skripsi strategi humas sub bagian peliputan dan …
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
SKRIPSI
STRATEGI HUMAS SUB BAGIAN PELIPUTAN
DAN PENYAJIAN BERITA KEMENTERIAN HUKUM
DAN HAM DALAM PENYEBARAN INFORMASI
MELALUI MAJALAH HUKUM DAN HAM
Diajukan oleh :
NAMA : AYU MAULIDHA
NIM : 2013 – 41 – 197
KONSENTRASI : HUBUNGAN MASYARAKAT
Untuk memenuhi sebagian syarat
Guna mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Jakarta
2017
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ayu Maulidha
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Agustus 1995
Alamat : Jalan Bangka 2 gg 7 No.17, Rt 014 / Rw 001 Jak-
sel
Telepon/HP : 087878373612
Status : Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM (B)
Nim : 2013 – 41 – 197
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi :
Judul : Strategi Humas Sub Bagian Peliputan Dan
Penyajian Berita Kementerian Hukum dan HAM
Dalam Penyebaran Informasi Melalui Majalah
Hukum dan HAM
Pembimbing I : Drs.Kustiatno, M.Si
Pembimbing II : Nasrullah Kusadjibrata, S.sos, M.Si
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya buat
merupakan hasil Asli (orisinil) dan bukan Duplikasi dan Skripsi orang lain.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan
apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup
untuk dikenakan sanksi akademis sesuai peraturan yang berlaku di FIKOM
UPDM (B)
Jakarta, Agustus 2017
Ayu Maulidha
iii
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI : ILMU KOMUNIKASI
ABSTRAK
Nama : Ayu Maulidha
Nim : 2013 – 41 – 197
Program Studi : Ilmu komunikasi
Kosentrasi : Hubungan Masyarakat
Judul Skripsi : Strategi Humas Sub Bagian Peliputan dan Penyajian
Berita Kementerian Hukum dan HAM Dalam Penyebaran
Informasi Melalui Majalah Hukum dan HAM
Bab/Halaman : 5 Bab + 95 Halaman
Biblografi : 19 Buku + 1 Website + 2 jurnal
Pembimbing : 1. Drs. Kustiatno, M.Si
2. Nasrullah Kusadjibrata,S.Sos, M.Si
Penyebaran Informasi merupakan tugas seorang humas dalam
menyampaikan informasi mengenai lembaga atau instasi kepada publik baik
publik internal maupun eksternal,publikasi merupakan bagian terbesar dan
terpenting dari humas.
Sebagai lembaga Negara Kementerian Hukum dan HAM
(KemenkumHAM) juga mempunyai masalah terhadap pengetahuan publik
internal maupun eksternal. Banyak diantara publik yang tidak mengetahui
kegiatan apa dan isu apa yang sedang terjadi di KemenkumHAM karena
banyaknya unit kerja yaitu sebelas unit kerja. oleh karena itu di butuhkan
media internal yang berupa majalah sebagai sarana penyebaran informasi
dari KemenkumHAM kepada publik internal maupun eksternal.
iv
Penelitian ini mengambil judul “Strategi Humas Sub Bagian Peliputan
dan Penyajian Berita Kementerian Hukum dan HAM Dalam Penyebaran
Informasi Melalui Majalah Hukum dan HAM. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui strategi apa yang di gunakan KemenkumHAM dalam
penyebaran informasi melalui majalah. Teori yang di gunakan adalah teori
media Nirmassa. Dimana teori ini berita yang ada di dalam majalah Hukum
dan HAM ini di susun, memunculkan isu yang hanya berkaittan dengan
kementerian Hukum dan HAM. Dalam majalah Hukum dan HAM adanya
rubrik informasi edukasi hiburan dan mempengaruhi yang sangat berkaitan
dengan media Nirmassa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
studi kasus dengan paradigma konstruktivesme. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah dengan wawancara mendalam
Hasil penelitian yang di peroleh dari strategi yang dilakukan
Kementerian Hukum dan HAM, yaitu dengan menerbitkan “majalah Hukum
dan HAM”. Majalah tersebut umumnya berisikan informasi mengenai laporan
kegiatan seluruh unit Kementerian Hukum dan HAM, inovasi – inovasi serta
isu mengenai bidang hukum. Majalah Hukum dan bertujuan untuk
menambah wawasan pembaca bertambah menjadi luas lagi dan
menhilangkan stigma negatif. Hambatan dalam penerbitan dan pembuatan
majalah Hukum dan HAM yaitu kurangnya sumber daya manusia, perlatan
dan sistem birokrasi yang panjang. Pengunaan media majalah Hukum dan
HAM ini efektif dalam menyebarkan informasi ke publik.
Kata Kunci :
Strategi ; Humas; Penyebaran Informasi; Kementerian Hukum dan
HAM RI, Majalah Hukum dan HAM.
v
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI : ILMU KOMUNIKASI
ABSTRACT
Name : Ayu Maulidha
Nim : 2013 – 41 – 197
Course : communication science
Concentrations : Community Relations
Title of Thesis : Strategy of Public Relations Sub-Division of Coverage
and Presentation of Kementerian Hukum dan HAM
News in the Dissemination of Information Through the
Legal and Human Rights Magazine
Chapter/page : 5 + 95 Chapter Page
Biblografi : 19 + 1 Book + 2 Journal Website
Supervisor : 1. Drs. Kustiatno, M.Si
2. Nasrullah Kusadjibrata, s. Sos, M.Si
Dissemination of information is the task of a publicist in conveying
information regarding the institution or instasi to the public good the public
internal and external publications, is part of the largest and most important
public relations.
As State agencies of the Kementerian Hukum dan HAM
(KemenkumHAM) also has problems with internal and external public
knowledge. Many of the public who do not know what activities and what is
going on in the KemenkumHAM because of the many units working i.e
eleven units of work. It is therefore in need of internal media magazine as a
means of dissemination of information from the KemenkumHAM to the public
internal and external.
vi
This research takes the title "public relations Strategy Sub Part
Coverage and presentation of Kementerian Hukum dan HAM News in the
dissemination of information through the magazine of law and human rights.
The purpose of this research is to find out what strategy to use
KemenkumHAM in the dissemination of information through the magazine.
The theory is a theory of media in use Nirmassa. Where this theory in the
news magazine of law and human rigth is in the bunk, bring up the issue that
only berkaittan with the Ministry of Justice and human rights. In the presence
of Justice and human rights magazine rubric information education
entertainment and affects a very related to media Nirmassa. The research
method used is case study method with the konstruktivesme paradigma.
Data collection techniques used are in-depth interviews with.
The research results in getting from the strategy that carried out the
Kementerian Hukum dan HAM namely by publishing "magazine of law and
human rights". The magazine generally contains information regarding
activity report the entire unit of the Ministry of Justice and human rights,
innovation – innovation as well as issues regarding the law. The magazine of
law and aims to add insight readers increased to broadly and eliminate the
negative stigma. Obstacles in publishing and magazine making justice and
human rights, namely the lack of human resources, equipment and
bureaucratic system. Use of the media magazine of law and human right is
effective in disseminating information to the public.
Keywords : The strategy; Publicist; The Dissemination Of Information;
The Kementerian Hukum dan HAM, the magazine of law
and human rights.
vii
KATA PENGANTAR
Allhamdullilah Rabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjakan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan petunjuk
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Humas
Sub Bagian Peliputan dan Penyajian Berita Kementerian Hukum dan
HAM Dalam Penyebaran Informasi Melalui Majalah Hukum dan HAM
Skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir untuk memnuhi
persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu komunikasi
Konsentrasi Hubungan Masyarakat di Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama) Jakarta.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat memberikan masukan bagi penulis dan mahasiswa/I dalam menekuni
belajar khususnya mahasiswa/I Hubungan Masyarakat. Terimakasih
Penulis
Ayu Maulidha
viii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-
nya yang diberikan kepada penulis sehingga dalam proses penyusunan
skiripsi ini penulis senantiasa diberikan kemudahan untuk
menyelesaikannya. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa
terimakasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain :
1. Kedua orangtuaku yang telah memberikan semangat dan doa - doa
yang tidak pernah putus, kasih sayang dan dukungan yang sangat
besar serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Dr. Dr. Rudy Hariyanto, MM., MSN Selaku Rektor
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
3. Dr. Prasetya Yoga Santoso, MM Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
4. Dr. Hendri Prasetyo, S.Sos., M.Si Selaku Ketua Program Studi
Hubungan Masyarakat
5. Bapak Freddy Richardo, M.Si selaku kepala jurusan Bidang
Hubungan Masyarakat Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama)
6. Bapak Drs. Kustiatno, M.Si selaku dosen pembimbing I. Terimakasih
dengan kesabarannya telah memberikan arahan, masukan serta
waktunya kepada penulis dalam melakukan bimbingan selama ini.
ix
7. Bapak Nasrullah, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing II.
Terimakasih dengan kesabarannya telah memberikan arahan,
masukan serta waktunya kepada penulis dalam melakukan
bimbingan selama ini.
8. Ibu Ria Wijayanti E,SH,MM selaku kepala bagian Hubungan
Masyarakat KemenkumHAM yang sangat membantu memberikan
informasi – informasi kepada penulis dan telah mengijinkan penulis
melakukan penelitian/observasi di tempatnya.
9. Bapak Fitriadi Agung Prabowo S.IP selaku kepala Sub Bagian
Hubungan Pers dan Media Massa di Biro Humas KemenkumHAM
yang sangat membantu memberikan informasi – informasi kepada
penulis dan telah mengijinkan penulis melakukan
penelitian/observasi di tempatnya.
10. Bapak Komarudin, SH selaku JFU Sub Bagian Peliputan dan
Penyajian Berita di KemenkumHAM yang sangat sabar dan
memberikan informasi – informasi kepada penulis
11. Sahabat tercinta penulis (Pista, Jelita, Glory, Danti) yang selalu
bersama dan menjadi penyemangat penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini
12. Dan semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu - persatu yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis
Ayu Maulidha
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................... i
LEMBAR ORISINALITAS SKRIPSI .................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................... iii
ABSTRACT ........................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................... 1
1.2 Fokus Penelitian ........................................................ 8
1.3 Perumusan Masalah .................................................. 9
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................... 9
1.5 Signifikansi Penelitian ................................................ 10
1.5.1 Signifikansi Teoritis ........................................... 10
1.5.2 Signifikansi Praktis ............................................ 10
BAB II KAJIAN LITERATUR DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis ........................... 11
2.2 Kerangka Konsep-konsep Penelitian dan Teori ......... 18
2.2.1 Komunikasi ................................................... 18
2.2.2 Humas (Public Relations) .............................. 22
2.2.3 Media Cetak (Majalah) .................................. 31
2.2.4 Media Internal ............................................... 38
xi
2.2.5 In House Journal ........................................... 40
2.2.6 Majalah “Hukum dan HAM” Media Nirmassa... 43
2.3 Bagan Alur Pikir ......................................................... 45
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian ................................................. 48
3.2 Pendekatan Penelitian ............................................... 50
3.3 Jenis/Format Penelitian ............................................. 51
3.4 Metode Penelitian ...................................................... 53
3.5 Objek dan Subjek Penelitian ...................................... 56
3.6 Teknik Pengumpulan Data ......................................... 56
3.7 Teknik Keabsahan Data............................................. 63
3.8 Teknik Analisis Data .................................................. 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek ........................................................ 68
4.1.1 Sejarah Singkat Kementerian Hukum dan
HAM RI ......................................................... 68
4.1.2 Visi dan Misi .................................................. 70
4.1.3 Logo Kementerian Hukum dan HAM
Republik Indonesia ........................................ 71
4.1.4 Tugas dan Fungsi Kementerian Hukum dan
HAM RI ......................................................... 73
4.1.5 Struktur Organisasi Kementerian Hukum dan
HAM RI ......................................................... 75
4.1.6 Tugas dan Fungsi Bagian Hubungan
Masyarakat ................................................... 76
4.1.7 Struktur Organisasi Bagian Hubungan
Masyarakat ................................................... 76
4.1.8 Majalah Hukum dan HAM ............................. 77
4.2 Deskripsi Subyek Penelitian ...................................... 79
xii
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian .......................................... 81
4.4 Pembahasan ............................................................. 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................ 93
5.2 Saran ......................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Matriks Penelitian Sejenis .............................................. 16
Tabel 2.2 Bagan Alur Pikir ............................................................. 47
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Transkrip Wawancara
2. Majalah Hukum dan HAM Edisi I 2017
3. Surat Keterangan Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia memiliki kebutuhan terhadap komunikasi, komunikasi
menjadi suatu kebutuhan yang mendasar dan penting terutama akan
informasi. Perkembangan arus informasi tersebut berjalan dengan cepat
seiring dengan perkembangan jaman., dan kebutuhan manusia itu
sendiri. Hal tersebut terjadi karena kebutuhan suatu informasi menjadi
suatu hal yang mendasar. Informasi merupakan bagian dari komunikasi
yang selalu dilakukan sehari hari oleh setiap individu. Melalui
komunikasi, manusia dapat mengetahui informasi yang di perlukan dari
orang lain. Menjadikan manusia yang awalnya tidak tahu menjadi tahu
mengenai suatu informasi.
Menyadari pentingnya komunikasi, terlebih di era teknologi
komunikasi dan informasi yang meningkat dan mengalir begitu dahsyat
ini, banyak perusahan ataupun lembaga yang menerapkan program
yang dirancang secara khusus untuk meningkatkan komunikasi baik
didalam maupun di luar perusahaan. Informasi merupakan kebutuhan
pokok setiap orang, baik dalam mengembangkan kualitas pribadi
maupun dalam menjalani kehidupan sosial. Setiap orang dalam kualitas
dan latar belakang apapun membutuhkan informasi yang sesuai.
Informasi itu dapat di peroleh melalui media apapun dan dapat di peroleh
2
lewat tatap muka dengan orang lain, bisa juga melalui berbagai macam
sarana yang tersedia. Media komunikasi yang lazim disebut dengan
media massa, yaitu termasuk di dalamnya adalah media elektronik dan
media cetak. Salah satu media komunikasi cetak yaitu “Majalah”.
Majalah adalah media komunikasi yang dinilai efektif untuk dapat
menyebarkan informasi kepada publiknya. Majalah merupakan salah
satu media komunikasi massa berusaha menyampaikan pesan kepada
khalayak dengan sangat terperinci karena memiliki karakterisik yang
berbeda dengan media cetak yang lainnya. Karakterisik dari majalah
dapat dilihat dari isi pesan yang di sajikan sebuah majalah. Dalam
penyajian pesannya, majalah menyajikan pesannya lebih mendalam,
memiliki nilai akutualitas lebih lama, gambar atau foto yang lebih banyak,
memilki cover atau sampul sebagai daya tarik. Majalah itu sendiri, terdiri
dari berbagai jenis dan fungsi. Kebutuhan masyarakat akan media cetak
khususnya majalah sangat kuat. Media Internal sebagai alat media
penghubung internal dan eksternal yang di edarkan secara gratis dalam
upaya untuk penyebaran informasi, pesan aktifitas sebuah instansi,
manfaat produk , jasa dan publikasi lainnya yang di tunjukan untuk publik
(Effendy,2000:129). Media internal dalam hal ini merupakan media yang
di kelola oleh humas, tugas humas adalah bertanggung jawab untuk
menyampaikan informasi yang penting, menciptakan citra, memberi
masukan kepada manajemen dan memberi informasi kepada khalayak
mengenai suatu informasi organisasi agar membentuk citra yang positif.
3
Fungsi dan tugas seorang humas adalah berupaya untuk
membina hubungan komunikasi internal dan eksternal. Peranan tersebut
merupakan informasi dari para karyawan dan khalayak organisasi, atau
sebaliknya maupun bertindak sebagai mediator dari perusahaan
terhadap khalayak organisasi. (Yulianita,2003:49)
Secara keseluruhan, humas mempuyai fungsi khusus manajemen
yaitu membantu memlihara komunikasi ke dalam dan keluar, agar
tercapai saling pengertian, kerjasama antar organisasi dan publiknya
termasuk menanggapi opini publik yang sesuai atau tidak sesuai dengan
kebijakan yang dilakukan oleh instansi bersangkutan, serta membantu
fungsi manajemen dalam mengantisipasi dan memanfaatkan
kesempatan, serta tantangan dan perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat/publiknya.
Hubungan baik dengan media tentunya disertai harapan berbagai
kegiatan yang dijalankan organisasi diliput media secara jujur, akurat dan
berimbang. Untuk mencapai maksud tersebut maka organisasi wajib
mengembangkan hubungan yang kokoh dan erat dengan media cetak,
media penyiaran dan tak kalah petingnya, menjalin hubungan dengan
media. Agar tujuanya citra positif organisasi atau lembaga di mata
publiknya bisa terus terjaga dengan baik. Untuk mencapai tujuan humas,
yang di antaranya citra positif dan penyalur informasi dan saling
pengertian antara publik dan organisasi, maka banyak kegiatan humas
yang dilakukan melalui media. Dengan publik yang tersebar, bukan saja
4
secara geografis tapi juga secara demografis, maka kegiatan komunikasi
akan sulit dilakukan bila tidak memanfaatkan media massa. Media
massa menjadi media komunikasi yang menjangkau publik yang tersebar
dan beragam kepentingan. Dibalik semua itu, media relation sebagai
fungsi khusus kampanye Humas adalah mengikuti tahapan tahapan
dalam proses humas. Bukan sekedar mempublikasikan kegiatan yang
diselenggarakan suatu organisasi atau lembaga melainkan juga
bagaimana publikasi itu menopang atau memperkokoh citra organisasi di
mata publiknya. Bukan juga sekedar memperbanyak jumlah kegiatan
organisasi yang diliput media massa, melainkan juga bagaimana
peliputan media itu menunjang pencapaian tujuan organisasi.
