skripsi - universitas islam malang

32
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI (STUDI KOMPARASI PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD ALAWI AL MALIKI DAN KH. HUSEIN MUHAMMAD) SKRIPSI Oleh : Muhammad Kemal Irsyadul Ibad NPM 21601012012 UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM 2020

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

(STUDI KOMPARASI PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD

ALAWI AL MALIKI DAN KH. HUSEIN MUHAMMAD)

SKRIPSI

Oleh :

Muhammad Kemal Irsyadul Ibad

NPM 21601012012

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

2020

Page 2: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

ABSTRAK

Ibad, Muhammad Kemal Irsyadul. 2020. Hak Dan Kewajiban Suami Istri (Studi

Komparasi Pemikiran Sayyid Muhammad Alwi Dan KH. Husein

Muhammad). Skripsi, Prodi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama

Islam, Universitas Islam Malang, Pembimbing 1: Drs. Ibnu Djazari, M.HI,

Pembimbing 2. Dr. H Syamsu Madyan, Lc, MA

Kata kunci: Sayyid Muhammad Alawi, KH. Husein Muhammad, Komparasi,

Hak dan Kewajiban Suami Istri

Konsep hak dan kewajiban suami istri dalam pembahasan fikih sangat

penting di kaji dan diteliti secara terperinci di zaman kontemporer ini. ketentuan

fikih terkait hak dan kewajiban suami dan istri masih mengalami ketimpangan

atau kepincangan sebelah. Problem sosial tentang suami secara mutlak menjadi

pemimpin rumah tangga. Hal ini didapati di pemikiran Sayyid Muhamad Alawi

didalam karya Adāb al-Islam fi Nizām Al Usrāh dimana dengan segala aspek

kenyataan dan syariat bahwa laki laki adalah pemimpin bagi keluarga secara

mutlak secara fitrah dan kodratnya sebab kelebihan akal dan agamanya. Disisi lain

KH. Husein Muhammad dalam bukunya Fiqh Perempuan ; Refleksi Kiāi Atas

Tāfsir Wacanā Agamā Dan Gender mempertanyakan relevansi kepemimpinan

seorang laki-laki secara mutlak. Berdasarkan perkembangan zaman dan

eksistensi laki laki dan perempuan adalah seimbang dan sejajar. Dari latar

belakang tersebut, penyusun mencoba meneliti dua fokus masalah yang ada di

pembahasan ini. 1) Bagaimana Konsep Pemikiran Sayyid Muhammad Alawi dan

KH. Husein Muhammad mengenai hak dan kewajiban suami istri? 2) Bagaimana

Page 3: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

persamaan dan perbedaan dan relevansinya mengenai hak dan kewajiban suami

istri dengan Perundang undangan yang berlaku di indonesia?.

Jenis penelitian ini memakai Library Reseacrh (Studi Kepustakaan). Jenis

penelitian ini difakoskan pada pengkajian dan pembahasan literatur literatur

Hukum Islam. Khususnya pemikiran Sayyid muhammad alawi dan KH. Husein

Muhammad sebagai objek penelitian ini. Penelitian ini bersifat deskriptif

komparatif yaitu membandingkan pemikirannya secara sitematis mengenai suatu

problem dari kedua tokoh yang memiliki pemikiran yang berbeda.

Berdasarkan hasil penelitian, hak dan kewajiban suami istri menurut

Sayyid Muhammad Alawi dan KH. Husein Muhammad tentang konsep yang

dikelompokkan menjadi dua: berdasarkan pengistilihan. pertama hak dan

kewajiban material dan batinial dan ini dititik beratkan kepada otoriter suami

sebagi tonggaknya. Sedangkan yang kedua berdasarkan konsep muayarah bil

ma’ruf di pijakkan kepada hak dan kewajiban selalu bersama tidak ada

keunggulan antara suami istri dengan sikap egaliter dan universal. Persamaannya

berpijak kepada Al Quran dan As-Sunah dalam mengistinbatkan hukum

Perbedaan terhadap pemahaman nash Al Quran dan As Sunah dengan

pendekatan yang berbeda. Sayyid Muhammad Alawi lebih klasik-tektualis.

Sedangkan KH. Husein Muhammad lebih modern-kontektualis. sebagian

pandangan kedua tokoh pemikiran masih relevan dengan kompilasi Hukum

Islam khususnya pada pasal 83 dan UU.No. 23 tahun 2003 pasal 9 KDRT.

Page 4: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

ABSTRACT

Ibad, Muhammad Kemal Irsyadul. 2020. The Rights and Obligations Husband

and wife (comparison study of Sayheed Muhammad Alwi and KH. Husein

Muhammad). Thesis, Prodi of Islamic Family law, Islamic Faculty of

Religion, Islamic University of Malang, mentor 1: Drs. Ibn Djazari, M. HI,

mentor 2. Dr. H Syamsu Madyan, Lc, MA

Keywords: Sayheed Muhammad Alawi, KH. Husein Muhammad, camparison,

The rights and obligations husband wife.

The concept of the rights and obligations of husband and wife in the

discussion of fiqh is very important to be studied and examined in detail in this

contemporary era. Jurisprudence provisions related to the rights and obligations of

husband and wife are still experiencing inequality or lameness. Social problems

about the husband absolutely become the leader of the household. This is found in

the thoughts of Sayyid Muhammad Alawi in the work of Adab al-Islam fi Nizam

Al Usrāh where with all aspects of reality and Shari'a that men are absolute

leaders in their families by nature and nature because of excess of reason and

religion. On the other hand KH. Husein Muhammad in his book Fiqh Wanita;

Kiāi's Reflection on the Tāfsir Discourse Agamā and Gender questions the

absolute relevance of a man's leadership. Based on the times and the existence of

men and women are balanced and parallel. From this background, the composer

tried to examine the two focus issues in this discussion, 1) How the Concept of

Thought of Sayyid Muhammad Alawi and KH. Hussein Muhammad regarding the

rights and obligations of husband and wife? 2) What are the similarities and

Page 5: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

differences and their relevance regarding the rights and obligations of husband

and wife with the applicable law in I ndonesia ?.

