sosiologi pedesaan
DESCRIPTION
Masyarakat PedesaanTRANSCRIPT
Kebudayaan, Interaksi, Infrastruktur, Keluarga dan Komunitas Pedesaan Serta Tipe Masyarakat
Pedesaan
Kelompok 5
Intan Gita Mustika 150610130009
Mitha Restu A 150610130042
M. Fiqri Ardiansyah 150610130046
Kholilah 150610130125
SOSIOLOGI PEDESAAN KELAS B
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor 45363
7 Maret 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan nikmat, rahmat serta
hidayahnya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tak lupa
kami sampaikan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada :
1. Dosen kami yang telah membantu dalam pembuatan makalah
2. Orang tua, yang telah mengizinkan dan memberi semangat kepada kami dalam
menyelesaikan dan membuat makalah ini.
3. Teman-teman kelompok yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas komunikasi agribisnis yang di berikan oleh
dosen kami Apabila dalam penulisan makalah ini ada banyak kesalahan kami mohon maaf,
dan mohon bimbingannya.
Sekian terima kasih.
Jatinangor, 7 Maret 2015
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..……. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..….. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………... 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………………….... 1
1.3 Metode Penulisan ……………………………………………………….. 2
1.4 Rumusan Masalah ………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN ……...…………………………………………………….. 3
2.1 Masyarakat dan kebudayaan.……………………………………………. 3
2.2 Tipe-Tipe Masyarakat Pedesaan……………………………………........ 4
2.3 Interaksi Sosial Masyarakat Pedesaan ………………………………….. 5
2.4 Infrastruktur Masyarakat Pedesaan …………………………………….. 5
2.5 Masyarakat Pedesaan …………………………………………………… 6
2.6 Perbedaan antara Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota Menurut Tokoh 6
2.7 Ciri-Ciri Masyarakat Desa……………………………………………….. 9
2.8 Hakikat Dan Sifat Masyarakat Pedesaan ……………………………….. 9
2.9 Gejala Masyarakat Pedesaan …………………………………………….. 10
2.10 Studi Kasus ……………………………………………………………. 11
BAB III SIMPULAN………..………………………………………………………... 17
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas
sifatnya.Pengertian keseluruhan kompleks dalam definisi tersebut berarti bahwa
keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.Melville J. Herskovits
dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Ciri-ciri masyarakat desa diantaranya adalah Afektif,Orientasi kolektif,
Partikularisme, Kekabaran (diffuseness)dan yang terakhir adalah Askripsi. Dari segi
interaksi sosial di daerah pedesaan masih jauh lebih baik dari pada yang tinggal di kota,
hal ini disebabkan oleh perbedaan gaya hidup.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui tentang masyarakat dan
kebudayaan
2. Agar mahasiswa dapat mempelejari dan mengetahui tipe masyarakat pedesaan
3. Agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui interaksi sosial masyarakat
pedesaan
4. Agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui infrastruktur masyarakat
pedesaan.
5. Agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui komunitas dan keluarga pada
masyarakat pedesaan.
6. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah komunikasi
agribisnis
1
1.3 Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan adalah menggunakan internet sebagai
sarana untuk mengumpulkan info dan referensi tambahan untuk melengkapi isi makalah
ini.
1.4 Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud masyarakat dan kebudayaan?
2 Bagaimana tipe masyarakat pedesaan?
3.Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial masyarakat pedesaan ?
4.Apa yang dimaksud dengan infrastruktur masyarakat pedesaan?
5.Apa yang dimaksud dengan komunitas dan keluarga pada masyarakat pedesaan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masyarakat dan kebudayaan
Menurut Peter L. Berger, definisi masyarakat adalah suatu keseluruhan
kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Pengertian keseluruhan kompleks
dalam definisi tersebut berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang
membentuk suatu kesatuan.
