sop pengukuran stok karbon

Upload: eta-fanani-ar

Post on 23-Feb-2018

262 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    1/34

    Prosedur Operasi Standar (SOP) untukPengukuran Stok Karbon di Kawasan Konservasi

    Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan KebijakanBadan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,

    Kementerian Kehutanan, IndonesiaKerjasama Dengan:

    International Tropical Timber Organization (ITTO)Bogor, 2011

    Oleh:Mega Lugina

    Kirsfianti Linda GinogaAri Wibowo

    Afiefah BainnauraTian Partiani

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    2/34

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    3/34

    ii

    Prosedur Operasi Standar untuk Pengukuran dan

    Perhitungan Stok Karbon di Kawasan Konservasi

    ISBN: 978-602-99985-8-0

    Laporan Teknis No 14, Desember 2011.

    Oleh :

    Mega Lugina, Kirsfianti L Ginoga, Ari Wibowo, Afiefah Bainnaura, Tian Partiani

    Informasi ini merupakan bagian dari kegiatan 2.1.2, program ITTO PD 519/08 Rev.1 (F):

    Tropical Forest Conservation For Reducing Emissions From Deforestation And Forest

    Degradation And Enhancing Carbon Stocks In Meru Betiri National Park, Indonesia.

    Kerjasama Antara:

    Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan (Center for

    Climate Change and Policy Research and Development)

    Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor, Jawa Barat, Indonesia

    Tel: +62-251-8633944

    Fax: +62-251-8634924

    Email:[email protected]

    Website: http://ceserf-itto.puslitsosekhut.web.id

    LATINTthe Indonesian Tropical Institute

    Jl. Sutera No. 1 Situgede, Bogor, Jawa Bara,t IndonesiaTel: +62-251-8425522/8425523

    Fax: +62-251-8626593Email:[email protected] [email protected]

    Website: www.latin.or.id

    Taman Nasional Meru Betiri, Kementerian Kehutanan

    Jalan Siriwijaya 53, Jember, Jawa Timur, Indonesia

    Tel: +62-331-335535

    Fax: +62-331-335535

    Email:[email protected]

    Website:www.merubetiri.com

    Copyright 2011.

    Diterbitkan oleh:

    Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

    Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

    Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610

    Tel/Fax: +62-251-8633944

    Email:[email protected]

    Web site: http://ceserf-itto.puslitsosekhut.web.id

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]://www.latin.or.id/mailto:[email protected]://www.merubetiri.com/mailto:[email protected]:[email protected]://www.merubetiri.com/mailto:[email protected]://www.latin.or.id/mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    4/34

    iii

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi................................................................................................................. iii

    Daftar Gambar........................................................................................................ iv

    Ringkasan............................................................................................................... v1. PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

    1.1. Latar Belakang............................................................................................... 11.2. Tujuan............................................................................................................ 2

    2. INFORMASI UMUM............................................................................................ 2

    2.1. Perubahan Iklim dan Karbon.......................................................................... 2

    2.2. Peran Hutan dalam Perubahan Iklim.............................................................. 3

    2.3. Mengapa karbon perlu diukur?...................................................................... 3

    2.4. Bagaimana mengukur karbon?....................................................................... 3

    3. METODE PENGUKURAN DAN PENGHITUNGAN KARBON HUTAN....... 6

    3.1. Prinsip ............................................................................................................ 6

    3.2. Peralatan ........................................................................................................ 6

    3.3. Metode Pengambilan contoh (sampling technique) ...................................... 7

    3.4. Prosedur pengukuran biomasa di lima carbon pool....................................... 8

    3.5. Penghitungan cadangan karbon ..................................................................... 11

    3.6. Penghitungan karbon ..................................................................................... 12

    4. PENGHITUNGAN CADANGAN KARBON TOTAL....................................... 13

    4.1 Penghitungan cadangan karbon per hektar pada tiap plot.............................. 13

    4.2. Penghitungan cadangan karbon total dalam plot........................................... 14

    4.3. Penghitungan cadangan karbon total dalam stratum..................................... 17

    4.4. Penghitungan cadangan karbon total dalam suatu areal................................ 18

    5. PENUTUP .................................................................................. ........................... 19

    6. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 20

    7. LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 21

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    5/34

    iv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Kategori penutupan lahan di Indonesia dan kategori dalam IPCC GL

    2006 ......................................................................................................

    Tabel 2 Angka default nisbah pucuk akar .........................................................

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Siklus karbon (Sumber: Adhi, 2008)..................................................... 3

    Gambar 2 Contoh bentuk plot persegi .................................................................. 6

    Gambar 3 Contoh bentuk plot lingkaran ............................................................... 6

    Gambar 4 Bentuk Permanent Sample Plot (PSP) di TNMB.................................. 7

    Gambar 5 Pengukuran diameter setinggi dada pada berbagai kondisi pohon ....... 8Gambar 6 Perhitungan tinggi pada beberapa karakteristik pohon ........................ 9

    Gambar 7 Tingkat keutuhan pohon mati ............................................................... 11

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    6/34

    v

    RINGKASAN

    Kegiatan REDD+ merupakan salah satu upaya mitigasi atau pengurangan emisi akibatperubahan iklim di sektor kehutanan dengan cara mengurangi emisi dari deforestasi,

    degradasi serta konservasi, SFM dan peningkatan stok karbon. Mekanisme REDD+ sampaisaat ini masih dalam proses negosiasi di tingkat internasional melalui sidang-sidang COP

    dari UNFCCC. Salah satu komponen penting untuk pelaksanaan REDD+ adalah

    pengukuran, pelaporan dan verifikasi (MRV) yang transparan, komparabel, koheren,

    lengkap dan akurat. Tantangan untuk membangun MRV adalah bagaimana masyarakat danpara pihak terkait mengetahui dan dapat melakukan pengukuran yang kredibel dalam

    pemantauan penurunan emisi melalui perhitungan cadangan karbon (penambahan atau

    pengurangan cadangan). Penyusunan SOP pengukuran REDD+ merupakan salah satu

    upaya meningkatkan kesiapan dan kapasitas masyarakat dan para pihak dalam mendukung

    upaya mitigasi perubahan iklim melalui kegiatan REDD+. SOP yang mengacu kepada

    RSNI dan IPCC GL 2006 ini diharapkan dapat menjadi petunjuk untuk mengukur stok

    karbon di berbagai tipe lahan termasuk yang berada di kawasan konservasi.

    Kata Kunci: Karbon stok, TN Merubetiri, kawasan konservasi, tanah mineral.

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    7/34

    1

    1.

