sosiologi pertanian

57
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sudah masuk dalam arus global- liberalisasi perdagangan, sudah menghujam sampai ke desa-desa. Kita dapat melihat sendiri bagaimana komoditi pertanian pedesaan telah terlempar, menjadi tamu di rumahnya sendiri. Sementara itu, produk dari luar, telah menjadi tuan di tanah air kita. Masalah ini tentu saja hanya sebagian kecil dari episode marjinalisasi yang panjang. Tanpa sebuah upaya untuk mendorong perubahan, memperkuat masyarakat, dan bersama-sama menghadang arus global tersebut, niscaya kita tidak akan pernah menjadi bangsa yang terhormat. Segi penting yang harus dilakukan tidak lain dari pemberdayaan masyarakat. Para pengambil kebijakan harus berani mendengarkan suara dari massa rakyat, khususnya mereka yang ada di pedesaan, untuk kemudian mengangkat persoalan hidup massa rakyat tersebut ke permukaan, dan merumuskannya menjadi kebijakan yang berpihak. Para ilmuwan, aktivis sosial, dan siapa saja patut mulai berpikir untuk mereka yang akan terkena marjinalisasi, yakni massa rakyat pedesaan. Bagaimana mengenali lebih jauh persoalan-persoalan yang ada di pedesaan? Ini bukan suatu masalah yang mudah dipecahkan. 1

Upload: ilham-nugroho

Post on 25-Jul-2015

300 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sosiologi Pertanian

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sudah masuk dalam arus global-liberalisasi perdagangan,

sudah menghujam sampai ke desa-desa. Kita dapat melihat sendiri bagaimana

komoditi pertanian pedesaan telah terlempar, menjadi tamu di rumahnya

sendiri. Sementara itu, produk dari luar, telah menjadi tuan di tanah air kita.

Masalah ini tentu saja hanya sebagian kecil dari episode marjinalisasi yang

panjang. Tanpa sebuah upaya untuk mendorong perubahan, memperkuat

masyarakat, dan bersama-sama menghadang arus global tersebut, niscaya kita

tidak akan pernah menjadi bangsa yang terhormat.

Segi penting yang harus dilakukan tidak lain dari pemberdayaan

masyarakat. Para pengambil kebijakan harus berani mendengarkan suara dari

massa rakyat, khususnya mereka yang ada di pedesaan, untuk kemudian

mengangkat persoalan hidup massa rakyat tersebut ke permukaan, dan

merumuskannya menjadi kebijakan yang berpihak. Para ilmuwan, aktivis

sosial, dan siapa saja patut mulai berpikir untuk mereka yang akan terkena

marjinalisasi, yakni massa rakyat pedesaan. Bagaimana mengenali lebih jauh

persoalan-persoalan yang ada di pedesaan? Ini bukan suatu masalah yang

mudah dipecahkan.

Masyarakat adalah realita yang rumit, sulit sekali mengurai kerumitan

hanya dengan secarik kertas atau serangkai kata indah namun butuh

melibatkan hati dan diri pada gegap gempitnya hidup. Demikian pula

sosiologi, tidak hanya dapat dilihat dari tumpukan referensi namun juga harus

dinikmati dan dirasakan bersama obyek. Maka dari itu, kami melakukan

praktikum lapang sosiologi pertanian yang berloksi di dusun Mojerejo, desa

Pendem, kecamatan Junrejo, kota Batu.

1

Page 2: Sosiologi Pertanian

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam laporan ini, yaitu:

1. Bagaimanakah karakteristik, pola ekologi, tipe desa, struktur masyarakat,

kebudayaan, perubahan sosial di dusun Mojorejo?

2. Permasalahan apa saja yang terjadi di dusun Mojorejo?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum sosiologi pertanian yang kami lakukan

sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami karakteristik, pola ekologi, tipe desa, struktur

masyarakat, kebudayaan, perubahan sosial masyarakat di dusun Mojorejo

2. Mengetahui permasalahan yang berada di masyarakat desa serta mencari

pemecahannya.

1.4 Manfaat

Manfaat yang akan diperoleh dari praktikum lapang sosiologp

pertanian sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa

Memperluas wawasan dalam penerapan materi kuliah sosilogi pertanian

2. Bagi masyarakat

Masyarakat luas mengetahui perkembangan kehidupan masyarakat,

khususnya masyarakat di pedesaan

3. Bagi penulis

Membantu pemahaman kami dalam mempelajari mata kuliah sosiologi

pertanian dan mengetahui keadaan yang ada pada masyarakat serta

masalah- masalah yang dihadapi sehingga kita bisa memecahkan masalah

dengan dasar ilmu yang kita ketahui.

2

Page 3: Sosiologi Pertanian

II. PROFIL

2.1 Profil Dusun Mojorejo

1. Sejarah Dusun Mojorejo

Asal mula nama Dusun Mojorejo berasal dari banyaknya buah pisang

raja di desa tersebut. Kata Mojo adalah nama dari Mbah Marwan seorang

keturunan Kerajaan Mataram yang membuka hutan menjadi pemukiman

hingga sekarang, sedangkan kata Rejo berarti ramai.

2. Batas wilayah Dusun Mojorejo

a. utara : Dusun Caru

b. barat : Dusun Pendem

c. timur : Dusun Tegal Rondo

d. selatan : Sungai Brantas, Dusun Dadap Rejo

3. Struktur Perangkat Desa Pendem

a. kepala desa : Abdul Rahman

b. sekretaris desa : Iskandar

c. k.umum : Supardi

d. k.keuangan : Sugeng

e. k.kesra : Khoirul Anwar

f. k.pemerintahan : Putut

g. k.ekbang : Sa’an

h. kepala dusun : Soemardi

Miskan

Istukit

Agus Muntholib

4. lain-lain

a. jumlah penduduk : 2700 jiwa

b. jumlah KK : 526 KK

c. jumlah RT : 8

d. jumlah RW : 2

e. pekerjaan warga : 90 % pertanian, 10 % lain-lain

3

Page 4: Sosiologi Pertanian

f. tingkat pendidikan :98 % SD, SMP dan SMA, 2% perguruan tinggi

g. fasilitas : 2 masjid, 5 mushola, 2 pondok pesantren

h. agama : 98 % warga beragama islam

2 orang beragama kristen

2 orang beragama budha

i. luas dusun : 610 ha

j. kesenian : kuda lumping, terbang cidor, bantengan,

campursari, orkes melayu, terbang banzari, wayang kulit.

2.2 Profil kelompok tani

Kelompok tani Sari Mulya I didirikan tahun 1986, nama kelompok

tani tersebut mempunyai arti memuliakan.

1. struktur pengurus kelompok tani:

a. ketua : H.Solichin

b. sekretaris : Suprianto

c. bendahara : Suprianto

2. jumlah anggota : 125 orang

3. luas lahan sawah : 54 ha

4. pertemuan rutin : Desa 3 bulan sekali

Dusun 1 bulan sekali

4

Page 5: Sosiologi Pertanian

III. METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penentuan lokasi dilakukan dengan sengaja ( purposive ) di dusun

Mojorejo, desa Pendem, Kota Batu. Alasan kami memilih penelitian ke dusun

Mojorejo, karena kami ingin menganalisis kehidupan sosial pertanian yang

ada di Dusun Mojorejo. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada 29 November

2009 dan 7 Desember 2009.

3.2 Penentuan sampel

Responden dalam penelitian ini adalah aparat, petani, buruh tani di

dusun Mojorejo. Dari penelitian ini, penentuan responden dilakukan secara

acak atau tidak ada ketentuan untuk memperoleh data yang paling dominan

tentang kehidupan petani dan buruh tani di Dusun Mojorejo. Pembagian

daftar pertanyaan dilakukan berdasarkan aspek-aspek sosiologi pertanian.

Langkah berikutnya adalah menganalisis hasil dari wawancara dengan

responden. Analisis juga disesuaikan dengan aspek-aspek yang ada dalam

sosiologi pertanian. Wawancara ini meliputi identitas responden dan

dokumentasi beserta video responden.

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Jenis data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer

dan data sekunder.

1. data primer diperoleh melalui penelitian langsung ke dusun

Mojorejo dan melakukan wawancara dengan responden .

2. data sekunder diperoleh dari data-data kependudukan di dusun

Mojorejo.

5

Page 6: Sosiologi Pertanian

3.3.2 Teknik Pengumpulan data

1. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survey

yang menggunakan pertanyaan lisan pada responden mengenai

aspek-aspek yang terdapat dalam sosiologi pertanian. Wawancara

ini dilakukan secara langsung dan identitas responden beserta

keterangan pendukung juga disertakan pada wawancara.

2. Observasi

Penelitian dengan melakukan pengamatan secara cermat dan

langsung terhadap kehidupan petani, buruh tani, aparat yang ada

hubungannya dengan penelitian yaitu dengan mencocokkan aspek-

aspek sosiologi pertanian.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data langsung dari

tempat penelitian meliputi foto, rekaman suara, dan rekaman video

respondenyang ada di dusun Mojorejo.

6

Page 7: Sosiologi Pertanian

IV. TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Karakteristik desa

The village is principally a place of residence and not primarily a

business center. It is composed chiefly of farm dwellings and their associated

autbuildings, demikian pendapat Finch yang dikutip oleh Prof.Bintarto

(1984:12).

Desa ialah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu

masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan pemerintahan sendiri

(Sutardjo Kartohadikusumo,1953).

Menurut Prof.Drs.R.Bintarto,1983 menyebutkan bahwa desa adalah

suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan

lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan

di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi

politik dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga

dalam hubungannya dengan daerah-daerah lain.

Menurut Drs.Sapari Imam Asy’ari 1993:93 karakteristik desa meliputi:

1. Aspek morfologi, desa merupakan pemanfaatan lahan atau tanah oleh

penduduk atau masyarakat yang bersifat agraris, serta bangunan rumah

tinggal yang terpencar (jarang). Desa berhubungan erat dengan alam, ini

disebabkan oleh lokasi goegrafis untuk petani, serta bangunan tempat

tinggal yang jarang dan terpencar.

2. Aspek jumlah penduduk, maka desa didiami oleh sejumlah kecil

penduduk dengan kepadatan yang rendah.

3. Aspek ekonomi, desa ialah wilayah yang penduduk atau masyarakatnya

bermata pencaharian pokok di bidang pertanian, bercocok tanam atau

agrarian, atau nelayan.

7

Page 8: Sosiologi Pertanian

4. Aspek hukum, desa merupakan kesatuan wilayah hukum tersendiri,

(P.J.M.Nas, 1979:28-29 dan Soetardjo,1984:16) dimana aturan atau nilai

yang mengikat masyarakat di suatu wilayah.Tiga sumber yang dianut

dalam desa, yakni:

a. Adat asli

Norma-norma yang dibangun oleh penduduk sepanjang sejarah dan

dipandang sebagai pedoman warisan dari masyarakat

b. Agama/kepercayaan

Sistem norma yang berasal dari ajaran agama yang dianut oleh warga

desa itu sendiri

c. Negara Indonesia

Norma-norma yang timbul dari UUD 1945, peraturan yang

dikeluarkan oleh pemerintah

5. Aspek sosial budaya, desa itu tampak dari hubungan sosial antar

penduduknya yang bersifat khas, yakni hubungan kekeluargaan, bersifar

pribadi, tidak banyak pilihan, dan kurang tampak adanya pengkotaan,

dengan kata lain bersifat homogeny, serta bergotong royong.

Aspek morfologi menurut Smith dan Zopf, 1970 adalah terdiri dari

lingkungan fisik desa dan pola pemukiman. Pola pemukiman berkaitan dengan

hubungan-hubungan keruangan (spatial) pemukiman (petani) antara satu den-

gan yang lain dan dengan lahan pertanian mereka.Secara umum ada 2 pola pe-

mukiman, yaitu :

1. Pemukiman penduduknya berdekatan satu sama lain dengan lahan per-

tanian berada di luar dan terpisah dari lokasi pemukiman,

2. Pemukiman penduduknya terpencar dan terpisah satu sama lain dan

masing-masing berada di dalam atau di tengah lahan pertanian

mereka.

Secara lebih rinci, Paul H Landis membedakan empat pola pemukiman,

yaitu The farm village type, The nebulous farm type, The arranged isolated

farm type, The pure isolated farm type.

8

Page 9: Sosiologi Pertanian

4.2 Pola ekologi dan tipe desa

1. Pola ekologi desa

Menurut Drs.Sapari Imam Asy’ari,1993, pola lokasi desa adalah

pengaturan ruang lingkup desa, bagaimana pengaturan lahan untuk

perumahan dan pekarangan, serta penggunaan lahan untuk persawahan

atau perladangan, pertambakan, penggembalaan ternak, hutan lindung

dan sebagainya. Ukuran yang dijadikan pedoman bagi warga desa adalah

unsur-unsur kemudahan, keamanan, dan ada norma tertentu yang

bersifat budaya dan rohaniah yang harus diperhitungkan, dalam hal

pemilihan lokasi untuk rumah tinggal misalnya. Umumnya warga desa

menyatu dengan alam, dalam arti sering tergantung kepada keadaan alam

dan unsur kepercayaan yang sifatnya tahayul.

Drs.Sapari Imam Asy’ari 1993:109 mengemukakan bahwa desa

yang maju, memiliki tata ruang desa yang rapi, asri dan indah dipandang

mata, dengan deretan rumah dan pepohonan di kanan kiri jalan. Pola

lokasi desa pada umumnya menganut pola konsentris. Ada pusat desa

atau dusun, yang menurut sejarahnya sebagai cikal bakalnya. Jenis-jenis

pola lokasi desa yaitu pola melingkar, pola mendatar, pola konsentris,

pola memanjang jalur sungai atau jalan dan pola mendatar.

2. Tipe desa

a.Tipe desa menurut mata pencaharian (Yayuk Yuliati dan Mangku

Poernomo,2003:38):

1) Desa pertanian

Desa pertanian biasanya dilandasi oleh mayoritas pekerjaan dari

penduduknya adalah pertanian tanaman budidaya. Desa ini bias

pertanian lahan sawah dan tegal dengan karakteristik masing-

masing.

2) Desa peternakan

Desa peternakan merupakan desa dimana penduduknya

mempunyai mata pencaharian utama peternakan. Meski demikian

kenyataannya saat ini tidak ada satupun desa yang memiliki

9

Page 10: Sosiologi Pertanian

homogenitas. Meski ada mata pencaharian lain namun, peternakan

tetap merupakan pencaharian utama

3) Desa industri

Desa yang memproduksi kebutuhan dan alat perlengkapan hidup.

b. Tipe desa menurut tingkat perkembangan desa (Drs.Sapari Imam

Asy’ari,1993:117):

1) Desa swadaya, yaitu desa yang belum mampu mandiri dalam

penyelenggaraan urutan rumah tangga sendiri, administrasi desa

belum terselenggara dengan baik dan LKMD belum berfungsi

dengan baik dalam mengorganisasikan dan menngerakkan peran

serta masyarakat dalam pembangunan desa secara terpadu.

2) Desa swakarya, yaitu desa setingkat lebih tinggi dari desa swadaya.

Pada desa swakarya ini, mulai mampu mandiri untuk

menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, administrasi desa

sudah terselenggara dengan cukup baik dan LKMD cukup

berfungsi dalam mengorganisasikan dan menggerakkan peran serta

masyarakat dalam pembangunan secara terpadu.