This type of research uses the Library Reseacrh (Literature Study). This

type of research was conducted in the study and discussion of classical and

contemporary literature literature. Especially the thought Sayheed Muhammad

Alawi and KH Husein Muhammad as the object of this study .

Based on the results of the research, the rights and obligations of husband

and wife according Sayheed Muhammad Alawi about the concept detailed

description and KH. Husein Muhammad about the concept concise description :

muasyarah bilmakruf. The similarities are based on Al Quran and As-Sunah.

Difference to understanding the Nash Al Quran and As Sunah with a different

approach. Sayheed Muhammad Alawi Conservative-Tektualis. While KH. Husein

Muhammad Progressive-kontektualis part of the second view of the figure is still

relevant to the compilation of Islamic law, especially in pasal 83 and UU.No. 23

years 2003 ayat 9 KDRT.

Page 6: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah mahluk sosial, seseorang tidak dapat memenuhi

kebutuhanya lahir dan batin tanpa bantuan orang lain. Dari sini diperlukan

adanya kerjasama serta interaksi harmonis. Namun demikian, semakin deket

hubungan semakin banyak tuntutan dan semakin tidak mudah memeliharanya.

Termasuk dalam hal ini hubungan perkawinan.

Perkawinan bagi umat manusia adalah sebuah ikatan lahir dan batin antara

seorang laki-laki dan seorang perempuan menjadi sepasang suami isteri dengan

tujuan yang sakral yaitu membentuk keluarga yang bahagia dan kelak berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa (Ahmad Rofiq , 2013: 48). Tujuan Utamanya adalah

untuk membuat keluarga yang bahagia yang penuh ketenangan cinta dan penuh

kasih sayang.

Dalam ikatan perkawinan tersebut, suami istri diikat dengan komitmen

untuk saling melengkapi antar a keduanya dengan memenuhi hak dan kewajiban

m asing masing. Hal itu semua bukan tanpa alasan, sebab tanpa pemenuhan

kewajiban dan hak masing masing, maka hikmah dari perkawinan yang

menghasilkan keluarga yang penuh kedamaian, kecintaan dan kasih sayang

tidak akan tercapai. (Khoiruddin, 2005 :4)

Page 7: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Menurut Ali Yafie (2006:256) Bahwa Sistem perkawinan yang dibuat oleh

Islam adalah menempatkan perempuan pada kedudukan yang terhormat, di mana

martabat laki-laki dan perempuan adalah sama atau tidak berbeda. Berarti hal

tersebut menunjukkan bahwasanya ajaran islam memperhatikan kesejahteraan

keluarga, karena itu perkawinan sangat dianjurkan oleh Islam bagi yang telah

mempunyai kemampuan.

Menurut Murtadha Muthahhari, (2009: 100) bahwa Islam adalah agama

yang melindungi setiap hak-hak manusia tanpa membedakan status, dalam hal ini

adalah laki-laki dan perempuan. Tidak lain dan tidak bukan lantaran yang

membedakan mereka adalah sebatas mana tingkat ketakwaan manusia itu sendiri

kepada Allah swt.

Adapun mengenai hak-hak manusia, maka hak untuk memperoleh

kebebasan adalah merupakan salah satu hak yang harus dipenuhi dalam hidup, di

mana Islam sama sekali tidak membedakan antara perempuan dan laki-laki untuk

memperoleh segala bentuk kebebasan tersebut. Islam mempunyai posisi yang

unik, karena mengakui status ekonomi perempuan yang independen dan

memberinya hak untuk memiliki, menggunakan dan menikmatinya tanpa

perantara atau wali. Islam berpandangan bahwa antara perempuan dan laki-laki

adalah sama atau setara.

Dengan demikian Islam adalah agama yang memerdekakan perempuan,

sehingga tidak benar sebuah pendapat yang menyatakan bahwa hukum Islam

adalah tidak adil dan terdapat diskriminasi antara kaum perempuan dan laki-laki,

Page 8: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

sebagaimana disampaikan oleh orang-orang barat terutama oleh kaum orentalis

barat.

Dalam rumah tangga, setiap pasangan suami isteri perlu menyadari

bahwa masing-masing mempunyai hak tersendiri. Dalam Hukum Islam saja

setiap suami wajib melayani isterinya dengan baik dan setiap isteri juga wajib

taat dan melayani suami dengan sebaiknya. Islam adalah agama yang

sempurna, setiap hukum dan peraturan yang terdapat bukan hanya memihak

kepada lelaki, tetapi juga kepada perempuan dan kesemua pihak. Islam telah

menetapkan para suami bertanggungjawab dalam memimpin rumah tangganya

dan memenuhi hak-hak isterinya dan memerintahkan supaya mereka berlaku

baik terhadap isteri mereka sesuai dengan apa yang diajar oleh Rasulullah

S.A.W (Qurais Shihab, 2007:17).

Untuk mewujudkan itu semua, maka kedua belah pihak, baik dari

suami atau istri perlu memahami, mengerti dan memenuhi hak dan

kewajibannya masing masing. Keduanya tidak diperbolehkan berbuat egois.

Karena mereka berdua berpasangan, maka dalam memenuhi hak dan kewajiban

tersebut dilandasi dengan beberapa prinsip, diantaranya kesamaan,

keseimbangan dan keadilan diantara keduanya (Faqihuddin Abdul Kodir,

2019:370).

Hal ini sesuai dengan pendapat mayoritas Ulama yang menyatakan

bahwa kedudukan antara suami istri adalah kedudukan yang sejajar dan

bersifat kemitraan. Sehingga dalam keluarga tidak diperkenankan adanya

superioritas walaupun masih harus jelas adanya kepatuhan terhadap konsep

Page 9: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

kepemimpinan yang ada dalam keluarga. Sebagaimana firman Allah Swt dalam

surat kedua dari Al Quran yaitu Al Baqarah ayat 187 yang berbunyi :

هن لبا س لكم وأن تم لبا س لن Artinya :

“ Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka ”.

Ayat ini menurut Ahli Tāfsir mengilustrasikan bahwa suami istri itu

bagaikan pakaian yang dikenakan di badan. Dimana dengan pakaian tersebut

seseorang bisa tertutupi aurat ataupun aibnya. Begitu juga suami, dengan adanya

istri ia akan tertutupi dari kejelakannya, dan sebaliknya. Sebab itulah, maka suami

istri harus kompak dan searah dalam mengatur rumah tangga (Ali Ash-Shabuni,

2003:110).