Misalnya, dalam tubuh manusia terdapat bagian-bagian yang membentuk
suatu sistem organik biologis, seperti jantung, hati, otak dan paru-paru. Kesatuan dari
bagian-bagian tersebut membentuk sistem yang namanya manusia.Demikian pula
dengan masyarakat, di dalamnya terdiri atas bagian-bagian yang embentuk hubungan
sosial.Misalnya, hubungan orangtua dan anak, hubungan guru dan murid, hubungan
atasan dan bawahan, yang keseluruhan hubungan yang luas itu disebut masyarakat.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat
itu sendiri.Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari
satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,
religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah
sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
2.2 Tipe-Tipe Masyarakat Pedesaan
Hubungan dalam masyarakat desa dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe yaitu:
i. gemeinscaft yakni suatu bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya
diikat oleh hubungan batin murni dan bersifat alamiah.
ii. geisselscaft yakni suatu ikatan lahir yang struktur dan bersifat mekanik (Soekanto,
1987: 119).
Dari dua tipe tersebut ciri masyarakat pedesaan adalah gemeinscaft yaitu
masyarakat paguyuban, persekutuan dan kerukunan (Suryaningrat, 1980: 19).
Lebih lanjut Soerjono Soekanto ( 2006 : 136 – 140 ) mengungkapkan bahwa:
“masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat
sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga / anggota masyarakat yang amat kuat
hakekatnya”. bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari masyarakat di manapun ia hidup dicintainnya serta mempunyai perasaan bersedia
untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota – anggota
masyarakatnya yang saling mencintai, saling menghormati, mempunyai hak tanggung
jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam
masyarakat. Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :
a. Warga pedesaan memiliki hubungan yang lebih erat mendalam
ketimbanghubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya.
b. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan.
c. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian. Golongan
orang–orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan
penting.
d. Dari sudut pemerintahan, hubungan antara penguasa dan rakyat bersifat informal.
e. Kehidupan keagamaan lebih kental
4
f. Banyak berurbanisasi ke kota karena ada faktor yang menarik dari kota.
2.3 Interaksi Sosial Masyarakat Pedesaan
Interaksi Sosial merupaan hubungan sosial antara individu dengan individu
lainnya, baik berupa kelompok ke kelompok lain maupun individu ke kelompok. Interaksi
sosial di daerah pedesaan masih jauh lebih baik dari pada yang tinggal di kota, hal ini
disebabkan oleh perbedaan gaya hidup. Interaksi sosial yang baik ini membuat masyaraat
pedesaan memiliki kultur budaya kehidupan yang lebih rukun dan ramah.
Umumnya masyarakat pedesaan masih kuat dalam memegang kebudayaan dan
adat kebiasaan mereka. Mereka lebih preventif terhadap kebudayaan asing yang masuk.
Hal ini membuat kultur adat kebiasaan mereka sangat kental dalam berinteraksi, mungkin
hal ini pula yang dulunya membuat bangsa Indonesia menjadi salah satu negara yang
paling ramah tamah di dunia. Pola interaksi terjalin sangat kuat dalam hubungan
kekeluargaannya. Contohnya apabila ada yang terkena musibah pada suatu individu pada
pedesaan, tetangga umumnya akan datang dan menanyakan apa yang sedang terjadi dan
ikut membantu. Masyarakan pedesaan memiliki tingkat interaksi sosial yang cenderung
sosialis. Mereka memiliki kultur, kekeluargaan yang erat, dan tidak mudah menerima
kebudayaan yang baru.
2.4 Infrastruktur Masyarakat Pedesaan
Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan dipandang
sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Peran infrastruktur dalam
pembangunan dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi yang
implikasinya terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Secara makro ketersediaan
pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of privatecapital dan secara
mikro pengaruh pelayanan infrastruktur adalah mengurangi biaya produksi. Pengaruh
infrastruktur terhadap paningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia adalah
peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada
lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
infrastruktur memang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari
elastisitasnya yang relatif besar, terutama irigasi, listrik, dan jalan.
5
2.5 Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan (rural community) adalah masyarakat yang penduduknya
mempunyai mata pencaharian utama di sektor bercocok tanam, perikanan, peternakan,
atau gabungan dari kesemuanya itu. Pengertian masyarakat pedesaan menurut para ahli :
1. Bambang Utoyo, desa adalah tempat sebagian besar penduduk yang bermata
pencarian di bidang pertanian dan menghasilkan bahan makanan.
2. Rifhi Siddiq, desa adalah suatu wilayah yang mempunyai tingkat kepadatan rendah
yang dihuni oleh penduduk dengan interaksi sosial yang bersifat homogen,
bermatapencaharian dibidang agraris serta mampu berinteraksi dengan wilayah lain di
sekitarnya.
3. Sutarjo Kartohadikusumo, desa adalah kesatuan hukum tempat tinggal suatu
masyarakat yang berhak menyelenggarakan rumahtangganya sendiri merupakan
pemerintahan terendah di bawah camat.
2.6 Perbedaan antara Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota Menurut Tokoh
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan
(rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto
(1994), perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian
masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa,
pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat
perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang
masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri,
dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda,
bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem
tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:
Masyarakat Pedesaan :
1. Perilaku homogen
2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
3. Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status
6
4. Isolasi sosial, sehingga statik
5. Kesatuan dan keutuhan kultural
6. Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
7. Kolektivisme
Masyarakat Perkotaan :
1. Perilaku heterogen
2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan
3. Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
4. Mobilitassosial,sehingga dinamik
5. Kebauran dan diversifikasi kultural
6. Birokrasi fungsional dan nilai-nilaisekular
7. Individualisme
Sumber lain mengatakan, inilah perbedaan masyarakat pedesaan dibanding masyarakat
pedesaan:
No ASPEK PEDESAAN PERKOTAAN
1OKUPASI
PEKERJAAN
SeSebagai petani dan pedagang. Sebagai pekerjaperusahaan,
dan sektor industri.
2UKURAN
KOMUNITAS
Lebih kecil karena daerah
pedesaan memiliki penduduk
yang rendah.
Lebih besar sebab
penduduknya tiap tahun selalu
meningkat.
3KEPADATAN
PENDUDUK
Rendah karena pemukiman
penduduk tidak ada peningkatan.
Tinggi dengan banyaknya
orang desa merantau ke kota.
4 LINGKUNGAN Berhubungan erat dengan alam Bebas dari realita alam
5DEFERENSIAL
SOSIALHomogen Heterogen
6PELAPISAN
SOSIAL
Pada masyarakat desa
kesenjangan dalm pirimida sosial
tidak terlalu besar
Pada masyarakat kota jelas
sekali perbedaan
kesenjangannya
7 MOBILITAS
SOSIAL
Rendah karena mayoritas
penduduk yang hidup di kota
Tinggi bagi masyarakat hidup
di kota jauh lebih baik.
7
sudah merasa nyaman berada di
kota.
8INTERAKSI
SOSIAL
Kontak pribadi per induvidu lebih
sedikit.
Sering kontak tetapi
cenderung lebih formal, dan
tidak bersifat pribadi, tetapi
melalui tugas atau
kepentingan.
9SOLIDARITAS
SOSIAL
Tinggi hubungan bersifat informal
bukan karena kontrak social
sehingga tercipta budaya gotong
royong dan musyawarah
Rendah karena pada
umumnya orang kota dapat
mengurus dirinya sendiri
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih
mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya.
Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto,
1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa
itu, adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok
kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada
umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng
dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian.
Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang
peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada
kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah
pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai,
ajengan, lurah dan sebagainya.
8
2.7 Ciri-Ciri Masyarakat Desa
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi
“Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional
(Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri masyarakat desa sebagai berikut :
a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan
kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan
simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka
mementingkan kebersamaan, tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang
berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan
keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif,
perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu
saja.(lawannya Universalisme)
d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh
berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang
sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara
pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan
bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat
Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa
pengaruh dari luar.
2.8 Hakikat Dan Sifat Masyarakat Pedesaan
Seperti dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa masyarakat Indonesia
lebih dari 80% tinggal di pedesaan dengan mata pencarian yang bersifat agraris.
