skripsi -...

48
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERSANGKA LANSIA DALAM PROSES PENYIDIKAN DI POLRES BANTUL SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SYARAT-SYARAT PENYUSUNAN SKRIPSI Disusun oleh : BAIQ TIBBIYANI 11340147 PEMBIMBING : 1. Dr. Ahmad Bahiej, S.H.,M.Hum. 2. Iswantoro, S.H.,M.H. ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016

Upload: dangliem

Post on 07-May-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERSANGKA LANSIA

DALAM PROSES PENYIDIKAN DI POLRES BANTUL

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

UNTUK MEMENUHI SYARAT-SYARAT PENYUSUNAN SKRIPSI

Disusun oleh :

BAIQ TIBBIYANI

11340147

PEMBIMBING :

1. Dr. Ahmad Bahiej, S.H.,M.Hum.

2. Iswantoro, S.H.,M.H.

ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2016

Page 2: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

ii

ABSTRAK

Dalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Lanjut Usia disebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai

usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Lansia sebagai usia lanjut merupakan periode

kemunduran bagi seseorang. Lansia mengalami kemunduran fisik, psikologis, dan

sosial, namun meski demikian tidaklah mustahil jika seorang lanisa yang lemah

dapat menjadi tersangka tindak pidana. Meskipun tindakan-tindakan pidana yang

melibatkan lansia sebagai tersangka tersebut tidak dapat dibenarkan, namun

membawa lansia ke hadapan persidangan, akan menjadi beban bagi lansia dan

melihat fakta-fakta di lapangan yang tidak jarang menunjukkan terjadinya

pelanggaran terhadap hak-hak para tersangka, maka akan sangat lebih

memprihatinkan lagi jika pelanggaran-pelanggaran hak tersebut sampai terjadi

pada tersangka lansia yang tentunya jauh lebih sulit memberi pembelaan atas

dirinya dibanding tersangka-tersangka usia muda. Terlepas dari semua orang

berhak mendapat perlindungan hukum, namun di sisi lain haruslah menjadi

pertimbangan aparat penegak hukum betapa perlunya lansia diberi perlindungan

hukum yang mungkin lebih dari tersangka usia muda, dengan kembali mengingat

kekurangan-kekurangan serta kelemahan-kelemahan pada diri mereka. Maka

kondisi inilah yang kemudian membuat peneliti tertarik melakukan penelitian ini.

Untuk mengetahui bagaimana hak-hak tersangka lansia tersebut diberikan dalam

proses penyidikan di Polres Bantul. Serta untuk mengetahui bagaimana inisiatif

para penyidik dalam memberikan kemudahan ketika melakukan peyidikan

terhadap lansia yang tergolong lemah tanpa harus bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersumber pada

data primer, sekunder, maupun tersier dengan menggunakan pendekatan yuridis

empiris serta teknik analisis deskriptif kualitatif dan disajikan dalam kerangka

berfikir deduktif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penyidikan terhadap tersangka lansia

tetap berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, akan tetapi dalam

kasus yang melibatkan tersangka lansia yang sudah tidak produktif, diberikan

beberapa keringanan di dalam proses penyidikan. Salah satunya dalam hal

penahanan, dengan tidak melakukan penahanan terhadapnya dan hanya

diwajibkan mengikuti apel setiap hari yang telah ditentukan.

Page 3: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Page 4: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Page 5: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Page 6: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Page 7: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

vi

MOTTO

Sebaik-baik manusia adalah manusia yang memberi banyak manfaat

Page 8: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

Ibunda dan Ayahanda Tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan

karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan,

dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan

selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah

awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia karna kusadar, selama ini belum bisa berbuat

yang lebih. Untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami

kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik,

Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah...

Guru-guruku

Sebagai tanda baktiku, muridmu ini mempersembahkan karya kecil ini buat kalian yang tiada

terbalas jasanya dengan sesuatu yang setara dengan jasa kalian. Terima kasih atas setiap ilmu

yang kalian tanamkan, kesabaran kalian dalam membimbingku tak mungkin dapat kubalas

dengan balasan yang seimbang. Semoga Allah memberi balasan terbaik untukmu wahai guru-

guruku

Dosen Pembimbing Tugas Akhirku...

Dr. Ahmad Bahiej S.H., M.Hum. dan Iswantoro, S.H., M.H. selaku dosen pembimbing tugas

akhir saya, terima kasih banyak saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah

dibimbing dengan begitu baik, semoga Allah memberi balasan terbaik untuk bapak.

Dan para Sahabat yang Selalu Memberikan Semangat, Dukungan serta Do’anya serta

Almamaterku Tercinta

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Page 9: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

viii

KATA PENGANTAR

بسن هللا الرحوي الرحين

الحود هلل الذي علّن بالقلن علّن اإلًساى ها لن يعلن والصالة والسالم على خير االًام

وعلى آله وصحبه والتابعيي وهي تبعهن باحساى إلى آخر الزهاى

Alhamdulillahi Rabbil „alamin penyusun ucapkan atas segala rahmat,

hidayah, serta anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT. Dengan

petunjuk dan bimbingan-Nya, penyusun dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Tersangka Lansia

Dalam Proses Penyidikan Di Polres Bantul” sebagai tugas akhir dalam

perkuliahan di Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda

Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi seluruh umat Islam

termasuk Penyusun.

Selama penyusunan skripsi ini dan selama menuntut perkuliahan di

Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Program Studi Ilmu Hukum, penyusun banyak

mendapat bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu pada kesempatan ini penyusun akan menyampaikan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuaku Suparlan dan Nihayah yang senantiasa mengiringi

penyusun dengan doa, harapan, nasihat, serta curahan kasih sayang yang telah

diberikan selama ini. Serta terimakasih kepada kakak-kakakku Rifa

Page 10: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

ix

Komalasari, Ida Royani, Nirmala, Shihabuddin Irham, adikku Istiqomah.

Karena mereka adalah motivators yang sangat berpengaruh bagi penyusun.

2. Terimakasih untuk Guru-guruku baik Guru melalui pendidikan formal

maupun non-formal. Karena mereka adalah penyumbang ilmu terbesar bagi

penyusun.

3. Prof. Dr. H. Machasin selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta.

4. Dr. Syafiq Mahmadah H. M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

5. Dr. Ahmad Bahiej, S.H., M.Hum. selaku Ketua Prodi Ilmu Hukum dan Faisal

Lukman Hakim. S.H., M.Hum. selaku Sekretaris Prodi Ilmu Hukum.