Oleh karena itu media relations merupakan kegiatan yang
terencana, dengan perencanaan yang didasarkan hasil riset, dan
ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Uraian tentang media
relations itu bisa dilihat keterkaitannya untuk membentuk pengertian
media relation. Pertama media relation itu berkenan dengan media
komunikasi. Media komunikasi di perlukan karena menjadi sarana yang
sangat penting dan efisien dalam berkomunikasi dengan publik. Kedua,
media relation itu pada dasarnya berkenaan dengan pemberian informasi
atau memberi tanggappan. Maka ada yang menyebutkan bahwa media
relation itu merupakan fungsi khusus didalam satu kegiatan atau
program humas. Letak ke khususannya ada pada pelibatan media
5
massa yang berada diluar kendali organisasi untuk bisa pencapaian
tujuan organisasi.
Media massa memang sebuah sarana untuk menyampaikan
informasi. Media internal memegang peranan yang penting guna
menjalin hubungan yang baik dalam sebuah instasi pemerintahan dan
karyawannya, karena salah satu cara utama menyediakan informasi bagi
seluruh personil instasi pemerintah, baik mengenai kebijakan dalam
organisasi, kegiatan organisasi atau peraturan baru yang terdapat di
dalam instansi pemerintah dan semua lembaga Negara.
Salah satunya adalah lembaga Negara yang memiliki media
internal. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia ( KemenkumHAM ). Tugas Kementerian Hukum dan HAM
(Pasal 2) Kementerian Hukum dan HAM mempuyai tugas
menyelenggarakan urussan pemerintah di bidang hukum dan hak asasi
manusia untuk membantu presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan Negara. Aktivitas hubungan masyarakat adalah salah satu
metode berkomunikasi yang digunakan perusahaan maupun lembaga
untuk membangun hubungan kerjasama antara lembaga dan
masyarakat ataupun publiknya. Bagian Hubungan Masyarakat
kementerian hukum dan HAM mempuyai tugas melaksanakan penyiapan
pembinaan hubungan masyarakat, pemberitaan dan layanan informasi
serta dokumentasi di lingkungan . Bagian kementerian hukum dan HAM
Hubungan Masyarakat menyelenggarakan Fungsi; 1. Pelaksanaan
6
Peliputan dan Penyajian berita. 2. Pelaksanaan fasilitasi hubungan pers,
media massa dan analisa berita. 3. Pelaksanaan layanan informasi dan
fasilitasi penanganan pemohonan informasi. 4. Pengelola dokumentasi,
arsip dan perpustakaan. Tugas Bagian Hubungan Masyarakat: Pasal
100, Bagian Hubungan Masyarakat mempuyai tugas melaksanakan
penyiapan pembinaan hubungan masyarakat, Pemberitaan dan layanan
informasi serta dokumentasi di lingkungan kementerian hukum dan HAM.
Bagian Hubungan Masyarakat terdiri atas : 1. Sub Bagian Peliputan dan
Penyajian Berita, Mempuyai tugas melakukan peliputan dan penyajian
berita. 2. Sub Bagian Hubungan Pers dan Media Massa, mempuyai
tugas melakukan fasilitasi hubungan pers, media massa dan analisa
berita. Humas kementerian hukum dan HAM merupakan bagian yang
memberikan informasi mengenai masalah-masalah hukum dan peraturan
peraturan yang berhubungan dengan Hukum dan undang undang 1945
yang berlaku di Republik Indonesia. (Buku orta KemenkumHAM).
Majalah Hukum Kementerian Hukum dan Ham sebagai media
cetak mempuyai kemampuan yang efektif di dalam menyebarkan atau
menyampaikan informasi yang bermanfaat. Majalah Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan Ham adalah majalah yang isinya tentang
kegiatan Kementerian Hukum dan Ham baik di pusat maupun di daerah
dan yang ada di Kementrian Hukum dan Ham, tentang progam
Kementerian baik yang sudah dilaksanakan ataupun yang akan
dilaksanakan.
7
Sebagaimana uraian di atas, maka salah satu fungsi dan peran
kehumassan Kemenkumham adalah menjelaskan dan mensosialisasikan
Peranan Kemenkumham dan setiap bagian bagiannya agar masyarakat
lebih dekat dan mengenal KemenkumHAM.
Untuk itu “Majalah Hukum dan HAM” sebagai majalah yang
dibentuk di lingkungan KemenkumHAM yaitu menjadi media untuk
menyebarkan informasi dan mempublikasikan kegiatan KemenkumHAM
kepada masyarakat yang luas.
Strategi majalah “Hukum dan HAM” harus lebih strategis didalam
mengemas berita baik isi maupun dari bentuk penyajiannya.
“Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta akan hanya menunjukan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.”(Effendy, 2009:93). Dari definisi di atas, strategi dapat di simpulkan, selain untuk
perencanaan dan manajemen melainkan sebagai arah petunjuk
bagaimana taktik operasionalnya dijalankan. Strategi Humas
Kemenkumham dalam mengelola majalah Hukum dan HAM sangat
berperan penting, karena majalah ini merupakan suatu alat dari kegiatan
komunikasi kelembagaan.
Oleh karena itu, disini penulis tertarik untuk meneliti dan
mengangkat strategi yang di lakukan kementerian hukum dan HAM
dalam penyebaran informasi melalui majalah Hukum dan HAM dan
penulis menjadikan judul skripsi yang akan dibuat yaitu
8
“Strategi Humas Sub Bagian Peliputan dan Penyajian Berita
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Dalam Penyebaran
Informasi melalui Majalah Hukum dan HAM “
1.2 Fokus Penelitian
1. Bobot Berita
Bobot berita adalah suatu nilai – nilai yang terdapat dalam
suatu berita yang menentukan kualitas isi dari berita tersebut. Dalam
hal ini bobot berita sangat berperan penting dalam mengedukasikan
publik tentang Kemenkumham.
2. Perluasan Pemberitaan
Perluasan pemberitaan adalah suatu proses pengembangan
hal – hal baru tentang studi dimana hal tersebut akan menjadi suatu
berita yang menarik minat masyarakat untuk mengetahui sisi lain
yang belum mereka ketahui. Perluasan pemberitaan majalah Hukum
dan HAM sangat berperan penting untuk menciptakan rasa ingin
tahu publik tentang KemenkumHAM.
3. Periode Pemberitaan
Periode pemberitaan adalah jeda waktu dimana berita
tersebut diterbitkan. Konsistensi dalam jeda waktu sangat berperan
penting untuk menarik minat para pembaca.
9
1.3 Perumusan Masalah
Kualitas sebuah penelitian dapat di tentukan oleh luas dan
dalamnya yang dihadapi penelitian itu. Banyak rumusan masalah
menjadi salah satu indikator luas dalamnya permasalah. Rumusan
masalah berbeda dengan masalah. Rumusan masalah ialah “suatu
pertanyaan yang akan dicarikan jawabnya melalui pengumpulan data.
Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan
masalah penelitian, karena setiap rumusan masalah penelitian harus di
dasarkan pada masalah”. (Sugiyono,2010 : 35).
Bedasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka
penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut :
Bagaimana “Strategi Humas Sub Bagian Peliputan dan Penyajian
Berita Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Dalam Penyebaran
Informasi melalui Majalah Hukum dan HAM ”
1.4 Tujuan Penelitian
Bedasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka
penelitian ini bertujuan :
Untuk mengetahui “Strategi Humas Sub Bagian Peliputan dan
Penyajian Berita Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Dalam
Penyebaran Informasi melalui Majalah Hukum dan HAM”
10
1.5 Signifikansi Penelitian
1.5.1 Signifikansi Teoritis
Manfaat akedemis yang ingin di peroleh dari adanya
penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dan wawasan dalam pengembangan bidang ilmu komunikasi pada
umumnya, Manfaat akademis lainnya yaitu agar penulis mampu
berfikir logis sesuai dengan ilmu pengetahuan yang telah di
peroleh sejak awal bangku perkuliahan serta dapat menguji
fenomena atau permasalahan secara ilmiah dan terkonstruksi
dengan baik.
1.5.2 Signifikansi Praktis
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi dan
mengetahui strategi dalam menyebarkan informasi melalui
majalah yang dilaksanakan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia. Hasil penelitian ini juga di manfaatkan sebagai
masukan praktis bagi Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
dalam menyempurnakan Strategi penyebaran informasi.
11
BAB II
KAJIAN LITERATUR DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis
2.1.1 Judul Skripsi : Strategi Humas Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) dalam
Meningkatkan Citra kepada Stakeholders
melalui Newsletter (edisi 1 bulan mei 2010)
Penulis : Fajar Edi Pradipta
Lembaga : Fikom UPDM (B)
Publikasi merupakan tugas seorang humas dalam
menceritakan atau menyampaikan informasi sebanyak mungkin
mengenai lembaga atau instasi kepada publik baik internal
maupun eksternal, dengan kata lain publikasi merupakan bagian
terbesar dan terpenting atau ujung tombak dari humas. Sebagai
suatu lembaga Negara non kementerian, Badan Pengkajian Dan
Penerapan Teknologi (BPPT) juga mempuyai masalah terhadap
stokeholders. Banyak di antara stakeholders BPPT tidak
mengetahui mengenai kegiatan apa yang telah dilakukan oleh
BPPT, serta teknologi apa yang telah dihasilkan BPPT. Oleh
karena itu dibutukan media internal yang berupa newsletter sebgai
sarana publikasi informasi aktifitas stakeholders. Teori yang
digunkan adalah 7cs PR communication (credibillty, contex,
12
content, clarity, continuity, channel, capability of audience) dimana
didalam teori ini, humas selaku komunikator harus mempuyai
strategi yang tepat dalam meningkatkan citra kepada stakeholders
melalui newsletter, selain itu juga penulis menggunakan program
6 langkah PR yaitu : pengenalan situasi, penetapan tujuan, definisi
khalayak, pemilihan media dan teknik – teknik humas
perencanaan anggaran,dan pengukuran hasil.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
yang bertujuan untuk mendapatkan data akurat yang menjelaskan
dan menggambarkan secara rinci mengenai strategi Humas
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam
meningkatkan citra kepada stakeholders newsletter. Metode
penelitian ini menggunakan pengumpulan data berupa wawancara
mendalam, pengamatan langsung dan penelaahan dokumentasi.
Hasil penelitian yang di peroleh dari strategi yang dilakukan
oleh humas BPPT dalam meningkatkan citra kepada stakeholders
BPPT yaitu dengan menerbitkan newsletter BPPT. Newsletter
tersebut umumnya berisikan informasi mengenai kegiatan –
kegiatan yang dilakukan BPPT dan juga teknologi – teknologi
yang dihasilkan BPPT. Serta mengangkat isu – isu yang sedang
berkembang dikaitkan dengan teknologi – teknologi yang
dihasilkan BPPT. Hambatan dalam proses penerbitan newsletter
BPPT yaitu menyangkut narasumber yang akan di wawancarai
13
untuk newsletter tersebut dan terbatasnya dana atau anggaran.
Yang menyebabkan proses penerbitan newsletter menjadi mundur
dari jadwal yang telah di tentukan. Newsletter BPPT efektif dalam
memberikan informasi untuk menambah pengetahuan dan
wawasan stakeholders sehingga dapat meningkatkan citra BPPT.
2.1.2 Judul Skripsi : Strategi Pemberitaan Majalah Warta BPK Kepada
Stakholders
Penulis : Sastya Intan Pertiwi
Lembaga : Fikom UPDM(B)
Publikasi merupakan tugas seorang humas dalam
menceritakan atau menyampaikan informasi sebanyak mungkin
mengenai lembaga atau instasi kepada publik baik internal
maupun eksternal, dengan kata lain publikasi merupakan bagian
terbesar dan terpenting atau ujung tombak dari humas. Sebagai
suatu lembaga Negara non kementerian, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) juga mempuyai masalah terhadap stakeholders.
Banyak di antara stakeholders BPK tidak mengetahui mengenai
kegiatan apa yang telah dilakukan oleh BPK, serta hasil
pemeriksaan apa yang telah dihasilkan BPK. Oleh karena itu
dibutukan media internal yang berupa majalah yang diberi nama
“WartaBPK” sebagai sarana publikasi informasi aktifitas hasil
kegiatan kegiatan yang telah dilakukan. Teori yang digunakan
14
adalah S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism –
Response. Dimana didalam teori ini, terdapat unsur 1. Pesan
(Stimulus,S) 2. Komunikan (Organism,O) 3. Efek (Response,R).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
yang bertujuan untuk mendapatkan data akurat yang menjelaskan
dan menggambarkan secara rinci mengenai strategi pemberitaan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam meningkatkan citra
kepada stakeholders.
Metode penelitian ini menggunakan pengumpulan data
berupa wawancara mendalam, pengamatan langsung dan
penelaahan dokumentasi.
Hasil penelitian yang di peroleh dari strategi yang dilakukan
oleh humas BPK melalui majalah “Warta BPK”. Majalah ini
bertujuan untuk memelihara hubunngan yang baik antara
perusahaan dengan stakeholders (khalayak) serta menyampaikan
informasi kepada khalayaknya yang berkaitan dengan lembaga/
instasi sesuai dengan tujuan humas itu sendiri. Strategi itu dinilai
berhasil karena khlayak bertambah informasi mengenai BPK.
Selain itu, melalui majalah tersebut BPK mampu meningkatkan
citra positif kepada stakholders.
15
2.1.3 Judul Skripsi : Strategi Humas Sub Bagian Peliputan dan
Penyajian Berita Kementerian Hukum dan HAM
Dalam Penyebaran Informasi Melalui Majalah
Hukum dan HAM
Penulis : Ayu Maulidha
Lembaga : Fikom UPDM (B)
Publikasi merupakan tugas seorang Humas dalam
menceritakan atau menyampaikan informasi sebanyak mungkin
mengenai lembaga atau instasi kepada publik baik internal
maupun eksternal, dengan kata lain publikasi merupakan bagian
terbesar dan terpenting atau ujung tombak dari Humas. Sebagai
suatu lembaga Negara , Kementerian Hukum dan HAM Banyak di
antara publik tidak mengetahui mengenai kegiatan apa yang telah
dilakukan oleh KemenkumHAM dan bagian bagian yang terdapat
di Kemenkumham. Oleh karena itu dibutukan media internal yang
berupa majalah sebagai sarana publikasi informasi aktifitas publik.
Teori yang digunakan adalah Media Internal internal dan media
Nirmassa.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
yang bertujuan untuk mendapatkan data akurat yang menjelaskan
dan menggambarkan secara rinci mengenai strategi Humas
Kementerian Hukum dan HAM dalam penyebaran informasi
melalui majalah Hukum dan HAM. Metode penelitian ini
menggunakan pengumpulan data berupa wawancara mendalam.
16
Tabel 2.1
Matriks Penelitian Sejenis
Nama
peneliti/tahun
Fajar Edi pradipta
(2006-41-378)
Sastya Intan
Pertiwi (2010-
41-392)
Ayu Maulidha
(2013-41-197)
Judul
Penelitian
Strataegi Humas
Badan Pengkajian
dan Penerapan
Teknologi (BPPT)
dalam meningkatkan
citra kepada
stakeholders melalui
Newsletter (Edisi 1
Bulan Mei 2010)
Strategi
Pemberitaan
Majalah Warta
BPK kepada
Stakeholders
Strategi Humas
Sub Bagian
Peliputan dan
Penyajian Berita
Kementerian
Hukum dan HAM
Dalam
Penyebaran
Informasi Melalui
Majalah Hukum
dan HAM
Tujuan Adapun tujuan
penelitian ini adalah
untuk mengetahui
strategi humas
BPPT dalam
meningkatkan citra
kepada stakeholders
melalui newsletter
Penerapan
strategi majalah
Warta BPK
kepada
stakeholders
Adapun tujuan
penelitian ini
untuk
mengetahhui
strategi Humas
Sub bagian
Peliputan dan
Penyajian Berita
KemenkumHAM
dalam
penyebaran
informasi melalui
majalah Hukum
dan HAM
Metode Penelitian deskriptif
kualitatif
menggunakan
pradigma
kostruktivisme
Penelitian
deskriptif
kualitatif
menggunakan
pradigma
kostruktivisme
Penelitian
deskriptif
kualitatif
menggunakan
pradigma
kostruktivisme
Teori 7cs PR
Communications
S – O – R
sebagai
Media Internal,
Media Nirmassa
17
oleh Scoot M. Cutlip
dan Allen Center:
1. Credibility(kredibil
itas)
2. Contex(konteks)
3. Content(isi)
4. Clarity(kejelasan)
singkatan dari
Stimulus –
Organism –
Response. Jadi,
unsur model ini
adalah:
1. Pesan
(Stimulus,S)
2. Komunikan(O
rganism,O)
3. Efek
(Response,R)
Hasil
Penelitian
Hasil penelitian yang
diperoleh dari
strategi yang
dilakukan oleh
humas BPPT yaitu
dengan menerbitkan
newsletter BPPT
tersebut. Umumnya
berisikan informasi
mengenai kegiatan
kegiatan yang
dilakukan BPPT dan
juga teknologi
teknologi yang
dihasilkan BPPT,
serta mengangkat
isu isu yang sedang
berkembang
dikaitkan dengan
teknologi teknologi
yang dihasilkan
BPPT. Hambatan
dalam penerbitan
newsletter BPPT
yaitu menyangkut
narasumber
narasumber yang
akan di wawancarai
Hasil penelitian
yang diperoleh
dari strategi
yang dilakukan
humas BPK
melaluli majalah
BPK. Majalah ini
bertujuan untuk
memelihara
hubungan yang
baik antara
perusahaan
dengan
stakeholders
(khalayak) serta
menyampaikan
informasi
kepada
khalayaknya
yang berkaitan
dnegan
lembaga/instasi
sesuai dengan
tujuan humas itu
tersendiri.
Strategi dinilai
berhassil karena
khalayak
18
untuk newsletter
tersebut dan
terbatasnya dana
atu anggaran. Yang
menyebabkan
proses penerbitan
newsletter menjadi
mundur dari jadwal
yang telah
ditentukan.
Newsletter BPPT
efektif dalam
memberikan
informasi untuk
menambah
pengetahuan dan
wawasan
stakeholders
sehingga dapat
meningkatkan citra
BPPT.
bertambah
informasi
mengenai BPK.
Selain itu,
melalui majalah
tersebut BPK
mampu
meningkatkan
citra positif
kepada
stakeholders
2.2 Kerangka Konsep-konsep Penelitian dan Teori
2.2.1 Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu istilah paling populer
dalam kehidupan manusia. Sebagai sebuah aktivitas,
komunikasi selalu dilakukan manusia. Manusia tidak bisa tidak
berkomunikasi jika manusia normal merupakan makhluk sosial
yang selalu membangun interaksi antar sesamanya, maka
komunikasi adalah sarana utamanya. Komunikasi menjadi
bagian keseharian hidup manusia, terlepas dari apakah
19
komunikasi itu berujung pada kebahagian atau sebaliknya.
Manusia normal selalu mengkomunikasikan pikiran dan
perasaanya.
Menurut Olli (2006 :16), komunikasi merupakan suatu
proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan
stimulus dalam bentuk kata – kata dengan tujuan mengubah
perilaku orang lain (Khalayak). Komunikasi adalah proses
dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima
atau lebih dengan maksud untuk mengubah sikap dan tingkah
laku. (Komala, 2009:73)
komunikasi menurut Harold D. Laswell pengantar
komunikasi dalam karyanya The Structure and Fuction of
Comunication in Society mengatakan untuk mendefinisikan
komunikasi ialah dnegan menjawab „‟who says what in which
channel to whom with what effect„‟ (siapa mengatakan apa
melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa)‟‟. Dapat
diterapkan sebagai berikut :
1. Who – komunikator 2. Says What – pesanya 3. In Which Chanel – medianya 4. To whom – komunikanya 5. With What Effect – Respon
Untuk lebih jelasnya komunikasi meliputi lima (5) unsur
pokok yang diberi istilah sebagai berikut :
1. Komunikator
20
Komunikator adalah seorang atau sekelompok orang yang menyampaikan pikiran atau perasaan kepada orang lain. Komunikator bertindak secara individual atau secara kolektif yang melembaga.
2. Pesan Pesan adalah lambang bermakna (meaningful
symbols) yakni lambang yang membawakan pikiran atau perasaan komunikator.
3. Media Media adalah sarana untuk menyalurkan pesan -
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.
4. Komunikan Komunikan adalah seorang atau sejumlah orang
yang menjadi sasaran komunikator ketika ia menyampaikan pesannya. Sejumlah orang yang di jadikan sasaran itu dapat merupakan kelompok kecil maupun kelompok besar.
5. Efek Efek adalah tanggapan, respon atau reaksi dari
komunikan ketika ia atau mereka menerima pesan dari komunikator. Jadi efek adalah akibat dari proses komunikasi. ( Effendy,2005 :10 )
2. Proses komunikasi
Berangkat dari paradigma Laswell Efendy (1994:11-19)
membedakan proses komunikasi menjadi 2 tahap yaitu:
a. Proses komuniksi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses
penyapaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan lambang (symbol)
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam
proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa) , dan
pesan non verbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna,
dan lain sebagainya) yang secara lansung dapat/mampu
21
menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator
pada komunikan.
Seperti disinggung dimuka, komunikasi berlansung
apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang di
terima oleh komunikan. Prosesnya sebagai berikut,
pertama pertama komunikator menyandi (encode) pesan
yang akan di sampaikan pada komunikan. Ini berarti
komunikator memformulasikan pikiran dan atau
perasaanya kedalam lambang (bahasa) yang di
perkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian
giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan
dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang
mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi
dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses
penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi
dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut
(terdapat kesamaan makna).
b. Proses Komunikasi Sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses
penyampain pesan oleh komunikator kepada komunikan
dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
22
Seorang komunikator menggunakan media kedua
dalam menyampaikan komunikasi karena komunikan
sebagai sasaran berada di tempat yang relative jauh atau
jumlahnya banyak surat, tlfn, teleks, surat kabar, majalah
,radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering
digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara
sekunder itu mnenggunakan media yang dapat di
klasifikasikan sebagai media massa(surat kabar, televisi,
radio, telfon, surat, mega phone dsb).
2.2.2 Humas (Public Relations)
1. Pengertian Humas
Istilah Public Relations atau yang lebih sering dengan
sebuttan humas, yang terus berubah merefleksikan evolusi
dalam praktik humas di dalam masyarakat dan orang
instanisasi. Perubahan ini juga menggambarkan sebuah
profesi yang berkembang mencari identitas diri dan
pengakuan professional. Evolusi ini menunjukkan bagaimana
fungsi humas menjadi bagian dari manajemen organisasi.
Public Relation adalah kelanjutan dari proses
pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dan tindakan bagi
kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok agar
individu atau lembaga tersebut memperoleh kepercayaan dan
23
goodwill dari publik. Soleh Soemirat, Ardianto, M.Si, dalam
buku Dasar-dasar Public Relation (2007 :12).
Definisi mengenai Humas sudah mulai memasukan
aspek komunikasi atau hubungan dua arah (two-ways
communication). Definisi memasukkan kata-kata seperti
reciprocal (timbal balik), mutual (saling) dan between (antara).
Dengan demikian pengertian humas sudah mengandung
pengertian aksi timbal balik (interaktif). Misalkan kamus
Webster‟s Third New International Dictionary mendefinisikan :
“Humas sebagai seni pengetahuan untuk mengembangkan pengertian timbal balik dan niat baik (Art of science of developing reciprocal understanding ang goodwill). (Cutlip dkk, 2006:3).
Kegiatan humas saat ini sudah harus diarahkan kepada
khalayak yang terbatas atau pihak-pihak tertentu yang
berbeda beda, dan masing-masing dengan cara yang
berlainan pula. Penyebaran suatu pesan humas tidak bisa
secara pukul rata ke semua orang sebagaimana pesan yang
tidak bisa dipukul rata kepada siapa saja. Setiap organisasi
memliki khalayak khususnya. Kepada khalayak yang terbatas
inilah humas senantiasa menjalin komunikasi, baik secara
internal maupun eksternal.
24
2. Tujuan Humas
Humas adalah mendukung visi dan misi instansi. Hal ini
yang membuat semua humas yang ada, berorientasi pada
organisasi atau lembaga. Sasaran dari humas itu sendiri
adalah publik, publik yang dimaksud bukan hanya masyarakat
luas melainkan orang yang mempunyai tujuan yang sama
seperti orang yang membantu dalam mengembangkan
informasi instansi.
Untuk mengkaji tujuan humas berikut akan dikutip
beberapa pendapat ahli anatara lain:
Charles S Stainberg (abdurachman, 2011:116) humas
menciptakan opini publik yang favorable tentang kegiatan
kegiatan yang dilakukan oleh badan yang bersangkutan.
Frank Jefkins: PR meningkatkan favorable image atau
citra yang buruk terhadap organisasi tersebut.
Dari pendapat di atas, maka dapat dirumuskan tentang
tujuan publik relation secara umum atau universal yang ada
pada prinsipnya tujuan humas adalah :
a. Menciptakan citra yang baik. b. Memelihara citra yang baik. c. Meningkatkan citra yang baik. d. Memperbaiki citra jika citra organisasi kita menurun
atau rusak (yulianty,2005:42)
25
3. Tugas Dan Fungsi Humas
Tugas humas atau PR secara umum adalah sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi secara lisan, tertulis, melalui gambar atau visual kepada publik, supaya publik mempuyai pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan, tujuan serta kegiatan yang dilakukan.
b. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat. Di samping itu, menjalankan dan bertanggung jawab terhadap kehidupan kita bersama dengan lingkungan.
c. Memperbaiki citra organisasi. Bagi humas menyadari citra yang baik tidak hanya terletak pada bentuk gendung, presentasi publikasi, dan seterusnya, tetapi terletak pada (1) bagaimana organisasi bisa menceriminkan organisasi yang di percayai memiliki kekuatan, mengadakan perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terbuka dan bisa di control dan di evaluasi : (2) dapat di katakan bahwa citra tersebut merupakan gambaran komponen yang kompleks.
d. Tanggung jawab sosial. PR atau humas adalah instrument untuk bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak terhadap tanggung jawab tersebut. Terutama pada kelompok yang berhak terhadap semua kelompok atau publik yang ada hubungannya dan memerlukan informasi.
e. Komunikasi humas mempuyai bentuk komunikasi yang khusus, komunikasi timbal balik, maka pengetahuan komunikasi menjadi modalnya. Dalam fungsinya, komunikasi itu central juga untuk dimiliki adalah pengetahuan manajemen dan kepemimpinan, struktur organisasi. (Rumanti,2004:39-42).
Dapat dipahami bahwa tugas humas adalah
bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi yang
penting, menciptakan citra, memberi masukan kepada
manajemen dan memberi informasi kepada khalayak
26
mengenai suatu organisasi agar membentuk citra perusahaan
yang positif.
Fungsi dan tugas seorang humas adalah berupaya
untuk membina hubungan komunikasi internal dan eksternal.
Peranan tersebut merupakan informasi dari para karyawan
dan khalayak organisasi, atau sebaliknya mampu bertindak
sebagai mediator dari perusahaan terhadap khalayak
organisasi.
Secara keseluruhan, humas mempuyai fungsi khusus
manajemen yaitu membantu memelihara komunikasi kedalam
dan keluar agar tercapai saling pengertian, kerjasama antar
organisasi dan publiknya termasuk menanggapi opini publik
yang sesuai atau tidak sesuai dengan kebijaksanaan yang
dilakukan oleh instansi bersangkutan, serta membantu fungsi
manajemen dalam mengantisipasi, dan memanfaatkan
kesempatan, serta tantangan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat atau publiknya.
Humas dalam kedudukannya didalam organisasi harus
mampu membina hubungan yang harmonis antara organisasi
dan publiknya dengan menciptakan komunikasi dua arah
timbal balik, mengatur arus informasi, agar informasi yang di
sampaikan diterima dengan baik.
27
4. Sasaran Humas
Sasaran humas yang di maksud adalah dalam
penelitian ini adalah publik internal :
“Jefkins berpendapat bahwa khalayak atau publik adalah sekelompok atau orang – orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal„‟. (Jefkins,2003:80) Pada penelitian ini hanya akan membahas mengenai
sasaran humas yang di tunjukan pada publik internal.
5. Peran Humas
Menurut Cutlip, Center, dan Broom (2006) dalam buku
Effective Public Relations, terdapat empat peran penting
dalam humas yaitu communication technician, expert
presciber, communication fasilitator, dan problem-solving
fasilitator. Peran humas sebagai :
1. Peran Humas sebagai Communication Tehnician yaitu humas sebagai pelaksana komunikasi. Pada
tahap ini kemampuan jurnalistik dan komunikasi sangat di perlukan. Humas diarahkan untuk berperan menulis, menulis newsletter, menulis in house journal, menulis news release, menulis feature,dll. Biasanya praktisi dalam peran ini tidak hadir pada saat manajemen menemui kesulitan. Mereka tidak di libatkan dalam manajemen sebagai pengambil keputusan. Peran mereka lebih kearah penulisan tools dan mengimplementasikan program. Mereka sebagai „‟the last to know‟‟.
2. Peran humas sebagai Expert Prescriber Praktisi Humas sebagai pengidentifikasi problem,
pengembangan program dam memiliki tanggung jawab penuh untuk mengimplementasikannya.
28
Mereka sebagai pihak yang pasif. Manajer lainnya menyerahkan tugas komunikasi ini sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaan mereka yang lainnya. Tampaknya bangga karna Humas semacam ini di anugrahi kepercayaan tinggi karena tidak adanya keterlibatan top manajemen dalam peran humas maka humas seolah terisolir dari perusahaan. Ia sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Di pihak manajemen mereka juga menjadi sangat tergantung kepada Humasnya. Mereka menjadi minim komitmen kepada tugas – tugas humas, padahal seperti di ketahui seharusnya tugas humas harusnya dilakukan oleh semua orang yang ada di dalam sebuah perusahaan. Dalam hal diffuse peran dan fungsi humas sehingga mereka paham sprit perlunya hgumas bagi perusahaan menjadi rendah dan tidak akan tersosialisasi bahkan terburuk hingga hilang kepercayaan top manajemen akan fungsi humas bagi sebuah organisasi. Hal ini akan terjadi apabila top manajemen banyak merasa di kecewakan oleh humas yang di anggap mereka sebagai pakar.
3. Peran sebagai Communication Facilitator Humas sebagai pendengar setia dan broker
informasi. Mereka sebagai penghubung, interpter dan mediator antara organisasi dan publiknya. Mereka mengelola two way communication dengan cara membuka rintangan komunikasi yang ada/yang terjadi. Tujuan dalam hal ini adalah untuk menyediakan kebutuhan dua belah pihak. Para pelaku dengan peran ini menempatkan dirinya sebagai sumber informasi dan sebagai kontak antara organisasi dan publiknya. Sebagai wasit dari interaksi, memantapkan agenda yang akan didiskusikan antara dua belah pihak, menyimpulkan pandangan, bereaksi terhadap kasus, membantu partisipan mendiagnosa masalah membantu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan komunikasi. Mereka menjadi boundary spanner antara perusahaan dan publiknya. Mereka berkerja di bawah asumsi bahwa Two way Communication mampu meningkatkan kualitas pengambilan keputusan organisasi dan public dalam hal prosedur, kebijakan, serta tindakan lain yang berhubngan dengan minat kedua belah pihak.
4. Peran humas sebagai Problem Solving Facilitator, mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk
29
mendefinisikan dan memecahkan masalah, mereka menjadi bagian dalam manajemen strategi perusahaan. Bergabung dengan konsultan mulai dari awal di rencakan program hingga evaluasinya. Membantu manajemen menerapkan humas sebagai tahapan fungsi manajemen yang sama kegiatan manajemen yang lain. Humas berfungsi sebagi bagian penting penganalisis situasi, memiliki peran yang intens dalam pengembangan prosedur, kebijakan, produk dan aksi perusahaan. Mereka juga memiliki power mengubah sesuatu yang seharusnya di ubah. Mereka harus terlibat dalam segala bentuk perubahan organisasi.
6. Strategi Humas
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan dalam
(planning) dan manajemen (management) untuk mencapai
suatu tujuan. Akan tetapi untuk mencapai suatu tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebgai peta jalan yang hanya
menunjukan peta jalan yang hanya menunjukan arah saja,
melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik
oprasionalnya.” (Effendy, 2005:32)
Menurut Ahmad S. Adnanputra yang dikutip oleh
Rosady Ruslan dalam bukunya manajemen public relations
dan media komunikasi, pengertian tentang starategi public
relations adalah : alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh
guna mencapai tujuan public relations dalam rangka suatu
rencana Public Relation (Public Relations Plan);
(Ruslan,2007:134).
Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis
menyimpulkan bahwa strategi humas adalah cara-cara yang
30
digunakan untuk mencapai tujuan dari seorang humas yang
disusun secara terencana agar tujuan tersebut dapat tercapai.
Humas eksternal bertujuan untuk memelihara
hubungan yang baik antara perusahaan dengan stakeholders
(khalayak) serta menyampaikan informasi kepada
khalayaknya yang berkaitan dengan lembaga/instansi.
Untuk mencapai suatu tujuan tersebut, strategi humas
semestinya diarahkan pada upaya menyampaikan informasi
kepada masyarakat. Konsekuensinya, jika strategi itu berhasil
maka akan menambah pengetahuan khalayak yang akan
menguntukan masyarakat (publik) sebagai khalayak sasaran,
pada akhirnya akan mengingatkan citra organisasi atau
lembaga.
Strategi Public Relations tersebut bukan hanya sebagai
rencana kedepan saja, melainkan harus dapat dilakukan
pelaksanaan dari kegiatan humas tersebut. Hal ini dapat
mengontrol apakah rencana strategis dari suatu lembaga
tersebut sudah terlaksana dengan baik atau belum. Dengan
demikian, para praktisi humas dapat memenuhi pencapaian
dan tujuan dan mengurangi konflik yang muncul dikemudian
hari.
31
2.2.3 Media Cetak (Majalah)
Kini dengan kemajuan teknologi komunikasi, semakin
banyak orang menggantungkan “hidup” pada media sehingga
teknologi media sangat mempengaruhi aundiens. Marshal Mc
Luhan membagi dua jenis media dalam suatu kategori yang
bersifat binary yang di sebut Hot media dan Cool media sebagai
mana dijelaskan Mc Luhan dalam bukunnya Understanding media
yang dikutip dalam buku komunikasi serba ada serba makna
(Liliweri:2011,873), media dibagi menjadi dua tipe yakni :
1. Hot media adalah media yang mempuyai pengaruh sangat
besar terhadap manusia melalui persepsi sensorisnya, bahkan
hanya menggunakan satu sensoris atau sensoris tunggal saja
seperti melalui cahaya/mata dan suara/telinga. Intinya pada
hot media selalu melibatkan sensoris tunggal tanpa
mempertimbangkan stimulus. Media yang dimaksudkan dalam
jenis adalah alphabet fonetik, buku, fotografi, radio, dan film.
Jenis media ini selalu berisi sejumlah informasi yang sangat
terperinci sehingga audiens harus meningkatkan
konsentrasinya untuk mengakses pesan bagi keperluan
mereka.
2. Cool media adalah jenis media yang selalu melibatkan lebih
sedikit stimulus. Ketika aundiens mengakses media ini, maka
mereka harus berusaha lebih aktif untuk berpratisipasi
32
misalnya dengan menfaatkan semua sensoris secara serentak
agar dapat memahami semua informasi yang mereka terima.
Jenis cool media antara lain: televisi, forum seminar, film
kartun, majalah, dan karikatur.
1. Majalah
a. Pengertian Majalah
Majalah adalah salah satu bentuk dari media cetak
yang memiliki segmentasi tersendiri. Majalah memiliki jumlah
massa yang lebih sedikit di bandingkan surat kabar. Mengenai
struktur majalah dapat di bedakan atas dasar frekuensi
penerbitan dan publik pembacanya. Menurut frekuensi
penerbitannya dapat di bedakan menjadi mingguan, bulanan
bahkan ada yang triwulan.
Pembaca majalah dapat diklasifikasikan menurut
segment segment demografis (misalnya ada majalah anak
anak, remaja pria dan wanita, dan pria wanita dewasa)
ataupun secara geografis, psikografis dan dari segi
kebijaksanaan editorial dapat dibedakan antara majalah
berita, majalah umum, bisnis dan ekonomi
(Assumpta,2005:126).
Dalam buku dasar-dasar PR (Assumpta, 2005:127)
kekuatan majalah yakni:
a. Publik sasaran, majalah dapat menjangkau segmen pasar tertentu yang terspesialisasi.
33
b. Long life span yang memiliki usia edar lebih panjang. c. Kualitas visual, lebih menarik karena kertas maupun
cetaknya berkualitas, terutama beritanya. d. Promosi penjualan, sebagai media yang efektif untuk
menyiarkan pesan iklan, cenderung ke promosi penjualan, seperti kupon, contoh produk, kartu-kartu petunjuk.
Sedangkan kelemahan majalah yakni:
a. Biaya tinggi Karena majalah pada umumnya menggunakan
kertas kualitas baik dan eksemplar yang terbatas, ini menyebabkan biaya produksi lebih tinggi.
b. Distribusi Banyak majalah yang peredaranya lambat sehingga
hanya menumpuk di toko-toko. Hal ini terjadi jika suatu majalah tidak memiliki jaringan distribusi yang tepat. Khusus untuk daerah-daerah pedalaman harga bisa bertambah mahal karena biaya pengiriman yang tinggi.
Majalah termasuk kedalam pers dalam arti sempit. Ada beberapa pengertian yang secara khusus membahas tentang majalah salah satunya adalah seperti yang dikemukakan oleh Fetzer.
b. Klasifikasi Majalah
Untuk lebih memperjelas tentang majalah, selanjutnya
akan di kemukakan tentang klasifikasi majalah baik dari segi
isi maupun dari segi waktu terbit.
Adapun untuk lebih megetahui tentang jenis – jenis
majalah kita dpat melihat klasifikasinya yang di uraikan oleh
MO. Palapah dan atang syamsudin. Secara garis besar
majalah dapat di klasifikasikan kedalam dua bagian yakni:
34
a. Mass magazine
Adalah majalah yang ditunjukan untuk semua golongan,
jadi merupakan majalah umum. Untuk general public,
misalnya newsweek, Time dan sebagainya.
b. Class Magazine
Adalah majalah yang di tunjukan untuk high class, middle
class saja, isinya mengenai bidang bidang tertentu:
1) Quality Magazine, yaitu majalah yang mementingkan
mutu isinnya dank arena itu hanya di tunjukan kepada
mereka yang terpelajar, contohnya majalah – majalah
ilmiah.
2) Idea Magazine, yaitu juga di tunjukan kepada para
terpelajar, terutama mengenai konsepsi – konsepsi
tertentu, misalnya dalam bidang – bidangnya politik,
ekonomi, dan kebudayaan.
3) Sophisticated Magazine, yaitu majalah yang memuat
peristiwa – peristiwa yang menarik dan menggairahkan,
humor dan sebagainya yang di tunjukan kepada para
pembaca tertentu.
4) Specialized Magazine, sebagaimana namanya adalah
majalah khusus dan di tunjukan kepada para pembaca
yang khusus umpamanya hanya mengkhususkan dari
bidang tertentu: teknik, pertanian, industri,
35
perdagangan, komunikasi, olahraga, agama, music,
film, pendidikkan dan sebagainya. (Palapah dan
syamsudin, 1983: 103 – 106).
Bila melihat pada klarifikasi di atas maka “majalah
Hukum dan HAM” dapat di kategorikan kedalam Specialized
Magazine, karena majalah Hukum dan HAM mengkhususkan
diri pada bidang kegiatan – kegiatan atau program program
instasinya, yakni memuat informasi seputar hasil kegiatan
yang dilakukan. Selain itu dapat juga di lihat dari sasaran
pembacanya yaitu di khususkan atau di tujunjukan bagi para
karyawan dan publik.
c. Fungsi Majalah
Majalah sebagai media komunikasi massa mempuyai
empat fungsi utama antara lain :
a. Menyiarkan dan memberikan informasi kepada khlayak pembaca
b. Memberikan unsur dan bersifat mendidik c. Memberikan hiburan kepda khalayak pembaca d. Mampu dan bersikap mempengaruhi perilaku positif
khalyak pembacanya. (Romly,2002:39)
Fungsi mempengaruhi pada majalah dapat terlihat
secara ekspilit dan implisit. Secara implisit biasanya disajikan
pada rubrik berita sedangkan secara ekspilisit terlihat pada
rubrik artikel atau tajuk rencana.
36
a. Tinjauan Rubrik
1) Pengertian Rubrik
Seringkali pada sebuah majalah kita dan
khususnya peneliti menemukan dan mendengar istilah
rubrik itu terdiri dari berbagai bentuk tulisan. Bila
berupa artikel, berita utama, cerpen, puisi, cerpen,
hiburan dan lain sebagainya yang dikemas kedalam
suatu rubrik dengan demikian dapat mempermudah
bagi pembaca untuk melihat dan membacanya
sehingga jadi menarik. Ada beberapa definisi tentang
rubrik, diantaranya adalah menurut Onong Uchjana
Effendy yang menyatakan bahwa rubrik adalah:
“Ruang pada ruangan surat kabar atau majalah atau media lain mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat”. (Effendy, 2003:316)
Sedangkan menurut Komarudin yang dimaksud
dengan rubrik adalah
“kepala karangan, bab, atau pasal dalam surat kabar atau majalah yang sering diartikan sebagai ruangan, missal rubric tinjauan luar negri rubrik, ekonomi, rubrik kewanitaan” (Komaruddin, 1974:74). Dari dua definisi di atas, maka dapat
disimpulkan adanya suatu persamaan pendapat yang
menyatakan bahwa rubrik tersebut adalah ruangan
yang terdapat pada surat kabar atau majalah.
Biasanya rubrik disajikan dalam ruangan atau
37
halaman yang tetap dan di asuh oleh redaktur
tersendiri yang disebut pengasuh rubrik. Sedangkan
isi rubrik itu sendiri bermacam – macam, biasanya
menganalisis suatu masalah yang berhubungan
dengan ekonomi, politik, sosial budaya, hukum dan
keamanan termasuk kehidupan manusia, karena
rubrik adalah menyakut isi dari surat kabar, majalah,
dan media cetak yang lainnya.
Dalam majalah media terdapat bermacam –
macam rubric seperti rubrik berita utama, artikel,
rubric criminal, rubrik internasional dan sebagainya.
2) Jenis – jenis Rubrik
Menurut Komaruddin dalam bukunya yang
berjudul : Kamus istilah skripsi dan tesis mengatakan
bahwa rubric memeliki jenis – jenisnya antara lain:
a) Rubrik yang menyajikan seputar ekonomi b) Rubrik yang menyajikan seputar Humaniora c) Rubrik yang menyajikan seputar hukum dan
kriminal d) Rubrik yang menyajikan seputar sosial
budaya e) Rubrik yang menyajikan seputar hiburan dan
lain – lainya. (Komaruddin, 1974:74) Bedasarkan pendapat di atas, pada dasarnya
semua media mempuyai ruang halaman atau rubric
masing – masing tetapi secara umum sama, misalnya
pada harian umum kompas terdapat rubrik Bedah
38
Editorial dam pada majalah Cimahi terdapat rubrik
berita utama, rubrik hiburan dan lain sebagainya.
2.2.4 Media Internal
Media internal adalah media yang menjadi tool seorang
praktisi humas dalam mengemban misi misi kehumasan.
Sedangkan menurut (jefinks, 2003:127) internal media disebut
internal journal (jurnal internal) yang semata mata bersifat internal
(khusus untuk staf pegawai) dan yang ada sampai pada batas
tertentu bersifat eksternal (sebagaimana juga diarahkan pada
pihak luar tertentu). Menurut (Ruslan, 2006:189) tujuan media
internal antara lain :
1) Membangun komunikasi atas dasar human relationship untuk menanamkan visi, misi, falsafah, nilai – nilai dari budaya perusahaan (corporate culture)
2) Menamnamkan semangat korps 3) Meningkatkan motivasi dan produktifitas karyawan 4) Meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan 5) Meningkatkan rasa memilki karyawan terhadap
perusahaan 6) Menyebarkan best practice diantara karyawan 7) Mendorong transprasi dan komunikasi internal
Media berkala internal merupakan media komunikasi
massa, yang sebagaimana jenis – jenis media komunikasi lainnya
harus menimbulkan efek kognitif, afektif, dan konatif. (Effendy,
200:129)
39
“Media merupakan bentuk jamak dari medium. Media
adalah “alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima”. (Canggara, 2003:24)
Media Humas adalah salah satu sarana penghubung yang
dipergunakan Humas (mewakili perusahaan) dengan publiknya,
yaitu publik internal maupun publik eksternal untuk membantu
pencapaian tujuan.
Sedangkan menurut Franks Jefinks dalam bukunya public
relation media internal merupakan jurnal internal, bulletin atau
majalah perusahaan, namun istilah itu mengacu pada suatu bentuk
terbitan dari sebuah perusahaan atau organisasi yang sengaja di
buat dalam rangka mengadakan komunikasi dan khlayak.
Fungsi Media Internal menurut Rosady Ruslan diantaranya
sebagai berikut :
a) Sebagai media hubungan komunikasi internal dan eksternal yang di edarkan atau diberikan secara gratis dalam upaya menyampaikan pesan – pesan, informasi dan berita.
b) Sebagai ajang komunikasi khusus antar karyawan. c) Sebagai saran media untuk pelatihan dan pendidikan
dalam bidang tulis menulis bagi karyawan. d) Terdapat nilai tambah (valuie added) bagi kementerian
humas atau public relations untuk menunjukan kemampuan dalam upaya menerbitkan media khusus yaitu in House journal yang bermutu, kontinyu, terbit secara berkala dan teratur, dan lebih menarik dari segi cover atau seninya(arts), serta tata warna dan sebagainya.
(Ruslan,2008 :201-202)
40
2.2.5 In House Journal
Bedasarkan definisi yang di ungkapkan oleh Maria
Assumpta Rumanti, House Jurnal (media internal perusahaan)
dibuat hanya untuk para karyawan perusahaan dan bukan untuk
pelanggan atau publik eksternal perusahaan, karena House Jurnal
tergolong kepada private publication.
House jurnal ini tergolong private publication.
House jurnal ini tergolong kepada Private Publications
(penerbitan untuk kalangan sendiri atau tententu) yang di bedakan
dari commercial press (media massa yang dijual untuk umum).
Jenis House journal bisa dibedakan dari sasaran pembacanya
yaitu bersifat eksternal untuk publik di luar perusahaan. Media
internal atau house jurnal biasanya berbentuk newsletter,
magazine, tabloid, bulletin, company profile, annual report, dll.
Dalam sebuah penerbitan pers atau house journal,
merumuskan siapa readers/ pembaca adalah langkah awal yang
sangat penting. Bila tidak jelas merumuskan siapa pembaca tentu
saja isi media menjadi tidak jelas dan tidak akan di baca khalayak.
Sebuah penerbit pers atau house journal suatu perusahaan
perlu memperjelas siapa pembacanya. Misalnya kelompok
usahawan, praktrisi hukum, umum, menengah keatas (Bagi
41
penerbitan pers), karyawan, pelanggan, manajemen atau publik
lainnya (bagi penerbitan house journal suatu perusahan).
Kejelasan atas sasaran pembaca akan membuat para
pekerja redaksional selalu berkerja dengan bayangan pembaca
dalam pikirannya, serta memudahkan para pengelola penerbitan
berkomunikasi dengan pembaca mereka. Setelah merumuskan
dengan tajam siapa pembaca media yang kita buat, pertanyaan
berikut yang harus dijawab adalah :
a. Apa yang harus disajikan kepada mereka/ pembaca?
b. Jenis informasi apa yang harus diberikan?
c. Apa informasi yang bersifat umum atau khusus?
Misalnya informasi tentang karyawan, perkembangan
teknologi yang mempengaruhi perusahaan, dan kegiatan –
kegiatan perusahaan.
Perencanaan isi dan rubrikasi disebut dengan editorial mix.
Dari sininlah di susun rubrik untuk suatu penerbitan pers suatu
perusahaan. Setelah gambaran rubrikasi diperoleh, perlu
pendekatan dalam pemilihan informasi atau pemuatan informasi
yaitu : pendekatan kualitatif, pendekatan kuatitatif atau kombinasi
keduanya. Pendekatan kualikatif adalah pemelihan informasi yang
akan dimuat bedasarkan kualitas informasi yang mengaju pada
tinggi rendahnya nilai berita dan berharga tidaknya berita.
42
Pendekatan kuantitatif adalah usaha memuat informasi dalam
rubrik bedasarkan jumlah halam yang telah tentukan.
Beberapa hal pokok untuk menilai informasi tersebut
mempuyai news value (nilai berita) dan news worthy (Berhaga
sebagai berita) atau tidak yaitu :
a. Significant (Penting), apakah berita itu penting untuk pembaca
atau tidak?
b. Magnitude (Besar), cukup besarkah pengaruh berita itu
terhadap pembaca atau tidak?
c. Aktualitas, apakah berita ini baru untuk pembaca atau tidak?
d. Proximity (jarak), apakah berita tersebut punya kedekatan
jarak atau tidak terhadap pembaca. Kedekatan ini bisa bersifat
geografis atau psikologis.
e. Humas interest, ada sentuhan kemanusiannya atau tidak?
f. Prominent (terkenal), apakah yang diberikan cukup terkenal
atau tidak?
Melvin Mencher, dalam bukunya basic news writing
mengemukakan tiga sumber utama memperoleh informasi untuk
berita adalah :
a. pengamatan lansung : fakta dan data di peroleh seorang reporter dengan melakukan pengamatan lansung atau observasi ke lokasi kejadian atau peristiwa secara langsung. Pada pelaksanaanya reporter dikejar waktu dan banyak beresiko tinggi. Fakta inilah yang membawa tingginya nilai berita.
b. Human Source (Narasumber) : fakta dapat diperoleh dengan melakukan wawancara kepada orang orang
43
yang menyasikkan, terlibat atau terkait dengan peristiwa itu. Misalnya orang yang berwenang suatu objek, orang yang terlibat dalam suatu peristiwa. Reporter melakukan hal ini biasanya karena untuk menambah fakta dan data setelah mengamati lansung atau reporter tidak dapat mengamati lansung suatu peristiwa.
c. menelusuri berbagai laporan, dokumen,bahan referensi lainnya, termasuk kliping Koran, film dan rekaman dari perpustakan stasiun penyiaran, pertemuan,dan rekaman tape.“Bahasa” rupa, yang mempertimbangkan pula ekonomis (biaya, pemasaran), adalah inti garapan dunia perancangan grafis pada umumnya.
Fungsi desain bukanlah bertujuan mebuat produk yang
indah menarik saja, akan tetapi haruslah komunikatif. Artinya
dapat dicerna dengan baik, dipahami oleh khlayak sasaran dan
sedapat mungkin mengesankan. Jadi kalau ibaratkan tata rias,
perancangan majalah bukanlah tata rias sehari hari guna
mempercantik diri, tetapi lebih condong kepada tata rias pentas,
yakni tata rias untuk menjelmakan karakter yang meyakinkan bagi
peran yang harus dimainkan. Hal ini dapat di pecahkan dengan
pemilihan huruf yang cocok, pemilihan unsur – unsur rupa lain
yang tepat, sistem dan struktur yang di perhitungkan dengan baik
(Sutanto, 1992).
2.2.6 Majalah “Hukum dan HAM” Media Nirmassa
Media nirmassa berbedaa dengan media massa.
Komunikasi media massa adalah komunikasi yang dilakukan
melalui media massa. Pesan yang disampaikan melalui media
massa bersifat umum karena di tujukan kepada umum dan
44
mengenain kepentingan umum. Sedangkan yang dimaksud media
Nirmassa itu bersifat tidak umum karena di tunjukan kepada publik
internalnya saja. Media Nirmassa atau bisa kita sebut sebagai
media non komersial tidak memiliki efek keserempakan. Seperti
media bermassa atau umum dan komunikasinya tidak dalam
jumlahnya masal (terbatas) yang di tunjukan pada orang – orang
tertentu. Misalnnya publik internal, para pelanggan, rekan bisnis,
dll tetapi media nirmassa ini cukup efektif dalam menunjang
proses publikasi.
Majalah organisasi, surat kabar kampus, radio telegrafi, film
dokumenter, televise siaran sekitar adalah contoh dari media
nirmassa karena ditunjukan pada kelompok tertentu. (Effendy,
1984:136).
Majalah Hukum dan HAM termasuk kedalam komunikasi
media Nirmassa, karena penerbitan mempuyai efek yang cukup
baik bagi kementerian dan para publik internal yang ada dilam
kementerian. Dalam pembuatan media internal juga harus di
perhatikan dari melalui cara pembuatannya sampai media internal
tersebut sampai ketangan pegawai yang berhak menerimanya,
jika semua di perhatikan maka informasi berisi pengetahuan yang
sudah di sebarluaskan tidak akan sia – sia dan mempuyai efek
yang cukup baik bagi kementerian dan para publik internal yang
ada di dalam kementerian tersebut.
45
2.3 Bagan Alur Pikir
Kerangka pemikiran merupakan model koseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang salah
diidentifikasikan sebagai masalah penting” (sugiyono,2005 : 283).
Oleh karena itu kerangka pemikiran merupakan uraian mengenai
dasar atau model yang digunakan sebagai acuan pertama penelitian dan
berfungsi sebagai alat untuk mencapai satuan pengetahuan yang
sistematis dan untuk membimbing penelitian. Untuk itu maka penulis
menjelaskan teori yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Penulis dalam penelitian ini menggunakan model strategi media
relation. Uraian tentang media relations bisa di lihat keterkaitannya untuk
membentuk pengertian media relations. Pertama media relations itu
berkenaan dengan media komunikasi. Media komunikasi ini penting
karena menjadi sarana yang sangat penting dan efisien dalam
berkomunikasi dengan publik. Agar komunikasi dengan publik tersebut
bisa terpelihara, maka segala kepentingan media terhadap organisasi
mesti di respons organisasi. Tujuannya adalah untuk keberhasilan
program. Dalam pengertian media relation di atas bila di ringkas kurang
lebih menjadi: mempromosikan organisasi melalui media.
Ada juga yang menyebutnya media relations itu pada dasarnya
berkenaan dengan pemberian informasi atau memberi tanggapan pada
media pemberitaan atas nama organisasi atau klien. Karena
berhubungan dengan media massa itulah, maka ada yang menyebutkan
46
bahwa media relations itu merupakan fungsi khusus di dalam suatu
kegiatan atau program humas.
Mempromosikan organisasi melalui media massa itu, tentunya
pertama – tama ditunjukan kepada humas internal. Itu sebabnya
digunakan media internanl untuk mengkomunikasikanya. Ini sejalan
dengan tugas penting internal humas, sebagaimana di ungkapkan
seorang perintis pendidikan humas di Indonesia, Oemi Abdurrachman
(1979:38), “mengadakan komunikasi yang efektif, yang sifatnya
informative dan persuasif, yang di tujukan kepada publik.
47
BAGAN ALUR PIKIR
Kementerian Hukum dan
HAM
Humas Kementerian
Hukum dan HAM
Sub Bagian
Peliputan dan Penyajian berita
Majalah
Hukum dan HAM
Strategi Penyebaran Informasi
Majalah Hukum dan HAM
- Informasi
- Edukasi
- Hiburan
- Mempengaruhi
Informasi
48
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Paradigma adalah cara kita memandang atau cara kita
menentukan sudut pandang ketika mengamati sesuatu. Nilai persepektif
kita tidak terletak dalam nilai kebenarannya atau seberapa baik ia
mencerminkan realitas yang ada. Konsekuensi dari penggunaan
perspektif adalah kearifan untuk menyatakan bahwa apa yang kita
ketahui sekarang bukanlah kebenaran mutlak, melainkan hanya
pemahaman yang diciptakan manusia. Paradigma adalah suatu cara
pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.
Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan
praktisinnya. Paradigma menunjukan pada mereka apa yang penting,
absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukan
kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan
pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang (Ardianto
dkk, 2007: 76-77).
Secara umum, paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat
kata kepercayaan atau keyakinan dasar yang menuntun seseorang
dalam bertindak di kehidupan sehari – hari.
Paradigma Constructivism (Konstruktivisme), paradigma ini
hampir merupakan antithesis terhadap paham yang menempatkan
49
pentingnya pengamatan dan objektifitas dalam menemukan suatu
realitas atau ilmu pengentahuan. Secara ontology, aliran ini menyatakan
bahwa realitas itu ada dalam bentuk kontruksi mental yang di dasarkan
pada pihak yang melakukannya. Karna itu, realitas yang di amati oleh
seseorang tidak bisa di lakukan di kalangan Positivist atau pos-
positivist. Atas dasar filosofis ini, aliran ini menyatakan bahwa hubungan
epistimologis antara pengamat dan objek merupakan satu kesatuan,
subjektif, dan merupakan hasil panduan antara keduanya.
Konstruktivisme adalah sebuah teori yang di kembangkan oleh
Jesse Delia dan koleganya, memiliki pengaruh yang kuat pada bidang
komunikasi. Teori tersebut mengatakan bahwa individu menafsir dan
bertindak menurut kategori konseptuak yang ada di dalam pikiran.
Realitas tidak menghadirkan dirinya dalam bentuk kasar, tetapi harus
disaring melaluli cara seseorang melihat sesuatu. (Little John, 2009:179-
180).
Tujuan penelitian dalam paradigma konstruktivisme adalah „‟
memahami dan membentuk ulang konstruksi – konstruksi yang saat di
pegang (termasuk oleh periset itu sendiri)‟‟ (Agus Salim, 2006 : 71 – 72).
Paradigma konstruktivisme menyebut tingkat kepercayaan
(trustwhorthiness) dan keaslian (authenticity) sebagai kriteria kebenaran.
Kedua aspek tersebut mengacu pada berbagai konsep mengandung
lima unsur berikut : kredibilitas (kepercayaan yang berasal dari dalam),
Transferabilitas (garis kebenaran yang bisa dikembangkan / disandarkan
50
kepada unsur kebenaran yang lain), Konfirmibilitas (penegasan terhadap
objektivitas), Keaslian-ontologis (kemampuan untuk memperluas
konstruksi konsepsi yang ada), Edukative-authencity (kebenaran
pendidikan, kemampuan pemimpin dan mengadakan perbaikan),
Tactical-authenticity (kemapuan untuk memberdayakan masyarakat).
(Agus Salim, 2006 : 71-72).
3.2 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam melakukan
penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif. Pendekatan penelitian kualitatif
berusaha memahami dan menafsirkan peristiwa interaksi tingkah laku
manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.
Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang tidak mengandalkan bukti
berdasarkan logika sistematis prinsip angka adalah metode statistik
pembicara sebenarnya, syarat dan tindakan sosial lainnya adalah bahan
mentah untuk analisis kualitatif. (Mulyana, 2006:150).
Menurut Strauss dan Corbin (1997), qualitative research atau
penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan – penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan
prosedur statistik atau secara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif ini
dapat dipergunakan untuk penelitian kehidupan masyarakat, sejarah,
tingkah laku, funsional organisasi, peristiwa tertentu, pergerakan –
51
pergerakan sosial, dan hubungan kekerabatan dalam kekeluargaan.
(Notoadmodjo, Soekidjo, 2005:138).
Penelitian kualitatif ini diharapkan mampu menghasilkan suatu
uraian mendalam mengenai kejiwaan, perilaku, sikap, kelompok. Maka
risetnya dilaksanakan dengan teknik – teknik wawancara.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman
yang sifatanya umum terhadap kenyataan sosial dan persepektif yang
partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi
diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang
menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa
umum tentang kenyataan – kenyataan tersebut. (Ruslan,2004:215)
3.3 Jenis/Format Penelitian
Jenis/Format Penelitian adalah penelitian deskriptif, penelitian
deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-
gejala, fakta-fakta atau kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai
sifat-sifat popular atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif
cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan
menguji hipotesis. (Zurian, 2006 : 63)
Masri Singarimbun dan Sofian Efendy mengatakan “penelitian
deskriptif biasanya memiliki 2 (dua) tujuan”, antara lain:
1. Untuk mengetahui perkembangan secara fisik tertentu atas
frekuensi terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu.
52
2. Mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu.
3. Penelitian ini biasanya dilakukan tanpa hipotesis yang telah
dirumuskan secara ketat.
Pada penelitian ini tidak memakai hitungan angka, tetapi lebih
pada data-data deskriptif. Pendekatan Deskriptif juga merupakan
prosedur pemecahan masalah yang di selidiki dengan menggambarkan
atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat,dll). Pada saat sekarang bedasarkan fakta – fakta
yang tampak/sebagaimana adanya. Metode Deskriptif tidak lebih
daripada penelitian yang bersifat penemuan fakta – fakta seadanya
(fact finding). Gejala tersebut mengemukakan hubungannya yang satu
dengan yang lain.
Pada tahap berikutnya, metode ini harus di beri bobot yang lebih
tinggi, karena sulit artinya. Metode ini tidak terbatas sampai pada
pengumpulan dan menyusun data, tetapi juga meliputi analisa dan
intrepretasi tentang arti data itu. Penelitian ini dapat diwujudkan juga
sebagai usaha memecahkan masalah dengan membandingkan
persamaan dan perbedaan gejala yang ditemukan, mengukur dimensi
suatu gejala, mengadakan hubungan antara gejala, menilai gejala,
menetapkan standar, menetapkan hubungan antar gejala-gejala yang di
temukan,dll. “Metode deskriptif merupakan langkah - langkah
melakukan representasi objektif tentang gejala – gejala yang terdapat di
dalam masalah yang di selidiki” (Nawawi,2005 :63).
53
3.4 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode studi
kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif
mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu
organisasi (komunitas), suatu program, suatu situasi sosial. Peneliti studi
kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek
yang diteliti.
Studi kasus dapat diartikan sebagai metode atau strategi
penelitian dan sekaligus hasil suatu penelitian pada kasus tertentu. Studi
kasus lebih dipahami sebagai pendekatan untuk mempelajari,
menerangkan, atau menginterpretasi suatu „kasus‟ dalam konteksnya
yang alamiah tanpa adanya intervensi pihak luar. Di antara semua raga
studi kasus, kecenderungan yang paling menonjol adalah upaya untuk
menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan, yakin mengapa
keputusan itu diambil, bagaimana ia diterapkan, dan apa pula hasilnya
(Schramm, Salim, 2015: 118).
Metode studi kasus menurut Creswel (Herdiansyah,2010:76) studi
kasus (case study) adalah suatu model yang menekankan pada
eksplorasi dari suatu “sistem yang terbatas” (bounded system) pada
suatu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan
penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber
informasi yang kaya akan konteks.
54
Salah satu ciri khas dari studi kasus adalah adanya “sistem yang
terbatas” (bounded system). Hal yang dimaksud dengan sistem yang
terbatas adalah adanya batasan dalam hal waktu dan tempat serta
batasan dalam hal kasus yang diangkat (dapat berupa program,
kejadian, aktivitas, atau subjek penelitian). Ciri lainnya dari model studi
kasus adalah keunikan dari kasus yang diangkat. Dalam studi kasus,
kasus yang diangkat biasanya kasus-kasus yang memiliki keunikan,
kekhasan tersendiri. Dari keunikan dan kekhasannya tersebut yang
dijadikan daya tarik dari model ini.
Studi kasus menggunakan berbagai metode seperti wawancara,
observasi, dokumentasi, studi arsip, pemeriksaan fisik, dan lainya untuk
menguraikan suatu kasus secara terinci. Dengan mempelajari
semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau suatu
kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan
mendalam mengenai subjek yang diteliti.
Black & Champion mengemukakan kelebihan-kelebihan dari
metode studi kasus, sebagai berikut:
1. Bersifat luwes dalam hal metode pengumpulan data yang digunakan.
Metode pengumpulan data yang dapat digunakan dalam studi kasus,
antara lain wawancara, observasi, materi audiovisual, focus group
discussion, dan dokumentasi. Konteks dari kasus yang diangkat
meliputi situasi dan setting-nya (dapat berupa setting fisik, sosial,
budaya, atau ekonomi).
55
2. Dapat lebih menjangkau dimensi yang lebih spesifik dari topik yang
diselidiki.
Salah satu kelebihan studi kasus adalah mampu mengungkap hal
yang spesifik dan unik dari bounded system yang diteliti karena hal
spesifik tersebut bersifat unik dan khas. Jenis studi kasus yang
mampu menjangkau dimensi yang spesifik adalah intrinsik studi
kasus.
3. Dapat dilakukan secara lebih praktis pada banyak lingkungan sosial.
Berbagai lingkungan sosial beserta faktor budaya dan konstruk nilai
yang mendasari lingkungan sosial tersebut merupakan serangkaian
aspek yang juga ikut memengaruhi topik yang diteliti. Dengan
menggunakan studi kasus, faktor lingkungan sosial apa pun tidak
menjadi halangan dan hambatan bagi peneliti.
4. Studi kasus dapat digunakan sebagai penguji suatu teori.
Bukan hanya model grounded theory yang dapat berfungsi sebagai
penguji suatu teori, dalam beberapa kasus, studi kasus pun dapat
difungsikan sebagai penguji teori, jenis studi kasus yang dapat
digunakan untuk menguji suatu teori adalah instrumental studi kasus.
5. Dapat dilakukan dengan dana yang minim jika dilakukan dengan
metode pengumpulan data yang sederhana (Herdiansyah, 2012:80).
56
3.5 Objek dan Subjek Penelitian
Objek dalam penelitian yang dilakukan peneliti yaitu untuk
mengetahui strategi Humas Kementerian Hukum dan HAM melalui
majalah. Serta gejala-gejala yang terjadi dapat memperoleh gambaran
aktifitas kegiatan-kegiatan Kementerian Hukum dan HAM dan efesiensi
tujuan yang dicapai, dalam rangka penyampaian dan penyebaran
informasi kepada publik melalui media majalah Hukum dan HAM.
Subjek penelitian ini adalah informan atau pegawai di Biro Humas
Seketariat Jendral Kementerian Hukum dan HAM RI.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
starategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini
adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,
maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
data yang di tetapkan”. (Sugiyono, 2006:62)
Teknik pengumpulan data di bedakan antara data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data – data yang di gunakan penulis
sebagai acuan utama dalam melakukan penelitian. Data primer di
peroleh secara lansung dengan upaya penulis sendiri. Sedangkan data
sekunder merupakan data – data yang di gunakan oleh penulis sebagai
bahan tambahan dalam melakukan penelitian yang di peroleh dari buku–
57
buku yang telah ada untuk mendukung teori – teori yang di perlukan oleh
penulis.
Untuk mendapatkan data – data yang lengkap, akurat, serta dapat
dipertanggung jawabkan, penelitian menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
1. Data Primer
a. Wawancara Mendalam ( Indepth interviews )
„‟Wawancara dalam penelitian ini termasuk dalam katagori
indepth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas di
bandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari
wawancara jenis ini adalah untuk mememukan permasalahan
secara lebih terbuka dimana pihak yang di ajak wawancara
dimintai pendapat, dan ide – idenya dalam melakukan
wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang di kemukakan oleh informan. „‟ ( Sugiyono,
2006 : 262 – 263 ).
b. Observasi Tidak Lansung (Nonpartisipant Observation)
Menurut Bungin, “observasi pada hakikatnya merupakan
kegiatan dengan menggunakan panca indra, bisa penglihatan,
penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang di
perlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi
berupa aktivitas, kejadian atau peristiwa, objek, waktu, dan
perasaan.” (Moleong,2013:115-117)
58
Dalam penelitian ini, observasi yang penulis lakukan
adalah observasi non partisipan, dimana penulis bertindak
sebagai pengamat pasif, yaitu mengamati secara lansung
terhadap permasalahan tanpa mengambil peran atau
berpatisipasi dalam peristiwa yang sedang diteliti.
Observasi non partisipan adalah jenis metode observasi,
dimana penulis hanya berperan sebagai “penonton” saja tidak
terjun sebagai “pemain” seperti dalam observasi partisipan,
dengan instrument data yang dimilikinya, yaitu pendoman
observasi, penulis dapat mengamati dan men-ceklis atau
mendata fenomena atau segala kejadian yang diperlukan dalam
penelitian itu.
Penulis melaksanakan observasi lansung di Kementerian
Hukum dan HAM RI.
Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh
peneliti untuk menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis dan
mencapai tujuan penelitian. Oleh karena itu, data dan kualitas
data merupakan pokok penting dalam penelitian karena
menentukan kualitas hasil penelitian. Data diperoleh dari suatu
proses yang disebut pengumpulan data.
Menurut Ulber Silalahi (2009: 280) pengumpulan data
adalah satu proses mendapatkan data empiris melalui
responden dengan menggunakan metode tertentu. Dari
59
pengertian diatas dapat diketahui bahwa proses pengumpulan
data adalah proses untuk mengumpulkan berbagai hal yang
akan digunakan sebagai bahan penelitian.
1) Observasi
(a) Observasi partisipan
Pada observasi ini, peneliti mengamati peristiwa,
kejadian, pose, dan sejenisnya disertai dengan daftar
yang perlu diobservasi (Basuki, 2006:149).
Peneliti melakukan pengamatan langsung dengan
membawa data observasi yang telah disusun
sebelumnya untuk melakukan pengecekan kemudian
peristiwa yang diamati dicocokkan dengan data
observasi.
(b) Observasi secara terang-terangan atau tersamar
Pada saat melakukan pengumpulan data, peneliti
menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa Ia
sedang melakukan penelitian. Pada suatu saat peneliti
juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi
untuk mencari data yang bersifat rahasia (Sugiyono,
2012: 226).
(c) Observasi tak berstruktur
Observasi ini tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan diobservasi. Observasi ini dipakai
60
karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang
akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, peneliti
tidak menggunakan instrumen yang telah baku tetapi
hanya berupa rambu-rambu pengamatan (Sugiyono,
2012:226).
Peneliti melakukan observasi secara terang-
terangan atau tersamar kepada pihak Humas Seketariat
Jendral Kementerian Hukum dan HAM
2) Wawancara Mendalam (In Depth Interview)
Wawancara mendalam berusaha menggali informasi
yang detail dari informan mengenai satu hal. Wawancara
mendalam merupakan wawancara yang lingkupnya tidak
terbatas, dimana informan dapat didorong untuk
mendiskusikan suatu hal, masalah dan pertanyaan menurut
kondisi dan pandangan orang tersebut. Setiap pertanyaan
ditujukan untuk mendapat data yang utuh dan valid.
3) Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-
karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita,
61
biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar misalnya, foto, gambar hidup dan sketsa. Dokumen
yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Menurut Guba dan Lincoln (Moleong, 2002:161)
penggunaan dokumen dan record digunakan karena alasan-
alasan yang dapat dipertanggung jawaKan seperti berikut ini:
(a) Dokumen dan record digunakan karena merupakan
sumber yang stabil, kaya dan mendorong.
(b) Berguna sebagai „bukti‟ untuk suatu pengkajian.
(c) Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian
kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan
konteks, lahir dan berada dalam konteks.
(d) Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi
dokumen harus dicari dan ditemukan.
(e) Keduanya tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan
dengan teknik kajian isi.
(f) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk
lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap suatu
yang diselidiki.
62
Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan
data dilapangan difokuskan pada dua macam data yang
diperoleh antrara lain:
(a) Data Primer
Data primer adalah kata-kata dan tindakan orang-
orang yang diamati atau diwawancarai yang didapat
melalui catatan tertulis atau melalui rekaman video atau
audiotape, dan pengambilan foto atau film.
Data primer merupakan data yang diperoleh dari
tangan pertama data ini berasal dari informan dan key
informan. Sehingga penelitian ini yang menjadikan data
primer untuk mendapatkan informasi mengenai
penguatan dan kendala.
Dalam melakukan studi deskriptif ini, teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan
menggunakan wawancara terstruktur dan observasi
secara terang-terangan.
(b) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh
sebagai bahan tambahan yang berasal dari sumber
tertulis yang dapat dibagi atas sumber buku, majalah
63
ilmaiah, sumber dan arsip, foto, dokumen pribadi dann
berbagai dokumen resmi.
Sehingga dalam penelitian ini pemilihan
wawancara dan observasi menjadi salah satu cara yang
dipilih peneliti untuk mengumpulkan informasi.
3.7 Teknik Keabsahan Data
Untuk memperoleh data yang valid/akurat maka dalam penelitian
ini peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk menguji
keterpercayaan data (memeriksa keabsahan data atau verifikasi data),
atau dengan istilah lain dikenal dengan “trustworthiness” dengan
memanfaatkan hal-hal lain yang ada diluar data tersebut untuk keperluan
mengadakan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang
telah dikumpulkan.
Keabsahan atau truthwothiness dalam penelitian kualitatif dapat
diperiksa melalui empat teknik, yaitu perpanjangan keikutsertaan,
ketekunan pengamatan, tirangulasi data dan pemeriksaan sejawat
melalui diskusi (Moleong, 2011: 327332).
Menurut Denzin dalam Lexy J. Moleong (2011:330-331)
triangulasi dibedakan dalam empat macam, yaitu dengan penggunaan
sumber, metode, peneliti dan teori.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
64
sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam dan dokumentasİ untuk sumber data yang sama
secara serempak (Sugiyono, 2009: 423). Analisis triangulasi yaitu
menganalisis jawaban Subjek dengan meneliti kebenarannya dengan
data empiris (sumber data lainnya) yang tersedia. Disini jawaban di
cross-check dengan dokumen yang ada (Kriyantono: 2010: 72).
Menurut Dwidjowinoto dalam Kriyantono (2010: 72) ada beberapa
macam triangulasi yaitu:
1. Triangulasi Sumber
Membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Misalnya,
wawancara; membandingkan hasil pengamatan dengan
membandingkan apa yang dikatakan umum dengan yang
dikatakan pribadi.
2. Triangulasi Waktu
Berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia,
karena perilaku manusia dapat berubah setiap waktu. Karena itu
periset perlu mengadakan observasi tidak hanya satu kali.
3. Triangulasi Teori
Memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu atau dıpadu. Untuk
itu diperlukan rancangan riset, pengumpulan data, dan analisis data
yang lengkap supaya hasilnya komprehensif
65
4. Triangulasi Periset
Menggunakan lebih dari satu periset dalam mengadakan observasi
atau wawancara. Karena masing-masing periset mempunyai gaya,
sikap, dan persepsi yang berbeda dalam mengamati fenomena maka
hasil pengamatannya bias berbeda meski fenomenanya sama.
5. Triangulasi Metode
Usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan
temuan riset. Triangulasi metode dapat dilakukan dengan
menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan yang sama.
Dari lima macam triangulasi tersebut dalam penelitian ini penulis
hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan
sumber. Tiangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber
yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2009: 423).
Menurut Patton dalam Moleong (2011: 330-331) Triangulasi sumber
dapat dicapai dengan melalui lima cara yaitu:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara;
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum;
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang – orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang wa ktu;
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
66
yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan;
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Dalam penelitian ini digunakan teknik pemeriksaan triangulasi
dengan penggunaan sumber, guna untuk dapat mengetahui alasan yang
menyebabkan terjadinya perbedaan informasi, bukan semata-mata untuk
memperoleh hasil pembandingan yang berupa kesamaan pandangan
pendapat atau pemikiran. Sehingga dalam penelitian ini triangulasi
didapat melalui wawancara dengan narasumber.
3.8 Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman (Herdiansyah, 2012:163),
mengemukakan bahwa aktivitas dan analisis data dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas.
Dalam hal ini dilakukan proses pengumpulan data di lapangan
berupa observasi di humas Seketariat Jendral Kementerian Hukum dan
HAM serta dilakukan wawancara untuk mendapatkan data yang relevan.
Dan mendapat beberapa hasil mengenai data yang dibutuhkan untuk
menjawab dari beberapa narasumber. Sehingga mendapatkan
gambaran data yang banyak, untuk mempermudah.
67
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat
penelitian, dan bahkan di akhir penelitian.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
3. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data dapat dilakukan dalam uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori. Menurut Miles dan Huberman yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat negatif.
4. Penarikan Serta Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying
Conclusion)
Langkah ketiga dalam menganalisis data kualitatif menurut
Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dari verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya.
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek
4.1.1 Sejarah Singkat Kementerian Hukum dan HAM RI
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pertama kali
dibentuk pada tanggal 19 Agustus 1945 dengan nama Departemen
Kehakiman. Menteri Kehakiman yang pertama menjabat
adalah Soepomo. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
pada zaman pemerintahan Belanda disebut Departemen Van
Justitie yaitu berdasarkan peraturan Herdeland Yudie Staatblad
No.576.
Dalam sidang PKKI tahun 1945 menetapkan mengenai
Departemen Kehakiman dalam struktur Negara menurut UUD.
Dalam UUD tadi disebutkan departemen termasuk Departemen
Kehakiman yang mengurus tentang pengadilan, penjara, kejaksaan
dan sebagainya. Dalam sidang PPKI tersebut dibuat pula
penetapan tentang tugas pokok masalah ruang lingkup tugas
Departemen Kehakiman walaupun secara singkat masih mengacu
kepada peraturan Herdeland Yudie Staatblad No.576.
Pada tanggal 1 Oktober 1945 kewenangan Departemen
Kehakiman diperluas yakni Kejaksaan berdasarkan Maklumat
Pemerintah tahun 1945 tanggal 1 0ktober 1945 dan Jawatan
69
Topograpi berdasarkan Penetapan pemerintah tahun 1945 Nomor
1/S.D. Jawatan Topograpi kemudian dikeluarkan dari Departemen
Kehakiman dan masuk ke Departemen Pertahanan berdasarkan
Penetapan Pemerintah tahun 1946 nomor 8/S.D.
Ketika Departemen Agama dibentuk pada tanggal 3
Januari 1946, Mahkamah Islam Tinggi dikeluarkan dari Departemen
Kehakiman Republik Indonesia dan masuk ke Departemen Agama
Republik Indonesia berdasarkan penetapan pemerintah tahun 1946
Nomor 5/S.D.
Pada 22 Juli 1960, rapat kabinet memutuskan
bahwa kejaksaan menjadi departemen dan keputusan tersebut
dituangkan dalam Keputusan Presiden RI Nomor 204/1960
tertanggal 1 Agustus 1960 yang berlaku sejak 22 Juli 1960. Sejak
itu pula, Kejaksaan RI dipisahkan dari Departemen Kehakiman.
Pemisahan tersebut dilatarbelakangi rencana kejaksaan mengusut
kasus yang melibatkan Menteri Kehakiman pada saat itu.
Pengalihan Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha
Negara dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
ke Mahkamah Agung berawal dari Undang-Undang No 35 Tahun
1999 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman
yang kemudian dijabarkan dalam Undang-Undang No. 4 Tahun
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang No. 5
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 14
70
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. Pada tanggal 23 Maret
2004 Presiden Megawati mengeluarkan Keputusan Presiden RI No.
21 Tahun 2004 tentang pengalihan organisasi, administrasi dan
finansial dan lingkungan Peradilan Umum dan Tata Usaha Negara,
Pengadilan Agama ke Mahkamah Agung yang kemudian
ditindaklanjuti dengan serah terima Pengalihan organisasi,
administrasi dan finansial di lingkungan Peradilan Umum dan
Peradilan Tata Usaha Negara ke Mahkamah Agung pada tanggal
31 Maret 2004.
Nama Departemen Kehakiman telah beberapa kali berubah
nama karena disesuaikan dengan fungsi dari Departemen tersebut
yaitu dari Departemen Kehakiman menjadi Departemen Hukum dan
Perundang Undangan dan sekarang menjadi Kementerian Hukum
Dan Hak Asasi Manusia.
4.1.2 Visi dan Misi
Visi
"Masyarakat memperoleh kepastian hukum".
Misi
1. Mewujudkan peraturan Perundang-Undangan yang berkualitas;
2. Mewujudkan pelayanan hukum yang berkualitas;
3. Mewujudkan penegakan hukum yang berkualitas;
71
4. Mewujudkan penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan
HAM;
5. Mewujudkan layanan manajemen administrasi Kementerian
Hukum dan HAM; serta
6. Mewujudkan aparatur Kementerian Hukum dan HAM yang
profesional dan berintegritas.
4.1.2 Logo Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia
1. Arti warna dan Bentuk Logo Kementerian Hukum dan HAM
a. Logo menggambarkan tugas dan fungsi kementerian
Hukum dan Ham yang memuat:
1) tulisan : PENGAYOMAN
2) gambar : 1. 5(lima) garis busur
2. 2(dua) garis tegak lurus sejajar dan
3.garis siku kanan dan garis siku kiri:
72
3)tata warna : 1. warna biru tua sebagai dasar dan,
2. warna emas pada garis lukisan logo dan
tulisanPENGAYOMAN.
b. Makna tulisan PEAYOMAN sebagaimana berarti
mengayomi dan melindungiseluruh rakyat Indonesia di
bidang Hukum dan HAM.
c. Makna gambar sebagai berikut:
1) 5(lima) garis busur melambangkan pancasila yang
merupakan falsafah negara.
2) 2(dua) garis tegak lurus sejajar yang mempuyai makna
demokrasi dari keadilan untuk mewujudkan
kesejahteraan bangsa Indonesia.
3) garis siku kanan bermakna hukum dan garis siku kiri
bermakna hak asasi manusia yang menjujung tinggi
agama dan moral.
d. Makna warna sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf c
sebagai berikut:
1) Warna biru tua sebagai dasar yang mempuyai makna
amanah, keamanan, keteraturan, kedalaman, makna
jati diri bangsa, percaya diri, ketertiban dan inovasi
teknologi dan;
2) Warna emas bermakna keagungan,keluhuran, dan
kewibawaan.
73
Selanjutnya untuk menyempurnakan letak tulisan
PENGAYOMAN dan betuk gambar yang melambangkan satu
kesatuaan utuh logo Kementerian Hukum dan HAM, peraturan
menteri Nomor M.HH-05 UM.01.01 Tahun 2011 tentang logo
Kementerian Hukum dan HAM Nomor M.HH.07.UM.01.01
Tahun 2011 tentang perubahan Atas peraturan Menteri Hukum
dan HAM Nomor M. HH-05.UM01.01 Tahun 2011 tentang logo
Kemenkumham, Muncullah peraturan Menteri Kemenkumham
Nomor 16 Tahun 2012 Tentang perubahan kedua atas
peraturan Menteri Kemenkumham Nomor M.HH-05UM01.0
Tahun 201 tentang logo Kemenkumham.
4.1.4 Tugas dan Fungsi Kementerian Hukum dan HAM RI
Tugas
Kementerian Hukum dan HAM mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang hukum dan hak
asasi manusia untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintah negara.
Fungsi
Untuk melaksanakan tugas Kementerian Hukum dan HAM
menyelenggarakan fungsi :
74
1. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
peraturan perundang-undang, administrasi hukum umum,
pemasyarakatan, keimigrasian, kekayaan intelektual dan hak
asasi manusia
2. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian HAM
3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab Kementerian Hukum dan HAM
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan
Kementerian Hukum dan HAM
5. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervise atas pelaksanaan
urusan Kementerian Hukum dan HAM di daerah
6. Pelaksanaan pembinaan hukum nasional
7. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang hukum
dan hak asasi manusia
8. Pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang
hukum dan hak asasi manusia
9. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional
10. Pelaksanaan tugas pokok sampai ke daerah dan
11. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantive kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Hukum
dan HAM.
75
4.1.5 Struktur Organisasi Kementerian Hukum dan HAM RI
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri atas:
1. Sekretariat Jenderal;
2. Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan;
3. Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum;
4. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan;
5. Direktorat Jenderal Imigrasi;
6. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual;
7. Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia;
8. Inspektorat Jenderal;
9. Badan Pembinaan Hukum Nasional;
10. Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi
Manusia;
76
11. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
12. Staf Ahli Bidang Politik dan Keamanan.
4.1.6 Tugas dan Fungsi Bagian Hubungan Masyarakat
Tugas
Bagian Hubungan Masyarakat mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan pembinaan hubungan masyarakat,
pemberitaan dan layanan informasi serta dokumentasi di
lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Fungsi
Bagian Hubungan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan peliputan dan penyajian berita
2. Pelaksanaan fasilitasi hubungan pers, media massa dan
analisa berita
3. Pelaksanaan layanan informasi dan fasilitasi penanganan
permohonan informasi dan
4. Pengelolaan dokumentasi, arsip, dan perpustakaan.
4.1.7 Struktur Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat
Bagian Hubungan Masyarakat terdiri atas:
77
1. Subbagian Peliputan dan Penyajian Berita, mempunyai tugas
melakukan peliputan dan penyajian berita.
2. Subbagian Hubungan Pers dan Media Massa, mempunyai
tugas melakukan fasilitasi hubungan pers, media massa dan
analisa berita.
3. Subbagian Arsip dan Dokumentasi, mempunyai tugas
melakukan layanan informasi, fasilitasi penanganan
permohonan informasi, dan pengelolaan dokumentasi, arsip,
dan perpustakaan.
4.1.8 Majalah Hukum dan HAM
1. Majalah merupakan media informasi dan pencitraan yang
menekankan pada kedalaman informasi dan analisa informasi,
sehingga pembaca yaitu publik internal maupun ekternal.
Pembangunan hukum dan HAM akan memahami secara
mendalam dan akurat tentang kebijakan dan program yang di
buat oleh kementerian hukum dan HAM.
2. Maksud dan Tujuan
a. Menciptakan sosialisasi, program dan kebijakan Hukum
dan HAM
b. Membentuk opini publik yang tepat dan mendalam tentang
suatu isu hukum dan HAM
78
c. Menciptakan pencitraan yang positif bagi kementerian
Hukum dan HAM
d. Memberikan informasi yang berimbang seputar
kementerian Hukum dan HAM
3. Ruang Lingkup
a. Stakeholders
b. Karyawan seluruh unit kerja Kementerian Hukum dan HAM
c. Pimpinan Kementerian Hukum dan HAM
d. Mitra Kerja Kementerian Hukum dan HAM (DPRRI,
Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung, Kepolisian, BNN dll)
e. Media Massa
4. Dasar
a. UU No.40 Tahun 1999 tentang pers
b. UU No. 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan infromasi
publik
c. UU No.25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik
d. Keputusan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-01.IN.01.03
Tahun 2010 tentang pejabat pengelola informasi dan
dokumentasi kementerian Hukum dan HAM
e. Peraturan Menteri Hukum dan HAM nomor M.HH-
04.IN.04.02 Tahun 2011 tentang tata cara pengelolaan dan
pelayanan informasi publik kementerian Hukum dan HAM.
5. proses pembuatan majalah
79
Ada jadwal, 3 bulan sebelumnya proses pengumpulan
dan pencarian berita serta dilakukan analisa dan koreksi berita
mana yang layak untuk di tampilkan. Dalam proses pembuatan
ada 4 kali rapat :
a. Persiapan, mengumpulkan bahan berita yang akan di muat
di rubrik majalah
b. Menyortir, proses ini dilakukan selama satu bulan untuk
memilih berita mana yang layak di masukkan ke dalam
rubrik majalah.
c. Penentuan cover depan dan design dan tampilan.
d. Final persiapan cetak dan pendistribusian, pendistribusian
dilakukan awal bulan
e. Pembagian di minggu ke 2 setiap bulannya.
1200 example di cetak untuk dibagikan ke 33 kantor wilayah
Kementerian Hukum dan HAM dan UPT (unit pelayanan teknis)
seluruh Indonesia, dibagikan pada acara kegiatan pameran yang
diikuti KemenkumHAM. LSM, kampus dan juga di minta untuk
dokumentasi perusahaan dan juga di publikasi di website
Kementerian Hukum dan HAM.
4.2 Deskripsi Subyek Penelitian
Wawancara yang dilakukan oleh penulis sebagai berikut
1. Nama : Fitriadi Agung Prabowo, S.IP
Jabatan : Kepala Sub Bagian Hubungan Pers dan Media Massa
80
Penulis melakukan wawancara dengan Bapak Fitriadi pada
hari rabu tanggal 5 juli 2017 di lantai 3. Penulis melakukan
wawancara dengan Bapak Fitradi karena beliau merupakan seorang
pejabat Kepala Sub Bagian Hubungan Pers dan Media Massa yang
memiliki tugas salah satunya menangani penyebaran informasi ke
publik salah satunya melalui majalah Hukum dan HAM.
Selama melakukan wawancara dengan Bapak Fitriadi, beliau
sangat membantu dengan menjawab pertanyaan wawancara. Beliau
juga banyak membantu dan juga memberikan saran untuk penulisan
penelitian ini.
2. Nama : Komarudin, S.H
Jabatan : JFU Sub bagian peliputan dan penyajian berita
Penulis melakukan wawancara dengan Bapak Komar pada
hari rabu tanggal 5 juli 2017 di lantai 3. Penulis melakukan
wawancara dengan Bapak Komar karena beliau merupakan pegawai
JFU Sub bagian Peliputan dan Penyajian Berita yang memiliki tugas
salah satunya menangani pembuatan majalah Hukum dan HAM.
Selama melakukan wawancara dengan Bapak Komar, beliau
sangat membantu dengan menjawab pertanyaan wawancara. Beliau
juga banyak membantu dan juga memberikan saran untuk penulisan
penelitian ini.
81
Kedua narasumber tersebut di wawancarai dengan waktu
yang sama, wawancara tersebut dilakukan untuk memperoleh data
dan informasi yang sesuai dengan judul dan permasalahan yang di
angkat oleh penulis
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian ini di Biro Hubungan Masyarakat,
Hukum dan Kerja Sama, Kementerian Hukum dan HAM RI, penulis
melakukan wawancara dengan dua narasumber yang merupakan. 1.
Kepala Sub Bagian Hubungan Pers dan Media Massa 2. Jabatan
Fungsional Umum (JFU) Bagian Peliputan dan Penyajian Berita. Penulis
mendeskripsikan beberapa hasil penelitian mengenai strategi
penyebaran Informasi melalui majalah Hukum dan HAM di Kementerian
Hukum dan HAM. Berdasarkan teori-teori yang ada pada bab II dan
rumusan masalah pada bab I, pemaparan hasil penelitian diperoleh
penulis dengan menggunakan teknik pengumpulan data hasil dilapangan
dengan melalui proses wawancara kepada informan dan observasi.
Adapun hasil wawancara dan pengumpulan data yang di dapatkan
oleh penulis, yaitu :
Media Nirmassa
Majalah merupakan kumpulan berita yang secara kronologis
dan lebih menekankan ke analisa artinya berita itu padat dan lebih
di uraikan lagi. Kementerian Hukum dan HAM mempuyai Majalah
Hukum dan HAM ada sejak tahun 2003 dimana ada pergantian
82
nama dari Departemen Kehakiman menjadi Departemen Hukum
dan HAM. Dulu Majalah Hukum dan HAM bernama
“Pengayoman”, Bukan majalah tetapi bentuknya bulletin dan
cenderung membosankan penampilannya, sejak 2003 dirubah
menjadi majalah Hukum dan HAM. Majalah ini berisi tentang
berita utama, laporan, legislasi (perundang – undangan), fokus,
sosok, rehat, ragam, resensi buku dan galeri foto. Majalah ini
terbitkan 3 kali dalam satu tahun atau empat bulan sekali. Majalah
internal ini di tunjukkan untuk publik internal mapun ekternal,
Pimpinan Kementerian Hukum dan HAM, karyawan
KemenkumHAM Mitra Kerja Kementerian Hukum dan HAM,
(DPR) RI, Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung, Kepolisian, BNN
dll) media massa serta masyarakat.
Proses pembuatan majalah ini dilaksanakan dengan cara
swakelola oleh Biro Humas, Hukum dan Kerjasama. Untuk
menghasilkan Majalah Hukum dan HAM yang baik, berkualitas,
dan sejajar dengan majalah nasional.
Menurut Bapak Fitriadi Agung Prabowo menjelaskan tentang
bagaimana proses dibuatnya majalah Hukum dan HAM
“Biro Humas Hukum dan Kerjasama mengumpulkan beberapa data yang akan dijadikan Headline, berita utama, berita khusus, berita daerah ataupun sosok yang akan ditampilkan. Pemilihan headline merupakan kewenangan dari pembina dan dewan redaktur Majalah Hukum dan HAM, hasil dari berita tersebut kemudian akan di berikan kepada dikoreksi yang kemudian akan naik kepada Menteri Hukum dan HAM untuk dimintakan koreksi terakhir sebelum naik cetak”.
Proses pembuatan majalah ini secara swakelola pemilihan berita
– berita yang akan di masukkan ke dalam majalah semuanya
83
kewenangan dari dewan redaktur, dan akan di koreksi oleh menteri
sebelum majalah itu naik cetak.
Proses pendistribusian majalah Hukum dan HAM di bagi dalam
dua tahap, yang pertama Untuk Seluruh Pimpinan Unit Utama, Kepala
Unit layanan Teknis dan seluruh steakholder atau mitra Kerja
Kementerian Hukum dan HAM di Jakarta akan di antar langsung oleh tim
distributor.Untuk Seluruh Pimpinan Kantor wilayah dan Unit Pelayanan
Teknis yang ada didaerah akan dikirim melalui paket antar barang.
Biro Humas, Hukum dan Kerjasama mempunyai tugas pokok dan
fungsi membentuk citra positif bagi Kementerian, yakni menyajikan hasil
kinerja program unggulan serta pelayanan publik di lingkungan
Kementerian Hukum dan HAM.
Menurut bapak Fitriadi Agung Prabowo menjelaskan apa maksud
dan tujuan dari di buatnya majalah Hukum dan HAM
“Untuk mengakomodasi tugas tersebut, diperlukan media untuk menyebarkan informasi, baik ke dalam lingkungan kementerian, maupun ke luar kementerian.Media yang dimaksud dalam hal ini adalah majalah kementerian, yaitu Majalah Hukum dan HAM. Dengan dibuatnya Majalah Hukum dan HAM yang baik, diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi internal maupun eksternal dan citra positif bagi kementerian. Maksud dan tujuan dari majalah ini humas mengharapkan bisa
menyebarkan informasi ke dalam lingkungan maupun ke luar
Kementerian memberikan pengtahuan dan dapat memberikan citra
positif bagi kementerian.
84
Peran dan fungsi majalah Hukum dan HAM adalah sebagai
penyampaian informasi tentang pelaksanaan tugas dan fungsi
kementerian hukum danHAM, memberikan pengetahuan tentang apa
yang sudah dilakukan oleh kementerian Hukum dan HAM baik dalam
pembangunan hukum, pembinaan hukum, pelayanan hukum dan
penegakan hukum.
Menurut bapak Fitriadi Agung Prabowo menjelaskan apa peran
dan fungsi dari di buatnya majalah Hukum dan HAM
“Perbedaan karekteristik dan juga perbedaan tugas pokok dan fungsi antara unit utama eselon 1 menciptakan sebuah harmonisasi yang jika dilihat dari sisi publikasi sangat baik. Hal-hal yang jarang dipublikasikan dalam pelaksanaan tugas jajaran Kementerian Hukum dan HAM pada satu sisi bisa semakin menciptakan kekuatan bahwa apa yang dilakukan dapat diketahui oleh publik internal maupun eksternal dan pada satu sisi apa yang dilakukan akan menciptakan sebuah benang merah antara publik dengan Kementerian Hukum dan HAM sehingga pemikiran atau stigma negatif kepada Kementerian Hukum dan HAM dapat dihilangkan” Karena adanya perbedaan antara unit kerja yang memyebabkan
ketidaktahuan publik karena kurangnya publikasi menyebabkan
kurangnya pengetahuan, karena itu peran dan fungsi dari majalah hukum
dan HAM ini mempublikasikan memberikan pengetahuan tentang apa
yang sudah dilakukan oleh kementerian Hukum dan HAM baik dalam
pembangunan hukum, pembinaan hukum, pelayanan hukum dan
penegakan hukum sehingga bisa menghilangkan stigma negatif di publik
eksternal dan menambah pengetahuan bagi publik internal.
85
Salah satu unsur penting dalam penyampaian informasi positif
bagi publik, memang ada juga media internal Kemenkumham seperti
web (www.kemenkumham.go.id) yang juga menyampaikan berita
Kementerian Hukum dan HAM.
Strategi yang digunakan humas Kementerian Hukum dan HAM
untuk menarik minat pembaca majalah Hukum dan HAM adalah bahwa
berita yang disajikan sesuai data dan fakta yang ada, kemudian harus
berita yang update. Kemudian dalam hal penulisan memakai metode
diskritif yang berusaha menjelaskan seolah-olah yang membaca ada
dalam tulisan itu, kemudian tampilan lay out mulai halaman depan,
tengah sampai belakang juga harus menarik baik dalam tata letak, warna
dan tulisan di halaman depan juga harus enak dilihat.
Menurut bapak Komarudin strategi yang digunakan untuk menarik
minat pembaca adalah
“Dari awal Tampilan update, usahakan ada sosok yang atau kejadian yang menarik, layout buat semaksimal mungkin agar mudah dimengerti dan dipahami.”
Strategi yang digunakan untuk menarik minat pembaca adalah
dibuatnya majalah semenarik mungkin dan mudah dipahami oleh
pembaca agar pembaca bisa memahami isi dari majalah .
Pembuatan majalah hukum dan HAM ini mengikuti fenomena
yang terjadi khususnya untuk berita rubik rehat tim mengikuti fenomena
di masyarakat yang bersifat positif, tapi untuk tampilan secara
keseluruhan Majalah Hukum dan HAM tidak mengikuti fenomena yang
86
terjadi, tapi mengikuti isu aktual yang ada di dalam Kementerian Hukum
dan HAM. Karena kita adalah media internal, media publikasi dari dalam
Kementerian.
Di dalam majalah internal Hukum dan HAM ini jumlah berita yang
digunakan tidak ada batasnya karena ada banyak jenis rubik dan juga di
setiap berita yang di muat di rubrik beserta foto.
Menurut bapak Komarudin menjelaskan tentang jumlah berita
yang ada di dalam majalah Hukum dan HAM
“Karena bagian dari kementerian kita juga ada yang namanya direktorat perundang undangan yang kita liput kinerja mereka tentang pembahasan perundang undangan, terus yang di DPR MPR itu kita muat soalnya itu juga penting terus ada lagi laporan laporan itu sifatnya dari unit unit kita punya sebelas unit itu kan semuanya pasti punya laporan, terus ada lagi profile itu kita tampilkan berupa sosok – sosok yang layak untuk di tiru program programnya atau seseorang yang mempuyai kreatifitas atau inovasi di bidang hukum dan HAM yang berguna untuk publik internal di Kementerian.
“contohnya kepala lapas Grobokan Bali yang mempuyai kegiatan inovasi Go green, jadi setiap napi di berikan pengetahuan tentang bercocok tanam. Agar lapas menjadi sejuk, karena selama ini kan masyarakat taunya lembaga permasyarakatan selama ini masyarakat cenderung ke narapidana itu orang di tahan di dalam sel gak boleh keluar, makan hanya di kasih seadanya, kan sebenernya prateknya tidak seperti itu masyarakat belum ada yang tau jadi sekarang narapidana itu sudah berganti menjadi warga binaan jadi sekarang itu dia benar benar di bina, di latih sesuai dengan kemampuan yang dia miliki di ajarkan untuk bekerja dan itu sangat berguna setelah dia keluar dari lapas supaya dia bisa berkelakuan baik.
Menurut bapak Fitriadi Agung Prabowo menjelaskan siapa saja
yang memasukkan rubrik berita ke dalam majalah Hukum dan HAM
“Yang memasukan berita adalah dewan redaksi setelah mendapat persetujuan pelindung, penasehat, pimpinan/penanggungjawab.
87
Setelah dimasukan oleh redaksi akan Majalah Hukum dan HAM membertikan prioritas kepada berita kegiatan Menteri Hukum dan HAM yang aktual dan faktual.”
Rubrik berita yang ada di majalah hukum dan HAM di masukkan
oleh tim khusus yang di buat oleh Humas KemenkumHAM. Cara
penyampaian rubrik berita semua di sertai berikut foto yang kuat karena
itu sangatlah penting, foto yang dimasukkan melalui koreksi dan analisa
terdiri dari beberapa kejadian yang semua di rangkum sejelas jelasnya
agar mudah di mengerti pembaca. Pentingnya peran foto di rubrik profile,
karena bisa mengambarkan suasana agar pembaca bisa secara jelas
dan tidak ada yang bias.
Meletakkan berita penting di halaman depan majalah Hukum dan
HAM merupakan sebuah tiang dari sebuah media majalah, seperti yang
dijelaskan oleh Bapak Komarudin tentang berita penting sebagai tiang
utama :
“ Ya beberapa berita terkini bermuatan positif dan juga untuk pencitraan kementerian hukum dan HAM, kenapa muat di depan itu salah satunya untuk menarik minat pembaca”
Tiang dari sebuah majalah terletak dari tampilan depan dan berita
yang ada di dalam halaman pertama, karena setiap pembaca majalah
hal yang utama di lihat dan di nilai adalah tampilan depan dan berita
utama yang di muat. Majalah ini berisi tentang berita utama, laporan,
legislasi (perundang – undangan), fokus, sosok, rehat, ragam, resensi
buku dan galeri foto majalah ini tunjukan.
88
Strategi memasukkan unsur – unsur Informasi dalam di pilihnya
berita, Sebagai bahan edukasi bagi pembaca seperti yang disampaikan
bapak Fitriadi Agung Wibowo dalam menjelaskan strategi memasukan
unsur – unsur dalam di pilihnya berita yang di anggap sebagai bahan.
a. Nilai value atau isi berita tersebut mampu membuat sebuah informasi menarik perhatian masyarakat atau khalayak banyak
b. Narasumber atau obyek yang memberikan keterangan haruslah yang berkopenten dan merupakan pimpinan tertinggi dari sebuah organisasi (menteri)
c. Berita tersebut menarik karena sebuah ada sebuah informasi yang tidak pernah ada diangkat menjadi berita.
Bapak Fitriadi Agung Prabowo juga mengelola informasi yang
dimaksukan kedalam seperti apa yang di masukkan menjadi
informasi yang di jadikan berita penting di dalam majalah Hukum
dan HAM.
“Dalam mengelola informasi yang dimaksukan perlu adanya seleksi berita utama kita sajikan sebagai pokok berita dan disertai penajaman pada isi berita, berita penting kita jadikan sebuah pilihan untuk membuat sebuah majalah semakin menarik. Berita akan penting ketika kapan kejadian tersebut ada, siapa yang menjadi narasumber dan dimana kejadian tersebut terjadi, kalau informasi tersebut menarik dan memang layak untuk dijadikan berita dan mendapat atensi dari pimpinan maka redaktur akan menjadikan berita tersebut sebagai berita penting “
Dalam pemilihan berita penting dan berita utama sebagai bahan
edukasi sama di butuhkan seleksi dengan rapat yang ketat dan
pemilihan berita butuh kriteria yang sesuai dengan kebijakan yang
berlaku agar berita yang di sampaikan bisa memberikan informasi
yang tepat dan menarik pembaca.
89
Seperti berita mengenai Kemenangan Perdana RI di ICSID di
majalah Hukum dan HAM edisi pertama di tahun 2017 yang dijadikan
berita penting di majalah Hukum HAM, Bapak Fitriadi Agung
menjelaskan bagaimana proses di pilihnya mengenai berita
kemenangan RI di ICSID
“Proses dipilihnya berita tersebut melalui rapat redaksi yang sangat ketat, karena redaksi melihat bahwa berita itu merupakan berita luar biasa dan mempunyai nilai atau value yang akan menjadi informasi kepada masyarakat. Berita tersebut jadi berita utama karena itu kemenangan pertama pemerintah Indonesia melawan perusahaan Asing besar dalam sengketa perdata di pengadilan ICSID.berita ini juga selain mengangkat citra positif indonesia juga memnunjukan bahwa apa yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam hal penegakan hukum sesuai dengan prosedur tanpa pandang bulu, dan ini merupakan berita yang sangat menarik”
Sebagai konten hiburan redaksi majalah Hukum dan HAM
memasukkan Galeri foto kedalam majalah Hukum dan HAM
4.4 Pembahasan
Majalah Hukum dan HAM merupakan majalah yang di terbitkan
oleh Humas Kementerian Hukum dan HAM secara swakelola yang di
terbitkan empat bulan sekali. Majalah ini berisi tentang berita utama,
laporan, legislasi (perundang – undangan), fokus, sosok, rehat, ragam,
resensi buku dan galeri foto. Majalah ini di tujukan untuk pimpinan
Kementerian Hukum dan HAM, karyawan Kementerian Mitra Kerja
Kementerian Hukum dan HAM, (DPR) RI, Kejaksaan Agung, Mahkamah
Agung, Kepolisian, BNN dll), media massa serta masyarakat.
90
Majalah Hukum dan HAM ini mempuyai tujuan khusus untuk
memberikan pengetahuan informasi ke publik internal , dan majalah ini
mempuyai peran khusus adalah sebagai penyampaian informasi tentang
pelaksanaan tugas dan fungsi kementerian hukum dan HAM,
memberikan pengetahuan tentang apa yang sudah dilakukan oleh
kementerian Hukum dan HAM baik dalam pembangunan hukum,
pembinaan hukum, pelayanan hukum dan penegakan hukum. Berita
yang dituangkan cukup tepat dengan minat pembaca karena
penyampaian informasi disesuaikan dengan kegiatan kementerian, isu
isu atau hal – hal mengenai bidang hukum yang ingin di ketahui oleh
pembaca.
Untuk menarik minat pembaca majalah Hukum dan HAM ini
memiliki strategi khusus seperti layout di buat semenarik mungkin
Strategi yang digunakan untuk menarik minat pembaca adalah dibuatnya
majalah semenarik mungkin dan mudah dipahami oleh pembaca agar
pembaca bisa memahami isi majalah.
Pembuatan majalah hukum dan HAM ini mengikuti fenomena
yang terjadi khususnya untuk berita rubik rehat tim mengikuti fenomena
di masyarakat yang bersifat positif, tapi untuk tampilan secara
keseluruhan Majalah Hukum dan HAM tidak mengikuti fenomena yang
terjadi, tapi mengikuti isu aktual yang ada di dalam Kementerian Hukum
dan HAM. Karena kita adalah media internal, media publikasi dari dalam
Kementerian.
91
Di dalam majalah Hukum dan HAM ini jumlah berita yang
digunakan tidak ada batasnya karena berita yang sudah di masukkan
oleh tim redaktur di pilih mana yang di anggap penting untuk pembuat
majalah dan pembaca khususnya publik internal karna di dalam rubrik
majalah ini di masukkan berita – berita penting mengenai Kementerian
yang bisa menambah pengetahuan serta untuk meningkatkan citra.
Majalah memuat berita yang di anggap penting di muat di depan
itu salah satunya untuk menarik minat pembaca karena tiang dari sebuah
majalah terletak dari tampilan depan dan berita yang ada di dalam
halaman pertama.
Seperti berita kemenangan RI di ICSID di majalah Hukum dan
HAM edisi pertama tahun 2017, pemilihan berita proses dipilihnya berita
tersebut melalui rapat redaksi yang sangat ketat, karena redaksi melihat
bahwa berita itu merupakan berita luar biasa dan mempunyai nilai atau
value yang akan menjadi informasi kepada masyarakat.
Batasan – batasan yang digunakan untuk memilih berita penting
yang akan masuk ke dalam Majalah Hukum dan HAM haruslah berita
yang mempuyai nilai,narasumber yang berkompeten dan berita yang
menarik.
Bedasarkan data penelitian yang di peroleh fungsi, tujuan dan
peran dari majalah maka penulis menyimpulkan bahwa yang ada di
dalam rubrik majalah hukum dan HAM mampu memberikan informasi
dari Kementerian Hukum dan HAM karena berita yang di masukkan
92
laporan – laporan kegiatan seluruh unit Kementerian Hukum dan HAM,
inovasi – inovasi serta isu – isu mengenai bidang hukum yang ingin di
ketahui oleh pembaca agar bisa menambah pengetahuan pembaca
majalah.
Berita yang ada di dalam majalah Hukum dan HAM ini di susun,
memunculkan isu tersebut dengan tujuan mempengaruhi apa yang oleh
pembaca, dalam pembuatan majalah ini di perlukan proses untuk
menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan di siarkannya secara
selektif, seperti penyuting, redaksi bahkan wartawan sendiri menentukan
mana yang pantas diberitakan dan mana yang tidak. Agar berita yang di
sampaikan bisa memahami isi majalah.
Beberapa berita terkini bermuatan positif dan juga berita
pencitraan kementerian hukum dan HAM, di letakan di halaman di dalam
halaman pertama karena sebagai tiang dari majalah Hukum dan HAM.
Di buatnya majalah Hukum dan HAM ini untuk menambah
wawasan pembaca bertambah menjadi luas lagi yang tadinya mereka
tidak tahu akhirnya menjadi tahu, Dan bagi pembaca internal majalah
Hukum dan HAM bisa menjalankan tugas dan kewajibannya dengan
baik.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagai bagian terakhir dari skripsi ini mengenai Strategi Kementerian
Hukum dan HAM Dalam Penyebaran informasi Melalui Majalah Hukum dan
HAM, Maka dalam bab ini penulis dapat menarik kesimpulan serta
memberikan beberapa saran sebagai berikut.
5.1 Kesimpulan
Media majalah Hukum dan HAM merupakan media yang dibuat
humas Kementerian Hukum dan HAM bedasarkan data penelitian
peroleh fungsi dan tujuan dan peran dari majalah Hukum dan HAM. Di
dalam rubik majalah hukum dan HAM mampu meberikan Informasi.
Kesimpulan dari Strategi Humas Sub Bagian Peliputan dan Penyajian
Berita Kementerian Hukum dan HAM Dalam Penyebaran Informasi
Melalui Majalah Hukum dan HAM. Sebagai Berikut:
a. Majalah Hukum dan HAM adalah salah satu media cetak yang
di hasilkan humas Sub Bagian Peliputan dan Penyajian Berita
Kementerian secara swakelola dengan tujuan publik internal
mengetahui apa yang menjadi kegiatan atau program – program
yang di lakukan dan di hasilkan oleh Kementerian Hukum dan
HAM.
b. Strategi Penyebaran informasi dilakukan dengan penerbitan
majalah hukum dan HAM dilakukan empat bulan sekali, Yang di
94
sebarkan ke publik internal. Strategi penyebaran informasi
melalui media majalah adanya seleksi pemilihan berita yang
tepat agar bisa menjadi bahan edukasi, dan berita yang di
masukkan sudah di pilih di susun secara baik agar informasi
yang di sampaikan bermanfaat dan menambah pengetahuan
bagi pembaca.
c. Bedasarkan data penelitian yang di peroleh berita yang di
masukkan laporan – laporan kegiatan seluruh unit kerja
KemenkumHAM, inovasi – inovasi serta isu – isu mengenai
bidang hukum yang ingin di ketahui oleh pembaca agar bisa
menambah pengetahuan pembaca majalah.
d. Berita yang ada di dalam majalah Hukum dan HAM ini di susun,
memunculkan isu tersebut dengan tujuan mempengaruhi apa
yang di anggap penting oleh pembaca, dalam pembuatan
majalah ini di perlukan proses untuk menyaring berita, artikel,
atau tulisan yang akan di siarkannya secara selektif,seperti
penyuting, redaksi bahkan wartawan sendiri menentukan mana
yang pantas diberitakan dan mana yang tidak. Agar berita yang
di sampaikan bisa di pahami oleh pembaca.
e. Batasan – batasan yang digunakan untuk memilih berita penting
yang akan masuk ke dalam Majalah Hukum dan HAM haruslah
berita yang mempuyai nilai, narasumber yang berkompeten dan
berita yang menarik.
95
5.2 Saran
Bedasarkan uraian dan kesimpulan serta analisis penulis terhadap
masalah penelitian, maka beberapa saran yang dapat penulis berikan,
yang di harapkan mampu untuk lebih menyempurnakan langkah –
langkah penyebaran informasi melalui majalah Hukum dan HAM ini,
adalah sebagai berikut:
a. Humas KemenkumHAM perlu penambahan sumber daya
manusia yang berpengalaman dan kompeten dalam
pembuatan majalah Hukum dan HAM.
b. Jumlah majalah yang dicetak dan di terbitkan lebih banyak
agar semakin banyak publik yang menerima manfaat dari
majalah Hukum dan HAM.
c. Waktu penerbitan lebih tepat, agar para publik yang menerima
majalah Hukum dan HAM sebagai pembaca rutin
mendapatkan informasi lebih aktual dab tetap update.
d. SOP mengenai pembuatan/penerbitan majalah Hukum dan
HAM agar untuk di permudah dan tidak berbelit untuk
mengoptimalkan dan percepatan pembuatan/penerbitan
majalah Hukum dan HAM.
96
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto,2007, Metodelogi penelitian untuk public relations kuantitatif dan kualitatif , Bandung :PT Simbiosa Rekatama Media.
Ardianto, Komala,2004 Komunikasi Massa, Bandung :PT Simbiosa Rekatama Media.
Cutlip, dkk,2006, Efective Public Relattions edisi 9, Jakarta :PT Prenada Media Group.
Daryanto, Rahardjo,2016, Teori Komunikasi, Yogyakarta :PT Gava Media
Effendy, Onong, 2009, Ilmu Komunikasi Teori dan Pratek, Bandung :PT Remaja Rosda Karya.
Gunadi,YS,1998, Himpunan Istilah Komunikasi, Jakarta :PT Grasindo.
Iriantara,2005, Media Relation, Bandung :PT Simbiosa Rekatama Media.
Jefkins Frank, 2003, Public Relation, edisi 5, Jakarta :PT Erlangga
Little John, 2009, Teori Komunikasi, Jakarta, :PT Salemba Humanika
Moleong, 2013 Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung :PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, 2006, Metodelogi Penelitian Kualitatif , Bandung :PT Remaja Rosdakarya.
Nawawi, 2005, Metodelogi Penelitian Bidang Sosial, Yogya :PT Gadjah Mada University Press
Rakhmat,2012, Psikologi Komunikasi,Bandung :PT:Remaja Rosdakarya
Rumanti, 2004, Dasar – dasar Public Relations Teori dan Pratek, Jakarta :PT Grasindo
Ruslan, 2007, Management Public Relation dan Media Komunikasi, Jakarta :PT Raja Gravindo Persada
Salim, 2006, Teori dan Paradigma Penelitian sosial, Jogya :PT Tiara Wacana
Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung :PT Alfabeta
________, 2006, Teknik Penelitian Kualitatif, Yogya :PT Pines
Yulianita,2003,Dasar – Dasar Public Relation,Bandung :Pusat Penerbitan Universitas
Sumber lain
Jurnal
Buku Orta Kementerian Hukum dan HAM
Jurnal Hasil Majalah 2013
Website
https://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Hukum_dan_Hak_Asasi_Manusia_Republik_Indonesia
Nama : Fitriadi Agung Prabowo S.IP
Jabatan : Kepala Sub Bagian Hubungan Pers dan Media Massa di Biro
Humas, Hukum dan Kerja Sama
Tempat Bekerja : Kementerian Hukum dan HAM RI
1. Sejak kapan majalah Hukum dan HAM itu di terbitkan ?
Majalah Hukum dan HAM ada sejak tahun 2003 dimana ada pergantian nama
dari Departemen Kehakiman menjadi Departemen Hukum dan HAM. Dulu
Majalah Hukum dan HAM bernama “Pengayoman”, bukan majalah tetapi
bentuknya bulletin dan cenderung membosankan penampilannya, sejak 2003
dirubah menjadi majalah Hukum dan HAM.
2. Ditunjukan untuk siapa saja majalah Hukum dan HAM?
1. Masyarakat
2. Pimpinan Kementerian Hukum dan HAM
3. Mitra Kerja Kementerian Hukum dan HAM (DPRRI, Kejaksaan Agung,
Mahkamah Agung, Kepolisian, BNN dll)
4. Media Massa
3. Apa maksud dan tujuan dari dibuat nya majalah Hukum dan HAM ?
Biro Humas, Hukum dan Kerjasama mempunyai tugas pokok dan fungsi
membentuk citra positif bagi kementerian, yakni menyajikan hasil kinerja
program unggulan serta pelayanan publik di lingkungan Kementerian Hukum dan
HAM. Untuk mengakomodasi tugas tersebut, diperlukan media untuk
menyebarkan informasi, baik ke dalam lingkungan kementerian, maupun ke luar
kementerian. Media yang dimaksud dalam hal ini adalah majalah kementerian,
yaitu Majalah Hukum dan HAM. Dengan dibuatnya Majalah Hukum dan HAM
yang baik, diharapkan dapat memberikan citra positif bagi kementerian.
4. Apa peran dan fungsi dari majalah Hukum dan HAM ?
Peran dan Fungsi Majalah Hukum dan HAM adalah sebagai media
penyampaian Informasi tentang pelaksanaan tugas dan fungsi kementerian
hukum dan HAM kepada masyarakat.
5. Apakah Majalah Hukum dan HAM merupakan unsur yang penting bagi
Kemenkum HAM?
Salah satu unsur penting dalam penyampaian informasi positif bagi masyarakat.
Memang ada juga media internal di Kumham seperti web kementerian
(www.kemenkumham.go.id) yang juga menyampaikan berita Kementerian
Hukum dan HAM
6. Bagaimana proses di pembuatan majalah Hukum dan HAM ?
Majalah Hukum dan HAM dilaksanakan dengan cara swakelola oleh Biro
Humas, Hukum dan Kerjasama. Untuk menghasilkan Majalah Hukum dan HAM
yang baik, berkualitas, dan sejajar dengan majalah nasional, Biro Humas
Hukum dan Kerjasama mengumpulkan beberapa data yang akan dijadikan
Headline, berita utama, berita khusus, berita daerah ataupun sosok yang akan
ditampilkan. Pemilihan headline merupkan kewenangan dari pembina dan
dewan redaktur Majalah Hukum dan HAM, hasil dari berita tersebut kemudian
akan di berikan kepada dikoreksi yang kemudian akan naik kepada Menteri
Hukum dan HAM untuk dimintakan koreksi terakhir sebelum naik cetak.
7. Bagaimana metode pendistribusian majalah Hukum dan HAM?
Dalam pengiriman kita bagi dalam dua tahap
1. Untuk Seluruh Pimpinan Unit Utama dan Kepala Unit layanan Teknis di
Jakarta akan dinatar langsung oleh tim distributor.
2. Untuk seluruh steakholder atau mitra Kerja Kementerian Hukum dan HAM
3. Untuk Seluruh Pimpinan Kantor wilayah dan Unit Pelayanan Teknis yang ada
didaerah akan dikirim melalui paket antar barang.
8. Apakah dalam pembuatan majalah Hukum dan HAM mengikuti fenomena
yang terjadi saat ini?
Untuk berita rubik rehat tim mengikuti fenomena di masyarakat yang bersifat
positif, tapi untuk tampilan secara keseluruhan Majalah Hukum dan HAM tidak
mengikuti fenomena yang terjadi, tapi mengikuti isu actual yang ada di dalam
Kementerian Hukum dan HAM. Karena kita adalah media internal, media
publikasi dari dalam Kementerian.
9. Siapa saja yang memasukkan rubrik berita kedalam majalah Hukum dan
HAM?
Yang memasukan berita adalah dewan redaksi setelah mendapat persetujuan
pelindung, penasehat, pimpinan/penanggungjawab. Setelah dimasukan oleh
redaksi akan Majalah Hukum dan HAM membertikan prioritas kepada berita
kegiatan Menteri Hukum dan HAM yang aktual dan faktual.
10. Strategi apa yang digunakan untuk menarik minat pembaca ?
Startegi yang digunakan adalah bahwa berita yang disajikan sesuai data dan
fakta yang ada, kemudian harus berita yang update. Kemudia dalam hal
penulisan memakai metode diskritif yang berusaha menjelaskan seolah-olah
yang membaca ada dalam tulisan itu, kemudia tampilan lay out mulai halaman
depan, tengah sampai belakang juga harus menarik baik dalam tata letak, warna
dan tulisan di halaman depan juga harus enak dilihat.
11 Apa yang menjadi batasan-batasan dalam di pilihnya berita penting itu dan
dijadikan berita utama?
Berita menjadi penting dan dijadikan utama adalah :
a. Nilai value atau isi berita tersebut mampu membuat sebuah informasi
menarik perhatian masyarakat atau khalayak banyak
b. Narasumber atau obyek yang memberikan keterangan haruslah yang
berkopenten dan merupakan pimpinan tertinggi dari sebuah organisasi
(menteri)
c. Berita tersebut menarik karena sebuah ada sebuah informasi yang tidak
pernah ada diangkat menjadi berita.
12 Kriteria seperti apa yang bisa di masukan menjadi berita penting?
Berita penting hampir sama dengan berita utama yang membedakan berita
utama kita sajikan sebagai pokok berita dan disertai penajaman pada isi berita,
berita penting kita jadikan sebuah pilihan untuk membuat sebuah majalah
semakin menarik. Berita akan penting ketika kapan kejadian tersebut ada, siapa
yang menjadi narasumber dan dimana kejadian tersebut terjadi, kalau informassi
tersebut menarik dan memang layak untuk dijadikan berita dan mendapat atensi
dari pimpinan maka redaktur akan menjadikan berita tersebut sebagai berita
penting
13. Bagaimana proses dipilihnya berita kemenangan perdana RI di ICSID ?
dan mengapa berita itu dijadikan berita utama ?
Proses dipilihnya berita tersebut melalui rapat redaksi yang sangat ketat, karena
redaksi melihat bahwa berita itu merupakan berita luar biasa dan mempunyai
nilai atau value yang akan menjadi informasi kepada masyarakat. Berita tersebut
jadi berita utama karena itu kemenangan pertama pemerintah Indonesia
melawan perusahaan Asing besar dalam sengketa perdata di pengadilan
ICSID.berita ini juga selain mengangkat citra positif indonesia juga memnunjukan
bahwa apa yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam hal penegakan hukum
sesuai dengan prosedur tanpa pandang bulu, dan ini merupak berita yang
sangat menarik
Nama : Komarudin,SH
Jabatan : JFU Sub Bagian Peliputan dan Penyajian Berita
Tempat Bekerja : Kementerian Hukum dan HAM RI
1. Strategi apa yang dilakukan untuk menarik minat pembaca?
Tampilan update, usahakan ada sosok yang atau kejadian yang menarik, layout
buat semaksimal mungkin agar mudah dimengerti dan dipahami.
2. Berapa banyak jumlah berita yang dimasukkan kedalam majalah Hukum
dan HAM dan berapa jumlah halaman majalah Hukum dan HAM?
Berita tidak ada batasan karena ada berita legisasi, perundang – perundangan,
laporan, sifatnya dari 11 unit profile, kita tampilkan sosok yang layak ditiru
programnya.
3. Apakah anda menaruh berita penting di halaman depan majalah Hukum
dan HAM?
Iya berita terkini, muatan positif dan pencitraan, fungsinya untuk menarik minat
pembaca.
4. Apakah tata letak rubrik berita penting untuk anda?
Penting, halaman pertama serba – serbi, cerita singkat kantor wilayah kegiatan
kebijkan, halaman berikutnya informasi – informasi penting kebijakan menteri
profile di halaman tengah.
5. Bagaimana cara penyampaian isi pesan majalah Hukum dan HAM?
Muat berita berikut foto, melalui koreksi dan analisa terdiri dari beberapa
kejadian yang semua di rangkum sejelas jelasnya agar mudah di mengerti
pembaca.
6. Seberapa penting peran foto dalam pembuatan majalah Hukum dan HAM?
Penting, apalagi di rubrik profile semua berita dimasukkan foto yang kuat.
7. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan majalah Hukum dan
HAM?
Ada jadwal, 3 bulan sebelumnya, proses pengumpulan dan pencarian berita
serta dilakukan analisa dan koreksi berita mana yang layak untuk ditampilkan.
4 kali rapat
1. Persiapan mengumpulkan bahan berita, yang akan dimuat di rubric
2. Menyortir, (1bulan) untuk memilih berita yang layak.
3. Penentuan cover depan dan desain yang menarik
4. Final persiapan cetak dan pendistribusian awal bulan Pembagian minggu ke
2 setiap bulan
8. Golongan berita apa saja yang dimasukkan kedalam majalah Hukum dan
HAM?
Mengikuti perkembangan dan fenomena intinya dominan ke inovasi dan
kebijakan pimpinan dan kejadian biar adanya keseimbagan berita dengan media
cetak lainnya.
9. Bagaimana perkembangan majalah Hukum dan HAM sampai saat ini,
apakah sudah sesuai dengan tujuan ?
Sudah sesuai tujuan karena sudah bisa mensosialisasikan ke masyarakat.
10. Harapan apa untuk kedepanya dalam pembuatan majalah Hukum dan
HAM?
Rencana halaman agar semua infromasi bisa lebih banyak agar bisa mendalam
untuk sampai ke masyarakat, agar lebih banyak oplah (majalah yang sudah di
cetak) supaya masyarakat yang menerima manfaat dari majalah.