skripsi singkat

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara definisi di sebutkan bahwa ilmu kedonteran forensik adalah cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan. 1 Seiring dengan perkembangan zaman dan perjalanan waktu, ilmu kedokteran forensik terus berkembang menjadi suatu ilmu yang universal karena meliputi berbagai aspek ilmu pengetahuan. Salah satu bidang penting dalam kedokteran forensik adalah identifikasi. 2 Untuk kepentingan Visum et Repertum ( VeR ), ketika dokter memeriksa jenazah maka identifikasi pada jenazah tetap dilakukan sekalipun jenazah tersebut dikenal. Dokter harus mencatat jenis kelamin, umur, suku bangsa, panjang dan berat badan, kebangsaan, warna kulit, perawakan, rambut, mata, gigi, bekas-bekas luka, tahi lalat, tato, pakaian, perhiasan, barang-barang yang ada pada jenazah, ada tidaknya kumis/jenggot ( pada laki-laki ) dan sebagainya. 2-4 Dalam bidang kedokteran forensik peranan pemeriksaan identifikasi sangatlah penting pada korban yang telah 1

Upload: ester-elisabeth-wowor

Post on 08-Feb-2016

73 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Anatomi

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Singkat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara definisi di sebutkan bahwa ilmu kedonteran forensik adalah cabang spesialistik

dari ilmu kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan

penegakan hukum serta keadilan. 1 Seiring dengan perkembangan zaman dan perjalanan

waktu, ilmu kedokteran forensik terus berkembang menjadi suatu ilmu yang universal karena

meliputi berbagai aspek ilmu pengetahuan. Salah satu bidang penting dalam kedokteran

forensik adalah identifikasi.2

Untuk kepentingan Visum et Repertum ( VeR ), ketika dokter memeriksa jenazah maka

identifikasi pada jenazah tetap dilakukan sekalipun jenazah tersebut dikenal. Dokter harus

mencatat jenis kelamin, umur, suku bangsa, panjang dan berat badan, kebangsaan, warna

kulit, perawakan, rambut, mata, gigi, bekas-bekas luka, tahi lalat, tato, pakaian, perhiasan,

barang-barang yang ada pada jenazah, ada tidaknya kumis/jenggot ( pada laki-laki ) dan

sebagainya.2-4

Dalam bidang kedokteran forensik peranan pemeriksaan identifikasi sangatlah penting

pada korban yang telah meninggal, hal ini oleh karena setelah dilakukan identifikasi terhadap

jenazah untuk kepastian identitas, barulah kemudian pemeriksaan dapat dilakukan pada

tingkat beeerikutnya pada jenazah yang sejak semula tidak dikenal atau biasa disebut dengan

istilah Mr. X, tentunya identifikasi menjadi sulit bila mayat yang dikirim ke rumah sakit atau

puskesmas telah mengalami pembusukan atau mengalami kerusakan berat baik akibat

kebakaran, ledakan, kecelakaan pesawat, ataupun tinggal sebagian jaringan tubuh misalnya

pada kasus mutilasi. Pada kondisi tersebut tidak jarang pihak kepolisian ( penyidik ) hanya

menyerahkan kepala saja, sebagian lengan atau kaki yang terpotong-potong atau kadang kala

tulang belulang saja.1,3

1

Page 2: Skripsi Singkat

Terjadinya peningkatan kasus-kasus korban mutilasi pada akhir-akhir ini membuat

penulis bepikir bahwa proses identifikasi sangat dibutuhkan oleh penyidik untuk mengungkap

identitas korban mutilasi tersebut. Menurut data yang diperoleh penulis dari media cetak,

Kabareskrim Mabes Polri; Irjen. Pol. Drs. Susno Duadji, SH menyatakan bahwa di wilayah

hokum Polda Metro Jaya saja sepanjang tahun 2008 tercatat 6 ( enam ) kasus mutilasi, dan

yang paling menggemparkan adalah kasus mutilasi Heri Santoso yang dimutilasi menjadi 7

( tujuh ) potongan dengan pelaku mutilasi adalah Very Idam Heriyansyah alias Ryan dari

jombang.5

Mengukur panjang badan jenazah bila masih utuh bukanlah merupakan suatu pekerjaan

yang sulit namun kesulitan akan muncul bila jenazah mengalami kerusakan yang sangat hebat

atau tidak lagi utuh.2,6

Pada saat jenazah tidak lagi utuh, perkiraan panjang jenazah dapat dilakukan dengan

mengukur bagian tertentu tubuh jenazah untuk memperkirakan tinggi badan seseorang pada

saat masih hidup. Ada beberapa pengukuran bagian tubuh yang dapat dilakukan untuk

memperkirakan tinggi badan secara umum adalah dengan mengukur jarak kedua ujung jari

kanan dan kiri, mengukur panjang puncak kepala sampai symphisis pubis dikali 2, panjang

salah satu ujung jari tengah sampai olecranon sisi yang sama dikali 3,7, panjang femur dikali