3) Desa swasembada, yaitu desa yang telah mampu

menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, administrrasi desa

sudah terselenggara dengan baik dan LKMD telah berfungsi dalam

mengorganisasikan serta mampu menggerakkan peran serta

masyarakat dalam pembanguanan secara terpadu.

Menurut Drs.Sapari Imam Asy’ari,1993:117, tipe desa ditentukan

berdasarkan pendekatan potensi dominan yang diolah dan dikembangkan

serta telah menjadi sumber penghasilan sebagian besar masyarakat desa.

Tipe desa meliputi 8 tipe, yaitu:

1. Tipe desa nelayan

2. Tipe desa persawahan

3. Tipe desa perladangan

4. Tipe desa perkebunan

5. Tipe desa peternakan

6. Tipe desa kerajinan/industri kecil

1

Page 11: Sosiologi Pertanian

7. Tipe desa industri sedang dan besar

8. Tipe desa jasa dan perdagangan

4.3 Struktur masyarakat

Struktur adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu berhubungan

satu dengan lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Struktur adalah

sifat fundamental bagi setiap sistem (anonymous,2009).

Struktur adalah susunan atau cara sesuatu disusun atau dibangun.

Struktur masyarakat adalah konsep perumusan hubungan antar individu dalam

kehidupan masyarakat yang merupakan pedoman bagi tingkah laku individu

(Yayuk Yuliati dan Mangku Poernomo,2003).

Menurut Soedjono Soekanto 1997, kelembagaan social atau

kelembagaan kemasyarakatan adalah himpunan norma-norma atau segala

tindakan yang berkisar pada satu kebutuhan pokok manusia. Himpunan norma

tersebut ada dalam segala tindakan serta mengatur manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain, kelembagaan social terdiri dari

himpunan norma dengan keterkaitan yang erat dan sistematis membentuk

piranti untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Koentjaraningrat mengatakan bahwa lembaga kemasyarakatan atau

pranata sosial merupakan suatu sistem norma khusus yang menata suatu

rangkaian tindakan berpola guna memenuhi kebutuhan manusia dalam

kehidupan bersama.

Lembaga-lembaga kemasyarakatan mempunyai kegunaan utama

sebagai alat pengamatan kemasyarakatan (social control), karena dengan

mengetahui adanya lembaga-lembaga itu setiap orang dapat mengatur

perilakunya menurut kehendak masyarakat. Sosial control bertujuan untuk

mencapai keadaan damai melalui keserasian antara stabilitas dengan

perubahan-perubahan masyarakat, atau suatu sistem pengendalian sosial

bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian

dengan keadilan/kesebandingan (Soekanto, 1997).

1

Page 12: Sosiologi Pertanian

Adapun faktor-faktor yang memperkuat kelembagaan(Tim Teknis

Pusat Primatani,2007) yaitu:

1. faktor bertolak atas kenyataan yang ada, tiap masyarakat memilki jalannya

sendiri. Kondisi yang ada harus menjadi dasar pengembangan.

2. faktor kebutuhan, kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

3. faktor berpikir dalam kesisteman.

4. faktor partisipatif, seluruh keputusan dan aksi haruslah merupakan

kesepakatan semua pihak. Pembentukan kelembagaan yang didasarkan

atas keinginan dan kesadaran sendiri, tentu akan menumbuhkan rasa

memilki yang sesungguhnnya.

5. faktor efektifitas, kelmbagaan hanyalah alat, bukan tujuan.

6. faktor efisiensi, pertimbangan dalam memilih kelembagaan adalah

keefisienan. Apakah dengan membentuk satu lembaga baru akan lebih

murah, lebih mudah, dan lebih sederhana? Keefisienan mencakup dua

kategori, yaitu secara keseluruhan, atau secara bagian perbagian.

7. faktor telksibiltas, tidaka ada acuan baku. Bagaimana kelembagaan akan

dibentuk, harus sesuai dengan sumberdaya yang ada, kondisi yang

dihadapi, keinginan dan kebutuhan petani, serta kemampuan petugas

pelaksana.

8. faktor nilai tambah atau keuntungan. Opsi yang dipilih adalah yang

mampu memberikan nilai tambah atau keuntungan paling besar bagi

seluruh pelaku agribisnis yang terlibat, terutama pelaku di pedesaan.

9. faktor desenralisasi setiap sel akan/dalam sistem harus beroperasi dengan

kewenangan cukup, sehingga beraktifitasnya dapat berkembang optimal.

10. faktor keberlanjutan pada akhirnya model harus mampu membangun

kekuatannya sendiri dari dalam. Ia akan tetap mampu beroperasi,

meskipun input atau dukungan dari luar berkurang.

1

Page 13: Sosiologi Pertanian

4.4 Kebudayaan masyarakat

1. Pengertian kebudayaan

Budaya atau kebudayaan bersal dari bahasa sansekerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

diartiakan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yaitu mengolah atau

mengerjakan, bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.

Menurut E.B.Tylor (1871), memberikan definisi kebudayaan yaitu

kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampun

serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai angota

masyarakat. Menurut Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi,

kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai

kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau

gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan

sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

2. Unsur-unsur kebudayaan

Melville J.Herskovits menyebutkan kebudayaan memilki empat

unsur pokok yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan

kekuasaan politik. Bronislaw Malinowski mengatakan ada empat unsur

pokok yang meliputi:

a. sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota

masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.

b. organisasi ekonomi

c. alat-alat lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan

(keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

d. organisasi kekuatan (politik)

1

Page 14: Sosiologi Pertanian

3. Wujud-wujud kebudayaan

Menurut J.J.Hoenigman, wujud kebudayaan sebagai berikut:

a. Gagasan (wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk

kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan

sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.

Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam

pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan

gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan

ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para

penulis warga masyarakat tersebut.

b. Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola

dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut

dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas

manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul

dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan

adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-

hari, dan dapat diamati dan didokemntasikan.

c. Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari

aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat

berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan

dikomentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud

kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud

kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang

lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah

kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

1

Page 15: Sosiologi Pertanian

4. Komponen kebudayaan

Berdasarkan wujud kebudayaan tersebut, kebudayaan dapat

digolongkan atas dua komponen utama:

a. Kebudayaan material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat

yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah

temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi:

mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan

material juga mencakup barang-barang seperti televisi, pesawat

terbang, stadion olahraga, dll.

b. Kebudayaan non-material

Kebudayaan non-material adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang

diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita

rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

5. Hubungan antar unsur-unsur kebudayaan

a. Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan

Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi,

memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan.

Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan

masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau

dalam memproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat kecil yang

berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian

paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional, yaitu:

alat-alat produktif, senjata, wadah, alat-alat menyalakan api, makanan,

pakaian, tempat berlindung dan perumahan, serta alat-alat transportasi.

b. Sistem mata pencaharian hidup

Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus

pada masalah-masalah mata pencaharian tradisionalnya saja seperti

berburu, beternak, bercocok tanam di ladang dan menangkap ikan.

1

Page 16: Sosiologi Pertanian

c. Sistem kekerabatan dan organisasi sosial

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam

struktur sosial. M.Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan

suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur

sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-

unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki

hubungan darah atau hubungan perkawinan.

Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh

masyarakat, baik yang berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana

partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.

Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia

membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu

yang tidak dapat mereka capai sendiri.

d. Bahasa

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan

manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat

tulisan, lisan, ataupun gerakan debgan tujuan menyampaikan maksud

hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui

bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adar istiadat.

Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi

umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai

alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan

integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan secara fungsi bahasa secara

khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-

hari, mewujudkan seni (sastra ), mempelajari naskah-naskah kuno, dan

untuk mengeksploitasu ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. Kesenian

Kesenian mengacu pada pada nilai keindahan yang berasal dari

ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata

ataupun telinga.

