sosiologi pedesaan

33
Kebudayaan, Interaksi, Infrastruktur, Keluarga dan Komunitas Pedesaan Serta Tipe Masyarakat Pedesaan Kelompok 5 Intan Gita Mustika 150610130009 Mitha Restu A 150610130042 M. Fiqri Ardiansyah 150610130046 Kholilah 150610130125 SOSIOLOGI PEDESAAN KELAS B PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor 45363

Upload: kholilah-puji-astuti

Post on 07-Feb-2016

59 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Masyarakat Pedesaan

TRANSCRIPT

Page 1: Sosiologi Pedesaan

Kebudayaan, Interaksi, Infrastruktur, Keluarga dan Komunitas Pedesaan Serta Tipe Masyarakat

Pedesaan

Kelompok 5

Intan Gita Mustika 150610130009

Mitha Restu A 150610130042

M. Fiqri Ardiansyah 150610130046

Kholilah 150610130125

SOSIOLOGI PEDESAAN KELAS B

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor 45363

7 Maret 2015

Page 2: Sosiologi Pedesaan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan nikmat, rahmat serta

hidayahnya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tak lupa

kami sampaikan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada :

1. Dosen kami yang telah membantu dalam pembuatan makalah

2. Orang tua, yang telah mengizinkan dan memberi semangat kepada kami dalam

menyelesaikan dan membuat makalah ini.

3. Teman-teman kelompok yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas komunikasi agribisnis yang di berikan oleh

dosen kami Apabila dalam penulisan makalah ini ada banyak kesalahan kami mohon maaf,

dan mohon bimbingannya.

Sekian terima kasih.

Jatinangor, 7 Maret 2015

Kelompok 5

i

Page 3: Sosiologi Pedesaan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..……. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..….. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………... 1

1.2 Tujuan ………………………………………………………………….... 1

1.3 Metode Penulisan ……………………………………………………….. 2

1.4 Rumusan Masalah ………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN ……...…………………………………………………….. 3

2.1 Masyarakat dan kebudayaan.……………………………………………. 3

2.2 Tipe-Tipe Masyarakat Pedesaan……………………………………........ 4

2.3 Interaksi Sosial Masyarakat Pedesaan ………………………………….. 5

2.4 Infrastruktur Masyarakat Pedesaan …………………………………….. 5

2.5 Masyarakat Pedesaan …………………………………………………… 6

2.6 Perbedaan antara Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota Menurut Tokoh 6

2.7 Ciri-Ciri Masyarakat Desa……………………………………………….. 9

2.8 Hakikat Dan Sifat Masyarakat Pedesaan ……………………………….. 9

2.9 Gejala Masyarakat Pedesaan …………………………………………….. 10

2.10 Studi Kasus ……………………………………………………………. 11

BAB III SIMPULAN………..………………………………………………………... 17

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………... 18

ii

Page 4: Sosiologi Pedesaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas

sifatnya.Pengertian keseluruhan kompleks dalam definisi tersebut berarti bahwa

keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.Melville J. Herskovits

dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam

masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.Istilah

untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Ciri-ciri masyarakat desa diantaranya adalah Afektif,Orientasi kolektif,

Partikularisme, Kekabaran (diffuseness)dan yang terakhir adalah Askripsi. Dari segi

interaksi sosial di daerah pedesaan masih jauh lebih baik dari pada yang tinggal di kota,

hal ini disebabkan oleh perbedaan gaya hidup.

1.2 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu :

1. Agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui tentang masyarakat dan

kebudayaan

2. Agar mahasiswa dapat mempelejari dan mengetahui tipe masyarakat pedesaan

3. Agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui interaksi sosial masyarakat

pedesaan

4. Agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui infrastruktur masyarakat

pedesaan.

5. Agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui komunitas dan keluarga pada

masyarakat pedesaan.

6. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah komunikasi

agribisnis

1

Page 5: Sosiologi Pedesaan

1.3 Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan adalah menggunakan internet sebagai

sarana untuk mengumpulkan info dan referensi tambahan untuk melengkapi isi makalah

ini.

1.4 Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud masyarakat dan kebudayaan?

2 Bagaimana tipe masyarakat pedesaan?

3.Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial masyarakat pedesaan ?

4.Apa yang dimaksud dengan infrastruktur masyarakat pedesaan?

