soal jawab seputar gerakan islam

79
Soal-Jawab Seputar Gerakan Islam ___________________________________________________________ Diolah oleh: Annas I. Wibowo dari bukunya Abdurrahman Muhammad Khalid: Soal-Jawab Seputar Gerakan Islam Daftar Isi: Klasifikasi Harakah Islamiyah Aktifitas Harakah Islamiyah Penentuan Target dan Metode Da'wah Harakah Islamiyah Berjuang Untuk Islam di Jalan Yang Keliru Darimanakah Harakah Islam Harus Mulai Membentuk Kesatuan Antar Gerakan Membangun Pemerintahan Islam Melalui Pemilihan Umum Bolehkah Suatu Gerakan Memberontak Perlukah Mendirikan Organisasi Sosial Kemasyarakatan Ketertinggalan Sains dan Teknologi Bukan Kendala Mendirikan Khilafah Islamiyah Ingin Berjuang Tanpa Risiko? Melepaskan Baiat Amir Gerakan Syarat Harakah Islam Klasifikasi Harakah Islamiyah Pertanyaan : Istilah Harakah Islamiyah (gerakan Islam) sering muncul belakangan ini. Apa sebenarnya syarat- syarat yang harus ada pada suatu harakah, agar dapat dianggap sebagai "Harakah Islamiyah"? Jawab : Kata harakah menurut etimologi bahasa Arab, diambil dari akar kata at taharruk yang artinya bergerak. Istilah tersebut kemudian menjadi populer dengan arti "Sekelompok orang atau suatu gerakan yang mempunyai suatu target tertentu, dan mereka berusaha bergerak serta berupaya untuk mencapainya". Makna istilah ini masih termasuk dalam kategori makna lughawi untuk kata tersebut. 1

Upload: anas-wibowo

Post on 09-Aug-2015

105 views

Category:

Government & Nonprofit


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Soal-Jawab Seputar Gerakan Islam___________________________________________________________

Diolah oleh: Annas I. Wibowo dari bukunya Abdurrahman Muhammad Khalid: Soal-Jawab Seputar Gerakan Islam

Daftar Isi:Klasifikasi Harakah IslamiyahAktifitas Harakah Islamiyah

Penentuan Target dan Metode Da'wah Harakah IslamiyahBerjuang Untuk Islam di Jalan Yang KeliruDarimanakah Harakah Islam Harus Mulai

Membentuk Kesatuan Antar GerakanMembangun Pemerintahan Islam Melalui Pemilihan Umum

Bolehkah Suatu Gerakan MemberontakPerlukah Mendirikan Organisasi Sosial Kemasyarakatan

Ketertinggalan Sains dan Teknologi Bukan Kendala Mendirikan Khilafah Islamiyah

Ingin Berjuang Tanpa Risiko?Melepaskan Baiat Amir Gerakan

Syarat Harakah Islam

Klasifikasi Harakah Islamiyah

Pertanyaan :Istilah Harakah Islamiyah (gerakan Islam) sering muncul belakangan ini. Apa sebenarnya syarat-syarat yang harus ada pada suatu harakah, agar dapat dianggap sebagai "Harakah Islamiyah"?

Jawab :Kata harakah menurut etimologi bahasa Arab, diambil dari akar kata at taharruk yang artinya bergerak. Istilah tersebut kemudian menjadi populer dengan arti "Sekelompok orang atau suatu gerakan yang mempunyai suatu target tertentu, dan mereka berusaha bergerak serta berupaya untuk mencapainya". Makna istilah ini masih termasuk dalam kategori makna lughawi untuk kata tersebut.

Aktifitas suatu gerakan dapat dilakukan oleh satu individu walaupun belum mempunyai suatu kelompok da'wah yang berjuang bersamanya. Walaupun yang bergerak hanyalah seorang individu saja --bukan orang banyak, namun gerakan individu itu dapat dianggap sebagai salah satu macam harakah yang pernah ada di dunia Islam.

1

Page 2: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Aktifitas gerakan dapat juga dilakukan oleh suatu jama'ah, yaitu sekumpulan orang yang mempunyai pemimpin dan memiliki metode/ strategi da'wah tertentu. Misalnya Jama'ah Tabligh di India dan Pakistan, Ikhwanul Muslimin dan Tanzhimul Jihad di Mesir, serta yang sejenisnya. Gerakan da'wah dapat pula dilakukan oleh suatu organisasi, seperti Muhammadiyah, NU, Persis, dan yang sejenisnya. Aktifitas gerakan dapat pula dilakukan suatu partai politik, baik partai tersebut memiliki ideologi tertentu sehingga dapat dikategorikan sebagai partai politik yang sebenarnya, misalnya Hizbut Tahrir di Yordania, Front Penyelamat Islam (FIS) di Al-Jazair; atau partai yang hanya sekedar nama tanpa memiliki ideologi tertentu, seperti yang ada pada puluhan bahkan ratusan jumlahnya yang tersebar di seluruh dunia Islam. Seluruh perkumpulan semacam ini dapat diklasifikasikan sebagai suatu harakah, asalkan mereka bergerak untuk mencapai tujuan tertentu.

Di antara harakah-harakah tersebut ada yang bersifat Islami dan menjadikan Islam sebagai asas, seperti yang disebutkan di atas. Namun ada juga yang tidak islami, bahkan memusuhi Islam, seperti partai Komunis, partai Wafd di Mesir, partai Ba'ath di Syiria dan Irak, gerakan Ahmadiyah di India dan Pakistan, dan sebagainya.

Melihat keadaan berbagai gerakan yang ada, dapatlah ditentukan tiga aspek yang menunjukkan identitas sebuah gerakan, yaitu:(1) Mempunyai target tujuan yang diusahakan dan hendak dicapai oleh sebuah harakah, (2) Mempunyai bentuk pemikiran yang telah ditentukan oleh harakah dalam aktifitas perjuangannya, dan (3) Mempunyai arah dan kecenderungan tertentu pada orang-orang yang tergabung di dalam harakah tersebut.

Untuk menentukan identitas suatu harakah agar dapat dikategorikan sebagai Harakah Islam, maka ketiga aspek di atas harus terpenuhi. Dengan kata lain, tidak cukup hanya mempunyai target tujuan yang disahkan dan diakui oleh Islam, tetapi juga harus ditujukan untuk melayani dan mengembangkan Islam. Sebagai contoh, Islam mengakui keberadaan suatu harakah yang bergerak dalam bidang olahraga. Sebab, target semacam ini hukumnya mubah. Tetapi harakah yang bergerak di bidang olahraga seperti ini tidak dapat disebut sebagai harakah Islamiyah, karena keberadaannya tidak sampai melayani dan mengembangkan Islam.

Begitu pula halnya dengan aneka ragam harakah Islam yang aktifitasnya menitikberatkan pada usaha pemeliharaan/penerbitan Al Qurâan dan terjemahannya atau penerbitan buku-buku Islam; pembangunan proyek dan perusahaan Islam, seperti Bank Islam, Perkreditan Islam (tanpa bunga/riba), masjid-masjid dan sekolah Islam, serta lembaga pendidikan yang sejenisnya; menyalurkan dana kepada fakir-miskin, anak-anak yatim, orang-orang cacat; melakukan amar ma'ruf nahi munkar, menyampaikan nasehat kepada penguasa; dan sebagainya. Satu atau lebih dari berbagai macam aktifitas yang telah disebutkan di atas dapat dijadikan target tujuan untuk sebuah harakah Islam. Namun demikian, perlu diingat bahwa target-target tersebut belum cukup mampu melayani dan mengembangkan ideologi Islam (aqidah dan syariah Islam) hingga seluruh aktivitas harakah terkait erat dengan hukum-hukum Islam. Dengan kata lain, metode yang digunakan untuk menegakkan Islam harus sesuai dan terikat dengan ide dan hukum Islam.

2

Page 3: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Selain ketiga persyaratan di atas, agar suatu gerakan da'wah dapat disebut sebagai harakah Islamiyah, maka keanggotaannya harus pula dari kalangan kaum Muslimin saja. Jika suatu harakah terbentuk dari kalangan non muslim, seperti para orientalis yang mengkaji dan mempelajari khazanah Islam lalu mengeluarkan dan menyebarkan hasil kajiannnya setelah terlebih dahulu meneliti dan menganalisisnya, maka harakah semacam itu tidak dapat dinamakan harakah Islam.

Akan halnya harakah Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh, keduanya merupakan tokoh FreeMasonry di negeri-negeri Islam, tapi gerakannya mengatasnamakan Islam.

Kita juga dapat mengkategorikan Jama'ah Tabligh, Jama'ah Salafiyah, Islam Jama'ah, Jama'atul Muslimin Hizbullah sebagai harakah Islamiyah, sekalipun pada gerakan-gerakan tersebut terdapat kekurangan, atau bahkan kadang-kadang terdapat langkah atau pemikiran yang tidak Islami. Jama'ah Tabligh misalnya, mereka mengambil Islam secara parsial dengan menolak membicarakan masalah politik atau menolak menempuh jalan politik dalam berda'wah. Sedangkan Jama'ah Salafiyah lebih banyak memfokuskan masalah aqidah, ibadah dan akhlaq. Islam Jama'ah suka mengkafir-kafirkan sesama kaum Muslimin yang tidak berbai'at kepada imam mereka, menolak shalat di masjid yang imamnya bukan dari golongan mereka. Sementara Jama'atul Muslimin Hizbullah menolak mengakui Rasulullah Saw. sebagai figur politik, bahkan menurut mereka, di dalam Islam tidak dikenal adanya aktifitas politik.Keterlibatan Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh dalam gerakan FreeMasonry dapat dibaca dalam kitab Al Islam wal Hadlarah Al Gharbiyah, Dr. M. Muhammad Husain, halaman 63-107; Zu'amul Ishlah fil 'Ashril Hadits, Ahmad Amin, halaman 73-115; atau Shahwah Ar Rajulul Al Maridl, Mouaffaq Bani Al Marjih, halaman 337.

Di antara berbagai harakah Islam yang bersifat politik dan bergerak di kawasan Timur Tengah serta dunia Islam lainnya, tercatat nama-nama antara lain Jama'ah Ikhwanul Muslimin (di Mesir), Hizbullah (di Libanon), Hizbut Tahrir (di Yordania), Gerakan Jihad Islam (di Mesir), Jabhatul Ingadz Al Islami FIS (di Aljazair), Partai Islam PAS (di Malaysia), dan masih banyak lagi harakah Islam yang tersebar di Pakistan, India, Afghanistan, Turki dan tempat-tempat lain di negeri-negeri Islam.

Adapun kelompok Al Liqaâ Al Islamiy (di Beirut) yang merupakan perkumpulan sekuler, tidak bisa dikelompokkan ke dalam harakah Islamiyah. Begitu pula Majlis Syi'i Tertinggi (di Beirut) yang juga merupakan perkumpulan sekuler, bukanlah merupakan harakah Islam. Contoh lain yang sama adalah harakah Al Ittijahul Islamiy di Tunisia (Harakah Nahdlah sekarang). Sebab, kelompok-kelompok seperti Al Liqaâ Al Islamiy, Majlis Syi'i Tertinggi, dan harakah Al Ittijahul Islamiy, semuanya menyerukan dan menyebarluaskan sekulerisme secara terang-terangan dan tujuannya bukan untuk melayani Islam. Tambahan lagi, metodanya tidak terikat dengan hukum-hukum Islam.

Aktivitas Harakah Islamiyah

Apakah benar pendapat yang dikatakan oleh sebagian gerakan da'wah bahwa Islam mewajibkan membatasi aktifitas gerakannya hanya pada amar ma'ruf dan nahi munkar, dan bahwasanya tidak dibolehkan mencegah kemungkaran dengan tangan. Selain itu,

3

Page 4: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

tidak dibolehkan pula melakukan aktivitas-aktivitas di bidang sosial kemasyarakatan atas nama gerakan, tapi dibolehkan bagi individu Muslim, termasuk anggota suatu gerakan atas nama pribadi mereka. Yang menjadi pertanyaan: mengapa bagi individu dibolehkan, sedangkan bagi gerakan da'wah tidak boleh?

Sesungguhnya masalah ini termasuk masalah fiqih yang penting dan sangat dalam pembahasannya, namun belum mendapat perhatian di kalangan para fuqahâ terdahulu, sehingga pemahaman masalah ini menjadi kabur. Dan ternyata hal tersebut dialami juga oleh kalangan intelektual Muslim saat ini. Untuk menjelaskan pertanyaan tersebut di atas, kami akan bertolak dari firman Allah SWT, yang artinya:"(Dan) Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada Al Khair (Islam), menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran 104)

Ayat yang mulia ini merupakan seruan yang sangat jelas kepada umat Islam untuk membentuk suatu jama'ah, kelompok da'wah atau sebuah partai politik Islam, sekaligus membatasi aktivitasnya ke dalam dua kegiatan: pertama, berda'wah kepada Islam (terhadap pengikut agama lain); dan kedua, melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar di tengah-tengah kaum Muslimin.

Kita mengetahui bahwasanya pelaksanaan hukum syari'at Islam telah dibebankan kepada individu, juga kepada ulil amri (penguasa sah menurut hukum Islam) yang tanggung jawabnya lebih berat dibandingkan tanggung jawab yang dibebankan kepada individu, tetapi yang masih menjadi pertanyaan adalah apakah syari'at Islam membolehkan adanya jama'ah/kelompok da'wah atau partai politik Islam untuk melakukan aktifitas yang pembebanan pelaksanaan hukumnya ditujukan bagi individu atau ulil amri? Mengapa syariat Islam membebankan berbagai hukum tertentu kepada jama'ah, kelompok da'wah, maupun partai politik Islam secara khusus, yang tidak diperuntukan bagi individu dan atau ulil amri?

Memang benar bahwa keberadaan suatu jama'ah, kelompok da'wah atau partai Islam merupakan fardhu kifayah, yakni suatu kewajiban yang dibebankan atas seluruh kaum Muslimin. Sebab, perintah tersebut ditujukan kepada kaum Muslimin di setiap wilayah Islam, yaitu dengan firmanNya, yang artinya:"..Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat.." (Ali Imran 104).

Ayat tersebut juga membatasi aktivitas jama'ah dalam dua hal seperti yang telah disebut di muka. Dalam hal ini, syari'at Islam tidak hanya membatasi pembahasannya tentang urusan penguasa ataupun individu, tetapi juga membahas pula masalah gerakan. Bahkan, syari'at Islam mengharuskan adanya jama'ah, kelompok da'wah atau partai-partai Islam pada setiap masa secara terus menerus, khususnya pada saat daulah Islam masih ada. Kalaupun tidak ada daulah Islam untuk seluruh kaum Muslimin di dunia seperti keadaan saat ini, maka dalam hal ini terdapat dalil lain yang tetap mengharuskan adanya gerakan Islam, yaitu dengan berpedoman kepada kaidah syara' yang mengatakan: "Apabila suatu kewajiban tidak sempurna kecuali dengan suatu perbuatan, maka perbuatan itu wajib pula hukumnya". [Lihat Al Muwafaqaat, Imam Asy Syathibi, Jilid II, halaman 394] Sebab daulah Islam tidak akan tegak berdiri tanpa adanya suatu gerakan Islam yang berupaya untuk menegakkannya.

4

Page 5: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

"Siapa saja di antara kalian melihat (suatu) kemungkaran, maka hendaklah ia berusaha mencegahnya dengan tangannya ..." [Lihat Shahih Muslim, hadits no. 49]

Seorang individu tidak wajib mencegah kemungkaran apabila tindakannya justru akan menimbulkan kemungkaran yang lebih besar lagi [Lihat Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi, jilid II, hal 25-35]

Contoh dari perbedaan antara aktivitas gerakan dengan individu adalah tindakan Abu Bakar ra tatkala membebaskan Bilal ra, yang ketika itu masih berstatus budak milik Umayyah bin Khalaf. Setelah mengetahui Bilal ra masuk Islam, Umayyah mulai menyiksanya dengan cara menjemurnya di siang hari yang terik dan ditindih batu besar, dengan tujuan agar ia meninggalkan Islam dan kembali kepada kemusyrikan. Namun Bilal ra tetap sabar menahan siksaan dan hanya mengucapkan kata "ahad" berkali-kali. Padahal sesuatu yang mudah bagi Nabi Saw., sebagai pemimpin gerakan Islam pertama di dunia, untuk mengumpulkan dana dari para Shahabatnya guna menebus dan membebaskan Bilal ra serta Shahabat lainnya yang disiksa setelah masuk Islam. Namun demikian, beliau tidak melakukannya!

Kita memahami bahwa apabila perbuatan seperti itu merupakan suatu keharusan untuk dilakukan, tentulah harus segera dilaksanakan. Namun ternyata Nabi Saw., sebagai pemimpin gerakan Islam, tidak melakukannya walaupun beliau mampu. Dari sini dapat dipahami bahwa aktivitas seperti itu atau yang serupa dengannya bukanlah kegiatan dan tanggung jawab gerakan.

Di antara hal-hal lain yang membedakan secara nyata antara aktivitas inidividu dengan aktifitas gerakan adalah sebagaimana yang dicantumkan dalam kitab-kitab Sirah Nabi Saw., bahwasanya Abdurrahman bin Auf ra dan beberapa orang Shahabat lainnya mendatangi Rasulullah Saw. seraya berkata:"Ya Nabiyullah. Dahulu, tatkala kami masih musyrik, kami dimuliakan. Tetapi tatkala kami telah beriman, kami dihinakan". Rasulullah Saw. menjawab:'Aku telah diperintahkan untuk menjadi orang pemaaf. Karena itu, janganlah kalian memerangi mereka (Quraisy)' (HR An Nasa'i) [Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Ath Thabari, Ibnu Abi Hatim, Al Hakim, dan Al Baihaqi. Lihat Sunan An Nasa'i, jilid VI, halaman 2-3; Ad Durrul Mantsur, Imam As Suyuthi, jilid II, halaman 594]

Namun demikian dalam catatan sejarah, Saad bin Abi Waqash ra atas nama pribadinya pernah melakukan tindakan yang bersifat fisik, sebagaimana yang diriwayatkan dalam kitab-kitab Sirah Nabi saw. Diceritakan bahwa sekelompok Shahabat termasuk di dalamnya Sa'ad bin Abi Waqash sedang melakukan shalat di salah satu lembah kota Makkah. Mereka menyembunyikan aktifitas itu dari orang-orang kafir. Tetapi, sekelompok orang Musyrik melihat perbuatan tersebut dan mulai mengganggu serta mencaci-maki mereka. Akhirnya terjadi perkelahian antara kedua kelompok itu. Keadaan tersebut mendorong Sa'ad bin Abi Waqash memukul salah seorang musyrik dengan rahang unta sehingga berlumuran darah (lalu mati). Peristiwa ini merupakan pertumpahan darah yang pertama di dalam Islam. Berita ini kemudian sampai kepada Rasulullah Saw., tetapi beliau mendiamkannya (membolehkannya). [Lihat Sirah Ibnu Hisyam jilid I, halaman 263; As Sirah An Nabawiyah, Imam Adz Dzahabi, halaman 84]

5

Page 6: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Dari pengaduan Abdurrahman bin Auf ra dan kemudian Rasulullah Saw. menjawab agar bersifat pemaaf dan tidak membolehkan mereka memerangi orang-orang Quraisy atau yang lainnya, maka kita dapat memahami bahwasanya Rasulullah Saw. tidak membolehkan gerakan melakukan reaksi terhadap tindakan kekerasan dengan cara membalasnya. Yang beliau lakukan adalah menyuruh para Shahabat untuk bersabar (menahan diri). Padahal ketika itu, Rasulullah Saw. mampu mengerahkan kaum Muslimin untuk bereaksi membalas kekerasan yang dilakukan orang-orang kafir itu dengan perbuatan yang setimpal dalam setiap peristiwa/ kejadian yang menyakiti dan membahayakan kaum Muslimin. Namun ternyata, beliau tidak melakukannya meskipun tindakan itu dibutuhkan, dan walaupun ada pengaduan dari Shahabat agar Rasulullah Saw. mau melakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa beliau melarang kaum Muslimin melakukan tindakan kekerasan/fisik atas nama gerakan, namun dibolehkan bagi individu atau anggota gerakan melakukannya atas nama pribadi mereka apabila diancam atau dianiaya dan disiksa.

Dalil-dalil lain yang lebih memperkuat pemahaman ini adalah tindakan dan aktivitas da'wah Rasulullah Saw. di Makkah yang berlasung selama 13 tahun. Beliau melakukan aktivitas da'wah dan meminta pertolongan kepada orang-orang terkemuka dari seluruh Jazirah Arab dengan tujuan agar da'wah beliau berhasil dalam menegakkan daulah Islam. Rasulullah Saw. dalam hal ini telah membatasi kegiatannya dalam aktivitas-aktivitas yang bersifat non fisik (fikriyah). Beliau tidak pernah melakukan aktivitas apapun yang bersifat fisik, sebagaimana yang dikatakannya kepada para Shahabatnya setelah Bai'at Aqabah II: "Kita belum diperintahkan melakukan hal itu (tindakan kekerasan)". [Lihat Sirah Ibnu Hisyam, jilid I, halaman 448; As Sirah An Nabawiyah, Imam Adz Dzahabi, halaman 202]

Beliau menolak tawaran para pemimpin Madinah untuk memerangi penduduk Mina (jama'ah haji dari seluruh Jazirah Arab) dengan pedang. Beliau tidak mengatakan kepada mereka: "Kita belum mampu", tetapi beliau mengatakan: "Kita belum diperintahkan melakukan hal itu". Dan Rasulullah Saw. baru mengizinkan mereka melakukan perang setelah beliau bersama kaum Muhajirin hijrah ke Madinah dan setelah berdirinya daulah Islam di sana. Saat itulah diturunkan firman Allah SWT yang berbunyi [Lihat As Sirah An Nabawiyah, Imam Az Zahabi, halaman 467-468]:"Telah diberi izin (untuk berperang) bagi orang-orang yang telah diperangi, karena mereka telah dizhalimi" (Al Hajj: 39)

"Mafhum Mukhalafah" [Hukum yang tersirat adalah kebalikan dari hukum yang tersurat. Disebut juga dengan dalil khithab] dari ayat ini menjelaskan bahwa sebelum Rasul Saw. hijrah (sebelum didirikan negara Islam), kaum Muslimin tidak diizinkan untuk berperang. Mafhum Mukhalafah ini merupakan hujjah yang wajib dilaksanakan serta dijadikan pedoman bagi setiap gerakan Islam. Lebih dari itu, Allah SWT berfirman:

"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: 'Tahanlah tanganmu (dari berperang), dan dirikanlah shalat'"  (An Nisa 77)

Ayat ini diturunkan pada saat daulah Islam belum terwujud, sementara telah ada satu gerakan yang dipimpin Rasulallah Saw. yang anggotanya adalah individu-individu Muslim (kaum Muhajirin), yang berupaya keras untuk mendirikan daulah Islam dengan menghabiskan waktu 13 tahun lamanya. Setelah itu timbul kebutuhan untuk melakukan aktivitas fisik. Akan tetapi sebelumnya kaum Muslimin sebagai sebuah kesatuan gerakan, telah dilarang melakukan aktivitas fisik tersebut. Malah, mereka diperintahkan untuk

6

Page 7: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

bersabar dan menahan emosi. Bahkan, sebagian besar dari mereka diizinkan berhijrah ke Habsyah demi menghindarkan diri dari fitnah (paksaan untuk meninggalkan Islam).

Tidak diturunkannya izin yang membolehkan tindakan kekerasan pada saat itu, menunjukkan adanya larangan keras melakukan tindakan kekerasan tersebut dalam usaha mendirikan daulah Islam pada setiap masa (kecuali jika kaum Muslimin diperangi). Sedangkan diturunkannya izin melakukan tindakan kekerasan muncul setelah tegaknya daulah Islam, menunjukkan bahwa aktifitas fisik merupakan salah satu hal yang tidak termasuk langkah-langkah suatu gerakan. Melainkan hal tersebut termasuk aktivitas dan tanggung jawab daulah Islam, dan sebagian tercakup pula ke dalam aktivitas individu.

Dari sini kita dapat memahami bahwasanya syari'at Islam telah membedakan antara hukum yang dibebankan kepada gerakan dengan hukum yang dibebankan kepada individu dan penguasa. Namun perlu diingat pula bahwa perbedaan hukum-hukum terhadap jama'ah, kelompok da'wah dan partai politik Islam dengan hukum-hukum yang menyangkut individu di dalam suatu gerakan, hanya terbatas pada gerakan yang mengemban da'wah Islam yang bertujuan mendirikan daulah Islam saja. Atau dengan kata lain hanya pada kelompok da'wah yang aktifitasnya bersifat politis yang melakukan aktifitas berdasarkan apa yang telah diserukan dalam surat Ali Imran ayat 104, meneladani cara kelompok da'wah pertama dalam sejarah umat Islam, yaitu kelompok Shahabat yang dipimpin Rasulullah Saw. dalam menegakkan Islam. Adapun kelompok-kelompok kaum Muslimin lainnya (selain gerakan politik), terhadap mereka hanya dapat diterapkan hukum-hukum syara' yang menyangkut masalah individu. Sama halnya dengan suatu jama'ah (sekelompok orang) yang sedang bepergian. Status hukum yang menyangkut mereka, sama dengan hukum-hukum yang barkaitan dengan individu, baik mereka mempunyai pemimpin lebih dari satu, ataupun tanpa pemimpin. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok masyarakat yang membentuk suatu lingkungan, atau organisasi-organisasi sosial yang bergerak di tengah-tengah masyarakat; semua kelompok ini dan yang serupa dengannya, terhadap mereka diberlakukan hukum-hukum yang berkaitan dengan individu, walaupun aktifitas sosial kemasyarakatan itu mereka laksanakan secara bersama-sama serta tolong menolong. Dengan kata lain, mereka dianggap sebagai sebuah organisasi/sekelompok orang, namun tidak dapat dikategorikan sebagai gerakan politik atau sebagai gerakan da'wah penegakkan Islam.

Penentuan Target dan Metode Da'wah Harakah Islamiyah

Syarat Anggota Organisasi Islam

Bagaimana suatu kelompok da'wah dapat mengokohkan bangunannya, mengarahkan aktifitasnya ke suatu target tertentu yang dapat mewujudkan tegaknya Islam di tengah-tengah masyarakat internasional? Lalu metode apa yang harus ditempuh untuk mencapai target tersebut?