Masyarakat pedesaan yang agraris biasanya dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh
orang-orang kota sebagai masyarakat tentang damai, harmonis yaitu masyarakat yang
adem ayem, sehingga oleh orang kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah
dari segala kesibukan, keramaian dan keruwetan atau kekusutan pikir.
Maka tidak jarang orang kota melepaskan segala kelelahan dan kekusutan pikir
tersebut pergilah mereka ke luar kota, karena merupakan tempat yang adem ayem, penuh
ketenangan. Tetapi sebetulnya ketenangan masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa
9
oleh sifat masyarakat itu yang oleh Ferdinand Tonies diistilahkan dengan masyarakat
gemeinschaft (paguyuban). Jadi Paguyuban masyarakat itulah yang menyebabkan orang-
orang kota menilai sebagai masyarakat itu tenang harmonis, rukun dan damai dengan
julukan masyarakat yang adem ayem.
Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesaan kita ini mengenal bermacam-
macam gejala, khususnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat
pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial.
2.9 Gejala Masyarakat Pedesaan
a. Konflik ( Pertengkaran)
Ramalan orang kota bahwa masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang tenang dan
harmonis itu memang tidak sesuai dengan kenyataan sebab yang benar dalam
masyarakat pedesaan adalah penuh masalah dan banyak ketegangan. Karena setiap
hari mereka yang selalu berdekatan dengan orang-orang tetangganya secara terus-
menerus dan hal ini menyebabkan kesempatan untuk bertengkar amat banyak
sehingga kemungkinan terjadi peristiwa-peristiwa peledakan dari ketegangan amat
banyak dan sering terjadi.
Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari
rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga.Sedang sumber banyak
pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi,
perkawinan, dan sebagainya.
b. Kontraversi (pertentangan)
Pertentangan ini bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat-
istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black magic).Para
ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontraversi (pertentangan) ini dari sudut
kebiasaan masyarakat.
c. Kompetisi (Persiapan)
Sesuai dengan kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia-manusia yang
mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasanya yang antara lain mempunyai saingan
dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa
positif dan bisa negatif. Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan usaha
untuk meningkatkan prestasi dan produksi atau output (hasil). Sebaliknya yang
negatif bila persaingan ini hanya berhenti pada sifat iri, yang tidak mau berusaha
10
sehingga kadang-kadang hanya melancarkan fitnah-fitnah saja, yang hal ini kurang
ada manfaatnya sebaliknya menambah ketegangan dalam masyarakat.
d. Kegiatan pada Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat
bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi jelas masyarakat pedesaan bukanlah
masyarakat yang senang diam-diam tanpa aktivitas, tanpa adanya suatu kegiatan
tetapi kenyataannya adalah sebaliknya.Jadi apabila orang berpendapat bahwa orang
desa didorong untuk bekerja lebih keras, maka hal ini tidaklah mendapat sambutan
yang sangat dari para ahli.Karena pada umumnya masyarakat sudah bekerja keras.
Tetapi para ahli lebih untuk memberikan perangsang-perangsang yang dapat menarik
aktivitas masyarakat pedesaan dan hal ini dipandang sangat perlu. Dan dijaga agar
cara dan irama bekerja bisa efektif dan efisien serta kontinyu (diusahakan untuk
menghindari masa-masa kosong bekerja karena berhubungan dengan keadaan
musim/iklim di Indonesia).
2.10 STUDI KASUS
Gerakan Pembangunan Desa Korea Selatan (Saemaul Undong Movement)
Contoh program saemaul undong di distrik Cheongdo Korea Selatan (google.com)
Siapa yang tidak mengenal negara Korea Selatan dengan keajaiban ekonominya?
negara tersebut dalam waktu relatif singkat menjadi negara yang sejajar perekonomiannya
dengan negara-negara Benua Asia lainnya - Jepang, China, Hongkong, Taiwan, dan
Singapura. Negara Korea Selatan merdeka pada tanggal 15 Agustus 1945 setelah Perang
Dunia II.Di awal kemerdekaan perekonomian Korea Selatan sangat terpuruk karena tidak
memiliki sistem dan struktur tersendiri dalam perekonomian.
