slide proposal tesis.ppt

Upload: syamsuar

Post on 09-Oct-2015

154 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

  • Latar Belakang 87% wilayah Indonesia adalah daerah rawan bencanaUU No 24 Tahun 2007 tentang PB, pemerintah memiliki tanggung jawab dalam menanggulangi bencanaTujuan penyelenggaraan PB adalah untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruhFrank Dance: salah satu aspek penting di dalam komunikasi adalah konsep reduksi ketidakpastian (littlejohn, 2011:7)

  • Latar Belakang PenyelenggaraanPenanggulanganBencanaSaat Prabencana (Pencegahan, Mitigasi Bencana dan Kesiapsiagaan)Saat Tanggap DaruratPasca BencanaSituasi Tidak Ada BencanaSituasi Terdapat Potensi BencanaPerencanaanPencegahanPengurangan RisikoPendidikanPelatihanPenelitianPenaatan Tata Ruang

    MitigasiPeringatan DiniKesiapsiagaanKajian CepatStatus Keadaan DaruratPenyelamatan & EvakuasiPemenuhan Kebutuhan DasarPerlindunganPemulihanRehabilitasiRekonstruksiPrasarana dan SaranaSosialEkonomiKesehatanKamtibLingkungan

  • Rumusan MasalahBagaimana pentingnya komunikasi dan informasi pada implementasi kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kota Makassar?

  • Landasan TeoriManajemen Makna Terkoordinasi (Barnett Pearce & Vernon Cronen)

    Asumsi yang mendasari teori ini adalah:Manusia hidup dalam komunikasiManusia saling menciptakan realitasTransaksi informasi bergantung kepada makna pribadi dan interpersonal

  • Landasan TeoriTeori Model C G Edward III (1980)

    Model implementasi kebijakan menurut pandangan Edwards III dipengaruhi empat variabel, yakni; Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi dan Struktur birokrasi.

  • Kerangka Pemikiran

    Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi(KIS)Komunikasi dan InformasiPenyelenggaraan Penanggulangan BencanaImplementasi Kebijakan:KomunikasiSumberdayaDisposisiStruktur BirokrasiPengurangan Risiko Bencana

  • Metode PenelitianJenis PenelitianPenelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi (Mix Methods) yaitu metode yang menggabungkan antara metode kualitatif dan kuantitatif Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di Instansi Pemerintah Kota Makassar, Provinsi Sulawesi SelatanWaktu PenelitianBulan Juli-Agustus 2014

  • Metode PenelitianSubyek PenelitianSubjek penelitian ditentukan secara purposive sampling. Subjek dalam penelitian ini adalah 13 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan 11 Pemerintah Kecamatan yang masing-masing diwakili oleh 1 orang pimpinan/staffInforman PenelitianKepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar Kabid. Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota MakassarSekretaris Dinas Sosial Kota MakassarKabid. Pengendalian Bantuan dan Kesejahteraan Jaminan Sosial, Dinas Sosial Kota MakassarKabid. Bina Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar

    Teknik Pengumpulan DataKuesionerWawancaraObservasiDokumentasi

  • Metode PenelitianTeknik Analisis Data:Penyajian data dilakukan dengan tabel frekuensi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis melalui statistik deskriptif

    Mendeskripsikan kondisi fisik dan kondisi sosial hasil penelitian, mengapa kecenderungan itu terjadi?

    No.KategoriJumlah SkorRata-rata Skor1.Sangat Baik/Jelas/Memadai101 - 1204,21 - 5,002.Baik/Jelas/Memadai81 - 1003,41 - 4,20 3.Cukup Baik/Jelas/Memadai62 - 802,61 - 3,404.Tidak Baik/Jelas/Memadai43 - 611,81 - 2,605.Sangat Tidak Baik/Jelas/Memadai24 - 421 - 1,80

  • Deskripsi dan Analisis Data Komunikasi dan Informasi

    Hasil PenelitianKomunikasi dan informasi menjadi unsur yang penting dalam implementasi kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana, hal ini ditunjukkan dari skor yang diperoleh dengan skor 95 dengan rata-rata skor 3,96 kategori baik.Ada tiga dimensi yang menjadi indikator pentingnya komunikasi dan informasi, yaitu: koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.

    No. ItemPernyataanKategori JawabanJumlah SkorRata-RataSangat PentingPentingCukup PentingTidak PentingSangat Tidak Penting 1.Komunikasi dan informasi611700953,96

  • Deskripsi dan Analisis Data Dimensi Koordinasi

    Hasil PenelitianKoordinasi dengan pihak lain sering dilakukan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, hal ini ditunjukkan dari skor yang diperoleh dengan skor 90 dengan rata-rata skor 3,75 kategori baik.