5.Apa yang dimaksud dengan komunitas dan keluarga pada masyarakat pedesaan?

2

Page 6: Sosiologi Pedesaan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Masyarakat dan kebudayaan

Menurut Peter L. Berger, definisi masyarakat adalah suatu keseluruhan

kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Pengertian keseluruhan kompleks

dalam definisi tersebut berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang

membentuk suatu kesatuan.

Misalnya, dalam tubuh manusia terdapat bagian-bagian yang membentuk

suatu sistem organik biologis, seperti jantung, hati, otak dan paru-paru. Kesatuan dari

bagian-bagian tersebut membentuk sistem yang namanya manusia.Demikian pula

dengan masyarakat, di dalamnya terdiri atas bagian-bagian yang embentuk hubungan

sosial.Misalnya, hubungan orangtua dan anak, hubungan guru dan murid, hubungan

atasan dan bawahan, yang keseluruhan hubungan yang luas itu disebut masyarakat.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.Melville J.

Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang

terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat

itu sendiri.Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari

satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai

sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,

religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang

menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang

kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang

sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah

sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai

kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi

Page 7: Sosiologi Pedesaan

sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam

kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan

kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang

berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola

perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang

kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan

bermasyarakat.

2.2 Tipe-Tipe Masyarakat Pedesaan

Hubungan dalam masyarakat desa dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe yaitu:

i. gemeinscaft yakni suatu bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya

diikat oleh hubungan batin murni dan bersifat alamiah.

ii. geisselscaft yakni suatu ikatan lahir yang struktur dan bersifat mekanik (Soekanto,

1987: 119).

Dari dua tipe tersebut ciri masyarakat pedesaan adalah gemeinscaft yaitu

masyarakat paguyuban, persekutuan dan kerukunan (Suryaningrat, 1980: 19).

Lebih lanjut Soerjono Soekanto ( 2006 : 136 – 140 ) mengungkapkan bahwa:

“masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat

sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga / anggota masyarakat yang amat kuat

hakekatnya”. bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

dari masyarakat di manapun ia hidup dicintainnya serta mempunyai perasaan bersedia

untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota – anggota

masyarakatnya yang saling mencintai, saling menghormati, mempunyai hak tanggung

jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam

masyarakat. Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :

a. Warga pedesaan memiliki hubungan yang lebih erat mendalam

ketimbanghubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya.

b. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan.

c. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian. Golongan

orang–orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan

penting.

d. Dari sudut pemerintahan, hubungan antara penguasa dan rakyat bersifat informal.

e. Kehidupan keagamaan lebih kental

4

Page 8: Sosiologi Pedesaan

f. Banyak berurbanisasi ke kota karena ada faktor yang menarik dari kota.

2.3 Interaksi Sosial Masyarakat Pedesaan

Interaksi Sosial merupaan hubungan sosial antara individu dengan individu

lainnya, baik berupa kelompok ke kelompok lain maupun individu ke kelompok. Interaksi

sosial di daerah pedesaan masih jauh lebih baik dari pada yang tinggal di kota, hal ini

disebabkan oleh perbedaan gaya hidup. Interaksi sosial yang baik ini membuat masyaraat

pedesaan memiliki kultur budaya kehidupan yang lebih rukun dan ramah.

Umumnya masyarakat pedesaan masih kuat dalam memegang kebudayaan dan

adat kebiasaan mereka. Mereka lebih preventif terhadap kebudayaan asing yang masuk.

Hal ini membuat kultur adat kebiasaan mereka sangat kental dalam berinteraksi, mungkin

hal ini pula yang dulunya membuat bangsa Indonesia menjadi salah satu negara yang

paling ramah tamah di dunia. Pola interaksi terjalin sangat kuat dalam hubungan

kekeluargaannya. Contohnya apabila ada yang terkena musibah pada suatu individu pada

pedesaan, tetangga umumnya akan datang dan menanyakan apa yang sedang terjadi dan

ikut membantu. Masyarakan pedesaan memiliki tingkat interaksi sosial yang cenderung

sosialis. Mereka memiliki kultur, kekeluargaan yang erat, dan tidak mudah menerima

kebudayaan yang baru.

