soraya fsh

118
ANALISIS KESESUAIAN PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN PSAK 105 (STUDI PADA 4 BMT DI JAKARTA SELATAN) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) Disusun Oleh : SORAYA NIM: 107046102039 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011

Upload: recca-damayanti

Post on 22-Oct-2015

80 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

nnn

TRANSCRIPT

Page 1: Soraya Fsh

ANALISIS KESESUAIAN PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN

MUDHARABAH DENGAN PSAK 105

(STUDI PADA 4 BMT DI JAKARTA SELATAN)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Disusun Oleh :

SORAYA

NIM: 107046102039

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011

Page 2: Soraya Fsh

ANALISIS KESESUAIAN PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN

MUDHARABAH DENGAN PSAK 105

(STUDI PADA 4 BMT DI JAKARTA SELATAN)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE.Sy)

Oleh:

SORAYA

NIM: 107046102039

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag, MM Dwi Nur’aini Ihsan, SE.,MM

NIP : 195502151983031002

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011

Page 3: Soraya Fsh

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 7 Juni 2011 M

5 Rajab 1432 H

Soraya

Page 4: Soraya Fsh

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan studi pada empat BMT yaitu BMT Ta’awun, BMT Al-Kariim, BMT El-Syifa dan BMT Daarul Qur’an dengan judul “Analisis Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah dengan PSAK 105 (Studi pada 4 BMT di Jakarta Selatan)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah yang dilakukan oleh keempat BMT yaitu BMT Ta’awun, BMT Al-Kariim, BMT El-Syifa dan BMT Daarul Qur’an sudah sesuai dengan PSAK No.105. Metode penelitian yang digunakan adalah analisa deskriptif yaitu memberikan gambaran mengenai perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah.

Hasil analisis menyatakan bahwa perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada keempat BMT belum sesuai dengan PSAK No. 105. Ketidaksesuaian tersebut terjadi dalam hal pengakuan dan pencatatan transaksi pemberian dana kepada nasabah dan penundaan pembayaran angsuran.

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar keempat BMT yaitu BMT Ta’awun, BMT Al-Kariim, BMT El-Syifa dan BMT Daarul Qur’an menerapkan PSAK 105 secara penuh dan selalu mengupdate setiap revisi yang dilakukan oleh IAI selaku organisasi yang mengatur standar akuntansi keuangan di Indonesia.

Kata kunci: Perlakuan akuntansi, PSAK 105, pembiayaan mudharabah

Page 5: Soraya Fsh

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, penguasa alam semesta, yang senantiasa melimpahi kehidupan penulis.

Shalawat serta Salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,

sahabat dan para pengikut- Nya.

Alhamdulillah, meskipun penulis mengalami banyak rintangan dan rintangan

dalam menyelesaikan studi maupun skripsi ini, namun penulis dapat memetik hikmah

dari pengalaman yang penulis alami.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM, selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Mu’min Rauf, MA selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Muamalat.

3. Bapak Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag, MM dan Ibu Dwi Nur’aini Ihsan,

SE.,MM atas kesediaannya memberikan waktu kepada penulis untuk

membimbing dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

4. Bapak Subandikot, Amd dan Bapak Irwansyah, S.Pdi selaku General Manager

dan Kepala Bagian Marketing BMT Ta’awun, Ibu Risnawati dan Bapak

Andrie selaku Manager Operasional Keuangan dan Manager Marketing BMT

Page 6: Soraya Fsh

vii

Al-Kariim, Bapak Ahmad Ruslan dan Ibu Dra. Ida Saidah selaku General

Manager dan Manager Pembiayaan BMT El-Syifa, serta Bapak Muhammad

Lukman, SE selaku General Manager BMT Daarul Qur’an yang telah

membantu penulis dalam memberikan informasi mengenai permasalahan yang

penulis teliti.

5. Pimpinan perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan

studi perpustakaan.

6. Orang tuaku tercinta, Ibunda Nurmanzily dan Ayahanda Suraidi. Terima kasih

atas setiap Doa’nya. Berkat doa dan motivasi mereka penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

7. My brother and my sister, Robby dan Reny. Terima kasih atas support dan

semangatnya.

8. My lovely, Arief yang sudah membantu penulis dari awal hingga saat ini,

yang selalu memberikan ide-idenya dan selalu mengingatkan penulis untuk

tidak bermalas-malasan.

9. My Best Friends, Mega, Kiki, Dwita, Ida dan Elda yang memberikan

masukan dan diskusi-diskusi yang berarti serta seluruh rekan mahasiswa UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya PS B Angkatan 2007 yang telah

menemani hari-hariku selama kuliah.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah

memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus

menjalani perkuliahan di UIN hingga akhir.

Page 7: Soraya Fsh

viii

Hanya kepada Allah, penulis memanjatkan doa. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Jakarta, 6 Mei 2011

Soraya

Page 8: Soraya Fsh

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar Pengesahan Skripsi

Abstrak

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………....... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………………..... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………................ 10

D. Kajian Penelitian Terdahulu……………………………………… 11

E. Kerangka Teori dan Konsep……………………………………..... 11

F. Metode Penelitian………………………………………………..... 13

G. Sistematika Penulisan …………………………………………….. 15

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pembiayaan Mudharabah

1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah…………………………. 17

2. Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah………………….. 20

3. Prinsip-prinsip Pembiayaan Mudharabah……………………... 22

4. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan Mudharabah……………….. 26

Page 9: Soraya Fsh

x

5. Aplikasi Pembiayaan Mudharabah dalam Perbankan………… 27

B. PSAK 105………………………………………………………… 29

C. Laporan Keuangan BMT…………………………………………. 36

BAB III GAMBARAN UMUM BMT

A. BMT TA’AWUN

1. Sejarah Berdirinya BMT Ta’awun……………………………. 50

2. Produk yang ditawarkan BMT Ta’awun……………………… 51

3. Pendapatan BMT Ta’awun……………………………………. 54

B. BMT AL-KARIIM

1. Sejarah Berdirinya BMT Al-Kariim…………………………... 55

2. Produk yang Ditawarkan BMT Al-Kariim……………………. 56

3. Pendapatan BMT AL-Kariim…………………………………. 57

C. BMT EL-SYIFA

1. Sejarah Berdirinya BMT El-Syifa…………………………….. 58

2. Produk yang ditawarkan BMT El-Syifa………………………. 58

3. Pendapatan BMT El-Syifa…………………………………….. 60

D. BMT DAARUL QUR’AN

1. Sejarah Berdirinya BMT Daarul Qur’an………………………. 61

2. Produk yang ditawarkan BMT Daarul Qur’an ……………….. 63

3. Pendapatan BMT Daarul Qur’an……………………………… 66

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah di BMT

Page 10: Soraya Fsh

xi

1. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Di

BMT Ta’awun………………………………………………… 68

2. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Di

BMT Al-Kariim………………………………………………. 71

3. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Di

BMT El-Syifa…………………………………………………. 74

4. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Di

BMT Daarul Qur’an…………………………………………... 76

B. Analisis Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Mudharabah pada

BMT dengan PSAK No. 105…………………………………….. 79

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………. 101

B. Saran……………………………………………………...……… 102

Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran

Page 11: Soraya Fsh

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Neraca BMT………………………………………………………………43

Tabel 2.2 Laporan laba rugi BMT…………………………………………………...45

Tabel 2.3 Laporan perubahan modal BMT………...………………………………...47

Tabel 2.4 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zis BMT………..………………48

Tabel 2.5 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan………………….48

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kesesuaian Transaksi Yang Dilakukan BMT dengan

PSAK 105…………………………………………………………………98

Page 12: Soraya Fsh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan ekonomi merupakan hal yang tidak bisa dihindari lagi karena manusia

sebagai makhluk sosial tidak dapat melakukan sendiri dalam hal memenuhi

kebutuhannya sehingga perlu melakukan transaksi ekonomi dengan individu lainnya.

Mengenai kegiatan ekonomi tersebut terdapat kaidah fiqh yang menyatakan bahwa

“Hukum ashal dari muamalah adalah boleh (mubah) sampai ada dalil yang

menyatakan sebaliknya.” Artinya, segala kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh

manusia diperbolehkan asalkan tidak bertentangan dengan dalil-dalil nash (Quran dan

Hadits). Dengan kata lain, kegiatan ekonomi yang dilakukan harus sesuai dengan

prinsip Islam.1

Salah satu upaya penerapan prinsip Islam dalam kegiatan ekonomi adalah dengan

mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang berlandaskan prinsip Islam. Lembaga

keuangan pada dasarnya adalah lembaga yang menghubungkan antara pihak yang

memerlukan dana dan pihak yang mengalami surplus dana. Lembaga keuangan, baik

bank maupun bukan bank, mempunyai peran yang penting bagi aktivitas

perekonomian. Peran tersebut dijadikan wahana yang mampu menghimpun dan

1 Nuruddin Mhd. Ali, “Tujuan Ekonomi Dalam Islam”, artikel diakses pada 16 november 2010 dari http://www.db2.wikispaces.com/.../sm2003+Tujuan+Keuangan+Syariah.

Page 13: Soraya Fsh

2

menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan taraf

hidup rakyat.2

Tujuan didirikannya lembaga keuangan syariah adalah untuk mengembangkan

prinsip-prinsip syariah dalam transaksi keuangan dan perbankan. Adapun yang

dimaksud prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan dan

keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki

kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah yang dilandasi oleh nilai-nilai

keadilan, kemanfaatan, keseimbangan dan keuniversalan.3

Banyaknya lembaga keuangan syariah saat ini membuktikan bahwa masyarakat

menginginkan adanya suatu sistem yang adil dan tidak bertentangan dengan nilai-

nilai syariah. Selain itu juga merupakan suatu bentuk penolakan terhadap sistem riba

yang sangat bertentangan dengan prinsip Islam, terlebih lagi setelah dikeluarkannya

fatwa oleh MUI bahwa bunga bank itu haram membuat masyarakat sadar akan

kebutuhan bertransaksi ekonomi dengan tidak menggunakan sistem bunga.

Berkembangnya lembaga keuangan syariah pada lembaga keuangan bank seperti

perbankan syariah mencapai 47,56% pada tahun 2010, jumlah ini lebih tinggi

dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar 33,37%. Tidak hanya lembaga

keuangan bank saja yang tumbuh, di lembaga keuangan non bank seperti BMT pun

juga mengalami kemajuan pesat. Pusat Inkubasi Usaha Kecil (Pinbuk) hingga

2 Sigit Triandaru dan Totok, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h.10.

3 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 35.

Page 14: Soraya Fsh

3

Desember 2010 berhasil memfasilitasi kelahiran sebanyak 3.872 lembaga keuangan

mikro Baitul Maal wat Tamwil (BMT) yang seluruhnya melayani pembiayaan pelaku

usaha mikro.4

Salah satu produk pembiayaan yang khas dari lembaga keuangan syariah yang

prinsipnya berbeda dengan lembaga keuangan konvensional adalah pembiayaan

mudharabah. Pembiayaan mudharabah dikembangkan dengan prinsip bagi hasil,

dimana prinsip ini berbeda dengan prinsip bunga sebagaimana yang terdapat dalam

produk konvensional. Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang

dijalankan, bila usaha merugi maka kerugian akan ditanggung oleh kedua belah pihak

sedangkan bunga pembayarannya bersifat tetap tanpa mempertimbangkan apakah

proyek yang dijalankan oleh nasabah untung atau rugi.5

Namun, dibalik pesatnya pertumbuhan sektor keuangan syariah yang ada saat ini,

lembaga keuangan syariah justru lebih memilih memberikan pembiayaan yang

berbasis non bagi hasil seperti murabahah ketimbang pembiayaan berbasis bagi hasil

seperti mudharabah. Dibanding mudharabah, akad murabahah masih mendominasi

hingga 60% pada produk perbankan syariah di Indonesia.6 Dalam statistik perbankan

syariah bulan Maret 2011, komposisi pembiayaan yang diberikan BUS dan UUS

4Mulia Ginting Munthe, “Pinbuk inisiasi kelahiran 3.872 BMT”, artikel diakses pada 20 mei 2011dari http://www.bisnis.com/ekonomi/mikro-ukm/14705-pibuk-berhasil-inisiasi-kelahiran-3872-bmt.html

5 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001),h. 61.

6 “Produk perbankan syariah”, Republika, 28 April 2011. diakses pada 14 mei 2011 dari http://www.republika.co.id/berita/syariah/keuangan/11/04/28/lkcpm9-murabahah-masih-dominasi-produk-perbankan-syariah

Page 15: Soraya Fsh

4

untuk jenis pembiayaan murabahah mencapai 40,887 milyar sementara untuk

pembiayaan mudharabah hanya 8,767 milyar.

Mendominasinya produk murabahah ketimbang mudharabah membuktikan

bahwasannya lembaga keuangan syariah memilih pembiayaan yang bersifat

konsumtif daripada pembiayaan bersifat produktif. Berdasarkan jenis penggunaan per

maret 2011 pembiayaan lebih besar dialokasikan untuk kebutuhan konsumsi yaitu

sebesar 27,112 milyar daripada untuk investasi yang jumlahnya hanya 14,370 milyar.

Muhammad (2010), menyebutkan bahwa mendominasinya murabahah ketimbang

mudharabah sesungguhnya bersumber dari dua permasalahan utama, yaitu moral

hazard, dimana tidak diindahkannya masalah moral dan etika dalam berbisnis, baik

dilakukan oleh pengusaha maupun yang dilakukan oleh LKS itu sendiri dan masalah

kedua adalah adverse selection, yaitu masalah ketidakseimbangan informasi yang

dilakukan oleh salah satu pihak, yang menyebabkan pihak lain tidak mengetahui

kondisi yang sebenarnya terhadap suatu usaha.7 Padahal pembiayaan berbasis bagi

hasil seperti pembiayaan mudharabah menurut Irfan Syauqi Beik, (2006) mempunyai

beberapa keunggulan, yaitu:8

Pertama, Pembiayaan mudharabah akan menggerakkan sektor rill karena

pembiayaaan ini bersifat produktif yakni disalurkan untuk kebutuhan investasi dan

modal kerja. Jika investasi di sektor riil meningkat tentunya akan menciptakan

7 Muhammad Imaduddin, “Mudharabah dan Optimalisasi Sektor Riil”, artikel diakses pada 11 oktober 2010 dari http://zonaekis.com/mudharabah-dan-optimalisasi-sektor-riil#more-1308.

8 Irfan Syauqi Beik. “Bank Syariah dan Pengembangan Sektor Riil”, artikel diakses pada 11 Oktober 2010 dari http:pesantrenvirtual.com.

Page 16: Soraya Fsh

5

kesempatan kerja baru sehingga dapat mengurangi pengangguran sekaligus

meningkatkan pendapatan masyarakat.

Kedua, Peningkatan persentase pembiayaan mudharabah akan mendorong

tumbuhnya pengusaha atau investor yang berani mengambil keputusan bisnis yang

berisiko. Pada akhirnya akan berkembang berbagai inovasi baru yang akan

meningkatkan daya saing bank syariah.

Ketiga, Pola pembiayaan mudharabah adalah pola pembiayaan berbasis produktif

yang memberikan nilai tambah bagi perekonomian dan sektor riil sehingga

kemungkinan terjadinya krisis keuangan akan dapat dikurangi.

Salah satu lembaga keuangan syariah non bank yang dapat menggerakkan sektor

rill adalah BMT. BMT merupakan suatu lembaga ekonomi rakyat, yang secara nyata

memang lebih fokus kepada masyarakat bawah karena BMT berupaya membantu

pengembangan usaha mikro dan usaha kecil, terutama bantuan permodalan.9

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) merupakan salah satu lembaga keuangan syariah

non bank yang mengarah pada kegiatan bisnis (business oriented) dan sosial (social

oriented). BMT juga dikenal sebagai jenis lembaga keuangan syariah pertama yang

dikembangkan di Indonesia.10 BMT sebagai lembaga sosial lebih mengarah pada

usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infaq

dan shadaqah yang disebut baitul maal, sedangkan BMT sebagai lembaga bisnis

berfungsi sebagai lembaga penghimpunan dan penyaluran dana komersil, yang

9 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 83.

10 Rizal yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta: Salemba empat, 2009), h. 22.

Page 17: Soraya Fsh

6

disebut baitut tamwil.11 Dengan demikian BMT memiliki dua fungsi, yaitu sebagai

media penyalur pendayagunaan harta ibadah serta pula berfungsi sebagai institusi

yang bergerak dibidang investasi yang bersifat produktif sebagaimana layaknya

bank.12

BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang segmen usahanya melayani

masyarakat kecil khususnya para pengusaha yang tidak mendapatkan pembiayaan

dari perbankan syariah karena sering dianggap unbankable. BMT mampu dan

bersedia membiayai sektor usaha yang sangat kecil, serta mendanai kebutuhan hidup

dalam nominal yang tak terlampau besar namun bersifat vital dan mendesak, dimana

ini jelas bukan sesuatu yang biasa dilayani perbankan baik dikarenakan alasan

nasabah yang unbankable, maupun karena perhitungan hasil yang tidak sebanding

dengan biaya dan risiko bagi perbankan.13

Khaerul Umam (2009), mengungkapkan bahwasannya operasional bank syariah

belum dapat secara optimal menjangkau sektor usaha mikro di tingkat akar rumput

(grass root), hal demikian karena ternyata bank syariah sebagai lembaga intermediasi

keuangan dalam menjalankan fungsinya menyalurkan dana kepada masyarakat

berupa memberikan pembiayaan masih mensyaratkan adanya jaminan yang itu tidak

mudah bisa dipenuhi oleh nasabah, khususnya nasabah kecil. Tidak hanya itu saja, di

11 Heri sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Ekonisia, 2008) edisi 3. h.103. 12 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2009), h. 35. 13 BMT Isra Indramayu, “Optimalisasi Keunggulan BMT bagi Pengembangan Ekonomi Rakyat”,

artikel diakses pada 16 juli 2011dari http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=373821131183&i&index=0

Page 18: Soraya Fsh

7

sisi yang lain fakta menunjukkan bahwa operasional bank syariah juga terbatas di

kota-kota, sedangkan pelaku sektor ekonomi riil juga sebagian berada di desa-desa.

