spesifikasi teknis

Upload: zatya-nurmalia-septyanda

Post on 19-Jul-2015

251 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

SPESIFIKASI TEKNISPasal . 1 PENJELASAN UMUM

1.

Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah : a. Nama Kegiatan: PEMBANGUNAN JALAN SIMPANG KUALIAN FERRY BELANTIK SISI KANAN b. Nama Pekerjaan: Pembangunan Jalan Simpang Kualian Ferry Belantik Sisi Kanan (Base B + Box Culvert 2 Unit), Panjang 1,9 Km c. Lokasi : Kecamatan Siak

2. Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyediakan : a. Tenaga kerja / tenaga ahli yang memadai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan. b. Alat-alat seperti mesin pengaduk beton, pompa air dan alat pengangkut dan peralatan berat ( Heavy Equipment ) yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan seperti : Dump Truck, Excavator, Motor Grader, Vibro Roller ,Water Tank dan lain-lain.

Pasal 2 PEKERJAAN PENDAHULUAN

1. Sebelum memulai pekerjaan pemborong harus memberitahu pengawas lapangan / Direksi Teknis yang telah ditunjuk. 2. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik dan rapi sesuai dengan ketentuanketentuan dalam spesifikasi ini / syarat-syarat teknis / gambar rencana, serta mengikuti petunjuk dari Direksi Teknis dan Konsultan Supervisi. Semua ukuran dan persyaratan bahan yang ditentukan dalam bestek ini harus dipenuhi oleh Pemborong. 3. Pembersihan Lokasi dilaksanakan sesuai dengan ukuran areal yang ditetapkan didalam gambar, semua bekas-bekas pembuangan / sampahsampah harus dibebaskan dari lokasi pekerjaan. 4. Mobilisasi alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilaksanakan dengan baik.

5. Pemborong harus menyediakan Direksi Keet serta dilengkapi dengan bukubuku Direksi / perintah, buku tamu, buku bahan dan Time Schedule. 6. Pekerjaan pasang papan nama proyek. Pemborong harus membuat papan nama proyek yang ditetapkan pada bagian depan bangunan dan dapat dilihat dengan jelas. Bahan yang digunakan adalah papan dengan dilapisi seng yang diberi warna cat dasar putih dan diberi tulisan dengan warna hitam. Tulisan yang tercantum adalah sebagai berikut : Nama Kegiatan Nama Pekerjaan Nilai Kontrak Jangka Waktu Pelaksanaan Masa Pemeliharaan Konsultan Pengawas / Direksi Waktu Mulai Pelaksanaan Papan tersebut dipasang pada dua buah tiang kayu ukuran 5/7 cm, yang ditanam kuat dalam tanah. Pasal 3 PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan Pemborong harus mempersiapkan jalur jalan ke lokasi proyek untuk mempermudah pemasukan bahan bangunan ke lokasi proyek. 2. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, maka Pemborong harus terlebih dahulu merundingkan pembagian halaman kerja untuk tempat mendirikan kantor, gudang, dan los kerja, tempat penimbunan bahan-bahan dan lain sebagainya. 3. Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan di lokasi, maka Pemborong dengan biaya sendiri harus menyediakan kantor dengan perlengkapannya, gudang tempat penyimpanan bahan-bahan dan alat-alat bekerja serta los kerja tempat mengerjakan bahan-bahan. 4. Kantor, gudang dan los kerja baru dapat dibongkar setelah pekerjaan selesai 100 % dan pembongkarannya mendapat persetujuan dari Pengawas

Pasal 4 PEMASANGAN BOUWPLANK DAN PENGUKURAN

1. Pemasangan papan bouwplank dilaksanakan pada jarak 2,00 meter dari bangunan yang paling pinggir, pemasangan papan bouwplank harus benar benar kuat dan waterpass

2. Ketinggian permukaan papan bouwplank dibuat sesuai dengan tinggi patok BM yang ada. 3. Papan bouwplank baru dapat di buka setelah mendapat persetujuan dari direksi teknis lapangan.

Pasal 5 PEKERJAAN GALIAN TANAH 1. Lebar, dalam dan bentuk galian tanah harus dikerjakan sesuai menurut ukuran yang tercantum dalam gambar rencana dan gambar detail. 2. Tanah hasil galian tanah yang tidak dapat dipergunakan untuk menimbun lobang-lobang harus dibuang pada tempat yang ditentukan pengawas lapangan. 3. Pemakaian bekas tanah galian untuk penimbunan kembali harus mendapatkan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pengawas lapangan.

