skripsi rini dwiyantipdf
DESCRIPTION
Skripsi mahasiswi fakultas ekonomi jurusan akuntansi yang dapat menjadi sumber inspirasi bagi teman-teman yang ingin menyusun tugas akhir di jurusan akuntansiTRANSCRIPT
-
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU
PELAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Univesitas Diponegoro
Disusun oleh :
RINI DWIYANTI NIM. C2C306037
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2010
-
ii
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun : Rini Dwiyanti
Nomor Induk Mahasiswa : C2C306037
Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Akuntansi
Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KETEPATAN
WAKTU PELAPORAN KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
Dosen Pembimbing : Moh. Didik Ardiyanto, SE., MSi., Akt.
Semarang, Pebruari 2010
Dosen Pembimbing,
(Moh. Didik Ardiyanto, SE., MSi., Akt.)
-
iii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Penyusun : Rini Dwiyanti
Nomor Induk mahasiswa : C2C306037
Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Akuntansi
Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KETEPATAN
WAKTU PELAPORAN KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 16 Agustus 2010
Tim Penguji :
1. Moh. Didik Ardiyanto, SE., MSi., Akt. ()
2. Anis Chariri, SE., MCom., Ph.D. Akt. ()
3. Andri Prastiwi, SE., Msi., Akt. ()
-
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Rini Dwiyanti, menyatakan
bahwa skripsi dengan judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulusan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut diatas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Semarang, Pebruari 2010
Yang membuat pernyataan,
(Rini Dwiyanti) NIM: C2C306037
-
v
ABSTRACT
This research aims to know empirical evidence as for factors influencing timeliness of financial reporting or the manufacture firm listed in Indonesia Stock Exchange. The factors to be anlysised in this research namely debt to equity ratio, profitability (ROA), ownership structure, quality of auditor (KAP), and auditor change.
Sample of this research is 375 manufacture firms listed in Indonesia Stock Exchange period 2005-2007 that selected by using purposive sampling method. Technique of anyisis for examining the hiptesis was logistic regresin at level significance 5%.
Result of this research identify that profitability (ROA) and ownership structure significantly affect timeliness of financial reporting of the firm, whereas debt to equity ratio, quality of auditor (KAP), and auditor change not have an affect to timeliness of financial reporting of the firm listed in Indonesia Stock Exchange. Key words : timeliness, debt to equity ratio (DER), profitability, ownership
structure, quality of auditor (KAP), and auditor change.
-
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini yaitu debt to equity ratio, profitabilitas, struktur kepemilikan, kualitas auditor, dan pergantian auditor. Sampel dari penelitian ini menggunakan 375 perusahaan manufaktur yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2005-2007 yang diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Faktor-faktor tersebut kemudian diuji dengan menggunakan regresi logistic pada tingkat signifikansi 5 persen. Hasil penelitian mengidentifikasi bahwa profitabilitas dan struktur kepemilikan secara signifikan berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan, sedangkan Debt to Equity Ratio, kualitas auditor, dan pergantian auditor tidak berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kata kunci: ketepatan waktu (timeliness), debt to equity ratio, Profitabilitas,
struktur kepemilikan, kualitas auditor, dan pergantian auditor.
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Penulis
menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan,
serta saran dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Moch. Chabachib, MSi., Akt. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
2. Bapak Drs.Idjang Soetikno, MM., Akt. selaku dosen wali yang senantiasa
memberikan bantuan dan saran kepada penulis selama masa perkuliahan.
3. Bapak Moh. Didik Ardiyanto, SE., MSi., Akt. selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan saran, bimbingan dan pengarahan sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Seluruh dosen dan staff Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro atas
ilmu dan bantuannya selama penulis menempuh pendidikan di
universitas.
5. Bapak yang slalu dihati dan Ibu di Tegal yang selalu menjadi inspirasi
hidupku, Adeku: Hadi, Edi, Endang serta kakakku: Sri dan Dana dengan
si kecil: Sofa, Sifa, Kahfi trimakasih banyak untuk doa dan
pengertiannya.
-
viii
6. Keluarga Besar PT. Setiawan Sedjati Cabang Semarang khususnya
Bpk.Adi Tjahjanto, Bpk.D.Suseno, dan Bpk.Bambang trimakasih atas
kemudahan serta dukungannya selama kuliah.
7. Teman terbaikku Eka makasih buat sharingnya, Septi TA15d, Astri,
Rizki, Mur, Pepi, Nunik makasih buat dukungan dan bantuan serta
xtnci06 untuk persahabatan yang indah selama 2 tahun.
8. Keluarga besar Inspektorat Kota Pekalongan khususnya Ibu Julistyowati
dan divisi Kesekretariatan serta temen CPNS09 Pkl :Wahyu, Andreas,
Fakhrul, Imam, Tiwi, Hari, Sari, Antony, Okta, dan Yeni trimakasih atas
kemudahan, dukungan, dan doanya selama proses ujian skripsi.
9. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan penelitian di
masa datang. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai
tambahan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan.
Semarang, Agustus 2010
Penulis
-
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN .................................... iii
HALAMAN ORISINALITAS SKRIPSI ......................................................... iv
ABSTRACT ....................................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 7
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................. 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................ 9
1.3.2 Kegunaan Penelitian .................................................... 9
1.4 Sistematika Penulisan .............................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu................................ 11
-
x
2.1.1 Landasan Teori ............................................................. 11
2.1.1.1 Laporan Keuangan .......................................... 11
2.1.1.2 Ketepatan Waktu (Timeliness) ....................... 16
2.1.1.3 Teori Keagenan (Agency Theory) .................. 18
2.1.1.3 Teori Sinyal (Signalling Theory) ................... 22
2.1.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan
waktu pelaporan keuangan ............................. 23
2.1.2 Penelitian Terdahulu .................................................... 27
2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................. 31
2.3 Hipotesis ................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ........... 37
3.1.1 Variabel Penelitian ...................................................... 37
3.1.2 Definisi Operasional Variabel ...................................... 37
3.2 Populasi dan Penentuan Sampel .............................................. 40
3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 42
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 43
3.5 Metode Analisis ....................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ..................................................... 47
4.1.1 Hutang Perusahaan ....................................................... 47
4.1.2 Modal Perusahaan ........................................................ 49
4.1.3 Aktiva Perusahaan ........................................................ 51
-
xi
4.1.4 Laba/Rugi Perusahaan .................................................. 52
4.1.5 Struktur Kepemilikan .................................................. 54
4.1.6 Kualitas Auditor .......................................................... 55
4.1.7 Pergantian Auditor ...................................................... 57
4.2 Analisis Statistik Deskriptif .................................................... 58
4.3 Uji Hipotesis .......................................................................... 59
4.3.1 Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of fit
test) ......................................................................... 60
4.3.2 Menilai Keseluruhan Model (Overall model fit test) ... 60
4.3.3 Menguji Koefisien Regresi .......................................... 61
4.4 Pembahasan .......................................................................... 64
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 68
5.2 Keterbatasan .......................................................................... 69
5.3 Saran ......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 3.1 Sampel Penelitian ..................................................................... 41
TABEL 4.1 Hutang Perusahaan ................................................................... 48
TABEL 4.2 Modal Perusahaan .................................................................... 50
TABEL 4.3 Aktiva Perusahaan .................................................................... 52
TABEL 4.4 Profitabilitas (Laba) Perusahaan .............................................. 53
TABEL 4.5 Struktur Kepemilikan ............................................................... 54
TABEL 4.6 Kualitas Auditor ....................................................................... 56
TABEL 4.7 Pergantian Auditor ................................................................... 57
TABEL 4.8 Statistik Deskriptif ................................................................... 58
TABEL 4.9 Hosmer and Lemeshow Test..................................................... 60
TABEL 4.10 Overall Model Fit Test ............................................................. 61
TABEL 4.11 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ....................................... 62
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................... 31
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A Data Perusahaan Tahun 2005 ........................................... 73
LAMPIRAN B Data Perusahaan Tahun 2006 ........................................... 77
LAMPIRAN C Data Perusahaan Tahun 2007 ........................................... 81
LAMPIRAN D Case Summaries ............................................................... 85
LAMPIRAN E Descriptive Statistics ........................................................ 94
LAMPIRAN F Logistic Regression .......................................................... 95
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat pesat
dan tentunya di masa mendatang bisnis investasi ini akan menjadi sedemikian
kompleks, dengan tingkat persaingan yang sangat ketat, terutama dalam upaya
penyediaan dan perolehan informasi dalam setiap pembuatan keputusan. Salah
satu sumber informasi penting dalam bisnis investasi di pasar modal adalah
laporan keuangan yang disediakan setiap perusahaan yang Go Public.
