skripsi uji kinerja tarik traktor tangan yanmar … · uji kinerja tarik traktor tangan yanmar...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
UJI KINERJA TARIK TRAKTOR TANGAN YANMAR BROMO DX
YANG DILENGKAPI PEMANAS BAHAN BAKAR
DENGAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA
Oleh:
FANDRA WIRATAMA
F14052107
2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
UJI KINERJA TARIK TRAKTOR TANGAN YANMAR BROMO DX
YANG DILENGKAPI PEMANAS BAHAN BAKAR
DENGAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Insitut Pertanian Bogor
Oleh:
Fandra Wiratama
F14052107
2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
UJI KINERJA TARIK TRAKTOR TANGAN YANMAR BROMO DX
YANG DILENGKAPI PEMANAS BAHAN BAKAR
DENGAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Insitut Pertanian Bogor
Oleh:
Fandra Wiratama
F14052107
Dilahirkan pada tanggal 20 Juni 1988
Di Padang
Tanggal lulus:
Menyetujui,
Bogor, 2009
Dr. Ir. Desrial, M.Eng
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Desrial, M.Eng
Ketua Departemen Teknik Pertanian
Fandra Wiratama. F14052107. Uji Kinerja Tarik Traktor Tangan Yanmar
Bromo DX yang Dilengkapi Pemanas Bahan Bakar dengan Bahan Bakar
Minyak Kelapa. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Desrial, M.Eng. 2009
RINGKASAN
Motor bakar diesel adalah sumber tenaga penggerak yang banyak digunakan
di bidang pertanian. Penggunaan motor bakar ini mencakup kegiatan mulai dari
pra panen hingga pasca panen. Dalam pengoperasiannya, panas yang dihasilkan
oleh proses pembakaran bahan bakar tidak seluruhnya dapat digunakan untuk
kerja efektif. Hanya sekitar sepertiga dari hasil pembakaran yang dimanfaatkan
untuk melakukan kerja, sedangkan sisanya terbuang dalam sistem pendinginan
dan terbawa oleh gas buang. Pemanfaatan energi panas yang terbuang, dapat
dilakukan dengan menampung energi panas yang dikeluarkan melalui saluran
pendingin ataupun melalui gas buang.
Minyak kelapa merupakan salah satu komoditas pertanian yang dapat
digunakan sebagai pengganti bahan bakar solar karena beberapa sifatnya
memenuhi standar bahan bakar motor Diesel. Namun nilai viskositas minyak
kelapa lebih tinggi dari solar, sehingga perlu dilakukan pemanasan terhadap
minyak kelapa agar viskositasnya dapat mendekati viskositas solar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja tarik traktor
tanganYanmar Bromo dx yang dilengkapi dengan pemanas bahan bakar
menggunakan minyak kelapa, dan membandingkannya dengan kinerja tarik pada
saat menggunakan bahan bakar solar. Kinerja traktor yang akan diuji adalah Slip
(slippage), tenaga tarik (drawbar power) dan menghitung efisiensi lapang pada
saat operasi pengolahan tanah dengan bajak singkal. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Mei-Juli 2009 dan bertempat di Laboratorium lapangan Teknik Mesin
Budidaya Pertanian Leuwikopo, Departemen Teknik Pertanian, IPB. Untuk
mencapai tujuan tersebut, dirancang sebuah elemen pemanas yang memanfaatkan
energi panas dari gas buang sebagai sumber panasnya. Berdasarkan hasil
ekstrapolasi dari data viskositas minyak kelapa, maka ditetapkan suhu pemanasan
optimum untuk memanaskan minyak kelapa agar viskositasnya dapat mendekati
nilai viskositas solar adalah 90°C.
Drawbar pull maksimum untuk bahan bakar solar pada lintasan beton sebesar
1.41 kN, nilai drawbar power maksimum 1.14 kW ketika slip 13.49%, pada
kecepatan 0.89 m/s. Drawbar pull maksimum untuk bahan bakar minyak kelapa
pada lintasan beton sebesar 1.21 kN, nilai drawbar power maksimum 1.21 kW
ketika slip 10.87 %, pada kecepatan 0.92 m/s. Sedangkan drawbar pull
maksimum untuk bahan bakar solar pada lintasan tanah sebesar 1.24 kN, nilai
drawbar power maksimum 0.68 kW ketika slip 24.17 %, pada kecepatan 0.79
m/s. Drawbar pull maksimum untuk bahan bakar minyak kelapa pada lintasan
tanah sebesar 1.37 kN, nilai drawbar power maksimum 0.71 kW ketika slip
22.25 %, pada kecepatan 0.79 m/s
Dari hasil pengukuran efisinsi lapang dengan bahan bakar solar (85.44 %)
lebih tinggi dibandingkan efisiensi lapang dengan bahan bakar minyak kelapa
(84.66 %).
Dari penelitian ini diperoleh bahwa kinerja motor bakar Diesel pada lintasan
beton dengan bahan bakar minyak kelapa lebih tinggi dari bahan bakar solar,
sedangkan pada lintasan tanah penggunaan bahan bakar solar lebih bagus dari
pada minyak kelapa.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah YME atas segala nikmat
hidayah dan karunia-Nya dan selawat serta salam kepada teladan tercinta Rasulullah
SAW yang menjadi penerang dengan iman dan ilmu, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ” UJI KINERJA TARIK TRAKTOR
TANGAN YANMAR BROMO DX YANG DILENGKAPI PEMANAS BAHAN
BAKAR DENGAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknologi Pertanian. Dalam menyusun skripsi ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih dengan rasa tulus dari lubuk hati yang paling dalam kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Desrial, M.Eng., selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing, membantu dan memberikan arahan akademis kepada
penulis, serta meberikan pelajaran kehidupan.
2. Bapak Dr. Ir. Eduard Namaken Sembiring, MS., sebagai dosen penguji
penelitian yang telah memberikan masukan kepada penulis, serta
meberikan wejangan yang berharga bagi penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Agr., atas kesediaan menjadi dosen
penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis, serta
meberikan nasehat yang berharga bagi penulis.
4. Segenap karyawan di Departemen Teknik Pertanian yang telah membantu
penelitian dalam segala hal.
5. Fachruddin dan Chairawati (orang tuaku), Rizari dan keluarga, Fanny,
Fandry, Fachrian.
6. Opeck, Jam, Aris, Pak Edi, Puti, Dini, Yudha, Shokul, Reza, Samun,
Agung yang telah membantu mengambil data selama penelitian.
7. Teman-teman TEPers 42 dan kosan pondok AA atas semangatnya Roni,
Andi, Novel, Novit, Aad, Aan, Ade, Ikbal, Insan, Razy, Doni, Ucup,
Bono.
8. Dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dalam penelitian ini.
ii
Penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan dalam menyusun
skripsi ini, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi
ini.
Bogor, September 2009
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1
B. TUJUAN ............................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
A. MOTOR BAKAR DIESEL ................................................................ . 4
B. BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA .............................................. 13
C. TENAGA TARIK (DARWBAR POWER) ........................................... 15
D. SLIP (SLIPPAGE) ............................................................................... 16
E. KAPASITAS KERJA DAN KAPASITAS LAPANG EFEKTIF ....... 18
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 20
A. WAKTU DAN TEMPAT ................................................................... 20
B. BAHAN DAN ALAT ........................................................................ 20
C. PROSEDUR PENELITIAN ................................................................ 22
D. PENGUKURAN KINERJA ................................................................. 27
IV. PENDEKATAN RANCANGAN ............................................................. 31
A. KRITERIA PERANCANGAN ............................................................ 31
B. RANCANGAN FUNGSIONAL ......................................................... 31
C. RANCANGAN STRUKTURAL ........................................................ 32
V. ANALISIS PINDAH PANAS PADA ELEMEN PEMANAS ................... 36
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 40
A. PENGUKURAN VISKOSITAS .......................................................... 40
B. PEMBUATAN ELEMEN PEMANAS ................................................ 41
C. KONDISI LINTASAN UJI .................................................................. 43
D. DRAWBAR PULL, DRAWBAR PULL DAN SLIP .............................. 44
E. EFISIENSI LAPANG ......................................................................... 54
iv
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56
LAMPIRAN .................................................................................................... 57
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Neraca panas motor bakar Diesel....................................................... 10
Tabel 2. Karakteristik bahan bakar Diesel ....................................................... 11
Tabel 3. Karakteristik kelapa dalam, genyah dan hibrida ................................ 15
Table 4. Faktor koefisien traksi ........................................................................ 18
Tabel 5. Spesifikasi taktor uji .......................................................................... 21
Tabel 6. Spesifikasi traktor beban .................................................................... 24
Tabel 7. Data kondisi lintasan uji ..................................................................... 43
Tabel 8. Hasil pengukuran maksimum kinerja tarik traktor Bromo dx ........... 52
Table 9. Perbandingan karakteristik solar dengan minyak kelapa ................... 53
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Lintasan beton dan tanah ............................................................... 20
Gambar 2. Traktor Yanmar Bromo dx ............................................................ 21
Gambar 3. Prosedur penelitian ........................................................................ 22
Gambar 4. Pembuatan heat exchanger ............................................................ 23
Gambar 5. Traktor YanmarYM330T .............................................................. 24
Gambar 6. Pengambilan sampel tanah pada lintasan rumput .......................... 25
Gambar 7. Pengukuran penetrasi lintasan tanah ............................................. 27
Gambar 8. Skema pengukuran drawbar power .............................................. 28
Gambar 9. Pengukuran diameter roda ............................................................. 28
Gambar 10. Pengukuran jarak tempuh 5 putaran roda .................................... 29
Gambar 11. Pembajakan dengan bajak singkal ............................................... 30
Gambar 12. Saluran masuk gas buang ............................................................ 33
Gambar 13. Muffler ......................................................................................... 33
Gambar 14. Pipa tembaga elemen pemanas .................................................... 34
Gambar 15. Tabung knalpot ............................................................................ 34
Gambar 16. Tangki bahan bakar minyak kelapa …………………………….. 35
Gambar 17. Kran penyaluran bahan bakar minyak kelapa ………………….. 35
Gambar 18. Skema aliran panas pada elemen pemanas .................................. 37
Gambar 19. Grafik hubungan nilai viskositas minyak kelapa dengan suhu ... 40
Gambar 20. Muffler elemen pemanas.............................................................. 42
Gambar 21. Saluran minyak kelapa elemen pemanas ..................................... 42
Gambar 22. Instrumen pengukur pembebanan ............................................... 44
Gambar 23. Pengukuran kinerja tarik traktor uji ............................................. 45
Gambar 24. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada lintasan beton
dengan bahan bakar solar ............................................................ 46
Gambar 25. Grafik hubungan slip rooda dengan drawbar power pada lintasan
beton dengan bahan bakar solar .................................................. 46
Gambar 26. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada lintasan beton
dengan bahan bakar minya kelapa .............................................. 47
vii
Gambar 27. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar power pada lintasan
beton dengan bahan bakar minyak kelapa .................................. 48
Gambar 28. Pengukuran kinerja traktor uji ..................................................... 48
Gambar 29. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada lintasan tanah
dengan bahan bakar solar ............................................................ 49
Gambar 30. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar power pada lintasan
tanah dengan bahan bakar solar .................................................. 50
Gambar 31. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada lintasan tanah
dengan bahan bakar minyak kelapa ............................................ 50
Gambar 32. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar power pada lintasan
tanah dengan bahan bakar minyak kelapa .................................. 51
Gambar 33. Pengukuran Kapasitas Lapang .................................................... 54
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Analisis pindah panas pada elemen pemanas (Miftahuddin, 2009) 58
Lampiran 2. Data pengukuran Viskositas ............................................................ 59
Lampiran 3. Data kalibrasi load cell dan pendahuluan kecepatan traktor ......... 60
Lampiran 4. Data kondisi lintasan uji .................................................................. 61
Lampiran 5. Data kinerja traktor uji pada landasan beton denganbahan bakar
solar ................................................................................................. 62
Lampiran 6. Data kinerja traktor uji pada landasan beton dengan bahan bakar
minyak kelapa ................................................................................. 63
Lampiran 7. Data kinerja traktor uji pada landasan tanah dengan bahan bakar
solar ............................................................................................... 64
Lampiran 8. Data kinerja traktor uji pada landasan tanah dengan bahan bakar
minyak kelapa ................................................................................ 65
Lampiran 9. Data efisiensi lapang ........................................................................ 66
Lampiran 10. Gambar teknik sistem penyaluran bahan bakar minyak kelapa. ... 67
Lampiran 11. Gambar teknik dudukan tangki bahan bakar minyak kelapa .......... 68
Lampiran 12. Gambar teknik elemen pemanas ..................................................... 69
1
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Motor bakar merupakan salah satu sumber tenaga penggerak pada
bidang pertanian. Penggunaan motor bakar telah mencakup hampir seluruh
kegiatan pertanian, mulai dari kegiatan budidaya pertanian hingga pengolahan
hasil pertanian. Perkembangan teknologi memungkinkan penerapannya dalam
semua aspek kehidupan. Perkembangan dalam bidang mekanisasi dapat
dilihat dengan banyaknya penggunaan alat mekanis dalam membantu
kegiatan manusia. Alat mekanis dapat mempermudah dan meringankan
pekerjaan manusia yang semula dilakukan dengan cara manual.
Meningkatnya kebutuhan manusia memicu perkembangan traktor yang
semakin penting dalam membantu manusia melakukan pekerjaan di lapangan.
Perkembangan teknologi yang semakin cepat, dan kebutuhan manusia
terhadap energi meningkat, maka muncul kekuatiran terhadap krisis energi
jika masih menggunakan bahan bakar dari sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui. Ketersediaan bahan bakar minyak bumi sangat terbatas. Sebagai
gambaran diperkiraakan cadangan minyak bumi di laut utara akan habis pada
tahun 2020. Indonesia yang merupakan salah satu negara pengekspor minyak
bumi juga minyak bumi, karena produksi dalam negeri tidak dapat lagi
memenuhi permintan pasar yang meningkat cepat akibat pertumbuhan
penduduk dan industri. Bahan bakar yang dipakai pada traktor awalnya
banyak berasal dari solar. Belakangan ini, kelangkaan bahan bakar fosil
memicu melambungnya harga bahan bakar, maka bahan bakar nabati menjadi
salah satu solusi untuk penaggulangan masalah ini.
Sampai saat ini motor diesel masih menggunakan bahan bakar solar
yang berasal dari minyak bumi. Ketika persediaan minyak bumi semakin
menipis, maka mulai bermunculan bahan bakar alternatif yang bersumber dari
minyak nabati (biofuel). Di Indonesia terdapat lebih dari 50 jenis tanaman
yang dapat menghasilkan minyak nabati baik untuk keperluan pangan
maupun non-pangan, namun hanya beberapa yang dapat diolah menjadi
minyak nabati untuk keperluan bahan bakar.