7

Page 8: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Sesungguhnya berbagai organisasi, kelompok da'wah, dan partai politik Islam, didirikan untuk mencapai target tertentu yang telah digariskan oleh masing-masing. Ketiga macam golongan ini menentukan tata cara dan metode tertentu untuk mencapai target yang telah digariskan dan tentu saja menjadi suatu keyakinan bagi mereka. Ini adalah fakta mengenai keberadaan setiap golongan tersebut. Tidak ada suatu perkumpulan pun di antara ketiga macam golongan tersebut yang akan menyimpang dari kaidah ini. Dengan demikian, dapatlah diringkas masalah ini ke dalam tiga topik pembahasan:(1) Pembentukan bangunan suatu organisasi/kelompok da'wah(2) Target yang hendak dicapai(3) Metode untuk meraih target

Pertama: Pembentukan suatu organisasi/kelompok da'wah Ketika suatu organisasi atau partai didirikan oleh seorang pendirinya, tentu saja orang yang mendirikan tersebut telah mengusahakan untuk menentukan suatu gambaran tertentu mengenai individu-individu yang akan menjadi bagian dari organisasi atau partai tersebut. Begitu pula halnya bagi kelompok da'wah. Gambaran tersebut antara lain meliputi syarat-syarat keanggotaan, sifat-sifat dan keahlian minimal yang harus dimiliki individu agar dapat menjadi anggota golongan tersebut. Namun, syarat-syarat, sifat-sifat dan keahlian itupun bagi setiap individu tergantung pada jenis dan ketetapan dari golongan. Misalnya saja ada organisasi profesi yang menjadikan pemilikan ijazah seseorang, menentukan keanggotaannya. Ada pula organisasi sosial yang menentukan syarat, sifat dan keahlian tertentu, yang berbeda dengan organisasi profesi. Contohnya, ada organisasi pemelihara seni Islam, atau lembaga sosial semisal Badan Pembangunan Masjid atau Rumah Sakit Islam, Panti Asuhan, Kepanduan Islam, dan lain-lain. Masing-masing organisasi ini menentukan syarat-syarat, sifat-sifat dan keahlian yang berbeda dengan organisasi palang merah, misalnya; atau Organisasi Kesetiakawanan Nasional, dan lain sebagainya.

Begitu pula halnya dengan suatu harakah Islamiyah ataupun partai politik Islam. Masing-masing menentukan syarat dan sifat yang berbeda terhadap individu-individu yang ingin menjadi anggotanya.

Setiap harakah Islamiyah ataupun partai politik Islam menentukan batas minimum terhadap setiap orang yang ingin menjadi anggota, kemudian dibina dan disiapkan agar mampu meraih suatu kedudukan tertentu berdasarkan kemampuan dan keahliannya. Syarat dan sifat yang dikenakan agar seseorang dapat menjadi anggotanya, tergantung pada asas harakah atau partai tersebut. Misalnya saja harakah Islamiyah atau partai politik Islam tidak akan menerima siapapun menjadi anggota serta tidak menawarkan keanggotaannya kecuali jika individu-individu tersebut beraqidah Islam, rajin menjalankan ibadahnya, mempunyai akhlaq yang Islami, dan tolok ukurnya dalam berinteraksi dengan masyarakat adalah hanya halal dan haram, bukan maslahat. Ini merupakan batas-batas minimum yang harus dimiliki oleh orang yang menawarkan dirinya menjadi anggota dalam suatu harakah Islamiyah ataupun partai politik Islam.

Kelompok da'wah Islam manapun tentunya tidak mungkin akan menerima orang-orang kafir menjadi anggotanya, dan tidak akan setuju (tidak berdiam diri) apabila terdapat salah seorang di antara pengikutnya orang munafiq atau fasiq yang secara terang-

8

Page 9: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

terangan berbuat maksiat. Juga, tidak akan mengizinkan para anggotanya untuk melakukan perbuatan apapun yang tidak sesuai dengan akhlaq seorang muslim, khususnya bagi "hamilud da'wah". Inilah batas minimum yang diperlukan. Akan tetapi masing-masing anggota tentu saja berbeda-beda tingkatannya. Ada yang hanya melakukan fardlu saja, ada pula yang melakukan fardhu dan sunnah muâkkadah. Begitu juga ada yang melakukan fardlu, sunnah-sunnah nawafil serta menjauhkan diri dari perbuatan yang syubhaat (yang belum diketahui status hukumnya). Juga akan terdapat banyak perbedaan dari setiap anggotanya, baik dalam kemampuan, semangat, maupun wawasan tentang target yang berusaha untuk dicapai.

Inilah landasan yang membangun suatu harakah Islamiyah ataupun partai politik Islam. Oleh karena itu, tidak dibolehkan sama sekali saling menuduh dan menyalahkan salah satu harakah Islamiyah atau partai politik Islam dengan mengatakan bahwa di antara pengikut-pengikutnya ada yang belum menjalankan hukum-hukum yang telah diwajibkan Islam, walaupun hal ini didasarkan kepada pendapat/faham fiqih tertentu.

Adapun organisasi-organisasi atau partai-partai yang menonjolkan syiar-syiar Islam dengan maksud menyembunyikan kekufurannya, mereka juga memiliki pandangan, syarat-syarat dan sifat-sifat tertentu terhadap setiap anggotanya. Bisa jadi, misalnya, mereka hanya mengambil dan memperhatikan masalah-masalah kerohanian, seperti aliran (sekte) Subud, tetapi tidak berlandaskan kepada aqidah Islam. Sama halnya dengan aliran-aliran kebatinan yang ajaran-ajarannya bertentangan dengan aqidah Islam.

Begitu juga organisasi-organisasi dan partai-partai yang sekuler ataupun materialis, masing-masing memiliki asas, tolok ukur serta nilai-nilai tertentu yang berbeda-beda untuk menerima maupun menolak seseorang menjadi anggota. Juga untuk organisasi-organisasi profesi, serikat buruh, masing-masing mempunyai tolok ukur dan penilaian berlainan terhadap setiap orang yang ingin menjadi anggotanya. Akan tetapi, jenis-jenis organisasi dan partai bukan Islam tersebut di atas tidak termasuk ke dalam pembahasan kita.

Penentuan Target Organisasi Islam

Kedua: Target yang hendak Dicapai

Jika pandangan terhadap pembentukan wadah gerakan berbeda antara satu dengan lainnya, maka pandangan mengenai target yang ingin dicapai tentu akan berbeda-beda pula. Berbagai macam gerakan dapat saja mencapai titik-titik temu mengenai target, namun dalam faktanya tidak sedikit yang saling berselisih. Apa yang diperselisihkan bisa saja menyangkut persoalan yang mendasar, bisa pula persoalan yang furu' (cabang). Sekalipun demikian, semua sepakat bahwa setiap gerakan menghendaki adanya perbaikan di dalam masyarakat.

Apabila kita mendalami setiap gerakan yang melakukan perbaikan di dalam masyarakat, walaupun secara sederhana, akan kita dapatkan dua macam kelompok. Pertama, kelompok yang memperbaiki masyarakat berdasarkan agama; dan yang kedua, kelompok yang ingin memperbaiki masyarakat tidak berdasarkan agama. Kelompok yang terakhir ini

9

Page 10: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

tidak perlu kita bahas. Karena itu, topik yang dibahas di sini adalah kelompok yang memperbaiki masyarakat dengan berdasarkan agama dan aqidah Islam.

Setiap kelompok, organisasi dan partai yang berasaskan aqidah Islam dan tegak di atas dasar perbaikan, biasanya menentukan persyaratan-persyaratan tertentu bagi orang-orang yang ingin menjadi anggota, misalnya harus terikat dengan Islam secara totalitas. Dalam hal ini, tentu saja ketiga macam golongan tersebut tidak akan menerima anggota yang tidak terikat dengan Islam atau tidak memiliki akhlaq Islam. Dan apabila kita arahkan pandangan secara lebih mendalam terhadap semua kelompok ini, maka mereka akan terbagi ke dalam tiga macam arah/target:

(a) Target yang hanya memperhatikan kepentingan individu

Sebagian perkumpulan, seperti Tarekat (sufisme) dan berbagai organisasi Islam semacamnya, menjadikan keselamatan dan kemenangan di akhirat sebagai target untuk mereka, di mana target itu --menurut mereka-- hanya dapat dilakukan melalui aktifitas kerohanian ritual semata dan sikap uzlah (mengurangi aktifitas bermasyarakat). Pandangan ini mereka buktikan dari firman Allah SWT:"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tidaklah orang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk..." (Al Maidah: 105)

Maksud mereka dengan istilah "mencari keselamatan" adalah menjauhkan diri dari masyarakat serta menghindari krisis-krisis yang ada di dalam masyarakat. Bahkan jika perlu dengan cara menggigit akar pohon, mereka pun mau melakukannya, asalkan bisa menyelamatkan diri sendiri.

(b) Target Memperbaiki Aqidah dan Akhlaq Individu

Sebagian organisasi/gerakan Islam berpendapat bahwa masyarakat terdiri atas kumpulan individu, sehingga dianggap bahwa apabila individu-individu itu baik, tentu masyarakatnya akan menjadi baik. Sebaliknya, apabila individu-individu itu rusak akhlaqnya, rusak pula akhlaq masyarakat tersebut.

Atas dasar pandangan yang keliru ini, mereka menjadikan perubahan individu sebagai dasar untuk mengubah keadaan masyarakat. Mereka bertolak dari pandangan sebagaimana ilmu sosiologi Barat tentang definisi masyarakat. Padahal pendapat tersebut tidak sesuai dengan fakta pembentukan suatu masyarakat. Sebab, sekelompok individu seperti itu hanya akan menghasilkan suatu jama'ah (perhimpunan), bukan masyarakat. Sedangkan yang membentuk masyarakat adalah interaksi antar anggota masyarakat berdasarkan adanya kepentingan bersama. Interaksi yang dimaksud adalah bahwa kepentingan tersebut harus berdasarkan kepada pemikiran, perasaan, dan aturan tertentu.

(c) Target Memperbaiki Masyarakat

Sebagian organisasi Islam lainnya berpendapat bahwa masyarakat itu sebenarnya merupakan interaksi-interaksi yang berlangsung terus-menerus antar individu masyarakat. Di dalamnya terdapat sistem politik yang melibatkan negara untuk mengatur hubungan tersebut. Sedangkan usaha individu dalam menjalankan hubungan antar

10

Page 11: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

sesamanya bertolak dari kesatuan pandangan dan perasaan terhadap ukuran/nilai maslahat yang menjadi obyek interaksi tersebut. Oleh karena itu, kerusakan masyarakat yang terjadi adalah karena rusaknya interaksi antar mereka ini, yakni rusaknya pemikiran dan perasaan masyarakat, serta rusaknya sistem yang mengatur interaksi antar individu masyarakat. Cara memperbaiki masyarakat adalah dengan ideologi Islam (akidah dan syariah Islam) sebagaimana Rasulullah Saw.

Inilah tiga macam arah orientasi perbaikan masyarakat dan upaya mengembalikan kaum muslimin ke masa jayanya. Masing-masing kelompok memilih salah satu arah sebagai metode khususnya untuk mencapai target.

Metode Kelompok Dakwah Islam

Ketiga: Metode untuk Meraih Target

Untuk mencapai tujuan dakwah, maka metode dakwah yang digunakan harus selalu dikaitkan dengan target, membuat rencana-rencana untuk pelaksanaan dakwah, termasuk sarana-sarana yang diperlukan untuk mencapainya. Bagi kelompok dakwah yang meyakini bahwa masyarakat terbentuk dari individu, mereka akan membahas mengenai pembentukan pribadi individu, termasuk juga membuat strategi dakwah yang disertai sarana-sarana tertentu yang dapat menarik perhatian individu, serta berusaha untuk mengadakan perbaikan yang hanya terbatas pada individu belaka. Misalnya hal-hal yang dianggap sebagai dasar dalam usaha perbaikan individu, seperti aqidah, akhlaq, muamalah, dan ibadah. Jika individu-individu tersebut telah diperbaiki, maka ia harus berusaha memperbaiki keluarganya secara individual, disebabkan pandangan mereka bahwa keluarga dan masyarakat terbentuk dari individu. Dari sini perhatian kelompok dakwah yang bertolak dari pandangan tersebut akan terfokus pada individu dan bagaimana memperbaiki perjalanan hidupnya.

Dalam aspek aqidah, misalnya, mereka menjelaskan rukun-rukun aqidah, tolok ukur untuk mengetahui kebenaran aqidah, dan sebagainya, dengan cara menanamkan keyakinan yang memuaskan akal, serta sesuai dengan fithrah manusia (naluri beragama). Sebab, Islam adalah diinul fithrah. Dari segi ibadah, mereka menjelaskan bahwa di dalam ibadah terdapat kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan, dan sunnah-sunnah nafilah, sehingga setiap Muslim mampu meninggikan derajatnya dengan bertaqarrub kepada Allah. Begitu pula dengan akhlaq; mereka mengajarkan individu tentang kewajiban memiliki sifat-sifat yang terpuji, dan bahwasanya ia harus senantiasa menjauhi setiap perbuatan haram ataupun perbuatan keji (kriminal) dan sebagainya. Pada saat yang sama, ia harus selalu berperilaku baik dan tidak berani melanggar aqidah. Sedangkan dalam hal urusan muamalah (interaksi, transaksi), ia harus selalu terikat dengan nila halal dan haram. Semua hal ini dikatakan akan menghasilkan individu dan masyarakat yang berakhlaq mulia.

Berdasarkan hal ini, mereka mendidik setiap individu untuk menghasilkan perbaikan terhadap diri pribadi, kemudian terhadap keluarga, masyarakat, dan negara. Dengan demikian, menurut mereka, dengan aktifitas individu yang melakukan perbaikan, maka umat akan meraih kemuliaannya, serta panji-panji La ilaaha illallah dapat ditegakkan

11

Page 12: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

kembali. Tetapi bagaimana tahapan-tahapan kongkret untuk mencapai kejayaan tegaknya aqidah dan syariah Islam secara keseluruhan? Ini yang belum bisa mereka jelaskan!

Sedangkan kelompok dakwah berikutnya, yang memandang bahwa masyarakat terdiri atas kelompok individu yang di dalamnya terdapat interaksi yang berkembang secara terus-menerus; dan bahwasanya baik atau rusaknya masyarakat bergantung pada bentuk hubungan-hubungan tersebut --apakah didasarkan kepada ide-ide dan sistem Islam, serta perasaan masyarakatnya pada standar Islam dalam kehidupan sehari-hari, atau didasarkan kepada sistem selain Islam--, maka kelompok ini haruslah memiliki suatu pandangan yang paripurna terhadap segala bentuk interaksi di dalam masyarakat, dan gambaran yang sempurna terhadap sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem sosial (pergaulan pria dengan wanita), sistem pendidikan, politik luar negeri atau tata hubungan internasional.

Selain itu, kelompok ini haruslah mempersiapkan rancangan konstitusi dan perundang-undangan yang lengkap untuk sebuah pemerintahan Islam untuk diterapkan, yang mampu menjelaskan bentuk dan struktur daulah, serta wewenang dalam setiap bagian strukturnya. Konstitusi tersebut harus mampu menjelaskan hubungan antar sesama masyarakat, hubungan dengan Khalifah dan perangkatnya, serta hubungan daulah dan umat Islam dengan bangsa-bangsa atau negara-negara lain.

Kelompok dakwah ini hendaklah berusaha untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat secara keseluruhan terhadap ide-ide dan sistem Islam yang dijelaskannya dalam masyarakat serta kepercayaan dan dukungan masyarakat terhadap kelompok gerakan dakwah tersebut, tanpa memperhatikan jumlah dan suara mayoritas. Sebab, umat Islam pasti menerima ide-ide dan tunduk kepada hukum-hukum Islam, serta suatu saat mau berjuang untuk Islam bersama-sama dengan kelompok-kelompok dakwah ini.

Wajar saja apabila pada mulanya jumlah yang mendukung adalah sangat sedikit. Tetapi yakinlah, bahwa nanti jumlahnya akan bertambah dan menjadi banyak. Perkembangan ini pasti dialami oleh setiap gerakan, walaupun masing-masing mempunyai metode yang berbeda-beda.

Jika tujuan ini tercapai, maka pemegang kekuatan yang berpengaruh di dalam masyarakat akan menyerahkan kekuasaannya kepada umat, bila mereka melihat bahwa mayoritas mendukung tegaknya daulah Islam. Akan tetapi sikap petinggi tersebut tidak mungkin terjadi, kecuali setelah dikerahkannya kekuatan senjata/militer untuk melawan rakyatnya. Lalu militer gagal dalam mengatasi keadaan atau malah bergabung dengan rakyat, maka barulah kelompok dakwah tadi dapat melaksanakan apa yang telah digariskan sebelumnya tentang peraturan daulah Islam, serta panji-panji Islam "Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah" dapat ditegakkan, dan kemuliaan kaum muslimin dapat dicapai.

Adapun kelompok dakwah yang arahnya terbatas kepada perbaikan terhadap pribadi sendiri untuk mensucikan dan menyelamatkan dirinya, maka sebagian dari mereka walaupun berdakwah di tengah-tengah masyarakat, akan tetapi dakwahnya hanya bersifat ajakan kepada masyarakat untuk kembali kepada Allah tanpa menentukan caranya Islam benar-benar tegak di masyarakat keseluruhan. Mereka katakan bahwa yang penting kembali kepada Allah dan hidup sebagaimana hidupnya shahabat Rasulallah Saw.

12

Page 13: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Adapun masalah perubahan masyarakat dan negara, itu adalah pemberian dari Allah SWT, yakni tidak perlu kaum Muslimin mengubah sistem kehidupan buruk yang ada!

Arah Gerak Kelompok Dakwah Islam

Kesimpulan dari bentuk aktifitas ketiga macam kelompok di atas adalah:

Pertama, bahwasanya titik sentral aktivitas kelompok yang pertama dan yang ketiga adalah individu. Mereka membatasi geraknya dengan hal-hal yang berkaitan dengan individu. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan kelompok dakwah seperti ini hanyalah berusaha memperbaiki tingkah laku individu saja, serta mengembangkan wawasan anggotanya dengan tsaqafah (kebudayaan) Islam yang berkaitan dengan individu. Sedangkan bagian tsaqafah Islam yang berkaitan dengan masyarakat dan yang menjadi dasar bagi suatu negara, serta yang berhubungan dengan bentuk-bentuk interaksi antara individu-individu rakyat, maka hal ini dianggap bukanlah suatu hal yang patut mendapat perhatian. Sebab, hal tersebut dikira tidak berkaitan dengan individu, dan lagi tidak ada pengaruhnya terhadap baik buruknya akhlaq (budi pekerti) individu.

Tentu saja, apa yang mereka lakukan adalah suatu kekeliruan. Mari kita ambil suatu masyarakat yang terdiri atas 10 juta orang (penduduk) untuk dijadikan contoh. Apabila di tengah-tengah masyarakat tersebut terdapat suatu gerakan Islam atau suatu partai politik yang menjadikan perbaikan individu sebagai langkah awal untuk memperbaiki masyarakat secara keseluruhan, maka pastilah kelompok dakwah ini akan memulai usaha perbaikan total dari individu-individu tertentu, sampai terdapat sejumlah orang yang memiliki keyakinan, wajibnya mengadakan perbaikan di dalam masyarakat. Jumlah mereka semakin hari semakin bertambah terus hingga mencapai ratusan orang. Lalu aktivitas mereka dilanjutkan dengan memperbaiki individu masyarakat lainnya secara terus-menerus sehingga berhasil mengubah ribuan orang, walaupun jumlah tersebut tidak seluruhnya menjadi bagian dari gerakan Islam tersebut (sebagian hanya sebagai pendukung). Tentu saja kelompok dakwah ataupun partai politik Islam seperti ini akan merancang program pembinaan dengan kadar yang intensif dan titik perhatiannya adalah perbaikan individu, baik aspek-aspek aqidah, ibadah, akhlaq dan muamalah, termasuk juga mempersiapkan program latihan kepemimpinan sesuai dengan strategi dakwah yang telah digariskan oleh pimpinan gerakan.

Apabila jumlah orang yang berhasil diperbaiki telah mencapai misalnya 6 juta orang, ditambah 2 juta orang yang telah menjadi anggota, berarti dari jumlah masyarakat yang 10 juta itu tinggal sisanya yang 2 juta belum diperbaiki. Maka, apakah dengan keadaan seperti ini masyarakat dapat berubah secara otomatis jika pemerintahannya masih menerapkan sistem yang tidak Islami? plus konstitusi (UUD) negaranya bersifat sekuler, dan sistem ekonominya masih berlandaskan kapitalis Barat, serta peraturan peradilannya masih menjadikan perundang-undangan Barat sebagai sumber setiap perkara peradilan? Lalu siapa yang akan mengubahnya? Sebab masalah sistem dalam hal ini telah dipisahkan (oleh kelompok dakwah ini) dari unsur individu.

Kemudian apabila tahapan ini telah dicapai oleh suatu gerakan misalnya, maka langkah yang kedua adalah merealisasikan hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan masyarakat dan negara. Walaupun semua hukum tersebut dapat dicari dalam kitab-kitab

13

Page 14: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

fiqih yang memperkaya khazanah Islam. Namun kelak akan timbul pertanyaan, siapa yang akan menggalinya? Padahal masalah ini tidak termasuk urusan individu dan tidak ada kaitannya dengan perbaikan individu. Sebab, individu-individu yang telah diperbaiki tidak pernah dididik tentang hukum-hukum yang menyangkut urusan-urusan kenegaraan dan hubungan internasional serta kebutuhan umat akan berbagai hukum Islam untuk berbagai aktivitas. Oleh karena itu, siapa yang akan mempersiapkan dan menerapkannya?

Mereka, para pengikut kelompok ini, sama sekali belum pernah mendapatkan gambaran mengenai sistem Islam. Oleh karena itu, walaupun prosentase perbaikan individu itu mencapai 100% di kalangan masyarakat, tetapi jika hal-hal yang membentuk masyarakat tidak diperhatikan maka kerusakan masyarakat tetap ada. Karena yang menjadi penyebabnya adalah kerusakan sistem/peraturan masyarakat, padahal hal ini dianggap tidak ada kaitannya dengan individu. Oleh karena itu metode dakwah semacam ini tidak akan mampu memperbaiki masyarakat dan hanya sebatas memperbaiki individu belaka. Sehingga sistem yang berlaku atas umat tetap sistem kufur/non-Islam.

Kedua, kelompok yang memperhatikan perbaikan masyarakat. Kelompok ini bergerak sesuai dengan keadaan dan perkembangan. Mereka meyakini bahwa kerusakan masyarakat disebabkan oleh rusaknya pemikiran umat, serta rusaknya sistem pemerintahan yang pada gilirannya memperngaruhi kehidupan masyarakat ke arah yang tidak Islami. Oleh karena itu, sistemnyalah yang harus diperbaiki setelah sebelumnya pemikiran dan jiwa umat diperbaiki dan diobati. Tujuannya tidak lain adalah bagaimana mengubah sistem pemerintahan yang mempengaruhi pemikiran dan jiwa umat, sehingga masyarakat dapat berubah secara totalitas. Untuk melakukan perubahan semacam ini dibutuhkan strategi dakwah sebagai berikut:

(1) Hendaklah kelompok dakwah memiliki gambaran yang jelas tentang target yang akan dicapai, perlu mempersiapkan sistem pemerintahan yang ingin diterapkan, kemudian diperkenalkan dan dijelaskan kepada masyarakat agar mereka dapat mengembalikan kepercayaannya terhadap sistem pemerintahan Islam tersebut.

(2) Hendaklah kelompok dakwah ini menjelaskan bukti bahwa sistem yang diterapkan sekarang ini di seluruh dunia Islam adalah sistem yang bathil/rusak dan agar setiap kelompok masyarakat kaum Muslimin tidak mempercayainya lagi atau berlepas diri darinya.

(3) Adalah suatu keharusan bagi kelompok dakwah untuk berdiri di hadapan penguasa yang menerapkan sistem kufur (selain Islam), serta menentukan sikap dan menghendaki agar sistem tersebut diganti dengan sistem Islam apabila mereka masih mengakui dirinya sebagai Muslim. Jika penguasa memerangi mereka, berarti yang sebenarnya diperangi oleh mereka adalah Islam itu sendiri. Tetapi perlu diingat bahwa kelompok dakwah dalam menentukan sikap terhadap penguasa tidak boleh melakukan unjuk rasa dengan cara kekerasan. Umat akan melakukan reaksi dengan cara demonstrasi, mogok kerja, memboikot pemerintahan batil, maupun cara-cara lain sampai penguasa batil mau tunduk kepada Islam dan kepercayaan masyarakat terhadap mereka hilang. Jika pihak militer memerangi masyarakat, dalam hal ini umat tidak akan diam dan wajib berperang.

(4) Hendaklah kelompok dakwah tersebut mengembangkan bangunan tubuhnya dengan jalan menambah jumlah anggotanya walaupun dengan resiko yang sangat besar.

14

Page 15: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Apabila kelompok dakwah tersebut mampu melaksanakan tanggungjawabnya kemudian berhasil mendapatkan kepercayaan umat serta berhasil mencabut dukungan umat terhadap penguasa sistem kufur, maka ia akan berusaha mendorong sekelompok orang dari kalangan pejabat pemerintah yang ghirah Islamnya masih hidup untuk menyingkirkan penguasa thoghut. Saat itulah kelompok dakwah tersebut mendapatkan peluang untuk menerapkan sistem daulah Islam yang sebelumnya telah mereka persiapkan. Jika seluruh hukum syariat Islam dapat diterapkan melalui negara, maka akan terbentuklah masyarakat Islam. Inilah yang akan mewarnai individu, keluarga, dan lingkungan serta akan dipertahankan kualitas Islamnya. Islam akan tetap menjadi gaya, cara, dan sikap hidup bagi sistem tersebut. Islam juga akan diemban ke seluruh dunia oleh daulah Islam.

Mungkin saja dari segi kuantitas, jumlah kelompok dakwah ini tidak lebih dari ribuan orang atau bahkan hanya ratusan orang saja. Tetapi jika umat yang dalam kondisi lemah ini telah memberikan kepercayaan kepada kelompok dakwah tersebut yang telah membuktikan kemampuannya dalam memimpin umat dan lagi umat rela mengorbankan segalanya untuk meraih tujuan tegaknya Islam tersebut yang tidak lain adalah tujuan umat juga, maka cita-cita seperti itu yakni tegaknya pemerintahan Islam dan terbentuknya masyarakat Islam akan mudah sekali diraih.

Sebagaimana keberhasilan dakwah Rasul Saw. dahulu, bukan suatu yang mustahil bahwa dengan ratusan orang saja yang terdapat di dalam suatu masyarakat yang berjumlah 10 juta orang, disertai dengan semangat mereka untuk mengorbankan harta benda, diri, bahkan segalanya lalu diiringi dengan pandangan yang luas dan jelas terhadap tujuannya, dibarengi kesadaran politik internasional, maka ratusan orang ini bisa berhasil mendapatkan kepercayaan dan dukungan umat secara mutlak. Kemudian dengan semangat yang tinggi, umat dan atau beserta pihak militer mendukung mereka untuk menegakkan negara khilafah Islam, yang pada akhirnya kekuasaan tersebut diserahkan kepada kelompok dakwah yang jumlahnya sedikit tadi. Dari sini jelaslah bahwa dasar-dasar terbentuknya masyarakat adalah terbentuknya opini yang didasarkan oleh kesadaran umat, militer maupun pemegang kekuatan.