11
Korea Selatan termasuk dalam salah satu negara termiskin di dunia, sejajar dengan
negara-negara miskin di Afrika dan Asia pada tahun 1950-an. Pada tahun 1963, Korea
Selatan adalah negara miskin dengan pendapatan per kapita hanya USD 100. Namun di
tahun 2010 GDP per kapita Korea Selatan (Republic of Korea) sebesar USD 22,151 serta
tahun 2013 menjadi USD 25,977. Sedangkan negara Indonesia di tahun 2010 GDP per
kapita adalah US D2,947 dan ditahun 2013 sebesar USD 3,475. Hal ini menunjukkan
pendapatan rata-rata setiap warga Korsel per tahun adalah tujuh kali lipat dari pendapatan
per tahun rata-rata orang Indonesia. (sumber:
http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.PCAP.CD). Perekonomian Korea Selatan
melesat dengan cepat hingga saat ini menjadi negara maju yang sering diistilahkan
sebagai keajaiban sungai Han.
Korea Selatan adalah salah satu negara yang mengalami kehancuran ketika
mereka mengalami perang saudara di tahun 1950-1953, sehingga bisa dikatakan pada
waktu itu Korea Selatan merupakan negara agraris termiskin di dunia. Akibat dari perang
saudara melumpuhkan perekonomian negara dimana desa-desa miskin, terlantar dan
kekurangan bahan makanan.Perang hanya menyisakan desa-desa yang compang-
camping, tanah telantar, serta 48 jutaan warga miskin dan kurang makan. Lahan pertanian
di Korea Selatan sempit dan tidak akan cukup untuk memproduksi makanan untuk
kebutuhan seluruh rakyat Korea Selatan.
Pertumbuhan ekonomi mengalami perkembangan yang meningkat sejak di era
kepemimpinan / pemerintahan Park Chung Hee (tahun 1961-1979) hingga di masa
pemerintahan Kim Dae Jung pertumbuhan ekonomi tahunan telah mencapai 8,6% dan
menjadi negara dagang terbesar ke sebelas di dunia. Hal ini menjadikan Korea Selatan
menjadi salah satu negara yang disebut “Four Tigers” (empat macan) karena berhasil
mencapai tingkat pertumbuhan tahunan (annual growth) sebesar 5,5% dan lebih cepat
dibandingkan dengan wilayah lainnya di dunia.
Hanya dalam dua dasawarsa sejak program pembangunan ekonomi nasional
dicanangkan pada 1960-an, Korsel bergerak untuk berubah menjadi negara industri baru.
Korea Selatan telah membuktikan sebagai salah satu negara yang maju di bidang
elektronika (Samsung, LG), otomotif (Hyunday, KIA), perkapalan (Hyunday Heavy
Industry), semi konduktor, pepabrikan (Baja: POSCO). Pasar keuangan internasional
secara positif mengakui keberhasilan ekonomi Korea, mengingat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan berkelanjutan, tabungan nasional yang tinggi, inflasi yang terkendali,
defisit eksternal yang minim, dan surplus anggaran pemerintah signifikan.
12
Salah satu kata kunci dari semua itu adalah fokus pada pembangunan desa dan
pelestarian budaya.Ingat pepatah “keluarga sehat, negara kuat”. Demikian pula apabila
desa kuat maka negara akan kuat, apabila nilai-nilai budaya dijaga dan dipelihara maka
pembangunan desa akan semakin mengokohkan jati diri bangsa. Pola pembangunan
demikian yang mereka namakan “Saemaul Undong”.
a. Masyarakat Pedesaan Korea Selatan
Berbekal semangat saemaul undong, negeri ginseng itu berhasil mengubah
bentang alamnya yang gersang di tahun 1950-an menjadi hijau sekaligus mendongkrak
perekonomiannya. Semangat saemaul undong mengajak masyarakat di pedesaan untuk
rajin, mandiri, dan bekerjasama untuk mencapai kesejahteraan (Direktur Eksekutif
ASEAN-Republik of Korea Forestry Cooperation (AFoCO) Hadi Susanto Pasaribu).
Saemaul Undong ( 새마을운동 ) secara harfiah berasal dari kata 새 (se) yang
berarti baru 마 을 (maeul) berarti desa/komunitas dan 운 동 (undong) yang berarti
gerakan.Saemaul Undong merupakan suatu gerakan perubahan dan reformasi pedesaan
untuk menuju kehidupan yang lebih baik.Gerakan yang berangkat dari kesadaran desa
untuk mengentaskan diri dari kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk
desa.
Saemaul Undong merupakan gerakan pembangunan masyarakat desa yang
membawa pencerahan spiritual dan kondisi kehidupan yang lebih baik (pendapatan,
infrastruktur, lingkungan tempat tinggal dan komunitas). Gerakan ini didasarkan pada
semangat menolong diri sendiri dan kerja sama dengan dukungan dari Pemerintah.
Saemaul Undong adalah gerakan pembangunan masyarakat yang diprakarsai oleh
almarhum Presiden Park Chung Hee yang memimpin Korea Selatan pada periode 1961-
1979. Semangat Saemaul Undong lahir pada tahun 1970-an ketika Presiden Park Chung
Hee menyadari bahwa tak mungkin ada pembangunan nasional negaranya tanpa
perbaikan desa. Saemaul Undong ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah dan
dilaksanakan dengan prinsip kerja sama, disiplin, dan kerja keras. Berkat Saemaul
Undong, taraf hidup masyarakat perdesaan membaik, desa-desa mengalami modernisasi,
dan semangat gotong-royong masyarakat meningkat.
13
Program Saemaul Undong direncanakan dan dilaksanakan oleh penduduk desa
sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang tersedia. Gerakan Saemaul ini tercetus
di tahun 1970 berawal ketika Presiden Park Chung Hee blusukan ke bekas lokasi banjir di
salah satu desa Korea Selatan pada tahun 1969. Presiden terkejut karena dengan bantuan
sedikit warga berhasil memulihkan desanya.Bahkan, membangun jalan lebih lebar,
membuat tembok dan atap dengan bahan lebih baik. Berdasarkan hal tersebut, timbul
keyakinan bahwa pembangunan pedesaan di Korea Selatan akan dapat mempercepat
pemulihan perekonomian negara dengan dilandasi semangat bekerja yang tidak mengenal
lelah dan tanpa pamrih.
Dalam perkembangannya bentuk program Saemaul Undong tersebut antara lain
mencakup : perbaikan atap rumah (atap bangunan yang awalnya dari rami digantikan
dengan atap bangunan yg lebih stabil dan kokoh), pelebaran jalan, pembangunan
jembatan, pelebaran jalan pertanian, pembangunan balai pertemuan desa, pembangunan
instalasi air bersih, perbaikan saluran air (drainase) dan peningkatan pendapatan
penduduk desa dengan penanaman tanaman yang cepat memberikan keuntungan.
Setelah gerakan Saemaul Undong bergulir pada tahun 1970, Korea Selatan
mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa.Tingkat pendapatan masyarakat pada
kawasan perdesaan dan perkotaan relatif merata dan seimbang.Masyarakat desa sangat
menikmati keseharian mereka dengan basis pada sektor pertanian karena mereka
mendapatkan pendapatan yang tidak jauh berbeda dengan sektor lainnya di
perkotaan.Korea Selatan kini berdiri sejajar dengan Amerika, Jepang dan negara-negara
maju lainnya di belahan benua Eropa.
Program Saemaul Undong telah menjadi contoh keberhasilan program di Korea
Selatan.Penduduk Desa dan Kepala Desa serta Kepala Saemaul memiliki inisiatif sendiri
menyusun program pembangunan yang dibutuhkan oleh penduduk desa setempat.Kepala
Saemaul adalah orang yang ditunjuk dan diberikan pendidikan dan latihan oleh
pemerintah Korea Selatan untuk memastikan keberhasilan program Saemaul Undong
sebagai program pembangunan desa. Program dilaksanakan dengan menggunakan dana
bantuan dari pemerintah, apabila dana tersebut tidak mencukupi penduduk desa sukarela
menyisihkan harta yang mereka miliki untuk keberlangungan program tersebut. Kerja
sama juga mereka lakukan untuk membagi waktu bekerja setiap minggunya dengan
menyesuaikan pada kemampuan dan ketersediaan waktu yang mereka miliki.
Menurut Herman Suryatman dalam http://bappeda.sumedangkab.go.id/berita-148-
membedah-pembangunan-desa-ala-korea-selatan-saemaul-undong-movement.html,
14
Gerakan Saemaul Undong diimplementasikan pada tiga kegiatan praktis di lapangan.
Pertama “Environment Improvement”, yaitu kegiatan perbaikan lingkungan yang meliputi
sarana dan prasarana dasar di pedesaan, baik jalan, jembatan, irigasi, drainase maupun
sarana air bersih dan sanitasi lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan antara lain dengan
memberikan bantuan stimulan berupa semen, besi beton serta bahan/perlengkapan
lainnya. Kedua “Increasing Income”, yaitu kegiatan yang dilakukan melalui berbagai
pelatihan ekonomi produktif, perluasan akses permodalan serta fasilitasi pemasaran hasil
produksi pertanian yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan penduduk desa.
Ketiga “Mental Reform”, yaitu kegiatan terstruktur yang dilaksanakan secara intensif
untuk membangun mentalitas penduduk pedesaan (ruh/spirit Saemaul Undong) agar
memiliki etos kerja keras, tekun, jujur dan disiplin tinggi. Kegiatan ini diawali dengan
perbaikan dan komitmen moral para pemimpin di setiap jenjang pemerintahan, kemudian
ditransformasikan ke seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), baik masyarakat
maupun pelaku usaha.Orientasi utama dari ketiga kegiatan praktis tersebut tidak
berdasarkan bagi-bagi kue (charity) tetapi tetap pada upaya pendekatan kesukarelawanan,
padat karya dan bersifat produktif.
Selanjutnya penerapan ketiga prinsip dasar pada tiga kegiatan praktis di lapangan
tersebut didukung oleh partnership kelembagaan yang handal, yaitu kerjasama yang
sinergis antara domain pemerintahan, pemimpin desa dan pemimpin saemaul dengan
penduduk desa. Pemerintah bertugas untuk memfasilitasi dan memberikan bantuan
strategis (Strategic Support), pemimpin desa bertugas untuk memandu secara langsung di
lapangan dengan keteladanan kepemimpinan (Leadership), serta masyarakat secara
bersama-sama mengembangkan kesukarelawanan untuk membangun desa (Volunteers)
seperti harta, tenaga dan kemauan penduduk desa merelakan sebagian lahan pekarangan
rumah digunakan untuk pelebaran jalan desa, dan lain-lain.
Gerakan Saemaul Undong di Korea Selatan telah bergulir dan menggerakkan roda
perekonomian yang meningkat signifikan di desa-desa. Masyarakat desa mulai
mengembangkan program Saemaul Undong kebidang yang lebih luas seperti pabrik
pengolahan, greenhouse untuk mengatasi musim dingin, mengadopsi alat pertanian
bermesin, beternak, dan budi daya ikan dengan intensif, membangun perpustakaan, dan
fasilitas lain yang memang bermanfaat dan mereka butuhkan. Pada tahun 1979 Gerakan
Saemaul Undong ini sudah tersebar secara nasional dan 98 (sembilan puluh delapan)
persen desa di Korea Selatan sudah menjadi desa mandiri.
15
Dari uraian di atas membuktikan bahwa masyarakat pedesaan di Korea Selatan
sudah memiliki pemikiran yang jauh ke depan. Mereka memiliki sifat tekun, disiplin dan
pekerja keras.
Ketekunan dan kegigihan mereka dibentuk oleh alam dimana wilayah Korea
Selatan umumnya berbukit dengan tanah miskin unsur hara dan kondisi sumber daya
alam yang terbatas hingga memaksa mereka bekerja keras dan jauh dari sifat pemalas.
Spirit tersebut menjadi roh program Saemaul Undong, karena dengan jiwa ini mereka
harus mampu mengatasi segala masalah yang mereka hadapi untuk dapat keluar dari
kemiskinan.