2
Kondisi cadangan bahan bakar fosil di dunia yang telah semakin
menipis, menyebabkan perlunya dilakukan cara-cara yang tepat untuk
melakukan penghematan semaksimal mungkin dalam penggunaan bahan
bakar fosil tersebut. Banyak cara yang telah ditemukan oleh pakar-pakar untuk
menanggulangi problem pemborosan bahan bakar, selain membuat motor
bakar yang memiliki efisiensi lebih baik, sehingga pembakaran bahan bakar
dapat lebih sempurna, juga usaha-usaha yang dilakukan untuk membakar
kembali sisa bahan bakar yang masih ada dan pemanfaatan-pemanfaatan
energi-energi yang terbuang ke lingkungan. Pemanfaatan energi panas yang
terbuang, dapat dilakukan dengan menampung energi panas yang dikeluarkan
melalui sistem pendinginan maupun melalui gas buang.
Minyak yang bersumber dari kelapa sawit, kelapa, kacang-kacangan,
jagung, tebu, jarak atau tanaman lain menjanjikan suatu bentuk bahan bakar
alternatif yang bisa diperbaharui. Artinya bahan bakar ini dapat dengan
mudah disediakan di alam dan selalu bias diproduksi dalam waktu relatif
singkat jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak bumi yang butuh waktu
bertahun-tahun untuk diproduksi kembali sehingga ketersediaan minyak bumi
dapat habis.
Penelitian sebelumnya oleh Miftahuddin (2009) diperoleh data suhu
keluaran minyak kelapa pada elemen pemanas yang memiliki diameter
tabung 11 cm dan tinggi tabung 18 cm, dengan diameter pipa tembaga 0.6 cm
(1/4 inchi) dan panjang pipa tembaga 220 cm memenuhi target pencapaian
suhu untuk kecepatan putaran mesin 2000 rpm yaitu 90°C. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa minyak kelapa pada suhu 90°C dapat digunakan sebagai
bahan bakar motor bakar Diesel.
3
B. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja tarik traktor
tangan Yanmar Bromo dx yang dilengkapi dengan pemanas bahan bakar
menggunakan minyak kelapa, dan membandingkannya dengan kinerja tarik
pada saat menggunakan bahan bakar solar. Kinerja tarik traktor yang akan
diuji adalah Slip (slippage), daya tarik (drawbar power) dan menghitung
Efisiensi Lapang pada saat operasi pengolahan tanah dengan bajak singkal.
4
II TINJAUAN PUSTAKA
A. MOTOR BAKAR DIESEL
1. Pengertian Umum
Motor bakar adalah suatu mesin kalor yang mengubah energi termal
menjadi energi mekanik. Dengan kata lain, motor bakar adalah alat
mekanis yang menggunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik
(Arismunandar, 2005).
Ditinjau dari tempat terjadinya proses pembakaran, motor bakar dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motor bakar eksternal dan motor bakar
internal. Motor bakar eksternal adalah motor bakar yang proses
pembakarannya berlangsung di luar silinder seperti motor uap, sedangkan
motor bakar internal proses pembakarannya terjadi di dalam silinder
seperti motor bakar bensin (Otto) dan motor bakar Diesel (Jones, 1963;
Arismunandar, 2005).
2. Sejarah
Ide pertama yang mendasari operasi dan konstruksi motor bakar
internal adalah gerakan peluru pada laras senjata api. Laras senjata
dianggap sebagai silinder dan peluru sebagai pistonnya. Masalah yang
dihadapi adalah bagaimana agar piston dapat kembali pada kedudukan
semula dan menghasilkan gerakan bolak-balik secara kontinyu untuk
menghasilkan tenaga (Jones, 1963).
Pada tahun 1678, Hautefeuille, seorang berkebangsaan Perancis
mengusulkan penggunaan tepung peledak (mesiu) untuk menghasilkan
tenaga. Dia merupakan orang pertama yang merancang motor bakar yang
menggunakan panas sebagai sumber penggeraknya dan menghasilkan
kerja kontinyu yang masih terbatas. Orang pertama yang sesungguhnya
membuat sebuah motor bakar dengan silinder dan piston adalah Huygens,
seorang berkebangsaan Belanda. Motor bakar ini menggunakan tepung
peledak sebagai bahan bakar dan telah dipamerkan kepada menteri
keuangan Perancis pada tahun 1680 (Jones, 1963).
5
Tidak satu pun dari usaha pendahulu di atas yang dinilai berhasil,
sehingga kemudian usaha pembuatan motor bakar internal ditinggalkan
orang sampai sekitar seratus tahun. Selama abad ke-18 mesin uaplah yang
menjadi sumber tenaga utama dan terus berkembang. Selama periode
tahun 1800 sampai 1860, motor bakar internal mulai dikembangkan lagi.
Tapi tidak ada yang berhasil baik. Pada tahun 1838, Barnett menggunakan
tekanan dan memperbaiki sistem penyundutan api, dan pada tahun 1860
Pierre Lenoir yang berkebangsaan Perancis membuat konstruksi motor
bakar internal yang diproduksi secara komersial, namun pada akhirnya
terbukti bahwa motor bakar tersebut tidaklah praktis (Davis, 1983; Jones,
1963; McColly dan Martin 1955 dalam Desrial, 1990).
Dua tahun kemudian Alphonso Beau de Rochas, seorang
berkebangsaan Perancis, mengajukan suatu teori tentang tipe motor bakar
internal modern. Dia mengemukakan bahwa ada empat hal yang mendasar
untuk mendapatkan kondisi operasi motor bakar yang efisien, yaitu:
1. Kemungkinan isi silinder terbesar dengan kemungkinan pendinginan
permukaan terkecil.
2. Kemungkinan kecepatan piston terbesar.
3. Kemungkinan kompresi tertinggi pada awal pengembangan.
4. Kemungkinan pengembangan terbesar.
Pada tahun 1876, Dr. N. A. Otto, seorang berkebangsaan Jerman
merupakan orang pertama yang mendapatkan hak paten atas operasi
motornya yang berhasil dengan prinsip 4 langkah (four stroke cycle).
Walaupun yang pertama mengemukakan cycle ini adalah Beau de Rochas,
namun lebih dikenal umum sebagai Otto cycle. Motor ini pertama kali
dipamerkan pada tahun 1878. Penemuan motor 4 langkah oleh Otto segera
diikuti dengan penemuan motor 2 langkah (two stroke cycle) oleh seorang
berkebangsaan Inggris, Dugald Clerk dan dia mendapatkan patennya pada
tahun 1878. Motor tersebut menghasilkan tenaga pada setiap putaran
porosnya. Motor itu tidak segera dipasarkan sampai tahun 1881 (Jones,
1963).
6
Perkembangan dan variasi lain dari motor bakar internal ditemukan
oleh seorang sarjana Jerman, Dr. Rudolph Diesel. Dia mengemukakan
suatu ide untuk menggunakan panas yang dihasilkan oleh kompresi untuk
melakukan penyundutan bahan bakar yang disemprotkan ke dalam
silinder. Dia memperoleh paten atas motor bakar buatannya yang bekerja
dengan cara seperti idenya tersebut pada tahun 1892, namun motor bakar
tersebut masih belum sepenuhnya bekerja dengan baik, baru pada tahun
1898 mulai diproduksi motor bakar Diesel secara masal. Selama masa 25
tahun kemudian, terjadi perkembangan yang pesat pada prinsip motor
bakar Diesel sehingga motor bakar ini makin banyak digunakan orang
(Jones, 1963).
3. Bagian Utama Dari Konstruksi Motor Bakar Diesel
a. Unit Tenaga
Unit tenaga terdiri dari blok silinder, kepala silinder, piston, batang
penghubung, poros engkol, dan roda gaya.
Blok silinder adalah bagian dasar yang menyokong unit tenaga.
Blok silinder dilengkapi dengan kepala silinder yang sekaligus menjadi
ruang pembakaran dan tempat bertumpunya sistem klep. Di dalam blok
silinder terdapat piston yang merubah tenaga panas hasil pembakaran
menjadi tenaga mekanis dengan bergerak maju-mundur (transalasi)
sepanjang silinder (Jones, 1963).
Piston dilengkapi dengan cincin piston yang yang berfungsi untuk
menahan kompresi dan rembesan tenaga hasil pembakaran, melumasi
dinding silinder, mengurangi gesekan antara piston dengan dinding
silinder, mencegah masuknya minyak pelumas ke dalam ruang
pembakaran, dan merambatkan panas dari piston ke dinding silinder
(Arismunandar dan Tsuda, 2008).
Batang penghubung berfungsi untuk menghubungkan piston dengan
poros engkol. Pada ujung batang penghubung terdapat bantalan pena
piston, sedangkan pada bagian pangkalnya terdiri dari dua bagian yang
diberi bantalan untuk sambungan ke poros engkol (Arismunandar dan
Tsuda, 2008).
7
Poros engkol berfungsi untuk mengubah gerak translasi dari piston
menjadi gerak rotasi (putaran). Dalam motor bakar bersilinder banyak,
bentuk poros engkol disesuaikan dengan susunan penyalaan silinder
untuk memperkecil fluktuasi momen putar poros. Pada ujung poros
engkol dipasang roda gaya yang berfungsi untuk meratakan momen
putar yang terjadi pada poros agar kecepatan poros engkol menjadi
stabil (Arismunandar dan Tsuda, 2008).
b. Sistem Penyaluran Bahan Bakar
Komponen-komponen yang menyusun sistem penyaluran bahan
bakar pada motor bakar Diesel antara lain tangki bahan bakar, saringan,
selang, pompa, pipa penyalur, dan injektor. Bahan bakar dari tangki
disalurkan ke pompa melalui selang setelah melewati saringan,
kemudian bahan bakar dipompakan melalui pipa penyalur menuju ke
injektor. Dari injektor, bahan bakar yang sudah bertekanan
disemprotkan ke dalam ruang pembakaran.
c. Sistem Penyalaan Bahan Bakar
Penyalaan bahan bakar pada motor bakar Diesel berlangsung secara
spontan akibat panas yang ditimbulkan oleh hasil kompresi udara di
dalam ruang pembakaran. Penyalaan bahan bakar terjadi sedikit demi
sedikit sampai bahan bakar yang disemprotkan habis terbakar
(Arismunandar dan Tsuda, 2008).
Ruang pembakaran merupakan tempat pencampuran bahan bakar
dengan udara agar dapat terbakar dengan baik. Beberapa jenis ruang
pembakaran pada motor bakar Diesel antara lain ruang pembakaran
terbuka, ruang pembakaran kamar muka, ruang bakar turbulen, dan
ruang bakar pembantu. Motor bakar Diesel dengan ruang pembakaran
terbuka disebut juga dengan motor bakar Diesel penyemprotan
langsung, sedangkan untuk yang lainnya disebut motor bakar Diesel
penyemprotan tidak langsung (Arismunandar dan Tsuda, 2008; Jones,
1963).
8
d. Sistem Pelumasan
Fungsi utama pelumasan adalah untuk mengurangi gesekan antara
permukaan logam. Selain itu, pelumasan juga berfungsi untuk
menyerap dan merambatkan panas dari piston ke dinding silinder,
mencegah kebocoran kompresi, membersihkan bagian-bagian yang
bekerja dalam ruang pembakaran, dan meredam suara akibat gesekan
(Jones, 1963).
Sistem pelumasan yang digunakan pada motor bakar Diesel antara
lain sistem tekanan penuh, sistem percik, dan gabungan antara sistem
tekanan penuh dan sistem percik. Sistem percik umumnya digunakan
pada motor bakar Diesel yang berukuran kecil, sedangkan untuk motor
bakar Diesel berukuran besar digunakan sistem tekanan penuh ataupun
gabungan antara sistem percik dan sistem tekanan penuh.
(Arismunandar, 2005).
e. Sistem Pendinginan
Gas pembakaran pada motor bakar internal dapat mencapai suhu
2500°C. Karena proses pembakaran terjadi secara berulang-ulang maka
dinding silinder, kepala silinder, piston, klep, dan bagian-bagian lain
akan menjadi sangat panas. Selain itu minyak pelumas juga akan
menguap sehingga dapat merusak bagian-bagian yang dilumasi. Oleh
sebab itu perlu dilakukan pendinginan yang cukup agar suhu mesin
tetap berada pada ambang batas yang diizinkan. Batas suhu yang
diperbolehkan untuk menjamin operasi motor bakar yang baik adalah
130–190°C (Arismunandar, 2005; Jones, 1963).
Berdasarkan jenis pendinginnya, motor bakar digolongkan menjadi
dua jenis yaitu motor bakar pendingin udara dan motor bakar pendingin
air. Pada motor bakar pendingin air, air pendingin dialirkan melalui
rongga di sekeliling silinder, kepala silinder, dan bagian-bagian lain
yang perlu mendapatkan pendinginan. Air pendingin akan menyerap
panas dari bagian-bagian tersebut dan kemudian dilepaskan ke udara.
Pada motor bakar pendingin udara, panas langsung dilepaskan ke udara
sekitar dengan bantuan sirip-sirip pada silinder blok. Hal ini biasa
9
digunakan pada motor bakar berukuran kecil (Arismunandar dan Tsuda,
2008; Maleev, 1945).
4. Prinsip Kerja Motor Bakar Diesel
Pembakaran pada motor bakar Diesel terjadi karena bahan bakar yang
diinjeksikan ke dalam silinder terbakar dengan sendirinya akibat suhu
udara kompresi dalam ruang bakar. Berdasarkan jumlah langkah kerjanya,
motor bakar Diesel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu motor bakar 4
langkah dan motor bakar 2 langkah.
a. Motor Bakar Diesel 4 Langkah
Motor bakar Diesel 4 langkah adalah motor bakar yang melengkapi
satu siklusnya dalam 4 langkah atau dua kali putaran poros engkol.
Langkah pertama, piston bergerak dari titk mati atas (TMA) ke titik
mati bawah (TMB) yang disebut dengan langkah pemasukan (intake
stroke). Pada langkah ini katup pemasukan terbuka dan udara masuk
ke dalam silinder, sedangkan katup pembuangan dalam keadaan
tertutup.
Langkah kedua piston bergerak dari TMB ke TMA yang disebut
dengan langkah kompresi (compression stroke). Pada langkah ini
posisi katup pemasukan dan pembuangan dalam keadaan tertutup.
Pada akhir langkah kompresi, tekanan dan suhu di dalam silinder
menjadi sangat tinggi yaitu sekitar 30 kg/cm2 dan 550°C. Sesaat
sebelum piston mencapai TMA, bahan bakar disemprotkan ke dalam
silinder dan penyalaan bahan bakar terjadi secara spontan karena suhu
hasil kompresi udara melebihi suhu yang dibutuhkan untuk penyalaan.
Langkah ketiga adalah langkah tenaga (power stroke). Langkah ini
terjadi saat piston bergerak dari TMA ke TMB karena tenaga panas
yang dihasilkan dari pembakaran. Pada langkah ini katup pemasukan
dan pembuangan dalam posisi tertutup.