Pelaporan keuangan merupakan sarana bagi perusahaan untuk
menyampaikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomi mengenai
sumber daya yang dimiliki serta kinerjanya kepada berbagai pihak yang memiliki
kepentingan atas informasi tersebut. Salah satu informasi yang penting bagi
pemakai yang berkaitan dengan laporan keuangan adalah informasi Leverage
keuangan dan profitabililitas perusahaan. Para pemakai sering menjadikan
leverage keuangan yang diukur dengan debt to equity ratio dan profitabilitas
perusahaan yang berasal dari laporan keuangan sebagai salah satu indikator untuk
landasan di dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Weston dan Copeland
(1995) dalam Hilmi dan Ali (2004) menyatakan bahwa rasio leverage mengukur
tingkat aktiva perusahaan yang telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Sedangkan
rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas digunakan untuk menunjukkan
keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan (Ang, 1997).
-
2
Pelaporan keuangan perusahaan dianggap pemakai utama (investor dan
kreditor) sebagai good news dan bad news. Good news memiliki arti bahwa
informasi yang disajikan dianggap sebagai hal penting dan dapat digunakan
sebagai pengambilan keputusan kredit dan keputusan investasi. Adapun bad news
mempunyai pengertian bahwa informasi yang disajikan tidak dapat memenuhi
informasi kunci sehingga investor dan kreditor sebagai pengguna utama
memandang bahwa financial reporting masih bermanfaat namun perlu diperbaiki.
Investor sebagai pemegang saham atau pemilik perusahaan dari pihak luar
memerlukan laporan keuangan untuk mengetahui tingkat kembalian (rate of
return) atas investasi dan membantu untuk memutuskan tindakan mereka baik
untuk membeli, menahan, atau menjual saham-saham perusahaan.
Badan Pengawas Pasar Modal dalam peraturannya mewajibkan bahwa
laporan keuangan tahunan yang dilaporkan perusahaan yang go public harus
terlebih dahulu diaudit oleh akuntan yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan. Keharusan laporan keuangan diaudit mendorong
Kantor Akuntan Publik untuk meningkatkan kualitas atas hasil auditnya. Seperti
yang dinyatakan oleh DeAngelo (1981) dalam Ali dan Hilmi (2008) bahwa KAP
yang lebih besar dapat diartikan kualitas audit yang dihasilkan pun lebih baik
dibandingkan kantor akuntan publik kecil.
Hendriksen dan Breda (2000) mengungkapkan bahwa jika data akuntansi
harus relevan bagi pengambilan keputusan investor, data itu harus memberikan
input ke dalam model keputusan para investor. Laporan keuangan sebagai sebuah
informasi akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan oleh para pemakainya
-
3
apabila relevan dan handal. Informasi yang relevan adalah informasi yang
predictable, mempunyai feed back value serta tepat waktu (Annisa, 2004). Hal ini
mencerminkan betapa ketepatwaktuan (timeliness) merupakan salah satu faktor
penting dalam penyajian laporan keuangan kepada publik sehingga perusahaan
diharapkan untuk tidak menunda penyajian laporan keuangannya agar informasi
tersebut tidak kehilangan kemampuannya dalam mempengaruhi pengambilan
keputusan.
Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam
menyampaikan laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia telah diatur
dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal. Pada tahun 1996, Bapepam
juga mengeluarkan Lampiran keputusan Ketua Bapepam Nomor: 80/PM/1996
tentang kewajiban bagi setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan
laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan audit independennya kepada
Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah
tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan. Kemudian diperketat dengan
dikeluarkannya Kep-17/PM/2002 dan telah diperbaharui dengan Peraturan
Bapepam Nomor X.K.2, lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-
36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai
dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada
Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal
laporan keuangan tahunan. Penyempurnaan peraturan ini dimaksudkan agar
investor dapat lebih cepat memperoleh informasi keuangan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan investasi serta menyesuaikan dengan perkembangan pasar
-
4
modal. Perusahaan-perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam akan dikenakan sanksi
administratif sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebagai contoh pada tahun
1997 Bapepam mengumumkan telah memberikan peringatan secara resmi dan
mengenakan denda sebesar Rp. 2,98 miliar kepada 170 perusahaan atas
keterlambatan penyampaian laporan keuangan (Naim, 1999).
Penelitian-penelitian yang menganalisis faktor-faktor penyebab
perusahaan tidak mampu memenuhi ketepatan waktu pelaporan keuangan telah
dilakukan di beberapa negara seperti Amerika dan Australia, antara lain penelitian
Dyer dan McHugh (1975), Davis dan Whittred (1980), Givoly dan Palmon
(1981), Schwartz dan Soo (1996). Penelitian sebelumnya menemukan bukti
empiris bahwa keterlambatan pelaporan keuangan dipengaruhi oleh berita buruk
perusahaan, seperti keterlambatan pelaporan keuangan dihubungkan dengan
kesulitan keuangan, qualified opinion oleh auditor, dan keterlambatan audit. Dyer
dan Mc Hugh (1975) dalam Oktorina dan Suharli (2005) meneliti profil ketepatan
waktu pelaporan dan normalitas keterlambatan dengan menggunakan 120
perusahaan di Australia periode 1965-1971. Hasil penelitian mereka menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan dan tanggal berakhirnya tahun buku berpengaruh
dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, sedangkan profitabilitas
tidak signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan. Owusu dan Ansah
(2000) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu laporan
keuangan di pasar modal yang berkembang di Zimbabwe. Hasil penelitiannya
menemukan bukti empiris bahwa hanya ukuran perusahaan dan profitabilitas yang
-
5
mempengaruhi ketepatan waktu dimana perusahaan mengeluarkan laporan
keuangan tahunan yang diaudit.
Di Indonesia, Bandi dan Hananto (2000) meneliti hubungan ketepatan
waktu pelaporan keuangan dengan reaksi pasar atas ketepatan waktu. Dari
penelitian tersebut ditemukan bukti empiris bahwa keterlambatan antara
perusahaan besar dan kecil berbeda. Temuan empiris lain dalam penelitian ini,
yaitu ketepatan waktu pelaporan antara pelaporan sebelum dan sesudah waktu
yang diharapkan tidak berpengaruh pada harga saham.
Selanjutnya Saleh (2004) meneliti variabel-variabel seperti rasio gear,
ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan perusahaan, profitabilitas, umur
perusahaan dan exstra ordinary item. Namun, penelitian ini hanya menemukan
satu bukti empiris yaitu variabel exstra ordinary saja yang berpengaruh signifikan
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan manufaktur.
Dalam penelitian Oktaria dan Suharli (2005) mengenai faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan di BEJ. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, dan
kantor akuntan besar mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan
perusahaan. Sedangkan debt to equity ratio dan profitabilitas tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Peneliti Hilmi dan Ali (2008) melakukan pengujian faktor-faktor yang
mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan di BEJ dengan
memberikan hasil bahwa hanya profitabilitas, likuiditas, kepemilikan publik, dan
-
6
reputasi KAP secara signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan di BEJ.
Akibat secara langsung yang diterima oleh perusahaan yang terlambat
dalam pelaporan keuangan perusahaan adalah akibat buruk yang ditanggung
perusahaan seperti yang pernah terjadi di pasar modal Australia pada tahun 1973
di mana terdapat 38 perusahaan yang sahamnya dilarang diperdagangkan karena
38 perusahaan tersebut gagal menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan
batas waktu penyampaian. Sedangkan akibat secara tidak langsung yaitu para
investor mungkin akan menanggapi sebagai sinyal buruk bagi perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui betapa penting ketepatan waktu
pelaporan keuangan suatu perusahaan kepada para pemakai laporan keuangan.
Tetapi masih terdapat perusahaan-perusahaan yang tidak dapat menyampaikan
laporan keuangan tepat waktu.
Menurut hasil penelitian Respati (2001) dan Naim (1998) mengenai
profitabilitas yang mempunyai pengaruh terhadap ketepatan pelaporan keuangan
bertentangan dengan hasil penelitian Saleh (2004) dan Megawati (2005) yang
menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap ketepatan pelaporan
keuangan. Pada penelitian Respati (2004) dan Hilmi dan Ali (2008) menyatakan
bahwa struktur kepemilikan mempunyai pengaruh pada ketepatan pelaporan
keuangan yang bertentangan dengan pendapat Saleh (2004). Sedangkan hasil
penelitian Hilmi dan Ali (2008) mengenai kualitas auditor yang berpengaruh pada
ketepatan waktu pelaporan keuangan bertentangan dengan hasil penelitian dari
Anissa (2004).
-
7
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
penelitian pada beberapa peneliti untuk variabel penelitian yang sama, mendorong
untuk melakukan pengujian kembali mengenai faktor-faktor seperti profitabilitas,
struktur kepemilikan, dan kualitas auditor yang mempengaruhi ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan di Indonesia, khususnya perusahaan manufaktur.
Pemilihan perusahaan-perusahaan publik yang masuk kategori perusahaan
manufaktur ini didasarkan pada pertimbangan akan homogenitas dalam aktivitas
produksinya dan kelompok industri ini yang relatif lebih besar jika dibandingkan
dengan kelompok industri yang lain di Bursa Efek Indonesia, sehingga
mendominasi bursa dan mempunyai kontribusi besar terhadap perkembangan
bursa.
Adapun faktor-faktor yang akan diuji kembali dalam penelitian ini adalah
debt to equity ratio, profitabilitas, struktur kepemilikan dan kualitas auditor. Yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yakni dalam penelitian
ini dimasukkan variabel pergantian auditor dalam mengaudit laporan keuangan
tahunan perusahaan selama 3 periode berturut-turut yaitu periode 2005, 2006,
2007.
1.2 Rumusan Masalah
Laporan keuangan merupakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Suatu
laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam laporan
-
8
keuangan tersebut dapat disajikan secara akurat dan tepat pada saat dibutuhkan
oleh para pengguna informasi laporan keuangan sebelum informasi tersebut
kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi keputusan ekonomi. Hal ini
menunjukkan bahwa ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik
sangat penting.
Meskipun telah jelas manfaat ketepatan waktu penyajian laporan keuangan
serta aturan-aturan yang mewajibkannya, namun masih terdapat beberapa
perusahaan yang terlambat melaporkan laporan keuangan serta masih sedikit
penelitian di Indonesia mengenai ketepatan waktu pelaporan keuangan yang
menggunakan variabel bebas diluar karakteristik perusahaan seperti perubahan
auditor dan kualitas auditor terutama dengan sampel perusahaan manufaktur,
sehingga mendorong untuk dilakukan pengujian kembali terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut, masalah yang akan diteliti selanjutnya dapat
dirumuskan dalam pernyataan berikut :
1. Apakah debt to equity ratio secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan
waktu pelaporan laporan keuangan.
2. Apakah profitabilitas secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu
pelaporan laporan keuangan.
3. Apakah struktur pemilikan pihak luar secara signifikan berpengaruh terhadap
ketepatan waktu pelaporan laporan keuangan.
-
9
4. Apakah kualitas auditor (Kantor Akuntan Publik) yang digunakan perusahaan
untuk mengaudit laporan keuangan secara signifikan berpengaruh terhadap
ketepatan waktu pelaporan laporan keuangan.
5. Apakah pergantian auditor yang dilakukan perusahaan secara signifikan
berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan laporan keuangan.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini mempunyai tujuan
untuk menemukan bukti empiris apakah faktor-faktor seperti debt to equity ratio,
profitabilitas, struktur kepemilikan, kualitas auditor, dan pergantian auditor
mempengaruhi kepatuhan perusahaan-perusahaan manufaktur dalam ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk praktisi manajemen perusahaan, analis laporan keuangan, investor,
kreditur, hasil penelitian ini akan memberikan gambaran serta temuan temuan
tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan perusahaan.
2. Untuk akademisi, sebagai kontribusi bagi pihak akademisi untuk memahami
pentingnya ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan memberikan
wacana bagi perkembangan studi akuntansi yang berkaitan dengan ketepatan
waktu pelaporan keuangan.
-
10
1.4 Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan pembahasan disusun secara sistematis ke dalam lima
bab yaitu bab pendahuluan, bab tinjauan pustaka, bab metode penelitian, bab hasil
dan pembahasan, dan bab penutup. Bab pendahuluan menjelaskan mengenai latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta
sistematika penulisan penelitian. Bab tinjauan pustaka memaparkan mengenai
landasan teori dan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran penelitian dan
hipotesis yang terdapat dalam penelitian. Bab metode penelitian menjelaskan
mengenai variabel penelitian dan definisi operasional, populasi penelitian, jenis
dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis yang digunakan
dalam penelitian. Bab hasil dan pembahasan menjelaskan mengenai deskripsi
obyek penelitian serta analisis data dan pembahasan. Sedangkan pada bab penutup
berisi tentang kesimpulan penelitian dan keterbatasan serta saran dalam penelitian.
-
11
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
2.1.1 Landasan Teori
2.1.1.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan alat penguji untuk
menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan. Sebelum membahas secara
mendalam mengenai membaca, menganalisis dan menafsirkan kondisi keuangan
suatu perusahaan melalui laporan keuangannya, maka berikut ini akan diuraikan
terlebih dahulu mengenai definisi akuntansi laporan keuangan. Sebab
sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa laporan keuangan merupakan
produk akhir dari siklus akuntansi.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007) disebutkan bahwa
laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai
laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu
juga termasuk skedul-skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan
laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis,
serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
-
12
Sedangkan laporan keuangan menurut Baridwan (1997) yaitu hasil akhir
dari suatu proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-
transaksi keuntungan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan
keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan membebaskan diri dari tanggung
jawab yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu
laporan keuangan dapat juga digunakan unutk memenuhi tujuan-tujuan lain
sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Kieso dan Weygandt (2002) menyatakan bahwa pelaporan keuangan
berisi laporan keuangan yang merupakan komponen utama pelaporan keuangan
dan laporan-laporan tambahan seperti pelaporan inflasi, diskusi dan analisis
manajemen dalam laporan tahunan, dan surat-surat kepada pemegang saham.
Tujuan laporan keuangan menurut IAI (2007) adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan tujuan pelaporan keuangan menurut
Kieso dan Weygandt (2002) adalah untuk memberikan :
1. Informasi yang berguna dalam keputusan investasi dan kredit.
2. Informasi yang berguna dalam menilai prospek arus kas.
3. Informasi mengenai sumberdaya perusahaan, klaim pada sumberdaya tersebut,
dan perubahan dalam sumberdaya tersebut.
Berikut para pengguna laporan keuangan serta kepentingannya terhadap
laporan keuangan (IAI, 2007) yaitu:
-
13
1. Investor
Para investor memanfaatkan laporan keuangan untuk membantu dalam
pengambilan keputusan apakah harus membeli, menahan atau menjual
investasi. Selain itu juga untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
membayar dividen.
2. Karyawan
Laporan keuangan memungkinkan karyawan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan
kerja.
3. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman memerlukan informasi keuangan untuk memutuskan
apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditur lain
Untuk mengetahui apakah jumlah yang terutang dapat dibayar pada saat jatuh
tempo.
5. Pelanggan
Berkepentingan mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama apabila
antara perusahaan dan pelanggan terlibat dalam perjanjian jangka panjang.
6. Pemerintah
Pemerintah memerlukan informasi keuangan untuk mengatur aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan dasar untuk menyusun statistik
pendapatan nasional dan statistik lainnya.
-
14
7. Masyarakat
Menyediakan informasi agar masyarakat dapat mengetahui perkembangan
kemakmuran perusahaan serta serangkaian aktivitasnya. Selain itu juga
perusahaan membantu memberikan kontribusi pada perekonomian nasional
termasuk jumlah orang yang dipekerjakan.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan menjadi berguna bagi pemakai laporan keuangan.
Terdapat empat karakteristik pokok laporan keuangan yaitu (IAI, 2007) :
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang dapat ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk dapat segera dipahami oleh pemakai. Untuk
maksud ini, pemakai diasumsikan memilki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas dan bisnis akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi
kompleks yang dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan
hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk
dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas
relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa
depan, membantu mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
-
15
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan oleh pemakainya sebagai penyajian yang tulus
atau jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi tersebut secara potensial
dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas
kerugian dalam suatu tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak
tepat bagi perusahaan mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam
neraca, meskipun tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari
tuntutan tersebut.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan perusahaan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, dan
perubahan posisi keuangan secara relatif.
Salah satu kendala informasi yang relevan dan andal adalah tepat waktu,
apabila terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Pelaporan keuangan
publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang
pasar modal, yang telah diperbaharui dengan Peraturan Bapepam Nomor X.K.2,
Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-36/PM/2003 yang berlaku
-
16
sejak tanggal 30 September 2003 tentang kewajiban penyampaian laporan
keuangan berkala (akhir tahun dan tengah tahunan) yang disusun berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dari Ikatan Akuntan Indonesia.. Pelaporan
dan publikasi laporan keuangan tahunan yang diaudit dan laporan tengah tahunan
yang tidak diaudit adalah bersifat wajib, sedangkan penyampaian laporan
keuangan triwulan bersifat sukarela.
2.1.1.2 Ketepatan Waktu (Timeliness)
Menurut IAI (2007) bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang relevan akan bermanfaat bagi
para pemakai apabila tersedia tepat waktu sebelum pemakai kehilangan
kesempatan atau kemampuan untuk mempengaruhi keputusan yang akan diambil.
Tepat waktu diartikan bahwa informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk
dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-
keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan
tersebut (Baridwan, 1997). Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi
relevansi informasi tidak dimungkinkan tanpa ketepatan waktu. Informasi
mengenai kondisi dan posisi perusahaan harus secara cepat dan tepat waktu
sampai ke pemakai laporan keuangan.
Ketepatan waktu merupakan batasan penting pada publikasi laporan
keuangan. Akumulasi, peringkasan, dan penyajian selanjutnya informasi
-
17
akuntansi harus dilakukan secepat mungkin untuk menjamin tersedianya
informasi sekarang di tangan pemakai. Ketepatan waktu juga menunjukkan bahwa
laporan keuangan harus disajikan pada kurun waktu teratur untuk memperlihatkan
perubahan keadaan perusahaan pada gilirannya mungkin akan mempengaruhi
prediksi dan keputusan pemakai (Hedriksen dan Breda, 2000).
Chamber dan Penman dalam Hilmi dan Ali (2008) mendefinisikan
ketepatan waktu dalam dua cara yaitu : (1) ketepatan waktu didefinisikan sebagai
keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal
melaporkan, (2) ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan
relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan.
Keterlambatan terjadi jika perusahaan melaporkan informasi
keuangannya setelah tanggal yang ditentukan. Hal ini sesuai dengan peraturan
X.K.2 yang diterbitkan Bapepam dan didukung oleh peraturan terbaru Bapepam,
X.K.6 tertanggal 7 Desember 2006, maka penyampaian laporan keuangan tahunan
yang telah diaudit dikatakan tepat waktu apabila diserahkan sebelum atau paling
lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan
perusahaan publik tersebut. Sedangkan untuk laporan tengah tahunan : (1)
selambat-lambatnya 30 hari setelah tengah tahun buku berakhir, jika tidak disertai
laporan akuntan, (2) selambat-lambatnya 60 hari setelah tengah tahun berakhir
jika disertai laporan akuntan dalam rangka penelaahan terbatas, (3) selambat-
lambatnya 90 hari setelah tengah tahun buku berakhir jika disertai laporan
akuntan yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan.
-
18
2.1.1.3 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan salah satu cara untuk lebih memahami
ekonomi informasi dengan memperluas satu individu menjadi dua individu yaitu
agen dan prinsipal. Menurut Meckling (1976) dalam Saleh (2004), teori ini
menjelaskan hubungan antara agen (manajemen usaha) dan prinsipal (pemilik
usaha). Didalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana satu orang
atau lebih (principal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa
atas nama principal dan memberi wewenang kepada Agent untuk membuat
keputusan terbaik bagi principal.
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh sebab itu, manajer mempunyai
kewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.
Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi
seperti laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dimaksudkan untuk
digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan. Namun yang
paling berkepentingan dengan laporan keuangan adalah para pengguna eksternal
(diluar manajemen) karena pengguna laporan keuangan di luar manajemen berada
dalam kondisi yang paling besar ketidakpastian. Sedangkan para pengguna
internal (manajemen perusahaan) memiliki kontak langsung dengan perusahaan
dan mengetahui peristiwa yang terjadi sehingga tingkat ketergantungan terhadap
informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal.
-
19
Situasi ini akan memicu timbulnya suatu kondisi yang disebut sebagai
asimetri informasi (information asymmetry), yaitu suatu kondisi di mana prinsipal
tidak memiliki informasi yang mencukupi mengenai kinerja agen dan tidak pernah
dapat merasa pasti bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil
aktual perusahaan.
Salah satu elemen kunci dari teori agensi adalah bahwa prinsipal dan
agen memiliki preferensi atau tujuan yang berbeda dikarenakan semua individu
bertindak atas kepentingan individu sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal
diasumsikan hanya tertarik kepada pengembalian keuangan yang diperoleh dari
investasi mereka di perusahaan tersebut, sedangkan para agen diasumsikan tidak
hanya menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan akan tetapi juga dari
tambahan yang terlibat dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang
banyak, kondisi kerja yang menarik, keanggotaan klub, dan jam kerja yang
fleksibel.
Dalam hubungan agensi terdapat tiga masalah utama yaitu pertama
masalah pengendalian yang dilakukan oleh prinsipal terhadap agen. Masalah
pengendalian tersebut meliputi beberapa masalah pokok yaitu tindakan agen yang
tidak bisa diamati oleh prinsipal dan mekanisme pengendalian tersebut. Tanpa
memantau kegiatan agen, hanya agen yang mengetahui apakah agen bekerja atas
kepentingan terbaik prinsipal. Disamping itu, hanya agen yang mengetahui lebih
banyak tentang tugas agen dibandingkan pinsipal. Adanya tindakan agen yang
tidak diketahui secara pasti oleh prinsipal, memaksa pinsipal melakukan
-
20
pengendalian dengan mekanisme pengendalian agar kepentingan yang dapat
berjalan sesuai yang diharapkan yaitu melalui monitoring dan kontrak insentif.
Kedua adalah masalah biaya yang menyertai hubungan agensi.
Munculnya perbedaan diantara prinsipal dan agen menyebabkan munculnya biaya
tambahan sebagai biaya agensi. Sebagai contoh biaya yang termasuk biaya agensi
yaitu biaya kompensasi insentif yang berupa bonus dalam bentuk opsi saham,
biaya monitoring (biaya audit) dan biaya kesempatan (oppportunity cost) yang
muncul karena kesulitan perusahaan besar untuk merespon kesempatan baru
sehingga kehilangan peluang untuk memperoleh keuntungan.
Masalah ketiga adalah tentang bagaimana menghindari dan
meminimalisasi biaya agensi. Prinsipal memiliki kepentingan untuk memperkecil
biaya agensi yang muncul. Usaha yang dapat dilakukan oleh principal untuk
memperkecil biaya agensi karena tidak dapat dihilangkan sama sekali adalah
dengan mencari manajer yang benar-benar dapat dipercaya dan mengetahui secara
jelas kapabilitas dan personalitas. Kunci kerjasama dalam hubungan agensi adalah
kepercayaan yang didasarkan pada informasi yang benar tentang agen. Usaha
yang kedua adalah memperjelas kontrak insentif dengan skema kompensasi
opsional sehingga memotivasi agen untuk bekerja sesuai kepentingan prinsipal
dengan penghargaan yang wajar terhadap prinsipal.
Dalam pelaksanaan teori agensi mengharuskan agen memberikan
informasi yang rinci dan relevan atas pendanaan biaya modal perusahaan. Pada
kenyataan, tidak semudah itu prinsipal memperoleh informasi yang dibutuhkan
atau agen memberikan informasi tersebut kepada prinsipal. Perbedaan
-
21
kepentingan diantara kedua pihak menyebabkan agen memberikan atau menahan
infomasi yang diminta prinsipal bila menguntungkan bagi agen, walaupun sudah
menjadi kewajiban bagi agen untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
prinsipal. Oleh karena itu, penelitian mengenai ketepatan waktu merupakan
pengembangan lebih lanjut dari teori keagenan yang menunjukkan adanya
perbedaan pandangan dan kepentingan antara principal dan agent (Jensen dan
Mekling, 1976 dalam Ukago, 2004). Pandangan yang mendukung konsep ini
adalah pendapat Kim dan Verrechia yang mengemukakan bahwa ketepatan waktu
akan mengurangi informasi asimetri tersebut (Ukago, 2004).
Jensen dan Meckling (1976) juga menyatakan bahwa terdapat tiga unsur
yang dapat membatasi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh agen. Unsur-
unsur tersebut adalah bekerjanya pasar tenaga manajerial, bekerjanya pasar modal
dan bekerjanya pasar bagi keinginan menguasai dan memiliki kepemilikan
perusahaan (market for corporate control). Agen bisa tidak mempunyai masa
depan bila kinerjanya buruk sehingga diberhentikan oleh pemegang saham. Pasar
tenaga manajerial akan menghapus kesempatan agen yang tidak mempunyai
kinerja baik dan berperilaku menyimpang dari keinginan pemegang saham
perusahaan yang dikelola oleh agen. Bekerjanya pasar modal secara efisien bisa
menjadi cermin kinerja manajer dari harga saham perusahaannya. Bekerjanya
market for corporate control bisa menghambat tindakan menguntungkan diri
pengelola sendiri, dalam hal menghentikan pengelola dari jabatannya jika
perusahaan yang dikelolanya mempunyai kinerja rendah yang memungkinkan
-
22
pemegang saham baru menggantinya dengan pengelola (agen) lain setelah
perusahaan diambil alih.
2.1.1.4 Teori Sinyal ( Signalling Theory)
Signalling Theory dan asymmetric informations digagas pertama kali
oleh Ackerlof, Spence dan Stigliz yang menjadikan mereka memperoleh Nobel
Ekonomi pada tahun 2001. Signalling theory dikembangkan dalam ilmu ekonomi
dan keuangan yang menggunakan informasi yang asimetris antara perusahaan
dengan pihak luar karena manajemen lebih banyak tahu tentang prospek
perusahaan dan peluang masa depan dibandingkan pihak luar (investor). Asimetri
informasi akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua
informasi yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan ke pasar modal. Untuk
menghindari asimetris informasi, perusahaan harus memberikan informasi sebagai
sinyal kepada investor. Asimetris informasi perlu diminimalkan, sehingga
perusahaan go public dapat menginformasikan keadaan perusahaan secara
transparan kepada investor.
Investor selalu membutuhkan informasi yang simetris sebagai
pemantauan dalam menanamkan dana pada statu perusahaan. Jadi sangat penting
bagi perusahaan untuk memberikan informasi setiap account (rekening) pada
laporan keuangan dimana merupakan sinyal untuk diinformasikan kepada investor
maupun calon investor (Subalno, 2009).
Signalling theory tampak secara konstan membesar dengan anjuran untuk
mengungkap secara besar-besaran. Wolk dan Tearney (1997) dalam Wanalita
-
23
(2008) menyatakan bahwa hal positif dalam signalling theory dimana perusahaan
yang memberikan informasi yang bagus akan membedakan mereka dengan
perusahaan yang tidak memiliki berita bagus dengan menginformasikan pada
pasar tentang keadaan mereka. Sinyal tentang bagusnya kinerja masa depan yang
diberikan oleh perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya tidak bagus, tidak
akan dipercaya oleh pasar.
2.1.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan
keuangan
Dalam penelitian kali ini hanya akan mengajukan lima faktor yang
mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan perusahaan yaitu : debt to equity ratio,
profitabilitas, struktur kepemilikan, kualitas auditor, dan pergantian auditor.
1. Debt to Equity Ratio
Rasio debt to equity dikenal juga sebagai rasio financial leverage.
Menurut Weston dan Copeland (1995) dalam Hilmi dan Ali (2008) menyatakan
bahwa rasio leverage mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah dibiayai
oleh penggunaan hutang. Menurut Ang (1997) debt to equity ratio digunakan
untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total
shareholders equity yang dimiliki perusahaan. Leverage keuangan dapat
diartikan sebagai penggunaan aset dan sumber dana (source of fund) oleh
perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud meningkatkan keuntungan
potensial pemegang saham (Hilmi dan Ali, 2008). Tingginya rasio debt to equity
mencerminkan tingginya resiko perusahaan. Tingginya resiko ini menunjukkan
-
24
adanya kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban
atau hutangnya baik berupa pokok ataupun bunganya (Soekadi, 1990). Dalam
penelitian ini, debt to equity ratio yang dimaksud adalah perbandingan antara total
hutang (Total Debt) dengan ekuitas (Total Shareholders Equity), dapat
dirumuskan sebagai berikut :
DER = EquitysrShareholdeTotal
DebtTotal'
2. Profitabilitas
Menurut Ang (1997), rasio rentabilitas dan profitabilitas menunjukkan
keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Return on Asset
(ROA) biasanya disebut sebagai hasil pengembalian atas total aktiva. Rasio ini
mencoba mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan.
Kadang-kadang rasio ini disebut hasil pengembalian atas investasi (ROI) (Weston
dan Copeland, 1995). ROA yang digunakan diukur dengan membagi laba bersih
(Net Income After Tax) dengan total aktiva (Average Total Assets), dapat
dirumuskan sebagai berikut :
ROA = 100AssetsTotalAverage
TaxAfterIncomeNet
3. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan perusahaan yang go public dapat disebut sebagai
kepemilikan terhadap saham perusahaan publik yang didalam kepemilikan
tersebut perlu mempertimbangkan dua aspek, yaitu kepemilikan oleh pihak dalam
-
25
atau manajemen perusahaan (insider ownerships) dan kepemilikan oleh pihak
luar (outsider ownerships).
Menurut Niehaus (1989) dalam Saleh (2004) mengungkapkan bahwa
pemilik dari luar berbeda dengan para manajer, dimana kecil kemungkinannya
pemilik dari pihak luar untuk terlibat dalam urusan bisnis sehari-hari.
Kepemilikan perusahaan oleh pihak luar mempunyai kekuatan yang besar dalam
mempengaruhi perusahaan melalui media massa maupun kritikan atau komentar
yang dianggap opini publik atau masyarakat sehingga mengubah pengelolaan
perusahaan yang semula berjalan dengan sekehendak hati menjadi perusahaan
yang berjalan dengan pengawasan. Oleh karena itu, pihak manajemen dituntut
untuk melakukan kinerja dengan baik dalam menyajikan informasi secara tepat
waktu karena ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan akan berpengaruh pada
pengambilan keputusan ekonomi.
5. Kualitas Auditor
Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam merupakan
laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Auditor yang
berkualitas tinggi harus memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Standar umum pertama menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh
seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
sebagai auditor. Standar umum yang kedua mengatur sikap mental independen
auditor dalam tugasnya. Standar umum yang ketiga menyebutkan bahwa dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (Mulyadi, 2002).
-
26
De Angelo (1981) dalam Annisa (2004) mendefinisikan kualitas auditor
sebagai gabungan probabilitas pendeteksian dan pelaporan kesalahan laporan
keuangan yang material. De Angelo menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan
Publik yang lebih besar, kualitas audit yang dihasilkan juga lebih baik. Auditor
berkualitas merupakan berita baik bagi investor, sehingga manajemen akan segera
menyampaikan laporan keuangan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang
memiliki reputasi baik.
6. Pergantian auditor
Pergantian akuntan publik dilakukan karena telah berakhirnya kontrak
kerja yang disepakati antara Kantor Akuntan Publik dengan pemberi tugas dan
telah memutuskan untuk tidak memperpanjang dengan penugasan baru.
Penugasan auditor terjadi karena beberapa alasan : (1) perusahaan klien
merupakan merger antara beberapa perusahaan yang semula memiliki auditor
masng-masing yang berbeda, (2) kebutuhan akan adanya jasa profesional yang
lebih luas, (3) tidak puas terhadap Kantor Akuntan Publik lama, (4) keinginan
untuk mengurangi pendapatan audit, (5) merger antara beberapa Kantor Akuntan
Publik (Boynton, 2001 dalam Ksa, 2003). SAK seksi 315 dalam Mulyadi (2002)
menjelaskan bahwa komunikasi antara auditor pendahulu dengan auditor
pengganti memberikan panduan bagi auditor tentang prosedur komunikasi antara
auditor pengganti dengan auditor pendahulu. Auditor pendahulu adalah auditor
yang telah mengundurkan diri atau diberitahu oleh klien bahwa tugasnya telah
berakhir dan tidak diperpanjang dengan perikatan baru. Auditor pengganti adalah
-
27
auditor yang telah menerima suatu perikatan atau auditor yang diundang untuk
mengajukan proposal audit.
Menurut Mulyadi (2002) sebelum menerima perikatan audit, auditor
pengganti harus mencoba melakukan komunikasi tertentu berikut ini :
1. Meminta keterangan kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah
yang spesifik, antara lain menganai fakta yang mungkin berpengaruh terhadap
integritas manajemen, yang menyangkut ketidaksepakatan dengan manajemen
mengenai penerapan prinsip akuntansi, prosedur audit, atau soal-soal
signifikan serupa, dan tentang pendapat auditor pendahulu mengenai alasan
klien dalam penggantian auditor.
2. Menjelaskan kepada calon klien tentang perlunya auditor penganti
mengadakan komunikasi dengan auditor pendahulu dan meminta persetujuan
dari klien untuk melakukan hal tersebut.
3. Mempertimbangkan keterbatasan jawaban yang diberikan oleh auditor
pendahulu.
2.1.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian telah dilakukan oleh para peneliti dan akademisi
sebelumnya mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan dengan menggunakan beberapa variabel. Seperti
Dyer dan Mc. Hugh (1975) dalam Oktorina dan Suharli (2005) meneliti tentang
profil ketepatan waktu pelaporan dan normalitas keterlambatan dengan
menggunakan 120 perusahaan di Australia periode 1965-1971. Hasil
-
28
penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, tanggal berakhirnya tahun
buku secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan, sedangkan profitabilitas tidak secara signifikan mempengaruhi
ketepatan waktu pelaporan.
Naim (1999) melakukan penelitian mengenai nilai informasi ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan analisis empirik regulasi informasi di
Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor opini audit, ukuran
perusahaan, financial distress yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER)
tidak secara signifikan berhubungan dengan ketepatan waktu pelaporan,
sedangkan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan.
Owusu dan Ansah (2000) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
ketepatan waktu pelaporan keuangan di pasar modal yang berkembang di
Zimbabwe. Variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan, profitabilitas,
umur perusahaan, waktu tunggu pelaporan audit, gearing, item luar biasa, bulan
dari akhir tahun finansial. Hasilnya hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh
pada ketepatan waktu dimana perusahaan mengeluarkan laporan akhir tahunan
yang diaudit.
Bandi dan Hananto (2000) melakukan penelitian tentang ketepatan waktu
pelaporan keuangan dan hubungannya dengan reaksi pasar atas ketepatan waktu.
Hasil penelitiannya menemukan bukti empiris bahwa keterlambatan pelaporan
yang meliputi keterlambatan audit, keterlambatan pelaporan setelah audit dan
keterlambatan total berdistribusi tidak normal dan menunjukkan kemiringan
-
29
positif. Hal ini mengidentifikasikan bahwa pelaporan perusahaan selalu
mengalami kemunduran. Selain itu, hubungan keterlambatan dengan besarnya
perusahaan positif, walaupun tidak signifikan. Temuan lainnya dalam penelitian
ini yaitu ketepatan waktu pelaporan antara pelaporan sebelum dan sesudah waktu
yang diharapkan tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Annisa (2004) menguji penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan di Bursa Efek Jakarta dengan
menemukan hasil bahwa kualitas auditor, leverage financial, dan profitabilitas
diduga memotivasi manajemen untuk menyampaikan laporan keuangan secara
tepat waktu, hanya opini audit yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan.
Sedangkan Saleh (2004) meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Jakarta. Adapun hasilnya menunjukkan bahwa variable item luar biasa secara
signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan
perusahaan-perusahaan manufaktur dan mempunyai hubungan tanda yang sesuai
dengan logika atau teori. Rasio gearing, ukuran perusahaan, dan struktur
kepemilikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan dan mempunyai hubungan tanda yang tidak sesuai dengan
logika atau teori.
Respati (2004) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1999 dengan sample sebanyak 266
-
30
perusahaan go public yang mempunyai data perusahaan yang lengkap dan telah
didaftarkan dalam Indonesian Capital Market Directory 2000. Beliau meneliti
beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan di
Bursa Efek Jakarta yaitu debt to equity, ukuran perusahaan, profitabilitas,
konsentrasi pemilikan luar, konsentrasi pemilikan dalam. Dan hasilnya adalah
profitabilitas dan konsentrasi pemilikan dari pihak luar secara signifikan
berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.
Sedangkan pada penelitian Wirakusuma (2004) yang meneliti 132
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta memperoleh hasil bahwa faktor
yang mempengaruhi rentang waktu pengumuman laporan keuangan auditan ke
publik adalah rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan, solvabilitas
dan opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan.
Hilmi dan Ali (2008) menguji dengan regresi logistik memperoleh hasil
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode
tahun 2004 sampai dengan 2006 adalah profitabilitas, likuiditas, kepemilikan
publik, dan reputasi KAP. Sedangkan variabel leverage keuangan, ukuran
perusahaan, dan opini auditor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
2.2 Kerangka Pemikiran teoritis
Kerangka pemikiran mengenai hubungan antar variabel-variabel yang telah
dijelaskan di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
-
31
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
-
+
+
+
-
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah penjelasan sementara yang harus diuji kebenarannya
mengenai masalah yang sedang dipelajari, dimana suatu hipotesis selalu
dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau
lebih. Perumusan hipotesis dapat dikembangkan berdasarkan hubungan antara
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaporan keuangan yaitu debt to equity
ratio, profitabilitas, struktur kepemilikan, kualitas auditor (KAP), dan pergantian
auditor.
1. Hubungan debt to equity dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan
Rasio debt to equity juga dikenal sebagai rasio financial leverage. Tingginya
debt to equity ratio mencerminkan tingginya risiko keuangan perusahaan
Tingginya resiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan
Profitabilitas (X2)
Struktur kepemilikan (X3)
Pergantian Auditor (X5)
Kualitas Auditor (X4)
Debt to Equity (X1)
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan (Y)
-
32
tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok
maupun bunganya. Resiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa
perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Sedangkan kesulitan keuangan
dianggap berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan dimata
publik. Sehingga pihak manajemen cenderung akan menunda penyampaian
laporan keuangan yang memuat berita buruk. Berkaitan dengan teori agensi,
maka agen harus bisa mengelola hutang yang dimiliki oleh perusahaan.
Apabila perusahaan memiliki sedikit hutang maka masih bisa dikatakan wajar
karena hutang tersebut dapat memperbesar arus kas masuk dan dapat
digunakan untuk menghasilkan laba perusahaan lebih banyak. Tetapi bila
hutang perusahaan terlalu besar (Debt to Equity terlalu besar) maka
perusahaan tidak akan dapat membayar pinjaman dan bunga pinjaman.
Ketidakmampuan perusahaan membayar hutang mencerminkan bahwa agen
tidak dapat bekerja sesuai kepentingan principal yang nantinya dapat
berpengaruh pada kepentingan principal maupun agen, sehingga agen
berusaha untuk menunda penyampaian informasi. Oleh karena itu, semakin
tinggi rasio debt to equity suatu perusahaan maka perusahaan tersebut akan
semakin tidak tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan perusahaan
(menunda informasi). Hal ini dukung oleh penelitian Schwart dan Soo (1996)
dalam Hilmi dan Ali (2008) yang menunjukkan bahwa perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan cenderung tidak tepat waktu dalam
menyampaikan laporan keuangannya dibanding perusahaan yang tidak
-
33
mengalami kesulitan keuangan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis
yang dapat disusun adalah sebagai berikut :
H1 : debt to equity ratio berpengaruhi negatif terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan.
2. Hubungan profitabilitas dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan
Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan
keuntungan. Dengan semakin besar rasio profitabilitas maka semakin baik
pula kinerja perusahaan sehingga perusahaan akan cenderung untuk
memberikan informasi tersebut pada pihak lain yang berkepentingan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa profit merupakan berita baik (good news)
bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki berita baik tidak akan menunda
penyampaian informasi. Berkaitan dengan teori agensi, manajemen tidak akan
menunda penyampaian informasi mengenai profit perusahaan kepada prinsipal
karena berhubungan dengan kompensasi keuangan yang akan diterima oleh
agen dan karena merupakan berita baik bagi prinsipal maka kemungkinan
besar prinsipal akan menggunakan agen yang sama untuk mengelola
perusahaan. Seperti yang dikemukakan Owusu dan Ansah (2000) bahwa
profitabilitas dapat mempengaruhi perilaku ketepatan waktu pelaporan
keuangan. Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menghasilkan profit
cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan
perusahaan yang mengalami kerugian (Oktarina dan Suharli, 2005). Hal ini
didukung oleh penelitian Na'im (1999) yang menemukan bukti empiris bahwa
profitabilitas signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan.
-
34
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai
berikut:
H2 : Profitabilitas berpengaruhi positif terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan
3. Hubungan struktur kepemilikan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan
Menurut Niehaus (1989) dalam Saleh (2004) bahwa pemilik dari pihak luar
dianggap berbeda dengan pemilik dari pihak dalam dimana kecil
kemungkinan pemilik dari pihak luar untuk terlibat dalam urusan bisnis
perusahaan sehari-hari. Sehubungan dengan teori agensi, variabel struktur
kepemilikan diproksi dengan struktur kepemilikan pihak luar karena pemilik
perusahaan dari pihak luar sebagai prinsipal mempunyai kekuatan yang besar
dalam mempengaruhi perusahaan melalui media massa berupa kritikan atau
komentar yang semuanya dianggap opini publik sehingga menyebabkan
berubahnya pengelolaan perusahaan oleh manajer selaku agen yang semula
berjalan dengan semaunya menjadi perusahaan yang berjalan dengan
pemantauan. Salah satu pemantauan adalah dengan laporan keuangan yang
menunjukkan kinerja perusahaan diaudit oleh pihak ketiga, sehingga memaksa
manajer sebagai agen untuk menyajikan keuangannya secara akurat dan tepat
waktu. Agen bisa tidak mempunyai masa depan bila kinerjanya buruk
sehingga diberhentikan oleh pemegang saham. Pasar tenaga manajerial akan
menghapus kesempatan agen yang tidak mempunyai kinerja baik dan
berperilaku menyimpang dari keinginan pemegang saham perusahaan yang
dikelola oleh agen. Bekerjanya pasar modal secara efisien bisa menjadi cermin
-
35
kinerja manajer dari harga saham perusahaannya. Berdasarkan uraian diatas,
maka hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai berikut :
H3 : Struktur kepemilikan berpengaruhi positif terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan
4. Hubungan kualitas auditor (KAP) dengan ketepatan waktu pelaporan
keuangan
De Angelo (1981) dalam Anissa (2004) mendefinisikan kualitas audit sebagai
gabungan probabilitas pendeteksian dan pelaporan kesalahan laporan
keuangan yang material. Beliau menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik
yang lebih besar, kualitas audit yang dihasilkan juga lebih baik. Kualitas
auditor yang mengaudit perusahaan sangat penting, auditor yang berkualitas
merupakan informasi baik sehingga manajemen akan segera menyampaikan
laporan keuangan yang diaudit oleh kantor akuntan publik yang memiliki
reputasi baik. Perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berkualitas baik akan
melaporkan laporan keuangan perusahaan lebih tepat waktu dibandingkan
perusahaan yang diaudit oleh KAP yang kurang berkualitas. Hubungannya
dengan teori agensi, manajer sebagai agen yang telah diberikan wewenang
untuk mengelola perusahaan oleh prinsipal akan cenderung memilih Kantor
Akuntan Publik yang berkualitas untuk menilai laporan keuangan perusahaan
karena dinilai lebih efektif dalam mengaudit dan menghasilkan laporan audit
yang sesuai dengan kewajaran laporan keuangan perusahaan. Dalam literatur
tersebut kualitas auditor diukur dengan ukuran apakah Kantor Akuntan Publik
yang memberikan jasa audit merupakan anggota dari The Big Four atau
-
36
bukan. Seperti hasil penelitian Oktarina dan Suharli (2005) yang menyatakan
bahwa penggunaan kantor akuntan besar mempengaruhi ketepatan waktu
pelaporan keuangan. Hal ini disebabkan KAP besar mampu mengerjakan
pekerjaan auditnya secara lebih efisien dan efektif sehingga dapat selesai
secara tepat waktu. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat
disusun adalah sebagai berikut :
H4 : Kualitas Auditor (KAP) berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan
5. Hubungan pergantian auditor dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Pernyataan Standar Auditing (PSA) No.16 mensyaratkan adanya komunikasi
baik lisan maupun tulisan antara auditor pendahulu dengan auditor pengganti
sebelum menerima penugasan. Berbeda dengan penugasan pertama sebagai
akibat adanya pergantian auditor, pada penugasan ulang auditor memiliki
akses pada semua program yang digunakan pada periode yang lalu dan kertas
kerja yang berkaitan dengan program tersebut. Banyaknya prosedur yang
ditempuh auditor pengganti dalam proses pengauditan memerlukan waktu
yang lebih lama dibandingkan jika auditor tersebut melanjutkan penerimaan
penugasan. Hal ini bisa mengakibatkan lamanya pengauditan yang berakibat
juga pada penundaan penyampaian laporan keuangan auditan (Ksa, 2003).
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai
berikut :
H5 : Pergantian auditor berpengaruhi negatif terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan.
-
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel penelitian dan definisi operasional
3.1.1 Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ketepatan waktu, dimana
kategori 0 untuk perusahaan yang tidak tepat waktu dan kategori 1 untuk
perusahaan yang tepat waktu.
b. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio,
profitabilitas, struktur kepemilikan, kualitas auditor, dan pergantian auditor.
3.1.2 Definisi Operasional Variabel
1. Ketepatan waktu pelaporan keuangan
Ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara penyajian informasi
yang diinginkan dengan frekuensi pelaporan informasi. Ketepatan waktu diukur
dengan dummy varibel, dimana kategori 1 untuk perusahaan yang tepat waktu dan
kategori 0 untuk perusahaan yang tidak tepat waktu. Perusahaan di kategorikan
terlambat jika laporan keuangan dilaporkan setelah tanggal 31 Maret, sedangkan
perusahaan yang tepat waktu adalah perusahaan yang menyampaikan laporan
keuangan sebelum tanggal 1 April.
-
38
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat leverage
(penggunaan utang) terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan.
Debt to Equity Ratio (DER) juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur
modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak
tertagihnya suatu utang (Ang, 1997).
3. Profitabilitas (ROA)
Profitabilitas diukur dengan menggunakan return on asset (ROA) dan
return on equity (ROE). Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
profitabilitas dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA) seperti yang
digunakan oleh beberapa peneliti yang memiliki hasil berbeda di dalam
penelitiannya seperti Ainun Naim, Novita Weningtyas Respati, Rachmaf Saleh,
dan Megawati. Return on Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur
efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan cara
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Besarnya ROA diketahui dengan
membandingkan laba bersih setelah pajak dan rata-rata total aktiva (Ang, 1997).
4. Struktur Kepemilikan (OWN)
Struktur kepemilikan perusahaan dapat disebut juga sebagai struktur
kepemilikan saham, yaitu suatu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki
oleh pihak dalam atau manajemen perusahaan (Insider ownerships) dengan
jumlah saham yang dimiliki oleh pihak luar (outsider ownerships) (Suharli dan
Rachpriliani, 2006). Struktur kepemilikan dalam penelitian ini adalah prosentase
kepemilikan saham terbesar oleh pihak luar (outsider ownerships) yang diukur
-
39
dengan melihat dari berapa besar saham yang dimiliki oleh pihak luar pada
perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Karena kepemilikan
pihak luar mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan
baik melalui media massa maupun dalam bentuk kritikan atau komentar yang
semuanya dianggap sebagai aspirasi publik atau masyarakat. Pengaruh
kepemilikan dari pihak luar dapat mengubah pengelolaan yang semula berjalan
sesuai keinginan perusahaan itu sendiri menjadi berjalan dengan pengawasan.
Dengan adanya kepemilikan pihak luar yang besar maka pihak manajemen akan
lebih mendapat tekanan dari pihak luar untuk lebih tepat waktu dalam pelaporan
keuangannya.
5. Kualitas Auditor (KAP)
Reputasi auditor sering digunakan sebagai gambaran dari kualitas audit,
reputasi auditor didasarkan pada kepercayaan pemakai jasa auditor. Auditor skala
besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada
karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Argumen tersebut
berarti bahwa auditor skala besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi dan
melaporkan masalah yang terdapat pada perusahaan yang diauditnya.
Natawidnyana (2008) menyebutkan klasifikasi auditor yang termasuk dalam The
Big Four sejak tahun 2002 adalah :
1. Ernst & Young
2. Deloitte Touche Tohmatsu
3. KPMG Peat Marwick
4. Price Waterhouse Coopers.
-
40
Adapun Kantor Akuntan Publik (KAP) Indonesia yang bermitra dengan
The Big Four adalah :
1. KAP Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (Ernst & Young)
2. KAP Osman Bing Satrio (Deloitte & Touche Tohmatsu)
3. KAP Siddarta Siddharta Widjaja (KPMG Peat Marwick)
4. KAP Drs Haryanto Sahari (Price Waterhouse Coopers)
Variabel ini diukur dengan menggunakan model regresi dichotomus atau
merupakan variabel dummy, dimana kategori 1 untuk perusahaan yang merupakan
klien KAP the big four dan angka 0 untuk perusahaan yang bukan klien KAP the
big four.
6. Pergantian Auditor (AUDCH)
Pergantian akuntan publik terjadi jika kontrak kerja yang disepakati antara
kantor akuntan publik dengan pemberi tugas telah berakhir dan memutuskan
untuk tidak memperpanjang dengan penugasan baru. Dalam penelitian ini
pergantian auditor merupakan variabel dummy, dimana apabila perusahaan yang
tidak melakukan pergantian auditor termasuk kategori 1, sedangkan apabila
perusahaan melakukan pergantian auditor maka termasuk kategori 0.
3.2 Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun pengamatan 2005-2007. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu
-
41
pemilihan sampel tidak acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan
tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002)
.
Tabel 2.1
Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2005
150
2 Perusahaan yang tidak konsisten terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2006, 2007
dan tidak memiliki kelengkapan data yang
terdapat di www.idx.co.id
25
3 Total perusahaan yang dapat digunakan
sebagai sampel (per tahun)
125
Adapun kriteria-kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Termasuk perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
mempublikasikan laporan keuangannya pada tahun 2005, 2006, 2007.
b. Sampel mempunyai periode pelaporan keuangan berdasarkan pada tahun
kalender yang berakhir tanggal 31 Desember.
c. Menerbitkan laporan keuangan auditan yang dipublikasikan selama tahun
2005, 2006, 2007 secara berturut-turut
-
42
Menurut kriteria diatas jumlah perusahaan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 125 perusahaan per tahun pada periode tahun 2005, 2006,
2007, sehingga didapatkan jumlah sampel (n) sebanyak 125 x 3 periode = 375
sampel.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter
yaitu jenis data penelitian yang antara lain berupa faktur-faktur, jurnal, surat-surat,
notulen hasil rapat, memo, atau dalam bentuk laporan program serta memuat apa
dan kapan suatu kejadian atau transaksi dan siapa yang terlibat dalam kejadian
(Indriantoro dan Supomo, 2002). Adapun data yang diperlukan dari setiap
perusahaan sampel merupakan data sekunder yang mencangkup tentang debt to
equity ratio, profitabilitas, struktur kepemilikan, kualitas auditor, dan pergantian
auditor.
Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002), terdapat dua tipe
data sekunder yaitu data sekunder internal dan data sekunder eksternal. Data
sekunder internal merupakan dokumen-dokumen akuntansi yang dikumpulkan,
dicatat dan disimpan di dalam suatu organisasi. Beberapa contoh data sekunder
internal, antara lain : faktur penjualan, jurnal penjualan, laporan penjualan
periodik, surat-surat, notulen hasil rapat, dan memo manajemen.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari
eksternal. Data sekunder eksternal umumnya disusun oleh entitas selain peneliti
dari organisasi yang bersangkutan. Data eksternal ini diperoleh dari Indonesian
-
43
Capital Market Directory (ICMD), Pojok BEI Universitas Diponegoro, dan
melalui website www.idx.co.id.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
laporan keuangan yang ada di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2007, data yang
terdapat dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2006-2008
dan melalui website www.idx.co.id untuk mendapatkan data variabel DER, ROA,
struktur kepemilikan, kualitas auditor, dan pergantian auditor yang dilakukan oleh
perusahaan, serta studi pustaka untuk mendapatkan teori-teori yang
melatarbelakangi penelitian.
3.5 Metode Analisis
Data yang terkumpul dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif
dengan menggunakan metode sebagai berikut :
a. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendiskripsikan variabel-variabel
dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata (mean) dan
standar deviasi.
b. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan secara uji multivariate dengan
menggunakan regresi logistik. Regresi logistik digunakan untuk menguji apakah
variabel-variabel debt to equity ratio, profitabilitas, struktur kepemilikan, kualitas
-
44
auditor, dan pergantian auditor mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan
keuangan. Regresi logistik sebetulnya mirip dengan analisis diskriminan yaitu kita
ingin menguji apakah probabilitas terjadinya variabel retikat dapat diprediksi
dengan variabel bebasnya. Namun demikian, asumsi multivariate normal
distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran
antara variabel continyu (metrik) dan kategorial (non-metrik). Dalam hal ini dapat
dianalisis dengan Logistic Regression karena tidak perlu asumsi normalitas data
pada variabel bebasnya (Ghozali, 2001).
Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
++++++== AUDCHKAPOWNROADERTWTW
Ln 5432101Dimana :
TW1TWLn : Dummy variabel ketepatan waktu (kategori 0 untuk perusahan
yang tidak tepat waktu dan kategori 1 untuk perusahaan yang tepat
waktu).
DER : Debt to equity ratio
ROA : Return on Asset
OWN : Struktur kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh pihak luar.
KAP : Kualitas Auditor pada Kantor Akuntan Publik (merupakan variabel
dummy, KAP yang bermitra dengan The Big Four = 1, KAP yang
tidak bermitra dengan The Big Four = 0)
AUDCH : Pergantian Auditor
: variabel gangguan
-
45
Analisis pengujian dengan regresi logistik menurut Ghozali (2001)
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Menilai Kelayakan Model Regresi
Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi
logistik yang akan digunakan. Pengujian kelayakan model regresi logistik
dilakukan dengan menggunakan Goodness of fit test yang diukur dengan
nilai Chi-Square pada bagian bawah uji Homser and Lemeshow.
Perhatikan output dari Hosmer and Lemeshow dengan hipotesis :
H0 : Model yang dihipotesakan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data
Dasar pengambilan keputusan :
Perhatikan nilai goodness of fit test yang diukur dengan nilai chi square
pada bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow :
- Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
- Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
b. Penilaian Keseluruhan Model (overall model fit)
Langkah selanjutnya adalah menguji keseluruhan model regresi (overall
model fit). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2
Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log
Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan
nilai antara -2LL awal dengan nilai 2LL pada langkah berikutnya
menunjukkan bahwa model yang dihipotesakan fit dengan data (Ghozali,
2001).
-
46
c. Menguji koefisien Regresi
Dalam pengujian koefisien regresi perlu memperhatikan beberapa hal
berikut :
a. Tingkat signifikasi () yang digunakan sebesar 5 persen. Mason
(1999) dalam Respati (2001) menyatakan bahwa tidak terdapat satu
level signifikansi yang dapat diaplikasikan untuk semua pengujian.
b. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada
signifikansi p-value (probabilitas value). Jika p-value > , maka
hipotesis alternatif ditolak, sebaliknya jika p-value > maka
hipotesis alternatif diterima.
-
47
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Deskripsi obyek penelitian meneliti profil perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini, yaitu perusahaan-perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan
perusahaan secara konsisten selama 3 tahun berturut turut, yaitu tahun 2005, 2006
dan 2007. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka sebanyak 375
perusahaan akan diuraikan berdasarkan hutang perusahaan, modal perusahaan,
aktiva perusahaan, laba perusahaan, kualitas auditor, perubahan auditor dalam
pemeriksaan laporan keuangan perusahaan.
4.1.1 Hutang Perusahaan
Besarnya hutang perusahaan yang menjadi obyek penelitian periode 2005,
2006 dan 2007 dapat dilihat pada tabel 4.1. Pada tahun 2005 dan 2006 sebagian
besar perusahaan mempunyai hutang antara Rp.100.000.000.000,00 sampai
Rp.500.000.000.000,00 yaitu sebanyak 50 perusahaan atau sebesar 40 persen
untuk tahun 2005 dan 53 perusahaan atau sebesar 42,40 persen pada tahun 2006.
Tetapi pada tahun 2007 sebagian besar perusahaan mempunyai hutang lebih dari
Rp.500.000.000.000,00 yaitu sebanyak 53 perusahaan atau sebesar 42,40 persen.
Dalam tabel 4.1 terlihat bahwa terjadi perubahan jumlah hutang yang
dimiliki perusahaan yang tepat waktu dalam pelaporan keuangannya. Seperti
-
48
tahun 2005 perusahaan yang tepat waktu memiliki hutang antara Rp.
100.000.000.000,00 sampai Rp 500.000.000.000,00 sebanyak 32 perusahaan atau
sebesar 35,96 persen. Berbeda dengan tahun 2006, perusahaan yang tepat waktu
memiliki hutang antara Rp. 100.000.000.000,00 sampai Rp 500.000.000.000,00,
dan diatas Rp.500.000.000.000,00 masing masing sebanyak 28 perusahaan atau
sebesar 38,36 persen, sedangkan untuk tahun 2007 perusahaan yang memiliki
hutang diatas Rp.500.000.000.000,00 sebanyak 41 perusahaan atau sebesar 38,03
persen pada tahun 2007.
TABEL 4.1
HUTANG PERUSAHAAN
No Kategori
Tepat Waktu Tidak Tepat Waktu
Total
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah PersenTahun 2005
1 < Rp. 100.000.000.000,00 23 25,84 4 11,11 27 21,60 2 Rp. 100.000.000.00