Dengan demikian layanan yang diberikan oleh bank syariah belum dapat menjangkau

sektor ekonomi riil secara optimal.14

Diantara keunggulan BMT lainnya berkenaan dengan pembiayaan dunia usaha

adalah BMT mampu dan bersedia membiayai usaha yang baru dan sedang tumbuh di

lingkungannya. 15 Hal semacam ini sangat jarang dilakukan oleh perbankan, baik

yang konvensional maupun syariah. Perbankan biasanya lebih berminat untuk

membiayai usaha yang sudah mapan (sustainable).16

Saat Suharto, direktur BMT ventura dalam wawancaranya dengan jurnal nasional

mengungkapkan bahwasannya kelebihan BMT sehingga masyarakat mikro lebih suka

dibandingkan bank karena BMT memiliki keluwesan dalam memberikan

pembiayaan, sedangkan bank tidak. Karena menurutnya pada bank ada requirement

yang diatur peraturan bank sentral, ada istilah non dan bankable.17

Keberadaan BMT sebagai suatu lembaga keuangan non bank, tidak akan terlepas

dari proses pencatatan akuntansi. BMT juga berkewajiban melakukan pencatatan atas

14 Khaerul Umam, “Strategi Optimalisasi Peran Bmt Sebagai Penggerak Sektor Usaha Mikro”,artikel diakses pada 16 juli 2011 darihttp://khaerul21.wordpress.com/2009/10/15/%E2%80%9Cstrategi-optimalisasi-peran-bmt-sebagai-penggerak-sektor-usaha-mikro%E2%80%9D/

15 Wawancara dengan Bapak Subandikot, General Manager BMT Ta’awun. Cipulir. 25 Februari 2011

16 BMT Isra Indramayu, “Optimalisasi Keunggulan BMT bagi Pengembangan Ekonomi Rakyat”,artikel diakses pada 16 juli 2011dari http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=373821131183&i&index=0

17 “Harus jemput bola.” Jurnal nasional, 24 Mei 2011 , diakses pada 16 Juli dari http://nasional.jurnas.com/newspaper/20110524

Page 19: Soraya Fsh

8

aktivitas-aktivitas akuntansi yang terjadi yang selanjutnya disajikan dalam laporan

keuangan. Laporan tersebut disajikan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas dana

serta aset yang dikelola dan sebagai sarana utama bagi berbagai pihak yang

berkepentingan untuk pengambilan keputusan.

Ikatan Akuntan Indonesia sejauh ini telah menerbitkan enam standar yang terkait

dengan standar akuntansi syariah, yaitu PSAK 101 (penyajian dan pengungkapan

laporan keuangan entitas syariah), PSAK 102 (murabahah), PSAK 103 (salam),

PSAK 104 (istishna’), PSAK 105 (mudharabah), dan PSAK 106 (musyarakah).

PSAK tersebut dikeluarkan sebagai pengganti dari PSAK No. 59 tentang akuntansi

perbankan syariah.18

Eksistensi akuntansi syariah di Indonesia diawali oleh PSAK 59 yang disahkan

pada 1 Mei 2002 dan berlaku mulai 1 Januari 2003. PSAK yang merupakan produk

Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntansi Indonesia berlaku hanya

dalam tempo lima tahun. Sementara PSAK 101-106 yang sudah diberlakukan pada 1

Januari 2008, telah disahkan pada 27 Juni 2007.19 PSAK 101-106 inilah yang

sekarang dijadikan dasar akuntansi keuangan syariah terhadap transaksi - transaksi

yang dipraktekkan di perbankan syariah maupun lembaga keuangan syariah non bank

seperti Baitul Mal wa Tamwil (BMT).

18http://saripedia.wordpress.com/2010/08/23/majalah%C2%A0akuntan%C2%A0indonesia/ diakses pada 15 november 2010

19 Dwi Suwiknyo, Pengantar Akuntansi Syariah, Lengkap dengan Kasus-Kasus Penerapan PSAK Syariah untuk Perbankan Syariah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. vi.

Page 20: Soraya Fsh

9

Dengan diterbitkannya PSAK 105 yang mengatur akuntansi pembiayaan

mudharabah yang diberlakukan mulai awal januari 2008, maka BMT sebagai

lembaga keuangan mikro yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah sudah

seharusnya menerapkan prinsip syariah dalam perlakuan akuntansinya yang sesuai

dengan PSAK 105. Dengan diterbitkannya PSAK tersebut harusnya dijadikan acuan

dalam praktek akuntansi bagi lembaga keuangan Islam baik bank maupun non bank

di Indonesia, sehingga BMT sebagai lembaga keuangan Islam non bank dalam

menyusun laporan keuangan mengacu pada ketentuan akuntansi syariah.20 Karena

akuntansi Syariah tidak sekedar memberikan informasi untuk pengambilan

keputusan, tetapi juga untuk menghindari terjadinya praktek kecurangan seperti

earning management, income smoothing, window dressing, lapping dan teknik-teknik

lainnya yang biasa digunakan oleh manajemen perusahaan konvensional dalam

penyusunan laporan keuangan.21

Dari jumlah BMT yang ada di daerah Jabodetabek, BMT Jakarta selatan memiliki

jumlah BMT paling banyak yaitu 17 BMT (sumber data:Dhuha Nusantara). BMT di

Jakarta selatan sekiranya telah berperan aktif dalam memajukan ekonomi masyarakat

di daerah Jakarta selatan dimana kebanyakan nasabahnya berasal dari usaha mikro

seperti para pedagang pasar dan usaha kecil lainnya. Dan dari 17 BMT penulis

memilih 4 BMT yaitu BMT Ta’awun, BMT Al-Kariim, BMT El-Syifa dan BMT

20 Agus Basuki, “Akuntansi Baitul Mal Wa Tamwil (Bmt) Arafah Solo (Perspektif Pernyataan Standar Keuangan (PSAK) syariah 2007.”diakses pada 11 Oktober 2010 dari http://etd.eprints.ums.ac.id/7783/

21 Dian Triyanti, “Perlakuan Akuntansi Terhadap Bagi Hasil Bank Syariah Ditinjau Dari Sistem Pendanaan, Sistem Pembiayaan, Dan Laporan Keuangan Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta”, diakses pada 17 November 2010. http://etd.eprints.ums.ac.id/2443/

Page 21: Soraya Fsh

10

Daarul Qur’an sebagai objek penelitian karena keempat BMT ini menyalurkan

pembiayaan mudharabah dalam salah satu produk penyaluran dananya. Berdasarkan

uraian diatas maka penulis mencoba meneliti tentang penerapan akuntansi syariah

pada BMT yang mengkhususkan pada penerapan akuntansi syariah atas transaksi

pembiayaan mudharabah yang dituangkan dalam bentuk skripsi berjudul “Analisis

Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Dengan PSAK 105”

(Studi Pada 4 BMT di wilayah Jakarta Selatan).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan masalah

Dalam skripsi ini penulis meneliti kesesuaian perlakuan akuntansi

pembiayaan mudharabah pada BMT di Jakarta Selatan, namun penulis

membatasi dari 17 BMT yang ada hanya 4 BMT yang diteliti yaitu BMT Daarul

Qur’an, BMT Al-Kariim, BMT Ta’awun dan BMT El-Syifa.

2. Perumusan masalah

a. Apakah perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah yang dilakukan

BMT telah sesuai dengan PSAK 105?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah di

BMT telah sesuai dengan PSAK 105.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti

Page 22: Soraya Fsh

11

Dapat menambah pengetahuan tentang proses pencatatan akuntansi

pembiayaan mudharabah menurut PSAK 105.

2. Bagi BMT

Sebagai bahan pertimbangan bagi BMT agar dalam pelaksanaan proses

perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah sesuai dengan PSAK 105.

3. Bagi Akademisi

Menambah pengetahuan tentang bagaimana setiap transaksi pembiayaan

mudharabah dijalankan sesuai perlakuan akuntansi syariah.

D. Kajian Penelitian Terdahulu

Tinjauan tentang studi terdahulu yang relevan dengan tema yang akan penulis

teliti adalah sebagai berikut:

No. Nama dan Judul Hasil penelitian Perbedaan

1. Skripsi,“Analisis Penerapan Akuntansi Sistem Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah pada BMT Syariah UMMAT LUMAJANG”.Oleh Nafi Rismawati tahun 2006

Peneliti membahas konsep penerapan akuntansi sistem bagi hasil pembiayaan mudharabah.. hasil penelitian menunjukkan bahwasannya secara keseluruhan BMT Syariah Ummat Lumajang dalam hal akuntansi pembiayaan mudharabahnya sudah sesuai dengan PSAK 59.

Dalam penelitian ini membahas mengenai perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabahpada 4 BMT di Jakarta Selatan selanjutnya disesuaikan dengan PSAK 105

2. Skripsi,“ Penerapan Akuntansi Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah”.oleh Fajar Rahman tahun 2008

Peneliti membahas konsep penghimpunan dana mudharabahdan perlakuan akuntansi penghimpunan dana mudharabah.Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya perlakuan akuntansi penghimpunan dana mudharabah pada Bank BTN KCS Jakarta sudah sesuai dengan PSAK 59.

Dalam penelitian ini membahas mengenai perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabahpada 4 BMT di Jakarta Selatan selanjutnya disesuaikan dengan PSAK 105

3. Skripsi, “Evaluasi akuntansi praktik penghimpunan dana & pembiayaan di BMT Yogyakarta

Peneliti membahas Perlakuan akuntansi akad penghimpunan dana mudharabah dan pembiayaan musyarokah. Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya

Dalam penelitian ini membahas mengenai perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabahpada 4 BMT di Jakarta

Page 23: Soraya Fsh

12

(studi kasus pada BMT Artha mulia insani dan BMT Al-Ikhlas Yogyakarta)”. Oleh Diyana Al-Barra tahun 2006

perlakuan akuntansi pada kedua BMT masih belum sesuai dengan PSAK 59 yaitu pada saat simpanan berjangka mudharabah jatuh tempo, saat nasabah belum mampu mengembalikan pembiayaan pada BMT dan pada saat terjadi kerugian.

Selatan selanjutnya disesuaikan dengan PSAK 105

4. Skripsi, “Analisis perlakuan akuntansi terhadap Pembiayaan murabahah pada BPRS Bhakti haji malang”. Oleh Maryanto Widodo tahun 2009

Peneliti membahas mengenai perlakuan akuntansi murabahahpada BPRS. Hasil analisis menunjukkan bahwasannya perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh BPRS Bhakti Haji Malang masih belum sesuai dengan PSAK 102. Ketidaksesuaian terjadi pada penyajian potongan pelunasan dan margin murabahah

Dalam penelitian ini membahas mengenai perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabahpada 4 BMT di Jakarta Selatan selanjutnya disesuaikan dengan PSAK 105

5. Skripsi, “Analisis Kesesuaian PSAK 102 Terhadap Perlakuan Akuntansi Murabahah pada PT.BTN Syariah Jakarta”. Oleh Naidy Sultony tahun 2010

Peneliti membahas konsep pembiayaan murabahah serta perlakuan akuntansinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya perlakuan akuntansi murabahah pada Bank BTN masih belum sesuai dengan PSAK 102 yaitu pada saat terjadi tunggakan angsuran dan penerimaan angsuran tunggakan

Dalam penelitian ini membahas mengenai perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabahpada 4 BMT di Jakarta Selatan selanjutnya disesuaikan dengan PSAK 105

6. Skripsi “Analisis perlakuan akuntansi Ijarah pada lembaga keuangan mikro syariah Studi pada BMT Ta’awun dan BMT Al-Fath”. Oleh Ajeng Ayu Kartini tahun 2009

Peneliti membahas perlakuan akuntansi ijarah pada BMT. Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya perlakuan akuntansi ijarah yang dilakukan oleh kedua BMT sudah mengacu pada PSAK 59.

Dalam penelitian ini membahas mengenai perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabahpada 4 BMT di Jakarta Selatan selanjutnya disesuaikan dengan PSAK 105

E. Kerangka Teori dan Konseptual

Kerangka teori merupakan teori-teori mengenai permasalahan yang akan

dibahas dalam skripsi baik teori yang bersifat umum maupun teori yang bersifat

khusus yang terkait dengan topik kajian.

Hal-hal yang termasuk dalam objek penelitian dijelaskan batasan-batasan

pengertian sebagai berikut:

Page 24: Soraya Fsh

13

Pembiayaan : Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan

itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan bank dengan pihak

lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan

uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan

imbalan atau bagi hasil.22

Mudharabah : Akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama

(shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan

pihak lainnya menjadi pengelola.23

Akuntansi : Proses yang terdiri dari identifikasi, pengukuran, dan pelaporan

informasi ekonomi. Informasi ekonomi yang dihasilkan oleh

akuntansi diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan

keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan.24

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis,

yang berusaha memberikan gambaran penerapan akuntansi pembiayaan

mudharabah dengan mengumpulkan data, menyusun/ mengklasifikasi

sifatnya, menganalisa dan menginterpretasikannya.

22 Z. Dunil, Kamus Istilah Perbankan Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 2004), h. 324. 23 M. Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktek . h.95. 24 Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar (Jakarta: Salemba Empat, 2004) Edisi Lima, h. 3.

Page 25: Soraya Fsh

14

2. Objek Penelitian

Objek penelitian penulis adalah aplikasi akuntansi mudharabah pada 4

BMT di Jakarta Selatan yaitu BMT Daarul Qur’an, BMT Al-Karim, BMT

Ta’awun dan BMT El-Syifa.

3. Sumber data

Dalam mengumpulkan data, penulis mengumpulkan data-data berupa data

dari sumber secara langsung (data primer) sebagai objek studi.25 Data primer

tersebut diperoleh dari hasil wawancara dengan staff akunting BMT untuk

mendapatkan beberapa informasi.

Penulis juga menggunakan data sekunder, yaitu data yang disajikan oleh

BMT berupa laporan laba rugi dan laporan neraca BMT, aturan PSAK 105

dan berbagai literatur mengenai pembiayaan mudharabah serta akuntansinya.

4. Teknik pengumpulan data

a. Penelitian kepustakaan (library research)

Penulis mengumpulkan data-data dari berbagai literatur kepustakaan

seperti buku laporan keuangan, buku akuntansi mudharabah dan buku

produk perbankan yang berkaitan dengan pembiayaan mudharabah.

25 Suyoko Efferin, dkk, Metode Penelitian untuk akuntansi, (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), h. 14.

Page 26: Soraya Fsh

15

b. Penelitian lapangan (field research)

Untuk mendapatkan data-data dan informasi, penulis langsung terjun

ke obyek penelitian yaitu pada lembaga yang diteliti, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1) Interview yaitu dengan melakukan wawancara dengan staff

akunting BMT.

2) Dokumentasi yaitu mengumpulkan data yang diperoleh dari BMT.

c. Teknik Analisa

Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan cara

mengidentifikasi dari perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah yang

dilakukan keempat BMT kemudian melakukan analisis untuk menilai

kesesuaiannya yaitu dengan cara membandingkan perlakuan akuntansi

yang dilakukan BMT dengan PSAK 105.

d. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah

menggunakan Buku Pedoman Skripsi, yang disusun oleh tim Fakultas

Syariah & Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

BAB I, PENDAHULUAN, membahas latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, kerangka teori dan konsep, kajian kepustakaan

terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Page 27: Soraya Fsh

16

BAB II, TINJAUAN TEORITIS, merupakan landasan teori mengenai

pengertian pembiayaan mudharabah, landasan hukum

mudharabah, prinsip-prinsip pembiayaan mudharabah, Tujuan

dan manfaat pembiayaan mudharabah, aplikasi pembiayaan

mudharabah dalam perbankan syariah, PSAK 105 dan laporan

keuangan BMT.

BAB III GAMBARAN UMUM BMT, memuat secara rinci sejarah

berdirinya BMT, produk yang ditawarkan BMT dan

pendapatan BMT.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN, memuat uraian secara rinci

mengenai analisis perlakuan akuntansi pembiayaan

mudharabah di BMT dan analisis kesesuaian perlakuan

akuntansi pembiayaan mudharabah pada BMT dengan PSAK

No. 105.

BAB V PENUTUP, dalam bab ini disajikan kesimpulan dan saran dari

hasil pembahasan bab-bab sebelumnya.

Page 28: Soraya Fsh

17

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pembiayaan Mudharabah

1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

Dalam Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat

(25) yang dimaksud dengan pembiayaan adalah “Penyediaan dana atau tagihan

yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil, sewa-menyewa, jual

beli, pinjam meminjam dan transaksi sewa-menyewa jasa berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan antara Bank Syariah/UUS dan pihak lain yang mewajibkan

pihak yang dibiayai/ diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut

setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi

hasil.”1

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa pembiayaan merupakan bentuk

penyaluran dana kepada nasabah yang dilakukan oleh bank dalam rangka

memproduktifkan dananya agar tidak menganggur (idle) baik dalam bentuk uang

maupun barang yang dapat dinilai dengan uang. Akibat dari penyaluran dana

tersebut, bank memperoleh imbalan berupa bagi hasil, margin, sewa atau bahkan

tanpa imbalan.

1 Anggota IKAPI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Lima Undang-Undang Moneter & Perbankan (Bandung: Fokusmedia, 2009), h. 138.

Page 29: Soraya Fsh

18

Istilah pembiayaan dengan kredit hampir sama karena keduanya sama-sama

memberikan dana kepada nasabah, hanya saja bank syariah dapat memberikan

pembiayaan dengan menggunakan akad bagi hasil, jual beli ataupun sewa

menyewa sehingga imbalan yang diperolehnya pun berupa bagi hasil, margin dan

pendapatan sewa. Dalam konsep kredit, bank konvensional menggunakan

imbalan bunga untuk memperoleh pendapatan, padahal sebagaimana yang

diketahui bahwa bunga itu membawa dampak buruk bagi peminjam. Dampaknya

terasa pada saat rendahnya tingkat penerimaan peminjam sedangkan biaya bunga

tetap. Akibatnya, peminjam tidak bisa membayar pokoknya sekaligus bunga yang

terus berlipat. Dalam keadaan inilah peminjam tidak pernah keluar dari

ketergantungan membayar bunga, terlebih lagi bila bunga atas utang tersebut

dibungakan.2

Salah satu bentuk kerjasama antara pemilik modal dengan seseorang yang ahli

dalam berdagang, di dalam fiqh Islam disebut dengan mudharabah. Mudharabah

berasal dari kata dharaba (memukul, bergerak), dharaba fil-mal (berdagang,

memperdagangkan). 3 Disebut juga qiradh, yang berasal dari kata al-qardhu, yang

berarti al-qath’u (potongan), karena pemilik memotong bagian hartanya untuk

diperdagangkan dan memperoleh keuntungan.4

2 Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktik, h. 67. 3 Isriani dan Muhammad giharto, Kamus perbankan syariah: Dilengkapi Penjelasan Singkat &

Perbandingan Dengan Bank Konvensional (Jakarta: Marja, 2007) cet.1 h. 51. 4 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007), h. 136.

Page 30: Soraya Fsh

19

Secara terminologi, para ulama fiqh mendefinisikan mudharabah adalah

pemilik modal menyertakan modalnya kepada pekerja (pengusaha) untuk

diinvestasikan, sedangkan keuntungan yang diperoleh menjadi milik bersama dan

dibagi menurut kesepakatan bersama.5

Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, Mudharabah adalah salah satu bentuk kerja

sama antara pemilik modal dan seorang yang ahli dalam berdagang.6

Menurut Wahbah Az-Zuhaily sebagaimana yang dikutip oleh Adrian Sutedi

bahwa mudharabah adalah pemilik modal menyertakan hartanya kepada

pengusaha untuk diperdagangkan dengan pembagian keuntungan yang disepakati

dengan ketentuan bahwa kerugian ditanggung oleh pemilik modal, sedangkan

pengusaha tidak dibebani kerugian sedikitpun, kecuali kerugian berupa tenaga

dan kesungguhannya.7

Dari beberapa penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang diberikan kepada mudharib

(pengelola dana) oleh shahibul maal (pemilik dana), dimana pemilik modal

memberikan kepercayaan dananya untuk dikelola oleh mudharib sebesar 100%

dana. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan bersama dan apabila mengalami

kerugian, maka akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut

bukan akibat dari kelalaian pengelola.

5 AH. Azharudin Lathif, Fiqh Mu’amalat (Jakarta: UIN Jakarta Press,2005), h.134. 6 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoe, 1996), cet. Ke 1,

h.1196. 7 Adrian Sutedi, Perbankan Syariah: Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum. (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2009) h. 69.

Page 31: Soraya Fsh

20

Pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan yang menuntut tingkat

kepercayaan yang tinggi. Mudharib, sebagai orang yang diberi amanah dituntut

untuk bersikap hati-hati dalam mengelola dana shahibul maal. Untuk itu, ia harus

pintar dalam menyalurkan dana yang telah diberikan shahibul maal ke dalam

bisnis yang bisa menghasilkan keuntungan yang optimal. Apabila bisnisnya

tersebut merugi, maka shahibul maal akan menanggung kerugian tersebut sebagai

pengurang modal sedangkan mudharib akan kehilangan kerja keras dan

managerial skill selama bisnis berlangsung, kecuali kerugian yang diakibatkan

oleh penyelewengan dan penipuan.

Dalam pembiayaan mudharabah, pemilik dana tidak boleh melakukan

pengawasan kerja yang bisa menimbulkan campur tangan dalam usaha mudharib,

karena hanya mudharib saja yang dapat mengurus modal sejauh ia mengetahui

baik buruknya dalam menjalankan urusan perniagaan.8 Shahibul maal hanya

mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan saja tanpa

mencampuri usaha mudharib.

2. Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah

a. Al-Qur’an

1) Firman Allah QS. al-Nisa’ [4]: 29:

8 Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam. Penerjemah Drs. Aswin Simamora (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), cet. ke 3, h. 69.

Page 32: Soraya Fsh

21

…..

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu….”.

2) Firman Allah QS. al-Ma’idah [5]: 1:

Artinya:

“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”

3) Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 283:

…...Artinya:

“…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”.

b. Hadits

Hadis Nabi Riwayat Thabrani:

Page 33: Soraya Fsh

22

( )Artinya:

“Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia

mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak

menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu

dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan

yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya.”

(HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).9

3. Prinsip-Prinsip Pembiayaan Mudharabah

a. Rukun Pembiayaan Mudharabah

Menurut Mazhab Hanafiyah, rukun pembiayaan mudharabah adalah ijab

dan kabul. Sedangkan menurut jumhur ulama ada tiga rukun pembiayaan

mudharabah, yakni:

1) Dua pihak yang berakad (shahibul maal/pemilik modal dan

mudharib/pengelola modal)

2) Materi yang diperjanjikan atau objek yang diakadkan terdiri atas

modal (maal), kerja dan keuntungan.

3) Shigot, yakni serah (ijab) dan terima (qabul)10

9 Fatwa DSN MUI No: 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah 10 Adrian, Perbankan Syariah, Tinjauan Dan Beberapa Segi Hukum, h. 75

Page 34: Soraya Fsh

23

Menurut Adiwarman Karim, rukun pembiayaan mudharabah adalah

pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha), objek mudharabah (modal

&kerja), persetujuan kedua belah pihak dan nisbah keuntungan.11

b. Syarat-Syarat Pembiayaan Mudharabah

Adapun Syarat-Syarat yang harus dipenuhi dalam pembiayaan

mudharabah:

1) Pelaku

a) Pelaku harus cakap hukum dan baligh

b) Pelaku dapat melakukan mudharabah baik dengan sesama atau

dengan non muslim. Boleh saja melakukan mudharabah dengan

non muslim tetapi yang dapat dipercaya dan juga dengan syarat

harus terbukti adanya pemantauan terhadap aktivitas pengelolaan

modal dari pihak muslim sehingga bisnis yang dijalankan tersebut

bebas dari riba dan juga bentuk-bentuk yang dilarang oleh syariah.

c) Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha

tetapi ia boleh mengawasi.

2) Objek mudharabah (modal dan kerja)

a) Modal

i. Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya

(dinilai sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.

11 Adiwarman A karim, Bank Islam Analisi Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), h. 205.

Page 35: Soraya Fsh

24

ii. Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran

modal, berarti pemilik dana tidak memberikan kontribusi apa

pun padahal pengelola dana harus bekerja.

iii. Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat

dibedakan dari keuntungan.

iv. Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan

kembali modal mudharabah, dan apabila terjadi maka

dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.

v. Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan

modal kepada orang lain dan apabila terjadi maka dianggap

terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.

vi. Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal

menurut kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak

dilarang secara syariah.

b) Kerja

i. Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian,

ketrampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain.

ii. Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi

oleh pemilik dana.

iii. Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan

syariah.

Page 36: Soraya Fsh

25

iv. Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada

dalam kontrak.

v. Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau

melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola dana

sudah menerima modal dan sudah bekerja maka pengelola

dana berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah.

3) Ijab Kabul

Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak

akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi

atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

4) Nisbah keuntungan

a) Nisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua belah

pihak, inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara

kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.

b) Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah

pihak.

c) Shahibul maal tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan

menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan

riba.12

12 Nurhayati dan wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2008) h. 116-117.

Page 37: Soraya Fsh

26

4. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan yang melibatkan dua pihak,

yaitu pihak yang memiliki modal tetapi tidak memiliki kemampuan dalam

berbisnis, dan pihak yang pandai dalam berbisnis tetapi tidak memiliki modal

yang cukup. Maka dengan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing pihak

terciptalah hubungan kemitraan antara keduanya. 13 Oleh sebab itu, bisnis

penanaman modal ini disyariatkan oleh Allah demi kepentingan kedua belah

pihak.

Mudharabah sebagai instrumen keadilan mengimplikasikan beberapa hal

penting: pertama, kedua pihak yang menjalankan transaksi ekonomi selalu

berangkat dari kebersamaan, suatu ketetapan diputuskan secara bersama-sama

dengan terlebih dahulu bermusyawarah untuk mencapai suatu kesepakatan dan

saling ridha satu sama lain. Kedua, sebagai dua pihak yang terlibat dalam kancah

bisnis, shahibul maal dan mudharib, memiliki orientasi yang sama yaitu berupaya

untuk mengembangkan modal yang ada dalam suatu bisnis yang menguntungkan

(laba) baik secara material maupun spiritual.14

Tujuan dari pembiayaan mudharabah adalah sebagai salah satu pembiayaan

yang berfungsi sebagai penguatan modal kerja, dimana LKS menjadi sebuah

lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya

kepada pihak-pihak yang mengalami defisit untuk usaha produktif sebagai modal

13 Shaleh ash-Shawi dan Abdullah al-Muslih. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Penerjemah Abu Umar Basyir (Jakarta: Darul haq, 2004), h. 170.

14 Muhammad. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 65-66.

Page 38: Soraya Fsh

27

kerja usaha, sehingga fungsi LKS ini akan menstimulasi tumbuh dan

berkembangnya usaha masyarakat, memberi peluang pada masyarakat miskin

untuk mengakses sumber daya ekonomi, dan mampu menstimulasi usaha yang

dilakukan masyarakat miskin.15

Adapun manfaat dari pembiayaan mudharabah adalah16

1) Shahibul maal akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat

keuntungan usaha mudharib meningkat.

2) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus kas

usaha mudharib sehingga tidak memberatkan mudharib.

3) Mudharib akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang

benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang

konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

4) Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga

tetap. Dalam bank konvensional, bank akan menagih kredit yang diterima

nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan

nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

5. Aplikasi Pembiayaan Mudharabah dalam Perbankan Syariah

Dalam aplikasinya di perbankan syariah, penyaluran dana dengan skema

mudharabah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

15 Ibid., h. 6. 16 Syafii Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. hal. 97-98.

Page 39: Soraya Fsh

28

a. Mudharabah mutlaqoh

Dalam mudharabah mutlaqoh, pengelola dana tidak diberi batasan

mengenai bisnis yang akan dijalani dan daerah tempat usaha. Dalam

pembahasan fiqh ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan

ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu).17 Jadi pengelola memiliki

kebebasan yang penuh untuk menyalurkan dananya ke bisnis apapun selama

tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Namun apabila ternyata pengelola

dana lalai atau melakukan kecurangan sehingga menyebabkan kerugian maka

pengelola dana harus bertanggung jawab atas perbuatannya tersebut.

b. Mudharabah Muqayyadah

Dalam jenis mudharabah ini, pemilik dana memberi batasan-batasan

kepada pengelola dana mengenai tata cara bisnis, tempat usaha maupun sektor

usaha yang nantinya akan dijalankan. Nasabah terikat dengan syarat-syarat

yang ditetapkan oleh bank syariah sehingga mudharabah muqayyadah ini

dikenal sebagai investasi terikat.18

Dalam mudharabah muqayyadah, peran bank syariah hanya sebagai agen

yang menghubungkan pemilik dana mudharabah muqayyadah yang telah

menetapkan batasan tertentu dengan pelaksana usaha.19 Selanjutnya bank akan

menginvestasikan dana shahibul maal tersebut ke dalam proyek tertentu yang

17 Ibid., h. 97. 18 Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga perekonomian Umat (Jakarta: PT Raja Grafindo,

2002), h. 73. 19 Rizal yaya, dkk. Akuntansi Perbankan Syariah. h. 63.

Page 40: Soraya Fsh

29

telah ditentukan oleh shahibul maal. Dari upaya memfasilitasi pemilik dana

dan pengelola dana mudharabah muqayyadah tersebut, bank memperoleh fee

sejumlah tertentu sebagaimana yang telah disepakati.

c. Mudharabah Musytarakah

Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah di mana pengelola

dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Akad

mudharabah musytarakah ini merupakan solusi sekiranya dalam perjalanan

usaha, pengelola dana memiliki modal yang dapat dikontribusikan dalam

investasi, sedangkan di lain sisi, adanya penambahan modal ini akan dapat

meningkatkan kemajuan investasi. 20

Pembagian bagi hasil usaha mudharabah antara pemilik dana dengan

pengelola dana dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil (revenue

sharing)/bagi laba (profit sharing). Dalam prinsip bagi hasil, dasar pembagian

hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha

(omset), sedangkan dalam prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba

bersih, yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan

mudharabah.21

B. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 105

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 105 tentang

Akuntansi mudharabah, dijelaskan acuan akuntansi tentang pengukuran,

20 Ibid,.h. 123 21 Dwi Suwiknyo. Pengantar Akuntansi Syariah. h. 78.

Page 41: Soraya Fsh

30

pengakuan, penyajian dan pengungkapan transaksi mudharabah, bank sebagai

pemilik dana atau shahibul maal sebagai berikut:22

1. Pengakuan dan pengukuran

a. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai

investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset

non-kas kepada pengelola dana. (PSAK 105: Paragraf 12)

b. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:

1) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang

dibayarkan.

2) Investasi mudharabah dalam bentuk aset non-kas diukur sebesar nilai

wajar aset non-kas pada saat penyerahan:

a) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka

selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi

sesuai jangka waktu akad mudharabah.

b) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka

selisihnya diakui sebagai kerugian. (PSAK 105: Paragraf 13)

c. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan

rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak

pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian

dan mengurangi saldo investasi mudaharabah. (PSAK 105: Paragraf 14)

22 Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan. (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h.105.2-105.6

Page 42: Soraya Fsh

31

d. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa

adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut

diperhitungkan pada saat bagi hasil. (PSAK 105: Paragraf 15)

e. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha

mudharabah diterima oleh pengelola dana. (PSAK 105: Paragraf 16)

f. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset non-kas dan aset

non-kas tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang

dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka

kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun

diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil. (PSAK 105: Paragraf 17)

g. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh:

1) Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi

2) Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim

dan /atau yang telah ditentukan dalam akad; atau

3) Hasil keputusan dari institusi yang berwenang. (PSAK 105: Paragraf

18)

h. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan

belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui

sebagai piutang. (PSAK 105: Paragraf 19)

i. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan

usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang

disepakati. (PSAK 105: Paragraf 20)

Page 43: Soraya Fsh

32

j. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah

berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian

investasi. Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara:

1) Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi;

dan

2) Pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan atau

kerugian. (PSAK 105: Paragraf 21)

k. Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui

berdasarkan laporan bagi hasil atas realitas penghasilan usaha dari

pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi

hasil usaha. (PSAK 105: Paragraf 22)

l. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada

pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah. (PSAK 105:

Paragraf 23)

m. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai

piutang. (PSAK 105: Paragraf 24)

2. Penyajian

Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan

sebesar nilai tercatat. (PSAK 105: Paragraf 36)

3. Pengungkapan

Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi

tidak terbatas, pada:

Page 44: Soraya Fsh

33

a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian

hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.

b. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya.

c. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan.

d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK no. 101 tentang Penyajian

Laporan Keuangan Syariah. (PSAK 105: Paragraf 38)

Ilustrasi jurnal23

a. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang

dibayarkan (PSAK 105 Paragraf 13 1b(1)):

Rekening Debet KreditDr. Investasi mudharabah xxx

Cr. Kas xxx

b. Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar

aset non kas:

1) Jika nilai wajar aset mudharabah non kas sama dengan nilai

tercatatnya (PSAK 105 Paragraf 13 1b(2))

Rekening Debet KreditDr. Investasi mudharabah xxx

Cr. Aset non kas mudharabah xxx

2) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka

selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi

23 Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, h. 119-121.

Page 45: Soraya Fsh

34

sesuai jangka waktu akad mudharabah (PSAK 105 Paragraf 13

1b(2a))

Rekening Debet KreditDr. Investasi mudharabah xxx

Cr. Keuntungan Tangguhan xxxCr. Aset Nonkas xxx

Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan:

Rekening Debet KreditDr. Keuntungan tangguhan xxx

Cr. Keuntungan xxx

3) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka

selisihnya diakui sebagai kerugian. (PSAK 105 Paragraf 13 1b(2b))

Rekening Debet KreditDr. Investasi mudharabah xxxDr. Kerugian penurunan nilai xxx

Cr. Aset Nonkas mudharabah xxx

c. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan

rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak

pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian

dan mengurangi saldo investasi mudharabah. (PSAK 105: Paragraf 14

1c))

Rekening Debet KreditDr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx

Cr. Investasi Mudharabah xxx

Page 46: Soraya Fsh

35

d. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan

belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui

sebagai piutang. (PSAK 105: Paragraf 19 1h))

Rekening Debet KreditDr. Piutang investasi mudharabah jatuh tempo xxx

Cr. Investasi mudharabah xxx

e. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah

berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian

investasi. (PSAK 105: Paragraf 21 1j)

Rekening Debet KreditDr. Kerugian investasi mudharabah xxx

Cr. Penyisihan kerugian investasi mudharabah xxx

Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah

setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan pengembalian

investasi mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau kerugian. (PSAK

105: Paragraf 21 1j (1) dan 1j(2)).

Rekening Debet KreditDr. Kas/piutang/aset nonkas xxxDr. Penyisihan kerugian investasi mudharabah xxx

Cr. Investasi Mudharabah xxxCr. Keuntungan xxx

ATAU:

Rekening Debet KreditDr. Kas/piutang/aset nonkas xxxDr. Penyisihan kerugian investasi mudharabah xxxDr. Kerugian xxx

Cr. Investasi mudharabah Xxx

Page 47: Soraya Fsh

36

f. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai

piutang. (PSAK 105: Paragraf 24 1m)

Rekening Debet KreditDr. Piutang pendapatan bagi hasil xxx

Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx

Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:

Rekening Debet KreditDr. Kas xxx

Cr. Piutang pendapatan bagi hasil xxx

C. Laporan Keuangan BMT

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada

suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja

perusahaan tersebut.24

Sofyan S. Harahap mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu produk

atau hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi

bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses

pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga

dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai

tujuannya.25

Adapun tujuan laporan keuangan BMT adalah

1) Memberikan informasi bagi para pemakai laporan keuangan sebagai acuan

untuk pengambilan keputusan terhadap BMT. Informasi ini dibutuhkan baik

24 Pengertian laporan keuangan, diakses pada 20 Oktober 2010 dari www.wikipedia.com 25 Sofyan S. Harahap, Akuntansi Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 7.

Page 48: Soraya Fsh

37

pihak intern maupun ektern BMT. Diantara yang termasuk pihak intern BMT

adalah pengurus BMT, pengelola BMT dan anggota BMT sedangkan pihak

extern adalah PINBUK, dinas koperasi kabupaten/kota, dinas koperasi

propinsi, departemen koperasi, UMKM, pemerintahan desa, dan masyarakat.26

2) Sebagai pertanggungjawaban dari pihak manajemen BMT. Untuk itu, laporan

keuangan BMT harus dapat menggambarkan ketiga aktivitas yang dilakukan

BMT, yang meliputi keuangan, sektor riil, dan sosial.27

Agar laporan keuangan BMT berguna bagi para pemakai laporan

keuangan maka harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 28

a. Dapat dipahami

Informasi keuangan yang ditampilkan dalam laporan keuangan harus jelas

sehingga mudah dimengerti dan dipahami oleh pihak-pihak yang

berkepentingan. Dengan demikian, para pembaca laporan keuangan tersebut

dapat mengambil keputusan yang relevan dari informasi yang didapatnya.

b. Relevan

Data yang diolah serta informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

hanya yang ada kaitannya dengan transaksi yang bersangkutan. Data atau

informasi yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan perusahaan tidak perlu

disajikan.

26 M.Amin Azis dan Rahmadi, Akuntansi BMT (Jakarta: Pinbuk Press, 2006), h. 1. 27 Hertanto widodo, dkk, Panduan praktis operasional Baitul Maal (Bandung: mizan, cet-2, 2000),

h. 87. 28 Ibid., h. 71-75.

Page 49: Soraya Fsh

38

c. Andal

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan juga harus memenuhi

kualitas andal, yaitu bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan

material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau

jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara

wajar diharapkan dapat disajikan.

d. Dapat dibandingkan

Laporan keuangan yang disusun harus dapat dibandingkan dengan

periode-periode sebelumnya untuk mengikuti perkembangan (trend) posisi

dan kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Selain itu juga harus

dapat dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis, dalam hal ini antar

BMT, untuk mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja secara relatif.

Laporan keuangan BMT terdiri dari: 29

a. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan jumlah aktiva,

jumlah kewajiban dan jumlah modal perusahaan dalam suatu periode tertentu.

Komponen-komponen yang ada dalam neraca BMT antara lain sebagai

berikut:

1) Aktiva

a) Harta lancar

29 Amin azis dan Rahmadi. Akuntansi BMT. h. 35-41.

Page 50: Soraya Fsh

39

Semua kekayaan yang dapat dicairkan menjadi uang tunai dalam

waktu yang relatif singkat. Yang termasuk harta lancar BMT adalah: Kas,

giro pada bank, penempatan dana BMT pada bank syariah maupun BMT,

piutang yang terdiri atas: piutang murabahah, piutang salam, pembiayaan

mudharabah, pembiayaan musyarakah, pinjaman qardhul hasan,

penyisihan kerugian aktiva produktif, penyertaan modal pada bank

syariah, BMT atau pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan

syariah.

b) Harta tetap

Semua harta yang digunakan dalam beberapa tahun seperti tanah,

gedung, peralatan kantor, kendaraan dan lain sebagainya, nilai harta tetap

yang dicantumkan dalam sebuah neraca haruslah berdasarkan nilai

perolehannya.

c) Harta lain-lain

Harta yang tidak dapat digolongkan dalam pos-pos sebelumnya tetapi

menghasilkan manfaat bagi perusahaan misalnya harta tetap yang telah

dihentikan penggunaannya dan siap untuk dilepaskan, jaminan/agunan,

biaya dibayar dimuka, hak patent, lisensi, surat-surat perizinan usaha

(biaya pra operasional) dan lain-lain. umumnya harta ini bermanfaat lebih

dari satu tahun sehingga harus diamortisasikan sedangkan yang

manfaatnya dibawah satu tahun dapat dikurangkan sekaligus sebagai

biaya.

Page 51: Soraya Fsh

40

2) Kewajiban (hutang)

a) Kewajiban lancar

Adalah kewajiban BMT kepada pihak lain yang sifatnya wajib segera

dibayarkan sesuai perintah pemberi amanat sesuai perjanjian yang

ditetapkan sebelumnya.

b) Simpanan

i. Giro wadiah

Titipan anggota BMT maupun pihak lain yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek dan bilyet giro serta

mendapatkan bonus sesuai kebijaksanaan BMT.

ii. Simpanan wadiah

Titipan anggota BMT maupun pihak lain yang penarikannya sesuai

dengan syarat tertentu yang telah disepakati.

c) Investasi tidak terikat

Investasi tidak terikat merupakan mudharabah mutlaqah yaitu pemilik

dana (shahibul maal) memberi kebebasan kepada pengelola dana

(mudharib/BMT) dalam pengelolaan investasi. Investasi tidak terikat

terdiri dari simpanan mudharabah dan simpanan mudharabah berjangka.

d) Kewajiban jangka panjang (hutang pihak ketiga)

Hutang yang jatuh temponya lebih dari satu periode akuntansi.

Contohnya titipan dana jamsos, ZIS dan lainnya.

Page 52: Soraya Fsh

41

3) Modal

a) Simpanan pokok khusus

Simpanan para pendiri BMT yang minimal terdiri dari 20 anggota

BMT, simpanan ini tidak bisa diambil maupun dialihkan ke pihak lain

kecuali ditetapkan dalam rapat anggota.

b) Simpanan pokok

Sejumlah simpanan yang nilainya sama dan wajib dibayarkan oleh

anggota kepada BMT pada saat masuk menjadi anggota BMT yang

besaran dan cara pembayarannya ditetapkan oleh rapat anggota. Simpanan

ini tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan menjadi

anggota BMT.

c) Simpanan wajib

Sejumlah simpanan tertentu yang wajib dibayar oleh anggota kepada

BMT dalam waktu atau kesempatan tertentu sesuai keputusan rapat

anggota. Simpanan ini tidak dapat diambil kembali selama yang

bersangkutan menjadi anggota BMT.

d) Tabarru’

Akad yang berkaitan dengan transaksi non profit. Akad ini berorientasi

pada kegiatan ta’awun atau tolong menolong dalam akad ini juga tidak

dipersyaratkan adanya imbalan.

e) Cadangan umum

Page 53: Soraya Fsh

42

Cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau laba

bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapatkan persetujuan rapat

anggota BMT sesuai dengan dengan ketentuan pendirian atau anggaran

dasar rumah tangga.

f) Laba ditahan

Saldo laba bersih yang oleh rapat anggota diputuskan untuk tidak

dibagikan.

g) Saldo laba (rugi)

Saldo dari akumulasi hasil usaha dari tahun-tahun lalu yang telah

dikurangi untuk cadangan umum, laba di tahan dan koreksi laba (rugi)

tahun lalu.

h) Laba (rugi) tahun berjalan

Laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi

taksiran hutang pajak. Dalam hal pada tahun berjalan BMT mengalami

kerugian, maka seluruh kerugian menjadi faktor pengurang dari modal.

Adapun format bentuk neraca sebagai berikut:

Page 54: Soraya Fsh

43

Tabel 2.1

Neraca BMT Per 31 Desember 20xx

AKTIVA Per 31/12/20xx

KEWAJIBAN+MODAL Per 31/12/20

xx Harta Lancar:- Kas - Penempatan Dana - Piutang Mudharabah - Pembiayaan Mudharabah - Pembiayaan Musyarakah - Pinjaman Qardhul Hasan - Penyisihan Kerugian

Akt.Produktif - Penyertaan Modal

Jumlah Harta Lancar

Harta Tetap:- Tanah - Gedung - Kendaraan - Peralatan Kantor - Akumulasi Penyusustan

Jumlah harta tetap

Harta lain-lain: - Biaya pra operasional - Akumulasi amortisasi

- Biaya dibayar dimuka

Jumlah harta lain-lain

Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx

Rp.x.xxx

Rp.x.xxx

Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.(xxx) Rp.x.xxx

Rp.x.xxx Rp.(xxx)

Rp.x.xxx

Rp.x.xxx

Hutang lancar:- Kewajiban segera - Simpanan:

Giro wadi’ah Simpanan wadi’ah

- Investasi tidak terikat: - Simpanan mudharabah - Simpanan mudharabah bjgk

Jumlah hutang lancar

Hutang jangka panjang:- Hutang ke pihak ketiga - Titipan zis - Titipan jamsos Jumlah hutang jgkpanjang

Modal: - Simpanan pokok khusus - Simpanan pokok - Simpanan wajib - Tabarru’ - Modal penyertaan - Cadangan umum - Saldo laba (rugi) - Laba (rugi) tahun berjalan

Jumlah modal

Rp.x.xxx

Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx

Rp.x.xxx

Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx

Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx Rp.x.xxx

Rp.x.xxx

JUMLAH AKTIVA Rp.x.xxx JUMLAH KEWAJIBAN+MODAL

Rp.x.xxx

Sumber: Amin azis dan Rahmadi dalam Buku Akuntansi BMT hal 39

b. Laporan laba/rugi

Laporan laba/rugi disusun untuk melihat hasil operasi perusahaan dalam

satu periode tertentu karena dalam laporan ini menggambarkan keberhasilan

Page 55: Soraya Fsh

44

atau kegagalan dalam upaya mencapai keuntungan yang ditargetkan. Laporan

laba rugi terdiri dari:

1) Pendapatan

Pendapatan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode

akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan harta atau

penurunan hutang yang mengakibatkan kenaikan modal yang tidak berasal

dari setoran pendiri (pemilik). Pendapatan operasi BMT antara lain:

a) Pendapatan operasi utama yang terdiri dari: Pendapatan dari jual

beli (marjin) yaitu pendapatan marjin murabahah dan pendapatan

bersih salam dan pendapatan bagi hasil, yaitu pembiayaan

mudharabah dan pembiayaan musyarakah

b) Pendapatan sewa (ijarah)

c) Pendapatan operasi utama lainnya, yang terdiri dari pendapatan

bonus wadi’ah dan penerimaan non halal

d) Pendapatan bagi hasil BMT sebagi mudharib

e) Pendapatan operasi lainnya

Pendapatan jasa BMT berbasis imbalan terdiri dari: fee al hawalah

(perpindahan), fee wakalah (mewakilkan), fee al kafalah

(pengalihan tanggung jawab), Fee ar rahn (gadai), Fee pinjaman

qardhul hasan dan pendapatan dari administrasi pembiayaan

f) Pendapatan di luar operasi yang terdiri dari: keuntungan pelepasan

aktiva tetap, pendapatan hibah dan pendapatan lainnya

Page 56: Soraya Fsh

45

2) Biaya

Biaya adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode

akuntansi dalam bentuk pengeluaran atau berkurangnya harta atau

bertambahnya hutang yang mengakibatkan penurunan modal termasuk

pembagian kepada pemilik modal (pendiri). Biaya operasional dalam

BMT antara lain:

a) Biaya bonus simpanan dan giro berdasarkan prinsip wadi’ah

b) Biaya bagi hasil simpanan dan simpanan berjangka mudharabah

c) Rugi investasi tidak terikat (simpanan masyarakat) akibat kelalaian

BMT sebagai mudharib.

d) Biaya operasional lainnya

e) Biaya diluar operasi

f) Zakat

g) Pajak

Adapun bentuk format dari Laporan laba/rugi terlihat seperti berikut ini:

Tabel 2.2

Laporan Laba/Rugi BMT Per 31 Desember 20xx

Pendapatan Operasi Utama:Pendapatan Dari Jual Beli: - Murabahah - Salam Pendapatan Dari Bagi Hasil: - Pembiayaan Mudharabah - Pembiayaan Musyarakah

Per 31/12/20xx

Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx

Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx

Page 57: Soraya Fsh

46

Pendapatan SewaPendapatan Operasi Utama Lainnya Pendapatan Di Luar Operasi: Keuntungan Pelepasan Aktiva Tetap Pendapatan Hibah Pendapatan Lain-Lain

Rp. xx.xxxRp. xx.xxx

Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx

Jumlah Pendapatan Rp. xx.xxx

Biaya Operasi Utama:Biaya Bonus - Giro Wadi’ah - Simpanan Wadi’ah Biaya Bagi Hasil - Simpanan Mudharabah - Simpanan Berjangka Mudharabah

Biaya Operasional Lainnya: - Biaya Personalia - Biaya Administrasi Dan Umum - Biaya Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif - Biaya Penyusutan - Biaya Amortisasi

Biaya Diluar Operasi: - Biaya Kerugian Penjualan Aktiva Tetap - Biaya Lain-Lain - Zakat - Pajak

Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx

Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx

Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx

Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx Rp. xx.xxx

Jumlah Biaya Rp. xx.xxx

LABA/RUGI Rp. xx.xxx

Sumber: Amin azis dan Rahmadi dalam Buku Akuntansi BMT hal 42

c. Laporan perubahan modal

Modal akan berpengaruh apabila perusahaan memperoleh laba karena laba

tersebut akan menambah modal. Begitu pula sebaliknya bila perusahaan

memperoleh kerugian maka akan mengurangi modal. Modal dapat juga

bertambah bila pemilik/pendiri menambah investasi, menambah setoran

modal, adanya titipan dana dan adanya modal penyertaan dari pihak lain.

Page 58: Soraya Fsh

47

informasi perubahan modal ini disajikan dalam bentuk laporan perubahan

modal.

Adapun bentuk format laporan perubahan modal terlihat sebagai berikut:

Tabel 2.3

BMT Malikussaleh Laporan Perubahan Modal

Per 31 Desember 20xx

Modal BMT 01/01/20XXSimpanan Pokok Khusus Rp. xx.xxx Simpanan Pokok Rp. xx.xxx Simpanan Wajib Rp.xx.xxx

Ditambah: Laba (rugi) bersih Rp.xx.xxx

Dikurangi: Anggota Yang Keluar Rp.xx.xxx

Modal BMT 31/12/20xx Rp.xx.xxx Sumber: Amin azis dan Rahmadi dalam Buku Akuntansi BMT hal 43

d. Laporan sumber penggunaan dana ZIS dan qardhul hasan

Laporan sumber penggunaan dana ZIS dan qardhul hasan adalah untuk

menunjukkan sumber dan penggunaan ZIS dan penggunaan qardul hasan

selama jangka waktu tertentu. Sumber ZIS dan qardhul hasan berasal dari:

infaq, shadaqah, denda yang berasal dari keterlambatan pelunasan piutang,

sumbangan yang didapatkan dari nasabah atau pihak luar dan hibah.

Adapun format laporan sumber dan penggunaan ZIS adalah sebagai

berikut:

Page 59: Soraya Fsh

48

Tabel 2.4

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS Untuk Tahun 20xx

Catatan 20xxSaldo Awal Dana ZISSumber Dana ZIS:

a. Zakat dari BMT b. Zakat dari pihak luar BMT c. Infaq d. Shadaqah

Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx

Jumlah dana ZIS Rp.xxxPenggunaan dana ZIS:a. Fakir b. Miskin c. Amil d. Orang yang baru masuk islam (mu’allaf) e. Orang yang terlilit hutang (Ghorim) f. Hamba Sahaya (Riqab) g. Kepentingan Fisabilillah h. Orang yang dalam Perjalanan (Ibnu Sabil)

Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx

Jumlah penggunaan Dana ZIS Rp.xxxKenaikan (penurunan Dana ZIS Rp.xxxSaldo Akhir Dana ZIS Rp.xxxSumber: Amin azis dan Rahmadi dalam Buku Akuntansi BMT hal 46

Dan bentuk format laporan sumber penggunaan dana qardhul hasan adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.5

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan Untuk Tahun 20xx

Catatan 20xxSaldo Awal Dana Qardhul HasanSumber Dana Qardhul Hasan: a. Infaq dari pihak luar atau dari nasabah

BMT b. Shadaqah dari pihak luar atau dari nasabah

BMT c. Denda atas keterlambatan pelunasan

pembiayaan d. Sumbangan dari nasabah BMT maupun

pihak luar

Rp.xxx

Rp.xxx

Rp.xxx

Rp.xxx

Page 60: Soraya Fsh

49

Jumlah dana Qardhul Hasan Rp.xxxPenggunaan dana Qardhul Hasan:a. Pinjaman kebajikan b. Pinjaman social

Rp.xxx Rp.xxx

Jumlah penggunaan Dana Qardhul Hasan Rp.xxxSaldo akhir Dana Qardhul Hasan Rp.xxxSaldo Akhir Dana ZIS Rp.xxx Sumber: Amin azis dan Rahmadi dalam Buku Akuntansi BMT hal 47

Page 61: Soraya Fsh

50

BAB III

TINJAUAN OBJEK PENELITIAN

A. BMT Ta’awun

1. Sejarah Berdirinya BMT Ta’awun

BMT Ta’awun merupakan sebuah lembaga keuangan mikro syari’ah yang

bergerak di bidang simpan pinjam dengan sistem syari’ah dan metode nisbah bagi

hasil. BMT Ta’awun bergerak di bidang usaha mikro (kecil menengah).

Mayoritas nasabah BMT Ta’awun adalah yang memiliki usaha kecil baik di PD

pasar maupun di Home Industri yang membutuhkan tambahan modal dengan

nominal kecil untuk pengembangan usahanya, dimana hal tersebut belum bisa

direalisasikan oleh bank-bank atau lembaga-lembaga keuangan lain yang hanya

bisa merealisasikan tambahan modal dengan nominal besar.

BMT Ta’awun mulai beroperasi pada bulan Mei 2004. Pada waktu itu, BMT

hanya memiliki modal sebesar Rp.100.000.000,-. Dana tersebut berasal dari dana

sosial pribadi dan beberapa investor yang dimotori oleh AMK (Anak Muda

Kreatif) Cipulir.

Adapun Para pendiri dan penggagas serta pengurus berdirinya BMT Ta’awun

adalah dari unsur pemuda Cipulir yaitu Saifuddin SHI, Fajaruddin Malik,

Subandikot Amd, Syahruddin S.Kom, Abdul Kodir SHI dan Danang. Sedangkan

dari unsur pengawas BMT Ta’awun yaitu Ir. Moch. Agus Tiono, Hilwin Manan,

Ir. Edi Supriyanto, Abdul Khoir, Masyhuri Husein S.Ag, dan Drs. Syafei serta

Page 62: Soraya Fsh

51

mendapat dukungan dari warga Jl. H.Amsar Cipulir. Perjalanan BMT Ta’awun

baru diresmikan pada tanggal 21 Juli 2005 dengan legal SIUP

No.01696/1.824.51, SK MENKOP dan UKM No. 0254/BH/-1.82/VII/2005,

AKTA NOTARIS ARNASYAA PATTINAMA SH No.6 di Jakarta.

2. Produk yang ditawarkan BMT Ta’awun

BMT Ta’awun sebagai salah satu lembaga keuangan seperti halnya lembaga

keuangan lain yang pada umumnya menawarkan jasa tabungan untuk

menghimpun dana dan jasa pembiayaan untuk penyaluran dana. Secara rinci

produk-produk yang ditawarkan BMT Ta’awun adalah

a. Produk penghimpunan dana BMT Ta’awun terdiri dari:

1) Simpanan Ta’awun

Simpanan yang bersifat umum yang penarikannya dapat dilakukan

setiap saat. Tabungan ini menggunakan konsep mudharabah, dimana

dana akan dikelola BMT agar mendapatkan keuntungan dengan sistem

bagi hasil dengan setoran awal minimal Rp. 20.000.

2) Simpanan Pendidikan

Simpanan yang biasa digunakan untuk persiapan pendidikan, dan

proses pengambilannya disesuaikan dengan masa-masa pendidikan

yaitu persemester, ketika kenaikan kelas/tingkat, mendaftar

sekolah/kuliah dengan setoran awal minimal Rp. 20.000.

Page 63: Soraya Fsh

52

3) Simpanan Idul Fitri

Simpanan yang digunakan untuk kebutuhan menjelang Idul fitri dan

proses pengambilannya hanya bisa dilakukan 1 bulan sebelum hari

raya Idul fitri dengan minimal setoran awal Rp. 20.000.

4) Simpanan Idul Qurban

Simpanan yang dipersiapkan bagi nasabah yang berniat untuk menjadi

seorang mudhahi (pengkurban) pada saat hari raya Idul Adha dan

penarikan dapat dilakukan sebelum menjelang hari raya.

5) Investasi mudharabah berjangka

Simpanan berjangka yang sistem pengambilannya hanya pada jangka

tertentu yaitu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.

b. Produk Penyaluran dana BMT Ta’awun terdiri dari:

1) Pembiayaan Murabahah

Produk pembiayaan dengan sistem jual beli syariah dimana harga

jualnya terdiri dari harga pokok barang (pembiayaan) ditambah

keuntungan (margin) yang disepakati, sementara pembayaran bisa

dilakukan dengan tunai, tangguh, ataupun dicicil.

2) Pembiayaan Musyarakah

Kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk melakukan suatu

usaha tertentu yang halal dan produktif dengan pembagian nisbah

sesuai kesepakatan dan resiko usaha ditanggung sesuai porsi

kerjasama.

Page 64: Soraya Fsh

53

3) Pembiayaan mudharabah

Kerjasama antar pemilik modal dengan pemilik tenaga. Dalam hal ini

BMT memberikan permodalan kepada pengusaha yang sudah

memiliki skill dan tenaga kerja tetapi belum memiliki modal sama

sekali, dengan bagi hasil sesuai kesepakatan. Jenis pembiayaan

mudharabah di BMT Ta’awun terdiri dari:1

a) Mudharabah Biasa: Modal seluruhnya dikeluarkan oleh BMT

sebagai shahibul maal.

b) Mudharabah Musyarakah: usaha baru yang modalnya dikeluarkan

BMT dan mudharib memberikan sedikit modal.

c) Mudharabah Muqayyadah: mudharabah yang dikeluarkan kepada

lembaga / instansi tapi dikhususkan pada pembiayaan tertentu (ex:

pinjaman karyawan)

Dana mudharabah yang disalurkan oleh BMT Ta’awun dilaporkan

dalam neraca pada bagian aset lancar.

4) Pembiayaan ijarah

Pembiayaan dengan pemindahan hak guna atau manfaat atas barang

atau jasa, dengan memberikan upah sewa tanpa diikuti pemindahan

hak kepemilikan barang atau jasa.

1 Wawancara dengan Bapak Irwansyah,, Kepala Bagian Marketing BMT Ta’awun. Cipulir, 25 Februari 2011

Page 65: Soraya Fsh

54

5) Pembiayaan al-qardh

Pembiayaan kepada nasabah yang dapat ditagih tanpa minta imbalan

atau kelebihan dari pokok pinjaman. Pinjaman ini hanya diberikan

kepada para dhu’afa atau mustahik zakat.

3. Pendapatan BMT Ta’awun

Pendapatan BMT Ta’awun berasal dari beberapa pembiayaan yang disalurkan

yang terdiri dari pembiayaan murabahah, musyarakah, mudharabah dan ijarah.

Pendapatan lainnya berasal dari jasa administrasi, penempatan pada bank dan

pendapatan lain-lainnya. Pendapatan yang diperoleh dari hasil pemberian

pembiayaan, oleh BMT akan didistribusikan kepada nasabah penyimpan sesuai

dengan nisbah bagi hasil yang disepakati. Pendapatan yang diperoleh BMT

Ta’awun yang berasal dari pembiayaan berupa:

a. Pendapatan margin

Pendapatan margin diperoleh BMT Ta’awun dari membiayai pembelian

barang, yaitu selisih dari harga beli dengan harga jual barang.

b. Pendapatan bagi hasil

Pendapatan bagi hasil diperoleh dari hasil usaha antara BMT dengan

mitra/anggota yang berbentuk mudharabah dan musyarakah. Adapun

keuntungan yang diperoleh dari kegiatan investasi pengelola dana

dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai salah satu unsur pendapatan

operasi utama BMT.

Page 66: Soraya Fsh

55

c. Pendapatan sewa

Pendapatan yang diperoleh BMT Ta’awun dari jasa ijaroh yaitu

menyewakan barang kepada mitra/anggota tanpa diikuti pemindahan

kepemilikan.

B. BMT AL-Kariim

1. Sejarah Berdirinya BMT AL-Kariim

Bermula dari diklat ZIS dan ekonomi Syariah yang diadakan oleh Dompet

Dhuafa Republika tanggal 11 s/d 15 Januari 1995 di Yogyakarta yang diikuti oleh

peserta dari berbagai daerah. Diantara peserta dari Jakarta tercatat nama seperti

Deni Nuryadin. SE, M. Ikhwan dan Suleman Hayyun yang kemudian mereka

bertiga bertekad membentuk Baitul Maal wat Tamwil di Jakarta dan setelah itu

mereka magang di BPRS Bina Amwalul Hasanah Cinere.

Ide Pendirian BMT mendapat sambutan positif dari beberapa Remaja Masjid

Pondok Indah diantaranya Iwan Setiawan. SMI, Febriyanti Husni. SE, Syafri

Muharam. SE, M. Zakarullah Zein. SE, serta simpatisan lain seprti Ir. Engkus

Kusnandar. M.Ed Dan Dra. Ramiah. Kesepuluh remaja tersebut

memproklamirkan berdirinya BMT Al Karim yang bertempat di Masjid Raya

Pondok Indah pada tanggal 15 Juli 1995.

Tahun 1995, BMT Al Kariim pindah menempati gedung baru yang dibangun

dari 13 kios di Pasar Jaya Pondok Indah, Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta

Selatan dan pada tahun 2006 BMT Al kariim menempati gedung dalam bentuk

ruko tiga tingkat yang lebih kondusif di Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan.

Page 67: Soraya Fsh

56

BMT Al-Kariim beroperasi dengan legalitas dari Surat Keputusan Menteri Negara

Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil Menengah RI No.77/BH/KDK.9.4/X/2000

2. Produk yang ditawarkan BMT Al Kariim

a. Produk penghimpunan dana BMT Al-Kariim terdiri dari:

1) Simpanan Mudharabah Al-Kariim

2) Simpanan Pendidikan AL-Kariim

3) Simpanan Berjangka AL-Kariim

4) Simpanan Idul Fitri AL-Kariim

5) Simpanan Qurban Al-Kariim

b. Produk Penyaluran dana BMT Al Kariim terdiri dari:

1) Pembiayaan Murabahah

2) Pembiayaan Musyarakah

3) Pembiayaan ijarah

4) Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan dengan akad kerjasama modal usaha dengan seluruh

modal disediakan oleh BMT dan keuntungan dibagi sesuai dengan

nisbah yang disepakati. Pembiayaan mudharabah yang ada di BMT

Al-Kariim adalah pembiayaan mudharabah mutlaqoh, dimana BMT

memberikan otoritas dan hak sepenuhnya kepada mudharib untuk

menginvestasikan atau memutar uangnya.2

2 Wawancara dengan Bapak Andrie, Manager Marketing. Jakarta, 2 Maret 2011.

Page 68: Soraya Fsh

57

Dana mudharabah yang diberikan BMT Al-Kariim kepada nasabah

pembiayaan mudharabah dilaporkan dalam neraca pada bagian aktiva

lancar.

5) Pembiayaan Rahn

Pembiayaan dengan akad gadai barang. BMT akan menahan salah satu

harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang

diterimanya.

3. Pendapatan BMT AL-Kariim

Pendapatan BMT AL-Kariim berasal dari beberapa pembiayaan yang

disalurkan yang terdiri dari pembiayaan murabahah, musyarakah, mudharabah,

ijarah dan rahn. Pendapatan lainnya berasal dari pendapatan administrasi dan

pendapatan bagi hasil dari penempatan pada bank. Pendapatan yang diperoleh

dari hasil pemberian pembiayaan, oleh BMT akan didistribusikan kepada nasabah

penyimpan sesuai dengan nisbah bagi hasil yang disepakati. Pendapatan yang

diperoleh BMT AL-Kariim dari hasil pembiayaan berupa:

a. Pendapatan margin

b. Pendapatan bagi hasil

c. Pendapatan jasa

Pendapatan jasa yang diperoleh BMT berasal dari jasa rahn, yaitu

penitipan nasabah kepada BMT maupun jasa ijaroh, yaitu jasa dimana

BMT menyewakan peralatan/tempat kepada nasabahnya.

Page 69: Soraya Fsh

58

C. BMT El-Syifa

1. Sejarah Berdirinya BMT El-Syifa

BMT El-Syifa berdiri dan mulai beroperasi pada tanggal 21 Mei 1996.

Berawal dari kebutuhan akan adanya lembaga keuangan yang bersifat syariah,

maka berdasarkan pertimbangan tersebut didirikanlah BMT El-Syifa yang

diharapkan dapat mengatasi keuangan masyarakat terutama untuk pengusaha

kecil bawah.

Pada tanggal 31 Mei 1996 bertempat di Pamulang BMT El-Syifa diresmikan

oleh Direktur BMI, Zainul Nur dan satu bulan kemudian, Dirut PINBUK

memberikan sertifikat operasi No. 093007/PINBUK/VI/96 kepada BMT El-Syifa.

Sementara badan hukum yang dipakai adalah SK Menkop dan PPK Nomor.

045/BH/KWK/II/1995.

2. Produk yang ditawarkan BMT El-Syifa

a. Produk penghimpunan dana BMT El-Syifa terdiri dari:

1) Tabungan Amanah Mudharabah

2) Tabungan Pendidikan

3) Tabungan Hari Raya

4) Tabungan haji

5) Tabungan Walimah

Simpanan yang dipersiapkan bagi anggota yang berniat untuk

melaksanakan walimah ursy. Simpanan ini dapat ditarik ketika akan

melaksanakan walimah ursy (pernikahan).

Page 70: Soraya Fsh

59

b. Produk Penyaluran dana BMT El-Syifa terdiri dari:

1) Pembiayaan Murabahah

2) Pembiayaan mudharabah

Pembiayaan dengan akad kerjasama modal usaha dengan seluruh

modal disediakan oleh BMT dan keuntungan dibagi sesuai dengan

nisbah yang disepakati. Pembiayaan mudharabah yang ada di BMT

El-Syifa yaitu: 3

a) Mudharabah mutlak: Pembiayaan dengan sistem bagi hasil

keuntungan antara pihak pemberi modal dan pihak pengguna

modal dengan nisbah yang telah disepakati bersama dalam kurun

waktu tertentu dengan ketentuan mutlak berada di tangan pemberi

modal.

b) mudharabah muqayyadah: Pembiayaan dengan sistem bagi hasil

keuntungan antara pihak pemberi modal dan pihak pengguna

modal dengan nisbah yang telah disepakati bersama dalam kurun

waktu tertentu yang terikat dengan ketentuan bersama.

Dana mudharabah yang diberikan BMT El-Syifa kepada nasabah

pembiayaan mudharabah dilaporkan dalam neraca pada bagian aktiva.

3 Wawancara dengan Bapak Ahmad Ruslan, General Manager BMT El-Syifa. Ciganjur, 11 Maret 2011

Page 71: Soraya Fsh

60

3) Pembiayaan Ba’I Bithaman Ajil (BBA)

Pembiayaan yang hampir sama dengan murabahah namun

pembayarannya dilakukan dengan mengangsur (mencicil) dalam

waktu yang panjang.

4) Pembiayaan al-qardh

Pembiayaan yang hanya diberikan khusus kepada 8 golongan

(mustahiq) yang memerlukan modal kerja dan harus dikembalikan

dengan mencicil tanpa dibebani bagi hasil. Dana ini diberikan dari

Baitul Maal.

3. Pendapatan BMT El-Syifa

Pendapatan BMT El-Syifa berasal dari beberapa pembiayaan yang disalurkan

yang terdiri dari pembiayaan murabahah, mudharabah dan Ba’I Bithaman Ajil

(BBA). Pendapatan lainnya berasal dari pendapatan administrasi dan pendapatan

dari penempatan pada bank. Pendapatan yang diperoleh dari hasil pemberian

pembiayaan, oleh BMT akan didistribusikan kepada nasabah penyimpan sesuai

dengan nisbah bagi hasil yang disepakati. Diantara Pendapatan yang diperoleh

BMT El-Syifa dari pembiayaan berupa:

a. Pendapatan margin

b. Pendapatan bagi hasil

Page 72: Soraya Fsh

61

D. BMT Daarul Qur’an

1. Sejarah Berdirinya BMT Daarul Qur’an

Tumbuhnya Bank Syariah di awal tahun 90-an, ketika itu dimulai oleh

sejumlah BPRS di Jawa Barat dan Bank Muamalat Indonesia di Jakarta, meski

didukung oleh banyak kalangan, namun dipastikan tidak dapat serta merta

menyentuh ummat yang justru sebagian besar berada dilapisan bawah, karena

sifat perbankan yang pada umumnya tidak membuka akses pendanaan bagi

mereka yang secara tradisional digolongkan sebagai “unbankable”.

Kondisi ini memberikan inspirasi bagi sejumlah kalangan untuk menumbuhan

Lembaga Keuangan Mikro Non Bank dengan prinsip bagi hasil, yang di

kemudian hari dikenal dengan nama Baitul Maal Wat Tamwil (disingkat BMT).

Pendirian BMT secara fantastis terjadi di masa orde baru memberi sedikit ruang

kepada umat Islam untuk berpartisipasi dalam mengatasi masalah-masalah

bangsa, dalam hal ini kemiskinan dan pengangguran. Kala itu, melalui PINBUK

(Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) yang berafiliasi pada ICMI, pemerintah

mencanangkan Gerakan 10.000 BMT.

Saat ini tidak ada data yang pasti atau meyakinkan berapa BMT yang telah

didirikan, berapa yang masih beroperasi dan berapa yang masih beroperasi dan

sehat. Begitu pula jumlah nasabah atau mitra yang telah dibiayai dan lalu

berkembang usahanya, hanya berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh

beberapa pihak (BMT-BMT dan Lembaga pendamping BMT) dapat diketahui

bahwa:

Page 73: Soraya Fsh

62

a. Sebahagian besar BMT memilih badan hukum koperasi meski tidak benar-

benar efektif sebagai koperasi. Selebihnya menjadi salah satu unit usaha

sebuah koperasi (seperti kopontren) atau KJKS (Koperasi Jasa Keuangan

Syariah) banyak juga yang belum berbadan hukum.

b. Persoalan yang seringkali diutarakan adalah rendahnya kualitas SDM

termasuk pemahaman tentang fiqh-muamalah, terbatasnya akses pendanaan,

bahkan terhadap bank-bank di daerah-daerah; prosedur operasi yang tidak

standar serta lemahnya fungsi pengawasan baik keuangan maupun segi

syariahnya. Sementara itu ditingkat nasabah/mitra, keluhan yang dirasakan

dimana-mana adalah hampir tidak bisa membedakan praktek sistem bagi hasil

dengan bunga-konvensional.

Dibalik berbagai kelemahan yang ada, BMT setidaknya telah ikut

berpartisipasi di dalam menguatkan usaha-usaha mikro, bahkan menjadi

penyangga yang sangat berarti di masa krisis bagi ratusan ribu bahkan mungkin

jutaan keluarga berpenghasilan rendah sehingga tidak jatuh miskin atau menjadi

sangat miskin. Keberhasilan ini cukup menjadi indikasi bahwa BMT

sesungguhnya menyimpan potensi yang sangat besar untuk berperan aktif atau

berkontribusi banyak dalam memulihkan dan mengembangkan ekonomi rakyat.

Karena hal itulah maka Yayasan Daarul Qur'an yang bergerak dibidang bantuan

pendidikan bagi para dhu'afa, santunan fakir-miskin dan anak-anak yatim-piatu,

atas prakarsa Alm. KH. Masyhuri Syahid, M.A sebagai pimpinan dan pengasuh

Page 74: Soraya Fsh

63

Yayasan pada Januari 2005 mendirikan BMT Daarul Qur'an bekerjasama dengan

mahasiswa Program Pasca Sarjana Ekonomi Keuangan Syariah Universitas

Indonesia Angkatan V.

2. Produk yang ditawarkan BMT Daarul Qur’an

a. Produk penghimpunan dana BMT Daarul Qur’an terdiri dari:

1) Simpanan Wadi’ah Daarul Qur'an

Simpanan Titipan Dana Pihak Ketiga di BMT Daarul Qur’an (DQ),

dimana Nasabah (anggota) akan mendapat bonus dari pendapatan atas

dana tersebut, namun jumlahnya tidak diperjanjikan sebelumnya.

Simpanan ini dapat diambil setiap saat. Setoran awal minimum Rp.

20.000,- dan selanjutnya Rp 1.000

2) Simpanan Idul Fitri

Simpanan ini diperlukan bagi nasabah (anggota) yang berkeinginan

untuk memenuhi kebutuhan Idul Fitri dan nasabah akan mendapatkan

bagi hasil dari pendapatan atas dana yang diinvestasikan. Pengambilan

simpanan hanya dapat dicairkan 2 (dua) minggu mendekati hari raya

Idul Fitri. Setoran awal minimum Rp. 50.000; (porsi/nisbah bagi hasil

BMT : Nasabah = 60% : 40%.

3) Simpanan Qurban

Simpanan ini diperuntukkan bagi nasabah (anggota) yang ingin

melaksanakan ibadah qurban dan nasabah (anggota) akan

Page 75: Soraya Fsh

64

mendapatkan bagi hasil atas dana yang diinvestasikan. Pengambilan

simpanan ini hanya dapat dilakukan 1 (satu) minggu menjelang hari

raya Qurban (Idul Adha). Setoran awal minimum Rp. 100.000; (porsi

/nisbah bagi hasil BMT : Nasabah = 60% :40%).

4) Simpanan Haji (sihaji)

Simpanan ini diperuntukkan bagi nasabah (anggota) yang ingin

melaksanakan ibadah haji. Pengambilan simpanan ini ketika saldo

simpanan cukup untuk menunaikan ibadah haji. Setoran awal

minimum Rp. 500.000; (porsi / nisbah bagi hasil BMT : Nasabah =

50% : 50%).

5) Simpanan Berjangka Mudharabah

Lebih dikenal dengan Deposito Mudharabah. Setoran minimal Rp.

5.000.000,- porsi/nisbah bagi hasil sbb :

1 bulan (BMT DQ : Nasabah = 65% : 35%)

3 bulan (BMT DQ : Nasabah = 60% : 40%)

6 bulan (BMT DQ : Nasabah = 50% : 50%)

12 bulan (BMT DQ : Nasabah = 40% : 60%)

b. Produk Penyaluran dana BMT Daarul Qur’an terdiri dari:

1) Pembiayaan Murabahah

2) Pembiayaan Musyarakah

3) Pembiayaan mudharabah

Page 76: Soraya Fsh

65

Kerjasama usaha /modal dimana sumber modal sepenuhnya dari pihak

BMT dimana keuntungan usaha tersebut dibagi secara berimbang

sesuai porsi jumlah dana atau kesepakatan bersama. Jenis pembiayaan

mudharabah yang ada di BMT Daarul Qur’an yaitu:4

a) Mudharabah mutlaqoh: mudharabah dimana pemilik dana

memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan

investasinya.

b) Mudharabah muqayyadah: mudharabah yang pemilik dananya

memberikan batasan kepada pengelola dana.

Dana mudharabah yang diberikan BMT Daarul Qur’an kepada

nasabah pembiayaan mudharabah dilaporkan dalam neraca pada

bagian aktiva.

4) Pembiayaan ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik

Pembiayaan ijaroh merupakan pembiayaan dengan pemindahan hak

guna atau manfaat atas barang atau jasa, dengan memberikan upah

sewa tanpa diikuti pemindahan hak kepemilikan barang atau jasa.

Sedangkan ijarah muntahiya bittamlik pembiayaan yang diikuti

pemindahan kepemilikan barang.

4 Wawancara dengan Bapak Muhammad Lukman, General manager BMT Daarul Qur’an. Menteng dalam tebet, 15 Maret 2011

Page 77: Soraya Fsh

66

5) Pembiayaan qardhul hasan

Pinjaman yang hanya diberikan kepada para dhu’afa atau mustahik

zakat. Dalam pembiayaan ini, nasabah hanya diwajibkan

mengembalikan pokok pinjaman. Namun pihak BMT diperbolehkan

untuk menerima tambahan dana yang merupakan pemberian secara

suka rela dan hal ini tidak dicantumkan dalam perjanjian.

3. Pendapatan Daarul Qur’an

Pendapatan BMT Daarul Qur’an berasal dari beberapa pembiayaan yang

disalurkan yang terdiri dari pembiayaan murabahah, musyarakah, mudharabah

dan ijarah/ijarah muntahiya bittamlik. Pendapatan lainnya berasal dari

administrasi pembiayaan, penempatan pada bank, administrasi tabungan dan

operasional lainnya. Pendapatan yang diperoleh BMT Daarul Qur’an dari

pembiayaan berupa:

a. Pendapatan margin

Pendapatan margin diperoleh BMT Daarul Qur’an dari membiayai

pembelian barang, yaitu selisih dari harga beli dengan harga jual barang.

b. Pendapatan bagi hasil

Pendapatan bagi hasil ini diperoleh dari hasil usaha antara BMT dengan

anggota yang berbentuk mudharabah dan musyarakah. Adapun

keuntungan yang diperoleh dari kegiatan investasi pengelola dana

dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai salah satu unsur pendapatan

operasional BMT Daarul Qur’an.

Page 78: Soraya Fsh

67

c. Pendapatan sewa

Pendapatan yang diperoleh BMT Daarul Qur’an dari menyewakan barang

kepada nasabah tanpa diikuti pemindahan kepemilikan.

Page 79: Soraya Fsh

68

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah di BMT

1. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Di BMT Ta’awun1

Dalam pembiayaan mudharabah, BMT Ta’awun mengenakan jaminan untuk

menjaga agar nasabah tetap amanah terhadap pembiayaan yang telah diberikan

BMT. Prinsip jaminan yang dilakukan oleh BMT Ta’awun diantaranya ada yang

dikenakan jaminan dan ada yang tidak dikenakan jaminan. Untuk nasabah

corporate oleh BMT Ta’awun dikenakan jaminan yang jumlahnya sepadan

dengan nilai pembiayaannya sedangkan untuk nasabah binaan, terkadang BMT

Ta’awun tidak mengenakan jaminan. Diantara jaminan yang dikenakan oleh BMT

Ta’awun yaitu berupa sertifikat/surat berharga lainnya dan personal garansi. Jika

pembiayaan tersebut dikenakan jaminan, maka BMT akan meminta surat kuasa

untuk menjual. Jaminan tersebut hanya dapat dicairkan apabila nasabah terbukti

melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati dalam akad.

Dalam pemberian pembiayaan mudharabah, BMT Ta’awun lebih banyak

memberikan pembiayaan dalam bentuk dana daripada barang. Jika pembiayaan

diberikan dalam bentuk barang, maka mudharib harus menyertakan pembelian

bon/kwitansi atas pembelian barang tersebut.

1 Wawancara dengan Bapak Subandikot, General Manager BMT Ta’awun. Cipulir. 25 Februari 2011.

Page 80: Soraya Fsh

69

Batas maksimum jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BMT Ta’awun

yaitu sebesar Rp. 60.000.000.- sesuai dengan BMPK BMT.

Dalam prinsip pembagian hasil usaha mudharabah, BMT Ta’awun

menggunakan prinsip profit and loss sharing, dimana perhitungan keuntungan

didasarkan atas laba bersih dari usaha (net profit) dan kerugian ditanggung oleh

BMT selama bukan karena kelalaian mudharib. Sedangkan untuk pengakuan

pendapatan bagi hasil, BMT Ta’awun mengakuinya secara cash basis yaitu

pendapatan diakui pada saat kas diterima. BMT Ta’awun tidak mengakui

pendapatan bagi hasil sebelum nasabah menyetorkan imbalan bagi hasilnya

meskipun nasabah sudah melaporkan pendapatannya tanpa disertai pembagian

bagi hasil untuk BMT. Pada pengembalian dana mudharabah di BMT Ta’awun

dilakukan secara bulanan/per 3 bulan sekali beserta bagi hasilnya.

Usaha yang dibiayai oleh BMT Ta’awun harus memiliki syarat minimal usaha

tersebut sudah berjalan 1 tahun. Tetapi untuk nasabah binaan, BMT terkadang

memberikan pembiayaan untuk usaha yang baru dimulai.

Sebelum menyetujui pembiayaan yang diajukan, BMT Ta’awun membuat

suatu proyeksi pembiayaan yang berfungsi untuk menilai kelayakan sebuah

usaha. Penilaian tersebut berfungsi untuk menentukan nisbah bagi hasil yang akan

disepakati antara BMT dengan nasabah. Selain itu, nisbah bagi hasil juga

ditentukan berdasarkan tawar menawar antara pihak BMT dengan nasabah.

Jurnal yang digunakan BMT Ta’awun berkaitan dengan transaksi pembiayaan

mudharabah yang dilakukannya adalah

Page 81: Soraya Fsh

70

1) Pada saat mengakui biaya yang terjadi sehubungan dengan akad

mudharabah:2

Rekening Debet KreditDr.Kas Rp. XXX

Cr.Pendapatan administrasi Rp. XXXCr. BDD persediaan materai Rp. XXXCr. Titipan premi asuransi pembiayaan Rp. XXX

Pada saat pembayaran premi asuransi kepada perusahaan asuransi:

Rekening Debet KreditDr. Titipan premi asuransi pembiayaan Rp. XXX

Cr.Kas Rp. XXX

2) Pada saat penyerahan investasi mudharabah:

Rekening Debet KreditDb.Pembiayaan mudharabah Rp. XXX

Cr.Rekening nasabah Rp. XXX

3) Pada saat penerimaan bagi hasil mudharabah beserta angsuran pokok

yang dibayarkan:

Rekening Debet KreditDr. Kas/Rekening nasabah Rp. XXX

Cr.Pembiayaan mudharabah Rp. XXXCr.Pendapatan Bagi hasil Rp. XXX

2 Biaya administrasi BMT Ta’awun sebesar Rp 5000 untuk semua plafond dan Biaya premi asuransi tergantung dari jumlah pembiayaan, dan jangka waktu pembiayaan.

Page 82: Soraya Fsh

71

4) Pada saat nasabah mampu mengembalikan investasi mudharabah

sebelum jatuh tempo:

Rekening Debet KreditDb.Rekening nasabah Rp. XXX

Cr.Pembiayaan Mudharabah Rp. XXX

5) Apabila nasabah telat membayar angsuran investasi mudharabah:

Tidak dilakukan penjurnalan

2. Perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah di BMT Al-Kariim3

Dalam pembiayaan mudharabah, pengenaan jaminan tidak mutlak. Tetapi

untuk menghindari wanprestasi/ menjaga kepercayaan kedua belah pihak, BMT

Al - Kariim mengenakan jaminan kepada nasabahnya. Syarat jaminan yaitu

nilainya kurang lebih sama dengan jumlah pembiayaan yang diberikan. Jaminan

yang dikenakan oleh BMT Al-Kariim biasanya berupa benda bergerak/ kendaraan

bermotor, rumah dan personal garansi. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila

nasabah terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati

dalam akad.

Dalam pemberian pembiayaan, BMT Al-Kariim hanya memberikan

pembiayaan dalam bentuk dana saja sedangkan batas maksimum pembiayaan

yang diberikan oleh BMT Al-Karim yaitu sebesar Rp. 50.000.000.-

Prinsip pembagian hasil usaha mudharabah BMT AL-Kariim menggunakan

metode revenue sharing (laba kotor), sedangkan untuk pengakuan pendapatan

3 Wawancara dengan Bapak Andrie, Manager Marketing. Cileduk, 2 Maret 2011

Page 83: Soraya Fsh

72

bagi hasil diakui secara cash basis yaitu pendapatan diakui pada saat kas diterima.

BMT AL- Kariim tidak mengakui pendapatan sebelum nasabah menyetorkan

imbalan bagi hasilnya. Pada pengembalian dana mudharabah di BMT AL-Kariim

dilakukan secara bulanan/per 3 bulan sekali beserta bagi hasilnya.

Sebelum menyetujui pembiayaan yang diajukan, BMT AL-Kariim membuat

suatu proyeksi pembiayaan yang berfungsi untuk menilai kelayakan sebuah

usaha. Penilaian tersebut berfungsi untuk menentukan nisbah bagi hasil yang akan

disepakati. Selain itu, nisbah bagi hasil juga ditentukan berdasarkan tawar

menawar, cash flow dan usaha nasabah.

Jurnal yang digunakan BMT Al-Kariim berkaitan dengan transaksi

mudharabah yang dilakukannya adalah:

1) Pada saat mengakui biaya yang terjadi sehubungan dengan akad

mudharabah: 4

Rekening Debet KreditDr.Kas Rp. XXX

Cr.Pendapatan administrasi Rp. XXXCr. BDD Persediaan Materai Rp. XXXCr. Titipan notaris pembiayaan Rp. XXXCr. Titipan dana premi asuransi Rp. XXX

Pada saat BMT membayarkan ke notaris:

Rekening Debet KreditDb.Titipan notaris pembiayaan Rp. XXX

Cr.Kas Rp. XXX

4 Biaya administrasi ditentukan sebesar 1% dari plafond yang diberikan, biaya notaris tergantung dari jumlah pembiayaan sedangkan premi asuransi tergantung dari jumlah plafond dan jangka waktu pembiayaan.

Page 84: Soraya Fsh

73

Pada saat BMT membayarkan premi asuransi kepada perusahaan asuransi

Rekening Debet KreditDb.Titipan dana premi asuransi Rp. XXX

Cr.Kas Rp. XXX

2) Pada saat penyerahan investasi mudharabah:

Rekening Debet KreditDb.Pembiayaan mudharabah Rp. XXX

Cr. Rekening nasabah Rp. XXX

3) Pada saat penerimaan bagi hasil mudharabah beserta angsuran pokok

yang dibayarkan:

Rekening Debet KreditDr. Rekening nasabah Rp. XXX

Cr.Pembiayaan mudharabah Rp. XXXCr.Pendapatan Bagi hasil Rp. XXX

4) Pada saat nasabah mampu mengembalikan investasi mudharabah

sebelum jatuh tempo:

Rekening Debet KreditDb. Rekening nasabah Rp. XXX

Cr. Pembiayaan Mudharabah Rp. XXX

5) Apabila nasabah telat membayar angsuran investasi mudharabah:

Tidak dilakukan penjurnalan

Page 85: Soraya Fsh

74

3. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Di BMT El-Syifa5

Dalam pembiayaan mudharabah, BMT El-Syifa mengenakan jaminan kepada

anggotanya yang ingin mengajukan pembiayaan. Pengenaan jaminan tersebut

dimaksudkan agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan terhadap

pembiayaan yang telah diterimanya. Syarat jaminan yaitu minimal sepadan

dengan jumlah pembiayaan yang diberikan. Diantara jaminan yang dikenakan

oleh BMT El-Syifa berupa BPKB, surat tanah, personal garansi dan kebanyakan

dari jaminan tersebut berupa girik. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila

anggota terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati

dalam akad.

Dalam pemberian pembiayaan, BMT El-Syifa hanya memberikan pembiayaan

dalam bentuk dana saja dan batas maksimum jumlah pembiayaan yang diberikan

yaitu sebesar Rp 60.000.000.-.

Prinsip pembagian hasil usaha mudharabah yang digunakan oleh BMT El-

Syifa adalah prinsip profit sharing (bagi laba), sedangkan untuk pengakuan

pendapatan bagi hasil diakui secara cash basis yaitu pendapatan diakui pada saat

kas diterima. BMT El-Syifa tidak mengakui pendapatan sebelum nasabah

menyetorkan imbalan bagi hasilnya. Pada pengembalian dana mudharabah di

BMT El-Syifa dilakukan secara bulanan, 3 bulan sekali atau dibayar sekaligus

5 Wawancara dengan Bapak Ahmad Ruslan, General Manager BMT El-Syifa. Ciganjur, 11 Maret 2011

Page 86: Soraya Fsh

75

diakhir pembiayaan sedangkan untuk bagi hasilnya harus dibayar secara bulanan

atau mingguan sesuai dengan akad.

Usaha yang dibiayai oleh BMT El-Syifa harus sudah berjalan minimal 1

tahun. Sebelum menyetujui pembiayaan yang diajukan, BMT El-Syifa akan

membuat suatu proyeksi pembiayaan yang berfungsi untuk menilai kelayakan

sebuah usaha. Penilaian tersebut berfungsi untuk menentukan nisbah bagi hasil

yang akan disepakati.

Jurnal yang digunakan BMT El-Syifa berkaitan dengan transaksi pembiayaan

mudharabah yang dilakukannya:

1) Pada saat mengakui biaya yang terjadi sehubungan dengan akad

mudharabah: 6

Rekening Debet KreditDr.Kas Rp. XXX

Cr.Pendapatan administrasi Rp. XXXCr. Persediaan Materai Rp. XXX

2) Pada saat penyerahan investasi mudharabah:

Rekening Debet KreditDb.Pembiayaan mudharabah Rp. XXX

Cr. Rekening nasabah Rp. XXX

3) Pada saat penerimaan bagi hasil mudharabah beserta angsuran pokok

yang dibayarkan:

6 Biaya administrasi ditentukan sebesar 2% dari plafond yang diberikan. Pada BMT El-Syifa tidak terdapata biaya notaris ataupun biaya asuransi

Page 87: Soraya Fsh

76

Rekening Debet KreditDr. Rekening nasabah Rp. XXX

Cr.Pembiayaan mudharabah Rp. XXXCr.Pendapatan Bagi hasil Rp. XXX

4) Pada saat nasabah mampu mengembalikan investasi mudharabah

sebelum jatuh tempo:

Rekening Debet KreditDb. Rekening nasabah Rp. XXX

Cr. Pembiayaan Mudharabah Rp. XXX

5) Apabila nasabah telat membayar angsuran investasi mudharabah:

Tidak dilakukan penjurnalan

4. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah di BMT Daarul Qur’an7

Dalam pembiayaan mudharabah, BMT Daarul Qur’an mengenakan jaminan

yang lebih rendah dibandingkan dengan jumlah pembiayaan yang diberikannya.

Pengenaan jaminan ini tidak seperti pembiayaan murabahah yang jaminannya

harus sepadan dengan nilai pembiayaannya. Jaminan yang dikenakan oleh BMT

Daarul Qur’an antara lain berupa BPKB, sertifikat rumah, dan surat kontrak

usaha. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti

melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati dalam akad.

BMT Daarul Qur’an memberikan pembiayaan mudharabah berupa dana.

Batas maksimum jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BMT Daarul Qur’an

yaitu sebesar Rp. 50.000.000.-

7 Wawancara dengan Bapak Muhammad Lukman, General manager BMT Daarul Qur’an. Menteng dalam tebet, 15 Maret 2011

Page 88: Soraya Fsh

77

Prinsip pembagian hasil usaha mudharabah BMT Daarul Qur’an

menggunakan metode revenue sharing, dimana perhitungan nisbah bagi hasil

didasarkan atas laba kotor dari usaha (gross profit). Sedangkan untuk pengakuan

pendapatan bagi hasil diakui secara cash basis yaitu pendapatan diakui pada saat

kas diterima sehingga BMT Daarul Qur’an tidak mengakui pendapatan sebelum

nasabah menyetorkan imbalan bagi hasilnya. BMT Daarul Qur’an belum bisa

menerapkan profit sharing sebagaimana dengan BMT lainnya karena kendala

tenaga dan juga dalam profit sharing terdapat biaya-biaya operasional yg harus

diperhitungkan dengan benar.

Pada pengembalian dana mudharabah di BMT Daarul Qur’an dilakukan

secara bulanan beserta bagi hasilnya dan usaha yang dibiayai oleh BMT Daarul

Qur’an kurang lebih harus sudah berjalan lebih dari 3 tahun dan tergantung dari

kelayakan usaha tersebut.

Sebelum menyetujui pembiayaan yang diajukan, BMT Daarul Qur’an akan

membuat suatu proyeksi pembiayaan yang berfungsi untuk menilai kelayakan

sebuah usaha. Penilaian tersebut berfungsi untuk menentukan nisbah bagi hasil

yang akan disepakati. Penentuan nisbah bagi hasil juga ditentukan berdasarkan

tawar menawar anggota dengan pihak BMT Daarul Qur’an.

Jurnal yang digunakan BMT Daarul Qur’an berkaitan dengan transaksi

mudharabah yang dilakukannya:

Page 89: Soraya Fsh

78

1) Pada saat mengakui biaya sehubungan dengan akad mudharabah:8

Rekening Debet KreditDr.Kas Rp. XXX

Cr.Pendapatan administrasi Rp. XXXCr. Persediaan materai Rp. XXXCr. Titipan premi asuransi pembiayaan Rp. XXX

Pada saat pembayaran premi asuransi kepada perusahaan asuransi:

Rekening Debet KreditDr. Titipan premi asuransi pembiayaan Rp. XXX

Cr.Kas Rp. XXX

2) Pada saat penyerahan investasi mudharabah:

Rekening Debet KreditDr.Pembiayaan mudharabah Rp. XXX

Cr. Rekening nasabah Rp. XXX

3) Pada saat penerimaan bagi hasil mudharabah beserta angsuran pokok

yang dibayarkan:

Rekening Debet KreditDr. Rekening nasabah Rp. XXX

Cr.Pembiayaan mudharabah Rp. XXXCr.Pendapatan Bagi hasil Rp. XXX

4) Pada saat nasabah mampu mengembalikan investasi mudharabah

sebelum jatuh tempo:

Rekening Debet KreditDr. Rekening nasabah Rp. XXX

Cr. Pembiayaan mudharabah Rp. XXX

8 Biaya administrasi BMT Daarul Qur’an ditentukan dari 1% x jumlah plafon dan biaya asuransi tergantung dari jumlah plafon yang diberikan dan jangka waktu investasi.

Page 90: Soraya Fsh

79

5) Apabila nasabah telat membayar angsuran investasi mudharabah:

Tidak dilakukan penjurnalan

B. Analisis Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Pada

BMT dengan PSAK No. 105

Setelah melihat jurnal transaksi investasi mudharabah yang dilakukan oleh

BMT, untuk menganalisisnya penulis menggunakan contoh kasus yang terjadi di

masing-masing BMT.

1. BMT Ta’awun

Contoh kasus:

Bapak Adi mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp.10.000.000 untuk

pembelian 4 buah komputer untuk usaha warnetnya kepada BMT Ta’awun. BMT

Ta’awun menyetujui pembiayaan tersebut dengan ketentuan:

a) Biaya administrasi Rp. 5.000 dan biaya asuransi sebesar Rp 20.000

b) Nisbah disepakati Nasabah: BMT = 70:30 dari laba bersih

c) Pembiayaan diberikan untuk jangka waktu 1 tahun.

d) Pembayaran angsuran Rp. 2.500.000/3 bulan, dilakukan bersamaan

dengan bagi hasil yang diterima BMT.

1) Pada saat mengakui biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan

akad mudharabah:9

9 Biaya administrasi BMT Ta’awun sebesar Rp 5000 untuk semua plafond dan Biaya premi asuransi tergantung dari jumlah pembiayaan, usia dan lamanya pembiayaan.

Page 91: Soraya Fsh

80

Rekening Debet KreditDr.Kas Rp. 31.000

Cr.Pendapatan administrasi Rp. 5.000Cr. BDD persediaan materai Rp. 6.000Cr. Titipan premi asuransi pembiayaan Rp. 20.000

Pada saat pembayaran premi asuransi kepada perusahaan asuransi:

Rekening Debet KreditDr. Titipan premi asuransi pembiayaan Rp. 20.000

Cr.Kas Rp. 20.000

Analisis transaksi diatas:

Dalam penjurnalan transaksi biaya-biaya, biaya administrasi yang dibayar

oleh nasabah Rp. 5.000 diakui sebagai pendapatan administrasi oleh BMT

Ta’awun. Adapun biaya materai Rp. 6.000 yang dibayar nasabah diakui

dengan mengkredit rekening biaya dibayar dimuka persediaan materai yang

menunjukkan penggunaan persediaan materai BMT. Sedangkan untuk biaya

asuransi, BMT melakukan pengurusan asuransinya beberapa hari setelah

penandatanganan kontrak, sehingga BMT mengakui biaya asuransi yang

dibayar nasabah sebagai titipan premi asuransi. Dalam PSAK 105, pencatatan

mengenai pengakuan biaya-biaya sehubungan dengan akad tidak ada

pembahasannya.

2) Pada saat pencairan investasi mudharabah Rp.10.000.000:

Rekening Debet KreditDb.Pembiayaan mudharabah Rp. 10.000.000

Cr.Rekening Bapak Adi Rp. 10.000.000

Page 92: Soraya Fsh

81

Analisis transaksi diatas:

Berdasarkan transaksi diatas, BMT mengakui dana mudharabah yang

diberikan kepada Bapak Adi sebagai pembiayaan mudharabah pada saat

penyerahan kas sehingga mengakibatkan bertambahnya pembiayaan

mudharabah sebesar Rp. 10.000.000 sebelah debit serta bertambahnya

rekening Bapak Adi disebelah kredit sebesar Rp. 10.000.000.

Dalam PSAK 105 paragraf 12: “Dana mudharabah yang disalurkan

oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat

pembayaran kas atau penyerahan asset non-kas kepada pengelola dana.”

Pada transaksi diatas belum sesuai karena BMT Ta’awun mengakui

dana mudharabah yang dibayarkannya sebagai pembiayaan mudharabah

bukan sebagai investasi mudharabah sebagaimana yang terdapat pada (PSAK

105 paragraf 12).

Dalam PSAK 105 paragraf 16: ”Usaha mudharabah dianggap mulai

berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola

dana.”

Jika dilihat dari perlakuan akuntansi yang dilakukan BMT Ta’awun,

usaha mudharabah mulai berjalan ketika BMT Ta’awun mencairkan dana

mudharabah-nya ke rekening Bapak Adi. Maka transaksi ini sudah sesuai

dengan (PSAK 105 paragraf 16).

Page 93: Soraya Fsh

82

3) Apabila Bapak Adi membayar bagi hasil jika laba bersih yang

diperoleh Rp. 1.000.000 beserta angsuran pokok Rp.2.500.000

Rekening Debet KreditDr. Rekening Bapak Adi Rp. 2.800.000

Cr.Pembiayaan mudharabah Rp. 2.500.000Cr.Pendapatan Bagi hasil Rp. 300.000

Analisis transaksi diatas:

Pada transaksi diatas, Bapak Adi membayar angsuran pembiayaan

mudharabah Rp. 2.500.000 beserta bagi hasil Rp. 300.000 (Rp.1000.000 x

30%).

Dalam PSAK 105 paragraf 9:”Pengembalian dana mudharabah dapat

dilakukan secara bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau

secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.”

Dalam hal ini, BMT Ta’awun menetapkan ketentuan kepada nasabah

untuk pembayaran angsuran dilakukan bersamaan dengan bagi hasil. Sehingga

dapat disimpulkan untuk transaksi ini BMT Ta’awun sudah sesuai dengan

(PSAK 105 Paragraf 9).

Dalam PSAK 105 paragraf 10: ”Jika dari pengelolaan dana

mudharabah menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk

pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang

disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad.”

BMT Ta’awun mengakui pendapatannya sesuai dengan nisbah yang

telah disepakati dengan nasabah yaitu sebagaimana yang telah ditentukan

Page 94: Soraya Fsh

83

dalam akad. Maka dapat disimpulkan bahwa transaksi yang dilakukan oleh

BMT Ta’awun sudah sesuai dengan (PSAK 105 paragraf 10).

4) Jika Bapak Adi telat membayar angsuran investasi mudharabah.

Tidak dilakukan penjurnalan

Analisis transaksi diatas:

Dalam PSAK 105 Paragraf 19: ”Jika akad mudharabah berakhir

sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana,

maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.”

Pada transaksi diatas BMT Ta’awun tidak melakukan penjurnalan

ketika nasabah menunggak angsuran mudharabah. BMT hanya melakukan

penjurnalan pada saat menerima kas dari nasabah. Maka transaksi diatas tidak

sesuai dengan (PSAK 105: Paragraf 19), jurnal yang seharusnya dibuat BMT

Ta’awun pada saat Bapak Adi tidak membayar angsuran pokok adalah:

Rekening Debet KreditDr. Piutang investasi mudharabah jatuh tempo Rp. 2.500.000

Cr. Investasi mudharabah Rp.2.500.000

Jadi ketika Bapak Adi membayar pokok, jurnal yang harus dibuat BMT:

Rekening Debet KreditDr. Kas/Rekening nasabah Rp.2.500.000

Cr. Piutang investasi mudharabah jatuh tempo

Rp.2.500.000

Page 95: Soraya Fsh

84

2. BMT Al-Kariim

Contoh kasus:

Bapak Ahmad mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 40.000.000

untuk usaha konveksi pembuatan seragam sekolah. Untuk itu Bapak Ahmad

mengajukan pembiayaan kepada BMT Al-Kariim. BMT Al-Kariim

menyetujui pembiayaan tersebut dengan ketentuan:

a) Biaya administrasi Rp. 400.000 (1% dari jumlah plafon), biaya materai

Rp. 6.000

b) Biaya asuransi sebesar Rp 80.000 dan biaya notaris Rp. 100.000

c) Nisbah disepakati nasabah: BMT = 60:40 dari laba bruto

d) Pembiayaan diberikan untuk jangka waktu 6 bulan.

e) Pembayaran angsuran Rp. 20.000.000/3 bulan beserta bagi hasil.

1) Pada saat mengakui biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan

akad mudharabah10

Rekening Debet KreditDr.Kas Rp. 586.000

Cr.Pendapatan administrasi Rp. 400.000Cr. BDD Persediaan Materai Rp. 6.000Cr. Titipan notaris pembiayaan Rp 100.000Cr. Titipan dana premi asuransi Rp. 80.000

10 Biaya administrasi 1% X Rp. 40.000.000 = Rp. 400.000. Besarnya premi tergantung dari jumlah plafond dan jangka waktu pembiayaan sedangkan beban notaris tergantung dari plafond

Page 96: Soraya Fsh

85

Pada saat BMT membayarkan ke notaris

Rekening Debet KreditDb.Titipan notaris pembiayaan Rp. 100.000

Cr.Kas Rp. 100.000

Pada saat BMT membayarkan premi asuransi kepada perusahaan asuransi

Rekening Debet KreditDb.Titipan dana premi asuransi Rp. 80.000

Cr.Kas Rp. 80.000

Analisis transaksi diatas

Berdasarkan transaksi diatas, BMT Al-Kariim mengakui biaya

administrasi Rp.400.000 sebagai pendapatan administrasi. Biaya administrasi

ditentukan sebesar 1% dari jumlah plafon yang diberikan kepada nasabah.

Untuk pembayaran notaris dan asuransi, BMT Al-Kariim melakukan

pembayarannya secara tidak langsung sehingga biaya notaris dan asuransi

yang telah dibayarkan nasabah diakui sebagai titipan notaris dan titipan premi

asuransi. Di dalam PSAK 105, pencatatan mengenai pengakuan biaya- biaya

administrasi tidak ada pembahasannya. Untuk itu, BMT Al-Kariim membuat

pencatatan sendiri untuk mengakui biaya administrasi yang telah dibayarkan

nasabah sebagai pendapatan administrasi.

2) Pada saat pencairan investasi mudharabah Rp.40.000.000:

Rekening Debet KreditDb.Pembiayaan mudharabah Rp. 40.000.000

Cr. Rekening Bapak Ahmad Rp. 40.000.000

Page 97: Soraya Fsh

86

Analisis terhadap transaksi diatas

Berdasarkan transaksi diatas, BMT Al-Kariim mengakui dana

mudharabah yang diberikan kepada Bapak Ahmad sebagai pembiayaan

mudharabah pada saat penyerahan kas sebesar Rp. 40.000.000 sebelah debit

serta bertambahnya rekening Bapak Ahmad disebelah kredit sebesar Rp.

40.000.000.

Dalam PSAK 105 paragraf 12: “Dana mudharabah yang disalurkan

oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat

pembayaran kas atau penyerahan asset non-kas kepada pengelola dana.”

Pada transaksi diatas belum sesuai karena BMT Al-Kariim mengakui

dana mudharabah yang dibayarkannya sebagai pembiayaan mudharabah

bukan sebagai investasi mudharabah sebagaimana yang terdapat pada (PSAK

105 paragraf 12).

Dalam PSAK 105 paragraf 16: ”Usaha mudharabah dianggap mulai

berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola

dana.”

Jika dilihat dari perlakuan akuntansi yang dilakukan BMT Al-Kariim,

usaha mudharabah mulai berjalan ketika BMT Al-Kariim mencairkan dana

mudharabah-nya ke rekening Bapak Ahmad. Maka transaksi ini sudah sesuai

dengan (PSAK 105 paragraf 16).

3) Apabila Bapak Ahmad membayar bagi hasil jika laba kotor yang

diperolehnya Rp. 10.000.000 beserta angsuran pokok Rp. 20.000.000

Page 98: Soraya Fsh

87

Rekening Debet KreditDr. Rekening Bapak Ahmad Rp. 60.000.000

Cr.Pembiayaan mudharabah Rp. 20.000.000Cr.Pendapatan Bagi hasil Rp. 40.000.000

Analisis transaksi diatas:

Pada transaksi diatas, Bapak Ahmad membayar angsuran

mudharabah Rp. 20.000.000 beserta bagi hasil Rp. 40.000.000

(Rp.10.000.000 x 40%).

Dalam PSAK 105 paragraf 9:”Pengembalian dana mudharabah dapat

dilakukan secara bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau

secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.”

Dalam hal ini, BMT Al-Kariim menetapkan ketentuan kepada nasabah

untuk pembayaran angsuran dilakukan bersamaan dengan bagi hasil. Sehingga

dapat disimpulkan untuk transaksi ini BMT Al-Kariim sudah sesuai dengan

(PSAK 105 Paragraf 9).

Dalam PSAK 105 paragraf 10: ”Jika dari pengelolaan dana

mudharabah menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk

pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang

disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad.”

BMT Al-Kariim mengakui pendapatannya sesuai dengan nisbah yang

telah disepakati dengan nasabah yaitu 40% dari laba kotor yang diperoleh

nasabah. Nisbah ini disepakati oleh kedua belah pihak sebagaimana yang telah

ditentukan dalam akad. Maka dapat disimpulkan bahwa transaksi yang

Page 99: Soraya Fsh

88

dilakukan oleh BMT Al-Kariim sudah sesuai dengan (PSAK 105 paragraf

10).

4) Jika pada saat jatuh tempo Bapak Ahmad tidak mampu

mengembalikan angsuran pokok Rp. 20.00.000.

Tidak dilakukan penjurnalan

Analisis transaksi diatas:

Dalam PSAK 105 Paragraf 19: ”Jika akad mudharabah berakhir

sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana,

maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.”

Pada transaksi diatas BMT Al-Kariim tidak melakukan penjurnalan

ketika nasabah tidak mampu mengembalikan sisa pokok angsuran

mudharabah. BMT hanya melakukan penjurnalan pada saat menerima kas

dari nasabah. Maka transaksi diatas tidak sesuai dengan (PSAK 105: Paragraf

19), jurnal yang seharusnya dibuat BMT Al-Kariim pada saat Bapak Ahmad

tidak membayar angsuran pokok adalah:

Rekening Debet KreditDr. Piutang investasi mudharabah jatuh tempo Rp.20.000.000

Cr. Investasi mudharabah Rp.20.000.000

Jadi ketika Bapak Ahmad membayar pokok, jurnal yang harus dibuat BMT:

Rekening Debet KreditDr. Kas/Rekening nasabah Rp.20.000.000

Cr. Piutang investasi mudharabah jatuh tempo

Rp.20.000.000

Page 100: Soraya Fsh

89

3. BMT EL-Syifa

Contoh kasus:

Bapak Rudi mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 3.000.000

untuk usaha es buah kolang-kaling. Untuk itu Bapak Rudi mengajukan

pembiayaan kepada BMT El-Syifa dan menyetujui pembiayaan tersebut

dengan ketentuan:

a) Biaya administrasi Rp. 60.000 (2% dari jumlah plafon), biaya materai

Rp.6.000

b) Nisbah disepakati nasabah: BMT = 60:40 dari laba bersih

c) Pembiayaan diberikan untuk jangka waktu 12 bulan.

d) Pembayaran angsuran Rp. 250.000/ bulan beserta bagi hasil.

1) Pada saat mengakui biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan

akad mudharabah: 11

Rekening Debet KreditDr.Kas Rp. 66.000

Cr.Pendapatan administrasi Rp. 60.000Cr. Persediaan Materai Rp. 6.000

Analisis transaksi diatas

Berdasarkan transaksi diatas, BMT El-Syifa mengakui biaya administrasi

Rp. 60.000 sebagai pendapatan administrasi. Biaya administrasi ditentukan

sebesar 2% dari jumlah plafon yang diberikan kepada nasabah. Pada BMT El-

11 Biaya administrasi ditentukan sebesar 2% dari plafond yang diberikan. Pada BMT El-Syifa tidak terdapata biaya notaris ataupun biaya asuransi

Page 101: Soraya Fsh

90

Syifa tidak terdapat biaya notaris dan asuransi. Di dalam PSAK 105,

pencatatan mengenai pengakuan biaya- biaya administrasi tidak ada

pembahasannya.

2) Pada saat pencairan investasi mudharabah Rp. 3.000.000 ke rekening

Bapak Rudi

Rekening Debet KreditDb.Pembiayaan mudharabah Rp. 3.000.000

Cr. Rekening Bapak Rudi Rp. 3.000.000

Analisis transaksi diatas

Berdasarkan transaksi diatas, BMT El-Syifa mengakui dana

mudharabah yang diberikan kepada Bapak Rudi sebagai pembiayaan

mudharabah pada saat penyerahan kas sehingga mengakibatkan

bertambahnya pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 3.000.000 sebelah debit

serta bertambahnya rekening Bapak Rudi disebelah kredit sebesar Rp.

3.000.000.

Dalam PSAK 105 paragraf 12: “Dana mudharabah yang disalurkan

oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat

pembayaran kas atau penyerahan asset non-kas kepada pengelola dana.”

Pada transaksi diatas belum sesuai karena BMT El-Syifa mengakui

dana mudharabah yang dibayarkannya sebagai pembiayaan mudharabah

bukan sebagai investasi mudharabah sebagaimana yang terdapat pada (PSAK

105 paragraf 12).

Page 102: Soraya Fsh

91

Dalam PSAK 105 paragraf 16: ”Usaha mudharabah dianggap mulai

berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola

dana.”

Jika dilihat dari perlakuan akuntansi yang dilakukan BMT El-Syifa,

usaha mudharabah mulai berjalan ketika BMT El-Syifa mencairkan dana

mudharabah-nya ke rekening Bapak Rudi. Maka transaksi ini sudah sesuai

dengan (PSAK 105 paragraf 16).

3) Apabila Bapak Rudi membayar bagi hasil jika laba bersih yang

diperolehnya Rp. 100.000 beserta angsuran pokok Rp. 250.000

Rekening Debet KreditDr. Rekening Bapak Rudi Rp. 290.000

Cr.Pembiayaan mudharabah Rp. 250.000Cr.Pendapatan Bagi hasil Rp. 40.000

Analisis transaksi diatas:

Pada transaksi diatas, Bapak Rudi membayar angsuran mudharabah

Rp. 250.000 beserta bagi hasil Rp. 40.000 (Rp. 100.000 x 40%).

Dalam PSAK 105 paragraf 9:”Pengembalian dana mudharabah dapat

dilakukan secara bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau

secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.”

Dalam hal ini, BMT El-Syifa menetapkan ketentuan kepada nasabah

untuk pembayaran angsuran mudharabah dilakukan bersamaan dengan bagi

hasil. Sehingga dapat disimpulkan untuk transaksi ini BMT El-Syifa sudah

sesuai dengan (PSAK 105 Paragraf 9).

Page 103: Soraya Fsh

92

Dalam PSAK 105 paragraf 10: ”Jika dari pengelolaan dana

mudharabah menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk

pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang

disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad.”

BMT El-Syifa mengakui pendapatannya sesuai dengan nisbah yang

telah disepakati dengan nasabah yaitu 40% dari laba yang diperoleh nasabah.

Nisbah ini disepakati oleh kedua belah pihak sebagaimana yang telah

ditentukan dalam akad. Maka dapat disimpulkan bahwa transaksi yang

dilakukan oleh BMT El-Syifa sudah sesuai dengan (PSAK 105 paragraf 10).

4) Jika Bapak Rudi telat membayar angsuran pokok Rp. 250.000

Tidak dilakukan penjurnalan

Analisis transaksi diatas:

Dalam PSAK 105 Paragraf 19: ”Jika akad mudharabah berakhir

sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana,

maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.”

Pada transaksi diatas BMT El-Syifa tidak melakukan penjurnalan

ketika nasabah tidak mampu mengembalikan pokok angsuran mudharabah.

BMT hanya melakukan penjurnalan pada saat menerima kas dari nasabah.

Untuk setiap penunggakan angsuran, BMT El-Syifa mengenakan denda yang

besarnya ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak sebagaimana

yang terdapat di dalam akad. Maka transaksi diatas tidak sesuai dengan

Page 104: Soraya Fsh

93

(PSAK 105 Paragraf 19), jurnal yang seharusnya dibuat BMT El-Syifa pada

saat Bapak Rudi tidak membayar angsuran pokok adalah:

Rekening Debet KreditDr. Piutang investasi mudharabah jatuh tempo Rp. 250.000

Cr. Investasi mudharabah Rp.250.000

Jadi ketika Bapak Rudi membayar pokok, jurnal yang harus dibuat BMT:

Rekening Debet KreditDr. Kas/Rekening nasabah Rp.250.000

Cr. Piutang investasi mudharabah jatuh tempo

Rp.250.000

4. BMT Daarul Qur’an

Contoh kasus:

Bapak Andi mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 10.000.000

untuk usaha warung sembako. Untuk itu Bapak Andi mengajukan pembiayaan

kepada BMT Daarul Qur’an. Dan BMT Daarul Qur’an menyetujui

pembiayaan tersebut dengan ketentuan:

a) Biaya administrasi Rp. 100.000 (1% dari jumlah plafon), biaya materai

Rp.6.000 dan biaya asuransi Rp. 20.000

b) Nisbah disepakati nasabah: BMT = 70:30 dari laba kotor

c) Pembiayaan diberikan untuk jangka waktu 10 bulan.

d) Pembayaran angsuran Rp. 1.000.000/ bulan beserta bagi hasil.

1) Pada saat mengakui biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan

akad mudharabah

Page 105: Soraya Fsh

94

Rekening Debet KreditDr.Kas Rp. 126.000

Cr.Pendapatan administrasi Rp. 100.000Cr. Persediaan materai Rp. 6.000Cr. Titipan premi asuransi pembiayaan Rp. 20.000

Pada saat pembayaran premi asuransi kepada perusahaan asuransi:

Rekening Debet KreditDr. Titipan premi asuransi pembiayaan Rp. 20.000

Cr.Kas Rp. 20.000

Analisis transaksi diatas

Dalam penjurnalan transaksi biaya-biaya, biaya administrasi yang dibayar

oleh nasabah Rp. 100.000 diakui sebagai pendapatan administrasi oleh BMT

Daarul Qur’an. Adapun biaya materai Rp. 6.000 yang dibayar nasabah diakui

dengan mengkredit rekening persediaan materai. Sedangkan untuk biaya

asuransi, BMT mengakuinya sebagai titipan premi asuransi karena BMT tidak

langsung membayarkan premi kepada perusahaan asuransi. Dalam PSAK 105,

pencatatan mengenai pengakuan biaya-biaya sehubungan dengan akad tidak

ada pembahasannya. Untuk itu, BMT Daarul Qur’an membuat pencatatan

sendiri untuk mengakui biaya administrasi yang telah diterimanya sebagai

pendapatan.

2) Pada saat pencairan investasi mudharabah Rp.10.000.000 ke

rekening Bapak Andi

Rekening Debet KreditDb.Pembiayaan mudharabah Rp. 10.000.000

Cr. Rekening Bapak Rudi Rp. 10.000.000

Page 106: Soraya Fsh

95

Analisis transaksi diatas

Berdasarkan transaksi diatas, BMT Daarul Qur’an mengakui dana

mudharabah yang diberikan kepada Bapak Andi sebagai pembiayaan

mudharabah pada saat penyerahan kas sehingga mengakibatkan

bertambahnya pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 10.000.000 sebelah debit

serta bertambahnya rekening Bapak Andi disebelah kredit sebesar Rp.

10.000.000.

Dalam PSAK 105 paragraf 12: “Dana mudharabah yang disalurkan

oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat

pembayaran kas atau penyerahan asset non-kas kepada pengelola dana.”

Pada transaksi diatas belum sesuai karena BMT Daarul Qur’an

mengakui dana mudharabah yang dibayarkannya sebagai pembiayaan

mudharabah bukan sebagai investasi mudharabah sebagaimana yang terdapat

pada (PSAK 105 paragraf 12).

Dalam PSAK 105 paragraf 16: ”Usaha mudharabah dianggap mulai

berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola

dana.”

Jika dilihat dari perlakuan akuntansi yang dilakukan BMT Daarul

Qur’an, usaha mudharabah mulai berjalan ketika BMT mencairkan dana

mudharabah-nya ke rekening Bapak Andi. Maka transaksi ini sudah sesuai

dengan (PSAK 105 paragraf 16).

Page 107: Soraya Fsh

96

3) Apabila Bapak Andi membayar bagi hasil jika laba kotor yang

diperoleh Rp. 1000.000 beserta angsuran pokok Rp. 1.000.000

Rekening Debet KreditDr. Rekening Bapak Andi Rp. 1.300.000

Cr.Pembiayaan mudharabah Rp. 1.000.000Cr.Pendapatan Bagi hasil Rp. 300.000

Analisis transaksi diatas:

Pada transaksi diatas, Bapak Andi membayar angsuran mudharabah

Rp. 1.000.000 beserta bagi hasil Rp. 300.000 (Rp. 1000.000 x 30%).

Dalam PSAK 105 paragraf 9:”Pengembalian dana mudharabah dapat

dilakukan secara bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau

secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.”

Dalam hal ini, BMT Daarul Qur’an menetapkan ketentuan kepada

nasabah untuk pembayaran angsuran mudharabah dilakukan bersamaan

dengan bagi hasil. Sehingga dapat disimpulkan untuk transaksi ini BMT

Daarul Qur’an sudah sesuai dengan (PSAK 105 Paragraf 9).

Dalam PSAK 105 paragraf 10: ”Jika dari pengelolaan dana

mudharabah menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk

pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang

disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad.”

BMT Daarul Qur’an mengakui pendapatannya sesuai dengan nisbah

yang telah disepakati dengan nasabah yaitu 30%. Nisbah ini disepakati oleh

kedua belah pihak sebagaimana yang telah ditentukan dalam akad. Maka

Page 108: Soraya Fsh

97

dapat disimpulkan bahwa transaksi yang dilakukan oleh BMT Daarul Qur’an

sudah sesuai dengan (PSAK 105 paragraf 10).

4) Jika Bapak Andi telat membayar angsuran Rp. 1.000.000

Tidak dilakukan penjurnalan

Analisis transaksi diatas:

Dalam PSAK 105 Paragraf 19: ”Jika akad mudharabah berakhir

sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana,

maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.”

Pada transaksi diatas BMT Daarul Qur’an tidak melakukan

penjurnalan ketika nasabah telat membayar angsuran pokok mudharabah.

BMT hanya melakukan penjurnalan pada saat menerima kas dari nasabah.

Sama halnya dengan BMT El-Syifa, BMT Daarul Qur’an mengenakan denda

pada setiap penunggakan angsuran yang besarnya ditentukan berdasarkan

kesepakatan kedua belah pihak. Maka transaksi diatas tidak sesuai dengan

(PSAK 105: Paragraf 19), jurnal yang seharusnya dibuat BMT Daarul Qur’an

pada saat Bapak Andi tidak membayar angsuran pokok adalah:

Rekening Debet KreditDr. Piutang investasi mudharabah jatuh tempo Rp. 1.000.000

Cr. Investasi mudharabah Rp.1.000.000

Page 109: Soraya Fsh
Page 110: Soraya Fsh
Page 111: Soraya Fsh
Page 112: Soraya Fsh

101

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan penulis, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Transaksi yang dilakukan BMT masih belum sesuai dengan PSAK 105 antara

lain:

a. Ketidaksesuaian perlakuan akuntansi terjadi pada saat keempat BMT yaitu

BMT Ta’awun, BMT Al-Kariim, BMT El-Syifa dan BMT Daarul Qur’an

mengakui dana mudharabah yang disalurkan sebagai pembiayaan

mudharabah pada saat penyerahan kas atau aset non kas kepada nasabah.

Menurut PSAK 105, dana mudharabah yang disalurkan pada saat

pembayaran kas atau aset non kas kepada nasabah diakui sebagai investasi

mudharabah.

a. Ketidaksesuaian perlakuan akuntansi juga terjadi pada saat nasabah

menunggak angsuran. Keempat BMT yaitu BMT Ta’awun, BMT Al-

Kariim, BMT El-Syifa dan BMT Daarul Qur’an tidak melakukan

penjurnalan pada saat nasabah menunggak angsuran pembiayaan. Dalam

PSAK 105 disebutkan bahwa Jika akad mudharabah berakhir sebelum

Page 113: Soraya Fsh

102

atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka

investasi mudharabah diakui sebagai piutang.

B. Saran

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyarankan agar pihak BMT

menerapkan PSAK 105 (akuntansi pemilik dana) sebagai acuan dalam

perlakuan akuntansinya dan selalu mengupdate setiap revisi yang dilakukan

oleh IAI selaku organisasi yang mengatur standar akuntansi keuangan di

Indonesia.

2. Untuk perguruan tinggi, penelitian selanjutnya agar dapat dilakukan dengan

materi yang sama tetapi pada lembaga keuangan yang berbeda karena ternyata

tidak semua lembaga keuangan syariah mengacu pada PSAK 105 atau pada

sampel yang lebih luas lagi.

3. Untuk Kementrian Koperasi Indonesia yang menaungi seluruh koperasi di

Indonesia agar memberikan informasi teraktual mengenai PSAK terbaru yang

berkaitan dengan sistem pencatatan akuntansi di koperasi karena dari 4 BMT

yang diteliti, belum mengetahui akan adanya PSAK terbaru yang merevisi

PSAK 59.

Page 114: Soraya Fsh

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul Karim

A.Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisi Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT Raja

Grafindo, 2008. Ayu Kartini, Ajeng. “Analisis perlakuan akuntansi Ijarah pada lembaga keuangan

mikro syariah Studi pada BMT Ta’awun dan BMT Al-Fath”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009

Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam . Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2009. Anggota IKAPI. Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Lima Undang-Undang

Moneter & Perbankan. Bandung: Fokusmedia, 2009. Antonio, M. Syafi’I. Bank Syariah dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema Insani

Press, 2001. Ash-Shawi, Shaleh dan al-Muslih, Abdullah. Fikih Ekonomi Keuangan Islam.

Penerjemah Abu Umar Basyir. Jakarta: Darul Haq, 2004. Azis, M.amin dan Rahmadi. Akuntansi BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2006. Dahlan, Abdul Azis. Ensiklopedi Hukum Islam, cet.I. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoe,

1996. Djazuli dan Janwari, Yadi. Lembaga-lembaga perekonomian Umat. Jakarta: PT Raja

Grafindo, 2002. Dunil, Z. Kamus Istilah Perbankan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 2004. Efferin, Suyoko.dkk. Metode Penelitian untuk akuntansi. Malang: Bayumedia

Publishing, 2004. Fatwa DSN MUI No: 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat,

2009.

Page 115: Soraya Fsh

Isriani dan Muhammad giharto. Kamus perbankan syariah: Dilengkapi Penjelasan Singkat & Perbandingan Dengan Bank Konvensional, cet.I. Jakarta: Marja, 2007.

Lathif, AH. Azharudin. Fiqh Mu’amalat. Jakarta: UIN Jakarta Press,2006. Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat, 2002. , Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Muslehuddin, Muhammad. Sistem Perbankan Dalam Islam, cet.III. Penerjemah Drs.

Aswin Simamora. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004. Nurhayati dan wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat,

2008. Rahman, Fajar. “Penerapan Akuntansi Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah”.

Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2008.

S. Harahap, Sofyan. Akuntansi Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2002.

Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar, Ed.V. Jakarta: Salemba Empat, 2004.

Soemitra, Andri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2009. Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, edisi III. Jakarta: Ekonisia,

2008. Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2005. Sultony,Naidy. “Analisis Kesesuaian PSAK 102 Terhadap Perlakuan Akuntansi

Murabahah pada PT.BTN Syariah Jakarta”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010

Sumitro, Warkum. Asas-asas Perbankan Islam & Lembaga-Lembaga Terkait

(Bamui, Takaful Dan Pasar Modal Syariah). Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004. Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah: Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum. Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2009.

Page 116: Soraya Fsh

Suwiknyo, Dwi. Pengantar Akuntansi Syariah, Lengkap dengan Kasus-Kasus Penerapan PSAK Syariah untuk Perbankan Syariah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).

Triandaru, Sigit dan Totok. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba

Empat, 2009. Wawancara dengan Bapak Andrie, Manager Marketing. Jakarta, 2 Maret 2011. Wawancara dengan Bapak Ahmad Ruslan, General Manager BMT El-Syifa.

Ciganjur, 11 Maret 2011. Wawancara dengan Bapak Irwansyah, Kepala Bagian Marketing BMT Ta’awun.

Cipulir, 25 Februari 2011 Wawancara dengan Bapak Muhammad Lukman, General manager BMT Daarul

Qur’an. Menteng dalam tebet, 15 Maret 2011 Wawancara dengan Bapak Subandikot, General manager BMT Ta’awun. Cipulir, 25

Februari 2011 Widodo, Hertanto.dkk. Panduan praktis operasional Baitul Maal, cet.II. Bandung:

Mizan, 2000. Yaya, Rizal. dkk. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat, 2009. Al-Barra, Diyana. “Evaluasi akuntansi praktik penghimpunan dana & pembiayaan di

BMT Yogyakarta (studi kasus pada BMT Artha mulia insani dan BMT Al-Ikhlas Yogyakarta)”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta,2006. Diakses dari rac.uii.ac.id/server/document/Public/2008050502405801312119.pdf

Basuki, Agus. “Akuntansi Baitul Mal Wa Tamwil (Bmt) Arafah Solo (Perspektif

Pernyataan Standar Keuangan (PSAK) syariah 2007.”diakses pada 11 Oktober 2010. http://etd.eprints.ums.ac.id/7783/

BMT Isra Indramayu, “Optimalisasi Keunggulan BMT bagi Pengembangan Ekonomi

Rakyat”, artikel diakses pada 16 juli 2011dari http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=373821131183&i&index=0

“Harus jemput bola.” Jurnal nasional, 24 Mei 2011 , diakses pada 16 Juli dari

http://nasional.jurnas.com/newspaper/20110524

Page 117: Soraya Fsh

http://saripedia.wordpress.com/2010/08/23/majalah%C2%A0akuntan%C2%A0indonesia/diakses pada 15 november 2010

Imaduddin, Muhammad, “Mudharabah dan Optimalisasi Sektor Riil.” Artikel diakses

pada 11 oktober 2010 dari http://zonaekis.com/mudharabah-dan-optimalisasi-sektor-riil#more-1308

Laporan perkembangan perbankan syariah 2010 diakses dari www.bi.go.id Mhd. Ali, Nuruddin, “Tujuan Ekonomi Dalam Islam”. Artikel diakses pada 16

november2010dari http://www.db2.wikispaces.com/.../sm2003+Tujuan+Keuangan+Syariah.

Munthe, Mulia Ginting, “Pinbuk inisiasi kelahiran 3.872 BMT”. Artikel diakses pada

20 mei 2011dari http://www.bisnis.com/ekonomi/mikro-ukm/14705-pibuk-berhasil-inisiasi-kelahiran-3872-bmt.html

“Pengertian laporan keuangan.” diakses pada 20 Oktober 2010 dari

www.wikipedia.comwww.wikipedia.com “Produk perbankan syariah”, Republika, 28 April 2011. diakses pada 14 mei 2011

dari http://www.republika.co.id/berita/syariah/keuangan/11/04/28/lkcpm9-murabahah-masih-dominasi-produk-perbankan-syariah

Rismawati, Nafi. “Analisis Penerapan Akuntansi Sistem Bagi Hasil Pembiayaan

Mudharabah pada BMT Syariah Ummat Lumajang”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Malang, 2006. Diakses dari http://student-research.umm.ac.id/print/student_research_4593.html

Statistik perbankan syariah per maret 2011 diakses dari www.bi.go.id. Syauqi Beik, Msc., Irfan “Bank Syariah dan Pengembangan Sektor riil”, artikel

diakses pada 15 november 2010 dari http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/ekonomisyariah

Triyanti, Dian. “Perlakuan Akuntansi Terhadap Bagi Hasil Bank Syariah Ditinjau

Dari Sistem Pendanaan, Sistem Pembiayaan, Dan Laporan Keuangan Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta”, diakses pada 17 November 2010. http://etd.eprints.ums.ac.id/2443/

Umam, Khaerul. “Strategi Optimalisasi Peran Bmt Sebagai Penggerak Sektor

Usaha Mikro”, artikel diakses pada 16 juli 2011 dari

Page 118: Soraya Fsh

http://khaerul21.wordpress.com/2009/10/15/%E2%80%9Cstrategi-optimalisasi-peran-bmt-sebagai-penggerak-sektor-usaha-mikro%E2%80%9D/

Widodo, Maryanto.“Analisis perlakuan akuntansi terhadapPembiayaan murabahah

pada BPRS Bhakti haji malang”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Malang, 2009 diakses dari skripsi.umm.ac.id/.../jiptummpp-gdl-s1-2009-maryantowi-16573-