Maka oleh karena itu Perkawinan ialah perbuatan hukum yang mengikat

antara seorang pria dengan seorang perempuan (suami dan istri) yang

mengandung aspek keperdataan yang mana menimbulkan adanya hak dan

kewajiban bagi suami dan istri. (Zainuddin, 2012:51)

Menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 77 sampai dengan Pasal 84: Bahwa

“Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakan rumah tangga

yang sakinah, mawaddah, dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari

susunan masyarakat”.

Apabila mengarah penjelasan diatas, bahwa terjadinya perkawinan itu

melahirkan adanya akibat hukum. Dengan demikian menimbulkan adanya suatu

hak-hak dan suatu kewajiban antara suami dan istri. Jika saja antara suami dan

Page 10: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

istri bisa menjalankan hak dan kewajiban masing-masing, maka akan terwujudnya

ketentraman dan ketenangan dalam hubungan rumah tangga.

Salah satu kewajiban suami adalah menjadi tulang punggung untuk

keluarganya atau bisa juga disebut laki-laki sebagai penjamin ekonomi keluarga.

Kewajiban memberikan nafkah harta, bahwa semua ulama mazhab menyepakati

tentang wajibnya pemberian nafkah harta kepada istri setelah adanya akad dalam

sebuah perkawinan, sebagaimana dalam kitab Kitab Fiqh al-Madzahib al-

Arba‟ah dan yang meliputi tiga hal: pangan, sandang dan papan (Sayyid Sabiq,

2007 : 231)

Begitupula kewajiban istri adalah menaati suami selama ketaatan bukan

karena maksiat kepada Allah SWT. Istri berkewajiban melayani seks suaminya

bila tidak ada halangan syari. Hak dan Kewajiban nafkah dan seks adalah hak dan

sekaligus kewajiban bersama sesuai kemampuan dan kesempatan masing masing.

sebagaimana firman Allah Swt mengenai kewajiban suami dan istri untuk saling

mu’āsyarāh bil ma’rūf tercantum pada dalam Surat al-Baqarah (2) ayat 288 yang

berbunyi sebagai berikut :

معرو يهن بال

ذي عل

ال

هن مثل

يهن درجة و ل

جل عل ف وللر

Artinya:

“ bagi istri itu ada hak hak dengan kewajiban kewajibannya secara ma’ruf (baik) dan bagi suami setingkat lebih dari istri (Kemenag, 2005:28).

Ayat ini menegaskan bahwa istri mempunyai hak dan istri mempunyai

kewajiban. Kewajiban istri adalah hak bagi suami. meskipun demikian, suami

Page 11: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

mempunyai kedudukan setingkat lebih tinggi yaitu sebagai kepala keluarga,

sebagaimana isyarat ayat tersebut (Ali Ash-Shabuni, 2003:123).

Dalam hadist Rasulullah Saw bersabda berkenaan dengan adanya Hak

Dan Kewajiban Pasangan Suami-Isteri dimana hal ini perihal wasiat Nabi

Muhammad Saw dalam membangun rumah tangga di Haji Wadha’ :

قا ولنسائكم عليكم حقا آلا إ ن لكم على نسائكم ح

“Ketahuilah bahwa kalian mempunyai hak yang harus dipikul oleh istrimu dan istrimu juga mempunyai hak yang harus kamu pikul pula ( HR. Imam Tirmidzi

dan Ibnu Majah)

Umumnya suami-istri adanya saling keterbukaan pada suami-istri dan

sikap yang saling taawun saling tolong-menolong, dan kehidupan berkeluarga,

memegang peranan dalam pembinaan kesejahteraan bersama baik fisik, material

maupun spiritual, dalam hal memenuhi hak dan kewajiban, akan tetapi terjadinya

kesenjangan dimana realitanya ada rasa egois antara keduanya sehingga

menimbulkan rasa tidak kepercayaan rumah tangga, dirasa menjadi sikap yang

apatis dan egois antara suami- istri akhirnya Perceriaan.

Berdasarkan Fenomena lain, bahwasanya sebab perceraian yaitu tidak ada

rasa kemitraan, dimana suami tidak memenuhi kewajiban seperti menafkahi isteri

dan anaknya bahkan dalam catatan Penyebab Perceraiaan Di Indonesia pertahun

meningkat seperti Suami meninggal rumah satu tahun, dua tahun bahkan lebih

begitu pula isteri tidak memenuhi kewajiaban dalam memenuhi hak suami

sehingga terjadinya penyelewengan Suami Selingkuh. Rasa kepedulian bersama

antara sepasang itu atau menurut Sayyid Muhammad Alawi mengistilahkan

kemitraan dimana didalam kurangnya arti keluarga.

Page 12: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Termasuk Konsep Muāwanāh (kerjasama) Ini yang usung oleh Sayyid

Muhammad Alawi Al Maliki karena hal itu sangat prinsip dalam membangun

keluarga. semisal suami berkewajiban menjalankannya terhadap hak dari isteri

seperti mahar, nafkah hidup, pakaian,dan pendidikan agama dalam keluarga serta

penanggung jawab keluarga. Dalam keluarganya pasti adanya kepemimpinan

dimana hal itu menjadi sunnatullah sebagaimana ada kepala dalam organisasi

tersebut yaitu kepala keluarga. Menurut Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki

dalam bukunya mengatakan bahwa kepemimpinan dalam keluarga adalah suami

sedangkan isteri menjadi pengikut seperti ayat 34 surat an nisa’ :

ان فقوا من ى ع ضض وبام عل ع ضض ء با فضل الل الرجال ق وامون على النسا ﴿ اموالم

Artinya:

Kaum laki laki adalah pemimpin atas kaum perempuan, disebabkan Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan dari harta mereka (Kemenag, 2005: 66).