Pasal 6 Aggregat Base Kelas B 2.1. Sumber bahan Bahan lapis pondasi agregat harus dipilih dari sumber yang telah disetujui dan disepakati bersama. Fraksi agregat kasar Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bilamana digunakan untuk lapis pondasi agregat kelas A maka untuk agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 100 % berat agregat kasar ini harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah. 2.3. Fraksi agregat halus Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi agregat yang lolos ayakan No.200 tidak boleh lebih besar 2/3 dari fraksi agregat lolos ayakan No.40.

2.2.

2.4.

Sifat-sifat bahan yang disyaratkan

Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki. Gradasi harus memenuhi ketentuan (menggunakan pengayakan secara basah) yang diberikan dalam Tabel 2.3.(1).

Tabel 2.3.(1). : Gradasi lapis pondasi agregat

Sifat-sifat agregat harus memenuhi persyaratan seperti dalam Tabel 2.3.4.(2).

Tabel 2.3.(2). : Sifat-sifat lapis pondasi agregat

2.4.

Pencampuran bahan untuk lapis pondasi agregat Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi crushing plant atau pencampur yang disetujui, dengan menggunakan cara mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh campuran dengan proporsi yang benar. Tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.

3. PENGHAMPARAN 3.1. Penyiapan penghamparan Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu. Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan lapisan pondasi agregat, harus disiapkan dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu. Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama, maka harus diperlukan

penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.

3.2.

Penghamparan Lapis pondasi agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan dalam Butir Nomer 2.6.3. Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya. Lapis pondasi agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus 2 kali ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm.

3.3.

Pengujian Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan dalam Butir Nomer 2.5.4. minimum 3 contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan.

Setelah persetujuan mutu bahan lapis pondasi agregat yang diusulkan, seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila terdapat perubahan mutu bahan atau metode produksinya.

Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut harus dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari 5 pengujian indeks plastisitas, 5 pengujian gradasi partikel, dan 1 penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D. Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu ke waktu sesuai kebutuhan.

Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa, menggunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian harus

dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.

4.

TOLERANSI DIMENSI Elevasi permukaan Elevasi permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar Rencana, dengan toleransi :

Ketebalan Lapis Fondasi Agregat

Tebal total minimum Lapis Fondasi Agregat Kelas A dan Kelas C atau Kelas B dan Kelas C tidak boleh kurang dari tebal yang disyaratkan. Kerataan

PASAL 7 PEKERJAAN BETON

7.1

UMUM 1) Standar Rujukan Standar Industri Indonesia (SII) : SII-13-1977 (AASHTO M85 75) : Semen Portland.

Standar Nasional Indonesia (SNI) : PBI 1971 SK SNI M-021994-03 (AASHTO T11 90) SNI 03-2816-1992 (AASHTO T21 87) : Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2. : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang Lolos Saringan No.200 (0,075 mm).

: Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk Campuran Mortar dan Beton.

SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22 90) Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23 90) SNI 03-1968-1990 (AASHTO T27 88) SNI 03-2417-1991 (AASHTO T96 87) SNI 03-3407-1994 (AASHTO T104 86) SK SNI M-011994-03 (AASHTO T112 87) SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126 90) SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141 84)

: Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.

: Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan.

: Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Ha-lus dan Kasar.

: Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.

: Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Ter-hadap Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat. : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah Pecah Dalam Agregat.

: Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium.

: Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar.

AASHTO : AASHTO T26 - 79 2) : Quality of Water to be used in Concrete.

Pengajuan Kesiapan Kerja a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang disyaratkan. Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing mutu beton yang diusulkan untuk digunakan 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai.

b)

c)

Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis hasil dari seluruh peng-ujian pengendalian mutu yang disyaratkan sedemikian hingga data tersebut selalu tersedia atau bila diperlukan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum meliputi peng-ujian kuat tekan beton yang berumur 3 hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran.

d)

Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai. Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton, seperti yang disyaratkan.

e)

3)

Penyimpanan dan Perlindungan Bahan Untuk penyimpanan semen, Kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan cuaca yang kedap udara dan mempunyai lantai kayu yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya dan ditutup dengan lembar polyethylene (plastik). Sepanjang waktu, tumpukan kantung semen harus ditutup dengan lembar plastik.