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Kegiatan REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Degradation)

    merupakan salah satu upaya mitigasi atau pengurangan emisi akibat perubahan

    iklim di sektor kehutanan dengan cara mengurangi emisi dari deforestasi, degradasi

    serta konservasi, SFM dan peningkatan stok karbon. Mekanisme REDD+ sampai

    saat ini masih dalam proses negosiasi di tingkat internasional melalui sidang-sidang

    COP (Convention of Parties) dari UNFCCC (United Nation Framework Convention

    on Climate Change). Minat untuk melaksanakan REDD+ di Indonesia cukup

    tinggi. Sampai saat ini tercatat sekitar 40 kegiatan percontohan (Demonstration

    Activitiesatau DA) REDD di Indonesia sebagai proses awal pembelajaran REDDsebelum diimplementasikan secara penuh.

    Aksi pengurangan emisi suatu negara harusMeasurable(dapat diukur),Reportable

    (dapat dilaporkan), Verifiable(dapat diverifikasi) atau MRV. Presiden memberikan

    arahan agar Indonesia harus siap dengan MRV nasional yang sesuai standar

    internasional. Meskipun demikian sebaiknya MRV nasional dengan standar

    internasional tersebut tetap mempertimbangkan biaya yang efektif (cost effective).

    REDD+ dipandang sebagai mekanisme penurunan emisi yang berpotensi besar.

    Prinsip MRV yang diterapkan untuk REDD+, yaitu:

    Menggunakan IPCC Guidelines terbaru (2006) : AFOLU (Agriculture,

    Forestry, Other Land Use)

    Kombinasi pengukuran lapangan dan hasil citra satelit (remote-sensing &

    ground-based inventory)

    Memperhitungkan 5 sumber karbon (carbon pools)

    Hasil penghitungan : transparan dan terbuka untuk review.

    Dengan demikian, salah satu komponen penting untuk pelaksanaan REDD+ adalah

    pengukuran, pelaporan dan verifikasi (MRV) yang transparan, komparabel,

    koheren, lengkap dan akurat. Tantangan untuk membangun MRV adalah bagaimana

    masyarakat dan para pihak terkait mengetahui dan dapat melakukan pengukuran

    yang kredibel dalam pemantauan penurunan emisi melalui perhitungan cadangan

    karbon (penambahan atau pengurangan cadangan)

    Taman Nasional Merubetiri seluas 58.000 ha di Jawa Timur, merupakan salah satu

    DA REDD+ di Indonesia yang mewakili kawasan konservasi, dengan dukungan

    biaya dari ITTO dan partner seven and i. Kegiatan utama DA REDD+ di TNMB

    adalah peningkatan partisipasi masyarakat dan mengembangkan sistem yang MRV

    dalam monitoring emisi dan perhitungan karbon.

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    8/34

    2

    Untuk mendukung MRV perhitungan emisi termasuk REDD+ harus didasarkan

    kepada data perubahan tutupan hutan dari hasil remote sensing, dan pengukuran

    karbon di lapangan. IPCC-GL (2006), memberikan petunjuk tentang 5 sumber

    karbon (carbon pools) yang harus diukur melalui pengukuran lapangan. Metode

    pengukuran karbon di lapangan dengan menempatkan plot-plot contoh telah

    dikembangkan (IPCC GL, 2006, Kurniatun dan Rahayu, 2007, GOFC-Gold, 2009).

    Lima sumber karbon tersebut adalah :

    1. Biomas di atas tanah (above ground biomass),

    2. Biomas di bawah tanah (below ground biomass),

    3. Pohon yang mati (dead wood),

    4. Seresah (litter),

    5. Tanah (Soil)

    6. Sumber karbon ke 6 yaitu kayu yang dipanen (harvested wood products) belumdiperhitungkan.

    1.2. Tujuan

    Penyusunan SOP pengukuran karbon bertujuan untuk memberikan petunjuk praktis

    dalam pelaksanaan pengukuran dan perhitungan karbon terutama di kawasan

    konservasi, sebagai salah satu upaya meningkatkan kesiapan dan kapasitas

    masyarakat dan para pihak dalam mendukung mitigasi perubahan iklim melalui

    kegiatan REDD+, yang mudah diikuti, komparabel dan diakui secara internasional.

    2. INFORMASI UMUM

    2.1. Perubahan Iklim dan Karbon

    Terjadinya perubahan iklim telah banyak dibuktikan secara ilmiah. Saat ini

    perubahan iklim telah menimbulkan bencana baru bagi manusia. Musim kemarau

    yang semakin panjang serta musim penghujan yang relatif pendek dengan intensitas

    hujan yang tinggi merupakan bukti nyata adanya perubahan iklim. Hal iniberdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia seperti kekeringan yang

    berkepanjangan, gagal panen, krisis pangan, air bersih, pemanasan muka laut serta

    banjir dan longsor. Berbagai studi menyebutkan bahwa negara berkembang yang

    akan paling menderita karena tidak mampu membangun struktur untuk beradaptasi,

    walaupun dampak perubahan iklim juga dirasakan negara maju (IPCC, 2006, Stern,

    2007).

    Perubahan iklim ini terjadi karena peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK)

    yaitu CO2, CH4, N2O, HFC, PFC dan SF6 di atmosfer. Peningkatan emisi

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    9/34

    3

    diakibatkan oleh proses pembangunan dan industri berbahan bakar migas (BBM)

    yang semakin meningkat dan kegiatan penggunaan lahan serta alih guna lahan dan

    kehutanan (LULUCF = Land Use, Land Use Change and Forestry yang sekarang

    disebut sebagai AFOLU = Agriculture, Forestry and Land Use). Hasil studi oleh

    Stern (2007) untuk tingkat dunia, menunjukkan sumber emisi terbesar berasal dari

    sektor energi yaitu pembangkit listrik 24 %, industri 14 %, transportasi 14 %,

    konstruksi 8 % dan sumber energi lain 5 %. Emisi dari sektor non energi yaitu

    perubahan lahan termasuk kehutanan 18 %, pertanian 14 % dan limbah 3 %.

    Karbon merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan sehari-hari dan

    berperan sebagai pembentuk gas rumah kaca (GRK). Di sektor kehutanan,

    kontribusi terhadap GRK terutama disebabkan oleh gas karbon dioksida (CO2).

    GRK lain yang mengandung unsur karbon adalah gas metan (CH4), Hidro Fluoro

    Carbon (HFC), dan PFC. Konsentrasi gas-gas ini dalam skala global secara

    kumulatif dipengaruhi langsung oleh aktivitas manusia, meskipun gas-gas tersebut

    juga terjadi secara alamiah. Gambaran siklus karbon dapat dilihat pada Gambar

    berikut.

    Gambar 1. Siklus karbon (Sumber: Adhi, 2008 )

    2.2. Peran Hutan dalam Perubahan Iklim

    Perubahan iklim global terjadi akibat terganggunya keseimbangan energi antara

    bumi dan atmosfir. Keseimbangan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan GRK

    yang saat ini sudah mencapai tingkat yang membahayakan iklim bumi dan

    keseimbangan ekosistemnya. Konsentrasi GRK di atmosfer meningkat sebagai

    http://gurungeblog.files.wordpress.com/2008/11/daur-karbon.jpg
  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    10/34

    4

    akibat adanya pengelolaan lahan yang kurang tepat, seperti adanya pembakaran

    vegetasi hutan dan penebangan hutan dalam skala luas (Hairiah, 2007).

    Hutan alami merupakan penyerap penyimpan karbon (C) tertinggi bila

    dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan lainnya, dikarenakan keragamanpohonnya yang tinggi, kerapatan tumbuhan bawah, dan seresah di permukaan tanah

    yang banyak. Bila hutan diubah fungsinya atau menurun kerapatannya maka jumlah

    C tersimpan akan berkurang atau bahkan hilang (Hairiah, 2007).

    Dalam konteks perubahan iklim, hutan dapat berperan baik sebagai sink

    (penyerap/penyimpan karbon) maupun source (pengemisi karbon). Deforestasi dan

    degradasi meningkatkan source, sedangkan aforestasi, reforestasi dan kegiatan

    pertanaman lainnya serta konservasi hutan meningkatkan sink. Dalam pengelolaan

    hutan lestari penyerapan karbon merupakan jasa yang dapat diberikan oleh sektor

    kehutanan. Sebaliknya kegiatan kehutanan yang berhubungan dengan serapan

    karbon akan mendukung pengelolaan hutan lestari. Misalnya kegiatan aforestasi,

    reforestasi dan mencegah deforestasi.

    2.3. Mengapa karbon perlu diukur?

    Cadangan karbon pada dasarnya merupakan banyaknya karbon yang tersimpan pada

    vegetasi, biomas lain dan di dalam tanah. Upaya pengurangan konsentrasi GRK di

    atmosfer (emisi) adalah dengan mengurangi pelepasan CO2 ke udara. Untuk itu,

    maka jumlah CO2di udara harus dikendalikan dengan jalan meningkatkan jumlahserapan CO2 oleh tanaman sebanyak mungkin dan menekan pelepasan emisi

    serendah mungkin. Jadi, mempertahankan keutuhan hutan alami, menanam

    pepohonan pada lahan-lahan pertanian dan melindungi lahan gambut sangat penting

    untuk mengurangi jumlah CO2yang berlebihan di udara (Hairiah, 2007).

    Jumlah cadangan karbon tersimpan ini perlu diukur sebagai upaya untuk mengehui

    besarnya cadangan karbon pada saat tertentu dan perubahannya apabila terjadi

    kegiatan yang manambah atau mengurangi besar cadangan. Dengan mengukur,

    dapat diketahui berapa hasil perolehan cadangan karbon yang terserap dan dapat

    dilakukan sebagai dasar jual beli cadngan karbon. Dimana negara maju atau

    industry mempunyai kewajiban untuk memberi kompensasi kepada negara atau

    siapapun yang dapat mengurangi emisi atau meningkatkan serapan.

    2.4. Bagaimana mengukur karbon?

    Pada ekosistem daratan, C tersimpan dalam 3 komponen pokok yang merupakan

    parameter yang diukur di tingkat plot (IPCC, 2006). Komponen-komponen tersebut,

    yaitu:

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    11/34

    5

    1. Biomasa: masa dari bagian vegetasi yang masih hidup, yaitu:

    - Atas tanah: tajuk pohon, tumbuhan bawah (semai, pancang), gulma dan

    tanaman semusim

    - Bawah tanah: akar

    2. Nekromasa: masa dari bagian pohon yang telah mati, yaitu:

    - Seresah dipermukaan tanah

    - Tunggul/kayu mati/cabang dan ranting

    3. Bahan organik tanah: sisa makhluk hidup (tanaman, hewan dan manusia) yang

    telah mengalami pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya dan telah

    menjadi bagian dari tanah.

    3. METODE PENGUKURAN DAN PENGHITUNGAN KARBON

    HUTAN

    3.1. Prinsip

    Menghitung total cadangan karbon hutan didasarkan pada kandungan biomasa dan

    bahan organik pada lima sumber karbon (carbon pools) yaitu biomasa atas

    permukaan tanah, biomasa bawah permukaan tanah, kayu mati, serasah dan bahan

    organik tanah).

    3.2. Peralatan

    alat penentu posisi koordinat (GPS), dengan tingkat kesalahan jarak

    horizontal maksimal 10 m;

    alat pengukur diameter pohon (phi band);

    alat pengukur panjang;

    alat pengukur kelerengan (clinometer);

    alat pengukur tinggi pohon;

    alat pengambil contoh tanah (ring soil sampler);

    alat pengukur berat (timbangan) dengan ketelitian 0,5%;

    kompas;

    peta kerja;

    gergaji kecil;

    gunting stek;

    oven;

    tally sheet;

    wadah contoh.

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    12/34

    6

    3.3. Metode Pengambilan contoh (sampli ng technique)

    3.3.1. Menyiapkan rancangan pengambilan contoh (Sampl ing design)

    Teknik pengambilan contoh yang digunakan adalah pengambilan contoh berlapis(stratified sampling) secara sistematik (stratified systematic sampling ) atau acak

    (simple random sampling), dengan toleransi kesalahan (sampling error) maksimal

    20% (RSNI, 2011).

    3.3.2 Melakukan Stratifikasi

    Stratifikasi bertujuan mengelompokkantapak berdasarkan peta tutupan lahan (land

    cover) yang diperoleh dari interpretasi citra satelit dengan resolusi paling rendah 30

    m. Contoh stratifikasi adalah hutan primer, hutan sekunder, hutan tanaman,tanaman perkebunan, pemukiman dan lain-lain. IPCC GL 2006 membagi kelas

    penutupan lahan berdasarkan kriteria penutupan lahan oleh IPCC GL 2006, yaitu

    Lahan Hutan (Forest Land/FL), Lahan Pertanian (Crop Land/CL), Lahan Padang

    Rumput (Grass Land/GL), Lahan Basah (Wet Land/WL), Pemukiman

    (Settlement/S) dan Lahan Lainnya (Other Land/OL). Direktorat Jenderal Planologi

    Kehutanan membagi kategori penutupan lahan sebagai berikut:

    Tabel 1. Kategori penutupan lahan di Indonesia dan kategori dalam IPCC GL 2006

    Kategori Hutan Kategori IPCC 20061. Hutan Lahan Kering Primer FL

    2. Hutan Rawa Primer FL

    3. Hutan Mangrove Primer FL

    4. Hutan Lahan Kering Sekunder FL

    5. Hutan Rawa Sekunder FL

    6. Hutan Mangrove Sekunder FL

    7. Hutan Tanaman FL

    Area Penggunaan Lain (APL)

    8. Belukar GL9. Belukar rawa WL

    10. Tanah terbuka OL

    11. Rawa WL

    12. Pertanian CL

    13. Pertanian campur semak CL

    14. Transmigrasi CL

    15. Permukiman S

    16. Padang rumput GL

    17. Sawah CL

    18. Perkebunan CL

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    13/34

    7

    19. Tambak OL

    20. Bandara OL

    21. Air -

    22. Awan -

    3.3.3. Menentukan bentuk dan ukuran plot contoh

    Bentuk plot contoh sesuai kondisi lapangan dapat berbentuk lingkaran, persegi

    panjang, bujur sangkar. Ukuran plot untuk pengukuran tiap tingkatan pertumbuhan

    vegetasi adalah sebagai berikut:

    a. Semai dengan luasan minimal 4 m2(2x2 m)

    b. Pancang dengan luasan minimal 25 m2(5x5 m).

    c. Tiang dengan luasan minimal 100 m2(10x10 m).

    d. Pohon dengan luasan minimal 400 m2(20x20 m)

    Bentuk dan ukuran plot pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar berikut.

    .

    Keterangan gambar:

    A : sub plot untuk semai, serasah, tumbuhan bawah

    B : sub plot untuk pancang

    C : sub plot untuk tiang

    D : sub plot untuk pohon

    Gambar 2. Contoh bentuk plot persegi dan lingkaran

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    14/34

    8

    Patok utama plot

    Patok bantu plot

    Sub sub plot ukuran 0.5 X 0.5 meter untuk mengukur serasah dantumbuhan bawah

    Sub plot ukuran 10 m X 50 m untuk mengukur tiang (pohon 5 sd

    30 cm)

    Plot ukuran 20 m X 100 m untuk mengukur pohon 30 cm

    Gambar 3.Bentuk Plot Contoh Permanen (PSP) di TNMB

    3.4. Prosedur pengukuran biomasa di lima sumber karbon (carbon pool)

    3.4.1 Pengukuran biomasa di atas permukaan tanah

    3.4.1.1 Pengukuran biomasa pohon

    Tahapan pengukuran biomasa pohon dilakukan sebagai berikut:a. identifikasi nama jenis pohon, apabila tidak diketahui buat herbariumnya untuk

    diidentifikasi;

    b. ukur diameter setinggi dada (dbh); Pengukuran diameter setinggi dada pada

    berbagai kondisi pohon di lapangan dapat mengacu pada Gambar 5.

    20 m

    100 m

    50 m

    0,5 m x 0,5 m

    Patok PSP

    50 m

    10 m

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    15/34

    9

    Gambar 4. Pengukuran diameter setinggi dada pada berbagai kondisi pohon

    c. catat data dbh dan nama jenis ke dalam tally sheet; Bila pada plot terdapat

    vegetasi tidak berkeping dua (dycotile) seperti bambu dan pisang, maka ukurlah

    diameter dan tinggi masing-masing individu dalam setiap rumpun tanaman.

    Demikian pula bila terdapat pohon tidak bercabang seperti kelapa atau tanaman

    jenis palem lainnya.

    d. Tetapkan berat jenis (BJ) kayu dari masing-masing jenis pohon dengan jalan

    memotong kayu dari salah satu cabang, lalu ukur panjang, diameter dan

    timbang berat basahnya. Masukkan dalam oven pada suhu 100 C selama 48 jam

    dan timbang berat keringnya. Hitung volume dan BJ kayu dengan rumus

    sebagai berikut:

    Volume (cm3) = R2T

    (

    )

    ()

    ()

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    16/34

    10

    Dimana :

    R = jari-jari potongan kayu

    T = panjang/tebal kayu

    e. Hitunglah biomasa pohon menggunakan persamaan alometrik yang telah

    dikembangkan sebelumnya yang pengukurannya diawali dengan penebangan

    dan penimbangan beberapa pohon (destruktif sampling).

    Gambar 5.Perhitungan tinggi pada beberapa karakteristik pohon

    3.4.1.2. Pengukuran biomasa tumbuhan bawah

    Tahapan pengukuran biomasa tumbuhan bawah dilakukan sebagai berikut:

    a. Tempatkan kuadran bambu, kayu atau aluminium di dalam plot secara acak.

    b. Potong semua tumbuhan bawah (pohon berdiameter < 5 cm, herba dan rumbut-rumputan) yang terdapat di dalam kuadran, pisahkan antara daun dan batang

    c. Masukkan ke dalam kantong kertas, beri label sesuai dengan kode titik

    contohnya

    d. Untuk memudahkan penanganan, ikat semua kantong kertas berisi tumbuhan

    bawah yang diambil dari satu plot. Masukkan dalam karung besar untuk

    mempermudah pengangkutan ke kamp/laboratorium.

    e. Timbang berat basah daun atau batang, catat beratnya dalam blangko

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    17/34

    11

    f. Ambil sub-contoh tanaman dari masing-masing biomasa daun dan batang

    sekitar 100-300g. Bila biomasa contoh yang didapatkan hanya sedikit (< 100 g),

    maka timbang semuanya dan jadikan sebagai sub-contoh.

    g. Keringkan sub-contoh biomasa tanaman yang telah diambil dalam oven pada

    suhu 80 C selama 2 x 24 jam atau sampai berat konstan.

    h. Timbang berat keringnya dan catat dalam tally sheet.

    3.4.2. Pengukuran biomasa serasah

    Tahapan pengukuran biomasa serasah dilakukan sebagai berikut:

    a. Ambil semua seresah yang terletak di permukaan tanah yang terdapat dalam

    kuadran, biasanya setebal 5 cm tetapi ketebalan ini bervariasi tergantung pada

    pengelolaan lahannya. Bila pengambilan seresah telah menyentuh tanah

    mineral, biasanya berwarna lebih terang dari pada lapisan seresah, maka

    hentikan pengambilannya.

    Gambar 6. Pengambilan Nekromass (Sumber: TNMB)

    b. Masukkan semua seresah yang terdapat pada kuadran ke dalam ayakan dengan

    lubang pori 2 mm, ayaklah. Ambil seresah halus dan akar yang tertinggal di atas

    ayakan, timbang berat basahnya (BB per kuadran). Ambil 100 g sub-contoh

    seresah halus, keringkan dalam oven pada suhu 80 C selama 48 jam. Bila

    biomasa contoh yang didapatkan hanya sedikit (< 100 g), maka timbang

    semuanya dan jadikan sebagai sub-contoh.

    c. Timbang berat keringnya dan catat dalam blangko pengamatan yang disediakan.

    Estimasi BK seresah per kuadran melalui perhitungan sebagai berikut:

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    18/34

    12

    () ()

    () ()

    Dimana, BK = berat kering dan BB = berat basah

    d. Masukkan seresah ke dalam kantong plastik dan beri label untuk keperluan

    analisa kandungan C.

    e. Seresah halus yang lolos ayakan dikelompokkan sebagai contoh tanah, ambil 50

    gram untuk analisa kandungan C atau hara lainnya.

    Catatan

    1. Pengukuran serasah tidak dilakukan pada tipe hutan mangrove karena faktor

    pasang surut air laut menyebabkan serasah yang diukur bukan sepenuhnyaberasal dari tegakan mangrove pada lokasi tersebut

    2. Pengukuran serasah dilakukan sebelum pengukuran biomasa tumbuhan bawah

    3.4.3 Pengukuran biomasa pohon mati dan kayu mati (necromass)

    3.4.3.1 Pengukuran biomasa pohon mati

    3.4.3.1.1 Pengukuran biomasa pohon mati dengan metode geometrik

    Tahapan pengukuran biomasa pohon mati dilakukan sebagai berikut:

    a. ukur diameter setinggi dada;

    b. ukur tinggi total pohon mati;

    c. hitung volume pohon mati dengan persamaan;

    Keterangan:

    - Vpm adalah volume pohon mati, dinyatakan dalam meter kubik (m3);

    - dbh adalah diameter setinggi dada pohon mati 1,3 meter, dinyatakan dalam

    - centimeter (cm);

    - t adalah tinggi total pohon mati, dinyatakan dalam meter (m);

    - f adalah faktor bentuk.

    Catatan

    Nilai faktor bentuk bervariasi tergantung jenis kayu. Apabila data faktor bentuk

    tidak

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    19/34

    13

    tersedia, maka dapat digunakan faktor bentuk 0,6

    d. hitung berat jenis kayu pohon mati; Ambil sedikit contoh kayu ukuran 10 cm x

    10 cm x 10 cm, timbang berat basahnya, masukkan dalam oven suhu 80 C

    selama 48 jam untuk menghitung BJnya.

    e. hitung bahan organik pohon mati.

    Bpm = Vpm x BJpm

    Keterangan:

    - Bpm adalah bahan organik pohon mati, dinyatakan dalam kilogram (kg);

    - Vpm adalah volume pohon mati, dinyatakan dalam meter kubik (m3);

    - BJpm adalah berat jenis kayu pohon mati, dinyatakan dalam kilogram per meter

    - kubik (kg/m3).

    3.4.3.1.2. Pengukuran biomasa pohon mati dengan metode alometrik

    Tahapan pengukuran biomasa pohon mati dilakukan sebagai berikut:

    a. ukur dbh pohon mati;

    b. tentukan tingkat keutuhan pohon mati. bentuk tingkat keutuhan pohon mati

    dapat dilihat pada Gambar 4;

    c. c. hitung biomasa pohon mati - dengan persamaan alometrik dikalikan faktor

    koreksi dari tingkat keutuhan pohon mati (lihat Gambar 7).

    Catatan

    Lakukan pengambilan contoh kayu untuk pengukuran berat jenis jika ketersediaan

    data berat jenis tidak ada.

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    20/34

    14

    Keterangan gambar:

    A : tingkat keutuhan dengan faktor koreksi 0,9

    B : tingkat keutuhan dengan faktor koreksi 0,8C : tingkat keutuhan dengan faktor koreksi 0,7

    Gambar 7. Tingkat keutuhan pohon mati

    3.4.3.2 Pengukuran biomasa kayu mati

    3.4.3.2.1 Pengukuran biomasa kayu mati berdasarkan volume

    Tahapan pengukuran biomasa kayu mati berdasarkan volume dilakukan sebagai

    berikut:

    a. ukur diameter (pangkal dan ujung);

    b. ukur panjang total kayu mati;

    c. hitung volume kayu mati (dapat menggunakan rumus Brereton);

    Keterangan:

    - Vkm adalah volume kayu mati, dinyatakan dalam meter kubik (m3);

    - dp adalah diameter pangkal kayu mati, dinyatakan dalam centimeter (cm);

    - du adalah diameter ujung kayu mati, dinyatakan dalam centimeter(cm);

    - p adalah panjang kayu mati, dinyatakan dalam meter (m);

    - adalah 22/7 atau 3,14

    d. hitung berat jenis kayu mati. Penentuan berat jenis kayu mati di lapangan dapat

    dilakukan dengan metode pengamatan empiris tingkat pelapukan kayu mati;

    e. hitung biomasa kayu mati.

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    21/34

    15

    Bkm = Vkm x BJkm

    Keterangan:

    - Bkm adalah biomasa kayu mati, dinyatakan dalam kilogram (kg);

    - Vkm adalah volume kayu mati, dinyatakan dalam meter kubik (m3);

    - BJkm adalah berat jenis kayu mati, dinyatakan dalam kilogram per meter kubik

    (kg/m3).

    Catatan

    1. Lakukan pengambilan contoh kayu untuk pengukuran berat jenis jika

    ketersediaan data berat jenis tidak ada

    2. Lakukan pengukuran biomasa kayu mati berdasarkan volume atau berat

    3.4.3.2.2 Pengukuran biomasa kayu mati berdasarkan penimbangan langsung

    Tahapan pengukuran biomasa kayu mati berdasarkan penimbangan langsung

    dilakukan

    sebagai berikut:

    a. kumpulkan semua kayu mati pada plot pengukuran;

    b. timbang berat total dari kayu mati;

    c. ambil contoh dan timbang minimal 300 gram;

    d. lakukan pengeringan dengan menggunakan oven terhadap contoh kayu mati

    pada kisaran suhu 700 C sampai dengan 850 C hingga mencapai berat konstan;

    e. timbang berat kering contoh kayu mati.

    3.4.4. Pengukuran kandungan karbon organik tanah

    3.4.4.1. Tanah mineral kering

    Pengukuran kandungan karbon organik tanah pada tanah mineral kering dilakukan

    sebagai berikut:

    a. ambil contoh tanah dari 5 titik, yaitu pada keempat arah mata angin dan di

    tengahtengah plot untuk plot lingkaran atau pada keempat sudut plot dan di

    tengah-tengah plot untuk plot persegi panjang;

    b. lakukan pengambilan contoh tanah dengan metode komposit, yaitu

    mencampurkan contoh tanah dari kelima titik contoh tanah pada setiap

    kedalaman (kedalaman 0 cm sampai dengan 5 cm, 5 cm sampai dengan 10 cm,

    10 cm sampai dengan 20 cm, dan 20 cm sampai dengan 30 cm);

    c. letakkan ring soil sampler pada masing-masing titik pengambilan contoh tanah;

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    22/34

    16

    d. letakkan 4 ring soil sampler pada setiap kedalaman pengambilan contoh tanah;

    e. ambil contoh tanahnya pada setiap ring soil sampler dan timbang berat

    basahnya di lapangan;

    f. kering-anginkan contoh tanah di laboratorium;

    g. timbang contoh tanah dan dicatat beratnya;

    h. analisis berat jenis tanah dan kandungan karbon organik tanah.

    3.4.4.2. Tanah gambut

    Pengukuran kandungan karbon organik tanah pada tanah gambut dilakukan sebagai

    berikut:

    a. ukur kedalaman gambut pada setiap jarak 200 meter sampai dengan 300 meter

    pada jalur rintisan menuju plot ukur;

    b. ambil contoh gambut minimal 3 contoh dari tiap tingkat kematangan gambut;c. lakukan analisa laboratorium untuk mendapatkan kerapatan lindak (bulk

    density) dan kandungan karbon.

    3.4.4.3. Tanah mineral mangrove

    Pengukuran kandungan karbon organik tanah pada tanah mineral mangrove

    dilakukan sebagai berikut:

    a. ambil contoh tanah dari 5 titik, yaitu pada keempat arah mata angin dan di

    tengahtengah plot untuk plot lingkaran atau pada keempat sudut plot dan di

    tengah-tengah plot untuk plot persegi panjang;b. ambil contoh tanah dengan metode komposit, yaitu mencampurkan contoh

    tanah dari kelima titik contoh tanah pada kedalaman 0 cm sampai dengan 5 cm;

    c. letakkan ring soil sampler pada masing-masing titik pengambilan contoh tanah;

    d. letakkan 4 ring soil sampler pada kedalaman 0 cm sampai dengan 5 cm.

    e. ambil contoh tanah dari ring soil sampler dan ditimbang berat basahnya di

    lapangan;

    f. contoh tanah dikering-anginkan di laboratorium;

    g. contoh tanah ditimbang dan dicatat beratnya;

    h. analisis berat jenis tanah dan kandungan karbon organik tanah.

    3.4.5. Pengukuran biomasa di bawah permukaan tanah

    Pengukuran biomasa di bawah permukaan tanah dihitung menggunakan rumus

    sebagai berikut:

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    23/34

    17

    Bbp = NAP x Bap

    Keterangan:

    - Bbp adalah biomasa di bawah permukaan tanah, dinyatakan dalam kilogram

    (kg);

    - NAP adalah nilai nisbah akar pucuk;

    - Bap adalah nilai biomasa atas permukaan (above ground biomass), dinyatakan

    dalam

    - kilogram (kg)sesuai dengan hasil penghitungan pada 3.4.1.

    Catatan

    Data nisbah akar pucuk tertera pada Tabel berikut:

    Tabel 2. Angka default nisbah pucuk akar

    3.5. Penghitungan cadangan karbon

    3.5.1. Penghitungan biomasa atas permukaan

    3.5.1.1. Penghitungan biomasa atas permukaan berdasarkan persamaan

    alometrikHitung biomasa menggunakan persamaan alometrik yang sesuai dengan

    karakteristik lokasi pengukuran yang meliputi zona iklim, tipe hutan, dan jika

    memungkinkan nama jenis atau kelompok jenis.

    3.5.1.2

    Penghitungan biomasa atas permukaan berdasarkanbiomass

    expansion factor (BEF)

    Jika ketersediaan data yang ada di lapangan adalah volume kayu, maka dapat

    menggunakan persamaan BEF sebagai berikut:

    Bap = v x BJ x BEF

    Keterangan:

    - Bap adalah biomasa atas permukaan, dinyatakan dalam kilogram (kg);

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    24/34

    18

    - v adalah volume kayu bebas cabang (komersil), dinyatakan dalam meter kubik

    (m3);

    - BJ adalah berat jenis kayu, dinyatakan dalam kilogram per meter kubik

    (kg/m3);

    - BEF adalah biomass expansion factor.

    Catatan

    1. Nilai BEF dapat diperoleh dari hasil studi sebelumnya

    2. Data berat jenis dapat mengacu pada Atlas Kayu Indonesia.

    3.5.2 Penghitungan biomasa bawah permukaan (akar)

    a. hitung biomasa pohon atas permukaan;

    b. hitung nisbah akar pucuk;

    Bbp = NAP x Bap

    Keterangan:

    - Bbp adalah biomasa bawah permukaan, dinyatakan dalam kilogram (kg);

    - NAP adalah nilai nisbah akar pucuk;

    - Bap adalah nilai biomasa atas permukaan (above ground biomass), dinyatakan

    dalam

    - kilogram (kg)

    Catatan

    Data nisbah akar pucuk disajikan pada 3.4.5.

    3.5.3. Penghitungan bahan organik serasah, kayu mati dan pohon mati

    Keterangan:- Bo adalah berat bahan organik, dinyatakan dalam kilogram (kg);

    - Bks adalah berat kering contoh, dinyatakan dalam kilogram (kg);

    - Bbt adalah berat basah total, dinyatakan dalam kilogram (kg);

    - Bbs adalah berat basah contoh, dinyatakan dalam (kg).

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    25/34

    19

    3.6. Penghitungan karbon

    3.6.1 Penghitungan karbon dari biomasa

    Penghitungan karbon dari biomasa menggunakan rumus sbb:

    Cb = B x % C organik

    Keterangan:

    - Cb adalah kandungan karbon dari biomasa, dinyatakan dalam kilogram (kg);

    - B adalah total biomasa, dinyatakan dalam (kg);

    - % C organik adalah nilai persentase kandungan karbon, sebesar 0,47 atau

    menggunakan nilai persen karbon yang diperoleh dari hasil pengukuran di

    laboratorium.

    3.6.2.Penghitungan karbon dari bahan organik mati (serasah, kayu mati dan

    pohon mati)

    Penghitungan karbon dari bahan organik mati dari serasah, kayu mati dan pohon

    mati

    menggunakan rumus sbb:

    Cm = Bo x % C organik

    Keterangan:

    - Cm adalah kandungan karbon bahan organik mati, dinyatakan dalam kilogram

    (kg);

    - Bo adalah total biomasa/bahan organik, dinyatakan dalam kilogram (kg);

    - %C organik adalah nilai persentase kandungan karbon, sebesar 0,47 atau

    menggunakan nilai

    - persen karbon yang diperoleh dari hasil pengukuran di laboratorium

    3.6.3. Penghitungan karbon tanah

    Penghitungan karbon tanah menggunakan rumus sbb:

    Ct = Kd x x % C organik

    Keterangan:

    - Ct adalah kandungan karbon tanah, dinyatakan dalam gram (g/cm2);

    - Kd adalah kedalaman contoh tanah/kedalaman tanah gambut, dinyatakan dalam

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    26/34

    20

    - centimeter (cm)

    - adalah kerapatan lindak (bulk density), dinyatakan dalam gram per meter

    kubik

    - (g/cm3);

    - %C organik adalah nilai persentase kandungan karbon, sebesar 0,47 atau

    menggunakan nilai

    - persen karbon yang diperoleh dari hasil pengukuran di laboratorium.

    4. PENGHITUNGAN CADANGAN KARBON TOTAL

    4.1. Penghitungan cadangan karbon per hektar pada tiap plot

    4.1.1. Penghitungan cadangan karbon per hektar untuk biomasa di atas

    permukaan tanah

    Penghitungan cadangan karbon per hektar untuk biomasa di atas permukaan tanah

    dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

    Keterangan:

    - Cn adalah kandungan karbon per hektar pada masing-masing carbon pool padatiap plot,

    - dinyatakan dalam ton per hektar (ton/ha)

    - Cx adalah kandungan karbon pada masing-masing carbon pool pada tiap plot,

    dinyatakan dalam kilogram (kg)

    - lplot adalah luas plot pada masing-masing pool, dinyatakan dalam meter persegi

    (m2)

    4.1.2 Penghitungan kandungan karbon organik tanah per hektar

    Penghitungan kandungan karbon organik tanah per hektar dapat menggunakanpersamaan sebagai berikut:

    Ctanah = Ct x 100

    Keterangan:

    - Ctanah adalah kandungan karbon organik tanah per hektar, dinyatakan dalam

    ton per hektar (ton/ha);

    - Ct adalah kandungan karbon tanah, dinyatakan dalam gram (g/cm2);

    - 100 adalah faktor konversi dari g/cm2 ke ton/ha.

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    27/34

    21

    4.2.Penghitungan cadangan karbon total dalam plot

    Penghitungan cadangan karbon dalam plot pengukuran menggunakan persamaan

    sebagai berikut:

    Cplot = (Cbap + Cbbp + Cserasah + Ckm + Cpm + Ctanah)

    Keterangan:

    - Cplot adalah total kandungan karbon pada plot, dinyatakan dalam ton per hektar

    - (ton/ha);

    - Cbap adalah total kandungan karbon biomasa atas permukaan per hektar pada

    plot, dinyatakan dalam ton per hektar (ton/ha);

    - Cbbp adalah total kandungan karbon biomasa bawah permukaan per hektar

    pada plot, dinyatakan dalam ton per hektar(ton/ha);- Cserasah adalah total kandungan karbon biomasa serasah per hektar pada plot,

    - dinyatakan dalam ton per hektar (ton/ha);

    - Ckm adalah total kandungan karbon kayu mati per hektar pada plot, dinyatakan

    dalam ton per hektar (ton/ha);

    - Cpm adalah total kandungan karbon pohon mati per hektar pada plot,

    dinyatakan dalam ton per hektar (ton/ha);

    - Ctanah adalah total kandungan karbon tanah per hektar pada plot, dinyatakan

    dalam ton per hektar (ton/ha).

    4.3. Penghitungan cadangan karbon total dalam stratum

    Penghitungan cadangan karbon dalam suatu stratum hutan menggunakan persamaan

    sebagai berikut:

    Keterangan:- Cstratum adalah total cadangan karbon dalam stratum, dinyatakan dalam ton;

    - nplot adalah jumlah plot dalam stratum;

    - Cplot adalah total kandungan karbon per hektar pada plot dalam stratum;

    - Luas stratum dinyatakan dalam hektar (ha).

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    28/34

    22

    4.4. Penghitungan cadangan karbon total dalam suatu areal

    Penghitungan cadangan karbon total dalam suatu arealhutan menggunakan

    persamaan sebagai berikut;

    Ctotal = stratum C

    Keterangan:

    - Ctotal adalah cadangan karbon dalam suatu areal, dinyatakan dalam ton;

    - Cstratum adalah total cadangan karbon dalam stratum, dinyatakan dalam ton.

    Catatan

    Untuk tiap stratum dan total areal hutan, nilai rataan, ragam, selang kepercayaan

    dan kesalahan pengambilan contoh dapat dihitung sesuai dengan teknik samplingyang diterapkan.

    5.

    PENUTUP

    Keberhasilan upaya mitigasi melalui kegiatan REDD+ sangat tergantung dari hasil

    perhitungan penurunan emisi yang dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi

    (MRV). Penyusunan SOP pengukuran karbon merupakan salah satu upaya

    meningkatkan kesiapan dan kapasitas masyarakat dan para pihak dalam mendukungupaya mitigasi perubahan iklim melalui kegiatan REDD+. SOP yang mengacu

    kepada RSNI dan IPCC GL 2006 ini diharapkan dapat menjadi petunjuk untuk

    mengukur stok karbon di berbagai tipe lahan termasuk yang berada di kawasan

    konservasi. SOP ini masih akan diperbaiki berdasarkan kepada pengalaman

    pengukuran di lapangan

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    29/34

    23

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    1. Blangko (tally sheet) Pengamatan Pohon Besar

    DATA PLOT PERMANEN

    Nomer PSP : ................................................Tanggal : ................................................

    Blok : ................................................

    Resort : ................................................

    Ukuran: 20 m x 20 m = 400 mNo Nama jenis Bercabang/

    Tidak

    Keliling Diameter Tinggi Keterangan

    2. Blanko (tally sheet) Pengamatan Pohon Sedang (tiang)

    DATA PLOT PERMANENNomer PSP : ................................................

    Tanggal : ................................................

    Blok : ................................................

    Resort : ................................................