Sedangkan dalam fakta kehidupan masyarakat istri tetap bekerja di luar

rumah. sedangkan suami membiarkan keluarganya telantar, nafkah yang mencari

isteri meskipun isteri banting tulang menjadi tulang punggung keluarga sedangkan

suami mengganggur, judi dan pergi tanpa pamit. Hal lain yang terjadi adalah

keluarga yang meliputi anak yang telantar sebab tidak terpenuhi nafkah dari

suami. Suami yang kewajibannya adalah memberi nafkahnya pada anak dan

istrinya. Kemudian mengakibatkan tidak terpenuhinya asupan makanan dan

kebutuhan serta pembiayaan yang lain.

Page 13: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Dalam Fakta sosial, relasi hak dan kewajiban suami-isteri menjadi

melemah, bahkan pudar dikarenakan kurangnya rasa kepercayaan, rasa

kenyamanan antara suami-istri tersebut. Padahal secara hukum keluarga relasi

yang baik (Mūasyarōh Bil Mā’ruf) dituntutkan dan ditunjukkan pada kedua

pihak, dimana suami diminta berbuat baik pada istri, dan istri juga diminta hal

sama. Relasi hak dan kewajiban antara suami-istri yang baik seharusnya

mendatangkan kebaikan, akan tetapi menjadi rusak karena tidak terpenuhi

keduanya yaitu hak dan kewajiban ( Faqihuddin Abdul Kodir, 2019: 371).

Problematika rumah tangga di era kekinian begitu kompleksitas, menurut

Hasbiyallah, (2015:3) mengatakan bahwa kehidupan modern seperti saat ini,

adalah tuntutan terhadap kehidupan semakin banyak dan kompleks, tuntutan

kepada para istri untuk mencari nafkah tambahan , tuntutan untuk memiliki

kebutuhan yang tidak hanya primer tetapi juga sekunder dan tersier dan tuntutan

tuntutan lain yang berakibat buruk bagi keharmonisan keluarga, seperti kurangnya

kasih sayang orang tua, komunikasi antara pasangan suami-istri. antara suami-

istri kurang memerdulikan hak dan kewajiban masing masing. Akhirnya timbul

konflik keluarga kecil berakibat perceraian.

Oleh karena itu berdasarkan pengamatan awal dari fakta fakta diatas

tentang hak dan kewajiban suami-istri, melahirkan sebuah persoalan yang patut

dikaji dan ditelaah yang mendalam secara terperinci. Melalui jalan pemikiran

Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki dengan kitabnya Adāb al-Islam fi Nizām Al

Usrāh. Kitab kuning ini sering dikaji dibeberapa pesantren di indonesia disamping

kitab nikah populer Syarḥ Uqûd al- Lujjain Fî Bayân Ḥuqûq az-Zawjain karya

Syekh Nawawî al-Bantânî al-Makkî.

Page 14: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki adalah salah satu ulama Saudi

Arabia terkenal dengan sangat produktif dalam penulisan kitab. Diantara karyanya

adalah Adāb al-Islam fi Nizām Al Usrāh. Kitab ini mengkaji secara spesifik

tentang relasi hak dan kewajiban suami istri guna membina keluarga yang bahagia

(sakinah).

Diantara Salah satu fasal yang terdapat dari kitab Adāb al-Islam fi

Nizām Al Usrāh menjelaskan bahwa istri yang sholehah adalah istri yang taat

kepada suami, menjaga harta suami ketika suaminya sedang tidak ada di rumah.

Dan kewajiban istri taat kepada suami inilah yang fundamental dan tertinggi.

Apalagi bila diamati secara dalam, bahwa pemahaman dan pemikiran Sayyid

Muhammad Alawi terkait hak dan kewajiban istri yang tercantum di kitab Adāb

al-Islam fi Nizām Al Usrāh Didasari oleh hadist nabi muhammad saw. Dimana

hadist ini yang diriwayatkan Sunan Abu Dawud, (1994:1664) Dan Sunan Nasai, (

1991: 3229). Melalui sahabat Ibn Abbas dengan sanad yang shahih, hadist yang

dikutip oleh Sayyid Muhammad Alawi menekankan pada ketaatan yang totalitas

seorang istri pada suami.

خير النساء امرأة إذا نظرت إلب ا سرتك وإن أمرتها أطاعتك وإن غبت عن ا حفظتكلك ونفس افي ما

Artinya:

Sebaik sebaik perempuan adalah perempuan yang jika engkau melihatnya, ia menyenangkan hatimu, jika engkau menyuruhnya, ia mengikuti perintahmu, dan apabila engkau tidak ada atau tidak berada disampingnya. ia menjaga (memelihara) hartamu dan menjaga dirinya. (HR. Ibnu Jarir dan Al Baihaqi)

Adāb al-Islam fi Nizām Al Usrāh karya Sayyid Muhammad Alawi bila

dipantau secara corak dan kondisi sosial yang sedang di alami oleh bangsa

indonesia. Nampaknya sesuai, dimana Indonesia sekarang dihadapkan pada

Page 15: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

kecondongan budaya modern yang digaungkan dalam terkait hak asasi manusia

seperti menuntut adanya kesetaraan. Padahal secara struktur sosial yang di

indonesia masih seperti biasanya.

Lain pada itu. Ulama kontemporer,semisal K.H. Husein Muhammad

melalui bukunya Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai atas Tafsir Wacana Agama dan

Gender . Bahwasanya problematika hak dan kewajiban suami istri pada dasarnya

adalah prinsip Al Quran yang memandang pandangan Setara atau diistilahkan

pakar adalah egaliter . Tidak pada istri saja dalam menjaga suami, suami istri

saling menjaga, suami juga menjaga kejelekan, aib aib dan harta martabat istri.

Hal ini yang diusung oleh K.H. Husein Muhammad di istilahkan dengan

mū’asyarāh bil mākrūf dalam relasi kemanusiaan dalam kelurga disebutkan pada

halaman (Husein Muhammad, 2019:235).

Dasarnya adalah sebagai berikut:

Artinya :

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Kemenag,

2005:222)

Begitu pula problematika terkait status kepala keluarga dan nafkah dari

istri, sebagaimana pernyataan sayyid muhammad alawi dalam bukunya yang

Page 16: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

sudah disinggung diatas bahwa dalam alquran surat an nisa ayat 34 sendiri

menuturkan bahwa laki laki sebagai kepala keluarga dan wajib menafkahi istri :

Artinya

kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri, ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). ( QS.