1

Page 17: Sosiologi Pertanian

f. Sistem kepercayaan

Keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya

ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad

raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup

masyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem

kepercayaan kepada penguasa alam semesta.

4.5 Perubahan sosial

Menurut Merton,1957:1964; perubahan sosial adalah perubahan prilaku

sosial masyarakat yang merupakan fungsi manifestasi dari satu rekayasa

sosial lewat upaya pembangunan yang dilambangkan abtau diwujudkan

dalam kegiatan industrialisasi menuju satu masyarakat modern.

Perubahan sosial adalah masyarakt berubah dari pola hidup tradisional

kepada pola hidup yang lebih modern (Larson dan Roger, 1964). Menurut

Drs.Sahat Simamora, 1983 mengemukakan perubahan sosial adalah setiap

perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat atau perubahan dalam

organisasi sosial masyarakat.

Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya

merupakan penyebab dari perubahan. Tiga faktor yang dapat mempengaruhi

peruhan sosial yaitu tekanan kerja dalam masyarakat, keefektifan

komunikasi dan perubahan lingkungan alam.

Aspek-aspek perubahan sosial:

1. Urbanisai, ialah bentu khusus proses modernisasi atau proses pengkotaan

(proses mengkotanya suatu daerah/desa); proporsi penduduk yang tinggi

di kota di banding dengan yang tinggal di desa. Perpindahan atau

pergeseran penduduk dari desa ke kota.

2. Perubahan kultural, perubahan kebudayaan masyarakat desa dari pola

tradisional menjadi modern. Dala hal ini yang dimaksud adalah

kebudayaan yang awalnya bersifat tradisional, mulai dari alat yang

digunakan, ideologi pendidikan, sedikit demi sedikit menjadi

berkembang ke arah yang lebih modern.

1

Page 18: Sosiologi Pertanian

3. Perubahan struktural, bagian dari seesuatu hal berhubungan satu dengan

yang lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Dengan kata lain,

mengalami perubahan sifat fundamental bagi setiap sistem.

4. Perubahan lembaga/kelembagaan, jika suatu masyarakat menginginkan

suatu kebutuhan baru dan beragam, maka secara otomatis lembaga lama

tidak akan berfungsi lagi.

5. Perubahan dan pembangunan di bidang pertanian, artinya perubahan

tersebut tidak lepas dari perubahan yang ada di dunia ini, khusunya

dalam bidang IPTEK yang menunjang peningkatan dalam sektor

pertanian.

1

Page 19: Sosiologi Pertanian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

No. Nama Umur W/P Tingkat Status Pekerjaan

    (thn)   Pendidikan   Utama Sampingan

1 Karsi 65 P SR Kawin Buruh Tani  

2 Suparto 57 P SD Kawin Petani Peternak

3 Wasiah 50 W SD Kawin Petani  

4 Nur 49 W SD Kawin Petani  

5 Soemardi 54 P SLTA Kawin Petani Peternak

            Kasun Penambak Ikan

5.2 Karakteristik Desa

1. Aspek Morfologi

Menurut Drs.Sapari Imam Asy’ari 1993:93 dalam aspek morfologi,

desa merupakan pemanfaatan lahan atau tanah oleh penduduk atau

masyarakat yang bersifat agraris, serta bangunan rumah tinggal yang

terpencar (jarang). Desa berhubungan erat dengan alam, ini disebabkan

oleh lokasi goegrafis untuk petani, serta bangunan tempat tinggal yang

jarang dan terpencar.Jadi dapat dikatakan bahwa aspek morfologi meliputi

lingkungan fisik desa dan pola pemukiman.

Aspek morfologi menurut Smith dan Zopf, 1970 adalah terdiri dari

lingkungan fisik desa dan pola pemukiman. Pola pemukiman berkaitan

dengan hubungan-hubungan keruangan (spatial) pemukiman (petani) an-

tara satu dengan yang lain dan dengan lahan pertanian mereka.Secara

umum ada 2 pola pemukiman, yaitu :

a. Pemukiman penduduknya berdekatan satu sama lain dengan lahan per-

tanian berada di luar dan terpisah dari lokasi pemukiman.

b. Pemukiman penduduknya terpencar dan terpisah satu sama lain dan

masing-masing berada di dalam atau di tengah lahan pertanian

mereka.

Secara lebih rinci, Paul H Landis membedakan empat pola

pemukiman, yaitu The farm village type, The nebulous farm type, The

arranged isolated farm type, The pure isolated farm type.

1

Page 20: Sosiologi Pertanian

Dusun Mojorejo memiliki bentuk topografi berupa hamparan

(datar). Dengan bentuk topografi semacam ini, sangat cocok untuk daerah

pertanian khususnya menjadi lahan persawahan . Dusun Mojorejo sendiri

memiliki luas lahan untuk pertanian sekitar 54 ha dan lahan untuk pemuki-

man sekitar 126 Ha, dengan pola lahan pemukiman yang terpisah dengan

lahan pertanian. Sistem pertanian yang diterapkan adalah menetap.

Pola pemukiman menurut Smith dan Zopf, dusun Mojorejo terma-

suk dalam pola pemukiman penduduknya berdekatan satu sama lain den-

gan lahan pertanian berada di luar dan terpisah dari lokasi pemukiman.

Menurut Paul H Landis, pola pemukiman dusun Mojorejo termasuk The

farm village type.

2. Aspek jumlah penduduk

Aspek jumlah penduduk, maka desa didiami oleh sejumlah kecil

penduduk dengan kepadatan yang rendah (Drs.Sapari Imam Asy’ari

1993:93). Dari data yang kami peroleh dari Bapak Soemardi yang

merupakan kepala dusun Mojorejo, menyebutkan bahwa desa ini memiliki

8 RT dan 2 RW dan di dalamnya termasuk penduduk yang jumlahnya

mencapai 2700 jiwa serta 526 kepala keluarga. Menurut pernyataan Pak

Soemardi selaku kepala dusun mojorejo bahwa penduduk di dusunnya

bermayoritas telah mengikuti progam KB, maka tidak heran setiap

keluarga memiliki rata-rata 2-3 anak.. Program KB ini banyak diikuti oleh

warga karena adanya kesadaran bahwa mempunyai anak lebih dari dua

mengakibatkan pengeluaran yang cukup besar.

3. Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi, desa ialah wilayah yang penduduk atau

masyarakatnya bermatapencaharian pokok di bidang pertanian, bercocok

tanam atau agrarian, atau nelayan (Drs.Sapari Imam Asy’ari 1993:93).

Sebagian masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Hal ini

terjadi karena secara finansial memang tidak mampu. Umumnya mata

pencaharian di desa adalah sebagai petani, sama halnya di dusun

Mojorejo, sekitar 90 % sebagian besar penduduknya bermata pencaharian

sebagai petani dan 10 % bekerja dalam pekerjaan lain, seperti berdagang,

2

Page 21: Sosiologi Pertanian

PNS, Polri dan lain-lain. Sesuai yang di utarakan Bapak Soemardi,tingkat

kesejahteraan penduduk di desa ini masih tergolong rendah, karena

sebagian besar penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh petani

hanya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan gaji yang seadanya,

sebagai contoh, gaji untuk buruh petani laki-laki adalah Rp.15.000,-/hari

dan buruh petani wanita adalah Rp.10.000,-/hari dengan pengeluaran yang

tidak menentu.

4. Aspek Hukum

Aspek hukum, desa merupakan kesatuan wilayah hukum tersendiri,

(P.J.M.Nas, 1979:28-29 dan Soetardjo,1984:16) dimana aturan atau nilai

yang mengikat masyarakat di suatu wilayah.