2.4 Infrastruktur Masyarakat Pedesaan

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan dipandang

sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Peran infrastruktur dalam

pembangunan dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi yang

implikasinya terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Secara makro ketersediaan

pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of privatecapital dan secara

mikro pengaruh pelayanan infrastruktur adalah mengurangi biaya produksi. Pengaruh

infrastruktur terhadap paningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia adalah

peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada

lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

infrastruktur memang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari

elastisitasnya yang relatif besar, terutama irigasi, listrik, dan jalan.

5

Page 9: Sosiologi Pedesaan

2.5 Masyarakat Pedesaan

     Masyarakat pedesaan (rural community) adalah masyarakat yang penduduknya

mempunyai mata pencaharian utama di sektor bercocok tanam, perikanan, peternakan,

atau gabungan dari kesemuanya itu. Pengertian masyarakat pedesaan menurut para ahli :

1. Bambang Utoyo, desa adalah tempat sebagian besar penduduk yang bermata

pencarian di bidang pertanian dan menghasilkan bahan makanan.

2. Rifhi Siddiq, desa adalah suatu wilayah yang mempunyai tingkat kepadatan rendah

yang dihuni oleh penduduk dengan interaksi sosial yang bersifat homogen,

bermatapencaharian dibidang agraris serta mampu berinteraksi dengan wilayah lain di

sekitarnya.

3. Sutarjo Kartohadikusumo, desa adalah kesatuan hukum tempat tinggal suatu

masyarakat yang berhak menyelenggarakan rumahtangganya sendiri merupakan

pemerintahan terendah di bawah camat.

2.6 Perbedaan antara Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota Menurut Tokoh

Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan

(rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto

(1994), perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian

masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa,

pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat

perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.

Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang

masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri,

dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda,

bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem

tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:

Masyarakat Pedesaan :

1. Perilaku homogen

2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan

3. Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status

6

Page 10: Sosiologi Pedesaan

4. Isolasi sosial, sehingga statik

5. Kesatuan dan keutuhan kultural

6. Banyak ritual dan nilai-nilai sakral

7. Kolektivisme

Masyarakat Perkotaan :

1. Perilaku heterogen

2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan

3. Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi

4. Mobilitassosial,sehingga dinamik

5. Kebauran dan diversifikasi kultural

6. Birokrasi fungsional dan nilai-nilaisekular

7. Individualisme

Sumber lain mengatakan, inilah perbedaan masyarakat pedesaan dibanding masyarakat

pedesaan:

No ASPEK PEDESAAN PERKOTAAN

1OKUPASI

PEKERJAAN

SeSebagai petani dan pedagang.          Sebagai pekerjaperusahaan,

dan sektor industri.

2UKURAN

KOMUNITAS

Lebih kecil karena daerah

pedesaan memiliki penduduk

yang rendah.

Lebih besar sebab

penduduknya tiap tahun selalu

meningkat.

3KEPADATAN

PENDUDUK

Rendah karena pemukiman

penduduk tidak ada peningkatan.

         Tinggi dengan banyaknya

orang desa merantau ke kota.

4 LINGKUNGAN      Berhubungan erat dengan alam Bebas dari realita alam

5DEFERENSIAL

SOSIALHomogen Heterogen

6PELAPISAN

SOSIAL

Pada masyarakat desa

kesenjangan dalm pirimida sosial

tidak terlalu besar

Pada masyarakat kota jelas

sekali perbedaan

kesenjangannya

7 MOBILITAS

SOSIAL

Rendah karena mayoritas

penduduk yang hidup di kota

Tinggi bagi masyarakat hidup

di kota jauh lebih baik.

7

Page 11: Sosiologi Pedesaan

sudah merasa nyaman berada di

kota.

8INTERAKSI

SOSIAL

Kontak pribadi per induvidu lebih

sedikit.

Sering kontak tetapi

cenderung lebih formal, dan

tidak bersifat pribadi, tetapi

melalui tugas atau

kepentingan.

9SOLIDARITAS

SOSIAL

Tinggi hubungan bersifat informal

bukan karena kontrak social

sehingga tercipta budaya gotong

royong dan musyawarah

Rendah karena pada

umumnya orang kota dapat

mengurus dirinya sendiri

Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih

mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya.

Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto,

1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa

itu, adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok

kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada

umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng

dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian.

Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja.

Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang

peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada

kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah

pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai,

ajengan, lurah dan sebagainya.

