skripsi perlindungan hukum terhadap ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam...

34
SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA PENERBANGAN ATAS TERJADINYA KETERLAMBATAN ANGKUTAN PENERBANGAN : STUDI PADA PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK BANDAR UDARA INTERNASIONAL I GUSTI NGURAH RAI ANAK AGUNG AYU MIRAH KARTINI IRAWAN NIM : 1103005080 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

Upload: others

Post on 03-Dec-2020

29 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA

PENERBANGAN ATAS TERJADINYA KETERLAMBATAN

ANGKUTAN PENERBANGAN :

STUDI PADA PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK

BANDAR UDARA INTERNASIONAL I GUSTI NGURAH RAI

ANAK AGUNG AYU MIRAH KARTINI IRAWAN

NIM : 1103005080

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 2: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari beribu-

ribu pulau yang terhampar luas dengan 1.904.569 km2 luas daratan dan 3.288.683

km2 lautan.1 Selain itu, Negara Republik Indonesia juga memiliki batas-batas

wilayah, hak-hak, dan kedaulatan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-

undangan. Dalam upaya mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, demi mewujudkan

wawasan nusantara serta memantapkan ketahanan nasional diperlukan peranan

dan fungsi pengangkutan yang mendukung pengembangan wilayah, pertumbuhan

ekonomi, mempererat hubungan antar bangsa, dan memperkukuh kedaulatan

negara. Saat ini perkembangan peradaban manusia khususnya dalam bidang

pengangkutan telah membawa kedalam suatu sistem pengangkutan yang lebih

maju dibandingkan era sebelumnya.2 Perkembangan tersebut di samping

membawa dampak positif juga memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi

pengguna jasa perhubungan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Salah satu kemajuan perkembangan yang dimaksud adalah keberadaan dari sistem

angkutan udara, di mana tidak dapat dipungkiri bahwa angkutan udara sangatlah

mendukung mobilitas masyarakat Indonesia.

1Iwan Gayo, 1995, Buku Pintar Seni Senior, Ctk. XX, Upaya Warga Negara, Jakarta, hal. 9

2Sution Usman Adji, 2005, Hukum Pengangkutan Di Indonesia, PT. Rineka Cipta, Jakarta,

hal. 1

1

Page 3: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

2

Angkutan udara pada saat ini merupakan alternatif pilihan yang paling efektif

karena cepat, efisien, dan ekonomis bagi pengangkutan antar daerah dan antar

pulau terutama antara daerah terpencil dan pulau-pulau besar baik pengangkutan

barang maupun pengangkutan orang atau penumpang.3 Angkutan udara dewasa

ini mengalami perkembangan pesat hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya

perusahaan maskapai penerbangan baik maskapai penerbangan yang dikelola oleh

pihak swasta maupun pihak pemerintah yang biasa disebut dengan Badan Usaha

Milik Negara. Penerbangan merupakan bagian dari sistem pengangkutan yang

mempunyai karakteristik mampu bergerak dalam waktu cepat, menggunakan

teknologi tinggi, padat modal, manajemen yang andal, serta memerlukan jaminan

keselamatan dan keamanan yang optimal, perlu dikembangkan potensi dan

peranannya yang efektif dan efisien, serta membantu terciptanya pola distribusi

nasional yang mantap dan dinamis. Adapun perusahaan maskapai penerbangan

yang melayani jasa penerbangan diantaranya Garuda Indonesia, Mandala Air,

Citilink, Lion Air, Wings Air, Kal Star, Indonesia Air Asia, Batik Air, Sriwijaya

Air dan lain-lain.

Semakin pesatnya perkembangan dan pertumbuhan industri penerbangan

tersebut diikuti dengan semakin meningkat pula jumlah pengguna jasa angkutan

udara. Hal tersebut terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah

penumpang angkutan udara pada tahun 2014 mencapai 72,6 juta orang, naik 5,6

3E. Saefullah Wiradipradja, 1989, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Pengangkutan

Udara Internasional Dan Nasional, Liberty, Jogyakarta, (selanjutnya disingkat E. Saefullah

Wiradipradja I), hal. 1

Page 4: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

3

persen dari tahun 2013 yang hanya sebanyak 68,5 juta orang.4 Terdapat beberapa

alasan pengguna jasa angkutan lebih memilih menggunakan angkutan udara

diantaranya karena waktu yang ditempuh relatif singkat, tarif yang masih dapat

dijangkau oleh masyarakat, serta untuk memudahkan dalam kepentingan bisnis,

kepentingan pariwisata, dan kepentingan lainnya. Di Indonesia, perkembangan

jumlah perusahaan maskapai penerbangan di satu sisi menguntungkan bagi

masyarakat pengguna jasa angkutan udara karena terdapat banyaknya pilihan

maskapai penerbangan dalam memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat, serta

telah banyak maskapai penerbangan menciptakan iklim yang kompetitif antar

maskapai penerbangan dalam memberikan penawaran terbaik kepada

konsumennya.

Bermunculannya pelaku-pelaku usaha penyedia jasa penerbangan saat ini

menyebabkan persaingan usaha yang sangat ketat. Dengan adanya persaingan

usaha yang begitu ketat, mengharuskan pelaku usaha penerbangan melakukan

berbagai cara untuk menarik penumpang sebanyak-banyaknya, salah satu strategi

bisnis yang digunakan adalah kompetisi harga yang acap kali lebih murah

dibandingkan harga tiket bus, kereta api maupun kapal laut. Namun disisi lain,

kompetisi tarif murah yang ditawarkan perusahaan maskapai penerbangan sering

kali tidak diimbangi dengan standar penerbangan yang layak seperti, menurunkan

kualitas pelayanan (service), bahkan yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah

akan berkurangnya kualitas pemeliharaan (maintenance) armada pesawat

4Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia,

2015, “Jumlah Penumpang Angkutan Udara 2014 Mencapai 72,6 Juta Orang”, Informasi Terkini,

URL : http://hubud.dephub.go.id/?id/news/detail/2374, diakses pada tanggal 6 Juli 2015

Page 5: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

4

sehingga rawan terhadap keselamatan penerbangan dan akan berdampak kurang

baik terhadap keamanan, kenyamanan, dan perlindungan konsumen.5

Kekhawatiran tersebut muncul akibat sering terjadinya kecelakaan pesawat

terbang.6

Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara terdapat dua pihak yang

terlibat, yaitu pihak pelaku usaha sebagai penyedia jasa pengangkutan dalam hal

ini adalah perusahaan maskapai penerbangan dan pihak konsumen selaku

pengguna jasa pengangkutan dalam hal ini yang disebut sebagai penumpang.