Dusun Mojorejo ini menganut 3 jenis hukum yang berbeda,

hukum-hukum itu adalah ;

a. Hukum adat

Hukum adat merupakan hukum yang tidak tertulis, namun

mempunyai kekuatan mengikat yang cukup kuat. Adapun sanksi

apabila melanggar hukum ini adalah sanksi moral dari masyarakat,

serta mungkin ada sanksi lain yang disepakati oleh warga itu sendiri,

maksudnya warga akan cenderung memusuhi atau setidaknya

mengucilkan orang yang melanggarnya. Seperti yang dituturkan olah

Bapak Soemardi, sabagai contoh ada orang yang tertangkap basah

sedang ”Kumpul Kebo” , maka warga desa akan beramai-ramai

mengarak keduanya keliling desa dan nantinya pelaku kumpul kebo ini

akan dikenai denda sesuai kesepakatan warga.

b. Hukum Syari’ah atau hukum Syarat

Sebagian besar penduduk desa ini yaitu sekitar 98% adalah

pemeluk agama islam, jadi warga desa ini juga menggunakan hukum

islam dalam kehidupan sehari-harinya untuk melaksanakan

kehidupan.. Sanksi dari hukum ini bukan manusia atau warga yang

memutuskan namun sanksi ini datangnya dari Tuhan sendiri.

2

Page 22: Sosiologi Pertanian

c. Hukum Negara

Hukum negara adalah hukum yang mencakup suatu teritori

yang jauh lebih luas dari desa. Dan hukum ini patut ditaati oleh siapa

saja yang berada dalam wilayah tersebut. Hukum ini dibuat oleh

pemerintah, dan sanksi yang didapat juga berasal dari pemerintah.

Dusun ini masih termasuk dalam kawasan teritorial Indonesia, jadi

semua penduduk di desa ini juga harus mematuhi hukum yang dibuat

oleh pemerintah tersebut. Sebagai contoh yang diberikan olah kepala

dusun mojorejo, Pak Soemardi mengatakan ”kalau ada maling yang

berasal dari warga saya, saya akan beri peringatan terlebih dahulu, bila

dia mengulangi perbuatannya lagi, maka warga akan

menyerahkannnya ke pihak berwajib”.

5. Aspek Sosial Budaya

Menurut Drs.Sapari Imam Asy’ari 1993:93, aspek sosial budaya,

desa itu tampak dari hubungan sosial antar penduduknya yang bersifat

khas, yakni hubungan kekeluargaan, bersifat pribadi, tidak banyak pilihan,

dan kurang tampak adanya pengkotaan, dengan kata lain bersifat

homogen, serta bergotong royong. Di dusun Mojorejo, sosial budaya yang

terjadi masih sangat kental, contohnya gotong royong.

5.3 Pola ekologi desa atau tipe desa

Menurut Drs.Sapari Imam Asy’ari,1993, pola lokasi desa adalah

pengaturan ruang lingkup desa, bagaimana pengaturan lahan untuk

perumahan dan pekarangan, serta penggunaan lahan untuk persawahan atau

perladangan, pertambakan, penggembalaan ternak, hutan lindung dan

sebagainya. Drs.Sapari Imam Asy’ari 1993:109 mengemukakan bahwa desa

yang maju, memiliki tata ruang desa yang rapi, asri dan indah dipandang

mata, dengan deretan rumah dan pepohonan di kanan kiri jalan. Pola lokasi

desa pada umumnya menganut pola konsentris. Jenis-jenis pola lokasi desa

yaitu pola melingkar, pola mendatar, pola konsentris, pola memanjang jalur

sungai atau jalan dan pola mendatar (Drs.Sapari Imam Asy’ari,1993).

2

Page 23: Sosiologi Pertanian

Dusun Mojorejo ini merupakan desa pertanian dimana letak lahan untuk

persawahan terpisah dengan lahan pemukiman dan sebagian besar warganya

bekerja sebagai petani. Dan apabila dilihat dari pola lokasi desanya, desa ini

termasuk dalam desa yang memiliki ”pola mendatar”, pola mendatar adalah

pola dimana desa dengan wilayah lahan yang berbebentuk persegi serta

jalannya membentuk 2 sumbu simetri dan dusun-dusunnya terletak pada sisi

masing-masing perpotongan jalan desa tersebut. Desa ini memiliki jalan-jalan

yang membentuk sumbu simetri, walaupun bentuk desa tidak benar-benar

berbentuk persegi, namun bentuknya paling mendekati bentuk ini, dan yang

paling mendekati kriteria dalam pola desa mendatar. Pola ekologi desa tidak

hanya tentang bentuk atau tipe desa, tapi juga berkaitan tentang tingkat

perkembangan desa itu sendiri.

Ditinjau dari tingkat perkembangan desa atau kemandirian desa, desa

ini tergolong dalam “desa swakarsa”. Desa swakarsa adalah desa yang mulai

mampu melaksanakan pemerintahannya sendiri serta desa yang mempunyai

landasan untuk berkembang menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Penggolongan desa ini ke dalam desa swakarsa didasarkan pada 2 faktor

utama yaitu kemampuan dalam bidang ekonomi pada khususnya dan juga

dilihat dari kemampuan desa untuk melaksanakan peneyelenggaraan desanya

sendiri. Dalam bidang pemerintahan, menurut Bapak Soemardi sebagai

kepala dusun, di desa ini sudah sering diadakan rapat desa secara rutin.

Namun mengapa dusun ini masih digolongkan dalam desa swakarsa, hal ini

dapat dilihat dari aspek ekonominya, desa ini belum mampu menyelesaikan

masalah ekonominya dengan baik. Bahkan menurut Bapak Soemardi tingkat

perokonomian desa ini masih dibawah rata-rata. Itulah menagapa sebabnya

dusun Mojorejo ini tergolong dalam desa swakarsa.

2

Page 24: Sosiologi Pertanian

5.4 Struktur masyarakat desa

Struktur adalah susunan atau cara sesuatu disusun atau dibangun.

Struktur masyarakat adalah konsep perumusan hubungan antar individu dalam

kehidupan masyarakat yang merupakan pedoman bagi tingkah laku individu

(Yayuk Yuliati dan Mangku Poernomo,2003).

Struktur masyarakat adalah konsep perumusan hubungan antar

individu dalam kehidupan masyarakat yang merupakan pedoman bagi

tingkah laku individu. Struktur masyarakat di dusun Mojorejo telah berjalan

dengan baik, dengan adanya seorang pemimpin yang berfungsi mengarahkan

anggotanya agar menjadi baik, seperti adanya kepala dusun, ketua kelompok

tani. Dengan adanya seorang pemimpin, permasalahan yang ada dapat

dipecahkan secara bersama-sama.

Dalam struktur masyarakat di dusun Mojorejo, struktur biologis (laki-

laki, perempuan dan usia tua/muda) mempengaruhi dalam kehidupan sosial

bermasyarakat dimana adanya saling menghormati dan kaum muda

melakukan sesuatu berasal dari kaum tua. Untuk pekerjaan sendiri, laki-laki,

perempuan dan usia tua/muda tidak ada pembatasan untuk bekerja karena

mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Menurut Soedjono Soekanto 1997, kelembagaan social atau

kelembagaan kemasyarakatan adalah himpunan norma-norma atau segala

tindakan yang berkisar pada satu kebutuhan pokok manusia. Himpunan

norma tersebut ada dalam segala tindakan serta mengatur manusia untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain, kelembagaan social terdiri

dari himpunan norma dengan keterkaitan yang erat dan sistematis

membentuk piranti untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kelembagaan di

dusun Mojorejo dapat dilihat dengan adanya kelompok tani Sri Mulya I,

dimana dalam kelembagaan tersebut, masyarakat petani sebagai anggotanya

merasa sangat terbantu.