4)

Kondisi Tempat Kerja Kontraktor harus menjaga temperatur semua bahan, terutama agregat kasar, dengan temperatur pada tingkat yang serendah mungkin dan harus dijaga agar selalu di bawah 30oC sepanjang waktu pengecoran. Sebagai tambahan, Kontraktor tidak boleh melaku-kan pengecoran bilamana : a) b) c) Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg / m2 / jam. Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %. Tidak diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, selama turun hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.

5)

Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan a) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang disyaratkan atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi ketentuan, atau yang tidak memenuhi

sifat-sifat campuran yang disyaratkan, harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi : i) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum dikerjakan; Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya gagal; Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian pekerjaan yang dipandang tidak memenuhi ketentuan;

ii)

iii)

b)

Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta Kontraktor melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil. Biaya pengujian tambahan tersebut haruslah menjadi tanggung jawab Kontraktor.

7.2 1)

BAHAN Semen a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen portland yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan. Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen portland yang dapat digunakan di dalam proyek.

b)

2)

Air Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau minum. Air yang diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari

dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan yang sama. 3) Ketentuan Gradasi Agregat a) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 6.1.2.(1), tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut tidak perlu ditolak bila Kontraktor dapat menunjukkan dengan pengujian bahwa beton yang dihasilkan memenuhi sifat-sifat campuran yang yang disyaratkan. Tabel 6.1.2 (1) Ketentuan Gradasi Agregat Ukuran Ayakan ASTM (mm) 2 50,8 1 1/2 38,1 1 3/4 1/2 3/8 No.4 No.8 No.16 No.50 No.10 0 b) 25,4 19 12,7 9,5 4,75 2,36 1,18 0,300 0,150 Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat Halus Kasar 100 95 100 100 95 100 100 35 - 70 90 100 100 25 - 60 90 100 100 10 - 30 20 - 55 40 - 70 95 0-5 0 -10 0 - 10 0 - 15 100 0-5 0-5 0-5 45 80 10 30 2 - 10 -

Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celahcelah lainnya di mana beton harus dicor

4)

Sifat-sifat Agregat a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai. b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel

6.1.2.(2) bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur SNI/ AASHTO yang berhubungan.

Tabel 6.1.2.(2) Sifat-sifat Agregat Batas Maksimum yang diijinkan untuk Agregat Halus Kasar 40 %

Sifat-sifat

Metode Pengujian

Keausan Agregat dengan SNI 03-2417-1991 Mesin Los Angeles pada 500 putaran Kekekalan Bentuk Batu SNI 03-3407terhadap Larutan Natrium 1994 Sulfat atau Magne-sium Sulfat setelah 5 siklus Gumpalan Lempung dan SK SNI M-01-1994Partikel yang Mudah Pecah 03 Bahan yang Lolos Ayakan SK SNI M-02No.200 1994-03

10 %

12 %

0,5 % 3%

0,25 % 1%

7.3 1)

PENCAMPURAN DAN PENAKARAN Rancangan Campuran Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metode yang disyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan batas-batas yang diberikan dalam Tabel 6.1.3.(1). 2) Campuran Percobaan Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan. Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam Pasal 6.1.3.(3) di bawah.

Tabel 6.1.3.(1) Batasan Proporsi Takaran Campuran Mutu Beton K600 K500 K400 Ukuran Agregat Maks.(mm) 37 25 19 37 25 19 37 25 19 37 25 19 37 25 19 Rasio Air / Semen Maks. (terhadap berat) 0,375 0,45 0,45 0.45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,57 0,60 Kadar Semen Min. (kg/m3 dari campuran) 450 356 370 400 315 335 365 300 320 350 290 310 340 290 310 340 300 250

K350

K300

K250

K225 K175 K125 3)

Ketentuan Sifat-sifat Campuran a) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan "slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 6.1.3.(2), atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).