8

Page 12: Sosiologi Pedesaan

2.7 Ciri-Ciri Masyarakat Desa

Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi

“Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional

(Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri masyarakat desa sebagai berikut :

a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan

kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan

simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.

b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka

mementingkan kebersamaan, tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang

berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.

c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan

keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif,

perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu

saja.(lawannya Universalisme)

d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh

berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang

sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).

e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara

pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan

bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat

Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa

pengaruh dari luar.

 

2.8 Hakikat Dan Sifat Masyarakat Pedesaan

Seperti dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa masyarakat Indonesia

lebih dari 80% tinggal di pedesaan dengan mata pencarian yang bersifat agraris.

Masyarakat pedesaan yang agraris biasanya dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh

orang-orang kota sebagai masyarakat tentang damai, harmonis yaitu masyarakat yang

adem ayem, sehingga oleh orang kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah

dari segala kesibukan, keramaian dan keruwetan atau kekusutan pikir.

Maka tidak jarang orang kota melepaskan segala kelelahan dan kekusutan pikir

tersebut pergilah mereka ke luar kota, karena merupakan tempat yang adem ayem, penuh

ketenangan. Tetapi sebetulnya ketenangan masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa

9

Page 13: Sosiologi Pedesaan

oleh sifat masyarakat itu yang oleh Ferdinand Tonies diistilahkan dengan masyarakat

gemeinschaft (paguyuban). Jadi Paguyuban masyarakat itulah yang menyebabkan orang-

orang kota menilai sebagai masyarakat itu tenang harmonis, rukun dan damai dengan

julukan masyarakat yang adem ayem.

Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesaan kita ini mengenal bermacam-

macam gejala, khususnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat

pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial.

2.9 Gejala Masyarakat Pedesaan

a. Konflik ( Pertengkaran)

Ramalan orang kota bahwa masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang tenang dan

harmonis itu memang tidak sesuai dengan kenyataan sebab yang benar dalam

masyarakat pedesaan adalah penuh masalah dan banyak ketegangan. Karena setiap

hari mereka yang selalu berdekatan dengan orang-orang tetangganya secara terus-

menerus dan hal ini menyebabkan kesempatan untuk bertengkar amat banyak

sehingga kemungkinan terjadi peristiwa-peristiwa peledakan dari ketegangan amat

banyak dan sering terjadi.

Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari

rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga.Sedang sumber banyak

pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi,

perkawinan, dan sebagainya.

b. Kontraversi (pertentangan)

Pertentangan ini bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat-

istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black magic).Para

ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontraversi (pertentangan) ini dari sudut

kebiasaan masyarakat.

c. Kompetisi (Persiapan)

Sesuai dengan kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia-manusia yang

mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasanya yang antara lain mempunyai saingan

dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa

positif dan bisa negatif. Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan usaha

untuk meningkatkan prestasi dan produksi atau output (hasil). Sebaliknya yang

negatif bila persaingan ini hanya berhenti pada sifat iri, yang tidak mau berusaha

10

Page 14: Sosiologi Pedesaan

sehingga kadang-kadang hanya melancarkan fitnah-fitnah saja, yang hal ini kurang

ada manfaatnya sebaliknya menambah ketegangan dalam masyarakat.

d. Kegiatan pada Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat

bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi jelas masyarakat pedesaan bukanlah

masyarakat yang senang diam-diam tanpa aktivitas, tanpa adanya suatu kegiatan

tetapi kenyataannya adalah sebaliknya.Jadi apabila orang berpendapat bahwa orang

desa didorong untuk bekerja lebih keras, maka hal ini tidaklah mendapat sambutan

yang sangat dari para ahli.Karena pada umumnya masyarakat sudah bekerja keras.

Tetapi para ahli lebih untuk memberikan perangsang-perangsang yang dapat menarik

aktivitas masyarakat pedesaan dan hal ini dipandang sangat perlu. Dan dijaga agar

cara dan irama bekerja bisa efektif dan efisien serta kontinyu (diusahakan untuk

menghindari masa-masa kosong bekerja karena berhubungan dengan keadaan

musim/iklim di Indonesia).