2

Page 25: Sosiologi Pertanian

STRUKTUR PERANGKAT DESA PENDEM

Peranan:

Kades : bertugas memantau/mengawasi dan menata jalannya desa

Sekdes : membantu ketua dalam menjalankan tugas-tugasnya

Kaur umum : bertugas/mengawasi keseluruhan tugas para kaur yang ada di

desa pendeem

Kaur kesra : bertugas dalam sarana prasarana yang ada di desanya

Kaur keuangan : mengatur/mencatat pengeluaran dan pemasukan

uang/dana yang ada di desa Pendem

Kaur pemerintahan : menata struktur desa Pendem

Kaur ekbang : mengatur ekonomi dan pembangunan

Kasun : memimpin dusunnya dan pembantu segala bidang dari kepala

desa.

SEKDES

KAUR EKBANG

KAUR KESRA

KAUR KEUANGAN

KAUR UMUM KAUR PEMERINTAHAN

KASUN:SOEMARDI

STUKITMISKAN

AGUS

KEPALA DESA

2

Page 26: Sosiologi Pertanian

STRUKTUR PERANGKAT KELOMPOK TANI SRI MULYA I

Peranan :

Ketua : bertugas memantau/mengawasi dan menata jalannya

pengelolaan dalam kelompok tani Sri Mulya I

Sekretaris : mencatat/mendata kegiatan pengelolaan yang ada

dalam kelompok tani Sri Mulya I

Bendahara : mengurus keuangan kelompok tani.

5.5 Kebudayaan Masyarakat Dusun Mojorejo

Kebudayaan masyarakat dusun ini dapat dilihat dari segi unsur-unsur

kebudayaan itu sendiri,dimana unsur-unsur kebudayaan itu meliputi :

a. mata pencaharian

b. sistem pengetahuan

c. sistem religi

d. kesenian

e. bahasa

f. hukum

g. peralatan dan perlengkapan hidup,dan

h. sistem kemasyarakatan

KETUA KELOMPOKH.SOLICHIN

BENDAHARASUPRIANTO

SEKRETARISSUPRIANTO

ANGGOTA KELOMPOK

2

Page 27: Sosiologi Pertanian

Mata pencaharian adalah salah satu unsur unsur budaya yang penting.

Karena dengan adanya mata pencaharian setiap orang bisa menghasilkan

sesuatu untuk menghidupi diri mereka sendiri ataupun keluaraganya. Mata

pencaharian bisa bermacam-macam jenisnya. Pada masyarakat desa mata

pencaharian umumnya tergantung pada letak atau keadaan georafis desa

tersebut. Misalnya desa yang terletak di daerah pantai, mata pencahariannya

sudah pasti sebagai nelayan. Untuk daerah dataran tinggi cocok untuk daerah

pertanian ataupun perkebunan, dan dataran rendah cocok untuk daerah

pertanian. Sedangkan untuk dusun Mojorejo ini terletak di daerah dataran

rendah sehingga cocok sebagai lahan pertanian. Sebagian besar penduduk di

Dusun Mojorejo bermata pencaharian sebagai petani,yaitu ±90%. Disamping

itu mereka juga memiliki pekerjaan sampingan yakni beternak, tambak ikan

nila dan pedagang asongan. Pekerjaan ini juga merupakan kerja sama antara

warga Dusun Mojorejo dengan pemerintah. Untuk tambak ikan nila baru

berjalan kurang dari satu tahun.Mereka menjualnya mulai dari bibit ikan

sampai ikan yang berukuran dewasa.Untuk pembuatan tambak ikan ini

memerlukan ukuran ± 20x10 dibagi menjadi 4 petak.Dalam 1

tahunnya,mereka dapat memanen ±4 kali.Mereka menjual induk ikan nila

yang berumur tujuh bulan seharga Rp.7000. Sedangkan untuk yang berumur 2

minggu dijual seharga Rp.250.Untuk ternak kelinci,mereka menjual kelinci

yang berumur 1 bulan seharga Rp.11.000.Sedangkan yang berukuran

besar/dewasa seharga Rp.70.000-Rp.90.000.

Di setiap kebudayaan yang ada, dimanapun daerahnya, pasti

mengetahui ilmu pengetahuan. Pengetahuan itu bisa mencakup banyak hal,

dalam konteks ini pengetahuan tersebut menyangkut pengetahuan tentang

pertanian di dusun Mojorejo. Pengetahuan itu didapat turun-temurun dari

nenek moyang mereka. Pengetahuan itu berupa bagaimana cara mengolah

tanah dengan benar, bagaimana cara perawatan tanaman yang baik dan sistem

panennya serta bagaimana atau kapan memulai musim tanam yang

disesuaikan dengan keadaan musimnya. Pengetahuan itu juga tidak lepas dari

pendidikan, karena pengetahuan itu bisa diajarkan dari proses yan dinamakan

pendidikan. Dalam bidang pendidikan, pada dasarnya sama dengan desa-desa

2

Page 28: Sosiologi Pertanian

lainnya yang rata-rata hanya lulusan dari SMP atau SMA. Hal ini dikarenakan

selain faktor ekonomi hal yang mempengaruhi adalah faktor lokasi, lokasi dari

desa Mojorejo yang jauh dari kota ataupun pusat pendidikan. Oleh karena itu

apabila ada penduduk yang ingin bersekolah, akan mengalami kesulitan dalam

hal transportasi. Kalau adapun penduduk yang meneruskan sekolah maka

mereka harus mengeluarkan biaya lebih untuk ongkos alat transportasi.

Sebagian dari mereka tidak meneruskan pendidikan karena mereka lebih

memilih untuk langsung bekerja, adapun sebagian wanita memutuskan untuk

langsung menikah. Ada juga sebagian penduduk yang meneruskan pendidikan

sampai bangku kuliah namun jumlah hanya sedikit, tidak lebih dari 15 orang.

Sistem religi juga merupakan salah satu unsur budaya. Sistem religi adalah

sistem kepercayaan masyarakat terhadap Tuhan. Tanpa adanya agama suatu

masyarakat tidak akan bisa tertata dengan baik dan tidak teratur, karena dalam

agama diajarkan bagaimana manusia itu menjalankan hidupnya dengan baik.

Bayangkan kalau dalam suatu kebudayaan tidak ada unsur religi yang

mengatur hidup manusianya. Bisa dipastikan kebudayaan itu menjadi suatu

budaya yang buruk..

Dalam bidang agama atau religi, kami menemukan data sebagai

berikut, sekitar 98% penduduk Mojorejo beragama Islam dan sisanya sekitar

2% beragama Kristen dan Budha. Penduduk desa Mojorejo merupakan

penduduk yang religius hal ini dikarenakan di desa ini terdapat 2 buah pondok

pesantren.

Kesenian merupakan aspek penting dalam kehidupan masyarakat.

Kesenian adalah suatu wadah atau sarana bagi manusia untuk menyalurkan

kreatifitasnya. Kesenian juga bisa menjadi hiburan bagi masyarakat yang

mungkin jenuh dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Kesenian itu terdiri

dari banyak macam, ada seni suara, seni tari, seni musik, dsb. Pada umumnya

di sebuah desa mempunyai kesenian-kesenian tradisional, sama halnya dengan

dusun Mojorejo, dusun ini mempunyai beberapa kesenian tradisional

diantaranya kesenian Kuda Lumping yang mempunyai jadwal latihan 2 kali

dalam sebulan, kesenian Terbang Jidor, kesenian ini sangat kental dengan

2

Page 29: Sosiologi Pertanian

budaya islam, kesenian ini merupakan sejenis kesenian rebana yang banyak

dikenal oleh masyarakat luas. Ada juga kesenian lain yang mirip dengan

kesenian semacam ini, penduduk desa ini menyebutnya dengan kesenian

Pancaran. Ada lagi sejenis kesenian unik yang di mainkan oleh kaum

perempuan desa ini, kesenian ini disebut Bantengan. Seperti kebanyakan desa

di Jawa Timur pada umumnya, dusun ini juga mengenal kesenian Campur

Sari. Campur Sari adalah semacam lantunan nyanyian lagu-lagu daerah khas

dari suku Jawa. Selain itu ada juga kesenian yang sangat terkenal, bahkan ada

negara lain yang mengklaim kesenian ini, padahal kesenian ini merupakan

kesenian asli Indonesia, kesenian itu disebut Wayang Kulit. Desa ini pun juga

mempunyai kelompok Orkes Melayu dan sebagai musik rakyat kesenian ini

merupakan idola warga sekitar. Dalam bidang budaya masyarakat, desa ini

mempunyai budaya unik yang mirip dengan budaya Kraton Jogjakarta atau

Kraton Solo. Biasanya pada peringatan tahun baru Hijriyah, kraton di Jogja

ataupun di Solo mengadakan kirap tumpeng. Di dusun ini pun juga

mengadakan tradisi tersebut, tradisi kirap tumpeng sudah menjadi tradisi turun

temurun di desa ini.