    No. ItemPernyataanKategori JawabanJumlah SkorRata-RataSangat SeringSeringCukup SeringKadang-kadangTidak Pernah1.Koordinasi dengan pihak lain68820903,75

  • Deskripsi dan Analisis Data Integrasi Informasi

    Hasil PenelitianIntegrasi informasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana cukup sering dilakukan, hal ini ditunjukkan dari skor yang diperoleh dengan skor 79 dengan rata-rata skor 3,29 kategori cukup baik.

    No. ItemPernyataanKategori JawabanJumlah SkorRata-RataSangat SeringSeringCukup SeringKadang-kadangTidak Pernah1.Integrasi informasi191040793,29

  • Deskripsi dan Analisis Data Sinkronisasi

    Hasil PenelitianSinkronisasi kegiatan dengan pihak lain sudah cukup sering dilakukan, hal ini ditunjukkan dari skor yang diperoleh dengan skor 81 dengan rata-rata skor 3,38 kategori cukup baik.

    No. ItemPernyataanKategori JawabanJumlah SkorRata-RataSangat SeringSeringCukup SeringKadang-kadangTidak Pernah1.Sinkronisasi kegiatan111921813,38

  • Hasil PenelitianPada kondisi normal, distribusi informasi terkait dengan peringatan dini adanya potensi bencana, seringkali tidak terdeseminasi secara cepat dan tepat. Pada aspek perencanaan terkait penyelenggaraan penanggulangan bencana, koordinasi antar pihak juga belum maksimal.Pada kondisi tanggap darurat, juga sering muncul permasalahan klasik di lapangan, seperti tumpang tindih distribusi logistik untuk beberapa item kebutuhan, sementara pada sisi lain terkadang ada sejumlah item kebutuhan yang justru tidak terlayani (tidak terpenuhi).Pada kondisi pasca bencana, beberapa kelemahan yang ditemukan lebih kepada minimnya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan teknis dalam melakukan penilaian kerugian dan kerusakan akibat bencana.Belum adanya perencanaan dan prosedur atau mekanisme yang disusun dan disepakati bersama antar pemangku kepentingan, melalui pembagian tugas dan peran masing-masing pihak, misalnya:

  • Deskripsi dan Analisis Data terhadap Implementasi Kebijakan

    Hasil PenelitianAnalisis data terhadap implementasi kebijakan terdiri dari:Dimensi komunikasi, Dimensi sumberdaya, Dimensi disposisi dan Dimensi struktur birokrasi.

  • Analisis Dimensi Komunikasi

    Hasil PenelitianBerdasarkan tabel disamping, diketahui bahwa rata-rata skor yang diperoleh dari dimensi komunikasi sebesar 3,25 yang berada pada kategori cukup baik, artinya bahwa responden atau staff berpersepsi sedang pada dimensi komunikasi. Pernyataan yang memiliki skor terendah adalah pemerintah mengadakan sosilaisasi secara tidak langsung dan pedoman yang digunakan sedangkan skor tertinggi adalah tingkat pemahaman staff terhadap tujuan penyelenggaraan penanggulangan bencana.

    No. ItemPernyataanKategori JawabanRata-RataSangat BaikBaikCukup BaikTidak BaikSangat Tidak Baik1.Sosialisasi olehPemerintah3107403,502.Pemerintah mengadakanPelatihan0125613,173.Sosilisasi secara langsung1127313,384.Sosilisasi secara tidak langsung078812,885.Pedoman yang digunakan0512702,926.Kejelasan isi pedoman01011303,297.Tingkat pemahaman staff31010103,63Rata-rata Skor dimensi Komunikasi3,25

  • Analisis Dimensi Sumberdaya

    Hasil PenelitianBerdasarkan tabel disamping, diketahui rata-rata skor yang diperoleh sebesar 3,12 berada pada kategori cukup baik, artinya bahwa responden berpersepsi cukup baik pada dimensi sumberdaya. Pernyataan yang dinilai baik adalah keterlibatan staff dan bantuan dana dari pemerintah sedangkan nilai terendah adalah ketersediaan fasilitas yang dianggap belum memadai.

    No. ItemPernyataanKategori JawabanRata-RataSangat BaikBaikCukup BaikTidak BaikSangat Tidak Baik1.Jumlah tenaga dalam program267903,042.Keterlibatan staff3710403,383.Ketersediaan fasilitas0510902,834.Kemudahan penggunaan fasilitas0714303,175.Keterpeliharaan fasilitas0615303,136.Bantuan dana dari pemerintah2116413,387.Ketersediaan dana0610712,88Rata-rata skor dimensi Sumberdaya3,12

  • Analisis Dimensi Disposisi

    Hasil PenelitianBerdasarkan tabel disamping, diketahui bahwa rata-rata skor yang diperoleh sebesar 2,63 tidak baik, artinya bahwa responden berpersepsi tidak baik pada dimensi disposisi. Aspek yang dinilai sudah baik adalah usaha yang dilakukan oleh staff untuk meningkatkan pengetahuan mengenai penyelenggaraan penanggulangan bencana, sedangkan aspek yang masih kurang adalah pemberian insentif.