Pihak penyedia jasa dan pihak pengguna jasa tersebut terikat oleh suatu

perjanjian, yakni perjanjian pengangkutan. Pada hakekatnya perjanjian

pengangkutan adalah suatu perjanjian, di mana satu pihak menyanggupi untuk

dengan aman membawa orang atau barang dari satu tempat ke lain sedangkan

pihak yang lain menyanggupi akan membayar ongkosnya.

Menurut H.M.N Purwosutjipto perjanjian pengangkutan adalah perjanjian

timbal balik antara pengangkut dengan penumpang atau pengirim, dimana

pengangkut mengikatkan diri untuk menyenggarakan pengangkutan barang atau

orang dari suatu tempat tujuan-tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan

pengirim atau penumpang mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.7

5E. Saefullah Wiradipradja, 2006, “Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap

Penumpang Menurut Hukum Udara Indonesia”, Jurnal Hukum Bisnis Vol 25, Jakarta,

(selanjutnya disingkat E. Saefullah Wiradipradja II ), hal. 5-6

6Wagiman, 2006, “Refleksi Dan Implemntasi Hukum Udara : Studi Kasus Pesawat Adam

Air”, Jurnal Hukum Bisnis Vol 25, Jakarta, hal. 13

7R.Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 69

Page 6: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

5

Sebagaimana layaknya suatu perjanjian, maka di dalam perjanjian

pengangkutan antar pihak pengangkut dan pihak pengguna jasa terdapat hubungan

hukum bersifat keperdataan yang di dalamnya terkandung hak dan kewajiban

yang harus dilaksanakan dan dipenuhi. Kewajiban utama pengangkut adalah

menyelenggarakan pengangkutan dari tempat asal ke tempat tujuan dengan aman,

utuh, dan selamat sampai tujuan, memberikan pelayanan yang baik, memberikan

ganti rugi atas kerugian yang menimpa penumpang, memberangkatkan

penumpang sesuai dengan jadwal penerbangan yang telah diperjanjikan, dan lain-

lain, sedangkan hak pengangkut adalah berhak atas ongkos angkutan yang ia

selenggarakan. Sebaliknya kewajiban dari pengguna jasa atau penumpang adalah

membayar ongkos pengangkutan yang besarnya telah ditentukan dalam

perjanjian, mentaati ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pengangkut berkenaan

dengan pengangkutan yang dilakukan. Hak dari pengguna jasa atau penumpang

adalah mendapatkan pelayanan yang baik, informasi yang benar dan jelas,

kenyamanan, keamanan, keselamatan dalam penyelenggaraan penerbangan.

Pengaturan mengenai hak dan kewajiban pihak pengangkut dan pihak

pengguna jasa atau penumpang dituangkan dalam suatu dokumen perjanjian

pengangkutan, maka untuk dapat melindungi hak dan kewajiban para pihak

perjanjian yang dibuat haruslah memenuhi syarat-syarat seperti yang tertuang

dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (untuk selanjutnya

disingkat KUH Perdata) yakni untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat

syarat :

a. kesepakatan mereka yang mengikatkan diri;

Page 7: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

6

b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

c. suatu pokok persoalan tertentu;

d. suatu sebab yang tidak terlarang.

Dalam pengangkutan udara, antara pengangkut dan pengguna jasa

penerbangan mengikatkan diri kedalam perjanjian pengangkutan yang berbentuk

tiket pesawat. Jadi, ketika penumpang telah membeli tiket pesawat yang

digunakan untuk menggunakan jasa penerbangan, maka sejak saat itu penumpang

telah mengikatkan diri terhadap ketentuan-ketentuan dan peraturan yang ada pada

tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa

penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui

proses elektronik, atau bentuk lainnya, yang merupakan salah satu alat bukti

adanya perjanjian angkutan udara antara penumpang jasa penerbangan dengan

pengangkut, dan hak penumpang untuk menggunakan pesawat udara atau

diangkut dengan pesawat udara.

Berdasarkan teori mengenai kesepakatan kehendak dan dasar mengikatnya,

yaitu teori penawaran dan penerimaan, prinsip suatu kesepakatan kehendak baru

terjadi setelah adanya penawaran (offer) dari salah satu pihak dan diikuti dengan

penerimaan (acceptance) oleh pihak lain.8 Kesepakatan kehendak yang dimaksud

adalah keinginan antara pembeli dan penjual itu tercapai apabila kedua belah

pihak sama-sama menyepakati satu sama lain. Dalam pengangkutan udara posisi

pelaku usaha penyedia jasa penerbangan memiliki keuntungan yaitu untuk

8Sukarmi, 2008, Cyber Law : Kontrak Elektronik Dalam Bayang-Bayang Pelaku Usaha,

Pustaka Sutra, Bandung, hal. 33

Page 8: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

7

membuat penawaran yang tidak bisa ditawar oleh penumpang selaku pengguna

jasa ketika menerima penawaran itu. Dengan demikian disini pengguna jasa tidak

mempunyai posisi tawar menawar (bargaining position) yang berimbang dengan

pihak pelaku usaha penyedia jasa penerbangan. Oleh karena itu sangat penting

bagi penumpang untuk terlebih dahulu mengerti tentang hak-haknya, sehingga

ketika terjadi penyimpangan atau pelanggaran terhadap hak, penumpang bisa

menuntut agar hak-haknya dipenuhi.