    Ukuran PLOT : 10 m x 10 m = 100 mNo Nama jenis Bercabang/

    Tidak

    Keliling Diameter Tinggi Keterangan

    3. Blanko (tally sheet) Pengamatan sapling

    DATA PLOT PERMANENNomer PSP : ................................................

    Tanggal : ................................................

    Blok : ................................................Resort : ................................................

    Ukuran Plot:No Nama jenis Bercabang/

    Tidak

    Keliling Diameter Tinggi Keterangan

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    30/34

    24

    4. Blanko (tally sheet) Pengamatan anakan

    DATA PLOT PERMANENNomer PSP : ................................................

    Tanggal : ................................................Blok : ................................................

    Resort : ................................................

    Ukuran Plot:No Nama jenis Jumlah Ket

    Tabel 5. Blanko Pengamatan Tumbuhan Bawah(Understorey)

    No. PSP :

    Blok :

    Resort :

    Tgl/Bln/Thn :

    Ukuran Plot 0,5m x 0,5m = 0,25m

    No. Berat Basah Sub-contoh Berat

    Basah

    Sub-contoh Berat

    Kering

    Total Berat Kering

    Gram Gram Gram Gram/0,25m Gram/m

    1

    2

    3

    Tabel 6. Blanko Pengamatan Nekromas Berkayu Besar (Diameter > 30 cm)

    No. PSP :

    Blok :

    Resort :

    Tgl/Bln/Thn :

    Ukuran Plot :

    No. Panjang (Cm) Diameter (Cm) Tinggi (Cm) Pelapukan

    Estimasi Berat

    Kering

    (Gram)

    Rendah Tinggi

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    31/34

    25

    Tabel 7.Blanko Pengamatan Nekromas Berkayu Sedang (Diameter 5 s/d > 30 cm)

    No. PSP :

    Blok :Resort :

    Tgl/Bln/Thn :

    Ukuran Plot :

    No. Panjang (Cm)

    Diameter

    (Cm) Tinggi (Cm) Pelapukan

    Estimasi Berat

    Kering

    (Gram)

    Rendah Tinggi

    Tabel 8.Blanko Pengamatan Nekromasa Tak Berkayu (seresah)

    No. PSP :

    Blok :Resort :

    Tgl/Bln/Thn :

    Ukuran Plot : 0,25m

    No. Berat Basah Sub-contoh

    Berat Basah

    Sub-contoh

    Berat Kering

    Total Berat Kering

    Gram Gram Gram Gram/0,25m Gram/m

    1

    2

    3

    4

    5

    6

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    32/34

    26

    Tabel 9. Estimasi total penyimpanan karbon bagian atas tanah pada suatu sistem

    penggunaan lahan (Mg ha)

    PSP ZonaLand-

    use

    Vege-

    tasiBiomasa (ton/ha)

    Total

    Biomasa

    Stok

    Karbon

    PohonBesar

    PohonSedang

    Under-storey

    NekromasBerkayu

    Seresah Tanah Akar (ton/ha) (ton/ha)

    Tabel 10. Estimasi biomasa pohon menggunakan persamaan allometrik

    Keterangan:

    BK = berat kering; D = diameter pohon, cm; H = tinggi pohon, cm; = BJ kayu, g/cm.

  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    33/34

    27

    DAFTAR PUSTAKA

    Adhi, I. K. D. 2008. Daur Biogeokimia. http://gurungeblog.wordpress.com/

    2008/11/17/daur-biogeokimia/22 November 2010.

    Dharmawan, I. W. S, Ginoga, K. L, Putra, E. I dan Ahmad, A. G. 2010. Standard

    Operating Procedures (SOPs). ITTO - International Tropical Timber

    Organization dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,

    Kementerian Kehutanan, Bogor, Indonesia

    GOFC-GOLD, 2009, Reducing greenhouse gas emissions from deforestation and

    degradation in developing countries: a sourcebook of methods and

    procedures for monitoring, measuring and reporting, GOFC-GOLD Report

    version COP14-2, (GOFC-GOLD Project Office, Natural Resources Canada,

    Alberta, Canada)

    Hairiah, K dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di berbagai

    Macam Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre - ICRAF,

    SEA Regional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia. 77p.

    Hairiah, K dan Subekti Rahayu. 2007. Petunjuk praktis pengukuran karbon

    tersimpan di berbagai macam penggunaan lahan.World Agroforestry Centre,

    ICRAF Southeast Asia, Bogor.

    Hairiah, K. 2010. Mengukur Cadangan Karbon. Materi Pelatihan Pelibatan

    Masyarakat Dalam Pengukuran, Pelaporan, dan Verivikasi (MRV) Perubahan

    Cadangan Karbon di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB).

    IPCC. 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. IPCC

    National Greenhouse Gas Inventories Programme. IGES, Japan.

    Lasco RD. 2002. Forest carbon budgets in Southeast Asia following harvesting and

    land cover change. In: Impacts of land use Change on the Terrestrial Carbon

    Cycle in the Asian Pacific Region'. Science in China Vol. 45, 76-86.

    Martawijaya, A., Kartasujana, I., Kadir, K. dan Prawira, S.A. 2005. Atlas Kayu

    Indonesia Jilid I (Edisi revisi). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil

    Hutan, Bogor.Palm CA, Woomer PL, Allegre J et al. 1999. Carbon sequestration and trace gas

    emissions in slash and burn and alternative land uses in the humid tropics.

    ASB Climate Change Working Group Final Report, Phase II, ICRAF,

    Nairobi. 36 pp

    RSNI3. 2011. Pengukuran dan penghitungan cadangan karbon, Pengukuran

    lapangan untuk penaksiran cadangan karbon hutan (ground based forest

    carbon accounting). Pustanling. (draft)

    http://gurungeblog.wordpress.com/%202008/11/17/daur-biogeokimia/http://gurungeblog.wordpress.com/%202008/11/17/daur-biogeokimia/http://gurungeblog.wordpress.com/%202008/11/17/daur-biogeokimia/http://gurungeblog.wordpress.com/%202008/11/17/daur-biogeokimia/http://gurungeblog.wordpress.com/%202008/11/17/daur-biogeokimia/
  • 7/24/2019 SOP Pengukuran Stok Karbon

    34/34

    Solikhin. 2009. Panduan Inventarisasi Karbon di Ekosistem Hutan Rawa Gambut :

    Studi Kasus di Hutan Rawa Gambut Merang, Sumatera Selatan. Merang

    REDD Pilot Project South Sumatera-GIZ, Palembang.

    Stern, N. 2007. The Stern Review: The Economics of Climate Change. Cambridge

    University Press. Cambridge.