KEBIJAKAN DAN ASPEK HUKUMKELUARGA BERENCANADAN KEPENDUDUKAN DR.WAWANG S SUKARYA,dr,SpOG (K),MARS,MH.Kes

PERHATIAN KHUSUS :TERHADAP MUTU PELKES DARI BADAN INTERNASIONAL (KHUSUSNYA KB) PERKEMBANGAN HAM DI DUNIA, TERMASUK HAK MENDAPAT PELKESKEKURANGAN PADA PROGRAM KB DALAM MENJAMIN HAK PEREMPUAN KHUSUSNYA SBG AKSEPTOR (TIDAK DILIBATKAN DALAM MEMILIH CARA, PEMAKSAAN, PELKES TDK SESUAI STANDAR)

ICPD KAIRO 1994MENENTUKAN HAK-HAK REPRODUKSI PEREMPUAN SERTA RUANG LINGKUP PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI (SALAH SATU PELAYANANNYA ADALAH KB)MENCUATNYA TTG HAK REPRODUKSI PEREMPUAN THD PELAYANAN BERMUTU YANG BERORIENTASI KE PASIEN (PATIENT CENTERED APPROACH) INGIN PRIMARY HEALTH CARE YANG BERORIENTASI KEPADA KEBUTUHAN MASYARAKAT (PASIEN) DENGAN PENEKANAN PADA PARTISIPASI MASYARAKAT

KEBUTUHAN MUTU PELAYANAN KB YANG BERORIENTASI KEPADA PASIEN DIPICU OLEH :KEBUTUHAN KLIEN YANG SAAT INI MAKIN BERUBAH ( INGIN BERMUTU, INGIN PUAS )SOSEK & PENDIDIKAN MEMBAIK, PASIEN LBH KRITISGLOBALISASI, MENINGKATKAN PERSAINGAN, SHG PETUGAS KESEHATAN HARUS MENINGKATKAN MUTU PELAYANANNYA

ICPD TAHUN 1994 DI KAIRO

MENDEKLARASIKAN HAK2 REPRODUKSI PEREMPUAN TP DI INDONESIA TETAP DIRASAKAN ADANYA INTERVENSI NEGARA TERHADAP PERILAKU REPRODUKSI MANUSIATAMPAK PADA UU NO. 1 THN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN UU NO. 10 TAHUN 1992 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN & PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA (SUDAH DIAMANDEMEN UU. NO : 52/2009)

UU NO. 10 / 1992, PASAL 16 BAB PENJELASAN :PEMERINTAH MENETAPKAN KEBIJAKSANAAN UPAYA PENYELENGGARAAN KB YANG DILAKSANAKAN MELALUI PENGEMBANGAN NKKBS DAN MEMBERIKAN LANDASAN BAGI TERPENUHINYA KAIDAH JMLH KELUARGA YG IDEAL UU NO. 52/2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGADIAMANDEMEN

UU PERKAWINAN NO. 1 TAHUN 1974 :ANTARA LAIN DITETAPKAN BATAS USIA MINIMAL SEORANG LAKI2 DAN PEREMPUAN BOLEH KAWIN, SERTA PEMBATASAN KEMUNGKINAN TERJADINYA POLIGAMI

PERUBAHAN KECEPATANNYA TIDAK SAMADARI SEGI EKONOMI, KELUARGA MISKIN MAKIN MENINGKAT, BERBEDA DGN KELOMPOK LAIN PERUBAHAN SOSIAL, TIDAK SECEPAT PERUBAHAN EKONOMI, KDG TIDAK MERATA SITUASI DILEMATIS SECARA NASIONAL : PERILAKU REPRODUKSI & SEKSUAL DIATUR/ TIDAK ?MEMPERTAHANKAN TATA NILAI LAMA ATAU MBUAT ATURAN YG DPT MENGANTISIPASI MASA DEPAN

CONTOH :

APAKAH PEMBERIAN PELAYANAN ABORSI THD UNWANTED PREGNANCY MERUPAKAN PENYIMPANGAN DARI TATA NILAI ATAU MEMANG MERUPAKAN HAK REPRODUKSI SEORANG PEREMPUAN YANG DIAKUI MEMILIKI HAK ATAS TUBUHNYA SENDIRI ?