Dewasa ini dalam praktik kegiatan pengangkutan udara sering kali

pengangkut tidak memenuhi kewajibannya secara baik dan benar atau dapat

dikatakan telah melakukan wanprestasi. Bentuk wanprestasi yang dilakukan oleh

pengangkut di antaranya tidak memberikan keselamatan dan keamanan

penerbangan pada penumpang, memberikan pelayanan atau service yang kurang

memuaskan, terjadinya keterlambatan penerbangan atau delay, pembatalan

penerbangan atau cancel, dan lain-lain. Berdasarkan daftar yang dirilis oleh

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) terdapat lima perusahaan

maskapai penerbangan yang paling sering dikeluhkan oleh konsumen. Kelima

maskapai penerbangan yang dimaksud adalah Lion Air, Mandala Air, Indonesia

Air Asia, Garuda Indonesia, dan Sriwijaya Air.9

Di Indonesia pengguna jasa penerbangan atau penumpang sering

mengeluhkan mengenai pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa

penerbangan. Bentuk-bentuk keluhan yang paling sering disampaikan adalah

9Andi Rusli, 2015, “Lima Maskapai Ini Paling Banyak Dikeluhkan”, Bisnis Tempo, URL :

http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/01/25/090637502/lima-maskapai-ini-paling-banyak-

dikeluhkan, diakses pada 7 Juli 2015

Page 9: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

8

masalah keterlambatan angkutan penerbangan dengan berbagai alasan sepihak.

Hal tersebut memang sering terjadi, jika berdasarkan dari data Direktorat Jenderal

Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, di mana daftar ketepatan waktu

penerbangan atau on time performance (OTP) maskapai penerbangan yang

beroperasi di Indonesia periode Januari-Desember 2014 hanya satu maskapai

penerbangan yang memiliki ketepatan waktu hingga 100 persen.10

Beberapa maskapai penerbangan di tanah air yang paling banyak mengalami

keterlambatan angkutan penerbangan berdasarkan data dari Kementerian

Perhubungan di antaranya maskapai Lion Air mengalami keterlambatan

keberangkatan sebanyak 20.882 kali, maskapai Garuda Indonesia sebanyak

10.083 kali.11 Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan masih banyak maskapai

penerbangan yang melalaikan kewajibannya dalam menyelenggarakan

penerbangan yang tertib, aman, teratur, selamat, dan nyaman.

Terdapat beberapa kasus yang terjadi terkait keterlambatan angkutan

penerbangan yang kerap kali terjadi di Indonesia. Sebagai contoh pada

penerbangan dengan rute Denpasar-Labuanbajo, terjadi keterlambatan

penerbangan dengan alasan pesawat tidak dapat terbang karena izin penerbangan

ke Labuanbajo tidak ada dan Bandara Komodo di Labuanbajo sudah terlanjur

ditutup. Para penumpang sempat melakukan protes kepada maskapai penerbangan

10Nurmayanti, 2015, Daftar Lengkap Ketepatan Waktu Terbang Maskapai Di Indonesia, URL

:http://bisnis.liputan6.com/read/2181930/daftar-lengkap-ketepatan-waktu-terbang-maskapai-di-

indonesia, diakses pada 7 Juli 2015

11Yulianus Liteni,2013, “Lion Air Jadi Maskapai Paling Sering Delay”, Indo-Aviation, URL :

http://indo-aviation.com/2013/12/14/lion-air-jadi-maskapai-paling-sering-delay, diakses pada7

Juli 2015

Page 10: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

9

hanya saja tidak membuahkan hasil apapun. Padahal status tiket yang dimiliki

oleh para penumpang tersebut sudah ok. Pembatalan penerbangan tersebut

mengakibatkan sekitar 59 penumpang terpaksa menunggu sampai jadwal

penerbangan berikutnya.12

Contoh lain pada rute penerbangan Timika-Denpasar-Jakarta, mengalami

keterlambatan jadwal penerbangannya kurang lebih 7 jam yakni yang harusnya

take off pada pukul 11.20 WIT tetapi baru dapat berangkat pada pukul 17.20

WIT. Dimana keterlambatan keberangkatan tersebut tanpa diinformasikan

sebelumnya kepada penumpang, yang mengakibatkan penumpang harus

menunggu tanpa kepastian dari pihak maskapai penerbangan dan penumpang

mengalami kerugian besar karena hal tersebut.13

Dari contoh-contoh di atas, peristiwa keterlambatan angkutan penerbangan

tersebut sangat bertentangan dengan tujuan penyelenggaraan penerbangan yang

tertib, teratur, selamat, aman dan nyaman. Keterlambatan angkutan penerbangan

apabila dikaitkan dengan perjanjian pengangkutan, maka pihak pengangkut tidak

memenuhi kewajibannya secara baik dan benar atau dapat dikatakan telah

melakukan wanprestasi. Dalam hal terjadinya wanprestasi seperti contoh di atas,

maka pihak penumpang selaku pengguna jasa penerbangan telah dirugikan, baik

kerugian materil dan immaterial.

12Rohmat, 2015, “Penumpang Garuda Terlantar Di Bali”, URL

:http://news.okezone.com/read/2015/04/27/340/1140916/penumpang-garuda-terlantar-di-bali,

diakses pada 8 Juli 2015

13TimeX Red, 2014, “Maskapai Garuda Kecewakan Penumpang”, URL :

http://timikaexpress.com/?p=3917, diakses pada 8 Juli 2015

Page 11: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

10

Apabila terjadi peristiwa atau kejadian yang menyebabkan kerugian bagi

penumpang maka akan timbul tanggung jawab hukum dari pihak pengangkut

untuk mengganti kerugian yang dialami penumpang. Wujud tanggung jawab yang

tersebut adalah berupa pemberian ganti rugi (kompensasi).14 Ganti rugi yang

harus dibayarkan oleh pihak pengangkut dengan dasar bila terlambat datang atau

sampai di tempat tujuan, bukan hanya mengenai barang muatan dan bagasi saja,

melainkan juga mengenai penumpang.

Secara teoritis hubungan hukum antara pihak pengangkut dan pihak

penumpang selaku pengguna jasa menghendaki adanya kesetaraan kedudukan di

antara para pihak, karena pada dasarnya hubungan antara pengangkut dengan

penumpang merupakan hubungan yang bersifat saling ketergantungan. Hanya saja

dalam praktek pengangkutan udara hubungan hukum tersebut sering berjalan

tidak seimbang, dimana pihak pengangkut sering kali mengabaikan tanggung

jawabnya, sehingga menyebabkan penumpang kesulitan untuk mendapatkan hak-

haknya sebagai pengguna jasa yang telah dirugikan.