Fardhu Berjuang Menegakkan Islam

15

Page 16: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Berjuang Untuk Islam Di Jalan Yang Keliru

Ada sebagian di antara kaum Muslimin selalu mencari alasan untuk tidak berjuang demi tegaknya Islam dan kembalinya khilafah Islam. Mereka berpendapat bahwa memperjuangkan Islam sekarang ini penuh dengan resiko. "Allah akan memaafkan orang-orang yang tidak sanggup berjuang", kata mereka. Ada juga yang mengatakan bahwa aktifitas da'wah harus dijauhkan dari arena politik. Bahkan dalam masalah ini ada yang berani menentang adanya politik di dalam Islam, sehingga tidak mau berjuang bersama-sama partai atau gerakan Islam. Ada juga di antara pejuang-pejuang Islam menempuh jalan kekerasan untuk mendirikan negara Islam. Benarkah semua pendapat tersebut di atas?

Rasulullah Saw. telah mengambil berbagai langkah yang dilaksanakan secara berkesinambungan untuk membangun negara yang menerapkan aqidah Islam dan peraturan-peraturannya, sampai beliau berhasil mengambil alih kekuasaan pada malam bai'at ahlul halli wal 'aqdi --yaitu pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat di Madinah-- untuk melindungi beliau dan menghadapi seluruh kekuatan kafir yang ada, juga untuk mendengar dan taat kepadanya. 'Ubadah bin Shamit meriwayatkan tentang peristiwa ini sebagai berikut:

"Kami telah membai'at/berjanji kepada Rasulullah Saw. untuk tetap setia mendengarkan dan mematuhi perintahnya, dalam keadaan yang kami senangi atau kurang kami senangi, di masa sulit maupun lapang, dan tidak mendahulukan kepentingan kami. Dan kami tidak menentang perintah dari ahlul amri/orang-orang yang memegang jabatan pemerintahan, kecuali (sabda Rasul): "Kalau kamu melihat kekufuran secara terang-terangan, yang bisa kamu buktikan berdasarkan keterangan dari Allah". (HSR Bukhari-Muslim) [Lihat Shahih Bukhari hadits no. 7056; dan Shahih Muslim hadits no.1709. Istilah Ahlul Amri di sini termasuk para khalifah, wali (gubernur) dan umarâ (pejabat-pejabat pemerintah Islam lainnya)]

Tidak ada ikhtilaf lagi di kalangan kaum muslimin bahwa pengangkatan dan bai'at kepada khalifah itu wajib hukumnya dan ia merupakan fardhu kifayah. Berarti jika ditegakkan oleh sebagian kaum muslimin maka tidak dikenakan kewajiban ini kepada yang lain. Tetapi, jika belum ditegakkan, maka kewajiban itu tetap dibebankan kepada kaum muslimin seluruhnya. Apabila kewajiban ini belum terlaksana, mereka semuanya berdosa kecuali orang-orang yang berusaha menegakkannya. Demikian pula setiap fardlu kifayah, bisa menjadi fardhu 'ain sampai terlaksana; atau diduga oleh orang-orang yang belum terlibat bahwa yang sudah mulai berusaha melakukannya mampu menghasilkan atau merealisasikan fardlu tersebut. Contoh dalam hal ini seperti shalat jenazah, jihad dan menuntut ilmu yang dibutuhkan oleh umat, semuanya adalah fardlu kifayah.

Andaikata kaum muslimin sekarang menduga kuat bahwa kaum muslimin Palestina mampu mengalahkan dan memusnahkan Yahudi, maka mereka boleh tidak ikut berjihad bersama mereka. Apabila mereka menduga sebaliknya, maka wajib bagi mereka (mulai dari yang dekat sampai kepada yang paling jauh) ikut bergabung dengan kaum muslimin Palestina untuk berjihad melawan orang-orang Yahudi. Jika mereka tidak melakukannya,

16

Page 17: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

semuanya akan berdosa. Dalam hal ini contohnya tidak terbatas pada negeri Palestina, bahkan mencakup seluruh negeri yang dikuasai orang-orang (negara) kafir dari Kaukasus (Rusia) sampai Yugoslavia, dari Andalusia sampai India, dan lain-lainnya.

Adapun jalan yang ditempuh untuk menegakkan negara Islam tergolong hukum syara' yang harus dilaksanakan sebagaimana hukum syara' lainnya. Kaum muslimin sekarang terbagi dua, ada yang berusaha menegakkan negara Islam dan ada yang tidak. Padahal Rasulullah Saw. telah bersabda:"Siapa saja yang mati dan (di negerinya) tidak ada seorang imam (khalifah), maka matinya adalah seperti mati jahiliyah". (HSR Imam Ahmad) [Lihat Tartib Musnad Imam Ahmad, Jilid XXIII, halaman 52, no. 119]

Para pejuang (gerakan) Islam sekarang belum berhasil mengangkat seorang khalifah dan merealisasikan Hukum Islam sejak tahun 1924. Karena itu, orang-orang yang tidak berjuang akan berdosa karena telah melalaikan dan tidak melaksanakan fardlu ini. Status mereka sama dengan meninggalkan fardlu-fardlu lain seperti sholat, shaum, dan lain-lain.

Di antara orang-orang yang malas berjuang untuk Islam ada yang mencari alasan bahwa ia tidak mampu melaksanakannya, karena resikonya sangat besar. Mereka bertolak dari berbagai dalil-dalil syara' antara lain firman Allah SWT:"Allah tidak membebani (hukum) atas seseorang, kecuali sesuai dengan kesanggupannya..." (Al Baqarah: 286)

Juga sabda Rasulullah Saw.:“Tidak layak bagi seorang muslim untuk menghina dirinya". Para sahabat bertanya: 'Bagaimana bisa seseorang menghina dirinya, ya Rasulullah?' Beliau menjawab: "Ia melibatkan diri dalam suatu perbuatan yang membahayakan dirinya dan ia tidak mampu melaksanakannya" (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ath Thabari) [Lihat Sunan Tirmidzi, hadits no. 2353; Sunan Ibnu Majah hadits no. 4016; Musnad Imam Ahmad, jilid V, hal. 405; dan Mu'jam Thabari Al Kabir jilid III, hal. 204]

Orang-orang yang mengatakan demikian, di antaranya terdapat berbagai alim ulama yang mengajarkan Islam kepada kaum muslimin tetapi tidak memperdulikan masalah politik dan tidak ingin membentuk suatu gerakan atau partai politik Islam.

Adapun ayat tersebut adalah suatu nash syara' yang menunjukkan bahwa Allah tidak membebani manusia dengan suatu perbuatan kecuali sesuai dengan kemampuannya, sebatas pemahaman dan niatnya. Makna tersebut berlawanan dengan makna yang diisyaratkan oleh orang alim di atas. Begitu pula Hadits di atas yang dijadikan alasan menunjukkan makna yang sama, karena berbunyi: "Ia melibatkan diri dalam suatu perbuatan".

Masalah ini berbeda dengan taklif Allah kepada manusia. Di samping itu, hadits ini adalah "munqathî" (terputus sanadnya), sehingga tidak dapat dijadikan sebagai hujjah.

Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam masalah ini, kami ungkapkan contoh yang dilakukan oleh tiga orang shahabat yang telah berlomba dalam beribadah. Salah satunya mengatakan sanggup berpuasa terus-menerus, yang kedua bangun malam (tahajjud) secara terus menerus, dan yang ketiga tidak ingin menikah dengan wanita untuk selama-

17

Page 18: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

lamanya. Kemudian mereka datang ke rumah Rasulullah dan bertanya kepada istrinya mengenai ibadah Rasulullah. Setelah menjelaskan ibadah yang dilakukan Rasul tersebut seolah mereka menganggap ringan ibadah beliau. Kemudian mereka berkata: "Bagaimana kita dibandingkan Rasulullah, beliau diampuni dosa sebelum dan sesudahnya". Tatkala mendengar ucapan mereka itu, Rasulullah Saw. marah dan berkhutbah di hadapan kaum muslimin: "Demi Allah, Aku manusia yang paling taqwa kepada Allah di antara kalian. Tetapi aku berpuasa dan berbuka. Aku pun bangun malam dan tidur dan aku juga menikahi wanita. Siapa saja tidak mengikuti sunnahku, maka (mereka) tidaklah termasuk golonganku". (HSR Bukhari, Muslim, An Nasa'i, dan lain-lain) [Lihat Shahih Bukhari, IX/89-90; Shahih Muslim, no. 1401; Sunan An Nasaîi VI/60]

Adapun ada tidaknya politik dalam Islam, maka perlu dijelaskan pengertiannya dari segi istilah syara', yaitu: "memelihara dan memperhatikan urusan umat/rakyat” [Lihat Kamus Politik, Ahmad 'Athiyah, hal. 320]

Mengangkat seorang khalifah adalah termasuk kegiatan politik. Sebab, apa tugas khalifah kalau bukan mengurusi masyarakat dengan aturan yang benar! Perhatikanlah sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Al Hakim [Lihat Al Mustadrak, jilid IV, halaman 320]:“Siapa saja di pagi hari tidak memikirkan masalah kaum muslimin, maka bukan termasuk golongan mereka".

Rasulullah senantiasa memikirkan dan memelihara urusan ummat selama hidupnya demikian pula para Khulafaur Rasyidin dan para sahabat sesudahnya. Rasul juga memberitahu kepada para sahabat bahwa Allah akan meminta tanggungjawabnya (para Imam/Khalifah) tentang rakyat yang harus dipelihara urusannya, sebagaimana sabdanya:"Dahulu Bani Israil dipimpin dan dipelihara urusannya oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, digantikan oleh nabi yang lain. Sesungguhnya tidak akan ada nabi sesudahku. (Tetapi) nanti akan ada banyak khalifah (kepala pemerintahan Islam)". Para shahabat bertanya: 'Apakah yang engkau perintahkan kepada kami (pada saat itu)?' Beliau menjawab: "Penuhilah bai'at yang pertama dan hanya yang pertama itu saja, serta berikanlah kepada mereka haknya. Sebab, Allah nanti akan menuntut pertanggungjawaban mereka tentang rakyat yang dibebankan urusannya kepada mereka" (HSR Bukhari dan Muslim) [Lihat Shahih Bukhari, hadits no. 3455; dan Shahih Muslim, hadits no. 1844]

Untuk apa mengkaji ilmu tentang sistem pemerintahan, kalau bukan untuk diterapkan?

Adapun yang mengatakan bahwa Rasulullah tidak pernah membentuk partai yang terorganisir untuk menegakkan negara Islam, maka itu bertentangan dengan firman Allah:"..Allah ridha terhadap mereka (shahabat) dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)Nya. Mereka itulah partai Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya partai Allah itulah yang beruntung" (Al Mujadalah: 22) Juga bertentangan dengan sabda Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad yang shahih [Lihat Sunan Abu Dawud, hadits no. 4338; Sunan Tirmidzi, hadits no. 3059; Sunan Ibnu Majah, hadits no. 4005; Sunan Ibnu Hibban hadits no. 1837]:

18

Page 19: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

"Jika masyarakat kaum Muslimin melihat penguasa yang zhalim lalu tidak mencegahnya dari kezhaliman itu, maka hampir-hampir ditimpakan azab atas diri mereka".

Sabda Rasul ini merupakan penjelasan tentang amal jama'i atau kegiatan da'wah yang dilakukan oleh masyarakat, atau sekelompok kaum Muslimin dalam wadah suatu partai yang diperintahkan untuk membentuknya agar dapat melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar. Perintah ini lebih ditegaskan lagi dalam firman Allah SWT:"(Dan) Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan (Islam), menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung". (Ali Imran: 104).

Di bawah ini contoh salah seorang anggota Hizbur Rasul, yakni Mush'ab bin Umair ra. Allah menolongnya menyebarkan Islam di Madinah sebagai dasar bangunan negara Islam di sana, setelah ia berhasil mengajak tokoh-tokoh masyarakat Madinah (73 pemimpin) untuk masuk Islam. Kemudian mereka datang ke Makkah untuk menyerahkan kekuasaannya kepada Rasulullah Saw. Karena itu, dalam hal ini tidak boleh dibedakan antara fardlu mengangkat khalifah dan fardlu menuntut ilmu.

Keduanya merupakan fardlu kifayah, tidak bisa ditinggalkan salah satunya sebagaimana halnya tidak bisa ditinggalkannya salah satu dari shalat dan shaum. Sebab, memang yang diperintahkan kepada mukallaf (manusia yang sudah akil baligh) adalah kedua-duanya.

Mendirikan Negara Islam Tidak Dengan Kekerasan

Di antara pejuang (gerakan) Islam ada yang berpendapat bahwa jihad adalah satu-satunya jalan yang ditempuh untuk mendirikan negara Islam. Pendapat ini tidak tepat. Sebab, pengertian jihad adalah peperangan melawan negara-negara kafir yang memusuhi Islam dan kaum Muslimin, dengan harta, jiwa dan lidah, untuk menggabungkan negeri-negeri mereka ke negeri-negeri kaum muslimin, serta menaklukkan mereka agar cahaya Islam tersebar ke negeri-negeri kafir tersebut. Yang menjadi tujuan jihad lainnya adalah untuk menghilangkan segala penghalang yang bersifat fisik dan merintangi kaum muslimin untuk menegakkan keadilan di bumi ini. Dalam usaha ini termasuk mengubah negeri mereka agar menjadi Darul Islam.

Di samping itu, jihad adalah berupa peperangan untuk mempertahankan Darul Islam sebagaimana sikap Rasulullah Saw. dalam mempertahankan Madinah dalam Perang Ahzab. Dengan memperhatikan pengertian jihad tersebut, maka bagi kaum muslimin sekarang wajib melaksanakan jihad untuk memerangi kaum Yahudi (Israel) asal tidak berlindung kepada negara-negara kafir (misalnya AS) yang sombong dan angkuh itu.

Walaupun jihad merupakan fardlu yang harus berlanjut sampai Qiamat serta tidak dapat terhenti oleh sebab keadilan atau kezhaliman penguasa, tetapi ia merupakan fardlu lain selain dari fardlu pengangkatan khalifah yang berupa suatu usaha yang tujuannya mengubah sistem pemerintahan yang berlaku atas kaum muslimin dari sistem kufur ke sistem Islam tanpa melihat siapa penguasa itu. Sebab, usaha tersebut bukanlah usaha perorangan yang ditujukan terhadap pribadi penguasa. Ia bertujuan untuk mengubah undang-undang yang dihasilkan akal manusia dengan undang-undang dan peraturan yang diambil dari syariat Islam.

19

Page 20: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Itulah yang telah dilakukan Rasulullah Saw. di Madinah yang pada saat itu masih tunduk kepada peraturan kufur. Tetapi tatkala pemimpin-pemimpin Madinah membai'at Rasulullah Saw., maka kota Madinah telah menjadi negara Islam yang di dalamnya diterapkan hukum-hukum Islam. Ketika Rasulullah Saw. wafat, para khalifah sesudahnya tetap berusaha mengambil bai'at orang-orang yang mewakili rakyat untuk melaksanakan hukum Islam di tengah masyarakat.  Di masa kini tidak ada satu negeri pun yang mengambil aturan Islam berdasarkan syariat Islam atau madzhab fiqih Islam apapun, walaupun sebagian masih menganggap bahwa negara mereka adalah negara Islam. Mereka masih mencampuradukkan antara sistem Islam dengan sistem lain. Padahal peraturan-peraturan dan hukum-hukum Islam dapat diambil dari pendapat para fuqaha seperti Imam Syafi'i, Maliki, Hanafi, Hambali, Ja'far, Zaid dan lain-lain, atau diambil langsung dari dalil-dalil syara' melalui penggalian hukum (proses ijtihad) yang benar. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban kaum muslimin untuk mengangkat seorang khalifah yang mengurusi kaum Muslimin berdasarkan apa yang diturunkan oleh Allah SWT, bukan berdasarkan apa yang tercantum dalam konstitusi Amerika, peraturan dan resolusi PBB dan juga berdasarkan sosialisme, serikat buruh maupun sosialisme Internasional atau marxisme.

Oleh karena itu, jihad merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh negara Islam sendiri, atau dilakukan oleh kaum muslimin, tanpa seijin Imam dalam situasi dan kondisi mengusir pasukan kafir, apabila terputus komunikasi dengan Imam atau dalam kondisi kaum Muslimin diperangi. Ini berbeda dengan hukum mengangkat seorang khalifah bagi kaum Muslimin yang dicontohkan Rasul Saw. tanpa mengangkat senjata terhadap penguasa yang ada, walaupun mereka tidak menerapkan Islam.

Mengenai masalah mengangkat senjata, ada di antara aktivis da'wah yang berkata bahwa jika kelompok kita telah ditimpa bahaya dari penguasa saat berjuang menegakkan kekhalifahan, maka dalam keadaan ini kita berhak untuk membela diri dan boleh berperang dan memerangi penguasa yang menindas dan menyiksa kita meski belum dalam kondisi diperangi (perang). Mereka bertolak dari berbagai hadits, seperti:"Siapa saja yang mati tatkala membela diri, maka matinya adalah mati syahid" (HR Ibnu 'Asyakir, dan Ath Thabari dengan lafaz mirip) [Lihat Kanzul 'umaal, Al Burhan Furi, hadits no. 11172 dan 11238]Hadits-hadits seperti di atas bukan hujjah untuk melakukan kudeta bersenjata terhadap penguasa sistem kufur. Sebab, Rasul Saw. tidak melakukan kudeta bersenjata untuk menegakkan kekuasaan Islam meski para sahabat disiksa kaum kafir. Hadits-hadits seperti di atas tercantum pada kitab-kitab fiqih dalam bab: "Menjauhkan Pihak yang Mengancam Kita".

Dalam hal ini hadits-hadits tersebut telah memberi rukhsah bagi kaum muslimin untuk menjauhkan serangan pihak yang mengancam diri, harta dan kehormatan mereka, walau pembelaan tersebut mengakibatkan seseorang meninggal dunia. Pihak pengancam biasanya dari kalangan orang-orang terhina, seperti pencuri dan perampok yang cenderung membunuh atau merampas dan mengambil harta orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Orang-orang tersebut berbeda dengan penguasa yang dimaksud dalam firman Allah SWT: "Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.." (Al Qashash: 83)

20

Page 21: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Yang dimaksud dengan "orang yang menyombongkan diri dan berbuat kerusakan" seperti Fir'aun, misalnya, adalah penguasa zhalim tetap ada dan berkuasa di setiap masa. Membela diri berbeda dengan membela da'wah. Sebab, penguasa tidak menindas para pejuang da'wah Islam hanya semata-mata karena ingin merampas kekuasaan mereka, tetapi karena mereka membawa da'wah Islam. Oleh karena itu dalil tersebut tidak bisa dijadikan sebagai pegangan untuk mengambil hukum syara' yang membolehkan suatu gerakan da'wah memerangi penguasa zhalim padahal tidak dalam kondisi perang (jika umat dalam kondisi diperangi maka kaum Muslimin wajib berperang). Bahkan sebaliknya. Sebab, Rasulullah Saw. dan para Shahabat telah ditimpa berbagai macam bahaya /penganiayaan di Mekah sebelum tegaknya negara Islam. Mereka bersabar dan menahan diri, sehingga diberi rukhsah untuk orang-orang yang lemah untuk berhijrah ke Habsyah. Mereka tidak diijinkan untuk berperang.

Islam memang agama yang lengkap dan sempurna, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT: "Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu, telah Kucukupkan nikmatKu bagimu, dan telah Kuridlai Islam menjadi agamamu". Oleh karena itu, tidak benar bila ada yang berpendapat bahwasanya keadaan kita sekarang lain dengan masa Rasulullah. Maka menurut pendapat tersebut, kita dibolehkan berijtihad dan menggunakan akal kita untuk mencari suatu metode da'wah yang sesuai dengan keadaan masa kini.

Perbedaan fakta tidak ada kaitan dengan masalah fikrah (ide dasar) dan thariqah (pola operasional) da'wah. Perbedaan itu boleh ada dalam penggunaan sarana-sarana dan berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang selalu berkembang. Dahulu orang berpindah-pindah dengan onta sebagai alat transportasi atau dengan jalan kaki. Namun pada masa kini, orang-orang menggunakan pesawat terbang dan mobil sebagai alat transportasi. Mengenai fakta yang berkembang ini, para fuqaha telah menentukan suatu kaidah syara', yaitu:"Hukum asal segala sesuatu benda adalah mubah, kecuali bila ada suatu dalil yang mengharamkannya".

Kaidah tersebut telah diambil dari berbagai ayat Al Qurâan, seperti antara lain ayat 29 surat Al Baqarah. Meskipun demikian ayat tersebut tidak ada kaitannya dengan perbuatan manusia atau aktifitas suatu gerakan.

Adapun tentang kejadian-kejadian dan perbuatan manusia, maka hukum asal adalah "mengikatkan diri dengan hukum syara'". Tidak ada dalam Islam satu ijtihad pun yang berdasarkan akal saja.

Pengertian ijtihad di sini adalah berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui hukum-hukum syara' tentang masalah-masalah yang bersifat praktis yang dapat diambil dari rincian dalil-dalil syara'. Sedang pengertian hukum syara' adalah khitabusysyar'i, yaitu perintah dan larangan Allah SWT kepada RasulNya yang berkaitan dengan perbuatan manusia. Seruan tersebut dapat diambil dari dalil-dalil syara', yaitu Al Qur'an, As Sunnah, dan apa yang ditunjukkan oleh keduanya, berupa ijma Shahabat dan qiyas. Mengeluarkan hukum berdasarkan keputusan akal semata, berarti merujuk kepada akal, bukan kepada syara'.

21

Page 22: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Perbuatan semacam ini tidak berbeda dengan tindakan orang-orang kafir. Sebab, mereka melakukan apa saja yang mereka anggap sesuai dengan kehendak dan akalnya. Karena itu, perbuatan tersebut tidak dapat disesuaikan (disamakan) dengan Islam yang di dalam Islam ia merupakan kepatuhan dan ketaatan kepada Allah SWT. Ketaatan itu adalah mengikuti dan melaksanakan apa yang diperintahkanNya, sebagaimana yang telah ditentukan dalam Firman Allah SWT:"(Dan) Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.." (Al Qashash: 50)

"Akan tetapi orang-orang yang zhalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan (yang bersumber dari Allah).." (Ar Ruum: 29)

Itulah perbuatan mereka yang tidak dilandasi oleh dalil syara'. Kebaikan bukanlah sesuatu yang dipilih atau ditentukan oleh manusia, melainkan apa yang dipilih/ditentukan oleh syara'. Syara'lah yang menjadi tolok ukur bagi seorang Muslim. Menurut pandangan syara', perbuatan baik, buruk, terpuji dan tercela yang membawa manfaat dan mudharat; atau yang memperbaiki dan merusak masyarakat, adalah apa yang ditunjukkan syara' saja; bukan apa yang ditentukan oleh akal dan hawa nafsu manusia. Ini sesuai dengan firman Allah SWT:“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (Al Baqarah: 216)

Juga berdasarkan apa yang ditunjukkan oleh sabda Rasulullah Saw.:"Siapa saja yang menambah sesuatu dalam urusan agama ini, yang tidak merupakan

bagian darinya, maka hal itu tertolak (yakni harus ditinggalkan)" (HSR Bukhari, Muslim, dan Ahmad). [Lihat Shahih Bukhari Jilid VI, hal.221; Shahih Muslim, hadits no.18 dan 1718; Musnad Imam Ahmad, jilid VI, hal.270]

Apa yang dihasilkan dari pendapat manusia yang berdasarkan akalnya, kecenderungan dan keinginannya, adalah berbeda dengan apa yang telah ditentukan syara'. Oleh karena itu, harus ada suatu dalil bahwa pendapat itu berasal dari syara'. Dalam hal ini tidak boleh menyamarkan pendapat tersebut dengan hadits Rasulullah, sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits Rasulullah Saw.:"Siapa saja pada masa Islam mengajarkan suatu sunnah/perbuatan yang baik, maka ia mendapatkan pahalanya beserta pahala orang yang mengikutinya tanpa ia menguranginya; dan siapa saja yang mengajarkan sesuatu sunnah/perbuatan yang buruk, maka ia mendapat dosanya dan dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun". (HSR Muslim, Ahmad, Tirmizhi, An Nasa'i, dan Ibnu Majah) [Lihat Al Fathul Kabir, Yusuf An Nabhani, jilid III, halaman 200]

Maksud perbuatan sunnah di sini adalah perbuatan yang diikuti dan ditiru oleh orang banyak. Jika perbuatan itu baik, maka harus ada dalil syara' yang menunjukkan kebaikan perbuatan tersebut, begitu pula halnya dengan perbuatan buruk yang sama-sama memerlukan dalil. Karena itu, Rasulullah Saw. bersabda:"Sesungguhnya anak (wali) Adam yang pertama, dibebankan dosa perbuatan jahat setiap pembunuh sampai Hari Kiamat". (HSR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan An Nasa'i) [Lihat

22

Page 23: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Shahih Bukhari jilid XII, hal.169; Shahih Muslim hadits no.1677; Sunan Tirmidzi hadits no.2675; Sunan An Nasa'i, jilid VII, hal.82]

Dengan demikian, sunnah buruk semacam ini adalah perbuatan dosa. Sebab, Allah SWT telah mengharamkan pembunuhan. Bukti larangan dan penjelasan hal tersebut adalah riwayat hadits di atas, yaitu bahwasanya telah datang sekelompok orang kepada Rasulullah Saw. dengan penuh rasa tertarik pada Islam ketika beliau berada di masjid. Pada saat itu mereka memakai pakaian yang compang-camping yang menonjolkan aurat mereka. Abu Bakar ra lalu segera pulang ke rumah untuk mengambil pakaian yang dimilikinya, kemudian dibawanya ke masjid dan diberikan kepada mereka. Para Shahabat yang melihat tindakan Abu Bakar itu terkejut dan segera menyadari bahwa orang-orang tersebut memerlukan pakaian. Segeralah mereka mengikuti perbuatan Abu Bakar. Lalu Rasulullah bersabda sebagaimana tercantum dalam hadits di atas. Perbuatan Abu Bakar dan sahabat termasuk perbuatan shadaqah, seperti yang banyak dijelaskan dalam dalil syara'.

Penjelasan terakhir mengenai kesalahpahaman yang ada pada sebagian aktivis (gerakan) Islam adalah bahwa di antara kelompok da'wah ada yang berperang dan berkolaborasi bersama dengan suatu kelompok pemberontak untuk melawan pemberontak lain. Mereka berpendapat bahwa kelompok yang dibantunya itu lebih Islami atau dapat memperkuat posisi kaum muslimin atau posisi gerakan itu sendiri. Mereka melakukan perbuatan ini untuk mencari dukungan, meskipun dukungan itu nantinya akan datang dari pihak lawan.