Tabel 6.1.3 (2) Ketentuan Sifat Campuran

Mutu Beton

K600 K500 K400 K350 K300 K250 K225 K175 K125

Kuat Tekan Karakteritik Min. (kg/cm2) Benda Uji Kubus Benda Uji 15 x 15 x 15 cm3 Silinder 15cm x 30 cm 7 hari 28 hari 7 hari 28 hari 390 600 325 500 325 500 260 400 285 400 240 330 250 350 210 290 215 300 180 250 180 250 150 210 150 225 125 190 115 175 95 145 80 125 70 105

SLUMP (mm) Digetarka Tidak n Digetarkan

20 - 50 20 - 50 20 - 50 20 - 50 20 - 50 20 - 50 20 - 50 30 - 60 20 - 50

50 - 100 50 - 100 50 - 100 50 - 100 50 - 100 50 - 100

Catatan : bila menggunakan concrete pump slump bisa berkisar antara 75 + 25 mm

b)

Beton yang tidak memenuhi ketentuan "slump" umumnya tidak boleh diguna-kan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk bagian tertentu dengan pembebanan ringan. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau celah atau gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat. Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel 6.1.3.(2), maka Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil tindakantindakan yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dipandang tidak sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dipertanyakan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari rumus yang diuraikan dibawah. Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat

c)

d)

tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi Pekerjaan akan menelaah kedua hasil pengujian yang berumur 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu. e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja, terkecuali bila Kontraktor dan Direksi Pekerjaan keduanya sepakat dengan perbaikan tersebut.

4)

Penyesuaian Campuran a) Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability) Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang semula dirancang oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor akan melakukan perubahan pada berat agregat sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambah (aditif) untuk mening-katkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan. b) Penyesuaian Kekuatan Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui, kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. c) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan dan bahan baru tidak boleh digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara tertulis dan

menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor. 5) Penakaran Agregat a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur. Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan dipertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala. Pada saat penakaran, agregat harus telah dibasahi paling sedikit 12 jam sebe-lumnya untuk menjamin pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat.

b)

6)

Pencampuran a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran. Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3. Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat mungkin dengan tempat

b)

c)

d)

e)

pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi pada beton non-struktural.

7.4 1)

PELAKSANAAN PENGECORAN Penyiapan Tempat Kerja a) Kontraktor harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan syarat yang disyaratkan dalam Seksi 7.15 dari Spesifikasi ini. Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, dan harus membersihkan dan menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jalan kerja yang stabil juga harus disediakan jika diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diperiksa dengan mudah dan aman. Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar senantiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur atau bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat dicor di dalam air dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar pondasi atau cofferdam. Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.

b)

c)

d)

2)

Acuan a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton. Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.

b)

c)

Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang merata harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut tajam Acuan harus dibulatkan. Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.

d)

3)

Pengecoran a) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas. Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambah (aditif) untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.

c)

d)

e)

f)

Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran. Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur. Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memung-kinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan. Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya

g)

h)

i)

Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang baru. Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.

j)

k)

4)

Sambungan Konstruksi (Construction Joint) a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur yang diusulkan dan Direksi Pekerjaan harus menyetujui lokasi sambungan konstruksi pada jadwal tersebut, atau sambungan konstruksi tersebut harus diletakkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar. Sambungan konstruksi tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen struktur terkecuali disyaratkan demikian. Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum. Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit. Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan kedalaman paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat dan antara telapak pondasi dan dinding. Untuk pelat yang terletak di atas permukaan, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian sehingga pelat-pelat mempunyai luas tidak melampaui 40 m2, dengan dimensi yang lebih besar tidak melampaui 1,2 kali dimensi yang lebih kecil. Kontraktor harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan sebagaimana yang diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi tambahan bilamana pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan. Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambah (aditif) dapat digunakan untuk pelekatan pada sambungan konstruksi, cara pengerjaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya. Pada air asin atau mengandung garam, sambungan konstruksi tidak diperkenankan pada tempat-tempat 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar.

b)

c)

d)

e)

f)

g)

5)

Konsolidasi

a)

Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam cetakan. Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara terisi. Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pema-datan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurang-nya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata. Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating (berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang, dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm. Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh keda-laman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelanpelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan beton. Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel 6.1.4.(5).

b)

c)

d)

e)

f)

g)

Tabel 6.1.4.(5) Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam

Kecepatan Pengecoran Beton (m3 / jam) 4 8 12 16 20 7.5 1) PENGERJAAN AKHIR Pembongkaran Acuan a)

Jumlah Alat 2 3 4 5 6

Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah dicapai. Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan ornamen, sandaran (railing), dinding pemisah (parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah penge-coran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca.

b)

2)

Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa) a) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah diguna-kan untuk memegang cetakan, dan cetakan yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan. Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembong-karan acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurangsempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen. Bilamana Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan semen acian (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Lubang harus selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang terdiri dari

b)

c)

satu bagian semen dan dua bagian pasir, yang harus dibuat menyusut sebelumnya dengan mencampurnya kira-kira 30 menit sebelum dipakai. 3) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus) Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan : a) Bagian atas pelat, balok, dan permukaan horisontal lainnya sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual sampai halus dan rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau oleh cara lain yang cocok, sebelum beton mulai mengeras. Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk anak tangga, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras. Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau yang masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.

b)

c)

4)

Perawatan Dengan Pembasahan a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, tempe-ratur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton. Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras, dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari. Semua bahan perawat atau lembaran bahan penyerap air harus dibebani atau

b)

diikat ke bawah untuk mencegah permukaan yang terekspos dari aliran udara. Bilamana digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sam-bungan dan pengeringan beton. Lalu lintas tidak boleh diperkenankan melewati permukaan beton dalam 7 hari setelah beton dicor. c) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah bahan tambah (aditif), harus dibasahi sampai kekuatanya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.

7.6 1)

PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN Pengujian Untuk Kelecakan (Workability) Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan terkecuali disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya. 2) Pengujian Kuat Tekan a) Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kuat tekan untuk setiap 60 meter kubik beton yang dicor dan dalam segala hal tidak kurang dari satu pengujian untuk setiap mutu beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran. Setiap pengujian harus minimum harus mencakup empat benda uji, yang pertama harus diuji pembe-banan kuat tekan sesudah 3 hari, yang kedua sesudah 7 hari, yang ketiga sesudah 14 hari dan yang keempat sesudah 28 hari. Bilamana kuantitas total suatu mutu beton dalam Kontrak melebihi 40 meter kubik dan frekuensi pengujian yang ditetapkan pada butir (a) di atas hanya menyediakan kurang dari lima pengujian untuk suatu mutu beton tertentu, maka pengujian harus dilaksanakan dengan mengambil contoh paling sedikit lima buah dari takaran yang dipilih secara acak (random). Kuat Tekan Karakteristik Beton ( bk) diperoleh dengan rumus berikut ini :bk = bm - K.S

b)

c)

n i

bm

i=l adalah kuat tekan rata-rata nn ( i bm)2 i=l n 1

S

=

adalah standar deviasi

i = hasil pengujian masing-masing benda uji

n

= jumlah benda uji K = 1,645 untuk 20 sampel rancangan campuran dan untuk persetujuan pekerjaan.

d)

Pada pengujian kuat tekan beton tidak boleh lebih dari 1 (satu) harga diantara 20 harga (5%) hasil pengujian, terjadi kurang dari bk . Tidak boleh satupun harga pengujian kuat tekan beton rata-rata dari 4 sampel kubus berturut-turut kurang dari bm,4 (bk + 0.8225 S) Setelah diperoleh 20 hasil pengujian kuat tekan ( misalnya 4 sampel kelompok pertama hingga 4 sampel kelompok kelima) dan dihitung harga rata-rata bm dan standar deviasi S maka harus dipenuhi :

e)

f)

bk (bm + 1.645 S)g) Dalam hal pengendalian di lapangan pengujian kuat tekan dapat dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (misal 4 sampel dari 5 kelompok) dengan menggunakan grafik kontrol (control chart) yang terdiri dari garis terendah hingga garis tertinggi berturut-turut adalah garis batas spesifikasi, batas kontrol dan garis tengah. Batas Spesifikasi adalah garis yang menunjukkan kuat tekan karaketeristik yang dipersyaratkan. Batas Kontrol adalah kuat tekan karakteristik dalam kelompok (bk,n = bk + K.S), sedangkan Garis Tengah adalah garis yang menunjukkan kuat tekan rata-rata.

bm

Garis Tengah

0,8225 S

bm,n

bk, n

Batas Kontrol

0,8225 Sbk 1 2 3 4 5 Kelompok Batas Spesifikasi

h)

Apabila hasil pengujian kuat tekan rata-rata kelompok bm,n < bk,n (sekali) maka kontraktor harus melakukan upaya untuk memperbaiki mutu beton, bila hasil pengujian kuat tekan kelompok rata-rata berikutnya bm,n < bk,n (kedua kali) maka berarti kontraktor tidak mampu mencapai bk yang dipersyaratkan, dan pekerjaan beton yang sudah dilakukan harus ditolak.

Pasal 8 BAJA TULANGAN 8.1 UMUM 1) Uraian Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 2) Standar Rujukan A.C.I. 315 : Manual of Standard Practice for Detailing Reinforced Concrete Structures, American Concrete Institute. AASHTO M31M - : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for Concrete 90 Rein-forcement. AASHTO M32 - 90 : Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement. AASHTO M55 - 89 : Welded Steel Wire Fabrics for Concrete Reinforcement. AWS D 2.0 : Standards Specifications for Welded Highway and Railway Bridges. Toleransi a) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam ACI 315.

3)

b)

Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian luar baja tulangan adalah sebagai berikut :i)

3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau terhadap air tanah atau terhadap bahaya kebakaran; Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 7.3.1 untuk beton yang terendam/ tertanam atau terekspos langsung dengan cuaca atau timbunan tanah tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan; 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bisa dicapai, atau untuk beton yang tak dapat dicapai yang bila keruntuhan akibat karat pada baja tulangan dapat menyebabkan berkurangnya umur atau struktur, atau untuk beton yang ditempatkan langsung di atas tanah atau batu, atau untuk beton yang berhubungan langsung dengan kotoran pada selokan atau cairan korosif lainnya. Tabel 7.3.1 Tebal Selimut Beton Minimum dari Baja Tulangan untuk Beton Yang Tidak Terekspos Tetapi Mudah Dicapai Ukuran Batang Tulangan yang akan diselimuti (mm) Batang 16 mm dan lebih kecil Batang 19 mm dan 22 mm Batang 25 mm dan lebih besar Tebal Selimut Beton Minimum (cm) 3,5 5,0 6,0

ii)

iii)

4)

Penyimpanan dan Penanganan a) Kontraktor harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan ditandai dengan label logam yang menunjukkan ukuran batang, panjang dan informasi lainnya sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan pada diagram tulangan. Kontraktor harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau kerusakan.

b)

5)

Pengajuan Kesiapan Kerja a) Sebelum memesan bahan, seluruh daftar pesanan dan diagram pembengkokan harus disediakan oleh Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dan tidak ada

bahan yang boleh dipesan sebelum daftar tersebut serta diagram pembengkokan disetujui. b) Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan daftar yang disahkan pabrik baja yang memberikan berat satuan nominal dalam kilogram untuk setiap ukuran dan mutu baja tulangan yang akan digunakan dalam pekerjaan.

6)

Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan a) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam segala hal tidak membebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya untuk memastikan ketelitian dari daftar dan diagram tersebut. Revisi bahan yang disediakan sesuai dengan daftar dan diagram, untuk memenuhi rancangan dalam Gambar, harus atas biaya Kontraktor. Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam pekerjaan :i)

b)

Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi pembuatan yang disyaratkan dalam ACI 315; Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar atau Gambar Kerja Akhir (Final Shop Drawing); Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau oleh sebab lain.

ii)

iii)

c)

Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan, batang tulangan tidak boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan atau yang sedemikian sehingga akan merusak atau melemahkan bahan. Pembengkokan kembali dari batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokkan kembali lebih dari satu kali pada tempat yang sama tidak diijinkan digunakan pada Pekerjaan. Kesalahan yang tidak dapat diperbaiki oleh pembengkokan kembali, atau bilamana pembengkokan kembali tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan mengganti seluruh batang tersebut dengan batang baru yang dibengkokkan dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan dimensi yang disyaratkan. Kontraktor harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk pemotongan dan pembengkokan tulangan, baik jika melakukan pemesanan tulangan yang telah dibengkokan maupun tidak,

d)

dan harus menyediakan persediaan (stok) batang lurus yang cukup di tempat, untuk pembengkokan sebagaimana yang diperlukan dalam memperbaiki kesalahan atau kelalaian. 7) Penggantian Ukuran Batang Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara jelas disahkan oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana baja diganti haruslah dengan luas penampang yang sama dengan ukuran rancangan awal, atau lebih besar.