An Nisa’ [4]:34).

Sedangkan K.H. Husein Muhammad menuturkan bahwa status

kepemimpinan keluarga bila berbalik ke istri bila mana suami tidak bisa

memenuhi kewajiban baik lahir dan batin, baik berkaitan seksual dan sandang

pangan, Dengan dasar yang sama dengan Sayyid Muhammad Alawi hanya saja

cara penafsiran secara realita dan kontektual yang ada pada era globalisasi dan

kondisi kekinian di indonesia.

Hak dan kewajiban suami istri itu berpatokan pada suatu ‘urf (istiadat)

dan menjadi fitrah, bahwa suatu hak mewajibkan adanya sebuah kewajiban,

begitu juga kebalikkannya. Hal yang menjadi garis titik menurut K.H. Husein

Muhammad adalah bahwa adanya perkawinan menuntut lahirnya sebuah hak dan

kewajiban meliputi dua aspek, aspek dalam bidang ekonomi dan aspek non-

ekonomi yang berbentuk hak dan kewajiban dalam rumah tangga, seperti perihal

pertama dalam aspek ekonomi misalnya soal mahar , lebih kenalnya adalah

soalmas kawin dan nafkah atau kata bahasa arabnya adalah nafaqoh. Sedangkan

Page 17: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

aspek keduanya misalnya relasi swksual dan relasi kemanusiaan. (Husein

Muhammad, 2007:148)

K.H. Husein Muhammad, pemikir fiqh kontemporer yang memberikan

nuansa baru terkait fiqh (dikenal hukum islam), baginya hukum islam adalah buah

hasil pemikiran manusia yang berada pada ruang dan waktu. sehingga

menghasilkan bahwa fiqh memiliki faktor relativitas yang bersifat dinamis.

Melalui bukunya Fiqh Perempuan ; Refleksi Kiai Atas Tafsir Wacana Agama Dan

Gender. K.H. Husein Muhammad menelaah kembali pendapat pendapat ulama

klasik dalam literatur karya yang berada pada kitab kuning yang bersifat

penafsiran patriarkhal, bias gender dan mempersoalkan urgensi dan relevansi

reinterprestasi fiqh terhadap cara penyegahan dan penegakkan kehidupan anti

kekerasaan, anti pelecehan, terutama terkait anti diskriminasi terhadap perempuan.

Hal inilah, yang mendorong untuk diteliti dan ditelaah lebih secara

terperinci. Terhadap pemikiran Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki dan

Pemikiraan K.H. Husein Muhammad terkait problem hak dan kewajiban suami

istri, keduanya adalah ulama pemikir islam dan melalui karya karyanya masih

fenomenal untuk dikaji dan menjadi rujukan diberbagai pesantren yang tersebar

di nusantara.

Sosok K.H. Husein Muhammad, ia merupakan seseorang kyai pesantren

yang mengenyam dan pengkaji pandangan ulama klasik. Akan tetapi ia berbeda

pandangan dengan mayoritas kyai pada umumnya termasuk pandangan Sayyid

Muhammad Alawi. K.H. Husein Muhammad sosok pemikir yang menjunjung

tinggi nilai keadilan islam melalui trend universalisme keislaman dan mengkritis

Page 18: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

pandangan pandangan ulama yang bias gender dalam nuansa paradigma fiqh

feminismenya.

Maka dengan itu, peneliti mencoba mentelaah dan mengkaji lebih jauh

secara skala akademisi ilmiah komprehensif tentang hak dan kewajiban Suami

Istri. Sehingga penulis mengambil judul “ Hak Dan Kewajiban Suami-Istri

(Studi Komparasi Pemikiran Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Dan

Pemikiran KH. Husein Muhammad) ”.

B. FOKUS PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang pada pembahasan diatas, maka rumusan masalah

1. Bagaimana Konsep Pemikiran Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki dan

Pemikiran KH. Husein Muhammad tentang Hak dan Kewajiban Suami-

Istri ?

2. Bagaimana persamaan dan perbedaan pemikiran Sayyid Muhammad

Alawi Al Maliki dan KH. Husein Muhammad dalam Konteks kekinian,

khususnya hukum keluarga tentang hak dan kewajiban suami-isteri dan

direlevansikan dengan Perundang undangan di Indonesia yang berlaku ?

C. TUJUAN PENELITIAN

a. Untuk mendeskripsikan Konsep Pemikiran Sayyid Muhammad Alawi Al

Maliki dan Pemikiran KH. Husein Muhammad tentang Hak dan

Kewajiban Suami-Istri.

3. Untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan pemikiran Sayyid

Muhammad Alawi Al Maliki dan KH. Husein Muhammad dalam Konteks

kekinian, khususnya hukum keluarga tentang Hak dan Kewajiban Suami-

Page 19: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Isteri serta direlevansikan dengan Perundang undangan Di Indonesia yang

berlaku.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak:

1. Secara Teoritis

a. Memberikan sumbangan akademis kepada Fakultas Agama Islam

Universitas Islam Malang, khususnya penerapan ilmu yang sudah

didapatkan dari masa perkuliahan.

b. Memberikan masukan untuk penelitian serupa dimasa yang akan

datang serta dapat dikembangkan lebih lanjut untuk hasil yang sesuai

dengan perkembangan zaman.

2. Secara Praktis

a. Memberikan masukan pemikiran bagi masyarakat umum serta para

praktisi hukum islam,khususnya dalam kaitan persoalan hak dan

kewajiban suami istri

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penyusun

khususnya dan menjadi solusi bagi para pembaca umumnya tentang

hak dan kewajiban suami-istri.

c. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Agar ada persamaan persepsi dalam menangkap informasi maka menganggap

perlu untuk memberikan sedikit gambaran maksud dari judul penelitian ini (Hak

Page 20: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Dan Kewajiban Suami-Istri ( Studi Komparasi Pemikiran Sayyid Muhammad

Alawi Al Maliki Dan Pemikiran KH. Husein Muhammad)

1. Hak suami - isteri

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia hak artinya benar, milik

kewenangan , kekuasaan untuk melakukan atau berbuat sesuatu.

2. Kewajiban suami isteri.

Menurut kamus lengkap bahasa indonesia kewajiban berarti harus

dilakukan , atau sesuatu yang harus dikerjakan, sesuatu yang berkenaan

dengan tugas ataupun pekerjaan.

3. Komparasi

Menurut Suharsimi Arikunto, (2014:7) komparasi berasal dari kata bahasa

inggris yaitu comparation berarti perbandingan. Kata tersebut

menunjukkan bahwa penelitian ini, bermaksud mengadakan perbandingan

kondisi dua tempat, dua pemikiran , apakah keduanya pemikiran tersebut

sama,atau ada perbedaan, dan kalau ada perbedaan, kondisi atau pemikiran

yang mana lebih baik dari hasil dari penelitian tersebut .

4. Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki

Menurut Kitab Lawami’un Nur As Sani, adalah beliau adalah ulama hijaz

pakar ilmu hadist terkemuka di abad – 21. Kitab yang masyhur dalam

bidang Hadist dan fiqh munakahat adalah kitab Adāb al-Islam fi Nizām

Al Usrāh.

5. KH. Husein Muhammad

Menurut buku Kiai Husein membela perempuan, beliau adalah aktivis

feminis islam, sosok yang kekritisan berbidang padakajian kajian tentang

Page 21: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

dunia perempuan, buku yang masyhur dalam Bidang Fiqh adalah Fiqh

Perempuan ; Refleksi Kiai Atas Tafsir Wacana Agama Dan Gender

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat studi kepustakaan ( library research) artinya

riset kepustakaan untuk menelaah secara mendalam dalam sumber sumber

yang tertulis yang telah dpublikasikan (Suharsimi, 1989:10). dimana penelitian

berdasarkan dalam analisisnya pada sumber sumber pustaka misalnya buku,

kitab kitab, jurnal yang relevan dengan problematika yang sedang diteliti,

(Dudung, 7:998)

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini, memakai deskriptif- komparatif adalah metode

deskriptif ini karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk

menggambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti secara alamiah

(Djajasudarma 2003:9). Dan mengambarkan secara terperinci dan menguraikan

konsep hak dan kewajiban suami isteri kemudian dikomparasikan antara

pandangan pemikiran kedua tokoh.

3. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian kali ini, pendekatan penelitian memakai normative-

yuridis dengan melihat semua problem dengan kacamata fikih yang berda di

nash dan teks Al Quran dan As-Sunnah, disisi lain dengan yuridis yang berlaku

di Perundang Undangan di indonesia.

Page 22: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini digunakan dalam penelitian ,untuk mengumpulkan

literatur – literatur yang membahas dan mengkaji yang berkaitan dengan topik

perbahasan yang diangkat . Antara lain mengunakan sumber data berikut :

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data asli dan utama. artinya sumber

data yang berkaitan secara langsung dengan objek penelitian. Adapun data

– data yang dijadikan rujukan adalah Adāb al-Islam fi Nizām Al Usrāh

dan Fiqh Perempuan ; Refleksi Kiāi Atas Tāfsir Wacanā Agamā Dan

Gender serta Islam Agama Ramah Perempuan : Pembelaan Kiai

Pesantren .

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder diantaranya diambil dari kitab kitab fiqih ,

karya ilmiah misalnya berupa skripsi, tesis, desertasi, dan buku buku yang

mengkaji seputar hak dan kewajiban suami-istri

c. Sumber Data Tersier

Sumber data tersier diambil dari kamus istilah bahasa indonesia ,

kamus hukum, indeks pada Ensklopedia.

5. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisi data adalah metode

analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah Adalah

menggambarkan atau menguraikan suatu masalah tanpa menggunakan

data tabel, dan grafik (Sulistyo Basuki, 2006:131). Atau dengan jalan

mengumpulkan data, menyusun atau mengklarifikasi, menyusun dan

Page 23: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

menginterpretasinya Metode deskriptif yang dipilih karena penelitian yang

dilakukan bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas tentang objek

yang diteliti secara alamiah .dimana Begitu juga dalam penelitian ini

mengunakan analisis data komparasif yaitu dengan cara pengambilan data

kemudian membandingkan antara dua subyek yang diteliti untuk dicari

data yang kuat, atau dimungkinkan di kompromikan. Sehingga ditemukan

sebuah perbandingan dari aspek etika dan hukum atau metode yang

digunakan untuk memperoleh kesimpulan.

Data yang diperoleh di kumpulkan dan diolah dengan metode

berfikir sebagai berikut :

1. Metode Induktif

Metode Induktif Adalah metode pola berfikir yang menolak dari

fakta fakta yang khusus lalu ditarik kesimpulan yang bersifat

umum. Dalam arti yang lain yaitu Suatu pola berpikir yang menarik

suatu kesimpulan yang bersifat umumdari berbagai kasus yang

bersifat individual. (Wiji, 2007:3) Dalam hal penelitian ini

mengunakan dasar hukum yang bersumber dari pemikiran Sayyid

Muhammad Alawi, dalam kitab Adāb al-Islam fi Nizām Al Usrāh

dan buku karya K.H. Husein Muhammad seputar hak dan

kewajiban suami – istri. Akhirnya disimpulkan secara

komprehensif.

2. Metode Komparatif

Menurut Andi Prastowo (2014:210) Metode Komparasi adalah

Metode analisis dua kejadian, atau fenomena yang berbeda,

Page 24: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

dengan cara membandingan dua tokoh pemikiran tersebut setelah

itu mencari yang lebih relevan dengan keadaan kekinian serta

perbedaan dan persamaannya untuk diambil kesimpulan.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari empat bab dan pada

masing-masing bab terdiri dari sub bab :

Bab I ini merupakan gambaran secara umum dari apa yang akan dibahas

dalam penelitian ini yang meliputi : konteks masalah, fokus masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan

sistematika pembahasan.