Kelompok semacam ini menggunakan teori "tujuan membolehkan segala cara" yang merupakan pemikiran dasar Barat yang dicetuskan Machiavelli. Mereka mengerjakan sesuatu berdasarkan pendapat dan persangkaan semata, tanpa dalil yang mendukungnya. Sementara dalil syara' menunjukkan pengertian yang berlawanan dengan kelompok itu, sebagaimana firman Allah SWT:"Maka Perangilah para pembangkang itu...!" (Al Hujurat: 9)

Ayat ini lafadznya 'aam (umum), mencakup setiap kelompok pemberontak bersenjata. Jika kelompok pembangkang itu jumlahnya 1, 2 atau 10, maka wajib kaum muslimin memerangi mereka, seluruhnya. Tetapi jika kaum muslimin memihak pada salah satunya, berarti mereka benar-benar berperang bersama pihak pemberontak, bukannya memeranginya, sebagaimana perintah Allah di atas. Perbuatan ini jelas-jelas diharamkan oleh syara'.

Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi bagi seseorang untuk tidak berjuang, atau berjuang tetapi berada di jalan yang salah. Bahkan, seharusnya setiap Muslim mempunyai cita-cita tinggi untuk merealisasikan Islam di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Cukuplah apabila ada satu kelompok da'wah yang berusaha menegakkan pemerintahan khilafah Islam, asalkan kelompok tersebut memiliki kekuatan politik yang cukup prima. Bagi kaum Muslimin yang lainnya, masing-masing memperjuangkan Islam sesuai dengan bidangnya.

Hanya satu cara untuk mewujudkan pemerintahan Islam, yaitu da'wah yang dilaksanakan Rasulullah Saw., yang menjadi suri teladan kita berdasarkan wahyu yang diterimanya dari Allah swt. Da'wah beliau disimpulkan sebagai berikut:

23

Page 24: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Beliau mulai mengajak masyarakat. Kemudian diumumkan terang-terangan untuk mendapatkan dukungan masyarakat, untuk mengubah persepsi (mafahim), keyakinan (qana'at) dan standar (maqayis) masyarakat. Kemudian meminta perlindungan dari pihak pimpinan atau tokoh-tokoh masyarakat (yang sudah memeluk Islam) sebagaimana tindakan Rasulullah Saw. kepada penduduk Yatsrib yang menerima dan melindungi Rasul dan mendirikan negara Islam yang pertama di dunia.

Metode da'wah tersebut merupakan suatu kelaziman bagi kaum muslimin. Ia merupakan hukum syar'i yang diambil melalui ijtihad yang sah. Karena itu, hendaklah mereka segera mencari ridha Allah SWT dengan melaksanakan perintahNya, dan hendaklah mereka mengetahui bagaimana cara melaksanakan kewajiban tersebut.

Jalan Dakwah Rasulullah Saw.

Dari Manakah Harakah Islam Harus Mulai?

Dari mana harakah Islam harus mulai memperbaiki keadaan masyarakat? Apakah dengan terlebihi dahulu memperbaiki individunya, seperti yang dilontarkan oleh kebanyakan gerakan Islam? Ataukah, dengan memperbaiki kondisi dan sistem masyarakatnya, sebelum memperbaiki individunya? Atau, perbaikan itu tidak mungkin berhasil apabila tidak didukung oleh sebuah Negara yang memperbaiki keadaan masyarakat dan individu? Atau bagaimana?

Fakta menunjukkan bahwa perbaikan terhadap individu tidak cukup dengan sendirinya dapat memperbaiki masyarakat. Namun ini tidak berarti bahwa perbaikan individu dapat diremehkan dan dianggap tidak begitu penting. Sebab, untuk memperbaiki masyarakat, diperlukan upaya besar yang dititikberatkan pada perubahan sistem yang berlaku di tengah-tengah masyarakat, perubahan pemikiran dan kebudayaan yang telah mengakar di dalamnya, serta perasaan individu masyarakat.

Perubahan tersebut tidak dapat dilaksanakan kecuali dengan adanya usaha dari suatu kelompok yang berpengaruh di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena kelompok tersebut terbentuk dari sejumlah individu, tentu harus diupayakan terlebih dahulu mengubah diri mereka sendiri menjadi orang yang Shalih sebelum orang lain. Dan seharusnya upaya dan aktivitas kelompok tersebut tidak terbatas hanya memperbaiki sekelompok orang lain lalu menjadikannya sebagai bagian dari kelompok da'wah mereka, tetapi upaya yang paling pokok adalah mengubah masyarakat yang ada sekarang ini

24

Page 25: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

menjadi masyarakat Islam, melalui jalan pembinaan pemikiran dan perasaan individu-individunya.

Tidak dapat diperselisihkan lagi bahwa kondisi politik dan ekonomi yang berubah dan berkembang saat ini di negeri-negeri Islam selalu mengarah kepada suatu kondisi yang tidak sesuai dengan kepentingan umat Islam. Sering kita dengar banyak analisa terhadap keadaan tersebut dari intelektual-intelektual Muslim di berbagai negeri Islam. Tetapi di antara analisa-analisa tersebut yang paling menarik ialah dua pendekatan berikut ini:

(1) Memahami Keadaan Masyarakat. Ada di antara sebagian intelektual muslim yang mencoba menganalisis dengan cara membahas problema-problema yang ada sekarang. Mereka yakin bahwa setiap pemecahan suatu masalah tidak dapat dilakukan kecuali dengan memahami keadaan/fakta masalah tersebut, persis seperti halnya seorang dokter yang tidak akan memberi obat sebelum melakukan diagnosa terhadap penyakit yang diderita pasiennya.

(2) Pesimis terhadap Keadaan. Sebagian intelektual lainnya berusaha menciptakan sikap pesimis terhadap diri kaum muslimin. Caranya, mereka selalu memperbandingkan kemajuan bangsa-bangsa Barat dengan kemunduran kaum muslimin saat ini. Mereka sengaja menonjolkan keadaan kaum muslimin yang payah tersebut dari berbagai aspeknya. Setelah itu mereka tidak memberikan pemecahan jitu terhadap problema tersebut, bahkan sama sekali tidak berusaha menyumbangkan jalan keluar untuk mengatasinya. Mereka itu seolah-olah mengatakan kepada kaum muslimin: "Itulah keadaan umatmu". "Kalian tidak akan mengalami perubahan!", teriaknya. Terhadap analisa semacam inilah, kita harus waspada.

Oleh karena itu, telah menjadi kewajiban bagi siapa saja yang mendambakan suatu kebangkitan kaum muslimin, agar tidak hanya memaparkan masalah-masalah kaum muslimin, tanpa memberikan pemecahan. Karena sikap seperti ini tidak akan menyumbangkan suatu pemikiran baru. Tetapi, yang seharusnya adalah mulai menentukan rencana-rencana yang tepat untuk merancang pemecahan jitu bagi kaum muslimin dan mengembalikan mereka ke posisi mulia sebagai umat yang paling unggul di dunia. Dengan cara demikian mereka dapat menjadi umat yang dikehendaki Allah SWT sebagai "Khaira Ummah" yang dilahirkan dan menonjol di tengah-tengah umat manusia. Nah, disinilah kemudian timbul pertanyaan: "Dari mana kita harus mulai?"

Kalau kita meneliti jawaban dari berbagai gerakan Islam terhadap pertanyaan ini, akan kita dapatkan dua macam pandangan:

Pertama: Perbaikan IndividuKelompok ini berusaha memperbaiki setiap individu muslim dengan memfokuskan perhatian yang sangat besar terhadap fondasi masyarakat. Mereka menganggap manakala telah didapatkan kesempatan yang cukup untuk memperbaiki fondasi tersebut, maka kaum muslimin akan kembali mendapatkan kemuliaannya seperti sedia kala. Dan menurut mereka, "Allah menghindarkan orang-orang Muûmin dari peperangan" (baca: Surat Al Ahzab: 25)

Kedua: Perbaikan Masyarakat

25

Page 26: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Kelompok ini beranggapan bahwa usaha yang paling benar adalah membentuk sebuah negara yang memikul beban da'wah dan melindungi kaum muslimin dari berbagai penyakit yang mereka derita, serta mengubah masyarakat menjadi masyarakat Islam yang dengan perubahan itu pasti akan mempengaruhi individu-individunya, sekaligus memperbaiki keadaan mereka.

Di antara dua pandangan tersebut, terdapat perbedaan metode sekalipun tujuannya sama yaitu mengembalikan kejayaan umat Islam. Mengingat tujuan tersebut merupakan keperluan yang sangat penting, maka perlu kita bicarakan lebih mendalam untuk mengetahui mana yang paling benar.

Sebelum menjawab pertanyaan terakhir ini, terlebih dahulu kita harus sepakat terhadap satu hal pokok, bahwa Islam telah menentukan dan menunjukkan kebenaran itu. Di antaranya ialah apa yang tercantum dalam Al Qurâan, surat An Nisaa ayat 59:"...(Lalu) jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu (masalah), maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qurâan) dan Rasul (sunnahnya)"

Oleh karena itu, dalam rangka menyatukan pendapat, marilah kita lihat bagaimana Rasulullah Saw. mulai menjalankan da'wah, dan berupaya menyelamatkan masyarakat jazirah Arab dari perpecahan sosial dan politik, sehingga mereka dapat bangkit bahkan mampu menaklukkan dunia.

Memang benar bahwa yang pertama kali dilakukan Rasulullah Saw. adalah membentuk aqidah yang benar pada diri siapa saja yang baru masuk Islam, disertai dengan memperbaiki tingkah laku mereka. Tetapi, beliau sama sekali tidak pernah mengatakan bahwa hanya dengan itu saja beliau ingin membentuk sebuah masyarakat Islam. Kita semua tahu bahwa Rasulullah Saw. selalu keluar pada setiap musim haji untuk menyampaikan da'wah kepada delegasi-delegasi yang datang dari berbagai penjuru sekitar kota Mekkah agar mereka memeluk Islam. [Lihat Sirah Ibnu Hisyam Jilid I, halaman 422-427]

Mengapa beliau menyampaikan da'wah kepada qabilah-qabilah tersebut, padahal penduduk Quraisy sendiri belum seluruhnya menerima Islam? Tidakkah kita melihat bahwa beliau tidak pernah mengatakan: "Aku akan membatasi usahaku pada individu masyarakat Makkah saja dengan memperbaiki tingkah laku mereka, dan dengan jalan itu Islam dapat ditegakkan". Apa artinya?

Artinya ialah bahwa Rasulullah Saw. telah memahami bahwa kekuatan politik dan militer itu merupakan suatu keharusan. Beliau selalu memikirkan hal itu, termasuk pada saat beliau menempuh da'wah fardiah yang berusaha menyelamatkan setiap orang dari api neraka. Memang benar, bahwa beliau telah menentukan target yang lebih dari itu, yaitu menyelamatkan seluruh umat manusia dari api neraka, tetapi beliau tidak akan mampu menyampaikan ide-ide Islam kepada seluruh umat manusia apabila suaranya terbungkam.

Dari sinilah beliau menyertakan langkah meminta pertolongan dan perlindungan terhadap langkah pembinaan dan persiapan aqidah masyarakat. Tetapi, apakah Rasulullah Saw. menunggu sampai beliau memiliki suatu pondasi yang cukup kuat sesuai dengan apa yang diinginkan oleh kelompok da'wah pertama di atas (yakni yang memperbaiki individu saja)? Fakta sejarah menunjukkan, bahwa tatkala beliau telah mulai meminta

26

Page 27: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

perlindungan dari pemimpin masyarakat Thaif, beliau berangkat sendirian ke sana. Sekalipun pada akhirnya beliau tidak berhasil, sampai-sampai anak-anak kecil pun melemparinya dengan batu. [Ibid, halaman 419] Ini menunjukkan bahwa sekalipun da'wah Rasulullah masih dalam tahap awal, tetapi beliau telah merencanakan untuk mencari kekuatan dan menjadikan hal ini sebagai salah satu usaha yang paling utama. Maksud dari kekuatan itu adalah memiliki sebuah negara.

Juga, bukankah Rasulullah pernah mengatakan kepada sahabatnya --sebelum hijrah tentunya: "Kita belum diperintahkan berperang". [Ibid, halaman 448] Bukankah ini isyarat bahwa peperangan itu akan terjadi, bahkan akan memiliki kedudukan penting dalam melindungi Islam setelah tegaknya negara Islam kelak?

Ada sebagian orang yang melontarkan suatu pemahaman bahwa penduduk Yatsriblah yang telah datang kepada Rasulullah Saw. dan mengajak beliau untuk datang ke negeri mereka sebagai salah satu upaya untuk mengatasi perselisihan dan permusuhan yang selalu terjadi antara dua suku besar, "Aus dan Khajraj". Pemahaman seperti ini berkeinginan agar kaum Muslimin menerima secara apriori pendapat yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. tidak pernah meminta sendiri dari para pemimpin Madinah untuk mendirikan negara di Madinah, melainkan merekalah (penduduk Madinah) yang menawarkan dan memberikannya! Dengan kata lain, hal ini terjadi begitu saja tanpa ada rencana sebelumnya. Namun fakta yang tercantum dalam kitab-kitab sirah Rasul menunjukkan sebaliknya.

Cukuplah kita membaca riwayat Ibnu Hisyam yang menceritakan peristiwa itu, yang menjadi saat-saat yang sangat penting dalam sejarah Islam ini. Hanya saja kita tidak akan mencantumkan nash secara keseluruhan, tetapi hanya ucapan orang-orang Anshar kepada Nabi Saw.[Ibid, halaman 328-329]:

"Kami telah meninggalkan kaum kami dalam keadaan saling bermusuhan dan buruk, sehingga tidak ada satu kaum pun yang keadaannya lebih buruk seperti mereka. Oleh karena itu Allah SWT mudah-mudahan menyatukan hati mereka dengan engkau. Nanti kita akan mendatangi mereka dan mengajak mereka untuk mengikutimu, lalu kami akan menawarkan kepada mereka agama yang kami terima dari engkau".

Perkataan mereka, "Ajabnaaka" (yang kami terima dari engkau), menunjukkan bahwa Rasulullahlah yang telah meminta pertolongan dan perlindungan dari mereka. Itulah yang dapat dimengerti dari perkataan tersebut, kecuali kalau memang ada kamus-kamus bahasa terdapat pengertian yang lain dari itu.

Sebagai penguat argumentasi dan pemahaman ini, kita kutipkan sebuah riwayat Asy Sya'bi, bahwa pada saat itu As'ad bin Zararah bertindak sebagai pemimpin suku Al Khazraj. Pemimpin suku ini berkata kepada Rasulallah Saw [Lihat Dalailumi Nubuwah, Abu Nu'aim Al Ashbahani, halaman 106]:"...Engkau telah meminta kepada kami (untuk menyerahkan kekuasaan milik kami). Sedangkan kami adalah suatu kelompok masyarakat yang hidup di negeri mereka dalam keadaan mulia dan kuat. Namun di situ tidak ada yang rela dipimpin oleh orang dari luar suku kami, khususnya bagi kaumnya sendiri yang paman-pamannya tidak memberikan perlindungan bagi mereka. (Terus terang bahwa) permintaan tersebut adalah suatu hal yang sukar sekali. Tetapi kami ini (telah bersepakat untuk) memenuhi permintaanmu itu..."

27

Page 28: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Tinggal kini kita menyebut tindakan Umar, ketika beliau memutuskan membuat kalender Islam ternyata beliau menjadikan peristiwa hijrah sebagai tahun pertama. Penafsiran tindakan Umar ini tidak lain adalah bahwa peristiwa hijrah adalah merupakan awal lahirnya negara dan masyarakat Islam pertama. Apakah ada seorang peneliti yang dapat membicarakan masalah masyarakat Islam sebelum membicarakan masyarakat Islam di Madinah?

Cobalah kita berfikir, bagaimana mungkin bisa membangun suatu masyarakat Islam sekarang ini tanpa ada sebuah negara Islam! Kalau Rasulullah Saw. saja selama 13 tahun berda'wah di Mekkah tidak berhasil, padahal beliau mendapatkan pertolongan dari Allah SWT; juga sekalipun beliau --seperti yang diakui pula oleh para orientalis-- tidak pernah menghadapi kepercayaan/agama yang begitu berbahaya. Lalu bagaimana dengan kita? padahal kita ditantang untuk menghadapi ide-ide sekuler dan materialis, serta serangan kebudayaan Barat yang didukung oleh kekuatan militer dan sistem intelijennya? Apakah mungkin kita dapat menghadapi semua bahaya dan tantangan ini dengan tangan kosong (tanpa sebuah negara)?

Sekalipun telah kita sebutkan bukti-bukti yang jelas seperti di atas, masih saja ada sebagian orang yang menolak menganalogikan keadaan sekarang dengan keadaan masa lalu. Mereka beralasan bahwa keadaan masa lampau berbeda dengan keadaan sekarang, di samping Rasulullah Saw. sendiri punya keistimewaan dan kelebihan. Atau, bahwa penyerupaan ini akan mendorong kita "berkhayal" dan menjauhkan diri dari kenyataan! Dan walaupun kita tegas menolak alasan-alasan tersebut, tetapi baiklah kita akan mencoba meneliti dan melihat keadaan sekarang ini --sekalipun dipisahkan dari sirah Rasul dan cara beliau memecahkan persoalan-- Kita akan lihat bahwa akal, di samping syara', akan mengantarkan kita kepada kesimpulan yang serupa.

Ambillah, misalnya, suatu negeri yang penduduknya mayoritas muslim. Di tengah-tengah negeri itu berkembang banyak ide, dan kepentingan yang saling bertentangan, seperti partai-partai komunis/sosialis atau paham sekuler, di samping adanya ketegangan dengan agama-agama lain, taruhlah agama kristen misalnya; tentu dalam masyarakat seperti ini orang-orang lambat laun akan menjauhkan diri dari Islam, rasa ketaqwaan akan berkurang, dan aqidah Islam akan menjadi mudah goyah dalam diri kaum muslimin. Pada saat kita meneliti masyarakat seperti ini, kita harus membayangkan secara jujur bahwa masyarakat yang kita jadikan contoh ini merupakan suatu gambaran yang ada pada setiap masyarakat Islam secara umum. Atau paling tidak merupakan suatu gambaran yang mewakili negeri yang akan diperbaiki, sekalipun pendekatan masing-masing kita berbeda.

Harus kita perhatikan di sini, bahwa partai-partai Sosialis itu dapat bergerak tentu mendapat dukungan dari salah satu partai politik dan militer yang besar di tingkat internasional. Derasnya arus sekulerisasi juga karena didukung oleh negara-negara Barat dan Timur secara bersamaan, selain juga --ini yang sangat menyedihkan-- oleh negeri-negeri Islam sendiri. Akan halnya aktivitas kristenisasi, praktek mereka didukung oleh negara-negara Eropa, khususnya Perancis dan Vatikan. Kita tidak dapat membayangkan apa akibatnya jika sekolah-sekolah misionaris di negeri-negeri Islam, seperti Libanon, didirikan oleh penduduk Nasrani dan dapat dipertahankan keberadaannya sepanjang masa, tanpa mendapat dukungan dari orang-orang Nasrani di seluruh dunia.

28

Page 29: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Jadi pengaruh-pengaruh ideologi dan pemikiran yang menentang Islam selalu didukung oleh kekuatan politik dan militer dari negara tertentu. Lantas umat Islam, siapa yang melindungi kepentingan-kepentingan mereka? Apa kita harus berlindung kepada negara-negara yang ada di dunia Islam, sementara pemimpinnya merupakan kaki tangan negara adidaya yang tidak punya harga diri lagi?

Cukuplah kita melihat bagaimana sikap Saudi Arabia, yang merupakan tanah Hijaz dan pusat Islam pertama terhadap pengusiran sekitar 300.000 kaum muslimin dari Bulgaria tahun 1989. Lihat pula bagaimana sikap Saudi dan Kuwait dalam meminta perlindungan kepada Amerika Serikat untuk menghancurkan salah satu negeri Islam Irak, dan meluluskan keinginan Amerika Serikat di sana untuk menghancurkan kekuatan militer dan ekonominya. Kita jadi bertanya, apakah ini dapat terjadi kalau kaum muslimin mempunyai suatu daulah yang mempertahankan negeri-negeri mereka dan menjaga kehormatannya.

Padahal dahulu khalifah Al-Mu'tasim (masa Abbasiyah) telah membakar kota Rumiyah (Roma), juga membunuh 90.000 orang (pasukan kafir) hanya untuk mendukung seorang wanita muslimat yang berteriak sambil memanggil: "Waa Mu'tasimaah, di manakah engkau wahai Al Mu'tasim", setelah dilanggar kehormatannya oleh tentara Romawi. Juga jauh sebelumnya, Rasul mengumumkan perang terhadap kaum Yahudi dari Bani Qainuqa', hanya untuk melindungi wanita yang dibuka jilbabnya oleh orang Yahudi.

Namun sekarang siapa yang bisa membalas kehormatan kaum muslimin yang dilanggar musuh Islam di Palestina, di India, Bosnia, Myanmar, Filipina atau di tempat-tempat lainnya? Apa pidato-pidato, seminar, lokakarya, kongres, dll bisa melakukannya!?

Mata tidak bisa melawan penusuk mata, tetapi pedang bisa menghancurkan sarungnya. Akhirnya kita dapat simpulkan bahwa setiap pemikiran yang ditujukan untuk membangkitkan kaum muslimin hendaknya mampu membentuk kesadaran individu sebagai langkah awal, menghidupkan dan memperdalam aqidah mereka, juga menampakkan kerusakan dan kekeliruan ideologi Barat, di samping selalu berusaha memperbaiki perilaku setiap muslim semaksimal mungkin, dan memecahkan persoalan-persoalan masyarakat.

Tetapi harus selalu diingat bahwa cara tersebut tidak cukup untuk mengubah keadaan. Bahwasanya jalan yang sempurna dan komplit yang ditempuh untuk membangkitkan kaum muslimin adalah dengan membentuk kesatuan politik dan ekonomi di bawah satu bendera dan satu naungan, yaitu negara khilafah yang berusaha menyampaikan da'wah secara totalitas ke seluruh penjuru dunia. Dan hendaknya usaha untuk mewujudkan ini semua harus mendapat perhatian lebih dan memerlukan curahan pikiran dan tenaga yang sangat besar dari seluruh kaum Muslimin di dunia, khususnya yang ada di Timur Tengah sebagai pembawa harapan bagi seluruh umat Islam di dunia.

Bila kita sudah tahu bahwa daulah khilafah adalah syarat mutlak untuk membangkitkan kaum muslimin secara sempurna, maka inilah jalan yang ditempuh untuk mengadakan "ishlah" (perbaikan) yang kita inginkan. Yaitu jalan tersebut pernah ditempuh oleh Rasulullah Saw. Karena itu, kita tidak boleh menyimpang sedikitpun dari padanya atau mengambil jalan tengah. Misalnya berkompromi dengan penguasa yang menentang kehadiran Islam di bidang politik dan ekonomi negara, atau di bidang hukum dan peradilan.

29

Page 30: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Kita bukanlah umat yang biasa mengambil jalan tengah (moderat). Pilihan kita hanya dua; keinginan itu tercapai atau kita harus mati karenanya.

Cara Kerjasama Antar Gerakan Islam

Membentuk Kesatuan Antar Gerakan

Jika masih memungkinkan membentuk suatu kesatuan dan kerjasama antara organisasi/gerakan Islam saat ini seperti, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Jama'ah Islamiyah, Jama'ah Tabligh, Salafiyah, dan seterusnya, maka bagaimana seharusnya bentuk-bentuk konkrit dari kesatuan tersebut? Segi-segi kerjasama serta koordinasi apa saja yang merupakan bentuk nyata dari kesatuan tersebut?

Sebelum kita berbicara tentang kesatuan dan penyatuan gerakan-gerakan Islam, maka terlebih dahulu harus dibicarakan segi-segi apa yang wajib dipersatukan dan segi-segi apa pula yang tidak wajib dipersatukan. Setelah itu, barulah dibicarakan penyatuan gerakan-gerakan Islam, kemudian menyusul pembicaraan tentang bentuk hubungan antara berbagai gerakan Islam. Pembagian segi-segi pembicaraan seperti ini dimaksudkan agar jawaban yang ingin diketengahkan dapat lebih menyeluruh.

Kalau kita meneliti jama'ah/organisasi/kelompok gerakan atau harakah Islam yang ada pada setiap masa, maka akan kita jumpai keberagaman yang majemuk. Keadaan tersebut disebabkan oleh dua faktor:

(1) Bahwa Syara' membolehkan adanya banyak gerakan/kelompok harakah Islam, serta mazhab yang berbeda, sebagaimana yang telah dialami oleh kaum Muslimin terdahulu. Atau, timbulnya berbagai mazhhab ijtihad seperti Hanafi, Syafi'i, Hanbali dan Maliki, dan sebagainya. Semua mazhab ini posisinya sama seperti kelompok /gerakan Islam lainnya. Dasar kebolehan adanya beraneka ragam kelompok dakwah adalah berdasarkan firman Allah SWT:

"(Dan) hendaklah ada di antara kamu segolongan umat (jama'ah, kelompok dakwah, partai Islam, dan yang sejenis) yang menyeru kepada bebajikan (Islam), menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran: 104)

Lafazh "ummah" pada ayat di atas, tidak membatasi jumlah jama'ah atau kelompok gerakan Islam, walaupun ayat itu mewajibkan kaum Muslimin untuk membentuk suatu jama'ah yang melaksanakan tugas dakwah, sebagaimana yang tertera pada ayat di atas. Seandainya telah terbentuk suatu jama'ah, maka kewajiban tersebut tidak lagi dibebankan kepada yang lain. Karena itu, tidaklah wajib membentuk dua jama'ah. Dengan demikian, bila telah terbentuk suatu jama'ah, maka tujuan dari ayat tersebut telah terlaksana. Kalau ternyata kemudian muncul jama'ah yang kedua, maka pembentukan itu hukumnya mubah (boleh ada).

Begitu pula kata ___ ("merekalah") dalam ayat tersebut sesungguhnya adalah penunjukan ("isim isyarah") untuk jamak yang merujuk kepada lafazh "ummah", yakni bahwa jama'ah-jama'ah atau kelompok-kelompok dakwah yang ada semuanya adalah termasuk golongan

30

Page 31: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

"muflihun" (orang-orang yang beruntung). Jadi, dengan menunjuk kepada lafazh "ummah", atau dengan menggunakan redaksi (sighah) jamak, berarti boleh terbentuk banyak jama'ah yang beragam.

(2) Setiap gerakan berdiri atas dasar pemahaman tertentu terhadap pola operasional da'wahnya, di samping pemahaman mereka dalam menentukan prioritas utama terhadap masalah-masalah vital umat. Mengenai pola operasional da'wah bagi suatu gerakan, memang nash-nash syara' memungkinkan adanya lebih dari satu macam pemahaman. Sebab, nash-nash tersebut khususnya yang berkaitan dengan pola operasional gerakan, menunjukkan lebih dari satu pengertian, karena sifatnya zhanniyatud-dilalah.