Bahasa adalah suatu sarana atau alat untuk berkomunikasi dengan

orang lain. Bahasa dinilai sangat penting dalam kehidupan, dengan adanya

bahasa setiap orang bisa menyampaikan informasi kepada yang lainnya.

Tanpa adanya bahasa bisa dipastikan masyarakat akan sulit dalam

berkomunikasi. Terkadang kesalah pahaman dalam mengartikan bahasa bisa

berpengaruh buruk dalam masyarakat ataupun salah dalam menyampaikan

komunikasi. Jadi bahasa merupakan suatu yang sangat penting dalam

kehidupan bermasyarakat. Dalam penelitian di dusun ini dapat diketahu bahwa

mayoritas penduduk dusun ini menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan

sehari-harinya. Dan sebagian besar penduduk juga menguasai bahasa

Indonesia. dengan baik.

2

Page 30: Sosiologi Pertanian

Hukum adalah suatu yang mengatur kehidupan bermasyarakat. Hukum

menjadi sangat penting keberadaanya bila dirasa kehidupan masyarakat sudah

tidak teratur tanpa adanya kendali. Dan disini peran hukum untuk

mengendalikan masyarakat tersebut. Hukum bisa berbentuk hukum tertulis

(Undang-undang Dasar), dan hukum yang tidak tertulis (hukum adat). Bila

ditinjau dalam bidang hukum, desa ini menganut hukum yang berlaku di

Indonesia secara umumnya. Namun hukum adat juga tetap berlaku di

masyarakat. Di desa ini mempunyai aturan tertentu bagi warganya, misalnya

jika ada salah satu warga menjadi pencuri di desa sendiri, warga tidak

langsung menyerahkannya ke pihak berwajib, namun warga masih memberi

sedikit toleransi, toleransi itu berupa nasehat untuk tidak mengulanginya lagi,

kalau nantinya orang itu mengulanginya lagi, baru warga desa membawanya

ke pihak yang berwajib. Berbeda halnya jika pencuri itu berasal dari desa atau

daerah lain, bila ketahuan sekali mencuri di desa ini, maka warga langsung

membawanya ke pihak yang berwajib tanpa ada toleransi. Begitulah hukum

adat di setiap daerah pasti berbeda dan juga dipegang teguh Begitu juga di

desa ini, namun di samping itu mereka juga memegang teguh hukum yang

berlaku di indonesia. Selain hukum-hukum di atas, penduduk desa ini juga

berpegang pada hukum agama. Karena mayoritas penduduk adalah

muslim,maka mereka jua menggunakan hukum islam dalam kehidupan sehari-

harinya.

Dalam kehidupan masyarakat, masyarakat pasti mengenal akan adanya

peralatan atau perlengkapan hidup. Perlengkapan hidup ini sangat penting

karena dapat memberi kemudahan dalam menjalani hidup. Perlengkapan itu

dapat berbentuk apa saja misalnya, pakaian, alat-alat rumah tangga, alat- alat

produksi, perumahan, dsb. Sedangkan perlengkapan itu bisa digolongkan

menjadi peralatan tradisional dan modern. Di dusun Mojorejo ini

penduduknya menggunakan peralatan tradisioan dan modern . Pada umumnya

alat-alat modern itu adalah alat-alat rumah tangga, misalnya penggunaan

kompor gas, rice cooker dsb. Namun pada alat-alat pertanian kebanyakan

masih menggunakan alat-alat tradisional, misalnya cangkul, sabit, dsb. Ada

3

Page 31: Sosiologi Pertanian

juga yang menggunakan alat-alat modern seperti traktor untuk mengolah

tanah.

Pola pikir dari masyarakat dusun Mojorejo sebagai contoh adalah

berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan

sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud

kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga

masyarakat dusun mojorejo. Contoh pola pikir masyarakat dusun Mojorejo

adalah adanya hukum adat yang masih mereka pegang. Pola bertindak dari

masyarakat dusun Mojorejo adalah pelaksanaan dari ide yang telah mereka

dapatkan, seperti menanam padi dengan jarak tanam yang telah ditentukan

karena mereka tahu akan mendapatkan hasil panen yang lebih baik

dibandingkan dengan jarak tanam yang biasanya. Hasil dari dua pola

sebelumnya, maka dihasilkan suatu artefak atau karya dimana merupakan

wujud kebudayaan fisik berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,

dilihat dan didokumentasikan, seperti adanya traktor yang digunakan oleh

masyarakat dusun Mojorejo dalam pengolah lahan. Wujud kebudayaan

masyarakat dusun Mojorejo ini cenderung ke arah rasional.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola pikir/pola sikap

masyarakat dusun Mojorejo adalah faktor lingkungan alam dan faktor sosial.

Faktor lingkungan alam sendiri berpengaruh kepada ide-ide apa yang akan

dilakukan dengan alam yang ada, seperti pengolahan tanah, air dan

sebagainya. Faktor sosial yang mempengaruhi seperti interaksi dalam

masyarakat, organisasi dan lain-lain

5.6 Perubahan sosial

Menurut Merton,1957:1964; perubahan sosial adalah perubahan prilaku

sosial masyarakat yang merupakan fungsi manifestasi dari satu rekayasa sosial

lewat upaya pembangunan yang dilambangkan abtau diwujudkan dalam

kegiatan industrialisasi menuju satu masyarakat modern. Perubahan sosial

adalah masyarakat berubah dari pola hidup tradisional kepada pola hidup yang

lebih modern (Larson dan Roger, 1964).

3

Page 32: Sosiologi Pertanian

Perubahan sosial adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial

dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial merupakan gejala umum yang

terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai

dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan

perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya

merupakan penyebab dari perubahan. Tiga faktor yang dapat mempengaruhi

perubahan sosial yaitu tekanan kerja dalam masyarakat, keefektifan

komunikasi dan perubahan lingkungan alam.

Masyarakat dusun Mojorejo mengalami perubahan sosial di antaranya

adalah bidang organisasi. Menurut Kepala dusun Mojorejo “untuk kelompok

tani dulu, banyak anggota wanita sekarang hanya dua orang karena sekarang

sibuk dengan urusan rumah tangga.

Dalam setiap bidang pekerjaan pasti dikenal sistem pembagian kerja

tidak terkecuali pada bidang pertanian. Selain menjadi petani sebagian warga

juga ada yang menjadi buruh tani. Dari data yang kami peroleh dari Bapak

Soemardi selaku pemilik lahan, buruh tani laki-laki mendapat upah sebesar

Rp 15.000,00 per hari, sedangkan untuk buruh tani perempuan mendapat upah

per hari sebesar Rp 10.000,00. Para buruh tani bekerja antara jam 7 pagi

sampai kurang lebih jam 11.30 siang. Besar kecilnya upah yang didapat buruh

laki-laki dan perempuan, didasarkan pada berat ringannya pekerjaan yang

dikerjakan. Pada umumnya buruh tani perempuan mengerjakan pekerjaan

yang lebih ringan yaitu, menyiangi rumput, menanam tanaman pada musim

tanam serta pekerjaan lain yang dianggap ringan. Berbeda dengan perempuan,

buruh laki-laki umumnya mengerjakan pekerjaan yang lebih berat, misalnya

mencangkul tanah, dan pekerjaan lain yang lebih berat dari yang dikerjakan

oleh perempuan.

3

Page 33: Sosiologi Pertanian

Petani di dusun Mojorejo mengalami permasalahan sebagai berikut:

1. Permodalan

Seperti kebanyakan petani di desa lain ataupun di daerah lain

kendala utama yang pasti dialami adalah permasalahan permodalan. Petani

di dusun ini mengeluhkan sulitnya memperoleh dana dari pemerintah.

Untuk menyiasati hal tersebut pada tahun 1986 warga berinisiatif untuk

mendirikan suatu kelompok tani dan sekarang kelompok tani itu dikenal

dengan nama “Srimulya 1”. Melalui kelompok tani ini, petani

mendapatkan bantuan dana sebesar Rp.10.000.000,- yang berasal dari

pemerintah. Dana tersebut seluruhnya digunakan untuk kegiatan

operasional petani, misalnya untuk pembelian pupuk, dll. Disamping

mengandalkan dana dari kelompok tani terebut, apabila ada petani yang

masih kekurangan modal, menurut Bapak Soemardi, mereka bisa

meminjam ke pihak bank, tentunya dengan memakai jaminan, misalnya

sertifikat tanah serta barang-barang berharga yang dimiliki dan persyaratan

yang telah disepakati bersama.

2. Bantuan penyuluh pertanian

Permasalahan yang dihadapi petani adalah penyuluh pertanian

lapangan yang kurang menguasai permasalahan petani di lapangan dan

pemberian penyuluhan hanya dilakukan bila ada keluhan oleh petani,

sehingga menghambat kinerja petani.

3. Penyedian saprodi

Pengadaan saprodi yang dibutuhkan oleh petani, khususnya untuk

pengadaan pupuk anorganik terkadang mengalami kelangkaan pupuk,

sehingga menyulitkan petani dalam melakukan pemupukan pada

waktunya.

4. Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kendala bagi petani desa ini.

Karena ketiadaan KUD biasanya mereka menjual hasil panen mereka ke

tengkulak. Namun menjual ke tengkulak juga bisa menjadi sebuah

spekulasi, karena para tengkulak biasa memainkan harga. Menurut Bapak

3

Page 34: Sosiologi Pertanian

Soemardi, daripada harus menjual ke tengkulak, mereka lebih baik

membawa sendiri hasil panen mereka ke pasaran, walaupun harus

mengeluarakan biaya lebih untuk transportasi, mereka menilai cara ini

lebih menguntungkan dibanding jika harus menjual ke tengkulak.

3

Page 35: Sosiologi Pertanian

VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Karakteristik Dusun Mojorejo dilihat dari aspek morfologi, dusun ini

termasuk desa yang memaanfaatkan lahan atau tanah oleh penduduk atau

masyarakat yang bersifat agraris. Aspek jumlah penduduk dari dusun

Mojorejo mencapai 2700 jiwa serta 526 kepala keluarga. Sedangkan dilihat

dari aspek ekonomi, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian

sebagai petani dan 10 % bekerja dalam pekerjaan lain. Aspek hukum yang

dianut oleh warga dusun Mojorejo adalah hukum adat, hukum syari’ah

atau hukum syarat dan hukum Negara.

Dusun Mojorejo ini merupakan desa pertanian dimana letak lahan

untuk persawahan terpisah dengan lahan pemukiman dan sebagian besar

warganya bekerja sebagai petani. Dan apabila dilihat dari pola lokasi desanya,

desa ini termasuk dalam desa yang memiliki ”pola mendatar”. Ditinjau dari

tingkat perkembangan desa atau kemandirian desa, desa ini tergolong dalam

“desa swakarsa”.

Struktur masyarakat di dusun Mojorejo telah berjalan dengan baik,

dengan adanya seorang pemimpin yang berfungsi mengarahkan anggotanya

agar menjadi baik, seperti adanya kepala dusun, ketua kelompok tani.

Dusun Mojorejo ini terletak di daerah dataran rendah sehingga cocok

sebagai lahan pertanian. Sebagian besar penduduk di Desa Mojorejo bermata

pencaharian sebagai petani,yaitu ±90%.

Dalam bidang pendidikan, pada dasarnya sama dengan desa-desa

lainnya yang rata-rata hanya lulusan dari SMP atau SMA. Hal ini dikarenakan

selain faktor ekonomi hal yang mempengaruhi adalah faktor lokasi, lokasi dari

desa Mojorejo yang jauh dari kota ataupun pusat pendidikan. Penduduk desa

Mojorejo merupakan penduduk yang religius hal ini dikarenakan di desa ini

terdapat 2 buah pondok pesantren.

3

Page 36: Sosiologi Pertanian

Dusun ini mempunyai beberapa kesenian tradisional diantaranya

kesenian Kuda Lumping yang, Terbang Jidor, kesenian Pancaran.,Bantengan

Campur Sari, Wayang Kulit dan Orkes Melayu

Dalam penelitian di dusun ini dapat diketahui bahwa mayoritas

penduduk dusun ini menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-

harinya. Dan sebagian besar penduduk juga menguasai bahasa Indonesia

dengan baik.

Wujud kebudayaan masyarakat dusun Mojorejo ini cenderung ke arah

rasional. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola pikir/pola sikap

masyarakat dusun Mojorejo adalah faktor lingkungan alam dan faktor sosial.

Masyarakat dusun Mojorejo mengalami perubahan sosial di antaranya adalah

bidang organisasi.

Masyarakat dusun Mojorejo mengalami perubahan sosial di antaranya

adalah bidang organisasi.

6.2 Saran

1. peran pemerintah untuk membantu persoalan permodalan bagi petani yang

membutuhkan harus diperhatikan dengan jelas

2. penyuluh pertanian harus dibekali ilmu yang lebih, agar dapat membantu

persoalan petani di lapangan

3. kebijakan dan penegasan pemerintah kepada penyuplai pupuk nakal agar

tidak terjadi kelangkaan pupuk

4. petani dapat memakai pupuk organik sebagai campuran pada saat pupuk

anorganik langka

5. kebijakan pemerintah untuk mengatur harga produksi petani di lapangan

agar tidak di monopoli oleh tengkulak.

3

Page 37: Sosiologi Pertanian

DAFTAR PUSTAKA

J.Cohen,Bruce.1983.Sosiologi Pedesaan.Suatu Pengantar.Rajawali Pers.Jakarta

Safari Imam Asy’ari.1983.Pengantar sosial. Karya Anda. Surabaya 1987.Patologi Sosial.Karya Anda. Surabaya

1993.Sosiologi Kota dan Desa.Usaha Nasional.Surabaya

Sajogyo dan Pudjiwati Sajogjo.1989.Sosiologi Pedesaan.Yogyakarta.Gajah

Mada.University Press

Santoso, Julio Adi.2006.Departemen Ilmu Komputer IPB.Bogor

Tilaar, H.A.R.2004.Multikulturalisme: Tantangan-tantangan global masa depan dan transformasi pendidikan nasional. Grassindo .Jakarta.

T.Sugihen,Bahrein.1996.Sosiologi Pedesaan Suatu Pengantar.Rajawali Pers.Jakarta

Tim Teknis Pusat Primatani.2007.Balai Besar Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Bogor.IPB.Bogor

Yulianti, Yayuk dan Poernomo, Mangku. 2003. Sosilogi Pedesaan.Lappera

Pustaka Utama. Yogyakarta

3