6. Dr. Ahmad Bahiej, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing I, dan Iswantoro,

S.H.,M.H. selaku Pembimbing II, yang penuh kesabaran dalam memberikan

bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penyusun guna mencapai

kebaikan maksimal dalam penyusunan skripsi ini.

7. Segenap Dosen Prodi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu pengetahuan

kepada penyusun selama perkuliahan.

8. Segenap karyawan TU Fakultas Syari‟ah dan Hukum dan TU Juruan Ilmu

Hukum yang memberikan pelayanan terbaik serta kesabaran demi kelancaran

segala urusan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

9. Terimakasih kepada Bapak Muji, Bapak Jumadi dan Bapak M. Nurdin selaku

pihak Polres Bantul yang telah bersedia untuk diwawancarai dan memberikan

data-data yang bersangkutan dengan judul skripsi penyusun.

10. Teman-teman Ilmu Hukum yang merupakan teman seperjuangan

11. Untuk Sahabat-Sahabat terbaikku yang tak bisa disebutkan satu persatu

Page 11: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

x

12. Teman-teman kost Chandra Dewi: Deni Fatmawati, Kiki Aftari, Latifatul

Mufida, Ayu Fajarwati, Fauzia, Ulfatul Fikriah, Dian Wulan, Isti Mufidah,

dan Indah Surya Dewi.

13. Semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga

Allah senantiasa memberikan pahala yang berlipat sebagai bekal kehidupan di

dunia dan akhirat.

Yogyakarta, 01 Oktober 2015

Baiq Tibbiyani

NIM. 11340147

Page 12: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN SKRIPSI ....................................................................... iii

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ...................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v

MOTTO ................................................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 9

D. Telaah Pustaka.................................................................................... 10

E. Kerangka Teoretik .............................................................................. 13

F. Metode penelitian................................................................................ 18

G. Sistematika pembahasan .................................................................... 21

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERSANGKA

LANSIA .................................................................................................. 23

A. Perlindungan hukum .......................................................................... 23

B. Tersangka tindak pidana ..................................................................... 38

C. Tinjauan tentang lansia ....................................................................... 42

BAB III PENYIDIKAN DAN KEWENANGAN PENYIDIK DI POLRES

BANTUL ................................................................................................ 51

Page 13: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

xii

A. Tinjauan tentang penyidikan .............................................................. 51

B. Tinjauan tentang penyidik .................................................................. 63

BAB IV PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA LANSIA .... 76

A. Hak-hak lansia dalam proses peradilan pidana .................................. 76

B. Perlindungan hukum terhadap hak-hak tersangka lansia dalam proses

penyidikan di polres bantul ................................................................ 80

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 96

A. Kesimpulan ....................................................................................... 96

B. Saran .................................................................................................. 97

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 99

LAMPIRAN ............................................................................................................. 102

Page 14: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan pada suatu

kebutuhan yang mendesak, kebutuhan pemuas diri dan bahkan kadang-kadang

karena keinginan atau desakan untuk mempertahankan status diri. Secara

umum, kebutuhan setiap manusia dapat terpenuhi, walaupun tidak seluruhnya,

dalam keadaan yang tidak memerlukan desakan dari dalam atau orang lain.

Kebutuhan yang mendesak harus dipenuhi dengan secepatnya, biasanya sering

dilaksanakan tanpa pemikiran matang dan dapat merugikan lingkungan atau

manusia lain.1 Dengan berbagai macam kebutuhan yang dimiliki oleh

manusia, tidak jarang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut terlebih

kebutuhan-kebutuhan yang mendesak manusia mengambil jalan pintas atau

jalan yang tidak dapat dibenarkan berdasarkan norma yang hidup dalam

masyarakat.

Seringkali pemenuhan terhadap segala kebutuhan yang mendesak,

membuat manusia menjadi lupa akan tanggung jawab mereka, bahkan lupa

norma-norma yang hidup dalam masyarakat sehingga mereka tidak segan

melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya dilakukan, perbuatan-perbuatan

tercela yang meresahkan masyarakat, dalam hal pemenuhan kebutuhan yang

1 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 3.

Page 15: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

2

mendesak, juga dapat membuat manusia tidak berfikir sehat sehingga nurani

mereka tertutup dan tanpa berfikir panjang melakukan hal-hal yang justru

tidak hanya dapat merugikan orang lain namun juga dapat merugikan dirinya

sendiri. Mereka tidak dapat berfikir sehat lagi, sehingga nekad melakukan

tindakan-tindakan yang masuk dalam tindakan kriminal atau tindak pidana.

Tindak pidana tersebut tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang

belum mengerti tentang aturan hukum yang berlaku, tetapi juga oleh mereka

yang mengerti aturan hukum yang semestinya mereka patuhi. selain itu, juga

karena faktor ekonomi, kelalaian, karena masalah pribadi, dan masih banyak

alasan lainnya yang membuat mereka melakukan perbuatan jahat yang

merupakan perbuatan melawan hukum.2 Hal tersebut tidak hanya tejadi pada

orang-orang usia muda/remaja, namun juga bisa terjadi pada orang-orang

lansia yang jika dilihat dari kondisi fisik maupun psikisnya, jelas mengalami

banyak penurunan dibandingkan dengan usia remaja.

Dalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Lanjut Usia disebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah

mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.3 Dalam undang-undang tersebut

lansia digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu:

2 http://www.scribd.com/doc/202760156/Makalah-Perbandingan-Perlindungan-

Hukum-Terhadap-Pelaku-Saksi-Dan-Korban-Tindak-Pidana-Didalam-R#scribd diakses pada

hari Selasa 17 Maret 2015 pukul 07:24 WIB.

3 Lihat Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia.

Page 16: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

3

1. Lanjut usia potensial

Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau

jasa

2. Lanjut usia tidak potensial

Lanjut usia tidak potensial adalah adalah lanjut usia yang tidak berdaya

mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

Orang-orang yang sudah lanjut usia baik potensial maupun tidak

potensial biasanya kondisi fisiknya melemah jika dibandingkan dengan usia

muda. Sudah sepantasnya mereka mendapat perhatian lebih dari masyarakat

ataupun dari aparat penegak hukum yang melakukan proses hukum terhadap

para lansia yang melakukan tindak pidana. Lansia merupakan golongan

masyarakat yang sangat lemah di samping wanita dan anak, namun pada

kenyataannya wanita dan anak selalu ditempatkan pada posisi khusus di

tengah-tengah masyarakat dibandingkan dengan lansia. Kenyataan ini dapat

dilihat dalam berbagai hal contohnya di LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat) dan lembaga-lembaga lain yang begitu mengupayakan hak-hak

serta keselamatan anak dan perempuan. Sementara untuk lansia sendiri jarang

dikaji oleh banyak orang.