Misalnya, ada gerakan yang menganalogikan situasi sekarang dengan situasi da'wah Rasulullah saw di Makkah, sehingga mereka beranggapan bahwa menggunakan tindakan fisik (kekerasan) adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan da'wah Rasulullah saw. [Pendapat Hizbut Tahrir. Lihat Ta'rif li Hizbit Tahrir, hal.41] Ada juga gerakan yang bersandar pada Hadits-hadits yang mengharuskan umat menentang penguasa dengan pedang atau kekerasan. Mereka beranggapan bahwa hadits-hadits tersebut memang mengharuskan agar umat bertindak demikian. [Pendapat Ikhwanul Muslimin. Lihat Jundullah Tsaqafatan Wa Akhlaqan, Sa'id Hawwa, hal.391-393; juga pendapat Tanzhimul Jihad, serta DI/TII]

Dari sudut tinjauan lain, ada sebagian harakah Islam menganalisis bahwa penyebab utama munculnya berbagai krisis politik, ekonomi, militer, maupun pendidikan, dan krisis lainnya dewasa ini, adalah karena tidak adanya negara Islam. [Pendapat Hizbut Tahrir. Lihat Nidaa Al Haar Ilal Muslimin Min Hizbit Tahrir, hal 87-89] Selain itu, ada pula yang beranggapan bahwa semua krisis tersebut muncul karena lemahnya aspek keimanan dan rendahnya segi kerohanian kaum Muslimin. [Pendapat Salafiyah, kelompok Thariqat Shufiyah, Jama'ah Tabligh, serta kebanyakan dari kelompok yang tidak ingin melibatkan diri dalam masalah politik atas dasar Islam] Sedangkan kelompok lain beranggapan bahwa kelemaham umat Islam pada masa sekarang disebabkan oleh lemahnya bidang penghidupan ekonomi, keterbelakangan umat di bidang pendidikan, termasuk Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. [Pendapat sejumlah besar organisasi sosial-ekonomi (sosek), semisal Ikhwanul Muslimin (Mesir), Jama'atul Islam (Pakistan), Darul Arqam (Malaysia), dan lain-lain]

Berdasarkan dua faktor di atas, maka munculnya beraneka ragam gerakan merupakan suatu hal yang wajar. Bahkan menurut sunnatullah, ini merupakah suatu keharusan, sebagaimana firmanNya:"Jika Tuhanmu menghendaki, tentulah Dia menjadikan manusia menjadi umat yang satu. Tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhannya. Dan untuk itu, Allah menciptakan mereka" (Hud: 118-119)

Oleh karena itu, tidak boleh dipandang bahwa perbedaan pendapat antar gerakan sebagai sesuatu yang diharamkan oleh syara'. Apabila ada seseorang atau kelompok dakwah tertentu yang berpendapat demikian, maka ini adalah suatu kekeliruan terhadap fakta nash-nash syara', tabi'at manusia, hakikat gerakan, dan pola operasional da'wah.

Sepengetahuan kami, tidak terdapat di dalam Al Qurâan maupun Sunnah satu dalil syara' pun yang mengharuskan adanya kesatuan antargerakan Islam; dalam arti bergabung

31

Page 32: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

dalam satu wadah gerakan di bawah perintah seorang Amir/pemimpin, dan menjalankan tugas da'wah dengan satu pemahaman serta satu pola operasional da'wah. Sungguh, tidak ada dalil Syar'i yang mengharuskan kesatuan semacam ini. Oleh karena itu, tidak dilarang adanya keberagaman gerakan Islam.

Penyatuan berbagai gerakan ke dalam satu wadah, bukanlah merupakan tujuan yang harus dicapai. Sebab, sesungguhnya adanya keragaman tersebut justru dibolehkan. Bahkan wajar pula apabila suatu gerakan mencanangkan dan mengutamakan suatu pola operasional da'wah sesuai dengan pemahamannya sendiri.

Namun demikian, perbedaan paham dan pendapat yang terdapat dalam berbagai gerakan/harakah Islam tidak berarti boleh berselisih dan saling memutuskan hubungan! Sebab, hal sikap tersebut telah diharamkan dan tidak boleh terjadi.

Jika keberagaman gerakan merupakan hal yang wajar, maka pemutusan hubungan dan saling bertikai satu sama lainnya adalah hal yang tidak wajar bahkan wajib dicegah dan diupayakan agar tidak sampai terjadi. Sebab, Allah SWT berfirman:"...(Dan) Janganlah kamu berselisih (berbantah-bantahan), yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatan (kekuasaan)mu..." (Al Anfaal 46)

Jika penyatuan gerakan bukan merupakan tujuan, maka yang wajib menjadi tujuan adalah menjadikan berbagai gerakan/kelompok atau partai politik Islam menjalankan tugas da'wahnya sesuai dengan ketentuan Syara' yaitu, semua pola pemikiran dan operasional dakwahnya bersumber dari dalil-dalil Syara', dan hendaknya keseluruhannya bertujuan melanjutkan kehidupan Islam, yakni menjadikan kaum Muslimin berkehidupan secara Islami dalam semua tindakan/kegiatan mereka sehari-harinya, serta mendorong mereka untuk bertahkim/merujuk hanya kepada Syara' semata dalam semua urusannya, baik dalam persoalan-persoalan kecil maupun besar.

Juga, berupaya untuk mewujudkan Islam dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan bernegara. Di samping itu, perlu menjauhkan jama'ah, gerakan dan kelompok dakwah Islam dari sikap saling bermusuhan yang pada akhirnya menyibukkan mereka dalam hal-hal yang tidak perlu (semisal mengecam, menyebarkan isu, mengembangkan fitnah, dan yang sejenisnya), sehingga melupakan tujuan utamanya.

Apabila hal ini bisa disepakati untuk dicapai oleh semua pihak, berarti tujuan penyatuan pokok-pokok pikiran gerakan telah terealisir.

Memang yang kita inginkan adalah adanya pertemuan antara para jama'ah, gerakan dan organisasi Islam, untuk duduk berdampingan dan membahas masalah-masalah penting yang dihadapi oleh umat pada setiap saat, kemudian disepakati cara memecahkan setiap kendala yang dihadapi oleh setiap gerakan guna meraih tujuan utama yang melatarbelakangi keberadaan setiap gerakan Islam, yaitu: melestarikan kehidupan Islam dengan mendirikan khilafah Islamiyah serta membimbing dan mengarahkan semua manusia kepada Islam. Inilah yang merupakan tugas utama umat, sebagaimana yang tertera di dalam firman Allah SWT:"(Dan) demikianlah kami jadikan kalian umat yang terbaik (bertindak adil) agar menjadi saksi bagi manusia, (bahwa kalian telah menyampaikan Risalah Islam kepada mereka)

32

Page 33: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

dan Rasul, juga menjadi saksi atas kalian (pada Hari Kiamat bahwa dia telah menyampaikan Risalah tersebut kepada umatnya)" (Al Baqarah: 143)

Oleh karena itu, berbagai jama'ah, kelompok, atau gerakan Islam, mempunyai kewajiban agar umat menjadikan Islam sebagai asas bagi kehidupan, serta menjadikan halal dan haram sebagai standar atas segala perbuatan. Selain itu, menjadikan ide-ide atau persepsi-persepsi Islam sebagai suatu keyakinan yang mendominasi semua jama'ah, kelompok, maupun gerakan Islam tersebut. Keberhasilan gerakan-gerakan Islam sekarang mengharuskan adanya jalur komunikasi dan kerjasama, serta penyatuan tujuan bagi semua gerakan Islam yang ada di dunia demi untuk mengatasi problema utama umat, yaitu melanjutkan kehidupan Islam dengan cara membentuk dan menegakkan Khilafah Islam. Oleh karena itu, masing-masing harakah (gerakan) haruslah berupaya memecahkan problema utama tersebut. Sebab dalam hal ini, masalah melanjutkan kelangsungan kehidupan Islam adalah merupakan induk dari semua krisis yang muncul di tubuh umat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak dibolehkan suatu gerakan menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan sampingan yang dapat mengalihkan jama'ah/gerakan dari tujuan pokoknya yang telah disebutkan di atas seperti antara lain, mencurahkan sebagian besar perhatian dan waktunya kepada dunia pendidikan, kesehatan, kesenian Islam, media massa dan percetakan buku-buku Islam. Atau, pembinaan jasmani, semisal tenaga dalam, latihan militer, silat, senam kebugaran, berbagai cabang olahraga, dan yang lainnya. Juga, pembinaan rohani seperti bacaan wirid berjam-jam, menyepi, dan sebagainya. Semua itu dapat mengalihkan mengalihkan perhatian suatu gerakan menjadi akademis ilmiah, misalnya; atau kegiatannya hanya seputar lembaga pendidikan; juga mengurusi balai pengobatan, studio rekaman, penerbitan; atau menjadi kelompok militer, perkumpulan senam, tarikat, dan sebagainya. Hal semacam ini tidak boleh terjadi pada suatu gerakan/harakah Islam, karena dapat mengalihkan mereka dari tugas pokoknya dan menjadikan seolah-olah sistem kehidupan yang ada sudah tidak perlu diganti dengan sistem Islam.

Langkah taktis-strategis yang harus ditempuh untuk menyatukan berbagai aktivitas gerakan, dapat dilakukan sebagai berikut:

Pertama, diadakan pertemuan antar gerakan, tetapi hanya terbatas pada tingkat pimpinan atau qiyadah gerakan dengan maksud agar saling memahami satu sama lain, serta untuk menghindarkan diri dari sikap berselisih, menyerang atau menyudutkan satu dengan yang lainnya.

Kedua, membahas segi persamaan dan perbedaan pada setiap kontak (pertemuan), baik di tingkat qiyadah/pimpinan, maupun anggota.

Dalam model pertemuan yang demikian itu, haruslah dibuat aturan main yang jelas. Misalnya, berbagai perbedaan yang terdapat di antara gerakan Islam yang masih dalam batasan Syara', maka tidak perlu dipersoalkan, apalagi sampai mengundang adanya perpecahan atau pertikaian. Namun apabila perbedaan itu terjadi karena menyalahi ketentuan Hukum Syara', maka setiap gerakan harus tunduk kepada pendapat yang benar yang kuat argumentasi dalilnya.

33

Page 34: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Bagi semua jama'ah/kelompok/gerakan dan organisasi Islam, hendaklah menganggap dirinya menjadi salah satu jama'ah Islam yang merupakan bagian dari Jama'atul Muslimin (umat Islam secara keseluruhan). Tidak dibolehkan bagi salah satu dari golongan tersebut menganggap dirinya sebagai satu-satunya jama'ah/gerakan yang harus menonjol ke barisan terdepan, atau menganggap hanya dirinyalah yang merupakan Jama'atul Muslimin Bahkan, menganggap bahwa setiap orang yang berbeda pemahaman dan pola operasional da'wahnya dengan apa yang ada pada diri mereka adalah seolah-olah telah keluar dari jama'ah kaum Muslimin, atau dianggap memecah belah persatuan umat! [Pernyataan seperti ini sering muncul dari orang-orang tertentu dan berpengaruh di dalam sebuah gerakan, misalnya bahwa "Dapat dikatakan jama'ah Ikhwanul Muslimin adalah jama'ah yang paling tepat dan dapat disebut sebagai satu-satunya Jama'atul Muslimin" (Lihat pernyataan Said Hawwa dalam "Al Madkhal Ila Da'wati Al Ikhwan Al Muslimin", hal.21-25)]

Memang wajar bila setiap gerakan berhak menganggap pemahamannya terhadap Islam dan pola operasional da'wahnya adalah tepat dan benar. Sebab kalau tidak demikian, tentulah gerakan itu tidak terikat oleh lingkaran pemahaman dan pola operasional da'wahnya. Akan tetapi harus dibedakan sikap suatu jama'ah/kelompok/gerakan yang menganggap dirinya sebagai satu-satunya Jamaatul Muslimin, yang berarti bahwa berbagai jama'ah di luar diri mereka tidak termasuk Jama'atul Muslimin! Sikap yang demikian itu secara Syari' tidak dibenarkan. Sebab, Islam menganggap bahwa kaum Muslimin secara keseluruhan adalah Jama'atul Muslimin.

Dalam hal ini, kita telah diingatkan oleh Rasulullah Saw. dalam sebuah (potongan) Hadits Huzhaifah bin Yaman [Lihat Shahih Bukhari, hadits no.7084]:"...Tetaplah engkau bersama dengan jama'ah kaum Muslimin dan Imam (Khalifah) mereka" (HR Bukhari)

Begitu pula tatkala Khalifah Utsman bin Affan terbunuh, seseorang bertanya kepada Ibnu Mas'ud tentang bagaimana ia harus bersikap dalam situasi yang "labil" tersebut. Ibnu Mas'ud berkata [Lihat Fathul Bari , Ibnu Hajar Al Asqalany, jilid XXIII, hal.37]:"Tetaplah engkau (bergabung) bersama Jama'atul Muslimin. Sebab, Allah SWT tidak akan mempersatukan umat Muhammad ini dalam kesesatan".

Perkataan Ibnu Mas'ud tersebut menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan "Jama'atul Muslimin" adalah umat Islam secara keseluruhan. Bila ucapan tersebut dikaitkan dengan Hadits Huzhaifah di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa Jama'atul Muslimin adalah masyarakat kaum Muslimin yang berada di bawah kekuasaan seorang Imam/Khalifah, dan mereka (ketika itu) belum terlibat (bergabung) dengan kelompok atau aliran sesat yang menentang Islam dan Khilafah atau berusaha memisahkan diri dari Jama'atul Muslimin.

Pengertian tentang Jama'atul Muslimin, sesungguhnya tidaklah berbeda dengan pendapat para fuqaha dan ahli Hadits. Sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa Jama'atul Muslimin adalah seluruh umat Islam (Assawad Al A'zham), atau jama'ah kaum Muslimin yang menaati Imam/Khalifah mereka. Sedangkan siapa saja yang melanggar bai'at (bai’at taat), maka ia dianggap telah keluar dari Jama'atul Muslimin. [Ibid, hal.37]

Oleh karena itu, kepentingan pertemuan pada tingkat pimpinan merupakan satu keharusan dan perlu dibahas secara serius dan berdaya-guna, dengan tujuan untuk

34

Page 35: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

menghilangkan perselisihan di antara gerakan-gerakan da'wah Islam, sekaligus berusaha untuk menyatukan gerak da'wah khususnya dalam masalah-masalah penting yang dihadapi oleh umat Islam sekarang. Semua itu tidak lain adalah untuk menemukan cara dan sarana yang tepat dan bijaksana demi mendorong kemajuan da'wah Islam.

Juga, perlu dijelaskan kepada mereka bahwa hubungan antarsesama anggota gerakan haruslah berupa hubungan persaudaraan, dan bahwasanya setiap pengemban da'wah harus diingatkan pada firman Allah SWT:"Berpegangteguhlah kalian semua dengan Dinul Islam (Hablillaah) dan janganlah (kamu) bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan [masa jahiliyah], maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu, karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara" (Ali Imran: 103)

Apabila para pengikut gerakan Islam tersebut menjadikan Ayat di atas sebagai pusat perhatiannya, maka mereka akan menyadari bahwa hubungan antara pengikut gerakan tersebut adalah hubungan persaudaraan. Bahkan mereka itu bersaudara.

Oleh karena itu perlu adanya pertemuan antar pengikut gerakan, misalnya di masjid, sekolah/kampus, rumah-rumah maupun kantor, atau di setiap tempat yang memungkinkan para pengemban da'wah dapat bertemu. Selain itu, satu sama lain hendaknya membicarakan tentang ide-ide Islam dan masing-masing berusaha untuk merealisasikan Islam dalam kehidupan. Setiap orang dari mereka harus menyadari bahwa da'wah mereka wajib ditujukan untuk Islam, bukan untuk jama'ah/kelompok/partai/organisasi, atau perorangan. Juga, kesetiaannya (sikap Wala', Muwalaat) adalah untuk Islam semata, bukan untuk salah satu golongan atau perorangan tersebut. Kemudian setiap orang di antara mereka hendaknya menyadari bahwa dia bersama saudaranya berada dalam satu kubu untuk menentang kekufuran dan orang-orang kafir yang memusuhi Islam beserta umatnya.

Jika kesadaran ini telah muncul, maka hilanglah fanatisme golongan, partai, jama'ah, atau fanatisme terhadap pemimpin gerakan (ashabiyah). Sebab, loyalitas seorang Muslim harus semata-mata untuk Islam. Begitu juga ketaatannya, harus menjadi ketaatan yang lahir atas dasar kesadaran, bukan taqlid buta (yang merupakan indikasi ashobiyah). Oleh karena itu, bila telah terbentuk suatu kontak pertemuan antara para pemimpin dan pengikut masing-masing jama'ah atau gerakan, maka berarti telah terbentuk pula satu kesatuan aktivitas atau kerja sama (ta'awun) yang akan mendatangkan keuntungan bagi da'wah Islam, sehingga ia menjadi pendorong da'wah untuk bergerak maju dengan kehendak Allah SWT.

Selain itu, hendaklah semua gerakan Islam menyadari bahwa Khilafah (pemerintahan Islam) adalah semata-mata Khilafah Islamiyah, bukan Khilafah milik golongan/gerakan tertentu. Juga perlu disepakati bahwa Khalifah yang dibai'at oleh umat merupakan Imam (pemimpin) bagi kaum Muslimin seluruhnya dan dialah yang mewakili umat dalam melaksanakan Hukum Syara' serta mengembangkan da'wah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan jalan dakwah dan futuhat.

Seorang Khalifah tidak boleh mewakili kepentingan satu golongan tertentu, dan tidak boleh pula mendahulukan kepentingan satu partai politik tertentu, yang pernah diikutinya atau masih aktif di dalamnya lebih daripada kepentingan kaum Muslimin keseluruhannya.

35

Page 36: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Karena, dengan terlaksananya bai'at [pengangkatan terhadap Khalifah], maka dia telah menjadi wakil kaum Muslimin dalam melaksanakan seluruh Syariat Islam dan mengemban Risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Di samping itu, ia harus mengatur dan memelihara urusan kaum Muslimin secara keseluruhan, termasuk urusan ahli zhimmah. Sebab, mereka selaku rakyat dan dia selaku pemimpin, bertanggung jawab atas mereka.

Ini berarti bahwa setiap gerakan harus beranggapan bahwa apabila salah satu gerakan telah berhasil menegakkan Khilafah Islamiyah, maka yang lain harus ikut tunduk kepada Khalifah yang diangkat oleh gerakan tersebut dengan membai'atnya (bai'atuth thaat) selaku Amirul Mukminin. Juga, hendaklah setiap gerakan berusaha untuk menggabungkan semua wilayah yang menjadi pusat gerakan mereka dengan wilayah-wilayah Khilafah tanpa melihat lagi gerakan mana yang telah berhasil mendirikan Khilafah Islam.

Apabila di Pakistan telah berhasil didirikan negara Khilafah Islamiyah, kemudian negeri tersebut telah memenuhi semua persyaratan sebagai Darul Islam, yakni keamanan masyarakat dan kekuasaan di sana yang tadinya berada di bawah naungan kekufuran telah berubah status di bawah kekuasaan dan keamanan Islam, maka pada saat itulah wajib bagi seluruh gerakan lainnya yang beroperasi di luar wilayah Pakistan untuk segera berbai'at kepada Khalifah serta berusaha menggabungkan negeri Islam lainnya dengan Negara Khilafah.

Oleh karena itu, tidak begitu penting siapa yang mendapatkan pertolongan Allah SWT ("Nashrullah") lebih dahulu, tetapi yang penting adalah pertolongan Allah SWT itu terlebih dahulu jatuh kepada salah satu gerakan. Sebab, Khilafah tersebut adalah untuk kaum Muslimin semuanya dan kemenangan itu diperuntukkan bagi semua gerakan yang ada di dunia, bukan untuk salah satunya. Dengan demikian, keberagaman gerakan merupakan faktor positif yang dapat menumbuhkan semangat bergerak dalam diri umat dan mendekatkan semua kaum Muslimin kepada pertolongan Allah SWT di mana umat Islam sekarang mengharapkan akan tiba dalam waktu yang dekat.

Demikianlah sebagian garis besar jawaban terhadap pertanyaan di atas yang semua itu dapat dilaksanakan melalui diskusi atau pertemuan langsung (face to face), bukan melalui surat menyurat, atau cara-cara lainnya. Hanya inilah yang dapat membuka wawasan yang kuat antar gerakan Islam untuk berjuang melaksanakan kegiatan da'wahnya yang itu tidak mungkin dilaksanakan sendiri-sendiri.

Akhirnya marilah kita memohon kepada Allah SWT agar berkenan memberikan kekuatan dan taufiq kepada semua gerakan Islam untuk berjuang sesuai dengan metode yang diridhaiNya, dan kita memohon kepada Allah Ta'ala agar menetapkan semua gerakan Islam di jalan yang haq dan benar, serta berupaya menegakkan Khilafah Islam yang keberadaannya sangat penting bagi umat Islam. Bahkan, bagi semua umat manusia! Kita juga memohon kepada Allah SWT agar pencapaian cita-cita semua gerakan dapat terlaksana, yaitu dengan tegaknya Khilafah Islam dan terhimpunnya kekuatan kaum Muslimin, serta terciptanya kesatuan antar negeri-negeri Islam.

Alhamdulillaah, perasaan dan semangat Islam demikian telah mulai muncul dan bersemi di kalangan umat Islam yang kini cenderung untuk bangkit. Oleh karena itu, kita juga memohon kepada Allah SWT agar semua gerakan Islam dapat berhasil mencapai satu-satunya tujuan ini, dan selanjutnya lepas landas demi membebaskan manusia dari

36

Page 37: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

berbagai tindak kezhaliman, kekufuran, kerusakan, kenistaan, keresahan serta kekacauan. Tercapainya tujuan tersebut bukanlah suatu hal yang sulit bagi Allah SWT.

Membangun Pemerintahan Islam Melalui Demokrasi Bisakah?

Membangun Pemerintahan Islam Melalui Pemilihan Umum

Pada pemilihan Umum putaran pertama di AlJazair tanggal 26 Desember 1991, Front Pembebasan Islam (FIS) memperoleh 188 kursi (81% lebih) di parlemen. Saat itu muncul harapan bahwa FIS akan berhasil meraih suara mayoritas pada pemilihan putaran kedua. Atas keberhasilannya itu banyak pihak menduga bahwa presiden AlJazair --sesuai dengan ketentuan undang-unadang dasar negara-- akan menyerahkan kekuasaannya kepada pemimpin FIS untuk membentuk kabinet baru. Kalau ini yang terjadi:1. Bolehkah dalam keadaan seperti ini FIS membentuk suatu kabinet berlandaskan undang-undang sekuler, kemudian tunduk pada pemimpin negara republik sekuler? Apakah ini berarti telah ikut bekerja sama dengan suatu pemerintahan yang berlandaskan pada sistem kufur?2. Sebagaimana kita ketahui bahwa syara' telah mengharuskan pelaksanaan syari'at Islam secara utuh dan serentak (yakni tidak mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain, dan tidak secara bertahap). Penerapan ini tentunya memerlukan waktu, yang mungkin saja berbulan-bulan lamanya. Atau bisa juga penerapan tersebut ditempuh melalui rancangan undang-undang yang ditetapkan dan dikeluarkan oleh parlemen. Apakah kedua proses ini dapat diterima secara syar'i?

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, terlebih dahulu marilah kita perhatikan pokok-pokok ajaran syari'at yang begitu jelas dan diambil dari nash-nash Kitab dan Sunnah. Di mana pokok-pokok ajaran tersebut termasuk dalam "Ma'luumatun minaddiini bizhzharurah", artinya telah diketahui kedudukannya sebagai hal yang penting dalam agama secara pasti, yakni:

(1) Bahwa Islam wajib diterapkan secara sempurna pada setiap bagian-bagiannya.(2) Bahwa Islam tidak boleh diterapkan secara parsial dengan mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian lainnya.(3) Bahwa Pelaksanaan Islam harus dilakukan dengan segera dan serentak, bukan secara bertahap dan mengulur-ulur waktu.(4) Bahwa kaum muslimin tidak diperbolehkan bekerjasama dalam pemerintahan yang berlandaskan sistem kufur dan thaghut.

Di samping itu, ada satu hal penting yang harus kita ingat bahwa negara-negara kafir berikut antek-anteknya dari penguasa kaum muslimin, tentunya tidak mungkin memberi kesempatan kepada kaum muslimin --khususnya yang berupaya untuk menegakkan khilafah, dan mengembalikan pelaksanaan hukum yang diturunkan oleh Allah SWT-- untuk mengambil alih kekuasaan dengan jalan demokrasi/konstitusional. Juga bahwa

37

Page 38: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

setiap negeri mana saja, yang pemerintahnya, dan pihak yang menguasai angkatan bersenjatanya merupakan agen negara-negara kafir yang memeluk ide-ide kufur dan berusaha untuk menerapkannya, jelas tidak mungkin memberikan kesempatan pada kaum muslimin --khususnya mereka yang berupaya menegakkan khilafah dan mengembalikan pelaksanaan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah SWT-- untuk meraih kekuasaan dengan jalan demokrasi.

Pada waktu yang sama harus disadari pula bahwa jalan demokrasi, bukanlah jalan untuk menegakkan khilafah dan mengembalikan pelaksanaan hukum-hukum yang diturunkan Allah. Tetapi jalan yang harus ditempuh dalam hal ini adalah jalan yang pernah ditempuh Rasulullah dalam menegakkan pemerintahan Islam, yaitu melalui upaya "Thalabun Nushrah" (meminta pertolongan dan perlindungan dari pihak yang memegang kekuasaan; juga dari tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh).

Sekalipun demikian tidak berarti bahwa meraih kekuasaan melalui ummat tidak diperbolehkan, misalnya melalui pemilihan umum yang dilanjutkan dengan bai'at. Cara seperti ini diperbolehkan menurut syara', karena memang berbeda dengan demokrasi. [Sistem pemilihan umum di dalam Islam, walaupun di dalamnya terdapat persamaan dengan sistem demokrasi dari segi hak memilih, bersuara, dan berpendapat, tetapi dalam sistem demokrasi, hak tersebut ditetapkan oleh kebebasan (sistem liberal). Sementara di dalam Islam hak tersebut merupakan syarat-syarat bagi aqad khalifah. Apabila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka dianggap pemilihan umum itu tidak sah secara syar'i. Berbeda halnya dengan sistem demokrasi yang tidak membai’at seorang Khalifah untuk menerapkan syariah Islam keseluruhan. Apalagi hasil demokrasi tersebut sering dimanipulasi, sebagaimana yang sering terjadi.]

Menghapuskan undang-undang dasar yang ada, membai'at Khalifah, dan memproklamirkan Islam sebagai sistem negara dan masyarakat. Jika FIS belum mampu menempuh jalan tersebut, maka mereka tidak boleh membentuk kabinet dan atau melibatkan diri dalam pemerintahan secara mutlak.

Sekarang, mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Pertanyaan pertama yang berbunyi: "Dalam keadaan seperti ini, bolehkah secara syar'i membentuk suatu kabinet berlandaskan undang-undang sekuler, kemudian tunduk pada pemimpin negara republik sekuler? Apakah ini berarti telah ikut serta/kerjasama dengan suatu pemerintahan yang berlandaskan pada sistem kufur?"