Begitu banyaknya peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam pengangkutan

udara semakin memperlihatkan lemahnya kedudukan pengguna jasa disini,

sehubungan dengan itu diperlukan suatu perlindungan hukum yang memadai bagi

pengguna jasa untuk memperjuangkan hak-haknya dalam kegiatan pengangkutan

udara. Berkaitan dengan itu jelas bahwa masih banyak hal yang harus diteliti dari

penyelenggaraan pengangkutan udara, seperti bagaimana sebenarnya bentuk

perlindungan hukum bagi penumpang selaku pengguna jasa penerbangan,

14Ridwan Khairandy, 2006, Pengantar Hukum Dagang, FH UII Press, Yogyakarta, hal. 167

Page 12: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

11

bagaimana bentuk tanggung jawab maskapai penerbangan selaku pihak

pengangkut, serta upaya hukum apa yang dapat dilakukan oleh penumpang. Hal

inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk membuat skripsi dengan judul

“Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa Penerbangan Atas

Terjadinya Keterlambatan Angkutan Penerbangan : Studi Pada PT. Garuda

Indonesia (Persero) Tbk Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk tanggung jawab PT. Garuda Indonesia (Persero)

Tbk selaku pihak penyedia jasa penerbangan terhadap pengguna jasa

penerbangan sebagai wujud perlindungan hukum atas terjadi

keterlambatan penerbangan dari jadwal yang sudah disepakati ?

2. Apa upaya yang dapat ditempuh oleh pengguna jasa penerbangan yang

telah dirugikan akibat terjadinya keterlambatan angkutan penerbangan ?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Suatu karya ilmiah pasti memiliki permasalahan yang harus diselesaikan oleh

peneliti dalam melakukan penelitian. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan

di dalam pembahasan dari suatu permasalahan maka diperlukan suatu ruang

lingkup masalah. Jadi, dengan adanya ruang lingkup masalah dapat memberikan

batasan yang jelas agar tidak keluar dari pokok permasalahan dan tujuan yang

Page 13: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

12

ingin dicapai dalam pembahasan skripsi ini. Dengan demikian, ruang lingkup

masalah dalam penulisan skripsi ini, yaitu sebagai berikut.

1. terhadap permasalahan pertama akan dibahas mengenai bentuk-bentuk

tanggung jawab PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk selaku pihak

penyedia jasa penerbangan terhadap pengguna jasa penerbangan sebagai

wujud perlindungan hukum atas terjadi keterlambatan penerbangan dari

jadwal yang sudah disepakati.

2. terhadap permasalahan kedua akan dibahas mengenai upaya yang dapat

ditempuh oleh pengguna jasa penerbangan yang telah dirugikan akibat

terjadinya keterlambatan angkutan penerbangan.

1.4. Orisinalitas

Skripsi ini merupakan karya tulis asli sehingga dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya. Untuk memperlihatkan orisinalitas skripsi ini maka dapat dilihat

indikator perbedaannya dengan skripsi terdahulu yang sejenis. Untuk lebih

jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel penelitian mengenai perlindungan hukum terhadap pengguna jasa

penerbangan atas terjadinya keterlambatan angkutan penerbangan

No Judul Skripsi Penulis Rumusan Masalah

1. Analisis Yuridis

Penerapan Peraturan

Menteri Perhubungan

Nomor 92 Tahun 2011

Tentang Tanggung Jawab

Pengangkut Angkutan

Andrian Hidayat

Nasution

Fakultas Hukum

Universitas

Sumatera Utara

Tahun 2012

1. Faktor-faktor apakah

yang menjadi penyebab

keterlambatan (delay)

dan pembatalan jadwal

keberangkatan angkutan

udara ?

Page 14: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

13

1.5. Tujuan Penelitian

Suatu pembahasan pasti memiliki tujuan tertentu, karena dengan adanya

tujuan tersebut akan memberikan arah yang jelas untuk dapat mencapai tujuan

Udara Atas

Keterlambatan dan

Pembatalan Jadwal

Keberangkatan

Penumpang Angkutan

Udara (Studi Pada PT

Sriwijaya Air Medan)

2. Bagaimana

penerapan Peraturan

Menteri Perhubungan

Nomor PM 92 Tahun

2011 yang mengatur

tanggung jawab

pengangkt angkutan

udara terhadap

penumpang

3. Bagaimana tindakan

maskapai Penerbangan

(pengangkut) sebagai

bentuk tanggung jawab

atas keterlambatan

(delay) dan pembatalan

jadwal keberangkatan

penumpang ?

2. Perlindungan Konsumen

Pengguna Jasa

Penerbangan

Sunu Dipta

Wibiaksono

Fakultas Hukum

Universitas

Semarang

Tahun 2013

1. Bagaimana bentuk-

bentuk pelanggaran

hak konsumen dan

perlindungan hukum

pengguna jasa

penerbangan dalam

kasus delay?

2. Apa peran

pemerintah dalam

menanggapi masalah

penerbangan yang

delay ?

Page 15: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

14

yang dikehendaki, baik tujuan bersifat umum maupun bersifat khusus. Tujuan

yang dimaksud adalah :

1.5.1. Tujuan umum

Adapun tujuan umum dari penelitian skripsi ini adalah :

1. untuk mengetahui bentuk tanggung jawab maskapai penerbangan

selaku pihak penyedia jasa penerbangan terhadap pengguna jasa

penerbangan sebagai wujud perlindungan hukum atas terjadinya

keterlambatan penerbangan dari jadwal yang sudah disepakati.

2. untuk mengetahui upaya yang dapat ditempuh oleh pengguna jasa

penerbangan yang telah dirugikan akibat terjadinya keterlambatan

angkutan penerbangan.

1.5.2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian skripsi ini, yaitu :

1. untuk memahami bentuk tanggung jawab PT. Garuda Indonesia

(Persero) Tbk selaku pihak penyedia jasa penerbangan terhadap

pengguna jasa penerbangan sebagai wujud perlindungan hukum

atas terjadinya keterlambatan penerbangan dari jadwal yang sudah

disepakati.