Negara sendiri membuat undang-undang tentang kesejahteraan lansia

namun dalam praktiknya lansia jarang diperhatikan. salah satu contohnya

yaitu Negara membuat lembaga pemasyarakatan (LP) yang khusus untuk anak

Page 17: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

4

dan perempuan namun tidak untuk lansia, padahal mereka sama-sama

tergolong dalam masyarakat lemah, dan kenyataan ini membuat lansia seolah-

olah dipandang sebelah mata sebagai golongan masyarakat yang lemah

disamping wanita dan anak oleh Negara.

Sejauh ini tidak ada yang terlalu memperhatikan bagaimana Negara

ataupun hukum memberi perhatian yang kurang terhadap lansia terlebih ketika

mereka berhadapan dengan hukum sebagai pelaku kejahatan. Orang-orang

justru selalu ramai membahas tentang wanita dan anak baik sebagai korban

maupun sebagai pelaku kejahatan. Seolah-olah lansia bukan mahluk lemah

yang juga pantas dilindungi serta diayomi sebagaimana wanita dan anak. Baik

saat dia menjadi korban kejahatan ataupun saat dia menjadi pelaku kejahatan.

Walaupun manusia pada umumnya mempunyai hak, akan tetapi belum

tentu mereka mengetahui atau memahaminya. Manusia memang harus

mengetahui dan memahami hak-haknya, dan dia mempunyai kewenangan

untuk mempergunakannya atau tidak.4 Begitupun di dalam hukum setiap

orang/masyarakat memiliki hak-hak yang perlu mereka ketahui dan harus

dilindungi oleh Negara, diantarnya yaitu memiliki hak untuk mendapat

perlindungan hukum, artinya hak-hak yang mereka miliki di dalam setiap

proses hukum dilindungi oleh Negara.

4 Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, (Jakarta: CV. Rajawali,

1981), hlm. 28.

Page 18: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

5

Lansia juga memiliki hak untuk mendapat perlindungan hukum dari

Negara sebagaimana warga Negara lainnya, namun sebagai warga Negara,

meskipun tergolong lemah, lansia juga harus menjunjung tinggi hukum yang

berlaku. Dalam mewujudkan Negara Indonesia sebagai Negara hukum, lansia

juga memiliki tanggung jawab dan kesadaran hukum yang sama dengan

warga Negara lainnya. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa lansia juga

dapat menjadi pelaku kejahatan, sehingga mereka juga perlu memiliki

pertanggungjawaban hukum secara pribadi.

Bahkan kasus-kasus kejahatan atau tindak pidana dengan pelaku lansia

seringkali terjadi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain,

baik tindak pidana yang ringan maupun tindak pidana yang berat. Meskipun

mereka tergolong sebagai masyarakat lemah namun bukan berarti mereka

tidak memiliki potensi untuk melakukan tindak pidana atau kejahatan.

Tidak jarang pelaku dari kejahatan atau tindak pidana justru adalah

orang-orang usia lansia yang jika dilihat dari usia serta pengalaman hidup

sudah sepantasnya mereka menjadi panutan yang baik bagi masyarakat serta

anak-anak muda penerus bangsa. Namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa

mereka merupakan masyarakat lemah yang membutuhkan perhatian dan

perlindungan lebih dari Negara terutama ketika mereka berhadapan dengan

hukum sebagai seorang tersangka karena tidak jarang para lansia tersebut

melakukan tindak pidana disebabkan karena kurangnya perhatian negara

terhadap mereka.

Page 19: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

6

Meskipun Indonesia sudah tidak menganut sistem inquisitoir dalam

pelaksanaan pemeriksaan terhadap tersangka dan sudah menerapkan sistem

accusitoir, namun tetap saja para lansia yang menjadi tersangka tindak pidana

harus diberi perhatian lebih mengingat mereka memiliki banyak kelemahan di

dalam berinteraksi dengan masyarakat terlebih ketika mereka harus

berinteraksi dengan para penyidik ketika berhadapan dengan hukum sebagai

seorang tersangka. Alasan yang paling mendasar diperlukannya perlindungan

hukum terhadap tersangka di dalam proses penyidikan ialah seringnya para

tersangka mengalami penderitaan badaniah juga batiniah yang sulit

dibuktikan.5

Pandangan bahwa seorang tersangka atau tertuduh, dijadikan hanya

sebagai objek pemeriksaan belaka masih berpengaruh di kalangan ahli hukum

khususnya, dan masyarakat umumnya.6 Sehingga banyak kasus di mana

aparat penegak hukum bertindak sewenang-wenang terhadap seorang

tersangka, hak-hak dari seorang tersangka tidak terpenuhi dan justru dilanggar

oleh aparat penegak hukum. Itulah sebabnya di atur dalam Kitab Hukum

Acara Pidana (KUHAP), prosedur di dalam penegakan hukum supaya hal-hal

seperti itu tidak terjadi. Dalam hukum acara pidana diatur tata cara

penyelidikan, penangkapan, penahanan, penyitaan, dan penyidikan yang

memperhatikan penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang

5 Ibid, hlm. 53.

6 Bisma Siregar, Hukum Acara Pidana, (Jakarta: Binacipta, 1983), hlm.52.

Page 20: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

7

dijamin oleh negara. Pada sisi lain hukum juga memberikan kewenangan

tertentu kepada negara melalui aparat penegak hukumnya, untuk melakukan

tindakan yang dapat mengurangi hak asasi warganya.

Hukum acara pidana sendiri bertujuan untuk membatasi kekuasaan

Negara dalam bertindak serta melaksanakan hukum pidana materiil.

Ketentuan-ketentuan dalam hukum acara pidana dimaksudkan untuk

melindungi para tersangka dan terdakwa dari tindakan kesewenang-wenangan

aparat penegak hukum. Negara mempunyai kewajiban hukum untuk

memajukan, menghormati, mematuhi dan melindungi ketentuan-ketentuan

yang terdapat di dalam instrument Hak Asasi Manusia. Hal ini sesuai dengan

konsideran KUHAP dalam huruf a yang berbunyi “Negara Republik

Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945 yang menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan

tidak ada kecualinya”. Dengan lahirnyaUndang-Undang Nomor 8 tahun 1981,

membuktikan bahwa telah diperhatikannya perlindungan Hak Asasi Manusia

di tingkat penyelidikan dan penyidikan.