Jawabnya adalah bahwa menurut syara', FIS tidak boleh menerima tawaran untuk membentuk kabinet baru berdasarkan undang-undang dasar sekuler, dan tunduk di bawah pimpinan republik yang menganut paham sekuler (Kalau memang berhasil, sekalipun dalam kenyataannya mereka telah dijegal melalui aksi kudeta oleh militer yang kemudian mengadakan penangkapan terhadap lebih dari 20.000 orang demonstran serta membubarkan FIS).

Atas dasar ini maka menerima tawaran yang berdasarkan sistem sekuler tersebut merupakan bukti pengakuan terhadap sistem kufur yang akan menunjukkan keikutsertaan mereka dalam sistem tersebut. Hal ini tentu saja tidak dibenarkan oleh Islam, selama dua

38

Page 39: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

hal yang ditawarkan itu masih bertolak dari sistem demokrasi Barat dan FIS diharuskan terikat dengan kedua sistem tersebut.

Kendatipun gerakan FIS telah dibubarkan, tatapi secara teoritis FIS atau gerakan Islam manapun yang keadaannya sama, harus menolak tawaran membentuk kabinet pemerintahan yang masih sekuler dan menolak menduduki kursi dalam parlemen. Bahkan, di samping mereka harus berjuang untuk menciptakan kondisi yang membantu mereka mengambil alih kekuasaan dan segera mengumumkan berdirinya negara Islam, mereka juga harus segera mengambil langkah-langkah sebagai berikut: Andai saja presiden Al Jazair meminta kepada FIS untuk mengambil alih pemerintahannya berdasarkan Islam, karena mereka telah meraih suara mayoritas dari rakyat Al Jazair yang sudah memeluk Islam dan sungguh-sungguh menginginkan sebuah pemerintahan Islam, maka dalam kondisi seperti ini FIS boleh menerima mandat-mandat tersebut dan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk pengambilalihan tersebut. Pelaksanaannya sebagai berikut: Pertama: Mereka memilih seorang Amir untuk menjadi kepala negara sementara Al-Jazair, hingga terselenggaranya pemilihan umum untuk mengangkat seorang khalifah dan membai'atnya.

Kedua: Amir sementara tersebut meminta parlemen untuk segera mengesahkan terhapusnya UUD yang berlaku dan menggantinya dengan Islam sebagi satu-satunya sistem untuk negara dan masyarakat.

Ketiga: Amir sementara tersebut kemudian mengambil tindakan yang diperlukan untuk memilih Khalifah dan membai'atnya.

Jika hal ini telah terlaksana, maka tugas Amir tersebut telah berakhir dan diganti dengan Khalifah yang akan memproklamirkan konstitusi bagi khilafah Islam yang diambil dari Kitabullah dan Sunnah Nabi. Kendatipun sebelum mengumumkan konstitusi tersebut dan menetapkannya, boleh saja ia meminta tanggapan anggota-anggota parlemen, yang namanya akan berubah menjadi majlisul Ummah atau majlis asy Syura, meskipun tanggapan mereka tidak memaksa khalifah untuk mengikutinya (boleh diterima boleh tidak, karena wewenang mengadopsi UUD ada di tangan khalifah saja).

Dengan cara yang demikian pengambilan kekuasaan tersebut tidak bertentangan dengan Islam, dan kekuasaan akan beralih dari kekuasaan kufur kepada hukum Islam. Negaranya pun berubah dari Darul kufur menjadi Darul Islam. Tetapi hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika FIS telah berhasil mendapat dukungan dari pihak yang memiliki kekuatan dan kekuasaan (misalnya Militer, pejabat, tokoh-tokoh Masarakat dan sebagainya), di samping meraih suara mayoritas kaum muslimin AlJazair. Namun apa yang dapat dilakukan sekarang ini setelah impian FIS dilenyapkan?

Adapun pertanyaan kedua, yang berbunyi: "Bahwa syara' telah mengharuskan pelaksanaan syari'at Islam secara utuh dan serentak (yakni tidak mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain, serta tidak secara bertahap). Hanya saja penerapan ini tentunya memerlukan waktu yang bisa jadi berbulan-bulan lamanya. Bisa juga penerapan tersebut dapat ditempuh pula melalui rancangan undang-undang yang ditetapkan dan dikeluarkan oleh parlemen. Apakah kedua proses di atas dapat ditempuh secara syar'i?

39

Page 40: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Jawabnya adalah bahwa langkah-langkah tersebut dapat ditempuh apabila pengambil-alihan kekuasaan itu diperbolehkan, karena telah diambil berdasarkan hukum-hukum syara'. Akan tetapi jika pengambilalihan tersebut tidak boleh, karena masih bersistem kufur bertentangan dengan Islam (seperti gambaran pertama pada pertanyaan sebelumnya), maka pertanyaan ini tentunya tidak perlu diajukan lagi.

Tetapi jika pengambil-alihan kekuasaan dibolehkan oleh syara', seperti gambaran kedua pada pertanyaan sebelumnya, maka pelaksanaannya harus dilakukan secara keseluruhan dan sekaligus. Langkah ini wajib ditempuh dan segera diupayakan untuk menerapkan seluruh peraturan dan hukum-hukum Syara', secara serentak pada waktu yang sama.

Akan tetapi realita bagi sebagian hukum memerlukan persiapan dan langkah yang berkesinambungan yang mungkin membutuhkan waktu. Mempercepat pelaksanaan hukum-hukum semacam ini dapat digambarkan dengan adanya upaya yang segera ditempuh untuk melaksanakannya. Sebagai contoh suatu kelompok yang mendapat kursi terbanyak di parlemen dan diberi kesempatan untuk mengambil alih kekuasaan menegakkannya berdasarkan Islam, maka penentuan amir/kepala negara sementara sedikit banyak memerlukan waktu agar pimpinan gerakan tersebut berkesempatan berkumpul dan mengadakan rapat darurat. Selalu bermusyawarah untuk menentukan siapa yang cocok menjabat sebagai kepala negara sementara.

Contoh lain, permintaan Kepala Negara sementara kepada anggota-anggota Parlemen untuk mengubah undang-undang dasar yang berlaku dan mengumumkan Islam sebagai pengganti, mungkin saja memerlukan waktu, kemudian persiapan-persiapan untuk memilih Khalifah dan membai'atnya, juga memerlukan waktu. Setelah Khalifah dibai`at dan menerima kekuasaan, maka Ia akan merubah struktur pemerintahan untuk disesuaikan dengan struktur yang Islami dan ini juga memerlukan waktu.

Contoh-contoh yang lain, misalnya penghapusan semua perjanjian yang bertentangan dengan hukum Islam dan yang telah ditanda-tangani oleh negara sebelumnya dengan negara-negara lain juga memerlukan tempo waktu. Begitu pula hukum-hukum lain yang serupa ini, untuk menerapkannya juga diperlukan waktu.

Kendatipun demikian bukan berarti hukum-hukum tersebut dapat ditunda pelaksanaannya sembari menunggu situasi dan kondisi yang lebih memungkinkan; dan bukan berarti pula diterapkan secara bertahap dan mengulur-ulur waktu; melainkan harus segera dilaksanakan sebagaimana yang terjadi pada masa sahabat Ridlwanullahi 'Alaihim, tatkala Rasulullah Saw. wafat. Di mana pada waktu itu mereka segera berusaha untuk membai`at seorang khalifah sebagai pengganti beliau. Usaha tersebut menghabiskan waktu sampai tiga hari sebelum akhirnya berhasil membai`at Abu bakar sebagai khalifah pertama. Hal ini disepakati oleh semua shahabat.

Oleh karena itu masalah-masalah yang pemecahannya memerlukan waktu yang banyak, maka usaha untuk menerapkannya harus serentak, tidak boleh ditunda sambil menunggu situasi dan kondisi yang memungkinkan. Juga diharamkan untuk menjalankan usaha tersebut secara bertahap dan mengulur-ulur waktu.

Sedangkan pengadopsian undang-undang Islam merupakan wewenang Khalifah, bukan wewenang anggota-anggota majelis syura. Namun khalifah boleh saja meminta pendapat

40

Page 41: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

para anggota majelis syura terhadap peraturan dan undang-undang Islam yang ingin ditetapkan sebelum mengambil keputusan, sekalipun pendapat mereka tidak wajib ditaati oleh khalifah, sebab mereka tidak mempunyai hak dalam menentukan dan menetapkan hukum/undang-undang, karena hanya khalifahlah yang memiliki hak tersebut. Sikap ini didasarkan pada kaidah syara' yang berbunyi:"Bagi seorang Sulthan/Amirul Mukminin dibolehkan mengambil keputusan hukum sesuai dengan masalah yang terjadi".

Hukum Memberontak Terhadap Penguasa

Bolehkah Suatu Gerakan Memberontak?

Menurut keterangan banyak hadits yang di antaranya tertera dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim menyatakan bahwa apabila muncul "Alkufru al Bawah" (kekufuran yang mulai nampak secara nyata oleh penguasa), maka kaum Muslimin diwajibkan mengangkat senjata dalam rangka menentang penguasa. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan istilah "Alkufru al Bawah" dalam hadits-hadits tersebut? Kemudian, bagaimana cara menentang/memerangi penguasa yang demikian? Apakah aksi tersebut harus dilakukan oleh seluruh kaum muslimin atau terbatas hanya kepada gerakan Islam tertentu saja? Apakah ada batas-batas yang dirinci oleh Islam dalam maslah ini? Dengan kata lain, apakah sikap pemberontakan tersebut harus dilakukan pada setiap masa atau pada situasi dan kondisi tertentu saja?

Agar lebih jelas, khususnya bagi para pembaca, terlebih dahulu akan kami kutipkan nash-nash yang berkaitan dengan pertanyaan di atas:

1. Sebuah riwayat yang berasal dari Auf bin Malik Al Asyja'i, ia berkata: "Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, artinya:

"Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka yang kalian cintai, dan mereka pun mencintai kalian. Kalian mendo'akan mereka, dan mereka pun mendo'akan kalian. Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah mereka yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian. Kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian". Lalu Auf melanjutkan: "Kami (para Shahabat) bertanya: 'Wahai Rasulullah, bolekah kami memerangi mereka?' Beliau menjawab: 'Jangan, selama mereka masih menegakkan Shalat (hukum Islam). Siapa saja yang dipimpin oleh seorang pemimpin dan kalian melihatnya melakukan (sebagian) perbuatan maksiyat, hendaklah ia membenci apa yang dilakukannya dan janganlah ia berlepas diri dari ketaatannya'" (HR Ahmad dan Muslim)

41

Page 42: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

 2. Sebuah riwayat dari 'Ubadah bin Ash Shamit, ia berkata:"Kami membai'at Rasulullah Saw. untuk mendengar dan mentaatinya dalam keadaan

suka (rela) maupun terpaksa, dalam keadaan sempit maupun lapang, serta dalam hal tidak mendahulukan urusan kami (lebih dari urusan agama), juga agar kami tidak merebut kekuasaan dari seorang pemimpin kecuali (sabda Rasulullah:) 'Kalau kalian melihat kekufuran yang mulai nampak secara terang-terangan, yang dapat dibuktikan berdasarkan keterangan dari Allah (Al wahyu)'" (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, An Nasa'i dan Ibnu Majah)

Menurut Imam Al Khathabi arti bawaahan dalam hadits di atas adalah nampak secara nyata atau terang-terangan. Begitu pula dengan riwayat lain yang menggunakan huruf ra' -baraahan, yang juga mempunyai makna yang sama. [Lihat Imam Asy Syaukani, Nailul Authar, jilid VII, hal.197] Imam Thabrani meriwayatkannya dengan lafadz "kufran sarrahan" artinya kekufuran yang sangat jelas. Riwayat yang lain menyebutkan dengan lafadz "illa an takuna makshiyatullahi bawaahan" artinya kecuali apabila maksiyat kepada Allah nampak secara terang-terangan. Sedangkan Imam Ahmad meriwayatkannya dengan lafadz "maa lam yakmurka bi itsmin bawaahan" artinya kecuali jikalau penguasa tidak memerintahkan mengerjakan maksiat secara terbuka.

Para fuqaha telah berselisih dalam menafsirkan kata "kufr" di sini, yaitu apakah yang dimaksud adalah "kufrul hakim" yakni murtadnya seorang penguasa (Imam/Khalifah yang sah menurut hukum Allah Swt.) ataukah karena dia telah mengadopsi/memasukkan peraturan kufur ke dalam pemerintahan Islam ditambah melakukan kemaksiatan di tempat-tempat umum secara terang-terangan.

Namun, tidak ada perbedaan di kalangan 'Ulama bahwa kekuasaan sama sekali tidak boleh diberikan kepada orang kafir. Juga, tidak ada perselisihan jika seorang penguasa (yang sah menurut hukum Islam) murtad maka hak atas kekuasaannya hilang seketika itu juga, sehingga tidak boleh ditaati dan tidak boleh dilaksanakan perintah-perintahnya. Bahkan, ia wajib segera diberhentikan meskipun harus dengan menggunakan kekuatan senjata.

Dalam hal ini Imam Ibnu Hajar berkata [Lihat Al Fathul Baari, Imam Ibnu Hajar Al Asyqalani, jilid XIII, hal 8; dan jilid VIII, hal 198-199]: "Para fuqaha telah sepakat bahwa penguasa yang mengambil alih kekuasaan (memaksa semua pihak berbai’at padanya) wajib ditaati dan berjihad bersamanya. Mentaatinya lebih baik daripada memberontak, demi untuk mencegah pertumpahan darah dan menghentikan fitnah. Tidak ada kekecualian dalam hal ini, melainkan apabila ia melakukan kekufuran secara terang-terangan. Pada saat itulah ia tidak boleh ditaati, dan bahkan wajib diperangi jika ada kemampuan pada orang-orang tertentu dari kalangan kaum muslimin".

Pengertian dan permufakatan para ulama telah ditunjukkan oleh banyak nash dalam sunnah Rasul. Adapun yang dimaksud dengan kalimat "al kufru al bawah", kekufuran yang nyata, yang tercantum dalam hadits 'Ubadah ibnu Ashamit adalah berupa kemaksiatan, seperti yang dapat ditafsirkan dari riwayat-riwayat yang lain; seperti: "illaa an takuuna makshiyatullahi bawaahan" atau "maa lam yakmurka biitsmin bawaahan". Maka dalam hal ini Imam Nawawi dalam syarah Shahih Muslim jilid XII, hal.229 mengatakan: ["Yang dimaksud dengan al kufru di sini adalah kemaksiatan. Sedangkan arti 'indakum minallaahi fiihi burhaan adalah: kalian mengetahui kekufurannya itu berdasarkan petunjuk dari Allah

42

Page 43: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

SWT. Sedangkan makna hadits itu adalah: 'Janganlah kalian berusaha merebut kekuasaan dari penguasa. Dan janganlah kalian memerangi mereka, kecuali kalian melihat kemungkaran yang nyata, yang kalian mengetahuinya karena merupakan bagian dari dasar-dasar Islam']

Tidak diragukan lagi bahwa apabila penguasa yang sah menurut hukum Islam (Imam/Khalifah) sudah tidak menerapkan hukum-hukum dan aturan-aturan Islam, lalu mengambil perundang-undangan atau sistem selain Islam (misalnya dari Barat), maka tindakan itu adalah bentuk kekufuran yang nyata; meskipun penguasa tersebut melaksanakan shalat, shaum, haji serta mengaku bahwa dirinya adalah seorang muslim.

Sebab Allah SWT berfirman, artinya:"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak bertahkim (merujuk) kepada thagut (selain hukum Islam), padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkarinya". (An Nisaâ: 60)

Membolehkan Riba, minuman keras, membudayakan busana yang menampakkan aurat wanita, membiarkan terjadinya pemurtadan di kalangan kaum muslimin, dan tidak melaksanakan hukum-hukum pidana Islam, memproklamasikan kebudayaan Barat, serta menjauhkan kebudayaan Islam; maka semua tindakan itu dapat dikategorikan ke dalam teks hadits di atas, yaitu kekufuran yang ditonjolkan secara terang-terangan. Sebab semua hal di atas termasuk "ma'luumun minad diini bizh Zharurah", yaitu hal-hal yang sudah diketahui kepentingannya di dalam Islam secara pasti.

Akan halnya kalimat "maa aqaamu fiikum ash Shalat", maka yang dimaksud bukan hanya melaksanakan shalat saja, melainkan menerapkan hukum-hukum Islam. Sebab, kata "shalat" di sini merupakan kinayah (suatu lafadz bersifat induktif) yang menunjukkan Islam secara keseluruhan. Sebagai perbandingan, dapat disimak arti shalat dalam hadits yang berbunyi:"Shalat itu adalah tiang agama Islam, siapa saja yang melaksanakannya, berarti telah menegakkan Islam. Dan siapa saja yang meninggalkannya, berarti telah merobohkan agama Islam." [Lihat Al Kasyful Khafa, Isma'il Al Ajlumi, jilid II, hal.31-32. Hadits ini telah dipakai oleh para fuqaha, walaupun para ulama hadits sendiri mendo'ifkannya. Namun dalam hal ini menurut kaidah syara' hadits yang bersifat demikian dapat dianggap sebagai hadits yang tingkatannya hasan]

Kedua hadits yang kami kutip dalam pembukaan jawaban ini menunjukkan bahwa apabila terdapat seorang penguasa (Khalifah) yang mengubah keadaan negerinya dari Daarul Islam menjadi Daarul Kufr, maka wajib atas kaum muslimin mencegahnya dan mengembalikannya ke jalan yang benar. Jika tetap "mbandel" dan keras kepala bahkan terus melanjutkan usaha perubahan itu, maka wajib atas rakyat untuk memeranginya sengan senjata (termasuk mengambil alih kekuasaan dari pihak Khalifah dengan jalan kudeta). Demikian juga maksud sabda Rasulullah Saw. di bawah ini:"Ketahuilah, demi Allah, hendaklah kalian melakukan amar ma'ruf nahi mungkar. mencegah penguasa (Khilafah) melakukan kezhaliman, memaksa mereka agar mengikuti kebenaran (Syara'), dan membatasinya dengan melaksanakan hanya yang benar saja (Islam)" (HR Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah). [Lihat Sunan Abu Dawud, hadits no.4336; Sunan At Tirmidzi, hadits no.3050; dan Sunan Ibnu Majah, hadits no.4006]

43

Page 44: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Adapun bagaimana cara merebut kekuasaan, maka hal ini memerlukan pengkajian yang mendalam. Para ulama sepakat, apabila Khalifah telah menjadi fasik maka wajib mengembalikannya ke jalan yang lurus atau memberhentikannya, lalu menggantikannya dengan orang lain, baik melalui pemilihan umum atau dengan merampas kekuasaanya melalui kekerasan. Ini dari satu segi. Akan tetapi prakteknya tentu saja tidak semudah itu! Apabila seorang Imam telah menjadi fasik, sedangkan ia masih memegang kekuasaan, tentulah sulit untuk menyadarkannya kembali, atau memberhentikannya. Untuk melakukan usaha itu sering kali meminta korban pertumpahan darah dan menimbulkan berbagai fitnah (malapetaka). Oleh karena itu untuk mencegah agar akibat seperti ini tidak terjadi, sebagian besar fuqaha lebih memilih sikap membiarkan penguasa yang fasik dan bahwasanya mereka tidak perlu dilawan. Hal ini didasarkan pada kaidah "ahwaanu azy Syaraini" [Lihat Al Madkhalul Fiqhi Al 'Aam, Musthafa Ahmad Az Zarqa, jilid II, hal.984], yakni memilih sikap yang paling ringan akibatnya diantara dua pilihan yang sama-sama buruk.

Dalam sistem pemerintahan Islam terdapat badan yang dinamakan "Mahkamatul Mazhalim" yang bertindak sebagai pengadilan tertinggi. Keberadaan badan ini merupakan "katup pengaman" dalam kondisi seperti ini. Pembentukan badan tersebut telah diperintahkan atas kaum muslimin yang ditunjukkan dalam firman Allah SWT:"Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan RasulNya serta ulil amri (Khalifah dan jajarannya) di antara kamu, kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul" (An Nisaa: 59)

Apabila muncul perselisihan, harus dikembalikan kepada Al Qurâan dan Sunnah. Termasuk perselisihan antara penguasa dan rakyat. Dengan kata lain harus ada lembaga peradilan yang dipilih dari kalangan hakim ahli fiqh, mujtahid dan orang-orang yang bertakwa. Keputusan Mahkamah ini berlaku atas Khalifah, para Mu'awinnya (pembantu Khalifah), para Wali Amil (kepala daerah), pejabat-pejabat pemerintah, dan seluruh rakyat.

Barangkali ada yang mempertanyakan, bahwa Mahkamah semacam ini bisa saja diperalat oleh para penguasa. Menjawab kekahawatiran ini, kami tegaskan bahwa apabila ummat Islam sudah tidak peduli lagi dengan agamanya, tidak peduli lagi dengan penguasa dan peraturan yang mereka terapkan; juga apabila ummat Islam tidak lagi menyadari kedudukannya sebagai pemilik kekuasaan dan bahwa mereka bertanggung jawab terhadap sikap penguasa di dunia dan akhirat; maka pada saat seperti itulah kekhawatiran mereka bahwa mahkamah mazhalim tersebut dapat diperalat oleh penguasa akan benar-benar terjadi. Bahkan lebih dari itu ummat secara keseluruhan dapat dijadikan obyek permainan.

Mengapa rakyat Amerika memiliki wibawa terhadap terhadap penguasanya sehingga lembaga pengadilan di sana mampu memberhentikan Richard Nixon (dalam kasus Watergate) serta memberi peringatan keras terhadap Ronald Reagan (dalam skandal Iran Contra); sementara ummat Islam tidak memiliki wibawa dan kharisma yang tidak menonjol terhadap penguasa? Mengapa bangsa-bangsa Barat begitu teguhnya mempertahankan sistem kufur yang mereka terapkan, sedangkan ummat Islam tidak mau memperjuangkan sistem yang berasal dari wahyu Allah SWT? Untuk meraih kewibawaan dan kharisma tersebut sebenarnya tidaklah sulit dilakukan oleh ummat Islam yang begitu mementingkan syari'atnya dibandingkan nyawanya sendiri.

44

Page 45: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Sebelum membahas bagaimana cara merebut kekuasaan dan mengetahui batasan dan syarat yang telah ditentukan oleh syara', terlebih dahulu harus dibedakan antara penguasa yang ada di Daarul Kufr --yang di dalamnya diterapkan undang-undang dan peraturan-peraturan kufur, serta didominasi oleh ide-ide, tolok ukur dan kecenderungan pada kehidupan kufur-- dengan penguasa yang berada di Daarul Islam yang berkeinginan mengubahnya menjadi Daarul Kufur.

Dalam keadaan pertama, masalahnya bukan terletak pada mengangkat senjata melawan penguasa, akan tetapi hendaknya mengenalkan dakwah yang bersifat ajakan untuk berfikir secara Islami dan meningkatkan kesadaran ummat, berkecimpung dalam dakwah untuk mempersiapkan masyarakat, melenyapkan ide-ide, tolok ukur, perundang-undangan dan kecenderungan yang menyeleweng dari Islam dan berlandaskan kekufuran. Setelah mempersiapkan masyarakat dengan mengemban dakwah ke tengah-tengah ummat, kemudian dapat dilanjutkan dengan usaha-usaha memperoleh/meminta pertolongan atau perlindungan dari pihak-pihak yang memiliki kekuasaan untuk mengambil alih kekuasaan. Semua ini lazim dilakukan untuk mengubah keadaan negeri-negeri kaum muslimin pada saat sekarang. Ini semua karena fakta kondisi saat ini sama dengan fakta kondisi di masa jahiliyah dahulu, di mana sistem Islam tidak terap keseluruhan dalam kehidupan dan penguasa tidaklah sah menurut hukum Allah Swt., maka kita harus mengikuti syariat Islam dalam hal cara menerapkan sistem Islam, yaitu dengan metode Rasul Saw. ketika zaman jahiliyah dahulu.

Sedangkan keadaan kedua, lebih layak untuk menggambarkan situasi tatkala Mustafa Kamal Ataturk antek Inggris merobohkan Daulah Khilafah Islamiyah dan mengubahnya menjadi negara republik sekuler. Pada saat itu seharusnya yang dilakukan oleh kaum muslimin adalah mengangkat senjata dan melakukan revolusi secara terang-terangan terhadap Mustafa Kamal.

Apabila Islam telah mendarah daging dalam tubuh ummat dan masyarakat telah siap untuk menerapkan Islam, maka harus segera dilakukan upaya untuk mencari dukungan dari pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dalam rangka menjatuhkan penguasa serta untuk merebut kekuasaannya dan agar dapat dipertahankan keberadaan negara Islam. Hal ini bisa dilakukan apabila negeri-negeri kaum muslimin yang dahulunya Daarul Islam, telah diubah oleh penguasa menjadi Daarul Kufur.

Namun apabila masyarakat Islam belum siap menerapkan, maka dakwah Islam dapat dikembangkan dengan cara sebagai berikut: 

1. Menyebarluaskan ide-ide Islam sampai masyarakat memiliki kesadaran dan persiapan untuk mendukung pelaksanaan syari'at Islam.

2. Membangun kesadaran politik Islam masyarakat untuk memahami politik internasional yang selalu berkembang di dunia; atau memberikan pemahaman hukum-hukum Islam yang menyangkut politik dalam dan luar negeri bagi pemerintahan Islam.

3. Berupaya mencari dukungan dan perlindungan dari pihak-pihak yang memiliki kekuatan/kekuasaan dalam rangka mengambil alih kekuasaan dari penguasa yang masih

45

Page 46: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

menolak diterapkannya hukum-hukum Islam. Usaha mencari perlindungan tersebut dikenal dalam fiqih politik Islam dengan istilah Thalabun Nushrah.

Itulah yang dimaksudkan dengan sabda Rasulullah Saw. mengenai usaha mengangkat senjata di hadapan Khalifah yang tidak menegakkan hukum-hukum Islam sebagaimana yang tercantum dalam hadits Auf bin Malik. Atau merebut kekuasaan dari tangan Imam/Khalifah sebagaimana yang tersurat dalam hadits Ubadah bin Shamit.

Mengangkat senjata di hadapan Khalifah yang menyeru kepada selain Islam (aqidah atau syariah) bukan tergolong tindakan pemberontakan atau pengacauan, dan bukan merupakan usaha yang dilakukan oleh individu, bukan pula sebagai usaha untuk mengacaukan keamanan negara. Tetapi merupakan perlawanan terhadap penguasa kafir, dalam rangka merebut kekuasaannya. Sebab dari segi hukum syara' mereka tidak lagi berhak berkuasa. Usaha tersebut tidak dilakukan untuk melenyapkan penguasa dan menggantinya saja, melainkan untuk menegakkan hukum-hukum Islam.

Aktivitas Organisasi Sosial Kemasyarakatan

Perlukah Mendirikan Organisasi Sosial Kemasyarakatan?