2.10 STUDI KASUS

Gerakan Pembangunan Desa Korea Selatan (Saemaul Undong Movement)

Contoh program saemaul undong di distrik Cheongdo Korea Selatan (google.com)

Siapa yang tidak mengenal negara Korea Selatan dengan keajaiban ekonominya?

negara tersebut dalam waktu relatif singkat menjadi negara yang sejajar perekonomiannya

dengan negara-negara Benua Asia lainnya - Jepang, China, Hongkong, Taiwan, dan

Singapura. Negara Korea Selatan merdeka pada tanggal 15 Agustus 1945 setelah Perang

Dunia II.Di awal kemerdekaan perekonomian Korea Selatan sangat terpuruk karena tidak

memiliki sistem dan struktur tersendiri dalam perekonomian.

11

Page 15: Sosiologi Pedesaan

Korea Selatan termasuk dalam salah satu negara termiskin di dunia, sejajar dengan

negara-negara miskin di Afrika dan Asia pada tahun 1950-an. Pada tahun 1963, Korea

Selatan adalah negara miskin dengan pendapatan per kapita hanya USD 100. Namun di

tahun 2010 GDP per kapita Korea Selatan (Republic of Korea) sebesar USD 22,151 serta

tahun 2013 menjadi USD 25,977. Sedangkan negara Indonesia di tahun 2010 GDP per

kapita adalah US D2,947 dan ditahun 2013 sebesar USD 3,475. Hal ini menunjukkan

pendapatan rata-rata setiap warga Korsel per tahun adalah tujuh kali lipat dari pendapatan

per tahun rata-rata orang Indonesia. (sumber:

http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.PCAP.CD). Perekonomian Korea Selatan

melesat dengan cepat hingga saat ini menjadi negara maju yang sering diistilahkan

sebagai keajaiban sungai Han.

Korea Selatan adalah salah satu negara yang mengalami kehancuran ketika

mereka mengalami perang saudara di tahun 1950-1953, sehingga bisa dikatakan pada

waktu itu Korea Selatan merupakan negara agraris termiskin di dunia. Akibat dari perang

saudara melumpuhkan perekonomian negara dimana desa-desa miskin, terlantar dan

kekurangan bahan makanan.Perang hanya menyisakan desa-desa yang compang-

camping, tanah telantar, serta 48 jutaan warga miskin dan kurang makan. Lahan pertanian

di Korea Selatan sempit dan tidak akan cukup untuk memproduksi makanan untuk

kebutuhan seluruh rakyat Korea Selatan.

Pertumbuhan ekonomi mengalami perkembangan yang meningkat sejak di era

kepemimpinan / pemerintahan Park Chung Hee (tahun 1961-1979) hingga di masa

pemerintahan Kim Dae Jung pertumbuhan ekonomi tahunan telah mencapai 8,6% dan

menjadi negara dagang terbesar ke sebelas di dunia. Hal ini menjadikan Korea Selatan

menjadi salah satu negara yang disebut “Four Tigers” (empat macan) karena berhasil

mencapai tingkat pertumbuhan tahunan (annual growth) sebesar 5,5% dan lebih cepat

dibandingkan dengan wilayah lainnya di dunia.

Hanya dalam dua dasawarsa sejak program pembangunan ekonomi nasional

dicanangkan pada 1960-an, Korsel bergerak untuk berubah menjadi negara industri baru.

Korea Selatan telah membuktikan sebagai salah satu negara yang maju di bidang

elektronika (Samsung, LG), otomotif (Hyunday, KIA), perkapalan (Hyunday Heavy

Industry), semi konduktor, pepabrikan (Baja: POSCO). Pasar keuangan internasional

secara positif mengakui keberhasilan ekonomi Korea, mengingat pertumbuhan ekonomi

yang tinggi dan berkelanjutan, tabungan nasional yang tinggi, inflasi yang terkendali,

defisit eksternal yang minim, dan surplus anggaran pemerintah signifikan.

12

Page 16: Sosiologi Pedesaan

Salah satu kata kunci dari semua itu adalah fokus pada pembangunan desa dan

pelestarian budaya.Ingat pepatah “keluarga sehat, negara kuat”. Demikian pula apabila

desa kuat maka negara akan kuat, apabila nilai-nilai budaya dijaga dan dipelihara maka

pembangunan desa akan semakin mengokohkan jati diri bangsa. Pola pembangunan

demikian yang mereka namakan “Saemaul Undong”.

a. Masyarakat Pedesaan Korea Selatan

Berbekal semangat saemaul undong, negeri ginseng itu berhasil mengubah

bentang alamnya yang gersang di tahun 1950-an menjadi hijau sekaligus mendongkrak

perekonomiannya. Semangat saemaul undong mengajak masyarakat di pedesaan untuk

rajin, mandiri, dan bekerjasama untuk mencapai kesejahteraan (Direktur Eksekutif

ASEAN-Republik of Korea Forestry Cooperation (AFoCO) Hadi Susanto Pasaribu).