Bab II ini menjelaskan kajian pustaka tentang hak dan kewajiban suami

istri. hak dan kewajiban bersama antara suami istri, hak hak suami yakni menjadi

kuwajiban istri, hak hak istri adalah kewajiban dari suami menurut ulama dan

konsepsi perundang undangan di indonesia (khususnya didalam Undang Undang

perkawinan dan KHI

Bab III Biografi Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki dan K.H. Husein

Muhammad tentang hak dan kewajiban suami istri. meliputi dari Biografi Sayyid

Muhammad Alawi Al Maliki meliputi riwayat hidup, aktifitas keilmuannya dan

karya-karyanya, corak pemikirannya. Biografi K.H. Husein Muhammad meliputi

riwayat hidup, aktifitas keilmuann, dan hasil karya karyanya. Dan yang akhir

membahas temuan konsep pemikiran Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki dan

K.H. Husein Muhammad terkait kajian Hak dan Kewajiban suami – istri.

Page 25: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Bab IV ini, merupakan analisis terhadap pemikiran sayyid muhammad

alawi al maliki dan K.H. Husein Muhammad mengenai hak dan kewajibam

suami – istri dan mengenai relevansinya dengan Undang Undang di indonesia

terdiri dari Kompilasi Hukum Islam. Meliputi pertama pembahasan tentang

konsep qiwamah (kepemimpinan) di dalam rumah tangga, relasi kesholehan

suami istri, perempuan dan bekerja istri, menjelaskan persamaan dan perbedaan

titik temu dari pemikiran Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki dan K.H. Husein

Muhammad terkait hak dan kewajiban suami istri dan metodologi dan istimbat

hukum yang dipakai oleh keduanya dari kacamata ushul fiqh dan maqosid

Syariah, menjelaskan relevansi pemikiran keduanya terkait hak dan kewajiban

suami istri konteks indonesia dipandang dari sudat pandang perundang undangan

di indonesia diantaranya kompilasi Hukum Islam di Indonesia.

Bab V ini, berisi penutup terdiri dari kesimpulan yang menjawab dari

problemmatika yang di kaji dalam penellitian ini. Begitu juga berisi saran saran

yang berharap daat membawa manfaat dan barokah bagi penyusun dan

masyarakat luas pada umumnya.

Page 26: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparkan dan pembahasan bab terkait problem hak dan

kewajiban suami-istri menurut pemikiran Sayyid muhammad Alawi dan

K.H. Husein Muhammad, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Konsep hak dan kewajiban suami istri antara pemikiran Sayyid

Muhammad Alawi dan KH. Husein Muhammad pada dasarnya sama

hanya saja konsep yang dibangun oleh keduanya berbeda. Dalam

mengatagorikan hak dan kewajiban suami istri, contohnya saja Sayyid

Muhammad Alawi dalam kitabnya Adāb al-Islam fi Nizām Al Usrāh.

Lebih luas. Contohnya kewajiban suami sebagai hak istri secara

material mahar, nafkah, memberikan pendidikan. Sedangkan

kewajiban istri sebagai hak suami misalnya suami sebagai pemimpin

dalam keluarga, berkhidmat kepada suami, meminta izin tatkala istri

pergi. Sedangkan KH. Husein Muhammad mengelompokkan dalam

bukunya Fiqh Perempuan ; Refleksi Kiāi Atas Tāfsir Wacanā Agamā

Dan Gender serta Islam Agama Ramah Perempuan : Pembelaan Kiai

Pesantren konsep muasyarah bil makruf dalam perkawinan adalah

mahar dan nafkah, muasyarah dalam relasi seksual, muasyarah dalam

kesholehan bersama.

2. Perbedaan dan persamaan pemikiran antara Sayyid Muhammad Alawi

dan KH. Husein Muhammad terkait hak dan kewajiban suami istri;

perbedaan terletak istinbath hukum dan pendekatan analisis. Kedua

Page 27: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

mengenai kepemipinan dalam keluarga kepada suami sedangkan KH,

Husein Muhammad kepemimpinan dalam keluarga di nilai relatif bisa

suami atau istri tergantung kemampuan siapa yang mampu untuk

memenuhi nafkahnya dalam keluarga. Sesuai dan relevan di indonesia

berdasarkan pasal 79 ayat 1 adalah pemikiran Sayyid Muhammad

Alawi. Begitu perempuan dan bekerja sayyid muhammad alawi

memperbolehkan istri bekerja dengan syarat memperoleh izin suami

dengan segala dampak yang diperoleh ketika interaksi dengan orang

lain, dengan syarat dalam keadaan butuh dimana suami tidak bisa

memenuhi kebutuhan keluarga sedangkan perempuan bekerja menurut

K.H. Husein Muhammad dalam keadaan masih keluarga boleh tanpa

syarat karena mencukupi kebutuhan ekonomi siapapun berhak

bekerha baik pencari nafkah maupun tidak karena alasan kemiskinan

suami dan pe nelantarkan keluarga. Sederhananya, Sayyid Muhammad

Alawi adalah klasik-tektualis yang adaptif dimana yang mencukupkan

terhadap makna nash sesuai penafsiran para ulama ahli fikih tersebut,

sedangakan K.H. Husein Muhammad adalah lebih modern-kontektuali

yang fleksibel, sehingga membutuhkan ilmu-ilmu lain untuk

memahami dan menangkap hikmah atau pesan nash diantaranya

digunakan kesetaraan gender dengan analisinya memakai takwil dan

hermeutika serta karena hukum bisa berubah dan tuntutan hukum

islam menjawab persoalan persoalan keluarga kontemporer.

Persamaannya adalah kedua tokoh tersebut dalam menetapkan hak

dan kewajiban suami-istri adalah sama-sama menyandarkan kepada

Page 28: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

al-Qur’an dan Hadis, yang kemudian dipahami sesuai dengan metode

masing-masing. Dan terkait relasi kesholehan antara suami istri.