Langkah yang keempat adalah langkah pembuangan (exhaust
stroke). Pada langkah ini piston bergerak dari TMB ke TMA dan katup
pengeluaran dalam keadaan terbuka sementara katup pemasukan
tertutup. Piston bergerak dari TMB mendorong gas hasil pembakaran
10
keluar melalui katup dan saluran pembuangan. Suhu gas buang hasil
pembakaran ini dapat mencapai 750-800°F yang diukur pada pangkal
saluran pengeluaran (Arismunandar dan Tsuda, 2008; Purday, 1948).
b. Motor Bakar Diesel 2 Langkah
Motor bakar Diesel 2 langkah melakukan siklusnya dalam satu kali
putaran poros engkol. Siklus dimulai dengan gerakan piston dari TMB
ke TMA. Akibat gerakan piston menuju TMA maka lubang
pemasukan dan pengeluaran akan tertutup oleh piston, dan udara yang
ada di dalam silinder akan dikompresi. Pada saat yang sama volume
crankcase akan naik dan udara akan masuk ke dalam crankcase
melalui katup pemasukan otomatis. Pada saat piston akan mencapai
TMA, bahan bakar disemprotkan ke dalam ruang bakar dan terjadilah
pembakaran. Gas hasil pembakaran menekan piston menuju TMB,
yang disebut dengan langkah tenaga. Ketika piston mencapai TMB,
saluran pengeluaran terbuka dan gas hasil pembakaran dibuang keluar.
Seiring dengan terbukanya lubang pengeluaran, lubang pemasukan
akan terbuka dan udara yang ada pada crankcase akan masuk ke
silinder. Langkah ini disebut langkah pembilasan (Jones, 1963).
5. Energi Panas Gas Buang Motor Bakar Diesel
Panas yang dihasilkan pada pembakaran bahan bakar tidak seluruhnya
dapat digunakan untuk kerja efektif. Hanya sekitar sepertiga dari hasil
pembakaran yang dimanfaatkan untuk melakukan kerja, sedangkan
sisanya terbuang dalam sistem pendinginan dan terbawa oleh gas buang.
Keseimbangan ini disebut juga neraca panas seperti yang ditunjukan pada
tabel berikut ini.
Tabel 1. Neraca panas motor bakar Diesel
Uraian
Neraca Panas
(%)
a b
Kerja poros (BHP) 30 - 45 32 - 40
Pendinginan 36 - 15 33 - 30
Gas buang dan radiasi 34 - 40 35 -30 Sumber:
aArismunandar dan Tsuda (2008)
bMaleev (1945)
11
6. Bahan Bakar Diesel
Bahan bakar Diesel (minyak solar) yang umum digunakan pada saat
ini diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi (petroleum) atau minyak
mentah (crude oil). Minyak mentah yang berwarna sawo matang dan gelap
(dark brown liquid) merupakan campuran dari sejumlah senyawa. Unsur
kimia utama yang membentuk senyawa ini adalah karbon (C) dan
hidrogen (H), sehingga senyawa ini disebut dengan istilah hidrokarbon.
Pada umumnya minyak bumi terdiri dari 84-85% karbon, 12-14%
hydrogen, dan sisanya adalah unsur-unsur seperti nitrogen, oksigen, dan
sulphur. Menurut Khovhakh (1976), komposisi bahan bakar Diesel
menurut massanya terdiri dari 87% karbon, 12.6% hidrogen, dan 0.4%
oksigen.
Tabel 2. Karakteristik bahan bakar Diesel
Fuel Diesel Oil Coconut Oil Palm Oil
Spesific energy (MJ/kg) 45.3 42 39.6
Viscosity @ 40°C (cSt) 4 20 37
Cetane number 45-55 60 50
Solidification point (°C) -9 24 35
Iodine value - 10 54
Saponification value - 268 199 Sumber: Bradley, 2008
Bahan bakar Diesel yang sering disebut solar (light oil) merupakan
suatu campuran hidrokarbon yang didapat dari penyulingan minyak
mentah pada temperatur 200–340°C. Minyak solar yang sering digunakan
adalah hidrokarbon rantai lurus (hetadecene (C16H34)) dan alpha-
methilnapthalene. Bahan bakar yang sebaiknya digunakan dalam motor
Diesel adalah jenis bahan bakar yang dapat segera terbakar (sendiri) yaitu
yang dapat memberikan periode persyaratan pembakaran rendah (Saipul,
1994).
Bahan bakar motor Diesel juga mempunyai sifat-sifat yang
mempengaruhi prestasi. Sifat-sifat bahan bakar Diesel yang
mempengaruhi prestasi dari motor Diesel antara lain: penguapan
(volatility), residu karbon, viskositas, kandungan belerang, abu dan
12
endapan, titik nyala, titik tuang, sifat korosi, mutu penyalaan, dan cetane
number (Saipul, 1994).
a. Penguapan (Volatility)
Penguapan dari bahan bakar Diesel diukur pada 90% suhu
penyulingan. Penguapan bahan bakar ini menandakan pada suhu
berapa bahan bakar berubah fase dari cair menjadi uap.
b. Residu Karbon
Residu karbon adalah karbon yang tertinggal setelah penguapan
dan pembakaran habis. Bahan yang diuapkan dari minyak,
diperbolehkan residu karbon maksimum 0.10%.
c. Viskositas
Viskositas minyak dinyatakan oleh jumlah detik yang digunakan
oleh volume tertentu dari minyak untuk mengalir melalui lubang
dengan diameter tertentu, semakin rendah jumlah detiknya berarti
semakin rendah viskositasnya.
d. Belerang
Belerang dalam bahan bakar terbakar bersama minyak dan
menghasilkan gas yang sangat korosif yang diembunkan oleh dinding-
dinding silinder, terutama ketika mesin beroperasi dengan beban
ringan dan suhu silinder menurun. Kandungan belerang dalam bahan
bakar tidak boleh melebihi 0.5%-1.5%.
e. Abu dan Endapan
Abu dan endapan dalam bahan bakar adalah sumber dari bahan
mengeras yang dapat mengakibatkan keausan mesin. Kandungan abu
maksimal yang diijinkan adalah 0.01% dan endapan 0.05%.
f. Titik Nyala
Titik nyala merupakan suhu yang paling rendah yang harus dicapai
dalam pemanasan minyak untuk menimbulkan uap terbakar sesaat
ketika disinggungkan dengan suatu nyala api. Titik nyala minimum
untuk bahan bakar Diesel adalah 150°F.
g. Titik Tuang
13
Titik tuang adalah suhu minyak mulai membeku/berhenti mengalir.
Titik tuang maksimum untuk bahan bakar Diesel adalah 0°F.
h. Sifat Korosif
Bahan bakar minyak tidak boleh mengandung bahan yang bersifat
korosif dan tidak boleh mengandung asam-basa.
i. Mutu Penyalaan
Istilah ini menyatakan kemampuan bahan bakar untuk menyala
ketika diinjeksikan ke dalam pengisian udara tekan dalam silinder
mesin Diesel. Suatu bahan bakar dengan mutu penyalaan yang baik
akan siap menyala, dengan sedikit keterlambatan penyalaan. Bahan
bakar dengan mutu penyalaan yang buruk akan menyala dengan sangat
terlambat. Mutu penyalaan adalah salah satu sifat yang paling penting
dari bahan bakar Diesel untuk dipergunakan dalam mesin kecepatan
tinggi. Mutu penyalaan bahan bakar tidak hanya menentukan
mudahnya penyalaan ketika mesin dalam keadaan dingin tetapi juga
menentukan jenis pembakaran yang diperoleh dari bahan bakar. Bahan
bakar dengan mutu penyalaan yang baik akan memberikan mutu
operasi mesin yang lebih halus, tidak bising, terutama akan lebih
terlihat pada tingkat beban kerja yang ringan.
j. Bilangan Cetana (Cetane Number)
Mutu penyalaan diukur dengan indeks yang disebut Cetana. Mesin
Diesel memerlukan bilangan cetana sekitar 50. Bilangan cetana bahan
bakar adalah persentase volume dari cetana dalam campuran cetana
dengan alpha-metyl naphthalene. Cetana mempunyai mutu penyalaan
yang sangat baik dan alpha-metyl naphthalene mempunyai mutu
penyalaan yang kurang baik. Bilangan cetana 48 berarti bahan bakar
cetana dengan campuran yang terdiri atas 48% cetana dan 52% alpha-
metyl naphthalene.
14
B. BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA
Tanaman kelapa hampir ditemukan di seluruh wilayah Indonesia yang
berasal dari Madagaskar sampai Filipina. Kelapa mempunyai banyak varietas
yaitu sekitar 100 macam dan merupakan tanaman penghasil minyak pertama
selain Zaitun.
Minyak sayuran (minyak kedelai, minyak biji bunga matahari, dan
lainnya) dipertimbangkan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel. Angka
setana untuk kebanyakan minyak sayuran berada pada angka 40. Tetapi
viskositas minyak sayuran lebih tinggi daripada bahan bakar solar, setidaknya
10 kali lipat lebih tinggi. Viskositas yang lebih tinggi ini membuat
penyemprotan kurang baik, pembakaran yang tidak sempurna, dan
penimbunan karbon pada mesin diesel (Goering dan Hansen, 2004).
Secara umum, deskripsi minyak kelapa dapat dijelaskan sebagai lemak
yang berwarna putih sampai putih kekuningan, tergantung pada kualitas bahan
baku dan metoda ekstraksi minyak. Pada saat meleleh, minyak kelapa berubah
wujud menjadi minyak berwarna bening sampai coklat kekuningan. Bau
minyak ini menyerupai bau kelapa segar sebelum disuling, sedangkan minyak
kelapa yang disuling dengan baik tidak memiliki bau dan rasa (Williams dan
Churchill,1966).
Bahan bakar dari minyak kelapa dapat langsung digunakan untuk
menjalankan mesin diesel dengan sedikit perubahan dan pemanas minyak.
Minyak kelapa bisa digunakan untuk semua mesin diesel, termasuk mobil,
truk, traktor, penggilingan padi, generator kecil, pompa dan lainnya.
Salah satu jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber biofuel
adalah kelapa. Biofuel dari tanaman kelapa dimanfaatkan dalam bentuk
minyak kelapa. Indonesia dengan luas lahan kelapa sebesar 3.9 juta hektar
memiliki potensi akan pengembangan biofuel dari kelapa. Dari satu pohon
dapat dihasilkan 23 kg kelapa per tahunnya.
Identifikasi varietas kelapa sulit dilakukan karena tanaman ini
berumur panajng sehingga uji kemurnian dan kompatibilitasnya memerlukan
waktu lama. Beberapa pendekatan dilakuakn untuk identifikasi seperti warna,
15
sistem pembungaan/penyerbukan, karakter buah, penampilan batang dan daun
menurut Samosir dalam Sutriadi (2004).
Kelapa (Cocos nucifera) familia Palmae ini dibagi tiga: (1) Kelapa
dalam varietasnya: Viridis (kelapa hijau), Rubescens (kelapa merah),
Macrocorpu (kelapa kelabu), Sakarina (kelapa manis). (2) Kelapa genjah
varietasnya: Eburnea (kelapa gading), Regia (kelapa raja), Pumila (kelapa
puyuh), Pretiosa (kelapa raja malabar). (3) Kelapa hibrida (hasil perkawinan
kelapa genjah dan kelapa dalam)
Tabel 3. Karakteristik kelapa dalam, genyah dan hibrida.
Sumber: Kantor deputi menegristek BPP Teknologi
Masa panen kelapa dapat dilakukan sepanjang tahun, setiap pohon
dapat dipanen satu kali sebulan, dua atau tiga bulan sekali. Secara umum
daging buah kelapa mulai terbentuk sejak buah kelapa berumur 160 hari dan
mencapai maksimum dengan ketebalan daging kelapa 1 cm atau lebih setelah
buah kelapa berumur 300 hari. Pada kelapa tua persentase buah kelapa adalah
35% serabut, 12% tampurung, 28 % daging buah kelapa, dan air kelapa 25%,
persentase tesebut berbeda untuk setiap varietas kelapa (Grimwood, 1975).
C. TENAGA TARIK (DRAWBAR POWER)
Traktor pertanian dapat menyalurkan tenaganya melalui as (PTO)
Power Take-Off , hidrolik dan tenaga tarik (drawbar pull) (Hunt, 1995).
Drawbar pull (Dbpull) merupakan gaya tarik yang dihasilka oleh traktor.
Gaya tarik ini dapat terjadi jika ada sentuhan antara roda dengan permukaan
landasan (Wanders, 1978). Tenaga tarik merupakan tenaga yang paling
16
banyak digunakan tetapi mempunyai efisiensi yang paling kecil (Liljedahl et
al, 1989). Tenaga atau daya yang ada pada traktor dapat dibagi menjadi
Indicated Horse Power (IHP), Brake Horse Power (BHP), dan Drawbar
Power (DbP). Indicated horse power merupakan daya yang timbul pada
ruang pembakaran dan diterima oleh piston. Brake horse power merupakan
daya yang diberikan oleh poros engkol. Drawbar power merupakan daya
pada gandengan yang tersedia untuk menarik beban (Daywin, 1990).
Kemampuan atau kapasitas drawbar traktor terutama tergantung pada tenaga
traktor, distribusi berat pada roda penggerak, tipe gandengan, dan permukaan
jalan (Hunt, 1995).
Besarnya tenaga tarik traktor dan kemampuan mobilitasnya dibatasi
oleh kapasitas traksi dan alat traksi pada pemukaan landasan. Traksi yang
dihasilkan oleh roda penggerak akibat putaran roda, mampu mengubah torsi
menjadi gaya tarik maksimum. Drawbar pull merupakan gaya tarik bersih
yang diperlukan agar traktor atau alat dapat bergerak diatas permukaan. Gaya
tarik ini dapat mengatasi gaya-gaya tahanan tanah yang meliputi gaya
gesekan tanah dan tahanan gelinding (Rolling Resistance). Besarnya gaya
tarik berdasarkan persamaan berikut (Wanders, 1978).
Dbpull=Fmax - FRR.................................................................................(1)
Persamaan diatas menunjukkan bahwa gaya tarik (drawbar pull)
berhubungan langsung dengan gaya tarik maksimum (Fmax) dan gaya tahanan
gelinding (FRR). Drawbar pull traktor sangat tergantung pada daya traktor,
distribusi gerak pada roda penggerak, tipe gandengan, dan permukaan bidang
gerak. Penggunaan tenaga pada peralatan traksi baik untuk roda ban atau
roda rantai mengkomsumsi sebagian besar tenaga dalam empat cara, yaitu
tahanan gelinding (Rolling Resistance), slip roda (wheel slippage), pengaruh
alat pada tanah, dan tahanan drawbar traktor (tractor-drawbar resistance)
(Jones dan Aldred, 1980).
17
D. SLIP (SLIPPAGE)
Slip merupakan pengurangan kecepatan maju traktor karena beban
operasi pada kondisi lapang. Slip roda yang terjadi pada roda traksi traktor
dapat diketahui dari pengurangan kecepatan traktor pada saat opersi dengan
beban dibandingkan dengan kecepatan traktor teoritis (Liljedahl et al, 1989).
Slip roda traktor merupakan salah satu faktor pembatas bagi pengoperasisan
traktor-traktor pertanian. Slip akan selalu terjadi pada traktor baik pada saat
menarik beban maupun saat tidak menarik beban. Drawbar pull masih dapat
terus meningkat sampai maksimum yaitu sampai slip roda mencapai 30%,
slip optimum 16% terjadi pada saat efisiensi traksi maksimum (Wanders,
1978).
Slip terjadi bila roda meneruskan gaya-gaya pada permukaan alas,
pengukuran slip agak rumit akibat pengecilan jari-jari ban efektif statis
maupun dinamis. Meningkatkan slip roda dapat menambah kemampuan
traksi, gaya tarik traktor masih dapat ditambah dengan menaikkan slip hingga
30%, tetapi slip yang optimum pada operasi traktor adalah 10-17% (Wanders,
1978).
Tenaga yang tesedia pada roda traksi tidak seluruhnya dapat
digunakan sebagai tenaga tarik, sehingga dikenal dengan istilah efisisensi
tenaga tarik (traktive power efficiency). Efisiensi tenaga tarik adalah
perbandingan drawbar power dengan tenaga pada as roda. Kehilangan tenaga
ini, yaitu untuk mengatasi tahanan gelinding dan slip roda. Makin besar slip
yang terjadi akan makin kecil tenaga yang tersedia untuk menarik alat. Jadi
untuk mengetahui berapa besar gaya tarik yang dapat dihasilkan oleh traktor,
maka perlu diketahui koefisien traksi. Koefisien traksi (coefficien of traction)
adalah perbandingan antara gaya tarik yang dihasilkan traktor dengan beban
dinamis pada alat penarik. Koefisien traksi dipengaruhi oleh hubungan roda
traktor dengan permukaan landasan. Sebagai contoh perkiraan koefisien traksi
dapat digunakan faktor pada Tabel 4.
18
Tabel 4. Faktor koefisien traksi
Landasan roda Roda karet Roda rantai
Beton 0.90 0.45
Lempung liat kering 0.55 0.90
Lempung liat basah 0.45 0.70
Pasir kering 0.20 0.30
Pasir basah 0.40 0.50
Jalan kerikil 0.36 0.50
Sumber: Sembiring, E. Namaken. dkk. 1991
Pada dasarnya faktor yang mempengaruhi efisiensi traksi adalah slip
(slippage) atau pengurangan gerakan (travel reduce), yang digambarkan
(Liljedahl, 1989) sebagai berikut :
%100)(
xSi
SiSoS
………………………................................(5)
Dimana S = penggurangan gerakan (%)
So = jarak antara putara roda tanpa beban (m)
Si = jarak tiap putaran roda dengan beban (m)
E. KAPASITAS KERJA DAN KAPASITAS LAPANG EFEKTIF
Kapasitas kerja suatu alat didefenisikan sebagai suatu kemampuan kerja
suatu alat atau mesin memberikan hasil (hektar, kilogram, liter) per satuan
waktu (Suastawa dkk, 2000). Kapasitas kerja dapat dibedakan menjadi
kapasitas teoritis dan kapasitas efektif.
Kapasitas efektif merupakan waktu nyata yang diperlukan di lapangan
dalam menyelesaikan suatu unit pekerjaan tertentu. Kapasitas teoritis adalah
hasil kerja yang akan dicapai alsin bila seluruh waktu digunakan pada
spesifikasi operasinya.
Kapasitas lapang efektif suatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja
teoritis mesin, presentase lebar teoritis yang secara aktual terpakai, kecepatan
jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan. Dengan alat-
alat semacam garu, penyiang lapang, pemotong rumput dan pemanen padi,
secara praktis tidak mungkin untuk memanfaatkan lebar teoritisnya tanpa
19
adanya tumpang tindih. Besarnya tumpang tindih yang diperlukan terutama
merupakan fungsi dari kecepatan, kondisi tanah dan ketrampilan operator.
Pada beberapa keadaan, hasil suatu tanaman bisa jadi terlalu banyak sehingga
pemanen tidak dapat digunakan memanen selebar lebar kerjanya, bahkan pada
kecepatan maju minimum yang masih mungkin.
Untuk alat yang terdiri dari satuan-satuan mata terpisah, semisal alat
penanam atau penyiang tanaman larik, pengicir bijian, lebar teoritisnya adalah
hasil kali banyaknya satuan (misalnya banyaknya larik, pembuka alur) dengan
jarak antar satuan. Dengan kata lain, lebar teoritisnya dianggap mencakup
setengah jarak satuan pada kedua sisi sebelah luar mata-mata paling ujung.
Mesin-mesin tanaman larik memanfaatkan 100% lebar teoritisnya, sedangkan
alat lapang terbuka yang memiliki mata terpisah akan terkena kehilangan
karena tumpang tindih.
20
III. METODE PENELITIAN
A. WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni
2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian Bengkel
Metanium, Leuwikopo, dan lahan percobaan Departemen Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kondisi lintasan pada
penelitian yaitu beton dan tanah seperti terlihat pada Gambar 1 berikut.
a) b)
Gambar 1. Lintasan (a) beton dan (b) tanah
B. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah bahan
bakar solar dan minyak kelapa yang diperoleh dari PT. Guanhien, Ciamis.
2. Alat
Alat yang dipergunakan dalam penelitian sebagai berikut:
a) Traktor tangan Yanmar bromo DX (traktor uji)
b) Traktor Yanmar YM 330 T (traktor beban)
c) Set drawbar dynamometer (load cell, Kyowa type LT-5TSA71C)
d) Kabel sensor
e) Set pencatat handystrain meter UCAM-1A
f) Tachometer dan Stop watch
g) Pita ukur dan patok
h) Penetrometer
21
i) Ring sample, timbangan, dan oven
j) Pipa tembaga ukuran ¼ inchi
k) Peralatan bengkel (tang, obeng, kunci pas, kunci ring, palu, jangka
sorong atau mikrometer sekrup, las, gerinda, mesin bor, mesin bubut
dan sebagainya.
Prosedur pengoperasian traktor tangan dengan bahan bakar minyak
kelapa yaitu pertama-tama traktor dihidupkan dengan menggunakan bahan
bakar solar selama 10 menit (Miftahuddin, 2009). Setelah itu, kran minyak
kelapa dibuka penuh dan kran solar ditutup secara perlahan-lahan. Setelah
selesai digunakan, cara untuk mematikan engine traktor yaitu kran solar
dibuka penuh dan kran minyak kelapa ditutup secara perlahan-lahan.
Traktor tangan Yanmar Bromo DX (Gambar 2) yang diuji memiliki
spesifikasi seperti disajikan pada Tabel 5.
Gambar 2. Traktor Yanmar Bromo DX
Tabel 5. Spesifikasi taktor uji
Merk Yanmar
Model Bromo dx
Jenis mesin Diesel
Bahan bakar Solar
Volume silinder 493
Sistem kerja 4 langkah
Rpm max 2200 rpm
Gigi transmisi 4 gigi maju dan 2 gigi mundur
Ukuran ban karet 5-13 mm
22
C. PROSEDUR PENELITIAN
Gambar 3. Bagan tahapan penelitian
1. Pembuatan elemen pemindah panas
Elemen pemindah panas atau heat exchanger dibuat menggunakan
pipa tembaga. Pipa tembaga memiliki nilai konduktivitas panas 386 W/m
K, selain itu tembaga juga memiliki titik lebur yang tinggi yaitu 1089 °C
sehingga dapat tahan terhadap suhu gas buang yang hanya berkisar antara
300 – 600 °C. Sistem pemindahan panas menggunakan heat exchanger
dapat dilihat pada Gambar 4.
Pembuatan heat
exchanger
Pengujian slip, drawbar
power, dan efisiensi lapang
Data slip, drawbar power, dan
efisiensi lapang lapang
Slip, drawbar power,
dan efisiensi lapang
Pengolahan data slip, drawbar
power, dan efisiensi lapang
Pengukuran pendahuluan
kecepatan traktor dan
kalibrasi load cell
23
Gambar 4. Pembuatan heat exchanger
Pada pembuatan elemen pemanas ini, digunakan pipa tembaga yang
ukurannya mendekati ukuran selang bahan bakar motor Diesel pada
umumnya, sehingga mudah dirangkaikan pada sistem penyaluran bahan
bakar motor Diesel. Diameter pipa tembaga yang digunakan adalah 1/4
inchi dengan panjang 220 cm (Miftahuddin 2009).
2. Persiapan
Sebelum pengujian di lintasan uji dilakukan, ada beberapa hal yang
harus dipersiapkan, yaitu: a). Persiapan traktor tangan Yanmar Bromo DX
dan traktor beban, b). Persiapan instrumen pengukur serta, c). Persiapan
lintasan uji.
Persiapan pada traktor uji dengan memeriksa kondisinya sehingga
pada saat pengujian tidak terjadi kesalahan baik itu berupa teknis maupun
non-teknis. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pengecekan oli, air
radiator, transmisi, dan rpm. Pemeriksaan juga dilakukan untuk traktor
beban dengan memeriksa ketersediaan bahan bakar, oli, air radiator dll.
Traktor beban yang dipakai dapat dilhat pada Gambar 5 dengan spesifikasi
lebih lengkap disajikan pada Tabel 6.
24
Gambar 5. Traktor YanmarYM330T
Tabel 6. Spesifikasi traktor beban
Merk Yanmar
Model YM330T
Jenis mesin diesel
Bahan bakar Solar
Jumlah silinder 3
Siste kerja 4 langkah
Power/ pada rpm 33 hp/2600 rpm
Rpm max 3200 rpm
Gigi transmisi 8 gigi maju dan 2 gigi mundur
Panjang as depan/belakang 115 cm/115 cm
Ukuran ban belakang 12.4/11-28
Ukuran ban depan 5.50-16
Pengecekan pada instrumen ukur dilakukan sebelum pengujian di
lintasan uji dilakukan, jika perangkat alat ukur sudah diset antara traktor
beban dan traktor uji kemudian diberi beban tarikan, angka keluaran pada
handy strain meter berubah berarti setingan alat benar. Sesaat pengukuran
akan dimulai handy strain di-adjustmen (menset angka pada handy strain
supaya nol).
25
Sebelum pengujian di lapangan, lintasan uji dan peralatan disiapkan
terlebih dahulu. Lintasan beton dibersihkan dari tanah, daun-daunan dan
rumput. Lintasan rumput dirapikan dengan memotong rata rumput dan
dibersihakan dari daun-daun, plastik, kayu dll. Kondisi lintasan tanah
diamati dengan mengukur kadar air, kerapatan isi tanah, dan tahanan
penetrasi. Pengukuran kadar air dan kerapatan isi tanah dilakukan dengan
mengambil 8 sampel tanah secara acak pada lintasan tanah menggunakan
ring sample seperti Gambar 6. Sebelumnya kedua lintasan diberi tanda
setiap 10 m untuk pengukuran kecepatan maju traktor uji.
Gambar 6. Pengambilan sampel tanah pada lintasan rumput
3. Kalibrasi Load Cell
Kalibrasi load cell dilakukan dengan cara memberikan beberapa
tingkat beban pada load cell yang akan diteruskan ke alat pembaca sebagai
masukan. Langkah awal pada kalibrasi ini adalah memasang drawbar
dynamometer pada sebuah katrol. Dalam hal ini katrol adalah sebagai alat
bantu menggantungkan drawbar dynammometer dan beban. Lalu
dilanjutkan dengan menghubungkan kabel sensor pada drawbar
dynamometer dan handystrain meter. Berikan beberapa tingkat beban pada
drawbar dynamometer dan baca keluaran (dalam µε) pada handystrain
meter.
26
4. Pengamatan Kondisi Lintasan
Sebelum dilakukan pengujian pada lintasan tanah, kondisi lintasan
diamati pada titik-titik pengukuran dengan parameter yang diamati
adalah:
a) Kadar air dan kerapatan isi tanah
Kadar air merupakan jumlah air yang tersedia dalam pori tanah dalam
massa tertentu. Kadar air tanah diukur dengan mengambil sampel tanah
pada linatasan uji dengan ring sampel, kemudian dirimbang (massa tanah
basah + ring sampel). Contoh tanah dikeringkan dalam oven selama 24
jam dengan suhu 1100C kemudian ditimbang (massa tanah kering + ring
sampel). Kadar air dan kerapatan isi tanah untuk seluruh contoh dihitung.
Kadar air tanah dihitung (Setiawan et al, 2002) dengan rumus:
%100xmtk
mtkmtbKA
………………………………………. (6)
Dimana : KA = kadar air basis kering (%)
mtb = massa tanah basah (g)
mtk = masa tanah kering (g)
Kerapatan isi tanah dapat dihitung dengan rumus (Setiawan et al 2002):
ρdVt
mtk ……………………………………………………………. (7)
Dimana : ρd = kerapatan isi tanah (g/cm3)
mtk = massa tanah kering (g)
Vt = volume tanah dalam ring sampel (cm3)
Untuk perhitungan kadar air dan keraptan isi tanah selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 3.
b) Penetrasi tanah
Untuk penetrasi tanah dilakukan dengan menggunakan penetrometer
tipe SR-2 (Gambar 11) dentgan kerucut berpenampang 2 cm2
. pengukuran
dilakukan pada 10 titik berbeda dengan kedalaman 1-5 cm, 5-10 cm, 10-15
cm. Tahanan pentrasi dihitung dengan rumus (Setiawan et al, 2002)
berikut:
27
Ak
xFpCl
98 ……..………………………………………………. (8)
Dimana : Cl = tahanan penetrasi tanah (kPa)
Fp = gaya penetrasi terukur pada penetrometer ditambah massa
penetrometer (kg)
Ak = Luas penampang kerucut (cm2)
Gambar 7. Pengukuran penetrasi lintasan tanah
D. PENGUKURAN KINERJA
Pengujian kinerja motor bakar dilakukan dalam dua tahap. Pertama,
pengujian dilakukan pada saat motor bakar menggunakan bahan bakar solar.
Kedua, pengujian dilakukan pada saat motor bakar menggunakan bahan bakar
minyak kelapa yang telah dipanaskan. Dari kedua hasil pengujian tersebut
nantinya akan didapatkan perbandingan kinerja motor bakar antara yang
menggunakan bahan bakar solar dengan yang menggunakan bahan bakar
minyak kelapa. Parameter keluaran hasil adalah tenaga tarik, slip, dan
efisiensi lapang dengan implemen bajak singkal.
28
1. Pengukuran Drawbar Power
Pengukuran drawbar power untuk mengetahui besarnya gaya tarik
horizontal yang dihasilkan roda traksi dengan gandengan traktor Yanmar YM
330T. Dilakukan untuk beberapa kecepatan dengan menggunakan drawbar
power meter yang dilengkapi handystrain meter. Pada waktu berjalan,
kecepatan maju traktor diukur dengan cara mengukur waktu dan jarak yang
ditempuh oleh traktor pada 5 putaran roda (Gambar 8). Drawbar power
kemudian diukur dengan menggunakan persamaan (6) berikut ini (Wanders,
1978).
DbP = Dbpull x V ................................................................................. (6)
Dimana DbP = tenaga pada drawbar ( drawbar power) (Watt)
Dbpull = gaya tarik bersih yang terukur (drawbar pull) (N)
V = kecepatan rata-rata maju traktor (m/s)
Gambar 8. Skema pengukuran drawbar power
2. Pengukuran Slip
a. Mengukur jarak tempuh teoritis (So) dihitung dengan mengukur diameter
roda traktor, kemudian disubsitusikan kepersamaan (10) berikut:
St = 5 x π Dw................................................................................. (10)
Gambar 9. Pengukuran diameter roda traksi (Dw)
Dw
Permukaan landasan
Traktor beban
Traktor
uji
Load cell
29
b. Mengukur jarak tempuh 5 kali putaran roda tampa beban sebanyak tiga
kali ulangan. Roda diberi tanda, kemudian dihitung setiap kali tanda pada
roda menyentuh permukaan landasan sebagai satu putaran. Setelah 5 kali
putaran ukur dengan pita ukur (So).
Gambar 10. Pengukuran jarak tempuh 5 putaran roda
c. Gandengkan traktor roda empat Yanmar YM 330T untuk megukur jarak
tempuh 5 kali putaran roda. Slip traktor yang diuji dapat dihitung dengan
persamaan (5)
3. Efisiensi Lapang (Eff)
a. Mengukur Kapasitas lapang teoritis (KLT) menggunakan bajak singkal
seperti pada Gambar 11, dihitung dengan persamaan berikut :
b. KLT = 0.36 ( v x lp )....................................................................... (11)
Dimana : KLT = Kapasitas lapang teoritis (ha/jam)
V = Kecepatan rata-rata (m/detik)
lp = lebar pembajakan rata-rata (m)
0.36 = faktor konversi dari m2/det ke ha/jam (1 m
2/det =
0,36 ha/jam).
c. Untuk menghitung kapasitas lapang pengolahan efektif (KLE)
diperlukan data waktu kerja keseluruhan kerja dari mulai bekerja
hingga selesai (WK) dan luas tanah hasil pengolahan keseluruhan (L).
Persamaan yang dipakai adalah :
KLE = ..........................................................................................(12)
Dw
1 2 4
Jarak tempuh 5 putaran roda
Permukaan landasan 10
w
5
30
Dimana : KLE = Kapasitas lapang efektif (ha/jam)
L = Luas lahan hasil pengolahan (m2)
WK = Waktu kerja (s)
d. Persamaan yang dipakai untuk menghitung Efisiensi Lapang (Eff)
adalah :
Eff = x100%.............................................................................(13)
Gambar 11. Pembajakan dengan bajak singkal
31
IV. PENDEKATAN RANCANGAN
A. Kriteria Perancangan
Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau
proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai
dengan kebutuhan.
Perancangan elemen pemanas (heat exchanger) pada penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan suhu pemanasan minyak kelapa agar dapat
menurunkan nilai viskositasnya sehingga mendekati nilai viskositas solar.
Panas dari gas buang akan dimanfaatkan sebagai sumber panas untuk
memanaskan minyak. Panas ini akan memanaskan minyak baik secara
konduksi maupun konveksi.
B. Rancangan Fungsional
Elemen pemanas ini berfungsi untuk memanaskan minyak kelapa hingga
mencapai suhu pemanasan optimumnya. Sumber panas dari elemen pemanas
ini berasal dari gas buang motor bakar Diesel.
Guna memenuhi fungsi utama di atas diperlukan fungsi-fungsi yang dapat
menunjang elemen pemanas berjalan dengan baik. Pertama, fungsi penyaluran
gas buang untuk masuk dan keluar dari elemen pemanas. Fungsi ini dapat
dipenuhi dengan menggunakan pipa yang mengarah ke dalam tabung elemen
pemanas dan keluar dari tabung elemen pemanas.
Fungsi kedua adalah untuk menampung panas gas buang. Fungsi ini dapat
dipenuhi oleh tabung yang dapat menahan panas gas buang sebelum dibuang
ke lingkungan.
Fungsi ketiga adalah untuk meratakan panas gas buang di dalam tabung.
Fungsi ini dapat dipenuhi dengan menggunakan pipa yang seluruh bagian
dindingnya dilubangi dan pada bagian tengahnya diberi sekat. Gas buang
nantinya akan melalui pipa ini dan tertahan oleh sekat di bagian tengahnya.
Karena tertahan oleh sekat, gas buang akan keluar melalui lubang-lubang pada
bagian dinding pipa dan menyebar di dalam tabung. Gas buang di dalam
32
tabung akan keluar dari pipa melalui lubang-lubang pada bagian dinding pipa
yang mengarah ke luar tabung.
Fungsi keempat adalah untuk menyalurkan dan memanaskan minyak
kelapa. Fungsi ini dapat dipenuhi dengan menggunakan pipa yang berada di
dalam tabung. Minyak akan mengalir melalui saluran ini secara gravitasi. Pipa
ini pun menjadi perantara perpindahan panas secara konduksi dari gas buang
di dalam tabung ke minyak kelapa di dalam pipa.
Fungsi kelima adalah untuk menahan dan mengalirkan minyak. Fungsi ini
dapat dipenuhi dengan menggunakan kran.
Fungsi keenam adalah untuk menyalurkan minyak kelapa dari tangki ke
dalam elemen pemanas dan dari elemen pemanas ke pompa injeksi. Fungsi ini
dapat dipenuhi dengan menggunakan selang bahan bakar.
C. Rancangan Struktural
Dalam perancangan, pemilihan bentuk dan bahan yang digunakan
merupakan proses yang sangat penting. Rancangan struktural dari elemen
pemanas ini dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai (compatible) untuk
dirangkaikan pada motor bakar Diesel.
Secara keseluruhan, rancangan elemen pemanas ini berbentuk seperti
knalpot motor bakar pada umumnya, hanya saja terdapat perbedaan dari segi
penambahan pipa tembaga sebagai saluran bahan bakar minyak kelapa.
Elemen pemanas ini terdiri atas: saluran masuk gas buang, muffler, saluran
minyak kelapa, tabung knalpot, tangki bahan bakar minyak kelapa, kran
penyaluran bahan bakan.
1. Saluran Masuk Gas Buang
Saluran gas buang dirancang menyerupai saluran knalpot pada
umumnya. Pada saluran inilah elemen pemanas dirangkaikan ke motor
bakar. Lubang masukan saluran ini terhubung dengan lubang keluaran gas
buang hasil pembakaran pada motor bakar.
Pada saluran masuk gas buangnya diambil dari saluran knalpot asli
motor bakar Diesel, dengan diameter 42 mm, panjang 210 mm, dan tebal 2
mm.
33
Gambar 12. Saluran masuk gas buang
2. Muffler
Muffler terbuat dari pipa besi berdiameter 42 mm dengan tebal 0.8
mm. Pipa ini memiliki lubang pada seluruh dindingnya dan pada bagian
tengahnya diberi sekat sebagai penahan gas buang agar tidak langsung
keluar melalui saluran keluaran. Panas gas buang yang tertahan oleh sekat
tersebut keluar dari muffler melalui lubang-lubang pada dinding pipa
sebelum sekat dan keluar menuju saluran keluaran melalui lubang-lubang
pada dinding pipa setelah sekat. Muffler berada pada bagian tengah elemen
pemanas.
Gambar 13. Muffler
3. Saluran Minyak Kelapa
Saluran ini terbuat dari pipa tembaga dan posisinya berada di antara
muffler dan tabung knalpot. Pemilihan bahan tembaga sebagai saluran
minyak kelapa didasarkan oleh nilai konduktivitas termalnya yang cukup
tinggi, selain itu pipa tembaga juga banyak tersedia di pasaran dengan
ukuran yang cukup bervariasi.
34
Gambar 14. Pipa tembaga elemen pemanas
Pipa tembaga elemen pemanas ini dirancang berbentuk koil dengan
diameter koil yang seragam pada setiap tingkatannya. Jarak antar tingkatan
pipa tembaga ini panjang dibuat lebih rapat agar dapat menampung lebih
banyak dan memperlama waktu tinggal (retention time) minyak kelapa di
dalam elemen pemanas sehingga suhu keluaran minyak kelapa pun
menjadi lebih tinggi.
Pada perancangan elemen pemanas ini, digunakan pipa tembaga yang
ukurannya mendekati ukuran selang bahan bakar motor Diesel pada
umumnya, sehingga mudah dirangkaikan pada sistem penyaluran bahan
bakar motor Diesel. Diameter pipa tembaga yang digunakan adalah 1/4
inchi.
4. Tabung Knalpot
Tabung knalpot terbuat dari plat besi dengan tebal 2 mm. Pada elemen
pemanas ini, tabung yang digunakan adalah tabung knalpot asli dari motor
bakar Diesel. Diameter tabung ini sebesar 110 mm dan tinggi 180 mm.
Karena tabung yang digunakan merupakan tabung knalpot asli, maka pada
elemen pemanas ini, dimensi saluran minyak kelapa yang disesuaikan
dengan dimensi tabung knalpot (Gambar 15).
Gambar 15. Tabung knalpot
35
5. Tangki Bahan Bakar Minyak Kelapa
Tangki bahan bakar minyak kelapa ini berbahan plastik, dengan
kedudukan nya berbahan besi plat, minyak kelapa dari tangki
disalurkan ke knalpot yang sudah ada pipa tembaga melalui selang,
kemudian bahan bakar dipompakan melalui pipa penyalur menuju ke
injektor. Dari injektor, bahan bakar yang sudah bertekanan
disemprotkan ke dalam ruang pembakaran. Adapun panjang, lebar dan
tinggi dari tangki secara berurutan adalah 21 cm, 12 cm, dan 8 cm.
Gambar 16. Tangki bahan bakar minyak kelapa
6. Kran Penyaluran Bahan Bakar Minyak Kelapa
Kran penyaluran ini terbuat dari kuningan, penyaluran ini
mempunyai 3 kran diantaranya : kran pemasukan minyak kelapa, kran
pemasukan solar, dan kran pemasukan bahan bakar ke injektor.
Gambar 17. Kran penyaluran bahan bakar minyak kelapa
36
V. ANALISIS PINDAH PANAS PADA ELEMEN PEMANAS
Menurut Cengel (2003), dalam analisis pindah panas elemen pemanas, ada
beberapa kondisi yang diasumsikan dan selalu dianggap seragam sepanjang
waktu, yaitu:
1. Elemen pemanas beroperasi dalam jangka waktu yang panjang tanpa ada
perubahan kondisi fisik.
2. Laju aliran massa kedua fluida selalu konstan.
3. Tidak ada perubahan dari sifat-sifat fluida.
4. Permukaan luar elemen pemanas terinsulasi sempurna.
Penelitian sebelumnya oleh Miftahuddin (2009) dibuat asumsi-asumsi untuk
memudahkan perhitungan analisis pindah panas pada elemen pemanas karena
kondisi yang sebenarnya terjadi tidak ideal. Namun hal ini menyebabkan nilai
keakuratan dalam analisis sederhana elemen pemanas menjadi berkurang.
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, hukum termodinamika pertama dapat
diterapkan dalam perhitungan ini (Miftahuddin, 2009) :
Q = m C (Tout – Tin) ................................................................................. (14)
Dimana: Q = Laju pindah panas (Watt)
m = Laju aliran massa (kg/s)
C = Panas jenis (kJ/kg °C)
T = Suhu (°C)
Menurut Cengel (2003), laju pindah panas dalam elemen pemanas dapat
mengacu pada hukum pendinginan Newton (Newton’s law of cooling):
Q = U A ΔTm ........................................................................................... (15)
Dimana: Q = Laju pindah panas (Watt)
U = Koefisien pindah panas keseluruhan
A = Luas area pindah panas (mm2)
ΔTm = Perbedaan suhu rata-rata antara kedua fluida (°C)
Besarnya suhu antara kedua fluida bervariasi sepanjang elemen pemanas,
maka untuk analisis pindah panas ini digunakan perbedaan suhu rata-rata
logaritmik (Logarithmic Mean Temperature Difference) atau LMTD (ΔTlm).
37
ΔTlm = ΔT1 - ΔT2
ln ΔT1/ΔT2 ................................................................................ (16)
Dimana: ΔT1 = Tin (gas buang) – Tout (minyak kelapa)
ΔT2 = Tout (gas buang) – Tin (minyak kelapa)
Elemen pemanas pada penelitian ini tergolong dalam jenis counter-flow
double-pipe heat exchanger. Tabung knalpot berfungsi sebagai selubung dari pipa
tembaga yang ada di dalamnya. Secara skematik elemen pemanas pada penelitian
ini dapat dilihat pada gambar berikut (Miftahuddin, 2009).
Gambar 18. Skema aliran panas pada elemen pemanas
Elemen pemanas ini akan digunakan untuk memanaskan minyak kelapa dari
suhu ruangan (± 30°C) sampai mencapai suhu optimum yang diharapkan yaitu
90°C. Dalam perhitungan ini, suhu gas buang yang masuk dan keluar dari knalpot
diasumsikan dengan beberapa variasi suhu. Suhu gas buang yang masuk ke dalam
elemen pemanas berkisar antara 150–300°C dan suhu gas buang yang keluar
berkisar antara 50–100°C. Asumsi suhu gas buang ini akan digunakan dalam
perhitungan perbedaan suhu rata-rata logaritmik (ΔTlm).
Nilai laju aliran massa (m ) didapatkan dari pengukuran konsumsi bahan bakar
hasil penelitian Aidil (2001) pada motor bakar yang sama yang digunakan untuk
penelitian ini. Pengukuran konsumsi bahan bakar dilakukan dengan mengukur
volume bahan bakar sebelum dan sesudah motor Diesel dioperasikan, sehingga
didapatkan selisih antara keduanya, kemudian selisih volume bahan bakar ini
dibagi dengan waktu selama motor Diesel beroperasi, dan didapatkanlah nilai
konsumsi bahan bakar dengan satuan volume per satuan waktu (liter/jam).
38
Konsumsi bahan bakar rata-rata yang dijadikan acuan sebesar 1.334 liter/jam atau
3.71 x 10-7
m3/s. Jadi laju aliran massa minyak kelapa pada elemen pemanas dapat
diketahui dari:
m = konsumsi bahan bakar x densitas minyak kelapa ............................... (17)
= 3.71 x 10-7
m3 s x (915 kg m3 )
= 0.00034 kg s
Setelah diketahui laju aliran massa dari minyak kelapa, maka laju pindah
panas yang diterima oleh minyak kelapa juga dapat diketahui dengan
memasukkan variabel-variabel yang diketahui pada persamaan 14:
Q = m C (Tout – Tin)
= 0.00034 kg s 2.1 kJ kg °C 90-30 °C
= 48.04 watt
Menurut Cengel (2003), nilai koefisien pindah panas (U) berdasarkan jenis
fluida pemanas dan fluida yang dipanaskan seperti pada kasus ini berkisar antara
50–200 W/m2 °C. Lalu ditetapkan nilai koefisien pindah panas keseluruhan yang
digunakan untuk perhitungan ini adalah nilai minimum, yaitu 50 W/m2 °C.
Karena suhu gas buang diasumsikan dan angka asumsinya bervariasi, maka
nilai perbedaan suhu rata-rata logaritmik pun menjadi bervariasi, begitu juga
dengan luas permukaan pindah panas dan panjang pipa tembaga yang dibutuhkan
untuk menghasilkan suhu keluaran minyak kelapa optimum.
Luas permukaan pindah panas dapat diperoleh melalui persamaan 15:
A = Q
U ΔTlm
Setelah diketahui luas permukaan pindah panas dan diameter pipa tembaga
yang digunakan, maka panjang pipa tembaga yang dibutuhkan dapat diperoleh
melalui persamaan:
A = π D l .................................................................................................... (18)
l = A
π D
Dimana: A = Luas permukaan pindah panas (mm2)
D = Diameter pipa tembaga (mm)
l = Panjang pipa tembaga (mm)
39
Diameter pipa tembaga yang digunakan untuk elemen pemanas ini adalah 1/4
inchi.
Nilai perbedaan suhu rata-rata logaritmik, luas permukaan pindah panas, dan
juga panjang pipa hasil penelitian Miftahuddin (2009) dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Dari tabel hasil perhitungan tersebut, didapatkan panjang pipa tembaga
terbesar yang dibutuhkan untuk menghasilkan suhu keluaran minyak kelapa 90°C
pada elemen pemanas ini sebesar 132 cm.
40
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENGUKURAN VISKOSITAS
Viskositas merupakan nilai kekentalan suatu fluida. Fluida yang kental
menandakan nilai viskositas yang tinggi. Nilai viskositas ini berbanding
terbalik dengan nilai suhu, artinya semakin tinggi suhu suatu bahan, maka
nilai viskositasnya pun akan semakin rendah. Adapun grafik hubungan nilai
viskositas minyak kelapa dengan suhu hasil pengujian di laboratorium
Teknologi Industri Pertanian, IPB.
Gambar 19. Grafik hubungan nilai viskositas minyak kelapa dengan suhu
Gambar 19 menunjukkan hubungan nilai viskositas minyak kelapa
dengan suhunya. Pada suhu ruangan (30°C) nilai viskositas minyak kelapa
sebesar 35 mPas. Nilai viskositas minyak kelapa ini semakin menurun seiring
dengan pemanasan yang dilakukan pada minyak kelapa tersebut. Pada suhu
pemanasan maksimum (105°C), viskositasnya menurun mencapai angka 4.3
mPas. Nilai viskositas ini masih belum mendekati nilai viskositas solar
sebesar 3.6 mPas pada suhu ruangan (30°C), jika nilai viskositas tidak
tercapai maka suplai bahan bakar ke injektor tidak lancar sehingga
mengakibatkan mesin mati.
35
27.5
17.614.6
10
6.6 6.3 5.54.3
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0 20 40 60 80 100 120
Vis
kosi
tas
(mP
as)
Suhu (0C)
Maksimum Pemanasan 105oC
41
Pengukuran nilai viskositas ini bertujuan untuk mengetahui suhu
pemanasan yang dibutuhkan untuk menurunkan nilai viskositas dari minyak
kelapa agar nilai viskositasnya dapat mendekati nilai viskositas dari solar,
sehingga penggunaan minyak kelapa sebagai bahan bakar motor Diesel ini
dapat menghasilkan proses pembakaran yang lebih sempurna jika
dibandingkan dengan penggunaannya tanpa proses pemanasan.
Grafik pada Gambar 19 menunjukkan bahwa nilai viskositas minyak
kelapa memiliki kecenderungan untuk terus menurun. Dengan
mengasumsikan bentuk grafiknya linier, maka diperoleh bahwa pada suhu
80°C nilai viskositasnya lebih rendah dari nilai viskositas dari solar, yaitu
sebesar 2.95 mPaS, namun karena bentuk grafik yang sebenarnya tidak linier,
maka ditetapkan bahwa suhu pemanasan optimum untuk memanaskan
minyak kelapa lebih dari 80°C, yaitu sebesar 90°C. Nilai suhu pemanasan
optimum ini digunakan untuk merancang elemen pemanas agar dapat
memanaskan minyak sampai suhu 90°C.
B. PEMBUATAN ELEMEN PEMANAS
Elemen pemanas berasal dari knalpot asli motor bakar. Jadi secara
keseluruhan, bentuk dan ukuran elemen pemanas ini sama dengan knalpot asli
motor bakar, hanya saja diberi penambahan pipa tembaga sebagai saluran
minyak kelapa. Tabung knalpot asli motor bakar dipotong sehingga terlepas
dari mufflernya, kemudian pada bagian sisi sebelah atas dan bagian alas
tabungnya dilubangi untuk saluran masuk dan keluar minyak kelapa
(Miftahuddin, 2009).
Elemen pemanas ini menggunakan pipa tembaga berdiameter 1/4 inchi
dengan tebal 0.4 mm dan panjang 2200 mm. Pipa tembaga pada elemen
pemanas ini juga dibuat berbentuk koil sebanyak 10 lilitan, namun tanpa ada
pengurangan diameter lingkaran pada setiap lilitannya. Diameter lilitan koil
ini sebesar 80 mm.
42
Gambar 20. Muffler elemen pemanas
Gambar 21. Saluran minyak kelapa elemen pemanas
Setelah pipa tembaga terpasang diantara muffler dan tabung knalpot,
tabung dilas sehingga bentuknya kembali seperti semula. Pengelasan saluran
masuk dan keluar minyak kelapa dilakukan dengan menggunakan las karbit
dengan kawat las perak. Penggunaan kawat las perak ini membuat hasil
penyambungan antara pipa tembaga dengan tabung knalpot yang terbuat dari
besi menjadi lebih kuat, rapi, dan mudah dibentuk. Elemen pemanas ini
berfungsi untuk memanaskan minyak kelapa hingga mencapai suhu
pemanasan optimumnya, menurut penelitian (Miftahuddin, 2009) suhu rata-
rata minyak kelapa stelah dipanaskan pada putaran mesin 2000 rpm adalah
98.3 0C. Sumber panas dari elemen pemanas ini berasal dari gas buang motor
bakar Diesel. Fungsi ini dapat dipenuhi dengan menggunakan pipa yang
mengarah ke dalam tabung elemen pemanas dan keluar dari tabung elemen
pemanas.
43
C. KONDISI LINTASAN UJI
Hasil dari pengujian sifat fisik lintasan tanah, didapatkan data seperti
pada Tabel 7, untuk data selengkapanya terdapat pada Lampiran 3.
Tabel 7. Data kondisi lintasan uji
Parameter Lintasan Tanah
Kadar air (%) 22.69
Kerapatan isi tanah (g/cm3) 1.16
Tahanan
Penetrasi
(kPa) awal
Kedalaman
(cm)
0 190.12
5 1072.12
10 1091.72
15 1856.12
20 2248.12
Tahanan
Penetrasi
(kPa) akhir
Kedalaman
(cm)
0 219.52
5 1209.32
10 1385.72
15 1826.72
20 2326.52
Pengukuran kondisi lintasan tanah menunjukkan bahwa kadar air tanah
pada saat pengujian adalah 22.69%, ini tergolong relatif kecil. Kerapatan isi
tanah sebesar 1.16 g/cm3, ini sesuai dengan Hardjowigeno, (1992) yang
menyatakan bahwa kerapatan isi tanah berkisar antara 1.1-1.6 g/cm3.
Tahanan penetrasi tanah diukur pada lahan uji Leuwikopo dan masing-
masing dilakukan sebelum pengujian dan sesudah pengujian. Secara umum
terjadi kenaikan nilai pemadatan tanah setelah selesai melakukan pengujian
kinerja. Terjadinya kenaikan nilai penetrasi tanah untuk setiap kedalaman
menunjukkan bahwa aktifitas traktor pada permukaan lintasan akan
memberikan efek pemadatan tanah. Terlihat nilai penetrasi tanah semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman pengukuran. Hal ini
disebabkan pada pengamatan yang semakin dalam, tanah menjadi lebih
kompak dan keras sehingga terjadilah proses pemadatan tanah.
44
D. DRAWBAR POWER, DRAWBAR PULL DAN SLIP
Load cell sebagai unit pengukur beban tarik ditampilkan dan direkam
oleh handy strain meter sebelum digunakan dikalibrasi terlebih dahulu.
Proses pengkalibrasian ini diawali dengan menghubungkan load cell dengan
handy strain meter. Setelah keduanya terhubung kemudian kedua benda
tersebut digantungkan pada sebuah crane, untuk kemudian dilakukan
pembebanan pada load cell, Dalam mempermudah penempatan beban, pada
load cell dikaitkan karung. Pembebanan pada load cell dilakukan secara
bertahap dengan tiga kali ulangan. Pada masing-masing pembebanan yang
diberikan, nilai yang terbaca pada handy strain meter dicatat sebagai ukuran
besarnya regangan yang terjadi. Hasil yang didapat dijadikan sebuah grafik
hubungan antara besarnya regangan terhadap pembebanan yang dilakukan.
Loadcell dan handy strain meter ditunjukkan oleh Gambar 22.
Gambar 22. Instrumen pengukur pembebanan.
data selengkapnya disajikan pada lampiran 2. Dari hasil kalibrasi
diperoleh persamaan kalibrasinya yaitu:
y = 1,962x + 0,747
Di mana: y = beban tarik yang terukur (N)
x = regangan (µε)
loadcell Handy strain meter
45
1. Kinerja Tarik pada Lintasan Beton
Metode pengukuran tahanan tarik (draft) diawali dengan
menggandengkan Traktor uji dengan traktor roda empat (traktor beban).
Draft yang terjadi pada traktor diukur dengan load cell yang dipasangkan
pada kawat penarik yang menghubungkan antara traktor uji dengan traktor
beban. Titik tarik bagian depan traktor beban dibuat sama tinggi dengan titik
gandeng (drawbar) traktor uji sehingga arah tarikan menjadi horizontal.
Setelah kawat terhubung, kemudian traktor uji dioperasikan untuk menarik
traktor beban. Dari hasil pegukuran beban tarik pada landasan beton dengan
transmisi traktor uji L2, putaran mesin 2000 rpm diperoleh hubungan
drawbar pull dengan slip dan drawbar power dengan slip baik menggunakan
bahan bakar solar maupun dengan bahan bahan bakar minyak kelapa. Data
selengkapanya hasil pengukuran pada lintasan beton dapat dilihat pada
Lampiran 5 dan 6 dan Gambar 23 berikut menunjukkan penggandengan
traktor uji dan traktor beban dengan sebuah load cell yang dipasang pada
kawat penarik yang menghubungkan kedua traktor pada saat pengambilan
data di lintasan beton.
Gambar 23. Pengukuran kinerja tarik traktor uji
46
Dari pengujian di lintasan beton yang terlihat pada Gambar 23 untuk
kinerja traktor uji dengan bahan bakar solar, tingkat pembebanan dari traktor
beban dengan transmisi L1, putaran mesin 900 rpm. Hasil pengukuran kinerja
taktor uji dengan bahan bakar solar disajikan pada Gambar 24 dan 25.
Gambar 24. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada
lintasan beton dengan bahan bakar solar.
Gambar 25. Grafik hubungan slip rooda dengan drawbar power pada
lintasan beton dengan bahan bakar solar
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
0 10 20 30 40 50 60
Dra
wb
ar p
ull
(N
)
Slip (%)
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
0 10 20 30 40 50 60
Dra
wb
ar p
ow
er
(w)
Slip (%)
47
Pada gambar 25 tersebut diketahui beban tarikan (drawbar pull) naik
secara ekstrim sampai mencapi maksimum ± 1.24 kN pada slip 55.94%
dengan koefisien traksi 0.48. Pengujian tidak dilanjutkan dengan slip lebih
dari 55.94% karena dapat mengakibatkan ban traktor uji menjadi tumpul.
Sedangkan untuk drawbar power akan mencapai nilai maksimum pada
kecepatan 0.79 m/s yaitu sekitar 0.69 kW dengan tingkat pembebanan saat
transmisi L1, putaran mesin 1700 rpm.
Gambar 26. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada
lintasan beton dengan bahan bakar minya kelapa.
Gambar 26 diatas menunjukkan hasil pengukuran drawbar pull dengan
bahan bakar minyak kelapa. tingkat pembebanan yang sama drawbar pull
akan naik hingga mencapai titik maksimum ± 1.44 kN pada slip 55.11%.
Sedangkan untuk drawbar power maksimum seperti pada Gambar 27 adalah
sebesar 1.2 kW pada slip 10.87% dengan kecepatan 0.92 m/s dan koefisien
traksi 0.49.
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
0 10 20 30 40 50 60
Dra
wb
ar p
ull
(N
)
Slip (%)
48
Gambar 27. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar power pada
lintasan beton dengan bahan bakar minyak kelapa
2. Kinerja Tarik pada Lintasan tanah
Percobaan penentuan beban tarik pada lintasan tanah untuk bahan bakar
solar dan minyak kelapa, dengan perlakuan transmisi traktor uji L2, putaran
mesin 2000 rpm sehingga diperoleh hubungan drawbar pull dengan slip dan
drawbar power dengan slip. Data selengkapanya hasil pengukuran pada
lintasan tanah dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6.
Gambar 28. Pengukuran kinerja traktor uji
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
0 10 20 30 40 50 60
Dra
wb
ar
po
wer
(w
)
Slip (%)
49
Dari pengujian di lintasan tanah yang terlihat pada Gambar 28, untuk
kinerja traktor uji dengan solar, tingkat pembebanan dari traktor beban
memakai transmisi L1, putaran mesin 900 rpm, diperoleh nilai drawbar pull
adalah 1.24 kN pada slip sekitar 55.94% dengan koefisien traksi 0.32.
Gambar 29. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada
lintasan tanah dengan bahan bakar solar
Gambar 29 diatas menunjukkan hasil pengukuran drawbar power
didapatkan nilai maksimum pada slip tersebut adalah sebesar 0.69 kW pada
kecepatan sekitar 0.79 m/s.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
0 10 20 30 40 50 60
Dra
wb
ar p
ull
(N
)
Slip (%)
50
Gambar 30. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar power pada
lintasan tanah dengan bahan bakar solar
Gambar 30 memperlihatkan keadaan drawbar pull dengan minyak kelapa
didapatkan nilai maksimum ± 1.34 kN dengan slip roda 51.87%, pada beban
tarik saat diset transmisi L1, putaran mesin 900 rpm.
Gambar 31. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada
lintasan tanah dengan bahan bakar minyak kelapa
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
0 10 20 30 40 50 60
Dra
wb
ar
po
wer
(w
)
Slip (%)
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
0 10 20 30 40 50 60
Dra
wb
ar p
ull
(N
)
Slip (%)
51
Gambar 32. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar power pada
lintasan tanah dengan bahan bakar minyak kelapa
Dari Gambar 32 diatas ditunjukkan nilai Drawbar power maksimum
pada tingkat pembebanan transmisi L1, putaran mesin 1700 rpm yaitu 0.71
kW pada kecepatan 0.79 m/s.
Secara keseluruhan pembebanan menggunakan rem gigi pada traktor
beban, terlihat adanya perbedaan yang cukup jelas dari kedua lintasan uji. Hal
ini menunjukkan kemampuan traksi dari traktor uji yang bebeda tergantung
dari jenis permukaan lintasan. Unjuk kinerja traktor uji untuk bahan bakar
solar seperti Tabel 8, dengan tingkat pembebanan yang sama menunjukkan
kinerja tarik pada lintasan beton lebih besar dari lintasan tanah. Hasil
pengukuran drawbar pull traktor uji dengan solar untuk landasan tanah
menghasilkan drawbar pull maksimum sebesar ± 1.24 kN pada slip 55.94%,
dengan drawbar power sebesar ± 1.14 kW. Sementara itu untuk landasan
beton menghasilkan drawbar pull maksimum sekitar ± 1.41 kN pada slip
54.27%, dengan drawbar power sekitar 1.14 kW. Jika dibandingkan slip di
lintasan tanah untuk solar pada tingkat pembebanan yang sama menghasilkan
slip yang lebih besar dari lintasan beton. Hasil ini di sebabkan pada lintasan
tanah terjadi perubahan struktur permukaan lintasan akibat tekanan oleh
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
0 10 20 30 40 50 60
Dra
wb
ar
po
wer
(w
)
Slip (%)
52
telapak roda traksi dengan permukaan tanah. Sehingga posisi permukaan
tanah bergeser oleh telapak roda. Sedangkan pada permukaan lintasan beton
tidak terjadi perubahan struktur lintasan sebab kerasnya lintasan pada
permukaan lantai beton. Penambahan beban dan penurunan kecepatan pada
traktor uji juga memberikan efek terhadap slip roda, dengan bertambahnya
beban menyebabkan tahanan maju traktor uji akan meningkat, maka traksi
untuk menggerakkan traktor lebih besar lagi.
Sementara itu untuk dengan menggunakan bahan bakar minyak kelapa
slip roda traksi pada lintasan beton dan lintasan tanah tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan.
Tabel 8. Hasil pengukuran maksimum kinerja tarik traktor Bromo DX
Bahan bakar
Drawbar Power
Maksimum (kW)
Drawbar Pull
Maksimum (kN)
Beton tanah Beton tanah
Solar 1.07 0.68 1.47 1.24
Minyak kelapa 1.21 0.71 1.44 1.37
Pada lintasan beton ditunjukkan Drawbar power meningkat dari solar
terhadap minyak kelapa, sedangkan pada lintasan tanah Drawbar power
menurun dari solar terhadap minyak kelapa. Peningkatan Drawbar power
disebabkan berkurangnya drawbar pull denganSehingga dengan beban
dinamis traktor yang tetap, sementara drawbar pull menurun akibatnya
koefisien traksi juga menurun.
Slip akan terus meningkat jika beban tarikannya bertambah. Penurunan
drawbar power disebabkan drawbar pull semakin kecil untuk mengatasi slip
yang semakin besar, serta rendahnya kecepatan. Penurunan drawbar pull
terjadi karena banyaknya tenaga yang hilang untuk mengatasai slip,
kecepatan untuk menarik beban berkurang dan kekuatan tarik maksimum
akan menurun. Kondisi ini telah melebihi batas tarikan maksimum dalam
kecepatan rendah, namun roda traktor uji masih berputar dan mesin tidak
mati, hanya saja throttle tidak mampu mengatur rpm mesin sehingga putaran
mesin traktor uji menurun. Jika kecepatan motor menurun karena kelebihan
berat, sistem throttel akan bekerja sehingga kecepatan meningkat lagi.
53
Berdasarkan kejadian seperti diatas slip akan mengurangi kinerja traktor
uji terutama pada tingkat kecepatan rendah, yang berarti slip merupakan
faktor pembatas tarikan maksimum dan slip tentunya akan bertambah dengan
meningkatnya beban yang diberikan pada drawbar. Menurut Hunt, (1995)
penambahan slip juga akan menimbulkan nilai tahanan gelinding yang lebih
tinggi dengan membesarnya kontak roda pada tanah yang stabil dan akan
menyebabkan pertambahan perpindahan tanah. Kemampuan atau kapasitas
drawbar traktor terutama tergantung pada tenaga traktor, distribusi berat pada
roda penggerak, tipe gandengan, dan permukaan jalan (Hunt, 1995). Slip
dapat dikurangi dengan menambah berat, luas permukan kontak atau
menambah penetrasi.
Minyak kelapa memiliki keunggulan pada komposisi kimianya, karena
dalam minyak kelapa terdapat atom-atom oksigen. Minyak kelapa juga
memiliki angka setana yang lebih tinggi dari solar yang menyebabkan
meningkatnya efisiensi pembakaran. Tabel 9 menyajikan perbandingan
karakteristik minyak kelapa dengan solar.
Table 9. Perbandingan karakteristik solar dengan minyak kelapa
Parameter Solar* Minyak kelapa**
Angka setana 51 71.9
Titik nyala (0C) 49 219
Bilangan iodium (% wt) - 25.96
Temp. didih (0C) 330 548.9
Air & sedimen (% Vol) 0 0
Kadar abu (% wt) 0.02 0.009
Nilai kalor (MJ/liter) 41 37.435 Sumber: * Hambali,et al. 2007 dan ** Hasil pengujian di Lemigas
Secara umum fenomena pengujian dengan menggunakan minyak kelapa
tidak mencemari lingkungan terbukti dari asap yang dikeluarkan cendrung
lebih sedikit dibandingkan solar. Minyak kelapa juga memiliki keuntungan
dibandingkan solar seperti minyak kelapa terbakar lebih perlahan
dibandingkan solar, yang menghasilkan tekanan lebih stabil terhadap piston
yang bergerak dalam silinder mesin. Hal ini dapat menghemat kerja mesin,
mengurangi getaran mesin, bahan bakar lebih ekonomis, kualitas lubrikasi
mesin lebih baik, sehingga membantu memperpanjang umur mesin.
54
E. EFISIENSI LAPANG
Efisiensi lapang adalah perbandingan dari kapasitas lapang efektif atau
aktual terhadap kapasitas lapang teoritis yang dinyatakan dalam persen
(Hunt,1995). Efisiensi lapang dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (13). Pekerjaan di lapang seperti pembajakan perlu dikerjakan
dalam waktu yang sesingkat mungkin, karena banyak faktor alam (seperti
cuaca) yang tidak dapat kita atur. Jadi semakin cepat pekerjaan pembajakan
maka efisinsi pengolahan akan meningkat.
Penelitian ini dilaksanakan di area lahan kering, dengan mengolah tanah
seluas 200 m2
seperti pada Gambar 33. Traktor uji dan bajak singkal tunggal
digunakan untuk mengolah tanah area tersebut. kecepatan putar enjin traktor
yang digunakan adalah 1500 rpm. Dari hasil pengujian dengan menggunakan
bahan bakar solar diperoleh kapasitas lapang efektif, kapasitas lapang teoritis,
dan efisiensi lapang secara berurut sebesar 0.0681 ha/jam, 0.0827 ha/jam, dan
82.38 %. Sedangkan pengujian menggunakan bahan bakar minyak kelapa
diperoleh kapasitas lapang efektif, kapasitas lapang teoritis ,dan efisiensi
lapang secara berurut sebesar 0.0716, 0.0816 ha/jam, dan 87.69 %. Jadi pada
penelitian efisiensi pembajakan paling tinggi diperoleh dengan bahan bakar
solar.
Gambar 33. Pengukuran Kapasitas Lapang
55
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Drawbar power yang dihasilkan pada lintasan beton dan tanah dengan
menggunakan bahan bakar minyak kelapa mengalami peningkatan
dibandingkan menggunakan bahan bakar solar, diperoleh Drawbar power
maksimal pada lintasan beton dengan solar 1.07 kW sedangkan Drawbar
power dengan minyak kelapa dengan lintasan yang sama sekitar 1.21 kW,
pada lintasan tanah untuk bahan bakar solar menghasilkan drawbar power
0.61 kW sedangkan dengan minyak kelapa sebesar 0.68 kW, sedangkan
drawbar pull dari solar pada lintasan beton 1.47 kN dan untuk lintasan
tanah sekitar 1.24 kN, sedangkan dari minyak kelapa pada lintasan beton
1.44 kN dan untuk lintasan tanah 1.37 kN.
2. Efisiensi lapang dengan bahan bakar solar (82.38%) lebih tinggi
dibandingkan efisiensi lapang dengan bahan bakar minyak kelapa
(87.68%).
B. SARAN
1. Diperlukan pengujian untuk konsumsi bahan bakar, emisi gas buang,
kondisi pelumasan, kondisi injeksi bahan bakar dan lintasan uji yang
dipersiapkan khusus untuk permukaan tanah.
2. Diperlukan alat instrumentasi yang lebih akurat untuk mengukur kinerja
tarik traktor.
3. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengukur pembebanan
dengan kondisi transmisi traktor beban netral.
56
DAFTAR PUSTAKA
Adityani, I. 2004. Uji Performansi Traktor Kubota B6100 pada Beberapa
Kondisi Jalan yang Berbeda. Skripsi. Dept. TEP. FATETA. IPB.
Bogor.
Aidil, D. 2001. Mempelajari Karakteristik Tenaga Dan Penggunaan Bahan
Bakar Traktor Dan Motor Diesel Sebagai Sumber Tenaga Gerak.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB: Bogor.
Alcock, R. 1986. Tractor Implement Systems. Avi Publishing CO., Westport,
Connectitude.
Anami, S. 2008. Uji Kinerja Traktor Kubota B6100 dengan Bahan Bakar
Coco-Diesel. Skripsi. Dept. TEP. FATETA. IPB. Bogor.
Arismunandar, W. 2005. Penggerak Mula Motor Bakar Torak. Penerbit ITB:
Bandung.
Arismunandar, W. dan K. Tsuda. 2008. Motor Diesel Putaran Tinggi. Pradnya
Paramita: Jakarta.
Cengel, Y. A. 2003. Heat Transfer, A Practical Approach. McGraw-Hill: New
York.
Davis, G. L. 1983. Agricultural And Automotive Diesel Mechanics. Pretince-
Hall, Inc.: New Jersey.
Daywin, F. J., M. Djojomartono, R.G. Sitompul. 1990. Motor Bakar Internal
dan Tenaga di Bidang Pertanian. JICA-IPB. Bogor.
Goering, CE. 1986. Engine and Tractor Power. Boston, Pub. USA.
Grimwood, D.E.1975. Coconut Palm Product. Their Processing in Developing
Countries. FAO, U. Rome.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis. 1986. Dasar - dasar Ilmu
Tanah.Universitas Lampung. Lampung.
Hambali, E., S. Mujalipah., Armansyah, H. T., A. W, Pattiwiri, R. Hendroko.
2007. Teknologi Bioenergi. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.
Hunt, D. 1995. Farm Power and Machinery Management. 6th ed. Iowa State
Univ. Press, Ames, IA.
Jones, F. R. 1963. Farm Gas Engine and Tractors. McGraw Hill Book
Company, Inc.: New York.
LEMIGAS. 2009. Uji Karakteristik Minyak Kelapa. Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Jakarta.
57
Liljedahl, J. B., P. K. Turnquist, D. W. Smith, and M. Hoki. 1989. Tractors
and Their Power Units. 4th ed. Van Nonstrand Reinhold. New York.
Maleev, V. L. 1945. Internal Combustion Engines. 2nd ed. McGraw Hill Book
Company, Inc.: New York.
McAllister, M. 1983. Reduction in Rolling Resistance of Tire for Trailled
Agricultural Machinery. J. Agric. Engng. Res 28(2) : 127-137.
Miftahuddin. 2009. Rancang Bangun Elemen Pemanas Bahan Bakar Minyak
Kelapa untuk Motor Bakar dangan Memanfaatkan Panas Gas Buang.
Skripsi. Dept. TEP. FATETA. IPB. Bogor.
Noureddini, H., Zhu D. 1997. Kinetics of Transesterification Soybean Oil.
J.Am.Gil Chem.Soc.74;1457-1463.
Purday, H. F. P. 1948. Diesel Engine Design. 5th ed. Constable and Company
Ltd.: London.
Ristek. 2007. Tanaman Perkebunan. http://www.ristek.go.id/091107.930.htm
Saipul. 1994. Studi Penggunaan Minyak Kemiri (Aleurites moluccana WILLD)
Sebagai Bahan Bakar Motor Diesel. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB: Bogor.
Suastawa, I. N., W. Hermawan, dan E. N. Sembiring. 2000. Kontruksi dan
Pengukuran Kinerja traktor Pertanian. Jurusan Teknik Pertanian.
FATETA. IPB. Bogor.
Suastawa, I. N., W. Hermawan, Desrial, R. G. Sitompul dan Gatot P. 2006.
Pedoman Praktikum Alat Dan Mesin Budidaya Pertanian. Fakultas
Teknologi Pertanian. IPB: Bogor.
Wanders, A. A.1978. Pengukuran Energi di dalam Strategi Mekanisasi
Pertanian. Departemen Teknik Pertanian. FATETA. IPB. Bogor.
Williams, K.A. dan A. Churchill. 1966. Oils, Fats, and Fatty Food, Their
Practical Examination. Gloustesplace, London.
58
Lampiran 1. Analisis pindah panas pada elemen pemanas
TEMPERATURE (°C) RATE OF
HEAT
TRANSFER
LMTD SURFACE
AREA
LENGTH
COCONUT
OIL
EXHAUST
GAS
T in T out T in T out ΔT1 ΔT2 ΔT1 - ΔT2 ΔT1/ΔT2 ln ΔT1/ΔT2 (Q) (ΔT LM) (A) (l)
watt m2 m
30 90
150 50 60 20 40 3.00 1.10 48.04 36.41 0.0264 1.32
150 100 60 70 -10 0.86 -0.15 48.04 64.87 0.0148 0.74
200 50 110 20 90 5.50 1.70 48.04 52.79 0.0182 0.91
200 100 110 70 40 1.57 0.45 48.04 88.50 0.0109 0.54
250 50 160 20 140 8.00 2.08 48.04 67.33 0.0143 0.72
250 100 160 70 90 2.29 0.83 48.04 108.87 0.0088 0.44
300 50 210 20 190 10.50 2.35 48.04 80.80 0.0119 0.60
300 100 210 70 140 3.00 1.10 48.04 127.43 0.0075 0.38 Keterangan: Diameter pipa tembaga = 0.6 cm (1/4 inchi)
Sumber : Miftahuddin, 2009.
59
Lampiran 2. Data pengukuran Viskositas
SAMPEL SUHU VISKOSITAS (mPaS)
(°C) 1 2 3 Rata-rata
Minyak Kelapa
30 34 37 34 35
40 30 38 26 27.5
50 17 20 16 17.6
60 15 14 15 14.6
70 10 9.5 10.5 10
80 5 7.5 6.5 6.6
90 6 6 6.5 6.3
100 6.5 4.5 5.5 5.5
105 4.5 4.1 4.3 4.3
60
Lampiran 3. Data kalibrasi load cell dan pendahuluan kecepatan traktor
Beban (N)
Regangan ()
rata-rata Ulangan 1 Ulangan
2 Ulangan
3
0 -1 1 0 0,00
20,2 9 10 9 9,33
39,7 20 20 20 20,00
59,2 30 30 31 30,33
79,2 39 39 39 39,00
99,28 50 51 51 50,67
Data pengukuran pendahuluan kecepatan traktor
traktor tangan rpm 1500 traktor YM330T
transmisi waktu 10 m
(s) V (m/s) transmisi rpm
waktu 10 m (s)
V (m/s)
L1 14,63 0,683527 L1 2000 32,8 0,30487805
L1 15,29 0,654022 L1 1800 35,4 0,28248588
L1 15,66 0,63857 L1 1600 39,6 0,25252525
L2 11,02 0,907441 L1 1400 46,1 0,21691974
L2 11,45 0,873362 L1 1200 53,3 0,18761726
L2 10,89 0,918274 L1 1000 104,1 0,09606148
y = 1.9627x + 0.7476
0
20
40
60
80
100
120
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00
be
ba
n (
kg
)
regangan
61
Lampiran 4. Data kondisi lintasan uji
Uji kerapatan isi tanah dan kadar air pada landasan tanah
Sampel
Massa tanah
basah+ ring (g)
Massa tanah
kering + ring (g)
Massa ring
sampel (g)
V (cm
3)
Massa tanah basah
(g)
Massa tanah kering
(g)
ρd (g/cm
3)
Kadar air
basis kering
1 200,37 183,21 66,08 98,175 134,29 117,13 1,19 14,65
2 201,31 190,24 65,74 98,175 135,57 124,50 1,27 8,89
3 199,31 170,10 64,99 98,175 134,32 105,11 1,07 27,79
4 199,43 175,80 67,22 98,175 132,21 108,58 1,11 21,76
5 206,78 176,80 65,60 98,175 141,18 111,20 1,13 26,96
6 203,21 172,20 66,37 98,175 136,84 105,83 1,08 29,30
7 222,46 193,30 66,00 98,175 156,46 127,30 1,30 22,91
8 209,41 180,21 67,00 98,175 142,41 113,21 1,15 25,79
rata2 1,16 22,26
Kedalaman Gaya penetrasi (Kg ) sebelum pengujian
Tahanan penetrasi
(kPa)
Titik I Titik II Titik III Titik IV Titik V rata2
0 (cm) 0 4 4 2 2 2,4 190,12
5 (cm) 18 30 18 22 14 20,4 1072,12
10 (cm) 11 28 24 20 21 20,8 1091,72
15 (cm) 38 32 50 34 28 36,4 1856,12
20 (cm) 38 44 54 32 54 44,4 2248,12
Kedalaman Gaya penetrasi (Kg ) sesudah pengujian
Tahanan penetrasi kPa
Titik I Titik II Titik III Titik IV Titik V rata2
0 (cm) 0 4 4 3 4 3 219,52
5 (cm) 21 32 21 22 20 23,2 1209,32
10 (cm) 31 24 22 31 26 26,8 1385,72
15 (cm) 43 19 55 41 21 35,8 1826,72
20 (cm) 38 41 54 55 42 46 2326,52
62
Lampiran 5. Data kinerja traktor uji pada landasan beton dengan bahan bakar solar
Ulangan pengujian
Jarak lima putaran roda hand traktor
(tanpa operasi)
Putan engine traktor roda
empat
Pengatur kec. Traktor roda
empat
Jarak lima putaran roda hand traktor
(operasi)
Rata -rata jarak putran
Slip roda hand
traktor Regangan pada Handy strain meter
Rata-rata regangan
Handy strain meter
Beban tarikan
Beban tarikan
Waktu (operasi)
Rata-rata
waktu (operasi)
Kec maju hand
traktor (operasi)
Dpower
m rpm m m % Rata g N det det m/det W Rata-rata
1 9,17 900 Low 1
4,05 4,05 55,83
71,8 71,36 140,81 1381,31
8,97 8,97 0,45 623,67
654,12 2
9,17 4,15
4,15 54,74 80 65 68 68 70 70,2 68,24
134,68 1321,23 8,93
8,93 0,46 614,01
3 9,17
4,38 4,38 52,24
84 76 77 73 76 77,2 75,84 149,60 1467,56
8,87 8,87 0,49 724,68
1 9,17 1000 Low 1
6,1 6,10 33,48
73,8 73,8 145,59 1428,29
11,85 11,85 0,51 735,24
735,24 2
6,44
6,44 29,77 66 65 62 64 72 65,8
65,8 129,89 1274,25 12,59
12,59 0,51 651,80
3
6,35 6,35 30,75
44 58 66 61 47 55,2 55,2 109,09 1070,16
12,22 12,22 0,52 556,10
1 9,17 1500 Low 1
5,96 5,96 35,01
71,8 71,8 141,67 1389,78
8,88 8,88 0,67 932,78
975,42 2
9,17 6,39
6,39 30,32 52 54 56 81 76 63,8
63,8 125,97 1235,74 9,09
9,09 0,70 868,69
3 9,17
6,57 6,57 28,35
84 80 71 89 84 81,6 81,6 160,90 1578,47
9,22 9,22 0,71 1124,79
1 9,17 1700 Low 1
7,64 7,64 16,68
67,6 67,6 133,43 1308,91
9,95 9,95 0,77 1005,03
1015,08 2
9,17 7,80
7,80 14,94 74 68 65 65 58 66
66,0 130,29 1278,10 9,15
9,15 0,85 1089,53
3 9,17
7,20 7,20 21,48
26 71 60 75 62 58,8 58,8 116,15 1139,47
8,63 8,63 0,83 950,66
1 9,17 1900 Low 1
8,1 8,10 11,67
62,2 62,2 122,83 1204,94
9,15 9,15 0,89 1066,67
1144,81 2
9,17 7,90
7,90 13,85 66 66 67 79 71 69,8
69,8 137,74 1351,27 8,91
8,91 0,89 1198,10
3 9,17
7,80 7,800 14,94
71 70 68 71 60 68 68,0 134,21 1316,61
8,78 8,78 0,89 1169,66
Keterangan : Warna merah menunjukkan data yang diambil untuk diplotkan di grafik pada Gambar 24 dan Gambar 25.
63
Lampiran 6. Data kinerja traktor uji pada landasan beton dengan bahan bakar minyak kelapa
Ulangan pengujian
Jarak lima putaran
roda hand traktor (tanpa
operasi)
Putan engine traktor roda
empat
Pengatur kec. Traktor roda empat
Jarak lima putaran
roda hand traktor
(operasi)
Rata -rata jarak
putran
Slip roda hand
traktor
Regangan pada Handy strain meter
Rata-rata regangan
Handy strain meter
Beban tarikan
Beban tarikan
Waktu (operasi)
Rata-rata
waktu (operasi)
Kec maju hand
traktor (operasi)
Dpower
m rpm m m % Rata2 g N det det m/det W
1
9,17 900 Low 1
4,25
4,117 55,11
82 72 82 70 74 76
74,67 147,30 1445,0
9,03
8,86 0,46 671,64 2 3,92 67 80 72 75 88 76,4 8,66
3 4,18 66 67 78 77 70 71,6 8,88
1
9,17 1000 Low 1
4,8
4,850 47,11
54 73 83 73 72 71
72,20 142,45 1397,5
9,19
9,08 0,53 746,18 2 4,79 81 62 78 60 71 70,4 9,16
3 4,96 86 72 72 69 77 75,2 8,90
1
9,17 1500 Low 1
6,47
6,473 29,41
79 72 77 73 59 72
71,07 140,23 1375,7
8,82
8,82 0,73 1009,27 2 6,45 79 71 68 70 65 70,6 8,81
3 6,50 58 69 74 72 80 70,6 8,84
1
9,17 1700 Low 1
7,32
7,090 22,68
77 71 75 79 68 74
71,07 140,23 1375,7
8,91
8,72 0,81 1118,51 2 6,99 53 64 65 75 71 65,6 8,72
3 6,96 67 75 66 83 77 73,6 8,53
1
9,17 1900 Low 1
8,35
8,173 10,87
59 61 70 65 78 66,6
67,80 133,82 1312,8
8,97
8,88 0,92 1208,75 2 7,90 46 70 67 74 68 65 8,78
3 8,27 78 68 65 73 75 71,8 8,88
64
Lampiran 7. Data kinerja traktor uji pada landasan tanah dengan bahan bakar solar
Ulangan pengujian
Jarak lima putaran roda hand traktor
(tanpa operasi)
Putan engine traktor roda
empat
Pengatur kec. Traktor roda empat
Jarak lima putaran
roda hand traktor
(operasi)
Rata -rata jarak
putran
Slip roda hand
traktor
Regangan pada Handy strain meter
Rata-rata regangan
Handy strain meter
Beban tarikan
Beban tarikan
Waktu (operasi)
Rata-rata
waktu (operasi)
Kec maju hand
traktor (operasi)
Dpower
m rpm m m % Rata g N det det m/det W
1
9,17 900 Low 1
4,62
4,040 55,94
45 70 71 51 61 59,6
64,07 126,49 1240,9
9,21
8,97 0,45 559,09 2 3,58 56 76 80 79 99 78 8,81
3 3,92 56 57 53 53 54 54,6 8,88
1
9,17 Low 1
4,88
4,513 50,78
35 38 28 31 47 35,8
39,73 78,73 772,4
9,1
8,84 0,51 394,48 2 1000
4,43 20 56 51 33 32 38,4 8,60
3 4,23 36 52 48 44 45 45 8,81
1
9,17 1500 Low 1
6,31
6,440 29,77
17 39 26 37 38 31,4
46,00 91,03 893,0
8,59
8,61 0,75 667,95 2 6,33 24 51 62 60 38 47 8,58
3 6,68 66 53 43 75 61 59,6 8,66
1
9,17 1700 Low 1
6,91
6,953 24,17
13 61 30 59 37 40
44,60 88,28 866,1
8,87
8,78 0,79 685,88 2 6,97 74 57 59 42 41 54,6 8,75
3 6,98 45 23 37 42 49 39,2 8,72
1
9,17 1900 Low 1
6,55
7,600 17,12
29 39 30 22 39 31,8
39,20 77,69 762,1
8,72
8,97 0,85 645,70 2 8,47 57 49 38 41 44 45,8 8,94
3 7,78 32 34 46 54 34 40 9,25
65
Lampiran 8. Data kinerja traktor uji pada landasan tanah dengan bahan bakar minyak kelapa
Ulangan pengujian
Jarak lima putaran
roda hand traktor (tanpa
operasi)
Putan engine traktor roda
empat
Pengatur kec. Traktor roda empat
Jarak lima putaran
roda hand traktor
(operasi)
Rata -rata jarak
putran
Slip roda hand
traktor
Regangan pada Handy strain meter
Rata-rata regangan
Handy strain meter
Beban tarikan
Beban tarikan
Waktu (operasi)
Rata-rata
waktu (operasi)
Kec maju hand
traktor (operasi)
Dpower
m rpm m m % Rata g N det det m/det W
1
9,17 900 Low 1
4,06
4,413 51,87
77 44 47 141 132 88,2
69,40
136,96
1343,6
8,78
8,50 0,52 697,60 2 4,95 69 50 59 50 44 54,4 8,35
3 4,23 59 68 64 64 73 65,6 8,37
1
9,17 1000 Low 1
4,51
5,113 44,24
61 70 67 71 67 67,2
61,13
120,73
1184,4
8,94
10,17 0,50 595,30 2 6,14 62 63 52 47 39 52,6 12,30
3 4,69 74 64 76 53 51 63,6 9,28
1
9,17 1500 Low 1
7,98
7,073 22,86
59 50 38 36 23 41,2
44,67
88,41
867,3
11,25
10,07 0,70 609,04 2 6,25 35 46 63 56 36 47,2 8,78
3 6,99 43 23 57 57 48 45,6 10,19
1
9,17 1700 Low 1
7,11
7,130 22,25
50 45 35 28 45 40,6
46,47
91,95
902,0
8,63
8,99 0,79 715,12 2 7,10 52 38 53 50 43 47,2 9,28
3 7,18 70 43 49 55 41 51,6 9,07
1
9,17 1900 Low 1
8,24
8,040 12,32
40 38 37 48 43 41,2
38,80
76,90
754,4
9,25
8,74 0,92 693,97 2 7,78 40 25 29 31 28 30,6 8,25
3 8,10 48 48 54 41 32 44,6 8,72
66
Lampiran 9. Data efisiensi lapang
Bahan bakar Pengatur kecepatan Traktor roda dua Data KLT Data KLE KLE KLT EL
Kecepatan dalam jarak 10 m kec (m/s) lebar olah (m) luas (m2) waktu (s)
Minyak kelapa Low 1 12,17 0,82 0,28 200,00 975,00
Low 1 11,91 0,84 0,28 200,00 1.081,00
Low 1 12,92 0,77 0.28 200,00 961,00
rata-rata Low 1 12,33 0,81 0,28 200,00 1.005,67 0,0716 0,0816 87,6862
Solar Low 1 11,93 0,84 0,28 200,00 1.179,00
Low 1 12,41 0,81 0,28 200,00 1.101,00
Low 1 12,37 0,81 0.28 200,00 892,00
rata-rata Low 1 12,24 0,82 0,28 200,00 1.057,33 0,0681 0,0827 82,3849
RIWAYAT HIDUP
Fandra Wiratama, dilahirkan pada tanggal 20 Juni
1988 di Padang, Kecamatan Lubuk buaya, Kota Padang
yang lahir dari pasangan Bapak Fachruddin Noer dengan
Ibu Chairawati dan merupakan anak ke dua dari empat
bersaudara.
Pada tahun 1993 penulis menyelesaikan pendidikan
prasekolah di TK Masyitah Padang, kemudian menyelesaikan pendidikan dasar di
SDN 11 Lubuk Buaya pada tahun 1999 dan melanjutkan studi di Pesantren
Modern Terpadu Prof. Hamka Padang Pariaman. Setelah menyelesaikan studi di
Pesantren tahun 2002, penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 7 PADANG dan
tamat pada tahun 2005.
Tahun 2005 penulis diterima di Institut Petanian Bogor (IPB) melalui jalur
USMI, dan pada tahun 2006 masuk Departemen Teknik Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian dan penulis mengambil bagian Teknik Mesin Budidaya
Pertanian.
Selama kuliah di IPB penulis aktif dalam berbagai kegiatan di kampus
baik formal maupun nonformal. Pada tahun 2008 melaksanakan pratek lapang di
PT. Sweet Indolampung dengan judul “Mempelajari Operasi dan
Pemeliharaan Alat dan Mesin Budidaya Tanaman Tebu di PT. Sweet
Indolampung, Lampung Utara”. Pada bulan September 2009 penulis
dinyatakan lulus setelah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Kinerja Tarik
Traktor Tangan Yanmar Bromo dx yang dilengkapi Pemanas Bahan Bakar
dengan Bahan Bakar Minyak Kelapa”