Saemaul Undong ( 새마을운동 ) secara harfiah berasal dari kata 새  (se) yang

berarti baru 마 을  (maeul) berarti desa/komunitas dan 운 동  (undong) yang berarti

gerakan.Saemaul Undong merupakan suatu gerakan perubahan dan reformasi pedesaan

untuk menuju kehidupan yang lebih baik.Gerakan yang berangkat dari kesadaran desa

untuk mengentaskan diri dari kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk

desa.

Saemaul Undong merupakan gerakan pembangunan masyarakat desa yang

membawa pencerahan spiritual dan kondisi kehidupan yang lebih baik (pendapatan,

infrastruktur, lingkungan tempat tinggal dan komunitas). Gerakan ini didasarkan pada

semangat menolong diri sendiri dan kerja sama dengan dukungan dari Pemerintah.

Saemaul Undong adalah gerakan pembangunan masyarakat yang diprakarsai oleh

almarhum Presiden Park Chung Hee yang memimpin Korea Selatan pada periode 1961-

1979. Semangat Saemaul Undong lahir pada tahun 1970-an ketika Presiden Park Chung

Hee menyadari bahwa tak mungkin ada pembangunan nasional negaranya tanpa

perbaikan desa. Saemaul Undong ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah dan

dilaksanakan dengan prinsip kerja sama, disiplin, dan kerja keras. Berkat Saemaul

Undong, taraf hidup masyarakat perdesaan membaik, desa-desa mengalami modernisasi,

dan semangat gotong-royong masyarakat meningkat.

13

Page 17: Sosiologi Pedesaan

Program Saemaul Undong direncanakan dan dilaksanakan oleh penduduk desa

sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang tersedia. Gerakan Saemaul ini tercetus

di tahun 1970 berawal ketika Presiden Park Chung Hee blusukan ke bekas lokasi banjir di

salah satu desa Korea Selatan pada tahun 1969. Presiden terkejut karena dengan bantuan

sedikit warga berhasil memulihkan desanya.Bahkan, membangun jalan lebih lebar,

membuat tembok dan atap dengan bahan lebih baik. Berdasarkan hal tersebut, timbul

keyakinan bahwa pembangunan pedesaan di Korea Selatan akan dapat mempercepat

pemulihan perekonomian negara dengan dilandasi semangat bekerja yang tidak mengenal

lelah dan tanpa pamrih.

Dalam perkembangannya bentuk program Saemaul Undong tersebut antara lain

mencakup : perbaikan atap rumah (atap bangunan yang awalnya dari rami digantikan

dengan atap bangunan yg lebih stabil dan kokoh), pelebaran jalan, pembangunan

jembatan, pelebaran jalan pertanian, pembangunan balai pertemuan desa, pembangunan

instalasi air bersih, perbaikan saluran air (drainase) dan peningkatan pendapatan

penduduk desa dengan penanaman tanaman yang cepat memberikan keuntungan.

Setelah gerakan Saemaul Undong bergulir pada tahun 1970, Korea Selatan

mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa.Tingkat pendapatan masyarakat pada

kawasan perdesaan dan perkotaan relatif merata dan seimbang.Masyarakat desa sangat

menikmati keseharian mereka dengan basis pada sektor pertanian karena mereka

mendapatkan pendapatan yang tidak jauh berbeda dengan sektor lainnya di

perkotaan.Korea Selatan kini berdiri sejajar dengan Amerika, Jepang dan negara-negara

maju lainnya di belahan benua Eropa.