Selain ketekunan, masyarakat korea juga memiliki semangat bekerja sama
mendorong rakyat Korsel untuk mengedepankan rasa saling percaya, rasa senasib
sepenanggungan, saling berbagi sesama anggota masyarakat, dan yang tidak kalah
penting membangkitkan tradisi saling membantu di antara anggota masyarakat untuk
memperbaiki kehidupan mereka dengan meningkatkan perilaku kompetisi dan partisipasi.
Spirit ini menjadi dasar penduduk Korea Selatan bahu membahu dan bekerja sama untuk
menuntaskan program Saemaul Undong. Mereka sadar keberhasilan yang nanti diperoleh
adalah untuk kepentingan mereka menuju hidup yang lebih baik.
Hal di atas membuktikan bahwa sifat yang dimiliki olek masyarakat Korsel
membuat Gerakan Saemaul Undong ini menjadi sangat berhasil.Disamping pemerintah
yang memang sangat memperhatikan masyarakat pedesaan dan sadar atas betapa
pentingnya kemakmuran di pedesaan, karakter masyarakatnya pun sangat berperan dalam
kesuksesan gerakan ini.
16
BAB III
SIMPULAN
Masyarakat pedesaan (rural community) adalah masyarakat yang penduduknya
mempunyai mata pencaharian utama di sektor bercocok tanam, perikanan, peternakan, atau
gabungan dari kesemuanya itu.
Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-
masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan
fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-
kadang dikatakan “berlawanan” pula.
Seperti dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa masyarakat Indonesia lebih
dari 80% tinggal di pedesaan dengan mata pencarian yang bersifat agraris. Masyarakat
pedesaan yang agraris biasanya dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota
sebagai masyarakat tentang damai, harmonis yaitu masyarakat yang adem ayem
Maka tidak jarang orang kota melepaskan segala kelelahan dan kekusutan pikir
tersebut pergilah mereka ke luar kota, karena merupakan tempat yang adem ayem, penuh
ketenangan.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan -
sosial-antar-manusia
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/06/pengertian-masyarakat-perkotaan.html
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/perbedaan-antara-desa-dan-kota.html
http://www.scribd.com/doc/42585724/MASYARAKAT-PEDESAAN-DAN-
MASYARAKAT-PERKOTAAN
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/hubungan-desa-kota-hubungan-pedesaan.html
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/08/ciri-ciri-masyarakat-desa.html
http://hedisasrawan.blogspot.com/2014/07/16-pengertian-desa-menurut-para-ahli.html
http://celoteh-galang.blogspot.com/2012/11/masyarakat-pedesaan-masyarakat-perkotaan.html
http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/12/pantas-anak-anak-tak-mau-jadi-petani-kenapa-
618692.html
https://cahyamenethil.wordpress.com/2010/11/29/masyarakat-perkotaan-dan-masyarakat -
pedesaan/
http://06091994.blogspot.com/2012/10/ciri-ciri-komunitas-pedesaan-dibanding.html
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/bab7 - masyarakat
pedesaan_dan_masyarakat_perkotaan.pdf
http://news.okezone.com/read/2014/12/02/337/1073664/mendes-marwan-jajaki-kerja-sama-
dengan-korsel
http://bappeda.sumedangkab.go.id/berita-148-membedah-pembangunan-desa-ala-korea-
selatan-saemaul-undong-movement.html
http://desakodasari.wordpress.com/2014/02/15/mengenal-saemaul-undong-gerakan-
pembangunan-pedesaan-di-korea-selatan/
http://www.antaranews.com/berita/39424/menhut-harapkan-saemaul-undong-korsel-jadi-
acuan-pembangunan-hutan
www.litbang.pu.go.id/analisa-dampak-sosial-ekonomi-infrastruktur-jawa -
sumatera.balitbang.pu.go.id
www.academia.edu/7154204/BAB_I_PENDAHULUAN
www.journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/article/view/2376
www.download.portalgaruda.org/article.php?article=10730&val=750
18