WALAUPUN DI INDONESIA DIAKUI ADA HAK REPRODUKSI TETAPI TETAP TIDAK DIPERBOLEHKAN MEMBERIKAN PELAYANAN ABORSI TANPA INDIKASI MEDIS KARENA DILARANG OLEH UU :UU KESEHATAN N0.23/1992DIAMANDEMEN : UU NO. 36 / 2009 TENTANG KESEHATAN

UU KESEHATAN NO. 23 / 1992 :Pasal (15) , ayat (1,2 dan 3) pengguguran hanya dalam keadaan darurat, dgn indikasi medis, oleh tenaga kesehatan yg mpunyai keahlian dan kewenangan, pertimbangan tim ahli, disetujui ibu hamil/suami/ keluarga.Ancaman pidana pengguguran spt pada pasal (15) adalah pidana plg lama 15 tahun dan denda plg banyak 500 juta.

SUDAH DI AMANDEMEN DAN DIGANTI DENGAN UU NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

PRODUK HUKUM LAIN YANG MENCOBA MENGATUR PERILAKU REPRODUKSI MANUSIA ADALAH UU KESEHATAN NO. 36 TAHUN 2009, KHUSUSNYA PASAL TENTANG PENGGUGURAN KANDUNGAN.

PENGATURAN DISINI JELAS LEBIH MELIHAT ABORTUS DARI SEGI NILAI-NILAI MORAL YANG DIANUT PEMERINTAH YANG HARUS DITERIMA MASYARAKAT

PASAL 75 Setiap orang dilarang melakukan aborsi. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.UU NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

PASAL 76 Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan: sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis; oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri; dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan; dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri. UU NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

PASAL 77 Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan. UU NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATANPASAL 194 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

KUHPPasal (346) : menggugurkan kandungan atau menyuruh orang lain, pidana plg lama 4 tahunPasal (347), sengaja menggugurkan/mematikan dgn sengaja tanpa persetujuan perempuan tsb kena plg lama 12 tahun (JIKA MATI 15 thn)Pasal (348) menggugurkan/mematikan dgn persetujuan si ibu, kena plg lama 5 tahun 6 bln. Bila si ibu mati kena plg lama 7 tahun.Pasal (349) bila dokter,bidan atau juru obat membantu kejahatan pada 346,347,348 maka pidana ditambah 1/3 nya dan dicabut haknya.

UU KESEHATAN NO.36 TAHUN 2009 INI TIDAK MELIHAT ABORSI SEBAGAI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN YG DAPAT BERDAMPAK KEPADA KESEHATAN MASYARAKAT.

UU HANYA MELIHAT ABORTUS DARI SEGI MORALITAS, HITAM-PUTIH, TIDAK MELIHAT KENYATAAN YANG ADA DI MASYARAKAT

SKRT 1995: KOMPLIKASI ABORTUS MENYUMBANG + 11,1 % THD AKIWHO 1998 : DI DUNIA ADA : 75 JUTA : UNWANTED PREGNANCY 50 JUTA : INDUCED ABORTION (DISENGAJA) 20 JUTA : UNSAFE ABORTION

KENYATAANNYA

DUA TUJUAN PROGRAM KB :MENGENDALIKAN PERTUMBUHAN PENDUDUK NORMA KELUARGA KECIL BAHAGIA & SEJAHTERA (NKKBS). SEKARANG NKKBS MENJADI KELUARGA BERKUALITAS

PASAL 78 (UU NO. 36/2009 TENTANG KESEHATAN)Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.Ketentuan mengenai pelayanan keluarga berencana dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan.