Program Saemaul Undong telah menjadi contoh keberhasilan program di Korea

Selatan.Penduduk Desa dan Kepala Desa serta Kepala Saemaul memiliki inisiatif sendiri

menyusun program pembangunan yang dibutuhkan oleh penduduk desa setempat.Kepala

Saemaul adalah orang yang ditunjuk dan diberikan pendidikan dan latihan oleh

pemerintah Korea Selatan untuk memastikan keberhasilan program Saemaul Undong

sebagai program pembangunan desa. Program dilaksanakan dengan menggunakan dana

bantuan dari pemerintah, apabila dana tersebut tidak mencukupi penduduk desa sukarela

menyisihkan harta yang mereka miliki untuk keberlangungan program tersebut. Kerja

sama juga mereka lakukan untuk membagi waktu bekerja setiap minggunya dengan

menyesuaikan pada kemampuan dan ketersediaan waktu yang mereka miliki.

Menurut Herman Suryatman dalam http://bappeda.sumedangkab.go.id/berita-148-

membedah-pembangunan-desa-ala-korea-selatan-saemaul-undong-movement.html,

14

Page 18: Sosiologi Pedesaan

Gerakan Saemaul Undong diimplementasikan pada tiga kegiatan praktis di lapangan.

Pertama “Environment Improvement”, yaitu kegiatan perbaikan lingkungan yang meliputi

sarana dan prasarana dasar di pedesaan, baik jalan, jembatan, irigasi, drainase maupun

sarana air bersih dan sanitasi lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan antara lain dengan

memberikan bantuan stimulan berupa semen, besi beton serta bahan/perlengkapan

lainnya. Kedua “Increasing Income”, yaitu kegiatan yang dilakukan melalui berbagai

pelatihan ekonomi produktif, perluasan akses permodalan serta fasilitasi pemasaran hasil

produksi pertanian yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan penduduk desa.

Ketiga “Mental Reform”, yaitu kegiatan terstruktur yang dilaksanakan secara intensif

untuk membangun mentalitas penduduk pedesaan (ruh/spirit Saemaul Undong) agar

memiliki etos kerja keras, tekun, jujur dan disiplin tinggi. Kegiatan ini diawali dengan

perbaikan dan komitmen moral para pemimpin di setiap jenjang pemerintahan, kemudian

ditransformasikan ke seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), baik masyarakat

maupun pelaku usaha.Orientasi utama dari ketiga kegiatan praktis tersebut tidak

berdasarkan bagi-bagi kue (charity) tetapi tetap pada upaya pendekatan kesukarelawanan,

padat karya dan bersifat produktif.

Selanjutnya penerapan ketiga prinsip dasar pada tiga kegiatan praktis di lapangan

tersebut didukung oleh partnership kelembagaan yang handal, yaitu kerjasama yang

sinergis antara domain pemerintahan, pemimpin desa dan pemimpin saemaul dengan

penduduk desa. Pemerintah bertugas untuk memfasilitasi dan memberikan bantuan

strategis (Strategic Support), pemimpin desa bertugas untuk memandu secara langsung di

lapangan dengan keteladanan kepemimpinan (Leadership), serta masyarakat secara

bersama-sama mengembangkan kesukarelawanan untuk membangun desa (Volunteers)

seperti harta, tenaga dan kemauan penduduk desa merelakan sebagian lahan pekarangan

rumah digunakan untuk pelebaran jalan desa, dan lain-lain.

Gerakan Saemaul Undong di Korea Selatan telah bergulir dan menggerakkan roda

perekonomian yang meningkat signifikan di desa-desa. Masyarakat desa mulai

mengembangkan program Saemaul Undong kebidang yang lebih luas seperti pabrik

pengolahan, greenhouse untuk mengatasi musim dingin, mengadopsi alat pertanian

bermesin, beternak, dan budi daya ikan dengan intensif, membangun perpustakaan, dan

fasilitas lain yang memang bermanfaat dan mereka butuhkan. Pada tahun 1979 Gerakan

Saemaul Undong ini sudah tersebar secara nasional dan 98 (sembilan puluh delapan)

persen desa di Korea Selatan sudah menjadi desa mandiri.

15

Page 19: Sosiologi Pedesaan

Dari uraian di atas membuktikan bahwa masyarakat pedesaan di Korea Selatan

sudah memiliki pemikiran yang jauh ke depan. Mereka memiliki sifat tekun, disiplin dan

pekerja keras.

Ketekunan dan kegigihan mereka dibentuk oleh alam dimana wilayah Korea

Selatan umumnya berbukit dengan tanah miskin unsur hara dan kondisi sumber daya

alam yang terbatas hingga memaksa mereka bekerja keras dan jauh dari sifat pemalas.

Spirit tersebut menjadi roh program Saemaul Undong, karena dengan jiwa ini mereka

harus mampu mengatasi segala masalah yang mereka hadapi untuk dapat keluar dari

kemiskinan.

Selain ketekunan, masyarakat korea juga memiliki semangat bekerja sama

mendorong rakyat Korsel untuk mengedepankan rasa saling percaya, rasa senasib

sepenanggungan, saling berbagi sesama anggota masyarakat, dan yang tidak kalah

penting membangkitkan tradisi saling membantu di antara anggota masyarakat untuk

memperbaiki kehidupan mereka dengan meningkatkan perilaku kompetisi dan partisipasi.

Spirit ini menjadi dasar penduduk Korea Selatan bahu membahu dan bekerja sama untuk

menuntaskan program Saemaul Undong. Mereka sadar keberhasilan yang nanti diperoleh

adalah untuk kepentingan mereka menuju hidup yang lebih baik.

Hal di atas membuktikan bahwa sifat yang dimiliki olek masyarakat Korsel

membuat Gerakan Saemaul Undong ini menjadi sangat berhasil.Disamping pemerintah

yang memang sangat memperhatikan masyarakat pedesaan dan sadar atas betapa

pentingnya kemakmuran di pedesaan, karakter masyarakatnya pun sangat berperan dalam

kesuksesan gerakan ini.

16

Page 20: Sosiologi Pedesaan

BAB III

SIMPULAN

Masyarakat pedesaan (rural community) adalah masyarakat yang penduduknya

mempunyai mata pencaharian utama di sektor bercocok tanam, perikanan, peternakan, atau

gabungan dari kesemuanya itu.

Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-

masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan

fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-

kadang dikatakan “berlawanan” pula.

Seperti dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa masyarakat Indonesia lebih

dari 80% tinggal di pedesaan dengan mata pencarian yang bersifat agraris. Masyarakat

pedesaan yang agraris biasanya dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota

sebagai masyarakat tentang damai, harmonis yaitu masyarakat yang adem ayem

Maka tidak jarang orang kota melepaskan segala kelelahan dan kekusutan pikir

tersebut pergilah mereka ke luar kota, karena merupakan tempat yang adem ayem, penuh

ketenangan.

17

Page 21: Sosiologi Pedesaan

DAFTAR PUSTAKA

http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan -

sosial-antar-manusia

http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/06/pengertian-masyarakat-perkotaan.html

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/perbedaan-antara-desa-dan-kota.html

http://www.scribd.com/doc/42585724/MASYARAKAT-PEDESAAN-DAN-

MASYARAKAT-PERKOTAAN

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/hubungan-desa-kota-hubungan-pedesaan.html

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/08/ciri-ciri-masyarakat-desa.html

http://hedisasrawan.blogspot.com/2014/07/16-pengertian-desa-menurut-para-ahli.html

http://celoteh-galang.blogspot.com/2012/11/masyarakat-pedesaan-masyarakat-perkotaan.html

http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/12/pantas-anak-anak-tak-mau-jadi-petani-kenapa-

618692.html

https://cahyamenethil.wordpress.com/2010/11/29/masyarakat-perkotaan-dan-masyarakat -

pedesaan/

http://06091994.blogspot.com/2012/10/ciri-ciri-komunitas-pedesaan-dibanding.html

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/bab7 - masyarakat

pedesaan_dan_masyarakat_perkotaan.pdf

http://news.okezone.com/read/2014/12/02/337/1073664/mendes-marwan-jajaki-kerja-sama-

dengan-korsel

http://bappeda.sumedangkab.go.id/berita-148-membedah-pembangunan-desa-ala-korea-

selatan-saemaul-undong-movement.html

http://desakodasari.wordpress.com/2014/02/15/mengenal-saemaul-undong-gerakan-

pembangunan-pedesaan-di-korea-selatan/

http://www.antaranews.com/berita/39424/menhut-harapkan-saemaul-undong-korsel-jadi-

acuan-pembangunan-hutan

www.litbang.pu.go.id/analisa-dampak-sosial-ekonomi-infrastruktur-jawa -

sumatera.balitbang.pu.go.id

www.academia.edu/7154204/BAB_I_PENDAHULUAN

www.journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/article/view/2376

www.download.portalgaruda.org/article.php?article=10730&val=750

18