2. untuk mendalami upaya yang dapat ditempuh oleh pengguna jasa

maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang

telah dirugikan akibat terjadinya keterlambatan angkutan

penerbangan.

Page 16: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

15

1.6. Manfaat Penulisan

Penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1.6.1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan

serta wawasan bagi penulis dan para pembaca tentang bagaimana bentuk

perlindungan hukum terhadap pengguna jasa penerbangan atas terjadinya

keterlambatan angkutan penerbangan, serta diharapkan dapat memperoleh

pencerahan mengenai permasalahan hukum yang dihadapi penulis sehingga

dapat menjadi dasar pemikiran yang teoritis, dimana suatu peraturan

perundang-undangan yang ada belum tentu berjalan secara efektif dan selaras

dalam prakteknya.

1.6.2. Manfaat praktis

1. sebagai wujud nyata penelitian yang penulis lakukan untuk

memperoleh bahan informasi dalam menganalisa serta sebagai

pemecahan masalah bagi permasalahan yang dihadapi penulis,

khususnya mengenai perlindungan hukum terhadap pengguna jasa

penerbangan atas terjadinya keterlambatan angkutan penerbangan.

2. bagi pemerintah selaku regulator dalam kegiatan pengangkutan

udara khususnya dalam rangka penyusunan kebijakan diharapkan

dapat menjadi sumbangan pemikiran yuridis terhadap perlindungan

hukum terhadap pengguna jasa penerbangan.

3. bagi perusahaan atau maskapai penerbangan dapat dijadikan

sebagai bahan rujukan dalam rangka memberikan pelayanan

Page 17: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

16

kepada pengguna jasa penerbangan, khususnya dalam hal

perlindungan hukum bagi pengguna jasa dengan berlandaskan pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. bagi pengguna jasa penerbangan dapat dijadikan pedoman atau

rujukan dalam mempertahankan hak-haknya sebagai konsumen

dalam rangka perlindungan hukum bagi pengguna jasa

penerbangan.

5. bagi kalangan akademisi diharapkan dapat dijadikan bahan

informasi awal dalam melakukan penelitian dan pengkajian yang

lebih mendalam mengenai perlindungan hukum terhadap pengguna

jasa penerbangan maupun mengenai hukum angkutan udara.

1.7. Landasan Teoritis

Pembahasan ini akan menjelaskan suatu landasan teoritis yang menjadi

landasan berpikir dalam pokok permasalahan yang akan dibahas yakni mengenai

perlindungan hukum terhadap pengguna jasa penerbangan atas terjadinya

keterlambatan angkutan penerbangan.

Sudikno Mertokusumo menjelaskan yang dimaksud dengan hukum adalah

kumpulan peraturan atau kaedah yang mempunyai isi yang bersifat umum dan

normatif, dikatakan umum karena berlaku bagi setiap orang sedangkan normatif

karena menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, dan apa yang tidak boleh

Page 18: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

17

dilakukan serta menentukan bagaimana cara untuk melaksanakan kepatuhan pada

kaedah-kaedah.15

Pada hakekatnya perlindungan hukum adalah suatu perbuatan hal melindungi

subjek-subjek hukum dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan suatu sanksi.16 Menurut Philiphus M.

Hadjon, perlindungan hukum adalah perlindungan harkat dan martabat dan

pengakuan terhadap hak asasi manusia yang dimiliki oleh subjek hukum dalam

negara hukum dengan berdasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku di negara

tersebut guna mencegah terjadinya kesewenang-wenangan. Perlindungan hukum

itu pada umumnya berbentuk suatu peraturan tertulis, sehingga sifatnya lebih

mengikat dan akan mengakibatkan adanya sanksi yang harus dijatuhkan kepada

pihak yang melanggarnya.17

Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua yakni perlindungan

hukum preventif dan perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum preventif

subjek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau

pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk definitif.

Tujuannya untuk mencegah terjadinya suatu sengketa. Sedangkan perlindungan

hukum represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang timbul.18

15Sudikno Mertokusumo, 1991, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta,

hal. 38

16Ibid 17Satjipto Rahardjo, 2003, Sisi – Sisi lain Dari Hukum Di Indonesia (selanjutnya disebut

Satjipto Rahardjo I), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 121

18Ridwan, 2003, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, hal. 21

Page 19: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

18

Dalam memberikan perlindungan hukum terhadap hak-hak konsumen

maka lahirlah istilah perlindungan konsumen. Perlindungan Konsumen adalah

suatu istilah yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi

kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen itu sendiri.19

Pengertian perlindungan konsumen menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen (untuk selanjutnya disingkat UUPK) dalam

Pasal 1 angka 1 menyebutkan perlindungan konsumen adalah segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen. Perlindungan Konsumen merupakan masalah kepentingan manusia,

oleh karena menjadi harapan bagi semua bangsa di dunia untuk dapat

mewujudkan. Pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan:

1. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

keterbukaan akses dan informasi serta menjamin kepastian hukum;

2. melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh

pelaku usaha;

3. meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa;

4. memberikan perlindungan pada konsumen dari praktek usaha yang menipu

dan menyesatkan;

5. mengadukan pelanggaran, pengembangan dan pengaturan perlindungan

konsumen dengan bidang-bidang lain.20

19Janus Sidabalok, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. Citra Aditya

Bakti, bandung, hal. 1

20Husni Syawali dan Neni Srilmaniyati, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar

Maju, Bandung, h. 7.

Page 20: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

19

Menurut pendapat Az Nasution bahwa hukum konsumen yang memuat asas-

asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang

melindungi kepentingan konsumen, maka dapat dikatakan hukum konsumen

adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan

dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan

atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup.21

Dalam kegiatan angkutan udara, terdapat dua pihak yang melakukan

hubungan hukum yaitu pihak perusahaan maskapai penerbangan yang bertindak

sebagai pihak pelaku usaha/penyedia jasa dan pihak penumpang yang bertindak

selaku pihak pengguna jasa penerbangan. Dalam Pasal 1 angka 3 UUPK

menyebutkan pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik

yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik

Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Perusahaan

maskapai penerbangan selaku pihak pelaku usaha dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara, Pasal 1

angka 4 menyebutkan perusahaan angkutan udara adalah perusahaan yang

mengoperasikan pesawat udara untuk digunakan mengangkut penumpang, kargo,

dan pos dengan memungut pembayaran.

21Sidharta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Grasindo, Jakarta, hal. 9

Page 21: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

20

Konsumen menurut UUPK, pada Pasal 1 angka 2 menyebutkan konsumen

adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,

baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup

lain dan tidak untuk diperdagangkan. Dalam pengangkutan udara penumpang

selaku pengguna jasa penerbangan termasuk ke dalam kategori konsumen karena

menggunakan jasa yang tersedia di masyarakat berupa jasa penerbangan untuk

suatu kegunaan tertentu, dalam hal ini untuk kepentingan pribadi dan tidak untuk

diperdagangkan.

Namun demikian dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang

Penerbangan maupun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun

1995 tentang Angkutan Udara, tidak ada keterangan apa yang dimaksud dengan

pihak penumpang. Akan tetapi dalam penerbangan teratur dapat dikatakan bahwa

yang dimaksud penumpang dalam Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri

Perhubungan RI Nomor PM 89 tahun 2015 Tentang Penanganan Keterlambatan

Penerbangan (Delay Management) Pada Badan Usaha Angkutan Udara Niaga

Berjadwal Nasional adalah orang yang menggunakan jasa angkutan udara dan

namanya tercantum dalam tiket yang dibuktikan dengan dokumen identitas diri

yang sah dan memiliki pas masuk pesawat (boarding pass). Menurut Suherman,

yang dimaksud dengan penumpang adalah seseorang yang diangkut dengan

pesawat terbang berdasarkan suatu persetujuan pengangkutan udara.22

22E. Saefullah Wiradipraja II, op cit, hal. 7

Page 22: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

21

Para pihak dalam kegiatan angkutan udara ini terikat dalam suatu hubungan

perdata dalam bentuk perikatan yang diwujudkan dalam pembelian tiket pesawat.

Berdasarkan Pasal 1313 KUH Perdata menyebutkan suatu perjanjian adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu

orang atau lebih. Di sini perikatan yang terjadi adalah berupa perjanjian

pengangkutan. Perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian dimana satu pihak

menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari suatu tempat

ke tempat lain, sedangkan pihak yang lainnya menyanggupi akan membayar

ongkosnya.23 Dasar hukum perjanjian pengangkutan adalah Pasal 1320 KUH

Perdata yang mensyaratkan sahnya suatu perjanjian harus memenuhi :

a. kesepakatan mereka yang mengikatkan diri;

b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

c. suatu pokok persoalan tertentu;

d. suatu sebab yang tidak terlarang.

Pasal 1338 KUH Perdata tentang asas kebebasan berkontrak yang pada

hakikatnya setiap orang bebas mengadakan suatu perjanjian baik itu sudah diatur

dalam Undang-Undang maupun yang belum diatur dalam Undang-Undang. Di

dalam perjanjian pengangkutan melahirkan hak dan kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh para pihak. Berdasarkan hal tersebut diperlukan asas kepastian

hukum (Pacta Sunt Servanda) yang terdapat dalam Pasal 26 Konvensi Wina

tentang Hukum Perjanjian Internasional, menyatakan bahwa perjanjian yang

dibuat secara sah oleh para pihak adalah mengikat bagi mereka yang

23Lestari Ningrum, 2004, Usaha Perjalanan Wisata Dalam Perspektif Hukum Bisnis, PT Citra

Aditya Bakti, Bandung, hal. 22

Page 23: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

22

menyelenggarakannya seperti Undang-Undang. Hubungan perikatan yang sudah

terjadi tersebut selanjutnya menjadi kewajiban kedua belah pihak untuk

memenuhi prestasi yang telah disepakati.

Mengenai pengaturan dari hak dan kewajiban pihak pelaku usaha dan pihak

konsumen telah secara jelas diatur dalam ketentuan Pasal 4 sampai dengan Pasal 7

UUPK. Adapun kewajiban daripada pelaku usaha dirumuskan di dalam Pasal 7

UUPK yaitu :

a. beretikad baik dengan melakukan kegiatan usahanya;

b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

perbaikan, dan pemeliharaan;

c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

d. menjamin mutu barang dan/jasa yang diproduksi dan/atau jasa yang

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau

jasa yang berlaku;

e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau

mencoba;

f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakian dan pemanfaatan barang dan/ jasa yang

diperdagangkan;

g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan

perjanjian.

Pasal 6 UUPK menyebutkan hak-hak pelaku usaha yaitu :

a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen

yang beritikad tidak baik;

c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen;

d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Page 24: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

23

Kewajiban konsumen juga diatur dalam Pasal 5 UUPK, yaitu :

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian

atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan

keselamatan;

b. beritikad baik dalam melaksanakan transaksi pembelian barang

dan/atau jasa;

c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.

Menurut pendapat Sidharta terdapat empat hak dasar konsumen yang patut

dilindungi, yakni :

1. hak untuk mendapatkan keamanaan ( the right of safety );

2. hak untuk mendapatkan informasi ( the right to be informed);

3. hak untuk memilih ( the right to be choose );

4. hak untuk didengar ( the right to be heard ).24

Apabila dalam UUPK, hak-hak konsumen diatur dalam ketentuan Pasal 4

UUPK, yaitu :

Hak-hak konsumen adalah :

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan

yang dijanjikan;

c. hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan;

e. hak untuk mendapat advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

24Sidharta, op.cit, hal. 16

Page 25: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

24

h. hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian, apabila

barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau

tidak sebagaimana mestinya;

i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Dalam hal apabila terjadi sengketa dalam pelaksanaan perjanjian

pengangkutan, maka terdapat prinsip tanggung jawab hukum kepada para pihak

yang melakukan pelanggaran, semisalnya terjadi wanprestasi. Dikalangan para

ahli hukum, tanggung jawab sering diistilahkan dengan responsibility

(verantwoordelijkeheid) atau terkadang disebut dengan liability. Tanggung jawab

dalam arti responsibility adalah sikap moral untuk melaksanakan kewajibannya,

sedangkan tanggung jawab dalam arti liability adalah sikap hukum untuk

mempertanggung jawabkan pelanggaran atas kewajibannya atau pelanggaran atas

hak pihak lain. Tanggung jawab menurut pengertian hukum adalah kewajiban

memikul pertanggungan jawab dan kerugian yang diderita bila dituntut baik

dalam hukum maupun dalam administrasi.

Secara umum teori tanggung jawab dalam hukum perlindungan konsumen

dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan ( based on fault liability )

Tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan terdapat dalam Pasal

1365 KUH Perdata, yang dikenal sebagai tindakan melawan hukum

(onrechtmatigdaad). Menurut pasal tersebut setiap perbuatan melawan

hukum yang menimbulkan kerugian terhadap orang lain mewajibkan

orang yang karena perbuatannya menimbulkan kerugian itu mengganti

Page 26: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

25

kerugian.25 Tanggung Jawab atas dasar kesalahan harus memenuhi unsur-

unsur adanya perbuatan, kesalahan, kerugian yang diderita dan adanya

hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.26

2. tanggung jawab praduga bersalah ( presumption of liability )

Tanggung jawab praduga bersalah berarti pihak tergugat selalu

dianggap bersalah sampai ia dapat membuktikan ia tidak bersalah. Jadi,

beban pembuktian ada pada si tergugat. Beban pembuktian seperti ini

dikenal dengan sebutan beban pembuktian terbalik atau pembuktian

negatif. Dasar pemikiran dari teori ini adalah seseorang dianggap bersalah,

sampai yang bersangkutan dapat membuktikan sebaliknya, sehingga jika

teori ini digunakan maka yang berkewajiban untuk membuktikan

kesalahan itu ada pada pihak pelaku usaha atau penyedia jasa.

3. tanggung jawab hukum tanpa bersalah / mutlak ( liability without fault/

strict liability )

Prinsip tanggung jawab mutlak ini dalam hukum perlindungan

konsumen secara umum digunakan untuk menjerat pelaku usaha

khususnya produsen barang atau jasa yang produknya merugikan

konsumen. Prinsip ini menyatakan bahwa pelaku usaha harus secara

mutlak bertanggung jawab atas produknya. Prinsip tanggung jawab ini

menetapkan bahwa suatu tindakan dapat dihukum atas dasar perilaku

berbahaya yang merugikan, tanpa mempersoalkan ada tidaknya

25H.K.Martono dan Amad Sudiro, 2011, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan UU RI No 1

Tahun 2009, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 219

26Shidarta, op.cit, hal. 59

Page 27: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

26

kesengajaan atau kelalaian. Jadi kesalahan bukan sebagai faktor yang

menentukan, namun adanya pengecualian-pengecualian yang

memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab, misalkan adanya

force majeure.27

Prinsip tanggung jawab pada hukum pengangkutan tertuang di dalam

Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan Pasal 43 dan

Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1995 tentang Angkutan Udara Pasal 42

sampai dengan Pasal 45 adalah prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability

principle) artinya pengangkut selalu bertanggung jawab atas kerugian yang timbul

selama penerbangan dan tidak tergantung ada atau tidaknya unsur kesalahan

dipihak pengangkut.

Kecuali dalam hal kerugian yang disebabkan karena keterlambatan, dimana

prinsip tanggung jawab yang digunakan adalah prinsip tanggung jawab praduga

bersalah (presumption of liability) yakni pelaku usaha harus bisa membuktikan

bahwa ia tidak bersalah. Hal ini sesuai dengan Pasal 42 huruf c Peraturan

Pemerintah Nomor 40 tahun 1995. Sedangkan dalam UUPK telah ditentukan pula

tanggung jawab bagi pelaku usaha, sebagaimana yang diungkap dalam Pasal 19

sampai dengan Pasal 28.

Dalam hal terjadi kerugian, bila merujuk pada ketentuan Pasal 45 ayat (1)

UUPK yang menyebutkan bahwa setiap konsumen yang dirugikan dapat

27Ni Putu Ria Dewi Marheni, 2013, Tesis : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen

Berkaitan Dengan Pencantuman Desclaimer oleh Pelaku Usaha dalam Situs Internet (website),

Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Bali, hal. 133

Page 28: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

27

menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa

antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di

lingkungan peradilan umum”. Sesuai dengan ketentuan di atas, maka konsumen

yang merasa dirugikan berhak menggugat pelaku usaha yang bertujuan untuk

menjaminnya perlindungan konsumen itu sendiri.

1.8. Metode Penelitian

1.8.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

penelitian hukum empiris yakni penelitian yang dilakukan terhadap hukum

positif tidak tertulis mengenai perilaku anggota masyarakat dalam hubungan

hidup bermasyarakat.28

Dalam perspektif empiris, menurut Purwadi Purbacaraka dan

Soerjono Soekanto, hukum dipandang berlaku apabila hukum itu bekerja

efektif.29 Penelitian hukum empiris ini dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana efektivitas hukum dalam masyarakat. Pelaksanaan perlindungan hukum

terhadap pengguna jasa penerbangan atas terjadinya keterlambatan angkutan

penerbangan pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Bandar Udara

Internasional I Gusti Ngurah Rai yang menjadi orientasi pengkajian skripsi

ini.

28Abdulrahman Soejono, H., 2003, Metode Penelitian Hukum, PT. Rineka Cipta, Jakarta,

hal. 155

29Ade Saptomo, 2009, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni Sebuah

Alternatif, Universitas Trisakti, Jakatra, hal. 42

Page 29: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

28

1.8.2. Jenis pendekatan

Dalam penulisan skripsi ini akan dikaji dengan menggunakan

pendekatan fakta (the fact approach), dan pendekatan perundang-undangan

(the statue approach ). Pendekatan fakta yaitu suatu pendekatan dengan

melihat dan meneliti fakta yang ada di lapangan dengan penerapan hukum

yang berlaku. Sedangkan, pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan

menelaah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian

ini, kemudian dikaitkan dengan permasalahan yang akan dibahas.30

1.8.3. Sifat penelitian

Sifat penelitian dari penulisan skripsi ini adalah bersifat penelitian

deskriptif yang sifat penelitiannya secara umum, termasuk pula didalamnya

penelitian ilmu hukum, bertujuan untuk menggambarkan sifat-sifat suatu

individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, untuk dapat menentukan

ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lainnya di

masyarakat. Penelitian ini pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan

secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah

tertentu, mengenai sifat – sifat, karakteristik-karakteristik atau faktor-faktor

tertentu.31

1.8.4. Data dan sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini terdiri dari data

primer dan data sekunder.

30 Abdulrahman Soejono, H., op cit, hal. 157 31Bambang Sunggono, 2010, Metode Penelitian Hukum,Rajawali Press, Jakarta, hal.35

Page 30: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

29

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapat dengan penelitian lapangan (field

research) yaitu langsung pada objek penelitian yang ada hubungannya

dengan masalah yang diteliti.32 Artinya data yang didapat bersumber dari

penelitian lapangan yang diperoleh langsung dari sumber lapangan yaitu baik

dari responden maupun informan. Data primer yang digunakan dalam

penulisan karya ilmiah ini adalah dengan melakukan penelitian langsung di

PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk Bandar Udara Internasional I Gusti

Ngurah Rai terkait masalah perlindungan hukum terhadap pengguna jasa

penerbangan atas terjadinya keterlambatan angkutan penerbangan.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dengan melakukan penelitian

kepustakaan (library research) yaitu mengadakan penelitian terhadap bahan-

bahan bacaan untuk mendapatkan data secara teoritis. Artinya, data yang

diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan dari data-

data yang sudah terdokumen. Data sekunder terdiri bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.33

2.1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai otoritas

(autoritatif), yang terdiri atas peraturan perundang-undangan,

catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan suatu peraturan

32Romy Hanitijo Soemitro, 1985, Metodelogi Penelitian Hukum, Cet. II, Ghalia Indonesia,

Jakarta, hal.142.

33Burhan Ashofa, 2001, Metoda Penelitian Hukum, Cet.III, PT Rineka Cipta, Jakarta, hal.103.

Page 31: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

30

perundang-undangan dan/atau peraturan daerah, putusan hakim.34

Bahan-bahan hukum primer yang digunakan adalah :

1. Kitab Undang Undang Hukum Perdata

2. Ordonansi Pengangkutan Udara / OPU (luchtvervoer-

ordonantie) Stb 1939-100;

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen;

4. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan;

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2000 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara;

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 92 Tahun 2011 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77

Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan

Udara;

7. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor

PM 89 Tahun 2015 tentang Penanganan Keterlambatan

Penerbangan (Delay Management) Pada Badan Usaha

Angkutan Udara Niaga Berjadwal Di Indonesia.;

8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 25 tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara;

9. Dan peraturan-peraturan lainnya.

34H. Zainuddin Ali, op cit, hal. 47

Page 32: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

31

2.2. Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum

yang merupakan dokumen yang tidak resmi, yang terdiri atas (a)

buku-buku teks yang membicarakan suatu dan/atau beberapa

permasalahan hukum termasuk skripsi, tesis, dan disertasi hukum,

(b) kamus-kamus hukum, (c) jurnal-jurnal hukum, (d) komentar-

komentar atas putusan hakim. Publikasi tersebut merupakan

petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau

bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia,

jurnal, surat kabar, dan sebagainya.35 Bahan-bahan hukum

sekunder yang digunakan adalah buku-buku tentang hukum

pengangkutan, hukum angkutan udara, penerbangan, perlindungan

konsumen, dan buku-buku penunjang lainnya yang berkaitan

dengan penelitian skripsi ini.

2.3. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang bersifat menunjang

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus

hukum, kamus bahasa, artikel pada surat kabar, majalah, dan

internet.

1.8.5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan skrispsi ini

adalah sebagai berikut.

35Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 33-37

Page 33: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

32

1. terhadap data kepustakaan dilakukan dengan teknik studi

dokumen, yaitu menggunakan buku-buku atau bahan-bahan hukum

yang datanya dikumpulkan dengan pencatatan dalam lembaran-

lembaran kertas dan selanjutnya dikualifikasikan menurut

relevansinya dengan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini

data kepustakaan yang digunakan adalah bahan hukum perlindungan

konsumen dan hukum pengangkutan udara yang relevan dengan

penelitian skripsi ini.

2. terhadap data lapangan dilakukan dengan teknik wawancara yakni

pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung dengan

pihak-pihak yang berkompeten baik kepada responden dan informan

guna memperoleh informasi serta jawaban-jawaban yang relevan dan

mendukung permasalahan dalam penelitian. Pihak yang dimaksud

adalah pihak penyedia jasa yakni perusahaan maskapai penerbangan

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan pihak penumpang selaku

pengguna jasa penerbangan.

1.8.6. Teknik penentuan sampel penelitian

Teknik penentuan sampel penelitian dalam penelitian skripsi ini adalah

dengan menggunakan teknik non probability sampling khususnya

menggunakan teknik Purposive Sampling. Penarikan sampel dilakukan

berdasarkan tujuan tertentu, yaitu sampel dipilih atau ditentukan sendiri oleh

peneliti yang mana penunjukan dan pemilihan sampel didasarkan

Page 34: SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ......tiket pesawat dan mendapatkan perlindungan dalam pemanfaatan jasa penerbangan. Tiket pesawat merupakan dokumen berbentuk cetak, melalui proses

33

pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dan sifat-sifat atau

karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama populasinya.36

1.8.7. Teknik pengolahan dan analisis data

Dalam penelitian skripsi ini teknik pengolahan datanya adalah secara

kualitatif yakni keseluruhan data yang diperoleh dihubungankan dengan

permasalahan yang ada dan kemudian dianalisa dengan menggunakan metode

deskriptif analisis yaitu dengan memaparkan data yang disertai analisis sesuai

dengan teori dan kaedah hukum yang terdapat pada peraturan perundang-

undangan dan buku-buku literatur yang berhubungan dengan data dan

permasalahan yang diteliti.

36Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum

Universitas Udayana, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, hal.87