SUWARDJONO SURJANINGRAT :BKKBN MEMPUNYAI TUGAS PENGENDALIAN PERTUMBUHAN PENDUDUK, BUKAN PENANGGULANGAN PERMASALAHANKEPENDUDUKAN LAINNYA SEPERTI PEMERATAAN PENDUDUK,REGISTRASI KEPENDUDUKAN / MASALAH KETENAGA KERJAAN PENDAPAT TSB TIDAK SALAH, KARENA DIDUKUNG OLEH UU NO. 10 TAHUN 1992 JUGA AMANDEMEN UU INI YAITU : UU No.52/2009PASAL YANG MENGATUR a.l. KUALITAS PENDUDUK DAN PENGARAHAN MOBILITAS PENDUDUK & MASALAH PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK

TUJUAN MEMBENTUK NKKBS TERCANTUM DALAM UU NO.10/1992 PASAL (3) AYAT (2) YANG BERBUNYI : PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA DIARAHKAN PADA PENGEMBANGAN KUALITAS KELUARGA MELALUI UPAYA KB DALAM RANGKA MEMBUDAYAKAN NKKBSTAMPAK JELAS BAHWA UPAYA NKKBS MERUPAKAN BENTUK INTERVENSI NEGARA TERHADAP KEHIDUPAN REPRODUKSI WARGA NEGARANYA.

PASAL 4 ..TUJUAN

Perkembangan kependudukan bertujuan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, dan persebaran penduduk dgn lingkungan hidup. Pembangunan keluarga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

UU NO. 52/2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

WALAUPUN PROGRAM KB DI INDONESIA SECARA PRINSIP, KEGIATANNYA BERTENTANGAN DENGAN HAK REPRODUKSI YANG DIAKUI, PROGRAM INI MEMILIKI LEGALITAS, KARENA SUDAH TERTUANG DALAM UU NO. 10 TAHUN 1992 TTG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN & PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA, SHG ARAH KEBIJAKSANAAN PROGRAM MENJADI LEBIH JELAS UU INI MASIH MENYIRATKAN BAHWA KITA MASIH BERADA DALAM TAHAP PERALIHAN, DARI MASYARAKAT YANG PATERNALISTIK KE MASYARAKAT LIBERAL

CONTOH : PASAL (18) : SETIAP PASANGAN SUAMI ISTERI DPT MENENTUKAN PILIHANNYA UNTUK MERENCANAKAN & MENGATUR JUMLAH ANAK & JARAK ANTARA KELAHIRAN ANAK YG BERLANDASKAN ADANYA KESADARAN & RASA TANGGUNG JAWAB THD GENERASI SEKARANG MAUPUN MENDATANG.

TETAPI PADA PASAL (16) NYA :PEMERINTAH MENDAPAT HAK UNTUK MENETAPKAN KEBIJAKSANAAN YANG BERHUBUNGAN DGN PENETAPAN JMLH IDEAL ANAK, JARAK KELAHIRAN ANAK, USIA IDEAL PERKAWINAN, & USIA IDEAL UNTUK MELAHIRKAN.

WALAU ADA PERTENTANGAN PASAL, TIDAK PERLU DIANGGAP NEGATIFBIAR BAGAIMANAPUN UU TERSEBUT SUDAH MENGAKUI ADANYA HAK SETIAP PASANGAN SUAMI ISTERI DLM MERENCANAKAN KELAHIRAN ANAK.

DIBANDING KONSEP ICPD DI KAIRO YANG SECARA EKSPLISIT MENYEBUTPASANGAN SUAMI ISTERI, KITA BELUM SEPENUHNYA MENGAKUI HAK INDIVIDU DALAM KEHIDUPAN BEREPRODUKSI.

UU NO. 10 TAHUN 1992 DAN AMANDEMENNYA UU. 52/2009 :PALING TDK BARU DIATUR TTG HAK BEREPRODUKSIITUPUN HANYA DIARAHKAN KPD MEREKA YG SUDAH BERSTATUS SUAMI ISTERI, BELUM MENCAKUP PENGATURAN YANG BERKAITAN DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI SECARA MENYELURUH (SPT YG TERSIRAT PD KESEPAKATAN KAIRO 1994).