    No. ItemPernyataanKategori JawabanRata-RataSangat BaikBaikCukup BaikTidak BaikSangat Tidak Baik1.Usaha staff untukmeningkatkanpengetahuanmengenai program0711603,042.Pemberian insentif0071522,21Rata-rata skor dimensi Disposisi2,63

  • Analisis Dimensi Struktur Birokrasi

    Hasil PenelitianBerdasarkan tabel disamping, diketahui skor rata-rata yang diperoleh pada dimensi struktur birokrasi sebesar 2,90 berada pada kategori cukup baik, artinya bahwa responden berpersepsi cukup baik pada dimensi struktur birokrasi. Pernyataan aspek yang dinilai baik adalah ketersediaan tim khusus sedangkan aspek yang dinilai belum baik adalah pertemuan dengan pemerintah untuk membahas permasalahan program.

    No. ItemPernyataanKategori JawabanRata-RataSangat MemadaiMemadaiCukup MemadaiTidak MemadaiSangat Tidak Memadai1.KetersediaanSOP0413612,832.KejelasanSOP0712323,003.Ketersediaantim khusus0106713,044.KetersediaanJob Description0610712,885.Kejelasan Job Description0513512,926.Pertemuan denganpemerintah untukmembahas permasalahanprogram248642,75Skor rata-rata Dimensi Struktur Birokrasi2,90

  • PembahasanKomunikasi dan informasi menjadi unsur yang penting dalam implementasi kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana.

    Komunikasi dan informasi untuk mempermudah pembuatan keputusan dan koordinasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.Komunikasi menurut Cook & Hunsaker (2001:272) bertujuan untuk meningkatkan koordinasi, berbagi informasi dan pemuas kebutuhan sosial.

  • PembahasanKoordinasi ialah suatu sistem dan proses interaksi untuk mewujudkan keterpaduan, keserasian, dan kesederhanaan berbagai kegiatan inter dan antar institusi-institusi di masyarakat melalui komunikasi dan dialog-dialog antar berbagai individu dengan menggunakan sistem informasi manajemen dan teknologi informasi.Koordinasi menurut Chung & Megginson (1981) dapat didefinisikan sebagai proses motivasi, memimpin, dan mengkomunikasikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.Sutisna (1989) mendefinisikan koordinasi ialah proses mempersatukan sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan, dan sumber-sumber lain ke arah tercapainya maksud-maksud yang telah ditetapkan.

  • PembahasanIntegrasi Informasi mempunyai kekuatan potensial yang dapat mempengaruhi orang untuk memiliki sikap tertentu.Organisasi mengakumulasikan dan mengorganisasikan informasi yang diperolehnya tentang sekelompok orang, objek, situasi atau ide-ide untuk membentuk sikap yang sesuai dengan konsep yang terbentuk dari hasil penerimaan informasi tersebut (Little John, 1997:234)

  • PembahasanSinkronisasi adalah suatu usaha untuk menyesuaikan, menyelaraskan kegiatan-kegiatan, tindakan-tindakan pada unit-unit sehingga diperoleh keserasian dalam pelaksanaan tugas atau kerja.Adanya kejelasan pembagian tugas merupakan petunjuk pelaksanaan sinkronisasi. Sinkronisasi akan menurunkan tugas-tugas yang saling tumpang tindih sehingga menurunkan duplikasi kegiatan, bahkan meniadakan kegiatan yang tidak perlu (Sulistyowati, dkk. 1999).

  • PembahasanKomunikasi merupakan salah satu variabel penting yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif akan terlaksana, jika para pembuat keputusan mengetahui mengenai apa yang akan mereka kerjakan. Informasi yang diketahui para pengambil keputusan hanya bisa didapat melalui komunikasi yang baik.Komunikasi

    Tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi (C G Edward III (1980)):Transmisi. Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula.Kejelasan. Komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan (street-level-bureaucrats)harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigu/mendua.Konsistensi. Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan.

  • PembahasanSyarat berjalannya suatu organisasi adalah kepemilikan terhadap sumberdaya (resources)Sumberdaya

    Indikator-indikator yang digunakan untuk melihat sejauhmana sumberdaya mempengaruhi implementasi kebijakan (C G Edward III (1980)):Staff. Sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf atau pegawai (street-level bureaucrats). Informasi. Informasi mempunyai dua bentuk yaitu: pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan.Wewenang. Pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar perintah dapat dilaksanakan secara efektif.Fasilitas. Fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan.

  • PembahasanJika para pelaksana mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau adanya dukungan terhadap implementasi kebijakan maka terdapat kemungkinan yang besar implementasi kebijakan akan terlaksana Disposisi

    Faktor-faktor yang menjadi perhatian dari C G Edward III (1980) mengenai disposisi dalam implementasi kebijakan terdiri:Pengangkatan birokrasi. Disposisi atau sikap pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personel yang ada tidak melaksanakan kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat yang lebih atas. Insentif merupakan salah-satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah sikap para pelaksana kebijakan dengan memanipulasi insentif.

  • PembahasanImplementasi kebijakan yang bersifat kompleks menuntut adanya kerjasama banyak pihak. Ketika strukur birokrasi tidak kondusif terhadap implementasi suatu kebijakan, maka hal ini akan menyebabkan ketidakefektifan dan menghambat jalanya pelaksanaan kebijakanStruktur Birokrasi

    Menurut C G Edward III (1980) terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi yakni: Standard operational procedure(SOP) merupakan perkembangan dari tuntutan internal akan kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas.Fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan kepada beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi

  • KesimpulanKomunikasi dan informasi menjadi unsur yang penting dalam implementasi kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencanaBelum adanya regulasi dalam bentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD) Kota Makassar sehingga sistem koordinasi antar pihak, integrasi informasi dan sinkronisasi tugas dinilai masih lemahPelaksanaan implementasi kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kota Makassar masih kategori cukup baik/memadai, artinya bahwa empat dimensi yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi, yaitu: komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi sudah cukup baik

    Kesimpulan dan Saran

  • Kesimpulan dan SaranSaranDiperlukan regulasi yang mengatur secara lebih luas dan terinci tentang tugas dan peran setiap instansi dan lembaga Agar disinkronisasi program kerja dan tupoksi masing-masing instansi secara utuh, terpadu dan terintegrasi secara menyeluruh dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kota Makassar

  • Kesimpulan dan SaranSaranPerlu adanya upaya-upaya dalam menyelenggarakan penanggulangan bencana, yaitu; Komunikasi, perlu adanya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan instansi terkait secara terperinci dan mendalam Sumberdaya, adanya bantuan dana, sarana prasarana, tim khusus Disposisi, adanya dukungan staff dan pemberian intensif/rewardStruktur birokrasi, adanya ketersediaan SOP dan kejelasan jobdeskripsi dan pertemuan antara sektor pemerintah lebih ditingkatkan lagi

  • Terima Kasih

    **Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pemerintah memiliki tanggung jawab dalam menanggulangi setiap bencana yang terjadi di Indonesia. Penanggulangan bencana tersebut telah diatur dalam undang-undang mulai dari masa prabencana, tanggap darurat hingga pascabencana.

    ****Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pemerintah memiliki tanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana yang terjadi di Indonesia.

    Penyelenggaraan penanggulanan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan dampak bencana.

    Sistem komunikasi dan informasi diperlukan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, terutama agar pemerintah, sektor swasta dan masyarakat siap dalam menghadapi bencana. Melalui penggalangan kebersamaan tersebut, diharapkan agar sistem komunikasi dan informasi pada masing-masing sektor dapat menunjukkan peranannya secara nyata. Untuk mencapai hal itu, maka diperlukan perangkat kebijakan operasional dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana berupa adanya koordinasi dan kebersamaan antarsektor (pemerintah, sektor swasta dan masyarakat) yang bersinergi serta adanya partisipasi masyarakat yang tangguh menghadapi ancaman bencana.*Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengolah data-data yang diperoleh dari lokasi penelitian, dimana data kuantitatif tersebut diperoleh melalui data sekunder.

    Dengan menggunakan Mix Method, data-data yang diperoleh dari melalui instrumen pendekatan kuantitatif dalam hal ini data sekunder dengan model analisis deskriptif kuantitatif dan kemudian kecenderungan dari hasil penemuan pendekatan tersebut selanjutnya ditindak lanjuti dengan metode kualitatif yaitu wawancara mendalam untuk mengetahui lebih dalam mengapa kecenderungan itu terjadi.

    Berdasarkan Kepmen Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, skor minimal yang dapat diperoleh dari jumlah responden dikalikan jumlah butir pernyataan dikalikan skor pilihan jawaban minimal. Range rata-rata nilai yang di dapat adalah 5 1 = 4. Banyaknya kelas ditentukan 5. Kelas interval diperoleh dari jumlah range dibagi banyaknya kelas didapat 0,8. Sebelum menentukan predikat, peneliti terlebih dahulu menentukan tolak ukur atau kriteria yang akan dijadikan patokan penilaan selanjutnya, tolak ukur yang ditentukan adalah kriteria jumlah skor dengan lima kriteria penilaian, lima kriteria penilian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: (lihat tabel)

    ************************