4, ataupun humerus dikali 6, yang semua perhitungan tersebut dapat memperkirakan panjang

jenazah ( tinggi badan ) seseorang.2

Pada kasus mutilasi selain jari-jari tangan/telapak tangan, kepala juga menjadi bagian

yang paling sering menjadi incaran pelaku kejahatan untuk dihilangkan, dimana hal tersebut

dilakukan tentunya untuk menghilangkan identitas si korban. Beberapa cara memisahkan

bagian tubuh yang sering terjadi pada kasus mutilasi adalah dengan memisahkan kepala pada

daerah leher, memisahkan tangan pada daerah ketiak, siku ataupun pergelangan tangan,

memisahkan kaki pada daerah paha atau lutut.6,7

2

Page 3: Skripsi Singkat

Pada kesempatan ini, penulis terdorong untuk melakukan penelitian mencari korelasi

panjang tulang radius dengan tinggi badan yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran UNSRAT kelompok skripsi anatomi-histologi. Hal ini akan dalam

mengidentifikasi tinggi badan seseorang, karena belum ada penelitian tentang hal ini di

Fakultas Kedokteran UNSRAT.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bermaksud untuk mengemukakan suatu

masalah yaitu: apakah ada korelasi antara panjang radius dengan tinggi badan pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran kelompok skripsi anatomi-histologi dan berapa besar

korelasinya?

C. Tujuan

Untuk menentukan nilai korelasi panjang tulang radius dengan tinggi badan pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT kelompok skripsi anatomi-histologi.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk melatih mahasiswa Kedokteran dalam mengidentifikasi tinggi badan seseorang

yang berguna untuk kedokteran forensik

2. Untuk menambah pengetahuan mahasiswa dalam pengolahan data

3. Sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya

3

Page 4: Skripsi Singkat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Antropologi

Antropologi fisik dalam arti khusus adalah bagian dari antropologi yang mencoba

memahami sejarah terjadinya beragam makhluk manusia berdasarkan perbedaan ciri-ciri

tubuhnya, dengan bahan penelitian berupa ciri-ciri tubuh yang tampak lahir seperti warna

kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung,

tinggi dan bentuk tubuh.8,9

B. Antropometri

Karya klasik pratical anthropology yang banyak dirujuk ahli antropologi, Oliver

(1967 ) membuat daftar pengukuran untuk orang hidup dan jenazah. Antropometri orang

hidup meliputi pengukuran tinggi badan, panjang torso, dimensi transversal torso, lingkar

torso, pengukuran kaki dan tangan, berat badan, kepala dan wajah.10

Antropometri secara harafiah berarti pengukuran badan. Antropometri sangat luas

terapannya, tergantung pada pemahaman teoritis ilmuwan untuk mengaaplikasikannya.

Pemahaman teoritis ini mencakup ilmu kedokteran, kesehatan, biologi, pertumbuhan, gizi,

dan patologi. Antropometri dibagi menjadi antropometri hidup dan antropometri skeletal-

dental. Hal ini karena antropologi biologis mencakup rentang waktu masa lalu dan masa kini,

maka pengukuran dalam antropologi di aplikasikan ke rangka dan gigi maupun ke badan

manusia hidup. Tiga tipe pengukuran antropometri adalah ukuran vertikal, horizontal, dan

lingkaran. Aplikasi antropometri mencakup berbagai bidang karena dapat dipakai untuk

menilai status pertumbuhan, status gizidan obesitas, identifikasi individu, olahraga, dan lanjut

usia.10

C. Anatomi Radius

4

Page 5: Skripsi Singkat

Radius dari posisi anatomi berada disebelah luar. Di ujung proksimal tulang radius

terdapat kepala berbentuk diskus yang berartikulasi dengan kapitulum humerus dan takik

radial ulna. Tuberositas radial untuk tempat perlekatan otot biseps terletak pada batang radius

tepat dibawah bagian kepala.13

Ujung distal tulang radius memiliki permukaan karpal konkaf yang berartikulasi

dengan tulang pergelangan tangan, sebuah takik ulnar pada permukaan medialnya untuk

berartikulasi dengan tulang ulna, dan sebuah prosessus stiloid disisi lateral.13

D. Proses Perkembangan Tulang

Tulang pipa di bagi 3 yaitu kedua ujung yang bersendian ( epifisis ), bagian tengah

( diafisis ), dan diantaranya cakra epifisis.14 Pada orang yang masih dalam pertumbuhan

bagian inilah yang bertambah panjang. Di dalam tulang pipa terdapat rongga. Rongga ini

terjadi karena aktivitas osteoklas yang berfungsi merombak sel-sel tulang. Selanjutnya

rongga ini berisi sumsum tulang. Sumsum tulang berwarna kuning, yang merupakan

campuran antara lemak dan sumsum merah. Tulang berwarna kuning, yang merupakan

campuran antara lemak dan sumsum merah.15

Osifikasi adalah proses perubahan tulang rawan menjadi tulang keras. Tangka manusia

telah terbentuk pada akhir bulan kedua, atau awal bulan ketiga pada waktu perkembangan

embrio. Yang mula-mula terbentuk adalah tulang rawan. Kartilago berasal dari jaringan ikat

embrional atau mesenkim. Didalam kartilago terdapat rongga yang mengandung osteoblas.

Peristiwa pengerasan tulang ini urutannya sebagai berikut.15

1. Tulang rawan pada embrio banyak mengandung osteoblas, terutama pada bagian tengah

epifise dan bagian tengah diafise serta pada jaringan ikat pembungkus tulang rawan.

2. Osteoblas kemudian akan membentuk osteosit, (sel-sel tulang keras), yang tersusun

melingkat membentuk suatu sistem Havers, yang banyak mengandung pembuluh darah

serta serabut saraf.

5

Page 6: Skripsi Singkat

3. Osteosit mensekresikan zat protein yang akan menjadi matriks tulang, dan setelah

mendapatkan tambahan senyawa Ca dan P, maka tulang akan mengeras.

4. Terjadinta penulangan pada bagian epifise dan diafise akan menyebabkan terbentuknya

daerah antara yang tidak mengalami penulangan yang disebut cakra epifise yang berupa

tulang rawan yang banyak mengandung osteoblas.

5. Bagian cakra epifise terus mengalami penulangan, sehingga bagian inilah yang dapat

menyebabkan tulang tumbuh memanjang.

6. Bagian tengah tulang pipa terdapat osteoklas yang merombak sel-sel tulang yang telah

terbentuk, sehingga terbentuk rongga yang berisi sumsum tulang.15

E. Perkiraan Tinggi Badan

Disebutkan bahwa tubuh manusia dibangun berdasarkan susunan struktur

tulang/kerangka tubuh manusia.16,17 Berdasarkkan hal tersebut, maka diyakini bahwa tinggi

badan tubuh manusia erat hubungannya dengan ukuran dari panjang tulang-tulang tersebut.

Disebutkan bahwa ukuran panjang tulang-tulang memiliki hubungan yang signifikan dalam

memperkirakan tinggi badan manusia.18

Sering kali autopsi yang dilakukan oleh ahli forensic tidak dilakukan terhadap tubuh

manusia yang masih utuh, tetapi sudah dalam keadaan rusak atau terpotong-potong.18 Dalam

autopsy ataupun rumus yang menyatakan tentang hubungan panjang tulang-tulang tertentu

dengan tinggi badan merupakan acuan yang ridak lagi dapat dipungkiri.16,19-21

Tulang-tulang panjang yang terdapat dalam tulang/kerangka tubuh manusia meliputi

humerus, radius, ulna, femur, tibia dan fibula.21,22,23 Ruas lengan dibangun atas tulang-tulang

panjang seperti humerus pada lengan atas dan radius dan ulna pada lengan bawah.20,21

Dalam memperkirakan tinggi badan seseorang, maka harus diperhatikan bahwa

pembentukan tinggi badan sesorang yang memang sudah dimulai sejak masih dalam

6

Page 7: Skripsi Singkat

kandungan (intra uterin), dan pertumbuhan tinggi badan tersebut akan terus bertambah

ukurannya hingga usia sekitar 20-21 tahun. Setelah usia tersebut tidaklah terlalu signifikan

pertumbuhan tinggi badan dan akan berkurang seiring dengan pertambahan usia.6,16,24

Selain yang disebutkan diatas, perlu diperhatikan pula tentang tinggi badan yang masih

akan mengalami perpanjangan pada beberapa hal, seperti : bahwa pertumbuhan maksimum

akan terjadi pada usia 21-25 tahun.6,16

Disisi lain pula ternyata tinggi badan dapat mengalami penurunan/pengurangan

pertambahan usia setelah 25 tahun akan mengakibatkan terjadinta pengurangan tinggi badan

sekitar 1mm pertahun, pada sore dan malam hari terjadi pengurangan tinggi badan sekitar 1,5

cm dibandingkan dengna pada saat pagi hari, ini disebabkan terjadinya penurunan elastisitas

dan peningkatan kekuatan otot tulang punggung belakang pada waktu sore/malam hari, pada

posisi berdiri tinggi badan mengalami pengurangan dibandingkan pada posisi

terlentang/berbaring, pada tubuh mayat dapat terjadi pengurangan panjang badan selama

terjadinya kaku mayat (rigor mortis)6,16.

Pada keadaan tubuh yang tidak lagi utuh, dapat diperkirakan tinggi badan seseorang

secara kasar, yaitu dengan.2,6

1. Mengukur jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan pada saat direntangkan secara

maksimum, akan sama dengan ukuran tinggi badan.

2. Mengukur panjang dari puncak kepala (vertex) sampai symphisis pubis dikali 2,

ataupun ukuran panjang dari symphisis pubis sampai ke salah satu tumit, dengan posisi

pinggang dan kaki diregang serta tumit dijinjitkan.

3. Mengukur panjang dari lekuk diatas sternum (sterna notch) sampai symphisis pubis lalu

dikali 3,3

4. Mengukur panjang ujung jari tengah sampai ujung olecranon pada satu sisi yang sama

lalu dikali 3,7

7

Page 8: Skripsi Singkat

5. Panjang femur dikali 4

6. Panjang humerus dikali 6

Bila yang dikur adalah tulang-tulang yang dalam keadaan kering, maka umumnya telah

terjadi pemendekan sepanjang 2mm dibandingkan dengan tulang yang sedar, yang tentunya

hal tersebut harus diperhatikan dalam melakukan penghitungan tinggi badan.1 Pada beberapa

tulang disebutkan penyusutan untuk masing-masing tulang femur sebesar 2,3-2,6 mm,

humerus sebesar 1,3 mm, tibia sebesar 1,7 mm dan radius 0,7 mm.25 Dalam mencari tinggi

badan sebenarnya, perlu diketahui pula bahwa rata-rata tinggi badan laki-lakii lebih besar dari

perempuan, maka perlu ada rumus yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Apabila

tidak dibedakan, maka perhitungan ratio laki-laki:perempuan adalah sebesar 100:90. 1,2,26

Secara sederhana pula, Topmaid dan Rollet membuat formula perkiraan tinggi badan

yang kemudian dipopulerkan oleh Ewing pada tahun 1923. Formula tersebut hanya

memperkirakan apakah seseorang tersebut tinggi, sedang atau pendek, dan tidak member

ukuran ketinggian yang begitu tepat. Dalam formula ini disebutkan bahwa panjang tulang

humerus, femur, tibia dan tulang belakang masing-masing adalah 20%, 22%, 27%, dan 35%

daripada ketinggian individu si empunya tulang tersebut.27

Formula Parikh27

Formula ini didasari atas pemeriksaan terhadap tulang-tulang kering.

Laki-laki Perempuan

TB (Cm) = Humerus x 5,31 TB (Cm) = Humerus x 5,31

TB (Cm) = Radius x 6,78 TB (Cm) = Radius x 6,70

TB (Cm) = Ulna x 6,00 TB (Cm) = Ulna x 6,00

TB (Cm) = Femur x 3,82 TB (Cm) = Femur x 3,80

TB (Cm) = Tibia x 4,49 TB (Cm) = Tibia x 4,46

TB (Cm) = Fibula x 4,46 TB (Cm) = Fibula x 4,43

8

Page 9: Skripsi Singkat

F. Mutilasi

Menanggapi kasus mutilasi yang dilakukan oleh Ryan pada tahun 2008 yang lalu

terhadap Heri Santoso yang dimutilasi menjadi tujuh potongan, merupakan tindakan criminal

mutilasi yang terncana dengan proses yang rasional agar tidak tertangkap dan mendapatkan

keuntungan harta benda.5

Mutilasi didefinisikan sebagai keadaan tubuh jenazah/mayat yang terpotong-

potong.1,26,28 pada prinsipnya bahwa jenazah yang termutilasi dapat disebabkan oleh berbagai

faktor seperti : akibat ledakan bom, kecelakaan pesawat terbang, termutilasi karena gigitan

binatang buas serta termutilasi akibat tindak pidana pelaku mutilasi, yang sering menjadi

sorotan adalah mutilasi akibat tindakan kriminal.26 Mutilasi akibat tindakan criminal sering

dihubungkan oleh beberapa ahli dengan perilaku kejahatan seksual.28

Identifikasi merupakan tindakan yang mutlak dilakukan terhadap jenazah yang tidak

dikenal, apalgi terhadap jenazah yang termutilasi. Untuk itu peran dokter forensik dalam

melakukan pemeriksaan secara maksimal sangat diharapkan.29

G. Identifikasi Tulang

Tulang/kerangka merupakan bagian tubuh manusia yang cukup keras, tidak mudah

mengalami pembusukan. Jaringan lunak pembusukan tulang akan mulai mengalami

pembusukan dan menghilang sekitar 4 minggu setelah kematian. Pada masa ini tulang masuh

menunjukkan kesan ligamentum yang masih melekat disertai bau busuk. Setelah 3 bulan,

tulang kelihatan berwarna kuning. Setelah 6 bulan, tulang tidak lagi mempunyai kesan

ligament dan berwarna kuning keputihan, serta tidak lagi mempunyai bau busuk.27 Dengan

demikian, tulang/kerangka merupakan salah satu organ tubuh yang cukup baik untuk

identifikasi manusia karena selain cukup lama mengalami pembusukan, tulang juga

mempunyai karakteristik yang sangat menonjol untuk identifikasi.27,30

9

Page 10: Skripsi Singkat

Upaya identifikasi pada tulang/kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa tulang

tersebut adalah:

1. Apakah tulang manusia atau hewan?

2. Apakan berasal dari satu individu?

3. Berapakah usianya?

4. Berapakah umur tulang itu sendiri?

5. Jenis kelamin?

6. Tinggi badan?

7. Sebab kematian. 6,26,28,30

Identifikasi tulang belulang atau bagian potongan tulang merupakan bagian tulang

belulang yang masih dibaluti sebagian atau seluruh jaringan kulit yang diakibatkan oleh kasus

mutilasi, gigitan binatang buas, maupun akibat lainnya sebaiknya tidak menggunakan satu

prosedur pemeriksaan identifikasi, sangat disarakan agar semaksimal mungkin menggunakan

berbagai identifikasi yang ada sehingga kesimpulan yang diperoleh dapat maksimal dalam

penentuan tinggi badan juga sebaiknya demikian agar hasil maksimal maka disarankan untuk

menggunakan seluruh sisa jaringan yang ada dan menggunakan berbagai metode/formula

pengukuran yang ada.31,32

10

Page 11: Skripsi Singkat

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ialah penelitian deskriptif dimana diperoleh suatu data yang

aktual tentang korelasi tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Ratulangi angkatan 2009 yang termasuk dalam kelompok skripsi Anatomi-Histologi.

B. Tempat dan lamanya penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Unsrat Manado, selama 1 hari pada

tanggal 8 Agustus 2012 di bagian Anatomi-Histologi.

C. Subjek penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah mahasiswa Universitas Sam Ratulangi

Manado kelompok skripsi anatomi-histologi, baik laki-laki dan perempuan, dengan

memenuhi syarat sebagai berikut.

Kriteria inklusi:

- Berbadan sehat

- Usia antara 18 – 24 tahun

- Tidak mengalami kelumpuhan pada kedua tangan

- Bersedia ikut serta dan membantu dalam penelitian ini

D. Populasi dan sampel

Populasi target adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat Manado angkatan 2009

kelompok skripsi Anatomi-Histologi. Sampel berjumlah 24 orang mahasiswa kelompok

skripsi anatomi-histologi.

11

Page 12: Skripsi Singkat

E. Alat dan bahan

- Lembar persetujuan yang berisi penjelasan mengeni proses pelaksanaan

penelitian dan disetujui serta ditanda tangani oleh subjek.

- Meteran digunakan untuk pengukuran panjang tulang radius.

- Microtoise yang digunakan untuk pengukuran tinggi badan dengan (satuan cm)

yang panjangnya 200 cm dengan tingkat ketelitiannya 0,1 cm.

- Alat tulis menulis.

F. Cara pengukuran

1. Tinggi badan

- Subjek diminta untuk melepaskan alas kaki dan topi

- Pastikan alat geser berada pada posisi atas

- Subjek diminta untuk berdiri tegak dibawah alat geser.

- Posisi kepala, bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada

dinding tempat microtoise dipasang kemudian subjek menghadap lurus

kedepan.

- Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih besar.

Pembacaan dilakukan tepat di depan angka pada garis merah sejajar dengan

mata petugas.

2. Panjang tulang radius

- Posisi lengan direntangkan lurus.

- Panjang tulang diukur dari tuberositas radii sampai ke processus styloid.

- Pembacaan dilakukan tepat pada meteran.

G. Variabel penelitian

12

Page 13: Skripsi Singkat

Variabel penelitian yang akan diamati:

1. Panjang radius

2. Tinggi badan

H. Definisi operasional

1. Tinggi badan adalah jarak dari tumit sampai vertex dalam posisi tegak lurus.

2. Panjang tulang radius adalah jarak antara tuberositas radii sampai ke processus

styloid.

I. Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 20. Setelah diperoleh data

mengenai ukuran tinggi badan dan panjang radius, kemudian dihitung nilai rata-rata

dan simpangan baku dari variabel umur, variabel tinggi badan dan panjang radius,

kemudian dilakukan analisis korelasi dan regresi antara tinggi badan dan tinggi bahu

baik pria maupun wanita dengan menggunakan rumus regresi linier sederhana:

Y= a + bX, dimana:

Y= Tinggi badan

X= Panjang radius

a= Konstanta

b= Koefisien regresi

13

Page 14: Skripsi Singkat

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap 24 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Ratulangi yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 14 orang perempuan, dilakukan pada

tanggal 8 Agustus 2012 disusun dalam tabel induk (lihat lampiran) dengan kolom isian:

nomor urut, umur (dalam tahun), jenis kelamin, tinggi badan (dalam centimeter),

panjang radius kanan (dalam centimeter) dan panjang radius kiri (dalam centimeter).

Berikut ini dipaparkan perincan tabel dan data deskriptifnya:

1. Umur subyek penelitian

Tabel I. Umur subyek penelitian

Jenis

Kelamin

Jumlah

Subyek

Umur

(tahun)

Rata-rata

(tahun)

Simpangan

Baku (tahun)

Laki-laki 10 18-24 21 0,66

Perempuan 14 18-24 20 0,72

Keseluruha

n 24 18-24 20 0,77

2. Tinggi badan subyek penelitian

Tabel II. Tinggi badan subyek penelitian

Jenis

Kelamin

Jumlah

Subyek

Tinggi Badan

(cm)

Rata-rata

(cm)

Simpangan Baku

(cm)

Laki-laki 10 161-175 167,80 3,82

Perempuan 14 142-161 155,64 5,21

Keseluruha 24 142-175 160,71 7,65

14

Page 15: Skripsi Singkat

n

3. Panjang radius kanan dan panjang radius kiri subyek penelitian

Tabel III. Panjang radius kanan subyek penelitian

Jenis

Kelamin

Jumlah

Subyek

Panjang Radius

Kanan (cm)

Rata-rata

(cm)

Simpangan Baku

(cm)

Laki-laki 10 26-30 27,55 1,26

Perempuan 14 23,0-26,5 24,89 1,09

Keseluruha

n 24 23-30 26 1,76

Tabel IV. Panjang radius kiri subyek penelitian

Jenis

Kelamin

Jumlah

Subyek

Panjang Radius

Kiri (cm)

Rata-rata

(cm)

Simpangan Baku

(cm)

Laki-laki 10 25,5-30,0 27,4 1,39

Perempuan 14 23,5-26,5 24,93 0,98

Keseluruha

n 24 23,5-30,0 25,96 1,69

Tabel V. Panjang radius subyek

Jenis

Kelamin

Jumlah

Subyek

Panjang

Radius (cm)

Rata-rata

(cm)

Simpangan

Baku (cm)

Laki-laki 10 25,8-30,0 27,47 1,31

Perempuan 14 23,3-26,5 24,91 1,01

Keseluruha 24 23,3-30 25,98 1,71

15

Page 16: Skripsi Singkat

n

4. Analisis Regresi Antara Panjang Radius dengan Tinggi Badan

Berdasarkan perhitungan analisis regresi didapatkan persamaan dan koefisien

korelasi (r) antara panjang radius dengan tinggi badan pada subyek penelitian berikut:

Pada subyek penelitian laki-laki

a. Korelasi antara panjang radius kanan dengan tinggi badan

Tinggi badan laki-laki = 115,315 + 1,305 x panjang radius kanan

Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,626

b. Korelasi antara panjang radius kiri dengan tinggi badan

Tinggi badan laki-laki = 123,236 + 1,626 x panjang radius kiri

Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,591

c. Korelasi antara panjang radius dengan tinggi badan

Tinggi badan laki-laki = 118, 481 + 1,795 x panjang radius

Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,615

Pada subyek perempuan

a. Korelasi antara panjang radius kanan dengan tinggi badan

Tinggi badan perempuan = 75,062 + 3,237 x panjang radius kanan

Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,680

b. Korelasi antara panjang radius kiri dengan tinggi badan

Tinggi badan perempuan = 54,066 + 4,075 x panjang radius kiri

Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,764

c. Korelasi antara panjang radius dengan tinggi badan

16

Page 17: Skripsi Singkat

Tinggi badan perempuan = 60,246 + 3,830 x panjang radius

Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,740

Pada keseluruhan data yang diperoleh:

a. Korelasi antara panjang radius kanan dengan tinggi badan

Tinggi badan = 63,300 + 3,746 x panjang radius kanan

Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,860

b. Korelasi antara panjang radius kiri dengan tinggi badan

Tinggi badan = 59,899 + 3,884 x panjang radius kiri

Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,856

c. Korelasi antara panjang radius dengan tinggi badan

Tinggi badan = 59,838 x 3,883 x panjang radius

Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,866

B. Pembahasan

Pada tabel III dan IV (panjang radius kanan dan kiri), ditemukan perbedaan yaitu nilai

rata-rata radius kanan sedikit lebih panjang dibandingkan dengan radius kiri baik pada laki-

laki maupun perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh sebagian subyek penelitian lebih

banyak beraktivitas dengan menggunakan tangan kanan.

Semua data yang terkumpul dianalisis regresi antara panjang radius dengan tinggi

badan baik kanan maupun kiri, pada laki-laki maupun perempuan serta pada keseluruhan

subyek penelitian, dengan menggunakan rumus analisis regresi linear sederhana:

Y= a+bX

Dimana:

17

Page 18: Skripsi Singkat

Y= variabel terikat, dalam hal ini tinggi badan

a= konstanta

b= koefisien regresi

X= variabel bebas, dalam hal ini panjang radius

Maka didapatkan pada subyek penelitian secara keseluruhan untuk radius kanan dan

kiri didapatkan nilai koefisien korelasi (r) yaitu 0,866. Nilai koefisien korelasi pada subyek

laki-laki (r) = , sedangkan untuk subyek perempuan (r) = . Hasil analisis yang diperoleh suatu

hubungan korelasi yang sangat kuat antara panjang radius dengan tinggi badan.

Melalui analisis regresi didapatkan rumus persamaan untuk memperkirakan tinggi

badan dengan panjang tulang radius.

a. Pada keseluruhan subyek penelitian didapatkan persamaan

Tinggi badan = 59,838 x 3,883 x panjang radius

b. Untuk subyek laki-laki

Tinggi badan laki-laki = 118, 481 + 1,795 x panjang radius

c. Untuk subyek perempuan

Tinggi badan perempuan = 60,246 + 3,830 x panjang radius

Dengan persamaan di atas, maka dapat dikatakan tinggi badan akan bertambah sebesar

3,883 cm bila panjang rata-rata radius bertambah 1 cm pada keseluruhan sampel. Pada

subyek laki-laki tinggi badan akan bertambah sebesar 1,795 bila panjang rata-rata radius

bertambah 1 cm, dan pada subyek perempuan tinggi badan akan bertambah sebesar 3,830 bila

panjang rata-rata radius bertambah 1 cm.

Dalam penerapan pada kasus, sebaiknya rumus ini digunakan sebagai pelengkap

metode perhitungan tinggi badan lainnya, sebab dengan metode gabungan kita akan dapat

memperoleh perkiraan tinggi badan dengan lebih tepat.

18

Page 19: Skripsi Singkat

Hasil penelitian ini diharapkan kiranya rumusan yang diperoleh dapat membantu

mengidentifikasi tinggi badan seseorang.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa dengan

menggunakan analisis regresi diperoleh hubungan yang sangat kuat antara tinggi badan

dengan panjang radius kanan dan kiri pada perempuan, dan hubungan yang kuat antara tinggi

badan dengan panjang radius kanan dan kiri pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sam Ratulangi Manado kelompok Anatomi-Histologi.

B. Saran

1. Perlu dilakukan pengukutan dengan menggunakan sampel yang lebih banyak.

2. Pengukuran panjang tulang di dalam kegunaannya secara medikolegal untuk

kepentingan identifikasi manusia di bidang kedokteran forensik, hendaknya juga

disertai dengan pemeriksaan medik dan teknik lainnya seperti uji DNA.

3. Perlunya dilakukan penelitian terhadap ruas tubuh lainnya dengan jumlah sampel yang

lebih besar.

19

Page 20: Skripsi Singkat

DAFTAR PUSTAKA

1. Budyanto A., Widiatmaka W., atmaja D. s., dkk. IdentifikasiForensik.

Dalam :IlmukedokteranForensik. Bagiankedokteran FK-UI. Jakarta . 1999: 197-202

2. Amir A. Identikasi. Dalam: RangkaianIlmuKedokteranForensik. Edisikedua.

BagianIlmuKedokteranForensik FK-USU. Medan. 2005: 178-203

3. Hamdani N. IdentifikasiMayat. DalamIlmuKedokteranKehakiman. EdisiKedua. PT.

GramediaPustakaUtama. Jakarta. 1992: 83-88

4. Wiliam D. J., Ansford A. J., Friday D. S. Etall.Identification. In: Colour Guide forensic

pathology. Churchill Livingstone. 2002: 13-17

5. http://yuhendrablog>wordprees.com/2008/06/04/kejahatan-mutilasi-version/

6. Nandy A. Identification of An Individual. In: Principles of Forensic Medicine. New

Central Book Agency (P) Ltd. Calcutta. 1996: 47-109

7. Franklin C. A. Postmortem Examination ( autopsy ). In: Modi’s Textbook of medical

jurisprudence and toxicology. Twenty First Adition. N. M. Tripathi Private Limited

Bombay. 1988: 69-95

8. Koentjaraningrat. PengantarIlmuAntropologi. Jilid I. Jakarta.

PenerbitBukuRinekaCipta. 2005: 8-20

9. Koentjaraningrat. PengantarIlmuAntropologi. EdisiRevisi 2009. Jakarta.

PenerbitBukuRinekaCipta. 2009: 5-26.

10. Oliver, G. Practical Anthropology. Charles C. Thomas Publisher. Springfield. 1969

20

Page 21: Skripsi Singkat

11. Indriati, E. AntropologiForensik: IdentifikasiRangkaManusiadalamKonteksHukum.

GadjahMada University Prees. Yogyakarta. 2044.

12. Ross dan Wilson. Dasar-dasarAnatomidanFisiologi. Edisi 10. Jakarta

PenerbitSalembaMedika: 286-309.

13. Ethel S. AnatomidanFisiologiUntukPemula. AlihBahasajamesVeldman. EGC. Jakarta.

2004: 107-108.

14. Biologi Media Center di unduhdari:

http://biologimediacenter.com/ system-gerak-pada-manusia-1-tulang/

15. Byers S. N. Basic of Human Osteologi and Odotologi. In: introduction to Forensic

anthropology. Third edition Boston. 2008: 28-59

16. Amir A. Autopsi. Universitas Sumatera Utara. Prees. Medan 2001.

17. El Najjar M. Y., McWilliams K. R. Forensic Anthropology. Charles C. Thomas

Publisher. Illionis. 1978: 83-105.

18. Ludwig J. Skeletal Sistem. In: Handbook Of autopsy Practice. Third Edition. Human

Press. New Jersey. 2002: 95-99.

19. Mestri S. C. Examination of Skeletal Remains. In: Manual Of Forensic Medicine.

Jaypee Brothers Medical Publisher PVT.Ltd. New Delhi 1994: 45-48.

20. Snell R. S. AnatomiKlinikUntukMahasiswaKedokteran. Bagian I. Edisi 3.

AlihBahasaAdji Dharma. EGC. Jakarta. 1997: 1-55.

21. Snell R. S. AnatomiKlinikUntukMahasiswaKedokteran. Bagian 2. Edisi 3.

AlihBahasaAdji Dharma. EGC. Jakarta. 1998: 113-270.

22. DiMaio V. J., Dana S. E. Introduction to Medicolegal case Work. In: Handbook of

Forensic Pathology. Landes Bioscience. Texas. 1998: 1-11

23. Glinka J. Artaria M. D., Koesbardiati T. MetodePengukuranManusia. Airlangga

University Press. Surabaya. 2008: 1-66.

21

Page 22: Skripsi Singkat

24. Knight B. The Establishment of Identity of Human Remains. In: Forensic Pathology.

Second Edition. Oxford University Press. New York. 1996: 95-132.

25. Wahid S. A. Identifikasi. Dalam: PatologiForensik.

DewanBahasadanPustakaKementrianPendidikan Malaysia. Kuala Lumpur. 1993: 13-

48, 56-78.

26. Idries A. M. Identifikasi. Dalam: PedomanIlmuKedokteranForensik. EdisiPertama.

BinarupaAksara. 1992: 31-52.

27. Curran W. J., McGarry A. L., Petty C. S. Identification Procedures in Death

Investigation. In: Modern Legal Medicine, Psychiatri, and Forensic Science. F. A.

Davis Company. Philadelphia. 1980: 1206-1220.

28. Parikh C. K. Medicolegal Autopsy. In: Medicolegal Postmortem In India. Medical

Publication. Bombay. 1985: 1-17.

29. Haglund W. D. and Sorg M. H. Forensic Taphonomy-The Postmortem Fate Of Human

Remains. CRC Press. Florida. 1997: 367-381, 449-456.

30. Putz R. Pabst R. Sobotta Atlas AnatomiManusia, edisi 22, jilid I. Jakarta: EGC, 2007.

22

Page 23: Skripsi Singkat

LAMPIRAN

Tabel panjang radius dan tinggi badan pada mahasiswa FK Unsrat angkatan 2009 kelompok

Anatomi-Histologi.

No Umur Jenis Kelamin

Tinggi Badan

(cm)

Panjang Radius

Kanan (cm)

Panjang Radius

Kiri (cm)

1 21 Laki-laki 175 28,5 28

2 21 Laki-laki 169 30 30

3 21 Laki-laki 165 27,5 26,5

4 20 Laki-laki 161 26 26

5 22 Laki-laki 168 28,5 29

6 21 Laki-laki 168 26,5 26,5

7 22 Laki-laki 168 27 27

8 20 Laki-laki 170 27,5 27,5

9 21 Laki-laki 164 26 25,5

10 21 Laki-laki 170 28 28

11 20 Perempuan 151 24,5 24,5

12 20 Perempuan 157 25,5 25

13 19 Perempuan 161 26,5 26,5

14 21 Perempuan 142 23,5 23,5

15 20 Perempuan 159 25,5 25,5

16 20 Perempuan 156 24,5 24,5

17 19 Perempuan 161 26 25,5

18 21 Perempuan 156 23 23,5

23

Page 24: Skripsi Singkat

19 21 Perempuan 161 25,5 25,5

20 21 Perempuan 152 25 24

21 20 Perempuan 152 23,5 24

22 21 Perempuan 154 24,5 25

23 20 Perempuan 159 26,5 26,5

24 21 Perempuan 158 24,5 25,5

24