dispesifikasikan.

D.2 INSTALASI HUBUNGAN PEMBUMIAN 1. Cara penyelenggaraan instalasi hubungan pembumian harus disesuaikan dengan peraturan

PLN yang ada dan disesuaikan dengan spesifikasi dan gambar kerja. 2. Bagian-bagian yang wajib dibumikan harus disesuaikan sebagai berikut :

a. Semua badan/rangka instalasi listrik yang didalam keadaan kerja normal tidak bertegangan.

b. Semua motor-motor, kotak kontak, panel listrik dan sebagainya. c. Semua peralatan elektronik. d. Konstruksi bangunan yang terbuat dari bahan logam. e. Kawat grounding yang dipergunakan adalah hantaran berisolasi. f. Besarnya kawat grounding yang dapat digunakan minimal berpenampang sama dengan

penampang kabel masuk (incoming feeder). g. Nilai tahanan grounding system untuk panel-panel harus lebih kecil dari 1 ohm, diukur

setelah tidak terjadi hujan selama tiga hari. h. Elektroda pembumian untuk grounding digunakan BC Copper di dalam pipa galvanis.

Elektroda pembumian dipantek dalam tanah minimal mencapai air tanah atau tahanan yang ditentukan sudah dapat (R=10 ohm).

i. Tahanan dari hubungan pembumian harus diukur dan harus sesuai dengan peraturan PLN yang ada. ( R=1 ohm ).

j. Pembumian untuk masing-masing peralatan seperti disebut diatas terpisah satu sama lain dan memenuhi PUIL 2000/peraturan PLN.

D.3 INSTALASI PENANGKAL PETIR 1. Lingkup Pekerjaan

Yang dicakup dalam lingkup pekerjaan instalasi penangkal petir ini meliputi : A. Pengadaan/penyediaan dan pemasangan Protector Head (terminal) dari Instalasi

Penangkal Petir. B. Pengadaan/penyediaan dan pemasangan Konduktor. C. Pengadaan/penyediaan dan pemasangan sistem pentanahan.

2. Ketentuan – ketentuan Teknis A. Protector Head (Terminal).

Protector head yang dipakai adalah dari jenis “Sistem Non Konvensional” yang mempunyai bentuk perlindungan dengan radius proteksi minimal 100 meter. Protector head terbuat dari bahan tembaga murni.

B. Konduktor. Konduktor untuk instalasi penangkal petir digunakan pengahantar dari bahan tembaga dengan penampang berukuran 50 mm yang juga disambung ke besi struktur sebelum disambung ke instalasi pentanahan. Konduktor ini harus dapat menjamin untuk menyalurkan kilat dari protector head ke tanah.

C. Pentanahan. Dalam sistem pentanahan digunakan elektroda pentanahan yang terbuat dari batang tembaga dengan diameter 5/8 inci massif. Pada ujung bawah batang ini harus dibuat runcing

X.D - 6

Page 37: SPESIFIKASI TEKNIS

sepanjang 50 cm. Panjang batang tembaga sebagai elektroda pentanahan minimal 6 (enam) meter, maksimum sebesar 2 Ohm.

3. Pemasangan A. Protector Head (Terminal).

Protector head (terminal) harus dipasang diujung batang peninggi yang kuat, dimana terminal harus dapat dilepas dari batang peninggi bila diperlukan pemeriksaan. Protector head harus disangga oleh pipa galvanized yang cukup luas dan dapat didirikan dengan kokoh dan tegak lurus pada ketinggian seperti terlihat pada gambar rencana.

B. Konduktor. - Pemegang konduktor harus diikat pada bagian bangunan yang kokoh. - Lintasan konduktor hanya pada arah horizontal dan vertikal saja. - Sambungan yang diperlukan harus menjamin kontak yang baik dan tidak mudah lepas. - Sambungan harus terbuka untuk keperluan pemeriksaan. - Konduktor yang menuju tanah, harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis dengan

pipa galvanized. 4. Pengujian

A. Pengujian/pengetesan dilakukan untuk mengetahui bisa bekerja baik tidaknya sistem pentanahan, agar dapat dipakai sebagai jaminan, pengujian dilakukan dengan metodha yang dikeluarkan oleh PLN, LMK atau PUIL.

B. Pengetesan dilakukan dengan cara : - Grounding Resistence test. - Tahanan pentanahannya diukur melalui metodha standard. - Continuity Test.

5. Lain - lain A. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan walaupun tidak digambarkan disebutkan

dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor, sehingga instalasi ini bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa tambahan biaya.

B. Kontraktor harus mengurus semua perijinan yang diperlukan. 6. Masa Pemeliharaan

A. Masa pemeliharaan untuk seluruh instalasi penangkal petir yang disupply dan di pasang selama 6 (enam) bulan, terhitung sejak penyerahan pekerjaan yang pertama kali. Dalam masa pemeliharaan ini, segala kerusakan peralatan yang mungkin terjadi menjadi tanggung jawab penuh Kontraktor yang bersangkutan.

B. Jaminan (garansi) untuk seluruh instalasi penangkal petir yang dipasang adalah 12 (dua belas) bulan, terhitung sejak penyerahan pekerjaan yang kedua kalinya. Selama masa jaminan, Segala kerusakan yang mungkin terjadi Kontraktor wajib memperbaiki dimana biaya yang timbul karenanya menjadi tanggung jawab Kontraktor, spare parts (suku cadang) yang diperlukan akan dibayar oleh Pemberi Tugas.

D.4 PENUTUP 1. Pelaksanaan seluruh pekerjaan harus sesuai dengan Gambar Pelaksanaan dan mendapat

persetujuan dari Direksi/Pengawas terlebih dahulu. 2. Pekerjaan lain-lain yang merupakan komponen pelengkap fasilitas fisik bangunan harus

dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi dalam pasal-pasal diatas. 3. Apabila di dalam spesifikasi teknis ini tidak disebutkan hal-hal yang dipasang, dibuat,

dilaksanakan dan disediakan, tetapi dalam pelaksanaan pekerjaan hal ini menjadi bagian yang nyata dilaksanakan dan diselesaikan, maka harus dianggap bagian tersebut telah dimuat dalam spesifikasi ini, jadi tidak terhitung sebagai pekerjaan tambah.

4. Sebelum pekerjaan diserahkan, bangunan harus dirawat dan dibersihan dari segala kotoran dan dirapikan kekurangan-kekurangan yang ada, termasuk merapikan, membersihkan dan merawat pekarangan/halaman sehingga bangunan dapat difungsikan.

5. Pemasangan dan penggunaan yang tidak sesuai dengan syarat – syarat alat tersebut akan ditolak atau dikeluarkan atas perintah Direksi dengan segal resiko pemborong.

6. Apabila diperlukan pemeriksaan laboratorium bahan-bahan material, maka pemeriksaan ditanggung Kontraktor Pelaksana.

7. Hasil bongkaran, material menjadi milik pemborong, setelah diuangkan pemborong wajib menyetor ke Kas Daerah.

8. Hal-hal lain yang belum diatur dalam spesifikasi ini yang dianggap perlu, akan ditentukan kemudian dalam naskah Berita Acara Penjelasan Pekerjaan/Kontrak.

Brebes, 5 Oktober 2015

Penawar ,

CV. WAHANA PEMBANGUNAN

KHASAN BISRI

Direktur

X.D - 7