Perlindungan hukum terhadap lansia yang berhadapan dengan hukum

merupakan pekerjaan penting yang harus dilakukan oleh seluruh penegak

hukum. Permasalahan yang berkaitan dengan perlindungan yang harus

diberikan kepada seorang lansia yang berkonflik dengan hukum tentu harus

ada upaya dari berbagai pihak untuk menyelamatkan mereka yang tergolong

lemah dibanding usia muda.

Page 21: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

8

Perlindungan hukum dalam proses penyidikan tindak pidana yang

dilakukan oleh lansia adalah sebagai bentuk perhatian terhadap mereka untuk

melindungi kepentingan lansia yang memang lemah terutama ketika mereka

berhadapan dengan hukum sebagai seorang pelaku tindak pidana. Terlebih

juga karena penyidikan merupakan proses awal dari seluruh proses hukum

yang nantinya dapat menentukan bisa atau tidaknya dilakukan proses-proses

hukum yang lainnya seperti penuntutan ataupun persidangan terhadap lansia

tersebut. Perhatian dan perlakuan tersebut berupa perlindungan hukum agar

lansia tidak menjadi korban dari penerapan hukum yang salah yang dapat

menyebabkan penderitaan mental, fisik, dan sosialnya.

Di dalam menangani lansia yang berkonflik dengan hukum, penyidik

senantiasa harus memperhatikan kondisi lansia yang berbeda dengan kondisi

orang usia muda, dan kedudukan lansia di masyarakat yang sangat

membutuhkan perlindungan serta bantuan dalam banyak hal. Hal inilah yang

membuat penulis tertarik mengkaji lebih dalam tentang “Perlindungan Hukum

terhadap Tersangka Lansia dalam Proses Penyidikan di Polres Bantul”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang masalah di atas, maka

penulis menarik beberapa rumusan masalah yaitu:

1. Mengapa hak-hak lansia dalam proses peradilan pidana perlu dilindungi?

2. Apakah hak-hak lansia dalam proses penyidikan di Pores Bantul telah

mendapat perlindungan hukum?

Page 22: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka

tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui mengapa hak-hak lansia dalam proses peradilan pidana

perlu mendapat perlindungan hukum.

2. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap hak-hak

lansia dalam proses penyidikan di Polres Bantul.

Dari penelitian tentang proses penyidikan terhadap lansia pelaku

tindak pidana, ini diharapkan dapat memberi manfaat baik dari segi teoritis

maupun dari segi praktis:

1. Manfaat teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang besar

bagi ilmu pengetahuan ke depan terutama dalam bidang ilmu hukum

2. Manfaat praktis

a. Dengan penelitian ini diharapkan bagi para penyidik supaya

memperhatikan dan memahami kelemahan-kelemahan para lansia

dibandingkan usia muda di dalam proses penyidikan

b. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kritik,

masukan ataupun saran terhadap aparat penegak hukum di dalam

melakukan penyidikan maupun proses-proses hukum lainnya terhadap

para lansia

Page 23: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

10

D. Telaah Pustaka

Ada beberapa penelitian yang telah membahas tentang berbagai proses

hukum terhadap lansia maka untuk menghindari adanya kesamaan serta untuk

membuktikan bahwa judul yang diangkat oleh penulis ini belum pernah

diangkat oleh peneliti-peneliti sebelumnya, maka akan diuraikan beberapa

hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis

diantaranya:

Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum terhadap Narapidana

Lanjut Usia” karya Amelia Imawan,7 mengkaji lebih dalam bagaimana

penerapan pidana penjara terhadap para narapidana lansia. Di sini bisa dilihat

persamaan dan perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh penyusun

dengan hasil penelitian dari Amelia Imawan. Persamaannya yaitu sama-sama

meneliti tentang lansia yang berhadapan dengan hukum sementara

perbedaannya yaitu tempat penelitian dan fokus kajian penelitian. Amelia

melakukan penelitian di lapas dan lebih fokus pada proses pembinaan lansia

di lapas sementara penyusun sendiri melakukan penelitian di kepolisian dan

fokus pada proses penyidikan terhadap lansia.

Selain penelitian yang dilakukan oleh Amelia Imawan, terdapat juga

skripsi yang ditulis oleh Dian Rosita Murti dengan judul “Proses Penyidikan

7 Amelia Imawan, “Perlindungan Hukum terhadap Narapidana Lanjut Usia”, skripsi,

Fakultas Hukum, Universitas Atmajaya Yogyakarta, 2010.

Page 24: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

11

terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan”.8 Sama seperti penelitian

yang dilakukan oleh penyusun, skripsi ini juga membahas tentang proses

penyidikan terhadap pelaku tindak pidana. Tetapi yang menjadi perbedannya

yaitu dalam skripsi tersebut meneliti tentang proses penyidikan terhadap

pelaku tindak pidana pencabulan yang dilakukan oleh anak sementara dalam

skripsi yang akan ditulis oleh penyusun ini, meneliti tentang bentuk

perlindungan hukum yang diberikan tehadap pelaku tindak pidana secara

umum dalam proses penyidikan yang di mana pelaku tindak pidana tersebut

adalah lansia.

Penelitian lainnya yaitu penelitian oleh Nurliza Neci Putri dengan

judul “Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Anak dalam Kasus

Narkotika dan Psikotropika (Studi di Polda Daerah Istimewa Yogyakarta)”9

dalam skripsi ini juga terdapat pembahasan mengenai penyidikan oleh aparat

kepolisian, sama seperti penelitian yang dilakukan oleh penyusun. Namun

penyidikan yang dimaksud dalam penelitian yang dilakukan oleh nurliza neci

putri ini adalah penyidikan dalam kasus narkotika dan psikotropika yang

dimana pelakunya adalah anak. Sedangkan penyidikan yang dimaksud dalam

penelitian yang dilakukan oleh penyusun adalah penyidikan dalam kasus

tindak pidana secara umum yang dimana pelakunya adalah lansia.

8 Dian Rosita Murti “Proses Penyidikan terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana

Pencabulan”, skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Atmajaya Yogyakarta, 2011.

9 Nurliza Neci putri “Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Anak dalam Kasus

Narkotika dan Psikotropika (studi di polda daerah istimewa Yogyakarta)”, skripsi, fakultas

syari’ah dan hukum, universitas islam negeri sunan kalijaga Yogyakarta, 2013.

Page 25: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

12

Kemudian ada penelitian yang dilakukan oleh Mersessa Penasalo yaitu

“Pelaksanaan Penyidikan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencabulan

terhadap Anak (Studi Kasus di Polres Pasaman Barat)”10

hampir sama

dengan penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas, yaitu sama-sama

meneliti tentang penyidikan. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan

oleh penyusun juga tentang penyidikan. namun penyidikan yang dimaksud

dalam penelitian yang dilakukan oleh Mersessa Penasalo yaitu penyidikan

terhadap pelaku tindak pidana pencabulan, sedangkan penyidikan yang

dimaksud oleh penyusun adalah penyidikan dalam tindak pidana secara umum

dan lebih fokus pada bentuk perlindungan hukum di dalam proses penyidikan

itu sendiri yang di mana pelaku tindak pidananya juga merupakan seorang

lansia. Sementara penelitian Mersessa Penasalo ini hanya sebatas meneliti

pelaksanaan penyidikannya saja bukan bentuk perlindungan hukum di dalam

penyidikan tersebut.

Selain dari penelitian-penelitian tersebut di atas ada juga penelitian

dengan judul “Perlindungan Hak Tersangka Sebelum Mendapat Putusan

Tetap Di Polisi Sector Sapeken Sumenep Perspektif Hukum Pidana Islam Dan

Hukum Pidana Positif”11

yang dilakukan oleh Hendri. Penelitian ini memiliki

10

Mersessa Penasalo “Pelaksanaan Penyidikan terhadap Pelaku Tindak Pidana

Pencabulan terhadap Anak (Studi Kasus di Polres Pasaman Barat)”, Fakultas hukum

program regular mandiri Universitas andalas Padang, 2011.

11 Hendri “Perlindungan Hak Tersangka Sebelum Mendapat Putusan Tetap Di Polisi

Sector Sapeken Sumenep Perspektif Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Positif”,

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.

Page 26: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

13

kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penyusun yaitu sama-sama

mengkaji tentang hak-hak seorang tersangka dalam proses penyidikan di

kepolisian. Hanya saja penelitian yang dilakukan oleh hendri mengkaji

tentang hak-hak seorang tersangka yang di mana tersangkanya tersebut masih

umum. sementara hak-hak seorang tersangka yang dikaji dalam peneltian

yang dilakukan oleh penyusun adalah hak-hak seorang tersangka yang sudah

lanjut usia (lansia)

E. Kerangka Teoritik

1. Perlindungan hukum

Perlindungan hukum dari Negara terhadap setiap warga negaranya

sangatlah penting, karena bagian dari tugas Negara adalah melindungi

setiap warganya (masyarakat). Adapun tujuan Negara menurut pemikiran

barat adalah sebagai berikut:12

a. Untuk mempertahankan dan memperluas kekuasaan

b. Menyelenggarakan ketertiban umum. Dalam hal ini Negara bertugas

sebagai stabilisator

c. Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum

d. Menegakkan keadilan, hal ini dilaksanakan oleh lembaga-lembaga

pengadilan

12

Khoirul Anam, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk perguruan

tinggi, (Yogyakata: Inti Media, 2011), hlm. 79.

Page 27: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

14

Jika dilihat dalam tujuan Negara seperti tersebut di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa keberadaan Negara juga adalah untuk memberi

perlindungan hukum kepada setiap orang salah satunya misalnya dengan

cara seperti yang disebutkan dalam poin D di atas yaitu dengan

menegakkan keadilan. Hal ini disebabkan, perlindungan hukum

merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan

tujuan-tujuan hukum seperti keadilan. Dengan begitu setiap orang akan

merasa dilindungi hak-haknya oleh hukum dari Negara tersebut.

2. Penyidikan

Pengertian penyidikan seperti yang terkandung dalam Pasal 1 Ayat (2)

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan

Pasal 1 Ayat (13) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia memuat pemahaman yang sama

tentang penyidikan yaitu bahwa penyidikan adalah serangkaian tindakan

penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang

ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu

membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan

tersangkanya.

Sesuai dengan pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana disebutkan bahwa penyidik adalah pejabat

polisi Negara Republik Indonesia dan pejabat pegawai negeri sipil tertentu

yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. Selanjutnya pada

Page 28: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

15

Pasal 6 Ayat (2) syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam

Ayat 1 akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. Penyidik Polri

di dalam menjalankan tugasnya serta untuk menjalankan kewajibannya

diberi wewenang tertentu.

Mengingat masalah pencabulan terhadap anak sangat merugikan bagi

masyarakat terutama bagi anak-anak itu sendiri yang kelak akan menjadi

penerus bangsa, maka penyidikan sangat diperlukan sekali dalam kasus

pencabulan tersebut untuk dapat mengetahui dengan terang siapa saja

yang menjadi pelaku dari tindak pidana pencabulan tersebut dengan begitu

mereka dapat dituntut pertanggungjawabannya di dalam hukum.

3. Pertanggungjawaban pidana lansia

Di dalam kehidupannya, manusia memerlukan kebenaran, keteraturan

dan ketentraman. Oleh karena itu ada logika, etika dan estetika yang

mencakup penalaran, kaedah-kaedah dan selera. Kaedah-kaedah tersebut

mencakup kaedah kepercayaan, kaedah kesusilaan, kaedah kesopanan dan

kaedah hukum. Kaedah kesusilaan bertujuan agar manusia mempunyai

hati nurani yang bersih, hal ini juga disebut moral dalam arti sempit.

Dasar dari perilaku yang menyeleweng, adalah antar lain hati nurani

yang tidak bersih. Hal ini disebabkan karena dengan hati nurani yang

bersih, maka manusia akan dapat membedakan mana yang merupakan

perilaku buruk dan mana yang merupakan perilaku yang baik, indikator

Page 29: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

16

dari moral tersebut (yaitu moral yang baik) adalah antara lain rasionalitas,

kejujuran, bertanggung jawab, adil, dan produktif.13

Tugas terpokok dari hukum adalah unutk menciptakan kebenaran,

ketentraman, serta ketertiban atau keteraturan sebagaimana yang tersebut

di atas. Ketertiban atau keteraturan tersebut merupakan syarat terpokok

adanya masyarakat yang teratur. Agar tercapai ketertiban dalam

masyarakat maka setiap warga Negara memiliki pertanggungjawaban

hukum pribadi masing-masing.

Menurut etika, setiap orang bertanggung jawab atas segala

perbuatannya. Di dalam bidang hukum pidana, hanya perbuatan-perbuatan

yang dapat menyebabkan hakim menjatuhkan hukuman yang harus

dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban ini adalah

pertanggungjawaban pidana.14

melawan hukum dan kesalahan adalah

unsur-unsur peristiwa pidana. Antara keduanya terdapat hubungan yang

erat, apabila kelakuan yang bersangkutan tidak melawan hukum, maka

menurut hukum pidana positif, kelakuan tersebut tidak dapat

dipertanggungjawabkan sebab tidak ada kesalahan tanpa melawan hukum.

Dalam mempertanggungjawabkan seseorang dalam hukum pidana,

harus terbuka kemungkinan bagi pembuat untuk menjelaskan mengapa dia

13

Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, (Jakarta: CV. Rajawali,

1981), hlm. 166.

14 Hasan Basri Saanin Dt. Tan Pariaman, Psikiater dan Pengadilan, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1983), hlm. 119.

Page 30: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

17

berbuat demikian. jika system hukum tidak membuka kesempatan

demikian, maka dapat dikatakan terjadi proses yang tidak wajar (due

process) dalam mempertanggungjawabkan pembuat tindak pidana. pada

gilirannya, hal ini akan berhadapan dengan prinsip-prinsip keadilan.

dengan demikian, hukum dipandang gagal memberi masukan berharga

pada kehidupan social, jika tidak membuka kesempatan bagi pembuat

delik untuk menjelaskan mengapa dirinya tidak dapat mengindari

terjadinya tindak pidana.15

peran dari seluruh aparat penegak hukum

sangatlah menenetukan suatu system hukum dapat berjalan dengan baik

atau tidak. kerjasama para aparat penegak hukum dapat memberi peran

yang penting di dalam system hukum. Kemungkinan bagi pembuat pidana

untuk menjelaskan mengapa dia berbuat demikian, hanya dapat berjalan

dengan baik jika aparat penegak hukum memberikan mereka kesempatan

untuk menjelaskan alasan mereka melakukan tindak pidana.

pertanggungjawaban pidana karenanya harus dapat dihubungkan

dengan fungsi preventif hukum pidana. pada konsep tersebut harus

terbuka kemungkinan untuk sedini mungkin pembuat menyadari

sepenuhnya tentang konsekuensi hukum perbuatannya. dengan demikian,

15

Chairul Huda. “Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada

Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan” (Jakarta: Prenada Media Group, 2011),

hlm.65.

Page 31: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

18

konsekuensi atas tindak pidana merupakan resiko yang sejak awal

dipahami oleh pembuat.16

Lansia sebagai pelaku tindak pidana juga akan mengalami proses

hukum yang sama seperti masyarakat lain pada umumnya. Hanya saja

mengingat kondisi fisik, sifat serta keadaan psikologis lansia yang

cenderung lemah dibanding masyarakat lainnya, maka dalam beberapa hal

tertentu di dalam melakukan proses hukum untuk mendapat

pertanggungjawaban hukum dari lansia yang melakukan tindak pidana,

memerlukan tindakan yang khusus serta perlindungan yang khusus pula

untuk mereka supaya mereka para lansia yang berhadapan dengan hukum

benar-benar mendapat perhatian lebih sebagai masyarakat lemah

disamping wanita dan anak, oleh Negara dan seluruh aparat penegak

hukum.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.17

Berdasarkan dari

pngertian metode penelitian tersebut maka penulis dalam menyusun skripsi ini

menggunakan metode sebagai berikut:

16

Ibid, hlm. 65.

17 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2012), hlm. 2.

Page 32: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

19

1. Jenis penelitian

Dalam penyusunan skripsi yang dilakukan oleh penyusun ini bersifat

lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan

mengumpulkan data informasi yang diperoleh dari Polres Bantul,

kemudian hasil pengumpulan data dan infrormasi yang diperoleh tersebut

dikumpulkan dan selanjutnya dianalisis.

2. Sifat penelitian

Sifat penelitian ini deskriptif analitik yaitu suatu penelitian yang

digunakan untuk menggambarkan, menguraikan, dan menganalisis kasus

tersangka lansia di dalam proses penanganannya selama tahap penyidikan.

tujuannya agar dapat memberikan data seteliti mungkin mengenai proses

penanganan kasus tersangka lansia dalam tahap penyidikan tersebut.

Sehingga mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal, kemudian

dianalisis guna menjawab permasalahan yang ada, yaitu permasalahan

terkait kendala-kendala yang selama ini sering dujumpai oleh para lansia

ketika berhadapan dengan hukum sebagai seorang tersangka.

3. Sumber penelitian

a. Data primer

Data primer merupakan data yang didapat dari hasil wawancara

kepada pihak terkait yaitu anggota polisi di Polres Bantul, terutama

yang bertugas di bagian penyidikan sebagai penyidik terhadap

tersangka.

Page 33: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

20

b. Data sekunder

dalam penyusunan skripsi ini penyusun menggunakan literatur

kepustakaan seperti buku-buku maupun jurnal yang berkaitan dengan

judul dari penelitian ini.

c. Data tersier

yaitu data yang diperoleh selain dari kedua sumber tersebut di atas,

seperti kamus, ensiklopedia dan yang lainnya

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.18

Teknik

pengumpulan data dalam penyusunan skrispsi ini dilakukan dengan dua

metode yaitu:

a. Wawancara (interview) yaitu dengan cara melakukan tanya jawab

kepada pihak terkait yaitu anggota polisi di Polres Bantul terutama

yang bertugas di bagian penyidikan, untuk mendapatkan informasi

secara lansung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan kepada

informan.

18

Ibid, hlm. 224.

Page 34: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

21

b. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan dalam penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk

melengkapi data yang diteliti. Diperoleh dengan mengkaji peraturan

perundang-undangan maupun literatur buku yang berkaitan dengan

penilitian ini.

5. Metode analisis data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif dan analisis secara kualitatif yaitu data yang diperoleh dari

penelitian lapangan dan kepustakaan diolah dan dianalisis secara kualitatif

yakni dengan menyeleksi, mengelompokkan secara sistematis data

tersebut kemudian dikaji guna memperoleh gambaran yang jelas tentang

permasalahan yang diteliti, kemudian dianalisis dan dipaparkan dalam

bentuk deskriptif untuk memperoleh kesimpulan mengenai permasalahan

yang diteliti.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembaca dalam melihat keseluruhan isi

penelitian ini, maka penyusun membuat sistematika penulisan yang

mencakup:

BAB I berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tinjauan dan manfaat penelitian, kerangka teoretik, telaah pustaka, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

Page 35: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

22

BAB II, membahas tentang tinjauan umum perlindungan hukum

terhadap lansia

BAB III, menguraikan tinjauan umum tentang penyidikan dan

kewenangan penyidik di Polres Bantul

BAB IV, membahas tentang hasil penelitian yang sekaligus menjawab

permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini, yaitu tentang pelaksanaan

proses penyidikan terhadap tersangka lansia di Polres Bantul.

BAB V, berisi kesimpulan yang merupakan inti dari keseluruhan hasil

penelitian serta saran-saran sebagai masukan bagi semua pihak yang terkait

dalam proses penegakan hukum bagi para lansia yang terlibat dalam kasus

pidana.

Page 36: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Seperti yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlunya perlindungan hukum terhadap hak-hak tersangka lansia

terutama lansia yang sudah tidak produktif, karena mereka

merupakan golongan masyarakat lemah di samping anak dan

perempuan. Mereka memiliki banyak keterbatasan serta

kekurangan di dalam berhadapan dengan hukum terutama ketika

mereka menjadi tersangka tindak pidana. Jika selama ini

perlindungan hukum terhadap anak sangat ditekankan karena anak

adalah generasi penerus bangsa, maka perlindungan hukum

terhadap lansia juga sangat diperlukan, karena lansia telah banyak

berkontribusi bagi bangsa terutama di usia muda mereka.

2. Hak-hak lansia di dalam proses penyidikan di Polres Bantul telah

mendapat perlindungan hukum sebagaimana mestinya.

Perlindungan hukum tersebut diberikan berkaitan dengan hak-hak

lansia sebagai seorang tersangka selama masa proses penyidikan,

yang telah dipenuhi sesuai dengan prosedur pemeriksaan

sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Page 37: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

97

Meski di dalam peraturan perundang-undangan tidak diatur

mengenai penanganan tersangka lansia secara khusus, namun

dalam hal penahanan, penyidik memilih untuk tidak melakukan

penahanan terhadap mereka, disebabkan mereka terlalu lemah

untuk di tahan. Terutama lansia yang sudah tidak produktif.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diusulkan di sini adalah dilakukannya

perubahan terhadap peraturan perundang-undangan yang dapat menjamin

bahwa hak-hak lansia benar-benar terlindungi serta lansia mendapat perlakuan

berbeda atau perlakuan khusus seperti perlakuan khusus yang diberikan

kepada anak. Terutama peraturan yang ada di dalam KUHAP yang di mana

seharusnya mengatur tentang penyidikan terhadap tersangka lansia dengan

menentukan bahwa lansia mendapat penyidik yang berbeda dengan orang

dewasa pada umumnya. Syarat-syarat penyidik yang melakukan penyidikan

terhadap tersangka lansia seharusnya memiliki pengetahuan tentang psikologi,

psikiatri, pedagogi, antropologi serta memiliki sikap bijak sehingga mampu

memahami berbagai kelemahan yang ada pada diri lansia. kemudian usulan

perubahan Undang-undang no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia

supaya lebih ditekankan tentang hak-hak yang semestinya lansia dapatkan di

dalam hukum, terutama ketika lanisa mendapat bantuan hukum. Agar aparat

penegak hukum yang ditunjuk di dalam memberi bantuan hukum terhadap

lansia adalah aparat yang memiliki sikap yang benar-benar bijaksana, yang

Page 38: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

98

dapat memahami keterbatasan lansia sehingga dengan begitu dia akan

memberikan bantuan hukum secara maksimal terhadap lansia.

Page 39: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

99

DAFTAR PUSTAKA

A. Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Lanjut Usia.

Undan-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana

B. Buku-buku Hukum

Anam Khoirul, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

untuk perguruan tinggi, Yogyakata: Inti Media, 2011.

Afandi Wahyu, Berbagai Masalah Hukum di Indonesia, Bandung:

Penerbit Alumni, 1982.

Atmasasmita Romli, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Djoko Prakoso & Agus Ismunarso, Hak Asasi Tersangka dan

Peranan Psikologi dalam Konteks KUHAP, Jakarta: Bina

Aksara, 1987.

E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, Jakarta: N.V.

Penerbitan dan Balai Buku Indonesia, 1995.

Gultom Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam

Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, Bandung: PT

Refika Aditama, 2008.

Harahap M. Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan

KUHAP Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika,

2009.

Hartono, Penyidikan & Penegakan Hukum Pidana Melalui

Pendekatan Hukum Progresif, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Huda Chairul, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju

kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa

Kesalahan, Jakarta: Prenada Media Group, 2011.

Page 40: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

100

Huda Ni’matul, Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Marpaung Leden, Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah

Prevensinya, Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Manan Bagir, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Yogyakarta:

PSH FH UII, 2002.

Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.

Prasetyo, teguh, Hukum Pidana, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2011.

Prasetyo Teguh, Kriminalisasi dalam Hukum Pidana Bandung:

Nusa Media, 2010.

Rukmini Mien, Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi (Sebuah

Bunga Rampai), Bandung, P.T. Alumni, 2009.

Soekanto Soerjono, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, Jakarta:

CV. Rajawali, 1981.

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: P.T. Alumni, 2007.

S. Tanusubroto, Peranan Pra Peradilan Dalam Hukum Acara

Pidana, Bandung: Penerbit Alumni, 1983.

Thaib Dahlan, Kedaulatan Rakyat Negara Hukum dan Konstitusi,

Yogyakarta: Liberty, 1999.

Amelia Imawan, “Perlindungan Hukum terhadap Narapidana

Lanjut Usia”, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas

Atmajaya Yogyakarta, 2010.

Chandra Dewi Nupeksi yaitu “Peran Polisi dalam Menangani

Kasus Tinda Pidana Pencabulan terhadap Anak Jalanan di

Kota Jogjakarta”, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas

Atmajaya Yogyakarta, 2009.

Dian Rosita Murti “Proses Penyidikan terhadap Anak Pelaku

Tindak Pidana Pencabulan”, Skripsi, Fakultas Hukum,

Universitas Atmajaya Yogyakarta, 2011.

Page 41: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

101

Herny Rasuh Perlindungan Hukum terhadap Tersangka Yang

Mengalami Tindak Kekerasan dalam Proses Penyidikan,

Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Atmajaya Yogyakarta,

2009.

Mersessa Penasalo yaitu “Pelaksanaan Penyidikan terhadap

Pelaku Tindak Pidana Pencabulan terhadap Anak (Studi

Kasus di Polres Pasaman Barat)”, skripsi, Fakultas Hukum

Program Regular Mandiri Universitas Andalas Padang,

2011.

Nurliza Neci putri “Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana

Anak dalam Kasus Narkotika dan Psikotropika (Studi di

Polda Daerah Istimewa Yogyakarta)”, Skripsi, Fakultas

Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta, 2013.

C. Lain-lain

F.J. Monks & A.M.P. Knoers & Siti Rahayu Haditono. Psikologi

Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,

Bandung: Alfabeta, 2012.

http://asepsopyan.com/2010/07/03/penyesuaian-diri-pada-janda-

dan-duda-lanjut-usia/#more-1127 diakses pada hari Rabu 25

Maret 2015 pukul 13:07 WIB.

http://icjr.or.id/lansia-di-penjara-penyelesaian-sengketa-pidana-di-

luar-pengadilan-dalam-rancangan-kuhap/ diakses pada hari

Jumat 20 November 2015.

http://www.scribd.com/doc/202760156/Makalah-Perbandingan-

Perlindungan-Hukum-Terhadap-Pelaku-Saksi-Dan-Korban-

Tindak-Pidana-Didalam-R#scribd diakses pada hari Selasa 17

Maret 2015 pukul 07:24 WIB.

Page 42: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

PEDOMAN WAWANCARA

A. Pertanyaan Untuk Bapak Jumadi

1. Berapa jumlah tersangka lansia pada tahun 2014 dan 2015?

2. Berapa jenis tindak pidana yang melibatkan lansia sebagai tersangka pada

tahun 2014 sampai 2015?

3. Apakah Polres Bantul menyediakan penyidik khusus yang menangani

tersangka lansia selama proses penyidikan?

B. Pertanyaan Untuk Bapak Muji

1. Apakah ada pembedaan perlakuan dalam proses penyidikan terhadap

tersangka lansia dengan tersangka usia muda?

2. Apakah kendala/kesulitan yang sering dijumpai selama melakukan

penyidikan terhadap lansia?

C. Pertanyaan Untuk M. Nurdin

1. berapa jumlah tersangka lansia pada tahun 2014-2015 yang berkaitan

dengan kasus perlindungan anak?

2. Tindakan seperti apa yang dilakukan terhadap tersangka lansia selama

proses penyidikan?

Page 43: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

Daftar Pertanyaan dan Jawaban Wawancara

A. Tanya Jawab Dengan Bapak Jumadi

Penyusun : Berapa jumlah tersangka lansia pada tahun 2014 dan 2015?

Bapak jumadi : Pada tahun 2014 jumlah tersangka lansia ada tiga orang,

sedangkan tahun 2015 terdapat 6 tersangka lansia.

Penyusun : Berapa jenis tindak pidana yang melibatkan lansia sebagai

tersangka pada tahun 2014 sampai 2015?

Bapak Jumadi : Pada tahun 2014 terdapat 2 (dua) jenis tindak pidana yaitu

penipuan dan perjudian. Kemudian untuk tahun 2015 juga terdapat dua jenis

kasus yaitu pencurian dan perjudian.

Penyusun : Apakah Polres Bantul menyediakan penyidik khusus yang

menangani tersangka lansia selama proses penyidikan?

Bapak Jumadi : Polres Bantul tidak menyediakan penyidik khusus bagai

tersangka lansia.

B. Tanya Jawab Dengan Bapak Muji

Penyusun : Apakah ada pembedaan perlakuan dalam proses penyidikan

terhadap tersangka lansia dengan tersangka usia muda?

Bapak muji : Kalau di dalam peraturan perundang-undangan tentu tidak

ada aturan yang mengatur tentang pembedaan perlakuan terhadap tersangka

lansia dengan tersangka dewasa lainnya. Hanya saja karena melihat kenyataan

di lapangan bahwa para lansia itu memang lemah baik fisik maupun psikisnya

Page 44: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

maka saya tidak melakukan penahanan terhadap tersangka lansia tersebut dan

itu masuk dalam diskresi.

Penyusun : Tidakkah penyidik merasa perlu memberikan perlakuan

berbeda terhadap tersangka lansia mengingat kondisi mereka yang lebih

lemah dibanding tersangka lainnya?

Bapak muji : Kalau saya pribadi tentu merasa perlu memberikan perlakuan

yang berbeda terhadap tersangka lansia dengan tersangka dewasa lainnya.

Karena itu sangat berkaitan dengan hati nurani dengan melihat kenyataan

bahwa lansia itu memang lemah, terutama lansia yang sudah tidak produktif.

Tetapi itu kembali lagi pada masing-masing penyidik karena seperti yang

telah saya katakana sebelumnya bahwa tidak ada peraturan yang mengatur

tentang pemberian pelakuan yang berbeda antara tersangka lansia dengan

tersangka dewasa lainnya.

Penyusun : Apa kendala/kesulitan yang sering dijumpai selama

melakukan penyidikan terhadap lansia?

Bapak muji : Selama melakukan penyidikan terhadap tersangka lansia, saya

tidak merasa mengalami banyak kendala kecuali dalam hal komunikasi karena

pendengaran mereka biasanya kurang jelas.

C. Tanya Jawab Dengan M. Nurdin

Penyusun : berapa jumlah tersangka lansia pada tahun 2014-2015 yang

berkaitan dengan kasus perlindungan anak?

Page 45: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

M. Nurdin : hanya terdapat satu tersangka dengan kasus tindak pidana

pencabulan.

Penyusun : Tindakan seperti apa yang dilakukan terhadap tersangka lansia

selama proses penyidikan?

M. Nurdin : terhadap lansia terutama yang sudah tidak produktif, biasanya

tidak dilakukan penahanan. Mereka hanya diwajibkan untuk ikut apel setiap

hari senin dan kamis.

Page 46: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Page 47: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Page 48: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/20780/1/11340147_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdfDalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia