sosiologiunlam.files.wordpress.com … · web viewsistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang...

21
Contoh Format Proposal Dapat disesuaikan dengan topik masing-masing TUGAS PRAKTIK KERJA LAPANGAN 1. Judul Tentatif : Pengetahuan Lokal (Sistem Subak) 2. Mahasiswa : Tyas Noor ayusari A1A407201 Nadia A1A407202 Khairus Syahri Ramadhan A1A407205 Aulia Rahman A1A407209 3. Lokasi Penelitian : 4. Lama Penelitian : 1 bulan Banjarmasin, Mei 2010

Upload: trankhuong

Post on 31-Jan-2018

231 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: sosiologiunlam.files.wordpress.com … · Web viewsistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, dan dengan teknologi sepadan; (ii) ada prinsip harmoni dan

Contoh Format Proposal

Dapat disesuaikan dengan topik masing-masing

TUGAS PRAKTIK KERJA LAPANGAN

1. Judul Tentatif : Pengetahuan Lokal (Sistem Subak)

2. Mahasiswa : Tyas Noor ayusari A1A407201

Nadia A1A407202

Khairus Syahri Ramadhan A1A407205

Aulia Rahman A1A407209

3. Lokasi Penelitian :

4. Lama Penelitian : 1 bulan

Banjarmasin, Mei 2010

Telah disetujui untuk mengumpulkan data di Lapangan

Pembimbing

Nama

NIP

Page 2: sosiologiunlam.files.wordpress.com … · Web viewsistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, dan dengan teknologi sepadan; (ii) ada prinsip harmoni dan

I. Judul Tentatif : Pengetahuan Lokal (Sistem Subak)

II. Latar Belakang Masalah

Air merupakan salah satu sumber daya yang memiliki peranan yang sangat

penting dan bernilai harganya bagi kehidupan manusia. Melalui air kehidupan

manusia dapat berlangsung dengan baik dan seimbang. Selain itu juga melalui

sumber mata air, masyarakat bias melakukan aktivitas sehari-hari mereka dengan

tenang. Tidak dapat dipungkiri mungkin sebagian orang menganggap air adalah

nafas bagi berlangsungnya kehidupan manusia karena dapat dikatakan air

merupakan sumber kehidupan dan sumber mata pencaharian manusia. Hal inilah

yang terjadi pada masyarakat Bali dalam memberikan perlakuan terhadap air. Air

merupakan salah satu sumber mata pencaharian mereka yang sangat penting,

dalam urusan pengairan atau irigasi sawah dianggap sakral bagi masyarakat

setempat.

Sistem pengairan irigasi sawah yang ada pada masyarakat Bali dikenal dengan

sistem subak. Sistem subak pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu sistem

teknologi sepadan, dan juga dapat dipandang sebagai sistem kebudayaan. Karena

adanya fenomena dan pengertian seperti ini, maka sering disebutkan bahwa sistem

subak tersebut adalah sebagai suatu sistem teknologi yang telah menjadi bagian

dari budaya masyarakat setempat (Pusposutardjo, 2000), atau sistem seperti ini

disebutkan pula sebagai suatu sistem teknologi yang telah berkembang menjadi

fenomena budaya masyarakat (Puspowardojo, 1993). Sistem subak sebagai sistem

teknologi, maupun sebagai sistem kebudayaan, memiliki keterbatasan kemampuan

untuk mengatasi masalah-masalah yang ekstrim, misalnya saja masalah

kekurangan air yang selalu terjadi pada setiap musim kemarau.

Itulah sebabnya suatu kajian untuk melihat adanya kemampuan transformasi

sistem subak sebagai suatu teknologi yang telah berkembang menjadi budaya

masyarakat menjadi penting, ditinjau dari gatra sumbangan keilmuan, dan

sumbangan dalam penerapannya. Adapun catatan-catatan yang penting

dipedomani dalam proses transformasi sistem subak adalah sebagai berikut: (i)

bahwa sistem subak dapat ditransformasikan, bila dipenuhi persyaratan bahwa

Page 3: sosiologiunlam.files.wordpress.com … · Web viewsistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, dan dengan teknologi sepadan; (ii) ada prinsip harmoni dan

sistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, dan dengan

teknologi sepadan; (ii) ada prinsip harmoni dan kebersamaan untuk mengatasi

keadaan ekstrim di luar batas keberlakuan teknologi sepadan; (iii) prinsip harmoni

dan kebersamaan pada dasarnya tidak hanya dapat dicakup oleh konsep THK,

namun adalah merupakan suatu landasan yang universal yang melekat pada setiap

agama; (iv) catatan-catatan di atas pada dasarnya menunjukkan adanya peluang

perbaikan pada sistem irigasi yang ada, menuju suatu manajemen irigasi yang

baru, dan hal tersebut juga menunjukkan adanya langkah untuk menuju

keberlanjutan sistem subak. tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, dan

lingkungan manusia memegang peranan yang paling penting terhadap luaran yang

dihasilkan (Maskey dan Weber, l996). Sementara itu, sistem irigasi subak dapat

disebutkan sebagai suatu sistem irigasi dengan wujud yang sepadan dengan sosio-

kultural masyarakat, mencapai tujuannya berdasarkan harmoni dan kebersamaan

sesuai landasan THK, dan menjaga keseimbangan dengan lingkungannya

(Pusposutardjo, l997 dan Arif, l999). Sistem irigasi subak yang berlandaskan THK

seperti yang disebutkan sebelumnya itulah yang akan ditransformasikan.

Dipersyaratkan bahwa dalam transformasi tersebut, luaran atau tujuan sistem

irigasi subak yang melakukan pengelolaan dan pelayanan irigasi berdasarkan

harmoni dan kebersamaan, tidak mengalami perubahan yang nyata.

III. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang menjadi fokus penelitian adalah:

1. sistem subak di daerah Bali.

2. kendala yang dihadapi sistem irigasi subak di masa sekarang.

3. cara mempertahankan eksistensi subak dalam menghadapi berbagai tantangan

di bidang pertanian.

IV. Rumusan Masalah

Adapun rumusan yang akan diuraikan dalam masalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana sistem subak di daerah bali?

Page 4: sosiologiunlam.files.wordpress.com … · Web viewsistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, dan dengan teknologi sepadan; (ii) ada prinsip harmoni dan

2. Apa kendala yang dihadapi sistem irigasi subak di masa sekarang?

3. Bagaimana cara mempertahankan eksistensi subak dalam menghadapi

berbagai tantangan di bidang pertanian?

V. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui sistem subak di daerah bali.

2. Mengetahui kendala yang dihadapi sistem irigasi subak di masa sekarang.

3. Mengetahui cara mempertahankan eksistensi subak dalam menghadapi

berbagai tantangan di bidang pertanian.

VI. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk

pengembangan teori sosiologi pada umumnya serta teori dari konsep

pengetahuan lokal (sistem subak).

2. Manfaat Praktik

Hasil penelitian ini tentang pengetahuan lokal (sistem subak) ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat sebagai umpan balik agar

mereka lebih mengetahui mengenai pengetahuan lokal (sistem subak).

VII. Landasan Teori

1. Sistem Subak

Subak adalah suatu masyarakat hukum adat yang memiliki karakteristik

sosio agraris-religius, yang merupakan perkumpulan petani yang mengelola

air irigasi di lahan sawah. Pengertian subak seperti itu pada dasarnya

dinyatakan dalam peraturan-daerah pemerintah-daerah Provinsi Bali

No.02/PD/DPRD/l972. Arif (l999) memperluas pengertian karakteristik

sosio agraris religius dalam sistem irigasi subak, dengan menyatakan lebih

Page 5: sosiologiunlam.files.wordpress.com … · Web viewsistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, dan dengan teknologi sepadan; (ii) ada prinsip harmoni dan

tepat subak itu disebut berkarakteristik sosio teknis religius, karena

pengertian teknis cakupannya menjadi lebih luas, termasuk diantaranya

teknis pertanian, dan teknis irigasi.

Sutawan dkk (l986) melakukan kajian lebih lanjut tentang gatra religius

dalam sistem irigasi subak. Kajian gatra religius tersebut ditunjukkan dengan

adanya satu atau lebih Pura Bedugul (untuk memuja Dewi Sri sebagai

manifestasi Tuhan selaku Dewi Kesuburan), disamping adanya sanggah

pecatu (bangunan suci) yang ditempatkan sekitar bangunan sadap (intake)

pada setiap blok/komplek persawahan milik petani anggota subak.

Gatra parhyangan oleh Sutawan dkk (l986) ditunjukkan dengan adanya

pura pada wilayah subak dan pada setiap komplek/blok pemilikan sawah

petani, gatra palemahan ditunjukkan dengan adanya kepemilikan wilayah

untuk setiap subak, dan gatra pawongan ditunjukkan dengan adanya

organisasi petani yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat, adanya

anggota subak, pengurus subak, dan pimpinan subak yang umumnya dipilih

dari anggota yang memiliki kemampuan spiritual. Ketiga gatra dalam THK

memiliki hubungan timbal-balik, parhyangan pawongan palemaha.

Sementara itu, kajian-kajian lain yang menelaah sistem irigasi subak secara

tidak utuh sebagai sistem sosio-teknis-religius yang sesuai dengan prinsip

masyarakat hukum adat yang berlandaskan THK masih tampak

dilaksanakan. Misalnya, kajian yang cendrung lebih difokuskan pada

masalah organisasi, dan sarana yang dimiliki sistem subak untuk mengelola

air irigasi, yang antara lain dilakukan oleh Geertz (1980),Teken

(l988),Samudra (l993), dan Sushila (l993). Sudira (l999) mengatakan bahwa

sistem irigasi subak yang disebutkan hanya memiliki gatra fisik dan sosial

sebetulnya tidaklah salah, namun tidak lengkap. Meskipun demikian,

tampaknya dapat disebutkan bahwa kajian tentang sistem irigasi subak yang

tidak mengkaji dari gatra sosio-teknis-religius terkesan menyederhanakan

masalah, makna kajiannya kurang lengkap, dan tercermin kurangnya

pemahaman tentang konsep teknologi serta peluang transformasi sistem

irigasi subak sebagai suatu teknologi yang sepadan. Selanjutnya

Pusposutardjo (l997) dan Arif (l999) yang meninjau subak sebagai sistem

teknologi dari suatu sosio-kultural masyarakat, menyimpulkan bahwa sistem

Page 6: sosiologiunlam.files.wordpress.com … · Web viewsistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, dan dengan teknologi sepadan; (ii) ada prinsip harmoni dan

irigasi (termasuk subak) merupakan suatu proses transformasi sistem kultural

masyarakat yang pada dasarnya memiliki tiga subsistem yaitu:

a. subsistem budaya (pola pikir, norma dan nilai)

b. subsistem sosial (termasuk ekonomi)

c. subsistem kebendaan (termasuk teknologi)

Semua subsistem itu memiliki hubungan timbal-balik, dan juga

memiliki hubungan keseimbangan dengan lingkungannya. Subsistem

Budaya Subsistem Sosial Subsistem Kebendaan lingkungan. Hubungan

timbal balik antar subsistem dalam sistem manajemen irigasi masyarakat

yang bersifat sosio-kultural (Arif, l999). Dengan menyatunya antar ketiga

subsistem dalam sistem irigasi subak, maka secara teoritis konflik antar

anggota dalam organisasi subak maupun konflik antar subak yang terkait

dalam satu sistem irigasi yang tergabung dalam satu wadah kordinasi akan

dapat dihindari. Keterkaitan antar semua subsistem akan memungkinkan

munculnya harmoni dan kebersamaan dalam pengelolaan air irigasi dalam

sistem irigasi subak yang bersangkutan. Hal itu bisa terjadi karena

kemungkinan adanya kebijakan untuk menerima simpangan tertentu sebagai

toleransi oleh anggota subak (misalnya, adanya sistem pelampias, dan sistem

saling pinjam air irigasi). Di Subak Timbul Baru Kabupaten Gianyar,

dilakukan kebijakan sistem pelampias dengan memberikan tambahan air bagi

sawah yang ada di hilir pada lokasi-lokasi bangunan-bagi di jaringan tersier.

Besarnya pelampias tergantung dari kesepakatan anggota subak Revolusi

hijau adalah pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan

produksi bahan pangan terutama biji-bijian (serelia) seperti gandum, jagung,

padi, kacang-kacangan dan sayur-sayuran.

Progaram revolusi hijau diusahakan melalui pemuliaan tanaman untuk

mendapatkan varietas baru yang melampaui daerah adaptasi dari varietas

yang telah ada. Varietas unggul yang baru akan berhasil bila mempunyai

adaptasi geografis yang luas, responsif pengairan dan pemupukan, resisten

terhadap hama dan penyakit. Produk tanaman yang dipanen manusia adalah

hasil fotosintesis

1. Kendala dalam Revolusi Hijau

Page 7: sosiologiunlam.files.wordpress.com … · Web viewsistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, dan dengan teknologi sepadan; (ii) ada prinsip harmoni dan

a. Varietas unggul umumnya hanya akan menghasilkan panen yang baik

apabila diberi pupuk dan pengairan yang tepat

b. Adanya lahan-lahan yang potensial untuk pertanian namun letak

geografisnya kurang menguntungkan seperti jauh dari penduduk atau

tidak/belum mempunyai sistem irigasi sehingga lahan tersebut sulit untuk

dimanfaatkan

c. Banyak lahan yang secara geografis menguntungkan namun keadaan

tanahnya kritis dan kurang subur

d. Adanya serangga berbagai hama

2. Dampak dari Revolusi Hijau

a. Terbentuknya penyerdehanaan kominitas karena umumnya petani hanya

menanam selaria atau bahan pokok dan tidak menanam leguminosea

(kacang-kacangan)

b. Penggunaan pupuk buatan dan pestisida akan menyebabkan hilangnya

kemampuan mikroorganisme tanah yang membantu menyuburkan tanah.

Akibatnya dalam waktu 20-30 tahun mendatang akan terjadi titik balik

penurunan produktivitas tanaman.

c. Rusaknya keseimbangan lingkungan akibat penggunaan pupuk buatan dan

tercemarnya lingkungan akibat penggunaan pestisida yang berlebihan

dapat menyebabkan kepunahan berbagai organisme

d. Pembuatan lahan pertanian (sawah, ladang) baru dari hutan-hutan akan

menurunkan keanekaragaman genetika. Hal ini dapat menyebabkan

hilangnya salah satu species tumbuhan atau hewan yang mungkin

mengandung gen yang sangat dibutuhkan.

e. Adanya mekanisasi pertanian menyebabkan petani buruh kehilangan

pekerjaan, yang akibatnya terjadi urbanisasi yang menyebabkan masalah

di perkotaan besar

f. Berkurangnya keanekaragaman genetik jenis tanaman tertentu akan sangat

membahayakan, sebab bisa menurunkan plasma nutfah/sumber gen

g. Penurunan produksi protein dikarenakan pengembangan sarealia (sebagai

sumber karbohidrat) tidak di imbangi perkembangan pangan sumber

protein dan lahan peternakan diubah menjadi sawah.

h. Penurunan keanekaragamann hayati

Page 8: sosiologiunlam.files.wordpress.com … · Web viewsistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, dan dengan teknologi sepadan; (ii) ada prinsip harmoni dan

i. Penggunanaan pupuk terus menerus mmenyebabkan ketergantun pada

pupuk

j. Penggunaan pestisida menyebabkan munculnya hama strain baru yang

resisten

Damapak positifnya adalah Produksi padi dan gandum meningkat sehinngga

pemenuhan pangan (karbohidrat) meninngkat.

Sumber Oleh Yanuar Suputro, selasa 26 Mei 2009 15:33.

Revolusi hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk

menggambarkan perubahan fundamental dalam pemakaian teknologi

budidaya pertanian yang dimulai pada tahun 1950-an hingga 1980-an

dibanyak negara berkembang, terutama di Asia. Hasil yang nyata adalah

tercapainya swasembada (kecukupan penyediaan) sejumlah bahan pangan di

sejumlah negara yang sebelumnya dilanda kelaparan.

Revolusi hijau mendasarkan diri pada tiga pilar penting yaitu

a. penyediaan air melalui sistem irigasi

b. pemakaian pupuk kimia dan penerapan pestisida untuk menjamin

produksi

c. penggunaan varietas unggul sebagai bahan baku barkualitas.

Melalui penerapan melalui teknologi non-tradisional ini, terjadi peningkatan

hasil tanaman pangan berlipat ganda dan memungkinkan pemanenan 3 kali

dalam setahun untuk padi, satu hal yang tidak dapat dimungkinkan tanpa tiga

pilar tersebut.

Gerakan revolusi hijau sebagaimana telah umum diketahui di Indonesia tidak

mampu untuk menghatarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang

berswasembada pangan secara tetap, tetapi hanya mampu dalam waktu lima

tahun yakni antara tahun 1984-1989. Disamping itu revolusi hijau juga telah

menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial pedesaan karena

ternyata revolusi hijau hanyalah menguntungkan petani yang memiliki tanah

lebih dari setengah hektar, dan petani kaya di pedesaan. Sebab sebelum

revolusi hijau dilaksanakan, keadaan dan penguasaan kepemilikan tanah di

Indonesia sudah timpang akibat dari gagalnya pelaksanaan Pembaruan

Agraria yang telah mulai dilaksanakan pada tahun 1960-1965. Pertanian

revolusi hijau juga dapat disebut kegagalan karena produknya sarat

Page 9: sosiologiunlam.files.wordpress.com … · Web viewsistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, dan dengan teknologi sepadan; (ii) ada prinsip harmoni dan

kandungan residu pestesida dan sangat merusak ekosistem lingkungan dan

kesuburan tanah.

Revolusi hijau dianggap sebagai juru selamat bagi sektor pertanian,

khususnya di negara berkembang yang kala itu dicirikan oleh produktivitas

rendah, umur panjang, pertumbuhan yang rendah serta kesejahteraan petani

minim. Oleh karena itu tanpa revolusi hijau sulit dibayangkan bagaimana

produktivitas pertanian akan mampu memberi makan bagi penduduk yang

jumlahnya semakin meningkat. Melalui revolusi hijau ini perubahan wajah

pertanian sangat kelihatan, mengubah Indonesia dari pengimpor utama

hingga berhasil swasembada beras pada tahun 1994/1995. Ciri yang sangat

menonjol dari revolusi hijau adalah penggunaan benih (varietas) unggul.

2. Kendala Subak Sistem Irigasi Subak

Persaingan dalam pemasaran hasil-hasil pertanian yang semakin

tajam. Akan tiba saatnya bahwa indonesia harus terbuka terhadap masuknya

komoditi pertanian yang diproduksi di luar negeri. Sektor pertaian pun mau

tidak mau harus terbuka untuk investasi asing dan dituntut agar mampu

bertahan pada kondisi persaingan bebas tanpa subsidi dari pemerintah. Untuk

mampu bersaing dalam pasar ekonomi global maka mutu hasil-hasil

pertanian kita perlu ditingkatkan. Ini berarti bahwa mutu sumberdaya

manusia termasuk para petani produsen perlu terus ditingkatkan agar menjadi

lebih profesional, efisien dan mampu menguasai serta memanfaatkan

teknologi.

Menciutnya areal persawahan beririgasi akibat alih fungsi. Penciutan

areal persawahan hari ini sungguh pesat lebih-lebih lokasi yang dekat kota

karena dipicu oleh harga yang cenderung membumbung tinggi. Jika

penyusutan areal persawahan berlanjut terus seperti sekarang ini

dikhawatirkan organisasi subak akan terancam punah. Jika subak hilang

apakah kebudayaan bali dapat bertahan karena diyakini bahwa subak

bersama lembaga sosial tradisional lainnya seperti banjar. Dalam kaitan ini

para petani anggota subak perlu dilibatkan dalam proses pengambilan

keputusan menyangkut masalah pengalih fungsian lahan sawah yang berada

dalam wilayah subak mereka.

Page 10: sosiologiunlam.files.wordpress.com … · Web viewsistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, dan dengan teknologi sepadan; (ii) ada prinsip harmoni dan

3. Cara Mempertahankan Eksistensi Subak

Mendorong dan memfasilitasi pembentikan wadah kordinasi antar

subak dalam lingkungan suatu, tujuan-tujuannya yaitu mencegah atau

mengurangi timbulnya konflik dalam pemanfaatan air antar subak pada

bendung yang sama, mengkordinasikan pengalokasian air secara lebih adil

pengaturan pola tanam dan jadwal tanam antar subak yang terkait.

Mendorong dan memfasilitasi pembentikan wadah kordinasi antar sistem

irigasi guna mengkordinasikan pengalokasian air antar DI dan pengaturan

pola tanam serta jadwal tanam dari subak-subak pada aliran sungai yang

bersangkutan. Mengadakan program pemberian status badan hukum bagi

subak supaya dapat lebih berkembbang menjadi lembaga yang berorientasi

ekonomi/agribisnis. Menggalang kerjasama antara subak dengan LSM serta

instansi terkait dalam upaya pelestarian sumber daya alam disepanjang

daerah aliran sungai.

VIII. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif

Alasan menggunakan metode kualitatif adalah pada umumnya alasan

menggunakan metode kualitatif karena permasalahan belum jelas, holistik,

komplek, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi

sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif. Selain itu, peneliti

bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola,

hipotesis dan teori.

IX. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadikan tempat penelitian di daerah bali. Penentuan

lokasi ini berdasarkan atas beberapa alasan, antara lain karena wilayah belum

pernah dikunjungi oleh peneliti sendiri sehingga peneliti mencoba meneliti di

daerah bali. Selain itu, peneliti ingin mengetahui lebih banyak dan jauh mengenai

keunikan dan kemenarikan dalam pengetahuan lokal (sistem subak) di kawasan

Page 11: sosiologiunlam.files.wordpress.com … · Web viewsistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, dan dengan teknologi sepadan; (ii) ada prinsip harmoni dan

bali, baik itu sistem subaknya, kendala subak maupun cara mempertahankan

sistem subak.

X. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terpusat pada segala fenomena yang

terkait langsung dengan judul penelitian yaitu pengetahuan lokal (sistem subak),

data tersebut terdiri dari data primer dan sekunder.

1). Data Primer

Data Primer dalam penelitian ini terpusat pada fenomena-fenomena yang

berkaitan langsung dengan pengetahuan lokal yang didapat dari sejumlah

informan.

2). Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang bersifat umum yang

berkaitan dengan fenomena yang diteliti yaitu tentang kondisi lingkungan bali.

XI. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian deskriptif kualitatif yang menjadi instrumen utama adalah

peneliti sendiri. Data yang dicari adalah data mengenai:

1). Sistem subak di daerah bali

2). Kendala sistem subak di daerah bali

3). Cara mempertahankan eksistensi subak di daerah bali

XII. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

observasi, wawancara mmendalam dan wawancara yang biasa dipakai sebagai

acuan untuk mendapatkan berbagai informasi yang berkaitan dengan penelitian.

Pengamatan ini lakukan secara langsung terhadap aspek pengetahuan lokal

(sistem subak) maupun berbagai fenomena yang terjadi di kawasan bali.

Wawancara biasa, untuk menjaring data secara umum, dilakukan terhadap orang-

orang ataupun para pengelola yang ditemui dilapangan. Wawancara mendalam

dilakukan secara intensif terhadap sejumlah informan kunci.

Page 12: sosiologiunlam.files.wordpress.com … · Web viewsistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, dan dengan teknologi sepadan; (ii) ada prinsip harmoni dan

XIII. Teknik Analisis Data

Miles dan hubberman mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai

tuntas, sehingga datanya jenuh.

Aktivitas dalam analisis data yaitu:

1). Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Reduksi

data dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan

memberi kode pada aspek-aspek tertentu.

2). Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Melaui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam

pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

3). Menarik kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut miles dan

huberman adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.

XIV. Rencana Pengujian Keabsahan Data

Agar diperoleh data yang absah, maka perlu dilakukan pengujian keabsahan data,

yang dilakukan dengan cara:

1). Perpanjangan pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara dengan informan yang pernah ditemui

Page 13: sosiologiunlam.files.wordpress.com … · Web viewsistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, dan dengan teknologi sepadan; (ii) ada prinsip harmoni dan

maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan peneliti mencocokkan

kembali apakah data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang

sudah benar atau tidak.

2). Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan bahwa secara lebih

cermat dan berkisanambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dari

urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Selain itu

dengan meningkatkan ketekunan peneliti dapat melakukan pengecekan

kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak.

3). Trianggulasi sumber

Trianggulasi sumber adalah untuk menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Trianggulasi sumber dapat juga dikatakan, menguji kredibilitas data

dengan mengajukan satu pertanyaan kepada tiga orang summber yang

berbeda.

4). Trianggulasi teknik

Trianggulasi teknik dilakukan untuk menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda.

5). Menggunakan bahan referensi

Adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh

peneliti. Misalnya, wawancara yang perlu didukung dengan adanya rekaman

wawancara. Bahan referensi ini bisa saja berupa foto-foto subjek penelitian.

6). Mengadakan member check

Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang

diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data

yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya valid.

Page 14: sosiologiunlam.files.wordpress.com … · Web viewsistem itu adalah merupakan sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, dan dengan teknologi sepadan; (ii) ada prinsip harmoni dan

XV. Daftar Pustaka