skripsi - unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/digital...skripsi valuasi ekonomi hutan...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
VALUASI EKONOMI HUTAN MANGROVE DI PULAU LAKKANG,
KECAMATAN TALLO, KOTA MAKASSAR
NURFADILLAH L241 13 308
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
SKRIPSI
Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar
OLEH:
NURFADILLAH L241 13 308
Skripsi
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan StudiPada Jurusan
Perikanan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
Nurfadillah lahir di Makassar, pada tanggal 28 November
1995. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara
dari pasangan Laba, S.E dan Lilis Suriani. Pada tahun
2001 penulis memulai pendidikan tingkat Sekolah Dasar
di SD Inpres 7/83 Bone dan lulus pada tahun 2007, di
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN
26 Makassar dan lulus pada tahun 2010, kemudian melanjutkan pendidikan
menengah atas di MAN 1 Makassar dan lulus pada tahun 2013, setelah itu pada
tahun yang sama melalui jalur SBMPTN. Penulis berhasil diterima pada
Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Departemen Perikanan, Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan-kegiatan baik
intra kampus maupun ekstra kampus. Penulis pernah mengikuti Pelatihan
Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) pada tahun 2016, penulis pernah
menjabat Bendahara Umum pada Badan Pengurus Harian (BPH) di Himpunan
Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan pada tahun 2016, pernah aktif di
kepanitian kegiatan-kegiatan Himpunan Sosial Ekonomi Perikanan (HIMASEI)
diantaranya menjabat sebagai Bendahara Panitia DIKLAT tahun 2015. Penulis
pernah menjabat sebagai Sekertaris pada kegiatan DIKSAR KSR PMI UNHAS
pada tahun 2016, pernah menjabat sebagai BPH di KSR PMI UNHAS selama
dua periode, dan pernah aktif di kepanitiaan pada kegiatan-kegiatan KSR PMI
UNHAS.
v
ABSTRAK
NURFADILLAH (L241 13 308) Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove di Pulau
Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar. Dibimbing oleh HAMZAH sebagai
Pembimbing Utama dan ARIS BASO sebagai Pembimbing Anggota.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui (1) Berapa nilai ekonomi total (total
economic value) ekosistem mangrove di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota
Makassar (2) Faktor apa yang berpengaruh terhadap kesediaan membayar
(Willingness To Pay/WTP) masayarakat terhadap manfaat keberadaaan
ekosistem mangrove di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai ekonomi total ekosistem mangrove sebesar
Rp.16.379.050.884,-/tahun terdiri atas nilai manfaat langsung sebesar
Rp.531.561.667,-/tahun, nilai manfaat tidak langsung sebesar
Rp.100.308.874.125,-/tahun, nilai pilihan sebesar Rp. 198.480,-/tahun, nilai
keberadaan sebesar Rp. 352.000.000,-/tahun, dan nilai warisan sebesar
Rp.53.156.167,-/tahun.Berdasarkan hasil uji parsial (uji t), diketahui bahwa ada
dua variable yang memiliki pengaruh signifikan terhadap keinginan untuk
membayar. Pertama variable tingkat pendapatan diperoleh t hitung sebesar
11,283 > t tabel (2,002) dengan signifikasi 0,000 < 0,05, hal ini menunjukkan
variable tingkat pendapatan berpengaruh signifikan terhadap keinginan untuk
membayar. Kedua adalah variable tingkat pendidikan diperoleh t hitung sebesar -
2,838 maka nilai mutlak 2,838 > t tabel (2,002) dengan signifikasi 0,006 < 0,05, ini
menunjukkan bahwa variable tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keinginan untuk membayar.
Kata Kunci :Ekosistem Mangrove, ValuasiEkonomi,WTP,PulauLakkang.
vi
ABSTRACT
NURFADILLAH( L241 13 308) Economic Valuasi of Mangrove in Lakkang
Island, Tallo District, Makassar Town. Under the guidance of HAMZAH as main
Supervisor and ARIS BASO as Supervisor Member.
This Research is to know ( 1) How much totally economic value ( totally value
economic) mangrove ecosystem in Lakkang Island, TalloDistrict, Makassar Town
( 2) What having factor an effect on to readiness pay for ( Willingness To Pay /
WTP) people to benefit existence of mangrove ecosystem in Lakkang Island,
TalloDistrict, Makassar Town. Result of research indicate that economic value
totally mangrove ecosystem equal to Rp. 16.379.050.884,-/ year consist of direct
benefit value equal to Rp.531.561.667,- / year, indirect benefit value equal to
Rp.100.308.874.125,- / year, choice value equal to Rp. 198.480,- / year, assess
existence equal to Rp. 352.000.000,- / year, and heritage value equal to
Rp.53.156.167,- / year. Pursuant to result of test of parsial( test t), known that there
is two variable owning influence of significant desire to pay. Firstly variable mount
earnings obtained by t [count/calculate] equal to 11,283 > t of[is tables of (2,002)
with significant 0,000 < 0,05, this matter show variable mount earnings have an
effect on signifikan desire to pay. Second variable mount education obtained by t
[count/calculate] equal to - 2,838 hence absolute value 2,838 > t of[is tables of (
2,002) with signifikasi 0,006 < 0,05, this indicate that variable mount education
have influence which is significant desire to pay.
Keyword : Mangrove Ecosystem, Valuation Economy,WTP, Lakkang Island.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkah, rahmat, hidayah, dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Skripsi dengan judul “Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove
di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar” disusun berdasarkan hasil
penelitian dilapangan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Salawat dan salam juga senantiasa kita
panjatkan kepada baginda nabi besar Muhammad SAW yang selalu menjadi
panutan, suri tauladan, dan pemberi jalan kearah yang benarbagikitasemua.
Dalam penyusunan Laporan Skripsi ini penulis banyak mendapat saran,
dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang
merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi. Olehnya, dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada kedua Orang tua tercinta yang dengan sabar selalu memberikan
dukungan berupa Do’a, pesan moral dan materi kepada penulis. Dan segala
keikhlasan hati dan tulus, penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ibu Dr.Ir. St. Aisjah Farhum, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
2. Ibu Dr.Ir. St. Aisjah Farhum, M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin
3. Bapak Dr. Ir. Gunarto Latama, M.sc selaku Ketua Departemen Perikanan,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
4. Bapak Dr. Andi Adri Arief ,S.Pi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Sosial
Ekonomi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin.
viii
5. Bapak Dr. Hamzah, S.Pi., M.Si. sebagai pembimbing utama dan bapak
Prof.Dr.Ir. Aris Baso, M.Siselaku pembimbing anggotayang telah
bersedia membimbing dan mengarahkan penulis demi kesempurnaan dan
penyelesaian skripsi ini.
6. Dosen-dosen Penguji bapak Amiluddin, S.P, bapak Chasyim Hasani,
S.Pi, M.Si, ibu Sri Suro Adhawati, S.E, M.Si yang telah memberikan
pengetahuan baru, saran dan kritik yang sangat membangun.
7. Bapak Arman selaku Lurah di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota
Makassar yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian, dan
senantiasa melayani serta menyediakan data yang dibutuhkan.
8. Seluruh Staff, Pegawai Jurusan Perikanan yang telah banyak membantu
penulis baik pada saat pengurusan berkas maupun memberikan informasi
kepada penulis.
9. Kepada saudara Mustakim Saleh yang telah menyemangati dan banyak
membantu penulis dalam melakukan penelitian juga penyelesaian skripsi
ini.
10. Kepada teman seperjuangan dari semester awal sampai sekarang
saudara/i Rizal, Kamal, Suma, Rina, Siska, Qalbi, Nina, Ayuyang setia
membantu selama proses perkuliahan hingga akhir penyusunan skripsi,
bahagia sekali bisa bertemu dan bersaudara dengan kalian semua.
11. Kepada Saudara/i Rilwan, dan Fira teman seperjuangan penelitian yang
telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini.
12. Saudara Amar, Hamiri, yang telah banyak membantu penulis dalam
penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
13. Kepada seluruh sahabat dan saudara-saudaraku seperjuangan SOSEK
#13 (REVOLUS13), yang selalu memberikan semangat dan dukungan.
ix
14. Kepada teman-teman Angkatan 2013 Perikanan (Belanak#13), terima
kasih atas dukungannya.
15. Teman-teman BABON MERAH, serta keluarga besar KSR PMI UNHAS
yang senantiasa memberikan kritikan dan saran dalam penyusunan skripsi
ini.
16. Teman-teman KKN 93 Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Buttu
Batu Squad, Mus, Arman, Mucle, Dewi, Pipi, terima kasih atas doa,
dukungan dan semangatnya. Serta bapak Kepala Desa terkeceh
sepanjang masa pak Taqdir beserta ibu yang telah memberikan tempat
tinggal selama KKN, membimbing dan berbagi pengalaman baru kepada
penulis.
17. Serta teman-teman dan semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu
persatu yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Akhirnya Penulis telah berusaha menyajikan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya, namun perlu disadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
kedepannya lebih baik. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca sekalian terutama bagi diri pribadi penulis.
Aamiin...
Makassar, September 2017
NURFADILLAH
DAFTAR ISI
x
SAMPUL ............................................................................................................ i
JUDUL ............................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
ABSTRATC ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan ...................................................................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian................................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekosistem Mangrove ............................................................................... 6
B. Fungsi Ekologi dan Ekonomi Ekosistem Mangrove ................................. 9
C. Peran Ekosistem Mangrove ..................................................................... 14
D. Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove ................................................... 21 1. Analisis penilaian ekonomi ................................................................ 25 2. Analisis kontingensi valuasi ............................................................... 28
E. Kerangka Pikir ......................................................................................... 31
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................... 33
B. Jenis Penelitian ....................................................................................... 33
C. Sumber Data............................................................................................ 33
D. Tehnik Pengumpulan Data ...................................................................... 34
E. Metode Pengambilan Sampel ................................................................ ..34
F. Analisis Data ............................................................................................ 35
1. Analisis penilaian ekonomi ................................................................ 35 2. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar ............... 37
G. Konsep Operasional ................................................................................ 38
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum.....................................................................................41
B. Letak Geografis dan Administrasi Daerah................................................41
C. Tata GunaLahan…………………………………………………………...…43
D. Keadaan Demografi..................................................................................44
xi
E. Keadaan Sosial Budaya...........................................................................47
F. Sarana dan Prasarana.............................................................................47
G. Karakteristik Responden..........................................................................48
1. Tingkat Umur......................................................................................48 2. Tingkat Pendidikan.............................................................................49 3. Tanggungan Keluarga........................................................................50
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penilaian Manfaat Ekonomi Ekosistem Mangrove...................................51
1. Manfaat Langsung.............................................................................51 a) Manfaat Langsung Ikan...............................................................52 b) Manfaat Langsung Kepiting.........................................................53 c) Manfaat Langsung Daun Nipah...................................................54 d) Manfaat Langsung Udang...........................................................55
2. Manfaat Tidak Langsung...................................................................58 3. Manfaat Pilihan..................................................................................60 4. Nilai Keberadaan...............................................................................60 5. Manfaat Warisan................................................................................61
B. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Mangrove................................................61
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar......................63
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................67
B. Saran........................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tata Guna Lahan .............................................................................. 44
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ....................................... 45
Tabel 3 Kualifikasi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia ........................... 45
Tabel 4 Penduduk Menurut Mata Pencaharian .............................................. 46
Tabel 5 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........................................... 46
Tabel 6 Transportasi Darat dan Laut ............................................................. 47
Tabel 7Jumlah Prasarana .............................................................................. 48
Tabel 8 Data Klasifikasi Umur Responden .................................................... 49
Tabel 9 Data Tingkat Pendidikan Responden ................................................ 49
Tabel 10 Data Tanggungan Keluarga Responden ........................................ 50
Tabel 11Manfaat Langsung Ikan .................................................................... 52
Tabel 12 Manfaat Langsung Kepiting ............................................................ 54
Tabel 13ManfaatLangsungDaunNipah (Nypafructicane ................................. 55
Tabel 14ManfaatLangsungUdang (Penaeusmonodon ................................... 57
Tabel 15 Total Nilai Manfaat Langsung Ekosistem Mangrove ...................... 59
Tabel 16 Manfaat Keberadaan Hutan Mangrove ........................................... 61
Tabel 17 Nilai Ekonomi Total Ekosistem Mangrove ....................................... 62
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1Kerangka Pikir.....................................................................................31
Gambar 2Pulau Lakkang....................................................................................42
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim, dimana tiga per empat berupa laut
(5,8 juta km2). Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau
sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki
sumberdaya pesisir yang sangat besar, baik hayati maupun nonhayati. Indonesia
memiliki mangrove terluas di dunia.Luas hutan mangrove di seluruh Indonesia
diperkirakan 4,25 juta hektar atau 3,98% dari seluruh luas hutan Indonesia. Namun
luas tersebut mengalami penurunan karena mengalami konversi. Antar tahun 1969
sampai 1980 sekitar satu juta hektar hutan mangrove telah dirusak. Sedangkan
data FAO tahun 1986 menyebutkan hutan mangrove di Indonesia tersisa 3,2 juta
ha atau telah terjadi pengurangan luas sebanyak 33,61 %. Konversi untuk
pertambakan dan pemukiman serta pengambilan kayu secara berlebihan akan
terus mengurangi luas hutan mangrove (Silvus et al1987 dalam Kordi 2012).
Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan
ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan
ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai,
mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding
ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursey ground), tempat pemijahan
(spawning ground) bagi aneka biota perairan, penahan bencana tsunami, serta
sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain sebagai
penghasil keperluan rumah tangga (arang) dan keperluan industri, dan penghasil
bibit (Aco, 2015).
Sekalipun luas mangrove hanya 3,98% dari seluruh luas hutan Indonesia,
keberadaan mangrove di daerah pesisir dan merupakan daerah transisi antara
2
darat dan laut menjadikan mangrove sebagai penyangga (buffer) penting.
Ekosistem mangrove mempunyai fungsi dan manfaat yang serba guna dan
keunikannya sebagai daerah transisi menjadikan kawasan vegetasi mangrove
sasaran pembangunan berbagai sektor. Keberadaan kawasan vegetasi mangrove
di daerah pasang surut yang lingkungannya mendukung kegiatan perikanan
menyebabkan kawasan ini banyak dimanfaatkan untuk usaha pertambakan
dengan mengorbankan vegetasi mangrove (Kordi, 2012).
Di daerah pantai atau pesisir dan estuaria terdapat ekosistem mangrove,
biasa juga disebut hutan bakau, hutan payau atau hutan mangrove. Pada mulanya
hutan mangrove hanya dikenal secara terbatas oleh kalangan ahli lingkungan,
terutama lingkungan laut. Mula-mula kawasan hutan mangrove dikenal dengan
istilah vloedbosh, kemudian dikenal dengan istilah payau karena sifat habitatnya
yang payau (Arief, 2003), yaitu daerah dengan salinitas (kadar garam) antara 0,5
ppt (part per thousand) dan 30 ppt. Disebut juga ekosistem hutan pasang surut
karena terdapat di daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air alut (Kordiibid,
2012).
Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0
- 5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai Tallo memiliki hulu
yang berada di Kabupaten Gowa melalui Kabupaten Maros dan bermuara di Selat
Makassar sedangkan sungai Jeneberang memiliki hulu yang bersumber di gunung
bawa karaeng di Kabupaten Gowa dan bermuara di selat Makassar (BPS, 2016).
Kota Makassar merupakan salah satu kota pesisir yang ada di Indonesia
memiliki garis pantai sepanjang 32 Km dan mencakup 11 pulau-pulau kecil di selat
Makassar dengan wilayah perairan keseluruhan mencapai 122.370Ha. Jumlah
kecamatan di kota Makassar sebanyak 15 kecamatan dan memiliki 143 kelurahan.
Diantara kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan dengan
3
pantai yaitu kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea
dan Biringkanaya (BPS, 2016).
Delta Lakkang atau biasa juga disebut Pulau Lakkang merupakan daratan
yang terbentuk karena sedimentasi dalam kurun waktu tertentu di Muara Sungai
Tallo, Sulawesi Selatan. Berdasarkan data statistik BPS Kota Makassar, secara
administrasi wilayah ini masuk pada wilayah Kota Makassar tepatnya Kecamatan
Tallo dengan luas wilayah sekitar 195 hektare. Ekosistem utama yang terdapat
pada muara sungai merupakan ekosistem mangrove, kondisi ini juga terdapat di
muara Sungai Tallo. Fungsi ekologi hutan mangrove meliputi tempat sekuestrasi
karbon, remediasi bahan pencemar, menjaga stabilitas pantai dari abrasi, instrusi
air laut dan nursery ground serta pemijahan. Ekosistem mangrove juga memiliki
fungsi sosial-ekonomi yakni kayu bangunan, kayu bakar, kayu lapis, kayu untuk
mebel dan kerajinan, bahan obat, gula, alkohol, tannin dan protein hewani.
(Suhadiyah, 2015).
Ekosistem mangrove merupakan suatu wilayah yang memiliki fungsi yang
sangat kompleks untuk kehidupan umat manusia saat ini dan di masa depan.
Karena itu, melindungi kawasan mangrove dengan mencegah kerusakan dan
melakukan penghijauan atau penanaman kembali (reboisasi) di kawasan yang
telah mengalami kerusakan. Ekosistem mangrove adalah bagian dari pesisir dan
darat yang memiliki fungsi ekologis sangat kompleks, seperti penampung dan
pengolah limbah alami (bioremediasi) atau biofilter alam yang sangat efektif dalam
menanggulangi pencemaran. Ekosistem mangrove juga berfungsi sebagai habitat
berbagai hewan darat dan sebagai penahan intrusi garam ke darat. Yang tidak
kalah penting ialah, hutan mangrove adalah bagian dari hutan tropis yang
berfungsi sebagai paru-paru dunia (Kordi, 2012).
Menyadari pentingnya kawasan hutan mangrove ini, diperlukan penelitian
“Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, kota
4
Makassar”untuk mengetahui seberapa besar nilai manfaat ekonomi yang
terkandung dari hutan mangrove di Pulau Lakkang. Hasilnya diharapkan bisa
dijadikan informasi bagi masyarakat maupun pemerintah dalam pengambilan
keputusan dan kebijakan, serta pemanfaatan yang tepat untuk kawasan hutan
mangrove yang ada di Pulau Lakkang, dan dapat memberikan informasi tentang
manfaat ekologi dan ekonomi hutan mangrove.
B. Rumusan Masalah
Kajian singkat ini berusaha untuk menjawab pertanyaan tentang valuasi
ekonomi hutan mangrove di pesisir Makassar khususnya Pulau Lakkang,
Kecamatan Tallo. Kajian ini diharapkan dapat memenuhi kekurangan tersebut.
Rumusan masalah penelitian antara lain :
1. Berapa nilai ekonomi total (total economic value) ekosistem mangrove di
Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar ?
2. Faktor apa yang berpengaruh terhadap kesediaan membayar (Willingness To
Pay/WTP) masayarakat terhadap manfaat keberadaaan ekosistem mangrove
di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah :
1. Menganalisis besarnya nilai ekonomi total (total economic value) ekosistem
mangrove di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.
2. Mendeskripsikan faktor apa yang berpengaruh terhadap kesediaan
membayar (willingness to pay/WTP) masyarakat terhadap manfaat
keberadaan ekosistem mangrove di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota
Makassar.
D. Kegunaan Penelitian
5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang
membutuhkan, adapun keguanaannya antara lain :
1. Sebagai bahan masukan untuk menemukan sistem pengelolaan dan
pemanfaatan hutan mangrove.
2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para
pengambil kebijakan (pemerintah maupun swasta) dalam perencanaan dan
pengelolaan sumberdaya hutan mangrove.
I. TINJAUAN PUSTAKA
6
A. Ekosistem Mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi antara kata mangue yang berarti
tumbuhan dan grove yang berarti belukar atas hutan kecil. Kata mangrove
digunakan untuk menyebut jenis pohon-pohon atau semak-semak yang tumbuh di
antara batas air tinggi saat air pasang dan batas air terendah di atas rata-rata
permukaan air (Iramaya, 2011).
Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu
komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap
garam/salinitas dan pasang surut air laut, dan kedua sebagai individu spesies.
Karenanya supaya tidak rancu, Mac Nae kemudian menggunakan istilah mangal
apabila berkaitan dengan komunitas hutan dan mangrove untuk individu
tumbuhan. Di pihak lain, Tomlinson menggunakan kata mangrove baik untuk
tumbuhan maupun komunitasnya, dan ada juga yang menyebutkan bahwa kata
berlumpur, basah, dan terletak di perairan pasang surut daerah tropis, hutan yang
tumbuh di antara garis pasang surut, sehingga juga dinamakan hutan pasang.
FAO menyarankan agar istilah mangrove digunakan baik individu jenis tumbuhan
maupun untuk komunitas pada habitat mangrove (Mac Nae 1968 dalam
Supriharyono 2007).
Mangrove adalah suatu komunitas tumbuhan atau suatu individu jenis
tumbuhan yang membentuk komunitas tersebut di daerah pasang surut. Hutan
mangrove adalah tipe hutan yang secara alami dipengaruhi oleh pasang surut air
laut,tergenang pada saat pasang naik dan bebas dari genangan pada saat pasang
rendah. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas lingkungan
biotik dan abiotik yang saling berinteraksi di dalam suatu habitat
mangrove.Menurut Steenis (1978), yang dimaksud dengan “mangrove”
adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang surut (Kusmana2002
dalam Kordi 2012).
7
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu
atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang air laut tetapi
tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan yang
terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut
dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari 8%
(Santoso 2000dalam Kordi 2012).
Hutan mangrove sebagai coastal woodland atau “hutan bakau” atau “rawa
garaman”. Sedangkan Sneadaker mengatakan hutan mangrove yakni suatu
kelompok jenis tumbuhan berkayu yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropika
dan subtropika yang terlindung dan memiliki semacam bentuk lahan pantai dengan
tipe tanah aerob. Sedangkan SK Dirjen Kehutanan No.60/Kpts/Dj/I/1978
menyebutkan hutan mangrove sebagai hutan yang terdapat di sepanjang pantai
atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut, yakni tergenang
waktu pasang dan bebas genangan pada waktu surut (Allen 1973 dalam Joga
2010).
Hutan mangrove sendiri jika ditinjau dari tata bahasa terdiri dari dua kata,
yaitu “hutan” dan “mangrove”. Menurut Undang-Undang No.41/1999 dan Undang-
Undang No.19/2004 yang mengatur tentang kehutanan, hutan adalah suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan mangrove adalah vegetasi hutan
yang tumbuh pada tanah alluvial (endapan halus) di daerah pantai dan sekitar
muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove juga tumbuh
pada pantai karang atau daratan terumbu karang yang berpasir tipis atau pada
pantai berlumpur (Aksono, 2007).
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai
atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Untuk menghindari
8
kekeliruan perlu dipertegas bahwa istilah bakau hendaknya digunakan hanya
untuk jenis-jenis tumbuhan tertentu saja yakni dari marga Rhizopora, sedangkan
istilah mangrove digunakan untuk segala tumbuhan yang hidup di lingkungan khas
ini. Karena di hutan tersebut bukan hanya jenis bakau yang ada maka istilah hutan
mangrove lebih populer digunakan pada tipe hutan ini. Segala tumbuhan dalam
hutan ini saling berinteraksi dengan lingkungannya baik yang bersifat biotik
maupun abiotik. Dan seluruh sistem yang saling bergantung ini membentuk
ekosistem mangrove (Nontji1987dalam Kordi 2012).
Fungsi mangrove yang terpenting bagi daerah pantai adalah menajdi
penghubung antara daratan dan lautan. Tumbuhan, hewan benda-benda lainnya,
dan nutrisi tumbuhan ditrasnfer ke arah daratan atau ke arah laut melalui
mangrove. Mangrove berperan sebagai filter untuk mengurangi efek yang
merugikan dari perubahan lingkungan utama, dan sebagai sumber makanan bagi
biota laut (pantai) dan biota darat. Jika mangrove tidak ada maka produksi laut dan
pantai akan berkurang secara nyata. Potensi ekonomi mangrove diperoleh dari
tiga sumber utama yaitu hasil hutan, perikanan estuari dan pantai (perairan
dangkal), serta wisata alam. Selain itu mangrove memiliki peranan penting dalam
melindungi daerah pantai dan memelihara habitat untuk sejumlah besar jenis
satwa, jenis yang terancam punah dan jenis langka yang kesemuanya sangat
berperan dalam memelihara keanekaragaman hayati di wilayah tertentu (Kordi
ibid, 2012).
Mangrove merupakan suatu tempat yang bergerak akibat adanya
pembentukan tanah lumpur dan daratan secara terus-menerus sehingga secara
perlahan berubah menjadi semi daratan. Berbagai pengertian mangrove yang
berbeda-beda sebenarnya memiliki arti yang sama yaitu formasi hutan daerah
tropika dan subtropika yang terdapat di pantai rendah dan tenang, berlumpur serta
mendapat pengaruh pasang surut air laut. Hutan mangrove juga merupakan mata
9
rantai penting dalam pemeliharaan keseimbangan siklus biologi suatu perairan
(Kordi, 2012).
Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya
kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara mahluk hidup
dengan lingkungannya dan diantara mahluk hidup itu sendiri, terdapat pada
wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies
pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau
(Santoso 2000dalam Kordiibid 2012).
Menempatkan mangrove sebagai suatu ekosistem akan membangun
pengertian yang lebih kaya dalam hal sumber daya hayati dan habitat hidup,
karena selain flora juga tidak sedikit fauna yang dijumpai pada mangrove. Dalam
hal ini mangrove berfungsi sebagai tempat hidup, mencari makan, berlindung,
bertelur, dan sebagai terminal atau koridor migrasi bagi berbagai macam fauna,
antara lain burung, reptilian, moluska, udang, dan ikan (Saputro et al.,2009).
B. Fungsi Ekologi dan Ekonomi Ekosistem Mangrove
1. Fungsi Ekologi Hutan Mangrove
Secara ekologis mangrove memegang peranan kunci dalam perputaran
nutrien atau unsur hara pada perairan pantai dan sekitarnya yang dibantu oleh
pergerakan pasang surut air laut. Interaksi vegetasi mangrove dengan
lingkungannya mampu menciptakan kondisi iklim yang sesuai untuk kelangsungan
proses biologi beberapa organisme akuatik, yang termasuk melibatkan sejumlah
besar mikroorganisme dan makroorganisme. Dengan demikian, di mana terdapat
mangrove berarti di situ juga merupakan daerah perikanan yang subur, karena
terdapat hubungan positif dan signifikan antara hutan mangrove dengan tingkat
produksi perikanan (Kordi, 2012).
Nilai penting mangrove lainnya adalah dalam bentuk fungsi ekologisnya
sebagai stabilisator tepian sungai dan pesisir dan memberikan dinamika
10
pertumbuhan di kawasan pesisir, seperti pengendalian erosi pantai, menjaga
stabilitas sedimen dan bahkan turut berperan dalam menambah perluasan lahan
daratan (land building) dan perlindungan garis pantai (protected agent). Bahkan
dapat juga berperan penting dalam memfungsikan ekosistem sekitarnya, termasuk
tanah-tanah basah pesisir, terumbu karang, dan lamun (Kordiibid, 2012).
Fungsi dan manfaat hutan mangrove telah banyak diketahui, baik sebagai
tempat pemijahan ikan di perairan, pelindung daratan dari abrasi oleh ombak,
pelindung daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan dan
kandungan logam berat yang berbahaya bagi kehidupan, tempat singgah migrasi
burung; dan sebagai habitat satwa liar serta manfaat langsung lainnya bagi
manusia (Iramaya, 2011).
Hutan mangrove mampu mengikat sedimen yang terlarut dari sungai dan
memperkecil erosi atau abrasi pantai, mangrove juga mampu dalam menekan laju
intrusi air laut ke arah daratan. Mangrove juga memiliki fungsi ekologis sebagai
habitat berbagai jenis satwa liar. Keanekaragaman fauna di hutan mangrove cukup
tinggi, secara garis besar dapat dibagi dua kelompok, yaitu fauna akuatik seperti
ikan, udang, kerang, dan lainnya serta kelompok terestrial seperti insekta, reptilia,
amphibia, mamalia, dan burung (Iramayaibid, 2011).
2. Fungsi Ekonomi Hutan Mangrove
Ekosistem mangrove, selain mempunyai fungsi ekologis, juga mempunyai
potensi dan manfaat ekonomi yang sangat besar. Ekosistem mangrove memberi
konstribusi secara nyata bagi peningkatan pendapatan masyarakat, devisa untuk
daerah, dan negara. Produk yang diperoleh dari ekosistem mangrove berupa kayu
bakar, bahan bangunan, pupuk, bahan baku kertas, bahan makanan, obat-obatan,
minuman, peralatan rumah tangga, bahan baku tekstil dan kulit, lilin, madu,
rekreasi, tempat pemancingan, dan lain-lain (Kordi, 2012).
11
Secara garis besar mangrove mempunyai beberapa keterkaitan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia sebagai penyedia bahan pangan, papan dan
kesehatan serta lingkungan. Secara ekonomi hutan mangrove yaitu, (Dadang,
2012) :
a. Penghasil kayu, misalnya kayu bakar, arang serta kayu untuk bahan
bangunan dan perabot rumah tangga.
b. Penghasil bahan baku industri, mislanya pulp, kertas, testil, makanan, obat-
obatan, alkohol, penyamak kulit, kosmetik dan zat pewarna.
c. Penghasil bibit ikan, udang, kerang, telur burung dan madu.
d. Sebagai objek parawisata, karakteristik hutannya yang berada di peralihan
antara darat dan laut memiliki keunikan dalam beberapa hal. Kegiatan wisata
ini di samping memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui
penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan perekonomian
masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan lapangan pekerjaan dan
kesemptan berusaha, seperti membuka warung makan, dan meyewakan.
Secara ekonomi mangrove mampu memberikan banyak lapangan kerja
bagi msyarakat, baik itu penyediaan benih bagi industri perikanan, selain itu kayu
dari tumbuhan mangrove dapat dimanfaatkan untuk sebagai bahan kayu bakar,
bahan kertas, bahan konstruksi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Manfaat lain dari mangrove secara ekonomi adalah (Tri, 2014) :
1) Hutan bakau memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari
kehidupan yang ada di dalamnya. Hutan mangrove yang telah dikembangkan
menjadi objek wisata antara lain di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke
(DKI), Suwung, Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), dan
Cilacap (Jawa Tengah). Hutan mangrove memberikan objek wisata yang
berbeda dengan objek wisata alam lainnya. Karakteristik hutannya yang
berada di peralihan antara darat dan laut memiliki keunikan dalam bebrapa
12
hal. Para wisatawan juga memperoleh pelajaran tentang lingkungan langsung
dari alam. Pantai Padang, Sumatera Barat yang memiliki areal mangrove
seluas 43,80 ha dalam kawasan hutan, memiliki peluang untuk dijadikan areal
wiasata mangrove. Kegiatan wisata ini di samping memberikan pendapatan
langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga
mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat disekitarnya dengan
menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka
warung makan, menyewakan perahu, dan menjadi pemandu wisata.
2) Perikanan merupakan sumber daya ekonomi paling utama di kawasan
mangrove. Di Wulan dan Segera Anakan, sebagian vegetasi mangrove
ditebang untuk tambak ikan/udang. Hampir semua tambak tersebut
menggunakan sistem tambak intensif, hampir tidak ada yang melakukannya
dengan sistem empang parit (tambak tumpang sari). Perikanan tangkap
langsung di kawasan mangrove yang memberi dampak langsung terhadap
ekonomi masyarakat secara luas terjadi di Segara Anakan, jenis-jenis yang
ditangkap beragam dari udang, ikan, kerang, hingga kepiting.
3) Kawasan mangrove merupakan sumber kayu yang penting bagi masyrakat
pesisir. Jenis pohon yang ditebang untuk pembuatan arang umumnya
Rhizopora spp. Karena memiliki kalori cukup tinggi, sedangkan untuk kayu
bakar hampir semua pohon digunakan. Adapun untuk bahan bangunan, selain
Rhizophora spp, digunakan pula Sonneratia spp dan Brugaria spp, sedangkan
daun Nypa fruticans untuk atap rumah.
4) Sebagai bahan makanan, banyak masyarakat memanfaatkan tumbuhan
mangrove untuk bahan makanan, namun kuantitas dan kualitasnya relatif
terbatas. Berbatas jenis mangrove yang dapat dijadikan bahan pangan
misalnya buah Avicennia spp, buah N.fruticans, buah Sonneratia spp,
13
propagul Rhizophora spp, buah/ hipokotil Brugeria spp, dan Termanillai
catapa mengandung pati dan dapat menjadi sumber karbohidrat.
5) Daun muda Acrostichum aureum, Avicennia marina, dan Pluchea indica,
hipokotil B.gymnorrhiza dan B.sexangula, serta buah, biji, dan seedling
A.Marina, A.Officinalis, B.Sexangula dapat dijadikan syuran. Ekstraks galih
kayu A.alba dan A.officinalis dapat digunakan sebagai tonik, nira bunga
N.Fruticans dapat diolah menjadi gula merah dan tuak, karena kandungan
sukrosanya yang tinggi. Nipah juga dapat menghasilkan minyak goreng,
daunnya untuk kertas rokok, dan abunya untuk sumber garam.
6) Potensi tumbuhan mangrove sebagai bahan baku industri cukup luas.
Pneumatofora S.alba dan S.Caseolaris dapat digunakan untuk sol sepatu.
Kayu berbagai jenis tumbuhan mangrove, seperti Heritiera spp dan
Rhizophora spp. dapat digunakan untuk menghasilkan pulp. Beberapa
tumbuhan mangrove lainnya juga berpotensi sebagai bahan baku industri,
misalnya pneumatofora B.gymnorrhiza dan B.sexangula dapat menghasilkan
parfum dan rempah-rempah, ekstrak Achantus spp.dan Xylocarpus spp, dapat
meghasilkan penguat rambut, ekstrak Excoceria agallocha untuk afrodisiak,
ekstrak Avicennia spp. untuk sabun.
7) Penggunaan kawasan mangrove sebagai lokasi wisata telah dikembangkan
sejak lama. Tritih merupakan lokasi wisata yang dibangun perhutani pada
pertengahan tahun 1970-an untuk tujuan konservasi dan pendidikan
ekosistemmangrove, namun fasilitas ini kini telah terbengkalai. Salah stu
kawasan mangrove alami yang berpotensi untuk ekowisata adalah Segara
Anakan, mengingat kelengkapan atraksi alam dan sarana akomodasinya yang
memadahi. Kawasan Pasar Banggi sangat potensial sebagai lokasi wisata
karena areanya cukup luas, dikelola dan diawasi masyarakat sehingga cukup
lestari, serta letaknya strategis di tepi jalan negara pantai utara.
14
8) Kawasan mangrove dapat menjadi lokasi pendidikan konservasi.
C. Peran Ekosistem Mangrove
Kedudukan ekosistem mangrove di dalam lingkungan alam tidak berdiri
sendiri, melainkan merupakan bagian dari ekosistem yang lebih luas. Brown
mendeskripsikan mangrove sebagai ekosistem interfalace atau ekosistem
peralihan yang menempati daerah perbatasan antara laut dan daratan. Banyak
proses yang mengaturnya bersala dari tempat lain. Di dalamnya terdapat aliran
pergerakan materi yang mengalir dan digerakkan oleh faktor fisik seperti halnya
pasang surut, run off daratan, dan curah hujan. Sedangkan faktor biologis yang
mempengaruhinya antara lain produksi serasah, dkeomposisi, pengambilan
mineral oleh tumbuhan, dan aktivitas-aktivits biologis lainnya. Selain itu, di daerah
estuaria dan delta tempat sungai-sungai bermuara, mangrove merupakan bagian
dari daerah aliran sungai (Aksono, 2007).
Sumber daya mangrove mempunyai beberapa peran baik secara fisik,
kimia, maupun biologi yang sangat menunjang pemenuhan kebutuhan hidup
manusia dan berfungsi sebagai penyangga keseimbangan ekosistem di wilayah
pesisir (Bengen 2002dalam Kordi 2012) :
1. Habitat Biota
Ekosistem mangrove merupakan habitat (tempat hidup) berbagai biota,
baik biota akuatik maupun biota daratan. Flora yang tumbuh pada ekosistem
mangrove di Indonesia dikenal mempunyai keragaman jenis yang tinggi. Flora
yang ditemukan pada ekosistem mangrove Indonesia sekitar 189 jenis dari 68
suku. Dari jumlah itu, 80 jenis di antaranya adalah berupa pohon, 24 jenis liana,
41 jenis herba, 41 jenis epifit, dan 3 jenis parasit. Tumbuhan di ekosistem
mangrove tumbuh berupa pohon antara lain bakau (Rhiziphora), api-api
(Avicennia), pedada (Sonnetaria), tanjang (Bruguiera), nyirih (Xylocarpus), tengar
(Ceriops) dan buta-buta (Exciecaria).
15
Fauna mangrove membentuk pencampuran antara dua kelompok, sebagai
berikut :
1) Kelompok fauna daratan/terrestrial yang umumnya menempati bagian atas
pohon mangrove, terdiri atas : insekta, ular, primata, dan burung.
2) Kelompok fauna perairan/akuatik, terdiri atas dua tipe:(a) organisme yang
hidup di kolam air, terutama berbagai jenis ikan dan udang; (b) organisme
yang menempati substrat, baik keras (akar batang pohon mangrove)
maupun lunak (lumpur), terutama kepiting, kerang, dan berbagai jenis
avertebrata lainnya.
2. Persinggahan Fauna Migran
Ekosistem mangrove merupakan tempat persinggahan fauna migran, baik
fauna darat maupun fauna laut. Kawasan mangrove di pesisir timur Sumatera
Utara merupakan daerah persinggahan dan tempat mencari makan bagi burung-
burung migran dari Rusia an Belarus. Tumbuhan mangrove menyediakan tempat
bertengger dan beristirahat yang nyaman bagi burung-burung migran. Demikian
juga sumber makanan yang melimpah bagi burung-burung tersebut ketika surut.
Sayangnya, karena kerusakan ekosistem mangrove, jumlah burung yang singgah
dan mencari makan di daerah tersebut menurun.
Fauna lain yang singgah di ekosistem mangrove adalah penyu. Di sekitar
ekosistem mangrove, terutama daerah berpasir merupakan daerah bagi penyu
untuk bertelur. Penyu juga mencari makan berupa tumbuhan lamunyang tumbuh
subur di depan ekosistem mangrove ataupun berasosiasi dengan ekosistem
mangrove. Setelah bertelur dan mencari makan, penyu-penyu tersebut berenang
mengarungi samudera.
3. Tempat Pemijahan, Pengasuhan, dan Mencari Makan
Ekosistem mangrove merupakan daerah penting ynag digunakan oleh
berbagai fauna untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan
16
(nursery ground), dan tempat mencari makan (feeding ground). Berbagai fauna
darat maupun fauna akuatik menjadikan ekosistem mangrove sebagai tempat
untuk reproduksi, seperti memijah, bertelur, dan beranak.
Biota akuatik yang hidup di substrat yang keras (kayu) maupun lunak
(lumpur) umumnya memijah di ekosistem mangrove, karena biota tersebut tidak
dapat berpindah seperti kerang atau berpindah tidak jauh seperti keong/siput.
Biota lain seperti kepiting, udang dan ikan ada yang memijah di ekosistem
mangrove dan ada yang memijah di perairan agak dalam, namun setelah menetas
larva dan benihnya dibawa oleh arus dan angin ke ekosistem mangrove.
Lingkungan ekosistem mangrove menjadi tempat yang cocok bagi biota
akuatik untuk memijah dan membesarkan anaknya. Akar-akar tumbuhan selain
menyediakan ruangan bagi biota untuk bersembunyi, sistem perakaran mangrove
sangat efektif meredam gelombang dan arus laut sehingga telur dan anak ikan
tidak hanyut. Karena itu, telur dan anakan biota aman dari serangan predator
maupun arus dan gelombang.
Dalam kaitannya dengan makanan, ekosistem mangrove menyediakan
makanan bagi berbagai biota akuatik dalam bentuk material organik yang
terbentuk dari jatuhan daun serta berbagai kotoran hewan darat yang kemudian
diubah oleh mikroorganisme menjadi bioplankton yang sangat dibutuhkan oleh
biota laut. Dengan demikian, ekosistem mangrove kaya akan zat nutrisi bagi ikan,
udang, moluska, dan biota lainnya.
Demikian pula hewan darat. Pada saaat surut, berbagai jenis hewan darat
turun ke ekosistem mangrove mencari makan seperti ikan, udang, kepiting, dan
berbagai jenis moluska. Beberapa spesies burung dan primata juga memakan
bunga dan buahtumbuhan mangrove.
4. Pendukung Ekosistem Laut
17
Ekosistem mangrove berada di antara daratan dan lautan, sehingga
ekosistem ini merupakan salah satu uang paling unik, khas, dan rumit. Lingkungan
ini terkait dengan daratan dan lautan, serta berfungsi menjadi penyangga (buffer)
bagi daratan dan lautan. Berbagai biota, baik biota darat maupun laut hidup dan
bergantung pada ekosistem mangrove.
Karena berada di pesisir dan antara daratan dan lautan ekosistem
mangrove menjadi penting sebagai pelindung lautan dan sekaligus daratan.
Mangrove dapat menangkap sedimen dari daratan yang diangkut oleh air tawar
melalui sungai, drainase, dan sebagainya kemudian diendapkan di dasar
mangrove. Karena air dan sedimen ini tidak langsung menyerbu masuk ke
ekosistem padang lamun dan terumbu karang. Sebab sedimen dan air tawar yang
berlebihan masuk kedua area tersebut dapat membunuh berbagai biota di
dalamnya.
Sebaliknya, ekosistem mangrove juga menjadi pelindung daratan.
Ekosistem mangrove dapat mencegah intrusi garam ke daratan, sehingga
ekosistem ini menjaga keseimbangan air tawar dan air asin. Demikian pula, sistem
perakaran tumbuhan pada ekosistem mangrove yang rapat dan terpancang abrasi
dapat berfungsi meredam gempuran gelombang laut dan ombak.
5. Pelindung Pantai
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang khas dan unik. Tumbuh-
tumbuhan di ekosistem ini mempunyai akar yang berbeda dengan tumbuh-
tumbuhan di darat. Ada yang mempunyai akar horisontal di dalam tanah dan di
sana-sini mencuat ke luar tegak seperti tonggak tajam seperti pada api-api
(Avicennia). Ada juga yang akarnya tersembul ke permukaan dan melengkung
bagaikan lutut (knee root) seperti pada tanjang (Bruguiera). Dan ada pula yang
akarnya mencuat dari batang, bercabang-cabang mengarah ke bawah dan
menggantung kemudian masuk ke tanah sperti pada bakau (Rhizophora).
18
Perakaran ini berfungsi antara lain memabntu mangrove bernapas dan tegak
berdiri.
Namun, sistem perakaran mangrove yang unik dan khas tersebut juga
dapat berfungsi secara ekologis. Perakaran mangrove yang rapat dan terpancang
dapat berfungsi efektif meredam hantaman gelombang dan ombak. Kekuatan
angin dan badai yang dahsyat akan berkurang ketika mencapai ekosistem
mangrove yang memliki hutan lebat. Demikian pula gelombang pasang atau
tsunami akan mengecil ketika mencapai ekosistem mangrove yang berhutan lebat.
Daya rusak gelombang menjadi berkurang karena kekuatannya telah direduksi
oleh ekosistem mangrove.
6. Perangkap Sedimen
Perakaran mangrove yang rapat dan terpancang juga dapat berfungsi
efektif menangkap partikel-partikel tanah yang berasal dari erosi daratan. Akar-
akar tumbuhan mangrove sebagai perangkap (trapped) partikel tanah dan
sedimen. Lumpur yang terbawa oleh air dari daratan akan terperangkap oleh akar
mangrove dan mengendapkannya sehingga akan terjadi suatu kondisi di mana
endapan lumpur tidak hanyut oleh arus dan gelombang laut. Lumpur yang
terperangkap oleh perakarn mangrove makin lama makin tebal sehingga lama-
kelamaan akan terjadi lahan baru ke arah laut. Contohnya, di pantai timur
Sumatera yang ditumbuhi mangrove, penambahan daratan ke arah laut sekitar 2
cm/tahun.
7. Pencegah Intrusi Air Laut
Salah satu input penting ekosistem mangrove adalah air, terutama
keseimbangan air tawar dan air asin. Kehadiran ekossitem mangrove di pantai
menjadi wilayah penyangga terhadap rembesan air laut dan intrusi ke daratan.
19
Ekosistem mangrove yang tebal dengan tumbuhan yang rapat dapat mencegah
masuknya air laut melalui bawah tanah ke daratan sehingga sumur-sumur yang
dibuat di belakang ekosistem mangrove tidak asin.
Di Desa Tongke-Tongke, Samatariang, Sinjai (Sulawesi Selatan) sebelum
dilakukan penghijaun di pesisir dengan menggunakan tumbuhan mangrove, tidak
hanya sumur-sumur penduduk yang airnya asin, ombak pasang pun menyapu
sampai ke bawah rumah –rumah (rumah panggung) penduduk. Setelah dilakukan
penghijaun pantai yang dimotori oleh M.Taiyeb, luasan hutan mangrove kemudian
melindungi pemukiman dan sumur-sumur penduduk pun menjadi tawar.
8. Biofilter Alami
Mangrove adalah ekosistem yang berada di antara pesisir dan lautan.
Karaktersitik ekosistem mangrove dengan tanh berlumpur, tumbuhan yang rapat,
serta akar tumbuhan yang khas seperti menjadi salah satu penyaring bahan
pencemar yang baik. Di ekosistem mangrove juga terdapat berbagai biota akuitik
yang dikenal sebagai biofilter, yaitu berbagai macam kerang/tiram seperti kerang
bakau (Crassostrea, Ostrea), kerang hijau (Pernal/Mytilus), alang atau lokang
(Geloina), dan kerang darah (Anadara sp). Kerang/tiram tersebut adalah hewan
yang tidak dapt berpindah tempat dan mempunyai kebiasaan makan sebagai
penyaring (filter feeders). Karena itu, ekosistem ini menjadi salah satu biofilter atau
penyaring alami yang handal.
Ekosistem mangrove selain berfungsi sebagai biofilter alami juga
merupakan habitat yang baik bagi biota untuk memijah , mengasuh anak, dan
tempat mencari makan. Karena itu, ekosistem ini sangat subur. Memusnahkan
ekosistem mangrove sama dengan memusnahkan biofilter alami dan satu
lingkungan kehidupan.
Sebagai ekosistem yang berada di pesisir, mangrove juga menjadi biofilter
bagi daratan, terutama mencegah intrusi air laut ke daratan. Sumur penduduk
20
yang dibangun di sekitar pantai, bahkan sangat dekat ke pantai, airnya tawar bila
di pesisir terdapat ekosistem mangrove.
9. Kawasan Pariwisata dan Konservasi
Pantai berpasir terutama pantai yang memiliki pasir putih dan butiran
pasirnya halus, biasanya dijadikan kawasan pariwisata pantai karena keindahan
alam dan kebersihan pantainya, seperti pantai Sanur dan Kuta Bali, Pangandaran,
Pelabuhan Ratu, dan Carita di Jawa Barat, Parang Tritis di Jawa Tengah,
Kepulauan Seribu di Jakarta, Kepulauan Karimunjawa di Jepara, dan Pasir Putih
di Jawa Timur; Pantai tersebut mempunyai nilai jual yang tinggi bagi pariwisata
Pengelolaan ekosistem hutan mangrove di Indonesia masih mengizinkan adanya
konversi mangrove, ekspoltasi kayu, dan pemanfaatan jasa lainnya. Pemerintah
Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk melakukan perlindungan terhadap
ekosistem mangrove. Sesuai dengan prinsip kelestarian hutan yang merupakan
pedoman dlam mengusahakan hutan maka dalam pengusahaannya hutan
mangrove harus diperhatikan segi kelestariaanya. Penebangan dilakukan secara
selektif terhadap pohon mangrove yang berdiameter lebih dari 10 cm, kelestarian
hutan pantai merupakan salah satu aspek yang angat pentig dalam kegiatan
pengusahaan hutan. Pada pengusahaan hutan mangrove juga dikenal berbagai
sistem silvikultur yang mengatur pelaksanaan penebangan.
Pemanfaatan sumber daya alam termasuk hutan mangrove pengusahaan
fungsi ekonominya lebih menonjol daripada fungsi yang lain. Pemanfaatan hutan
mangrove yang sifatnya masih tradisional biasanya cenderung msih terkendali.
Karena hanya mengambil keuntungan ekonomi dari lingkungan sekitar tumbuhnya
mangrove. Namun, dalam perjalanan selanjutnya pemanfaatan berkembang ke
dalam bentuk usaha besar-besaran, baik untuk memanfaatkan kayu maupun
membuka hutan untuk memfungsikan lahannya. Pengelolaan kawasan mangrove
harus menggunakan paradigma baru dalam pengelolaan hutan yang berorientsi
21
pada komponen sumber daya hutan sebagai ekosistem (forest reurses
management) dan menempatkan masyarakat desa hutan sebagai mitra
(community based forest management) (Azwar, 2012).
D. Valuasi Ekonomi Ekosistem Magrove
Konsep valuasimengacu pada nilai ekonomi dari sumberdaya alam. Nilai
ekonomi adalah ukuran jumlah maksimum barang dan jasa yang ingin dikorbankan
oleh seseorang untuk memperoleh barang dan jasa lainnya (Tuwo 2011 dalam
Baso et al 2013). Nilai ekonomi juga dapat diartikan sebagai keinginan membayar
atau Willingness to Pay seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sumberdaya alam dan lingkungan (Turmudi 2005 dalamBaso et al 2013).
Valuasi ekonomi merupakan suatu upaya yang digunakan untuk
memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumber
daya alam dan lingkungan terlepas baik dari nilai pasar (market value) atau non
pasar (non market value). Tujuan dari studi valuasi adalah untuk menentukan
besarnya Total Economic Value (TEV) pemanfaatan sumberdaya alam dan
lingkungan serta membantu pengambilan keputusan untuk menduga efisiensi
ekonomi dari berbagai pemanfaatan yang mungkin dilakukan terhadap ekosistem
yang ada di kawasan pesisir dan laut (Dolina, 2012).
Pengertian nilai atau value, khususnya menyangkut barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, memang bisa berbeda jika
dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Secara umum, nilai ekonomi dapat
didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin
mengorbankan barang dan jasa lainnya (Iramaya, 2011).
Kerangka nilai ekonomi yang digunakan dalam mengevaluasi ekonomi
sumber daya alam adalah konsep Nilai Ekonomi Total (NET). Total Economic
Value (TEV) merupakan penjumlahan dari nilai ekonomi berbasis pemanfaatan
22
(use value) dan nilai ekonomi berbasis non-pemanfaatan (non use value)
(Iramaya, 2011).
Kegiatan valuasi ekonomi terdiri dari tiga tahap yaitu melakukan identifikasi
manfat dan fungsi sumber daya, melakukan kuantifikasi seluruh manfaat dan
fungsi sumber daya, dan melakukan pilihan alternatif pengelolaan sumber daya
(Azwar, 2012):
1. Identifikasi Manfaat dan Fungsi Ekosistem Mangrove
Manfaat ekosistem hutan mangrove yang dikonsumsi oleh masyarakat
dapat dikategorikan ke dalam dua komponen utama yaitu manfaat langsung (use
value) dan manfaat tidak langsung (non use value) dan nilai kegunaan tidak
langsung (indirect use value). Nilai keguanaan langsung merujuk pada kegunaan
langsung dari pemanfaatan hutan mangrove baik secara komersial maupun non
komersial. Sedangkan nilai kegunaan tidak langsung merujuk kepada nilai yang
dirasakan secara tidak langsung terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sumber daya alam dan lingkungan.
Komponen manfaat tidak langsung adalah nilai yang diebrikan kepada
hutan mangrove atas keberdaannya meskipun tidak dikonsumsi secara langsung
dan lebih bersifat sulit diukur karena lebih didasarkan pada prefensi terhadap
lingkungan ketimbang pemanfaatan langsung. Komponen manfaat tidak langsung
dibagi lagi kedalam sub-class yaitu nilai keberadaan (exixtence value), nilai
pewarisan (bequeat value) dan nilai pilihan (option value). Nilai keberadaan pada
dasarnya adalah penilaian yang diberikan dengan terpeliharanya sumberdaya.
Nilai pewarisan diartikan sebagi nilai pemeliharaan sumber daya sehingga pilihan
untuk pemanfaatannya masih tersedia untuk masa yang akan datang.
2. Kuantifikasi Manfaat dan Fungsi Ekosistem Hutan Mangrove
Tipologi metode valuasi ekonomi dapat digolongkan dalam tiga bagian
besar, tergantung pada derajat atau kemudahan aplikasinya yaitu : umum
23
diaplikasikan, potensial yang diaplikasikan, dan didasarkan atas survei. Secara
garis besar metode valuasi ekonomi dapat dibagi dalam dua kelmpok besar yaitu
pendekatan manfaat (benefit based valuation) dan pendekatan biaya (cost based
valuation). Metode-metode tersebut pada dasarnya merupakan turunan dari
metode analisis biaya manfaat.
Metode valuasi dengan pendekatan manfaat dapat dikelompokkan ke
dalam dua kategori umum yaitu : berdasarkan nilai pasar aktual (actual market
based methods) dan yang kedua berdasarkan nilai pasar pengganti (substitute or
surrogate market based methods). Metode-metode valuasi ekonomi yang
termasuk ke dalam pengukuran nilai pasar aktual adalah perubahan nilai produksi
(change in productivity), metode kehilangan penghasilan (loss of earning
methods). Untuk metode pasar pengganti terdiri dari: biaya perjalanan (travel cost
methods), pendekatan perbedaan upah (wage differential methods), pendekatan
nilai pemilikan (property value) dan pendekatan nilai barang yang dapat
dipasarkan sebagai pengganti lingkungan (hedonic pricing).
Metode valuasi dengan pendekatan biaya terdiri dari pengeluaran
pencegahan (averted defensive expenditure methods), proyek bayangan (shadow
project value) biaya penggantian (replacement cost methods) dan biaya
perpindahan (relocation cost methods).
Metode valuasi ekonomi brdasarkan pendekatan harga pasar (actual
market based methods) dan berdasarkan pendekatan survei atau penilaian
hipotesis. Pendekatan berdasarkan survei (survey based methods), terdiri dari
metode pendekatan berdasarkan kondisi lapangan (contingen valuation methods)
dan metode kesesuaian manfaat (benefit transfer methods).
3. Pilihan Alternatif Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove
Dalam menempatkan kebijakan dengan mengutamakan prinsip
keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarian fungsi sumber daya hutan
24
mangrove, maka pemahaman terhadap nilai ekonomi total (total economic value)
hutan mangrove serta kombinasi alokasi pemanfaatan sumber daya yang efisien
mutlak diprelukan.
Menurut Joga (2010), nilai ekonomi dari aset lingkungan hidup dapat
dipecah-pecah kedalam suatu set bagian komponen. Sebagai ilustrasi dalam
konteks penetuan alternatif penggunaan lahan dari hutan mangrove. Berdasarkan
hukum biaya dan manfaat (benefit-cost rule), keputusan untuk mengembangkan
suatu hutan mangrove dapat dibenarkan apabila manfaat bersih dari
pengembangan hutan tersebut lebih besar dari manfaat bersih konservasi. Jadi
dalam hal ini manfaat konservasi diukur dengan nilai ekonomi total hutan
mangrove tersebut juga dapat diinterpretasikan sebagai perubahan kualitas
lingkungan hidup.
Teknis analisis biaya dan manfaat dapat membantu dalam pengambilan
keputusan untuk perencanaan dan pengelolaan lingkungan. Dalam hal ini analisis
biaya dan manfaat digunakan untuk mengukur semua manfaat dan biaya seluruh
proyek dari awal sampai akhir dalam bentuk nilai uang dan memberikan ukuran
efisiensi ekonomi proyek tersebut dari pandangan masyarakat (Joga, 2010).
1. Analisis Valuasi Ekonomi
Konsep Total Economic Value (TEV) atau nilai ekonomi total (NET) yaitu
konsep dengan menjumlahkan seluruh nilai barang dan jasa yang terdapat pada
suatu ekosistem. Nilai tersebut terdiri dari nilai pakai (use value) dan bukan nilai
pakai (non-use value). Use value terdiri dari nilai penggunaan langsung (direct
value), nilai tidak langsung (indirect use value) dan nilai pilihan (option value). Non-
use value terdiri dari nilai keberadaan (existensi value) dan nilai warisan (bequest
value) menurut (Ruitenbeek1992dalam Aco 2015).
25
Nilai ekonomi total dari ekosistem hutan mangrove yang diteliti dirumuskan
sebagai berikut (Ruitenbeek 1992 dalam Wahyuniet al 2014):
NET = ML + MTL + MP + MK + MW
Dimana :
ML : manfaat langsung
MTL : manfaat tidak langsung
MP : manfaat pilihan
MK : manfaat keberadaan
MW : manfaat warisan
Masing-masing nilai tersebut diidentifikasi berdasarkan seluruh manfaat
yang didapatkan pada ekosistem mangrove yang diteliti. Masing-masing nilai
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Manfaat Langsung
Manfaat langsung atau Direct Use Value (DUV) adalah manfaat yang dapat
diperoleh dari ekosistem mangrove secara langsung baik berupa penangkapan,
penelitian maupun wisata (rekreasi). Rumus yang digunakan untuk mendapatkan
nilai total manfaat langsung yaitu sebagai berikut menurut (Olfie, 2011) :
DUV = Σ DUVi
Dimana:
DUV = Direct use value
DUVi = Direct use value i
Pengukuran manfaat langsung dilakukan dengan pendekatan nilai pasar
guna mengkuantifikasikan harga berbagai barang yang diperoleh. Proses
perhitungan nilai manfaat langsung ekosistem mangrove dilakukan dengan
mengalikan rata-rata pendapatan bersih dengan jumlah populasi. Pendapatan
bersih diperoleh dari selisih antara total pendapatan kotor dengan total biaya yang
NET = ML + MTL + MP + MK + MW
26
digunakan untuk mendapatkan sumberdaya tersebut. Total pendapatan kotor
diperoleh dari hasil produksi dikalikan dengan harga (Aco, 2015).
Manfaat langsung penelitian dapat diketahui dengan menghitung biaya
rata-rata yang dikeluarkan selama melakukan penelitian pada kawasan tersebut
dikalikan dengan jumlah peneliti. Manfaat langsung wisata diperoleh dari
menghitung biaya rata-rata yang dikeluarkan menuju tempat wiasata ditambah
biaya tiket masuk. Total Manfaat Langsung (TML) adalah penjumlahan seluruh
manfaat langsung ekosistem mangrove di Pesisir Pulau Lakkang.
b. Manfaat Tidak Langsung
a) Nursery Ground, Feeding Ground, dan Spawning Ground
Ekosistem mangorove merupakan tempat mencari makan (feeding ground)
bagi hewan-hewan yang berada di sekitar mangrove, sebagai tempat mengasuh
dan membesarkan (nursery ground), serta tempat bertelur dan memijah (spawning
ground). Hal ini merupakan sebuah keuntungan bagi para nelayan dalam
mempertahankan stok ikan. Nilai dari manfaat tersebut sebesar US$ 142,64
sehingga nilai ekonomi dari daerah asuhan, daerah mencari makan, dan daerah
pemijahan sebesar : Luas lahan x US$ x Rupiah menurut Kusumastanto
(2000)dalam Widiyanto et al (2013).
b) Penahan Erosi dan Pelindung Tambak Manfaat tak langsung adalah nilai yang dirasakan secara tidak langsung
terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya dan lingkungan. Manfaat
tak langsung dari hutan mangrove diperoleh dari suatu ekosistem secara tidak
langsung seperti penahan erosi tanah, abrasi pantai dan lain-lain. Manfaat
langsung hutan mangrove sebagai penahan erosi tanah dapat diketahui dari biaya
pembuatan tanggul beton di sepanjang tepian sungai (Arif 2003dalam Aco 2015).
c. Manfaat pilihan
27
Manfaat pilihan (option value) hutan mangrove biasanya menggunakan
metode benefit transfer, yaitu dengan cara menilai perkiraan benefit dari tempat
lain (dimana sumberdaya tersedia) lalu benefit tersebut ditransfer untuk
memperoleh perkiraan yang kasar mengenai manfaat dari lingkungan. Metode
tersebut didekati dengan cara menghitung besarnya nilai keanekaragamn hayati
yang ada pada ekosistem mangrove tersebut. Menurut Ruitenbeek(1991) dalam
Baso (2013) nilai biodiversity sebesar US$15 per ha.
Nilai manfaat pilihan ini diperoleh dengan persamaan :
OV = US$15 per ha. x luas hutan mangrove
OV = option value
Nilai tersebut dapat dipakai di seluruh hutan mangrove yang ada di
Indonesia apabila ekosistem hutan mangrovenya secara ekologis penting dan
tetap dipelihara secara alami.
d. Manfaat keberadaan
Manfaat keberadaan akan dilakukan dengan pendekatan metode
Contingen Value Method (CVM) atau metode survei, yang diperoleh dengan
melakukan survei langsung untuk mengetahui keinginan untuk membayar (WTP)
terhadap keberadaan hutan mangrove tersebut. Pengukuran manfaat ini dilakukan
dengan cara menjumlahkan semua nilai WTP yang diberikan oleh responden
kemudian di rata-ratakan berdasarkan jumlah responden.
Manfaat tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut menurut Hamzah
(2005) dalam Basoet al (2013) :
ME =∑ /
Keterangan:
ME = Manfaat keberadaan
Mei = Manfaat ekosistem dari responden ke-i
N = Jumlah responden
28
e. Manfaat Warisan
Nilai warisan diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh generasi kini
dengan menyediakan atau mewariskan sumberdaya untuk generasi mendatang.
Nilai warisan ekosistem mangrove yang dimiliki tidak dapat dinilai dengan
pendekatan nilai pasar. Oleh karena itu, nilai warisan dapat dihitung dengan
pendekatan perkiraan. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperkirakan
bahwa nilai warisan tidak kurang 10% dari nilai manfaat langsung mangrove
(Ruitenbeek 1992dalamAco 2015).
2. Analisis Kontingensi Valuasi
Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pelestarian
ekosistem mangrove, maka seacra deskriptif akan digali persepsi masyarakat
nelayan tentang manfaat ekonomi yang mereka rasakan, serta keinginan untuk
membayar atau willingness to pay (WTP) jika terjadi kerusakan pada ekosistem
mangrove. Menurut Yakin (1997)dalam Aco (2015), definisi dari WTP adalah nilai
dari perubahan kondisi lingkungan atau biaya dari kerusakan lingkungan yang
ditentukan oleh semua individu baik secara langsung maupun tak langsung yang
ditanyakan dalam bentuk uang.
Penelitian-penelitian mengenai Analisis Kontingensi Valuasi pernah
dilakukan para peneliti lain. Disini dapat disebutkan sebagai berikut:
Saptutyningsih (2007) melakukan dengan penelitian menggunakan
metode Contingent Valuation (CVM) dengan judul “Faktor-faktor yang
Berpengaruh Terhadap Willingness to Pay untuk Perbaikan Kualitas Air Sungai
Code di Kota Yogyakarta”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perbedaan antara pria dan wanita, keberadaan anak dalam keluarga, tingkat
pendapatan, lama tinggal,kualitas air sungai Code, dan ada atau tidaknya
kegiatan.
29
Fitriani (2008) tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengunjung Agrowisata Taman Wisata Mekarsari dengan Metode Kontingensi”.
Penelitian ini menggunakan frekuensi kunjungan wisatawan sebagai variabel
dependen dan variabel independennya adalah tingkat pendapatan, biaya
perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, jarak tempat tinggal, lama
mengetahui Taman Wisata Mekarsari (TWM), jumlah tanggungan keluarga, hari
kunjungan, jumlah rombongan, kesediaan membayar, lama berada di lokasi dan
waktu tempuh.
Pantari (2014) tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Willingness To
Pay Untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan Kebun Raya dan Kebun Binatang
Gembira Loka Yogyakarta”. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah biaya perjalanan, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, usia, fasilitas,
dan frekuensi kunjungan.
Adapun faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini denganmenggunakan
pendekatan analisis Contingent Valuation Method (CVM) adalah sebagai berikut:
1) Usia
2) Tingkat pendapatan responden
3) Tanggungan keluarga responden
4) Tingakat pendidikan responden
Model analisis dilakukan dengan Regresi Linier Berganda yang diduga
variabel berpengaruh, yaitu variabel usia responden (X1), tingkat pendapatan
responden (X2), tanggungan keluarga responden (X3), dan tingkat pendidikan
responden (X4). Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP ini,
digunakan software SPSS.
E. Kerangka Pikir
30
Mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki manfaat
nyata (tangible) maupun manfaat tidak nyata (intangible). Manfaat tangible bisa
dirasakan secara langsung oleh masyarakat berbeda dengan manfaat intangible.
Usaha penggalian manfaat intengible dari sumberdaya alam tersebut akan
mendapatkan kendala ketika manfaat tersebut belum dapat dinilai oleh pasar.
Usaha pemanfaatan hutan mangrove seharusnya menghitung manfaat
dan biaya dari kegiatan usaha, termasuk di dalamnya menghitung nilai ekonomi
dari sumberdaya hutan mangrove. Pendekatan tersebut akan menggambarkan
suatu pilihan alternatif yang rasional dalam pemanfaatan sumberdaya mangrove.
Permasalahan yang terjadi dari keberadaan hutan mangrove di perairan Makassar
yaitu : (1) luasan hutan mangrove yang semakin berkurang setiap tahunnya; (2)
kerusakan hutan mangrove yang disebabkan oleh aktifitas masyarakat yang
bertempat tinggal di sekitarnya mengekspolitasi hutan mangrove secara
berlebihan dan akhirnya terjadi degardasi lingkungan; dan (3) terjadi konservasi
lahan hutan mangrove menjadi tambak dan pemukiman. Dari permasalahan
tersebut diharapkan pelestarian hutan mangrove bernilai tinggi. Dari nilai ekonomi
total hutan mangrove dengan menggunakan analisis ekonomi dan analisis
kontingensi valuasi akan dijadikan sebagai input dalam pemilihan alternatif pola
pemanfaatan hutan mangrove seperti yang terdapat pada kerangka penelitian
(gambar 1).
VALUASI EKONOMI
Nilai Ekonomi
WTP (willingness to
pay) Nilai Guna Langsung
(Direct Use Value)
HUTAN MANGROVE
31
Gambar 1. Kerangka Pikir dan Ruang Lingkup Penelitian Valuasi Ekonomi Hutan
Mangrove di Pulau Lakkang, Kec. Tallo, Kota Makassar.
Dari gambar 1 dapat diketahui bahwa nilai ekonomi dibedakan menjadi nilai
atas dasar penggunaan langsung (direct value), nilai penggunaan tidak langsung
(indirect use value), nilai atas dasar pilihan penggunaan (option value), nilai yang
diwariskan (bequest value), dan nilai karena keberadaannya (existence
value).Sedangkan untuk mengetahui nilai dari perubahan kondisi lingkungan atau
biaya dari kerusakan lingkungan,maka di lakukan analisis kontingensi valuasi
dengan menghitung keinginan membayar masyarakat atau Willingness To Pay
menggunakan metode yang ditentukan oleh semua individu baik secara langsung
maupun tak langsung yang ditanyakan dalam bentuk uang.
Nilai Guna Tak
Langsung (Indirect Use
Value)
Nilai Pilihan ( Option Value)
Nilai Keberadaan (Existence
Value)
Nilai Warisan (Bequest
Value)
Nilai Ekonomi Total (Total Economic
Value)
32
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota
Makassar. Dimana lokasi penelitian ditumbuhi mangrove sepanjang tepian
sungaidan masyarakat di sekitar hutan mangrove tersebut banyak yang
melakukan aktivitas pemanfaatan terhadap fungsi sumber daya hutan mangrove.
Penelitian ini berlangsung bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2017.
B. Jenis Penelitian
33
Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu dengan melakukan
observasi di lapangan dan wawancara secara langsung dengan responden, serta
menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data. Kemudian data yang
diperoleh dianalisis secara kuantitatif.
C. Sumber Data
Berdasarkan tujuan penelitian dan metode penelitian yang digunakan,
maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas dua sumber, yaitu :
1) Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari pengamatan di lapangan.
Data ini dikumpulkan menggunakan instrumen berupa daftar pertanyaan yang
telah disusun sesuai dengan keperluan analisis dan tujuan penelitian. Data
primer ini bersumber dari nelayan, wisatawan, masyarakat umum, dan
stakeholder yang mempunyai kepentingan pada ekosistem mangrove. Data
yang didapatkan dari nelayan berupa dta jumlah hasil tangkapan, harga hasil
tangkapan, biaya produksi, dan Willingness to Pay (WTP).
2) Data sekunder, yaitu data penunjang yang dikumpulkan dari instansi-instansi
pemerintah daerah, maupun yang berasal dari publikasi dan hasil penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya.
D. Tehnik Pengumpulan Data
1. Observasi, dilakukan dengan mengadakan peninjauan langsung mengenai
operasional di lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran lokasi penelitian
yang sebenarnya.
2. Wawancara, dilakukan dengan wawancara langsung dengan melakukan
tanya jawab terhadap responden yaitu masyarakat maupun instansi yang
terlibat dan berhubungan dalam penelitian dengan bantuan daftar pertanyaan
(kuisioner).
3. Studi pustaka, dilakukan dengan mengumpulkan data melalui kajian pustaka
yang ada hubungannya dengan penelitian.
34
E. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengumpulan sampel pada penelitian ini akan dilakukan dengan
menggunakan teknikNon-Probability sampling(pengambilan sampel bukan
berdasarkan peluang) dimana teknik pengambilan sampel yang ditemukan atau
ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Metode ini
bertujuan untuk mengetahui perilaku, interaksi, dan tingkat kesejahteraan
masyarakat di sekitar Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.
Populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah
dan karkteristik yang dimilki oleh populasi (Singarimbun 1998dalam Sugiyono
2012).
Adapun sampel penelitian adalah masyarakat nelayan di Pulau
Lakkangyang mengambil manfaat dari hutan mangrove. Dengan menggunakan
rumus Slovin (Sevilla 1960 dalamSugiyono ibid 2012):
1 ²
Dimana:
n = Jumlah sampel
N =Jumlah populasi
e = Errror level (tingkat kesalahan)
Adapun jumlah nelayan di Pulau Lakkang adalah sebanyak 166 orang.
Maka sampel penelitian adalah sebagai berikut :
1661 166. 0,1²
1662,66
62,40
35
Jadi, jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 62 orang nelayan.
F. Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka model analisis
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Penilaian Ekonomi
Nilai ekonomi total dari ekosistem hutan mangrove yang diteliti dirumuskan
sebagai berikut :
Dimana :
ML : Manfaat langsung
MTL : Manfaat tidak langsung
MP : Manfaat pilihan
MK : Manfaat keberadaan
MW : Manfaat warisan
Masing-masing nilai tersebut diidentifikasi berdasarkan seluruh manfaat
yang didapatkan pada ekosistem mangrove yang diteliti. Masing-masing nilai
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Manfaat Langsung atau Ditrect Use Value (DUV)
Rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai total manfaat langsung
yaitu sebagai berikut (Olfie, 2011) :
DUV = Σ DUVi
Dimana:
DUV = Direct use value
DUVi = Direct use value i
b. Manfaat tak langsung
1) Sebagai daerah nursery ground, feeding ground, dan spawning ground.
Nilai ekonomi dari daerah asuhan, daerah mencari makan, dan daerah
NET = ML + MTL + MP + MK + MW
36
pemijahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Luas lahan x US$
142,64 x Rupiah (Kusumastanto (2000) dalam Widiyanto et al (2013).
2) Manfaat tak langsung adalah nilai yang dirasakan secara tidak langsung
terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya dan lingkungan.
Manfaat tak langsung dari hutan mangrove diperoleh dari suatu ekosistem
secara tidak langsung seperti penahan erosi dan lain-lain. Manfaat tak
langsung mangrove sebagai penahan erosi dapat diketahui dari biaya
pembuatan tanggul beton di sepanjang tepian sungai.
c. Manfaat Pilihan
Nilai manfaat pilihan ini diperoleh dengan persamaan menurut
Ruitenbeek(1991) dalam Baso (2013) :
OV = US$15 per ha. x luas hutan mangrove
OV = option value
d. Manfaat Keberadaan
Manfaat tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut menurut Hamzah et al
(2005)dalam Baso (2013) :
/
Dimana :
ME = Manfaat eksistensi (keberadaan)
Mei = manfaat ekosistem dari responden ke-i
n = Jumlah responden
e. Manfaat Warisan
Nilai warisan diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh genesrasi kini
dengan menyediakan atau mewariskan sumber daya untuk generasi mendatang.
Nilai warisan ekonomi mangrove yang dimilki tidak dapat dinilai dengan
pendekatan nilai pasar. Oleh karena itu, nilai warisan dapat dihitung dengan
37
pendekatan perkiraan. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperkirakan
bahwa nilai warisan tidak kurang 10% dari nilai manfaat langsung mangrove
(Ruitenbeek 1992dalam Aco 2015).
2. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar (WTP) Masyarakat Terhadap Ekosistem Mangrove Di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.
Untuk mengetahui keinginan membayar masyarakat (WTP) dilakukan
analisis Regresi Linier Berganda. Adapun variabel yang diuji yaitu variabel usia
responden (X1), tingkat pendapatan responden (X2), tanggungan keluarga
responden (X3), tingkat pendidikan responden (X4). Untuk melihat faktor-faktor
yang memepengaruhi nilai WTP ini, digunakan software SPSS.
Adapun fungsi permintaan yang akan dipakai dibentuk dengan Regresi
Linier Berganda menurut Sudjana (2005) dalam Astuti (2016) adalah :
Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 + ε
Keterangan :
Y : Kesediaan untuk membayar (WTP)
X1 : Usia
X2 : Tingkat pendapatan responden
X3 : Tanggungan keluarga responden
X4 : Tingkat pendidikan responden
a0 : Konstanta
a1-a4 : Koefisien regresi
ε : error
G. Konsep Operasional
38
Guna tidak terjadinya kesalahan pemahaman tentang beberapa hal dalam
penelitian ini, maka penulis membuat batasan pengertian dalam konsep
operasional, berikut ini :
1. Valuasi (nilai) ekonomi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk memberikan
nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang diukur dengan rupiah (Rp).
2. Ekosistem adalah hubungan timbal balik atau interaksi antara organisme
dengan lingkungan abiotiknya atau tingkatan organisasi kehidupan yang
mencakup organisme dan lingkungan tak hidup, dimana kedua komponen
tersebut saling mempengaruhi dan berinteraksi.
3. Mangrove adalah varietas komunitas pantai tropis yang didominasi oleh
beberapa jenis pohon khas yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada
daerah pasang surut pantai berlumpur dan telah menyesuaikan diri dari
terapan ombak yang kuat dengan tingkat salinitas yang tinggi serta tanah yang
senantiasa digenangi air.
4. Ekosistem mangrove yang dimaksud pada penelitian ini adalah ekosistem
mangrove di sekitar pulau Lakkang dan dimanfaatkan oleh masyrakat sekitar.
5. Manfaat langsung (direct use value) adalah manfaat yang diperoleh secara
langsung dari keberadaan ekosistem mangrove.
6. Manfaat tak langsung (indirect use value) adalah manfaat yang diperoleh
secara tidak langsung dari keberadaan ekosistem mangrove, dalam penelitian
ini dilihat dari fungsi mangrove sebagai tempat mencari makan (feeding
ground) bagi hewan-hewan yang berada di sekitar mangrove, sebagai tempat
mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur dan memijah
(spawning ground) serta penahan erosi yang dinilai dari biaya pembuatan
tanggul beton di sepanjang tepian sungai.
7. Willingness To Pay (WTP) adalah jumlah maksimum yang mau dibayar oleh
masyarakat terhadap sumberdaya yang tersedia.
39
8. Contingent Valuation Method (CVM) merupakan suatu pendekatan yang
sering digunkaan untuk mengukur nilai pasif (nilai non pemanfaatan) sumber
daya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan. Teknik valuasi
ekonomi yang dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden
yang memanfaatkan sumber daya alam tentang kesediaan mereka membayar
terhadap barang dan jasa lingkungan serta kesediaan mereka menerima
konpensasi jika barang dan jasa lingkungan tersebut tidak dapat mereka
manfaatkan lagi.
9. Usia merupakan ukuran satuan waktu yang mengukur keberadaan suatu
benda atau makhluk hidup. Dalam penelitian ini, usia yang dimaksud adalah
usia nelayan yang dinyatakan dalam satuan tahun.
10. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh seseorang dari
aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk/jasa.
11. Jumlah tanggungan keluargaadalahorang yang menjadi sebuahtanggungandi
dalamkeluarga.
12. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama pendidikan formal
yang telah dicapai oleh nelayan. Dalam penelitian ini lama pendidikan diukur
dari tingkat sekolah dasar dan berdasarkan ukuran normal waktu tempuh
pendidikan.
13. Existence value (Nilai keberadaan) adalah penilaian yang diberikan dengan
terpeliharanya sumber daya alam dan lingkungan sebagai bentuk kepedulian
atas keberadaan sumberdaya sebagai objek.
14. Bequest value (Nilai warisan) adalah nilai yang diberikan oleh generasi kini
dengan menyediakan atau mewariskan (bequest) sumber daya untuk
generasi mendatang.
15. Option value (Nilai pilihan) adalah nilai pemeliharaan sumber daya sehingga
pilihan untuk memanfaatkan bagi masa yang akan datang tersedia.
40
16. Total economy value (Nilai ekonomi total) adalah penjumlahan dari nilai
manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat pilihan, manfaat warisan
dan manfaat keberadaan (Rp/tahun).
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum
Kota Makassar merupakan daerah daratan yang dipengaruhi oleh
ekosistem sungai, rawa, dan laut. Terletak di pantai barat Sulawesi Selatan atau
diantara koordinat (119 ͦ 18’ 28”- 119 ͦ 32’ 03”) bujur timur dan antara (050 03’ 18” –
050 13’ 6,5”) lintang selatan. Sebagian wilayahnya berupa gugusan pulau-pulau
kecil yang termasuk dalam kepulauan spermonde tersebar diantar titik koordinat
(1190 16’ 00” – 1190 22’ 00”) bujur timur dan antara (050 00’ 00” – 050 07’ 00”)
lintang selatan. Luas wilayah Kota Makassar seluruhnya adalah 17.577 Ha, yang
terdiri dari 17.437 Ha wilayah daratan dan 140 Ha wilayah kepulauan. Wilayah
Kota Makassar terdiri dari 14 (empat belas) wilayah kecamatan serta 142
kelurahan.
41
Kota Makassar berbatasan langsung dengan selat Makassar, mempunyai
garis pantai sepanjang 32 Km serta mencakup 11 pulau dengan luas keseluruhan
178.5 Ha atau 1.1% dari luas wilayah daratan. Dengan kondisi geografis yang
demikian, maka prospek pengembangan wilayah pesisir dan kepulauan dengan
melakukan eksplorasi terhadap potensi kelautan dan perikanan, harusnya sangat
kondusif bagi peningkayan investasi.
B. Letak Geografis dan Administrasi Daerah
Kelurahan Lakkang terletak di Kecamatan Tallo, Kota Makassar.Sulawesi
Selatan. Secara historis, daerah ini awalnya bernama Bonto Malangeree yang
penduduk aslinya merupakan pindahan dari Gowa. Sehingga daerah ini di kenal
sampai sekarang dengan daerah Lakkang yang dalam bahasa Makassar berarti
Pindah. Batas-batas administrasi kelurahan Lakkang sebagai berikut:
Sebelah utara : Kec. Tamalanrea (Kel. Kapasa dan Kel.
Parangloe)
Sebelah selatan : Kecamatan Panakukang (Kel. Pampang)
Sebelah barat : Kel. Rappokalling dan Kel. Parangloe
Sebelah timur : Kec. Tamalanrea (Kel. Tamalanrea Indah)
42
Gambar 2. Pulau Lakkang Sumber : GIS & Citra Goofle Earth
Sungai Tallo adalah sungai yang membelah kota Makassar. Sungai ini
bermuara di 2 kabupaten/kota antara Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, dan
bermuara di Selat Makassar. Sungai Tallo di Kota Makassar merupakan sebuah
sungai yang daerah muaranya sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut
dan pada bagian dasar sungai tersebut letaknya lebih dalam dari pada muka laut
sehingga mengakibatkan air asin dapat dijumpai di sepanjang kurang lebih 10 km.
Sungai Tallo bisa ditelusuri dari hulu sampai kehilir maka akan terlihat aliran sungai
yang berkelok-kelok dimana pada sisi kanan dan kiri ditumbuhi mangrove.
Pulau Lakkang secara administratif merupakan kawasan tersendiri, yaitu
Kelurahan Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan,
Indonesia. Terletak di muara Sungai Tallo di tengah Kota Makassar. Daratan
Lakkang disebut pulau karena diapit oleh Sungai Tallo dan Sungai Pampang.
Terbentuk karena endapan sedimen selama ratusan tahun. Daratan ini adalah
delta Sungai Tallo.
Delta sungai adalah endapan di muara sungai yang terletak di lautan
terbuka, pantai, atau danau, sebagai akibat dari berkurangnya laju aliran air saat
memasuki laut. Di delta Sungai Tallo ini banyak ditumbuhi pohon nipah (Nypa
fruticane). Dengan banyaknya pohon nipah ini menandakan bahwa jenis tanah di
daerah Delta Sungai Tallo merupakan lumpur dengan sedikit pasir. Selain itu
43
dengan adanya pohon nipah ini menandakan bahwa jenis airnya agak tawar
sehingga pengaruh air sungai lebih besar daripada air lautnya. Sungai Tallo
merupakan salah satu sungai besar di Makassar yang memiliki arus yang cukup
deras, tidak mengherankan lagi apabila keadaan air di muara Sungai Tallo
didominasi air tawar dibandingkan dengan air laut. Arus yang deras inilah yang
menyebabkan banyaknya material yang terbawa ke muara Sungai Tallo dan
mengendap menjadi delta Lakkang.
C. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan (land use) adalahsetiap bentuk campur tangan manusia
terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material
maupun spiritual (Vink 1975 dalam Widayanti 2011). Adapun tata guna lahan di
Pulau Lakkang disajikan dalam Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Tata Guna Lahan.
No Jenis Pengguanaan
Lahan Ha m2 Persentase
1 Pemukiman 30,38 303.800 18,41 2 Perkantoran 0,07 700 0,04 3 Pendidikan 0,24 2.400 0,15 4 Pustu 0,09 900 0,06 5 Peribadatan 0,075 750 0,04 6 TPU (Pemakaman) 0,5 5.000 0,30 7 Lapangan 0,395 3.950 0,24
8 Tambak dan Sawah 122 1.220.000 73,94
9 Hutan Mangrove 10 100.000 6,06 10 Kebun Campuran 1,25 12.500 0,76
Jumlah 165 1.650.000 100 Sumber : Data Sekunder Kelurahan Lakkang 2016
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo,
Kota Makassar memiliki luas wilayah 165 ha atau 1.650.000 m2 dengan luas lahan
mangrove 10 ha atau 100.000 m2 (6,06%). Jenis tumbuhan khas bantaran sungai
yang terdapat pada sekitar Pulau Lakkang ini adalah tumbuhan Nipa (Nypa
fruticans) serta tumbuhan Bakau (Rhizophora conyugata). Pohon Nipa (Nypa
44
fruticans) dapat kita lihat secara kasat mata mendominasi pada bantaran sungai
Tallo mulai dari jembatan sungai Tallo sampai Pulau Lakkang. Tanaman nipa ini
tumbuh dengan baik sehingga membentuk hutan nipa yang memberi dampak
positif bagi ekologi sungai Tallo maupun kota Makassar. Selain sebagai
penyangga, hutan bakau ini merupakan ruang terbuka hijau kota Makassar dan
memberikan udara yang sejuk bagi kawasan sekitar.
D. Keadaan Demografi
1. Komposisi Penduduk
Penduduk adalah sejumlah orang yang mendiami suatu wilayah. Mereka
menetap dan membangun kebudayaan (adat istiadat) sebagai hasil interaksi
kehidupan sehari-hari. Masyarakat Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota
Makassar tidak hanya terdiri satu suku saja, nmaun terdiri dari berbagai suku
diantaranya suku Bugis dan suku Makassar. Adanya perbedaan suku ini terjadi
karena adanya penduduk urbanisasi, pernikahan, khususnya Sulawesi Selatan
yaitu Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.
Berdasarkan data yang diperolah dari pemerintah setempat menunjukkan
bahwa jumlah penduduk Pulau Lakkang, Kecamtan Tallo, Kota Makassar seacara
keseluruhan dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin.
No Jenis Kelamin Total Peresentase
1 Laki-laki 438 48,4 2 Perempuan 467 51,6
Jumlah 905 100 Sumber: Data Sekunder Kelurahan Lakkang 2016
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui di Pulau Lakkang jumlah penduduk
sebanyak 905 jiwa dimana komposisi penduduk lebih didominasi oleh perempuan
yaitu 51,6 % atau 467 jiwa dari total keseluruhan penduduk.
Tabel 3. Kualifikasi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia. No Uraian Jenis Kelamin Jumlah Presentase
45
(Tahun) Laki-laki Perempuan (Jiwa) 1 0-9 39 41 80 8,8 2 10-19 66 59 125 13,8 3 20-29 41 45 86 9,5 4 30-39 122 114 236 26,1 5 40-49 80 93 173 19,1 6 50≤ 90 115 205 22,7
Jumlah 438 467 905 100 Sumber : Data Sekunder Kelurahan Lakkang 2016
Dari Tabel 3 dapat dilihat pulau Lakkang didominasi oleh penduduk usia
30-39 tahun atau sebanyak 236 jiwa. Ini berarti kualifikasi penduduk di Pulau
Lakkang lebih banyak pada usia angkatan kerja dan yang paling rendah berada
pada usia 0-5 tahun yaitu sebanyak 80 jiwa.
Tabel 4. Penduduk Menurut Mata Pencaharian.
No Uraian Total Persentase
1 Petani/Nelayan 166 18,30 2 Jualan/dagangan 38 4,20 3 Mahasiswa/pelajar 230 24,40 4 Buruh Harian 79 8,70 5 PNS/Polri/TNI 7 0,80
Lanjutan Tabel 4. Penduduk Menurut Mata Pencaharian. No Uraian Total Persentase
6 Karyawan/ Pegawai
swasta 31 4,30
7 Anak-anak/tidak
bekerja 330 36,60
8 Dan lain-lain 24 2,70 Jumlah 905 100
Sumber : Data Sekunder Kelurahan Lakkang 2016
Penduduk Pulau Lakkang memiliki profesi yang beragam seperti yang
ditunjukan pada Tabel 4. Jumlah penduduk yag bekerja lebih banyak pada profesi
mahasiswa/pelajar yaitu 230 jiwa atau 24,4 %, kemudian profesi petani/nelayan
166 jiwa atau 18,3 %. Di Pulau Lakkang sebanyak 330 jiwa penduduk yang tidak
memiliki pekerjaan baik pada usia angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja,
dengan demikian jumlah pengangguran di Pulau Lakkang masih tergolong tinggi.
Tabel 5. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan. NO Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase 1 DO/ Belum Sekolah 263 29,10
46
2 SD 357 39,40 3 SMP 125 13,80 4 SMA 140 15,50 5 DIPLOMA (I, II, III) 13 1,40 6 Sarjana 7 0,80
Total 905 100 Sumber : Data Sekunder Kelurahan Lakkang 2016
Dari Tabel 5 diketahui 39,4 % atau sebanyak 357 penduduk di Pulau
Lakkang berada pada tingkat pendidikan sekolah dasar dan hanya 13,8 % atau
sebanyak 125 jiwa penduduk yang pendidikan terakhirnya adalah SMP. Pada
tingkat pendidikan terakhir SMA tercatat 15,5 % atau 140 jiwa sementara pada
tingkat diploma sebanyak 1,4 % atau 13 jiwa serta tingkat sarjana sebanyak 0,8%
atau 7 jiwa. Penduduk Pulau Lakkang dalam kategori DO/belum sekolah adalah
29,1 % atau sebanyak 263 jiwa dari jumlah keseluruhan penduduk.
E. Keadaan Sosial Budaya
Pulau Lakkang merupakan wilayah dengan penduduk penganut agama
islam sehingga tidak ditemukan sarana ibadah lain selain bangunan masjid. Hal ini
dapat dilihat dari adanya kegiatan pengajian, kegiatan yang diadakan adalah :
Memperingati hari-hari besar seperti Maulid Nabi Muhammad SAW dan
Isra’ al Miraj’ Nabi Muhammad SAW.
Pengajian umum dan arisan rutin dilaksanakan oleh ibu-ibu setiap bulan
sekali.
Pengajian TPQ remaja yang dilaksanakan setiap hari di masjid.
Sebagian penduduk Pulau Lakkang masih memegang nilai-nilai
kebersamaan dan gotong royong, budaya siri na pacce masih berlaku dan
dipegang teguh. Secara umum kegiatan pembangunan dilaksanakan dengan
kerjasama dalam nuansa kekeluargaan. Partisipasi masyarakat masih terlihat
47
sangat tinggi.Namun seiring perkembangan zaman, budaya tradisional
kedaerahan mulai terlupakan. Tradisi mappadendang dan mappalili bukan lagi
menjadi kebiasaan penduduk di Pulau Lakkang pada masa tanam dan panen padi.
F. Sarana dan Prasarana
a) Sarana
Tabel 6. Transportasi Darat dan Laut.
No Jenis Jumlah
Unit Ket.
1 Motor (roda dua) 113 - 2 Katinting 118 4 s/d 6,5 PK 3 Mobil 1 - 4 Perahu Pincara 12 - 5 Motor Fokuda 1 -
Sumber : Data Sekunder Kelurahan Lakkang 2016
Pada Tabel 6 diketahui jenis sarana transportasi di Pulau Lakkang terdiri
atas transportasi darat dan laut. Perahu pincara merupakan transportasi laut
utama yang digunakan untuk membawa penduduk menyebrang pulau.
b) Prasarana
Tabel 7. Jumlah Prasarana. No Jenis Jumlah 1 Sekolah Dasar 1 2 SLTP 1 3 Pustu 1 4 Posyandu 1 5 Lapangan Olahraga 4 6 Ibadah 2 7 TPU/Pemakaman 2
Sumber : Data Sekunder Kelurahan Lakkang 2016
Berdasarkan Tabel 7 pulau Lakkang telah memiliki berbagai jenis fasilitas
yang telah tersedia guna melaksanakan aktifitas sosial penduduknya. Pulau
Lakkang terdiri atas dua sarana pendidikan yaitu, sekolah dasar dan SLTP, sarana
kesehatan seperti PUSTU dan Posyandu, sarana Olahraga seperti lapangan
takraw, sepak bola, Volly, bulu tangkis dan sarana ibadah.
G. Karakteristik Responden
48
Responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah masyarakat
nelayan Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar. Dalam hal
inimemanfaatkan hutan mangrove dan sekitarnya diantaranya menangkap ikan,
kepiting, mengambil lidi daun nypa, danatap rumah.
Jumlah responden sebanyak 62 orang nelayan. Berikut ini akan dijelaskan
identitas dari responden seperti tingkat umur, tingkat pendidikan, dan jumlah
tanggungan keluarganya.
1. Tingkat Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat memperlihatkan
produktivitas seseorang, karena faktor umur biasanya berbanding lurus dengan
kemampuan fisik dan kesehatan mental spritual seseorang untuk melakukan
suatu kegiatan.
Tabel 8. Data Klasifikasi Umur Responden. NO Umur (Tahun) Jumlah Responden Presentase 1 21-30 1 1,62 2 31-40 13 20,97 3 41-50 24 38,71 4 51-60 19 30,65 5 >60 5 8,05
Total 62 100 % Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2017
Tabel 8 menunjukkan, responden yang mempunyai golongan umur
terbanyak adalah antara 41-50 Tahun dengan jumlah 24 orang atau (38,71%),
kemudian umur antara 51-60 Tahun sebanyak 19 orang atau (30,65%), umur 31-
40 Tahun sebanyak 13 orang atau (20,97%), umur >61 Tahun sebanyak 5 orang
atau (8,05%), dan umur 21-30 Tahun sebanyak 1 orang atau (1,62%).
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu produktivitas kerja
seseorang yang digunakan sebagai indikator untuk melihat kualitas sumberdaya
manusia. Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 9 berikut :
49
Tabel 9. Data Tingkat Pendidikan Responden. NO Jumlah Responden Tingkat Pendidikan Presentase 1 33 Tamat SD 53,00 2 13 Tamat SMP 21,48 3 16 Tamat SMA 25,52
Total 62 100 Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2017
Klasifikasi pendidikan responden berdasarkan Tabel 9menunujukkan
bahwa tingkat pendidikan responden masih tergolong rendah yaitu 33 orang
(53,00%) berpendidikan tamat SD, 16 orang tamat SMA atau (25,52%), dan 13
orang atau (21,48%) berpendidikan tamat SMP. Rendahnya tingkat pendidikan
responden dapat berdampak terhadap tingkat kreativitas yang akhirnya dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat.
3. Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota keluarga yang biaya
hidupnya ditanggung oleh kepala keluarga yang terdiri atas nelayan responden itu
sendiri sebagai kepala keluarga, istri, anak-anak, dan tanggungan lain yang tinggal
seatap dan sedapur. Tabel 10 berikut memperlihatkan jumlah tanggungan
keluarga responden :
Tabel 10. Data Tanggungan Keluarga Responden. No Tanggungan (orang) Jumlah Responden Presentase 1 2 4 6,44 2 3 15 23,70 3 4 22 35,50 4 5 12 20,00 5 6 4 6,44 6 7 4 6,44 7 8 1 1,66
Total 62 100 Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2017
Berdasarkan Tabel 10menunjukkan, sebesar 22 responden (35,50%)
memiliki tanggungan sebanyak 4 orang, 15 responden (23,70%) memiliki
tanggungan 3 orang, 12 responden (20,00%) memiliki tanggungan 5 orang, 4
responden (6,44%) memiliki tanggungan 2 orang, 4 responden (6,44%) memiliki
50
tanggungan 6 orang, 4 responden (6,44%) memiliki tanggungan 7 orang, dan 1
responden (1,66%) memiliki tanggungan 8 orang.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penilaian Manfaat Ekonomi Ekosistem Mangrove
Penilaian manfaat ekonomi ekosistem mangrove tersebut terdiri dari nilai
atas dasar penggunaan langsung (direct value), nilai penggunaan tidak langsung
(indirect use value), nilai atas dasar pilihan penggunaan (option value), dan nilai
yang diwariskan (bequest value), nilai atas dasar warisan dari generasi
sebelumnya (bequest value) dan nilai karena keberadaannya (existence value).
1. Manfaat Langsung
Manfaat langsung atau Direct Use Value (DUV) adalah manfaat yang dapat
diperoleh dari ekosistem mangrove secara langsung baik berupa penangkapan,
penelitian maupun wisata (rekreasi). Rumus yang digunakan untuk mendapatkan
nilai total manfaat langsung yaitu sebagai berikut (Olfie, 2011) :
DUV = Σ DUVi
Dimana:
DUV = Direct use value
DUVi = Direct use value i
51
Pengukuran manfaat langsung dilakukan dengan pendekatan nilai pasar
guna mengkuantifikasikan harga berbagai barang yang diperoleh. Proses
perhitungan nilai manfaat langsung ekosistem mangrove dilakukan dengan
mengalikan rata-rata pendapatan bersih dengan jumlah populasi. Pendapatan
bersih diperoleh dari selisih antara total pendapatan kotor dengan total biaya yang
digunakan untuk mendapatkan sumberdaya tersebut. Total pendapatan kotor
diperoleh dari hasil produksi dikalikan dengan harga.
a) Manfaat Langsung Ikan
Manfaat langsung ikan di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar
dapat dilihat pada Tabel 11 berikut :
Tabel 11. Manfaat Langsung Ikan.
Ikan Tangkapan/Kg/thn
Harga/ Kg (Rp)
Pendapatan Kotor (Rp)
Total Biaya/Thn
(Rp)
Total Pendapatan Bersih (Rp)
Jumlah 30.240 420.000 604.800.000 320.943.333 283.856.667 Rata-rata
1.440 20.000 28.800.000 15.283.016 13.516.984
Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2017
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui jumlah tangkapan sebanyak
30.240/kg/tahun dengan rata-rata sebesar 1.440/kg/tahun. Dengan harga jual per
Kgsebesar Rp.20.000/Kg. Berdasarkan nilai tersebut diperoleh nilai ekonomi ikan
sebesar Rp.283.856.667,-/tahun.
b) Manfaat Langsung Kepiting
Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan jenis krustasea berkaki sepuluh
dengan karapas sedikit berwarna kehijauan, pada kiri-kanannya terdapat sembilan
buah duri-duri tajam, dan pada bagian depannya diantara tangkai mata terdapat
enam buah duri, sapit kanannya lebih besar dari sapit kiri dengan warna
52
kemerahan pada kedua ujungnya, mempunyai tiga pasang kaki pejalan dan satu
kaki perenang yang terdapat pada ujung abdomen dengan bagian ujungnya
dilengkapi dengan alat pendayung yang hidup di dalam ekosistem
mangrove.Masyarakat menangkap kepiting menggunakan alat tangkap bubu,
yang dilakukan pada bulan tertentu yaitu bulan Agustus – Oktober dan dilakukan
setiap hari. Adapun manfaat langsungnya dapat dilihat pada Tabel 12 berikut :
Tabel 12. Manfaat Langsung Kepiting.
Kepiting
Tangkapan/kg/tahun
Harga/Kg (Rp)
Pendapatan Kotor (Rp)
Total Biaya /Tahun (Rp)
Total Pendapatan Bersih (Rp)
Jumlah
8550 525.000 213.750.000 132.965.000 80.785.000
Rata-rata
407,1429 25.000 10.178.571 6.331.666,7 3.846.905
Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2017
Berdasarkan Tabel 12menunjukkan bahwa jumlah hasil tangkapan
kepitingberkisar antara 3 – 5 kg per trip/hari, berkisar antara 90 – 150 kg/bulan,
jika di hitung antara bulan agustus-oktober maka jumlah tangkapan mencapai 270-
450 kg dengan harga jual Rp.25.000/kg. Jumlah hasil tangkapan mencapai
8550/Kg/tahun dengan rata-rata 407,1429/Kg/tahun.Ukuran 1 kg sama dengan 3
– 5 ekor dengan ukuran bervariasi, 1 kg = 3 ekor ukuran besar ditambah 1 ekor
ukuran sedang atau 3 ekor ukuran sedang ditambah 2 ekor ukuran besar.
Sedangkan yang kecil masyarakat tidak menjualnya melainkan dikonsumsi untuk
kebutuhan sehari-hari. Penjualan kepiting biasanya ditawarkan kepada tetangga
yang tidak menangkap, masyarakat juga menjualnya kepada pengumpul dan tidak
menjualnya ke pasar. Berdasarkan nilai tersebut, maka diperoleh nilai ekonomi
kepiting sebesar Rp.80.785.000,-/tahun.
53
c) Manfaat Langsung Udang (Penaeus monodon)
Udang bakau (Penaeus monodon) merupakan jenis krustasea yang terdiri
dari dua bagian tubuh yaitu bagian kepala-dada (cepholothorax) serta bagian perut
(abdomen) dan terdapat ekor dibagian belakangnya. Semua bagian tubuh beserta
anggota-anggotanya terdiri dari ruas-ruas (segmen. Bagian kepala-dada terdiri
dari 13 ruas yaitu kepala 5 ruas, dada 8 ruas, sedangkan bagian perut terdiri dari
6 ruas.
Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala (carapace), bagian depan
meruncing dan melengkung disebut dengan rostrum. Pada bagian atas rostrum
terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi. Memiliki sepasang mata majemuk,
mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang kuat,
sepasang sungut besar, dua pasang sungut kecil, sepasang sirip kepala, dan lima
pasang kaki jalan. Bagian perut tertutup oleh 6 ruas yang satu sama lainnya
dihubungkan oleh selaput tipis. Ada 5 pasang kaki renang (pleopoda) yang
melekat pada ruas pertama sampai ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam
menjadi ekor kipas (uropoda). Diantara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing
pada bagian ujungnya disebut dengan telson.
Udang ini memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi sehingga diburu dan
ditangkap oleh masyarakat yang berada di Pulau Lakkang dengan menggunakan
alat tangkap sederhana yaitu bubu. Masyarakat menangkap udang pada bulan
tertentu, yaitu bulan Agustus – Oktober dan dilakukan setiap hari. Adapun manfaat
langsungnya dapat dilihat pada Tabel 14 berikut :
Tabel 14. Manfaat Langsung Udang(Penaeus monodon).
Udang
Tangkapan/kg/tahun
Harga/Kg (Rp)
Pendapatan Kotor (Rp)
Total Biaya /Tahun (Rp)
Total Pendapatan Bersih (Rp)
Jumlah
7020 630.000 245.700.000 111.830.000 133.870.000
Rata -rata
390 35.000 13.650.000 6.212.777,8 7.437.222,2
54
Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 14 Udang bakau (Penaeus monodon) dijual dengan
harga Rp 35.000,00/Kg. Penjualan udang biasanya ditawarkan kepada tetangga
yang tidak menangkap, masyarakat juga menjualnya kepada pengumpul dan tidak
menjualnya ke pasar. Berdasarkan nilai tersebut, maka diperoleh nilai ekonomi
udang sebesar Rp 133.870.000,-/tahun.
d) Manfaat Langsung Daun Nipah (Nypa fructicane)
Zona nipah (Nypa fructicane) terletak paling jauh dari laut atau paling dekat
ke arah darat. Zona ini mengandung air dengan salinitas rendah dibandingkan
zona lainnya, tanahnya keras, kurang dipengaruhi pasang surut, dan kebanyakan
berada di tep-tepi sungai dekat laut. Nipah (Nypa fructicane) ini biasa di sebut oleh
masyarakat Pulau Lakkang dengan sebutan pohon “bakkoang”. Nipah (Nypa
fructicane) telah dimanfaatkan sejak lama oleh masyarakat, khusus daunnya yang
dijadikan atap rumah. Namun seiring perkembangan zaman, masyarakat yang
memanfaatkan daun nipah semakin berkurang. Adapun manfaat langsung dari
daun nipah (Nypa fructicane) dapat dilihat pada Tabel 13 berikut :
Tabel 13. Manfaat Langsung Daun Nipah (Nypa fructicane). Nipah
Jumlah Ikat/tahu
n
Harga/Ikat (Rp)
Pendapatan Kotor (Rp)
Total Biaya/Tahun
(Rp)
Total Pendapatan Bersih (Rp)
Jumlah
1260 5.000 3.150.000 2.500.000 650.000
Rata –rata
630 2.500 1.575.000 1.250.000 325.000
Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2017
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, masyarakat yang
memanfaatkan daun nipah hanya berjumlah dua orang. Daun nipah merupakan
salah satu alternatif atap yang dimanfaatkan masyarakat dalam menggantikan
fungsi seng. Kegiatan pengumpulan daun nipah ini merupakan pekerjaan
55
sampingan yang dilakukan hanya 2 bulan dalam setahun. Setiap kali pengumpulan
daun nipah, masyarakat mampu mengumpulkan sekitar 10-12 ikat dengan
panjang 130 cm/ikatseharga Rp 2.500,00/ikat. Penjualan atap nipah biasanya
dilakukan di depan rumah atau membawanya ke pengumpul yang berada di Desa
Kera-Kera. Daun nipah biasa digunakan oleh masyarakat Pulau Lakkang sebagai
atap rumah, atap kandang ayam, maupun atap rumah-rumah sawah.Menurut
salah satu responden, atap nipah mampu bertahan sekitar 2 – 3 tahun lalu
kemudian diganti dengan atap nipah yang baru. Berdasarkan nilai tersebut, maka
diperoleh nilai ekonomi daun nipah sebesar Rp. 650,000,-/tahun.
Nilai Ekonomi Total Manfaat Langsung
Total ekonomi manfaat langsung ekosistem mangrove di Pulau Lakkang,
Kecamatan Tallo, Kota Makassar merupakan hasil penjumlahan dari keempat
jenis manfaat langsung yang ada.
DUV = Σ DUVi (Olfie, 2011)
Dimana:
DUV = Direct use value
DUV1 = Direct use value ikan
DUV2 = Direct use value kepiting
DUV3 = Direct use value daun nipah
DUV4 = Direct use value udang
Secara rinci akan disajikan pada tabel berikut :
Tabel 15. Total Nilai Manfaat Langsung Ekosistem Mangrove di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.
No Jenis Manfaat Langsung Nilai
(Rp/Tahun) Nilai
(Rp/ha/Tahun) Persentase
1 Manfaat Langsung ikan 283.856.667 28.385.667 59,49
2 Manfaat langsung Kepiting 80.785.000 8.078.500 15,19
3 Manfaat Langsung Daun
Nipah 650.000 65.000 0,14
4 Manfaat Langsung Udang 133.870.000 13.387.000 25,18
56
Total Nilai Manfaat Langsung 499.161.667 49.916.167 100 Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2017
Pada Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa total manfaat langsung ikan
ialah Rp. 283.856.667,-/tahun (59,49%), total manfaat langsung kepiting sebesar
Rp. 80.785.000,-/tahun (15,19%), total manfaat langsung daun nipah sebesar Rp.
650.000 (0,14%), dan total manfaat langsung udang sebesar Rp.133.870.000,-
/tahun (25,18%). Jadi, total nilai manfaat langsung ekosistem mangrove di Pulau
Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar sebesar Rp.499.161.667,-/tahun atau
Rp. 49.916.167,-ha/tahun.
2. Manfaat Tidak Langsung
1) Nursery Ground, Feeding Ground, dan Spawning Ground
Nilai ekonomi dari daerah asuhan, daerah mencari makan, dan daerah
pemijahan menurut Kusumastanto (2000) dalam Widiyanto et al (2013) dapat
dihitung dengan rumus :
Luas lahan x US$ 142,64 x Rupiah
10 x 142.64 x 13.232 = Rp 18.874.125,-/tahun
Nilai ekonomi dari pemanfaatan sebagai daerah nursery ground, feeding
ground, dan spawning ground mangrove sebesar Rp18.874.125,-/ tahun.
2) Penahan Erosi dan Pelindung Tambak Fungsi dan peranan eksositem mangrove sebagai penahan erosi tanah
sangatlah penting untuk menjaga wilayah Pulau Lakkang dari pengkikisan tanah.
Air sungai yang menggerus pinggiran sungai secara terus menerus tanpa
penghalang akan mengakibatkan terjadinya erosi tanah dan tambak akan rusak
sehingga volume luas daratan dapat berkurang secara drastis. Nilai manfaat tidak
langsung secara alami tidak dapat diukur dengan nilai pasar (marketable)
sehingga untuk mengukur nilai tersebut dilakukan pengukuran secara fisik dengan
pendekatan biaya pembuatan tanggul sungai.
57
Pembuatan tanggul sungai memerlukan bahan-bahan diantaranya adalah
semen, batu kali, pasir, dan besi beton. Biaya yang dialokasikan untuk
membangun tanggul sungai di Pulau Lakkang, Keacamatan Tallo, Kota Makassar
diperkirakan sebesar Rp. 1.029.000,-. Adapun rata-rata tinggi tanggul yaitu 3
meter, lebar tanggul 0,5 meter, panjang tanggul 10.000 meter dan daya tahan
tanggul 10 tahun. Secara rinci perkiraan perhitungan pembangunan tanggul di
Pulau Lakkang seabagai berikut:
Nilai Manfaat Tidak Langsung = 15.000 m2 x Rp. 1.029.000
=Rp. 15.435.000.000,- atau
= Rp. 1.543.000.000,-/tahun
Dengan demikian biaya dan manfaat ekosistem hutan mangrove sebagai
penahan erosi di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar yaitu sebesar
Rp. 15.435.000.000,-/tahun.
Berdasarkan hasil kuantifikasi terhadap manfaat tidak langsung (daerah
nursery ground, feeding ground, dan spawning ground, sertapenahan erosi
tanah/pengikisan tanah) ekosistem hutan mangrove di Pulau Lakkang, Kecamatan
Tallo, Kota Makassar, maka didapatkan total nilai manfaat tidak langsung secara
keseluruhan sebesar Rp18.874.125,- + Rp. 15.435.000.000,-
= Rp. 15.453.874.125,-/tahun.
3) Manfaat Pilihan
Nilai pilihan ekosistem mangrove di Pulau Lakkang didekati dengan
manfaat keanekaragaman hayati (biodiversity). Nilai mata uang rupiah per dollar
sebesar Rp. 13.232memperhitungkan nilai keanekaragaman hayati (biodiversity)
dari mangrove, menngunakan benefit transfer. Diasumsikan nilai pilihan = nilai
keankearagaman hayati hutan mangrove di Pulau Lakkang sebesar US$ x 15 per
ha tahun (Ruitenbeek 1992dalam Wahyuni et al 2014). Nilai pilihan = nilai
keanekaragaman (biodiversity) x nilai kurs rupiah terhadap dollar saat penelitian
58
(harga beli $ = Rp. 13.232) maka nilai pilihan (US$ 15 per ha per tahun x Rp.
13.232 per US$ = Rp 198.480 per ha per tahun) diketahui luas tahun mangrove 10
ha maka nilai manfaat pilihan per ha per tahun = Rp 198.480 per ha per tahun x
10 ha = Rp.1.984.800 / tahun.
4) Nilai Keberadaan
Dengan pendekatan dan metode yang sama dengan nilai warisan, namun
keinginan membayar yang dimaksud adalah keinginan membayar masyarakat
untuk terpeliharanya ekosistem mangrove yang ada di lingkungannya. Maka nilai
keberadaan dapat ditentukan menggunakan teknik valuasi pada survey sehingga
WTP diperoleh dengan menggunakan teknik CVM. Nilai keberadaan ekosistem
mangrove dapat dilihat pada Tabel 16 berikut :
Tabel 16. Manfaat Keberadaan Hutan Mangrove.
No WTP (Rp) Jumlah Responden
Jumlah WTP (Rp)
1 1.000.000 12 22.000.000 2 5.000.000 34 170.000.000 3 10.000.000 16 160.000.000
Jumlah 62 352.000.000 Rata-rata 5.677.419
Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2017
Tabel 16 menunjukkan bahwa keinginan membayar masyarakat (WTP)
sebanyak 12 orang sebesar Rp. 1.000.000,-, sebanyak 34 orang sebesar
Rp.5.000.000,-, dan sebanyak 16 orang sebesar Rp. 10.000.000.-. Maka diperoleh
nilai manfaat keberadaan sebesar Rp. 352.000.000,- per ha per tahun.
5) Manfaat Warisan
Ekosistem mangrove sebagai warisan mempunyai nilai yang sangat tinggi.
Nilai warisan ekosistem mangrove yang dimiliki tidak dapat dinilai dengan
59
pendekatan nilai pasar. Oleh karena itu, nilai warisan dapat dihitung dengan
pendekatan perkiraan. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperkirakan
bahwa nilai warisan tidak kurang 10% dari nilai manfaat langsung mangrove
(Ruitenbeek 1992 dalam Whayuni et al 2014). Dengan demikian, sehubungan
dengan telah diketahuinya total nilai manfaat langsung dari ekosistem mangrove,
maka nilai warisan mangrove di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar
adalah 10% x Rp. 531.561.667,- = Rp.53.156.167,-/tahun.
B. Nilai Ekonomi Total (Total economic Value/TEV) Ekosistem Mangrove
di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.
Dari hasil penilaian yang telah dilakukan, ekosistem mangrove di Pulau
Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar memiliki beberapa nilai manfaat yaitu
manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat pilihan, manfaat keberadaan,
dan manfaat warisan. Manfaat langsung meliputi manfaat langsung ikan, manfaat
langsung kepiting bakau (Scylla serrata), manfaat langsung daun nipah (Nypa
fructicane), dan manfaat langsung udang (Penaeus monodon). Manfaat tidak
langsung dari fungsi ekosistem mangrove sebagai pelindung erosi tanah dengan
pendekatan biaya. Manfaat pilihan yang didapatkan dari identifikasi nilai
keanekaragaman hayati (biodervisty) eksositem mangrove. Adapun manfaat lain
adalah keberadaan ekosistem mangrove yang didapatkan dari nilai kerelaan
membayar responden/masyarakat (WTP), serta manfaat warisan yang
diperkirakan tidak kurang 10% dari manfaat langsung mangrove.
Nilai ekonomi total (Total Economic Value/TEV) didasarkan pada hasil
identifikasi seluruh jenis manfaat dari ekosistem mangrove di Pulau Lakkang,
Kecamatan Tallo, Kota Makassar, kemudian dilakukan perhitungan terhadap
seluruh nilai manfaat tersebut. Rekapitulasi seluruh hasil estimasi nilai manfaat
ekosistem mangrove disajikan pada Tabel 17 berikut :
60
Tabel 17. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Mangrove Seluas 10 Ha di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.
No Jenis Manfaat Nilai (Rp/Tahun)Nilai
(Rp/ha/tahun) (%)
A. Manfaat Langsung
27,03
1 Manfaat langsung ikan 283.856.667 28.385.667
2 Manfaat langsung kepiting
80.785.000 8.078.500
3 Manfaat langsung daun nipah
650.000 65.000
4 Manfaat langsung udang 133.870.000 13.387.000
Total Manfaat Langsung 499.161.667 49.916.167
Lanjutan Tabel 17. Nilai Ekonomi Total
No Jenis Manfaat Nilai (Rp/Tahun)Nilai
(Rp/ha/tahun) (%)
B. Manfaat Tidak Langsung
52,431
Nursery Ground, Feeding Ground, dan Spawning Ground
18.874.125 1.887.412
2 Pembuatan tanggul 15.435.000.000 1.543.500.000
Total Manfaat tidak langsung
15.453.874.125 1.545.387.412
C. Manfaat Pilihan 1.984.800 198.480 0,01
D. Manfaat Keberdaan 352.000.000 35.200.000 19,18
E. Manfaat Warisan 53.156.167 5.315.616,7 1,35 TOTAL NILAI EKONOMI 16.379.050.884 1.637.905.088 100
Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2017
Hasil tabel 17 menunjukkan Nilai Ekonomi Total ekosistem mangrove di
Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar dengan luas 10 hektar adalah
Rp.101.215.176.759,-/tahun atau Rp.10.121.517.676,-/ha/tahun.Manfaat
langsung ekosistem mangrove di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota
Makassar sebesar Rp. 499.161.667,-/tahun atau Rp.49.916.167,-
/ha/tahun.Manfaat tidak langsung ekosistem mangrove di Pulau Lakkang,
Kecamatan Tallo, Kota Makassar memberikan konstribusi adalah sebesar
Rp.100.308.874.125,-/tahunatau Rp.10.030.887.413,-/ha/tahun. Dengan hasil
yang diperoleh mengindikasikan bahwa masyarakat sangat bergantung pada
potensi ekosistem mangrove dan sudah memahami fungsi serta peranan
61
mangrove sebagai penahan erosi tanah. Manfaat pilihan ekosistem mangrove
sebesar Rp.1.984.800,-/tahun atau Rp. 198.480,-/ha/tahun, manfaat keberadaan
Rp. 352.000.000,-/tahun atau Rp. 35.200.000,-/ha/tahun, dan manfaat warisan
sebesar Rp. 53.156.167,-/tahun atau Rp.5.315.616,7,-/ha/tahun.
Nilai masing-masing manfaat ekositem mangrove memiliki peran yang
sangat penting bagi lingkungan. Nilai ekonomi manfaat langsung mangrove
mengindikasikan bahwa masyarakat di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota
Makassar telah menyadari apabila kerusakan terjadi pada ekosistem mangrove
maka secara tidak langsung akan berbanding lurus dengan penurunan
pendapatan mereka yang juga akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan
mereka.
Untuk manfaat warisan, manfaat keberadaan, dan manfaat pilihan apabila
digabungkan, maka memiliki nilai yang sangat besar. Besar nilai manfaat yang
diperoleh pada penelitian ini dapat saja berubah pada masa mendatang karena
tergantung adanya perubahan jenis pemanfaatan.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar (WTP) masyarakat terhadap Ekosistem Mangrove di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.
Analisis kontingensi valuasi bertujuan untuk mengetahui faktor yang
berpengaruh terhadap pelestarian ekosistem mangrove di Pulau Lakkang,
Kecamatan Tallo, Kota Makassar. Secara deskriptif akan digali persepsi
masyarakat nelayan tentang keberadaan hutan mangrove serta manfaat ekonomi
yang mereka rasakan dengan adanya ekosistem mangrove tersebut. Untuk
mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap kemauan membayar masyarakat
digunakan analisisRegresi Linier Berganda.
Analisis Regresi Linier Bergandaadalah hubungan secara linear antara dua
atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y).
62
Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen, mengetahui masing-masing variabel
independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari
variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan. Adapun variabel yang dikaji dalam penelitian ini yaitu, variabel usia
responden (X1), tingkat pendapatan responden (X2), tanggungan keluarga (X3),
dan tingkat pendidikan responden (X4). Untuk melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai WTP ini, digunakan softwareSPSS versi 20.
Hasil analisis Regresi Linier Bergandamenunjukkan bahwa nilai
keberadaan ekosistem mangrove di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota
Makassar berdasarkan kerelaan membayar masyarakat diperoleh persamaan
Regresi Linier Bergandasebagai berikut :
WTP (Y) = 9,210 – 0,202 (X1) + 3,554 (X2) – 0,374 (X3) – 2,733 (X4)
Untuk mengetahui besarnya nilai koefisien dari masing-masing variabel
bebas, dalam hal ini usia responden (X1), tingkat pendapatan responden (X2),
tanggungan keluarga (X3), dan tingkat pendidikan responden (X4) dapat dilihat
pada besarnya nilai koefisien regresinya (b1, b2, b3, b4). Untuk informasi lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8.
Dari hasil uji terdapat variabel memiliki nilai koefisien negatif yaitu :
1. Variabel Usia Responden (X1)
Variabel usia responden memiliki nilai koefisien sebesar -0,202, artinya
setiap peningkatan 1 tahun usia responden maka jumlah keinginan untuk
membayar akan mengalami penurunan sebesar 0,202 dengan asumsi bahwa
variabel lain konstan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hamzah (2015) bahwa
apabila usia responden meningkat maka keinginan untuk membayar akan
menurun.
2. Variabel Jumlah Tanggungan (X3)
63
Variabel jumlah tanggungan memiliki nilai koefisien sebesar -0,374, artinya
setiap peningkatan 1 orang jumlah tanggungan maka keinginan untuk membayar
akan menurun sebesar 0,374 dengan asumsi bahwa variabel lain konstan. Hal ini
sesuai dengan penelitian Aco (2015) bahwa apabila jumlah tanggungan meningkat
maka keinginan untuk membayar akan menurun.
3. Variabel Tingkat Pendidikan (X4)
Variabel tingkat pendidikan memiliki nilai koefisien sebesar -2,733, yang
berarti bahwa setiap peningkatan 1 jenjang pendidikan maka keinginan untuk
membayar akan berkurang sebesar 2,733 dengan asumsi bahwa variabel lain
konstan. Hal ini sesuai dengan penelitian Aco (2015) dimana hasil koefisien regresi
variabel tingkat pendidikan juga menghasilkan koefisien negatif.
Adapun variabel yang memiliki nilai koefisien positif yaitu :
1. Variabel Tingkat Pendapatan
Variabel tingkat pendapatan memiliki nilai koefisien positif yaitu sebesar
3,554 yang berarti bahwa setiap penambahan 1 Rp pendapatan maka akan
menyebabkan penambahan keinginan untuk membayar sebesar 3,554 dengan
asumsi bahwa variabel lain konstan. Hal ini sesuai dengan penelitian Hamzah
(2015) dimana hasil koefisien regresi variabel tingkat pendapatan bernilai positif.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, maka selanjutnya
dilakukan uji simultan (Uji F), uji parsial (Uji t), dan uji koefisien determinasi (R2)
untuk memperoleh hasil mengenai pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel
terikatnya.
a. Uji Simultan (Uji F)
Uji F dikenal dengan Uji serentak atau uji Model/Uji Anova, yaitu uji untuk
melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel terikat. Ketentuannya adalah sebagai berikut ; jika F hitung < F
64
tabel, maka H0 diterima. Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Yang berarti variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat
(signifikan), hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran 8.
Diketahui nilai F hitung (33,348) > F tabel (2,534) dengan nilai probabilitas
0,000 < 0,05, yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Sehinggadapat disimpulkan
bahwa secara bersama-sama variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh
masing-masing variabel bebas secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikat.
Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran 8.
1. Uji Hipotesis Variabel Usia Responden (X1)
Berdasarkan hasil uji linier untuk variabel usia responden diperoleh t hitung
sebesar -0,777 maka nilai mutlak 0,777 < t tabel (2,002) dengan signifikasi 0,440
> 0,05. Hal ini berarti variabel usia responden tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keinginan untuk membayar.
2. Uji Hipotesis Variabel Tingkat Pendapatan (X2)
Berdasarkan hasil uji, diketahui bahwa untuk variabel tingkat pendapatan
diperoleh t hitung sebesar 11,283 > t tabel (2,002) dengan signifikasi 0,000<0,05.
Hal ini menunjukkan variabel tingkat pendapatan berpengaruh signifikan terhadap
keinginan untuk membayar.
3. Uji Hipotesis Variabel Jumlah Tanggungan (X3)
Berdasarkan hasil pengujian, diketahui bahwa untuk variabel jumlah
tanggungan diperoleh t hitung sesbesar -0,222 maka nilai mutlak 0,222 < t tabel
(2,002) degan signifikasi 0,825 > 0,05. Hal ini berarti variabel jumlah tanggungan
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keinginan untuk membayar.
4. Uji Hipotesis Variabel Tingkat pendidikan (X4)
65
Berdasarkan hasil pengujian, diketahui bahwa untuk variabel tingkat
pendidikan diperoleh t hitung sebesar -2,838 maka nilai mutlak 2,838 > t tabel
(2,002) dengan signifikasi 0,006 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keinginan untuk
membayar.
c. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mencari seberapa besar variabel
independen dapat menjelaskan secara keseluruhan variabel independen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Bila R = 0 berarti diantara
variabel indpenden dengan variabel dependen tidak ada hubungannya,
sedangkan bila R = 1 berarti variabel independen dengan variabel dependen
memiliki hubungan yang kuat. Hasil analisis regresi linier berganda untuk
penentuan koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada lampiran 8.
Diketahui nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,701
atau 70,1%. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 70,1%. Sedangkan
sisanya 29,9% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke
dalam model.
66
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Pulau Lakkang,
Kecamatan tallo, Kota Makassar yaitu sebagai berikut :
1. Total Economy Value (TEV)yang dihasilkan hutan mangrove di Pulau
Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar yaitu sebesar
Rp.16.379.050.884,-/tahun terdiri dari nilai manfaat langsung (Direct Use
Value) Rp. 499.161.667,- nilai manfaat tidak langsung (Indirect Use Value)
sebesar Rp.15.453.874.125,- nilai pilihan (Option Value) sebesar
Rp.1.984.800,- nilai keberadaan (existence Value) sebesar Rp.352.000.000,-
dan nilai warisan (bequest Value) sebesar Rp. 53.156.167,-. Nilai manfaat
tidak langsung (Indirect Use Value) memberikan konstribusi lebih besar
daripada nilai manfaat langsung.
2. Berdasarkan hasil uji parsial (uji t), diketahui bahwa ada dua variabel yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap keinginan untuk membayar. Pertama
variabel tingkat pendapatan diperoleh t hitung sebesar 11,283 > t tabel (2,002)
dengan signifikasi 0,000 < 0,05, hal ini menunjukkan variabel tingkat
pendapatan berpengaruh signifikan terhadap keinginan untuk membayar.
Kedua adalah variabel tingkat pendidikan diperoleh t hitung sebesar -2,838
maka nilai mutlak 2,838 > t tabel (2,002) dengan signifikasi 0,006 < 0,05, ini
menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang
67
signifikan terhadap keinginan untuk membayar. Sedangkan untuk variabel
dua lainnya yaitu variabel tingkat usia responden dan variabel jumlah
tanggungan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keinginan
untuk membayar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka saran yang dapat
dikemukakan yaitu :
1. Perlunya dilakukan pelestarian ekosistem hutan mangrove, karena ekosistem
mangrove merupakan tempat Spawning, feeding, and Nursery ground bagi
biota yang hidup di sekitar hutan mangrove.
2. Sebaiknya masyarakat lebih menyadari bahwa nilai manfaat tidak langsung
lebih besar nilainya daripada manfaat langsungnya.
3. Perlunya pengkajian lebih dalam mengenai pencemaran air sungai yang
terjadi di sekitar Pulau Lakkang.
DAFTAR PUSTAKA
Aco, Andi Wahdiat 2015. Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove Di Pesisir Pelabuhan Untia, kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin.
Aksono, R. 2007. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Waduk Cirata untuk Perikanan
dan Wisata Tirta di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Astuti, Riska. 2016. Valuasi Ekonomi Objek Wisata Pantai Samboang Kecamatan
Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin.
Azwar Ali, 2012. Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove (Dalam
http://azwarlingkunganali.blogspot.com/2012/valuasi-ekonomi-ekosistem -hutan-mangrove.html di akses pada tanggal 20 Februari 2017 pukul 14.00).
Baso, Aris. Wahyudin. dkk. 2013. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Terumbu Karang
Perairan di Pulau Saugi Kabupaten Pangkep. Jurnal Ponggawa. FIKP : Universitas Hasanuddin. Makassar.
BPS Provinsi Sulawesi Selatan. 2016. (Dalam http: // makassar .blogspot. co. Id
/2016 /12 / profil- kota- makassar _ 7742. html. BPS Provinsi Sulawesi Selatan.
Dadang, S.2012.Valuasi Ekonomi Kawasan Hutan Mangrove Muara Angke Jakarta Perbandingan Hasil Penelitian 2002 dan 2012.
Dolina, Gitapati. 2012. Analisis Kunjungan Wisatawan Objek Wisata Nglimut
Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2012.
Fitriana, Y. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengunjung Agrowisata Taman Wisata Mekarsari dengan Menggunakan Metode Kontingensi. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Hamzah. Adhawati, S.S.dkk.2015.Valuasi Ekonomi Objek Wisata Pantai Akkarena Kota Makassar. Jurnal Ponggawa. FIKP: Universitas Hasanuddin. Makassar.
Iramaya, S. (2011) Valuasi Ekonomi Sumber Daya Perikanan dan Lingkungan
(dalam http://kesling fkm unhas.blogspot.com/2009/04/laporan tugas kelompok partnership.html. di akses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 10.00).
Joga, N.2010. Perencanaan cerdas Mewujudjan Kota Hijau. Jakarta: Harian
Kompas, 08/11. Kordi, K.M.G.H.2012. Ekosistem Mangrove, Fungsi, Potensi, dan Pengelolaan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Olfie, Benu. L. Suzana. Dkk. 2011. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Mangrove di
Desa Palaes Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. Minahasa.
Pantari, Ery. D. 2014. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Willingness To Pay
untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Fakultas Ekonomi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Saptutyningsih, E. 2007. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Willingness
to Pay untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan Air Sungai Code di Kota Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta : Yogyakarta.
Saputro, G.B.dkk. 2009. Toksikologi Kelautan. Jakarta : Sekertariat Dewan
Kelautan Indonesia. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, kulatitaif, dan R&D. Bandung.
Alfabeta. Suhadiyah, sri. Dkk. 2015. Keanekaragaman dan fungsi ekonomi flora di Delta
Lakkang, Sungai Tallo, Makassar, Sulawesi Selatan ( Dalam http : // biodiversitas. mipa .uns.ac.id/M/M0103/M010311.pdf. di akses pada tanggal 20 februari 2017 pukul 09.00).
Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tri, A.B , 2014. Fungsi Ekonomi-sosial mangrove (dalam http : // www. scribd.
com/doc/fungsi-fungsi-sosial-ekonomi-mangrove-doc (diakses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 10.00).
Wahyuni, Yuyun. Putri. dkk. 2014. Valuasi Total Ekonomi Hutan Mangrove di
Kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Fakultas Ekonomi dan Manajemen : Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat.
Widayanti, Rina. 2011. Formulasi Model Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan
Terhadap Angkutan Kota di Kota Depok. Universitas Indonesia : Jawa Barat.
Widiyanto, Arif.dkk. 2013. Valuasi Ekonomi Pemanfaatan Ekosistem Mangrove di
Desa Bedono, Demak. Journal Of Management Of Aquatic Resources : Universitas Diponegoro. Semarang.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1.
KUISIONER PENELITIAN
VALUASI EKONOMI HUTAN MANGROVE DI PULAU LAKKANG,
KECAMATAN TALLO, KOTA MAKASSAR
Tanggal survei : ........................2017
NELAYAN
Nama : ...............................................................................
Umur : ...............................................................................
Pendidikan : ...............................................................................
Pekerjaan : ..............................................................................
Tanggungan Keluarga : ..............................................................................
Pendapatan : Rp................................................hari/bulan/tahun
Alamat : .............................................................................
BAGIAN I : Pandangan Umum Tentang Mangrove
1. Bagaimana pendapat atau penilaian Bapak/Ibu, mengenai kondisi hutan mangrove di sekitar tempat tinggal Bapak/Ibu ? a) Masih baik (kerapatannya tinggi serta spesies yang ada juga masih
lengkap dan tidak ada bentuk kerusakan) b) Baik (ada kerusakan namun tidak banyak) c) Cukup baik (Jumlah kerusakan dengan msih dalam kondisi baik
seimbang) d) Rusak (kerusakan banyak ditemukan di aeral)
2. Menurut Bapak/Ibu, milik siapa hutan mangrove di sekitar tempat tinggal ?
a) Tuhan b) Pemerintah c) Masyarakat d) Tidak tau
3. Apa yang Bapak/Ibu tau tentang fungsi dari hutan mangrove ?
a) Menjaga tebing sungai dari erosi agar tetap stabil b) Tempat bersarang berbagai jenis satwa liar terutama burung c) Penghasil kayu/non kayu (madu, obat-obatan, minuman dan makanan) d) Lain-lain, sebutkan ...................................................................................
No. Responden :
4. Peran alam dan lingkungan sangatlah penting bagi keberlangsungan hidup
manusia. Menurut Bapak/Ibu, seberapa penting adanya tujuan untuk melindungi dan mencegah pengrusakan sumberdaya alam, dalam hal ini ekosistem mangrove ? a) Sangat penting b) Penting c) Biasa d) Tidak penting
5. Mengapa keberadaan mangrove sangat penting bagi Bapak/Ibu ? (jawaban
boleh lebih dari satu) a) Sebagai daerah penangkapan ikan b) Sebagai daerah untuk mengambil kayu c) Sebagai daerah wisata d) Merupakan cadangan ekosistem yang menyediakan sumberdaya saat ini
dan di masa datang e) Fungsinya sebagai pelindung bagi daerah sekitar pesisir untuk menjaga
kestabilan alam f) Lain-lain, sebutkan .....................................................................................
BAGIAN II : Manfaat Langsung Ekosistem dan Pilihan Mangrove
1. Apa manfaat mangrove yang anda dapatkan selama ini ? a) Diambil sumberdaya perikanannya untuk dipasarkan b) Mengambil kayu untuk kayu bakar dan lain-lain c) Mengambil burung atau ular yang ada di ekosistem mangrove d) Sebagai objek wisata e) Lain-lain, sbeutkan ..................................................................................
2. Dalam 12 bulan terakhir (termasuk anggota keluarga), bagaimana anda
memanfaatkan mangrove (jawaban boleh lebih dari satu) a) Menagkap ikan b) Mengambil kayu c) Daerah wisata d) Obat-obatan e) Lain-lain, sebutkan ....................................................................................
3. Bagaimana kondisi mangrove dulu dan sekarang ?
a) Masih sangat baik b) Baik c) Cukup baik d) Rusak
4. Menurut anda dampak apa yang timbul apabila mangrove rusak ? (jawaban boleh lebih dari satu) a) Hialngnya habitat ikan hidup b) Hilangnya daerah penahan erosi c) Pendapatan nelayan berkurang d) Keindahan alam menjadi hilang e) Lain-lain (sebutkan) ...................................................................................
5. Jenis pemanfaatan pohon mangrove (jawaban boleh lebih dari satu)
Pohon mangrove Jumlah Nilai Jual (Rp)
6. Hasil :
a) Waktu yang dibutuhkan dalam satu kali operasi penangkapan (dari berangkat s/d pulang) : ...........jam/hari
b) Modal kerja (konsumsi dan retribusi) Rp........................................../trip c) Berapa kali ................................trip/bulan d) Berapa kali ................................bulan/tahun
Jenis Tangkapan Jumlah (kg) Nilai Jual (Rp)
7. Apabila mangrove digantikan dengan tanggul apakah berpengaruh terhadap pendapatan Bapak/Ibu ? a) Ya,alasan
b) Tidak, alasan
8. Berapa nilai maksimum yang ingin Bapak/Ibu bayar jika mangrove tetap
sebagai tempat mata pencaharian ? a) >1.000.000 b) >5.000.000 c) >10.000.000 d) >100.000.000
9. Jika sumberdaya perikanan yang ada harus dibayar, berapa nilai maksimum
yang ingin Bapak/Ibu bayar ? a) >1.000.000 b) >5.000.000 c) >10.000.000 d) >100.000.000
10. Sebagai petani tambak apakah mangrove berpengaruh terhadap penghasilan
Bapak/Ibu ? a) Ya, alasan
b) Tidak, alasan
BAGIAN III : Manfaat Tidak Langsung dan Keberadaan Mangrove
Jika pemerintah ingin memperbaiki kondisi mangrove yang rusak, bersediakah Bapak/Ibu berkontribusi menyisakan sebagian pendapatan rumah tangga per bulan atau per tahun untuk program perbaikan tersebut ?
a) Ya, b) Tidak, alasan
1. Berapa nilai maksimum yang ingin Bapak/Ibu bayarkan bila keadaan dulu bisa
dikembalikan seperti sediakala ? a) >1.000.000 b) >5.000.000 c) >10.000.000 d) >100.000.000
2. Apakah Bapak/ibu pernah mendapat penjelasan tentang ekosistem mangrove
? a) Ya b) Tidak
3. Apakah bapa/Ibu rela jika mangrove digantikan dengan tanggul sebagai penahan erosi ? a) Ya b) Tidak, alasan
4. Jika tidak, berapa nilai maksimum yang ingin Bapak/Ibu bayarkan jika
mangrove tetap sebagai penahan abrasi ? a) >1.000.000 b) >5.000.000 c) >10.000.000 d) >100.000.000
5. Apabila tanggul dijadikan sebagai penahan erosi berapa biaya/ongkos yang
dikeluarkan untuk : Bahan bangunan ( Pasir, semen, :Rp. /m3
batu, besi beton) Tenaga kerja : orang/Rp. Berapa luas lahan yang digunakan : Ha
-_Terima kasih atas kerjasamanya dan Wassalam_-
Lampiran 3. Lay Out
NURFADILLAH
L241 13 308
Lampiran 4.Dokumentasi Lapangan
Lampiran 5. Data Responden
No Identitas
Responden Jenis
Manfaat Jumlah
Tangkapan/TripHarga
Tangkapan WTP (Rp) Usia
Pendapatan (Rp)
Tanggungan Pendidikan
1 1 Daun nypa 350 2.500 1.000.000 40 1.000.000 2 1
2 2 Udang 3 Kg 35.000 5.000.000 30 3.000.000 6 3
3 3 Ikan 6 ikat 20.000 5.000.000 57 3.000.000 6 3
4 4 Daun nypa 280 2.500 1.000.000 40 1.000.000 3 2
5 5 Kepiting 4 Kg 25.000 10.000.000 50 3.000.000 4 1
6 6 Kepiting 5 kg 25.000 5.000.000 45 2.500.000 4 2
7 7 Udang 5 Kg 35.000 5.000.000 45 2.500.000 4 2
8 8 Ikan 10 ikat 10.000 1.000.000 45 1.000.000 7 2
9 9 Ikan 5 ikat 10.000 5.000.000 35 2.000.000 7 3
10 10 Kepiting 5 kg 25.000 5.000.000 63 3.000.000 6 1
11 11 Kepiting 5 kg 25.000 5.000.000 35 2.000.000 2 2
12 12 Ikan 5 ikat 10.000 10.000.000 40 3.000.000 4 2
Lanjutan Lampiran 5. Data Responden
No Identitas
Responden Jenis
Manfaat Jumlah
Tangkapan/TripHarga
Tangkapan WTP (Rp) Usia
Pendapatan (Rp)
Tanggungan Pendidikan
28 28 Udang 4 kg 35.000 5.000.000 53 2.500.000 5 3
29 29 Kepiting 5 kg 25.000 1.000.000 47 1.000.000 4 1
30 30 Ikan 10 ikat 10.000 1.000.000 46 1.000.000 4 3
31 31 Udang 5 Kg 35.000 5.000.000 32 2.500.000 4 2
32 32 Ikan 10 ekor 20.000 10.000.000 58 3.000.000 3 1
33 33 Kepiting 3 kg 25.000 5.000.000 55 2.000.000 5 1
34 34 Ikan 5 ikat 10.000 5.000.000 62 2.500.000 5 1
35 35 Kepiting 4 Kg 25.000 10.000.000 34 2.500.000 5 1
36 36 Ikan 10 ikat 10.000 1.000.000 46 1.000.000 4 2
37 37 Udang 5 Kg 35.000 5.000.000 47 2.000.000 4 3
38 38 Ikan 10 ikat 10.000 5.000.000 44 2.500.000 4 2
39 39 Kepiting 3 kg 25.000 10.000.000 34 3.000.000 4 1
40 40 Kepiting 5 kg 25.000 5.000.000 67 2.500.000 2 1
41 41 Ikan 10 ikat 10.000 10.000.000 60 3.000.000 3 1
Lanjutan Lampiran 5. Data Responden
No Identitas
Responden Jenis
Manfaat Jumlah
Tangkapan/TripHarga
Tangkapan WTP (Rp) Usia
Pendapatan (Rp)
Tanggungan Pendidikan
42 42 Kepiting 5 kg 25.000 10.000.000 51 3.000.000 7 1
43 43 Udang 5 Kg 35.000 5.000.000 52 2.000.000 5 1
44 44 Ikan 5 ikat 10.000 5.000.000 52 2.000.000 3 1
45 45 Kepiting 5 kg 25.000 5.000.000 36 2.500.000 3 3
46 46 Kepiting 5 kg 25.000 5.000.000 42 2.500.000 3 3
47 47 Udang 3 kg 35.000 1.000.000 62 1.000.000 4 1
48 48 Ikan 5 ikat 10.000 10.000.000 41 3.000.000 4 2
49 49 Kepiting 5 kg 25.000 5.000.000 45 2.000.000 4 1
50 50 Udang 5 kg 35.000 10.000.000 64 3.000.000 2 1
51 51 Kepiting 3 kg 25.000 5.000.000 51 2.500.000 3 1
52 52 Udang 3 kg 35.000 5.000.000 43 2.500.000 3 1
53 53 Ikan 5 ikat 10.000 10.000.000 56 3.000.000 3 1
54 54 Udang 5 kg 35.000 5.000.000 38 2.500.000 3 3
Lanjutan Lampiran 5. Data Responden
No Identitas
Responden Jenis
Manfaat Jumlah
Tangkapan/TripHarga
Tangkapan WTP (Rp) Usia
Pendapatan (Rp)
Tanggungan Pendidikan
55 55 Kepiting 5 kg 25.000 10.000.000 57 3.000.000 5 1
56 56 Ikan 10 ikat 10.000 5.000.000 54 3.000.000 5 2
57 57 Kepiting 5 kg 25.000 5.000.000 46 2.000.000 4 1
58 58 Udang 5 kg 35.000 5.000.000 52 2.000.000 5 1
59 59 Udang 3 kg 35.000 5.000.000 40 2.500.000 3 3
60 60 Kepiting 5 kg 25.000 1.000.000 60 1.000.000 4 1
61 61 Udang 5 kg 35.000 5.000.000 48 2.000.000 4 1
62 62 Ikan 5 ikat 10.000 10.000.000 46 3.000.000 3 1
Total 894.500 346.000.000 2.959 142.500.000 261 107
Rata-Rata 14.427 5.580.645 48 2.298.387 4 2 Keterangan :
Pendidikan : 1. Tamat SD
2. Tamat SMP
3. Tamat SMA
Lampiran 6.Biaya Total
1. Biaya penangkapan ikan (Jaring Ikan)
BIAYA TETAP (Investasi, penyusutan, dan perawatan)
INVESTASI
No Identitas
Responden
Kapal/Perahu Mesin Alat Tangkap Tali Basket TOTAL
(Rp) Jumlah Nilai (Rp) Sub Total
(Rp) Juml
ah Nilai (Rp)
Sub Total (Rp)
Jumlah Nilai (Rp)
Sub Total (Rp)
Jumlah
Nilai (Rp)
Sub Total (Rp)
Jumlah
Nilai (Rp)
Sub Total (Rp)
1 3 1 2.000.000 2.000.000 1 2.000.000 2.000.000 1 600.000 600.000 50 3.000 150000 1 30.000 30.000 4.780.000
2 8 1 5.000.000 5.000.000 1 3.000.000 3.000.000 2 600.000 1.200.000 100 3.000 300000 2 30.000 60.000 9.560.000
3 9 1 3.000.000 3.000.000 1 3.000.000 3.000.000 1 600.000 600.000 50 5.000 250000 2 30.000 60.000 6.910.000
4 12 1 3.500.000 3.500.000 1 2.500.000 2.500.000 1 600.000 600.000 70 5.000 350000 2 30.000 60.000 7.010.000
5 13 1 1.500.000 1.500.000 1 1.900.000 1.900.000 1 600.000 600.000 50 3.000 150000 1 30.000 30.000 4.180.000
6 15 1 3.000.000 3.000.000 1 3.000.000 3.000.000 1 600.000 600.000 70 3.500 245000 2 30.000 60.000 6.905.000
7 17 1 5.000.000 5.000.000 1 3.000.000 3.000.000 2 600.000 1.200.000 100 3.000 300000 3 30.000 90.000 9.590.000
8 18 1 3.000.000 3.000.000 1 3.000.000 3.000.000 1 600.000 600.000 50 5.000 250000 2 30.000 60.000 6.910.000
9 22 1 3.500.000 3.500.000 1 3.000.000 3.000.000 1 600.000 600.000 50 5.000 250000 2 30.000 60.000 7.410.000
10 25 1 4.000.000 4.000.000 1 3.000.000 3.000.000 2 600.000 1.200.000 100 3.000 300000 3 30.000 90.000 8.590.000
11 30 1 4.000.000 4.000.000 1 3.000.000 3.000.000 2 600.000 1.200.000 100 4.000 400000 3 30.000 90.000 8.690.000
12 32 1 5.000.000 5.000.000 1 3.000.000 3.000.000 2 600.000 1.200.000 100 3.500 350000 3 30.000 90.000 9.640.000
13 34 1 3.000.000 3.000.000 1 3.000.000 3.000.000 1 600.000 600.000 50 3.000 150000 2 30.000 60.000 6.810.000
14 36 1 4.500.000 4.500.000 1 3.000.000 3.000.000 1 600.000 600.000 70 3.000 210000 3 30.000 90.000 8.400.000
15 38 1 3.000.000 3.000.000 1 3.000.000 3.000.000 1 600.000 600.000 70 4.000 280000 2 30.000 60.000 6.940.000
16 41 1 3.000.000 3.000.000 1 3.000.000 3.000.000 1 600.000 600.000 50 3.000 150000 2 30.000 60.000 6.810.000
Lanjutan Lampiran 6. Investasi Jaring Ikan
No Identitas
Responden Kapal/Perahu Mesin Alat Tangkap Tali Basket
TOTAL (Rp)
17 44 1 3.500.000 3.500.000 1 3.000.000 3.000.000 1 600.000 600.000 50 4.000 200.000 2 30.000 60.000 7.360.000
18 48 1 2.500.000 2.500.000 1 2.500.000 2.500.000 1 600.000 600.000 50 3.000 150.000 1 30.000 30.000 5.780.000
19 53 1 4.000.000 4.000.000 1 3.000.000 3.000.000 1 600.000 600.000 50 5.000 250.000 2 30.000 60.000 7.910.000
20 56 1 5.000.000 5.000.000 1 3.000.000 3.000.000 2 600.000 1.200.000 100 3.500 350.000 3 30.000 90.000 9.640.000
21 62 1 5.000.000 5.000.000 1 3.000.000 3.000.000 1 600.000 600.000 50 3.000 150.000 3 30.000 90.000 8.840.000
PENYUSUTAN
No Identitas Responden
Kapal/Perahu Mesin Alat Tangkap Tali Basket TOTAL
T.I (Rp) U.E N.P (Rp) T.I (Rp) U.E N.P (Rp) T.I (Rp) U.E N.P (Rp) T.I (Rp) U.E N.P (Rp) T.I (Rp) U.E N.P (Rp)
1 3 2.000.000 3 666.666,667 2.000.000 3 666.666,667 600.000 4 150.000 150.000 5 30.000 30.000 1 30.000 1.543.333
2 8 5.000.000 5 1.000.000 3.000.000 5 600.000 1200000 4 300.000 300.000 5 60.000 60.000 1 60.000 2.020.000
3 9 3.000.000 3 1.000.000 3.000.000 5 600.000 600.000 4 150.000 250.000 5 50.000 60.000 1 60.000 1.860.000
4 12 3.500.000 3 1.166.666,67 2.500.000 3 833.333,333 600.000 3 200.000 350.000 5 70.000 60.000 1 60.000 2.330.000
5 13 1.500.000 2 750.000 1.900.000 3 633.333,333 600.000 3 200.000 150.000 5 30.000 30.000 1 30.000 1.643.333
6 15 3.000.000 3 1.000.000 3.000.000 5 600.000 600.000 4 150.000 245.000 5 49.000 60.000 1 60.000 1.859.000
7 17 5.000.000 5 1.000.000 3.000.000 5 600.000 1200000 4 300.000 300.000 5 60.000 90.000 1 90.000 2.050.000
8 18 3.000.000 3 1.00.0000 3.000.000 5 600.000 600.000 4 150.000 250.000 5 50.000 60.000 1 60.000 1.860.000
9 22 3.500.000 3 1.166.666,67 3.000.000 5 600.000 600.000 4 150.000 250.000 5 50.000 60.000 1 60.000 2.026.667
10 25 4.000.000 4 1.000.000 3.000.000 5 600.000 1200000 4 300.000 300.000 5 60.000 90.000 1 90.000 2.050.000
11 30 4.000.000 4 1.000.000 3.000.000 5 600.000 1200000 4 300.000 400.000 5 80.000 90.000 1 90.000 2.070.000
12 32 5.000.000 4 1.250.000 3.000.000 5 600.000 1200000 4 300.000 350.000 5 70.000 90.000 1 90.000 2.310.000
13 34 3.000.000 3 1.000.000 3.000.000 5 600.000 600.000 3 200.000 150.000 5 30.000 60.000 1 60.000 1.890.000
Lanjutan Lampiran 6. Penyusutan Jaring Ikan
BIAYA PERAWATAN
No Identitas
Responden
Kapal/Perahu Mesin Alat Tangkap TOTAL
(Rp) Biaya
Perawatan (Rp)
Jumlah perawatan/
tahun
Sub Total (Rp)
Biaya Perawatan
(Rp)
Jumlah perawatan/
tahun
Sub Total (Rp)
Biaya Perawatan
(Rp)
Jumlah perawatan/
tahun
Sub Total(Rp)
1 3 300.000 12 3.600.000 25.000 2 50.000 5.000 48 240.000 3.890.000
2 8 250.000 12 3.000.000 20.000 3 60.000 6.000 48 288.000 3.348.000
3 9 270.000 12 3.240.000 20.000 2 40.000 5.000 48 240.000 3.520.000
4 12 350.000 10 3.500.000 15.000 3 45.000 5.500 48 264.000 3.809.000
5 13 250.000 12 3.000.000 25.000 2 50.000 5.000 48 240.000 3.290.000
6 15 300.000 10 3.000.000 25.000 2 50.000 5.000 48 240.000 3.290.000
7 17 270.000 12 3.240.000 15.000 3 45.000 5.500 48 264.000 3.549.000
8 18 350.000 9 3.150.000 15.000 3 45.000 5.500 48 264.000 3.459.000
No Identitas
Responden Kapal/Perahu Mesin Alat Tangkap Tali Basket TOTAL
14 36 4.500.000 4 1.125.000 3.000.000 5 600.000 600.000 3 200.000 210.000 5 42.000 90.000 1 90.000 2.057.000
15 38 3.000.000 3 1.000.000 3.000.000 5 600.000 600.000 4 150.000 280.000 5 56.000 60.000 1 60.000 1.866.000
16 41 3.000.000 3 1.000.000 3.000.000 5 600.000 600.000 4 150.000 150.000 5 30.000 60.000 1 60.000 1.840.000
17 44 3.500.000 3 1.166.666,67 3.000.000 5 600.000 600.000 4 150.000 200.000 5 40.000 60.000 1 60.000 2.016.667
18 48 2.500.000 2 1.250.000 2.500.000 3 833.333,333 600.000 4 150.000 150.000 5 30.000 30.000 1 30.000 2.293.333
19 53 4.000.000 4 1.000.000 3.000.000 5 600.000 600.000 4 150.000 250.000 5 50.000 60.000 1 60.000 1.860.000
20 56 5.000.000 5 1.000.000 3.000.000 5 600.000 1.200.000 4 300.000 350.000 5 70.000 90.000 1 90.000 2.060.000
21 62 5.000.000 5 1.000.000 3.000.000 5 600.000 600.000 4 150.000 150.000 5 30.000 90.000 1 90.000 1.870.000
Lanjutan Lampiran 6. Biaya Perawatan Jaring Ikan
No Identitas
RespondenKapal/Perahu Mesin Alat Tangkap
TOTAL (Rp)
9 22 250.000 12 3.000.000 25.000 2 50.000 6.000 48 288.000 3.338.000
10 25 300.000 9 2.700.000 20.000 2 40.000 6.000 48 288.000 3.028.000
11 30 300.000 10 3.000.000 25.000 2 50.000 5.000 48 240.000 3.290.000
12 32 250.000 12 3.000.000 20.000 3 60.000 5.500 48 264.000 3.324.000
13 34 350.000 9 3.150.000 15.000 3 45.000 6.000 48 288.000 3.483.000
14 36 300.000 10 3.000.000 20.000 2 40.000 5.500 48 264.000 3.304.000
15 38 300.000 10 3.000.000 20.000 2 40.000 5.500 48 264.000 3.304.000
16 41 250.000 12 3.000.000 25.000 3 75.000 5.500 48 264.000 3.339.000
17 44 300.000 12 3.600.000 15.000 3 45.000 5.000 48 240.000 3.885.000
18 48 300.000 12 3.600.000 20.000 2 40.000 6.000 48 288.000 3.928.000
19 53 270.000 12 3.240.000 15.000 3 45.000 5.500 48 264.000 3.549.000
20 56 350.000 9 3.150.000 15.000 3 45.000 6.000 48 288.000 3.483.000
21 62 300.000 10 3.000.000 25.000 2 50.000 6.000 48 288.000 3.338.000
BIAYA VARIABEL
No Identitas Responden
BBM KONSUMSI ROKOK Total/Trip Trip/Tahun
TOTAL (Rp)
Jumlah Nilai (Rp)
Sub Total (Rp) Jumlah
Nilai (Rp)
Sub Total (Rp) Jumlah
Nilai (Rp)
Sub Total (Rp)
1 3 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 33.000 360 11.880.000
2 8 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 360 5.940.000
3 9 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 33.000 360 11.880.000
4 12 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 33.000 360 11.880.000
Lanjutan Lampiran 6. Biaya Variabel Jaring Ikan.
No Identitas
Responden BBM KONSUMSI ROKOK Total/Trip Trip/Tahun
TOTAL (Rp)
5 13 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 33.000 360 11.880.000
6 15 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 360 9.540.000
7 17 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 0 0 0 23.000 360 8.280.000
8 18 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 33.000 360 11.880.000
9 22 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 33.000 360 11.880.000
10 25 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 0 0 0 23.000 360 82.80.000
11 30 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 360 5.940.000
12 32 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 360 5.940.000
13 34 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 33.000 360 11.880.000
14 36 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 360 9.540.000
15 38 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 33.000 360 11.880.000
16 41 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 360 9.540.000
17 44 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 33.000 360 11.880.000
18 48 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 360 9.540.000
19 53 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 360 9.540.000
20 56 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 0 0 0 23.000 360 8.280.000
21 62 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 360 9.540.000
Biaya Total Jaring Ikan.
No Identitas
Responden
BIAYA
TOTAL (Rp) Tetap Variabel (Rp) Penyusutan
(Rp) Perawatan
(Rp)
1 3 1.543.333,33 3.890.000 11.880.000 17.313.333,33
2 8 2.020.000 3.348.000 5.940.000 11.308.000
3 9 1.860.000 3.520.000 11.880.000 17.260.000
4 12 2.330.000 3.809.000 11.880.000 18.019.000
5 13 1.643.333,33 3.290.000 11.880.000 16.813.333,33
6 15 1.859.000 3.290.000 9.540.000 14.689.000
7 17 2.050.000 3.549.000 8.280.000 13.879.000
8 18 1.860.000 3.459.000 11.880.000 17.199.000
9 22 2.026.666,67 3.338.000 11.880.000 17.244.666,67
10 25 2.050.000 3.028.000 8.280.000 13.358.000
11 30 2.070.000 3.290.000 5.940.000 11.300.000
12 32 2.310.000 3.324.000 5.940.000 11.574.000
13 34 1.890.000 3.483.000 11.880.000 17.253.000
14 36 2.057.000 3.304.000 9.540.000 14.901.000
15 38 1.866.000 3.304.000 11.880.000 17.050.000
16 41 1.840.000 3.339.000 9.540.000 14.719.000
17 44 2.016.666,67 3.885.000 11.880.000 17.781.666,67
18 48 2.293.333,33 3.928.000 9.540.000 15.761.333,33
19 53 1.860.000 3.549.000 9.540.000 14.949.000
20 56 2.060.000 3.483.000 8.280.000 13.823.000
Lanjutan Lampiran 6. Biaya Total Jaring Ikan.
No Identitas
Responden
BIAYA
TOTAL (Rp) Tetap Variabel (Rp) Penyusutan
(Rp) Perawatan
(Rp)
21 62 1.870.000 3.338.000 9.540.000 14.748.000 Jumlah 41.375.333,3 72.748.000 206.820.000 320.943.333,3
Rata-rata 1.970.253,97 3.464.190,48 9.848.571,429 15.283.015,87
2. Biaya penangkapan kepiting (Bubu Kepiting)
BIAYA TETAP (Investasi, penyusutan, dan perawatan)
INVESTASI
No Identitas
Responden
Kapal/Perahu Mesin Alat Tangkap Tali Ember
TOTAL (Rp)
Jumlah Nilai (Rp)
Sub Total (Rp) Jumlah Nilai (Rp)
Sub Total (Rp) Jumlah
Nilai (Rp)
Sub Total (Rp) Jumlah
Nilai (Rp)
Sub Total (Rp) Jumlah
Nilai (Rp)
Sub Total (Rp)
1 5 1 2.000.000 2.000.000 1 2.000.000 2.000.000 20 10.000 200.000 5 55.000 275.000 1 30.000 30.000 4.505.000
2 6 1 2.000.000 2.000.000 1 2.500.000 2.500.000 12 15.000 180.000 4 25.000 100.000 2 30.000 60.000 4.840.000
3 10 1 1.500.000 1.500.000 1 2.000.000 2.000.000 30 10.000 300.000 5 45.000 225.000 2 30.000 60.000 4.085.000
4 11 1 1.000.000 1.000.000 1 2.000.000 2.000.000 20 10.000 200.000 5 45.000 225.000 2 30.000 60.000 3.485.000
5 19 1 1.000.000 1.000.000 1 2.000.000 2.000.000 20 15.000 300.000 5 25.000 125.000 1 30.000 30.000 3.455.000
6 20 1 1.500.000 1.500.000 1 2.500.000 2.500.000 12 15.000 180.000 4 30.000 120.000 2 30.000 60.000 4.360.000
7 21 1 1.000.000 1.000.000 1 2.000.000 2.000.000 30 10.000 300.000 5 50.000 250.000 3 30.000 90.000 3.640.000
8 24 1 1.500.000 1.500.000 1 2.500.000 2.500.000 30 5.000 150.000 5 55.000 275.000 2 30.000 60.000 4.485.000
9 29 1 2.000.000 2.000.000 1 3.000.000 3.000.000 12 15.000 180.000 3 55.000 165.000 2 30.000 60.000 5.405.000
Lanjutan Lampiran 6. Investasi Bubu Kepiting.
No Identitas
Responden Kapal/Perahu Mesin Alat Tangkap Tali Ember TOTAL (Rp)
10 33 1 2.000.000 2.000.000 1 3.000.000 3.000.000 20 10.000 200.000 5 55.000 275.000 3 30.000 90.000 5.565.000
11 35 1 1.000.000 1.000.000 1 2.000.000 2.000.000 20 10.000 200.000 5 45.000 225.000 3 30.000 90.000 3.515.000
12 39 1 1.500.000 1.500.000 1 2.500.000 2.500.000 12 10.000 120.000 3 25.000 75.000 3 30.000 90.000 4.285.000
13 40 1 1.000.000 1.000.000 1 2.500.000 2.500.000 12 10.000 120.000 3 25.000 75.000 2 30.000 60.000 3.755.000
14 42 1 1.500.000 1.500.000 1 2.000.000 2.000.000 20 15.000 300.000 5 30.000 150.000 3 30.000 90.000 4.040.000
15 45 1 1.000.000 1.000.000 1 2.500.000 2.500.000 25 5.000 125.000 5 35.000 175.000 2 30.000 60.000 3.860.000
16 46 1 2.000.000 2.000.000 1 3.000.000 3.000.000 25 5.000 125.000 5 30.000 150.000 2 30.000 60.000 5.335.000
17 49 1 1.000.000 1.000.000 1 3.000.000 3.000.000 20 15.000 300.000 5 40.000 200.000 2 30.000 60.000 4.560.000
18 51 1 1.500.000 1.500.000 1 2.500.000 2.500.000 20 10.000 200.000 5 45.000 225.000 1 30.000 30.000 4.455.000
19 55 1 1.000.000 1.000.000 1 3.000.000 3.000.000 25 5.000 125.000 5 50.000 250.000 2 30.000 60.000 4.435.000
20 57 1 2.000.000 2.000.000 1 2.000.000 2.000.000 12 10.000 120.000 3 55.000 165.000 3 30.000 90.000 4.375.000
21 60 1 2.000.000 2.000.000 1 3.000.000 3.000.000 12 10.000 120.000 2 45.000 90.000 3 30.000 90.000 5.300.000
PENYUSUTAN
No Identitas Responden
Kapal/Perahu Mesin Alat Tangkap Tali Ember TOTAL (Rp) T.I (Rp) U.E N.P (Rp) T.I (Rp) U.E N.P (Rp) T.I (Rp) U.E N.P (Rp) T.I (Rp) U.E N.P (Rp) T.I (Rp) U.E N.P (Rp)
1 5 2.000.000 5 400.000 2.000.000 3 666.666,7 200.000 1 200.000 275000 1 275.000 30.000 1 30.000 1.571.667
2 6 2.000.000 4 500.000 2.500.000 4 625.000 180000 1 180.000 100000 1 100.000 60.000 1 60.000 1.465.000
3 10 1.500.000 3 500.000 2.000.000 3 666.666,7 300000 1 300.000 225000 1 225.000 60.000 1 60.000 1.751.667
4 11 1.000.000 3 333.333,3 2.000.000 5 400.000 200000 1 200.000 225000 1 225.000 60.000 1 60.000 1.218.333
5 19 1.000.000 2 500.000 2.000.000 4 500.000 300000 1 300.000 125000 1 125.000 30.000 1 30.000 1.455.000
6 20 1.500.000 4 375.000 2.500.000 6 416.666,7 180000 1 180.000 120000 1 120.000 60.000 1 60.000 1.151.667
Lanjutan Lampiran 6. Penyusutan Bubu Kepiting.
No Identitas
Responden Kapal/Perahu Mesin Alat Tangkap Tali Ember
TOTAL (Rp)
7 21 1.000.000 2 500.000 2.000.000 4 500.000 300.000 1 300.000 250.000 1 250.000 90.000 1 90.000 1.640.000
8 24 1.500.000 3 500.000 2.500.000 5 500.000 150.000 1 150.000 275.000 1 275.000 60.000 1 60.000 1.485.000
9 29 2.000.000 4 500.000 3.000.000 3 1.000.000 180.000 1 180.000 165.000 1 165.000 60.000 1 60.000 1.905.000
10 33 2.000.000 4 500.000 3.000.000 5 600.000 200.000 1 200.000 275.000 1 275.000 90.000 1 90.000 1.665.000
11 35 1.000.000 2 500.000 2.000.000 4 500.000 200.000 1 200.000 225.000 1 225.000 90.000 1 90.000 1.515.000
12 39 1.500.000 3 500.000 2.500.000 4 625.000 120.000 1 120.000 75.000 1 75.000 90.000 1 90.000 1.410.000
13 40 1.000.000 2 500.000 2.500.000 5 500.000 120.000 1 120.000 75.000 1 75.000 60.000 1 60.000 1.255.000
14 42 1.500.000 3 500.000 2.000.000 3 666.666,7 300.000 1 300.000 150.000 1 150.000 90.000 1 90.000 1.706.667
15 45 1.000.000 2 500.000 2.500.000 4 625.000 125.000 1 125.000 175.000 1 175.000 60.000 1 60.000 1.485.000
16 46 2.000.000 5 400.000 3.000.000 4 750.000 125.000 1 125.000 150.000 1 150.000 60.000 1 60.000 1.485.000
17 49 1.000.000 2 500.000 3.000.000 3 1.000.000 300.000 1 300.000 200.000 1 200.000 60.000 1 60.000 2.060.000
18 51 1.500.000 4 375.000 2.500.000 5 500.000 200.000 1 200.000 225.000 1 225.000 30.000 1 30.000 1.330.000
19 55 1.000.000 3 333.333,3 3.000.000 4 750.000 125.000 1 125.000 250.000 1 250.000 60.000 1 60.000 1.518.333
20 57 2.000.000 4 500.000 2.000.000 3 666.666,7 120.000 1 120.000 165.000 1 165.000 90.000 1 90.000 1.541.667
21 60 2.000.000 4 500.000 3.000.000 4 750.000 120.000 1 120.000 90.000 1 90.000 90.000 1 90.000 1.550.000
PERAWATAN
No Identitas
Responden
Kapal/Perahu Mesin
TOTAL (Rp) Biaya Perawatan (Rp)
Jumlah perawatan/tahun
Sub Total (Rp)
Biaya Perawatan (Rp)
Jumlah perawatan/tahun
Sub Total (Rp)
1 5 300.000 9 2.700.000 25.000 2 50.000 2.750.000
2 6 250.000 10 2.500.000 20.000 3 60.000 2.560.000
3 10 270.000 10 2.700.000 20.000 2 40.000 2.740.000
4 11 350.000 6 2.100.000 15.000 3 45.000 2.145.000
5 19 250.000 10 2.500.000 25.000 2 50.000 2.550.000
6 20 300.000 9 2.700.000 25.000 2 50.000 2.750.000
7 21 270.000 10 2.700.000 15.000 3 45.000 2.745.000
8 24 350.000 6 2.100.000 15.000 3 45.000 2.145.000
9 29 250.000 9 2.250.000 25.000 2 50.000 2.300.000
10 33 300.000 9 2.700.000 20.000 2 40.000 2.740.000
11 35 300.000 9 2.700.000 25.000 2 50.000 2.750.000
12 39 250.000 10 2.500.000 20.000 3 60.000 2.560.000
13 40 350.000 6 2.100.000 15.000 3 45.000 2.145.000
14 42 300.000 10 3.000.000 20.000 2 40.000 3.040.000
15 45 300.000 9 2.700.000 20.000 2 40.000 2.740.000
16 46 250.000 10 2.500.000 25.000 3 75.000 2.575.000
17 49 300.000 9 2.700.000 15.000 3 45.000 2.745.000
18 51 300.000 9 2.700.000 20.000 2 40.000 2.740.000
19 55 270.000 10 2.700.000 15.000 3 45.000 2.745.000
20 57 350.000 6 2.100.000 15.000 3 45.000 2.145.000
21 60 300.000 9 2.700.000 25.000 2 50.000 2.750.000
BIAYA VARIABEL
No Identitas Responden
BBM KONSUMSI ROKOK Total/Trip Trip/Tahun TOTAL (Rp)
Jumlah Nilai (Rp)
Sub Total (Rp) Jumlah
Nilai (Rp)
Sub Total (Rp) Jumlah
Nilai (Rp)
Sub Total (Rp)
1 5 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
2 6 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
3 10 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
4 11 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
5 19 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
6 20 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 90 1.485.000
7 21 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 90 1.485.000
8 24 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 33.000 90 2.970..000
9 29 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
10 33 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 0 0 0 23.000 90 2.070.000
11 35 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
12 39 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 90 1.485.000
13 40 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 90 1.485.000
14 42 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
15 45 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
16 46 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
17 49 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 33.000 90 2.970.000
18 51 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 90 1.485.000
19 55 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
20 57 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
21 60 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
BIAYA TOTAL
No Identitas
Responden
BIAYA TOTAL (Rp) Tetap Variabel
(Rp) Penyusutan (Rp) Perawatan (Rp)
1 5 1.571.666,67 2.750.000 2.385.000 6.706.666,667
2 6 1.465.000 2.560.000 2.385.000 6.410.000
3 10 1.751.666,67 2.740.000 2.385.000 6.876.666,667
4 11 1.218.333,33 2.145.000 2.385.000 5.748.333,333
5 19 1.455.000 2.550.000 2.385.000 6.390.000
6 20 1.151.666,67 2.750.000 1.485.000 5.386.666,667
7 21 1.640.000 2.745.000 1.485.000 5.870.000
8 24 1.485.000 2.145.000 2.970.000 6.600.000
9 29 1.905.000 2.300.000 2.385.000 6.590.000
10 33 1.665.000 2.740.000 2.070.000 6.475.000
11 35 1.515.000 2.750.000 2.385.000 6.650.000
12 39 1.410.000 2.560.000 1.485.000 5.455.000
13 40 1.255.000 2.145.000 1.485.000 4.885.000
14 42 1.706.666,67 3.040.000 2.385.000 7.131.666,667
15 45 1.485.000 2.740.000 2.385.000 6.610.000
16 46 1.485.000 2.575.000 2.385.000 6.445.000
17 49 2.060.000 2.745.000 2.970.000 7.775.000
18 51 1.330.000 2.740.000 1.485.000 5.555.000
19 55 1.518.333,33 2.745.000 2.385.000 6.648.333,333
20 57 1.541.666,67 2.145.000 2.385.000 6.071.666,667
Lanjutan Lampiran 6. Biaya Total Bubu Kepiting.
No Identitas
Responden
BIAYA
TOTAL (Rp) Tetap
Penyusutan (Rp) Perawatan (Rp) Variabel
(Rp)
21 60 1.550.000 2.750.000 2.385.000 6.685.000
Jumlah 32.165.000 54.360.000 46.440.000 132.965.000
Rata-rata 1.531.666,67 2.588.571,4 2.211.429 6.331.666,667 3. Biaya pengumpulan daun nipah
BIAYA TETAP (Investasi, dan penyusutan)
INVESTASI
No Identitas Responden
Tali TOTAL (Rp)
Jumlah Nilai (Rp) Sub Total (Rp)
1 1 30 2.000 60.000 60.000
2 4 20 2.000 40.000 40.000
PENYUSUTAN
No Identitas Responden
Tali TOTAL (Rp)
T.I (Rp) U.E N.P (Rp)
1 1 60.000 1 60.000 60.000
2 4 40.000 1 40.000 40.000
BIAYA VARIABEL
No Identitas
Responden
KONSUMSI ROKOK Total/Tri
p Trip/Tahun TOTAL (Rp)
Jumlah Nilai (Rp)
Sub Total (Rp)
JumlahNilai (Rp)
Sub Total (Rp)
1 1 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 20.000 60 1.200.000
2 4 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 20.000 60 1.200.000 BIAYA TOTAL
No Identitas
Responden
BIAYA
TOTAL (Rp) Tetap Variabel (Rp)
Penyusutan (Rp) Perawatan
1 5 60.000 0 1.200.000 1.260.000
2 6 40.000 0 1.200.000 1.240.000
Jumlah 100.000 0 2.400.000 2.500.000
Rata-rata 50.000 0 1.200.000 1.250.000
4. Biaya penangkapan udang (Bubu Udang)
BIAYA TETAP (Investasi, penyusutan, dan perawatan)
INVESTASI
No Identitas Respond
en
Kapal/Perahu Mesin Alat Tangkap Tali Ember
TOTAL Jumlah Nilai (Rp)
Sub Total (Rp)
Jumlah Nilai (Rp) Sub Total
(Rp) Jumlah
Nilai (Rp)
Sub Total (Rp)
Jumlah Nilai (Rp)
Sub Total (Rp)
Jumlah Nilai (Rp)
Sub Total
1 2 1 2.000.000 2.000.000 1 2.000.000 2.000.000 12 15.000 180.000 5 25.000 125.000 2 30.000 60.000 4.365.000
2 7 1 1.600.000 1.600.000 1 2.000.000 2.000.000 12 15.000 180.000 4 25.000 100.000 1 30.000 30.000 3.910.000
Lanjutan Lampiran 6. Investasi Bubu Udang.
No Identitas
Responden Kapal/Perahu Mesin Alat Tangkap Tali Ember TOTAL
3 14 1 1.500.000 1.500.000 1 2.000.000 2.000.000 12 10.000 120.000 4 45.000 180.000 2 30.000 60.000 3.860.000
4 16 1 1.500.000 1.500.000 1 2.000.000 2.000.000 12 15.000 180.000 4 45.000 180.000 2 30.000 60.000 3.920.000
5 23 1 2.000.000 2.000.000 1 2.500.000 2.500.000 20 15.000 300.000 5 30.000 150.000 3 30.000 90.000 5.040.000
6 26 1 1.000.000 1.000.000 1 2.000.000 2.000.000 12 15.000 180.000 3 45.000 135.000 2 30.000 60.000 3.375.000
7 27 1 1.500.000 1.500.000 1 2.000.000 2.000.000 20 10.000 200.000 4 45.000 180.000 2 30.000 60.000 3.940.000
8 28 1 1.000.000 1.000.000 1 2.000.000 2.000.000 12 10.000 120.000 3 55.000 165.000 3 30.000 90.000 3.375.000
9 31 1 1.500.000 1.500.000 1 2.000.000 2.000.000 20 15.000 300.000 4 30.000 120.000 3 30.000 90.000 4.010.000
10 37 1 2.000.000 2.000.000 1 3.000.000 3.000.000 30 10.000 300.000 5 45.000 225.000 2 30.000 60.000 5.585.000
11 43 1 1.000.000 1.000.000 1 1.500.000 1.500.000 12 15.000 180.000 3 45.000 135.000 2 30.000 60.000 2.875.000
12 47 1 1.500.000 1.500.000 1 2.000.000 2.000.000 20 10.000 200.000 4 25.000 100.000 2 30.000 60.000 3.860.000
13 50 1 2.000.000 2.000.000 1 2.000.000 2.000.000 30 15.000 450.000 5 25.000 125.000 3 30.000 90.000 4.665.000
14 52 1 1.000.000 1.000.000 1 1.500.000 1.500.000 12 15.000 180.000 3 45.000 135.000 3 30.000 90.000 2.905.000
15 54 1 1.500.000 1.500.000 1 1.500.000 1.500.000 20 10.000 200.000 4 35.000 140.000 2 30.000 60.000 3.400.000
16 58 1 1.500.000 1.500.000 1 2.000.000 2.000.000 20 10.000 200.000 4 45.000 180.000 3 30.000 90.000 3.970.000
17 59 1 2.000.000 2.000.000 1 3.000.000 3.000.000 30 15.000 450.000 5 40.000 200.000 2 30.000 60.000 5.710.000
18 61 1 1.000.000 1.000.000 1 2.000.000 2.000.000 12 10.000 120.000 3 50.000 150.000 1 30.000 30.000 3.300.000
PENYUSUTAN
No Identitas Responden
Kapal/Perahu Mesin Alat Tangkap Tali Ember TOTAL (Rp) T.I (Rp) U.E N.P (Rp) T.I (Rp) U.E N.P (Rp) T.I (Rp) U.E N.P (Rp) T.I (Rp) U.E N.P (Rp) T.I (Rp) U.E N.P (Rp)
1 2 2.000.000 5 400.000 2.000.000 3 666.666,7 180.000 1 180.000 125.000 1 125.000 60.000 1 60.000 1.431.667
2 7 1.600.000 4 400.000 2.000.000 4 500.000 180.000 1 180.000 100.000 1 100.000 30.000 1 30.000 1.210.000
3 14 1.500.000 3 500.000 2.000.000 3 666.666,7 120.000 1 120.000 180.000 1 180.000 60.000 1 60.000 1.526.667
4 16 1.500.000 3 500.000 2.000.000 5 400.000 180.000 1 180.000 180.000 1 180.000 60.000 1 60.000 1.320.000
5 23 2.000.000 2 1.000.000 2.500.000 4 625.000 300.000 1 300.000 150.000 1 150.000 90.000 1 90.000 2.165.000
6 26 1.000.000 4 250.000 2.000.000 6 333.333,3 180.000 1 180.000 135.000 1 135.000 60.000 1 60.000 958.333,3
7 27 1.500.000 2 750.000 2.000.000 4 500.000 200.000 1 200.000 180.000 1 180.000 60.000 1 60.000 1.690.000
8 28 1.000.000 3 333.333,3 2.000.000 5 400.000 120.000 1 120.000 165.000 1 165.000 90.000 1 90.000 1.108.333
9 31 1.500.000 4 375.000 2.000.000 3 666.666,7 300.000 1 300.000 120.000 1 120.000 90.000 1 90.000 1.551.667
10 37 2.000.000 4 500.000 3.000.000 5 600.000 300.000 1 300.000 225.000 1 225.000 60.000 1 60.000 1.685.000
11 43 1.000.000 2 500.000 1.500.000 4 375.000 180.000 1 180.000 135.000 1 135.000 60.000 1 60.000 1.250.000
12 47 1.500.000 3 500.000 2.000.000 4 500.000 200.000 1 200.000 100.000 1 100.000 60.000 1 60.000 1.360.000
13 50 2.000.000 2 1.000.000 2.000.000 5 400.000 450.000 1 450.000 125.000 1 125.000 90.000 1 90.000 2.065.000
14 52 1.000.000 3 333.333,3 1.500.000 3 500.000 180.000 1 180.000 135.000 1 135.000 90.000 1 90.000 1.238.333
15 54 1.500.000 2 750.000 1.500.000 4 375.000 200.000 1 200.000 140.000 1 140.000 60.000 1 60.000 1.525.000
16 58 1.500.000 5 300.000 2.000.000 4 500.000 200.000 1 200.000 180.000 1 180.000 90.000 1 90.000 1.270.000
17 59 2.000.000 2 1.000.000 3.000.000 3 1.000.000 450.000 1 450.000 200.000 1 200.000 60.000 1 60.000 2.710.000
18 61 1.000.000 4 250.000 2.000.000 5 400.000 120.000 1 120.000 150.000 1 150.000 30.000 1 30.000 950.000
PERAWATAN
No Identitas
Responden
Kapal/Perahu Mesin
TOTAL (Rp) Biaya Perawatan (Rp)
Jumlah perawatan/tahun
Sub Total (Rp)
Biaya Perawatan (Rp)
Jumlah perawatan/tahun
Sub Total (Rp)
1 2 300.000 9 2.700.000 20.000 2 40.000 2.740.000
2 7 250.000 10 2.500.000 15.000 3 45.000 2.545.000
3 14 300.000 10 3.000.000 25.000 2 50.000 3.050.000
4 16 300.000 6 1.800.000 15.000 3 45.000 1.845.000
5 23 270.000 10 2.700.000 15.000 2 30.000 2.730.000
6 26 300.000 9 2.700.000 20.000 2 40.000 2.740.000
7 27 300.000 10 3.000.000 25.000 3 75.000 3.075.000
8 28 250.000 6 1.500.000 20.000 3 60.000 1.560.000
9 31 270.000 9 2.430.000 15.000 2 30.000 2.460.000
10 37 300.000 9 2.700.000 20.000 2 40.000 2.740.000
11 43 350.000 9 3.150.000 15.000 2 30.000 3.180.000
12 47 350.000 10 3.500.000 20.000 3 60.000 3.560.000
13 50 250.000 6 1.500.000 15.000 3 45.000 1.545.000
14 52 350.000 10 3.500.000 20.000 2 40.000 3.540.000
15 54 270.000 9 2.430.000 25.000 2 50.000 2.480.000
16 58 300.000 10 3.000.000 25.000 3 75.000 3.075.000
17 59 250.000 9 2.250.000 20.000 3 60.000 2.310.000
18 61 270.000 9 2.430.000 20.000 2 40.000 2.470.000
BIAYA VARIABEL
No Identitas Responden
BBM KONSUMSI ROKOK Total/Trip Trip/Tahun
TOTAL (Rp)
Jumlah Nilai (Rp) Sub Total
(Rp) Jumlah Nilai (Rp) Sub Total
(Rp) JumlahNilai (Rp)
Sub Total (Rp)
1 2 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 90 1.485.000
2 7 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
3 14 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 90 1.485.000
4 16 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 33.000 90 2.970.000
5 23 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
6 26 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
7 27 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 90 1.485.000
8 28 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 33.000 90 2.970.000
9 31 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 90 1.485.000
10 37 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 90 1.485.000
11 43 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
12 47 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 90 1.485.000
13 50 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 90 1.485.000
14 52 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 0 0 0 16.500 90 1.485.000
15 54 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 33.000 90 2.970.000
16 58 2 6.500 13.000 1 10.000 10.000 0 0 0 23.000 90 2.070.000
17 59 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
18 61 1 6.500 6.500 1 10.000 10.000 1 10.000 10.000 26.500 90 2.385.000
BIAYA TOTAL
No Identitas
Responden
BIAYA
TOTAL (Rp) Tetap Variabel (Rp) Penyusutan
(Rp) Perawatan
(Rp)
1 2 1.431.666,667 2.740.000 1.485.000 5.656.666,667
2 7 1.210.000 2.545.000 2.385.000 6.140.000
3 14 1.526.666,667 3.050.000 1.485.000 6.061.666,667
4 16 1.320.000 1.845.000 2.970.000 6.135.000
5 23 2.165.000 2.730.000 2.385.000 7.280.000
6 26 958.333,3333 2.740.000 2.385.000 6.083.333,333
7 27 1.690.000 3.075.000 1.485.000 6.250.000
8 28 1.108.333,333 1.560.000 2.970.000 5.638.333,333
9 31 1.551.666,667 2.460.000 1.485.000 5.496.666,667
10 37 1.685.000 2.740.000 1.485.000 5.910.000
11 43 1.250.000 3.180.000 2.385.000 6.815.000
12 47 1.360.000 3.560.000 1.485.000 6.405.000
13 50 2.065.000 1.545.000 1.485.000 5.095.000
14 52 1.238.333,333 3.540.000 1.485.000 6.263.333,333
15 54 1.525.000 2.480.000 2.970.000 6.975.000
16 58 1.270.000 3.075.000 2.070.000 6.415.000
17 59 2.710.000 2.310.000 2.385.000 7.405.000
18 61 950.000 2.470.000 2.385.000 5.805.000
Jumlah 27.015.000 47.645.000 37.170.000 11.1830.000
Rata-rata 150.0833,333 2.646.944,44 2.065.000 6.212.777,778
Lampiran 7.
PENGOLAHAN DATA
A. Manfaat Langsung
1. Manfaat Langsung Ikan
No Identitas
RespondenUmur
(tahun) Pendidikan
Terakhir
Jumlah Tanggungan
(orang) Tangkapan/Ikan/tahun
Harga/Ikat (Rp)
Pendapatan Kotor (Rp)
Total Biaya/Tahun
(Rp)
Total Pendapatan
Bersih/Tahun (Rp)
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 3 57 SD 6 2.160 10.000 21.600.000 17.313.333,33 4.286.666,667
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 8 45 SMA 7 3.600 10.000 36.000.000 11.308.000 24.692.000
9 9 35 SMA 7 1.800 15.000 27.000.000 17.260.000 9.740.000
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 12 40 SMP 4 1.800 15.000 27.000.000 18.019.000 8.981.000
13 13 60 SD 3 1.800 15.000 27.000.000 16.813.333,33 10.186.666,67
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 15 48 SMA 3 3.600 10.000 36.000.000 14.689.000 21.311.000
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lanjutan Lampiran 7. Manfaat Langsung Ikan
No Identitas
RespondenUmur
(tahun) Pendidikan
Terakhir
Jumlah Tanggungan
(orang) Tangkapan/Ikan/tahun
Harga/Ikat (Rp)
Pendapatan Kotor (Rp)
Total Biaya/Tahun
(Rp)
Total Pendapatan
Bersih/Tahun (Rp)
17 17 43 SMA 3 1.800 15.000 27.000.000 13.879.000 13.121.000
18 18 59 SD 3 1.800 15.000 27.000.000 17.199.000 9.801.000
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 22 44 SD 4 2.160 10.000 21.600.000 17.244.666,67 4.355.333,333
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 25 43 SMA 5 3.600 10.000 36.000.000 13.358.000 22.642.000
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 30 46 SMA 4 3.600 10.000 36.000.000 11.300.000 24.700.000
31 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 32 58 SD 3 3.600 10.000 36.000.000 11.574.000 24.426.000
33 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 34 62 SD 5 1.800 15.000 27.000.000 17.253.000 9.747.000
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0
36 36 46 SMP 4 3.600 10.000 36.000.000 14.901.000 21.099.000
Lanjutan Lampiran 7. Manfaat Langsung Ikan
No Identitas
RespondenUmur
(tahun) Pendidikan
Terakhir
Jumlah Tanggungan
(orang) Tangkapan/Ikan/tahun
Harga/Ikat (Rp)
Pendapatan Kotor (Rp)
Total Biaya/Tahun
(Rp)
Total Pendapatan
Bersih/Tahun (Rp)
37 0 0 0 0 0 0 0 0 0
38 38 44 SMP 4 3.600 10.000 36.000.000 17.050.000 18.950.000
39 0 0 0 0 0 0 0 0 0
40 0 0 0 0 0 0 0 0 0
41 41 60 SD 3 3.600 10.000 36.000.000 14.719.000 21.281.000
42 0 0 0 0 0 0 0 0 0
43 0 0 0 0 0 0 0 0 0
44 44 52 SD 3 1.800 15.000 27.000.000 17.781.666,67 9.218.333,333
45 0 0 0 0 0 0 0 0 0
46 0 0 0 0 0 0 0 0 0
47 0 0 0 0 0 0 0 0 0
48 48 41 SMP 4 1.800 15.000 27.000.000 15.761.333,33 11.238.666,67
49 0 0 0 0 0 0 0 0 0
50 0 0 0 0 0 0 0 0 0
51 0 0 0 0 0 0 0 0 0
52 0 0 0 0 0 0 0 0 0
53 53 56 SD 3 1.800 15.000 27.000.000 14.949.000 12.051.000
54 0 0 0 0 0 0 0 0 0
55 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lanjutan Lampiran 7. Manfaat Langsung Ikan
No Identitas
Responden Umur
(tahun) Pendidikan
Terakhir
Jumlah Tanggungan
(orang) Tangkapan/Ikan/tahun
Harga/Ikat (Rp)
Pendapatan Kotor (Rp)
Total Biaya/Tahun
(Rp)
Total Pendapatan
Bersih/Tahun (Rp)
56 56 54 SMP 5 3.600 10.000 36.000.000 13.823.000 22.177.000
57 0 0 0 0 0 0 0 0 0
58 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59 0 0 0 0 0 0 0 0 0
60 0 0 0 0 0 0 0 0 0
61 0 0 0 0 0 0 0 0 0
62 62 46 SD 3 1.800 15.000 27.000.000 14.748.000 12.252.000
TOTAL 316.256.666,7
RATA-RATA 15.059.841,27
2. Manfaat Langsung Kepiting
No Identitas
RespondenUmur
(tahun) Pendidikan
Terakhir
Jumlah Tanggungan
(orang)
Tangkapan/kg/tahun
Harga/Kg (Rp)
Pendapatan Kotor
(Rp)
Total Biaya/Tahun
(Rp)
Total Pendapatan
Bersih/Tahun (Rp)
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 5 50 SD 4 360 25.000 9.000.000 6.706.666,667 2.293.333,333
6 6 45 SD 4 450 25.000 11.250.000 6.410.000 4.840.000
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 10 63 SD 6 450 25.000 11.250.000 6.876.666,667 4.373.333,333
11 11 35 SMP 2 450 25.000 11.250.000 5.748.333,333 5.501.666,667
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 19 41 SMP 5 270 25.000 6.750.000 6.390.000 360.000
20 20 37 SD 4 450 25.000 11.250.000 5.386.666,667 5.863.333,333
21 21 49 SMA 8 450 25.000 11.250.000 5.870.000 5.380.000
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 24 54 SMP 5 450 25.000 11.250.000 6.600.000 4.650.000
25 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 29 47 SD 4 450 25.000 11.250.000 6.590.000 4.660.000
30 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 33 55 SD 5 270 25.000 6.750.000 6.475.000 275.000
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 35 34 SD 5 360 25.000 9.000.000 6.650.000 2.350.000
36 0 0 0 0 0 0 0 0 0
37 0 0 0 0 0 0 0 0 0
38 0 0 0 0 0 0 0 0 0
39 39 34 SD 4 270 25.000 6.750.000 5.455.000 1.295.000
40 40 67 SD 2 450 25.000 11.250.000 4.885.000 6.365.000
41 0 0 0 0 0 0 0 0 0
42 42 51 SD 7 450 25.000 11.250.000 7.131.666,667 4.118.333,333
43 0 0 0 0 0 0 0 0 0
44 0 0 0 0 0 0 0 0 0
45 45 36 SMA 3 450 25.000 11.250.000 6.610.000 4.640.000
46 46 42 SMA 3 450 25.000 11.250.000 6.445.000 4.805.000
47 0 0 0 0 0 0 0 0 0
48 0 0 0 0 0 0 0 0 0
49 49 45 SD 4 450 25.000 11.250.000 7.775.000 3.475.000
50 0 0 0 0 0 0 0 0 0
51 51 51 SD 3 270 25.000 6.750.000 5.555.000 1.195.000
52 0 0 0 0 0 0 0 0 0
53 0 0 0 0 0 0 0 0 0
54 0 0 0 0 0 0 0 0 0
55 55 57 SD 5 450 25.000 11.250.000 6.648.333,333 4.601.666,667
56 0 0 0 0 0 0 0 0 0
57 57 46 SD 4 450 25.000 11.250.000 6.071.666,667 5.178.333,333
58 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59 0 0 0 0 0 0 0 0 0
60 60 60 SD 4 450 25.000 11.250.000 6.685.000 4.565.000
61 0 0 0 0 0 0 0 0 0
62
TOTAL 80.785.000
RATA-RATA 3.846.904,762
3. Manfaat Langsung Daun Nipah
No Identitas
RespondenUmur
(tahun) Pendidikan
Terakhir
Jumlah Tanggungan
(orang)
Jumlah Ikat/tahun
Harga/Ikat (Rp) Pendapatan Kotor (Rp)
Total Biaya/Tahun
(Rp)
Total Pendapatan
Bersih/Tahun (Rp)
1 1 40 SD 4 700 2.500 1.750.000 1.260.000 490.000
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 4 40 SMP 3 560 2.500 1.400.000 1.240.000 160.000
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0
36 0 0 0 0 0 0 0 0 0
37 0 0 0 0 0 0 0 0 0
38 0 0 0 0 0 0 0 0 0
39 0 0 0 0 0 0 0 0 0
40 0 0 0 0 0 0 0 0 0
41 0 0 0 0 0 0 0 0 0
42 0 0 0 0 0 0 0 0 0
43 0 0 0 0 0 0 0 0 0
44 0 0 0 0 0 0 0 0 0
45 0 0 0 0 0 0 0 0 0
46 0 0 0 0 0 0 0 0 0
47 0 0 0 0 0 0 0 0 0
48 0 0 0 0 0 0 0 0 0
49 0 0 0 0 0 0 0 0 0
50 0 0 0 0 0 0 0 0 0
51 0 0 0 0 0 0 0 0 0
52 0 0 0 0 0 0 0 0 0
53 0 0 0 0 0 0 0 0 0
54 0 0 0 0 0 0 0 0 0
55 0 0 0 0 0 0 0 0 0
56 0 0 0 0 0 0 0 0 0
57 0 0 0 0 0 0 0 0 0
58 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59 0 0 0 0 0 0 0 0 0
60 0 0 0 0 0 0 0 0 0
61 0 0 0 0 0 0 0 0 0
62 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL 650.000
RATA-RATA 325.000
4. Manfaat Langsung Udang
No Identitas
Responden Umur
(tahun) Pendidikan
Terakhir
Jumlah Tanggungan
(orang)
Jumlah Kg/tahun
Harga/Kg (Rp)Pendapatan Kotor (Rp)
Total Biaya/Tahun
(Rp)
Total Pendapatan
Bersih/Tahun (Rp)
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 2 30 SMA 6 270 35.000 9.450.000 5.656.666,667 3.793.333,333
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 7 45 SMA 4 450 35.000 15.750.000 6.140.000 9.610.000
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 14 46 SMP 6 360 35.000 12.600.000 6.061.666,667 6.538.333,333
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 16 52 SD 4 360 35.000 12.600.000 6.135.000 6.465.000
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 23 33 SMP 4 450 35.000 15.750.000 7.280.000 8.470.000
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 26 44 SMA 5 450 35.000 15.750.000 6.083.333,333 9.666.666,667
27 27 60 SMP 7 360 35.000 12.600.000 6.250.000 6.350.000
28 28 53 SMA 5 360 35.000 12.600.000 5.638.333,333 6.961.666,667
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 31 32 SMP 4 450 35.000 15.750.000 5.496.666,667 10.253.333,33
32 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0
36 0 0 0 0 0 0 0 0 0
37 37 47 SMA 4 450 35.000 15.750.000 5.910.000 9.840.000
38 0 0 0 0 0 0 0 0 0
39 0 0 0 0 0 0 0 0 0
40 0 0 0 0 0 0 0 0 0
41 0 0 0 0 0 0 0 0 0
42 0 0 0 0 0 0 0 0 0
43 43 52 SD 5 450 35.000 15.750.000 6.815.000 8.935.000
44 0 0 0 0 0 0 0 0 0
45 0 0 0 0 0 0 0 0 0
46 0 0 0 0 0 0 0 0 0
47 47 62 SD 4 270 35.000 9.450.000 6.405.000 3.045.000
48 0 0 0 0 0 0 0 0 0
49 0 0 0 0 0 0 0 0 0
50 50 64 SD 2 450 35.000 15.750.000 5.095.000 10.655.000
51 0 0 0 0 0 0 0 0 0
52 52 43 SD 3 270 35.000 9.450.000 6.263.333,333 3.186.666,667
53 0 0 0 0 0 0 0 0 0
54 54 38 SMA 3 450 35.000 15.750.000 6.975.000 8.775.000
55 0 0 0 0 0 0 0 0 0
56 0 0 0 0 0 0 0 0 0
57 0 0 0 0 0 0 0 0 0
58 58 52 SD 5 450 35.000 15.750.000 6.415.000 9.335.000
59 59 40 SMA 3 270 35.000 9.450.000 7.405.000 2.045.000
60 0 0 0 0 0 0 0 0 0
61 61 48 SD 4 450 35.000 15.750.000 5.805.000 9.945.000
62 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL 133.870.000
RATA-RATA 7.437.222,222
B. Manfaat Tidak Langsung
No Jenis Biaya Jumlah Harga Satuan (Rp) Total (Rp)
1 Pasir 1 kubik 130.000 130.000
2 Semen 6 sak 45.000 270.000
3 Batu 2 kubik 152.000 304.000
4 Tenaga kerja Borongan 125.000/m 125.000
5 Besi beton 10 batang 20.000 200.000
TOTAL 1.029.000
Ha = 100.000 m2 100.290.000.000
Daya Tahan = 10 tahun 10.029.000.000
Keterangan : Luas 10 Ha = 100.000 m2
Daya tahan = 10 tahun
C. Nilai Keberadaan
No Identitas
Responden WTP (Rp) Umur
Pendaptan (Rp)
Tanggungan Pendidikan
1 1 1.000.000 40 1.000.000 2 SD
2 2 5.000.000 30 3.000.000 6 SMA
3 3 5.000.000 57 3.000.000 6 SMA
4 4 1.000.000 40 1.000.000 3 SMP
5 5 10.000.000 50 3.000.000 4 SD
6 6 5.000.000 45 2.500.000 4 SMP
7 7 5.000.000 45 2.500.000 4 SMP
8 8 1.000.000 45 1.000.000 7 SMP
9 9 5.000.000 35 2.000.000 7 SMA
10 10 5.000.000 63 3.000.000 6 SD
11 11 5.000.000 35 2.000.000 2 SMP
12 12 10.000.000 40 3.000.000 4 SMP
13 13 5.000.000 60 2.500.000 3 SMA
14 14 10.000.000 46 3.000.000 6 SMP
15 15 1.000.000 48 1.000.000 4 SMA
16 16 5.000.000 52 2.500.000 4 SD
17 17 10.000.000 43 3.000.000 3 SMA
18 18 5.000.000 59 2.500.000 3 SMP
19 19 5.000.000 41 2.500.000 5 SMP
Lanjutan Lampiran 8. Nilai Keberadaan
No Identitas
Responden WTP (Rp) Umur
Pendaptan (Rp)
Tanggungan Pendidikan
20 20 5.000.000 37 2.000.000 4 SD
21 21 5.000.000 49 2.500.000 8 SMA
22 22 1.000.000 44 1.000.000 4 SMP
23 23 5.000.000 33 2.500.000 4 SMP
24 24 1.000.000 54 1.000.000 5 SMP
25 25 10.000.000 43 3.000.000 5 SMA
26 26 5.000.000 44 2.500.000 5 SMA
27 27 10.000.000 60 3.000.000 7 SMP
28 28 5.000.000 53 2.500.000 5 SMA
29 29 1.000.000 47 1.000.000 4 SD
30 30 1.000.000 46 1.000.000 4 SMA
31 31 5.000.000 32 2.500.000 4 SMP
32 32 10.000.000 58 3.000.000 3 SD
33 33 5.000.000 55 2.000.000 5 SD
34 34 5.000.000 62 2.500.000 5 SD
35 35 10.000.000 34 2.500.000 5 SD
36 36 1.000.000 46 1.000.000 4 SMP
37 37 5.000.000 47 2.000.000 4 SMA
38 38 5.000.000 44 2.500.000 4 SMP
39 39 10.000.000 34 3.000.000 4 SD
40 40 5.000.000 67 2.500.000 2 SMA
41 41 10.000.000 60 3.000.000 3 SMP
42 42 10.000.000 51 3.000.000 7 SD
43 43 5.000.000 52 2.000.000 5 SD
44 44 5.000.000 52 2.000.000 3 SD
45 45 5.000.000 36 2.500.000 3 SMA
46 46 5.000.000 42 2.500.000 3 SMA
47 47 1.000.000 62 1.000.000 4 SD
48 48 10.000.000 41 3.000.000 4 SMP
49 49 5.000.000 45 2.000.000 4 SD
50 50 10.000.000 64 3.000.000 2 SD
51 51 5.000.000 51 2.500.000 3 SD
52 52 5.000.000 43 2.500.000 3 SD
53 53 10.000.000 56 3.000.000 3 SD
54 54 5.000.000 38 2.500.000 3 SMA
55 55 10.000.000 57 3.000.000 5 SD
Lanjutan Lampiran 8. Nilai Keberadaan
No Identitas
Responden WTP (Rp) Umur
Pendaptan (Rp)
Tanggungan Pendidikan
56 56 5.000.000 54 3.000.000 5 SMP
57 57 5.000.000 46 2.000.000 4 SD
58 58 5.000.000 52 2.000.000 5 SD
59 59 5.000.000 40 2.500.000 3 SMA
60 60 1.000.000 60 1.000.000 4 SD
61 61 5.000.000 48 2.000.000 4 SD
62 62 10.000.000 46 3.000.000 3 SD
Total 352.000.000 2.959 142.500.000 261 - Rata-Rata 5.677.419 48 2.298.387 4 -
D. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Mangrove di Pulau Lakkang, Kecamatan
Tallo, Kota Makassar.
No Jenis Manfaat Nilai (Rp/Tahun)Nilai
(Rp/ha/tahun) Nilai (%)
A. Manfaat Langsung
27,03
1 Manfaat langsung ikan 283.856.667 28.385.667
2 Manfaat langsung kepiting
80.785.000 8.078.500
3 Manfaat langsung daun nipah
650.000 65.000
4 Manfaat langsung udang 133.870.000 13.387.000
Total Manfaat Langsung 499.161.667 49.916.167
B. Manfaat Tidak Langsung
52,431
Nursery Ground, Feeding Ground, dan Spawning Ground
18.874.125 1.887.412
2 Pembuatan tanggul 100.290.000.000 10.290.000.000
Total Manfaat tidak langsung
100.308.874.125 10.308.874.412
C. Manfaat Pilihan 1.984.800 198.480 0,01
D. Manfaat Keberdaan 352.000.000 35.200.000 19,18
E. Manfaat Warisan 53.156.167 5.315.617 1,35 TOTAL NILAI EKONOMI 101.215.176.759 10.121.517.676 100
Lampiran 9.
HASIL ANALISIS REGRESI
No Identitas
Responden Y (Rp) X1 X2 (Rp) X3 X4
1 1 1.000.000 40 1.000.000 2 6
2 2 5.000.000 30 3.000.000 6 12
3 3 5.000.000 57 3.000.000 6 12
4 4 1.000.000 40 1.000.000 3 9
5 5 10.000.00 50 3.000.000 4 6
6 6 5.000.000 45 2.500.000 4 9
7 7 5.000.000 45 2.500.000 4 9
8 8 1.000.000 45 1.000.000 7 9
9 9 5.000.000 35 2.000.000 7 12
10 10 5.000.000 63 3.000.000 6 6
11 11 5.000.000 35 2.000.000 2 9
12 12 10.000.00 40 3.000.000 4 9
13 13 5.000.000 60 2.500.000 3 12
14 14 10.000.00 46 3.000.000 6 9
15 15 1.000.000 48 1.000.000 4 12
16 16 5.000.000 52 2.500.000 4 6
17 17 10.000.00 43 3.000.000 3 12
18 18 5.000.000 59 2.500.000 3 9
19 19 5.000.000 41 2.500.000 5 9
20 20 5.000.000 37 2.000.000 4 6
21 21 5.000.000 49 2.500.000 8 12
22 22 1.000.000 44 1.000.000 4 9
23 23 5.000.000 33 2.500.000 4 9
24 24 1.000.000 54 1.000.000 5 9
25 25 10.000.00 43 3.000.000 5 12
26 26 5.000.000 44 2.500.000 5 12
27 27 10.000.00 60 3.000.000 7 9
28 28 5.000.000 53 2.500.000 5 12
29 29 1.000.000 47 1.000.000 4 6
30 30 1.000.000 46 1.000.000 4 12
31 31 5.000.000 32 2.500.000 4 9
32 32 10.000.00 58 3.000.000 3 6
33 33 5.000.000 55 2.000.000 5 6
34 34 5.000.000 62 2.500.000 5 6
35 35 10.000.00 34 2.500.000 5 6
36 36 1.000.000 46 1.000.000 4 9
Lanjutan Lampiran 9. Hasil Analisis Regresi
No Identitas
Responden Y (Rp) X1 X2 (Rp) X3 X4
37 37 5.000.000 47 2.000.000 4 12
38 38 5.000.000 44 2.500.000 4 9
39 39 10.000.00 34 3.000.000 4 6
40 40 5.000.000 67 2.500.000 2 6
41 41 10.000.00 60 3.000.000 3 6
42 42 10.000.00 51 3.000.000 7 6
43 43 5.000.000 52 2.000.000 5 6
44 44 5.000.000 52 2.000.000 3 6
45 45 5.000.000 36 2.500.000 3 12
46 46 5.000.000 42 2.500.000 3 12
47 47 1.000.000 62 1.000.000 4 6
48 48 10.000.00 41 3.000.000 4 9
49 49 5.000.000 45 2.000.000 4 6
50 50 10.000.00 64 3.000.000 2 6
51 51 5.000.000 51 2.500.000 3 6
52 52 5.000.000 43 2.500.000 3 6
53 53 10.000.00 56 3.000.000 3 6
54 54 5.000.000 38 2.500.000 3 12
55 55 10.000.00 57 3.000.000 5 6
56 56 5.000.000 54 3.000.000 5 9
57 57 5.000.000 46 2.000.000 4 6
58 58 5.000.000 52 2.000.000 5 6
59 59 5.000.000 40 2.500.000 3 12
60 60 1.000.000 60 1.000.000 4 6
61 61 5.000.000 48 2.000.000 4 6
62 62 10.000.00 46 3.000.000 3 6 Total 352.000.000 2.959 142.500.000 261 522
Rata-Rata 5.677.419 48 2.298.387 4 8
Keterangan :
Y = WTP
X1 = Umur
X2 = Pendapatan
X3 = Jumlah Tanggungan
X4 = Pendidikan
HASIL SPSS
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardi
zed
Coefficien
ts t Sig.
95,0% Confidence Interval
for B Correlations Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Lower
Bound Upper Bound
Zero-
order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant) 9,210 18,457 ,499 ,620 -27,749 46,169
X1 -,202 ,260 -,060 -,777 ,440 -,723 ,319 ,042 -,102 -,056 ,869 1,151
X2 3,554 ,315 ,824 11,283 ,000 2,923 4,185 ,809 ,831 ,818 ,985 1,016
X3 -,374 1,684 -,017 -,222 ,825 -3,747 2,999 ,034 -,029 -,016 ,949 1,054
X4 -2,733 ,963 -,225 -2,838 ,006 -4,661 -,805 -,165 -,352 -,206 ,838 1,193
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson R Square
Change
F
Changedf1 df2
Sig. F
Change
1 ,837a ,701 ,680 17,07500 ,701 33,348 4a 57 ,000 2,494
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 38891,011 4 9722,753 33,348 ,000b
Residual 16618,667 57 291,556
Total 55509,677 61