8.2

BAHAN 1) Baja Tulangan a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan Gambar dan memenuhi Tabel 7.3.2.(1) berikut ini : Tabel 7.3.2 (1) Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan Tegangan Leleh Karakteristik atau Tegangan Karakteristik yang memberikan regangan tetap 0,2 (kg/cm2) 2.400 3.200 3.900 4.800

Mutu

Sebutan

U24 U32 U39 U48

Baja Lunak Baja Sedang Baja Keras Baja Keras

2)

Tumpuan untuk Tulangan Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton pracetak dengan mutu K250 seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh diijinkan sebagai tumpuan.

3)

Pengikat untuk Tulangan Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi AASHTO M32 - 90.

8.3

PEMBUATAN DAN PENEMPATAN

1)

Pembengkokan a) Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315, menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah banyak. Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkok-kan dengan mesin pembengkok.

b)

2)

Penempatan dan Pengikatan a) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton. Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebu-tuhan selimut beton minimum yang disyaratkan di atas, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan. Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum. Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya. Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam Gambar atau secara khusus diijinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis. Bilamana Direksi Pekerjaan menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini adalah sambungan dengan panjang penyaluran

b)

c)

d)

e)

f)

penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS D 2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan. g) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga tidak akan terekspos. Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian (semen dan air saja). Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau beban konstruksi lainnya.

h)

i)

Pasal . 9 DOKUMENTASI PROYEK

1. Pengambilan photo rekaman proyek diambil pada saat pertama kali pekerjaan dimulai sehingga pekerjaan selesai. 2. Tahapan pengambilan dokumen rekaman proyek diatur sedemikian rupa sehingga point - point pekerjaan penting tidak terlewatkan. 3. Pengambilan Photo rekaman proyek juga dilakukan setiap bulannya sebagai lampiran kelengkapan Administrasi Laporan Bulanan. 4. Photo rekaman proyek disusun sedemikian rupa dan dijadikan sebuah album lengkap dengan keterangannya. 5. Semua Klise Photo ( Negatifnya ) dari rekaman proyek tersebut dikumpulkan dan dilaporkan sebagai dokumen Pemimpin Kegiatan. 6. Photo yang diambil harus mencakup / menggambarkan kegiatan pelaksanaan pada saat: 0 % , 30 % , 60 % , 80 % , dan 100 %.

Pasal . 10 ADMINISTRASI PROYEK

1. Laporan fisik proyek berupa: Laporan Harian, Laporan Mingguan & Laporan Bulanan dikumpulkan pada setiap akhir bulan. 2. Direksi / Konsultan Pengawas akan memeriksa kebenaran laporan yang diserahkan. 3. Laporan fisik proyek harus dilampirkan pada saat setiap pengambilan Termin.

Pasal . 11 PEKERJAAN UKURAN

1.

Penyedia Jasa bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut ukuran yang tercantum didalam gambar rencana serta Spesifikasi Khusus ini, Penyedia Jasa juga berkewajiban memberitahukan kepada Direksi Teknis setiap akan memulai suatu bagian pekerjaan.

2. Penyedia Jasa berkewajiban mencocokan ukuran - ukuran satu sama yang lainnya dengan segera memberitahukan kepada Direksi setiap selisih volume pelaksanaan dengan rencana pekerjaan yang ada pada gambar rencana maupun syarat teknik 3. Semua peralatan serta Alat - alat pengukuran yang dipergunakan disediakan oleh Penyedia Jasa untuk keperluan Direksi Teknis maupun keperluan Penyedia Jasa sendiri. 4. Direksi Teknis dapat memberikan perintah kepada Penyedia Jasa, tanpa mengganti kerugian atau ongkos untuk pelaksaan pengukuran - pengukuran guna kepentingan pekerjaan. Pasal . 12 PEMELIHARAAN DAN PEMBERSIHAN JALAN

1. Selama pekerjaan berlangsung , Penyedia Jasa harus memelihara kebersihan jalan dari hal hal yang mengganggu kelancaran arus lalu lintas jalan. 2. Pada penyerahan pertama pekerjaan, keadaan jalan harus bersih dan rapi.

Pasal . 13 PENYERAHAN PEKERJAAN