Mengenai kedua tokoh pemikiran secara gambaran umum memiliki

keterkaitan dengan hukum Indonesia yang mengatur dalam masalah

rumah tangga. Pun demikian, terdapat juga beberapa pemikiran mereka

yang bertabrakan dengan hukum Indonesia. Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 31 ayat 3 dan Kompilasi

Hukum Islam (KHI) Pasal 79 ayat terkait Kepemimpinan dalam

keluarga, Kesholehan disini adalah sebuah kebaktian istri kepada

suami hal ini diatur di kompilasi hukum islam pada pasal 83 ayat 1,

segala keputusan suami harus ditaati istri selain melanggar syariat

islam tidak boleh dibantah, hal ini diatur di kompilasi hukum islam

pasal Pasal 80 KHI pasal 1 menjelaskan tentang kewajiban suami

terhadap isteri dan keluarganya, Perempuan dan bekerja ; KH. Husein

Muhammad istri bekerja karena kemiskinan suami dianggap

menelantarkan istri hal ini diartikan sebuah bentuk kekerasan dalam

rumah tangga. Perihal ini diatur Udang Undang No. 23 tahun 2004

tentang Penghapusan kekerasaan dalam rumah tangga Bab III dalam

larangan Kekerasan dalam rumah tangga pasal 9

B. Saran Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas maka saran diberikan dalam

penelitian yaitu;

1. Penelitian ini masih tahap awal, sehingga diperlukan usaha lanjutan

untuk lebih memperkuat bangunan pemikiran Islam yang baru. Masih

banyak aspek penelitian yang diperlukan dalam mengkaji masalah

Page 29: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

pemikiran tentang perempuan dalam Islam. Seperti kajian gender

dengan berbagai pendekatan yang mungkin bisa menghasilkaan

konsep dan kumpulan yang lebih bagus dan esensial.

2. Kajian-kajian yang dilakukan terkait dengan hak dan kewajiban suami-

istri yang sesuai dengan keadilan adalah tetap dipijakkan kepada al-

Qur’an dan Hadis sebagai sumber utama hukum Islam dan ciri khas

umat Islam dengan memadukan pendekatan-pendekatan klasik dan

modern, yang nantinya akan memberikan keadilan dan kemaslahatan,

baik bagi kaum laki-laki maupun kaum perempuan.

Page 30: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

DAFTAR PUSTAKA

Alawi, Sayyid Muhammad. (2011) Adāb al-Islam fi Nizām Al Usrāh . Surabaya :

Hai’ah Ash Shofwah Al Maliki.

Alawi, Sayyid Muhammad. (2018) Bimbingan Menuju Akhlak Mulia Terj Dari

At Tahliyah wat Targhib, Alihbahasa Fadli Said Nadwi. Surabaya :

Mutiara ilmu

Ash-Shabuni, Muhammad Ali. (2003) Terjemahan Tafsir Ayatul Ahkam. Ahli

bahasa Mu’ammal Hamidy dan Imron A.Manan. Surabaya. PT. Bina Ilmu

Asmayani, Nurul. (2017). Perempuan Bertanya, Fikih Menjawab. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, Suharsimi. (2014). Prosedur Penelitiian: Saatu Pendekatan Prakteik.

Jakarta: Rinekacipta.

Ali, Zainuddin. (2012). Hukum Perdata Islam, Cet. Ke-4 .Jakarta: Sinar Grafika.

Basyir, A. Azhar. ( 2007). Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarts : UII Press

Fauzan, Shaleh. (2005). Fiqh Sehari Hari, alih bahasa Abdul Hayyi Al Kattani.

Jakarta : Gema Insani Press.

Hasbiyallah, (2015). Keluarga Sakinah .Bandung: PT Remaja Rosdakaya.

Isnaini, Putri. (2017). Hak dan Kewajiban Suami Istri (Studi Komparasi Hukum

Positif dan Pemikiran Syekh Muhammad Nawawi Al Bantani dalam Kitab

Uqudullijain Fi Bayan Huquq Az Zaujain), skripsi tidak diterbitkan.

Salatiga: Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

Kodir, Faqihuddin Abdul. (2019). Qiraah Mubadalah: Tafsir Progresif untuk

Keadilan Gender dalam Islam. Yogyakarta: IRCiSoD.

Kementrian Agama RI. (2006). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta : PT

Sinergi Pustaka Indonesia.

Kompilasi Hukum Islam. (2013) Cet. Ke-1. Bandung: Fokusindo Mandiri.

Page 31: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Muthahhari, Murtadha. (2009). Wanita dan Hak-Haknya dalam Islam, alih bahasa

Ilyas Hasan. Jakarta: Lentara.

Muhammad, Husein. (2019). Fiqih Perempuan: Reflek Kiai Atas Wacana Agama

dan Gender . Yogyakart: IRCiSoD.

Muhammad, Husein. (2004). Islam Agama Rahmah: Pembelaan Kiai Pesantren,

cet. Ke- 1, Yogyakarta: LKIS.

Muhammad, Husein. (2016). Perempuan Islam & Negara Pergulatan Identitas dan

Entitas, Yogyakarta: Teras.

Muhsin Bin Ali Hamid. (2019). Mutiara Ahlul Bait dari Tanah Haram, Malang:

Ar Roudho.

Nasution, Khoiruddin. (2005). Hukum Perkawinan 1 .Yogyakarta : ACAdeMIA

TAZZAFA

Nuruzzaman. (2005). Kiai Husein Membela Perempuan, Yogyakarta: Pustaka

Pesantren.

Ni‟mah, Ziadatun. (2009). Wanita Karir dalam Perspektif Hukum Islam (Studi

Pandangan K.H. Husein Muhammad), skripsi tidak diterbitkan.

Yogyakarta: Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Praswono, Andi. (2014). Memahami Metode Metode Penelitian: Suatu Tinjuan

Teoritis Dan Praktis. Jogjakarta: Arruzz Media

Rofiq, Ahmad. (2013). Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Shihab, M. Quraish. (2007). Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu

dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Shihab, M. Quraish. (2007). Pengantin Al Quran kalung permata buat anakku,

Jakarta: Lentera Hati.

Sâbiq, As-Sayyid, (2007). Fiqh as-Sunnah, alih bahasa Moh. Thalib, cet. ke-13.

Bandung: al-Ma‟arif.

Page 32: SKRIPSI - UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Syarifuddin, Amir. (2007). Hukum Perekonomiaan Islam di Indonesia.

Jakarta:Prenada Media.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam

Rumah Tangga.

Yafie, Ali. (2006). Menggagas Fiqh Sosial: Dari Soal Lingkungan Hidup,

Asuransi hingga Ukhuwa. Jakarta: Ufuk Press.

Widiyani, Noviyati. (2010). Peran Kh. Husein Muhammad Dalam Gerakan

Kesetaraan Jender Di Indonesia. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakart