skripsi soshum

23
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM PENELITIAN “Tingkat Kepatuhan Pelajar Berkendara Sepeda Motor Terhadap Kewajiban Memiliki SIM” (Studi Deskriptif Kualitatif Pelaksanaan Pasal 77 UU No.22 Tahun 2009 di Jalan Karanglewas-Purwokerto Banyumas) Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sosiologi Hukum Disusun oleh: Indah Lestari F1A012049 Fuad Ma’mun Imron F1A012079 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 0

Upload: fuad-mamun-imron

Post on 09-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

SKRIPSI SOSHUM

TRANSCRIPT

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM PENELITIAN

Tingkat Kepatuhan Pelajar Berkendara Sepeda Motor Terhadap Kewajiban Memiliki SIM (Studi Deskriptif Kualitatif Pelaksanaan Pasal 77 UU No.22 Tahun 2009 di Jalan Karanglewas-Purwokerto Banyumas)Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sosiologi Hukum

Disusun oleh:

Indah LestariF1A012049Fuad Mamun ImronF1A012079

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKJURUSAN SOSIOLOGIPURWOKERTO2015

LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM PENELITIANTingkat Kepatuhan Pelajar Berkendara Sepeda Motor Terhadap Kewajiban Memiliki SIM (Studi Deskriptif Kualitatif Pelaksanaan Pasal 77 UU No.22 Tahun 2009 di Jalan Karanglewas-Purwokerto Banyumas)

Oleh:Indah LestariF1A012049Fuad Mamun ImronF1A012079

Diterima dan diserahkanPada tanggal: 2015Serta disetujui dan disahkanHari:Tanggal:Oleh,Dosen Pembimbing:Drs. NIP. ( )

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahManusia merupakan makhluk hidup yang akan selalu berpindah tempat dan tidak bisa berdiam diri dalam waktu tertentu. Mereka akan selalu bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dan melakukan segala kegiatannya. Di era modern saat ini, manusia diuntungkan dengan hadirnya teknologi yang memudahkan perpindahan individu. Kendaraan sepeda motor merupakan salah satu bentuk teknologi di bidang transportasi yang membuat manusia melakukan gerakan perpindahan ke suatu tempat dengan lebih praktis dan waktu tempuh yang lebih singkat.Walaupun membawa sejumlah keuntungan, adanya kendaraan sepeda motor juga menimbulkan beberapa konsekuensi diantaranya adalah penyediaan sarana dan prasarana jalan raya yang memadai dan masalah kecelakaan lalu lintas. Di Indonesia, kesadaran akan tertib di jalan raya masih sangat rendah sehingga di lapangan ditemukan pelanggaran yang dilakukan oleh para pengguna sepeda motor misalnya berjalan melawan arah, tidak mematuhi rambu lalu lintas, tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) dan tidak menggunakan helm. Hal inilah yang merupakan pemicu adanya peristiwa kecelakaan lalu lintas.Pada jaman sekarang ini anak sekolah atau para pelajar yang masih di bawah umur, tingkat kepatuhan mereka dalam berlalu lintas masih cukup rendah. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa adanya pelajar berkendara sepeda motor yang ingin pergi ke sekolah di pagi hari melakukan aktivitas ngetem atau berhenti sejenak di Jalan Raya Karanglewas Purwokerto untuk menghindari razia lalu lintas yang dilakukan oleh Kepolisian Lalu Lintas Resor Banyumas. Akibatnya tidak sedikit para pelajar yang akhirnya bolos sekolah karena adanya razia tersebut.Dalam undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan, telah diatur segala ketentuan mengenai pengemudi. Pasal 106 ayat 5 undang-undang ini menentukan bahwa pada saat diadakan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor wajib menunjukkan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor, Surat Izin Mengemudi, bukti lulus uji berkala dan tanda bukti lain yang sah.

B. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini fokus pada permasalahan sebagai berikut : Bagaimana tingkat kepatuhan para pelajar berkendara sepeda motor di sepanjang jalan Karanglewas-Purwokerto terhadap adanya UU Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 pasal 77?

C. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukanya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat kepatuhan para pelajar berkendara sepeda motor di sepanjang jalan Karanglewas-Purwokerto terhadap adanya UU Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 pasal 77

D. Manfaat PenelitianI. Manfaat TeoritisPenelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pelajar tentang UU Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.II. Manfaat PraktisSecara praktis, penelitian ini berguna untuk memberikan gambaran kepada masyarakat luas tentang adanya UU Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 . Serta, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pelajaran kepada masyarakat luas, dalam hal ini para pelajar SMA/SMK, agar tidak membawa kendaraan bermotor ke sekolah.

BAB IILANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKAA. LANDASAN TEORIPenelitian ini menggunakan teori Sosiologi Hukum. Sosiologi hukum menekankan kajian pada law in action, hukum dalam kenyataannya, hukum sebagai tingkah laku manusia yang berarti berada di dunia sein. Sosiologi hukum menggunakan pendekatan empiris yang bersifat deskriptif. Dalam teori-teori hukum biasanya dibedakan antara 3 (tiga) macam hal berlakunya hukum sebagai kaidah Mengenai pemberlakuan kaidah hukum menurut Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah bahwa:I. Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya didasarkan pada kaidah yang lebih tinggi tingkatnya atau bila berbentuk menurut cara yang telah ditetapkan atau apabila menunjukkan hubungan keharusan antara suatu kondisi dan akibatnyaII. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut efektif artinya kaidah tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walaupun tidak diterima oleh warga masyarakat atau kaidah tadi berlaku karena diterima dan diakui oleh masyarakat. III. Kaidah hukum tersebut berlaku secara filosofis artinya sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi.Jika ditelaah secara mendalam, maka untuk berfungsinya atau efektifnya suatu hukum haruslah memenuhi ketiga unsur tersebut, sejalan dengan hal tersebut menurut Mustafa Abdullah bahwa agar suatu peraturan atau kaidah hukum benar-benar berfungsi harus memenuhi empat faktor yaitu :I. Kaidah hukum atau peraturan itu sendiriII. Petugas yang menegakkan atau yang menerapkanIII. Fasilitas yang diharapkan akan dapat mendukung pelaksanaan kaidah hukum atau peraturan tersebutIV. Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut

B. TINJAUAN PUSTAKAI. Pengertian Kepatuhan Kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan mebebani dirinya bila mana ia tidak dapat berbuat sebagaimana lazimnya (Prijadarminto, 2003).Kepatuhan berarti mengikuti suatu spesifikasi, standar, atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang biasanya diterbitkan oleh lembaga atau organisasi yang berwenang dalam suatu bidang tertentu. Dalam UU No. 22 Tahun 2009 terdapat aturan-aturan yang mengtur mengenai lalu lintas dan angkutan jalan. Salah satu aturan tersebut adalah mengenai kewajiban pengendara sepeda motor untuk menunjukkan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor, Surat Izin Mengemudi, bukti lulus uji berkala dan tanda bukti lain yang sah pada saat diadakan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan. II. Definisi Pelajar Sebutan Pelajar diberikan kepada peserta didik yang sedang mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Dikatakan pelajar sebab mereka mengikuti pembelajaran dalam konteks pendidikan formal , yakni pendidikan di sekolah. Melalui pendidikan formal inilah pelajar diajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan. II. Definisi Sepeda Motor Sepeda motor adalah kendaraan beroda dua yang ditenagai oleh sebuah mesin. Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat populer karena harganya yang relatif murah, terjangkau untuk beberapa kalangan dan penggunaan bahan bakarnya irit serta biaya operasionalnya juga sangat rendah. Menurut Pasal 1 butir (20) UU No 22 tahun 2009 yang dimaksud sepeda motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua denga atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.IV. Definisi SIM (Surat Izin Mengemudi) SIM merupakan suatu bentuk legalitas yang diberikan kepada seseorang untuk mengendari kendaraan sesuai dengan akreditasi SIM yang dimilikinya. Dasar hukum SIM diatur dalam : Undang-undang No 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan Pasal 14 ayat (1) huruf b dan pasal 15 ayat (2) huruf c. Undang-undang No 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan pasal 77 perihal persyaratan pngemudi SIM (Surat Izin Mengemudi)SIM sebagai tanda legalitas seseorang ketika mengendarai kendaraan memiliki fungsi dan peran yang sangat urgent, adapun fungsi dan peran SIM adalah : Bukti kompetensi pengemudi, maksudnya adalah ketika seseornag memiliki SIM maka orang tersebut sudah dinyatakan layak dan mampu mengendari kendaraan, karena proses untuk mendapatkan SIM dilakukan beberpa serangkain tes, baik test teori maupoun tes praktik. Dan ketika seseorang telah mendapatkan SIM maka secara otomatis orang tersebut sudah melampaui segala tes yang diujikan. Registrasi pengemudi kendaraan bermotor yang memuat keterangan identitas lengkap pengemudi, maksudnya adalah bahwa SIM itu memuat data diri dari seseorang yang memilikinya, dengan terdatanya identitas diri maka Polri dapat memiliki daftar penduduk di negara ini yang dinyatakan layak untuk mendapatkan SIM Data registrasi pengemudi dapat digunakan untuk mendukung kegiatan lidik / sidik & identifikasi forensik polri, maksudnya adalah bahwa dengan adanya data tersebut dapat menunjang tugas Polri sebagai penyidik dalam melakukan ungkap kasus. (http://yusufdwiatmodjo.blogspot.com/2012/03/sim-surat-izin-mengemudi.html)

V. Undang-undang No. 22 Tahun 2009Undang undang Lalu Lintas dan Angkutan jalan Nomor 22 Tahun 2009, yang diundangkan sejak 26 Mei 2009 oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 yang dinilai sudah tidak relevan lagi dengan situasi lalu lintas yang ada sekarang. Dengan pertimbangan pertimbangan situasi lalu lintas di era sekarang, sudah barang tentu undang-undang tersebut akan berdampak terhadap keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, maka untuk mengajak mentaati peraturan lalu lintas, POLRI berusaha meminimalisir gangguan pelanggaran lalu lintas dengan cara mengajak peran serta masyarakat untuk meningkatkan kesadaran hukum yang pada akhirnya akan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.

VI. Penelitian TerdahuluI. Shanty Alibasya : "Implementasi UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya di KabanjahePenelitian ini meneliti secara lebih mendalam mengenai bentuk perlindungan hukum bagi pengguna jasa angkutan umum di Kabanjahe yang tanggung jawabnya masih lemah di karenakan juga masyarakat tidak menyadari pentingnya keselamatan lalu lintas, sehingga masyarakat semena-mena dalam berlalu lintas hal ini juga disebabkan oleh mental aparat yang kurang baik dan tidak memberikan contoh yang mana seharusnya para aparat harus bersikap lebih hati-hati dalam berlalu lintas kepada masyarakat.II. Mohammad Fairuz : Tingkat Kepatuhan Pengendara Sepeda Motor Terhadap Kewajiban Menyalakan Lampu Utama di Siang Hari (Analisa Pelaksanaan pasal 107 ayat (2) UU No.22 tahun 2009 di Jalan Soekarno-Hatta Malang )Penelitian ini meneliti tentang masih banyaknya para pengendara sepada motor di kota Malang yang kurang begitu mengerti untuk menghidupkan lampu kendaraan di siang hari. Peraturan tersebut menuai pro dan kontra dari masyarakat kota Malang pengguna kendaraan bermotor karena dinilai tidak efektif untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas dan parahnya petugas sendiri sering tidak mengindahkan kewajiban tersebut.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIANA. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975, dalam buku Moleong 2013:4) metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dipilihnya metode kualitatif ini karena dalam penelitian ini berusaha memberikan gambaran tentang persepsi pelajar terhadap kepatuhan terhadap adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 yang merupakan pendalaman data agar pengalaman serta pengetahuan informan dapat terungkap.B. Metode Penelitian I. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah di Jalan Karanglewas-Purwokerto Banyumas, karena di jalan ini banyak para pelajar pengguna sepeda motor yang lewat. Di jalan ini pula sering dilaksanakan razia lalu lintas oleh Kepolisian Resort Banyumas pada pagi hari sehingga membuat para pelajar berhenti sejenak atau ngetem sebelum melewati razia tersebut. II. Jenis dan Sumber Data Data pendukung dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) jenis data, yakni: a. Data primer, yaitu data dan informasi yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan para pelajar yang berhenti sejenak untuk menghindari razia di sepanjang jalan Karanglewas-Purwokerto Banyumas b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku dan media lainnya yang menyangkut tentang pelanggaran lalu lintas. III. Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengambil data primer dalam penelitian ini adalah wawancara. Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu. Wawancara ini dilakukan sebagai upaya mendapatkan data yang lebih lengkap dengan cara mengajukan pertanyaan pertanyaan secara lisan yang berhubungan dengan permasalahan.

IV. Analisis DataMiles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan langsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh (Sugiyono, 2010:246). Analisis ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, antara lain :1. Pengumpulan Data, merupakan proses pengumpulan atau penyatuan data-data yang telah didapat oleh peneliti agar memudahkan dalam merangkum atau memilih pokok dari kata-kata yang telah didapat tersebut.2. Reduksi Data, merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data-data kasar yang muncul di catatan-catatan tertentu di lapangan.3. Penyajian Data, pemaparan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi, suatu proses yang telah mencapai final. Proses analisis ini berjalan secara terus menerus seperti suatu siklus. Analisis tersebut dapat dipahami melalui gambar sebagai berikut:Pengumpulan DataReduksi DataPenarikan KesimpulanPenyajian Data

Bagan 1. Analisis Data Interaktif Miles and Huberman (1992:20)

BAB IVDESKRIPSI LOKASI DAN SASARAN PRAKTIKUM

A. Deskripsi Lokasi PraktikumLokasi praktikum ini adalah di sepanjang jalan Karanglewas Purwokerto Kabupaten Banyumas. Di Jalan ini termasuk jalan yang padat pengguna kendaraan bermotor. Kondisi aspal di jalan ini cukup baik meskipun terdapat beberapa lubang yang membahayakan pengguna jalan tersebut. Setiap hari aktivitas lalu lalang manusia yang bergerak menggunakan kendaraan bermotornya untuk menuju tempat aktivitasnya selalu menghiasi jalan ini. B. Proses PenelitianI. Suasana WawancaraSuasana wawancara berlangsung cukup akrab. Walaupun peneliti baru pertama kali bertemu dan melakukan wawancara dengan para pelajar tidak terlihat ada kecanggungan antara peneliti dan para pelajar. Kemudian disekitar tempat wawancara terlihat seru. Cuaca ketika pagi itu cukup cerah. Matahari menampakkan sinarnya.II. Kesulitan dan Kendala yang di hadapiKendalanya yang dialami peneliti adalah suasana yang ramai di pinggir jalan tersebut. Dapat dimaklumi bahwa jalan tersebut memang cukup ramai dilintasi berbagai jenis kendaraan bermotor. Akibatnya terlihat suasana yang tidak kondusif dan nyaman dalam wawancara dengan para pelajar.C. Karakteristik Sasaran PenelitianAdapun karakteristik sasaran penelitian secara garis besar terdapat dalam tabel sebagai berikut : No.NamaUmurAlamatAsal SekolahJenis Kelamin

1Muhammad Ridwan15CilongokSMK WiworotomoL

2Agus Sutopo16KaranglewasSMAN 1 PurwokertoL

3Ayu Tri Wulandari16CilongokSMK WiworotomoP

4Annisa Dian16AjibarangSMK WiworotomoP

5Sugeng Imron15KaranglewasSMAN 1 PurwokertoL

Tabel I. Karakteristik Sasaran Penelitian

BAB VHASIL DAN PEMBAHASANUndang-Undang nomor 22 tahun 2009 adalah undang-undang yang mengatur tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Di dalam pasal 1 menjelaskan bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas, angkiutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolaannya.Di Kabupaten Banyumas, pelanggaran lalu lintas masih kerap terjadi terlebih lagi di ibukota Banyumas sendiri yaitu Purwokerto. Ironisnya, pelanggaran lalu lintas justru lebih dominan dilakukan siswa berseragam atau para pelajar yang membawa kendaraannya ke sekolah. Minimnya pengetahuan mereka tentang peraturan lalu lintas terlebih lagi Undang-udang nomor 22 tahun 2009 membuat mereka sering melakukan pelanggaran serta tidak jarang terjaring razia. Selain itu, umur mereka belum cukup untuk memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) yaitu salah satu syarat kelengkapan dalam berkendara.Undang-undang atau peraturan hendaknya diketahui secara luas oleh seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali para pelajar. Untuk melihat apakah para pelajar mengetahui adanya UU nomor 22 tahun 2009, peneliti melakukan wawancara dengan salah satu pelajar yang sedang berhenti menghindari razia. Berikut hasil petikan wawancara peneliti dengan informan:Sebenernya ya mas aku belum tahu semuanya soal adanya undang-undang itu. Tapi kalo bawa motor harus pake helm, bawa STNK atau SIM dan kelengkapan kendaraan aku paham. Soalnya perlengkapan itu kan perlengkapan standar kalo mesti bawa motor (Ridwan)Dari petikan hasil wawancara diatas Ridwan sebenarnya tahu adanya UU nomor 22 tahun 2009 akan tetapi ia tidak paham secara keseluruhan. Ia mengatakan bahwa perlengkapan standar untuk berkendara sepeda motor hanyalah helm, STNK serta SIM. Ia tak lahu lagi apa penjelasan undang-undang tersebut.Undang-undang nomor 22 tahun 2009 pasal 77 dengan jelas mengatur tentang pengemudi. Peneliti menanyankan kepada informan apakah para pelajar memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Berikut petikan wawancara dengan salah satu informan:Ya urung lah mas, kalo saya udah punya SIM mah ngapain saya dan teman-teman saya berhenti disini untuk menghindari razia disana. Saya masih dibawah 17 tahun mas, urung nduwe KTP. Kalo nanti udah punya KTP sih kepengennya bikin. Ya walaupun dengan cara nembak. (Agus)Dari hasil petikan wawancara diatas terlihat bahwa pelajar belum sepenuhnya patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur lalu lintas yakni UU No 22 tahun 2009. Didalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan. Setelah itu informan mengatakan bahwa ia setelah berumur 17 tahun, ia ingin segera memiliki SIM walaupun dengan cara nembak. Praktik nembak ini adalah praktek percaloan pembuatan SIM. Tidak salah memang bahwa Indonesia yang merupakan salah satu Negara yang tingkat korupsinya paling tinggi diperparah dengan praktek kotor seperti ini. Hal yang lumrah bawah kita cukup membayar dengan sejumlah uang, maka SIM dapat diperoleh dengan mudahnya tanpa melalui serangkaian ujian. Padahal jelas di dalam pasal 77 ayat 3 menyatakan bahwa untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi, calon Pengemudi harus memiliki kompetensi mengemudi yang dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan atau belajar sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi para pelajar membawa sepeda motor tanpa memiliki SIM yang dilakukan oleh anak sekolah di sepanjang jalan Karanglewas-Purwokerto adalah adanya kebebasan dari orang tua yang disebutkan salah satu informan kepada peneliti. Orang tua sang pelajar tersebut membebaskan anaknya berkendara sepeda motor dan membuat anak tersebut bebas mengendarai kendaraan sepeda motor padahal anak tersebut belum memenuhi persyaratan untuk berkendara. Orang tua sepertinya belum paham betul mengenai dampak resiko berkendara sepeda motor tanpa dilengkapi dengan surat-surat penting seperti SIM. Para orang tua berpendapat bahwa lebih irit memberikan sepeda motor dan memberikan uang bensin kepada anak daripada harus memberikan uang saku untuk menaiki alat transportasi umum.Selain itu sekolah juga sebernarnya tidak memperbolehkan siswanya membawa kendaraan ke sekolah tetapi beberapa lokasi sekolah salah satu informan bukan jalur ankgkutan umum dan rata-rata rumah siswa jaraknya jauh dari sekolah dan pihak sekolah akhirnya memaklumi dengan alasan tersebut.

BAB VPENUTUPA. KesimpulanUndang-undang no 22 tahun 2009 pasal 77 yang mengatur bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan belum sepatuhnya dipenuhi oleh para pelajar di Kabupaten Banyumas. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu ada solusi yang komprehensif agar pelanggaran tersebut tidak terus menerus terjadi. Perlu ada upaya yang sungguh-sungguh dan terencana antara sekolah, orang tua dan pemerintah. Sekolah harus memberikan pemahaman kepada siswa tentang tertib berlalu lintas dan aturan-aturan yang berlaku. Selain itu sekolah harus tegas melarang siswa yang tidak memiliki SIM membawa kendaraan ke sekolah. Tidak memfasilitasi tempat parkir untuk kendaraan siswa juga bagian dari peran sekolah untuk meminimalisir keinginan siswa membawa kendaraan. Kalaupun harus membawa kendaraan, harus dipastikan memiliki SIM dan memang dibutuhkan bukan sekedar untuk gagah-gagahan.Orang tua juga bertanggung jawab untuk tidak mengijinkan anaknya membawa kendaraan dengan alasan apapun. Jarak jauh, ongkos angkutan mahal dan sebagainya semestinya tidak lagi menjadi alasan. Memang repot. Tetapi itu bentuk peran dan tanggung jawab orang tua. Memberikan ijin anak membawa kendaraan tanpa memilki SIM sama saja dengan mendekatkan anak ke gerbang kematian.Pemerintah juga wajib memfasilitasi angkutan yang aman, nyaman dan murah. Lebih baik lagi kalau tanpa biaya alias gratis untuk para pelajar. Pemerintah, melalui aparat kepolisian, harus memastikan tidak ada aksi-aksi pemalakan dan kejahatan lainnya di angkutan umum. Selain itu juga pemerintah perlu menyediakan Bus Sekolah dengan rute yang memudahkan siswa untuk menjangkau sekolahnya. Gratis untuk siswa. Anggaran diambil dari APBD dan APBN.Maraknya pelajar yang mengendarai kendaraan tanpa memiliki SIM sejatinya adalah tanggung jawab semua pihak. Semua harus bersinergi untuk mencari solusi terbaik. Dengan peran dan tanggung jawab semua maka fenomena pelajar membawa kendaraan tanpa SIM insya Allah akan berkurang bahkan mungkin bisa dihilangkan.

DAFTAR PUSTAKAhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt4a604fffd43d3/node/lt4a604fcfd406d (Diakses 10 Desember 2014)

(http://yusufdwiatmodjo.blogspot.com/2012/03/sim-surat-izin-mengemudi.html (Diakses 10 Desember 2014)

Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, 1987, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, Jakarta: Rajawali.

Prijadarminto. 2003. Kepatuhan Sebagai Suatu Perilaku. Jakarta. CV Balai Pustaka

Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya : Bandung.

0