Apa hukum mendirikan organisasi sosial kemasyarakatan dan sejenisnya, semisal yayasan, LSM, berbagai lembaga nonpemerintah, Islamic centre, panti asuhan, rumah jompo, dan lain-lain? Bolehkah kaum Muslimin mendirikan semua itu? Lalu, bagaimana hukumnya dengan semua kegiatan yang mereka lakukan? Apakah aktivitas yang mereka lakukan tersebut dapat dikategorikan sebagai cakupan tugas seorang khalifah atau individu?

Aktivitas sosial kemasyarakatan, hukumnya boleh dilakukan oleh individu atau sejumlah orang (penduduk suatu kampung, misalnya). Hukum tersebut sangat jelas dan masyhur dalam Islam. Sebab, semua nash yang berkaitan dengan masalah tersebut telah mengajak dan mendorong setiap individu Muslim untuk melaksanakannya, baik laki-laki maupun perempuan. Perhatikanlah nash-nash yang tercantum di bawah ini:

"(Dan) mereka memberikan makanan yang mereka sukai kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan" (Al Insan: 8)

"...(Dan) tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan (Seperti shalat, jihad dan lainnya) dan taqwa (perbuatan yang diridhaiNya, seperti membangun masjid dan lainnya), serta janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa atau pelanggaran (menyimpang dari ketentuan syara', seperti membunuh kaum Muslimin, memberontak terhadap negara Islam dan lainnya)" (Al Maîdah: 2)

46

Page 47: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

"Siapa saja yang membangun suatu masjid, kecil atau besar, yang semata-mata hanya lillahi Ta'ala, maka Allah akan membangunkan (menyediakan) untuknya rumah di Jannah" (HR Tirmizhi, no. 317) [Lihat Fathul Kabiir, Yusuf An Nabahani, jilid III, hal.175]

"Aku dan orang-orang yang memelihara anak yatim dengan baik, berada di Jannah, bagaikan jari telunjuk dengan jari tengahnya"(HR Bukhari X/365; Tirmizhi no.1919; dan Abu Daud no.5150) [Lihat Riyadlush Shalihin hal.137]

"Orang yang (berusaha) membantu janda dan orang miskin bagaikan pejuang fisabilillah, bahkan ia laksana orang yang tidak pernah berhenti shaum dan senantiasa bangun (untuk) shalat malam" (HR Bukhari dan Muslim) [Ibid, hal.137-138]

Semua ayat Al Qurâan dan hadits di atas adalah perintah yang tidak wajib dan merupakan ajakan kepada individu maupun rakyat pada setiap masa dan tempat untuk melakukan berbagai macam kegiatan sosial kemasyarakatan; sekaligus menunjukkan boleh adanya kerjasama, gotong royong antarsesama Muslim, baik hal tersebut dilakukan secara temporal di saat-saat mereka butuhkan, ataukah mereka membentuk suatu kepengurusan sementara (misalnya untuk melaksanakan pembangunan masjid) yang mengangkat seorang ketua untuk mengatur kegiatan sosial tersebut sampai bangunan masjid atau yang lainnya menjadi terwujud.

Dengan demikian, membangun masjid, rumah sakit, puskesmas, sekolah beserta sarananya, tempat penginapan gratis bagi fakir-miskin, rumah makan gratis bagi umum, dan lain-lainnya; adalah sesuatu yang dapat dilaksanakan oleh negara ataupun individu. Bedanya, semua kegiatan dan sarana tersebut adalah hak rakyat yang dipikul oleh negara (wajib dilaksanakan oleh khalifah), tetapi juga boleh dipikul oleh individu; hanya saja tidak wajib atas mereka. Sebab, jenis pelayanan tersebut tidak dibatasi oleh tugas dan wewenang negara. Siapa saja boleh melakukannya, baik sendiri-sendiri maupun bergabung dengan penduduk setempat, atau dengan cara membentuk badan wakaf, kelompok kepengurusan yang bersifat temporal.

Organisasi-organisasi sosial yang bergerak di tengah-tengah masyarakat, terhadap mereka diberlakukan hukum-hukum yang berkaitan dengan individu, walaupun aktivitas sosial kemasyarakatan itu mereka laksanakan secara bersama-sama serta tolong menolong. Dengan kata lain, mereka dianggap sebagai sebuah organisasi/sekelompok orang, namun tidak dapat dikategorikan sebagai gerakan politik Islam atau sebagai gerakan da'wah penegakkan Islam.

Organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan yang ada di negeri-negeri kaum Muslimin mulai bermunculan sejak runtuhnya khilafah Islam pada awal abad XX ini. Walaupun telah membawa banyak manfaat bagi kaum Muslimin dari segi pendidikan, peribadatan, kesehatan masyarakat, sandang, pangan, dan sebagainya; tetapi mudharatnya yang akan diuraikan di bawah lebih besar daripada semua manfaat tersebut. Oleh karena itu, lebih baik organisasi sosial kemasyarakatan di negeri-negeri kaum Muslimin itu tidak ada sama sekali. Sebab, keberadaannya justru telah memadamkan semangat umat dalam memperjuangkan terapnya sistem Islam keseluruhan yang akan mengakhiri kehidupan sistem kufur. Sistem kufur yang ada jelas sangat menyengsarakan dan telah lama terus

47

Page 48: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

berlangsung. Sistem kufur juga menyesatkan aqidah banyak sekali dari antara umat Muslim.

Hampir semua organisasi tersebut telah mengarahkan kaum Muslimin kepada berbagai persoalan kehidupan yang sepele (tidak penting) saja, bila dibandingkan dengan urgensi tegaknya Islam di seluruh dunia Islam. Bahkan dari segi kemampuannya, organisasi seperti ini hanya mampu memenuhi kebutuhan sejumlah kecil umat; sama sekali tidak mampu memenuhi kebutuhan suatu daerah kecil, apalagi mencukupi kebutuhan umat secara keseluruhan. Sebab, kemampuan yang besar seperti itu hanya dimiliki oleh negara khilafah. Dengan demikian, hanya negara khilafahlah satu-satunya kekuatan yang mampu memenuhi semua kebutuhan umat di seluruh dunia. Dalam prakteknya, pada umumnya organisasi-organisasi tersebut lebih banyak menghinakan diri dengan cara "mengemis" kepada negara-negara kaya (negara-negara kufur karena bersistem thaghut) dari kalangan negeri-negeri Islam lainnya. Hidup mereka banyak ditentukan oleh subsidi dan sumbangan. Kita telah sering mendengar bahwa bentuk-bentuk bantuan tersebut bukannya tanpa pamrih. Sebab, begitu mereka mendapatkan bantuan, mereka diharuskan membawa pesan sponsor dari pihak yang membantu dalam bentuk propaganda dan seruan politis tertentu.

Bahaya yang lebih besar dengan adanya organisasi semacam ini nampak lebih jelas pada saat telah terpenuhinya kebutuhan hidup individu-individu yang ada di dalamnya serta telah tercukupinya kebutuhan sebagian masyarakat. Dalam keadaan seperti ini mereka akhirnya lupa akan semua penderitaan yang dialami, misalnya, akibat adanya penguasa sistem kufur yang tidak menerapkan hukum Islam. Juga mereka lupa atas kewajiban umat Islam untuk memperjuangkan terapnya Khilafah beserta seluruh syariah dalam segala segi kehidupan. Mereka membuat umat menjadi berpikir bahwa sistem (kufur) yang ada tidak perlu diganti.

Bahkan pada akhirnya, kaum Muslimin semakin jauh dari kegiatan da'wah yang sebenarnya, yaitu da'wah yang berusaha membina wawasan umat terhadap aqidah dan syariatNya (hukum Islam), serta da'wah yang membina wawasan kontrol politik (terhadap penguasa) di seluruh dunia, khususnya di negeri-negeri Islam. Juga, masyarakat semakin lupa kewajiban untuk berusaha mengembalikan kekuasaan Islam dengan cara menegakkan pemerintahan khilafah Islam yang dapat mempersatukan seluruh negeri-negeri kaum Muslimin dan memelihara semua urusan dan kepentingan mereka.

Perjuangan penegakan syariah keseluruhan dengan mendirikan daulah Islam dengan metode yang sama dengan yang dilakukan Rasul Saw. di masa Jahiliyah (terapnya sistem kufur) wajib lebih diutamakan dibanding dengan gerakan sosial. Rasulullah Saw. juga melakukan yang demikian. Rasulullah Saw. dan para Shahabat telah ditimpa berbagai macam bahaya, penganiayaan, pembunuhan di Mekah sebelum tegaknya negara Islam. Mereka diperintahkan bersabar dan menahan diri, sehingga diberi rukhsah untuk orang-orang yang lemah untuk berhijrah ke Habsyah. Mereka tidak diijinkan untuk berperang.

Abu Bakar ra bertindak membebaskan Bilal ra, yang ketika itu masih berstatus budak milik Umayyah bin Khalaf. Setelah mengetahui Bilal ra masuk Islam, Umayyah mulai menyiksanya dengan cara menjemurnya di siang hari yang terik dan ditindih batu besar, dengan tujuan agar ia meninggalkan Islam dan kembali kepada kemusyrikan. Namun Bilal ra tetap sabar menahan siksaan dan hanya mengucapkan kata "ahad" berkali-kali.

48

Page 49: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Padahal sesuatu yang mudah bagi Nabi Saw., sebagai pemimpin gerakan Islam pertama di dunia, untuk mengumpulkan dana dari para Shahabatnya guna menebus dan membebaskan Bilal ra serta Shahabat lainnya yang disiksa setelah masuk Islam. Namun demikian, beliau tidak melakukannya!

Kita memahami bahwa apabila perbuatan seperti itu merupakan suatu keharusan untuk dilakukan, tentulah harus segera dilaksanakan. Namun ternyata Nabi Saw., sebagai pemimpin gerakan Islam, tidak melakukannya walaupun beliau mampu. Ini menunjukkan perjuangan mendirikan daulah Islam tidak dengan gerakan/organisasi sosial.

Tindakan dan upaya keras aktivitas da'wah Rasulullah Saw. di Makkah berlangsung selama 13 tahun, beliau melakukan aktivitas da'wah dan meminta pertolongan kepada orang-orang terkemuka dari seluruh Jazirah Arab dengan tujuan agar da'wah beliau berhasil dalam menegakkan daulah Islam. Rasulullah Saw. dalam hal ini banyak sekali beraktivitas yang bersifat politik non-fisik (fikriyah/pemikiran). Ini menunjukkan perjuangan utama mendirikan daulah Islam untuk terapnya sistem Islam keseluruhan tidak dengan gerakan/organisasi sosial.

Kendati Islam telah memerintahkan kepada orang-orang yang berkecukupan untuk menolong kaum lemah yang menderita dan memang membutuhkan, namun Islam juga mewajibkan kaum Muslimin sibuk memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah. Melalaikan kewajiban kifayah ini –meski karena sibuk kegiatan sosial- umat tetap berdosa selama masih lalai. Maka umat Islam beserta organisasi sosial yang ada wajib fokus untuk tegaknya syariah dan Khilafah yang berstatus hukum fardhu. Tidak tegaknya Khilafah berarti umat tidak menjalankan sedemikian banyak kewajiban syariat dalam berbagai aspek kehidupan, di mana kondisi demikian telah merusak akidah, menyebarluaskan dosa pelanggaran terhadap syariat, dan membuat beribu-ribu umat Islam terus dibantai kaum kafir imperialis.

Mengatasi Ketertinggalan Sains Dan Teknologi

Ketertinggalan Sains dan Teknologi Bukan Kendala Mendirikan Khilafah Islamiyah

Apakah mungkin membangun suatu Negara Islam, sedangkan kaum Muslimin masih terbelakang di bidang sains dan teknologi? Jika ditegakkan, apakah khilafah negara Islam

49

Page 50: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

itu nanti mampu mempertahankan diri berhadapan dengan negara-negara adikuasa seperti Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Perancis dan lain-lain yang memiliki senjata nuklir dan perlengkapan militer yang mutakhir, serta alat-alat canggih lainnya? Apakah menegakkan negara Islam seperti ini bukan merupakan langkah kehancuran bagi kaum muslimin?

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas:(1) Masalah usaha mendirikan negara Islam.(2) Masalah kelangsungan keberadaan negara Islam.(3) Masalah usaha menjadikan negara Islam sebagai negara yang kuat dan berpengaruh besar terhadap situasi politik Internasional. (4) Masalah menjadikan negara Islam sebagai negara nomor satu di dunia.

Jawaban untuk butir nomor satu adalah bahwa untuk mendirikan negara Islam, tidak dibutuhkan terlebih dahulu adanya kemajuan di bidang sains dan teknologi. Tetapi yang dibutuhkan adalah kesadaran kaum muslimin terhadap aqidah dan syari'at Islam itu sendiri. Kemudian, umat ini harus menyadari terhadap berbagai krisis politik yang masih membelenggu kaum Muslimin. Kita harus menyadari bahwa ketika Rasulullah Saw. menegakkan negara Islam di Madinah, kemajuan di bidang sains dan industri teknologi oleh kaum Muslimin dan juga seluruh bangsa Arab saat itu, masih dalam kondisi yang sederhana, bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain, seperti Persia dan Romawi. Kala itu mereka selalu menggantungkan diri kepada bangsa-bangsa tersebut untuk keperluan hidup negara, khususnya di bidang persenjataan dan industri lainnya. Saat itu, dua negara tersebut, yakni Persia dan Romawi, yang berpengaruh besar di dunia; sama halnya dengan dua negara adidaya Amerika dan Rusia sekarang ini, walaupun sejak komunis runtuh, praktis hanya Amerika yang mendominasi dunia.

Dengan demikian untuk mendirikan negara Islam, tidak seharusnya kaum Muslimin terlebih dahulu mencapai tingkat kemajuan di bidang sainstek. Sebagai bukti, Rusia pada permulaan abad ini telah berhasil membangun suatu negara besar. Padahal ketika itu negara Beruang Merah itu masih tertinggal di bidang sains dan teknologi.

Di samping itu, untuk mendirikan negara Islam, tidaklah cukup hanya dengan meningkatkan kesadaran terhadap aqidah, syari'at Islam, serta menyadari berbagai krisis dan permainan politik di dunia internasional saat ini. Tetapi harus muncul suatu kelompok da'wah di tengah kaum muslimin, yang mampu menetapkan pemahamannya terhadap Islam dari berbagai aspeknya, sesuai dengan kebutuhan umat, baik dari segi aqidah, ide-ide dan hukum-hukum Islam, dari segi cara pemeliharaan dan mempertahankan aqidah, melaksanakan hukum, serta mengembangkan da'wah Islam.

Juga selain itu, harus ada usaha untuk mengembangkan da'wah Islam di kalangan umat demi untuk mendukung rencana dan target kelompok da'wah ini serta meyakini dan menghayati ide-ide dan hukum-hukum Islam yang dikembangkannya. Semua itu dilakukan dengan menjadikan Rasulullah Saw. sebagai suri teladan.

Jadi, negara Islam sangat mungkin ditegakkan lewat peran dan usaha kaum muslimin, walaupun mereka masih dalam keadaan tertinggal di bidang sains dan teknologi. Tentu saja rencana tersebut akan terwujud apabila sebab musabab lainnya untuk menegakkan negara Islam telah disiapkan.

50

Page 51: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Adapun butir kedua, yaitu kelangsungan negara Islam, maka masalah saintek memang sesuatu yang diperlukan. Tetapi bukan merupakan suatu keharusan. Sebab, negara dapat berjalan dengan menyandarkan kepada negara-negara luar. Misalnya dengan membeli apa saja yang dibutuhkan, baik berupa senjata maupun peralatan-peralatan lainnya secara terang-terangan maupun rahasia. Justru yang merupakan suatu keharusan untuk kelangsungan negara Islam adalah semangat juang yang tak kunjung padam pada diri kaum muslimin, untuk mempertahankan negaranya ketika menentang/melawan musuh yang berusaha mengancam dan menjatuhkan negara Islam. Semangat ini adalah senjata yang paling ampuh. Hanya saja, tekad dan semangat juang tersebut tidak diharapkan hanya nampak pada diri Khalifah dan jajarannya saja, tetapi juga harus bersemayam kokoh di dalam diri Khalifah dan rakyatnya; laki-laki maupun wanita; kaum muda ataupun yang tua.

Tekad dan semangat juang tersebut dapat diwujudkan dalam diri setiap anggota masyarakat apabila mereka memang benar-benar melihat bahwa negara Islam semacam itu adalah negara yang mewakili mereka, bahkan merupakan satu-satunya negara bagi kaum Muslimin. Negara Khilafah tersebut tidak memaksakan kekuasaan atas umat, dan ditegakkan atas dasar aqidah yang dianut oleh kaum muslimin, dalam rangka melaksanakan syari'at Islam yang dimiliki oleh kaum Muslimin, di samping wajib menjamin dan memelihara urusan mereka.

Saat ini kaum muslimin pada umumnya tidak mendukung peraturan-peraturan yang diterapkan di negeri-negeri mereka. Sebab, peraturan-peraturan tersebut dipaksakan atas kaum muslimin (oleh pihak luar, yaitu negara-negara adidaya), tanpa peduli lagi kehendak dan keinginan umat Islam. Padahal, peraturan yang diterapkan tersebut tidak sesuai dengan aqidah umat Islam yang merupakan mayoritas di negerinya masing-masing. Juga, ia bukan pihak yang berhak memelihara dan menjamin kesejahteraan hidup kaum Muslimin Bahkan, mereka menganiaya, menindas dan menghina, serta membungkam mulut umat Islam.

Oleh karena itu, tidaklah sama antara sikap dan status kaum muslimin yang berada di bawah naungan peraturan Islam lengkap dengan sikap dan status mereka terhadap peraturan-peraturan kufur yang berasal dari Barat dan dipaksakan atas umat di negerinya sendiri.

Walaupun sikap dan status mereka sama, yakni masih mendukung peraturan-peraturan yang ada, namun negara-negara yang ada di dunia Islam saat ini tidak satupun dapat disebut sebagai negara Islam, sekalipun ia menamakan dirinya negara Islam untuk mendapatkan dukungan dari rakyatnya. Negara yang semacam ini lebih layak disebut sebagai negara militer yang membutuhkan banyak dukungan untuk melindunginya dari kemarahan rakyat. Padahal seharusnya mereka menegakkan Khilafah Islam dan berlindung kepada rakyat untuk melindungi negara dari pihak musuh (negara-negara adidaya). Sebab, negara Islam yang dilindungi rakyatnya, tidak bisa dijatuhkan dengan mudah, sekalipun penguasanya telah dijatuhkan. Karena, setiap individu rakyat merasa bertanggung jawab terhadap negara dan Khalifahnya.

Mereka akan membelanya dari serangan musuh yang menimpa negara Khilafah dan diri mereka. Sikap ini ditegaskan dalam sabda Rasulullah Saw.:

51

Page 52: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

"Setiap Muslim berada di suatu benteng pertahanan dari benteng-benteng Islam, maka janganlah sampai tembus (oleh musuh) dari bagian pertahanannya" (HR Al Hakim dan Al Bazzar). [Lihat Nizhamul Hukmi Fil Islam, Taqiyyuddin An nabahani, hal.113]

Pasukan yang sedang berperang, apabila yang membawa panji tertembak, maka yang lain segera berusaha mengangkatnya agar panji Islam tetap berkibar. Demikianlah bahwa dukungan dan perlindungan setiap individu terhadap negara Islamnya adalah pangkal kekuatan yang terbesar. Rasa tanggung jawab mereka ini, akan membentuk tekad dan semangat juang yang dahsyat untuk membelanya. Bahkan, mereka bersedia menyerahkan hidupnya (mati) untuk mempertahankan negara Islam, karena hal tersebut dianggap sebagai masalah terpenting/vital. Hanya faktor inilah yang menjadikan negara Islam terus berdiri, walau musuh-musuh Islam tidak menginginkannya.

Adapun butir yang ketiga, yaitu menjadikan negara Islam sebagai negara yang kuat dan berpengaruh besar terhadap situasi politik internasional, maka posisi tersebut memang membutuhkan kekuatan militer yang dihasilkan oleh kemajuan sains dan teknologi. Tetapi yang lebih penting dari sainstek adalah bahwa negara Islam mempunyai misi suci untuk mengembangkan risalah Islam ke seluruh dunia.

Alhamdulillah, kelak nanti Negara Islam mempunyai ciri tersebut dan akan sangat nampak dalam hubungannya dengan negara-negara lain. Bahkan dapat dikatakan bahwa separuh dari misinya adalah mengembangkan Islam ke seluruh dunia, sedang sisanya adalah menerapkan Islam di tengah-tengah rakyatnya.

Untuk mengembangkan risalah Islam ke seluruh dunia, sangat diperlukan berbagai bentuk kekuatan, baik senjata yang melindungi kekuatan da'wah dalam mengembangkan risalah Islam, maupun kekuatan ekonomi. Keduanya mengharuskan adanya kader ulama dan ilmuwan Muslim dalam jumlah yang sangat besar di seluruh bidang kehidupan. Juga, sejumlah besar pabrik industri, teknisi, tenaga ahli di seluruh bidang dan tidak terbatas hanya di bidang senjata saja.

Di dunia sekarang terdapat sejumlah besar ilmuwan muslim yang telah menguasai berbagai bidang sains antara lain; angkasa luar, fisika atom (inti), kedokteran, kimia, elektronika, mekanika, pertambangan, geologi, perekayasaan biologi dan sebagainya. Para ilmuwan Muslim tersebut tersebar di Eropa dan Amerika Serikat. Sayang sekali, keahlian, tenaga, dan pikiran mereka dimanfaatkan oleh negara-negara kafir. Sebab, sebagian besar penguasa yang berkuasa di negeri-negeri Islam nyaris tidak memperhatikan kemajuan sains dan teknologi, karena tidak mempunyai misi yang harus dikembangkan dan mereka tidak merasa berkewajiban menaati Syariah. Bahkan, tidak ada keinginan untuk menjadi negara besar (adidaya). Hanya saja, masih ada harapan bahwa di negeri-negeri tersebut terdapat berbagai jenis industri dalam jumlah yang cukup memadai.

Karena itu, masih terbuka peluang untuk mengarahkan, mendorong, dan menawarkan kepada sebagian penguasa (negara) sistem kufur yang ada di berbagai negeri Muslim sekarang ini untuk menerima Islam keseluruhan dan memberikan dukungan kekuatan bagi berdirinya Khilafah. Apalagi bila hal tersebut dikaitkan dengan kekayaan alam yang melimpah ruah dalam jumlah besar di negeri-negeri Islam dan dapat dipergunakan untuk

52

Page 53: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

membeli alat-alat industri. Bahkan, dapat menggaji tenaga ahli lokal maupun asing dari kalangan non-Muslim, bila hal tersebut memang diperlukan.

Adapun butir yang keempat, yaitu menjadikan negara Islam sebagai negara nomor satu di dunia, maka hal ini merupakan langkah biasa/semestinya ditempuh, setelah sebelumnya mengokohkan langkahnya sebagai negara besar yang mampu mempengaruhi situasi politik di dunia internasional. Usaha tersebut mengharuskan negara Islam mencapai kemajuan di bidang sainstek. Langkah ini membutuhkan perhatian besar dari negara serta semangat dan keinginan yang kuat dari ilmuwan Muslim, meskipun langkah ini membutuhkan waktu. Tetapi yakinlah bahwa hal tersebut pasti tercapai dengan pertolongan Allah SWT. Sebab, kondisi dan situasi yang akan dialami oleh negara Islam yang merupakan "Khilafah Rasyidah" tentu akan mendorong para ilmuwan Muslim di seluruh dunia untuk berjuang dan mengeluarkan seluruh kemampuan mereka memenuhi kewajiban membela Khalifah serta memenuhi kewajiban akad bai’at.

Bahkan lebih dari itu; mereka akan rela mengorbankan jiwa raganya, memeras keringat dan membanting tulang, demi mewujudkan negara Islam mereka yang kuat dan terbesar di dunia, serta umatnya adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan di tengah-tengah manusia.

Fakta telah berbicara bahwa negara khilafah Islam ternyata mampu menjadi negara nomor satu di dunia, dimulai dari usaha-usaha yang telah ditempuh oleh Rasulullah Saw. untuk melumpuhkan kekuasaan dua negara adidaya saat itu, yaitu Persia dan Romawi, yang kemudian dilanjutkan oleh Khulafa' Ar Rasyidin sampai berhasil pada masa pemerintahan Umar bin Al Khattab. Posisi seperti itu berlanjut dan dipertahankan negara Islam tetap menjadi nomor satu di dunia sampai 1000 tahun kemudian, walaupun kita akui bahwa selama kurun waktu tersebut terdapat berbagai kelemahan yang dialami disebabkan kelemahan umat sendiri pada masa-masa tertentu.

Memang umat Islam adalah umat yang sejak dahulu menjadi umat yang mulia. Ia merupakan umat yang agung dan terhormat kedudukannya. Oleh karena itu, tidak aneh apabila suatu saat ia kembali ke masa kejayaannya, menjalankan tugasnya seperti dahulu, sebab umat Islam bertakwa menaati Khalifah menerapkan Syariah secara kaaffah. Hanya yang mengherankan adalah bahwa umat Islam terus menerus tidur panjang yang telah berlangsung begitu lama, jauh dari perkiraan sebelumnya.

Namun demikian, sinar harapan mulai tampak di wilayah Timur Tengah. Cahaya kemenangan mulai memancar sebagai hasil dari usaha berbagai gerakan Islam. Kelak umat ini akan meraih janji dari Allah SWT sebagaimana firmanNya, artinya:"Jika kamu menolong Allah, maka Allah pasti menolong dan mengukuhkan kedudukanmu di muka bumi" (Muhammad: 7)

Oleh karena itu kepada saudaraku, Anda tidak perlu khawatir akibat berdirinya negara Islam pada masa sulit dan kritis ini. Sebab, dengan berdirinya negara Islam, tidak akan ada lagi faktor yang membinasakan dan menghancurkan umat Islam. Bahkan sesungguhnya, perasaan was-was itu tidak lain adalah hanya sekedar rekayasa musuh-musuh Islam yang tidak ingin melihat berdirinya negara Islam itu. Mereka bermaksud untuk memalingkan orang-orang yang pemikirannya terbatas dan sederhana (kalangan

53

Page 54: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

awam) dengan cara mengembangkan informasi yang tidak benar, sehingga timbullah perasaan was-was itu pada diri sebagian kaum Muslimin.

Bahkan, yakinlah bahwa dengan berdirinya negara Islam, umat ini bukan malah binasa tetapi malah akan sehat kembali setelah didera penderitaan yang amat panjang, serta meraih kehidupan mulia dan kedudukan yang terkuat di dunia internasional. Kepada Anda, saudaraku, dan kepada seluruh kaum Muslimin di dunia, kami sampaikan firman Allah SWT, yang artinya:"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan RasulNya apabila Allah dan RasulNya menyeru kalian kepada sesuatu yang memberi kehidupan bagi kamu" (Al Anfaal: 24)

Risiko Pengorbanan Dalam Memperjuangkan Islam

Ingin Berjuang Tanpa Risiko?

Ada sebuah hadits [hasan-gharib/munkar/munqathi’*] yang menyatakan, artinya:"Tidaklah patut seorang mukmin itu menghinakan dirinya".Para shahabat bertanya:'Bagaimana dia menghinakan dirinya?'Rasulullah Saw. menjawab: "Dia melibatkan diri pada permasalahan yang ia tidak mampu menghadapinya".

Sebagian kaum muslimin menjadikan hadits ini sebagai dalil bahwa seorang muslim seyogyanya menjauhkan diri dari permasalahan-permasalahan yang berat. Lebih jauh, mereka mengambil hadits ini sebagai rukhshah (keringanan syara') untuk meninggalkan sebagian kewajiban dan mengerjakan sebagian dari hal-hal yang diharamkan --demi menjauhkan diri, agar tidak terlibat dalam permasalahan yang penuh resiko. Misalnya, perjuangan politik untuk menegakkan daulah Islam, tentu akan membawa pelakunya kepada ancaman para penguasa; mulai dari penjara, dipecat dari pekerjaan, sampai penyiksaan secara fisik. Pertanyaannya, apa benar bahwa di dalam hadits tersebut, ada rukhshah untuk meninggalkan usaha da'wah dalam keadaan seperti ini dan berdiam diri terhadap sistem kufur yang sedang berlaku di seluruh dunia Islam sekarang?

54

Page 55: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

*Sebelum membicarakan fiqh hadits tersebut di atas, terlebih dahulu akan kita bicarakan sanadnya; untuk mengetahui apakah benar hadits tersebut telah diucapkan Rasulullah Saw.? Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa Hadits ini adalah hadits Hasan-gharib. Tentang hadits tersebut, Ibnu Abi Hatim berkata bahwa ini adalah hadits munkar (tertolak)'. Sedangkan menurut Al Albani, "Itu adalah hadits munqathi' (terputus sanadnya)". Lebih lanjut beliau menambahkan: "Ada hadits marfu' dari Ibnu 'Umar yang mirip dengan hadits ini, yang di dalam sanadnya ada Zakaria bin Yahya Al Madaîni".

Tentang orang ini, Al Albani berkomentar bahwa jika yang dimaksud adalah Abu Yahya Al Lu`lu`i (Abu Yahya AlMadaini), berarti hadits tersebut adalah shahih. Dengan kata lain, beliau menggantungkan keshahihan hadits tersebut dengan syarat ini. [Lihat Nashiruddin Al Albani, "Silsilatul Ash Shahihah" II/172]

Tentang putusnya sanad pada alasan pertama, cukup kuat diterima. Sedangkan pada alasan kedua, di dalam sanadnya terdapat perawi majhul (tidak diketahui). Sehingga tidak boleh menjadikan hadits seperti ini sebagai dalil, karena memang belum mencapai tingkatan riwayat yang shahih atau hasan. Walaupun sebagian Perawi hadits mengatakannya hasan, tentulah karena mereka tidak mengetahui cacat yang tersembunyi dalam hadits ini.

Ini dari segi sanad. Adapun dari segi makna (mafhum hadits), kita harus memahaminya melalui konteks hadits-hadits yang shahih serta ayat-ayat suci yang menjelaskan masalah ini. Tentang ungkapan pada ujung hadits tersebut:"melibatkan diri pada permasalahan yang ia tidak mampu menghadapinya". Harus difahami secara syar'i untuk menentukan apa sebenarnya batas kemampuan, dan tindakan apa yang dianggap oleh syara' "di luar kemampuan".

Adapun hal-hal yang di luar kemampuan manusia, itu jelas tidak diwajibkan syara' atasnya. Sesuai dengan apa yang tertera dalam surat Al Baqarah ayat 286, artinya:

"Allah tidak membebani (sesuatu) pada seseorang, melainkan sesuai dengan kemampuannya".

Oleh karena itu, tidak boleh membiarkan setiap individu menentukan sendiri batas kemampuan atau batas kesanggupan sesuai dengan keinginan hawa nafsunya. Tetapi yang menentukannya adalah syara' semata. Untuk pemahaman yang lebih lanjut, marilah kita menelaah kembali tafsir ayat 106 dari surat An Nahl yang artinya:"Siapa saja yang kufur kepada Allah setelah ia beriman, kecuali seseorang yang dipaksa sedangkan hatinya tetap teguh dengan iman".

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan [Lihat Tafsir Ibnu Katsir, jilid II, hal.588-589]: "Orang-orang Musyrik Quraisy menangkap 'Ammar bin Yasir, lalu mereka menyiksanya sampai ia berbohong untuk menuruti sebagian keinginan mereka. Kemudian ia adukan hal tersebut kepada Nabi Saw. "Bagaimana kau mendapati hatimu?", tanya beliau. "Tetap teguh dengan Iman", jawabnya. Lalu Rasulullah bersabda: "Kalau mereka mengulangi lagi perbuatannya, maka ulangilah sikapmu itu".

55

Page 56: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Ibnu Katsir kemudian menambahkan: ["Oleh karena itu, para Ulama telah sepakat bahwa seseorang yang dipaksa kufur, dibolehkan baginya menuruti keinginan pihak yang memaksanya, demi keselamatannya. Boleh juga ia menolak, seperti yang dilakukan Bilal ra, yang mengabaikan mengucapkan kata-kata kufur, walaupun mereka melakukan berbagai penyiksaan terhadapnya. Bilal hanya mengucapkan "Ahad" berkali-kali, sambil mengatakan: "Kalau aku tahu ada satu kata lain, yang akan menyebabkan kalian lebih marah, tentulah akan aku katakan!" Radliallahu Anhu. Demikian juga yang dilakukan oleh Habib bin Zaid Al Anshari terhadap pertanyaan Musailamah Al Kadzdzab kepadanya: "Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad itu Rasulullah?" "Ya, benar", jawabnya. Kemudian Musailamah bertanya lagi: "Apakah engkau juga bersaksi bahwa Aku ini Rasulullah? Dia menjawab: "Itu tidak pernah kudengar". Lalu Musailamah menyiksanya dengan cara memotong-motong tubuhnya hidup-hidup (dicincang), sedangkan Habib bin Zaid tetap teguh dengan sikapnya itu.]

Ibnu Katsir menambahkan: ["Lebih utama dan lebih baik bagi seorang Muslim tetap teguh memegang agamanya, sekalipun akhirnya ia dibunuh, seperti yang dikatakan juga oleh Al Hafidz ibnu 'Asakir dalam menulis catatan biografi Abdullah ibn hudzafah As Sahmi"]

Bertolak dari penjelasan tersebut di atas, maka seorang Muslim tidak boleh meninggalkan fardlu atau melakukan perbuatan haram/maksiyat, kecuali apabila dihadapkan kepada suatu cobaan yang sungguh-sungguh tidak sanggup ditanggungnya. Batas kemampuan dan kesanggupan itu adalah apa yang disebut oleh syari'at Islam dengan istilah "Al Ikraahul Mulji'", yaitu paksaan yang mendorong seorang muslim untuk melanggar ketentuan hukum syara', yang ia benar-benar disiksa/disakiti. Atau, ia mengira dengan pasti bahwa ia akan disiksa dengan siksaan yang sangat mengkhawatirkan kematiannya atau menyebabkan kelumpuhan, misalnya patah tulang-tulangnya, tubuhnya dicincang dan sebagainya.

Siksaan semacam itulah yang dapat menimpa seseorang akan memberinya rukhshah untuk mengerjakan sebagian perbuatan haram/maksiyat dan bukan setiap perbuatan maksiyat yang diharamkan. Itupun dengan syarat: tidak mendorongnya untuk melakukan perbuatan haram lainnya yang lebih besar atau yang serupa dengannya. Misalnya, ia dipaksa menjadi mata-mata, disuruh membunuh orang, atau melakukan homoseks dengan narapidana, atau membocorkan rahasia penting gerakan dakwah yang ia menjadi anggotanya, dan lain lain.

Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh meninggalkan fardhu atau mengerjakan hal-hal yang haram, hanya karena rasa takut dihina, dipenjara, atau setelah disiksa dengan siksaan yang ringan, atau karena ingin mempertahankan pekerjaannya, menyelamatkan hartanya, dan sebagainya. Sebab, semua ini masih termasuk dalam batas kemampuan manusia dan bukan di luar kemampuannya. Juga, hal seperti itu belum sampai kepada batas "al Ikraahul Mulji'", seperti yang telah dijelaskan di atas.

Kalau saja setiap masalah yang memberatkan diri seorang Muslim terdapat rukhshah baginya untuk meninggalkan semua fardlu/ kewajiban dan mengerjakan perbuatan-perbuatan haram/ maksiyat, tentulah Islam tidak dapat tegak di bumi ini. Bahkan, tidak akan pernah muncul suatu ummat yang berjuang secara terus menerus. Cobalah simak sejarah kaum Muslimin yang memperjuangkan Islam dengan susah payah di masa Rasulallah Saw, sebagaimana yang diceritakan Al Qurâan sendiri, artinya:

56

Page 57: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

"Sesungguhnya Allah berkenan menerima taubat Nabi, kaum Muhajirin dan Anshar yang mengikuti Nabi (dalam perang Tabuk), di saat (mereka) menghadapi kesusahan" (QS At Taubah 117)

Tentang kejadian ini, Imam Ibnu katsir berkata [Lihat Tafsir Ibnu Katsir, jilid II, hal.397]: "Mereka telah keluar ke perbatasan Syam pada tahun terjadinya perang Tabuk, di saat panas membara, dalam keadaan susah-payah yang hanya Allahlah yang mengetahuinya. Mereka sangat menderita, sehingga telah sampai kepada kita bahwa kadang-kadang dua orang laki-laki membelah satu buah korma untuk dimakan bersama. Kadang-kadang ada sekelompok orang yang mengambil satu buah korma, lalu masing-masing mengunyamnya dan meneguk airnya, lantas digilirkannya kepada yang lain".

Pada saat itu, keluarnya Kaum Muslimin ke medan pertempuran (perang Tabuk) diwajibkan atas setiap muslim. Oleh karena itu, terhadap tiga orang dari kalangan shahabat Anshar, yang tidak ikut berangkat bersama Rasulullah dan kaum muslimin, yaitu Kaab bin Malik, Hilal bin Umayah dan Mararah bin Rabi'ah dijatuhkan hukuman pemboikotan total atas mereka, sebagaimana yang diterangkan oleh ayat berikutnya. Kemudian Allah menjelaskan keutamaan kesabaran dan pengorbanan mereka dengan firmanNya, artinya:

"Tidaklah sepatutnya penduduk Madinah dan orang-orang Arab badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang). Dan tidak patut pula bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. (Orang-orang yang demikian itu tidak mendapatkan imbalan sebagai mujahidin), yang mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan di jalan Allah. Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir. Dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada (pasukan) musuh, melainkan dituliskan bagi mereka dengan yang demikian itu sebagai suatu amal shaleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan orang-orang yang berbuat baik. Juga, mereka tidak menafkahkan suatu nafkah yang kecil maupun yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal yang shaleh pula). Karena itu, Allah akan memberikan balasan yang lebih baik kepada mereka daripada apa yang telah mereka kerjakan" (At Taubah: 120-121)

Seorang muslim diwajibkan berjihad/berperang fi sabilillah sesuai dengan perintah Allah SWT, artinya:"Diwajibkan atas kalian berperang, padahal itu adalah suatu hal yang kalian benci" (Al Baqarah: 216)

Jihad itu diwajibkan, walaupun menyebabkan dirinya terbunuh, terluka, ditawan musuh, atau meninggalkan harta dan orang-orang yang dicintainya. Melibatkan diri dalam jihad, tidak diserahkan pada semangat individu. Tidak diperhatikan apakah ia bersedia mengorbankan sesuatu atau tidak, melainkan ia dipaksa untuk melakukannya. Sebab, Allah SWT berfirman, artinya:

"Katakanlah: 'Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, isteri-isteri kalian, keluarga kalian, dan harta benda yang kalian dapatkan, serta perdagangan yang kalian takutkan kerugiannya, juga tempat-tempat tinggal yang kamu sukai lebih kalian cintai daripada mencintai Allah dan RasulNya, serta jihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan azhab dengan perintahnya. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk bagi orang-orang yang fasik" (At Taubah: 24)

57

Page 58: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Lagi pula Allah berfirman, artinya:Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin itu diri dan harta mereka dengan memberikan Surga untuk mereka. Maka, hendaklah mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qurâan. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka, bergembiralah kalian dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu. Dan itulah kemenangan yang besar" (At Taubah: 111)

Oleh karena itu, jika seorang Muslim dibebani sikap pengorbanan dalam urusan jihad fi sabilillah, maka tidak aneh lagi apabila dalam hal mengerjakan amar ma'ruf dan nahi munkar, ia mempunyai sikap yang sama atau yang mirip dengannya, seperti mengorbankan semua atau sebagian hartanya, mengorbankan jiwanya atau menerima siksaan yang menyebabkan tubuhnya terluka atau cacat selamanya, dan lain sebagainya.

Masalah ini berkaitan dengan nash syara' yang berupa taklif syar'i (kewajiban) dan tidak dikaitkan dengan keinginan individu untuk menentukan kemampuan dan kesanggupan sesuai dengan hawa nafsunya. Misalnya dalam hal mengerjakan amar ma'ruf dan nahi mungkar, atau berjuang untuk meruntuhkan sistem komunis/sosialis maupun sekularisme yang kufur, atau berjuang untuk menegakkan negara khilafah Islam yang akan menjalankan urusan umat berdasarkan apa yang telah diturunkan Allah SWT [Islam]; maka Allah SWT telah mewajibkan kaum muslimin untuk mengorbankan harta dan diri mereka; di samping menyabarkan diri dalam menerima cobaan, siksaan, kehinaan, dan kesulitan, serta senantiasa bersabar dalam menghadapi tantangan tersebut. Sebagaimana sikapnya dalam melakukan jihad, walaupun hukum-hukum jihad berbeda pembahasannya dengan hukum-hukum yang menyangkut amar ma'ruf nahi munkar atau hukum-hukum yang menyangkut tegaknya khilafah Islam.

Tentang sikap pengorbanan dalam melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar, serta dalam usaha menegakkan khilafah Islam, terdapat banyak hadits dari Rasulullah Saw. yang mengharuskan adanya sikap yang demikian itu, antara lain sabdanya [Lihat Al Mustadrak, Al Hakim An Naisaburi, III/195; Al Mu'jam Ash Shaghir, Imam Ath Thabrani, I/264)], artinya:"Pemimpin para syuhada' itu ialah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa yang lalim, lalu ia menyuruhnya berbuat baik dan mencegahnya berbuat munkar, kemudian ia dibunuhnya".

"Jadilah seperti para shahabat 'Isa, yang telah digergaji dan disalib. Demi Allah, mati dalam keadaan mentaati Allah itu, lebih baik daripada hidup dalam maksiyat kepadaNya".

"Janganlah seseorang di antara kalian dihalangi rasa takut kepada masyarakat tidak menyampaikan kata-kata yang haq, bila ia sudah mengetahuinya". [Shahih Ibnu Hibban, hadits no.278; dan Sunan Ibnu Majah, hadits no.4007]

"Siapa saja yang melihat (suatu) kemunkaran, maka hendaklah ia berusaha mengubahnya dengan tangannya. Apabila ia tidak mampu (dengan tangannya), hendaklah ia berusaha dengan lisannya. Dan apabila ia tidak mampu juga, hendaklah ia berusaha mengingkari dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah Iman" [Shahih Muslim, no.49; Sunan Abu Dawud, no.1140, 4340; Sunan Tirmidzi hadits no.2173; Sunan An Nasa'i VIII/111; dan Sunan Ibnu Majah No.4013]

58

Page 59: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Imam Nawawi menjelaskan hadits ini sebagai berikut [Lihat Syarah Shahih Muslim, jilid II, hal.21]:["Adapun sabda beliau: "Hendaklah kalian mengubahnya", itu merupakan perintah wajib yang telah disepkati oleh seluruh umat tanpa kecuali. Perintah amar ma'ruf dan nahi munkar ini telah ditetapkan dalam Al Qurâan, As Sunnah dan Ijma' ummat. Juga, dapat dikategorikan dalam penyampaian nasehat, yang tidak lain adalah pangkal agama". Dalam sebuah hadits Qudsi, Rasulullah Saw. bersabda [Lihat Sunan Ibnu Majah, hadits no.4008], artinya: "Allah SWT pada hari Kiamat akan bertanya kepada orang (yang tidak berani menyampaikan kebenaran):"Apakah yang membuatmu tidak mau mengucapkan (kebenaran) terhadap keadaan ini dan itu?' Orang tersebut menjawab: 'Karena takut (kemarahan) masyarakat!' Maka [Dia] berfirman: 'Akulah Yang lebih baik kamu takuti'"].

Sistem pemerintahan kufur [sistem berakidah sekularisme] yang sedang berkuasa di negeri-negeri kaum muslimin saat ini adalah kemunkaran yang terbesar di dunia. Bahkan, itulah pangkal kejahatan yang senantiasa menghalangi pelaksanaan perbuatan ma'ruf (kebaikan), dan selalu mengembangkan dan melindungi kemunkaran. Oleh karena itu, pangkal kemungkaran ini harus dilenyapkan. Ketetapan ini telah diketahui dengan pasti sebagai sesuatu yang Ma'lumun minad Diini bidldlarurah, yakni hukum yang telah ditentukan oleh Islam dengan pasti, bahwa sistem pemerintahan seperti itu merupakan puncak kemunkaran. Tidak ada alasan bagi seorang Muslim untuk tidak mengubah kenyataan kufur ini, betapapun rendah pengetahuannya.

Setiap muslim, khususnya penguasa batil yang batal demi hukum Islam, walaupun ia menerapkan sebagian kecil saja dari sistem Islam, bisa saja ia melakukan upaya untuk menghilangkan kemungkaran/kekufuran ini dengan cara-cara syar’i, dan menegakkan kekuasaan Islam di negeri-negeri kaum Muslimin yang menjalankan urusan pemerintahannya sesuai dengan apa yang telah diturunkan Allah SWT semata (Islam), bukan apa yang sering diekspor oleh Barat maupun Rusia ke negeri-negeri kaum Muslimin.

Orang Islam yang tidak mengupayakan hal ini, telah berdosa dan telah melalaikan kewajiban-kewajiban agamanya. Dosa itu akan berlipat ganda bagi para penguasa batil yang masih mempercayai Islam, tetapi takut oleh ancaman oleh negara-negara adidaya bila melaksanakan seluruh hukum dan peraturan Islam, politik, ekonomi, sosial kemasyarakatan, maupun hukum dan perdata. Tidak ada rukhshah/keringanan apapun bagi seorang Muslim untuk tetap berdiam diri terhadap pelaksanaan kewajiban ini, dengan alasan hadits yang disebut dalam pertanyaan di atas, ataupun bertolak dari alasan-alasan lain.

Orang-orang yang mencari-cari rukhshah untuk melepaskan tanggung jawab dan tetap berdiam diri terhadap kondisi parah (sistem kufur) yang ada, dosanya semakin bertambah, khususnya apabila ia ikut pula menyebarkan rasa pesimis, rela menerima kehinaan, dan atau merasa bahwa umat ini sudah tidak berdaya lagi setelah dikalahkan oleh musuh-musuhnya. Lebih-lebih lagi bila ia mengajak umat untuk tunduk kepada penguasa-penguasa kafir, zhalim ataupun fasik, serta mengajaknya berkompromi dengan mereka, padahal para penguasa tersebut belum mengubah sikapnya atau tetap menolak

59

Page 60: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

agama dan sistem Islam yang dapat melestarikan kehidupan negara dan masyarakat sesuai keridhoan Allah Swt.

Mudah-mudahan para penguasa yang masih Muslim maupun umat Islam menyadari kewajibannya terhadap tegaknya Islam di muka bumi ini sebagai suatu kekuatan ideologis yang prima.

Keluar Dari Organisasi Gerakan

Melepaskan Bai'at Amir Gerakan

Apakah seorang anggota suatu harakah Islam dan telah membai'at pemimpinnya dibolehkan melepaskan bai'atnya dari harakah tersebut?

Dalam persoalan ini, terdapat beberapa keadaan/kondisi yang khusus dan patut mendapat perhatian.

Pertama, apabila seseorang berada dalam posisi yang jika ia tinggalkan harakah Islam tersebut akan mendatangkan suatu kemudharatan (menurut ketentuan Syara') bagi gerakan, maka dalam situasi seperti ini ia tidak boleh meninggalkannya. Kecuali jika situasi telah berubah, ia boleh meninggalkan harakah Islam tersebut.

Kedua, seorang amir gerakan (pemimpin harakah) pada saat tertentu boleh mengizinkan seseorang melepaskan bai'atnya. Tetapi dalam keadaan tertentu pula, ia boleh menolak permintaan tersebut.

Ketiga, apabila orang ingin meninggalkan suatu harakah karena ia menganggap ada aktivitas suatu gerakan dakwah yang lebih benar, maka ia dibolehkan meninggalkan harakah tersebut walaupun amir harakahnya menolak mengizinkan ia melepaskan bai'atnya. Hal ini berlandaskan hadits Rasulullah Saw. yang artinya [Lihat Shahih Bukhari XI/452; Shahih Muslim, No.1652; Sunan Abu Daud, no.3277-3278; Sunan Tirmidzi, no.1529; dan Sunan An Nasaîi VII/10-11]:"Apabila kalian telah bersumpah, kemudian kalian melihat hal yang lebih baik, maka lakukanlah hal yang lebih baik itu. Sedangkan terhadap sumpah, harus dilakukan kafarat".

Bergabungnya seseorang dengan suatu harakah Islamiyah adalah termasuk amal perbuatan yang baik dan mulia. Seseorang yang bergabung dengan harakah tersebut umumnya akan melakukan bai'at terhadap amir/pemimpin gerakan, dan berjanji akan selalu berjuang di bawah kepemimpinan amir tersebut, serta bersumpah untuk mentaatinya dalam batas-batas tertentu. Bai'at ataupun janji yang dikuatkan dengan sumpah dapat dikatagorikan ke dalam makna hadits di atas. Akan tetapi bila tidak dikuatkan dengan sumpah, maka bai'at atau janji tersebut lebih baik ditinggalkan.

Apabila seseorang muslim sudah menjadi anggota suatu harakah/gerakan, kemudian ia yakin terhadap harakah lain karena lebih tepat/sesuai dalam kebenaran, maka syara' mengharuskannya meninggalkan harakah yang pertama lalu beralih kepada harakah yang

60

Page 61: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

dianggapnya lebih benar. Jika ia telah bersumpah sebelumnya, maka ia harus melaksanakan kafarat, yaitu memberi makan atau pakaian kepada 10 orang fakir miskin, atau memerdekakan seorang budak/hamba sahaya. Jika ia tidak mampu, maka cukup baginya berpuasa selama tiga hari berturut-turut, sesuai dengan firman Allah SWT:

"Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksudkan (untuk bersumpah). Tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja. Maka, kaffarat [melanggar sumpah] itu ialah memberi makan 10 orang miskin, yaitu makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu. Atau, memberikan pakaian kepada mereka. Atau, memerdekakan seorang budak. Siapa saja yang tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya adalah berpuasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu [yang kamu langgar]. Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukumNya agar kamu bersyukur (kepadaNya)" (Al Maidah 89)

Apabila ia telah melaksanakan bai'at dengan amir gerakan, maka terlebih dahulu ia harus melepaskan bai'atnya. Untuk melepaskan bai'atnya itu, ia diharuskan memberitahu kepada amir gerakannya bahwasanya ia akan meninggalkan/memisahkan diri dari harakah tersebut. Pada saat itu ia harus mengembalikan seluruh barang-barang yang menjadi milik harakah itu jika di sana ia mempunyai kedudukan tertentu. Selain itu, ia diharuskan menjaga rahasia gerakan tersebut selama tidak menyimpang dari syara'.

Jika keberadaan gerakan tersebut merupakan sesuatu keharusan/fardhu atas kaum Muslimin dan keberadaannya di dalam gerakan tersebut juga merupakan fardlu serta sampai saat itu ia belum menemukan adanya suatu gerakan lain yang lebih baik [misalnya keinginan meninggalkan harakah itu hanya sekedar untuk beristirahat sejenak], maka dalam keadaan seperti ini ia tidak boleh melepaskan bai'atnya dan tidak boleh pula meninggalkan gerakan itu. Bahkan bagi pemimpin/amir gerakan tidak dibolehkan mengizinkan orang tersebut melepaskan bai'atnya. Sebab, aktivitas harakah Islam termasuk fardhu kifayah, jika yang diperjuangkan harakah itu adalah sesuatu yang merupakan fardlu kifayah pula di mata hukum syara'. Misalnya, berusaha menerapkan syariat Islam melalui penegakan negara Khilafah, mempersatukan negeri-negeri Islam, dan sebagainya.

Selama belum ada sejumlah orang yang memenuhi kebutuhan gerakan Islam itu dan belum tercapai target yang telah ditentukan oleh syara', maka ia harus tetap bergabung dengan harakah tersebut sampai kebutuhan dan targetnya terpenuhi/tercapai. Bahkan, wajib bagi kaum muslimin lainnya bergabung dengan harakah ini setelah dijelaskan kepada mereka masalah kewajiban berdakwah bersama gerakan ini dan mereka merasa puas atas penjelasan tersebut. Apabila mereka tidak bergabung dengan harakah Islam yang keberadaannya adalah fardhu, maka di hadapan Allah mereka telah berdosa [tidak ikut berjuang demi kewajiban].

Dalam masalah bai'at, terdapat perbedaan antara bai'at kepada khalifah dengan bai'at terhadap amir suatu harakah Islamiyah. Bai'at Taat terhadap khalifah merupakan fardhu 'ain atas setiap individu Muslim, bukan tergolong fardhu kifayah. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah Saw, artinya [Lihat Shahih Muslim, hadits no.1051]:"Siapa saja yang melepaskan tangannya dari ketaatan kepada Allah, maka ia akan bertemu dengan Allah di hari kiamat kelak tanpa memiliki hujjah. Dan siapa saja yang

61

Page 62: Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

mati sedangkan pada leher (diri)nya tidak ada bai'at [kepada khalifah], maka matinya sebagaimana mati jahiliyah".

Bai'at secara praktis (fi'liyah) untuk mengangkat khalifah hukumnya fardhu kifayah. Sedangkan keberadaan bai'at (ta'at) atas setiap individu Muslim terhadap khalifah adalah fardhu 'ain. Dalam hal ini, tidak boleh ada keraguan sedikitpun yang disembunyikan oleh seseorang terhadap khalifah, melainkan hanyalah kepuasan hati dan ridla bahwa khalifah yang dibai'at itu adalah amirnya. Ia harus rela dan mentaati apa yang diperintahkan oleh khalifah. Inilah makna tentang wajib adanya bai'at dari setiap individu Muslim.

62